Upload
others
View
19
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
1
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang senantiasa mengiringi
kami selama penyusunan laporan “Snapshot Promosi Produk Kreatif” ini dan juga selama
penelitian yang kami lakukan yang bermuara pada laporan ini. Laporan ini merangkum dan
menggambarkan hasil penggalian dan pengolahan informasi dan data yang kami peroleh
dari berbagai sumber mengenai pengembangan promosi produk kreatif. Informasi dan data
tersebut telah kami gali melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku UMKM industri
kreatif, wawancara mendalam dengan lembaga pemerintah daerah yang terkait dengan
industri dan ekonomi kreatif, serta hasil survei konsumen produk kreatif.
Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu kami selama
penelitian dan penyusunan laporan ini, terutama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pemerintah
daerah, pelaku industri kreatif, dan responden survei konsumen yang tersebar di berbagai
wilayah Indonesia. Kami membuka pintu untuk saran dan kritik sebagai bahan perbaikan
kekurangan yang ada dalam penelitian dan laporan ini agar kami dapat berkontribusi lebih baik
dalam penelitian serupa tentang industri kreatif di masa yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga bermanfaat jangka panjang dalam pengembangan
ekonomi dan industri kreatif nasional.
Jakarta, September 2017
Penyusun
KATA PENGANTAR
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
2KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
PENDAHULUAN
PENTINGNYA MEMAHAMI
STRATEGI PROMOSI PRODUK
KREATIF DI INDONESIA
8
1 6 10
16
5
24
18
19
21
22
LANDASAN TEORI
PADANG
PONTIANAK
JAKARTA
SEMARANG
YOGYAKARTA
MATARAM
KUPANG
MAKASSAR
MANADO
AMBON
26
28
31
34
36
37
38
41
42
44
SEJAUH MANA PELAKU INDUSTRI KREATIF MEMPROMOSIKAN PRODUKNYA?
METODOLOGI PENELITIAN
DEFINISI INDUSTRI KREATIF DALAM
KONTEKS INDONESIA
PERAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA
DALAM PEMBANGUNAN
PROMOSI PRODUK KREATIF: TANTANGAN
DAN SOLUSINYA
12
13
13
DESAIN PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
KETERBATASAN PENELITIAN
Daftar Isi
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
3
82
84
KESIMPULAN
PENUTUP
48
SEKTOR KULINER
SEKTOR KRIYA
SEKTOR FASHION
SEKTOR MUSIK
SEKTOR APLIKASI & GAME DEVELOPER
SEKTOR FILM, ANIMASI & VIDEO
50
53
56
59
61
64
APA KATA KONSUMEN PRODUK KREATIF DI INDONESIA?
68 FEEDBACK UNTUK PEMERINTAH
PADANG
PONTIANAK
JAKARTA
SEMARANG
YOGYAKARTA
MATARAM
KUPANG
MAKASSAR
MANADO
AMBON
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
5
PEREKAYASA UTAMA 1
Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D.
Dr. Fathony Rahman
PEREKAYASA UTAMA 2
Dr. Zaki Saldi
Stevanus Wisnu Wijaya, Ph.D.
PENGARAH
Rektor Universitas Prasetiya Mulya
Prof. Dr. Djisman S. Simanjuntak
GRAFIK DAN LAYOUT
Firdaus
Tantio Sukatmono
PEMBANTU PENELITI
Lidia Ratna Yuniawati
Yurisa Aurora
Adriana Noviyanti
April Novitasari
Putri Utami Ruswandi
Yuni Ferawati
Nathalia Tholense
Rika Monika
PEREKAYASA MADYA
Fredy Utama, MM.
Hanesman Alkhair, MM.
Joklan Imelda Goni, MM.
Arief Budiman, M.Si.
Donil Beywiyarno, S.E., M.Com (Extn)
PEREKAYASA MUDA
Muhamad Ridwan
Chevy Andhika Putra
Annanias Shinta Dewi
Tim Penyusun
Universitas Prasetiya Mulya
Undergraduate Program - BSD Campus
Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Serpong, Tangerang , Indonesia 15820
P +62-21-304-50-500 ext 2126 / F +62-21-304-50-555 / W www.prasetiyamulya.ac.id
Graduate Program | Business School - Cilandak Campus
JL. R. A. Kartini (TB Simatupang), Cilandak Barat. Jakarta Selatan, Indonesia 12430
P +62-21-751-1126 | F +62-21-751-1128 | W www.pmbs.ac.id
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
7
PENTINGNYA MEMAHAMI STRATEGI PROMOSI PRODUK KREATIF DI INDONESIA 8
8
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Keseriusan Pemerintah Republik Indonesia terhadap
ekonomi kreatif terlihat dari dua aspek. Yang pertama
adalah terbitnya Instruksi Presiden RI Nomor 6 Tahun 2009
tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif (Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, 2008) yang mengatur
tentang perlunya tindakan nyata dan koordinasi antar
lembaga pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah untuk
menjalankan aksi nyata dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi kreatif. Yang kedua adalah pendirian lembaga
pemerintah non kementrian yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan ekonomi kreatif yaitu Badan
Ekonomi Kreatif (BEKRAF) pada tahun 2015.
Tugas pokok dan tanggungjawab Badan Ekonomi Kreatif
meliputi 16 sub sektor industri kreatif yang jika karakteristiknya
dilihat lebih spesifik maka dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok besar (Fahmi, Koster, & Van Dijk, 2016).
Pertama, industri kreatif mencakup industri yang terkait
dengan budaya tradisional atau traditional cultural industry.
Industri yang sebenarnya sudah turun-temurun ada di
Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan yang telah hidup
di masyarakat tradisional. Secara geografis, sebanyak 75%
industri ini terletak di wilayah rural atau pedesaan yang
merupakan basis kebudayaan (Fahmi et al., 2016). Sektor
pariwisata biasanya dekat dengan industri ini karena demand
yang muncul dari industri pariwisata sangat berkaitan
dengan produk yang dihasilkan dari industri kreatif. Yang
kedua, innovative creative industry yang merupakan
industri yang memanfaatkan ilmu pengetahuan yang baru
dan kekayaan intelektual. Sebanyak 71,2% industri kreatif
kategori ini terkonsentrasi di wilayah urban atau kota-kota
besar yang mana inovasi dan ide-ide kreatif tercipta melalui
kolaborasi antar pelaku industri kreatif (Fahmi et al., 2016).
PENTINGNYA MEMAHAMI STRATEGI PROMOSI PRODUK KREATIF DI INDONESIA
Kontribusi kedua kelompok industri kreatif terhadap
pembangunan Indonesia cukup signifikan. Ekonomi kreatif
di Indonesia memberikan kontribusi sebesar 7,38% terhadap
total perekonomian nasional pada tahun 2015 (Rusiawan
et al., 2017). PDB tersebut mengalami kenaikan dari tahun
2014 sebesar 784,82 trilliun rupiah menjadi 852,24 trilliun
rupiah pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi kreatif telah
menyerap tenaga kerja sebanyak 15,16 juta jiwa di tahun 2014
dan meningkat hingga 15,95 juta jiwa di tahun 2015 (Rusiawan
et al., 2017). Jika melihat data statistik ekonomi kreatif, maka
kontribusi terbesar muncul dari kelompok industri kreatif
traditional cultural industri yang didominasi oleh Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Maka dari itu, pemahaman akan karakteristik UMKM agar
mampu bersaing adalah penting. Literatur menegaskan
bahwa strategi manajemen untuk UMKM, khususnya strategi
promosi berbeda dengan strategi yang biasanya diterapkan
untuk industri skala besar (Centeno, Hart, & Dinnie, 2013;
Krake, 2005). UMKM biasanya memiliki karakterisktik
survival mentality, owner yang berperan sebagai manajer,
dan keterbatasan sumber daya (Spence & Hamzaoui
Essoussi, 2010). Karakteristik UMKM yang khas ini memiliki
keterkaitan yang erat dengan berbagai pendekatan sejauh
mana UMKM memasarkan produknya. Bahkan, secara
khusus pendekatan UMKM dalam menerapkan strategic
marketing communication pun memiliki pola yang khas dan
berbeda dengan berbagai konsep yang telah diterapkan
di perusahaan atau organisasi yang lebih besar. Dalam
menjalankan promosi produk, UMKM juga memiliki strategi
pendekatan yang khas yang dikembangkan dari berbagai
9
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
kendala operasional yang dihadapi.
Laporan ini mengungkap sejauh mana para pelaku industri
kreatif di Indonesia mempromosikan produknya, kendala
yang dihadapi, dan strategi yang telah dilaksanakan. Selain
itu, laporan ini juga memaparkan hasil survei kepada
konsumen produk kreatif tentang kegiatan promosi yang
diharapkan, alasan mereka membeli produk kreatif, dan
media promosi yang diharapkan kepada konsumen. Laporan
ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada
pemangku kepentingan ekonomi kreatif khususnya pelaku
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
11
DEFINISI INDUSTRI KREATIF DALAM KONTEKS INDONESIA
PERAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN
PROMOSI PRODUK KREATIF: TANTANGAN DAN SOLUSINYA
12
13
13
12
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Bab ini menjelaskan tentang review terhadap literatur tentang pengertian industri kreatif,
bagaimana pengklasifikasiannya, kontribusi ekonomi kreatif terhadap pembangunan
serta kesenjangan dalam penelitian strategi promosi bagi industri kreatif.
DEFINISI INDUSTRI KREATIF DALAM KONTEKS INDONESIA
Di tengah perdebatan mengenai pengertian industri
kreatif dan klasifikasinya, penelitian ini akan mengacu
pada pengertian industri kreatif yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia yaitu industri yang
memanfaatkan kapabilitas dan bakat individu dalam
mengkreasikan ide-ide baru untuk menyediakan layanan
dan produk yang bernilai ekonomis (Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, 2008). Definisi ini
mengikuti pengertian akan industri kreatif yang
dikeluarkan oleh Department for Digital, Culture, Media
& Sport (DCMS) dengan anggapan bahwa pembagian
subsektor ekonomi kreatif sama di kedua negara. Namun
yang perlu diperhatikan bahwa, implikasi dari pengertian
industri kreatif tersebut menunjukkan pentingnya peran
riset dan pengembangan produk secara berkelanjutan
dan gagasan yang dihasilkan perlu dilindungi dalam hal
hak kekayaan intelektualnya.
Pengertian industri kreatif di Indonesia dapat dipahami
dalam konteks sosial dan budaya Indonesia, yang mana
kreativitas dalam industri ini mencakup kreativitas yang
berakar pada budaya lokal yang telah menjadi milik
komunitas dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi dalam mencipatkan produk dan layanan. Secara
khusus, industri kebudayaan mencakup berbagai industri
di sektor kriya, fashion, dan kuliner yang keberadaannya
telah diwariskan secara turun-temurun. Kelompok ini
memiliki pengertian akan kreativitas yang mengacu
pada pemanfaatan pengetahuan lokal yang berakar
pada kekayaan pengetahuan komunitas. Kreativitas
dalam konteks industri kebudayaan ini biasanya tidak
mengandalkan pemanfaatan teknologi baru tetapi lebih
kepada kreasi akan desain produk yang berakar pada
pengetahuan lokal.
Sedangkan industri yang mengandalkan inovasi, seperti
aplikasi & game developer dan animasi, film, & video,
pada umumnya mengandalkan pada kemampuan untuk
melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi baru
dan kemungkinan menghasilkan kekayaan intelektual
yang memerlukan perlindungan hak cipta. Kategorisasi
ini dipertegas oleh Fahmi, et al, yang menyatakan bahwa
industri kreatif di Indonesia dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu “innovative creative industri” dan “traditional
cultural industry” (Fahmi et al., 2016).
13
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
PERAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN
Posisi industri kreatif di Indonesia apabila dilihat dari
perspektif pembangunan sangatlah strategis. Namun,
kontribusi ekonomi industri kreatif di Indonesia masih
didominasi oleh sektor kuliner, fashion dan kriya.
Sedangkan sektor aplikasi & game developer belum
memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Industri
kreatif di Indonesia memberikan kontribusi sebesar
7,38% terhadap total perekonomian nasional pada tahun
2015 (Rusiawan et al., 2017). PDB tersebut mengalami
kenaikan dari Tahun 2014 sebesar 784,82 trilliun rupiah
menjadi 852,24 trilliun rupiah pada Tahun 2015. Produk
Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif pada ketiga sektor
tersebut masing-masing sebesar 41,69%; 18,15%; dan
15,70% (Rusiawan et al., 2017). Sedangkan sumbangan
sektor aplikasi & game developer terhadap PDB ekonomi
kreatif masih di bawah 3%. Pertumbuhan ekonomi kreatif
telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15,16 juta jiwa di
tahun 2014 dan meningkat hingga 15,95 juta jiwa di tahun
2015 (Rusiawan et al., 2017). Industri kreatif juga telah
berkontribusi terhadap ekspor Indonesia sebesar USD
19,4 milliar pada tahun 2014-2015 (Rusiawan et al., 2017).
PROMOSI PRODUK KREATIF: TANTANGAN DAN SOLUSINYA
Promosi merupakan strategi dan taktik komunikasi
yang diterapkan oleh perusahaan untuk memastikan
konsumen memahami akan produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Tujuan dari promosi
adalah untuk meningkatkan kinerja penjualan dengan
memperbaiki brand recognition, membangun iklim
pasar yang cocok untuk penjualan di masa mendatang,
mengedukasi pasar, dan membangun keungulan
kompetitif produk atau layanan (Rowley, 1998). Untuk
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, promosi
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan promosi
yang dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu kegiatan
promosi melalui media tradisional dan media digital.
Kegiatan promosi melalui media tradisional meliputi
personal selling, sales promotion, iklan melalui media
tradisional, event and experience seperti pameran.
Sedangkan promosi melalui media digital meliputi online
and social media marketing, mobile marketing dan online
personal selling melalui kanal digital.
Dalam lingkungan dengan pemanfaatan teknologi
internet yang masif, promosi memiliki tantangan
tersendiri dan memerlukan sebuah perencanaan yang
matang. Secara khusus, promosi memerlukan beberapa
tahapan yang perlu diperhatikan: 1) mengidentifikasi
target audience; 2) menentukan tujuan komunikasi; 3)
mendesain komunikasi; 4) memilih channel yang tepat;
5) menentukan budget; 6) menetapkan kombinasi jenis
promosi; 7) mengukur hasil komunikasi; dan 8) mengelola
integrated marketing communication (Kotler, Keller, Ang,
Leong, & Tan, 2012). Kompleksitas dalam menjalankan
promosi ini memerlukan sumber daya keuangan yang
mencukupi, informasi mengenai pasar, dan sumber daya
manusia yang mampu menerjemahkan rencana promosi
dalam tindakan promosi secara tepat.
14
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Bagi industri skala UMKM, yang mendominasi industri
kreatif di Indonesia, maka promosi merupakan suatu
hal yang cukup kompleks. Persoalan utama bagi
UMKM adalah keterbatasan sumber daya baik manusia,
keterampilan, keuangan, serta jejaring bisnis (Spence &
Hamzaoui Essoussi, 2010). Sumber daya manusia biasanya
sangat terbatas, bahkan pola owner-manager yang
mana pemilik juga merangkap manajer yang mengurusi
berbagai hal administrasi menjadi tantangan tersendiri
untuk merencanakan dan mengeksekusi rencana promosi
secara tepat. Selain itu, pemahaman dan keterampilan
dalam menjalankan promosi yang masih minim menjadi
penghambat dalam mengeksekusi program-program
promosi. Persoalan ini dapat terbaca dari data statistik yang
menunjukkan bahwa 41,89% UMKM kreatif di Indonesia
masih mengalami kendala dalam memasarkan produk
ke pasar dalam negeri (Utoyo, Rozama, & Wulandari,
2016). Selain itu, orientasi pemasaran kepada konsumen
dalam negeri menujukkan bahwa pengusaha ekonomi
kreatif masih mengalami kendala dalam memperluas
pasar produknya. Walaupun data saat ini menunjukkan
bahwa UMKM telah memanfaatkan berbagai media
dalam menjalankan aktivitas promosi (Data Statistik dan
Hasil Survei Ekonomi Kreatif 2017, 2017), namun sampai
saat ini belum ada penelitian yang mengungkap secara
detail tentang strategi yang telah berjalan, kendala yang
mereka hadapi dan bagaimana sebaiknya pemerintah
Indonesia mendorong industri kreatif ini.
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
17
DESAIN PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
KETERBATASAN PENELITIAN
18
19
21
22
18
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Bab ini memaparkan tentang desain penelitian yang
dirancang untuk penyusunan buku snapshot promosi
produk kreatif. Untuk mencapai tujuan penelitian
tersebut, maka data perlu dikumpulkan dari berbagai
stakeholder yaitu pelaku industri kreatif, konsumen,
dan pemangku kebijakan. Dengan mempertimbangkan
kerangka waktu dan tujuan penelitian, maka data dari
pelaku industri kreatif digali dengan cara Focus Group
Discussion (FGD), sedangkan data dari konsumen digali
melalui pendekatan survei. Untuk menggali lebih dalam
Desain penelitian yang memaparkan detail dari semua aktivitas pada
penelitian ini dapat dipahami pada Gambar 3.1 Desain Peneletian di
halaman selanjutnya
DESAIN PENELITIAN
tentang peran pemangku kebijakan dalam ekonomi
kreatif, maka wawancara secara mendalam dilaksanakan
terhadap pemangku kebijakan di berbagai kota. Data
yang telah didapatkan diolah dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitif untuk mendapatkan memberikan
insight bagi masyarakat luas, khususnya pelaku industri
kreatif, tentang bagaimana promosi produk sebaiknya
dilakukan.
19
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui 3 teknik yaitu FGD, in-depth
interview, dan survei. Berikut penjelasan secara detail mengenai ketiga teknik
pengumpulan data tersebut.
Aktivitas FGD dilaksanakan untuk menggali informasi
mengenai aktivitas promosi yang dilakukan oleh pelaku
industri kreatif, termasuk kendala dan dukungan yang
dibutuhkan. Instrumen yang digunakan yaitu panduan
FGD, slide presentasi pendukung FGD, formulir kesediaan
menjadi peserta FGD, serta formulir profil bisnis dan data
diri peserta FGD. FGD dilakukan sebanyak 10 kali di 10
kota di Indonesia diantaranya yaitu Padang, Pontianak,
Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Mataram, Kupang,
Makassar, Manado, dan Ambon. Pelaksanaan FGD
tersebut mengundang para pelaku industri kreatif yang
bergerak di subsektor kriya; fashion; kuliner; film, animasi
dan video; aplikasi & games developer; serta musik.
Penelitian ini diawali dengan studi literatur mengenai
promosi dan industri kreatif di Indonesia. Selanjutnya
dilakukan penyusunan instrumen penelitian dan
pengumpulan data melalui FGD, in-depth interview, dan
survei. Data yang telah diperoleh dapat dianalisis untuk
PENGUMPULAN DATA
FGD
Jumlah narasumber yang menjadi peserta FGD yaitu 7-12
peserta untuk setiap FGD. Total peserta yang bersedia
dan hadir menjadi narasumber FGD yaitu 91 orang dengan
rincian Padang dan Yogyakarta masing-masing 11 orang,
Semarang dan Ambon masing-masing 10 orang, Kupang
sebanyak 9 orang, serta Pontianak, Jakarta, Mataram,
Makassar, dan Manado masing-masing 8 orang. Pada
bab selanjutnya akan dijelaskan gambaran dari profil para
pelaku industri kreatif tersebut yang dikelompokkan
berdasarkan sub sektor bisnis, jenis kelamin, usia, dan
tingkat pendidikan.
menghasilkan temuan-temuan penelitian.
Gambar 3.1
Desain Penelitian
20
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 3.2
Profil Demografi
Peserta FGD
Pengumpulan data melalui in-depth interview atau
wawancara mendalam dilakukan kepada para pejabat
pemerintah daerah yang dilakukan sebanyak 13 kali
dengan kepala dari dinas-dinas provinsi terkait atau yang
mewakilinya. Dinas yang dimaksud yaitu Dinas Koperasi,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
serta Dinas Koperasi dan UMKM yang berada di Kota
Padang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Mataram,
Kupang, Manado, Ambon.
Pengumpulan data melalui survei ditujukan kepada
konsumen produk kreatif di Indonesia. Survei tersebut
didesain dalam 6 pertanyaan inti dan 3 pertanyaan
demografi responden. Tujuan dari survei tersebut yaitu
untuk melihat preferensi konsumen terhadap aktivitas
promosi yang disukai dan media yang dipilih. Selain itu,
survei tersebut juga mencari tahu momen atau kapan
konsumen melakukan pembelian produk kreatif dan
channel pembelian mana saja yang digunakan. Hasil
dari survei tersebut dijadikan materi untuk melakukan
In-depth interview ini bertujuan untuk mengetahui
program-program dari dinas yang telah dilakukan untuk
mendukung aktivitas promosi produk kreatif di wilayah
terkait. Selanjutnya dapat digali lebih lanjut mengenai
kendala, dampak, dan keberlanjutan program. Untuk
mencapai tujuan tersebut, telah disusun instrumen
penelitian berupa daftar pertanyaan sebagai panduan
dasar dalam menggali informasi dari dinas-dinas terkait.
konfirmasi terhadap aktivitas promosi yang telah
dilakukan oleh para pelaku industri kreatif di Indonesia.
Jumlah responden pada survei ini berjumlah 1.811 orang
yang terbagi ke dalam 6 subsektor (kriya; fashion; kuliner;
film, animasi dan video; aplikasi & games developer;
musik) yaitu masing-masing sekitar 301-304 responden.
Berikut merupakan profil dari responden survei ini yang
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, lokasi
tempat tinggal, dan pengeluaran dalam sebulan.
In-depth interview
SURVEI
21
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 3.3
Profil Demografi
Responden Survei
Analisis data kualitatif dilakukan untuk data hasil FGD
dan in-depth interview dengan menggunakan software
NVIVO. Tahapan analisis data tersebut menggunakan
qualitative content analysis yang dapat dijabarkan berikut
ini Kozinet (2010):
1. Coding, untuk mengolah data yang beragam dan
berkembang secara induktif dengan mengidentifikasi
kesamaan dan perbedaan dalam sekelompok data.
Melakukan identifikasi kendala- kendala dalam
implementasi.
2. Memoing, yang digunakan untuk membuat refleksi
atas kategori yang dihasilkan.
3. Abstraksi dan perbandingan, untuk memahami
hubungan antar kategori dan kesamaan frasa, serta
dikembangkannya abstraksi dengan tingkat yang
lebih tinggi.
Data hasil FGD dengan pelaku industri kreatif dilakukan triangulasi
dengan data hasil in-depth interview dengan pemerintah daerah dan
survei kepada konsumen. Proses tersebut dilakukan untuk menemukan
model kebijakan yang tepat dalam perumusan strategi pengembangan
promosi produk kreatif di Indonesia.
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA KUALITATIF
4. Pengecekan dan perbaikan, bertujuan untuk
memahami pola, kesamaan, dan perbedaan, serta
dapat dilakukan pengecekan ulang ke narasumber
penelitian.
5. Generalisasi, yaitu proses menciptakan generalisasi
yang menjelaskan konsistensi dari data yang
diperoleh.
6. Pengembangan teori digunakan untuk
membandingkan hasil generalisasi dengan teori yang
digunakan atau analisis terhadap literatur.
22
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Data kuantitatif dari hasil FGD dan survei diolah
menggunakan software SPSS untuk analisis data yang
kompleks dan Microsoft Excel untuk analisis data
sederhana. Hasil analisis data tersebut ditampilkan dalam
bentuk bagan, grafik, ataupun tabel guna memudahkan
dalam membaca data-data tersebut. Selanjutnya,
Keterbatasan dalam penelitian ini lebih kepada kendala
pengumpulan data, diantaranya yaitu:
1. Terdapat beberapa kendala terkait penjadwalan in-
depth interview dengan narasumber dari pejabat
pemerintah daerah. Hal ini mengakibatkan target
jumlah narasumber in-depth interview sulit tercapai.
Namun demikian, hasil in-depth interview dinilai
sudah mencapai target data yang layak untuk
dilakukan analisis.
ANALISIS DATA KUANTITATIF
KETERBATASAN PENELITIAN
tampilan data tersebut dijabarkan dalam bentuk rumusan
atau penjelasan terkait makna apa saja yang ada di balik
tampilan data tersebut. Hasil dari pemaknaan data
tersebut menjadi acuan untuk melakukan konfirmasi
dengan hasil analisis data kualitatif.
2. Keterbatasan tim peneliti dalam melakukan survei
kepada konsumen produk kreatif di seluruh Indonesia
secara offline. Oleh karena itu, survei dilakukan secara
online.
SNA
PSH
OT
PRO
MO
SI PRO
DU
K K
RE
AT
IF
24
SEJAUH MANAPELAKU INDUSTRI KREATIFMEMPROMOSIKAN PRODUKNYA?
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
25
26
28
31
34
36
37
38
41
42
44
PADANG
PONTIANAK
JAKARTA
SEMARANG
YOGYAKARTA
MATARAM
KUPANG
MAKASSAR
MANADO
AMBON
26
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
PADANG
Hasil Focus Group Discussion (FGD) mengungkap bahwa
pelaku industri kreatif di Padang sudah melakukan aktivitas
promosi melalui media digital dan non-digital. Sebagian
besar pelaku mengandalkan media digital walaupun ada
preferensi dari sektor tertentu untuk lebih fokus pada
media tradisional. Kegiatan promosi yang dilakukan para
pelaku industri kreatif beragam sesuai dengan kekhasan
metode dalam promosi yang terkait dengan sektor bisnis
yang dijalankan serta ketersediaan sumber daya dalam
industri tersebut.
Bagi pelaku industri sektor fashion, mereka menyatakan
bahwa menggabungkan kegiatan promosi melalui media
digital dan non-digital mampu mendorong penjualan.
Contoh nyata yang dilakukan adalah kombinasi aktivitas
promosi non-digital melalui pameran dan aktivitas
promosi melalui media sosial Instagram yang dilakukan
oleh Cimporong Clothing. Selain itu, kegiatan
promosi secara non digital dilakukan dengan kegiatan
sponshorship berupa pemberian kaos kepada panitia
dengan memasang logo perusahaan yang dilakukan
sebanyak 2-3 kali per bulan. Target pasar mereka adalah
kalangan mahasiswa yang merupakan kelompok umur
yang masuk kategori digital native, sehingga promosi
yang mereka lakukan berjalan sangat efektif. Sampai saat
ini industri ini sudah memiliki memiliki 4 cabang usaha.
Sektor kuliner cukup agresif dalam menjalankan promosi
secara digital dan non digital. Promosi secara digital
dilakukan melalui Instagram, Facebook, Tokopedia, dan
Bukalapak. Salah satu industri kreatif tersebut yaitu Alam
Maimbau yang terus berinovasi mengembangkan dan
mengomunikasikan produk kepada konsumen melalui
media sosial. Sedangkan, kegiatan promosi secara non-
digital pun aktif dilakukan melalui penempatan produk
di toko-toko ritel di Padang dan juga melalui cabang di
Kotabumi, Tangerang.
Aktivitas promosi di sektor kriya baik secara digital dan
non digital telah menjangkau pasar di seluruh Indonesia
dan bahkan ke luar negeri. Penggunaan media sosial
tersebut dirasakan cukup efektif untuk mempromosikan
produk mereka. Walaupun demikian, aktivitas promosi
secara tradisional berupa outlet tetap dilakukan. Salah
satu contoh industri yang telah berhasil adalah Usaha
Seni Ukir Lempapen yang mengerjakan proyek gedung
Minang di Surabaya, TMII, dan Bandung. Contoh lainnya
adalah Lulino telah menerima order aksesoris dari
Australia dan Amerika.
Sedangkan industri kreatif sektor aplikasi mengalami
tantangan tersendiri dalam menjalankan promosi.
Persaingan pasar yang keras sebagai penyedia aplikasi
menyebabkan mereka perlu menargetkan ceruk pasar
tertentu yang lebih longgar persaingannya. Sehingga
promosi yang dilakukan menjadi lebih fokus dan mengarah
kepada komunitas tertentu. Peserta FGD sektor ini,
yaitu Ivenmu yang mengkhususkan pada aplikasi event
organizer, menganggap bahwa menargetkan pasar yang
belum jenuh akan membantu mereka memenangkan
persaingan. Untuk itu mereka mereposisi target pasar
mereka ke event-event muslim, dan mempromosikan
produk mereka ke salah satu kelompok hijab di Medan.
Strategi promosi yang dilakukan pelaku industri di Padang
sudah memanfaatkan aktivitas promosi yang bersifat
integratif antara media digital dan non-digital. Secara
khusus, Keripik Balado Mahkota akan dieksplorasi
lebih jauh sebagai best practices dalam membangun
promosi yang mengintegrasikan experience economy,
digital promotion dan traditional promotion.
Bab ini memaparkan tentang aktivitas promosi, kendala yang dihadapi serta berbagai ide yang ditawarkan oleh
pelaku industri kreatif dari 10 kota di Indonesia. Data dikumpulkan melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
yang melibatkan pelaku industri kreatif sektor kriya, fashion, kuliner, games dan aplikasi. Data yang terkumpul
diolah dengan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan secara mendalam tentang sejauh mana kegiatan promosi
produk kreatif sudah dijalankan di masing masing kota. Selain itu, beberapa kota dilengkapi dengan contoh yang
baik dalam menjalankan promosi produk kreatif.
27
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Penjualan secara online pun bisa dilakukan melalui
Tokopedia dan Bukalapak. Website Keripik Balado
Mahkota juga menyediakan berbagai informasi produk,
serta gallery kunjungan tamu ke outlet. Lewat media
Youtube ditampilkan proses pengolahan produk keripik.
Kunjungan tamu penting seperti Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, diunggah ke berbagi
media digital, mampu membantu promosi produk ini.
Selain itu, dengan mengunggah proses memasak di
Youtube menyediakan experience yang berbeda bagi
konsumen.
Keripik Balado Mahkota: Sebuah Pelajaran dalam
Mengintegrasikan Promosi dalam Experience Economy
Pemilik usaha ini, Ibu Funis yang telah pensiun dari
pekerjaannya sebagai Dosen Pendidikan Biologi di
Universitas Negeri Padang dan melirik bisnis makanan
ringan khas Minang sebagai pilihannya. Dua kali pabriknya
terbakar dan jatuh bangun dalam memulai usaha tak
membuatnya menyerah. Buah dari kerja kerasnya,
Keripik Balado Mahkota Asli yang didirikannya kini
muncul sebagai salah satu pusat oleh-oleh terkemuka di
Sumatera Barat. Pada tahun 1993, Ibu Funis memberanikan
diri untuk mencoba mengembangkan usaha makanan
ringan khas Minang. Sebagai orang Minang, Ibu Funis
selalu menggunakan bahan dasar pengolahan kerupik
bercita rasa asam dan pedas. Berbekal ilmu pengetahuan
yang dimiliki dan hasil penelitian sederhananya, Ibu
Funis berhasil menemukan racikan hebat untuk keripik
baladonya.
Strategi promosi digital yang dijalankan oleh industri ini
adalah mengunggah berbagai aktivitas yang mampu
menarik perhatian konsumen ke media digital. Kegiatan
promosi digital dilakukan dengan membangun website
dan akun di media sosial Facebook dan Instagram.
28
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 4.1
Website, dan
media sosial Kripik
Balado Mahkota
PONTIANAK
Penelitian ini menemukan bahwa semua peserta FGD,
baik dari sektor kuliner; kriya; animasi, film, dan video;
aplikasi dan game developer; serta musik di Pontianak
telah melakukan aktivitas promosi melalui media digital
dan media non-digital. Promosi digital melalui media
sosial Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube dapat
menjangkau kalangan yang luas, serta informasi yang
disampaikan cukup menarik. Namun bagi sektor animasi,
film, dan video serta aplikasi dan game developer,
promosi melalui personal selling secara langsung kepada
pelanggan dianggap lebih efektif. Sebagai contoh
yaitu AbdiPro yang menegaskan bahwa pengenalan
produk dilakukan melalui media sosial seperti Facebook,
Twitter, Instagram, tetapi belum ada konversi penjualan
dari promosi melalui media sosial. Mereka lebih sering
melakukan pendekatan personal selling dengan
mengirimkan proposal kepada perusahaan atau instansi
terkait. Rekomendasi pun mereka dapatkan melalui
konsumen yang puas dengan jasa yang mereka berikan.
Sektor animasi, film, dan video juga memiliki pengalaman
yang sama yaitu penggunaan media sosial hanya efektif
untuk memperkenalkan produk, namun belum bisa
membantu meningkatkan penjualan. Bagi sektor animasi,
film, dan video, personal selling melalui pameran dan
word of mouth dari pelanggan yang puas akan lebih
efektif dalam meningkatkan penjualan.
Kegiatan promosi sektor kuliner telah memanfaatkan
media sosial dan media non-digital berupa outlet,
supermarket dan pameran-pameran. Media sosial dan
website dianggap efektif untuk memperkenalkan produk
yang unik seperti produk Maduliar. Namun, sektor ini
masih melihat bahwa promosi dengan menggunakan
media non-digital masih cukup dominan.
Bagi sektor musik, kegiatan promosi dengan melibatkan
jejaring pendidikan dan industri penyiaran dianggap cukup
efektif. Angkhasa (Angklung Khatulistiwa) menjalankan
aktivitas promosi dengan program sebagai penyalur alat
musik melalui edukasi kepada sekolah-sekolah. Kegiatan
ini dilakukan melalui expo di sekolah-sekolah dan
kemudian sekolah akan membeli produk mereka. Pemilik
Angkhasa menyebutkan bahwa mereka menggandeng
Saung Udjo dalam menjalankan aktivitas promosi
edukasi ini. Kerjasama tersebut melibatkan media cetak
29
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
dan media televisi (TVRI Kalbar). Kegiatan sponshorship
pun terjalin melalui event yang dilakukan. Pihak Angkhasa
menyiapkan fasilitas dan pelaku industri lain menyiapkan
jasa hiburan sehingga saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Pola ini didukung oleh aktivitas promosi
secara digital melalui media sosial Instagram yang sangat
membantu dalam memperkenalkan produknya kepada
masyarakat luas.
Promosi dengan melibatkan komunitas merupakan
pendekatan yang cukup efektif bagi sektor kriya di
Pontianak. Komunitas terlibat dalam kegiatan expo baik
pameran di Pontianak maupun di luar wilayah. Mereka
juga melakukan personal selling untuk memperkenalkan
kekhasan produk yang telah dibuat. Peran media sosial
masih terbatas pada memperkenalkan informasi produk
kepada masyarakat luas. Sedangkan pola promosi melalui
outlet menghadapi kendala, karena tim manajemen yang
belum mampu mengelola kegiatan promosi tersebut
terkait dengan ketidakjelasan perhitungan barang
mengendap di outlet tersebut.
Peran owner-manager sangatlah besar dalam
menentukan arah strategi promosi yang dilakukan. Jika
dilihat dari tingkat keterampilan owner-manager terkait
dengan promosi, maka strategi promosi di Pontianak telah
mengintegrasikan promosi digital dan non-digital. Pelaku
industri menggunakan media digital untuk membangun
awareness terhadap produk atau jasa yang ditawarkan
dan juga menggunakan media non-digital melalui outlet
dan pameran untuk sektor kuliner dan kriya. Sedangkan
untuk pelaku dari sektor musik; aplikasi dan game
developer; serta animasi, film, dan video mengandalkan
personal selling dengan mengajukan proposal kepada
pelanggan potensial. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan
komunitas menjadi satu temuan yang menarik di industri
musik. Secara khusus, Angkhasa akan dieksplorasi lebih
jauh sebagai best practices dalam membangun promosi
yang melibatkan komunitas pendidikan.
30
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Angklung Khatulistiwa (Angkhasa), merupakan nama
sebuah kelompok usaha angklung yang didirikan oleh
Pak Trisakti Nugroho. Bisnis musik seperti ini memerlukan
ketekunan, keuletan dan idealisme dalam mengangkat
sebuah ikon musik tradisional di tengah perkembangan
budaya global. Kesadaran bahwa pentas musik angklung
harus bersaing dengan berbagai ragam musik lain
yang menjadi trend bagi kalangan anak muda dan
masyarakat luas pada umumnya, membawa pada insight
strategi memperkenalkan musik ini melalui komunitas
pendidikan. Pendekatan yang cukup strategis yang mana
melibatkan komunitas pendidikan menyediakan jalan
yang cukup luas untuk memperkenalkan dan mendidik
generasi muda tentang keunggulan musik ini. Di sisi lain,
keterlibatan dunia pendidikan membantu meningkatkan
jangkauan informasi musik angklung ini ke masyarakat
luas, khususnya komunitas pendidikan yang jumlahnya
cukup banyak. Ada dua poin strategis pada kasus ini yaitu
mempromosikan produk dan mendidik generasi muda
untuk mencintai musik tradisional Indonesia.
Dalam level praktis, pola promosi melalui komunitas ini
didukung dengan pemanfaatan media sosial yang cukup
masif. Angkhasa ini menggunakan media sosial seperti
Youtube dan Instagram untuk menampilkan pertunjukan
yang dilakukan menggunakan angklung produksi mereka.
Youtube memberikan ruang pentas yang cukup luas
sehingga kualitas produk dapat didengar oleh masyarakat
luas. Sedangkan Instagram menyediakan ruang bagi
dokumentasi fotografi yang menarik dan dengan mudah
diakses oleh kalangan muda.
Angkhasa juga melihat bahwa kanal media mainstream
digunakan saat ini merupakan jalur yang masih cukup
efektif untuk mempromosikan produk mereka. Kegiatan
dengan komunitas pendidikan dapat menarik minat
media mainstream untuk meliput secara gratis. Berita
yang muncul di media mainstream dianggap dapat
meningkatkan publisitas produk mereka kepada
masyarakat. Bagi Angkhasa, melakukan kegiatan bersama
komunitas pendidikan akan meningkatkan exposure
produk mereka ke masyarakat luas. Aktivitas sponsorship
juga dilakukan ke beberapa lembaga pendidikan agar
promosi produk mereka berjalan lebih efektif.
Angkhasa: Mempromosikan Produk
Bersama Komunitas Pendidikan
31
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Penelitian ini mengungkap bahwa kekhasan metode
dalam promosi yang terkait dengan sektor bisnis yang
dijalankan. Bagi sektor fashion, kegiatan promosi
dijalankan melalui promosi dari mulut ke mulut atau
personal selling saja. Desainer yang bergerak di sektor
fashion, contohnya yaitu Nai Tobing dengan nama bisnis
De Kebaya menyatakan bahwa kekhasan mereka adalah
ketika ada pertemuan antara pembeli atau konsumen
dengan desainer. Desain baju dianggap sebagai sebuah
produk yang terkustomisasi atau harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses
kreatif muncul ketika ada interaksi antara desainer
dengan konsumen. Setiap produk yang dijual oleh
desainer bersifat khas, dan spesifik bagi konsumen
tertentu. Desain ini sangat spesifik dan tidak di jual bebas.
Kekhasan inilah yang sampai saat ini dijaga dan menjadi
kekuatan untuk bersaing di pasar.
Industri kuliner memiliki pendekatan yang berbeda dalam
melakukan kegiatan promosi. Mereka mengandalkan
promosi yang bersifat terbuka, baik secara fisik melalui
outlet maupun promosi secara online melalui media
sosial. Sebagai contoh, Marguerite Nougat Jakarta, yang
menyediakan outlet fisik dan website serta media sosial
di Facebook dan Instagram. Kegiatan promosi berjalan
cukup agresif di dunia maya, baik dengan menyediakan
kegiatan yang bersifat edukatif misalnya informasi
tentang resep yang menyehatkan. Selain itu, kegiatan
promosi berupa sales promotion juga dilakukan dalam
bentuk yang lebih spesifik, misalnya diskon khusus bagi
yang berulang tahun pada bulan pembelian. Marguerite
Nougat juga melihat bahwa konsistensi antara gambar
di media sosial dengan produk yang diterima oleh
konsumen merupakan salah satu bentuk promosi yang
efektif. Untuk itu, industri ini menjamin bahwa produk
yang diterima oleh konsumen akan sesuai dengan yang
ditampilkan di media sosial.
Industri kreatif peserta FGD di sektor kriya yaitu Wiwi
Akrilik dan Purnomo Coffee Wrap memiliki pendekatan
yang berbeda dalam melakukan kegiatan promosi. Wiwi
Akrilik melihat bahwa promosi melalui Instagram sangat
membantu untuk mempromosikan produknya. Gambar
yang diunggah di Instagram mendapatkan respon yang
cukup banyak dan meningkatkan jumlah penjualannya.
Biaya promosi ini sangat murah dan terjangkau baginya.
Sedangkan Purnomo Coffee Wrap masih mengandalkan
kegiatan promosi dari mulut ke mulut dengan personal
selling dan membuka akun di Bukalapak. Keunikan dari
Purnomo Coffee Wrap ini yang berkontribusi pada
kelestarian lingkungan perlu di apresiasi dan menjadi
identitas yang bisa mendukung aktivitas promosi. Namun,
pada prakteknya hal tersebut belum dimanfaatkan lebih
jauh bagi keperluan bisnisnya.
Kelompok industri kreatif di sektor animasi, film, dan
video serta aplikasi dan game developer memiliki pasar
yang cukup luas. Mereka mempromosikan produknya
melalui pendekatan yang berbeda yaitu memulai dari
dunia digital dengan iklan di Google Ads serta komunikasi
dengan calon konsumen melalui media sosial. Aktivitas
tersebut membangkitkan word of mouth dan naiknya
permintaan dari sisi konsumen. Jangkauan pemasaran
produk industri kreatif ini telah mencapai pasar
mancanegara dan mampu menjual produk ke beberapa
multinational company serta kementerian.
JAKARTA
Gambar 4.2
Promosi Angkhasa
di Media Sosial &
Media Online
32
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Dilihat dari tingkat keterampilan owner-manager terkait
dengan promosi, maka strategi promosi produk kreatif
yang dilakukan oleh peserta FGD di Jakarta dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
• Kelompok yang mengandalkan promosi melalui
media digital yaitu kelompok dengan digital literacy
yang tinggi dan atau kelompok yang memiliki
digital literacy dengan dana promosi yang terbatas.
Pada FGD ini, industri kreatif dari sektor animasi,
film, dan video serta aplikasi dan game developer
mengandalkan promosi melalui media digital untuk
mendapatkan konsumen dan meningkatkan word
of mouth. Sedangkan kelompok industri kriya
menggunakan media digital seperti media sosial
Instragram untuk membangun awareness terhadap
produk mereka. Sektor kriya juga memanfaatkan
akun di Bukalapak untuk jual beli produk yaitu
Purnomo Coffe Wrap.
• Kelompok yang mengandalakan promosi secara
tradisional yaitu kelompok fashion yang didominasi
oleh perancang mode. Mereka melihat bahwa
promosi melalui media digital belum dapat
menggantikan atau melengkapi keunikan layanan
mereka, yang mana interaksi antara konsumen
dan desainer merupakan syarat mutlak dalam
pengembangan proses kreatif.
• Kelompok yang mengintegrasikan promosi
digital dan non-digital, yaitu industri kreatif sektor
kuliner. Contohnya yaitu Marguerite Nougat
yang secara khusus akan dieksplorasi lebih jauh
sebagai best practices dalam membangun promosi
yang mengintegrasikan promosi dan experience
economy.
33
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Marguerite Nougat dibangun oleh sepasang arsitek
yang menghargai pentingnya makanan yang sehat dan
bergizi. Usaha kuliner ini di rintis sejak tahun 2011 dan
sampai sekarang telah memiliki outlet di Kelapa Gading.
Marguerite Nougat mendefinisikan dirinya sebagai
produk oleh-oleh khas Jakarta yang diolah secara higienis
dan sehat. Produk yang dihasilkan diantaranya Nougat,
Cookies, Spread, Cakes dan Energy Bar.
Marguerite Nougat secara profesional telah menjalakan
beberapa aktivitas promosi, terutama aktivitas promosi
secara digital melalui media sosial dan menjalankannya
dengan pendekatan experience economy. Kegiatan
promosi digital dilakukan dengan membuat website dan
akun media sosial di Facebook dan Instagram yang secara
rutin dilakukan update konten. Pemilik Marguerite
Nougat, menegaskan tentang pentingnya promosi
secara online yang dapat meningkatkan word of mouth
produk mereka.
Website Marguerite Nougat (www.nougatworld.
com) terlihat sangat profesional dan menyediakan user
experience yang menarik bagi pengunjung. Warna
tampilan website ini selaras dengan produk yang mereka
jual. Website ini juga menyediakan berbagai informasi
produk, demo, dan informasi yang bersifat educational.
Selain itu, website ini juga menyediakan fasilitas untuk
melakukan pembelian secara online.
Akun media sosial Marguerite Nougat, ada di Facebook,
Instagram, Pinterest, Twiter, dan akun Google+. Pemilik
Marguerite Nougat, menegaskan bahwa kehadiarannya
di media sosial sangat strategis sehingga perlu dukungan
yang penuh dari manajemen. Salah satu hal yang penting
dalam promosi melalui media sosial adalah produk
yang diterima pelanggan harus sesuai dengan gambar
yang ada di media sosial. Artinya jika sebuah produk
gambarnya sudah ditampilkan di media sosial, maka
ketika pelanggan tersebut melakukan order produk,
baik secara online maupun offline, produk yang diterima
pelanggan harus memiliki tampilan yang persis dengan
yang terunggah dalam media sosial. Hal ini berguna
Marguerite Nougat: Sebuah Pelajaran dalam
Mengintegrasikan Promosi dalam Experience Economy.
untuk menjaga kepercayaan pelanggan terhadap kualitas
produk serta promosi yang dilakukan oleh Marguerite
Nougat. Promosi yang dilakukan oleh Margurite Nougat
secara rutin disebarluaskan melalui berbagai akun media
sosial dan juga percakapan atau hashtag yang diikuti oleh
Margurite Nougat.
Promosi secara tradisional yang dilakukan dengan diskon
pembelian di outlet Marguerite Nougat serta informasi
edukatif di website dan akun media sosial dianggap
belum cukup untuk mempromosikan produknya.
Bisnis ini menyadari pentingnya experience economy
dalam bisnisnya. Salah satu promosi yang ditawarkan
adalah menyediakan kesempatan memasak bersama
bagi pelanggan setia di dapur Marguerite Nougat.
Kesempatan memasak bersama ini merupakan sebuah
pengalaman yang menarik dan dapat menjaga loyalitas
pelanggan terhadap produk Marguerite Nougat. Bisnis
ini juga menyediakan workshop atau pelatihan memasak
bagi pelanggan yang berminat.
Integrasi antara proses promosi digital dan non-digital
serta experience economy muncul secara terintegrasi
dalam produk kreatif ini. Strategi ini cocok bagi industri
kreatif, karena tidak membutuhkan biaya yang besar
dan yang menjadi catatan adalah perlunya memikirkan
sumber daya yang mampu mengelola promosi digital.
Sedangkan proses yang menyediakan promosi melalui
experience yang ditawarkan kepada pelanggan dapat
memperkuat loyalitas pelanggan. Namun masih ada
beberapa aspek yang perlu ditingkatkan, misalnya
pemanfaatan teknologi untuk menyediakan experience
bagi pelanggan, misalnya demo memasak di Youtube
atau pemanfaatan teknologi yang jauh lebih modern
seperti virtual reality.
34
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Sebagai sebuah kota besar, situasi persaingan usaha di
Semarang sangat dirasakan oleh pelaku industri kreatif
sehingga upaya-upaya untuk survive benar-benar
dijalankan oleh pelaku industri kreatif. Hal ini berdampak
pada keragaman upaya dalam mempromosikan produk
kreatif kepada konsumen.
Konsep promosi memiliki ketergantungan yang erat akan
pemahaman pelaku industri kreatif terhadap strategi
promosi. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan promosi
produk kreatif di sektor kriya di Semarang. Salah satu
pelaku industri kreatif di sektor kriya melakukan berbagai
aktivitas promosi yang beragam. Hal ini ditopang oleh
kapabilitas sumber daya pemimpin dalam industri ini yang
memiliki konsep dan semangat yang cukup kuat untuk
mempertahankan kelangsungan usaha bisnisnya. Upaya
ini mampu mendorong usaha ini untuk mendapatkan
lokasi promosi produk di Grand Indonesia dan SMESCO
Jakarta serta memiliki beberapa kesempatan untuk
mengikuti berbagai pameran.
Pemahaman akan prosedur dan pentingnya jejaring
sosial yang dikembangkan oleh pemilik produk kreatif
menjadi kunci utama dalam keberhasilan promosi produk
kreatif. Selain itu, pelaku industri di sektor kriya ini tidak
sekedar menjalankan bisnis, tetapi juga berperan dalam
memberdayakan wanita dengan melibatkan para ibu
rumah tangga. Pemberdayaan yang dilaksanakan oleh
industri kreatif tersebut telah berhasil menarik perhatian
pemerintah dan mendapatkan penghargaan. Aktivitas
promosi lain yang dilakukan oleh pelaku industri kreatif
di sektor kriya yaitu melalui berbagai kegiatan di outlet
tradisional.
Pelaku industri kreatif di sektor kuliner memiliki
pendekatan promosi yang masih tradisional karena
keterbatasan akan pemahaman strategi promosi. Promosi
masih dilakukan secara non-digital melalui jejaring
sosial dan promosi langsung ke calon konsumen. Yang
menjadi kunci keberhasilan strategi promosi tersebut
yaitu pengalaman dan ketekunan dalam membangun
hubungan baik dengan pelanggan serta mampu menjaga
kualitas produk sehingga berdampak positif terhadap
hasil penjualan produk.
Gambar 4.3
Website Marguerite
Nougat
(www.nougatworld.com)
SEMARANG
35
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Pola promosi industri kreatif di sektor musik, dalam hal
ini yaitu Gambang Semarang ternyata menggunakan
pendekatan yang berbeda dibandingkan sektor-sektor
yang lain. Bisnis tersebut didirikan atas dasar semangat
dalam melestarikan musik tradisional. Pendirian
Gambang Semarang berawal dari sebuah kegiatan ilmiah
di lingkungan Universitas Diponegoro, sehingga promosi
yang dilakukan juga mengandalkan jejaring sosial di
antara para dosen dan mahasiswa.
Industri kreatif di sektor animasi, film, dan video sangat
agresif dalam mempromosikan produknya, mulai
dari mengikuti konferensi, direct marketing, trade
show dan sponsorship. Pemahaman akan pentingnya
promosi melalui berbagai media yang memungkinkan
menjadikan industri ini mampu menjangkau pasar
hingga tingkat internasional. Bahkan industri di sektor ini
telah mendapatkan penghargaan dari Depkominfo dan
Kementerian Perindustrian.
Industri kreatif di sektor aplikasi dan game developer
memiliki pola promosi yang beragam dan kreatif. Pelaku
di industri kreatif ini banyak yang menjalankan promosi
melalui media digital dengan mempertimbangkan
aspek efektifitas dan efisiensi. Aktivitas promosi lain
yang dilakukan yaitu melalui lomba membuat aplikasi
digital yang berhadiah gratis belajar membuat aplikasi.
Kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan promosi
digital menjadi faktor utama dalam pemilihan kegiatan
promosi tesebut.
Berbagai hambatan dalam menjalankan kegiatan
promosi dikalangan pelaku industri kreatif di Semarang
mendorong mereka untuk menjalankan promosi yang
dianggap paling cocok bagi industri mereka, diantaranya
yaitu:
• Promosi digital lebih banyak dilakukan oleh pelaku
industri kreatif di sektor kriya; animasi, film, dan
video; serta aplikasi dan game developer. Sektor-
sektor ini melihat bahwa promosi digital membantu
mereka dalam mempromosikan produknya secara
efisien. Keberhasilan industri ini dalam promosi
digital didukung oleh ketersediaan sumber daya dan
pemahaman serta ketrampilan yang cukup memadai
dalam promosi digital.
• Promosi melalui jejaring sosial offline merupakan
cara paling tradisional yang mengandalkan jejaring
pertemanan di antara para pelaku industri kreatif.
Cara ini memang belum dapat menjangkau pasar
yang sangat luas, tetapi menurut pelaku industri
kreatif bahwa dengan membangun jejaring sosial
secara agresif maka strategi ini cukup berhasil.
• Promosi melalui sponsorship dan pameran. Biaya
dalam menjalankan kagiatan promosi ini cukup
besar, sehingga keterlibatan pemerintah dalam
menjalankan promosi ini sangat diperlukan. Namun,
ada satu industri kreatif di sektor aplikasi dan game
developer yang berhasil mempromosikan produknya
melaui cara yang unik yaitu menjalankan lomba yang
mana hadianya adalah belajar membuat aplikasi.
36
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 4.4
Tampilan Media Sosial
Sarkem Percusion
Secara umum para pelaku industri kreatif di Yogyakarta
sudah melakukan aktivitas promosi melalui media digital
dan non-digital. Kegiatan promosi yang dilakukan
para pelaku industri beragam sesuai dengan kekhasan
metode dalam promosi yang terkait dengan sektor bisnis
yang dijalankan.
Bagi sektor fashion, mereka menyatakan bahwa kegiatan
promosi dilakukan baik secara digital maupun non-
digital. Awalnya aktivitas promosi non-digital dilakukan
melalui pameran dan menitipkan produk di outlet, tetapi
belakangan ini kegiatan promosi melalui media sosial
Instagram dan Facebook mulai dilakukan. Membangun
Word of mouth juga menjadi perhatian pelaku industri
dengan cara memasarkan produk fashion lewat
komunitas.
Sektor kriya yang memproduksi produk secara
terkustomisasi melihat bahwa personal selling lebih efektif
untuk meningkatkan word of mouth produk mereka.
Sebagai contoh, Candra Handicraft merupakan salah
satu industri kreatif di sektor kriya yang telah memulai
usaha seni kerajinan kayu sejak 1992. Aktivitas promosinya
yaitu dengan personal selling kepada orang yang akan
atau sedang membangun rumah. Sebagian besar produk
yang dibuat sesuai dengan pesanan pelanggan. Kegiatan
ini yang membangkitkan word of mouth dan naiknya
permintaan dari sisi konsumen. Selain itu, kegiatan
promosi melalui media sosial seperti Facebook juga
mulai dilakukan walaupun belum dianggap efektif.
Berbeda dengan sektor kriya, pelaku industri kreatif di
sektor kuliner hanya menjalankan aktifitas promosi yang
bersifat tradisional. Salah satu pelaku usaha, Ibu Emmi,
memproduksi kue sagon dan sudah 10 tahun berjualan di
rumah dan pasar tradisional.
Sektor aplikasi dan game developer serta animasi, film,
dan video memiliki preferensi untuk mempromosikan
produk dengan personal selling. Pak Yohannes dengan
bisnis Wellhos.id, menyampaikan bahwa pelanggan di
sektor ini bisa Business-to-Consumer (B2C) dan Business-
to-Business (B2B) dan sama-sama membutuhkan
pendekatan face-to-face untuk berhubungan langsung.
Bisnis di sektor ini dianggap lebih kepada bisnis
kepercayaan sehingga personal branding juga menjadi
hal yang sangat penting. Walaupun demikian, aktivitas
lain seperti sales promotion, trade show, dan sponsorship
juga tetap dilakukan untuk memperkenalkan produk
mereka.
Lain halnya dengan sektor musik, aktivitas digital menjadi
salah satu kekuatan dari sektor ini untuk memperkenalkan
produk mereka. Kombinasi antara aktivitas digital dan
non-digital dipadukan untuk mempromosikan produk
kreatif. Bisnis Sarkem Perkusion rutin mengadakan
pertunjukan dan setiap tampil mereka akan menggunakan
media sosial seperti Youtube dan Instagram untuk
mempromosikan aktivitas mereka. Di samping itu mereka
juga aktif membuka booth di sekolah-sekolah dan trade
show. Salah satu pendekatan yang berbeda di sektor ini
yaitu melalui pendekatan kepada komunitas-komunitas
guna membangkitkan word of mouth.
YOGYAKARTA
37
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Para pelaku industri kreatif peserta FGD di Mataram
telah melakukan beragam kegiatan promosi baik secara
digital maupun non digital kecuali sektor kriya. Sejauh
ini, kegiatan promosi produk kreatif di Mataram belum
memperlihatkan adanya perencanaan yang baik terkait
dengan target pasar yang jelas, konten yang akan
dikomunikasikan, serta pemilihan kanal yang dianggap
sesuai dengan konten serta target pasar.
Sektor kriya merupakan industri kreatif yang
mengandalkan jejaring dalam industri pariwisata sebagai
kanal untuk melakukan promosi. Sebagai contoh aktivitas
promosi yang dilakukan Rafsam Gallery dan Munawar
Art yang bergerak di sektor kriya menyatakan bahwa
aktivitas promosi mereka lebih banyak mengandalkan
kerjasama dengan pihak penyedia jasa travel. Hal ini
dilakukan mengingat pasar utama mereka adalah
wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Mereka sangat
mengandalkan pihak penyedia jasa travel untuk dapat
mengenalkan produk mereka kepada wisatawan yang
menggunakan jasa travel tersebut agar para wisatawan
mau berkunjung dan membeli produk mereka. Implikasi
dari kerjasama ini yaitu produk kreatif mereka semakin
dikenal oleh para wisatawan tetapi insentif yang mereka
berikan kepada travel juga tidak sedikit sehingga
profitabilitas dari kerjasama tersebut juga tidak terlalu
besar. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri
karena pelaku industri ini melihat potensi akan timbulnya
pertanyaan dari wisatawan yang merasa ditipu dengan
membeli produk mereka.
Sektor aplikasi dan game developer menjalankan aktivitas
promosi dengan memanfaatkan kanal virtual dan fisik
atau tatap muka. Kegiatan promosi melaui media digital
masih terbatas pada pemanfaatan website dan media
online sejenisnya. Kegaiatan promosi ini sebenarnya
dapat dilakukan lebih lanjut dengan memanfaatkan
media digital secara terintegrasi misalnya dengan online
advertising di Google dan Facebook, serta kegiatan
interaktif melalui percakapan di dunia maya. Di sisi lain,
promosi sektor ini juga berjalan melalui kegiatan personal
selling langsung kepada pelanggannya. Melihat jenis
karakteristik produk aplikasi yang lekat dengan teknologi,
maka kegiatan promosi melalui dunia digital dapat lebih
efektif.
Dilihat dari tingkat keterampilan owner-manager terkait
dengan promosi, maka strategi promosi yang dilakukan
oleh peserta FGD di Mataram dapat di kelompokkan
sebagai berikut:
• Kelompok yang mengandalkan promosi melalui
media digital yaitu kelompok dengan digital literacy
yang tinggi dan atau kelompok yang memiliki digital
literacy dengan dana promosi yang terbatas.
• Kelompok yang mengandalkan promosi secara
tradisional atau non-digital.
• Kelompok yang mengintegrasikan promosi digital
dan non-digital.
Sambel Encim merupakan salah satu pelaku industri yang
mengintegrasikan aktivitas promosi. Di samping memiliki
outlet, Sambel Encim memiliki website yang informatif
dan aktif menjual lewat media sosial termasuk menjual
produk lewat Facebook, Tokopedia, Bukalapak, Twitter
dengan 2.183 followers. Pemilik usaha ini menyebutkan
bahwa pembinaan coaching yang dilakukan oleh
BI selama 2 tahun memberikan pengetahuan yang
memadai baik secara teknis seperti bagaimana membuat
produk yang tahan lama yang aman, packaging yang baik
sampai kepada pengetahuan pemasaran dan pengaturan
keuangan sehingga bisa menjual sampai ke mancanegara.
MATARAM
38
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIFGambar 4.5
Channel Penjualan Online
Sambel Encim
KUPANG
Berbagai upaya promosi telah dilakukan oleh para pelaku
industri kreatif yang dipilih sebagai peserta FGD di
Kupang. Direct marketing dan personal selling merupakan
aktivitas promosi yang dilakukan oleh sebagian besar
pelaku industri kreatif yang hadir pada FGD di Kupang.
Aktivitas direct marketing biasanya dilakukan melalui
telepon, Whatsapp, dan BlackBerry Messenger dalam
bentuk dialog antara pelaku industri kreatif dengan calon
konsumen. Sedangkan aktivitas personal selling dilakukan
secara tatap muka di lokasi penjualan seperti outlet, mall,
showroom, dan berbagai event.
Sales promotion dilakukan oleh mayoritas pelaku
industri kreatif yang hadir pada saat FGD di Kupang.
Sales promotion kepada konsumen dilakukan dengan
pemberian diskon, hadiah, dan berbagai tawaran gratis
lainnya. Beberapa contoh sales promotion kepada
konsumen diantaranya yaitu Sasandoshop yang
memberikan hadiah berupa hardcase untuk pembelian
alat musik sasando tipe tertentu, Tenun Ikat memberikan
selendang gratis untuk pembelian sarung tenun ikat,
Nice Handicraft memberikan diskon di hari ulang
tahun, dan Wanted Film memutarkan film gratis untuk
pembelian kaset-kaset tertentu. Sales promotion kepada
tenaga penjualan dilakukan oleh pemilik Gracia Tenun
Ikat yang bekerjasama dengan supir taksi di Kupang.
Supir taksi yang berhasil mengajak tamu luar daerah
untuk mengunjungi dan berbelanja di Gracia Tenun Ikat
akan memeroleh insentif dengan persentase tertentu
dari penjualan. Selain itu, Dapur Keiza juga memberikan
insentif serupa tetapi dalam bentuk hadiah berupa
peralatan dapur kepada anggota komunitas yang berhasil
membawa ibu-ibu untuk mengikuti acara-acara yang
diselenggarakan.
Online and social media marketing yang dilakukan oleh
pelaku industri kreatif di Kupang diantaranya yaitu melalui
website usaha, situs jual beli online, dan media sosial.
Pelaku industri kreatif yang memiliki website sendiri
diantaranya yaitu Sasandoshop dan D’Art Komuniti.
Situs jual beli online yang dipakai oleh para pelaku industri
kreatif di Kupang yaitu Tokopedia, Bukalapak, Bhineka.
com. Nice Handycarft dan ENT Handycraft sudah
menggunakan Tokopedia, sedangkan Sansandoshop
tidak hanya menggunakan Tokopedia tetapi juga
Bukalapak dan Bhineka.com. Media sosial yang pada
umumnya digunakan oleh para pelaku industri kreatif di
Kupang yaitu Facebook, Instagram, dan Youtube.
Aktivitas promosi lain yang dilakukan oleh pelaku
industri kreatif di Kupang yaitu sponsorship. Aktivitas
tersebut dilakukan oleh Nice Handycarft yang menjadi
sponsor kegiatan-kegiatan sosial dan D’Art Komuniti
juga memberikan sponsor kepada acara-acara tertentu
melalui pemutaran film gratis. Dapur Keiza justru
menggandeng perusahaan lain untuk menjadi sponsor
dalam acara-acara rutin yang diselenggarakan seperti
lomba memasak. Untuk trade show pernah dilakukan
oleh sebagian kecil pelaku industri kreatif yang hadir di
FGD Kupang yaitu Nice Handycarft dan Gracia Tenun
Ikat. Penggunaan media televisi dan radio dalam aktivitas
promosi juga telah dilakukan oleh D’Art Komuniti dan
Wanted Film karena memang usaha mereka bergerak
di sektor perfilman. Sedangkan Sasandoshop pernah
masuk pada beberapa program di stasiun televisi dan
menjalankan product placement di acara televisi tersebut.
39
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Para pelaku industri kreatif di Kupang secara umum sudah
menjalankan suatu program promosi untuk mengenalkan
produk mereka kepada calon konsumen. Strategi
promosi yang digunakan oleh para pelaku industri kreatif
di Kupang sudah berusaha mengkombinasikan antara
media online dan offline. Kendala-kendala aktivitas
promosi juga dapat diatasi atau disiasati secara mandiri
oleh para pelaku industri kreatif melalui strategi pemilihan
aktivitas yang tepat dalam promotion mix sesuai dengan
kemampuan keuangan bisnis. Pada dasarnya mereka
sangat membutuhkan dukungan dari pihak pemerintah,
tetapi dengan kondisi dan pemahaman mereka terhadap
program pemerintah saat ini membuat mereka tidak
terlalu menggantungkan diri kepada bantuan pemerintah.
Dukungan pemerintah yang saat ini relevan dibutuhkan
di Kupang yaitu melalui kebijakan yang mengkatalisasi
kemajuan bisnis pelaku industri kreatif dalam program
yang benar-benar tepat sasaran dan sesuai kebutuhan di
lapangan.
Sasando merupakan alat musik tradisional khas Pula
Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik ini
mirip harpa dengan formasi melingkar dan bagian
tengahnya terdapat senar yang dibalut pada bambu
serta bagian luarnya adalah lengkungan daun
lontar untuk menciptakan resonansi. Suara merdu
yang dihasilkan dari petikan Sasando menjadikan
alat musik tersebut populer di dunia internasional
seperti Jepang dan Belanda. Meskipun alat musik
tersebut telah mendunia dan memiliki reputasi di
kalangan penikmat musik internasional, Sasando
justru kurang diminati di dalam negeri. Tidak banyak
orang Indonesia yang mahir memainkan alat musik
Sasando.
Kondisi di atas melatarbelakangi Natalino Mella,
seorang pemain Sasando profesional dari NTT
yang mendirikan Sasandoshop sebagai wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap rendahnya
animo masyarakat lokal terhadap alat musik
tradisional NTT tersebut. Melalui Sasandoshop,
dia menciptakan sasando modern yang memiliki
senar lebih banyak dengan teknik permainan
menggunakan sepuluh jari. Produk yang ditawarkan
mulai dari minatur sasando sampai dengan jenis
sasando yang rumit seperti sasando gong, sasando
pajangan, sasando 45 strings non elektrik, hingga
sasando elektrik 45 senar double string yang
harganya mencapai jutaan rupiah. Produk sasando
ciptaannya dipasarkan secara online melalui website
www.sasandoshop.com.
Sasandoshop telah berhasil menembus pasar
internasional diantaranya yaitu Hong Kong,
Singapura, Amerika Serikat, dan Jerman. Penjualan
Sasandoshop tidak hanya dilakukan melalui website
www.sasandoshop.com saja tetapi juga melalui situs
jual beli online seperti Tokopedia, Bukalapak, dan
Bhineka.com. Selama ini Sasandoshop memang
fokus untuk pemasaran di luar wilayah Kupang
karena rendahnya minat masyarakat di Kupang
terhadap alat musik sasando tersebut.
“Client saya lebih banyak di luar Kupang dan luar
negeri, jadi produk kita lebih laku di luar bukan di
Kupang. Untuk membuka outlet ke depan saya
juga mungkin buka di Jakarta atau Surabaya, bukan
di Kupang karena di Kupang daya belinya sangat
rendah untuk mengambil produk lokal.”
Namun demikian, Sasandoshop tetap berusaha
mengajak generasi muda agar tertarik dan
meningkatkan minat terhadap alat musik sasando
melalui program kursus bermain sasando di Kupang.
Model alat musik sasando juga dibuat lebih futuristik
dan di-upgrade ke level yang lebih tinggi untuk
memacu anak muda di Kupang dalam melihat
perubahan, sehingga saat ini sudah mulai ada sedikit
perubahan terhadap anak-anak di Kupang untuk
lebih mendalami sasando.
Sasando Shop: Sebuah Manifestasi Keprihatinan dan
Kepedulian
40
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Di media sosial, Natalino juga gencar
mempromosikan Sasandoshop dan menunjukkan
keahliannya dalam memainkan sasando. Sebuah
mini album rohani dengan alat musik sasando
bertajuk “Sasando Music for My Soul” juga pernah
diciptakan. Natalino juga rajin meng-cover lagu-
lagu terkenal musisi Indonesia dan mancanegara
dengan gubahan sasando yang diunggah ke channel
Youtube pribadinya. Sebuah strategi pemasaran
yang kreatif bagi Sasandoshop sekaligus media
promosi yang jitu terhadap kelestarian alat musik
tradisional.
Gambar 4.6
Tampilan Website, Media
Sosial, Channel jual beli
Sasando Shop
(www.sasandoshop.com)
41
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh industri kreatif
di Makassar telah memanfaatkan media digital dan
media non-digital. Hanya sektor kriya yang masih
memanfaatkan media tradisional yaitu melalui outlet
penjualan. Meskipun pelaku industri kreatif telah
melakukan kegiatan promosi digital dan non-digital,
tetapi pelaksanaan kegiatan promosi masih didominasi
oleh aktivitas promosi non-digital. Bagi sektor fashion,
salah satu pelaku industri menyatakan bahwa kegiatan
promosi awalnya dijalankan melalui penempatan produk
di outlet beberapa kota tetapi sekarang sebagian besar
kegiatan promosi melalui online yaitu Instagram dan situs
jual beli online Shopee. Demikian halnya dengan Pelangi
Mukena yang melakukan kegiatan promosi dilakukan
secara online melalui Instagram karena dianggap mudah
dilihat oleh target pasar yang sebagian besar adalah
mahasiswa. Pelangi Mukena ini melakukan endorsement
dengan memberikan produk kepada pemilik akun
Instagram untuk melakukan review produk Pelangi
Mukena.
Industri kuliner memiliki pendekatan yang berbeda dalam
melakukan kegiatan promosi. Produk kuliner bernama
Makrio Baji Sirop Markisa mengandalkan promosi
non-digital dengan menitipkan produk di restoran dan
hotel. Produk tersebut dijual sebagai salah satu menu
untuk dinikmati di restoran tersebut dan mereka juga
menawarkan produk kepada tamu untuk dibawa pulang
sebagai oleh-oleh. Sedangkan produk kuliner lain yaitu
Aurora Markisa mengandalkan promosi yang bersifat
terbuka, baik dengan outlet secara fisik melalui koperasi
dan toko oleh-oleh maupun promosi online melalui
media sosial.
Industri kreatif Kriya Hijayah Art & Craft dengan
produk songkok yaitu anyaman serat lontar, melakukan
aktivitas promosi melalui pameran-pameran seperti
Inacraft. Berbeda dengan pelaku industri kriya yang lain
yaitu Basocraft yang mana kegiatan promosinya berupa
pemberdayaan sosial masyarakat. Usaha lampu hias yang
sudah berdiri 7 tahun ini, selain menjual produk juga
melakukan pemberdayaan melalui pelatihan kepada
penyandang disabilitas, lansia, pemulung, dan imigran.
Produk yang dihasilkan dapat dipajang di hotel atau resto
yang sudah dilakukan kerjasama. Selain itu bisnis ini juga
bekerja sama dengan BNN untuk memberdayakan para
pengguna narkoba.
Lain halnya dengan pelaku industri kreatif di sektor
aplikasi dan game developer yang melakukan
pendekatan berbeda dengan menggunakan media
digital dalam melaksanakan kegiatan promosi. Mereka
mempromosikan produknya melalui website dan saat ini
telah bekerjasama dengan Google untuk meraih pasar di
Makassar, Manado, dan Samarinda.
Dilihat dari tingkat keterampilan owner-manager
terkait dengan promosi, maka strategi promosi yang
dilakukan oleh pelaku industri kreatif di Makassar dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
• Kelompok yang mengandalkan promosi melalui
media digital yaitu kelompok dengan digital literacy
yang tinggi dan atau kelompok yang memiliki
digital literacy dengan dana promosi yang terbatas.
Dalam FGD ini industri dari sektor aplikasi dan
game developer mengandalkan promosi melalui
media digital untuk mendapatkan konsumen dan
meningkatkan word of mouth. Sedangkan kelompok
industri fashion menggunakan media digital seperti
Instragram untuk membangun awareness terhadap
produk mereka. Sektor kuliner dan fashion yang
memanfaatkan media sosial yaitu Makrio Baji Sirop
Markisa dan Pelangi Mukena.
• Kelompok yang mengandalkan promosi secara
tradisional atau non-digital yaitu kelompok kuliner
yang merupakan pemain lama. Mereka melihat
bahwa promosi melalui outlet langsung lebih efektif
untuk mengenalkan produk mereka. Konsumen
memiliki kesempatan mencoba merasakan produk
yang ada dengan kustomisasi yang diinginkan
konsumen.
• Kelompok yang mengintegrasikan promosi digital
dan non-digital, yaitu industri kuliner yaitu Krepgis
dengan mengangkat simbol kredibilitas perempuan
bugis Makassar melalui produk camilan crepe dari
ubi kayu. Selain itu, di sektor kriya terdapat usaha
Basocraft yang melaksanakan pemberdayaan
masyarakat bekerjasama dengan pihak Badan
Narkotika Nasional (BNN) serta Pertamina sebagai
bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) dan
telah mendapatkan penghargaan Pertamina Award
dalam bidang pemberdayaan.
MAKASSAR
42
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Aktivitas promosi pelaku industri kreatif yang
menjadi peserta FGD di Manado pada umunya telah
mengkombinaskan promosi melalui media digital dan
non-digital. Para pelaku industri kreatif di sektor kuliner
menganggap bahwa membangun outlet baik di dunia
digital maupun non-digital masih merupakan cara paling
efektif dalam menjalankan promosi. Pelaku industri
kuliner tersebut yaitu Martabak Itang dan Bonbon
Pisang Nugget yang mana mengandalkan promosi
melalui outlet tradisional dan outlet digital menggunakan
aplikasi Go-Jek, serta akun media sosial Facebook dan
Instagram. Strategi promosi tersebut dianggap sangat
membantu para pelanggan untuk dapat memesan
produk mereka secara mudah melalui aplikasi dan
produk mereka akan diantar melalui fasilitas Go-Food.
Outlet tradisional terlihat berjalan efektif karena mampu
berkembang secara lebih cepat. Sedangkan ketersediaan
proses pemesanan melalui Go-Food lebih bersifat
komplementer terhadap ketersediaan outlet tradisional.
Dengan kata lain, pemesanan produk melalui Go-Food
belum berperan sebagai media promosi secara optimal,
tetapi lebih berperan dalam memudahkan pelanggan
untuk melakukan pembelian produk.
Sektor fashion telah memanfaatkan promosi secara
digital dan non-digital dengan cara yang lebih maju. Vika
Batik telah menggunakan Facebook Ads, dan website
untuk mempromosikan produknya. Pemilik usaha batik
ini menyatakan bahwa kegiatan promosi yang dijalankan
melalui Facebook Ads lebih efektif dibandingkan dengan
website. Sampai saat ini, Vika Batik telah mampu
menjual produknya hingga ke Surabaya. Awalnya Vika
Batik memang memulai usaha di Surabaya dengan
memanfaatkan media sosial Facebook tetapi sejak tahun
2012 usaha tersebut berpindah dan membuka outlet di
Manado.
Pelaku industri kreatif di sektor aplikasi dan game
developer yaitu Jasa Web Manado telah melakukan
aktivitas promosi secara digital dan tradisional. Pemilik
bisnis ini beranggapan bahwa penggunaan Google Ads
sangat membantu dalam mempromosikan produknya.
MANADO
Pelaku industri kreatif lain di sektor ini yaitu E-Absen.com
yang melakukan personal selling kepada pelanggannya
yang mana saat ini telah memiliki pelanggan sebanyak 281
kantor termasuk instansi pemerintahan di Sulawesi Utara.
Peran owner-manager sangatlah besar dalam
menentukan arah strategi promosi yang dilakukan. Jika
dilihat dari tingkat keterampilan owner-manager terkait
dengan promosi, maka strategi promosi yang dilakukan
oleh pelaku industri kreatif yang mengikuti FGD di
Manado dapat di kelompokkan sebagai berikut:
• Kelompok yang mengandalkan promosi melalui
media digital yaitu kelompok dengan digital literacy
yang tinggi dan atau kelompok yang memiliki
digital literacy dengan dana promosi yang terbatas.
Dalam FGD ini industri dari sektor aplikasi dan game
developer yang mengandalkan promosi melalui
media digital untuk mendapatkan konsumen dan
meningkatkan word of mouth. Sedangkan kelompok
industri fashion menggunakan media digital seperti
Facebook untuk membangun awareness terhadap
produk mereka.
• Kelompok yang mengandalkan promosi secara
tradisional atau non-digital yaitu dari sektor animasi,
film, dan video. Walaupun mereka telah memiliki
awareness akan pentingnya media digital namun
para pelaku ini merasakan outlet sebagai media yang
lebih efektif. Sektor ini di Manado memiliki keunikan
dimana mereka melihat penjualan secara non-digital
lebih efektif karena karakteristik jasa yang ditawarkan
sifat kustomisasinya cukup tinggi sehingga aktivitas
promosi secara langsung kepada klien menjadi
krusial.
• Kelompok yang mengintegrasikan promosi digital
dan non-digital, yaitu industri fashion serta aplikasi
dan game developer.
43
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Martabak Itang: Promosi di Outlet Digital dan Non-Digital
Martabak Itang berasal dari bahasa Manado yang
berarti martabak berwarna hitam. Wahyu, pemilik usaha
ini menyebutkan usahanya ini baru mulai di September
2016. Awalnya berjualan di rumah dengan memakai kurir.
Keberadaan aplikasi Go-Jek membantu percepatan
distribusi produk ini. Sekarang martabak ini telah
memiliki 5 outlet di Manado. Bisnis ini menarik konsumen
dengan menawarkan keunikan martabak yang berbeda
dari produk sejenis pada umumnya dengan harga yang
terjangkau. Martabak yang mulai ada di Manado ini
aktif memasarkan produknya melalui Facebook dan
Instagram.
Gambar 4.7
Tampilan Facebook
dan Instagram
Martabak Itang
44
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Mayoritas aktivitas promosi produk kreatif di Ambon pada
awal usaha berdiri menggunakan personal selling kepada
calon konsumen terdekat seperti teman, saudara, dan
termasuk grup-grup di media sosial. Melalui cara tersebut,
konsumen awal tersebut akan mencoba merasakan atau
mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Apabila mereka
merasa puas terhadap produk tersebut maka akan
sangat mudah bagi mereka untuk merekomendasikan
produk tersebut ke calon konsumen yang lain.
Aktivitas personal selling yang menarik terjadi pada industri
kreatif di bidang pembuatan website yang mana lebih
banyak menggunakan personal selling karena keinginaan
konsumen berbeda-beda. Cara ini dipakai mengingat
kustomisasi produk cukup tinggi baik dari segi fitur maupun
harga. Selain itu, mayoritas konsumen lebih memercayai
bukti portofolio website yang pernah dibuat sebelum
memutuskan untuk membeli jasa pembuatan website.
Penggunaan website sebagai media promosi sangat jarang
digunakan oleh pelaku industri kreatif di Ambon kecuali
sektor yang memang dekat dengan dunia teknologi
informasi seperti penyediaaan jasa pembuatan website.
Personal selling juga menjadi bagian dari promosi yang
dilakukan oleh pelaku industri kreatif di Ambon ketika
mengikuti tradeshow atau pameran. Tujuan utama
dalam mengikuti pameran ini yaitu untuk memperluas
pasar hingga ke luar Kota Ambon melalui kartu nama
yang dibagikan. Kartu nama tersebut dianggap berperan
penting dalam memudahkan komunikasi dengan
calon konsumen. Aktivitas tradeshow tersebut tidak
selalu diikuti oleh pemilik produk kreatif karena banyak
pihak atau instansi yang hanya mengambil produk
mereka saja untuk dibawa mengikuti pameran. Pola
tersebut sebenarnya dianggap kurang berdampak
besar terhadap penjualan karena proses edukasi dan
interaksi langsung dengan calon konsumen atau
distributor pada saat pameran tidak dapat terjadi.
Media sosial sudah menjadi media promosi yang populer
di Kota Ambon baik yang berbayar maupun yang gratis.
Media sosial yang paling sering digunakan yaitu facebook,
twitter, instagram, dan whatsapp. Hampir semua pelaku
industri kreatif di wilayah tersebut memahami dan telah
mencoba menggunakan media sosial dalam menjalankan
aktivitas promosi. Namun fakta di lapangan menunjukkan
bahwa proses promosi melalui media sosial di Ambon
diangap kurang berdampak signifikan terhadap hasil
penjualan. Hal ini dapat dipahami bahwa para pelaku
industri kreatif belum mampu memvalidasi apakah target
AMBON
pasar mereka aktif menggunakan media sosial atau
media sosial yang digunakan belum mampu menjangkau
target pasar yang diharapkan. Demikian halnya dengan
pemanfaatan website dan situs jual beli online juga belum
menunjukkan hasil yang positif terhadap penjualan
produk yang mana kontribusi penjualan secara online
dari tahun 2014 hingga 2016 yang hanya berkisar 15%. Di
sisi lain, fakta berupa biaya pengiriman produk dari Kota
Ambon ke kota-kota lain di Indonesia masih cukup mahal
sehingga mengurungkan niat sebagian calon konsumen
untuk membeli produk dari Ambon. Dengan demikian,
sebagian pelaku industri kreatif cenderung memasarkan
produk di wilayah Ambon dan sekitarnya meskipun produk
mereka berpotensi dipasarkan ke luar wilayah Ambon.
Kerjasama promosi dengan para jurnalis baik media
cetak maupun media elektronik juga telah dilakukan
oleh pelaku industri kreatif di Ambon. Kerjasama
tersebut bersifat mutual karena para jurnalis sangat
membutuhkan konten lokal yang unik untuk dapat
dijadikan bahan jurnalistik. Di sisi lain, pelaku industri
kreatif juga diuntungkan karena produk mereka dapat
dikenal luas di masyarakat tanpa perlu biaya promosi yang
mahal. Untuk aktivitas promosi lain yang dilakukan oleh
pelaku industri kreatif di Ambon yaitu sales promotion.
Aktivitas tersebut dilakukan oleh pelaku industri kreatif
sektor kuliner yang memproduksi produk secara masal.
Para pelaku industri kreatif di Ambon pada dasarnya sudah
menyadari bahwa aktivitas promosi merupakan proses
penting yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan
sebuah bisnis. Berbagai keterbatasan dan kendala yang
dihadapi tidak menjadikan mereka berhenti untuk
berusaha mempromosikan produk mereka kepada calon
konsumen. Strategi promosi yang digunakan oleh para
pelaku industri kreatif di Ambon secara umum sudah
mencoba untuk mengkombinasikan antara media online
dan offline. Namun, promosi online belum berdampak
signifikan terhadap hasil penjualan mengingat berbagai
keterbatasan dan kendala-kendala yang dialami.
Para pelaku industri kreatif di Ambon paham bahwa apabila
ingin memperluas target pasar maka harus menggunakan
media promosi yang cakupan areanya luas, salah satunya
yaitu secara online dan tentu saja dengan biaya yang
relatif murah. Namun mengingat daya saing produk yang
kurang kuat akibat biaya produksi dan logistik yang tinggi
memaksa sebagian dari mereka untuk mengubah strategi
promosi yang lebih fokus pada target pasar di wilayah
Ambon dan sekitarnya.
45
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Salah satu produk kreatif khas dari Ambon
yaitu tenun ikat Ralsasam yang diwakili Sylvia
Watumlawar. Aktivitas promosi utama yaitu melalui
event pameran terutama pameran yang difasilitasi
oleh pemerintah. Melalui pameran tersebut, pemilik
usaha dapat menyampaikan informasi produk secara
detail kepada konsumen dan membagikan kartu
nama untuk menjalin komunikasi lebih lanjut. Melalui
pola tersebut akan terjadi proses promosi secara
otomatis dengan memanfaatkan kekuatan word
of mouth. Bagi pemilik usaha Tenun Ikat Ralsasam,
fasilitas promosi dan pemasaran secara online
memang bagus tetapi yang menjadi kendala utama
adalah kemampuan produksi, berikut penuturannya:
“Kalau yang datang langsung itu memang banyak
peminatnya, kadang kita sampai tidak kuat bekerja
lagi. Kesulitannya itu di pengrajin, jadi kalau promosi
dunia maya sudah tidak sanggup kerja.”
Kapasitas produksi yang belum besar dan lamanya
produksi kain tenun ikat menjadikan pengrajin
tidak terlalu menggantungkan promosi produk
secara online mengingat penjualan secara offline di
rumah produksi sudah tinggi dan pengrajin sudah
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
konsumen yang besar.
Tenun Ikat Ralsasam: The Power of Word of Mouth
Tenun Ikat Ralsasam merupakan potret
keberhasilan word of mouth yang dijalankan dengan
tepat dalam mempromosikan produk secara efektif
dan berdampak positif terhadap penjualan. Strategi
promosi yang digunakan sagat tepat mengingat pasar
utama dari produk tenun ikat adalah pengunjung
Kota Ambon terutama wisatawan mancanegara. Di
era digital saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa word
of mouth juga berkembang di dunia maya seperti
media sosial. Pemanfaatan media sosial secara teori
memang meningkatkan awareness akan tetapi hal
itu saja tidak cukup apabila tidak berlanjut ke proses
pembelian.
Produk Tenun Ikat Ralsasam yang diproduksi
secara tradisional dan dijual dengan harga yang
tidak murah pada dasarnya memiliki target pasar
yang eksklusif, sehingga tidak semua media promosi
akan berdampak positif terhadap penjualan. Proses
transaksi penjualan produk di rumah produksi
justru semakin meningkatkan eksklusifitas produk
tersebut yang mana konsumen akan memperoleh
pengalaman yang mengesankan dalam mengamati
atau bahkan mencoba proses produksi tenun ikat
tersebut. Pengalaman inilah yang menjadikan
konsumen dengan sukarela menceritakan kepada
orang-orang di sekitarnya yang berpotensi menjadi
target pasar potensial untuk mencoba pengalaman
serupa. Kekuatan dari word of mouth konsumen
yang telah membeli produk Tenun Ikat Ralsasam
berpotensi viral baik secara online maupun offline.
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
49
SEKTOR KULINER
SEKTOR KRIYA
SEKTOR FASHION
SEKTOR MUSIK
SEKTOR APLIKASI & GAME DEVELOPER
SEKTOR FILM, ANIMASI, & VIDEO
50
53
56
59
61
64
50
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Survei terhadap 301 konsumen produk kuliner diikuti
oleh 62,46% responden berjenis kelamin pria dan sisanya
sebesar 37,54 % adalah wanita. Responden merupakan
konsumen produk kreatif di sektor kuliner yang mana
mereka pernah mengkonsumsi produk kreatif kuliner.
Jika dilihat dari sisi umur, responden survei didominasi
oleh mereka yang berusia produktif yang mana
persentase terbanyak berada pada rentang usia 20-
35 tahun dengan jumlah persentase sebesar 80,07%.
Lokasi tempat tinggal responden survei di sektor kuliner
didominasi oleh konsumen di Pulau Jawa dengan
Provinsi Jawa Barat menduduki urutan pertama dengan
persentase sebesar 21,59%. Daya beli konsumen dapat
dilihat dari jumlah pengeluaran setiap bulannya yang
mana konsumen dengan tingkat pengeluaran 1,3-2,6 juta
rupiah mendominasi sebesar 33,55% dan pengeluaran di
bawah 1,3 juta sebanyak 33,22%.
Perilaku konsumen produk kreatif di sektor kuliner dapat
dipahami melalui kebiasaan pembelian produk seperti
momen pembelian yang mana hasil survei menunjukkan
bahwa 72,43% kosumen membeli produk pada saat
kebutuhan khusus seperti pada saat ada acara keluarga,
teman, komunitas, dan sebagainya. Sedangkan momen
pada saat adanya promosi penjualan yang menarik bagi
konsumen yaitu sebesar 58,80% dari total responden.
Hal ini menunjukkan bahwa promosi produk kreatif
di sektor kuliner dilakukan dengan tujuan tidak hanya
meningkatkan awareness saja tetapi juga untuk dapat
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian
produk. Kondisi tersebut harus dipahami oleh pelaku
industri kreatif agar dapat menempatkan strategi promosi
sesuai dengan momen-momen pembelian konsumen
agar efektivitas dari strategi promosi dapat berdampak
besar terhadap hasil penjualan.
Aktivitas promosi yang disarankan untuk dapat
dilakukan oleh para pelaku industri kreatif di sektor
kuliner diantaranya yaitu melalui penawaran harga yang
kompetitif pada periode tertentu sebesar 65,12% dan
sponsorship kegiatan yang diminati oleh konsumen
yaitu sebesar 51,50%. Pemilihan aktivitas promosi lain
juga dapat dikatakan tepat untuk dilakukan dengan
menyesuaikan karakter dari produk yang ditawarkan dan
kebiasaan-kebiasaan spesifik yang biasa dilakukan oleh
konsumen. Sedangkan media promosi yang disukai oleh
konsumen yaitu melalui outlet, workshop, atau tempat
pameran yaitu sebesar 76,79%. Hal ini secara umum
dapat ditemukan pada produk kuliner yang menyediakan
tempat untuk menikmati makanan atau minuman dan
telah menjadi lifestyle di masyarakat secara umum.
Konsumen di sektor kuliner cenderung mengkonsumsi
produk kreatif tidak hanya dari segi menu kulinernya
saja tetapi juga ambience yang ditawarkan di lokasi
pembelian. Selain itu, beberapa produk kuliner memang
lebih disukai ketika produk tersebut dapat dinikmati
segera setelah diproses atau disajikan. Oleh karena itu,
channel pembelian offline untuk produk kreatif ini tetap
menjadi pilihan utama yaitu sebesar 65,12%.
SEKTOR KULINER
51
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.1
Profil Demografi
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor
Kuliner
Gambar 5.2
Momen Pembelian
Produk Kreatif
di Sektor Kuliner
52
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
1,00%
31,89%
46,51%
51,50%
65,12%
0,00% 20,00% 40,00% 60,00%
La innya
Ag e n pe njua la n/ sa lesma n
Toko Online
Tema n a ta u ke ra b a t
Toko / Wo rksho p
Gambar 5.3
Channel Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Kuliner
Gambar 5.4
Promosi yang
Disukai Konsumen
Produk Kreatif di
Sektor Kuliner
53
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.5
Media Promosi
yang Cocok untuk
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor
Kuliner2,95%
10,13%
34,18%
36,29%
46,41%
64,98%
76,79%
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%
La innya
Tele po n
Kirima n pesa n la ng sung ke
ha nd phone , ema il, me dia sosia l
Wira nia g a , sa le sma n
Web site , se a rc h e ng ine
o ptimiza tio n
E-c o mme rc e , se pe rti To ko ped ia ,
Buka la pa k, d ll
O utle t, w orkso p , te mpa t p a me ra n
Survei dilakukan kepada 301 konsumen produk kreatif
sektor kriya yang tersebar diseluruh Indonesia. Data hasil
survei menunjukkan bahwa 67,22% responden adalah
laki-laki dan 32,78% responden adalah perempuan.
Jika dilihat dari sebaran usia, persentase responden survei
terbanyak berada pada rentang usia 30-35 tahun dengan
jumlah persentase sebesar 25,50%. Kemudian disusul oleh
responden dengan usia 26-29 tahun dengan persentase
sebesar 25,17%. dan 23,51% pada rentang usia 20-25
tahun. Konsumen produk kreatif sektor kriya didominasi
oleh konsumen dari Pulau Jawa. Provinsi Jawa Timur
menduduki urutan pertama dengan total konsumen
mencapai 21,19%. Provinsi di luar Pulau Jawa dengan
jumlah konsumen terbesar yaitu Provinsi Sumatera Utara
yang mencapai 12,25%. Daya beli konsumen dapat dilihat
dari jumlah pengeluaran per bulan yang mana konsumen
dengan tingkat pengeluaran antara 1,3-2,6 juta rupiah
mendominasi di sektor ini yaitu sebesar 28,48%.
Produk kriya pada umumnya memiliki nilai seni yang
tinggi sehingga nilai jualnya juga relatif lebih mahal
dibandingkan produk sejenisnya yang tidak memiliki
unsur seni. Contohnya yaitu jam tangan yang dibuat dari
limbah kayu dengan ukiran tradisional biasanya memiliki
nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan produk jam
tangan yang diproduksi masal pada umumnya. Kondisi
tersebut menjadikan konsumen sangat menyukai sebuah
promosi penjualan produk kriya dengan tawaran harga
yang kompetitif pada periode tertentu yaitu sebanyak
54,64% dari total responden. Data ini sejalan dengan
pendapat responden sebanyak 52,98% menyatakan bahwa
momen pembelian produk kriya yaitu pada saat ada
promosi penjualan yang menarik. Momen pembelian lain
yang juga harus diperhatikan oleh pelaku industri kreatif
di sektor kriya yaitu pada saat-saat kebutuhan khusus
seperti acara pernikahan, pesta, dan sebagainya dengan
hasil survei sebesar 69,87%. Hal ini mengindikasikan
bahwa pelaku industri kreatif di sektor kriya harus
memperhatikan strategi promosi dan momen pembelian
konsumen agar berdampak positif terhadap hasil
penjualan.
SEKTOR KRIYA
54
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.6
Profil Demografi
Konsumen
Produk Kreatif di
Sektor Kriya
Gambar 5.7
Momen Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Kriya
Media promosi yang dianggap menarik bagi konsumen
produk kreatif di sektor kriya yaitu outlet, workshop, dan
tempat pameran sebesar 85,83%, e-commerce sebesar
74,17%, dan website dan search engine optimization
sebesar 47,92%. Media-media tersebut juga diminati oleh
konsumen sebagai channel pembelian produk kreatif di
sektor ini yaitu toko atau workshop sebesar 65,56% dan
toko online sebesar 52,32%. Fakta tersebut merupakan
sumber informasi bagi pelaku industri kreatif untuk dapat
menentukan strategi promosi dan penjualan yang tepat
dengan memanfaatkan media digital maupun non-digital
atau bahkan kombinasi kedua media tersebut untuk
menciptakan sebuah hasil promosi yang berdampak
besar terhadap penjualan produk kriya.
55
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.8
Channel Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Kriya
Gambar 5.9
Promosi yang Disukai
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor Kriya
56
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.10
Media Promosi
yang Cocok untuk
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor Kriya
Survei dilakukan kepada 301 konsumen produk kreatif
di sektor fashion yang tersebar di seluruh Indonesia.
Data hasil survei menunjukkan bahwa 54,82% responden
berjenis kelamin pria dan 45,18% berjenis kelamin wanita.
Konsumen fashion didominasi oleh mereka yang sudah
berpenghasilan dan juga berada di usia produktif. Produk
fashion biasanya diminati oleh mereka yang bergaya
muda atau berusia di bawah 35 tahun. Dilihat dari sebaran
usia, persentase responden survei terbanyak berada pada
rentang usia 20-35 tahun yaitu sebesar 74,42%. Konsumen
produk kreatif di sektor fashion didominasi oleh
konsumen di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Barat menduduki
urutan pertama dengan total konsumen mencapai
22,92%. Sedangkan provinsi di luar Pulau Jawa dengan
jumlah konsumen terbesar yaitu Provinsi Sumatera
Utara mencapai 4,32 %. Daya beli konsumen di sektor ini
dapat dilihat dari jumlah pengeluaran setiap bulannya.
Konsumen dengan tingkat pengeluaran 1,3-2,6 juta rupiah
mendominasi dengan persentase sebesar 33,89%.
SEKTOR FASHION
Gambar 5.11
Profil Demografi
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor
Fashion
57
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Produk kreatif di sektor fashion biasanya diminati oleh
para pecinta fashion ketika ada promosi yang menarik
seperti diskon, promo buy one get two, dan sebagainya.
Kondisi tersebut dapat dibuktikan dari hasil survei bahwa
67,44% konsumen produk kreatif di sektor fashion
cenderung menyukai promosi produk yang menawarkan
harga kompetitif pada periode tertentu. Adanya promosi
penjualan yang menarik ternyata membuat 52,82%
konsumen memutuskan untuk membeli produk kreatif di
sektor tersebut. Promosi-promosi produk yang lain juga
dapat dipertimbangkan seperti sponsorship, mengikuti
pameran, dan sebagainya sesuai dengan karakteristik
target konsumen.
Aktivitas promosi memang penting untuk dapat menarik
perhatian konsumen dan memutuskan suatu pembelian.
Namun, survei menunjukkan bahwa momen pembelian
pada saat kebutuhan khusus ternyata menjadi faktor
utama bagi konsumen dibandingkan dengan faktor
adanya promosi penjualan dalam melakukan suatu
pembelian yaitu sebesar 81,40%. Dengan demikian,
pelaku industri kreatif perlu melakukan identifikasi
detail atau gambaran momen kebutuhan khusus target
konsumen dalam melakukan pembelian melalui riset
pemasaran yang memadai.
Media promosi online dan offline seperti outlet,
workshop, serta tempat pameran sangat disukai oleh
konsumen produk kreatif di sektor fashion. Fakta
tersebut diperoleh dari hasil survei yaitu sebanyak
75,10% konsumen menyukai media promosi melalui
e-commerce; 70,36% melalui outlet, workshop, serta
tempat pameran; dan 46,25% melalui website dan
juga search engine optimization. Demikian halnya
dengan channel pembelian produk kreatif di sektor
fashion yang menjadi favorit konsumen yaitu toko atau
workshop sebesar 73,42% dan toko online sebesar
66,45%. Konsumen produk kreatif di sektor fashion
memang secara umum memang dapat dikategorikan
menjadi dua berdasarkan perilaku pembeliannya yaitu
konsumen online dan konsumen offline. Tipe konsumen
offline biasanya mereka harus melibatkan minimal indra
peraba dan indra penglihatan secara langsung untuk
memahami detail produk sebelum memutuskan suatu
pembelian, sehingga mereka harus mendatangi outlet,
workshop, ataupun tempat pameran. Sedangkan tipe
konsumen online cenderung menginginkan pembelian
produk yang cepat dan tidak memiliki banyak waktu
untuk mengunjungi toko offline. Kedua tipe konsumen
tersebut harus dipahami oleh pelaku industri kreatif di
sektor fashion agar dapat menyusun strategi promosi dan
penjualan yang efektif sesuai perilaku target konsumen.
Gambar 5.12
Momen Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Fashion
58
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.13
Channel Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Fashion
Gambar 5.14
Promosi yang
Disukai Konsumen
Produk Kreatif di
Sektor Fashion
Gambar 5.15
Media Promosi
yang Cocok untuk
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor
Fashion
59
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
SEKTOR MUSIK
Survei dilakukan kepada 301 konsumen produk kreatif
di sektor musik yang tersebar di seluruh Indonesia. Data
hasil survei menunjukkan bahwa jumlah konsumen
produk kreatif musik didominasi oleh jenis kelamin
pria dengan persentase 58,47% dan 41,53% merupakan
responden wanita.
Produk musik biasanya dibeli oleh mereka yang bergaya
muda atau berusia dibawah 35 tahun. Jika dilihat dari
sebaran usia responden survei, maka persentase
terbanyak adalah responden dengan rentang usia 20-
25 tahun dengan persentasi sebesar 37,54%. Secara
geografis, sebaran konsumen produk kreatif di sektor
musik masih di dominasi oleh konsumen dari Pulau Jawa.
Provinsi di luar Pulau Jawa dengan jumlah konsumen
terbesar yaitu Provinsi Sumatera Utara yang mencapai
3,99 %. Kemampuan pembelian konsumen dapat dilihat
dari jumlah pengeluaran per bulan yang mana konsumen
dengan tingkat pengeluaran di bawah 1,3 juta rupiah
mendominasi sebesar 36,54 % dan tingkat pengeluaran
1,3-2,6 juta rupiah yang sebesar 33,22%.
Gambar 5.16
Profil Demografi
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor Musik
Gambar 5.17
Momen Pembelian Produk
Kreatifa di Sektor Musik
60
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.18
Channel Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Musik
Gambar 5.19
Promosi yang
Disukai Konsumen
Produk Kreatif di
Sektor Musik
Gambar 5.20
Media Promosi
yang Cocok
untuk Konsumen
Produk Kreatif di
Sektor Musik
61
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Preferensi konsumen dalam melakukan pembelian produk
kreatif di sektor musik terkait dengan momen pembelian
menunjukkan bahwa 73,75% konsumen melakukan
pembelian produk pada saat ada kebutuhan khusus
seperti acara keluarga, komunitas, pesta, dan sebagainya.
Momen pembelian lain seperti pada saat ada promosi
penjualan dan saat ada trend dari teman atau kolega juga
turut mempengaruhi tetapi tidak sebesar faktor pada saat
kebutuhan khusus. Dengan demikian, perlu diperhatikan
bagi para pelaku industri kreatif di sektor musik untuk dapat
memahami detail dari momen-momen kebutuhan seperti
apa yang menjadi faktor bagi target konsumen dalam
melakukan pembelian.
Pembelian produk kreatif yang dilakukan oleh konsumen
di sektor musik memang menunjukkan bahwa pembelian
pada saat ada promosi penjualan yang menarik hanya
memengaruhi sebanyak 37,87% konsumen dalam melakukan
pembelian. Namun angka tersebut tidaklah mutlak bagi
pelaku industri kreatif untuk tidak terlalu memerhatikan
aktivitas promosi produk di sektor musik. Aktivitas promosi
tetap diperlukan untuk meningkatkan awareness konsumen
agar pada saat konsumen membutuhkan produk nantinya
pilihan akan tertuju pada produk terkait.
Profil dari hasil survei 301 konsumen produk kreatif di
sektor aplikasi & game developer dapat dipahami pada
gambar berikut.
Aktivitas promosi produk kreatif yang dianggap menarik
bagi konsumen di sektor musik yaitu berupa sponsorship
pada kegiatan yang diminati oleh konsumen yaitu sebesar
59,47% serta tawaran harga yang kompetitif pada periode
tertentu yaitu sebesar 51,50% dari total responden. Media
promosi yang disukai oleh konsumen juga lebih ke media
fisik seperti outlet, workshop, tempat pameran, dan
sejenisnya yaitu sebesar 81,55% dari total responden. Fakta
tersebut dapat dipahami bahwa konsumen produk kreatif
di sektor musik menginginkan sebuah promosi yang bisa
membuat panca indra mereka merasakan langsung kondisi
produk tersebut sebelum memutuskan suatu pembelian.
Namun demikian, media promosi online saat ini juga turut
menjadi pilihan utama konsumen produk kreatif di sektor
musik yaitu sebesar 73,39% melalui e-commerce serta 51,93%
melalui website dan juga search engine optimization. Kedua
media promosi baik dalam bentuk fisik maupun online
ternyata juga menjadi channel pilihan konsumen dalam
melakukan pembelian produk yaitu sebesar 53,49% di toko
atau workshop dan 52,82% di toko online. Oleh karena itu,
kombinasi kedua channel tersebut perlu dipertimbangkan
oleh pelaku industri kreatif di sektor musik dalam melakukan
aktivitas promosi maupun penjualan sesuai dengan target
konsumen yang diinginkan.
SEKTOR APLIKASI & GAME DEVELOPER
Gambar 5.21
Profil Demografi
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor
Aplikasi dan Game
Developer
62
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.22
Momen Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Aplikasi &
Game Developer
Gambar 5.23
Channel Pembelian
Produk Kreatif di
Sektor Aplikasi &
Game Developer
Jenis kelamin responden survei ini terdiri dari 55,92%
pria dan 44,08% wanita. Hal ini dapat dipahami bahwa
konsumen produk kreatif di sektor sektor aplikasi & game
developer memang didominasi oleh konsumen berjenis
kelamin para pria. Untuk usia sebagian besar berada
dalam rentang umur 20-25 tahun yaitu sebesar 40,79%.
Sedangkan mayoritas konsumen di sektor ini berada
di rentang 16-35 tahun dengan persentase 89,48%. Di
luar rentang usia tersebut memang tidak terlalu banyak
mengingat perbedaan generasi dan kebutuhan akan
produk-produk kreatif di sektor sektor aplikasi & game
developer. Responden pada survei konsumen ini tersebar
di berbagai provinsi di Indonesia. Mayoritas konsumen di
sektor ini didominasi oleh mereka yang tinggal di Pulau
Jawa dengan persentase mencapai 78,28%. Wilayah di luar
Pulau Jawa yang cukup populer terkait dengan kebutuhan
akan produk di sektor sektor aplikasi & game developer
yaitu Provinsi Sumatera Utara dengan persentase 3,62%
dari total responden survei. Dari total responden yang
menjadi konsumen produk di sektor sektor aplikasi dan
game developer, 36,84% memiliki pengeluaran antara 1,3
juta rupiah sampai 2,6 juta rupiah setiap bulannya. Untuk
pengeluaran per bulan yang kurang dari 1,3 juta rupiah
yaitu sebesar 30,26% dan sisanya memiliki pengeluaran di
atas 2,6 juta untuk setiap bulannya.
63
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.24
Promosi yang
Disukai Konsumen
Produk Kreatif di
Sektor Aplikasi &
Game Developer
Gambar 5.25
Media Promosi
yang Cocok untuk
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor
Aplikasi & Game
Developer
Perilaku pembelian konsumen produk kreatif di sektor
aplikasi & game developer terkait dengan momen
pembelian produk kreatif menunjukkan bahwa 65,46%
konsumen melakukan pembelian produk kreatif di
sektor tersebut pada saat ada promosi penjualan yang
memberikan berbagai tawaran menarik. Hal ini erat
kaitannya dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh
konsumen untuk membeli produk kreatif di sektor
tersebut biasanya tidak sedikit. Kondisi tersebut
berimplikasi pada konsumen yang akan berpikir cerdas
dan berhati-hati dalam memutuskan untuk membeli
produk tersebut. Untuk memunculkan action to buy
konsumen maka penawaran-penawaran melalui promosi
penjualan yang menarik akan sangat membantu pelaku
industri kreatif di sektor ini.
Aktivitas promosi yang dianggap konsumen sangat
efektif dalam memengaruhi perilaku pembelian produk
kreatif di sektor aplikasi & game developer diantaranya
yaitu aktivitas sponsorship yang diselenggarakan oleh
pelaku industri kreatif melalui kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan minat target konsumen. Hasil pernyataan
ini didasarkan pada hasil survei yaitu oleh 60,86% dari
total responden survei. Selain itu, tawaran harga yang
kompetitif pada periode tertentu juga dianggap menarik
bagi konsumen produk kreatif di sektor tersebut yang
didasarkan dari hasil survei yaitu sebesar 58,55% dari total
responden.
64
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Media promosi online masih menjadi media yang paling
dipilih oleh konsumen produk kreatif di sektor aplikasi
& game developer yaitu 71,49% melalui e-commerce
serta 51,58% melalui website dan juga search engine
optimization. Pembelian produk melalui toko online
juga menjadi pilihan utama konsumen di sektor tersebut
yaitu sebanyak 66,12% dari total responden. Hal ini sangat
wajar mengingat karakteristik industri kreatif di sektor
ini sangat dekat dengan dunia digital. Selain itu, media
promosi fisik seperti outlet, workshop, ataupun tempat
pameran juga menjadi favorit konsumen dengan hasil
survei sebanyak 66,52% dari total responden produk
kreatif di sektor tersebut. Data tersebut dapat dijadikan
informasi strategis bagi pelaku indutri kreatif di sektor
aplikasi & game developer untuk mempertimbangkan
pilihan media promosi di outlet, workshop, ataupun
tempat pameran.
SEKTOR FILM, ANIMASI DAN VIDEO
Profil dari hasil survei 301 konsumen produk kreatif di
sektor film, animasi, dan video dapat dipahami pada
gambar berikut.
Jenis kelamin responden pada survei ini terdiri dari 61,26% pria
dan 38,74% wanita. Hal ini dapat dipahami bahwa konsumen
produk kreatif di sektor film, animasi, dan video memang
didominasi oleh konsumen berjenis kelamin para pria. Untuk
usia sebagian besar berada dalam rentang umur 20-25 tahun
yaitu sebesar 34,44%. Sedangkan mayoritas konsumen di
sektor ini berada di rentang 16-35 tahun dengan persentase
85,43%. Di luar rentang usia tersebut memang tidak terlalu
banyak mengingat perbedaan generasi dan kebutuhan akan
produk-produk kreatif di sektor film, animasi, dan video.
Responden pada survei konsumen ini tersebar di berbagai
provinsi di Indonesia. Mayoritas konsumen di sektor ini
didominasi oleh mereka yang tinggal di Pulau Jawa dengan
persentase mencapai 83,44%. Wilayah di luar Pulau Jawa
Gambar 5.26
Profil Demografi
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor Film,
Animasi dan Video
yang cukup populer terkait dengan kebutuhan akan produk
di sektor film, animasi, dan video yaitu Provinsi Sumatera
Utara dengan persentase 4,97% dari total responden survei.
Dari total responden yang menjadi konsumen produk di
sektor animasi dan film, 28,15% memiliki pengeluaran antara
1,3 juta rupiah sampai 2,6 juta rupiah setiap bulannya. Untuk
pengeluaran per bulan yang kurang dari 1,3 juta rupiah yaitu
sebesar 30,79% dan sisanya memiliki pengeluaran di atas 2,6
juta untuk setiap bulannya.
65
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.27
Momen Pembelian
Produk Kreatif
di Sektor Film,
Animasi dan Video
Gambar 5.28
Channel Pembelian
Produk Kreatif
di Sektor Film,
Animasi dan Video
66
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Gambar 5.30
Media Promosi
yang Cocok untuk
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor Film,
Animasi dan Video
Gambar 5.29
Promosi yang Disukai
Konsumen Produk
Kreatif di Sektor Film,
Animasi dan Video
67
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Perilaku konsumen produk kreatif di sektor film, animasi
dan video terkait dengan momen pembelian produk
kreatif menunjukkan bahwa 59,27% konsumen melakukan
pembelian produk kreatif tersebut pada saat-saat
khusus misalnya pada acara atau agenda tertentu yang
membutuhkan produk terkait. Hal ini dapat dipahami bahwa
karakteristik produk kreatif di sektor film, animasi dan video
memang tidak masuk dalam kelompok kebutuhan primer
konsumen pada umumnya sehingga pembelian produk
tersebut hanya akan dilakukan dalam kondisi tertentu yang
benar-benar membutuhkan produk tersebut.
Momen pembelian pada saat ada promosi penjualan
yang menawarkan memberikan tawaran menarik turut
menjadi salah satu faktor utama konsumen di sektor
film, animasi dan video yaitu sebanyak 42,38%. Dengan
demikian, aktivitas promosi dengan tawaran yang menarik
wajib dipertimbangkan oleh pelaku industri kreatif di
sektor tersebut untuk memeroleh target penjualan yang
diharapkan. Aktivitas promosi yang dianggap efektif dalam
memengaruhi perilaku pembelian produk kreatif pada
sektor ini yaitu aktivitas sponsorship yang diselenggarakan
melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat target
konsumen. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survei yaitu
sebanyak 60,26% dari total responden survei. Selain itu,
tawaran harga yang kompetitif pada periode tertentu juga
dianggap menarik bagi konsumen produk kreatif di sektor
film, animasi dan video yang didasarkan dari hasil survei
sebesar 47,68%.
Media promosi fisik seperti outlet, workshop, ataupun
tempat pameran menjadi favorit konsumen di sektor film,
animasi dan video dengan hasil survei sebanyak 78,30%
dari total responden. Selain itu, media promosi online juga
masih menjadi media yang dipilih oleh konsumen produk
kreatif di sektor film, animasi dan video yaitu 73,58% melalui
e-commerce serta 42,45% melalui website dan juga search
engine optimization. Aktivitas pembelian produk melalui
channel toko online juga turut menjadi pilihan utama
konsumen yaitu sebanyak 58,28%. Media promosi baik
dalam bentuk fisik maupun online sebenarnya dapat saling
melengkapi untuk memaksimalkan efektifitas dari strategi
promosi yang dapat dipertimbangkan oleh pelaku industri
kreatif di sektor film, animasi dan video.
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
69
71
72
73
74
75
76
77
79
79
80
PADANG
PONTIANAK
JAKARTA
SEMARANG
YOGYAKARTA
MATARAM
KUPANG
MAKASSAR
MANADO
AMBON
71
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Penelitian yang telah dilakukan mengungkap bahwa
kegiatan promosi produk kreatif di Padang memiliki
beberapa kendala sebagai berikut:
• Keterbatasan dana untuk promosi dan para pelaku
industri kreatif berharap untuk dapat menjalankan
aktivitas promosi dengan biaya seminimal mungkin
atau bahkan gratis.
• Keterbatasan sumber daya manusia terkait dengan
pemahaman akan tahap dalam penerapan strategi
promosi, khususnya para pelaku industri kreatif di
sektor kuliner yang membutuhkan pengetahuan
atau ilmu mengenai digital marketing.
Di tengah keterbatasan sumber daya dan dana, para pelaku
industri kreatif di Padang telah menerapkan berbagai cara
untuk membangun promosi yang integratif dan murah
agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Spirit
survival mentality yang dimiliki oleh para pelaku industri
kreatif mampu mendorong munculnya berbagai strategi
promosi yang telah diterapkan hingga saat ini. Namun
demikian, para pelaku industri kreatif di Padang sangat
mengharapkan dukungan dari pemerintah, diantaranya
yaitu:
• Bimbingan teknis mengenai strategi promosi
secara digital yang meliputi pelatihan, desain grafis,
pemanfaatan Google Adsense, promosi melalui
media-media nasional dan pengelolaan promosi
melalui media sosial.
• Diadakannya berbagai event untuk start-up industri
kreatif yang bisa di akses secara lebih luas.
• Pembinaan para pelaku industri kreatif untuk
meningkatkan kapabilitas dalam menghasilkan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
• Adanya transparansi dan pemberian kemudahan
dalam proses pengurusan Hak Kekayaan Intelektual.
• Adanya pemetaan dan clustering pusat-pusat
industri di wilayah Sumatera Barat, misalnya yaitu
pusat garment untuk mendukung warga yang
memiliki keterampilan dalam menjahit untuk dapat
berkarya di industri garmen.
PADANG
72
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
PONTIANAK
Kegiatan promosi produk kreatif di Pontianak tidak
terlepas dari berbagai kendala, diantaranya yaitu:
• Keterbatasan dana untuk menjalankan aktivitas
promosi. Para pelaku industri kreatif melihat
beberapa aktivitas promosi yang dapat dilakukan
untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tetapi
dengan kondisi dana yang terbatas memaksa mereka
untuk lebih banyak mengandalkan praktek promosi
dari mulut ke mulut.
• Keterbatasan sumber daya manusia yang ahli dalam
membuat konten promosi yang kreatif, packaging
yang baik, serta strategi diferensiasi produk masih
menjadi permasalahan.
Persoalan promosi yang dialami para pelaku industri
kreatif di Pontianak dapat bermuara dari dua kategori yaitu
keterbatasan dana promosi dan sumber daya manusia
dalam mengelola promosi. Beberapa harapan para
pelaku industri kreatif di Pontianak kepada pemerintah
diantaranya yaitu:
• Bimbingan teknis dalam melakukan promosi
digital seperti pemanfaatan Google Adsense dan
pengelolaan promosi melalui media sosial.
• Pembinaan dalam meningkatkan kapabilitas untuk
menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar.
• Diadakannya berbagai event rutin sebagai wadah
untuk mempromosikan produk industri kreatif.
73
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
JAKARTA
Aktivitas promosi produk kreatif di Jakarta memiliki
beberapa kendala sebagai berikut:
• Keterbatasan dana untuk menjalankan aktivitas
promosi bisanya dengan biaya seminimal mungkin
atau bahkan gratis. Pemahaman bahwa promosi
akan membebani ongkos produksi masih terlihat,
khususnya fashion sehingga mereka sangat
mengandalkan praktek promosi dari mulut ke mulut.
• Keterbatasan sumber daya terkait pemahaman akan
tahap-tahap dalam penerapan strategi promosi,
khususnya aktivitas promosi secara digital bagi
pelaku industri kreatif di sektor kriya dan fashion.
Persoalan di atas dapat dilihat dari karakteristik UMKM
yaitu pelaku industri kreatif yang berperan sebagai
owner-manager, yang mana semua hal terkait dengan
pengelolaan perusahaan sangat bergantung pada pemilik
yang juga berperan sebagai manajer perusahaan, pelaku
proses kreatif, dan pengelola keuangan menyebabkan
proses promosi masih tergantung dengan kesiapan
owner-manager ini dalam menjalankan perannya yang
multifungsi. Kondisi tersebut dapat berjalan karena adanya
spirit “survival mentality” yang mendorong munculnya
berbagai strategi promosi yang dapat diterapkan oleh
pelaku industri kreatif di tengah keterbatasan yang ada
untuk dapat membangun promosi yang integratif dan
murah agar dapat bersaing di pasar.
Persoalan promosi bagi pelaku industri kreatif di Jakarta
dapat bermuara dari dua kategori yaitu keterbatasan
dana promosi dan sumber daya manusia untuk
mengelola promosi. Dengan demikian, pelaku industri
kreatif memiliki harapan kepada pemerintah untuk dapat
memberikan berbagai dukungan, diantaranya yaitu:
• Bimbingan teknis untuk melakukan promosi secara
digital yang meliputi pemanfaatan Google Adsense,
promosi melalui media nasional, dan pengelolaan
promosi melalui media sosial.
• Bantuan pendanaan untuk promosi yang dapat
dimasukkan dalam bentuk insentif pajak, misalnya
bebas pajak promosi bagi industri kreatif yang
mempromosikan produknya secara digital selama
periode waktu tertentu.
• Tersedianya ruang-ruang promosi di lokasi-lokasi
strategis, misalnya bandar udara, pusat perbelanjaan,
stasiun kereta api, dan lokasi strategis lainnya dengan
biaya yang terjangkau.
• Transparansi keikutsertaan pelaku industri
kreatif dalam berbagai program yang difasilitasi
oleh pemerintah, seperti pameran, pelatihan,
pendampingan bisnis, dan sebagainya.
74
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Kendala yang dihadapi oleh pelaku industri kreatif keratif
di Semarang meliputi:
• Keterbatasan sumber daya karena pemilik juga
berperan sebagai manajer dan pelaksana produksi.
Hal ini berakibat pada keterbatasan pengetahuan
dan waktu dalam menjalankan promosi, khususnya
promosi digital yang memerlukan keahlian dan
pengelolaan khusus.
• Keterbatasan dalam mengakses informasi kegiatan
pemerintah seperti kegiatan pameran yang difasilitasi
oleh pemerintah. Banyak pelaku industri kreatif yang
tidak mengetahui akses informasi kegiatan atau
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, sehingga
mereka tidak memeroleh dukungan yang seharusnya
diperoleh dari pemerintah untuk kemajuan bisnisnya.
• Keterbatasan dalam mendanai kegatan promosi. Hal
ini dialami oleh para pelaku industri kreatif karena
aktivitas promosi dianggap memerlukan biaya yang
cukup besar.
Kehadiran pemerintah khususnya Badan Ekonomi
Kreatif menjadi sangat penting dalam mendorong
kegiatan promosi produk kreatif di Semarang. Secara
khusus, kehadiran pemerintah diharapkan muncul dalam
berbagai bentuk sebagai berikut:
• Dukungan untuk melakukan trade show dengan
biaya yang terjangkau.
• Kebijakan insentif bagi industri kreatif di sektor film,
animasi dan video dalam bentuk yang riil misalnya
kewajiban untuk menayangan produk film, animasi
dan video di videotron.
• Pengembangan pusat industri kreatif yang
terintegrasi dengan pusat bisnis, agar promosi
industri kreatif menjadi lebih efektif.
• Pendampingan bagi industri kreatif secara
berkelanjutan. Secara khusus, pola bimbingan
teknis atau pelatihan perlu ditinjau ulang mengingat
pelatihan-pelatihan yang ada saat ini seringkali tidak
memenuhi kebutuhan industri kreatif secara tepat.
SEMARANG
75
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan promosi
produk kreatif di Yogyakarta memiliki beberapa kendala
sebagai berikut:
• Keterbatasan dana untuk promosi bisanya sangat
terbatas, dan mereka berharap untuk dapat
menjalankan promosi dengan biaya minimal atau
bahkan gratis.
• Keterbatasan sumber daya terkait dengan
pemahaman akan tahap-tahap dalam penerapan
strategi promosi. Keterbatasan lokasi yang strategis
untuk mempromosikan produk secara offline juga
menjadi salah satu kendala dalam menjalankan
kegiatan promosi.
Persoalan promosi bagi pelaku industri kreatif di
Yogyakarta dapat bermuara dari dua kategori yaitu
keterbatasan dana promosi dan sumber daya manusia
untuk mengelola promosi. Berikut merupakan harapan
dari pelaku industri kreatif kepada pemerintah untuk
dapat mendorong perkembangan industri kreatif di
Yogyakarta:
• Bimbingan teknis untuk melakukan promosi secara
digital yang meliputi pelatihan, desain grafis,
pemanfaatan Google Adsense, promosi melalui
media media nasional dan pengelolaan promosi
melalui media sosial.
• Tersedianya berbagai event yang mempertemukan
pelaku industri kreatif dengan pasar baik nasional
maupun internasional.
• Pembinaan dan pendampingan dalam hal
peningkatan kapabilitas pelaku industri kreatif untuk
menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar.
• Adanya fasilitas terkait Hak Kekayaan Intelektual.
YOGYAKARTA
76
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Pelaku industri kreatif dalam menjalankan bisnisnya
memiliki beberapa keterbatasan dalam hal promosi
produk kreatif. Penelitian yang dilakukan mengungkap
bahwa kegiatan promosi produk kreatif memiliki
beberapa kendala, diantaranya yaitu:
• Keterbatasan pengetahuan dalam ilmu pemasaran
khususnya promosi melalui media online. Selain
itu, pelaku industri kreatif juga memiliki kendala
jangkauan promosi ke luar negeri terutama untuk
produk yang memang pasar utamanya bukan pasar
domestik.
• Keterbatasan dana untuk menjalankan aktivitas
promosi.
• Sumber daya yang dimiliki belum mampu
memberikan alternatif strategi-strategi promosi
yang efektif agar tidak terlalu bergantung pada
aktivitas promosi saat ini saja. Hal ini dapat dipahami
dari fakta di lapangan khususnya untuk para industri
kreatif yang target pasarnya adalah wisatawan agar
tidak terlalu bergantung dengan pihak penyedia jasa
travel yang cenderung meminta insentif penjualan
yang dianggap memberatkan karena pada akhirnya
menyebabkan pemilik usaha harus menaikkan harga
jual produk.
Permasalahan promosi industri kreatif di Mataram pada
umumnya terkait dengan keterbatasan pengetahuan,
biaya promosi, dan sumber daya manusia untuk mengelola
promosi. Para pelaku industri kreatif menyampaikan
beberapa saran kepada pihak pemerintah berikut ini:
• Bimbingan teknis mengenai promosi secara
digital, meliputi pemanfaatan Google Adsense dan
pengelolaan promosi melalui media sosial.
• Bantuan pendanaan untuk promosi yang dapat
dimasukkan dalam bentuk insentif pajak, misalnya
bebas pajak promosi bagi pelaku industri kreatif yang
mempromosikan produknya secara digital selama
periode waktu tertentu.
• Coaching yang berkelanjutan dan komprehensif
kepada pelaku industri kreatif yang potential dalam
periode waktu tertentu. Selain itu, dibutuhkan
fungsi monitoring terhadap industri kreatif binaan
untuk memastikan para pelaku industri kreatif
memiliki pengetahuan teknis yang baik sesuai
dengan kebutuhan industri baik dari sisi pemasaran,
keuangan, sumber daya manusia, dan sebagainya.
MATARAM
77
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
KUPANG
Permasalahan aktivitas promosi yang dialami oleh para
pelaku industri kreatif di Kupang diantaranya yaitu:
• Keterbatasan jumlah sumber daya manusia dalam
pengelolaan marketing termasuk di dalamnya aktivitas
promosi produk kreatif. Hampir semua aktivitas dari
setiap fungsi bisnis rata-rata dikerjakan sendiri oleh
pemiliki bisnis. Kendala tersebut pada dasarnya wajar
terjadi mengingat mayoritas usia bisnis peserta FGD
tergolong masih muda yaitu kurang dari 5 tahun.
• Komunikasi dengan konsumen dianggap mengalami
kendala dalam hal perbedaan waktu. Kondisi ini terjadi
pada bisnis yang sebagian target konsumennya ada di
luar negeri. Hal ini juga berkaitan dengan keterbatasan
sumber daya manusia yang terbatas sehingga semua
aktivitas harus dikerjakan sendiri oleh pemilik bisnis.
• Kendala dari konsumen terjadi pada pelaku industri
kreatif yang melakukan aktivitas pemasaran di
Kupang. Apresiasi konsumen lokal terhadap produk
seni dianggap sangat rendah sehingga produk kreatif
yang memiliki nilai seni tinggi khususnya yang terkait
sektor kriya dan fashion dihargai dengan harga yang
murah.
Sekilas aktivitas promosi yang dilakukan oleh para pelaku
industri kreatif di Kupang tidak terlalu mengalami kendala
yang cukup berat. Kedala-kendala yang sebenarnya saat
ini dialami lebih kepada aktivitas pendukung promosi
yang pada dasarnya merupakan permasalahan aktivitas
inti bisnis yang berdampak secara langsung terhadap
efektivitas dari promosi yang dijalankan. Beberapa kendala
aktivitas tersebut diantaranya yaitu:
• Kekurangan jumlah tenaga produksi sehingga produk
yag dihasilkan belum mampu memenuhi permintaan
pasar.
• Beberapa bahan baku produksi masih harus
didatangkan dari kota-kota di Jawa dengan biaya
logistik yang mahal dan bahkan lebih mahal dari harga
bahan baku tersebut. Kondisi tersebut sebenarnya
dapat disiasati dengan pembelian dalam jumlah
besar tetapi keterbatasan modal menjadi kendala
berikutnya dalam pembelian produk dalam jumlah
besar tersebut.
• Minimnya fasilitas pengembangan bisnis industri
kreatif yang disediakan oleh pemerintah. Kondisi
tersebut terjadi karena sebagian pelaku industri
kreatif belum mengetahui akses fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah sehingga mereka merasa
belum dirangkul oleh pemerintah. Sedangkan pelaku
industri kreatif yang sudah difasilitasi oleh pemerintah
justru merasa program yang dijalankan tidak efektif
dan tidak tepat sasaran.
Secara umum aktivitas promosi para pelaku industri kreatif
di Kupang dianggap tidak terlalu bermasalah karena
pada dasarnya mereka sudah mengusahakan untuk
menjalankan aktivitas promosi kepada target konsumen
dan berdampak pada hasil penjualan. Dengan kondisi
tersebut, yang menjadi tantangan adalah terkait kelanjutan
dari aktivitas promosi yang membutuhkan dukungan dari
pemerintah. Dukungan terkait pengembangan promosi
produk yang diperlukan oleh para pelaku industri kreatif di
Kupang diantaranya yaitu:
• Fasilitas promosi di berbagai event dan trade show,
misanya festival sasando.
• Fasilitas promosi di media elektronik, khususnya
melalui televisi.
• Fasilitas lokasi pemasaran offline di Kupang seperti
rumah kreasi, galeri, atau bahkan pasar tradisional
yang terpusat di Kupang. Sebagai contoh,
pemasaran produk kerajinan di Kupang lokasinya
terpencar sehingga fasilitas pusat pemasaran untuk
menampung produk-produk kreatif yang sejenis
akan mempermudah konsumen untuk berbelanja
dan dapat dijadikan ikon pusat seni kerajinan Kota
Kupang.
• Pemerintah baik pusat maupun daerah diharapkan
mampu mempromosikan pariwisata di Kupang
sehingga menunjang pemasaran produk kreatif lokal.
• Dukungan tempat kursus musik dan suku cadang alat
musik dengan harga yang terjangkau.
• Dukungan atau fasilitas dari pemerintah saat ini
dianggap belum optimal dan belum tepat sasaran.
Pemerintah diharapkaan dapat membuat program
yang efektif dalam memfasilitasi industri kreatif.
Selain itu, program tersebut harus ditujukan kepada
para pelaku industri kreatif yang benar-benar
membutuhkan.
• Pemerintah sebaiknya melakukan apresiasi budaya
dan kreativitas produk kreatif lokal sesuai dengan nilai
wajarnya.
78
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
MAKASSAR
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh para pelaku
industri kreatif di Makassar menunjukkan beberapa
kendala berikut ini:
• Keterbatasan biaya untuk menjalankan aktivitas
promosi baik melalui media promosi digital maupun
non-digital.
• Keterbatasan sumber daya manusia terkait dengan
pemahaman terhadap strategi promosi serta
efektivitasnya dalam menjangkau pasar.
• Keterbatasan pengetahuan bagi pelaku industri
kreatif terhadap aspek legal dalam berbisnis seperti
kewajiban membayar pajak usaha. Dikenalnya produk
kreatif di khalayak umum melalui aktivitas promosi
yang telah dijalankan dapat berdampak terhadap
aspek-aspek biaya atau kewajiban bisnis yang tidak
terduga, seperti kewajiban membayar pajak yang
selama ini sebagian pelaku industri kreatif belum
cukup paham mengenai peraturan pajak
usaha di Indonesia.
Persoalan promosi bagi pelaku industri kreatif Makassar
dapat bermuara dari dua kategori yaitu keterbatasan dana
promosi dan sumber daya manusia untuk mengelola
promosi. Berikut merupakan harapan dari para pelaku
industri kreatif terkait dukungan yang diperlukan dari
pihak pemerintah:
• Bimbingan teknis untuk melakukan digital
promotion, meliputi pemanfaatan Google Adsense,
promosi melalui media nasional, dan pengelolaan
promosi melalui media sosial.
• Bantuan pendanaan untuk promosi yang dapat
dimasukkan dalam bentuk insentif pajak, misalnya
bebas pajak promosi bagi pelaku industri kreatif yang
mempromosikan produknya secara digital selama
periode waktu tertentu.
• Tersedianya fasilitas tempat promosi di lokasi-lokasi
strategis, misalnya di lokasi wisata dengan harga yang
terjangkau.
• Pembinaan pelaku industri kreatif secara
berkesinambungan melalui kerjasama dengan
berbagai instusi pemerintah maupun swasta.
79
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
MANADO
Kegiatan promosi produk kreatif di Manado memiliki
beberapa kendala, diantaranya yaitu:
• Keterbatasan dana untuk promosi yang memaksa
para pelaku industri kreatif untuk lebih mengandalkan
promosi dari mulut ke mulut.
• Keterbatasan sumber daya terkait pemahaman akan
tahap-tahap dalam penerapan strategi promosi,
khususnya di sektor kriya dan fashion untuk
mengembangkan promosi secara digital.
• Keterbatasan informasi dan fasilitas terkait
perlindungan Hak Kekayaan dan Sertifikasi untuk
para pelaku kreatif sektor film, animasi dan video.
Permasalahan promosi bagi para pelaku industri kreatif
di Manado dapat bermuara dari dua kategori yaitu
keterbatasan dana promosi dan sumber daya manusia
untuk mengelola promosi. Dukungan dari pihak
pemerintah sangat dibutuhkan, diantaranya yaitu:
• Bimbingan teknis untuk melakukan promosi secara
digital yang meliputi pemanfaatan Google Adsense
dan pengelolaan promosi melalui media sosial.
• Fasilitas pendanaan untuk promosi yang dapat
dimasukkan dalam bentuk insentif pajak.
• Diadakannya berbagai event rutin sebagai wadah
untuk mempromosikan produk-produk industri
kreatif.
• Fasilitas sertifikasi khususnya untuk pelaku industri
digital sebagai bagian dari konten promosi untuk
memeroleh kepercayaan dari konsumen.
80
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
AMBON
Permasalahan aktivitas promosi yang dialami oleh para
pelaku industri kreatif di Ambon dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu aktivitas inti promosi dan aktivitas
pendukung promosi. Kendala aktivitas inti promosi yang
dimaksud diantaranya yaitu:
• Kuranganya ilmu mengenai promosi online yang
efektif, terutama kecakapan dalam menggunakan
media sosial sehingga promosi melalui media
sosial dianggap masih minim peminatnya dan tidak
berdampak besar terhadap hasil penjualan.
• Minimnya pengetahuan mengenai strategi
promotion mix dan langkah-langkah pengembangan
aktivitas promosi yang tepat. Hal ini menjadi masalah
karena para pelaku industri kreatif sudah berusaha
menjalankan kegiatan promosi tetapi mengalami
kesulitan untuk menemukan konsumen yang benar-
benar membutuhkan produk mereka.
• Sumber daya manusia yang terampil dalam
menjalankan aktivitas promosi di Ambon masih sulit
didapatkan, terutama untuk aktivitas promosi secara
online.
• Keterbatasan biaya dan kerjasama dalam
menjalankan aktivitas promosi. Kondisi ini terjadi
pada industri kreatif terutama yang masih berskala
bisnis mikro atau kecil dan modal yang ada masih
difokuskan untuk pembiayaan aktivitas produksi dan
pengembangan produk.
Untuk kendala yang terkait dengan aktivitas pendukung
promosi pada dasarnya merupakan permasalahan
aktivitas inti bisnis yang berdampak secara langsung
pada efektifitas dari promosi yang dijalankan. Beberapa
kendala aktivitas tersebut diantaranya yaitu:
• Tingginya biaya logistik dari dan ke Kota Ambon yang
berdampak pada tingginya biaya produksi karena
sebagian besar bahan baku dan kemasan produk
harus didatangakan dari Pulau Jawa. Kondisi ini akan
berdampak pada harga produk yang relatif lebih
tinggi dibandingkan produk yang sama dari wilayah
lain. Selain itu, produk yang akan dipasarkan ke luar
pulau cenderung kurang memiliki daya saing karena
biaya pengiriman yang sangat mahal, bahkan lebih
mahal daripada harga produk itu sendiri. Dengan
demikian, aktivitas promosi untuk menjangkau
target pasar yang lebih luas menjadi tidak berarti
karena konsumen mengeluhkan biaya pengiriman
produk yang cukup tinggi.
• Kualitas infrastruktur penunjang di wilayah timur
Indonesia terutama di Ambon dianggap masih
tertinggal dibandingkan wilayah-wilayah lain.
Infrastruktur yang dimaksud yaitu belum adanya
pelabuhan ekspor di Ambon sehingga produk-
produk yang akan dikirim ke luar negeri harus
ke pelabuhan di Surabaya dahulu dan biaya
pengirimannya juga tidak sedikit. Akses tol laut yang
masih ditunggu-tunggu masyarakat di Indonesia
bagian timur terutama para pelaku bisnis di Ambon
agar biaya logistik dari dan ke Ambon menjadi lebih
murah. Ketersediaan energi listrik juga menjadi
masalah utama di Ambon karena sering mengalalami
pemadaman listrik.
• Biaya akses internet untuk melakukan aktivitas
promosi dianggap masih mahal dibandingkan
wilayah-wilayah lain dan promo internet biasanya
mengecualikan wilayah Maluku dan Papua.
• Kapasitas produksi masih kecil sehingga belum
berani melakukan promosi yang lebih luas karena
belum mampu memenuhi pesanan dalam jumlah
besar.
• Sumber daya manusia yang terampil masih
sulit didapatkan di Ambon untuk mendukung
aktivitas produksi. Hal ini merupakan hambatan
mendasar dalam menjalankan sebuah usaha untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pasar sehingga aktivitas promosi apapun tidak akan
berguna apabila hambatan ini tidak terselesaikan.
81
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Secara umum permasalahan yang dialami para pelaku
industri kreatif di Ambon terkait promosi yaitu kurangnya
ilmu yang komprehensif mengenai strategi promosi,
minimnya biaya promosi, dan rendahnya kualitas
infrastruktur pendukung promosi. Dukungan terkait
pengembangan promosi produk yang diperlukan oleh
para pelaku industri kreatif di Ambon diantaranya yaitu:
• Para pelaku industri kreatif di Ambon menginginkan
pemerintah melakukan peninjauan langsung ke
lapangan untuk memastikan kebutuhan dan solusi
kendala yang dihadapi oleh para pelaku industri
kreatif.
• Fasilitas pelatihan dari para pakar berpengalaman
dalam bidang promosi.
• Penyelengaraan event baik berskala nasional
maupun internasional yang berlokasi di Ambon dan
memfasilitasi para pelaku industri kreatif di Ambon
dalam mempromosikan produknya.
• Fasilitas promosi yang seluas-luasnya melalui
pameran berskala nasional dan internasional.
Selain dukungan aktivitas promosi, para pelaku industri
kreatif di Ambon juga sangat mengharapkan dukungan
dari pemerintah terkait kemudahan dalam menjalankan
bisnis yang mendukung kelancaran sebuah promosi,
diantaranya yaitu:
• Kemudahan suplai bahan baku, alat produksi, dan
fasilitas kemasan produk di Ambon.
• Fokus keterbatasan di Indonesia bagian timur terkait
ketersediaan infrastruktur pelabuhan, listrik, dan
akses internet.
83
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Perkembangan industri kreatif di Indonesia tidak terlepas
dari berbagai hambatan-hambatan bisnis baik dari internal
maupun eksternal. Salah satu hambatan terbesar yaitu
terkait dengan pemasaran produk kreatif. Dukungan
dari pihak pemerintah sangat dibutuhkan terutama
untuk memfasilitasi para pelaku industri kreatif dalam
mengembangkan pemasaran produk kreatif mereka
khususnya strategi promosi.
Permasalahan aktivitas promosi yang dialami oleh para
pelaku industri kreatif dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu aktivitas inti promosi dan aktivitas pendukung
promosi. Secara umum, kendala dalam hal promosi industri
kreatif diantaranya yaitu kurangnya ilmu mengenai strategi
dan teknis pelaksanaan aktivitas promosi, keterbatasan
pendanaan untuk melakukan kegiatan promosi, dan
keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
mendukung keberhasilan aktivitas promosi. Untuk kendala
yang terkait dengan aktivitas pendukung promosi pada
dasarnya merupakan permasalahan aktivitas inti bisnis yang
berdampak secara langsung pada efektivitas dari promosi
yang dijalankan seperti mahalnya biaya logistik, keterbatasan
kapasitas produksi, serta kualitas infrastruktur yang buruk
untuk listrik dan akses internet. Peran pemerintah melalui
kebijakan dan fasilitas pengembangan promosi produk
kreatif merupakan stimulus yang bersifat mendesak agar
para pelaku industri kreatif dapat terus mempertahankan
keberlanjutan bisnis dan berdampak positif terhadap
perekonomian negara.
Kesimpulan
85
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai
snapshot produk kreatif yang menjadi pokok bahasan
dalam penelitian ini. Tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahan dalam buku snapshot ini karena berbagai
macam keterbatasan teknis dan non teknis. Beberapa
hambatan dan harapan dari pelaku industri kreatif mungkin
belum terakomodasi dalam penelitian ini karena belum
sempurnanya metode dan pelaksanaannya dilapangan.
Namun diharapkan penelitian ini dapat mewakili suara para
pelaku industri kreatif. Penyusun berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun pada
penelitian ini demi sempurna nya buku snapshot yang ada
saat ini. Ucapan terima kasih tidak lupa penyusun sampaikan
kepada Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) sebagai pemangku
kepentingan ekonomi kreatif Indonesia, Pemerintah Daerah
(Pemda) yang telah memberikan informasi mengenai
perkembangan dan strategi produk kreatif di daerah, Pelaku
industri kreatif di berbagai sektor yang telah memberikan
informasi yang penyusun butuhkan, dan konsumen di
seluruh Indonesia yang telah memberikan pendapat
mereka terhadap produk kreatif. Semoga buku snapshot ini
berguna bagi penyusun pada khusus nya juga para pembaca
yang membutuhkan informasi mengenai pelaku industri
kreatif dan suara konsumen secara umum.
Penutup
86
SNAPSHOT PROMOSI PRODUK KREATIF
Centeno, E., Hart, S., & Dinnie, K. (2013). The five
phases of SME brand-building. Journal of Brand
Management, 20(6), 445-457.
Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif 2017.
(2017). Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat
Statistik.
Fahmi, F. Z., Koster, S., & Van Dijk, J. (2016). The location
of creative industries in a developing country: The
case of Indonesia. Cities, 59, 66-79.
Kotler, P., Keller, K. L., Ang, S. H., Leong, S.-M., & Tan,
C. T. (2012). Marketing Management: An Asian
Perspective (6th ed.). Jurong, Singapore: Pearson
Education South East Asia Pte Ltd.
Krake, F. B. (2005). Successful brand management in
SMEs: a new theory and practical hints. Journal of
Product & Brand Management, 14(4), 228-238.
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. (2008).
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Rowley, J. (1998). Promotion and Marketing
Communications in The Information Marketplace.
Library review, 47(8), 383-387.
Rusiawan, W., Pamungkas, S. A., Hariwan, P., Wijayanti,
S. C., Pajriyah, A. N., Parasian, W., . . . Mafiroh, R.
S. (2017). Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi
Kreatif. Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif.
Spence, M., & Hamzaoui Essoussi, L. (2010). SME brand
building and management: an exploratory study.
European Journal of Marketing, 44(7/8), 1037-1054.
Utoyo, S., Rozama, N. A., & Wulandari, V. C. (2016). Profil
Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif 2016. Jakarta:
Badan Pusat Statistik (BPS).
Daftar Pustaka