Stek pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembahasan stek

Citation preview

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

Gambar 1. Stek dengan konsentrasi IAA 50 ppm

Tabel 1. Data Pengamatan Stek pada Tanaman Puring (Codiaeum variegatum)NoTanamanKonsentrasi NAAJumlah Akar dan Panjang Akar

Minggu ke - 0Minggu ke - 1Minggu ke - 2

1Puring (Codiaeum variegatum)50 ppm---

2Puring (Codiaeum variegatum)100 ppm---

3Puring (Codiaeum variegatum)150 ppm---

NoTanamanKonsentrasi IAAJumlah Akar dan Panjang Akar

Minggu ke - 0Minggu ke - 1Minggu ke - 2

1Puring (Codiaeum variegatum)50 ppm---

2Puring (Codiaeum variegatum)100 ppm---

3Puring (Codiaeum variegatum)150 ppm---

Keterangan :+ : Tumbuh akar : Tidak tumbuh akar

B. PembahasanBerdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil negatif atau tidak tumbuh akar pada batang tanaman puring (Codiaeum variegatum) yang distek setelah diberikan IAA dan NAA pada semua konsentrasi. Hasil praktikum tidak sesuai dengan pustaka yang ada. Menurut Salisbury dan Ross (1985) bahwa IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dibagian tumbuhan lainnya. Pemberian auksin memacu pemanjangan potongan akar atau bahkan akar utuh pada banyak spesies tapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah (10-7 sampai 10-13 M) bergantung pada spesies dan umur akar. Pada konsentrasi yang lebih tinggi (tapi masih cukup rendah antara 1-10 M) pemanjangan hampir selalu terhambat. Menurut Gardner et al.(1985), respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat yang dapat dijelaskan sebagai persaingan untuk mendapatkan peletakan pada tempat kedudukan penerima yaitu penambahan konsentrasi meningkatkan kemungkinan terdapatnya molekul yang sebagian melekat menempati kedudukan penerima yang menyebabkan kurang efektifnya gabungan tersebut. Respon sangat bervariasi tergantung pada kepekaan organ tanaman . Batang merespon konsentrasi auksin dalam kisaran yang cukup lebar. Akar pada dasarnya terhambat pada hampir semua kisaran hormon. Auksin (IAA) berpengaruh terhadap jumlah dan panjang akar, jumlah daun dadn jumlah plantlet. Akibat pemberian IAA pada jumlah akar yaitu menghambat dalam mempengaruhi pembentukan akar pada eksplan karena menghasilkan jumlah akar yang lebih sedikit. Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan pustaka yang dimungkinkan karena berbagai faktor. Salah satunya dimungkinkan batang yang diambil terlalu muda atau terlalu tua, sehingga proses pertumbuhannya sedang tidak optimum oleh karena itu dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk akar tumbuh pada batang yang distek. Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman karena auksin mampu menstimulir perbesaran dan pembelahan sel. Konsentrasi auksin dalam tanaman mempengaruhi pertumbuahan tanaman. Dalam akar, pengaruh IAA biasanya menghambat perpanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah. NAA adalah senyawa kimia yang mempunyai aktivitas seperti auksin (IAA buatan) yang mempunyai pengaruh berkebalikan dengan auksin pertumbuhan akar (Abidin, 1985). Tindakan auksin yang paling khusus adalah meningkatnya perbesaran sel. Auksin adalah subtansi organik yang pada konsentrasi rendah meningkatkan pertumbuhan disepanjang sumbu longitudinal. Jika digunakan pada pucuk tanaman yang dibebaskanjauh masih praktis dari subtansi yang dipisahkan. Auksin juga menghambat elongasi pemuliaan akar (Wilkins, 1969).IAA adalah endogenous auksin yang terbentuk dari triptofan yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman. Di dalam proses biosintesis, triptofan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole Pyruvic Acid dan Indole-3-Acetaldehyde. IAA ini dapat pula terbentuk dari Triptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetid acid (IAA). Perubahan dari Indole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzyme nitrilase prosesnya masih belum diketahui (Abidin, 1985).Auksin utama adalah indole-3 acetic acid (IAA) (Hopkins,1995) sedangkan Naphtalene Acetyl Acid (NAA) adalah auksin buatan. IAA dan NAA selain memacu perpanjangan sel juga menyebabkan perpanjangan koleoptil dan batang. Distribusi IAA dalam organ tumbuhan (akar dan batang) tidak merata, sehingga akan menyebabkan perbesaran sel yang tidak sama dan disertai dengan pembengkakan organ (geotropisme dan Fototropisme). Sintesis IAA terjadi dalam 3 tahap yaitu Konversi triptofan menjadi indole 3 pyruvic acid (IPA), karboksilasi IPA menjadi indole 3 acetaldehyde (IAAid), IAAid dioksidasi menjadi IAA oleh Nad-dependen indole-3 acetaldehyde dehidrogenase.Menurut Dwidjoseputro (1992) salah satu fungsi auksin adalah sebagai herbisida. Fungsi auksin yang lain menurut Delvin (1968), berperan pada perpanjangan sel, apikal dominansi, inisiasi akar, partenokarpi, absisi dan respirasi. Menurut Heddy (1989), pengaruh fisiologi auksin pada tumbuhan yaitu :a. Pemanjangan sel IAA dan auksin lain merangsang pemanjangan sel dan juga dapat berakibat pada pemanjangan koleoptil batang.b. Tunas ketiak IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditransport ke bawah dapat menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral). Jika meristem apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang.c. Absisi daun Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik.d. Aktivitas kambium Auxin merangsang pembelahan sel dalam darah kambium.e. Tumbuh akarPengaruh IAA dalam akar biasanya menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah.Mekanisme auksin menurut Darmawan dan Baharsjah (1983), pada banyak tanaman, pucuk lateral tidak mau tumbuh bila pucuk terminalnya utuh. Bila pucuk terminal dipotong maka pucuk lateral mulai tumbuh. Ternyata pucuk terminal menghasilkan auksin dalam jumlah besar sehingga konsentrasinya menghambat pertumbuhan pucuk lateral. Auksin yang dibentuk dalam ujung koleoptil bergerak ke bawah (basipetal). Pergerakan auksin hanya ke satu arah yaitu ke bawah atau menjauhi ujung pucuk. Sebagai tambahan menurut Hopkins (1995), dalam sintesis auksin juga diperlukan Zn, sebagai katalisator.Auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap pengembangan sel, phototropisme, geotropisme, dominansi apikal, pertumbuhan akar (root initiation), parthenocarpy, abscission, pembentukan callus (callus formation) dan respirasi (Abidin, 1985). Sedangkan menurut Supeni (1997) auksin juga dapat ditemukan pada tubuh tumbuhan yang sedang mengadakan pertumbuhan memanjang. Auksin juga mempunyai tiga fungsi yaitu untuk merangsang perpanjang sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, memperpanjang titik tumbuh.Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman (plant growth regulator) yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel. Di alam IAA (Indole Acetic Acid) diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif seperti contohnya tunas, sedangkan IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Naphtaleneacetic acid) merupakan auksin sintetis (Hoesen et al., 2000). Menurut Wattimena (1987) dan Wareing dan Philips (1981) konsentrasi auksin yang diperlukan untuk pertumbuhan relatif tinggi daripada kebutuhan auksin untuk pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar hanya akan dihambat oleh auksin pada tingkat konsentrasi yang memacu pertumbuhan batang faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan auksin endogen dapat memacu pertumbuhan hanya bila faktor-faktor lingkungan ini juga menghambat sintesis etilen. Menurut Tjitrosoemo (1994), faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pemanjangan batang adalah suhu dan intensitas cahaya, sedangkan pada pemanjangan akar dipengaruhi oleh pasokan fotontesis (umumnya dalam bentuk sukrosa).

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :1. Auksin merupakan salah satu hormon tumbuh yang memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman2. Hasil untuk semua percobaan rombongan II negatif untuk IAA maupun NAA dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm.3. Efektivitas IAA lebih tinggi bila dibandingkan dengan NAA dalam memacu pertumbuhan akar.B. SaranSebaiknya dalam praktikum ini, praktikan lebih selekstif lagi dalam memilih batang tanaman yang akan distek sehingga hasinya dapat sesuai dengan pustak.

DAFTAR REFERENSIAbidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa, Bandung.Delvin, R. M. 1968. Plant Physiology. Peinhold Book Corporation, London.Darmawan. J & Baharsjah J. S. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. PT Suryandaru Utama, Jakarta.Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi TUmbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta.Hoesen, D. S. H. Sumarnie, H. Priyono. 2000. Peranan Zat Pengatur Tumbuh IBA, NAA dan IAA Pada Perbanyakan Amarilis Merah ( Amarillidaceae). LIPI Bogor.Heddy, S. 1983. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali, Jakarta.Hopkins, W. G. 1995. Introduction to Plant Physiology. John Wiley & Sons. Inc, USA.Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1985. Plant Physiology Third Edition. Wadsworth Publishing Company, California. Supeni, T. 1997. Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.Tjitrosoemo, S. 1994. Botani Umum 1. Angkasa, Bandung.Wareing, P.F. dan Philips, I. D.J. 1981. The Control of Growth and Differentiation in Plant. Pergamon Press, Oxford.Wattimena, G. A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh. PAU Bioteknologi IPB, Bogor.Wilkins, M. B. 1969. Physiology of Plant Growth and Development. Mc Graw Hill Publishing Company Limited, England.