Upload
boynadua
View
68
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Spesifikasi Teknis
Citation preview
1
SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN ASRAMA PUTRI UPTD PBPAT BATEE ILIEK
KAB. BIREUN (DAK)
A. SYARAT-SYARAT UMUM
1. Pengguna Anggaran/ dan Pengelola Teknis
1.1. Pengguna Anggaran adalah Kuasa Pengguna Anggaran Dinas / Pejabat
Pembuat Kemitmen Dinas Kelautan Dan Perikanan Aceh.
akan ditunjuk dan ditempatkan pegawai yang akan:
1.1.1. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
1.1.2. Menjaga supaya bestek dipenuhi dengan tepat.
1.1.3. Mengadakan konsultasi dengan pelaksana pekerjaan.
1.2. Penetapan Ukuran
Pelaksana pekerjaan bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat, pelaksana pekerjaan wajib
memberitahukan kepada Direksi/pengawas bila akan melaksanakan
pekerjaan serta harus menyesuaikan ukuran-ukuran satu sama lain dan
segera memberitahukan kepada direksi/pengawas jika terdapat kekeliruan,
pelaksana pekerjaan tidak dibenarkan membetulkan kesalahan atau
kekeliruan sebelum dirundingkan dengan pihak direksi/pengawas.
1.3. Perselisihan
Perselisihan yang hanya mengenai hal-hal yang bersifat teknis akan
diselesaikan oleh panitia arbitage, sedangkan perselisihan mengenai hal-hal
lain akan diselesaikan oleh pengadilan negeri
Pelaksana pekerjaan harus menempatkan seorang wakil atau lebih.
kepadanya diberikan kuasa penuh untuk bertindak atas nama perusahaan
dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta pengawas tersebut setiap
waktu senantiasa berada di tempat pekerjaan.
Pelaksana pekerjaan harus menjaga bahan-bahan dan alat-alat yang
diperlukan dan disimpan dalam gudang di lokasi pekerjaan supaya dapat
terlindung dari segala pengaruh iklim dan pencurian.
2
2. Pengukuran Dan Alat-Alat
1. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksanaannya, pelaksana pekerjaan harus
menyediakan untuk direksi alat-alat ukur guna memeriksa bangunan yang
sedang dikerjakan dan untuk pelaksana pekerjaan harus memberi bantuan
sepenuhnya.
2. Direksi/pengawas berhak untuk memberitahukan kepada pelaksana
pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan dengan tidak memberitahukan
biayanya.
3. Pengawasan
Pengawasan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut akan dilaksanakan oleh
pihak direksi atau pegawai yang ditunjuk dan akan diberitahukan secara
tertulis kepada pelaksana pekerjaan.
3. Penjagaan
Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penjagaan sebaik-baiknya atas
bangunan yang sedang dilaksanakan dan alat-alat yang digunakan.
Pelaksana pekerjaan bertanggung jawab atas semua alat yang dipinjamkan
untuk penyelenggaraan pekerjaan tersebut.
4. Kesejahteraan Dan Keselamatan Tenaga Kerja
Pelaksana pekerjaan harus menyediakan sebuah peti pembalut (P3K yang
tersusun menurut syarat-syarat yang ditentukan dan harus senantiasa
tersedia di tempat pekerjaan, setiap kali isinya dipergunakan harus segera
dilengkapi kembali.
Apabila terjadi kecelakaan, pelaksana pekerjaan secepat mungkin harus
memberitahukan kepada pihak direksi dan mengambil tindakan-tindakan
yang diperlukan untuk keselamatan korban atau untuk pemeliharaan
korban beserta keluarganya harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
Pelaksana pekerjaan harus memperkenankan pihak ketiga mempergunakan
peti pembalut (P3K) di waktu kecelakaan yang mengenai pekerjaannya atau
orang lain, dan setelah selesai pekerjaan peti pembalut (P3K) menjadi hak
pelaksana pekerjaan.
Pelaksana pekerjaan diharuskan menyediakan air minum yang bersih dan
memenuhi persyaratan kesehatan.
Pegawai yang ditunjuk oleh pihak direksi sebagai pengawas pekerjaan harus
disediakan sebuah ruangan terpisah, dan diisi perlengkapan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
3
Segala kebutuhan makan dan minum untuk pengawas pekerjaan yang
ditunjuk oleh pihak direksi selama pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggungan pelaksana pekerjaan.
5. Perubahan Konstruksi
Perubahan konstruksi atau penyimpangan dari konstruksi yang dijelaskan
dalam gambar rencana tidak diperkenankan, kecuali seizin atau atas perintah
direksi/pengawas.
6. Resiko Upah Dan Harga Satuan
Harga bahan-bahan dan upah kerja berdasarkan harga yang berlaku pada saat
ini, jika dalam hal tersebut terjadi perubahan-perubahan sebagai akibat dari
kebijaksanaan pemerintah dibidang moneter akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan.
7. Pemeriksaan Bahan-Bahan
Pelaksana pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan tiap bagian pekerjaan
harus terlebih dahulu meminta kepada pihak direksi untuk melakukan
pemeriksaan, apabila bagian pekerjaan tersebut dilaksanakan yang
mangakibatkan tidak dapat diperiksanya bahan yang dipergunakan, maka
segala resiko yang timbul karenanya menjadi tanggungan pelaksana
pekerjaan.
Bila perihal seperti tersebut di atas ternyata dilanggar, direksi berhak
memerintahkan untuk dibongkar bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan.
8. Pemakaian Bahan-Bahan
Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam syarat-syarat umum.
Pihak direksi berwenang untuk meminta keterangan mengenai asal bahan
yang dipergunakan, dan pelaksana pekerjaan harus memberitahukannya.
Bahan-bahan sebelum dipergunakan terlebih dahulu harus diperiksa oleh
pihak direksi untuk diberi persetujuan, bahan-bahan yang sudah
didatangkan di lapangan pekerjaan tetapi ditolak oleh pihak direksi harus
segera dikeluarkan dalam lapangan paling lambat dalam tempo 2 x 24 jam
terhitung sejak jam dinyatakan penolakan oleh pihak direksi.
4
9. Pekerjaan Pihak Ketiga (Sub Kontraktor)
Pada dasarnya tidak diperkenankan memberi pekerjaan baik sebagian
maupun seluruhnya kepada pihak ketiga.
Bila ada pekerjaan yang khusus diberikan kepada pihak ketiga, pelaksana
pekerjaan wajib meminta izin terlebih dahulu kepada pihak direksi.
Bila ada bagian pekerjaan yang dikerjakan oleh pihak ketiga atas dasar
persetujuan pihak direksi, tidak berarti pelaksana pekerjaan terlepas dari
tanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan dan kesempurnaan pekerjaan
pihak ketiga adalah tetap tanggung jawab pelaksana pekerjaan.
10. Pekerjaan Tambah/Kurang
1. Tiap-tiap perubahan penambahan atau pengurangan pekerjaan sebelumnya
harus mendapat persetujuan pihak direksi.
2. Biaya pekerjaan tambah/kurang setinggi-tingginya sampai dengan 10%
(sepuluh persen) dari harga borongan dan ditentukan atas dasar harga
satuan yang diajukan dalam surat penawaran pelaksana pekerjaan dan
menjadi salah satu lampiran dari surat perjanjian kontrak.
11. Force Majeure
Yang dimaksud dengan force majeure antara lain adalah bencana alam
misalnya gempa bumi, banjir, gangguan keamanan dan perubahan moneter
akibat kebijaksanaan pemerintah.
Apabila terjadi force majure, maka paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung
sejak terjadinya force majeure maka pelaksana pekerjaan harus
memberitahukan secara tertulis kepada pihak direksi dengan disertai bukti-
butki dan usaha-usaha yang telah ditempuh untuk mengatasi hal tersebut.
Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak
diterimanya pemberitahuan tentang terjadinya force majeure tersebut, pihak
direksi akan memberitahukan secara tertulis kepada pelaksana pekerjaan,
tentang diterima atau tidaknya pernyataan force majeure dimaksud.
Apabila dalam jangka waktu seperti tersebut di atas pihak direksi tidak
memberitahukannya, maka dapat diartikan bahwa peryataan force majeure
tersebut dapat diterima.
12. Kekeliruan Direksi
Pelaksanaan Pekerjaan sama sekali tidak diperkenankan mengambil keuntungan
5
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kesilapan Pihak Direksi, dan bila hal ini
terjadi maka segala akibat yang ditimbulkan sepenuhnya menjadi tanggungan
Pelaksana Pekerjaan.
13. Sistem Pembayaran Harga Borongan
Pembayaran harga borongan pekerjaan akan dilakukan oleh Pemimpin
Kegiatan melalui Bendaharawan Kegiatan, dan diatur dengan sistem
pembayaran sebagai berikut:
Angsuran harga Borongan, akan dibayarkan di bawah prosentase
penyelesaian pekerjaan yang telah dicapai sebesar 5% (lima persen)
Dibayar sebesar 95% (sembilan puluh lima prosen)dari Harga Borongan
setelah prosentase penyelesaian pekerjaan mencapai 100% (seratus Persen)
dan dilaksanakan Serah Terima Pertama Pekerjaan.
Sisanya 5% (lima prosen) dari Harga Borongan, dibayar setelah masa
pemeliharaan dilampaui dan dilaksanakan Serah Terima Kedua Pekerjaan.
14. Ketentuan Hukum
Pelaksana Pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya menyatakan tidak akan
memberikan atau menjanjikan imbalan apapun dan dalam bentuk apapun
juga kepada Pihak Direksi atau kepada Pejabat-Pejabat lainnya yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan.
Bila ternyata pernyataan dimaksud tidak benar, Pihak Direksi di samping
berwenang mengajukan Pelaksana Pekerjaan ke Instansi yang berwenang,
juga dapat membatalkan pelaksanaan pekerjaan dan semua kerugian atau
biaya-biaya yang timbul karenanya menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan.
Apabila Pelaksana Pekerjaan tidak dapat melaksanakan dan memenuhi
segala ketentuan-ketentuan yang dimuat dan dilampirkan dalam Surat
Perjanjian, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan oleh pihak
Direksi untuk mengusulkan agar Pelaksana Pekerjaan dikeluarkan dari
Daftar Rekanan Mampu (DRM).
15. Pajak-Pajak
Pajak-pajak dan biaya-biaya lainnya yang merupakan kewajiban berdasarkan
ketentuan dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggungan dan kewajiban Pelaksana
Pekerjaan.
6
16. Laporan Pekerjaan
Pelaksana Pekerjaan harus mengadakan dan mempunyai Buku Laporan
Harian, yang berisi dan memuat tentang aktivitas, bahan, peralatan, tenaga
kerja, keadaan cuaca serta bagian-bagian pekerjaan yang dilaksanakan sesuai
form Buku Harian Standard, yang setiap harinya dilaporkan dan
ditandatangani oleh pihak Direksi/Pengawas.
Pelaksana Pekerjaan harus membuat Laporan Bergambar tentang kemajuan
pekerjaan masing-masing menurut keadaan sebelum, sedang dan selesai
dikerjakan.
17. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan direncanakan 180 (seratus delapan
puluh) hari kalender, terhitung sejak tanggal dibuat dan ditanda tangani
Surat Perjintah kerja (Ganning) dan dalam jangka waktu tersebut
dilaksanakan Serah Terima Pertama Pekerjaan.
Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan seperti tersebut di atas dapat
diperpanjang dengan ketentuan bersyarat dan bila hal tersebut terjadi akan
diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Tambahan (addendum) yang
merupakan perjanjian yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian.
Apabila suatu perintah untuk melaksanakan pekerjaan tidak sekehendak
untuk diberikan perpanjangan waktu, akan tetapi data dalam Buku Harian
ternyata bahwa atas dasar perintah mengerjakan pekerjaan tambahan
tersebut berhubungan dengan perpanjangan waktu, maka Pelaksana
Pekerjaan tidak dapat melimpahkan kelambatan dan pelaksanaan pekerjaan
karena alasan pekerjaan tambahan.
18. Masa Pemeliharaan
Masa Pemeliharaan/Perawatan ditetapkan selama 180 (Seratus delapan
puluh) hari kalender, terhitung sejak tanggal dilaksanakan Serah Terima
Pertama Pekerjaan.
Selama dalam masa Pemeliharaan/Perawatan pekerjaan, Pelaksana
pekerjaan berkewajiban memperbaiki segala kerusakan-kerusakan dan
menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan yang terjadi karena
kurang baiknya pelaksanaan atau kerusakan-kerusakan lainnya.
Apabila Pelaksana Pekerjaan tidak melaksanakan kewajibannya selama
dalam masa pemeliharaan/perawatan pekerjaan, Pihak Direksi akan
7
memberitahukannya dan apabila batas waktu yang telah ditentukan dalam
Surat Pemberitahuan oleh Pelaksana Pekerjaan belum dilaksanakan
kewajibannya, maka pihak direksi berhak melaksanakan pekerjaan tersebut
atas biaya yang menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan, selanjutnya
setelah jangka waktu pemeliharaan/perawatan pekerjaan berakhir maka
dilaksanakan Serah Terima Kedua Pekerjaan.
19. Sanksi Kelambatan
Apabila jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan ternyata
tidak dapat ditepati atau dipenuhi oleh pelaksana pekerjaan
dengan tidak dapat mengemukakan alasan-alasan yang dapat
dipertimbangkan, maka pelaksana pekerjaan akan dikenakan denda 1/1000
(satu per mil) untuk tiap-tiap hari kelambatan.
20. Peraturan Tambahan
Pekerjaan-pekerjaan yang belum terang dan jelas termasuk dalam bagian
pekerjaan yang harus dilaksanakan, akan tetapi tidak diutarakan dalam
penjelasan-penjelasan, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan dan
dianggap sudah diuraikan, sehingga dapat dicapai hasil penyelesaian pekerjaan
yang sungguh-sungguh, baik dan sempurna.
8
B. SPESIFIKASI UMUM
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Asrama Putri UPTD PBPAT
Batee Iliek Kab. Bireuen, dengan Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan
didasarkan pada gambar rencana, BQ dan RKS yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.
2. PERATURAN TEHNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN
Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-
ketentuan tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya
Keppres No. 54 tahun 2010 beserta lampiran-lampiran dan Juknisnya.
Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di
Indonesia atau Algemene voor warden voor de uitvoering bij aanneming
van openbare werken ( AV ) 1941
Surat Edaran bersama Bappenas dan Dirjen Anggaran No
1997/21//39
1997/01/./351
ASE
VID
tanggal 20 Januari 1997.
Keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No.
295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997 tentang Pedoman Tehnis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Pedoman Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Umum SNI 03-1730-1989
Peraturan Beton Bertulang Indonesia, SK SNI T-15. 1919.03
Tata cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995
Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995
Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI) NI 5
Peraturan Umum instalasi listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
Tata Cara Perencanaan Tangki Septick SNI 03-2398-1991
Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja
Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun1972.
Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI 10
Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat
yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagai
mana ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor Wajib
megikuti ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.
9
C. SPESIFIKASI TEKNIS
BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1.
PEKERJAAN TANAH
1.1. Perataan Tanah
Pekerjaan perataan tanah, pembongkaran, pembersihan galian,
urugan dan pemadatan tanah urugan, harus dikerjakan lebih dahulu
sebelum pemborongan memulai pekerjaan upper structure.
Pekerjaan urugan dan pemadatan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhannya, sesuai dengan peil-peil (level) dan lokasi yang telah
ditentukan di dalam gambaran serta mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan.
1.2. Pembongkaran dan Pembersihan
Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua benda
penghambat daerah pembangunan, sampah-sampah, tonggak-
tonggak, humus, Lumpur, dan lain-lain. Bekas-bekas lubang dan
sumur harus dikuras airnya dan diambil Lumpur dan tanahnya yang
lembek yang ada di dalamnya. Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan
yang ada hanya boleh disingkirkan setelah mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan. Tunggul-tunggul pepohonan dan
jalinan akar harus dibersihkan dan disingkirkan sampai pada
kedalaman 1,00 m di bawah permukaan tanah. Segala sisa dari
kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut harus disingkirkan
dari daerah pembangunan oleh Pemborong, sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.
1.3. Galian dan Urugan
a. Bahan galian dari daerah pembangunan dapat dipergunakan bila
memadai untuk urugan dan penanggulangannya. Bahan urugan
harus bersih dari pada unsur-unsur perusakan dan harus
10
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Bila perlu dapat
dilakukan penyeledikan Laboratorium Mekanika tanah yang
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Segala biaya-biaya
penyeledikan tersebut menjadi tanggungan Pemborong.
b. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus dicegah, dan
bila terjadi harus diurug kembali sehingga mencapai kerataan
yang ditetapkan dengan bahan urugan serta dipadatkan.
1.4. Drainase Darurat
a. Pemborong harus mengadakan drainase darurat yang sempurna
setiap saat. Pemborong harus membangun saluran-saluran, parit-
parit serta mengeringkan atau memompa sebagai mana drainase
yang layak. Semua drainase darurat dan cara kerja yang
dilakukan Pemborong harus disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
b. Pemberian pekerjaan tanah untuk kepentingan pembuatan jalan
darurat untuk lalulintas selama pelaksanaan harus dirapikan
kembali setelah selesai pekerjaan pembangunan ini. Jalan-jalan
darurat tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.
1.5. Pemadatan
a. Urugan
Bahan urugan dipadatkan sekurang-kurangnya mencapai 85 %
AASHO.
b. Tanah asli
Setelah pengupasan tanah (stripping) selesai dilaksanakan,
bagian teratas sedalam 15 cm yang mempunyai kepadatan jauh
kurang dari 85 % AASHO, bagian tersebut harus dipadatkan
1.6. Cara Pelaksanaan
a. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar
dalam lapisan-lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak
melebihi 300 mm pada kedalaman gembur.
b. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan dicampur
dengan cara menggarut atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
11
lapisan yang kepadatannya sama. Setiap lapisan harus sama
dalam hal bahannya, kepadatannya, dan kelembabannya
sebelum pengerasan dilaksanakan.
c. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan
dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai,
sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya. Bila mana
bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,
lapisan tersebut harus diulang pengerjaannya atau diganti guna
mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.
d. Setelah pemadatan selesai, urugan tanah yang kelebihan harus
dipindahkan ketempat yang lain yang ditentukan oleh Pengawas
Lapangan.
e. Ketinggian (peil) disesuaikan dengan gambar.
Pasal 2.
PEKERJAAN PENCEGAHAN YANG DIGUNAKAN (TERMITE CONTROLS)
2.1. Jenis Pencegahan Rayap yang Digunakan
Jenis pencegahan rayap yang digunakan pada proyek ini adalah jenis
preconstruction termitecontrols, yang meliputi:
a. Ground treatment, soil treatment, dan floor treatment yang
bertujuan mencegah ruang lingkup kehidupan rayap (tonic
barrier) pada pondasi dan permukaan tanah yang digunakan
untuk bangunan.
b. Wood treatment/wood drenching, yang bertujuan untuk
memberikan zat kimia aktif yang dapat berfungsi sebagai
termisida (pembasmi rayap) untuk seluruh bagian yang
menggunakan kayu pada bangunan ini.
c. Termite maintenance program yang bertujuan untuk mencegah,
menghalau, dan membasmi serangga rayap yang datang dari
luar bangunan.
2.2. Bahan-Bahan yang Digunakan
Bahan bahan pencegah rayap yang digunakan adalah:
12
a. Untuk proses ground treatment, soil treatment, dan floor
treatment digunakan bahan kimia (termisida) yang berupa bubuk
atau kristal dengan bahan pelarut emulsi (larutan pekat) dari
jenis emulsi concentrate 28 EC atau setaraf.
b. Untuk wood treatment/wood drenching dan trimite maintenance
program, digunakan bahan emulsi dari jenis emulsi concentrate
28 EC atau setaraf, yang dilarutkan dalam bahan pelarut minyak
tanah dengan konsentrasi 1 %.
c. Bahan-bahan termite control yang akan dipakai dalam proyek ini,
terlebih dahulu diusulkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan,
yang dilengkapi dengan brosur-brosur dan referensi yang
diperlukan.
d. Bahan termite controls yang boleh digunakan untuk proyek ini,
adalah bahan yang sudah disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga kerja yang
telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan semacam ini, dan
dipimpin oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
b. Pemborong-Pemborong Bawahan harus dapat menunjukkan surat
izin yang masih berlaku untuk kegiatan bidang termite controls
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan atau pihak berwenang
lainnya.
c. Pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuatannya.
2.4. Pencegahan Kecelakaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemborong harus sudah
melakukan langkah-langkah pengamanan yang diperlukan, guna
mencegah terjadinya kecelakaan, keracunan, serta hal-hal lain yang
dapat membahayakan kehidupan (manusia, hewan, tanaman, dan
barang), yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan
pada pekerjaan ini.
13
2.5. Perawatan
Pekerjaan anti rayap yang sudah selesai dikerjakan harus diamankan
dari segala perbuatan/kejadian yang dapat merusak pekerjaan ini.
2.6. Jaminan
Pemborong harus memberi jaminan (garasi) bagi pekerjaan anti
rayap ini selama minimal 10 (sepuluh) tahun.
2.7. Peralatan yang Digunakan
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Pemborong harus menggunakan
peralatan-peralatan yang memadai dan diperlukan untuk pekerjaan
ini, antara lain:
a. Power Sprayer, untuk penyemprotan kayu-kayu bangunan dan
penyemprotan dalam tanah pada tekanan yang tinggi (1 3 atm),
yang dalam sebuah lubang bias dicapai penetrasi dalam radius 3
m2.
b. Motor sprayer, untuk penyemprotan kayu-kayu : Kusen, rangka
plafon, reng, kaso, dan lain-lain.
c. Soil fumigant, untuk penyemprotan tanah dalam ruang yang
tidak begitu luas.
d. Otomatic hand sprayer, untuk penyemprotan bagian yang rumit
dan lingkup ruang yang sempit.
e. Alat-alat pengaman untuk melindungi bahaya keracunan bagi
teknisi.
2.8. Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan
Soil treatment (peracunan tanah).
Tahap I
Setelah seluruh lubang pondasi digali, maka dasar galian
disemprotkan larutan kimia siap pakai sebanyak 5 lt/m2 permukaan
tanah, atau menurut petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Tahap II
Setelah lubang pondasi selesai diurug, maka permukaan tanah pada
sisi kiri kanan pondasi disemprotkan larutan kimia siap pakai
14
sebanyak 5 lt/m2 permukaan tanah, atau menurut petunjuk dari
pabrik pembuatnya.
Tahap III
Untuk pekerjaan permukaan tanah (floor) setelah selesai peralatan,
maka disemprot larutan kimia siap pakai pada seluruh permukaan
tanah sebanyak 5 lt/m2 permukaan tanah, atau menurut petunjuk
pabrik pembuatnya.
Untuk pekerjaan dinding bata/beton yang belum diplester setinggi
=2,00 m dari permukaan tanah disemprotkan larutan kimia siap
pakai sebanyak 1,5 lt/m2 luas bata/beton, atau menurut petunjuk
dari pabrik pembuatnya. Penampang pekerjaan soil treatment yang
telah diberikan tonic barrier sesuai dengan spesifikasi untuk
pekerjaan preconstruction termite control service.
Pasal 3.
PEKERJAAN GALIAN TANAH
3.1. Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus
dilakukan menurut ukuran dalam dan lebar, serta sesuai dengan
peil-peil yang tercantum dalam gambar.
3.2. Semua bekas pondasi bangunan lama, dan lain-lain, yang terdapat
dibagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan
dibuang. Bekas pipa-pipa saluran yang tidak dipakai harus
disumbat.
3.3. Apabila ternyata terdapat pipa air, pipa gas, pipa pembuangan, kabel
listrik, kabel telepon, dan lain-lain yang masih digunakan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan atau kepada instansi yang berwenang,
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya.
3.4. Pemborong bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan sebagai
akibat dari pekerjaan galian tersebut.
3.5. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah
ditentukan, maka Pemborong harus mengisi/mengurug kembali
dengan bahan yang sesuai dengan syarat-syarat pengisian bahan
pondasi dan spesifikasi pondasi.
15
3.6. Pemborong harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi
tersebut bebas dari longsoran-longsoran tanah di kiri dan di
kanannya (bila perlu dilindungi dengan alat-alat penahan tanah) dan
bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga pekerjaan
pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
3.7. Penggunaan kembali dengan tanah bekas galian dilakukan selapis
demi selapis, sambil disiram air secukupnya, dan ditumbuk sampai
padat. Pekerjaan pengurungan kembali ini hanya boleh dilakukan
setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan.
Pasal 4.
PEKERJAAN PONDASI
Pondasi harus dilaksanakan pada level serta posisi yang betul sesuai
gambar. Pengukuran titik-titik pada bouwplank harus dengan persetujuan
Direksi Lapangan serta titik-titik tersebut harus dipertahankan sampai bisa
dipindahkan pada kolom-kolom beton yang selesai dikerjakan. Sementara
itu titik-titik referensi yang harus dipertahankan tetap harus dipelihara
dengan baik. Lebar lubang galian pondasi harus cukup sehingga tukang-
tukang dapat berkerja dengan leluasa serta tidak ada runtuhan-runtuhan
tanah yang akan mengotori pekerjaan, selanjutnya pekerjaan dilanjutkan
ke pekerjaan :
a. Lingkungan pekerjaan :
Meliputi pekerjaan seluruh bangunan sendiri
- Pondasi tapak
- Pondasi batu pecah / Batu gunung
- Pondasi Batu Bata
b. Persyaratan bahan pondasi tapak terbuat dari :
1. Untuk tapak terbuat dari beton bertulang bk 25 kg/cm2.
2. Pondasi batu Kali.
- Semua pasangan batu pecah/gunung yang kedap air harus
diaduk 1 PC : 2 PS.
- Semua pasangan batu pecah/gunung yang tidak kedap air
dibuat dengan adukan 1 PC : 4 PS.
- Batu pecah/gunung yang digunakan adalah :
16
Batu dengan kualitas baik.
3. Pedoman Pelaksanaan
- Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan
pengukuran-pengukuran as-as pondasi sesuai dengan gambar
konstruksi dan ditelitikan persetujuan Direksi tentang
kesempurnaan galian.
- Untuk pondasi dilaksanakan sesuai dengan gambaran kerja
dan gambar title.
- Di bawah datar pondasi didurasi dengan pasir pasang setelah
10 cm dan dipadatkan, sebagai lantai kerja.
- Untuk pondasi plat dinding temuan dan proses adukan dan
pembersihan harus memenuhi prosedur pada pasal beton
bertulang.
Pasal 5.
PEKERJAAN BETON BERTULANG
5.1. Pekerjaan beton bertulang meliputi :
a. Pondasi Tapak b. Sloof c. Kolom-kolom d. Balok-balok lantai e. Plat Lantai f. Ring balok g. Tangga h. Kolom praktis, Balok latai
5.2. Mutu bahan/material
Bahan/material yang digunakan untuk pekerjaan struktur ini harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Beton
bertulang Indonesia (PBI 1971 NI.2) dan Peraturan Umum Bahan
Bangunan (PUBB 1976 NI.3) serta spesifikasi khusus lainnya yang
berlaku di Indonesia.
5.2.1. Semen (Portland Cement)
a. Semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis type I
menurut STM, memenuhi S.400 menurut Standard Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen di Indonesia.
17
b. Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras, jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat
ditekan hancur dengan tangan (tanpa alat) dan jumlah
bagian yang mulai mengeras ini tidak boleh lebih dari 5 %
(lima persen) berat semen setiap zak/kantong.
c. Semua kantong/zak semen harus masih dalam keadaan
baik/tidak sobek atau pecah, dan beratnya harus sama
dengan yang tercantum pada kantong/zak.
d. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering,
terlindungi dari pengaruh cuaca, berventalasi cukup, dan
lantainya harus bebas dari tanah. Semen ditumpuk menurut
urutan-urutan didatangkannya dalam kantong/zak yang
utuh/tidak sobek.
5.2.2. Agrerat halus (pasir beton)
a. Pasir/Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang tajam
dan kasar.
b. Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan
substansi-substansi yang dapat merusak beton. Pasir tidak
boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari
5 % (lima persen).
c. Pasir/laut tidak boleh digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini.
d. Pasir/agregat halus harus memenuhi gradasi sebagai
berikut:
Saringan Ukuran % Lewat
Saringan
3/8"
No. 4
No. 8
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200
9,500 mm
4,760 mm
2,380 mm
1,190 mm
0,595 mm
0,297 mm
0,149 mm
0,074 mm
100
90 100
80 100
50 85
25 65
10 30
5 10
0 5
18
e. Cara penyimpanan/penumpukkan harus sedemikian rupa
agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan tidak
menjadi kontaminasi atau tercampur dengan bahan yang
tidak diinginkan.
5.2.3. Agregat kasar (kerikil beton)
a. Agregat kasar/kerikil beton atau batu pecah (crushed stones)
yang digunakan harus terdiri dari butiran-butiran yang
kasar, keras, berat, dan tidak porous, dengan diameter
maksimum 2,5 cm.
b. Bila ada butir-butir yang putih, jumlah beratnya tidak boleh
melebihi 20 % (dua puluh persen) dari jumlah berat
seluruhnya.
c. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi test mesin Los Angelos ASTM.C-131-55.
d. Agregat kasar harus bersih dari tanah/Lumpur atau
kotoran-kotoran lainnya yang dapat merusak beton.
e. Agregat kasar harus memenuhi gradasi sebagai berikut:
Saringan Ukuran % Lewat
Saringan
1"
3/4"
3/8"
No. 4
25,00 mm
20,00 mm
9, 50 mm
4,76 mm
100
90 100
20 55
0 5
f. Cara penyimpanan/penumpukan agregat kasar harus
sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan tidak terjadi kontaminasi atau tercampur
dengan bahan yang tidak diinginkan.
5.2.4 Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan adalah tulangan baja lunak
(mild-steel), dengan mutu :
1) U-24 untuk diameter 12 mm, yaitu batang baja polos
dengan tegangan leleh minimal 2.400 kg/cm2.
19
2) U-32 untuk diameter > 12 mm, yaitu 0batang baja ulir
dengan tegangan leleh minimum 3.200 kg/cm2.
b. Besi beton harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak
cat dan lain-lain yang dapat merusak baja dan/atau beton.
c. Besi beton harus mempunyai penampang yang sama besar
dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, dsb).
d. Untuk memperoleh jaminan kualitas besi yang digunakan,
Pemborong harus memberikan sertifikasi dari pabrik besi
beton tersebut pada Direksi/Pengawas Lapangan, yang
menyatakan bahwa kekuatan besi-besi beton tersebut sesuai
dengan spesifikasi.
e. Setiap penerimaan besi beton di lapangan harus diambil
minimal 3 (tiga) sampel (masing-masing mutu baja 3
sampel), untuk dilakukan percobaan tarik (stress strain)
pada Laboratorium Bahan Bangunan atas permintaan
Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Pelaksanaan penyambungan / pemotongan, pembengkokan,
dan pemasangan besi-besi beton harus sesuai dengan
peryaratan dalam PBI 1971 (NI.3).
g. Penyimpanan besi beton harus menggunakan bantalan-
bantalan kayu sehingga bebas dari tanah. Besi beton
ditumpuk sesuai jenis dan ukurannya masing-masing (tidak
tercampur satu sama lain) serta bebas dari Lumpur,
minyak/lemak, dan bahan-bahan lainnya.
5.2.5. Air
a. Air yang digunakan untuk adukan beton adalah air tawar
yang tidak mengandung Lumpur, minyak, asam, garam, dan
bahan-bahan akali lainnya yang dapat merusak beton dan
besi baja tulangan beton.
b. Air yang digunakan harus jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa serta dapat diminum.
c. Pemborong harus menyediakan reservoir/bak penyimpanan
air di lokasi proyek untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan,
dengan kapasitas minimum 4 (empat) m3 dan senantiasa
terisi penuh.
20
5.3. Pembuatan/PemasanganCetakan beton/Bekisting
a. Rencana (disain) seluruh cetakan beton/bekisting sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemborong.
b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran, dan batasan-batasan
bidang dalam gambar yang diinginkan oleh Konsultan Perencana.
c. Cetakan beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan permukaan beton yang rata. Untuk itu dapat
digunakan cetakan dari multipleks atau papan dengan permukaan
yang halus dan rata, dengan rangka kayu yang kuat dan tidak
mudah berubah bentuk. Jika perlu menggunakan pilihan besi.
d. Semua cetakan/bekisting harus diberikan pengaut datar dan
silang sehingga kemungkinan bergeraknya cetakan selama
pelaksanaan pengecoran beton dapat dihindari, dan juga harus
cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan beton.
e. Susunan cetakan/bekisting dengan penyokong-penyokongnya
harus teratur agar pengawasan atau kekurangannya dapat mudah
dilakukan.
f. Pemasangan cetakan/bekisting harus sedemikian rupa agar pada
waktu pembongkarannya tidak akan merusak dinding beton yang
bersangkutan.
g. Sebelum adukan beton dituang, kontruksi cetakan/bekisting harus
diperiksa/diteliti untuk memastikan, bahwa benar dalam
letaknya, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang, serta bersih dari segala
benda yang tidak diinginkan dan kotoran kontruksi.
h. Permukaan cetak/bekisting dapat diberi minyak yang biasa
diperdagangkan (foem oil), untuk mencegah meletaknya beton
pada cetakan. Penggunaannya harus berhati-hati, jangan sampai
mengenai besi-besi beton yang dapat mengurangi daya beton pada
besi.
i. Sebelum pengecoran, kayu cetakan/bekisting harus bersih dan
dibasahi air secukupnya dengan rata agar tidak terjadi penyerapan
air beton yang baru dituangkan. Air pembasahan tersebut harus
diusahakan mengalir sedemikian rupa hingga tidak menggenangi
sisi bagian bawah dari cetakan/bekisting.
21
5.4. Kualitas Beton
a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-225
(tegangan tekanan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15
x 15 cm3 pada umur 28 hari, bk = 250 kg/cm2, dengan derajat
kofidensi 0,95).
b. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya
untuk memnuhi kualitas beton tersebut, dengan mengadakan
trialmix.
c. Slump (kekentalan beton)
Slump (kekentalan beton) untuk jenis kontruksi berdasarkan
pengujian dengan ASTM-C143, adalah sebagai berikut:
Jenis Kontruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
- Kaki dan dinding
pondasi
- Pelat, balok dan dinding
- Kolom
- Pelat di atas tanah
75
100
100
100
25
25
25
50
d. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran
tinggi, maka harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50 %
tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, dengan hasil
minimum 5 cm dan maksimum 12 cm. cara pengujian slump
adalah sebagai berikut :
1) beton diambil tepat sebelum dituangkan ke dalam cetakan
beton/bekisting.
2) Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan di atas kayu yang
rata atau plat beton.
3) Cetakan diisi adukan beton sampai kurang lebih sepertiganya,
kemudian adukan tersebut ditusuk-ditusuk 25 kali dengan besi
16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti
peluru).
4) Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapis
berikutnya. Setiap lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap
tusukan harus masuk dalam lapisan di bawahnya (satu lapis).
22
5) Setelah adukan beton bagian antaranya diratakan, segera
cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur penurunannya
(slumpnya).
f. Percobaan pendahuluan
1) Untuk medapatkan mutu beton seperti yang diminta,
kontraktor harus mengadakan percobaan-percobaan
dilaboratorium sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan
sampai didapat suatu perbandingan-perbandingan bermutu
untuk mutu beton yang akan dipakai.
2) Setiap ada perubahan-perubahan dalam jenis dari bahan-bahan
harus diadakan percobaan dilaboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.
3) Sebelum hasil percobaan laboratorium dapat ditunjukkan
seperti mutu beton, kekentalan yang ditunjukkan dengan
slump test, pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan.
4) Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan
hasil percobaan dilaboratorium.
g. Jumlah semen minimum adalah 340 kg untuk 1 m3 beton, khusus
untuk atap/luifel dan poer beton jumlah tersebut dinaikkan
menjadi minimal 365 kg/m3 beton.
h. Pada masa permulaan pembetonan, Pemborong harus buat
inimum 1 benda uji setiap 1,5 m3 beton agar dengan relative cepat
dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Pengambilan benda-
benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
i. Jika dianggap perlu, Pemborong harus mengadakan percobaan
kubus beton umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya
tidak boleh kurang dari 65 % keukuatan yang diminta pada umur
28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan
angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian
beton di tempat, dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam
PBI-1972, dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.
j. Pemborong harus membuat laporan tertulis data-data kualitas
beton yang dibuat, laporan tersebut harus dilengkapi dengan
harga karakteristiknya dan disahkan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
23
5.5. Adukan Beton
a. Adukan (adonan) beton harus memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan dalam PBI 1972 (NI.2).
b. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian memadai untuk menetapkan dan
mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentuk beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya
selalu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas
Lapangan.
c. Pemborong harus melaksanakan Mix design dengan cara
mengambil material yang akan digunakan untuk dibawa ke
laboratorium.
d. Pemborong harus membuat adukan (adonan) beton menurut
komposisi adukan dan proposi antara pasir, kerikil/split, semen,
dan air serta bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang
dipersyaratkan. Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga
dapat mengahasilkan beton yang padat dengan daya kerja yang
baik, serta dapat memberikan daya letak yang baik dengan besi
beton.
e. Pemborong diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes)
untuk mengontrol daya kerjanya, sehingga tidak ada kelebihan air
pada permukaan ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan
(segregation) dari agregat.
f. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam
mesin pengaduk beton, yaitu "Batch Mixer" selama minimal 2
(dua) menit. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani dari kapasitas
yang telah ditentukan.
g. Setiap mesin pengaduk beton harus dilengkapi dengan alat
mekanis untuk mengukur waktu dan menghitung jumlah adukan.
Waktu pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas
lebih besar dari 1,5 m3. Direksi/Pengawas Lapangan berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan
cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan
kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam
dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan.
24
h. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki, tidak dibenarkan.
i. Mesin pengadukan yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus
dibersihkan dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
j. Adukan Beton Ready Mix
1) Pemakaian adukan beton ready mix harus mendapatkan
persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan, demikian pula nama
dan alamat supplier tersebut.
2) Pemborong harus bertanggung jawab penuh bahwa adukan
yang didatangkan tersebut telah memenuhi syarat-syarat
dalam spesifikasi serta menjamin homogenitas dan qualitas
yang kontiyu (menerus) pada setiap kali didatangkan
(delivery).
3) Waktu pengangkutan beton ready mix dari tempat
pengadukan (batching plant) ke tempat pengecoran harus
diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam, dan
tidak terjadi perbedaan waktu yang mencolok antara beton
yang sudah dicor dengan beton yang akan dicor.
4) Direksi/Pengawas Lapangan mempunyai wewenang pada
setiap saat meminta kepada Pemborong untuk mengadakan
percobaan mutu beton, dan bila mana diragukan kualitasnya
maka Direksi/Pengawas Lapangan akan menghentikan dan
menolak supply beton ready mix tersebut. Semua resiko dan
biaya sebagai akibat dari hal-hal tersebut di atas, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemborong.
5.6. Pengecoran Beton
a. Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi/Pengawas
Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran
beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan
untuk pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
cetakan dan pemasangan besi-besi beton, serta jaminan bahwa
Pemborong dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
25
Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab
Pemborong atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
b. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan
dicor harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan
kayu, batu, tanah, dan lain-lain) dan dibersihkan dengan air
semen.
c. Adukan beton tidak dituang bila waktu sejak dicampurkan air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah
melampaui 1 (satu) jam, dan waktu ini dapat berkurang lagi jika
Direksi/Pengawas Lapangan menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.
d. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan
terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan. Cara penulangan dengan alat-alat pembantu seperti
talang, pipa, chute dan sebagainya, harus mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan. Alat-alat penuang seperti talang,
pipa, chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari
lapisan-lapisan beton yang mengeras.
e. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian
lebih dari 2 (dua) meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya
digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalan
terbenam dalam adukan yang baru dituang.
f. Pengecoran dilakukan secara terus-menurus (kontiyu/tanpa
berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu
adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15
(lima belas) menit setelah dikeluarkan dari mesin pengaduk, dan
juga adukan beton yang tumpah selama pengangkutan, tidak
diperkenankan untuk dipakai lagi.
g. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton
sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan
dari lapisan air semen (laitance) dan dikasarkan dengan menyikat
sampai agregat setelah pemberhentian pengecoran ini, maka
adukan beton yang lekat pada tulangan dan cetakan harus
dibersihkan. Tempat di mana pengecoran akan dihentikan, harus
mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
26
h. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin
duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen oleh
tanah.
5.7. Pemadatan Beton
a. Pemborong bertanggung jawab untuk mengangkut dan menuang
beton dengan kekentalan secukupnya, agar didapat beton yang
padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
b. Pemborong harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin
effisiensi tanpa adanya penundaan.
c. Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi
pengantongan beton-beton tidak akan dihindarkan.
d. Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator selama
pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa, sehingga
tidak merusak acuan maupun posisi tulangan. Pemadatan beton
secara berlebih-lebihan sehingga menyebabkan pengendapan
agregat, kebocoran-kebocoran melalui cetakan dan lain-lain, harus
dihindarkan.
e. Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan
dengan penggetar berfrekwensi tinggi 2 cm, agar dijamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik.
f. Suhu beton
Suhu beton sewaktu dicor tidak boleh dari 320C. Bila suhu dari
tempat pengadukan dan pengecoran berada di bawah 270C
dan/atau di atas 320C, maka beton harus diaduk di tempat
pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor
melebihi 320C, maka Pemborong harus mengambil langkah-
langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat, atau
melakukan pengecoran pada malam hari.
27
5.8. Pembukaan Cetakan Beton/Bekisting
a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan, atau jika umur beton telah
melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban kontruksi 7 hari
- Balok dengan beban kontruksi 21 hari
- Plat lantai/atap 21 hari
b. Dengan persetujuan Direksi cetakan beton dapat dibongkar lebih
awal asal benda uji yang kondisi kekuatannya 75% dari kekuatan
pada umur 28 hari. Segala izin yang diberikan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan
untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab kontraktor dari
adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan tersebut.
c. Pembokaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan
tidak cacat.
d. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian kontruksi yang
terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum
dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
e. Cetakan/bekisting bagian kontruksi yang memikul beban
pelaksanaan lantai di atasnya, tidak boleh dibongkar sebelum
mutu beton lantai di atasnya tersebut mencapai 75% dari keuatan
umur 28 hari, dan lantai itu sendiri sudah mencapai kekuatan 75%
dari kekuatan umur 28 hari.
f. Semua beton yang tampak dalam pandang, pertemuan dua bidang
harus tajam dan halus bidang-bidangnya. Segera sesudah cetakan
dibuka dan beton masih relative segar, semua lubang-lubang dan
lekukan diisi dengan adukan 1 semen : 1 pasir. Sebelum
pelaksanaan pekerjaan ini, beton harus dibasahi secara
menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan beton yang
kasar akibat cetakan atau tetesan air semen, harus digosok dengan
batu carborandun dan air, hasil yang ditinggalkan harus dalam
warna yang sama.
28
g. Pekerjaan beton harus mempunyai permukaan bentuk finish yang
rata dan halus. Menaburkan semen kering pada permukaan beton
dengan maksud untuk menyerap kelebihan air, tidak dibenarkan
sama sekali.
5.9. Sambungan Beton (Construction Joints)
a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk
menyelesaikan penyelesaian satu struktur secara menyeluruh.
Dalam schedule tersebut Direksi akan memberikan persetujuan
dimana letak sambungan beton (Contruction Joints) tersebut.
Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak
sambungan beton tersebut.
b. Permukaan sambungan beton harus bersih dan dibuat kasar
dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan
beton yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan
beton, sesudah 2 (dua) jam, tapi kurang dari 4 (empat) jam sejak
beton dituangkan. Bila cara tersebut di atas tidak berhasil, maka
dapat digunakan cara lain yang disetujui Direksi/Pengawas
Lapangan.
c. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi
dan diberi lapisan bubur beton (grout) yang tipis dan merata
seluruh permukaan beton, sebelum beton dituang. Bubur beton
(grout) terdiri dari adukun 1 pc : 2 pc.
d. Sambungan beton (Contruction Joints) harus diusahakan
semaksimum mungkin berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila
Contruction Joints tegak diperlukan, tulangan harus menonjol
sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang
monolit. Sedapat mungkin dihindarkan ada contruction joints yang
tegak, kalaupun ada prosedurnya harus disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan.
5.10. Pemasangan alat-alat di dalam Beton
a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa dan sebaginya yang
diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat dengan baik pada
cetakan sebelum dicor.
29
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari
karat dan kotoran lain pada waktu beton dicor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan
diikat pada tempatnya dengan menggunakan tamplate (besi
pengikat/penyetel baut).
d. Pemasangan pipa-pipa dalam beton tidak boleh mengurangi
kekuatan kontruksi (lihat Pasal 5-7 ayat (1) PBI 1971).
e. Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang
atau memotong kontruksi beton yang sudah jadi tanpa
sepengetahuan dan seizin Direksi/Pengawas Lapangan. Ukuran
dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton,
pemasangan sparring sebaiknya harus menurut petunjuk-petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.
5.11. Pengeringan/Perawatan Beton
a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan cara yang baik dan
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Beton harus
dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap
sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan
pengerusakan secara mekanik atau pengeringan sebelum
waktunya.
b. Segera setelah beton dicor dan di-finish, maka semua permukaan
beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap
kehilangan kelembabannya, yaitu dengan menjaga agar tetap
basah secara terus-menerus selama 7 (tujuh) hari.
c. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya (sesuai
ketentuan pada butir 63.11, sedangkan masa perawatan beton
belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti
permukaan-permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan.
d. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan
tidak dibongkar selama masa perawatan, beton harus selalu
dibasahi air untuk mengurangi terjadinya retak pada celah-celah
sambungannya.
e. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak disebutkan
di atas, harus dirawat agar permukaannya tetap basah atau
30
ditutupi dengan membrane yang basah selama 7 (tujuh) hari terus-
menerus.
f. Melapisi permukaan beton dengan bahan perawatan beton (curing
compound) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang
tidak ditonjolkan secara estetika, kecuali dapat dibuktikan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan bahwa bahan-bahan tersebut tidak
memberi pengaruh buruk pada permukaan beton.
g. Pemborong harus bertanggung jawab atas retaknya beton kerena
kelalaian tersebut di atas. Pada pengecoran beton pada waktu
cuaca panas, benar diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik.
5.12. Test Kubus Beton (Pengujian Mutu Beton)
a. Secara umum mutu beton harus sesuai dengan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBI 1971 BI.2), dengan syarat-syarat
minimal sebagai berikut:
1) Tidak kurang dari satu pengujian harus dibuat untuk setiap
jenis pekerjaan beton yang dikerjakan dalam satu hari, dengan
volume sampai 5 m3.
2) Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji
kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3. Pengujian dilakukan
pada umur 28 hari, atau menurut petunjuk / permintaan
Direksi / Pengawas Lapangan. Hasil test merupakan hasil rata-
rata dari empat speciment tersebut. Batas kekuatan beton rata-
rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik
250kg/cm2 untuk beton K-250.
3) Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi
yang ditinggal di lapangan, dibiarkan mengalami proses
perawatan yang sama dengan keadaan yang sebenarnya.
4) Direksi/Pengawas Lapangan berhak meminta setiap saat
kepada Pemborong untuk membuat benda uji kubus beton dari
adukan beton yang dicor.
5) Semua biaya untuk pembuatan dan pengetesan kubus beton
menjadi tanggung jawab Pemborong.
5.13. Admixtures Beton
a. Jika diperlukan, untuk mempercepat ikatan awal beton dapat
ditambahkan bahan additive, yang harus mendapat persetujuan
31
Direksi/Pengawas Lapangan. Bahan addivite yang mengandung
garam chorida tidak digunakan.
b. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut adukan beton
melebihi waktu yang telah ditentukan, dapat dipakai bahan
penghambat ikatan awal beton (reterder) dengan persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan.
c. Pemakaian admixtures tidak boleh mengurangi pemakaian jumlah
semen.
5.14. Pengbengkokan dan Penyetelan Besi Beton
a. Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan
teliti, tepat pada ukuran posisi pembengkokan sesuai dengan
gambar untuk itu, dan tidak menyimpang dari PBI 1971 NI.2.
Pembengkokan tersebut dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan
menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat, patah, retak-retak, dan sebagainya.
b. Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Pemborong harus
membuat rencana kerja pemotong dan pembengkokan baja
tulangan (bending schedule), yang sebelumnya harus diserahkan
kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapat
persetujuannya.
c. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan
gambar dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi
penurunannya.
d. Pemasangan dengan menggunakan selimut beton (beton decking)
sesuai dengan gambar.
5.15. Pengguntingan Besi
a. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
benar-benar sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau
pendapatnya terhadap kekeliruan, kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada, maka:
1) Pemborong dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya
hal ini diberitahukan kepada Direksi/Pengawas Lapangan
32
untuk selanjutnya disampaikan kepada Konsultan
Perencanaan.
2) Jika ini akan diminta oleh Pemborong sebagai kerja tambahan,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana dan disetujui
oleh Pemberi Tugas/Pengguna Anggaran.
3) Jika diusulkan pembuatannya dari cara pembesian, maka
perubahan tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan
persetujuan tertulis dari Konsutan Perencana.
4) Mengajukan usulan dalam rangka kejadian tersebut di atas,
adalah juga merupakan kewajiban bagi Pemborong.
c. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan besi dengan diameter
yang sama sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka
dapat dilakukan penukaran besi dengan diameter yang terdekat,
dengan syarat:
1) harus ada persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
2) Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera
dalam gambar.
3) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlapping yang
dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar/vibrator.
d. Toleransi besi
Diameter ukuran sisi (jarak antara dua
permukaan yang berlawanan
Variasi dalam
berat yang
dibolehkan
Toleransi
diameter
Di bawah 10 mm
10 mm sampai 16 mm (tidak termasuk 16
mm)
16 mm sampai 28 mm
7%
5%
5%
0,4 %
0,4 %
0,5 %
33
5.16. Toleransi Pelaksanaan
a. Penyimpangan dari toleransi seperti tersebut di bawah ini,
maka pemborong harus bertanggung jawab atas perbaikan dan
biaya-biayanya. Perbaikannya harus mendapat persetujuan
dari Direksi/Pengawas Lapangan. Toleransi ini diberikan atas
pekerjaan yang berkaitan dengan setting out, garis as
bangunan, kedataran atau ketinggian, ketegakan, ukuran dan
tebal dari suatu bagian, dan lain-lain.
b. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang
ditunjukkan pada gambar adalah 6 mm setiap 3 meter panjang
bidang bangunan, dengan maksimum 25 mm. Dalam hal ini,
bidang bangunan tidak boleh melampaui garis batas pemilikan
dan garis bangunan (garis sepadan).
c. Eksentrisitas dari balok sloof terhadap as kolom atau dinding
tidak melampaui 50 mm.
d. Ketegak lurus
Penyimpangan dari bidang tembok dan kolom terhadap garis
vertical tidak melampaui 6 mm per meter, dengan maksimum
13 mm.
e. Kedataran
Untuk tinggi 3 m dari lantai di bawahnya 6 mm.
Untuk tinggi 6 m dari lantai di bawahnya -13 mm.
Untuk tinggi 12 m dari lantai di bawahnya 19 mm.
f. Penampang
Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang
nominal dari kolom, balok, plat, dan lain-lain:
Untuk dimensi < 15 cm = + 10 mm dan 3 mm.
Untuk dimensi 15 cm = + 13 mm dan 6 mm.
g. Lubang (opening)
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan
lokasinya pada lantai dan dinding adalah + 6 mm.
34
BAB. II
SYARAT-SYARAT
TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja, pengetesan dan
lain-lain sebagainya untuk pelaksanaan dan penyelesaian finishing) pekerjaan arsitektur
sebagaimana tercantum dalam dokumen lelang.
Pasal 2
MUTU BAHAN
2.1.Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan pasangan dan plesteran harus sama
kualitasnya dengan semen untuk pekerjaan beton.
2.2. Pasir
Pasir pasangan yang digunakan untuk pekerjaan pasangan dan plesteran harus sama
kualitasnya dengan pasir untuk pekerjaan beton. Gradasi pasir pasangan yang
digunakan minimum 0,35 mm.
2.3. Air
Air yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dan plesteran harus memenuhi syarat-
syarat yang tercantum dalam pekerjaan beton.
2.4. Bata
a. Bata yang digunakan adalah bata dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan
ukuran 5,5 x 11 x 22 cm, yang dibakar dengan baik, bersudut runcing, rata, dan
tanpa cacat serta tidak mengandung kotoran.
b. Meskipun ukuran bata yang diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan
ukuran tersebut di atas, harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari
ukuran tersebut.
c. Bata yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PUBB 1976 NI.3, antara lain :
- Kualitas baik.
- Kualitas matang.
- Warna merah (merah merata).
35
- Sisi dan permukaan rata, tegak lurus, runcing.
- Keras dan tidak mudah patah.
- Tidak terlihat garis-garis retak.
- Tidak mengandung batu dan tidak berlubang-lubang.
- Kekuatan tekan iltimate minimum 30 kg/cm2.
- Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh lebih
besar dari 3 mm).
- Penyerahan di lokasi kerja, bata yang patah hanya diberikan maksimum 5%
(lima persen).
d. Pemborong harus menyerahkan sampai bata yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan datri Direksi/Pengawas Lapangan. Batu bata yang
ternyata tidak memenuhi syarat-syarat, harus segera dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.
2.5. Kayu
a. Seluruh bahan kayu harus memenuhi persyaratan yang tercantum pada :
(1) Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia (PUBB 1976 NI.3).
(2) Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI 1961 NI.5).
b. Kayu-kayu digunakan harus dari kualitas baik, tidak ada getah, kering udara,
tidak ada mata kayu > 3 cm, tidak ada retak-retak, dan cacat lainnya.
c. Kelembaban kayu harus kurang dari 20% untuk pekerjaan kasar dan kurang
dari 15% untuk pekerjaan halus (untuk tebal kurang dari 7 cm).
d. Kayu-kayu yang akan digunakan harus dilindungi dari kelembaba, dan
disimpan di bawah atap dengan ventilasi yang baik dan kering.
e. Semua kayu yang akan digunakan harus sudah disemprot anti hama rayap.
2.6. Bahan-bahan lain.
Bahan/material lain yang dipergunakan, seperti marmer/granit, keramik, Kayu,
kaca, cat, plafon, kunci dan lain-lain harus memenuhi spesifikasi masing-masing
dan Standar Industri Indonesia (SII).
Pasal 3.
PEKERJAAN ATAP DAN TALANG
3.1 Pekerjaan Atap Genteng metal
Bahan penutup atap yang digunakan adalah Genteng Metal Produksi dalam negeri,
warna Brown. Atap yang boleh dipasang adalah Genteng yang telah diselesaikan
36
dengan baik, tidak rusak dan tidak rembes air, bentuk dan ukurannya sama dan
telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Metode pemasangan dan bahan-
bahan pembantunya harus menurut petunjuk yang dikeluarkan produsennya.
Untuk itu sebelumnya pemborong wajib membuat Shop Drawingnya untuk
mendapat persetujuan Direksi. Setelah atap dipasang, bidang permukaan harus rata
dan lurus, tidak ada bagian yang bergelombang dan jalur-jalur atap harus rata dan
lurus. Pemotongan unit-unit atap harus dilakukan dengan baik, rata dan bagian
yang terpasang harus bebas dari kebocoran air.
3.2. Pekerjaan Talang
Untuk talang-talang dan jurai patahan atap digunakan bahan alluminium 8 mm
produksi dalam negeri dan talang beton pada bangunan utama dengan kemiringan
untuk pemanfaatan lebih maksimal.
Pasal 4
PEKERJAAN DINDING BATU BATA
4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan
hasil yang baik.
4.2. Persyaratan Bahan
- Batu bata harus memenuhi PUBB 199/76 NI
- Semen portland harus memenuhi NI-8
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat
- Air harus memenuhi PUBI-1982 pasal 9
4.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
- Pasangan batu/bata merah, dengan menggunakan adukan campuran 1
PC : 4 PS.
- Untuk semua dinding luar maupun dalam mulai dari permukaan
sloof/balok sampai dengan ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai
dan toilet, daerah basah dan daerah lain yang sesuai gambar, digunakan
adukan rapat air/trasram dengan campuran 1 PC : 2 PS.
- Batu bata merah yang digunakan batu bata ex lokal dengan kualitas
terbaik yang disetujui Direksi lapangan, siku dan sama ukurannya.
37
- Sebelum bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
air.
- Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
- Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
- Bidang dinding bata batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran
13 x 13 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 12 mm, beugel diamater
8 mm jarak-jarak 20 cm, jarak antara kolom maksimum 3,50 meter.
- Pembuatan lubang pada pasangan batu bata untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
- Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 8 mm jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik
pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan
bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali ditentukan lain.
- Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patahnya melebihi
dua bagian.
- Pasangan batu bata untuk dinding batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm.
pelaksanbaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus
terhadap lantai.
- Syarat-syarat penerimaan :
1. Pasangan batu bata dapat diterima/diserahkan apabila deviasi
bidang pada arah diagonal dinding seluas 12 m2 tidak lebih dari 0,5
cm (sebelum diaci/diplester).
2. Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum
diaci/diplester).
Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan
- Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat
38
angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran,
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
2. Persyaratan Bahan
- Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk
seluruh pekerjaan).
- Pasir harus memenuhi Ni-3 pasal 14 ayat 2.
- Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
- Penggunaan adukan plesteran :
1. Adukan 1 PC : 2 PS dipakai untuk plesteran rapat air.
2. Adukan 1 PC : 4 PS, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.
3. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
- Plesteran dilaksanakan sesuai standard spesifikasi dari bahan yang
digunakan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi Lapangan,
dan persyaratan tertulis dalam uraian syarat pekerjaan ini.
- Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton
atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Direksi Lapangan
sesuai Uraian dan syarat-syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
- Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk
dalam gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar
potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan betuk profilnya.
- Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam
volume, cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata
dibawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan
lantai dan 150 cm dari permukaan lantai untuk kamar manci/wc,
toilet dipakai adukan plesteran 1 PC : 2 PS.
2. Untuk adukan kedap air, harus ditambah dengan additive plamix, ex
MTCM dengan dosis 200-250 gram plamix, setiap 40 kg semen.
3. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 4
PS.
4. Untuk plesteran halus (acian) dipakai campuran yang homogen, acian
dan dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar).
39
5. Semua jenis adukan perekat tersebut harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum
mengering. Diusahakan agar jarak waktu percampuran adukan
perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit
terutama untuk adukan kedap air.
6. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh
bangunan.
7. Untuk beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan
dari sisa-sisa bekesting dan kemudian diketrek terlebih dahulu dan
semua lubang-lubang bekas pengikat bekesting atau form tie harus
tertutup adukan plester.
8. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian diatas
permukaan plesterannya).
9. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan
memakai spesi kedap air sampai setinggi 30 cm dari permukaan tanah
atau dari lantai untuk bagian dalam dari bangunan. Adukan yang
digunakan untuk dinding daerah basah seperti toilet, dapur, daerah
cuci adalah campuran kedap air 1 PC : 2 PC sampai ketinggian
minimum 150 cm dari lantai atau sesuai gambar.
10. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaannya diberi alur-alur garis horizontal untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang
menerima cat.
11. Ketebalan Plesteran harus mencapai ketebalan permukaan
dinding/kolom yang dinyatakan dalam gambar atau sesuai dengan
peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran 1,5 cm, jika ketebalan
melebihi 2 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya rekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan
yang diizinkan Direksi.
12. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi naad (tali air) dengan
ukurannya lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, atau sesuai gambar.
- Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
40
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air
secara cepat.
- Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Direksi Lapangan dengan biaya atas tanggungan
Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor
harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2
kali setiap hari.
- Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinisf,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan
dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan wajib diperbaiki.
- Syarat-syarat penerimaan
Pasal 6
PEKERJAAN GYPSUM BOARD
6.1 Syarat Gypsum Board
a. Gypsum Tile :
- Ketebalan : 6 mm per lembar
- Firte Reistance : 3 jam
- Type dan Merk : jaya Board atau setara (Kontraktor wajib
mengajukan contoh disetujui oleh Konsultan Perencana).
b. Rangka Plafond
- Bahan
Rangka besi hollow 40 x 40 mm (rangka utama)
Rangka besi hollow 20 x 40 mm (bila diperlukan)
- Modul Rangka :
Modul rangka besi hollow 40 x 40 mm dengan modul 120 x 60 mm
(rangka utama).
Rangka besi hollow 20 x 40 mm.
Sebagai mana rangka pembagi rangka utama menjadi modul 60 x
80 cm (rangka utama).
- Barang yang dipakai harus dari barang yang masih utuh, bukan
potong dai proyek lain (bekas/sisa).
41
- Penggantungan menggunakan besi diameter 10 mm. Dipasang
sebagaimana penggantungan dengan modul 120 x 240 cm.
c. Tape serta fibre :
- Paper tape : Boral standard atau setara
- Dempul/sambungan : joint multibond type M 200
- Sekrup : khusus untuk gypsum.
6.2 Syarat Pemasangan
a. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor terlebih dahulu harus
menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan pada pekerjaan
ini untuk mendapatkan persertujuan Konsultan Perencana.
b. Pemborong wajib mengadakan Mock Up (skala 1 : 1 ) untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dimulai. Biaya pengadaan
Mock Up yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana serta memenuhi
persyaratan bahan dan teknis akan dijadikan sebagai bahan dasar
pedoman pemeriksaan dan penerimaan hasil pekerjaan.
c. Hasil dari materi/bahan yang dipasang sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar dari produk yang telah disetujui Konsultan Perencana.
d. Setelah seluruh rangka flafond dipasang seluruh permukaan rangka rata,
lurus dan waterpass (tidak bergelombang).
e. Pemasangan rangka untuk dalam tambahan harus dilakukan seperti
diisyaratkan pada umumnya pemasangan rangka hollow dan plafon
gyipsum, pekerjaan penggantungan menggunakan kawat yang
diisyaratkan dan dipasang tiap modul ukuran + 120 x 230 cm.
f. Lembaran Gypsum adalah gypsum yang telah dipilih dan dilaksanakan
pemasangannya dengan syarat bentuk serta ukuran setiap lembaran
harus sama tidak ada bagian yang cacat atau gombal. Pemasangan tata
cara pemasangan gypsum sesuai dengan cara instruksi yang diterbitkan
oleh pabrik.
g. Penyelesaian plafond dengan pasangan dinding tegak diselesaikan
dengan detail gambar rencana.
h. Finishing plafond : dilaksanakan dengan pengecetan, cat vinilex standar.
Pengecetan dilaksanakan dengan menggunakan roll darei bahan wool
(sesuai peralatan khusus untuk cat vinilex standard).
42
6.3 Syarat Pemeliharaan
1. Perbaikan :
a. Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat/kena
noda. Perbaikan dilakukan sesuai pengarahan Konsultan Perencana
dan tidak mengganggu pekerjaanb finishing lainnya.
b. Bila kerusakan pekerjaan ini bukan karena tindakan pemakai ruangan
pada waktu pekerjaan dilaksanakan, maka Kontraktor harus
memperbaikinya/ mengganti.
2. Pengamanan
Kontraktor wajib mengadakan perlindungan/pengamanan terhadap
pekerjaan plafond yang sudah terpasang. Untuk ini kontraktor harus
mengadakan koordinasi dengan pihak pekerja finishing lainnya, dengan
pengarahan Konsultan Perencana agar pekerjaan plafond yang telah
dilaksanakan tidak terganggu atau rusak. Biaya yang diperlukan untuk
pengamanan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sampai hasil
pekerjaan diterima dengan baik.
6.4 Syarat Penerimaan
Penerimaan pekerjaan ini dapat dilaksanakan dengan memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Hasil pelaksanaan memenuhi persyaratan standar toleransi pemasangan
permukaan : penurunan maximum 1 mm untuk luasan 1 m x 2 m pada
titik tengah.
b. Hasil pekerjaan plafond yang dipasang harus rapi, rata untuk permukaan
tidak terdapat flek/kotoran/gombal dan retak-retak pada permukaan.
c. Semua kegiatan pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar
perancangan shop drawing dan pengarahan yang diberikan oleh
Konsultan Pengawasa.
Pasal 7
PEKERJAAN LANTAI BETON TUMBUK
7.1 Lingkup Pekerjaan
- Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya
pekerjaan ini sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan yang baik.
43
- Pekerjaan lantai beton tumbuk ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
7.2 Persyaratan Bahan
- Lantai beton tumbuk dengan campuran 1 pc : 3 pasir : 5 koral.
- Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan
dalam PBI 1971 )NI-2), PUBB 1970 (NI-3) dan NI-8.
- Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipakai terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Lapangan, untuk
mendapatkan persetujuannya.
- Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan
persyaratan teknis operatif untuk pekerjaan lantai beton tumbuk
sebagai pekerjaan ini, harus dalam keadaan baru, kualitas terbaik dari
jenisnya dan harus disetujui Direksi Lapangan.
- Seluruh Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan
Kontraktor di Site.
7.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
- Untuk pemasangan lantai beton tumbuk yang langsung diatas
permukaan tanah, maka permukaan tanah harus dipadatkan sehingga
didapat permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya
dukung tanah yangt maksimum.
- Diatas pasir urug dilapis beton tumbuk setebal minimum 7 cm atau
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
- Pada saat lapisan lantai beton tumbuk sesuai petunjuk gambar dan
perhatikan arah kemiringannya.
Pasal 8
PEKERJAAN WATER PROOFING,
LANTAI KERAMIK
8.1 Pekerjaan Waterproofing
Waterproofing dipasang pada lantai daerah toilet dan pada atap plat beton. Bahan
c waterproofing untuk daerah toilet adalah Coment Waterproofing Slurry produk
Lechler Chemie atau yang setara dengannya. Bahan waterproofing untuk atap plat
beton adalah Inertol Elastomastic 10 produk Lechler Chemia atau yang setara.
44
Sebelum bahan water proofing dipasang, permukaan lantai atau harus betul-betul
kering dan bersih. Tinggi dinding yang dilapis waterproofing minimal 50 cm dari
lantai. Pemakaian bahan adalah 1,5 kg untuk 1 m2 bidang dinding atau lantai atau
sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh produsennya.
8.2 Pekerjaan Lantai Keramik /granit
a. Lingkup Pekerjaan
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan dalam terlaksananya
perkajaan ini sehingga diperoleh hasil; pekerjaan ini sehingga diperoleh
hasil pekerjaan yang baik.
- Pekerjaan lantai Granit ini dilakukan meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan :
b.1. Ruang : Selain KM/WC seluruhnya memakai granit
- Jenis : Granit buatan lokal,
- Ketebalan : Minimum 10 mm atau sesuai gambar.
- Finishing : Berglazuur
- Kekuatan Tekan : 450 kg per cm2 (sesuai PUBI 1982).
- Bahan pengisi : Adukan spesi 1 PC : 2 PS.
- Warna : Coklat dan Cream (sesuai brosur)
- Bahan perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 PS
- Ukuran : 60 x 60, sesuai gambar.
b.2. Ruang KM/WC :
- Jenis : Keramik buatan lokal, heavy duti split-tile
setara IKAD.
- Ketebalan : Minimum 7 mm atau sesuai gambar.
- Finishing : Berglazuur dan bersektur
- Kekuatan Tekan : 450 kg per cm2 (sesuai PUBI 1982).
- Bahan pengisi : Adukan spesi 1 PC : 2 PS.
- Warna : Coklat muda (sesuai brosur)
- Bahan Perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 PS.
- Ukuran : Dinding 20 x 40 cm , lantai 20 x 20, sesuai
gambar.
45
- Pengendalian seluruh pekerjaan seluruh pekerjaan ini harus sesuai
dengan peraturan-ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19), PUBB
1970 DAN PUBI 1982.
- Semen porland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi
syarat-syarat yanbg ditentukan dalam PUBB 1970 (NI-3) dan PBI 1971
(NI-2) dan ASTM.
- Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Lapangan untuk
mendapatkan persetujuannya.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan.
- Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk dengan
ketebalan minimum 7 cm atau sesuai gambar.
- Adukan pengikat dari 1 PC : 2 PS.
- Bidang permukaan dasar lantai keramik harus benar-benar rata
dengan memperhatikan kemiringan lantai untuk memudahkan
pengaliran.
- Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar detail atau
sesuai petunjuk Pengawas.
- Jarak antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang (lebar
siar-siar), harus sama lebar minimum 2 mm dan kedalaman
maximum 2 mm yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus
yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang
berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan
tegak lurus sesamanya.
- Siar-siar diisi dengan bahan pengisi berwarna sesuai yang disebut
dalam persyaratan bahan warna harus sesuai dengan warna
keramik yang dipasang.
- Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong
keramik khusus sesuai persyaratan pabrik.
- Keramik yang telah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda pada permukaan keramik, hingga bersih.
- Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu unit-unit keramik
direndam dalam air sampai jenuh.
- Pinggulan pasangan keramik harus dilakukan dengan alat gurinda,
sehingga diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku dan tepian
yang sempurna.
46
Pasal 9
PEKERJAAN KUSEN KAYU
PINTU/JENDELA KACA
I. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan, bahan, penyetelanm dan
pemasangan Kusen Kayu pintu/jendela dan kaca pada tempat-tempat
sesuai dengan gambar rencana.
b. Mengatur pekerjaan Kusen Kayu dengan pekerjaan-pekerjaan bidang
lain yang berkaitan, utamanya pekerjaan kaca.
c. Membuat gambar-gambar kerja (serta perhitungan apabila diminta)
yang disesuaikan dengan gambar rencana dan RKS ini.
II. Bahan-bahan
- Profil Kayu bermutu baik.
- Ukuran Kayu : Disesuaikan dengan kebutuhan dan/atau
gambar.
9.1 Pekerjaan Rangka Kayu dan Kaca
a. Pekerjaan ini meliputi perhitungan, pengadaan dan pemasangan
pada bagian-bagian bangunan yang menggunakan konstruksi Kayu
sebagai rangka, khususnya untuk pintu-pintu rangka Kayu dan
rangka kaca.
b. Permborong Kayu bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya
pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas dengan baik. Adapun yang akan
terjadi kemudian hari pada bagian-bagian tersebut sehingga
menyebabkan kerugian-kerugian dari pihak Pemilik, adalah menjadi
tanggung jawab Pemborong Kayu, seperti :
(1) Terjadinya lendutan rangka Kayu sehingga menyebabkan
pecahnya kaca.
(2) Terjadinya kebocoran-kebocoran (angin dan air) sebagai akibat
kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan.
(3) Kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh kesalahan
sistem konstruksi yang dipakai.
c. Pekerjaan ini harus ditangani oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam
bidangnya.
47
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong Kayu terlebih dahulu harus
menyerahkan gambar kerja dan shop drawing khusus untuk
pekerjaan tersebut kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuannya.
e. Pekerjaan yang ternyata dilaksanakan berdasarkan gambar-gambar
yang belum/tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
Dalam hal ini Direksi/Pengawasa Lapangan berhak menolak dan
mengintruksikan kepada pemborong Kayu untuk membongkar
pekerjaan tersebut. Semua kerugian yang diakibatkan oleh hal-hal
tersebut, menjadi tanggung jawab Pemborong Kayu.
f. Untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawasa Lapangan,
maka pemborong Kayu harus mengajukan contoh-contoh (sampel)
untuk bahan-bahan yang akan dipakai, yaitu semua hard were,
weather strip, angkur, dan peralatan lainnya. Semuanya dalam
keadaan telah siap pakai (finish).
9.2 Konstruksi Rangka Kayu
a. Tebal minimum untuk rangka Kayu adalah 6 cm. Ukuran-ukuran
dan dimensi yang digunakan harus dibuktikan dengan hasil
perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan.
b. Bahan yang dipakai adalah Kayu kualitas Klass I
c. Cara pengerjaan Kayu :
- Dipotong dan dipasang secara rapi dan presisi, toleransi ukuran
tidak lebih dari 2 mm.
- Penggunaan alat-alat/mesin-mesin untuk memotong, punching,
drilling, dan sebagainya.
- Hubungan antara Kayu-Kayu pada sambunbgan-sambungan
harus diberi lapisan mastic, serdangkan pada bagian dalam
diberikan sambun