Upload
tharisi-angela-sitorus
View
227
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
soal sejarah SMA
Citation preview
4.jelaskan secara singkat kehidupan hewan pada masa phaleolithikum ,megalithikum,mezoikum,neozoikumdan arkhaikum?
5.jelaskan ciri-ciri
a.phitecantropus erectus.
Ciri-ciri Pithecanthropus Erectus : Tulang Rahang dan Gigi Besar dan Kuat Tidak Berdagu Tingi Badan Sekitar 165-170 cm Berbadan dan Berjalan Tegak Kening Menonjol
b.megantropus palaeozavanicus.
Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut:
1. Memiliki tulang rahang yang kuat 2. Tidak memiliki dagu
3. Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera. 4. Berbadan besar dan tegap
c.homosoloensis.
otak kecilnya lebih besar dari otak kecil pithecanrtopus erectus
Tengkoraknya lebih besar dari pada pithecantrocus erctus dangan volume 1000-1300cc
Tenjolan kuning agak terputus di tengah
Berbadan tegap & tingginya kurang lebih dari 1800cm
6.apa yang dimaksud dengan
A. waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur
batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi
manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring
dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah
merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga
(common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda
lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
b.pundan berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan maknanya sebagai tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak
Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
c. menhir
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda
prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan
untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengandolmen dan cromlech, merupakan batuan dari
periode Neolitikum yang umum ditemukan diPerancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini
dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalambahasa
Yunani artinya besar dan lith berartibatu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk
tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
d. sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung
dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat
dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki
kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak
zaman logam.
7.mengapa kerajaan kutai diberitakan sebagai kerajaan tertua di indonesia
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan
kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman,
Kalimantan Timur. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu
tertua di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Diduga ia
belum menganut agama Hindu. Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu
Yupa mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra
bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari).
Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah
Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara
yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
1. Kerajaan Kutai Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400
M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa
prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.
Untuk mengetahui bentuk yupa tersebut silahkan amati gambar berikut ini:
Gambar: Salah satu Yupa dari Kutai
Tempat penemuan prasasti Yupa tersebut adalah daerah Muarakaman tepi sungai Mahakam, Kalimantan
Timur, sehingga oleh para ahli kerajaan tersebut diberi nama Kutai, karena dalam prasasti tidak dijelaskan
nama kerajaan untuk itu diberi nama sesuai tempat penemuan prasasti tersebut. Dari isi yang tertera dalam
prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan
tentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik, sosial,
ekonomi, dan budaya. Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik dijelaskan bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman sebagai raja yang
mulai dan berhasil membawa kejayaan, raja Mulawarman adalah putra Aswawarman dan Aswawarman
adalah putra Kudungga. Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewa
Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri Keluarga atau Dinasti dalam agama
Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat nama Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala
suku, walaupun demikian Kudunggalah yang menurunkan raja-raja Kutai. Kehidupan Sosial Dalam kehidupan sosial. Perihal ini diketahui bahwa terjalin hubungan yang harmonis/erat antara
RajaMulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja
Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci
bernama Waprakesmara. Dengan adanya istilah Waprakesmara, tentu timbul pertanyaan dalam diri Anda, apa yang dimaksud
dengan Waprakesmara? Waprakesmara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa, yang kalau di pulau Jawa disebut
denganBaprakeswara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman
adalah Hindu aliran Syiwa artinya dewa yang dipuja adalah Syiwa. Kehidupan Ekonomi Sedangkan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti dalam prasasti, tetapi para ahli
sejarah berpendapat bahwa dengan adanya sedekah 20.000 ekor sapi membuktikan perekonomian Kutai
sudah kuat pada masa itu, yang didasarkan kepada pertanian, peternakan dan perdagangan. Mata pencaharian tersebut di atas dimungkinkan karena raja Mulawarman menghadiahkan kepada kaum
Brahmana 20.000 ekor sapi. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa populasi ternak cukup besar pada waktu
itu. Ia juga menghadiahkan segunung minyak kental dengan lampu, seperti yang tertulis dalam prasasti.
Kehidupan Budaya Dalam kehidupan budaya. Ia dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju, walaupun penganut Hindu
belum lama diterima. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama
Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma. Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak
pemerintahan Aswawarmankarena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya
sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta
(Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut
dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya
tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat
India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
8. latar belakang munculnya paham liberalisme
Jawaban no 8
LIBERALISME
Pengertian Liberalisme
Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan budak atau suatu
keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Dan isme yang berati paham. Makna
bebas kemudian menjadi sebuah sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu
kebebasan berfikir (The old Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang
sehingga mempunyai berbagai makna.
Secara politis liberalisme adalah ideologi politik yang berpusat pada individu, dianggap sebagai
memiliki hak dalam pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan bertindak
serta bebas dari ikatan-ikatan agama dan ideologi (Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy).
Dalam konteks sosial liberalisme diartikan sebagai adalah suatu etika sosial yang membela kebebasan
(liberty) dan persamaan (equality) secara umum (Coady, C. A. J. Distributive Justice). Menurut Alonzo L.
Hamby, PhD, Profesor Sejarah di Universitas Ohio, liberalisme adalah paham ekonomi dan politik yang
menekankan pada kebebasan (freedom), persamaan (equality), dan kesempatan (opportunity) (Brinkley,
Alan. Liberalism and Its Discontents).
Ada 4 aliran dalam liberalisme, antara lain:
1. Liberalisme politik adalah aliran di mana seseorang itu adalah masyarakat. Masyarakat dan institusi-
institusi kerajaan yang wujud di dalam masyarakat berfungsi untuk memperjuangkan hak-hak peribadi
tanpa memilih kasih kepada siapa yang mempunyai taraf sosial yang tinggi.Magna Carta adalah satu
contoh di mana dokumen politik meletakkan hak-hak peribadi lebih tinggi daripada kuasa raja.
Liberalisme politik menekankan perjanjian sosial yang mana rakyat merangkai undang-undang
kedaulatan undang-undang serta demokrasi liberal.
2. Liberalisme budaya menekankan hak-hak peribadi yang berkaitan dengan cara hidup dan perasaan hati
termasuk kebebasan seksual, kebebasan beragama, kebebasan pemahamandan pelindungan dari campur
tangan kerajaan di dalam kehidupan peribadi. Liberalisme budaya secara umumnya menentang peraturan-
peraturan kerajaan di dalam kesusasteraan,seni, akademik, perjudian, seks, pelacuran, pengguguran
kandungan, penggunaanpengawalan pengandungan, kesakitan muktamad, arak, ganja dan barang-barang
kawalanyang lain.
3. Liberalisme ekonomik/liberalisme klasikal atau liberalisme Manchester adalah satu ideology yang
menyokong hak-hak pribadi ke atas harta benda dan kebebasan perjanjian bertulis. Liberalisme ekonomik
menyatakan bahwa harga barang dan perkhidmatan harus ditentukan oleh pasaran yang sebenarnya
ditentukan oleh tindakan-tindakan pengguna.
4. Liberalisme sosial atau liberalisme baru (tidak patut dikelirukan dengan neoliberalisme) mula dilihat
berdiri di kalangan masyarakat negara-negara maju pada akhir abad ke-19. Ia dipengaruhi oleh
utilitarianisme yang diasaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Menurut ahli-ahli liberalisme
sosial, hak-hak positif perlu dibuat dan dibekalkan kepada orang ramai. hak-hak positif tersebut adalah
bersifat objektif yang berterusan yang secara asasnya melindungi kebebasan.
B. Latar belakang munculnya Aliran Liberalisme
Kata-kata liberal diambil dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan budak atau suatu
keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain. Makna bebas kemudian menjadi sebuah
sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old Liberalism).
Dari makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang sehingga mempunyai berbagai makna.
Secara politis liberalisme adalah ideologi politik yang berpusat pada individu, dianggap sebagai
memiliki hak dalam pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan bertindak
serta bebas dari ikatan-ikatan agama dan ideologi (Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy).
Dalam konteks sosial liberalisme diartikan sebagai adalah suatu etika sosial yang membela kebebasan
(liberty) dan persamaan (equality) secara umum (Coady, C. A. J. Distributive Justice). Menurut Alonzo L.
Hamby, PhD, Profesor Sejarah di Universitas Ohio, liberalisme adalah paham ekonomi dan politik yang
menekankan pada kebebasan (freedom), persamaan (equality), dan kesempatan (opportunity) (Brinkley,
Alan. Liberalism and Its Discontents).
Sejarahnya paham liberalisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu elemen terpenting
peradaban Barat. Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar tahun 1215, ketika Raja John di Inggris
mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja kepada
bangsawan bawahan. Charta ini secara otomatis telah membatasi kekuasaan Raja John sendiri dan
dianggap sebagai bentuk liberalisme awal (early liberalism).
Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang terjadi pada tahun
1688 yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious Revolution of 1688. Revolusi ini berhasil
menurunkan Raja James II dari England dan Ireland (James VII) dari Scotland) serta mengangkat William
II dan Mary II sebagai raja. Setahun setelah revolusi ini, parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-
undang hak rakyat (Bill of Right) yang memuat penghapusan beberapa kekuasaan raja dan jaminan
terhadap hak-hak dasar dan kebebasan masyarakat Inggris. Pada saat bersamaan, seorang filosof Inggris,
John Locke, mengajarkan bahwa setiap orang terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak
boleh dirampas. Hak-hak dasar itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan
membuat opini, beragama, dan berbicara. Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John
Locke menyatakan, pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar tersebut, dan jika ia
tidak menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk melakukan revolusi.
Singkatnya pada abad ke 20 setelah berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918, beberapa
negara Eropa menerapkan prinsip pemerintahan demokrasi. Hak kaum perempuan untuk menyampaikan
pendapat dan aspirasi di dalam pemerintahan diberikan. Menjelang tahun 1930-an, liberalisme mulai
berkembang tidak hanya meliputi kebebasan berpolitik saja, tetapi juga mencakup kebebasan-kebebasan
di bidang lainnya; misalnya ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun 1941, Presiden Franklin D.
Roosevelt mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat
(freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari kemelaratan (freedom
from want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear). Pada tahun 1948, PBB
mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights yang menetapkan sejumlah hak ekonomi dan
sosial, di samping hak politik.
Jika ditilik dari perkembangannya liberalisme secara umum memiliki dua aliran utama yang
saling bersaing dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah liberal klasik atau early
liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang menekankan pada kebebasan dalam usaha
individu, dalam hak memiliki kekayaan, dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan kontrak
serta menentang sistim welfare state. Yang keduaadalah liberal sosial. Aliran ini menekankan peran
negara yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam pengertian yang luas), seringkali dalam
bentuk hukum anti-diskriminasi.
Selain kedua tren liberalisme diatas yang menekankan pada hak-hak ekonomi dan politik dan
sosial terdapat liberalisme dalam bidang pemikiran termasuk pemikiran keagamaan. Liberal dalam
konteks kebebasan intelektual berarti independen secara intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan
terbuka. Kebebasan intelektual adalah aspek yang paling mendasar dari liberalisme sosial dan politik atau
dapat pula disebut sisi lain dari liberalisme sosial dan politik. Kelahiran dan perkembangannya di Barat
terjadi pada akhir abad ke 18, namun akar-akarnya dapat dilacak seabad sebelumnya (abad ke 17). Di saat
itu dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam bidang intelektual, keagamaan, politik
dan ekonomi dari tatanan moral, supernatural dan bahkan Tuhan.
Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan mutlak dalam pemikiran, agama,
etika, kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah dicanangkan. Prinsip-prinsip Revolusi Perancis itu
bahkan dianggap sebagai Magna Charta liberalisme. Konsekuensinya adalah penghapusan Hak-hak
Tuhan dan segala otoritas yang diperoleh dari Tuhan; penyingkiran agama dari kehidupan publik dan
menjadinya bersifat individual. Selain itu agama Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi
lembaga hukum ataupun sosial. Ciri liberalisme pemikiran dan keagamaan yang paling menonjol adalah
pengingkaran terhadap semua otoritas yang sesungguhnya, sebab otoritas dalam pandangan liberal
menunjukkan adanya kekuatan diluar dan diatas manusia yang mengikatnya secara moral. Ini sejalan
dengan doktrin nihilisme yang merupakan ciri khas pandangan hidup Barat postmodern yang telah
disebutkan diatas. [1]
C. Pencetus Aliran Liberalisme
Jhon Locke (1632-1704) ialah seorang filsuf yang disebut sebagai juru bicara Liberalisme. Jhon
Locke hidup dalam zaman yang penuh gejolak di Inggris.[2]Sebelum dia lahir, terjadi perang saudara
antara kaum Cavaliver, para pengikut raja Charles I, dan kaum yang berada pada kekuatan dalam
parlemen.Sementara itu, dalam parlemen terjadi perpecahan antara fraksi para imam yang menghendaki
pemerintahan teokratis elitis dan fraksi independen yang menghendaki kebebasan politis bagi rakyat
banyak. Dalam hidupnya, berbeda dengan Hobbes membela Raja Charles I yang absolut, Locke berpihak
pada pemberontakan borjuasi melawan pemerintahan absolut, yang dikenal sebagai “Glorious
Revolution”.
Locke dilahirkan dari keluarga yang memihak parlemen. Sikap puritan ayahnya sedikit banyak
memengaruhi pemikiran Locke yang tidak suka pada aristokrasi. Locke belajar di Universitas Oxford dan
disana ia menyukai fisiologi dan alergis terhadap filsafat skolastik. Ia tidak begitu suka pada karya-karya
klasik. Di satu pihak, pengaruh liberalisme tertanam kuat didalam dirinya yang didukung oleh pengaruh
John Own.[3] Karena dekat dengan keluarga Shaftesbury yang dimusuhi raja, bersama keluarga itu ia
dibuang ke negeri Belanda. Dalam pengasingan itu, Locke menulis bukunya An Essay concerning Human
Understanding. Dalam hal ini, pemerintah selalu mengawasi gerak-geriknya. Locke juga menulis filsafat
politik dalam The Second Treatise of Goverment. Dalam buku itu, berbeda dengan Hobbes yang memihak
Absolutisme, John Locke menjadi juru bicara Liberalisme. Pengaruh Locke dalam konstitusi Amerika
Serikat sangat besar. Gagasan-gagasannyamenyebar dan dipelihara di Inggris dan Amerika hingga dewasa
ini.
Beberapa pemikiran Locke ialah sebagai berikut:
a) Usaha Memukul Ajaran tentang Idea-idea Bangsawan
Locke mengagumi karya-karya Descrates, Akan tetapi, dia tidak setuju atas rasionalisme Descrates
yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh secara a priori. Locke berusaha menghantam
ajaran kuno itu dengan sebuah pendekatan filosofis yang berbeda sama sekali dari rasionalisme. Menurut
Locke anggapan para filsuf rasionalis bahwa idea-idea tentang kenyataan itu sudah kita miliki sejak lahir
adalah anggapan yang tidak terbukti dalam kenyataan. Dengan demikian kebenaran dan kenyataan
dipersepsi subjek melalui pengalaman dan bukan bersifat bawaan. Segala prinsip a priori dan universal itu
harus dikembalikan kepada pengalaman terdahulu. Dapat dikatakan bahwa serangan Locke atas idea-idea
bawaan berkaitan dengan pandangan liberalnya tentang manusia dan masyarakat.
b) Proses pikiran, Idea simpleks dan Kompleks
Proses internal langsung berdasarkan pengalaman lahiriah itu menghasilkan idea-idea seperti : idea
nimat dan idea sakit. Semua idea yang dihasilkan dari penangkapan langsung ini disebut Locke sebagai
idea Simpleks. Menurut Locke idea-idea abstrak tentang ruang itu merupakan hasil penyusunan idea
simpleks yang terpisah menjadi idea yang Kompleks. Jadi, Locke tidak sama sekali menolak
kemungkinan pengetahuan abstrak. Yang ditolaknya adalah segala bentuk pengetahuan a priori, termasuk
idea ruang dan waktu.
c) Etika yang memuja kenikmatan
Banyak filsuf tradisional dan filsuf Jerman dan Perancis berpendapat bahwa tingkah laku kita
ditentukan oleh asas-asas moral yang bersifat a priori dan universal. Locke menentang gagasan macam itu
dangan menegasakan bahwa yang menentukan tindakan-tindakan kita bukanlah asas-asas universal
melainkan sesuatu yang berasal dari pengalaman indrawi, yaitu rasa nikmat dan rasa sakit. Berdasarkan
ajaran ini, Locke menetapkan lima nilai yang patut yang patut dikejar dalam hidup ini. Pertama dalah
kesehatan, memungkinkan kita menikmati segala sesuatu dengan panca indera. Kedua adalah nama baik
atau kehormatan, atau kenikmatan yang dihasilkan dari pengakuan sosial. Ketiga adalah pengetahuan,
yang juga memungkinkan kita mengubah-ubah objek kenikmatan. Keempat adalah berbuat baik, yaitu
tindakan yang menguntungkan dan memeberi kepuasan. Kelima adalah harapan akan kebahagian abadi.
d) Ajaran Politik
Dalam keadaan asli, manusia hidup bermasyarakat dengan diatur oleh hukum-hukum kodrat dan
masing-masing individu memiliki hak-hak yang tak bleh dirampas darinya. Melalui kontrak sosial
dihasilkan pemerintahan atau kekuasaan eksekutif yang dibatasi oleh hukum-hukum dasar tertentu.
Hukum-hukum itu melarang pemerintahan merampas hak individu. Pemerintah diperlukan justru untuk
menjamin seluruh keamanan masyarakat. Fungsi pokok pemerintah, menurut Locke, adalah menjaga hak
milik pribadi. Locke merupakan seorang juru bicara kenamaan liberalisme dan perintis paham hak-hak
asasi manusia.
D. Perkembangan Aliran Liberalisme Sampai Sekarang Ini
Unsur konseptual, sosial, ekonomi dan politik doktrin liberal saling terkait dengan
membentuk proses sejarah yang tunggal. Liberalisme terutama berhubungan dengan citra-diri
dan cita-cita kelas menengah yang baru muncul pada abad ke-18 dan ke-19 berlaku sebagai
kredo yang mereka gunakan untuk menyingkirkan elite bangsawan dan pemilik tanah serta
membangun lingkungan baru yang sesuai dengan kebutuhan perdagangan, industri, dan
profesi. Kredo ini sudah jelas bagi teorotisi liberal “klasik” yang menulis perkembangan pada
periode tersebut. Mereka melihat masyarakat Inggris yang pertama kali mengalami Revolusi
Industri dan politik, telah memberikan model yang berusaha mereka tiru. Meskipun hubungan
antara etos liberal dan perkembangan sosial dan politik Inggris sering dilihat secara tidak
lengkap oleh para tokoh utama tradisi liberal Inggris, seperti John Locke (1632-1704), J.S. Mill
(1806-1873), pemikir dari Scotlandia-terutama Adam Smith (1723-1790)-lebih menyadari serba
kemungkinan sejarahnya. Kaum liberal Eropa kontinental (Eropa Barat non Inggris), jauh lebih
mencermatinya, dan lebih sosiologis pada penulis seperti Montesquiue (1689-1755) dan
beberapa pemikir lainya.
Pada abad ke-20, basis sosial liberalisme menjadi persoalan yang tidak dapat diabaikan
oleh teoritisi liberal. Dalam masyarakat Industri massa yang di dominasi oleh perusahaan
berskala besar dan organisasi administrasinya lainnya di satu sisi, meningkatkan diferensi
sosial di sisi lain, agensi individu bebas yang diasumsikan oleh “liberalisme klasik” tengah
terancam menurut tulisan-tulisan kaum liberal pada akhir abad ini. Proses pertama secara
bertahap menelan individu ke dalam struktur agensi birokratis yang terikat aturan dan hierarkris,
yang menggantikan wirausaha dengan administrator dan direktur profesional, dan memiskinkan
ketrampilan sebagian tenaga kerja. Proses kedua menambah kompleksitas masyarakat industri
sehingga kemampuan kita untuk memahami keragaman sosial yang muncul secara rasional
dalam kerangka moral yang kognitif tunggal merosot tajam. Semakin individu terjebak dalam
logika beragam peran dan fungsi sosial yang kadangkala sering bertentangan, dibanjiri
informasi dan sumber persuasi yang kerap berlawanan, semakin lemah pula kemampuan
mereka untuk menentukan orientasi secara otonom di dunia ini. Perkembangan-perkembangan
ini mendistorsi cita-cita pasar kaum liberal, dan menambah kekhawatiran kaum liberal terhadap
demokrasi. Lebih lanjut, perkembangan tersebut terkait erat dengan kemunculan buruh yang
semakin terorganisasi, yang dalam ancamannya terhadap dominasi sosio-ekonomi dan politk
kelas menengah berpotensi memunculkan tantangan terbesar bagi hegemoni liberal.
Menurut kaum liberal klasik, pasar bebas tidak menciptakan konflik sosial, tetapi
menyelesaikannya. Mekanisme tangan-yang-tak-tampak (invisible hand) dalam hukum
penawaran dan permintaan mendorong harmonisasi rencana hidup individu. Dengan alasan
serupa, mereka mendukung perdagangan bebas antar negara (globalisasi) sebagai cara terbaik
untuk mencapai perdamaian Internasional. Dari sudut pandang ini, cita-cita liberal bukan hanya
terbentuknya masyarakat yang terdiri dari orang-orang egois yang mengejar kepentingannya
sendiri, melainkan sekumpulan warga yang mandiri dan bertanggung jawab, yang bekerja sama
untuk mencapai kebaikan individu, sosial, moral, dam material. Namun, persaingan yang
sempurna dan cara kerja mekanisme harga yang mulus berasumsi bahwa konsumen
sepenuhnya memahami kebutuhan mereka dan jasa yang ditawarkan untuk memenuhinya, dan
mereka juga sanggup merasakan permintaan mereka. Namun dalam kenyataannya, ukuran
pasar, pembagian kekayaan yang tidak adil, kontrol yang dijalankan oeh perusahaan besar dan
organisasi buruh atas supali barang, jasa, dan imformasi di wilayah tertentu menunjukkan
bahwa individu jarang memiliki pengetahuan semacam itu dan hanya dapat mempengaruhi
ekonomi secara sangat tidak sempurna, bahkan ketika mereka memiliki pengetahuan itu.
Faktor-faktor tersebut memperlihatkan bahwa ternyata ekonomi pasar tidak melahirkan
masyarakat kerja sama yang terdiri dari individu yang berkembang bersama-sama, tetapi dunia
yang berisi kelompok-kelompok kepentingan yang saling berlawanan dan bertentangan.
Penyebab-penyebab yang sama juga mengubah hakikat demokrasi. Hak pilih universal
menghancurkan pemuka masyarakat lokal dan menududukkan partai politik massa sebagai
pemain utama demokrasi. Pengaruh yang ditunjukkan organisasi itu membuat konsep-konsep
tradisional tentang demokrasi liberal menjadi usang. Pembicaraan tentang pemicaraan dan
kedaulatan dan perwakilan rakyat memiliki nilai yang terbatas apabila calon, penentuan agenda
pemilihan umum, dan pemungutan suara hampir berada di tangan berbagai tangan mesin
partai. Perkembangan ini juga menyurutkan pandangan konvensional kaum liberal perihal
pembagian kekuasaan, dimana lembaga eksekutif atas mayoritas yang passif di lembaga
legislatif. Kecenderungan partai massa modern untuk terikat pada kepentingan bukan pada
pendirian, telah merubah sifat politik liberal dari proses perdebatan yang rasional menuju
sarana tawar-menawar dan penyelesaian antara kelompok dan individu yang memiliki
kepentingan sendiri (politik dagang sapi). Perdebatan politik tidak lagi berkenaan dengan
kualitas atau kebenaran argumen lawan, tetapi manipulasi keinginan dankepentingan untuk
membentuk mayoritas yang akan memerintah.[4]
Sejarah munculnya paham Liberalisme oleh: sulandra_amen_sambas Pengarang : Dwi Ari Listiyani a. Pengertian Liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan individu dalam segala bidang. Menurut paham ini titik pusat dalam hidup ini adalah individu. Karena ada individu maka masyarakat dapat tersusun dan karena individu pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu, masyarakat atau negara harus selalu menghormati dan melindungi kebebasankemerdekaan individu. Setiap individu harus memiliki kebebasankemerdekaan, seperti dalam bidang politik, ekonomi, dan agama. b Lahirnya Liberalisme Lahirnya liberalisme untuk pertama kalinya dikobarkan oleh kaum Borjuis, Prancis pada abad ke-18 sebagai reaksi protes terhadap kepincangan yang telah berakar lama di Prancis. Sebagai akibat warisan sejarah masa lampau, di Prancis terdapat pemisahan dan perbedaan yang tajam sekali antara golongan I dan II yang memiliki berbagai hak tanpa kewajiban dan golongan III yang tanpa hak dan penuh dengan kewajiban. Golongan Borjuis mengajak seluruh rakyat untuk menentang kekuasaan raja yang bertindak sewenang-wenang dan kaum bangsawan dengan berbagai hak istimewanya guna mendapatkan kebebasan berpolitik, berusaha, dan beragama. Gerakan ini diilhami oleh pendapat Voltaire, Montesquieu, dan J.J. Rousseau. Gerakan liberalisme akhirnya meningkat menjadi gerakan politik dengan meletusnya Revolusi Prancis. Selanjutnya, lewat kekuasaan Napoleon Bonaparte, paham liberal ini disebarluaskan ke negara-negara Eropa melalui semboyan liberte, egalite, dan fraternite. c. Praktik Liberalisme 1) Bidang Politik Terbentuknya suatu negara merupakan kehendak dari individuindividu. OLeh karena itu, yang berhak mengatur dan menentukan segala-galanya adalah individu-individu tersebut. Dengan kata lain, kekuasaan tertinggi (kedaulatan) dalam suatu negara berada di tangan rakyat (demokrasi). Agar supaya kebebasan, kemerdekaan individu tetap dijamin dan dihormati sehingga harus dibentuk undang-undang, hukum, parlemen, dan sebagainya. Dengan demikian, yang dikehendaki oleh golongan liberal adalah demokrasi liberal. Hal ini seperti yang berlaku di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Bagi Indonesia, demokrasi liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Ketika paham ini diterapkan di Indonesia ( 1950–1959) yakni masa berlakunya UUD Sementara 1950, negara kita selalu diliputi kekalutan karena menimbulkan instabilitas di segala bidang, baik politik, sosial, ekonomi, maupun keamanan. 2) Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi, golongan liberal menghendaki adanya sistem ekonomi bebas. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasan berusaha, memilih mata pencaharian yang disukai, mengumpulkan harta benda , dan lain-lain. Pemerintah tidak boleh ikut campur tangan karena masalah itu masalah individu. Semboyan kaum liberal ialah laisser faire, laisser passer, le monde
va de luimeme, artinya produksi bebas, perdagangan bebas, dunia akan berjalan sendiri. 3) Bidang Agama Liberalisme menganggap masalah agama merupakan masalah pribadi, masalah individu. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasankemerdekaan beragama dan menolak campur tangan negara/pemerintah. Dengan demikian, dalam bidang agama, golongan liberal menghendaki kebebasan memilih agama yang disukainya dan bebas menjalankan ibadah menurut agama yang dianutnya.