Upload
tarsensiusha
View
195
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PROSES EKSTRAKSI SOKLETASI
“ ISOLASI MINYAK DARI BIJI JAGUNG “
OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS C
Hamsyah Adhari (1107120420)Lia Yuningsih (1107114174)Marihot Daniel S (1107111970)Mimin Lestari (1107136627)M.Hamdani (1107114168)Wan Elsa Novtari (1107120246)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Dinilai Oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Praktikum Kimia Organik.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
KELAS C
Hamsyah Adhari (1107120420)Lia Yuningsih (1107114174)Marihot Daniel S (1107111970)Mimin Lestari (1107136627)M.Hamdani (1107114168)Wan Elsa Novtari (1107120246)
Pekanbaru,17 november 2012
Menyetujui
Dosen Pembimbing Asisten
Drs. Irdoni, HS. Salamun Qaulan
Nip. 195704151986091001 ` Nim. 0807135304
ABSTRAK
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir). Biji jagung dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak dengan menggunakan pelarut heksan. Metode ekstraksi yang digunakan adalah sokletasi. Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metode sokletasi. Adapun prinsip sokletasi ini yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.dari pengamatan dengan menggunakan sampel 29,2 gram ampas jagung, selongsong 3,43 gram,dan menggunakan 300 ml pelarut heksan, maka didapat rendemen sebanyak 16,94%.Kata kunci : minyak biji jagung, rendemen, sokletasi
ABSTRACT
Maize represent one of the food crop a world of primal, besides paddy and grist. Besides as source of carbohydrate, maize is also planted as livestock pakan ( green and also his cob), is taken by its oil ( from seed). Maize seed earn extract to yield oil by using solvent of hexane. method of Ekstraksi the used is sokletasi. Sokletasi is an method / process dissociation an component which there are in solid Iihat by recuring screening repeat by using certain solvent, so that all wanted component of insulation. intention of this attempt is to study and perceive insulation process an component from an natural materials with method of sokletasi. As for principle of sokletasi this that is recuring Screening repeat so that result of which is got by and perfection of solvent used relative a few/little. If When this screening have, hence its is it him re-evaporated and the rest is substance which is perception ekstracted. by using sample 29,2 maize dregs grams, selongsong 3,43 grams,and use 300 ml solvent of hexane, hence got by rendement counted 16,94%.Keyword : maize seed oil, rendement, sokletasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung bulir dan tepung tongkolnya). Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Metoda ekstraksi yang digunakan dalam percobaan ini adalah
solvent extraction, yaitu sokletasi. Metoda ini merupakan salah satu metoda
pengambilan komponen minyak dalam sampel dengan menggunakan pelarut.
Sokletasi dipilih menjadi metoda percobaan karena pelarut yang diperlukan relatif
sedikit dan dapat direfluks sehingga bisa diambil kembali untuk kemudian dapat
digunakan berulang-ulang. Karena pelarutnya dapat digunakan berulang-ulang
maka metode sokletasi menjadi lebih murah dan efisien. Selain itu, metoda
sokletasi juga merupakan yang paling efektif untuk mengekstrak minyak karena
dengan metoda ini hampir 99% minyak dalam sampel dapat diekstrak (Ketaren,
1986). Atas dasar itulah, maka pengambilan komponen minyak dilakukan dengan
metode sokletasi.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu
bahan alam dengan metode sokletasi.
2. Menghitung rendemen
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar teori
Bagian jagung yang mengandung minyak adalah lembaga (germ). Minyak
jagung dapat diekstrak dari hasil proses penggilingan kering maupun basah,
proses penggilingan yang berbeda akan menghasilkan rendemen minyak yang
berbeda pula. Pada penggilingan kering (dry-milled), minyak jagung dapat
diekstrak dengan pengepresan maupun ekstraksi hexan. Kandungan minyak pada
tepung jagung adalah 18%. Untuk penggilingan basah (wet milling), sebelumnya
dapat dilakukan pemisahan lembaga, kemudian baru dilakukan ekstraksi minyak.
Pada lembaga, kandungan minyak yang bisa diekstrak rata-rata 52%. Kandungan
minyak hasil ekstraksi kurang dari 1,2%. Minyak kasar masih mengandung bahan
terlarut, yaitu fosfatida, asam lemak bebas, pigmen, waxes, dan sejumlah kecil
bahan flavor dan odor.
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa
dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan
gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan
fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr
Lemak : 3,9 gr
Karbohidrat : 73,7 gr
Kalsium : 10 mg
Fosfor : 256 mg
Ferrum : 2,4 mg
Vitamin A : 510 SI
Vitamin B1 : 0,38 mg
Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski
jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum
mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
2.2 Prinsip Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari
ekstraksi disebut ekstrak. Macam-macam ekstrasi:
2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah:
a. Maserasi
Proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali
pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini dengan cara merendam
sample dengan sekali-sekali dilakukan pengocokan. Umumnya perendaman
dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Ada juga
maserasi kinetik yang merupakan metode maserasi dengan pengadukan secara
sinambung tapi yang ini agak jarang dipakai.
b. Perkolasi
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya
terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara, perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak
yang jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan. S ampel di rendam dengan
pelarut, selanjutnya pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus
menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya
sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.
2.2.2 Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya
panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara
dingin. Metodanya adalah:
a. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut,
selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin
balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses
pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna, ini bahasa
buku lagi. Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan kondensor,
panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai
senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah,
mengekstraksi lagi dan begitu terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.
b. Sokletasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soxhlet dan tidak
dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang
dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan
pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.
2.3 Ekstraksi Sokletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,
cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang jatuh ke dalam slonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan
penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali
kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan (Nazarudin, 1992).
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap
Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Keuntungan metoda ini:
1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
3. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini:
1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah
disebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi penguraian oleh panas
2. Jumlah total seyawa-senyawa yang diekstrak akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya
3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
methanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
perlu berada pada temperature ini untuk pergerakan uap pelarut yng efektif
2.4 Jenis-jenis Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.
Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang
lebih besar.
Tabel 2.1 Karakteristik jenis-jenis pelarut
Pelarut Titik didih Konstanta
dielektrik
Massa jenis
Pelarut non-polar
Heksana 69oC 2.0 0,655 g/ml
Benzena 80oC 2.3 0,879 g/ml
Toluena 111oC 2.4 0,867 g/ml
Dietil eter 35oC 4.3 0,713 g/ml
Kloroform 61oC 4.8 1,498 g/ml
Etil asetat 77oC 6.0 0,894 g/ml
Pelarut polar
1,4-Dioksana 101oC 2.3 1.033 g/ml
Tetrahidrofuran 66oC 7.5 0,886 g/ml
Pelarut Titik didih Konstanta
dielektrik
Massa jenis
Diklorometana l40oC 9.1 1,326 g/m
Asetona 56oC 21 0,786 g/mml
Asetonitril 82oC 37 0,786 g/ml
2.4.1 Pelarut non-polar
a. Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Heksana tidak
berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69oC. Pada temperatur kamar
berbentuk cair. Konstanta dielektrik heksana sebesar 1,9. Konstanta dielektrik
memberikan indikasi mengenai kepolaran pelarut tetapi tidak selalu
mencerminkan kemampuan pelarut untuk melarutkan senyawa organic yang polar.
Dari harga konstanta dielektrik yang kecil terlihat bahwa heksana merupakan
pelarut yang buruk bagi senyawa polar.
Tabel 2.2 Karakteristik Heksana
Sifat Karakteristik
Penampakan Cairan tidak berwarna
Rumus molekul C6H14
Berat jenis 0,659 g/mL
Titik leleh -95oC
Titik didih 69oC
Kelarutan dalam air 0,0013 g/100 mL air
Densitas uap 3
Tekanan uap 132 mmHg pada 20oC
Spesifik gravitasi 0,659
Tempertaur autoignisi 233,9 oC
b. Benzena
Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, Ph, dan benzol, adalah
senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar
serta mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari 6 atom karbon yang
membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada setiap 1 atom karbon.
Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan
ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi,
dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang
penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi, maka
benzena juga salah satu campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan dasar
dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu,
benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh
dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Karena bersifat
karsinogenik, maka pemakaiannya selain bidang non-industri menjadi sangat
terbatas.
Gambar 2.1 Struktur molekul benzena
Tabel 2.3 Karakteristik benzena
Rumus molekul C6H6
Massa molar 78,1121 g/mol
Wujud Cairan tak berwarna
Densitas 0,8786 g/mL, zat cair
Titik lebur 5,5 °C (278,6 K)
Tititk didih 80,1 °C (353,2 K)
Kelarutan dalam air 0,8 g/L (25 °C)
Viskositas 0,652 cP pada 20 °C
c. Toluen
Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah
cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti
pengencer cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon
aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai
pelarut. Seperti pelarut-pelarut lainnya, toluen juga digunakan sebagai obat
inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan.
Gambar 2.2 Struktur molekul toluen
Tabel 2.4 Karakteristik Toluen
Rumus molekul C7H8 (C6H5CH3)
Massa molar 92,14 g/mol
Wujud Cairan tak berwarna
Densitas 0,8669 g/mL, zat cair
Titik lebur −93 °C
Tititk didih 110,6 °C
Kelarutan dalam air 0,47 g/l (20-25 °C)
Viskositas 0,590 cP at 20 °C
d. Dietil eter
Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan
mudah terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau
khas. Anggota paling umum dari kelompok campuran kimiawi yang secara umum
dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol. Berformula CH3-
CH2-O-CH2-CH3, dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa dan telah digunakan
sebagai anestesi umum.
Dietil eter merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan
memiliki kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untuk ekstrasi
cair-cair. Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisan eter biasanya
berada paling atas. Sebagai salah satu pelarut umum untuk reaksi Grignard, dan
untuk sebagian besar reaksi yang lain melibatkan berbagai reagen organologam,
Dietil eter sangat penting sebagai salah satu pelarut dalam produksi plastik
selulosa sebagai selulosa asetat. Dietil eter memiliki angka setana yang tinggi, 85
sampai 96, digunakan sebagai salah satu cairan awal untuk mesin diesel dan
bensin karena keatsiriannya yang tinggi dan temperatur autosulutan.
Gambar 2.3 Struktur molekul dietil eter
Tabel 2.5 Karakteristik dietil eter
Rumus molekul C4H10O
C2H5OC2H5
Massa molar 74.12 g/mol
Wujud jernih, cairan tak berwarna
Densitas 0.7134 g/cm³, cair
Titik lebur −116.3 °C (156.85 K)
Tititk didih 34.6 °C (307.75 K)
Kelarutan dalam air 6.9 g/100 ml (20 °C)
Viskositas 0.224 cP at 25 °C
2.4.2 Pelarut polar
a. Tetrahidrofuran (THF)
Tetrahidrofuran, atau dikenal sebagai THF, adalah senyawa organik
heterosiklik dengan rumus kimia (CH2)4O). Ia berupa cairan berviskositas rendah
dan memiliki aroma seperti dietil eter. Ia termasuk dalam molekul eter yang
paling polar. THF adalah analog yang terhidrogenasi dari senyawa aromatik furan.
THF adalah pelarut aprotik dengan tetapan dielektrik 7,6. Ia memiliki
kepolaran yang sedang dan melarutkan berbagai macam senyawa nonpolar
maupun polar. Dietil eter sering digantikan oleh THF ketika diperlukan pelarut
bertitik didih lebih tinggi. Oleh karena itu, seperti dietil eter, ia sering digunakan
dalam hidroborasi untuk sintesis alkohol primer. Kedua eter tersebut memiliki
atom oksigen yang dapat berkoordinasi dengan atom boron yang kekurangan
elektron membentuk aduk. Selain itu, THF dan dietil eter juga sering digunakan
sebagai pelarut reagen Grignard karena atom oksigen pelarut dapat berkoordinasi
dengan ion magnesium dari reagen Grignard. Atom oksigen pada THF dan dietil
eter juga tidak memiliki hidrogen asam yang dapat mengalami reaksi asam-basa
dengan reagen Grignard. 2-metiltetrahidrofuran merupakan alternatif THF yang
populer, ia memiliki sifat yang sama dengan THF, namun memiliki titik leleh
yang lebih rendah (digunakan untuk reaksi bertemperatur rendah) dan titik didih
yang lebih tinggi (digunakan untuk retensi pelarut pada refluks).
Gambar 2.4 Struktur molekul tetrahidrofuran
Tabel 2.6 Karakteristik Tetrahidrofuran
Rumus molekul C4H8O
Massa molar 72,11 g/mol
Wujud cairan tak berwarna
Densitas 0,8892 g/cm3 @ 20 °C, cair
Titik lebur -108,4 °C (164,75 K)
Tititk didih 66 °C (339,15 K)
Kelarutan dalam air tercampur penuh
Viskositas 0,48 cP pada 25 °C
b. Aseton
Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-
2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan
yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling
sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil
eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk
membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain
dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk
pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.
Gambar 2.5 Struktur molekul aseton
Tabel 2.7 Karakteristik aseton
Rumus molekul CH3COCH3
Massa molar 58,08 g/mol
Wujud Cairan tidak berwarna
Densitas 0,79 g/cm³, cair
Titik lebur−94,9 °C (178,2 K)
Tititk didih56,53 °C (329,4 K)
Kelarutan dalam air larut dalam berbagai perbandingan
Viskositas 0,32 cP pada 20 °C
2.5 Prinsip Sokletasi
Ekstraksi merupakan proses mengeluarkan sejenis komponen tertentu dari
suatu bahan. Ekstraksi juga dapat diartikan sebagai proses penguraian zat-zat
berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada
umumnya yang mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut
organik. Ekstraksi yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan metoda
sokletasi, yakni mengalirkan pelarut organik secara terus-menerus. Minyak nabati
tergolong pada senyawa trigliserida dan senyawa-senyawa trigliserida larut dalam
pelarut organik seperti heksana.
Pada umumnya zat aktif dari tanaman dan hewan terdapat di dalam sel
namun sel tanaman dan hewan sangatlah berbeda, begitu pula ketebalan selnya
sehingga diperlukan metoda ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam dalam sel tanaman
adalah dengan menembusnya pelarut organik ke dalam dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif tersebut akan larut dalam
pelarut organik tersebut sehingga terdapat perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dalam sel dan pelarut organik diluar sel maka larutan terpekat akan
berdistribusi keluar sel dan proses ini terulang terus sampai terjadi keseimbangan
antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan diluar sel.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya,
biasanya dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan
komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Shriner et
al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan
pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like
dissolve like”. Teknik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan air untuk
mengambil pigmen alami dari tumbuhan seperti daun.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat
1. Satu set alat soklet
2. Gelas piala 600 ml
3. Wadah untuk menyimpan minyak jagung
4. Kertas saring
3.2 Bahan-Bahan
1. Biji jagung
2. n-heksana
3.3 Prosedur Percobaan
1. Bersihkan soklet, masukkan 3 butir batu didih dan keringkan, timbang,
catat berat labu + batu didih.
2. Siapkan contoh dari biji jagung yang telah dikeringkan selama 24 jam
sebelumnya.
3. Buat selongsong (timbel) dari kertas saring, ukurannya disesuaikan
dengan besarnya tabung soklet. Timbang berat selongsong kosong.
4. Isi selongsong dari kertas saring dengan contoh. Timbang berat
selongsong + contoh. Berat contoh saja dapat dihitung.
5. Masukkan selongsong yang berisi contoh kedalam tabung soklet.
6. Sambungkan tabung soklet yang berisi contoh dengan labu soklet, jangan
lupa mengolesi bagian ujung yang disambungkan dengan vaselin,
untuk memudahkan waktu membukanya nanti.
7. Berdirikan labu pada mantel pemanas, dan tabung soklet yang
tersambung pada labu di klem kan pada standar, posisinya harus
berdiritegak lurus.
8. Masukkan pelarut n-heksana dari mulut tabung soklet, sampai terisi
penuh. Setelah penuh, pelarut dengan sendirinya akan turun ke labu
soklet.
9. Pasangkan pendingin pada mulut tabung soklet. Jangan lupa mengolesi
bagian yang disambung dengan vaselin.
10. Alirkan air pendingin dari kran, periksa kalau ada kebocoran, kalau ada,
harus diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan.
11. Hidupkan mantel pemanas, dan proses sokletasi dimulai.
12. Pelarut yang ada dalam labu akan menguap karena pemanasan. Uap
naik kebagian atas, dan diembunkan oleh pendingin, menetes kedalam
tabung soklet dan menumpuk dalam tabung sambil merendam contoh.
Waktu merendam inilah n-heksana akan menarik minyak ampas kelapa
dari biji jagung tersebut. Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah
melarutkan minyak jarak, maka dengan sendirinya pelarut akan turun ke
labu. Di labu pelarut kembali menguap dan meninggalkan minyak.
Pelarut yang menguap kembali naik dan mengembun kedalam tabung
soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan minyak yang masih
tersisa dalam biji jagung. Setelah penuh kembali turun kelabu sambil
membawa minyak. Sirkulasi terus terjadi selama proses, sehingga
akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n-heksana.
13. Bila proses dipandang telah siap, maka mantel pemanas dimatikan.
Biarkan beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari
dalam tabung soklet.
14. Setelah contoh dikeluarkan, unit alat dipasangkan kembali, dan matel
pemanas dihidupkan lagi. Dimulai proses pengambilan pelarut. Amati
dengan teliti, bila tabung sudah hampir penuh, pemanas cepat dimatikan,
dan pelarut yang ada dalam tabung diambil, disimpan dalam botol
tersendiri. Kalau terlambat, tabung sempat penuh, maka semua pelarut
akan turun kelabu dibagian bawah, sedangkan sekarang kita pada tahap
pengambilan pelarut. Kondensor air keluar air keluar mantel pemanas labu
didih soklet thimble.
15. Bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni
minyak dalam labu sudah terlihat lebih pekat, maka pemanas dimatikan,
dan alat dilepas menjadi bagian–bagiannya.
16.` Minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan
cara memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut.
Diovenkan selama 15 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang.
17. Pekerjaan seperti nomor 16 dilakukan beberapa kali sampai didapat berat
tetap.
18. Berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam biji
jagung juga dapat dihitung.
19. Minyak hasil sokletasi disimpan pada botol tersendiri.
3.4 Rangkaian alat
Gambar 3.1 Rangkaian alat sokletasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama proses sokletasi, suhu mantel pemanas diatur diatas titik didih n-
heksana. Dimana demikian, pelarut heksana akan menguap dan akan kembali
mencair sewaktu masuk kedalam kondensor. Biji jagung dihaluskan bertujuan
untuk membesar luas permukaannya. Sehingga n-heksan lebih mudah mengikat
dan membawa minyak dari biji jagung. Ketika n-heksana dalam fasa cair yang
dipanasi dalam labu didih pada suhu titik didih pelarut, n-heksana berubah fasa
menjadi uap. Kemudian uap berpindah ke kondensor dengan melalui tabung
soklet, pelarut yang berfasa uap berubah kembali ke fasa cair karena adanya
perbedaan suhu dari suhu tinggi menjadi suhu rendah yang terjadi di kondensor.
Kemudian pelarut menetes secara perlahan dari kondensor ke labu soklet yang
didalamnya terdapat selongsong. Lalu, heksana melarutkan minyak yang berada
dalam biji jagung. Setelah heksan serta minyak dalam tabung soklet penuh maka
secara otomatis akan turun ke labu didih. Dengan kata lain, tabung soklet tersebut
mengalami refluks sebanyak 19 kali refluks. Begitu seterusnya sampai dirasa
minyak yang ada di selongsong yang berisi biji jagung telah habis. Selanjutnya
pengambilan pelarut membutuhkan waktu sebanyak ± 25 menit yang bertujuan
untuk memisahkan minyak dengan heksannya sehingga tersisa minyak yang lebih
pekat.
Selama proses sokletasi digunakan batu didih yang bertujuan mempercepat
proses pendidihan, meratakan panas, dan mencegah terjadinya bumping (letupan
panas akibat panas yang tidak merata). Pelarut n-heksana digunakan karena
bersifat non-polar sehingga dapat mengikat molekul minyak jagung yang non-
polar juga.
Proses sokletasi dihentikan apabila minyak dari sampel dirasa sudah
terekstraksi habis, yaitu dengan mengambil selongsong pada tabung soklet,
kemudian dilakukan pengambilan larutan dengan cara melakukan destilasi. Minyak
yang didapat adalah sebesar 8,86 gram dengan rendemen sebesar 16,84 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi dengan menggunakan metode sokletasi merupakan pemisahan
komponen dari suatu bahan dengan menggunakan pelarut secara berulang-ulang
dalam keadaan panas. Berat minyak yang diperoleh sebesar 8,86 gram. Rendemen
yang didapat sebesar 16,94%.
5.2 Saran
Sebaiknya neraca analitik yang digunakan berada di dalam laboratorium
yang sama saat percobaan berlangsung agar lebih memudahkan praktikan untuk
melakukan percobaan yang sedang dilakukan, karena pada saat kami melakukan
percobaan tersebut, kami mengalami kesulitan dengan adanya letak neraca
analitik dan laboratorium yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
James, M. G.. 2012. "Characterization of the Maize Gene sugary1, a Determinant of Starch Composition in Kernels". The Plant Cell 7 (4): 417-429.
Anonim, 2000, Heksana. http://id.wikipedia.org/wiki/Heksana, 15 november 2012
http://catatan kimia.com/catatan/metodaekstraksi.html, 15 november 2012.
http://kakandaaramico.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-sokletasi.html
C.J.Geankoplis, Transport Process 1.M.Bendiyasa, A., Prasetya, Koefisien
Transfer Massa Volumetrik Minyak Jagung and Unit Operations ",, 1983
HS, Irdoni dan HZ, Nirwana. 2010. Modul Praktikum Kimia Organik. Pekanbaru. Program Studi Teknik Kimia S-1 Fakultas Teknik Unri.
Richana, Nur dan Suarni. Teknologi Pengolahan Jagung. balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/duatiga.pdf. Diakses Tanggal 10 November 2010
Sirait, Desona. 2008. Penentuan Kadar Lemak Dalam Margarin Dengan Matode Ekstraksi Sokletasi. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../1/09E02428.pdf. Diakses Tanggal 10 November 2010
Asam Lemak. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_lemak. Diakses Tanggal 14 November 2010
Industri Komoditas Jagung Dan Sektor Pemasarannya. http://blogs.unpad.ac.id/satriani/2010/06/01/industri-komoditas-jagung-dan-sektor-pemasarannya/. Diakses Tanggal 14 November 2010
Mengenal Jenis Minyak Goreng. http://www.hanyawanita.com/clickwork/news/news14.htm. Diakses Tanggal 15 November 2010
LAMPIRAN B
1. Data Pengamatan
Refluks waktu
1 18 menit 47,51 s
2 15 menit 23,16 s
3 15 menit 19,12 s
4 15 menit 22,24 s
5 15 menit 29,94 s
6 15 menit 51,07 s
7 15 menit 25,88 s
8 15 menit 13,00 s
9 15 menit 28,69 s
10 15 menit 26,18 s
11 15 menit 50,34 s
12 15 menit 34,50 s
13 14 menit 58,14 s
14 15 menit 01,91 s
15 15 menit 16,52 s
16 14 menit 56,00 s
17 15 menit 07,53 s
18 14 menit 46,90 s
19 14 menit 43,73 s
2. Hasil dan Perhitungan
Berat labu didih + batu didih = 187, 17 gram
Berat kertas saring = 3,43 gram
Berat sampel = 29,2 gram
Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan pertama) = 8,854 gram
Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan kedua) = 8,845 gram
Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan ketiga) = 4,949 gram
Berat labu didih + batu didih + minyak (pemanasan keempat) = 4,949 gram
Berat minyak = 196,03 gram – 187,17 gram = 8,86 gram
Rendemen = (output/input) x 100%
= (8,86 gram/ 29,2 gram) x 100%
= 16,94%