STATISTIK PEMULA

Embed Size (px)

Citation preview

Penelitian Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap Karyawan Ole h Perusahaan di Kota BatamDISUSUN OLEH : NAMA NPM DOSEN PEMBIMBING : : Rudini : 123130025PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS PUTERA BATAM 2013 Abstrak Pada saat ini hampir sebagian besar industri/perusahaan yang ada di Kota Batam m enerapkan sistem kerja lembur (overtime) untuk mengejar hasil produksi (output) demi memenuhi pesanan dari para pelanggan (customer) sesuai kontrak kerja. Dan s ecara otomatis yang menjadi subjek penerapan sistem tersebut adalah para karyawa n yang bekerja pada perusahaan-perusahaan itu. Secara khusus penelitian ini lebih menekankan pada dampak/pengaruh dari sistem k erja lembur bagi para karyawan (efek positif dan negatif), secara materiil maupu n non materiil. Termasuk di dalamnya untuk mengukur seberapa jauh urgensi kerja lembur (overtime)bagi karyawan/pekerja itu sendiri. Adapun Subjek penelitian ini adalah para karyawan perusahaan yang ada di Kota Ba tam. Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan metode pengambila n data secara FGD (Focus Group Discusion) dalam bentuk wawancara dan jajak penda pat (survey). Responden wawancara diambil secara acak (random) dari beberapa kar yawan perusahaan yang ada di Kota Batam. Berhubung sebagian besar anggota tim penulis selain sebagai mahasiswa juga berpr ofesi sebagai karyawan perusahaan, maka subjek wawancara juga diambil langsung d ari anggota tim ditambah beberapa rekanan anggota yang juga berprofesi sebagai karyawan perusahaan. Dari wawancara tersebut didapatkan kondisi (relita) yang te rjadi sekaligus berpengaruh dalam kehidupan para karyawan sebagai efek diberlaku kannya sistem kerja lembur di perusahaan tempat mereka bekerja. Kata Kunci: Pekerja/karyawan, sistem kerja lembur (overtime) KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganug erahkan rahmat, karunia serta ridha-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makal ah ilmiah tentang Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhad ap Karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam . Makalah ilmiah ini disusun sebagai sal ah satu Tugas makalah pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam penulisan makalah ilmiah ini, kami telah banyak menerima bimbingan dan sar an-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan te rima kasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Hendri Kremer, selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di Univer sitas Putera Batam yang telah banyak memberikan penjelasan teori yang berkaita n dengan tugas makalah ilmiah ini. 2. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ilmiah ini.Akhirnya kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan sebagaim ana mestinya. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di masa-masa men datang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Batam, 25 Maret 2013Tim Penyusun DAFTAR ISI ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3Batasan Masalah 2 1.4Tujuan Penelitian 2 1.5Manfaat Penelitian 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Landasan Teori 4 2.2 Mekanisme Kerja Lembur 5 2.3Kewajiban Perusahaan 6 BAB III. PEMBAHASAN 7 3.1 Definisi Kerja Lembur (overtime) 7 3.2 Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur Terhadap Karyawan BAB III. PENUTUP 19 3.1 Kesimpulan 19 3.2 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 2011BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses produksi dalam lingkungan industri/perusahaan saat ini umumnya membutuhka n waktu pelaksanaan yang cepat. Waktu pelaksanaan yang cepat ini antara lain mem punyai tujuan untuk mengejar target produksi sesuai kontra kerja atau karena su atu alasan tertentu. Untuk mengembangkan hal ini dilakukan sistem kerja lembur ( overtime).Pekerjaan lembur harus diimbangi dengan kesiapan faktor-faktor penunja ng antara lain berupa tenaga kerja (karyawan), material dan alat kerja yang sesu ai dengan kebutuhan pekerjaan tersebut. Untuk mengatasi faktor-faktor penunjang ini diperlukan pembiayaan berupa pembayaran tenaga kerja (upah), pengadaan mater ial dan penguasaan alat-alat kerja.Kerja lembur merupakan salah satu bagian renc ana kerja proyek dimaksudkan untuk menyelesaikan proses produksi yang tidak mun gkin diselesaikan dalam hari kerja biasa/normal shift. Dengan kerja lembur ini a kan menggunakan tenaga kerja yang lebih ekstra, baik dalam kualitas maupun kuant itas.Tentu dalam implementasinya akan sangat berpengaruh pada kondisi para karya wan itu sendiri, baik fisik maupun secara psikis. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ilmiah ini, ada beberapa hal yang disoroti: 1. Apakah definisi dan mekanisme kerja lembur (overtime)? 2. Bagaimana perhitungan upah karyawan dalam sistem kerja lembur (overtime) ? 3. Bagaimana dampak/pengaruh sistem kerja lembur (overtime) dan urgensinyabagi karyawan perusahaan? 1.3 Batasan Masalah Untuk lebih menjaga efektifitas pembahasan objek penelitian, maka ulasan pembaha san topik permasalahan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada seputar p engertian/definisi daripada kerja lembur (overtime), kemudian untukmengetahui da mpak/pengaruh implementasi sistem kerja lembur (overtime) bagi pribadi karyawan serta sekaligus untuk mengetahui seberapa besar urgensi kerja lembur (overtime) bagi karyawan. 1.4 Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh/dampak dari penerapan sistem kerja lembur terhadap karyawan oleh perusahaan.Secara teoritis, diharapkan penelitian yang akan dilakukan akan dapat memberimanfaat bagi pihak karyawan/pekerja pada satu sisi. Terutama disini berkaitandengan pemahaman tentang dampak/pengaruh dari kerja lembur (overtime) dan pihak perusahaan (manajeman) pada sisi lainnya.Manfaat praktis diharapkan pe nelitian ini dapat memberi pengetahuan luas padakhalayak ramai atau organisasi/p erusahaan guna meningkatkan sikap dan etos kerja karyawan sehinggadapat juga men jadi acuan untuk dilakukan perbaikan secara berkelanjuatan dalam pelaksanaan sis tem kerja lembur (overtime),dan dapat memperbaiki iklim kerja yang kondusif di p erusahaan tersebut. Bagi karyawan dapat dijadikan sebagai acuan dalam bekerja dapatmemaksimalkan kem ampuan yang dipunyai Karyawan tersebut sehingga dalam bekerjakaryawan dapat lebi h bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.Bagi masyarakat pada umumnya dap at memberikan pengetahuan bahwa tingkatpemberian upah yang tinggi bukan berarti akan mendapat kepuasan kerja yang baik,tetapi pekerjaan yang memang dapat memuas kan pekerja dapat dipengaruhi pula olehadanya lingkungan perusahaan dan juga ikl im kerja di tempat kerja tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian Kami berharap dengan adanya penelitian ilmiah ini akan bermanfa at bagi para karya wan pada khususnya dan juga bagi pihak perusahaan sebagai pembuat kebijakan, unt uk lebih optimal lagi dalam implementasi kerja lembur (overtime) tersebut sekali gus juga tetap memperhatikan aspek humaniora dari karyawan sebagai subjek (pelak u) kerja lembur, sehingga pada akhirnya sinergi antara satu sama lain akan sanga t menguntungkan bagi kedua belah pihak.BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Sesuai dengan KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal 1, waktu kerja lembur adalah waktu kerj a yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu un tuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) harikerja dalam 1 (satu) ming gu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.Jadi pada perusahaan yang menerapkan 5 hari kerja, ma ka waktu kerja yang seharusnya berlangsung setiap harinya adalah 8 jam. Tanpa di tentukan apakah jam kerja akan dimulai pada jam 7 pagi, 8 atau 9 pagi. Hanya dit entukan waktu kerja berlangsung selama 8 jam. Apabila karyawan bekerja lebih dar i 8 jam, maka ia berhak mendapatkan upah kerja lembur. Waktu kerja lembur pun ha nya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Namun hal ini tidak termasuk kerja lembur yan g dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi. Seorang karyawan dapat melakukan kerja lembur dengan maksimal 14 jam dalam satu minggu (terhitung Senin hingga Jumat). Lembur pada akhir minggu atau pada hari l ibur resmi memilik perhitungannya sendiri. Beberapa perusahaan kadang mempekerja kan karyawannya lebih dari 14 jam lembur namun hanya membayarkan upah lembur unt uk 14 jam saja. Hal ini jelas tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.Namun t idak semua karyawan yang lembur harus mendapatkan upah lembur. Dalam pasal 4 dik atakan bahwa mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pel aksana dan pengendali jalannya perusahaan, waktu kerjanya tidak dapat dibatasi m enurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan. Idealnya lembur dilaksanakan berdasarkan permintaan dari pengusaha dan persetuju an tertulis dari karyawan. Lembur tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan keingi nan satu pihak. Terlalu sering lembur bukan berarti Anda akan dianggap karyawan yang loyal. Justru Anda bisa dicap lamban dalam menyelesaikan pekerjaan. Dan tid ak mampu bekerja tepat waktu (on time). 2.2 Mekanisme Kerja Lembur Pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Pasal 3Kepmenake rtrans No. 102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah KerjaLembur menya takan secara tegas bahwa "Waktu Kerja Lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu ". Meskipun Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 telah secara tegas membatasiwaktu ker ja lembur seperti tersebut diatas, tetapi karena mempertimbangkankepentingan per usahaan dan dunia usaha, ketentuan undang-undang tersebut olehKeputusan Menakert rans No. 102/MEN/VI/2004 agak sedikit dianulir seperti diatur dalamPasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa "Ketentuan waktu kerja lembur seperti tersebut diatas termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mengguan atau harian r esmi". Ketentuan Keputusan Menakertrans, hendaknya jangan dipandang dari sudutketentuan tersebut bertentangan dengan peraturan perusahaan yang lebih tinggi yaituUndang -undang Nomor 13 Tahun 2003 tetapi sebaiknya harus dipandang dari adanyakebutuha n dunia usaha yang memerlukan kerja lembur lebih dari 40 (empat puluh) jamdalam seminggu yang oleh Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak diakomodir. Disamping itu ketentuan Keputusan Menakertrans mengenai kerja lembur padahari is tirahat mingguan dan libur resmi tidak melanggar kepentingan dan hak pekerja,kar ena untuk melakukan kerja lembur harus atas persetujuan dari pekerja/buruh yangb ersangkutan, sehingga pekerja tidak dapat dipaksa untuk melakukan kerja lamburDe ngan adanya ketentuan waktu kerja lembur pada hari istirahat mingguan dan harili bur resmi, maka dimungkinkan waktu kerja lembur lebih dari 40 (empat puluh) jamd alam seminggu. C. Kewajiban Perusahaan ? Membuat daftar pelaksanaan kerja lembur yang memuat nama pekerja/buruh y angbekerja lembur dan lamanya waktu kerja lembur. ? Membayar upah lembur. ? Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya. Waktu istirahat ini harus mengacupada ketentuan Pasal 79 ayat (2) huruf a Undang-undang Nomor 13 tahun 20 03 yangmenetapkan bahwa "Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tida k termasukjam kerja".? Memberikan makan dan minumnya sekurang-kurangnya 1.400 (seribu empat rat us)kalori apabila kerja lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih. Pemberitahuan mak anantidak boleh diganti dengan uang, hal ini dimaksudkan agar kesehatan ekerja d apat tetapterpelihara.BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definisi Kerja Lembur (overtime) Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, atas dasar perintah atasan, yang melebihi jam kerja biasa pada hari-hari kerja, atau pekerjaan yang dilakukan pada hari istirahat mingguan karyawan atau hari libur resmi.Prinsip ke rja lembur pada dasatnya bersifat sukarela, kecuali dalam kondisi tertentu peker jaan harus segera diselesaikan untuk kepentingan perusahaan. Menurut Thomas (2002), Pengertian kerja lembur adalah pekerjaan tambahan yang di lakukan di luar jam kerja yang melebihi 40 jam kerja per minggu atau kerja yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan dalam ha ri kerja normal. Menurut Donal S. Barrie, Boyd C. Paulson, et al. (1995), pengertian kerja lembur adalah jadwal kerja yang direncanakan merujuk pada situasi dimana operasi itu t elah dijadwalkan secara teratur untuk melampaui hari yang terdiri dari 8 jam yan g normal. 40 jam seminggu. Di Indonesia, ketentuan kerja lembur diatur oleh Menteri Tenaga Kerja dengan dik eluarkannya SK Menteri Tenaga Kerja No. 580/M/BM/BK/1992 pasal 2 dan 3, yang men yebutkan bahwa kerja lembur merupakan waktu dimana seorang pekerja bekerja meleb ihi dari jadwal waktu yang berlaku, yaitu 7 jam sehari dan 40 jam seminggu. 3.2 Formula Upah Lembur (overtime) Perhitungan jam kerja lembur dan tarif upah lembur mengacu pada Peratura n Menteri Tenaga Kerja No. KEP-72/MEN/1984, dengan rumusan: 1. Tarif upah lembur: 1/173 x Gaji Pokok 2. Perhitungan lembur dilakukan pada hari kerja biasa: a. Untuk jam pertama adalah 1,5 kali TUL (Tunjangan Upah Lembur). b. Untuk jam-jam berikutnya adalah sebesar 2 kali TUL. c. Lebih dari jam 19.30 WIB akan mendapatkan 1 kali tunjangan makan. d. Lebih dari jam 22.30 WIB akan mendapatkan 1 kali tunjangan transport. 3. Perhitungan lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari raya resmi: a. Untuk setiap jam dalam batas waktu 7 (tujuh) jam pertama adalah sebesar dua kali TUL. b. Untuk jam ke 8 (delapan) sebesar 3 kali TUL. c. Untuk jam ke 9 (sembilan) dan seterusnya adalah sebesar empat kali TUL. 4. Pekerjaan lembur kurang dari (setengah) jam sehari tidak diperhitungkan dengan upah lembur. 5. Ketentuan upah lembur hanya berlaku untuk karyawan dengan golongan I-III atau dinyatakan lain dalam perjanjian kerja. 6. Untuk karyawan shift, bilamana hari tugasnya jatuh pada hari libur resmi (raya), maka jam kerja pada hari tersebut dihitung sebagai kerja lembur, dan pe rhitungan upah lemburnya mempergunakan perhitungan jam lembur hari raya. Berkaitan dengan hari raya, ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Hari Kerja Biasa Bila pekerjaan lembur dilakukan melewati jam 19.30 WIB, bila tidak disediakan ma kan oleh Perusahaan akan diberikan tunjangan makan yang besarnya ditetapkan oleh Perusahaan. 2. Hari Libur / Raya Karyawan yang melakukan pekerjaan lembur pada hari istirahat minguan atau hari l ibur resm i/hari raya akan mendapat tunjangan transport sesuai dengan ketentuanhari kerja biasa ditambah tunjangan makan jika lembur yang dijalani telah melewa ti 3 (tiga) jam kerja. Tunjangan transport tidak berlaku bagi karyawan yang mendapat fasilitas kendaraa n, sebagai kebijakan Perusahaan dapat mempertimbangkan mengganti biaya transport (mis: tol, uang parkir dll) sesuai dengan biaya sebenarnya yang dikeluarkan ole h karyawan untuk keperluan lembur tersebut. Bila pekerjaan lembur dilakukan melewati jam 19.30 WIB, bila tidak disediakan ma kan oleh Perusahaan akan mendapat tunjangan makan sesuai dengan yang telah ditet apkan oleh Perusahaan. Banyak orang yang tidak mengetahui cara menghitung Upah Lembur (Uang Lem bur/Over Time). Upah Lembur ini mengacu pada Keputusan Menteri No. Kep.102/MEN/V I/2004, Pasal 10 ayat (1) dan (2) sebagai berikut: Contoh kasus #1 Pasal 10 ayat (1) Kita mulai membahas Pasal 10 ayat (1): Dalam hal upah terdiri dari upah po-kok d an tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus perse ratus) dari upah. Makna pasal 10 ayat (1) sangat jelas, bahwa didalam komponen up ahnya hanya terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap. Seperti apakah upah pokok dan tunjangan tetap? Misalnya pengusaha menetapkan upah sebesar Rp 1.500.000 yang terdiri dari kompon en sebagai berikut: - Gaji pokok Rp 1.200.000 - Tunjangan Jabatan Rp 300.000 Total Upah Rp 1.500.000 Diatas telah kita ketemukan total upah yang komponennya terdiri dari gaji/upah p okok dan tunjangan tetap sebesar Rp 1.500.000. Bagaimana perhitungannya? Tarif upah sejam adalah Rp 1.500.000 x 1/173 = Rp 8.670,51 Contoh kasus #2 Pasal 10 ayat (2) Sedangkan ayat (2) menyatakan: Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tun-janga n tetap dan tunjangan tidak tetap, apabilah upah pokok tambah tunjangan tetap leb ih kecil 75% (tujuh puluh lima perseratus) keseluruhan upah, maka dasar perhitun gan upah lembur 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari keseluruhan upah. Seperti apakah upah pokok dan tunjangan tetap ditambah tidak tetap ? Kalau kita perhatikan rasio dari upah (gaji pokok dan tunjangan tetap) sebesar 7 9% (seperti tabel 10.2), maka acuan perkalian tidak bisa menggunakan rumus 75% d ari total upah keseluruhan. Mengapa? Kalau 75% dari total upah keseluruhan berarti Rp 1.900.000 x 75% = Rp 1.425.000. Sedangkan nilai komponen upah saja sebesar Rp 1.500.000. Artinya yang digunakan adalah angka Rp 1.500.000 yaitu angka yang tertinggi dan lebih baik bagi kepent ingan karyawan, dengan perhitungan Rp 1.500.000 x 1/173 = Rp 8.670,51 per-jamnya. Apakah boleh boleh dari nilai upah keseluruhan? Prinsipnya, bila nilainya lebih baik dari ketentuan yang dimaksud Kepmen sangat dibenarkan. Bagaimana perhitungannya? Jika menggunakan dari keseluruhan akan lebih baik, dan tarif sejamnya adalah Rp 1 .900.000 x 1/173 = Rp 10.983,Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur Terhadap Karyawan Seringkali kita menemukan fenomena, dan ini sangat mudah dijumpa i di Kota Batam khususnya, dimana orang/karyawan dalam perusahaan bekerja sangat keras diluar kelaziman bahkan sampai pontang panting tidak karuan. Mereka sudah t idak perduli lagi dengan waktu. Berangkat kerja pagi-pagi, kembali waktu malam. Catatan lembur, untuk karyawan perusahaan misalnya, sudah tidak bisa dihitung l agi. Bahkan tidak jarang, mereka juga terpaksa harus masuk disaat hari-hari besa r. Waktu menjadi seolah-olah sangat sempit sementara beban tugas terus semakin m enumpuk dan permasalahan tidak selesai selesai. Begitu selesai permasalahan yang satu, muncul permasalahan yang lain. Begitu selesai target yang satu, muncul ta 3.3rget yang lain seolah tanpa berkesudahan. Berikut Dampak dari implementasi sistem kerja lembur (overtime) yang dirangkum dari hasil interview dan jajak pendapat terhadap beberapa karyawa n (secara acak) yang bekerja pada perusahaan yang berbeda di Kota Batam, yakni: A. Dampak positif Kata lembur memang sudah tidak asing lagi bagi para pekerja/kary awan perusahaan, termasuk di Kota Batam.. Beberapa karyawan sangat suka mendapat jatah lembur karena mereka bisa mencari penghasilan tambahan. Bahkan sekarang i ni eksistensi kerja lembur menjadi semacam komponen yang sangat dibutuhkan oleh karyawan untuk menambah jumlah penghasilan. Dengan lembur, maka ada baiknya kita bisa mendapatkan banyak sekali keuntungan. Selain uang yang bertambah, kita jug a bisa mendapatkan nilai positif dari atasan. Ini penting bagi anda dan jenjang karir tentunya.Tetapi tidak bisa dipungkiri juga kalau lembur itu adalah sesuatu hal yang sulit untuk dikerjakan. Banyak kendala yang harus kita hadapi. Inilah lembur, antara suka dan tidak yang harus kita lalui ketika menjalankan lembur.Le mbur memang bisa sangat menarik karena kita tidak perlu menghabiskan waktu di ru mah hanya untuk bermalas-malasan. Dampak positif dari sistem kerja lembur yang dirasakan karyawan, yakni: ? Mendapatkan pemasukan tambahan Dengan mengikuti lembur, maka kita bisa mendapatkan pemasukan tambahan. Ini adal ah hal utama dalam lembur. Jadi anda bisa menikmatinya nanti saat menerima gaji anda. ? Mendapatkan nilai lebih dari atasan Dengan lembur, pastikan atasan anda tahu anda lembur. Hal ini sangat berguna kar ena atasan pasti suka jika anda karyawan atau bawahannya bekerja lembur apalagi hasilnya sama produktifnya. ? Hal ini bisa memberikan anda nilai plus dan ini bagus bagi karir anda. Dengan kerja lembur, maka anda akan mendapatkan pemasukan berlebih. B. Dampak Negatif Bekerja lembur memang menghasilkan banyak keuntungan, dari peker jaan lebih efisien, bisa mendukung percepatan karier, hingga tambahan penghasila n. Tapi tidak untuk aspek lain si pekerja/karyawan. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari segi waktu, terd apat pembagian waktu yang kurang proporsional. Dimana dengan kerja lembur (overt ime), secara otomatis porsi waktu terhadap pekerjaan di perusahaan lebih banyak dari pada porsi waktu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Selain itu ada sisi psikologis yang perlu dicermati. Implikasiny a sangat kompleks dari mulai masalah pribadi, keluarga sampai pada masalah sosia l. Dari sisi pribadi misalnya, faktor gangguan kesehatan seperti stress, darah t inggi bahkan stroke adalah hal yang kerap dijumpai akibat dari pola hidup yang ke luar dari jalur fitrahnya disamping pola makan yang buruk tentunya. Umur muda buk an lagi jaminan untuk terhindar dari resiko penyakit-penyakit tersebut. Dari sisi keluarga, waktu untuk berkumpul dengan istri dan anakanak menjadi dikorbankan. Hubungan antar anggota keluarga menjadi kurang solid d an harmonis. Disamping itu kepedulian terhadap perkembangan anak-anak juga seola h-olah terabaikan. Bahkan tidak jarang, banyak keluarga yang hancur berantakan a kibat masalah tersebut. Secara sosial, mereka juga seringkali dipandang sebagai anggota masyarakat yang tidak mau bersosialisasi di lingkungannya. Terlalu sibuk untuk u rusan sendiri menyebabkan kehilangan waktu untuk kumpul-kumpul atau bahkan untuk sekedar menegur dan mengucapkan ucapan selamat kepada tetangganya yang baru saj a mendapat suka cita. Atau sekedar bertakziyah kepada sahabat dan kerabat yang b erduka cita. Sikap hidup yang tidak ideal tersebut muncul karena kita seringk ali memiliki persepsi yang tidak proporsional terhadap lingkungan dimana kita be rada, kepada atasan kita, kepada kantor tempat kita bekerja, atau bahkan kepada klien atau parter bisnis yang seharusnya dalam kendali kita. Kontrol kita serahkan sepenuhnya kepada pihak luar. Atau bisa dikatakan kita seringkali hanya menja di sekedar objek bukannya sebagai subjek. Kita seringkali bukannya mengelola tap i dikelola, bukannya mengatur tapi diatur, bukannya memanage tapi dimanage. Kalau bukan dari mereka, rezeki saya dari mana? mereka berkilah. Karir adalah segala-g alanya seolah-olah mereka merasa tidak akan mencapai sukses apabila tidak melaku kan hal seperti tersebut diatas.Disini yang disoroti adalah sikap kita terhadap lingkungan kita dan target-target itu. Selama kita masih bisa berjalan diatas fi trah kemanusiaan kita baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat serta bisa menikmati target dan beban kerja yang kita miliki maka itu bukanlah menjadi pers oalan. Menyusun skala prioritas adalah jawabannya. Misalnya, apa yang akan kita katakan apabila ada rekan bisnis pe rusahaan kita meminta bertemu diluar jam perusahaan atau diluar hari kerja? Apak ah akan kita setujui atau kita tolak. Tentunya ini sangat situasional karena ter gantung dari kepentingan dan tingkat urgensinya. Apabila merupakan pertemuan bia sa-biasa saja, bisakah kita mengatakan Maaf, saya tidak bisa meeting pada jam ter sebut, bagaimana kalau kita re-schedule ke pagi/siang saja dihari yang sama? Ata u kita terpaksa mengatakan Oke pak padahal kita sudah janji untuk mengajari anak-a nak dirumah karena sebentar lagi mereka menghadapi ujian/test di sekolahnya. Sek ali lagi, ini sangat situasional sehingga kitalah yang bisa menilainya.Bekerja l embur juga akan sangat berpengaruh terhadap kondisikejiwaan/mental dan kesehatan karyawan/pekerja perusahaan. Studi yang dipimpin Marianna Virtanen dari Finnish Institute of Occupational Health dan University College London ini melibatkan sekitar 2.000 p egawai sipil usia paruh baya di Inggris. Studi menemukan hubungan kuat antara kerja lembur dan depresi. K orelasi ini muncul tanpa mengabaikan sejumlah faktor pemicu depresi seperti sosi al demografi, gaya hidup, dan aktivitas lain yang memengaruhi tingkat stres. "Meski kerja lembur kadang-kadang memberikan manfaat bagi indivi du dan masyarakat, penting bagi kita untuk menyadari bahwa jam kerja yang berleb ihan terkait dengan peningkatan risiko depresi berat," kata Dr Virtanen, yang me mublikasikan studinya di jurnal online PLoS ONE, seperti dikutip Times of India. Tuntutan lembur dan menyelesaikan beban pekerjaan di luar jam ke rja seringkali membuat pekerja tertekan. Jam kerja yang berlebih jelas akan meny ita waktu berkumpul bersama keluarga dan istirahat. Ada yang memilih berhenti ke rja karena jam kerja tak sesuai, tapi banyak pula yang bertahan karena alasan ek onomi. Berdasarkan riset terbaru di Inggris, orang yang sering bekerja lembur dengan menghabiskan waktu 10 hingga 11 jam sehari berisiko lebih tinggi m engalami sakit jantung. Kesimpulan itu adalah hasil analisa studi terhadap 6.000 pekerja sipil di Inggris yang dipublikasikan dalam European Heart Journal edisi online. Dalam laporan itu disebutkan, mereka yang menambah waktu tiga hingga em pat jam sehari untuk bekerja lembur berisiko 60 persen lebih tinggi menderita sa kit jantung. Angka ini muncul setelah memperhitungkan berbagai risiko penyakit, termasuk kebiasaan merokok. Dari data studi terungkap, ada 369 kasus kematian re sponden akibat penyakit jantung. Mereka meninggal akibat mengalami serangan jant ung ataupun angina pectoris. Jumlah waktu yang dihabiskan saat lembur pun memili ki kaitan erat dalam banyak kasus.Bekerja terlalu keras membuat jantung seperti dawai gitar yang ditarik dengan keras. Berdasarkan penelitian Virtanen, memang a da sejumlah hal yang menjelaskan hubungan ini. 1. Pekerja yang sering bekerja lembur umumnya adalah mereka dengan kepribad ian tipe A. Jenis pribadi ini cenderung agresif, kompetitif, gampang tegang, san gat peduli akan waktu, dan umumnya gampang naik darah. 2. Stres psikologis yang muncul bersamaan dengan depresi dan kecemasan mung kin akibat tidak cukup tidur atau tak cukup istirahat sebelum pergi tidur. 3. Ada tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan stres kerja yang tersem bunyi. Masalah ini tak muncul saat checkup medis. 4. Pekerja yang sering bekerja lembur sering kali tetap bekerja ketika saki t, tak mempedulikan gejala masalah kesehatan, dan tidak pergi dokter untuk mengo bati penyakitnya. 5. Pengalaman stres yang kronis (sering kali berhubungan dengan lamanya wak tu bekerja) bisa berdampak pada proses metabolisme dalam tubuh.antung iskemik n yang terlalu r . banyak di karena merekaSedangkan menurut sebuah penelitian, risiko menderita penyakit j pada para pekerja wanita meningkat akibat adanya tekanan pekerjaa berat. Penyakit jantung iskemik sering disebut sebagai silent kile antara penderita tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini tidak mengalami gejala. Studi penelitian terdahulu telah menyebutkan adanya keterkaitan antara stres di tempat kerja dan risiko penyakit jantung. Akan tetapi kebanyakan studi ini hanya berfokus pada kalangan pria. Sementara riset lain dilakukan di New York terhadap 2.200 pekerj a pria dan wanita. Mereka disurvei mengenai pekerjaan dan efeknya terhadap kesta bilan kejiwaan. Rata-rata jam kerja dalam seminggu adalah 40 jam. Riset tersebut membuktikan, para pekerja yang memiliki jam kerja lebih lama dari standar biasa nya mengalami masalah dalam kejiwaannya. Tak hanya berpengaruh pada menurunnya k inerja, mental para pekerja pun bisa menjadi taruhannya. Seperti yang dikutip da ri reuters, Dr. Marianna Virtanen, sang peneliti, mengungkap bahwa waktu kerja y ang panjang berpengaruh pada fungsi kognitif seseorang. Saat hal itu berlangsung lama, maka akan berpengaruh pada keseha tan jiwa para pekerja tersebut. Para pekerja yang memiliki jam kerja 55 jam meng alami penurunan kestabilan yang parah dalam lima tahun. Para ahli menilai, temua n ini membawa sebuah pesan akan pentingnya keseimbangan antara hidup dan pekerja an bagi kesehatan. Agen Penelitian Kanker Internasional (IARC) baru-baru ini memutu skan untuk memasukkan poin mengenai bekerja pada malam hari ke dalam daftar peke rjaan beresiko kanker. Dalam dafar tersebut juga termasuk sinar ultraviolet, kar bon hitam, mesin pembuangan uap, zat-zat pewarna berbahaya, dan sebagainya. Ilmuwan Jepang dari University of Occupational and Environmental Health mengadakan sebuah eksperimen. Mereka mengamati 14.000 orang selama 10 ta hun. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa karyawan yang bekerja dengan jam ke rja fleksibel lebih banyak menderita kanker prostat dibanding mereka yang bekerj a dengan jam kerja standar. Pakar Denmark dari Institute of Cancer Epidemiology memeriksa 7. 000 wanita berusia 30 hingga 54 tahun. Diketahui bahwa para wanita yang bekerja setidaknya selama enam bulan lamanya pada malam hari memiliki peluang lebih ting gi mengidap tumor payudara. Richard Stevens, seorang professor dari Connecticut University H ealth Center merupakan ilmuwan pertama yang mengamati interkoneksi antara bekerj a malam hari dan kanker payudara pada tahun 1987. Ilmuwan menyelidiki alasan merebaknya kanker payudara pada tahun 1930-an, di mana saat itu banyak perusahaan yang mulai menetapkan 24 jam kerja penuh sehari dengan mempekerjakan wanita sebagai buruh siang dan malam. Walaupun demikian, fenomena yang terjadi sekarang ini, posisi ke rja lembur (overtime) sudah bergeser menjadi suatu kebutuhan (urgent) bagi para ka ryawan untuk menambah nominal pendapatan. Karena pada kenyataanya, seiring denga n kenaikan harga komponen kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari sehingga t erjadi inflasi, ternyata tidak diiimbangi dengan kenaikan upah/gaji pokok yang s ignifikan. Istilahnya kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) yang terjadi tidak seband ing dengan meroketnya harga-harga kebutuhan pokok di pasaran. Sehingga seandainy a tidak ada tambahan pemasukan dari kerja lembur (overtime) dan hanya mengandalk an dari gaji pokok saja tidak bisa cukup. Dan inilah fakta yang terjadi di lapan gan sekarang ini. (Berdasarkan testimoni/wawancara/jajak pendapat).BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada prinsipnya, kerja lembur (overtime) merupakan salah satu kebijakanyang diterapkan oleh perusahaan terhadap karyawan untuk memenuhi target produksi yang telah ditetapkan bersama pelanggan. Karyawan berperan sebagai eksekutor yang mengimplementasikan kebijakan t ersebut (sinergi).Tentu saja hal ini akan sangat berdampak/berpengaruh bagi kehi dupan karyawan, baik secara kejiwaan/psikis, finansial, sosial/lingkungan, keseh atan dan keberlangsungan hidup di masa yang akan datang. 3.2 Saran Agar tercipta kondusifitas kerja bagi karyawan antara tuntutan untuk mem enuhi tercukupinya kebutuhan hidup dan menunaikan kewajiban sebagai karyawan per usahaan (saling menguntungkan dan melengkapi), maka perlu diperhatikan beberapa hal: ? Peran pihak manajemen perusahaan untuk lebih memahami dan memperhatikan aspek humaniora karyawan agar implementasi kerja lembur tersebut berjalan dengan baik dan relevan dengan Peraturan Kerja Bersama (PKB) yang telah disepakati. ? Pentingnya untuk mengembangkan paradigma karyawan tentang kerja lembur ( overtime) yang merupakan nilai tambah (added value) bagi pendapatan pokok dengan tetap memperhatikan berbagai hal tentang dampak/efek dari kerja lembur sebagaim ana yang telah dibahas di atas (proporsional). DAFTAR PUSTAKA Kepmenakertrans No. KEP.102/MEN/IV/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerj a Lembur. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3235/keputusan-menteri-atas-waktu-dan -upah-kerja-lemburhttp://dedylondong.blogspot.com/2012/04/memahami-perhitungan-upah-lembur.html. http://trick-tipsonline.blogspot.com/2011/04/kerja-lembur-bisa-tingkatkan-risiko .htmlhttp://hrd.indika.net.id/sop/KerjaLembur.htm.