Upload
voanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT DESA
TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA
ARTIKEL E-JOURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Starata I
Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Oleh
KAERA ANDRIANI
NIM : 110569201067
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………. iii
ABSTRACK………………………………………………………………........... iv
SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT DESA
TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA
Pendahuluan…………………………………………………………………….... 1
A. Latar belakang…………………………………………………..................... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………................... 3
C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….…………………………................... 4
1. Tujuan…………………………………………………………………….. 4
2. Manfaat....………………………………………………………………… 4
D. Konsep Operasional…………………………..………………………………. 4
E. Metode Penelitian………………………………….…………………………. 6
1. Jenis penelitian…………………………...……………………………….. 6
2. Lokasi penelitian…………………………………………...……………… 7
3. Jenis data…………………………………………………………………… 7
4. Populasi dan sampel………………………………………………............. 7
5. Teknik dan alat pengumpulan data………………………………............... 8
6. Teknik analisa data………………………………………...……………….. 8
F. Kerangka Teoritis……………………..………………………........................ 9
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………...................... 17
H. Hasil Penelitian dan Pembahasan……………………………………………... 19
I. Penutup……………………...……………………………………................... 38
Daftar Pustaka
1
ABSTRAK
Sosialisasi adalah suatu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah
proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain tentang cara berpikir,
merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal hal yang sangat
penting dalama menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Melalui sosiolisasilah
yang bisa membuat seseorang menjadi tahu bagaimana seharusnya seseorang
bertingkah laku ditengah tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Permasalahan yang akan diteliti dalam permasalahan ini ialah tentang bagaimana
sosialisasi di dalam keluarga suku laut didesa Tajur Biru Kecamatan Senayang
Kabupaten Lingga.
Tujuan penelitian merupakan sasaran untuk merealisasikan aktifitas yang akan
dilaksankan suatu penelitian, sehingga dirumuskan perumusan yang jelas dan tepat.
Tujuan yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui tentang
sosialisasi didalam keluarga suku laut didesa Tajur Biru Kecamatan Senayang
Kabupaten Lingga. Untuk mengtahui tentang sosiolisasi di dalam di dalam keluarga
suku laut tentang cara penanaman pola hidup, nilai nilai dan norma sosial.
Penelitian ini mengunkan metode kualitatif yang berlokasi di desa Tajur Biru
Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Adapun Karkteristik informan dalam
penelitian ini warga suku laut yang sudah berkeluarga yang memiliki anak usia diatas
6 tahun yang sudah bersekolah. Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
data skunder yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dukumentasi, yang
selanjutnya akan dianalisa secara kualitatif melalui reduksi data, penyajian data dan
verifikasi data.
Dari hasil penelitian ini dapat meyimpulkan bahwa dalam menanamkan pola
hidup, nilai nilai dan norma sosial jarang sekali orang tua mendiidk anaknya dengan
melakukan tindakan kekerasan, kalaupun ada hanya sebatas untuk menkuti anak saja,
tidak sampai menyakiti pisik anak, hal ini disebabkan besarnya kasih syang orang tua
kepada anak. Saran untuk implikasi praktis : ditemukannya efek yang cukup
signifikan mengenai sosialisasi yang orang tua terapkan kepada anak, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan kepribadian anak. Hal ini
menunjukan bahwa dalam proses sejak sosialisasi, anak masih tetap mengikuti
perilaku yang ditunjukan orang tuanya. Sejak kecil anak belajar untuk mengenal
lingkungannya dengan cara melihat bagaimana orang tua mereka melakukan aktifitas.
Kata kunci : Sosialisasi, KAT dan Keluarga.
2
SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT DESA
TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA
A. LATAR BELAKANG
Sosialisasi merupakan salah satu topik kajian yang dipelajari secara serius.
Mengingat arti sosialisasi itu sendiri merupakan proses alamiah yang membimbing
individu untuk mempelajari, memahami pola dan mempraktikkan nilai-nilai, norma-
norma, pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Keluarga
mempunyai fungsi sosialisasi dalam sebuah keluarga terutama anak, karena pertama
kali anak dilahirkan adalah di dalam keluarga yang merupakan lembaga utama.
Pertama kali anak mengenal akan aturan, norma dan tata nilai dalam sebuah keluarga.
Komunitas Adat Terpencil atau yang selama ini lebih dikenal dengan sebutan
masyarakat terasing adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar
serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial ekonomi
maupun politik. Komunitas Adat Terpencil yang hidup di perairan Provinsi
Kepulauan Riau, yang hidup berpencar-pencar dan berkelompok atau terkenal dengan
sebutan suku laut.
Lokasi atau wilayah yang menjadi objek kajian peneliti adalah Kabupaten
Lingga, disini masih banyak ditemukan suku laut di berbagai pulau-pulau kecil, yang
hidup berkelompok serta berpencar-pencar. Khususnya di desa Tajur Biru terdapat
dua kelompok masyarakat suku laut, yaitu lokasinya di Dapur Arang dan Kampung
3
Baru. Kedua komunitas ini sama-sama telah mendapatkan pusat perhatian dari
pemerintah akan tetapi masyarakat suku laut di Kampung Baru lebih terbuka dan
sudah mau berbaur dengan masyarakat luar di lingkungan tempat tinggal mereka, dan
lokasi yang mereka diami pun terbuka dan dekat dengan masyarakat luar (asli Tajur
Biru), tidak heran jika sikap mereka lebih terbuka dan mudah berbaur dengan
masyarakat luar. Berbeda dengan masayarakat suku laut di Dapur Arang, sikap
mereka masih sangat tertutup di sebabkan lokasi keberadaan mereka pun tidak
terbuaka.
Masyarakat KAT suku laut dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya,
seperti berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka tinggal datang di
Tajur Biru dengan mendayung sampan. Mereka memanfaatkan sampan dalam istilah
suku laut yaitu kajang sebagai alat transportasi penghubung dari Kampung Baru
menuju Tajur Biru, dengan jarak tempuh lebih kurang 7-10 menit saja. selain sebagai
sarana penghubung kajang juga merupakan suatu wadah tempat tinggal yang
dianggap sebagai rumah tempat berlindung dari ancaman dan bahaya seperti hujan,
badai, panas bagi KAT suku laut.
Sebagian besar masyarakat suku laut bermata pencaharian sebagai nelayan,
Kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh musim sehingga masyarakat ini pada
dasarnya hidup berkelana di sampan. Masyarakat suku laut sangat tidak patuh pada
negara, mereka tidak mau memeluk agama hanya memahami religi lokal seperti
4
anamisme (percaya kepada roh). Sebagian besar masyarakat suku laut tidak mengenal
huruf atau tidak tahu baca tulis.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat suku laut diberikan oleh
pemerintah bantuan rumah. Dengan begitu masyarakat suku laut yang biasanya
tinggal di sampan sekarang sudah mulai tinggal di rumah, sudah mulai mengenal
agama, dan bagi anak-anak mereka pun telah mengenal pendidikan, bahkan telah
mengenal nilai kedisiplinan. Nilai kedisiplinan di buat agar kegiatan sehari-hari
dapat dilakukan secara beraturan sesuai dengan waktunya. masyarakat suku laut akan
menjalani kehidupan yang baru, dari sampan beralih pada kehidupan selayaknya
masyarakat pada umumnya yaitu di rumah. Disini peneliti ingin melihat lebih dalam
mengenai sosialisasi dalam keluarga suku laut ini dengan mengangkat
judul:“SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT DESA
TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA”.
B. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimana sosialisasi kedisiplinan dalam keluarga suku laut yang berada di Desa
Tajur Biru Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga?”
5
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
sosialisasi kedisiplinan dalam keluarga suku laut yang berada di perairan Desa Tajur
Biru Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Praktis
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu
pengetahuan khususnya bagi peneliti, umumnya bagi masyarakat Desa Tajur
Biru
b. Secara Teoritis
Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi dan sarana informasi dalam
penelitian berikutnya dengan permasalahan dan penelitian yang sama.
D. KONSEP OPERASIONAL
Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar bagi seorang atau
sekelompok orang selama hidupnya untuk mengenali pola-pola hidup, nilai-nilai dan
norma sosial agar ia dapat berkembang menjadi pribadi yang bisa diterima oleh
kelompoknya. (Setiadi M. Elly, Usman Kolip, 2002:115).
Soaialisasi kedisiplinan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah
displin waktu yang diterapkan orang tua kepada anaknya di dalam melakukan
6
aktivitas sehari-hari pada keluarga masyarakat suku laut. Keluarga yang peneliti
maksud dalam penelitian ini ialah keluarga inti yang terdiri dari, ayah, ibu dan anak
yang tinggal dalam satu rumah:
1. Waktu tidur dan bangun tepat waktu, yang dimaksud disini ialah upaya orang
tua dalam mensosialisasikan disiplin waktu tidur dan bangun tepat waktu kepada
anak.
2. Melaksanakan ibadah secara bersama pada waktunya, yang dimaksud disini ialah
cara orang tua mensosialisasikan tentang disiplin dalam hal mengingatkan
waktu ibadah kepada anak untuk menimba ilmu agama.
3. Waktu belajar di rumah, yang dimaksud disini ialah upaya yang dilakukan orang
tua dalam mensosialisasikan disiplin dalam hal mengingatkan waktu belajar di
rumah kepada anak
4. Waktu berangkat sekolah, yang dimaksud disini ialah upaya orang tua dalam
mensosialisasikan disiplin waktu berangkat sekolah agar anak tidak terlambat
datang sekolah.
5. Waktu makan, yang dimaksud disini ialah upaya orang tua dalam
mensosialisasikan disiplin waktu makan kepada anak.
6. Waktu bermain, yang dimaksud disini ialah upaya orang tua dalam
mensosialisasikan disiplin waktu bermain anak.
7
7. Waktu keluar malam menonton hiburan, yang dimaksud disini ialah upaya yang
dilakukan orang tua dalam mensosialisasikan disiplin waktu keluar malam
kepada anak.
8. Waktu mandi, yang dimkasud disini ialah upaya orang tua dalam
mensosialisasikan disiplin waktu mandi kepada anak.
Dari poin-poin kedisiplinan diatas sosialisasi dalam keluarga suku laut dapat
dilihat dari :
A. Disiplin yang dimaksud disini ialah sosialisasi yang dilakukan orang tua
kepada anak lebih kepada mengingatkan waktu dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
B. Sangsi yang dimaksud disini ialah hukuman yang diterapkan orang tua
kepada anak apabila melanggar nilai kedisiplinan.
C. Strategi yang dimaksud disini ialah upaya yang dilakukan orang tua dalam
memberi motivasi anak agar mau menjalankan nilai kedisplinan yang
berlaku di dalam keluarga.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, ada
upaya yang dilakukan dengan cara mengolah data, mengorganisasikan data,
mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memusatkan apa yang dapat diceritakan
8
kepada orang lain. Dalam penelitian ini berusaha menjelaskan gambaran yang
nyata tentang sosialisasi kedisiplinan dalam keluarga suku laut Desa Tajur
Biru Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga (Maleong J. Laxy 2014:248).
2. Lokasi Penelitian
Yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini yaitu di Desa Tajur Biru
(Dusun II RW IV RT IX Kampung Baru) Kecamatan Senayang Kabupaten
Lingga.
3. Jenis Data
a. Data primer, data mengenai sosialisasi kedisiplinan anak dalam keluarga
masyarakat suku laut, dimana perolehan data yang diperoleh informan melalui
observasi atau wawancara yang dilakukan oleh peneliti tentang sosialisasi
kedisiplinan dalam keluarga suku laut.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui lembaga, literatur, buku-
buku, majalah dokumentasi, dan arsip yang relevan dengan penelitian.
4. Informan Penelitian
Penentuan informan dapat dilakukan secara purposive sampling, yaitu
informan dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Informasi yang
digunakan sebagai sumber data, dalam penelitian ini adalah orang-orang yang
dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Untuk
mendapatkan data terkait masyarakat suku laut itu sendiri dengan beberapa
karakteristik informan yaitu: warga suku laut yang sudah berkeluarga, dan
memiliki anak usia diatas 6 tahun yang sudah bersekolah.
9
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Observasi: pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian.
Disini peneliti akan melakukan pengamatan sosialisasi kedisiplinan dalam
keluarga suku laut dengan melihat aktivitas-aktivitas yang dilakukan
keseharian mereka.
2. Wawancara dalam penelitian ini akan menggunakan pedoman wawancara
3. Dokumentasi: berupa foto dan data terkait seperti foto masyarakat suku laut
desa Tajur Biru yang melakukan aktivitas sehari-hari mereka.
6. Teknik Analisis Data
a. Reduksi data yaitu merangkum memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, data-data yang dianggap tidak penting dibuang atau
disingkirkan.
b. Penyajian data yaitu proses penyajian data dengan teks yang bersifat
deskriptif yang menjelaskan fenomena-fenomena yang sebenarnya terjadi
dilapangan. Selain menyajikan data dengan teks dapat juga berupa tabel
maupun gambar.
c. Verifikasi data yakni upaya membuat kesimpulan dari keseluruhan data
terkumpul selama penelitian berlangsung, dengan mencari data baru yang
mendukung agar menjamin validitas.
10
F. KERANGKA TEORITIS
1. SOSIALISASI
Sosialisasi atau proses pemasyarakatan ialah suatu proses belajar
mengajar oleh seorang individu dalam usaha untuk menjadi anggota
masyarakat.Sarana sosialisasi yang paling ampuh adalah bahasa individu
menerima dari luar arti resmi apa yang oleh masyarakat berikan kepada
kelakuan atau objek-objek tertentu. Menurut Karel J. Veeger (1992 : 58),
(dalam C. Dewi Wulansari, 2009) menyebutkan bahwa kata-kata “harus”,
“jangan”, “baik-baik”, dan sebagainya menjadi bahan yang membentuk hati
nurani orang dan turut membangun dunianya..
Sosialisasi mengindikasikan bahwa proses tersebut bukanlah proses
atau aktivitas yang dilaksanakan secara sepihak bagaimanapun juga sosialisasi
adalah sebuah proses yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu (1) pihak yang
melakukan sosialisasi dan (2) pihak yang disosialisasikan. Proses sosialisasi
dilakukan oleh anggota-anggota atau warga masyarakat baik secara sadar atau
tidak secara sadar, orang-orang yang memiliki kewibawaan atas individu-
individu yang disosialisasi seperti ayah, ibu kakak, dan orang-orang yang
berkedudukan sederajat dengan pihak yang disosialisasi, seperti teman sebaya,
teman sekelas dan sebagainya. Biasanya orang-orang yang memiliki
kewibawaan melakukan sosialisasi dengan tujuan tercapainya kedisiplinan
pihak yang tersosialisasi. (Setiadi M. Elly, Usman Kolip, 2002:158)
11
Menurut Hurlock, konsep umum dari disiplin adalah sama dengan
hukuman (punishment). Disiplin hanya digunakan apabila anak melanggar
peraturan dan tata tertib yang diterapkan oleh orang tua guru atau orang
dewasan sehubungan dengan tuntutan masyarakat dimana anak tersebut hidup.
Dengan demikian disiplin terkait dengan peraturan dan hukuman akibat
melanggar peraturan tersebut. Tujuan disiplin sendiri adalah untuk
membentuk tingkah laku sehingga prilaku tersebut sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan oleh budaya dimana individu itu berada. Disini terkandung
pengertian bahwa disipin merupakan cara untuk mengajari anak bertingkah
laku menuju kehidupan yang lebih baik, kebikan pribadi dan sosial.
Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar bagi seorang atau
sekelompok orang selama hidupnya untuk mengenali pola-pola hidup, nilai-
nilai dan norma sosial agar ia dapat berkembang menjadi pribadi yang bisa
diterima oleh kelompoknya. Menurut Robert. M.Z. Lawang, sosialisasi
merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan
lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam
kehidupon sosial. (Setiadi M. Elly, Usman Kolip, 2002:115).
a. Pola-pola Hidup
Pola adalah mekanisme atau cara dari proses interaksi sosial tersebut
berlangsung di dalam kehidupan sosial. Pola lebih menekankan pada aspek
kebiasaan dalam keteraturan sosial yang biasa dilakukan dalam masyarakat.
12
Pola-pola kehidupan sosial antara satu dengan lainnya memiliki perbedaan.
Keteraturan sosial merupakan kondisi dinamis suatu masyarakat, dimana
aturan-aturan dasar sebagai cara mencapai tatanan sosial yang tertib yang
menjadi tujuan kehidupan kelompok dapat tercapai. Ketercapaian dari
keteraturan sosial tersebut tergantung dari mekanisme dan kekuatan daya
kontrol sosial dan rasa tanggung jawab masing-masing anggota kelompoknya.
b. Nilai-nilai
Nilai adalah sesuatu menjadi patokan dalam kehidupan sosial yang
mengandung kebaikan, kemaslahatan manfaat, kepatutan yang biasanya
menjadi tujuan kehidupan bersama. Nilai juga dapat diartikan sebagai
kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal tentang baik
buruk benar salah, patut tidak patut, hina mulia maupun penting tidak penting.
c. Norma Sosial
Adapun oreintasi norma aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara
kolektif (bersama) yang mengandung berbagai sangsi baik sangsi secara moral
maupun sangsi secara fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang
melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial. Adapun pemberlakuan atas
norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala perbuatan
(perilaku) yang dilakukan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah
disepakati bersama.
13
Dalam pelaksanaannya sosialisasi dilakukan dengan cara:
a). Sosialisasi refresif (refresive socialization) adalah sosialisasi yang
didalamnya terdapat sangsi jika pihak-pihak yang tersosialisasi seperti anak
atau masyarakat yang melakukan pelanggaran, yang lebih menekankan
hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi refresif adalah
penekanan pada penggunaan materi pada kepatuhan anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi
perintah. Pelaksanaan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang
tua dan peran keluarga sebagai significant other.
b). Sosialisasi partisipatif (participative socialization) menurut Jaeger
merupakan anak akan diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu
hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam sosialisasi ini anak diberikan
kebebasan. Penakanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan
yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. keluarga
menjadi generalized other (orang tua menempatkan anak pada posisi yang
sama dengan mereka.
d. Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan dan eksekusi dalam sebuah aktivitas dalam kurun waktu
tertentu.
14
2. Agen Sosalisasi
Sosialisasi tidak akan berjalan jika tidak ada agen sosialisasi yang
secara otomatis memiliki peran tersebut adalah lembaga Sosial (Setiadi M.
Elly, Usman Kolip, 2011:176-177). Beberapa agen sosialisasi dalam
sosiologi yaitu:
a. Keluarga
Arti penting agen sosialisasi pertama terletak pada pentingnya
kemampuan yang diajarkan pada tahap ini untuk dapat berinteraksi dengan
significant others pada tahap ini bayi belajar berkomunikasi secara verbal dan
non verbal; ia mulai berkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan
penglihatan tetapi juga melalui panca indra lain terutama sentuhan fisik.
b. Kelompok bermain
Kelompok bermain baik berasal dari kerabat tetangga maupun teman
sekolah merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam
pembentukan pola-pola perilaku seseorang. (Suyanto Bagong, J. Dwi
Narwoko, 2010:94).
c. Sekolah
Di sekolah anak dituntut untuk bersikap mandiri dan senantiasa
memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya ( Suyanto
Bagong, J. Dwi Narwoko , 2010:94-95).
15
d. Media Massa
Light, Keller dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media massa
yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio,
TV, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah
besar orang.
3. PERAN DAN FUNGSI KELUARGA
Soelaiman (dalam Shochib, 1998: 17) berpendapat bahwa, keluarga
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama
dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin hingga terjadi
saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.
Harton dan Hunt (1984 : 238-242) mengidentifikasikan beberapa diantaranya,
yaitu fungsi pengaturan seks, reproduksi, efeksi, definisi status, perlindungan
dan ekonomi. Pertama keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran
dorongan seks. Kedua reproduksi berupa pengembangan keturunan pun selalu
dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga. Ketiga,
keluarga berfungsi mensosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat
memerankan apa yang diharapkan darinya. Keempat, keluarga mempunyai
fungsi efeksi: keluarga memberikan cinta kasih pada seorang anak. Kelima,
keluarga memberi status pada seorang anak, bukan hanya status yang diperoleh
seperti status yang terkait dengan jenis kelamin, urutan kelahiran dan
16
hubungan kekerabatan tetapi juga termasuk di dalam status yang diperoleh
orang tua yaitu status dalam suatu kelas sosial tertentu. Keenam, keluarga
memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik perlindungan fisik maupun
yang bersifat kejiwaan.
a. Peran Ayah
Untuk dapat berfungsi secara kolektif peran ayah, maka dapat
dirincikan beberapa peran ayah di dalam keluarga, yaitu:
1. Ayah adalah seorang pembangun kestabilan mental.
2. Ayah adalah seorang pembangun keberanian.
3. Ayah sebagai pemberi contoh pemecahan masalah.
4. Ayah sebagai penentu standar maskulinitas.
5. Ayah sebagai pemberi warna cara mengambil keputusan.
b. Peran Ibu
Menurut S. Soedarsono, peran ibu dalam membina keluarga sejahtera
adalah sebagai pendidik utama bagi putra putrinya. Secara langsung ibu
membina kewajiban generasi-generasi penerus dalam keluarga masing-masing
yang merupakan kelompok-kelompok yang akan terjun dalam masyarakat
(Natopuro, 1984:52)
17
4. KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
Kelompok Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencil serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik (Keppres Nomor 111 Tahun
1999). Sebagaimana komunitas lainnya, KAT juga mengalami masalah sosial
dan bahkan lebih bervariasi dan lebih konfleks dilihat dari berbagai sudut
pandang warga KAT pada umumnya bertempat tinggal jauh di pedalaman di
tengah hutan belantera, di daratan tinggi atau pegunungan, di rawa-rawa, di
pasir pantai, di pulau-pulau terpencil dan di daerah perbatasan dengan negara
tetangga. Secara geografis maupun sosial budaya habitat KAT dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) kategori, masih berkelana, menetap sementara dan menetap.
Dalam mempertahankan hidupnya, warga KAT umumnya
mengandalkan sumber dan potensi alam dengan menggunakan penerapan
teknologi sangat sederhana. Derasnya arus informasi yang disertai dengan
kemajuan teknologi secara lambat laun kehidupan KAT juga semakin
tertinggal. Bahkan terdesak sehingga terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Permasalahan sosial yang dihadapi warga KAT tidak terletak pada
kebiasaan hidup yang telah mereka jalani akan tetapi diukur dari derajat
kelayakan hidup yang memungkinkan mereka tetap mempertahankan
keberlangsungan hidupnnya (survival), membangun peradaban sendiri
18
(civilization) serta memenuhi martabat kemanusiaan (human dignity) dan hak-
haknya yang layak bagi kemanusiaan (human right) dalam kesatuan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
G. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. SEJARAH LOKASI PENELITIAN
Desa Tajur Biru terletak di daerah Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga.
Konon ceritanya desa Tajur Biru mempunyai sejarah bahwa terdapat sumur yang
airnya biru. Sumur tersebut terletak di tajur/tanjung, dan tidak semua masyarakat
yang bisa menemukan air yang berwarna biru tersebut hanya orang-orang tertentu
(orang-orang yang berbadan dingin/sejuk). Sampai sekarang di tanjung/tajur tersebut
banyak terdapat mata air, apabila Tajur Biru mengalami musim kemarau yang
berkepanjangan, ketika orang-orang tidak lagi bisa mendapatkan air di sumur terdekat
maka mereka berbondong-bondong pergi ke tajur/tanjung untuk mandi, mencuci baju
dan mengambil air untuk kebutuhan hidup mereka. Banyak sekali sumur-sumur yang
dangkal milik masyarakat. Untuk membuat sumur di tajur tidak perlu menggali
dengan ukuran yang terlalu dalam karena mata airnya sangat mudah ditemui.
(wawancara dengan bapak Bujal tanggal, 19 september 2015).
2. MASYARAKAT SUKU LAUT DESA TAJUR BIRU
Pertama kali orang suku laut yang bermukim di Tajur Biru adalah Tok
Lang/Soleh bersama istrinya yang bernama Petai, mereka datang bermukim di Tajur
Biru pada Tahun 1960-an datang dari Selat Panjang. Kedatangan mereka ini tidak
19
pernah dihiraukan oleh pemerintah setempat. Pemerintah hanya beranggapan mereka
ini hanya menumpang singgah atau berteduh di saat-saat musim tertentu, jika mereka
sudah tidak bisa lagi mendapatkan penghasilan maka mereka pindah lagi ke tempat
yang lain, kemudian datang lagi begitulah seterusnya. Sehingga mereka ini tidak
terdaftar sebagai penduduk desa Tajur Biru bahkan tidak memiliki identitas dan
agama, bahkan suku laut ini dikatakan masyarakat yang tidak patuh atau kepada
Negara. (Hasil wawancara dengan bapak Tani, tanggal 24 september 2016)
Jumlah penduduk Masyarakat suku laut Tajur Biru berjumlah 148 jiwa
dengan rincian laki-laki sebanyak 75 jiwa dan perempuan sebanyak 73 jiwa,
Meskipun jumlah laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan
kegiatan ekonomi tidak semata-mata hanya dilakukan oleh laki-laki saja.Kondisi
pendidikan masyarakat suku laut di Tajur Biru bisa dikatakan 0% karena tidak ada
satu orang pun diantara masyarakat suku laut yang menamatkan sekolah di bangku
sekolah dasar, terutama bagi orang tua. Yang ada kini hanyalah anak-anak mereka
yang baru menjalankan proses pendidikan tersebut.
Sewaktu hidup di sampan masyakat suku laut di Tjur Biru ini sama sekali
tidak pernah mengenal agama. Telah dirumahkan salah satu agama yang mereka pilih
ialah agama Kristen. Pada umumnya Masyarakat suku laut di Tajur Biru secara
keseluruhan bermata pencaharian sebagai nelayan.
20
H. SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT
DESA TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA
a. IDENTITAS INFORMAN
1. Bapak Akub berusia 54 tahun adalah suami dari ibu Senah mereka
memiliki tiga orang anak.
2. Bapak Edi berusia 38 tahun adalah suami dari ibu Rani mereka
merupakan pasangan suami istri yang muda, baru memiliki satu orang
anak perempuan yang berusia 8 tahun yang baru masuk sekolah SD kelas
satu.
3. Bapak Ta adalah suami dari ibu Lili, mereka hidup dalam kesederhanaan
dan dianugrahkan dua orang anak. Satu orang anak laki-laki dan satu
orang anak perempuan, kedua anak mereka masih bersekolah di bangku
SD. Bapak Ta berusia 37 tahun sedangkan ibu Lili berusia 32 tahun.
4. bapak Landak adalah suami dari ibu Ana. Mereka memiliki dua orang
anak satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, kedua anak mereka
masih bersekolah di bangku SD. Bapak Landak berusia 32 sedangkan ibu
Ana berusia 30 tahun.
5. Bapak Anuar adalah suami dari ibu Ida, mereka memiliki satu orang anak
yang masih bersekolah di bangku SD di kelas III. Bapak Anuar berusia 30
tahun sedangkan ibu Ida berusia 28 tahun.
21
2. SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT
Sosialisasi merupakan suatu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai
sebuah proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang
cara berfikir, merasakan, dan bertindak, dimana kesemuanya itu merupakan hal-
hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.
Dalam hal ini peneliti akan melihat peran orang tua atau dalam mensosialisasikan
kedisiplinan kepada anak.
Adapun aturan-aturan (kedisiplinan) yang diterapkan di dalam keluarga
masyarakat suku laut adalah: .
a. Waktu tidur dan bangun tepat waktu
Orang tua perlu menjadwalkan jam tidur secara konsisten sebagai aturan yang
berlaku di rumah. Dan jadwal bangun yang konsisten. Setelah membuat jadwal
tidur yang konsisten maka buatlah aturan bangun yang konsisten juga (Listyo
Yuwanto diakses tanggal, 16 juni 2016, 21:30 wib)
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan kedisiplinan waktu tidur dan bangun tepat
waktu di dalam keluarga suku laut dapat berjalan dengan baik. Pada umumnya
orang tua tidak pernah membiarkan anak tidur larut malam, adapun batas tidur
anak paling lama dari tiap-tiap keluarga yaitu jam 9-10 malam, dan bagun
jam 5 pagi di hari sekolah.
22
2. Sangsi
Adapun sangsi yang diterapkan kepada anak jika tidak mau mengikuti
perintah orang tua maka anak akan diberi sangsi, jika anak tidak mau disuruh
tidur dan bangun kebanyakan orang tua menghukum anak dengan
mengancam saja tidak pernah sampai memukuli anak namun ada juga yang
menjewer. Begitu juga dengan bangun pagi jika anak susah dibangunkan,
anak diancam tidak akan dikasi uang jajan, ada juga diantara orang tua
menghukum anak sampai menyiram air apabila tidak mau bangun pagi
bahkan anak diancam disuruh berhenti sekolah apabila tidak mau patuh
kepada orang tua.
3. Strategi
Adapun strategi yang digunakan orang tua berbeda-beda, agar anak
mau tidur tepat waktu jika sudah sampai waktunya orang tua selalu
memadamkan tv dan mesin api agar suasana menjadi gelap, ada juga yang
menakut-nakuti anak dengan hantu dan apabila tidak mau tidur akan disuruh
tidur di luar. Begitu juga bangun pagi kebanyakan orang tua selalu membujuk
dengan memberikan uang jajan, agar anak tetap semangat. Ada juga orang tua
yang membangunkan anak secara paksa, walaupun masih nyenyak tidur
dengan sengaja orang tua mengangkat anak sampai terbangun dan lansung
membawa ke kamar mandi anak tersebut langsung disuruh mandi, hal
demikian dilakukan untuk mengejar waktu agar anak tidak terelambat pergi ke
sekolah.
23
b. Melaksankan ibadah secara bersama pada waktunya
Melaksanakan ibadah menjadi kewajiban utama bagi seluruh umat beragama,
yang menjadi suatu keharusan apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan akan mendapat dosa yang sangat besar sebagai bentuk hukuman,
karena tidak menjalani perintah Tuhan. Berbeda agama berbeda pula ketentuan
yang berlaku didalamnya dan berbeda pula cara ibadah yang dilakukan. Dari tiap-
tiap agama mempunyai budaya tersendiri namun pada hakikatnya tujuannya satu
yaitu menyembah Tuhan.
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan anak tentang disiplin melaksanakan ibadah
secara bersama pada waktunya. Jika sudah sampai waktu ibadah kedua orang
tua saling bekerja sama dalam mendisiplinkan waktu ibadah, dengan selalu
mengajak anak untuk pergi ibadah. Adapun rutinitas keagamaan dalam satu
minggu dua kali yaitu hari minggu jam 8 pagi ibadah bagi seluruh umat
Kristen sedangkan, setiap sore sabtu jam 5 sembahyang khususnya bagi ibu-
ibu suku laut dengan diselingi arisan yang dipimpin oleh pak Pendeta bersama
istrinya.
2. Sangsi.
Penerapan sangsi kepada anak bagi yang tidak menjalankan nilai disiplin
yang diterapkan orang tua dalam hal melaksanakan ibadah. Adapun
24
sangsinya: jika anak tidak mau menuruti apa yang diperintahkan orang tua
atau tidak mau sembahyang maka orang tua memberikan sangsi dengan tidak
memberikan apa yang diinginkan anak tidak akan dibelikan baju baru. Selain
itu adapun sangsi yang di dapat akibat dari malas sembahyang ialah akan
mendapat dosa karena tidak mau menjalankan perintah Tuhan dan akan
mendapatkan hukuman berupa siksa api neraka, selain itu orang tua pun
merasa malu dengan pak Pendeta apabila membiarkan anak malas
sembahyang karena bapak Pendata yang mengajarkan mereka tentang ilmu
agama datang dari jauh. Begitu besarnya penghormatan mereka kepada pak
Pendeta.
3. Strategi
Mengenai strategi yang gunakan orang tua agar anak selalu mematuhi
nilai kedisiplinan dalam hal melaksanakan ibadah. Adapun strateginya jika
anak susah diajak orang tua selalu membujuk anak dengan memberikan apa
yang disenangi anak, dengan memberi apa yang menjadi kesukaan anaknya,
sebagai imbalannya anak akan dikasi uang jajan dan dibelikan baju baru
apabila rajin dan mau beribadah. Saat melaksanakan ibadah anak-anak sangat
termotivasi dengan kawan-kawan, dan pakain baru.
25
c. Waktu belajar di rumah
Anak yang didampingi orang dewasa akan lebih baik dari pada mereka yang
tidak mendapat pendampingan. Perhatian orang tuanya tersebut membantu anak
tidak merasa sendiri, merasa percaya diri dan merasa diperhatikan. Perasaan
nyaman dan diperhatikan akan menjadi awal belajar yang baik dan menumbuhkan
motivasi belajar anak.
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan kedisiplinan mengenai waktu belajar di rumah.
Sebagai orang tua sudah menjalankan kewajibannya dengan mengontrol anak
jika sudah tiba waktunya, orang tua tidak lupa menyuruh anak untuk belajar.
Adapun waktu belajar yang ditentukan oleh orang tua saat siang hari yaitu
jam 2 sore, setelah makan dan istirahat, dan kalau waktu belajar malam jam 7
setelah selesai makan malam.
2. Sangsi
Adapun sangsi yang berlaku jika anak tidak mau belajar anak akan
dikurung di dalam rumah, tidak akan dikasih keluar bermain dengan temannya
ada juga sebagian orang tua yang menjewer, mencubit dan memukuli anak
jika anak sudah tidak lagi mendengarkan apa yang di suruh orang tua. Selain
dari itu anak juga akan mendapat kerugian yang sangat besar akibat malas
belajar bisa tidak naik kelas dan akan malu di ejek sama kawan-kawannya,
dan orang tua pun mengancam akan memberentikan sekolah jika anak malas
26
belajar. Seorang anak cenderung lebih takut kepada orang tua laki-laki
ketimbang orang tua perempuan. Jika sang ibu sudah merasa kualahan
menasehatkan anak maka bapaknya yang turun tangan dalam mendidik
anaknya.
3. Strategi
Terdapat berbagai macam strategi yang yang dilakukan orang tua dalam
mendisiplinkan waktu belajar setiap hari anak diawasi langsung oleh orang
tua, setiap hari jika sampai waktunya belajar orang tua selalu mengingatkan
bahkan menjaga anak sampai selesai belajar, kedua orang tua saling bekerja
sama, apabila anak tidak mau menurut perintah ibunya maka bapaknya yang
langsung turun tangan mengawasi anak belajar, jika ada PR yang sulit maka
orang tua pun selalu menemankan anak pergi belajar ke rumah teman, orang
tua juga memberi hadiah kepada anak rajin belajar naik kelas.
d. Waktu makan
Adapun bentuk disiplin yang dilakukan dalam sosialisasi pola makan adalah :
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan pola hidup disiplin mengenai waktu makan,
setiap hari mereka makan dua kali yaitu makan siang jam 12-1 dan makan
malam jam 6-7, setiap pagi mereka sarapan hanya mengkonsumsi air teh atau
kopi dengan beberapa keping roti atau kue, mereka jarang sekali
mengkonsumsi makanan berat saat sarapan pagi. Terkecuali anak sekolah
sarapan pagi di warung dekat sekolah. Ada sebagian diantara anak-anak yang
27
begitu tidak mementingkan makan saat di rumah, mereka lebih kepada jajan
membeli makanan ringan di warung.
2. Sangsi
Orang tua tidak pernah memberikan sangsi yang berat apabila anak tidak
mau di suruh makan. Sebagai orang tua beranggapan bahwa tidak baik bila
memaksa kehendak anak. Apabila anak tidak mau makan, orang tua hanya
membiarkan saja, namun ada juga diantara orang tua yang merasa khawatir
dan takut terjadi bahaya apabila anak dibiarkan tidak makan, orang tua selalu
mengancam dengan tidak memberikan uang jajan apabila susah disuruh
makan, dan orang tua pun mengancam tidak mau masak apabila anak tidak
makan di rumah agar anak bisa menghargai pengorbanan orang tua. Selain itu
jika anak tidak makan akan berakibat buruk akan bisa jatuh sakit.
3. Strategi
Adapun strategi yang lakukan orang tua saat mendisiplinkan waktu makan
kepada anak, agar makan secara teratur, kebanyakan anak-anak mereka sangat
susah apabila disuruh makan di rumah, ada sebagian orang tua yang tidak
begitu menghiraukan apabila anaknya tidak mau makan, mereka hanya
memberikan anak jajan agar anak bisa makan saat di sekolah, ada juga diantara
orang tua yang mengharuskan anak makan di rumah walaupun sedikit. Agar
28
anak mau makan di rumah orang tua selalu menyediakan lauk kesukaan
anaknya, dan membatasi uang jajan agar anak tidak banyak makan di luar.
e. Waktu berangkat sekolah
Setiap sekolah pasti memiliki peraturan yang mengikat, yang wajib dipatuhi
oleh siswa dan siswi yang bersekolah di sekolah tersebut. kepatuhan dan ketaatan
siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah itu bisa
disebut disiplin siswa. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara
perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk
berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah. Perilaku menyimpang yang dimaksud apabila siswa tidak berperilaku
tidak sesuai aturan sekolah. Misalnya datang tidak tepat waktu merupakan salah
satu tindakan penyimpangan karena bertindak tidak sesuai peraturan yang
ditentukan.
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan kedisiplinan mengenai waktu berangkat
sekolah. Anak-anak masyarakat suku laut berangkat ke sekolah secara
bersama-sama, setiap pagi jam 6 mereka sudah diantar menggunakan sampan.
Jika sudah sampai jam 6 mereka tidak lagi mengulurkan waktu, mereka takut
terlambat karena jarak antara rumah dengan sekolah cukup jauh.
29
2. Sangsi
Adapun sangsi yang berlaku anak apabila anak berangkat sekolah tepat
pada waktunya otomatis akan ditinggal oleh teman-temannya yang lain, anak
akan mendapat hukuman dari guru akibat tidak disiplin, anak akan malu
diejek sama kawan. Terlebih lagi apabila anak malas dan bolos sekolah ada
orang tua yang mengancam tidak akan memberikan uang jajan, anak tidak
akan mendapat banyak kawan, selain itu anak bisa tidak naik kelas dan akan
disuruh berhenti sekolah. Tidak ada diantara orang tua yang sampai memukuli
anak jika malas sekolah karena mereka mempunyai alasan tersendiri menurut
orang tua terdahulu yang sering memberikan nasehat kepada mereka tidak
boleh membiarkan anak nangis di pagi hari akan bisa membuat rezeki jauh
atau sempit.
3. Strategi
Adapun strategi yang digunakan orang tua agar anak tidak terlambat
datang ke sekolah, setiap pagi orang tua selalu membangunkan anak jam 5
pagi, menyuruh mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah, apabila anak
terlalu susah dibangunkan orang tua selalu membujuk dengan memberikan
uang jajan agar anak tetap bersemangat dan mau bangun pagi. Ada juga
diantara orang tua sengaja memaksa anak bangun hal ini dilakukan agar anak
tidak kesiangan bangun. Ternyata masih ada diantara mereka yang kadang
kala bangun kesiangan dan akhirnya terlambat datang sekolah. Walupun
terlambat orang tua tetap mengantarkan anak ke sekolah karena tidak mau
30
anak ketinggalan pelajaran sekolah, bahkan ada juga diantaranya yang bolos
sekolah karena malu datang terlambat, walaupun sudah dipujuk dengan
dikasih uang jajan namun anak tetap tidak mau, sebagai orang tua pun sudah
kehabisan cara untuk membujuk anak akhirnya orang tua hanya mampu
memberikan nasehat berupa ancaman kepada anak, jika malas sekolah bisa
tidak naik kelas dan akan menjadi orang yang bodoh dan mudah ditipu orang
anak juga yang akan mendapat kerugian.
f. Batas waktu bermain anak
Di usia anak-anak pentingnya bagi orang tua mensosialisasikan nilai disiplin
kepada anak, agar anak bisa mengetahui kapan seharusnya aktivitas itu dilakukan.
Sehingga anak tidak hanya mengenal waktu bermain dan tidak menghabiskan
waktu hanya untuk bermain saja. Akan tetapi banyak ha-hal yang bermanfaat
yang bisa dilakukan anak untuk pengembangan kepribadian anak, misalkan
memperkenalkan kepada anak kapan seharusnya waktu makan, waktu istirahat,
waktu belajar, waktu membantu orang tua dan waktu bermain.
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan disiplin mengenai batasan waktu bermain anak.
Dalam hal ini orang tua selalu memberi batasan waktu bermain anak pada jam
3 sampai jam 5 sore sehabis mengerjakan tugas sebagai anak. Sepulang
sekolah anak diwajibkan makan, belajar dan istirahat barulah anak dibolehkan
bermain. Dalam mendidik anak dari tiap-tiap keluarga tentunya memiliki
31
perbedaan, ada anak yang suka menurut dan ada juga anak yang
pembangkang. Orang tua yang berperan mendidik anaknya mereka selalu
bekerja sama dan mencari jalan keluar agar anak bisa mendengarkan apa yang
dinasehatkan orang tuanya.
2. Sangsi
Adapun sangsi yang diterapkan kepada anak jika anak tidak mematuhi
perintah orang tua anak tidak dikasi bermain lagi, anak akan dipukul dan
dijewer agar anak takut tapi tidaklah kuat ada juga sebagian orang tua yang
tidak pernah memukul anak akibat dari besarnya kasih sayang orang tua
kepada anak sehingga tidak tega melihat anak tersakiti. Selain membatasi
waktu bermain anak ternyata ada juga diantara orang tua yang membatasi
teman bermain anak, anak tidak boleh berbaur dengan sembarang teman
karena orang tua khawatir anak akan mengikuti jejak temannya yang bandel.
Adapun akibat jika anak tidak mau mendengarkan nasehat orang tua anak
akan menjadi durhaka kepada kedua orang tua.
3. Strategi
Adapun strategi yang digunakan orang tua agar anak bisa mematuhi aturan
yang dibuat, yaitu agar anak bermain tepat pada waktunya, apabila waktu
bermain belum sampai orang tua tidak membuka pintu agar anak tidak bisa
keluar, orang tua selalu mengawasi aktivitas anak. Menyuruh makan,
mengajak anak istirahat, dan menunggu anak sampai selesai belajar, jika
sudah sampai waktunya bermain baru anak dibolehkan bermain dan apabila
32
anak tidak mendengarkan nasehat ibu, dan ibu pun sudah kehabisan caranya
maka ibu pun melaporkan kepada bapaknya, karena anak cenderung lebih
takut kepada orang tua laki-laki.
g. Batasan waktu keluar malam (menonton hiburan)
Orang tua yang peduli kepada anak ialah orang tua yang menaruh rasa
kekhawatiran yang begitu besar kepada anak. Merasa takut akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan terlebih kepada anak-anak yang masih dibawah usia 10
tahun, sangat rawan apabila dibiarkan keluar sendirian apalagi di malam hari.
Anak yang dibawah usia 10 tahun belum bisa dilepaskan dari pengawasan orang
tua.
1. Disiplin
Dalam mensosialisasikan disipilin tentang batas waktu keluar malam saat
menonton hiburan di luar, adapun batasan waktu keluar malam saat menonton
hiburan di luar dari masing-masing keluarga yaitu jam 10 malam. Orang tua
pun tidak pernah membebaskan anak untuk keluar sesuka hati, mereka keluar
saat ada hiburan saja, itu pun tetap dalam pengawasan orang tua
2. Sangsi
Adapun sangsi yang terapkan orang tua kepada anak apabila ada anak
yang tidak mau mendengarkan apa yang dinasehatkan orang tua, jika pulang
terlalu malam atau pergi tanpa seizin orang tua maka orang tua tidak segan-
segan memberi hukuman. Adapun hukuman yang diberikan kepada anak;
33
dipukul, dibiarkan tidur diluar, dan tidak akan dikasi keluar lagi apabila ada
hiburan, bahkan ada juga orang tua yang mengancam akan memberhentikan
anak sekolah apabila tidak mau lagi mendengarkan nasehat orang tua.
3. Strategi
Strategi yang digunakan dalam mendisiplinkan batasan waktu keluar
malam kepada anak. Sebagai orang tua yang sayang kepada anaknya, mereka
selalu merasa khawatir apabila anak keluar malam dengan teman sebayanya.
Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan orang tua pun tidak pernah
membiarkan anak keluar sendiri, setiap kali menonton hiburan orang tua
selalu meluangkan waktunya untuk menemani anak pergi nonton hiburan, dan
apabila mereka tidak mempunyai waktu anak akan dititipkan pergi bersama
saudara (bibi/paman) dan tidak pernah lupa berpesan tidak boleh pulang
terlalu malam. Jika jam 10 anak belum sampai di rumah maka orang tua pun
langsung menjemput dan mengajak anaknya pulang. Bahkan ada juga
diantara orang tua yang tidak membiarkan anak keluar apabila mereka tidak
bisa menemankan anak nonton anak akan tetap di rumah saja, orang tua tidak
mau menitipkan anak meskipun sama saudara.
h. Waktu mandi
Mandi merupakan suatu kebutuhan yang utama karena ada kaitannya dengan
kesehatan dan kebersihan. Kebersihan merupakan bagian dari iman, orang yang
beriman sudah tentu menjalani pola hidup yang bersih, berawal dari
34
membersihkan diri sendiri yaitu anggota tubuh, cara membersihkannya tentu
dengan mandi yang bersih dan teratur. Orang yang malas mandi bisa
menyebabkan sakit terutma pada kulit akibat dari panas dalam.
1. Disiplin
Pada umumnya orang tua masyarakat suku laut selalu mengajarkan kepada
anaknya mandi dua kali dalam satu hari yaitu mandi pagi jam 5 sebelum
berangkat sekolah dan sore setelah selesai bermain jam 5. Tapi kebanyakan
diantara mereka tidak begitu mementingkan mandi di sore hari karena mereka
beranggapan bahwa di sore hari mereka tidak berhadapan dengan masyarakat
luar, mereka hanya sekedar di rumah saja. Berbeda dengan pagi hari mereka
selalu mengharuskan kepada anak untuk mandi pagi karena anak akan
berhadapan dengan teman-teman dan guru di sekolah. Ada hal-hal yang
membuat mereka tidak mandi sesuai ketentun, ialah rasa malas yang
ditimbulkan dari pribadi seseorang, keterbatasan air, waktu untuk mengambil
air bersih dan tidak adanya tuntutan yang begitu mengharuskan sehingga
mereka merasa mandi itu harus dan sangat perlu di pagi dan sore hari.
2. Sangsi
Adapun sangsi yang diterapkan kepada anak apabila tidak mau mandi
pagi, ada sebagian orang tua yang hanya mengancam tidak akan memberikan
anak uang jajan, ada orang tua yang hanya marah-marah bisa saja, mereka
tidak sampai memukuli anak karena pantang bagi mereka apabila membuat
35
anak menangis di pagi hari karena akan bisa membuat rezeki jauh, untuk
menghindari itu mereka hanya sekedar marah-marah biasa saja dengan
mengancam apabila malas mandi badan akan bau, diejek sama kawan, bahkan
tidak ada kawan yang mau berteman. Namun ada juga diantara orang tua yang
sampai memaksa dan menjewer tidak peduli di pagi hari apabila anak tidak
patuh bahkan diancam berhenti sekolah.
3. Strategi
Strategi yang dilakukan orang tua agar anak mau mengikuti perintah orang
tua, jika anak malas mandi setiap pagi orang tua selalu membujuk dengan
memberikan uang jajan yang banyak saat ke sekolah, ada diantara orang tua
yang membujuk dengan membelikan peralatan sabun yang disukai anak agar
anak rajin mandi, ada juga orang tua memasak air panas untuk dicampur
dengan air biasa agar anak tidak dingin saat mandi pagi, karena di pagi hari
cuacanya sangat dingin apalagi kondisi rumah dipinggir pantai. Begitulah
strategi yang dilakukan orang tua agar anak menjalankan nilai disiplin
tersebut.
Jika dilihat dari informan yang menjadi subjek penelitian meneliti, dalam
mensosialisasikan nilai disiplin masyarakat suku laut sudah menjalani kehidupan
seperti mana masyarakat biasa, mereka sudah menjalani sikap hidup yang
disiplin, walaupun belum sepenuhnya nilai disiplin itu mereka jalani dengan baik.
Berdasarkan observasi di lapangan bahwa kedisiplinan yang diterapkan orang
tua masyarakat suku laut kepada anaknya hanya sebatas mengingatkan
36
anaknya agar melakukan aktivitas sehari-hari tepat waktu dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku. Dalam mensosialisasikan disiplin waktu ini, para
orang tua menggunakan sangsi dan strategi yang berbeda. Sangsi berlaku kepada
anak yang tidak mau mematuhi nilai disiplin. Sangsi dibuat untuk
mempertahankan nilai kedisplinan itu sendiri. Adapun sangsi yang diterapkan
dalam keluarga suku laut berupa ; ancaman, memukul, mencubit, menjewer,
nasehat. Hal itu dilakukan hanya sekedar untuk menakut-nakuti agar anak mau
patuh kepada perintah orang tua, bukan karena sengaja untuk menyakiti fisik
anak, bahkan ada diantara orang tua yang tidak pernah memukuli anak karena
besarnya kasih sayang terhadap anaknya sehingga tidak tega melihat anak
tersakiti. Sedangkan strategi adalah cara atau taktik yang digunakan orang tua
untuk memotivasi anak agar anak mau menjalankan nilai kedisiplinan. Agar
orang tua lebih mudah mensosialisasi nilai kedisiplinan tersebut kepada anak.
Adapun strategi yang digunakan orang tua yaitu dengan cara mencari titik
kelemahan anak atau memberikan apa yang disenangi anak
3. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga meliputi beberapa diantaranya; yaitu fungsi pengaturan seks,
repriduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, perlindungan dan ekonomi.
1. Fungsi Penyaluran Dorongan Seks
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dilihat penyaluran dorongan
Seks didalam didalam keluarga suku laut berjalan dengan semestinya,
seperti pada keluarga-keluarga pada umumnya. Dengan begitu maka penulis
37
dapat menyimpulkan bahwa fungsi keluarga dalam hal penyaluran dorongan
seks didalam keluarga suku laut yang menjadi informan berjalan dengan bail
dan dengan semestinya.
2. Fungsi Reproduksi
Berdasaarkan hasil penelitian penulis maka dapat dilihat bahwa, dari
semua keluarga suku laut yang menjadikan informan menjalankan fungsi
keluarga dengan baik, terutama dalam hal reproduksi.
3. Fungsi Sosialisasi
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa fungsi
sosialisasi di dalam keluarga suku laut informan berjalan dengan baik mulai.
Bahkan mendapat mengakuan dari orang luar yaitu bapak Rolly sebagai
Pendeta ang tinggal bersama mereka bahwa, masyarakat suku laut dalam
mendidik anaknya selalu melalui hati kehati dalam mendidik anak-anaknya,
mereka tidak pernah berkata kasar ataupun berbicara dengan suara yang
lantang.
4. Fungsi Efeksi
Dalam keluargalah seorang anak mendapatkan rasa sayang dan
pengakuan, karena anggota keluarga akan saling menghargai satu sama
lainnya dan memperoleh kepuasan emosional dan sosial dari hubungan yang
terjalin antara keluarga. seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini proses
fungsi efeksi berupa cinta kasih, kasih sayang dan juga perhatian pada
keluarga suku laut berjalan dengan baik. Fungsi efeksi pada keluarga suku
38
laut informan berjalan dengan baik, seperti pada keluarga-keluarga umum
lainnya. Keluarga suku laut pun memberikan kasih sayang dam perhatian
yang penuh serta membina pendewasaan kepribadian setiap anggota
keluarganya. Keluarga secara institusif merasakan perasaan dan suasana
anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga. Sehingga terjalin pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. Didalam memberikan cinta
kasih, kasih sayang dan perhatian. Orang tua tidak tega menghukum
anaknya dengan tindakan kekerasan. Hukuman yang diberikan hanya
sebagai simbol saja agar anak bisa mematuhi perintah orang tua. Anak selalu
mendapatkan nasehat-nasehat yang baik sebagai bentuk perhatian orang tua
kepada anak. Anak juga selalu diawasi orang tua dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Dapat dilihat contoh bentuk kasih sayang dari hasil sosialisasi
kedisiplinan ialah, saat anak susah disuruh makan orang tua selalu mamasak
lauk kesukaan anak, bahkan makan pun sampai disuapkan.
5. Pemberian Status
Keluarga secara otomatis dapat memberikan status pada seseorang yang
menjadi anggota keluarga. Dalam proses difinisi status pada keluarga suku
laut yang menjadi informan berjalan dengan baik, mulai dari pemberian
status jenis kelamin, kelahiran, nama dan hubungan kekerabatan tersebut.
Setiap anak yang dilahirkan oleh orang tua secara otomatis mendapatkan
39
status tersebut tanpa harus berusaha dan bekerja keras untuk meraihnya
namun status tersebut memang sudah didapatkan.
6. Fungsi Perlindungan
Perlindungan fisik maupun perlindungan kejiwaan yang dilakukan oleh
keluarga khususnya suku laut menunjukkan, dimana terlihat jelas bahwa dari
semua keluarga yang menjadi informan penelitian, mereka menjalankan
fungsi perlindungan
7. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi pada keluarga nelayan yang menjadi informan berjalan
dengan baik sehingga segala kebutuhan dalam keluarga dapat terpenuhi,
meskipun pendapatan dari tiap-tiap keluarga suku laut cukup terbatas,
namun pada umunya keluarga dapat mengatur segala kebutuhan maupun
keperluan seluruh anggota keluarga.
I. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Jika dilihat dari cara hidup yang dijalani oleh masyarakat suku laut saat ini
mereka sudah menjalani kehidupan seperti mana masyarakat biasa, mereka pun sudah
menjalani sikap hidup yang disiplin, walaupun belum sepenuhnya nilai disiplin itu
mereka jalani dengan baik. Berdasarkan observasi di lapangan bahwa kedisiplinan
yang diterapkan orang tua masyarakat suku laut kepada anaknya hanya sebatas
mengingatkan anaknya agar melakukan aktivitas sehari-hari tepat pada waktunya
40
dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Dalam mensosialisasikan disiplin waktu
ini, para orang tua menggunakan sangsi dan strategi yang berbeda. Sangsi berlaku
kepada anak yang tidak mau mematuhi nilai disiplin. Sangsi dibuat untuk
mempertahankan nilai kedisplinan itu sendiri. Adapun sangsi yang diterapkan dalam
keluarga suku laut berupa ; ancaman, memukul, mencubit, menjewer, nasehat. Hal itu
dilakukan hanya sekedar untuk menakut-nakuti agar anak mau patuh kepada perintah
orang tua, bukan karena sengaja untuk menyakiti fisik anak, bahkan ada diantara
orang tua yang tidak pernah memukuli anak karena besarnya kasih sayang terhadap
anaknya sehingga tidak tega melihat anak tersakiti. Sedangkan strategi adalah cara
atau taktik yang digunakan orang tua untuk memotivasi anak agar anak mau
menjalankan nilai kedisiplinan. Agar orang tua lebih mudah mensosialisasi nilai
kedisiplinan tersebut kepada anak. Adapun strategi yang digunakan orang tua titik
kelemahan anak atau memberikan apa yang disenangi anak
2. SARAN
a. Saran untuk Implikasi Teoritis
Seperti lazimnya perbedaan budaya membawa perbedaan pula pada
sosialisasi pada anak. Dengan begitu, penelitian bertema sosialisasi
menjadi salah satu tema yang dapat dikembangkan secara lebih lanjut.
Kajian bertema sosialisasi mengenai anak maupun budaya tampaknya
belum banyak dilakukan dikalangan peminat sosiologi ataupun kaum
sosial lain sehingga dengan begitu dapat mengawinkan dua pendekatan
41
keilmuan dalam kajian seperti diatas, tentunya akan menjadikan penelitian
tersebut karya warna.
b. Saran untuk Implikasi Praktis
Ditemukam efek yang cukup signifikan mengenai sosialisasi kedisiplinan
yang orang tua terapkan kepada anak, Tentunya saja untuk dapat dijadikan
referensi bagi anak, orang tua harus membekali diri dengan pemahaman
kehidupan sosial yang baik.
c. Saran bagi Peneliti Lanjut
Penelitian ini hanya mencakup sejumlah faktor sosialisasi nilai
kedisiplinan yang diterapkan orang tua kepada anak. Tentunya masih
banyak faktor lain yang dapat dijadikan sebagai predctor bagi munculnya
perkembangan dalam diri anak. Untuk itu bagi peneliti lanjut dapat
mengembangkan lagi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Bagong Suyanto J, Dwi Narwoko, 2010, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Jakarta:Kencana.
Moleong J. Laxy, 2014, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Notoropo. (1984) Peran Wanita dalam Massa Pembangunan Indonesia. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Setiadi M. Elly, Usman Kolip, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahamn Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori Aplikasi, dan Pemecahanny,
Jakarta:Pranadamedia group.
Shocib, M. (1998). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia