284
STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

  • Upload
    others

  • View
    48

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIHTANAMAN HUTAN

Page 2: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 3: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIHTANAMAN HUTAN

C.01/12.2017

Penerbit IPB PressIPB Science Techno ParkKota Bogor - Indonesia

Dede J. Sudrajat, Nurhasybi, dan Yulianti Bramasto

Page 4: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

Judul Buku:Standar Pengujian dan Mutu Benih Tanaman Hutan

Penulis: Dr. Dede J. Sudrajat, S.Hut. M.TIr. Nurhasybi, M.SiDr. Ir. Yulianti Bramasto, M.Si.

Editor:Ir. Djoko Iriantono, M.ScIr. Muhammad Zanzibar, MM

Editor Typografi:Atika Mayang Sari

Desain Sampul & Penata Isi:Army Trihandi Putra

Jumlah Halaman: 260 + 24 halaman romawi

Edisi/Cetakan:Cetakan Pertama, Desember 2017

PT Penerbit IPB PressAnggota IKAPIIPB Science Techno ParkJl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: [email protected]

ISBN: 978-602-440-240-2

Dicetak oleh IPB Press Printing, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2017, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi bukutanpa izin tertulis dari penerbit

Page 5: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

KATA PENGANTAR

Benih sebagai bahan tanaman dalam arti sempit adalah biji generatif dan dalam arti luas adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk perbanyakan tanaman. Dalam buku ini, pengertian benih hanya difokuskan pada biji generatif. Mutu benih sebagai cerminan dari teknik produksi benih dan penanganan benih (mutu fisik dan fisiologis benih) dan asal benih/sumber benih (mutu genetik) berperan penting untuk menyediakan bahan perbanyakan tanaman yang memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan baik dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

Benih sebagai biji generatif dikendalikan oleh faktor alam dan induknya. Faktor-faktor ini akan cenderung memperlebar keragaman benih ditinjau dari mutu fisik, fisiologis, dan genetis. Sebaliknya, aspek legalitas menghendaki ketentuan-ketentuan baku yang dituangkan dalam undang-undang, peraturan, atau keputusan pejabat berwenang. Dua kepentingan yang terlihat bertolak belakang ini perlu disinergikan untuk dapat memberikan persepsi yang sama bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan dengan benih tersebut. Salah satu upaya untuk mensinergikannya dan juga untuk menjamin mutu benih yang beredar, sistem sertifikasi mutu benih diterapkan dengan dukungan perangkat metode pengujian mutu benih.

Pedoman pengujian mutu benih tanaman hutan ini merupakan informasi penting tentang bagaimana metode pengujian mutu benih tanaman hutan dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia, sarana dan prasarana laboratorium pengujian benih. Mutu benih yang menjadi fokus dalam pedoman ini adalah mutu fisik (kadar air, kemurnian, berat 1000 butir) dan fisiologis (viabilitas dan daya berkecambah). Buku ini

Page 6: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

vi

vi

disusun dengan mengadopsi sebagian peraturan ISTA (International Seed Testing Association) dan dilengkapi dengan analisis data-data dari kegiatan penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor dan Perguruan Tinggi, dan data-data hasil kerjasama dengan Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan serta Balai Perbenihan Tanaman Hutan seluruh Indonesia dalam kegiatan pembiatan standar mutu benih dan bibit (2009-2015). Standar yang dimaksud dalam buku ini adalah standar pengujian mutu benih tanaman hutan dan standar mutu benih tanaman hutan yang layak diedarkan.

Semoga buku ini mampu meningkatkan wawasan dan kemampuan penguji mutu fisik dan fisiologis benih sehingga mampu menghasilkan sertifikat benih yang dapat menjamin mutu benih yang beredar dan meningkatkan produksi benih dan bibit tanaman hutan yang bermutu tinggi untuk program penanaman.

Bogor, November 2017

Penyusun

Page 7: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

SAMBUTAN KEPALA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI

PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

Benih tanaman hutan berperan penting dalam menyediakan bahan perbanyakan tanaman untuk berbagai program penanaman seperti rehabilitasi lahan dan hutan, pembangunan hutan tanaman dan hutan rakyat. Untuk pengendalian mutu dalam penggunaan benih oleh pengada, pengedar, dan pengguna benih, maka benih tanaman hendaknya dilengkapi dengan aspek legalitas yang pada saat ini dilakukan dengan sistem sertifikasi mutu benih. Sistem sertifinasi sendiri dalam pelaksanaannya memerlukan perangkat standar pengujian dan juga standar mutu benih tanaman hutan.

Standar pengujian mutu benih harus ditetapkan dengan seksama karena beberapa alasan. Pertama, metode pengujian yang baku diharapkan akan memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot benih akan dikerjakan oleh pihak-pihak yang berwenang. Kedua, keakuratan data pengujian mutu benih diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman, pemuliaan pohon, dan konservasi sumber daya genetik. Ketiga, sebagai acuan dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Sedangkan, standar mutu benih layak edar perlu ditetapkan karena beberapa alasan penting. Pertama, untuk perencanaan pengadaan bibit di persemaian. Kedua, mutu fisik dan fisiologis dapat menggambarkan mutu genetisnya. Ketiga, perlindungan terhadap pengguna benih.

Page 8: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

viii

viii

Pengumpulan data dari berbagai pihak dan juga kerjasama pengujian benih dengan berbagai institusi pengujian benih tanaman hutan tentunya sangat penting untuk mendapatkan metode yang sahih dan dapat diaplikasikan oleh berbagai laboratorium penguji benih tanaman hutan. Dalam penyusunan buku ini juga dilakukan kerjasama pengujian dan tukar menukar data dengan direktorat operasional seperti Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan dan institusi-institusi pengujian dan memberi sertifikat seperti Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

Penyusunan buku ini dinilai sangat penting dan bermanfaat bagi para pihak yang terkait dengan pengujian mutu benih tanaman hutan. Adanya penyerahan kewenangan bidang kehutanan ke pemerintah daerah termasuk di dalamnya sektor perbenihan tanaman hutan, maka pemerintah daerah provinsi membentuk Balai Perbenihan Tanaman Hutan. Sebagai lembaga pengujian yang baru dibentuk, maka buku ini dapat menjadi panduan bagi para analis benih di lembaga-lembaga tersebut. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada penyusun, para peneliti yang telah memberikan kontribusi data, serta para pihak lainnya yang berkerjasama dan memberikan kemudahan dan aksesibilitas dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan acuan bagi pengujian benih tanaman hutan, wawasan dalam pengujian benih, dan memberikan inspirasi untuk membangun industri perbenihan tanaman hutan yang mampu mendukung meningkatan produktivitas dan kelestarian hutan.

Bogor, November 2015

Kepala Balai,

Ir. Suratmi, M.Si

NIP. 196110105 19860320 01

Page 9: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar .......................................................................................... v

Sambutan Kepala Balai Penelitian Teknologi PerbenihanTanaman Hutan ..................................................................................... vii

Daftar Isi .................................................................................................. ix

Daftar Tabel .............................................................................................xv

Daftar Gambar ........................................................................................xxi

Daftar Lampiran .................................................................................. xxiii

I. Pendahuluan .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2. Ruang Lingkup ....................................................................... 3

1.3. Sistem Sertifikasi Mutu Benih................................................. 5

II. Pengambilan Contoh Benih ........................................................... 11

2.1. Tujuan.................................................................................. 11

2.2. Definisi ................................................................................. 11

2.3. Prinsip Umum ...................................................................... 13

2.4. Peralatan ............................................................................... 13

2.5. Prosedur ............................................................................... 14

Page 10: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

x

x

2.6. Penghitungan dan Penulisan Hasil ...................................................... 29

2.7. Pelaporan Hasil ..................................................................................... 29

2.8. Tabel Ukuran Lot dan Ukuran Contoh ............................................. 29

2.9. Pengujian Heterogenitas untuk Lot Benih pada Beberapa Wadah .......................................................... 36

III. Penetapan Kadar Air ...................................................................... 53

3.0. Metode Referensi Dasar untuk Penetapan Kadar Air ........... 53

3.0.0. Perlunya uji penghancuran ....................................... 53

3.0.1. Uji penggunaan metode suhu konstan tinggi ............ 53

3.1. Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven Suhu Konstan .. 54

3.1.1. Tujuan ..................................................................... 54

3.1.2. Definisi .................................................................... 54

3.1.3. Prinsip umum .......................................................... 54

3.1.4. Peralatan .................................................................. 54

3.1.5. Prosedur ................................................................... 57

3.1.6. Penghitungan dan penulisan hasil ............................ 65

3.1.7. Pelaporan hasil ......................................................... 67

3.2. Penetapan Kadar Air dengan Alat Pengukur Kadar Air secara langsung Moisture Meter) ............................................ 68

3.2.1. Kalibrasi alat pengukur kadar air .............................. 68

3.2.2. Penetapan kadar air dengan alat pengukur kadar air (moisture meter) ........................................................ 73

3.2.2.1. Tujuan ........................................................ 73

3.2.2.2. Prinsip umum kerja alat .............................. 73

3.2.2.3. Peralatan ..................................................... 73

3.2.2.4. Prosedur ..................................................... 73

Page 11: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

xi

xi

DAFTAR ISI

3.2.2.5. Penghitungan dan penulisan hasil ............... 74

3.2.2.6. Toleransi ..................................................... 75

3.2.2.7. Pelaporan hasil moisture meter ..................... 75

3.2.2.8. Pengecekan rutin hasil moisture meter dan kadar air oven ....................................... 76

3.2.2.9. Pengecekan hasil dari moisture meter yang berbeda ............................................... 77

IV. Analisis Kemurnian ........................................................................ 79

4.1. Tujuan.................................................................................. 79

4.2. Definisi ................................................................................. 79

4.3. Prinsip Umum ...................................................................... 83

4.4. Peralatan ............................................................................... 83

4.5. Prosedur ............................................................................... 84

4.6. Penghitungan dan Penulisan Hasil........................................ 88

4.7. Pelaporan Hasil .................................................................... 94

4.8. Definisi Benih Murni ........................................................... 96

4.9. Tabel Toleransi ................................................................... 105

V. Pengujian Daya Berkecambah ...................................................... 113

5.1. Tujuan................................................................................ 113

5.2. Definisi ............................................................................... 114

5.3. Prinsip Umum .................................................................... 129

5.4. Media Tumbuh .................................................................. 130

5.5. Bahan dan Peralatan ........................................................... 134

5.6. Prosedur ............................................................................. 136

5.7. Pengujian Ulang ................................................................. 147

Page 12: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

xii

xii

5.8. Penghitungan dan Penulisan Hasil...................................... 149

5.9. Pelaporan Hasil .................................................................. 152

5.10. Metode Perkecambahan ...................................................... 156

5.11. Tabel Toleransi ................................................................... 169

VI. Pengujian Viabilitas Benih secara Biokimia: Uji Topografi Tetrazolium ........................................................... 179

6.1. Tujuan................................................................................ 179

6.2. Definisi ............................................................................... 179

6.3. Prinsip Umum .................................................................... 181

6.4. Bahan ................................................................................. 181

6.5. Prosedur ............................................................................. 182

6.6. Penghitungan, Penulisan Hasil dan Toleransi ..................... 189

6.7. Pelaporan Hasil .................................................................. 189

6.8. Tabel Toleransi ................................................................... 194

VII. Penetapan Berat 1000 Butir Benih ............................................... 197

7.1. Tujuan................................................................................ 197

7.2. Definisi ............................................................................... 197

7.3. Prinsip Umum .................................................................... 197

7.4. Peralatan ............................................................................. 197

7.5. Prosedur ............................................................................. 198

7.6. Penghitungan dan Penulisan Hasil...................................... 200

7.7. Pelaporan Hasil .................................................................. 200

Page 13: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

xiii

xiii

DAFTAR ISI

VIII. Pengujian Benih dengan Ulangan Berdasarkan Berat ................... 201

8.1. Tujuan................................................................................ 201

8.2. Prinsip Umum .................................................................... 201

8.2. Bidang Penerapan ............................................................... 201

8.3. Prosedur ............................................................................. 201

8.4. Penghitungan dan Pelaporan Hasil ..................................... 204

8.5. Pelaporan Hasil .................................................................. 204

IX. Standar Mutu Benih Tanaman Hutan ......................................... 207

9.1. Ruang Lingkup ................................................................... 207

9.2. Acuan Normatif .................................................................. 207

9.3. Klasifikasi Mutu ................................................................. 207

9.4. Persyaratan Mutu Fisik dan Fisiologis ................................. 208

9.5. Syarat Lulus Uji .................................................................. 217

9.6. Laporan Hasil ..................................................................... 217

9.7. Pengemasan dan Penandaan ............................................... 218

Daftar Pustaka ....................................................................................... 219

Lampiran .............................................................................................. 223

Biodata Penulis ..................................................................................... 255

Page 14: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 15: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.A. Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot benih dalam wadah berkapasitas 15-100 kg ............. 15

Tabel 2.B. Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot dalam wadah berkapasitas > 100 kg ......................... 15

Tabel 2.C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian ....................... 30

Tabel 2.D. Ukuran contoh yang dinyatakan dalam bentuk butir untuk benih dengan kapsul bentuk bulat, benih berkerak dan benih halus ............................................ 35

Tabel 2.E. Faktor-faktor (f) untuk keragaman tambahan dalam lot benih yang digunakan untuk perhitungan nilai W dan akhirnya H ........................................................ 37

Tabel 2.F. Intensitas pengambilan contoh dan nilai H kritis. Jumlah wadah contoh yang diambil tergantung pada jumlah wadah dalam lot benih nilai H kritis dan untuk heterogenitas lot benih pada selang tingkat kepercayaan 1%. .................................... 38

Tabel 2.G. Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen kemurnian sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed ...................... 44

Page 16: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

xvi

xvi

Tabel 2.G. Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen kemurnian sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed ............................46

Tabel 2.H. Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen daya berkecambah sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed ...................... 47

Tabel 2.H. Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen daya berkecambah sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed ............................48

Tabel 2.I. Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen penghitungan benih tanaman lain sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed ............................................................... 49

Tabel 2.I. Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen penghitungan benih tanaman lain sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed .....................................................................51

Tabel 3.A. Rincian metode untuk penetapan kadar air benih tanaman hutan ............................................................ 61

Tabel 3.B. Tingkat toleransi untuk perbedaan antar penetapan dua duplikat dari kadar air dari benih tanaman hutan (tingkat signifikansi tidak didefinisikan)................................ 67

Tabel 3.C. Toleransi perbedaan dari true value ....................................... 72

Page 17: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

xvii

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.D. Batas toleransi untuk penetapan perbedaan kadar air yang dilakukan menggunakan moisture meter berbeda ........... 76

Tabel 3.E. Batas toleransi untuk perbedaan penetapan kadar air yang dilakukan menggunakan moisture meter berbeda ........... 77

Tabel 4.A. Jumlah minimal desimal yang diperlukan untuk menghitung persentase bagian-bagian komponen benih ........................... 85

Tabel 4.B. Bagian 1. Definisi benih murni ............................................. 96

Tabel 4.B. Bagian 2. Nomor definisi benih murni ............................... 101

Tabel 4.B. Bagian 3. Definisi istilah (Glossary) ..................................... 104

Tabel 4.C. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang sama yang dianalisis di laboratorium yang sama (two-way test at 5% significant level) .................................... 106

Tabel 4.D. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dan diambil dari lot yang sama bila analisis kedua dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (one-way test at 1% significant level) ................ 108

Tabel 4.E. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dari lot yang sama bila analisis keduanya dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (two-way test at 1% significant level) ....................... 110

Tabel 5.A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan ......... 159

Tabel 5.B. Kisaran toleransi maksimal antar ulangan dalam suatu pengujian (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5.B. Bagian 1. Empat ulangan @ 100 butir benih ...................... 169

Tabel 5.B. Bagian 2. Dua ulangan @ 100 butir benih .......................... 170

Tabel 5.B. Bagian 3. Dua ulangan @ 50 butir benih ............................ 171

Page 18: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

xviii

xviii

Tabel 5.C. Toleransi antara dua hasil pengujian pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila dilakukan di laboratorium yang sama (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5.C. Bagian 1. Dua pengujian @ 400 benih................................ 171

Tabel 5.C. Bagian 2. Dua pengujian @ 200 benih................................ 172

Tabel 5.C. Bagian 3. Dua pengujian @ 100 benih................................ 172

Tabel 5.D. Toleransi antar 3 hasil pengujian pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila dilakukan di laboratorium yang sama (two-way test at 2,5% significance level);

Tabel 5.D. Bagian 1. Tiga pengujian @ 400 benih ............................... 173

Tabel 5.D. Bagian 2. Tiga pengujian @ 200 benih ............................... 174

Tabel 5.D. Bagian 3. Tiga pengujian @ 100 benih ............................... 174

Tabel 5.E. Toleransi antar 4 hasil pengujian pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila dilakukan di laboratorium yang sama (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5.E. bagian 1. Empat pengujian @ 400 benih ............................ 175

Tabel 5.E. Bagian 2. Empat pengujian @ 200 benih ............................ 176

Tabel 5.E. Bagian 3. Empat pengujian @ 100 benih ............................ 176

Tabel 6.A. Prosedur untuk pengujian tetrazolium ................................ 190

Tabel 6.B. Uji tetrazolium benih beberapa jenis tanaman hutan .......... 191

Tabel 6.C. Kisaran toleransi maksimal antar 4 ulangan @100 benih pada satu pengujian (two-way test at 2,5% significant level).. 194

Tabel 6.D. Angka toleransi untuk pengujian viabilitas dengan tetrazolium pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila pengujian dilakukan pada laboratorium yang sama masing-masing 400 benih (two-way test at 2,5% significant level) ................................. 195

Page 19: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

xix

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 6.E. Angka toleransi untuk pengujian viabilitas dengan tetrazolium pada dua contoh kirim yang berbeda pada laboratorium yang berbeda masing-masing 400 benih (two-way test at 2,5% significant level) ................................. 195

Tabel 7.A. Berat contoh kerja .............................................................. 199

Tabel 8.A. Metode perkecambahan ...................................................... 204

Tabel 8.B. Kisaran maksimum torelansi antar ulangan ......................... 206

Tabel 9.A. Klasifikasi dan tanda mutu benih tanaman hutan ............... 207

Tabel 9.B. Kisaran mutu fisik beberapa benih tanaman hutan ............. 208

Tabel 9.C. Kisaran mutu fisiologis dan masa berlaku hasil uji pada beberapa benih tanaman hutan .....................................212

Tabel 9.D. Format lembar hasil pengujian benih tanaman hutan ........... 217

Page 20: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 21: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Alur kerja pengujian mutu benih ........................................ 9

Gambar 2.1. Skema pengambilan contoh benih .................................... 13

Gambar 2.2. Pengambilan contoh dengan tangan (a), pengambilan contoh dengan alat (b), alat pengambil contoh (c) yang dapat digunakan untuk benih ukuran kecil .................................................. 18

Gambar 2.3. Alat pembagi contoh (seed sample divider) ......................... 23

Gambar 2.4. Alat pembagi tanah dan bagian-bagiannya ........................ 24

Gambar 2.5. Proses pembuatan contoh kerja dengan acak parohan ....... 28

Gambar 3.1. Alat pengukuran kadar air benih meliputi oven, timbangan analitik, desikator dan cawan .......................... 56

Gambar 4.1. Model benih-benih Fabacea (Pisum sativum) dan Euphorbiaceae (Ricinus communis) ............................. 82

Gambar 5.1. Struktur penting kecambah (model untuk Euphorbiacea, Amaranthaceae dan Poaceae) ........................................... 115

Gambar 6.1. Diagram alir prosedur untuk ulangan dalam pengujian dan uji ulang yang tidak masuk toleransi ........................ 155

Page 22: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 23: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teknik penangan benih tanaman hutan ............................. 223

Page 24: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 25: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPeningkatan produktivitas hutan tanaman dan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan merupakan program yang telah lama dicanangkan sektor kehutanan mengingat semakin meningkatnya kebutuhan kayu pada saat pasokan kayu dari hutan alam sudah tidak bisa diandalkan lagi. Selain itu, luasnya lahan kritis baik di luar maupun di dalam kawasan hutan menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan peran serta sektor kehutanan dalam mendukung pembangunan nasional. Untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman dan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan, ketersediaan benih bermutu sangat diperlukan. Mutu benih dapat dicerminkan dari 3 aspek, yaitu mutu genetik, fisik, dan fisiologi. Mutu genetik berhubungan dengan penampilan sumber benih yang dapat ditelusuri dari materi genetik yang digunakan (asal usul benih), desain pembangunan dan metode seleksi. Mutu fisik dan fisiologi merupakan hasil dari kegiatan penanganan benih (BPT, 2000).

Informasi mutu benih sangat penting dalam sistem budidaya tanaman hutan karena benih telah menjadi komoditas perdagangan baik di tingkat nasional maupun internasional. Pengujian mutu benih yang baik harus berdasarkan standar pengujian yang baku, sehingga akan mampu memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot benih akan dikerjakan oleh pihak lain atau lembaga sertifikasi lain. Prinsip sertifikat benih seperti reproducibility hasil uji laboratorium harus menjadi perhatian penting (ISTA, 2011). Selain itu,

Page 26: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

2

2

keakuratan data pengujian mutu benih juga diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman, pemuliaan pohon, dan konservasi sumber daya genetik. Metode uji yang baku juga dapat dijadikan acuan dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Metode pengujian yang baku juga merupakan perangkat dasar untuk menentukan mutu benih layak edar. Standar mutu benih layak edar dapat dijadikan acuan untuk perencanaan pengadaan bibit di persemaian, dan jaminan atau perlindungan terhadap pengada, pengedar, dan pengguna benih (Sudrajat dan Nurhasybi, 2010).

Metode pengujian yang digunakan harus merupakan metode standar yang dipublikasikan secara nasional, regional, maupun internasional (DJTP, 2011). Internasional Seed Testing Association (ISTA) Rules merupakan acuan internasional dalam pengujian benih. Secara umum, ketentuan ISTA masih didominasi oleh jenis-jenis tanaman pertanian dan hotikultura, sedangkan jenis-jenis tanaman hutan khususnya jenis tropis masih sangat terbatas (Acacia spp., Eucalyptus spp. Tectona grandis, dan Pinus merkusii) (ISTA, 2010). Padahal peredaran benih tanaman hutan khususnya di Indonesia telah mulai berkembang dan memerlukan pengaturan dan jaminan mutu baik bagi pada pengada, pengedar maupun pengguna. Kondisi tersebut harus dapat diatasi dengan melakukan modifikasi terhadap ketentuan ISTA dengan memasukan data-data hasil penelitian dan pengujian yang memadai untuk dijadikan dasar bagi penyusunan metode pengujian benih.

Beberapa pedoman dan standar pengujian mutu benih tanaman hutan telah disusun sebelumnya, seperti Pedoman Standardisasi Uji Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan yang memuat 7 jenis tanaman hutan (BTP, 2000), Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial No. P.06/V-SET/2009 tentang Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih, SNI 7628.3-2011 Uji benih tanaman hutan - Bagian 3: Analisis kemurnian (BSN, 2011a), SNI 7628.4-2011 Uji benih tanaman hutan - Bagian 4: Penentuan berat (BSN, 2011b), SNI 7628.5-2011 Uji

Page 27: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB I. PENDAHULUAN 3

3

benih tanaman hutan - Bagian 5: Kadar air (BSN, 2011c), SNI 7628.6-2011 Uji benih tanaman hutan - Bagian 6: Daya berkecambah (BSN, 2011d). Dari beberapa pedoman tersebut selain jenis yang masih terbatas, referensi metode uji pun masih mengacu pada ISTA tahun 1999-2006, sedangkan ISTA sendiri setiap tahunnya mengalami perubahan atau penambahan jenis. Pada tahun 2014 juga telah disusun Pedoman pengujian mutu benih tanaman hutan melalui kerjasama Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, dan seluruh Balai Perbenihan Tanaman Hutan (Sudrajat dan Nurhasybi, 2014).

Buku ini merupakan penyempurnaan dari beberapa pedoman di atas dengan penambahan jenis (88 jenis) dan penambahan substansi yang relevan dengan pengujian benih tanaman hutan serta penambahan bab standar mutu benihnya. Buku ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dalam bidang pengujian mutu dan standar mutu benih tanaman hutan, serta memacu terwujudnya standardisasi laboratorium pengujian benih tanaman hutan di Indonesia. Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk menyediakan acuan teknis bagi penguji mutu benih tanaman hutan sehingga terwujud keseragaman pengujian yang diterapkan baik secara teknis maupun penyajian data suatu kelompok benih (seedlot) yang mampu memberikan jaminan mutu bagi pelaku usaha perbenihan. Selain itu buku juga dapat dijadikan acuan untuk penyusunan atau revisi SNI pengujian mutu benih tanaman hutan.

1.2. Ruang LingkupBuku ini mengacu pada ISTA Rules 2011 dengan penyesuaian dan modifikasi terhadap beberapa bab yang dipilih sesuai kebutuhan. Bab-bab yang dipilih merupakan bab-bab yang menyajikan jenis pengujian yang sangat diperlukan dan sering dilakukan laboratorium pengujian mutu benih tanaman hutan, yaitu :

Page 28: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

4

4

- Pengambilan contoh benih,

- Penentuan kadar air,

- Analisis kemurnian,

- Pengujian daya berkecambah, dan

- Pengujian viabilitas benih secara biokimia: Uji topografi tetrazolium.

- Penetapan berat 1000 butir benih,

- Pengujian benih dengan ulangan berdasarkan berat (uji perkecambahan benih-benih berukuran sangat kecil/benih halus).

Pada bab terakhir juga dilengkapi dengan standar mutu benih layak edar yang diadopsi dari SNI 7627:2014 tentang Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan dengan beberapa penambahan jenis (BSN, 2014b).

Bab pengambilan contoh (Bab 2) menyajikan metode yang diperlukan untuk pengambilan contoh dari kelompok benih. Dalam pengujian benih, koneksi langsung antara kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dan hasil uji mutu yang dilakukan terhadap kelompok benih tersebut harus jelas dan terawasi. Pada setiap 6 bab lainnya (Bab 3 sampai Bab 8) terdiri dari beberapa bagian pembahasan, yaitu tujuan pengujian, definisi, prinsip umum, peralatan (yang diperlukan pengujian), prosedur, penghitungan dan penulisan hasil, pelaporan hasil, dan toleransi (tabel statistik yang digunakan untuk menentukan apakah hasil uji tersebut diterima atau ditolak). Bab 9 berisi tentang mutu benih layar edar yang didasarkan pada data fisik benih (kadar air, kemurnian, berat 1000 butir) dan fisiologis benih (daya berkecambah).

Page 29: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB I. PENDAHULUAN 5

5

1.3. Sistem Sertifikasi Mutu Benih1.3.1. Sistem sertifkasi mutu benih berdasarkan ISTATujuan utama dari sertifikat benih adalah untuk melindungi keaslian varietas dan kemurnian genetik agar varietas yang telah dihasilkan pemulia sampai ketangan petani dengan sifat-sifat unggul seperti tertulis pada deskripsinya (Otto, 1985; Weimortz, 1985). Skema sertifikasi benih ISTA bertujuan untuk memberikan aturan pemberian sertifikat ISTA untuk penguji benih. Sertifikat hanya diberikan oleh laboratorium anggota ISTA yang telah diakreditasi dan diterbitkan sesuai dengan peraturan ISTA terbaru. Blanko sertifikat ISTA untuk penguji benih dikeluarkan oleh ISTA dan hanya disediakan untuk laboratorium yang telah diakreditasi ISTA untuk melaporkan hasil pengujian. Sertifikat yang diterbitkan merupakan milik ISTA (ISTA, 2010).

Sertifikat ISTA terdiri dari 2 kategori, yaitu (ISTA, 2011):

1) Sertifikat kelompok benih (seedlot) internasional oranye diterbitkan ketika pengambilan contoh (sampling) dari kelompok benih dan pengujian contoh dilaksanakan di bawah tanggung jawab suatu laboratorium yang terakreditasi atau ketika pengambilan contoh (sampling) dari kelompok benih dan pengujian contoh dilaksanakan di bawah tanggung jawab laboratorium terakreditasi yang berbeda. Apabila pengambilan contoh dan pengujian contoh masing-masing dilakukan oleh laboratorium terakreaditasi yang berbeda, maka harus dinyatakan. Sertifikat berwarna oranye.

2) Sertifikat kelompok benih (seedlot) internasional biru diterbitkan ketika pengambilan contoh (sampling) dari kelompok benih tidak berada di bawah tanggung jawab suatu laboratorium yang terakreditasi. Laboratorium yang terakreditasi hanya bertanggung jawab pada pengujian contoh yang dikirimkan. Laboratorium tersebut tidak

Page 30: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

6

6

bertanggung jawab dalam kaitan dengan contoh benih dan dengan kelompok benih darimana contoh tersebut berasal. Sertikat internasional biru menekankan pada laporan hasil pengujian terbatas pada contoh yang diuji sesuai dengan waktu penerimaan contoh.

Penggandaan sertifikat (duplicate certificate) adalah suatu copy sertifikat yang dicetak, bukan photocopy dari suatu sertifikat yang diterbitkan ISTA, dan ditandai dengan DUPLICATE.

Provisional certificate adalah suatu sertifikat yang diterbitkan ISTA sebelum pengujian mutu benih diselesaikan. Sertifikat ditandai PROVISIONAL dan harus disertakan pernyataan “ketentuan-ketentuan lain” dan suatu sertifikat final akan diterbitkan setelah pengujian mutu benih selesai.

1.3.2. Sistem sertifikasi mutu benih berdasarkan OECD

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dengan anggota negara-negara Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat, Jepan, Australia dan Turki memiliki skema sertifikasi untuk mengawasi peredaran materi perbanyakan tanaman hutan yang pertama kali pada tahun 1967 kemudian diperbarui tahun 1974. Materi dasar perbanyakan tanaman hutan berasal dari sumber benih, tegakan benih, hutan tanaman, kebun benih, pohon plus, klon campuran dan klon teruji. Semua materi diberi tanda dan dilengkapi dengan sertifikat provenans (Otto, 1985: Weimortz, 1985).

a Materi berasal dari sumber teridentifikasi (source identified materials): Persyaratan yang diperlukan meliputi a) wilayah dari provenans dimana materi dikumpulkan dan asal usul dari materi (indigenous atau non indigenous) ditentukan dan didaftar oleh institusi yang berwenang, dan b) benih dikumpulkan, diproses dan disimpan, dan tanaman dibesarkan dibawah pengawasan institusi yang berwenang. Label benih berwarna kuning.

Page 31: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB I. PENDAHULUAN 7

7

b Materi terseleksi (selected materials): memiliki persyaratan yang sama seperti di atas, dan berasal dari materi dasar yang memenuhi persyaratan tertentu dan disetujui dan diregister oleh institusi yang berwenang. Penekanan persyaratan khususnya untuk kriteria seleksi, keseragaman, kualitas, isolasi dan asal usul. Label benih berwarna hijau.

c Materi dari kebun benih yang belum teruji (materials from untested seed orchards): materi berasal dari benih yang diproduksi dari kebun benih yang uji keturunannya belum selesai dilakukan. Label benih berwarna pink.

d Materi teruji (tested materials): materi berasal dari benih yang diproduksi dari kebun benih yang teruji dari hasil uji keturunan yang telah dilakukan. Label benih berwarna biru.

Dalam penerapan sertifikat benih berdasarkan OECD Scheme, metode uji yang digunakan tetap merujuk kepada pengujian mutu benih berbasis ISTA Rules (ISTA, 1985; Weimortz, 1985).

1.3.3. Sistem sertifikasi mutu benih di IndonesiaSertifikasi mutu benih telah diatur dalam beberapa peraturan perudang-undangan, seperti: (1) Undang Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, (3) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut-II/2009 tentang Sistem Perbenihan Tanaman Hutan.

Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri tersebut menunjukkan betapa pentingnya perbenihan dalam mewujudkan pertanian, kehutanan dan perkebunan yang maju, efisien, dan tangguh. Ketentuan tentang pengujian mutu diatur dalam pasal 33 dari PP Nomor 44 tahun 1995, yaitu …..untuk memenuhi standar mutu yang ditetapkan….harus melalui… (b) pengujian laboratorium untuk menguji mutu benih yang meliputi mutu genetis, fisiologis dan fisik. Ketentuan tentang sistem sertifikasi untuk

Page 32: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

8

8

benih-benih tanaman hutan diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P01/Menhut-II/2009 pasal 47 yang menyatakan bahwa “Setiap benih atau bibit yang beredar harus jelas kualitasnya yang dibuktikan dengan: sertifikat mutu untuk benih atau bibit yang berasal dari sumber benih bersertifikat; atau surat keterangan pengujian untuk benih dan/atau bibit yang tidak berasal dari sumber benih bersertifikat”. Peraturan Mentri Kehutanan No. p01/Menhut-11/2009 tersebut dalam proses revisi. Dalam draft revisi, Pasal 54 Ayat (3) disebutkan bahwa “ Sertifikat mutu benih atau bibit diterbitkan oleh Kepala UPTD Perbenihan Dinas Kehutanan Provinsi atau Balai”

Alur kerja pengujian mutu benih dalam rangka sertifikasi mutu benih disajikan pada Gambar 1.1. Hasil pengujian tersebut dikategorikan dalam dua jenis, yaitu Sertifikat Mutu Benih diterbitkan apabila benihnya berasal dari sumber benih bersertifikat, dan Surat Keterangan Hasil Pengujian diterbitkan apabila benihnya tidak jelas asal usulnya.

Page 33: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB I. PENDAHULUAN 9

9

Gambar 1.1 Alur kerja pengujian mutu benih (DJRLPS, 2009)

Page 34: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 35: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH

2.1 TujuanTujuan pengambilan contoh adalah untuk mendapatkan contoh yang mewakili kelompok benih dengan ukuran yang sesuai untuk pengujian, dan peluang keberadaan setiap komponen dalam contoh tersebut sama dengan tingkat keberadaannya di dalam kelompok benih (lot benih).

2.2 Definisi2.2.1 Kelompok benih (lot benih)Kelompok benih (lot benih) adalah sejumlah tertentu dari benih yang dapat diidentifikasi secara fisik dan dianggap homogen. Lot benih dikumpulkan pada waktu dan lokasi tertentu (sama) dengan proses penanganan yang sama.

2.2.2 Contoh primerContoh primer adalah sebagian benih yang diperoleh dari lot benih dalam satu kali pengambilan.

Page 36: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

12

12

2.2.3 Contoh kompositContoh komposit dibuat dengan menggabungkan dan mencampur semua contoh primer yang diambil dari lot benih.

2.2.4 SubcontohSubcontoh adalah bagian dari contoh yang diperoleh dengan cara pengurangan contoh benih.

2.2.5 Contoh kirimContoh kirim adalah contoh yang dikirim ke laboratorium pengujian benih dan dapat terdiri dari seluruh contoh komposit atau bagian dari subcontoh. Contoh kirim dapat dibagi menjadi beberapa subcontoh yang dikemas dengan bahan yang berbeda kondisinya untuk keperluan pengujian yang spesifik (seperti untuk penetapan kadar air atau kesehatan benih).

2.2.6 Contoh duplikatContoh duplikat adalah contoh benih lain yang diperoleh dari contoh komposit yang sama yang ditandai dengan “contoh duplikat” yang selanjutnya disimpan oleh pemohon/pemilik benih.

2.2.7 Contoh kerjaContoh kerja adalah seluruh contoh kirim atau sebagian contoh benih untuk pengujian mutu berdasarkan ketentuan dengan berat minimal sesuai dengan ketentuan untuk pengujian terkait.

Page 37: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 13

13

Gambar 2.1 Skema pengambilan contoh benih (dimodifikasi dari ISTA, 2011)

2.3 Prinsip UmumPengambilan contoh adalah langkah pertama yang penting dalam pengujian benih. Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil bagian kecil benih dari kelompok benih secara acak agar mewakili kelompok benih.

Contoh komposit diperoleh dari lot benih dengan mengambil contoh primer dari berbagai posisi wadah benih dari kelompok benih kemudian digabungkan. Dari contoh komposit ini, didapatkan subcontoh dengan menggunakan prosedur pengurangan contoh secara bertahap untuk menghasilkan contoh kirim dan akhirnya contoh kerja untuk pengujian.

2.4 PeralatanPengambilan dan pengurangan contoh harus melalui teknik tertentu dan peralatan yang bersih dan dalam kondisi yang baik, dijelaskan pada 2.5.1 dan 2.5.2.2.

Page 38: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

14

14

2.5 Prosedur2.5.1 Prosedur pengambilan contoh dari lot benih 2.5.1.1 Persiapan pengambilan contoh dan kondisi pengambi-

lan contoh

Saat melakukan pengambilan contoh, kelompok benih seharusnya dalam kondisi yang seragam dan mudah dikerjakan. Jika terdapat dokumentasi atau bukti lain mengenai keragaman atau kelompok benih ditemukan beragam, pengambilan contoh harus ditolak atau dihentikan. Apabila terdapat keraguan dalam keragaman kelompok benih maka dapat dilihat pada 2.9.

Benih dapat diambil dalam wadah atau saat akan dikemas. Wadah harus sesuai dengan persyaratan misalnya wadah tidak merusak benih dan harus bebas dari kontaminasi. Wadah harus diberi label atau diberi tanda sebelum atau saat pengambilan contoh dilakukan.

Kelompok benih harus ditata sehingga setiap bagian dari kelompok benih dapat dijangkau dengan mudah oleh petugas pengambil contoh benih.

2.5.1.2 Intensitas pengambilan contoh

Untuk kelompok benih dengan kapasitas wadah 15-100 kg, intensitas pengambilan contoh benih harus memenuhi persyaratan minimal sesuai dengan Tabel 2.A.

Untuk lot benih dengan kapasitas wadah kurang dari 15 kg, wadah dapat digabung menjadi unit pengambilan contoh yang tidak melebihi 100 kg, misal 20 wadah @ 5 kg, 33 wadah @ 3 kg atau 100 wadah @ 1 kg. Unit pengambilan contoh dianggap sebagai satu wadah dan pengambilan contohnya mengikuti Tabel 2.B.

Page 39: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 15

15

Tabel 2.A. Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot benih dalam wadah berkapasitas 15-100 kg

Jumlah wadah Jumlah minimal contoh primer yang diambil1-4 wadah 3 contoh primer dari setiap wadah5-8 wadah 2 contoh primer dari setiap wadah9-15 wadah 1 contoh primer dari setiap wadah16-30 wadah 15 contoh primer dari lot benih31-59wadah 20 contoh primer dari lot benih> 60 wadah 30 contoh primer dari lot benih

Sumber: (ISTA (2011)

Tabel 2.B. Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot dalam wadah berkapasitas > 100 kg

Volume lot Jumlah contoh primer yang diambil<500 kg Minimal lima contoh primer

501-3.000 kg Satu contoh primer setiap 300 kg, minimal lima contoh primer

3.001-20.000 kg Satu contoh primer setiap 500 kg, minimal 10 con-toh primer

>20.001 kg Satu contoh primer setiap 700 kg, minimal 40 con-toh primer

Sumber: (ISTA (2011)

Jika pengambilan contoh benih dengan wadah berkapasitas lebih dari 100 kg atau pada saat pengemasan maka intensitas pengambilan contoh benih pada Tabel 2.2 sebagai persyaratan minimal. Jika lot benih terdiri dari maksimal 15 wadah, berapapun ukurannya, jumlah contoh primer yang sama harus diambil dari setiap wadah.

Page 40: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

16

16

2.5.1.3 Pengambilan contoh primer

Petugas pengambil contoh harus mengetahui jumlah minimal benih yang diperlukan untuk pengujian di laboratorium. Selain itu juga diperhitungkan untuk memenuhi intensitas pengambilan minimal dan benih yang tersisa masih cukup banyak untuk mendapatkan contoh duplikat jika diperlukan.

Contoh primer dengan ukuran yang hampir sama seharusnya diambil dari setiap wadah atau dari setiap titik pengambilan, pada wadah tertentu atau tumpukan benih dari lot yang sama. Apabila benih yang dikemas dalam wadah, maka pengambilan contoh harus diacak atau dibuat rencana pengambilan secara sistematik. Pengambilan contoh harus diambil dari bagian atas, tengah dan bawah, dan tidak hanya dari satu posisi dalam wadah kecuali sesuai dengan persyaratan intensitas pengambilan contoh. Sedangkan untuk benih curah atau wadah yang besar maka pengambilan contoh harus diambil secara acak dari berbagai posisi.

Wadah harus terbuka atau dapat ditembus untuk pengambilan contoh primer. Wadah contoh tersebut selanjutnya ditutup atau isinya dipindah ke wadah baru.

Jika benih akan dikemas dalam wadah khusus (misal wadah kecil, tidak tembus atau wadah kedap udara) maka pengambilan sebaiknya diambil sebelum benih dikemas atau saat proses pengisian ke dalam wadah.

Alat-alat yang digunakan sebaiknya tidak merusak benih dan harus sesuai dengan ukuran benih, bentuk, berat jenis atau sifat benih. Semua alat pengambilan contoh harus bersih sebelum digunakan untuk menghindari kontaminasi. Alat pengambil contoh (triers) harus cukup panjang sehingga pembukaan pada ujung dapat mencapai setidaknya setengah dari diameter wadah. Jika wadahnya tidak dapat dijangkau dari sisi berlawanan, alat tersebut harus cukup panjang untuk mencapai sisi yang berlawanan tersebut. Pengambilan contoh benih dari lot benih dapat dilakukan melalui salah satu cara sebagai berikut (ISTA, 2011):

Page 41: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 17

17

a. Pengambilan contoh secara otomatis dari aliran benih (seed stream).

Benih dapat diambil contohnya dengan alat pengambil contoh otomatis, alat tersebut secara seragam mengambil contoh antar bagian dari aliran benih, dan bahan yang masuk ke dalam alat tersebut tidak keluar lagi. Alat ini dapat dioperasikan secara manual atau dengan kontrol otomatis. Interval antar pengambilan contoh primer harus konstan tetapi dapat juga bervariasi secara acak.

b. Pengambil contoh dari aliran benih secara manual

Aliran benih dapat juga diambil contohnya dengan alat manual jika memenuhi persyaratan pada butir a.

c. Pengambil contoh benih menggunakan batang (misal stick trier, sleeve type trier, spiral trier)

Alat pengambil contoh benih stick terdiri dari tabung bagian dalam yang berukuran sesuai dengan tabung bagian luar sehingga benih atau kontaminan tidak terselip diantaranya. Tabung bagian luar berujung runcing. Kedua tabung mempunyai slot pada dinding-dindingnya sehingga lubang tabung bagian dalam dapat dibuka dan ditutup dengan memutar tabung satu sama lain. Trier dapat digunakan secara horisontal, diagonal atau vertikal. Spiral trier mempunyai slot tersusun berbentuk spiral yang dapat terbuka dari ujung ke pegangannya dan hanya dapat digunakan untuk benih berukuran lebih kecil. Namun jika digunakan secara vertikal trier juga harus mempunyai partisi yang membagi alat menjadi beberapa ruang atau mempunyai slot bentuk spiral. Diameter minimal bagian dalam sebaiknya 25 mm untuk semua jenis tanaman. Pada saat menggunakan stick trier masukan stick ke dalam wadah secara perlahan dorong sampai ujung stick mencapai posisi yang ditentukan, buka stick dan goyangkan perlahan sehingga terisi penuh, kemudian tutup perlahan-lahan tarik stick dan tuang contoh primer ke wadah contoh primer. Hati-hati pada saat menutup stick agar benih tidak rusak.

Page 42: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

18

18

d. Nobbe trier

Pengambil contoh nobbe adalah suatu tabung dengan ujung yang meruncing dan mempunyai lubang oval dekat pada ujungnya. Benih melewati tabung dan ditampung dalam wadah. Penggunaan alat ini dengan cara menusukkan ke dalam karung dengan sudut 30° (terhadap garis horizontal), lubang menghadap ke bawah dorong trier hingga mencapai bagian yang ditentukan. Kemudian diputar 180° agar lubang menghadap keatas dan alat tersebut lalu ditarik secara perlahan dari wadah, goyang perlahan untuk memperlancar aliran benih, kumpulkan contoh benih yang berasal dari trier pada wadah yang telah disediakan.

Gambar 2.2 Pengambilan contoh dengan tangan (a), pengambilan contoh dengan alat (b), alat pengambil contoh (c) yang dapat digunakan untuk benih ukuran kecil (DJRLPS, 2009)

e. Pengambil contoh kargo (pengambil contoh curah)

Alat ini terdiri dari suatu chamber (ruang) khusus yang terpasang pada tangkai. Bagian bawah dari chamber berbentuk kerucut dengan ujung runcing. Untuk menjangkau posisi yang lebih dalam, tangkai trier dapat diperpanjang dengan sistem ulir sampai panjang yang dikehendaki. Pada chamber terdapat suatu sistem penutup yang dapat berupa sebuah penahan pada bagian luar alat, sebuah sayap yang dihubungkan dengan pintu atau katup dengan sebuah pegas. Beberapa pengambil contoh

Page 43: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 19

19

kargo dapat ditutup sebelum ditarik kembali dari posisi pengambilan contoh; sedangkan jenis lainnya tidak dapat ditutup sehingga chamber yang telah terisi dalam keadaan terbuka saat ditarik kembali. Untuk semua spesies, diameter minimal bagian dalam sekitar 35 mm dan kedalaman 75 mm. Saat menggunakan pengambil contoh cargo, masukkan dalam posisi tertutup ke dalam wadah, dorong secara vertikal dengan hati-hati ke dalam benih sehingga menjangkau posisi yang diperlukan, tarik pengambil contoh cargo sekitar 10 cm atau diputar (tergantung sistem penutupnya), goyangkan pelan-pelan sehingga terisi penuh, tutup dengan hati-hati contoh primer dan ditarik kemudian dimasukkan dalam wadah. Kehati-hatian sangat diperlukan dalam menutup pengambil contoh kargo, sehingga tidak merusak benih.

f. Pengambilan contoh dengan tangan

Pengambilan contoh dengan tangan juga merupakan metode yang paling sesuai untuk benih yang dapat rusak dengan penggunaan trier, misalnya untuk benih legum berukuran besar, benih dengan sayap atau benih yang mempunyai kadar air rendah. Pengambilan contoh dengan tangan pada benih dalam wadah, semua posisi benih di dalam wadah harus dapat diraih. Wadah dengan lapisan (penutup) yang tidak dapat dibuka, maka harus dipotong kemudian diambil contohnya dan dikemas kembali. Wadah juga dapat dikosongkan sebagian atau seluruhnya selama proses pengambilan untuk dapat mencapai semua posisi dalam wadah. Untuk pengambilan dengan tangan, bersihkan tangan dan gulung lengan baju jika perlu, masukkan tangan terbuka ke dalam wadah untuk mencapai posisi yang diinginkan, menutup tangan dengan menggenggam benih, tarik tangan dengan hati-hati dan tuangkan contoh pada wadah yang tersedia.

2.5.1.4 Pengambilan contoh komposit

Bila contoh primer dari kelompok benih terlihat homogen maka contoh tersebut digabung dalam satu wadah menjadi contoh komposit. Jika tidak, prosedur pengambilan contoh harus dihentikan. Jika contoh primer

Page 44: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

20

20

dikumpulkan dalam satu wadah, maka dalam wadah tersebut dapat dijadikan contoh komposit jika terlihat homogen. Jika tidak, maka tidak perlu diambil contoh kerjanya.

2.5.1.5 Pengambilan contoh kirim

Contoh kirim diperoleh dari pengurangan contoh komposit dengan menggunakan salah satu metode yang telah ditetapkan pada 2.5.2.2. Untuk mendapatkan subcontoh seperti untuk penetapan kadar air harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perubahan pada kadar air seminimal mungkin.

Apabila tidak mungkin melakukan pencampuran dan pengurangan dengan tepat pada kondisi gudang, maka contoh komposit harus dibawa ke laboratorium untuk pengurangannya. Cara pengambilan contoh duplikat, sama dengan cara pengambilan contoh kirim.

2.5.1.6 Pengiriman contoh kirim

Setiap contoh kirim harus diberi tanda sesuai dengan kelompok benihnya. Contoh kirim harus dikemas untuk mencegah kerusakan selama perjalanan. Contoh kirim sebaiknya dikemas dalam wadah kedap udara dan mengandung udara seminimal mungkin untuk karakter benih orthodoks, dan dikemas dalam wadah tidak terlalu kedap (agak porus) untuk karakter benih rekalsitran dan intermediate.

Contoh benih harus dikirim oleh petugas pengambil contoh ke laboratorium pengujian benih secepat mungkin, untuk menghindari terjadinya penurunan kadar air yang menyebabkan kondisi kadar air yang diukur tidak seperti kadar air kondisi kelompok benih.

2.5.1.7 Penyimpanan contoh kirim sebelum pengujian

Usahakan contoh benih diuji pada hari yang sama pada saat diterima. Jika diperlukan, penyimpanan benih ortodoks harus dilakukan dalam ruang sejuk dengan ventilasi baik.

Page 45: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 21

21

Untuk benih-benih non ortodoks (seperti rekalsitran atau intermediate) maka benih sedapat mungkin harus segera diuji setelah diterima, tanpa dilakukan penyimpanan. Bila diperlukan, penyimpanan contoh kirim harus dalam kondisi optimal sesuai dengan jenis benih.

2.5.2 Prosedur untuk memperoleh contoh kerja2.5.2.1 Ukuran minimal contoh kerja

Ukuran minimal contoh kerja tiap pengujian telah ditentukan pada tiap bab. Berat contoh kerja untuk analisis kemurnian dapat dilihat pada Tabel 2 C setelah dihitung paling sedikit terdiri dari 2.500 butir benih. Berat ini direkomendasikan untuk penggunaan standar dalam analisis kemurnian, lihat 4.5.1.

Contoh kerja benih yang dibungkus/dikapsul (coated seeds) kecuali yang didefinisikan sebagai benih yang diberi perlakuan (treated seed) pada bagian 2.2.1.1 harus mengandung setidaknya beberapa pelet, benih atau butiran yang diindikasikan pada kolom 3 Tabel 2D. Jika jumlah contoh yang digunakan lebih sedikit, jumlah pelet, benih atau granul pada contoh tersebut harus dilaporkan.

2.5.2.2 Metode pengurangan contoh

Untuk memperoleh contoh kirim atau contoh kerja maka yang pertama kali dilakukan adalah mencampur benih agar homogen. Contoh kirim/contoh kerja kemudian diperoleh dengan membagi dan memisahkan menjadi beberapa bagian kecil secara acak. Peralatan dan metode untuk pengurangan contoh ditentukan dalam 2.5.2.2.1 sampai 2.5.2.2.4. Lebih dari satu metode pengurangan contoh benih dapat digunakan pada prosedur pengurangan satu contoh. Jika menggunakan salah satu dari alat pembagi untuk benih berpelet, maka jarak jatuhnya benih tidak boleh lebih dari 250 mm.

Page 46: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

22

22

Setelah mendapatkan contoh kerja atau setengah contoh kerja, benih sisanya harus dicampurkan kembali sebelum contoh kerja kedua atau setengah dari contoh kerja yang didapatkan.

Subcontoh untuk penetapan kadar air dapat diambil dengan cara-cara sebagai berikut: sebelum mengambil subcontoh, campurkan contoh dan aduk dalam wadah dengan sendok atau wadah contoh ditutup kemudian bolak balikkan isinya. Ambil minimal tiga subcontoh dengan sendok dari berbagai posisi dan campurkan menjadi subcontoh dengan volume yang sesuai. Selama pengurangan benih tersebut jangan terkena udara lebih dari 30 detik.

2.5.2.2.1 Metode pembagi mekanik

Metode ini cocok untuk semua jenis benih, kecuali jenis benih lengket. Alat membagi contoh menjadi dua atau lebih bagian yang sama. Contoh kirim dapat dicampur dengan divider, kemudian seluruh contoh dari bagian yang sama digabung untuk kedua kalinya, begitu pula untuk ketiga kalinya jika memang dibutuhkan. Contoh akan berkurang dengan proses yang berulang-ulang dan perpindahan bagian yang sama pada setiap prosesnya.

Proses pengurangan ini dilanjutkan sehingga diperoleh berat contoh kerja yang mendekati, tetapi ukurannya tidak boleh kurang dari yang ditentukan.

Pembagi contoh yang dijelaskan berikut ini merupakan contoh alat yang sesuai (ISTA, 2011):

a. Conical divider

Conical divider (tipe Boerner) terdiri dari corong (hopper), kerucut dan rangkaian penyekat dimana benih langsung masuk ke dalam dua celah. Bentuk rangkaian penyekat memiliki saluran dan ruang yang sama lebar. Saluran masuknya benih disusun dalam bentuk lingkaran dan berujung pada celah yang berlawanan. Sebuah katup atau pintu pada bagian dasar corong menahan benih. Ketika katup dibuka maka benih

Page 47: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 23

23

akan jatuh oleh gaya gravitasi melalui kerucut dimana benih tersebut akan disebar secara merata pada saluran-saluran dan ruangan-ruangan, kemudian melalui celah menuju wadah benih. Tersedia conical divider dalam dimensi berikut: sekitar 38 saluran dengan lebar masing-masing sekitar 25 mm untuk benih yang lebih besar dan sekitar 44 saluran dengan lebar masing-masing 8 mm untuk benih kecil yang dapat mengalir bebas.

b. Soil divider (riffle divider)

Soil divider terdiri dari sebuah corong dengan sekitar 18 saluran atau saluran lain yang mengarah ke sisi yang berlawanan. Sebuah saluran dengan lebar sekitar 13 mm sesuai untuk dipergunakan. Dalam menggunakan divider, benih ditempatkan secara merata kedalam wadah penuang dan kemudian dituangkan ke dalam corong dengan kecepatan yang hampir sama disepanjang corong. Benih akan melewati saluran dan dikumpulkan dalam dua wadah penerima.

Gambar 2.3 Alat pembagi contoh (seed sample divider) (Foto: Nurhasybi, 2015)

Page 48: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

24

24

Gambar 2.4. Alat pembagi tanah dan bagian-bagiannya (DJRLPS, 2009)

c. Centrifugal divider

Dalam centrifugal divider (tipe Garnet) benih mengalir ke bawah melalui sebuah corong diatas semacam cangkir pendek atau spinner. Selama perputaran spinner yang digerakkan oleh motor listrik, benih akan terlempar keluar karena gaya sentrifugal dan jatuh ke bawah.

Page 49: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 25

25

Lingkaran atau area benih jatuh terbagi menjadi dua bagian yang hampir sama oleh sebuah pelat sehingga sekitar setengah benih jatuh di saluran yang satu dan setengah lagi di saluran yang lain. Centrifugal divider cenderung memberikan hasil yang beragam kecuali jika spinner dioperasikan setelah benih dituangkan secara memusat pada corong.

d. Rotary divider

Rotary divider terdiri dari sebuah mahkota yang dapat berputar yang dilengkapi enam sampai 10 wadah subcontoh benih, sebuah saluran benih yang bergetar dan corong. Dalam penggunaan divider, benih dituang ke dalam corong kemudian rotary divider dihidupkan bagian mahkota berputar dengan kecepatan sekitar 100 rpm, benih meluncur melalui saluran yang bergetar mulai mengisi ceruk tabung/silinder dari mahkota. Kecepatan dan lama operasi pengisian benih dapat disesuaikan menurut jarak antara corong dan saluran tempat meluncur benih dengan intensitas getaran dari saluran tempat meluncur benih. Terdapat dua prinsip dalam penggunaan alat ini, yaitu:

(i) Tabung mengisi benih secara memusat ke distributor dalam mahkota berputar untuk menyebarkan benih pada semua wadah secara terus-menerus.

(ii) Tabung mengisi benih secara menyebar pada ceruk dari wadah yang berputar di bawah tabung sehingga aliran benih dibagi lagi menjadi subcontoh.

e. Variable sampel divider

Alat ini terdiri dari corong penuang dan tabung di bawahnya yang berputar dengan kecepatan 40 putaran per menit. Tabung menyebarkan aliran benih dari corong ke permukaan yang lebih dalam dari corong selanjutnya, yang terpasang dengan baik ke corong ketiga secara konsentris. Pada corong kedua dan ketiga terdapat lubang yang meliputi 50% garis keliling corong. 50% benih akan melewati dua

Page 50: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

26

26

corong menuju wadah pengumpul. Kedua corong dapat saling berpilin berakhir pada lubang yang lebih sempit. Dampaknya adalah persentase yang lebih kecil akan masuk melalui lubang. Baik contoh yang lebih kecil di bagian luar corong atau contoh yang lebih besar di dalam corong dapat digunakan sebagai contoh yang diperlukan. Posisi dua corong yang saling berhubungan satu sama lain dapat disesuaikan dengan tepat hingga menghasilkan volume subcontoh kerja yang telah ditentukan sebelumnya.

2.5.2.2.2 Metode paruhan dimodifikasi

Alat yang digunakan adalah sebuah nampan dan sebuah kotak yang terbagi atas beberapa bagian berbentuk kubus dengan ukuran yang sama. Setengah dari jumlah kubus-kubus tersebut bagian bawahnya tidak beralas dan diatur secara berselang seling dengan yang beralas. Cara kerjanya adalah dengan meletakkan kotak tersebut di atas nampan, kemudian benih yang telah dicampur atau dihomogenkan sebelumnya ditebarkan merata di atasnya. Dengan mengangkat kotaknya, maka lebih kurang separuh dari contoh benih akan tertinggal di nampan. Pekerjaan dapat diulang beberapa kali hingga benih yang tertinggal mencapai jumlah berat contoh kerja yang ditentukan.

2.5.2.2.3 Metode sendok

Metode ini direkomendasikan untuk pengurangan contoh benih pada pengujian kesehatan benih untuk pengujian yang lain hanya digunakan untuk benih-benih yang mempunyai ukuran sangat kecil seperti Anthocephalus spp. dan Eucalyptus spp. Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain sebuah nampan, spatula dan sendok yang bersisi lurus. Setelah dihomogenkan, benih ditebarkan merata diatas nampan dan jangan digoyangkan. Dengan menggunakan sendok dan spatula bersama-sama mengambil benih minimal dari lima tempat secara acak hingga tercapai berat contoh kerja.

Page 51: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 27

27

2.5.2.2.4 Metode pengambilan paruhan dengan tangan (hand halving)

Metode ini terbatas untuk genera dari chaffy seeds dan genera tanaman hutan seperti Castanea, Tectona, dan Quercus. Benih berukuran kecil hingga besar lainnya seperti Falcataria moluccana, Enterolobium cyclocarpum, gmelina arborea, Melia azedarach dan lainnya dapat menggunakan metode ini. Selain jenis benih tersebut, metode ini hanya dapat digunakan untuk memperoleh contoh kerja pengujian kesehatan benih. Tekniknya adalah sebagai berikut: benih dituang disebar merata di atas permukaan yang bersih dan halus, aduk benih dengan sempurna menjadi suatu gundukan menggunakan spatula dengan ujung datar. Bagi gundukan menjadi dua bagian, masing-masing bagian dibagi dua lagi menjadi empat bagian dari empat bagian dibagi lagi menjadi dua lagi sehingga menjadi delapan bagian. Bagian-bagian ini disusun dalam dua baris, sehingga masing-masing barisan terdiri dari empat bagian, gabungkan bagian-bagian tersebut bergantian, contohnya gabungkan bagian yang pertama dan ketiga dalam barisan pertama dan bagian yang kedua dengan keempat di dalam barisan kedua. Pindahkan empat bagian yang tersisa. Ulangi prosedur dengan menggunakan bagian yang tersisa sampai memperoleh ukuran contoh yang diperlukan.

Page 52: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

28

28

Keterangan :- Contoh kirim dan komposit dihamparkan, kemudian dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1,

2, 3, dan 4.- Bagian 1 dan 3 dicampur, kemudian dihamparkan dan selanjutnya dibagi menjadi 4

bagian, yaitu 5, 6, 7 dan 8.- Bagian 6 dan 8 dicampur, kemudian dihamparkan dan selanjutnya dibagi menjadi 4

bagian lagi, yaitu 9, 10, 11 dan 12.- Bagian 10 dan 12 dijadikan contoh kerja- Pemilihan dua bagian tersebut dilakukan secara acak.

Gambar 2.5. Proses pembuatan contoh kerja dengan acak parohan (BTP, 2000)

Page 53: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 29

29

2.5.3 Penyimpanan contoh setelah pengujian Tujuan dari penyimpanan contoh benih setelah pengujian adalah untuk pengujian ulang dari contoh kirim. Kondisi penyimpanan benih seminimal mungkin tidak menyebabkan perubahan mutu benih. Misalnya, analisa kemurnian, contoh benih harus disimpan sedemikian rupa hingga identitas fisiknya terjaga. Pada kasus pengujian daya berkecambah, viabilitas atau pengujian kesehatan untuk benih ortodoks, contoh harus disimpan dalam kondisi kering dan dingin. Sedangkan pada pengujian benih rekalsitran dan intermediate dari jenis benih tropis, penyimpanan jangka panjang tidaklah memungkinkan. Semua faktor-faktor penyimpanan perlu ditetapkan menurut jenis tanamannya. Perlu diperhatikan perlindungan terhadap serangga dan pengerat.

Jika diperlukan pengujian kembali dengan laboratorium yang berbeda, sebagian benih dapat diambil dari contoh yang disimpan, dan selanjutnya diserahkan ke laboratoium pengujian yang ditunjuk. Sisanya dapat disimpan kembali.

2.6 Penghitungan dan Penulisan HasilPenghitungan dan penulisan hasil dilakukan hanya untuk uji heterogenitas dalam 2.9.

2.7 Pelaporan HasilPelaporan dilakukan hanya untuk uji heterogenitas dalam 2.9.

2.8 Tabel Ukuran Lot dan Ukuran Contoh Tabel 2C.Tabel ini digunakan untuk mengindikasikan berat lot dan contoh untuk berbagai jenis benih, dan nama-nama khusus yang digunakan dalam melaporkan hasil pengujian. Setiap ukuran contoh diturunkan dari berat

Page 54: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

30

30

1.000 butir benih untuk setiap jenis yang dianggap mencukupi untuk pengujian contoh benih. Jika berat contoh tidak tertera dalam tabel, berat contoh kirim minimal 25.000 butir benih.

Tabel 2C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian

Jenis Nama Indonesia

Volume lot

maksimal (kg)

Berat contoh kirim

minimal (gram)

Berat contoh kerja minimal

analisis kemurnian

(gram)Acacia arabica - 1.000 1 800 900Acacia aulacocarpa Aula 1.000 70 35Acacia auriculiformis 1.000 70 35Acacia crasicarpa Karpa 1.000 100 50Acacia mangium Mangium 1.000 70 35Acacia villosa - 1.000 80 40Adenanthera microsperma

Saga pohon 1.000 1.300 650

Agathis loranthifolia Damar 1.000 1.200 600Aleurites moluccana Kemiri 1.000 10.000 5.000Albizia procera Kihiyang 1.000 150 75Alstonia scholaris Pulai 1.000 50 5Altingia excelsa Rasamala 1.000 50 15Anacardium occidentale

Jambu monyet

1.000 7.000 3.500

Anthocephalus cadamba (syn. Neolamarckia cadamba)

Jabon putih 1.000 10 -

Page 55: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 31

31

Jenis Nama Indonesia

Volume lot

maksimal (kg)

Berat contoh kirim

minimal (gram)

Berat contoh kerja minimal

analisis kemurnian

(gram)Anthocephalus macrophyllus (syn. Neolamarckia macrophyllus)

Jabon merah 1.000 10 -

Azadirachta indica Mimba/ intaran

1.000 2 000 1.000

Baccaurea macrocarpa

Kapul 1.000 3.000 1.500

Calliandra calothyrsus

Kaliandra merah

1.000 300 150

Calliandra tetragona Kaliandra putih

1.000 200 100

Calophyllum inophyllum

Nyamplung 1.000 6.000 3.000

Canarium indicum Kenari 1.000 8.000 4.000Castanopsis argentea Asa/saninten 1.000 6.000 3.000Casuarina junghuniana

Cemara gunung

1.000 20 5

Casuarina equisetifolia

Cemara laut 1.000 20 5

Ceiba petandra Kapuk/randu

1.000 350 175

Cryptocarya cuneata (syn. Dehaasia cuneata)

Medang 1.000 2.000 1.000

Cryptocarya massoy Masoi 1.000 6.000 3.000Dalbergia latifolia Sonobritz 1.000 250 125

Tabel 2C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian (lanjutan)

Page 56: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

32

32

Jenis Nama Indonesia

Volume lot

maksimal (kg)

Berat contoh kirim

minimal (gram)

Berat contoh kerja minimal

analisis kemurnian

(gram)Delonix regia Flamboyan 1.000 3.000 1.500Diospyros celebica Eboni 1.000 3.500 1.750Duabanga moluccana

Benuang laki 1.000 10 -

Dyera lowii Jelutung rawa

1.000 300 150

Enterolobium cyclocarpum

Sengon buto 1.000 5000 1.500

Eucalyptus camadulensis

- 1.000 15 -

Eucalyptus deglupta Leda 1.000 10 -Eucalyptus pellita Pelita 1.000 10 -Eucalyptus urophylla Ampupu 1.000 25 -Fagara rhetsa (syn. Zanthoxylum rhetsa)

Panggal buaya

1.000 300 150

Fagraea fragrans Tembesu 1.000 10 -Falcataria mollucana (syn. Paraserianthes falcataria)

Sengon 1.000 110 55

Ficus variegata Nyawai 1.000 10 -Gliricidia sepium Gamal 1.000 500 250Gmelina arborea Jati putih 1.000 3.000 1.500Gmelina moluccana Kayu titi 1.000 4.000 2.000Gyrinops versteegii Ketimunan 1.000 500 250

Tabel 2C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian (lanjutan)

Page 57: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 33

33

Jenis Nama Indonesia

Volume lot

maksimal (kg)

Berat contoh kirim

minimal (gram)

Berat contoh kerja minimal

analisis kemurnian

(gram)Hibiscus macrophyllus

Tisuk/Waru gunung

1.000 40 20

Intsia bijuga Merbau 1.000 5.000 2.500Khaya anthotheca Mahoni

afrika1.000 1.500 750

Lagerstroemia speciosa

Bungur 1.000 50 25

Leucaena glauca Lantoro 1.000 250 125Leucaena leucocephala

Lantorogung 1.000 300 150

Maesopsis eminii Kayu afrika 1.000 5.000 2.500Magnolia ovalis (syn. Elmerrilia ovalis)

Cempaka 1.000 3.000 100

Magnolia blumei (syn. Manglietia glauca)

Manglid 1.000 250 125

Magnolia champaca (syn. Michelia champaca)

Bambang lanang

1.000 500 250

Manilkara kauki Sawo kecik 1.000 4.000 2.000

Melaleuca leucadendron

Gelam 1.000 10 -

Melaleuca cajuputi Kayu putih 1.000 10 -Melia azedarach Mindi 1.000 2.500 1.250Mimosops elengi Tanjung 1.000 2.500 1.250

Tabel 2C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian (lanjutan)

Page 58: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

34

34

Jenis Nama Indonesia

Volume lot

maksimal (kg)

Berat contoh kirim

minimal (gram)

Berat contoh kerja minimal

analisis kemurnian

(gram)Octomeles sumatrana Benuang

bini1.000 10 -

Palaquium rostratum Nyatoh 1.000 5.000 2.500Pericopsis mooniana Kayu kuku 1.000 1.200 600Pinus merkusii Tusam 1.000 120 60Planchonia valida Putat 1.000 1.200 600Podocarpus nerifolius Jamuju 1.000 50 12Polyalthia longifolia Glodogan

tiang1.000 5.000 2.500

Pongamia pinnata Kranji/malapari

1.000 4.000 2.000

Pterocarpus indicus Angsana 1.000 3.000 1.500Pterospermum javanicum

Bayur 1.000 300 150

Santalum album Cendana 1.000 900 450Samanea saman Kihujan 1.000 1.000 500Sandoricum koetjape Kecapi 1.000 6.000 3.000Schleichera oleosa Kesambi 1.000 3.000 1.500Schima wallichii Puspa 1.000 50 15Senna siamea (syn. Cassia siamea)

Johar 1.000 120 60

Sesbania grandiflora Turi 1.000 250 125Shorea pinanga Meranti

merah1.000 10.000 5.000

Tabel 2C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian (lanjutan)

Page 59: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 35

35

Jenis Nama Indonesia

Volume lot

maksimal (kg)

Berat contoh kirim

minimal (gram)

Berat contoh kerja minimal

analisis kemurnian

(gram)Sterculia foetida Kepuh/nitas 1.000 5.000 2.500Styrax benzoin Kemenyan 1.000 6.000 3.000Swietenia macrophylla

Mahoni 1.000 2.000 1.000

Tamarindus indica Asam jawa 1.000 3.000 1.500Tectona grandis Jati 1.000 2.000 1 000Terminalia catappa Ketapang 1.000 6.000 3.000Toona sinensis Suren 1.000 300 30Vitex coffasus Biti 1.000 500 250Wrightia pubescens Bentawas 1.000 150 75

Keterangan: Nama dengan tanda * tercatat dalam peraturan ISTA 2011. Sumber: BTP (2000), Sudrajat dan Nurhasybi (2010), Sudrajat dan Nurhasybi (2014)

Tabel 2D. Ukuran contoh yang dinyatakan dalam bentuk butir untuk benih dengan kapsul bentuk bulat, benih berkerak dan benih halus

Jenis pengujianMinimal contoh

kirim (butir)Minimal contoh

kerja (butir)Analisis kemurnian 7.500 2.500Penentuan berat 1000 butir 7.500 Fraksi pelet murniDaya berkecambah 7.500 400Penetapan benih tanaman lain 10.000 7.500Penetapan benih tanaman lain (encrusted seed dan granules)

25.000 25.000

Sumber: ISTA (2011)

Tabel 2C. Berat maksimal lot benih, minimal contoh kirim, dan contoh kerja minimal analisis kemurnian (lanjutan)

Page 60: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

36

36

2.9 Pengujian Heterogenitas untuk Lot Benih pada Beberapa Wadah

Tujuan dari pengujian heterogenitas adalah untuk mengetahui heterogenitas suatu lot benih yang menyebabkan secara teknis tidak dapat dilakukan pengambilan contohnya seperti tujuan yang tertera pada 2.1.

2.9.1 Pengujian nilai H2.9.1.1 Definisi dari istilah dan simbol

Pengujian terhadap pertambahan pengaruh sifat menjadi heterogen dari tolok ukur yang diadopsi sebagai indikator melibatkan perbandingan antara ragam yang diamati dan ragam yang dapat diterima dari tolok ukur tersebut. Wadah contoh lot benih adalah contoh yang diambil secara terpisah dari setiap wadah yang berbeda. Pemeriksaan wadah contoh benih untuk mengindikasikan tolok ukur juga harus dilakukan secara terpisah, karena hanya ada satu sumber informasi untuk setiap wadah, heterogenitas antar wadah tidak secara langsung terlibat. Ragam yang dapat diterima dihitung dengan cara mengalikan ragam teoritis yang ditimbulkan oleh ragam acak dengan sebuah faktor f untuk ragam tambahan, diperhitungkan level heterogenitas yang dapat dicapai dalam praktek produksi benih yang baik. Ragam teoritis dapat dihitung dari probabilitas distribusi, yaitu distribusi binomial dalam kasus kemurnian dan daya berkecambah, dan distribusi Poisson untuk penghitungan benih tanaman lain (ISTA, 2010).

No : jumlah wadah dalam lot benih

N : jumlah contoh benih dari wadah yang terpisah

N : jumlah benih yang diuji dari setiap wadah contoh (1.000 untuk kemurnian, 100 untuk daya berkecambah dan 10.000 untuk penghitungan benih tanaman lain, lihat 3.3)

Page 61: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 37

37

X : hasil uji dari tolok ukur yang diadopsi dari contoh suatu wadah

I : jumlah dari semua nilai

f : faktor untuk pengali ragam teoritis untuk memperoleh ragam yang dapat diterima (lihat Tabel 2E)

Rata-rata dari semua nilai X hasil pengujian dari lot benih yang ditentukanRagam yang diterima dari wadah contoh benih terpisah untuk tolok ukur persentase kemurnian dan daya berkecambahRagam yang dapat diterima dari wadah contoh benih terpisah untuk tolok ukur jumlah benih tanaman lainRagam yang diamati dari wadah contoh benih terpisah berdasarkan pada semua nilai X tolok ukur yang diadopsi

Nilai H

H negatif dilaporkan sebagai nol (0)

Tabel 2E. Faktor-faktor (f) untuk keragaman tambahan dalam lot benih yang digunakan untuk perhitungan nilai W dan akhirnya H

Pengujian Non chaffy seed Chaffy seedKemurnian 1,1 1,2Penetapan benih tanaman lain 1,4 2,2Daya berkecambah 1,1 1,2

Untuk analisa kemurnian dan daya berkecambah:Nilai X dinyatakan dalam 2 desimal, bila N < 10 dan sampai 3 desimal, bila N ≥10Untuk penetapan benih tanaman lain berdasarkan jumlah: Nilai X dinyatakan dalam 1 desimal, bila N < 10 dan 2 desimal, bila N ≥ 10Untuk definisi benih non-chaffy dan benih chaffy lihat 4.6.6. Berbagai jenis benih chaffy terdapat pada Tabel 4B Bagian 1.

Page 62: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

38

38

2.9.1.2 Pengambilan contoh pada kelompok benih (seedlot)

Jumlah wadah terpisah tidak boleh kurang dari yang tercantum pada Tabel 2F. Intensitas pengambilan contoh yang telah dipilih dalam suatu lot benih dapat mengandung sekitar 10% wadah yang menyimpang, setidaknya satu wadah dipilih dengan tingkat kemungkinan P = 90%. Karena deteksi wadah yang menyimpang adalah tergantung pada pemilihan, maka kekuatan kedua pengujian untuk mendeteksi heterogenitas yang terbaik adalah mendekati sama, tapi umumnya lebih rendah dari tingkat kemungkinan seleksi yang dipilih.

Wadah yang diambil contoh benihnya dipilih secara acak. Pengambilan contoh dari wadah harus mewakili lot benih yaitu dari atas, tengah dan bawah dari wadah. Berat setiap wadah tidak kurang dari setengah yang ditetapkan pada Tabel 2C, kolom 3.

Tabel 2F. Intensitas pengambilan contoh dan nilai H kritis. Jumlah wadah contoh yang diambil tergantung pada jumlah wadah dalam lot benih nilai H kritis dan untuk heterogenitas lot benih pada selang tingkat kepercayaan 1%.

Jumlah wadah

dalam lot benih

Jumlah lot benih dalam wadah yang

terpisah

Nilai H kritis untuk analisa kemurnian, daya

berkecambah

Nilai H kritis untuk jumlah benih tanaman

lainNon chaffy

seedChaffy seed

Non chaffy seed

Chaffy seed

5 5 2,55 2,78 3,25 5,106 6 2,22 2,42 2,83 4,447 7 1,98 2,17 2,52 3,988 8 1,80 1,97 2,30 3,619 9 1,66 1,81 2,11 3,3210 10 1,55 1,69 1,97 3,10

11-15 11 1,45 1,58 1,85 2,9016-25 15 1,19 1,31 1,51 2,4026-35 17 1,10 1,20 1,40 2,2036-49 18 1,07 1,16 1,36 2,13≥50 20 0,99 1,09 1,26 2,00

Sumber: ISTA (2011)

Page 63: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 39

39

2.9.1.3 Prosedur pengujian

Tolok ukur yang digunakan untuk menunjukkan indikasi heterogenitas dapat berupa:

a. Persentase berdasarkan berat dari berbagai komponen kemurnian.

b. Persentase dari berbagai komponen pengujian daya berkecambah.

c. Total dari berbagai benih atau jumlah dari berbagai spesies tunggal dalam penetapan benih tanaman lain berdasarkan jumlahnya.

Di laboratorium, contoh kerja diambil dari setiap wadah contoh dan pengujian dilakukan secara terpisah tergantung pada tolok ukur yang dipilih (ISTA, 2011):

a. Persentase berdasarkan berat dari berbagai komponen dapat digunakan/diuji, asalkan dapat dipisahkan seperti dalam analisis kemurnian, yaitu benih murni, benih tanaman lain, benih hampa. Berat contoh kerja harus diperkirakan mengandung 1.000 butir benih yang dihitung dari setiap wadah contoh. Setiap contoh kerja dipisahkan menjadi dua fraksi, yaitu komponen terpilih dan sisanya.

b. Berbagai macam benih atau kecambah yang dapat ditentukan dalam uji daya berkecambah standar dapat digunakan, misal kecambah normal, kecambah abnormal atau benih keras. Dari setiap wadah contoh untuk daya berkecambah diambil 100 benih dan dilakukan pengujian hingga selesai berdasarkan keadaan tertentu sesuai dalam Tabel 5A.

c. Penghitungan benih dapat dari berbagai komponen yang dapatdihitung misalnya spesies benih spesifik (yang ditentukan) atau semua benih secara bersamaan. Setiap contoh kerja harus mengandung sekitar 10.000 benih dan penghitungan dilakukan pada jumlah benih dari jenis yang dipilih (misal penghitungan benih tanaman lain).

Page 64: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

40

40

2.9.1.4 Penggunaan Tabel 2F

Tabel 2F menunjukkan nilai H kritis yang hanya dapat melebihi 1% pengujian dari lot benih dengan distribusi yang dapat diterima dari tolok ukur yang diadopsi sebagai indikator. Jika nilai H hitung dari jumlah contoh N melebihi nilai H kritikal, tolak ukur dan chaffines dalam Tabel 2F, kemudian lot benih menunjukkan heterogenitas yang signifikan masuk kisaran, namun dapat juga di luar kisaran. Jika nilai H hitung kurang dari atau sama dengan nilai H kritikal dalam tabel, kemudian lot benih menunjukkan tidak heterogenitas dalam kisaran atau dapat juga diluar kisaran berdasarkan jenis pengujian.

Hasil pengujian nilai H dilaporkan sebagai berikut:

X_, N, No, nilai H yang telah hitung dan pernyataan bahwa “Nilai H tidak

atau menunjukkan heterogenitas yang nyata”. Jika X diluar batas berikut nilai H tidak dapat dihitung atau dilaporkan:

a. Komponen kemurnian lebih dari 99,8% atau kurang dari 0,2%.

b. Daya berkecambah lebih dari 99,0% atau kurang dari 1,0%.

c. Jumlah benih yang ditentukan kurang dari dua per contoh.

2.9.1.5 Pelaporan hasil

Hasil nilai H dari uji heterogenitas untuk lot benih yang terdiri dari banyak wadah harus dilaporkan pada ‘Penetapan Lain’ sebagai berikut:

- X_ : nilai rata-rata dari semua nilai X yang ditentukan dari lot yang

diamati

- N : jumlah contoh wadah yang diacak

- No : jumlah wadah dalam lot benih

- Nilai H terhitung

- Pernyataan: nilai H ini menunjukkan atau tidak menunjukkan heterogenitas yang nyata.

Page 65: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 41

41

Catatan Nilai tidak harus dihitung atau dilaporkan jika X berada diluar batasan berikut:Komponen kemurnian : di atas 99,8% atau di bawah 0,2%Daya berkecambah : di atas 99,0% atau di bawah 1,0%Jumlah benih tertentu : di bawah dua setiap contoh.

2.9.2 Pengujian nilai RTujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui heterogenitas di luar kisaran (off-range) pada lot benih dengan menggunakan tolok ukur yang diadopsi sebagai indikator. Pengujian untuk heterogenitas diluar kisaran termasuk membandingkan perbedaan maksimal yang ditemukan antar contoh dari ukuran benih yang sama dari lot dengan kisaran yang ditolerir. Kisaran yang ditolerir didasarkan pada standar deviasi yang dapat diterima, yang dicapai dalam proses produksi benih yang baik (ISTA, 2011).

Setiap contoh dari wadah yang terpisah diambil dari wadah yang berbeda, sehingga heterogenitas dalam wadah tidak terlibat secara langsung. Informasi mengenai heterogenitas dalam wadah, standar deviasinya yang dapat diterima dimasukkan ke dalam tabulasi dengan kisaran yang dapat diterima.

Standar deviasi yang dapat diterima dihitung dengan standar deviasi berdasarkan variasi acak menurut distribusi binomial untuk kemurnian dan daya berkecambah, dan distribusi Poisson untuk penghitungan benih tanaman lain, dikalikan dengan akar kuadrat dari faktor f dalam Tabel 2E, secara berturut-turut. Penyebaran antara wadah ditunjukkan dengan menghitung kisaran untuk dibandingkan dengan kisaran toleransi yang berhubungan.

Page 66: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

42

42

2.9.2.1. Definisi istilah dan simbol

No : jumlah wadah dalam lot benih

N : jumlah contoh dari wadah yang terpisah

n : jumlah benih yang diuji dari setiap wadah contoh (1.000 untuk kemurnian, 100 untuk daya berkecambah dan 10.000 untuk penghitungan benih tanaman lain. Lihat 3.3)

X : hasil uji dari tolok ukur yang diadopsi dari contoh suatu wadah

Z : jumlah dari semua nilai

Rata-rata dari semua nilai X yang ditetapkan pada lot sesuai dengan tolok ukur yang digunakan dari hasil jenis pengujianKisaran yang ditemukan sebagai perbedaan maksimal antara contoh wadah yang terpisah dari lot sesuai dengan tolok ukur yang diadopsi

Catatan Untuk ketepatan dari X terhadap uji nilai R lihat 2.9.1.1 ‘komentar’ pada uji nilai H.

2.9.2.2 Pengambilan contoh pada lot benih

Pengambilan contoh untuk uji nilai R sama seperti untuk uji nilai H (lihat 2.9.1.2.), jadi contoh yang digunakan juga sama.

2.9.2.3 Prosedur pengujian

Prosedur pengujian yang sama antara uji nilai R dan nilai H untuk kemurnian, daya berkecambah dan penghitungan benih tanaman lain (lihat 2.9.1.3.). Untuk penghitungan digunakan kelompok data yang sama.

Page 67: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 43

43

a. Penggunaan Tabel

Heterogenitas lot benih di luar kisaran diuji dengan tabel toleransi yang sesuai, misal, kisaran kritikal:

- Tabel 2G untuk komponen pada analisa kemurnian,

- Tabel 2H untuk pengujian daya berkecambah,

- Tabel 2I untuk jumlah benih tanaman lain.

Cari nilai X_

pada kolom rata-rata menurut tabel yang sesuai. Ketika melihat tabel, bulatkan rata-rata mengikuti prosedur biasa; baca kisaran toleransi yang dapat melebihi 1% dalam lot benih dengan distribusi yang dapat diterima untuk tolok ukur:

- pada kolom 5-9 untuk kasus N = 5 sampai 9,

- pada kolom 10-19 untuk kasus N = 10 sampai 9, atau

- pada kolom 20 jika N = 20.

Jika nilai R hasil hitung melebihi kisaran toleransi ini, maka lot benih tersebut dianggap menunjukkan heterogenitas yang nyata di luar kisaran. Jika nilai R ≤ kisaran yang ditoleransi, maka heterogenitas lot dianggap tidak menunjukkan di luar kisaran terhadap tolok ukur yang diuji.

Hasil uji nilai R harus dilaporkan sebagai berikut:

- X, N, No, hasil nilai R dan pernyataan bahwa ‘Nilai R ini menunjukkan atau tidak menunjukkan heterogenitas yang nyata’.

- Ketika menggunakan tabel, bulatkan rata-rata ke nilai tabel yang paling mendekati (jika rata-rata tersebut berada di tengah-tengah, maka gunakan angka tabel yang di bawahnya).

Page 68: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

44

44

b. Pelaporan hasil

Hasil nilai R dari uji heterogenitas untuk lot benih yang terdiri dari banyak wadah harus dilaporkan pada ‘Penetapan Lain’ sebagai berikut:

- X_ : nilai rata-rata dari semua nilai X ditentukan dari lot

diamati berdasarkan karakteristiknya.

- N : jumlah contoh wadah yang diacak

- No : jumlah wadah dalam lot benih

- Nilai R terhitung

- Pernyataan : nilai R ini menunjukkan /tidak menunjukkan heterogenitas signifikan.

c. Interpretasi hasil

Bila kedua pengujian tersebut, baik nilai H maupun nilai R secara signifikan menunjukkan heterogenitas dari lot benih yang diuji, maka lot benih tersebut harus dinyatakan sebagai lot benih yang heterogen. Sedangkan bila kedua pengujian tersebut tidak menunjukkan heterogenitas secara signifikan, maka lot benih tersebut harus dinyatakan sebagai lot benih yang tidak menunjukkan heterogenitas yang signifikan (non heterogen: memiliki tingkat heterogenitas yang tidak signifikan).

Tabel 2G Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen kemurnian sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

5-9 10-19 20 5-9 10-19 2099,9 0,1 0,5 0,5 0,6 88,0 12,0 5,0 5,6 6,199,8 0,2 0,7 0,8 0,8 87,0 13,0 5,1 5,8 6,399,7 0,3 0,8 0,9 1,0 86,0 14,0 5,3 5,9 6,5

Page 69: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 45

45

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

5-9 10-19 20 5-9 10-19 2099,6 0,4 1,0 1,1 1,2 85,0 15,0 5,4 6,1 6,799,5 0,5 1,1 1,2 1,3 84,0 16,0 5,6 6,3 6,999,4 0,6 1,2 1,3 1,4 83,0 17,0 5,7 6,4 7,099,3 0,7 1,3 1,4 1,6 82,0 18,0 5,9 6,6 7,299,2 0,8 1,4 1,5 1,7 81,0 19,0 6,0 6,7 7,499,1 0,9 1,4 1,6 1,8 80,0 20,0 6,1 6,8 7,599,0 1,0 1,5 1,7 1,9 78,0 22,0 6,3 7,1 7,898,5 1,5 1,9 2,1 2,3 76,0 24,0 6,5 7,3 8,098,0 2,0 2,1 2,4 2,6 74,0 26,0 6,7 7,5 8,297,5 2,5 2,4 2,7 2,9 72,0 28,0 6,9 7,7 8,497,0 3,0 2,6 2,9 3,2 70,0 30,0 7,0 7,8 8,696,5 3,5 2,8 3,1 3,4 68,0 32,0 7,1 8,0 8,796,0 4,0 3,0 3,4 3,7 66,0 34,0 7,2 8,1 8,995.5 4,5 3,2 3,5 3,9 64,0 36,0 7,3 8,2 9,095,0 5,0 3,3 3,7 4,1 62,0 38,0 7,4 8,3 9,194,0 6,0 3,6 4,1 4,5 60,0 40,0 7,5 8,4 9,293,0 7,0 3,9 4,4 4,8 58,0 42,0 7,5 8,4 9,292,0 8,0 4,1 4,6 5,1 56,0 44,0 7,6 8,5 9,391,0 9,0 4,4 4,9 5,4 54,0 46,0 7,6 8,5 9,390,0 10,0 4,6 5,1 5,6 52,0 48,0 7,6 8,6 9,489,0 11,0 4,8 5,4 5,9 50,0 50,0 7,6 8,6 9,4

Catatan: Nilai kisaran maksimal yang dapat diterima untuk nilai R sudah mengakomodasi standar deviasi yang dapat diterima pada α yang sesuai. Dalam menguji heterogenitas lot benih, nilai R maksimal yang dapat diterima telah mengakomodasi simpangan baku pada α=1%. Sumber ISTA, (2011).

Tabel 2G Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen kemurnian sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed (lanjutan)

Page 70: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

46

46

Tabel 2G Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen kemurnian sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

5-9 10-19 20 5-9 10-19 2099,9 0,1 0,5 0,6 0,6 88,0 12,0 5,2 5,8 6,499,8 0,2 0,7 0,8 0,9 87,0 13,0 5,4 6,0 6,699,7 0,3 0,9 1,0 1,1 86,0 14,0 5,5 6,2 6,899,6 0,4 1,0 1,1 1,2 85,0 15,0 5,7 6,4 7,099,5 0,5 1,1 1,2 1,4 84,0 16,0 5,8 6,6 7,299,4 0,6 1,2 1,3 1,5 83,0 17,0 6,0 6,7 7,499,3 0,7 1,3 1,4 1,6 82,0 18,0 6,1 6,9 7,599,2 0,8 1,4 1,5 1,7 81,0 19,0 6,3 7,0 7,799,1 0,9 1,5 1,6 1,8 80,0 20,0 6,4 7,1 7,899,0 1,0 1,6 1,8 1,9 78,0 22,0 6,6 7,4 8,198,5 1,5 1,9 2,2 2,4 76,0 24,0 6,8 7,6 8,498,0 2,0 2,2 2,5 2,7 74,0 26,0 7,0 7,8 8,697,5 2,5 2,5 2,8 3,1 72,0 28,0 7,2 8,0 8,897,0 3,0 2,7 3,0 3,3 70,0 30,0 7,3 8,2 9,096,5 3,5 2,9 3,3 3,6 68,0 32,0 7,4 8,3 9,196,0 4,0 3,1 3,5 3,8 66,0 34,0 7,5 8,5 9,395.5 4,5 3,3 3,7 4,1 64,0 36,0 7,6 8,6 9,495,0 5,0 3,5 3,9 4,3 62,0 38,0 7,7 8,7 9,594,0 6,0 3,8 4,2 4,6 60,0 40,0 7,8 8,8 9,693,0 7,0 4,1 4,6 5,0 58,0 42,0 7,9 8,8 9,792,0 8,0 4,3 4,8 5,3 56,0 44,0 7,9 8,9 9,791,0 9,0 4,6 5,1 5,6 54,0 46,0 7,9 8,9 9,890,0 10,0 4,8 5,4 5,9 52,0 48,0 8,0 8,9 9,889,0 11,0 5,0 5,6 6,1 50,0 50,0 8,0 8,9 9,8

Sumber: ISTA (2011)

Page 71: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 47

47

Tabel 2 H Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen daya berkecambah sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

5-9 10-19 20 5-9 10-19 2099 1 5 6 6 74 26 22 24 2698 2 7 8 9 73 27 22 25 2797 3 9 10 11 72 28 22 25 2796 4 10 11 12 71 29 22 25 2795 5 11 12 13 70 30 23 25 2894 6 12 13 15 69 31 23 26 2893 7 13 14 16 68 32 23 26 2892 8 14 15 17 67 33 23 26 2891 9 14 16 17 66 34 23 26 2990 10 15 17 18 65 35 24 26 2989 11 16 17 19 64 36 24 26 2988 12 16 18 20 63 37 24 27 2987 13 17 19 20 62 38 24 27 2986 14 17 19 21 61 39 24 27 2985 15 18 20 22 60 40 24 27 3084 16 18 20 22 59 41 24 27 3083 17 19 21 23 58 42 24 27 3082 18 19 21 23 57 43 24 27 3081 19 19 22 24 56 44 24 27 3080 20 20 22 24 55 45 25 27 3079 21 20 23 25 54 46 25 27 3078 22 20 23 25 53 47 25 28 3077 23 21 23 25 52 48 25 28 3076 24 21 24 26 51 49 25 28 3075 25 21 24 26 50 50 25 28 30

Sumber: ISTA (2011)

Page 72: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

48

48

Tabel 2 H Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen daya berkecambah sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

Rata-rata komponen dan komplemennya

Kisaran toleransi (N)

5-9 10-19 20 5-9 10-19 2099 1 6 6 7 74 26 23 25 2898 2 8 8 9 73 27 23 26 2897 3 9 10 11 72 28 23 26 2896 4 10 12 13 71 29 23 26 2995 5 11 13 15 70 30 24 26 2994 6 12 14 16 69 31 24 27 2993 7 13 15 17 68 32 24 27 2992 8 14 16 17 67 33 24 27 3091 9 15 17 18 66 34 24 27 3090 10 16 17 19 65 35 25 27 3089 11 16 18 20 64 36 25 28 3088 12 17 19 21 63 37 25 28 3087 13 17 20 21 62 38 25 28 3186 14 18 20 22 61 39 25 28 3185 15 18 21 23 60 40 25 28 3184 16 19 21 23 59 41 25 28 3183 17 19 22 24 58 42 25 28 3182 18 20 22 24 57 43 25 28 3181 19 20 23 25 56 44 26 29 3180 20 21 23 25 55 45 26 29 3179 21 21 24 26 54 46 26 29 3178 22 21 24 26 53 47 26 29 3177 23 22 24 27 52 48 26 29 3176 24 22 25 27 51 49 26 29 3175 25 22 25 27 50 50 26 29 31

Sumber: ISTA (2011)

Page 73: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 49

49

Tabel 2 I Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen penghitungan benih tanaman lain sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi Rata-rata

komponen

Kisaran toleransi Rata-rata

komponen

Kisaran toleransi

5-9 10-19 20 5-9 10-19 20 5-9 10-19 201 6 7 7 47 38 42 46 93 53 59 652 8 9 10 48 38 43 47 94 53 60 653 10 11 12 49 39 43 47 95 54 60 664 11 13 14 50 39 44 48 96 54 60 665 13 14 15 51 39 44 48 97 54 61 666 14 15 17 52 40 45 49 98 54 61 677 15 17 18 53 40 45 49 99 55 61 678 16 18 19 54 40 45 50 100 55 62 679 17 19 21 55 41 46 50 101 55 62 6810 18 20 22 56 41 46 51 102 55 62 6811 19 21 23 57 42 47 51 103 56 62 6812 19 22 24 58 42 47 51 104 56 63 6913 20 23 25 59 42 47 52 105 56 63 6914 21 24 26 60 43 48 52 106 57 63 6915 22 25 26 61 43 48 53 107 57 64 7016 22 26 27 62 43 49 53 108 57 64 7017 23 26 28 63 44 49 54 109 57 64 7018 24 27 29 64 44 49 54 110 58 65 7119 24 27 30 65 44 50 54 111 58 65 7120 25 28 30 66 45 50 55 112 58 65 7121 25 28 31 67 45 50 55 113 58 65 7222 26 29 32 68 45 51 56 114 59 66 7223 27 30 33 69 46 51 56 115 59 66 7224 27 30 33 70 46 52 56 116 59 66 7325 28 31 34 71 46 52 57 117 59 67 7326 28 32 35 72 47 52 57 118 60 67 7327 29 32 35 73 47 53 58 119 60 67 7328 29 33 36 74 47 53 58 120 60 67 7429 30 33 37 75 48 53 58 121 60 68 74

Page 74: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

50

50

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi Rata-rata

komponen

Kisaran toleransi Rata-rata

komponen

Kisaran toleransi

5-9 10-19 20 5-9 10-19 20 5-9 10-19 2030 30 34 37 76 48 54 59 122 61 68 7431 31 34 38 77 48 54 59 123 61 68 7532 31 35 38 78 49 54 60 124 61 68 7533 32 36 39 79 49 55 60 125 61 69 7534 32 36 39 80 49 55 60 126 62 69 7635 33 37 40 81 49 55 61 127 62 69 7636 33 37 41 82 50 56 61 128 62 70 7637 34 38 41 83 50 56 61 129 62 70 7638 34 38 42 84 50 56 62 130 63 70 7739 34 39 42 85 51 57 62 131 63 70 7740 35 40 43 86 51 57 62 132 63 71 7741 35 40 43 87 51 57 63 133 63 71 7842 36 41 44 88 52 58 63 134 64 71 7843 36 41 44 89 52 58 64 135 64 71 7844 37 42 45 90 52 58 64 136 64 72 7845 37 42 45 91 52 58 64 137 64 72 7946 37 43 46 92 53 59 65 138 64 72 79

Sumber: ISTA (2011)

Tabel 2 I Bagian 1. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen penghitungan benih tanaman lain sebagai tolok ukur penciri pada non chaffy seed (lanjutan)

Page 75: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB II. PENGAMBILAN CONTOH BENIH 51

51

Tabel 2 I Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen penghitungan benih tanaman lain sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi

5-9 10-19 20 5-9 10-19 20 5-9 10-19 201 7 8 9 47 47 53 58 93 66 74 812 10 11 12 48 48 54 59 94 67 75 823 12 14 15 49 48 54 59 95 67 75 824 14 16 17 50 49 55 60 96 67 75 835 16 18 19 51 49 55 60 97 68 76 836 17 19 21 52 50 56 61 98 68 76 837 19 21 23 53 50 56 62 99 68 77 848 20 22 24 54 51 57 62 100 69 77 849 21 23 26 55 51 57 63 101 69 77 85

10 22 25 27 56 52 58 63 102 69 78 8511 23 26 28 57 52 58 64 103 70 78 8612 24 27 30 58 52 59 64 104 70 79 8613 25 28 31 59 53 59 65 105 70 79 8614 26 29 32 60 53 60 65 106 71 79 8715 27 30 33 61 54 60 66 107 71 80 8716 28 31 34 62 54 61 66 108 71 80 8817 29 32 35 63 55 61 67 109 72 80 8818 29 33 36 64 55 62 68 110 72 81 8819 30 34 37 65 56 62 68 111 72 81 8920 31 35 38 66 56 63 69 112 73 81 8921 32 36 39 67 56 63 69 113 73 82 9022 33 36 40 68 57 64 70 114 73 82 9023 33 37 41 69 57 64 70 115 74 83 9024 34 38 42 70 58 65 71 116 74 83 9125 35 39 42 71 58 65 71 117 74 83 9126 35 40 43 72 58 65 72 118 75 84 9227 36 40 44 73 59 66 72 119 75 84 9228 37 41 45 74 59 66 73 120 75 84 9229 37 42 46 75 60 67 73 121 76 85 9230 38 42 46 76 60 67 74 122 76 85 9331 38 43 47 77 60 68 74 123 76 85 9332 39 44 48 78 61 68 75 124 76 86 94

Page 76: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

52

52

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi

Rata-rata komponen

Kisaran toleransi

5-9 10-19 20 5-9 10-19 20 5-9 10-19 2033 40 44 49 79 61 69 75 125 77 86 9434 40 45 49 80 62 69 75 126 77 86 9535 41 46 50 81 62 69 76 127 77 87 9536 41 46 51 82 62 70 76 128 78 87 9537 42 47 51 83 63 70 77 129 78 87 9638 43 48 52 84 63 71 77 130 78 88 9639 43 48 53 85 63 71 78 131 79 88 9640 44 49 54 86 64 71 78 132 79 88 9741 44 50 54 87 64 72 79 133 79 89 9742 45 50 55 88 65 72 79 134 79 89 9843 45 51 55 89 65 73 80 135 80 89 9844 46 51 56 90 65 73 80 136 80 90 9845 46 52 57 91 66 74 80 137 80 90 9946 47 52 57 92 66 74 81 138 81 90 99

Sumber: ISTA (2011)

Tabel 2 I Bagian 2. Kisaran toleransi maksimal nilai R pada tingkat kepercayaan probabilitas 99% yang menggunakan komponen penghitungan benih tanaman lain sebagai tolok ukur penciri pada chaffy seed (lanjutan)

Page 77: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR

3.0. Metode Acuan Dasar untuk Penetapan Kadar Air

Metode acuan dasar untuk mengenalkan jenis dan metode baru dalam pedoman ini, yaitu metode oven suhu konstan rendah (17 jam pada suhu 103 °C).

3.0.1. Perlunya uji penghancuranPerlu atau tidaknya penghancuran tergantung pada faktor seperti ukuran benih dan permeabilitas kulit benih terhadap air. Uji efek penghancuran harus dilakukan sebelum suatu jenis baru diperkenalkan ke dalam pedoman ini.

Karakteristik dari benih, seperti kadar air tinggi atau kulit benih yang terlalu keras, dapat menghambat proses penghancuran benih. Pada kondisi ini, pemecahan atau pemotongan benih menjadi bagian dengan ketebalan yang tidak lebih besar dari 7 mm diperbolehkan (ISTA, 2011: 2013).

3.0.2. Uji penggunaan metode suhu konstan tinggiUji penggunaan metode suhu konstan tinggi, seperti satu, dua, tiga atau empat jam pada suhu 130 °C tidak wajib dan hanya diperlukan apabila ada permintaan untuk menggunakan metode suhu konstan tinggi. Pengujian tersebut membandingkan metode acuan dengan metode suhu konstan tinggi dalam suatu uji banding (ISTA, 2011).

Page 78: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

54

54

3.1. Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven Suhu Konstan

3.1.1. TujuanMenentukan kadar air dari benih dengan metode oven untuk pengujian rutin.

3.1.2. DefinisiKadar air contoh benih adalah berat air yang hilang karena pengeringan sesuai ketentuan yang dinyatakan sebagai persentase dari berat awal contoh benih.

3.1.3. Prinsip umumMetode yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap lainnya, tetapi menjamin penguapan air sebanyak mungkin.

3.1.4. PeralatanPeralatan yang diperlukan bergantung pada metode yang digunakan :

a. Grinding mill Grinding mill harus :

- Terbuat dari material yang tidak menyerap air.

- Mudah dibersihkan dan mempunyai celah sekecil mungkin.

- Memungkinkan penghancuran dengan cepat dan seragam, tanpa ada peningkatan panas dan sedapat mungkin tidak terjadi kontak dengan udara luar.

- Tingkat penghancuran dapat diatur sehingga besar partikel yang dihasilkan sesuai dengan ketetapan yang ditentukan pada 3.1.5.4.

Page 79: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 55

55

b. Oven listrik Oven yang digunakan adalah oven listrik dan dapat dikendalikan

sehingga selama penggunaan suhu udara dan rak adalah 103 °C atau 130 °C di area dimana contoh benih sedang dikeringkan. Oven harus mempunyai kapasitas pemanasan sehingga apabila oven diatur suhunya pada 103 °C atau 130 °C, suhu dapat kembali dalam waktu kurang dari 30 menit setelah memasukkan wadah dalam oven agar dapat mengeringkan secara serempak.

Kapasitas pengeringan dari oven harus ditentukan dengan menggunakan spesies benih yang memerlukan suhu tinggi dan waktu pengeringan kurang dari atau sama dengan dua jam.

Ventilasi setelah pengeringan (dua jam pada suhu 130 °C atau 17 jam pada suhu 103 °C), pendinginan dan pengeringan kembali (satu jam pada suhu 130 °C atau dua jam pada suhu 103 °C) jumlah maksimal dari bagian pengujian, hasil dari bagian pengujian individu tidak berbeda lebih dari 0,15% (untuk suhu juga).

c. Wadah Cawan harus terbuat dari bahan logam, tidak berkarat pada saat

pengujian atau dapat menggunakan bahan kaca, mempunyai penutup, luas permukaan yang cukup sehingga memungkinkan penyebaran contoh uji per unit area tidak lebih dari 0,3 g/cm2.

d. Desikator Desikator harus cukup rapat dengan plat metal berlubang untuk

mempercepat pendinginan dari wadah dan berisi desikan yang efektif.

e. Timbangan Harus mampu menimbang dengan ketelitian sedikitnya ± 0,001 g.

f. Ayakan Saringan yang diperlukan adalah dengan ukuran 0,50, 1,00, 2,00 dan

4,00 mm.

Page 80: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

56

56

g. Peralatan pemotong Beberapa alat pemotong yang digunakan, antara lain pisau, skalpel atau

pruning secateurs.

Gambar 3.1 Alat pengukuran kadar air benih meliputi oven, timbangan analitik, desikator dan cawan (Foto: Nurhasybi, 2015)

Page 81: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 57

57

3.1.5. Prosedur3.1.5.1. Tindakan pencegahan perubahan kadar air contoh

Contoh kirim (lihat 2.5.1.5-2.5.1.7 dan 2.5.4.4) penetapan kadar air dapat diterima untuk diuji hanya jika kondisinya utuh dalam wadah kedap air dan sebanyak mungkin udara telah dikeluarkan. Penetapan kadar air dilaksanakan sesegera mungkin setelah benih diterima. Sebelum pengujian, suhu dari contoh benih harus diseimbangkan dengan lingkungan pengujian dimana contoh benih masih tetap utuh di dalam wadah yang kedap air.

Selama pengujian di laboratorium, kontak contoh benih dengan udara harus seminimal mungkin dan untuk benih yang tidak perlu dihancurkan, waktu pemindahan contoh benih dari wadah sampai penimbangan tidak lebih dari dua menit.

Setelah penetapan kadar air, sisa contoh kirim harus disimpan dalam kondisi terkendali dan di dalam wadah kedap air selama waktu yang ditetapkan oleh laboratorium, tetapi cukup lama untuk menjamin dapat dilakukan uji ulang bila terdapat kesalahan dalam pengujian.

3.1.5.2. Contoh kerja

Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan dua ulangan yang pengambilan contohnya secara terpisah, dan berat contoh tergantung diameter wadah yang digunakan sebagai berikut (ISTA, 2010):

Diameter > 5 cm dan < 8 cm : 4,5 ± 0,5 g

Diameter >8cm : 10,0 ± 1,0 g

Untuk benih pohon dan perdu yang berukuran besar memerlukan pemotongan, sehingga diperlukan jumlah contoh kerja yang berbeda. Untuk benih yang dipotong, contoh kerja harus cukup untuk setiap dua ulangan dengan berat yang kira-kira setara dengan lima benih utuh (lihat 3.1.5.5). Lihat Tabel 3.A untuk petunjuk setiap jenis.

Page 82: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

58

58

Sebelum pengambilan contoh kerja, contoh kirim harus dihomogenkan dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini :

a. Aduk contoh dalam wadah dengan menggunakan sendok atau

b. Tempatkan mulut wadah asal yang berisi contoh benih pada mulut wadah baru yang serupa kemudian sisipkan dan contoh benih dituangkan bolak balik diantara dua wadah tersebut sebanyak empat kali hingga tercampur.

Ambil contoh kerja minimal tiga sub contoh benih dengan sendok dari posisi yang berbeda dan campurkan sub contoh benih sehingga memperoleh volume contoh benih yang dibutuhkan. Selama pengurangan contoh, benih tidak boleh berhubungan langsung dengan udara lebih dari 30 detik.

Pada kasus pemotongan atau penghancuran, diambil satu contoh kerja untuk memperoleh dua ulangan.

3.1.5.3 Penimbangan

Penimbangan sesuai dengan 4.5.1 dan dinyatakan dalam gram dengan ketelitian tiga desimal.

Wadah dan tutup ditimbang sebelum dan sesudah diisi.

Setelah penimbangan, wadah harus ditutup menggunakan penutupnya untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau kehilangan contoh benih, apabila tidak langsung dimasukkan ke dalam oven.

Buka wadah dan penutupnya secepat mungkin masukkan ke dalam oven yang suhunya telah diatur sesuai dengan jenis tanaman diuji (Tabel 3A). Periode pengeringan dimulai pada waktu oven telah mencapai suhu yang ditetapkan. Pada akhir periode yang ditentukan, wadah dan tutup didinginkan didalam desikator.

Setelah pendinginan, wadah, tutup dan isi ditimbang.

Page 83: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 59

59

3.1.5.4 Penghancuran benih

Benih berukuran besar dan benih dengan kulit yang menghalangi hilangnya air dari benih harus dihancurkan sebelum dikeringkan, kecuali yang mempunyai kadar minyak tinggi yang sulit untuk dihancurkan atau benih yang rentan terjadi penambahan berat akibat oksidasi (ISTA, 2010).

Jika penghancuran tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan pengirisan/pemotongan. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada 3.1.5.5.

Untuk benih-benih tertentu harus dihancurkan (lihat Tabel 3A).

Grinding mill harus disesuaikan sehingga diperoleh ukuran partikel yang ditentukan. Untuk benih yang membutuhkan penghancurkan halus (Tabel 3A), paling sedikit 50% partikel material akan lolos dari saringan ukuran mesh 0,50 mm, dan tidak lebih 10% yang tertinggal atau tidak lolos pada saringan ukuran mesh 1,00 mm. Untuk jenis yang membutuhkan penghancuran kasar (Tabel 3A), paling sedikit 50% partikel material benih harus lolos saringan dengan ukuran mesh 4,00 mm dan tidak lebih dari 55% lolos pada saringan ukuran mesh 2,00 mm.

Lama proses penghancuran benih tidak lebih dari dua menit.

Ketika menggunakan grinder pastikan bahwa alat tersebut tidak terjadi kontaminasi antar contoh benih.

3.1.5.5. Pemotongan/pengirisan benih

Benih-benih pohon berukuran besar (bobot 1000 butir >200 gram) dan benih-benih pohon dengan kulit yang sangat keras seperti Fabaceae (Leguminosae) dan atau jenis dengan kadar minyak tinggi, harus dipotong menjadi bagian-bagian kecil dengan ketebalan kurang dari 7 mm sebagai pengganti penghancuran. Pemotongan harus dilakukan pada contoh kerja dengan berat kira-kira setara dengan berat sepuluh benih utuh diambil dari contoh kirim.

Page 84: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

60

60

Subcontoh dipotong dengan cepat, digabungkan dan dicampur dengan menggunakan sendok kemudian diambil contoh kerja sebanyak dua ulangan. Ulangan ditempatkan pada wadah yang telah ditimbang. Lama benih terpapar ke atmosfer luar tidak melebihi empat menit.

3.1.5.6. Pengeringan pendahuluan

Jika jenis tersebut termasuk yang perlu dihancurkan dan kadar airnya lebih tinggi dari yang tercantum pada Tabel 3A, maka harus dilakukan pengeringan pendahuluan. Dua subcontoh, masing-masing ditimbang 25±1,0 gram dan ditempatkan pada wadah yang telah ditimbang. Dua subcontoh dalam wadahnya kemudian dipanaskan pada suhu 130 °C selama 5 hingga 10 menit, tergantung pada kadar airnya, untuk menurunkan kadar air sehingga sesuai dengan Tabel 3A. Subcontoh yang telah dikeringkan disimpan secara terbuka di laboratorium minimal selama 2 jam.

Pada kasus kadar air benih di atas 25%, benih harus disebar dengan ketebalan lapisan tidak lebih dari 20 mm dan dikeringkan pada suhu 65-75 °C selama 2-5 jam, tergantung kadar air benih. Pada kasus jenis dengan kadar air benih lebih dari 30%, contoh benih harus dikeringkan satu malam di tempat hangat.

Setelah pengeringan pendahuluan, subcontoh benih ditimbang ulang dengan wadahnya untuk menentukan kehilangan berat. Setelah ditimbang, dua subcontoh segera dihancurkan secara terpisah. Ambil satu contoh kerja dari masing-masing subcontoh. Pengambilan contoh kerja mengikuti 3.1.5.2. Penetapan kadar air mengikuti mengikuti ketentuan 3.1.5.3.

Pengeringan pendahuluan tidak harus dilakukan pada benih yang dipotong (Tabel 3A).

3.1.5.7. Metode yang digunakan

Contoh kerja yang diambil sesuai dengan 2.1.5.2, harus merata di atas permukaan wadah.

Page 85: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 61

61

Timbang wadah dan tutupnya sebelum dan sesudah diisi.

Tempatkan wadah dengan cepat di bagian atas atau di samping tutup, di dalam oven.

Lihat Tabel 3A untuk rincian tambahan tentang penghancuran, suhu dan waktu untuk setiap jenis.

Teloransi untuk suhu dan waktu:

101 – 105 °C (suhu rendah) : 17 ± 1 jam

130 – 133 °C (suhu tinggi) : 1 jam ± 3 menit, 2 jam ± 6 menit, 4 jam ± 12 menit.

Periode pengeringan dimulai ketika oven telah mencapai suhu yang ditentukan.

Pada akhir periode yang ditentukan, tutup wadah dan tempatkan dalam desikator untuk pendinginan.

Setelah dingin, timbang wadah dan isinya.

Tabel 3A. Rincian metode untuk penetapan kadar air benih tanaman hutan

Metode suhu rendah dapat digunakan untuk semua jenis pada tabel ini. Metode suhu tinggi dapat digunakan sebagai metode alternatif.

JenisPenggilingan/pemotongan

(3.1.5.4, 3.1.5.5)Acacia arabica DigilingAcacia aulacocarpa DigilingAcacia auriculiformis DigilingAcacia crasicarpa DigilingAcacia mangium DigilingAcacia villosa DigilingAdenanthera microsperma Digiling

Page 86: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

62

62

JenisPenggilingan/pemotongan

(3.1.5.4, 3.1.5.5)Agathis loranthifolia DipotongAleurites moluccana DipotongAlbizia procera DigilingAlstonia scholaris DipotongAltingia excelsa DigilingAnacardium occidentale DipotongAnthocephalus cadamba (syn. Neolamarckia cadamba)

Utuh

Anthocephalus macrophyllus (syn. Neolamarckia macrophyllus)

Utuh

Azadirachta indica DigilingBaccaurea macrocarpa DigilingCalliandra calothyrsus DigilingCalliandra tetragona DigilingCalophyllum inophyllum DigilingCanarium indicum DigilingCastanopsis argentea DipotongCasuarina junghuniana DigilingCasuarina equisetifolia DigilingCeiba petandra DigilingCryptorarya cuneate DipotongCryptocarya massoy DipotongDalbergia latifolia DigilingDelonix regia DigilingDiospyros celebica Digiling

Tabel 3A. Rincian metode untuk penetapan kadar air benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 87: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 63

63

JenisPenggilingan/pemotongan

(3.1.5.4, 3.1.5.5)Duabanga moluccana UtuhDyera lowii DipotongEnterolobium ciclocarpum DigilingEucalyptus camadulensis UtuhEucalyptus deglupta UtuhEucalyptus pellita UtuhEucalyptus urophylla Utuh

Fagara rhetsa (syn. Zanthoxylum rhetsa)

Digiling

Fagraea fragrans DigilingFalcataria mollucana (syn. Paraserianthes falcataria)

Digiling

Ficus variegata UtuhGliricidia sepium DigilingGmelina arborea DigilingGmelina moluccana DigilingGyrinops versteegii DigilingHibiscus macrophyllus DipotongIntsia bijuga DigilingKhaya anthotheca DipotongLagerstromia speciosa DipotongLeucaena glauca DigilingLeucaena leucocephala DigilingMaesopsis emenii DigilingManilkara kauki Digiling

Tabel 3A. Rincian metode untuk penetapan kadar air benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 88: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

64

64

JenisPenggilingan/pemotongan

(3.1.5.4, 3.1.5.5)Magnolia ovalis (syn. Elmerrillia ovalis)

Digiling

Magnolia blumei (syn. Manglietia gluca)

Digiling

Magnolia champaca (syn. Michelia champaca)

Digiling

Melaleuca leucadendron UtuhMelaleuca cajuputi UtuhMelia azedarach DigilingMimosops elengi DigilingOctomeles sumatrana UtuhPalaquium rostratum DipotongPericopsis mooniana DigilingPinus merkusii DipotongPlanchonia valida DigilingPolyalthia longifolia DigilingPodocarcus nerifolius UtuhPongamia pinnata DigilingPterocarpus indicus DipotongPterospermum javanicum DigilingSantalum album DigilingSamanea saman DigilingSandoricum koetjape DigilingSchleicera oleosa DigilingSchima wallichii Utuh

Tabel 3A. Rincian metode untuk penetapan kadar air benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 89: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 65

65

JenisPenggilingan/pemotongan

(3.1.5.4, 3.1.5.5)Senna siamea (syn. Cassia siamea)

Digiling

Sesbania grandiflora DigilingShorea pinanga DipotongSterculia foetida DigilingStyrax benzoin DigilingSwietenia macrophylla DipotongTamarindus indica DigilingTectona grandis DipotongTerminalia catappa DigilingToona sinensis DipotongVitex coffasus DigilingWrightia pubescens Digiling

Sumber: ISTA (2011), Sudrajat dan Nurhasybi (2009), Sudrajat dan Nurhasybi (2010), Sudrajat dan Nurhasybi (2014)

3.1.6. Penghitungan dan penulisan hasil 3.1.6.1. Metode oven suhu konstan

Kadar air yang dinyatakan dalam persentase berdasarkan berat harus dihitung dalam tiga desimal untuk masing-masing ulangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (ISTA, 2011):

Tabel 3A. Rincian metode untuk penetapan kadar air benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 90: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

66

66

Dimana :

M1 adalah berat dalam gram (untuk minimal dari tiga desimal) dari wadah dan tutupnya,

M2 adalah berat dalam gram (untuk minimal dari tiga desimal) dari wadah, tutup dan isinya sebelum pengeringan, dan

M3 adalah berat dalam gram (untuk minimal dari tiga desimal) dari wadah, tutup dan isinya sesudah pengeringan.

Jika contoh benih diberikan pengeringan pendahuluan, kadar air dihitung dari hasil pengeringan pendahuluan (tahap pertama) dan pengujian kadar air (tahap kedua). Jika S1 adalah kadar air yang hilang pada tahap pertama, dan S2 adalah kadar air yang hilang pada tahap kedua, masing-masing dihitung seperti di atas dan diyatakan sebagai persentase, kemudian kadar air sebenarnya dari contoh dihitung dalam persentase sebagai berikut (ISTA, 2011):

3.1.6.2. Toleransi

Perbedaan dihitung dalam tiga desimal, kemudian dibulatkan menjadi satu desimal. Perbedaan maksimal antara dua ulangan tidak melebihi 0,2% setelah dibulatkan dari tiga menjadi satu desimal. Jika tidak toleran ulangi pengujian dalam duplikat. Laporan hasil adalah rata-rata secara aritmatika dari hasil dua contoh kerja (lihat 3.1.7). Untuk jenis pohon dan perdu (tanaman hutan) tidak mungkin memenuhi toleransi 0,2% sehingga toleransi yang ditentukan mulai dari 0,3 hingga 2,5%. Hal ini berhubungan dengan ukuran dan kadar air awal benih (Tabel 3B).

Untuk penggunaan Tabel 3B, pada kolom 1, pilih baris yang relevan tergantung pada ukuran benih. Pilih kolom yang benar (2, 3, atau 4) tergantung pada kadar air awal contoh.

Page 91: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 67

67

Tabel 3B. Tingkat toleransi untuk perbedaan antar penetapan dua duplikat dari kadar air dari benih tanaman hutan (tingkat signifikansi tidak didefinisikan).

Ukuran benih Rata-rata kadar air awal<12 % 12 – 25 % >25 %

Kecil : berat 1000 butir <200 g 0.3 % 0.5 % 0.5 %Besar : berat 1000 butir ≥200 g 0.4 % 0.8 % 2.5 %

Sumber: FT. Bonner (1984). Limit toleransi dalam pengukuran kadar air benih tanaman hutan. Seed Science and Technology 12, 789-794, 1984 .

Jika hasil dari penetapan antar ulangan diluar toleransi maka pengujian harus diulang berdasarkan 3.1.5.2.

Untuk uji yang diulang, apabila hasil uji ulang masuk toleransi maka hasil uji dilaporkan. Namun apabila hasil uji ulang tidak toleran antar ulangan, maka periksa toleransi rata-rata dari dua hasil pengujian. Apabila rata-rata hasil kedua pengujian tersebut masuk toleransi (0,2% atau pada Tabel 3B) maka hasil dilaporkan. Jika semua rata-rata kedua pengujian tidak masuk toleransi, maka pengujian dianggap gagal dan dilakukan investigasi penyebab kegagalan (peralatan dan prosedur) dan pengujian dapat dilakukan kembali dari awal.

3.1.7. Pelaporan hasilHasil dari penetapan kadar air harus dilaporkan dalam kolom yang disediakan, perbedaan antar ulangan tidak lebih dari 0,1%.

Metode yang dilaporkan pada sertifikat/laporan hasil uji (lama/waktu dan suhu).

Di bawah ini informasi tambahan yang harus juga dilaporkan dalam ‘Penetapan Lain’:

a. Jika terdapat benih berkecambah dalam contoh, pernyataan berikut harus dimasukkan: “ditemukan benih berkecambah di dalam contoh kirim kadar air”.

Page 92: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

68

68

b. Jika terdapat benih bercendawan dalam contoh, pernyataan berikut harus dimasukkan: ‘ditemukan benih bercendawan dalam contoh kirim kadar air’.

c. Pada kasus benih berpelet, pernyataan berikut harus dimasukkan: ‘Benih contoh kirim kadar air ada dalam bentuk pellet dan kadar air yang dilaporkan adalah rata-rata dari benih dan bahan peletnya’.

3.2 Penetapan Kadar Air dengan Alat Pengukur Kadar Air secara langsung (Moisture Meter)

3.2.1 Kalibrasi alat pengukur kadar air (moisture meter) 3.2.1.1 Tujuan kalibrasi

Menyiapkan “contoh pengecek” yang akan digunakan untuk kalibrasi moisture meter dan untuk mengecek kalibrasi moisture meter.

3.2.1.2 Definisi

Lihat 3.1.2.

3.2.1.3 Prinsip umum

Metode kalibrasi dirancang untuk membandingkan hasil penetapan kadar air yang dilakukan dengan metode oven (lihat 3.1) dan moisture meter. Semua jenis moisture meter dapat digunakan, sepanjang persyaratan kalibrasi dan syarat penetapan kadar air dipenuhi. Kalibrasi alat harus dilakukan minimal satu kali setiap tahun. Laporan hasil kalibrasi diperlukan, untuk masing-masing tanaman yang dianalisa dengan moisture meter (ISTA, 2011; 2013).

Program monitoring dari moisture meter harus diterapkan. Contoh pengecekan harus diukur pada moisture meter menggunakan prosedur normal (3.2.2), dan kadar air harus ditentukan sekali dengan menggunakan metode oven (3.1).

Page 93: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 69

69

3.2.1.4 Peralatan

Alat-alat yang digunakan untuk melakukan kalibrasi adalah sebagai berikut (tergantung pada metode yang digunakan):

a. Moisture meter

1. Apabila moisture meter menunjukkan kadar air secara langsung, nama spesies yang dipilih harus dinyatakan dengan jelas.

2. Apabila moisture meter tidak menunjukkan kadar air secara langsung, tabel konversi harus tersedia untuk setiap spesies yang diuji. Jika tabel konversi yang digunakan memenuhi persyaratan skala interval (lihat butir 3) dan perbedaan maksimal yang diperbolehkan (lihat 3.2.1.6.3) berlaku untuk hasil kadar air yang diperoleh dari tabel konversi (dinyatakan dalam persentase) dan tidak untuk dibaca dalam skala konvensional dari moisture meter.

3. Skala interval harus sedemikian rupa sehingga kadar air dapat dibaca setidaknya satu desimal.

4. Wadah moisture meter harus kuat dan sedemikian rupa agar komponen utama dari instrumen tidak dapat terkena dan terlindung dari debu dan air.

b. Wadah kedap udara

c. Saringan yang sesuai dengan spesies yang bersangkutan, untuk menghilangkan kotoran dari contoh benih pengecek yang dapat mempengaruhi pengukuran.

d. Grinder

Apabila petunjuk operasional moisture meter elektronik mensyaratkan penghancuran, maka subcontoh dari contoh kirim harus dihancurkan. Tingkat penghancuran sesuai dengan yang ditentukan petunjuk operasional alat tersebut. Jika tidak ditentukan daiam petunjuk alat, maka disesuaikan dengan 3.1.5.4.

e. Timbangan yang sesuai dengan moisture meter yang digunakan (lihat 3.5.1).

Page 94: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

70

70

Lihat 3.1.4 untuk peralatan lain yang digunakan sesuai referensi untuk metode oven.

3.2.1.5 Prosedur

3.2.1.5.1 Peringatan

Kalibrasi moisture meter dipengaruhi oleh beberapa variabel, termasuk spesies tanaman, varietas, tingkat kemasakan, kelembapan, suhu dan tingkat kemurnian benih.

Moisture meter dan contoh harus dalam suhu yang seimbang atau sama sebelum dilakukan pengukuran. Selama pengukuran contoh, kontak benih dengan udara diusahakan seminimal mungkin.

3.2.1.5.2 Contoh untuk kalibrasi

Kalibrasi untuk setiap spesies menggunakan setidaknya dua varietas dengan masing-masing lima contoh, dan masing-masing varietas harus memiliki kisaran atau skala yang akan diuji. Apabila kisaran tersebut tidak terpenuhi, maka contoh tersebut dapat dikondisikan untuk memenuhi kisaran tersebut.

Bila hasil kalibrasi dari varietas atau jenis tanaman yang digunakan menunjukkan hasil yang berbeda secara nyata maka kalibrasi hendaknya dilakukan per-varietas, atau per-grup dari suatu varietas.

Contoh yang digunakan harus diseleksi bebas dari jamur, fermentasi dan benih yang berkecambah.

Apabila dalam contoh terdapat banyak kotoran yang mempengaruhi pengukuran, maka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan tangan atau menggunakan ayakan dan separator mekanik.

Wadah contoh untuk kalibrasi harus kedap air dan terisi kira-kira 2/3 dari kapasitasnya. Jika wadah terisi penuh, contoh tidak dapat dicampur secara menyeluruh. Jika wadah tidak dipenuhi secara cukup akan ada pertukaran

Page 95: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 71

71

secara higrometrik antara benih dan udara dalam wadah, dan ini dapat mengakibatkan modifikasi kadar air dari contoh dalam periode awal pengujian. Wadah harus di segel dan disimpan pada suhu 5 ± 2 °C hingga digunakan.

3.2.1.5.3 Contoh kerja dari contoh kalibrasi

Contoh kerja harus dicampur dengan seksama menggunakan salah satu metode berikut:

a. Aduk contoh benih dalam wadah dengan sendok.

b. Tempatkan mulut wadah asal yang berisi contoh benih pada mulut wadah baru yang serupa kemudian sisipkan dan contoh benih dituangkan bolak balik diantara dua wadah tersebut sebanyak empat kali hingga tercampur.

Pengambilan contoh kerja dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga contoh tidak kontak dengan udara tidak lebih dari 30 detik.

3.2.1.5.4 Penimbangan

Penimbangan ketika diperlukan harus sesuai dengan 4.5.1.

3.2.1.5.5 Penetapan metode

Kadar air dari contoh kalibrasi diuji dengan menggunakan metode oven (lihat 3.1), yang merupakan metode acuan. Tiga pengukuran berturut-turut dilakukan pada setiap contoh benih kalibrasi, menggunakan moisture meter sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat.

Setelah setiap pengukuran, contoh yang diuji dicampur dengan contoh kalibrasi dari contoh asal. Contoh kalibrasi dicampur secara menyeluruh sebelum contoh kerja berikutnya diambil (lihat 3.2.1.5.3). Jika penetapan gagal, pengukuran harus dilakukan pada tiga contoh kerja yang berbeda.

Kadar air dari contoh kalibrasi harus di cek ulang setelah pengukuran dengan menggunakan metode oven sebagai metode acuan (lihat 3.1).

Page 96: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

72

72

3.2.1.6 Penghitungan dan penulisan hasil

3.2.1.6.1 Metode oven sebagai acuan

Untuk masing-masing contoh pengujian didapatkan dua hasil acuan yaitu X1 (kadar air diukur dengan menggunakan metode oven sebelum pengukuran dengan moisture meter) dan X2 (kadar air diukur dengan oven sesudah pengukuran dengan moisture meter).

Rata-rata dari dua nilai ini dianggap sebagai nilai benar (true value = Xt), apabila perbedaan keduanya tidak lebih besar dari 0,3%. Bila perbedaan lebih dari 0,3%, kalibrasi harus diulang.

3.2.1.6.2 Moisture meter

Untuk masing-masing contoh kalibrasi didapatkan tiga hasil (y1, y2, y3).

Hitung rata-rata hasil yx [yx = (y1 + y2 + y3)/3] dan zi (perbedaan antara yx dengan true value xt dari kadar air [lihat 3.2.1.6.1]): zi = yx-xt.

3.2.1.6.3 Perbedaan maksimal yang diperbolehkan

Moisture meter dapat digunakan dalam penetapan kadar air bila hasil kalibrasi memenuhi toleransi yaitu bila nilai zi (perbedaan antara yx dengan true value xt) kurang dari/tidak melebihi batas yang dibolehkan pada Tabel 3C.

Tabel 3C. Toleransi perbedaan dari true value

Nilai benar (metode oven)

Perbedaan maksimal yang diperbolehkanNon chaffy seeds Chaffy seeds

Kurang dari 10% ± 0.4% ± 0.5%Lebih dari 10% ± 0.04% x KA ± 0.05% x KA

Sumber : ISTA (2011; 2013)

Perbandingan rata-rata antar ulangan digunakan setelah pembulatan satu desimal.

Page 97: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 73

73

3.2.1.7 Hasil kalibrasi

Hasil kalibrasi harus direkam dan disimpan setidaknya selama enam tahun.

3.2.2 Penetapan kadar air dengan alat pengukur kadar air (moisture meter)

3.2.2.1 Tujuan

Untuk menetapkan kadar air benih dengan menggunakan alat pengukur kadar air yang telah dikalibrasi.

3.2.2.2. Prinsip umum

Kadar air contoh benih mempengaruhi psikokimia dan bagian elektrik. Pengaruh tersebut dapat diukur dan dapat digunakan untuk menetapkan kadar air secara rutin.

3.2.2.3 Peralatan

Peralatan yang diperlukan tergantung metode yang digunakan :

a. Moisture meter (alat pengukur kadar air)

b. Wadah kedap udara

c. Grinder

d. Timbangan

Uraian secara rinci peralatan ini terdapat pada 3.2.1.4.

3.2.2.4 Prosedur

3.2.2.4.1 Peringatan

Contoh kirim (lihat 3.5.1.5-3.5.1.7.dan 3.5.4.4) harus diterima untuk penetapan kadar air hanya jika wadah utuh, wadah kedap uap air dan sebanyak mungkin udara telah dikeluarkan.

Page 98: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

74

74

Penetapan kadar air harus dimulai sesegera mungkin setelah penerimaan. Sebelum pengujian, suhu dari contoh harus diseimbangkan dengan suhu laboratorium, sedangkan contoh masih utuh dalam wadah kedap air.

Selama penetapan kadar air, kontak contoh dengan udara laboratorium harus seminimal mungkin.

Ketika suhu contoh benih sangat berbeda dari suhu ruang dimana moisture meter dioperasikan, maka ada resiko pengembunan, sehingga sebelum pengujian, contoh harus diseimbangkan dengan suhu ruang.

3.2.2.4.2 Contoh kerja

Penetapan contoh kerja dalam duplikat dilakukan pada dua contoh kerja yang diambil secara terpisah dengan berat/volume masing-masing sesuai dengan kebutuhan pada alat pengukur.

Contoh kerja harus dilakukan pencampuran dengan seksama menggunakan salah satu metode berikut:

a. Aduk contoh benih dalam wadah dengan sendok

b. Tempatkan mulut wadah asal yang berisi contoh benih pada mulut wadah baru yang serupa kemudian sisipkan dan contoh benih dituangkan bolak balik diantara dua wadah tersebut sebanyak em pat kali hingga tercampur.

Masing-masing contoh kerja harus diambil sedemikian rupa sehingga tidak kontak dengan udara tidak lebih dari 30 detik.

3.2.2.4.3 Penimbangan

Penimbangan apabila diperlukan harus sesuai dengan 3.5.1.

3.2.2.5 Penghitungan dan penulisan hasil

Kadar air dihitung dengan persentase satu desimal, dengan rumus sebagai berikut:

Page 99: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 75

75

M1 dan M2 adalah hasil pembacaan ulangan satu dan ulangan dua pada moisture meter.

3.2.2.6 Toleransi

Hasil adalah rata-rata aritmatik dari pengukuran duplikat, jika perbedaan antara dua ulangan tersebut tidak melebihi 0,2%.

Jika hasil pengukuran duplikat diluar dari toleransi, pengujian diulang. Hasil pengujian ulang, dilaporkan jika hasilnya toleran. Jika ulangan pengujian kedua toleran periksa apakah rata-rata dari kedua pengujian tersebut masuk toleransi (0,2% atau Tabel 3B). Jika demikian, maka laporkan rata-rata pengujian tersebut. Jika ulangan dari kedua pengujian tersebut tidak toleran dan hasil rata-rata uji ulang diluar toleransi, maka hasilnya dibuang, periksa peralatan dan prosedur laboratorium, dan pengujian dapat dimulai lagi. Hasil dilaporkan dalam pembulatan satu desimal.

3.2.2.7 Pelaporan hasil moisture meter

Hasil penetapan kadar air harus dilaporkan dalam kolom yang disediakan, perbedaan antar ulangan tidak lebih dari 0,1%.

Metode yang digunakan harus dilaporkan: lama/waktu dan suhu.

Dibawah ini informasi tambahan yang harus juga dilaporkan dalam ‘Penetapan Lain’:

a. Jika terdapat benih berkecambah dalam contoh, pernyataan berikut harus dimasukkan: ‘ditemukan benih berkecambah di dalam contoh kirim kadar air’.

b. Jika terdapat benih bercendawan dalam contoh, pernyataan berikut harus dimasukkan: ‘ditemukan benih bercendawan dalam contoh kirim kadar air’.

Page 100: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

76

76

c. Pada kasus benih berpelet, pernyataan berikut harus dimasukkan : ‘Benih contoh kirim kadar air adalah dalam bentuk pellet dan kadar air yang dilaporkan adalah rata-rata dari benih dan bahan peletnya.

3.2.2.8 Pengecekan rutin hasil moisture meter dan kadar air oven

Tabel 3D digunakan untuk mengecek hasil moisture meter terhadap hasil pengukuran oven.

Untuk contoh pengecek, maksimal 5% lebih besar daripada perbedaan maksimal yang diperbolehkan. Jika perbedaan lebih dari 5%, maka diperlukan kalibrasi (lihat 3.2.1).

Tabel 3D. Batas toleransi untuk perbedaan antara pengukuran kadar air oven suhu konstan dan moisture meter

Rata-rata pengukuran oven (rata-rata, %) ToleransiChaffy seeds<10.9 % 0.511 - 12.9 % 0.613 - 14.9 % 0.715 - 16.9 % 0.817 – 18 % 0.9Non chaffy seeds<11.3 % 0.411.3 - 13.7 % 0.513.8 - 16.2 % 0.616.2 – 18 % 0.7

Sumber : ISTA (2011; 2013)

Page 101: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB III. PENETAPAN KADAR AIR 77

77

3.2.2.9. Pengecekan hasil dari moisture meter yang berbeda

Tabel 3E, digunakan ketika membandingkan antara dua moisture meter yang berbeda.

Tabel 3E. Batas toleransi untuk perbedaan penetapan kadar air yang dilakukan menggunakan moisture meter berbeda

Kadar air Toleransi(rata-rata dari dua moisture meter, %)Chaffy seeds<10.5% 1.010.5 - 11.4 % 1.111.5 - 12.4 % 1.212.5 - 13.4 % 1.313.5 - 14.4 % 1.414.5 - 15.4 % 1.515.5 - 16.4 % 1.616.5 - 17.4 % 1.717.5 - 18.0 % 1.8Non chaffy seeds<10.7 % 0.810.7 - 11.8 % 0.911.9 - 13.1 % 1.013.2 - 14.3 % 1.114.4 - 15.6 % 1.215.7 - 16.8 % 1.316.9 - 18.0 % 1.4

Sumber : ISTA (2011; 2013)

Page 102: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 103: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN

4.1. TujuanTujuan analisis kemurnian adalah untuk menetapkan:

a. Persentase komposisi (berdasarkan berat) contoh yang diuji dan berdasarkan kesimpulan komposisi lot benih.

b. Mengidentifikasi berbagai jenis benih dan kotoran benih dalam contoh benih.

4.2 Definisi4.2.1 Benih murniBenih murni yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk semua benih varietas tanaman dan kultivar dari jenis tersebut, seperti:

a. Struktur berikut (meskipun benih muda, benih berukuran kecil, benih keriput, terserang penyakit, atau berkecambah tetapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud) kecuali sudah berubah bentuk terlihat sebagai cendawan Sclerotia, smut balls atau nematoda galls:

Page 104: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

80

80

1. Unit benih utuh (biasanya ditemukan bagian unit seperti achenes dan buah-buah yang sama, schizocraps, florets dan lain-lain) seperti digambarkan untuk masing-masing genus atau spesies dalam definisi benih murni (Pure Seed Definitions) dalam Tabel 4B bagian 2.

Pada Poaceae (Gramineae):

a) Florets dengan sebuah caryopsis yang ada endospermnya

b) Caryopses yang bebas

2. Pecahan unit benih dengan ukuran lebih besar dari 1/2 ukuran benih aslinya.

b. Dari prinsip di atas, pengecualian diterapkan untuk genera tertentu dari Poaceae (Graminae) seperti terlihat pada Tabel 4B bagian 2:

1. Ukuran minimal caryopsis yang diperlukan (4.5.2.2).

2. Keberadaan caryopsis dalam spikelets dan florets bukan merupakan keharusan.

3. Memisahkan benih murni dan kotoran benih harus dilakukan menggunakan Metode Blower Standar (4.5.2.2).

4. Multiple seed units (MSU) yang utuh termasuk fraksi benih murni.

5. Floret steril yang menempel tidak dihilangkan (4.5.2.2).

6. Untuk genera tertentu, bagian-bagian tambahan tetap berada pada benih tetapi tetap dilaporkan menurut 4.5.2.8.

4.2.2 Benih tanaman lainBenih tanaman lain adalah unit benih tanaman spesies lain yang terbawa selain benih murni. Pembedaan karakteristik untuk pengklasifikasian benih tanaman lain atau kotoran benih dijelaskan pada defenisi benih murni (Tabel 4B Bagian 2) harus juga diterapkan kecuali:

Page 105: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 81

81

a. Kumpulan benih dari spesies yang seharusnya menggunakan uniform blowing prosedure dievaluasi tanpa blowing.

b. Multiple seed units (MSU) yang harus dipisahkan dan unit tunggal dikelompokkan menurut prinsip pada 4.2.

Untuk spesies dan genera tanpa definisi benih murni pada Tabel 4B Bagian 2 maka harus menerapkan definisi pada 4.2.1. Struktur ganda, kapsul atau polong terbuka dan benih dikeluarkan serta material bukan benih digolongkan sebagai kotoran benih kecuali untuk spesies atau genera tertentu yang ditunjukkan pada Pure Seed Definitions (Tabel 4B Bagian 2).

4.2.3 Kotoran benihMeliputi benih dan semua bahan-bahan lain dan struktur yang bukan bagian dari benih seperti tersebut di bawah ini:

a. Unit benih yang terlihat jelas bukan benih sejati (true seed).

b. Floret dari spesies dalam daftar 4.5.2.2. dengan caryopsis kurang dari ukuran minimal yang telah ditentukan. Floret steril yang menempel pada floret fertil yang dapat dipisahkan kecuali genera tertentu pada daftar 4.5.2.2.

c. Bagian dari unit benih yang pecah atau rusak dan berukuran kurang dari setengah ukuran aslinya.

d. Bagian-bagian tambahan yang tidak digolongkan sebagai bagian dari benih murni (Tabel 4B Bagian 2). Bagian yang tidak dimaksudkan dalam definisi benih murni harus dihilangkan dan digolongkan dalam kotoran benih.

e. Benih dari Fabaceae (Leguminosae), Pinaceae, Taxaceae dan Taxodiaceae dengan kulit benih yang terkelupas seluruhnya. Pada Fabaceae (Leguminosae), bagian kotiledon yang terpisah digolongkan sebagai kotoran benih, tanpa tergantung pada ada atau tidak adanya radikula-axis plumula dan/atau tidak tergantung dari lebih dari setengah ukuran testa yang menempel.

Page 106: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

82

82

Gambar 4.1. Model benih-benih Fabacea (Pisum sativum) (Finch-Savage and Leubner-Metzger, 2006) dan Euphorbiaceae (Ricinus communis) (Leubner, 2007)

f. Floret steril yang tidak menempel, gabah hampa, lemma, palea, sekam, batang, daun, cone scale (sisik kerucut, contoh pada pinus), sayap, kulit batang, bunga, nematoda puru, badan cendawan seperti ergot, sklerotia, dan smut balls, tanah, pasir, batu, serta semua materi bukan benih lainnya.

g. Semua material yang tergolong dalam fraksi yang ringan ketika dipisahkan menggunakan uniform blowing procedure (4.5.2.5) kecuali benih tanaman lain (lihat definisi dalam 4.2.2). Dalam fraksi berat, florets yang pecah dan ukuran caryopses kurang dari 1/2 ukuran asli dan semua materi benih tanaman lain kecuali benih murni (4.2.1) dan benih tanaman lain (4.2.2).

Page 107: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 83

83

4.3 Prinsip UmumContoh kerja dikelompokkan dalam tiga komponen yaitu benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih dan persentase dari setiap komponen ditetapkan berdasarkan berat. Semua spesies benih dan masing-masing jenis kotoran benih yang ada harus diidentifikasi sejelas mungkin dan jika diminta untuk pelaporan masing-masing persentase berdasarkan berat tersebut harus ditetapkan.

4.4 PeralatanAlat bantu seperti magnifier lamp, reflected light, saringan dan blowers dapat digunakan untuk memisahkan contoh kerja ke dalam komponen bagiannya.

Lensa tangan dan mikroskop binokuler seringkali diperlukan sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi dan memisahkan unit benih yang kecil dan bagiannya secara akurat. Reflected light sangat berguna mendeteksi nematoda dan badan-badan cendawan.

Saringan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk analisis kemurnian dalam memisahkan kotoran, tanah, dan partikel-partikel kecil lainnya dari contoh kerja.

Seed blowers dapat digunakan untuk memisahkan material berbobot ringan seperti kulit benih (sekam) dan floret yang hampa pada rumput-rumputan dari benih yang lebih berat. Blowers akan memberikan pemisahan yang lebih akurat untuk penanganan secara normal pada benih dengan contoh yang sedikit (sampai dengan lima gram). Blowers yang baik harus memberikan aliran udara yang seragam, dapat distandardisasi dan menjaga seluruh partikel pada saat partikel dipisahkan. Untuk menjaga keseragaman aliran udara, blowers harus mempunyai satu atau lebih wadah pemompa udara dan kipas yang digerakan oleh motor dengan kecepatan yang sama. Diameter tabung aliran udara harus mempunyai ukuran yang proporsional dengan ukuran contoh kerja dan tabung harus cukup panjang untuk menghasilkan bagian

Page 108: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

84

84

dari contoh yang memuaskan. Katup atau penutup yang meregulasikan aliran udara harus benar-benar tepat, dikalibrasi dan catatan dalam alat mudah dibaca dan kontruksi serta lokasi harus terlindung kuat dan tidak berpindah pada tabung aliran. Sebuah manometer digunakan untuk standardisasi blowers.

Blowers yang digunakan untuk metode Blower standar harus dapat:

a. Menghembus pada tekanan yang berbeda (ditetapkan berdasarkan penggunaan contoh kalibrasi) sampai sesuai untuk spesies yang berbeda.

b. Menjaga keseragaman aliran udara sepanjang tabung pada berbagai tekanan.

c. Cepat menyesuaikan setiap tekanan sesuai dengan keperluan. Pengaturan setiap tekanan harus di periksa secara teratur dengan menghembuskan contoh kalibrasi yang diterbitkan di bawah kewenangan ISTA.

d. Pengaturan waktu yang akurat.

4.5. Prosedur4.5.1 Contoh kerjaAnalisis kemurnian dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim sesuai dengan 2.5.2, contoh kirim yang diterima sesuai 2.5.1. Kecuali untuk spesies Poaceae (Gramineae) untuk keseragaman dapat digunakan blowing method, volume contoh kerja harus:

- berat contoh kerja diperkirakan 2.500 butir

- atau tidak kurang dari berat yang terdapat pada kolom 4 Tabel 2 A.

Analisis kemurnian dapat dilakukan dengan satu contoh kerja dari berat tersebut atau dua subcontoh dari minimal setengah kerja, masing-masing diambil secara terpisah.

Page 109: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 85

85

Contoh kerja (atau sub contoh kerja) harus ditimbang dalam gram sampai dengan jumlah minimal desimal yang diperlukan untuk menghitung persentase bagian-bagian komponen tersebut sampai satu desimal, seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini

Tabel 4A. Jumlah minimal desimal yang diperlukan untuk menghitung persentase bagian-bagian komponen benih

Berat contoh kerja atau subcontoh (gram)

Jumlah minimal desimal

< 1,000 41,000 – 9,999 310,00 – 99,99 2100,0 – 99,9 1

≥ 1000 0 Sumber : ISTA (2011; 2013)

4.5.2. Pemisahana. Contoh kerja (atau subcontoh) setelah ditimbang harus dipisahkan ke

dalam bagian komponen seperti ditentukan dalam 3.2. Secara umum, pemisahan harus berdasarkan pada evaluasi masing-masing partikel di dalam contoh, tetapi untuk kasus tertentu prosedur khusus wajib dilakukan, seperti uniform blowing.

b. Pemisahan benih murni harus dilakukan sebagaimana dasarnya dimana dapat dilakukan menurut karakteristik benih, menggunakan alat bantu atau tekanan tanpa merusak kemampuan perkecambahan.

c. Apabila hal ini sulit dilakukan atau tidak mungkin untuk membedakan antar spesies, salah satu prosedur yang diuraikan dalam 4.5.2.4 dapat diikuti.

d. Setelah masing masing komponen dipisahkan (4.3) dan beberapa spesies dari benih atau jenis bahan lain persentasenya dilaporkan harus

Page 110: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

86

86

berdasarkan gram dengan jumlah minimal desimal, untuk keperluan perhitungan pensentase ditulis dalam satu desimal (4.5.1).

4.5.2.1 Semua famili kecuali Poaceae (Gramineae)

Achenes, schizocraps dan mericraps, buah dan benih lain diperiksa hanya bagian permukaannya, tanpa menggunakan tekanan, diaphonoscope atau alat khusus lainnya. Jika dalam suatu pemeriksaan dengan jelas tidak menemukan benih dalam strukturnya, hal ini dianggap sebagai kotoran benih.

4.5.2.2 Benih yang rusak

Jika benih yang dimaksud dalam 4.2.1 menunjukkan tidak adanya kerusakan pada testa atau pericraps, hal ini dianggap benih murni atau benih tanaman lain, tanpa kecuali apakah benih tersebut hampa atau berisi/bernas. Tetapi kesulitan akan muncul ketika tidak terdapat bagian yang terbuka pada testa atau pericraps. Jika kemudian analis harus memutuskan apakah sisa bagian yang padat dari benih tersebut ukurannya lebih besar dari ½ ukuran aslinya, maka aturan ini harus diterapkan. Jika keputusan tidak dapat dibuat secepatnya, unit benih akan digolongkan ke dalam benih murni atau benih tanaman lain. Dalam hal ini, tidak perlu masing-masing unit benih diuji lagi untuk menentukan ada tidaknya lubang atau areal yang rusak lainnya di bagian dalam benih.

4.5.2.3 Spesies yang tidak bisa dibedakan

Apabila sulit atau tidak mungkin untuk membedakan antara spesies, salah satu prosedur di bawah ini dapat dilakukan:

a. Hanya nama genus yang dilaporkan dalam laporan hasil uji, semua benih pada genus (misalnya yang mempunyai awn dan yang tidak ber-awn pada Lolium) dikelompokan sebagai benih murni, tambahkan informasi di bawah laporan dalam ‘Penetapan Lain’ atau

Page 111: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 87

87

b. Benih yang hampir sama dipisahkan dari komponen lain dan ditimbang bersama-sama. Dari campuran tersebut sekurang-kurangnya 400 dan sebaiknya 1000 butir diambil secara acak. Pemisahan terakhir dilakukan pada bagian ini dan persentase masing-masing spesies ditetapkan dari berat. Dari bagian ini persentase masing-masing spesies pada seluruh contoh dapat dihitung (4.6).

Jika prosedur ini diikuti, secara rinci harus dilaporkan termasuk jumlah benih yang diperiksa.

4.5.2.4 Unit benih ganda (Multiple Seed Units)

Berdasarkan permintaan pemohon pada genera yang terlingkupi dalam PSD 33: unit benih ganda ditimbang secara terpisah dan dilaporkan menurut Tabel 4.7.

4.5.2.5 Prosedur apabila ketidakmurnian individu mempunyai pengaruh yang tidak sesuai pada hasil

Ketidakmurnian yang masih diterima dalam ukuran atau berat dari ukuran benih contoh yang dianalisis dapat memberikan pengaruh yang tidak baik pada hasil uji. Masalah ini dapat timbul karena adanya batu, kernel sereal besar dan lain-lain di dalam benih kecil. Jika hal ini cukup mudah dihilangkan contohnya melalui pengayakan, pisahkan ketidakmurnian ini dari seluruh contoh kirim (atau suatu contoh dari setidaknya 10 kali berat yang digunakan untuk analisa kemurnian) dan menghasilkan suatu analisis normal pada material yang dibersihkan, dalam contoh kerja dari berat yang biasanya (ISTA, 2011). Untuk ketidakmurnian harus dilaporkan dan penghitungan harus dibuat menurut 4.6.5.

4.5.2.6 Struktur tambahan yang melekat

Pada genera tertentu (yaitu tanaman yang tercantum pada PSD 15, 38, 46 dan 62) benih/buah dapat mempunyai struktur tambahan yang beragam (bulu, tangkai dan lain-lain) yang melekat. Struktur tersebut harus dibiarkan

Page 112: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

88

88

melekat di benih dan atas permintaan pemohon jumlah benih yang dengan struktur tambahan lebih panjang dari ukuran terbesar harus dilaporkan menurut 4.7.

4.5.2.7 Benih bersayap

Untuk benih dengan PSD 47, benih bersayap adalah benih yang masih memiliki integumen dengan atau tanpa sayap atau bagian sayap tersebut. Untuk benih dengan PSD 51, yang dimaksud dengan benih bersayap adalah benih yang memiliki sayap atau bagian sayap tersebut. Ketika ada, seperti struktur tambahan harus dibiarkan menempel pada benih dan jumlah sayap benih harus dilaporkan menurut 4.7.

4.6. Penghitungan dan Penulisan Hasil4.6.1. Seluruh contoh kerja (One whole working sample)4.6.1.1. Pengujian untuk penambahan atau pengurangan berat

selama analisa

Jumlahkan berat semua fraksi komponen dari contoh kerja. Jumlah ini dibandingkan dengan berat contoh kerja awal untuk memeriksa penambahan atau pengurangan. Jika terdapat perbedaan lebih besar 5% dari berat contoh kerja awal maka harus dilakukan analisa ulang. Hasil analisa ulang kemudian dilaporkan.

4.6.1.2 Penghitungan persentase komponen

Persentase dari berat masing-masing komponen dilaporkan pada laporan hasi uji (3.7) harus dinyatakan dalam satu desimal. Persentase harus berdasarkan pada jumlah berat komponen, bukan dari berat awal contoh kerja (ISTA, 2011; 2013).

Persentase dari benih selain benih murni atau beberapa jenis bagian dari kotoran benih tidak perlu dihitung kecuali diminta sesuai 4.7.

Page 113: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 89

89

4.6.1.3 Prosedur pembulatan

Jumlahkan persentase semua fraksi. Fraksi yang dilaporkan trace (lihat 3.7) dikeluarkan dari penghitungan ini; total fraksi lain harus 100,0%. Jika jumlahnya tidak sama dengan 100,0% (misalnya 99,9 atau 100,1%) tambahkan atau kurangi 0,1% dari nilai yang terbesar (umumnya dari fraksi benih murni) (ISTA, 2011; 2013).

Catatan: jika koreksi itu membutuhkan lebih dari 0,1% periksa apakah ada kesalahan perhitungan.

4.6.2. Setengah contoh kerja

4.6.2.1 Uji untuk penambahan atau pengurangan berat selama analisis

Jumlahkan berat semua fraksi komponen secara terpisah pada masing-masing 1/2 contoh kerja. Jumlah tersebut harus dibandingkan dengan berat contoh kerja awal untuk memeriksa penambahan atau pengurangan. Jika terdapat perbedaan lebih besar 5% dari berat contoh kerja awal maka harus dilakukan analisis ulang terhadap masing-masing 1/2 contoh kerja tersebut. Hasil analisis ulang dilaporkan.

4.6.2.2 Penghitungan persentase komponen

Untuk masing-masing 1/2 contoh kerja penghitungan persentase berdasarkan berat dari masing-masing komponen (4.3) tidak kurang dari dua desimal. Persentase harus berdasarkan dari jumlah berat komponen dari masing-masing setengah contoh kerja bukan dari contoh kerja awal. Tambahkan persentase yang sesuai semua dari masing-masing setengah contoh kerja dan hitung rata-rata dari berat masing-masing komponen. (Jika diinginkan persentase boleh dibulatkan sampai minimal dua desimal tetapi tidak dikoreksi sampai 100,00%). Periksa kembali toleransi dan pembulatan menurut 3.6.2.3 dan 3.6.2.4 secara berturut-turut. Persentase benih dari spesies lain pada benih murni atau bagian dari jenis kotoran benih tidak dihitung kecuali sesuai

Page 114: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

90

90

permintaan dengan 4.7. Untuk menetapkankan persentase laporan akhir jumlahkan semua berat benih murni, kotoran benih dan benih tanaman lain dalam masing-masing ulangan dan hitung ulang persentase berdasarkan pada berat total untuk masing-masing fraksi pada analisa kemurnian.

4.6.2.3 Pengujian untuk mengetahui variasi di antara dua set-engah contoh kerja

Perbedaan untuk masing-masing komponen pada dua contoh kerja dan masing-masing ½ contoh kerja (two half working samples) harus tidak lebih dari toleransi yang diberikan pada Tabel 4C. Gunakan rata-rata dari komponen untuk menemukan kisaran yang berhubungan dari kolom 1 atau 2, kolom 3 atau 4 akan memberikan perbedaan maksimal yang diperbolehkan antara dua nilai pada bagian komponen. Untuk benih chaffy merujuk pada 4.3.6.

Ulangi analisa untuk semua komponen. Jika semua komponen dalam toleransi, penghitungan rata-rata untuk semua komponen ditentukan pada 4.6.2.2 dan 4.6.2.4.

Jika ada komponen yang keluar dari toleransi, ikuti prosedur berikut:

a. Analisis pasangan lebih lanjut (tetapi tidak lebih dari empat pasangan dari keseluruhan) hingga diperoleh satu pasangan yang mana anggotanya dalam batas toleransi.

b. Membuang beberapa pasangan yang berbeda antara anggota melebihi dua kali toleransi.

c. Persentase komponen yang akhirnya dicatat harus dihitung dari rata-rata berat yang ditimbang pada semua pasangan yang tersisa.

Disarankan untuk mencoba mencari penyebab dari variasi yang ditemukan, terutama jika ada analisis tambahan yang menunjukkan perbedaan yang terlalu banyak. Misalnya pada kasus penggunaan prosedur yang secara garis besar terdapat dalam 4.5.2.5.

Page 115: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 91

91

4.6.2.4. Prosedur pembulatan

Jika semua ulangan atau semua fraksi masuk dalam batas toleransi, jumlahkan berat fraksi yang sesuai, hitung persentasenya dan bulatkan dalam satu desimal, merujuk pada 4.6.1.3 untuk prosedur koreksi.

4.6.3 Dua atau lebih keseluruhan contoh kerja Jika ada kesempatan apabila diperlukan untuk analisa kedua dari semua contoh kerja. Apabila pengujian kedua dilakukan prosedur berikut ini harus diikuti (ISTA, 2011; 2013):

4.6.3.1 Prosedur

Lakukan analisa menurut 3.5 dan penghitungannya sebagaimana ditentukan dalam 4.6.1.

4.6.3.2 Uji untuk variasi antara contoh

Apabila dua analisa lengkap dapat dilaksanakan, proses dengan analisa duplikat pada setengah contoh kerja (3.6.2), tetapi gunakan kolom 5 atau 6 untuk menetapkan maksimal perbedaan yang diperbolehkan antara dua nilai dari bagian tertentu untuk menemukan toleransi yang sesuai. Jika laporan hasil uji dikeluarkan segera berdasarkan analisa yang pertama mengacu pada 12.6. Jika perbedaan hasil melebihi batas toleransi, analisa pertama atau kedua atau lebih contoh kerja sampai diperoleh pasangan yang mempunyai batas toleransi (semuanya tidak boleh lebih dari empat contoh). Laporan rata-rata berat dari contoh yang hasilnya paling tinggi dan paling rendah tidak boleh berbeda lebih dari dua kali toleransi (menurut 3.6.3.3.), kecuali jika ternyata bahwa satu atau lebih dari hasil ini menunjukkan kesalahan dan bukan dari variasi contoh acak. Dalam kasus seperti ini buang pengujian yang salah. Jika tidak ada pasangan hasil dalam batas toleransi, hal ini disarankan untuk mencari penyebab dari variasi yang ditemukan lihat 4.5.2.7.

Page 116: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

92

92

4.6.3.3 Prosedur penghitungan dan pembulatan

Masing-masing contoh dimasukkan dalam hasil akhir, tambahkan berat dari masing-masing fraksi secara keseluruhan dan penghitungan dilakukan menurut 4.6.1.2 serta pembulatan sesuai dengan 4.6.1.3. Rata-rata hasil dan pembulatan sesuai dengan 4.6.1.3.

4.6.4. Penghitungan untuk jenis yang sulit dipisahkanApabila dua atau lebih jenis yang sulit untuk dipisahkan dalam contoh yang diuji dan pemisahan akhir dibuat pada 400-1.000 benih seperti dijelaskan dalam 4.5.2.4. dan 4.5.2.5., penghitungan di bawah ini dibuat untuk menghitung persentase berdasarkan berat dari satu dari jenis kontaminan.

Penghitungan persentase benih, jenis tersebut (A) berdasarkan berat yang ditemukan dibandingkan berat total dari 400-1.000 butir dikali dengan persentase benih murni awal (P1):

Persentase (A%) ini kemudian ditambahkan ke persentase komponen benih tanaman lain (seperti yang telah ditentukan sebelumnya dalam analisa kemurnian jenis yang sulit dibedakan); sedangkan persentase benih murni dikurangi oleh jumlah yang sama sehingga dapat diperoleh kemurnian 100,0%.

4.6.5. Penghitungan ketidakmurnian secara individual yang mempunyai pengaruh terhadap ketidakse-suaian hasil

Dalam prosedur yang diberikan dalam 4.5.2.7, jika m (gram) telah dipisahkan dari suatu contoh M (gram) dan jika analisa kemurnian lanjutan pada material yang bersih disebut P1 (%) untuk benih murni, I1 (%) untuk kotoran benih dan OS1 (%) untuk benih tanaman lain, selanjutnya hasil

Page 117: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 93

93

kemurnian akhir harus dihitung sebagai berikut:

Benih murni

Dimana:M = berat awal benih yang mempunyai ketidakmurnian yang berpengaruh tidak sesuai terhadap hasil yang diambilM = berat ketidakmurnian yang mempunyai pengaruh yang tidak sesuai terhadap hasil

Kotoran benih

Dimana:

dan m1 = berat dari ketidakmurnian yang mempunyai pengaruh tidak sesuai dipisahkan dan dianggap sebagai kotoran benih

Benih tanaman lain

Dimana: dan m2 = berat dari ketidakmurnian yang mempunyai pengaruh tidak sesuai dipisahkan dan dianggap sebagai benih tanaman lain

4.6.6. Struktur chaffy seedUnit penyebaran chaffy seed adalah unit berdasarkan struktur atau teksturnya.

a. Seperti melekat satu dengan yang lain atau dengan obyek yang lain (kantong tenun, peralatan pengambilan contoh, alat pembagi dan lain-lain).

b. Kemungkinan menyebabkan benih lain menjadi terjerat atau dengan kata lain dapat melekat pada benih lain.

c. Tidak mudah dibersihkan, dicampur atau diambil contohnya.

Page 118: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

94

94

Suatu contoh yang dianggap sebagai chaffy seed jika total dari seluruh chaffy (termasuk kotoran benih yang chaffy) adalah sepertiganya atau lebih.

4.7 Pelaporan HasilHasil analisis kemurnian harus dilaporkan dalam kolom yang disediakan seperti ini:

a. Nama ilmiah dari jenis benih murni sesuai aturan dalam Tabel 2A. Apabila tidak memungkinkan untuk menentapkan jenis secara pasti berdasarkan karakteristik benih, dapat hanya melaporkan nama genus saja (seperti Malus sp.).

b. Persentase berdasarkan berat dari benih murni, kotoran benih dan benih tanaman lain, ditulis dalam satu desimal. Total persentase semua komponen harus 100,0%. Jumlah komponen yang kurang dari 0,05% harus dilaporkan sebagai ‘Trace’ atau TR’ (untuk ‘Trace’). Jika tidak ditemukan kotoran benih atau benih tanaman lain maka harus dilaporkan ‘0,0’.

c. Jenis kotoran benih.

d. Nama ilmiah setiap spesies dari benih tanaman lain yang ditemukan, jika dapat diterapkan, sesuai dengan ketentuan pada ISTA List of Stabilized Plant Names terbaru, tersedia pada www. seedtest. org.

e. Apabila berat contoh kerja yang diuji untuk analisa kemurnian sama atau tidak lebih besar 10% dari berat yang tercantum dalam Tabel 2A kolom 4 (analisa kemurnian), maka dalam laporan hasil uji tidak perlu pernyataan berat contoh kerja.

f. Apabila berat contoh kerja yang diuji pada analisa kemurnian menyimpang dari ketentuan dalam Tabel 2A kolom 4, contoh kerja aktual yang ditimbang menurut 3.5.1 harus dilaporkan dalam laporan hasil uji menggunakan salah satu ketentuan berikut ini:

Page 119: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 95

95

1. Apabila dalam pengujian beratnya melebihi 10% dari berat yang ditentukan dalam Tabel 1A kolom 4 laporkan dalam ‘Penetapan Lain’ sebagai: ‘Kemurnian ... gram’.

2. Apabila berat untuk pengujian diperkirakan berisi 2.500 butir, laporkan dalam ‘sebagai : ‘Kemurnian ... gram’ (berkisar 2.500 butir);

3. Apabila contoh kirim yang diterima untuk analisa kemurnian beratnya kurang dari berat yang tertera pada Tabel 2A kolom 4, laporkan dalam ‘Penetapan Lain’ dan gunakan pernyataan sesuai dengan 1.5.4.4: ‘Berat contoh kirim hanya ... gram dan tidak sesuai dengan ISTA Rules’.

g. Persentase benih bersayap ( sesuai dengan definisi PSD 47 dan 51), jika ditemukan.

Ketika ada permintaan, informasi berikut ini harus dilaporkan dalam ‘Penetapan Lain’ seperti berikut ini:

a. Persentase berdasarkan berat suatu spesies yang ditetapkan, yang dimasukkan segera setelah nama spesies mendekati 0,1%. Spesies yang mana persentase berdasarkan berat yang diminta didaftar lebih dahulu.

b. Benih tanaman lain harus dipisahkan ke dalam ‘benih tanaman pangan lain’ dan ‘benih rerumputan’ dalam hal ini pernyataan ‘benih tanaman pangan lain’ harus dimasukkan, diikuti persentase berdasarkan berat dari benih tanaman pangan lain dan nama spesies yang ditemukan. Prosedur ini harus juga digunakan untuk ‘benih rerumputan’.

c. Multiple Seed Unit harus dilaporkan sebagai ‘% MSU’.

d. Benih dengan struktur tambahan yang melekat harus dilaporkan sebagai ‘% benih dengan struktur tambahan yang melekat’.

e. Jenis kotoran benih bersama dengan persentase bagian lainnya (pada satu desimal).

Persentase harus dilaporkan lebih dari satu desimal jika diminta.

Page 120: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

96

96

4.8. Definisi Benih MurniNomor definsi benih murni/Pure Seed Definition (PSD) untuk masing-masing genus tercantum dalam Tabel 4B Bagian 1.

Definisi benih murni secara rinci tercantum pada Tabel 4B Bagian 2. Struktur yang ditentukan dalam definisi pada Bagian 2 digolongkan sebagai benih murni. Struktur tambahan tidak digolongkan sebagai benih murni, kecuali secara khusus menurut Tabel 4B Bagian 2.

Tabel 4B Bagian 1. Definisi benih murni

Jenis FamiliNo. definisi benih murni

Chaffiness

Acacia arabica Fabaceae (Leguminoceae)

50

Acacia aulacocarpa Fabaceae (Leguminoceae)

50

Acacia auriculiformis Fabaceae (Leguminoceae)

50

Acacia crassicarpa Fabaceae (Leguminoceae)

50

Acacia mangium Fabaceae (Leguminoceae)

50

Acacia villosa Fabaceae (Leguminoceae)

50

Adenanthera microsperma Fabaceae (Leguminoceae)

11

Agathis loranthifolia Araucariaceae 48Aleurites moluccana Phyllanthaceae

(Euphorbiaceae)13

Albizia procera Fabaceae (Leguminoceae)

11

Page 121: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 97

97

Jenis FamiliNo. definisi benih murni

Chaffiness

Alstonia scholaris Apocynaceae 10Altingia excelsa Hamamelidaceae 48Anacardium occidentale Anacardiaceae 57Anthocephalus cadamba Rubiaceae 60 C

Anthocephalus macrophyllus

Rubiaceae 60 C

Azadirachta indica Meliaceae 56Baccaurea macrocarpa Phyllanthaceae

(Euphorbiaceae)13

Calliandra calothyrsus Fabaceae (Leguminoceae)

11

Calliandra tetragona Fabaceae (Leguminoceae)

11

Calophylum inophyllum Guttiveraceae 54Canarium indicum Burseraceae 55Castanopsis argentea Fagaceae 57Casuarina junghuniana Casuarinaceae 48Casuarina equisetifolia Casuarinaceae 48Ceiba petandra Bombacaceae 12Cryptocarya cuneata Lauraceae 55Cryptocarya massoy Lauraceae 55Dalbergia latifolia Fabaceae

(Leguminoceae)11

Delonix regia Fabaceae (Leguminoceae)

11

Duabanga moluccana SonneratiaceaeDyera lowii Apocynaceae 49

Tabel 4B Bagian 1. Definisi benih murni (lanjutan)

Page 122: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

98

98

Jenis FamiliNo. definisi benih murni

Chaffiness

Diospyros celebica Ebenaceae

Enterolobium ciclocarpum Fabaceae (Leguminosae)

10

Eucalyptus camadulensis Myrtaceae 60 CEucalyptus deglupta Myrtaceae 60 CEucalyptus pellita Myrtaceae 60 CEucalyptus urophylla Myrtaceae 60 CFagraea fragrans Loganiaceae 60 CFicus variegata MoraceaeFagara rhetsa Rutaceae 55Falcataria moluccana, Fabaceae

(Leguminoceae)11

Glirisidia sepium PapilionaceaeGmelina arborea Verbenaceae 55Gmelina moluccana Verbenaceae 55Gyrinops versteegii ThymelaeaceaeHibiscus macrophyllus Malvaceae 12Intsia bijuga Fabaceae

(Leguminoceae)11

Khaya anthotheca Meliaceae 47Lagerstroemia speciosa LythraceaeLeucaena glauca Fabaceae

(Leguminosae)11

Leucaena leucocepala Fabaceae (Leguminosae)

11

Maesopsis emenii Rhamnaceae 55Manilkara kauki Sapotaceae 57

Tabel 4B Bagian 1. Definisi benih murni (lanjutan)

Page 123: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 99

99

Jenis FamiliNo. definisi benih murni

Chaffiness

Magnolia ovalis Magnoliaceae 52Magnolia blumei Magnoliaceae 52Magnolia champaca Magnoliaceae 52Melaleuca leucadendron Myrtaceae 60 CMeulaleuca cajuputi Myrtaceae 60 CMelia azedarach Meliaceae 56Mimosops elengi SapotaceaeOctomeles sumatrana Tetramelaceae 60 CPalaquium rostratum SapotaceaePericopsis mooniana PapilionaceaePinus merkusii Pinaceae 47Planchonia valida LecythraceaePodocarpus nerifolius PodocarpaceaePolyalthia longifolia AnonaceaePongamia pinnata Fabaceae

(Leguminoceae)11

Pterocarpus indicus Fabaceae (Leguminoceae)

49

Pterospermum javanicum Sterculiaceae 48Santalum album SantalaceaeSamanea saman Fabaceae

(Leguminoceae)10

Sandoricum koetjape MeliaceaeSchleicera oleosa SapindaceaeSchima wallichii TheaceaeSenna siamea Fabaceae

(Leguminoceae)10

Tabel 4B Bagian 1. Definisi benih murni (lanjutan)

Page 124: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

100

100

Jenis FamiliNo. definisi benih murni

Chaffiness

Sesbania grandiflora Fabaceae (Leguminoceae)

11

Shorea pinanga Dipterocarpaceae 54Sterculia foetida Sterculiaceae 57Styrax benzoin Styracaceae 55Swietenia macrophylla Meliaceae 47Tamarindus indica Fabaceae

(Leguminoceae)10

Tectona grandis Verbenaceae 54Terminalia catappa Combretaceae 55Toona sinensis Meliaceae 48 CVitex coffasus Verbenaceae 18Wrightia pubescens Apocynaceae

Sumber : ISTA (2011; 2013), DJRLPS (2009), Sudrajat dan Nurhasybi (2014)

Tabel 4B Bagian 1. Definisi benih murni (lanjutan)

Page 125: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 101

101

Tabel 4B Bagian 2. Nomor definisi benih murniSecara ringkas beberapa genera memiliki definisi benih murni yang sama digolongkan dalam nomor yang sama. Definisi lebih rinci pada tanaman hutan merujuk pada ISTA Handbook of Pure Seed Definition.

No Definisi10. Benih, dengan atau tanpa testa.

Bagian dari benih berukuran lebih besar dari 1/2 ukuran asli, dengan atau tanpa testa.

11. Benih, dengan bagian testa yang melekat.Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari 1/2 ukuran asli, dengan bagian testa yang melekat.

Benih dan bagian dari benih yang seluruhnya tanpa testa dianggap sebagai kotoran benih.

Untuk Fabaceae (Leguminosae): kotiledon yang terkelupas dianggap sebagai kotoran benih tanpa melihat ada tidaknya axis radikula-plumula dan/atau lebih dari 1/2 testa yang melekat.

12. Benih dengan atau tanpa testa.Catatan: testa dengan atau tanpa rambut.

Bagian dari achene yang ukurannya lebih besar dari 1/2 ukuran aslinya, dengan atau tanpa testa.

13. Benih dengan atau tanpa testa, dengan atau tanpa strophiole/caruncle.Bagian dari benih yang ukurannya lebih besar dari 1/2 ukuran aslinya, dengan atau tanpa testa.

47. Benih, tanpa sayap dan integument, dengan bagian testa yang melekat.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, tanpa sayap atau integument, dengan bagian testa yang melekat.

Page 126: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

102

102

48. Benih, dengan atau tanpa sayap, kecuali jika jelas tidak terlihat embrio benih di dalamnya, dengan atau tanpa testa.Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, kecuali jika jelas tidak terlihat embrio benih di dalamnya, dengan atau tanpa testa.

49. Benih, dengan atau tanpa sayap, memiliki bagian testa yang melekat.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, memiliki bagian testa yang melekat.

50. Benih, dengan bagian testa yang melekat, dengan atau tanpa aril

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan bagian testa yang melekat.

52. Benih dengan sebagian pericarp/testa, atau seluruh pericarp/testa dihilangkan.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan sebagian pericarp/testa, atau seluruh pericarp/testa dihilangkan.

54. Buah dengan atau tanpa calyx

Bagian buah, kecuali jika terlihat jelas tidak ada benih di dalamnya.

Benih dengan atau tanpa testa.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan atau tanpa testa.

Tabel 4B Bagian 2. Nomor definisi benih murni (lanjutan)

Page 127: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 103

103

55. Drupe, berisi pyrene (buah batu),

Pyrene, kecuali tidak terdapat benih di dalamnya.

Bagian dari pyrene yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, kecuali tidak terdapat benih di dalamnya.

Benih, dengan atau tanpa pericarp/testa secara menyeluruh.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan atau tanpa pericarp/testa.

56. Pyrene (kernel, buah batu), kecuali tidak terdapat benih di dalamnya.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, kecuali tidak terdapat benih di dalamnya.

Benih, dengan atau tanpa pericarp/testa secara menyeluruh.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan atau tanpa pericarp/testa.

57. Nut, kecuali tidak terdapat benih di dalamnya.

Bagian dari nut yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, kecuali tidak terdapat benih di dalamnya.

Benih, dengan atau tanpa pericarp/testa secara menyeluruh.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan atau tanpa pericarp/testa.

60. Benih, dengan atau tanpa testa.

Bagian dari benih yang berukuran lebih besar dari ½ ukuran aslinya, dengan atau tanpa testa

Tabel 4B Bagian 2. Nomor definisi benih murni (lanjutan)

Page 128: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

104

104

Tabel 4B Bagian 3. Definisi istilah (Glossary)

Achene buah kering tidak merekah, berbiji tunggal, terbentuk dari satu karpel bebas dengan kulit benih berbeda dengan kulit buah, terkadang terdiri dari lebih dari satu karpel.

Anther bagian yang memproduksi polen, muncul di atas filament atau stalk.

Aril, arillus berdaging, sering dengan bagian yang berwarna pada benih yang muncul atau tumbuh dari funicle atau dasar uvule.

Caryopsis buah tanpa pembungkus yang testanya bersatu dengan pericarp.

Drupe buah tidak merekah, berbiji tunggal dengan endocarp keras dan berdaging pada lapisan luarnya.

Embrio tanaman rudimenter yang terkandung dalam benih yang terkandung dalam benih, biasanya terdiri dari banyak atau sedikit poros yang terdiferensiasi serta menempel pada kotiledon.

Fertile dengan organ sek yang berfungsiFloret lemma dan palea dengan pistil di dalamnya,

istilah floret merujuk pada floret yang fertile dengan atau tanpa penambahan lemma steril.

Integument Jaringan ovule yang akhirnya berkembang menjadi kulit benih atau testa yang biasanya terdiri atas dua lapis integument. Pada benih conifer termasuk dari bagian sayap benih.

Lemma struktur seperti daun tereduksi atau berukuran kecil pada bagian bawah bunga.

Mericarp bagian dari schizocarp.Nutlet biji kecil.

Page 129: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 105

105

Palea terdapat di atas bract (bagian dalam) dari floret, kadang- kadang disebut sebagai palea atas/dalam.

Pappus seperti cincin yang halus, kadang-kadang berbulu atau bersisik yang terdapat di atas achene.

Pedicle tangkai dari masing-masing bunga tunggal dalam inflourescence.

Perianth dua pembukus bunga (calyx dan corolla) atau salah satunya.

Pericarp (kulit buah) dinding dari ovary matang atau buah.Polong buah kering, khususnya untuk Fabaceae

(Leguminosae).Rambut satu atau multi seluler yang tumbuh dari

epidermis.Sayap membran berupa flat yang tumbuh dari buah

atau benih.Schizocarp buah kering yang terpisah menjadi dua unit atau

lebih (mericarp) pada saat matang.Steril tanpa organ seks yang berfungsi.Stalk batang dari organ tanaman.Testa kulit benih.

Sumber : ISTA (2011)

4.9. Tabel ToleransiTabel 4C memberikan toleransi untuk membandingkan hasil kemurnian pada contoh duplikat dari contoh kirim yang sama dan dianalisis di laboratorium yang sama. Pada tabel ini dapat digunakan untuk berbagai komponen dari analisa kemurnian. Tabel digunakan dengan memasukkan rata-rata hasil dari dua analisa (kolom 1 atau 2). Toleransi yang sesuai ditemukan dalam salah satu dari kolom 3 s.d 6, tergantung apakah benih chaffy atau non chaffy

Tabel 4B Bagian 3. Definisi istilah (Glossary) (lanjutan)

Page 130: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

106

106

dengan setengah atau seluruh contoh kerja dianalisis. Toleransi pada kolom 5 dan 6 diambil dari Miles (1963), Tabel P11 berturut-turut pada kolom C dan F dan dibulatkan pada satu desimal.Untuk setengah contoh kerja, kolom 3 dan 4 dihitung dari Tabel 11, kolom C dan F dalam Miles (1963) dengan dikalikan akar dari dua.

Tabel 4C. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang sama yang dianalisis di laboratorium yang sama (two-way test at 5% significant level)

Rata-rata dua hasil analisis

Toleransi di antara analisis yang berbedaSetengah contoh kerja Seluruh contoh kerjaNon chaffy

seedChaffy

seedNon chaffy

seedChaffy

seed1 2 3 4 5 6

99,95-100,00 0,00-0,04 0,20 0,23 0,1 0,299,90-99,94 0,05-0,09 0,33 0,34 0,2 0,299,85-99,89 0,10-0,14 0,40 0,42 0,3 0,399,80-99,84 0,15-0,19 0,47 0,49 0,3 0,499,75-99,79 0,20-0,24 0,51 0,55 0,4 0,499,70-99,74 0,25-0,29 0,55 0,59 0,4 0,499,65-99,69 0,30-0,34 0,61 0,65 0,4 0,599,60-99,64 0,35-0,39 0,65 0,69 0,5 0,599,55-99,59 0,40-0,44 0,68 0,74 0,5 0,599,50-99,54 0,45-0,49 0,72 0,76 0,5 0,599,40-99,49 0,50-0,59 0,76 0,82 0,5 0,699,30-99,39 0,60-0,69 0,83 0,89 0,6 0,699,20-99,29 0,70-0,79 0,89 0,95 0,6 0,799,10-99,19 0,80-0,89 0,95 1,00 0,7 0,799,00-99,09 0,90-0,99 1,00 1,06 0,7 0,898,75-98,99 1,00-1,24 1,07 1,15 0,8 0,898,50-98,74 1,25-1,49 1,19 1,26 0,8 0,998,25-98,49 1,50-1,74 1,29 1,37 0,9 1,098,00-98,24 1,75-1,99 1,37 1,47 1,0 1,097,75-97,99 2,00-2,24 1,44 1,54 1,0 1,1

Page 131: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 107

107

Rata-rata dua hasil analisis

Toleransi di antara analisis yang berbedaSetengah contoh kerja Seluruh contoh kerjaNon chaffy

seedChaffy

seedNon chaffy

seedChaffy

seed1 2 3 4 5 6

97,50-97,74 2,25-2,49 1,53 1,63 1,1 1,297,25-97,49 2,50-2,74 1,60 1,70 1,1 1,297,00-97,24 2,75-2,99 1,67 1,78 1,2 1,396,50-96,99 3,00-3,49 1,77 1,88 1,3 1,396,00-96,49 3,50-3,99 1,88 1,99 1,3 1,495,50-95,99 4,00-4,49 1,99 2,12 1,4 1,595,00-95,49 4,50-4,99 2,09 2,22 1,5 1,694,00-94,99 5,00-5,99 2,25 2,38 1,6 1,793,00-93,99 6,00-6,99 2,43 2,56 1,7 1,892,00-92,99 7,00-7,99 2,59 2,73 1,8 1,991,00-91,99 8,00-8,99 2,74 2,90 1,9 2,190,00-90,99 9,00-9,99 2,88 3,04 2,0 2,288,00-89,99 10,00-11,99 3,08 3,25 2,2 2,386,00-87,99 12,00-13,99 3,31 3,49 2,3 2,584,00-85,99 14,00-15,99 3,52 3,71 2,5 2,682,00-83,99 16,00-17,99 3,69 3,90 2,6 2,880,00-81,99 18,00-19,99 3,89 4,07 2,7 2,978,00-79,99 20,00-21,99 4,00 4,23 2,8 3,076,00-77,99 22,00-23,99 4,14 4,37 2,9 3,174,00-75,99 24,00-25,99 4,26 4,50 3,0 3,272,00-73,99 26,00-27,99 4,37 4,61 3,1 3,370,00-71,99 28,00-29,99 4,47 4,71 3,2 3,365,00-69,99 30,00-34,99 4,61 4,86 3,3 3,460,00-64,99 35,00-39,99 4,77 5,02 3,4 3,650,00-59,99 40,00-49,00 4,89 5,16 3,5 3,7

Sumber : ISTA (2011; 2013)

Tabel 4C. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang sama yang dianalisis di laboratorium yang sama (two-way test at 5% significant level) (lanjutan)

Page 132: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

108

108

Tabel 4D memberikan toleransi hasil kemurnian yang dilakukan pada dua contoh kirim berbeda yang diambil dari lot yang sama dan dianalisis pada laboratorium yang sama atau berbeda. Tabel ini dapat digunakan untuk berbagai komponen analisis kemurnian apabila hasil dari analisis kedua lebih kecil daripada hasil analisis pertama. Tabel digunakan dengan memasukkan rata-rata hasil dari dua analisis (kolom 1 dan 2). Toleransi yang sesuai ditemukan pada kolom 3 atau 4 tergantung dari apakan termasuk benih chaffy atau non chaffy.

Tabel 4D. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dan diambil dari lot yang sama bila analisis kedua dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (one-way test at 1% significant level)

Rata-rata dua hasil analisis Toleransi50-100% Kurang dari 50% Non chaffy seed Chaffy seed

1 2 3 499,95-100,00 0,00-0,04 0,2 0,299,90-99,94 0,05-0,09 0,3 0,399,85-99,89 0,10-0,14 0,3 0,499,80-99,84 0,15-0,19 0,4 0,599,75-99,79 0,20-0,24 0,4 0,599,70-99,74 0,25-0,29 0,5 0,699,65-99,69 0,30-0,34 0,5 0,699,60-99,64 0,35-0,39 0,6 0,799,55-99,59 0,40-0,44 0,6 0,799,50-99,54 0,45-0,49 0,6 0,799,40-99,49 0,50-0,59 0,7 0,899,30-99,39 0,60-0,69 0,7 0,999,20-99,29 0,70-0,79 0,8 0,999,10-99,19 0,80-0,89 0,8 1,099,00-99,09 0,90-0,99 0,9 1,0

Page 133: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 109

109

Rata-rata dua hasil analisis Toleransi50-100% Kurang dari 50% Non chaffy seed Chaffy seed

1 2 3 498,75-98,99 1,00-1,24 0,9 1,198,50-98,74 1,25-1,49 1,0 1,298,25-98,49 1,50-1,74 1,1 1,398,00-98,24 1,75-1,99 1,2 1,497,75-97,99 2,00-2,24 1,3 1,597,50-97,74 2,25-2,49 1,3 1,697,25-97,49 2,50-2,74 1,4 1,697,00-97,24 2,75-2,99 1,5 1,796,50-96,99 3,00-3,49 1,5 1,896,00-96,49 3,50-3,99 1,6 1,995,50-95,99 4,00-4,49 1,7 2,095,00-95,49 4,50-4,99 1,8 2,294,00-94,99 5,00-5,99 2,0 2,393,00-93,99 6,00-6,99 2,1 2,592,00-92,99 7,00-7,99 2,1 2,691,00-91,99 8,00-8,99 2,4 2,890,00-90,99 9,00-9,99 2,5 2,988,00-89,99 10,00-11,99 2,7 3,186,00-87,99 12,00-13,99 2,9 3,484,00-85,99 14,00-15,99 3,0 3,682,00-83,99 16,00-17,99 3,2 3,780,00-81,99 18,00-19,99 3,3 3,978,00-79,99 20,00-21,99 3,5 4,1

Tabel 4D. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dan diambil dari lot yang sama bila analisis kedua dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (one-way test at 1% significant level) (lanjutan)

Page 134: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

110

110

Rata-rata dua hasil analisis Toleransi50-100% Kurang dari 50% Non chaffy seed Chaffy seed

1 2 3 476,00-77,99 22,00-23,99 3,6 4,274,00-75,99 24,00-25,99 3,7 4,372,00-73,99 26,00-27,99 3,8 4,470,00-71,99 28,00-29,99 3,8 4,565,00-69,99 30,00-34,99 4,0 4,760,00-64,99 35,00-39,99 4,1 4,850,00-59,99 40,00-49,00 4,2 5,0

Sumber : ISTA (2011; 2013)

Tabel 4E. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dari lot yang sama bila analisis keduanya dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (two-way test at 1% significant level)

Rata-rata dua hasil analisis Toleransi50-100% Kurang dari 50% Non chaffy seed Chaffy seed

1 2 3 499,95-100,00 0,00-0,04 0,2 0,299,90-99,94 0,05-0,09 0,3 0,399,85-99,89 0,10-0,14 0,4 0,599,80-99,84 0,15-0,19 0,4 0,599,75-99,79 0,20-0,24 0,5 0,699,70-99,74 0,25-0,29 0,5 0,699,65-99,69 0,30-0,34 0,6 0,7

Tabel 4D. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dan diambil dari lot yang sama bila analisis kedua dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (one-way test at 1% significant level) (lanjutan)

Page 135: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IV. ANALISIS KEMURNIAN 111

111

Rata-rata dua hasil analisis Toleransi50-100% Kurang dari 50% Non chaffy seed Chaffy seed

1 2 3 499,60-99,64 0,35-0,39 0,6 0,799,55-99,59 0,40-0,44 0,6 0,899,50-99,54 0,45-0,49 0,7 0,899,40-99,49 0,50-0,59 0,7 0,999,30-99,39 0,60-0,69 0,8 1,099,20-99,29 0,70-0,79 0,8 1,099,10-99,19 0,80-0,89 0,9 1,199,00-99,09 0,90-0,99 0,9 1,198,75-98,99 1,00-1,24 1,0 1,298,50-98,74 1,25-1,49 1,1 1,398,25-98,49 1,50-1,74 1,2 1,598,00-98,24 1,75-1,99 1,3 1,697,75-97,99 2,00-2,24 1,4 1,797,50-97,74 2,25-2,49 1,5 1,797,25-97,49 2,50-2,74 1,5 1,897,00-97,24 2,75-2,99 1,6 1,996,50-96,99 3,00-3,49 1,7 2,096,00-96,49 3,50-3,99 1,8 2,195,50-95,99 4,00-4,49 1,9 2,395,00-95,49 4,50-4,99 2,0 2,494,00-94,99 5,00-5,99 2,1 2,593,00-93,99 6,00-6,99 2,3 2,792,00-92,99 7,00-7,99 2,5 2,9

Tabel 4E. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dari lot yang sama bila analisis keduanya dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (two-way test at 1% significant level) (lanjutan)

Page 136: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

112

112

Rata-rata dua hasil analisis Toleransi50-100% Kurang dari 50% Non chaffy seed Chaffy seed

1 2 3 491,00-91,99 8,00-8,99 2,6 3,190,00-90,99 9,00-9,99 2,8 3,288,00-89,99 10,00-11,99 2,9 3,586,00-87,99 12,00-13,99 3,2 3,784,00-85,99 14,00-15,99 3,4 3,982,00-83,99 16,00-17,99 3,5 4,180,00-81,99 18,00-19,99 3,7 4,378,00-79,99 20,00-21,99 3,8 4,576,00-77,99 22,00-23,99 3,9 4,674,00-75,99 24,00-25,99 4,1 4,872,00-73,99 26,00-27,99 4,2 4,970,00-71,99 28,00-29,99 4,3 5,065,00-69,99 30,00-34,99 4,4 5,260,00-64,99 35,00-39,99 4,5 5,350,00-59,99 40,00-49,00 4,7 5,5

Sumber : ISTA (2011; 2013)

Tabel 4E. Angka toleransi untuk analisis kemurnian pada contoh kirim yang berbeda dari lot yang sama bila analisis keduanya dilakukan di laboratorium yang sama atau berbeda (two-way test at 1% significant level) (lanjutan)

Page 137: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH

5.1 TujuanTujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk menentukan potensi perkecambahan suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga keberhasilan pembuatan bibit di persemaian. Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan nilai kepercayaan yang tinggi. Metode uji di laboratorium dapat mengatasi hal tersebut, dimana faktor luar dapat dikendalikan agar perkecambahan yang terjadi teratur, cepat dan lengkap bagi sebagian besar contoh benih spesies tertentu. Kondisi lingkungan tersebut telah distandardisasi sehingga memungkinkan hasil uji diulang kembali dalam batas kisaran yang tidak berbeda nyata (Sumber : ISTA (2011; 2013).

Page 138: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

114

114

5.2 Definisi5.2.1. Perkecambahan

Perkecambahan benih menurut pengujian ISTA (2011; 2013) adalah muncul dan berkembangnya kecambah hingga mencapai stadia dimana bagian dari struktur-struktur pentingnya menunjukkan kemampuan apakah kecambah tersebut dapat berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang tumbuh normal dalam kondisi pertanaman yang optimum di lapang.

5.2.2. Pengujian Ganda

Pengujian ganda adalah dua metode pengujian yang disebutkan dalam tabel 5A, yang dipergunakan untuk menguji benih tanaman tahunan dan tanaman semak tertentu, dan hasil kedua pengujian tersebut dilaporkan.

5.2.3. Pengujian Paralel

Pengujian paralel adalah penggunaan lebih dari satu metode sesuai dengan Tabel 5A dilakukan untuk satu contoh yang sama pada waktu yang sama. Hasil uji yang terbaik yang dilaporkan.

5.2.4. Persentase daya berkecambah

Persentase daya berkecambah yang dilaporkan dalam sertifikat hasil uji menunjukkan proporsi berdasarkan jumlah benih yang menghasilkan kecambah normal dalam kondisi dan periode yang ditentukan dalam Tabel 5A, yaitu persentase kecambah normal.

Page 139: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 115

115

Gambar 5.1. Struktur penting kecambah (model untuk Euphorbiacea, Amaranthaceae dan Poaceae) (Leubner, 2007)

5.2.5. Struktur penting kecambah

Sebuah kecambah, tergantung dari spesies yang diuji, terdiri dari kombinasi spesifik dari struktur-struktur penting (esensial) untuk berkembang menjadi tanaman yang tumbuh normal (NG, 1991; ISTA, 2011):

Page 140: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

116

116

a. Sistem perakaran (akar primer; dan dalam kasus tertentu akar seminal).

b. Poros tunas/shoot axis (hipokotil; epikotil; dan dalam Poaceae/ Gramineae tertentu mesokotil, pucuk terminal).

c. Kotiledon (satu sampai beberapa).

d. Koleoptil (pada semua Poaceae/Gramineae).

Lebih lanjut secara terperinci lihat 5.2.11 pada ISTA Rules.

5.2.6 Aturan 50%Aturan 50% digunakan untuk menilai kotiledon dan daun primer (ISTA, 2011; 2013).

Jaringan kotiledon

a. Kecambah dianggap normal bila setengah atau lebih dari seluruh jaringan kotiledon berfungsi.

b. Kecambah dianggap abnormal bila lebih dari setengah dari jaringan kotiledon tidak ada, nekrotik, busuk atau tidak berwarna.

Daun Primer

a. Daun primer harus dievaluasi pada spesies tertentu misalnya Phaseolus.

b. Kecambah dianggap normal bila setengah atau lebih jaringan daun primer berfungsi.

c. Kecambah dianggap abnormal bila lebih dari setengah jaringan daun primer tidak ada, nekrotik, busuk atau tidak berwarna.

Aturan 50% tidak berlaku bila jaringan sekitar pucuk terminal (terminal bud) atau pada pucuk terminal (terminal bud) tersebut nekrotik atau busuk; banyak kecambah abnormal lebih disebabkan oleh kondisi kotiledon atau daun primer. Untuk lebih jelas tentang pengunaan aturan 50% tersebut dapat diperoleh pada ISTA Handbook on Seedling Evaluation.

Page 141: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 117

117

5.2.7. Kecambah normalKecambah normal menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada kondisi (tanah, kelembapan, suhu dan cahaya) yang sesuai. Untuk dikelompokkan sebagai kecambah normal, sebuah kecambah harus memiliki salah satu dari kriteria berikut (ISTA, 2011):

a. Kecambah sempurna: kecambah yang semua struktur esensialnya berkembang baik, lengkap, seimbang (proporsional) dan sehat.

b. Kecambah dengan sedikit kerusakan atau kekurangan: kecambah yang memiliki cacat ringan pada struktur pentingnya, namun memperlihatkan pertumbuhan yang normal dan seimbang seperti kecambah sempurna apabila dilakukan pengujian yang sama.

c. Kecambah dengan infeksi sekunder: kecambah yang sesuai dengan salah satu kategori di atas, tetapi terinfeksi oleh cendawan atau bakteri yang berasal dari sumber lain, bukan dari benih tersebut.

5.2.7.1 Kecambah sempurna

Kecambah sempurna, tergantung pada jenis benih yang diuji, memperlihatkan kombinasi spesifik pertumbuhan struktur penting seperti tersebut di bawah ini:

a. Perkembangan sistem perakaran yang baik, terdiri atas (ISTA, 2011):

1. Akar primer yang panjang dan langsing, biasanya dipenuhi dengan bulu-bulu akar serta ujung akar yang sehat.

2. Akar sekunder bila dihasilkan dalam jangka waktu pengujian tertentu.

3. Beberapa akar seminal dapat digunakan sebagai pengganti satu akar primer pada genera tertentu seperti Avena, Hordeum, Secale, Triticum, xTriticosecale, Cyclamen.

Page 142: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

118

118

b. Perkembangan poros tunas (shoot axis) yang baik, terdiri atas:

1. Hipokotil yang lurus, langsing dan panjang pada perkecambahan epigeal.

2. Perkembangan epikotil yang baik pada kecambah dengan perkecambahan hipogeal.

3. Hipokotil dan epikotil memanjang pada beberapa genera perkecambahan epigeal.

4. Mesokotil memanjang pada beberapa genera tertentu dari Poaceae.

c. Jumlah kotiledon yang spesifik, yaitu:

1. Satu kotiledon pada tanaman monokotil atau jarang terjadi pada dikotil (berwarna hijau dan berbentuk seperti daun atau termodifikasi serta terlindung di dalam kulit benih sebagian atau seluruhnya).

2. Dua kotiledon pada tanaman dikotil (pada spesies dengan perkecambahan epigeal: hijau dan berbentuk seperti daun, ukuran dan bentuk bervariasi pada spesies yang diuji; pada kecambah dengan tipe perkecambahan hipogeal, berbentuk setengah bulatan dan berdaging serta tetap tinggal dalam kulit benih).

3. Jumiah kotiledon bervariasi, misalnya 2-18 pada konifera (biasanya berwarna hijau, panjang dan ramping).

d. Terdapat daun primer yang berwarna hijau:

1. Satudaun primer, terkadang didahului dengan beberapa sisik daun pada kecambah yang mempunyai susunan daun berselang-seling; atau

2. Dua daun primer pada kecambah dari tanaman dengan susunan daun yang berhadapan.

Page 143: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 119

119

e. Kuncup terminal (terminal bud) atau pucuk tunas (shoot apex) berkembang baik, bervariasi tergantung spesies.

f. Pada Poaceae koleoptil berkembang baik, lurus, mengandung daun berwarna hijau yang tumbuh sampai ke ujung dan akhirnya muncul menembus koleoptil.

g. Pada kecambah dari spesies tanaman pohon dengan perkecambahan epigeal: jika jumlah panjang akar primer dan hipokotil melebihi empat kali panjang benih serta memiliki semua struktur yang telah berkembang, digolongkan kecambah sempurna.

5.2.7.2 Kecambah dengan kerusakan ringanBeberapa kerusakan ringan pada begian-bagian kecambah sehingga kecambah dianggap sebagai kecambah normal yaitu (ISTA, 2011):

a. Akar primer dengan kerusakan ringan (misalnya tidak mempengaruhi jaringan penghubung) atau pertumbuhan yang sedikit terhambat.

b. Akar primer cacat tapi memiliki cukup akar sekunder yang berkembang baik (pada genera spesifik Fabaceae, terutama genera dengan benih berukuran besar.

c. Hipokotil, epikotil atau mesokotil dengan kerusakan ringan (misalnya tidak mempengaruhi jaringan penghubung).

d. Kotiledon dengan kerusakan ringan (jika setengah atau lebih dari total jaringan masih berfungsi secara normal [aturan 50% lihat 5.2.6] dan tidak terdapat kerusakan atau busuk sampai pucuk tunas (shoot apex) atau jaringan di sekitarnya).

e. Hanya satu kotiledon normal pada tanaman dikotil (jika tidak terdapat kerusakan atau busuk sampai ke tunas pucuk atau jaringan di sekitarnya).

f. Tiga atau lebih kotiledon dapat menggantikan dua kotiledon (asalkan sesuai dengan aturan 50% lihat 5.2.6).

Page 144: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

120

120

g. Kotiledon yang menyatu (mengikuti aturan 50%, lihat 5.2.6.)

h. Daun primer dengan kerusakan kecil (jika setengah atau lebih dari total jaringan masih berfungsi secara normal, aturan 50%, lihat 5.2.6).

i. Tiga atau lebih daun primer menggantikan dua daun primer (sesuai dengan aturan 50%, lihat 5.4.6).

j. Koleoptil dengan kerusakan kecil.

k. Koleoptil dengan sebuah retakan berawal di ujung memanjang ke bawah tidak lebih dari satu per tiga dari panjangnya.

l. Koleoptil terpelintir/terpilin longgar atau membentuk loop (karena tertahan di bawah lemma dan palea atau kulit buah).

m. Koleoptil dengan daun hijau yang tidak memanjang sampai ke ujung tapi mencapai sedikitnya setengah panjang koleoptil.

Kecambah dengan kriteria berikut ini dikelompokkan sebagai kecambah abnormal:

a. Kecambah yang rusak, yaitu kecambah yang struktur penting tidak ada atau rusak berat sehingga tidak dapat berkembang dengan normal.

b. Kecambah yang berubah bentuk atau tidak proporsional, yaitu kecambah dengan pertumbuhan yang lemah atau mengalami gangguan fisiologis, atau struktur esensialnya berubah bentuk atau tidak proporsional.

c. Kecambah busuk, yaitu kecambah yang salah satu struktur pentingnya terserang penyakit atau busuk akibat infeksi primer sehingga menghambat perkembangannya menjadi kecambah normal (lihat definisi tambahan pada 5.2.11).

5.2.8.1 Abnormalitas kecambah

Satu atau lebih cacat/kerusakan seperti berikut ini termasuk dalam kecambah abnormal (ISTA, 2011).

Page 145: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 121

121

Abnormalitas keseluruhan

Kecambah:

- berubah bentuk

- retak

- kotiledon terlepas dari kulit benih sebelum akar primer tumbuh

- terdiri dari kecambah kembaryang menyatu

- ada penebalan disekeliling endosperma

- berwarna kuning atau putih

- mengecil dan memanjang

- transparan

- membusuk akibat infeksi primer

- menunjukkan gejala fitotoksik

- tidak seimbang,

- pada Poaceae, endosperm terlepas

Abnormalitas pada sistem perakaran

Akar primer:

- kerdil

- pendek dan menebal

- pertumbuhan terhambat

- tidak ada/hilang

- patah

- terbelah dari ujung

- terperangkap dalam kulit benih

- menunjukkan geotropisme negatif

- mengkerut

Page 146: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

122

122

- mengecil dan memanjang

- transparan

- membusuk akibat infeksi primer

Catatan: pada kasus dimana beberapa akar sekunder memperlihatkan satu atau lebih kerusakan diatas adalah abnormal dan tidak dapat menggantikan akarprimer yang abnormal dimana keberadaaan beberapa akar sekunder menetukan penilaian kecambah, maka kecambah dianggap abnormal bila akar sekunder menunjukkan satu atau lebih tanda-tanda abnormalitas di atas.

Akar seminal:

- pendek dan menebal, lemah atau tidak ada

Catatan: untuk diangap sebagai kecambah normal, setidaknya terdapat beberapa akar sekunder, satu akar seminal yang kuat, atau dua akar seminal yang kuat.

Abnormalitas dari sistem tunas

Hipokotil, epikotil atau mesokotil:

- pendek dan tebal

- mengalami keretakan yang dalam atau patah

- terbelah

- tidak ada

- bengkok atau membentuk lingkaran

- membentuk spiral

- terpilin ketat

- mengkerut

- mengecil dan memanjang

- transparan

- membusuk akibat infeksi primer 21/13 menunjukkan fototropisme negatif

Page 147: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 123

123

Kuncup terminal dan jaringan disekitarnya:

- berubah bentuk

- rusak

- tidakada

- mengalami nekrotik (kematian jaringan)

- busuk karena infeksi primer

Catatan: terlepas dari keberadaan kuncup auksilari/samping (misalnya Phaseolus) atau munculnya tunas auksilari dari aksil kotiledon atau daun primer, kecambah digolongkan abnormal jika tunas utama gagal berkembang secara normal.

Abnormalitas kotiledon dan daun primer

Kotiledon (berlaku aturan 50%, lihat 5.2.6):

- bergelombang atau keriting

- berubah bentuk

- pecah atau rusak

- terbelah atau tidak ada

- warna pudar atau nekrotik

- transparan

- membusuk akibat infeksi primer

- menyatu pada kedua sisi

Catatan: kerusakan atau kebusukan dari kotiledon pada titik perekatan/penempelan poros kecambah atau dekat dengan pucuk terminal digolongkan kedalam kecambah abnormal, terlepas dari ketetapan 50%.

Daun primer (berlaku aturan 50%, lihat 5.2.6):

- berubah bentuk

- rusak

- tidakada

Page 148: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

124

124

- mengalami pemudaran warna

- nekrotik

- membusuk akibat infeksi primer

Abnormalitas kotiledon dan daun primer:

Koleoptil:

- pendek tebal atau berubah bentuk

- patah

- tidakada

- tidak sempurna atau tidak memiliki ujung

- bengkok yang nyata atau berbentuk loop

- berbentuk spiral

- terpilin kuat

- terbelah lebih dari satu per tiga panjang dari ujung

- mengecil dan memanjang

- membusuk akibat infeksi primer

- terbelah selain dari ujung

Daun primer:

- panjang kurang dari setengah koleoptil

- tidakada

- tersobek atau berubah bentuk

- muncul dari bagian bawah koleoptil

- berwarna kuning atau putih (tidak berklorofil)

- membusuk akibat infeksi primer

Page 149: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 125

125

5.2.9 Multigerm seed unit (Benih dengan poliembriony)Beberapa benih poliembrionik dapat menghasilkan lebih dari satu kecambah:

a. Unit yang terdiri lebih dari satu benih sejati (true seed), misalnya buah dari Tectona grandis.

b. Benih sejati yang terdiri lebih dari satu embrio. Ini biasanya terjadi pada spesies tertentu (poliembrioni) atau pengecualian pada jenis lain (kembar). Pada kasus ini, salah satu kecambah lemah atau mengecil dan memanjang seperti jarum, tetapi terkadang keduanya mendekati ukuran normal.

c. Embrio yang menyatu. Terkadang dua kecambah bergabung bersama dihasilkan dari satu benih.

d. Bila suatu unit tumbuh lebih dari satu kecambah, maka diamati secara terpisah. Cukup satu kecambah yang digolongkan sebagai kecambah normal. Jika suatu benih menghasilkan lebih dari satu kecambah normal, hanya satu yang digunakan dalam perhitungan untuk menentukan persentase perkecambahan.

5.2.10 Benih-benih tidak berkecambahBenih-benih yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian dalam kondisi yang tertera pada Tabel 5A, diklasifikasikan menjadi:

a. Benih keras, yaitu benih yang hingga akhir pengujian daya berkecambah masih tetap keras karena tidak dapat menyerap air.

b. Benih segar, yaitu benih yang gagal berkecambah pada kondisi perkecambahan yang diberikan tetapi masih bersih, utuh dan memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal.

c. Benih segar, yaitu benih selain benih keras dimana karena adanya dormansi, gagal berkecambah pada kondisi pengujian perkecambahan, tapi tetap terlihat bersih, kuat dan berpotensi menjadi untuk tumbuh

Page 150: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

126

126

menjadi kecambah normal. Benih mati, yaitu benih yang hingga akhir pengujian tidak menunjukkan sedikitpun pertumbuhan, termasuk benih keras dan benih keras.

d. Kategori lain: benih yang secara keseluruhan hampa dan benih tidak berkecambah dapat dikategorikan sesuai dengan 5.2.7.4

5.2.10.1. Benih Keras

Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi. Biasanya sering terjadi pada beberapa spesies Fabaceae (Leguminosae) tapi dapat juga terjadi pada famili lainnya (Finch-Savage dan Leubner, 2006). Benih ini tidak mampu mengimbibisi air dibawah kondisi yang tercantum pada Tabel 5A, sehingga tetap keras.

5.2.10.2. Benih segar

Benih segar mampu menyerap air pada kondisi perkecambahan yang diberikan sesuai dengan Tabel 5A, tetapi proses perkecambahan terhambat.

5.2.10.3. Benih mati

Benih mati, dapat menyerap air tetapi biasanya lunak, berubah warna, seringkali bercendawan dan tidak ada tanda-tanda pertumbuhan.

5.2.10.4. Kategori Lain

Benih tidak berkecambah dapat dikategorikan menjadi:

a. Benih hampa, yaitu benih yang jelas terlihat kosong atau hanya berisi sisa-sisa jaringan.

b. Benih tidak berembrio, yaitu benih yang memiliki endosperm segar sebagai jaringan gametofit tetapi tidak menunjukkan jaringan embrionik atau embrio.

c. Benih rusak karena serangga, yaitu benih yang mengandung larva atau sisa serangga atau menunjukkan bukti adanya serangan serangga yang mempengaruhi kemampuan benih tersebut untuk berkecambah.

Page 151: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 127

127

Kategori-kategori tersebut dapat terlihat pada semua spesies benih, namun biasanya lebih sering ditemukan pada spesies pepohonan

5.2.11 Definisi Tambahan1) Akar dengan pertumbuhan terhambat: akar yang terlalu pendek dan

lemah, tidak seimbang dengan pertumbuhan struktur kecambah lainnya.

2) Akar primer: akar utama kecambah, berkembang dari radikula embrio.

3) Akar sekunder: digunakan pada pengujian benih untuk mengistilahkan selain akar primer.

4) Busuk: kerusakan jaringan organik, biasanya dihubungkan dengan keberadaan mikroorganisme.

5) Daun primer: daun pertama (sepasang daun pertama) setelah kotiledon.

6) Dikotiledon: tanaman yang embrionya mempunyai dua kotiledon.

7) Embrio: Tanaman rudimenter yang terkandung dalam benih, bisanya terdiri dari banyak atau sedikit poros yang berdiferensiasi serta menempel pada kotiledon.

8) Endosperma: jaringan makanan yang kaya nutrisi, berasal dari fertilisasi dan disimpan saat masak, pada beberapa benih berfungsi sebagai jaringan penyimpan untuk cadangan makanan.

9) Epikotil: bagian poros kecambah antara kotiledon dan daun primer/sepasang daun.

10) Fitotoksik: bersifat racun terhadap tanaman.

11) Geotropisme: arah tumbuh tanaman terhadap gaya gravitasi.

12) Geotropism positif: pertumbuhan ke bawah, contohnya akar primer yang normal.

13) Geotropisme negatif: pertumbuhan ke atas, contohnya pada batang yang normal.

Page 152: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

128

128

14) Hipokotil: bagian poros kecambah antara akar primer dan kotiledon.

15) Infeksi: masuk dan menyebarnya organism pembawa penyakit pada bahan yang hidup (misalnya struktur kecambah).

16) Infeksi primer: terdapatnya organism pembawa penyakit dan aktif di dalam benih itu sendiri.

17) Infeksi sekunder: organism pembawa penyakit menyebar dari benih atau kecambah lain.

18) Jaringan gametofit: jaringan bernutrisi yang terdapat pada benih konifer (berfungsi serupa dengan endosperma)

19) Kecambah: tanaman muda yang berkembang dari embrio dalam benih.

20) Koleoptil: bagian yang melindungi bagian pucuk dari poros embrio dan kecambah muda pada monokotil tertentu.

21) Kotiledon: daun pertama atau sepasang daun pada embrio dan kecambah.

22) Mesokotil: terdapat pada tanaman monokotil, bagian poros kecambah yang berada antara titik skutelum dan koleoptil.

23) Monokotil: tanaman yang embrionya mempunyai satu kotiledon.

24) Penyakit: menunjukkan pengaruh keberadaan dan aktivitas mikroorganise atau defisiensi kimia.

25) Perkecambahan hypogeal: tipe perkecambahan dimana kotiledon atau struktur yang sama (misalnya skutelum) terletak di dalam tanah bersama benih. Pada dikotil, tunas terangkat ke atas tanah melalui pemanjangan epikotil atau beberapa monokotil melalui perpanjangan mesokotil.

26) Perkecambahan epigeal: tipe perkecambahan dimana kotiledon dan tunas dibawa ke atas permukaan tanah melalui perpenjangan hipokotil.

27) Perlakuan benih: instilah umum yang menujukkan bahwa suatu lot benih telah diberikan :

Page 153: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 129

129

- Aplikasi bahan campuran termasuk bahan kimia, nutrisi, atau hormone.

- Aplikasi produk biologi termasuk mikroorganisme.

- Suatu proses termasuk pelembapan dan pengeringan.

- Suatu bentuk energy termasuk pemanasan, radiasi, tenaga listrik atau magnetis tetapi bukan merupakan metode aplikasi yang spesifik.

28) Pelakuan benih tidak secara nyata menyebabkan perubahan ukuran, bentuk dan penambahan berat suatu lot benih.

29) Radikula: akar rudimenter emrio, berkembang menjadi akar pimer setelah muncul melalui kulit benih selama perkecambahan.

30) Rambut akar: akar yang tumbuh dengan baik berbentuk tabung yang keluar dari permukaan sel akar.

31) Shoot apex/pucuk tunas : pusat tempat tumbuhnya tunas, mengandung titik tumbuh yang utama.

32) Skutelum : struktur berbentuk prisai, merupakan bagian kotiledon Graminae dan melalui skultelum ini nutrisi diserap dari endosperma ke embrio.

33) Stubby root: sejenis karakteristik akar kecambah dengan gejala fitotoksis: biasanya pendek dan berbentuk seperti pentungan, meskipun seringkali dengan ujung akar yang sempurna.

34) Stunted root : akar dengan ujung yang hilang atrau rusak, tidak memperhatikan panjang akarnya.

5.3 Prinsip UmumPengujian daya berkecambah harus dilakukan terhadap benih murni, kecuali diperbolehkan dilakukan pengujian benih berdasarkan pengulangan berat. Definisi benih murni untuk spesies yang diuji harus diterapkan. Benih murni dapat diambil dari fraksi benih murni hasil analisa kemurnian atau

Page 154: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

130

130

fraksi yang mewakili dari contoh kirim. Bila benih telah dilapisi (coated), definisi pelet murni harus digunakan. Kecuali pada kasus benih berbentuk pita/lembaran (tapes atau mats) dimana benih diuji tanpa melepaskan benih dari pita atau lembarannya (ISTA, 2011). Prosedur untuk merangsang perkecambahan dijelaskan pada 5.6.3.

Diperbolehkan dilakukan pengujian paralel dan pengujian ganda (double test). Aturan untuk pelaporan pengujian secara paralel dan uji ganda dijelaskan pada 5.9. Jika dilakukan pengujian tambahan, I yang dilakukan setelah pengujian-sesuai 5.6.3, dimana pengujian tersebut tidak tercantum dalam ISTA Rules, hasil dan prosedur harus dilaporkan sebagai “Pengujian lain” pada sertifikat.

Benih disusun dalam ulangan dan diuji dalam kondisi kelembapan yang mencukupi sesuai metoda yang terdapat pada Tabel 5A. Setelah sampai pada periode yang ditetapkan pada Tabel 5A, pada setiap ulangan dilakukan pengamatan dan penghitungan terhadap kecambah dan benih dalam berbagai kategori sesuai dengan yang diperlukan dalam pelaporan (5.9).

5.4 Media Tumbuh5.4.1 DefinisiMedia pertumbuhan yang digunakan dalam pengujian daya berkecambah adalah media yang menyediakan cukup pori-pori sehingga udara dan air memadai untuk pertumbuhan sistem perakaran serta untuk kontak dengan air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

5.4.2 SpesifikasiSpesifikasi umum ini berlaku untuk semua media pertumbuhan (kertas, pasir atau media organik) dan harus diverifikasi (ISTA, 2011).

a. Komposisi

Media pertumbuhan dapat berupa kertas, pasir atau campuran dari senyawa organik dengan penambahan partikel-partikel mineral.

Page 155: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 131

131

b. Kemampuan menahan air

Bila ditambahkan air dalam jumlah yang sesuai, partikel pada media harus memiliki kapasitas untuk menahan sejumlah air untuk menyediakan pertukaran air secara berkesinambungan pada benih dan kecambah, tetapi juga meyediakan ruang pori yang cukup untuk kebutuhan aerasi bagi perkecambahan dan pertumbuhan akar yang optimal. Kandungan air dari media pertumbuhan disesuaikan dengan kebutuhan spesies yang diuji, berdasarkan water holding capacity (kapasitas ikat air) maksimum dari media. Daya menahan air lalu dilaporkan sebagai persentase dari kemampuan menahan air maksimal.

c. pH

Media pertumbuhan harus mempunyai nilai pH antara 6,0-7,5 pengukuran dilakukan pada substrat. Pengukuran pH dapat digantikan dengan pengujian secara biologi (lihat 5.4.5).

d. Konduktivitas

Salinitas harus serendah mungkin dan tidak lebih dari 40 milisiemens per meter. Pengukuran konduktivitas dapat digantikan dengan pengujian secara biologi (lihat 5.4.5)

e. Bersih dan bebas dari racun

Media pertumbuhan harus bebas dari benih, cendawan, bakteri atau zat beracun yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih, pertumbuhan kecambah atau evaluasinya.

f. Penggunaan ulang media pertumbuhan

Sangat disarankan media pertumbuhan hanya digunakan satu kali.

g. Alternatif pengukuran

Untuk mengetahui semua spesifikasi yang dipersyaratkan atau untuk memperoleh media pertumbuhan yang sesuai dengan persyaratan mungkin sulit dilakukan. Oleh karena itu diperbolehkan untuk mengganti pengukuran konduktifitas dengan pengujian biologis

Page 156: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

132

132

(bioassay) seperti uji fitotoksisitas. Jika tidak, maka semua karateristik yang disebutkan dalam butir 5.4.2 harus diverifikasi.

5.4.3 Karateristik media pertumbuhan5.4.3.1. Media pertumbuhan kertas

Kertas harus terbuat dari serat kayu, kapas atau selulosa tumbuhan yang dimurnikan contohnya berupa kertas filter, blotter atau towel. Persyaratan media kertas antara lain:

a. memungkinkan akar kecambah tumbuh di atasnya dan tidak menembus kertas

b. cukup kuat dan tidak sobek, ulet untuk dipegang dan ditarik pada saat pengujian.

5.4.3.2 Media pertumbuhan pasir

Ukuran pasir harus cukup seragam dan bebas dari partikel yang sangat kecil dan sangat besar. Bentuk partikel yang bulat lebih sesuai dan disarankan menghindari partikel berbentuk tajam karena dapat mempengaruhi perkembangan kecambah. Disarankan 90% partikel dapat lolos saringan usuran 0,8 mm dan tertahan pada saringan 0,05 mm.

5.4.3.3. Media pertumbuhan organik

Media pertumbuhan organik mengandung elemen-elemen berikut dalam proporsi yang diketahui dan sesuai dengan apa yang disyaratkan pada 5.4.2:

a. Campuran organik: serabut seperti pear, serbuk kelapa atau kayu, dengan ukuran lebih kecil dari 5 mm.

b. Partikel mineral: contohnya pasir, perlite dan vermikulit. Proporsinya sekitar 20% dari volume. Disarankan 90% lolos dari saringan yang mempunyai lubang atau mesh dengan ukuran 2 mm dan tertahan pada saringan yang mempunyai lubang atau mesh dengan ukuran 0,05 mm.

Page 157: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 133

133

5.4.4 AirAir yang dapat digunakan adalah air yang sudah didemineralisasi, air yang sudah dideionisasi, air kran dan air dari sumber mata air.

5.4.4.1 Spesifikasi Umum

a. Kebersihan: Air tersebut harus bersih dan bebas dari senyawa organik dan anorganik.

b. pH: Nilai pH air harus antara 6,0-7,5 pada saat diukur pada subtrat atau telah dibuktikan secara statistik bahwa pH di luar kisaran tersebut tidak berpengaruh negatif terhadap hasil pengujian daya berkecambah.

5.4.5 Pengendalian MutuMedia pertumbuhan yang baru harus memenuhi karakteristik fisik dan terbebas dari efek negatif seperti racun dan mikroorganisme berbahaya. Karakteristik yang meliputi: komposisi, kemampuan menahan air, pH, kebersihan dan innocuousness (terbebas dari efek fitotoksik dan efek negatif mikroorganisme) harus diperiksa (ISTA, 2011).

Pengukuran alternatif: mungkin akan menyulitkan jika mengecek seluruh spesifikasi atau untuk mendapatkan media perkecambahan dari supplier yang sesuai persyaratan, maka diizinkan untuk menggantikan pengukuran pH dan konduktifitas dengan pengujian biologi, seperti pengujian fitotoksik. Contoh pengujian pengendalian mutu untuk media terdapat dalam ISTA Handbook on Seedling Evaluation 2011. Pengujian pengendalian mutu dapat dilakukan oleh laboratorium pengujian benih atau disubkontrakkan pada laboratorium yang memiliki spesialisasi dalam pengujian analisis tanah atau pengujian mikrobiologi.

Page 158: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

134

134

5.5 Bahan dan Peralatan

5.5.1 WadahSemua jenis wadah dari plastik, gelas atau kaca, logam atau wadah yang terbuat dari tanah dapat digunakan, dengan syarat bebas dari racun, bersih dan bebas dari mikroorganisme.

5.5.2 Alat penghitungPenanaman menggunakan papan penghitung (counting boards) atau vacuum counters dibolehkan, selama penggunaan alat ini tidak mempengaruhi hasil perkecambahan atau menyebabkan hasilnya menjadi bias. Dengan menggunakan vacuum counters, beberapa penyebab harus diobservasi untuk menghindari bias antar ulangan; bagian atas papan tidak boleh diletakkan pada contoh kerja, dan vacuum tidak boleh diletakkan di atas contoh kerja dan vakum tidak boleh dinyalakan ketika benih sedang ditaburkan di atas “counting head”. Kedua hal di atas dapat menyebabkan terpilihnya benih yang ringan.

5.5.2.1 Papan penghitung (Counting boards)

Alat ini biasanya digunakan untuk benih berukuran besar seperti Jati, Mahoni, Gmelina, Kemiri dan jenis lainnya.

5.5.2.2 Penghitung vakum (Vacuum counters)

Vacuum counters pada prinsipnya dapat digunakan pada semua species, tapi biasanya digunakan pada benih dengan bentuk yang teratur dan halus seperti Pinus, Akasia, dan Sengon.

Page 159: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 135

135

5.5.3 Alat pengecambah benih

5.5.3.1 Copenhagen tank (bell jar atau alat jacobsen)

Alat ini terdiri dari bak air dan tempat perkecambahan untuk pengujian dengan metode uji diatas kertas (UDK) atau top of paper (TP). Kelembapan media pertumbuhan selalu terjaga karena diberi sumbu yang dihubungkan dengan air serta di tutup dengan tudung transparan berbentuk seperti lonceng yang bagian pusatnya mengecil dan berlubang (bell jar)/ventilasi tanpa menyebabkan evaporasi.

Suhu tempat pengujian dikondisikan secara tidak langsung dengan pemanasan atau pendinginan air di dalam waterbath yang biasanya dikendalikan secara otomatis. Alat ini dapat digunakan untuk suhu konstan atau suhu berganti.

5.5.3.2 Inkubator perkecambahan (germinator) dan ruang germinator

Inkubator digunakan untuk mengecambahkan benih dalam kondisi gelap atau terang, atau diperuntukkan bagi benih dengan perlakuan pendahuluan untuk mematahkan dormansi, seperti pendinginan pendahuluan (prechilling). Germinator ruang adalah modifikasi inkubator, tetapi berukuran cukup luas sehingga para analis dapat masuk ke dalamnya untuk melakukan pengujian. Inkubator dangerminator ruang terisolasi dengan baik dan dilengkapi dengan sistem pemanas dan pendingin untuk memastikan suhunya tetap konstan sesuai dengan kebutuhan. Suhu germinator ruang harus merata di semua permukaan untuk memastikan bahwa semua sampel yang berada dalam inkubator/germinator perkecambahan berada dalam batas suhu yang ditentukan (±2 °C) atau perlakuan pendahuluan. Jika inkubator/germinator ruang tidak memiliki sistem yang memungkinkan pergantian suhu, sampel dapat dipindahkan dari satu inkubator/ germinator ruang ke inkubator/germinator ruang lain dengan suhu yang berbeda untuk mencapai siklus pergantian suhu yang diinginkan. Pengujian harus didukung dengan air yang memadai untuk perkecambahan dan tidak boleh sampai terjadi kekeringan.

Page 160: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

136

136

Hal ini dapat dicapai dengan menjaga kelembapan tetap tinggi dengan menggunakan inkubator basah atau dengan menggunakan humidifier pada germinator ruang. Pengujian dapat juga dilakukan secara tertutup pada wadah kedap air.

5.6 Prosedur5.6.1 Contoh kerjaEmpat ratus butir benih diambil secara acak dari fraksi benih murni (lihat 5.3) dan ditabur dengan jarak yang mencukupi dan seragam di atas subtrat yang lembap. Harus dipastikan tidak dilakukan pemilihan benih yang dapat menyebabkan hasil yang bias. Setiap ulangan digunakan 100 butir benih, hal ini untuk memberi ruang yang cukup bagi benih dan untuk meminimalkan pengaruh benih yang bertautan selama perkembangan kecambah. Untuk memastikan jarak yang sesuai, maka ulangan dibuat dalam 50 atau 25 butir bila diperlukan, khususnya jika terdapat penyakit terbawa benih atau adanya saprofit. Apabila benih yang dikecambahkan pada media kertas terinfeksi berat, maka perlu dilakukan pengamatan antara (intermediete) untuk memindahkan benih dan kecambah yang tersisa ke media baru multigerm seed unit tidak dikeluarkan dari pengujian daya berkecambah tetapi diuji seperti benih tunggal (ISTA, 2011).

Pengujian daya berkecambah sesuai ISTA adalah 400 benih. Dalam keadaan tertentu (lihat 5.5.4.4), dimungkinkan melakukan pengujian dengan menggunakan benih kurang dari 400. Contoh kasus, jika jumlah benih cukup maka sedikitnya setiap ulangan @100 benih, apabila jumlah benih kurang, maka setiap ulangan @ 25 benih atau @ 50 benih.

Catatan: jika contoh kirim lebih kecil dari yang diharuskan, harus dilaporkan bahwa pengujian ditunda sampai jumlah contoh tersebut terpenuhi sebagai satu contoh kirim, kecuali pada kasus benih yang sangat mahal, pengujian dapat dilakukan tetapi harus dan diikuti dengan pernyataan dalam sertifikat “Sampel yang diterima hanya ... gram dan tidak sesuai dengan ISTA Rules. Atau pada kasus benih berpelet (pelleted seed): Contoh kerja hanya terdapat .... pelet (benih) dan tidak sesuai dengan International Rules for Seed Testing.

Page 161: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 137

137

5.6.2 Kondisi pengujianSubstrat yang ditetapkan, suhu, waktu dan petunjuk lebih lanjut, termasuk perlakuan yang direkomendasikan untuk pematahan dormansi ditunjukkan pada Tabel 5A. Substrat, suhu dan waktu pengujian spesifik untuk benih tanaman tersebut dan selain itu tidak dapat digunakan untuk benih yang lain.

5.6.2.1 Media pertumbuhan

5.6.2.1.1 Media pertumbuhan kertas

1. Uji di atas kertas (UDK) atau top of paper (TP) : benih dikecambahkan di atas satu atau lebih lapisan kertas dan ditempatkan :

- di atas peralatan Jacobsen (5.5.3.1)

- di dalam bok transparan atau cawan petri. Jumlah air yang sesuai ditambahkan di awal pengujian dan untuk mencegah penguapan maka box tersebut ditutup atau dengan membungkusnya dengan kantong plastik.

- Secara langsung di atas rak pada inkubator perkecambahan. RH di dalam inkubator harus dijaga pada tingkat yang cukup untuk mencegah terjadinya kekeringan pada pengujian. Kertas berpori yang dilembapkan atau kapas penyerapan dapat digunakan sebagai dasar media.

2. Uji antar kertas (UAK) atau between paper (BP)

Benih ditabur antara dua lapis kertas basah. Hal ini dapat dilakukan dengan:

- menutup benih dengan selembar kertas tambahan;

- meletakkan benih dalam lipatan kertas kemudian diletakkan di baki dalam germinator dalam posisi mendatar atau berdiri;

- Meletakan benih dalam gulungan kertas towel (gulungan harus diletakkan dalam posisi berdiri);

Page 162: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

138

138

- Media dimasukkan dalam box tertutup, dibungkus kantong plastik atau ditempatkan secara langsung pada rak germinator untuk membuat RH germinator tetap pada kondisi mendekati jenuh.

3. Uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) atau pleated paper (PP)

Kertas dibuat seperti kipas atau akordion sebanyak 50 lipatan, biasanya dua benih tiap lipatan. Benih diletakkan diantara lipatan kertas kemudian diletakkan dalam kotak tertutup yang telah dilapisi selembar kertas dan ditutup dengan selembar kertas dan selanjutnya diletakkan dalam germinator. Metode ini dapat digunakan sebagai metode alternatif bila disebutkan TP atau BP.

5.6.2.1.2 Metode menggunakan pasir atau media tumbuh organik

1. Di atas pasir (top of sand (TS)), di atas media organik (top of organic media (TO))

Benih ditabur secara merata dan ditekan ke dalam permukaan pasir atau media tumbuh organik.

2. Pasir (sand (S)) atau media pertumbuhan organik (O)

Benih ditanam pada lapisan permukaan pasir lembap atau media pertumbuhan dan ditutup media setebal 10-20 mm tergantung ukuran benih, dan tidak dipadatkan. Untuk menjamin aerasi yang baik disarankan pada lapisan bagian bawah dilakukan penggemburan sebelum benih ditabur.

Pasir atau media pertumbuhan organik dapat digunakan sebagai pengganti kertas meskipun tidak dicantumkan dalam Tabel 5A jika:

i. Evaluasi kecambah sulit dilakukan karena penyebaran penyakit antar benih dan kecambah pada substrat kertas.

ii. Untuk tujuan penyelidikan dan konfirmasi evaluasi kecambah yang meragukan.

iii. Ketika perkecambahan menunjukkan gejala fitotoksik.

Page 163: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 139

139

5.6.2.1.3 Media pertumbuhan kombinasi kertas dan pasir

Media kertas yang ditutupi pasir (top of paper covered with sand): benih dikecambahkan di atas lembaran kertas krep selulosa lembap dan ditutupi dengan lapisan pasir kering setebal dua cm. Kertas krep selulosa adalah pada kertas multi lapis, misalnya Versa-Pak.

5.6.2.1.4 Tanah

Tanah umumnya tidak direkomendasikan sebagai media pertumbuhan primer. Namun dapat digunakan sebagai alternatif untuk media pertumbuhan organik bila kecambah menunjukkan gejala fitotoksik atau jika evaluasi kecambah meragukan menggunakan media pertumbuhan kertas atau pasir. Jika tanah digunakan spesifikasinya dapat dilihat pada 5.4.2.

5.6.2.2 Kelembapan dan aerasi

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin media tidak mengering dan tersedia cukup air untuk mensuplai secara berkesinambungan selama periode pengujian. Penambahan air sedapat mungkin dihindari karena dapat menyebabkan variasi antar ulangan dan antar pengujian. Diperbolehkan untuk menambahkan air pada pengamatan pertama.

Ukuran khusus untuk aerasi tidak terlalu dibutuhkan untuk pengujian UDK dan UAK yang diletakkan dalam wadah tertutup. Untuk UKDdp, harus diperhatikan lipatan dan gulungan kertas towel. Lipatan dan gulungan harus cukup longgar untuk menjamin ketersediaan udara disekitar benih. Untuk alasan yang sama, material penutup benih dalam pengujian pasir dan media pertumbuhan organik sebaiknya tidak dipadatkan.

5.6.2.3 Suhu

Suhu di dalam Tabel 5A ditetapkan untuk perkecambahan spesies dimana benihnya diletakkan pada permukaan atau di dalam substrat. Suhu harus diusahakan seragam dan merata pada inkubator atau germinator ruang.

Page 164: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

140

140

Untuk pengujian, baik dalam gelap atau dengan cahaya (artifisial atau cahaya matahari yang tidak langsung), variasi suhu di dalam inkubator/germinator ruang harus tidak lebih dari ± 2 °C.

Jika menggunakan suhu berganti, suhu rendah sebaiknya diatur selama 16 jam dan suhu tinggi selama delapan jam. Perubahan secara bertahap dilakukan tidak lebih dari tiga jam. Namun perubahan secara cepat dalam waktu satu jam atau kurang, mungkin diperlukan untuk pematahan dormansi.

5.6.2.4 Cahaya

Pada umumnya benih akan berkecambah pada lingkungan dengan cahaya atau dalam gelap. Akan tetapi disarankan adanya pencahayaan dari sinar matahari atau cahaya artifisial pada substrat agar pertumbuhan yang lebih baik, sehingga kecambah lebih mudah dievaluasi. Kecambah yang tumbuh pada kondisi yang benar-benar gelap akan mengalami etiolasi dan pucat sehingga lebih peka terhadap serangan mikroorganisme (ISTA, 2011).

Dalam kasus tertentu (misalnya untuk beberapa benih rumput tropis atau subtropis, cahaya dapat mempercepat perkecambahan pada benih dorman (5.6.3.1), seperti pada kasus dimana cahaya harus diantara 750-1250 lux yang berasal dari cool white lamps sehingga lebih sensitif/mudah terserang mikroorganisme. Disamping itu beberapa kekurangan seperti defisiensi klorofil tidak dapat terdeteksi. Benih yang dikecambahkan di tempat yang benar-benar gelap akan mengalami etiolasi dan berwarna putih, namun sebaliknya seperti pada Phacealia tanacetifolia akan segera berkecambah pada kegelapan karena cahaya merupakan inhibitor. Kebutuhan cahaya dapat dilihat pada Tabel 5A.

5.6.2.5 Pemilihan metode

Beberapa alternatif metode dapat dilihat pada Tabel 5A dan harus dipilih salah satu di antaranya (dari beberapa kombinasi subsrat dan suhu) untuk digunakan. Pemilihan metode akan sangat bergantung pada fasilitas yang tersedia dan pengalaman laboratorium penguji serta asal dan kondisi contoh benih.

Page 165: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 141

141

Prosedur untuk merangsang perkecambahan benih dorman

Karena beberapa alasan seperti dormansi fisiologi, benih keras atau adanya inhibitor, terdapat kemungkinan adanya sejumlah benih segar atau benih keras pada akhir pengujian daya berkecambah. Untuk memperoleh nilai perkecambahan yang sebenarnya maka dapat dilakukan pengujian ulang setelah benih diberi salah satu atau kombinasi beberapa perlakuan yang prosedurnya bisa dilihat pada 5.6.3.1, 5.6.3.2 dan 5.6.3.3. Perlakuan ini dapat diaplikasikan pada pengujian daya berkecambah secara langsung apabila diduga benih masih dorman. Perlakuan yang disarankan terdapat pada Tabel 5A di kolom enam, tetapi tidak menutup kemungkinan penggunaan prosedur lain yang tercantum pada 5.6.3.1, 5.6.3.2 dan 5.6.3.3. Waktu yang diperlukan untuk perlakuan pendahuluan tidak termasuk dalam periode pengujian daya berkecambah. Periode perlakuan pematahan dormansi tidak termasuk dalam waktu pengujian daya berkecambah. Durasi waktu dan prosedur pematahan dormansi secara rinci harus dilaporkan pada sertifikat ISTA (laporan hasil uji).

Untuk beberapa jenis benih tanaman hutan tertentu, berdasarkan pengalaman diketahui bahwa proporsi benih yang tidak akan berkecambah disebabkan karena dormansi, pengujian kedua dilakukan dengan perlakuan khusus pematahan dormansi lebih disarankan. Akan lebih baik bila pengujian dengan perlakuan tersebut dilakukan langsung pada uji awal.

Desinfeksi terhadap benih dapat dilakukan sebelum pengujian dalam 5.6.3.4.

5.6.3 Perlakuan peningkatan perkecambahan

5.6.3.1 Metode untuk mematahkan dormansi fisiologis

a. Pemanasan pendahuluan (preheating)

Sebelum pelaksanaan uji daya berkecambah, benih yang telah disiapkan dalam ulangan dan belum diimbibisi dipanaskan pada suhu 30-35 °C selama tujuh hari. Pada beberapa kasus, dapat dibutuhkan perpanjangan

Page 166: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

142

142

periode pemanasan. Untuk spesies tertentu yang berasal dari daerah tropis dan subtropis, dapat digunakan suhu pemanasan pendahuluan 40-50 °C (contoh jati dan kemiri).

b. Cahaya

Cahaya diberikan minimal delapan jam dalam sehari semalam (24 jam) dan selama periode suhu tinggi bila benih diuji dengan suhu berganti. Kualitas dan intensitas cahaya mungkin penting. Intensitas cahaya antara 750-1250 lux yang berasal dari neon. Pencahayaan disarankan terutama untuk jenis benih halus seperti jabon dan binuang bini.

c. Perendaman dengan asam giberelat (GA3)

Metode ini disarankan terutama untuk jenis intermediate (seperti pada Dyera lowii). Media perkecambahan dilembapkan dengan larutan GA3 0,05% (500 mg GA3 dilarutkan dalam satu liter air). Bila tingkat dormansi lemah, konsentrasi 0,02% mungkin cukup, dan bila dormasi lebih kuat dapat menggunakan konsentrasi hingga 0,1% dapat digunakan secara rutin. Jika diperlukan penggunaan konsentrasi diatas 0.1%, harus dipastikan bahwa penggunaan GA3 tidak mempengaruhi perkembangan kecambah. Jika konsentrasi GA3 lebih dari 0,08%, maka harus dilarutkan dalam larutan buffer fosfat (1,7799 gram Na2HP04.2H20 dan 1,3799 gram NaH2P04.H20 dalam satu liter air destilata).

d. Perendaman dengan potassium nitrat (KNO3)

Media pertumbuhan dilembapkan dengan larutan KNO3 0,2% (2 gram KN03 dilarutkan dalam satu liter air), seperti untuk benih kayu afrika (Maesopsis eminii). Pelembapan berikutnya cukup menggunakan air.

e. Skarifikasi asam

Benih direndam pada larutan H2SO4 pekat sampai kulit benih terkelupas. Proses pengelupasan kulit benih dapat dilakukan dengan cepat atau bisa lebih dari satu jam, tetapi benih harus diamati setiap beberapa menit. Setelah proses pengelupasan, benih harus dicuci pada

Page 167: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 143

143

air yang mengalir sebelum benih diuji (misalnya Acacia sp., Hibiscus sp.). Skarifikasi dapat dilakukan dengan merendam benih pada larutan H2O2 (hydrogen peroksida) 1M selama 24 jam (setelah preheating pada 50±2 °C) misalnya pada jenis Pinus sp.

f. Skarifikasi mekanik

Benih dipotong (sengon), dikikir (merbau, aren) atau diampelas (sengon buto), dikupas (ulin) untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air dan udara. Perlakuan perlukaan benih harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan embrio sehingga benih dapat berkecambah. Bagian yang paling tepat untuk perlukaan adalah pada ujung kotiledon atau pada sisi kotiledon.

5.6.3.2 Perlakuan untuk benih keras

Untuk beberapa spesies sering ditemukan benih keras, sehingga tidak perlu ada usaha yang dilakukan untuk membuatnya berkecambah dan persentase daya berkecambah dilaporkan. Jika ada permintaan dari pelanggan, beberapa perlakuan pendahuluan perlu dilakukan. Prosedur ini diaplikasikan sebelum pengujian daya berkecambah. Namun jika diduga perlakuan membawa pengaruh selain kepada benih keras, sebaiknya perlakuan diberikan pada benih-benih keras yang tersisa setelah periode pengujian dilakukan.

a. Perendaman

Benih dengan kulit yang keras dapat lebih cepat berkecambah setelah direndam dalam air selama 24-48 jam, atau untuk benih Acacia sp. direndam dalam air yang hampir mendidih dan dibiarkan sampai dingin, dengan volume air tiga kali volume benih. Pengujian daya berkecambah harus segera dilakukan setelah perendaman selesai.

b. Skarifikasi mekanis

Penusukan dengan hati-hati kulit benih, pengguntingan kulit benih, pengikiran atau penggosokan kulit benih pada amplas dapat mematahkan dormansi benih (lihat 5.6.3.1).

Page 168: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

144

144

c. Skarifikasi asam

Prosedur ini sangat efektif pada spesies Hibiscus sp. dan Acacia sp.

5.6.3.3 Prosedur untuk menghilangkan zat pengahambat

a. Pencucian awal

Substansi alami yang terdapat pada pericarp atau kulit benih yang bersifat menghambat perkecambahan dapat dihilangkan dengan mencuci benih pada air mengalir bersuhu 25±2 °C sebelum diuji daya berkecambahnya. Setelah dicuci, benih dikeringkan pada suhu maksimal 20-25 °C (misal pada benih Beta vulgaris). Benih pellet tidak boleh dilakukan pencucian pendahuluan.

b. Membuang struktur di bagian luar benih

Perkecambahan beberapa jenis tanaman tertentu dipacu dengan membuang struktur luar, misal lemma dan palea dari Poaceae/Gramineae tertentu.

5.6.3.4 Desinfektan benih

Perlakuan fungisida dapat diaplikasikan sebelum benih dikecambahkan jika lot benih diketahui belum menerima perlakuan lain. Bila perlakuan pendahuluan dengan fungisida dilakukan, nama bahan kimia, persentase bahan aktif dan metode perlakuannya harus dilaporkan pada sertifikat analisa benih internasional ISTA (laporan hasil uji).

5.6.4 Periode pengujian

Periode pengujian untuk tiap-tiap jenis benih ditunjukkan pada Tabel 5A. Waktu yang dibutuhkan untuk pematahan dormansi (5.6.3) sebelum pengujian tidak termasuk dalam periode pengujian. Bila pada saat evaluasi masih ada beberapa benih yang mulai berkecambah, maka waktu pengujian diperpanjang sampai tujuh hari atau setengah dari waktu pengujian yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila daya berkecambah maksimal telah dicapai

Page 169: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 145

145

sebelum akhir periode pengujian maka pengujian dapat diakhiri. Waktu pengamatan pertama adalah perkiraan tapi harus sudah memungkinkan kecambah mencapai suatu tingkat perkembangan yang memenuhi evaluasi yang akurat. Waktu tersebut ditampilkan pada Tabel 5A dan terkait dengan suhu tertinggi. Jika suhu yang lebih rendah dipilih, perhitungan pertama dapat ditunda. Untuk pengujian dalam pasir hari terakhir tidak lebih dari 7-10 hari dan perhitungan pertama boleh dihilangkan. Pengamatan antara (intermediate) untuk mencabut kecambah yang telah cukup berkembang baik disarankan untuk mempermudah penghitungan dan menghindari pengaruhnya terhadap perkembangan kecambah lainnya. Jumlah dan tanggal perhitungan antara tergantung kebijaksanaan analis, tapi harus dijaga pada tingkatan minimal untuk mengurangi resiko kerusakan kecambah yang kurang berkembang. Ketika benih diuji dengan media kertas, benih yang tidak berkecambah dan benih berkecambah yang membutuhkan waktu tambahan untuk mencapai fase perkembangan untuk dapat dievaluasi dengan akurat, dapat dipindahkan ke dalam substrat bam pada pengamatan pertama. Dalam pelaksanaannya, harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan kebenaran tiap ulangan dan menghindari kerusakan pada benih dan kecambah yang dipindahkan.

5.6.5 Evaluasi kecambahSetiap kecambah harus dievaluasi dengan mengacu pada prinsip umum yang dijabarkan pada 5.2.5 - 5.2.7. Untuk evaluasi, struktur penting harus berkembang dengan cukup agar dapat terdeteksi terjadinya ketidaknormalan. Pada akhir pengujian daya berkecambah, klasifikasi benih yang tidak berkecambah harus ditentukan sebagaimana ditetapkan pada 5.6.5.3.

5.6.5.1 Kecambah

Kecambah yang telah memenuhi stadia dimana semua struktur esensial dapat dinilai secara akurat harus dicabut dari pengujian pada pengamatan pertama atau antara (intermediate). Kecambah yang sudah busuk parah harus dibuang untuk mengurangi resiko infeksi sekunder, tetapi kecambah

Page 170: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

146

146

yang meragukan dengan cacat lain harus dibiarkan di dalam media sampai pengamatan terakhir, kecuali jelas terlihat tidak akan berkembang menjadi kecambah normal, contohnya kecambah rusak atau kecambah putih.

5.6.5.2 Multigerm Seed Unit

Bila sebuah unit menghasilkan lebih dari satu kecambah normal, hanya satu yang dihitung untuk penetapan persentase daya berkecambah. Berdasarkan permintaan, boleh juga ditetapkan jumlah kecambah normal yang dihasilkan oleh 100 unit, atau jumlah unit yang menghasilkan satu, dua atau lebih dari dua kecambah normal.

5.6.5.3 Benih tidak tumbuh

a. Benih keras

Pada akhir pengujian daya berkecambah, benih keras dihitung dan dilaporkan seperti pada sertifikat ISTA.

b. Benih segar

Bila 5% atau lebih benih diyakini sebagai benih segar, potensi untuk berkecambah harus ditentukan dengan uji pemotongan, tetrazolium atau pengeluaran embrio. Benih yang mempunyai potensi perkecambahan dilaporkan sebagai benih segar. Sedangkan yang ditetapkan tidak mempunyai potensi perkecambahan dilaporkan sebagai benih mati. Setelah penetapan ini, jika terdapat keraguan apakah benih tersebut segar atau mati, maka digolongkan kepada benih mati. Jika hal tersebut tidak dapat diaplikasikan, langkah-langkah dalam 5.6.3 harus dilakukan untuk mematahkan dormansi jika terdapat 5% atau lebih benih segar tidak tumbuh.

c. Benih mati

Benih yang jelas mati (lunak, bercendawan) dihitung dan dilaporkan pada laporan hasil uji. Jika terlihat benih menghasilkan sedikit bagian berkecambah(seperti ujung akar primer) tetap busuk pada saat evaluasi

Page 171: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 147

147

maka dihitung sebagai kecambah abnormal dan bukan sebagai benih mati.

d. Kategori lain

Atas permintaan pelanggan, jumlah benih hampa, tidak berembrio atau rusak karena serangga ditetapkan dan dilaporkan pada ‘Penetapan Lain’ pada sertifikat analisis benih intenasional ISTA (laporan hasil uji).

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi

kategori benih yaitu :

a. Sebelum pengujian daya berkecambah:

1) Uji dengan sinar X, dilakukan pada ulangan yang digunakan untuk pengujian daya berkecambah.

2) Uji pemotongan, dilakukan pengujian dengan empat ulangan terpisah @100 benih, benih direndam sampai 24 jam pada suhu ruang. Setiap benih dipotong sepanjang poros longitudinal kemudian dievaluasi dengan klasifikasi benih utuh dan diklasifikasikan sebagai penuh, hampa, tidak ada embrio atau rusak oleh serangga.

b. Sesudah pengujian daya berkecambah:

Uji pemotongan atau pengujian sinar-X pada benih segar tidak tumbuh.

Bila dilakukan uji tetrazolium, persentase benih hampa dan benih rusak karena serangga dapat ditentukan ketika persiapan dan evaluasi.

5.7 Pengujian UlangHasil uji daya berkecambah dapat dianggap tidak memuaskan dan tidak dapat dilaporkan, serta membutuhkan pengujan kedua dengan metode yang sama atau berbeda karena alasan berikut:

Page 172: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

148

148

a. Bila benih diduga mengalami dormansi (benih segar tidak tumbuh). Beberapa prosedur ditunjukkan dalam Tabel 5A atau dalam 5.6.3.1 untuk mematahkan dormansi dapat diaplikasikan dalam satu atau lebih uji tambahan. Hasil uji yang dilaporkan adalah hasil uji yang memberikan hasil terbaik dan prosedur yang digunakan harus dilaporkan pada sertifikat analisa benih intemasional ISTA (laporan hasil uji).

b. Bila hasil pengujian tidak reliabel (menggambarkan keadaan sebenarnya) karena keracunan atau terserang cendawan atau bakteri. Pada kondisi demikian uji ulang dilakukan dengan satu atau lebih metode alternatif seperti yang tercantum pada Tabel 5A, atau pada pasir, media pertumbuhan organik, atau tanah. Apabila diperlukan, pada saat pengujian jarak antar benih dapat ditambah. Hasil uji yang dilaporkan adalah hasil uji yang memberikan hasil terbaik dan metode yang digunakan harus ditampilkan pada sertifikat analisis benih (laporan hasil uji).

c. Bila terdapat kesulitan dalam mengevaluasi sejumlah kecambah. Maka uji ulang dilakukan dengan menggunakan satu atau lebih metode alternatif seperti yang tercantum pada Tabel 5A, atau pada pasir, media pertumbuhan organik, atau tanah. Hasil uji yang dilaporkan adalah hasil uji yang memberikan hasil terbaik dan metode yang digunakan harus ditampilkan pada sertifikat analisis benih (laporan hasil uji).

d. Bila terdapat bukti adanya kesalahan dalam kondisi pengujian, evaluasi atau penghitungan kecambah, maka uji ulang harus dilakukan dengan metode yang sama atau metode alternatif seperti dijelaskan pada Tabel 5A dan hasil dari uji ulangyang dilaporkan pada sertifikat analisa benih internasional ISTA (laporan hasil uji).

e. Jika contoh benih tidak member respon yang memuaskan dari metode yang dipilih, maka akan diperlukan pengujian ulang dengan satu atau lebih metode alternatif. Bila perkecambahan sulit diamati atau

Page 173: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 149

149

memperlihatkan gejala fitotoksik pengujian ulang harus dilakukan dengan menggunakan media pasir, media perkecambahan organik, atau dengan tanah pada suhu seperti yang dijelaskan pada tabel 5A. penanaman contoh benih lain pada kultivar yang sama, yang diketahui berkecambah dengan baik, dengan penanaman yang bersamaan,dapat digunakan sebagai panduan untuk evaluasi pada pengujian ulang tersebut. Hasil yang terbaik serta metode yang digunakan harus dicantumkan dalam sertifikat ISTA.

f. Bila kisaran antar ulangan melebihi kisaran maksimal yang ditoleransi pada Tabel 5B, harus dilakuikkan pengujian ulang metode yang sama. Jika hasil dari pengulangan kompatibel dengan yang pertama (yaitu perbedaan tidak melebihi toleransi yang disebutkan pada tabel 5C, 5D atau 5E) rata-rata hasil pengujianyang dilaporkan dalam sertifikat ISTA (lihat 5.8.1. tentang toleransi).

5.8 Penghitungan dan Penulisan HasilHasil dari pengujian daya berkecambah dilaporkan sebagai persentase penjumlahan dari kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras, benih segar dan benih mati. Persentase rata-rata dinyatakan dalam bilangan bulat terdekat. Jumlah dari persentase kecambah normal, abnormal, benih keras, benih segar dan benih mati harus 100 (lihat 5.8.2 pembulatan hasil).

Untuk benih dengan kecambah lebih dari satu, hanya satu perkecambahan normal tiap unit yang dihitung untuk dijumlahkan dalam pengujian daya berkecambah. Jika ada permintaan, benih benih menghasilkan satu, dua atau lebih dari dua perkecambahan normal dapat juga dilaporkan, yang menggambarkan hasil sebagai presentasi jumlah total perkecambahan atau alternatifnya jumlah total perkecambahan yang dihasilkan oleh sejumlah benih tertentu (ISTA, 2011).

Page 174: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

150

150

5.8.1 ToleransiHasil uji daya berkecambah dapat diterima hanya jika perbedaan antara data yang tertinggi dan terendah antar ulangan tidak lebih dari toleransi maksimal. Berikut kondisi penggunaan tabel toleransi

- Tabel 5B digunakan untuk memeriksa reabilitas hasil pengujian, rata-rata persentase dari ulangan dibulatkan pada bilangan angka yang tedekat dan dibandingkan dengan tabel 5B. hasil uji yang reliabel bila selisih antara data tertinggi dan terendah pada ulangan tidak lebih dari yang tertera pada tabel toleransi. Toleransi digunakan setidaknya pada kategori kecambah normal.

- Jika kisaran dari ulangan melebihi batas toleransi maksimal pada tabel 5B harus dilakukan pengujian ulang.

- Jika hasil pangujian kedua dengan metode yang sama, berada dalam toleransi dengan pengujian pertama (yaitu perbedaan dua pengujian tersebut tidak melebihi toleransi yang diatur pada Tabel 5C), rata-rata dari kedua pengujian tersebut dilaporkan pada sertifikat ISTA.

- Jika hasil pengujian kedua tidak toleran dengan pengujian pertama (yaitu perbedaan antara kedua pengujian tersebut melebihi toleransi pada Tabel 5C), harus dilakukan pengujian ketiga.

- Jika ketiga pengujian tersebut toleran (yaitu perbedaan diantara ketiga pengujian tersebut tidak melebihi batas toleran pada Tabel 5D), rata-rata dari ketiga pengujian tersebut yang dilakukan dengan metode yang sama harus dilaporkan.

- Jika ketiga pengujian tersebut tidak toleran, (perbedaan antara ketiga pengujian tersebut melebihi batas toleransi Tabel 5D), hasil tertinggi yang kompatibel yang diperoleh dari perbandingan ketiga pasangan pengujian yang dilaporkan (perbandingan antara pengujian 1 dan 3, pengujian 2 dan 3, dan pengujian 1 dan 2 telah diketahui diluar toleransi).

Page 175: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 151

151

- Jika setelah dilakukan pengujian pengulangan yang kedua tidak ditemukan hasil yang kompatibel, harus dilakukan pengujian keempat.

- Rata-rata dari hasil keempat pengujian dengan menggunakan metode yang sama, dilaporkan jika keempat pengujian tersebut toleran (perbedaan antara keempat pengujian tersebut tidak melebihi toleransi pada Tabel 5E).

- Jika keempat pengujian tersebut tidak toleran (perbedaan dari hasil keempat pengujian tersebut melebihi toleransi pada Tabel 5E), kombinasi tiga pengujian yang paling kompatibel yang dihasilkan dari keempat pengujian tersebut yang dilaporkan (perbandingan pengujian 1, 2 dan 3; pengujian 1, 2 dan 4; dan pengujian 2, 3 dan 4).

- Jika seteiah dilakukan perbandingan antara ketiga kombinasi pengujian tetap tidak ditemukan hasil yang kompatibel, hasil kombinasi yang paling kompatibel dari 6 kombinasi yang dihasilkan dari empat pengujian (perbandingan antara pengujian dan 2; 1 dan 3; pengujian 1 dan 4; pengujian 2 dan 3; pengujiandan 4;dan pengujian 3 dan 4).

- Jika telah dilakukan perbandingan antara enam kombinasi pengujian tetap tidak didapatkan hasil yang kompatibel, maka tidak ada hasil pengujian yang dilaporkan, dan diinformasikan pada pelanggan bahwa contoh benih memiliki variasi perkecambahan yang tidak dapat diterima.

Pada Gambar 5.2 menjelaskan diagram alir prosedur pengujian ulang untuk mencapai nilai hasil uji yang toleran.

Persentase daya berkecambah dilaporkan pada sertifikat ISTA disertai metode yang digunakan. Pada aturan yang sudah ditetapkan pengujian daya berkecambah menggunakan 400 benih. Jika benih yang diuji kurang dari 400, jumlah benih yang digunakan pada pengujian harus dilaporkan.

Page 176: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

152

152

5.8.2 Pembulatan HasilPembulatan pertama dari persentase kecambah normal ke atas atau bawah ke angka terdekat (xx.0 dan xx.25 dibulatkan ke xx; xx.50 dan xx.75 dibulatkan ke xx+1). Menambahkan persentase komponen setelah pembulatan. Jika hasilnya adalah 100, maka prosedur telah terpenuhi, namum jika tidak maka (ISTA, 2011):

1. Temukan hasil dengan nilai desimal paling tinggi diantara persentase komponen pengujian (kecambah abnormal, benih keras, benih segar, dan benih mati), persentasenya dibulatkan ke nilai di atasnya, biarkan nilai tersebut sebagai hasil akhir;

2. Persentase komponen lain dibulatkan ke atas;

3. Jika hasilnya 100, maka perhitungan telah selesai, jika tidak sama dengan 100 dilanjutkan dengan tahap 1 dan 2.

Apabila terdapat desimal yan sama, maka prioritas penambahan ke atas adalah berturut-turut kecambah abnormal - benih keras - benih segar dan mati

5.9 Pelaporan HasilHasil pengujian daya berkecambah harus dilaporkan pada tempat yang disediakan meliputi:

a. Lama pengujian yang sebenarnya (dalam hari, tidak termasuk waktu yang diperlukan untuk perlakuan khusus pada spesies tertentu atau metode yang digunakan untuk merangsang perkecambahan)

b. Persentase yang dinyatakan dalam angka bulat terdekat (5.8.2) untuk kecambah normal, benih keras, benih segar, kecambah abnormal dan benih mati. Jika suatu kategori tidak ditemukan, harus dilaporkan sebagai ‘0’.

Page 177: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 153

153

c. Metode yang digunakan

d. Jumlah benih yang digunakan untuk menghitung persentase daya berkecambah, jika kurang dari 400 benih yang diuji.

Informasi tambahan berikut juga harus dilaporkan dalam ‘Penetapan Lain’:

a. Metode perkecambahan menggunakan singkatan yang digunakan dalan Tabel 5A, termasuk paling tidak substrat dan suhu.

b. Perlakuan atau metode yang digunakan untuk merangsang perkecambahan (5.6.3).

c. Durasi dalam hari untuk perlakuan khusus atau metode untuk mempercepat perkecambahan, kecuali pada kasus pre storage. Jika dilakukan pengujian ganda seperti yang dijelaskan pada Tabel 5A bagian 2, hasil pengujian pertama, dengan perlakuan pematahan dormansi, adalah yang dilaporkan dalam sertifikat ISTA, dan hasil pengujian kedua yaitu pengujian tanpa perlakuan pematahan dormansi dilaporkan pada kolom ‘Pengujian lain”.

Bila diminta, informasi berikut dapat juga dilaporkan:

a. Hasil pengujian paralel atau tambahan bila ada.b. Viabilitas benih yang tidak berkecambah dan metode untuk

menetapkannya.c. Katagori benih yang tidak berkecambah (seperti tertera pada

5.6.5.3) dan metode untuk menetapkannya.d. Pada kasus multigerm seed units, jumlah kecambah normal

yang dihasilkan oleh 100 unit benih, dan proporsi unit yang menghasilkan satu, dua atau lebih dari dua kecambah normal.

Page 178: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

154

154

Page 179: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 155

155

Gambar 6.1. Diagram alir prosedur untuk ulangan dalam pengujian dan uji ulang yang tidak masuk toleransi (ISTA, 2011)

Page 180: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

156

156

5.10 Metode PerkecambahanTabel 5A menunjukkan substrat, suhu, dan durasi pengujian, prosedur yang direkomendasikan untuk pematahan dormansi, petunjuk serta saran tambahan. Dimana metode yang ditentukan dari suatu kelompok spesies hanya jenis-jenis tanaman tertentu yang tercantum pada Tabel 2A.

Untuk spesies tertentu pada tabel 5A bagian 2, ‘pengujian ganda’ (dengan atau tanpa prechilling) diharuskan, seperti disebutkan pada kolom 6. Metode yang jarang atau tidak biasa digunakan ditempatkan dalam tanda kurung, contohnya TTZ ( atau EET).

Substrat : Urutan substrat yang disebutkan tidak menunjukkan tingkatan pilihan: UDK, UAK, media kertas ditutupi pasir, pasir, dan media organik. UDK dan UAK dapat diganti oleh UKDdp.

Suhu : Urutan suhu alternatif adalah sama dan tidak menunjukkan tingkat pilihan: suhu berganti, diawali dengan suhu tertinggi; suhu konstan, dengan suhu tertinggi.

Penghitungan pertama : Waktu untuk penghitungan pertama merupakan perkiraan dan mengacu pada alternatif suhu tertinggi pada substrat kertas. Jika suhu lebih rendah dipilih atau bila pengujiandilakukan dalam pasir, penghitungan pertama dapat ditunda. Untuk pengujian pada pasir dengan penghitungan akhir setelah 7-10 (14) hari penghitungan pertama boleh tidak dilakukan

Cahaya: Penyinaran pada pengujian umumnya disarankan untuk kepentingan pertumbuhan kecambah yang lebih baik. Dalam kasus tertentu cahaya dibutuhkan untuk merangsang perkecambahan benih dorman, yang dijelaskan pada kolom 6. Pada kondisi lain dimana cahaya bisa jadi merupakan penghambat perkecambahan dan substrat harus diletakkan di tempat gelap. Hal ini ditunjukkan pada kolom 7.

Page 181: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 157

157

Metode pematahan dormansi: Jika dilakukan lebih dari satu metode pematahan dormansi, tidak ditentukan urutan metode yang digunakan, setiap kombinasi metode dapat digunakan. Namun, jika pre-drying atau H2S04 digunakan dalam kombinasi dengan metode lainnya, maka metode tersebut harus dilakukan sebelum metode yang lain.

Tabel 5A. Metode-metode Perkecambahan

Tabel ini menunjukkan substrat yang boleh digunakan, durasi pengujian dan perlakuan tambahan yang dianjurkan terhadap benih dorman. Bila metode-metode ditetapkan untuk suatu kelompok spesies, hanya spesies-spesies tersebut terutama yang tercantum pada Tabel 1A yang dapat tercakupi.

Substrat:urutan substrat yang disebutkan tidak menunjukkan tingkatan pilihan: UDK, UAK, media kertas ditutupi pasir, pasir, dan media organik. UDK dan UAK dapat diganti oleh UKDdp.

Suhu:urutan suhu yang disebutkan tidak menunjukkan tingkatan pilihan: suhu berganti, diawali suhu tertinggi; suhu konstan, diawali suhu tertinggi.

Penghitungan pertama:waktu untuk penghitungan pertama merupakan perkiraan dan mengacu pada alternatif suhu tertinggi pada substrat kertas. Jika suhu lebih rendah dipilih atau bila pengujian dilakukan dalam pasir, penghitungan pertama dapat ditunda. Untuk pengujian pada pasir dengan penghitungan akhir setelah 7-10 (14) hari penghitungan pertama boleh tidak dilakukan.

Cahaya: penyinaran dalam pengujian umumnya disarankan untuk kepentingan pertumbuhan kecambah yang lebih baik. Dalam kasus tertentu cahaya dibutuhkan untuk merangsang perkecambahan benih dorman, pada kondisi lain cahaya bisa jadi merupakan penghambat perkecambahan dan substrat harus diletakan ditempat gelap. Hal ini ditunjukkan pada kolom terakhir.

Page 182: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

158

158

Singkatan

Untuk keterangan lebih lengkap lihat 5.6.2 dan 5.6.3.

UAK uji antar kertas

UKDdp uji kertas dilipat/digulung

UDK uji di atas kertas

UDP uji di atas pasir

GA3 Gunakan larutan asam gibberelin yang dicampur dengan air

HNO3 Rendam benih dalam 1-N asam nitrat sebelum pengujian daya berkecambah

H2SO4 Rendam benih dalam asam sulfat pekat sebelum dilakukan pengujian daya berkecambah

KNO3 Gunakan larutan 0,2% potassium nitrat selain air

Page 183: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 159

159

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7

Acacia arabica

Acacia aulacocarpa

Acacia auriculiformis

Acacia crasicarpa

Acacia mangium

Acacia villosa

UDK 24-30; 90-95 7 21 1. Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

2. Rendam dalam larutan H2SO4 5 menit, kemudian cuci dengan air mengalir.

Adenanthera microsperma

UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Agathis loranthifolia UAK, UKDdp

24-30; 90-95 7 14 1. Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

2. Gunakan uji tetrazolium

Aleurites moluccana UDP 29-34; 60-75 21 42 1. Rendam-jemur 7 hari

2. Rendam 3 hari

3. Gunakan uji tetrazolium

Page 184: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

160

160

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Albizia procera UDK 24-30; 90-95 7 14 Rendam dalam

larutan H2SO4 5 menit, kemudian cuci dengan air mengalir.

Alstonia scholaris UDK, UAK

24-30; 90-95 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Altingia excelsa UDK 24-30; 90-95 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Anacardium occidentale

UDP 29-34; 60-75 7 28 Rendam dalam air dingin 24 jam

Anthocephalus cadamba (syn. Neolamarckia cadamba)

- - - - Diuji berdasarkan berat benih

Anthocephalus macrophyllus (syn. Neolamarckia macrophyllus)

- - - - Diuji berdasarkan berat benih

Azadirachta indica UDP 29-34; 60-75 7 28 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Baccaurea macrocarpa

UDP 29-34; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 185: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 161

161

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Calliandra calothyrsus

UDK, UKD

24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Calliandra tetragona UDK, UKD

24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Calophyllum inophyllum

UDP 30-35; 60-75 7 21 1. Pengupasan kulit benih

2. Gunakan uji tetrazolium

Canarium indicum UDP 30-35; 60-75 14 35 Rendam air dingin 24 jam

Castanopsis argentea UDP 30-35; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Casuarina junghuniana

UDK 24-30; 90-95 7 28 Rendam air dingin 24 jam

Casuarina equisetifolia

UDK 24-30; 90-95 7 28 Rendam air dingin 24 jam

Ceiba petandra UDP 30-35; 60-75 7 21 Rendam dalam air dingin 24 jam

Cryptocarya cuneata UDP 29-34; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Cryptocarya massoy UDP 29-34; 60-75 7 28 Rendam air dingin selama 24 jam

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 186: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

162

162

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Dalbergia latifolia UKD 24-30; 90-95 7 14 Rendam air dingin

24 jamDelonix regia UAK 24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas

(80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Duabanga moluccana

- - - - Diuji berdasarkan berat benih

Dyera lowii UDP 29-34; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Diospyros celebica UDP 29-34; 60-75 7 14 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Enterolobium cyclocarpum

UDP 29-34; 60-75 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

camadulensis - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Eucalyptus deglupta* - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Eucalyptus pellita - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Eucalyptus urophylla - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 187: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 163

163

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Fagara rhetsa UDP 29-34; 60-75 14 28 Rendam dalam air

selama 5 hari

Rendam dalam larutan H2SO4 5 menit, kemudian cuci dengan air mengalir.

Fagraea fragrans - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Falcataria mollucana syn. Paraserianthes falcataria

UDK 24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam.

Ficus variegata - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Gliricidia sepium UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Gmelina arborea UDP 29-34; 60-75 14 28 1. Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

2. Gunakan uji tetrazolium

Gmelina moluccana UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Gyrinops versteegii UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 188: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

164

164

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Hibiscus macrophyllus

UDK 24-30; 90-95 7 14 Rendam H2SO4 selama 30 menit, cuci dengan air mengalir.

Intsia bijuga UDP 29-34; 60-75 7 21 1. Pengikiran

2. Perendaman dalam H2SO4 selama 1 jam, kemudian cuci dengan air mengalir.

Khaya anthotheca UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Lagerstromia speciosa UDP 29-34; 60-75 14 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Leucaeuna glauca UKD 24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Leucaeuna leucocepala

UKD 24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Maesopsis emenii UDP 29-34; 60-75 20 45 1. Rendam dalam larutan KNO3 30 menit

2. Gunakan uji tetrazolium

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 189: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 165

165

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Manilkara kauki UDP 29-40; 80-90 14 35 Rendam jemur 3

hari, bak kecambah ditutup plastik selama 2 minggu setelah tabur.

Magnolia ovalis UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Magnolia blumei UDP 29-40; 80-90 14 21 Rendam air dingin 24 jam

Magnolia champaca UDP 29-34; 60-75 14 28 Rendam air dingin 24 jam

Melaleuca leucadenron

- - - - Diuji berdasarkan berat benih

Melaleuca cajuputi - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Melia azedarach UDP 29-34; 60-75 7 21 Retakan bagian ujung benih

Mimosops elengi UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air panas (80o C) 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Octomeles sumatrana - - - - Diuji berdasarkan berat benih

Palaquium rostratum UDP 29-34; 60-75 7 28 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Pericopsis mooniana UDP 29-34; 60-75 7 28 Rendam air dingin 24 jam

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 190: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

166

166

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Pinus merkusii UDK 24-30; 90-95 7 21 Tanpa perlakuan

pemecahan dormansi

Planchonia valida UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Podocarpus nerifolius UDK 24-30; 90-95 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Polyalthia longifolia UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Pongamia pinnata UDP 29-34; 60-75 7 28 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Pterocarpus indicus UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Pterospermum javanicum

UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam air dingin 24 jam

Santalum album UDP 29-34; 60-75 14 42 Rendam air dingin 24 jam

Samanea saman UAK 24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas (80o C) 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Sandoricum koetjape UDP 29-34; 60-75 7 21 1. Tanpa perlakuan

2. Gunakan uji tetrazolium

Schleicera oleosa UDP 29-34; 60-75 7 28 Rendam air dingin 24 jam

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 191: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 167

167

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Schima wallichii UDK 24-30; 90-95 7 21 Rendam air dingin

24 jamSenna siamea UKD 24-30; 90-95 7 14 Rendam air panas

(80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Sesbania grandiflora UDP 29-34; 60-75 7 14 Rendam air dingin 24 jam

Shorea pinanga UDP 29-34; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Sterculia foetida UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam H2SO4selama 5 menit, kemudian cuci dengan air mengalir.

Styrax benzoin UDP 29-34; 60-75 7 21 Rendam-jemur 3 hari, bak kecambah ditutup plastik selama 2 minggu setelah tabur.

Swietenia macrophylla

UDP 29-34; 60-75 14 28 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Tamarindus indica UDP 29-34; 60-75 7 14 Rendam air panas (80o C) selama 2 menit, biarkan dingin 24 jam

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 192: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

168

168

Spesies

Rincian untuk Petunjuk tambahan termasuk

rekomendasi untuk pematahan

dormansi

SubstratSuhu (°C);

Kelembapan (%)

Evaluasi pertama

(hari)

Evaluasi akhir (hari)

1 3 4 5 6 7Tectona grandis UDP 29-34; 60-75 14 28 1. Rendam dalam

air yang diganti setiap hari selama 3 hari, jemur 3 hari, diulang 2 kali.

2. Rendam dalam air dan keringkan selama 3 hari, ulang 6 kali.

3. Gunakan uji tetrazolium

Terminalia catappa UDP 29-34; 60-75 7 28 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Toona sinensis UDK 24-30; 90-95 6 14 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Vitex coffasus UDP 29-34; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Wrightia pubescens UDP 29-34; 60-75 7 21 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Sumber : ISTA (2011; 2013), Sudrajat dan nurhasybi (2009), Sudrajat dan Nurhasybi (2010), Sudrajat dan Nurhasybi (2014)

Tabel 5A. Metode perkecambahan untuk benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 193: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 169

169

5.11. Tabel ToleransiTabel 5B menunjukkan kisaran maksimal (perbedaan antar data tertinggi dan terendah) dalam persentase perkecambahan yang dapat ditoleransi antar ulangan, diberlakukan hanya pada variasi pengambilan contoh benih secara acak dengan probabilitas 0,025.

Untuk mencari kisaran maksimal yang diperbolehkan, hitung persentase rata-rata dari semua ulangan pada bilangan bulat terdekat jika diperlukan, pada pengujian 400 atau 200 butir benih, empat atau dua ulangan, masing-masing 100 butir dalam suatu ulangan didapat dengan menggabungkan subulangan-subulangan yang terdiri dari 50 atau 25 butir benih yang saling berdekatan dalam germinator, dan menghitung hasil tiap dua ulangan dengan menghasilkan dua nilai rata-rata persentase perkecambahan.

Letakan rata-rata persentase perkecambahan dalam bagian yang sesuai pada tabel untuk jumlah benih yang diuji, dan baca toleransi dalam kolom yang berdampingan. Jika perbedaan antar nilai ulangan tertinggi dengan terendah tidak melebihi nilai toleransi, maka pengujian dapat diterima.

Tabel 5B. Kisaran toleransi maksimal antar ulangan dalam suatu pengujian (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5B Bagian 1. Empat ulangan @ 100 butir benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 598 3 697 4 796 5 895 6 9

93-94 7-8 1091-92 9-10 11

Page 194: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

170

170

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%89-90 11-12 1287-88 13-14 1384-86 15-17 1481-83 18-20 1578-80 21-23 1673-77 24-28 1767-72 29-34 1856-66 35-45 1951-55 46-50 20

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5B Bagian 2. Dua ulangan @ 100 butir benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 498 3 5

96-97 4-5 795 6 7

93-94 7-8 890-92 9-11 988-89 12-13 1084-87 14-17 1181-83 18-20 1276-80 21-25 1369-75 26-32 1455-68 33-46 2551-54 47-50 16

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5B Bagian 1. Empat ulangan @ 100 butir benih (lanjutan)

Page 195: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 171

171

Tabel 5B Bagian 3. Dua ulangan @ 50 butir benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 598 3 797 4 896 5 995 6 1094 7 11

92-93 8-9 1290-91 10-11 13

89 12 1486-88 13-15 1584-85 16-17 1681-83 18-20 1778-80 21-23 1874-77 24-27 1970-73 28-31 2063-69 32-38 2151-62 39-50 22

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5C. Toleransi antara dua hasil pengujian pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila dilakukan di laboratorium yang sama (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5C Bagian 1. Dua pengujian @ 400 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%98-99 2-3 295-97 4-6 391-94 7-10 485-90 11-16 5

Page 196: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

172

172

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%77-84 17-24 660-76 25-41 751-59 42-50 8

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5C Bagian 2. Dua pengujian @ 200 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 298 3 3

96-97 4-5 494-95 6-7 591-93 8-10 687-90 11-14 782-86 15-19 875-81 20-26 964-74 27-37 1051-63 38-50 11

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5C Bagian 3. Dua pengujian @ 100 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 498 3 5

96-97 4-5 695 6 7

Tabel 5C Bagian 1. Dua pengujian @ 400 benih (lanjutan)

Page 197: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 173

173

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%93-94 7-8 890-92 9-11 988-89 12-13 1084-87 14-17 1181-83 18-20 1276-80 21-25 1369-75 26-32 1455-68 33-46 1551-54 47-50 16

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5D. Toleransi antar 3 hasil pengujian pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila dilakukan di laboratorium yang sama (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5D Bagian 1. Tiga pengujian @ 400 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 2

97-98 3-4 394-96 5-7 490-93 8-11 585-89 12-16 678-84 17-23 766-77 24-35 851-65 36-50 9

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5C Bagian 1. Dua pengujian @ 400 benih (lanjutan)

Page 198: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

174

174

Tabel 5D Bagian 2. Tiga pengujian @ 200 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 3

97-98 3-4 496 5 5

94-95 6-7 691-93 8-10 788-90 11-13 884-87 14-17 979-83 18-22 1072-78 23-29 1160-71 30-41 1251-59 42-50 13

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5D Bagian 3. Tiga pengujian @ 100 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 498 3 597 4 696 5 795 6 8

93-94 7-8 991-92 9-10 1089-90 11-12 1187-88 13-14 12

Page 199: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 175

175

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%84-86 15-17 1381-83 18-20 1477-80 21-24 1571-76 25-30 1664-70 31-37 1751-53 38-50 18

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5E. Toleransi antar 4 hasil pengujian pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila dilakukan di laboratorium yang sama (two-way test at 2,5% significance level)

Tabel 5E Bagian 1. Empat pengujian @ 400 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 2

97-98 3-4 395-96 5-6 492-94 7-9 588-91 10-13 682-87 14-19 774-81 20-27 860-73 28-41 951-59 42-50 10

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5D Bagian 3. Tiga pengujian @ 100 benih (lanjutan)

Page 200: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

176

176

Tabel 5E Bagian 2. Empat pengujian @ 200 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 398 3 497 4 5

95-96 5-6 693-94 7-8 790-92 9-11 887-89 12-14 983-86 15-18 1078-82 19-23 1172-77 24-29 1261-71 30-40 1351-60 41-50 14

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5E Bagian 3. Empat pengujian @ 100 benih

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%99 2 598 3 697 4 796 5 895 6 9

93-94 7-8 1091-92 9-10 1189-90 11-12 1287-88 13-14 1384-86 15-17 14

Page 201: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB V. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH 177

177

Rata-rata persentase perkecambahanToleransi

51-100% 0-50%81-83 18-20 1578-80 21-23 1673-77 24-28 1768-72 29-33 1856-67 34-45 1951-55 46-50 20

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 5E Bagian 3. Empat pengujian @ 100 benih (lanjutan)

Page 202: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 203: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH

SECARA BIOKIMIA: UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM

6.1 TujuanTujuan pengujian secara biokimia adalah:

a. Untuk membuat pendugaan secara cepat mengenai viabilitas contoh benih pada umumnya dan benih-benih yang menunjukkan dormansi khususnya.

b. Dalam hal ini terutama bagi benih yang pada akhir pengujian perkecambahannya menunjukkan persentase benih dorman yang tinggi (5.6.5), untuk menetapkan viabilitas dari individu benih dorman atau viabilitas dari contoh kerja.

6.2 DefinisiUji topografi tetrazolium adalah uji biokimia yang dapat digunakan untuk menilai viabilitas benih secara cepat, yaitu (ISTA (2011) :

a. Jika benih harus segera ditabur setelah panen.

b. Benih dengan dormansi cukup lama.

c. Benih yang menunjukkan perkecambahan yang lambat.

Page 204: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

180

180

d. Bila diperlukan pendugaan yang sangat cepat mengenai potensi perkecambahan.

e. Dapat juga dipergunakan untuk menetapkan viabilitas individu benih pada akhir pengujian perkecambahan khususnya bila benih diduga dormansi (lihat 5.6.3).

f. Untuk mengetahui adanya perkecambahan dan berbagai tipe kerusakan panen dan atau kerusakan akibat prossesing (kerusakan karena pemanasan, kerusakan mekanis, kerusakan karena serangga).

g. Untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam pengujian perkecambahan, jika alasan penyebab abnormal tidak jelas, diduga karena perlakuan dengan pestisida, dan sebagainya.

Benih viabel menunjukkan pewarnaan pada seluruh jaringan benih yang diperlukan untuk perkembangan kecambah yang normal. Daerah tak berwarna dengan luasan kecii pada beberapa bagian jaringan dapat diterima, tergantung pada spesies. Benih viabel menunjukkan adanya aktivitas biokimia yang potensial untuk menghasilkan kecambah normal. Benih non viabel menunjukkan defisiensi dan atau keabnormalan dari sifat alami yang dapat menghambat perkembangannya menjadi kecambah normal (ISTA 2011).

Pengujian ini valid untuk semua spesies yang menggunakan metode seperti dijelaskan pada Tabel 6A. Jika laporan hasil uji berdasarkan ISTA, maka pengujian dilakukan sesuai dengan metode yang terdapat dalam tabel tersebut.

Uji tetrazolium alat serbaguna yang mungkin dapat digunakan selain dalam rangka penerbitan hasil uji. Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat pada handbook on Tetrazolium Testing dan ISTA Working Sheets on Tetrazolium Tests.

Page 205: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 181

181

6.3. Prinsip UmumDalam uji topografi tetrazolium larutan 2,3,5-trifenil tetrazolium klorida atau bromida yang tidak berwarna digunakan sebagai indikator yang menunjukkan proses reduksi yang terjadi di dalam sel-sel hidup. Indikator diimbibisi oleh benih. Di dalam jaringan benih indikator berinteraksi dengan proses reduksi pada sel-sel hidup dan menerima hidrogen dari proses dehidrogenases. Melalui hidrogenasi dari 2,3,5-trifenil tetrazolium klorida terbentuk trifenil formazan yang berwarna merah, stabil dan merupakan zat yang tidak larut yang diproduksi dalam sel hidup (ISTA, 2011).

Zat inilah yang membuat perbedaan warna merah pada bagian benih yang hidup dari bagian tidak berwarna pada benih yang mati.

Selain benih viabel dengan pewarnaan yang sempurna/seluruhnya berwarna merah, dan benih mati yang seluruhnya tidak berwarna, juga terdapat benih-benih dengan pewarnaan sebagian. Luas dari bagian yang merah (jaringan hidup) dan bagian yang tidak berwarna (jaringan mati) serta daerah dimana nekrotik itu berada dan intensitas pewarnaannya digunakan untuk mengkategorikan apakah benih tersebut viabel atau non viabel. Luas dan letak jaringan mati (nekrotik) yang sangat menentukan ini bervariasi pada masing-masing spesies. Perbedaan warna pada jaringan dan lokasi jaringan yang terlihat sehat, lemah atau mati, harus dipertimbangkan untuk menentukan bagian yang diperbolehkan untuk dianggap viabel.

6.4 Bahan6.4.1. Larutan tetrazoliumDigunakan larutan 2,3,5-trifenil tetrazolium florida atau bromida dengan pH 6,5-7,5. Konsentrasi yang digunakan biasanya 1%, akan tetapi dapat pula digunakan yang konsentrasinya rendah atau lebih tinggi. Aquades yang digunakan untuk melarutkan larutan tetrazolium, harus yang ber-pH antara 6,5 dan 7,5. Untuk memastikan pH dalam kisaran tersebut dapat digunakan buffer phosphat, seperti yang dijelaskan pada 6.4.2.

Page 206: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

182

182

Ketika menggunakan buffer jumlah garam tetrazolium (chlorida atau bromida) harus benar dilarutkan dalam buffer untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi yang tepat, misal: 1 gram garam tetrazolium per 100 ml buffer menghasilkan larutan 1%.

6.4.2 Larutan bufferLarutan buffer dibuat dengan menggunakan aquades, sebagai berikut: Siapkan dua larutan:

Larutan 1 : Larutkan 9,078 gram KH2P04 dalam 1000 ml aquades

Larutan 2 : Larutkan 9,472 gram Na2HP04 dalam 1000 ml aquades, atau larutkan 11,876 gram Na2HP04. 2H20 dalam 1000mlaquades campurkan dua bagian dari larutan 1 dengan tiga bagian larutan 2 dan periksa pH-nya yang berkisar antara 6,5-7,5.

6.5 Prosedur6.5.1. Contoh kerjaPengujian dilaksanakan pada empat ulangan masing-masing 100 benih murni yang diambil secara acak dari salah satu bagian fraksi benih murni, seperti yang dijelaskan pada Bab III, atau dari fraksi yang mewakili pada contoh kirim. Fraksi benih murni dicampur dengan sempurna dan harus diperhatikan dengan benar ketika pengambilan benih, harus dipastikan tidak ada seleksi benih yang menyebabkan hasil yang bias. Pengujian dapat pula dilakukan pada individual benih yang tidak berkecambah yang ditemukan pada akhir pengujian daya berkecambah.

6.5.2 Persiapan dan perlakuan pada benihBenih harus diberi perlakuan pendahuluan untuk memudahkan penetrasi larutan tetrazolium.

Page 207: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 183

183

6.5.2.1 Pelembapan benih

Pelembapan adalah persiapan yang diperlukan untuk pewarnaan beberapa spesies dan sangat dianjurkan untuk spesies yang lain. Benih yang berimbibisi biasanya mudah dibelah dan dapat dipotong atau ditusuk dengan lebih mudah daripada benih kering. Selain itu, pewarnaannya lebih merata dan memudahkan evaluasi. Pelembapan dilakukan pada suhu 20 °C dengan periode minimal ditunjukkan pada Tabel 6A. Jika kulit benih menghambat imbibisi, kulit harus ditusuk (misalnya: Fabaceae/ Leguminosae). Jika suhu yang digunakan lebih tinggi atau lebih rendah maka waktu pelembapan disesuaikan. Waktu dan suhu yang digunakan dilaporkan dalam hasil uji.

a. Pelembapan lambat

Benih dibiarkan untuk imbibisi di atas kertas atau di antara kertas sesuai dengan metode pengujian perkecambahan (Tabel 6A). Cara ini seharusnya digunakan untuk spesies yang benihnya cenderung patah jika direndam langsung dalam air. Pelembapan lambat ini juga dapat menguntungkan untuk benih tua dan kering dari beberapa spesies. Namun pada beberapa spesies lain pelembapan lambat ini tidak dapat membuat benih imbibisi penuh sehingga diperlukan waktu perendaman yang lebih lama dalam air.

b. Perendaman dalam air

Benih terendam penuh dalam air dan didiamkan hingga terimbibisi sempurna. Jika lama perendaman lebih dari 24 jam, maka air harus diganti. Jika pada persentase benih keras dari Fabaceae (Leguminosae) ditentukan untuk dilaporkan di laporan hasil uji, maka benih harus direndam dalam air pada suhu 20 °C selama 22 jam. Penggunaan prosedur lain mungkin dapat menyebabkan keragaman yang besar pada hasil pengujian.

Page 208: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

184

184

6.5.2.2 Pembukaan jaringan untuk pewarnaan

Dalam beberapa spesies (Tabel 6A) perlu membuka jaringan sebelum pewarnaan untuk memudahkan penetrasi larutan tetrazolium dan memudahkan evaluasi. Jaringan esensial dan non esensial harus diamati secara kritis untuk menetapkan viabilitas benih. Prosedur untuk membuka jaringan internal telah ditetapkan sehingga kerusakan yang tidak dapat dihindarkan karena teknik persiapan, dapat diketahui dengan mudah selama pengujian.

Kulit benih dapat dibuka atau dihilangkan dengan menggunakan bermacam-macam teknik persiapan yang berbeda seperti yang diuraikan di bawah ini. Benih harus dijaga kelembapanya hingga seluruh ulangan lengkap, setelah itu direndam dalam larutan tetrazolium.

Selama pelembapan beberapa jenis benih menghasilkan getah lengket yang menghambat persiapan selanjutnya. Getah lengket dapat dikurangi dengan mengeringkan permukaannya, dengan menggosokkan benih pada kain atau meletakkan di antara kertas, atau merendam benih dalam larutan 1-2% aluminium potassium sulfat (AlK(S04)2.12H20) selama lima menit setelah pelembapan.

6.5.2.2.1. Penusukan benih

Benih lunak atau benih keras ditusuk dengan menggunakan jarum atau skalpel yang tajam pada bagian benih yang non esensial.

6.5.2.2.2. Pemotongan longitudinal

a. i. Untuk semua benih monokotil, pemotongan longitudinal dibuat melalui bagian tengah poros embrio dan kira-kira 3/4, dari panjang endosperm,

ii. Untuk benih jenis dikotil tanpa endosperm dan dengan embrio lurus, pemotongan longitudinal dibuat melalui bagian tengah distal setengah dari kotiledon, poros embrio dibiarkan tidak dipotong.

Page 209: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 185

185

b. Di dalam benih terdapat sebuah embrio yang dikelilingi jaringanhidup; pemotongan longitudinal yang aman dapat dibuat di sepanjang sisi embrio.

6.5.2.2.3. Pemotongan transversal

Pemotongan transversal dibuat melalui jaringan non esensial dengan menggunakan skalpel, silet, gunting kuku atau alat yang serupa.

i. Benih monokotil: dipotong secara transpersal dengan cepat di bagian atas embrio dan ujung embrio direndam dalam larutan tetrazolium.

ii. Benih dikotil dengan embrio lurus dan tanpa endosperm: potong dan buang 1/3 hingga 2/5 dari ujung distal kotiledon.

iii. Benih Coniferous: potong fraksi kecil dari kedua ujungnya, cukup besar untuk menjamin bahwa rongga embrio terbuka tanpa menyebabkan kerusakan berat pada embrio.

6.5.2.2.4. Torehan/pelukaan transversal

Torehan dapat digunakan sebagai pengganti pemotongan transversal dan ini adalah metode yang lebih baik untuk menghindari kerusakan struktur benih. Perlakuan ini dilakukan jika kulit benih keras terhadap benih tanaman hutan.

6.5.2.2.5. Pengeluaran embrio (Excision of the embryo)

Pengeluaran embrio dapat digunakan untuk jenis yang mudah memisahkan embrio dari kotiledon seperti jenis Pinus sp., Falcataria moluccana, dan Acacia sp.

Pengeluaran embrio dengan pembukaan menggunakan pisau pembedah (dissecting lancet) ditusuk menembus endosperm tepat dibagian atas scutellum dan sedikit pusatnya kemudian dipelintir hati-hati sehingga endosperm membuka menurut panjangnya. Cara lain adalah dengan memotong

Page 210: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

186

186

bagian kulit benih (tidak merusak struktur bagian dalam) kemudian dilembapkan selama 24 jam, dan dibuka kulit benihnya. Embrio (dengan skutelum) menjadi longgar/terlepas dari endosperm dan dapat diambil serta dipindahkan ke larutan tetrazolium.

6.5.2.2.6. Pengupasan kulit benih

Jika teknik pemotongan tidak ada yang sesuai maka seluruh kulit benih (dengan beberapa jaringan penutup yang lain) harus dihilangkan. Jika penutup luar benih keras, seperti Leguminoceae/Fabaceae dan drupe (buah batu) dapat dibelah/dipecahkan jika benih kering atau setelah pelembapan,lakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Kulit benih yang keras dapat dikupas setelah pelembapan dengan mengirisnya secara hati-hati menggunakan skalpel yang tajam atau jarum pembuka dan mengupasnya.

6.5.2.3. Tekanan rendah

Metode tekanan rendah menggunakan tekanan sub-atmosfer untuk mempercepat meresapnya larutan tetrazolium ke jaringan benih. Benih kering dipersiapkan seperti dijelaskan pada Tabel 6A, ditempatkan dalam larutan tetrazolium 1% dan dihilangkan gasnya sampai mendapatkan tekanan sub-atmosfer kira-kira 18662 Pa (140 Torr) selama 10 menit. Tekanan kemudian ditingkatkan perlahan-lahan selama satu menit sampai tingkat atmosfer normal. Perlakuan ini diulang tiga kali.

6.5.3 PewarnaanBenih atau embrio harus terendam seluruhnya dalam larutan tetrazolium. Benih-benih kecil yang sulit ditangani dapat dilembapkan dan disiapkan di selembar kertas yang kemudian digulung/dilipat dan direndam dalam larutan tetrazolium.

Larutan tersebut tidak boleh terkena cahaya langsung karena akan mereduksi garam tetrazolium. Suhu optimal dan waktu pewarnaan sesuai dengan dalam Tabel 6A. Waktu pewarnaan tidak mutlak harus dilaksanakan, karena dapat beragam sesuai dengan kondisi benihnya. Pengalaman menunjukkan

Page 211: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 187

187

evaluasi dapat dipercepat atau diperlambat. Waktu pewarnaan mungkin diperpanjang jika benih belum terwarnai dengan sempurna untuk membuktikan apakah pewarnaan yang kurang dari sebagaimana mestinya disebabkan oleh lambatnya penyerapan garam tetrazolium atau merupakan indikasi kekurangan/kerusakan di dalam benih. Warna normal bagian hidup benih dicirikan oleh merah cerah, dan pewarnaan yang berlebihan (merah kebiruan) harus dihindari karena hal ini dapat menyamarkan perbedaan pola pewarnaan yang disebabkan benih lemah dan kerusakan spesifik seperti akibat pembekuan.

Untuk beberapa spesies, sedikit fungisida atau antibiotik dapat ditambahkan ke dalam larutan tetrazolium untuk menghindari pembentukan larutan berbusa dengan endapan gelap. Pada akhir periode pewarnaan larutan tetrazolium dituang dan benih dibilas dengan air kemudian diamati.

6.5.4. EvaluasiTujuan utama pengujian tetrazolium adalah untuk membedakan benih viabel dan non-viabel. Setiap benih diamati dan dievaluasi sebagai benih viabel dan non-viabel berdasarkan pola pewarnaan dan kenampakan jaringan yang kuat. Prosedur persiapan, perlakuan, dan evaluasi setiap spesies disajikan pada 6.5.2.1., Tabel 6A. Suatu benih ditetapkan viabel atau non-viabel dilakukan secara langsung berdasarkan perbedaan jaringan benih yang akan muncul dan berkembang menjadi kecambah normal, yang merupakan ciri khas spesiesnya. Benih yang viabel adalah benih yang menunjukkan potensi untuk menghasilkan kecambah yang normal. Benih tersebut terwarnai penuh, atau jika hanya sebagian yang berwarna, maka pola pewarnaannya menunjukkan bahwa struktur esensialnya viabel. Benih non-viabel adalah semua benih yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dan termasuk benih yang menunjukkan warna yang tidak jelas dan atau struktur esensialnya lemah. Benih dengan perkembangan embrio atau struktur esensial lain yang secara nyata terlihat abnormal dianggap sebagai benih non-viabel terlepas apakah berwarna atau tidak. Embrio rudimenter yang tidak sempurna pada benih konifer adalah non-viabel.

Page 212: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

188

188

Untuk mengevaluasi benih dengan tepat, maka perlu diperhatikan embrio dan struktur esensial lainnya. Lampu dan kaca pembesar yang tepat juga sangat diperlukan untuk pengujian secara tepat. Kebanyakan benih terdiri dari jaringan esensial dan non-esensial. Struktur esensial adalah meristem dan semua struktur yang diperlukan untuk perkembangan kecambah normal. Benih yang berkembang baik dan berdiferensiasi mempunyai kemampuan untuk memperbaiki nekrosis kecil. Dalam hal ini, nekrosis terjadi ringan dengan batasan tertentu yang dapat ditoleransi walaupun di dalam jaringan esensial. Evaluasi yang dilakukan dengan teliti dapat membedakan antara benih viabel dan non-viabel.

Viabilitas yang ditentukan dengan pengujian tetrazolium, karakteristik mutu yang unik dan berbeda pada benih yang dorman. Viabilitas adalah hasil yang secara jelas tidak tergantung pada pengujian perkecambahan, namun tidak aka nada perbedaan yang nyata antara viabilitas dan persentase perkecambahan benih jika benih (ISTA, 2011):

- Tidak dorman maupun benih keras atau telah diperlakukan lebih dulu untuk mematahkan dormansi dan kekerasan benih.

- Tidak terinfeksi atau telah di disinfeksi.

- Belum disemprot di lapangan maupun diberi perlakuan selama pengolahan atau difumigasi selama penyimpanan dengan bahan kimia berbahaya.

- Belum berkecambah.

- Belum rusak selama pengujian perkecambahan dengan durasi normal atau diperpanjang.

- Telah dikecambahankan pada kondisi yang optimal.

Page 213: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 189

189

6.6. Penghitungan, Penulisan Hasil dan ToleransiDalam pengujian jumlah benih yang dinyatakan viable dihitung per ulangan. Untuk memeriksa kepercayaan hasil pengujian, persentase rata-rata dari ulangan dihitung, dibulatkan pada angka terdekat dan dibandingkan dengan Tabel 6B. Hasil yang dipertimbangkan dapat dipercaya, jika perbedaan antar ulangan tertinggi dan terendah tidak melebihi toleransi. Jarak toleransi maksimal maksimal dari ulangan sama dengan pengujian perkecambahan.

Untuk memutuskan dua pengujian yang dilakukan secara bebas dalam laboratorium yang sama menggunakan Tabel 6C. Jika dua pengujian dilakukan dalam loboratorium berbeda, dapat mengunakan Tabel 6D. Untuk kedua kondisi tersebut, rata-rata persentase viabilitas dari dua pengujian dihitung. Pengujian dinyatakan sesuai/diterima jika perbedaan antar kedua hasil tidak melebihi toleransi yang ditunjukkan untuk rata-rata yang dihitung pada masing-masing tabel.

6.7. Pelaporan HasilHasil penggujian tetrazolium dilaporkan di dalam kolom ‘Penetapan Lain’ sebagai berikut:

- Pengujian Tetrazolium : ….% benih viabel.

- Jika ada prosedur pengujian (waktu pelembapan, konsentrasi tetrazolium, waktu dan suhu proses pewarnaan) yang menyimpan ketentuan seperti pada Tabel 6A, maka penyimpangan tersebut juga harus dilaporkan.

- Jika benih secara individual diuji pada akhir pengujian perkecambahan, maka hasilnya harus dilaporkan sesuai dengan 6.9.

Page 214: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

190

190

Sebagai tambahan khusus untuk Fabaceae, salah satu dari berikut dan hanya satu yang harus dilaporkan:

- Persentase benih keras yang ada dalam pengujian atau

- Persentase benih keras termasuk benih viable yang dilaporkan.

Informasi lebih terinci dapat dilaporkan oleh laboratorium pengujian benih seperti: persentase benih hampa, persentase benih dengan larva, benih patah atau busuk.

Tabel 6A. Prosedur untuk pengujian tetrazolium

Kolom 1 : SpesiesPenjelasan metode dari kelompok spesies, dimana hanya spesies khusus yang tertera pada tabel 2A, yang akan diperhatikan.Kolom 2 dan 3 : Perlakuan pendahuluan (pretreatment)Persiapan benih kering, atau pelembapan pada 20°C dalam air (A), atau diantara kertas (AK), atau pada pasir (P). Penggunaan dua jenis pretratment dimungkinkan dalam Tabel 6A, yang dipisahkan dengan titik-koma.Kolom 4 : Persiapan sebelum pewarnaanPada beberapa kasus dua metode persiapan yang berbeda dapat digunakan. Metode tekanan rendah dapat digunakan untuk memudahkan penyerapan larutan tetrazolium kejaringan benih.Kolom 5 : Larutan PewarnaanKonsentrasi larutan tetrazolium (persentase).Kolom 6 : Waktu pewarnaan yang optimalWaktu pewarnaan yang optimal dalam jam berdasarkan suhu 30 °C.Kolom 7 : Persaiapan evaluasiPersiapan evaluasi dan jaringan yang diamati.Kolom 8 : Evaluasi benihProsedur Uji Tetrazolium

Sumber : ISTA (2011)

Page 215: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 191

191

Tab

el 6

B. U

ji te

traz

oliu

m b

enih

beb

erap

a je

nis t

anam

an h

utan

Spes

ies

Pele

mba

pan

Pers

iapa

n se

belu

m

stai

ning

Stai

ning

pad

a su

hu

40 °

CPe

rsia

pan

untu

k ev

alua

si

dan

jari

ngan

ya

ng d

iam

ati

Eval

uasi

beni

h vi

abel

Tip

eW

aktu

m

inim

um

(jam

)

Pers

en

laru

tan

Wak

tu

opti

mum

12

34

56

78

Acac

ia m

angi

umA

24Lu

bang

i uju

ng

kulit

ben

ih

berla

wan

an a

rah

12

Kup

as b

enih

dan

be

lah

mem

bagi

du

a ra

dike

l, pl

umul

a, d

an

kotil

edon

Rad

ikel

dan

ko

tiled

on b

erw

arna

m

erah

hin

gga

mer

ah m

uda

tanp

a w

arna

put

ih,

dan

endo

sper

ma

berw

arna

put

ih

≤ 20

% ja

uh d

ari

embr

io.

Acac

ia

cras

sicar

paA

24Lu

bang

i uju

ng

kulit

ben

ih

berla

wan

an a

rah

0,5

4K

upas

ben

ih d

an

bela

h m

emba

gi

dua

radi

kel,

plum

ula,

dan

ko

tiled

on

Rad

ikel

dan

plu

mul

a 10

0% b

erw

arna

m

erah

hin

gga

mer

ah

mud

a, d

an k

otile

don

berw

arna

put

ih ≤

10

% te

rleta

k ja

uh d

i at

as e

mbr

io.

Page 216: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

192

192

Spes

ies

Pele

mba

pan

Pers

iapa

n se

belu

m

stai

ning

Stai

ning

pad

a su

hu

40 °

CPe

rsia

pan

untu

k ev

alua

si

dan

jari

ngan

ya

ng d

iam

ati

Eval

uasi

beni

h vi

abel

Tip

eW

aktu

m

inim

um

(jam

)

Pers

en

laru

tan

Wak

tu

opti

mum

12

34

56

78

Cal

ophy

llum

in

ophy

llum

AK24

Men

gelu

arka

n be

nih

dari

kulit

be

nih

0,5

3Be

nih

dipo

tong

m

enja

di d

ua

bagi

an d

an

bagi

an y

ang

men

gand

ung

titik

tum

buh

Titik

tum

buh

(em

brio

) ber

war

na

mer

ah a

tau

mer

ah

mud

a de

ngan

le

bih

dari

75%

en

dosp

erm

a be

rwar

na m

erah

.Fa

lcata

ria

mol

ucca

naAK

24Lu

bang

i uju

ng

kulit

ben

ih

berla

wan

an a

rah

14

Kup

as b

enih

dan

be

lah

mem

bagi

du

a ra

dike

l, pl

umul

a, d

an

kotil

edon

Rad

ikel

dan

plu

mul

a m

erah

hin

gga

mer

ah

mud

a, k

otile

don

berw

arna

mer

ah

≥ 60

% d

iseki

tar

embr

io.

Gm

elina

arb

orea

AK24

Men

gelu

arka

n be

nih

dari

endo

carp

0,5

4K

upas

ben

ih d

an

bela

h m

emba

gi

dua

radi

kel,

embr

io, d

an

kotil

edon

Rad

ikel

100

%

mer

ah, w

arna

put

ih

pada

kot

iledo

n ≤

10%

.

Tab

el 6

B. U

ji te

traz

oliu

m b

enih

beb

erap

a je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 217: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 193

193

Spes

ies

Pele

mba

pan

Pers

iapa

n se

belu

m

stai

ning

Stai

ning

pad

a su

hu

40 °

CPe

rsia

pan

untu

k ev

alua

si

dan

jari

ngan

ya

ng d

iam

ati

Eval

uasi

beni

h vi

abel

Tip

eW

aktu

m

inim

um

(jam

)

Pers

en

laru

tan

Wak

tu

opti

mum

12

34

56

78

Pinu

s mer

kusii

AK24

Kup

as k

ulit

beni

h0,

54

Bela

h be

nih

deng

an e

mbr

io,

radi

kel d

an

kotil

edon

) dan

en

dosp

erm

a te

rbag

i dua

.

Rad

ikel

dan

plu

mul

a m

erah

hin

gga

mer

ah

mud

a, k

otile

don

berw

arna

mer

ah

≥ 80

% d

iseki

tar

embr

io.

Swiet

enia

m

acro

phyll

aAK

24K

upas

kul

it be

nih

0,5

4Be

lah

beni

h m

enja

di d

ua

bagi

an m

elal

ui

titik

tum

buhn

ya.

Titik

tum

buh

100%

be

rwar

na m

erah

, da

n en

dosp

erm

a be

rwar

na p

utih

20%

jauh

dar

i em

brio

.Te

ctona

gra

ndis

AK24

Men

gelu

arka

n be

nih

dari

kulit

be

nih

12

Beni

h di

poto

ng

men

jadi

dua

ba

gian

dan

ba

gian

yan

g m

enga

ndun

g tit

ik tu

mbu

h

Titik

tum

buh

(rad

ikel

dan

pl

umul

a) d

an

kotil

edon

100

%

berw

ana

mer

ah

Ket

eran

gan

: A =

dal

am a

ir, A

K=a

ntar

ker

tas.

Sum

ber :

Zan

zibar

et a

l. (2

003a

; 200

3b),

Bhod

thip

uks e

t al.

(199

4)

Tab

el 6

B. U

ji te

traz

oliu

m b

enih

beb

erap

a je

nis t

anam

an h

utan

(lan

juta

n)

Page 218: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

194

194

6.8. Tabel Toleransi

Tabel 6C. Kisaran toleransi maksimal antar 4 ulangan @100 benih pada satu pengujian (two-way test at 2,5% significant level)

Rata-rata viabilitas (%) Kisaran maksimum1 2 399 2 598 3 697 4 796 5 895 6 9

93-94 7-8 1091-92 9-10 1189-90 11-12 1287-88 13-14 1384-86 15-17 1481-83 18-20 1578-80 21-23 1673-77 24-28 1767-72 29-34 1856-66 35-45 1951-55 46-50 20

Sumber : ISTA (2011)

Tabel ini menunjukkan kisaran maksimal (selisih antar nilai tertinggi dan terendah) pada persentase benih viable yang toleran antar ulangan, dengan probabilitas variasi contoh acak yang diperbolehkan hanya 0,025%. Untuk menentukan kisaran toleransi maksimal dihitung dari nilai rata-rata persentase seluruh angka yang paling dekat dalam empat ulangan; jika diperlukan, dari 100 butir per ulangan dapat diperoleh dari penggabungan sub ulangan 50 atau 25 butir, yang posisinya saling berdekatan pada incubator. Letak nilai rata-rata dari kolom 1 atau 2 pada tabel kisaran toleransi maksimal dapat dibaca pada kolom 3.

Page 219: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VI. PENGUJIAN VIABILITAS BENIH SECARA BIOKIMIA:

UJI TOPOGRAFI TETRAZOLIUM 195

195

Tabel 6D. Angka toleransi untuk pengujian viabilitas dengan tetrazolium pada contoh kirim yang sama atau berbeda bila pengujian dilakukan pada laboratorium yang sama masing-masing 400 benih (two-way test at 2,5% significant level)

Rata-rata viabilitas (%) Kisaran maksimum1 2 3

98-99 2-3 296-97 4-5 393-95 6-8 489-92 9-12 583-88 13-18 675-82 19-26 758-74 27-43 851-57 44-50 9

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 6E. Angka toleransi untuk pengujian viabilitas dengan tetrazolium pada dua contoh kirim yang berbeda pada laboratorium yang berbeda masing-masing 400 benih (two-way test at 2,5% significant level)

Rata-rata viabilitas (%) Kisaran maksimum1 2 399 2 498 3 597 4 6

95-96 5-6 793-94 7-8 891-92 9-10 989-90 11-12 1086-88 13-15 11

Page 220: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

196

196

Rata-rata viabilitas (%) Kisaran maksimum1 2 3

82-85 16-19 1278-81 20-23 1373-77 24-28 1465-72 29-36 1551-64 37-50 16

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 6E. Angka toleransi untuk pengujian viabilitas dengan tetrazolium pada dua contoh kirim yang berbeda pada laboratorium yang berbeda masing-masing 400 benih (two-way test at 2,5% significant level) (lanjutan)

Page 221: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VII. PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR BENIH

7.1. TujuanUntuk menetapkan berat per 1000 butir benih murni dari contoh benih yang dikirim. Penghitungan ini dapat dengan mudah diubah ke dalam bentuk jumlah benih per kg.

7.2. DefinisiJumlah benih dalam sejumlah benih murni yang ditimbang, dihitung, dan berat per 1000 butirnya dikalkulasikan (ISTA, 2011; 2013).

7.3. Prinsip UmumHanya benih murni yang dihitung dan ditimbang dengan menggunakan prosedur yang tertera pada Bab IV. Analisis Kemurnian.

7.4. PeralatanBenih dapat dihitung secara manual atau menggunakan peratan yang tepat. Peralatan yang diperlukan adalah timbangan analitik dan hand counter (jika diperlukan).

Page 222: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

198

198

7.5. ProsedurPenetapan dapat dilakukan berdasarkan pada keseluruhan contoh kerja (7.5.2.) atau ulangan benih murni dari contoh kerja, atau ulangan dari bagian yang mewakili pada contoh kirim (7.5.3).

7.5.1. Contoh kerjaContoh kerja harus merupakan keseluruhan fraksi benih murni dari analisis kemurnian yang dilaksanakan menurut Bab IV. Analisis kemurnian, atau benih murni yang diambil dari bagian yang mewakili pada contoh kirim. Perubahan kadar air pada contoh kerja sebisa mungkin dihindari dengan cara menyimpan contoh kerja hanya dalam waktu yang singkat sebelum pengujian dan dalam wadah kedap air.

7.5.2. Penghitungan keseluruhan contoh kerja dengan mesin

Letakkan seluruh contoh kerja pada mesin, dan baca jumlah benih pada indikator. Setelah penghitungan, timbang contoh dalam gram sampai pada jumlah desimal yang sama seperti pada analisis kemurnian (4.5.1).

7.5.3. Ulangan penghitunganDari contoh kerja hitung secara acak, dengan tangan atau penghitung perkecambahan (benih), delapan ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 100 butir benih. Timbang masing-masing ulangan dalam gram dengan jumlah decimal yang sama seperti pada analisis kemurnian (4.5.1).

Page 223: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VII. PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR BENIH 199

199

Tabel 7.A. Berat contoh kerja (ISTA, 2011)

Berat contoh kerja (gram) Desimal (minimal)<1,000 4

1,000-9,999 310,00-99,99 2100,0-999,9 1

≥1.000 0Hitung ragam (variasi), standard deviasi dan koefisien varian dengan rumus sebagai berikut (ISTA, 2011):

dimana:

x = berat tiap ulangan dalam gram

n = jumlah ulangan (8)

S = jumlah

dimana x = rata-rata berat 100 benih.

Jika koefisien keragaman (CV) lebih kecil dari 4,0, maka analisis diterima. Jika CV lebih dari 4,0, penghitungan harus ditambah 8 ulangan lagi. s2, s dan CV harus dihitung kembali untuk 16 ulangan. Apabila masih melampaui batas, buang ulangan dari berat rata-rata yang menyimpang lebih dari dua kali standar deviasi.

Page 224: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

200

200

7.6. Penghitungan dan Penulisan HasilJika penghitungan dilakukan dengan mesin, hitung berat 1.000 butir dari berat seluruh contoh kerja. Jika penghitungan berdasarkan ulangan, dari delapan ulangan atau dari berat 100 butir benih per ulangan, hitung berat rata-rata 1.000 butir.

Hasil pengujian dilaporkan sesuai jumlah decimal yang digunakan dalam penetapan (8.5.3).

7.7. Pelaporan HasilMetode yang digunakan (penghitungan contoh kerja keseluruhan atau ulangan penghitungan) dan hasil sebagaimana dihitung menurut 7.6. harus dilaporkan dalam ’penetapan lain’.

Page 225: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VIII. PENGUJIAN BENIH DENGAN ULANGAN

BERDASARKAN BERAT

8.1. TujuanTujuan dari uji ulangan berdasarkan berat adalah untuk menentukan potensi perkecambahan maksimum suatu lot benih. Uji ini digunakan untuk membandingkan kualitas lot benih yang berbeda dan juga menduga nilai pertanaman di lapangan.

8.2. Prinsip UmumUntuk uji ulangan berdasarkan berat, tujuannya adalah untuk menguji suatu berat material yang diperkirakan berisi 400 unit benih. Berat aktual benih yang diuji adalah kebanyakan dari fraksi-fraksi lot benih yang lebih kecil daripada total jumlah yang diuji secara normal dalam analisis kemurnian dan uji perkecambahan. Disebabkan oleh kesulitan dalam pelaksanaan analisis kemurnian, analisis tersebut tidak diwajibkan (ISTA, 2011).

Empat ulangan diambil dari contoh kerja dengan metode sampling yang ditetapkan. Setiap ulangan ditanam pada subtract dan dikecambahkan di bawah kondisi suhu dan untuk lama perkecambahan seperti yang dijelaskan pada Tabel 8A, dan hanya jumlah kecambah normal dan abnormal saja yang dilaporkan. Hasil ini dilaporkan sebagai jumlah kecambah normal yang dihasilkan dengan berat benih yang diuji.

Page 226: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

202

202

8.3. Bidang PenerapanUji ulangan berdasarkan berat terbatas untuk jenis-jenis tanaman hutan pada Tabel 8A. Pada spesies ini, pengukuran persentase kemurnian, berat 1000 butir benih dan juga persentase perkecambahan adalah tidak mungkin atau tidak praktis. Beberapa alasan adalah sebagai berikut (ISTA, 2011):

i. Uji kemurnian tidak memungkinkan – sebab benih dan bagian lainnya sulit dibedakan dengan mata telanjang,

ii. Uji kemurnian mungkin tidak praktis – sebab meskipun benih atau materi lainnya dapat dibedakan, bagian lainnya menyumbangkan proporsi yang besar pada suatu lot benih sehingga uji kemurnian terlalu mahal untuk dilakukan dalam hubungannya dengan nilai benih.

iii. Kebanyakan lot benih mungkin mempunyai persentase benih kosong yang tinggi, hal ini membuat distribusi yang tidak merata antara benih berisi dan benih kosong antara ulangan perkecambahan yang akan menimbulkan bias jumlah kecambah potensial sebelum uji perkecambahan dilakukan.

iv. Beberapa kombinasi di atas.

8.4. Prosedur8.4.1. Contoh kirim dan contoh ujiBerat minimum contoh kirim dan contoh kerja dijelaskan pada Tabel 3A. Contoh diambil menurut metode yang tercantum pada 3.6 dan 3.7.

8.4.2. Pengujian fisik contoh kerjaUntuk , seluruh contoh kerja diuji harus diuji untuk menentukan bahwa benih-benih tersebut merupakan benih spesies yang dinyatakan oleh pengirim dan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemungkinan benih-benih lain berada dalam lot tersebut.

Page 227: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VIII. PENGUJIAN BENIH DENGAN ULANGAN BERDASARKAN BERAT 203

203

8.4.3. Pembuatan ulangan berdasarkan beratBerat material untuk diuji dalam setiap ulangan diberikan pada Tabel 8A kolom 6. Berat ini diturunkan dari data benih murni untuk memberikan perkiraan 100 benih murni per ulangan. Jika jumlah tersebut terlalu sedikit atau terlalu banyak unit benihnya untuk setiap ulangan, prosedur 8.4.4. harus diikuti.

Contoh kerja harus dibagi menjadi sub contoh dengan metode yang diakui (contoh paruhan, sendok, pembagi mekanik) untuk mendapatkan 4 ulangan benih yang diperlukan, untuk ditimbang secara akurat yang dijelaskan pada 4.5.1.A.

8.4.4. Uji perkecambahanSubstrat, suhu, kondisi cahaya, dan perlakuan khusus untuk mematahkan dormansi sama seperti pada Bab V. Materi pada setiap ulangan harus disebarkan secara merata pada substrat lembap yang tepat. Jika selama penyiapan ulangan, atau waktu lainnya selama pelaksanaan uji perkecambahan, hal tersebut jelas bahwa jumlah unit benih secara nyata kurang dari 100 per ulangan, kemudian uji harus diulang dengan menggunakan ulangan berat yang lebih besar. Jika di lain pihak, jumlah unit benih per ulangan secara nyata lebih dari 100 benih yang diharapkan, selanjutnya setiap ulangan dapat dipisah ke dalam dua atau lebih bagian dan ditabur pada sejumlah substrat yang tepat. Setiap bagian ulangan harus diidentifikasi secara hati-hati, dan diamati sebagai satu ulangan (lihat 5.8). Lamanya uji dan pengkajian hari pertama untuk setiap spesies ditampilkan pada Tabel 8A. Kecambah harus dievaluasi merujuk pada 5.2.3., 5.2.4 dan 5.2.5.

Di akhir perkecambahan tidak perlu membuat kategori benih hampa, benih keras, benih segar atau tidak berkecambah. Namun jika perkecambahan benih lambat atau tidak merata, dan jika analis mempunyai alasan untuk pendugaan bahwa terjadi dormansi, uji tersebut harus diulang dengan perlakuan yang lebih tepat (lihat 5.6.3.A).

Page 228: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

204

204

8.5. Penghitungan dan Penulisan HasilHasil uji dinyatakan sebagai jumlah benih yang berkecambah dalam total berat benih yang diuji.

Untuk mengecek realibilitas hasil uji, rata-rata persentase ulangan dihitung dan dibandingkan dengan Tabel 8B.

8.6. Pelaporan HasilJika benih lain ditemukan dalam ulangan berdasarkan berat, benih-benih tersebut harus dilaporkan ‘Penetapan Lain’ yang memberikan nama ilmiah dan jumlah benih yang ditemukan di dalam berat benih yang diuji.

Hal-hal yang dilaporkan dalam ‘Penetapan Lain’:

- Rata-rata berat 4 ulangan

- Rata-rata jumlah kecambah normal dalam 4 ulangan

- Jumlah kecambah normal per kg.

- Informasi lain seperti tercantum dalam 5.5.

Tabel 8A. Metode perkecambahanTabel ini menunjukkan substrat, suhu, lama, berat ulangan dan petunjuk tambahan yang meliputi rekomendasi perlakuan khusus untuk contoh dorman.

Spesies

Rincian untuk:

SubstratSuhu (°C);

kelembapan (%)

Evaluasi 1 (hari)

Evaluasi akhir (hari)

Berat ulangan (gram)

Petunjuk tambahan meliputi

rekomendasi untuk

pemecahan dormansi

Anthocephalus cadamba

UDP 29-34; 60-75 7 21 0,05 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Page 229: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB VIII. PENGUJIAN BENIH DENGAN ULANGAN BERDASARKAN BERAT 205

205

Spesies

Rincian untuk:

SubstratSuhu (°C);

kelembapan (%)

Evaluasi 1 (hari)

Evaluasi akhir (hari)

Berat ulangan (gram)

Petunjuk tambahan meliputi

rekomendasi untuk

pemecahan dormansi

Anthocephalus macrophyllus

UDP 29-34; 60-75 7 21 0,05 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Eucalyptus camadulensis

UDP 29-34; 60-75 7 14 0,1 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Eucalyptus deglupta

UDP 29-34; 60-75 7 14 0,1 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Eucalyptus pellita

UDK 24-30; 90-95 7 14 0,1 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Eucalyptus urophylla

UDK 24-30; 90-95 7 14 0,1 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Fragrea fragrans

UDK 24-30; 90-95 7 21 0,1 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Ficus variegata UDK 24-30; 90-95 7 21 0,1 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Melaleuca leucadenron

UDK 24-30; 90-95 7 21 0,05 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Melaleuca cajuputi

UDK 24-30; 90-95 7 21 0,05 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Octomeles sumatrana

UDK 24-30; 90-95 7 21 0,05 Tanpa perlakuan pemecahan dormansi

Sumber : ISTA (2011)

Tabel 8A. Metode perkecambahan (lanjutan)

Page 230: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

206

206

Tabel ini didasarkan pada distribusi Poisson yang menunjukkan kisaran maksimum (yaitu perbedaan maksimum di antara ulangan tertinggi dan terendah) dalam toleransi data perkecambahan antar ulangan berdasarkan berat. Untuk menemukan kisaran toleransi maksimum pada suatu kasus, hitung jumlah benih yang berkecambah dalam 4 ulangan. Letak jumlah tersebut pada kolom pertama tabel tersebut dan baca kisaran maksimum toleransinya pada kolom 2.

Tabel 8B. Kisaran maksimum torelansi antar ulangan

Jumlah benih yang berkecambah

dalam berat total benih yang diuji

Kisaran maksimum

Jumlah benih yang berkecambah

dalam berat total benih yang diuji

Kisaran maksimum

1 2 1 20-6 4 161-174 277-10 6 175-188 2811-14 8 189-202 2915-18 9 203-216 3019-22 11 217-230 3123-26 12 231-244 3227-30 13 245-256 3331-38 14 257-270 3439-50 15 271-288 3551-56 16 289-302 3657-62 17 303-321 3763-70 18 322-338 3871-82 19 339-358 3983-90 20 359-378 4091-102 21 379-402 41103-112 22 403-420 42113-122 23 421-438 43123-134 24 439-460 44135-146 25 >460 45147-160 26

Sumber : ISTA (2011)

Page 231: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IX. STANDAR MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

9.1. Ruang LingkupStandar ini menetapkan klasifikasi mutu, persyaratan, dan penandaan yang berkaitan dengan mutu fisik dan fisiologis benih tanaman hutan. Untuk mendapatkan mutu benih sesuai standar, cara penanganan yang baik harus diterapkan (Lampiran 1).

9.2. Acuan NormatifSNI 7627:2014, Mutu fisik dan fisiologis benih tanaman hutan.

9.3. Klasifikasi MutuMutu benih tanaman hutan dibagi dalam tiga kelas dan tanda mutu, dapat dilihat pada Tabel 9A.

Tabel 9A. Klasifikasi dan tanda mutu benih tanaman hutan

Klasifikasi Tanda mutu pada dokumen dan kemasanMutu Pertama PMutu Kedua DMutu Ketiga T

Sumber: BSN (2014b)

Page 232: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

208

208

9.4. Persyaratan Mutu Fisik dan Fisiologis 9.4.1. Persyaratan umumPersyaratan umum benih tanaman hutan berdasarkan hasil pengujian mutu fisik sesuai Tabel 9B. Kelompok benih yang telah memenuhi persyaratan umum dapat dilanjutkan pengujiannya untuk menentukan klasifikasi mutu.

Tabel 9B. Kisaran mutu fisik beberapa benih tanaman hutan

JenisBerat 1000 butir

(gram)Kemurnian

(%)Kadar air

(%)2 6 7 8

Acacia arabica 300 – 375 ≥ 97 ≤ 9Acacia aulacocarpa 16 – 19 ≥ 96 ≤ 8Acacia auriculiformis 13 – 18 ≥ 93 ≤ 7Acacia crassicarpa 17 – 25 ≥ 96 ≤ 9Acacia mangium 8 – 15 ≥ 97 ≤ 8Acacia vilosa 14 – 18 ≥ 96 ≤ 8Adenanthera microsperma 267 – 274 ≥ 99 ≤ 12Agathis loranthifolia 170 – 220 ≥ 95 30-34Aleurites moluccana 9837 – 10275 100 ≤ 14Albizzia procera 26 – 31 ≥ 97 ≤ 10Alstonia scholaris 1,2 – 3,2 ≥ 98 ≤ 12Altingia excelsa 5 – 6 ≥ 70 ≤ 12Anacardium occidentale 3300 – 7700 100 ≤ 15Anthocephalus cadamba – – ≤ 15Anthocephalus macrophyllus

– – ≤ 15

Azadirachta indica 257 – 350 ≥ 98 12 – 35Baccaurea macrocarpa 500 – 600 ≥ 99 30 – 55

Page 233: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IX. STANDAR MUTU BENIH TANAMAN HUTAN 209

209

JenisBerat 1000 butir

(gram)Kemurnian

(%)Kadar air

(%)2 6 7 8

Calliandra calothyrsus 44 – 56 ≥ 95 ≤ 10Calliandra tetragona 44 – 56 ≥ 95 ≤ 10Calophyllum inophyllum 2800 – 3500 100 20 – 40Canarium indicum 6800 – 9200 100 ≤ 12Castanopsis argentea 1340 – 1455 ≥ 99 29 – 35Casuarina junghuhniana 1,00 – 1,30 ≥ 80 ≤ 12Casuarina equisetifolia 1,29 – 1,52 ≥ 90 ≤ 13Ceiba petandra 22 – 100 ≥ 94 ≤ 12Cryptocarya cunneata 380 – 540 ≥ 95 30-45Cryptocarya massoy 2600 – 2900 ≥ 99 30-50Dalbergia latifolia 40 – 54 ≥ 95 ≤ 10Delonix regia 500 – 660 ≥ 99 ≤ 12Diospyros celebica 1200 – 1500 ≥ 99 35 – 47Duabanga moluccana – – ≤ 12Dyera lowii 50 – 75 ≥ 98 10 – 35Enterolobium cyclocarpum 660 – 1060 ≥ 99 ≤ 12Eucalyptus camadulensis – – ≤ 9Eucalyptus deglupta – – ≤ 9Eucalyptus pellita – – ≤ 10Eucalyptus urophylla – – ≤ 12Fagara rhetsa 54 – 57 ≥ 98 ≤ 15Fagraea fragrans – – ≤ 10Falcataria moluccana 18 – 24 ≥ 96 ≤ 10Ficus variegata – – ≤ 15Gliricidia sepium 120 – 200 ≥ 95 8-9Gmelina arborea 500 – 720 ≥ 97 ≤ 13

Tabel 9B. Kisaran mutu fisik beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 234: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

210

210

JenisBerat 1000 butir

(gram)Kemurnian

(%)Kadar air

(%)2 6 7 8

Gmelina moluccana 1600 – 1800 ≥ 99 ≤ 12Gyrinops versteegii 80 – 108 ≥ 97 40 – 55Hibiscus macrophyllus 6 – 8 ≥ 90 ≤ 9Intsia bijuga 2600 – 3100 ≥ 97 ≤ 10Khaya anthoteca 230 – 290 ≥ 98 ≤ 14Langerstroemia speciosa 5,00 – 7,32 ≥ 85 ≤ 12Leucaena glauca 45 – 50 ≥ 95 ≤ 9Leucaena leucocephala 50 – 60 ≥ 95 ≤ 9Maesopsis eminii 1150 – 1460 ≥ 99 14 – 30Manilkara kauki 675 – 895 ≥ 99 14 – 30Magnolia ovalis 26 – 34 ≥ 97 30 – 42Magnolia blumei 47 – 60 ≥ 99 ≤ 18Magnolia champaca 55 – 90 ≥ 99 12 – 40Melaleuca cajuputi – – ≤ 10Melaleuca leucadendron – – ≤ 10Melia azedarach 820 – 879 ≥ 99 ≤ 10Mimusops elengi 452 – 562 ≥ 99 12 – 30Octomeles sumatrana – – ≤ 12Palaquium rostratum 1390 – 1550 ≥ 99 35 – 50Pericopsis mooniana 250 – 300 ≥ 99 ≤ 9Pinus merkusii 16 – 20 ≥ 94 ≤ 10Planchonia valida 285 – 500 ≥ 99 30 – 50

Tabel 9B. Kisaran mutu fisik beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 235: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IX. STANDAR MUTU BENIH TANAMAN HUTAN 211

211

JenisBerat 1000 butir

(gram)Kemurnian

(%)Kadar air

(%)2 6 7 8

Podocarpus nerifolius 2,80 – 3,40 ≥ 95 ≤ 12Polyalthia longifolia 1035 – 1250 ≥ 70 30 – 50Pongamia pinnata 1060 – 1600 ≥ 99 ≤ 15Pterocarpus indicus 500 – 900 ≥ 90 ≤ 14Pterospermum javanicum 70 –73 ≥ 88 ≤8Santalum album 100 – 150 ≥ 95 ≤ 9Samanea saman 160 – 210 ≥ 99 ≤10Sandoricum koetjape 3400 – 3650 ≥ 99 40 – 55Schleichera oleosa 495 – 630 ≥ 99 12 – 30Schima wallichii 3,00 – 4,20 ≥ 96 ≤ 12Senna siamea 22 – 28 ≥ 97 ≤ 9Sesbania grandiflora 33 – 58 ≥ 96 ≤ 8Shorea pinanga 25900 – 26400 100 35 – 50Sterculia foetida 1600 – 2300 ≥ 99 ≤ 12Styrax benzoin 1600 – 2400 ≥ 99 25 – 50Swietenia macrophylla 400 – 700 ≥ 96 ≤ 10Tamarindus indica 717 – 782 ≥ 99 ≤ 18Tectona grandis 550 – 740 ≥ 99 ≤ 12Terminalia catappa 5882 – 7188 ≥ 99 7 – 20Toona sinensis 8 – 11 ≥ 85 ≤ 12Vitex coffasus 65 – 105 ≥ 98 ≤ 15Wrightia pubescens 15 – 27 ≥ 99 25 – 50

Sumber: BSN (2014b)

Tabel 9B. Kisaran mutu fisik beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 236: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

212

212

9.4.2. Persyaratan khususPersyaratan khusus benih tanaman hutan berdasarkan hasil pengujian daya berkecambah (mutu fisiologis) sesuai Tabel 9C.

Tabel 9C. Kisaran mutu fisiologis dan masa berlaku hasil uji pada beberapa benih tanaman hutan

JenisDaya berkecambah (%) Masa berlaku

hasil uji(bulan)Mutu P Mutu D Mutu T

1 2 3 4 5Acacia arabica ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12Acacia aulacocarpa ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12Acacia auriculiformis

≥ 80 70 – 79 60 – 69 12

Acacia crassicarpa ≥ 90 75 – 89 60 – 74 12Acacia mangium ≥ 90 75 – 89 65 – 74 12Acacia vilosa ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12Adenanthera microsperma

≥ 70 60 – 69 50 – 59 12

Agathis loranthifolia ≥ 90 75 – 89 60 – 74 *Aleurites moluccana ≥ 60 50 – 59 40 – 49 12Albizzia procera ≥ 80 60 – 79 50 – 59 12Alstonia scholaris ≥ 80 60 – 79 50 – 59 6Altingia excelsa ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6Anacardium occidentale

≥ 75 60 – 74 50 – 59 3

Anthocephalus cadamba

≥ 1500 kc/g

1000 kc/g – 1499kc/g

500 kc/g – 999 kc/g

12

Anthocephalus macrophyllus

≥ 1200 kc/g

800 kc/g – 1199 kc/g

400 kc/g – 799 kc/g

12

Azadirachta indica ≥ 80 60 – 79 40 – 59 *

Page 237: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IX. STANDAR MUTU BENIH TANAMAN HUTAN 213

213

Tabel 9C. Kisaran mutu fisiologis dan masa berlaku hasil uji pada beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

JenisDaya berkecambah (%) Masa berlaku

hasil uji(bulan)Mutu P Mutu D Mutu T

1 2 3 4 5Baccaurea macrocarpa

≥ 80 60 – 79 40 – 59 *

Calliandra calothyrsus

≥ 90 70- 89 60 – 69 12

Calliandra tetragona ≥ 90 70- 89 60 – 69 12Calophyllum inophyllum

≥ 70 60 – 69 45 – 59 6

Canarium indicum ≥ 70 50 – 69 40 – 49 12Castanopsis argentea ≥ 70 50 – 69 40 – 49 3Casuarina junghuniana

≥ 50 40 – 49 30 – 39 3

Casuarina equisetifolia

≥ 50 40 – 49 30 – 39 3

Ceiba petandra ≥ 90 80 – 89 60 – 79 12Cryptocarya cuneata ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3Cryptocarya massoy ≥ 60 50 – 59 40 – 49 *Dalbergia latifolia ≥ 85 75 – 84 60 – 74 12Delonix regia ≥ 70 50 – 69 40 – 49 12Diospyros celebica ≥ 75 60 – 74 50 – 59 *Duabanga moluccana

≥ 2000 kc/g

1500 kc/g – 1999 kc/g

1000 kc/g – 1499

kc/g

6

Dyera lowii ≥ 75 55 – 74 45 – 54 3Enterolobium cyclocarpum

≥ 80 60 – 79 40 – 59 12

Page 238: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

214

214

JenisDaya berkecambah (%) Masa berlaku

hasil uji(bulan)Mutu P Mutu D Mutu T

1 2 3 4 5Eucalyptus camadulensis

≥ 1000 kc/g

≥ 700 kc/g – 999 kc/g

500 kc/g – 699 kc/g

12

Eucalyptus deglupta ≥ 1200 kc/g

1000 kc/g – 1199 kc/g

700 kc/g – 999 kc/g

12

Eucalyptus pellita ≥ 1000 kc/g

≥ 700 kc/g – 999 kc/g

500 kc/g – 699 kc/g

12

Eucalyptus urophylla ≥190 kc/g

140 kc/g – 189 kc/g

90 kc/g – 139 kc/g

12

Fagara rhetsa ≥ 40 30 – 39 20 – 29 3Fagraea fragrans ≥ 2000

kc/g 1600 kc/g - 1999 kc/g

1400 kc/g - 1599 kc/g

12

Falcataria moluccana

≥ 90 75 – 89 65 – 74 12

Ficus variegata ≥ 1500 kc/g

1000 kc/g – 1499kc/g

500 kc/g – 999 kc/g

6

Gliricidia sepium ≥ 90 80 – 89 60 – 79 12Gmelina arborea ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6Gmelina moluccana ≥ 70 60 – 69 50 – 59 6Gyrinops versteegii ≥ 60 50 – 59 40 – 49 *Hibiscus macrophyllus

≥ 80 70 – 79 60 – 69 12

Intsia bijuga ≥ 90 80 – 89 65 – 79 12Khaya anthoteca ≥ 80 70 – 79 60 – 69 3Lagerstroemia speciosa

≥ 50 40 – 49 30 – 39 12

Tabel 9C. Kisaran mutu fisiologis dan masa berlaku hasil uji pada beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 239: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IX. STANDAR MUTU BENIH TANAMAN HUTAN 215

215

JenisDaya berkecambah (%) Masa berlaku

hasil uji(bulan)Mutu P Mutu D Mutu T

1 2 3 4 5Leucaena glauca ≥ 75 65 – 74 50 – 64 12Leucaena leucocephala

≥ 70 50 – 69 40 – 50 12

Maesopsis eminii ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6Manilkara kauki ≥ 75 65 -74 50 – 64 3Magnolia ovalis ≥ 75 60 – 74 50 – 59 3Magnolia blumei ≥ 70 60 – 69 50 – 59 3Magnolia champaca ≥ 70 50 – 69 40 – 49 3Melaleuca cajuputi ≥ 3750

kc/g3050 kc/g – 3749 kc/g

1600 kc/g –

3049 kc/g

12

Melaleuca leucadendron

≥ 6000 kc/g

4000 kc/g - 5999 kc/g

3000 kc/g -

3999 kc/g

12

Melia azedarach ≥ 70 60 – 69 45 – 59 6Mimusops elengi ≥ 90 80 – 89 65 – 79 6Octomeles sumatrana

≥ 1500 kc/g

1000 kc/g – 1499kc/g

500 kc/g – 999 kc/g

6

Palaquium rostratum

≥ 70 60 – 69 50 – 59 3

Pericopsis mooniana ≥ 75 65 – 74 45 – 64 12Pinus merkusii ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6Planchonia valida ≥ 60 50 – 59 40 – 49 *Podocarpus nerifolius ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6Polyalthia longifolia ≥ 85 75 – 84 60 – 74 *

Tabel 9C. Kisaran mutu fisiologis dan masa berlaku hasil uji pada beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 240: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

216

216

JenisDaya berkecambah (%) Masa berlaku

hasil uji(bulan)Mutu P Mutu D Mutu T

1 2 3 4 5Pongamia pinnata ≥ 90 75 – 89 60 – 74 3Pterocarpus indicus ≥ 70 50 – 69 40 – 49 6Pterospermum javanicum

≥ 90 80 – 89 65 – 79 12

Santalum album ≥ 60 50 – 59 40 – 49 6Samanea saman ≥ 80 60 – 79 50 – 59 12Sandoricum koetjape ≥ 85 75 – 84 60 – 74 *Schleichera oleosa ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3Schima wallichii ≥ 75 60 – 74 50 – 59 6Senna siamea ≥ 80 70 – 79 60 – 69 12Sesbania grandiflora ≥ 90 80 – 89 65 – 79 12Shorea pinanga ≥ 90 75 – 89 60 – 74 *Sterculia foetida ≥ 85 75 – 84 60 – 74 6Styrax benzoin ≥ 80 70 – 79 50 – 69 3Swietenia macrophylla

≥ 75 60 – 74 50 – 59 6

Tamarindus indica ≥ 90 75 – 89 60 – 74 12Tectona grandis ≥ 65 50 – 64 40 – 49 12Terminalia catappa ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3Toona sinensis ≥ 75 60 – 74 50 – 59 3Vitex coffasus ≥ 60 50 – 59 40 – 49 3Wrightia pubescens ≥ 85 70 – 84 60 – 69 *

Keterangan: kc/g = jumlah kecambah per gram* = hanya berlaku untuk satu kali pengujian pada benih rekalsitran

Tabel 9C. Kisaran mutu fisiologis dan masa berlaku hasil uji pada beberapa benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 241: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BAB IX. STANDAR MUTU BENIH TANAMAN HUTAN 217

217

9.5. Syarat Lulus Uji Benih dinyatakan lulus uji apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Pengklasifikasian mutu kelompok benih sesuai Tabel 9C.

9.6. Laporan HasilHasil pengujian dinyatakan dalam bentuk tabel sesuai Tabel 9D.

Tabel 9D. Format lembar hasil pengujian benih tanaman hutan A. Keterangan Pemilik Benih1. Nama2. Alamat3. Nomor Telp. / FaxB. Keterangan Lot Benih1. Jenis Tanaman2. Asal Benih

Berat Lot Benih Jumlah Wadah Jenis Wadah Tanggal Panen

C. Keterangan Contoh Benih1. Nama pengambil contoh2. Nomor Berita Acara contoh benih3. Tanggal ambil contoh4. Tanggal terima contoh5. Tanggal selesai pengujianD. Analisa KemurnianBenih murni (%) Uraian tentang jenis lain :Kotoran (%)Benih tanaman lain (%)E. Berat 1000 butirBerat 1000 butir (gram) 1 kg = butirF. Daya berkecambahLama Pengujian (hari) Media Perlakuan pendahuluan Metode uji

Kecambah Normal (%)

Abnormal (%)

Benih Keras (%)

Benih Segar (%)

Benih Mati (%)

Benih Hampa (%)

Benih Terkena

Hama (%)

G. Kadar AirKadar Air

Page 242: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

218

218

H. Hasil Pengujian Lain:

Kelas mutu benih*: P / D / TI.

Tanggal penerbitan keterangan Tanda tanganMasa berlaku s/d

................................................

Penguji Benih

..............................

Kepala Laboratorium Pengujian Benih

..............................

CATATAN:* lingkari salah satu

Sumber: BSN (2014b)

9.7. Pengemasan dan Penandaan9.7.1. PengemasanBenih siap edar dikemas dalam wadah kedap udara untuk benih ortodoks atau intermediate dan wadah berpori untuk benih rekalsitran. Berat benih dalam setiap kemasan ditentukan sesuai keperluan.

9.7.2. PenandaanBenih siap edar diberikan tanda atau label pada kemasannya sebagai berikut :

a) jenis;b) waktu pengunduhan;c) sumber benih (lokasi dan kelas sumber benih);d) berat benih;e) mutu benih (kadar air, kemurnian, berat 1000 butir, daya berkecambah

dan klasifikasi mutu);f) keterangan pengujian (waktu, lembaga penguji, batas kedaluwarsa).

CATATAN: Batas kedaluwarsa hasil pengujian ditentukan berdasarkan karakteristik benih tanaman hutan yaitu untuk benih ortodoks maksimum 12 bulan dan benih intermediate 3 bulan sampai dengan 6 bulan.

Tabel 9D. Format lembar hasil pengujian benih tanaman hutan (lanjutan)

Page 243: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2014a. SNI 5006.12.2014, Tanaman Kehutanan Bagian 12: Penanganan Benih Generatif Tanaman Hutan. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2014b. SNI 7627:2014, Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011a. SNI 7628.3-2011 Uji benih tanaman hutan - Bagian 3: Analisis kemurnian. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011b. SNI 7628.4-2011 Uji benih tanaman hutan - Bagian 4: Penentuan berat. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011c. SNI 7628.5-2011 Uji benih tanaman hutan – Bagian 5: Kadar air. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011d. SNI 7628.6-2011 Uji benih tanaman hutan – Bagian 6: Daya berkecambah. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.

Balai Teknologi Perbenihan (BTP). 2000. Pedoman Standardisasi Uji Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Buku I. Publikasi Khusus. Balai Teknologi Perbenitan. Bogor.

Bonner, F.T. 1984. Limit toleransi dalam pengukuran kadar air benih tanaman hutan. Seed Science and Technology 12: 789-794.

Page 244: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

220

220

Bonner, F.T., Karrfalt, R.P. and Nisley, R.G. 2008. The woody plant seed manual. Agriculture hand book 727. USDA Forest Service. Wahington, D.C. USA.

Bhodthipuks, J., Pukittayacamee, P., Saelim, S., Wang, B.S.P., and Yu, S.L. 1994. Rapid viability testing of tropical tree seed. Training Course Proceedings No. 4. ASEAN Forest Tree Tree Centre Project. Muak-Lek, Saraburi, Thailand.

Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan (DBPTH). 2013. Laporan Pembuatan Standar Mutu Benih. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (DJTP). 2011. Pengujian benih tanaman pangan dan holtikultura. Kementerian Pertanian.

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (DPTH). 2007. Pedoman Teknis Pengadaan Benih dan Bibit Tanaman Hutan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (DJRLPS). 2009. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial No. P.06/V-SET/2009 tentang Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Finch-Savage, W., and Leubner-Metzger, G. 2006. Seed dormancy and the control of germination. Tansley Review-New Phytologist, 171: 501-523.

International Seed Testing Association (ISTA). 2011. International Rules for Seed Testing. Switzerland.

International Seed Testing Association (ISTA). 2013. International Rules for Seed Testing. Switzerland.

Leubner, G. 2007. The seed biology place. http://www.seedbiology.de.

Page 245: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

DAFTAR PUSTAKA 221

221

Ng, F.S.P. 1991. Manual of forest fruits, seeds and seedlings, Volume one. Malayan forest record No. 34. Forest Research institute Malaysia. Kepong, Kuala Lumpur. Malaysia.

Nurhasybi, Sudrajat, D.J., Pramono, A.A. dan Budiman, B. 2007. Review Status Iptek Perbenihan Tanaman Hutan. Publikasi Khusus. Balai Penelitian Teknologi Perbenitan. Bogor.

Otto, H.J. 1985. The current status of seed certification in the seed industry.In: M.B. McDonald, Jr and W.D. Pardee (eds.). The Role of seed Certification in the Seed Industry. CSSA Special Publication No.10:9-17. CSSA Inc., Wisconsin, USA.

Samingan, T. 1982. Dendrologi. Kerjasama Bagian Ekologi Fakultas Pertanian IPB dengan Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Sudrajat, D.J. dan Nurhasybi, 2009. Penentuan Standar Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Info Benih No. 13 (1):147-158. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Sudrajat, D.J. dan Nurhasybi. 2010. Pengembangan Metode Pengujian dan Standar Mutu Benih dan Bibit Tanaman Hutan. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian, Bandung, 20 Oktober 2010. Kerjasama Balai Penelitian Teknologi Perbenihan dan Balai Penelitian Kehutanan Ciamis.

Sudrajat, D.J. dan Nurhasybi. 2014. Pedoman Standardisasi Uji Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta.

Weimortz, E.D. 1985. An international view of seed certification. In: M.B. Mcdonald, Jr and W.D Pardee (eds.). The Role of seed Certification in the Seed Industry. CSSA Special Publication No.10:25-28. CSSA Inc., Wisconsin, USA.

Page 246: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

222

222

Zanzibar, M., Rohandi, A., Herdiana, N., Mokodompit, S., Kartiana, E.R., dan Muharam, A. 2003b. Pedoman Uji Cepat Viabilitas Benih Tanaman Hutan. Buku II. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Bogor.

Zanzibar, M., Herdiana, N, Novita, I., Kartiana, E.R., dan Muharam, A. 2003a. Pedoman Uji Cepat Viabilitas Benih Tanaman Hutan. Buku I. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Bogor.

Page 247: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14a)

)

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Acac

ia sp

p.

- Pe

man

jata

n (p

emet

ikan

la

ngsu

ng d

ari

poho

n)

- Bu

ah (p

olon

g)

berw

arna

cok

lat

- Bu

ah m

asak

pa

da b

ulan

Juli

– Ag

ustu

s.

Ekstr

aksi

kerin

g:

men

jem

ur p

olon

g se

lam

a 3

hari

– 4

hari

sam

pai m

erek

ah.

Beni

h di

kelu

arka

n da

ri po

long

seca

ra

man

ual a

tau

men

ggun

akan

mes

in.

- Be

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran

deng

an c

ara

dita

mpi

ke

mud

ian

funi

kel

dihi

lang

kan

- M

engg

unak

an

Seed

Gra

vity

Tab

le (S

GT

).

- O

rtod

oks

- Be

nih

dije

mur

se

lam

a 1

hari

– 2

hari

hing

ga

men

capa

i kad

ar

air (

KA)

5 -

8%.

- W

adah

ked

ap-

Dir

uang

air

cond

ition

er (A

C)

atau

dry

cool

sto

rage

(DC

S).

Aden

anth

era

micr

ospe

rma

Teijs

m. &

Bin

nend

.-

Pem

anja

tan

dan

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

- K

ulit

buah

be

rwar

na c

okla

t da

n m

ulai

m

erek

ah-

Buah

mas

ak

pada

bul

an Ju

li –

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g:

penj

emur

an b

uah

(pol

ong)

sela

ma

1 ha

ri –

2 ha

ri hi

ngga

po

long

mer

ekah

- Be

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi-

Men

ggun

akan

SG

T.

- O

rtod

oks

- Be

nih

dije

mur

se

lam

a ±

3 ha

ri hi

ngga

men

capa

i K

A 6

- 8%

.

- W

adah

ked

ap-

Di r

uang

AC

ata

u re

frige

rato

r.

Page 248: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

224

224La

mpi

ran

1.

Tek

nik

pena

ngan

an b

enih

tan

aman

hut

an (

DPT

H,

2007

; N

urha

sybi

et

al.,

2007

; BS

N,

2014

) (la

njut

an)

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Agat

his l

oran

thifo

lia

Salis

b.-

Pem

anja

tan

- Bu

ah k

eruc

ut)

berw

arna

hija

u tu

a/hi

jau

tua

keco

klat

an-

Buah

mas

ak p

ada

bula

n O

ktob

er.

Ekstr

aksi

kerin

g ta

npa

penj

emur

an

deng

an c

ara

pem

eram

an k

eruc

ut

dala

m k

arun

g be

rpor

i se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari

hing

ga b

uah

peca

h.

Beni

h di

pisa

hkan

dar

i ko

tora

n de

ngan

car

a di

tam

pi.

- Be

nih

reka

lsitr

an-

Dik

erin

g-an

gink

an se

lam

a 1

hari-

2 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

25%

- W

adah

ber

pori

- Be

nih

dica

mpu

r fu

ngisi

da b

ubuk

de

ngan

dos

is 1-

2 %

- di

ruan

g AC

Aleu

rites

mol

ucca

na (L

.) W

illd.

-

Peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

- K

ulit

buah

be

rwar

na c

okla

t-

Buah

mas

ak

pada

bul

an Ju

li –

Agus

tus.

Ekstr

aksi

basa

h,

mem

bena

mka

n bu

ah d

alam

tana

h/lu

mpu

r sam

pai k

ulit

buah

mem

busu

k da

n ha

ncur

, kem

udia

n di

bers

ihka

n di

air

men

galir

.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, c

ara

peer

enda

man

dal

am

air b

isa d

igun

akan

un

tuk

mem

isahk

an

beni

h ko

song

/ham

pa.

- O

rtod

oks

- Be

nih

dije

mur

se

lam

a 10

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 9%

- 12

%.

- W

adah

ked

ap-

Di r

uang

kam

ar,

AC, a

tau

DSC

.

Albi

zzia

pro

cera

(Rox

b.)

Bent

h.

- Pe

man

jata

n-

Buah

(pol

ong)

ya

ng m

asak

be

rwar

na c

okla

t tu

a-

Buah

mas

ak p

ada

bula

n Ag

ustu

s –

Sept

embe

r.

Ekstr

aksi

kerin

g:m

enje

mur

pol

ong

sela

ma

2 ha

ri –

3 ha

ri sa

mpa

i mer

ekah

.

- Be

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran

deng

an c

ara

dita

mpi

- M

engg

unak

an

SGT.

- O

rtod

oks

- Be

nih

dije

mur

se

lam

a 3

- 5 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

5 - 8

%.

- W

adah

ked

ap-

Di r

uang

AC

ata

u re

frige

rato

r.

Page 249: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 225

225

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Alsto

nia

schol

aris

(L.)

R. B

r. -

Pem

anja

tan

sebe

lum

bua

h m

erek

ah-

Buah

(pol

ong)

be

rwar

na h

ijau

tua

hing

ga

keku

ning

an-

Buah

mas

ak

pada

bul

an Ju

li da

n O

ktob

er-

Nop

embe

r.

Ekstr

aksi

kerin

g :

polo

ng d

iang

in-

angi

nkan

pad

asu

hu k

amar

sela

ma

3 ha

ri - 7

har

i di

dala

m p

eti k

ayu

yang

di

ata

snya

ditu

tupi

ka

wat

kas

a

- Be

nih

bers

ayap

, pe

misa

han

saya

p da

ri be

nih

men

ggun

akan

fo

od p

roce

ssor

- Be

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran,

be

nih

koso

ng/

ham

pa d

an b

enih

ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it.

- O

rtod

oks

- Be

nih

dike

ring-

angi

nkan

sela

ma

2 - 3

har

i hin

gga

men

capa

i KA

7 -

9%.

- W

adah

ked

ap-

Di r

uang

DC

S at

au re

frige

rato

r

Altin

gia

exce

lsa N

oron

ha

- Pe

man

jata

n-

Sisik

bua

h be

rwar

na h

ijau

keco

klat

an sa

mpa

i co

klat

- Bu

ah m

asak

pad

a bu

lan

Agus

tus –

O

ktob

er.

Ekstr

aksi

kerin

g:

penj

emur

an se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari a

tau

seed

drier

pad

a su

hu

38 -

42°C

sela

ma

20 ja

m h

ingg

a bu

ah

mer

ekah

.

- Be

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi

- O

rtod

oks

- Be

nih

dike

ring-

angi

nkan

sela

ma

2 - 3

har

i hin

gga

men

capa

i KA

5 -

9%.

- W

adah

ked

ap-

Di r

uang

DC

S at

au re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 250: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

226

226

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Anac

ardi

um o

ccid

enta

le Li

nn.

- Pe

man

jata

n,

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

- K

ulit

buah

be

rwar

na k

unin

g ke

mer

ahan

ata

u ke

mer

ahan

- Bu

ah m

asak

pad

a bu

lan

Agus

tus –

Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g :

mem

buan

g bu

ah

sem

unya

seca

ra

lang

sung

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

- In

term

edia

te-

Beni

h di

ker

ing

angi

nkan

sela

ma

2 ha

ri - 3

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 8

- 15%

.

- W

adah

ked

ap-

Di r

uang

AC

dan

re

frige

rato

r

Anth

ocep

halu

s cad

amba

(R

oxb.

) Miq

. -

Peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

- Bu

ah b

erw

arna

hi

jau

keku

ning

an

hing

ga c

okla

t m

uda

- Bu

ah m

asak

pad

a bu

lan

April

-Mei

.

Ekstr

aksi

basa

h be

rtah

ap: D

iper

am

dala

m a

ir sa

mpa

i da

ging

bua

h lu

nak;

Dire

mas

sa

mpa

i han

cur d

an

dien

dapk

an se

lam

a ±

2 ja

m; B

enih

disa

ring

deng

an k

ain

blac

u da

n di

pera

s, la

lu

dike

ring-

angi

nkan

se

lam

a 3

- 4 h

ari.

Lolo

s pad

a uk

uran

sa

ringa

n 42

0 µm

(35

mes

h) d

an te

rtah

an

pada

250

µm

(60

mes

h)

- O

rtod

oks

- Be

nih

dike

ring-

an

gink

an se

lam

a 3

- 4 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 7

-10%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 251: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 227

227

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Anth

ocep

halu

s m

acro

phyll

us (R

oxb.

) H

avil.

Peng

umpu

lan

- bu

ah d

i lan

tai

huta

nBu

ah b

erw

arna

-

hija

u ke

kuni

ngan

hi

ngga

cok

lat

mud

a Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ap

ril-M

ei.

Ekstr

aksi

basa

h be

rtah

ap: D

iper

am

dala

m a

ir sa

mpa

i da

ging

bua

h lu

nak;

ire

mas

sam

pai h

ancu

r da

n di

enda

pkan

se

lam

a ±

2 ja

m; B

enih

di

sarin

g de

ngan

kai

n bl

acu

dan

dipe

ras,

lalu

dik

erin

g-an

gink

an se

lam

a 3

- 4

hari.

Lolo

s pad

a uk

uran

sa

ringa

n 42

0 µm

(40

mes

h) d

an te

rtah

an

pada

250

µm

(60

mes

h)

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an se

lam

a 3

hari

- 4 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

7 -1

0%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Azad

irach

ta ex

celsa

(Jac

k)

Jaco

bsPe

man

jata

n -

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na h

ijau

keku

ning

anBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n O

ktob

er-

Nop

embe

r.

Ekstr

aksi

basa

h,

seca

ra m

anua

l den

gan

cara

men

ggos

ok

dan

mel

umat

nya

bers

amaa

nde

ngan

pas

ir ka

sar,

kem

udia

n di

cuci

de

ngan

air

hing

ga

dagi

ng d

an k

ulit

buah

nya

terle

pas a

tau

men

ggun

akan

ala

t pe

ngup

as k

opi.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gin

sela

ma

± 1

hari

KA

≥ 50

%-

Tida

k bi

sa

- di

simpa

n la

ma

Disi

mpa

n da

lam

-

wad

ah p

oros

di

ruan

g AC

.

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 252: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

228

228

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Bacc

aure

a m

acro

carp

a (M

iq.)

Mul

.Arg

.Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

dar

i lan

tai

huta

nBu

ah b

erdi

ndin

g -

teba

l men

gayu

, co

klat

kel

abu

di b

agia

n lu

ar,b

erw

arna

ku

ning

bila

m

asak

.

Ekstr

aksi

basa

h, b

uah

enak

dim

akan

.Be

nih

dipi

sahk

an d

ari

koto

ran

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gin

sela

ma

± 1

hari

KA

35 -

50%

-

Tida

k bi

sa

- di

simpa

n la

ma

Disi

mpa

n da

lam

-

wad

ah p

oros

di

ruan

g AC

Cal

liand

ra ca

loth

yrsu

s M

eiss

n.

Pem

anja

tan

- Bu

ah (p

olon

g)

- be

rwar

na c

okla

tBu

ah m

asak

-

pada

bul

an M

ei-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari s

ampa

i m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- 1

hari

- 2 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

10 %

- 12

%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Cal

liand

ra te

trago

na

(Will

d.) B

enth

Pe

man

jata

n-

Buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Mei

-Ag

ustu

s.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari s

ampa

i m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- 1

hari

- 2 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

10 %

- 12

%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 253: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 229

229

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Cal

ophy

llum

inop

hyllu

m

L.

Peng

umpu

lan

- bu

ah d

i lan

tai

huta

nK

ulit

buah

-

berw

arna

kun

ing

hing

ga m

erah

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Mei

-Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

basa

h da

n ke

ring

: Bua

h di

pera

m a

tau

dire

ndam

air

sela

ma

± 2

hari

atau

hin

gga

buah

men

jadi

lu

nak

dan

mud

ah

dile

pask

an, k

emud

ian

dicu

ci a

ir m

enga

lir

hing

ga b

ersih

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- D

iker

ing-

- an

gink

an p

ada

suhu

kam

ar

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i hin

gga

men

capa

i KA

≥ 15

%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C-

Can

ariu

m in

dicu

m L

. Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Buah

ber

war

na

- hi

tam

Buah

mas

ak

- ha

mpe

r sep

anja

ng

tahu

n.

Ekstr

aksi

basa

h m

engu

pas

buah

nya,

kem

udia

n di

cuci

den

gan

air

men

galir

hin

gga

bers

ih

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a ±

3 ha

ri hi

ngga

men

capa

i K

A 6

% -

8 %

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng k

erin

g -

ding

in/D

CS

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 254: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

230

230

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Cas

tano

psis

arge

ntea

(B

lum

e) A

.DC

. Pe

ngum

pula

n -

buah

di l

anta

i hu

tan

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na k

unin

g ke

cokl

atan

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Nop

embe

r-Fe

brua

ri,

punc

akny

a Ja

nuar

i.

Ekstr

aksi

basa

h da

n ke

ring

: Bua

h di

pera

m a

tau

dire

ndam

air

sela

ma

± 2

hari

atau

hin

gga

buah

men

jadi

lu

nak

dan

mud

ah

dile

pask

an, k

emud

ian

dicu

ci a

ir m

enga

lir

hing

ga b

ersih

.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Dik

erin

g--

angi

nkan

suhu

ka

mar

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A ≥

15 %

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C-

Cas

uarin

a eq

uiset

ifolia

L.

Pem

anja

tan

- se

belu

m ru

njun

g (c

one)

mer

ekah

Buah

ber

war

na

- co

klat

ke

abu-

abua

nBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ag

ustu

s -S

epte

mbe

r.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari h

ingg

a m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

nya

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Penj

emur

an

- se

lam

a ±

3 ha

ri hi

ngga

men

capa

i K

A 5

- 6%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C d

an

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 255: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 231

231

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Cas

uarin

a ju

nghu

hnia

na

Miq

. Pe

man

jata

n -

sebe

lum

runj

ung

(con

e) m

erek

ahBu

ah b

erw

arna

-

kuni

ng h

ingg

a co

klat

Buah

mas

ak

- se

panj

ang

tahu

n,

tidak

tera

tur.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 1

hari

– 2

hari

hing

ga

mer

ekah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

nya

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Penj

emur

an

- se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 5

-8%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C d

an

- re

frige

rato

r

Ceib

a pe

ntan

dra

(L.)

Gae

rtne

r Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

April

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 2

hari

- 3 h

ari s

ampa

i m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- 1

hari

- 2 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

≤12

%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Cry

ptoc

arya

cune

ata

Blum

ePe

man

jata

n-

Buah

mas

ak

- be

rwar

na

kehi

tam

an

Buah

dip

eram

ata

u di

rend

am a

ir se

lam

a ±

2 ha

ri at

au h

ingg

a bu

ah m

enja

di

luna

k da

n m

udah

di

lepa

skan

, kem

udia

n di

cuci

air

men

galir

hi

ngga

ber

sih

Beni

h di

pisa

hkan

dar

i ko

tora

nRe

kalsi

tran

- D

iker

ing-

- an

gink

an

Kad

ar a

ir 35

--

45%

.

Tida

k bi

sa

- di

simpa

n la

ma

Disi

mpa

n da

lam

-

wad

ah p

oros

di

ruan

g AC

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 256: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

232

232

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Cry

ptoc

arya

mas

soy

(Oke

n) K

oste

rm.

Pem

anja

tan

- Bu

ah m

asak

-

berw

arna

kco

klat

Beni

h ke

ras,

keci

l, -

bent

uk ja

rum

, pa

njan

g ±

1 cm

, hi

tam

.

Buah

dip

eram

ata

u di

rend

am a

ir se

lam

a ±

2 ha

ri at

au h

ingg

a bu

ah m

enja

di

luna

k da

n m

udah

di

lepa

skan

, kem

udia

n di

cuci

air

men

galir

hi

ngga

ber

sih

Beni

h di

pisa

hkan

dar

i ko

tora

nRe

kalsi

tran

- D

iker

ing-

- an

gink

an

Kad

ar a

ir 35

--

45%

.

Tida

k bi

sa

- di

simpa

n la

ma

Disi

mpa

n da

lam

-

wad

ah p

oros

di

ruan

g AC

Dal

berg

ia la

tifol

ia R

oxb.

Pe

man

jata

n-

Buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juli-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g :

mer

onto

kkan

pol

ong

yang

suda

h ke

ring

lalu

men

ggos

ok

polo

ng d

i ata

s kaw

at

kass

a

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

nya

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 6

hari

hing

ga m

enca

pai

KA

7,42

%, a

tau

seed

drier

suhu

40

°C se

lam

a 6

jam

Wad

ah k

edap

- D

iruan

g AC

-

Delo

nix

regi

aPe

man

jata

n -

Kul

it bu

ah

- (p

olon

g)

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juli-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an b

uah

hing

ga p

olon

g m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Dik

erin

g--

angi

nkan

hin

gga

men

capa

i KA

9 - 1

2%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 257: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 233

233

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Dio

spyr

os ce

lebica

Bak

h.

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

cok

lat

bint

ik k

unin

gBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Se

ptem

ber -

N

opem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g,

pem

bela

han

buah

Be

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran,

ben

ih

koso

ng/ h

ampa

dan

be

nih

yang

ters

eran

g ha

ma

peny

akit

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an su

hu

kam

ar se

lam

a 1

hari

hing

ga

men

capa

i KA

20

- 30%

Peny

impa

nan

sem

enta

ra d

alam

w

adah

ber

pori

Dua

bang

a m

oluc

cana

Bl

ume

Pem

anja

tan

- Bu

ah (k

apsu

l) -

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Agus

tus -

Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g :

men

jem

ur b

uah

sela

ma

1 ha

ri sa

mpa

i tu

tup

buah

nya

terb

uka

Beni

h tid

ak p

erlu

di

sort

irIn

term

edia

te-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an se

lam

a 3

- 4 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 7

- 10%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Dye

ra lo

wii

Hoo

f.f.

Pem

anja

tan

- Bu

ah (p

olon

g)

- be

rwar

na c

okla

t da

n be

lum

m

erek

ahBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Se

ptem

ber

– D

esem

ber d

an

Mar

et –

Apr

il.

Ekstr

aksi

kerin

g pe

njem

uran

sela

ma

5 –

7 ha

ri hi

ngga

po

long

mem

buka

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

- an

gink

an se

lam

a 1

mal

am h

ingg

a m

enca

pai K

A 10

%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 258: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

234

234

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Ente

rolo

bium

cyclo

carp

um

Gris

eb.

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

(pol

ong)

be

rwar

na c

okla

t.Bu

ah m

asak

, -

Agus

tus-

Se

ptem

ber

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an b

uah

hing

ga p

olon

g m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Dik

erin

g--

angi

nkan

hin

gga

men

capa

i KA

9 - 1

2%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Euca

lyptu

s cam

adul

ensis

Pem

anja

tan

- Bu

ah (k

apsu

l) -

mul

ai m

enge

ras,

berw

arna

cok

lat

tua

dan

buah

te

rbuk

a se

bagi

an.

Mus

im b

uah,

Ju

ni-S

epte

mbe

r.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

4 ha

ri) a

tau

deng

an

fruit

drier

(t =

40°

C

sela

ma

48 ja

m)

Lolo

s pad

a uk

uran

sa

ringa

n600

µm

(28

mes

h) d

an te

rtah

an

pada

300

µm

(56

mes

h)

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g--

angi

nkan

sela

ma

2 –

3 ha

ri hi

ngga

m

enca

pai K

A 5

- 10

%.

Wad

ah k

edap

- di

ruan

g D

CS,

-

refri

gera

tor a

tau

freez

er

Euca

lyptu

s deg

lupt

a Bl

ume

Pem

anja

tan

- Bu

ah (k

apsu

l) -

berw

arna

hija

u ke

cokl

atan

.M

usim

bua

h, Ju

ni

- –

Juli.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

3 ha

ri) a

tau

deng

an

fruit

drier

(t =

40°

C

sela

ma

48 ja

m)

Lolo

s pad

a uk

uran

sa

ringa

n 60

0 µm

(28

mes

h) d

an te

rtah

an

pada

300

µm

(56

mes

h)

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g--

angi

nkan

sela

ma

2 –

3 ha

ri hi

ngga

m

enca

pai K

A 5

- 10

%.

Wad

ah k

edap

- di

ruan

g D

CS,

-

refri

gera

tor a

tau

freez

er

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 259: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 235

235

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Euca

lyptu

s pell

ita F

. M

uell.

Pe

man

jata

n-

Buah

(kap

sul)

- su

dah

mul

ai

men

gera

s, be

rwar

na c

okla

t tu

a da

n tu

tup

buah

mul

ai

terb

uka

seba

gian

.M

usim

bua

h,

- Ag

ustu

s-Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

4 ha

ri) a

tau

deng

an

fruit

drier

(t =

40°

C

sela

ma

48 ja

m)

Lolo

s pad

a uk

uran

sa

ringa

n600

µm

(28

mes

h) d

an te

rtah

an

pada

300

µm

(56

mes

h)

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g--

angi

nkan

sela

ma

2 –

3 ha

ri hi

ngga

m

enca

pai K

A 5

- 10

%.

Wad

ah k

edap

- di

ruan

g D

CS,

-

refri

gera

tor a

tau

freez

er

Euca

lyptu

s uro

phyll

a S.

T.

Blak

e Pe

man

jata

n-

Buah

mul

ai

- m

enge

ras,

berw

arna

co

klat

tua

dan

tutu

p bu

ah

mul

ai te

rbuk

a se

bagi

an,te

tapi

be

nih

belu

m

kelu

ar d

ari b

uah.

Mus

im b

uah,

-

April

-Mei

.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

4 ha

ri) a

tau

deng

an

fruit

drier

(t =

40°

C

sela

ma

48 ja

m)

Lolo

s pad

a uk

uran

sa

ringa

n 71

0 µm

(24

mes

h) d

an te

rtah

an

pada

600

µm

(28

mes

h)

Ort

odok

s-

Di k

erin

g--

angi

nkan

hin

gga

men

capa

i KA

6 - 1

0%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 260: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

236

236

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Faga

ra rh

etsa

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

mer

ah

atau

hita

m.

Mus

im b

uah

- m

asak

pad

a bu

lan

Janu

ari-F

ebru

ari.

Ekstr

aksi

kerin

g da

n ba

sah:

Bua

h di

jem

ur

atau

dik

erin

g-ng

inka

n se

lam

a 3-

4 ha

ri hi

ngga

kul

it bu

ah m

erek

ah; K

ulit

buah

dig

osok

, lal

u be

nih

dicu

ci d

enga

n ai

r men

galir

hin

gga

kulit

ben

ih d

an

min

yakn

ya h

ilang

.

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

5 - 8

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C-

Fagr

aea

fragr

ans R

oxb.

Pe

man

jata

n-

Buah

ber

war

na

- m

erah

sam

pai

mer

ah te

rang

Mus

im b

uah

- m

asak

pad

a bu

lan

April

-Mei

.

Ekstr

aksi

basa

h-ke

ring

: bua

h di

rend

am se

lam

a 2

jam

kem

udia

n re

mas

- re

mas

, dan

disa

ring

deng

an a

yaka

n ke

mud

ian

di k

erin

g an

gink

an

Lolo

s dan

tert

ahan

uk

uran

sarin

gan

840

µm (2

0 m

esh)

dan

te

rtah

an p

ada

710

µm (2

4 m

esh)

Ort

odok

s-

Dik

erin

g-an

gin-

- ka

n se

lam

a ±

5 ha

ri di

suhu

ka

mar

hin

gga

men

capa

i KA

9 -

12%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Falca

taria

mol

ucca

na (L

.) N

ielse

n Pe

man

jata

n-

Buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat.

Buah

mas

ak, J

uli

- –

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g : p

olon

g di

jem

ur

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 1

hari

hing

ga m

enca

pai

KA

5 - 8

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng k

amar

, -

ber A

C a

tau

DC

S

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 261: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 237

237

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Ficu

s var

iegat

a Bl

ume

(nya

wai

)Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Buah

ber

war

na

- m

erah

keh

itam

-hi

tam

an.

Buah

mas

ak, M

ei-

- Ju

li.

Ekstr

aksi

basa

h,

buah

dip

eram

sela

ma

3 ha

ri - 4

har

i lal

u di

blen

der,

kem

udia

n di

sarin

g

Tert

ahan

pad

a sa

ringa

n 60

0 µm

(28

mes

h)

Beni

h di

kerin

g--

angi

n- k

an se

lam

a 24

jam

hin

gga

men

capa

i KA

9 -

12%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Glir

icidi

a sep

ium

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juli-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an b

uah

hing

ga p

olon

g m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Dik

erin

g--

angi

nkan

hin

gga

men

capa

i KA

9 - 1

2%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Gm

elina

arb

orea

Rox

b.

Peng

umpu

lan

- bu

ah d

i lan

tai

huta

nK

ulit

buah

-

berw

arna

hija

u ke

kuni

ngan

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juli-

Sept

embe

r.

Ekstr

aksi

- basa

h: se

cara

man

ual,

atau

di b

lend

er

untu

kmem

bers

ihka

n sis

a da

ging

bua

h ya

ng

mel

ekat

af

ter

- ripen

ing s

elam

a 2

min

ggu.

Den

gan

cara

m

eren

dam

dal

am

air,

beni

h ya

ng

tera

pung

tida

k di

pilih

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

- an

gink

an se

lam

a 4

- 6 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 9

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 262: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

238

238

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Gm

elina

mol

ucca

naPe

ngum

pula

n -

buah

di l

anta

i hu

tan

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na h

ijau

keku

ning

anBu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

- basa

h: se

cara

man

ual,

atau

di b

lend

er

untu

kmem

bers

ihka

n sis

a da

ging

bua

h ya

ng

mel

ekat

af

ter

- ripen

ing s

elam

a 2

min

ggu.

Den

gan

cara

m

eren

dam

dal

am a

ir,

beni

h ya

ng te

rapu

ng

tidak

dip

ilih

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

- an

gink

an se

lam

a 4

- 6 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 9

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

-

Gyr

inop

s ver

steeg

iiPe

man

jata

n at

au

- pe

ngum

pula

n bu

ah d

i lan

tai

huta

nBu

ah b

erw

arna

-

kuni

ng (c

angk

ang

buah

bel

um

ecah

).

Ekstr

aksi

dila

kuka

n de

ngan

men

gupa

s ku

lit d

an m

encu

ciny

a di

air

bers

ih u

ntuk

m

engh

ilang

kan

dagi

ng u

ah.

Mem

buan

g be

nih-

beni

h ko

song

/ ham

pa

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g –

- an

gink

an se

lam

a 1

- 2 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A ≥

15%

.

Tida

k bi

sa d

isim

pan

lam

a

Hib

iscus

mac

roph

yllus

Ro

xb. e

x H

orne

m.

Pem

anja

tan

-se

belu

m b

uah

mer

ekah

Buah

(kap

sul)

-be

rwar

na c

okla

t tu

a.Bu

ah m

asak

, -

bula

n Ju

li-O

ktob

er.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

3 ha

ri)

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n de

ngan

di

tam

pi

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 1

– 2

hari

hing

ga m

enca

pai

KA

6 - 8

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 263: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 239

239

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Intsi

a bi

juga

(Col

ebr.)

O.

Kun

tze

Pem

anja

tan

dan

- pe

ngum

pula

n bu

ah d

i lan

tai

huta

nK

ulit

buah

-

berw

arna

cok

lat

tua

sam

pai

kehi

tam

-hita

man

, ku

lit b

uah

kera

s, be

nih

berw

arna

co

klat

tua

kem

erah

an. B

uah

mas

ak, J

uni-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g:Bu

ah d

ijem

ur se

lam

a 1

hari

– 2

hari

sam

pai

buah

mer

ekah

. Car

a m

enge

luar

kan

beni

hda

ri bu

ah d

enga

n m

engu

pas b

uah

seca

ra m

anua

l.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a ±

3 ha

ri hi

ngga

men

capa

i K

A 6

- 8%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

-

Kha

ya a

ntho

tech

a (W

elw.

) C. D

C.

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Okt

ober

.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an

sela

ma

2 ha

ri - 4

har

i.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

- an

gink

an se

lam

a 1

- 2 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 9

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

-

Lage

rstro

emia

spec

iosa

(L

.) Pe

rs.

Pem

anja

tan

- se

belu

m b

uah

mer

ekah

Buah

ber

war

na

- co

klat

.Bu

ah m

asak

, Jun

i -

dan

Okt

ober

.

Ektr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an sa

mpa

i bu

ah m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n de

ngan

di

tam

pi

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 1

- 2 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

6 - 8

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 264: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

240

240

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Leuc

aena

gla

uca

(Will

d.)

Bent

h.

Pem

anja

tan

- se

belu

m p

olon

g m

erek

ahBu

ah (p

olon

g)

- be

rwar

na c

okla

t tu

a ke

hita

man

.Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-Ag

ustu

s.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 2

hari

- 3 h

ari s

ampa

i m

erek

ah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- 1

- 2 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 10

- 1

2%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Leuc

aena

leuc

ocep

hala

(L

am.)

de W

it.Pe

man

jata

n-

Buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juli-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

ansa

mpa

i pol

ong

mer

ekah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piM

engg

unak

an

- SG

T

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 6

- 8%

.

Wad

ah k

edap

-

Di r

uang

kam

ar

- at

au A

C.

Mae

sops

is em

inii

Engl

. (k

ayu

afrik

a)Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na k

unin

g hi

ngga

ung

u ke

hita

man

.Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-Ag

ustu

s.

Ekstr

aksi

basa

h :

mer

enda

m b

uah

dala

m a

ir se

lam

a 1

hari

, kem

udia

n bl

ende

r dan

cuc

i air

men

galir

hin

gga

bers

ih

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Ort

odok

s-

Dije

mur

sela

ma

- 1

- 2 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 4

- 9%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng D

CS

-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 265: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 241

241

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Man

ilkar

a ka

uki (

L.)

Dub

ard

(saw

o ke

cik)

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

kun

ing

kem

erah

an.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Mei

dan

Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

basa

h,

mel

unak

kan

kulit

bu

ah d

an d

iber

sihka

n di

air

men

galir

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

- an

gink

an se

lam

a 2

hari

hing

ga

men

capa

i KA

9 -1

2%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

frige

rato

r

Mag

nolia

ova

lis (M

iq.)

Figl

erPe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Buah

(kap

sul)

- be

rwar

na h

ijau

tua

hing

ga c

okla

t.Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an A

pril

dan

Okt

ober

- N

opem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g-ba

sah:

Buah

- di

kerin

g- a

ngin

kan

sela

ma

2 ha

ri - 3

har

i hi

ngga

mer

ekah

Beni

h - di

rend

am se

lam

a 1

hari

- 2 h

ari,

kem

udia

n ku

lit b

enih

di

bers

ihka

n.

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g--

angi

nkan

sela

ma

1 - 2

har

i hin

gga

men

capa

i KA

≥ 15

%.

Beni

h tid

ak d

apat

-

disim

pan

lam

aW

adah

ber

pori

- D

i rua

ng A

C-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 266: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

242

242

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Mag

nolia

Blu

mei

Pran

tl.Pe

man

jata

n -

ketik

a bu

ah m

ulai

m

erek

ahK

ulit

buah

-

berw

arna

hija

u ke

mer

ahan

.Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n O

ktob

er

dan

Mar

et.

Ekstr

aksi

kerin

g da

n ba

sah:

Pen

jem

uran

bu

ah sa

mpa

i m

erek

ah; L

alu

dipe

ram

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i sam

pai

dagi

ng b

uah

luna

k,

kem

udia

n di

cuci

be

rsih

.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g--

angi

nkan

sela

ma

24 ja

m

Wad

ah b

erpo

ri-

Di r

uang

AC

-

Mag

nolia

cham

paca

L.

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

cok

lat

tua.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Okt

ober

da

n M

aret

.

Ekstr

aksi

basa

h:be

nih

dila

kuka

n de

ngan

car

a di

rem

as

deng

an p

asir,

lalu

di

bers

ihka

n da

lam

air

men

galir

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- D

iker

ing-

- an

gink

an p

ada

suhu

kam

ar

sela

ma

2 ha

ri

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

- m

aksim

al se

lam

a 3

bula

n (b

enih

te

lah

di p

rimin

g)

Mela

leuca

caju

puti

Pow

ell

Pem

anja

tan

- Bu

ah b

erw

arna

-

hija

u ke

cokl

atan

hi

ngga

cok

lat.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Sept

embe

r-N

opem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

3 ha

ri)

Tert

ahan

pad

a sa

ringa

n 42

0 µm

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 2

– 3

hari

hing

ga m

enca

pai

KA

5 - 8

%.

Wad

ah k

edap

- di

ruan

g D

CS

- at

au A

C

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 267: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 243

243

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Mela

leuca

leuc

aden

dron

Pem

anja

tan

- Bu

ah b

erw

arna

-

hija

u ke

cokl

atan

hi

ngga

cok

lat

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Sept

embe

r-N

opem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g,

penj

emur

an sa

mpa

i ka

psul

mer

ekah

3 ha

ri)

Tert

ahan

pad

a sa

ringa

n 42

0 µm

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 2

– 3

hari

hing

ga m

enca

pai

KA

5 - 8

%

Wad

ah k

edap

- di

ruan

g D

CS

- at

au A

C

Meli

a az

edar

ach

L.

(min

di k

ecil)

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

kun

ing

Ekstr

aksi

basa

h, b

uah

dibl

ende

r kem

udia

n di

cuci

di a

ir m

enga

lir

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n,be

nih

koso

ng/ h

ampa

dan

be

nih

yang

ters

eran

g ha

ma

peny

akit

Inte

rmed

iate

- D

i ker

ing-

- an

gink

an d

i rua

ng

kam

ar a

tau

AC

atau

hin

gga

KA

men

capa

i 9 -

12%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

-

Mim

usop

s elen

gi L

. Pe

man

jata

n-

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na ji

ngga

, hi

ngga

hita

m.

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juli-

Sept

embe

r.

Ekstr

aksi

basa

h,

buah

dire

ndam

ai

r sel

ama

24 ja

m

hing

ga d

agin

g bu

ah

luna

k, k

emud

ian

dibe

rsih

kan

pada

air

yang

men

galir

.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a ±3

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 5

- 8%

Wad

ah k

edap

- di

ruan

g AC

ata

u -

refri

gera

tor

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 268: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

244

244

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Octo

mele

s sum

atra

na

Miq

. Pe

man

jata

n,

- pe

ngum

pula

n bu

ah d

i lan

tai

huta

nBu

ah b

erw

arna

-

hija

u tu

a sa

mpa

i ke

hita

m-h

itam

an.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Des

embe

r da

n Ju

ni.

Ekstr

aksi

kerin

g:

buah

dije

mur

se

lam

a 3

hari

sam

pai

mer

ekah

Peny

arin

gan

deng

an

ayak

an u

kura

n 21

0 µm

(65

mes

h).

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an se

lam

a 3

hari

- 4 h

ari

hing

ga m

enca

pai

KA

7 -1

0%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng D

CS

- at

au A

C

Pala

quiu

m ro

strat

um

(Miq

.) Bu

rck

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

hija

u

Ekstr

aksi

basa

h :

buah

diin

jak-

inja

k at

au fo

od p

roce

ssor

kem

udia

n di

cuci

de

ngan

air

yang

m

enga

lir

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Di k

erin

g--

angi

nkan

diru

ang

AC se

lam

a 24

jam

hi

ngga

men

capa

i K

A ≥

40%

.

Wad

ah b

erpo

ri-

Diru

ang

AC-

Peric

opsis

moo

nian

a (Th

wai

tes)

Thw

aite

s Pe

man

jata

n-

Kul

it bu

ah

- (p

olon

g)

berw

arna

cok

lat

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Sept

embe

r-O

ktob

er.

Ekstr

aksi

kerin

g : p

olon

g di

jem

ur

sela

ma

2 ha

ri –

3 ha

ri hi

ngga

mer

ekah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piSG

T-

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g--

angi

nkan

diru

ang

suhu

kam

ar

hing

ga m

enca

pai

KA

6 - 8

%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r.

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 269: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 245

245

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Pinu

s mer

kusii

Jung

huhn

&

de V

riese

Pe

man

jata

n-

Buah

(ker

ucut

) -

berw

arna

hija

u tu

a, d

enga

n sis

ik d

an sa

yap

beni

h be

rwar

na

cokl

at. U

ntuk

m

enge

tahu

i war

na

saya

p ya

ng te

pat,

ujun

g bu

ah d

iiris.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Sept

embe

r da

n Ja

nuar

i.

Ekstr

aksi

kerin

g :

buah

dije

mur

sela

ma

7 ha

ri hi

ngga

m

ekar

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piSG

T-

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dije

mur

-

sela

ma

1 ha

ri hi

ngga

men

capa

i K

A 5

- 8%

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng k

amar

, -

AC, D

CS

Plan

chon

ia v

alid

a (B

lum

e) B

lum

e Pe

man

jata

n-

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na h

ijau

keco

klat

anBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ap

ril –

M

ei.

Ekstr

aksi

basa

h:Bu

ah d

ibel

ah

kem

udia

n be

nih

dicu

ci a

ir hi

ngga

be

rsih

.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an se

lam

a 1

– 2

hari

hing

a m

enca

pai K

A ≥

15%

.

Beni

h tid

ak b

isa

- di

simpa

n la

ma

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 270: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

246

246

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Podo

carp

us im

brica

tus

Blum

ePe

man

jata

n,

- pe

ngum

pula

n bu

ah d

i lan

tai

huta

nW

ama

buah

-

ketik

a m

atan

g be

ruba

h w

arna

m

enja

di m

erah

m

erek

ah,

seda

ngka

n bl

ji be

ruba

h m

enja

di

cokl

at.

Ekstr

aksi

kerin

g:

mel

epas

kan

beni

h da

ri ta

ngka

inya

ya

ng m

embe

sar

(res

epta

kel)

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Di k

erin

g-

- an

gink

an d

iruan

g su

hu k

amar

se

lam

a 1

hari

hing

ga m

enca

pai

KA

≥ 40

%.

Wad

ah b

erpo

ri-

Di r

uang

AC

ata

u -

refri

gera

tor

Tida

k bi

sa

- di

simpa

n la

ma

Pong

amia

pin

nata

Mer

rilPe

man

jata

n -

Buah

mas

ak h

ijau

- ke

cokl

atan

Mus

im b

uah

- te

rjadi

pad

a bu

lan

Agus

tus-

Des

embe

r te

rgan

tunt

ung

loka

si.

Ektr

sksi

kerin

gBe

nih

dipi

sahk

an

dari

koto

ran,

ben

ih

koso

ng/ h

ampa

dan

be

nih

yang

ters

eran

g ha

ma

peny

akit

Inte

rmed

iate

- D

i ker

ing-

-

angi

nkan

di r

uang

ka

mar

ata

u AC

at

au h

ingg

a K

A m

enca

pai 9

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C

-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 271: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 247

247

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Pter

ocar

pus i

ndicu

s Will

d Pe

man

jata

n-

Buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat

atau

saya

pnya

te

lah

berw

arna

co

klat

.Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g:

Mem

oton

g sa

yap

beni

h

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

nya

deng

an d

itam

pi

Ort

odok

s-

Beni

h di

iker

ing-

-

angi

n se

lam

a 2

– 3

hari

hing

ga

men

capa

i KA

4 - 7

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng

- re

frige

rato

r

Pter

ospe

rmum

java

nicu

m

Jung

h.Pe

man

jata

n-

Buah

mas

ak

- be

rwar

na c

okla

t da

n be

ralu

s jel

as,

beni

h be

rwar

na

cokl

atM

usim

bua

h -

mas

ak te

rjadi

pa

da b

ulan

O

ktob

er -

Des

embe

r

Ekstr

aksi

kerin

g:Bu

ah m

asak

di

kerin

gang

inka

n pa

da su

hu k

amar

se

lam

a 2

- 3 h

ari

sam

pai m

erek

ah.

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran,

be

nih

koso

ng/

ham

pa d

an b

enih

ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dije

mur

-

sela

ma

1 ha

ri hi

ngga

men

capa

i K

A 5

- 8 %

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng k

amar

, -

AC, D

CS

Sant

alum

alb

um L

. Pe

man

jata

n-

Buah

ber

war

na

- hi

tam

keu

ngua

nBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ag

ustu

s-N

opem

ber.

Ekstr

aksi

basa

h :

buah

dire

mas

-rem

as

kem

udia

n di

cuci

de

ngan

air,

hin

gga

beni

h be

rsih

dar

i da

ging

bua

h

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

-

angi

nkan

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 5

- 8%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng D

CS,

-

AC

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 272: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

248

248

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Sam

anea

sam

an

(Jac

quin

) Mer

rill

Peng

ambi

lan

- bu

ah d

i lan

tai

huta

nK

ulit

buah

-

(pol

ong)

be

rwar

na v

cokl

at

kehi

tam

anBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Se

ptem

ber-

Nop

embe

r.Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ap

ril-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g : t

aruh

pol

ong

dite

mpa

t gel

ap

dim

ana

raya

p m

emak

an k

ulit

dan

dagi

ng b

uah

Mem

buan

g -

beni

h-be

nih

koso

ng/ h

ampa

da

n be

nih

yang

te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Ort

odok

s-

Beni

h di

iker

ing-

-

angi

nkan

sela

ma

2 - 3

har

i hin

gga

men

capa

i KA

4 - 7

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng k

amar

, -

AC, D

CS

Schl

eiche

ra o

leosa

Mer

r. Pe

man

jata

n-

Kul

it -

buah

berw

arna

hi

jau

keku

ning

an

dan

cokl

at, b

uah

berb

entu

k bu

lat

berd

agin

g lu

nak.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Febr

uari

– Ap

ril.

Ekstr

aksi

basa

h,

buah

dip

eram

(a

fter r

ipen

ing)

di

inja

k-in

jak

sam

pai

peca

h at

au d

enga

n bl

ende

r, da

ging

bua

h di

bers

ihka

nde

ngan

air

men

galir

.

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n,be

nih

koso

ng/ h

ampa

dan

be

nih

yang

ters

eran

g ha

ma

peny

akit

Inte

rmed

iate

- D

i ker

ing-

-

angi

nkan

di

ruan

g ka

mar

at

au A

C h

ingg

a K

A m

enca

pai 9

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 273: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 249

249

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Schi

ma

wal

lichi

i (D

C.)

Kor

thPe

man

jata

n-

Buah

ber

war

na

- co

klat

.Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ag

ustu

s-N

opem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a5

hari

– 8

hari.

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi

Ort

odok

s-

Beni

h di

kerin

g-

- an

gink

an se

lam

a 2

- 3 h

ari h

ingg

a m

enca

pai K

A 7

- 9 %

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng D

CS

- at

au re

frige

rato

r

Senn

a sia

mea

(syn

. Cas

sia

siam

ea L

amk)

Pe

man

jata

n -

sebe

lum

pol

ong

mer

ekah

buah

(pol

ong)

-

berw

arna

cok

lat

tua

kehi

tam

anBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Ag

ustu

s-O

ktob

er.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 2

hari

– 3

hari

sam

pai

mer

ekah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piSG

T-

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- 1

– 2

hari

hing

ga

men

capa

i KA

10

- 12%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C d

an

- re

frige

rato

r

Sesb

ania

gra

ndifl

ora

(L)

Poire

tPe

man

jata

n -

sebe

lum

pol

ong

mer

ekah

Buah

ber

war

na

- co

klat

Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li –

Sept

embe

r.

Ekstr

aksi

kerin

g :

penj

emur

an se

lam

a 2

hari

– 3

hari

sam

pai

mer

ekah

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

piSG

T-

Ort

odok

s-

Beni

h di

iker

ing-

-

angi

nkan

sela

ma

2 –

3 ha

ri hi

ngga

m

enca

pai K

A 4

- 7%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng D

CS

- at

au re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 274: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

250

250

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Shor

ea p

inan

ga R

. Sc

heffe

r Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Buah

ber

war

na

- co

klat

Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n Fe

brua

ri-Ap

ril.

Ekstr

aksi

kerin

g Ta

npa

penj

emur

anSe

bagi

an sa

yap

dihi

lang

kan

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran,

be

nih

koso

ng/

ham

pa d

an b

enih

ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Reka

lsitr

an-

Tanp

a -

peng

erin

gan,

K

adar

air

dipe

rtah

anka

n di

at

as 4

0%.

Wad

ah b

erpo

ri -

dan

atau

m

engg

unak

an

baha

n pe

ncam

pur

lem

bap

Di r

uang

AC

. -

Ster

culia

foet

ida

L.

Pem

anja

tan

- K

ulit

buah

-

berw

arna

cok

lat

tua

dan

belu

m

mer

ekah

.Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-Se

ptem

ber

Ekstr

aksi

kerin

g :

- Pe

njem

uran

un

tuk

buah

yan

g be

lum

mer

ekah

- Bu

ah d

ibel

ah

man

ual u

ntuk

m

enge

luar

kan

beni

hnya

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri la

pisa

n/se

lapu

t ber

war

na

hita

m d

enga

n pa

sir

halu

s lal

u di

cuci

, se

lanj

utny

a be

nih

dipi

sahk

an d

ari

koto

ran,

ben

ih

koso

ng/ h

ampa

dan

be

nih

yang

ters

eran

g ha

ma

peny

akit.

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

-

angi

nkan

sela

ma

2 m

ingg

u hi

ngga

m

enca

pai K

A ±1

0%.

Wad

ah k

edap

-

Di r

uang

kam

ar,

- D

CS

dan

AC

Styr

ax b

enzo

in D

ryan

der

Peng

umpu

lan

- bu

ah d

ari l

anta

i hu

tan

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na c

okla

tBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n M

aret

-Ap

ril.

Ekstr

aksi

kerin

g :

buah

dib

elah

seca

ra

man

ual

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n, b

enih

ko

song

/ ham

pa d

an

beni

h ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

aite

- D

i ker

ing-

-

angi

nkan

di

ruan

g ka

mar

at

au A

C h

ingg

a K

A m

enca

pai 9

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- re

freeg

trat

or

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 275: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 251

251

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Swiet

enia

mac

roph

ylla

Kin

gPe

man

jata

n-

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na c

okla

t tu

a ke

abu-

abua

n de

ngan

bin

tik

putih

pad

a ha

mpi

r sep

aruh

ba

gian

kul

it bu

ah,

dan

buah

nya

mud

ah p

ecah

. Be

nih

di d

alam

be

rwar

na c

okla

t tu

a.Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

ni-

Agus

tus.

Ekstr

aksi

kerin

g :

- Bu

ah d

iper

am

(afte

r rip

enin

g)-

Dije

mur

hin

gga

mer

ekah

ata

u di

peca

hkan

seca

ra

man

ual

- Sa

yap

beni

h di

poto

ng se

bagi

an

Beni

h di

pisa

hkan

da

ri ko

tora

n de

ngan

di

tam

pi

Inte

rmed

iate

- D

ijem

ur se

lam

a -

1 ha

ri - 2

har

i la

lu d

i ker

ing-

angi

nkan

sela

ma

1 ha

ri hi

ngga

m

enca

pai K

A 5

- 8%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C a

tau

- D

CS

Tam

arin

dus i

ndica

L.

Pem

anja

tan

- Pe

rmuk

aan

- po

long

reta

k,

berg

emer

inci

ng

jika

diko

cok

dan

buah

per

tam

a ja

tuh

ke ta

nah.

Buah

mas

ak

- pa

da b

ulan

Juni

-Se

ptem

ber.

Ekstr

aksi

kerin

g da

n ba

sah:

Bua

h di

jem

ur se

lam

a 3

hari

– 5

hari,

ke

mud

ian

peca

hkan

de

ngan

kay

u rin

gan,

se

lanj

utny

a re

ndam

se

lam

a 12

jam

dan

be

rsih

kan

beni

h da

ri ku

lit d

agin

g bu

ah.

Beni

h di

pisa

hkan

dar

i ko

tora

n de

ngan

di

tam

pi

Ort

odok

s-

Beni

h di

jem

ur

- se

lam

a 2

hari

– 3

hari

hing

ga

men

capa

i KA

6 - 8

%

Wad

ah k

edap

-

Ruan

g AC

, -

refri

gera

tor,

DC

S

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 276: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

252

252

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Tecto

na g

rand

is L.

f. Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na c

okla

t.Bu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-Ag

ustu

s.

Ekstr

aksi

kerin

g:

Buah

dije

mur

ku

rang

lebi

h 2

hari

sam

pai K

A m

enca

pai

10 %

- 12

% d

an

sung

kup

buah

terli

hat

kerin

g da

n te

rlepa

s; Pe

mer

aman

sela

ma

1 bu

lan.

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran,

be

nih

koso

ng/

ham

pa d

an b

enih

ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it.

Sort

asi b

enih

be

rdas

arka

n uk

uran

dia

met

er

yaitu

mut

u 1

: >

14 m

m, m

utu

2 : 1

2 m

m -1

4 m

m, m

utu

3 : <

12

mm

Ort

odok

s-

Men

jem

ur b

enih

-

jati

sela

ma

3 ha

ri –

4 ha

ri sa

mpa

i K

A m

enca

pai 8

- 12

%.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C-

Term

inal

ia ca

tapp

a L.

Pe

man

jata

n da

n -

peng

umpu

lan

buah

di l

anta

i hu

tan

Kul

it bu

ah

- be

rwar

na a

bu-a

bu

keco

klat

an.

Buah

mas

ak p

ada

- bu

lan

Mar

et-Ju

ni.

Ekstr

aksi

basa

h m

engu

pas

buah

nya,

kem

udia

n di

cuci

den

gan

air

men

galir

hin

gga

bers

ih

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran,

be

nih

koso

ng/

ham

pa d

an b

enih

ya

ng te

rser

ang

ham

a pe

nyak

it

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

-

angi

nkan

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 12

%.

Wad

ah b

erpo

ri-

Di r

uang

AC

-

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 277: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

LAMPIRAN 253

253

Jeni

sPe

ngum

pula

n bu

ah d

an in

dika

tor

kem

asak

anEk

stra

ksi b

enih

Pem

bers

ihan

, sel

eksi

da

n so

rtas

i ben

ihK

arak

ter

beni

h,

peng

erin

gan

beni

hPe

ngem

asan

dan

pe

nyim

pana

n be

nih

12

34

56

Toon

a sin

ensis

(Adr

. Jus

s.)

M.J.

Roe

mer

Pe

man

jata

n-

Buah

ber

war

na

- co

klat

tua

dan

seba

gian

bua

h su

dah

terli

hat

mer

ekah

.Bu

ah m

asak

pad

a -

bula

n M

aret

-Juni

Ekstr

aksi

kerin

g : p

enje

mur

an

dila

kuka

n 1

hari

- 3

hari

hing

ga b

uah

mer

ekah

Beni

h -

dipi

sahk

an d

ari

koto

rand

enga

n di

tam

pi

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dike

ring-

-

angi

nkan

sela

ma

1 ha

ri - 2

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 10

-12%

.

Wad

ah b

erpo

ri-

Di r

uang

AC

-

Vite

x co

fassu

s Rei

nw. e

x Bl

ume

Pem

anja

tan

- Bu

ah b

erw

arna

-

hita

mBu

ah m

asak

pad

a -

bula

n O

ktob

er-

Nop

embe

r.

Ekstr

aksi

basa

h : b

uah

dipe

ram

1 m

alam

, la

lu d

igos

ok d

enga

n ta

ngan

sam

pai d

agin

g bu

ah le

pas l

alu

beni

h di

cuci

sam

pai b

ersih

da

n di

angi

n-an

gink

an

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dije

mur

-

2 - 3

har

i hin

gga

men

capa

i KA

8 -1

2%.

Wad

ah b

erpo

ri-

Di r

uang

AC

-

Wrig

htia

pub

escen

s R. B

r. Pe

man

jata

n-

Buah

ber

war

na

- hi

jau

keku

ning

an

hing

ga k

unin

gBu

ah m

asak

-

pada

bul

an Ju

li-O

ktob

er.

Ekstr

aksi

kerin

g:

Buah

dije

mur

se

lam

a1 h

ari -

2 h

ari

hing

ga m

erek

ah

Saya

p pa

da b

enih

-

dibu

ang

Beni

h di

pisa

hkan

-

dari

koto

ran

deng

an d

itam

pi

Inte

rmed

iate

- Be

nih

dije

mur

-

sela

ma

1 - 2

har

i hi

ngga

men

capa

i K

A 5

- 8%

.

Wad

ah k

edap

- D

i rua

ng A

C,

- at

au re

frige

rato

r

Lam

pira

n 1.

T

ekni

k pe

nang

anan

ben

ih t

anam

an h

utan

(D

PTH

, 20

07;

Nur

hasy

bi e

t al

., 20

07;

BSN

, 20

14) (

lanj

utan

)

Page 278: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017
Page 279: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 13 Desember 1974 sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Tahya Suryana dan Ibu Alm. Watmi Suhaemi. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Pangluyu, Situraja, Sumedang dan dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Situraja (sekarang SMP Negeri 1 Cisitu), lulus pada tahun 1990. Setelah itu penulis melanjutkan ke jenjang sekolalah menengah

atas di SMA Negeri 1 Situraja, lulus tahun 1993. Pada tahun yang sama penulis diterima di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus pada tahun 2008. Penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi pascasarjana pada Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (MPWK), Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui beasiswa Bappenas pada tahun 2004 dan lulus sebagai lulusan terbaik MPWK ITB pada wisuda September 2005. Pada tahun 2010 melalui beasiswa dari Kementerian Kehutanan, penulis memperoleh kesempatan melanjutkan kembali studi pada Program Doktor di Mayor Silvikultur Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB, dan lulus pada tahun 2015.

Penulis bekerja sebagai staf peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan di Bogor sejak tahun 1999. Jabatan penulis sekarang adalah peneliti madya bidang silvikultur. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti penulisan jurnal, seminar, dewan redaksi Jurnal Wallacea dan Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan

Page 280: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

256

256

workshop, gelar teknologi, pembimbingan mahasiswa, perumusan SNI perbenihan tanaman hutan, tenaga ahli/nara sumber perbenihan, anggota Komisi Teknis Penyusunan SNI (PDGS: Pengelolaan Hutan) dan ketua kelompok kerja penyusunan metode standar pengujian dan standar mutu benih dan bibit tanaman hutan Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan, Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan. Selain itu penulis juga terlibat sebagai instruktur dalam berbagai pelatihan perbenihan di Pusdiklat Kehutanan dan beberapa Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

Page 281: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 31Juli 1962 sebagai anak keenam dari pasangan Bapak Alm. H. Amir HamzahHassan dan Ibu Alm. R.A. Julmini Martono Mangunsumarto. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Papandayan II, Bogor dan dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun 1977.

Setelah itu penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor, lulus tahun 1981. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa tingkat persiapan bersama di Institut pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan dan tahun 1982 menjadi mahasiswa di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan lulus pada tahun 1986. Penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi pascasarjana pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK), Sekolah Pascasarjana IPB melalui beasiswa dari Departemen Kehutanan pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2007 melalui beasiswa dari Kementerian Kehutanan, penulis memperoleh kesempatan melanjutkan kembali studi pada Program Doktor di Mayor Silvikultur Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB, dan lulus pada tahun 2011.

Penulis bekerja sebagai staf peneliti Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Badan Litbang Kehutanan di Bogor dari tahun 1989 – 1994. Kemudian menjadi peneliti pada Balai Penelitiandan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BP2TPTH) di Bogor sejak tahun 1994 hingga saat ini. Jabatan penulis sekarang adalah peneliti utama bidang silvikultur,

Page 282: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

258

258

juga sebagai ketua kelompok peneliti teknologi benih di BPTPTH. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti penulisan jurnal, seminar, workshop, gelar teknologi, pembimbingan mahasiswa (S1 dan S2), perumusan SNI perbenihan tanaman hutan, tenaga ahli/nara sumber perbenihan. Selain itu penulis juga menjadi Wakil Kordinator Pengembangan Perbenihan pada Forum Perbenihan sejak tahun 2013 dan menjadi Ketua Dewan Redaksi Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan serta anggota Dewan Redaksi Jurnal Hutan Tanaman. Sebagai wakil Kordinator Rencana Penelitian Integratif Tahun 2015-2019. RPPI Peningkatan Produktivitas Hutan Badan litbang dan inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan.

Page 283: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Samboja, Kalimantan Timur pada tanggal 24 September 1959 sebagai anak kesembilan dari pasangan Bapak Alm. H. Nurmindan Ibu Alm. Hj. Nurkyah. Pendidikan dasar ditempuh di SD Pertamina Unit IV, Tanjung, Kalimantan Selatan dan dilanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPII Pertamina, Balikpapan, lulus pada tahun 1976. Setelah itu penulis melanjutkan ke jenjang sekolah

menengah atas di SMA Patra Dharma, Balikpapan, lulus tahun 1980. Pada tahun 1981 penulis diterima sebagai mahasiswa tingkat persiapan bersama di Institut pertanian Bogor (IPB) melalui ujian tertulis (PP 1) dan tahun 1982 menjadi mahasiswa di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan lulus pada tahun 1986. Penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi pascasarjana pada Program Studi Ilmu Kehutanan, Sekolah Pascasarjana UGM melalui beasiswa dari Departemen Kehutanan pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012.

Penulis bekerja sebagai staf teknis di Balai Teknologi Perbenihan, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan dari tahun 1989 – 1991. Kemudian menjadi peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) di Bogor sejak tahun 1993 hingga saat ini. Jabatan penulis sekarang adalah peneliti utama bidang silvikultur. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti penulisan jurnal, seminar, workshop, gelar teknologi, pembimbingan mahasiswa (S1), perumusan SNI perbenihan tanaman hutan, tenaga ahli/narasumber perbenihan. Padatahun

Page 284: STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTANbenih-bogor.litbang.menlhk.go.id/assets/files/2017_Standar_Pengujian... · STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN C.01/12.2017

STANDAR PENGUJIAN DAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

260

260

1997-2001, Penulis menjadi tenaga pengajar pada program studi Diploma Tiga (D3) Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Penulis merupakan anggota Panitia Teknis SNI Tahun 2001-2010. Selain itu penulis juga menjadi Tim Penyusunan Standarisasi Mutu Benih dan Bibit Tanaman Hutan sejak tahun 2009.