9
SOP PENAMBANGAN LUMPUR ISI 1. TUJUAN. 2. CAKUPAN. 3. REFERENSI. 4. DEFINISI. 5. PROSEDURE. 6. DISTRIBUSI & SOSIALISASI . Dibuat Oleh Disetujui Oleh Last printed 8/15/2022

Sop-0013 an Lumpur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sop-0013 an Lumpur

SOP PENAMBANGAN LUMPUR

ISI

1. TUJUAN.

2. CAKUPAN.

3. REFERENSI.

4. DEFINISI.

5. PROSEDURE.

6. DISTRIBUSI & SOSIALISASI .

Dibuat Oleh Disetujui Oleh

HSE Departement Kepala Tekhnik Tambang

Last printed 4/12/2023

Page 2: Sop-0013 an Lumpur

1. TUJUANMemberikan penjelasan tentang tata cara melakukan operasi penambangan lumpur dengan aman dan efisien.

2. CAKUPANSOP ini berlaku untuk seluruh proyek PT MTN yang dalam operasinya terdapat material lumpur yang harus ditambang.

3. REFERENSITidak ada.

4. DEFINISIJelas

5. PROSEDUR

5.1 PRA PENAMBANGAN

5.1.1 Aktivitas PemboranPada aktifitas pemboran explorasi ataupun infill drilling perlu dilakukan analisa litologi yang lengkap, termasuk pengukuran ketebalan lumpur. Alat bantu software geologi akan dapat membuat model ketebalan lumpur yang ada pada daerah tambang.

5.1.2Membuat Design TambangDalam mendisain “pit shell’ perlu dipertimbangkan untuk membuat “buffer zone” yang dimensinya disesuaikan dengan ketebalan lumpur di daerah tambang tersebut. Material lumpur akan cenderung longsor sampai batas2 tertentu, maka “buffer zone” ini adalah untuk menahan lumpur agar tidak masuk ke dalam tambang. Gambar-1

5.1.3Menghitung Cadangan & Mine PlanningBila semua data litologi lubang bor sudah dimasukkan ke dalam model komputer dan dengan sudah tersedianya “pit shell” maka perhitungan cadangannya akan bisa memberikan besarnya jumlah lumpur yang akan terikut dalam operasi penambangan. Dalam melakukan perencanaan, mine engineer harus selalu melakukan cek berapa jumlah lumpur yang

Last printed 4/12/2023

Page 3: Sop-0013 an Lumpur

ditambang setiap periode. Hal ini berakitan dengan strategi dumping yang akan dilakukan.

Gambar 1 – Desain Tambang Material Lumpur

Material Lumpur

Low wall Material Keras Buffer Zone

Batubara High Wall

5.1.4 PerintisanMine Plan Engineer bersama pengawas dilapangan harus melaksankan aktivitas perintisan sebelum dilakukan penambangan. Perintisan ini bisa dengan menggunakan bantuan alat berat seperti excavator ataupun dozer kecil yang bisa “mengapung” di daerah berlumpur. Perintisan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi origin daerah target penggalian sehingga diperoleh gambaran yang lebih detail tentang kendala-kendala yang akan dihadapi dan strategi cara mengatasinya.

Last printed 4/12/2023

Page 4: Sop-0013 an Lumpur

5.1.5 Survey Topography OriginalSurvey topo original harus meliputi radius minimal 100 meter dibelakang arae penggalian yang aktif. Hal ini dimaksudkan agar bila terjadi longsoran, maka informasi dan data yang diperlukan untuk meghitung volume OB tergali sudah aman.

Gambar 2 – Survey Topo Original Untuk Material Lumpur

Lokas Penggalian Lumpur

100 mSudah harus di survey orig

Material Keras

5.1.6Land ClearingLand clearing daerah lumpur, dalam skala terbatas, dapat dilaksanakan dengan menggunakan “swampy dozer” ataupun “swampy excavator”. Tapi bila lumpurnya terlalu cair, maka menggunakan “chain saw” adalah yang terbaik.

Last printed 4/12/2023

Page 5: Sop-0013 an Lumpur

5.2 PENAMBANGAN

5.2.1Penirisan Air Rawa Sebelum Penambangan Untuk mengurangi kandungan air pada material rawa, diperlukan pengeringan terlebih dahulu sebelum operasi penambangan dimulai. Hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan proses gali-muat-angkut dan dumping yang akan dilakukan. Beberapa pilihan yang memungkinkan adalah:

membuat paritan untuk mengarahkan kandungan air rawa menjauh dari lokasi penggalian atau

membuat sumuran dan memompa airnya menjauh dari lokasi penggalian

5.2.2Peralatan

Alat gali dan muat yang ideal untuk lumpur adalah alat gali muat dengan konfigurasi Front Shovel. Dengan menggunakan alat gali muat type ini maka pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan dengan metode “bottom loading” yang mana akan tidak optimum bila menggunakan excavator type back hoe. Alat angkut yang paling baik untuk operasi adalah “Articulated Dump Truck”. Dalam tingkatan tertentu, “Rigid Dump Truck” masih bisa dioperasikan secara aman dengan catatan sbb: lantai operasi tidak licin sehingga tidak menimbulkan “spinning” pada Rigid Truck tersebut dan juga muatan lumpur tidak akan penuh. Tumpahan lumpur dari (Rigid Truck lebih banyak) disepanjang jalan hauling juga harus diperhatikan karena membuat jalan licin, sehingga diperlukan extra alat pendukung seperti motor grader atau dozer.

5.2.3Metode PenggalianUntuk mendapatkan hasil optimal maka alat gali muat Front Shovel harus “berada”pada daerah yang keras dan mengarah ke arah daerah lumpur. Dengan metode ini, maka lumpur (yang berada diatas material keras) akan termuat bersama-sama dan akan meminimalkan lumpur masuk ke arah penggalian sehingga kerja alat angkut bisa optimum. Selain itu, dengan bercampurnya material keras dan lumpur akan memudahkan proses menejemen pendumpingan

Last printed 4/12/2023

Page 6: Sop-0013 an Lumpur

5.2.4Pengangkutan Perlu diperhatikan bahwa akan selalu ada tumpahan

lumpur dari truck sepanjang jalan hauling yang akan membuat jalan licin sehingga diperlukan extra alat pendukung seperti motor grader atau dozer.

Perlu dilakukan “adjustment” atas “truck factor” karena truck tidak akan bisa dimuati penuh. Besarnya “adjusment” dipengaruhi oleh kondisi lumpurnya. Hal ini harus dilaksanakan sehingga tidak terjadi “variance” yang tinggi antara survey dan “truck count” pada akhir bulan.

Gambar 3 – Metode Penggalian Material Lumpur

Lokasi Penggalian& PemuatanShovel + Truck Lumpur

Material Keras

5.2.5 Dumping Dalam melakukan operasi dumping maka perlu

dilakukan pencampuran material keras dan lumpur dalam proporsi yang tepat (tergantung kondisi lumpur). Hal ini dimaksudkan agar area dumping masih bisa diakses oleh truck.

Last printed 4/12/2023

Page 7: Sop-0013 an Lumpur

Untuk daerah dumping yang tidak mempunyai “penahan”, maka sebelum dilakukan pendumpingan lumpur, maka perlu dibuatkan semacam beberapa tanggul yang terbuat dari material keras dan akan membentuk “cell-cell” dalam ukuran yang memadai. Selanjutnya pendumpingan dimulai dari tanggul tersebut dan dilakukan lapis per lapis (3 meter per lapisan). Untuk mendapatkan kondisi dumping yang layak maka harus tersedia sejumlah material keras yang cukup untuk dicampur. Timing menaikkan elevasi dumping material lumpur akan sangat tergantung berapa lama waktu “settlement” (tergantung ratio lumpur vs material keras) dumping tersebut.

Perlu diperhatikan jarak lokasi dumping lumpur dengan beberapa area yang penting seperti: area tambang yang aktif, sungai ataupun fasilitas infrastructure lainnya. Bila diperlukan maka pembuatan tanggul pengaman adalah cara terbaik untuk menghindari longsoran dumping lumpur ke tempat tersebut diatas.

5.3 LINGKUNGAN HIDUP Tidak semua lumpur mempunyai pH netral. Untuk

itu perlu dilakukan analisa lab untuk mengetahui tingkat keasaman lumpur sehingga cara penanganan yang benar bisa dioptimalkan

Bila suatu daerah terdiri dari rawa-rawa maka daerah tersebut tidak akan mempunyai top soil. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam melakukan “material balance” pada waktu membuat stretegy dumping dan reklamasi lingkungan hidup.

6. DISTRIBUSIProsedur kerja ini harus didistribusikan kepada:- Project Manager- Safety manager- Mine Superintendent- Plant Superintendent- Engineering Superintendent

Last printed 4/12/2023

Page 8: Sop-0013 an Lumpur

- Safety Engineer- Mine Supervisor- Plant Supervisor- Operator

Last printed 4/12/2023