7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh. Tujuan Membantu mengidentifikasi kondisi pasien, mengevaluasi respon pasien terhadap terapi, menentukan diagnosa medis, memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompa darah Indikasi 1) Shock 2) Infark Miokard Akut (AMI), yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri dada yang berulang, Hipotensi/Hipertensi 3) Edema Paru 4) Pasca operasi jantung 5) Penyakit Katup Jantung 6) Tamponade Jantung 7) Gagal napas akut 8) Hipertensi Pulmonal 9) Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi pemberian obat Parameter Hemodinamik 1) Tekanan vena sentral (CVP) 2) Tekanan arteri pulmonalis

Sop Monitoring Hemodinamik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HEMODINAMIK

Citation preview

  • STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

    MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

    Tanggal terbit: Disahkan oleh:

    Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

    Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep.

    NIP. 19760220 200212 2 001

    Pengertian Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem

    kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan

    memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam

    tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara

    noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah

    pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan

    hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke

    dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.

    Tujuan Membantu mengidentifikasi kondisi pasien, mengevaluasi respon pasien

    terhadap terapi, menentukan diagnosa medis, memberikan informasi mengenai

    keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung

    untuk memompa darah

    Indikasi 1) Shock

    2) Infark Miokard Akut (AMI), yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri

    dada yang berulang, Hipotensi/Hipertensi

    3) Edema Paru

    4) Pasca operasi jantung

    5) Penyakit Katup Jantung

    6) Tamponade Jantung

    7) Gagal napas akut

    8) Hipertensi Pulmonal

    9) Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi

    pemberian obat

    Parameter

    Hemodinamik

    1) Tekanan vena sentral (CVP)

    2) Tekanan arteri pulmonalis

  • 3) Tekanan kapiler arteri pulmonalis

    4) Tekanan atrium kiri

    5) Tekanan ventrikel kanan

    6) Curah jantung

    7) Tekanan arteri sistemik

    Pemantauan

    Hemodinamik

    Non Invasive

    1) Pengukuran tekanan vena sentral / CVP : Mengukur tekanan vena jugularis

    2) Memposisikan pasien berbaring setengah duduk

    3) Perhatikan denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi

    hanya bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium),

    gelombang c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup),

    gelombang v (pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup)

    4) Normalnya terjadi penggembungan vena setinggi manubrium sterni

    5) Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari manubrium

    sterni, maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium kanan

    6) Pengukuran tekanan arteri sistemik

    7) Secara manual

    Pemantauan

    Hemodinamik

    Invasive

    dengan

    Central

    Venouse

    Pressure

    (CVP)

    Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium

    kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau

    tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai

    normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara

    menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 10 mmHg.

    A. Tempat Penusukan Kateter

    Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara perkutan atau dengan

    cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena

    sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.

    B. Gelombang CVP terdiri dari, gelombang berikut.

    1) a = kontraksi atrium kanan

    Gelombang a : diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium pada saat

    kontraksi atrium kanan. Dikorelasikan dengan gelombang P pada EKG

    2) c = dari kontraksi ventrikel kanan

    Gelombang c : timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler ke

    dalam atrium pada awal kontraksi ventrikel iso volumetrik.

  • Dikorelasikan dengan akhir gelombang QRS segmen pada EKG

    3) x = enggambarkan relaksasi atrium triskuspid

    Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke

    bawah ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum timbulnya

    gelombang T pada EKG

    4) v = penutupan katup trikuspid

    Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama

    injeksi ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap

    tertutup digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG

    5) y = pembukaan katup trikuspid

    Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve

    saat diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan. Terjadi

    sebelum gelombang P pada EKG

    C. Cara Pengukuran CVP

    1. Secara nonivasif : Pengukuran tekanan vena jugularis

    2. Secara invasif :

    a. memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior

    atau atrium kanan, teknik pengukuran dengan menggunakan

    manometer air atau transduser

    b. melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis. Pengukuran ini

    hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser.

    D. Tekanan Vena Jugularis

    Atur posisi pasien dalam posisi berbaring setengah duduk, kemudian

    perhatikan hal berikut.

    1. Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa

    dilihat. Akan tampak gel a (kontraksi atrium), c (awal kontraksi

    ventrikel-katup trikuspid menutup), gel v (pengisian atrium-katup

    trikuspid masih menutup)

    2. Normal, pengembungan vena setinggi manubrium sterni

    3. Bila lebih tinggi berarti tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat,

    misal pada gagal jantung kanan.

    Menurut Kadir A (2007), dalam keadaan normal vena jugularis tidak

    pernah membesar, bila tekanan atrium kanan (CVP) naik sampai 10 mmHg

  • vena jugulais akan mulai membesar. Tinggi CVP= reference point tinggi

    atrium kanan ke angulus ludovici ditambah garis tegak lurus, jadi CPV= 5

    + n cmH2O.

    E. Pemantauan CVP dengan Manometer

    Persiapan untuk pemasangan

    1. Persiapan pasien

    Memberikan penjelasan pada klien dan tentang tujuan pemasangan,

    daerah pemasangan, dan prosedur yang akan dikerjakan

    2. Persiapan alat

    a. Kateter CVP

    b. Set CVP

    c. Spuit 2,5 cc

    d. Antiseptik

    e. Obat anaestesi local

    f. Sarung tangan steril

    g. Bengkok

    h. Cairan NaCl 0,9% (25 ml)

    i. Plester

    3. Persiapan untuk Pengukuran

    a. Skala pengukur

    b. Selang penghubung (manometer line)

    c. Three way stopcock

    d. Pipa U

    e. Standar infus dan Set infus

    F. Cara Merangkai

    1. Menghubungkan set infus dengan cairan NaCl 0,9%

    2. Mengeluarkan udara dari selang infuse

    3. Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock

    4. Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse

    5. Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock

    6. Mengeluarkan udara dari manometer line

    7. Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O

    8. Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang

  • G. Cara Pengukuran

    1. Memberikan penjelasan kepada pasien

    2. Megatur posisi pasien

    3. Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan

    skala pengukur atau tansduser

    4. Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan

    antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila

    5. Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada

    manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi

    6. Membereskan alat-alat

    7. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai

    H. Pemantauan dengan Transduser

    Dilakukan pada CVP, arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan

    tekanan darah arteri sistemik.

    1. Persiapan pasien

    a. Memberikan penjelasan tentang: tujuan pemasangan, daerah

    pemasangan, dan prosedur yang akan dikerjakan

    b. Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan

    2. Persiapan untuk penusukan

    a. Kateter sesuai kebutuhan

    b. Set instrumen steril untuk tindakan invasive

    c. Sarung tangan steril

    d. Antiseptik

    e. Obat anestesi lokal

    f. Spuit 2,5 cc

    g. Spuit 5 cc/10 cc

    h. Bengkok

    i. Plester

    3. Persiapan untuk pemantauan

    a. Monitor

    b. Tranduser

    c. Alat flush

    d. Kantong tekanan

    e. Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)

  • f. Heparin

    g. Manometer line

    h. Spuit 1 cc

    i. Three way stopcock

    j. Penyanggah tranduser/standar infuse

    k. Pipa U

    l. Infus set

    4. Cara Merangkai

    a. Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya

    ke dalam cairan infuse

    b. Menghubungkan cairan tersebut dengan infuse

    c. Mengeluarkan udara dari selang infuse

    d. Memasang cairan infus pada kantong tekanan

    e. Menghubungkan tranduser dengan alat infuse

    f. Memasang threeway stopcock dengan alat flus

    g. Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush

    h. Menghubungkan manometer dengan threeway stopcock

    i. Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk

    memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)

    j. Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg

    k. Menghubungkan kabel transduser dengan monitor

    l. Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang

    m. Melakukan kalibrasi alat sebelumpengukuran

    5. Cara Kalibrasi

    a. Lavelling

    b. Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah

    udara

    c. Mengeluarkan cairan ke udara

    d. Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol

    e. Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara

    f. Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

    Komplikasi 1) Infeksi

    2) Thrombosis

    3) Emboli udara

  • 4) Perdarahan

    5) Gangguan neurovaskuler

    6) Iskemik atau nekrosis pada bagian distal dari pemasangan kateter

    7) Insuffisiensi vaskuler

    Palembang, April 2015

    Dosen pengampu

    Nurnaningsih, S.Kep., Ners., M.Kes.

    NIP.19730717 200112 2 002