39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005/2006 terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Permasalahan tersebut antara lain adalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Ini dapat dilihat dari jarangnya siswa untuk bertanya dan mengeluarkan ide ataupun pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung dan juga dalam pengerjaan soal- soal latihan masih didominasi oleh guru. Hal ini dimungkinkan berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yaitu lebih banyak menggunakan metode ekspositori. Pembelajaran yang lebih banyak menggunakan metode tersebut dapat menyebabkan pembelajaran matematika tidak menarik. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar siswa hanya 1

Skripsi Wan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Wan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan

guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran

2005/2006 terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Permasalahan

tersebut antara lain adalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran

matematika. Ini dapat dilihat dari jarangnya siswa untuk bertanya dan mengeluarkan

ide ataupun pendapatnya pada saat pembelajaran berlangsung dan juga dalam

pengerjaan soal-soal latihan masih didominasi oleh guru. Hal ini dimungkinkan

berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yaitu lebih

banyak menggunakan metode ekspositori. Pembelajaran yang lebih banyak

menggunakan metode tersebut dapat menyebabkan pembelajaran matematika tidak

menarik. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar siswa hanya menerima

apa yang diberikan dan melakukan apa yang diperintahkan oleh guru.

Permasalahan-permasalahan ini pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya

prestasi belajar matematika siswa. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa

dapat dilihat pada tabel barikut :

Tabel 1 : Hasil ulangan harian kelas X semester I SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005/2006

No Pokok BahasanKelas

X-1 X-2Rata-rata

Ketunta-san (%)

Rata-rata

Ketunta-san (%)

1234

Bentuk pangkat, akar dan logaritma.Persamaan dan fungsi kuadrat.Sistem persamaan linier dan kuadrat.Pertidaksaaman.

6,696,446,546,38

57,14 40,48 42,86 30,95

6,396,326,356,55

35,7135,71 40,48 42,86

Rata-rata kelas 6,50 42,86 6,38 38,69 Sumber: daftar nilai guru matematika.

1

Page 2: Skripsi Wan

Salah satu materi pokok yang diajarkan dalam pelajaran matematika kelas X

semester II SMA Al-Ma’rif Mataram adalah trigonometri. Trigonometri merupakan

salah satu pokok bahasan yang paling rendah penguasaannya dibandingkan dengan

pokok bahasan yang lain khususnya pada tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 : hasil ulangan harian kelas X-2 SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2004/2005.

No Pokok BahasanKelas

X-1 X-2Rata-rata

Ketunta-san (%)

Rata-rata

Ketunta-san (%)

1234567

Bentuk pangkat, akar dan logaritma.Persamaan dan fungsi kuadrat.Sistem persamaan linier dan kuadrat.PertidaksaamanLogika matematikaTrigonometriRuang dimensi tiga

64,0662,4462,7564,8862,8462,1964,38

65,6350,0040,6353,1353,1340,6340,63

64,0362,7562,5064,9162,6362,0364,72

53,1346,8846,8843,7540,6337,5053,13

Rata-rata kelas 63,64 49,11 63,37 45,99Sumber: daftar nilai guru matematika

Rendahnya penguasaan matematika siswa diduga karena metode

pembelajarannya kurang membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap

pembelajaran matematika. Sebagian besar siswa masih menganggap matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit. Di samping itu, guru masih belum dapat

membangkitkan semangat dan motivasi siswa agar lebih aktif dan berminat dalam

belajar.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, seorang guru dituntut untuk

memilih metode yang dapat lebih mengaktifkan siswa dalam belajar. Demikian

penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran sehingga pencapaian tujuan

pembelajaran dapat ditingkatkan.

2

Page 3: Skripsi Wan

Penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, kemampuan menerapkan materi

pada situasi yang berbeda dan keterampilan siswa dalam menggunakan materi untuk

memecahkan masalah yang timbul merupakan kompetensi yang sangat penting

untuk dimiliki siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, tidaklah cukup

jika siswa hanya mengikuti pembelajaran secara pasif. Melainkan harus aktif

melakukan kegiatan yang diperlukan untuk dapat memahami dan menguasai bahan

yang dipelajarinya. Siswa harus memperoleh latihan cara berfikir yang diperlukan

untuk mampu menerapkan teori yang telah diperoleh misalnya dengan

menyelesaikan soal-soal latihan atau latihan yang menyangkut segi praktek.

Banyak anggapan bahwa latihan dapat dilakukan siswa sendiri di rumah, akan

tetapi hasil pembelajaran membuktikan bahwa anggapan tersebut tidak selalu benar.

Karena itu, sistem pengajaran harus mengatur latihan itu. Siswa perlu melakukan

latihan secara terbimbing agar kesalahan-kesalahan dapat ditunjukkan dan siswa

dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Latihan dalam kelas

dapat dilakukan dengan kulsponsi yang mana dalam pebelajarannya siswa diberikan

lathan-latihan. Dalam melakukan latihan, siswa diberikan bimbingan baik secara

individu maupun secara berkelompok.

Kulsponsi merupakan gabungan dari metode ceramah, responsi dan latihan

terbimbing. Pada pembelajaran kulsponsi, melalui penerapan metode ceramah,

siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang materi/bahan yang akan dipelajari

melalui penuturan secara lisan dan dibantu dengan beberapa media pembelajaran.

Sedangkan melalui penerapan metode responsi dan latihan terbimbing, siswa

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dimana siswa belajar menggunakan secara

3

Page 4: Skripsi Wan

aktif bahan pelajaran yang diberikan dengan diarahkan kepada segi-segi

penerapannya oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran

matematika, dicoba penerapan pembelajaran kulsponsi pada pokok bahasan

trigonometri. Oleh karena itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan

kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Pada

Pokok Bahasan Trigonometri Melalui Penerapan Pembelajaran Kulsponsi Pada

Siswa Kelas X-2 Semester II SMA Al-Ma’rif Mataram Tahun Pelajaran

2005/2006”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah dengan penerapan pembelajaran kulsponsi dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri pada siswa kelas X-2 semester

II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005 /2006.

2. Apakah dengan penerapan pembelajaran kulsponsi dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri pada siswa kelas X-2 semester II

SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran 2005 /2006.

C. Batasan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada meningkat

atau tidaknya aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri

pada siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran

2005/2006.

4

Page 5: Skripsi Wan

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri

pada siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran

2005/2006.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri

pada siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun pelajaran

2005/2006.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa, untuk memperbaiki kemampuan belajar mandiri siswa dan

memperbaiki kemampuan menerapkan konsep dan meningkatkan prestasi

belajar siswa.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran

dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa

khususnya pada pokok bahasan trigonometri.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dalam

rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

4. Bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar dan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya.

5

Page 6: Skripsi Wan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran

Winataputra (1997:2) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan

sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan

perilaku individu melalui proses yang diciptakan dalam rancangan proses

pembelajaran. Pembelajaran harus melahirkan proses belajar melalui berbagai

aktivitas yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Aqib (2003:41) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah upaya

mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar siswa.

Sedangkan menurut Sudjana (2000:6) pembelajaran adalah upaya pendidik

untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam pembelajaran

guru menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa

sehingga terjadi ineraksi antara murid dengan lingkungan, guru, alat pelajaran

dan sebagainya sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

upaya mengorganisasikan lingkungan atau menciptakan kondisi-kondisi

lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses atau

kegiatan belajar siswa melalui berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan

pelajaran yang telah ditentukan.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

6

Page 7: Skripsi Wan

Metode pembelajaran berperan sebagai alat untuk menciptakan proses

pembelajaran. Melalui penerapan metode pembelajaran diharapkan tumbuh

berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru

sehingga terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru diharapkan

dapat berperan sebagi penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan

sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi idukatif ini akan

berjalan dengan baik jika siswa berpartisipasi aktif. Oleh karena itu, metode

pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan

belajar siswa (Sudjana, 1987:76)

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan

interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran sehingga

tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Adapun metode pembelajaran yang

dikenal antara lain: metode ceramah, demonstrasi, latihan, tanya jawab,

penemuan, permainan, dan pemberian tugas. Suatu metode pembelajaran

dikatakan baik jika metode pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan kegiatan

atau aktivitas belajar siswa.

3. Kulsponsi

Utomo dan Ruijter (1991:206) mengungkapkan bahwa kulsponsi adalah

suatu cara penyelenggaraan pembelajaran yang merupakan kombinasi antara

pembelajaran ceramah, responsi dan pembelajaran latihan terbimbing. Melalui

pembelajaran kulsponsi diharapkan kelemahan dari masing-masing metode yang

diterapkan dalam pembelajaran dapat diminimalkan.

Masing-masing metode yang merupakan komponen dari kulsponsi

dikemukakan sebagai berikut:

7

Page 8: Skripsi Wan

a. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah metode di dalam pendidikan dan pembelajaran

dimana cara menyampaikan materi pengajaran kepada anak didik yang

dilaksanakan dengan lisan oleh guru. Hubungan antara guru dengan anak

didik banyak menggunakan bahasa lisan. Peranan guru dan murid berbeda

secara jelas yaitu guru terutama dalam menuturkan dan menerangkan secara

aktif sedangkan siswa mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta

membuat catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan guru

(Ahmadi & Prasetya, 1997:53)

Metode ceramah adalah penjelasan guru secara lisan, dimana dalam

pelaksanaannya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk

memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya. Metode ini

digunakan bila pelajaran banyak mengandung hal-hal yang memerlukan

penjelasan dari guru. Guru lebih banyak berbicara sedangkan muridnya

mendengar dan atau mencatat hal-hal yang dianggap penting. Metode ini

hendaknya digunakan bersama-sama metode lain seperti tanya jawab dan

latihan (Aqib, 2002:98)

b. Metode Responsi

Metode responsi merujuk pada proses perubahan perilaku yang

dihasilkan oleh terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan

respon atau jawaban atas stimulus. Respon adalah perilaku yang lahir yang

merupakan hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. Stimulus

dapat datang dari obyek lain, suasana atau aktivitas subyek lain misalnya

guru bertanya kepada siswa kemudian siswa menjawab atas pertanyaan itu,

8

Page 9: Skripsi Wan

dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian siswa

mengajukan pertanyaan jika terdapat hal-hal yang belum dipahami.

Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya

relasi antara stimulus dan respon yang baik. Untuk itu stimulus harus benar-

benar dapat memberi rangsangan misalnya pertanyaan singkat dan jelas

akan dapat mengundang respon yang lebih baik daripada pertanyaan

panjang yang berbelit yang mungkin menyesatkan, oleh karena itu guru

harus mampu memilih dan memberi rangsangan yang baik.

(Winataputra,1997:37)

Untuk melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode

responsi yang baik sekurang-kurangnya diperlukan:

1) Suasana yang memungkinkan munculnya reaksi individu terhadap

stimulus yang diberikan. Suasana yang memliki daya tarik atau daya

rangsang yang baik.

2) Individu yang memiliki kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap

rangsangan. Reaksi yang diberikan seseorang tergantung antara lain pada

kesiapan, pengalaman dan kemampuan.

c. Metode Latihan Terbimbing

Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam

sesuatu misalnya pemecahan soal-soal latihan. Oleh karena itu dalam

pembelajaran, perlu diadakan suatu latihan untuk menguasai keterampilan

tersebut. Maka salah satu metode yang dapat digunakan dalam memberikan

atau menyajikan materi pelajaran untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah

metode latihan terbimbing.

9

Page 10: Skripsi Wan

Latihan terbimbing adalah suatu cara mengajar dimana siswa

melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan di bawah bimbingan guru agar

siswa memiliki ketangkasan atau keteramapilan yang lebih tinggi dari apa

yang telah dipelajarinya. Latihan yang praktis, mudah untuk dilakukan serta

teratur pelaksanaannya dapat membina siswa dalam meningkatkan

penguasaaan keterampilan itu bahkan dapat menjadikan siswa memiliki

keterampilan yang sempurna. Hal ini dapat menunjang siswa untuk mampu

mencapai prestasi yang tinggi (Roestiyah, 2001:125)

4. Pelaksanaan Pembelajaran Kulsponsi

Pada pelaksanaan pembelajaran kulsponsi, siswa dibimbing oleh guru dalam

melakukukan latihan-latihan setelah diberikan beberapa penjelasan tentang

materi pelajaran yang dipelajari. Selama proses belajar mengajar berlangsung,

guru memberikan stimulus kepada siswa baik dengan menggalakkan siswa

untuk bertanya ataupun dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan

sebagainya. Kemudian siswa menanggapi atau merespon stimulus yang

diberikan.

Pada pelaksanaannya, kulsponsi terdiri dari lima tahap yaitu sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Hal-hal yang perlu diperhatikan guru pada tahap ini adalah:

1) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sebagai hasil

pembelajaran yang dilakukan.

2) Menempatkan bahan pelajaran dalam kerangka yang lebih besar dengan

menekankan pada relevansi bahan/materi pelajaran pada studi yang

10

Page 11: Skripsi Wan

ditempuh hubungannya dengan pembelajaran yang telah lalu maupun

yang akan datang dan kegunaannya untuk keperluan praktek.

3) Memberikan apersepsi/pengetahuan pendahuluan, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan membahas soal-soal sebagai gambaran

tentang pengetahuan pendahuluan yang diberikan.

b. Pembahasan Teori

Pada tahap ini digunakan beberapa petunjuk sebagai berikut:

1) Menyampaikan bagian-bagian/pokok utama materi yang memerlukan

penjelasan tanpa mengabaikan kaitan/hubungan yang logis antar bagian-

bagian materi tersebut dan menjelaskan kaitan/hubungan tersebut.

2) Mengajukan pertanyan-pertanyaan kepada siswa guna mengaktifkan

siswa khususnya pertanyaan mengenai pengetahuan pendahuluan dengan

mengingat kaitannya dengan teori yang akan dibahas.

3) Menggunakan media pembelajaran sedemikian sehingga pembahasan

dapat dilakuakan dengan cepat dan mudah untuk memberikan gambaran

mengenai hubungan berbagai bahan yang diberikan.

4) Menggalakkan siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan.

c. Pembahasan contoh-contoh soal.

Pada tahap ini perlu diperhatikan bahwa :

1) Contoh soal yang dibahas adalah soal yang reprsentatif dan kaitan

relevansinya dapat dinyatakan dengan jelas.

2) Untuk mengetahui hal-hal yang dirasa sulit oleh siswa maka guru harus

mengajukan pertanyaan kepada siswa atau siswa diminta untuk maju ke

depan papan tulis.

11

Page 12: Skripsi Wan

d. Pembimbingan siswa dalam menyelesaikan tugas.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tanpa

terlepas dari bimbingan guru.

2) Mengatur situasi pebelajaran sedemikian rupa sehingga:

a) Siswa mampu menyelesaikan sebagian besar soal-soal latihan yang

diberikan. Hal-hal yang dianggap sulit akan dibantu oleh guru.

b) Siswa dapat mengoreksi diri sendiri dalam menyelesaikan soal-soal

latihan dengan memberikan kunci jawaban dari soal-soal latihan.

c) Siswa dapat bekerja secara sistmatis.

e. Penutup

Dalam mengakhiri pembelajaran guru harus memberikan kata penutup. Kata

penutup tersebut terdiri dari ringkasan materi yang telah diberikan, tinjauan

kembali tujuan-tujuan pembelajaran, pandangan ke depan mengenai

pembelajaran yang akan datang dan suatu uraian mengenai tugas-tugas yang

harus dikerjakan oleh siswa.

5. Aktivitas belajar

Dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan dalam aktivitas belajar

siswa. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar. Pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada

pendayagunaan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar dan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Montessori dalam Sardiman (2001:96)

menyatakan bahwa yang banyak melakukan aktivitas di dalam pembelajaran diri

anak adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan

12

Page 13: Skripsi Wan

merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Sedangkan

Rousseau dalam Sardiman (2001:96) menjelaskan bahwa setiap orang yang

belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar mengajar

tidak mungkin terjadi.

Telah diketahui bahwa aktivitas belajar siswa berbeda-beda. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh penggunaan metode dan orientasi belajar. Perbedaan aktivitas

siswa itu melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas belajar

rendah sampai aktivitas belajar tinggi. Semakin tinggi aktivitas mental siswa,

akan semakin berbobot pula aktivitasnya dan semakin kompleks usaha guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ini berarti perlu adanya

keseimbangan tugas atau aktivitas siswa belajar dengan aktivitas guru mengajar.

Dengan kata lain, dalam pembelajaran baik guru maupun siswa sama-sama aktif

melaksanakan peran masing-masing menuju tercapainya tujuan pendidikan dan

pengajaran.

6. Prestasi Belajar

Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu dilakukan penilaian.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan tersebut telah

tercapai atau belum. Tingkat keberhasilan yang dicapai sebagai hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu maupun kelompok disebut

dengan prestasi. Prestasi juga diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau dari

yang dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Djamarah, 1994:19).

Sukardi (1983:17) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan.

Sedangkan menurut Djamarah (1994:24), belajar adalah suatu aktivitas yang

13

Page 14: Skripsi Wan

dilakukan secara sadar untuk mendapatkan kesan-kesan dari sejumlah bahan

yang telah dipelajari.

Kegiatan belajar menghasilkan perubahan pada siswa yang tampak pada

tingkah laku atau prestasi balajar siswa. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh

kegiatan belajarnya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sardiman

(2001:94) bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dari pengamatan,

pengalaman dan usaha dari individu itu sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa

prestasi belajar seseorang ditentukan oleh kegiatan belajarnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, sebagai

hasil dari aktivitas belajar.

B. Kerangka Berfikir

Kegiatan belajar yang menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan

pembelajaran yang bersifat ekspositori. Baik pada tahap perencanaan maupun pada

pelaksaaan pembelajaran. Dalam penerapannya, metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru adalah metode ekspositori, yang mana guru berperan lebih

aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan dengan siswa. Guru telah

mengelola dan mempersiapakan bahan ajar secara tuntas, kemudian

menyampaikannya kepada siswa. Sebaliknya, siswa berperan lebih pasif tanpa

banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan pelajaran, karena hanya menerima

bahan ajar dari guru. Hal ini menyebabkan kurang bahkan tidak menariknya

pembelajaran matematika dan mengakibatkan kurangnya kemauan siswa untuk

mengetahui, menemukan, dan memecahkan masalah yang pada akhirnya akan

bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa.

14

Page 15: Skripsi Wan

Kulsponsi merupakan gabungan dari tiga metode yaitu metode ceramah,

responsi dan latihan terbimbing. Dengan pembelajaran kulsponsi diharapkan

kelemahan dari masing-masing metode pembelajaran dapat diminimalkan sehingga

dapat menjadi metode pembelajaran alternatif yang lebih efektif dalam

pembelajaran.

Berbeda halnya dengan ekspositori. Pada penerapan pembelajaran kulsponsi,

siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Karena, melalui penerapan metode

responsi siswa diberikan rangsangan sebagai stimulus untuk aktif berpartisipasi

dengan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat

atau ide, mendemonstrasikan/mempersentasikan hasil pikirannya di depan kelas

atau papan tulis atau memperlihatkan hasil karyanya sebagi respon atas stimulus

yang diberikan. Pada relasi stimulus dan respon tersebut, stimulus dapat datang dari

guru ataupun dari dari siswa dan siswa lain memberikan tanggapan sebagai respon

dari stimulus tesebut.

Dan melalui latihan terbimbing siswa dapat melatih diri secara aktif baik tekun,

rajin maupun giat dalam belajar. Pada latihan terbimbing, perhatian guru terarah

pada proses belajar atau proses penyelesaian masalah berupa soal-soal latihan

sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat dikoreksi dan dicegah untuk

selanjutnya. Dengan demikian dalam latihan terbimbing, dapat diambil manfaat

yang sebesar-besarnya dari proses pembelajaran dimana siswa dapat melatih diri

untuk aktif secara sistematis sehingga dapat menarik pelajaran dari pengalamannya

baik dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan maupun yang sudah benar.

15

Page 16: Skripsi Wan

Sedangkan metode ceramah adalah untuk menyampikan keterangan atau

informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan oleh

guru kepada siswa.

Pada penerapan pembelajaran kulsponsi, siswa dituntut untuk berpartisipasi

aktif. Partisipasi siswa dapat berupa menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan,

mengemukakan pendapat atau ide, mendemonstrasikan/mempersentasikan hasil

pikirannya, atau dengan memperlihatkan hasil karyanya. Selain itu, dalam

pembelajaran kulsponsi siswa dapat melatih diri secara aktif baik tekun, rajin

maupun giat dalam belajar. Melalui kegiatan siswa ini diharapkan penanaman

konsep pada diri siswa akan menjadi lebih mudah dan pemahaman pada suatu

konsep khususnya konsep trigonometri dapat ditingkatkan. Dan pada akhirnya juga

akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan demikian, pembelajaran kulsponsi pada penerapannya dapat

meningkatkan ativitas belajar siswa dan pemahaman pada suatu konsep khususnya

trigonometri sehingga hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin juga

salah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan

pembelajaran kulsponsi pada pokok bahasan trigonometri maka aktivitas dan

prestasi belajar siswa kelas X-2 semester II SMA Al-Ma’rif Mataram tahun

pelajaran 2005/2006 akan meningkat.

16

Page 17: Skripsi Wan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

menekankan pada kegiatan atau tindakan yang mengujicobakan suatu ide ke dalam

praktek atau situasi nyata dalam skala yang mikro, yang diharapkan kegiatan

tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar siswa pada pokok bahasan trigonometri dengan menerapkan pembelajaran

kulsponsi.

B. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bertempat di SMA Al-Ma’rif Mataram. Dan

yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa X-2 semester II tahun pelajaran

2005/2006. Dengan banyak siswa 39 orang yang terdiri dari 29 orang laki-laki dan

10 orang perempuan.

C. Faktor Yang Diselidiki

Untuk mampu menjawab permasalahan tersebut di atas ada beberapa faktor

yang akan diselidiki antara lain faktor siswa, faktor guru, dan faktor proses belajar

mengajar.

1. Faktor siswa yang diselidiki yaitu peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil

belajar matematika siswa pada pokok bahasan trigonometri melalui penerapan

pembelajaran kulsponsi.

2. Faktor guru yang diselidiki adalah kegiatan guru selama pembelajaran melalui

penerapan pembelajaran kulsponsi.

17

Page 18: Skripsi Wan

3. Faktor proses belajar mengajar yang diselidiki adalah pelaksanaan pembelajaran

di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk pokok bahasan trigonometri

dengan alokasi waktu sembilan pertemuan (21 jam pelajaran). Materi pokok

bahasan trigonometri meliputi 4 sub pokok bahasan dengan alokasi waktu

(pertemuan) sebagai berikut:

Tabel 3: pembagian waktu untuk tiap-tiap sub pokok bahasan pada pokok bahasan trigonometri.

No Sub Pokok Bahasan Banyak Pertemuan1234

Sudut dan satuannyaPerbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku.Grafik fungsi trigonometri dan identitas trigonometri.Rumus-rumus trigonometri pada segitiga.

1233

Jumlah 9Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus.

Materi yang akan dibahas untuk masing-masing siklus adalah sebagai berikut :

Siklus I : sudut dan satuannya, dan perbandingan trigonometri pada segitiga

siku-siku.

Siklus II : grafik fungsi trigonometri dan identitas trigonometri

Siklus III : rumus-rumus trigonometri pada segitiga.

Dari masing-masing siklus tersebut, dilakukan tahapan-tahapan sebagi berikut :

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam tahapan perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Menyiapkan skenario pembelajaran.

b. Menyiapkan LKS.

c. Menyiapkan lembar observasi.

d. Menyiapkan soal tes hasil belajar.

18

Page 19: Skripsi Wan

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini yaitu melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan

dalam skenario pembelajaran.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap kali berlangsungnya

pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa dan kegiatan

guru dalam proses belajar mengajar.

4. Tahap Evaluasi.

Evaluasi hasil belajar dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Evaluasi

dilakukan dengan memberi tes dalam bentuk essay.

5. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti bersama guru

mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap

siklusnya. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi.

Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan

perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian data-data penelitian diambil dengan menggunakan dua

instrumen penelitian yaitu :

1. Lembar observasi.

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses

belajar mengajar digunakan beberapa indikator melalui lembar observasi.

19

Page 20: Skripsi Wan

2. Tes hasil belajar.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan instrumen berupa tes. Jenis

soal tes yang digunakan adalah dalam bentuk essay, ini dibuat guna mengetahui

sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah

diberikan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan memberikan tes kemampuan

siswa. Sedangkan data aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses

belajar mengajar dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa di analisis dengan cara berikut :

a. Menentukan skor rata-rata akivitas belajar siswa dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

M = mean (skor rata-rata aktivitas belajar siswa)

∑T = total skor aktivitas belajar seluruh siswa

n = banyak siswa

20

Page 21: Skripsi Wan

b. Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Indikator tentang aktivitas belajar siswa yang diamati adalah sebanyak 5

indikator. Setiap indikator memiliki 3 deskriptor. Skor 1 diberikan jika

deskriptor nampak dan skor 0 diberikan jika deskriptor tidak nampak. Maka,

skor rata-rata minimal dan maksimal aktivitas belajar siswa masing-masing

adalah 0 dan 15.

c. Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan Mi (mean ideal ) dan SDi

(standar deviasi ideal).

Mi = ½ x skor rata-rata maksimal

= ½ x 15

= 7,5

SDi = x Mi

= x 7,5

= 2,5

Berdasarkan skor standar maka kriteria untuk menentukan aktivitas siswa

dijabarkan pada tabel berikut ini (Nurkancana, 1983: 101)

Tabel 4 : Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa berdasarkan skor standarInterval Interval Skor Kategori

Mi+1,5 SDI Mi+3 SDIMi+0,5 SDI <Mi+1,5 SDIMi-0,5 SDI <Mi+0,5 SDIMi-1,5 SDI <Mi- 0,5 SDIMi- 3 SDI <Mi- 1,5 SDI

11,25 15,008,75 <11,256,25 <8,753,75 < 6,250,00 < 3,75

Sangat aktif

Aktif

Cukup aktif

Kurang aktif

Sangat kurang aktif

21

Page 22: Skripsi Wan

Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat peningkatan skor

rata-rata dari skor rata-rata sebelumnya.

22

Page 23: Skripsi Wan

2. Data Aktivitas Guru

Setiap indikator perilaku guru pada penilaiannya mengikuti aturan berkut :

BS (Baik Sekali) : jika semua deskriptor yang nampak

B (Baik) : jika ada 2 deskriptor yang nampak

C (Cukup) : jika ada 1 deskriptor yang nampak

K (Kurang) : jika tidak ada deskriptor yang nampak.

3. Data Prestasi Belajar Siswa

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis secara

deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata hasil tes. Analisis untuk

mengetahui hasil tes belajar, dirumuskan sebagai berikut:

=

Keterangan:

= mean (nilai rata-rata hasil tes)

x = nilai yang diproleh masing-masing siswa

n = banyak siswa

Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat peningkatan secara

signifikan nilai rata-rata dari nilai rata-rata sebelumnya. Terjadi atau tidaknya

peningkatan secara signifikan nilai rata-rata siswa dapat dianalisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

dengan

23

Page 24: Skripsi Wan

Keterangan:

= nilai rata-rata siswa pada siklus sebelumnya

= nilai rata-rata siswa pada siklus sesudahnya.

n0 = banyak siswa yang mengikuti tes hasil belajar siklus sebelumnya

n1 = banyak siswa yang mengikuti tes hasil belajar siklus sesudahnya.

s0 = standar deviasi nilai tes hasil belajar siklus sesudahnya

s1 = standar deviasi nilai tes hasil belajar siklus sesudahnya

Kriteria:

H0 : nilai rata-rata siswa pada siklus sesudahnya sama dengan nilai rata-rata

siswa pada siklus sebelumnya.

H1 : nilai rata-rata siswa pada siklus sesudahnya lebih besar dari nilai rata-rata

siswa pada siklus sebelumnya.

H0 ditolak jika t t1- dengan t1- didapat dari distribusi t dengan dk

= (n1 + n0 -2), peluang (1- ) dan = 0,05. H0 diterima dalam hal lainnya

(Sudjana,1996:227).

H. Indikator Kerja

Yang menjadi indikator keberhasilan dari setiap siklus penelitian adalah

pencapaian aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Aktivitas belajar siswa meningkat apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari

skor sebelumnya dan minimal berkategori cukup aktif.

2. Prestasi belajar siswa meningkat apabila terjadi peningkatan nilai rata-rata

secara signifikan dari nilai rata-rata sebelumnya dan minimal bernilai 65,00.

24