Upload
muhamadmukhlis
View
204
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
spirometriii
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kali kita melihat orang yang memilki kecepatan pernapasan dan kedalaman
pernapaan berbeda dari orang yang normal atau yang paling sering kita temukan
adalah penyakit asma. Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan
gangguan ventilasi sehingga bagian dari paru-paru akan melakukan adaptasi seperti
penyempitan jalan napas dan inflamasi yang mengakibatkan seseorang menjadi sesak
napas atau batuk. Penyakit-penyakit seperti ini dapat dideteksi melalui suatu tes (Peak
Flow Rate) dengan menggunakan alat yang sederhana, yaitu Peak Flow Meter. Peak
Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas
(PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,
kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Olehnya itu, sebagai
seorang yang berkecimpung di dunia kesehatan seharusnya kita mengetahui cara-cara
pemeriksaan dengan alat ini yang bertujuan untuk menegtahui ada tidaknya masalah
pada sistem pernapasan seseorang yang akan dipelajari dalam
praktikum ini.
Spirometri merupakan metode yang paling umum untuk pengujian fungsi
paru. Spirometri merupakan tes fungsi paru yang paling sering dilakukan, yang
mengukurfungsi paru, khususnya volume dan/atau kecepatan aliran udara yang dapat
dihirupdan dibuang. (Baharuddin, 2010). Spirometri adalah alat yang penting dan
sangat membantu dalam menilai kondisi seperti asma , pulmonary fibrosis, kista dan
mungkin yang paling penting Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) . Pengukuran
digunakan dalam diagnosis rutin pasien dengan penyakit pernapasan dan saat ini
semakin banyak digunakan oleh dokter.Tes spirometri dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut spirometer.
Konsep pengukuran kapasitas paru sewaktu melakukan aktifitas fisik adalah
terobosan besar dalam bidang ilmiah dan masih digunakan saat ini.Konsep tersebut
memungkinkan untuk mengukur konsumsi oksigen dan pengeluaran energi sewaktu
berolahraga dan mendapat banyak informasi mengenai tingkat kondisi dan kesehatan
seseorang.
1.2 Tujuan Percobaan
Mendemonstrasikan dan menganalisa kapasitas pernapasan manusia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus dan bronkhiolus.Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia.Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka
udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
A. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera).Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan.Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
B. Faring Tenggorokan
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat
tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa
menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan.
C. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak).Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.Silia-silia ini berfungsi menyaring
benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
D. Cabang-Cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus
E. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura.Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.Cairan
pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh
darah.Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang
sangat lebar untuk pertukaran gas.Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus
dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan
bronkus.Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia
dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia.Pada bagian distal
kemungkinan tidak bersilia.Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara
(alveolus).Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah
satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya
difusi gas pernapasan.
Parameter yang sering diukur dalam uji faal paru ialah isi paru dengan beberapa
bagiannya.Volume paru ini menggambarkan fungsi statik paru.Ada dua golongan volume
paru, yaitu yang biasa disebut voume paru dan kapasitas.
1. Volume Paru
Ada empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak
saling tercampur, yaitu :
1. Volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu
siklus pernapasan selama pernapasan biasa.
2. Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah
akhir inspirasi tenang.
3. Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan
sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernafasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif,
tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting
dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dan paru pada akhir
ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak
ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang
keluar .
4. Isi residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam parusesudah melakukan
ekspirasi maksimal.
2. Kapasitas paru
Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru pada
butir (1)diatas.
1. Kapasitas paru total (KPT), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru
pada akhir inspirasi maksimal.
2. Kapasitas vital (KV), volume yang mengubah paru-paru diantara inspirasi maksimal
dan ekspirasi maksimal. Ini juga bisa diartikan menjadi volume maksimum dari udara
yang setiap orang hirup setelah ekspirasi maksimum. Capasitas vital setiap orang bisa
diukur melalui spirometer. Jika dikombinasikan dengan ukuran fisiologi, kapasitas
vital bisa membantu untuk mendiagnosis adanya penyakit pada paru-paru.
3. Kapasitas Inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yangdapat dihisap dari posisi
istirahat (akhir ekspirasi tenang)
4. Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara yang masih tertinggal dalam
paru pada posisi istirahat (www.portakalbe.co.id, 2000).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Spirometer Collins
B. Cara kerja
1. Bersihkan mulut pipa (mouthpiece) spirometri dengan kapas dan alcohol 70 %
2. Naracoba dalam posisi berdiri, berlatih menghembuskan nafas melalui pipa beberapa
kali dengan hidung di tutup. Perhatikan penunujuk dan skala dan tidak boleh terlihat
oleh naracoba.
3. Mengukur tidal volume (TV). Letakkan jarum penunjuk pada skala 0, naracoba
melakukan inspirasi biasa (tanpa melalui pipa) kemudian ekspirasi biasa melalui
mulut spirometri dengan hidung terttutup. Catat angka jarum penunjuk skala, ulangi
percobaan sebanyak 3 kali catat nilai rata-rata TV.
4. Mengukur expiratory reserve volume (ERV). Letakkan penunjuk skala pada sakal 0,
naracoba melakukan inspirasi normal (tanpa pipa) kemudian melakukan ekspirasi
semaksimal mungkin melalui pipa dengan hidung tertutup. Lakukan 3 kali, catat nilai
rata-rata.
5. Mengukur vital capacity (VC). Letakkan penunjuk skala pada skala 0, naracoba
melakukan inspirasi semaksimal mungkin (tanpa pipa) kemudian melakukan
ekspirasi dilakukan dengan pelan dan tenang melalui pipa dengan hidung tertutup.
Lakukan 3 kali, catat nilai rata-rata.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Nama Sex TB Usi
a
TV VC ERV IRV
Addien L 172 18 400 3200 1100 1700
Glestiami P 18 300 2100 600 1200
Ikbal L 169 18 600 2200 900 700
Imam L 175 19 300 3200 1500 1400
Suci P 160 19 400 2500 800 1300
Albie L 172 18 500 3000 1100 1400
Mukhlis L 165 18 600 2700 1000 1100
Karthik L 176 23 400 3600 1100 2100
Kristian L 174 18 500 3500 1600 2400
2. Pembahasan
Kapasitas paru dipengaruhi oleh umur, tinggi badan, usia, dan jenis kelamin. Semakin
tinggi postur tubuh maka, kapasitas paru semakin besar.
1. Sebutkan dan jelaskan factor-factor yang mempengaruhi kapasitas pernapasan
seseorang?
a. Umur
D a l a m k e a d a a n y a n g n o r m a l k e d u a p a r u - p a r u
d a p a t menampung sebanyak ± 5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam
paru-paru masih tertinggal ± 3 liter udara. Pada waktu bernafas
biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2600 cc (2,5 liter)
jumlah pernafasan. Dalam keadaan normal:
Orang Dewasa : 16-18 kali per menit
Anak-anak : 24 kali per menit
Bayi kira-kira : 30 kali per menit
Walaupun pada pernapasan pada orang dewasa lebih sedikit daripada
anak-anak dan bayi, akan tetapi kapasitas vital paru orang dewasa
lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bay i . Da l am
keadaan t e r t en tu keadaan t e r s ebu t akanbe rubah mi sa lnya
ak iba t da r i sua tu penyak i t , pe rna fa san b i s a bertambah cepat dan
sebaliknya.(Trisnawati, 2007). Umur merupakan variabel yang penting dalam
hal terjadinyagangguan fungs i pa ru .Semak in be r t ambahnya
umur , t e ru t ama y a n g d i s e r t a i d e n g a n k o n d i s i
l i n g k u n g a n y a n g b u r u k s e r t a k e m u n g k i n a n
t e r k e n a s u a t u p e n y a k i t , m a k a k e m u n g k i n a n terjadinya
penurunan fungsi paru dapat terjadi lebih besar. Seiringdengan pertambahan
umur, kapasitas paru juga akan menurun.Kapasitas paru orang berumur
30 tahun ke atas rata-rata 3.000 mls a m p a i 3 . 5 0 0 m l , d a n p a d a
o r a n g y a n g b e r u s i a 5 0 t a h u n a n kapasitas paru kurang dari
3.000 ml.S e c a r a f i s i o l o g i s d e n g a n b e r t a m b a h n y a
u m u r m a k a kemampuan organorgan tubuh akan mengalami penurunan
secaraa l a m i a h t i d a k t e r k e c u a l i g a n g g u a n f u n g s i p a r u
d a l a m h a l i n i kapas i t a s v i t a l pa ru . Kond i s i s epe r t i i n i akan
be r t ambah bu ruk dengan keadaan lingkungan yang berdebu dan
faktor-faktor lains e p e r t i k e b i a s a a n m e r o k o k , t i d a k
t e r s e d i a n y a m a s k e r j u g a p e n g g u n a a n y a n g t i d a k
d i s i p l i n , l a m a p a p a r a n s e r t a r i w a y a t penyak i t yang
be rka i t an dengan s a lu r an pe rna fa san . Ra t a - r a t a pada umur 30 –
40 tahun seseorang akan mengalami penurunanf u n g s i p a r u y a n g
d e n g a n s e m a k i n b e r t a m b a h u m u r s e m a k i n bertambah pula
gangguan yang terjadi.(Guyton, 2001).
b. Jenis kelamin
Jen i s ke l amin me mpuny a i kap as i t a s pa r u yang
be rbeda . Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-kira 20
sampai 25 %lebih kecil dari pada pria (Guyton, 2001). M e n u r u t J a n
T a m b a y o n g ( 2 0 0 1 ) d i s e b u t k a n b a h w a kapasitas paru
pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan padawanita yaitu 3,1 L
c. Kondisi kesehatan
Dalam keadaan sakit bronchiolus yang lebih kecil sering kalimemainkan peran
yang lebih besar dalam menentukan pertahanana l i r an uda ra ka r ena dua
ha l be r i ku t : ( 1 ) ka r ena uku rannya kec i l maka lebih mudah
tersumbat, (2) karena dindingnya memiliki ototp o l o s d e n g a n
p e r s e n t a s e y a n g c u k u p b e s a r m a k a
m u d a h berkonstriksi.Gangguan kesehatan yang terjadi pada
seseorang yang dia k i b a t k a n k a r e n a i n f e k s i p a d a
s a l u r a n p e r n a f a s a n d a p a t mengakibatkan penurunan fungsi
paru.(Pearce, 2004)
d. Riwayat penyakit
Dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa seseorangyang
mempunyai riwayat menderita penyakit paru berhubungansecara
bermakna dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Darih a s i l
p e n e l i t i a n S u d j o n o ( S o e d j o n o , 2 0 0 2 ) d a n
N u g r a h e n i (Nugraheni, 2004) diperoleh hasil bahwa pekerja yang
mempunyair iwaya t penyak i t pa ru mempunya i r i s i ko 2 ka l i
l eb ih be sa r un tuk mengalami gangguan fungsi paru.Seseorang yang
pernah mengidap penyakit paru cenderungakan mengurangi ventilasi
perfusi sehingga alveolus akan terlalusedikit mengalami pertukaran
udara. Akibatnya akan menurunkanka da r oks igen da l am da r ah .
Banyak ah l i be rkey ak i nan bah wa penyakit emfisema kronik,
pneumonia, asma bronkiale, tuberculosisdan sianosis akan memperberat
kejadian gangguan fungsi paru.
e. Riwayat pekerjaan
Riw aya t pe ke r j a a n dapa t d igunakan un tuk
me nd i agnos i spenyakit akibat kerja.Riwayat pekerjaan yang
menghadapi debuberbahaya dapat menyebabkan gangguan paru.
f. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsisaluran
pernapasan dan jaringan paru-paru.Pada saluran napasbes a r , s e l
muko sa memb es a r ( h ipe r t ro f i ) dan ke l en j a r mucus bertambah
banyak.Pada saluranpernapasan kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitanakibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada
jaringanparu terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli.Ak iba t pe r ubahan an a tomi s a l u r an nap as , pad a pe r okok
akan timbul perubahan fungsi paru-paru dan segala macam
perubahanklinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit
obstruksiparu menahun (Depkes RI, 2003).Kebiasaan merokok dan akan
mempercepat penurunan faalparu. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun
adalah 28,7 mlun t uk non pe rok ok , 38 ,4 ml un t uk bekas
pe r okok , dan 41 ,7 ml perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat
lebih besar dari padapengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh
buruk rokok
g. Kebiasaan olahraga
Olah raga atau latihan fisik yang dilakukan secara teratur ak an
t e r j ad i pen ingka t an ke s ega ran dan ke t aha nan f i s i k yan g
optimal, pada saat latihan terjadi kerja sama berbagai lelah
otot,kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan, koordinasi gerakandan
daya tahan sistem kardiorespirasi. Kapasitas vital paru dan o l a h
r a g a m e m p u n y a i h u b u n g a n y a n g t i m b a l b a l i k ,
g a n g g u a n kapasitas vital paru dapat mempengaruhi kemampuan
olah raga.S e b a l i k n y a l a t i h a n f i s i k y a n g t e r a t u r a t a u
o l a r a g a d a p a t me n in gka tkan ka ps i t a s v i t a l pa r u .
Keb i a sa an o l ah raga akan meningkatkan kapasitas paru 30-40%.
(Guyton, 2001
h. Status gizi
Status Gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vitalparu.Orang
kurus panjang biasanya kapasitasnya lebih dari oranggemuk pendek. Masalah
kekurangan dan kelebihan gizi pada orangd e w a s a ( u s i a 1 8 t a h u n
k e a t a s ) m e r u p a k a n m a s a l a h p e n t i n g , karena selain
mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, jugad a p a t
m e m p e n g a r u h i p r o d u k t i v i t a s k e r j a . O l e h k a r e n a
i t u , p e m a n t a u a n k e a d a a n t e r s e b u t p e r l u
d i l a k u k a n s e c a r a b e r k e s i n a m b u n g a n .
S a l a h s a t u c a r a
a d a l a h d e n g a n mempertahankan berat badan ideal atau normal.
i. Masa kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (padasuatu kantor, badan
dan sebagainya).Menurut Siti M (2006), masa kerja adalah lamanya
seorangt e n a g a k e r j a b e k e r j a d a l a m ( t a h u n ) d a l a m
s a t u l i n g k u n g a n p e r u s a h a a n , d i h i t u n g m u l a i s a a t
b e k e r j a s a m p a i p e n e l i t i a n berlangsung. Dalam peneiltian
Yuli S (2004), dalam lingkungank e r j a y a n g b e r d e b u , m a s a
k e r j a d a p a t m e m p e n g a r u h i d a n menurunkan kapasitas fungsi
paru pada karyawan
2. Apakah ada perbedaan nilai VC pada perubahan posisi? Yang mana nilai VC yang
lebih tinggi? Mengapa demikian?
Ada pada posisi berbaring, karena pada posisi berbaring keadaan organ sistem
penafasan berda sejajar sehingga mudah untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi
3. Mengapa percobaan ini tidak dapat mengukur residual volume, functional residual
capacity dan total lung capacity?
volume residual tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer, karena volume
udara ini tidak keluar dan masuk paru.
4. Pada literature, ada ukuran yang disebut forced expiratory volume one second. Coba
jelaskan apa maksudnya? Apa tujuan mengukur FEV? Apakah bisa diukur dengan
percobaan ini? jelaskan.
Forced Expiratory volume in one second
(FEV1) adalah jumlah udara yang dapatdikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam
liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru..FEV1/FVC merupakan
rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75%- 80%
Tujuan untuk mengukur derajat berat atau tidaknya asma seseorang
FEV 1: 27 % predicted = asma derajat berat
FEV1 >80 % = asma derajat ringan
FEV1 60 %-80% = asma derajat sedang
FEV1 <60 % = asma derajat berat
FEV1/FVC = 67% penyakit obstruktif (normal :>75%)
Patofisiologi: ekspirasi menjadi sulit karena adanya obstruksi pada saluran
nafas,sehingga FEV1 lebih rendah dari normal, FVC juga menurun tapi tidak
sebesar penurunan FEV1, sehingga rasio FEV1/FVC juga menurun
BAB V
PENUTUP
1 Kesimpulan
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
spirometer.
Banyak faktor mendasar yang mempengaruhi kapasitas paru-paru seseorang, mulai
dari jenis kelamin, umur, tinggi badan, kesehatan dll.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Hardi . MPH,TM&FRSTM,DAFK dkk. 2012. Buku Penuntun Praktikum
Fisiologi. Palembang: Bagian Fisiologi dan Fisika Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
http://athultocm.wordpress.com/khusus-akbid/fisiologi-spirometri/ diakses 25 April 2012
13:25 WIB.
http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/spirometri diakses 25 april 2012 14:10 WIB.