SPIP Kebijakan Pembinaan SDM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SPIP Unsur Lingkungan PengendalianSub Unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia

Citation preview

  • BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    PEDOMAN TEKNISPENYELENGGARAAN SPIP

    SUB UNSURPENYUSUNAN DAN PENERAPAN

    KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANGPEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA

    (1.6)

    NOMOR : PER-1326/K/LB/2009TANGGAL : 7 DESEMBER 2009

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia i

    KATA PENGANTAR

    Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

    Pemerintah (SPIP) merupakan tanggung jawab Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan

    pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

    Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan

    salah satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas

    sistem pengendalian intern, yang menjadi tanggung jawab menteri/

    pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, sebagai

    penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masing-

    masing.

    Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan

    tanggung jawab BPKP tersebut meliputi:

    1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;

    2. sosialisasi SPIP;

    3. pendidikan dan pelatihan SPIP;

    4. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan

    5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern

    pemerintah.

    Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka penerapan

    unsur-unsur SPIP, yaitu:

    1. lingkungan pengendalian;

    2. penilaian risiko;

    3. kegiatan pengendalian;

    4. informasi dan komunikasi; dan

    5. pemantauan pengendalian intern.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia ii

    Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP,

    BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan

    SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman tentang hal-hal apa

    saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka

    penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan

    ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing sub

    unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur ini merupakan

    acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam

    penyelenggaraan sub unsur SPIP.

    Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Sub Unsur

    Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang

    Pembinaan Sumber Daya Manusia pada unsur Lingkungan

    Pengendalian merupakan acuan yang memberikan arah bagi

    instansi pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan

    sub unsur tersebut. Dalam penerapannya, pedoman ini hendaknya

    disesuaikan dengan karakteristik masing-masing instansi, yang

    meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut.

    Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

    masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat

    diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.

    Jakarta, Desember 2009

    Plt. Kepala,

    Kuswono SoesenoNIP 19500910 197511 1 001

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................. iDAFTAR ISI ............................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ......................................................... 1

    B. Sistematika Pedoman ............................................... 3

    BAB II GAMBARAN UMUMA. Pengertian ............................................................... 5

    B. Tujuan dan Manfaat ................................................. 6

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 7

    D. Parameter Penerapan ............................................... 9

    BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAANA. Tahap Persiapan ...................................................... 12

    B. Tahap Pelaksanaan .................................................. 16

    C. Tahap Pelaporan ....................................................... 22

    BAB IVPENUTUP

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia iv

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 1

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangSesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

    2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),

    para menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota

    diwajibkan melakukan pengendalian atas penyelenggaraan

    kegiatan pemerintahan. Pengendalian atas penyelenggaraan

    kegiatan pemerintahan tersebut dilaksanakan dengan

    berpedoman pada sistem pengendalian intern pemerintah,

    sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah tersebut.

    Unsur lingkungan pengendalian merupakan unsur pertama

    dan fondasi bagi unsur-unsur pengendalian lainnya, karena

    lingkungan pengendalian memengaruhi keseluruhan organisasi

    dan individu dalam organisasi dalam melakukan aktivitas dan

    melaksanakan tanggung jawab atas pengendalian yang menjadi

    bagiannya. Efektivitas lingkungan pengendalian sangat

    memengaruhi efektivitas pengendalian intern secara

    keseluruhan.

    Salah satu sub unsur dalam lingkungan pengendalian

    yang penting untuk dilaksanakan adalah Penyusunan dan

    Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber

    Daya Manusia. Sub unsur ini sangat penting bagi instansi

    pemerintah untuk terwujudnya penerapan kebijakan manajemen

    dan praktik pembinaan SDM yang sehat, serta sistem supervisi

    kepegawaian yang memadai, sehingga memungkinkan untuk

    memperoleh pegawai sesuai dengan yang dipersyaratkan

    organisasi.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 2

    Agar sistem pengendalian intern dapat terselenggara denganbaik, diperlukan Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP. Sesuaidengan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008,Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan telahmenyusun pedoman teknis dimaksud. Pedoman tersebutmerupakan pedoman tentang hal-hal apa saja yang harusdibangun dan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan SPIP.Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan ke dalam pedomanteknis penyelenggaraan masing-masing sub unsur pengendalian.

    Buku ini merupakan pedoman teknis penyelenggaraan SPIPsub unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehattentang Pembinaan Sumber Daya Manusia pada unsurLingkungan Pengendalian, yang merupakan penjabaran PedomanTeknis Penyelenggaraan SPIP. Namun demikian, dalampenggunaan pedoman ini, agar memerhatikan pedoman teknis subunsur Pembinaan Sumber Daya Manusia pada unsur KegiatanPengendalian. Dalam pedoman ini, penekanan lebih dititikberatkankepada pembangunan atmosfir yang kondusif, yang mendorongterimplementasinya sistem pengendalian intern secara efektif,terutama yang terkait dengan aspek Pembinaan Sumber DayaManusia.

    Pedoman ini disusun dengan tujuan agar tersedia standaracuan yang memberi arah bagi instansi pemerintah pusat dandaerah dalam menyelenggarakan sistem pengendalian intern padasub unsur Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehattentang Pembinaan Sumber Daya Manusia. Dalam penerapannya,pedoman ini dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing instansi, yang meliputi fungsi, sifat, tujuan, dankompleksitas instansi tersebut. Selanjutnya, perlu dilakukanevaluasi secara berkala terhadap efektivitas penyelenggaraannya.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 3

    B. Sistematika PedomanSistematika penyajian Pedoman Teknis Penyusunan dan

    Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber

    Daya Manusia ini sebagai berikut:

    Bab I PendahuluanBab ini menguraikan latar belakang perlunya pedoman,

    hubungan dengan pedoman sebelumnya, tujuan dan

    ruang lingkup pedoman, serta sistematika pedoman.

    Bab II Gambaran UmumBab ini menguraikan pengertian, maksud, tujuan dan

    manfaat, peraturan terkait yang berlaku, serta parameter

    penerapannya.

    Bab III Langkah-Langkah PenyelenggaraanBab ini menguraikan langkah-langkah yang perlu

    dilaksanakan dalam menerapkan sub unsur Penyusunan

    dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang

    Pembinaan Sumber Daya Manusia, yang terdiri dari

    tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan.

    Bab IV PenutupBab ini merupakan penutup, yang berisi penekanan

    kembali hal-hal penting yang perlu diperhatikan, dan

    penjelasan atas penggunaan pedoman ini.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 4

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 5

    BAB IIGAMBARAN UMUM

    A. PengertianMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan dapat

    berarti:

    1. rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

    dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

    kepemimpinan, dan cara bertindak mengenai pemerintahan,

    organisasi, dan sebagainya;

    2. pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai

    garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai

    sasaran;

    3. garis haluan.

    Wikipedia mendefinisikan sumber daya manusia sebagai

    potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan

    perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif,

    yang mampu mengelola dirinya sendiri, serta seluruh potensi

    yang terkandung di alam, menuju tercapainya kesejahteraan

    kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

    Dengan demikian, penyusunan dan penerapan kebijakan

    yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia dapat

    diartikan sebagai suatu rangkaian konsep beserta

    pelaksanaannya secara nyata tentang bagaimana mengatur

    potensi yang dimiliki oleh individu dalam organisasi, untuk dapat

    digunakan secara maksimal mencapai tujuan organisasi.

    Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang

    pembinaan sumber daya manusia dilaksanakan dengan

    memerhatikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 6

    1. Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai

    dengan pemberhentian pegawai, antara lain terkait dengan

    penetapan formasi, pola rekrutmen, program orientasi atau

    pelatihan prajabatan, pendidikan dan pelatihan, evaluasi,

    konseling, promosi, kompensasi/ penggajian, tindakan

    koreksi terhadap pegawai/penegakan disiplin, dan

    pemberhentian pegawai;

    2. Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses

    rekrutmen;

    3. Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai, untuk

    memastikan bahwa pegawai instansi pemerintah

    menjalankan tugas kewajibannya sesuai dengan standar

    mutu dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.

    Sub unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang

    Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia bersama-

    sama dengan sub unsur lainnya dalam unsur Lingkungan

    Pengendalian menentukan efektivitas pengendalian intern

    secara keseluruhan karena lingkungan pengendalian

    menciptakan atmosfir yang memengaruhi keseluruhan

    organisasi dan individu dalam organisasi dalam melakukan

    aktivitas dan melaksanakan tanggung jawab atas pengendalian

    yang menjadi bagiannya.

    B. Tujuan dan ManfaatSistem Pengendalian Intern Pemerintah diselenggarakan

    dengan tujuan untuk memberikan keyakinan memadai atas

    tercapainya tujuan organisasi, melalui kegiatan yang efektif dan

    efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset

    negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 7

    Setiap unsur dan sub unsur pengendalian harus ditujukan untuk

    hal yang sama. Dengan demikian, efektivitas penyelenggaraan

    unsur dan sub unsur pengendalian ikut menentukan efektivitas

    pencapaian tujuan organisasi.

    Penyelenggaraan sub unsur Penyusunan dan Penerapan

    Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya

    Manusia ditujukan bagi terwujudnya penerapan kebijakan

    manajemen dan praktik pembinaan SDM yang sehat, sejak

    tahap rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai, serta

    terwujudnya penerapan sistem supervisi kepegawaian yang

    memadai, yang memungkinkan memperoleh pegawai dengan

    pengetahuan dan kompetensi, serta memiliki integritas dan etika

    yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan tanggung

    jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi, pada saat

    kini maupun pada masa yang akan datang.

    C. Peraturan Perundang-undangan TerkaitPenetapan kebijakan dan prosedur yang dimulai dari

    tahapan penetapan formasi, rekrutmen, sampai dengan

    pemberhentian pegawai, sebagaimana diuraikan di atas harus

    mengacu dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku, antara lain:

    1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

    atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

    Pokok Kepegawaian;

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang

    Peraturan Disiplin PNS;

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 8

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 tentang

    Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

    1979 tentang Pemberhentian PNS;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang

    Jabatan Fungsional PNS;

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang

    Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian

    PNS;

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang

    Formasi PNS dan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun

    2003 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor

    97 Tahun 2000 tentang Formasi PNS;

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang

    Pengadaan PNS dan PP Nomor 11 Tahun 2002 tentang

    Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun

    2000 tentang Pengadaan PNS;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang

    Kenaikan Pangkat PNS dan Peraturan Pemerintah Nomor 12

    Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

    Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat PNS;

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang

    Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural dan Peraturan

    Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan atas

    Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang

    Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural;

    10.Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang

    Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS;

    11.Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang

    Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS;

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 9

    12.Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang

    Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS;

    13.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2006 tentang

    Tunjangan Jabatan Struktural;

    14.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006 tentang

    Tunjangan Umum bagi PNS;

    15.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang

    Perubahan Kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7

    Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS;

    16.Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    Kep/61/M.PAN/6/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Analisis Jabatan;

    17.Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor

    43/KEP/2001 tentang Standar Kompetensi Jabatan

    Struktural.

    D. Parameter PenerapanParameter penerapan sub unsur Penyusunan dan

    Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM

    sebagai cerminan bahwa sub unsur tersebut telah

    diselenggarakan meliputi:

    1. Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai

    dengan pemberhentian pegawai. Hal-hal yang perlu

    dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

    a. pimpinan instansi pemerintah mengomunikasikan kepada

    pengelola pegawai mengenai kompetensi pegawai baru

    yang diperlukan atau berperan serta dalam proses

    penerimaan pegawai;

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 10

    b. instansi pemerintah sudah memiliki standar atau kriteria

    rekrutmen dengan penekanan pada pendidikan,

    pengalaman, prestasi, dan perilaku etika;

    c. uraian dan persyaratan jabatan sesuai dengan standar

    yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang;

    d. terdapat program orientasi bagi pegawai baru dan

    program pelatihan berkesinambungan untuk semua

    pegawai;

    e. promosi, remunerasi, dan pemindahan pegawai

    didasarkan pada penilaian kinerja;

    f. penilaian kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran

    dalam rencana strategis Instansi Pemerintah

    bersangkutan;

    g. nilai integritas dan etika, termasuk kriteria dalam penilaian

    kinerja;

    h. pegawai diberikan umpan balik dan pembimbingan untuk

    meningkatkan kinerja serta diberikan saran perbaikan;

    i. sanksi disiplin atau tindakan pembimbingan diberikan atas

    pelanggaran kebijakan atau kode etik;

    j. pemberhentian pegawai dilakukan sesuai dengan

    ketentuan perundang- undangan.

    2. Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses

    rekrutmen. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah

    sebagai berikut:

    a. calon pegawai yang sering berpindah pekerjaan diberi

    perhatian khusus;

    b. standar penerimaan pegawai harus mensyaratkan adanya

    investigasi atas catatan kriminal calon pegawai;

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 11

    c. referensi dan atasan calon pegawai di tempat kerja

    sebelumnya harus dikonfirmasi;

    d. ijazah pendidikan dan sertifikasi profesi harus

    dikonfirmasi.

    3. Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai. Hal-hal

    yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

    a. Pimpinan instansi pemerintah memberikan panduan,

    penilaian, dan pelatihan di tempat kerja kepada pegawai

    untuk memastikan ketepatan pelaksanaan pekerjaan,

    mengurangi kesalahpahaman, serta mendorong

    berkurangnya tindakan pelanggaran.

    b. Pimpinan instansi pemerintah memastikan bahwa

    pegawai memahami dengan baik tugas, tanggung jawab,

    dan harapan pimpinan instansi pemerintah.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 12

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 13

    BAB IIILANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

    Penyelenggaraan SPIP pada suatu instansi pemerintah

    ditempuh melalui tahapan sebagai berikut:

    1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal penyelenggaraan, yang

    ditujukan untuk menyiapkan peraturan, sumber daya manusia,

    dan rencana penyelenggaraan, memberikan pemahaman atau

    kesadaran yang lebih baik, serta pemetaan kebutuhan

    penerapan.

    2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil

    pemetaan, yang meliputi pembangunan infrastruktur dan

    internalisasi, serta upaya pengembangan berkelanjutan.

    3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap pelaporan kegiatan.

    Dalam pelaksanaannya, tahapan berikut langkah-langkahnya

    dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan

    penyelenggaraan unsur/sub unsur lainnya.

    Berikut ini merupakan langkah-langkah nyata yang perlu

    dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan Penyusunan dan

    Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya

    Manusia di setiap tahapan.

    A. Tahap Persiapan1. Penyiapan Peraturan, SDM, dan Rencana

    PenyelenggaraanTahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan

    pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian,

    lembaga, dan pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan

    penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi pemerintah

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 14

    membuat rencana penyelenggaraan, yang antara lain

    memuat:

    a. Jadwal pelaksanaan kegiatan;

    b. Waktu yang dibutuhkan;

    c. Dana yang dibutuhkan; dan

    d. Pihak-pihak yang terlibat.

    Berdasarkan peraturan tersebut, perlu dibentuk Satuan

    Tugas Penyelenggaraan SPIP, yang diberi tugas mengawal

    pelaksanaan penyelenggaraan SPIP, termasuk penerapan

    kebijakan dan praktik pembinaan sumber daya manusia.

    Satgas tersebut terlebih dahulu diberi pelatihan tentang SPIP,

    khususnya sub unsur terkait, agar dapat menyelenggarakan

    sub unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang

    Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia.

    2. Pemahaman (Knowing)Tahapan pemahaman dan penyamaan persepsi

    meliputi langkah-langkah minimal sebagai berikut:

    a. Pemberian pemahaman kepada seluruh pegawai

    mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

    secara umum. Pada tahapan ini, perlu dibangun

    kesadaran mengenai manfaat dan peran penting

    Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat

    tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia, dalam

    mewujudkan lingkungan pengendalian. Tahapan ini

    ditujukan juga untuk memberikan pemahaman kepada

    seluruh individu dalam organisasi mengenai peran dan

    tanggung jawab mereka dalam proses pengendalian.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 15

    Pemberian pemahaman dan penyamaan persepsi dapat

    dilakukan melalui metode, antara lain:

    1) tatap muka;

    2) penggunaan situs jaringan (website) penyampaian

    informasi;

    3) penyampaian dengan menggunakan multimedia

    interaktif;

    4) penyampaian yang menggunakan majalah atau buku

    saku;

    5) penyampaian dengan penggunaan saluran komunikasi

    yang umum; dan

    6) pemberian akses ke jaringan informasi (network),

    dengan menggunakan password.

    b. Pemberian pemahaman kepada para pegawai terkait

    mengenai langkah-langkah yang akan dilaksanakan

    Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP (pada Instansi

    pemerintah), yang diberi tugas mengawal pelaksanaan

    penyelenggaraan sub unsur Penyusunan dan Penerapan

    Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya

    Manusia.

    3. Pemetaan (Mapping)Setelah terbentuk pemahaman yang utuh, instansi

    pemerintah perlu melakukan pemetaan sistem pengendalian

    intern yang telah ada. Dengan pemetaan ini, akan diketahui

    kondisi apa saja yang memerlukan perbaikan (area for

    improvement) agar SPIP yang diharapkan dapat terbangun

    secara utuh.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 16

    Pemetaan atas penyelenggaraan pengendalian intern

    sub unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang

    Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia, yang

    merupakan bagian dari pemetaan atas SPIP, dilakukan untuk

    mengetahui antara lain:

    1) kebijakan dan prosedur yang melandasi Penyusunan dan

    Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan

    Sumber Daya Manusia telah dimiliki oleh instansi

    pemerintah;

    2) peraturan/kebijakan yang ada tersebut, telah sesuai

    dengan peraturan/kebijakan yang lebih tinggi;

    3) instansi pemerintah memiliki prosedur operasi baku atau

    standard operating procedure (SOP) untuk menjalankan

    peraturan/kebijakan dimaksud;

    4) SOP atau pedoman dimaksud, telah sesuai dengan

    peraturan yang ada dan atau yang akan dibangun;

    5) SOP atau pedoman tersebut telah dipraktikkan dan

    didokumentasikan dengan baik.

    Pemetaan sub unsur Penyusunan dan Penerapan

    Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya

    Manusia harus meliputi hal-hal mengenai penetapan formasi,

    pola rekrutmen, program orientasi atau pelatihan prajabatan,

    pendidikan dan pelatihan, evaluasi, konseling, promosi,

    kompensasi/penggajian, tindakan koreksi terhadap pegawai/

    penegakan disiplin, dan pemberhentian pegawai.

    Hasil pemetaan tentunya dapat untuk mengetahui

    infrastruktur apa saja yang masih perlu dibangun atau

    diperbaiki (area of improvement). Pembangunan infrastruktur

    dilaksanakan berdasarkan hasil pemetaan, dengan

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 17

    menyusun kebijakan dan prosedur yang harus dilaksanakan,

    untuk memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi

    pemerintah guna mengurangi risiko, yang telah teridentifikasi

    selama proses penilaian risiko.

    B. Tahap Pelaksanaan

    Tahap pelaksanaan ini terdiri dari membangun infrastruktur

    (norming), internalisasi (forming), dan pengembangan

    berkelanjutan (performing).

    1. Pembangunan Infrastuktur (Norming)

    Berdasarkan hasil pemetaan, parameter penerapan

    yang perlu ada, dan peraturan terkait, infrastruktur apa saja

    yang perlu dibangun (area of improvement) dapat diketahui.

    Pembangunan infrastruktur dilaksanakan melalui

    penyusunan kebijakan dan prosedur, dengan tujuan untuk

    menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang

    menimbulkan perilaku postif dan kondusif bagi

    penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Perilaku positif

    dan kondusif yang dimaksud dalam sub unsur ini adalah

    perilaku yang terkait dengan Penyusunan dan Penerapan

    Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya

    Manusia.

    Kebijakan dan prosedur yang diperlukan dalam rangka

    Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang

    Pembinaan Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut:

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 18

    a. Kebijakan dan prosedur sejak tahap rekrutmen sampai

    dengan pemberhentian pegawai, meliputi:

    1) Kebijakan tentang keharusan bagian yang terkait

    dengan pembinaan/pengembangan SDM untuk

    membuat rencana formasi dan kebutuhan pegawai

    di masa yang akan datang, berdasarkan analisis

    kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan

    jabatan yang tersedia.

    2) Standar atau kriteria rekrutmen, dengan penekanan

    pada pendidikan, pengalaman, prestasi, dan perilaku

    etika, meliputi:

    a) Prosedur baku pelaksanaan penerimaan pegawai

    baru. Prosedur baku harus telah mengatur etika

    pelaksanaan penerimaan pegawai baru;

    b) Persyaratan kompetensi pegawai baru untuk setiap

    jabatan, yang meliputi persyaratan pendidikan,

    pengalaman, prestasi, dan perilaku etika.

    3) Uraian dan persyaratan jabatan sesuai dengan standar

    yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

    4) Kebijakan tentang program orientasi bagi pegawai

    baru dan program pelatihan berkesinambungan untuk

    semua pegawai, meliputi:

    a) Kebijakan tentang keharusan bagian yang terkait

    dengan pembinaan/pengembangan SDM untuk

    menjalankan program orientasi bagi seluruh

    pegawai baru, yang mencakup pengenalan

    organisasi, kebijakan dan aturan instansi, pegawai

    lain yang terkait, remunerasi, serta tugas-tugas

    jabatan;

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 19

    b) Kebijakan tentang keharusan bagian yang terkait

    dengan pembinaan/pengembangan SDM untuk

    membuat rencana pelatihan dan pengembangan

    pegawai, sesuai dengan kebutuhan organisasi dan

    individu pegawai, serta menilai keberhasilan

    program pelatihan dan pengembangan pegawai.

    5) Kebijakan tentang promosi, remunerasi, dan pemindahan

    pegawai yang didasarkan pada penilaian kinerja.

    6) Kebijakan tentang penilaian kinerja pegawai yang

    didasarkan pada tujuan dan sasaran dalam rencana

    strategis instansi, serta nilai integritas dan etika,

    meliputi antara lain:

    a) Pedoman tata cara penilaian kinerja pegawai;

    b) Kebijakan tentang keharusan atasan langsung

    melakukan evaluasi terhadap kinerja setiap

    pegawai bawahan secara berkesinambungan dan

    menyampaikan umpan balik hasil evaluasi kinerja

    kepada pegawai yang bersangkutan.

    7) Kebijakan tentang sanksi disiplin atau tindakan

    pembimbingan atas pelanggaran kebijakan atau kode

    etik, meliputi antara lain:

    a) Aturan instansi tentang disiplin, yang mengatur

    tentang kewajiban, larangan, serta kode etik dan

    aturan perilaku;

    b) Aturan instansi tentang tindakan atas setiap

    pelanggaran disiplin.

    8) Aturan mengenai pemberhentian pegawai, yang

    sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

    berlaku, yang meliputi syarat-syarat dan prosedur

    pemberhentian.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 20

    b. Kebijakan dan prosedur tentang penelusuran latar

    belakang calon pegawai. Kebijakan dan prosedur harus

    mencakup:

    1) keharusan melakukan reviu terhadap catatan

    pengalaman kerja calon pegawai;

    2) keharusan adanya investigasi atas catatan kriminal

    calon pegawai;

    3) keharusan melakukan konfirmasi atas referensi dan

    atasan calon pegawai di tempat kerja sebelumnya;

    4) keharusan konfirmasi terhadap ijazah pendidikan dan

    sertifikasi profesi calon pegawai.

    c. Kebijakan supervisi periodik yang memadai terhadap

    pegawai:

    1) untuk memastikan ketepatan pelaksanaan pekerjaan,

    mengurangi kesalahpahaman, serta mendorong

    berkurangnya tindakan pelanggaran;

    2) untuk memastikan bahwa pegawai memahami dengan

    baik tugas, tanggung jawab, dan harapan pimpinan

    instansi pemerintah.

    2. Internalisasi (Forming)Tahap internalisasi adalah suatu proses untuk

    mewujudkan infrastruktur menjadi bagian dari kegiatan

    operasional sehari-hari. Perwujudannya dapat tercermin

    dalam hal seberapa jauh proses internalisasi memengaruhi

    pimpinan instansi pemerintah dalam pengambilan keputusan,

    dan memengaruhi perilaku para pegawai dalam

    melaksanakan kegiatan.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 21

    Kegiatan internalisasi dalam sub unsur ini bertujuan

    membangun kesadaran agar:

    a. pimpinan instansi pemerintah menyusun dan

    menerapkan kebijakan yang sehat tentang pembinaan

    sumber daya manusia, sekurang-kurangnya dalam hal

    sebagai berikut:

    1) penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen

    sampai dengan pemberhentian pegawai;

    2) penelusuran latar belakang calon pegawai dalam

    proses rekrutmen;

    3) supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

    b. para pegawai mematuhi kebijakan dan prosedur terkait

    dengan pembinaan sumber daya manusia.

    Langkah-langkah internalisasi untuk membangun

    kesadaran dalam rangka Penyusunan dan Penerapan

    Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya

    Manusia meliputi hal-hal sebagai berikut:

    a. Pimpinan instansi pemerintah memberikan keteladanan

    Pimpinan instansi pemerintah memberikan keteladanan

    dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari, terkait dengan

    kebijakan pembinaan sumber daya manusia, antara lain:

    1) Penerimaan pegawai baru didasarkan pada

    kompetensi yang diperlukan, serta standar dan kriteria

    rekrutmen;

    2) Promosi, remunerasi, dan pemindahan pegawai

    didasarkan pada penilaian kinerja;

    b. Pimpinan instansi memberikan arahan,

    mengomunikasikan kebijakan, tujuan, serta target yang

    ingin dicapai, melalui surat menyurat, diskusi, dan rapat;

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 22

    c. Bagian yang terkait dengan pembinaan/pengembangan

    SDM menuangkan syarat kompetensi yang diminta

    pimpinan ke dalam dokumen persyaratan kompetensi

    bagi penerimaan pegawai baru;

    d. Pimpinan instansi segera mengomunikasikan setiap

    perubahan kebijakan atau adanya kebijakan baru kepada

    seluruh pegawai;

    e. Menjalankan program orientasi bagi pegawai baru, yang

    mencakup pengenalan organisasi, kebijakan dan aturan

    instansi, pegawai lain yang terkait, remunerasi, dan tugas-

    tugas jabatan;

    f. Menjalankan program pelatihan berkesinambungan untuk

    semua pegawai;

    g. Melakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan program

    pelatihan dan pengembangan pegawai dalam mencapai

    sasaran yang diinginkan;

    h. Menindaklanjuti hasil evaluasi;

    i. Mengenakan sanksi disiplin atau tindakan pembimbingan

    atas pelanggaran kebijakan atau kode etik;

    j. Pegawai memberikan umpan balik atas pelanggaran

    kebijakan dan prosedur pembinaan pegawai;

    k. Membangun saluran komunikasi untuk menyampaikan

    umpan balik dari para pegawai.

    3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)Penyelenggaraan pengendalian intern perlu selalu

    dipantau dan dievaluasi secara terus menerus untuk dapat

    mengetahui apakah pengendalian intern tersebut telah

    terselenggara dengan baik, sesuai dengan harapan atau

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 23

    masih memerlukan perbaikan. Pemantauan dibutuhkan

    karena lingkungan intern maupun ekstern organisasi selalu

    berubah, sehingga pengendalian intern pun perlu selalu

    disesuaikan dengan perubahan. Dengan demikian, sistem

    pengendalian intern akan memerlukan pengembangan yang

    berkelanjutan.

    Langkah-langkah yang diperlukan dalam

    pengembangan berkelanjutan atas penyelenggaraan sub

    unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat

    tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia minimal sebagai

    berikut:

    a. Setiap langkah dalam pembangunan/penyelenggaraan

    pengendalian intern didokumentasikan untuk

    memudahkan penelusuran kembali;

    b. Penyelenggaraan pengendalian intern dipantau secara

    terus menerus;

    c. Secara periodik, efektivitas penyelenggaraan sistem

    pengendalian intern dievaluasi;

    d. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, area-area

    yang memerlukan perbaikan diidentifikasi dan dijadikan

    umpan balik bagi pengembangan dan peningkatan sistem

    pengendalian intern lebih lanjut.

    C. Tahap PelaporanSetelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh kegiatan

    penyelenggaraan sub unsur perlu didokumentasikan.

    Pendokumentasian ini merupakan satu kesatuan (bagian yang

    tidak terpisahkan) dari kegiatan pelaporan berkala dan tahunan

    penyelenggaraan SPIP. Pendokumentasian dimaksud meliputi:

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 24

    1. Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:a. Kegiatan pemahaman, yang antara lain mencakup:

    1) kegiatan sosialisasi (ceramah, diskusi, seminar, rapatkerja, dan fokus grup) mengenai pentingnya

    Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehattentang Pembinaan Sumber Daya Manusia;

    2) kegiatan penyampaian pemahaman, melalui website,multimedia, literatur, dan media lainnya.

    b. Kegiatan pemetaan keberadaan dan penerapaninfrastruktur, yang antara lain mencakup:

    1) persepsi menurut pegawai atas pentingnya penerapan

    dan pelaksanaan kebijakan yang sehat tentangpembinaan sumber daya manusia;

    2) persiapan penyusunan kebijakan, pedoman,mekanisme Penyusunan dan Penerapan Kebijakan

    yang Sehat tentang Pembinaan Sumber DayaManusia;

    3) masukan atas rencana tindak yang tepat untukinternalisasi penerapan kebijakan yang sehat tentang

    pembinaan sumber daya manusia.c. Kegiatan pembangunan infrastruktur, yang mencakup

    penyusunan kebijakan, pedoman, dan mekanismepembinaan sumber daya manusia.

    d. Kegiatan internalisasi, yang mencakup kegiatan dalamrangka pemantapan penyelenggaraan sistem

    pengendalian intern sub unsur Penyusunan danPenerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan

    Sumber Daya Manusia, dalam kegiatan operasionalsehari-hari di lingkungan instansi pemerintah masing-

    masing. Kegiatan tersebut dapat dilakukan antara lain

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 25

    melalui sosialisasi kebijakan dan prosedur, serta kegiatanlain untuk memastikan bahwa seluruh pegawai telah

    menerima informasi dan memahami kebijakan danprosedur.

    e. Kegiatan pengembangan berkelanjutan, yang mencakupkegiatan pemantauan dan upaya meningkatkan

    efektivitas pembinaan sumber daya manusia.2. Hambatan kegiatan

    Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaankegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya target/tujuan

    kegiatan tersebut, agar dijelaskan penyebab terjadinya

    hambatan.3. Saran

    Saran diberikan berkaitan dengan adanya hambatanpelaksanaan kegiatan, yang memerlukan pemecahan

    masalah agar kejadian serupa tidak berulang, dan gunapeningkatan pencapaian tujuan. Saran yang diberikan agar

    realistis dan benar-benar dapat dilaksanakan.4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya

    Bagian ini mengungkapkan tindak lanjut yang telah dilakukanatas saran yang telah diberikan pada kegiatan periode

    sebelumnya.Dokumentasi ini merupakan bahan dukungan bagi

    penyusunan laporan berkala dan tahunan (penjelasanpenyusunan laporan dapat dilihat pada Pedoman Teknis Umum

    Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan pendokumentasian menjaditanggung jawab pelaksana kegiatan, yang hasilnya disampaikan

    kepada pimpinan instansi pemerintah sebagai bentukakuntabilitas, melalui Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP

    di instansi pemerintah terkait.

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 26

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 27

    BAB IVPENUTUP

    Penyelenggaraan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan

    Sumber Daya Manusia diawali dengan kegiatan pemahaman

    bersama melalui sosialisasi dengan memanfaatkan media yang ada.

    Selanjutnya, dilakukan pemetaan terhadap keberadaan infrastruktur

    dan pelaksanaannya. Pembangunan infrastruktur bagi

    penyelenggaraan pengendalian intern sub unsur ini dan

    pelaksanaannya secara konsisten memerlukan komitmen kuat dari

    instansi pemerintah yang bersangkutan. Kemudian, pengembangan

    berkelanjutan merupakan langkah yang diperlukan agar secara

    kontinu penyelenggaraan sistem pengendalian sub unsur dapat

    termonitor, sehingga rencana tindak yang tepat atas setiap

    kelemahan dapat dirumuskan.

    Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan praktis bagi

    pimpinan instansi pemerintah dalam menciptakan dan

    melaksanakan sistem pengendalian intern, khususnya pada unsur

    lingkungan pengendalian sub unsur Penyusunan dan Penerapan

    Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia

    di lingkungan instansi yang dipimpinnya.

    Pedoman teknis ini, mencakup hal-hal mendasar yang

    berlaku secara umum bagi seluruh instansi pemerintah, yang

    minimal harus dipenuhi dalam penyelenggaraan kebijakan yang

    sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, dan tidak

    mengatur secara spesifik bagi instansi tertentu. Instansi pemerintah

    hendaknya dapat mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang

    perlu diambil, sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap

    mengacu dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

  • 1.6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 28

    undangan yang berlaku.

    Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik-praktik sistem

    pengendalian intern, pedoman ini perlu disesuaikan secara terus

    menerus.