84
Bersahabat dengan terumbu karang berarti menyelamatkan alam dan diri kita sendiri. Bencana datang tidak terduga. Ayo kita siaga! Rianta Pratiwi Deny Hidayati Subagjo S Wanda S. Atmadja Soekarno Tjutju Susana 7 UNTUK SMP KELAS PESONA LAUT KITA PESONA LAUT KITA DAN SEDERAJAT

SMP Kelas 7

Embed Size (px)

Citation preview

Bersahabat dengan

terumbu karang

berarti menyelamatkan

alam dan diri kita sendiri.

Bencana datang tidak terduga.

Ayo kita siaga!

Rianta Pratiwi Deny Hidayati Subagjo SWanda S. Atmadja Soekarno Tjutju Susana

7UNTUK SMP KELAS

PESONA LAUT KITAPESONA LAUT KITA

DAN SEDERAJAT

Pesona Laut Kita

Rianta Pratiwi, Deny Hidayati, Subagjo S, Wanda S. Atmadja, Soekarno, Tjutju Susana,

Jakarta, COREMAP - LIPI, 2008

ISBN 978 - 979 - 1267 - 30 - 4

Pesona Laut Kita

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Diterbitkan oleh COREMAP - LIPI

ii

Kata Pengantar

Indonesia, sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau melebihi 17.000 dan garis pantai lebih dari 81.000 km. Posisinya di antara Benua Asia dan Australia, serta Samudera Pasifi k dan Hindia, dengan kompleksitas geologis dengan perbenturan lempeng Eurasia, Filipina, Pasifi k, dan lempeng Samudera Hindia-Australia, memberikan anugerah kepada Indonesia untuk memiliki keanekaragaman hayati paling kaya di dunia. Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat, di antaranya dipersembahkan oleh ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi tidak hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga berperan penting dalam dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas total terumbu karang Indonesia mencapai 85.707 km2 atau sekitar 14% luas terumbu karang dunia (Tomascik dkk, 1997). Keanekaragaman hayati terumbu karang Indonesia tercermin dari 2.057 jenis ikan karang, 2.500 jenis moluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut. Kekayaan yang melimpah dari ekosistem terumbu karang saja menyajikan potensi US$ 1.647 juta per tahun (Burke dkk. 2002), dari sektor perikanan, pariwisata, bahan baku obat-obatan dan industri, pertahanan pantai, hingga pendidikan dan penelitian.

Namun sejalan dengan waktu, degradasi kondisi laut terus berlanjut ke tingkat parah. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi terumbu karang yang paling baik di Indonesia belum beranjak dari kisaran 6,69% (Suharsono, LIPI 2003). Upaya-upaya pelestarian terumbu karang serta ekosistem laut lainnya, memerlukan usaha yang lebih keras, namun juga perlu mendukung kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatnya secara lestari. Mata rantai keserakahan dan kemiskinan menjadi perhatian utama dalam upaya pemulihan kondisi karang serta pengelolaan sumber daya laut yang lestari. Kemiskinan terbesar berada pada masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, di mana ironisnya sumber daya alam dan potensinya seyogyanya berlimpah ruah. Tingkat pendidikan yang sangat rendah juga memperburuk kondisi tersebut, di mana jumlah tertinggi penduduk pulau lokasi pilot COREMAP (Kepulauan Riau, Taka Bonerate, Biak) yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi hampir mencapai 0% (TNS/JHUCCP/COREMAP LIPI, 2001). Terbatasnya akses informasi ilmiah yang mendukung pemberdayaan masyarakat, serta disorientasi pembangunan laut yang masih bersifat kedaratan, menjadi beban tambahan masyarakat miskin pesisir.

Melalui pendidikan masyarakat; formal, non formal, maupun informal konsisten dan berkelanjutan, didukung aspek penegakan hukum, pengelolaan partisipatif oleh masyarakat, serta dukungan ilmiah dari segala pihak, maka pemutusan mata rantai yang menjadi penyebab utama degradasi sumber daya laut, menjadi hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan.

Kegiatan Pendidikan Kelautan yang diprakarsai oleh LIPI COREMAP sejak awal tahun 2000 meliputi rangkaian lokakarya guru dan praktisi pendidikan, Diknas, LSM lingkungan laut, pihak swasta, dan pakar kelautan, yang kemudian dimantapkan dalam bentuk matriks Kurikulum Kelautan Berbasis Kompetensi pada tahun 2002 untuk tingkat Sekolah Dasar dan

iii

Sederajat, dengan bimbingan tim pusat kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, serta digubah menjadi Seri Buku “Pesisir dan Laut Kita” untuk kelas 1 hingga 6 SD, beserta panduan guru.

Sejalan dengan tingginya kebutuhan materi pendidikan di jenjang SMP dan SMA, LIPI juga memulai upaya penulisan buku melalui proses lokakarya guru serta diskusi dengan pakar dan praktisi lingkungan laut, dan mempererat kerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, utamanya Pusat Kurikulum. Buku inilah yang kemudian diharapkan menjadi acuan belajar siswa dan guru dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan. Buku ini memuat pengayaan materi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan laut, baik dari ekologi, fi sika, kimia, dan biologi, hingga menyentuh aspek sosial budaya, serta ekonomi. Diharapkan buku ini dapat memberikan panduan yang komprehensif bagi siswa dalam melihat berbagai sisi pengelolaan laut yang harus terintegrasi satu sama lainnya. Selain memberikan pemahaman berbagai aspek pengelolaan wilayah pesisir, buku ini juga membuka mata siswa dan guru untuk ikut serta berupaya mengurangi risiko bencana yang kerap terjadi di wilayah pesisir.

Terlahirnya buku seri pengetahuan laut tingkat SMP dan SMA ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Karenanya, LIPI menyampaikan penghargaan dan terima kasih terutama kepada tim penulis buku yang telah bekerja keras menuangkan pemikiran serta pengetahuannya dalam sajian yang interaktif dan menarik, sehingga mudah digunakan oleh siswa maupun guru. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum yang senantiasa mendukung inisiatif ini, serta mendukung sosialisasi pengetahuan kelautan dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum tingkat satuan pendidikan. Terima kasih kami sampaikan kepada lembaga pemerintah maupun non pemerintah, beserta guru-guru dan sekolah yang turut membantu proses penyempurnaan buku ini.

Menjadi sebuah harapan besar, bahwa buku seri pengetahuan laut ini akan turut memberikan kontribusi yang bermakna untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang handal dalam mengelola lingkungan lautnya secara arif hingga generasi-generasi berikutnya.

Jakarta, 28 Desember 2007

Direktur CRITC COREMAP LIPI

Prof. Dr. Ono Kurnaen Sumadhiharga, MSc

iv

Kata SambutanIndonesia merupakan salah satu negara bahari yang memiliki kekayaan dan

keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut antara lain sebanyak 14 % terumbu karang dunia tersebar di wilayah Indonesia dan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota laut tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan dalam membangun Indonesia menjadi salah satu negara bahari terbesar di dunia.

Pusat Kurikulum Balitbang Diknas bekerja sama dengan Bagian Pendidikan dan Komunikasi Masyarakat yang bernaung dalam Program Pelestarian Terumbu Karang Nasional (COREMAP-LIPI) telah berupaya untuk menyusun bahan ajar sehingga menghasilkan buku serial “Pesisir dan Laut Kita” untuk jenjang SMP dan SMA. Upaya serupa telah dilakukan untuk jenjang Sekolah Dasar dan bahan tersebut juga dipergunakan pada sekolah binaan dan sekolah di wilayah lain. Harapannya buku tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk wilayah yang lebih luas lagi.

Buku ini disusun sebagai salah satu upaya mengimplementasikan hasil riset peneliti kelautan yang diselaraskan dengan riset bidang sosial dan diperkaya dengan pengalaman di lapangan. Buku ini disusun dengan memperhatikan perkembangan intelektual peserta didik.

Penyajian buku meliputi informasi konsep sebagai gambaran keluasan dan kedalaman materi yang dipandu dengan peta konsep dan tugas mandiri agar peserta didik mengkonstruksi sendiri konsep dan menguasai keterampilan dasar, serta rubrik untuk memperluas pemahaman mereka. Selain itu disajikan soal agar peserta didik dapat merefl eksikan tingkat pemahaman mereka terhadap materi dalam bab. Dengan demikian peserta didik akan memiliki kompetensi dasar yang tidak hanya berupa pengetahuan yang statis, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mendukung upaya pelestarian sumber daya laut.

Buku serial “Pesisir dan Laut Kita” diharapkan dapat dijadikan bahan ajar untuk diintegrasikan dalam mata-mata pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi yang dioperasionalkan dalam KTSP atau menjadi muatan lokal. Buku ini dapat dipergunakan baik di wilayah yang memiliki karakteristik kelautan atau di wilayah lainnya sebagai buku pengayaan. Bahan ajar ini tidak menutup kemungkinan akan lebih diperkaya sesuai dengan kondisi serta kebutuhan wilayah setempat.

Dengan disusunnya buku ini diharapkan akan dapat mempersiapkan generasi muda yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dasar dalam bidang kelautan. Diharapkan mereka juga memiliki sikap mental yang baik untuk mencintai dan melestarikan lingkungan mereka yang pada akhirnya akan turut meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa.

Jakarta, Desember 2007

Kepala Pusat Kurikulum

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

Dra. Diah Harianti, M.Psi

v

Daftar Isi

Kata Pengantar

LIPI iii

Depdiknas v

Bab 1 Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir

dan Laut 1A. Pengertian Pantai, Pesisir, dan Laut 2

1. Pantai Berbatu 22. Pantai Berpasir 33. Pantai Berlumpur 4

B. Air Laut 51. Komposisi kimia air laut 52. Apakah manfaat air laut? 7

C. Pembagian Lingkungan Laut 71. Kawasan pelagik 72. Kawasan dasar laut atau ka was an bentik 8

D. Pembagian Laut di Indonesia 9

Bab 2 Ekosistem Pesisir dan Laut 16A. Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan Antar Komponen 18

1. Komponen Biotik 182. Komponen Abiotik 253. Hubungan Antar Komponen Ekosistem 26

B. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang 331. Ekosistem Mangrove 332. Ekosistem Lamun 403. Ekosistem Terumbu Karang 41

vi

Bab 3 Pemanfaatan Ekosistem, Perusakan,

dan Penanggulangannya 48A. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut 50B. Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut 55

1. Penebangan Hutan Mangrove secara Berlebihan 562. Perikanan yang Merusak 563. Penambangan Batu Karang dan Pasir 594. Pariwisata 605. Pencemaran 616. Pengendapan atau Sedimen tasi 627. Abrasi 63

C. Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut 64

1. Kearifan Lokal 642. Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah

Ling kung an 673. Pengelolaan Pesisir dan Sum ber Daya Laut 674. Pariwisata yang Ramah Ling kungan 68

Daftar Pustaka 75

vii

Standar Kompetensi Kompetensi DasarMampu memahami pesisir dan laut serta • jenis-jenis pantai.

Mampu mendeskripsikan pesisir dan laut. •

Mampu menjelaskan jenis-jenis pantai: • berbatu, berpasir, dan berlumpur.

Mampu memahami sifat-sifat kimia air laut.• Mampu memahami komposisi kimia air laut.•

Mampu menjelaskan manfaat air laut.•

Mampu memahami pembagian lingkung an • laut dan wilayah laut di Indonesia.

Mampu mendeskripsikan tentang pem bagi an • lingkungan laut.

Mampu mengidentifi kasi pembagian ling-• kungan laut berdasarkan topografi , per airan, dan biotanya.

Mampu menceritakan wilayah laut di • Indonesia.

Mampu memahami ekosistem mangrove, • lamun, dan terumbu karang.

Mampu menjelaskan pengertian ekosis tem • mangrove, lamun, dan terumbu ka rang.

Mampu mengidentifi kasi hewan dan tum-• buhan di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Mampu menceritakan kehidupan di eko sis-• tem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir dan Laut

Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir dan LautPesisir dan Laut

Bab 1Bab 1

Topik: Pesona Laut Kita

Peta Konsep

Pengetahuan Dasar Ekosistem Pesisir dan Laut

Pengertian

Air Laut

Pantai Berbatu, Berpasir, Berlumpur

Pesisir

Laut

Komposisi Kimia

Manfaat

T E R D I R I D A R I

M E N C A K U P

Pembagian Lingkungan Laut

Kawasan Dasar/Bentik

Kawasan Pelagik/Oseanik

T E R D I R I D A R I

Pembagian Laut di Indonesia

Laut Teritorial

Laut Nusantara

Zona Ekonomi Eksklusif

T E R D I R I D A R I

R U A N G L I N G K U P N Y A

1

Gambar 1-1. Profi l pantai dan pesisir.(Sumber: COREMAP - LIPI)Gambar 1-1. Profi l pantai dan pesisir.

Plankton adalah hewan atau tumbuhan yang hidup melayang di kolom air, yang arah pergerakannya ditentukan oleh arus.

Kita sering ke pantai. Tetapi apakah ka lian tahu apakah pantai itu? Bila kita ber-jalan-jalan di pinggir laut da lam keadaan air surut, akan terlihat ada nya batas an-tara laut dan darat. Batas itu disebut ga-ris pantai. Pantai adalah wi la yah antara ba tas air laut pasang dan su rut. Pantai me ru pakan tempat yang me narik untuk di pelajari karena tempat ber temu nya dua lingkungan (darat dan laut) yang berbeda.

Bagaimana dengan pesisir? Apakah be-danya dengan pantai? Pesisir adalah ba gian da ri darat yang dipengaruhi oleh air laut dan ba gi an laut yang dipengaruhi oleh da-rat. Se dang kan laut adalah bagian dari bu-mi yang ter tutup oleh air asin. Laut lepas yang luas dan dibatasi oleh benua disebut sa mu dera.

Berdasarkan materi penyusunnya, pan -tai dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pan tai berbatu, pantai berpasir, dan pantai ber-lumpur.

1. Pantai BerbatuPantai berbatu adalah pantai yang di

wilayahnya banyak ditemukan batu-ba tu be sar yang berasal dari letusan gu nung ber api atau batu kapur. Batu-batu ter sebut

A. Pengertian Pantai, Pesisir, dan Laut

bia sanya berwarna hitam atau pu tih. Ke-hi dupan biota di pantai berbatu mem bu-tuh kan daya tahan yang tinggi. Mengapa? Karena biota tersebut ha rus menghadapi ombak besar, angin ken cang, ke keringan, dan perubahan suhu yang ekstrim. Ayo kita perhatikan penjelasan berikut ini.

Di siang hari, batu-batu menjadi sa -ngat panas terpanggang matahari, se ba lik-nya pada malam hari suhu menjadi sangat dingin. Kon disi ling kungan yang berubah-ubah itu ber pe ngaruh terhadap kehidupan hewan dan tum buhan. Di pantai berbatu sering terjadi ombak yang sangat keras. Biota di pantai tersebut harus dapat ber-adaptasi dengan deburan ombak yang sa-ngat keras. Pada pantai berbatu yang selalu terendam air, banyak terdapat he wan dan tumbuhan, seperti kepiting, ikan, ane mon, rumput laut, dan cacing.

Pasang surut air laut juga mempenga-ruhi biota yang menempel pada batu. Padahal, kebanyakan organisme laut (biota laut) memperoleh oksigen dari udara yang larut dalam air. Biota yang menempel di batu de kat permukaan air sering mengala-mi ke ke ringan, tetapi tetap dapat bertahan hi dup karena mempunyai kemampuan me-nyim pan air di dalam tubuhnya.

Hewan di pantai berbatu mencari tem-pat bersembunyi dan makanan dengan ca ra yang berbeda. Teritip, beberapa jenis ke rang, dan cacing memperoleh makanan de ngan cara menyaring bahan organik dan

2

Gambar 1-2. Pantai berbatu dan biota laut yang hidup di pantai berbatu(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)

Teritip Kepiting batu ChitonTiram batu

Mengenal Pasir Kwarsa

• Ambil segenggam pasir putih, letakkan di telapak tanganmu.

• Apabila pasir tersebut berkilau meman tulkan cahaya matahari, berarti itu ada lah pasir yang mengandung kwarsa.

plank ton yang terbawa oleh arus, ombak, dan air pasang. Sedangkan limpet dan bulu ba bi dengan cara memakan lumut yang tum buh di batuan.

2. Pantai BerpasirPantai berpasir adalah pantai yang

wi layahnya terdiri dari pasir. Warnanya pun ber macam-macam, ada yang putih, putih ke cokelatan, dan kehitam-hitaman. Mengapa warna pasir bermacam-macam? Pa sir putih berasal dari pecahan karang, se -dangkan pasir hitam dari gunung berapi. Se bagian pantai berpasir di Indonesia me-ngan dung kwarsa yang dapat dijadikan ba-han pembuat kaca.

Pantai berpasir terjadi karena hempasan ombak yang dahsyat meruntuhkan dan memecahkan batu atau karang menjadi berkeping-keping secara terus-menerus. Lama-kelamaan pe cahan batu-batu terse-but menjadi kerikil/karang kecil-kecil.

Di ba gian pantai yang terendah akan terlihat ba nyak lubang dan tonjolan-tonjolan pasir (gundukan-gundukan pasir). Bila kita amati secara cermat, maka lubang-lu bang dan gundukan-gundukan pasir ter se-but ternyata merupakan tempat berlindung he wan laut, seperti cacing dan udang agar ter hin dar dari hempasan ombak dan pe-mang sa (pre dator), serta perubahan cuaca yang eks trim.

3

Gambar 1-4. A. Penampang pantai pasir dengan bebe-rapa jenis hewan yang hidup di dalamnya. B. Jenis hewan yang hidup di pantai berpasir.

Proses Terjadinya Pantai Berlumpur

• Lumpur dari darat dibawa ke laut me la lui sungai.

• Lumpur dari laut dibawa ke arah pantai me lalui arus.

• Lumpur dari darat dan laut mengend ap mem bentuk paparan lumpur, maka ter jadilah pantai berlumpur.

Gambar 1-3. Gambar pantai berpasir(Foto: M. Kasim Moosa)

Bagaimana hewan-hewan tersebut mem peroleh makanan? Mereka memper-oleh makanan dengan cara menunggu hem pasan ombak, arus, dan air pasang yang terjadi setiap hari. Ada beberapa ca-

cing laut menyaring makanannya dari pa sir (li hat gambar). Sedangkan kepiting, ke rang, dan am phi poda (kutu laut) makan rumput bu suk yang ter dapat di permukaan pasir.

3. Pantai BerlumpurBagaimana dengan pantai berlumpur?

Pantai berlumpur adalah pantai yang di-penuhi oleh lumpur, berwarna hitam, dan berbau. Bau tersebut berasal dari pem-busukan hewan dan tumbuhan yang mati. Jenis pantai seperti ini biasanya banyak di-jumpai di daerah muara sungai.

Di daerah ini banyak dijumpai hewan-hewan dan tumbuhan yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang sangat ekstrim. Apa yang dimaksud dengan lingkungan ekstrim? Lingkungan ekstrim adalah ling-kungan di mana sebagian besar makhluk hi dup pada umumnya tidak mampu hidup. Hewan-hewan di lingkungan tersebut mampu bertahan hidup dengan air tawar dari sungai di saat air laut surut dan dengan air la ut di saat pasang.

Jenis hewan yang banyak dijumpai di pan tai berlumpur adalah kepiting, cacing, ke rang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, bu-rung, dan monyet. Sedangkan tumbuhan-nya adalah dari jenis bakau (mangrove).

4

Gambar 1-5. Pantai berlumpur dan jenis hewan yang hidup di pantai berlumpur.(Foto: M. Kasim Moosa)

Latihan

Untuk mengetahui pemahaman kalian mengenai pengetahuan dasar dan pembagian pesisir dan laut, maka jawablah pertanyaan berikut:

Jelaskan perbedaan antara pantai dan pesisir.1.

Jelaskan pembagian lingkungan laut.2.

B. Air Laut

Bila berbicara tentang laut sangat mus-tahil kita tidak berbicara tentang air yang ter kandung di dalamnya karena air laut me-li puti 97 persen dari total air yang ada di bumi.

Air laut susunan kimianya sama dengan air lainnya, yaitu terdiri dari atom oksigen dan hydrogen. Tetapi, berbeda dengan air tawar, air laut rasanya asin. Rasa asin di sebabkan oleh komposisi kimia air laut

me ng andung lebih banyak garam-garam ter larut di da lam nya. Dengan banyaknya kan dungan garam-garam tersebut maka air laut bersifat korosif, yaitu dapat mem-ben tuk karat dengan logam.

1. Komposisi kimia air lautSebagaimana halnya sifat air murni ma -

ka air laut pun mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih banyak. Kan-

(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)

(Foto: M. Kasim Moosa) (http://pubs.usgs.gov) (www.wallawalla.edu) (Foto: Susetiono, P2O - LIPI)

Kepiting lumpur Siput lumpur Cacing lumpur Keong dara Ikan glodok

5

Gambar 1-5. Tambak garam tradisional.(Sumber: COREMAP - LIPI)

dungan air laut berupa: 96,5% air mur ni dan 3,5% zat terlarut. Zat terlarut terse but meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari or ga nis-me hidup, dan gas-gas terlarut. Ba nyak se kali unsur-unsur kimia utama yang ter-da pat dalam air laut. Bagian terbesar dari ba han terlarut terdiri dari garam-garam an-or ga nik.

Air laut sebagai tempat hidup ber bagai bio ta tidak selalu aman walaupun secara fi sik tampak jernih dan bersih. Air laut ka-dang-kadang dapat membahayakan. Hal ini di karenakan adanya zat kimia tertentu yang da pat menjadi racun bagi biota tersebut. Zat-zat beracun tersebut dikenal sebagai ba han pencemar (polutan). Zat pencemar ter sebut berasal dari sungai/hujan yang me-ngalir ke laut.

Bahan pencemar dapat berupa:

a. Bahan padatan/cairan

b. Bahan organik/anorganik

Bahan padatan misalnya kaleng, botol, dan kantong plastik. Bahan cair misalnya lim bah cair dari pabrik, tumpahan minyak, dan air buangan dari rumah tangga. Ba han or ganik adalah bahan yang dapat di urai atau hancur, seperti sayur-sayuran, sam-pah daun-daunan, dan jerami padi. Ba han an organik adalah bahan yang tidak da pat

Gambar 1-6. Ribuan ikan mati mendadak di wilayah pesisir.(Sumber: http://buletin.melsa.net.id)

di urai, seperti unsur-unsur kimia: Hg dan Cd.

Semua bahan pencemar yang disebut-kan di atas berasal dari industri, pertanian, rumah tangga, alat transportasi, rumah sa kit, dan lain-lain. Banyaknya bahan pen-ce mar yang masuk ke dalam perairan akan me nyebabkan terganggunya kehidupan bio ta di dalamnya. Mengapa? Karena ber-kurang nya kadar oksigen yang terlarut da-lam per airan.

Masuknya bahan pencemar ke dalam per airan laut dapat berakibat:

a. Terganggunya keindahanDengan semakin banyaknya zat or ga-

nik yang dibuang oleh industri akan ter jadi pembusukan, akibatnya timbul bau yang me nusuk hidung. Selain itu warna air yang men jadi kotor akan menimbulkan pe man-da ng an yang tidak nyaman.

b. Berkurangnya kualitas perairanSebagaimana halnya manusia, maka un-

tuk kelangsungan hidupnya, biota laut pun membutuhkan makanan yang berkualitas. Dengan banyaknya bahan pencemar yang ma suk ke dalam perairan akan menurunkan kua litas perairan yang pada akhirnya akan

Gambar 1-6. Ribuan ikan mati mendadak di wilayah

6

meng ganggu proses kehidupan biota di da-lam nya.

c. Kematian ikan secara massalAkhir-akhir ini kerap ter jadi kematian

ikan secara mas sal di beberapa perairan di sekitar kota-kota besar, se per ti Teluk Jakar-ta. Tiba-ti ba saja beribu-ribu ikan meng am-bang ma ti di permukaan laut. Menurut be-be rapa pe ne li ti, penyebab kematian ikan tersebut, antara lain akibat keracunan oleh bahan pen cemar, seperti logam berat, se-nya wa am monia, pestisida, atau karena ting gi nya kan dungan zat hara dalam perair-an ter utama fosfat.

Di laut lepas, yang secara fi sik tampak cukup bersih pun, dapat terjadi pencemaran oleh minyak akibat terjadinya kecelakaan kapal-kapal tanker yang mengangkut mi-nyak mentah dan menumpahkan muatan-nya ke laut.

2. Apakah manfaat air laut?Ternyata air laut memiliki bermacam-

macam fungsi, seperti:

a. Sebagai pendingin Dalam bidang industri, air laut antara

lain dimanfaatkan sebagai pendingin dalam produksi listrik yang menggunakan tenaga uap (PLTU). Contohnya PLTU Muara Karang di perairan Teluk Jakarta, PLTU Suralaya di perairan pesisir Anyer (Banten).

b. Produksi garamAir laut juga dapat digunakan untuk

mem produksi garam melalui proses peng-uap an. Garam ini dimanfaatkan untuk ber-bagai keperluan, antara lain untuk di man-faatkan langsung (makanan) dan untuk ke perluan berbagai industri, seperti industri ki mia, pulp dan kertas, plastik, sabun, dan lain-lain.

c. Desalinasi Air laut juga dapat didesalinasi (dihi lang-

kan garamnya) menjadi air tawar yang ba-nyak dimanfaatkan oleh kapal-kapal be sar.

d. Untuk budi daya lautAir laut dapat di man faatkan untuk budi

daya ikan, rumput laut, dan kerang mutiara. Rumput laut digunakan dalam bidang in-dustri makanan, farmasi, dan kosmetik.

Gambar 1-7. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, Jawa Timur. (Sumber: [email protected])

Gambar 1-7. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

C. Pembagian Lingkungan Laut

Lautan sebagai anuge rah dari Tuhan, merupakan aset/kekayaan alam yang per-lu kita nikmati dan syu kuri keberadaannya. Oleh ka rena itu, lautan harus di jaga ke les -tarian alaminya, baik lingkungan bio tik mau pun abiotiknya agar da pat di man faat-kan secara ber ke lanjutan dan lestari.

Pada dasarnya lingkungan laut dapat dibagi menjadi dua, yaitu kawasan pelagik dan kawasan dasar laut yang di sebut kawasan bentik.

1. Kawasan pelagik Secara horizontal, kawasan pelagik da-

pat dibagi menjadi dua daerah, yakni:

7

a. Zona neritik yang mencakup massa air yang terletak di atas paparan benua.

b. Zona oseanik, meliputi semua perairan ter buka lainnya (lihat gambar 1.8).

Secara ve r tikal, laut dapat dibagi lagi menjadi dua ber dasarkan atas tembusnya ca haya, yaitu:

a. Zo na fotik, yaitu daerah yang men-dapat cahaya matahari.

b. Zona afo tik, yaitu daerah yang sudah tidak mendapat sinar matahari (gelap).

a. Zona fotik atau zona epipelagikZona fotik adalah bagian dari kawas an

pelagik yang mendapat cahaya mataha ri. Ke dalamannya bervariasi bergantung pa da kejernihan airnya. Umum nya perbatas an ba-wah terletak pada ke dalaman 100-150 m.

lukan untuk pernapasan. Plankton dapat di gunakan sebagai sumber makanan bagi hewan-hewan kecil di laut. Hewan kecil dimakan oleh hewan yang lebih besar lagi sehingga terjadi perpindahan energi melalui rantai makanan.

b. Zona afotikZona afotik meliputi massa air di bawah

zona fotik yang secara terus-menerus di dalam kegelapan. Bagian pelagik dari zona afotik ini terletak pada bagian afotik yang su hu nya antara 100 C dan 40 C, atau pa da ke dalaman antara 700-1000 m dan 2000-4000 m.

Biota yang hidup di zona afotik ada yang bersifat pemakan partikel lumpur, pe-mang sa, pemakan bangkai, dan pemecah gas racun (metan dan H2S) menjadi makan-nya sebagai hasil simbiosis dengan bakteri. Daerah/zona afotik selalu dalam kegelapan. Apakah di zona ini juga terdapat kehi-dupan? Ya, ternyata di sini hidup berbagai jenis kerang dan keong (Moluska), bintang laut, dan teripang (Ekhi nodermata), udang dan kepiting (Krus tasea), cacing, spong, dan ikan.

2. Kawasan dasar laut atau kawas an bentikKawasan dasar laut atau kawasan ben-

tik merupakan istilah umum yang berkait-an baik dengan biota maupun zona dasar laut. Kawasan bentik ini dibagi menjadi:

a. Zona intertidal atau zona litoralZona intertidal atau litoral adalah dae-

rah/zona pantai yang terletak di antara pa-sang tertinggi dan surut terendah. Dae rah ini mewakili daerah peralihan dari kon disi lautan ke kondisi daratan.

Gambar 1-8 Gambar pembagian lingkungan laut.(Sumber: Nybakken 1992)

Air pasang

Air Surut

Neritik

Sublitoral atau paparan

OseanikNeritik

100 m

200 m

Pelagik

BatipelagikAfotik

Bagian-bagian Lautan

Bentik

Zona fotik atau zona epipelagik adalah zona penting karena zona ini merupakan daerah produktivitas primer di lautan. Di zo na inilah kelompok plankton mampu melakukan fotosintesis terbesar di dalam laut. Plankton dapat menangkap energi matahari. Dalam proses fotosintesis diha-silkan oksigen dan zat gula. Oksigen diper-

8

b. Zona paparan atau zona sublitoral

Zona paparan atau sublitoral adalah zona bentik pa da paparan benua di bawah zona pelagik ne ritik. Zona ini mendapat

cahaya dan pada umum nya dihuni oleh bermacam jenis bio ta laut yang melimpah dari berbagai ko mu nitas, termasuk padang lamun dan te rum bu karang.

D. Pembagian Laut di Indonesia

Di Indonesia, laut juga dibagi menurut beberapa zona. Bedanya, pembagian ini berdasarkan atas wilayah kekuasaan hu -kum di Indonesia. Berdasarkan atas wi la-yah kekuasaan hu kum di Indonesia, laut-an Indonesia da pat dibedakan atas laut te ri torial, laut nusan tara, dan zona ekonomi eks klusif (ZEE).

1. Laut teritorial, adalah bagian lautan yang berada pada jarak 12 mil laut dari pantai terluar Kepulauan Indonesia (diukur dari garis dasar pantai terluar). Garis dasar ini ditentukan dengan cara yang disepakati bersama oleh negara-negara di dunia. Dae rah ini merupakan wilayah kedaulatan sua tu negara, da-lam hal ini adalah Negara Ke satuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Laut Nusantara, adalah perairan laut yang berada di antara pulau-pulau yang berada di wilayah kedaulatan Negara Ke satuan Republik Indonesia.

3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), ada lah daerah lautan yang memiliki batas luar 200 mil laut yang diukur dari garis da-sar pada suatu negara.

Pada daerah ZEE ini negara yang ber-sangkutan berhak memanfaatkan sumber daya alamnya, namun harus dihormati hak negara lain untuk melakukan pelayaran di daerah ini. Pengakuan PBB melalui ke-putusannya yang dituangkan dalam Unit-ed Nation Conven tion on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Maka sejak ber laku mutlak keputusan PBB tersebut ta hun

Gambar 1-9. Wilayah laut Indonesia.(Sumber: M. Kasim Moosa)

SAMUDERA HINDIA

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA PERAIRAN NUSANTARA

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

SAMUDERA PASIFIK

LAUT JAWA

SINGAPURA

TIMORLESTE

BRUNEI DARUSSALAM

FILIPINATHAILAND

MALAYSIATIMUR

MALAYSIABARAT

AUSTRALIA

PNG

LAUT BANDA

LAUT MALUKU

LAUTARAFURA

LAUT SULAWESI

LAUT CINA SELATAN

SELA

T M

AKA

SSA

R

SELAT SUNDA

9

1994, Indonesia secara formal diakui me-nurut hukum internasional sebagai ne gara kepulauan (archipelagic state).

Penentuan batas maritim (garis batas lan das kontinen, garis batas ZEE, dan ga ris batas wilayah) antara Indonesia de ngan Negara-Negara Tetangga, yaitu In dia (Ke-pu lauan Andaman dan Nicobar), Singa-pura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thai-land, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Gui nea, Timor Leste, dan Australia sampai saat ini belum selesai secara keseluruhan dan masih dalam proses perundingan. De-

Gambar 1-10. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara Tetangga(Sumber: Jawatan Hidro-Oseanografi TNI AL, Jakarta 26 Juni 2006: 50 pp)

mi kian juga dengan penetapan garis ba-tas landas kontinen di Samudera Pasifi k dan Samudera Atlantik yang masih perlu di selesai kan. Jika tidak diselesaikan maka akan mempengaruhi kedaulatan wilayah serta pengelolaannya.

Contoh:

Peta garis batas landas kontinen RI - • Malaysia - Thailand.

Peta garis batas laut wilayah RI - Ma lay-• sia - Singapura.

Peta batas wilayah RI - India.•

SUMATERA(INDONESIA)

INDIA

ACEHR

S

TU

4

1

K

N

O

P. Ug. Pidie

Lhokseumawe Tg. Jamboaye

P. We

P. Nicobar Br

P. Nicobar Kcl

P. P. NicobarP. Miru

P. KachafP. Nancowry

P. Trinkat

P. Breueh

P. RondoIND

IAIN

DO

NESIA

96O 98O

08O

06O

08O

06O

94O

07O 46' 06'' U95O 31' 12'' T

07O 40' 06'' U95O 25' 45'' T

07O 02' 24'' U94O 55' 37'' T

06O 38' 30'' U94O 38' 00'' T

06O 00' 00'' U94O 10' 18'' T

05O 25' 20'' U93O 41' 12'' T

04O 27' 34'' U92O 51' 17'' T04O 18' 31'' U

92O 43' 31'' T

04O 01' 40'' U92O 23' 55'' T

L A U T C I N A S E L A T A N

L A U T N A T U N A

P. Sekatung

P. Bunguran

P. Subi Br

P. Serasan

P. P. Anambas

104O 108O

04O04O

100O

104O 108O100O

P. BintanP. Batam

P. KarimunRangsang

Bengkalis

Rupat

Bagansiapiapi

P. Batumandi

P. Berhala

Garis Pangkal Indonesia

Tg. Peuruela

Tg. Jamboaye

P. Klang

P. Pangkor

P. Georgetown

P. Perak

P. Lengkawa

P. Tubah

P. Terutau

P. Jara

Singapore

M A L A Y S I A

S U M A T E R A

K A L I M A N T A N

Se

la

t

Ma

la

ka

20

23

24

25

22

21

19

18

17

16

15

14

13

12

11

10

9

8

7

6

5

B I N T A NB A T A M

JOHOR

S e l a t S i n g a p o r e

P. Karimun Br

Ttk. Dasar

Garis PangkalP. Nipa

P. Takong

Horsburg

Sultan Shoal

Tg. Piai10(LK)

1

1 6

2

34

5

6

8(T)

10(LK)

10(LK) dan 11(LK) : Batas Landas Kontinen RI - MAL, (KEPPRES 89 / 1969)8(T) Batas Laut Wilayah RI - Malaysia, (UU No. 2 / 1971)

Keterangan:Batas Laut Wilayah RI - Singapura (UU RI No. 7 / 1973)

Reklamasi yang telah dilaksanakan SingapuraRencana Reklamasi oleh Singapura

Jarak = 18 NM

Jarak = 28 NM

Belum ada perjanjian Perbatasan

Belum ada perjanjian Perbatasan

Garis Pangkal

INDONESIA

SINGAPORE

MAL AYSIA

104O 00’

104O 00’

01O

20’01O

20’

10

Pantai adalah daerah tempat bertemunya laut dan darat.

Pesisir adalah daerah yang dipengaruhi oleh masuknya air tawar ke arah laut, dan air laut ke arah darat.

Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin.

Pantai berbatu adalah pantai yang terdiri dari bebatuan yang berasal dari letusan gunung berapi atau batu kapur.

Pantai berpasir adalah pantai yang seluruh bagiannya terdiri atas pasir yang ber asal dari bebatuan yang pecah menjadi kerikil sampai akhirnya kerikil hancur men jadi pasir.

Pantai berlumpur adalah pantai yang dipenuhi oleh lumpur.

Air laut merupakan air yang mengandung berbagai macam garam.

Dalam 1000 gram air laut berisi kurang lebih 35 gram senyawa-senyawa terlarut yang disebut garam dapur.

Bahan pencemar dalam air laut adalah bahan kimia beracun yang dalam batas kon-sentrasi tertentu dapat membahayakan lingkungan laut dan kehidupan organisme di dalamnya.

Air laut dapat dimanfaatkan sebagai pendingin, produksi garam, desalinasi, dan budi daya laut.

Pada dasarnya lingkungan laut dapat dibagi menjadi dua, yakni kawasan perairan terbuka atau pelagik dan kawasan dasar laut atau bentik.

Secara mendatar lingkungan laut juga dibagi menjadi kawasan neritik di atas zona paparan dan kawasan pelagik atau laut lepas.

Zona pelagik secara vertikal dibagi menjadi zona fotik atau zona epipelagik dan zona afotik.

Zona afotik dibagi berturut-turut menjadi zona mesopelagik, zona batial pelagik, zona abisal pelagik, dan zona hadal pelagik.

Sedangkan kawasan bentik dibagi berturut-turut atas: Zona litoral (daerah pasang surut), zona paparan atau zona subtidal, zona batial, zona abisal, dan zona hadal.

Di Indonesia, kawasan laut dibagi berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum menjadi: Laut teritorial, Laut Nusantara, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Ringkasan

11

Soal

Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.

1. Jika kalian sering pergi ke pantai berpasir atau melihat gambarnya, bagaimana terjadinya pantai berpasir tersebut?

a. Karena hempasan ombak yang dahsyat

b. Karena dibawanya tanah liat dan lumpur melalui sungai ke laut

c. Karena letusan gunung berapi yang melemparkan bongkahan-bongkahan batu besar ke pantai

d. Karena menumpuknya pasir dari laut dan darat

2. Hewan dan tumbuhan apa saja yang biasa terdapat di pantai berbatu?

a. Limpet, teritip, keong, kepiting, udang, ikan, cacing, bintang laut, anemon, rumput laut, dan hydroid

b. Cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet

c. Burung, semut, kadal, ular, bakau, dan algae

d. Harimau, pohon jati, pohon mangga, dan rumput gajah

3. Susunan kimia air laut sama dengan air tawar, tetapi air laut rasanya asin. Mengapa hal ini bisa terjadi?

a. Karena banyak ikannya

b. Karena banyak limbah dari daratan

c. Karena banyak mengandung garam

d. Karena pengaruh sinar matahari

4. Apakah istilah proses pembuatan air laut menjadi air tawar?

a. Salinasi

b. Desalinasi

c. Fermentasi

d. Dekomposisi dalam batas-batas konsentrasi

5. Mengapa banyak bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan menyebab kan terganggunya kehi dupan biota di dalamnya?

a. Kadar oksigen berkurang

b. Kadar zat hara berkurang

c. Kadar garam berkurang

d. Kadar bahan pencemar berkurang

12

6. Apa penyebab terjadinya kematian ikan secara massal dalam perairan?

a. Penangkapan ikan oleh nelayan

b. Tingginya konsentrasi bahan pen ce mar seperti logam berat dan ammonia

c. Banyaknya aliran air dari daratan

d. Penangkapan ikan dengan cara pemboman

7. Kawasan lingkungan laut dapat dibagi dua:

a. Kawasan neritik dan kawasan pelagik

b. Kawasan pelagik dan kawasan bentik

c. Kawasan litoral dan sublitoral

d. Kawasan fotik dan afotik

8. Secara vertikal, kawasan pelagik dapat dibedakan menjadi dua:

a. Laut dangkal dan laut dalam

b. Zona fotik dan zona afotik

c. Zona panas dan zona dingin

d. Zona tenang dan zona berarus

9. Manakah dari hal-hal berikut ini yang bukan manfaat air laut?

a. budi daya laut

b. sumber vitamin

c. desalinasi

d. produksi garam

10. Plankton adalah hewan atau tumbuhan yang hidup melayang di kolom air, yang arah pergerakannya ditentukan oleh ...

a. kandungan air

b. arus air

c. volume air

d. salinitas air

Jawablah pertanyaan di bawah ini.

1. Jelaskan bagaimana membedakan antara pasir biasa dengan pasir kwarsa.

2. Perhatikan gambar 1-6 (halaman 6). Jelaskan mengapa ribuan ikan mati mendadak di pesisir.

t dan ammonia

13

Tugas

Tugas Kelompok

Pilih salah satu tugas yang kalian sukai

1. Pengamatan Jenis Pantai

Topik:

Pantai berbatu• Pantai berpasir•

Pantai berlumpur•

Langkah:

a. Bagi kelas menjadi tiga kelompok.

b. Pilih salah satu topik yang disepakati oleh anggota kelompok.

c. Pergi ke pantai atau amati gambar pantai. Lakukan pengamatan secara teliti dan saksama bersama-sama dengan kelompokmu mengenai ketiga pantai tersebut.

d. Buat karangan mengenai kondisi hewan dan tumbuhan yang ada, serta bagaimana proses terjadinya pantai tersebut.

e. Diskusikan dengan kelompok-kelompok lain di kelas.

2. Pengamatan tentang larutan garam

a. Ambil dua buah gelas, gelas pertama berisi air tawar dan gelas kedua berisi larutan garam yang pekat. Ke dalam kedua gelas tersebut dimasukkan masing-masing satu butir telur. Amati selama beberapa hari, apa yang terjadi terhadap kedua butir telur tersebut. Catat hasil pengamatanmu.

b. Isilah sebuah gelas dengan air, tambahkan beberapa sendok garam dan aduk sampai larut. Celupkan sebuah paku ke dalam larutan garam tersebut. Setelah beberapa lama, amati perubahan yang terjadi pada paku tersebut. Catat hasil pengamatanmu.

3. Jenis-jenis berikut adalah hewan dan tumbuhan yang biasa hidup di pantai berlumpur: kepiting, cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, bakau, dan lain-lain. Jelaskan bagaimana proses terbentuknya pantai berlumpur?

4. Amati gambar 1-3 (halaman 4). Disebut apakah daerah laut yang terlihat pada gambar tersebut? Beri contoh jenis hewan yang hidup di lingkungan tersebut?

5. Mengapa terjadi zonasi atau pembagian daerah laut? Berikan contoh zonasinya (termasuk nama, ciri daerah, dan jenis organisme yang hidup di daerah tersebut).

14

Glosari

15

Ekosistem Pesisir dan LautEkosistem Pesisir dan Laut

Standar Kompetensi Kompetensi DasarMampu memahami komponen penyusun • ekosistem dan hubungan (interaksi) an tar komponen di ekosistem mangrove, la mun, dan terumbu karang.

Mampu mendeskripsikan komponen biotik: • hewan dan tumbuhan.

Mampu menjelaskan komponen abiotik: • gerakan air (arus, gelombang, dan pa sang surut), salinitas, suhu, densitas, dan cahaya.

Mampu menceritakan hubungan antar • komponen:

Biotik dengan biotik

Biotik dengan abiotik

Mampu menjelaskan hubungan antara • mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.

Mampu memahami ekosistem mangrove, • lamun, dan terumbu karang.

Mampu menjelaskan ekosistem mangrove, • lamun, dan terumbu karang.

Mampu membedakan hewan dan tumbuhan • di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Mampu menceritakan kehidupan di • ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Bab 2Bab 2

Topik: Pesona Laut Kita

16

17

Peta Konsep

Ekosistem Pesisir dan Laut

Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan Antar Komponen

Jenis Ekosistem

Komponen Biotik

Komponen Abiotik

Hubungan Antar Komponen

Mangrove

Lamun

Terumbu Karang

M E N C A K U P

T E R D I R I D A R I

R U A N G L I N G K U P N Y A

18

Ekosistem disusun oleh komponen biotik dan abiotik.

1. Komponen BiotikKomponen biotik adalah komponen

yang terdiri dari unsur yang hidup (tum buh-an dan hewan).

Menurut cara hidupnya, ke hi dupan di laut dapat dibagi menjadi tiga ke lompok, yakni:

a. Kelompok Plankton adalah kelompok biota yang tidak dapat bergerak aktif, me lain kan hanya mengapung dan melayang mengikuti arus. Kelompok ini dibedakan men jadi dua, yaitu:

1. Fitoplankton (plankton berupa tum buhan)

2. Zooplankton (plankton berupa he wan): lu ci fer, acetes (udang rebon), ostra coda, cla docera, dan lain-lain.

b. Kelompok Nekton adalah kelompok bio -ta di laut yang dapat bergerak secara aktif, yaitu dapat berenang (ha nya terdiri dari hewan saja), termasuk ber -macam jenis ikan, sotong, dan cumi-cumi.

c. Kelompok Benthos adalah kelompok biota yang hidup menetap di dasar. Pada umumnya benthos ti dak dapat berpindah tempat atau jika dapat ber-pin dah sangat terbatas, sehingga biota benthos dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, berinteraksi, dan saling terkait satu de ngan lainnya. Interaksi tersebut mem ben tuk suatu aliran energi yang tidak ter pu tus dari produsen primer ke konsu men yang lebih tinggi (predator), meru pa kan ran tai makanan yang ada di dalam eko sis tem tersebut.

A. Komponen Penyusun Ekosistem dan Hubungan antar Komponen

1. Biota yang tidak dapat bergerak, seperti karang batu, sponge, dan tumbuhan laut,

2. Biota yang dapat bergerak merayap, seperti moluska, kepiting, dan udang,

3. Biota yang hidup di dalam liang, seperti jenis cacing dan kerang.

Komponen biotik juga dapat dibagi menjadi:

a. Tumbuhan laut

1) Thallophyta

Thallophyta adalah tumbuhan yang berthalus dan mem punyai warna ber-macam-macam ber dasar kan thalusnya. Con toh tumbuhan berthalus adalah Rho-dophyceae (algae merah), Chlo rophyceae (algae hijau), Phaeophyceae (al gae co-kelat), Chrysophyceae (algae hi jau kuning, termasuk diatom), dan Myxo phy ceae (algae hijau biru).

2) Spermatophyta

Tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di laut, memiliki bunga, daun, akar, buah, dan biji (contohnya lamun dan mangrove).

b. Hewan LautBeberapa contoh hewan laut yang mu-

dah dikenal adalah:

1) Polychaeta (golongan cacing bulu)

Adalah sejenis cacing laut yang banyak digunakan sebagai umpan memancing, ma-

19

Gambar 2-1. Cacing laut Polychaeta.(Sumber: http://marinebio.org)

Gambar 2-2. Cacing laut (Nereis sp)(Sumber: http://kentsimmonsuwinnipeg.ca)Gambar 2 2 Cacing laut (Nereis sp)

kanan ikan, dan dapat juga dimakan. Salah satu jenis cacing tersebut adalah cacing Palolo (Eunice fucata), di mana penduduk Pu lau Samoa dan Fiji (Samudera Pasifi k) biasa mengkonsumsi cacing tersebut se-bagai bahan makanan yang sangat lezat. Ca cing ini hidup di dasar laut dangkal dan di liang-liang daerah bebatuan (antara batu-batu karang). Keluar ke permukaan dua ka li setahun pada saat pasang surut bulan Ok-tober dan November (kwartal terakhir).

Cacing-cacing keluar mengerumi per-airan dengan cara memutuskan sebagian tubuhnya. Satu bagian tubuhnya tinggal di dalam lubang dan satu bagian lainnya akan keluar lubang. Biasanya bagian tubuh yang keluar lubang adalah bagian yang sudah dibuahi (atau hasil perkembangbiakan) un-

tuk dapat disebarkan ke permukaan. Umum-nya terjadi saat fajar, pada hari sebelum bu-lan mencapai kwartal terakhir. Jumlah telur yang dilepaskan biasanya banyak sekali, se-hingga warna air laut berubah.

Di Nusa Tenggara Barat (Lombok) juga terdapat jenis cacing serupa yang disebut dengan Nyale atau cacing laut (Nereis spp.). Cacing tersebut juga keluar dan melimpah memenuhi permukaan air. Keluar pada bu lan Februari di Pantai Seger, kawasan Pan tai Kuta Lombok Tengah. Penduduk beramai-ramai melakukan acara bau nyale atau tangkap cacing laut pada dini hari.

Di Maluku, cacing serupa disebut Laor. Muncul berlimpah pada bulan Maret ming-gu terakhir pada pukul 20.00 hingga 22.00. Laor terdapat di pantai berkarang dan di-jumpai di pulau-pulau Ambon, Saparua, Se-ram barat, dan Banda.

2) Moluska (Golongan hewan lunak)

Termasuk keong dan kerang. Moluska adalah hewan bertubuh lunak, ada yang m emiliki cangkang (kerang dan siput) dan ada yang tidak memiliki cangkang (Nudi-branchia). Contoh moluska adalah:

Chiton•

Conus, Haliotis, dan Tro chus•

Tiram, Remis, dan Kerang mutiara•

Cumi-cumi, So tong, dan Gurita•

Keong gigi, sangat jarang ditemukan.•

Dari kelima kelompok moluska, yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah dari keong, kerang, cumi-cumi, so-tong, dan gurita sebagai sumber pangan maupun sumber industri lainnya. Daging keong Telescopium telescopium digunakan se bagai umpan memancing. Keong terse-but sangat banyak dijumpai di daerah bakau.

Jenis kerang yang sangat populer dan me miliki nilai ekonomi penting adalah

20

Gambar 2-4. Brachyura(Sumber: www.wirbellose-im-terrarium-forum.de)

Cras sostrea cuculata (tiram makanan) dan Pinctada maxima (kerang mutiara). Je nis-jenis tersebut sudah banyak diekspor ke In dia, Singapura, Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Perancis. Di Perancis, keong gas-tro po da dikenal dengan sebutan Escargo (ma sak an dari sejenis siput atau keong yang sa ngat lezat).

3) Krustasea (Udang dan Kepiting)

Krustasea merupakan hewan yang tu buh nya ber segmen-segmen (beruas-ruas) dan ber kulit keras (mengandung zat kapur/Chitin). Tubuhnya terbagi atas 3 bagian besar, yai tu chepalo-carapas (ke-pa la dan dada), ab domen (perut), dan tel-son (ekor). Di bagian carapas terdapat 5 pa sang kaki jalan. Pa sang an kaki pertama biasa nya lebih besar dari kaki yang lain, disebut dengan capit, se dangkan di bagian abdomen (perut) ter dapat 5 pasang kaki

renang. Krustasea da pat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a) Kelompok Macrura (berbagai jenis udang)

Tubuh udang memanjang, terdiri dari kepala-dada dan abdomen (yang kadang-ka dang disebut juga ekor). Kaki beruas enam. Di bagian kepala terdapat 2 pasang an tena, sepasang mata yang bertangkai, dan 5 pasang kaki jalan. Sedangkan di ba-gian abdomen terdapat 5 pasang kaki re-nang dan sebuah telson (ekor). Contohnya ada lah lobster dan udang karang.

b) Kelompok Brachyura (berbagai jenis kepiting)

Termasuk ke dalam kelompok kepiting, tubuhnya lebar melintang, bagian abdomen tidak terlihat (melipat ke bagian dada). Ti-dak mempunyai telson (ekor), memiliki 5 pa sang kaki jalan, tetapi pada beberapa spe sies di laut, pasangan kaki kelima ada yang berfungsi sebagai kaki renang (untuk men dayung bila berada di dalam air).

c) Kelompok Anomura (kelomang atau umang)

Merupakan hewan yang memiliki ben-tuk tubuh peralihan antara udang dan ke-piting. Bentuk tubuhnya lonjong se perti kipas, tubuhnya tidak dilindungi oleh cang-

Gambar 2-3. Macam-macam jenis moluska.

(Sumber: www.wallawalla.edu)

(Sumber: http://commons.wikimedia.org)

21

Gambar 2-5. Birgus latro(Sumber: http://direktori.o-fi sh.com)

Gambar 2-6. Acanthaster planci.(Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI)Gambar 2 6 Acanthaster planci

kang, sehingga harus mencari cangkang dari hewan lain (moluska). Kelompok Ano-mura yang dikenal salah satunya adalah ke-piting kelapa (Birgus latro) (sebagai nenek mo yang kepiting darat). Semasa kecil (lar-va) hidup di laut dan setelah dewasa hidup se bagai kepiting darat.

Jenis krustasea juga merupakan sum-ber perikanan yang sangat penting sebagai sumber makanan yang bergizi tinggi. Udang dan kepiting sudah diekspor ke ber-bagai negara, seperti Jepang, Hong Kong, dan Taiwan.

Tugas

1. Pergilah ke pantai, amati kelompok hewan krustasea.

2. Gambar hasil pengamatan kalian.

3. Bandingkan dengan penjelasan dari buku tentang bagian tubuh dan jumlah kakinya.

4. Diskusikan dengan gurumu.

4) Ekhinodermata (bintang Laut, teripang, bulu babi, dan lain-lain)

Ekhinodermata adalah hewan yang memiliki tubuh berduri. Terdiri dari 5 kelompok yaitu:

a) Asteroidea (bintang laut)

Banyak dijumpai merayap pada batu-ba tu di pantai. Memiliki 5 buah lengan atau lebih (tergantung dari jenisnya) yang men julur dari arah pusarnya (cakramnya). Ba gian mulut terletak di tengah-tengah ca kram di sisi bawah, sedangkan anus ter-le tak di bagian atas. Tubuhnya beraneka war na dan biasanya dengan warna-warna yang cerah. Salah satu jenis bintang laut yang dikenal di daerah terumbu karang ada -lah Acanthaster planci (bulu seribu/kota

du ri), yang memakan hewan karang dan me rusak koloni karang. Bentuk tubuhnya yang penuh duri membuat hewan ini sa-ngat menyeramkan. Apabila suatu koloni ka rang dimakan, maka akan menyebabkan

22

Gambar 2-8. Lili laut.(Sumber: www.starfi sh.ch)

Gambar 2-9. Bulu babi (Echinarachnius parma)(Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI)

Gambar 2 8 Lili laut

Gambar 2-9 Bulu babi (Echinarachnius parma)

ka rang tersebut menjadi berwarna putih dan lama-kelamaan akan mati.

b) Ophiuroidea (bintang me ngular dan bintang keranjang)

Gambar 2-7. Bintang mengular (Ophiuroidea)(Sumber: http://cse.fra.aff rc.go.jp)

b l (O h d )

Sebagian besar dari hewan ini hi dup di laut yang jeluk (dalam), tetapi ada pu la yang hidup di perairan yang dangkal. Con-toh yang paling dikenal adalah lili laut atau bin tang bulu. Memiliki 5 lengan atau lebih yang setiap lengannya bercabang dua atau le bih. Setiap cabang mempunyai ranting-ran ting melintang sehingga membuat he-wan ini berbulu-bulu.

d) Echinoidea (bulu babi)

Kelompok ini dianggap sebagai kelom-pok Ekhinodermata yang terbesar dan te-rentan terhadap lingkungan. Hidup di tem-pat-tempat yang terlindung (air tenang), di balik batu, atau menempati dasar yang lu nak. Bentuk tubuh seperti uang logam, pi pih dengan lengan-lengan yang sangat pan jang menjulur ke sekeliling tubuh. Ba-gian mulut berada di bawah. Contohnya ada lah Gorgonocephalus agassizi (bintang keranjang)

c) Crinoidea (lili laut)

Memiliki tubuh yang bulat tanpa le-ngan dengan duri-duri yang menutupi tu buh nya. Jenis bulu babi (Diadema se-tosum) mempunyai duri yang panjang, se-dang kan dolar pasir (Echinarachnius par-ma) mempunyai duri yang pendek. Ke dua je nis hewan ini banyak dijumpai di da sar pasir dan terumbu karang. Warna tu buh ber macam-macam, ada yang hitam, coke-lat, ungu, atau bergaris-garis putih dan cokelat muda.

e) Holothuroidea (teripang)

Tubuhnya memanjang seperti ketimun sehingga disebut juga dengan ketimun laut. Mulut terletak di bagian ujung yang satu dan anus di bagian ujung yang lain. Ada kaki tabung di bagian tengah tubuhnya yang berfungsi untuk berjalan. Contoh te ri-pang yang banyak ditemukan di laut dan diperdagangkan di Indonesia adalah Holo-thuria scabra .

23

Gambar 2-10. Teripang (Holothuria scabra)(Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI)

Hati-Hati!

Jika kalian melihat bulu babi di pantai, • berhati-hatilah. Karena jika kita meng-injak bulu babi, maka akan segera terasa gatal-gatal, sakit, dan panas. Apabila dibiarkan, patahan duri bisa masuk ke pembuluh darah dan sangat berbahaya bagi kesehatan.

Cara Mengatasi

Tempat yang tertusuk harus dipukul-• pukul sampai durinya hancur yang ditandai dengan keluarnya darah.

Untuk menghilangkan rasa sakit, ba-• gian tersebut diberi amoniak atau air seni.

5) Coelenterata/hewan berongga (ka rang batu, karang lunak, dan ane mon)

Kelompok hewan ini dikenal sebagai bi natang karang. Ada yang berupa karang ke ras (hard corals) dan karang lunak (soft co rals). Umumnya berukuran kecil. Satu in-di vidu hewan karang disebut polip. Polip akan membentuk koloni (suatu kumpulan) yang terdiri dari ribuan polip. Polip karang akan menghasilkan zat kapur yang nantinya di gunakan sebagai pembentuk rangka

Gambar 2-11a. Koloni karang bercabang - Acropora sp.(Sumber: www.webshot.com)

Gambar 2-11b. Koloni masif (membulat) - Porites sp. (Sumber: COREMAP - LIPI)

ba ngunan di terumbu karang. Bangunan ru mah kapur inilah yang dikenal sebagai te rumbu karang. Terumbu karang dengan ber bagai jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di sana serta lingkungannya mem-ben tuk ekosistem yang dikenal sebagai eko-sistem terumbu karang.

Bentuk koloni karang bermacam-ma-cam, tergantung dari jenis polip karang pem bentuknya, yaitu:

Bercabang-cabang (seperti po hon)•

Bulat (seperti batu)•

Berbentuk daun•

Berbentuk jamur •

G b ( l h b )

G b 2 11b K l i if ( b l ) P i

24

Gambar 2-11c. Koloni berbentuk daun – Montipora foliosa.(Sumber: www.webshot.com)

Gambar 2-11d. Karang berbentuk jamur, Fungia sp.(Sumber: www.advancedaquarist.com)

Gambar 2-12. Chondrichthyes(Sumber: http://en.wikivisual.com)

Tahukah Kalian?Selain kelompok jenis karang batu tersebut di atas, masih ada jenis karang lunak,

anemone, dan hewan karang berbentuk pipa (tube), yang dikenal orang sebagai karang merah (Tubipora musica) dan karang biru (Heliopora coerulea).

Karang merah (Tubipora musica), pada waktu masih hidup di terumbu karang tentakelnya berwarna ungu, tetapi kalau sudah mati kerangka koloninya berwarna merah marun dan permukaan koloninya berlubang-lubang.

Karang biru (Heliopora coerulea) banyak hidup di perairan dangkal dekat pantai. Di tempat hidupnya, karang biru berwarna keabu-abuan, kalau dipatahkan koloninya, patahan itu berwarna biru.

Anemone adalah sejenis hewan karang yang tidak membentuk kerangka dari kapur.

Anemone ini beraneka ragam warnanya, dan selalu bersimbiose dengan ikan amphiprion. Anemone banyak dicari orang untuk mengisi akuarium laut.

6) Ikan

Di laut ada dua kelompok besar ikan, yaitu ikan bertulang rawan (Kelas Chon dri-chthyes) dan ikan bertulang keras (Kelas Osteichtyes).

a) Chondrichthyes (hiu dan pari)

Hewan ini termasuk hewan bertulang rawan yang ditandai oleh insangnya yang terbuka. Mem punyai rahang yang kuat dan mulut di ba gian bawah tubuhnya. Sedangkan mata nya berada di bagian atas sehingga hewan ini tidak bisa melihat ketika makanan masuk mulut.

Gambar 2-11c Koloni berbentuk daun – Montipora

G b 2 12 Ch d i hth

25

Gambar 2-13. Osteichthyes(Foto: http://fi shing-forum.org)

b) Osteichthyes/Ikan bertu lang keras (teri, kakap, tembang, tu na)

Osteichthyes disebut ikan bertulang keras dengan insang yang tertutup. Jenis ikan ini mudah dikenal karena mempunyai satu celah insang pada kedua sisi kepala, mulut di bagian depan tubuh, dan sirip ekor panjangnya hampir sama atas dan bawah.

2. Komponen Abiotik

Apa yang dimaksud dengan komponen abiotik? Komponen abiotik terdiri dari gerakan air (arus, pasang surut, dan ge-lombang), sa linitas, suhu, dasar laut, dan cahaya. Ke empat fak tor lingkungan ini sangat berpengaruh ter hadap kehidupan dan aktivitas biota di laut, saling terkait satu dengan lainnya sehingga merupakan komponen yang tidak dapat di lepaskan.

a. Gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut)

Gerakan air laut sangat penting bagi ber bagai proses alam laut, baik untuk ke-hidupan hayati maupun untuk proses non hayati.

Arus, gelombang, dan pasang surut ba gi beberapa biota laut seperti plankton, se luruh hidupnya tergantung dari gerakan-ge rakan air tersebut. Hewan ini tidak dapat be renang, sehingga hanya mengapung

dan melayang-layang tergantung dari arus dan gelombang yang membawanya.

Perpindahan massa air dari la pisan • bawah ke lapisan atas permukaan laut dikenal dengan upwelling dan perpindahan massa air dari atas per-mukaan ke dalam laut disebut down-welling dapat menyebabkan per tu-karan atau perpindahan unsur-unsur hara atau nutrisi yang merupakan sum ber makanan bagi organisme atau biota laut. Upwelling dan downwelling disebabkan oleh adanya arus.

Pasang surut atau pasut berpengaruh • be sar terhadap kehidupan biota la ut, khu sus nya di wilayah pantai, se perti hutan mang rove dan padang la mun. Pasut menyebabkan ber ubah-ubahnya sifat lingkungan di daerah pan tai, bu kan saja mengalami perendaman dan pengeringan setiap hari secara ber kala, tetapi juga menyebabkan per-ubahan suhu dan cahaya yang lebih besar dibandingkan dengan di lautan terbuka. Tumbuh-tum buhan dan he-wan yang hidup di ekosistem ini harus dapat beradaptasi dengan ling kungan tersebut.

b. SalinitasSalinitas dikenal dengan sebutan kadar

garam (kegaraman), adalah besarnya (jumlah) kandungan garam yang terlarut dalam gram per kilogram air laut. Salinitas merupakan unsur penting di suatu perairan karena kehidupan organisme di laut sangat erat hubungannya dengan salinitas. Ka-rang batu mempunyai toleransi terhadap sa li nitas tinggi, yaitu 27-40‰. Masuknya air tawar ke laut dapat menyebabkan ke-matian pada karang batu.

Info

‰ = per seribu

26

c. Suhu

Suhu merupakan faktor fi sik yang sa-ngat penting. Suhu alami air laut berkisar antara 0oC sampai 33oC. Perubahan suhu dapat berpengaruh besar terhadap sifat-si fat air laut dan kepada kehidupan biota laut. Jenis-jenis organisme hanya dapat hi-dup pada kisaran suhu tertentu, seperti ka-rang cenderung hidup pada suhu berkisar an tara 25oC dan 28oC, tetapi dalam kondisi ter tentu, karang masih bisa hidup pada suhu 15oC.

d. Cahaya (sinar matahari)

Cahaya atau sinar matahari mem pe ng-aruhi ekosistem secara global kare na ma-tahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang di butuh-kan oleh tumbuhan untuk fotosin tesis.

3. Hubungan antar Komponen Ekosistem

Di laut terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Hu bung -an interaksi ini merupakan tatanan fung -sional yang membentuk suatu sis tem ke seimbangan yang dinamis dan ber ke-lan jutan. Dalam kehidupannya ada yang saling menguntungkan, saling merugikan, dan netral (tidak ada yang diuntungkan atau dirugikan). Mari kita simak lebih lanjut hubungan interaksi kehidupan di laut, baik di antara makhluk hidup itu sendiri maupun dengan lingkungannya.

a. Bagaimana Interaksi antarbiota?Interaksi antar biota dapat berupa:

1) Kompetisi

Kompetisi terjadi apabila saling memperebutkan kebutuhan hidup, seperti tempat hidup atau mencari makan. Sebagai contoh tempat hidup antara tumbuhan al-gae dengan karang. Suatu tempat kosong di terumbu karang jika sudah ditumbuhi al-gae, maka hewan karang tidak akan dapat tum buh di tempat itu. Perebutan tempat ma-kanan selalu terjadi di laut karena plankton di perlukan oleh semua hewan yang berada di tempat yang sama.

2) Simbiosis mutualisme

Dalam simbiosis mutualisme, kedua pi-hak (simbion) saling membutuhkan dan ke-dua nya saling diuntungkan. Mikroalga Zoo-xan tella (Simbiodinium) yang bersimbiosis dengan polyp binatang karang, kedua nya saling diuntungkan karena karang men -dapat suplai kapur dari hasil fotosin te sis zoo xanthella dan zooxanthella mendapat-kan bahan anorganik dari hasil metabolis-me karang yang tidak diperlukan oleh ka-rang. Ikan Amphiprion (clown fi sh), selalu berlindung pada Anemon yang diuntungkan oleh kehadiran ikan ini karena terhindar dari gangguan kotoran dan penempelan yang dibersihkan oleh ikan tersebut.

Info!

Hubungan timbal balik dapat berlangsung antara komponen biotik-biotik dan biotik-abiotik.

Gambar 2-14. Simbiosis mutualisme antara Amphirion dan anemon. (Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI).

27

Gambar 2-16. Simbiosis amensalisme Botryllus schlosseri pada tumbuhan laut.(Sumber: htpp://detomaso.stanford.edu)

Gambar 2-17. Simbiosis parasitisme Isopoda (Crustacea) pada ikan (Sumber: Allen & Steene).

3) Simbiosis komensalisme

Simbiosis ini hanya menguntungkan sa lah satu pihak saja (pihak komensal), se-dangkan pihak lainnya tidak terpengaruh. Mi sal nya, paus dengan teritip yang me-nem pel pada kulit paus sepanjang umur te ritip (barnacle). Teritip dapat makan dari air sekitar, sedang paus tidak diuntungkan dan tidak dirugikan.

5) Parasitisme

Dalam hal ini, suatu keharusan dari suatu organisme (parasit) untuk berinterak-si dan selalu merugikan pihak lain (tuan ru-mah/host). Beberapa jenis cacing dan bak-teri menjadi parasit pada ikan. Contoh lain, Lam prey (ikan kecil) yang menempel pada ikan lainnya untuk menghisap darah.

Gambar 2-15. Simbiosis komensalisme antarbiota.(Foto: Allen Steene)

4) Simbiosis amensalisme

Dalam interaksinya hanya merugikan sa lah satu pihak (pihak amensal), sedang-kan pihak yang lain (inhibitor) tidak ter pe-ngaruh. Misalnya, binatang tunikata (Bo-try llus schlosseri, Clavelina lepodiformis) yang menempel pada tumbuhan laut. Pe-nem pelannya akan menghambat per tum-buhan rumput laut tersebut karena proses fo to sintesisnya terganggu.

6) Predasi/Predatorisme

Sifat interaksinya hampir sama dengan parasitisme, hanya dalam predasi ada pihak pemangsa (predator) yang akan memakan mangsanya (prey). Jadi pemangsa akan te tap hidup, sedangkan yang dimangsa akan mati. Contohnya adalah bintang laut mahkota (Acanthaster planci) yang me -mang sa polyp binatang karang, ikan tong -kol memangsa ikan teri, ikan paus pe mang-sa plankton, ikan matahari atau “sun fi sh” (Mola-mola) pemangsa ubur-ubur.

b. Interaksi antara biotik dan abio tik

Biota di laut menjalani proses kehidupan yang dinamis, tumbuh dan berkembang untuk mempertahankan kelangsungan hi-dup nya. Dalam proses kehidupan ter sebut, salah satu aspek adalah terjadinya interaksi dengan lingkungannya.

Gambar 2 15 Simbiosis komensalisme antarbiota

28

Biota yang hidup di dalam laut yang • memperoleh sinar matahari (daerah fotik), jenis biota lautnya lebih banyak karena sumber makanan dari tumbuhan maupun hewan cukup banyak.

Di laut dalam yang tidak bercahaya • (daerah afotik) tidak ada lagi jenis tum-buhan (sebagai produsen primer) yang hidup karena tidak ada sinar matahari untuk fotosintesis. Sumber makanan sangat sedikit dan berasal dari biota mati dari daerah fotik.

c. Hubungan Antar Ekosistem Mang rove, Lamun, dan Te rumbu Karang

Hubungan antar ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat dilihat

Gambar 2-18 Rantai makanan yang menghubungkan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.

dari rantai makanan dan faktor fi sik yang berpengaruh.

Rantai makanan

Hubungan antara mangrove, padang lamun, dan terumbu karang dapat digam-barkan sebagai berikut.

Faktor fi sik yang berpengaruh

Ketiga ekosistem yaitu ekosistem la-mun, ekosistem mangrove, dan ekosistem terumbu karang saling berhubungan dan saling mempengaruhi melalui air sungai (cu rah hujan) dan air laut (dengan arus dan ge lombangnya) yang membawa endapan dan unsur hara dari darat ke laut dan dari dasar laut ke permukaan. Sebagian faktor fi sik juga berasal dari ulah manusia. Hewan dan algae laut sampai ke darat dilakukan oleh manusia.

Tumbuhan Mangrove

Fospat dan hasil pelapukan di dalam tanah

Laut

Hewan Laut

Algae

Mati dan Pembusukan

Fosfat Terlarut

Darat

33b

3c

3a 4b

4

4a5

1

5a2

(Padang Lamun dan Terumbu Karang)

Keterangan diagram.1 : Hasil pembusukan daun

mangrove dan kotoran manusia mengalir ke laut lewat aliran sungai

2 : Hasil pembusukan diserap algae di kawasan terumbu karang melalui proses fotosintesis

3 : Algae3a : Algae dimakan hewan di

kawasan terumbu karang3b : Algae tersebut mati3c : Algae yang hidup di

terumbu karang di makan manusia

4 : Hewan laut4a : Hewan di terumbu karang

dimakan oleh manusia4b : Hewan di terumbu karang

mati 5a : Hasil pembusukan hewan

laut dan algae yang mati diserap oleh algae lagi kembali lagi ke no.1.

Ringkasan

Soal

29

Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan hewan).

Menurut cara hidupnya, biota laut dapat dikelompokkan menjadi kelompok plankton, nekton, dan benthos.

Biota laut juga terdiri dari golongan tumbuhan dan golongan hewan.

Tumbuhan laut terdiri dari algae, lamun, dan mangrove (di daerah pesisir).

Hewan laut terdiri dari Polychaeta (cacing laut); Krustasea (udang dan kepiting); Moluska (keong dan kerang); Echinodermata (bulu babi, teripang, bintang laut, bintang keranjang, dan bintang mengular), Coelenterata (karang lunak dan karang batu), dan Chordata (ikan).

Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang tidak hidup, yaitu gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut), salinitas, suhu, dan cahaya.

Hubungan antar ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat berupa rantai makanan yang terbentuk dari ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang).

Hubungan antara ketiga ekosistem itu terjadi karena adanya pengaruh faktor fi sik (arus laut dan gelombang), aliran sungai (curah hujan), dan manusia.

Rantai makanan adalah proses pemindahan energi makanan dari sumbernya (tumbuh-tumbuhan yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesa) produsen melalui serangkaian jasad-jasad dengan cara makan dan dimakan yang berulang kali.

Pilih salah satu jawaban yang paling benar.

1. Apa saja yang dimaksud dengan komponen biotik?

a. Gelombang, arus, salinitas, dan sedimen

b. Hewan dan tumbuhan laut

c. Upwelling dan downwelling

d. Pasir, batu, dan kerikil

2. Unsur apa saja yang termasuk abiotik:

a. Arus, gelombang, salinitas, sinar matahari, dan suhu

b. Zooxanthelae

c. Terumbu Karang

d. Padang lamun

3. Bagaimanakah cara hidup plankton?

a. Tenggelam

b. Melayang-layang, mengapung, dan mengikuti arus (tidak dapat me la wan arus)

c. Di dasar laut

d. Di permukaan laut

4. Bagaimanakah hubungan interaksi antara biota dengan biota lainnya?

a. saling menguntungkan

b. saling membunuh

c. acuh saja

d. saling merugikan

5. Bagaimana hubungan antara biota dengan lingkungannya?

a. Harmonis dengan sendirinya

b. Memerlukan adaptasi

c. Saling mempengaruhi

d. Tidak ada hubungannya

6. Di dalam rantai makanan, antara ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang), mata rantai makanan dari mangrove berupa:

a. Sampah

b. Serasah

c. Fosfat terlarut

d. Kotoran hewan/manusia

7. Sebutkan rantai makanan mulai dari yang terendah:

a. Fitoplankton, zooplankton, ikan kecil, ikan besar, dan manusia

b. Tumbuhan melalui proses fotosintesis

30

c. Proses makan memakan dari hewan di laut

d. Nyamuk, kecapung, dan kelelawar

8. Bentuk koloni karang bermacam-macam. Sebutkan bentuk koloni yang tidak terlihat pada gambar di halaman 23-24.

a. pohon

b. daun

c. jamur

d. masif

9. Bentuk hubungan antara ikan Amphirion dengan Anemon laut disebut ...

a. parasitisme

b. mutualisme

c. amensalisme

d. komensalisme

Jawablah pertanyaan di bawah ini.

1. Pada saat liburan, Budi pergi ke pantai. Tanpa sengaja, dia menginjak bulu babi. Seketika itu dia berteriak dan mengaduh-aduh. Apakah yang harus kalian lakukan untuk menolong Budi mengatasi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh binatang laut tersebut?

2. Bedakan dan berikan contoh antara simbiosis komensalisme dengan amensalisme.

3. Gambarkan jaring-jaring hubungan antara lamun, mangrove, dan terumbu karang.

31

32

Glosari

• Abiotik adalah komponen yang tidak hidup.

• Biotik adalah komponen yang hidup.

• Benthos yaitu biota yang hidup di dasar atau dalam substrat, baik tumbuhan maupun hewan.

• Beradaptasi adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.

• Fosfat terlarut adalah hasil pembusukan zat organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan oleh bakteri pembusuk.

• Interaksi adalah saling berhubungan.

• Komponen adalah unsur/bagian.

• Nekton adalah biota yang berenang-renang (hanya terdiri dari hewan saja): ikan, sotong, cumi-cumi, dan lain-lain.

• Paus adalah sejenis mamalia besar yang hidup di laut.

• Plankton adalah biota yang melayang-layang, mengapung, dan berenang mengikuti arus (tidak dapat melawan arus).

• Salinitas dikenal dengan sebutan kadar garam di laut (kegaraman). Arti se sung guhnya dari salinitas adalah besarnya (jumlah) kandungan garam yang terlarut dalam gram per kilogram air laut.

• Simbiosis adalah kehidupan bersama.

Tugas

Pilih salah satu kegiatan berikut ini.

1. Membuat diagram rantai makanan

a. Amati lingkungan sekitarnya.

b. Buatlah diagram rantai makanan.

2. Mengklasifi kasikan/mengelompokkan tumbuhan dan hewan

a. Amati tumbuhan dan hewan di sekitarmu.

b. Kelompokkan tumbuhan dan hewan tersebut ke dalam kelompoknya sesuai dengan karakteristik tubuhnya.

3. Amati interaksi kehidupan biota di laut/pantai pada saat air pasang dan surut. Catat persamaan dan perbedaan yang terjadi.

4. Kalian telah mengetahui berbagai jenis hewan yang hidup di terumbu karang. Amati dan kelompokkan dalam 5 kelompok.

Gambar 2-19. Rhizophora stylosa, R. mucronata, dan Avicenia marina.(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)

33

B. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang

1. Ekosistem MangroveEkosistem mangrove atau hutan mang-

rove adalah lingkungan di wilayah pe sisir di mana mangrove merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem mang rove ju ga dikenal dengan istilah hutan mang rove.

Apakah kalian tahu tentang mangrove? Mangrove adalah kelompok tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang di lingkungan perairan asin atau payau. Di dalamnya juga hidup berbagai jenis hewan, seperti udang dan kepiting, cacing, serta ikan.

a. Bagaimana ciri-ciri tumbuhan mangrove? Karena tumbuhan mangrove hidup di

dalam kondisi perairan yang berlumpur dan

berair asin atau payau, maka tumbuhan mang rove mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut:

Memiliki akar napas (• pneumatophor) yang berada di atas permukaan tanah yang dikenal dengan akar tunjang pada po hon Bakau (Rhizophora stylosa), akar lu tut pada pohon Tancang (Bruguiera spp), dan akar cakar ayam pada pohon Api-api.

Memiliki daun tebal untuk menyimpan • air ber kadar garam tinggi.

Mulut daun (• stomata) masuk ke da lam untuk mencegah pernapasan yang ber -lebihan.

Perkembangbiakan secara spesifi k, mi-• sal nya pada Rhizophora stylosa, be nih mulai berkecambah sejak masih meng-

Biji berkecambah pada pohon

Menancapkanakar

Menyentuhdasar

Jatuhke air

Terapungtegak lurus

Gambar 2-21. Siklus hidup mangrove.

Gambar 2-20. Ekosistem mangrove(Sumber: jakartagreenmonster.com)G b 2 20 Ek i

34

gan tung di pohon induknya sam pai men capai stadium muda dengan akar dan tunas nya.

b. Bagaimana syarat hidup hutan mangrove?Umumnya mangrove tumbuh di daerah

pasang surut yang memiliki jenis tanah ber lumpur, lempung, atau berpasir. Tetapi ada beberapa jenis tumbuhan mangrove yang dapat tumbuh di terumbu karang. Per-syaratan untuk pertumbuhan mangrove ada lah:

• Suhu optimum plus minus 250 C.

• Di daerah pasang surut.

• Di pantai terlindung dari gelom bang dan ombak.

• Pantai berarus.

• Dasar pantai landai.

• Kadar garam berkisar antara 2-38 ppm.

c. Adaptasi buah dan proses perke cambahanSemua jenis tumbuhan mangrove

meng hasilkan buah (propagule, dibaca: pro -pa-gul) yang dapat disebarkan oleh air. Ternyata buah mangrove memiliki tipe bermacam-macam, antara lain:

Tipe buah ”vivipari”

Merupakan tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika bi ji masih berada di dalam buah. Hipokotil te lah mencuat keluar ketika buah masih ter gan tung di tumbuhan induk. Secara umum, jenis-jenis tumbuhan dari suku Rhi-zo pho raceae (Rhizophora spp.) (Bakau), Bru guiera spp. (Tancang), dan Ceriops spp. (Ta nger) memiliki buah berbentuk silindris yang termasuk dalam kelompok jenis buah vivipari.

Tipe buah ”kriptovivipari”

Merupakan tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika ma sih berada di dalam buah, tetapi biji ma-sih terlindungi oleh kulit buah (perikarp) se belum buah lepas dari tumbuhan induk. Con toh jenis tumbuhan yang termasuk da-lam tipe buah kriptovivipari adalah Avi ce n-nia spp. (Api-api; buah berbentuk se per ti ka cang), Aegiceras spp. (Kacangan; buah ber bentuk silindris), dan Nypa spp. (Ni-pah).

35

Latihan

Tipe buah ”normal”

Merupakan tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan sela-ma berada di dalam buah yang meng ge lan-tung di atas tumbuhan induk. Contoh jenis tum buhan yang termasuk dalam ti pe buah

Untuk mengetahui pemahaman kalian, jawab beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Sebutkan dan jelaskan komponen biotik pada ekosistem pesisir dan laut.

2. Jelaskan hubungan antara makhluk hidup-makhluk hidup, makhluk hidup-lingkungan.

Jika kalian belum mampu menjawab dengan baik, ulangi lagi membacanya.

nor mal adalah Sonneratia spp. (Bo gem) dan Xylocarpus spp. (buah teka teki; ber-ben tuk seperti bola). Buah dan jenis tum-buh an mangrove lain yang berbentuk se-perti kapsul atau menyerupai kapsul pada umumnya termasuk dalam tipe buah ini.

Gambar 2-33. Tipe-tipe buah mangrove untuk proses perkecambahan.(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)

Rhizophoramucronata

R Stylosa

MIC

Bruguieragymnorrhisa

MIC

B. cylindrica

Ceriops tagal

C. decandra

MIC MICAvicenia marina

Rhizophora mucronata Bruguiera spp. Ceriops spp. Avicennia spp.

Aegiceras corniculatumAegiceras corniculatum MIC

Nypa fruticans Sonneratia alba Xylocarpus moluccensis

Sonneratia alba

MIC

Ficus sundaica

MIC

Xylocorpous molluccensis

tuk menyesuaikan diri agar dapat hidup di da lam daerah mangrove. Jenis tumbuhan kom ponen utama hanya terdapat di dalam hu tan mangrove, membentuk tegakan mur-ni, dan tidak pernah bergabung de ngan ke-lompok tumbuhan darat lain, di antara nya:

1) Bakau (Rhizophora spp.)

Bakau merupakan pohon atau tumbuh-an yang paling mudah dikenali di hutan mangrove. Struktur akar yang sangat unik adalah ciri paling menonjol dari pohon bakau. Akar-akar bakau tumbuh keluar dari batang utama serta dari cabang-cabang ba-tangnya, sehingga pohon ini terlihat mam-pu berdiri tegak karena ditunjang oleh akar yang disebut sebagai akar tunjang. Po hon bakau dapat mencapai ketinggian 10 meter, tergantung dari jenis bakau yang ber sang kutan.

Apabila kita melihat buah bakau yang panjang, buah tersebut merupakan buah yang telah mengalami proses perkecam-bah an selama berada di pohon. Ada jenis ba kau yang memiliki panjang buah hingga men capai 70 cm setelah mengalami per-kecambahan. Bagian bawah buah ba kau yang meruncing ujungnya (bagian kecam-bah) lebih berat daripada buah bakau bagi-

Gambar 2-34 Acanthus ilicifolius (Jeruju).(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)

Gambar 2-35. Lumnitzera spp. (Trun tum).(Sumber: www.mangrovecentre.or.id)

Lumnitzera rasemosa

MIC

Acanthus illifolius

Calotropis gigantea MIC

36

d. Jenis mangrove Jenis tumbuhan yang termasuk ke

da lam hutan mangrove meliputi pohon dan se mak yang terdiri dari tumbuhan berbunga. Beberapa jenis mangrove yang ba nyak terdapat di seluruh Indonesia, yaitu Avi cennia spp. (Api-api), Sonneratia spp (Bogem), spp. (Bakau), Bruguiera spp (Tan-cang), Ceriops spp. (Tanger), Xy lo carpus spp. (Nyirih), Lumnitzera spp. (Trun tum), Acanthus ilicifolius (Jeruju), Aegiceras spp. (Ka cangan), Derris trifoliata (Ambung), dan Nypa fruticans (Nipah).

Komponen utama di dalam mangrove adalah:

Yang termasuk dalam kelompok ini ada-lah jenis-jenis tumbuhan yang me ng alami adap tasi morfologi (misalnya bentuk akar yang khas) dan fi siologis (misalnya meka -nisme pengeluaran kelebihan garam), un-

Gambar 2-23. Bogem atau Perepat (Sonneratia spp)(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)

an atasnya. Oleh karena itu, jika buah ba kau lepas dari pohon induk maka kemungkin an besar buah tersebut akan jatuh menancap ke dalam substrat di bawahnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu adaptasi tumbuhan bakau terhadap lingkungannya.

2) Bogem atau Perepat (Sonneratia spp)

Perhatikan gambar 2-23. Berbeda de-ngan bakau, akar bogem tumbuh di bawah tanah seperti pohon lain pada umumnya. Berbeda dengan jenis pohon lain, struktur akar berbentuk seperti paku tebal atau pilar yang tumbuh dari akar menembus keluar da ri dalam tanah, bahkan dapat tumbuh hing ga mencapai 1 m. Struktur itu di sebut sebagai akar paku dan merupakan sa lah satu bentuk pneumatophore (akar na pas).

Gambar 2-24. Api-api (Avicennia spp)(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)

Buahnya berbentuk seperti bintang, keras, agak besar ± 4 cm, dan berwarna hijau. Apabila buah jatuh ke laut, buah tersebut dapat mengapung dalam waktu yang cukup lama sebelum terdampar di daratan dan memulai pertumbuhan sebagai tumbuhan yang baru. Pada beberapa dae-rah, buah bogem telah dimanfaatkan se-bagai bahan dasar untuk membuat manisan buah.

3) Api-api (Avicennia spp)

Seperti bogem, api-api adalah jenis po-hon mangrove yang juga memiliki ben tuk akar paku (akar cakar ayam), tetapi ukuran-nya lebih kecil dan tipis dibandingkan bo-gem. Bentuk akar paku api-api seperti pen-sil yang mencuat dari dalam tanah.

Bunganya adalah bunga majemuk dan tersusun dalam rangkaian ke bawah. Mah-kota bunga berwarna kuning hingga ora nye (jingga). Buah ada yang berwarna hijau, hi jau kekuningan, hingga cokelat muda, ter gantung dari jenisnya. Bentuk buahnya se perti kacang dengan beberapa variasi ben tuk (tergantung jenis). Buah termasuk ke dalam tipe buah kriptovivipari.

4) Tancang (Bruguiera spp.)

Tancang adalah salah satu jenis pohon mangrove dengan sistem perakaran yang

Gambar 2-22. Bakau (Rhizophora spp.)(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)

37

Gambar 2-25. Tengar (Ceriops spp.)(Sumber: www.webshot.com)

Gambar 2-26. Nipah (Nypa fruticans)(Foto: Subagjo Sumodihardjo)

unik. Akar tancang sering disebut sebagai akar lutut. Dengan sistem perakaran seperti ini, tancang secara umum mudah dibedakan dari jenis tumbuhan mangrove lainnya.

Daunnya adalah daun tunggal, ber ben-tuk elips, mengumpul pada ujung tangkai, war na daun bagian atas berwarna hijau sam-pai kuning kehijauan, dan bagian bawah ber warna kuning. Warna batang pohon tan-cang abu-abu gelap, dengan variasi corak dan tekstur batang yang kasar.

Mahkota bunga berwarna putih, me-rah, hingga cokelat. Buah berbentuk silin-dris, berwarna hijau, panjang 10-20 cm dan termasuk ke dalam tipe buah vivipari. Buah yang sudah berkecambah dapat meng-apung dan disebarkan jauh oleh arus laut.

termasuk ke dalam tipe buah vivipari. Sekilas, buah te ngar mirip dengan buah bakau, namun ukur annya lebih kecil.

6) Nipah (Nypa fruticans)

Nipah sering ditemukan tumbuh ber-dekatan dan membentuk komunitas murni di sepanjang tepi sungai. Nipah adalah po-hon yang termasuk ke dalam kelompok tum-buhan palem, sehingga ciri-ciri tumbuh an ini juga hampir sama dengan ciri tum buhan palem lainnya. Daun tumbuh me nyirip, ba-tang daun berpelepah, dan tum buh me-nge lompok di bagian pohon pa ling atas. Nipah memiliki akar serabut yang kuat. Tumbuhan tersebut mirip pohon kelapa yang masih muda.

Gambar 2-25. Tancang (Bruguiera spp)(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)

5) Tengar (Ceriops spp.)

Tengar memiliki bentuk akar yang khas, disebut akar banir. Daunnya adalah daun tunggal yang tum buh saling bersilangan, berbentuk bu lat telur terbalik. Batang pohonnya ber war na abu-abu, terkadang ada juga yang ber warna cokelat. Bunga berukuran ke cil dan termasuk bunga majemuk yang tum buh dari ketiak daun. Mah kota bunga berwarna putih hingga ke co ke lat an. Buah berbentuk silindris,

38

Walaupun termasuk dalam tumbuhan komponen utama mangrove, nipah tidak me miliki bentuk pneumotophore atau akar napas seperti halnya tumbuhan mangrove lain. Bunga nipah mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang terpisah di dalam satu pohon. Buah berbentuk bola, memiliki banyak penonjolan pada kulit buah, dan berwarna cokelat gelap atau merah bata. Tipe buah nipah adalah tipe kriptovivipari.

Komponen tambahanJenis-jenis tumbuhan yang termasuk

da lam kelompok ini bukan merupakan ba gian yang vital dari hutan mangrove. Kom ponen ini secara umum tumbuh pada ba gi an tepi hutan mangrove dan jarang se-kali membentuk tegakan murni. Jenis-je nis tumbuhan yang termasuk ke dalam kom-ponen tambahan, antara lain:

7) Buta-buta (Excoecaria agallocha)

Tumbuhan ini dikenal dengan nama bu ta-buta karena getah (berwarna putih susu) yang dapat menyebabkan kebutaan apa bila terkena mata. Getah tersebut di pro-duksi oleh 2-4 buah kelenjar getah yang terdapat di dalam daun. Selain dapat me-nye babkan kebutaan, getah buta-buta juga bisa menimbulkan iritasi pada kulit.

Gambar 2-28. Buah kira-kira/Bola-bola (Xylo car pus spp.)(Sumber: www.webshot.com)

Buta-buta tidak memiliki adaptasi ben-tuk akar seperti halnya tumbuhan kompo-nen utama mangrove. Daun buta-buta ada lah daun tunggal berbentuk elips yang tum buh saling berseling pada batangnya. Ping giran daun bergerigi dan berujung run-cing. Buta-buta memiliki bunga de ngan kelamin yang terpisah dalam satu tum-buhan. Buah buta-bu ta berwarna hijau de ngan permukaan ku lit buah yang kasar. Buah tersusun se per ti kombinasi tiga bola dan bertipe buah nor mal.

Gambar 2-27. Buta-buta (Excoecaria agallocha)(Sumber: www.webshot.com)

8) Buah Kira-kira atau Bola-bola (Xylo car pus spp.)

Memiliki nama yang unik dan mem pu-nyai ciri khas yang terletak pada buahnya. Buahnya memiliki 4-16 biji (tergantung jenis-nya) dengan ukuran yang tidak sama. Oleh karena itu, buah ini sering dijadikan per-mainan adu cepat menyusun bagian-bagian buah hingga membentuk satu buah yang utuh. Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut dengan puzzle fruit (buah teka teki). Buahnya bertipe buah normal, yaitu biji ti dak mengalami perkecambahan selama buah masih berada di pohon. Buah kira-kira me miliki kemampuan untuk mengapung apa bila jatuh ke dalam air sehingga dapat mem bantu penyebaran tumbuhan ini.

39

Gambar 2-29. Ekosistem Lamun(Sumber: http://marufkasim.blog.com)

e. Komunitas HewanKomunitas hewan yang hidup di

dalam hutan mangrove mem bentuk dua kelompok be sar, yaitu:

1) Kelompok fauna daratan/terestrial:

Kelompok hewan yang bia sanya hidup menempati bagian atas pohon mangrove, seperti se rangga (kupu-kupu), primata (mo-nyet ekor panjang); burung (kuntul putih, blekok), serta mamalia (ku cing bakau) dan insekta (nyamuk).

Sebagian besar kelompok hewan da rat-an umumnya merupakan hewan pengun -jung yang masuk ke daerah hutan mang-rove. Selain itu, terdapat kelompok he wan yang hidup di bagian bawah hutan mang-rove, seperti kelompok reptil (ular cin cin mas, kadal, biawak). Hewan-hewan ini ti-dak perlu adaptasi khusus dengan air ka re-na hidup di atas pohon.

2) Kelompok fauna lautan/akua tik:

Kelompok fauna lautan ter diri dari dua jenis, yaitu:

• Hewan yang hidup di kolom air, misalnya ikan dan udang.

• Hewan yang menempati sub strat keras (akar, batang pohon mangrove) maupun substrat lu nak (lumpur), misalnya ke pi ting, kerang, siput, dan jenis in vertebrata lainnya.

Selain hewan-hewan tersebut, ada he-wan yang dapat hidup di kolom air dan di sekitar kolom air, yaitu ikan glodok. Ikan glo dok bernapas dengan insang saat ber-ada dalam air, sedangkan saat berada di luar air, ikan glodok mampu memperoleh ok sigen melalui kulitnya.

2. Ekosistem Lamun Di manakah kita dapat menemukan

ekosistem lamun? Ekosistem lamun atau

padang lamun ada lah lingkungan hidup di perairan laut dangkal dan di daerah pasang surut yang me miliki kadar garam tinggi, di ma na la mun merupakan tumbuhan yang do min an. Hampir semua tipe substrat dapat di tum buhi lamun, mulai substrat yang ber-lumpur sampai berbatu. Namun padang la mun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal an-tara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.

a. Lamun (sea grass)Lamun adalah kelompok tumbuhan

berbunga (angios permae) yang me mi liki akar rimpang, buah, biji (monokotil) yang dapat hidup di laut, ter utama perairan dangkal. Beberapa jenis lamun yang memiliki bintil akar untuk memfi ksasi atau mengikat nitrogen secara langsung.

Daun tumbuhan la mun tumbuh men-cuat dari tunas yang ber ada di dekat da-saran, terkadang tunas ter sebut tidak ter-lihat karena terkubur oleh pa sir. Batang lamun tumbuh menjalar di da lam pasir, se-ring disebut sebagai rizoma (se perti rizoma pada tumbuhan jahe). La mun memiliki akar serabut yang sangat kuat untuk men-cengkram substrat.

Pada ekosistem ini hidup beraneka ra-gam biota laut, seperti ikan, krustasea, mo-luska (Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp),

Gambar 2-29 Ekosistem Lamun

40

krustaseakepiting

ubur-uburmoluska

dugongpenyu

Gambar 2-30. Fauna yang hidup di padang lamun.

Eki nodermata (Holothuria sp, Synapta sp, Dia dema sp, Archaster sp, Linckia sp), dan cacing (Polichaeta).

b. Syarat Hidup Lamun (Flora)Lamun dapat hidup di laut dangkal

dengan:

• Sinar matahari mencapai dasar. Si nar matahari dibutuhkan oleh lamun un-tuk membuat makanan melalui proses fotosin tesis.

• Substrat dasar terdiri dari pasir ha lus, sedang, kasar atau pasir ber lumpur atau potongan karang yang mati.

• Daerah pasang surut dengan kadar garam tinggi.

Di Indonesia tercatat hanya terdapat 12 jenis lamun, sedangkan di dunia tercatat ada 50 jenis. Kedua belas jenis lamun tersebut adalah Cymodocea rotundata (lamun ber-ujung bulat), Cymodocea serrulata (lamun bergerigi), Enhalus acoroides (lamun tro-pika), Halodule pinifolia (lamun benang), Halodule uninervis (lamun serabut), Ha lo-dule decipiens (lamun senduk tak ber urat), Halodule minor (lamun sendok ke cil), Halodule ovalis (lamun sendok), Ha lo dule spinulosa (lamun senduk dasar ke ri ting), Syringodium isoetifolium (la mun alat sun-tik), Thalassia hemprichii (la mun du gong), dan Thalassodendron cilia tum (la mun kayu). Ternyata banyak ya jenis nya!

c. Fauna (Hewan)Lamun dihuni oleh beberapa jenis

hewan, mulai dari hewan tingkat rendah (avertebrata) hingga vertebrata. Hewan aver tebrata misalnya siput, kerang dara, teri pang, bulu babi, udang, dan kepiting. Jenis hewan vertebrata misalnya ikan, penyu, dan ikan duyung.

Mengapa banyak hewan hidup di la-mun? Ternyata padang lamun mampu mem beri kan sum ber makanan, daerah

asuh an, dan dae rah perlindungan bagi he-wan-hewan yang hidup di perairan laut.

3. Ekosistem Terumbu KarangEkosistem terumbu karang adalah ling-

kungan hidup di dasar laut dangkal dae rah tropik, di mana karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya. Ekosistem ini memberikan manfaat langsung bagi manusia. Mengapa? Karena ekosistem ini juga menjadi tempat hidup bagi hewan dan tumbuhan yang dapat dimakan, penghasil bahan obat-obatan, bahan bangunan, dan menjadi tem pat rekreasi yang sehat. Peran penting lainnya adalah bahwa terumbu karang juga sangat menopang kehidupan lain di se kitarnya yang juga menjadi tumpuan hidup manusia.

a. Bagaimana Proses Terbentuknya Terumbu Karang?Terumbu karang merupakan timbunan

ma sif dari kapur Ca CO3 yang terutama di -ha sil kan oleh hewan karang (polip). Hewan

41

Terumbu Karang Tepi Terumbu Karang Penghalang Atol

TenggelamTenggelam

Gambar. 2-31. Proses terbentuknya terumbu karang.(Sumber: www.britannica.com)

Gambar 2-32. Koloni karang Euphyllia sp.(Sumber: www.aquanovel.com)

karang yang membentuk terumbu ka rang pada umumnya mempunyai bentuk ke-rangka yang majemuk. Hewan karang (po lip) akan tumbuh menjadi banyak me-lalui proses pembelahan diri secara ber-ulangkali, sehingga satu kerangka akan ter-diri dari ratusan ribu polip. Polip inilah yang mem bentuk kerangka dan fondasi terumbu karang.

Hewan karang (polip) hidup bersama (simbiosis) dengan alga bersel satu (zooxan thella). Da lam pro ses fo to sin tesis, zooxanthella me man faatkan se nya wa-se-nyawa anorganik sisa meta bo lis me karang (fosfat dan ni trat) Se balik nya senyawa-se nyawa organik hasil fo to sin te sis zoo -xanthella dimanfaatkan un tuk me lang sung-kan proses metabolisme karang.

Endapan kapur ini ter jadi secara rutin pada siang hari di ma na proses fotosintesis berlangsung. Se dang kan pa da malam ha ri, kegiatan ter sebut tidak ber langsung (ber-henti).

suhu perairan lebih dari 2oC dapat menyebabkan kematian karang secara massal yang dikenal dengan istilah ”bleaching” (di mana sebagian besar karang berwarna putih karena mati). Terumbu karang tidak dapat hidup pada suhu rata-rata tahunan lebih rendah dari 18oC.

Substrat dasar yang keras diperlukan • bagi larva karang (planula) untuk tem-pat menempel. Pada substrat yang lu nak seperti lumpur atau pasir yang bebas, planula tidak dapat menempel untuk tumbuh lebih lanjut membentuk koloni.

Sinar matahari diperlukan oleh zoo-• xanthella (yang hidup bersimbiose de-ngan karang) untuk proses fotosinte sis. Oleh karena itu, dasar tempat hidup terumbu karang harus terjangkau oleh sinar matahari. Di perairan yang keruh, hanya jenis karang tertentu yang dapat bertahan hidup.

Kadar garam tinggi sangat diperlukan • untuk pertumbuhan karang. Di sekitar muara sungai, jarang ditemukan te-rumbu karang. Tetapi jenis-jenis karang tertentu, seperti jenis-jenis karang hi as yang tahan hidup di akuarium air laut (Euphyllia sp), banyak dijumpai tidak jauh dari muara sungai.

b. Syarat hidup terumbu karangTerumbu karang terutama hidup su bur

di daerah tropik dan sedikit di dae rah sub-tropik karena untuk hidupnya memer lu kan persyaratan sebagai berikut:

Suhu optimal untuk pertumbuhan ka-• rang adalah antara 25-30oC. Kenaikan

42

Gambar 2-33. Terumbu karang cincin (atol).(Sumber: www.atolian.com)G b 2 33 T b k i i ( l)

c. Tipe Terumbu KarangTerumbu karang dapat dibedakan me-

nurut bentuk dan tempat tumbuhnya, ya-itu:

Terumbu karang tepi (• fringing reef), yaitu terumbu karang yang hidup dan berkembang sepanjang pantai dan hampir semua pulau-pulau kecil di perairan Indonesia, seperti Pulau Seri-bu, Jakarta.

Terumbu karang penghalang (• barrier reef), yaitu terumbu karang yang le-taknya jauh dari pantai atau di laut yang cukup dalam. Contoh terumbu karang penghalang yang sangat terkenal ter-letak di timur Benua Australia (Great Barrier Reef).

Terumbu karang cincin (Atol), yaitu • terum bu karang berbentuk cincin ter-putus, melingkari goba (lagoon) de-ngan kedalaman 45 meter atau lebih dan umumnya terdapat di laut dalam. Contoh terumbu karang cincin yang terkenal di Indonesia dan merupakan terumbu karang cincin terbesar ketiga di dunia adalah terumbu karang cincin di Taka Bonerate, Sulawesi Selatan.

d. Mengenal jenis- jenis karang Terumbu karang di Indonesia dikenal

se bagai terumbu karang yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Keanekaragaman jenis karangnya juga paling tinggi (lebih dari 400 jenis ka-rang dari 70 genera), sehingga sangat sulit untuk mengenalnya masing-masing jenis.

Bagi pemula yang ingin mengenal je-nis-jenis karang, karang batu (karang) di-kelompokkan menurut bentuk koloninya menjadi lima kelompok, yakni kelompok ko loni karang bercabang (Acropora sp), ke-lompok koloni karang masif (membulat) (Po-rites sp), kelompok koloni karang sub masif, kelompok karang berbentuk jamur (Fungia sp), dan kelompok koloni karang berbentuk lembaran daun (Montipora foliosa).

e. Jenis-jenis hewan laut yang hidup di terumbu karangHewan laut yang hidup di terumbu

karang dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni hewan laut yang hidup di dasar (bentos) dan hewan laut yang hidup di kolom air.

Hewan yang hidup di dasar (bentos), contohnya adalah Tridacna sp. (kima), Lam-bis sp. (tedong-tedong), Holothuria sp. (te ri pang), Portunus pelagicus (rajungan),

Gambar 2-33. Koloni karang bercabang Acropora sp.(Sumber: http://subaqua.web.cern.ch)

43

Ringkasan

Gambar 2-36. Kelompok tumbuhan laut Eucheuma sp.(Sumber: www.marine-science.co.jp)

Dia dema sp. (bulu babi), Polychaeta (ca-cing bulu), Conus sp., dan Trochus sp (susu bun der).

Jenis-jenis hewan laut yang hidup di ko-lom air, contohnya adalah jenis-jenis ikan hias, ikan konsumsi (ikan kerapu, ikan ekor kuning, ikan napoleon, ikan karang), dan zooplankton (plankton hewani).

Ekosistem adalah hubungan antara jasad hidup dan lingkungannya secara timbal balik, berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut mem bentuk suatu aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi (predator), dan merupakan rantai makanan yang ada di dalam eko sistem tersebut.

Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah lingkungan hidup di wilayah pe sisir di mana mangrove merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem mang rove juga dikenal dengan istilah hutan mangrove.

Ekosistem lamun atau padang lamun adalah lingkungan hidup di perairan laut dang kal dan di daerah pasang surut yang memiliki kadar garam tinggi, di mana la mun merupakan tumbuhan yang dominan.

Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah tropik, di mana karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya.

Mangrove adalah kelompok tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang di lingkungan perairan asin atau payau.

Buah ”vivipari” adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan

f. Jenis tumbuhan yang hidup di terumbu karangJenis-jenis tumbuhan yang hidup di

te rumbu karang juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok tumbuhan yang hidup di da sar (bentos) dan kelompok tum buhan yang hidup di kolom air (phy-toplankton). Kelompok tumbuhan yang hi-dup di dasar, contohnya adalah Ulva sp., La-minaria sp., Eucheuma sp., dan Caulerpa sp.

44

Gambar 2-34. Kima raksasa Tridacna sp.(Sumber: htpp://commons.wikipedia.org)

Soal

Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.

1. Sebutkan jenis mangrove yang meru pakan penyusun utama ekosistem mang rove:

a. Rhizophora spp, Sonneratia spp, Bruguiera spp, Avicennia spp, dan Ceriops spp.

b. Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, dan Enhalus acoroides

c. Dadap, Eceng gondok, dan ba kung

d. Ketapang, waru, dan akasia

2. Sebutkan syarat tumbuh lamun (sea grass):

a. Di daerah perairan dangkal yang berkadar garam tinggi

b. Di daerah yang sangat terik mata hari

c. Di daerah yang bersuhu dingin

d. Di daerah yang banyak ikannya

3. Sebutkan tiga macam terumbu karang:

a. Terumbu karang lunak

b. Terumbu karang batu

c. Terumbu karang tepi, terumbu ka rang penghalang, dan terumbu karang cincin (Atol)

d. Terumbu karang liat, bunga karang, dan batu karang

ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih tergantung di tumbuhan induk.

Buah “kriptovivipari” adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami per kecam-bahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.

Tipe buah ”normal” adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung di atas tumbuhan induk.

Akar napas bentuknya seperti paku tebal atau pilar disebut sebagai akar paku atau pneumatophore.

Lamun (sea grass) adalah kelompok tumbuhan (angiospermae) tingkat tinggi satu-satunya yang memiliki akar rimpang, daun, bunga, buah, dan biji (monokotil) yang dapat hidup di laut, terutama perairan dangkal.

45

4. Berikut adalah ciri-ciri tumbuhan mangrove, kecuali ...

a. memiliki akar napas

b. memiliki daun tebal

c. mulut daun/stomata masuk ke dalam

d. berkembang biak membentuk spora

5. Berikut ini yang bukan merupakan syarat hidup lamun adalah ...

a. sinar matahari mencapai dasar

b. daerah pasang surut dengan kadar garam tinggi

c. banyak mengandung karang

d. substrat dasarnya pasir halus, sedang, kasar, dan berlumpur

Jawablah pertanyaan di bawah ini.

1. Jelaskan proses terbentuknya terumbu karang.

2. Bagaimanakah syarat hidup terumbu karang?

3. Bedakan antara tipe buah vivipar dan tipe buah kriptovivipar pada buah mangrove.

4. Deskripsikan tentang lamun/sea grass.

Siklus hidup mangrove.

5. Lengkapi gambar siklus hidup mangrove berikut dengan keterangan sesuai dengan nomor-nomornya.

5

Biji berkecambah pada pohon

Menancapkanakar

Menyentuhdasar

Jatuhke air

Terapungtegak lurus

46

Pilih salah satu tugas yang kalian sukai.

1. Gambarlah bentuk dan jenis dari akar tumbuhan mangrove.

2. Buatlah tulisan mengenai ekosistem lamun dan diskusikan dengan teman dan gurumu di kelas.

Glosari

Tugas

• Buah kriptovivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami per kecambahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.

• Buah normal adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji nor mal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang meng gelantung di atas tumbuhan induk.

• Buah puzzle fruit (buah teka teki) adalah buah bertipe normal, yaitu biji tidak me ngalami perkecambahan selama buah masih berada di pohon. Dan buah ini biasa nya digunakan untuk tebak-tebakan (teka teki).

• Buah propagule adalah benih mangrove yang tumbuh dan disebarkan melalui air.

• Buah vivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih tergantung di tumbuhan induk.

• Pneumatophore (akar napas) adalah bentuk adaptasi akar mangrove.

• Polip adalah individu hewan karang yang membentuk kerangka luar dari bahan Ca Co3.

• Zooxanthella adalah sejenis alga bersel satu yang hidup di dalam sel dinding da lam hewan karang dan hidup bersama (bersimbiose) dengan hewan karang batu.

• Metabolisme adalah proses pencernaan makanan di dalam tubuh hewan karang.

• Asimilasi adalah proses mengubah molekul sederhana menjadi lebih kompleks, biasanya terjadi pada tumbuhan atau bakteri.

47

Pemanfaatan Ekosistem, Dampak, dan Penanggulangannya

Pemanfaatan Ekosistem, Dampak, dan PenanggulangannyaDampak, dan Penanggulangannya

Bab 3Bab 3

Topik: Lautku Hidupku

Standar Kompetensi Kompetensi DasarMampu memahami potensi dan • pemanfaatan ekonomi sumber daya pesisir dan laut

Mampu menjelaskan potensi ekonomi • sumber daya pesisir dan laut

Mampu mengidentifi kasi jenis-jenis • pemanfaatan ekonomi sumber daya pesisir dan laut

Mampu memahami perilaku manusia yang • merusak dan upaya mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut

Mampu menceritakan kegiatan manusia • yang merusak ekosistem pesisir dan laut

Mampu menjelaskan faktor-faktor yang • berpengaruh dalam perusakan ekosistem pesisir dan laut

Mampu mendeskripsikan kegiatan yang • dilakukan masyarakat untuk mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut

48

Pemanfaatan Ekosistem,Dampak, dan Penanggulangan

Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut

Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut

Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya

Sumber Daya Hayati

Sumber Daya Non-Hayati

Penebangan Hutan Mangrove secara Berlebihan

Perikanan yang Merusak

Penambangan Batu Karang dan Pasir

Pariwisata yang Merusak

Pencemaran

Pengendapan dan Sedimentasi

Abrasi

M E N C A K U P

T E R D I R I D A R I

Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut

Kearifan Lokal

Pengelolaan Pesisir dan Sumber Daya Laut

Pariwisata yang Ramah Lingkungan

M E N C A K U P

R U A N G L I N G K U P N Y A

Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah Lingkungan

Peta Konsep

49

Gambar 3-1. Tanah Air Indonesia: terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan yang berbentuk pulau-pulau besar dan kecil.(Sumber: M. Kasim Moosa)

Kawasan pesisir dan laut merupakan sumber daya alam yang besar potensinya. Berbagai macam produk hayati dan non-hayati dapat diambil dari wilayah pantai untuk kepentingan manusia. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan batas luar 12 mil adalah 5 juta km2, terdiri dari daratan seluas 1,9 juta km2 (38%) dan lautan seluas 3,1 juta km2 (62%). Jadi bagian terbesar da-ri wilayah negeri kita berupa lautan atau air, dan ini sesuai dengan istilah yang se-ring digunakan untuk menyebut negeri tempat kelahiran kita, yaitu “tanah airku Indonesia”.

Di bidang perikanan, potensi sumber daya perairan teritorial Indonesia diperkira-kan mencapai 4,5 juta ton per tahun dan dari zona ekonomi eksklusif 2,1 juta ton. Me nurut perhitungan, terumbu karang di Asia Tenggara diperkirakan mampu meng hasil kan 1.647 juta dolar per km2 per tahun. Potensi tersebut diperoleh dari aku-mu lasi (penjumlahan) potensi 4 kompo nen utama, yaitu:

A. Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut

Perikanan 1.221 juta dolar•

Perlindungan pantai 314 juta dolar•

Pariwisata dan rekreasi 103 juta dolar•

Nilai Estetika 9 juta dolar•

Secara fi sik, kawasan pesisir dan pan-tai dapat berupa dataran pasir, dataran lum pur atau kadang-kadang hamparan be-batuan, dan di atas dataran berkembang ko-munitas tumbuhan dan satwa. Komu nitas tum buhan terdiri dari bakau, lamun, dan rum put laut. Tumbuhan bakau ter utama ber kembang di pantai berlumpur, se dang-kan komunitas la mun dan rumput laut ba nyak tumbuh di pantai berpasir. Lebih ke tengah ber kem bang komunitas karang yang membentuk terumbu karang.

Komunitas tumbuhan dan terumbu ka-rang juga menjadi rumah tinggal (habitat) berbagai jenis satwa yang hidup berasosiasi dengan mereka. Berbagai produk alam, baik alam hayati maupun non-hayati dihasilkan dari daerah ini yang dimanfaatkan manusia

50

Gambar 3-2. Komunitas biota di kawasan pesisir/pantai. a. bakau; b. lamun; c. rumput laut; d. terumbu karang.(Sumber: COREMAP - LIPI)

untuk mendukung kehidupannya. Produk alam hayati mencakup berbagai jenis fauna laut, seperti ikan, udang, kepiting, keong, tiram, teripang, dan sebagainya, serta ber-bagai kelompok tumbuhan, antara lain je nis-jenis algae, rumput laut, dan bakau atau mangrove. Produk alam non-hayati da-ri laut, antara lain pasir, garam dapur, pa sir besi, dan minyak bumi.

Di samping yang disebutkan di atas, laut dan pesisir memberikan berbagai man-faat ekonomi lain yang penting, antara lain sebagai sarana transportasi, rekreasi, serta men jadi faktor penentu sifat iklim daerah sekitarnya. Untuk negeri kita Indonesia, yang merupakan negara kepulauan yang besar, transportasi laut merupakan kebutuh-an mutlak. Mobilitas penduduk dari satu pu-lau ke pulau yang lain sangat besar, karena itu adanya sarana transportasi laut yang me madai dan terjangkau oleh masyarakat umum merupakan kebutuhan pokok.

Sebagai areal rekreasi, daerah pesisir dan pantai sangat digemari penduduk. Man-di di pantai, berselancar, berlayar, dan me-mancing ikan telah menjadi bentuk rekreasi yang populer bagi masyarakat dewasa ini. Misalnya Pantai Ancol, Jakarta, setiap hari Minggu dan hari libur dibanjiri rombongan ke luarga dari berbagai pelosok Jakarta dan se kitarnya untuk berekreasi. Di atas itu se-mua, laut juga berfungsi menentukan si-fat iklim wilayah sekitarnya. Curah hujan, su hu, dan sirkulasi udara dibangun oleh kon disi dan sifat laut di wilayah yang ber-sang kutan.

Tidak kalah penting juga adalah nilai eko nomi hutan bakau yang berkembang di wilayah pantai. Kayu bakau dapat diman -faatkan sebagai bahan bangunan ru mah, kayu bakar, bahan arang, dan bahan ba-ku kertas. Selain itu, hutan bakau ju ga mempunyai fungsi ekologi yang sa ngat pen ting, antara lain melindungi pan tai dari

b 3

51

Rantai Besi

Rantai Besi untuk pemberat

Pengapung

Rangkaian Pengapung

Tali BawahPengapung

Sirip Badan

Jaring diangkatuntuk mengumpulkan hasil tangkapan

Jaring didorongsampai ke dasar

Tempathasil tangkapan

BatasTangkapan

Tali Pukat

Tali Pukat

Tali Pukat

Besi Segitiga

k

Gambar 3-3. Alat penangkap aktif a - sudu; b- pukat (Sumber: English, et al 1994)

gempuran ombak dan tiupan angin, me-nahan erosi pantai, memberi per lidung an, dan menyediakan makanan bagi berbagai fauna yang hidup berasosiasi dengannya.

Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan pesisir merupakan sumber

da ya alam yang bernilai ekonomi penting dan telah dimanfaatkan oleh penduduk un-tuk berbagai macam kepentingan, antara lain pemanfaatan produk hayati, budidaya, per tambangan, transportasi, rekreasi, dan per lindungan lingkungan. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan memanfaatkannya de ngan sebaik-baiknya sehingga fungsi eko-nomi dan produktivitasnya dapat kita pe -lihara sepanjang masa. Mengingat pen ting-nya masalah tersebut, marilah kita pelajari bersama berbagai hal yang ber kaitan de-ngan kegiatan pemanfaatan sum ber daya pe sisir dan laut oleh manusia.

a. Sumber Daya HayatiLaut dan pesisir merupakan tempat

ting gal berbagai macam biota yang bernilai ekonomis pen ting, seperti ikan, udang, kepiting, siput, ke rang, teripang, dan rum put laut sebagai sum ber pangan bagi manusia. Oleh karena itu, para nelayan berupaya mengambil dan memanfaatkan fauna dan fl ora untuk me me nuhi kebutuhan hidup manusia.

Perikanan Tangkap

Berbagai teknik dan alat digunakan un-tuk penangkapan sumber daya perikanan. Peralatan yang digunakan dapat dike lom-pokkan dalam peralatan aktif dan per alatan pasif. Peralatan aktif yang di mak sudkan adalah yang bergerak/atau di ge rak kan se-cara aktif dalam menangkap bu ruan nya, mi sal nya jala, sudu, dan pukat. Peralatan pasif atau perangkap berarti me ne tap di sa tu tempat dan menunggu kor ban nya men datangi, misalnya bubu, ba gan, sero, pan cing, dan sebagainya. Peralat an pasif

da pat diberi umpan untuk me narik calon kor ban nya.

Apabila kita melihat-lihat pelabuhan per ikanan, kita akan menyaksikan berbagai jenis ikan, udang, kepiting, keong, dan ke-rang hasil tangkapan para nelayan diper-jual belikan. Selain berbagai jenis sat wa, ju-ga terdapat berbagai jenis rumput laut. Kita semua pernah mendengar bahwa rum put laut merupakan bahan pangan (mi sal nya

52

Gambar 3-4 . Alat penangkap pasif (bubu).

Gambar 3-5. Keramba(Sumber: COREMAP - LIPI)

untuk dibuat agar-agar) dan bahan un tuk membuat berbagai kosmetika. Kalian tentu pernah mencicipi bagaimana rasanya agar-agar, bukan?

Budidaya Laut

Di samping pengambilan langsung pro duk laut, para nelayan juga membudi-dayakan beberapa jenis fauna dan fl ora laut untuk diperdagangkan. Pernahkah ka-lian makan goreng bandeng? Nah, selain hi dup bebas di laut terbuka, bandeng juga da pat dibudidayakan di tambak.

Tambak adalah kolam air payau yang dibangun di tepi pantai untuk membesar kan

ikan dan udang laut. Selain dalam tambak di pantai, nelayan juga membesarkan ikan laut dalam jaring apung yang disebut keramba. Keramba juga digunakan untuk menyimpan sementara ikan-ikan hasil tangkapan dalam keadaan hidup menunggu saat yang tepat untuk dijual.

Kalian tentu pernah juga mendengar tentang perhiasan yang dibuat dari “mutia-ra” bukan? Butiran-butiran mutiara yang in dah itu dibentuk dalam tubuh kerang de ngan maksud melindungi dirinya dari ko toran yang masuk ke dalam kulit dan te-ra sa mengganggu. Warna mutiara indah ber kilau sehingga dimanfaatkan manusia se ba gai perhiasan.

Gambar 3-6. Budidaya mutiara.(Sumber: http://www.divingheritage.com)

Jenis lain yang banyak dipelihara ne-layan adalah “kerang darah” dan “kerang hi-jau”. Disebut kerang darah karena bila cang-kangnya dibuka, tubuh lunaknya berwarna merah darah, sedangkan kerang hijau cang-kangnya berwarna kehijau-hijauan.

Selain berbagai jenis satwa, budidaya laut juga dilakukan untuk beberapa jenis fl ora, termasuk di dalamnya alga laut. Alga laut adalah jenis peng hasil agar-agar, seperti Eucheuma sp, Gra cillaria sp.

b 3 6 B did ti

G b 3 5 K b

53

Gambar 3-7. Penambangan karang untuk bangunan.(Sumber: www.suarantb.com)Gambar 3-7 Penambangan karang untuk bangunan

Gambar 3-8. Penambangan minyak dan gas bumi.(Sumber: www.webshot.com)

b. Sumber Daya Non Hayati

Pertambangan Laut

Laut dan pantai juga menjadi ladang per tambangan di banyak tempat. Yang uta-ma adalah pertambangan pasir, garam da-pur, pasir besi, serta minyak dan gas bumi. Pada beberapa lokasi, endapan pasir ini di tambang guna dimanfaatkan antara lain un tuk membangun jalan atau mengurug la-han sebelum mendirikan bangunan.

Kegiatan pertambangan lainnya adalah pe ngambilan batu karang. Bongkah-bong-

kah batu karang diambil dari daerah terumbu karang dan dimanfaatkan untuk membuat fondasi jalan raya, gedung-gedung, dan se bagainya. Sayangnya kegiatan ini bila di laku kan dengan semena-mena dapat mem bahayakan keselamatan lingkungan, ka rena batu karang merupakan rumah bi -na tang karang. Selain itu terumbu karang me rupakan benteng pertahanan bagi ke-utuhan pantai dari serangan ombak dan arus laut. Untuk keselamatan lingkungan, pe nambangan pasir dan batu karang harus se izin pemerintah.

Pertambangan laut lain yang sangat pen ting adalah penambangan minyak dan gas bumi. Di per kirakan 35% produksi minyak dan gas bu mi Indonesia berasal

dari sumur-sumur mi nyak lepas pantai. Tam bang minyak dan gas bumi dari laut di Indonesia terdapat di be be rapa lokasi, misalnya di Teluk Jakarta, Ba likpapan, Na-tuna, Pulau Gag dan sebagainya. Dewasa ini diperkirakan ada 50 cekungan laut di Indonesia yang mengandung mi nyak dan gas bumi.

Transportasi Laut

Sarana transportasi laut merupakan kebutuhan yang sangat penting di dalam negara kepulauan seperti Indonesia. Oleh karenanya pe ran laut sebagai sarana trans-portasi tidak dapat diabaikan. Dalam hal ini perairan laut yang mengelilingi tanah air Indonesia sa ngat bermanfaat sebagai prasarana trans portasi. Sejak za man da-hulu, bangsa Indonesia terkenal sebagai

Gambar 3-9. Transportasi laut.(Sumber: www.lensa.net)Gambar 3 9 Transportasi laut

Gambar 3-8 Penambangan minyak dan gas bumi

54

KonservasiKonservasi adalah salah satu bentuk usaha pengelolaan secara berkelanjutan dengan • fungsi utama adalah penyedia bibit.

Se jumlah lokasi perlu disediakan sebagai dae rah cadangan (konservasi), dalam arti di-• gunakan sebagai daerah perlindungan dan pelestarian alam.

Di Indo nesia ada beberapa lokasi yang dijadikan daerah konservasi laut, dalam bentuk • cagar alam, suaka marga satwa, taman laut, dan sebagainya. Sebagai contoh, Taka Bonerate dan Wakatobi.

pelaut. Ingatkah ka li an akan nyanyian ten tang nenek moyang ku orang pelaut? Coba di antara kalian siapa yang dapat menyanyikannya?

Rekreasi Laut

Wilayah pantai merupakan daerah yang menarik untuk rekreasi dan bersantai. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila pa da hari libur, pantai-pantai diserbu oleh ma sya rakat yang berniat melepaskan ke je-nuh an dari kegiatan rutin sehari-hari. Ber-ba gai macam aktivitas dapat dilakukan di pan tai pada hari Minggu dan libur. Banyak di antara mereka yang mandi, berperahu, me mancing, dan sebagainya. Umumnya

Gambar 3-10. Tempat menginap wisatawan di tengah laut, Riau. (Foto: M. Kasim Moosa)Gambar 3 10 Tempat menginap wisatawan di tengah

me reka membawa bekal makanan dari ru-mah untuk dinikmati sambil berekreasi.

B. Perusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut

Pada pelajaran sebelumnya sudah di-pelajari potensi sumber daya pesisir (SDP) dan laut (SDL) Indonesia. Potensi SDP dan SDL telah dimanfaatkan untuk kegiatan eko nomi penduduk, terutama penduduk di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Se-cara umum pemanfaatan SDP dan SDL be-lum dilakukan secara optimal. Tetapi di se ba-gian wilayah, pemanfaatan sumber daya ini telah dilakukan secara berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir dan laut.

Kerusakan terjadi pada ekosistem hu-tan mangrove dan terumbu karang. Indone-

sia mempunyai hutan mangrove seluas 430 juta hektar. Sebagian besar dari hutan ter-sebut telah ditebang dan hanya sebagian ke cil saja yang masih tersisa. Kerusakan hu tan mangrove terjadi di hampir seluruh wi la yah pesisir Indonesia.

Menurut hasil penelitian LIPI, sebagian be sar, yaitu sekitar 70 persen terumbu ka-rang Indonesia dalam kondisi rusak. Ha nya 6 persen terumbu karang dalam ke ada an yang sangat baik dan 24 persen da lam keadaan baik. Tingkat kerusakan ber va ria-si antar wilayah, dengan kerusakan yang terparah terdapat di bagian barat Indo ne-sia.

55

Kerusakan hutan mangrove dan terum -bu karang disebabkan oleh beberapa ke giat-an, antara lain penebangan hutan mang -rove secara berlebihan, perikanan yang me rusak, penambangan pasir dan ba tu ka rang, pariwisata, pencemaran, sedimen-tasi, dan abrasi.

1. Penebangan Hutan Mangrove secara BerlebihanIndonesia dikenal sebagai negara

yang kaya dengan hutan mangrove. Hu tan mangrove terluas terdapat di Papua men-capai hampir 3 juta hektar atau 69 persen dari total hutan mangrove di Indonesia.

Sebagian besar dari mangrove Indonesia telah dimanfaatkan secara berlebihan. Di banyak daerah, hutan bakaunya telah men-capai kondisi yang mengkhawatirkan. Se ba-gai contoh, penebangan hutan di Provinsi Kalimantan Barat dan Jawa Timur telah men capai lebih dari 90 persen, di Sulawesi Uta ra lebih dari 80 persen, dan di Papua te-lah lebih dari 50 persen. Jadi hampir semua telah rusak.

Penebangan hutan mangrove ber kait-an dengan kegiatan ekonomi dan pem ba-ngunan. Pada awalnya penebangan hutan mangrove dilakukan penduduk pesisir un-tuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-ha-

ri, seperti untuk kayu bakar, pembangunan rumah, dan lahan pertanian.

Tetapi akhir-akhir ini hutan mangrove di tebang untuk tujuan komersil, seperti tam bak udang dan ikan, serta pembalakan dan perdagangan kayu bakau. Selain itu, pe nebangan juga dilakukan untuk kegiatan pem bangunan, seperti daerah industri dan per mukiman transmigrasi.

2. Perikanan yang MerusakKegiatan perikanan yang merusak ter-

sebar di seluruh wilayah Indonesia. Ke giat-an ini dilakukan melalui berbagai cara yang da pat kelompokkan menjadi dua bagian, yai tu penggunaan alat dan bahan yang me-rusak dan tangkap lebih.

a. Penggunaan Alat dan Bahan yang Me rusak Penangkapan ikan dan biota laut meng-

gunakan alat dan bahan yang merusak ter-jadi di seluruh wilayah Indonesia. Alat dan bahan yang digunakan berbeda-beda an-tar daerah, seperti bahan peledak (bom), ba han beracun (sianida, akar bahar), pukat hari mau, dan bubu dasar.

Bahan Peledak – Bom

Tujuan utama penggunaan bom ikan ada lah untuk mendapatkan hasil yang ba nyak dengan cara yang mudah dan da lam waktu yang singkat. Ke giatan ini biasanya dilakukan di wilayah yang banyak terumbu karangnya dan se ki tar pulau-pulau kecil, terutama pulau-pu lau yang tidak berpenghuni sehingga re latif aman untuk penggunaan bahan yang dilarang tersebut.

Berdasarkan tujuannya, nelayan peng-guna bom dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, kelompok nelayan lokal yang menangkap ikan untuk memenuhi kebu tuh-an hidup keluarga sehari-hari. Kelompok ini seringkali beroperasi di luar desa atau Gambar 3-11. Penebangan hutan mangrove.

(Sumber: www.wwf.org.ph)

56

Cara yang mudah untuk mendapat kan ikan, terutama di tem pat-tem pat yang sulit untuk mendapat kan ikan.

Mengikuti nelayan lain dari luar wi la-yah tersebut yang telah meng gunakan bom.

Memenuhi kebutuhan hidup ke luarga sehari-hari yang semakin sulit.

Penggunaan Racun

Penggunaan racun terdiri dari dua je-nis, yaitu alamiah, seperti akar tuba; dan ba han kimia, seperti potasium sianida (po-tas). Penggunaan racun biasanya untuk me-nangkap ikan hidup, misalnya ikan hias dan ikan-ikan yang berharga tinggi, misalnya Na poleon (Chelinus undulatus), Garupa (Ce palopholis miniata), Kerapu, dan udang Lobster.

Penangkapan ikan menggunakan potas meningkat cukup pesat di seluruh wilayah Indonesia. Cara ini mudah dilakukan dan se cara ekonomi sangat menguntungkan ka rena merupakan komoditi ekspor. Harga Gambar 3-12. Mencari ikan dengan bahan peledak (bom).G b 3 12 M i ik d b h l d k (b )

Gambar 3-13. Dampak penggunaan bom pada karang dan ikan. Atas: Ikan hasil pengeboman.Bawah: Kerusakan karang.

de sa-desa sekitarnya. Biasanya nelayan menang kap ikan sendiri-sendiri atau dalam ke lompok kecil. Kedua, kelompok nelayan yang bekerja pada pengusaha perikanan, se perti tauke, bos, dan punggawa. Kelom-pok ini biasanya menggunakan kapal ikan dengan peralatan teknologi yang lebih mo-dern, jika dibandingkan dengan kelom pok pertama. Wilayah tangkapnya juga le bih jauh dari desa-desa nelayan, bahkan me-lam paui batas-batas provinsi, karena itu memerlukan waktu yang cukup lama da-lam sekali melaut.

Penggunaan bom sudah dilarang oleh pemerintah Indonesia melalui peraturan Pe me rintah. Sebagian nelayan sudah ber-henti menggunakan bom. Tetapi kegiatan ini belum sepenuhnya dapat dihentikan ka-rena sebagian nelayan masih terus memakai bahan peledak ini dengan alasan:

Gambar 3-13. Dampak penggunaan bom pada karang

(Sumber: www.panyingkul.com)

G b 3 13 D k

(Sumber: webshot.com)

57

ikan hidup sangat mahal, misalnya kerapu ber kisar Rp80.000 per kg dan napoleon yang mencapai Rp150.000 per kg. Harga ikan karang hidup lebih tinggi lagi di pasar in ter nasional, yaitu 6–8 kali lebih mahal dari harga di tingkat nelayan. Di samping itu, permintaan akan jenis-jenis ikan ter se-but cukup tinggi dan terus meningkat di pa sar, terutama pasar luar negeri, seperti Singa pura, Hong Kong, dan Jepang.

Penangkapan ikan dengan potas mem -butuhkan biaya yang cukup mahal. Peng-gu na an potas biasanya dilakukan oleh ne la yan-nelayan yang bekerja de ngan pe -ng usaha ikan (bos, tauke, atau punggawa) dan/atau perusahaan-perusahaan perikan-an tertentu. Nelayan-nelayan lokal ba nyak yang mendapat modal dari pe ng usa ha ikan untuk menggunakan potas. Se bagai kom-pensasi, nelayan tersebut ha rus menjual ikan karang hidup hasil tang kapan kepada pemilik modal tersebut, biasa nya dengan harga yang lebih murah da ri harga pasar.

Penggunaan potas menyebabkan ke-rusakan fi sik terumbu karang. Ikan-ikan yang terkena racun menjadi pingsan dan ma -suk ke dalam terumbu. Untuk mengambil ikan-ikan tersebut, nelayan seringkali meng -hancurkan terumbu karangnya. Sedang -kan terumbu karang yang terkena ra cun mengalami pemutihan, dan menurut be be -

rapa peneliti, terumbu karang akan ma ti se-telah tiga bulan penyemprotan.

Penggunaan Peralatan yang Meru sak

Beberapa jenis alat tangkap merusak sumber daya laut, seperti bubu dasar, jaring muro ami, pukat harimau, dan jangkar pe-rahu.

Penggunaan bubu dasar mempunyai dampak langsung terhadap kerusakan te-rumbu karang. Nelayan membongkar te-rum bu karang dan patahannya digunakan un tuk menindih bubu di dasar laut. Bubu di letakkan di antara terumbu karang, agar ti dak terbawa arus, maka bubu tersebut di beri pemberat atau ditindih dengan pa-tahan karang mati atau karang hidup yang diambil di sekitar lokasi penempatan bubu tersebut.

Muro ami adalah jaring yang berukuran besar (sekitar 200 meter) yang digunakan untuk menangkap ikan di sekitar terumbu karang. Penggunaan jaring ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Pu-lau Seribu sampai Bangka-Belitung. Nelayan yang berjumlah banyak menggiring ikan ke arah jaring dengan cara memukul-mukul karang. Kegiatan inilah yang menyebabkan kerusakan terumbu karang.

Pukat harimau atau trawl adalah jenis alat tangkap yang merusak, khususnya ke-

Gambar 3-15. Penggunaan jaring muro ami oleh nelayan.(Sumber: www.howardhall.com)

Gambar 3-14. Penggunaan racun potassium sianida dalam menangkap ikan.(Sumber: COREMAP - LIPI)

Gambar 3-14. Penggunaan racun potassium sianida

58

lestarian sumber daya ikan. Penggunaan pu kat harimau membinasakan ikan dan bio ta laut yang bukan menjadi target pe-nangkapan. Semua ikan dan biota laut yang terperangkap dalam jaring pukat, termasuk ikan-ikan dan biota yang masih kecil-kecil, ikut terangkat. Anak-anak ikan tersebut ti-dak dapat dimanfaatkan sehingga di buang lagi ke laut. Menurut Direktorat Jen deral Perikanan, sekitar 80 persen hasil tang kap trawl tidak dimanfaatkan, dan ka rena itu dibuang lagi ke laut. Selain itu, peng guna-an pukat harimau juga merusak habitat, ter-utama kondisi fi sik dasar laut.

b. Tangkap Lebih Kegiatan perikanan yang merusak ju ga

dapat disebabkan penangkapan yang di-lakukan secara berlebihan sehingga meng-ganggu kelangsungan hidup (kelestarian) ikan dan biota laut lainnya.

Tangkap lebih di suatu daerah dapat di-ketahui dari beberapa tanda. Salah satunya adalah menurunnya produksi ikan dan biota lainnya secara signifi kan sehingga nelayan sulit mendapatkan hasil tangkapan. Contoh lain adalah meningkatnya penggunaan bu-bu berukuran kecil. Hal ini dapat menjadi tan da telah terjadi tangkap lebih karena ikan-ikan besar sudah sulit diperoleh di tem pat tersebut.

Penyebab terjadinya tangkap lebih, an ta ra lain meningkatnya jumlah nelayan yang menangkap ikan di suatu wilayah tang kap dan penggunaan bahan dan alat yang merusak.

3. Penambangan Batu Karang dan PasirPenambangan batu karang dan pa sir

merupakan kegiatan ekonomi yang dilaku-kan di sebagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Penambangan batu karang banyak ditemukan di Provinsi Nusa

Gambar 3-16. Penggunaan jangkar yang merusak terumbu karang.(Sumber: www.noaanews.noaa.gov)

Selain alat tangkap, jangkar perahu juga menyebabkan kerusakan terumbu ka-rang. Kerusakan ini terutama terjadi di pu-sat-pusat penangkapan ikan karang dan lo-kasi-lokasi wisata laut. Tempat-tempat yang karangnya indah dan unik merupakan pu sat penyelaman dan kunjungan turis. Banyak perahu yang membuang jangkarnya di tempat-tempat tersebut. Akibatnya, ba nyak karang yang patah dan hancur tertimpa jangkar. Kerusakan semakin besar pada sa-at ombak menarik-narik tali pengikat jang-kar, menyebabkan terumbu karang di se ki-tarnya menjadi patah atau hancur.

Gambar 3-17. Pemanfaatan batu karang dan pasir untuk bangunan.(Sumber: COREMAP - LIPI)

Gambar 3-17. Pemanfaatan batu karang dan pasir untuk

59

Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara (Sumut), Sulawesi Uta ra (Sulut), dan Maluku. Sedangkan pe-nam bangan pasir terbesar terdapat di Pro-vinsi Riau dan Kepulauan Riau.

Batu karang dan pasir digunakan seba-gai bahan bangunan. Batu karang juga di-gunakan sebagai bahan baku pembuatan ka pur. Penambangan bertujuan untuk me -me nuhi kebutuhan pembangunan ru mah dan fasilitas sosial, seperti jalan dan jem bat-an di daerah setempat.

Penambangan batu karang dan pasir merupakan kegiatan yang merusak sumber daya pesisir. Penambangan batu karang mem punyai dampak langsung terhadap ke rusak an terumbu karang. Penambangan juga dapat menyebabkan abrasi pantai ka rena hilangnya karang yang berfungsi se bagai pelindung pantai. Selain itu, peng-gali an batu karang dan penambangan pa-sir dapat meningkatkan sedimentasi yang dapat menutupi terumbu karang di sekitar-nya.

Meskipun penambangan terumbu ka-rang dilarang pemerintah, tapi masih ba-nyak penduduk pesisir yang melanggar de ngan alasan ekonomi. Penambangan ka-rang merupakan usaha yang cukup mudah dan memberikan hasil yang lumayan. Peng-ambilan karang tidak membutuhkan modal yang besar karena alat yang digunakan se-derhana, berupa linggis dan pemecah batu karang.

4. Pariwisata Kegiatan pariwisata bermanfaat bagi

wisatawan atau turis dan masyarakat pe-sisir. Namun jika tidak dilakukan secara hati-hati dapat merusak sumber daya pe sisir dan laut. Kerusakan terjadi karena pe rilaku wisatawan dan pelaku pariwisata (peng usa-ha wisata, hotel, travel, pedagang) yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem pesisir dan laut.

Perilaku wisatawan yang dapat merusak ekosistem pesisir dan laut, antara lain:

Membuang sampah sembarangan•

Menginjak-injak terumbu karang•

Mengambil terumbu karang yang ma-• sih hidup

Perilaku pengelola pariwisata yang dapat merusak ekosistem pesisir dan laut, antara lain:

Melakukan reklamasi pantai tanpa • mem perhatikan peraturan yang ber-laku. Membangun gedung, sarana, dan fa silitas tanpa memperhatikan stan dar yang berlaku.

Gambar 3-18. Kegiatan wisata yang merusak terumbu karang.(Sumber: http://gtresearchnews.gatech.edu)

Mengambil karang hidup untuk tujuan • komersil, se per ti cen de ra mata atau suvenir, pembangun an gedung, dan sarana wi sa ta.

Membuang sampah dan limbah wis-• ata secara sembarangan karena ti dak adanya sistem pengolahan sam pah.

Membuang jangkar sembarangan, • ter utama di lokasi-lokasi terumbu ka-rang.

Hal tersebut dapat terjadi karena: Pertama, wisatawan dan pelaku pariwisata belum mengetahui kegiatan apa saja yang diperbolehkan dan yang dilarang. Ke dua,

Gambar 3 18 Kegiatan wisata yang merusak

60

mereka sudah tahu tetapi tidak meng-indahkan ketentuan yang berlaku karena men cari kesenangan semata, atau bagi pa-ra pelaku pariwisata untuk mendapatkan ke untungan yang sebesar-besarnya.

Kegiatan pariwisata yang dilakukan se cara besar-besaran dan/atau tanpa mem-per hatikan ketentuan dapat menyebabkan terjadinya:

Abrasi pantai, yaitu pengikisan pan tai • oleh air laut yang terjadi ka rena pem-bangunan gedung, sa rana, dan fasi-litas wisata yang ti dak mem per hati-kan ketentuan yang berlaku.

Sedimentasi atau pengendapan, yai tu • penumpukan lumpur pada da sar per-airan laut sebagai akibat pem ba ngun-an gedung dan sarana wi sata.

Pencemaran atau polusi, yaitu ma suk -• nya sampah dan limbah dari ke giat an wisata dalam jum lah yang be sar me-lebihi batas to leran si se hing ga mem-bahayakan ke hi dup an di ling kung an pesisir dan laut.

5. PencemaranPencemaran adalah masuknya benda-

ben da asing atau zat pencemar ke laut yang membahayakan kehidupan ikan dan bio ta laut serta lingkungan di sekitarnya. Zat pencemar berasal dari limbah atau sam pah rumah tangga, industri, dan per ta-ni an, baik yang dibuang langsung ke laut mau pun melalui sungai sampai ke laut, dan se bagian terdampar di pantai.

Gambar 3-20. Abrasi pantai karena pembangunan gedung yang tidak memperhatikan ketentuan.(Sumber: www.panyingkul.com)

Gambar 3-19. Kegiatan wisata yang mengakibatkan tumpukan sampah di pantai.(Sumber: http://konservasipapua.blogspot.com)

Gambar 3-21. Limbah industri dan sampah menyebabkan pencemaran di wilayah pesisir.(Sumber: http://akuinginhijau.wordpress.com)

Gambar 3 21 Limbah industri dan sampah menyebabkan

Pencemaran sudah menjadi masalah serius di sebagian besar wilayah pesisir In-do nesia. Kondisi ini berkaitan dengan se -makin meningkatnya jumlah sampah. Di Te luk Jakarta dan Kepulauan Seribu, mi sal-nya, jumlah sampah meningkat dua kali li-pat antara tahun 1985 dan 1995.

Limbah atau sampah dapat dikelom-pokkan menjadi dua bagian, yaitu sampah or ganik dan anorganik. Sampah organik ber asal dari limbah tumbuhan dan hewan, se perti potongan kayu, sisa-sisa daun, po-hon, jerami, enceng gondok, dan lainnya.

Gambar 3 20 Abrasi pantai karena pembangunan

61

Gambar 3-23. Limbah pabrik yang mengalir ke laut.(Sumber: http://bennysyah.edublogs.org)

b. Limbah IndustriSelain limbah rumah tangga, pabrik-

pa brik industri juga menjadi sumber pen-cemaran laut. Limbah industri biasanya ber-bentuk sampah anorganik yang berbentuk pa dat, (seperti botol dari gelas, kantong plas tik, kaleng minuman, karton, dan bola lam pu) serta yang berbentuk cair dan ba-han kimia.

Gambar 3-22. Sampah limbah rumah tangga.(Sumber: www.marine-litter.gpa.unep.org)Gambar 3 22 Sampah limbah r mah tangga

Sam pah anorganik terdiri dari limbah plas-tik, gelas, kaleng, dan styrofoam.

Limbah yang terdampar di pantai dan me ngalir ke laut jumlahnya bervariasi ter-gantung musim. Pada musim angin ken-cang, seperti angin barat, jumlah sampah re latif kurang jika dibandingkan dengan sampah pada musim angin tenang, musim timur. Pada musim angin kencang, sampah-sampah langsung dibawa arus ke tengah lautan dan sebaliknya dengan pada musim angin tenang, sehingga sebagian sampah terdampar di pantai.

a. Limbah Rumah TanggaLimbah rumah tangga merupakan

sumber pencemaran yang banyak ditemu-kan di wilayah pesisir dan laut. Limbah ini be rupa sampah padat yang dibuang oleh ru mah tangga. Kebanyakan penduduk di pe sisir dan pulau-pulau kecil Indonesia, khu-sus nya yang rumahnya berada di pinggir dan atas laut, masih membuang limbahnya lang sung ke laut.

Dulu, kebanyakan sampah rumah tang -ga berasal dari sampah organik, se per ti sisa makanan. Tetapi akhir-akhir ini kebutuhan rumah tangga banyak ber sum ber dari ba-han anorganik, seperti kan tong plastik, bo-tol plastik, dan kaleng. Aki bat nya, rumah tang ga juga banyak meng hasilkan sampah an organik.

c. Limbah PertanianKegiatan pertanian juga mempunyai

andil dalam peningkatan pencemaran di wilayah pesisir dan laut. Pencemaran ter-utama bersumber dari penggunaan pu-puk, pestisida, herbisida, dan limbah per-tanian. Meningkatnya kegiatan tambak, ter utama tambak udang di sebagian wi-layah pesisir Indonesia juga berdampak pa da meningkatnya limbah tambak yang mengalir ke laut.

6. Pengendapan (Sedimen tasi)Pengendapan atau sedimentasi adalah

penumpukan lumpur atau pasir di dasar per airan. Endapan berasal dari lumpur atau pa sir daratan yang mengalir melalui sungai atau air hujan yang menutupi kawasan hu-tan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.

62

Pengendapan terjadi melalui dua pro-ses. Pertama, pengendapan terjadi karena pro ses alam. Endapan lumpur atau pasir mengalir melalui sungai dan air hujan tanpa adanya campur tangan manusia. Kedua, pe ng endapan terjadi karena perbuatan ma nu sia, seperti penebangan hutan, per-la dangan berpindah, perkebunan, pem-ba ngunan rumah dan bangunan di wila-yah dataran tinggi dan pesisir. De ngan de mikian, pengendapan semakin me ning-kat dengan meningkatnya jumlah pen du-duk dan kegiatan pembangunan.

Endapan lumpur atau pasir menu tup • mulut koloni karang batu, aki batnya koloni karang tersebut akan mati.

Banyaknya lumpur juga menyebab kan • perairan di sekitar kawasan te rumbu karang menjadi keruh.

Sinar matahari tidak dapat men ca pai • dasar laut, akibatnya meng ganggu proses fotosintesis zooxanthella.

Selain mengancam kelestarian eko-sis tem pesisir dan laut dangkal, mening-kat nya pengendapan juga mengganggu kehidupan masyarakat di sekitarnya. Ke-rusakan hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang menyebabkan berku-rangnya hasil, seperti ikan, kepiting, te-ripang, dan udang.

7. AbrasiAbrasi adalah pengikisan pantai oleh air

laut. Tanda-tanda terjadinya abrasi, antara lain hilangnya sebagian hutan mangrove, tum bangnya pohon-pohon, dan robohnya ru mah-rumah penduduk di sepanjang pan-tai karena terkikis oleh gelombang.

Seperti pengendapan, abrasi disebab-kan oleh faktor alam dan perbuatan ma-nusia. Abrasi karena faktor alam terjadi ka rena adanya pengikisan pantai oleh ge-lom bang atau ombak secara terus-menerus tan pa campur tangan manusia. Abrasi se cara alami ini terutama terjadi pada mu-

Gambar 3-24. Laut dengan sedimentasi yang tinggi dan dipenuhi sampah.(Sumber: www.fl ickr.com)

Gambar 3-25. Abrasi di wilayah pesisir.

Banyaknya pengendapan dapat meng-ancam kelestarian hutan mangrove. Me-ning katnya endapan lumpur dan pasir me nyebabkan tertutupnya akar-akar mang -rove dan keringnya genangan air di ka-was an hutan tersebut. Akibatnya, pohon-po hon di kawasan hutan mangrove tidak da pat tumbuh dengan baik sehingga akan me rana atau mati.

Demikian juga di padang lamun, ba-nyaknya endapan dapat menyebabkan ter-tutupnya padang lamun. Akibatnya, tum-buhan dan hewan yang hidup di ekosistem lamun ini akan merana atau mati.

Meningkatnya pengendapan juga da-pat menyebabkan kerusakan ekosistem te-rumbu karang, karena:

Gambar 3-24. Laut dengan sedimentasi yang tinggi dan

63

sim angin kencang dimana arus dan ge lom-bang laut yang sangat kuat menerpa pantai secara terus-menerus.

Abrasi juga dapat terjadi karena per-buatan manusia yang merusak lingkungan sehingga menyebabkan hilangnya pelin-dung pantai dari kuatnya hempasan gelom-bang. Perbuatan yang menyebabkan abra-si, antara lain:

Penebangan hutan mangrove•

Penambangan karang batu•

Pembangunan dermaga •

Pembuatan gedung-gedung dan ru-• mah di sepanjang pantai

Abrasi merusak lingkungan dan meng-ganggu kehidupan masyarakat pesisir. Ke-rusakan lingkungan yang terjadi adalah hi lang nya sebagian hutan mangrove dan pohon-pohon di sepanjang pantai, ber-

Gambar 3-26. Pembangunan gedung dan rumah dapat menyebabkan abrasi di wilayah pesisir. (Sumber: www.oxfamindonesia.wordpress.com)

C. Peran Masyarakat dalam Mengurangi Kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Laut

ka ta lain, kehidupan ekonomi masya rakat pe sisir juga akan memburuk dan kesejah te-ra an nya juga akan menurun.

Masyarakat mempunyai peran penting untuk mengurangi kerusakan sumber daya pe sisir dan laut. Ada beberapa upaya yang da pat dilakukan, antara lain mengurangi be ban laut (memerangi sampah) serta me-ng gunakan bahan dan alat tangkap yang ti dak merusak

1. Kearifan Lokal Meskipun pada pelajaran yang lalu te-

lah dipelajari kerusakan sumber daya pe-sisir dan laut karena ulah manusia, tetapi tidak semua perilaku manusia me rusak ling-kungan, bahkan sebaliknya me nun juk kan

ku rangnya keanekaragaman hayati, dan masuk nya air laut ke dalam tanah di se ki tar permukiman penduduk. Sedangkan gang-guan terhadap kehidupan masyarakat, an-tara lain adalah hilangnya sebagian rumah-rumah di permukiman penduduk pesisir dan berkurangnya pendapatan nelayan.

Ilustrasi

Kerusakan sumber daya pesisir dan laut merugikan masyarakat, khususnya ma-syarakat pesisir. Sebagaimana kita ketahui, se bagian besar masyarakat di wilayah pe-sisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia me-ng gantungkan kehidupannya pada hasil laut. Apabila sumber daya pesisir dan laut se makin rusak, maka hasil laut pun akan se-makin berkurang.

Keadaan ini tidak dapat dibiarkan kare -na akan mengganggu kehidupan ma sya -ra kat pesisir. Penurunan hasil laut tidak ha nya menyebabkan penurunan pen da-pat an nelayan saja, melainkan juga masya -rakat lainnya, seperti pedagang ikan, bu ruh angkut, tukang becak, sopir tak si, pe dagang makanan, dan lainnya. De ngan

Ilustrasi

64

dampak positif yang menjaga keles tari an sumber daya alam tersebut.

Pengetahuan dan kebiasaan menjaga kelestarian alam ini dikenal dengan istilah kearifan lokal (indigenous knowledge). Ke -arifan lokal tumbuh dan berkembang da-lam kehidupan masyarakat tradisional di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Ke-arif an lokal merupakan hasil interaksi dan adap tasi masyarakat dengan lingkungan alam di sekitarnya. Pengetahuan yang di-peroleh dari pengalaman ini kemudian di-sebarkan dan dipraktekkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi be rikutnya.

Masyarakat pesisir menggunakan pe-nge tahuan sumber daya alam mereka un-tuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-ha ri. Dari pengalaman turun-temurun, ne layan dapat mengetahui keadaan iklim, angin, arus, dan migrasi burung-burung. Ne layan menggunakan pengetahuan me-reka sebagai penuntun dalam kegiatan me -nangkap ikan di laut. Mereka dapat menan-d ai tempat-tempat penangkapan ikan dan biota laut lainnya. Dengan demikian, ne -layan tradisional mengetahui di mana me -reka akan menangkap ikan, kapan me re ka akan melaut, dan jenis ikan apa yang ba-nyak di tempat tersebut.

a. Sasi dari MalukuSasi merupakan salah satu contoh sis-

tem pengelolaan sumber daya alam laut yang berkembang pada masyarakat di Ma-luku. Sasi merupakan bagian dari per aturan adat yang mengatur wilayah pe nangkapan ikan dengan cara petuanan. Tujuan utama dari sasi adalah pengaturan tata ruang laut secara tradisional agar sumber daya laut, ikan, dan biota laut lainnya dapat ber-manfaat bagi kehidupan ekonomi ma sya-rakat secara berkelanjutan.

Sasi mengatur penangkapan ikan dan bio ta laut untuk jangka waktu tertentu, ter-

masuk waktu tangkap, jenis alat, ukuran ikan, dan biota laut yang ditangkap. Dalam sasi diatur waktu kapan masyarakat boleh dan tidak boleh menangkap hasil laut. Wak tu saat masyarakat boleh menangkap ikan dikenal dengan istilah buka sasi dan se-baliknya ketika masyarakat tidak boleh me-nang kap dinamakan tutup sasi. Dalam sasi ju ga diatur berapa ukuran ikan dan biota laut yang boleh ditangkap dan yang harus di lepaskan ke laut agar dapat tumbuh dan ber kembang. Selain itu, dalam sasi ju ga di-atur jenis-jenis alat tangkap yang bo leh dan ti dak boleh digunakan dalam me nangkap ikan. Pengaturan ini sangat ber man faat un-tuk menjaga kelestarian ikan dan hasil laut lain nya.

Gambar 3-27. Tutup sasi di Maluku.G b T i di M l k

Gambar 3-28. Buka sasi di Maluku.

65

Awalnya masyarakat Maluku melak sa-nakan semua aturan yang tercantum dalam sasi. Jika terdapat pelanggaran, maka para pe langgar diharuskan membayar sanksi dan denda yang telah ditetapkan secara adat. Masyarakat tradisional Maluku per-caya bahwa sasi mempunyai kekuatan gaib, karena itu pelanggar akan menerima hu kuman, baik fi sik maupun kejiwaan, bah-kan bisa berupa kematian.

Sekarang pelaksanaan sasi sudah me-mudar, bahkan di banyak tempat sudah ti dak berlaku lagi. Beberapa faktor yang me nyebabkan melemahnya sasi, antara lain pengelolaan sasi tidak dilakukan se-cara adat lagi, melainkan oleh gereja dan ‘orang’ atau ‘kelompok’ tertentu. Faktor lain ada lah diberlakukannya UU No. 5 tahun 1979 yang mencantumkan bahwa kepala desa juga merupakan kepala adat. Padahal, tidak semua kepala desa memahami adat istiadat setempat.

b. Sasisen dari Biak, PapuaSasisen adalah contoh kearifan lokal

dalam bentuk perlindungan wilayah laut dan darat yang berkembang di masyarakat tradisional Padaido, Biak, Papua. Menurut ba hasa Biak, sasisen berasal dari kata si-sen yang berarti kunci atau tutup. Kata si sen mendapat awalan sa, sehingga ber-arti larangan atau penutupan. Dengan de-mi kian, sasisen adalah larangan untuk me-nang kap ikan dan hasil laut dalam wilayah tertentu.

c. Malombo dari Salurang, Sangihe Ta laut, SulutMalombo adalah upacara pengelolaan

sumber daya laut yang dipraktekkan ma sya-rakat Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut. Upacara dilakukan untuk menangkap ikan tude bersama-sama masyarakat dengan meng gunakan jaring khusus darombo atau ja la tude. Ketika ikan tude sudah besar dan

di wilayah penangkapan (nyare), seorang to naas, yaitu pimpinan nelayan memukul ken tongan (manengkoho) untuk memberi ta hu masyarakat akan diadakannya upacara malombo.

Upacara malombo mempunyai fungsi so sial. Kegiatan penangkapan ikan yang di-lakukan bersama-sama memberikan makna pentingnya kerja sama dan gotong royong dan pemerataan di kalangan masyarakat. Sebagian hasil tangkapan warga juga di si-sih kan untuk dibagikan kepada para jan da dan orang-orang tua yang tidak mam pu. Apa bila ada kematian pada saat upa cara ber langsung, maka semua hasil tang kap-an diserahkan pada keluarga yang me ning-gal.

Selain fungsi sosial, upacara malombo juga mempunyai fungsi konservasi. Penen -tuan waktu tangkap, besar ikan yang di-tangkap, dan alat tangkap yang diguna kan memberikan makna pentingnya pe les tarian ikan tude di Desa Salurang. Masya rakat mem berikan kesempatan bagi ikan tude un tuk tumbuh dan berkembang, sam pai wak tu tertentu di mana hasil laut ter sebut da pat ditangkap. Demikian juga de ngan pe ng gunaan jala, merupakan alat tang kap yang tidak merusak terumbu ka rang yang men jadi tempat hidup ikan tude. Untuk men jaga wilayah tangkap (nyare), ma sya ra-kat melarang penggunaan bom dan potas.

Gambar 3-29. Upacara Malombo.(Sumber: www.baileo.or.id)

66

2. Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap yang Ramah Ling kung anPada pelajaran sebelumnya kalian su-

dah belajar bahan dan alat tangkap yang merusak keberlanjutan sumber daya pesisir dan laut. Untuk mengurangi kerusakan sumber daya alam ini, maka masyarakat pe-sisir juga dapat berperan aktif dengan cara meng hentikan penggunaan bahan dan alat tangkap yang merusak tersebut dan meng-gantikannya dengan bahan dan alat tang-kap yang ramah lingkungan.

Kesepakatan Masyarakat Mengenai Peng gunaan Bahan dan Alat Tangkap

Untuk melindungi dan menjaga terum-bu karang dan sumber daya laut lainnya, ne layan menyepakati alat tangkap yang bo leh dan tidak boleh digunakan dalam wi-layah tangkap di daerahnya.

Alat Tangkap yang Diperbolehkan

Pancing oleh nelayan di seluruh wi-• layah pesisir

Bubu hanyut oleh nelayan ’pa to rani’, • Sulawesi Selatan

Bagan apung oleh nelayan Kepu lauan • Tiga, Natuna

Pukat bilis oleh nelayan Sinempak, • Biak

Alat Tangkap yang Dilarang

Pukat harimau (trawl) oleh nelayan • di Kepulauan Tiga, Natuna dan Sinem-pak, Biak.

Pukat dasar dan sejenisnya oleh ne la-• yan Pulau Medang, Kepulauan Riau yang kemudian dicantumkan dalam per aturan desa.

Bom dan bius (potas) oleh nelayan Gili • Air NTB yang kemudian dituangkan dalam peraturan desa.

Ba gan tancap. •

3. Pengelolaan Pesisir dan Sum ber Daya LautMasyarakat dapat berpartisipasi lang-

sung dalam pengelolaan pesisir dan sum-ber daya laut. Ada berbagai cara yang da-pat dilakukan, antara lain:

Mencegah kegiatan yang merusak hu tan • bakau, lamun, dan terumbu ka rang.

Melakukan upaya rehabilitasi dan pe-• lestarian hutan bakau, misalnya de ngan penanaman pohon bakau.

Mengurangi penangkapan atau gang-• guan terhadap satwa langka, seperti penyu sisik dan elang laut.

Menetapkan daerah perlindungan te -• rum bu karang, termasuk daerah perlin-dungan inti, seperti di Pulau Telur, De-sa Temiang, Kepulauan Ri au, daerah pe nyangga yang melindungi dan men -dukung kegiatan perikanan se cara tra-disional dan tidak merusak, dan daerah serbagu na yang dapat di man faat kan ma syarakat untuk ber bagai ke giat an yang tidak merusak.

Memelihara sumber mata air dan sa-• rana air bersih untuk air minum.

Gambar 3-30. Penggunaan pancing untuk menangkap ikan.(Sumber: COREMAP - LIPI)

67

Mengelola sam pah dan sanitasi/keber-• sihan ling ku ng an un tuk menciptakan per mukiman yang sehat dan bersih.

4. Pariwisata yang Ramah Ling kungan

Kekayaan dan keunikan sumber daya pesisir dan laut merupakan modal utama da lam kegiatan pariwisata di wilayah pe si-sir dan laut atau dikenal dengan sebutan wisata bahari. Pemandangan yang indah, pasir pantai yang putih dan bersih, beraneka ragamnya ikan-ikan dan biota laut, serta ke unikan terumbu karang menjadi objek yang sangat menarik bagi para wisatawan.

Laut juga menjadi tempat yang sa-ngat cocok bagi wisatawan yang hobinya berenang dan menyelam. Banyak wisata-wan asing yang datang ke Indonesia untuk menikmati kekayaan dan keindahan bawah laut Indonesia. Mereka melihat berbagai jenis terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya yang tidak dapat mereka jumpai di negara-negara lain.

Kekayaan, keindahan, dan keunikan pan tai dan sumber daya laut ini perlu di-jaga dan dilindungi agar tetap menarik wisa tawan. Beberapa cara yang dapat dila-kukan oleh wisatawan, pengusaha wisata, dan ma syarakat adalah:

Membuang sampah pada tempat nya.•

Membuang jangkar perahu/kapal pa-• da tempat tertentu agar tidak merusak terumbu karang.

Menikmati keindahan terumbu ka-• rang dan biota bawah laut dengan ti dak menginjak-injak karang atau mengambil karang hidup.

Membuat/menjual/mengambil suve nir • yang berasal dari limbah laut, se per ti berbagai jenis kerang, si put, dan bu-nga karang yang mati dan ter dam par di pantai.

EkowisataApakah ekowisata itu? Ekowisata ada-

lah bentuk wisata yang mengandalkan ke indahan dan keunik an alam. Ekowisata ber tujuan untuk mem berikan pendidikan ten tang alam dan budaya lo kal agar ke-lestariannya dapat terjaga. Dalam ke giatan wisata ini, wisatawan ti dak hanya me-nikmati keindahan alam, me lainkan juga keragaman budaya lokal.

Gambar 3-32. Pengelolaan ekowisata yang melibatkan peran aktif penduduk pesisir.(Sumber: Siti Sulha, P2O - LIPI)

Gambar 3-31. Suvenir yang berasal dari limbah laut yang terdampar di pantai.(Sumber: COREMAP - LIPI)

Ekowisata berbeda dengan bentuk wi-sata lainnya. Perbedaan ini dapat diketahui dari prinsip-prinsip dalam kegiatan eko-wisata, yaitu:

68

Ringkasan

Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut yang luasnya mencapai 3,1 juta km2 (62%).

Sumber daya laut sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap, budi daya, pertambangan, transportasi, rekreasi, dan konservasi.

Teknik dan peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif (ber-gerak, seperti jala dan pukat) dan peralatan pasif (menetap di suatu tempat, se perti pancing dan bubu).

Kerusakan ekosistem pesisir disebabkan oleh perilaku manusia, seperti penebangan hutan mangrove secara berlebihan, perikanan yang merusak, tangkap lebih, pariwisata, dan pencemaran.

Kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan beracun merusak terumbu karang dan biota yang hidup di ekosistem tersebut.

Penambangan batu karang tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga menghilangkan fungsi karang sebagai pelindung pantai.

Perilaku wisatawan yang membuang sampah sembarangan dan menginjak-injak terumbu karang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang.

Pencemaran di laut berasal dari limbah rumah tangga, industri, dan pertanian.

Pengendapan disebabkan oleh proses alam dan perbuatan manusia yang merusak lingkungan di dataran tinggi dan wilayah pesisir.

Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut yang menyebabkan hilangnya pohon-pohon dan rumah-rumah penduduk di sepanjang pantai

Peran masyarakat dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut dapat di-lakukan melalui kearifan lokal, penggunaan bahan dan alat tangkap yang tidak me rusak, serta kegiatan sehari-hari yang mendukung pelestarian ekosistem ter sebut.

Menimbulkan dampak negatif yang • pa ling kecil pada lingkungan dan ma-syarakat setempat.

Memberikan kontribusi langsung pa-• da kegiatan konservasi (peles tarian ling kungan).

Meningkatkan pengetahuan dan ke-• sadaran wisatawan dan pen du duk se-tempat.

Sumber pendidikan dan penelitian bagi • wisatawan dan penduduk se tem pat.

Melibatkan peran aktif penduduk se-• tempat.

Memberikan kontribusi bagi kehi dup an • sosial ekonomi penduduk se tempat.

69

Soal

Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.

1. Mengapa Tanah Air Indonesia sangat tepat untuk menyebut negeri kita?

a. sebagian besar terdiri dari perairan

b. air mudah diperoleh di mana-mana

c. hujan turun sepanjang tahun

d. Indonesia dikelilingi oleh lautan

2. Dari kumpulan biota yang hidup di wilayah perairan pesisir, ada satu kelompok di antaranya yang tidak terendam seluruh batangnya dalam air laut. Sebutkan tumbuhan tersebut.

a. Rumput laut

b. Lamun

c. Karang

d. Bakau

3. Apakah alat-alat tangkap di bawah ini termasuk alat penangkapan pasif (beri tanda ps) atau aktif (beri tanda ak) ?

a. Pancing 1. ps 2. ak

b. Jala 1. ps 2. ak

c. Sudu 1. ps 2. ak

d. Bubu 1. ps 2. ak

alat ii

Kesepakatan masyarakat mengenai alat tangkap yang boleh dan tidak boleh di gu nakan dalam wilayah tangkap di daerahnya merupakan bentuk konkrit dari upaya ma syarakat dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut.

Kearifan lokal merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat da lam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan, seperti me ng atur waktu dan wilayah tangkap, jenis-jenis ikan dan biota laut yang ditangkap, ser ta perlindungan wilayah laut.

Ekowisata adalah bentuk wisata yang bertujuan meningkatkan pemahaman wi satawan tentang alam dan budaya lokal agar keindahan, keunikan, dan ke be ra gam annya dapat tetap terjaga.

70

4. Apa dampak penebangan hutan mangrove secara besar-besaran?

a. Lingkungan menjadi bersih

b. Semakin banyaknya ikan dan udang di sekitar hutan yang tersisa

c. Merusak ekosistem pesisir dan laut

d. Menguntungkan nelayan

5. Apa kegiatan masyarakat yang dapat melestarikan ekosistem terumbu karang?

a. Membuang sampah di pantai

b. Menanam mangrove

c. Menangkap ikan dengan racun atau bius

d. Menginjak-injak terumbu karang

6. Sebutkan kegiatan masyarakat yang melestarikan ekosistem terumbu karang

a. Membuang sampah di pantai

b. Menanam mangrove

c. Menangkap ikan dengan racun atau bius

d. Menginjak-injak terumbu karang.

7. Sebutkan alat tangkap yang dilarang

a. Pancing

b. Jaring apung

c. Bagan apung

d. Bahan peledak (bom)

8. Apa kegiatan yang tidak boleh dilaku kan masyarakat untuk mendukung pe nge lolaan sumber daya laut

a. Membuang sampah pada tem patnya

b. Mengambil terumbu karang hidup secara besar-besaran untuk dijual

c. Menanam pohon bakau

d. Menggunakan pancing untuk me nangkap ikan

Jawablah pertanyaan di bawah ini.

1. Jelaskan apa yang dimaksudkan kearifan lokal dalam pengelolaan pesisir dan sumber daya laut.

2. Apa yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mendukung pengelolaan pesisir dan sumber daya laut?

71

Tugas

Diskusi dengan teman-teman dalam kelompok

Pilih salah satu tugas di bawah ini yang kamu sukai.

1. Wawancara

Tema: Kerusakan Ekosistem Pesisir

Lakukan wawancara dengan camat/kepala desa/PPL Kelautan/tokoh masyarakat di sekitar sekolah

- Sejarah kerusakan

- Faktor-faktor yang berpengaruh

- Dampak kerusakan terhadap penduduk dan lingkungan di sekitar

- Upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mengatasi kerusakan.

2. Pengamatan Lapangan

- Pergi ke tempat pariwisata di pantai atau pulau-pulau kecil

- Amati perilaku wisatawan, pengelola wisata, pedagang, dan masyarakat di se kitarnya

- Diskusikan dalam kelompok:

Aktivitas yang mendukung pelestarian lingkungan•

Aktivitas yang merusak lingkungan•

Apa yang harus dilakukan oleh wisatawan, • pengelola wisata, pedagang, ma syarakat, dan pemerintah untuk pengembangan pariwisata di tempat ter sebut.

Dari hasil diskusi, masing-masing kelompok membuat satu karya tulis yang berisi:

Judul karya tulis•

Latar belakang pentingnya topik/tema • tulisan

Penjelasan tentang isi tulisan •

Kesimpulan atau penutup•

3. Jelaskan bagaimana limbah pertanian dapat menimbulkan pencemaran di laut.

4. Apa dampak penambangan batu karang terhadap ekosistem terumbu karang?

72

Glosari

Habitat• : rumah tinggal, misalnya habitat ikan adalah rumah tinggal ikan.

Konservasi• : perlindungan dan pelestarian alam, misalnya konservasi laut adalah perlindungan dan pelestarian sumber daya laut.

Abrasi• adalah pengikisan pantai oleh air laut.

Sedimentasi• adalah penumpukan lumpur atau pasir di dasar perairan (sungai dan laut).

SDA• kependekan dari Sumber Daya Alam.

SDL• kependekan dari Sumber Daya Laut.

SDP• kependekan dari Sumber Daya Pesisir.

Malombo• adalah upacara pengelolaan sumber daya laut yang dilakukan masyarakat Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut.

Sasi• adalah sistem pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan masyarakat di Ma-luku.

Sasisen• adalah sistem pengelolaan sumber daya alam (darat dan laut) yang dilakukan ma syarakat di Biak, Papua.

3. Membuat majalah dinding

Tema: Peran Masyarakat dalam Pelestarian Terumbu Karang

4. Membuat Suvenir

Tema: Pemanfaatan Limbah laut

73

Catatan:

74

Daftar Pustaka

Arifi n, Z., Samedi dan Soemodihardjo,.S. 2006. Southeast and East Asian Ecotones. Ecotone Phase I, 1992 – 2001: A Collaborative MAB Programme. Jakarta: UNESCO Offi ce.

Atmadja, W.S. Kadi, A., Sulistijo dan Rahmaniar, S. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indone sia.

Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, I: 1-16.

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaam Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Bliss, D.E. 1968. Transition from Water to Land in Decapod Crustaceans. Am. Zool. 8:355-392.

Burke, L; Selig, E., dan Spalding, M. 2002. Terumbu karang yang Terancam di Asia Tenggara. World Resource Institute.

Burton. R., Devaney, C., and Long, T. 1983. Wonders of the Sea. London: Orbis Publishing Lim ited.

Bustami, D.A. 2003. Ekosistem Pesisir dan Laut untuk Kelas 4 SD. Jakarta: COREMAP LIPI.

Chapman, Jr., W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Mc Millan Publishing Co. Inc.

English, S., Wilkinson, C. and Baker, V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Aus tralian Institute of Marine Science

Hidayati, D., Ngadi dan Daliyo. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi COREMAP II: Kasus Kabupaten Wakatobi. Jakarta: CRITC – LIPI.

Hidayati, D., dan Soekarno, R. 2006. Pesisir dan Laut Kita: Permasalahan dan Pengelolaan untuk Kelas 6 SD. Jakarta: COREMAP – LIPI.

Hidayati, D., Asiati, D., dan Harvina, D. 2005. Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indo-nesia: Kasus Kawasan Kepulauan Tiga, Kecamatan Bunguran Barat, Natuna. Jakarta: COREMAP – LIPI.

Hidayati, D. (ed.). 2001. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut. Jakarta: Lem-baga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hogarth P.J. 1999. The Biology of Mangrove. New York: Oxford University Press. Inc.

Hutomo, M. 2003. Penelitian Biota pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Pesisir Delta Mahakam Kalimantan Timur (Laporan Akhir). Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

75

Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL 2006. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara Tetangga. Jakarta: Markas Besar Angkatan Laut, Jawatan Hidro-Oseanografi .

Kaheksi, E.N. 2005. Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Gastropoda pada Hutan Mangrove di Delta Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Sains. Fakultas Biologi. Universitas Nasional, Jakarta.

Macintosh, D.J. 1988. The Physiology of Decapods of Mangrove Swamps. Zoological Sympo-sium no. 59. The Zoological Society of London.

Macintosh, D.J. 1982. Ecological Comparisons of Mangrove Swamp and Salt Marsh Fiddler Crabs. In Gopal, B., Turner, R.E., Wetzel, R.G. & Whigham, D.F. (eds). Wetlands. ecology and management. Jaipur: National Institute of Ecology and International Scientifi c Publications, p 243-257

Macintosh, D.J. 1979. The Ecology and Energetics of Mangrove Fiddler Crabs (Uca spp). on the west coast of the Malay Peninsula. Doctoral thesis: University of Malaya.

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Jakarta: Pusat Peneli-tian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Pramudji; Susetiono; R. Pratiwi; R.S. Suharti; Heriyanto dan Supriyadi, I.H.. 2005. Laporan Pene litian Biota Yang Berasosiasi Pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria Di Pesisir Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Pramudji, S., Kuriandewa, T.E., Purnomo, L.H., Subagja dan Bugis, M. 2003. Rehabilitasi Man-grove di Pesisir Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang. Laporan Akhir. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Pratiwi, R., M.F. Afi stianto., M.F. Adirianto., Bustami, D.A. dan Tomo. 2004. Kekayaan Laut Indonesia. Jakarta: Proyek Pengkajian Kebijakan Kelautan. Sekretariat Jendral Departemen Kelau tan dan Perikanan.

Pratiwi, R. 2002. Adaptasi Fisiologi, Reproduksi Dan Ekologi Krustasea (Dekapoda) Di Man-grove. Oseana, XXVII, (2): 1-10.

Pratiwi, R. 2001. The Ecology of Burrowing Decapods (Crustacea). Oseana, XXVI, (4): 25-32.

Rominmohtarto, K dan S. Yuwana, 1999, Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut, Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI, 572 hal.

76