Upload
anak-tk-nol-kecil
View
60
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
spiro
Citation preview
Pembimbing :
dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P 1
Oleh:Devi Mayasari
Ruri CitraAyu Rahimah
Maulan SaputraHusain Al Rasyid
Dewi SorayaKrisna Arie Soesanty
SPIROMETRI
BAB IPENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit
saluran pernapasan menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan.
Tujuh persen dari semua kematian di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit paru dan pernafasan yang sesungguhnya dapat dicegah.
Jutaan orang sedang menjalani usia tua yang menyakitkan karena penyakit paru dan pernafasan yang seharusnya dapat diobati jika saja sudah terdeteksi secara dini melalui pemeriksaan yang tepat yaitu spirometri
LATAR BELAKANG Spirometer ditemukan oleh John Hutchinson,
merupakan suatu alat untuk mengukur sebagian besar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.
Spirometri sangat berharga sebagai tes skrining umum pernafasan kesehatan dengan cara yang sama dengan tekanan darah yang memberikan informasi penting tentang kesehatan kardiovaskular.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan FisiologiSemua sel hidup membutuhkan oksigen untuk
dapat mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Di sini sejumlah oksigen diekstraksi dan digunakan oleh tubuh.
Sistem pernapasan berfungsi untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energi. Karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolis aktif dan membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama.
1. Traktus RespiratoriusSistem pernapasan dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah:
o Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari bagian-bagian luar rongga dada: saluran udara pada hidung, rongga hidung, sinus, faring, laring, dan trakea bagian atas.
o Saluran napas bagian bawah terdiri dari bagian-bagian yang ditemukan dalam rongga dada: trakea bagian bawah dan paru-paru sendiri, yang meliputi bronkial dan alveoli.
Tabel 2.1 Traktus Respiratorius
Bagian Deskripsi Fungsi
Saluran napas bagian atas
Hidung Bagian dari wajah berpusat di atas
mulut dan di antara kedua mata
Menyediakan pintu masuk ke rongga hidung;
bulu-bulunya mulai filter udara yang masuk
Rongga Hidung Rongga di belakang hidung Meneruskan udara ke faring; Lapisan
mukosanya memfilter, menghangatkan,
menyamakan suhu dari udara yang masuk
Sinus Rongga-rongga dalam tulang
tengkorak
Mengurangi berat tengkorak; berfungsi
sebagai ruang resonansi
Faring Ruang posterior rongga mulut dan
antara rongga hidung dan laring
Jalan untuk udara bergerak dari rongga
hidung ke tenggorokan dan makanan
bergerak dari rongga mulut ke kerongkongan
Laring Pembesaran di bagian atas trakea Jalan untuk udara; mencegah benda asing
dari memasuki trakea; tempat pita suara
Saluran napas bagian bawah
Trakea Saluran fleksibel yang
menghubungkan laring dengan
bronkus
Jalan untuk udara; lapisan mukosa
lanjut memfilter udara
Bronkus Paduan saluran yang lebih
rendah daripada trakea yang
masuk paru-paru
Jalan untuk udara menuju paru-paru
Bronkiolus Cabang saluran yang
mengarah dari bronkus menuju
ke alveoli
Jalan untuk udara menuju ke setiap
alveolus
Paru-paru Lembut, berbentuk kerucut organ
yang menempati sebagian besar
dalam rongga dadaTerdiri dari saluran
udara, alveoli, pembuluh darah,
jaringan ikat, pembuluh limfatik, dan
saraf pada saluran pernafasan bagian
bawah; Pertukaran udara
2. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan terdiri dari dua proses, yaitu :
a. Pernapasan luar (eksternal) yaitu absorpsi oksigen dan pelepasan karbondioksida dari tubuh secara keseluruhan.
b. Pernapasan dalam (internal) yaitu pemanfaatan oksigen dan menghasilkan karbondioksida melalui sel-sel dan pertukaran gas antara sel-sel dengan medium cairan mereka.
Paru dan dinding dada merupakan struktur yang bersifat elastis. Sistem inspirasi dan ekspirasi paru melalui dua mekanisme, yaitu :
a. Gerakan turun dan naik dari diafragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada.
b. Depresi dan ekuasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter antero posterior rongga dada.
Sistem kerja dari inspirasi dapat dibagi dalam tiga bagian yang berbeda, yaitu :
a. Dibutuhkan untuk melawan pengembangan paru yaitu tenaga elastisitas, yang disebut kerja complience atau kerja elastik.
b. Dibutuhkan untuk mengatasi viskositas jaringan paru dan struktur dinding dada yang disebut kerja resistensi jaringan.
c. Dibutuhkan untuk mengatasi resistensi saluran napas selama pergerakan udara masuk ke dalam paru yang disebut kerja resistensi saluran napas.
3. Volume Terdapat empat volume paru yang berbeda, jika
dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Pengertian dari setiap volume tersebut menurut Depnakertrans (2005), yaitu :
a. Tidal Volume (TV)
Adalah volume udara yang secara normal dihirup (inspirasi) atau dihembuskan (ekspirasi) pada setiap tarikan napas. Volume ini akan meningkat bila ada aktivitas fisik. Nilai rata-ratanya adalah 500 ml pada saat istirahat.
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/IRV)
Adalah volume udara di atas inspirasi tidal volume yang dapat secara maksimum dihirup pada setiap tarikan napas. Nilai rata-ratanya adalah sekitar 300 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV)
Adalah jumlah udara maksimum yang dapat dihembuskan melebihi ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah sekitar 1000 ml.
d. Volume Residu (Residual Volume/RV)
Adalah udara yang tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi maksimum. Nilai normalnya adalah sekitar 1200 ml.
Volume dan kapasitas paru
4. Kapasitas Paru
Dalam menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, diperlukan untuk menyatukan dua atau lebih volume di atas. Menurut Depnakertrans (2005), kombinasi seperti itu antara lain :
a. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity/TLC)
Adalah jumlah total udara yang berada dalam paru pada akhir inspirasi maksimum. Besarnya sama dengan jumlah kapasitas vital dengan volume residu.
b. Kapasitas Vital (Vital Capacity/VC)
Adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum setelah inspirasi maksimum. Atau jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup VT, IRV,dan ERV. Nilainya diukur dengan menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum kemudian menghembuskan sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur.
c. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity/IC)
Adalah volume udara yang dapat diinspirasi setelah akhir ekspirasi normal. Besarnya sama dengan jumlah VT dengan IRV.
d. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity/FRC)
Adalah jumlah udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi normal. Besar FRC sama dengan jumlah dari RV dengan ERV.
e. Kapasitas Vital Paksa (Forced Vital Capacity/FVC)
Adalah VC yang diukur persatuan waktu.
f. Forced Expiratory Volume 1(FEV1)
Adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum per satuan detik.
Tabel 4 Volume dan Kapasitas Respirasi6
Nama Nama lain Volume Deskripsi
Volume Tidal (VT) Tidal Volume (TV) 500 ml Volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal
Volume Cadangan
Inspirasi (VCI)
Inspiratory Reserve
Volume (IRV)
3000 ml Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan
diatas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat
Volume Cadangan
Ekspirasi (VCE)
Expiratory Reserve
Volume (ERV)
1100 ml Volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui
ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal
Volume Residu (VR) Residual Volume (RV) 1200 ml Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah
ekspirasi paling kuat
Kapasitas Inspirasi
(KI)
Inspiratory Capacity (IC) 3500 ml Jumlah udara yang dapat dihirup seseorang, dimulai pada
tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumlah maksimum
Kapasitas Residu
Fungsional (KRF)
Functional Residual
Capacity (FRC)
2300 ml Jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi
normal
Kapasitas Vital (KV) Vital Capacity (VC) 4600 ml Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang
dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-
banyaknya
Kapasitas Paru Total
(KPT)
Total Lung Capacity
(TLC)
5800 ml Volume maksimum yang dapat mengembangkan paru
sebesar mungkin
5. Mekanisme Pertahanan Paru
Berbagai mekanisme kerja saluran pernapasan untuk mencegah benda asing sebelum mencapai alveoli menurut WHO, antara lain :
a. Partikel-partikel debu dan aerosol yang berdiameter lebih dari 15 μm tersaring keluar pada saluran napas bagian atas.
b. Partikel 5 – 15 μm tertangkap pada mukosa saluran yang lebih rendah dan kembali disapu ke laring oleh kerja mukosiliar, selanjutnya ditelan. Bila partikel ini mengiritasi saluran napas atau melepaskan zat-zat yang merangsang respon imun, dapat timbul penyakit pernapasan seperti bronkitis.
c. Partikel-partikel berdiameter antara 0,5 dan 5 μm (debu yang ikut dengan pernapasan) dapat melewati sistem pembersihan mukosiliar dan masuk ke saluran napas terminal serta alveoli.
d. Partikel berdiameter kurang dari 0,5 μm kemungkinan tetap mengambang dalam udara dan tidak diretensi.
e. Partikel-partikel panjang atau serat yang diameternya kurang dari 3 μm dengan panjang sampai 100 μm dapat mencapai saluran napas terminal.
6. Fungsi Paru Fungsi paru yang utama adalah proses respirasi pengambilan oksigen dari udara luar yang masuk ke dalam saluran napas dan terus ke dalam darah.
Oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan karbondioksida yang terbentuk pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar.
Proses respirasi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Ventilasi yaitu proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar.
b. Difusi yaitu proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli.
c. Perfusi yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru untuk dialirkan ke seluruh tubuh.
Gangguan/kelainan fungsi paru biasanya adalah :
a. Gangguan fungsi paru Restriktif
b. Gangguan fungsi paru Obstruktif
c. Gangguan fungsi paru Campuran (Obstruktif-Restriktif)
Pemeriksaan yang berguna untuk fungsi paru adalah mengukur volume maksimum udara yang dapat diekspirasikan oleh seseorang dalam suatu rentang waktu tertentu yang disebut volume ekspirasi paksa (Forced Expiratory Volume/FEV).
Volume udara pada 1 detik pertama ekspirasi (FEV1) sangat perlu dievaluasi.
Pada penyakit paru obstruktif tertentu misalnya asma dan emfisema, ekspirasi mengalami gangguan dan jumlah udara yang dapat dihembuskan secara paksa oleh individu, terutama secara cepat akan berkurang.
7. Pemeriksaan Fungsi Paru
Spirometri adalah pemeriksaan fungsi paru yang berguna untuk membedakan antara penyakit paru restriktif dan untuk menentukan tingkat (ringan, sedang, atau berat), dari kelainan paru obstruktif atau restriktif.
Kelainan fungsi paru yang terjadi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fungsi paru. Fungsi paru dapat diukur dengan menggunakan spirometri.
Yang dimaksud dengan spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal paru, di mana pasien diminta untuk meniup sekuatkuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan, sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.
B.Spirometri
1. Definisi
Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) .
Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) nilai FEV1 kurang dari 75%
2. Gangguan fungsi paru restriktif (hambatan pengembangan paru) kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar.
Gambar 2.1 Spirometer Spiro Analyzer ST-250
2. Indikasi Pemeriksaan Spirometri
Tabel 2.3 Indikasi Spirometri
Diagnostik
Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal
Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru
Untuk menilai risiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai program aktivitas fisik berat
Monitoring
Untuk menilai intervensi terapeutik
Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru
Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui
Tabel
2.3
Indikasi Spirometri
Penurunan nilai evaluasi
Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi
Untuk menilai orang karena alasan hukum
Kesehatan masyarakat
Survei epidemiologi
Penurunan persamaan referensi
Penelitian klinis (PFT2)
3. Prosedur Pemeriksaan Spirometri
Menurut Depnakertrans (2005) dalam Modul Pelatihan Pemeriksaan Kesehatan Kerja, sebelum melakukan pemeriksaan spirometri ada beberapa hal yang harus disiapkan antara lain :
a. Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum pemeriksaan
b. Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran nafas bagian atas, dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu serangan asma.
c. Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan ras untuk mengetahui nilai prediksi.
d. Beri petunjuk dan demonstrasikan manuver pada tenaga kerja, yaitu pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir yang mengatup mouth tube.
e. Tenaga kerja dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernafasan biasa, tiga kali berturut-turut, kemudian langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth tube.
f. Manuver dilakukan tiga kali untuk mengetahui FVC dan FEV1.
g. Hasilnya dapat dilihat pada print out.
4. Interpretasi Pemeriksaan Spirometri
RESTRIKTIF
FVC/nilai prediksi
(%)
PENGGOLONGAN OBSTRUKTIF
FEV1/FVC (%)
≥ 80 NORMAL ≥ 75
60 – 79 RINGAN 60 – 74
30 – 59 SEDANG 30 – 59
< 30 BERAT < 30
Sumber : Pusat Hiperkes dan KK, Depnakertrans (2005)
5. Volume Ekspirasi Pertama satu detik pertama
FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) atau VEP1
Volume maksimal udara dari ekspirasi paksa pada satu detik pertama, inspirasi penuh.
VEP1 menurun pada keadaan dimana nilai VEP1 berada di bawah normal (=/> 70%).
Bila nilai VEP1 < 70% terjadi pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis, emfisema dan asma bronkial.
FVC (Force Vital Capacity) adalah volume maksimal udara dihembuskan dengan maksimal upaya paksa dari inspirasi maksimal. 2
% FEV1 dapat dicari menggunakan rumus :
Penyakit paru obstruktif yang menyebabkan VEP1 menurun :
Bronkitis kronis Emfisema Asma bronkial
Kapasitas Vital (KV) paru-paru menurun pada keadaan dimana nilai KV berada dibawah normal (=/> 80%).
\Bila nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif, yaitu TBC paru, skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan.
% VC dapat dicari menggunakan rumus :
Penyakit paru restriktif yang menyebabkan nilai KV menurun:Tuberculosis,Skoliosis, Pleuritis, Tumor paru
TERIMA KASIH