Upload
hadang
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran kuliah dan praktikum genetika dan
penelitian-penelitian genetika yang selama ini kami lakukan menunjukkan bahwa :
1. Pembelajaran genetika yang kami lakukan selalu bersifat textbook oriented, akibatnya
kita miskin dengan contoh-contoh fenomena genetik yang berada di sekitar kita.
Pembelajaran bersifat textbook oriented menempatkan contoh-contoh fenomena genetik
yang diambil sesuai dengan yang ada di buku, yang kadang-kadang tidak dijumpai di
tempat kita.
2. Pembelajaran genetika masih didominansi dengan penggunaan metode ceramah,
sehingga hanya terjadi transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari dosen ke
mahasiswa. Mahasiswa masih diperlakukan sebagai pebelajar (orang yang sedang
belajar) yang memiliki langgam belajar yang sama untuk seluruh mahasiswa. Dengan
demikian layanan keragaman karakteristik mahasiswa belum dapat dilakukan (Wuryadi,
dkk, 2002 : ).
3. Pembelajaran juga belum banyak menggunakan multi metode, multi media, multi sumber
belajar maupun multi modul pembelajaran sebagai bagian dari pemberian layanan yang
memperhatikan langgam belajar mahasiswa. Akibatnya, respon mahasiswa, inisiatif
maupun interaksi antara dosen dengan mahasiswa dalam pembelajaran masih sangat
rendah. Mahasiswa hanya melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang diberikan
tanpa melakukan pengembangan lebih lanjut.
4. Oleh karena sangat luasnya cakupan yang harus dipelajari dalam bidang genetika ini,
maka dalam pembelajaran genetika tidak bisa memberikan wawasan yang memadai
untuk mengungkap potensi lokal dalam bidang genetika yang dapat diteliti atau dipelajari
lebih lanjut oleh para mahasiswa. Sehingga dalam perkuliahan hanya menyampaikan
konsep-konsep genetika yang kurang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
mahasiswa.
5. Penelitian genetika yang kita lakukan belum banyak melakukan pengungkapan fenomena
genetik organisme yang ada di sekitar kita. Penelitian kita masih bersifat laboratoris
1
berkisar pada penggunaan Drosophila dan organisme lain yang sudah sering digunakan
untuk penelitian genetika. Akibatnya kita sering mengalami kesulitan menjelaskan secara
genetik kejadian-kejadian yang dialami suatu organisme yang ada di sekitar kita.
6. Sampai saat ini belum banyak karya-karya penelitian yang dihasilkan oleh dosen
pengampu matakuliah maupun mahasiswa dalam bentuk skripsi maupun bentuk
penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, terutama karena penelitian
genetika dipersepsi sebagai penelitian yang sulit, butuh waktu lama, butuh beberapa
generasi untuk mengetahui hasilnya, bersifat molekuler dan sebagainya. Hasil penelitian
mahasiswa di bidang genetika sangat tertinggal jauh jumlahnya dibanding dengan
penelitian-penelitian di bidang ilmu yang lain seperti di bidang fisiologi, ekologi,
lingkungan dan sebaginya.
7. Buku-buku genetika yang ada kebanyakan merupakan buku-buku berbahasa asing yang
belum banyak dimanfaatkan dengan baik karena kesulitan memahami isinya. Sedang
buku-buku atau tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh dosen pengampu jumlahnya masih
sangat sedikit dan isinyapun belum banyak memberikan varian pengetahuan yang berasal
dari hasil-hasil penelitian yang berasal dari kearifan lokal (Suratsih, dkk, 2003 : ).
8. Kita masih miskin sumber belajar genetika yang merupakan hasil penelitian atau hasil
kajian ahli-ahli genetika dari negeri kita sendiri. Sumber belajar yang ada kebanyakan
hanya berupa terjemahan buku-buku asing, yang tentunya contoh-contoh dan fenomena
genetik yang ditulis belum tentu ada di sekitar kita.
9. Di sekitar kita sebenarnya kaya akan fenomena-fenomena yang ditunjukkan oleh
organisme baik hewan, tumbuhan, mikroorganisme maupun manusia yang dapat dirunut
secara genetika melalui berbagai metode penelitian genetika. Jika ini dapat diungkap baik
melalui penelitian maupun kajian lainnya, maka hasilnya akan sangat bermanfaat untuk
pengembangan sumber belajar genetika.
10. Praktikum genetika yang dilakukan masih mengikuti cara-cara lama dan belum
berkembang menyesuaikan fenomena yang ada sekarang (Suratsih, dkk, 2002).
Penggunaan metode simulasi untuk menjelaskan perilaku gen masih membingungkan
mahasiswa, sehingga perlu ada contoh yang dapat diamati atau dipelajari melalui
penelitian dengan objek yang ada di sekitar kita.
2
11. Lingkungan kita sebenarnya sangat kaya dengan berbagai fenomena kehidupan yang
dapat dilacak fenomena genetiknya, dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada
untuk mendukung pelacakan fenomena genetik organisme tersebut. Kemudian hasilnya
dapat dipakai sebagai sumber belajar genetika untuk mendukung pelaksanaan kuliah dan
praktikum genetika.
12. Sampai saaat ini telah banyak metode penelitian yang dikembangkan dapat digunakan
untuk mengungkap permasalahan genetika, baik metode penelitian yang berhubungan
dengan materi genetik maupun metode penelitian yang berhubungan dengan pola-pola
pewarisan organisme (Tamarin RH, 1999). Metode-metode penelitian genetika yang
telah ada, sebagian fisibel dilaksanakan oleh para mahasiswa maupun oleh peneliti kita.
13. Saat ini telah dihasilkan beberapa penelitian genetika berbasis potensi lokal yang telah
dikemas dalam bentuk modul pembelajaran namun belum dimanfaatkan dalam
pembelajaran di kelas maupun di laboratorium. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan diantaranya adalah pewarisan sifat :
a. Rambut gembel di Wonosobo
b. Tuna grahita di Semin Gunungkidul
c. Kembar di Yogyakarta.
d. Golongan darah Rh penderita tuna grahita
e. Obesitas di Yogyakarta
f. Kolesterol/darah tinggi, dll.
14. Hasil refleksi terhadap hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa :
a. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif telah menunjukkan hasil yang cukup baik
dilihat dari kriteria yang telah ditetapkan.
b. Hasil belajar berupa keterampilan proses dalam banyak aspek telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan, tetapi masih ada aspek-aspek keterampilan proses yang belum
dikuasai dengan baik, seperti aspek identifikasi masalah.
Dengan memperhatikan berbagai hasil refleksi terhadap pelaksanaan perkuliahan,
praktikum, penelitian genetika, hasil belajar mahasiswa, dan persoalan penelitian skripsi
mahasiswa, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan hasil penelitian genetika
berbasis potensi lokal yang dikemas dalam bentuk modul pembelajaran guna mendukung
3
pengembangan kemampuan identifikasi persoalan penelitian genetika yang fisibel, dan berbasis
potensi lokal.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. kemampuan mahasiswa dalam melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika
melalui penggunaan modul pembelajaran genetika berbasis hasil penelitian potensi lokal.
2. tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul pembelajaran genetika berbasis hasil
penelitian potensi lokal yang digunakan dalam pembelajaran.
4
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pembelajaran Biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan gejala alam. Semua benda
dan kejadian alam merupakan sasaran yang dipelajari dalam biologi. Proses belajar biologi
menurut Djohar (1987:1) merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek
yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan
sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam
pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi
dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep.
Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan utama, yaitu hakekat mengajar,
kedudukan materi meliputi arti dan peranannya serta kedudukan siswa (Djohar, 1984:7)
Proses belajar biologi menurut Collete (Djohar (1987:1) adalah bahwa di dalam belajar
sains diperlukan sebuah ketrampilan, yaitu ketrampilan terpadu dan ketrampilan dasar.
Ketrampilan dasar meliputi ketrampilan untuk melakukan observasi, klasifikasi, pengukuran,
komunikasi, dan prediksi, sedangkan ketrampilan terpadu meliputi ketrampilan untuk
merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merumuskan masalah, dan interpretasi data.
Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya interaksi antara siswa dengan
obyek yang dipelajari. Dengan interaksi ini memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar
dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan
kepribadian serta mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya (Djohar, 1974 : 4). Lebih
lanjut dikatakan oleh Wuryadi (1971 : 88) bahwa dalam proses belajar mengajar pada diri siswa,
akan berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tiga ranah tersebut
dapat diuraikan menjadi tujuan pendidikan biologi, yaitu:
a. Pengembangan sikap dan pengharagaan
b. Pengembangan cara berfikir
c. Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja maupun ketrampilan berfikir
d. Pengembangan pengetahuan dan pengertian serta penggunaan pengetahuan tersebut bagi
kepentingan kehidupan manusia
5
Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya berfungsi sebagai pentransfer ilmu
pengetahuan (transmitter of knowledge) tetapi berfungsi juga sebagai pengelola proses belajar
mengajar (Prawoto, 1989 : 21).
B. Hakekat Sumber Belajar
Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa, 2002 : 48). Dari
berbagai sumber belajar yang ada, pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Manusia, yaitu orang menyampaikan pesan secara langsung, seperti guru, konselor, dan
administrator, yang dirancang secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by
design).
b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang dirancang secara
khusus seperti film pendidikan, peta, grafik, buku, dan lain-lain yang disebut media
pengajaran (instructional media), maupun bahan yang bersifat umum yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.
c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat di mana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan
para pesrta didik. Ruang dan tempat yang dirancang secara sengaja untuk kepentingan
belajar, misalnya perpustakaan, laboratorium, kebun, dan lain-lain.
d. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau memainkan sumber-
sumber lain, misalnya: tape recorder, kamera, slide.
e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara teknik dengan
sumber lain untuk memudahkan belajar (Mulyasa, 2002: 48-49). Pendayagunaan sumber
belajar memiliki arti yang sangat penting, yaitu melengkapi, memelihara, dan
memperkaya khasanah belajar. Selain itu, sumber belajar juga dapat meningkatkan
aktivitas dan kreativitas belajar, yang menguntungkan baik bagi guru maupun bagi
peserta didik. Dengan didayagunakannya sumber belajar secara maksimal, maka
memungkinkan orang yang belajar menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan bidangnya. Dengan demikian, pengetahuan yang didapat senantiasa aktual, serta
mampu mengikut akselerasi teknologi dan seni yang senantiasa berubah (Mulyasa, 2002 :
49).
6
Dalam pembelajaran biologi, lingkungan alam sekitar merupakan laboratorium yang
mempunyai peranan penting karena adanya gejala-gejala alam yang dapat memunculkan
persoalan-persoalan sains. Untuk mendapatkan obyek biologi, alam dengan segenap
fenomenanya telah menyediakan informasi yang dapat digunakan dalam kehidupan manusia.
Permasalahannya di sini, mampukah kita menggali apa yang tersirat dalam fenomena
tersebut sehingga alam dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi (Prawoto, 1989 : 29).
Syarat-syarat sumber belajar antara lain (Djohar, 1987 : 2) :
a. Kejelasan potensi
b. Kesesuaian dengan tujuan belajar
c. Kejelasan sasaran
d. Kejelasan informasi yang dapat diungkap
e. Kejelasan pedoman eksplorasi
f. Kejelasan perolehan yang diharapkan.
C. Manfaat Sumber Belajar
Pemilihan suatu sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber belajar dipilih dan digunakan dalam proses
belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan belajar (Mulyasa, 2002 : 49).
Secara umum manfaat sumber belajar adalah:
a. dapat memberi pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada siswa.
b. dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung.
c. dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
d. dapat memberikan informasi akurat dan terbaru.
e. dapat membantu memecahkan masalah pendidikan.
f. dapat memberikan motivasi positif bagi peserta didik.
g. dapat merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut (Mulyasa, 2002 :
50).
7
D. Modul sebagai Sumber Belajar
Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu
untuk keperluan belajar. Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang
terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar,
alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya. Modul memiliki karakteristik
tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian kegiatan
belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas
dan khusus, memungkinkan siswa belajar mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan
individual serta perwujudan pengajaran individual (Nana S. dan Ahmad Rivai, 1989 :132).
Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, modul didefinisikan sebagai
unit program belajar mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan :
a. tujuan instruksional yang akan dicapai
b. topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar
c. pokok-pokok materi yang dipelajari
d. kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang akan lebih luas
e. peranan guru dalam proses belajar mengajar
f. alat-alat dan sumber yang akan digunakan
g. kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan.
h. program evaluasi yang akan dilaksanaka (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 132-133).
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989 : 133) penggunaan modul bertujuan
agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti
program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar
mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, dan menekankan penguasaan bahan pelajaran
secara optimal (mastery learning) yaitu dengan penguasaan minimal 80 %.
Modul self contained yang merupakan modul dimana semua materi tercantum dalam modul dan
merupakan sumber belajar utama, dapat disusun menurut langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun Kerangka Modul
Kerangka modul disusun dengan cara merumuskan atau menetapkan tujuan instruksional
umum, merinci tujuan instruksional umum ke dalam tujuan instruksional khusus,
menyusun butir-butir soal evaluasi guna mengukur pencapaian tujuan khusus,
mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional
8
khusus, menyusun urutan pokok-pokok materi yang logis, menyusun langkah-langkah
kegiatan belajar siswa, memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai
semua tujuan, dan mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar
dengan modul.
b. Menulis Program Secara Rinci, meliputi : pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan
siswa, lembaran tes, dan lembaran jawaban (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 133-
134).
E. Bahan Ajar Dalam Bentuk Modul Pembelajaran
Sumber belajar yang tersedia melimpah disekitar kita, perlu dikemas dalam bentuk
bahan ajar agar optimal pemanfaatannya. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang secara
sengaja dikembangkan untuk tujuan pembelajaran. Bahan ajar umumnya dikemas dalam
bentuk bahan-bahan cetakan atau media lain yang secara potensial mampu menumbuhkan
dorongan pada diri siswa untuk belajar (Surachman, 2001 : 9).
Modul pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu paket pengajaran yang
mengandung satu unit konsep dari bahan pelajaran dan disajikan dalam bentuk self
instructional. Pengajaran modul memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai satu
unit bahan pelajaran sebelum beralih ke unit berikutnya. Setiap siswa dapat menentukan
kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul secara umum memiliki unsur-unsur:
rumusan tujuan pengajaran, petunjuk penggunaan, materi pelajaran, lembar kegiatan siswa,
lembar evaluasi dan kunci lembar evaluasi (Vembriarto, 1975: 49-53).
Nasution (2000: 218) menambahkan pembelajaran modul mengharuskan siswa
disiplin, sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar dan kuat terhadap godaan-
godaan untuk bermain. Siswa yang terbiasa menerima pelajaran dari guru melalui
pendengaran akan cenderung “pasif” dan mengalami kesulitan dalam pembelajaran
menggunakan modul yang menuntut aktivitas sebagai dasar utama dalam belajar.
Penyusunan atau pengembangan modul dapat dilakukan menurut langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa
yang dapat diamati dan diukur.
9
2. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa. Siswa harus mengetahui
manfaat yang dapat diambil bila ia mempelajari modul yang disusun sehingga siswa
dapat mempelajarinya secara optimal.
3. Menentukan kegiatan-kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa untuk membantu dan
membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar dapat berupa mendengarkan rekaman,
melihat film, mengadakan percobaan dalam laboratorium, membaca, mengerjakan soal
dan sebagainya.
4. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa.
5. Menyiapkan pusat-pusat sumber-sumber bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia
memerlukan. (Nasution, 2000 : 217-218).
Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, modul didefinisikan sebagai satu unit
program belajar-mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan :
1) Tujuan instruksional yang akan dicapai.
2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar-mengajar.
3) Pokok-pokok materi yang dipelajari.
4) Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas.
5) Peranan guru dalam proses belajar-mengajar.
6) Alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan.
7) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan.
8) Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa.
9) Program evaluasi yang akan dilaksanakan.
F. Karakteristik Modul
1. Modul dan Karakteristiknya
Modul mempunyai beberapa karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran
terkecil dan lengkap,berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi
tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa belajar
mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran
individual.
Modul biologi, (Yoyok Wardoyo, 2004: 25-26) memiliki karakteristik sebagai berikut:
10
a. Judul modul merupakan rumusan topik-topik biologi yang diseleksi dan disesuaikan
dengan kurikulum.
b. Bentuk modul adalah bentuk gabungan dari self contained dan non-self contained, artinya
ada sebagian informasi yang termuat dalam modul, namun ada sebagian yang
mengharuskan siswa untuk mencari dan menggunakan sumber informasi diluar modul.
Sumber informasi dapat berupa: pustaka, lapangan, percobaan (kerja laboratorium), pakar
bidang biologi, dan sebagainya.
c. Modul tidak merupakan perangkap yang lengkap, tetapi yang mutlak ada adalah lembar
instruksional (yang dituangkan dalam tugas-tugas pembelajaran pada setiap modul) yang
merupakan pengarah dan cara belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d. Cara pembelajaran, yang tertuang dalam tugas-tugas, dengan menggunakan modul ini
sangat beragam yang meliputi proses-proses IPA, sehingga pendekatan pembelajarannya
adalah mengacu pada hakekat keilmuan biologi untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.
e. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas, bantuan guru kepada siswa sangat diperlukan.
Bantuan yang dimaksudkan adalah peran guru bukan hanya sekedar guru sebagai
informator dalam proses pembelajaran siswa, tetapi semua peran guru : organisator,
fasilitator, konduktor, inisiator, motivator, mediator, evaluator, dan lain-lain.
2. Unsur Modul Pembelajaran
Berdasarkan definisi tentang modul, maka unsur-unsur yang terdapat di dalamnya adalah
sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan belajar tersebut dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku siswa.
b. Petunjuk belajar, memuat penjelasan tentang bagaimana pembelajaran itu dapat
diselenggarakan secara efisien.
c. Lembar Kerja Siswa, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.
d. Lembar latihan dan tugas, memuat pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab
oleh siswa.
e. Kunci Jawaban latihan dan tugas, tujuannya adalah agar siswa dapat mengevaluasi hasil
pekerjaannya.
11
f. Lembar Tes formatif, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam modul.
g. Rangkuman, memuat ringkasan materi untuk memantapkan pemahaman materi pelajaran.
h. Kunci Lembaran tes formatif, tujuannya adalah agar siswa dapat mengevaluasi hasil
pekerjaannya.
3. Tujuan Pembelajaran dengan Modul
Nasution (2003: 206-209) menuliskan bahwa modul yang disusun dengan baik dapat
memberikan banyak keuntungan bagi pelajar antara lain:
a. Balikan atau feedback: modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga
siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya.
b. Penguasaan tuntas: setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi
dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
c. Tujuan: jelas, spesifik, dan dapat dicapai oleh murid.
d. Motivasi: pengajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-
langkah yang teratur menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.
e. Fleksibilitas: pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain
mengenai kecepatan belajar, cara belajar, dan bahan pelajaran.
f. Kerjasama: pengajaram modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin
persaingan dikalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai nilai tertinggi.
g. Pengajaran remedial: memberi kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki
kelemahan, kesalahan atau kekurangan murid yang segera dapat ditemukan sendiri oleh
siswa berdasar evaluasi yang diberikan secara kontinu.
4. Keuntungan bagi pengajar :
a. Rasa kepuasan: kesuksesan yang dicapai murid-murid akan memberi rasa kepuasan yang
lebih besar kepada guru yang merasa bahwa ia telah melakukan profesinya dengan baik.
b. Bantuan individual: memberi kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak
kepada guru untuk memberikan bantuan dan perhatian individual kepada setiap murid
yang membutuhkannya, tanpa mengganggu atau melibatkan seluruh kelas.
12
c. Pengayaan: guru mendapat waktu yang lebih banyak untuk memberikan ceramah atau
pelajaran tambahan sebagai pengayaan.
d. Kebebasan dari rutin: guru dibebaskan dari rutinitas persiapan pelajaran karena
seluruhnya disediakan oleh modul.
e. Mencegah kemubasiran: modul dapat digunakan oleh berbagai sekolah, fakultas karena
itu tidak perlu disusun kembali oleh pihak yang memerlukannya, hal ini berarati
penghematan waktu.
f. Meningkatkan profesi keguruan: dari berbagai pertanyaan yang muncul mengenai proses
pembelajaran merangsang guru untuk berfikir, mendorong brsikap ilmiah tentang
profesinya.
g. Evaluasi formatif: dengan pre-test dan post-test dapat dinilai taraf hasil belajar murid.
5. Langkah- langkah dalam Penyusunan Modul
Dalam menyusun modul dapat menempuh langkah-langkah, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(2003: 133-134 ) sebagai berikut :
a. Menyusun kerangka modul : dengan cara menetapkan atau merumuskan tujuan
instruksional umum, merinci tujuan instruksional khusus, menyusun butir-butir soal
evaluasi guna mengukur pencapaian tujuan khusus, menyusun pokok-pokok materi dalam
urutan yang logis, menyusun langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua
tujuan, mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul.
b. Menulis program secara rinci yang meliputi pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan
siswa, lembaran kerja siswa, lembaran jawaban, lembaran tes, dan lembaran jawaban tes.
13
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan (research and
development). Model penelitian pengembangan menggariskan langkah-langkah yang harus
diikuti untuk menghasilkan produk tertentu (Sugiyono, 2006: 407).
B. Subjek dan Objek Penelitian
Tahun ini di Jurusan Pendidikan Biologi ada 4 kelas dari 2 program studi yang mengambil
mata kuliah Genetika Dasar. Hanya satu kelas akan digunakan sebagai subjek penelitian.
Objek penelitian yang akan digunakan adalah kualitas modul pembelajaran penelitian
genetika berbasis potensi lokal sebanyak 4 modul dan kemampuan identifikasi masalah para
mahasiswa. Kualitas modul yang diteliti meliputi 3 aspek, yaitu aspek materi, penyajian, dan
keterbacaan. Kemampuan identifikasi masalah yang diungkap adalah sejauh mana
mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah penelitian setelah menggunakan modul
penelitian genetika berbasis potensi lokal dalam pembelajarannya.
C. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan, mencakup kegiatan :
a. Penyusunan proposal, insrumen, LKM, modul pembelajaran, dan seminar proposal.
b. Penyiapan Tim Peneliti, Mahasiswa dan Pembantu Peneliti untuk berkoordinasi dan
menyiapkan berbagai keperluan penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Implementasi penggunaan modul pembelajaran genetika berbasis penelitian potensi lokal
dalam pembelajaran genetika.
b. Mahasiswa diminta belajar dengan menggunakan modul tersebut, kemudian mahasiswa
diminta untuk mengisi LKM yang diberikan. LKM yang diberikan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi persoalan
penelitian genetika.
14
c. Mahasiswa mengisi instrumen untuk memberikan tanggapan terhadap kualitas modul
yang digunakan, menyangkut isi, penyajian, dan bahasa.
3. Analisis Hasil Penelitian
a. Melakukan analisis hasil penelitian berkaitan dengan kemampuan mahasiswa
mengidentifikasi masalah penelitian genetika.
b. Melakukan analisis hasil penelitian yang berkaitan dengan kualitas modul pembelajaran
yang digunakan .
4. Seminar hasil penelitian
5. Penyusunan laporan akhir.
D. Instrumen dan Pengumpulan Data
1. Bentuk Instrumen
a. Instrumen untuk Mahasiswa
Instrumen berupa kuisioner tentang tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul
pembelajaran genetika berbasis potensi lokal dilihat pada setiap komponen modul.
Mahasiswa diminta memberi tanggapan pada setiap komponen modul sesuai dengan
persepsi masing-masing. Mahasiswa juga diminta memberikan tanggapan/saran pada
setiap komponen modul yang dikembangkan.
b. LKM (Lembar Kegiatan Mahasiswa) berupa petunjuk kegiatan yang harus dilakukan
mahasiswa untuk mengidentifikasi kemampuan mahasiswa dalam merumuskan
persoalan-persoalan penelitian genetika berbasis potensi lokal yang fisibel dilakukan
penelitian.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Data mengenai kemampuan identifikasi masalah penelitian genetika berbasis potensi
lokal dikumpulkan melalui LKM yang diberikan bersamaan dengan pemberian modul
pembelejaran.
b. Data mengenai tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul pembelajaran genetika
berbasis penelitian potensi lokal dilihat dari isi, penyajian dan kebahasaan diperoleh dari
para mahasiswa setelah menggunakan modul tersebut dalam kegiatan pembelajaran
melalui angket/kuisioner yang diberikan di akhir pembelajaran.
15
3. Teknik Analisis Data
a. Data mengenai kualitas modul yang dikumpulkan dari penelitian ini dianalisis secara
deskriptif dengan cara sebagai berikut. Tanggapan dalam setiap komponen modul
dikategori kedalam tanggapan positif, netral dan negatif. Kategori positif, netral &
negatif mengacu aspek 1, 2, & 3 pada deskriptor angket. Kategori tanggapan kemudian
dihitung persentasenya.
b. Data mengenai kemampuan mengidentifikasi masalah penelitian genetika dianalisis
secara deskriptif sebagai berikut.
1). Jika masalah penelitian genetika yang dirumuskan aktual, berbasis potensi lokal,
fisibel untuk diteliti, diberikan skor 3 (kategori baik).
2). Jika masalah penelitian yang dirumuskan aktual, berbasis potensi lokal, dan tidak
fisibel dilakukan penelitian diberi skor 2 (kategori sedang).
3). Jika masalah penelitian genetika yang dirumuskan tidak aktual, tidak fisibel
dilakukan penelitian dan tidak berbasis potensi lokal diberi skor 1 (kategori kurang
baik).
16
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kemampuan Mahasiswa dalam Identifikasi Persoalan Penelitian Genetika
Berikut ini disampaikan tabel kemampuan mahasiswa dalam identifikasi persoalan
penelitian genetika.
Tabel 1. Kemampuan Mahasiswa dalam Melakukan Identifikasi Persoalan Penelitian Genetika.
No ObjekJumlah Persoala
n
Kategori Persoalan PenelitianBaik Sedang Kurang
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Hewan 21 3 14,28 6 28,56 12 57,162 Tumbuhan 18 3 16,66 8 44,44 7 38,903 Manusia 15 6 40,00 5 33,33 4 26,674 Mikroba 2 - - 2 100
Jumlah 56 12 21,42 19 33,92 25 44,66
Tabel di atas menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung masih mengalami kesulitan (masih
dalam kategori sedang dan kurang) dalam melakukan identifikasi persoalan penelitian
genetika. Objek penelitian yang dipilih telah menunjuk pada objek biologi yang beragam,
namun masih sedikit yang memilih objek mikroba. Jumlah persoalan yang dapat
diidentifikasi sebanyak 56 persoalan (oleh 6 kelompok belajar) dari 32 mahasiswa yang
hadir. Setiap mahasiswa rata-rata telah bisa merumuskan 1 – 2 persoalan penelitian genetika
dalam durasi waktu diskusi kelompok.
2. Tanggapan Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran.
Berikut ini disampaikan tabel kategorisasi tanggapan mahasiswa dalam bentuk persentase
terhadap modul pembelajaran genetika berbasis penelitian potensi lokal yang digunakan
dalam pembelajaran.
17
Tabel 2. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 1: Pewarisan Golongan Darah Rhesus pada Manusia.
No AspekKategori
Positif Netral Negatiff % f % f %
I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0II Petunjuk Penggunaan Modul 28 87,5 4 12,5 0 0III Indikator Pembelajaran 28 87,5 4 12,5 0 0IV Kegiatan Belajar I
a. Uraian Materi 30 93,75 2 6,25 0 0b. Kedalaman Materi 29 90,625 3 9,375 1 3,125c. Keluasan Materi 31 96,875 1 3,125 0 0d. Gambar 30 93,75 2 6,25 0 0e. Tabel 27 84,375 3 9,375 2 6,275f. Alat dan Bahan Praktikum 26 81,25 6 18,75 0 0g. Cara Kerja Praktikum 28 87,5 4 12,5 0 0h. Jumlah Soal Latihan 25 78,125 5 15,625 2 6,25i. Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 1 3,125 1 3,125
V Kegiatan Belajar IIa Uraian Materi 29 90,625 2 6,25 1 3,125b Kedalaman Materi 29 90,625 3 9,375 0 0c Keluasan Materi 29 90,625 3 9,375 0 0d Gambar 26 81,25 5 15,625 1 3,125e Tabel 28 87,5 2 6,25 2 6,25f Jumlah Soal Latihan 25 78,125 5 15,625 2 6,25g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 27 84,375 3 9,375 2 6,25
VI Rangkuman 25 78,125 4 12,5 2 6,25VII Umpan Balik dan Tindak Lanjut 29 90,625 1 3,125 2 6,25VII
I Tes Formatif 26 81,25 4 12,5 2 6,25
a Jumlah Soal 30 93,75 1 3,125 1 3,125b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 29 90,625 1 3,125 2 6,25
IX Kunci Jawaban 30 93,75 2 6,25 0 0Rata-rata 28,24 88,25 2,84 8,875 0,92 2,875
Keterangan : Positif, netral & negatif mengacu aspek 1, 2, & 3 pada angket. Persentase (%) kategori menyatakan jumlah mahasiswa yang setuju
Tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bahwa mahasiswa menanggapi positif terhadap modul
yang digunakan, yang bermakna bahwa modul yang digunakan telah memiliki kualifikasi yang
baik dilihat dari keterbacaan, isi dan tampilannya. Namun demikian masih banyak masukan yang
diberikan terkait dengan modul yang digunakan tersebut.
18
Tabel 3. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 2: Pewarisan Gen Tuna Grahita di Dusun Karang Poh, Semin, Gunung Kidul.
No AspekKategori
Positif Netral Negatiff % f % f %
I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0II Petunjuk Penggunaan Modul 32 100 0 0 0 0III Indikator Pembelajaran 32 100 0 0 0 0IV Kegiatan Belajar Ia Uraian Materi 32 100 0 0 0 0b Kedalaman Materi 31 96,875 1 3,125 0 0c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0d Gambar 30 93,75 2 6,25 1 3,125
e Tabel 25 78,125 7 21,875 0 0
f Jumlah Soal Latihan 30 93,75 2 6,25 0 0g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 28 87,5 4 12,5 0 0V Kegiatan Belajar IIa Uraian Materi 30 93,75 2 6,25 0 0b Kedalaman Materi 30 93,75 2 6,25 0 0c Keluasan Materi 28 87,5 2 6,25 2 6,25d Gambar 30 93,75 0 0 2 6,25e Tabel 30 93,75 2 6,25 0 0f Jumlah Soal Latihan 28 87,5 2 6,25 2 6,25g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 1 3,125 1 3,125
VI Kegiatan Belajar IIIa Uraian Materi 29 90,625 2 6,25 1 3,125b Kedalaman Materi 27 84,375 3 9,375 2 6,25c Keluasan Materi 29 90,625 3 9,375 0 0d Gambar 27 84,375 5 15,62
50 0
e Tabel 30 93,75 0 0 2 6,25f Jumlah Soal Latihan 25 78,125 5 15,62
52 6,25
g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 26 81,25 4 12,5 2 6,25VII Rangkuman 29 90,625 1 3,125 2 6,25VIII Umpan Balik dan Tindak Lanjut 32 100 0 0 0 0IX Tes Formatif 26 81,25 5 15,62
51 3,125
a Jumlah Soal 28 87,5 2 6,25 2 6,25b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 26 81,25 3 9,375 3 9,375X Kunci Jawaban 31 96,875 1 5 0 0
Rata-rata 29,1 90,9375
2,1 6,5625
0,8 2,50
19
Tabel 4. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 3: Pewarisan Sifat Anak Kembar.
No AspekKategori
Positif Netral Negatiff % f % f %
I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0II Petunjuk Penggunaan Modul 32 100 0 0 0 0III Indikator Pembelajaran 32 100 0 0 0 0IV Kegiatan Belajar Ia Uraian Materi 30 93,75 2 6,25 0 0b Kedalaman Materi 30 93,75 2 6,25 0 0c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0d Gambar 28 87,5 2 6,25 2 6,25e Tabel 25 78,125 4 12,5 3 9,375f Jumlah Soal Latihan 31 96,875 0 0 1 3,125g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 28 87,5 2 6,25 2 6,25V Kegiatan Belajar IIa Uraian Materi 25 78,125 5 15,625 2 6,25b Kedalaman Materi 28 87,5 2 6,25 2 6,25c Keluasan Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125d Gambar 29 90,625 2 6,25 1 3,125e Tabel 24 75 5 15,625 3 9,375f Jumlah Soal Latihan 28 87,5 2 6,25 2 6,25g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 25 78,125 2 6,25 5 15,625
VI Kegiatan Belajar IIIa Uraian Materi 27 84,375 5 15,625 0 0b Kedalaman Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0d Gambar 30 93,75 0 0 2 6,25e Tabel 29 90,625 3 9,375 0 0f Jumlah Soal Latihan 26 81,25 3 9,375 3 9,375g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 27 84,375 3 9,375 2 6,25
VII Rangkuman 32 100 0 0 0 0VII
IUmpan Balik dan Tindak Lanjut 32 100 0 0 0 0
IX Tes Formatif 28 87,5 1 3,125 3 9,375a Jumlah Soal 24 75 5 15,625 3 9,375b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 25 78,125 5 15,625 2 6,25X Kunci Jawaban 30 93,75 2 6,25 0 0
Rata-rata 28,56 89,25 2,1 6,56 1,34 4,19
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa mahasiswa memberikan tanggapan yang baik
terhadap modul yang digunakan dengan berbagai kekurangan yang disampaikan untuk
perbaikan modul tersebut, terutama terkait dengan tingkat kesulitan soal latihan yang
diberikan. Tingkat kesulitan soal diharapkan lebih sulit lagi tidak hanya jenjang
pengetahuan saja tetapi ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
20
Tabel 5. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 4: Pewarisan Sifat Rambut Gembel.
No AspekKategori
Positif Netral Sulitf % f % f %
I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0II Petunjuk Penggunaan Modul 32 100 0 0 0 0III Indikator Pembelajaran 32 100 0 0 0 0IV Kegiatan Belajar Ia Uraian Materi 28 87,5 4 12,5 0 0b Kedalaman Materi 30 93,75 2 6,25 0 0c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0d Gambar 26 81,25 2 6,25 4 12,5e Tabel 28 87,5 2 6,25 2 6,25f Jumlah Soal Latihan 26 81,25 4 12,5 2 6,25g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 0 0 2 6,25V Kegiatan Belajar IIa Uraian Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125b Kedalaman Materi 28 87,5 0 0 4 12,5c Keluasan Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125d Gambar 28 87,5 2 6,25 2 6,25e Tabel 28 87,5 3 9,375 1 3,125f Jumlah Soal Latihan 30 93,75 1 3,125 1 3,125g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 26 81,25 6 18,75 0 0
VI Kegiatan Belajar IIIa Uraian Materi 24 75 4 12,5 4 12,5b Kedalaman Materi 28 87,5 2 6,25 2 6,25c Keluasan Materi 24 75 4 12,5 4 12,5d Gambar 25 78,125 5 15,625 2 6,25e Tabel 26 81,25 5 15,625 1 3,125f Jumlah Soal Latihan 28 87,5 0 0 4 20g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 0 0 2 6,25
VII Rangkuman 32 100 0 0 0 0VII
IUmpan Balik dan Tindak Lanjut
32 100 0 0 0 0IX Tes Formatif 30 93,75 1 3,125 1 3,125a Jumlah Soal 25 78,125 5 15,625 2 6,25b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 30 93,75 1 3,125 1 3,125X Kunci Jawaban 30 93,75 2 6,25 0 0
Rata-rata 28,6 89,375 1,96 6,125 1,44 4,50
B. Pembahasan
1. Kemampuan Mahasiswa dalam Identifikasi Persoalan Penelitian Genetika
Hasil penghitungan rata-rata kemampuan mahasiswa dalam identifikasi persoalan
penelitian genetika menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam melakukan
identifikasi persoalan penelitian genetika dalam kategori baik sebanyak 21,42%, sedang
21
sebanyak 33,92% dan kategori kurang sebanyak 44,66%. Hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan mahasiswa semester 4 belum mampu melakukan identifikasi persoalan
penelitian genetika secara baik yang fisibel untuk ditindaklanjuti sebagai persoalan skripsi.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa mahasiswa masih mengalami kesulitan
melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika, diantaranya adalah dukungan
matakuliah metodologi penelitian belum cukup, tidak banyak contoh-contoh skripsi yang
relevan, bayangan penelitian genetika itu sulit, dan lain-lain.
2. Tanggapan Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran.
Hasil penghitungan rata-rata tanggapan mahasiswa terhadap modul yang digunakan
pada keempat subtopik modul tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa menyatakan positif
sebesar 89,45%, menyatakan netral 7,03% dan sisanya 3,52% menyatakan negatif. Hal ini
berarti modul yang diujicobakan sudah mempunyai kualitas keterbacaan yang baik.
Mahasiswa pada dasarnya telah dapat memahami dengan baik modul yang diberikan.
Beberapa yang dirasa masih mengalami kesulitan berkaitan dengan penerapan kode-kode
genetik untuk menjelaskan pewarisan sifat khususnya mengenai pewarisan sifat anak kembar
yang ada kaitannya dengan dermatoglypi dan sifat poligen. Disamping itu mahasiswa juga
masih mengalami kesulitan dalam melacak genotip keturunan setelah diterapkan dalam peta
silsilah, khususnya pada pewarisan rambut gembel dan kelainan retardasi mental. Mahasiswa
merasa senang dengan adanya modul tersebut, karena mahasiswa merasa mendapat
pengalaman baru dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan analisis
genetik terhadap kejadian-kejadian sehari-hari yang ada di lingkungannya. Selama ini para
mahasiswa merasa belum mendapatkan contoh operasional bagaimana menerapkan
pengetahuan yang dimiliki untuk mengkaji secara genetik kejadian-kejadian yang ada di
sekitarnya. Banyak tanggapan diberikan dalam rangka perbaikan modul selanjutnya. Saran
yang disampaikan dalam rangka perbaikan modul ini adalah berkaitan dengan kedalaman dan
keluasan uraian materi dalam modul. Mahasiswa mengharapkan ada tambahan penjelasan
karena materi yang diberikan dipandang masih terlalu sedikit, untuk dapat memahami
persoalan yang dipelajari tersebut dengan baik. Jumlah soal yang diberikan terlalu sedikit,
perlu ditambah disesuaikan dengan banyak sedikitnya materi yang dipelajari pada masing-
masing subtopik dalam modul.
22
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan maka hasil penelitian tersebut di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan kemampuan mahasiswa dalam melakukan identifikasi persoalan
penelitian genetika cenderung masih dalam kisaran belum baik dengan rentang kategori
baik sebanyak 21,42%, kategori sedang sebanyak 33,92% dan kategori kurang sebanyak
44,66%.
2. Tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul pembelajaran genetika berbasis hasil
penelitian potensi lokal yang digunakan dilihat dari aspek materi, penyajian dan
keterbacaannya dalam kategori baik, dengan rentang tanggapan positif sebesar 89,45%,
menyatakan netral 7,03% dan sisanya 3,52% menyatakan negatif.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut di atas disarankan sebagai berikut :
1. Banyak latihan melakukan identifikasi persoalan genetika yang ada di sekitar kita, agar
memiliki tingkat fisibilitas yang tinggi untuk ditindaklanjuti menjadi penelitian skripsi
atau untuk keperluan penelitian yang lain.
2. Banyak membaca sumber-sumber lain untuk memperdalam materi dalam modul dan
menambah soal-soal latihan dalam modul untuk meningkatkan penguasaan
pengetahuannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anna C. Pai. (1985). Dasar-dasar Genetika : Ilmu untuk Masyarakat. Terjemahan : Muchidin Apandi Jakarta: Erlangga.
Anonim.(2003). Standar Kompetensi, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Sekolah menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
_____. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.
______ (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MAN Yogyakarta III. Yogyakarta : MAN Yogyakarta III
______ (2006). Apakah Tuna Grahita Itu?. Diambil dari http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=45. Diakses pada tanggal 9 November 2006 Pukul. 21.40 WIB.
________. (2007). Fragile X Syndrome. Diambil dari h ttp://www.hmc.psu.edu/childrens/healthinfo/f/fragilex.htm ). Diakses pada tanggal
10 Februari 2007 Pukul. 12.40 WIB.
________. (2007). Fragile X Syndrome. Diambil dari ( http//www.fragilex.org/html/what.htm. Diakses tanggal 10 Februari 2007 Pukul. 12.40
WIB.
Campbell, Neil A., Reece, Jane B. dan Mitchell, Lawrence G. (2004) Biologi Jilid II. Terjemahan : Wasmen Manalu. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N.A., J.B. Reece,dan L.G. Mitchell. (2002) Biologi Jilid I. Terjemahan: Rahayu Lestari,dkk. Jakarta: Erlangga.
Djohar (1987).” Peningkatan Proses Belajar Sain memalui Pemanfaatan Sumber Belajar.” Makalah sidang senat terbuka. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Hal 1-5. 101.
______. (1984).” Usaha Peningkatan Daya Guna dan Hasil Guna Pemanfaatan Sumber Belajar.” Makalah Lokakarya. Yogyakarta: LPM PPM IKIP Yogyakarta. Hal.7.
_____. (1974). “Peningkatan Proses Belajar Mengajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber Belajar”. Jurnal Kependidikan (No.2 Vol 17). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Hal.14.
D. A Pratiwi, dkk. (1996). Buku Penuntun Biologi untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Endang Warsiki Ghosali. (1983). “Retardasi Mental”. Cermin Dunia Kedokteran. Majalah Triwulan (No.29 1983). Pusat Penelitian dan Pengembangan PT Kalbe Farma Jakarta. Internasional standar serial number : 0125 --- 913x.
24
Hartono, dkk. ( 2003 ). Genetika Kedokteran. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Istamar Syamsuri, dkk. (1997). Biologi 2000. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mohammad Amin. (1974). “Mengembangkan Sikap Murid terhadap Sains” Jurnal Kependidikan. (Nomor X tahun IV). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Hlm.14.
Mohammad Nazir.(1999).Metodologi Penelitian. Bandung: Rosda Karya
Mulyasa. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: CV. Rosda Karya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
Prawoto. (1989). Media Instruksional Biologi, Jakarta: Dirjen DIKTI.
Suratsih dan Victoria Henuhili. 2003. Genetika. Malang : UM Press.
Suratsih dan Victoria Henuhili. 2002. Petunjuk Praktikum Genetika. Malang : UM Press.
Suratsih, V. Henuhili, Tutiek Rahayu, Rini Budiutami, M Abdulatip, Muhammad Luthfi Hidayat, dan Rr. Khoiry Nuria W. 2006. Pengembangan Sumber Belajar Genetika Berbasis Potensi Lokal Dalam Bentuk Modul Pembelajaran. Yogyakarta : FMIPA UNY.
Suratsih, V. Henuhili, Tutiek Rahayu, Rini Budiutami, M Abdulatip, Muhammad Luthfi Hidayat, dan Rr. Khoiry Nuria W. 2006. Modul Pembelajaran Genetika Dasar. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
S. Nasution. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Suryo. (1994). Genetika Manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
_____. (1996). Genetika. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.
_____. (2001). Genetika Manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Tamarin, RH., 1999. Principles of Genetics. Boston : McGraw-Hill, 686 p.
Udin S Winatapura. (1994). Strategi Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
Vembriarto. (1975). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramitha.
25
Wuryadi dan Suratsih. 2002. Kajian Kurikulum. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA, UNY.
Wuryadi. (1971). Dasar Pengertian: Pendidikan Biologi. Jurnal Forum Pendidikan Biologi. (No 2 tahun 4). Hlm 88.
26