Upload
srimulyati
View
1.714
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Wacana mengenai kepribadian dalam Islam banyak disinggung akhir-akhir ini. Hal itu
banyak di inspirasi para tokoh-tokoh Islam macam Al Ghazali, Jalaluddin Rumi, Ibnu
Miskawih dan lainnya yang fokus membedah permasalahan itu. Tetapi secara cakupan
psikologi ilmiah, pada dasarnya buku karangan Prof Malik Badri-lah yang seakan-
akan menjadi keladi dari ini semua. Akan tetapi, kita tidak akan membahas buku
dilemma psikolog muslim yang fenomenal itu.
Unsur positif dari lahirnya karya-karya ini, seakan menandakan semakin
tingginya minat ilmuwan untuk mendalami psikologi Islam. Dalam sisi
lain, ada pertanyaan yang bergulir apakah karya-karya yang dikeluarkan
telah memuaskan rasa lapar para peminat psikologi terhadap psikologi
Islam itu sendiri?
Salah satu buku yang yang merangkum dua hal itu telah ditelurkan Dr Abdul Mujib M.Ag. Abdul
Mujib kini sedang disibukkan dengan aktivitasnya yang sehari-hari menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi, kemudian sebagai
pembicara di berbagai forum yang berorientasi pada psikologi Islam. Uniknya Dia ialah seorang
yang otodidak mempelajari Psikologi.Buku yang berjudul Kepribadian dalam
Psikologi Islam ini diterbitkan oleh Rajawali Pers tahun 2006 yang lalu. Terdiri dari 10 bab dan
secara isi mempunyai ketebalan 408 halaman.
RGP/9
Di awali dengan merumuskan psikologi Islam sebagai arus paradigma ilmiah,
dilanjutkan dengan krtitiknya terhadap tafsiran psikolog barat dalam memandang
kepribadian manusia. Abdul Mujib lalu mencoba mengurai benang kusut definisi
kepribadian via tafsiran Islam yang konkret. Penekanan itu diimplemantasikan terhadap
wacana dasar-dasar pemahaman kepribadian Islam, serta diakhiri dengan struktur
kepribadian Islam, yang sarat dengan orisinalitas keIslaman yang dicetuskan tokoh-
tokoh sufi Islam.
Layaknya teori-teori Psikologi Kepribadian yang sudah ada, Abdul Mujib
juga menawarkan pengembanagan dari struktur kepribadian. Konsekuensi logis
dari hal itu, seakan bergerak menuju “standar ilmiah” sebuah kerangka kepribadian. Akhirnya, dinamika
kepribadian, tipologi, tipe-tipe, gangguan kepribadian dalam psikologi Islam, serta pengembangan Kepribadian Islam turut
mewarnai buku bersampul putih ini.
Secara tegas buku ini bisa dibilang belum keluar dari kerangka psikologi Islam yang murni,
dalam artian belum banyak gagasan yang orisinal dari beberapa buku psikologi Islam yang
ada. Perkataan ini di latarbelakangi karena banyak rangkuman tesis-tesis dari beberapa
tokoh-tokoh Islam klasik. Selain itu pula, buku ini lebih mencerminkan pada psikologi berbasis akhlak. Memang jauh bila kita coba bandingkan
dengan psikoanalisis Sigmund Freud, yang timbul dari gagasan Freud sendiri dan varian
yang bebas nilai seperti self defense mechanism.
Salah satu kiritik lagi kepada buku ini ialah konsep yang terlalu sederhana. Ide yang dimunculkan akhirnya tidak terlalu kompleks dan terkesan mekanistik. Lagi-
lagi kita harus membandingkan dari beberapa psikolog yang ada seperti
Gordon W. Allport, yang teori sifatnya saja sudah sangat kompleks. Namun, kita harus
memberikan apresiasi kepada Mujib karena dengan keilmuan psikologi yang
otodidak saja dapat menulis buku ini.
Beberapa harapan sebenarnya di letakkan pada buku ini, spesifikasinya adalah untuk
menterjemahkan fenomena-fenomena kontroversial (bagi literatur barat) yang berguling
di kalangan umat Islam. Sebagai sample ialah perilaku radikalisme beragama, bom bunuh diri,
maraknya jamaah zikir dan muhasabah, puasa selama bulan ramadhan serta yang lain. Dalam perspektif barat dapat saja itu dicap patologis, tetapi dalam Psikologi Kepribadian Islam dapat diyakini sebagai perilaku yang seharusnya atau paling tidak bagian dari aktualisasi diri individu
yang meyakini agamanya.
Ada hal lain yang perlu diapresiasi dari karya seorang lulusan S1 STAIN Malang ini, yaitu sikap proporsional. Mujib tidak 100% persen menolak
pandangan barat, penghargaannya kepada psikolog barat juga diaktualisasikan fairly. Ini tertuang pada halaman 168 dimana Mujib terbantu dengan tesis
Abraham Maslow dan Viktor Frankl dari psikohumanistik yang mengatakan keberartian
kebutuhan mistik dan spiritual. Bahkan secara tidak terduga Mujib sedikit banyak memakai struktur jiwanya Freud untuk meletakkan beberapa sub
kepribadian Islam. Sub-sub itu ialah daya nafsani, nature, daya eksternal faktor pendorong, jenis
rasionalitas, nilai asli, status, tahapan pendidikan dan bentuk tertinggi.[2]
Bagi peminat psikologi, buku ini patut dibaca karena banyak wawasan yang dapat diambil. Terutama
bagaimana kita membaca tawaran Islam menerjemahkan kepribadian Arus inilah yang menjadi tandingan bagi beberapa perspektif yang selama ini banyak dipakai.
Nafas kajian macam inilah yang dibutuhkan bagi kita yang berorientasi kepada intelektualitas dan pengembangan
ilmu.Sebagai bukupun, dirasa penting bagi keilmuan selain psikologi/berakar psikologi, misalkan bimbingan dan konseling. Dengan mengambil wacana dari karya ini,
konselor bisa menawarkan dan mengarahkan klien untuk menuju kepribadian secara Islami. Selain itu pula buku ini
dapat digunakan bagi konselor secara praktis. Karena selama ini jarang buku dari anak negeri yang mengurai
dengan detail tentang Islam dan Kepribadian.
Coba kita sandingkan dengan buku mengenai Islam dan Kepribadian yang
sebelumnya telah lahir, yakni buku yang di editorkan oleh Fuat Nashori dengan
judul “Membangun Paradigma Psikologi Islam”. Buku ini berisi mengenai artikel-
artikel yang banyak mengkritik kacamata barat. Seperti tulisan Sofia Retnowati
tentang kritik Psikologi modern.[3] Abdul Mujib telah memberi telaga di padang
pasir bagi pencari air Psikologi Kepribadian Islam.
Rasanya kita teringat lontaran Fuat Nashori di prolog buku yang dieditnya itu.
Fuat mengatakan “semangat yang melatari buku ini adalah keinginan untuk
menghadirkan pemikiran alternatif yang lebih mampu memahami manusia dan memandang manusia secara wajar dan
proporsional. Di samping itu ada juga keprihatinan terhadap psikologi modern
yang semakin hari tampak semakin kurang memuaskan”[4] persepsi ini pula yang
dapat kita temui bila membaca lembaran demi lembaran buku yang mengambil
kepustakaan dari 136 buku ini.
Selanjutnya, buku ini tetap perlu dikaji dengan cerdas dalam diskusi-diskusi di kalangan
mahasiswa, praktisi, ilmuwan, dosen, serta pihak yang berminat. Karena sejatinya karya ilmiah lahir
tidak hanya sebagai aktualisasi diri sang penulis, tetapi lebih dari itu sebagai nilai untuk
perdebatan.
Secara tulisan, buku ini juga enak dibaca, bahasanya sederhana dan footnotepun
terletak dengan strategis. Kemudian buku ini terfokus pada bidang garapan
kepribadian. Sekadar perbandingan dengan buku Islam dan Psikologi, yang diterbitkan
UIN Jakarta Press, yang juga mendalami Psikologi Kepribadian dalam Islam[5]. Ibarat sayuran, tampak buku Abdul Mujib ini lebih
terasa garamnya, karena ditampilkan dengan lebih holistik
Dengan lahirnya buku ini, tampaknya para psikolog muslim optimis akan
lahirnya penguraian kepribadian dalam konteks keagamaan. Karena telah banyak
bukti yang tercetak. Maka, Abdul Mujib akan berperan besar mengejar hipotesa
itu.
Sekarang kalangan Islam ditantang untuk mewujudkan Islamic Science, tetapi jauh
daripada itu, sebelum sampai kearah sana. Intelektual muslim harus berkutat dengan
membentuk learning society, reading society, discussing society, etc. Maka, Abdul Mujib berada pada jalur yang benar. Dengan Psikologinya jebolan S3 UIN Jakarta ini telah
membantu untuk mewujudkan impian tersebut.
Jadi secara keseluruhan Psikologi kepribadian islam adalah Ilmu yang mempelajari jiwa manusia sehingga dapat mengendalikan diri.
Psikologi pendidikan ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan belajar, lingkungan masyarakat ataupun dari keluarganya itu sendiri sehingga dapat tercapai segala tujuannya, yaitu salah satunya membentuk kepribadian yang baik yang dibatasi oleh hukum-hukum agama