status icrc dalam hukum internasional

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    1/42

    BAB III

    STATUS ICRC DALAM HUKUM INTERNASIONAL

    III.1. Pengertian dan jenis-jenis subyek hukum internasional

    Subyek hukum secara umum berarti segala sesuatu yang dianggap menjadi

    pendukung hak dan kewajiban. Pada mulanya, yang dianggap sebagai subyek

    hukum nasional hanyalah individu. Tetapi karena perkembangan zaman, maka

    badan hukum juga dapat dianggap sebagai subyek hukum (rechtspersoon), karena

    ia memiliki hak dan kewajiban tersendiri dalam lalu lintas hukum.

    Dalam hukum internasional, pengertian subyek hukum dapat ditemukan

    dalam definisi yang dibuat oleh beberapa pakar hukum internasional, antara lain :

    Menurut Ian Brownlie, pengertian subyek hukum internasional

    merupakan entitas yang menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban

    internasional, dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-haknya

    dengan mengajukan klaim-klaim internasional42

    42

    Ian Brownlie, Principles of Public International Law, The English Language BookSociety and Oxford University Press, 1977, halaman. 60

    . Selanjutnya ia menambahkan

    bahwa subyek hukum internasional juga mempunyai kemampuan untuk

    mengajukan klaim-kalim dalam hal terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum

    internasional, kemampuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dan persetujuan-

    persetujuan yang sah dalam latar internasional, dan dapat menikmati hak-hak

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    2/42

    istimewa (privileges) dan kekebalan-kekebalan (immunities) dari yurisdiksi-

    yurisdiksi nasional43

    i. Pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut hukum internasional.Subyek hukum semacam ini disebut subyek hukum internasional penuh,

    misalnya negara.

    .

    Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadjapengertian subyek hukum

    internasional adalah :

    ii.

    Mencakup pula keadaan-keadaan dimana yang dimilikinya itu hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban terbatas, misalnya kewenangan untuk

    mengadakan penuntutan hak yang diberikan oleh hukum internasional di

    muka pengadilan berdasarkan suatu konvensi, misalnya individu.

    iii.Subyek hukum internasional memperoleh kedudukanberdasarkan hukumkebiasaan internasional karena perkembangan sejarah44

    Pada awalnya, bahkan sampai sekarang ini, negara masih diakui sebagai

    subyek hukum internasional yang paling utama. Negara adalah subyek hukum

    internasional dalam arti klasik sejak lahirnya hukum internasional dan sampai

    sekarang masih ada anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakekatnya

    adalah hukum antar negara. Hal ini disebabkan negara mempunyai hak dan

    kewajiban yang utuh yang diakui hukum internasional. Tetapi karena perubahan-

    perubahan yang terjadi dalam masyarakat internasional dari abad keabad, negara

    saat ini bukanlah satu-satunya subyek hukum internasional45

    Ketentuan hukum internasional terutama berkenaan dengan hak-hak dan

    kewajiban-kewajiban, serta kepentingan-kepentingan negara. Biasanya ketentuan

    hukum internasional merupakan ketentuan yang harus ditaati negara-negara, dan

    .

    43Ibid.

    44 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Op.cit, halaman. 88

    45Ibid., halaman. 89

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    3/42

    dalam traktat-traktat dapat membedakan kewajiban yang disetujui sendiri untuk

    dilaksanakan oleh negara penandatanganan. Anggapan bahwa negara adalah satu-

    satunya subyek hukum internasional merupakan anggapan yang wajar sekali

    dimana hubungan antara negara identik dengan hubungan internasional.

    Anggapan semacam ini dianut pada awal perkembangan hukum internasional

    sampai pada awal abad ke-20.

    Anggapan ini antara lain dibantah oleh Kelsen, sebagaimana dikutip oleh

    Mochtar Kusumaatmadja, yang mengajukan teori bahwa apa yang dinamakan

    hak-hak dan kewajiban negara sebenarnya merupakan hak-hak dan kewajiban

    manusia-manusia yang merupakan anggota masyarakat yang mengorganisir

    dirinya dalam negara itu. Teori Kelsen ini intinya adalah bahwa subyek hukum

    internasional yang sesungguhnya adalah individu46

    Dalam perkembangan hukum internasional selanjutnya, ternyata jenis-

    jenis subyek hukum internasional bertambah sejalan dengan perkembangan

    hubungan internasional. Jenis-jenis subyek hukum internasional yang telah diakui

    secara umum sampai saat ini adalah negara, organisasi internasional, insurgency

    (pemberontakan), belligerency (pihak yang terlibat dalam perang), tempat

    kedudukan Paus di Vatican (The Holy See), wilayah mandat/ perwalian, wilayah

    koloni, Gerakan Pembebasan (misalnya PLO), dan individu

    .

    47

    Dalam perkembangan hubungan internasional dewasa ini, organisasi

    internasional merupakan subyek hukum yang penting selain negara, mengingat

    kontribusinya yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

    .

    46Ibid., halaman. 90

    47Ibid., halaman. 89-105

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    4/42

    Organisasi internasional adalah organisasi yang timbul dari hubungan

    internasional yang menampung kehendak banyak negara. Negara melalui

    organisasi itu akan berusaha mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama

    dan kepentingan ini menyangkut bidang kehidupan internasional yang sangat luas

    sehingga diperlukan peraturan internasional agar kepentingan masing-masing

    negara dapat terjamin48. Oppenheim memberi rumusan mengenai defenisi

    internasional yaitu : an association of states of potentially universal character

    for the ultimate fulfillment of purposes which, in relation to indivifuals organised

    in political society, are realized by the state49

    Menurut Bowett, perkembangan organisasi internasional merupakan

    jawaban atas kebutuhan nyata yang timbul dari pergaulan internasional.

    Pertumbuhan pergaulan internasional, dalam arti perkembangan hubungan antara

    rakyat yang beragam merupakan cirri konstan dari peradaban yang matang,

    kemajuan dalam bidang komunikasi dan perdaganngan menciptakan tingkat

    hubungan yang akhirnya memerlukan pengaturan melalui cara-cara

    kelembagaan

    .

    50

    Sumaryo Suryokusumo mencatat beberapa jenis organisasi internasional,

    yaitu comission, union, council, league, association, united nations,

    commonwealth, community, dan cooperation

    .

    51

    48 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, cet.1, Jakarta,1990,halaman. 1

    49L. Oppenheim,International Law : a treatise, vol 1, New York, 1955, halaman. 370

    50 D.W.Bowett, The Law of International Institutions, London, 1982, halaman. 1

    51Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, halaman. 1

    .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    5/42

    Pada awalnya, organisasi internasional ini berbentuk suatu perhimpunan

    atau perserikatan (union), yang bergerak di bidang publik dan perdata (public and

    private international union). Anggotapublic international union biasanya adalah

    negara-negara (yang kemudian berkembang menjadi organisasi internasional),

    sedangkan private international union dibentuk oleh lembaga non pemerintah,

    baik individual atau suatu asosiasi, yang memiliki kepentingan yang bersifat

    internasional. Bowett membuat kriteria private international union ini sebagai

    berikut52

    1. The Possesssion of a permanent organ:

    2. The object must be interest to all or some nations, and not one of profit3. The membership should be open to individuals or group from different

    countries

    4. Emphazied the need for permanent organization and for periodic,regular meeting

    5. Set up a small, permanent secretariatArti:

    1. Kepemilikan sebuah organ yang permanen

    2. Obyeknya harus berkepentingan semua bangsa atau beberapa, dan tidak

    satu keuntungan.

    3. Keanggotaan harus terbuka untuk individu atau kelompok dari beberapa

    negara.

    4. Menekankan perlunya bagi organsisasi permanen dan periodik,

    pertemuan rutin.

    5. Mendirikan sekretariat kecil yang permanen.

    52Bowett,. Op. Cit., halaman 4

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    6/42

    Menurut Sumaryo Suryokusumo, organisasi dalam arti luas meliputi

    organisasi internasional publik dan organisasi internasional privat, tetapi pada

    hakikatnya yang disebut organisasi internsional publik, adalah yang anggotanya

    terdiri dari negara53

    Mochtar Kusumaatmadja dalam pembahasan mengenai subyek hukum

    internasional memberikan tempat yang terpisah dari organisasi internasional bagi

    ICRC . Beliau juga menyebutkan bahwa sekarang Palang Merah Internasional

    (ICRC) secara umum diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki

    kedudukan sebagai subyek hukum internasional walaupun dengan ruang lingkup

    yang terbatas

    .

    III.2. Status ICRC sebagai subyek hukum internasional

    Mengenai status ICRC sebagai subyek hukum internasional, ternyata

    masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan pakar hukum internasional, apakah

    ICRC dapat diklasifikasikan sebagai suatu organisasi internasional atau memiliki

    status tersendiri.

    54

    Sedangkan Bowett tampaknya menolak anggapan bahwa ICRC termasuk

    organisasi internasional. Hal ini terlihat dari pendapat beliau yang menggolongkan

    ICRC sebagai private international union, sedangkan yang dianggap awal

    perkembangan organisasi internasional menurut beliau adalahpublic international

    .

    53 Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit., halaman 12

    54

    Mochtar Kusumaatmadja,Loc. Cit, halaman. 94

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    7/42

    union55

    a. Memiliki organisasi yang tetap untuk menjalankan fungsi-fungsinya, berupaorgan-organ khusus yang akan menjalankan fungsi ICRC sebagaimana

    tercantum dalam Statuta ICRC, Statuta Gerakan, dan Konvensi Jenewa.

    . Dalam Pasal 1 Statuta ICRC disebutkan bahwa ICRC adalah an

    independent humanitarian organization.

    Selain itu, Oppenheim, Goodspeed, dan umumnya pendapat para sarjana

    lain yang secara tegas menyatakan bahwa keanggotaan organisasi internasional

    adalah negara-negara, tentunya akan menolak untuk menggolongkan ICRC terdiri

    dari individu, walaupun memang harus diakui bahwa ICRC memenuhi sebagian

    besar kriteria sebagai suatu organisasi internasional, misalnya :

    b. Memiliki instrument dasar berupa Statuta ICRC yang diadopsi tanggal 21 Juni1973, dimana di dalamnya dicantumkan struktur organisasi ICRC (pasal 8-

    10), metode operasi berupa Rules of Procedur (pasal 13), baik untuk ICRC

    sendiri maupun dalam kapasitasnya sebagai bagian dari Gerakan Palang

    Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

    c. Memiliki lembaga konsultatif berupa Konferensi Internasional Palang Merahyang diadakan setiap 4 tahun sekali. Pada konferensi ini dihasilkan berbagai

    resolusi yang akan menjadi pedoman kerja bagi seluruh unsure Gerakan.

    Konferensi ini dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional, serta

    negara-negara penandatanganan Konvensi Jenewa. Selain itu ada pula

    lembaga Council of Delegates yang terdiri dari wakil-wakil ICRC, Federasi,

    55Bowett, Op. Cit., halaman. 4

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    8/42

    dan Perhimpunan Nasional yang bertemu 2 tahun sekali untuk memberikan

    pendapat atas kebijakan dan masalah umum bagi semua unsur Gerakan.

    d. Memiliki sekrettariat tetap yang berpusat di Jenewa yang menjalankan fungsi-fungsi administratif, riset, dan informasi secara terus menerus.

    Dalam perkembangan dewasa ini, terminologi organisasi internasional

    memang lebih ditekankan pada organisasi yang didirikan oleh negara-negara dan

    anggotanya adalah negara-negara pula, dan adanya suatu perjanjian internasional

    yang menjadi instrument dasar organisasi tersebut. Dengan demikian, maka dapat

    dikatakan bahwa ICRC memiliki kedudukan tersendiri dalam hal statusnya

    sebagai subyek hukum internasional.

    ICRC adalah produk dari inisiatif pribadi (bukan negara). Pembentukan

    ICRC tidak berdasarkan inisiatif atau perjanjian internasional antar beberapa

    negara sebagaimana organisasi internasional umumnya, tetapi adalah atas inisiatif

    pribadi Henry Dunant dan rekan-rekannya. ICRC pun dibentuk berdasarkan

    hukum perdata Swiss. Tetapi melalui berbagai tugas yang dibebankan kepadanya

    oleh Konvensi Jenewa dan protokol tambahannya, ICRC memperoleh status

    internasionalnya, yang mana status tersebut memberikan hak bagi ICRC untuk

    melaksanakan misinya di seluruh dunia. Mandat yang diberikan itu juga

    memungkinkan ICRC untuk melakukan hubungan dengan negara-negara dengan

    membuka perwakilan dan menyebarkan delegasinya. Hubungan yang dibuat

    ICRC dengan pemerintah dalam rangka pengawasan korban perang tidak akan

    mempengaruhi status kedua belah pihak.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    9/42

    Dimensi internasional ICRC dikuatkan dengan headquarter agreement

    atau seat agreement yang telah dibuat 50 negara dimana ICRC membuka kantor

    perwakilan (misalnya regional delegation). Dengan adanya perjanjian ini, negara

    mengakui ICRC sebagai suatu kesatuan hukum dan menjamin hak-hak istimewa

    serta kekebalannya seperti anggota korps diplomatik. Hal ini termasuk kekebalan

    dari proses hukum, yang melindungi staf ICRC dari proses administrasi dan

    yudisial, serta tidak mengganggu arsip dan dokumen ICRC56

    Hak-hak istimewa dan kekebalan bagi ICRC ini perlu diberikan untuk

    menjamin sifat netral dan kemandirian ICRC. Karena sifat dan keanggotaannya

    yang non pemerintah, ICRC secara organisasional berada di luar sistem PBB atau

    organisasi interbasional lainnya

    .

    57

    The International Committee, founded in Geneva in 1863 and formally

    recognized in Geneva Conventions and by International Conferences of

    The Red Cross, is an independent humanitarian organization having a

    status of its own. It co-opts its members from among Swiss citizens

    . Disinilah antara lain letak kemandirian ICRC.

    Dasar hukum mengenasi status ICRC terdapat dalam pasal 5 (1) Statuta

    gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang menyebutkan bahwa :

    58

    .

    Arti:

    Komite internasional yang didirikan di Jenewa tahun 1863 dan secararesmi diakui dalam Konvensi Jenewa dan oleh Konferensi Internasional

    Palang Merah, adalah sebuah organisasi kemanusiaan yang independen

    yang memiliki status sendiri, ini memilih anggotanya dari kalangan warga

    negara Swiss.

    56ICRC,ICRC answes to your questions, Geneva, 1996, halaman. 6

    57Ibid.

    58Pasal 5 (1) Statuta Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    10/42

    Dalam Statuta ICRC pasal 1 dan 2 yang disebutkan bahwa :

    International Committee of The Red Cross (ICRC), founded in Geneva in

    1863 and formally recognized in the Geneva Conventions and by

    International Conferences of The Red Cross, shall be an independent

    humanitarian organization having status of its own. It shall be a

    constituent part of the International Red Cross and Red Crescent

    Movement. As an association governed by article 60 and following of the

    Swiss Civil Code, the ICRC shall have legal personality59

    Komposisi keanggotaan ICRC seluruhnya berasal dari suatu negara yang

    telah diakui kenetralannya oleh masyarakat internasional dan bersifat individual.

    Dengan kondisi ini ICRC diharapkan dapat menjalankan tugas yang diembannya

    .

    Arti :

    Komite Internasional Palang Merah didirikan di Jenewa tahun 1863 dan

    secara resmi diakui dalam Konvensi Jenewa dan Konferensi Internasional

    dari palang merah, akan sebuah organisasi kemanusiaan yang independen

    memiliki status sendiri. Itu akan menjadi bagian pokok dari gerakan

    palang merah dan bulan sabit merah internasional. Sebagai asosiasi diatur

    dalam pasal 60 dan mengikuti dari kode sipil Swiss ICRC harus

    mempunyai kepribadian hukum.

    Jelaslah bahwa ICRC merupakan badan hukum privat yang dibentuk

    berdasarkan Hukum Perdata Swiss. Hal ini berbeda dengan sebuah organisasi

    internasional, yang dibentuk berdasarkan sebuah perjanjian internasional antara

    negara-negara pendirinya. Keanggotaan ICRC juga bukan negara, tetapi individu

    yang direkrut langsung oleh ICRC dari kalangan warga negara Swiss saja.

    Walaupun demikian, ICRC dapat merekrut staf dari warga lokal tempat

    aktivitasnya dijalankan.

    59Pasal 1 dan 2 Statuta ICRC

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    11/42

    dengan baik berdasrkan prinsip netralitas dan kemandirian dan tidak dipengaruhi

    oleh kepentingan politik negara60

    ICRC memperoleh mandat untuk melaksanakan fungsinya sebagai

    penegah yang netral dalam konflik bersenjata, dapat menawarkan jasa baiknya

    dalam situasi yang bukan merupakan bidang hukum humaniter internasional,

    misalnya gangguan intern. ICRC bertanggung jawab menyebarluaskan hukum dan

    prinsip-prinsip humaniter dan mengamati perkembangan serta pelaksanaanya di

    dalam dan di luar tubuh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

    Internasional. Dengan demikian, ICRC memiliki kewenangan yang terbatas, yaitu

    dalam bidang hukum humaniter, khususnya perlindungan korban perang

    .

    61

    Sifat internasional ICRC sebagi sebuah organisasi bukan dilihat dari

    keanggotaannya, tetapi dari misi dan wilayah kerjanya yang berada hamper di

    seluruh dunia. Hilaire Mc. Coubrey memberikan penegasan bahwa ICRC is

    being international in function rather than in membership or corporate

    identity

    .

    62

    . Selain itu, sifat internasional ICRC juga dibuktikan dari pemberian

    mandate masyarakat internasional melelui Konvensi Jenewa 1949.

    Untuk dapat menjalankan tugasnya, ICRC juga memiliki dasar hukum

    yang terdiri dari dua jenis, yaitu :

    60ICRC,What it is, What it does, Geneva, 1993, halaman. 6

    61Ibid., halaman. 4

    62

    Hilaire Mc. Coubrey, International Humanitarian Law : The Regulation of ArmedConflicts, 1994, halaman. 32

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    12/42

    Perjanjian Internasional (Konvensi Jenewa 1949 dan protokolnya)Selama konflik bersenjata internasional, kegiatan ICRC diatur dalam

    Konvensi Jenewa dan Protokol I, yang mengakui hak ICRC untuk melakukan

    kegiatan tertentu, antara lain membantu korban yang luka, sakit, dan karam,

    mengunjungi tawanan perang, dan menolong penduduk sipil.

    Selama konflik intern, ICRC bekerja berdasarkan pasal 3 Bagian Umum

    Konvensi Jenewa dan Protokol II, dimana ICRC diakui haknya untuk

    menawarkan operasi bantuan dan kunjungan kepada tahanan kepada para pihak.

    Statuta Gerakan Palang Merah InternasionalDalam situasi kekacauan lainnya yang bukan berupa konflik bersenjata,

    misalnya gangguan keamanan dalam negeri, ICRC mendasarkan kegiatannya pada

    Statuta Gerakan yang member hak inisiatif bagi ICRC untuk bertindak dalam

    masalah-masalah kemanusiaan sebagai lembaga penengah yang netral dan

    mandiri63

    a. International armed conflict(konflik bersenjata antar negara)

    .

    Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

    ICRC dapat melakukan kerjanya dalam empat jenis keadaan, yaitu :

    b. Non-international armed conflict (konflik bersenjata yang terjadi antara duapihak atau lebih dalam satu negara)

    63Ibid., halaman. 18

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    13/42

    c. Internal disturbances (adanya gangguan keamanan di dalam suatu negara,dimana negara menggunakan angkatan bersenjatanya untuk memulihkan

    ketertiban umum)

    d. Internal tension (adanya suatu ketegangan di dalam suatu negara karena alasan politik, agama, rasial, social, ekonomi, dan sebagainya), dimana negara

    merasa perlu menggunakan angkatan bersenjatanya sebagai sarana untuk

    mempertahankan hukum dan ketertiban umum)

    Sedangkan para korban yang menjadi tanggung jawab ICRC adalah

    prajurit yang luka, sakit, dan tenggelam, tawanan perang, tahanan sipil, penduduk

    sipil dalam wilayah pihak yang terlibat perang atau wilayah yang dikuasai salah

    satu pihak dalam perang, pengungsi, dan thanan politik (dalam kasus tertentu

    dapat pula tahanan pidana). Mereka inilah yang dalam Konvensi Jenewa 1949

    disebutprotected persons.

    Lebih daripada itu, sejatinya ICRC yang merupakan komponen dari

    Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional berstatus Badan

    Hukum, mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sendiri serta

    terikat oleh Undang-undang Negara Swiss. Selain dari pada itu, ICRC juga

    mendapat pengakuan dan kepercayaan oleh Konferensi Jenewa 1949 sebagaimana

    termuat di dalam Konvensi I, II, III, dan IV64

    .

    64H.Umar Muin, Op.cit., halaman. 42

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    14/42

    III.2. Pengakuan atas status ICRC sebagai subyek hukum internasional.

    Status ICRC sebagi subyek hukum internasional telah diakui oleh

    masyarakat internasional sejak lama, dan terus berkembang selama perjalanan

    sejarah ICRC. Pengakuan ini diberikan oleh berbagai pihak secara integral, yang

    meliputi status, fungsi dan peranan, tujuan, prinsip-prinsip, dan cara kerja ICRC.

    Pada awalnya pengakuan terhadap status ICRC didapat dari masyarakat

    internasional yang telah memahami benar bahwa tujuan dan fungsi yang diemban

    ICRC sangat penting dalam upaya memperlancar proses perdamaian dunia.

    Pengakuan masyarakat internasional ini dibuktikan melalui lahirnya Konvensi

    Jenewa 1949 dan Protokol Tambahannya sebagai hasil konferensi internasional.

    Pengakuan negara terhadap status ICRC dikuatkan dalam Headquarter

    Agreementatau Seat Agreementantara ICTRC dengan negara dimana ia memiliki

    perwakilan. Dengan adanya perjanjian ini, maka negara tersebut mengakui dan

    menghormati kerja ICRC di seluruh wilayah negaranya dan tidak mencampuri

    prinsip-prinsio ICRC dalam menjalankan tugasnya.

    Headquarter Agreement ini contohnya yang dibuat antara ICRC dengan

    Swiss, tempat dimana ICRC menempatkan markas berkasnya (di Jenewa).

    Perjanjian ini ditandatangani tanggal 1993 dimana Swiss mengakui status ICRC

    sebagai subyek hukum internasional dan menegaskan kembali bahwa ICRC dalam

    menjalankan tugasnya bersifat independen dan terlepas dari pemerintah Swiss.

    Pengakuan negara juga dibuktikan dengan keikutsertaan negara-negara

    penandatanganan Konvensi Jenewa dalam Konferensi Internasional Palang Merah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    15/42

    yang secara aktif dipersiapkan dan diikuti oleh ICRC, sejak Konferensi I di Paris

    tahun 1867 sampai Konferensi XXVI di Jenewa tahun 1995. Selain itu, negara-

    negara di hampir seluruh dunia mengizinkan ICRC melakukan aktivitas di dalam

    wilayahnya yang memerlukan bantuan kemanusiaan.

    Pengakuan dari organisasi internasional, misalnya PBB, juga tidak kalah

    berartinya bagi eksistensi ICRC dalam hubungan antar bangsa. PBB sejak tanggal

    16 Oktober 1990 berdasarkan Resolusi Majelis Umum No. 45/.6 dibawah judul

    Observer status for the International Committee of The Red Cross, in

    consideration of the special role and mandates conferred by the Geneva

    Conventions of 12 August 1949 memberikan status peninjau bagi ICRC dalam

    sidang-sidang majelis Umum. Resolusi ini dibuat berdasarkan kesepakatan 138

    negara anggota-anggota PBB. Dengan status ini, ICRC berkewajiban untuk hadir

    pada pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi berkala organ-organ utama

    PBB (antara lain Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial).

    Dengan status sebagai peninjau ini, walaupun tidak memiliki hak suara, tetapi

    ICRC memiliki hak-hak istimewa, misalnya untuk memberikan pendapat atas

    inisiatif sendiri (tanpa diminta oleh organ-organ PBB)65

    Organisasi internasional lainnya, baik di tingkat regional maupun

    internasional, juga membuktikan pengakuannya dengan berbagai cara, antara lain

    melalui kerjasama dalam bidang kemanusiaan, atau mengundang ICRC menjadi

    peninjau atau tamu dalam pertemuan berkala mereka.

    .

    65

    ICRC, OffprintsInternational Review of the Red Cross No. 279-280,Nov-Dec 1990 &Jan-Feb 1991, Geneva, 1991, halaman. 38

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    16/42

    BAB IV

    FUNGSI DAN PERKEMBANGAN PERAN ICRC DALAM

    PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

    IV.1. Fungsi dan peran ICRC berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 dan

    Protokol Tambahan 1977

    Dalam Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan Protokol-protokol

    Tambahannya 1977, ICRC selain melaksanakan kegiatan-kegiatan operasional

    untuk melindungi dan membantu para korban konflik bersenjata, juga berperan

    sebagai pelaksana dan pelindung prinsip-prinsip hukum humaniter internasional66

    Yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Sebuah badanhumaniter tak berpihak, seperti Komite Internasional Palang Merah, dapat

    menawarkan jasa-jasanya kepada pihak-pihak dalam pertikaian. Pihak-pihak dalam pertikaian, selanjutnya harus berusaha untuk melaksanakan

    dengan jalan persetujuan-persetujuan khusus, semua atau sebagian dariketentuan lainnya dari konvensi ini, Pelaksanaan ketentuan-ketentuan

    tersebut di atas, tidak akan mempengaruhi kedudukan hukum pihak-pihak

    dalam pertikaian

    .

    Fungsi ICRC sebagai lembaga humaniter yang tidak berpihak dan berhak

    menawarkan bantuan kemanusiaannya ditegaskan dalam pasal 3 (2) keempat

    Konvensi Jenewa yang berbunyi :

    67

    66Hukum humaniter (hukum perikemanusiaan) adalah sekelompok aturan yang berusaha

    menjamin adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam suatu konflik bersenjata.Hukum Humaniter memiliki prinsip-prinsip antara lain : non diskriminasi, hak untuk hidup,

    perlindungan terhadap unsur-unsur penunjang kehidupan, larangan penyiksaan dan perlakuan yangtidak manusiawi, larangan terhadap perbudakan, jaminan proses hukum, perlindungan terhadapkehidupan anak-anak dan keluarga, dan penghormatan terhadap agama. ICRC., InternationalHumanitarian Law (Geneva, 1996), halaman. 7

    67Pasal 3 (2) Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949

    .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    17/42

    Dasar hukum dari segala kegiatan ICRFC diatur dalam pasal 9 Konvensi

    Jenewa I-III dan pasal 10 Konvensi IV yang menyatakan bahwa :

    Ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak merupakan penghalang bagi

    kegiatan-kegiatan perikemanusiaan, yang mungkin diusahakan oleh

    Komite Palang Merah Internasional atau tiap-tiap organisasi humaniter

    lainnya yang tidak berpihak, untuk melindungi dan menolong yang luka

    dan sakit, petugas dinas kesehatan dan rohaniawan, selama kegiatan-

    kegiatan itu mendapat persetujuan Pihak-pihak dalam sengketa

    bersangkutan68

    Ada sejumlah fungsi yang dilakukan ICRC sebagai pelakasana dan

    pengawal Hukum Humaniter Internasional, baik dalam situasi sengketa bersenjata

    internasional, noninternasional, maupun pada masa damai, antara lain

    .

    69

    1. Monitoring:

    yaitu fungsi untuk secara terus menerus melakukan penilaian terhadap

    ketentuan-ketentuan hukum humaniter yang berlaku apakah masih sesuai atau

    relevan dengan kenyataan-kenyataan dan fenomena konflik bersenjata yang

    terjadi dewasa ini serta menyiapkan upaya penyesuaian atau adaptasi serta

    pengembangan terhadap ketentuan-ketentuan tersebut apabila dipandang

    perlu. Penyempurnaan Konvensi tentang Tawanan Perang tahun 1939 menjadi

    Konvensi Jenewa III tahun 1949 merupakan salah satu contoh dari hal ini.

    Begitu pula halnya dengan penyusunan protolol I dan II tahun 1977 juga

    merupakan contoh bagaimana ketentuan-ketetentuan Hukum Humaniter perlu

    68Pasal 9 Konvensi Jenewa I-III dan pasal 10 Konvensi Jenewa IV tahun 1949

    69 Arlina Permanasari, Perlindungan Korban Konflik dan Proses menuju Perdamaian di

    Aceh Perspektif Konvensi Jenewa 1949, Pusat Studi Hukum Humaniter & HAM, FakultasHukum Universitas TRISAKTI, Jakarta, 2003, halaman. 14

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    18/42

    diselaraskan dengan perkembangan-perkembangan konflik uang sesuai

    dengan jamannya.

    2. Katalisator (Catalist)yaitu menstimulus diskusi-diskusi yang berkaitan dengan permasalahan-

    permasalahan hukum humaniter dan mencari kemungkinan pemecahannya,

    khususnya dalam hal ini dengan kelompok ahli dari pemerintah. Diskusi-

    diskusi semacam ini dapat mengarah kepada suatu rekomendasi atas

    perubahan-perubahan terhadap hukum yang berlaku ataupun tidak. Fungsi ini

    berkaitan dengan fungsi pertama sebagaimana diuraikan diatas. Dalam hal ini,

    manakala suatu ketentuan misalnya dianggap sudah tidak relevan lagi dengan

    kenyataan yang ada, maka tidak cukup jika hanya mengatakan bahwa

    ketentuan tersebut perlu dirubah atau disesuaikan. Serangkaian tindakan perlu

    diambil termasuk untuk mendapatkan masukan dari ahli-ahli yang relevan dan

    berkaitan dengan permasalahan yang bersangkutan dan kemudian

    mendiskusikannya secara mendalam serta mencoba merumuskan

    kemungkinan pemecahannya.70

    3. Promosi (Promotion)yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman setiap orang akan

    ketentuan-ketentuan hukum humaniter sehingga harapan akan penerapannya

    pun akan menjadi lebih baik lagi. Tidak dapat dibayangkan bagaimana aka

    nada tindakan pelaksanaan apabila pemahaman atas isi dan maksud dari

    70Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    19/42

    Konvensi Jenewa atau ketentuan hukum humaniter lainnya masih rendah.

    Karena itu disini dipilih kata promosi dan bukan hanya sekedar

    disseminasi atau penyebarluasan saja. Karena sasarannya tidak hanya agar

    ketentuan-ketentuannya diketahui dan dipahami, tetapi juga dilaksanakan

    serangkaian tindakan lanjutan, misalnya menerbitkan peraturan nasional

    sebagai pelaksanaan dari ketentuan hukum humaniter yang dimaksud.

    4. Melindungi (Guardian Angel)yaitu suatu fungsi untuk melindungi hukum humaniter dari perkembangan-

    perkembangan hukum yang mengabaikan atau dapat melemahkan hukum

    humaniter itu sendiri71

    5. Melakukan tindakan nyata

    . Hal ini bias terjadi disebabkan ketidaktahuan atau

    kurangnya pemahaman perjanjian internasional lain selain hukum humaniter.

    Contoh mengenai hal ini adalah intervensi yang dilakukan oleh ICRC dan

    beberapa negara pada waktu penyusunan Pasal mengenai perlindungan anak

    pada waktu perang dalam Konvensi tentang Hak-hak Anak. Pada waktu itu

    ICRC dan beberapa negara tersebut melihat bahwa Pasal yang diusulkan tidak

    sesuai dengan apa yang tedapat didalam Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol

    Tambahannya 1977.

    yakni melakukan tindakan konkrit dan memberikan kontribusi praktis bagi

    penerapan hukum dalam situasi konflik bersenjata. Fungsi ini adalah fungsi

    yang terpenting bagi ICRC, yakni melakukan tindakan-tindakan nyata dan

    71Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    20/42

    konkrit bagi korban-korban sengketa bersenjata. Misalnya diatur bahwa pihak-

    pihak yang bersengketa harus memperhatikan hak-hak dari mereka yang

    terluka, sakit, meninggal atau ditawan karena terjadinya sengketa bersenjata.

    Dalam hal ini ICRC pertama-tama meningkatkan para pihak yang bersengketa

    tentang kewajiban ini dan yang kedua memberikan bantuan secara langsung

    kepada korban-korban sengketa bersenjata tersebut.

    6. Pengawasan atau anjing penjaga (Watchdog)yakni berfungsi mengingatkan negara-negara dan pihak-pihak lain yang

    terlibat dalam suatu sengketa bersenjata dan juga kepada masyarakat

    internasional secarakeseluruhan manakala terjadi pelanggaran-pelanggaran

    serius terhadap hukum humaniter. Fungsi ini digambarkan seperti

    membunyikan alarm manakala terjadi pelanggaran-pelanggaran serius.

    Namun dalam melakukannya fungsi ICRC lebih mengutamakan kepada dialog

    secara langsungdan konfidensial dengan pihak-pihak yang berkompetenn

    dimana pelanggaran serius tersebut terjadi. Hanya dalam situasi-situasi yang

    sangat spesifik dimana terlihat sama sekali adanya kehendak pihak yang

    bersengketa untuk menerapkan hukum humaniter maka kemudian ICRC

    meminta perhatian masyarakat internasional. Contoh mengenai hal ini adalah

    kasus pembersihan etnis yang terjadi di bekas negara Yugoslavia.

    Dari semua fungsi yang dijelaskan tersebut tidak dapat diartikan bahwa

    ICRC sebagai guardian kemudian juga berfungsi sebagai penjamin atau

    guarantor dilaksanakannya ketentuan-ketentuan hukum humaniter oleh negara

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    21/42

    dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam suatu sengketa bersenjata. Karena yang

    dapat menjamin hal ini adalah negara-negara serta pihak-pihak lain yang terlibat

    dalam sengketa bersenjata itu sendiri. Fungsi sebagai guardian dapat dilihat

    sebagai upaya untuk memobilisir perjatian secara terus menerus tentang nilai-nilai

    kemanusiaan dari hukum humaniter yang harus ditegakkan baik pada masa damai

    maupun pada masa perang72

    Orang-orang yang dilindungi harus memperoleh setiap fasilitas untuk

    berhubungan secara tertulis dengan Negara Pelindung, dengan Komite

    Palang Merah Internasional, Perhimpunan-perhimpunan Palang MerahNasional (Bulan Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah) dari negara-negara tempat mereka berada, demikian pula dengan setiap organisasi

    ynag dapat memberikan bantuan kepada mereka

    .

    ICRC juga berhak untuk melakukan pengawasan terhadap tawanan perang

    dan penduduk sipil, dengan cara mendatangi tempat-tempat mereka ditahan atau

    dipekerjakan, berkomunikasi dengan mereka secara langsung atau menggunakan

    jasa penerjemah, dengan jangka waktu dan frekuensi yang tidak terbatas.

    Kunjungan seperti ini tidak boleh dilarang, kecuali bila ada kepentingan militer

    yang mendesak. ICRC berhak memilih sendiri tempat-tempat yang akan mereka

    kunjungi. Hal ini diatur dalam pasal 126 Konvensi III dan pasal 143 Konvensi IV.

    Hubungan antara ICRC dengan protected persons diatur dalam pasal 30

    Konvensi IV yang berbunyi :

    73

    72 Ibid, halaman. 16

    73Pasal 30 Konvensi IV Jenewa tahun 1949

    .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    22/42

    Hubungan ICRC dengan para tawanan perang secara khusus diatur dalam

    pasal 125 Konvensi III, yang menyebutkan bahwa kedudukan istimewa dari

    Komite Palang Merah Internasional dalam bidang ini selalu harus diakui dan

    dihormati. Pasal ini dibuat untuk menghargai ICRC yang telah memainkan suatu

    peran penting dalam membuat para tawanan perang selama dua Perang Dunia,

    sehingga Konvensi memberikan kedudukan yang khusus bagi ICRC, dan

    mendukung setiap aktivitasnya.

    Negara yang memiliki tawanan perang harus menjamin pelaksanaan tugas

    delegasi ICRC, memberikan fasilitas yang diperlukan untuk mengunjungi para

    tawanan perang, membagikan suplai bantuan untuk keperluan keagamaan,

    pendidikan, atau sekedar hiburan bagi mereka, dan membantu mereka

    mengorganisir kegiatan sehari-hari didalam kamp. Prinsip umum mengenai

    tawanan perang yang harus dilaksanakan oleh semua pihak diatur dalam pasal 13

    Konvensi III yang menegaskan bahwa Tawanan perang harus diperlakukan

    dengan perikemanusiaan74

    Peranan ICRC dalam memberikan pertolongan dan bantuan kemanusiaan

    kepada protected persons antara lain diatur dalam pasal 75 Konvensi III yang

    menyebutkan bahwa Komite Palang Merah Internasional atau tiap

    organisasi lainnya yang telah disetujui oleh Pihak-pihak dalam sengketa, dapat

    bertindak untuk menjamin pengangkutan kiriman tersebut dengan alat-alat yang

    .

    74

    Pasal 13 Konvensi Jenewa III tahun 1949

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    23/42

    memadai75

    Pembagian kiriman-kiriman sumbangan yang tecantum dalam pasal-pasal

    di atas, harus diselenggarakan dengan kerja sama dan dibawah

    pengawasan Negara Pelindung. Kewajiban ini, dengan persetujuan dariKekuasaan Pendudukan dan Negara pelindung, dapat juga diserahkan

    kepada suatu Negara, kepada Komite Palang Merah Internasional atau

    kepada setiap badan kemanusiaan lain yang tidak memihak

    untuk keperluan ini . . Semua bahan bantuan ini dibebaskan

    dari biaya imor, cukai, dan pembayaran lain. Dalam hal pemberian bantuan

    kemanusiaan, pengalaman ICRC dalam dua Perang Dunia telah diakui dunia.

    Selain itu, dalam Konvensi IV pasal 61 diatur tentang distribusi bantuan

    kemanusiaan yang melibatkan ICRC dimana disebutkan bahwa :

    76

    Mengenai salah satu organ ICRC, yaitu Central Tracing Agency (CTA),

    bekerja memulihkan hubungan keluarga dalam semua situasi konflik bersenjata

    atau kekerasan dalam negeri. Setiap tahun dibuka ratusan ribu kasus baru

    mengenai orang yang dicari oleh keluarganya, baik itu pengungsi internal,

    pengungsi eksternal, tahanan maupun orang hilang. Konvensi Jenewa dan

    Protokolnya memberikan pengaturan tersendiri untuk menjamin pelaksanaan

    .

    Dalam hal ini, negara yang bersangkutan harus mengizinkan operasi

    pemberian bantuan kemanusiaan yang dianggap perlu untuk membantu

    masyarakat dan memperlancar pelaksanaan operasi tersebut dengan berbagai alat

    dan cara yang mungkin, apalagi bila pemberian bantuan tersebut dilaksanakan

    oleh ICRC.

    75Dalam pasal ini yang dimaksud adalah pengangkutan bahan bantuan

    76Pasal 61 Konvensi Jenewa IV tahun 1949

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    24/42

    tugas CTA di lapangan. Pengaturan ini antara lain tedapat dalam pasal 33 (3)

    Protokol I.

    Dalam hubungannya dengan tawanan perang, ICRC dapat pula

    mengusulkan dibentuknya suatu lembaga yang disebut Central Prisoners of War

    Information Agency atau Biro Pusat Penerangan Tawanan Perang yang

    berkedudukan di sebuah negara netral. Fungsi dari lembaga ini, sebagaimana

    disebutkan dalam pasal 123 Konvensi III adalah Fungsi Biro Pusat Penerangan

    tawanan perang adalah mengumpulkan semua informasi yang dapat diperoleh

    melalui saluran-saluran informasi-informasi itu secepat mungkin ke negara asal

    tawanan perang atau kepada Negara yang mereka taati. Biro Pusat Penerangan itu

    mendapat fasilitas dari Pihak-pihak dalam sengketa untuk melakukan pengiriman-

    pengiriman tersebut.

    Dalam melaksanakan tugas pelacakan terhadap korban perang yang

    terpisah dari keluarganya ini, ICRC selalu memperhatikan prinsip ynag

    dinyatakan dalam pasal 32 Protokol I.

    IV. 2. Pelaksanaan fungsi dan perkembangan peran ICRC dewasa ini

    Dewasa ini, fungsi dan peran ICRC berkembang sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat internasional terhadap sumbangsih ICRC dalam bidang humaniter.

    ICRC berusaha untuk mengelompokkan kegiatan-kegiatan agar dapat terorganisir

    baik dan menjangkau orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya dengan

    efektif dan efisien di berbagai belahan dunia.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    25/42

    Dengan berkembangnya kegiatan ICRC pada saat ini, maka fungsi lembaga

    ini dapat digolongkan ke dalam beberapa hal yaitu77

    1. Sebagai agen dalam penerapan Konvensi Jenewa:

    2. Sebagai bagian dan lembaga pendiri Gerakan Palang Merah Internasional3. Sebagai pelindung Hukum Humaniter Internasional dan prinsip-prinsip dasar

    Palang Merah

    4. Sebagai penyebar luas Hukum Humaniter Internasional5. Sebagai pelaksana dalam kegiatan kemaniusiaan internasional atas prakarsa

    sendiri

    6. Sebagai penggerak kegiatan kemanusiaan baik diminta atau tidak olehmasyarakat internasional

    ICRC juga melakukan kunjungan kepada tahanan-tahanan yang berkaitan

    dengan konflik bersenjata atau tindak kekerasan dalam rangka memastikan

    penghormatan terhadap hukum humaniter. Selain itu, ICRC juga memberikan

    bantuan program pelatihan kepada TNI dan Polri serta program kegiatan di

    Universitas-universitas mengenai hukum humaniter.

    Kegiatan ICRC yang bersifat preventif dirancang untuk membatasi efek

    buruk dari konflik dan meminimalkan efek-efek semacam itu, oleh karena itu,

    ICRC berusaha untuk menyebarluaskan seluruh rangkaian prinip kemanusiaan

    dalam rangka mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi akses-akses

    77

    Christophe Swinarski, Competences and functions of the ICRC as an instrument ofhumanitarian action, Hongkong, 1992, halaman. 8

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    26/42

    terburuk dari peperangan. Ada sejumlah tindakan preventif yang dilakukan oleh

    ICRC antara lain sebagai berikut78

    1. Mencegah melalui komunikasi:

    yaitu target ICRC secara khusus ialah orang-orang dan kelompok-kelompok

    yang berada dalam posisi untuk menentukan nasib para korban konflik

    bersenjata atau yang dapat mengahalangi atau memfasilitasi kegiatan ICRC.

    Kelompok-kelompok tersebut antara lain angkatan bersenjata, kepolisian,

    pasukan keamanan, dan pihak-pihak bersenjata lainnya, para pengambnil

    keputusan, dan para tokoh masyarakat di tingkat lokal maupun internasional,

    para remaja, mahasiswa dan para pengajar. Strategi dibalik kegiatan-kegiatan

    tersebut terdiri dari tiga tingkatan79

    - Membangun kesadaran:

    - Mempromosikan hukum humaniter internasional melalui kegiatanpengajaran dan pelatihan

    - Mengintegrasikan hukum humaniter internasional ke dalam kurikulumresmi dibidang hukum, pendidikan, dan operasi

    Tujuan akhir dari program-program ini adalah memengaruhi sikap dan

    perilaku orang-orang dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap orang-

    78 Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional Dalam Studi HubunganInternasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, halaman. 147

    79Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    27/42

    orang sipil dan korban-korban lain pada masa konflik bersenjata, memfasilitasi

    akses terhadapkorban, dan meningkatkan keamanan bagi kegiatan kemanusiaan.

    2. Menghormati dan menjamin penghormatanYaitu negara berkewajiban menjamin bahwa angkatan bersenjatanya

    menguasai hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan

    universal. Untuk itu, ICRC mempromosikan pengintegrasian hukum

    humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan ini ke dalam doktrin,

    pendidikan, dan pelatihan militer serta membantu negara-negara

    melaksanakan proses tersebut. ICRC juga berupaya agar pihak kepolisian dan

    keamanan menerima pelatihan hukum humaniter internasional, hukum, HAM,

    dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.

    Kepada kelompok bersenjata yang belum pernah mendapatkan pelatihan,

    ICRC berusaha menjalin kontak dengan semua pihak yang terlibat dalam

    konflik untuk memperkenalkan kegiatan dan cara kerja ICRC, Palang Merah

    dan Bulan Sabit Merah, supaya akses untuk membantu korban menjadi lebih

    mudah dan keamanan pekerja kemanusiaan lebih terjamin.

    3. Mengubah KeadaanYaitu guna menghindari tumpang tindih kegiatan kemanusiaan yang dilakukan

    oleh berbagai kalangan, ICRC berupaya agar para pengambil keputusan, tokoh

    masyarakat, anggota LSM, wartawan, dan orang-orang yang berpengaruh

    lainnya mengenal kegiatan-kegiatan ICRC sehingga akan memperoleh

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    28/42

    dukungan dalam menjamin implementasi hukum humaniter internasional80

    4. Mengamankan masa depan

    .

    Untuk itulah, ICRC melakukan diplomasi kemanusiaan yang antara lain

    berupaya menjalin serta memelihara jaringan kontak dengan berbagai pelaku

    kemanusiaan dan mengoordinasikan kegiatan dengan pelaku-pelaku lain

    dilapangan.

    Yaitu untuk menjangkau calon pembuat keputusan dan tokoh masyarakat,

    ICRC memprioritaskan dunia akademis, terutama Fakultas Hukum, Ilmu

    Politik, dan Jurnalistik sebagai sasaran diseminasinya untuk mendorong

    dimasukkannya hukum humaniter ke dalam berbagai program pelajaran yang

    diselenggarakan.

    IV. 3. Keberadaan dan kegiatan ICRC di Indonesia

    IV.3.1 Sejarah keberadaan ICRC di Indonesia

    Pada tahun 1950-1952, waktu konflik Maluku Selatan, ICRC dapat

    mengunjungi ratusan tahanan militer dan sipil setelah bentrokan akibat penolakan

    kepulauan tersebut masuk Republik Indonesia. Sebelumnya, ICRC sudah pernah

    bekerja diwilayah ini, pada tahun 1940, ICRC untuk pertama kalinya dapat

    melaksanakan tugasnya disini, yaitu pada waktu pendudukan Jepang81

    80Ibid.

    81

    ICRC, Keberadaan dan Kegiatan Komite Internasional Palang Merah di Indonesia,Jakarta, 1998, halaman. 3

    .

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    29/42

    Akibat agresi yang diajukan Belanda setelah Indonesia menyatakan diri

    sebagai negara merdeka, banyak orang menjadi tawanan, termasuk juga presiden

    pertama Indonesia Soekarno82

    Pada tahun 1975, konflik internal meletus di timor-timur segera sesudah

    portugis menarik mundur dari wilayah tersebut. Sebelum keterlibatan Indonesia,

    kedua pihak yang bertikai yaitu UDT dan Fretilin, menerima kedatangan ICRC

    yang dapat memberikan bantuan kepada korban akibat konflik tersebut. Sejak

    September hingga Desember 1975, utusan ICRC dapat mengunjungi tahanan dari

    kedua belah pihak, melakukan pertukaran berita antara anggota keluarga yang

    terpisah dan mengusahakan pencarian orang-orang yang dilaoporkan hilang.

    Namun mulai akhir tahun 1975, ICRC terpaksa menghentikan kegiatannya di

    . Pada saat itu, ICRC dapat mengunjungi presiden

    Soekarno waktu beliau masih di dalam tahanan.

    Setelah upaya kudeta komunis gagal tahun 1965, ribuan orang mendekam

    dlam tahanan. Tiga tahun kemudian, ICRC menawarkan dukungannya untuk ikut

    membantu meningkatkan kondisi penahanan. Penawaran ini baru desetujui pada

    tahun 1969 dan ICRC mulai mengunjungi para tahanan tersebut pada tahun 1970.

    Antara tahun 1974 dan 1978, ICRC melakukan kunjungan di seratus tempat

    penahanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan tujuan

    meningkatkan kondisi penahanan dari kurang lebih 40.000 orang yang ditahan

    sehubungan dengan upaya kudeta tahun 1965.

    82Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    30/42

    Timor-timur selama hampir empat tahun. Pada tahun 1979, ICRC diperbolehkan

    lagi untuk melakukan program bantuan di daerah tersebut83

    Pada tahun 1982, sebuah kantor delegasi ICRC dibuka di Jakarta.

    Berdasarkan persetujuan antara pemerintah Indonesia dan organisasi ICRC yang

    ditandatangani tanggal 19 Oktober 1987, kantor delegasi ICRC ini berubah

    menjadi kantor perwakilan regional, dan wilayah yang tercakup sekarang adalah

    Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Myanmar

    .

    84

    83Ibid., halaman. 3

    84

    Ibid., halaman. 2

    .

    IV. 3. 2. Kegiatan ICRC di Indonesia

    Sebagai negara yang telah menjadi peserta Konvensi Jenewa 1949 maka

    kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan ICRC dan antara ICRC dengan

    Palang Merah Indonesia sangat diperlukan. Di Indonesia, ketegangan sosial dan

    politik telah berubah menjadi konflik dengan kekerasan yang memakan korban

    penduduk sipil misalnya di Aceh, Kalimantan, Ambon, Timor-timur dan lain-lain.

    Salah satu pemicu ketegangan antar kelompok masyarakat yang berubah menjadi

    konflik dengan kekerasan dan tingginya korban di kalangan penduduk sipil yang

    jatuh sebagai akibat konflik bersenjata (baik internasional maupun internal)

    tersebut adalah lemahnya pengendalian dan pengawasan terhadap produksi dan

    perdagangan senjata (ringan), sehingga orang begitu mudah untuk memperoleh

    dan menggunakannya untuk membunuh orang lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    31/42

    Ruang lingkup kerja ICRC di Indonesia antara lain 85

    a. Operasi bantuan:

    Bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), ICRC membantu memenuhi

    kebutuhan dasar para pengungsi dan masyarakat yang menderita akibat

    konflik. Operasi bantuan dapat berupa pangan dan non pangan, program air

    bersih dan sanitasi, penyuluhan pertanian, dan bantuan kesehatan. Operasi

    bersama PMI-ICRC, sebagai contoh, dilakukan pada kerusuhan di Pontianak

    (Kalimantan Barat), Ambon (Maluku), dan penanganan pengungsi Timor-

    Timur di Nusa Tenggara Timur (NTT).

    b. Pertolongan MedisICRC dapat memberikan obat-obatan atau bantuan medis bagi korban

    kekerasan yang membutuhkan perawatan khusus. Misalnya di Aceh, ICRC

    pernah memberikan bantuan kaki palsu kepada orang Aceh yang dipulangkan

    dari Malaysia. Pada kerusuhan di Jakarta bulan Mei dan November 1998.

    ICRC juga mendukung program ambulans PMI untuk mengevakuasi korban

    luka-luka.

    c. Kunjungan kepada TahananICRC mengunjungi orang-orang yang ditahan sehubungan dengan situasi

    konflik atau peristiwa konflik. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk

    melihat kondisi tahanan selama ditahan bukan mempertanyakan alasan

    85ICRC, Sekilas tentang ICRC, Jakarta, 2000

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    32/42

    mereka ditahan. ICRC juga membantu agar hubungan si tahanan dengan

    keluarga tidak terputus. Laporan hasil kunjungan ICRC di tahanan hanya

    disampaikan kepada instansi yang berwenang sebagai masukan dalam upaya

    untuk memperbaiki kondisi yang ada.

    d.Penyebarluasan nilai-nilai kemanusiaanUntuk meningkatkan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, ICRC

    menyebarluaskan Hukum Humaniter Internasional dan prinsip dasar Hak

    Asasi Manusia (HAM) di lingkungan militer dan polisi, instansi pemerintah,

    universitas dan masyarakat pada umumnya.

    e. Badan Pusat PencarianKonflik bersenjata membawa akibat tercerai berainya keluarga, teman dan

    orang yang dikasihi. Mereka mungkin telah meninggal, ditahan, atau hilang.

    Dalam situasi seperti ini, Badan Pusat Pencarian (Central Tracing Agency)

    yang berada dibawah naungan ICRC, hadir untuk berusaha menjalin kembali

    hubungan keluarga yang terputus, menyatukan kembali pihak keluarga yang

    terpisah, memastikan nasib dari tawanan atau orang yang hilang, dan

    mengeluarkan dokumen ICRC untuk perjalanan internasional bagi orang yang

    tidak mempunyai kartu identitas.

    Penanggulangan bencana konflik suatu konflik vertikal telah berlangsung

    di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23

    Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    33/42

    bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban

    luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta

    penyampaian berita keluarga. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara,

    kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan

    keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela.

    Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan

    seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan

    juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis

    lapangan.

    Peran ICRC di Indonesia semakin meningkat dalam kaitan dengan konflik

    di Aceh serta memberikan bantuan yang signifikan pada penanganan korban

    Tsunami Aceh dan Nias. Akhir tahun 2004 tsunami menimpa wilayah Aceh.

    Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan

    membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan

    4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda

    Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di

    Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir. Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda

    wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Februari. Banjir bandang

    terjadi pula di NTB 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan

    oleh Federasi Internasional melalui PMI86

    .

    86

    http://ksrpmiunhas.or.id/2008080919/the-organization/sejarah-pmi/menu-id-61.htmldiakses pada tanggal 01 November 2010 pada pukul 11.00 WIB, halaman 1

    Universitas Sumatera Utara

    http://ksrpmiunhas.or.id/2008080919/the-organization/sejarah-pmi/menu-id-61.htmlhttp://ksrpmiunhas.or.id/2008080919/the-organization/sejarah-pmi/menu-id-61.html
  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    34/42

    IV. 3. 3. Manfaat dari kegiatan ICRC

    Disamping manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh para tahanan yang

    dikunjungi, hasil pengamatan ICRC dan kerjasamanya dengan pemerintah

    Indonesia dalam upaya memperbaiki kondisi para tahanan pada

    umumnya,sekaligus akan memberikan citra yang positif bagi pemerintah

    Indonesia. Operasi ICRC ke daerah-daerah yang masih rawan atau yang

    diwarnai konflik, seperti yang pernah terjadi di Aceh, Irian Jaya dan Timor-

    Timur, dapat membantu proses penyembuhan dari luka-luka yang timbul akibat

    konflik tersebut87

    Menurut Dr. N. Hassan Wirajuda menilai bahwa kunjungan ICRC ke

    tempat penahan ikut memberikan kontribusi dalam menciptakan rasa aman bagi

    .

    Upaya semacam ini terlihat menonjol di Irian Jaya, misalnya terutama

    dalam rangka pembinaan kembali dan menyatukan kembali para pelintas batas.

    Sedangkan di Aceh, hal ini terlihat dalam upaya menemukan kembali orang-orang

    yang selama ini dianggap hilang.

    Di Timor-Timur, kegiatan ICRC dapat membangun rasa percaya bagi

    masyarakat setempat, mengingat sensitifnya konteks tersebut. Peningkatan rasa

    saling percaya antara semua pihak akan membantu menciptakan suasana yang

    memungkinkan adanya dialog, karena dialog yang melibatkan semua pihak

    mutlak dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah secara damai.

    87

    ICRC, Keberadaan dan Kegiatan Komite Internasional Palang Merah di Indonesia,Op. Cit, halaman. 11

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    35/42

    para tahanan dalam rangka peningkatan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM),

    yang kini menjadi topic hangat di dunia, khususnya dalam kaitan perkembangan

    di Timor-Timur88

    Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang

    terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi

    2010), Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan

    kesepakatan Konferensi Internasional ( Plan of Action )

    .

    Bagi Indonesia, kerjasama ICRC sangat penting, karena salah satu prinsip

    yang ingin ditonjolkan dan dikembangkan dalam rangka penghormatan Hak Asasi

    Manusia adalah dalam bentuk kemitraan dan bukannnya konfrontasi.

    89

    1. STRATEGI 2010

    .

    Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional

    dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen

    yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi

    yaitu: "memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan

    kemanusiaan".

    88Ibid., halaman 11

    89

    http://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.html diakses pada tanggal 01 November 2010 pada pukul 10.00 WIB, halaman. 1

    Universitas Sumatera Utara

    http://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.htmlhttp://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.htmlhttp://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.htmlhttp://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.html
  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    36/42

    Tiga tujuan utama yang strategis adalah90

    1. Memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan. Strategi ini terfokus melaluiempat bidang inti, yaitu:

    :

    a. Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaanb. Penanggulangan Bencanac. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dand. Kesehatan dan perawatan di masyarakat.

    Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu

    sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.

    2. Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan

    Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila

    perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme

    organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan

    mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam

    Perhimpunan Nasional.

    3. Bekerjasama Secara Efektif

    Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi

    yang kuat, efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama

    90Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    37/42

    subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan

    organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu

    kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi

    Internasional.

    2. DEKLARASI HANOI"United for Action"

    Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam

    pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik

    dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar

    belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan.

    Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah

    melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk

    karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka

    pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal

    ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan

    penderitaan umat manusia.

    Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu

    berikut91

    a. Penanggulangan bencana

    :

    b. Penanganan wabah penyakit

    91Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    38/42

    c. Remaja dan Manulad. Kemitraan dengan pemerintahe. Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber dayaf. Hubungan masyarakat dan promosi

    3. PLAN OF ACTION 2000 2003

    Plan of Action 2000 - 2003 merupakan keputusan Konferensi

    Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun

    1999 . Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di

    bidang kemanusiaan.

    Komitmen Pemerintah Indonesia antara lain92

    Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dariKonvensi-Konvensi Jenewa 1949

    :

    Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan LambangPalang Merah

    Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan

    penanggulangan bencana

    Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum HumaniterInternasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat

    sipil dan militer

    92Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    39/42

    Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untukmembantu masyarakat rentan

    Komitmen Palang Merah Indonesia93

    Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompoksasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan

    nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait.

    :

    Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana didaerah-daerah yang rawan bencana melalui program "community based"

    dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan

    sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional.

    Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah,pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran

    HIV/AIDS atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan

    P3K yang berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan

    kelompok masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki

    pelayanan ambulan dan pos P3K.

    93Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    40/42

    BAB V

    PENUTUP

    V. I. Kesimpulan

    Pada uraian penulis dari Bab I sampai dengan Bab IV, Penulis dapat

    menarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Subyek hukum internasional terbagi menjadi dua macam, yaitu subyekhukum internasional penuh dan subyek hukum internasional terbatas. Yang

    dimaksud dengan subjek hukum internasional penuh adalah pemegang

    segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Negara adalah

    subyek hukum internasional dalam arti ini. Sedangkan yang dimaksud

    dengan subyek hukum internasional terbatas adalah subyek hukum

    internasional yang hanya memiliki hak dan kewajiban yang terbatas

    (tertentu) saja. Salah satu subyek hukum internasional yang mengalami

    perkembangan pesat akibat tuntutan kebutuhan masyarakat internasional

    adalah organisasi internasional. Oleh karena ICRC mengemban hak dan

    kewajiban dalam hukum internasional, dan karenanya dapat disebut sebagai

    subyek hukum internasional terbatas yang memiliki kedudukan sejajar

    dengan subyek hukum internasional lainnya. Status sebagai subyek hukum

    internasional ICRC diperoleh melalui perjalanan sejarah yang kemudian

    diperkuat oleh perjanjian-perjanjian internasional dan Konvensi-konvensi

    Jenewa 1949 beserta Protokol Tambahannya 1977.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    41/42

    2. Fungsi dan perkembangan peran ICRC sebagai subyek hukum internasionaldalam perjalanan sejarahnya adalah sebagai subyek hukum internasional yang

    bergerak di bidang humaniter. ICRC memiliki kelengkapan berupa berbagai

    divisi dan departemen yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

    kegiatan ICRC. Divisi dan departemen tersebut antara lain divisi medis, divisi

    bantuan, divisikemanusiaan, dan departemen komunikasi dan sumber daya.

    Peran ICRC lainnya yang terdapat dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 Statuta ICRC

    yaitu ICRC berperan sebagai lembaga penengah netral. ICRC harus dapat

    berperan sebagai penengah atau penghubung anatara korban perang dan

    pemerintah negara dimana korban perang itu berasal. ICRC ini juga

    membuktikan adanya pengakuan masyarakat internasional terhadap peran

    penting ICRC sebagai organisasi yang dapat menjadi penengah antara pihak-

    pihak yang bersengketa, sebagai pelindung dan pelaksana Konvensi-konvensi

    Jenewa 1949 beserta Protokol-protokol Tambahannya tahun 1977, konvensi

    dan protokol mana turut pula disponsori secara aktif perumusannya oleh

    ICRC. Sebagai konsekuensinya, ICRC bertanggung jawab atas pengembangan

    penyebarluasan hukum humaniter pada umumnya dan Konvensi Jenewa 1949

    serta protocol tambahannya 1977 pada khususnya.

    3. Keberadaan dan kegiatan ICRC di Indonesia ini yaitu pada waktu terjadinya

    konflik di Aceh, Kalimantan, Ambon, Timor-timur dan lain-lain ICRC

    membantu memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi dan masyarakat yang

    menderita akibat konflik. Bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI),

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional

    42/42

    ICRC membantu memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi dan masyarakat

    yang menderita akibat konflik.

    V. II. Saran

    Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengemukakan saran-saran

    berikut:

    1. ICRC dalam melaksanakan tugasnya hendaklah mendapat persetujuan dari

    pihak-pihak yang bersengketa atau pihak-pihak yang terlibat dalam

    pertikaian. Seharusnya organisasi sosial dan kemanusiaan yang bersifat netral

    yang bertujuan untuk membantu dan melindungi korban perang, ICRC harus

    diberikan kebebasan bergerak setiap waktu tanpa menunggu persetujuan dari

    pihak-pihak yang bersangkutan sepanjang kegiatan-kegiatan ICRC tidak

    menyimpang dari prinsip dasar atau asas Palang Merah Internasional.

    2. Kegiatan ICRC ini perlu ditambahkan lagi atau ditumbuh kembangkan, karena

    apabila dilihat sejarahnya di Indonesia, banyak sekali Indonesia menerima

    bantuan dari ICRC tersebut sehingga para korban konflik dapat menerima

    bantuan dengan cepat dan tanggap dari ICRC.

    3. Hendaknya pendidikan mengenai Hukum Humaniter harus ditingkatkan di

    semua perguruan tinggi di kalangan nasional maupun internasional dan

    melakukan penyebarluasan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam

    Konvensi-konvensi Jenewa 1949 kepada warga negaranya, guna menghindari

    dan mencegah terjadinya perang.