Upload
berlian-pratiwi
View
241
Download
60
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL 6
MANAJEMEN RESIKO PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI
GUGATAN
Drg. Yeyen membaca sebuah harian umum ibukota yang berisi adanya pengaduan keluarga
pasiennya ke Konsil Kedokteran Indonesia dan juga ke pihak kepolisian akibat adanya
kesalahan perawatan yang dilakukan oleh drg. Yongki pada pasiennya. Drg. Yongki dituntut
harus membayar kerugian material dan inmaterial sebesar 1 milyar oleh pasiennyatersebut
yang disampaikan oleh pengacara pasien tersebut. Dari informasi yang didapat oleh
drg.Yeyen, ternyata PDGI membantu drg.Yongki untuk melakukan mediasi pada keluarga
pasien tersebut. Sebagai dokter gigi yang baru tamat timbul kegamangan drg. Yeyen untuk
melakukan praktek kedokteran gigi sesuai dengan tuntutan profesinya padahal kejadian ini
bisa saja menimpa dia. Bagaimnakah cara yang sebaiknya ditempuh oleh drg.Yeyen untuk
mengatasi kegamangannya tersebut atas kemungkinan resiko yang mungkin terjadi?
STEP 1 : TERMINOLOGI
1. Manajemen resiko
pengelolaan resiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian resiko yang
dapat mengancam aktivitas/usaha suatu organisasi
suatu pendekatan terstruktur dan metodologi dalam mengelola ketidak pastian yang
berkaitan dengan ancaman suatu aktivitas manusia yang termasuk pengembangan resiko dan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan atau
pengelolaan sumber daya.
prosedur dan metode yan digunakan organisasi untuk mengidentifikasi, mengukur dan
memantau dan mengendalikan resiko yang timbul untuk mencapai
1
2. Resiko
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam suatu organisasi
3. Mediasi
tawar-menawar/ negosiasi dengan pihak ke 3 untuk mendapatkan persetujuan perdamaian
sistem penyelesaian masalah yang berlandaskan atas penegakan dan kepatuhan terhadap
hukum
STEP 2 :IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimanakah sikap dan tindakan dokter gigi jika menerima tuntutan hukum?
2. Apa saja faktor penyebab kegagalan perawatan yang dilakukan oleh seorang dokter gigi?
3. Hal-hal penting apa yang harus diperhatikan dalam manajemen resiko?
4. Bagaimana cara pembuktian tindakan malpraktek?
5. Bagaimana pelaksanaan manajemen resiko sehubungan dengan perawatan pasien?
6. Bagaimana cara menanggulangi kelalaian medis dalam kedokteran gigi?
7. Apakah kesalahan perawatan dalam skenario merupakan malpraktek atau hanya sebuah
kelalaian?
8. Apa peran KKI dan PDGI dalam manajemen resiko praktek kedokteran gigi?
9. Apa saja jenis malpraktek dalam kedokteran gigi?
2
STEP 3: ANALISA MASALAH
1. Sikap dan tindakan dokter gigi jika menerima tuntutan hukum :
Bersikap tenang dan jangan memperlihatkan kecemasan yang belebihan
Cari advokasi
Persiapkan rekam medis dan informed concent pasien
Jangan merubah catatan RM dan IC karenaq bisa membahayakan posisi drg.
Berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.
Usahakan mediasi
Menyiapkan pembelaan , secara informal seperti pengajuan bukti untuk menyangkal
tuduhan pasien, dan secara formal dengan mengajukan doktrin hukum.
Mengumpulkan bukti-bukti dan meminta bantuan pengacara
Meminta bantuan kepada organisasi profesi dalam melakukan pembelaan terhadap
dokter gigi.
2. Faktor penyebab kegagalan perawatan yang dilakukan oleh seorang dokter gigi :
Human error seperti dokter gigi yang kurang berkonsentrasi
Salah dalam anamnesa,diagnosa,dan prognosa.
Skills dokter gigi yang kurang
Kurangnya instruksi dari dokter kepada pasien terhadap keberhasilan perawatan.
Salah memberikan resep obat.
3. Hal-hal penting apa yang harus diperhatikan dalam manajemen resiko :
Harus mempunyai SIP
Harus bekerja sesuai kode etik, standar pelayanan, standar profesi, kendali mutu dan
kendali biaya
Jangan melakukan perawatan diluar kompetensi dokter gigi
Pendelegasian tugas kepada perawat hanya boleh pada tindakan-tindakan tertentu
yang menjadi kompetensi perawat
Mengidentifikasi resiko
Penilaian terhadap resiko
3
Pengendalian resiko
4. Cara pembuktian tindakan malpraktek :
Secara hukum pidana meliputi penyimpangan dari standar profesi kedokteran.
Memenuhi unsur kelalaian berat dan tindakan-tindakan yang menimbulkan kejadian
fatal dan melanar pasal 359, 350 KUHP.
5. Pelaksanaan manajemen resiko sehubungan dengan perawatan pasien
Membuat rekam medis
Memberikan informed consent
Mengalihkan resiko kepada asuransi
Konsultasi dengan sejawat yang lebih menetahui tentang menajemen resiko
Menefektifkan komunikasi dengan pasien
6. Cara menanggulangi kelalaian medis dalam kedokteran gigi
Dengan cara melakukan program manajemen resiko klinis
7. Kesalahan perawatan dalam skenario tidak dijelaskan apa bentuk kesalahan yang
dilakukan. Sehingga tidak bisa disimpulkan apakah tindakan dokter gigi tersebut merupakan
malpraktek atau kelalaian.
8. Peran KKI dan PDGI dalam manajemen resiko praktek kedokteran gigi adalah :
Dalam UU Praktek Kedokteran, KKI melakukan pembinaan terhadap kedokteran gigi
MKDKI bertugas memeriksa dan menindaklanjuti pengaduan terhadap kedokteran
gigi.
9. Jenis malpraktek dalam kedokteran gigi :
4
Kesengajaan
Kelalaian
- harus nya melakukan suatu tindakan tetapi tidak melakukan tindakan tersebut
- melakukan suatu tindakan tetapi tidak tepat
- tidak harus dilakukan tetapi tetap dilakukan
Skills yang kurang.
5
STEP 4 : SISTEMATIKA MASALAH
6
Drg. Yeyen Berita surat kabar
Drg. Yongki
Gugatan pasien dan tuntutan ganti rugi
Akan membuka praktek
Resiko keilmuan
Manajemen resiko praktek kedokteran gigi
Mediasi PDGI
Resiko finansial
Asuransi
Malpraktek Kelalaian
STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Manajemen resiko praktek kedokteran gigi
2. Jenis-jenis resiko dalam praktek kedokteran gigi
3. Cara menghadapi tuntutan praktek (alur dan prosedur pengaduan)
STEP 6 : BELAJAR MANDIRI
STEP 7 : SHARING INFORMASI
1. Manajemen resiko praktek kedokteran gigi
Definisi manajemen resiko :
proses pengelolaan resiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian resiko
yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan.
Tujuan utama manajemen resiko:
menjaga agar aktivitas operasional dan penerapan aktivitas dan program organisasi tidak
menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuannya untuk menyerap kerugian tersebut,
atau membahayakan kelangsungan hidup organisasi. Sehingga terjamin kelangsungan usaha
dengan tingkat biaya yang rendah serta berkurangnya biaya yang tidak diinginkan serta
terhindar dari tuntutan atau komplain masyarakat.
Manfaat manajemen resiko :
7
Memberikan gambaran profil resiko dan potensial loss
Meningkatkan deteksi dini terhadap high risk bussiness area
Mengurangi fluktuasi keuangan
Meningkatkan kualitas, metode, proses pengambilan keputusan
Mendorong peningkatan inovasi dan kreativitas ( produk pelayanan jasa)
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya
Meningkatkan daya saing melalui perbaikan infrastruktur
Manajemen resiko klinis diperlukan untuk :
Mengurangi kejadian yag merugikan dan ketidak puasan dari pasien dan keluarganya.
Mencegah pengelolaan yang buruk dari dokter atau dokter gigi, pemborosan waktu
dan uang.
Pencegahan terhadap tuntutan masyarakat dan pertanggungjawaban kelalaian medik
Mencegah publikasi buruk
Membuat dokter/dokter gigi waspada terhadap akibat dari tindakan yang
dilakukannya.
Meningkatkan moral dan percaya diri dokter/ dokter gigi dengan membuat rasa sadar
keamanan
Menganalisa resiko
Membuat keputusan lebih eksplisit dan berdasarkan norma kebenaran
Tahapan manajemen resiko
1. Identifikasi bahaya/resiko
merupakan usaha sistematis untuk menentukan ancaman/ bahaya terhadap
rencana / kegiatan yang akan dilakukan.
Resiko/bahaya dapat berasal :
Bahan/ material
Alat/mesin
Proses
Lingkungan kerja
Metode kerja
8
Cara kerja
Produk/ hasil
Target yang mungkin terkena resiko :
Manusia
Produk
Peralatan/ fasilitas
Reputasi
Lingkungan proses
Teknik identifikasi resiko :
Inspeksi
Pemantauan /survey
Audit
Kuesioner
Data-data statistik
2. Analisa resiko
pada tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap identifikasi resiko di
analisa dan diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisa resiko dalam penilaian yaitu :
Kualitatif : uraian /deskripsi dinyatakan dalam rentang tertentu
Semikuantitatif
Kuantitatif : menentukan nilai dari masing-masing parameter yang didapat
dari hasil analisis data representatif
Metode yang digunakan :
Analisa statistik
Model komputer
Simulasi
Fault free analysis
Dalam analisa resiko, perlu dipertimbangkan 2 hal berikut :
9
Peluang/ probability
kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan/ kerugian ketika terpapar suatu
bahaya
Akibat/ consequence
tingkat keparahan yang mungkin terjadi
3. Penanganan resiko
pada tahap ini ditentukan apakah resiko tersebut masih dapat diterima (acceptable)
atau tidak dapat diterima (unacceptable)
Bentuk tindakan penanganan resiko :
Menghindari resiko (Avoiding Risk )
tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam
memutuskan untuk melakukannya, harus dipertimbangkan potensial
keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
Mengurang resiko ( Reduction Risk )
metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.
Mengendalikan resiko ( Controlling Risk)
dengan mengambil langkah-langkan preventif untuk mencegah dan
mengurangi resiko tersebut
Menerima resiko ( Accepting Risk)
menanggung seluruh tanggung jawab atas resiko yang terjadi
Mengalihkan resiko (Transferring Risk)
10
mengalihkan resiko kepada pihak lain (asuransi) dan mengalihkan
tanggung jawab atas resiko tersebut ke pihak lain yang umumnya atas dasar
imbalan.
Hierarki pengendalian resiko :
Eliminasi
menghilangkan suatu bahan/ tahapan proses berbahaya
Subsitusi
misalnya, mengganti bahan serbuk dengan pasta
Rekayasa teknik
pemasangan alat pelindung mesin, pemasangan alat sensor, pemasangan
general dan local ventilator
Pengendalian administrasi
- pemisahan lokasi
-pergantian shift kerja
-pembentukan sistem kerja
-pelatihan karyawan
Alat perlindungan diri
4. Pemantauan atau Tinjauan Ulang
dilakukan dengan inspeksi, pemantaun lingkungan, dan audit.
Asuransi sebagai Transfer Resiko
11
Asuransi adalah perjanjian antara 2 pihak atau lebih dimana pihak penanggung mengikatkan
diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada
tertanggung karena kerugian, kerusakan/ kehilanagn keuntungan yang diharapkan.
Manfaat asuransi tanggung gugat:
Konsultasi dan pendampingan dalam menghadapi klaim pasien
Investigasi kasus dan prediksi outcome ( menang/ kalah) di pengadilan
Penggantian resiko malpraktek
Penyuluhan medikolegal
Rasa aman dan perlindungan serta terhindar dari kerugian-kerugian yang
mungkin timbul
Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit
Berfungsi sebagai tabungan
Tujuan asuransi :
Tujuan ekonomis
mengalihkan atau membagi resiko-resiko yang bersifat ekonomis
Tujuan sosial
asuransi yang tidak punya tujuan bisnis tetapi tujuan utamanya suatu jaminan
sosial kepada masyarakat
Prinsip asuransi sebagai tanggung gugat :
a. Prinsip kepentingan yang dapat diasumsikan
b. Prinsip iktikad baik/ prinsip kejujuran yang sempurna
c. Prinsip ganti kerugian
d. Prinsip subrogasi ( penggantian kedudukan tertanggung)
e. Prinsip sebab akibat
f. Prinsip gotong royong( penyelesaian secara bersama-sama)
Resiko yang tidak ditanggung asuransi tanggung gugat :
12
Resiko diluar tanggal polis
Force majeur
Akibat tindakan yang disengaja, kriminal dan melanggar hukum pidana
Dalam keadaan dubawah pengaruh alkohol dan narkoba
Tindakan yang bukan karena alasan diagnosa, rehabilitasi, medis, preventif dan
proteksi medis
Kerugian akibat radiasi radioaktif
Penggunaan obat penurun berat badan
2. Jenis-jenis resiko dalam praktek kedokteran gigi
Resiko –resiko yang mungkin terjadi didalam praktek kedokteran gigi :
Malpraktek
Tertular penyakit/ terkena alat-alat kedokteran gigi dan resiko bahan kedokteran gigi
Resiko finansial ( kerugian praktek )
1. Malpraktek
dengan sengaja / kelalaian melakukan perbuatan ( aktif/ pasif) dalam segala tingkatan
yang melanggar standar profesi, standar prosedur, maupun prinsip-prinsip profesional
kedokteran.
Malpraktek dapat terjadi karena :
Tindakan yang disengaja ( misconduct)
Tindakan kelalaian ( negligence)
Ketidak mahiran ( lack of skill )
Tindakan yang disengaja ( misconduct)
13
Kesengajaan yang dapat dilakukan dalam bentuk :
-pelanggaran ketentuan etik
-pelanggaran ketentuan disiplin profesi
-pelanggaran hukum administrasi, hukum pidana dan perdata seperti melakukan kesengajaan
yang merugikan pasien
-pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran
-penyerangan seksual
-berpraktek tanpa SIP
-sengaja melanggar standar
-berpraktek diluar kompetensi
Tindakan kelalaian ( negligence)
Kelalaian ada 3 bentuk :
a. Malfeasance
melakukan tindakan yang melanggar hukum/ tidak tepat / tidak layak
Misal ; melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai
b. Misfeasance
malakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilakuakn dengan tidak tepat
Misal : melakukan tindakan medis menyalahi/ tidak sesuai prosedur
c. Nonfeasance
tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya
Syarat terjadinya kelalaian, harus memenuhi 4 unsur :
14
1. Adanya kewajiban untuk melakukan / tidak melakukan sesuatu
2. Adanya pelanggaran / kegagalan memenuhi kewajiban tersebut
3. Adanay kerugian/ cedera pada pasien
4. Adanya hubungan kausalitas antara pelanggaran / kegagalan memebuhi kewajiban
tersebut dengan cedera/ kerugian.
Klasifikasi malpraktek :
1) Malpraktek kriminal ( pidana )
a. Bersifat kesengajaan
- abirsi tanpa indikasi medik
-euthanasia
-membocorkan rahasia kedokteran
-surat keterangan palsu
b. Bersifat kecerobohan
-melakukan tindakan medis tidak lege artis
-tidak melakukan rekam medik
-melakukan tindakan medis tanpa informed concent
c. Bersifat kelalaian
-alpa/ kurang berhati-hati sehingga pasien menderita luka-luka.
2) Malpraktek sipil ( perdata )
3) Malpraktek Administrasi
4) Malpraktek Etik
Penyebab terjadinya kelalaian / malpraktek :
Masalah komunikasi dokter- pasien
Informasi tidak jelas
Masalah manusia (SDM)
Berhubungan dengan pasien
Transfer pengetahuan didalam organisasi
15
Pola SDM/ alur tugas
Kegagalan teknik pelaksanaan
Kebijakan dan prosedur tidak lengkap
Jenis resiko berhubungan dengan aspek finansial :
1) Resiko Spekulatif (Speculative Risk)
resiko yang memberikan kemungkinan untung rugi/ tidak untung- tidak rgi (break
even)
Contoh : resiko untung rugi dalam perdagangan
2) Resiko Murni ( Pure Risk)
resiko yang hanay mempunyai satu akibat yaitu kerugian
Contoh : kebakaran, kebanjiran, kecelakaan, huru hara
3) Resiko Fundamental ( Fundamental Risk )
resiko yang terjadi biasanya tidak hanay menimpa seorang individu melainkan
menimpa banyak orang
Contoh : gempa bumi, perang, inflasi,
4) Resiko khusus ( Particular Risk )
disebabkan oleh peristiwa –peristiwa individual dan sifatnya terbatas
Contoh : pencurian
16
Jenis-jenis resiko :
a. Resiko kredit
resiko yang timbul akibat kegagalan obligor/ counteparty dalam memenuhi
kewajiban baik karena faktor kemampuan maupun kemauan dalam membayar.
b. Resiko pasar
resiko yang timbul akibat pergerakan variable pasar, suku bunga dan nilai tukar
dari fortofolio yang dimiliki organisasi
c. Resiko likuiditas
resiko yang antara lain disebabkan organisasi tidak mampu memenuhi kewajiban
yang telah jatuh tempo
d. Resiko operasional
esiko yang disebabkan oleh ketidakpuasan dan tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang
mempengaruhi operasional.
e. Resiko hukum
resiko yang disebabkan ole adanya kelemahan aspek yuridis, antara lain adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan, perundang-undangan yang mendukung .
f. Resiko reputasi
resiko yang disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan
usaha bank/ persepsi negatif terhadap bank
g. Resiko strategi
resiko disebabkan karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank dan
pengambilan keputusan yang tidak tepat.
h. Resiko kepatuhan
17
disebabkan karena tidak mematuhi atau tiak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
3. Cara menghadapi tuntutan praktek
Langkah –langkah dalam menghadapi tuntutan praktek :
1) Menerima keluhan
keluhan dapat berasal dari tuntutan di media masa, kotak saran, keluhan langsung,
laporan staf/ perawat, pengaduan masyarakat, somasi pasien/kuasa hukumnya.
2) Mengelola keluhan
Mencatat dan megkaji informasi
identitas pasien, kondisi pasien, peristiwa/kejadian, dan apa yang menjadi
tuntutan pasien
Menanggapi keluhan
mengucapkan terima kasih atas laporan, beri penjelasan sementara,
menjamin keluhan akan ditindak lanjuti, menenangkan laporan.
Melakukan pendekatan dan konsultasi
bisa dengan pihak pengacara maupun organisasi profesi.
3) Investigasi kasus
Membahas kebenaran informasi
Penataan dokumen yang berhubungan dengan pasien
Rapat dengan bagian/ unit organisasi profesi
4) Analisa kasus
Jika kasus etik ke MKEK PDGI
Jika kasus administrasi ke bagian personalia
Jika kasus hukum ke bagian hukum
Jika merupakan kasus gabungan hukum
18
5) Telaah kasus
keberadaan identitas pasien, kebenaran peristiwa, keberadaan barang bukti.
Laporan disertai rekomendasi ditindaklanjuti.
6) Tindak lanjut penanganan kasus
Pendekatan kasus
pendapat manajemen dan komite medik , pendapat asuransi liability, untuk
analisis pembiayaan, pendapat ekspert eksternal.
Penyimpulan posisi kasus
ditinjau dari kewenangan dan kompetensi, indikasi dan kontraindikasi,
informed consent, kesesuaian dengan standar profesi dan standar opersional
prosedur.
7) Putusan dokter gigi tentang penyelesaian tuntutan malpraktek :
Jika secara hukum posisi dokter gigi cukup kuat maka penyelesaian yang
dipilih adalah litigasi/ pengadilan
Terhadap tuntutan ganti rugi yang lebih kecil dari prediksi biaaya penyelesaian
dapat dipertimbangkan melalui non litigasi/ mediasi
Jika hasil pendalaman dismpulkan bahwa secara hukum posisi dokter gigi
tidak cukup kuat, maka penyelesaian yang dipilih adalah non litigasi/ mediasi
Kekurangan penyelesaian perkara melalui jalur litigasi/ pengadilan :
Proses hukum yang berlarut-larut dan lama dalam mencapai putusan
Menimbulkan ketegangan antar kedua pihak yang bersengketa
Kemampuan dan pengetahuan hakim terbatas dan bersifat umum
Tidak dapat dirahasiakan
Sistem administrasi dan birokrasi peradilan lemah
Putusan hakim biasanya tidak dapat diterima salah satu pihak.
19
Kelebihan jalur non litigasi/ mediasi dibanding litigasi :
Bersifat luwes, suka rela, cepat, murah, sesuai kebutuhan, netra;, rahasia didasari
hubungan baik.
Memperbaiki komunikasi antar pihak-pihak yang bersengketa
Meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan masing- masing pihak
Mengetahui hal-hal tersembunyi yang menjadi penyebab munculnya gugatan.
Mendapat ide yang kreatif untuk menyelesaikan sengketa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dokter / dokter gigi untuk menghindari terjadinya
tuntutan / gugatan dari pasien :
Bekerja sesuai dengan standar profesi/ protap di tempat kerja
Melengkapi semua administrasi sebelum melakukan praktek (SIP) dan membuat
rekam medik bagi setiap pasien
Pelajari pasal-pasal dalam KUHP, UU Kesehatan , UU Praktek Kedokteran, Kode
Etik Kedokteran Gigi dan aturan terkait lainnya.
Bila memungkinkan, segera mendaftarkan diri kepada salah satu asuransi yang akan
menjamin dan membiayai segala tuntutan
Jalin kerja sama dengan seorang pengacara/kuasa hukum/ mediator yang bersertifikat
yang akan membantu menangani permasalahan, jika suatu saat mendapat tuntutan
praktek.
Bekali diri dengan komunikasi yang handal dengan pasien. Kebanyakan gugatan
pasien muncul karena komunikasi yang kurang baik antara dokter dan pasien.
Namun, bila sudah terkait kasus malpraktek, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Bertindak dengan tenang.
Terhadap tuntutan malpraktik yang terpenting bagi seorang dokter gigi jangan kemudian
panik apalagi emosional, tapi hadapilah dengan tenang. Walaupun mungkin merasa was-was
sedapat mungkin jangan diperlihatkan. Bila panik, emosional, ataupun khawatir secara
berlebihan, mungkin saja dokter gigi dapat melakukan tindakan-tindakan yang keliru dan
semakin memperlemah posisinya.
20
2. Mengusahakan advokasi.
Bila mendapat tuntutan malpraktik, jangan langsung ditanggapi sendiri, melainkan terlebih
dahulu segera mencari bantuan advokasi dari penasehat hukum dan/atau menghubungi Badan
Pembelaan Anggota PDGI. Pendampingan oleh organisasi profesi dan/atau penasehat hukum
seringkali diperlukan terutama agar tidak melakukan kesalahan yang dapat melemahkan
posisi hukum dalam menghadapi tuntutan malpraktik.
3. Mempersiapkan rekam medis dan dokumentasi pasien.
Persiapkan rekam medis serta seluruh dokumentasi lainnya mengenai pasien seperti hasil
radiografis, catatan perjanjian kunjungan, surat persetujuan tindakan medis (informed
consent), surat rujukan, dsb. Perlu diperhatikan jangan sampai ada yang hilang atau
tertinggal. Semakin baik rekam medis dan pendokumentasian mengenai pasien, semakin kecil
resiko tuntutan hukum. Jangan sekali-kali mencoba untuk merubah rekam medis atau
dokumen mengenai pasien tersebut. Untuk pengurusan perkara sebaiknya dipersiapkan
fotokopi rekam medis dan dokumentasi pasien, sedangkan aslinya disimpan di tempat yang
aman.
4. Mempersiapkan catatan tentang pasien.
Berdasarkan rekam medik dan dokumentasi pasien, segera buat catatan serinci mungkin
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Segera lakukan pembuatan
catatan, jangan ketika diperlukan baru tergesa-gesa membuatnya. Usahakan jangan sampai
ada hal mengenai pasien yang tertinggal atau terlupa mengenai pasien tersebut. Catatan ini
akan sangat membantu dalam menyusun keterangan dan argumentasi yang dibutuhkan dalam
menanggapi gugatan hukum.
5. Hati-hati mengeluarkan pernyataan.
Pertimbangkan masak-masak terlebih dahulu setiap ucapan atau pernyataan yang akan
disampaikan. Jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan harus dilakukan dengan tegas dan
jelas, dan jangan menunjukkan arogansi profesi. Dalam setiap pernyataan yang terpenting
harus senantiasa menyampaikan yang sebenarnya, meski tidak semua kebenaran perlu
disampaikan mengingat terdapat ketentuan mengenai rahasia kedokteran.
21
6. Hati-hati terhadap negosiasi dan tawaran damai.
Terhadap tuntutan malpraktik sebaiknya berperkara di pengadilan merupakan alternatif
terakhir, serta terdapat kemungkinan untuk diselesaikan tidak melalui pengadilan (out of
court settlement). Namun seorang dokter gigi setelah mendapat tuntutan malpraktik perlu
memepertimbangkan dengan hati-hati terhadap kemungkinan negosiasi maupun tawaran
untuk damai.
Tahapan-tahapan mediasi (Rapat Kerja ABH, 2008):
1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa.
Mediator akan membangun kepercayaan, menjelaskan peran mediator dan memberi wawasan
tentang prosedur atau tata cara mediasi ke para pihak yang bersengketa.
2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi.
Mediator akan membantu para pihak dalam menganalisa pendekatan sebagai sarana dalam
pengelolaan konflik (kompetitif, kompromistis, akomodatif atau kolaboratif).
3. Mengumpulkan dan menganalisa informasi latar belakang sengketa.
Mengidentifikasikan pihak-pihak utama yang terlibat konflik, menentukan pokok masalah
dan kepentingan dari para pihak, kemudian menganalisa konflik untuk menyusun rencana
atau strategi.
4. Menyusun rencana mediasi.
Menentukan proses beracara, tempat, waktu, aturan, pihak-pihak yang akan terlibat,
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian, sampai dengan cara untuk menghadapi dan
mengatasi jalan buntu.
5. Membangun kepercayaan dan kerjasama di antara para pihak.
Dilakukan dengan mengadakan pertemuan terpisah dengan para pihak (kaukus),
22
memodifikasi pesan dalam bahasa yang mudah dimengerti, membatasi atau menginterupsi
pembicaraan jika yang dibicarakan menyangkut hal yang sensitive.
6. Memulai sidang mediasi.
Perkenalan para pihak yang terlibat, menjelaskan prosedur-prosedur dan aturan mediasi, lalu
memberi kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan menjawab.
7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda.
Mengidentifikasikan topik-topik umum permasalahan, menyepakati subtopik permasalahan,
dan menentukan urutan pembahasannya (menyusun agenda perundingan).
8. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi para pihak.
Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dengan mengemukakan pertanyaan
langsung kepada para pihak, dan secara tidak langsung yaitu dengan mendengar atau
merumuskan kembali pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para pihak.
9. Membangkitkan pilihan-pilihan penyelesaian sengketa.
Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran yang posisional,
harus bersikap terbuka dan mencari alternatif penyelesaian pemecahan masalah bersama.
10. Menganalisa pilihan-pilihan penyelesaian sengketa.
Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika menerima atau menolak
suatu pemecahan masalah. Mediator juga mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan
tidak mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal.
11. Proses tawar-menawar akhir.
Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka dan bersedia member
konsesi satu sama lainnya. Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran
yang dapat dipergunakan untuk menguji dapat atau tidaknya tercapai penyelesaian masalah.
23
12. Mencapai kesepakatan formal.
Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan kesepakatan
mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi
kesepakatan dan mengakhiri sengketa.
Setelah melalui proses tahapan mediasi ini dan berhasil mencapai kesepakatan, maka menurut
Pasal 11 PerMA Nomor 2 Tahun 2003, kesepakatan dibuat secara tertulis dan wajib memuat
klausula pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai. Selanjutnya sebelum para
pihak menandatangani kesepakatan, mediator wajib memeriksa materi kesepakatan untuk
menghindari adanya kesepakatan yang bertentangan dengan hukum dan hakim dapat
mengukuhkan kesepakatan tersebut sebagai suatu akta perdamaian
Pasal 184 KUHAP, alat bukti untuk kasus pidana :
1. Keterangan saksi2. Keterangan ahli3. Surat-surat4. Petunjuk5. Keterangan terdakwa
Sekurang-kurangnya 2 alat bukti
Pasal 1866 KUHPerdata, alat bukti :1. Bukti tulisan2. Bukti saksi-saksi3. Persangkaan4. Pengakuan5. Sumpah
24