36
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Skizofrenia Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa, dengan demikian, seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan kepribadian (Hawari, 2003). Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi serta berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005). 3.2 Etiologi Skizofrenia Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak.Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : (Yosep, 2010) Faktor genetik; Virus; Autoantibodi; Malnutrisi.

DocumentSP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SP

Citation preview

Page 1: DocumentSP

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau

pecah, dan frenia yang artinya jiwa, dengan demikian, seseorang yang menderita

skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan

kepribadian (Hawari, 2003).

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi

berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima

dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi serta

berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005).

3.2 Etiologi Skizofrenia

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti

mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak.Ternyata

dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal.

Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : (Yosep, 2010)

Faktor genetik;

Virus;

Autoantibodi;

Malnutrisi.

Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut : (Yosep, 2010)

1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara

kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan

0,9%.

2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik

59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%. Penelitian lain

menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga

mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari.

Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi,

trauma, toksin dan kelainan hormonal. Penelitian mutakhir

menyebutkan bahwa meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia

tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut

Page 2: DocumentSP

epigenetik faktor. Skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara

abnormal gen dengan : (Yosep, 2010)

a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu

perkembangan otak janin;

b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama

kehamilan;

c. Komplikasi kandungan; dan

d. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester

kehamilan.

Seseorang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila

mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar

untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik

sebelumnya. (Yosep, 2010)

3.3 Gejala

Ada banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh

berbagai sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder

IV-TR, gejala khas skizofrenia berupa adanya:

1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi

yang tidak sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama,

dan budaya pasien atau masyarakat umum)

2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari

luar)

3. Pembicaraan kacau

4. Perilaku kacau

5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan

emosi, kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)

Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR

(2008) adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6

bulan, tidak termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan

karena zat atau karena kondisi medis, dan bila ada riwayat Autistic Disorder atau

gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia dapat

ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol selama paling tidak

1 bulan.

Page 3: DocumentSP

Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu:

1. Gejala Primer, yang meliputi:

a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada

skizofrenia inti, gangguan memang terdapat pada proses pikiran.

b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa:

1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa

senang dan gembira, pada penderita malah menimbulkan

rasa sedih atau marah.

2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis

c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita

skizofrenia memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat

mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak dalam sebuah

situasi menekan. Gangguan kemauan yang timbul antara lain:

1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau

berlawanan terhadap suatu permintaan.

2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang

berlawanan pada waktu yang bersamaan.

3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya

dipengaruhi oleh orang lain atau oleh tenaga dari luar,

sehingga dia melakukannya secara otomatis.

d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik.

Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan

kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat

gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.

2. Gejala Sekunder, yang meliputi:

a. Waham.

Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali

dan sangat bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan

untuk dia wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh

siapapun.

b. Halusinasi.

Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan

Page 4: DocumentSP

kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak

dijumpai pada keadaan lain.

Menurut Bleuler, seseorang didioagnosa menderita skizofrenia apabila

terdapat gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada unsur-unsur

kepribadian yang diperkuat dengan adanya gejala-gejala sekunder.

Menurut Kut Schneider, terdapat 11 gejala skizofrenia yang terdiri dari 2

kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok A, halusinasi pendengaran, yaitu:

a. Pikirannya dapat didengar sendiri

b. Suara-suara yang sedang bertengkar

c. Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita

2. Kelompok B, gangguan batas ego, yang meliputi:

a. Tubuh dan gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar

b. Pikirannya diambil keluar

c. Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain

d. Pikirannya diketahui oleh orang lain

e. Perasaannya dibuat oleh orang lain

f. Kemauannya dipengaruhi orang lain

g. Dorongannya dikuasai orang lain

h. Persepsi yang dipengaruhi oleh waham

Menurut Kut Schneider, seseorang bisa didiagnosa penderita skizofrenia

bila ada gejala dari kelompok A dan Kelompok B, dengan syarat kesadaran

penderita tidak menurun.

Gejala lain yang diungkap adalah:

1. Gejala-Gejala Positif, yaitu penambahan fungsi dari batas normal,

meliputi:

a. Delusi.

Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang dianggap

misinterpretasi terhadap realitas. Delusi memiliki bermacam-

macam bentuk, yaitu delusion of grandeur (waham kebesaran)

yaitu keyakinan irasional mengenai nilai dirinya, delusion of

persecution yaitu yakin dirinya atau orang lain yang dekat

dengannya diperlakukan dengan buruk oleh orang lain dengan

cara tertentu, delusion of erotomanic yaitu keyakinan irasional

Page 5: DocumentSP

bahwa penderita dicintai oleh seseorang yang lebih tinggi

statusnya, delusion of jealous yaitu yakin pasangan seksualnya

tidak setia, dan delusion of somatic yaitu merasa menderita cacat

fisik atau kondisi medis tertentu.

b. Halusinasi

Gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual dimana berbagai

hal dilihat didengar, atau diindera meskipun hal-hal itu tidak real

(benar-benar ada).

2. Gejala-Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal,

meliputi:

a. Avolisi

Yaitu apati atau ketidakmampuan untuk memulai atau

mempertahankan kegiatan-kegiatan penting.

b. Alogia

Yaitu pengurangan dalam jumlah atau isi pembicaraan.

c. Anhedonia

Yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan yang

terkaitu dengan beberapa gangguan suasana perasaan dan

gangguan skizofrenik.

d. Afek Datar

Yaitu tingkah laku yang tampak tanpa emosi.

3. Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi:

a. Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)

Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia

termasuk inkoherensi dan ketiadaan pola logika yang wajar.

b. Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang

disorganisasi

Afek yang tidak pas merupakan ekspresi emosi yang tidak sesuai

dengan aslinya. Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang

tidak lazim.

Untuk mendiagnosa seseorang skizofrenia, seseorang harus

menunjukkan 2 atau lebih gejala positif, negatif, atau disorganisasi dengan

porsi yang besar selama paling sedikit 1 bulan.

Page 6: DocumentSP

3.3 Penegakkan diagnosis

Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III, adalah sebagai

berikut (Maslim, 2003).:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. “thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau “thought

insertion or withdrawal” yang merupakan isi yang asing dan luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought

broadcasting”, yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya; 

b. “delusion of control”, adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau “delusion of passivitiy”

merupaka waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” diartikan secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,

atau penginderaan khusus), atau “delusional perception”yang

merupakan pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah ini:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri

(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian

tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya

perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan

Page 7: DocumentSP

kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

e. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada

secara jelas :

Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila

disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,

atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau

berbulan-bulan terus menerus;

Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme;

Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor;

Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial

dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua

hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neuroleptika;

f. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik (prodromal)

g. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam

mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku

pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri

sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah (Tomb,

2003):

Berlangsung minimal dalam enam bulan

Page 8: DocumentSP

Penurunan fungsi yang cukup bermakna di bidang pekerjaan,

hubungan interpersonal, dan fungsi dalam mendukung diri

sendiri

Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

berlangsungnya sebagian dari periode tersebut

Tidak ditemui dengan gejala-gejala yang sesuai dengan

skizoafektif, gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan

organik.

3.4 Jenis-jenis Skizofrenia

Kraepelin membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis. Penderita

digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat

padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala

dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke

dalam salah satu jenis. Pembagiannya sebagai berikut :(Maramis, 2009). Gejala

klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam

PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai

spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai

berikut :

Skizofrenia paranoid

Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam

jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama kelamaan

menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau gejala-gejala hebefrenik dan

katatonik bercampuran. Skizofrenia paranoid memiliki perkembangan gejala yang

konstan. Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi. Pemeriksaan secara lebih teliti juga

didapatkan gangguan proses pikir, gangguan afek, dan emosi.

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun. Permulaannya

mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit

sering dapat digolongkan skizoid, mudah tersinggung, suka menyendiri dan

kurang percaya pada orang lain.Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia

paranoid dapat didiganosis apabila terdapat butir-butir berikut :

Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Page 9: DocumentSP

Sebagai tambahan :

o Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

Suara-suara halusinasi satu atau lebih yang saling berkomentar

tentang diri pasien, yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,

mendengung, atau bunyi tawa.

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin

ada tetapi jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejalakatatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid memiliki karakteristik berupa preokupasi satu

atau lebih delusi atau sering berhalusinasi. Biasanya gejala pertama kali muncul

pada usia lebih tua daripada pasien skizofrenik hebefrenik atau katatonik.

Kekuatan ego pada pasien skizofrenia paranoid cenderung lebih besar dari

pasien katatonik dan hebefrenik. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan

regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan

perilakunya dibandingkan tipe skizofrenik lain.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya bersikap tegang, pencuriga, berhati-

hati, dan tak ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.Pasien

skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara

adekuat didalam situasi sosial.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh

gangguan psikosis mereka dan cenderung tetap intak.

Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses

berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double

personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku

Page 10: DocumentSP

kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia heberfenik. Waham dan

halusinasi banyak sekali.

Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia hebefrenik dapat didiganosis

apabila terdapat butir-butir berikut Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenikbiasanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa

muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)..

Untuk diagnosis hebefrenik yang menyakinkan umumnya diperlukan

pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan

bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

o Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,

serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri

(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa

perasaan;

o Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),

sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri

(self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh

sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),

mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated

phrases);

o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak

menentu (rambling) serta inkoheren.

o Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses

pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada

tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions

and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang

bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan,

sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu

perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of

purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat

dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya,

makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe

terdisorganisasi.

Page 11: DocumentSP

Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta

sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik

atau stupor katatonik. Stupor katatonik yaitu penderita tidak menunjukkan

perhatian sama sekali terhadap lingkungannya. Gejala paling penting adalah

gejala psikomotor seperti:

1. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup

2. Muka tanpa mimik, seperti topeng

3. Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,

beberapa hari, bahkan kadang sampai beberapa bulan.

4. Bila diganti posisinya penderita menentang : negativisme

5. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga berkumpul dalam mulut

dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan

6. Terdapat grimas dan katalepsi

Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini

dan mulai berbicara dan bergerak. Gaduh gelisah katatonik adalah terdapat

hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan

tidak dipengaruhi rangsangan dari luar.

Penderita terus berbicara atau bergerak saja, menunjukan stereotipi,

manerisme, grimas dan neologisme, tidak dapat tidur, tidak makan dan minum

sehingga mungkin terjadi dehidrasi atau kolaps dan kadang-kadang kematian

(karena kehabisan tenaga dan terlebih bila terdapat juga penyakit lain seperti

jantung, paru, dan sebagainya)

Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia katatonik dapat didiganosis

apabila terdapat butir-butir berikut :

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :

o Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan

dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak

berbicara):

o Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,

yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

Page 12: DocumentSP

o Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil

dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau

aneh);

o Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif

terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau

pergerakkan kearah yang berlawanan);

o Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk

melawan upaya menggerakkan dirinya);

o Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota

gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

o Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan

secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata

serta kalimat-kalimat.

o Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku

dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus

ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya

gejala-gejala lain.

o Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan

petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat

dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol

dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Pasien dengan skizofrenia katatonik biasanya bermanifestasi salah satu

dari dua bentuk skizofrenia katatonik, yaitu stupor katatonik dan excited

katatatonik. Pada katatonik stupor, pasien akan terlihat diam dalam postur

tertentu (postur berdoa, membentuk bola), tidak melakukan gerakan spontan,

hampir tidak bereaksi sama sekali dengan lingkungan sekitar bahkan pada saat

defekasi maupun buang air kecil, air liur biasanya mengalir dari ujung mulut

pasien karena tidak ada gerakan mulut, bila diberi makan melalui mulut akan

tetap berada di rongga mulut karena tidak adanya gerakan mengunyah, pasien

tidak berbicara berhari-hari, bila anggota badan pasien dicoba digerakkan pasien

seperti lilin mengikuti posisi yang dibentuk, kemudian secara perlahan kembali

lagi ke posisi awal. Bisa juga didapati pasien menyendiri di sudut ruangan dalam

posisi berdoa dan berguman sangat halus berulang-ulang.

Page 13: DocumentSP

Pasien dengan excited katatonik, melakukan gerakan yang tanpa tujuan,

stereotipik dengan impulsivitas yang ekstrim. Pasien berteriak, meraung,

membenturkan sisi badannya berulang ulang, melompat, mondar mandir maju

mundur.Pasien dapat menyerang orang disekitarnya secara tiba-tiba tanpa

alasan lalu kembali ke sudut ruangan, pasien biasanya meneriakka kata atau

frase yang aneh berulang-ulang dengan suara yang keras, meraung, atau

berceramah seperti pemuka agama atau pejabat.Pasien hampir tidak pernah

berinteraksi dengan lingkungan sekitar, biasanya asik sendiri dengan

kegiatannya di sudut ruangan, atau di kolong tempat tidurnya.

Walaupun pasien skizofrenia katatonik hanya memunculkan salah satu

dari kedua diatas, pada kebanyakan kasus gejala tersebut bisa bergantian pada

pasien yang dalam waktu dan frekuensi yang tidak dapat diprediksi.Seorang

pasien dengan stupor katatonik dapat secara tiba-tiba berteriak, meloncat dari

tempat tidurnya, lalu membantingkan badannya ke dinding, dan akhirnya dalam

waktu kurang dari satu jam kemudian kembali lagi ke posisi stupornya.

Selama stupor atau excited katatonik, pasien skizofrenik memerlukan

pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau

orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi,

kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Skizofrenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis

simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan

proses berpikir biasanya sulit ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali

terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Permulaan gejala mungkin

penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari

pergaulan.

Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia katatonik dapat didiganosis

apabila terdapat butir-butir berikut :

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan

karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan

perlahan dan progresif dari :

o Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa

didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari

Page 14: DocumentSP

episode psikotik, dandisertai dengan perubahan-perubahan

perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai

kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,

tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

o Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan

subtipe skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa

pubertas.Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan.

Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.Jenis ini timbulnya perlahan-lahan

sekali.Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan

keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur

dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila

tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur,

atau penjahat.

Skizofrenia residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya

satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah gejala

negatif yang lebuh menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor,

penurunan aktivitas, penumpula afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan

pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri

dan fungsi sosial.

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus

dipenuhi semua :

Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya

perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul,

sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau

isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam

ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,

perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa

lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

Page 15: DocumentSP

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan

halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom

“negative” dari skizofrenia;

Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain,

depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan

disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus

menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala

aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.Penumpulan

emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan

pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika

waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak

disertai afek yang kuat.

Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated).

Seringkali pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah

dimasukkan kedalam salah satu tipe.PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut

sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,

hebefrenik, atau katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi

pasca skizofrenia.

Depresi Pasca-Skizofrenia

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis

umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi

mendominasi gambaran klinisnya); dan

Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit

kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling

sedikit 2 minggu.

Page 16: DocumentSP

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis

menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas

dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia

yang sesuai.

Skizofrenia lainnya

Bouffe Delirante (acute delusional psychosis)

Konsep diagnosis skizofrenia dengan gejala akut yang kurang dari 3

bulan, kriteria diagnosisnya sama dengan DSM-IV-TR. 40% dari pasien

yang didiagnosa dengan bouffe delirante akan progresif dan akhirnya

diklasifikasikan sebagai pasien skizofren

Oneiroid

Pasien dengan keadaan terperangkap dalam dunia mimpi, biasanya

mengalami disorientasi waktu dan tempat.Istilah oneiroid digunakan pada

pasien yang terperangkap dalam pengalaman halusinasinya dan

mengesampingkan keterlibatan dunia nyata.

Early onset schizophrenia

Skizofrenia yang gejalanya muncul pada usia anak-anak. Perlu dibedakan

dengan retardasi mental dan autisme

Late onset schizophrenia

Skizofrenia yang terjadi pada usia lanjut (>45 tahun). Lebih sering terjadi

pada wanita dan pasien-pasien dengan gejala paranoid.

3.5 Penatalaksanaan Skizofrenia

Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan

pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba

beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat

antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama

diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama

yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 2 kategori obat antipsikotik

Page 17: DocumentSP

yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional dan newer atypical

antipsycotics.

a. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional

antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

2. Mellaril (thioridazine)

3. Navane (thiothixene)

4. Prolixin (fluphenazine)

5. Stelazine (trifluoperazine)

6. Thorazine (chlorpromazine)

7. Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional).

Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat

menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.

Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik

konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler.

Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama ( long acting)

dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot

formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan

secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada

newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan

dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic

yang tersedia, antara lain :

Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)

Page 18: DocumentSP

Zyprexa (olanzepine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani

pasien-pasien dengan Skizofrenia.

Cara penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek

klnis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek

samping sekunder.

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis

yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan

dengan dosis ekivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam

dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat

diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak

sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu

sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis

obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan

baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek

samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu

mengganggu

o Kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari

sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis)

dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal

dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2

minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

Page 19: DocumentSP

(diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) tapering off (dosis diturunkan

tiap 2-4 minggu) stop.

Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi

pemeliharaan dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari

setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan

selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda

sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara

bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan.

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat

walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi

ketergantungan obat kecil sekali.

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic

rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar

dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic

agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2

mg/hari)

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien

yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif

terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu

pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.

Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan

pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada

waktu perubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan

mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM).

Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya

dengan tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Newer atypical antipsycotic merupakan terapi pilihan untuk penderita

Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal.

Page 20: DocumentSP

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk

mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti

dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6

minggu

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat

penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.

Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan

oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis

menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang

efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat

mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4

minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat

sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya

dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti

dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti

dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang

dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun

setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti

minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli

merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat

obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.

Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh

total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu

diingat, bahwapenghentian pengobatan merupakan penyebab tersering

kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Page 21: DocumentSP

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang

lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang

timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang

menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-

otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini

pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita

harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat

beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan

kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya

benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau

mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana

terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial

grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan

menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita

yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia,

dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik

atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi

seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-

obatan tersebut. Untuk

mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau

mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih

sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia

yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan

antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant

syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga

dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-

gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

Psikoterapi

Page 22: DocumentSP

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling

percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak

boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus

membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan

membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah

hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang

berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena

disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu

menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan

diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-

ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas. 

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal

klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya

dengan berkata : "Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda

lalui, "tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya

ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki

keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan

kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat

klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan

terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. 

Terapi Keluarga 

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,

sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat

dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien. 

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan

medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku

yang sangat

kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah

ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan

Page 23: DocumentSP

penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan.

Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien

tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu

mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit

tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan

rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis

ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan

hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat

pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan

dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki

kualitas hidup.

ECT

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang

dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini

diperkenalkan oleh Ugo Cerleti (1887-1963). Mekanisme penyembuhan

penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan

adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita

menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150

Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi

pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau

tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik. Kontra indikasi Elektro

konvulsiv terapi adalah dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang

dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien

dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor

otak. Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur

pada vertebra, robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnea, amnesia dan terjadi

degenerasi sel-sel otak.

Prognosis

Page 24: DocumentSP

Untuk menetapkan prognosa kita harus mempertimbangkan semua faktor

di bawah ini ;

1. Kepribadian prepsikotik : bila skizoid dan hubungan antar-manusia

memang kurang memuaskan, maka prognosa lebih jelek.

2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik daripada

bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan.

3. Jenis : Prognosa jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis. Sering

penderita-penderita dengan katatonia sembuh dan kembali ke

kepribadian prepsikoti. Kemudian menyusul jenis paranoid. Banyak dari

penderita ini dapat dikembalikan ke masyarakat. Hebefrenia dan

skizofrenia simplex mempunyai prognosa yang sama jelek. Biasanya

penderita dengan jenis skizofrenia ini menuju ke arah kemunduran

mental.

4. Umur : Makin muda umur permulaannya, makin jelek prognosa.

5. Pengobatan : Makin lekas diberi pengobatan, makin baik prognosanya.

Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit badaniah

atau stres psikologik, maka prognosa lebih baik.

6. Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam keluarga

terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizofrenia.