31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merencanakan dan mengatur keluarga adalah soal kemanusiaan yang sekarang ini sedang diusahakan pelaksanaannya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia.Jika pembangunan itu adalah pembangunan manusia, maka kelahiran manusia itupun harus diatur. Pengaturan itu harus diadakan, agar supaya kenaikan produksi tidak dikalahkan oleh kenaikan kelahiran anak.Hal yang ditakutkan itupun terjadi pada masa sekarang ini, dimana kelahiran anak mengalahkan kenaikan produksi terutama produksi pangan.Di samping itu pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan pertumbuhan yang cukup dalam produksi nasional dapat juga menimbulkan berbagai masalah yang berkaitaan dengan kurangnya fasilitas pendidikan, kurangnya penyediaan makanan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan lain sebagainya.Usaha perencanaan keluarga harus dilakukan sedemikian rupa supaya tidak bertentangan dengan hukum yang berjalan dinegeri ini, juga tidak bertentangan dengan ajaran agama yang 1

Sosiologi Jadi 22222 Print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jwbwjwjwj

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merencanakan dan mengatur keluarga adalah soal kemanusiaan yang

sekarang ini sedang diusahakan pelaksanaannya oleh pemerintah dan rakyat

Indonesia.Jika pembangunan itu adalah pembangunan manusia, maka kelahiran

manusia itupun harus diatur. Pengaturan itu harus diadakan, agar supaya

kenaikan produksi tidak dikalahkan oleh kenaikan kelahiran anak.Hal yang

ditakutkan itupun terjadi pada masa sekarang ini, dimana kelahiran anak

mengalahkan kenaikan produksi terutama produksi pangan.Di samping itu

pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan pertumbuhan yang cukup

dalam produksi nasional dapat juga menimbulkan berbagai masalah yang

berkaitaan dengan kurangnya fasilitas pendidikan, kurangnya penyediaan

makanan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan lain sebagainya.Usaha

perencanaan keluarga harus dilakukan sedemikian rupa supaya tidak

bertentangan dengan hukum yang berjalan dinegeri ini, juga tidak bertentangan

dengan ajaran agama yang merupakan sumber rasa susila dan rasa peri

kemanusiaan.

Ini semua harus diatur oleh pemerintah dan harus didukung pula oleh segenap

rakyat.Suksesnya suatu program dalam hal ini program keluarga berencana,

tergantung dari aktif atau tidak aktifnya partisipasi masyarakat untuk

mensukseskan program tersebut.Sehingga dalam posisi ini peran aktif

masyarakat sangat penting artinya bagi kelancaran dan keberhasilan program

tersebut dan tercapainya tujuan secara mantap.Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi program KB yang meliputi faktor sosial budaya yaitu diantaranya

adalah pernikahan dini, perceraian, poligami, nilai anak dan penolakan terhadap

sterilisasi. Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha

pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada

1

dasarnya pemerintah berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi

tertentu ke keadaan lain yang lebih bernilai. Agar proses perubahan itu dapat

menjangkau sasaran-sasaran perubahan keadaan yang lebih baik dan dapat

digunakan sebagai pengendali masa depan, di dalam melaksanakan

pembangunan itu perlu sekali.

Berdasarkan salah satu program pemerintah yaitu Keluarga Berencana,

penulis mengambil salah satu daerah sebagai bahan penelitian untuk mengetahui

terlaksana atau tidaknya program KB di daerah tersebut. Penulis melakukan

survey lapangan dan mengambil daerah di kabupaten Bandung kecamatan

Kutawaringin yaitu desa Gajah Mekar RW 16.

Desa gajah mekar ini merupakan desa yang penduduknya cukup padat.

Masyarakat di desa ini mayoritas beragama islam dan sangat memegah teguh

prinsip agamanya. Dari sanalah penulis tertarik untuk melakukan penelitian di

daerah Gajah Mekar ini.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran permasalahan pada latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana aspek

sosial budaya tentang KB.

C. Tujuan

- Tujuan umum

Untuk mengetahui aspek sosial budaya tentang KB

- Tujuan khusus

1. Mengetahui aspek sosial budaya tentang pernikahan dini di desa Gajah

Mekar kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung

2. Mengetahui aspek sosial budaya tentang perceraian di desa Gajah Mekar

kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung

3. Mengetahui aspek sosial budaya tentang poligami di desa Gajah Mekar

kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung

2

4. Mengetahui aspek sosial budaya tentang nilai anak di desa Gajah Mekar

kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung

5. Mengetahui aspek sosial budaya tentang penolakan terhadap sterilisasi di

desa Gajah Mekar kecamatan Kutawaringin kabupaten Bandung

D. Manfaat

Dari kegiatan penelitian ini diharapkan, pembaca dapat menambah wawasan

tentang pengaruh sosial budaya terhadap program KB khususnya di daerah

Soreang tepatnya di Desa Gajah Mekar kecamatan Kutawaringin Kabupaten

Bandung provinsi Jawa Barat. Juga diharapkan kepada masyarakat yang terkait

lebih memahami apa itu KB dan manfaat dari KB itu sendiri.

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia milik W.J.S. Poerwadarminta, sosial

adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat

juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum.Sedangkan budaya dari kata

sans atau bodhya yang artinya fikiran dan akal budi.Budaya ialah segala hal yang

dibuat manusia berdasarkan fikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa

dan karsa.Dapat berupa ilmu kesenian, pengetahuan, moral, hokum, kepercayaan,

adat istiadat ataupun ilmu.Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal

yang diciptakan manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam

kehidupan bermasyarakat.Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu

berdasarkan budi dan fikiranya yang diperuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan

pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu.

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

d. Mengatur interval di antara kelahiran.

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

4

Terdapat beberapa faktor budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi

program KB diantaranya seperti umur perkawinan rendah.

1. Perkawinan dini

Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum

siap utuk melaksanakan pernikahan (Nukman,2009). Jika mengacu pada UU

perkawinan usia ideal untuk menikah itu 21 tahun sehingga seharusnya

pernikahan dilakukan pada saat remaja sudah memasuki usia dewasa, karena

ketidak siapan dalam pernikahan berdampak pada kehidupan berumah tangga.

Kurangnya pendidikan dapat memicu terjadinya pernikahan usia dini. Karena

tanpa dibekali pendidikan yang cukup, remaja tidak bias befikir panjang dalam

menentukan pilihan sehingga memilih untuk cepat-cepat menikah. Pengertian

pernikahan dini tidak hanya sebatas pengertian secara umum saja, tapi juga ada

pengertian lain diantaranya pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dari

komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat sebagai sebuah solusi alternatif (

Prof.Dr. Sarlito Wirawan Sarwono,1983). Yang mana artinya pernikahan dini

bias dilakukan sebagai solusi untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan

di kalangan remaja.

2. Poligami

Poligami biasanya dilatar belakangi oleh beberapa alasan diantaranya yaitu

tidak menghasilkan keturunan, kebutuhan seksual dimana sang suami tidak puas

terhadap isterinya, dan memiliki anak yang berjenis kelamin sama misalnya anak

laki-laki semua ataupun anak perempuan semua dimana sang suami

menginginkan anak dengan jenis kelamin yang berbeda. Selain itu juga faktor

ekonomi yang berlebih juga mempengaruhi program KB ini.

Dijelaskan dalam pasal 4 ayat 1 UU Perkawinan bahwa seorang suami

yang beristri lebih dari satu, maka wajib mengajukan permohonan kepada

Pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Selain itu, Dalam Pasal 4 ayat (2) UU

5

Perkawinan dijelaskan lebih lanjut bahwa Pengadilan hanya akan memberikan

izin kepada si suami untuk beristeri lebih dari satu jika:

a.    Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

b.    Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c.    Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

3. Perceraian

Menurut Gunarsa (1999) perceraian adalah pilihan paling menyakitkan

bagi pasutri.Namun demikian, perceraian bisa jadi pilihan terbaik yang bisa

membukakan jalan bagi kehidupan baru yang membahagiakan.Perceraian adalah

perhentian hubungan perkawinan karena kehendak pihak-pihak atau salah satu

pihak yang terkait dalam hubungan perkawinan tersebut. Perceraian

mengakibatkan status seorang laki-laki bagi suami, maupun status seorang

perempuan sebagai istri akan berakhir.

Perceraian menurut Bell (1979) merupakan putusnya ikatan legal yang

menyatukan sepasang suami-istri dalam satu rumah tangga, secara sosial

perceraian membangun kesadaran pada masing-masing individu bahwa

perkawinan mereka telah berakhir. Istilah perceraian (Divorce) menurut Bell

(1979) harus dibedakan dengan kasus dimana salah satu pasangan meninggalkan

keluarganya dalam waktu yang cukup lama (desertion).

Pengertian Perceraian menurut para ahli Hurlock (1996), perceraian

merupakan kalminasi dari penyelesaian perkawinan yang buruk, dan yang terjadi

bila antara suami-istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian

masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak, perlu disadari bahwa banyak

perkawinan yang tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak diakhiri dengan

perceraian. Hal ini karena perkawinan tersebut dilandasi dengan pertimbangan-

pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi, dan alasan lainnya. Perpisahan

6

atau pembatalan perkawinan dapat dilakukan secara hukum maupun dengan

diam-diam dan kadang ada juga kasus dimana salah satu pasangan (istri/suami)

meninggalkan keluarga (minggat).

Perceraian menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.1 tahun

1994 (pasal 16), terjadi apabila antara suami-istri yang bersangkutan tidak

mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun dalam suatu rumah tangga.

Perceraian terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan didepan sidang

pengadilan (pasal 18). Gugatan perceraian dapat diajukan oleh suami atau istri

atau kuasanya pada pengadilan dengan alasan–alasan yang dapat diterima oleh

pengasilan yang bersangkutan.

Undang Undang Perkawinan, 1974 Bab VIII, pasal 39 ayat 2 berbunyi:

“ Untuk melakukan perceraian  harus ada cukup alasan antara suami istri untuk

tidak akan hidup rukun sebagai suami istri”.

4. Penolakan terhadap sterilisasi

Pada beberapan masyarakat menolak untuk sterilisasi karena mereka

merasa sterilisasi sama halnya dengan pengebirian pada binatang .alasan lain

Sterilisasi mempengaruhi KB karena beberapa wanita diketahui menderita

gangguan emosi dan penyesalan setelah melakukan operasi Sterilisasi, karena

kehilangan untuk terjadinya kehamilan. metode ini merupakan KB permanen,

para wanita banyak yang enggan melakukan sterilisasi karena apabila seorang

wanita telah melakukan operasi untuk metode sterilisasi, kemungkinan untuk

membatalkan KB ini sangat kecil karena dilihat dari prosesnya saja

membutuhkan operasi.Sebagian besar ulama mengharamkan sterilisasi yang

tidak memiliki indikasi medis (kehamilan berikutnya membahayakan

keselamatan ibu dan bayinya)dan inilah pendapat yang paling kuat.). Jika

terindikasi kehamilan berikutnya membahayakan ibu dan bayinya. Banyak

wanita menganggap beberapa metode lain dianggap sama dengan sterilisasi ini,

7

sehingga hal ini sangat mempengaruhi KB. Menurut Sarwono, Tubektomi pada

wanita (vasektomi pada pria) adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

wanita atau saluran bibit pria tang mengakibatkan orang atau pasangan yang

bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Menurut Myles, tubektomi

atau sterilisasi atau kontrasepsi mantap wanita ialah suatu kontrasepsi permanen,

dilakukan dengan cara tindakan pada kedua saluran. Menurut Hanafi Hartanto,

tubektomi adalah oklusi tuba fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat

bertemu.

5. Nilai anak

Menurut Hoffman (1973) anak memiliki nilai dalam keluarga, atau suatu

pandangan dari keluarga terhadap anak bahwa anak memiliki nilai psikologis,

ekonomi dan social. Secara psikologis, dengan adanya anak dalam keluarga,

muncul seseorang yang dapat disayangi dan dilindungi. Secara ekonomi,

masyarakat beranggapan bahwa “banyak anak banyak rezeki”, persepsi tersebut

masih melekat pada sebagian masyarakat di indonesia. Mereka beranggapan

bahwa bila memiliki anak yang banyak akan membantu keluarga dan jaminan di

hari tua untuk membantu perekonomian keluarga tersebut Dan secara social anak

merupakan penerusan nama keluarga dan peningkat reputasi.. Akan tetapi dengan

perkembangan zaman dan teknologi persepsi tersebut sudahlah tidak berlaku lagi

karena padatnya penduduk dan sulitnya keadaan untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Justru dengan persepsi masyarakat seperti itu akan lebih mempersulit

keadaan untuk menjalankan kehidupan, baik dalam segi perekonomian atau yang

lainnya.

8

BAB III

HASIL

3.1 Gambaran daerah yang disurvei

Kutawaringin adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa

Barat, Indonesia. Kecamatan Kutawaringin terbentuk dari hasil pemekaran

kecamatan Soreang.Kecamatan Kutawaringin terletak di perbatasan

dengan Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah yang mencapai 3/4 dari luas

wilayah Kecamatan Soreang sebelum terjadi pemekaran. Kecamatan ini dibentuk

dengan tujuan untuk menjadi "bumper" bagi Soreang sebagai ibu kota Kab. Bandung,

mengingat selepas pemekaran Kab.Bandung, Kecamatan Soreang justru langsung

berhadapan dengan wilayah kabupaten lain, dalam hal ini Bandung Barat.wilayah ini

cenderung berbukit-bukit di sebelah barat, sedangkan kawasan timurnya adalah

dataran pesawahan yang cukup luas membentang sampai ke lembah Sungai Ciwidey.

Di Kecamatan Kutawaringin inilah terdapat stadion kebanggaan masyarakat

Bandung, yaitu Stadion Si Jalak Harupat.

Survey yang kami lakukan berlokasi di desa Gajahmekar kecamatan

kutawaringin RT.3 RW.16 yang berdiri dari tahun 1982 di pimpin oleh seorang

kepala desa yang bernama Hj. Saeful .

3.2 Kondisi Masyarakat

Pada umumnya di daerah ini masyarakat berpancaharian sebagai Buruh,

Penjahit, pedagang dan petani.Dan kondisi perekonomian di daerah ini masih

terbilang rendah.Begitupun dengan tingkat pendidikan di daerah ini masih tergolong

rendah sehingga mengakibatkan tingginya umur perkawinan rendah dan kurangnya

pengetahuan tentang KB.Pola kehidupan di daerah ini masih kuat dengan pola

kehidupan masyarakat sunda. Dan pada umumnya menganut kepercayaan agama

islam dimana diantara masyarakat tersebut terdapat sebuah kelompok masyarakat

9

yang menganut ajaran agama yang kuat sehingga mereka menolak metode KB

terutama kaum laki-laki sehingga tidak sedikit kaum wanita dari kelompok tersebut

menggunakan KB secara diam-diam baik itu dengan menggunakan KB pil maupun

KB suntik.

Saat ini sebagian besar masyarakat di wilayah desa Gajah Mekar, Kecamatan

utawaringin, kabupaten bandung telah menyadari akan pentingnya menggunakan alat

kontrasepsi baik itu suntik KB, pil Kb, AUD, dan metode sterilisasi MOW(medis

operasi wanita) dan MOP(medis operasi pria)

3.3 Persepsi masyarakat tentang aspek social budaya terhadap KB

3.3.1 Pernikahan usia dini

Masyarakat daerah Gajah Mekar RW 16 beranggapan bahwa dengan menikahkan

anaknya di usia muda akan meringankan beban biaya rumah tangga. Yang mana

masyarakat beranggapan bahwa apabila anaknya sudah dinikahkan tanggung jawab

orang tua untuk membiayai kebutuhan hidup sang anak akan berkurang. Dengan

demikian keadaaan ekonomi keluarga tersebut akan sedikit lebih baik dengan

pengeluaran lebih ringan.

3.3.2 Perceraian

Bagi masyarakat Desa Gajah Mekar RW 16 perceraian merupakan hal yang tabu

karena masyarakat beranggapan bahwa hal tersebut merupakan hal yang sangat

bersifat merugikan bagi nama baiknya. Dengan demikian angka perceraian di Desa

sangat kecil dan cenderung tidak ada.

3.3.3 Poligami

Walaupun Di daerah Desa Gajah Mekar banyak terdapat masyarakat yang memiliki

kepercayaan terhadap agama dan sunah rasulnya, akan tetapi masyarakat

beranggapan bahwa berpoligami atau memiliki istri lebih dari satu akan berdampak

10

tidak baik bagi keluarganya terutama masyarakat beranggapan bahwa dengan

berpoligami akan menyebabkan kesenjangan antara istri pertama dan kedua karena

ketidak adilan suami. Selain itu masyarakat Desa Gajah Mekar beranggapan dengan

berpoligami akan memperberat kondisi ekonomi mereka.

3.3.4 Nilai Anak

Dengan kondisi yang ada di Desa Gajah Mekar yang rata- ratanya memiliki anak

lebih dari 2. Dan masyarakat Desa Gajah Mekar beranggapan bahwa anak sangatlah

penting bagi keluarganya karena dengan memiliki anak akan membantu

perekonomian keluarga kelak serta dengan memiliki anak tongkat estafet keturunan

keluarga akan tetap terjaga. Selain itu Karena Di Desa Gajah Mekar terdapat

kelompok agama yang beranggapan bahwa anak laki laki lebih utama dibandingkan

dengan anak perempuan, sekelompok masyarakat ini beranggapan bahwa anak laki-

laki akan membawa dan meneruskan ajaran yang diyakininya. Dengan demikian

keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan terus berusaha untuk mendapatkan

anak laki-laki.

3.3.5 penolakan terhadap metode sterilisasi.

Kebanyakan masyarakat di Desa Gajah Mekar beranggapan bahwa metode sterilisasi

seperti pengebirian pada hewan dan hal tersebut dianggap haram karena memutus

keturunan. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kini beberapa masyarakat mulai

menyadari pentingnya menggunakan alat kontrasepsi, yang salah satunya dengan

metode sterilisasi.

11

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pernikahan dini

Pada beberapa program pemerintah republik Indonesia salah satunya

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), menyarankan usia

20-21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki, sebagai batas usia

pernikahan yang ideal.

Berdasarkan survey yang telah kami lakukan, ditemukan data yang

bertentangan dengan teori yang ada seperti di desa Gajahmekar kecamatan

Kutawaringin ini terdapat sebagian masyarakat yang melakukan perkawinan

di bawah umur. Berdasarkan data yang didapat dari Bapak Toto selaku ketua

RW 16 memaparkan bahwa masyarakat yang melakukan pernikahan minimal

dilakukan pada usia 17 tahun karena beberapa faktor yang melatarbelakangi

diantaranya faktor ekonomi, sosial dan budaya.

Pernikahan sebaiknya dilakukan sesuai dengan program pemerintah

karena apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah berdasarkan

pertimbangan yang pastinya tidak akan menimbulkan dampak buruk. Apabila

pernikahan dilakukan dibawah umur akan menimbulkan berbagai masalah

salah satunya kondisi psikologis dari suami istri yang belum siap mempunyai

anak, kondisi kandungan sang ibu yang belum matang, dan kondisi finansial

yang belum bisa terpenuhi secara cukup.

2. Penolakan metode sterilisasi

Selain umur perkawinan rendah data lain yang bertentangan dengan

teori yaitu penolakan terhadap metode sterilisasi atau Metode KB Permanen.

Sterilisasi adalah cara dengan memotong kedua saluran tuba falopi yang

12

menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus) dan pada bagian ujung-

ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain KB

Permanen adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal

ring/tubal clip), dengan tujuan sel telur tidak dapat terjangkau oleh sperma

(wikipedia.org).

Dilapangan didapatkan temuan dimana di desa ini melakukan

sterilisasi yang mana menurut ibu Erna Amd.Keb selaku bidan desa,

mengatakan bahwa melakukan Medis Operasi Pria(MOP) dan Medis Operasi

Wanita(MOW) yang kata lainnya vasektomi dan tubektomi, masih

merupakan hal yang tabu untuk dilakukan dan dianggap haram. Karena

terdapat beberapa faktor diantaranya:

1. faktor budaya dimana sebagian masyarakat mengganggap bahwa metode

sterilisasi seperti mengembirian pada hewan

2. faktor lingkungan yaitu masyarakat menganggap bahwa sterilisasi metode

sebagai memutus rantai keturunan .

Walaupun dianggap tabu tetapi ada satu atau dua yang melakukan

sterilisasi dengan alasan istri sudah tidak sanggup lagi untuk mengandung

ataupun melahirkan. Selain itu juga didukung oleh karena faktor ekonomi

yang kurang. Dimana orang tua takut tidak bisa menjamin masa depan anak

yang lebih baik yaitu biaya hidup tidak terpenuhi dan tidak bisa meneruskan

pendidikan. Sebaiknya metode sterilisasi disesuaikan dengan kebutuhan.

Apabila ingin menunda kehamilan lebih baik menggunakkan metode KB yang

lain agar tidak terjadi penyesalan pada akhirnya sehingga istri masih ada

kemungkinan untuk hamil.

13

3. Nilai anak

Beberapa masyarakat beranggapan bahwa “banyak anak banyak

rezeki”, persepsi tersebut masih melekat pada sebagian masyarakat di

indonesia. Mereka beranggapan bahwa bila memiliki anak yang banyak akan

membantu keluarga dan jaminan di hari tua untuk membantu perekonomian

keluarga tersebut. Akan tetapi dengan perkembangan zaman dan teknologi

persepsi tersebut sudahlah tidak berlaku lagi karena padatnya penduduk dan

sulitnya keadaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Justru dengan persepsi

masyarakat seperti itu akan lebih mempersulit keadaan untuk menjalankan

kehidupan, baik dalam segi perekonomian atau yang lainnya. Selain masalah

tersubut, bagi keluarga yang baru menikah, anak memiliki nilai yang tinggi,

karena anak tersebut menjadi suatu kebanggan keluarga dan anak tersebut

akan menjadi penerus dari keluarga, selain itu juga masyarakat masih

beranggapan bahwa banyak anak akan memberikan banyak kebahagiaan.

Di desa Gajahmekar nilai anak sangat mempengaruhi ketidak

berhasilan KB, karena apabila orang tua belum memiliki anak dengan jenis

kelamin yang diinginkan walaupun telah memiliki banyak anak orang tua

tersebut akan berusaha menambah anak sesuai dengan jenis kelamin yang

diinginkan. Masyarakat di desa ini paling sedikit memiliki 2 anak namun

kebanyakan lebih.Masyarakat juga percaya bahwa banyak anak banyak

rezeki.

Persepsi masyarakat tentang banyak anak banyak rezeki pada zaman

sekarang lebih baik dihilangkan, karena pada kenyataannya memiliki banyak

anak akan memerlukan banyak biaya. Kecuali keluarga tersebut mampu untuk

mencukupi kehidupan dan kesejahteraan mereka.

14

4. Perceraian

Perceraian menurut Undang – Undang Republik Indonesia No.1 tahun

1994 (pasal 16), terjadi apabila antara suami-istri yang bersangkutan tidak

mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun dalam suatu rumah tangga.

Perceraian terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan didepan sidang

pengadilan (pasal 18). Gugatan perceraian dapat diajukan oleh suami atau istri

atau kuasanya pada pengadilan dengan alasan–alasan yang dapat diterima oleh

pengasilan yang bersangkutan. Undang Undang Perkawinan, 1974 Bab VIII,

pasal 39 ayat 2 berbunyi : “ untuk melakukan perceraian  harus ada cukup

alasan antara suami istri untuk tidak akan hidup rukun sebagai suami istri”

Di desa Gajah Mekar ini, angka perceraian sangat rendah atau bahkan

mungkin tidak ada, karena daerah Gajah Mekar ini menganut agama yang

kuat. Dan sebagian masyarakat beranggapan bahwa perceraian merupakan hal

yang tidak lazim, karena menurut mereka mempunyai lebih dari satu istri itu

harus mempunyai rasa adil yang kuat.

Biasanya pada masyarakat pedesaan angka perceraian tinggi karena

banyaknya pernikahan di usia muda, untuk pasangan baru dituntut segera

memiliki anak di tahun pertama perkawinanya sedangkan kondisi psikis

maupun ekonominya beum siap, dengan ketidaksiapan mental mereka dituntut

mandiri membina rumah tangga akibatnya melakukan perceraian. Sehingga

hal ini mempengaruhi terhadap terlaksananya program KB.

5. Poligami

Dalam Pasal 4 ayat (2) UU Perkawinan dijelaskan lebih lanjut bahwa

Pengadilan hanya akan memberikan izin kepada si suami untuk beristeri lebih

dari satu jika:

a.    Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

b.    Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

15

c.    Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Berdasarkan data hasil yang ditemukan di lapangan, tidak di temukan

pasangan suami isteri yang melakuka poligami di desa Gajah Mekar. Karena

mereka mempunyai prinsip cukup mempunyai satu isteri.

Dengan memperhatikan keadaan perekonomian, wilayah, dan kemampuan masyarrakat di Negara kita, sebaiknya poligami tidak dilakukan walaupun hal tersebut di perbolehkan oleh ajaran agama. Akan tetapi, dengan berpoligami tersebut memungkinka akan semakin beratnya tanggungan ekonomi dan memperberat kondisi keluarga yang berpoligami tersebut. Dan bukan hal yang tidak mungkin akan terjadi bahwa dengan berpoligami tentunya akan menambah pertumbuhan penduduk yang akan berpengaruh terhadap semakin padatnya suatu wilayah.

16

BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan

1. Pernikahan Dini

Setelah penulis melakukan survey di Desa Gajah Mekar RW 16,

didapatkan data bahwa masih banyak masyarakat didaerah tersebut yang

menikah di usia dini yaitu kurang dari 20 tahun.

2. Poligami

Setelah penulis melakukan survey di Desa Gajah Mekar RW 16,

didapatkan data bahwa tidak ada masyarakat yang berpoligami karena

mereka beranggapan poligami akan mendatangkan banyak masalah dalam

kehidupan keluarganya.

3. Perceraian

Setelah penulis melakukan survey di Desa Gajah Mekar RW 16,

didapatkan data bahwa angka perceraian didaerah ini sangatlah kecil dan

hampir tidak ada.

4. Penolakan Kontrasepsi

Setelah penulis melakukan survey di Desa Gajah Mekar RW 16,

didapatkan data bahwa masyarakat kini mulai menyadari akan pentingnya

penggunaan alat kontrasepsi walaupun masih ada beberapa masyarakat

yang belum menggunakan alat kontrasepsi dan ada juga beberapa

masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi secara diam-diam dari

suaminya.

5. Nilai Anak

Setelah penulis melakukan survey di Desa Gajah Mekar RW 16,

didapatkan data bahwa kebanyakan masyarakat sangat menjungjung tinggi

17

nilai anak dan mereka tidak membatasi jumlah anak yang akan mereka

miliki. Dan juga terdapat kelompok agama yang beranggapan bahwa anak

laki laki lebih utama dibandingkan dengan anak perempuan, sekelompok

masyarakat ini beranggapan bahwa anak laki-laki akan membawa dan

meneruskan ajaran yang diyakininya. Dengan demikian keluarga yang

belum memiliki anak laki-laki akan terus berusaha untuk mendapatkan

anak laki-laki.

b. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini, diharapkan isi dari makalah ini

dapat memberikan manfaat baik bagi penyusun, pembaca dan pihak-pihak

yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Diharapkan isi dari makalah ini

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut serta dalam program

keluarga berencana dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dianjurkan

oleh pemerintah.

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini

meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal

kitamengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan

kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa:

dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannis yan’, dan kami juga butuh saran/

kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik

daripada masa sebelumnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN; Informasi Gerakan KB Nasional, Sasaran Pembangunan Jangka Panjang

I, Jakarta; 1994. ; Sumber Pendidikan KB, Jakarta, 1989.

Fazidah A. Siregar, 2003, Pengaruh Nilai Dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera (NKKBS) http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah2.pdf diakses tanggal 28 april 2014

Erni Susanti, 2011, KB permanen Pada Wanita Dengan Metode Sterilisasi, http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2013/11/kb-permanen-pada-wanita-dengan-metode.html diakses tanggal 28 april 2014 diakses tanggal 28 april 2014

Abu Iram, 2013, Efek Samping Dari Sterilisasi Pada Wanita Tubektomi abuiramnews.wordpress.com/2013/09/11/sudah-tahu-efek-samping-dari-sterilisasi-pada-wanita-tubektomi/ diakses tanggal 28 april 2014

19

LAMPIRAN

20

21