Upload
liadewi-mustika-sari
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes
http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 1/6
STANDAR PENCEGAHAN TRANSMISI BAGI TENKES (TENAGA KESEHATAN)
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precaution (UP)
adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke
petugas kesehatan dan sebaliknya dari pasien ke pasien lainnya. (Siti Hadijah, 2012)
Tindak kewaspadaan universal adalah langkah pengendalian infeksi sederhana yang
mengurangi resiko penyebaran pathogen/kuman penyakit yang dibawa melalui darah melalui
paparan darah atau cairan darah di antara pasien dan pekerja perawatan kesehatan. Berdasarkan
prinsip “tindak kewaspadaan universal”, darah dan cairan darah dari semua orang harus dianggap
terinfeksi HIV, terlepas dari status diketahui atau diduga dari seseorang. Meningkatkan
keamanan suntikan merupakan komponen penting dari tindak kewaspadaan universal Prinsip
utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi
individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan
menjadi lima kegiatan yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
(Depkes RI, 2003)
A. Strategi pencegahan penularan di sarana kesehatan
1. Konsep-konsep dasar mengenai pencegahan infeksi HIV
Infeksi HIV dapat ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, baik
melalui kontak langsung dengan luka yang terbuka atau melalui luka bekas suntik. Darah
adalah cairan utama yang diketahui berhubungan dengan penularan HIV pada fasilitaskesehatan; sejumlah kecil darah bisa saja terdapat dalam cairan tubuh yang lain.
Penularan HIV kepada petugas kesehatan hampir selalu berhubungan dengan luka bekas
sunti k pada saat perawatan seorang pasien yang terinfeksi HIV. Pada prakti knya,
penularan terjadi pada saat melakukan:
1. Injeksi melalui pembuluh darah
7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes
http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 2/6
2. Donor darah
3. Dialisis
4. Transfusi
2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman
Menciptakan sebuah lingkungan kerja yang aman meliputi penerapan ti ndakan
pencegahan umum, pengelolaan lingkungan kerja, dan pemberian pendidikan mengenai
pencegahan infeksi yang terus menerus bagi para pegawai.
B. Tindakan pencegahan penularan di sarana kesehatan
Tindakan Pencegahan Umum diakukan pada saat menangani semua pasien
1. Mencuci tangan dengan air mengalir dan anti septik.
2. Mendekontaminasi peralatan dan perlengkapan
3. Menggunakan dan membuang jarum dan alat tajam dengan aman (hindari penutupan
ulang, terutama dengan dua tangan).
4. Apabila diperlukan, menutup kembali jarum suntik dengan teknik satu tangan (one
hand technique)
5. Gunakan alat pelindung diri (APD).
6. Segera bersihkan percikan darah dan cairan tubuh.
7. Gunakan sistem pembuangan yang aman untuk pengumpulan dan pembuangan
limbah medis dan non medis.
8. Pengelolaan bahan pakai ulang sesuai standar.
Mencuci tangan, sebagai sebuah kegiatan yang tidak bisa digantikan oleh memakai
sarung tangan. Mencuci tangan dianjurkan untuk dilakukan sebelum dan setelah melakukan
tindakan. Mencuci tangan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: cuci tangan higienis, yang dilakukan
untuk mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan dengan sabun/deterjen; cuci tangan
aseptik yang dilakukan sebelum tindakan aseptik dengan menggunakan antiseptik; cuci tangan
bedah dilakukan sebelum tindakan bedah. (Hema Malini, 2009).
Pemakaian alat pelindung , dimana yang dikategorikan sebagai alat pelindung adalah sarung
tangan, masker/pelindung wajah, penutup kepala, gaun pelindung dan sepatu pelindung.
7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes
http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 3/6
Penggunaan alat pelindung ditujukan untuk mencegah penularan melalui sekret, cairan tubuh
sseperti darah baik melalui udara atau juga melindungi diri dari tusukan benda tajam. (Hema
Malini, 2009)
a. Gwon ( Gaun)
Alasan mengenakan gwon untuk mencegah pakaian menjadi kotor selaman
kontak dengan pasien. Gwon melindungi perawat atau pekerja pelayanan kesehatan dan
pengunjung dari kontak dengan bahan dan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.
b. Masker
Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah
atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu masker menghindarkan perawat menghirup
mikroorganisme dari saluran pernafasan pasien dan mencegah penularan patogen dari
saluran pernafasan perawat ke pasien.
c. Sarung tangan
Sarung tangan mencegah penularan patogen melalui cara kontak langsung
maupun tidak langsung. Williams, 1983 menyebutkan alasan berikut ini untuk
mengenakan sarung tangan :
- Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organisme infeksius yang
menginfeksi pasien
- Mengurangi kemungkinan pekerja akan memindahkan flora endogen mereka sendiri
ke pasien
- Mengurangi kemugkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi sementara
mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada pasien lain
d. Kaca mata pelindung
Dipakai pada prosedur invasif yang dapat menimbulkan adanya droplet atau
percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh lainnya, perawat bisa memakai
kacamata pelindung, masker atau pelindung wajah (Idayanti, 2008)
Pengelolaan alat kesehatan yang meliputi dekontaminasi dengan disinfektan; pencucian
alat dengan deterjen dan air; disinfeksi dan sterilisasi; penyimpanan ditempat yang tidak terlalu
sering terekspos dengan dunia luar. (Hema Malini, 2009)
7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes
http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 4/6
C. Pengelolaan limbah medis
Limbah/sampah dari RS dan fasilitas pelayanan kesehatan dapat berupa yang telah
terkontaminasi (secara potensial sangat berbahaya) atau ti dak terkontaminasi. Sekitar 85%
sampah umum yang dihasilkan dari RS dan klinik ti dak terkontaminasi dan tidak berbahya bagi
petugas yang menangani. Sampah yang terkontaminasi (biasanya membawa mikroorganisme),
jika tidak dikelola secara benar akan dapat menular pada petugas yang menyentuh sampah
tersebut termasuk masyarakat pada umumnya.
D. Pencegahan pasca pajanan
Jenis pajanan yang dapat dialami oleh seorang petugas kesehatan
1. Okupasional : berhubungan dengan pekerjaaan orang tersebut, dalam hal ini tenaga
kesehatan dalam melakukan pelayanan medik, misalnya : tertusuk jarum sunti k, terkena
pisau operasi, terpercik cairan tubuh dan lainnya.
2. Non okupasional : ti dak berhubungan dengan pekerjaaannya seperti kecelakaan lalu
lintas, berkelahi, berhubungan seksual dan pemakaian jarum sunti k narkotika.
E. Tempat dan alat serta tindakan yang berisiko menularkan HIV
1. Tempat dan alat melakukan tindakan : meja operasi, ruang tindakan ginekologi,
perawatan bayi, pemasangan infus, pengolahan limbah/sampah medis.
2. Tindakan : pembedahan, menyuntik, pengambilan darah, menangani cairan tubuh,
menangani,membersihkan alat-alat kesehatan.
Table 1 Resiko penularan HIV dari cairan tubuh
Tinggi Sulit ditentukan Rendah
Darah
SerumSemen
Sekret vagina
Sputum
Cairan Amnion
Cairan PleuraCairan Peritoneal
Cairan Perikardial
Cairan Sinovial
LCS
Air mata
MuntahanKeringat
Mukosa serviks
Feses
Urin
7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes
http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 5/6
F. Prosedur Kecelakaan Kerja Pertolongan pertama bila terjadi paparan :
1. Bersihkan luka atau kulit yang terpapar dengan sabun dan air
2. Kulit yang terluka harus dengan segera di cuci dan digosok dengan sabun berulang kali
dan povidon iodine, atau klorhexidin
3. Mata atau selaput lendir yang terkena harus diirigasi dengan NaCl 0.9% atau air bidesti
lata selama 5 – 10 menit
4. Untuk luka sunti k atau alat tajam, biarkan darah keluar untuk beberapa saat sebelum
dibersihkan
5. Jaga kerahasiaan dan dukung serta beri rujukan untuk pengobatan
6. Direkomendasikan obat ARV jangka pendek untuk mengurangi kemungkinan penularan
7. Laporkan dan catat dalam buku laporan kecelakaan kerja
8. Laksanakan protap kecelakaan kerja
G. Pedoman untuk Profi laksis Pasca Pajanan/PPP
1. Idealnya, mulai pengobatan PPP dalam 2 jam sesudah pemaparan
2. Jika pasien tertular HIV, henti kan PPP dan tes ulang sesudah 6 minggu, 3 bulan, dan 6
bulan
3. Jika pasien tertular HIV, konsultasikan, dukung, dan referensikan pekerja kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
4. Saat ini tidak terdapat satu jenis PPP regimen tertentu yang diakui
5. Terapi dua jenis atau ti ga jenis obat direkomendasikan dan dipercaya lebih efekti f
dibanding satu jenis obat
6. Ikuti rejimen PPP yang berlaku
7/21/2019 Standar Pensegahan Transmisi Bagi Tenkes
http://slidepdf.com/reader/full/standar-pensegahan-transmisi-bagi-tenkes 6/6
DAFTAR PUSTAKA
IDI. 2011. Panduan Layanan Terapi ARV. Jakarta [Online]
[http://www.aidsindonesia.or.id/repo/perpustakaan/PanduanLayananTerapiARV.pdf .
diakses 27 oktober 2011 jam 17.48]
Malini, Hema., Susanti, Mira., dan Edward, Zulkarnai, 2009, UPAYA PENCEGAHAN
PENYEBARAN HIV/AIDS DI MASYARAKAT MELALUI SOSIALISASI
PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PADA PETUGAS KESEHATAN,
Warta Pengabdian Andalas, Vol. XV, No. 23, 94-102.
Idayanti, 2008, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik dalam Upaya Pencegahan Infeksi
di RSUD ARIFIN ACHMAD Pekanbaru. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Hadijah, Siti, 2012, Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kewaspadaan Umum/Universal
Precaution dalam Pencegahan Hepatitis B pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit
Permata Bunda Medan Tahun 2012. Progam Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, Medan.