Upload
chiantal-anugerah
View
541
Download
103
Embed Size (px)
DESCRIPTION
RMK Seminar Akuntansi
Citation preview
Tugas Seminar Akuntansi
STANDAR AKUNTANSI SYARIAH
(SAS)
CHIANTAL ANUGERAH
A311 12 287
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki Standar Akuntansi Keuangan yang mengacu pada US. General
Accepted Accounting Principles sebelum akhirnya mulai menerapkan standar akuntansi
berbasis internasional atau IFRS (International Financial Reporting Standard). Standar
akuntansi keuangan diciptakan untuk membuat metode yang seragam dalam pelaporan
transaksi keuangan dari berbagai entitas dan dapat dibandingkan dan digunakan oleh para
pemakai laporan keuangan untuk kepentingan masing-masing. Seiring berkembangnya
jaman, setiap orang dituntut untuk mengusahakan dan mencapai kesempurnaan dalam
segala hal. Sehingga, berbagai upaya dilakukan demi penyempurnaan standar akuntansi
secara khusus dengan penggunaan prinsip idealisme Islam yang didasarkan pada Al-
qur’an.
Berdasarkan Al-qur’an, hakikat manusia adalah pemilik segalanya di muka bumi
maka semestinya yang menjadi tujuan ideal laporan keuangan adalah pertanggungjawaban
muamalah kepada Sang Pemilik yang hakiki. Tujuan ini dapat ditransformasikan dalam
bentuk pengamalan atas apa yang menjadi sunnah dan syariah-Nya. Dengan kata lain,
akuntansi harus berfungsi sebagai media penghitungan zakat karena zakat merupakan
bentuk kepatuhan manusia kepada Penciptanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan Standar Akuntansi Syariah (SAS) dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK)?
2. Jelaskan isu-isu krusial dalam Standar Akuntansi Syariah (SAS)
C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara standar akuntansi syariah dengan standar akuntansi
keuangan.
2. Menjelaskan isu-isu krusial terkait standar akuntansi syariah.
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Standar Akuntansi Syariah dan Standar Akuntansi Keuangan
1. Standar Akuntansi Syariah (PSAK 101 Revisi 2011)
2. Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 01 Revisi 2009)
3. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Keuangan
- Segi Pengertian
Pengertian akuntansi keuangan menurut Islam lebih mengarah pada pembukuan,
pendataan, kerja dan usaha, kemudian juga perhitungan dan perdebatan (tanya
jawab) berdasarkan syarat-syarat yang telah disepakati, dan selanjutnya penentuan
imbalan atau balasan yang meliputi semua tindak tanduk dan pekerjaan, baik yang
berkaitan dengan keduniaan maupun yang berkaitan dengan keakhiratan. Oleh
karena itu muhasabah dalam Islam mempunyai dua arti, perhitungan dan pembukuan
keuangan. Sementara itu arti akuntansi yang berkembang dalam konvensional ialah
pencatatan transaksi keuangan dan pelaporannya untuk memberikan informasi
keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna pengambilan keputusan
ekonomis.
Arti muhasabah (akuntansi) dalam Islam lebih umum dan lebih luas
jangkauannya, yang meliputi perhitungan dari segi moral dan juga perhitungan
akhirat. Dalam prakteknya setiap aktivitas mu’amalah adanya unsur
pertanggungjawaban (responsibility) dari hubungan vertikal (hubungan antara
manusia dengan Allah SWT/ hablun-minallah) dan hubungan horizontal (hubungan
sesama manusia/ hablun-minannas)
- Segi Tujuan
Tujuan akuntansi keuangan dalam Islam adalah menjaga harta yang merupakan
hujjah atau bukti ketika terjadi perselisihan, membantu mengarahkan kebijaksanaan,
merinci hasil-hasil usaha untuk penghitungan zakat, penentuan hak-hak mitra bisnis,
dan juga untuk membantu dalam menetapkan imbalan dan hukuman serta penilaian
evaluasi kerja dan motivasi. Sementara tujuan akuntansi keuangan konvensional
diantaranya untuk menjelaskan utang dan piutang, untung dan rugi, sentral moneter,
dan membantu dalam mengambil kebijakan dan keputusan manajemen.
Jelaslah bahwa ada beberapa segi persamaan dalam beberapa tujuannya. Hanya
saja, akuntansi syariah lebih difokuskan untuk membantu individu-individu dalam
mengaudit transaksi-transaksinya dan membantu kelompok masyarakat untuk
melakukan muhasabah yang ditangani oleh seorang hakim. Bahkan lebih dari itu,
akuntansi juga bisa membantu dalam lapangan dakwah kepada kebaikan, seperti
amar ma’ruf nahi mungkar.
- Segi Karakteristik
Akuntansi dalam Islam berdasarkan pada nilai-nilai akidah dan akhlak. Maka,
sudah menjadi tugas seorang akuntan untuk memberikan data-data dalam membantu
orang-orang yang bersangkutan tentang sejauh mana hubungan kesatuan ekonomi
dengan kaidah-kaidah dan hukum-hukum syariat Islam dalam bidang muamalah.
Seorang akuntan selalu sadar bahwa ia bertanggungjawab dihadapan Allah tentang
pekerjaannya, dan ia tidak boleh menuruti keinginan pemilik modal jika ada
langkah-langkah penyelewengan dari hukum Allah serta melaporkan yang tidak
sesuai.
Akuntasi syariah didasarkan pada kaidah-kaidah yang permanen, yang diambil
dari sumber-sumber hukum Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Adapun konsep
akuntansi konvensional didasarkan pada peraturan-peraturan dan teori-teori yang
dibuat oleh manusia yang memiliki sifat khilaf, lupa, keterbatasan ilmu dan
wawasan. Sehingga konsep akuntansi konvensional bersifat tidak permanen serta
memiliki kecenderungan berubah-ubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan
sistem ekonomi, perubahan peraturan, perubahan jenis perusahaan dan perubahan
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh manusia.
B. Isu-isu Krusial dalam Standar Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya akuntansi ini
tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran
moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu
berjalan dalam masyarakat Islam. Akuntansi syariah termasuk di dalamnya isu yang tidak
biasa dipikirkan oleh akuntansi konvensional. Perilaku manusia diadili di hari kiamat.
Akuntansi harus dianggap sebagai salah satu derivasi/hisab yaitu menganjurkan yang baik
dan melarang apa yang jelek. Realitas akuntansi syariah adalah tercermin dalam akuntansi
zakat.
Akuntansi zakat menunjukkan proses di mana kekayaan diperoleh secara halal oleh
perusahaan. Ini merupakan salah satu contoh dari turunan hisab yang merupakan bidang
akuntansi. Di samping itu, ternyata melalui Al Qur’an telah menggariskan bahwa konsep
akuntansinya adalah penekanan pertanggungjawaban atau accountability yang tujuanya
menjaga keadilan dan kebenaran.
Ada sejumlah argumentasi yang diajukan mengapa akuntansi syariah harus berbeda
dengan akuntansi konvensional, diantaranya adalah karena faktor tujuan. Siapapun yang
bertransaksi dengan cara Islam, harus diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka
mematuhi perintah Allah dan sekaligus ridha-Nya. Ini tentu sangat berbeda dengan tujuan
yang biasa ingin dicapai akuntansi konvensional, yang biasanya hanya sarat dengan nilai-
nilai keduniawian, tetapi kering dari nilai-nilai ukhrawi. Secara lebih spesifik, dengan
merujuk pada Statement of Financial Accounting (SFA) No. 1, alasan yang dipakai
menyusun tujuan yang berbeda untuk Akuntansi Syari’ah adalah karena:
1. Islamic banks must comply with the principles and rules of Shari’a in all their financial
and other dealings
2. The functions of Islamic banks are significantly different from those of traditional
banks who have adopted the Western model of banking
3. The relatioship between Islamic banks and the parties that deal with them differs from
the relatioship of those who deal with the traditional banks. Unlike traditional banks,
Islamic banks do not use interest in their investment and financing transactions,
whereas traditional banks borrow and lend money on the basis of interest.
Pendapat tersebut cukup jelas dan masuk akal, bila kemudian disimpulkan bahwa
akuntansi syariah tidak sama dengan akuntansi konvensional. Di samping itu, kalau
seseorang mencoba memahami hakekat keberadaan akuntansi sebagai alat yang tidak
bebas nilai dan bahkan penuh kompromi untuk berbagai kepentingan pihak tertentu. Ada
dua aliran yang terjadi, pertama adalah mereka yang menghendaki tujuan dan berbagai
kaidah akuntansi syariah dibangun atas dasar prinsip dan ajaran Islam, lalu
membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran akuntansi kontemporer. Kedua, adalah
berangkat dari tujuan dan kaidah akuntansi konvensional yang sudah ada, kemudian
mengujinya dari padang Islam. Bagian yang dipandang sejalan diterima dan dipakai,
sedangkan bagian yang dipandang tidak sesuai ditolak.
Dengan dikeluarkannya PSAK 59 yang terdiri dari Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah serta Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Akuntansi Perbankan Syariah yang merupakan standar teknis dalam
pencatatan, penyajian, pelaporan, pengungkapan (disclosure), pengakuan segala transaksi
yang berkaitan dengan kegiatan keuangan suatu bank syariah. Memang kedua standar ini
banyak mengadopsi kerangka dan standar yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing
Organizations for Islamic Financial Institutions (AAOIFI, 1998). Jika dicermati lebih
dalam kedua standar ini juga mengacu dari kerangka akuntansi konvensional. Hal ini
wajar saja, karena disiplin akuntansi Islam sebagai ilmu yang sudah mapan belum bisa
terwujud, sehingga berbagai paradigma masih tetap menggunakan konsep akuntansi
konvensional yang dinilai belum sepenuhnya seirama dengan sifat dan nilai-nilai syariat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar Akuntansi Syariah (SAS) jelas berbeda dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) atau akuntansi konvensional dari segi pengertian, tujuan, dan karakteristik.
Akuntansi syariah menekankan pada hukum Islam yang diambil dari Al-qur’an, bersifat
permanen atau tetap dan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan serta manusia, sedangkan
akuntansi konvensional dibuat berdasarkan wawasan manusia yang terbatas dalam
berbagai aspek dan dapat berubah sewaktu-waktu bergantung pada regulasi,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan kemajuan jaman.
Dalam prakteknya, masih sulit bagi entitas untuk menerapkan akuntansi syariah secara
penuh karena pada dasarnya pelaku dan penggunanya merupakan manusia yang jauh dari
standar kesempurnaan. Begitu banyak cara dan alternatif dilakukan untuk penyempurnaan
standar akuntansi yang dapat seirama dengan sifat dan nilai-nilai syariat, namun meskipun
demikian para akuntan yang di bidang akuntansi syariah tidak pernah berhenti untuk
mengusahakan hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. PSAK 101 (Revisi 2011) Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. PSAK 01 (Revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan.
Murtiyani, Siti. 2012. Perbedaan Akuntansi Keuangan Syariah vs Akuntansi
Keuangan Konvensional. (http://heibilon.blogspot.com/2012/02/perbedaan-akuntansi-
keuangan-syariah-vs.html) (online). Diakses pada tanggal 1 September 2015.