27

Click here to load reader

staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

ANALISIS PENGARUH TARIF PAJAK DAN ADOPSI IFRS TERHADAP FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) PADA NEGARA-

NEGARA BERKEMBANG DI ASIA

Florency Marbun, Dwi Martani

1. Program Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta2. Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini menganalisis pengaruh tarif pajak dan adopsi IFRS terhadap Foreign Direct Investment (FDI) pada negara-negara berkembang di Asia dengan menggunakan analisis deskriptif dan regresi data panel. Penelitian ini dilakukan pada 22 negara berkembang di Asia dengan objek penelitian yaitu tahun 2005 sampai dengan tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya tarif pajak di suatu negara berpengaruh negatif terhadap arus masuk FDI, begitu juga tingkat adopsi IFRS yang dilakukan oleh negara-negara berkembang di Asia berpengaruh positif terhadap arus masuk FDI di negara tersebut. Kebijakan negara dalam menentukan tarif pajak dan keputusan melakukan adopsi IFRS memberikan suatu institutional advantage, yang menjadi nilai tambah bagi negara tersebut di mata investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan FDI.

Analysis Effect of Tax Rate and IFRS Adoption on Foreign Direct Investment in Asian Developing Countries

Abstract

This study analyzed the effect of the tax rate and IFRS adoption on the Foreign Direct Investment (FDI) in Asian developing countries by using descriptive analysis and panel data regression. This study was conducted in 22 Asian developing countries, with the object of study is from 2005 to 2013. The results showed that the tax rate in a country made negative impact on FDI inflows. IFRS adoption by the Asian developing countries has a positive impact on the FDI inflows. The government’s policy in determining the tax rate and the decision in IFRS adoption provide an institutional advantage, which is become an added value to support the investor’s decision on transferring FDI to the country.

Key words: tax rate, IFRS adoption, FDI, developing countries, Asia, data panel regression

Pendahuluan

Globalisasi yang terjadi kini menyebabkan pisah batas antarwilayah negara menjadi

semakin hilang. Kemudahan transaksi lintas negara dan kemudahan dalam transfer modal

serta teknologi antar negara mendorong perusahaan untuk tidak lagi hanya melakukan

kegiatan usaha di dalam negeri, namun secara aktif juga merambah pasar luar negeri, salah

satunya dengan melakukan penanaman modal langsung di negara selain negara domisili

(Foreign Direct Investment/FDI). Bagi negara penerima modal, FDI dipandang sebagai salah

satu faktor yang mempercepat pertumbuhan ekonomi (Hansen dan Rand, 2006). Khususnya

Page 2: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

di negara-negara berkembang, FDI menjadi salah satu sumber pendanaan bagi pertumbuhan

dan perkembangan perekonomian. Sebagian besar kemajuan ini disebabkan oleh adanya

transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang menggiring pertumbuhan produktivitas

modal dan tenaga kerja di negara penerima modal, seiring dengan arus masuk FDI.

Berdasarkan World Investment Report 2015, negara-negara berkembang di Asia

merupakan regional yang menjadi sasaran FDI terbesar di dunia. Pada tahun 2014, arus masuk

FDI ke negara-negara berkembang di Asia memiliki porsi 40% dari seluruh arus masuk FDI

di dunia (UNCTAD, 2015). Pemerintah di negara-negara berkembang secara aktif ingin

menarik modal asing masuk ke wilayahnya dengan memberikan berbagai insentif, salah

satunya melalui tarif pajak. Pemerintah suatu negara memberikan insentif kepada pemberi

modal berupa pengurangan pajak maupun tarif pajak yang rendah. Tren penurunan tarif pajak

ini terlihat di beberapa negara misalnya Indonesia dengan tarif pajak badan 28% pada tahun

2009 turun menjadi 25% di tahun 2010. Filipina dengan tarif pajak sebesar 35% pada tahun

2008 turun menjadi 30% pada tahun 2009. Hingga kini terdapat beragam hasil penelitian

mengenai hubungan antara tarif pajak dan FDI dalam literatur empiris. De Mooij dan

Enderveen (2005) menemukan pengaruh negatif antara tarif pajak dan FDI, sedangkan

Slemrod (1991) dan Hunady (2014) menemukan bahwa tarif pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap arus masuk FDI. Dalam hal tarif pajak tidak berpengaruh secara signifikan

bagi keputusan investor untuk melakukan investasi (Hunady, 2014), tentu insentif ini menjadi

tidak efektif. Sementara porsi pajak yang menjadi penerimaan negara tersebut berkurang,

namun investasi asing yang masuk ke negara tersebut juga tidak bertumbuh. Hal ini menjadi

trade off yang tidak seharusnya dialami oleh pemerintah.

Selain mempertimbangkan pengaruh beban pajak sebagai bagian yang mempengaruhi

FDI, investor juga memperhatikan bagaimana kualitas laporan keuangan dapat dihasilkan oleh

perusahaan di suatu negara. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan

adalah standar akuntansi yang berlaku di setiap negara (Barth et al., 2007). Dengan semakin

hilangnya batas antar negara, kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi dan penggunaan

standar akuntansi yang berlaku secara internasional semakin besar. Harmonisasi akuntansi

akan dapat meningkatkan komparabilitas, sehingga laporan keuangan lebih dapat diandalkan

(Aljifri dan Khasharmeh, 2006). IFRS sebagai standar internasional telah diterapkan oleh

sejumlah negara di dunia, dengan tingkat adopsi yang berbeda-beda. Kathryn (2005) telah

mendokumentasikan lebih dari 100 negara yang telah mengadopsi IFRS sejak tahun 2005

baik secara mandatory maupun voluntary.

Page 3: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Pengaruh adopsi IFRS terhadap arus masuk FDI telah dilakukan beberapa peneliti

sebelumnya, baik dalam tingkat perusahaan maupun tingkat negara. Penelitian-penelitian ini

juga menunjukkan hasil yang beragam. Marquez (2011) dan Gordon (2012) menemukan

hubungan positif antara keputusan negara melakukan adopsi IFRS dan arus masuk FDI,

sedangkan Lasmin (2012) dan Nnadi (2015) menemukan hubungan negatif antara adopsi

IFRS dan FDI.

Pentingnya peranan FDI dalam pertumbuhan perekonomian negara-negara berkembang,

telah menarik perhatian para peneliti untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi

FDI. Insentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional

merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan wilayahnya

sebagai sasaran FDI di mata investor asing. Untuk itu, penelitian ini akan menguji pengaruh

tarif pajak dan adopsi IFRS terhadap arus masuk FDI di negara-negara berkembang di Asia.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal pengukuran tingkat adopsi

IFRS. Sebagian besar penelitian terdahulu membagi pengukuran adopsi IFRS menjadi dua

yaitu: negara dengan adopsi IFRS secara penuh dan negara yang tidak melakukan adopsi

IFRS. Pengukuran adopsi IFRS dalam penelitian ini dilakukan dengan scoring. Skor

diberikan agar dapat memperhitungkan strategi adopsi IFRS secara bertahap yang sebagian

besar dipilih oleh negara-negara berkembang.

Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Foreign Direct Investment (FDI) adalah proses dimana penduduk dari salah satu negara

(home country) mempunyai kepemilikan atas aset untuk melakukan kontrol atas produksi,

distribusi dan aktivitas perusahaan lain di negara lainnya (Moosa, 2002). The United Nations

World Investment Report yang diterbitkan oleh United Nations Conference on Trade and

Development (UNCTAD) mendefenisikan FDI sebagai sebuah investasi jangka panjang yang

menghasilkan lasting interest dan kontrol oleh suatu entitas ekonomi di suatu negara dalam

entitas di negara lain. Istilah investasi jangka panjang dan sifat kontrol ini menjadi pembeda

yang mendasar antara FDI dan investasi portofolio lintas negara, karena investasi dalam

portofolio tidak mengejar kontrol atau lasting interest. UNCTAD menyatakan menyatakan

yang menjadi motif perusahaan multinasional dalam melakukan FDI yaitu: motif menguasai

sumber daya (resource-seeking), motif mencari pasar yang luas (market-seeking), dan motif

efisiensi (efficiency-seeking).

Page 4: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Dunning (2006) melakukan kajian yang bersifat eklektik dengan menggabungkan tiga

perspektif dalam membangun teori mengenai FDI: freedom of choice (Sen, 1999) – structural

transformation of societes(Stiglitz, 1998) – institutional (North, 1999). Dengan upaya

penggabungan ini, pendekatan Dunning (2006) menjadi pendekatan yang sangat

komprehensif, karena bukan hanya melibatkan aspek ekonomi namun juga melibatkan aspek

sosial, budaya, politik, hingga lingkungan moral. Pemikiran Dunning (2006) dikenal dengan

singkatan OLI (Ownership advantage – Location Advantage – Internalisation advantage).

Ownership advantage mengacu pada pemikiran Hymer (1960) tentang perlunya

memperkokoh kontrol terhadap investasi yang ditanam. Kontrol tersebut karena investor

asing harus memiliki keunggulan yang spesifik jika harus berhadapan dengan investor lokal.

Untuk memperkuat keuntungan ownership, maka investor mengkombinasinya dengan

kepemilikan input yang tidak dimiliki atau dikuasai oleh investor lokal. Maka pertimbangan

investor asing haruslah pada pemilihan lokasi yang paling menguntungkan (location

advantage). Untuk memperkuat keuntungan ownership, location, maka investor asing harus

melakukan internalisasi.

Selaras dengan teori paradigma Dunning (2006), aspek perpajakan dan tingkat kualitas

laporan keuangan yang terwujud dalam adopsi IFRS yang dilakukan oleh suatu negara dapat

mempengaruhi keputusan tersedianya suatu location advantage bagi investor asing yang ingin

berinvestasi. Penelitian mengenai pengaruh tarif pajak terhadap FDI banyak mengacu kepada

penelitian yang dilakukan oleh Hartman (1985) sebagai literatur awal. Hartman (1985)

menemukan dampak negarif dari tarif pajak terhadap FDI. Hasil penelitian ini juga seiring

dengan penelitian oleh De Mooij dan Enderveen (2005), Talpos dan Vancu (2009), Djankov

et al. (2010). Di sisi lain, beberapa peneliti menemukan tarif pajak tidak berdampak signifikan

terhadap FDI (Slemrod (1991), Wheeler dan Mody (1992), serta Hunady dan Orviska (2014)).

Devereux dan Griffith (2002) menyatakan bahwa hal yang akan mempengaruhi keputusan

perusahaan multinasional untuk terjun ke FDI adalah pertimbangan faktor perpajakan yang

akan dihadapi perusahaan tersebut nantinya. Sebuah perusahaan multinasional terlebih dahulu

harus memutuskan apakah akan mengakses pasar luar negeri dengan melakukan produksi

dalam negeri kemudian melakukan ekspor, atau langsung melakukan produksi di luar negeri

(Moosa, 2002). Jika perusahaan memutuskan untuk melakukan produksi di luar negeri,

perusahaan harus memutuskan lokasi spesifik yang menyediakan fasilitas produksi dan

menghasilkan tingkat pengembalian tertinggi (Dunning, 2006). Atas suatu laba operasi yang

diperoleh perusahaan tersebut, semakin rendah beban pajak yang dibayarkan, semakin tinggi

tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor. Hal ini akan mendorong investor memilih

Page 5: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

berinvestasi di negara dengan tarif pajak yang lebih rendah. Oleh sebab itu, untuk menguji

dampak tarif pajak terhadap arus masuk FDI, disusun hipotesis:

H1: Tarif pajak di suatu negara berpengaruh negatif terhadap arus masuk FDI.

Dengan semakin hilangnya batas antar negara yang terlihat melalui pertumbuhan

perdagangan internasional dan arus modal internasional yang tinggi, maka kebutuhan

terhadap praktik akuntansi internasional semakin besar. Perkembangan standar akuntansi

keuangan di dunia semakin mengarah kepada suatu standar tunggal yang mampu melintasi

batas negara dan mampu menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan

sehingga laporan keuangan akan lebih dapat diandalkan (Aljifri dan Khasharmeh, 2006). Oleh

sebab itu, kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi dan penggunaan standar akuntansi

yang berlaku secara internasional semakin besar.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, International Accounting Standards Board (IASB)

berusaha melakukan harmonisasi standar-standar yang berbeda dengan menerbitkan

International Accounting Standards (IASs), yang sekarang dikenal dengan International

Financial Reporting Standards (IFRSs). IFRS telah diterapkan oleh sejumlah negara di dunia,

dengan tingkat adopsi yang beragam. Adopsi IFRS dapat dilakukan dalam lima tingkatan:

1. full adoption, dimana suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan

menerjemahkankata per kata,

2. adapted, dimana suatu negara mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi

negara tersebut,

3. piecemeal, dimana suatu negara mengadopsi sebagian nomor IFRS yaitu nomorstandar

tertentu dan hanya memilih paragraf tertentu saja,

4. referenced, dimanasuatu negara menjadikan IFRS sebagai referensi dalam penyusunan

standar yangdibuat sendiri oleh badan pembuat standar,

5. not adoption at all, dimana suatunegara sama sekali tidak mengadopsi IFRS (Media

Akuntansi (2005), dalamPanggabean (2007)).

Adopsi IFRS sebagai standar akuntansi internasional dapat menjamin kualitas pelaporan

yang tinggi. IFRS disusun berdasarkan principles based standards. Keunggulan principles

based standards dibandingkan rule based standards adalah perusahaan dapat

mengimplementasikan standar akuntansi sesuai dengan karakteristik khusus yang dimilikinya

sehingga pelaporan keuangan yang dihasilkan akan lebih mencerminkan nilai ekonomis

perusahaan. Peranan standar akuntansi terhadap proses dan hasil pelaporan keuangan

menunjukkan bahwa penggunaan standar akuntansi internasional memberikan dampak positif

Page 6: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

bagi pelaporan keuangan dengan semakin meningkatnya komparabilitas dan keandalan

laporan keuangan.

Penelitian mengenai hubungan tingkat konvergensi IFRS dan FDI memperoleh hasil yang

beragam. Lasmin (2012) dan Nnadi (2015) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif

antara adopsi IFRS dengan arus masuk FDI pada negara-negara berkembang (Lasmin, 2012)

dan pada negara-negara Afrika (Nnadi, 2015), sedangkan Gordon (2012) menemukan bahwa

pada negara berkembang, adopsi IFRS berpengaruh positif terhadap FDI. Marquez-Ramos

(2008), dengan menggunakan gravity model, menyatakan hubungan kausalitas dimana negara

dengan tingkat arus masuk FDI yang tinggi cenderung ingin mengimplementasikan IFRS

sebagai konsekuensi, bukan sebagai penyebab. Pada tahun 2011, Marquez-Ramos

melanjutkan studi mengenai pentingnya penerapan IFRS dan menyimpulkan bahwa

implementasi IFRS dapat meningkatkan transparansi dan komparabilitas keuangan dan

sebagai hasilnya, dapat meningkatkan FDI dan perdagangan internasional.

Marquez-Ramos (2011) menemukan adanya pengurangan biaya informasi antara negara-

negara Eropa setelah mereka melakukan adopsi IFRS, Marquez (2011) juga mengungkapkan

kaitan IFRS dalam membangun ‘level of familliarity’ antara perusahaan domestik dan

perusahaan asing. Marquez-Ramos (2011) dan Babio-Arcay dan Muino-Vázquez (2005)

menunjukkan bahwa transparansi meningkatkan efek komparabilitas, mengurangi informasi

yang asimetris, dan akhirnya mampu meningkatkan aliran investasi asing langsung yang

masuk. Oleh sebab itu, untuk menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap arus masuk FDI,

hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2: Adopsi IFRS pada negara-negara berkembang di Asia berpengaruh positif

terhadap arus masuk FDI.

Selain tarif pajak dan adopsi IFRS di suatu negara, terdapat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi FDI yang digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu:

1. Ukuran Pasar. Semakin besar ukuran pasar domestik di suatu negara diharapkan akan

memiliki efek positif terhadap aliran FDI yang masuk ke negara tersebut. (Taylor (2000),

Chakrabarti (2001) pada Nunnenkamp dan Spatz, (2002)). Seperti yang dinyatakan dalam

literatur UNCTAD yang menyimpulkan motif perusahaan dalam melakukan FDI salah

satunya adalah market seeking. Hal ini disebut sebagai horizontal FDI yaitu FDI yang

bertujuan mencari pasar baru.

2. Tingkat Pembangunan Ekonomi. Semakin tinggi tingkat pembangunan ekonomi di suatu

negara dan semakin sejahtera masyarakat diharapkan akan meningkatkan permintaan

Page 7: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

akan barang dan jasa di negara tersebut. Semakin tinggi daya beli masyarakat di suatu

negara selanjutnya dapat menarik aliran FDI yang masuk (Zhu et al., 2012) karena

investor asing yang masuk berusaha untuk mengambil kesempatan atas potensi

keuntungan yang ada di negara tersebut seperti dinyatakan dalam konsep paradigma

Dunning (2005) mengenai behaviour perusahaan multinasional.

3. Keterbukaan Perekonomian. Keterbukaan terhadap perdagangan merefleksikan hubungan

perdagangan host country dengan dunia internasional. Diharapkan keterbukaan

perdagangan ini memiliki hubungan positif terhadap FDI, khususnya dalam hal

kecenderungan FDI yang mencari sumber dan efisiensi untuk berproduksi, faktor

keterbukaan perekonomian host country akan menjadi keuntungan bagi investor.

Keterbukaan perekonomian berarti semakin sedikitnya batasan atau hambatan untuk

masuk ke pasar tersebut. Keterbukaan perekonomian merupakan salah satu faktor

institusional yang mampu menarik arus masuk FDI (Buckley et al., 2012; Bartels et al.,

2013). FDI dengan motif market seeking akan berkembang pesat di negara yang

keterbukaan perekonomiannya tinggi (Akisik, 2008).

4. Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur dalam hal komunikasi dan teknologi (ICT)

diperkirakan akan menjadi faktor yang mendorong arus masuk FDI ke negara-negara

berkembang. ICT yang berkembang dapat mengurangi biaya produksi juga dapat

meningkatkan standar hidup masyarakat. ICT merupakan salah satu faktor determinan

FDI di negara berkembang ( Addison dan Heshmati, 2003) dan sebagai determinan

utama, ICT membantu perkembangan inovasi dan transparansi yang akhirnya dapat

menambah volume investasi. Lebih lagi, ICT juga mampu mengurangi waktu dan

menjadi solusi masalah jarak dalam menyelesaikan transaksi, misalnya internet

marketing (Economou, 2008).

5. Level of Governance. Korupsi sebagai proksi tingkat tata kelola di suatu negara juga

secara signifikan berkaitan dengan perpindahan modal internasional. Tingkat korupsi

menjadi penghambat masuknya arus modal asing. Level korupsi yang tinggi mengarah

pada penurunan arus masuk FDI (Wei, 2000; Habib dan Zurawicki, 2002).

Metode Penelitian

Negara berkembang yang menjadi objek penelitian ini adalah negara berkembang

menurut klasifikasi United Nations Development Programme dalam laporan yang berjudul

World Economic and Prospects 2014. Obyek penelitian adalah arus masuk FDI pada tahun

2005 hingga tahun 2013. Data yang digunakan merupakan data sekunder berbentuk panel.

Page 8: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Pemilihan sampel negara-negara berkembang di Asia didasarkan pada ketersediaan data.

Sampel terdiri dari 198 observasi dari setiap variabel yang terdiri dari informasi 22 negara

selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2013. Model dalam penelitian ini adalah:

FDI i ,t=a0+ β1 TAX i , t+β2 ADOPT i ,t +β3 ¿¿ i , t+β4 GDPPC i , t+β5OPENNESS i ,t+ β6 ICT i , t+β7CPI i ,t+ei ,t ¿

Tabel 1. Deskripsi Variabel

Variabel Deskripi Sumber DataVariabel Dependen FDI it arus masuk FDI di suatu negara yang diambil dari Balance of

Payment untuk negara i di tahun t dibandingkan dengan GDP negara i pada tahun t.

http://databank.worldbank.org/data/home.aspx

Variabel IndependenTAXit Tarif pajak efektif rata-rata di suatu negara (merupakan

persentase beban pajak terhadap total income)http://databank.worldbank.org/data/home.aspx

ADOPTit Skor “2” diberikan untuk negara yang memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut: (1) negara yang telah melakukan adopsi penuh terhadap IFRS, (2) negara yang mewajibkan penggunaan IFRS bagi seluruh perusahaan listed di negaranya, (3) negara yang memiliki standar akuntansi lokal yang secara substansial telah sesuai dengan IFRS.Skor “1” diberikan untuk negara yang memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut: (1) negara dimana IFRS diizinkan untuk digunakan secara voluntary sebagai standar pelaporan akuntansi bagi perusahaan di negaranya, (2) negara yang mewajibkan pengggunaan IFRS sebagai standar akuntansi untuk industri tertentu, (3) negara yang dalam penyusunan standar akuntansi lokal merujuk pada IFRS sehingga terdapat beberapa bagian standar lokalnya diadopsi dari IFRS.Skor “0” diberikan untuk negara yang tidak mengizinkan penggunaan IFRS sebagai standar laporan keuangan di negaranya.

IFRS in your pocket 2005-2013 by Deloitte, IFRS by country oleh Pwc, IFRS-Jurisdiction profile.

Variabel KontrolSIZEit Logaritma natural GDP.GDP merupakan jumlah gross value

added oleh semua produsen disuatu negara.http://databank.worldbank.org/data/home.aspx

GDPPCit Logaritma natural dari total GDP perkapita suatu negara. http://

databank.worldbank.org/

data/home.aspx

OPENNESSit Merupakan jumlah ekspor dan impor dibandingkan dengan

GDP di suatu negara.

http://

databank.worldbank.org/

data/home.aspx

ICTit Merupakan jumlah rata-rata pengguna internet (per 100 orang)

di suatu negara.

http://

databank.worldbank.org/

data/home.aspx

Page 9: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

CPIit Corruption Perception Index di suatu negara. http://transparency.org/cpi

Hasil Penelitian

Tabel 2 menyajikan rangkuman nilai deskripsi statistik dari masing-masing variabel

dependen, variabel independen, dan variabel kontrol atas sampel penelitian.

Tabel 2. Statistik Deskriptif 22 Negara Berkembang di Asia

Variable N Mean Median Maximum Minimum Std. Dev.FDI_GDP 198 0.044 0.031 0.209 -0.004 0.045TAX 198 31.457 32.400 49.302 11.300 11.842ADOPT 198 1.333 1.000 2.000 0.000 0.683SIZE 198 25.782 25.863 29.881 22.978 1.425GDP_PC 198 14361.710 6105.251 57154.540 485.853 16449.570OPENNESS 198 101.527 89.735 290.414 32.072 57.889ICT 198 32.224 27.541 90.004 0.242 24.228CPI 198 42.465 37.000 94.000 13.000 17.809

Sumber: Olahan penulis

Berdasarkan tabel 2, rasio arus masuk FDI terhadap GDP di tiap negara rata-rata 4,4%

dengan nilai minimum -0,4% yaitu Qatar pada tahun 2013 dimana ini merupakan nilai terkecil

FDI Qatar sejak tahun 1970 yang menunjukkan jumlah investasi terbalik atau disinvestment

terjadi di Qatar pada tahun 2013. Nilai maksimum rasio FDI adalah maksimum 20,9% yaitu

Singapore. Selain Singapore, Jordan juga mengalami rasio arus masuk FDI tertinggi pada

tahun 2013. Jika ditelusuri rata-rata FDI tiap tahun seperti tersaji pada Tabel 3. Rasio arus

masuk FDI dibagi GDP cenderung mengalami penurunan. FDI dari tahun 2005 hingga 2006

mengalami kenaikan, namun sejak tahun 2007 hingga 2012 memiliki tren yang menurun dan

kemudian naik lagi di tahun 2013. Pada tahun 2005 sebesar 4,7% terus menurun hingga 3,6%

pada tahun 2013. Hal ini salah satunya dipicu oleh rata-rata GDP yang terus meningkat di

negara-negara sampel.

Tabel 3. Statistik Deskriptif Tahun 2005-2013

TAHUN FDI/GDP TAX ADOPT LN_SIZ

E GDP_PC OPENNESS ICT CPI

2005 0.047 32.832 0.955 25.260 11412.452 104.650 16.918 39.832

2006 0.061 32.819 0.955 25.419 12384.794 103.636 19.729 39.972

2007 0.059 32.555 1.091 25.588 13348.908 103.523 24.967 38.745

2008 0.048 32.191 1.318 25.781 14854.638 104.702 28.404 40.017

2009 0.040 31.637 1.364 25.734 13015.866 93.900 30.977 40.108

2010 0.040 30.409 1.500 25.899 14416.339 96.996 35.650 39.790

2011 0.035 30.532 1.545 26.058 16218.373 101.757 40.095 39.972

2012 0.035 30.009 1.636 26.123 16628.437 103.240 43.470 42.426

2013 0.036 30.132 1.636 26.179 16975.582 101.335 46.318 42.199

Page 10: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Sumber: Olahan penulis

Dari 22 negara sampel penelitian, rentang variasi tarif pajak efektif di setiap negara

cukup jauh. Nilai minimum tarif pajak efektif adalah 11,3% yaitu di negara Qatar selama

tahun 2005 sampai dengan tahun 2013. Nilai maksimum sebesar 49,3% yaitu tarif pajak

efektif di negara China dan India pada tahun 2005 hingga 2011. Nilai rata-rata tarif pajak

efektif pada seluruh sampel penelitian adalah 31,4%. Berdasarkan Tabel 3 rata-rata tarif pajak

efektif mengalami tren penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2013 kecuali pada tahun

2011. Bahrain mengalami penurunan tarif pajak efektif pada tahun 2010 dari 14,7% menjadi

13,5%. Brunei Darussalam juga mengalami penurunan tarif pajak efektif yang cukup jauh

sebesar 30,1% pada tahun 2009 menjadi 15,7% pada tahun 2010. Israel dan Jordan pun

mengalami tren penurunan tarif pajak efektif yang sama.

Tingkat adopsi IFRS di negara-negara berkembang juga selaras dengan meningkatnya

jumlah negara yang mengadopsi IFRS di dunia berdasarkan IFRS jurisdiction profile.

Gambar 1. Skor Adopsi IFRS tahun 2005 s.d. 2013

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 201302468

10121416

Konvergesi IFRS

Value 0 Value 1 Value 2Skor “2” diberikan untuk negara yang memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut: (1) negara yang telah melakukan adopsi penuh terhadap IFRS, (2) negara yang mewajibkan penggunaan IFRS bagi seluruh perusahaan listed di negaranya, (3) negara yang memiliki standar akuntansi lokal yang secara substansial telah sesuai dengan IFRS. Skor “1” diberikan untuk negara yang memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut: (1) negara dimana IFRS diizinkan untuk digunakan secara voluntary sebagai standar pelaporan akuntansi bagi perusahaan di negaranya, (2) negara yang mewajibkan pengggunaan IFRS sebagai standar akuntansi untuk industri tertentu, (3) negara yang dalam penyusunan standar akuntansi lokal merujuk pada IFRS sehingga terdapat beberapa bagian standar lokalnya diadopsi dari IFRS. Skor “0” diberikan untuk negara yang tidak mengizinkan penggunaan IFRS sebagai standar laporan keuangan di negaranya.

Pada tahun 2005 sebanyak 6 negara sampel telah melakukan adopsi IFRS secara penuh

maupun mengizinkan penggunaan IFRS untuk seluruh perusahaan yang terdaftar di

negaranya. Terdapat 9 negara yang mulai mengadopsi IFRS dalam standar laporan keuangan

negaranya maupun mengizinkan penggunaan IFRS bagi jenis industri tertentu, dan terdapat 7

Page 11: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

negara yang belum melakukan konvergensi IFRS. Jumlah negara yang mengadopsi IFRS ini

terus meningkat. Pada tahun 2013 seluruh negara sampel penelitian ini telah mengizinkan

penggunaan IFRS sebagai standar pelaporan keuangan di negaranya, mengacu kepada IFRS

dalam penyusunan standarnya dan 14 negara yang telah mengadopsi IFRS secara penuh

maupun yang telah memiliki GAAP lokal yang secara substansial telah sama dengan IFRS.

Hasil Regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, ditemukan bahwa data mengalami masalah

autokorelasi dan heteroskedastisitas. Maka untuk mengatasi masalah ini digunakan random

effect GLS dalam melakukan regresi. Ringkasan hasil regresi ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Model Penelitian

Variabel Hipotesis Koefisien Std. Error t-Statistic ProbC -0.06829 0.06873 -0.99350 0.32173

TAX - -0.00094 0.00040 -2.35203 0.01969**ADOPT + 0.00463 0.00248 1.86871 0.06320*

SIZE + 0.00351 0.00212 1.65277 0.10003GDP_PC + 0.00000 0.00000 2.00742 0.04612**

OPENNESS + 0.00050 0.00015 3.46458 0.00066***ICT + -0.00128 0.00014 -9.33211 0.00000***CPI + 0.00050 0.00057 0.87943 0.38028

R-squared 0.322411     Prob (F) 0.00000Adjusted R 0.297447 Observations 198S.E.Regression 0.021107        

Definisi variabel: TAX = Tarif pajak efektif rata-rata di suatu negara (merupakan persentase beban pajak terhadap total income), ADOPT = Skor “2” diberikan untuk negara yang memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut: (1) negara yang telah melakukan adopsi penuh terhadap IFRS, (2) negara yang mewajibkan penggunaan IFRS bagi seluruh perusahaan listed di negaranya, (3) negara yang memiliki standar akuntansi lokal yang secara substansial telah sesuai dengan IFRS. Skor “1” diberikan untuk negara yang memenuhi salah satu kondisi sebagai berikut: (1) negara dimana IFRS diizinkan untuk digunakan secara voluntary sebagai standar pelaporan akuntansi bagi perusahaan di negaranya, (2) negara yang mewajibkan pengggunaan IFRS sebagai standar akuntansi untuk industri tertentu, (3) negara yang dalam penyusunan standar akuntansi lokal merujuk pada IFRS sehingga terdapat beberapa bagian standar lokalnya diadopsi dari IFRS. Skor “0” diberikan untuk negara yang tidak mengizinkan penggunaan IFRS sebagai standar laporan keuangan di negaranya., SIZE = Logaritma natural GDP. GDP merupakan jumlah gross value added oleh semua produsen di negara tersebut, GDP_PC = Total GDP perkapita suatu negara, OPENNESS = Dihitung berdasarkan jumlah ekspor dan impor dibandingkan dengan GDP, ICT = merupakan jumlah rata-rata pengguna internet (per 100 orang) di suatu negara, CPI = Corruption Perception Index di suatu negara

Pada tabel 4 disajikan nilai Prob F yang menunjukkan tingkat signifikansi model. Nilai

probabilitas F-statistic sebesar 0.0000 menjelaskan bahwa berdasarkan pengujian statistik

dengan menggunakan tingkat keyakinan hingga 99%, variabel-variabel independen yaitu tarif

Page 12: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

pajak, tingkat adopsi IFRS, serta variabel kontrol yaitu ukuran pasar, tingkat pembangunan

ekonomi, keterbukaan perekonomian, teknologi informasi dan komunikasi, serta level of

governance di suatu negara secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap arus masuk

FDI. Pada tabel 4.4 koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-squared

adalah 0,297 sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel independen

berpengaruh sebesar 29,7% terhadap variabel dependen yaitu arus masuk FDI, sedangkan

faktor-faktor lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini berpengaruh sebesar 70,3%

terhadap arus masuk FDI.

Pembahasan

Seluruh variabel kontrol signifikan secara individu dalam mempengaruhi nilai arus

masuk FDI di negara-negara berkembang, kecuali level of governance. Ukuran pasar di suatu

negara berpengaruh positif terhadap FDI yang masuk. Hal ini selaras dengan literatur oleh

UNCTAD dimana para investor memiliki motif market-seeking dalam pengambilan

keputusannya untuk melakukan FDI di negara lain. Tingkat pembangunan ekonomi juga

berpengaruh positif. Selaras dengan hasil penelitian oleh Taylor (2000), Chakrabarti (2001)

pada (Nunnenkamp dan Spatz, 2002), semakin tinggi pembangunan ekonomi dimana

kesejahteraan masyarakat di suatu negara meningkat, maka akan menaikkan tingkat konsumsi

barang dan jasa di negara tersebut, sehingga hal ini menjadi potensi pasar yang baik. FDI

dengan motif market-seeking akan menyasar negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

yang tinggi.

Keterbukaan perekonomian di suatu negara menghasilkan hubungan positif terhadap

FDI. Kebijakan perdagangan open-door akan mendorong pertumbuhan FDI di host country.

Hasil penelitian ini mendukung penelitan sebelumnya oleh Buckley, Forsan, & Munjal (2012)

dan Bartels et al. (2013) tentang pentingnya faktor institusional yang akan meningkatkan

aliran masuk FDI di host ocuntry.

Hasil penelitian ini menyatakan hubungan positif antara tingkat tata kelola di suatu

negara dan FDI, namun tidak signifikan. Di negara-negara berkembang Asia, FDI dengan

motif resource-seeking lebih banyak dijumpai. Untuk itu, tingkat tata kelola pemerintahan di

suatu negara tidak berpengaruh signifikan terhadap arus masuk FDI. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan hubungan negatif antara infrastruktur dan aliran masuk FDI di negara-negara

berkembang di Asia. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nnadi (2015) terhadap

hubungan infrastruktur dengan arus masuk FDI di negara-negara Afrika, variabel infrastruktur

berhubungan negatif dikarenakan dalam hal majunya infrastruktur di suatu negara, akan

Page 13: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

mengakibatkan semakin tingginya modal yang diperlukan untuk berproduksi di negara

tersebut, sedangkan untuk negara-negara berkembang di Asia, yang seringkali menjadi motif

para investor asing untuk menanamkan modal adalah ketersediaan sumber daya produksi yang

lebih murah atau yang disebut resource-seeking FDI.

Sesuai dengan Hipotesis 1, hasil penelitian menyatakan bahwa tarif pajak berpengaruh

negatif terhadap arus masuk FDI di suatu negara. Semakin rendah tarif pajak di suatu negara

akan dapat meningkatkan arus masuk FDI di negara tersebut. Korelasi negatif ini selaras

dengan hasil penelitian Hartman (1985) yang pertama kali meneliti pengaruh tarif pajak

terhadap FDI, De Mooij dan Enderven (2005), serta talpos dan Vancu (2009). Hasil ini juga

sesuai dengan paradigma yang dibangun oleh Dunning. Motivasi investor FDI tidak lepas dari

alasan untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi. Berdasarkan paradigma OLI, tarif pajak

di suatu negara menjadi salah satu pertimbangan investor dalam berinvestasi di negara

tersebut dari sisi location advantage. Insentif berupa pengurangan tarif pajak merupakan

langkah efektif yang dapat dilakukan pemerintah untuk menarik modal asing masuk ke

negaranya.

Keputusan negara dalam mengadopsi IFRS dalam standar pelaporan akuntansi di

negaranya berpengaruh positif terhadap arus masuk FDI dengan signifikansi 10% seperti

dinyatakan dalam hipotesis dua. Peningkatan kegiatan bisnis global merupakan bagian yang

semakin penting dari perekonomian dunia. Salah satu aspek yang mendasar dari kegiatan ini

berkaitan dengan FDI. Investasi asing sangat penting khususnya bagi negara-negara dengan

karakter tertentu seperti negara-negara yang perekonomiannya dalam tahap berkembang. FDI

memberikan dorongan ekonomi untuk perekonomian di negara-negara tersebut. Seperti yang

ditunjukkan dalam penelitian ini, IFRS diadopsi oleh negara, terutama negara berkembang,

memiliki dampak positif terhadap arus masuk FDI ke negara tersebut.

Kesimpulan dan Implikasi

Hasil penelitian ini menunjukkan tarif pajak berpengaruh negatif terhadap arus masuk

FDI dan adopsi IFRS di negara-negara berkembang di Asia berpengaruh positif terhadap arus

FDI yang masuk ke negara tersebut. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

pemerintah sebagai regulator bahwa penetapan tarif pajak efektif yang cukup rendah secara

signifikan dapat meningkatkan arus masuk FDI di negara tersebut. Namun tidak dapat

diabaikan juga faktor-faktor lainnya yang secara signifikan juga dapat menarik minat investor

untuk menanamkan modalnya di suatu negara, seperti ukuran pasar, pembangunan ekonomi,

keterbukaan perekonomian, serta level of governance di negara tersebut. Untuk itu kebijakan

Page 14: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

mengenai tarif pajak yang efektif juga harus beriringan dengan pengkondisian faktor-faktor

penentu FDI lainnya.

Hasil penelitian terkait pengaruh adopsi IFRS dan FDI diharapkan dapat menjadi

pertimbangan bagi pembuat kebijakan dan badan penyusun standar di negara-negara

berkembang mengenai urgensi konvergensi IFRS yang dilakukan serta strategi yang dipilih

dalam melakukan adopsi IFRS.

Keterbatasan Penelitian dan Saran

Keterbatasan utama dalam penelitian ini adalah dalam penggunaan skor yang sederhana

dalam pengukuran tingkat adopsi IFRS di tiap-tiap negara sampel sehingga tidak mampu

mengukur secara akurat tingkat adopi IFRS di setiap negara. Untuk itu, dalam penelitian

selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk menggunakan pengukuran yang lebih rinci

mengenai tingkat adopsi IFRS misalnya dengan membedah standar pelaporan akuntansi di

tiap-tiap negara sebagai ukuran adopsi IFRS di negara tersebut.

Selain itu, ketersediaan data dalam pengukuran variabel level of governance juga

merupakan keterbatasan sehingga dalam mengukur variabel ini, proksi yang digunakan hanya

Corruption Perception Index. Dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi

tambahan untuk pengukuran variabel level of governance, seperti hukum yang mengatur

perlindungan investor, peraturan yang mendukung kemudahan berinvestasi, serta proksi lain

yang mampu menggambarkan level of governance di suatu negara.

Daftar Referensi

Akisik, O. 2008. Accounting standards, corporate governance, and foreign direct investments: The experience of emerging market economies. Research in Accounting in Emerging Economies, 8, 157–187.

Aljifri, Khaled., dan Hussein Khasharmeh. 2006. An investigation into the suitability of the international accounting standards to the United Arab Emirates Environment. International Business Review, 15, 505–526.

Amiram, D. 2012. Financial information globalization and foreign investment decisions. Journal of International Accounting Research, 11(2), 25–37.

Babío-Arcay, M.R., & Muiño-Vázquez, M.F. 2005. Corporate characteristics, governance rules and the extent of voluntary disclosure in Spain. Advances in Accounting, 21, 299–331.

Bartels, F.L., Napolitano, F., &Tissi, N.E. 2013. FDI in Sub-Sahara Africa: A longitudinalperspective on location-specific factors (2003–2010). International Business Review.

Page 15: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Barth, M., W. Landsman, dan M. Lang., 2007. International Accounting Standards and Accounting Quality, Working paper, Stanford University and University of North Carolina.

Buckley, P. J., Forsans, N., &Munjal, S. 2012. Host–home country linkages and host–home country specific advantages as determinants of foreign acquisitions by Indian firms. International Business Review, 21(5): 878-890.

Chakrabarti, A., 2001. The Determinants of Foreign Direct Investments: Sensitivity Analyses of Cross-Country Regressions. Kyklos, 54(1), 89-114.

Chen, C.J.P., Ding, Y., & Xu, B. 2014. The convergence of accounting standards and foreign direct investment. International Journal of Accounting, 49(1), 53–86.

Daske, H., Hail, L., Leuz, C., & Verdi, R. 2008. Mandatory IFRS reporting around the world: Early evidence on the economic consequences. Journal of Accounting Research, 46, 1085–1142.

Deloitte. 2015. http://www.iasplus.com/en/resources/ifrs-topics/use-of-ifrs (diakses 3 November 2015).

Devereux, Michael P., dan Rachael Griffith.2002. The Impact of Corporate Taxation on location of capital: a review. Swedish Economic Policy Review, 9, 79-102.

Devereux, M.P. dan Griffith, R. 2003.Evaluating tax policy for location decisions.International Tax and Public Finance, 10, 107-126.

Devereux, M.P. dan Hubbard, G.R. 2003.Taxing multinationals.International Tax and Public Finance, 10, 469-487.

Devereux, M.P., Lockwood, B. danRedoano, M. 2008. Do countries compete over tax rates? Journal of Public Economics, 92, 1210-1235.

De Mooij, R.A., Enderveen, S., 2005.Explaining the Variation in Empirical Estimates of Tax Elasticities of Foreign Direct Investment.

Djankov, S.,Ganser, T., McLiesh, C., Ramalho, R., danShleifer, A. 2010. The Effect of Corporate Taxes on Investment and Enterpreneurship. American Economic Journal, Macroeconomics, 2(3), 31-64.

Dunning, J. H. 2006. Comment on Dragon multinationals: New players in 21st century globalization. Asia Pacific Journal of Management, 23(2): 139-141.

Gordon, Lawrence A., Martin P. Loeb, danWenjie Zhu. 2012. The impact of IFRS adoption on foreign direct investment. Journal of Accounting and Public Policy, 31(4), 374–398.

Gresilova, Ina. 2013. Chicken or Egg?The Relationship between IFRS Adoption and FDI. Thesis: Kyiv School of Economics.

Page 16: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

Hansen, H., Rand, J., 2006. On the Causal Links Between FDI and Growth in Developing Countries. The World Economy, 29(1), 21-41.

Hartman, D.G. 1985. Tax Policy and Foreign Direct Investment.Journal of Public Economics, 26(1), 107-121.

Hunady, Jan dan Marta Orviska. 2014. Determinants of Foreign Direct Investment in EU Countries – Do Corporate Taxes Really Matter? Procedia Economics adn Finance, 12, 243-250.

IFRS. 2015. Jurisdiction Profile. http://www.ifrs.org/Use-around-the-world/Pages/Jurisdiction-profiles.aspx (diakses 3 November 2015)

Johnson, A., 2006. The Effects of FDI Inflows on Host Country Economic Growth.CESIS Electronic Working Paper58.

Kathryn, C., 2005. IFRS and M&A: More transparency but at a cost. International Financial Law Review, 24(7), 56–58.

Lasmin, Damian. 2012. The unwanted effects of international financial reporting standards (IFRS) adoption on international trade and investments in developing countries. Journal of Economics and Economic Education Research, 13(1), 1-14.

Márquez-Ramos, Laura. 2008. The Effect of IFRS Adoption on Trade and Foreign Direct Investments. International Trade and Finance Association Conference Papers 1124, International Trade and Finance Association.

Márquez-Ramos, Laura. 2011. European accounting harmonization: Consequences of IFRS adoption on trade in goods and foreign direct investments. Emerging Markets Finance and Trade, 47(4), 42-57.

Moosa, I. A. 2002. Foreign Direct Investment Theory, evidence, and practice. New York: Palgrave.

Nnadi, M., & Soobaroyen, T. 2015. International financial reporting standards and foreign direct investment: The case of Africa, Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting.

Nunnenkamp, P., &Spatz, J. 2002. Determinants of FDI in Developing Countries: Has Globalization Changed the Rules of Game?Kiel Institute.

OECD. 2007. Tax Effects on Foreign Direct Investment: Recent Evidence and Policy Analysis, OECD Tax Policy Studies No.17

Panggabean, Rosinta Ria. 2007. Studi Banding PSAK dengan IFRS: Menghadapi Penerapan IFRS secara Menyeluruh di Indonesia. Tesis S2 Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 17: staff.blog.ui.ac.id · Web viewInsentif berupa penurunan tarif pajak serta penerapan standar akuntansi internasional merupakan beberapa nilai tambah bagi suatu negara dalam mempromosikan

PwC. 2015. IFRS adoption by Country. http://www.pwc.com/us/en/issues/ifrs-reporting/publications/ifrs-status-country.html (diakses 3 November 2015).

Razin, A., Sadka, E. dan Yuen, C.W. 1999. Excessive FDI Flows Under Asymmetric Information. NBER Working Paper No.7400.

Slemrod, J., 1991. Tax Effects on Foreign Direct Investment in the United States: Evidence from a Cross-Country Comparison dalamRazin, Slemrod, A. (Ed.) Taxation in the Global Economy, Chicago, IL: University of Chicago Press, 79-122.

Talpos, I., Vancu, I. 2009. Corporate Income Taxation Effects on Investment Decisions in The European Union. AnnalesUniversitatisApulensis Series Oeconomic, 11(1),51.

Taylor, Christopher. 2000. The Impact of Host Country Government Policy on US Multinational Investment Decesions. World Economy, 23(5), 635-647.

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2014. World investment report.

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2015. World investment report.

Wei, Shang-Jin. 2000. Natural Openness and Good Government. World Bank Working Paper 2411.

Wheeler, D., Mody, A. 1992. International Investment Location Decisions: The Case of U.S. firms. Journal of International Economics, 33, 57-76.

Wilson, John D. 1999. Theories of tax competition. National Tax Journal, 52, 269-304.

Zhu, H., Eden, L., Miller, S.R., Thomas, D.E., & Fields, P. 2012. Host-country location decisions of earlymovers and latecomers: The role of local density and experiential learning. International Business Review, 21, 145–155.