28
PENDEKATAN STATE CENTRIC PENDEKATAN STATE CENTRIC Pr Pr of. Pratikno of. Pratikno -C -C ornelis ornelis Lay Lay (Pasca Ilmu Politik UGM) (Pasca Ilmu Politik UGM)

State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

PENDEKATAN STATE CENTRICPENDEKATAN STATE CENTRIC

PrProf. Pratiknoof. Pratikno-C-Cornelis Layornelis Lay

(Pasca Ilmu Politik UGM)(Pasca Ilmu Politik UGM)

Page 2: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

VARIASI PENDEKATAN VARIASI PENDEKATAN STATE CENTRICSTATE CENTRIC

MODEL MODEL NEGARA OTONOMNEGARA OTONOMNEGARA OTONOM, NAMUN MUNCUL NEGARA OTONOM, NAMUN MUNCUL

PLURALITAS DALAM NEGARAPLURALITAS DALAM NEGARANEGARA YG NEGARA YG RELATIF OTONOMRELATIF OTONOM

Page 3: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

NEGARA OTONOMNEGARA OTONOM

STATE

SOCIETY

OTONOM

TUNGGAL, HOMOGENBERSATU

SELFINTEREST

Page 4: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

PLURALISME DALAM NEGARAPLURALISME DALAM NEGARA

STATE

SOCIETY

OTONOM

PLURALPERBEDAAN KEPENTINGAN

DALAM NEGARA

Page 5: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

OTONOMI RELATIF NEGARAOTONOMI RELATIF NEGARA

STATE

SEGMENKELAS SOSIAL

SEGMEN KELAS SOSIAL

TERBUKATERTUTUP

OTONOMI RELATIF

SOCIETY

Page 6: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

PEMETAAN ANDREW MACINTRYEPEMETAAN ANDREW MACINTRYE

ST

AT

E Q

UA

S

TA

TE

PA

TR

IMO

NIA

L S

TA

TE

BE

UC

RA

TIC

P

LUR

ALIS

M

OT

OR

ITA

RIA

N

BIR

OK

RA

TIK

ST

RU

KT

UR

LAL P

LUR

ALIS

ME

T

ER

BA

TA

S

SEMAKIN OTONOM SEMAKIN PLURAL

NEGARAOTONOM

PLURALISME DLMNEGARA

OTONOMI RELATIF NEGARA

Page 7: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

NEGARA OTONOMNEGARA OTONOM

Page 8: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

CIRI PENTING CIRI PENTING PENDEKATAN NEGARA OTONOMPENDEKATAN NEGARA OTONOM

BERBASIS HISTORIS DAN SIFATNYA BERBASIS HISTORIS DAN SIFATNYA IDEALISTIK (DIMULAI DARI IDE)IDEALISTIK (DIMULAI DARI IDE)

NEGARA MEMPUNYAI KEKUASAAN YANG NEGARA MEMPUNYAI KEKUASAAN YANG BESAR DAN KUAT (STRONG STATE)BESAR DAN KUAT (STRONG STATE)

NEGARA OTONOM (KEBAL) DARI NEGARA OTONOM (KEBAL) DARI KEPENTINGAN-KEPENTINGAN INDIVIDU KEPENTINGAN-KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KELOMPOK STRATEGISDAN KELOMPOK STRATEGIS

NEGARA MEMPUNYAI KEPENTINGAN NEGARA MEMPUNYAI KEPENTINGAN SENDIRISENDIRI

Page 9: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

STATE QUA STATESTATE QUA STATE Konsepsi Konsepsi State Qua StateState Qua State (1983), dengan (1983), dengan

menggunakan analisa sejarah, Ben Anderson menggunakan analisa sejarah, Ben Anderson memberikan tekanan kuat pada Negara (state). memberikan tekanan kuat pada Negara (state).

Ben menyebutkan sebagai Ben menyebutkan sebagai Old State New SocietyOld State New Society. . Anderson: kebijakan-kebijakan Rezim Orba hanya Anderson: kebijakan-kebijakan Rezim Orba hanya dapat dimengerti secara baik dari kepentingan dapat dimengerti secara baik dari kepentingan negara sendiri. negara sendiri.

Negara Indonesia modern sebagai kesatuan yang Negara Indonesia modern sebagai kesatuan yang mengurus dirinya sendiri, mengejar pemenuhan mengurus dirinya sendiri, mengejar pemenuhan kepentingan sendiri dengan resiko berbenturan kepentingan sendiri dengan resiko berbenturan dengan kepentingan masyarakat.dengan kepentingan masyarakat.

Page 10: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

STATE QUA STATESTATE QUA STATE Dalam analisisnya tentang relasi negara dengan masyarakat, Ben Dalam analisisnya tentang relasi negara dengan masyarakat, Ben

menyimpulkan: terdapat pemisahan hubungan yang mendasar menyimpulkan: terdapat pemisahan hubungan yang mendasar ((disjunction fundamentadisjunction fundamental) antara kepentingan negara dan l) antara kepentingan negara dan masyarakat. Negara mengambil sikap menyisihkan diri dan tidak masyarakat. Negara mengambil sikap menyisihkan diri dan tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Negara = lembaga yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Negara = lembaga yang mempunyai kemauan dan kepentingan sendiri. Kebijakannya mempunyai kemauan dan kepentingan sendiri. Kebijakannya merefleksikan kepentingan negara, bukan kelas atau kelompok, merefleksikan kepentingan negara, bukan kelas atau kelompok, dengan pengecualian modal asing. Terdapat ruang sempit untuk dengan pengecualian modal asing. Terdapat ruang sempit untuk partisipasi dari luar negera dan hampir tidak mempertimbangkan partisipasi dari luar negera dan hampir tidak mempertimbangkan representasi kepentingan dari kelompok sosial di luar negara.representasi kepentingan dari kelompok sosial di luar negara.

Tindakan negara ditujukan untuk mempertahankan kekuasaann. Tindakan negara ditujukan untuk mempertahankan kekuasaann. Negara berkepentingan mengamankan kendalinya atas sumber-Negara berkepentingan mengamankan kendalinya atas sumber-sumber penerimaan dari sumberdaya alam, terutama minyak bumi. sumber penerimaan dari sumberdaya alam, terutama minyak bumi. Bagi Anderson, sokongan finansial negara barat menjadikan Orba Bagi Anderson, sokongan finansial negara barat menjadikan Orba entitas politik mandiri. entitas politik mandiri.

Page 11: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

SIMPUL WACANASIMPUL WACANA Perpolitikan Indonesia Modern, terutama masa Orba, bisa Perpolitikan Indonesia Modern, terutama masa Orba, bisa

dijelaskan dari model State Qua State; model ini memberikan titik dijelaskan dari model State Qua State; model ini memberikan titik tekan yg berbeda dr pandangan yg melihat Negara sebagai tekan yg berbeda dr pandangan yg melihat Negara sebagai representasi kepentingan masyarakat. representasi kepentingan masyarakat.

Dalam model ini, Negara dibaca:Dalam model ini, Negara dibaca:1. Kekuatan tunggal1. Kekuatan tunggal2. Homogen2. Homogen3. Pemisahan hubungan yang mendasar (disjunction fundamental) 3. Pemisahan hubungan yang mendasar (disjunction fundamental) antara kepentingan negara dan masyarakat. antara kepentingan negara dan masyarakat. 4. Negara: lembaga yang mempunyai kemauan dan kepentingan 4. Negara: lembaga yang mempunyai kemauan dan kepentingan sendiri yang otonom. Kebijakan yang dibuat merefleksikan sendiri yang otonom. Kebijakan yang dibuat merefleksikan kepentingan negara, bukan fungsi dari kepentingan kelas atau kepentingan negara, bukan fungsi dari kepentingan kelas atau kelompok. kelompok. 5. Dalam pandangan ini tidak terdapat ruang untuk partisipasi dari 5. Dalam pandangan ini tidak terdapat ruang untuk partisipasi dari luar negara dan Negara sama sekali tidak mempertimbangkan luar negara dan Negara sama sekali tidak mempertimbangkan representasi kepentingan dalam masyarakat. representasi kepentingan dalam masyarakat.

Page 12: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

PLURALISME DALAM NEGARAPLURALISME DALAM NEGARA

Page 13: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Posisi Model Pluralisme dalam NegaraPosisi Model Pluralisme dalam Negara

Negara lebih plural, tidak sehomogen yang Negara lebih plural, tidak sehomogen yang dibayangkan State Qua Statedibayangkan State Qua State

Pluralitas itu terlihat dari munculnya variasi Pluralitas itu terlihat dari munculnya variasi kepentingan antar aktor/ fraksi/ kekuatan politik kepentingan antar aktor/ fraksi/ kekuatan politik dalam Negara. Negara lebih dilihat sebagai dalam Negara. Negara lebih dilihat sebagai arena kontestasi antar aktor.arena kontestasi antar aktor.

Walaupun dinamika politik didorong oleh Walaupun dinamika politik didorong oleh kotestasi antar aktor, Negara tetap mandiri kotestasi antar aktor, Negara tetap mandiri (otonom-tidak responsif) terhadap kepentingan (otonom-tidak responsif) terhadap kepentingan masyarakat masyarakat

Page 14: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Pluralisme Negara seperti apa?Pluralisme Negara seperti apa? Pendekatan ModernisasiPendekatan Modernisasi; jejaknya nampak ; jejaknya nampak

pada karya Herbert Feith (1962); Kahin (1952) pada karya Herbert Feith (1962); Kahin (1952) maupun Geertz (1960)maupun Geertz (1960)

Pendekatan TeknokratisPendekatan Teknokratis; muncul dalam tulisan ; muncul dalam tulisan Emmerson tentang Bureaucratic Pluralism Emmerson tentang Bureaucratic Pluralism (1983)(1983)

Model Perpolitikan Birokrasi dan Negara Model Perpolitikan Birokrasi dan Negara PatrimonialPatrimonial; digunakan dalam studi Karl Jakson ; digunakan dalam studi Karl Jakson (1978); Harold Crouch (1978); Liddle (1978); Harold Crouch (1978); Liddle (1985:1987) (1985:1987)

Model Negara Birokratik Rente; Model Negara Birokratik Rente; dikedepankan dikedepankan oleh Tornquist (1990)oleh Tornquist (1990)

Page 15: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Pendekatan ModernisasiPendekatan Modernisasi Pendekatan ini memusatkan perhatian pada pertarungan Pendekatan ini memusatkan perhatian pada pertarungan

kekuasaan dan konflik dalam Negara; antara pemimpin-kekuasaan dan konflik dalam Negara; antara pemimpin-pemimpin tradisional dengan pemimpin modern yang pemimpin tradisional dengan pemimpin modern yang berorientasi pragmatis-administratifberorientasi pragmatis-administratif

Herbert Feith menyebutkan persaingan antara kubu Herbert Feith menyebutkan persaingan antara kubu solidarity makerssolidarity makers dengan dengan administratoradministrator (1962); Kahin (1962); Kahin memetakan sebagai pergumulan kaum muda dengan memetakan sebagai pergumulan kaum muda dengan kaum Tua (revolusi pemuda Kahin-1952) atau kaum Tua (revolusi pemuda Kahin-1952) atau pergulatan dari primordialisme ke negara bangsa dalam pergulatan dari primordialisme ke negara bangsa dalam revolusi integratif seperti disampaikan Geertz (1960)revolusi integratif seperti disampaikan Geertz (1960)

Page 16: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Pendekatan TeknokratisPendekatan Teknokratis Kontestasi aktor dalam Negara berkaitan dengan Kontestasi aktor dalam Negara berkaitan dengan

perbedaan orientasi, substansi dan dasar perbedaan orientasi, substansi dan dasar pertimbangan kebijakan-kebijakanpertimbangan kebijakan-kebijakan, terutama ekonomi, terutama ekonomi

Sentralitas Sentralitas kelompok Teknokratkelompok Teknokrat dan lembaga teknokratis dan lembaga teknokratis dalam sejarah politik di Indonesia. Kekuatan dari kelompok dalam sejarah politik di Indonesia. Kekuatan dari kelompok ini adalah kapasitas dalam membangun dan memperluas ini adalah kapasitas dalam membangun dan memperluas logika teknokratis dibandingkan logika politik. logika teknokratis dibandingkan logika politik.

Perdebatan itu Perdebatan itu mengabsorsi-meresponmengabsorsi-merespon isu/problematika isu/problematika masyarakat, namun masyarakat tidak dilibatkan dalam masyarakat, namun masyarakat tidak dilibatkan dalam formulasi kebijakan. Masyarakat hanya mendapatkan formulasi kebijakan. Masyarakat hanya mendapatkan “berkah” dari hasil pertarungan itu.“berkah” dari hasil pertarungan itu.

Page 17: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Pendekatan TeknokratisPendekatan Teknokratis

Perdebatan orientasi kebijakan terjadi Perdebatan orientasi kebijakan terjadi dalam Birokrasi. Terlihat dari studi dalam Birokrasi. Terlihat dari studi Donald Donald EmmersonEmmerson, di proyek industri di Sumatra: , di proyek industri di Sumatra: pembuatan kebijakan melibatkan banyak pembuatan kebijakan melibatkan banyak aktor dan perdebatan di internal birokrasi. aktor dan perdebatan di internal birokrasi. Emerson menyimpulakan: birokrasi lebih Emerson menyimpulakan: birokrasi lebih pluralis dari yang dibayangkan Anderson. pluralis dari yang dibayangkan Anderson.

Page 18: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Jejak Langkah Teknokrat Jejak Langkah Teknokrat

Jejak Langkah TeknokratJejak Langkah Teknokrat1.1. Pada Kabinet Natsir, seolah-olah terjadi resultanre Pada Kabinet Natsir, seolah-olah terjadi resultanre

antara logika politis dengan logika teknokratis dengan antara logika politis dengan logika teknokratis dengan munculnya Soemitro Plan. Namun, kebijakan Soemitro munculnya Soemitro Plan. Namun, kebijakan Soemitro lebih politis sifatnya. Periode demokrasi parlementer lebih politis sifatnya. Periode demokrasi parlementer didasarkan atas kolaborasi politisi dengan teknokrat.didasarkan atas kolaborasi politisi dengan teknokrat.

2.2. Masa Demokrasi Terpimpin, kolaborasi teknokrat- Masa Demokrasi Terpimpin, kolaborasi teknokrat- Soekarno. Nuansa politis lebih kental. Pola pikir Soekarno. Nuansa politis lebih kental. Pola pikir Teknokratis direpresentasikan Djuanda (non parpol) Teknokratis direpresentasikan Djuanda (non parpol) dan Mohamad Yamin dalam Depernas.dan Mohamad Yamin dalam Depernas.

Page 19: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Jejak Langkah Teknokrat Jejak Langkah Teknokrat Tapak Teknokrat pada masa Orde BaruTapak Teknokrat pada masa Orde Baru Kolaborasi Militer - Teknokrat Sipil, didukung Oligopolistik Internasional dan Kolaborasi Militer - Teknokrat Sipil, didukung Oligopolistik Internasional dan

Domestik.Domestik. Logika teknokratis lebih kuat dari pendekatan politis Logika teknokratis lebih kuat dari pendekatan politis stabilitas nasional stabilitas nasional

lebih ditekankan untuk pertumbuhan ekonomi. Kosekuensi: demobilisasi lebih ditekankan untuk pertumbuhan ekonomi. Kosekuensi: demobilisasi dan depolitisasi.dan depolitisasi.

Awalnya teknokrat ditampung dalam staf pribadi. Selanjutnya diletakkan Awalnya teknokrat ditampung dalam staf pribadi. Selanjutnya diletakkan dalam struktur kabinet dalam BAPPENAS. Sebagian masuk kementerian dalam struktur kabinet dalam BAPPENAS. Sebagian masuk kementerian perekonomian. perekonomian.

Diawal-awal Orba muncul perbedaan orientasi kebijakan antara Teknokrat : Diawal-awal Orba muncul perbedaan orientasi kebijakan antara Teknokrat : antara Sarbini Sumawinata (ke dalam) versus Widjojo (ke luar). antara Sarbini Sumawinata (ke dalam) versus Widjojo (ke luar).

perbedaan orientasi kebijakan berlanjut antara Teknokrat dengan Teknolog perbedaan orientasi kebijakan berlanjut antara Teknokrat dengan Teknolog yang mulai menguat dibawah BJ habibie dan lulusan ITB (Ginanjar). yang mulai menguat dibawah BJ habibie dan lulusan ITB (Ginanjar). Perbedaan itu dikenal dengan perbedaan antara industri berbasiskan Perbedaan itu dikenal dengan perbedaan antara industri berbasiskan keunggulan komparatif dengan industri berbasisikan kompetitif.keunggulan komparatif dengan industri berbasisikan kompetitif.

Di masa Orde Baru muncul lembaga teknokrasi informal (think thank) Di masa Orde Baru muncul lembaga teknokrasi informal (think thank) seperti CSIS di masa Ali Murtopo dan CIDES di masa Habibie.seperti CSIS di masa Ali Murtopo dan CIDES di masa Habibie.

Page 20: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Model Perpolitikan Birokrasi danModel Perpolitikan Birokrasi dan Negara Patrimonial Negara Patrimonial

PertamaPertama, dalam politik Indonesia modern, Negara , dalam politik Indonesia modern, Negara merupakan arena politik yang eksklusif dimana merupakan arena politik yang eksklusif dimana partisipasi pembentukan kebijakan dilakukan secara partisipasi pembentukan kebijakan dilakukan secara terbatas terutama oleh lingkup kecil dalam birokrasi terbatas terutama oleh lingkup kecil dalam birokrasi pemerintahan, baik sipil maupun militer. pemerintahan, baik sipil maupun militer.

KeduaKedua, sangat menolak partisipasi masyarakat dalam , sangat menolak partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Elite birokrasi sama sekali pengambilan keputusan. Elite birokrasi sama sekali tidak terhambat oleh kepentingan-kepentingan tidak terhambat oleh kepentingan-kepentingan masyarakat dalam menentukkan kebijakan. Negara masyarakat dalam menentukkan kebijakan. Negara tidak tanggap terhadap kepentingan atau tekanan tidak tanggap terhadap kepentingan atau tekanan masyarakat. masyarakat.

Page 21: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Perpolitikan Birokrasi-2Perpolitikan Birokrasi-2

KetigaKetiga, terbangunnya hubungan , terbangunnya hubungan patrimonislime-paternalistikpatrimonislime-paternalistik- - Hubungan politik diantara elite birokrasi pemerintahan ditandai Hubungan politik diantara elite birokrasi pemerintahan ditandai persaingan (persaingan (rivalitasrivalitas) antar klik yang diselenggarakan bersama ) antar klik yang diselenggarakan bersama oleh suatu jaringan yang terbentuk oleh hubungan patron-klien. oleh suatu jaringan yang terbentuk oleh hubungan patron-klien.

Pandangan patrimonial menekankan pada suatu jaringan kerja Pandangan patrimonial menekankan pada suatu jaringan kerja hubungan perlindungan yang berbentuk hubungan perlindungan yang berbentuk piramidapiramida, yang ditandai , yang ditandai dengan hubungan personal antara individu-individu dengan dengan hubungan personal antara individu-individu dengan status yang berbeda-beda. Pola relasi antara elit birokrasi status yang berbeda-beda. Pola relasi antara elit birokrasi dengan struktur bawah birokrasi mempunyai kecenderungan dengan struktur bawah birokrasi mempunyai kecenderungan sifat sifat patron-client patron-client (tuan-hamba) relationship. Patron adalah (tuan-hamba) relationship. Patron adalah posisi dimana ia mempunyai sumber-sumber kekuasaan yang posisi dimana ia mempunyai sumber-sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk melindungi dan memberikan kebutuhan dapat digunakan untuk melindungi dan memberikan kebutuhan bagi client untuk menciptakan ketergantungan dan kepatuhan. bagi client untuk menciptakan ketergantungan dan kepatuhan. Sedangkan klien memiliki rasa ketergantungan akan bantuan Sedangkan klien memiliki rasa ketergantungan akan bantuan pelindungnya yang mendapat pengaruh. pelindungnya yang mendapat pengaruh.

Page 22: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

STRUKTUR POLITIK PATRON KLIENSTRUKTUR POLITIK PATRON KLIEN

Patron

KLIEN KLIEN

KLIENKLIEN KLIENKLIEN

Page 23: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Perpolitikan Birokrasi-3Perpolitikan Birokrasi-3

KeempatKeempat, kepemimpinan dalam birokrasi patrimonial , kepemimpinan dalam birokrasi patrimonial sangat mengandalkan distribusi sumberdaya material sangat mengandalkan distribusi sumberdaya material dan peluang politik dari kelompok elite kepada dan peluang politik dari kelompok elite kepada anggota/ elemen terpenting dari kelompok elite untuk anggota/ elemen terpenting dari kelompok elite untuk mempertahankan posisi. mempertahankan posisi.

KelimaKelima, konflik dalam politik terjadi bukan karena , konflik dalam politik terjadi bukan karena perbedaan substansi kebijakan (perdebatan serius & perbedaan substansi kebijakan (perdebatan serius & rasional ala Teknokratis) akan tetapi lebih pada rasional ala Teknokratis) akan tetapi lebih pada persaingan antar klien (klik politik) dalam persaingan antar klien (klik politik) dalam memperebutkan sumberdaya. Mereka yang di luar memperebutkan sumberdaya. Mereka yang di luar elite birokrasi sama sekali tidak ikut dalam politik.elite birokrasi sama sekali tidak ikut dalam politik.

Page 24: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Perpolitikan Birokrasi-4Perpolitikan Birokrasi-4

Mengapa muncul model negara patrimonial?:Mengapa muncul model negara patrimonial?: Dalam Dalam eksplanasi Benda (1964) dan Harold Crouch: warisan- eksplanasi Benda (1964) dan Harold Crouch: warisan- kontinuitas historis dari model negara patrimonialisme di kontinuitas historis dari model negara patrimonialisme di masa lalu (kerajaan).masa lalu (kerajaan). Neo Patrimonial Neo Patrimonial

Esensi dari penjelasan ini adalah memperbandingkan Esensi dari penjelasan ini adalah memperbandingkan sikap dan tindakan birokrasi pemerintahan (di era sikap dan tindakan birokrasi pemerintahan (di era modern) penguasa tradisional pada masa silam. Ada modern) penguasa tradisional pada masa silam. Ada kesamaan: cara mempertahankan kedudukan dengan kesamaan: cara mempertahankan kedudukan dengan membagikan hadiah material dan jabatan pada anggota-membagikan hadiah material dan jabatan pada anggota-anggota terkemuka dalam kelompok elite birokrasi. anggota terkemuka dalam kelompok elite birokrasi.

Page 25: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Negara Birokratik RenteNegara Birokratik Rente Dalam artikel berjudul Dalam artikel berjudul Rent Capitalism, State and Rent Capitalism, State and

Democracy (dalam buku State and Civil Society in Democracy (dalam buku State and Civil Society in Indonesia; Arief Budiman (ed)Indonesia; Arief Budiman (ed), Olle Tornquist , Olle Tornquist menyebutkan kemunculan kapitalisme yang berbeda menyebutkan kemunculan kapitalisme yang berbeda dimana negara tidak hanya gemar campur tangan tapi dimana negara tidak hanya gemar campur tangan tapi juga sewenang-wenang tanpa mengindahkan juga sewenang-wenang tanpa mengindahkan kepentingan umum. kepentingan umum.

Menurut Tornquist, kekuasaan negara dan para Menurut Tornquist, kekuasaan negara dan para pejabatnya bersandar pada praktek pemungutan rente. pejabatnya bersandar pada praktek pemungutan rente. Pendapatan negara diperoleh melalui pemungutan rente Pendapatan negara diperoleh melalui pemungutan rente atas produksi dan perdagangan minyak bumi. atas produksi dan perdagangan minyak bumi. Pemburuan rente ekonomi ini merupakan penjarahan Pemburuan rente ekonomi ini merupakan penjarahan sumberdaya milik negara untuk mempekaya diri, rente sumberdaya milik negara untuk mempekaya diri, rente atas administrasi publik dan rente atas aset-aset publik. atas administrasi publik dan rente atas aset-aset publik.

Page 26: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Negara Birokratik Rente-2Negara Birokratik Rente-2 Bagi Tornquist, praktek pemburu rente merupakan basis Bagi Tornquist, praktek pemburu rente merupakan basis

material hubungan patron-klien dalam politik Indonesia. material hubungan patron-klien dalam politik Indonesia. Menurut Tornquist, hubungan patron-klien memiliki basis Menurut Tornquist, hubungan patron-klien memiliki basis

material pada kapitalisme rente. Dimana kompetisi antar material pada kapitalisme rente. Dimana kompetisi antar elite politik paska kolonial bersumber pada proses elite politik paska kolonial bersumber pada proses kemunculan negara sebagai arena utama akumulai kemunculan negara sebagai arena utama akumulai keuntungan bagi elite-elite pemerintahan. Dalam konteks keuntungan bagi elite-elite pemerintahan. Dalam konteks ini mereka berposisi sebagai kapitalis birokratik yang ini mereka berposisi sebagai kapitalis birokratik yang menumpuk kekayaan (rente) atas modal kewenangan menumpuk kekayaan (rente) atas modal kewenangan yang dimilikinya. yang dimilikinya.

Kompetisi politik antar elite dipahami sebagai Kompetisi politik antar elite dipahami sebagai ketegangan para kapitalis birokratik dalam ketegangan para kapitalis birokratik dalam memperebutkan sumberdaya negara.memperebutkan sumberdaya negara.

Page 27: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Negara Birokratik Rente-3Negara Birokratik Rente-3 Dalam model negara birokratik rente, Negara bukan sebagai entitas Dalam model negara birokratik rente, Negara bukan sebagai entitas

yang utuh. Lembaga-lembaga negara terpecah menjadi beragam yang utuh. Lembaga-lembaga negara terpecah menjadi beragam fraksi pejabat sipil dan militer yang terlibat dalam pertarungan fraksi pejabat sipil dan militer yang terlibat dalam pertarungan kekuasaan untuk mengamankan tujuan masing-masing. kekuasaan untuk mengamankan tujuan masing-masing.

Model ini juga mengasumsikan bahwa setiap aktor dalam birokrasi Model ini juga mengasumsikan bahwa setiap aktor dalam birokrasi memiliki tujuan-tujuan khusus dan akan menggunakan cara yang memiliki tujuan-tujuan khusus dan akan menggunakan cara yang efektif untuk mencapainya. Relasi patron-klien tidak lagi menjadi efektif untuk mencapainya. Relasi patron-klien tidak lagi menjadi sesuatu yang harus diterima oleh client (karena warisan masa lalu), sesuatu yang harus diterima oleh client (karena warisan masa lalu), namun ia bebas memutuskan dan ia merupakan proses tawar-namun ia bebas memutuskan dan ia merupakan proses tawar-menawar dengan rasionalisasi keuntungan bagi client, dan ia bebas menawar dengan rasionalisasi keuntungan bagi client, dan ia bebas membuat keputusan. membuat keputusan.

Setiap aktor tidak punya posisi permanen dalam memberikan Setiap aktor tidak punya posisi permanen dalam memberikan loyalitas kepada patron. Watak free rider. Bisa membuat alternatif loyalitas kepada patron. Watak free rider. Bisa membuat alternatif dan menghitung secara rasional konsekuensi-konsekuensi dari dan menghitung secara rasional konsekuensi-konsekuensi dari masing-masing alternatif. Alternatif yang dipilih adalah pilihan yang masing-masing alternatif. Alternatif yang dipilih adalah pilihan yang bisa memaksimalisasi self interestnya. Salah satu cara untuk adalah bisa memaksimalisasi self interestnya. Salah satu cara untuk adalah menggunakan relasi patron client, namun dibaca sebagai metode menggunakan relasi patron client, namun dibaca sebagai metode untuk mendapatkan akses ekonomi maupun politik yang lebih baik. untuk mendapatkan akses ekonomi maupun politik yang lebih baik.

Page 28: State Centric 3 Approach dalam Kajian Politik Indonesia

Negara Birokratik Rente-4Negara Birokratik Rente-4 Dengan demikian, sistem kapitalisme yang terbangun pada masa Dengan demikian, sistem kapitalisme yang terbangun pada masa

Orde Baru memiliki formasi sosial yang tidak harmonis. Sistem ini Orde Baru memiliki formasi sosial yang tidak harmonis. Sistem ini dibangun di atas kontradiksi baik di wilayah ekonomi maupun ranah dibangun di atas kontradiksi baik di wilayah ekonomi maupun ranah politik Kontradiksi dan krisis dalam wilayah prduksi (ekonomi) akan politik Kontradiksi dan krisis dalam wilayah prduksi (ekonomi) akan menimbulkan perubahan dalam struktur politik, karena konflik dan menimbulkan perubahan dalam struktur politik, karena konflik dan krisis pada dasarnya membutuhkan tatanan politik yang baru.krisis pada dasarnya membutuhkan tatanan politik yang baru.

Pembacaan seperti itu menunjukkan bahwa formasi sosial Pembacaan seperti itu menunjukkan bahwa formasi sosial kapitalisme Orde Baru akan selalu menghadapi ancaman kapitalisme Orde Baru akan selalu menghadapi ancaman penggerusan dari dalam (kontradiksi internal). Salah satunya adalah penggerusan dari dalam (kontradiksi internal). Salah satunya adalah ketegangan antar kapitalis birokrat yang hubungannya dibangun ketegangan antar kapitalis birokrat yang hubungannya dibangun berdasarkan koneksi politik. berdasarkan koneksi politik.

Selain itu, kecenderungan rezim mebangun patronase selalu akan Selain itu, kecenderungan rezim mebangun patronase selalu akan mendapatkan tentangan dari faksi kapitalis yang menginginkan mendapatkan tentangan dari faksi kapitalis yang menginginkan kompetisi ekonomi dijalankan.Ketegangan ini berkembangs ejak kompetisi ekonomi dijalankan.Ketegangan ini berkembangs ejak tahun 1980-an ketika negara mulai mengurangi perannya dalam tahun 1980-an ketika negara mulai mengurangi perannya dalam yang brlebihan dalam pembangunan ekonomi. yang brlebihan dalam pembangunan ekonomi.