7
Solusi Pendugaan Dampak 1. Pada tahap prakontruksi Bagian utama yang dibangun dari pabrik ini mencakup tempat produksi, tempat pembuangan limbah, dan tempat pengolahan limbah. Pada tahap prakontruksi ini dapat menimbulkan beberapa pendugaan dampak. Beberapa solusi yang disarankan untuk menangani dampak yang kemungkinan akan timbul tersebut adalah: a. Dampak Fisik 1) Penebangan pohon yang menimbulkan hilangnya resapan air. Untuk menangani dampak ini, disarankan bagi pihak pemrakarsa proyek untuk terlebih dahulu menanam pohon sebagai ganti pohon yang ditebang sebelum pembangunan pabrik dilaksanakan. Jenis pohon besar seperti pohon peneduh dan pelindung yang memiliki sistem perakaran kuat dan rumit, sehingga mampu menahan tanah dari bahaya longsonr dan mampu menampung air hujan. Pemrakarsa proyek juga dapat membangun daerah resapan air di lahan lain guna mengganti kehilangan daerah resapan air di lahan yang digunakan sebagai pabrik. 2) Meningkatnya suhu udara dan menurunnya kelembaban udara serta terjadi perubahan suhu dan pH tanah. Dugaan dampak ini juga terjadi karena adanya penebangan pohon. Sehingga saran yang diusulkan adalah tetap dengan menanam pohon dan membuat daerah hijau terlebih dahulu sebelum proyek berjalan. Penanaman pohon hendaknya dilakukan di dareah yang tepat, sehingga dapat meng-cover daerah yang terpapar dampak. Pemilihan pohon yang akan ditanam juga hendaknya

SOLUSI PENDUGAAN DAMPAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AMDAL

Citation preview

Page 1: SOLUSI PENDUGAAN DAMPAK

Solusi Pendugaan Dampak

1. Pada tahap prakontruksi

Bagian utama yang dibangun dari pabrik ini mencakup tempat produksi, tempat

pembuangan limbah, dan tempat pengolahan limbah. Pada tahap prakontruksi ini dapat

menimbulkan beberapa pendugaan dampak. Beberapa solusi yang disarankan untuk

menangani dampak yang kemungkinan akan timbul tersebut adalah:

a. Dampak Fisik

1) Penebangan pohon yang menimbulkan hilangnya resapan air. Untuk menangani

dampak ini, disarankan bagi pihak pemrakarsa proyek untuk terlebih dahulu menanam

pohon sebagai ganti pohon yang ditebang sebelum pembangunan pabrik dilaksanakan.

Jenis pohon besar seperti pohon peneduh dan pelindung yang memiliki sistem

perakaran kuat dan rumit, sehingga mampu menahan tanah dari bahaya longsonr dan

mampu menampung air hujan. Pemrakarsa proyek juga dapat membangun daerah

resapan air di lahan lain guna mengganti kehilangan daerah resapan air di lahan yang

digunakan sebagai pabrik.

2) Meningkatnya suhu udara dan menurunnya kelembaban udara serta terjadi perubahan

suhu dan pH tanah. Dugaan dampak ini juga terjadi karena adanya penebangan pohon.

Sehingga saran yang diusulkan adalah tetap dengan menanam pohon dan membuat

daerah hijau terlebih dahulu sebelum proyek berjalan. Penanaman pohon hendaknya

dilakukan di dareah yang tepat, sehingga dapat meng-cover daerah yang terpapar

dampak. Pemilihan pohon yang akan ditanam juga hendaknya dipilih pohon yang

merupakan pohon penaung dan pohon pelindung, atau pohon yang dapat menyerap

polusi. Selain itu juga disarankan pada pemrakarsa proyek agar selama proses

pembangunan berlangsung, hendaknya dapat menyiram tanah di sekeliling lokasi

bakal pabrik secara berkala (satu hari 2 kali atau lebih) untuk menjaga suhu dan pH

tanah.

3) Penggunaan peralatan berat (misalnya bulldozer) dengan menggunakan trailer,

menimbulkan kebisingan. Dampak kebisingan ini dapat diatasi dengan pemilihan

jadwal pengiriman material yang disesuaikan dengan aktivitas warga sekitar.

Pengiriman material hendaknya tidak dilakukan saat sore atau malam hari saat warga

sekitar sedang beristirahat dalam rumah, namun hendaknya dilakukan pagi atau siang

hari saat warga juga kebanyakan sedang beraktivitas di luar rumah (bekerja).

Sehingga warga tetap mendapatkan ketenangan selama beristirahat dan saat tidur di

Page 2: SOLUSI PENDUGAAN DAMPAK

rumah masing-masing. Selain itu pengangkutan material bahan bangunan hendaknya

dilakukan satu kali saja dalam satu hari (tidak berulang-ulang), misalnya di pagi hari

saja, dan diusahakan semua material yang dibutuhkan sudah ada di lokasi

pembangunan pabrik dalam sekali pengangkutan.

b. Dampak Kimia

1) Pencemaran udara berupa asap kendaraan dan pekerjaan perataan tanah (timbunan)

pada musim kemarau berpotensi menimbulkan hamburan debu dan pada musim

hujan berpotensi meningkatkan tingkat TSS pada perairan. Hamburan debu yang ada

di udara dan terbawa angin akan dihirup oleh warga. Hal tersebut dapat menyebabkan

penyakit saluran pernapasan. Untuk menangani dugaan dampak tersebut hendaknya

pemrakarsa proyek mampu menggunakan plastik atau terpal untuk menutupi material

pasir yang diangkut di atas truk terbuka, sehingga pasir tidak beterbangan dan tidak

menimbulkan debu yang dapat terhirup masyarakat sekitar. Penanaman pohon juga

disarankan agar tingkat polusi yang terjadi tidak terlalu parah dan masih terimbangi

dengan adanya pohon. Dalam dampaknya saat musim hujan terjadi, hendaknya

pemrakarsa proyek memiliki sistem penyaringan air hujan sebelum mengalir ke

sungai. Material seperti pasir yang terlarut hendaknya diendapkan terlebih dahulu

sebelum airnya dialirkan ke sungai, sehingga tidak membuat nilai TSS perairan

sekitar bakal pabrik meningkat.

2) Pekerjaan konstruksi juga banyak dilakukan menggunakan alat-alat yang

menggunakan tenaga diesel, dan dalam pelaksanaannya bisa menimbulkan asap.

Penggunaan mesin dengan bahan bakar diesel hendaknya dilakukan di lokasi yang

cukup jauh dari pemukiman warga, dan dilakukan saat malam hari, sehingga tidak

banyak warga yang berpotensi menghirup asap yang dihasilkan. Namun sebelum

menggunakan mesin diesel pada malam hari hendaknya pemrakarsa proyek telah

menanam pohon penaung dalam jumlang yang cukup, karena pohon penaung mampu

menyerap suara sehingga relatif dapat menghindarkan warga dari kebisingan selama

mesin diesel beroperasi. Selain itu, kesehatan tenaga kerja yang terlibat dalam proses

pembangunan juga harus diperhatikan. Disarankan bagi pemrakarsa proyek agar

setiap tenaga kerja yang terlibat atau berada di sekitar lokasi pembangunan dan mesin

diesel untuk menggunakan masker agar tidak terlalu banyak menghirup polutan yang

dihasilkan.

Page 3: SOLUSI PENDUGAAN DAMPAK

c. Dampak Biologi

1) Pembangunan pabrik kulit akan berdampak pada fauna dan flora yang ada disekitar

area lahan pabrik. Penebangan pohon sekaligus akan berpengaruh terhadap faunanya

karena kehilangan habitatnya. Dalam mengatasi dampak ini, disarankan pada

pemrakarsa proyek untuk melakukan penanaman pohon pengganti bagi pohon-pohon

yang ditebang. Pohon baru yang ditebang diharapkan dapat menjadi habitat baru bagi

hewan-hewan terutama serangga yang memang sejak awak berada di lokasi bakal

pabrik. Selain itu, usaha konservasi untuk hewan langka yang habitatnya berada di

lokasi bakal pabrik juga dapat dilakukan. Usaha tersebut dapat dilakukan di lokasi

lain dan tidak harus berada di lokasi bakal pabrik.

2. Tahap pasca konstruksi

Pada tahap pasca kontruksi dugaan pencemaran yang akan terjadi adalah pada

lingkungan di sekitar pabrik misalnya sungai, secara jangka panjang. Dan dikhawatirkan akan

menimbulkan dampak kerusakan lingkungan di sekitar pabrik.

a. Dampak Fisik

1) Dampak nyata yang ditimbulkan dari proses produksi pabrik kulit berasal dari limbah

cair yang akan dibuang ke sungai yang berada di belakang pabrik. Limbah cair yang

dihasilkan dari produksi pabrik kulit akan menimbulkan perubahan warna, bau,

sekaligus rasa perairan sungai yang dialiri. Bau yang menyengat akibat bahan yang

digunakan adalah bahan dari makhluk hidup yang dapat membusuk. Guna mengatasi

dugaan dampak yang terjadi yaitu pada warna, bau, dan rasa perairann tempat limbah

dibuang, disarankan agar pemrakarsa proyek menggunakan protokol standar Instalasi

Pengolahan Air Limbah khusus pabrik kulit yang telah ada. IPAL untuk pabrik kulit

yang telah tersandarisasi dapat merujuk pada unit IPAL pabrik penyamakan kulit PT.

Adhi Satya Abadi (ASA), Yogyakarta.

2) Penggunaan tenaga mesin selama proses operasi yang berpotensi menimbulkan suara

bising. Kebisinngan ini terutama akan dirasakan oleh warga yang tinggal disekitar

pabrik. Untuk mengatasi dampak kebisingan akibat suara mesin yang beroperasi,

hendaknya mesin yang digunakan untuk beroperasi menggunakan mesin yang telah

sesuai dengan standar yang ada, sehingga tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

Selain itu lebih baik dalam prosesnya, mesin yang digunakan diletakkan di sebuah

Page 4: SOLUSI PENDUGAAN DAMPAK

ruang khusus yang telah dilengkapi bahan peredam suara di sekelilingnya, berada jauh

di dalam pabrik, dan lokasinya terhalang oleh jajaran pohon yang telah ditanam

3) Proses pengangkutan bahan baku pembuatan kulit dengan menggunakan truk juga

akan menimbulkan kebisingan. Untuk menghindarkan warga dari kebisingan akibat

pengangkutan bahan baku atau material pokok, hendaknya pengangkutan bahan baku

dilakukan saat pagi atau siang hari saat warga umumnya sedang berada di luar rumah

untuk beraktivitas. Selain itu pengangkutan bahan hendaknya dilakukan satu kali saja

dalam satu hari (tidak berulang-ulang), sehingga tidak mengganggu masyarakat

sekitar dengan kendaraan besar yang “bersliweran” di lokasi pabrik berulangkali.

b. Dampak Kimia dan Dampak Biologi

1) Pembuangan limbah cair dari hasil produksi dan zat-zat kimia yang terkandung di

dalam limbah cair pabrik kulit ke sungai akan berpengaruh terhadap faktor kimia dari

perairan tersebut, diantaranya yaitu kandungan COD yang tinggi dan tahan terhadap

oksidasi biologis. Karena COD dan BOD tinggi, maka DO rendah yang akan

mempengaruhi kualitas dari perairan. Hal tersebut akan berdampak pada ekosistem

perairannya yaitu mulai dari keracunan yang dapat menyebabkan kematian secara

besar-besaran, termasuk dapat membunuh organisme perairan sungai seperti ikan, dan

tumbuhan air. Untuk mengatasi dugaan dampak meningkatnya COD dan BOD serta

kematian organisme sungai, hendaknya pemrakarsa proyek memiliki sistem IPAL

yang terstandarisasi. Dimana di dalamnya mencakup proses pemisahan material,

pengendapan padatan terlarut, penstabilan asam-basa, filter biologis dan kimia

(pengendapan mineral berbahaya), penggumpalan, penyerapan karbon, pertukaran

ion, dan tahapan lain yang telah distandarkan. Hasil filtrasi menggunakan unit IPAL

khusus ini akan terbentuk lumpur, dimana lumpur tersebut masih perlu diolah lebih

lanjut sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Lumpur yang dihasilkan harus

melewati proses-proses lain sebelum akhirnya dapat dibuang ke lingkungan.