Upload
hanifah-nailul-amania
View
242
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
step 7 skenario 6
Citation preview
STEP 7
1. FAKTOR ETIOLOGI:
- MEROKOK
Komposisi kimia rokok tergantung pada jenis tembakau, desain rokok, dan
pola merokok individu. Umumnya, sebatang rokok menghasilkan lebih dari 4000
bahan kimia, 400 diantaranya bersifat racun yang dapat membahayakan tubuh dan
sekitar 43 senyawa lain merupakan agen karsinogenik. Rokok menghasilkan suatu
pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan tubuh ketika dihisap.
Komponen gas terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida, hydrogen sianida,
amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen
partikel terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium, dan
lain lain. Partikel seperti benzopiren, dibenzopiren, benzantraccne dan uretan
dikenal sebagai bahan karsinogen, pada benzopiren bersifat mutagenik dan
karsinogenik. Banyaknya komponen tersebut tergantung pada tipe tembakau, suhu
pembakaran, ukuran panjang rokok, bumbu rokok, serta ada tidaknya filter pada
rokok.2 Bahan-bahan tersebut dapat bersifat mengiritasi, toksik terhadap mukosa
mulut dan bersifat karsinogen.
Asap yang dihasilkan ketika merokok merupakan suatu aerosol yang
terdiri dari partikel padat yang tersuspensi dalam gas dan juga berbahaya bagi
tubuh. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri atas 90% gas dan 10% partikel.
Nikotin, gas karbonmonoksida, tar, timah hitam adalah sebagian dari beribu-ribu
zat yang terkandung dalam rokok.
Agen karsinogenik utama dalam rokok adalah N-nitrosamine, polikrilik
hidrokarbon aromatik, nitrosodiethanolamine, nitrosoproline, dan polonium yang
diketahui sebagai faktor penyebab kanker mulut dan orofaring pada rongga mulut.
Diantara sekian banyak bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, terdapat
tiga macam zat yang paling berbahaya yaitu tar, nikotin, dan karbonmonoksida.
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke
rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan
paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan
resiko timbulnya kanker. Kadar tar yang terdapat di dalam rokok berkisar antara
24-45 miligram.
Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan
ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis,
berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah
warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara.
Menyebabkan peningkatan cardiac output tubuh dengan tidak disertai
keseimbangan aliran darah koronal. Dan dapat menghambat perlekatan dan
pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast
dan merusak membrane sel. Satu batang rokok mengandung 15-20 miligram
nikotin. Dengan kadar 4-6 miligram/hari yang dihisap oleh orang dewasa sudah
dapat membuatnya ketagihan. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 miligram
nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya
25%. Filter rokok yang baik dapat mengurangi efek bahan yang bersifat adiksi ini.
Kadar gas karbonmonoksida rendah dalam rokok, tetapi zat ini dapat
meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran
haemoglobin. Memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat
dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin. Sebanyak 10% dari seluruh
haemoglobin terisi oleh karbonmonoksida sehingga haemoglobin kekurangan
oksigen. Persentase kadar gas ini di dalam darah perokok meningkat 4-5%
dibandingkan darah bukan perokok yang mempunyai persentase lebih kecil dari 1%.
Efek rokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang
dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan
dalamnya hisapan rokok yang dilakukan. Artinya, makin banyak rokok yang
dihisap, makin lama kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar yang dihisap
seseorang, dan makin dalam seseorang menghisap rokoknya, maka akan semakin
tinggi efek perusakan yang akan diterima orang tersebut
Perubahan panas akibat merokok menyebabkan perubahan vaskularisasi dan
sekresi kelenjar liur. Asap panas yang secara kontinu masuk ke dalam rongga
mulut bertindak sebagai stimulus panas dan menyebabkan perubahan dalam aliran
darah serta penurunan produksi saliva, akibatnya rongga mulut menjadi kering.
Asap rokok mengandung senyawa kimia bioaktif dan zat karsinogen yang dapat
menyebabkan perubahan struktural dan fungsional saliva. Saliva sangat penting
untuk kesehatan mulut yang berfungsi mengatur buffer mulut, melubrikasi dan
melindungi jaringan oral, serta melindungi elemen gigi. Pasien dengan penurunan
aliran saliva akan mengalami masalah pada lubrikasi oral sehingga menyebabkan
infeksi akibat berkurangnya pertahanan di rongga mulut. Pada perokok yang
mengkonsumsi rokok 10-20 batang/hari mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
yang lemah. Merokok selain menimbulkan pengaruh terhadap mukosa mulut dan
gigi, juga berpengaruh terhadap kestabilan rongga mulut dan terhadap kebersihan
rongga mulut dan jaringan lunak mulut. Pada perokok terjadi penurunan zat
kekebalan tubuh (antibodi) yang terdapat di dalam saliva, yang berguna untuk
menetralisir bakteri di dalam rongga mulut, sehingga terjadi gangguan sistem
pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memakan
bakteri penyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap
perubahan disekitarnya, termasuk terhadap infeksi. Merokok juga dapat
menyebabkan penurunan reduksi-oksidasi pada rongga mulut yang merupakan
indikasi adanya anaerobiosis, berupa peningkatan pertumbuhan mikroorganisme
yang anaerob pada rongga mulut29. Kebiasaan merokok sebagai faktor
predisposisi dapat meningkatkan kemungkinan kanker rongga mulut sekitar 2-4
kali, selain keterlibatan virus dan bakteri. Perokok berat (lebih dari satu pak rokok
per hari atau lima buah cerutu per hari) mengakibatkan resiko karsinoma rongga
mulut meningkat enam kali lebih tinggi. Iritasi kronis bahan karsinogen tar
menyebabkan perubahan awal struktur dasar epitel mukosa mulut, seperti
deskuamasi, atropi, keratosis, bahkan dapat menyebabkan displasia epitel yang
mengalami keganasan.
PATOGENESIS
IMUNOLOGI TUMOR
Antigen sel tumor
Sel tumor pada dasarnya adalah unsur self yang telah berubah sifatnya baik secara
fenotip maupun genotip. Perubahan yang mendasar adalah perubahan genotip
dimana terjadi mutasi gensebagai akibat pemjanan factor luar seperti fisika kimia
ataupun virus. Perubahan genotip ini menyebabkan sel tumor berbeda secara
fenotip dari sel normal, termasuk ekspresi antigennya. Penampilan antigen baru
inilah yang membedakan sel normal dari sel tumor, sehingga dapat menjadi
sasaran system imun, karena dianggap sebagai sel asing. Dikenal beberapa jenis
antigen tumor antara lain:
1. Antigen khas tumor (tumor specific antigen) atau antigen tumor yang unik
(unique tumor antigen), yaitu antigen yang hanya ditemukan pada sel
tumor dan tidak ditemukan pada sel normal. Antigen ini disebut
spesifik.unik dapat dijelaskan melalui 3 mekanisme:
1) Selama proses transformasi ganas terjadi mutasi gen baik onkogen, gen
suppressor tumor maupun gen lain yang menyandi protein-protein
normal. Sebagai akibatnya, pada saat membentuk protein “baru” yang
dihasilkan oleh gen mutan, dan pada saat membentuk kompleks
dengan molekul MHC kelas 1 dan ditampilkan di permukaan sel, akan
dikenal oleh system imun sebagai protein asing.
2) Mutasi gen dapat mengubah suatu peptide sedemikian rupa, sehinggga
bentuk semula yang tidak pernah ditampilkan oleh MHC ke
permukaan sel menjadi dimungkinkan karena dapat membentuk
kompleks dengan MHC.
3) Mutasi gen dapat menjadikan suatu gen yang semula tidak aktif
menyandi protein, menjadi aktif sehingga protein yang dibentuk
bersifat antigenic/imunogenik.
2. Antigen yang berkaitan dengan tumor (tumor associated antigen), yaitu
antigen yang ditemukan juga pada sel normal, namun pada tahap
diferensiasi atau maturasi yang berbeda,atau pada sel normal dari jenis
yang berbeda. Sebagai contoh adalah antigen onkofetal alfa feto protein
(AFP) dan carcinomaembrionic antigen (CEA). AFP dibentuk oleh sel hati
fetal dan menghilang pada sel hati dewasa. Pada saat karsinoma sel hati,
AFP akan dibentuk kembali dan juga dapat ditemukan pada tumor
ovarium atau testis.
Respon imun terhadap tumor
1. Respon sel T
Respon sel T merupakan yang terpenting karena selain sebagai efektor
juga sebagai pemacu sel B dan unsure lainnya. Sel T penolong akan
bereaksi pada pemajanan antigen tumr yang berikatan dengan MHC kelas
I. maka sel T akan bergantung kepada sel-sel penyaji antigen yang
menampilkan molekul MHC kelas II. Setelah sensitisasi, T peenolong
akan menghasilkan berbagai limfokin yang selanjutnya akan memacu
efektor lain seperti makrofag dan sel killer lainnya untuk menginfiltrasi
dan melisiskan tumor. Sel T penolong juga menghasilkan limfotoksin,
tumor necrosis factor (TNF) yang dapat melisiskan tumor. Sel T sitotoksik
akan teraktivasi oleh antigen yang berikatan dengan MHC kelas I, dan se T
ini daoat langsung menjalankan fungsi lisisnya.
2. Respon sel B
Limfokin sel T penolong akan membantu diferensiasi dan proliferasi sel B
sehingga sel B siap mensintesis antibody spesifik terhadap antigen tumor.
Sel B mempunyai molekul Ig permukaan yang spesifik terhadap tumor
dapat mengikat antigen tumor dan kemudian menyajikan kepada sel T
penolong, hal ini merupakan salah satu cara sensitisasi atau aktivasi sel T
penolong.
3. Makrofag
Makrofag bekerja sebagai APC serta sel pemusnah sel tumor. Sebagai sel
pemusnah, makrofag bergantung kepada T penolong yang mengeluarkan
macrophage activatic factor (MAF). Makrofag sendiri mampu
menghasilkan zat-zat yang berdifat tumorisidal antara lain TNF, interferin
dan enzim hidrolitik
4. Natural killer
Sel Nk ini mampu melisiskan tumor tanpa sensitisasi terlebih dahulu.
Aktifitas sel NK dapat ditingkatkan oleh IL2 dan interferon.
3. Pemeriksaan HPA
a. Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid merupakan tumor ganas kelenjar
saliva yang paling sering ditemukan, sekitar 15% dari semua neoplasma
kelenjar saliva merupakan karsinoma mukoepidermoid.
Gambaran Klinis:
Melibatkan kelenjar saliva mayor, yakni kelenjar saliva parotis.
Sebagian kecil dari kelenjar saliva minor, terutama pada kelenjar
ludah minor di palatum.
Tumor ini berukuran sampai 8 cm dengan kapsul tidak berbatas
tegas, tumbuh lambat, berasal dari sel epitelium duktus, resiko
terjadinya lebih tinggi pada wanita.
Tumor ini berpotensi bermetastasis, tumor dengan derajat rendah
dapat melakukan invasi lokal dengan angka rekurensi 15%, tumor
dengan derajat tinggi memiliki angka rekurensi 25%, angka
kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 50%.
Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid pada dasar mulut
Gambaran HPA:
Secara mikroskopis, tumor ini dibedakan atas low grade,
intermediate grade, dan high grade. Gambaran mikroskopis dari karsinoma
mukoepidermoid menunjukkan campuran sel skuamos, sel kelenjar
penghasil mukus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel tersebut
berasal dari sel duktus yang mengalami metaplasia.
Pada tipe low grade/well differentiated, ditandai dengan massa
yang kenyal, mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan
struktur seperti duktus, terdapat cystic space yang terdiri dari epidermoid
sel, sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate
ditandai dengan masa tumor lebih solid, mengandung sebagian besar sel
epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar
mukus. Tipe high grade/poorly differentiated ditandai dengan populasi sel-
sel pleomorpik, tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi.
Gambaran HPA karsinoma mukoepidermoid tipe well differentiated.
Tampak cystic space berisi sekresi mucus (panah putih) dilapisi sel-sel
intermediate (panah hitam) bercampur dengan proliferasi sel skuamous
(panah merah) dengan ditandai adanya keratin dan bentukan seperti
duktus (panah kuning)