13
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENYULUH AGAMA HINDU NON PNS [DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT HINDU KEMENTERIAN AGAMA RI

Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sebagai dasar/pedoman bagi penyuluh agama Hindu Non PNS di lingkup Kemenag

Citation preview

Page 1: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

STANDAR PELAYANAN

MINIMAL PENYULUH

AGAMA HINDU

NON PNS

[ D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I M B I N G A N M A S Y A R A K A T H I N D U

K E M E N T E R I A N A G A M A R I

Page 2: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

1

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PENYULUH AGAMA HINDU

NON PNS

DI LINGKUNGAN DITJEN. BIMAS HINDU

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

I. Pendahuluan.

Penyuluh Agama Hindu Non PNS adalah seorang pemuka agama Hindu,

Pinandhita, P4 H, Sarathi Banten yang bekerja menekuni bidang pelayanan, bimbingan

dan penyuluhan agama terhadap umat Hindu, sebagian bidang tugas yang diketahui untuk

melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Pembangunan masyarakat melalui

bahasa agama. Dalam menjalankan fungsi pelayanan Penyuluh Agama Hindu Non PNS

banyak menghadapi permasalahan maupun hambatan di masyarakat.

Umat Hindu sebagai sasaran Penyuluhan Agama Hindu mengalami banyak

kendala dan tantangan apalagi di Era Globalisasi. Di samping itu juga mengingat

masyarakat yang heterogin dan kecanggihan teknologi. Penyuluh Agama merupakan

ujung tombak Kementerian Agama dalam melaksanakan penerangan agama di tengah

pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Perannya sangat strategis dalam

rangka membangun mental, moral, dan nilai ketakwaaan umat serta turut mendorong

peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang baik di bidang keagamaan

maupun pembangunan.

Kementerian Agama sebagai aparatur pemerintah memiliki posisi dan tugas

fasilitator dalam membangun iklim keagamaan yang kondusif bagi perkembangan

masyarakat yang dinamis, progresif, toleran dan damai, dasar nilai keagamaan dan

kekayaan budaya yang berkeadaban. Untuk menjabarkan tugas itu maka Keputusan

Menteri Agama (KMA) Nomor 1 Tahun 2001 telah mengariskan fungsi Kementerian

Agama meliputi empat masalah pokok, yaitu :

1). Memperlancar pelaksanaan pembangunan dibidang keagamaan

2). Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas serta administrasi

Kementerian

Page 3: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

2

3). Melaksanakan penelitian dan pengembangan, terapan pendidikan dan pelatihan

tertentu dalam rangka mendukung kebijakan dibidang keagamaan

4). Melaksanakan pengawasan fungsional.

Dalam usaha mengimplementasikan fungsi Penyuluh Agama Hindu Non PNS,

maka peran bimbingan dan penyuluhan Agama Non PNS Agama Hindu di masyarakat

merupakan suatu kegiatan yang memiliki nilai strategis khususnya dalam menjalankan

fungsi untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan dengan bahasa agama. Guna

menunjang pelaksanaan pembangunan dalam bidang pembinaan mental spiritual

masyarakat maka sangat dibutuhkan para Penyuluh Agama Non PNS yang profesional.

Pengertian profesionalisme dan kinerja tuntutan atas profesionalisme, sebagai

suatu faham dan konsep idealisme profesional, sering dijadikan tuntutan terhadap

keberadaan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Hal ini wajar saja, apalagi seperti

penyuluh agama yang memang telah menjadi profesi harus dilakukan secara professional.

Sebutan “profesionalisme” itu sendiri berasal dari kata “profesi”. Jadi, berbicara

tentang profesionalisme tentu mengacu pada pengertian profesi, sebagai suatu bidang

pekerjaan. Terdapat beberapa pengertian profesionalisme sebagai perangkat atribut -

atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja

yang diinginkan. Sebutan standar kerja merupakan faktor pengukuran atas bekerjanya

seorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas.

Pada sisi lain profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan

standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut. Berdasarkan pendapat di

atas, berarti terdapat sejumlah faktor dominan dalam mempersoalkan profesionalisme

dikalangan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Faktor yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

1. Kapasitas intelektual Penyuluh Agama Hindu Non PNS yang relevan dengan jenis

dan sifat pekerjaannya. Kapasitas intelektual ini berhubungan dengan jenis dan

tingkat pendidikan yang menjadi karakteristik pengetahuan dan keahlian seseorang

dalam bekerja.

2. Standar kerja yang sekurang - kurangnya mencakup prosedur, tata cara dan hasil

akhir pekerjaan.

3. Standar moral dan etika dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, aspek ini

merupakan persoalan yang sulit dirumuskan dan dinyatakan secara utuh, karena

proses aktualisasinya tidak hanya ditentukan oleh sifat dan watak seseorang, tetapi

ditentukan juga oleh sistem nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan kerja.

Page 4: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

3

Sebagai contoh, seseorang yang sebenarnya memiliki disiplin waktu yang tinggi,

tetapi bisa saja berubah karena lingkungannya terbiasa tidak disiplin.

Dengan demikian seorang penyuluh Non PNS dituntut untuk bekerja secara

profesionalisme. Profesionalisme adalah suatu paham tentang cara dan ciri bagi seseorang

dalam melakukan kerja di masyarakat, yaitu :

1). Merefleksikan adanya nilai kebijakan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, yang

karena itu dalam melakukan pekerjaan tidak lagi mengharapkan upah (reward)

materiil oleh pihak professional pelakunya, tetapi demi tegaknya kehormatan diri;

2). Dikerjakan berdasar kemahiran (keahlian/skill) teknis yang bermutu tinggi, karena

itu mensyaratkan adanya pendidikan dan latihan tingkat tertentu yang memenuhi

standar kualifikasi tertentu;

3). Dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada kontrol sesama yang terorganisasi

berdasarkan kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam

organisasi.

Secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang Penyuluh Agama Hindu Non

PNS dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kinerja Penyuluh Agama Hindu Non PNS merupakan kombinasi dari

kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Adapun

indikator kinerja Penyuluh Agama Hindu Non PNS dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Akuntabilitas atau pertanggungjawaban hasil pekerjaan sesuai beban pekerjaan

yang diembannya.

b. Penerapan juklak/juknis yang menjadi acuan atau pelaksanaan.

c. Dapat menampung aspirasi dan memahami kebutuhan umat yang dibina.

d. Orientasi pelayanan penyuluh yang meliputi sumber daya manusia dan organisasi

yang dimiliki serta penyediaan waktu kerja dalam pelayanan.

e. Efisiensi pelayanan penyuluhan yang meliputi standar waktu pelayanan, materi

dan sikap yang memadai sesuai tuntutan kebutuhan pelayanan.

f. Fasilitas pelayanan meliputi fasilitas kerja dan fasilitas pelayanan masyarakat.

Sehubungan dengan strategi managemen penyuluhan, Penyuluh Agama Hindu

Non PNS harus memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani umat yang

tidak punya perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan dan mampu

berimprofisasi. Pada suatu saat bila perlu juga memberikan pancingan persoalan yang

bisa diterima atau dipahami oleh umat untuk menciptakan dan mengembangkan metode

penyuluhan yang relevan.

Page 5: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

4

II. Dasar Hukum Penyuluh Agama Hindu Non PNS

Dalam menguraikan tentang landasan hukum keberadaan Penyuluh Agama adalah

sebagai berikut :

1. Keputusan Menteri Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorarium bagi Penyuluh

Agama

2. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian

Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999 tentang Jabatan

Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.

3. Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang

Jabatan Fungsiopnal Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.

4. Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2011 tanggal

5 September 2011 tentang honorarium penyuluh Non PNS

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 164 Tahun 1996 tentang

Penyuluh Agama yang dimaksud dalam KMA ini adalah Penyuluh Agama Hindu Non

PNS adalah Pembimbing umat Hindu dalam rangka pembinaan mental, moral dan Srasa

dan bhakti (ketakwaan) kepada Tuhan yang maha Esa. Dalam pengelompokan Penyuluh

Agama Hindu Non PNS dapat dibagi menjadi 3 kelompok yang meliputi :

1. Penyuluh Agama Muda adalah Penyuluh yang bertugas pada masyarakat di

lingkungan pedesaan yang meliputi masyarakat transmigrasi, masyarakat

terasing, kelompok pemuda remaja, serta kelompok masyarakat lainnya di

wilayah Kabupaten.

2. Penyuluh Agama Madya adalah penyuluh yang bertugas pada masyarakat di

lingkungan perkotaan yang meliputi kelompok pemuda / remaja, kelompok

masyarakat Industri, kelompok profesi, daerah rawan, lembaga pemasyarakat

lainnya di lingkungan Kota/ Kabupaten dan Ibu Kota Provinsi

3. Penyuluh Agama Utama adalah penyuluh yang bertugas di lingkungan para

pejabat instansi pemerintah, swasta serta kelompok ahli dalam berbagai bidang,

di lingkungan Direktur Jenderal yang bersangkutan.

Guna kelancaran Pelaksanaan tugas bimbingan, penyuluhan, pembinaan umat beragama

di Indonesia maka diangkat Penyuluh Agama. Penyuluh agama Non PNS dapat berasal

dari :

a. Tokoh masyarakat /perorangan yang diatur oleh masyarakat, mempunyai

kemampuan di bidang penyuluh Agama Hindu Non PNS bagi mereka

Page 6: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

5

beredudukan pada badan - badan swasta yang mempunyai bidang penyuluh

agama

b. Bagi daerah tertentu dapat diangkat Penyuluh Agama Hindu Non PNS, Pegawai

Negeri dengan catatan tugas penyuluhan dilaksanakan di luar jam kerja.

Adapun Penyuluh Agama Hindu Non PNS Negeri yang karena kedudukannya

bertugas mengkoordinir / membina penyuluh agama dapat diangkat sebagai

penyuluh agama Hindu Non PNS.

Syarat Pengangkatan Penyuluh Agama Hindu Non PNS harus mempunyai

kemampuan untuk memberikan penyuluhan agama. Untuk penyuluh agama Muda

minimal berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sederajat, untuk

penyuluh Agama Madya minimal berpendidikan Sarjana Muda / Sarjana Muda Ilmu

Agama, untuk Penyuluh Agama Utama minimal berpendidikan Sarjana / Sarjana Ilmu

Agama atau yang mempunyai keahlian khusus di bidang Penyuluhan Agama.

Tata cara pengangkatan penyuluh Agama Muda adalah dalam waktu selambat

lambatnya 2 ( dua) bulan sebelum tahun anggaran, Kepala Kantor Kementerian Agama

Kab,/Kota menyampaikan rencana penugasan Penyuluh Agama Muda yang diperlukan

kepada Kepala Kantor Wilayah. Selambat-lambatnya 1 ( satu) bulan sebelum tahun

anggaran dimulai, Kepala Kantor Wilayah menetapkan jumlah Penyuluh Agama Madya

pada masing masing Kantor Kementerian Kab/Kota di wilayahnya dengan tembusan

kepada Direktur Jenderal yang bersangkutan.

Tata cara pengangkatan penyuluh Agama Utama adalah dalam waktu selambat

lambatnya 2 ( dua) bulan sebelum tahun anggaran, Kepala Kantor Kementerian Agama

bersangkutan untuk jangka waktu 1 tahun, dengan mengirim tembusanya kepada Direktur

jenderal yang bersangkutan. Direktur Jenderal menetapkan jumlah Penyuluh Agama

Utama pada masing masing Kantor Kementerian Wilayah. Direktur Jenderal setelah

meneliti kebenaran lampiran tersebut mengangkat Penyuluh Agama Utama pada masing

masing Kantor Kementerian bersangkutan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Pembinaan terhadap penyuluh Agama dilakukan oleh Kepala Kantor Agama

Kab./ Kota, Kepala Kantor Wilayah dan Direktur Jenderal yang berkaitan secara

berjenjang, baik pembinaan administratif maupun teknis

Setelah ditetapkan dengan Surat Keputusan sebagai Penyuluh Agama Hindu Non

PNS dengan dilampiri surat keterangan melaksanakan tugas penyuluhan pada wilayah

binaan yang ditentukan kepada Penyuluh Agama Hindu Non PNS berhak atas diberikan :

a. Honorarium bulanan

Page 7: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

6

b. Biaya Transport

Biaya untuk keperluan keputusan ini dibebankan pada anggaran Kementerian

AgamaPelaksanaan Keputusan ini disesuaikan dengan batas anggaran yang disediakan

tiap tahun bagi masing – masing Kantor / Satuan Kerja.Selanjutnya sebagai dasar dalam

memberikan honorarium bagi Penyuluh Agama Non PNS diatur dengan Surat Keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2011. Tanggal 5 September 201.

Maka di samping tugas penyuluh mempunyai kewajiban untuk melaporkan kegiatanya

secara periodik.

III. Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

Dalam penyusunan Standar Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS dengan

mempertimbangkan kondisi dan jarak tempuh wilayah binaan serta kelompok binaan

makauntuk mengukur kinerja Penyuluh Non Pnsperlu untuk dibuat rumusan tahapan yang

harus dilakukan antara lain :

1. Merumuskan kebijakan tehnis Penyuluhan Agama Hindu

Membuat rumusan kebijakan dari Pemerintah, Parisada Hindu Dharma

Indonesa, hasil Pesamuan maupun berbagai sumber aturan baik dalam ajaran

Agama Hindu, yang akan disosialisasikan pada umat Hindu dalam

mengembangkan Dharma Negara maupun Dharma Agama

2. Melaksanakan Pembinaan tehnis dan pengaturan kegiatan pelaksanaan

penyuluhan agama Hindu

Menyiapkan / merumuskan jadwal kegiatan yang disesuaikan dengan

obyek penyuluhan, daerah binaan dan kelompok binaan sehingga pelaksanaan

bimbingan penyuluhan akan berjalan secara periodik dan tepat sasaran dengan

pertimbangan kelompok binaan dimaksud.

3. Mengumpulkan data identifikasi potensi wilayah /kelompok sasaran

Kegiatannya menghimpun atau mengumpulkan data oleh penyuluh

agama dengan menggunakan instrument pengumpulan data, formulir-formulir,

blanko-blanko isian dan daftar pertanyaan yang berisi semua bahan berupa

data/informasi tentang data potensi wilayah/kelompok yang berkaitan dengan

data pembinaan kehidupan beragama dan pembangunan yang ada dalam suatu

wilayah atau kelompok sasaran.Kegiatan ini dilakukan minimal 1 tahun. Satu

tahun apabila seorang penyuluh ditugaskan berdasarkan berdasarkan wilayah

Page 8: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

7

binaan, tetapi bila seorang penyuluh ditugaskan berdasarkan kelompok binaan

maka volume pengumpulan data didasarkan atas jumlah kelompok binaan.

Bentuk fisik adalah kuisner, formulir-formulir, blanko-blanko yang telah di isi

atau daftarpertanyaan yang telah dijawab oleh responden yang dihimpun dalam

satu paket, menyesuaikan dengan kebutuhan penyuluh Non Pns.

4. Menyusun rencana kerja operasional

Dalammenyusun rencana kerja operasionaldengan membuatTerm of

Reference (TOR) yang bersifat penjabaran setiap kegiatan yang tertuang dalam

rencana kerja (program kerja) tahunan sehingga tergambar secara jelas tujuan,

sasaran, waktu, pelaksanaan dan pokok-pokok materi serta teknis pelaksanaan

kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan yang akan

dilakukan untuk suatu kelompok sasaran/binaan yang ada. Kegiatan ini

dilakukan minimal 6 kali dalamsetahun. Bentuk fisik kerja adalah asli/ foto

copy naskah rencana kerja operasional sejumlah yang dibuat.

5. Mengumpulkan bahan materi bimbingan dan penyuluhan

Adalah suatu kegiatan menghimpun dan mempelajari bahan-bahan

bimbingan atau penyuluhan dari kitab suci, buku keagaman dan kebijakan

pemerintah untuk melengkapi penyusunan materi. Kegiatan dilakukan minimal

1 tahun 12 kali atau pada hari – hari yang telah ditentukan yang disesuaikan

dengan hari suci keagamaan Hindu. Bentuk fisik adalah resume atau kompilasi

pokok-pokok materi dan sumber-sumber materi.

6. Menyusun konsep tertulis materi Bimbingan Penyuluhan dalam bentuk naskah

Kegiatan ini terdiri dari penyusunan materi tertulis yang akan

dipergunakan untuk bahan pelaksanaan bimbingan/ penyuluhan dengan tema,

sistematika tertentu dan dibuat dalam bentuk naskah ketikan 1,5 spasi dengan

jumlah halaman minimal 5 halaman kertas folio. Kegiatan ini dilakukan

minimal 6 bulan dalam setahun setiap 6 bulan naskah bentuk fisik adalah

naskah materi yang telah dibuat.

7. Menyusun konsep materi bimbingan penyuluhan dalam bentuk poster dengan

alat peraga keagamaan Hindu

Page 9: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

8

Adalah kegiatan penyusunan materi dituangkan dalam poster atau

spanduk berdasarkan desain materi dan bahan yang berhasil dihimpun.

Kegiatan ini tidak mengikat, artinya boleh dilakukan dan boleh juga tidak

dilakukan. Bentuk fisik adalah naskah konsep materi.

8. Melaksanakan bimbingan penyuluhan melalui tatap muka kepada masyarakat

pedesaan

Adalah kegiatan pelaksanaan bimbingan penyuluhan yang dialakukan

dalam suatu pertemuan saling berhadapan antara penyuluh agama dengan

kelompok binaan/ kelompok sasaran masyarakat umum yang berada di

pedesaan. Kegiatan ini dilakukan minimal seminggu sekali.Bentuk fisik adalah

bukti bahwa yang bersangkutan telah melakukan kegiatan bimbingan

penyuluhan, bukti fisiknya dapat berupa surat keterangan dari penyelenggara

atau daftar kehadiran penyuluh yang dibuat secara keseluruhan selama 6 bulan

atau 1 tahun dengan mencantumkan bulan, hari, tanggal, dan jam pelaksanaan

bimbingan penyuluhan.

9. Melaksanakan bimbingan penyuluhan melalui pentas seni budaya atau

pertunjukan seni sebagai pemain dan pendharma wacana.

Adalah kegiatan pelaksanaan bimbingan/ penyuluhan yang dialakukan

secara lisan ataupun dengan gerakan yang dilakukan dalam suatu pertunjukan

di mana seorang penyuluh agama bertindak sebagai salah satu pemain/

pemegang peran. Kegiatan ini sifatnya tidak mengikat, artinya boleh dilakukan

boleh tidak. Bentuk fisik adalah surat keterangan dari penyelenggara

pertunjukan atau sutradara yang bertanggungjawab atas pentas seni budaya

pertunjukan seni dan pendharma wacana.

10. Menyusun laporan bulanan pelaksanaan bimbingan penyuluhan

Adalah kegiatan penyusunan dan pembuatan laporan pelaksanaan

kegiatan bimbingan atau penyuluhan yang dilakukan secara tatap muka, yang

meliputi antara lain, lokasi pelaksanaan, tema, jumlah peserta, peralatan yang

digunakan, masalah yang ada, dan lain-lain yang dilaksanakan setiap minggu

sekali. Apabila mempunyai kelompok binaan tetap dan setiap kelompok

Page 10: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

9

binaan dilaksanakan sekali maka jumlah laporan mingguannya menjadi

laporan bulanan, bentuk fisik adalah setiap laporan mingguan yang dibuat.

11. Melaksanakan konsultasi secara perorangan

Adalah kegiatan pemberian informasi, penjelasan, jalan keluar

pemecahan terhadap suatu persoalan yang dihadapi oleh perorangan yang

secara tegas memohon bantuan kepada penyuluh agama. Materi konsultasi

berkaitan dengan keagamaan. Konsultasi bisa dilakukan di tempat manapun

dan tidak menjadi keharusan bertempat di Kantor / Pura. Kegiatan ini

dilakukan Penyuluh agama juga malaksanakan bidang konseling Pra Nikah /

pra wiwaha bagi para remaja yang skan melangsungkan / perisiapan nikah.

Sebagai bukti bahwa pelaksanaan konseling ini dilakukan dilampirkanya

bentuk fisik berupa formulir permohonan konsultasi yang ditandatangani oleh

pemohon.

12. Melaksanakan konsultasi secara kelompok

Adalah kegiatan pemberian informasi, penjelasan dan jalan keluar yang

dilakukan penyuluh agama Hindu Non PNS terhadap kelompok masyarakat yang

secara tegas meminta jasa konsultasi dalam rangka memecahkan suatu persoalan di

bidang keagamaan atau pembangunan melalui bahasa agama.Bentuk fisik adalah

bahan yang dijadikan sebagai dasar penilaian adalah formulir permohonan konsultasi

yang ditandatangani oleh pimpinan kelompok.

13. Menyusun laporan hasil konsultasi perorangan/ kelompok

Adalah kegiatan penyusunan dan pembuatan laporan pelaksanaan

kegiatan bimbingan penyuluhan melalui proses konsultasi, meliputi : jumlah

sasaran/jumlah peserta, frekuensi, masalah yang dipecahkan, langkah

pemecahan yang disampaikan serta hasilnya. Kegiatan dilakukan sesuai dengan

ada tidaknya pelaksanaan konsultasi. Bentuk fisik adalah laporan yang dibuat

setiap habis melakukan konseling sesuai kebutuhan.

Page 11: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

10

IV. Penyusunan Evaluasi pelaporan kinerja Penyuluh Agama Hindu Non PNS

Dalam penyusunan evaluasi pelaporan kinerja Punyuluh Agama Hindu Non PNS

sebagai bentuk tanggung jawab secara administrasi yang telah dilakukan selama

melakukan bimbingan dan penyuluhan dapat dilaksanakan secara periodik, pelaporan

tersebut dilakukan kepada satuan kerja yang telah mengangkat mereka sebagai Penyuluh

Agama Hindu Non PNS, pelaporan ini dilakukan secara semesteran setahun dua kali.

Pelaporan yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Hindu Non PNS adalah sebagai evaluasi

terhadap kinerja yang bersangkutan sehingga dalam menjalankan tugas bimbingan

penyuluhan dapat terukur, sihingga secara moral dapat dipertanggungjawabkan terhadap

publik.

Adapun pelaporan yaang harus dilengkapi bagi Penyuluh Agama Hindu Non PNS

yaitu berupa fotopy baik berupa blangko – blangko penyuluhan maupun naskah materi

penyuluhan yang telah dilakukan pada periode tertentu. Di samping itu Penyuluh Agama

Hindu juga melaporkan segala sesuatu yang dilakukan dalam bimbingan dan penyuluhan

dengan format Sebagai berikut (TERLAMPIR)

V. Penutup

Demikian pedoman standar pelayanan minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS,

untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan terhadap

Umat Hindu, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat terukur. Kami juga menerima

kritik dan masukan demi sempurnanya pedoman standar pelayanan minimal Penyuluh

Agama Hindu Non PNS.

Page 12: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

11

LAMPIRAN I

BIODATA PENYULUH

AGAMA HINDU NON PNS

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

NAMA : _____________________________________

TEMPAT/TGL. LAHIR : _____________________________________

JENIS KELAMIN : _____________________________________

ALAMAT RUMAH : _____________________________________

_____________________________________

WILAYAH BINAAN : _____________________________________

_____________________________________

PENDIDIKAN TERAKHIR : _____________________________________

NOMOR TELEPON/HP. : _____________________________________

NPWP : _____________________________________

E-MAIL : _____________________________________

DIKLAT YANG PERNAH DIIKUTI:

_____________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________

___________________________________________________________________________

Kendari,___________________2013

______________________________

PAS PHOTO

3X4

Page 13: Standar Pelayanan Minimal Penyuluh Agama Hindu Non PNS

12

LAMPIRAN II

LAPORAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

PENYULUH AGAMA HINDU NON PNS

KANWIL KEMENAG PROV. SULAWESI TENGGARA

SEMESTER : I (SATU) / II (DUA)

PERIODE : JANUARI S.D. JUNI 2013 / JULI S.D. DESEMBER 2013

NAMA PENYULUH : ..........................................

ALAMAT : ..........................................

TINGKAT PENYULUH : ..........................................

WILAYAH BINAAN : ..........................................

No. Uraian Kegiatan Tanggal

Kegiatan

Judul/Tema Yang

Disampaikan

Jumlah

Peserta Waktu Ket.

1 2 3 4 5 6 7

Mengetahui, Kendari, 2013

PHDI Kab./Kota Penyuluh Non PNS

Ttd Ttd

_______________ _________________