Upload
oman-yuliansyah
View
221
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
IPLT
Citation preview
BAB I
DATA PROYEK
Pasal 1 : Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :
DED Prasarana Dan Sarana Air Limbah Kab. Aceh Barat – Paket 05
Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini Komplek Salvation Army Ds. Leuhan
Pasal 3 : Item-Iten Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam Kontrak Kerja Dan Bill of Quantity.
1
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana
untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah
Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara
seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam
Dokumen Kontrak.
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang
disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam
Kontrak Kerja Fisik.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi
pelaksana lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan
posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan:
1. Project manager;
2. Site Manager;
3. Quality Engineer;
4. Arsitek;
5. Supervisor Lapangan;
6. Surveyor;
7. Drafman;
8. Administrasi Proyek; dan
9. Operator Computer.
2
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai
dengan bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur
organisasi lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam
kerja.
7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan
diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi serta Konsultan
Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam
jangka waktu lebih dari 3 hari.
9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner dan
Konsultan Manajemen Konstruksi untuk pengantian tenaga ahli
Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga
ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
10.Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor
Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat
teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.
Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor
1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah
dapat dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis
dari Konsultan Manajemen Konstruksi serta mendapat
persetujuan dari Owner.
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua
persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi
target prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan,
3
maka Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan kepada
Kontraktor Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan
tersebut dengan yang lain, dan yang disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Kontraktor Pelaksana harus
menjalankan instruksi tersebut.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan
kewajibannya dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian
atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan)
tanpa seijin atau persetujuan Owner.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor
Pelaksana tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian
pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa persetujuan Owner
dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan
Manajemen Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana tetap
bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahan-
kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan
dan kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan kelalaian
Kontraktor Pelaksana sendiri.
6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak
Kerja langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam
menyediakan dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus
sesuai dengan keahliannya.
7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas
hasil pekerjaan Sub Kontraktor.
Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar
Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukannya, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang
Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar Bestek.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan
oleh Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.
4
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan
sebelum Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh
Konsultan Supervisi.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek
kecuali atas persetujuan Konsultan Perencana.
5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan
memperkecil kuantitas maupun kualitas pekerjaan.
Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek
/Gambar Revisi dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara),
satu set Shop Drawing, satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill
of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis,
dan Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan
dalam kedaan yang rapi.
Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku
Instruksi dan Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor
lapangan dan ditempatkan pada tempat yang baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu
instruksi, nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda
tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor
Pelaksana minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.
5
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di
kantor lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua
tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan
mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 4 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil
Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil
pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap
pertama dilakukan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah
pekerjaan Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan
pekerjaan –pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan
Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan
Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built
Drawing yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner
dan Konsultan Perencana kepada Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di
tempat yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna
bangunan.
Pasal 5 : Rencana Waktu Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.
6
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai
dengan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang
telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner kepada Konsultan
Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan
pekerjaan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui
oleh Konsultan Supervisi.
5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk tidak menyetujui
rencana penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun waktu
pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari
kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian
yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan
untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari
kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti
permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor
pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan,
ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
7
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena permasalahan yang berhubungan dengan
Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan
Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana
dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10.Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang
disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan
Konsultan Manajemen dan Owner.
11.Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan
yang diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan
seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah
menurut keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
Pasal 6 : Request Material Dan Request Pekerjaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan
penggunaan semua material bangunan (request material)
sebelum material bangunan tersebut dipakai dan dimasukan
kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus
disertai dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh
Konsultan Supervisi.
8
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu
set contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan
Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai
material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan
(request pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan
tanpa Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan
belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 7 : Metode Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan
terhadap pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat
Lantai, Eriction Konstruksi Baja dan Eriction Konstruksi Kuda-Kuda
serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika
Metode Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 8 : Rencana Material Dan Peralatan
9
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan
peralatan mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material
dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana
material dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
Pasal 9 : Rencana Tenaga Kerja
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan
tenaga kerja mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana
penggunaan tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
Pasal 10 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja
1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses
penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan
Supervisi untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal
10
yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada
malam hari.
Pasal 11 : Laporan Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan diketahui serta diperiksa oleh Konsultan Supervisi
tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan
yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan
langsung kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam
laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang
dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat
dalam rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian,
laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi
pekerjaan. Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan
bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 12 : Surat Menyurat Dan Komunikasi
1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya
administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
11
Manajemen Konstruksi juga diketahui oleh Konsultan Supervisi
serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya
teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi
juga diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi
lain di luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Kontraktor Pelaksana tetap
wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pasal 13 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)
1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan
diwakili minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor
Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau
Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan
diwakili minimal oleh Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor
Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.
Pasal 14 : Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi
Pekerjaan
12
1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang
untuk memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-
tempat lain dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan
pekerjaan untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan
oleh Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub
Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan
jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai
wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain
kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi
langsung dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity
dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan
Konsultan Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab
penuh akan keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada
dilokasi pekerjaan.
Pasal 15 : Progress Payment
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner
maka Hasil Pekerjaan Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan
metode Progress Payment. Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana
dibayar berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah
diselesaikan dilapangan.
13
2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada
Konsultan Manajemen Konstruksi atau Owner dan diperiksa
kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan
Supervisi.
3. Konsultan Manajemen Konstruksi atau Owner dapat menunda
atau membatalkan Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika
berdasarkan pengamatan sendiri atau laporan/rekomendasi
Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-pekerjaan yang
tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh
Owner jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi atau oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 16 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat
1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri
semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap
pelaksanaan maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap
Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil
pemeriksaan bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan
Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO)
dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan
oleh Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan
dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh
ketiga pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara
Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam
Daftar Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
14
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar
dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan
biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh
Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau
sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat
dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya
dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau
pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10.Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan
cacat harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 17 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan
1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan
Progress 100% yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Supervisi dan Owner , maka pihak Konsultan Manajemen
Konstruksi, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner
bersama-sama menandatangani Berita Acara Serah Terima
Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain oleh Owner.
2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani
berdasarkan klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor
Pelaksana, maka Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan
Owner bersama-sama melakukan Pemeriksaan Lapangan.
15
3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai
kualitas maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan
yang ditemukan dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi
kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah
Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan
Cacat.
4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing
dan Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang
telah disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
Owner sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama
ditandatangani.
5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis
akan realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan
Cacat dan Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita
Acara Serah Terima Pertama (PHO).
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua
perbaikan-perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan
Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai
selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima
Kedua (FHO) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada
Owner.
Pasal 18 : Pemamfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan
1. Pemafaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan
hanya boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara
Owner (Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda
tangani.
2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan
bangunan dan memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam
16
bangunan selama bangunan masih dalam proses Serah Terima
antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner.
3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima
antara Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan
persetujuan Owner dan Kontraktor Pelaksana.
4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap
perbaikan dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang
timbul akibat penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang
telah disetujuinya bersama dengan Owner.
Pasal 19 : Penanggung Jawab Pengawasan
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan
Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek
seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan
seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang
disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam
Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi
pengawasan lapangan proyek kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner dimana didalamnya tercantum beberapa
tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi minimal seperti
berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Enggineer/Leader;
2. Chief Inspector;
3. Inspector;
4. Quantity Surveyor;
5. Quality Engineer;
17
6. Tenaga Administrasi; dan
7. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur
organisasi pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh
Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal
selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi
pengawasan lapangan proyek yang telah disetujui oleh KOnsultan
Manajemen Konstruksi dan Owner kepada Kontraktor Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi jika hendak meninggalkan
lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Owner untuk pengantian tenaga ahli
Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga
ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan
Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang bersifat
teknis di lokasi pekerjaan.
10.Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan
laporan bulanan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan
diketahui oleh Owner atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.
11.Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah
berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi dengan Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Owner.
Pasal 20 : Instruksi Konsultan Supervisi
18
1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua
instruksi atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus
dalam bentuk tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan
harus diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh
alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti
disebutkan dibawah ini :
5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang
kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi
Teknis dan Gambar Bestek.
6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang
tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor
Pelaksana yang dianggap kurang mampu.
8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan
alasan untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
9. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode
pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat
sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses
penyelesaian pekerjaan.
Pasal 21 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan
1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner berhak
mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh
melakukan perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis
19
dan Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau
Konsultan Perencana.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis
harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana
untuk dilaksanakan.
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis
yang dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana,
dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis
tidak boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak
Kerja kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh
Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena
perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh
Konsultan Perencana diketahui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan disetujui oleh Owner.
7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan
kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh
Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian
antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan
secara sepihak tetapi harus melaporkannya kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk tindakan selanjutnya.
9. Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan
Perencana dan Owner berhak menentukan acuan mana yang
harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, dan bill of Quantity kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.
20
10.Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar
Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan
yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.
Pasal 22 : Struktur Organisasi Proyek
1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dengan persetujuan Owner.
2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara
umum hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang
harus diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.
4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus
segera diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang
terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan
diletakan pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi
Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 23 : Ketentuan Lain
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi
Kontraktor Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi
Teknis harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana
21
walaupun hal tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek
dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja
atau oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dengan Persetujuan
Owner.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan
yang menjadi acuan adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak
Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
bersama dengan Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner
dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan
yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi tersebut harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja
yang telah ada.
6. Konsultan Manajemen Konstruksi bersama Konsultan Perencana
dengan persetujuan Owner dapat mengubah sebagian besar atau
sebagian kecil aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan
Kontraktor Pelaksana wajib mengikuti aturan perubahan tersebut.
22
BAB IIIPEKERJAAN JARINGAN AIR LIMBAH TINJA
Pasal 1 : Pekerjaan Pengadaan Pipa PVC dia. 100 mm
1. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.
2. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka bahan dan barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk dijadikan dasr penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
23
3. Semua material pipa berikut accessories pipa lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini berupa barang-barang baru dan bertekanan 16 BAR. Dimensi pada gambar, standard dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan yang diminta dalam spesifikasi ini.
4. Material Pipa HDPE SDR 11, HDPE dia. 110 mm beserta accesoriesnya minimal berkekuatan PN 16, Pemborong terlebih dahulu harus mengajukan brosur barang beserta spesifikasi teknis lainnya sebelum melakukan pemasangan, dan hal tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Proyek.
5. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi beton untuk alasan apapun.
6. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
7. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam komponen balok beton.
8. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
9. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.
Pasal 2 : Pekerjaan Pemasangan Pipa
1. Tata letak pemasangan pipa harus dipasang dengan jarak-jarak (clearence) yang cukup dengan Drainase dan lainnya, sehingga cukup baik untuk pipa itu sendiri dan fitting / peralatan lainnya pada system pemipaan tersebut untuk pemeliharaannya.
2. Penanaman Pipa didalam tanah, setiap pipa harus terlebih dahulu dibersihkan dan diperiksa/ditest lebih dahulu agar kerusakan yang mungkin ada dapat terditeksi. Semua pipa harus diletakkan pada posisi yang benar dan tepat, sesuai dengan kebutuhannya.
3. Bila ternyata tidak mampu menahan beban pipa, Kontraktor harus mencarikan metode/cara lain untuk dapat menahan beban pipa tersebut dan
24
melaporkan kepada Direksi Proyek untuk diperiksa dan dilaksanakan setelah persetujuan diberikan.
4. Trust Block harus dipasang pada situasi sebagai berikut :a. Perubahan arah atau belokan pada system pemipaanb. Perubahan ukuran pipa pada system pemipaanc. Ujung akhir (dead end) dari system pemipaand. Pada kedua sisi setiap katup.
5. Pada setiap sambungan yang menggunakan Flanged harus menggunakan packing dengan ketebalan minimal 3 mm yang dicat pada kedua sisinya dengan campuran minyak nabati dan red-lead atau graphite, kemudian sambungan dipasang dan diikat dengan baut mur pengikat secara kencang.
6. Pembersihan dari / terhadap welding slag, kotoran-kotoran didalam dan dibagian luar ujung pipa dan lainnya harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
7. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup sesuai dengan ketentuan.
8. Pengujian Untuk Tekanan Pipa, seluruh system pemipaan harus diuji tekanan oleh Kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan prosedur test, daftar peralatan, alat ukur, alat Bantu dan ‘log sheets’ yang akan digunakan dalam pengetesan kepada Direksi Proyek paling lambat 6 (enam) hari kalender sebelum dilakukan pengujian.
9. Seluruh pemipaan harus diuji baik secara keseluruhan maupun secara bagian perbagian harus diuji tekanan dengan menggunakan tekanan air atau dapat juga dengan tekanan udara.
BAB IVPEKERJAAN PEMBUATAN
TREATMENT FLOATION/PENGOLAHAN TINJA
Pasal 1 : Galian Tanah
25
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.
12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
26
13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 2 : Pekerjaan Pasir Urug
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari
lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap NI-3 ( PUBI tahun 1982 )
pasal 14 ayat 3.
2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan
bahan-bahan organis lainnya, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal
10. Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat minta kepada Penyedia Jasa, supaya air
yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah,
atas biaya Penyedia Jasa.
3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas dan harus
dengan persetujuan Pengguna Jasa /MK.
4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai
bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi
serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).
5. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural.
6. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
7. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
8. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
Pasal 3 : Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau
seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan persyaratan standar
Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
27
5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.
6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM
C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka
jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los Angeles Abration’ (LAA).
9. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton
dan mempunyai gradasi yang baik
10.Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%
substansi-substansi yang merusak beton.
11. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang
tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.
12. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat
yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
13. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
14. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan-percobaan
perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (‘Admixture’) tersebut.
Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang
berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk
dimintakan persetujuannya.
15. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi
tergenang air.
16. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 4 : Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
28
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6
mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
29
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
30
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
31
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
32
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 5 : Pekerjaan Dinding beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
33
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti
dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh
Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
b. Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
34
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
35
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
36
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
37
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 6: Pekerjaan Plat Atas Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
38
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6
mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
39
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
40
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
41
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 7: Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
42
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan
plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus
benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat
dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
43
BAB VPEKERJAAN RESAPAN WETLAND
Pasal 1 : Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk
44
membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.
12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 2 : Pekerjaan Pasir Urug
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari
lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap NI-3 ( PUBI tahun 1982 )
pasal 14 ayat 3.
2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan
bahan-bahan organis lainnya, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal
45
10. Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat minta kepada Penyedia Jasa, supaya air
yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah,
atas biaya Penyedia Jasa.
3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas dan harus
dengan persetujuan Pengguna Jasa /MK.
4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai
bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi
serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).
5. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural.
6. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
7. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
8. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
Pasal 3 : Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau
seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan persyaratan standar
Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.
6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM
C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka
jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los Angeles Abration’ (LAA).
9. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton
dan mempunyai gradasi yang baik
46
10.Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%
substansi-substansi yang merusak beton.
17. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang
tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.
18. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat
yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
19. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
20. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan-percobaan
perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (‘Admixture’) tersebut.
Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang
berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk
dimintakan persetujuannya.
21. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi
tergenang air.
22. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 4 : Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
47
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6
mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
48
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
49
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
50
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
51
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 5 : Pekerjaan Dinding beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti
dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh
Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
b. Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
52
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
53
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
54
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
55
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 6: Pekerjaan Plat Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
56
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6
mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
57
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
58
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan
59
Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang
dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap
adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
60
menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
Pasal 7 : Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
61
10. Lama antara plesteran lama dengan
plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus
benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat
dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 8: Pekerjaan Pasangan Pipa PVC dan Aksesori
1. Semua material pipa berikut accessories pipa lainnya yang digunakan dalam
pekerjaan ini berupa barang-barang baru dan bertekanan 16 BAR. Dimensi
pada gambar, standard dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan yang
diminta dalam spesifikasi ini.
2. Material Pipa HDPE SDR 11, HDPE dia. 110 mm beserta accesoriesnya
minimal berkekuatan PN 16, Pemborong terlebih dahulu harus mengajukan
brosur barang beserta spesifikasi teknis lainnya sebelum melakukan
pemasangan, dan hal tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi Proyek.
3. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton untuk alasan apapun.
4. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
5. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.
6. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
62
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.
Pekerjaan Pemasangan Pipa
1. Tata letak pemasangan pipa harus dipasang dengan jarak-jarak (clearence)
yang cukup dengan Drainase dan lainnya, sehingga cukup baik untuk pipa itu
sendiri dan fitting / peralatan lainnya pada system pemipaan tersebut untuk
pemeliharaannya.
2. Penanaman Pipa didalam tanah, setiap pipa harus terlebih dahulu
dibersihkan dan diperiksa/ditest lebih dahulu agar kerusakan yang mungkin
ada dapat terditeksi. Semua pipa harus diletakkan pada posisi yang benar
dan tepat, sesuai dengan kebutuhannya.
3. Bila ternyata tidak mampu menahan beban pipa, Kontraktor harus
mencarikan metode/cara lain untuk dapat menahan beban pipa tersebut dan
melaporkan kepada Direksi Proyek untuk diperiksa dan dilaksanakan setelah
persetujuan diberikan.
4. Trust Block harus dipasang pada situasi sebagai berikut :
e. Perubahan arah atau belokan pada system pemipaan
f. Perubahan ukuran pipa pada system pemipaan
g. Ujung akhir (dead end) dari system pemipaan
h. Pada kedua sisi setiap katup.
5. Pada setiap sambungan yang menggunakan Flanged harus menggunakan
packing dengan ketebalan minimal 3 mm yang dicat pada kedua sisinya
dengan campuran minyak nabati dan red-lead atau graphite, kemudian
sambungan dipasang dan diikat dengan baut mur pengikat secara kencang.
6. Pembersihan dari / terhadap welding slag, kotoran-kotoran didalam dan
dibagian luar ujung pipa dan lainnya harus dilakukan sebelum sambungan
dipasang.
7. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup sesuai dengan
ketentuan.
8. Pengujian Untuk Tekanan Pipa, seluruh system pemipaan harus diuji tekanan
oleh Kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan prosedur
63
test, daftar peralatan, alat ukur, alat Bantu dan ‘log sheets’ yang akan
digunakan dalam pengetesan kepada Direksi Proyek paling lambat 6 (enam)
hari kalender sebelum dilakukan pengujian.
9. Seluruh pemipaan harus diuji baik secara keseluruhan maupun secara bagian
perbagian harus diuji tekanan dengan menggunakan tekanan air atau dapat
juga dengan tekanan udara.
Pasal 9: Pekerjaan Penanaman Pohon Akar Wangi
a. Tanah Media Tanam
1. Tanah untuk media penanaman pohon, rumput dan bunga adalah tanah yang
subur dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh pohon, rumput dan
bunga untuk tumbuh dan berkembang dengan baik selama minimal 2 bulan
perawatan.
2. Tanah untuk media tanam tidak boleh diambil atau diolah dari tanah hasil
Line Clearing, Bongkaran Bangunan atau Galian.
3. Tanah untuk media tanam adalah tanah kebun, gunung dan sawah yang
telah diolah sedemikian rupa dan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.
b. Pohon Pelindung (Akar Wangi)
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan seperti berikut ini kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity :
a. Penanaman Pohon Pelindung; danb. Penanaman Bunga dan Teh-Tehan.
1. Jenis pohon dan bunga serta teh-tehan yang dipakai pada pekerjaan ini
dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Bibit Pohon dan Tanaman Hias bukanlah hasil pekerjaan stek batang,
cangkok batang tetapi adalah bibit asli yang berasal dari pembibitan buah.
4. Tinggi minimal bibit pohon adalah 1500 mm.
5. Tinggi minimal bibt bunga dan teh-tehan adalah 150 mm.
64
6. Pohon dan Tanaman Hias harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi
pupuk hingga tumbuh dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan
terhitung sejak waktu mulai ditanam.
7. Pohon dan Tanaman Hias harus dilindungi dalam pagar-pagar pelindung dari
kayu berbentuk kotak dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 1 meter
sehingga tidak mudah dijangkau dan dirusak oleh binatang.
8. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas pohon dan tanaman
hias mati, Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya
dengan yang baru.
c. Rumput
1. Rumput adalah dari jenis Rumput Manila atau Rumput Garam.
2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Tinggi maksimal bibit rumput adalah 30 mm.
4. Bibit rumput adalah dalam bentuk media siap tanam berupa potongan-
potongan bibit rumput ukuran 200 x 200 x 70 mm.
5. Rumput harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk hingga tumbuh
dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan terhitung sejak waktu mulai
ditanam.
6. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas rumput mati, Kontraktor
Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya dengan yang baru.
BAB VI
PEKERJAAN PEMBUATAN TOILET
Pasal 1 : Galian Tanah
65
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus
memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar,
dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut
hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam
Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan
juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus
membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan
dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para
pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman
yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali
dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-
puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang
diperlukan.
11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan
dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian
dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.
12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
66
13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 2 : Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)
1. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat /
retak, dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.
2. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10
-15 cm, dan tidak bercampur dengan tanah.
3. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi
panjang tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang
merata dan disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang-lubang
yanterdapat pada sela-sela batu kemudian ditimbris.
Pasal 3 : Pondasi Batu
Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
syarat-syarat pelaksanaan
67
1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras,
tidak berlubang dan forius.
2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah
dan lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,
pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu
gunung adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu
Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk
keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus
diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung
tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan
besarnya serta spesi secukupnya.
10.Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi
spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan
dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
Pasal 4 : Pekerjaan Beton Bertulang (Sloof, Kolom, Balok, dan Lantai Kerja)
Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
68
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6
mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Semen Portland
69
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
70
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
syarat-syarat pelaksanaan
Perakitan Tulangan
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus
sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
71
3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel
kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
4. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
5. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
6. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
Sambungan Antar Tulangan
1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran
tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
2. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil
minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
3. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak
dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
4. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika
tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK
SNI T-15-1991-03.
5. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada
komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
72
6. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan
plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada
posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
7. Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau
pada daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak
dibenarkan.
Beton Tahu ( dacking )
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan
yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom
harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai
jarak yang tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut
beton pada masing-masing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada
point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi
lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
73
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop
Drawaing Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.
9. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
10.Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran
elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak
dibenarkan.
11.Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
12.Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .
13.Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan
acian beton.
14.Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pengecoran Beton ( Casting Concrete )
1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
74
2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-275 hanya boleh
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,
Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang
diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh
Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
75
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
15. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk
sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
16. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
17. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
18. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain
atas dipermukaanya.
19. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran
dengan cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali
ditentukan lain dalam Bill of Quantity.
Beton Ready Mix
1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain
kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan
Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
76
Pembongkaran Bekisting/Mal Beton
1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam
bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap
tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena
alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata,
halus, cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing
cat diatasnya.
Perawatan Beton ( Curing )
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28
hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan
Supervisi.
Quality Control
a. Slump Test
77
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton
pada setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana
nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada
pada Job Mix Disain.
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan
beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan
pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu
Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
78
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x
20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat
tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap
tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan
beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari
95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai
dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan
Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran
beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang
berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam
pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana
kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan
campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
10.Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11.Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
79
d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji
langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan
salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai
untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur
ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka
harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan
masing-masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi
beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
Instalasi Dalam Konstruksi Beton
1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
80
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.
Sambungan Antar Beton
1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk
alas an apapun tidak diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80
cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2).
81
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
Pasal 6 : Pekerjaan lantai
Pasir Urug Bawah Lantai.
1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam
ruangan harus sudah selesai 100%.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal
minimal 10 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang
seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang
diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
82
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
Beton Cor Bawah Lantai
1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6
KR dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi
dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.
3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 7 : Pasangan Batu Bata
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada
dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet
dan Kamar Mandi serta bak air.
83
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu
bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½
bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.
8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air
(trasram).
9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang
untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua
dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang
untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
84
8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 8 : Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau
dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
85
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 9 : Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai dan dinding
1. Keramik lantai adalah dari Merk Roman, Platinum & Royal.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, , ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Motif atau type permukaan keramik lantai adalah Polished ( halus ) atau
sesuai Bill of Quantity serta Gambar Bestek.
4. Keramik Mempunyai ketebalan standard atau minimal 5 mm.
5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek atau sesuai Petunjuk Konsultan Supervisi.
7. Warna Keramik lantai ditentukan oleh Konsultan Perencana pada tahap
konstruksi dan dapat diganti dengan alasan warna yang telah ditentukan
dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak
dikeluarkan lagi oleh pabrik.
8. Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.
9. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku dan standar untuk
semua ukuran yang sama.
86
10.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola
lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan
potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada
gambar pola lantai.
11.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito
dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya adalah
maksimal 3 mm.
12.Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang
dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
13.Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.
a. Keramik Unpolish 30 x 30
1. Semua keramik yang dipakai pada lantai adalah dari Merk Roman/IKAP/MAS
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Ukuran keramik, Bentuk Permukaan (Unpolished ) keramik harus sesuai
dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Untuk Lantai 1 keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai
dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang
lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi
beton 2,5 cm.
6. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
7. Pemasangan keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang
ada dalam Gambar Bestek. Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
9. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.
10.Bentuk dan dimensi keramik harus benar-benar siku serta standar untuk
semua ukuran yang sama.
87
11.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola
lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan
potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada
gambar pola lantai.
11.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan dan
sebagai tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah
maksimal 3 mm.
b. Dinding Keramik 20 x 20 Polish
1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah dari Merk
Roman/IKAP/MAS
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of
Quantity.
4. keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata
dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.
5. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Warna dan Motif keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
7. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished
(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
8. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.
9. Celah-celah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk
keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
10.Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus
ditumpulkan dengan memakai potongan-potongan keramik yang dibentuk
sedemikian rupa hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.
11.Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan Granito Tile harus
diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.
88
Pasal 10 : Pekerjaan Kuda-kuda
a. Kuda – Kuda Kayu
1. Rangka Kuda-Kuda dibuat dari kayu kelas kuat II dari jenis meranti atau
damar, atau jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Kayu kuda-kuda tidak boleh cacat, bermata kayu atau bekas kayu yang
sudah pernah digunakan pada konstruksi lain.
3. Ukuran dan dimensi kayu harus sesuai dengan ukuran yang ada dalam
Gambar Bestek.
4. Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh material kayu untuk disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
5. Kayu rangka kuda-kuda tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Apabila diadakan penyambungan maka pada batang-batang tarik
dipergunakan alat sambung baut yang diperkuat dengan klos, adapun ukuran
baut yang dipergunakan minimum diameter ½” dimana letak dan jumlah
baut yang dipergunakan haruslah sesuai dengan Gambar Bestek.
7. Tidak dibenarkan melakukan penyambungan lebih dari satu titik sambungan
untuk bentang kayu kuda-kuda yang kurang dari 8 m.
8. Detail penyambungan kayu kuda-kuda harus mengikuti pendetailan seperti
pada Gambar Bestek.
9. Pada bagian-bagian batang tekan sambungan yang digunakan adalah
sambungan kaki/kuku dengan ketentuan harus menggunakan kuku atau pen
yang diperkuat dengan paku.
8. Penyambungan pada balok gapit batang bawah tidak dibenarkan satu
arah/tempat haruslah diselang-seling satu dengan yang lainnya.
9. Pada sambungan batang-batang tunggal ( ditunjukan dalam gambar bestek )
diperlukan penggunaaan Plat Strip dengan tebal 6 mm sebagai perkutan.
89
10. Pada skor tegak antara dua kuda-kuda harus diberi ikatan angin dari kayu
yang saling bersilangan dengan ukuran minimal 50/100 mm atau sesuai
Gambar Bestek.
11. Hasil pemasangan kuda-kuda harus sama dengan model kuda-kuda yang ada
dalam Gambar Bestek dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
b. Baut Dan Plat Strip Kuda-Kuda
1. Baut mempunyai panjang sesuai dengan Gambar Bestek dan dilengkapi oleh
Ring Mati pada posisi ekor dan kepala. Tebal Ring Mati minimal adalah 2 mm.
2. Plat Strip kuda-kuda mempunyai dimensi minimal lebar 50 mm tebal 6 mm
dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan posisi pemasangan baut.
3. Baut dan Plat Strip harus dicat dengan baik dengan cat besi sehingga tidak
berkarat.
4. Jumlah pemasangan baut dan plat strip pada konstruksi kuda-kuda atau
sambungan kuda-kuda harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Baut dan Plat Strip harus mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan.
6. Baut harus Mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut :
a. Modulus Elastisitas : E = 200.000MPa
b. Modulus Geser : G = 80.000 MPa
c. Nisbah Poisson : μ = 0,3
d. Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC
e. Tegangan Luluh : fu = 400 Mpa
c. Gording Kayu
1. Gording adalah dari material kayu kelas kuat I dari jenis Seumantok, Ulin atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
90
2. Ukuran kayu gording adalah 5/10 cm.
3. Kayu gording tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
4. Semua kayu gording harus diresidu seluruh permukaannya.
5. Gording ukuran 5/10 cm dipasang langsung diatas kaki kuda-kuda dengan
perkuatan paku yang pada bagian bawahnya ditumpu oleh kayu klos (
tupai/tikusan ) tebal 5 cm yang juga dijangkarkan langsung dengan paku
pada kaki kuda-kuda.
6. Jarak pemasangan gording sesuai dengan gambar bestek.
7. Penyambungan-penyambungan pada gording yang diperlukan karena
terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak
boleh berada pada satu garis lurus.
d. Kasau Kayu
1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Ukuran kayu kasau adalah 5/7 cm.
3. Kayu Kasau tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
4. Semua kayu Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.
5. Kasau dipasang langsung diatas Gording dengan arah yang bersilangan
memakai alat sambung paku kayu.
6. Jarak pemasangan antara satu kasau dengan kasau yang lain adalah maksimal
50 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.
7. Penyambungan-penyambungan pada kasau yang diperlukan karena
terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak
boleh berada pada satu garis lurus.
91
e. Reng Kayu
1. Reng adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Ukuran kayu Reng adalah 3/4 cm.
3. Kayu Reng tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
4. Semua Reng Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.
5. Reng dipasang langsung diatas Kasau dengan arah yang bersilangan memakai
alat sambung paku kayu.
6. Jarak pemasangan antara satu Reng dengan Reng yang lain adalah maksimal
30 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.
7. Penyambungan-penyambungan pada Reng yang diperlukan karena
terbatasnya panjang kayu harus dibuat pada daerah tumpuan atau pada posisi
Kasau.
f. Angkur Kuda-Kuda
1. Angkur Kuda-Kuda adalah dari Besi Tulangan Polos Ø 12 mm yang
dijangkarkan/ditanam dalam Ring Balok Beton.
2. Setiap titik tumpuan kuda-kuda harus dipegang/dijangkarkan dengan minimal
4 batang angkur.
3. Angkur dicat minie besi dengan baik supaya tidak berkarat.
4. Setiap unit angkur harus diikat dengan baik kekayu kuda-kuda sehingga
tidakm mudah terlepas.
5. Panjang angkur harus cukup sehingga ketika dililitkan pada kayu kuda dapat
saling mengikat satu dengan yang lain.
92
Pasal 11 : Pekerjaan Atap
a. Material Penutup Atap
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan rangka kuda-kuda serta
penutup atap seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan
pekerjaan pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan
pekerjaan lainnya.
2. Persyaratan Bahan
a. Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan,
contoh-contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan
digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
a. Bahan penutup atap menggunakan genteng Metal Sakura Roof/Multi
Roof/Surya Roof
b. Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan
terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara
hujan.
c. Warna sesuai persetujuan Pengguna Jasa serta perencana.
d. Spesifikasi bahan untuk rangka kuda-kuda:
Ukuran reng 3/4 dan jarak ±38,5 cm atau di sesuaikan ukuran genteng dan
sesuai persetujuan konsultan pengawas.
Ukuran kaso 5/7 dan jarak 50 cm
Gording menggunakan ukuran 6/12 dengan jarak 120 cm, atau sesuai
dengan gambar rencana.
Semua kayu yang digunakan untuk rangka kuda-kuda ini menggunakan kayu
kelas kuat 1 dan kelas awet 1 dengan jenis bangkiray.
Kondisi kayu tidak rusak, tidak memiliki mata kayu yang akan mengurangi
kekuatan bahan serta tidak dalam kondisi termakan rayap.
93
Ukuran yang digunakan adalah ukuran asli sesuai dengan ukuran yang
tertera pada gambar rencana.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas
terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.
c. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
b. Material Rabung/Bubungan Penutup Atap
1. Material Rabung, Nok atau Bubungan Atap adalah dari material genteng
Metal Sakura Roof atau Multi Roof/Surya Roof :
a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)
b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)
c. Permukaan: Polished ( Halus )
d. Lebar : 1000 mm
e. Panjang : 770 mm
f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh
material Rabung atau Nok untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada
masa pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Nok/Rabung harus dicantumkan Merk Dagang,
Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK resmi akan daya tahan
material Nok/Rabung dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran
Nok/Rabung kepada Konsultan Supervisi.
94
6. Setiap lembaran material Nok/Rabung atap yang didatangkan ke lokasi
pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak
melengkung lapisan aluminium sengnya.
7. Bentuk material Nok/Rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan
model atap. Material Nok/Rabung harus disimpan dalam Gudang material jika
tidak langsung digunakan. Material Nok/Rabung tidak boleh basah/lembab
dan berhubungan langsung dengan tanah.
c. Material Nok Pinggir/Samping
2. Material Nok Pinggir/Samping adalah dari material genteng Metal Sakura Roof
atau Multi Roof/Surya Roof :
a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)
b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)
c. Permukaan: Polished ( Halus )
d. Lebar : 1000 mm
e. Panjang : 770 mm
f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm TCT
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material Nok Pinggir/Samping untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Nok Pinggir/Samping harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Nok Pinggir dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok Pinggir kepada Konsultan Supervisi.
6. Setiap lembaran Nok Pinngir yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan aluminium sengnya.
7. Bentuk material Nok Pinggir harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model atap.
95
8. Material Nok Pinngir harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung digunakan. Material Nok Pinggir tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung dengan tanah.
d. Material Wall Flashing
1. Material Wall Flashing adalah dari material METAL ZINCALUME dengan spesifikasi material seperti dibawah ini :
a. Bahan Dasar : Zincalume Steel
b. Permukaan : Color/Clean Colorbond
c. Ketebalan : 0,40 TCT
d. Panjang : Sesuai Kebutuhan
e. Lebar : 10 cm
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh
material Wall Flashing untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada
masa pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Wall Flashing Samping harus dicantumkan Merk
Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material
Wall Flashing dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Wall Flashing
kepada Konsultan Supervisi.
6. Setiap lembaran Wall Flashing yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus
dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung
lapisan aluminium sengnya.
6. Bentuk material Wall Flashing harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan
model atap.
7. Sepanjang daerah pemasangan Wall Flashing harus dilapisi atau dilindungi
dengan Pekerjaan WATERPROOFING memakai material product SIKA.
96
8. Material Wall Flashing harus disimpan dalam Gudang material jika tidak
langsung digunakan. Material Wall Flashing tidak boleh basah/lembab dan
berhubungan langsung dengan tanah.
e. Talang Patahan Atap
1. Talang Patahan Atap dibuat dari kayu tumpuan kelas I ukuran 5/7 cm dan Plat
Seng BJLS 0,40 mm.
2. Pada bagian joint antara plat seng dengan kayu harus diberi Flincoate/Aspal
untuk mencegah kebocoran.
3. Lebar daerah aliran air hujan pada Talang adalah minimal 15 cm.
4. Hubungan antara plat seng BJLS dengan tumpuan kayu kelas I adalah
memakai Paku Seng ( paku payung ).
5. Pengujian kerja talang atau resiko kebocoran harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana pada pekerjaan ini.
97
Pasal 12 : Pekerjaan Plafond
a. Material Plafond
1. Material utama plafond adalah multiplek 6 mm dengan ukuran panel standard
adalah 120 x 240 cm.
2. Multiplek mempunyai ketebalan minimal 6 mm dengan toleransi ketebalan
minimal 0,5 mm.
3. Multiplek mempunyai berat per lembar 24 kg.
4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang.
5. Pada setiap lembaran Multiplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran
lembar dan ketebalan lembaran.
6. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan
oleh Pabrik Multiplek untuk kekuatan dan daya tahan material kepada
Konsultan Supervisi.
8. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam
keadaan cacat dan rusak.
b. Alat Sambung
1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku Sekrup Anti
Karat / Galvanis.
2. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi
papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.
3. Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan Multiplek harus saling silang.
4. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Multiplek minimal 10 mm.
5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
98
c. Rangka Plafond Kayu Kelas Kuat II1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan
dalam Gambar Bestek.
3. Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam
Gambar Bestek.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik
yang minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.
6. Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang dianjurkan oleh
Pabrik.
7. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang
direkomendasi oleh pabrik Multiplek untuk mengawasi pelaksanaan
pemasangan rangka plafond.
8. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan
rangka plafond dalam Gambar Bestek.
9. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan
konstruksi kuda-kuda.
10.Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi dengan
permukaan lantai.
11.Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond
dengan pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.
a. List Profil Plafond
1. List Profil Plafond pada pinggir-pinggir pemasangan material plafond Multiplek
adalah dari material Gypsum dengan ukuran 90/150 mm atau sesuai Gambar
Bestek.
2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk
yang ada dalam Gambar Bestek.
99
3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material
cat plafond.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
b. Pengantung Rangka Plafond
1. Pengantung rangka plafond adalah dari material kayu kelas II.
2. Tebal rangka kayu minimal adalah 0,40 mm.
3. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung
plafond.
c. Pemasangan Plafond
1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond
sudah mencapai 100 %.
2. Pemasangan Plafond Multiplek 6mm dilakukan langsung pada rangka plafond
dengan alat sambung paku Sekrup.
3. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang
direkomendasi oleh pabrik multiplek untuk mengawasi pelaksanaan
pemasangan plafond.
4. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus
membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.
5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar
Bestek.
6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata
dan tidak melendut.
7. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus
tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.
100
8. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah
maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.
9. Celah-celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan
pemuaian harus didempul dengan baik, rapi dan datar.
10. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring
balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan
pemuaian dan susut karena suhu.
11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah
pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
13. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-
alasan tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh
dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada
posisi penjangkaranya pada rangka plafond.
14. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan
oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin
Konsultan Supervisi.
Pasal 13 : Pekerjaan Plumbing
a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing
1. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan
sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber
air bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di
dalam bangunan gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam
laboratorium.
101
2. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi
air bersih.
3. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang
diperlukan seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.
4. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.
b. Sistem Instalasi Plumbing
SISTEM AIR BERSIH
Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep
well). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga
sebagai tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank
di alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.
SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS
Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan
penunjang masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan
bangunan tersebut, dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan
ke saluran terdekat.
c. Spesifikasi Teknis dan Produk.
1. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :
Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan
pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A).
Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan
menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class
Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang
baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :
RUCHIKA, atau WAVIN
102
3. Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar
pipa yang digunakan.
4. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,
dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada
penyambungan ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal
tape.
5. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.
6. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support
pipa yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan
kaku. Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5
meter.
7. Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan,
ditanam dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan
harus dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.
8. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan
lalu pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang
dipadatkan, sebelum diurug dengan tanah asal.
9. Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan
ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan
untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA, CAPRARI, atau
setara.
10.Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel
langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.
11.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek
fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek
besarnya arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya
Pasal 14 : Pekerjaan Sanitary
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan peralatan
lainnya yang digunakan untuk melaksanakan pemasangan perlengkapan toilet,
103
sesuai yang tertera pada gambar rencana. Semua sanitaries yang diusulkan
harus berikut semua perlengkapannya. Contoh-contoh Pemborong harus
memperlihatkan brosur/contoh-contoh warna barang yang akan dipakai kepada
Pengawas untuk disetujui.
PELAKSANAAN
1. Pemborong harus meminta izin kepada Pengawas tentang cara, waktu
dan letak pemasangan perlengkapan toilet. Pemasangan harus kuat, rapih
dan bersih.
2. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus teliti, tepat pada posisi
sanitasinya serta rapat dan dijamin tidak bocor.
3. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus dipasang lengkap dengan per-
lengkapannya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.
4. Setelah selesai pemasangannya harus dibiarkan mengering selama 4 hari
tidak boleh dipergunakan.
5. Sesudah pekerjaan saniter ini terpasang harus dijaga kemungkinan
terkena cairan atau benda lain yang bisa menimbulkan cacat. Bila hal ini
terjadi Pemborong harus memperbaiki cacat tersebut hingga pulih
kembali atas biaya Pemborong. Hasil pemasangan pekerjaan ini harus
kuat, rapih dan dapat berfungsi dengan sempurna.
Pasal 15 : Pekerjaan Pintu dan Aksesoris
Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.
a. Kunci Dan Pengantung
1. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Gambar Bestek dan BQ maka Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan dibawah ini :
Kunci Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Jendela : Standar SNI
104
Engsel Tanam/Putar : Standar SNI Engsel/Hak Angin Jendela : Standar SNI Pegangan Jendela : Standar SNI Pegangan Pintu : Standar SNI
2. Material atau bahan adalah material atau bahan yang tidak berkarat serta
tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan
minimal dari dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk
disetujui.
4. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan
pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada
brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai
atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.
6. Engsel pintu harus dipasang minimal 2 engsel untuk satu daun pintu dengan
jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak
pemasangan engsel ke dua sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen
teratas.
7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela
serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian
bawah.
8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela
yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
Pasal 16 : Pekerjaan elektrikal
a. Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan klausul-
105
klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya
dari syarat-syarat umum.
2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan
dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan atau
bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja
dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan
atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap
melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.
b. Gambar-Gambar
1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan
dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat bekerja dengan
baik.
2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan
struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana dan
detail ”finishing” dari proyek.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar-
gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan kepada
Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing
yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan Supervisi
dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi dan telah
berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-
catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)
dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan
106
(as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan
Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.
c. Koordinasi
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini,
harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang
satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
d. Daftar Bahan Dan Contoh
1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila
ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana diharuskan
menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini
harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnyatercantum nama-nama dan
alamat manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu oleh Konsulatan Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan
diberikan atas dasar di atas.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan
dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan dengan
penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan
Kontraktor Pelaksana .
3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan haruslah
dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-masing.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala
ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera menghubungi
Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.
107
5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya
tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila terjadi kekeliruan
maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor Pelaksana .
Untuk itu pemeliharaan equipment dan material harus mendapatkan
persetujuan dari Konsulian Supervisi .
e. Commision Dan Testing
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing
dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat
berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang
berlaku.
2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini
termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini
seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana .
f. Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya
1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang
disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk
tersebut diatas.
2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan
dari Konsultan Supervisi.
g. Perlindungan Pemilik
1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
h. Contoh
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material
yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan
108
Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan
contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
i. Pengetesan
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang
dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap
sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan dan
perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan
tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .
2. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah
dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan
dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan
dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata
memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak,
maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan kepada
pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang disetujui
Konsultan Supervisi.
j. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan
1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun terhitung
dari penyerahan kedua.
2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan
untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada instalasi yang
dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini
masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat
dihubungi setiap saat.
4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi
dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik
yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan
tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan sertifikat
pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.
109
5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan Supervisi
lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut
pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan
pekerjaan instalasi tersebut.
6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus
mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut
kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk
oleh pemberi tugas (customer).
7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5
(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para
petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.
k. Laporan
Laporan Harian
Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan"
yang memberikan gambaran dari kegiatan- kegiatan yang dilakukan di lapangan
secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik.
2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah :
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah / kurang.
110
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut
berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana
pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek
dan diserahkan pada Konsultan Supervisi untuk diketahui/disetujui.
Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam rangkap 5
(lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).
2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Konsultan Supervisi pekerjaan ini.
l. Penanggung Jawab Pelaksana
1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus
menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak
selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan
memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi-instmksi dari Konsultan Supervisi.
2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam
kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang
dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan perintah pengawas di
dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak Pembomg
melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
m. Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan
111
1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Konsultan Supervisi.
2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi
pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.
3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,
harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi secara
tertulis. Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang
mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh
Konsultan Supervisi.
n. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran
1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan
dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti
keadaan semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor Pelaksana instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari
Konsultan Supervisi.
3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari
Konsultan Supervisi.
o. Pekerjaan Listrik
1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh sistem
listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma
dan aman.
2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan
pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah
dapat dipergunakan pemilik.
p. Pemeriksaan Routines
112
1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan
dan pemeriksaan routine.
2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus
dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.
PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL
a. Umum
1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan
dan training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat
beroperasi dengan baik dan benar.
b. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari
panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan seluruh
instalasinya termasuk armature, saklar dan stop kontak.
2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran kabel
tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah
dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:
a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu
sesuai gambar rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop kontak
daya dan stop kontak khusus.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar
tukar.
d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan cable
trunking.
113
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel
serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar dan stop
kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan
dan stop kontak.
5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)
a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan tiang,
pondasi, armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang, pondasi,
armature dan accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang armature
dan accessories lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan
conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.
6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.
7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap
dengan accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar
dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack,
support equipment dan accessories lainnya.
c. Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-
peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor Pelaksana harus
melengkapi dan memasang selumh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan.
114
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi
dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Kontraktor
Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang
disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan
biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada
gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
d. Standar-Standar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi
Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).
3. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).
4. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
5. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan
buatan.
6. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
e. Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :
1. Penerangan dan stop kontak
2. Sistem Pembumian
3. Daftar merk/produk material
f. Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi
1. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal-hal
sebagai berikut :
Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail tentang
pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta hubungan-hubungannya
dengan pekerjaan lain.
Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,
115
pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada posisinya atau
pada mangannya.
Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat peralatan.
2. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran peralatan (mesin-
mesin) berat, cara-cara pemasangan dan persyaratannya, serta wiring
diagram dari peralatan-peralatan utama.
3. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagian-
bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan
Supervisi.
g. Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi
1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan gambar-
gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah disetujui Konsultan
Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari 1 set
transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan telah selesai dan paling
lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi
petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan kepada
Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator yang
ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup
menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.
h. Masa Pemeliharaan Dan Garansi
1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus memberikan
garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta mengadakan
service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan yaitu:
a. Garansi selama 1 tahun
b. Pemeliharaan selama 6 bulan.
2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :
116
a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan pekerjaan.
b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala sesuai
dengan persyaratan pabrik.
c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga petugas
tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan-peralatan yang
dipasang.
i. Pendidikan Dan Latihan
1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair manual,
segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.
j. Persyaratan Bahan Dan Material
Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana harus
baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.
2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi
yang terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah ini, maka
Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan
jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta
relay protection.
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan
kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.
d. Kabel.
Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib
117
mengisi daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap
dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang
berupa barang-barang produksi.
Penyebutan Merk/Produk Pabrik
1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material-material Listrik utama, maka
Kontraktor Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya material yang
dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.
2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang
disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor
Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat
diterima Owner, Konsultan Supervisi dan Perencana, maka dapat dipikirkan
penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor
Pelaksana.
Daftar Merk/Produk Material
1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.
2. - Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.
- Kabel TR-FRC: Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax, Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.
3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG, Lifasa.
4. Komponen Panel Tegangan Rendah :
a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG, Mitsubishi.
b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG, MG.
d. Peralatan Meter :
- Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
118
- Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
- CosQ-meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
- Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
- Relay-relay pengaman : Telemecanique, Omron, Siemens, AEG, SEG.
e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.
f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.
g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.
5. Komponen Lampu :
a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.
b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.
c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram, National
d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens, Bosch.
e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).
f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.
g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.
6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker, National.
7. Saklar : Nasional
8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.
9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra, Siemens, Lucolite.
10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens, Spectra.
11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars, Interack, Metosu.
14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term oweld, Ex-Local dengan conductivity Cu > 99,9.
119
15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.
PANEL TEGANGAN RENDAH
a. Persyaratan Bahan Dan Material
1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,
pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga teknisi
dan tenaga ahli.
2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar
dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
b. Persyaratan Bahan Dan Material
1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang
harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang
dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan
Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,
NEMA dan sebagainya.
2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed),
free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. Panel Genset
b. LVMDP
c. LV-SDP
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).
Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b. Panel-panel daya plumbing
120
c. Panel-panel daya air conditioning
d. Panel-panel lain.
4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed}
untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen-
komponen yang ada :
a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).
5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam mgambar rencana.
c. Karakteristik Panel
a. Tegangan kerja : 400 volt
b. Tegangan uji : 3.000 volt
c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt
d. Frekwensi : 50 Hz
d. Konstruksi Panel
1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh
petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus
tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan tegangan,
pengecekan gangguan dan sebagainya.
2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk
pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan.
Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam
lemari tersebut telah off /mati.
3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus
dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat
kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan
diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga
121
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing
terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.
5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :
a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat
dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.
b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang
dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa,
sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah
off/mati.
c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan
ketinggiannya.
6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium
b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,
kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara
galvanisasi atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer".
c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abu-abu
atau wama lain yang disetujui Direksi.
7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker
(MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB)
atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar
rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar
rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi
dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.
122
10.Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan
hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay
pengaman lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay dan lain-
lain)seperti terdapat pada gambar.
11.Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas
dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu
setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.
12.Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .
Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;
a. Phasa : Merah, kuning, hitam
b. Netral : Biru
c. Ground : Hijau - Kuning.
13.Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan
bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup
dengan sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.
14.Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:
a. Fungsi peralatan dalam panel
b. Posisi terbuka atau tertutup
c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d. Dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
15. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):
123
a. Test kekuatan tegangan impuls
b. Test kenaikan temperatur
c. Test kekuatan hubung singkat
d. Test untuk alat-alat pengaman
e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH
a. Umum
1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.
b. Instalasi Dan Pemasangan Kabel
Bahan
1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas
ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara
disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.
3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :
a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit Hight Impact
PCV.
b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman dengan
menggunakan kabel NYFGbY.
124
c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan
kabel jenis NYY.
d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,
pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,
Pirelli.Pyrotenax.
4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton,
ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan
ukurannya.
"Splice" / Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-sambungan baik
dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak
penghubung yang bisa dicapai (accessible).
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless Connector". Jenis
kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductor-
konduktor dengan baik, sehingga semua konductor tersambung, tidak ada
kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat
lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang
diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya
disesuaikan dengan diameter kabel.
Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus dari
type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu
125
itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan
Pemerintah dan atau Manufacturer.
2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain).
Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur mengenai cara- cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.
3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi
sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus
tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran yang sesuai.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC /
protolen yang khusus untuk listrik.
6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai
isolasi tertentu.
7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang udara harus
dibuka selama pengecoran.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus
dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.
Saluran Penghantar dalam Bangunan
1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung,
saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung
saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di
atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.
126
3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran
beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized
dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand-
hole untuk belokan-belokan.
4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum
5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus
menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu
harus menggunakan terminal strip di dalam junction box.
5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank
plate stainless steel, type "star point".
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi
dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel.
Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian
muka lantai sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa
harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.
Pemasangan Kabel dalam Tanah
1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas
merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa
Galvanized.
4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa
galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel
harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih
dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu,
kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan
pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata
dan akhimya ditutup dengan tanah urug.
127
6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung,
harus mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam
tanah.
7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas
pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam
pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat
tergali/tercangkul.
c. Pengujian Testing
1. Factory Test
a. Pengetesan Individuil
Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan sebagai berikut:
- Pengetesan ukuran tahanan hantaran
- Pengetesan dielektrik
- Pengukuran loss factor
b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:
- Test tegangan impuls
- Mekanikal test
- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
- Pengetesan dielektrik
- Pengetesan perambatan (Creep Test)
2. Site Test
Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.
Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat dihapus.
128
PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK
a. Lampu Dan Armaturenya
1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat
terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan
tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu
itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-kabel dalam
box harus diberikan saluran atau klem-klemn tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.
g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert harus
tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear
polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted
harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan
129
single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-Frequency
Electronic light regulating ballast", yang dapat men-dimmer lampu-lampu
fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan single electronic ballast (satu
elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).
k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain-lain.
Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam
ikan dengan jenis wama lampu 33
l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan
hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser
harus dari bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down
ligh tersebut harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.
m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan
lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.
n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk
mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir,
tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain
Arsitek.
b. Kotak Kontak Biasa
1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa, Rating
250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk
pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13 Ampere.
3. Bahan dari Cover Plate.
4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas lantai dan
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan. Harus di pasang
130
mengikuti item e.
c. Kotak Kontak Khusus
1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan harus
mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3 Phasa, 415
Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan switch.
d. Saklar Dinding
1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating
250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple gangs
(grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang dengan
ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.
e. Isolating Switches
1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan
indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating MCB /
MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250
Volt, fasa 415 Volt.
2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.
f. Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak
kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan
dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
g. Kabel Instalasi
1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
a. Fasa R : merah
131
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning
h. Pipa Instalasi Pelindung Kabel
1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm.
2. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung Qunction box) dan armature lampu.
3. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange, minimum diameter 19 - 25 mm.
4. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan perlengkapan lainnya.
5. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP - 65.
i. Rak Kabel
1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable
ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis
dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.
j. Testing / Pengujian
1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan
oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
132
c. Test kenaikan temperatur
d. Continuity test.
SISTEM PEMBUMIAN
a. Power House Building
1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan secara baik,
dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate pembumian yang
telah tersedia di power house yaitu semua frame besi, pintu besi, tangki
minyak, panel-panel, housing generator, housing transfbrmator, housing dari
peralatan metal lainnya.
2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)
dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari
gangguan mekanis.
3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus dilakukan
dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian terbuat dari
batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal sedalam 6 m ,
sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 2 Ohm.
b. Gedung – Gedung Lainya
1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,
housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain)
harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara terpadu atau
secara terpisah (individual).
2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus
ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian
maksimal 2 Ohm.
3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-standard
yang berlaku dalam PUIL 2000.
4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:
133
Pasal 17 : Pekerjaan Pengecatan
a. Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4
b. Cat Tembok Dan Cat Minyak Kayu
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas
terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat Tembok yang dipakai adalah produk dari NIPPON PAINT & DANAPAINT.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari
dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat, Plamur, cat dasar, warna dan type yang akan dipakai pada semua
posisi bangunan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner
134
Penampang Konduktor daya yang digunakan (mm2)
Penampang Konduktor pembumian (mm2)
< = 10 mm2 16 mm2 35 mm2 70 mm2
120 mm2 > = 150 mm2
6 mm210 mm216 mm250 mm270 mm295 mm2
dalam masa pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam
tabel berikut ini :
Tabel Penempatan Jenis Dan Warna Cat
No. Konstruksi Merek/Produk Warna
1. Plamur Tembok RJ Putih
2. Minie Kayu & BesiKUMBANG
Merah
3. Dempul Kayu RJ Putih
4. Cat Dasar Tembok ULTRALEX Putih
5. Cat Dasar Kayu KUMBANG Putih
6. Cat Dinding Dalam NIPPO PAINT &
DANAPAINT
Blue White
( Nippon Paint )
7. Cat Dinding LuarINIPPO PAINT &
DANAPAINT
American White
( Nippon Paint )
135
8. Cat Plafond LuarINIPPO PAINT &
DANAPAINTSilver Snow ( Nippon
Paint )
9. Cat Plafond DalamNIPPO PAINT &
DANAPAINT
Silver Snow
( Nippon Paint )
10. List Plank NIPPO PAINT & DANAPAINT
Ash Grey
( Nippon Paint )
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua
bangunan dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar
Disain Berwarna tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi-posisi
penempatan warna cat.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada
dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar
Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan
Perencana.
9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam
tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis
dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
10.Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis
adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor
Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah
ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk
136
pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur
selesai dikerjakan.
c. Cat Melamin
1. Untuk keperluan pekerjaan pengecatan melamin disyaratkan material seperti berikut ini :
a. Kertas Ampelas Nomor 120
b. Kertas Ampelas Nomor 180
c. kertas Ampelas Nomor 320
d. Kertas Ampelas Nomor 600
e. Wood Filler (SH-113)
f. Wood Stain (WS -162B)
g. Thinner SQ
h. Melamin Sanding Sealer (MSS)
i. Melamin Lack (ML-131)
j. Hardinner (MH-2)
k. Thinner (MT-03)
2. Permukaan Kayu dan bata yang akan dimelamin haruslah dalam keadaan
benar-benar kering.
3. Langkah – langkah pekerjaan melamin adalah seperti yang disyaratkan
seperti berikut ini :
a. Menghaluskan permukaan yang akan dicat dengan Amplas 120
b. Menghaluskan kembali permukaan yang akan dicat dengan Amplas 180
c. Menutup pori-pori dengan Wood Filler (SH-113)
d. Setelah Wood Filler kering kembali diamplas dengan Amplas 320
e. Pemberian warna dengan Wood Stain (WS-162B)
f. Setelah lapisan Wood Strain kering dilakukan pengelapan dengan kain
kering.
g. Memberikan lapisan dasar finishing dengan Melamin Sanding Sealer
(MSS) dengan campuran Hardinner
137
h. Melakukan penganplasan kembali dengan amplas 600
i. Melapisi dengan lapisi akhir dengan Melamin Lack (ML-131) dicampur
dengan Hardinner (MH-2) dan pengencer Thinner (MT-03)
d. Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan
bata, beton dan kayu dari kotoran. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan beton
dan kayu benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
4. Dinding bata, permukaan beton dan kayu harus didempul atau diplamur
terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam
Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.
b.Cat Minyak Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.
c. Cat Besi : 1 Kali Amplas, 1 Kali Cat Menie Besi, 2 Kali Cat Warna Besi.
d. Cat Melamin : Pasal 3
e.Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum/GRC, 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.
138
BAB VII
PEKERJAAN IPLT SKALA KABUPATEN
Pasal 1 : Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
139
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.
12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pekerjaan Pasir Urug
140
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 2 : Beton Cor Bawah Lantai
1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6
KR dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi
dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.
3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
141
Pasal 3 : Pekerjaan Beton Bertulang (Balok dan Kolom)
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
g. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
142
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
h. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
i. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat merusak beton.
143
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi.
j. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.
k. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
144
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Perakitan Tulangan1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus
sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel
kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
4. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
5. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
6. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
b. Sambungan Antar Tulangan
1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran
tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-
145
syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
2. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil
minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
3. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak
dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
4. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika
tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK
SNI T-15-1991-03.
5. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada
komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
6. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan
plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada
posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
7. Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau
pada daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak
dibenarkan.
c. Beton Tahu (dacking)
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton pada masing-masing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
146
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
d. Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada
point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi
lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop
Drawaing Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.
9. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
10.Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran
elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak
dibenarkan.
147
11.Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
12.Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .
13.Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan
acian beton.
14.Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
e. Pengecoran Beton ( Casting Concrete )
1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-275 hanya boleh
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,
Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang
diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
148
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh
Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk
sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
149
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
17. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain
atas dipermukaanya.
18. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran
dengan cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali
ditentukan lain dalam Bill of Quantity.
f. Beton Ready Mix
1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain
kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan
Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
g. Pembongkaran Bekisting/Mal Beton
1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam
bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap
tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena
alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
150
4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata,
halus, cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing
cat diatasnya.
h. Perawatan Beton ( Curing )
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28
hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan
Supervisi.
i. Quality Control
Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton
pada setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana
nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada
pada Job Mix Disain.
Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus
dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder
tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton
yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali
pengecoran.
151
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara
satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan
tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan
beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan
pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu
Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x
20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat
tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap
tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan
beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
152
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji
langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan
salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai
untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur
ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka
harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan
masing-masing mutu beton.
153
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi
beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
Instalasi Dalam Konstruksi Beton
1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.
j. Sambungan Antar Beton
1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.
154
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk
alas an apapun tidak diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80
cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
k. Lain - Lain
1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 22 berlaku
untuk semua item pekerjaan beton structural mutu K-175 yang ada dalam
Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses
pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana
bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses pelaksanaan pekerjaan
dengan persetujuan Owner.
3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang
mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
Pasal 4 : Pekerjaan Pasangan Bata
a. Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps
155
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet dan Kamar Mandi serta bak air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.
8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).
9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.
10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
b. Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
156
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 5: Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
157
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 6 : Pekerjaan Lantai beton dan Finishing
158
a. Lantai Kerja Beton ( Line Concrete )
1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah
atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton
( Line Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
2. Lantai Kerja Beton dibuat dari beton dengan Campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR
atau seperti yang ditentukan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
Pasal 7 : Pekerjaan Plumbing
a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing
1. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan
sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber
air bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di
dalam bangunan gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam
laboratorium.
2. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi
air bersih.
3. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang
diperlukan seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.
4. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.
b. Sistem Instalasi Plumbing
SISTEM AIR BERSIH
159
Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep
well). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga
sebagai tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank
di alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.
SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS
Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan
penunjang masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan
bangunan tersebut, dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan
ke saluran terdekat.
c. Spesifikasi Teknis dan Produk.
1. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :
Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan
pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A).
Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan
menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class
Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang
baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :
RUCHIKA, atau WAVIN
3. Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar
pipa yang digunakan.
4. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,
dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada
penyambungan ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal
tape.
5. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.
6. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support
pipa yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan
kaku. Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5
meter.
160
7. Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan,
ditanam dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan
harus dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.
8. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan
lalu pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang
dipadatkan, sebelum diurug dengan tanah asal.
9. Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan
ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan
untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA, CAPRARI, atau
setara.
10.Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel
langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.
11.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek
fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek
besarnya arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya
BAB VIII
PEKERJAAN SALURAN
Pasal 1 : Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
161
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.
12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pekerjaan Pasir Urug
162
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 2 : Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)
4. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat /
retak, dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.
5. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10
-15 cm, dan tidak bercampur dengan tanah.
163
6. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi
panjang tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang
merata dan disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang-lubang
yanterdapat pada sela-sela batu kemudian ditimbris.
Pasal 3 : Pondasi Batu Gunung 1 Pc: 4 Ps
Pasir Pasang / Pasir Halus
12.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
13.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
14.Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
15.Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
16.Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
17.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
syarat-syarat pelaksanaan
1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras,
tidak berlubang dan forius.
2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah
dan lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,
pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu
gunung adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu
Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk
164
keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
18.Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
19.pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
20.Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus
diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung
tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan
besarnya serta spesi secukupnya.
21.Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi
spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan
dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
Pasal 3: Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
165
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 4 : Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
166
Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat yang ditentukan diantaranya :
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.
167
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi.
168
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan Konsultan Perencana.
169
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pasal 5 : Pekerjaan Plat Lantai
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
170
BAB IXPEKERJAAN POS JAGA
Pasal 1 : Galian Tanah
15.Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus
memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar,
dan tanah humus.
16.Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut
hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
17.Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
18.Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
19.Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam
Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan
juga untuk mengadakan pembersihan.
20.Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus
membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan
dilapangan.
21.Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para
pekerja.
22.Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman
yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali
dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
23.Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
24.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-
puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
171
diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang
diperlukan.
25.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan
dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian
dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.
26.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
27.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
28.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 2 : Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)
7. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat /
retak, dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.
8. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10
-15 cm, dan tidak bercampur dengan tanah.
9. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi
panjang tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang
merata dan disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang-lubang
yanterdapat pada sela-sela batu kemudian ditimbris.
Pasal 3 : Pondasi Batu
Pasir Pasang / Pasir Halus
22.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
23.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
24.Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
172
25.Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
26.Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
27.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
syarat-syarat pelaksanaan
1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras,
tidak berlubang dan forius.
2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah
dan lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,
pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu
gunung adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu
Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk
keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
28.Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
29.pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
30.Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus
diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung
tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan
besarnya serta spesi secukupnya.
31.Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi
spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan
dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
Pasal 4 : Pekerjaan Beton Bertulang (Sloof, Kolom, Balok, dan Lantai Kerja)
Pasir Beton
173
2. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Kerikil Beton
11.Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
12.Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
13.Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
14.Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
15.Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
16.Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6
mm.
17.Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
174
18.Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
19.Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.
20.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Semen Portland
12.Terdaftar dalam merk dagang.
13.Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
14.Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
15.Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
16.Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
17.Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
18.Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
175
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
Tulangan Beton
11.Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
12.Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
13.Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
14.Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
15.Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
16.Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
17.Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
18.Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
19.Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
20.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
176
syarat-syarat pelaksanaan
Perakitan Tulangan
7. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
8. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus
sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
9. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel
kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
10.Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.
11.Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
12.Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
Sambungan Antar Tulangan
8. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran
tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
9. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil
minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
10.Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak
dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
177
11.Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika
tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK
SNI T-15-1991-03.
12.Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada
komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
13.Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan
plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada
posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
14.Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau
pada daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak
dibenarkan.
Beton Tahu ( dacking )
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan
yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom
harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai
jarak yang tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut
beton pada masing-masing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
Acuan / Bekisting
20.Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
178
21.Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
22.Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada
point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
23.Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi
lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
24.Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
25.Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang
rapi.
26.Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
27.Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop
Drawaing Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.
28.Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
29.Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran
elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak
dibenarkan.
30.Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
31.Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan .
32.Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan
acian beton.
33.Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
179
Pengecoran Beton ( Casting Concrete )
1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-275 hanya boleh
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,
Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang
diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh
Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
180
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
34. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian
itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk
sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
35. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
36. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
37. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain
atas dipermukaanya.
38. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran
dengan cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali
ditentukan lain dalam Bill of Quantity.
Beton Ready Mix
1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
181
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain
kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan
Beton Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
Pembongkaran Bekisting/Mal Beton
1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam
bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap
tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena
alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata,
halus, cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing
cat diatasnya.
Perawatan Beton ( Curing )
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
182
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28
hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan
Supervisi.
Quality Control
a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton
pada setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana
nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada
pada Job Mix Disain.
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
183
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan
beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan
pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu
Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x
20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat
tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap
tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan
beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari
95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai
dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan
Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran
beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang
berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam
pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana
kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan
campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
184
10.Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11.Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji
langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan
salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai
untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur
ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka
harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan
masing-masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi
beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
185
Instalasi Dalam Konstruksi Beton
1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.
Sambungan Antar Beton
1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
186
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk
alas an apapun tidak diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80
cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
Pasal 6 : Pekerjaan lantai
Pasir Urug Bawah Lantai.
1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam
ruangan harus sudah selesai 100%.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal
minimal 10 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang
seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang
diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
187
Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran
Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
Beton Cor Bawah Lantai
1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6
KR dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi
dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.
3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 7 : Pasangan Batu Bata
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps
188
12. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada
dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet
dan Kamar Mandi serta bak air.
13. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
14. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
15. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
16. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
17. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu
bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
18. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½
bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.
19. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air
(trasram).
20. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
21. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang
untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
22. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps
9. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua
dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.
10. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
11. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
12. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
13. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
189
14. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
15. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang
untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
16. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 8 : Pekerjaan Plesteran
b. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau
dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
c. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
190
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 9 : Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai dan dinding
1. Keramik lantai adalah dari Merk Roman, Platinum & Royal.
14.Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, , ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
15.Motif atau type permukaan keramik lantai adalah Polished ( halus ) atau
sesuai Bill of Quantity serta Gambar Bestek.
16.Keramik Mempunyai ketebalan standard atau minimal 5 mm.
17.Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
18.Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek atau sesuai Petunjuk Konsultan Supervisi.
19.Warna Keramik lantai ditentukan oleh Konsultan Perencana pada tahap
konstruksi dan dapat diganti dengan alasan warna yang telah ditentukan
dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak
dikeluarkan lagi oleh pabrik.
191
20.Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.
21.Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku dan standar untuk
semua ukuran yang sama.
22.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola
lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan
potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada
gambar pola lantai.
23.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito
dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya adalah
maksimal 3 mm.
24.Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang
dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
25.Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil
pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.
a. Keramik Unpolish 30 x 30
1. Semua keramik yang dipakai pada lantai adalah dari Merk Roman/IKAP/MAS
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
8. Ukuran keramik, Bentuk Permukaan (Unpolished ) keramik harus sesuai
dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
9. Untuk Lantai 1 keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai
dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
10.Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang
lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi
beton 2,5 cm.
11.Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
12.Pemasangan keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang
ada dalam Gambar Bestek. Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
192
9. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.
10.Bentuk dan dimensi keramik harus benar-benar siku serta standar untuk
semua ukuran yang sama.
11.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola
lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan
potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada
gambar pola lantai.
32.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan dan
sebagai tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah
maksimal 3 mm.
c. Dinding Keramik 20 x 20 Polish
12.Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah dari Merk
Roman/IKAP/MAS
13.Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
14.Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of
Quantity.
15.keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata
dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.
16.Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
17.Warna dan Motif keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
18.Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished
(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
19.Tebal keramik dinding minimal 5 mm.
20.Celah-celah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk
keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
21.Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus
ditumpulkan dengan memakai potongan-potongan keramik yang dibentuk
sedemikian rupa hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.
193
22.Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan Granito Tile harus
diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.
194
Pasal 10 : Pekerjaan Kuda-kuda
a. Kuda – Kuda Kayu
1. Rangka Kuda-Kuda dibuat dari kayu kelas kuat II dari jenis meranti atau
damar, atau jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Kayu kuda-kuda tidak boleh cacat, bermata kayu atau bekas kayu yang
sudah pernah digunakan pada konstruksi lain.
3. Ukuran dan dimensi kayu harus sesuai dengan ukuran yang ada dalam
Gambar Bestek.
4. Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh material kayu untuk disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
8. Kayu rangka kuda-kuda tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Apabila diadakan penyambungan maka pada batang-batang tarik
dipergunakan alat sambung baut yang diperkuat dengan klos, adapun ukuran
baut yang dipergunakan minimum diameter ½” dimana letak dan jumlah
baut yang dipergunakan haruslah sesuai dengan Gambar Bestek.
7. Tidak dibenarkan melakukan penyambungan lebih dari satu titik sambungan
untuk bentang kayu kuda-kuda yang kurang dari 8 m.
8. Detail penyambungan kayu kuda-kuda harus mengikuti pendetailan seperti
pada Gambar Bestek.
9. Pada bagian-bagian batang tekan sambungan yang digunakan adalah
sambungan kaki/kuku dengan ketentuan harus menggunakan kuku atau pen
yang diperkuat dengan paku.
19. Penyambungan pada balok gapit batang bawah tidak dibenarkan satu
arah/tempat haruslah diselang-seling satu dengan yang lainnya.
20. Pada sambungan batang-batang tunggal ( ditunjukan dalam gambar bestek )
diperlukan penggunaaan Plat Strip dengan tebal 6 mm sebagai perkutan.
195
21. Pada skor tegak antara dua kuda-kuda harus diberi ikatan angin dari kayu
yang saling bersilangan dengan ukuran minimal 50/100 mm atau sesuai
Gambar Bestek.
22. Hasil pemasangan kuda-kuda harus sama dengan model kuda-kuda yang ada
dalam Gambar Bestek dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
c. Baut Dan Plat Strip Kuda-Kuda
1. Baut mempunyai panjang sesuai dengan Gambar Bestek dan dilengkapi oleh
Ring Mati pada posisi ekor dan kepala. Tebal Ring Mati minimal adalah 2 mm.
2. Plat Strip kuda-kuda mempunyai dimensi minimal lebar 50 mm tebal 6 mm
dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan posisi pemasangan baut.
5. Baut dan Plat Strip harus dicat dengan baik dengan cat besi sehingga tidak
berkarat.
6. Jumlah pemasangan baut dan plat strip pada konstruksi kuda-kuda atau
sambungan kuda-kuda harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Baut dan Plat Strip harus mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan.
6. Baut harus Mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut :
a. Modulus Elastisitas : E = 200.000MPa
b. Modulus Geser : G = 80.000 MPa
c. Nisbah Poisson : μ = 0,3
d. Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC
e. Tegangan Luluh : fu = 400 Mpa
c. Gording Kayu
1. Gording adalah dari material kayu kelas kuat I dari jenis Seumantok, Ulin atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
196
4. Ukuran kayu gording adalah 5/10 cm.
5. Kayu gording tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
4. Semua kayu gording harus diresidu seluruh permukaannya.
5. Gording ukuran 5/10 cm dipasang langsung diatas kaki kuda-kuda dengan
perkuatan paku yang pada bagian bawahnya ditumpu oleh kayu klos (
tupai/tikusan ) tebal 5 cm yang juga dijangkarkan langsung dengan paku
pada kaki kuda-kuda.
6. Jarak pemasangan gording sesuai dengan gambar bestek.
7. Penyambungan-penyambungan pada gording yang diperlukan karena
terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak
boleh berada pada satu garis lurus.
d. Kasau Kayu
1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
4. Ukuran kayu kasau adalah 5/7 cm.
5. Kayu Kasau tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
4. Semua kayu Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.
5. Kasau dipasang langsung diatas Gording dengan arah yang bersilangan
memakai alat sambung paku kayu.
6. Jarak pemasangan antara satu kasau dengan kasau yang lain adalah maksimal
50 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.
7. Penyambungan-penyambungan pada kasau yang diperlukan karena
terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak
boleh berada pada satu garis lurus.
197
e. Reng Kayu
1. Reng adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Ukuran kayu Reng adalah 3/4 cm.
3. Kayu Reng tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
4. Semua Reng Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.
5. Reng dipasang langsung diatas Kasau dengan arah yang bersilangan memakai
alat sambung paku kayu.
6. Jarak pemasangan antara satu Reng dengan Reng yang lain adalah maksimal
30 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.
7. Penyambungan-penyambungan pada Reng yang diperlukan karena
terbatasnya panjang kayu harus dibuat pada daerah tumpuan atau pada posisi
Kasau.
f. Angkur Kuda-Kuda
1. Angkur Kuda-Kuda adalah dari Besi Tulangan Polos Ø 12 mm yang
dijangkarkan/ditanam dalam Ring Balok Beton.
2. Setiap titik tumpuan kuda-kuda harus dipegang/dijangkarkan dengan minimal
4 batang angkur.
3. Angkur dicat minie besi dengan baik supaya tidak berkarat.
4. Setiap unit angkur harus diikat dengan baik kekayu kuda-kuda sehingga
tidakm mudah terlepas.
5. Panjang angkur harus cukup sehingga ketika dililitkan pada kayu kuda dapat
saling mengikat satu dengan yang lain.
198
Pasal 11 : Pekerjaan Atap
a. Material Penutup Atap
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan rangka kuda-kuda serta
penutup atap seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan
pekerjaan pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan
pekerjaan lainnya.
2. Persyaratan Bahan
a. Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan,
contoh-contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan
digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
a. Bahan penutup atap menggunakan genteng Metal Sakura Roof/Multi
Roof/Surya Roof
b. Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan
terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara
hujan.
c. Warna sesuai persetujuan Pengguna Jasa serta perencana.
d. Spesifikasi bahan untuk rangka kuda-kuda:
Ukuran reng 3/4 dan jarak ±38,5 cm atau di sesuaikan ukuran genteng dan
sesuai persetujuan konsultan pengawas.
Ukuran kaso 5/7 dan jarak 50 cm
Gording menggunakan ukuran 6/12 dengan jarak 120 cm, atau sesuai
dengan gambar rencana.
Semua kayu yang digunakan untuk rangka kuda-kuda ini menggunakan kayu
kelas kuat 1 dan kelas awet 1 dengan jenis bangkiray.
Kondisi kayu tidak rusak, tidak memiliki mata kayu yang akan mengurangi
kekuatan bahan serta tidak dalam kondisi termakan rayap.
199
Ukuran yang digunakan adalah ukuran asli sesuai dengan ukuran yang
tertera pada gambar rencana.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas
terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.
c. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
g. Material Rabung/Bubungan Penutup Atap
3. Material Rabung, Nok atau Bubungan Atap adalah dari material genteng
Metal Sakura Roof atau Multi Roof/Surya Roof :
a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)
b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)
c. Permukaan: Polished ( Halus )
d. Lebar : 1000 mm
e. Panjang : 770 mm
f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh
material Rabung atau Nok untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada
masa pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Nok/Rabung harus dicantumkan Merk Dagang,
Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK resmi akan daya tahan
material Nok/Rabung dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran
Nok/Rabung kepada Konsultan Supervisi.
200
8. Setiap lembaran material Nok/Rabung atap yang didatangkan ke lokasi
pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak
melengkung lapisan aluminium sengnya.
9. Bentuk material Nok/Rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan
model atap. Material Nok/Rabung harus disimpan dalam Gudang material jika
tidak langsung digunakan. Material Nok/Rabung tidak boleh basah/lembab
dan berhubungan langsung dengan tanah.
h. Material Nok Pinggir/Samping
4. Material Nok Pinggir/Samping adalah dari material genteng Metal Sakura Roof
atau Multi Roof/Surya Roof :
a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)
b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)
c. Permukaan: Polished ( Halus )
d. Lebar : 1000 mm
e. Panjang : 770 mm
f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm TCT
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material Nok Pinggir/Samping untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Nok Pinggir/Samping harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Nok Pinggir dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok Pinggir kepada Konsultan Supervisi.
6. Setiap lembaran Nok Pinngir yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan aluminium sengnya.
7. Bentuk material Nok Pinggir harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model atap.
201
8. Material Nok Pinngir harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung digunakan. Material Nok Pinggir tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung dengan tanah.
i. Material Wall Flashing
1. Material Wall Flashing adalah dari material METAL ZINCALUME dengan spesifikasi material seperti dibawah ini :
a. Bahan Dasar : Zincalume Steel
b. Permukaan : Color/Clean Colorbond
c. Ketebalan : 0,40 TCT
d. Panjang : Sesuai Kebutuhan
e. Lebar : 10 cm
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh
material Wall Flashing untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada
masa pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Wall Flashing Samping harus dicantumkan Merk
Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material
Wall Flashing dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Wall Flashing
kepada Konsultan Supervisi.
6. Setiap lembaran Wall Flashing yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus
dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung
lapisan aluminium sengnya.
9. Bentuk material Wall Flashing harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan
model atap.
10.Sepanjang daerah pemasangan Wall Flashing harus dilapisi atau dilindungi
dengan Pekerjaan WATERPROOFING memakai material product SIKA.
202
8. Material Wall Flashing harus disimpan dalam Gudang material jika tidak
langsung digunakan. Material Wall Flashing tidak boleh basah/lembab dan
berhubungan langsung dengan tanah.
j. Talang Patahan Atap
1. Talang Patahan Atap dibuat dari kayu tumpuan kelas I ukuran 5/7 cm dan Plat
Seng BJLS 0,40 mm.
2. Pada bagian joint antara plat seng dengan kayu harus diberi Flincoate/Aspal
untuk mencegah kebocoran.
6. Lebar daerah aliran air hujan pada Talang adalah minimal 15 cm.
7. Hubungan antara plat seng BJLS dengan tumpuan kayu kelas I adalah
memakai Paku Seng ( paku payung ).
8. Pengujian kerja talang atau resiko kebocoran harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana pada pekerjaan ini.
203
Pasal 12 : Pekerjaan Plafond
b. Material Plafond
1. Material utama plafond adalah multiplek 6 mm dengan ukuran panel standard
adalah 120 x 240 cm.
2. Multiplek mempunyai ketebalan minimal 6 mm dengan toleransi ketebalan
minimal 0,5 mm.
3. Multiplek mempunyai berat per lembar 24 kg.
4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang.
5. Pada setiap lembaran Multiplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran
lembar dan ketebalan lembaran.
6. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan
oleh Pabrik Multiplek untuk kekuatan dan daya tahan material kepada
Konsultan Supervisi.
9. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam
keadaan cacat dan rusak.
d. Alat Sambung
1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku Sekrup Anti
Karat / Galvanis.
5. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi
papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.
6. Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan Multiplek harus saling silang.
7. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Multiplek minimal 10 mm.
5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
204
e. Rangka Plafond Kayu Kelas Kuat II2. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau
jenis lain dengan kelas kuat yang sama.
12.Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan
dalam Gambar Bestek.
13.Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam
Gambar Bestek.
14.Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
15.Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik
yang minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.
16.Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang dianjurkan oleh
Pabrik.
17.Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang
direkomendasi oleh pabrik Multiplek untuk mengawasi pelaksanaan
pemasangan rangka plafond.
18.Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan
rangka plafond dalam Gambar Bestek.
19.Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan
konstruksi kuda-kuda.
20.Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi dengan
permukaan lantai.
21.Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond
dengan pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.
a. List Profil Plafond
1. List Profil Plafond pada pinggir-pinggir pemasangan material plafond Multiplek
adalah dari material Gypsum dengan ukuran 90/150 mm atau sesuai Gambar
Bestek.
2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk
yang ada dalam Gambar Bestek.
205
3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material
cat plafond.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
b. Pengantung Rangka Plafond
1. Pengantung rangka plafond adalah dari material kayu kelas II.
2. Tebal rangka kayu minimal adalah 0,40 mm.
3. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung
plafond.
c. Pemasangan Plafond
1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond
sudah mencapai 100 %.
4. Pemasangan Plafond Multiplek 6mm dilakukan langsung pada rangka plafond
dengan alat sambung paku Sekrup.
5. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang
direkomendasi oleh pabrik multiplek untuk mengawasi pelaksanaan
pemasangan plafond.
4. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus
membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.
5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar
Bestek.
6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata
dan tidak melendut.
7. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus
tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.
206
8. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah
maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.
9. Celah-celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan
pemuaian harus didempul dengan baik, rapi dan datar.
10. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring
balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan
pemuaian dan susut karena suhu.
11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah
pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi.
13. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-
alasan tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh
dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada
posisi penjangkaranya pada rangka plafond.
14. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan
oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin
Konsultan Supervisi.
Pasal 13 : Pekerjaan Plumbing
a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing
5. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan
sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber
air bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di
dalam bangunan gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam
laboratorium.
207
6. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi
air bersih.
7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang
diperlukan seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.
8. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.
c. Sistem Instalasi Plumbing
SISTEM AIR BERSIH
Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep
well). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga
sebagai tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank
di alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.
SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS
Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan
penunjang masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan
bangunan tersebut, dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan
ke saluran terdekat.
c. Spesifikasi Teknis dan Produk.
2. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :
Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan
pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A).
Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan
menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class
Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang
baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :
RUCHIKA, atau WAVIN
208
12.Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar
pipa yang digunakan.
13.Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,
dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada
penyambungan ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal
tape.
14.Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.
15.Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support
pipa yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan
kaku. Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5
meter.
16.Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan,
ditanam dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan
harus dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.
17.Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan
lalu pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang
dipadatkan, sebelum diurug dengan tanah asal.
18.Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan
ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan
untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA, CAPRARI, atau
setara.
19.Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel
langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.
20.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek
fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek
besarnya arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya
Pasal 14 : Pekerjaan Sanitary
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan peralatan
lainnya yang digunakan untuk melaksanakan pemasangan perlengkapan toilet,
209
sesuai yang tertera pada gambar rencana. Semua sanitaries yang diusulkan
harus berikut semua perlengkapannya. Contoh-contoh Pemborong harus
memperlihatkan brosur/contoh-contoh warna barang yang akan dipakai kepada
Pengawas untuk disetujui.
PELAKSANAAN
6. Pemborong harus meminta izin kepada Pengawas tentang cara, waktu
dan letak pemasangan perlengkapan toilet. Pemasangan harus kuat, rapih
dan bersih.
7. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus teliti, tepat pada posisi
sanitasinya serta rapat dan dijamin tidak bocor.
8. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus dipasang lengkap dengan per-
lengkapannya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.
9. Setelah selesai pemasangannya harus dibiarkan mengering selama 4 hari
tidak boleh dipergunakan.
10. Sesudah pekerjaan saniter ini terpasang harus dijaga kemungkinan
terkena cairan atau benda lain yang bisa menimbulkan cacat. Bila hal ini
terjadi Pemborong harus memperbaiki cacat tersebut hingga pulih
kembali atas biaya Pemborong. Hasil pemasangan pekerjaan ini harus
kuat, rapih dan dapat berfungsi dengan sempurna.
Pasal 15 : Pekerjaan Pintu dan Aksesoris
Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.
a. Kunci Dan Pengantung
2. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Gambar Bestek dan BQ maka Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan dibawah ini :
Kunci Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Jendela : Standar SNI
210
Engsel Tanam/Putar : Standar SNI Engsel/Hak Angin Jendela : Standar SNI Pegangan Jendela : Standar SNI Pegangan Pintu : Standar SNI
3. Material atau bahan adalah material atau bahan yang tidak berkarat serta
tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan
minimal dari dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk
disetujui.
4. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan
pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada
brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai
atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.
6. Engsel pintu harus dipasang minimal 2 engsel untuk satu daun pintu dengan
jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak
pemasangan engsel ke dua sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen
teratas.
7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela
serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian
bawah.
8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela
yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
Pasal 16 : Pekerjaan elektrikal
a. Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan klausul-
211
klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya
dari syarat-syarat umum.
3. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan
dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan atau
bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja
dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan
atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap
melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.
b. Gambar-Gambar
1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan
dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat bekerja dengan
baik.
2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan
struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana dan
detail ”finishing” dari proyek.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar-
gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan kepada
Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing
yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan Supervisi
dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi dan telah
berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-
catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)
dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan
212
(as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan
Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.
c. Koordinasi
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini,
harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang
satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
d. Daftar Bahan Dan Contoh
1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila
ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana diharuskan
menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini
harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnyatercantum nama-nama dan
alamat manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu oleh Konsulatan Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan
diberikan atas dasar di atas.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan
dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan dengan
penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan
Kontraktor Pelaksana .
3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan haruslah
dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-masing.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala
ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera menghubungi
Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.
213
5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya
tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila terjadi kekeliruan
maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor Pelaksana .
Untuk itu pemeliharaan equipment dan material harus mendapatkan
persetujuan dari Konsulian Supervisi .
e. Commision Dan Testing
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing
dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat
berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang
berlaku.
4. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini
termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini
seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana .
k. Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya
1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang
disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk
tersebut diatas.
2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan
dari Konsultan Supervisi.
g. Perlindungan Pemilik
1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
h. Contoh
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material
yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan
214
Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan
contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
i. Pengetesan
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang
dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap
sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan dan
perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan
tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .
2. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah
dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan
dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan
dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata
memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak,
maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan kepada
pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang disetujui
Konsultan Supervisi.
k. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan
1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun terhitung
dari penyerahan kedua.
2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan
untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada instalasi yang
dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini
masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat
dihubungi setiap saat.
4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi
dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik
yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan
tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan sertifikat
pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.
215
5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan Supervisi
lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut
pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan
pekerjaan instalasi tersebut.
6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus
mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut
kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk
oleh pemberi tugas (customer).
7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5
(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para
petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.
k. Laporan
Laporan Harian
Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan"
yang memberikan gambaran dari kegiatan- kegiatan yang dilakukan di lapangan
secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik.
2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah :
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah / kurang.
216
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut
berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana
pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek
dan diserahkan pada Konsultan Supervisi untuk diketahui/disetujui.
Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam rangkap 5
(lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).
2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Konsultan Supervisi pekerjaan ini.
m. Penanggung Jawab Pelaksana
1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus
menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak
selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan
memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi-instmksi dari Konsultan Supervisi.
2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam
kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang
dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan perintah pengawas di
dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak Pembomg
melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
m. Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan
217
1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Konsultan Supervisi.
2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi
pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.
3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,
harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi secara
tertulis. Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang
mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh
Konsultan Supervisi.
q. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran
1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan
dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti
keadaan semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor Pelaksana instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari
Konsultan Supervisi.
5. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari
Konsultan Supervisi.
r. Pekerjaan Listrik
1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh sistem
listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma
dan aman.
2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan
pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah
dapat dipergunakan pemilik.
s. Pemeriksaan Routines
218
1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan
dan pemeriksaan routine.
3. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus
dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.
PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL
a. Umum
1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan
dan training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat
beroperasi dengan baik dan benar.
c. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari
panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan seluruh
instalasinya termasuk armature, saklar dan stop kontak.
2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran kabel
tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah
dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:
a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu
sesuai gambar rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop kontak
daya dan stop kontak khusus.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar
tukar.
d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan cable
trunking.
219
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel
serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar dan stop
kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan
dan stop kontak.
5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)
a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan tiang,
pondasi, armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang, pondasi,
armature dan accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang armature
dan accessories lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan
conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.
6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.
7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap
dengan accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar
dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack,
support equipment dan accessories lainnya.
c. Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-
peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor Pelaksana harus
melengkapi dan memasang selumh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan.
220
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi
dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Kontraktor
Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang
disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan
biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada
gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
d. Standar-Standar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :
7. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi
Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).
9. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).
10.Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
11.Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan
buatan.
12.Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
f. Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :
4. Penerangan dan stop kontak
5. Sistem Pembumian
6. Daftar merk/produk material
f. Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi
4. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal-hal
sebagai berikut :
Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail tentang
pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta hubungan-hubungannya
dengan pekerjaan lain.
Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,
221
pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada posisinya atau
pada mangannya.
Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat peralatan.
5. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran peralatan (mesin-
mesin) berat, cara-cara pemasangan dan persyaratannya, serta wiring
diagram dari peralatan-peralatan utama.
6. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagian-
bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan
Supervisi.
g. Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi
1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan gambar-
gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah disetujui Konsultan
Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari 1 set
transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan telah selesai dan paling
lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi
petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan kepada
Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator yang
ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup
menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.
h. Masa Pemeliharaan Dan Garansi
1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus memberikan
garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta mengadakan
service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan yaitu:
a. Garansi selama 1 tahun
b. Pemeliharaan selama 6 bulan.
2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :
222
a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan pekerjaan.
b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala sesuai
dengan persyaratan pabrik.
c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga petugas
tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan-peralatan yang
dipasang.
i. Pendidikan Dan Latihan
1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair manual,
segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.
j. Persyaratan Bahan Dan Material
Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana harus
baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.
2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi
yang terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah ini, maka
Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan
jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta
relay protection.
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan
kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.
d. Kabel.
Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib
223
mengisi daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap
dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang
berupa barang-barang produksi.
Penyebutan Merk/Produk Pabrik
1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material-material Listrik utama, maka
Kontraktor Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya material yang
dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.
2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang
disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor
Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat
diterima Owner, Konsultan Supervisi dan Perencana, maka dapat dipikirkan
penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor
Pelaksana.
Daftar Merk/Produk Material
1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.
2. - Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.
- Kabel TR-FRC: Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax, Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.
3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG, Lifasa.
4. Komponen Panel Tegangan Rendah :
a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG, Mitsubishi.
b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG, MG.
d. Peralatan Meter :
- Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
224
- Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
- CosQ-meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
- Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
- Relay-relay pengaman : Telemecanique, Omron, Siemens, AEG, SEG.
e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.
f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.
g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.
5. Komponen Lampu :
a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.
b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.
c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram, National
d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens, Bosch.
e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).
f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.
g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.
6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker, National.
7. Saklar : Nasional
8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.
9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra, Siemens, Lucolite.
10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens, Spectra.
11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars, Interack, Metosu.
14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term oweld, Ex-Local dengan conductivity Cu > 99,9.
225
15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.
PANEL TEGANGAN RENDAH
a. Persyaratan Bahan Dan Material
1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,
pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga teknisi
dan tenaga ahli.
2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar
dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
b. Persyaratan Bahan Dan Material
1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang
harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang
dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan
Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,
NEMA dan sebagainya.
2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed),
free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. Panel Genset
b. LVMDP
c. LV-SDP
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).
Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b. Panel-panel daya plumbing
226
c. Panel-panel daya air conditioning
d. Panel-panel lain.
4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed}
untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen-
komponen yang ada :
a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).
5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam mgambar rencana.
c. Karakteristik Panel
a. Tegangan kerja : 400 volt
b. Tegangan uji : 3.000 volt
c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt
d. Frekwensi : 50 Hz
d. Konstruksi Panel
1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh
petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus
tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan tegangan,
pengecekan gangguan dan sebagainya.
2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk
pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan.
Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam
lemari tersebut telah off /mati.
3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus
dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat
kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan
diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga
227
dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing
terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.
5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :
a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat
dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.
b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang
dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa,
sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah
off/mati.
c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan
ketinggiannya.
6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium
b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,
kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara
galvanisasi atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer".
c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abu-abu
atau wama lain yang disetujui Direksi.
7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker
(MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB)
atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar
rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar
rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi
dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.
228
10.Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan
hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay
pengaman lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay dan lain-
lain)seperti terdapat pada gambar.
11.Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas
dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu
setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.
12.Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .
Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;
a. Phasa : Merah, kuning, hitam
b. Netral : Biru
c. Ground : Hijau - Kuning.
13.Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan
bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup
dengan sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari
Telemekanik dan yang setaraf.
14.Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:
a. Fungsi peralatan dalam panel
b. Posisi terbuka atau tertutup
c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d. Dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
15. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):
229
a. Test kekuatan tegangan impuls
b. Test kenaikan temperatur
c. Test kekuatan hubung singkat
d. Test untuk alat-alat pengaman
e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH
a. Umum
1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.
b. Instalasi Dan Pemasangan Kabel
Bahan
1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas
ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara
disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.
3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :
a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit Hight Impact
PCV.
b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman dengan
menggunakan kabel NYFGbY.
230
c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan
kabel jenis NYY.
d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,
pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,
Pirelli.Pyrotenax.
4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton,
ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan
ukurannya.
"Splice" / Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-sambungan baik
dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak
penghubung yang bisa dicapai (accessible).
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless Connector". Jenis
kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductor-
konduktor dengan baik, sehingga semua konductor tersambung, tidak ada
kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat
lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang
diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya
disesuaikan dengan diameter kabel.
Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus dari
type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu
231
itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan
Pemerintah dan atau Manufacturer.
2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain).
Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur mengenai cara- cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.
3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-
namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi
sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus
tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran yang sesuai.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC /
protolen yang khusus untuk listrik.
6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai
isolasi tertentu.
7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang udara harus
dibuka selama pengecoran.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus
dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.
Saluran Penghantar dalam Bangunan
1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung,
saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung
saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di
atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.
232
3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran
beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized
dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand-
hole untuk belokan-belokan.
4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum
5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus
menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu
harus menggunakan terminal strip di dalam junction box.
5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank
plate stainless steel, type "star point".
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi
dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel.
Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian
muka lantai sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa
harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.
Pemasangan Kabel dalam Tanah
1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas
merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa
Galvanized.
4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa
galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel
harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih
dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu,
kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan
pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata
dan akhimya ditutup dengan tanah urug.
233
6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung,
harus mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam
tanah.
7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas
pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam
pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat
tergali/tercangkul.
c. Pengujian Testing
1. Factory Test
a. Pengetesan Individuil
Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan sebagai berikut:
- Pengetesan ukuran tahanan hantaran
- Pengetesan dielektrik
- Pengukuran loss factor
b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:
- Test tegangan impuls
- Mekanikal test
- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
- Pengetesan dielektrik
- Pengetesan perambatan (Creep Test)
2. Site Test
Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.
Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat dihapus.
234
PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK
a. Lampu Dan Armaturenya
1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat
terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan
tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu
itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-kabel dalam
box harus diberikan saluran atau klem-klemn tersendiri, sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.
g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert harus
tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear
polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted
harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan
235
single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-Frequency
Electronic light regulating ballast", yang dapat men-dimmer lampu-lampu
fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan single electronic ballast (satu
elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).
k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain-lain.
Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam
ikan dengan jenis wama lampu 33
l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan
hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser
harus dari bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down
ligh tersebut harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.
m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan
lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.
n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk
mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir,
tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain
Arsitek.
b. Kotak Kontak Biasa
1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa, Rating
250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk
pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13 Ampere.
3. Bahan dari Cover Plate.
4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas lantai dan
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan. Harus di pasang
236
mengikuti item e.
c. Kotak Kontak Khusus
1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan harus
mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3 Phasa, 415
Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan switch.
d. Saklar Dinding
1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating
250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple gangs
(grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang dengan
ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.
e. Isolating Switches
1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan
indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating MCB /
MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250
Volt, fasa 415 Volt.
2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.
f. Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak
kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan
dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.
g. Kabel Instalasi
1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
a. Fasa R : merah
237
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning
i. Pipa Instalasi Pelindung Kabel
6. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm.
7. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung Qunction box) dan armature lampu.
8. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange, minimum diameter 19 - 25 mm.
9. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan perlengkapan lainnya.
10. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP - 65.
i. Rak Kabel
1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable
ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis
dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.
j. Testing / Pengujian
1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan
oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
238
c. Test kenaikan temperatur
d. Continuity test.
SISTEM PEMBUMIAN
a. Power House Building
1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan secara baik,
dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate pembumian yang
telah tersedia di power house yaitu semua frame besi, pintu besi, tangki
minyak, panel-panel, housing generator, housing transfbrmator, housing dari
peralatan metal lainnya.
2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)
dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari
gangguan mekanis.
3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus dilakukan
dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian terbuat dari
batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal sedalam 6 m ,
sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 2 Ohm.
b. Gedung – Gedung Lainya
1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,
housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain)
harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara terpadu atau
secara terpisah (individual).
2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus
ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian
maksimal 2 Ohm.
3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-standard
yang berlaku dalam PUIL 2000.
4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:
239
Pasal 17 : Pekerjaan Pengecatan
a. Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4
b. Cat Tembok Dan Cat Minyak Kayu
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas
terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat Tembok yang dipakai adalah produk dari NIPPON PAINT & DANAPAINT.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari
dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat, Plamur, cat dasar, warna dan type yang akan dipakai pada semua
posisi bangunan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner
240
Penampang Konduktor daya yang digunakan (mm2)
Penampang Konduktor pembumian (mm2)
< = 10 mm2 16 mm2 35 mm2 70 mm2
120 mm2 > = 150 mm2
6 mm210 mm216 mm250 mm270 mm295 mm2
dalam masa pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam
tabel berikut ini :
Tabel Penempatan Jenis Dan Warna Cat
No. Konstruksi Merek/Produk Warna
1. Plamur Tembok RJ Putih
2. Minie Kayu & BesiKUMBANG
Merah
3. Dempul Kayu RJ Putih
4. Cat Dasar Tembok ULTRALEX Putih
5. Cat Dasar Kayu KUMBANG Putih
6. Cat Dinding Dalam NIPPO PAINT &
DANAPAINT
Blue White
( Nippon Paint )
7. Cat Dinding LuarINIPPO PAINT &
DANAPAINT
American White
( Nippon Paint )
241
8. Cat Plafond LuarINIPPO PAINT &
DANAPAINTSilver Snow ( Nippon
Paint )
9. Cat Plafond DalamNIPPO PAINT &
DANAPAINT
Silver Snow
( Nippon Paint )
10. List Plank NIPPO PAINT & DANAPAINT
Ash Grey
( Nippon Paint )
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua
bangunan dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar
Disain Berwarna tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi-posisi
penempatan warna cat.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada
dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar
Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan
Perencana.
9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam
tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis
dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
10.Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis
adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor
Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah
ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk
242
pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur
selesai dikerjakan.
c. Cat Melamin
1. Untuk keperluan pekerjaan pengecatan melamin disyaratkan material seperti berikut ini :
a. Kertas Ampelas Nomor 120
b. Kertas Ampelas Nomor 180
c. kertas Ampelas Nomor 320
d. Kertas Ampelas Nomor 600
e. Wood Filler (SH-113)
f. Wood Stain (WS -162B)
g. Thinner SQ
h. Melamin Sanding Sealer (MSS)
i. Melamin Lack (ML-131)
j. Hardinner (MH-2)
k. Thinner (MT-03)
2. Permukaan Kayu dan bata yang akan dimelamin haruslah dalam keadaan
benar-benar kering.
3. Langkah – langkah pekerjaan melamin adalah seperti yang disyaratkan
seperti berikut ini :
a. Menghaluskan permukaan yang akan dicat dengan Amplas 120
j. Menghaluskan kembali permukaan yang akan dicat dengan Amplas 180
k. Menutup pori-pori dengan Wood Filler (SH-113)
l. Setelah Wood Filler kering kembali diamplas dengan Amplas 320
m. Pemberian warna dengan Wood Stain (WS-162B)
n. Setelah lapisan Wood Strain kering dilakukan pengelapan dengan kain
kering.
o. Memberikan lapisan dasar finishing dengan Melamin Sanding Sealer
(MSS) dengan campuran Hardinner
243
p. Melakukan penganplasan kembali dengan amplas 600
q. Melapisi dengan lapisi akhir dengan Melamin Lack (ML-131) dicampur
dengan Hardinner (MH-2) dan pengencer Thinner (MT-03)
e. Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan
bata, beton dan kayu dari kotoran. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan beton
dan kayu benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
4. Dinding bata, permukaan beton dan kayu harus didempul atau diplamur
terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam
Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.
b.Cat Minyak Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.
c. Cat Besi : 1 Kali Amplas, 1 Kali Cat Menie Besi, 2 Kali Cat Warna Besi.
d. Cat Melamin : Pasal 3
e.Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum/GRC, 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.
244
245