33
Laporan Kasus Seorang Pasien dengan Diagnosis Psikotik Akut Oleh: Stella Maris Soselisa 070111265 Masa KKM : 16 Maret – 12 April 2015 Pembimbing: Dr. Herdy Munayang, MA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2015 i

Stella Maris Soselisa 070111265

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gy

Citation preview

Page 1: Stella Maris Soselisa 070111265

Laporan Kasus

Seorang Pasien dengan Diagnosis Psikotik Akut

Oleh:

Stella Maris Soselisa070111265

Masa KKM : 16 Maret – 12 April 2015

Pembimbing:

Dr. Herdy Munayang, MA

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO

2015

i

Page 2: Stella Maris Soselisa 070111265

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul:

Seorang Pasien dengan Diagnosis Psikotik Akut

Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Maret 2015

Pembimbing,

Dr. Herdy Munayang, MA

1

Page 3: Stella Maris Soselisa 070111265

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

LAPORAN KASUS ........................................................................................ 1

I. Identitas Pasien ................................................................................... 3

II. Riwayat Psikiatrik ............................................................................. 3

III. Riwayat Kehidupan Pribadi ............................................................... 5

IV. Pemeriksaan Status Mental ............................................................... 9

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut .............................................. 12

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ........................................................... 13

VII. Formulasi Diagnostik ........................................................................ 15

VIII. Diagnosis Multiaksial ....................................................................... 15

IX. Problem ............................................................................................. 15

X. Prognosis ………………………………………………………….. 15

XI. Rencana Terapi ................................................................................. 16

XII. Diskusi .............................................................................................. 17

XIII. Wawancara Psikiatri .......................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

LAMPIRAN .................................................................................................... 23

2

Page 4: Stella Maris Soselisa 070111265

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. V. S.

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/tanggal lahir : Kotamobagu 29 – 11 - 1978

Status perkawinan : Belum Menikah

Pendidkan terakhir : SMA

Pekerjaan : -

Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia

Alamat : Jln. Garuda No. 7 Ling. IV RT 003 RW 004

Girian Weru

Agama : Kristen Protestan

Tanggal MRS : 13 Maret 2015

Cara MRS : Pasien datang diantar keluarga

Tangal pemeriksaan : 18 Maret 2015

Tempat pemeriksaan : RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh dari :

- Autoanamnesis dengan pasien

- Catatan Rekam Medis Pasien.

- Alloanamnesis dengan:

Tn. L. W (57 tahun), orang tua ( Ibu ) pasien, suku Minahasa,

pendidikan SMA, IRT

A. Keluhan Utama

Pasien marah-marah, bicara kacau. Keluhan ini dialami sejak 3 hari

yang lalu.

3

Page 5: Stella Maris Soselisa 070111265

B. Riwayat Gangguan Sekarang:

Pasien marah – marah dan bicara kacau sejak 3 hari yang lalu. Sikap

marah – marah dan bicara kacau pasien dipicu oleh rasa kesepian dirumah, pasien

juga marah - marah ketika suasana rumah menjadi ribut. Pasien adalah orang yang

mudah tersinggung.

Tanpa sebab yang jelas pasien menyerang dan menjambak rambut

neneknya. Pasien mengatakan ia susah tidur dan kadang suka mengurung diri.

Dalam kesehariannya, pasien mengaku kini ia merasa tenang dan baikan. Pada

saat anamnesis ini dilakukan, pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat

menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang.

Berdasarkan buku Rekam Medik, pasien dua kali dirawat di RS. Prof. Dr.

V.L. Ratumbuysang, di ruang Waraney pada tanggal 2008 dengan diagnosis

Skizofrenia Paranoid dan 13 Maret 2015, dengan diagnosis gangguan psikotik

akut (F.23)

C. Riwayat GangguanSebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik

Menurut rekam medis, diketahui pasien dua kali dirawat di R.S.

Prof. V. L. Ratumbuysang pada tahun 2008 dengan diagnosis skizofrenia

Paranoid ( F.20 ) dan 12 Maret 2015 dengan diagnosis gangguan psikotik

akut. Berdasarkan anamnesis diperoleh keterangan yaitu pasien marah-

marah, mudah tersinggung, menyerang dan menjambak rambut neneknya,

kadang suka mengurung diri dan sulit tidur dari 1 minggu.Berdasarkan

keluhan tersebut pasien didiagnosis dengan Gangguan Psikotik Akut (

F.23 ).

2. Riwayat Gangguan Medis Umum

Penyakit ginjal, hipertensi, jantung, diabetes melitus, dan paru

disangkal

4

Page 6: Stella Maris Soselisa 070111265

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif.

a. Rokok : pasien tidak merokok

b. Alkohol : pasien tidak mengonsumsi alkohol

c. Zat psikoaktif : pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal.

Pasien adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Orang tua pasien

mengasihi dan menyayangi pasien. Selama kehamilan kondisi kesehatan

fisik dan mental ibu pasien cukup baik. Pasien lahir normal di rumah sakit

dan ditolong oleh dokter. Berat badan lahir 3100 gr. Sianosis maupun

ikterus tidak ada.

B. Masa Kanak Awal (usia 0 – 3 tahun)

Pada stadium oral tidak diketahui.

Pada stadium anal, Pasien diajarkan BAB di toilet oleh ibunya. Ketika

pasien ingin BAB, sudah bisa bicara ke ibunya. Aktivitas lainnya seperti

duduk, berdiri, berjalan dan menggenggam benda tidak diketahui.

Pada stadium uretheral (transisional), pasien diajarkan BAK di toilet

(toilet training) oleh ibunya, dan dapat ke toilet sendiri saat ingin BAK.

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar, saat

ditinggalkan ibunya keluar rumah pasien menangis.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu, pasien kadang

dilarang melakukan sesuatu hal seperti melarang pasien untuk bermain

saat hujan atau di bawah sinar matahari ketika siang bolong, karena bisa

sakit.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4 – 11 tahun)

Pada stadium falik, pasien berjenis kelamin perempuan, saat kecil

pasien dekat dengan kedua orang tuanya, terutama ibunya, Setelah pasien

mengetahui identitas seksualnya adalah perempuan, pasien mulai

5

Page 7: Stella Maris Soselisa 070111265

berpakaian seperti anak perempuan dan masuk ke toilet umum khusus

perempuan, setelah diajarkan, memperhatikan, mengikuti kebiasaan

berpakaian ibunya. Usia 6 tahun pasien sudah dikenalkan lingkungan

sekolah oleh keluarganya dengan masuk di SD.

Pada stadium latensi, pasien senang bermain bersama dengan

teman-temannya, di sekolah maupun lingkungan rumah. Pasien juga

senang bermain dengan saudaranya di rumah.

Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien senang dalam hal

belajar, menurut pasien dia adalah salah satu siswa yang rajin di kelas,

melakukan tugas kelas dengan baik dan saling bekerja sama dengan

teman-teman yang lain. Pasien masuk SD saat berusia 6 tahun dan tamat

SD saat berusia 12 tahun. Kemudian pasien masuk ke SMP selama 3

tahun.

D. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pada stadium genital, pasien mulai lebih mandiri, berusaha

mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya. Bergaul dengan sangat

baik, tidak pernah memilih-milih teman. Pasien masuk SMP yang

diinginkan dirinya dan teman-temannya. Jarak rumah ke sekolah cukup

dekat. Pasien tidak pernah terlambat ke sekolah.

Pada stadium identitas lawan difusi peran, pasien menunjukkan

senang bermain dan akrab dengan saudaranya. Untuk masalah pribadi,

pasien merupakan orang yang tertutup, sehingga tidak pernah

menceritakan pada orang tua, atau pun kakak mengenai lawan jenisnya.

Setelah tamat SMP, pasien melanjutkan ke tingkat SMA. Ketika SMA

pasien mempunyai teman, baik laki-laki maupun perempuan. Pasien

sangat mandiri, selalu diandalkan dengan semua tugas yang diberikan

kepadanya. Tetap bergaul dengan sangat baik dan tidak memilih teman.

Pasien adalah orang yang baik, berpenampilan menarik, dan suka bergaul.

Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Sudah

pernah jatuh cinta dengan teman sebayanya.

6

Page 8: Stella Maris Soselisa 070111265

E. Masa Dewasa

1. Riwayat pendidikan

Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

2. Riwayat pekerjaan

Tahun 1985 pasien diterima bekerja sebagai karyawan di salah satu

perusahaan Indofood di Manado. Hubungan sosial dengan teman

kerjanya baik.

3. Psikoseksual.

Orientasi seksual pasien adalah lawan jenis. Pasien pertama kali

berpacaran sewaktu kelas satu SMP. Riwayat psikoseksual tidak

ada masalah.

4. Riwayat perkawinan

Pasien menjalin hubungan dengan kekasihnya pada saat berumur

25 tahun. Hubungan dengan kekasihnya kurang baik.

5. Kehidupan beragama.

Pasien merupakan seorang yang beragama Kristen Protestan.Pasien

rajin beribadah. Pasien aktif mengikuti kegiatan kerohanian.

6. Aktivitas sosial.

Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul, berpenampilan

baik, sehingga tidak sulit mendapatkan teman. Ia juga tidak sulit

menghadapi orang yang baru dikenalnya.

7. Riwayat pelanggaran hukum.

Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

8. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal bersama Ibu dan kakaknya. Bentuk rumah sederhana

dan cukup modern.

7

WC Ruang Makan

Kamar 2 R.Tamu/R. Keluarga

Kamar 1

Page 9: Stella Maris Soselisa 070111265

9. Riwayat Keluarga.

Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pasien mengatakan

menyayangi kedua orangtuanya, pasien juga mengaku kurang

harmonis dengan kakaknya sejak mengalami sakit ini. Pasien

mengaku walaupun dekat dengan orangtua, namun ia tidak terbuka

menceritakan masalah yang dirasakannya. Dengan ayahnya atau

ibunya pasien hanya bercerita tentang hal-hal umum yang terjadi

dimasyarakat.

Ayah pasien adalah anak tunggal dari kedua orangtuanya. Ayah

pasien bekerja petani. Ibu pasien merupakan anak ketiga dari 11

bersaudara, ia seorang ibu rumah tangga.

F. SILSILAH KELUARGA

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : meninggal

Faktor herediter : ada

G.Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya.

- Pasien ingin segera keluar dari Rumah Sakit

8

Warung Teras

Page 10: Stella Maris Soselisa 070111265

- Pasien ingin memperbaiki hubungan dengan kakaknya agar lebih

baik.

H. Persepsi keluarga terhadap pasien

-Keluarga pasien dapat menerima pasien jika sudah bisa

dipulangkan

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS

A. Deskripsi umum

1). Penampilan

Pasien adalah seorang perempuan, usia 36 tahun penampilan sesuai

dengan usia, kulit sawo matang, rambut panjang warna hitam. Pasien

tampak tenang pada saat diwawancara. Pakaian yang dikenakan

cukup rapi, pasien menggunakan kaos warna cream dan celana

cream.

2). Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Selama wawancara

pasien duduk dengan tenang dan tersenyum. Pasien merespon salam

dari pemeriksa dan pasien tidak menghindari kontak mata dengan

pemeriksa. Ia dapat dengan santai menceritakan masalah penyakit

fisiknya

3). Sikap terhadap pemeriksa.

Secara umum pasien kooperatif, pasien menjawab setiap pertanyaan

pemeriksa dengan baik dan tenang.

B. Mood dan Afek

• Mood : eutimia

• Afek : normal

• Kesesuaian : sesuai afek

C. Karakteristik Bicara

Kualitas : volume sedang, suara jelas, intonasi

berubah- ubahsesuai jenis pembicaraan,

9

Page 11: Stella Maris Soselisa 070111265

artikulasi baik.

Kuantitas : menjawab sesuai pertanyaan

Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya bahasa

D. Gangguan persepsi : -

E. Pikiran

• Proses pikir : koheren, menjawab sesuai pertanyaan

• Isi pikir : -

F. Kesadaran dan Kognisi

1. Taraf kesadaran dan kesiagaan : kompos mentis. Pasien dapat

mengarahkan, mempertahankan, mengalihkan dan memusatkan

perhatiannya.

2. Orientasi

• Orientasi waktu : Baik. Pasien mengetahui waktu pada saat

pemeriksaan

• Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana ia saat

pemeriksaan dilakukan

• Orientasi orang : Baik.Pasien dapat mengenali dokter,

perawat atau petugas yang ada

3. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang :Baik. Pasien dapat

menceritakan riwayat masa kecilnya dengan baik.

Daya ingat jangka sedang: Baik

Daya ingat jangka pendek :Baik. Pasien dapat

mengingat apa yang ia kerjakan dari tidursemalam, bangun

pagi sampai saat wawancara berlangsung.

Daya ingat segera :Baik. Dapat mengingat

kembali apa saja yang telah disebutkan sebelumnya.

10

Page 12: Stella Maris Soselisa 070111265

4. Konsentrasi dan perhatian : Baik. Ketika wawancara berlangsung

pasien dapat memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan

pemeriksa. Pasien juga melakukan seven serial test tanpa salah.

5. Kemampuan membaca dan menulis : Baik.Pasien dapat membaca

dan menulis dengan jelas.

6. Kemampuan visiospatial : baik, pasien dapat membuat gambar jam

dinding dengan baik

G. Pengendalian impuls

Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam waktu yang lama

dengan tenang.

H. Daya nilai dan tilikan

Daya nilai sosial : Baik.

Uji daya nilai : Baik

Daya nilai realita : Baik

Tilikan : Derajat I dimana pasien menyangkal total

terhadap penyakitnya.

I.Taraf dapat dipercaya : secara keseluruhan sebagian dapat dipercaya

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital : T : 110/70 mmHg, N :88 /m, R : 22x/m, S : 36,6ºC

Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks :

Jantung : S I-II normal, bising (-)

Paru : SP vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, BU + normal, H/L :tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

11

Page 13: Stella Maris Soselisa 070111265

B. Pemeriksaan neurologis

GCS : E4M6V5

TRM : Tidak ada

Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis

a. Nervus Olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi

b. Nervus Optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus

Abducens (N.VI)

Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien

memiliki gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan

bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola mata pasien

dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah

d. Nervus Trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

e. Nervus Facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris

f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)

Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab

pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran

pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh

g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi

h. Nervus Vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

i. Nervus Aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal

12

Page 14: Stella Maris Soselisa 070111265

j. Nervus Hipoglosus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi

Ekstrapiramidal sindrom : tidak ditemukan ada gejala

ekstrapiramidal

C. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Ny. V. S. 36 tahun, Minahasa, Kristen Protestan, belum menikah , tamat

SMA, tinggal di Jln. Garuda No.7 Ling IV RT 003 RW 004 Girian Weru 1

Bitung. Pasien diantar oleh keluarga ke UGD Jiwa di R.S. Prof. L. K.

Ratumbuysang pada tanggal 13 Maret 2015 . Dari anamnesis diperoleh keterangan

Pasien marah – marah dan bicara kacau sejak 3 hari yang lalu. Sikap

marah – marah dan bicara kacau pasien dipicu oleh rasa kesepian dirumah, pasien

juga marah - marah ketika suasana rumah menjadi ribut. Pasien adalah orang yang

mudah tersinggung.

Tanpa sebab yang jelas pasien menyerang dan menjambak rambut

neneknya. Pasien mengatakan ia susah tidur dan kadang suka mengurung diri.

Dalam kesehariannya, pasien mengaku kini ia merasa tenang dan baikan. Pada

saat anamnesis ini dilakukan, pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat

menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang.

Berdasarkan buku Rekam Medik, pasien dua kali dirawat di RS. Prof. Dr.

V.L. Ratumbuysang, di ruang Waraney pada tanggal 2008 dengan diagnosis

Skizofrenia Paranoid dan 13 Maret 2015, dengan diagnosis gangguan psikotik

akut (F.23).

Dalam kesehariannya, pasien mengaku kini ia merasa tenang dan baikan.

Pada saat anamnesis ini dilakukan pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat

menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang.

Pasien tenang, cukup kooperatif menjawab, artikulasi jelas, volume sedang

dan intonasi normal. Pemeriksaanstatus mental, mood pasien eutimia, afek serasi.

13

Page 15: Stella Maris Soselisa 070111265

Bentuk pikiran ditemukan koheren. Penilaian realitas baik. Tingkat tilikan

ditemukan pasien penyangkalan total terhadap penyakitnya.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang

mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi

timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan adanya gangguan

kejiwaan serta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat

disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan

kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara

fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa.

Pasien tidak pernah mengalami trauma pada bagian kepala maupun penyakit

yang lainnya dengan demikian gangguan mental organik dapat disingkirkan.

Pada aksis I. Berdasarkan alloananmnesa, autoanamnesa dan pemeriksaan

status mental didapatkan gejala klinik bermakna yaitu pasien mengalami

gangguan mental seperti mudah marah. Pasien pernah ada masalah kejiwaan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa,

berdasarkan DSM V pasien didiagnosa dengan Gangguan Psikotik Akut (F.23). 1

Pada aksis II. Pasien memiliki sifat perfeksionisme, semuanya harus

terstruktur mulai dari kegiatan sehari – hari. Pasien adalah orang yang sangat

teliti dalam melakukan pekerjaan, dan terkadang pasien tidak mau disalahkan

dalam suatu masalah, sehingga dapat disimpulkan pasien memiliki kepribadian

obsesif kompulsif.

Pada aksis III saat ini tidak ada

Pada aksis IV masalah terkait dengan hubungan keluarga

Pada aksis V Global Assesment of Functioning (GAF) scale, Current80-71

gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial dan pekerjaan.

GAF scale High Level Past Year (HLPY) 70-61gejala minimal, berfungsi baik,

cukup puas tidak lebih dari masalah harian biasa.

14

Page 16: Stella Maris Soselisa 070111265

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Psikotik Akut (F.23)

Aksis II : Gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan.

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan keluarga.

Aksis V : Current80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial dan pekerjaan. GAF scale High Level Past

Year (HLPY) 70-61gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas

tidak lebih dari masalah harian biasa.

IX. PROBLEM

A. Organobiologi : -

B. Psikologi : Ada

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Ditemukan adanya masalah dengan

keluarga.

X.PROGNOSIS

• Ad vitam : bonam

• Ad fungsionam : bonam

• Ad sanationam : dubia ad bonam

XI. PERENCANAAN TERAPI

A. Psikofarmako

Risperidone 2 mg 2 x 1

Merlopam 2 mg 2 x ½

THP 2 mg 2 x 1/2

Inj. Valdimex 1 amp

B. Psikoterapi

1. Terhadap pasien

15

Page 17: Stella Maris Soselisa 070111265

Psikoterapi Suportif: Memotivasi dan memberikan dukungan

kepada pasien agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat

juangnya dalam menghadapi hidup ini .

Psikoterapi Reedukatif: Memberikan edukasi dan dukungan

terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih lanjut, cara

pengobatan, efek samping yang dapat muncul, serta pentingnya

kepatuhan dan keteraturan minum obat.

Terapi Perilaku: Menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri

sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal untuk

pencapaian kualitas hidup yang lebih baik.

2.Terhadap keluarga

Psikoterapi Reedukatif: Menyampaikan informasi kepada

keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,

perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat

memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan

kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

Terapi Keluarga: Memberikan pengertian dan dukungan kepada

keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan

penyakit.

XI. DISKUSI

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak

mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat

halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.

Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu

gangguan kejiwaan yangterjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1

bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ketingkat fungsional

premorbid.2

Diagnosis psikotik pada pasien ini ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status mental, dimana

16

Page 18: Stella Maris Soselisa 070111265

ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan psikotik

akut(F.23).

Pasien di bawa ke RS Ratumbuysang karena pasien marah-marah

danbicara kacau. Pasien sulit tidur pada malam hari. Pasien tidak

didiagnosis dengan kelainan kepribadian karena tidak sulit begaul atau

beradaptasi dengan orang atau tempat yang baru. Berdasarkan

anamnesis diperoleh bahwa tidak terdapat riwayat gangguan kepribadian

sebelumnya.

Berdasarkan DSM - V, pedoman diagnostik gangguan psikotik

akut harus memenuhi persyaratan yaitu :

Ada satu (atau lebih) gejala berikut :

oWaham

oHalusinasi

oBicara terdisorganisasi (misal; sering menyimpang atau inkoherensi).

oPerilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik.Catatan : jangan

memasukan gejala jika merupakan pola respons yang diterima secara

kultural.

*Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang

dari 1 bulan,akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit.

*Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguanmood

dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan

karena efek fisiologislangsung dari suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum.1

Pada pasien ini diberikan terapi Risperidone 2 mg 2 x 1 adalah

golongan antipsikosis atipikal. Risperidone mekanisme kerja obat

antipsikosis atipikal disamping berafinitas terhadap Dopamin D2

Receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2, sehingga efektif juga untuk

gejala negative. Efek samping obat antipsikosis dapat berupa sedasi dan

inhibisi psikomotor (rasa mengatuk, kewaspadaan berkurang, kinerja

psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).3

Merlopam 2 mg 2 x 1adalah golongan anti ansietas. Merlopam

(Lorazepam) merupakan golongan benzodiazepine, dengan mekanisme

17

Page 19: Stella Maris Soselisa 070111265

kerja yaitu dapat bereaksi dengan reseptor (benzodiazepine reseptors)

yang mengendalikan sistem limbik SSP yang terdiri

daridopaminergic,noradrenergic, dan serotoninergic neurons, sehingga

hiperaktivitas yang terjadi dapat mereda. Efek samping dari penggunaan

obat ansietas adalah sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,

kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah), dan

relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll). Untuk mengurangi resiko

ketergantungan obat, maksimum lama pemberian sekitar 3 bulan dalam

rentang dosis terapeutik.3

Inj. Valdimex1 amp (10 mg)untuk mengatasi

kecemasan.3Triheksilenidil 2 mg 2x1 adalah obat antikolinergik yang

banyak digunakan mengatasi Ekstrapiramidal (EPS), penggunaan

Triheksilenidil dapat menimbulkan antikolinergik perifer seperti mulut

dan hidung kering, pandangan kabur, konstipasi.4Selain itu diberikan

juga terapi lain berupa psikoterapi, melalui edukasi dan support terhadap

pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping

yang dapat muncul, dan memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa

percaya diri, serta terus memotivasi pasien agar tidak putus asa.

Keluarga pasien juga diberikan psikoedukasi dimana keluarga diberi

pengertian akan pentingnya peran keluarga untuk memotivasi pasien

agar tidak merasa putus asa.

XII. WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan di RS Prof.dr.V.L.Ratumbuysang pada tanggal 18

Maret 2015.

Keterangan :

Dm: Pemeriksa

P: Pasien

K : Keluarga (ibu pasien)

Dm : Selamat Siang ibu

P : Siang

18

Page 20: Stella Maris Soselisa 070111265

Dm : Apa kabar ibu ?

P : Bae dok

Dm : Perkenalkansaya dokter muda Sarah. Mo diskusi dlu neh.Boleh thu nama

sapa ibu pe nama?

P : Veiby

Dm : umur berapa ibu?

P : 36 tahun

Dm : ibu tau skarang ibu da dimana ?

P : Tau dokter, ini di ratumbuysang

Dm :Sekarang kerja apa ?

P : Nda ada kerja dok

Dm : Pendidikan trakhir SMA atau ada sempat kuliah ?

P : SMA sampe kelar, kong langsung kerja

Dm : ibu tinggal dimana ?

P : di Girian weru, Bitung

Dm : Ibu tinggal deng sapa di rumah ?

P : deng kaka deng mama

Dm : ibu so dari kapan disini ?

P : 3 hari lalu

Dm : Ibu so kaweng?

P : belum

Dm : Ibu kiapa dorang bawa kesini?

P : krn qt jah bamarah - marah

Dm : sapa yang antar pa ibu kamari dank?

P : kakak deng mama

Dm : klu blh thu kiapa ibu jah ba marah?

P : qt kwa cpt tersinggung dr, jdi klu ada yg qt rasa nda sedaap lgsg jah ba

marah

Dm : ibu jah ba marah mar nda ba pukul?

P : ada dok,1x. Mar bkn ba pukul,cm qt dah tarek oma pe rambut

Dm : Oma dah bkg apa so kong dah tarek tuh rambut.

P : nda bkg apa – apa dok,cm qt so nda kontrol baru qt so putus obat.

19

Page 21: Stella Maris Soselisa 070111265

Dm : klu blh thu ibu siapanya Veiby?

K : ibunya veiby, dia qt pe anak

Dm : kiapa kata dorang bawa pa ibu kamari?

K : krna dia da marah-marah dirumah, kong ada tarek oma pe rambut

Dm : dulu-dulu ibu pernah bgni?

K : pernah waktu tahun 2008, mar langsung bae

Dm : ada yang saki sama deng ibu di keluarga?

K : nda ada

Dm : dpe aktivitas dirumah bagaimana?

K : dia rajin

Dm : Ibu veiby ada masalah deng dpe kaka?

K : nda ada masalh, mar lantaran veiby suka marah – marah deng tarek oma

pe rambut, jadi dia kaka so nda tllu dekat deng dia

Dm : kong dia pernah cerita-cerita aneh?

K : nda ada dok.

Dm : Ooo ok dang ibu nanti ulang sambung cerita ulang besok neh mo pulang

dulu ..

P & K : Iya dok makasih ..

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 22: Stella Maris Soselisa 070111265

1. American Psychiatric Association DSM-5 Diagnostic and Statistical Manualof

Mental Disorders : Fifth Edition . American Psychiatric Publishing;

Washington DC. 2013

2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010

3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta.

2007

4. Wijaksono R, Nasrun MW, Dampling CE. Gambaran dan Karakteristik

penggunaan Triheksifenidil pada pasien yang mendapat terapi antipsikotik. J

Indon Med assac, volum 63, Nomor 1, Januari 2013

Lampiran 1

21

Page 23: Stella Maris Soselisa 070111265

Gambar 1. Foto dengan keluarga pasien

Ganbar 2. Foto dengan pasien

22