33
MODUL 6 MANAJEMEN RESIKO PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI GUGATAN Drg. Yeyen membaca sebuah harian umum ibukota yang berisi adanya pengaduan keluarga pasiennya ke Konsil Kedokteran Indonesia dan juga ke pihak kepolisian akibat adanya kesalahan perawatan yang dilakukan oleh drg. Yongki pada pasiennya. Drg. Yongki dituntut harus membayar kerugian material dan inmaterial sebesar 1 milyar oleh pasiennyatersebut yang disampaikan oleh pengacara pasien tersebut. Dari informasi yang didapat oleh drg.Yeyen, ternyata PDGI membantu drg.Yongki untuk melakukan mediasi pada keluarga pasien tersebut. Sebagai dokter gigi yang baru tamat timbul kegamangan drg. Yeyen untuk melakukan praktek kedokteran gigi sesuai dengan tuntutan profesinya padahal kejadian ini bisa saja menimpa dia. Bagaimnakah cara yang sebaiknya ditempuh oleh drg.Yeyen untuk mengatasi kegamangannya tersebut atas kemungkinan resiko yang mungkin terjadi? STEP 1 : TERMINOLOGI 1. Manajemen resiko 1

Step 1

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL 6

MANAJEMEN RESIKO PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

GUGATAN

Drg. Yeyen membaca sebuah harian umum ibukota yang berisi adanya pengaduan keluarga

pasiennya ke Konsil Kedokteran Indonesia dan juga ke pihak kepolisian akibat adanya

kesalahan perawatan yang dilakukan oleh drg. Yongki pada pasiennya. Drg. Yongki dituntut

harus membayar kerugian material dan inmaterial sebesar 1 milyar oleh pasiennyatersebut

yang disampaikan oleh pengacara pasien tersebut. Dari informasi yang didapat oleh

drg.Yeyen, ternyata PDGI membantu drg.Yongki untuk melakukan mediasi pada keluarga

pasien tersebut. Sebagai dokter gigi yang baru tamat timbul kegamangan drg. Yeyen untuk

melakukan praktek kedokteran gigi sesuai dengan tuntutan profesinya padahal kejadian ini

bisa saja menimpa dia. Bagaimnakah cara yang sebaiknya ditempuh oleh drg.Yeyen untuk

mengatasi kegamangannya tersebut atas kemungkinan resiko yang mungkin terjadi?

STEP 1 : TERMINOLOGI

1. Manajemen resiko

pengelolaan resiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian resiko yang

dapat mengancam aktivitas/usaha suatu organisasi

suatu pendekatan terstruktur dan metodologi dalam mengelola ketidak pastian yang

berkaitan dengan ancaman suatu aktivitas manusia yang termasuk pengembangan resiko dan

strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan atau

pengelolaan sumber daya.

prosedur dan metode yan digunakan organisasi untuk mengidentifikasi, mengukur dan

memantau dan mengendalikan resiko yang timbul untuk mencapai

1

2. Resiko

kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam suatu organisasi

3. Mediasi

tawar-menawar/ negosiasi dengan pihak ke 3 untuk mendapatkan persetujuan perdamaian

sistem penyelesaian masalah yang berlandaskan atas penegakan dan kepatuhan terhadap

hukum

STEP 2 :IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimanakah sikap dan tindakan dokter gigi jika menerima tuntutan hukum?

2. Apa saja faktor penyebab kegagalan perawatan yang dilakukan oleh seorang dokter gigi?

3. Hal-hal penting apa yang harus diperhatikan dalam manajemen resiko?

4. Bagaimana cara pembuktian tindakan malpraktek?

5. Bagaimana pelaksanaan manajemen resiko sehubungan dengan perawatan pasien?

6. Bagaimana cara menanggulangi kelalaian medis dalam kedokteran gigi?

7. Apakah kesalahan perawatan dalam skenario merupakan malpraktek atau hanya sebuah

kelalaian?

8. Apa peran KKI dan PDGI dalam manajemen resiko praktek kedokteran gigi?

9. Apa saja jenis malpraktek dalam kedokteran gigi?

2

STEP 3: ANALISA MASALAH

1. Sikap dan tindakan dokter gigi jika menerima tuntutan hukum :

Bersikap tenang dan jangan memperlihatkan kecemasan yang belebihan

Cari advokasi

Persiapkan rekam medis dan informed concent pasien

Jangan merubah catatan RM dan IC karenaq bisa membahayakan posisi drg.

Berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.

Usahakan mediasi

Menyiapkan pembelaan , secara informal seperti pengajuan bukti untuk menyangkal

tuduhan pasien, dan secara formal dengan mengajukan doktrin hukum.

Mengumpulkan bukti-bukti dan meminta bantuan pengacara

Meminta bantuan kepada organisasi profesi dalam melakukan pembelaan terhadap

dokter gigi.

2. Faktor penyebab kegagalan perawatan yang dilakukan oleh seorang dokter gigi :

Human error seperti dokter gigi yang kurang berkonsentrasi

Salah dalam anamnesa,diagnosa,dan prognosa.

Skills dokter gigi yang kurang

Kurangnya instruksi dari dokter kepada pasien terhadap keberhasilan perawatan.

Salah memberikan resep obat.

3. Hal-hal penting apa yang harus diperhatikan dalam manajemen resiko :

Harus mempunyai SIP

Harus bekerja sesuai kode etik, standar pelayanan, standar profesi, kendali mutu dan

kendali biaya

Jangan melakukan perawatan diluar kompetensi dokter gigi

Pendelegasian tugas kepada perawat hanya boleh pada tindakan-tindakan tertentu

yang menjadi kompetensi perawat

Mengidentifikasi resiko

Penilaian terhadap resiko

3

Pengendalian resiko

4. Cara pembuktian tindakan malpraktek :

Secara hukum pidana meliputi penyimpangan dari standar profesi kedokteran.

Memenuhi unsur kelalaian berat dan tindakan-tindakan yang menimbulkan kejadian

fatal dan melanar pasal 359, 350 KUHP.

5. Pelaksanaan manajemen resiko sehubungan dengan perawatan pasien

Membuat rekam medis

Memberikan informed consent

Mengalihkan resiko kepada asuransi

Konsultasi dengan sejawat yang lebih menetahui tentang menajemen resiko

Menefektifkan komunikasi dengan pasien

6. Cara menanggulangi kelalaian medis dalam kedokteran gigi

Dengan cara melakukan program manajemen resiko klinis

7. Kesalahan perawatan dalam skenario tidak dijelaskan apa bentuk kesalahan yang

dilakukan. Sehingga tidak bisa disimpulkan apakah tindakan dokter gigi tersebut merupakan

malpraktek atau kelalaian.

8. Peran KKI dan PDGI dalam manajemen resiko praktek kedokteran gigi adalah :

Dalam UU Praktek Kedokteran, KKI melakukan pembinaan terhadap kedokteran gigi

MKDKI bertugas memeriksa dan menindaklanjuti pengaduan terhadap kedokteran

gigi.

9. Jenis malpraktek dalam kedokteran gigi :

4

Kesengajaan

Kelalaian

- harus nya melakukan suatu tindakan tetapi tidak melakukan tindakan tersebut

- melakukan suatu tindakan tetapi tidak tepat

- tidak harus dilakukan tetapi tetap dilakukan

Skills yang kurang.

5

STEP 4 : SISTEMATIKA MASALAH

6

Drg. Yeyen Berita surat kabar

Drg. Yongki

Gugatan pasien dan tuntutan ganti rugi

Akan membuka praktek

Resiko keilmuan

Manajemen resiko praktek kedokteran gigi

Mediasi PDGI

Resiko finansial

Asuransi

Malpraktek Kelalaian

STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :

1. Manajemen resiko praktek kedokteran gigi

2. Jenis-jenis resiko dalam praktek kedokteran gigi

3. Cara menghadapi tuntutan praktek (alur dan prosedur pengaduan)

STEP 6 : BELAJAR MANDIRI

STEP 7 : SHARING INFORMASI

1. Manajemen resiko praktek kedokteran gigi

Definisi manajemen resiko :

proses pengelolaan resiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian resiko

yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan.

Tujuan utama manajemen resiko:

menjaga agar aktivitas operasional dan penerapan aktivitas dan program organisasi tidak

menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuannya untuk menyerap kerugian tersebut,

atau membahayakan kelangsungan hidup organisasi. Sehingga terjamin kelangsungan usaha

dengan tingkat biaya yang rendah serta berkurangnya biaya yang tidak diinginkan serta

terhindar dari tuntutan atau komplain masyarakat.

Manfaat manajemen resiko :

7

Memberikan gambaran profil resiko dan potensial loss

Meningkatkan deteksi dini terhadap high risk bussiness area

Mengurangi fluktuasi keuangan

Meningkatkan kualitas, metode, proses pengambilan keputusan

Mendorong peningkatan inovasi dan kreativitas ( produk pelayanan jasa)

Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya

Meningkatkan daya saing melalui perbaikan infrastruktur

Manajemen resiko klinis diperlukan untuk :

Mengurangi kejadian yag merugikan dan ketidak puasan dari pasien dan keluarganya.

Mencegah pengelolaan yang buruk dari dokter atau dokter gigi, pemborosan waktu

dan uang.

Pencegahan terhadap tuntutan masyarakat dan pertanggungjawaban kelalaian medik

Mencegah publikasi buruk

Membuat dokter/dokter gigi waspada terhadap akibat dari tindakan yang

dilakukannya.

Meningkatkan moral dan percaya diri dokter/ dokter gigi dengan membuat rasa sadar

keamanan

Menganalisa resiko

Membuat keputusan lebih eksplisit dan berdasarkan norma kebenaran

Tahapan manajemen resiko

1. Identifikasi bahaya/resiko

merupakan usaha sistematis untuk menentukan ancaman/ bahaya terhadap

rencana / kegiatan yang akan dilakukan.

Resiko/bahaya dapat berasal :

Bahan/ material

Alat/mesin

Proses

Lingkungan kerja

Metode kerja

8

Cara kerja

Produk/ hasil

Target yang mungkin terkena resiko :

Manusia

Produk

Peralatan/ fasilitas

Reputasi

Lingkungan proses

Teknik identifikasi resiko :

Inspeksi

Pemantauan /survey

Audit

Kuesioner

Data-data statistik

2. Analisa resiko

pada tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap identifikasi resiko di

analisa dan diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Analisa resiko dalam penilaian yaitu :

Kualitatif : uraian /deskripsi dinyatakan dalam rentang tertentu

Semikuantitatif

Kuantitatif : menentukan nilai dari masing-masing parameter yang didapat

dari hasil analisis data representatif

Metode yang digunakan :

Analisa statistik

Model komputer

Simulasi

Fault free analysis

Dalam analisa resiko, perlu dipertimbangkan 2 hal berikut :

9

Peluang/ probability

kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan/ kerugian ketika terpapar suatu

bahaya

Akibat/ consequence

tingkat keparahan yang mungkin terjadi

3. Penanganan resiko

pada tahap ini ditentukan apakah resiko tersebut masih dapat diterima (acceptable)

atau tidak dapat diterima (unacceptable)

Bentuk tindakan penanganan resiko :

Menghindari resiko (Avoiding Risk )

tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam

memutuskan untuk melakukannya, harus dipertimbangkan potensial

keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.

Mengurang resiko ( Reduction Risk )

metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun

mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.

Mengendalikan resiko ( Controlling Risk)

dengan mengambil langkah-langkan preventif untuk mencegah dan

mengurangi resiko tersebut

Menerima resiko ( Accepting Risk)

menanggung seluruh tanggung jawab atas resiko yang terjadi

Mengalihkan resiko (Transferring Risk)

10

mengalihkan resiko kepada pihak lain (asuransi) dan mengalihkan

tanggung jawab atas resiko tersebut ke pihak lain yang umumnya atas dasar

imbalan.

Hierarki pengendalian resiko :

Eliminasi

menghilangkan suatu bahan/ tahapan proses berbahaya

Subsitusi

misalnya, mengganti bahan serbuk dengan pasta

Rekayasa teknik

pemasangan alat pelindung mesin, pemasangan alat sensor, pemasangan

general dan local ventilator

Pengendalian administrasi

- pemisahan lokasi

-pergantian shift kerja

-pembentukan sistem kerja

-pelatihan karyawan

Alat perlindungan diri

4. Pemantauan atau Tinjauan Ulang

dilakukan dengan inspeksi, pemantaun lingkungan, dan audit.

Asuransi sebagai Transfer Resiko

11

Asuransi adalah perjanjian antara 2 pihak atau lebih dimana pihak penanggung mengikatkan

diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada

tertanggung karena kerugian, kerusakan/ kehilanagn keuntungan yang diharapkan.

Manfaat asuransi tanggung gugat:

Konsultasi dan pendampingan dalam menghadapi klaim pasien

Investigasi kasus dan prediksi outcome ( menang/ kalah) di pengadilan

Penggantian resiko malpraktek

Penyuluhan medikolegal

Rasa aman dan perlindungan serta terhindar dari kerugian-kerugian yang

mungkin timbul

Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit

Berfungsi sebagai tabungan

Tujuan asuransi :

Tujuan ekonomis

mengalihkan atau membagi resiko-resiko yang bersifat ekonomis

Tujuan sosial

asuransi yang tidak punya tujuan bisnis tetapi tujuan utamanya suatu jaminan

sosial kepada masyarakat

Prinsip asuransi sebagai tanggung gugat :

a. Prinsip kepentingan yang dapat diasumsikan

b. Prinsip iktikad baik/ prinsip kejujuran yang sempurna

c. Prinsip ganti kerugian

d. Prinsip subrogasi ( penggantian kedudukan tertanggung)

e. Prinsip sebab akibat

f. Prinsip gotong royong( penyelesaian secara bersama-sama)

Resiko yang tidak ditanggung asuransi tanggung gugat :

12

Resiko diluar tanggal polis

Force majeur

Akibat tindakan yang disengaja, kriminal dan melanggar hukum pidana

Dalam keadaan dubawah pengaruh alkohol dan narkoba

Tindakan yang bukan karena alasan diagnosa, rehabilitasi, medis, preventif dan

proteksi medis

Kerugian akibat radiasi radioaktif

Penggunaan obat penurun berat badan

2. Jenis-jenis resiko dalam praktek kedokteran gigi

Resiko –resiko yang mungkin terjadi didalam praktek kedokteran gigi :

Malpraktek

Tertular penyakit/ terkena alat-alat kedokteran gigi dan resiko bahan kedokteran gigi

Resiko finansial ( kerugian praktek )

1. Malpraktek

dengan sengaja / kelalaian melakukan perbuatan ( aktif/ pasif) dalam segala tingkatan

yang melanggar standar profesi, standar prosedur, maupun prinsip-prinsip profesional

kedokteran.

Malpraktek dapat terjadi karena :

Tindakan yang disengaja ( misconduct)

Tindakan kelalaian ( negligence)

Ketidak mahiran ( lack of skill )

Tindakan yang disengaja ( misconduct)

13

Kesengajaan yang dapat dilakukan dalam bentuk :

-pelanggaran ketentuan etik

-pelanggaran ketentuan disiplin profesi

-pelanggaran hukum administrasi, hukum pidana dan perdata seperti melakukan kesengajaan

yang merugikan pasien

-pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran

-penyerangan seksual

-berpraktek tanpa SIP

-sengaja melanggar standar

-berpraktek diluar kompetensi

Tindakan kelalaian ( negligence)

Kelalaian ada 3 bentuk :

a. Malfeasance

melakukan tindakan yang melanggar hukum/ tidak tepat / tidak layak

Misal ; melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai

b. Misfeasance

malakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilakuakn dengan tidak tepat

Misal : melakukan tindakan medis menyalahi/ tidak sesuai prosedur

c. Nonfeasance

tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya

Syarat terjadinya kelalaian, harus memenuhi 4 unsur :

14

1. Adanya kewajiban untuk melakukan / tidak melakukan sesuatu

2. Adanya pelanggaran / kegagalan memenuhi kewajiban tersebut

3. Adanay kerugian/ cedera pada pasien

4. Adanya hubungan kausalitas antara pelanggaran / kegagalan memebuhi kewajiban

tersebut dengan cedera/ kerugian.

Klasifikasi malpraktek :

1) Malpraktek kriminal ( pidana )

a. Bersifat kesengajaan

- abirsi tanpa indikasi medik

-euthanasia

-membocorkan rahasia kedokteran

-surat keterangan palsu

b. Bersifat kecerobohan

-melakukan tindakan medis tidak lege artis

-tidak melakukan rekam medik

-melakukan tindakan medis tanpa informed concent

c. Bersifat kelalaian

-alpa/ kurang berhati-hati sehingga pasien menderita luka-luka.

2) Malpraktek sipil ( perdata )

3) Malpraktek Administrasi

4) Malpraktek Etik

Penyebab terjadinya kelalaian / malpraktek :

Masalah komunikasi dokter- pasien

Informasi tidak jelas

Masalah manusia (SDM)

Berhubungan dengan pasien

Transfer pengetahuan didalam organisasi

15

Pola SDM/ alur tugas

Kegagalan teknik pelaksanaan

Kebijakan dan prosedur tidak lengkap

Jenis resiko berhubungan dengan aspek finansial :

1) Resiko Spekulatif (Speculative Risk)

resiko yang memberikan kemungkinan untung rugi/ tidak untung- tidak rgi (break

even)

Contoh : resiko untung rugi dalam perdagangan

2) Resiko Murni ( Pure Risk)

resiko yang hanay mempunyai satu akibat yaitu kerugian

Contoh : kebakaran, kebanjiran, kecelakaan, huru hara

3) Resiko Fundamental ( Fundamental Risk )

resiko yang terjadi biasanya tidak hanay menimpa seorang individu melainkan

menimpa banyak orang

Contoh : gempa bumi, perang, inflasi,

4) Resiko khusus ( Particular Risk )

disebabkan oleh peristiwa –peristiwa individual dan sifatnya terbatas

Contoh : pencurian

16

Jenis-jenis resiko :

a. Resiko kredit

resiko yang timbul akibat kegagalan obligor/ counteparty dalam memenuhi

kewajiban baik karena faktor kemampuan maupun kemauan dalam membayar.

b. Resiko pasar

resiko yang timbul akibat pergerakan variable pasar, suku bunga dan nilai tukar

dari fortofolio yang dimiliki organisasi

c. Resiko likuiditas

resiko yang antara lain disebabkan organisasi tidak mampu memenuhi kewajiban

yang telah jatuh tempo

d. Resiko operasional

esiko yang disebabkan oleh ketidakpuasan dan tidak berfungsinya proses internal,

kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang

mempengaruhi operasional.

e. Resiko hukum

resiko yang disebabkan ole adanya kelemahan aspek yuridis, antara lain adanya

tuntutan hukum, ketiadaan peraturan, perundang-undangan yang mendukung .

f. Resiko reputasi

resiko yang disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan

usaha bank/ persepsi negatif terhadap bank

g. Resiko strategi

resiko disebabkan karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank dan

pengambilan keputusan yang tidak tepat.

h. Resiko kepatuhan

17

disebabkan karena tidak mematuhi atau tiak melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

3. Cara menghadapi tuntutan praktek

Langkah –langkah dalam menghadapi tuntutan praktek :

1) Menerima keluhan

keluhan dapat berasal dari tuntutan di media masa, kotak saran, keluhan langsung,

laporan staf/ perawat, pengaduan masyarakat, somasi pasien/kuasa hukumnya.

2) Mengelola keluhan

Mencatat dan megkaji informasi

identitas pasien, kondisi pasien, peristiwa/kejadian, dan apa yang menjadi

tuntutan pasien

Menanggapi keluhan

mengucapkan terima kasih atas laporan, beri penjelasan sementara,

menjamin keluhan akan ditindak lanjuti, menenangkan laporan.

Melakukan pendekatan dan konsultasi

bisa dengan pihak pengacara maupun organisasi profesi.

3) Investigasi kasus

Membahas kebenaran informasi

Penataan dokumen yang berhubungan dengan pasien

Rapat dengan bagian/ unit organisasi profesi

4) Analisa kasus

Jika kasus etik ke MKEK PDGI

Jika kasus administrasi ke bagian personalia

Jika kasus hukum ke bagian hukum

Jika merupakan kasus gabungan hukum

18

5) Telaah kasus

keberadaan identitas pasien, kebenaran peristiwa, keberadaan barang bukti.

Laporan disertai rekomendasi ditindaklanjuti.

6) Tindak lanjut penanganan kasus

Pendekatan kasus

pendapat manajemen dan komite medik , pendapat asuransi liability, untuk

analisis pembiayaan, pendapat ekspert eksternal.

Penyimpulan posisi kasus

ditinjau dari kewenangan dan kompetensi, indikasi dan kontraindikasi,

informed consent, kesesuaian dengan standar profesi dan standar opersional

prosedur.

7) Putusan dokter gigi tentang penyelesaian tuntutan malpraktek :

Jika secara hukum posisi dokter gigi cukup kuat maka penyelesaian yang

dipilih adalah litigasi/ pengadilan

Terhadap tuntutan ganti rugi yang lebih kecil dari prediksi biaaya penyelesaian

dapat dipertimbangkan melalui non litigasi/ mediasi

Jika hasil pendalaman dismpulkan bahwa secara hukum posisi dokter gigi

tidak cukup kuat, maka penyelesaian yang dipilih adalah non litigasi/ mediasi

Kekurangan penyelesaian perkara melalui jalur litigasi/ pengadilan :

Proses hukum yang berlarut-larut dan lama dalam mencapai putusan

Menimbulkan ketegangan antar kedua pihak yang bersengketa

Kemampuan dan pengetahuan hakim terbatas dan bersifat umum

Tidak dapat dirahasiakan

Sistem administrasi dan birokrasi peradilan lemah

Putusan hakim biasanya tidak dapat diterima salah satu pihak.

19

Kelebihan jalur non litigasi/ mediasi dibanding litigasi :

Bersifat luwes, suka rela, cepat, murah, sesuai kebutuhan, netra;, rahasia didasari

hubungan baik.

Memperbaiki komunikasi antar pihak-pihak yang bersengketa

Meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan masing- masing pihak

Mengetahui hal-hal tersembunyi yang menjadi penyebab munculnya gugatan.

Mendapat ide yang kreatif untuk menyelesaikan sengketa.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dokter / dokter gigi untuk menghindari terjadinya

tuntutan / gugatan dari pasien :

Bekerja sesuai dengan standar profesi/ protap di tempat kerja

Melengkapi semua administrasi sebelum melakukan praktek (SIP) dan membuat

rekam medik bagi setiap pasien

Pelajari pasal-pasal dalam KUHP, UU Kesehatan , UU Praktek Kedokteran, Kode

Etik Kedokteran Gigi dan aturan terkait lainnya.

Bila memungkinkan, segera mendaftarkan diri kepada salah satu asuransi yang akan

menjamin dan membiayai segala tuntutan

Jalin kerja sama dengan seorang pengacara/kuasa hukum/ mediator yang bersertifikat

yang akan membantu menangani permasalahan, jika suatu saat mendapat tuntutan

praktek.

Bekali diri dengan komunikasi yang handal dengan pasien. Kebanyakan gugatan

pasien muncul karena komunikasi yang kurang baik antara dokter dan pasien.

Namun, bila sudah terkait kasus malpraktek, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1.  Bertindak dengan tenang.

Terhadap tuntutan malpraktik yang terpenting bagi seorang dokter gigi jangan kemudian

panik apalagi emosional, tapi hadapilah dengan tenang. Walaupun mungkin merasa was-was

sedapat mungkin jangan diperlihatkan. Bila panik, emosional, ataupun khawatir secara

berlebihan, mungkin saja dokter gigi dapat melakukan tindakan-tindakan yang keliru dan

semakin memperlemah posisinya.

20

2.  Mengusahakan advokasi.

Bila mendapat tuntutan malpraktik, jangan langsung ditanggapi sendiri, melainkan terlebih

dahulu segera mencari bantuan advokasi dari penasehat hukum dan/atau menghubungi Badan

Pembelaan Anggota PDGI. Pendampingan oleh organisasi profesi dan/atau penasehat hukum

seringkali diperlukan terutama agar tidak melakukan kesalahan yang dapat melemahkan

posisi hukum dalam menghadapi tuntutan malpraktik.

3.  Mempersiapkan rekam medis dan dokumentasi pasien.

Persiapkan rekam medis serta seluruh dokumentasi lainnya mengenai pasien seperti hasil

radiografis, catatan perjanjian kunjungan, surat persetujuan tindakan medis (informed

consent), surat rujukan, dsb. Perlu diperhatikan jangan sampai ada yang hilang atau

tertinggal. Semakin baik rekam medis dan pendokumentasian mengenai pasien, semakin kecil

resiko tuntutan hukum. Jangan sekali-kali mencoba untuk merubah rekam medis atau

dokumen mengenai pasien tersebut. Untuk pengurusan perkara sebaiknya dipersiapkan

fotokopi rekam medis dan dokumentasi pasien, sedangkan aslinya disimpan di tempat yang

aman.

4.  Mempersiapkan catatan tentang pasien.

Berdasarkan rekam medik dan dokumentasi pasien, segera buat catatan serinci mungkin

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Segera lakukan pembuatan

catatan, jangan ketika diperlukan baru tergesa-gesa membuatnya. Usahakan jangan sampai

ada hal mengenai pasien yang tertinggal atau terlupa mengenai pasien tersebut. Catatan ini

akan sangat membantu dalam menyusun keterangan dan argumentasi yang dibutuhkan dalam

menanggapi gugatan hukum.

5.  Hati-hati mengeluarkan pernyataan.

Pertimbangkan masak-masak terlebih dahulu setiap ucapan atau pernyataan yang akan

disampaikan. Jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan harus dilakukan dengan tegas dan

jelas, dan jangan menunjukkan arogansi profesi. Dalam setiap pernyataan yang terpenting

harus senantiasa menyampaikan yang sebenarnya, meski tidak semua kebenaran perlu

disampaikan mengingat terdapat ketentuan mengenai rahasia kedokteran.

21

6.  Hati-hati terhadap negosiasi dan tawaran damai.

Terhadap tuntutan malpraktik sebaiknya berperkara di pengadilan merupakan alternatif

terakhir, serta terdapat kemungkinan untuk diselesaikan tidak melalui pengadilan (out of

court settlement). Namun seorang dokter gigi setelah mendapat tuntutan malpraktik perlu

memepertimbangkan dengan hati-hati terhadap kemungkinan negosiasi maupun tawaran

untuk damai.

Tahapan-tahapan mediasi (Rapat Kerja ABH, 2008):

1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa.

Mediator akan membangun kepercayaan, menjelaskan peran mediator dan memberi wawasan

tentang prosedur atau tata cara mediasi ke para pihak yang bersengketa. 

2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi.

Mediator akan membantu para pihak dalam menganalisa pendekatan sebagai sarana dalam

pengelolaan konflik (kompetitif, kompromistis, akomodatif atau kolaboratif).

3. Mengumpulkan dan menganalisa informasi latar belakang sengketa.

Mengidentifikasikan pihak-pihak utama yang terlibat konflik, menentukan pokok masalah

dan kepentingan dari para pihak, kemudian menganalisa konflik untuk menyusun rencana

atau strategi.

4. Menyusun rencana mediasi.

Menentukan proses beracara, tempat, waktu, aturan, pihak-pihak yang akan terlibat,

kemungkinan-kemungkinan penyelesaian, sampai dengan cara untuk menghadapi dan

mengatasi jalan buntu. 

5. Membangun kepercayaan dan kerjasama di antara para pihak.

Dilakukan dengan mengadakan pertemuan terpisah dengan para pihak (kaukus),

22

memodifikasi pesan dalam bahasa yang mudah dimengerti, membatasi atau menginterupsi

pembicaraan jika yang dibicarakan menyangkut hal yang sensitive. 

6. Memulai sidang mediasi.

Perkenalan para pihak yang terlibat, menjelaskan prosedur-prosedur dan aturan mediasi, lalu

memberi kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan menjawab.  

7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda.

Mengidentifikasikan topik-topik umum permasalahan, menyepakati subtopik permasalahan,

dan menentukan urutan pembahasannya (menyusun agenda perundingan).

8. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi para pihak.

Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dengan mengemukakan pertanyaan

langsung kepada para pihak, dan secara tidak langsung yaitu dengan mendengar atau

merumuskan kembali pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para pihak.

9. Membangkitkan pilihan-pilihan penyelesaian sengketa.

Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran yang posisional,

harus bersikap terbuka dan mencari alternatif penyelesaian pemecahan masalah bersama.

10. Menganalisa pilihan-pilihan penyelesaian sengketa.

Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika menerima atau menolak

suatu pemecahan masalah. Mediator juga mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan

tidak mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal.

11. Proses tawar-menawar akhir.

Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka dan bersedia member

konsesi satu sama lainnya. Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran

yang dapat dipergunakan untuk menguji dapat atau tidaknya tercapai penyelesaian masalah.

23

12. Mencapai kesepakatan formal. 

Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan kesepakatan

mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi

kesepakatan dan mengakhiri sengketa. 

Setelah melalui proses tahapan mediasi ini dan berhasil mencapai kesepakatan, maka menurut

Pasal 11 PerMA Nomor 2 Tahun 2003, kesepakatan dibuat secara tertulis dan wajib memuat

klausula pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai. Selanjutnya sebelum para

pihak menandatangani kesepakatan, mediator wajib memeriksa materi kesepakatan untuk

menghindari adanya kesepakatan yang bertentangan dengan hukum dan hakim dapat

mengukuhkan kesepakatan tersebut sebagai suatu akta perdamaian

Pasal 184 KUHAP, alat bukti untuk kasus pidana :

1. Keterangan saksi2. Keterangan ahli3. Surat-surat4. Petunjuk5. Keterangan terdakwa

Sekurang-kurangnya 2 alat bukti

Pasal 1866 KUHPerdata, alat bukti :1. Bukti tulisan2. Bukti saksi-saksi3. Persangkaan4. Pengakuan5. Sumpah

24