20
1 SOSIALISASI HASIL PENETAPAN PARAMETER MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 – 2035 DENGAN TFR 2,5.

SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

1

SOSIALISASI HASIL PENETAPAN PARAMETER MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB

PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 – 2035 DENGAN TFR 2,5.

Page 2: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

2

1. Pendahuluan

Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga “ penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan

pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan

karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan

yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas

dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran

penduduk, kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah kebijakan pembangunan

untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini sekaligus mempertimbangkan

kesejahteraan penduduk dimasa mendatang, kebijakan pembangunan untuk

meningkatkan taraf hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan

kesejahteraan penduduk generasi mendatang.

Dari sisi kuantitas jumlah penduduk di Indonesia tidak terkecuali di Propinsi

Bengkulu sangat besar dengan Laju Pertumbuhan Penduduk yang belum dapat

dikendalikan, jumlah penduduk di Propinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun

2010 sebesar 1.715.518 dengan Laju Pertumbuhan Penduduk 1,67, berdasarkan

hasil perhitungan sementara yang dilakukan oleh BKKBN Pusat dengan Bappenas

TFR Propinsi Bengkulu dari 2,23 SDKI tahun 2007 menjadi 2,5 hasil sensus

penduduk 2010, dampak tidak terkendalinya penduduk akan mengakibatkan

dampak terhadap kependudukan seperti pengangguran, jumlah tenaga kerja

bertambah disisi lain lahan pekerjaan berkurang, perpindahan penduduk dari desa

ke kota mengakibatkan tata kelola pemukiman menjadinkumuh, pengangguran

dikota besar bertambah serta tingkat kemiskinan meningkat.

2. Grand Design

Penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program

pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan

Page 3: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

3

dimana sebagai subyek pembangunan maka penduduk menjadi penggerak

pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh

penduduk yang bersangkutan, pembangunan harus dikembangkan dengan

memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat

berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya,

pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan

kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.

Secara Nasional tiga sasaran pokok kuantitatif, yang mencakup fertilitas, mortalitas,

dan persebaran penduduk, yang diarahkan pada pencapaian kondisi penduduk

tumbuh seimbang (replacement level fertiliy) adalah penduduk yang kecepatan

perubahan jumlahnya bersifat konstan dan proporsi untuk masing-masing kelompok

umurnya tetap, angka pertumbuhan penduduk dalam kondisi dapat positif, nol atau

negatif. Penduduk Tumbuh Seimbang diharapkan tercapai pada tahun 2015 yang

ditandai dengan TFR sebesar 2,1 per wanita dan NRR sebesar 1 per wanita,

kondisi itu perlu secara konsisten diturunkan sehingga pada tahun 2035 Angka

Fertilitas Total (TFR) di Indonesia mencapai 1,85 per wanita dan Net Reproduction

Rate sebesar 0,89 per wanita. Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth

Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi

13,19 per 1000 penduduk pada tahun 2035.

Untuk mengatasi masalah kependudukan yang demikian kompleks, serta sebagai

tindak lanjut dari Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pemerintah membuat semacam

grand design pembangunan kependudukan di Indonesia, yang terdiri dari dari 5

(lima) aspek pembangunan kependudukan, yaitu: (1) Grand Design Pengendalian

Kuantitas Penduduk; (2) Grand Design Peningkatan Kualitas Penduduk; (3) Grand

Design Pengarahan Mobilitas Penduduk; (4) ) Grand Design Pembangunan

Keluarga: dan (5) Grand Design Pembangunan Data-Base Kependudukan.

Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini dimaksudkan untuk:

Page 4: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

4

a) Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas

penduduk nasional 2010-2035;

b) Menjadi pedoman bagi penyusunan Road Map pengendalian kuantitas

penduduk 2010-2014, 2015-2019, 2020-2024, 2025-2029, dan 2030-2034.

c) Menjadi pedoman bagi lembaga serta pemerintah daerah dalam perencanaan

pembangunan yang berwawasan kependudukan.

d) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi

penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi,

pertumbuhan, serta persebaran penduduk.

e) Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan secara nasional melalui

pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan

mobilitas penduduk.

3. SKENARIO PENDUDUK MELALUI PENENTUAN TFR 2.5 PADA TAHUN 2015.

Rencana pembangunan baik ekonomi maupun sosial tergantung dari pertimbangan

jumlah, karakteristik penduduk dimasa depan yang berisi jumlah dan struktur

sebagai persyaratan minimum dalam proses perencanaan, pembuatan kebijakan

dan pengambilan keputusan agar pembangunan dapat dilaksanakan lebih terarah

dan tepat sasaran.

Penetapan parameter kependudukan difungsikan untuk perencanaan

pembangunan, karena kegiatan dari pembangunan sangat erat hubungan dengan

kondisi kependudukan. Dalam penetapan parameter faktor yang sangat

mempengaruhi perubahan penduduk paling dominan faktor fertilitas, sehingga

skenario yang dibuat dengan cara merubah Total Fertility Rate (TFR) dalam

melakukan penetapan parameter melalui program Spectrum.

Angka kelahiran Total (TFR) yang diharapkan secara nasional akan terus menurun

yang diharapkan pada tahun 2015 TFR 2,1 dan Net Reproduction Rate (NRR) =1

untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang.

Page 5: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

5

Seperti halnya pada tingkat nasional, apabila provinsi telah mencapai situasi

NRR=1 atau setara TFR=2,1, maka kecenderungan TFR akan ditahan/dipagu pada

angka 2,1 tersebut, untuk Propinsi yang telah mencapai NRR=1 atau setara

TFR=2,1 dan bahkan telah berada di bawah nilai “replacement level” tersebut, TFR

akan dibuat konstan atau tidak dilanjutkan penurunannya sampai level fertilitas

paling rendah 1,2 anak per wanita sebagaimana pengalaman level fertilitas pada

negara maju.

Untuk membuat proyeksi penduduk dalam penetapan parameter serta dampak dari

masalah kependudukan melalui program Spectrum, Propinsi Bengkulu

menggunakan data dasar TFR hasil SDKI tahun 2007 sebesar 2,23 juga prevalensi 74, sedangkan jumlah penduduk menggunakan hasil sensus tahun

2010 sebesar 1.715.518 dengan Laju Pertumbuhan Penduduk 1,67.

Skenario dalam penetapan parameter melalui penentuan TFR sebagai berikut

Skenario pertama TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 sebesar

2,10 dan tahun 2035 sebesar 1,95

Skenario Kedua TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 stagnan

sebesar 2,23 dan tahun 2035 sebesar 2,1

Skenario Ketiga TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 sebesar 2,5

dan tahun 2035 sebesar 2,40

Hasil sementara penghitungan yang dilakukan oleh Bappenas dan BKKBN

terhadap hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Total Fertilty Rate Indonesia naik

dibandingkan dengan TFR hasil SDKI tahun 2007, tidak terkecuali di Propinsi

Bengkulu.

Propinsi Bengkulu menurut perhitungan sementara hasil TFR melalui Sensus

Penduduk tahun 2010 menggunakan teori dari Rele TFR sebesar 2,6 rata-rata anak

yang dilahirkan oleh seorang wanita, sedang menggunakan teori dari Palmore TFR

sebesar 2,4 dan OC sebesar 2,5.

Untuk bahan sosialisasi kepada Stake Holder dan Masyarakat menggunakan

skenario ketiga hal ini didasarkan pada kecenderungan fertilitas hasil sensus

penduduk tahun 2010 naik dan hal ini tergambar melalui Piramida Penduduk

Page 6: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

6

dimana penduduk Propinsi Bengkulu kelompok 0 – 4 tahun menjorok keluar dan

kelompok umur 0 – 14 tahun merata yang dapat diartikan di Propinsi Bengkulu

selama 14 tahun yang lalu belum dapat menurunkan atau mengendalikan

kelahirannya. Diharapkan para stake holder dan pemerhati kependudukan serta

masyarakat mempunyai kepedulian dan rencana induk terhadap masalah

kependudukan di Propinsi Bengkulu.

4. Hasil Penghitungan : a. Skenario terhadap TFR

Perubahan dinamika penduduk Dari ketiga skenario tersebut adanya variasi dari

TFR antara skenario pertama, kedua dan ketiga sebagaimana dalam gambar

satu.

2010 2015 2020 2025 2030 2035

TFR 2,10 2.23 2.1 2.06 2.02 1.99 1.95

TFR 2,23 2.23 2.23 2.2 2.17 2.13 2.1

TFR 2,50 2.23 2.5 2.48 2.45 2.42 2.4

TFR 2,10 TFR 2,23 TFR 2,50

b. Jumlah Penduduk, dengan menggunakan ketiga skenario

Dampak dari perubahan TFR mempengaruhi perbedaan jumlah penduduk,

proyeksi penduduk tahun 2015.

Dengan Skenario TFR 2,10 pada tahun 2015 jumlah penduduk tahun 2015

sebesar 1.835.330 dan tahun 2035 sebesar 2.242.193, skenario TFR 2,23 tahun

2015 jumlah penduduk Propinsi Bengkulu tahun 2015 diproyeksi sebesar

1.840.894 dan tahun 2035 sebesar 2.292.493 sedangkan dengan skenario TFR

Page 7: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

7

2,50 pada tahun 2015 jumlah penduduk sebesar 1.854.048 dan tahun 2035

sebesar 2.401.025.

Proyeksi Penduduk Menurut tiga skenario

c. Piramida Penduduk Tahun 2015 TFR 2,50

Penduduk Tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 pada kelompok Umur 0 – 4

tahun menjorok keluar yang diartikan bahwa fertilitas sangat tinggi pada lima

tahun yang lalu.

Komposisi penduduk menurut umur dan kelamin di Propinsi Bengkulu.

Page 8: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

8

Ditinjau dari segi komposisi umur, maka tingkat fertilitas yang tinggi membawa

akibat-akibat yang cukup gawat, apabila kita perhatikan komposisi penduduk

Propinsi Bengkulu hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menurut golongan umur

dan kelamin, maka penduduk dari golongan umur 0 - 14 tahun berjumlah 30.56

persen golongan umur 15 - 64 tahun sebesar 65,51 persen dan golongan umur

65 tahun keatas sebesar 3,93 persen.

Banyaknya penduduk pada ketiga kelompok umur ini sangat besar artinya bagi

kehidupan masyarakat karena mereka yang berumur di bawah 15 tahun

merupakan golongan yang belum produktip. Mereka yang produktip adalah dari

golongan umur-kerja (15 - 64 tahun), Beban Ketergantungan untuk Propinsi

Bengkulu adalah 52,64 artinya di antara setiap 100 orang yang potensiil

produktip terdapat 52,64 orang yang nafkahnya tergantung dari 100 orang

Jika tingkat fertilitas tetap berada pada taraf yang tinggi, maka proporsi anak-

anak di bawah umur 15 tahun akan meningkat pada tahun 2015 dengan TFR

2,50 sebesar 28,37 persen, sebaliknya bila TFR tahun 2015 sebesar 2,10 di

proyeksi penduduk umur dibawah 15 tahun sebesar 27,64 persen.

Menurut sensus penduduk tahun 2010 jumlah wanita usia subur (dari golongan

umur 15 - 44 tahun) adalah sebesar 428.471 atau 24,98 persen, jumlah ini akan

naik pada tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 yaitu 474.276 atau 27,65

persen.

d. Kelahiran

Pada tahun 2015 diproyeksikan jumlah kelahiran menurut TFR 2,10 sebesar

32.769 tahun 2035 sebesar 31.551 kelahiran, skenaeio TFR 2,23 proyeksi bayi

lahir tahun 2015 sebesar 34.740 dan tahun 2035 sebesar 34.548 sedangkan

proyeksi TFR 2,50 akan terjadi kelahiran pada tahun 2015 sebesar 38.974 dan

tahun 2035 sebesar 40.688 atau naik sebesar 1.714, secara lengkap pada tabel

dibawah

Bila diasumsikan agar kesehatan dari bayi yang lahir tersebut selama lima tahun

ke depan terjaga kesehatannya diperlukan biaya kesehatan anak rata-rata Rp.

Page 9: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

9

600.000, maka pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan bayi selama

lima tahun pada tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 sebesar Rp.

23.384.400.000 atau tiap tahun sebesar 4.676.880.000.

Bila skenario TFR 2,10 pada tahun 2015 maka biaya yang harus dikeluarkan

sebesar Rp. 19.661.400.000,- atau dapat dihemat biaya sebesar Rp.

3.723.000.000

e. Kematian Bayi ( IMR)

Dalam kematian bayi tidak mempunyai pengaruh dalam kematian Bayi atau IMR

sebagaimana terlihat pada grafik

f. Tekanan Penduduk

Page 10: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

10

Implikasi dari meningkatnya jumlah penduduk secara kuantitas sebagaimana

yang diproyeksikan melalui skenario TFR 2,50 akan memberikan dampak

langsung terhadap permasalahan kependudukan, Kepadatan penduduk pada

tahun 2015 sebesar 93,96 jiwa/KM2 yang akan terus meningkat seiring dengan

penambahan penduduk.

Dampak pada tekanan penduduk lahan pertanian akan semakin sempit disatu

pihak konsumsi terhadap pertanian semakin meningkat, hasil produksi

meningkat tetapi tidak dapat mengimbangi dari konsumsi.

Luas Lahan Subur Konsumsi Produksi

2010 60,937.28 66,905 38,800

2015 56,632.85 72,308 50,265

2020 52,941.21 77,995 65,918

2025 49,840.70 83,531 87,508

Luas Lahan Subur, Konsumsi dan Produksi PanganTahun 2015 TFR 2,50

Dari gambaran tersebut diatas dampak dari peningkatan kuantitas penduduk

sebagai berikut :

1. Eksploitasi secara berlebihan terhadap tanah pertanian berdampak negatif

terhadap produktivitas lahan dan terjadinya degradasi lingkungan.

2. Ekspansi laan pertanian ke wilayah hutan alam, atau lahan lindung dengan

melakukan perambahan hutan yang memicu erosi tanah, banjir, longsor dan

fungsi hutan sebagai penyimpan air.

Untuk Propinsi Bengkulu kerusakan kawasan hutan di Provinsi Bengkulu

mencapai 300 ribu hektare (ha) dari total luas kawasan 920 ribu hektare,

Page 11: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

11

diakibatkan perambahan liar oleh masyarakat dan penebangan kayu secara

liar atau illegal logging. Untuk kawasan Hutan Produksi dan Hutan

3. Melakukan aktivitas diluar pertanian yang dapat menyebabkan degradasi

sumber daya alam dan lingkungan seperti penggalian tanah dan

penambangan pasir yang biasanya dilakukan oleh mereka yang tergusur dari

lahan pertanian dan petani marginal (petani gurem)

Dampak kerusakan di Propinsi telah dirasakan terhadap pencemaran Sungai

Bengkulu yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Kota sudah

tercemar akibat pencucian batu bara yang dilakukan di aliran sungai dan,

erosi lahan yang bertopografi miring di sekitar kawasan Daerah Aliran Sungai Bengkulu serta perilaku masyarakat yang membuang sampah ke

sungai. “Pencemaran juga terjadi akibat aktivitas pabrik pengelolaan sawit

serta perkebunan sawit yang sebagain besar menggunakan pestisida dan

racun lainnya.

Hasil survey terhadap air sungai bengkulu tingkat kekeruhan air sebesar

5000 NTU lebih besar dari 5 NTU yang ditetapkan, perubahan warna yang

ditolerir sebesar 15 PTCO sudah berada pada angka 267 PTCO.

Kandungan besi berada pada angka 0,76 mg per liter dari angka yang di

tolerir 0,30 mg per liter.

Pencemaran air sungai Bengkulu telah menimbulkan dampak nyata.

Warga Desa Tengah Padang, kecamatan Karang Tinggi ,Kabupaten

Bengkulu Tengah menemukan ratusan ikan mati terapung di Sungai Air

Bengkulu. “Operasi penambangan juga mempengaruhi tanah. Operasi

penambangan terbuka untuk lubang besar yang tidak dapat di tutup lagi

karena mengandung air dengan kadar asam tinggi. Air tersebut mengandung

Fe,Mn ,SO4 dan Pb. Fe dn mn dalam jumlah besar dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, SO4 mempengaruhi kesuburan tanah dan PH,

sedangkan Hg dan Pb dapat meracuni tanaman,”.

Page 12: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

12

Pelaku dari penambangan batu bara di aliran sungai bengkulu berasal dari

kabupaten-kabupaten Propinsi Bengkulu yang rata-rata tidak mendapatkan

pekerjaan yang layak di wilayahnya.

Kawasan Cagar Alam Dusun Besar (Danau Dendam Tak Sudah )

disebabkan :

– Pengembangan Pemukiman

– Perambahan Hutan

– Pembuangan Akhir Sampah

– Pembuatan Bangunan Pengandali Banjir dan Perkuatan Tanggul

g. Kebutuhan Air dan Pembuangan Sampah

Salah satu kebutuhan mendasar dari manusia adalah air, diasumsikan bahwa

kebutuhan air secara rata-rata manusia butuh air bersih per orang dlm 1 hari

sebesar 70 liter/hari terdiri :

– Minum dan mengolah makanan 5 liter/hari

– Higien (mandi, membersihkan diri) 30 liter/hari

– Mencuci pakaian dan peralatan 30 liter/hari

– Menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitasi sanitasi/pembuangan

kotoran 6 liter/hari

– Belum termasuk untuk membersihkan lantai, menyiram bunga, sawah, dan

lain-lain

Bila penduduk Propinsi Bengkulu tahun 2015 diproyeksikan sebesar 1.854.048

maka dalam satu hari dibutuhkan air bersih 129.783.360 liter/hari atau

46.722.009.600,- liter/tahun pada tahun 2015.

Kebutuhan air untuk perkebunan sawit diPropinsi Bengkulu seluas 202.863 HA

sebesar 243.435.600 liter/hari atau 87.636.816.000 liter/tahun.

Dengan adanya pencemaran sungai oleh penambangan batu bara, perkebunan

sawit dan karet serta alih fungsi hutan menjadi pemukinan, perkebunan dan

pertanian dapat terjadi penyimpanan air dipermukaan berkurang serta tidak

layak untuk menjadi air bersih, sehingga manusia akan mengambil air dengan

Page 13: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

13

cara pengeboran dalam hal ini dimasa mendatang tanah akan turun dan rendah

dibandingkan dengan air laut sehingga terjadi banyir/badai rob sebagaimana

yang telah terjadi di Jakarta dan daerah/wilayah lain yang mengambil air dengan

cara pengeboran.

Dampak masalah penduduk adalah pencemaran tanah yang berasal dari

sampah yang dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat pembuangan sementara

atau penampungan akhir, salah satu study tentang rata-rata sampah dibuang

oleh manusia dalam satu hari 0,5 Kg belum pembuangan sampah yang berasal

dari kegiatan industri, maka dapat diproyeksi pada tahun 2015 sampah yang

dibuang sebesar 927.024 Kg atau dalam satu tahun sebesar 333.728.640 Kg di

Propinsi Bengkulu sampah dibuang oleh manusia pada tahun 2015.

h. Pendidikan

Dampak lain akibat penambahan penduduk secara kuantitas yang tidak

terkendali adalah masalah pendidikan, dimana pemerintah akan terbebani oleh

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan untuk mencerdaskan bangsa agar

dapat bersaing dengan negara lain.

Dengan skenario TFR 2,50 pada tahun 2015 proyeksikan anak sekolah tingkat

SD pada tahun 2015 sebesar 231.182 sedang anak sekolah tingkat SLTP

89,286.

Tahun Anak Sekolah SD Tahun Anak Sekolah SMP 2010 237,135 2010 82,231 2015 231,182 2015 89,286 2020 223,226 2020 93,033 2025 232,144 2025 94,530 2030 233,730 2030 107,594 2035 231,220 2035 114,054

Secara grafik memperlihatkan bahwa kondisi anak sekolah tingkat SD terjadi

penurunan tajam pada tahun 2020 dan kembali naik secara tajam pada tahun

2025, sedang anak sekolah tingkat SLTP terjadi kenaikan secara melambat,

kondisi tersebut diasumsikan bahwa anak SD terjadi droup out pada tahun 2020.

Page 14: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

14

2 0 10 2 01 5 2 0 2 0 2 02 5 20 3 0 2 0 352 0 10 2 01 5 2 0 2 0 2 02 5 20 3 0 2 0 35

Apabila pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan biaya pendidikan melalui

Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) untuk tingkat SD sebesar Rp. 450.000,-

maka pada tahun tersebut pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar

104,031,887,360,- dan tingkat SLTP bila diasumsikan pada tahun 2015

pemerintah mengeluarkan dana BOS sebesar Rp. 650.000 maka dana BOS

tingkat SLTP sebesar 58,035,777,536,-.

Selain kebutuhan Biaya salah satu melalui dana BOS juga kebutuhan guru

sebagai berikut :

Tahun Kebutuhan Guru SD Tahun

Kebutuhan Guru SLTP

2010 14,821 2010 7,476 2015 14,449 2015 8,117 2020 13,952 2020 8,458 2025 14,509 2025 8,594 2030 14,608 2030 9,781 2035 14,451 2035 10,369 Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis

guru.

Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang sangat krusial di satuan

pendidikan. Tidak hanya mutu guru, jumlah guru di sekolah harus seimbang

dengan jumlah siswa di sekolah tersebut. Keterbatasan jumlah guru di sebuah

sekolah dapat berakibat pada jumlah siswa yang dapat diterima di sekolah

tersebut, yang berarti mengurangi akses calon peserta didik untuk memperoleh

Page 15: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

15

pendidikan, rasio guru dengan jumlah murid SD tahun 2009 di Propinsi Bengkulu

18 murid per satu guru sedangkan tingkat SMP 17 murid per satu guru.

i. Kesehatan

Salah satu tujuan pembangunan adalah memperbaiki dan meningkatkan

kesehatan masyarakat. Perbaikan kesehatan bertujuan meningkatkan

produktivitas kerja guna mempercepat proses pembangunan. Perbaikan

kesehatan masyarakat haruslah dinilai sebagai investasi, yaitu investasi dalam

bentuk manusia.

Meskipun dalam bidang kesehatan telah banyak dicapai kemajuan, sebagaimana

tercermin dari mmutu akin menurunnya tingkat kematian, namun demikian

kesehatan masyarakat pada umumnya masih jauh dari memuaskan.

Di samping itu fasilitas kesehatan yang masih belum baik perlu ditingkatkan

kualitas maupun kuantitasnya. Selama tingkat fertilitas masih tetap tinggi, maka

usaha mengejar perbaikan dalam fasilitas pelayanan kesehatan ini akan menjadi

terlampau berat, sehingga tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan mutu

kesehatan masyarakat.

Dampak jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 1.854.048, untuk bidang

kesehatan pemerintah akan mengeluarkan biaya kesehatan dalam rangka

melengkapi sarana dan prasarana serta jaminan kesehatan pada tahun 2015

sebesar 2,003,969,638,400,- dan tahun 2035 sebesar 2,595,177,103,360,- biaya

tersebut akan dapat disimpan atau dialihkan pada bidang lain sebesar

20.231.749.632,- bila TFR sebesar 2,10 pada tahun 2015.

j. Tenaga Kerja

Akibat tingkat fertilitas yang tinggi maka sebagian penduduk menjadi terlalu

muda untuk masuk angkatan kerja, sehingga pertambahan penduduk ini hanya

meningkatkan potensi tenaga kerja secara kurang proporsionil. Hal ini kurang

menguntungkan usaha pembangunan karena golongan muda merupakan beban.

Pengeluaran konsumsi yang tinggi oleh golongan bukan tenaga kerja ini akan

membatasi tabungan, baik tabungan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun

Page 16: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

16

Swasta, hal ini berarti mengurangi kemampuan untuk mengadakan investasi

guna mempertinggi kapasitas produksi, sehingga menghambat pula perluasan

kesempatan kerja.

Masalah tenaga kerja semakin meningkatnya jumlah penduduk maka jumlah

penduduk angkatan kerja naik, hal ini terlihat dalam gambar pertumbuhan

penduduk angkatan kerja dengan skenario TFR 2,5.

Meningkatkan angkatan kerja tidak diimbangi dengan peningkatan kesempatan

kerja yang akhirnya menyebabkan tingginya angka pengangguran.

Pertumbuhan tenaga kerja di Propinsi Bengkulu dengan skenario TFR 2,50 pada

tahun 2015 diproyeksi sebesar 959.635,25 pada saat yang sama diperlukan

lahan kerja baru sebesar 20.226 pada tahun 2035 ada 1.272.473,63 tenaga kerja

dan dibutuhkan 12.684 lahan kerja baru.

Perbandingan antara pertumbuhan tenaga kerja dengan kebutuhan lahan kerja

baru sebagaimana dalam gambar dibawah ini

2 0 10 2 01 5 20 2 0 2 0 25 20 3 0 2 0 352 0 10 20 1 5 2 0 20 2 02 5 20 3 0 2 0 35

Page 17: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

17

Tahun Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun

Kebutuhan Lahan Kerja Baru

2010 849,418.19 2010 21,653 2015 959,635.25 2015 20,226 2020 1,055,977.63 2020 17,215 2025 1,135,604.13 2025 13,058 2030 1,204,078.63 2030 14,212 2035 1,272,473.63 2035 12,684

k. Ketahanan Pangan

Menurut buku Population, Food, Energy and the Environment (2000), terbitan

Council for Asia-Europe Cooperation, pertumbuhan penduduk merupakan

tantangan bagi jaminan pangan, yang pada dasarnya beda dari produksi pangan.

Jaminan pangan berarti semua orang memiliki akses fisik dan ekonomi untuk

bahan pangan yang mereka butuhkan agar mampu berfungsi normal.

Kegawatan masalah beras yang sering menimpa akan menempatkan dalam

kedudukan yang tidak menguntungkan karena adanya kecenderungan bahwa

masalah beraspun tidak terlepas dari pengaruh politik negara-negara besar. Di

samping itu kegawatan ini dapat mengganggu stabilitas sosial, ekonomi dan

keamanan yang merupakan prasyarat bagi lancarnya pembangunan ekonomi.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat,

maka diperkirakan tingkat konsumsi beras akan terus mengalami peningkatan.

Beras juga dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh industri pengolahan makanan

seperti tepung beras, bihun dan lainnya. Peningkatan permintaan akan

menambah beban penyediaan beras, apalagi dengan kondisi sumberdaya

pertanian yang semakin terbatas. Kondisi ini jika terus berlangsung

dikhawatirkan akan terjadi kerawanan pangan di tingkat masyarakat. Untuk itulah

diupayakan peningkatan ketahanan pangan dengan mengurangi ketergantungan

pada beras.

Dalam rangka pembangunan berkelanjutan untuk membentuk manusia

Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan

Page 18: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

18

ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi serta merata dan

terjangkau leh daya beli masyarakat yang selanjutnya disebut adanya ketahanan

pangan.

L. Kemiskinan

Kemiskinan penduduk disebabkan oleh berkurangnya peluang bekerja dan

berusaha yang dapat diakses oleh penduduk miskin, dengan meningkatkan

penduduk juga meningkatnya angkatan kerja yang membutuhkan lapangan kerja

bila tidak disertai dengan kemampuan penciptaan peluang bekerja dan peluang

berusaha yang mampu diakses oleh penduduk miskin.

Selain itu hingga sampai sekarang Indonesia termasuk Propinsi Bengkulu masih

menghadapi kemiskinan, pada gambar dibawah diperlihatkan penduduk yang

tergolong miskin 18,3 persen, dengan indeks kedalaman kemiskinan sebesar

2,53 %, keparahan kemiskinan 0,56 persen dan penduduk yang masuk dalam

garis kemiskinan sebesar 225.857.

Bila penduduk miskin tidak mampu keluar dari kemiskinan akan terjadi

perubahan ekonomi menyebabkan penduduk yang nyaris miskin akan menjadi

miskin, sehingga akan mempengaruhi dari Pendapatan Daerah.

Kenaikan Pendapatan Daerah Bruto dan Perkapita mengalami kenaikan tidak

ada artinya bila penduduk miskin juga naik.

Page 19: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

19

2 0 1 0 2 0 1 5 2 0 2 0 2 0 2 5 2 0 3 0 2 0 3 52 0 1 0 2 0 1 5 2 0 2 0 2 0 2 5 2 0 3 0 2 0 3 5

M. Permasalahan Bidang Lain

Cepatnya Laju pertumbuhan penduduk mempenaruhi juga penyediaan fasilitas

transportasi, fasilitas komunikasi, fasilitas perumahan dalam rangka

meningkatkan kuantitatip dan kualitatip penduduk, mengenai perumahan,

sebagian besar penduduk di. daerah pedesaan dan di kota-kota mendiami

rumah-rumah yang mempunyai masalah secara kualitatip yaitu jauh dibawah

standar kesehatan, perumahan di daerah perkotaan bersumber pada ketidak

selarasan jumlah rumah dengan jumlah penduduk karena tingginya tingkat

kepadatan penduduk di daerah perkotaan.

Tingginya tingkat kelahiran/fertilitas dan pesatnya pertambahan penduduk yang

tidak seimbang akan menimbulkan keprihatinan nasional, mengakibatkan

kegelisahan/ketegangan sosial yang secara potensiil merupakan faktor

ancaman yang serius terhadap masalah sosial dan Ketahanan Nasional.

Pada tahun 2009 terjadi :

– Resiko Penduduk Terjadi Tindak Pidana 112

– Selang waktu terjadi tindak pidana 4 jam, 47 menit, 24 detik

– Jumlah tindak pidana 1.827

Luas Lantai perumahan ideal untuk penduduk umur 1 – 10 tahun sebesar

385.751 dibutuhkan luas lantai 578.627 m2 dan dan untuk ukuran dewasa

sebesar 1.330.064 sebesar 5.985.288.

Page 20: SOSIALISASI PENETAPAN PARAMETER - BALATBANG · Di sisi lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) juga menurun dari 16,8 per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi ... NRR=1

20

Saran :

Memperhatikan data-data tersebut yang mempengaruhi terhadap jumlah penduduk,

dan masalah-masalah lainnya maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan pengendalian penduduk dengan melalui Keluarga Berencana untuk

mencegah dampak semakin buruk dari perkembangan kuantitas penduduk

terhadap daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.

2. Mengendalikan pola penggunaan lahan yang sesuai dengan peruntukannya,

untuk mencegah konversi lahan pertanian dan lahan hutan alam dalam upaya

untuk mempertahankan daya dukung alam dan daya dukung lingkungan.

3. Mencegah atau mengendalikan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan

secara berlebihan yang dapat berakibat terhadap menurunnya daya dukung

alam dan lingkungan secara berlebihan.

4. Melakukan pengembangan kesempatan kerja disektor non pertanian yang dapat

menyerap tenaga kerja setempat

5. Pengembangan sistem pertanian yang lebih maju dengan kebutuhan lahan

pertanian yang lebih sempit tetapi dapat mendukung standar hidup yang

dipandang layak.

6. Penanggulangan kemiskinan diintegrasikan dengan program pemerintah yang

efektif dan efisien. AGUS SUPARDI BKKBN BENGKULU