26
ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI 1. FALSAFAH DAN TUJUAN 1.1. FALSAFAH Hakekat pelayanan Anestesiotagi dan Reanimasi adalah tindakan medik yang aman, efiektif, manusiawi, berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan teknologi tepat guna dengan mendayagunakan sumber daya manusia terdidik dan terlatih, peralatan dan obat yang sesuai dengan pedoman dan standar yang telah digariskan dalam : 1. Menunjang (support) fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan kesadaran pasien yang mengalami kegawatan medik yang mengancam jiwa atau berpotensi menimbulkan kecacatan apapun sebabnya. 2. Menghilangkan rasa nyeri dan stress psikis yang dialami pasien apapun sebabnya. 1.2. TUJUAN 1. Memberikan pelayanan anestesia, analgesia dan sedasi yang aman, efektif, manusiawi dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medik atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stress psikis lain. 2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pemapasan, peredaran darah dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani pembedahan, prosedur medik, trauma atau penyakit lain. 3. Melakukan reanimasi dan resusitasi jantung, paru, otak (basic, advanced, prolonged life support) pada kegawatan mengancam jiwa dimanapun pasien berada (Ruang Gawat Darurat, Kamar Bedah, Ruang Pulih Sadar, RuanglTerapi tntensif/1CU). 4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena men1'alani pembedahan, proseQr medik, trauma atau penyakit lain. 5. Mengatasi masalah nyeri akut, nyeri kronis dan nyer membandel pada pasien pembedahan, trauma, proses kronis dan kanker. 6. memberikan bantuan terapi pernapasan dan inhalasi. 2. STAF DAN PIMPINAN 2.1. TENAGA STAF Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi dilakukan oleh tim yang terdiri dari Dokter Spesialis Anestesiologi, Dokter Spesialis Anestesiologi Konsultan, Dokter Umum yang terlatih dan Perawat Anestesia yang terdidik dan terlatih. Adapun kualifikasi dan uraian tugas tenaga - tenaga tersebut adatah : TENAGA MEDIS : 1. Dokter Spesialis Anestesiologi, yaitu dokter yang telah menyetesaikan pendidikan program studi Dokter Spesialis Anestesiologi di pusat pendidikan yang diakui atau lulusan luar negeri yang telah menjalani adaptasi di pusat pendidikan Anestesiologi. 2. Dokter Spesialis Anestesiologi Konsultan, yaitu Dokter Spesialis Anestesiologi yang telah mendalami salah satu cabang iimu Anestesiologi yang telah diakui IDSAI. 3. Dokter Umum yang terlatih, yaitu dokter yang telah mendapat 1

Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

  • Upload
    susi

  • View
    277

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SPM ANESTESI

Citation preview

Page 1: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI1. FALSAFAH DAN TUJUAN

1.1. FALSAFAHHakekat pelayanan Anestesiotagi dan Reanimasi adalah tindakan medik yang aman, efiektif, manusiawi, berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan teknologi tepat guna dengan mendayagunakan sumber daya manusia terdidik dan terlatih, peralatan dan obat yang sesuai dengan pedoman dan standar yang telah digariskan dalam :

1. Menunjang (support) fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan kesadaran pasien yang mengalami kegawatan medik yang mengancam jiwa atau berpotensi menimbulkan kecacatan apapun sebabnya.

2. Menghilangkan rasa nyeri dan stress psikis yang dialami pasien apapun sebabnya.

1.2. TUJUAN

1. Memberikan pelayanan anestesia, analgesia dan sedasi yang aman, efektif, manusiawi dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medik atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stress psikis lain.2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pemapasan, peredaran darah dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani pembedahan, prosedur medik, trauma atau penyakit lain.3. Melakukan reanimasi dan resusitasi jantung, paru, otak (basic, advanced, prolonged life support) pada kegawatan mengancam jiwa dimanapun pasien berada (Ruang Gawat Darurat, Kamar Bedah, Ruang Pulih Sadar, RuanglTerapi tntensif/1CU).4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang mengalami gangguan atauancaman jiwa karena men1'alani pembedahan, proseQr medik, trauma atau penyakit lain.5. Mengatasi masalah nyeri akut, nyeri kronis dan nyer membandel pada pasien pembedahan, trauma, proses kronis dan kanker.6. memberikan bantuan terapi pernapasan dan inhalasi.

2. STAF DAN PIMPINAN 2.1. TENAGA STAFPelayanan Anestesiologi dan Reanimasi dilakukan oleh tim yang terdiri dari Dokter Spesialis Anestesiologi, Dokter Spesialis Anestesiologi Konsultan, Dokter Umum yang terlatih dan Perawat Anestesia yang terdidik dan terlatih. Adapun kualifikasi dan uraian tugas tenaga - tenaga tersebut adatah :

TENAGA MEDIS :1. Dokter Spesialis Anestesiologi, yaitu dokter yang telah menyetesaikan pendidikan program studi Dokter Spesialis Anestesiologi di pusat pendidikan yang diakui atau lulusan luar negeri yang telah menjalani adaptasi di pusat pendidikan Anestesiologi.

2. Dokter Spesialis Anestesiologi Konsultan, yaitu Dokter Spesialis Anestesiologi yang telah mendalami salah satu cabang iimu Anestesiologi yang telah diakui IDSAI.

3. Dokter Umum yang terlatih, yaitu dokter yang telah mendapat pelatihan Anestesiologi sekurang kurangnya selama 6 bulan.TENAGA PARAMEDIS.1. Perawat Anestesia adalah perawat yang terlatih di bidang Anestesia dan telah menyelesaikan Program D-111 Anestesia atau yang sederajat.

2. Perawat mahir atau terlatih di bidang Anestesia, yaitu perawat yang telah mendapat pendidikan sekurang - kurangnya selama 5 bulan atau perawat yang telah bekerja pada pelayanan Anestesia di Rumah Sakit minimal 1 tahun.

3. Perawat berpengalaman di bidang perawatan atau terapi intensif yaitu perawat yang telah mendapat petatihanpendidikan bidang perawatan atau terapi intensif sekurang - kurangnya selama 6 bulan atau perawat yang telah bekerja pada pelayanan di ruang perawatan intensif (ICU) minimal 1 tahun.

1

Page 2: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

2.2. PIMPINAN

2.2.1. Untuk jabatan Kepala Instansi Anestesiologi dan Reanimasi adalah Dokter Spesialis Anestesiologi atau Dokter Spesialis Anestesiologi Konsultan. Jika tidak ada Dokter Spesialis Anestesiologi maka pimpinan adalah Dokter Umum yang terlatih di bidang Anestesiologi.

2.2.2. Untuk jabatan Kepala Perawatan Anestesia dan Terapi Intensif (ICU) adalah Perawat Anestesia (D-Itl atau sederajat) atau perawat yang telah mendapat pelatihan dan pendidikan bidang perawatan atau terapi intensif sekurang - kurangnya selama 6 bulan atau perawat yang telah membantu pelayanan di ruang perawatan intensif (ICU) minimal 1 tahun.

RINCIAN STANDAR FASILITASDAN PERLENGKAPAN

Pada dasamya Rumah Sakit perlu mengupayakan prasarana atau sarana dan peralatan medis atau non medis yang optimal, yang disesuaikar dengan kegiatan, beban kerja dan tipe rumah sakit untuk mendukung Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi.

SARANA FISIK MINIMAL1. Kamar persiapan anestesia.2. Fasilitas di kamar bedah.3. Kamar pulih sadar.4. Ruang perawatan atau terapi intensif (ICU)5. Kantor administrasi6. Kamar obat dan alat

1. KAMAR PERSIAPAN ANESTESIA.Kamar ini merupakan bagian di kompleks kamar bedah yang berfungsi sebagai tempat serah terima pasien, identifikasi pasien dan persiapan pra-anestesia.

1.1 PERLENGKAPAN RUANGAN : 1.1.1. Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang dapat segera menyala apabila aliran listrik terhenti.

1.1.2. Titik keluar listrik (electric outlet) yang dibumikan (grounded).1.1.3. Tempat cuci tangan dan kelengkapannya.1.1.4. Jam dinding.

1.1.5. Kereta pasien (brankad) yang dilengkapi dengan pagar di sisi kanan kirinya, atau dengan sabuk pengaman, kedudukan kepala dapat diubah menjadi datar atau di atas.

1.2. PERLENGKAPAN MEDIK 1.2.1. Sumber oksigen berupa tabung atau silinder atau titik oksigen sentral yang dilengkapi dengan katup penurunan tekanan (regulator) dan flow meter.

1.2.2. Alat pelembab atau humidifikasi oksigen, pipa karet atau plastik yang dilengkapi dengan kanula nasal dan sungkup muka.

1.2.3. Alat resusitasi terdiri dari kantong sungkup muka(misalnya Ambu Bag atau Air Viva, Laerdal), faryngoskop dengan daun (blade) berbagai ukuran, pipa jalan napas oro atau nasopharinx dan pipa trakheal berbagai ukuran, Cunam Magill, pembuka mulut (Fergusson Mouth Gag), penghubung pipa (tube connector) dan stiiet. 1.2.4. Alat penghisap lendir portable atau titik hisap sentral, pipa karet penghubung, botol penampung dan kateter hisap.

1.2.5. Stetoskop, tensimeter dan termometer. 1.2.6. Alat infus terdiri dari set infus, kateter vena, jarum suntik berbagai ukuran, kapas, anti septik, plester, pembalut, gunting.

1.2.7. Sebaiknya ada defibrillator dan monitor elektrokardiografi.1.2.8. Kereta dorong (trolley atau crash cart) yang memuat alat - alat sesuai butir

1.2.3. sampai dengan butir 1.2.7.1.2.9. Alat komunikasi (interkom).

2. FASILITAS DI KAMAR BEDAHTindakan ansstesia umumnya ditakukan dalam kamar bedah dimana akan dilakukan pembedahan atau prosedur medis lain.

2

Page 3: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

2.1. PERLENGKAPAN RUANG2.1.1. Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang dapat segera menyala apabila aliran listrik terhenti.

2.1.2. Suhu 20° - 28°C, kelembaban tinggi > 50%.2.1.3. Titik kefuar listrik (electric outlet) yang dibumikan (grounded).2.1.4. Jam dinding.

2.2. PERLENGKAPAN MEDIK 2.2.1. Sumber oksigen berupa tabung atau silinder atau titik oksigen sentral yang dilengkapi dengan katup penurun tekanan (regulator) dan flow meter. 2.2.2. Alat pelembab atau humidifikasi oksigen, pipa karet atau plastik yang dilengkapi dengan kanula nasal dan sungkup muka.

2.2.3. Sumber gas gelak (N20) berupa tabung atau silinder atau titik N20 sentral.2.2.4. Alat penghisap lendir portable atau titik hisap sentral, pipa karet penghubung,

botol penampung dan kateterhisap.2.2.5. Stetoskop, tensimeter dan termometer.2.2.6. Stetoskop prekordiai atau esofageal.2.2.7. Alat untuk anestesia tetes terbuka (open drop) berupa sungkup muka (Schimmelbush, atau modfikas+ lainnya), botol tetes ether.2.2.8. Mesin anestesia minimal salah satu di bawah ini :a. Mesin ether udara (misalnya EMO atau Afya Drager).b. Mesin anestesia dengan meter aliran 02 atau NO2 (Boyle Gas Machine) yang dilengkapi dengan alat penguap (Vaporizer) ether, halotan, sirkuit pemapasan dengan penyerap CO2 (circle absorber). Sebaiknya mesin anestesia dilengkapi dengan respirator.2.2.9. Jika penyediaan tabung oksigen sulit, maka harus ada Oxygen Concentrator (misalnya Air-sept, De Vilbiss). 2.2.10. Laryngoskop dengan berbagai daun (blade).2.2.11. Pipa jalan napas oro atau nasopharynx dan pipa trakheal berbagai ukuran dengan penghubung pipa (tube conector).2.2.12. Cunam Magill, stilet pipa trakheal, sikat pembersih pipa trakheal.2.2.13. Pembuka mulut (Fergusson Mouth Gag).2.2.14. Sungkup muka transparan berbagai ukuran dan sesuai pada pasien.2,2.15. Peralatan tambahan untuk sistem anstesi semi open dan Jackson Reese.2.2.16. Peralatan analgesia regional berupa jarum spinal, jarum epidural, kateter epidural berbagai ukuran dalam keadaan steril.2.2.17. Defribrilator.2.2.18. Sebaiknya ada :- Monitor elektrokardiografi dan pulse oxymeter. - Oxygen analyzer untuk fresh gas.- Respirometer.- Alat pelindung gigi.CATATAN : DefilbriNator dan oxygen analyzer cukup satu unit untuk setiap kompleks kamar bedah. 2.2,19. Alat komunikasi (interkom).3. KAMAR PULIH SADARAdalah tempat pemulihan pasien dari anestesia atau dampak pembedahan yang sebaiknya merupakan bagian di dalam kompleks kamar bedah.3.1. PERLENGKAPAN RUANGAN : 3.11. Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang dapat segera menyala apabila aliran listrik terhenti.

3.1.2. Suhu 20° - 28°C, kelembaban > 50%.3.1.3. Titik keluar listrik (electric outlet) yang dibumikan (grounded).3.1.4. Tempat cuci tangan dan kelengkapannya.3.1.5. Jam dinding.

3.1.6. Kereta pasien (brankad) yang dilengkapi dengan pagar di sisi kanan kirinya, atau dengan sabuk pengaman, kedudukan kepata dapat diubah menjadi datar atau di atas.

3.2. PERLENGKAPAN MEDlK : 3.2.1. Sumber oksigen berupa tabung atau silinder atau titik oksigen sentral yang dilengkapi dengan katup penurunan tekanan (regulator) dan flow meter. 3.2.2. Alat pelembab atau humidifikasi oksigen, pipa karet atau plastik yang dilengkapi dengan kanula nasal dan sungkup muka. 3.2.3. Alat penghisap tendir portable atau titik hisap sentral, pipa karet penghubung, botol

3

Page 4: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

penampung dan kateter hisap. 3.2.4. Alat resusitasi terdiri dari kantong sungkup muka (misalnya Ambu Bag atau Air Viva, Laerdal), laryngoskop dengan daun (blade) berbagai ukuran, pipa jatan napas oro atau nasopharinx dan pipa trakheal berbagai ukuran, Cunam Magilt, pembuka muiut (Fergusson Mouth Gag), penghubung pipa (tube connector) dan stilet.

3.2.5. Stetoskop, tensimeter dan termometer. 3.2.6. Alat infus terdiri dari set infus, kateter vena, jarum suntik berbagai ukuran, kapas, anti septik, plester, pembalut, gunting.

3.2.7. Sebaiknya ada defibrillator dan rnonitor EKG.3.2.8. Kereta dorong (trolley/crash cart) yang memuat a;ae alat sesuai butir 3.2.4

sampai dengan butir 3.2.7.3.2.9. Alat komunikasi (interkom).

4. RUANG PERAWATAN / UNIT PERAWATAN tNTENSIF (UPI)Tempat ini digunakan untuk merawat pasien gawat akitaec pembedahan, trauma dan krisis penyakit yang dengan terapi intensef dan terapi penunjang fungsi vital kehidupan (Iife support) dapat diharapkan sembuh dan menjalani hidup normal kembati.4.1. KRITERIA :

4.1.1. Perencanaan UPI harus memenuhi standar yangditentukan mengenai pencegahan bahaya bakteriologis, pencegahan bahaya listrik dan api, sistem ventilasi dan pendingin udara. Letak ruang UPI harus berdekatan dengan bagian atau unit gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih sadar, Iaboratorium dan bagian radiologi. UPt tidak boleh dilewati lalu lintas yang menuju bagian lain. Kualitas air yang tersedia harus memenuhi syarat.

4.1.2. Bentuk unit terbuka (bangsal) luasnya 16 - 20 m2 untuk setiap kamar tidur. Untuk unit tertutup, luasnya 24 - 28 z setim ap kamar. Jarak ideal antara tempat tidur paling sedikit 2,5 meter untuk unit dewasa maupun unit anak. Jendela harus dapat dibuka. warna dinding dilipih yang memberikan suasana tenang, misalnya wama hijau muda atau biru telur asin, atau putih. 4.1.3. Dilengkapi tempat cuci tangan yang cukup besar dan dalam dengan kran yang dapat dijalankan dengan kaki, siku atau lutut yang terletak dekat pintu setiap kamar atau setiap dua tempat tidur. Lantai terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mempersulit pemakaian alat - alat sendiri.

4.1.4. Kamar isolasi harus dilengkapi dengan tempat cuci dan ganti pakaian sendiri. 4.1.5. Penerangan harus cukup untuk bekerja dan dilengkapi dengan sumber Iistrik yang dibumikan (grounded) serta fampu khusus untuk melakukan prosedur bed-side. 4.1.6. Tempat tidur dilengkapi pagar sisi kiri kanannya dan dapat diubah posisinya (posisi kepala rendah, kepala tinggi, setengah duduk dan sebagainya). Letak setiap tempat tidur hendaknya mudah teriihat oleh perawat. Bagian kepala dan leher pasien harus mudah dijangkau oleh petugas. Sebuah tombol alarm tersediapada sisi tempat tidur yang mudah dijangka4.1.7_ Titik keluar sumber oksigen, udara tekan dan pengisap sentral ada di dekat setiap tempat tidur. Suhu ruangan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

4.2. PERLENGKAPAN RUANGAN :4.2.1. Penerangan yang cukup, dilengkapi dengan lampu cadangan yang dapat segera menyal apabila aliran listrik terhenti.4.2.2. Suhu 20° - 28°C, kelembaban >50%4.2.3. Titik keivar listrik (electic oulet) yang dibumikan (grounded).4.2.4. Tempat cuci tangan dan kelengkapannya.4.2.5. Jam dinding4.2.6. Kereta pasien (brankad) yang dilengkapi dengan pagar di sisi kanan kirinya, atau dengan sabuk pengaman, kedudukan kepala dapat diubah menjadi datar atau di atas.

4.3. PERLENGKAPAN MEDIK :4.3.1. Sumber oksigen berupa tabung atau silinder atau titik oksigen sentral yang dilengkapi dengan katup penurunan tekanan (regulator) dan flow meter.4.3.2. Alat petembab atau humidif'ikasi oksigen, pipa karet atau plasfik yang dilengkapi dengan kanula nasal dan sungkup muka4.3.3. Alat penghisap lendir portable atau titik hisap sentral, pipa karet penghubung, botol penampung dan kateter hisap.4.3.4. Alat resusitasi terdiri dari kantong sungkup muka (misalnya Ambu Bag atau Air Viva,

4

Page 5: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

Laerdal), laryngoskop dengan daun (blade) berbagai ukuran, pipa jalan napas oro atau nasopharinx dan pipa trakheal berbagai ukuran, Cunam Magitl, pembuka mulut (Fergusson-Mouth-Gag), penghubung pipa (tube connector) dan stilet.4.3.5. Stetoskop, tensimeter dan termometer.4.3.6. Alat - alat monitoring hendaknya dapat memperlihatkan wave form dan angka Elektrokardiogram (EKG), tekanan darah, nadi dan saturasi (Sp02). pada keadaan tertentu juga diperlukan pemantauan tekanan arteri, tekanan jantung dan tekanan intra kranial cara invasif, tekanan CO2 ekspirasi dan lain - Iain.4.3.7. Alat infus terdiri dari set infus, kateter vena, jarurr suntik berbagai ukuran, kapas, anti septik, pfester pembalut, gunting4.3.8. Defilbrator.4.3.9. Kereta dorong (trolleylcrash cart) yang memuat alat - alat sesuai butir 4.3.4 sampai dengan 4.3.8. 4.3.10. Atat komunikasi (interkom).

Catatan : Ruang perawatan atau terapi intensif (ICU) memerlukan pendukung :1. Ruangan lain untuk :- Kamar bersih dan kotor untuk barang katun dan peralatan perawatan yang terpisah dan tidak saling berhubungan secara langsung.Kamar istirahat untuk staff (CU dengan kamar mandi dan WC tersendiri.- Kamar dokter jaga dengan sistem komunikasi dan alarm.- Kamar adminsistrasi dan penyimpanan bahan - bahan.2. Sarana pendukung faboratorium, radiologi, farmasi tersedia 24 jam sehari.3. Transportasi yang aman bagi pasien kritis yang membutuhkan alat terapi oksigen, respirator, monitor dan defibrilator yang portable, obat darurat dan tenaga terlatih atau berpengalaman yang mampu mengelola transportasi pasien.

5. KANTOR ADMINISTRASI (UNTUK KOORDINASI ANESTESIOI.pGI DAN REANIMASll}.5.1. Tempat kegiatan organisasi dan administrasi, termasuk disini kantor Kepala Bagian dan Staf.5.2. Perlengkapan kantor :- Penerangan yang cukup.- Peralatan kantor, meja tulis, kursi, mesin tik, komputer, lemari arsip, alat tulis menulis.- Alat komunikasi (interkom).- Ruang rapat lengkap dengan peralatan.- Ruang kuliah atau demo untuk mahasiswa maupun tamu.6. KAMAR OBAT DAN ALAT.6.1. Terdiri dari kamar tempat penyimpanan obat dan atat, tempat memelihara dan memperbaiki alat, tempat membersihkan alat dan membersihkan alat dan menyiapkan kembali seusai kebutuhan.6.2. Terletak di dalam kompleks kamar bedah.6.3. Perlengkapan ruangan :- Peneranan yang cukup.- Suhu 200 - 28°C untuk kamar penyimpanan obat.- Titik keluar listrik (electric output) yang dibumikan (grounded).- Sumber air panas dan dingin, bak pencuci untuk kamar pembersih alat.- Alat menggantung atau pengering pipa karet dan alat - alat lain. Lemari dan rak dinding.- Lemari es pada kamar penyimpanan obat.- Lemari khusus terkunci untuk obat - obatan narkotik.RINCIAN STANDAR KEBIJAKSANAAN DAN PROSEDURPROSEDUR UMUM PELAYANAN ANESTESIOLOGI DANREANIMASITim pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi terkait dengan pasien dalam 3 periode :- Pra anestesia atau pembedahan- Selama anestesia atau pembedahan dan- Pasca anestesia atau pembedahan.

Periode tersebut diatas dapat diperpanjang bila perlu selama pasien masih dalam ancaman bahaya terhadap fungsi vitat (jalan napas, pernapasan, sirkulasi dan kesadaran) dan atau masih adanya rasa nyeri dan kecemasan berlebihan akibat pembedahan, trauma atau penyakit lain.

5

Page 6: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

1. MASA PRA ANESTESIA ATAU PEMBEDAHAN1.1. TUJUAN :Mengusahakan kondisi optimal dari pasien agar dapat menjatani pembedahan dengan hasil sebaik - baiknya.

1.2. KEGIATAN :1.2.1. Evaluasi pra anestesia atau pra bedah dikerjakan dalam periode 24 jam sebelum tindakan anestesia ataupembedahan. Agar supaya terapi atau pemeriksaar yang diperlukan dapat dilaksanakan, hendaknya diberikan waktu yang cukup untuk evaluasi dini tidar dapat dilakukan (misalnya pembedahan darwac peniiaian dilakukan sebelum memulai anestesia dar pembedahan.

1.2.2. Evaluasi pra anestesia mencakup :1.2.2.1. Identifikasi pasien1.2.2.2. Pemahaman prosedur bedah atau medik yang akan dilaksanakan.1.2.2.3. Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin daripasien dan pemeriksaan khusus.1.2.2.4. Konsultasi dengan Dokter Spesialis lain bila diperlukan

1.2.2.5. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesia dan memastikan informed consent.1.2.2.6. Pengaturan terapi dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencapai kondisi pasien yang optimal misatnya terapi cairan, transfusi, terapi napas dan lain - lain.

1.3. ASPEK KEPERAWATANPerawatan pra anestesia dimulai saat pasien berada di ruang perawatan, atau dapat juga dimulai pada saat pasien diserahterimakan di ruang operasi dan berakhir saat pasien dipindahkan ke meja operasi.

TUJUAN :1. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien,memberikan penyuluhan tentang tindakan anestesia.2. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien.3. Mengetahui akibat tindakan anestesia yang akan dilakukan.4. Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkintimbul.

Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anestesia, Perawat Anestesia wajib memeriksa kembali data dan persiapan anestesia, diantaranya :1. Memeriksa :- ldentitas pasien dan keadaan umum pasien.- Kelengkapan status atau rekam medik.

- Surat persetujuan operasi dari pasien atau keluarga.- Data laboratorium, rontgent, EKG dan lain - lain.

- Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstik dan lain lain.2. Mengganti baju pasien.3. Membantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih.4. Mencatat timbang terima pasien.

Perawat Anestesia juga bertugas memberikan pre-medikasi berdasarkan instruksi tertulis Dokter Spesialisasi Anestesiologi atau dokter lain yang berwenang. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :1. Memeriksa kembali nama pasien sebelum memberikan obat.2. Mengetahui riwayat penyakit yang pemah diderita.3. Mengetahui riwayat alergi terhadap obat-obatan.4. Memeriksa fungsi vital (tensi, nadi, suhu, napas) sebelum memberikan premedikasi dan sesudahnya..5. Memberikan obat pre-medikasi sesuai instruksi dokter dan kemudian mencata nama obat, dosis obat, cara dan waktu pemberian, tanda tangan dan nama jelas perawat yang memberikan obat.

MASA ANESTESIA ATAU PEMBEDAHAN

6

Page 7: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

2.1. TUJUANMengupayakan fungsi vital pasien dalam batas - batas normal selama menjalani pembedahan dan menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan cemas (misalnya pada anestesia regional).2.2. KEGIATAN 2.2.1. Tindakan anestesia harus dikerjakan dalam kerja sama tim. $eorang Dokter Spesialis Anestesiologi harus didamping perawat terlatih. Jika anestesia dilakukan Perawat Anestesia juga harus didampingi perawat terlatih lainnya. Pada saat yang sama Dokter Spesialis Anesteiologi hendaknya membatasi tanggung jawab atau supervisi maksimal atas tiga tindakan anestesia dalam satu Rumah Sakit dengan ruangan tindakan yang berdekatan.2.2.2. Keamanan pasien selama anestesia dan pembedahan memeriukan pemantauan fungsi vital yang terus menerus atau berkala yang dicatat dengan baik pada Rekam Medik.2.2.3. Prosedur pembedahan dapat dirubah jika kondisi pasien mengarah pada keadaan yang membahayakan jiwa.2.2.4. Sarana pengatur dosis obat anestesia dan obat daruratharus digunakan secara maksimal.

2.3. ASPEK KEPERAWATAN.Perawatan selama anestesia dimulai sejak pasien dipindahkan ke ruang operasi.

TUJUAN :Mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesia berada dalam kondisi optimal agar pembedahan dapat berjalan lancar dengan baik.

Sebelum dilakukan tindakan anestesia,Perawat Anestesia wajib :1. Memeriksa kembali nama pasien, data, diagnosa dan rencana operasi.

2. Mengenalkan pasien kepada Dokter Spesialis Anestesiologi, Dokter Ahii Bedah, Dokter Asisten dan Perawat [nstrumen.3. Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan induksi yang akan dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi.4. Memasang alat-alat pemantau (antara lain tensimeter, ECG dan alat lainnya sesuai dengan kebutuhan.5. Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan.6. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

Selama tindakan anestesia Perawat Anestesia wajib :1. Mencatat semua tindakan anestesia.2. Memberikan respons dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien selama anestesia atau pembedahan.Pemantauan meliputi sistem pernapasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, pendarahan dan produksi urine danlain-lain.3. Memberikan respons dan melaporkan pada Dokter Spesialis Anestesiologi bila terdapat tanda - tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera.4. Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesia.5. Mengatur dosis obat anestesia atas pelimpahan wewenang dokter.6. Menanggulangi keadaan gawat darurat.

Pengakhiran Anestesia :1. Memantau tanda-tanda vital secara lebih intensif2. Menjaga jalan napas supaya tetap bebas.3. Menyiapkan alat-alat dan obat-obat untuk pengakhiran anestesia dan atau ekstubasi.4. Melakukan pengakhiran anestesia dan atau ekstubasi sesuai dengan kewenangan yang diberikan.

3. MASA PASCA ANESTESIA ATAU PEMBEpAHAN.3.1. TUJUANMenjaga fungsi vital pasien dalam batas normal setelah pembedahan berakhir dan selama sisa

7

Page 8: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

anestesia belum sama sekali hilang serta menjag agar pasein tidak merasa nyeri dan atau cemas berlebihan.

3.2. KEGiATAN3.2.1. Setelah pengakhiran anestesia, pasien dikirim ke kamar pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh oleh perawat terlatih.3.2.2. Bita dianggap perlu pasien dapat langsung dikirimkeruang rawat khusus (misalnya ICU).3.2.3. Bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetapdiberikan.3.2.4. Pemberian analgesia dan sedatif disesuaikan dengankondisi pasien.3.2.5. Keputusan untuk memirrdahkan pasien dari kamar pulihsadar dibuat oleh dokter yang bertugas.3.3. ASPEK KEPERAWATANPerawatan pasca anestesia atau pembedahan dimulai sejak pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar sampai diserahterimakan kembali kepada perawat di ruang rawat inap.Jika kondisi pasien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU.

TUJUAN1. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih.2. Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi.3. Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untukmenentukan saat pemindahan atau pemulangan pasien(sesuai dengan " Aldrette-Score").

PROSEDUR PEMINDAHANYang berhak memindahkan pasien dari Ruang Pasca Anestesia adalah Dokter Spesialis Anestesiologi, Dokter Umum yang ditugasi atau Dokter Bedah yang bertanggung jawab.Perawat Anestesia atau Kepala Ruangan Pulih Sadar dapat mengusulkan pindah ke ruang perawatan atau ICU, apabila kondisi pasien telah memungkinkan.PROSEDUR KHUSUS PELAYANAN ANESTESIOLOGIDAN REANIMASI

A. MASA PRA ANESTESIA ATAU PEMBEDAHAN

1. PENYULUHAN DAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK Penyuluhan dan upaya mendapatkan persetujuan pasien atas tindakan medik dilakukan pada waktu kunjungan pra-bedah. Syarat - syarat hukum dan administratif harus dipenuhi dan dicatat dalam Lembar Catatan Medik. Formulir persetujuan tindakan medik (infomed consent) ditandatangi oleh :a. Pasien dan atau keluarga sesuai persyaratan hukum dan administrasi yang berlaku.b. Dokter atau perawat yang diberi pelimpahan wewenang untuk itu.

2. PEMERIKSAAN FISIK DAN LABORATORIUMPemeriksaan pra-bedah (pre-op visit) hendaknya dilakukan minimal dalam periode 24 jam sebelum tindakan anestesia atau pembedahan untuk menentukan :- Fungsi tubuh pasien normal atau tidak.- Bila fungsi tubuh pasien tidak normal, maka :a. Ditentukan derajatnya dan cadangan fungsi yang masih ada.b. Diupayakan perbaikan sampai optimal.Pemeriksaan minimal meliputi :1. Jalan napas, paru dan pernapasan2. Sirkulasi (tekanan darah, nadi dan perfusi) serta keadaan jantung (sebaiknya juga EKG).3. Kesadaran dan kecerdasan.4. Status hidrasi dan status gizi.5. Riwayat alergi, penyakit sebelumnya dan obat-obatan yang dipakai.6. Pemeriksaan laboratorik.Pemeriksaan dilakukan sedini mungkin dalam masa pra-bedah agar tersedia cukup waktu untuk terapi dan persiapan. dengan pemeriksaan fisik dan anamnesa yang baik, banyak pemeriksaan laboratorium yang dapat ditiadakan.Jika diperlukan, maka Dokter Spesialis Anestesiologi atau Dokter yang melakukan pembedahan

8

Page 9: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

dianjurkan meminta konsuttasi spesifikasi lain.Hasil konsultasi dan tindak lanjut harus dicatat dalam Rekam Medik.DAFTAR PEMERIKSAAN LAB. MINIMALOperFt : LFRiaPerdArataan Lokssi Umur Tesi tOperasi operasi----------Kecd < 1 jam minimal bukan di Jln < 40 thn Hb. Leuco.napasSedang > 1 Jam s/d 20% EBV di jalan Hb, Leuco,! napas GOT/GP'I',Besar CreatininKhusus > 1 Jam > 30% EBV di manapun > 40 thn Hb, Leuco,/ EBV = 70 GOT/GPT,Besar mUKg BB Creatinin, Albumin. Gufa darah, EKG, hemostesis, trombasit (K, Na, AGDA).Ringkasan perneriksaan dirumuskan sebagai status fisik (Klarifikasi American Society of Anesthesiologist) sebagai berikut :Status Fisik ? :Pasien - pasien yang tidak mempunyai penyakit sistemik atau kelainan yang lain, kelainan yang ada terlokalisir pada yang akan dioperasi.. Cpntoh : seorang laki-laki sehat menjalani herniotomi.

Status Fisik 2 :Pasien-pasien yang akan menjalani pembedahan juga menderita penyakit sistemik ringan atau sedang, karena alasan medik atau kelainan yang perlu pembedahan.Contoh : Pasien diabetes dengan pengobatan orat, tetapi tidak ada penyulit organ lain.

Status Fisik 3 :Pasien-pasien yang menderita penyakit sistemik yang membatasi aktivitasnya.Contoh : Pasien dengan infark jantung, dengan angina pectoris yang harus dikelola dengan perawatan medis.

Status Fisik 4 :Pasien-pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa.Contoh ; Pasien agal jantung berat yang hanya dapat berjalan beberapa meter.

Status Fisik 5 :Pasien - pasien "moribund" yang 50% akan meninggal dalam 24 jam, dengan atau tanpa pembedahan.Contoh ; Pasien ileus strangulasi dengan anuria, coma, tekanan darah 70/40 dengan pemberian infus dopamine. Untuk pasien pembedahan darurat ditambahkan kode D.

3. KHUSUS PEMBEDAHAN DARURATPemeriksaan fisik dan laboratorik dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Persiapan harus ditujukan untuk resusitasi dan stabilisasi fungsi vital tubuh pasien agar pembedahan atau terapi definif dapat dilakukan, misatnya :- Menghentikan perdarahan.- Membuang sumber infeksi.- M®lahirkan janin dan sebagainya.

Tindakan metiputi ;1. Membebaskan dan menjaga jalan napas dan oksigenasi.2. Membantu fungsi pernapasan dan oksigenasi.3. Optimatisasi hemodinamik dengan imbang cairan dan transfusi.4. Menjaga tekanan intra kranial tidak meningkat.5. Mengosongkan lambung dan mencegah aspirasi.

4. PUASA, INFUSI DAN PENGOSONGAN USUS.Kondisi optirnal untuk anestesia dan pembedahan membutuhkan tindakan persiapan :1. Pengosongan tambung untuk mengurangi resiko muntah, regurgitasi dan aspirasi paru.2. Pengosongan usus besar untuk mencegah buang air besaryang mencemari dan meningkatkan resiko infeksi luka bedah.

9

Page 10: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

3. lnfusi untuk mengganti cairan yang hilang karena keduatindakan di atas.

Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa.Pasien dewasa dipuasakan dari makanan pada 6 - 12 jam prabedah, dari minum susu 6 jam pra bedah, dari minum air putih 4 jam pra bedah. Pasien anak - anak mengikuti jadwal sebagai berikut :

Umur SusuiMakattan padat Air Putih< 6 bulan 4 jam 2 jam6 - 36 bulan 6 jam 3 jam

>36jam 8jam 3jamlnstruksi puasa dijelaskan lisan dan tertulis kepada pasien dan atau keluarga atau wali serta diketahui oteh perawat. Obat-obat tertentu dapat diberikan bersama minum air putih terakhir. Obat anti diabetes oral harus diganti injeksi insulin jika pada pasca bedah tidak dapat atau tidak boleh makan.

Untuk bedah darurat diperlukan pengosongan lebih cepat dan Iebih pasti dengan pemasangan pipa lambung (ukuran besar, Fr 18/20) dan penghisapan aktif.

Pengosongan usus besar dilakukan dengan obat pencahar, perangsang peristaltik colon atau levement atas pertimbangan keperluan pembedahan dan kenyamanan pasien.lnfusi cairan pengganti puasa dan pencahar diberikan dalam periode 24 jam pra anestesia atau pra-bedah sebagai larutan Natrium Klorida dan atau Dextrose.Untuk pasien resiko tinggi, rencana pembedahan besar, gizi prabedah buruk, maka perbaikan imbang cairan dan nutrisi dilakukar jauh sebelum pembedahan dengan infusi cairan nutrisi ata, nutrisi enteral melalui pipa lambung.

Pasien hamil atau in-partu memerlukan antasida oral untuk netralisasi asam lambung karena mereka memiliki cairan lambung yang lebih banyk dan pH lebih asam. Antasida Magnesium trisilikat (BPC) 15 mi, 30 menit sebelum anestesia dapat menekan resiko ini. Antasida lain : Natrium Sitrat.

Cairan lambung dengan pH < 2,5 mudah menimbulkan kerusakan parah jika terjadi aspirasi paru (MendelsonSyndrome).

5. PREMEDIKSIMemberi pasien rasa nyaman bebas dari rasa takut atau cemas atau stress psikis lain, di samping menyiapkan anestesia dan pembedahan dengan lancar (smooth). Penyuluhan dan obat-obatan dapat dikombinasikan agar ten:apai keadaan sedasi (tidur ringan tetapi mudah dibangunkan) tanoa depresi sirkulasi. Waktu pemberian obat yang tepat disesuaikan dengan masa kerja obat. napas, tekanan darah, nadi dan kesadaran harus diperiksa dan dicatat dalam . Rekam Medik sebelum dan scsudah premediksi.Sedativa : Diazepam, midazolam, dehidrobenzperidol, antihistamin, promethazin dan lain - lain. Karena sedativa menyebabkan penurunan kesadaran, maka resiko depresi napas, depresi sirkulasi dan aspirasi meningkat.Dosis :Diazepam,0.2-0.3 mg/kgBBliv ; Midazolam 0.1-0.15 mg/kgBB/iv ; DHBP, 0.1-0.2 mgJKgBBJivNarkotik : pethidin, morfin atau sediaan sintetik yang setara. Dosis .Pethidin, 1 mg/kgBB/im ; Morfin, 0.10 mg/kgBBlimObat - obatan ini menyebabkan depresi napas, depresi sirkulasi dan meningkatkan tekanan intrakranial. Karena kesadaran juga menurun, risiko aspirasi meningkat.Narkotik diberikan jika pra bedah sudah ada nyeri atau jika akan digunakan obat anestesia yang daya analgesianya lemah.Atropin digunakan untuk menekan hipersekresi ludah dan ketenjar bronchus terutama jika akan digunakan obat anestesia di-ethyl-ether atau ketamin. Kerugian Atropinadalah lendir menjadi kental, rasa haus dan pada bayi dapat menyebabkan hipertemia.Dosis :0.01 mglKkgBB sld maksimal 0.5 mg pada orang dewasa. Antihistamin , Promethazin (Phenergan] diberikan dengan dosis 1 mg/kgBBAntasfida dan H2-blocker, diberikan untuk mengurangi pH cairan lambung

10

Page 11: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

Beberapa pedoman premedikasi berikut ini psrlu dipertimbangkan :1. Premedikasi tidak diberikan pada keadaan sakit berat, sepsis, orang - orang sangat tua, neonatus dan bayi < 6 bulan.2. Premedikasi dipertimbangkan hati - hati pada pasien dengan masatah jalan napas, kasus rawat jalan, dan kasus bedah syaraf.3. Dosis dikurangi pada orang tua dan bila keadaan umum buruk.4. Sedasi oral dapat diberikan pada malam hari sebelum tidur (misal midazolan).5. Pada anak diusahakan premedikasi oral, dua jam sebetum operasi.6. Pada pasien bedah darurat, premedikasi sedativa dan narkotik sebaiknya dihindarkan atau diberikan dengan sangat hati - hati.

6. PERSIAPAN AI.AT DAN OBATKarena anestesia ada{ah tindakan medik yang membawa resiko ancaman jiwa, maka diperlukan persiapan alat, obat, ketrampilan dan kewaspadaan tenaga kesehatan agar mampu mengatasi penyulit yang terberat.

Sebelum tindakan anestesia dimulai, semua alat dan obat anestesia, alat dan obat resusitasi dan tenaga terlatih harus siap dan dipastikan dapat bekerja baik. Jika dilakukan anestesia regional, kesiapan untuk anestesia umum dan resusitasi tetap harus ada. Dalam anestesia yang panjang, cadangan obat dan alat harus disiapkan agar tindakan dapat berlangsung tanpa terputus.Tindakan anestesia baru dapat dimutai jika check-tist ini telah dilaksanakan dan semua dinyatakan ada dan berfungsi baik.CHECK UST ALAT ANASTESIA1. Memeriksa hubungan persediaan 02 dan gas lain yanp perlu.2. Memeriksa flowmeter apakah berfungsi baik, oksigen mengalir, by-pass oksigen berfungsi.3. Memeriksa dial vaporizer bergerak lancar dan dapat dikunci pada posisi OFF. Vaporizer telah diisi obat inhalasi yang benar/ sesuai.4. Memeriksa pipa napas (breathing circuit), resenroir-bag, katup, apakah berfungsi baik dan tidak bocor.5. Memeriksa tombot selektor napas spontan atau napas buatan berkerja baik.6. Jika menggunakan N20 maka harus ada 02 cadangan dalam tangki.7. Ada AMBU-bag yang siap pakai.8. Canister soda lime terisi dan warna indikator belum berubah [masih berfugsi]

CHECK LIST JALAN NAFAS BUATAN DAN ALAT PERNAFASAN1. Ada sungkup muka yang sesuai ukurannya untuk pasien tersebut.2. Ada tube naso-pharynx atau oro-pharynx berbagai ukuran.3. Ada tube trakhea berbagai ukuran (periksa cuff) dan stilet.4. Ada laringoskop, Cunam Magilt.5. Jika ada ventilator, diperiks2 apakah berfungsi baikseharusnya tiap ventilator dilengkapi disconnect alarm.6. Ada alat penghisap lendir[suction-unit] lengkap dengankateter yang berfungsi.

CHECK 1.IST INFUSI, CAiRAN DAN OBAT DARURAT.1. Tersedia set infusi, kanula vena dan berbagai cairan.2. Selain obat anestesia, juga harus tersedia lengkap dalam jumlah cukup obat-obatan penunjang (narkotik, antihistamin, steroid, diuretika, pelumpuh otot, prostigmin), obat resusitasi dan obat darurat (adrenalin, atropin, lidocain, Na-bicarbonat, Calcium glukonat, efedrin, dopamin, antihistamin, steroid).3. DC-Shock atau defibriilator.CHECK LiST ALAT MONITOR1. Alat monitor standar (tensimeter, stetoskop prekordial), termometer. lampu senter harus selaiu ada pada setiap tindakan anestesia.2. Alat monitor tambahan yang sebaiknya ada :ECG, Pulse-Oxymeter, Spirometer, Oxygen Analyzer, Nervestimulator. Alat - alat ini harus dikalibrasi berkala dan alarm harus ditest kemudian diset dahulu setiap kali akan dipakai.3. Capnograph juga merupakan alat monitor yang bermanfaat.

CHECK LIST PASIEN1. ldentitas pasien telah diperiksa dan dipastikan benar.

11

Page 12: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

2. Persetujuan medik telah ditandatangani.3. Diagnosa pembedahan dan lokasi atau sisi yang benar telah ditandai.4. Jalan napas telah diperiksa ulang, gigi palsu telah ditepas dan iapisan kosmetik yang dapat mengganggu observasi wama mukosafwajahtkuku telah dibersihkan.5. lnfusi berjalan lancar dengan cairan yang benar dan lokasi vena yang benar. Cadangan cairan dan persiapan darah donor tersedia.6. Tensimafer terpasang baik dan tekanan darah teiah diperiksa ulang. Semua data dicatat dalam Rekam Medik.7. Bantal penyangga dan atat pengatur meja atau posisi telah disiapkan.

8. SELAMA MASA ANESTESIA/PEMBEDAHAN

1. iNDUKSf ANESTESIAPasien sebaiknya diberi preoksigenasi dengan 02140°,6 (aliran 8 - 10 Lpm selama 3 - 5 menit) sebelum induksi dimulai. Jalur intravena, berupa infus atau minimal wing-needle harus terpasang dan berjalan lancar. Obat-obatan darurat tersedia dalam semprit suntik. Tensimeter dan stetoskop precordial telah terpasang dengan baik.Tindakan anestesia harus dimulai dengan cepat, dengan cara nyaman bagi pasien dan dengan tetap menjaga semua fungsi vitat. Stadium eksitasi harus dilewati secepat mungkin agar pasien segera berada dalam stadium manitenance yang lebih aman. Jalan napas buatan harus dipasang dan pemapasan buatan harus diberikan bila diperlukan. Dokter atau Perawat harus mampumengenali dan mengatasi sumbatan jalan napas atas dengan teknik chin fift, head tilt, jaw thrust, memasang oropharynx nasopharynx tube, intubasi trakhea dan cricothyrotomy.Teknik «rapid sequence" induction atau crash intubation untuk mencegas aspirasi isi lambung pada kasus darurat juga harus dikuasai.Stabilisasi sirkulasi mungkin memerlukan bantuan infusi cairan, obat-obatan inotropik dan obat anti-aritmia jantung.

2. RUMATAN ANESTESIAKedalaman anestesia dipantau dengan memperhatikan tanda tahapan anestesia dan respons otonomik. Kedalaman anestesia yang cukup selama pembedahan harus dipertahankan agar pasien tidak mengalami rasa nyeri, tidak mengalami stress otonomik, pembedahan dapat berjaian baik, fungsi vital (pernapasan, sirkulasi, perfusi organ) tetap berada dalam batas normal. Anestesia umum harus cukup kedalamannya untuk mencegah pasien ingat dan merasakan proses pembedahan (awareness).Anastesia tidak boleh terlalu dalam agar tidak membahayakan fungsi vital :- Saturasi oksigenasi dipertahankan > 95%Tekanan darah dipertahankan agar tidak berfluktuasi lebih dari 25% atau 15 - 20 mmHg dari niai waktu sadar.Perfusi hangat kering, merah. Tidak teraba keringat pada perabaan, tidak keluar air mata bita kelopak mata dibuka. Irama jantung dipertahankan irama sinus yang teratur, fluktuasi tidak lebih dari 25% nilai waktu sadar. Jika terjadi aritmia maka harus dipastikan bahwa :a. Oksigenasi baik (periksa aliran oksigen, periksa jalan napas.tube)b. Ventilasi baik (periksa gerak dada, periksa soda lime).c. Tidak ada menipulasi bedah yang memicu aritmia (refleks vagal, refleks aculocardiac dan lain - Iain).- Produksi air seni 0,5 - 1.0 mllkgljam.- Pemantauan fungsi vitaf tubuh ini diulang tiap 5 menit atau lebih sering jika kondisi klinis pasien tidak stabil.- Jika digunakan pelumpuh-otot dan pembedahan tidak memerlukan apnea, diusahakan pasien masih sedikit bemapas (tidak dalam keadaan total blok).Perhatikan agar tidak ada bagian tubuh pasien yang tertekan bagian keras dari meja operasi terutama berkas syaraf.

3. PENGAKHIRAN ANESTESIAAnestesia harus dihentikan tepat waktu agar pasien segera sadarkernbali sehingga refleks perlindungan dan fungsi vitalnya kembali normal, namun dengan efek analgesia yang tericendali. Oksigenasi dan bantuan napas harus tetap diberikan dan pasien tetap dijaga dengan kewaspadaan atau pemantauan penuh sampai sisa obat (pharmacologic tail) habis.C. MASA PASCA ANESTESfA ATAU PEMBEDAHAN

12

Page 13: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

1. PULIH SADAR DAN TIMBANG TERIMAFungsi vital pasien yang datang dari kamar operasi umumnya befum stabil. Kejelasan data operasi, anestesia, jumlah perdarahan, jumlah infusi dan penyulit yang telah terjadi wajib diserahterimakan kepada petugas tahap berikutnya dan harus tercatat dalam Rekam Medik.

Oksigenasi dan bantuan napas harus tetap diberikan dan pasien tetap dijaga dengan kewaspadaan atau pemantauan penuh sampai pharmaGologic tail lewat.Gangguan napas yang dapat terjadi :- Hipoventilasi karena depresi pemapasan atau obstruksi pangkal lidah.- Aspirasi cairan lambung.- Henti napas.

Pembersihan cairan dari rongga mulut dan jalan napas harus dilakukan di samping infusi cairan, transfusi dan obat vasopressor.

Pasien yang belum sadar dan belum stabil harus tetap berada di Ruang Puiih Sadar sampai semua resiko atau ancaman keselamatan jiwa telah dilalui. Pasien rawat jalan tidak boleh dipulangkan sebelum memenuhi kriteria keamanan pulang tertentu (Aldrette's score).

D. HAL•HAL KHUSUS1. NAPAS BUATAN DAN PELUMPUH OTOTJika pembedahan perlu relaksasi otot maka diberikan obat pelumpuh otot dan pemapasan harus dibantu dengan napas buatan agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berlangsung normal. Ventilasi dengan IPPV (Intermittent Positive Pressure Ventilation) diberikan dengan cara manual, alat resusitator atau ventilator (respirator). Teknik anestesia dengan napas buatan dilakukan pada :- Pembedahan yang perlu relaksasi maksimum.- Posisi pembedahan yang mengganggu ventilasi. - Pasien perlu hiperventilasi - Anestesia yang berlangsung "lama".

Agar pengembangan paru sempurna tanpa kebocoran ke lambung, maka perlu dipasang jalan napas buatan tube endotrakeal dengan cuff. Jalan napas buatan lainnya (contoh LMA, Combitube) dapat dipertimbangkan tetapi tidak dapat menjamin terhindamya aspirasi.

Succinyl choline efeknya cepat tetapi pendek dan menyebabkan fasikuiasi otot. Pelumpuh otot jenis non depolarisasi bekerja lebih lambt dan lebih lama. Dengan cara titrasi yang teliti dapat dicapai relaksasi otot yang memadai tanpa pasien apnea (namun pasien tetap harus diberi napas buatan). Fungsi oksigenasi harus dipantau. ldealnya secara berkala di periksa gas darah atau secara kontinyu dengan pulse oxymetry dan CO2 ekspirasi. Minimal harus dipastikan dada terangkat setiap kali napas buatan diberikan, bibir nampak merah perfusi jari dan selaput hangat dan kering. Derajat kelumpuhan otot dipantau secara klinis atau lebih baik dengan nerve stimulator. Pada akhir pembedahan, obat antagonist pelumpuh otot harus diberikan jika napas spontan belum adekuat

2. ANESTESIA RAWAT JALANBeberapa pembedahan singkat, tanpa perdarahan dan tidak berada di jalan napas atau di rongga tubuh dapat dikerjakan secara rawat jalan jika kondisi pasien baik.Sistem rawat jalan ini lebih ekonomis, mengurangi daftar tunggu operasi dan mengurangi resiko infeksi nosokomial.

Syarat - syarat :1. Status fisik 1 atau 22. Usia > 1 tahun dan < 60 tahun.3. Pasien kooperafiif, ada yang menghantar/ menemani.4. Sebaiknya ada alat komunikasi di rumah dan dalam keadaandarurat dapat segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat(sebaiknya dalam waktu 30 menit)5. Perdarahan sedikit (<5% EBV)6. Lama operasi < 2 jamConfoh :Ortopedi = Reposisi tertutup, ganglion, angkat implant repair tendon.Bedah umum = Hernia, hidrocele, fibroadenoma, lipoma, limfadenopati.

13

Page 14: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

Urologi= Litotripsi, sirkumsisi, varicocele, pasang atau angkat DJ stentBedah Plastik = lipo-suction, pasang implant, face-lift, labioplasti, dan lain-lain.THT - Polip nasal, irigasi sinus, angkat bendaasing.Kebidanan - Kuretase, polip, kista bartoloni dan lainlainMata - Katarak, chalazion atau heodeolum

Agar pasien dapat cepat dipulangkan, maka periu dipiiih obat anestesia yang masa kerjanya pendek. Juga demikian halnya dengan narkotik dan obat induksi.Pasien dapat dipulangkan jika skor Aldrette-nya - 10, sudah dapat buang air kecil sendiri, berjalan tanpa bantuan orang lain, memakai baju sendiri, tidak ada perdarahan aktif dan tidak ada rasa nyeri berlebihan.

3. ANESTESIA REGtONALBeberapa tindakan pembedahan dapat dikerjakan dengan anestesia regional dimana pasien tidak merasa nyeri tanpa kehilangan kesadaran.Contoh :1. Blok saraf perifer2. Blok plexus3. Blok peridural4. Blok sub arachnoid

Persiapan :- Alat-alat dan jarum utuk anestesia regional- Obat anestesia dan ajuvant- Alat dan obat resusitasi- Alat dan Obat anestesia umum• Alat monitor fungsi vital.Pelaksanaan :1. Karena pasien akan tetap sadar selama pembedaan makaperlu diberi penjelasan yang teliti agar tidak merasa takutatau gelisah. Jika pasien terpaksa harus diberi sedativa,maka satu keuntungan taknik regional berkurang (resikodepresi, napas, depresi sirkulasi dan aspirasi muncul kembaii).

2. Pasien harus dipasang infusi atau jalan obat intravena, tensimeter, fasilitas penambahan oksigen.

3. Pemantauan fungsi vital sama dengan tindakan anestesia umum.

4. Jika anestesia regional tersebut gagal atau tidak adekuat, maka harus segera dilanjutkan dengan anestesia umum. Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obatan yang mengakibatkan hipotensi, syok atau apnea.

4. TRANPORTASI PASIEN DI DALAM ATAU ANTAR RUMAH SAK1T.Dalam pemindahan pasien harus selalu dipertimbangakan antara manfaat yang akan diperoleh dengan resiko yang mungkin terjadi. Tempat tujuan harus mempunyai kemampuan dan fasilitas medik yang lebih baik. Proses pemindahan sepenuhnya merupakan wewenang dan tanggung jawab dokter yang merawat.

Periengkapan :1. Alat-alat bantuan pernapasan (laringoskop, tube trakhea, tube oro atau nasopharynx) dan alat resusitasi (Ambu bag, ventilatar) yang sesuai untuk pasien. Juga harus disediakan alat penghisap lendir dengan kateter yang sesuai.2, Tabung oksigen yang cukup untuk selama transport ditambah cadangan untuk 60 menit.3. Sebaiknya ada monitor ECG, pulse oxymeter dan deflbritlator.4. Tensimeter.5. Alat-alat intravena : kanula i.v, cairan, pipa infus, jarum, alat suntik dan lain -1ain.6. Obat-obatan resusitasi seperti adrenalin, Iidocain, atropin, natrium bicarbonat.7. Obat-obatan tambahan lain yang diperlukan sesuai jadwal pengobatan.8. Sebaiknya ada afat komunikasi untuk berhubungan dengan rumah sakit pengirim dan

14

Page 15: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

penerima selama dalam perjalanan.

Langkah - langkah pelaksanaart :1. Menjelaskan pada pasien atau keluarga pasien yang berhak, tentang resiko dan manfaat pemindahan dan setanjutnyamendapatkan surat persetujuan (informed consent).2. C?okter yang mengirim menghubungi dokter yang akan menerima atau rumah sakit tujuan untuk menyatakan maksud konsultasinya sekaligus menjetaskan keadaan pasien dan tindakan atau pengobatan yang sedang dilakukan. Semua data dicatat dalam Rekam Medik.3. Menghubungi pihaknya yang melayani transportasi tentang kesediaannya rnembawa pasien dengan memberitahu keadaan pasien, kebutuhan medik yang diperlukan dan melakukan koordinasi tentang waktu transportasi.4. Memberitahu petugas atau perawat atau dokter yang akan mengawal tentang waktu keberangkatan dan peraiatan yang harus di bawa.5. Petugas yang mengawal minimum 2 orang yang terlatih untuk memberikan Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut [ BHD dan BHL]PROSEDUR KHUSUS PERAWATAN 1NTENStF1. FALSAFAH DAN TUJUANHakekat reanimasi adalah upaya untuk menghentikan dan atau mengembatikan (reverse) proses yang menuju kematian. Resusitasi adalah salah satu bagian dari reanimasi. Pasien dengan kegawatan yang mengancam jiwa akibat penyakit, pembedahan atau trauma dapat diharapkan disembuhkan kembali (reversible) dan menjalani kehidupan sosial normat dengan terapi intensif yang menunjang (support) fungsi vital tubuh pasien tersebut setama masa kegawatan.

Terapi supportif dengan obat dan atat meliputi fungsi pemapasan, serkulasi, sistem syaraf pusat, sistem pencernaan, ginjal dan lain-lain yang bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan.Karena kompleksnya mekanise penyakit atau kegawatan maka diperlukan kegawatan perawatan dan teraoi yang terkoordinasi dan tetiti dengan pengawasan dan titrasi terapi secara terus menerus.

2. ADMINISTRASI DAN PENGELOLAANUsaha-usaha yang dilakukan di Unit Perawatan lntensif (UPI) adalah :1. Observasi dan interpretasi parameter-parameter vital secara terus menerus.2. Koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan parameterparameter vital secara dini ("instant diagnosis - instant tratmentfl).3. Menunjang fungsi vital tubuh yang terganggu atau penyakit primerpenyebab masatah tersebut.4. Melakukan diagnosis dan terapi terhadap gangguan atau penyakit primer penyebab masalah tersebut.5. Mencegah dan mengatasi penyulit yang timbul akibat penyakit atau tindakan yang dilakukan.6. Memberikan rasa aman, nyaman dan manusiawi baik fisik maupun psikis, misalnya dengan terapi nyeri dan emotional support. Kegiatan medik dan perawatan dalam terapi intensif ini dilakukan oteh Tim yang multidisipliner, multiprofesi dan muttisektoral secara profesional dan dalam waktu 24 jam sehari secara terus menerus. Pimpinan unit bertanggung jawab atas pelayanan yang dilakukan bersama profesi terkait baik yang menjadi penanggung jawab pasien sebelum dirujuk ke Unit Perawatan lntensif (UPI) maupun bersama profesi yang memberi konsultasi dan atau yang ikut melakukan perawatan atau terapi. Staf UPI secara intensip melaksanakan dan mengkoordinir rencana perawatan ataupun teraoi bersama dokter yang memasukkan pasien dan dokter konsultan lain, sedemikian rupa agar dapat menampung dan menyimpulkan opini yang berbeda dari para konsultan sehingga tercapai pelayanan dan pendekatan yang terkoordinir pada pasien dan keluarga.Keberadaan dokter jaga disesuaikan dengan tingkat UPI (primef, sekunder, tersier) dan tingkat penghuniannya. Untuk UPI tersier (Rumah Sakit ketas A dan B pendidikan) diperlukan dokter jaga khusus yang tinggal di Rumah Sakit.Konsultasi spesialistik terhadap pasien gawat adalah 1 : 1(ideaf) atau 1 : 2(optimat) atau 1 : 3 (minimal).

3. STAF DAN PIMPINAN

15

Page 16: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

1. Unit Perawatan Iniensif harus dipimpin oleh dokter yang memiliki pengetahuan keterampitan dan pengalaman dalam bidang reanimasi, resusitasi intensive care dan pengetahuan adminstrasi yang cukup. Pengetahuan dan keterampitan dasar yang meliputi basic life support, advance life support dan trauma life support, harus dimiliki. Dokter Spesialis Anestesiotogi Konsultan lntensif Care (SpAn-K.t.C) adlaah salah satu tangan pimpinan yang telah disiapkan untuk bidan ini.2. Perawat yang bekerja di UPI harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam di bidang reanimasi, resusitasi, intensif care (termasuk basic {ife support, advace life support dan trauma life support).3. Tim Medik dan Perawat intensif bekerja dalam suatu sitem yang menjamin pelayanan medik bagi pasien kritis selama 24 jam sehari.4. Sebaiknya pimpinan unit bekerja puma waktu atau minimal 50%1dAwaktu kerjanya dicurahkan untuk memberikan pelayanan intensif dan secara fisik dapat dihubungi dan tidak terikat kewajiban lain yang menyita waktu.4. KEBtJAKAN DAN PROSEDURlndikasi pasien untuk dirawat di UPI adalah kritis atau kegagalan pada

1. Sistem pernapasan2. Sistem hemodinamik3. Sistem syaraf pusat4. Sistem endokrin atau metabolik5. Overdosis obat, reaksi obat dan keracunan6. Sistem pembekuan darah7. lnfeksi berat (spesis)T'indakan perawatan atau terapi yang dilakukan oleh Tim adalah :1. Mengelola jalan napas, intubasi trakhea, trakheostomy2. Ventilasi mekanis jangka panjang3. Punksi arteri dan pengambilan sampel gas darah4. Kanulasi pembuluh darah perifer dan sentral, kateter arteria pulmonalis dan pengukuran cardiac out put.5. Pemasangan pace maker transvenous atau temporer.6. Rsusitasi jantung , paru, otak (basic, advanced dan prolonged life support).7. Tube thoracostomy dan thoracic drainage8. Pemasangan kateter tekanan intrakranial9. Nutrisi parenteral dan enteral khusus10. Hemodialisis11. lntra vasculer assist atau intra aotic ball000n pumping

tNDIKASt tYiASUKI UPiPriaritas 1Penyakit atau gangguan akut pada sistemtorgan-organ vital yang memertukan tindakan terapi intensif dan agresif untuk mengatasinya yaitu :1. Gangguan atau gagal panas akut2. Gangguan atau gagal serkulasi3. Gangguan aatau gagal susunan syaraf pusat4. Gangguan atau gagal ginjalContoh : Edema paru, status convulsivus, septic shock. Pasien umumnya memerlukan terapi tanpa batas (do everything). Prioritas 2Pemantauan intensif secara invasif atau non invasi atau keadaankeadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital, misalnya :1. Pasca bedah ekstensif2. Pasca henti jangtung (cardiac arrest) dalam keadaan stabil 3, Pasca bedah jantung dan pasca bedah dengan penyakit jantung.

Prioritas 31. Pasien dalam keadaan kritis dengan harapan kecil untuk penyembuhannya.2. Pasien kelompok ini memerlukan terapi intensif terbatas untuk mengatasi krisis penyakit, tetapi tidak dilakukan terapi invasif seperti intubasi dan resusitasi (do something).

Pasien - pasien berikut ini tidak memerlukan perawatan di UPI:1. Pasien mati batang otak (MBO), kecuali membaik untuk donor organ.

16

Page 17: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

2. Pasien dengan keadaan vegetatif yang permanen.3. Pasien dalam stadium akhir (end-stage) dari suatu penyakit.

INDIKASI KELUAR UPI:1. Kondisi fungsi vital tubuh telah membaik dan stabii.2. Terapi intensif tidak bermanfaat atau tidak memberi hasii yang diharapkan, karena misalnya pasien mengalami mati batang otak (brainstem death) atau mencapai stadium akhir penyakitnya (contoh : ARDS stadium akhir).Dalam hal ini pengeluaran pasien dari UPI di lakukan setelah membeitahu keluarga terdekat.3. Pasien kelompok prioriatas 2 jika ada pasien prioritas 1 yang memerlukan perawatan.

5. FASILITAS DAN PERALATAN :Fasilitas daiam UPI harus menjamin efektifitas pelayanan pasien sakit kritis 24 jam sehari dan 7 hari per minggu.Karena memerlukan sumber daya manusia khusus dengan pengetahuan dan ketrampilan tinggi, disamping biaya pengelolaan fasilitas yang tinggi, maka sebaiknya dalam satu Rumah Sakit hanya didirikan satu Unit perawatan Intensif. UPI ini akan memberikan pelayanan umum (general intensive care).Pelayanan penunjang UPI sebaiknya berdekatan lokasinya, yaitu :1. Laboratorium (termasuk analisa gas darah, elektrolit, kadar guladarah). 2. Mesin X-ray portable3. Bank Darah4. Farmasi5. Unit sterilisasi alat dan obat6. Teknisi (biomedik)Peralatan minimal yang diperlukan : lihat rincian Bab 11 (Rincian Standar Fasititas dan Perlengkapan), sub-bab Ruang Perawatan lntensif (UPI) sub-bab Perlengkapan Medik.

6. PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKANSetiap petugas yang bekerja di UPI harus memiliki kualifikasi tertentu, memahami fungsi UPI, tata kerja dan peralatan yang dipergunakan utk menjaga mutu pelayanan yang tinggi, mencegah timbutnya penyulit dan mencegah kerusakan pada alat - alat canggih atau mahal.Petugas baru harus mendapat orientasi tentang hal-hal tersebut diatas. Petugas lama harus mnegikuti penyegaran berkala tentang hal-hal tersebut diatas.

Setiap dokter dan perawat yang bekerja di Unit Perawatan Intensif wajib :1. Menjaga agar pengetahuannnya selalu mutakhir dengan mengikuti perkembangan ilmu dari kepustakaan, seminar, lokakarya dan sebagainya.2. Secara berkala mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan atau pendidikan keperawatan dalam bidang intensive care.

7. EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTUUntuk menjamin mutu pelayanan yang efektif, efisiensi, manusiawi dan memuaskan diperlukan evatuasi kinerja UPI secara berkala (bulanan dan tahunan).

Materi laporan atau evaluasi meliputi :1. Jumlah pasien yang dirawat2. Masa rawat tinggal (average length of stay)3. Case Fatality Rate untuk penyakit-penyakit tertentu4. Skor dari Revisi Trauma Score5. Mortalitas (standardized mortality ratio).6. Nosocomial infection rate7. Readmission.PENANGGULANGAN KEGAWATAN JENJANG TERAPI HENTI JANTUNG (ALGORITME)Bantuan Hidup Dasar yang sudah kita kenal dan lazim dikerjakan yaitu Airway, Breathing, Circulation tanpa alat dan dengan alat "SELALU" harus segera di berikan pada pasien yang henti napas dengan atau tanpa henti jantung.Diagnosis henti napas dilakukan dengan Look, Listen and Feel yaitu mefihat, mendengar dan merasakan gerakan udara napas yang keluar masuk dada yang bergerak naik turun.

Diagnosis henti jantung dilakukan dengan meraba nadi carotis atau fermoralis (pada bayi nadi brachialis). Denyut negatif berarki henti jantung telah terjadi. Kedua diagnosis ini harus

17

Page 18: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

ditegakkan pada semua pasien yang tidak sadar.

Pada saat henti jantung, aritmia dibedakandalam 2 kelompok utama :1. VFM tanpa denyut carotis2. Aritmia lain (asistole, EMDIPEA)

VF/VT tanpa denyut carotis perlu segera mendapat defibrilasi. lnilah beda satu-satunya dengan aritmia henti jantung yang {ain. Sedang terapi lainnya termasuk BHD, intubasi trakhea, akses vena, adrenatin dan koreksi faktor faktor penyebab, tidak berbeda dan harus dilakukan pada kedua kelompok ini.HENTI JANTUNG BHD Precordial Thumb.~PasangkanDeiilbriilator/Monitor ECGTentukan AritmiaRaba denyut nadi carotisVF/VT Selama RJP : Bukan VFIVT • Periksa kontak elektrodalpadie1 • Upayakan jalan napas bebas,DC-shock oksigenasi, akses venakalau perlu 3x• Adrenalin 1 mg r.v. tiap 3 menit• Koreksi penyebab v+ Pertimbangkan : RJP 3 menitNa-bikarbonat(1 menit jika sudahRJP 1 menit Obat anti aritmia diberi DC-shock) Atcaoin/oaau iantqna

Penyebab henti jantung (yang periu koreksi) :Hipoksia v #HipovoiemiaHiper/hipokalemia dan gangguan metabolikHipotermiaTension pnuemothoraksTemponade, perikardialToksik/over dosis obat

Thrombo-emboliVFNT TANPA DENYUT CAROTIS (PULSELESS)Aritmia yang paling sering dijumpai pada henti jantung pasien dewasa adalah VF, yang sering didahului oleh VT tanpa denyut carotis. Kelompok pasien ini keberhasilan pertolongan paling besar jika defibritlasi dapat segera dilakukan untuk mengembalikan sirkulasi spontan (ROSC = Retum Of Spontaneous Circulation).

Setiap menit kelambatan akan mengurangi keberhasilan defilbrilasi 5 - 1096 karena cadangan enersi miokarrd merosot cepat. Dengan terapi BHD yang efektif, kemerosotan ini dapat diperlambat tetapi tidak dapat dihentikan.Karena itu, penting untuk segera mendapatkan ECG, baik dengan menggunakan monitor atau padle defilbrillator, untuk memastikan perlu atau tidak diberikan DC-shock.BHD harus segera dimulai jika defibrillator belum tersedia, tetapi BHD tidak boleh menunda defiibriliasi.Tentukan ari.tmia Raba denyut nadi carotis1VF/VT1DC-shock kalau perlu 3x1RJP 1 menitBUKAN VFNTPrognosa henti jantung dengan aritmia jenis ini sangat jelek, kecuali jika penyebabnya dapat dikoreksi.Tentukan Aritmia± Raba denyut nadi carotis Bukan VF/VTRJP 3 menit(1 menit jika sudahdiberi DC-shock)

18

Page 19: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

1 .ASISTOLEPenting sekali dipastikan bahwa kabel elektroda tidak terlepas. Raba denyut nadi carotis. Jika ragu, gunakan algoritme VF (dianggap sebagai VF, oleh karena itu segera lakukan DC-shock). Karena kalau pasien benar VF (mungkin VF halus), DC-shock 3 x mungkin membawa kesempatan berhasil.Sebab prognosis VF cukup baik. Kalau pasien temyata asistole, jelas DC-shock tidak akan memberi hasit, tetapi prognosis tidak menjadi lebih jelek. BHD harus segera dimulai sekarang (atau dimulai lagi) setama 3 menit. Pastikan jalan napas terbuka, lakukan intubasi trakhea dan berikan ventilasi dengan oksigen 100%. Akses intravena juga harus dipasang untuk jalur obat-obatan resusitasi agar segera beredar dalam sirkulasi sistemik.

Adrenalin yang diberikan i.v. 1 mg, harus dianikkan menjadi 2 - 3 mg jika diberikan metaui trachea tube. Atropin iv. 3 mg atau 6 mg tewat tracheal tube (volume maksimum 20 cc) diberikan untuk mengatasi vagal block.

Periksa kembali ECG dengan teliti untuk mencari gelombang P atau akitivitas ventrikuler yang lambat, karena jika kedua hal itu ada maka pasien dapat ditolong dengan pacu jantung. Jika aritmia berubah menjadi VF maka algoritme di sisi kiri dijaiankan. Jika tetap asistole, BHD dilanjutkan dan Adrenalin diberikan tiap 3 menit. Periksa kembali dan koreksi faktor - faktor penyebab yang mungkin ada. Jika setelah 3 kali lingkaran dilakukan dan belum ada respons, berikan Adrenalin i.v. 5 mg, 1 x saja.EMD/PEAPada keadaan ini, ECG masih menunjukkan irama yang seolah-olah diikuti adanya sirkulasi darah (curah jantung memadai). Tetapi sebenamya denyut nadi carotis tidak ada atau henti jantung. Pertolongan mungkin berhasil jika penyebab henti jantungnya dapat dikoreksi. Jadi sambil melakukan BHD (jalur kanan) penolong mencari faktor 4H dan 4T dan berusaha mengatasinya.HIPOKSIA, dapat segera dihilangkan dengan intubasi trakhea dan memberikan ventilasi oksigen 100%. Jika intubasi sukar dilakukan, gunakan alternatif Bab V.HIPOVOLEMIA, pada orang dewasa umumnya disebabkan perdarahan (perdarahan usus, aneurisma aorta). Volume intravaskuler harus segera dikembalikan dengan cepat dengan pemberian cairan dan mungkin pembedahan untuk menghentikan perdarahan.HIPERKALEMIA, HIPOCALCEMIA dan beberapa gangguan matebolisme memang baru dapat dikenal dengan tes darah. Namun keadaan ini harus diperkirak an dari sejarah penyakit pasien, misalnya gagal ginjal. ECG dapat membantu diagnosis. Pemberian Calcium Chlorida i.v. dibatasi untuk terapi hiperkalemia dan hipocalcemia saja.HIPOTERMIA, harus dicurigai pada semua kecelakaan tenggelam Diagnosis dilakukan dengan termometer khusus yang dapat membaca suhu rendah.TENSION PNEUMOTHORAX,. daignosisnya ditegakkan secara klinis (tidak menunggu foto sinar-X). Lakukan dekompresi segera dengan needle thoracocentesis yang kemudian dapat dilanjutkan pemasangan drain thoraks.TAMPONADE JANTUNG, lebih sulit diagnosisnya. Tanda-tanda dari Trias Beck yaitu vena leher mengembang, hipotensi, suara jantung melemah atau terendam, mungkin tersembunyf di balik henti jantung itu sendiri. Sejarah penyakit dan pemeriksaan mungkin dapat membantu, misalnya adanya tuka dada atau memar oleh trauma. Pertolongan dengan punksi pericardiocentesis.THOROMBOEMBOLt terutama pada pembutuh darah paru. Terapi definitif memerlukan pembedahan dengan cardiopulmonary bypass untuk mengambil bekuan darah yang menyumbat tersebut .TOKSIKIOVER DOSIS OBAT, biasanya memerlukan pemeriksaan laboratorium. Selain diberikan obat penawar. lebih penting terapi suportif.OBAT-OBATAN UNTUK RESUSITASi JANTUNG PARUAdrenatin (epinephrine)Indikasi : meningkatkan perfusi otak dan koroner.Adrenalin adalah obat pertama yang dipakai pada algoritma "advanceti life support" (BHL). Dosis pertama pada henti jantung adalah 1mg i.v atau 2 mg transtracheal jika akses vena belum ada. Dosis 1 mg diulang setiap 2 - 3 menit sampai resusitasi berhasil atau resusitasi dihentikan. Jika diperlukan dosis ke-empat pada kasus EMD/PEA atau asistole, maka diberikan 5 mg i.v.

19

Page 20: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

ATROP1Nlndikasi : asistole dan bradiakrdia (sinus, artial, nodal) yang disertai hipotensi.Dosis untuk asistofe adalah 3 mg i.v. atau 6 mg trans trachea{ (volume maksimum 20 ml). Dosis untuk bradikardia dimulai dengan 0,5 - 1 mg i.v. yang dapat diulang beberapa kali; kecuali bila dapat dipasangkan alat pacu jantung temporer transvenousLIGNOCAIN (LIDOCAIN, XYLOCAIN)Indikasi :- VT dengan denyut nadi carotis masih teraba atau tekanan darah memadai.- VF yang membandel setelah DC-shock.NATRIUM BIKARBONATlndikasi : asidosis metabolik yang berat, heperkalemia.Diberikan dalam dosis kecil i.v. larutan 8,4 % Natrium Bikarbonat(1 mEq/ml). Pemberian ulang sebaiknya dipandu pemeriksaan asam basa dan gas darah.CALCIUM.Indikasi : EMD/PEA yang disebabkan oleh hiperkalemia berat,hipocalcemia berat, overdosis obat calcium channel blocker. Dosis awal adalah 10 ml laruatan 10% Calcium Chlorida (6,8 mmol Ca2''). kalau perlu dosis dapat diulang.LAMPIRAN 1PEDOMAN PEMULIHAN SKOR ALDRETTE PASCA ANESTESIA (MENURUT J.A. ALDRETTE DAN D. KROULIK)1. PERGERAKAN ANGGOTAN BADANa. Gerak bertujuan

2b. Gerak tak bertujuan

1c. Diam

02. PERNAPASANa. Napas baik, adekuat, menangis

2b. Napas depresi ringan

1c. Napas perlu dibantu

o3. SIRKULAS!a. Tekanan darah berubah di bawah 20% pre operasi

2b. Tekanan darah berubah 20% - 50 % pre operasi

1c. Tekanan darah berubah di atas 50% pre operasi

04. WARNA KULITa. Merah jambu

2b. Pucat

1c. Napas perlu dibantu

05. KESADARANa. Sadar penuh

2b. Bereaksi

1c. Tak bereaksi

0Catatar, :n Nilai 9 atau lebih pulang ke rumah dengan kondisi pembedahan atau tindakan memungkinkann Nilai 7 ke ruang perawatan bila ni(ai pemapasan 2n Nilai 5 ke fCU.LAMPIRAN 2

BANTUAN HIDUP DASAR DEWASA

20

Page 21: Spm Anestesiologi Dan Reanimasi

Tentukan kesadaran panggil dan goyangBuka jalan napas lift head tilt/chinJika ada pernapasan : Periksa pernapasan lihat, dengar, raba"recovery position"Beri napas buatan 2 napas efektifPeniIaian Tidak ada sirkulasi(10 detik) Segera pijat jantungPenksa Sirkulasi Ada sirkulasi Tidak ada sirkulasi 80-100 kali / menitmenit Lanjutkan napas buatan - Segera pijat jantung rasio = 15 : 2Segera panggil bantuan

21