38
Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modul Penyajian Laporan Keuangan ini disusun untuk memudahkan pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Modul ini disusun sebagai bahan pelatihan untuk pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat belajar mandiri (self study) atas materi Penyajian Laporan Keuangan pada pemerintah pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf SAP maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi SAP yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAP Nomor 01 ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah. B. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu: 1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2. Mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu: 1. Peserta memahami tujuan penyajian laporan keuangan; 2. Peserta memahami pengertian dan unsur-unsur laporan keuangan; 3. Peserta memahami pengertian dan pos-pos dalam neraca; Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 1

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN - … · Web viewSurpus (Defisit) = (a – (b+c)) Rp xxx e. Pembiayaan (Neto) Rp xxx f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d – f) Rp xxx Akuntansi

  • Upload
    phungtu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangModul Penyajian Laporan Keuangan ini disusun untuk memudahkan

pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Modul ini disusun sebagai bahan pelatihan untuk pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat belajar mandiri (self study) atas materi Penyajian Laporan Keuangan pada pemerintah pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf SAP maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi SAP yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan.

Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAP Nomor 01 ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

B. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)2. Mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan laporan

keuangan.

Tujuan Pembelajaran Khusus:Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Peserta memahami tujuan penyajian laporan keuangan;2. Peserta memahami pengertian dan unsur-unsur laporan keuangan;3. Peserta memahami pengertian dan pos-pos dalam neraca;4. Peserta memahami pengakuan aset dan kewajiban;5. Peserta memahami pengukuran aset dan kewajiban;6. Peserta memahami penyajian dan pengungkapan aset dan kewajiban

dalam laporan keuangan;7. Setelah memahami sebagaimana dimaksud pada angka 1 s.d 6 di

atas, peserta diharapkan mampu menerapkannya dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah.

C. Deskripsi Ringkas

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 1

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Materi Modul Penyajian Laporan Keuangan disusun sesuai dengan PSAP 01 dengan susunan tujuan laporan keuangan, basis akuntansi, jenis laporan keuangan, periode pelaporan, hubungan antar komponen laporan keuangan, unsur-unsur neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas dana, serta soal latihan.

D. Metode PembelajaranMetode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara

pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan dan contoh kasus yang berkaitan dengan Penyajian Laporan Keuangan. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta pelatihan dalam aktivitas diskusi, latihan, dan tanya jawab.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 2

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB IITUJUAN PELAPORAN KEUANGAN DAN BASIS AKUNTANSI

A. Tujuan Pelaporan KeuanganTujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai

posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan

prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:

a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran;

b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: aset; kewajiban; ekuitas dana; pendapatan; belanja; transfer; pembiayaan; dan arus kas.

Menurut PSAP 01 Paragraf 13, tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada pada pimpinan entitas. Dalam lingkup pemerintah daerah yang dimaksud dengan pimpinan entitas adalah setiap kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada sebagai entitas akuntansi dan setiap gubernur/bupati/walikota sebagai entitas pelaporan. Kewajiban dan tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk setiap kepala SKPD juga dinyatakan dalam Pasal 56 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang berbunyi:

“Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 3

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan“

B. Basis AkuntansiBasis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan

kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas (cash basis of accounting) dan basis akrual (accrual basis of accounting).

Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas diterima oleh kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah). Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Contoh transaksi yang membedakan basis kas dan basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Pajak (SKPP). Dalam basis kas, saat terbitnya SKPP tersebut belum diakui sebagai pendapatan, karena pemerintah belum menerima kas. Namun, dalam basis akrual, terbitnya SKPP tersebut oleh pemerintah sudah diakui sebagai pendapatan, walaupun pemerintah belum menerima kas atas pendapatan pajak tersebut.

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008. Sedangkan basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pada saat ini menurut PSAP Nomor 01 adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual (fully accrual basis), baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 4

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB IIISTRUKTUR DAN ISI LAPORAN KEUANGAN

A. Jenis Laporan KeuanganDalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah

pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah pusat/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas:

a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA), b) Neraca, c) Laporan Arus Kas (LAK), d) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal ini berarti setiap gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan keempat laporan keuangan di atas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian kepala SKPD sebagai entitas akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas.

Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan adalah laporan yang menyajikan pendapatan dan beban serta surplus/defisit selama suatu periode yang disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan saldo ekuitas dana pemerintah selama suatu periode.

1. Laporan Realisasi AnggaranLaporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan,

belanja, dan pembiayaan selama suatu periode. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan

keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:a. Pendapatan

Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

b. Belanja

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 5

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

c. TransferTransfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

d. Surplus/defisitSurplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.

e. PembiayaanPembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaranSisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu periode pelaporan.

Unsur-unsur dari LRA dapat digambar dalam tabel di bawah ini:

a. Pendapatan Rp xxxb. Belanja Rp xxxc. Transfer Rp xxxd. Surpus (Defisit) = (a – (b+c)) Rp xxxe. Pembiayaan (Neto) Rp xxxf. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d – f) Rp xxx

Akuntansi LRA ini lebih detail diatur dalam PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.

2. NeracaNeraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Mengenai neraca lebih detail dibahas dalam Bab III modul ini.

3. Laporan Arus KasLaporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menyajikan informasi

mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Penyajian LAK dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 6

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

4. Catatan atas Laporan KeuanganCatatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak

terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya. CaLK sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut:1). informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,

pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

2). ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;3). informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-

kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

4). pengungkapan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

5). pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

6). informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Bagian kebijakan akuntansi pada CaLK setidak-tidaknya menjelaskan hal-hal sebagai berikut:1). basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan

keuangan;2). sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan

dengan ketentuan-ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan

3). setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

Untuk menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut: 1). Pengakuan pendapatan; 2). Pengakuan belanja;3). Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian; 4). Investasi; 5). Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak

berwujud; 6). Kontrak-kontrak konstruksi;

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 7

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

7). Kebijakan kapitalisasi pengeluaran; 8). Kemitraan dengan fihak ketiga; 9). Biaya penelitian dan pengembangan; 10). Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri; 11). Dana cadangan; 12). Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Suatu entitas pelaporan juga dapat mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:1). domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana entitas

tersebut beroperasi;2). penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; 3). ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan

operasionalnya.Catatan atas Laporan Keuangan diatur secara detail dalam PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.

B. Periode PelaporanLaporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Penyajian laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD diwajibkan untuk setiap periode tahun anggaran APBN/APBD, di mana dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dengan demikian, periode pelaporan keuangan tahunan adalah per tanggal 31 Desember untuk Neraca, dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember untuk LRA dan LAK.

Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran. Contoh selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Dalam kondisi seperti itu entitas pelaporan harus mengungkapkan informasi mengenai alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun, dan fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas waktu penyampaian laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Dengan demikian, kegunaan laporan keuangan tersebut berkurang bilamana laporan tidak tersedia bagi pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat waktu.

Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga diwajibkan menyusun laporan keuangan interim, yaitu setidak-tidaknya setiap semester sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 8

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

C. Hubungan antar Komponen Laporan KeuanganPos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan adalah

saling terkait satu sama lain. 1. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas.

Pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK), karena Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan basis kas. Perbedaan utama antara LRA dan LAK adalah disajikannya transaksi nonanggaran di LAK tetapi tidak disajikan di LRA. Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.

2. Laporan Realisasi Anggaran dengan NeracaKeterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca

adalah dalam penghitungan Saldo Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA). SiLPA /SiKPA dalam Laporan Realisasi Anggaran yang merupakan selisih antara surplus/defisit dan total pembiayaan akan dimasukkan pada perkiraan ”Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran” dalam Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar. Perkiraan ”Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran” dalam Neraca tersebut merupakan akumulasi SiLPA/SiKPA dalam LRA dari tahun-tahun sebelumnya.

3. Neraca dengan Laporan Arus KasKeterkaitan antara Neraca dan LAK adalah dalam penyajian saldo

kas. Selisih antara saldo awal dan akhir Kas di Bendahara Umum Negara/Kas di Kas Daerah dalam Neraca merupakan kenaikan/penurunan kas sebagaimana yang disajikan dalam LAK. Dengan kata lain selisih saldo awal dan akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan kenaikan/penurunan kas dalam Laporan Arus Kas. Selain itu saldo akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan saldo akhir kas di Kas Umum Negara/Daerah dalam Laporan Arus Kas.

4. Catatan atas Laporan Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari LRA, Neraca, dan LAK, karena CaLK menjelaskan/ mengungkapkan lebih rinci atas pos-pos dalam LRA, Neraca, dan LAK tersebut.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 9

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB IVNERACA

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca disusun dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dengan Sistem sentralisasi, neraca disusun secara terpusat oleh bagian akuntansi suatu entitas pelaporan. Sedangkan dengan desentralisasi neraca disusun oleh entitas-entitas akuntansi yang kemudian digabung oleh entitas pelaporan. Pada pemerintah daerah, SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan yang akan digabungkan oleh SKPKD menjadi Neraca Daerah. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menjumlahkan akun-akun neraca SKPD dan SKPKD serta mengeliminasi akun-akun timbal balik.

Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas dana merupakan selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam persamaan akuntansi dapat dirumuskan:

Aset = Kewajiban + Ekuitas DanaHubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan sebagai berikut:

NeracaAset Rp XXX Kewajiban Rp XXX Ekuitas Dana Rp XXXTotal Rp XXX Total Rp XXX

A. AsetAset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Jika suatu entitas memiliki aset moneter dalam mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar.

1. Aset LancarSuatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 10

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

1.diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau

2.berupa kas dan setara kas.Aset lancar disajikan dalam neraca meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.

a). Kas dan Setara KasKas diakui pada saat diterima atau pada saat kepemilikannya

dan/atau kepenguasaannya berpindah. Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiah tersebut. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka kas tersebut dikonversi menjadi rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan. Termasuk dalam klasifikasi kas adalah kas di bank, kas yang dipegang bendahara, dan deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan. Dalam neraca pemerintah daerah, kas biasanya disajikan meliputi kas di kas daerah, kas di bendahara penerimaan, dan kas di bendahara pengeluaran. Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kas meliputi Kas di Bendahara Penerimaan dan Kas di Bendahara Pengeluaran.

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di dalam neraca daerah adalah Hutang PFK dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Kewajiban Jangka Pendek

Utang PFK Ekuitas Dana Lancar

Rp XXX

Kas di Kas Daerah Rp XXX SILPA Rp XXX

* SILPA disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Pengeluaran dalam neraca SKPD adalah Uang Muka dari BUD, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Kewajiban

Kas di Bendahara Pengeluaran Rp XXX

Uang Muda dari BUD Rp XXX

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Pengeluaran dalam neraca Daerah adalah Sisa Lebih Pembiayaan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 11

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Kas di Bendahara Pengeluaran Rp XXX

SILPA Rp XXX

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Penerimaan dalam neraca SKPD adalah Pendapatan yang Ditangguhkan, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Kewajiban

Kas di Bendahara Penerimaan Rp XXX

Pendapatan yang Ditangguhkan Rp XXX

* Pendapatan yang Ditangguhkan disajikan di Neraca sebagai Kewajiban Jangka Pendek

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Penerimaan dalam neraca Daerah adalah Pendapatan yang Ditangguhkan, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Kas di Bendahara Penerimaan Rp XXX

Pendapatan yang Ditangguhkan Rp XXX

* Pendapatan yang Ditangguhkan disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Pada neraca SKPD, kas disajikan sebagai berikut:AsetAset LancarKas dan Setara Kas

Kas di Bendahara Pengeluaran Rp XXXKas di Bendahara Penerimaan Rp XXXTotal Kas dan setara kas Rp XXX

Pada neraca, kas disajikan sebagai berikut:Kas dan Setara Kas

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 12

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Kas di Kas Daerah Rp XXXKas di Bendahara Pengeluaran* Rp XXXKas di Bendahara Penerimaan* Rp XXXDeposito (2 bulan)** Rp XXXTotal Kas dan setara kas Rp XXX

*) Rincian kas di bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada beberapa SKPD dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

**) Apabila pemerintah daerah memiliki deposito berjangka kurang dari 3 bulan pada beberapa bank, maka rincian atau daftar dari deposito tersebut dapat diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.

b). Investasi Jangka PendekInvestasi jangka pendek diakui pada saat terjadinya pemindahan

kepemilikan, yaitu pada saat pemerintah menerima bukti investasi. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan. Jenis-jenis deposito beserta jangka waktunya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. Akuntansi investasi jangka pendek diatur lebih detail dalam PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.

Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka Pendek dalam neraca Daerah adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Investasi Jangka Pendek Rp XXX SILPA Rp XXX

c). PiutangPos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang

retribusi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Piutang dicatat sebesar nilai nominalnya.

Penjualan aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil biasanya diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh pemerintah disebut sebagai Tagihan Penjualan Angsuran (TPA). Dalam neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TPA yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset lancar sebagai Bagian Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan Tagihan Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 13

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan Negara, wajib mengganti kerugian tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). Dalam neraca, TP/TGR disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TP/TGR yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset lancar sebagai Bagian Lancar TP/TGR. Reklasifikasi TP/TGR ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca. Pada awal tahun berikutnya bagian lancar piutang ini dikembalikan pada TP/TGR dalam kelompok aset lainnya karena penerimaan kembali dari Tuntutan Ganti Rugi akan mengurangi perkiraan Tuntutan Ganti Rugi bukan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi.

Perkiraan pasangan (balancing account) Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Bagian Lancar TPA, dan Bagian Lancar TP/TGR dalam neraca Daerah dan Neraca SKPD adalah Cadangan Piutang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Piutang Pajak Rp XXX Cadangan Piutang* Rp XXXPiutang Retribusi Rp XXXBagian Lancar TPA Rp XXXBagian Lancar TP/TGR Rp XXX

* Cadangan Piutang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Rincian jenis piutang pajak, retribusi, bagian lancar TPA dan TP/TGR dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

d). Persediaan Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan

disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Jenis-jenis persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.

Pada umumnya metode pencatatan persediaan ada 2 metode, yaitu metode periodik dan metode perpetual. Dalam metode periodik, persediaan dicatat berdasarkan penghitungan/ inventarisasi fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode pelaporan. Sedangkan dalam metode perpetual, persediaan dicatat setiap terjadi transaksi yang mengakibatkan penambahan atau pengurangan persediaan. Metode periodik biasanya digunakan untuk persediaan yang berjumlah banyak dengan harga relatif rendah, sedangkan metode perpetual biasanya digunakan untuk persediaan yang berjumlah relatif sedikit dengan harga relatif tinggi.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 14

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Sesuai dengan PSAP 01, Persediaan dicatat sebesar:biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Biaya perolehan atas persediaan sebagaimana dimaksud di atas

meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Sedangkan potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Dalam rangka penyajian nilai wajar, nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.

Perkiraan pasangan (balancing account) Persediaan dalam neraca Daerah dan Neraca SKPD adalah Cadangan persediaan, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Persediaan Rp XXX Cadangan Persediaan* Rp XXX

* Cadangan Persediaan yang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Akuntansi mengenai persediaan diatur secara rinci dalam PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan.

Secara keseluruhan, penyajian aset lancar dalam neraca adalah:Aset Lancar

Kas Rp XXXInvestasi Jangka Pendek Rp XXXPiutang Pajak Rp XXXPiutang Retribusi Rp XXXBagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXXBagian Lancar Tagihan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

Rp XXX

Persediaan Rp XXXTotal Aset Lancar Rp XXX

2. Aset NonlancarAset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset

tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 15

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

dalam aset nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset lancar sebagaimana diuraikan terdahulu.

Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

a). Investasi Jangka PanjangInvestasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan

untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi nonpermanen terdiri dari:

1. Pinjaman kepada perusahaan negara/daerah;2. Pembelian Obligasi Daerah atau Surat Utang Negara;3. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat

dialihkan kepada pihak ketiga; dan4. Investasi nonpermanen lainnya.

Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen terdiri dari:

1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/ perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan internasional dan badan hukum lainnya bukan milik negara.

2. Investasi permanen lainnya.Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka Panjang

dalam neraca Daerah adalah Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditInvestasi Jangka Panjang Ekuitas Dana Investasi

Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp XXX Diinvestasikan dalam Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp XXX Investasi Jangka Panjang* Rp XXXInvestasi Obligasi Rp XXXInvestasi Nonpermanen Lainnya Rp XXXPenanaman Modal Pemerintah Rp XXXInvestasi Permanen Lainnya Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Investasi.

Penyajian Investasi Jangka Panjang dalam neraca adalah:Investasi Jangka Panjang

Investasi Nonpermanen Rp XXXPinjaman kepada Perusahaan Negara Rp XXXPinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp XXXInvestasi Obligasi Rp XXX

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 16

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Investasi Nonpermanen Lainnya Rp XXXTotal Investasi Nonpermanen Rp XXXInvestasi Permanen Rp XXX

Penanaman Modal Pemerintah Rp XXXInvestasi Permanen Lainnya Rp XXX

Total Investasi Permanen Rp XXXTotal Investasi Jangka Panjang Rp XXX

Rincian atas masing-masing jenis investasi jangka panjang dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Akuntansi Investasi tidak diselenggarakan oleh SKPD tetapi hanya diselenggarakan oleh SKPKD pada pemerintah daerah.Akuntansi Investasi Jangka Panjang diatur secara rinci dalam PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.

b). Aset TetapAset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat

lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Aset tetap terdiri dari: 1. Tanah 2. Peralatan dan Mesin3. Gedung dan Bangunan4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5. Aset Tetap Lainnya 6. Konstruksi dalam Pengerjaan.

Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Tetap dalam neraca Daerah dan neraca SKPD adalah Diinvestasikan dalam Investasi Aset Tetap, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditAset Tetap Ekuitas Dana Investasi

Tanah Rp XXX Diinvestasikan dalam Peralatan dan Mesin Rp XXX Aset tetap* Rp XXXGedung dan Bangunan Rp XXXJalan, irigasi, dan Jaringan Rp XXXAset Tetap Lainnya Rp XXXKonstruksi dalam Pengerjaan Rp XXX

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 17

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

* Diinvestasikan dalam Aset Tetap disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Investasi.

Penyajian aset tetap dalam neraca adalah:Aset Tetap

Tanah Rp XXXPeralatan dan Mesin Rp XXXGedung dan Bangunan Rp XXXJalan, Irigasi, dan Jaringan Rp XXXAset Tetap Lainnya Rp XXXKonstruksi dalam Pengerjaan Rp XXXTotal Rp XXXDikurangi:

Akumulasi Penyusutan (Rp XXX)Total Aset Tetap Rp XXX

Jenis, umur, dan kondisi dari masing-masing aset tetap dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Akuntansi Aset Tetap diatur lebih rinci dalam PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.

c). Dana CadanganDana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung

kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan diakui pada saat dilakukan penyisihan uang untuk tujuan pencadangan dimaksud.

Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. Peruntukan dana cadangan harus diatur dengan peraturan perundang-undangan dan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. Pembentukan dana cadangan dapat dilakukan jika keadaan keuangan pemerintah mengalami surplus anggaran. Pembentukan dana cadangan dilakukan dengan persetujuan DPRD, demikian juga pada waktu pencairan dana tersebut. Pemerintah dapat membentuk lebih dari satu Dana Cadangan. Apabila terdapat lebih dari satu dana cadangan, maka dana cadangan harus diungkapkan dan dirinci sesuai dengan tujuannya.

Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dana cadangan yang dibentuk pemerintah daerah dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah kecuali yang bersumber dari DAK, pinjaman daerah, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 juga dinyatakan bahwa penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang bersangkutan, kemudian seluruh hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan dan dicatat sebagai pendapatan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 18

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi Dana Cadangan hanya diselenggarakan oleh SKPKD dan tidak diselenggarakan oleh SKPD.

Perkiraan pasangan (balancing account) Dana Cadangan dalam neraca Daerah adalah Diinvestasikan dalam Dana Cadangan, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditDana Cadangan Ekuitas Dana Cadangan

Dana Cadangan Rp XXX Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Rp XXX

Penyajian Dana Cadangan di neraca adalah:Dana Cadangan

Dana Cadangan Rp XXX Total Dana Cadangan Rp XXX

Informasi mengenai jenis dana cadangan dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

d). Aset LainnyaYang termasuk dalam aset lainnya adalah:

1. Aset Tak Berwujud 2. Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12

(dua belas) bulan3. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi yang jatuh

tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan4. Aset Kerjasama dengan Fihak Ketiga (Kemitraan).

Aset tak berwujud (intangible asset) adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi :

1. Software komputer2. Lisensi dan franchise3. Hak cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainnya4. Hak jasa dan operasi5. Aset tak berwujud dalam pengembangan.

Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak penjualan aset yang bersangkutan. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas.

Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi menggambarkan tagihan kepada pegawai pemerintah yang terbukti menyalahgunakan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 19

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

uang negara atau menghilangkan aset pemerintah. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tanggung jawab Mutlak atau Surat Keputusan Pembebanan dari pejabat yang berwenang.

Kemitraan dengan Pihak Ketiga menggambarkan nilai hak yang akan diperoleh atas suatu aset yang dibangun dengan cara kemitraan pemerintah dan swasta berdasarkan perjanjian. Kemitraan dengan pihak ketiga dinilai sebesar nilai kontrak kerjasama antara pemerintah dengan pihak ketiga. Bentuk kemitraan tersebut antara lain Bangun Kelola Serah (BKS)/Built operate Transfer (BOT) , Bangun Serah Kelola (BSK)/Built Transfer Operate (BTO) dan bentuk kemitraan lainnya.

Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Lainnya dalam neraca Daerah dan Neraca SKPD adalah Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditAset Lainnya Ekuitas Dana InvestasiAset Tak Berwujud Rp XXX Diinvestasikan dalam Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX Aset Lainnya* Rp XXXTuntutan Perbendaraan/Tuntutan Ganti Rugi Rp XXXKemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Aset Lainnya disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Investasi.

Penyajian aset lainnya dalam neraca adalah:Aset Lainnya

Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXXTuntutan Perbendaraan/Tuntutan Ganti Rugi Rp XXXKemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXXAset Tak Berwujud Rp XXXAset Lain-lain Rp XXX Total Aset Lainnya Rp XXX

Informasi mengenai jenis dari masing-masing komponen aset lainnya dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

B. KewajibanKewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral (Bank Indonesia) pada tanggal neraca.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 20

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.1. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri atas:a. Bagian lancar utang jangka panjang

Bagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian utang jangka panjang yang diharapkan akan dibayar dua belas bulan sesudah tanggal pelaporan. Contohnya Pemerintah daerah XYZ meminjam uang kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp20 miliar pada tanggal 1 Oktober 2005. Pinjaman tersebut dibayar mulai tahun 2006 sampai 2015 (selama 10 Tahun). Pemda XYZ akan melaporkan Bagian Lancar Utang kepada Pemerintah Pusat sebesar yang akan dibayar pada tahun 2006 yaitu Rp2 miliar.

b. Utang BungaUtang bunga merupakan utang yang timbul pada akhir periode pelaporan sehubungan dengan adanya bunga terutang akibat dari adanya pinjaman yang diambil pemerintah.

c. Utang PFKUtang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerintah kurang menyetor kepada pihak lain atas pungutan Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang dilakukannya. Dengan kata lain Utang PFK adalah Penerimaan PFK dikurangi Pengeluaran PFK. Sebagai contoh, Pemerintah daerah ABC melakukan pemotongan dari gaji untuk iuran Tabungan Asuransi Pensiun (Taspen) Rp10 juta selama tahun 2005. Tetapi Pemerintah daerah tersebut baru menyetor ke rekening PT Taspen sebesar Rp8 juta selama tahun 2005. Utang PFK yang dilaporkan adalah sebesar Rp2 juta.

Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang PFK) dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditKewajiban Jangka Pendek

Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Rp XXXUtang Bunga Rp XXXUtang Jangka Pendek Lainnya Rp XXX

Ekuitas Dana LancarDana yang Harus Disediakan untuk

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 21

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Pembayaran Utang Jangka Pendek * (Rp XXX)

* Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek disajikan di Neraca sebagai pengurang Ekuitas Dana Lancar.

Apabila terdapat pungutan PFK yang belum disetor berarti saldo uang tersebut masih berada di Kas Daerah. Oleh karena itu, perkiraan pasangan (balancing account) Utang PFK dalam neraca adalah Kas di Kas Daerah, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Debet KreditAset Lancar Kewajiban Jangka Pendek

Kas di Kas Daerah Rp XXX Utang PFK Rp XXX

Khusus pada SKPD terdapat akun Uang Muka dari BUD sebagai akun lawan dari Kas Di bendahara Pengeluaran, dan Akun Pendapatan yang ditangguhkan sebagai akun lawan dari Kas Di Bendahara penerimaan. Penyajian Kewajiban Jangka Pendek dalam neraca adalah:

Kewajiban Jangka PendekBagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp XXXUtang Bunga Rp XXXUtang PFK Rp XXXUtang Jangka Pendek Lainnya Rp XXX Total Kewajiban Jangka Pendek Rp XXX

Informasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Kewajiban Jangka PanjangSuatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika

diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:

1. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan

3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 22

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.

Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:

1. pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan

2. tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Kewajiban jangka panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan

Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan pinjaman kepada perbankan dalam negeri

b. Utang Dalam Negeri- ObligasiMerupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan penarikan dana dari masyarakat melalui pengeluaran surat utang/obligasi.

c. Utang Luar NegeriMerupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan pinjaman kepada negara/lembaga asing. Penarikan pinjaman luar negeri ini dapat dilakukan melalui penerbitan obligasi yang diperuntukkan bagi pihak asing.

d. Utang Jangka Panjang LainnyaMerupakan utang jangka panjang yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Utang Dalam Negeri- sektor Perbankan, Utang Dalam Negeri-Obligasi, Utang Luar Negeri. Misalnya Utang Kepada Pemerintah Pusat/Daerah Otonom Lainnya.

Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Panjang dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Debet KreditKewajiban Jangka Panjang

Utang Dalam Negeri-Perbankan Rp XXXUtang Dalam Negeri-Obligasi Rp XXXUtang Luar Negeri Rp XXX

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 23

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Utang Jangka Panjang Lainnya Rp XXX

Ekuitas Dana InvestasiDana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang * Rp XXX

* Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang disajikan di Neraca sebagai pengurang Ekuitas Dana Investasi.

Penyajian Kewajiban Jangka Panjang di neraca adalah:Kewajiban Jangka Panjang

Utang Dalam Negeri-Perbankan Rp XXXUtang Dalam Negeri-Obligasi Rp XXXUtang Luar Negeri Rp XXXUtang Jangka Panjang Lainnya Rp XXX Total Kewajiban Jangka Panjang Rp XXX

Informasi lebih rinci mengenai jenis dari masing-masing kewajiban jangka panjang dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Akuntansi kewajiban lebih rinci diatur dalam PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban.

C. Ekuitas DanaEkuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan

selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas Dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.

1. Ekuitas Dana LancarEkuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban

jangka pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), yang merupakan akun pasangan yang menampung kas dan setara kas serta investasi jangka pendek. Pendapatan yang Ditangguhkan, yang merupakan akun pasangan untuk menampung Kas di Bendahara Penerimaan. Cadangan Piutang, yang merupakan akun pasangan yang dimaksudkan untuk menampung piutang lancar. Cadangan Persediaan, yang merupakan akun pasangan dari persediaan. Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek, merupakan akun pasangan dari kewajiban jangka pendek lainnya.

Penyajian Ekuitas Dana Lancar di neraca adalah:Ekuitas Dana Lancar

SiLPA Rp XXXPendapatan yang Ditangguhkan Rp XXX

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 24

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Cadangan Piutang Rp XXXCadangan Persediaan Rp XXXDana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

Rp XXX

Total Ekuitas Dana Lancar Rp XXX

2. Ekuitas Dana InvestasiEkuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang

tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi terdiri dari:

Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun pasangan dari Investasi Jangka Panjang.Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun pasangan dari Aset Tetap, Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun pasangan Aset Lainnya. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (contra account), yang merupakan akun pasangan dari seluruh Utang Jangka Panjang.

Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca adalah:Ekuitas Dana Investasi

Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp XXXDiinvestasikan dalam Aset Tetap Rp XXXDiinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp XXXDana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang Rp XXX Total Ekuitas Dana Lancar Rp XXX

3. Ekuitas Dana CadanganEkuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang

dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ekuitas Dana Cadangan terdiri dari:Penyajian Ekuitas Dana Investasi dalam neraca adalah:

Ekuitas Dana CadanganEkuitas Dana Cadangan Rp XXX Total Ekuitas Dana Cadangan Rp XXX

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 25

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

SOAL LATIHAN

1. Soal Pilihan GandaSoal untuk nomor 1-3 :Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:

Kas Daerah Rp 50 juta Persediaan Rp 45 juta Piutang Pajak Rp 60 juta Investasi Jangka Panjang Rp100 juta Aset Tetap Rp200 juta Aset Lainnya Rp 85 juta Dana Cadangan Rp300 juta Utang Jangka Pendek Rp 30 juta (termasuk PFK Rp5

juta) Utang Jangka Panjang Rp150 juta

1. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2005?

a. 155 jutab. 120 jutac. 125 jutad. 255 juta

2. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2005?

a. 255 jutab. 235 jutac. 385 jutad. 285 juta

3. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Cadangan per 31 Desember 2005?

a. 300 jutab. 150 jutac. 270 jutad. 385 juta

4. Dalam neraca Pemda A akun Kas di Kas disajikan sebesar Rp600 juta, akun Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp35 juta, dan akun SILPA sebesar Rp585 juta. Selisih sebesar Rp50 juta merupakan:

a. Utang PFKb. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka

Pendekc. Utang Bungad. Cadangan Piutang

5. Pasangan akun Kas di Bendahara Penerimaan adalah:a. SILPAb. Utang PFKc. Pendapatan yang Ditangguhkand. Dana Cadangan

2. Soal Essay

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 26

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2005 adalah Rp1.000 juta, setelah ditelusuri ternyata terdapat kas sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006. Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran statu SKPD ditemukan adanya sisa uang persediaan sebesar Rp50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal 5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk TA 2005 baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006.Bagaimana penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 27

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

DAFTAR BACAAN

1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;

2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

7. PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006;

8. PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

9. PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga;

10. PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;

11. PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

12. PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah;

13. PP No. 55/2005 tentang Perimbangan Daerah;

14. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;

15. PP No. 57/2005 tentang Hibah Kepada Daerah;

16. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. PP No. 65/2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

18. PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;

19. PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

20. PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

21. PP No. 3/2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat

22. PP No. 8/2007 tentang Investasi Pemerintah;

23. PP No. 39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 28

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

CONTOH FORMAT NERACA

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 – 29

Modul PSAP No. 01 Penyajian Laporan Keuangan

Modul PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan 30