6
STANDAR PENCEGAHAN TRANSMISI BAGI TENKES (TENAGA KESEHATAN) Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precaution (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan  tubuh, baik dari pasien ke  petugas kesehatan dan sebaliknya dari pasien ke pasien  lainnya. (Siti Hadijah, 2012)  Tindak kewaspadaan universal adalah langkah pengendalian infeksi sederhana yang mengurangi resiko penyebaran pathogen/kuman penyakit yang dibawa melalui darah melalui  paparan darah atau cairan darah di antara pasien dan pekerja perawatan kesehatan. Berdasarkan  prinsip “tindak kewaspadaan universal”, darah dan cairan darah dari semua orang harus dianggap terinfeksi HIV, terlepas dari status diketahui atau diduga dari seseorang. Meningkatkan keamanan suntikan merupakan komponen penting dari tindak kewaspadaan universal Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan yaitu: 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang 2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain 3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan (Depkes RI, 2003) A. Strategi pencegahan penularan di sarana kesehatan 1. Konsep-konsep dasar mengenai pencegahan infeksi HIV Infeksi HIV dapat ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, baik melalui kontak langsung dengan luka yang terbuka atau melalui luka bekas suntik. Darah adalah cairan utama yang diketahui berhubungan dengan penularan HIV pada fasilitas kesehatan; sejumlah kecil darah bisa saja terdapat dalam cairan tubuh yang lain. Penularan HIV kepada petugas kesehatan hampir selalu berhubungan dengan luka bekas sunti k pada saat perawatan seorang pasien yang terinfeksi HIV. Pada prakti knya,  penularan terjadi pada saat melakukan:  1. Injeksi melalui pembuluh darah

Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 1/6

STANDAR PENCEGAHAN TRANSMISI BAGI TENKES (TENAGA KESEHATAN)

Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precaution (UP)

adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan  tubuh, baik dari pasien ke

 petugas kesehatan dan sebaliknya dari pasien ke pasien lainnya. (Siti Hadijah, 2012) 

Tindak kewaspadaan universal adalah langkah pengendalian infeksi sederhana yang

mengurangi resiko penyebaran pathogen/kuman penyakit yang dibawa melalui darah melalui

 paparan darah atau cairan darah di antara pasien dan pekerja perawatan kesehatan. Berdasarkan

 prinsip “tindak kewaspadaan universal”, darah dan cairan darah dari semua orang harus dianggap

terinfeksi HIV, terlepas dari status diketahui atau diduga dari seseorang. Meningkatkan

keamanan suntikan merupakan komponen penting dari tindak kewaspadaan universal Prinsip

utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi

individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan

menjadi lima kegiatan yaitu:

1.  Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

2.  Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak

dengan darah serta cairan infeksius yang lain

3.  Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

4.  Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

5.  Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

(Depkes RI, 2003)

A. Strategi pencegahan penularan di sarana kesehatan

1.  Konsep-konsep dasar mengenai pencegahan infeksi HIV

Infeksi HIV dapat ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, baik

melalui kontak langsung dengan luka yang terbuka atau melalui luka bekas suntik. Darah

adalah cairan utama yang diketahui berhubungan dengan penularan HIV pada fasilitaskesehatan; sejumlah kecil darah bisa saja terdapat dalam cairan tubuh yang lain.

Penularan HIV kepada petugas kesehatan hampir selalu berhubungan dengan luka bekas

sunti k pada saat perawatan seorang pasien yang terinfeksi HIV. Pada prakti knya,

 penularan terjadi pada saat melakukan: 

1.  Injeksi melalui pembuluh darah

Page 2: Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 2/6

2.  Donor darah

3.  Dialisis

4.  Transfusi

2.  Menciptakan lingkungan kerja yang aman 

Menciptakan sebuah lingkungan kerja yang aman meliputi penerapan ti ndakan

 pencegahan umum, pengelolaan lingkungan kerja, dan pemberian pendidikan mengenai

 pencegahan infeksi yang terus menerus bagi para pegawai.

B. Tindakan pencegahan penularan di sarana kesehatan

Tindakan Pencegahan Umum diakukan pada saat menangani semua pasien 

1.  Mencuci tangan dengan air mengalir dan anti septik.

2.  Mendekontaminasi peralatan dan perlengkapan

3.  Menggunakan dan membuang jarum dan alat tajam dengan aman (hindari penutupan

ulang, terutama dengan dua tangan).

4.  Apabila diperlukan, menutup kembali jarum suntik dengan teknik satu tangan (one

hand technique)

5.  Gunakan alat pelindung diri (APD).

6.  Segera bersihkan percikan darah dan cairan tubuh.

7.  Gunakan sistem pembuangan yang aman untuk pengumpulan dan pembuangan

limbah medis dan non medis.

8.  Pengelolaan bahan pakai ulang sesuai standar.

 Mencuci tangan, sebagai sebuah kegiatan yang tidak bisa digantikan oleh memakai

sarung tangan. Mencuci tangan dianjurkan untuk dilakukan sebelum dan setelah melakukan

tindakan. Mencuci tangan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: cuci tangan higienis, yang dilakukan

untuk mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan dengan sabun/deterjen; cuci tangan

aseptik yang dilakukan sebelum tindakan aseptik dengan menggunakan antiseptik; cuci tangan

 bedah dilakukan sebelum tindakan bedah. (Hema Malini, 2009).

 Pemakaian alat pelindung , dimana yang dikategorikan sebagai alat pelindung adalah sarung

tangan, masker/pelindung wajah, penutup kepala, gaun pelindung dan sepatu pelindung.

Page 3: Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 3/6

Penggunaan alat pelindung ditujukan untuk mencegah penularan melalui sekret, cairan tubuh

sseperti darah baik melalui udara atau juga melindungi diri dari tusukan benda tajam. (Hema

Malini, 2009)

a.  Gwon ( Gaun)

Alasan mengenakan  gwon untuk mencegah pakaian menjadi kotor selaman

kontak dengan pasien. Gwon melindungi perawat atau pekerja pelayanan kesehatan dan

 pengunjung dari kontak dengan bahan dan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.

 b.  Masker

Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah

atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu masker menghindarkan perawat menghirup

mikroorganisme dari saluran pernafasan pasien dan mencegah penularan patogen dari

saluran pernafasan perawat ke pasien.

c.  Sarung tangan

Sarung tangan mencegah penularan patogen melalui cara kontak langsung

maupun tidak langsung. Williams, 1983 menyebutkan alasan berikut ini untuk

mengenakan sarung tangan :

-  Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organisme infeksius yang

menginfeksi pasien 

-  Mengurangi kemungkinan pekerja akan memindahkan flora endogen mereka sendiri

ke pasien 

-  Mengurangi kemugkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi sementara

mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada pasien lain

d.  Kaca mata pelindung

Dipakai pada prosedur invasif yang dapat menimbulkan adanya droplet atau

 percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh lainnya, perawat bisa memakai

kacamata pelindung, masker atau pelindung wajah (Idayanti, 2008)

 Pengelolaan alat kesehatan yang meliputi dekontaminasi dengan disinfektan; pencucian

alat dengan deterjen dan air; disinfeksi dan sterilisasi; penyimpanan ditempat yang tidak terlalu

sering terekspos dengan dunia luar. (Hema Malini, 2009)

Page 4: Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 4/6

C. Pengelolaan limbah medis

Limbah/sampah dari RS dan fasilitas pelayanan kesehatan dapat berupa yang telah

terkontaminasi (secara potensial sangat berbahaya) atau ti dak terkontaminasi. Sekitar 85%

sampah umum yang dihasilkan dari RS dan klinik ti dak terkontaminasi dan tidak berbahya bagi

 petugas yang menangani. Sampah yang terkontaminasi (biasanya membawa mikroorganisme),

 jika tidak dikelola secara  benar akan dapat menular pada petugas yang menyentuh sampah

tersebut termasuk masyarakat pada umumnya. 

D. Pencegahan pasca pajanan

Jenis pajanan yang dapat dialami oleh seorang petugas kesehatan

1.  Okupasional : berhubungan dengan pekerjaaan orang tersebut, dalam hal ini tenaga

kesehatan dalam melakukan pelayanan medik, misalnya : tertusuk jarum sunti k, terkena

 pisau operasi, terpercik cairan tubuh dan lainnya.

2.   Non okupasional : ti dak berhubungan dengan pekerjaaannya seperti kecelakaan lalu

lintas, berkelahi, berhubungan seksual dan pemakaian jarum sunti k narkotika.

E. Tempat dan alat serta tindakan yang berisiko menularkan HIV

1.  Tempat dan alat melakukan tindakan : meja operasi, ruang tindakan ginekologi,

 perawatan bayi, pemasangan infus, pengolahan limbah/sampah medis.

2.  Tindakan : pembedahan, menyuntik, pengambilan darah, menangani cairan tubuh,

menangani,membersihkan alat-alat kesehatan.

Table 1 Resiko penularan HIV dari cairan tubuh

Tinggi Sulit ditentukan Rendah

Darah

SerumSemen

Sekret vagina

Sputum 

Cairan Amnion

Cairan PleuraCairan Peritoneal

Cairan Perikardial

Cairan Sinovial

LCS 

Air mata

MuntahanKeringat

Mukosa serviks

Feses

Urin 

Page 5: Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 5/6

 

F. Prosedur Kecelakaan Kerja Pertolongan pertama bila terjadi paparan :

1.  Bersihkan luka atau kulit yang terpapar dengan sabun dan air

2.  Kulit yang terluka harus dengan segera di cuci dan digosok dengan sabun berulang kali

dan povidon iodine, atau klorhexidin

3.  Mata atau selaput lendir yang terkena harus diirigasi dengan NaCl 0.9% atau air bidesti

lata selama 5 –  10 menit

4.  Untuk luka sunti k atau alat tajam, biarkan darah keluar untuk beberapa saat sebelum

dibersihkan

5.  Jaga kerahasiaan dan dukung serta beri rujukan untuk pengobatan

6.  Direkomendasikan obat ARV jangka pendek untuk mengurangi kemungkinan penularan

7.  Laporkan dan catat dalam buku laporan kecelakaan kerja

8.  Laksanakan protap kecelakaan kerja

G. Pedoman untuk Profi laksis Pasca Pajanan/PPP

1.  Idealnya, mulai pengobatan PPP dalam 2 jam sesudah pemaparan

2.  Jika pasien tertular HIV, henti kan PPP dan tes ulang sesudah 6 minggu, 3 bulan, dan 6

 bulan

3.  Jika pasien tertular HIV, konsultasikan, dukung, dan referensikan pekerja kesehatan

untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

4.  Saat ini tidak terdapat satu jenis PPP regimen tertentu yang diakui

5.  Terapi dua jenis atau ti ga jenis obat direkomendasikan dan dipercaya lebih efekti f

dibanding satu jenis obat

6.  Ikuti rejimen PPP yang berlaku

Page 6: Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes

http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 6/6

DAFTAR PUSTAKA

IDI. 2011. Panduan Layanan Terapi ARV. Jakarta [Online]

[http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpustakaan/PanduanLayananTerapiARV.pdf . 

diakses 27 oktober 2011 jam 17.48]

Malini, Hema., Susanti, Mira., dan Edward, Zulkarnai, 2009, UPAYA PENCEGAHAN

PENYEBARAN HIV/AIDS DI MASYARAKAT MELALUI SOSIALISASI

PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PADA PETUGAS KESEHATAN,

Warta Pengabdian Andalas, Vol. XV, No. 23, 94-102.

Idayanti, 2008, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik dalam Upaya Pencegahan Infeksi

di RSUD ARIFIN ACHMAD Pekanbaru. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas

Sumatera Utara. Medan

Hadijah, Siti, 2012, Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kewaspadaan Umum/Universal

 Precaution dalam Pencegahan Hepatitis B pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit

Permata Bunda Medan Tahun 2012. Progam Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, Medan.