24
LAPORAN SOSIALISASI PANGAN LOKAL DAN DIVERSIFIKASI PANGAN DI SD NEGERI SUMBERSARI 3 JEMBER TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL Dosen Pembimbing: Nurud Diniyah, S.TP., MP. Oleh: Kelompok 2 1. Farid Firaldi A 121710101090 2. Fatkhur Rohman 121710101086 3. Mila Damanik A. 121710101063 4. Riang Putut 121710101078 5. Nirmala Yulisningati 121710101064

Sosialisasi Pangan Lokal di

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN

SOSIALISASI PANGAN LOKAL DAN DIVERSIFIKASI PANGAN

DI SD NEGERI SUMBERSARI 3 JEMBER

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL

Dosen Pembimbing:

Nurud Diniyah, S.TP., MP.

Oleh:

Kelompok 2

1. Farid Firaldi A 121710101090

2. Fatkhur Rohman 121710101086

3. Mila Damanik A. 121710101063

4. Riang Putut 121710101078

5. Nirmala Yulisningati 121710101064

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSIITAS JEMBER

2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar (basic need) manusia. Manusia tidak

dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan, karena itu kebutuhan atas pangan

merupakan hak asasi manusia yang paling dasar. Artinya selain kebutuhan dasar, pangan

juga merupakan hak dasar (basic right) manusia. Pemenuhannya diatur dalam Undang-

undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Biasanya, produk

pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya masyarakat setempat. Oleh karena

itu, produk-produk ini kerap kali juga menyandang nama daerah, sebagai misal ;

dodol garut, jenang kudus, gudek jogja, dan lain-lain.

Beraneka ragam dan jumlah yang sangat besar dari produk pangan lokal

tersebut, tentu sangat potensi dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional.

Terwujudnya kemandirian pangan suatu daerah atau negara, dengan sendirinya

akan mempercepat tercapainya ketahanan pangan nasional. Namun karena

lunturnya kegemaran masnyarakat mengkonsumsi pangan tradisional khususnya

pangan lokal, Indonesia yang kurang awasembada pangan sehingga terus

melakukan impor, dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya

mengknsumsi pangan lokal memngakibatkan ketahanan pangan di Indonesia

belum tercapai. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas

akan pentingnya mengkonsumsi pangan lokal dan mengenalkan produk-produk

pangan lokal.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukan sosialisasi tentang pangan lokal adalah sebagai berikut:

1) Mensosialisasikan pangan lokal dan diversifikasi pangan dari pangan lokal

2) Mengenalkan produk lokal kepada siswa-siswi SDN Sumbersari 3

3) Meningkatkan pangan lokal yang ada di SDN Sumbersari 3

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan sosialisasi yang kami lakukan adalah sebagai

berikut:

1) Terjalinnya kerjasama antara masyarakat luas khususnya SD Sumbersari 3

dengan mahasiswa FTP Jurusan THP UNEJ

2) Memberikan pengetahuan tentang teknologi pengolahan pangan lokal

3) Siswa-siswi khususnya SD Sumbersari 3 dapat mengenal produk lokal.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pangan Lokal

Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin,

mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan

kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Baliwati,dkk, 2004). Menurut UU No.

18 Tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan

air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan

atau minuman bagi konsumsi manusia.

Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi,

berkembangdan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat

lokal tertentu.Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,

teknologi lokal, danpengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal

biasanya dikembangkansesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga

produk pangan lokal iniberkaitan erat dengan budaya lokal setempat (Hariyadi,

2010). Pangan lokal menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan adalah

makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan

kearifan lokal.

2.2 Ketahanan Pangan

2.2.1 Pengertian

Menurut UU No. 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi

terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin

dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan

pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang

mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi

(Salim, 2003).

2.2.2 Kebijakan

Substansi kebijakan umum ketahanan pangan yang terdiri dari 15 elemen

penting yang diharapkan menjadi panduan bagi pemerintah, swasta dan elemen

masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah

tangga, tingkat wilayah dan tingka nasional. Adapun menurut Kebijakan Umum

Ketahanan Pangan 2010-2014 berisi antara lain:

1) Menjamin ketersediaan pangan

2) Menata pertahanan tata ruang dan wilayah

3) Melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim

4) Menjamin cadangan pangan pemerintah dan masyarakat

5) Mengembangkan system distribusi pangan yang adil dan efisien

6) Meningkatkan aksebilitas rumah tangga terhadap pangan

7) Menjaga stabilitas harga panen

8) Mencegah dan menangani keadaan rawan pangan dan gizi

9) Melakukan diversifikasi pangan

10) Meningkatkan keamanan dan mutu pangan

11) Memfasilitasi penelitian dan pengembangan

12) Melaksanakan kerja sama internasional

13) Meningkatkan peran serta masyarakat

14) Mengembangkan sumberdaya manusia

15) Melaksanakan kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif.

2.2.3 Hambatan dan Tantangan

Permasalahan utama yang dihadapi saat ini dalam mewujudkan ketahanan

pangan di Indonesia adalah bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang

lebihcepat dari pertumbuhan penyediaan.Permintaan yang meningkat

merupakanakibat dari peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi,

peningkatan daya beli masyarakat, dan perubahan selera. Sementara

itu,pertumbuhan kapasitas produksi pangan nasional cukup lambat dan

stagnan,karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air,

sertastagnansi pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian.

Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan dan pertumbuhan

kapasitasproduksi nasional mengakibatkan kecenderungan pangan nasional dari

impormeningkat, dan kondisi ini diterjemahkan sebagai ketidak mandirian

penyediaanpangan nasional.Untuk itu, sektor pertanian menghadapi

tantanganyang cukup kompleks.Tantangan ini juga terus berkembang secara

dinamis seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi dan politik.

2.2.4 Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan

Program peningkatan ketahanan pangan merupakan fasilitasi bagi

terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat

dan halal.pangan. Kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan

meliputi: peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, pengembangan

diversifikasi produksi dan konsumsi pangan yang bertumpu pada sumberdaya

lokal, penyusunan kebijakan dan pengendalian harga pangan, penyusunan dan

penerapan standar kualitas dan keamanan pangan, dan penanggulangan

kasus/kejadian kerawanan pangan.

Rencana tindak program meliputi: peningkatan produksi panganpokok,

koordinasi kebijakan ketersediaan dan distribusi pangan, pengembangan sumber

pangan alternatif berbasis sumberdaya lokal, koordinasi penyusunan kebijakan

harga pangan, koordinasi pengendalian harga pangan, koordinasi penetapan

standar kualitas dan keamanan pangan, pengawasan lalu lintas pertanian dan

hewan serta penerapan GAP dan HACCP produk pangan, dan koordinasi

penanggulangan kasus/kejadian kerawanan pangan.

2.3 Diversifikasi Pangan

Dalam Keppres No. 68 tentang Ketahanan Pangan pasal 9 disebutkan

bahwa diversifikasi pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan

pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya

lokal.Menurut Hanafie (2010) diversifikasi pangan diartikan sebagai pengurangan

konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan

non-beras diiringi dengan ditambahnya makanan pendamping. Diversifikasi

konsumsi pangan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah jenis makanan yang

dikonsumsi, sehingga semakin banyak jenis makanan yang dikonsumsi akan

semakin beranekaragam.

2.3.1 Kebijakan Pemerintah dalam Diversifikasi Pangan

Program diversifikasi pangan dapat diusahakan secara simultan di tingkat

nasional, regional (daerah) maupun keluarga. Upaya tersebut sebetulnya sudah

dirintis sejak awal dasawarsa 60-an, dimana pemerintah telah menyadari

pentingnya dilakukan diversifikasi tersebut (Rahardjo, 1993). Saat itu pemerintah

mulai menganjurkan konsumsi bahan-bahan pangan pokok selain beras. Yang

menonjol adalah anjuran untuk mengkombinasikan beras dengan jagung, sehingga

pernah populer istilah”berasjagung”. Ada dua arti dari istilah itu, yaitu 1)

campuran beras dengan jagung, dan 2) penggantian konsumsi beras pada waktu-

waktu tertentu dengan jagung.

Kebijakan ini ditempuh sebagai reaksi terhadap krisis pangan yang terjadi

saat itu. Kemudian di akhir Pelita I (1974), secara eksplisit pemerintah

mencanangkan kebijaksanaan diversifikasi pangan melalui Instruksi Presiden

(Inpres) No. 14 tahun 1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR),

dan disempurnakan melalui Inpres No.20 tahun 1979. Maksud dari instruksi

tersebut adalah untuk lebih menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan

mutu gizi makanan rakyat baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai usaha

untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Namun dalam perjalanannya,

tujuan diversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankan sebagai usaha untuk

menurunkan tingkat konsumsi beras, dan diversifikasi konsumsi pangan hanya

diartikan pada penganekaragaman pangan pokok, tidak pada keanakeragaman

pangan secara keseluruhan. Sehingga banyak bermunculan berbagai pameran dan

demo masak-memasak yang menggunakan bahan baku nonberas seperti dari sagu,

jagung, ubikayu atau ubijalar, dengan harapan masyarakat akan beralih pada

pangan nonberas.

Setelah sekian lama tidak terdengar gemanya, secara eksplisit baru pada

tahun 1991/1992 pemerintah melalui Departemen Pertanian mulai menggarap

diversifikasi konsumsi melalui Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG).

Berbeda dengan kondisi dasa warsa 60-an yang semata-mata karena terjadi krisis

pangan, DPG dilakukan tatkala Indonesia sudah pernah mencapai swasembada

beras, dan masyarakat tergantung pada beras.

Pada tahun anggaran 1998/1999 dilakukan revitalisasi program DPG untuk

memberikan respon yang lebih baik dalam rangka meningkatkan diversifikasi

pangan pokok. Upaya ini dilaksanakan dengan perubahan orientasi dari

pendekatan sempit (pemanfaatan pekarangan untuk menyediakan aneka ragam

kebutuhan pangan) ke arah yang lebih luas yaitu pemanfaatan pekarangan/kebun

sekitar rumah guna pengembangan pangan lokal alternatif.

2.3.2 Produk Diversifikasi Pangan

Ada berbagai macam sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai produk

pangan lain yang lebih bergizi dan bermutu tinggi antara lain sebagai berikut.

1) Kelapa

Industri kecil kelapa dengan penggunaan teknologi tepat guna pemarutan

dan pengeringan akan dihasilkan kelapa parut kering. Dengan pengepresan

yang tepat akan diperoleh minyak kelapa yang berkualitas baik.

Contoh produk: geplak, serundeng.

2) Singkong

Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber karbohidrat

yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah harganya.

Keberadaan singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan

dapat ditingkatkan menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui

pengeringan sederhana misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan

kemudian digiling yang selanjutnyadapat dibuat beraneka macam produk

makanan basah maupun kering .Contoh produk: criping, lanthing, pathilo,

gethuk, gatot, tiwul, tepung mocaf, beras cerdas, kripik.

3) Labu kuning

Ditinjau dari aspek gizi, labu kuning memiliki kandungan gizi yang cukup

baik, disamping kadar karbohidrat yang tinggi juga kaya akan provitamin A

yang merupakan keistimewaan buah labu kuning yang berguna bagi

kesehatan kita. Contoh produk: puding, kue lapis, cake, pie, nogosari, arem-

arem, nasi kuning, minuman, mie labu kuning.

4) Jagung

Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan

penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gii lain yang

diperlukan manusia yaitu kalori, dan protein. Dengan mengkonsumsi aneka

macam produk olahan jagung, berarti telah melaksanakan program

diversifikasi pangan non beras.Contoh produk: emping jagung, aneka cake,

talam, muffin, tepung jagung, jagung instan nixtamalisasi, beras jagung

instan, bassang.

5) Lamtoro dan kacang tunggak

Lamtoro dan kacang tungga termasuk dalam tanaman koro-koroan yang

kaya akan protein. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti

kedelai dalam pembuatan tempe dan produk olahan tempe lainnya. Contoh

produk: sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan tempe.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Pelaksanaan

Sosialisasi tentang pangan lokal dan diversifikasi pangan dilakukan pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 22 Februari 2014

Pukul : 08.00 – 09.20 WIB

Tempat : SDN Sumbersari 03 Jember

3.2 Cara Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam acara sosialisasi adalah: ice breaking,

ceramah, tanya jawab, dan permainan.

BAB 4. PEMBAHASAN

Sosialisasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

mensosialisasikan apa yang mereka ketahui serta mentransfer ilmunya dan apa

yang kita bisa kepada orang lain. Berhubungan dengan tugas mata kuliah Pangan

Lokal kami melakukan sosialisasi di SDN Sumbersari 3. Kami memutuskan untuk

bersosialisasi disana karena melihat masih kurangnya pengetahuan siswa-siswa

tentang pangan lokal yang ada disekitar mereka sehingga dengan adanya

sosialisasi ini kita dapat menambah wawasan dan mengenalkan pangan lokal dan

difersivikasi pangan sejak dini terhadap siswa yang ada disana.

Awal mula persiapan kami yaitu mendata beberapa tempat dan sekolah

yang akan kita tuju untuk melakukan sosialisasi. Setelah kita melakukan observasi

di beberapa sekolah kami memutuskan untuk memilih SDN Sumbersari 3. Selain

tempat yang sangat mudah untuk di akses di tempat itu pula siswa disana juga

masih mempunyai pola pikir yang salah terhadap pangan lokal. Berdasarkan

beberapa faktor tersebut kita mempunyai obsesi untuk mengubah pola pikir siswa

yang ada disana bahwa pangan lokal juga memiliki manfaat yang sangat banyak

apabila dimanfaatkan dengan baik dan benar.

Seiring dengan berjalannya waktu kami mulai mempersiapkan diri untuk

sosialisasi yaitu seperti pesiapan surat ijin, ppt yang berisi materi yang akan

dipaparkan, konsumsi, serta persiapan-persiapan lain yang dapat membantu serta

mensukseskan sosialisasi kelompok kami.

Sabtu yaitu tepat pada tanggal 22 Februari 2014 tepatnya pukul 07.00

kami bersiap-siap untuk menghampiri SDN Sumbersari 3. Kelompok kami

langsung menuju ketempat dan menemui kepala sekolah untuk meminta ijin dan

mengantarkan surat ijin yang telah kita bawa. Sasaran peserta yang akan

mengikuti sosialisasi adalah siswa kelas 6. Sosialisasi pangan local dilakukan di

SDN Sumbersari 3 dengan peserta yang mengikuti adalah siswa kelas 6. Pada

sosialisasi ini terdapat beberapa tahap dan metode yang dilakukan. Tahap awal

acara yang dilaksanakan yaitu Ice Breaking, dengan pengenalan masing-masing

dari kami untuk lebih mengenal dan dekat dengan siswa yang ada disana. Pada

saat yang bersamaan kita juga melakukan absensi terhadap semua siswa yang ada

disana untuk mengetahui jumlah siswa yang mengikuti sosialisasi pagi itu. Tahap

selanjutnya yang dilakukan adalah gerakan tong-tong tong-tong. Hal ini dilakukan

untuk memberikan semangat dengan gerakan yang membuat siswa disana tertawa

dan bergembira. Para siswa menyambut dengan sangat senang dan mau mengikuti

gerakan-gerakan yang kita ajarkan kepada mereka. Suasana kelaspun pada saat itu

gaduh dan penuh dengan canda tawa Setelah tahap awal bersenang-senang,

bercanda, saling mengenal dan mulai akrab satu sama lain selesai situasi mulai

serius kembali karena akan dilakukan pemaparan materi pangan local dan

difersivikasi pangan.

Pemaparan materi dilakukan dengan menjelaskan secara singkat apa yang

dimaksut dengan pangan local dan diversifikasi pangan. Pada setiap slide yang

kita paparkan selalu ditambahkan dengan gambar-gambar pangan local untuk

mempermudah para siswa mengerti dan memahami secara langsung mana yang

termasuk pangan local dan diversifikasi pangan. Kita juga menampilkan beberapa

game dibeberapa slide,yaitu dengan meminta para siswa memilih makanan

manakah yang merupakan pangan local. Metode pemaparan yang seperti itulah

yang kita sampaikan agar para siswa disana lebih mudah untuk mengerti

makanan-makanan local yang ada disekeliling mereka. Dengan cara pemaparan

yang seperti itu para siswa lebih semangat untuk menjawab dan menambah rasa

penasaran mereka terhadap pangan local. Pada saat pemaparan materi kita juga

menambahkan video salah satu pangan local yang sangat terkenal yaitu klepon.

Penyampaian materi dengan memaparkan video diharapkan agar siswa lebih

paham dan jelas bagaimana pembuatan salah satu produk local secara langsung.

Selanjutnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab materi-materi yang telah

disampaikan. Kami meminta untuk para siswa bertanya segala sesuatu yang masih

belum dipahami dan dimengerti, selain itu kita juga memberikan pertanyaan

kepada mereka untuk mengetahui apakah mereka dapat menerima materi yang

telah kita sampaikan. Untuk memberikan semangat kita memberikan aprsiasi

terhadap siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang kita

sampaikan. Hampir semua berantusias untuk bertanta dan menjawab pertanyaan

yang disampaikan. Setelah serius dalam pemaparan materi tahap akhir yaitu kita

mengajak para siswa bermain game bisik-bisik. Pada game ini kita mengajak para

siswa untuk lebih cepat mengingat dan menghafal kalimat yang kita berikan.

Kalimat yang diberikan untuk bermain game juga masih ada hubungannya dengan

materi yang disampaikan yaitu pangan local dan diversifikasi pangan. Semua

siswa ikut aktif dan bersemangat dalam game ini. Ada siswa yang dapat dengan

cepat menghafal kalimat yang diberikan dan ada pula yang susah untuk

memahami kalimat yang diberikan. Untuk memberikan semangat bahwa semua

siswa disana tidak ada yang tidak bisa maka kita memutuskan pemenang dari

game ini adalah semua siswa di kelas tersebut. Selanjutnya kita memberikan

sedikit makanan dan minuman yang kita bawa kepada semua siswa yang ada

disana. Makanan yang kita berikan tidak jauh dari materi yang disampaikan yaitu

gethuk lindri. Sambil para siswa menikmati makanan yang telah diberikan, kita

juga berpamitan kepada mereka dan mengakhiri acara sosialisasi. Disana mereka

berpesan kepada kita agar sewaktu-waktu bermain dan memberikan pembelajaran

kembali kepada mereka. Karena belajar dengan kakak-kakak UNEJ sangat

menyenangkan. Seperti itulah alur cerita pengalaman sosialisasi yang kita akukan

di SDN Sumbersari 3 yang sangat berkesan dan tidak akan pernah terlupakan.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah:

a. istilah pangan lokal dan diversifikasi pangan masih awam di kalangan anak-

anak SD;

b. anak-anak SD mengetahui contoh dari pangan lokal dan diversifikasi pangan

di daerahnya;

c. anak-anak SD banyak yang menyukai pangan lokal dan diversifikasi pangan

dari pangan lokal.

5.2 Saran

Perlu pengenalan lebih dini mengenai pangan lokal dan diversifikasi

pangan agar para penerus bangsa bisa menghargai keanekaragaman sumber daya

alam Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. 2005. Gambaran Konsumsi Makanan dan Status Gizi Baduta (0-24 bulan) di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualah Leidong Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Skripsi, FKMUSU.

Ariani, M. 2004. Analisis Perkembangan Konsumsi Pangan dan Gizi. ICASERD Working Paper No. 67.

Baliwati,dkk , 2004 Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 89

Hanafie.Briawan. 2010. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.Institut Pertanian Bogor.

Hariyadi, P. 2010. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan).Jurnal PANGAN, Vol. 19 No. 4. Jakarta

Rahardjo, M. Dawam. 1993. Perekonomian Indonesia Pertumbuhan dan Krisis. Jakarta: LP3ES

Salim, H.P., S. Mardiyanto dan P. Simatupang. 2003. Perkembangan dan Prospek Kemandirian Pangan Nasional. Analisis Kebijakan Pertanian I(2) :123 – 142. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial EkonomiPertanian. Badan Litbang Departemen Pertanian

LAMPIRAN

Pemaparan materi Suasana saat Pemaparan Materi

Suasana saat Pemutaran vidio

Suasana saat jargon bersama