Author
others
View
32
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS LATAR DALAM NOVELMENGGAPAI MENTARI KARYA ANASTASIA ELISA HERMAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MendapatkanGelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
DINA NOFRIANINPM 11080328
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2018
HALAMAN PERSE TUJUAI.{ SKRIPSI
Analisis Latar Ilalam Novelil'tenggapai lllentari Karya Anastasia Biim lferman
: Dina Nofriani: 1 1080328: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: S^ekolah Tinggi Keguruan danllmu pendidikan(STKIP) PGRI Sumatera Barat
NamaNPMProgram StudiInstitusi
Pembiurbing I
Emil Septia, S.S., M.pd.
Padang, Z}Februari2A1 8
Disetujui oleh:
Pernbirnbing II
Wahyudi Rahmat, M.Hum.
Mengetahui,Ketua Prograrn Studi
{,
-rI t, AWI,"i YI
I
Dra. lndriani Nisja, M.pd.
E
IIALAMAN PENGESAIIAN LULUS UJIAN SKRIPSI
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim penguji SkripsiPrograrn Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat
Analisis Latar Dalam NovelMenggapai Mentari Karya Anastasia Elisa Herman
NamaNPMProgram Studilnstitusi
Jabatan
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dina Nofriani:11080328: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Sekolah Tinggi Kegu"ruan dan Ilmu Pendidikan(STKIP) PGRi Sumatera Barat
Padang, 22Februari 2018
Tim Penguji,
Nama
: Ernil Septia, S.S., M.Pd.: Wahyudi Rahmat, M.Hum.: 1. Aruna Laila, S.S., M.Pd.
2. Putri Dian Afrinda, M.Pd.
3 Refa Lina Tiarvati, M.Pd.
Disahkan oleh,
KetuaWil **
Dra. lndriani Nisja, M Pd.
Tanda Tangan'fulL3 .r @r$\
Sekretaris Program Studi
Sumatera Barat
. qfr
HALAMAN PERNTYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dina Nofriani
NPM :12480216
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini-adalah karya saya
sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tingg manapur. SepzuUang pengetahuau saya tidak terdapat karya
ataupun pendapat yang ditulis atau dite6itkan orarg lain, kecuali yang secara
tertulis di dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal
yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia gelar kesarjanaan
saya dicabut.
Padang, Februari 2018
Yangmenyatakan,
i
ABSTRAK
Dina Nofriani (NPM: 11080328), Analisis LatarDalamNovel MenggapaiMentari Karya Elisa Herman.Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekhasan dan keunikan novel dalammelukiskan latar dan peristiwa sehingga pembaca seolah-olah nyatamenyaksikannya. Novel ini penting untuk diteliti dalam khazana penganalisisanlatar, sebab dekat dengan realita kehidupan. Novel Menggapai Mentari KaryaElisa Herman, menggambarkan latar yang dapat dijadikan sebagai pelajaranseperti tempat, waktu dan sosial, serta pelajaran hidup yang berbasis nyata.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan analisis latar dalam novelmenggapai mentari karya Elisa Herman.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah teks berupa kata, kalimat, danwacana tentang latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Menggapai Mentari karyaElisa Herman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, latar tempat yang terdapatdalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu Rumah Sakit, tanggaHalte Transjakarta, Monumen Nasional, Gedung Kemerdekaan, Bundaran HotelIndonesia, Kantor Gubenur Jakarta, Kantor Komisi Pemilihan Umum danbeberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh tokoh Elisa untuk bertemudengan Idolanya Joko Widodo. Kedua, latar waktu yang terdapat dalam novelMenggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu dengan kata “Sebulan”. Waktuyang dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu 30 kalau di hitung denganhari. Waktu tersebut memaparkan “kapan” terjadinya peristiwa. Ketiga, latarsosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan tertentumelalui kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial cara berpikir, sikap dankeyakinan, cara tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, caratradisi/kebiasaan hidup. Tertuang lewat sikap tokoh Elisa dalam memperjuangkanapa yang diiginkannya.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian
yang berjudul Analisis Latar dalam Novel Menggapai Mentari Karya Elisa
Herman.
Peneliti telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam proses penelitian skripsi penelitian ini. Oleh karena itu, sebagai
wujud rasa hormat, peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
berikut.
1. Emil Septia, S.S., M.Pd sebagai pembimbing I dan Wahyudi Rahmat, M. Hum
sebagai pembimbing II yang telah membimbing peneliti dan memberikan
arahan serta pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dra. Indriani Nisja, M.Pd dan Samsiarni M.Hum. sebagai ketua dan sekretaris
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah membekali peneliti dengan ilmu
pendidikan.
4. Kedua orang tua yang tidak hentinya memberi semangat, motivasi, dan doa
kepada peneliti.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat
disebut satu persatu.
Mudah-mudahan segala amal dan bantuan dari pihak-pihak yang telah
disebutkan di atas, mendapatkan pahala serta balasan dari Allah Swt. Peneliti telah
ii
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini, dan apabila masih
terdapat kesalahan atau kekurangan, peneliti mohon maaf. Peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia
pendidikan.
Padang, Februari 2018
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Masalah................................................................................. 4
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
E. Manfaat Penelitia............................................................................. 5
F. Batasan Istilah ................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 7
1. Novel sebagai Karya Sastra...................................................... 7
2. Kepribadian .............................................................................. 12
3. Teori Analisis Psikologis.......................................................... 15
B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 19
C. Kerangka Konseptual ...................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................ 23
B. Data dan Sumber Data..................................................................... 23
C. Instrumen Penelitian ........................................................................ 23
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 24
E. Teknik Pengabsahan Data ............................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
karya sastra mewakili kehidupan dan kenyataan sosial yang dalam diri
sastrawan dapat menjadi objek penciptaan karya sastra. Seorang pengarang dalam
hal ini berkedudukan sebagai pengamat kehidupan. Ia berusaha merefleksikan
hasil pengamatannya dalam bentuk karya sastra yang digunakan sebagai sarana
komunikasi. Pengarang dapat menceritakan pengalamn kehidupannya sendiri
ataupun kehidupan orang di sekitarnya sesuai dengan penceritaannya.
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi memberikan berbagai permasalahn
manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang mengahayati
berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang diungkapkannya
kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya salah satu jenis prosa
adalah novel. Novel merupakan bagian dari karya fiksi yang memuat pengalaman
manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan tentang hidup yang
bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa karya
fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang
estetis dan kreatif. Karya kreatif dalam cerita fiksi, pengarang tidak hanya
bertindak sebagai pencerita melainkan sebagai aktor yang turut serta dalam
perkembangan peristiwa-peristiwa dalam cerpen. Disisi lain, pencerita tidak
mengungkapkan mengenai dirinya, namun pembaca dapat membayangkan
bagaimana pandangannya, status sosialnya, pendidikannya, dan keahliannya.
Bayangan ini akan mempengaruhi kesan pembaca mengenai dunia yang
1
2
dipaparkan dalam cerita itu. Oleh sebab itu, gambaran yang diperoleh dalam cerita
dapat kontras dengan dunia yang dipantulkan dalam cerita. Novel sebagai sebuah
karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang
diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya
seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain- lain.
Latar merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun sebuah novel.
Latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan. Latar akan memberikan
pijakan cerita secara konkret dan jelas untuk memberi kesan realita kepada
pembaca dan menciptakan suasana tertentu untuk memberi kesan realitas kepada
pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang seolah- olah benar terjadi.
Pentingnya mengidentifikasi latar dalam novel yaitu dengan
mengidentifikasi latar, seorang pembaca dapat melihat cerita secara utuh dengan
melihat dimana kejadian, kapan dan bagaimana peristiwa sosial tokoh. Hal itu
akan memudahkan guru khususnya guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan
siswa baik di sekolah menegah pertama (SMP) maupun di sekolah menegah atas
(SMA) dalam mengidentifikasi aspek latar dalam novel Indonesia.
Selain membutuhkan tokoh cerita dan plot, setting juga termasuk
bagian terpenting dalam karya fiksi. Latar atau setting yang disebut juga sebagai
landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristia-peristiwa yang diceritakan.
Melalui analisis latar/setting, seseorang dapat mengetahui bagaimana
keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh. Seringkali setting juga
3
berhubungan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya
lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadap apa yang
dikerjakan seorang tokoh. Setting memberikan pijakan cerita secara konkret dan
jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan benar-benar
terjadi. Setting dalam karya fiksi hadir secara realisme yang refleksi.
Unsur setting terbukti mampu mempengaruhi keseluruhan unsur yang
lain sehingga tampak bahwa berbagai unsur dari cerita bergantung pada setting.
Menyadari betapa pentingnya unsur setting dalam karya sastra fiksi, diperlukan
kajian-kajian penerkaan secara serius dan intensif untuk membedah kandungan
yang bernilai itu.Penginformasian tentang setting tertentu melalui sarana cerita
fiksi, adakalanya lebih efektif daripada sarana informasi yang lain. Hal itu
disebabkan latar dalam fiksi langsung dalam kaitannya dengan sikap, pandangan,
dan perlakuan tokoh. Sedang tokoh itu sendiri sering diidentifikasi diri oleh
pembaca. Selain itu, dengan mengidentifikasi latar secara utuh di dalam novel
dapat mempermudah pembaca dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik novel
Menggapai Matahari karya Anastasia Elisa Herman.
Pengarang memilih latar tertentu untuk ceritanya dengan mempertimbangkan
unsur-unsur dan persoalan atau tema yang dikerjakannya. Unsur latar dalam
sebuah cerita akan menjelaskan kapan dan dimana sebuah peristiwa terjadi serta
hal- hal apa saja yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat
di suatu tempat tertentu. Penggunaan latar dalam sebuah cerita sangat penting
untuk menjelaskan sebuah peristiwa terjadi.
4
Berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi dan latar sosial yang menyaran pada hal- hal
yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diciptakan dalam novel. Dengan penggambaran latar yang sedemikian rupa,
latar mampu membangkitkan image dalam benak pembaca mengenai peristiwa
tertentu atau kisah- kisah dalam sebuah novel. Dengan demikian, deskripsi latar
dalam sebuah novel begitu penting untuk membuat novel memiliki identitas
peristiwa yang jelas dan terlihat nyata.
Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman merupakan salah satu
novel yang menceritakan kisahnya untuk menggapai keberhasilan hidup setelah
melalui proses yang panjang dan penuh dengan rintangan. Tekad dan kerja keras
adalah kunci dari sebuah keberhasilan setelah mendaki gunung yang sangat
meletihkan. Elisa Herman merupakan seorang bidan serta perawat dan juga
terkenal dengan penulis novel. Novel Elisa Herman Menggapai Mentari yang
mengisahkan kisah nyata tentang perjuangan untuk kehidupan yang lebih maju.
Keberhasilan yang digapai setelah melewati berbagai perjuangan yang
meletihkan.
Berkaitan dengan latar, Elisa Hernan menggunakan berbagai tempat
sebagai latar, diantaranya Pekanbaru, Jakarta dan sebagainya. Latar waktu yang
digunakan diantaranya siang, malam dan sepanjang waktu, karena Elisa Herman
berprofesi sebagai bidan yang dibutuhkan oleh masyarakat tanpa batas waktu.
Latar sosial diantaranya adalah rasa tolong menolong dalam masyarakat.
5
Pemilihan novel Menggapai Mentari sebagai bahan kajian, dilatarbelakangi
oleh adanya keinginan untuk memahami latar dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman sebagai bagian masalah yang diangkat pengarang melalui
karyanya. Tokoh Elisa Herman adalah seorang bidan yang memiliki tekad, kerja
keras dan keinginan yang kuat untuk menjadi seorang penulis walaupun bukan
seorang sarjana. Novel Menggapai Mentari adalah sebuah novel ketiga karya
Elisa Herman yang diterbitkan oleh penebar plus+ tahun 2016. Kelebihan novel
ini terletak pada jalinan cerita yang menggunakan berbagai tempat dalam jalan
cerita, waktu yang panjang serta adanya latar sosial yang berkaitan dengan tokoh
dalam novel. Tempat yang paling berkesan dan bersejarah bagi Elisa adalah di
Bundaran HI, dimana pertama kalinya ia bertemu dengan sosok yang dicari
selama ini. Elisa Herman merupakan seorang bidan yang bergaul dengan banyak
masyarakat. Dengan latar belakang tersebut, Elisa Herman juga ditugaskan
diberbagai tempat pada selang waktu tertentu.
Novel latar Elisa dibandingkan dengan Latar Sosial Budaya Cerbung Ting
Karya Dyah Kushar Pengetahuan dan kemampuan analisa, antara lain:
pengetahuan tentang keadaan, cara melakukan sesuatu, pengetahuan tentang
karakter wayang dan cirinya, ketidak-tahuan, analisis kasus, penyelidikan pelaku
kejahatan. Penelitian ini juga membahas mengenai karakter tokoh yang penuh
perjuangan.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, alasan penulis
memilih novel ini sebagai kajian penelitian karena, persoalan yang diangkat
dalam novel Menggapai Mentari merupakan kisah nyata yang dialami oleh Elisa
6
Herman. Serta peristiwa-peristiwa menarik yang dialaminya.Latar yang
ditampilkan dalam tokoh Elisa Herman dapat dilihat dari perilaku- perilakunya
yang diceritakan dalamnovel. Dilihat dari segi penceritaannya, novel Menggapai
Mentari merupakan karya sastra yang inovatif dan mampu meningkatkan motivasi
serta sifat dan perilaku Elisa Herman yang bisa dicontoh oleh pembaca untuk
menggapai cita- cita yang diinginkan.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah latar tempat yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman?
2. Bagaimanakah latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman?
3. Bagaimanakah latar sosial yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan latar tempat yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
7
2. Mendeskripsikan latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
3. Mendeskripsikan latar sosial yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
sebagai berikut: 1) Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan
pengalaman peneliti dalam menganalisis karya sastra. 2) Bagi siswa: a)
meningkatkan kemampuan dalam memahami karya sastra, b) memperluas ilmu
pengetahuan tentang ilmu sastra dan c) meningkatkan apresiasi karya sastra. 3)
Bagi pembaca diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan
makna yang terkandung.
F. Batasan Istilah
Berikut ini dikemukakan batasan istilah yang digunakan dalam
penelitian yaitu:
1. Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu,
maupun peristiwa. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat factual atau bisa
pula imaijner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas
keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian
apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar
adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima
perilaku ataupun kejadian- kejadian yang berada dalam latar.
8
2. Novel adalah merupakan gambaran kehidupan dan perilaku nyata pada
saat novel itu ditulis. Sebuah karya itu bisa dikatakan novel apabila
ditandai oleh beberapa hal yaitu ceritanya memberi efek realitas dengan
mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang
bercampur dengan kelas sosial ( Atmazaki, 2005:39 ).
9
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Teori- teori yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Hakikat
novel, dan, (2) latar novel
1. Hakikat Novel
a. Pengertian Novel
Novel bersal dari bahasa Italia yaitu novella yang secara harfiah berarti
sebuah barang baru dan kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam
bentuk prosa. Istilah novella memiliki pengertian yang sama dengan istilah yang
dipakai dalam bahasa Indonesia. Novella berarti sebuah karya prosa fiksi yang
cukup panjang tidak terlau panjang dan tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro,
2010:9).
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:6) novel adalah sebuah cerita
yang memuat beberapa kesatuan persoalan disertai dengan faktor penyebab dan
akibatnya. Persoalan kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan
penghianatan, kejujuran dan permasalahan kemanusian lainnya yang disajikan
penggarang, tokoh yang bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya.
Menurut Atmazaki (2005:39) novel merupakan gambaran kehidupan dan
perilaku nyata pada saat novel itu tertulis. Sebuah karya itu bisa dikatakan novel
apabila ditandai oleh beberapa hal yaitu ceritanya memberi efek realitas dengan
mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang bercampur dengan
kelas sosial.
9
10
Berdasarkan pendapat para ahli tesebut novel merupakan serangkaian
cerita yang menggambarkan waktu dari tokoh, berkaitan dengan persoalan
kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan,
kejujuran dan permasalahan kemanusian baik itu cerita fiksi maupun non fiksi.
b. Jenis-jenis Novel
Berdasarkan nyata atau tidaknya suatu cerita, novel terbagi dua jenis
yaitu.
1. Novel fiksi sesuai namanya, novel berkisah tentang hal yang fiktif dan tidak
terjadi, tokoh, alur maupun latar belakangnya hanya rekaan penulis saja.
Contoh: novel Harry Potter
2. Novel non fiksinovel ini kebalikan dari novel fiksi yaitu novel yang bercerita
tentang hal nyata yang sudah pernah terjadi, lumrahnya jenis novel ini
berdasarkan pengalaman seseorang, kisah nyata atau berdasarkan sejarah.
Contoh: Laskar Pelangi
c. Unsur-unsur Novel
Seperti yang telah dibahas tadi novel adalah serangkaian cerita yang
menggambarkan watak dari tokoh, berkaitan dengan persoalan kehidupan yang
diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan, kejujuran dan
permasalahan kemanusian baik itu cerita fiktif maupun nonfiktif. Unsur-unsur
yang membangun karya sastra terdiri dari dua unsur yaitu unsur intrinsik, dan
unsur ekstrinsik.
11
1) Unsur Intrinsik
Menurut Nurgiyantoro (2010:23) unsur intrisik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya
sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai
jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur
yang secara langsung turut serta membanggun cerita` kepaduan antar berbagai
unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berrealitas sosial budaya jawa.
Menurut Muhardi dan Hasanudin (1992:22) unsur-unsur intrinsik
tidaklah lepas satu sama lainnya tetapi secara bersama-bersama membentuk
kesatuan dan kepaduan fiksi. Kesatuan dan kepaduan unsur fiksi tersebut hanya
dapat dipisahkan dalam kepentingan teoritis dan praktis penganalisiannya. Jadi
dapat disimpukan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari
dalam karya sastra itu sendiri.
a) Alur
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 28) alur adalah hubungan
antara suatu peristiwa atau kelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain.
Karakteristik alur menjadi dua yaitu, (1) alur konvensional adalah jika peristiwa
yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang
hadir sesudahnya, (2) alur inkonvensional adalah peristiwa yang diceritakan
kemudian menjadi penyebab dari peristiwa yang diceritakan lebih dahulu menjadi
akibat dari peristiwa yang diceritakan sesudahnya.
Selanjutnya menurut Luxemburg (1989:149) yang dimaksud dengan alur
adalah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang
12
secara logic dan kronologik saling berkaitan dan yang mengakibatkan atau yang
dialami oleh para pelaku.
Sedangkan menurut Atmazaki (2005: 101) plot merupakan struktur
tindakan yang diartikan menuju keberhasilan efek emosional tertentu bagi
pembaca. Sebuah alur akan mengalir begitu saja tanpa ditentukan oleh
pengarang.Berdasarkan teori yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
alur adalah rangkaian peristiwa yang terdapat pada novel. Alur tersebut
menghubungkan suatu peristiwa dengan perisyiwa lainnya dalam novel.
b) Penokohan
Menurut Nurgiyantoro (2010: 13) tokoh- tokoh cerita dalam novel
biasanya ditampilkan secara lengkap seperti ciri- ciri fisik, keadaan sosial, tingkah
laku, sifat dan kebiasaan termasuk bagaimana hubungan antar tokoh itu baik
dilukiskan secara langsung atau tidak langsung hal ini bertujuan agar dapat
memberikan gambaran yang jelas dan kongkret tentang keadaan para tokoh dalam
cerita tersebut dan agr tokoh- tokoh yang ditampilkan lebih mengesankan
sementara pembaca tidak harus mengkonsentrasikan gambaran yang lebih lengkap
tentang tokoh.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 24) penokohan termasuk
masalah penamaan, pemeranan keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter.
Bagian- bagian ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan
fiksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah gambaran bagaimana
watak seseorang dalam menampilkan cerita dan perubahan yang terjadi pada diri
seseorang sehingga cerita ini terlihat lebih jelas.
13
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik sastra. Penokohan adalah
seseorang yang tergambar dalam sebuah cerita atau pelaku dalam cerita.
Perwatakan merupakan sifat seseorang yang ada pada setiap tokoh. Hal ini akan
mempermudah embaca untuk menebak bagaimana tokoh mempengaruhi sebuah
cerita.
c) Latar
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 30) latar adalah penanda
identitas permasalah fiksi yang secara samar diperlihatkan alur atau penokohan,
latar merupakan tempat terjadinya tindakan atau peristiwa. Abraham
(Nurgiyantoro, 2010: 216) mengatakan bahwa latar atau setting disebut juga
sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu dan suasana berlangsungnya
suatu peristiwa dalam fiksi.
d) Tema
Menurut Semi (1988: 43) tema merupakan suatu gagasan sentral yag
menjadi dasar sebuah karya sastra. Dalam tema tercakup persoalan dan tujuan dari
pengarang.Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 38) tema adalah inti
permasalahan yang hendak disampaikan pengarang dalam karyanya, dengan
demikian dalam suatu tema tercakup suatu persoalan dan tujuan utama dalam
pengarang menulis karya sastra.
14
Hartoko dan Rahmanto (Nurgiyantoro, 2010: 68) mengatakan bahwa
tema merupakan gagasan dasar umum yang menompang karya sastra dan yang
terkandung dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tema adalah inti permasalahan dalam sebuah cerita yang disajikan pijakan bagi
peneliti dalam menganalisis karya sastra.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan
atau ide dari suatu cerita. Tema juga tergambar dari cerita yang dibuat di dalam
novel.
Berdasarkan bentuk dan unsur intrinsik, maka yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah latar. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa latar merupakan salah satu unsur intrinsik sastra. latar adalah
tempat, waktu dan suasana berlangsungnya suatu peristiwa dalam fiksi. Hal ini
akan mempermudah pembaca untuk menebak bagaimana latar mempengaruhi
sebuah cerita.
2) Unsur Ekstrinsik
Menurut Nurgiyantoro ( 2010: 23) unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur
yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik merupakan unsur-
unsur yang mempengaruhi bangunan cerita karya sastra, namun tidak ikut menjadi
bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh
terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur
ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
15
Menurut Muhardi dan Hasanuddin ( 1992: 20) aspek utama dari unsur
ekstrinsik adalah pengarang, sedangkan aspek penunjang adalah yang ada
disekitar pengarang seperti kehidupan pengarang tersebut. pengaruh luar yang
melatarbelakangi penciptaan lain cenderung dianggap juga sebagai unsur
ekstrinsik, misalnya sensitifitas atau kepekaan pengarang, dan pandangan hidup
pengarang. Realitas objektivitas yang ada disekitar pengarang juga merupakan
unsur ekstrinsik, namun pengaruhnya melalui pengarang. Bagian dari realitas
objektif yang mempengaruhi penciptaan fiksi antara lain tata nilai kemanusiaan
yang berlaku dalam masyarakat, konvensi budaya dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat atau sosial.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada
di luar karya itu sendiri. Unsur ekstrinsik novel berisikan biografi pengarang.
Situasi dan kondisi secara langsung maupun tidak langsung dan nilai-nilai dalam
cerita.
2. Latar
a. Pengertian Latar
Menurut Tarigan, (2011:136) pertama latar yang dapat dengan terang dan
jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan
terhadap tokoh dan gerakannya serta tindakannya. dengan kata lain, apabila
membaca menerima latar itu sebagai sesuatu yang nyata, maka cenderung dia
lebih siap menerima orang-orang yang berbeda dalam latar itu dan tingkah laku
serta gerak-geriknya. penerimaan itu tentu menerima wajar, tidak berlebih-
lebihan. Kedua, latar suatu cerita mempunyai relasi yang lebih langsung dengan
16
arti keseluruhan dan arti yang umum dari suatu cerita. ketiga kadang-kadang
mungkin juga terjadi bahwa latar itu dapat bekerja bagi maksud-maksud yang
lebih tertentu dan terarah daripada menciptakan suatu atmosfer yang bermanfaat.
Menurut Anjelina Maria (2013:4) latar merupakan lingkungan tempat
peristiwa terjadi dalam karya sastra. Latar terdiri dari tiga unsur diantaranya:
unsur tempat, waktu dan sosial.
Menurut Wellek dan Austin (1988:79) yang paling banyak dibahas dalam
studi sastra adalah latar (setting) lingkungan dan hal-hal yang bersifat eksternal.
Metode ekstrinsik ini tidak terbatas pada studi tentang sastra lama, tetapi juga
dapat diterapkan pada kesusastraan modern.
Ramadansyah (2012:155), latar merupakan keterangan mengenai tempat,
waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar cerita mutlak
dibutuhkan untuk pembentukan tema dan plot karena latar harus bersatu antara isi
dan struktur sehingga menghasilkan cerita yang menarik, padat, dan berkualitas.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) latar adalah penanda
identitas permasalahan fiksi yang mulaisecara samar diperlihatkan alur atau
penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,
maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu peristiwa itu berlaku. Latar
memperjelas pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan tahun 20-an atau 80-
an, pagi atau sore, siang atau malam, di kota atau di desa, di perkampungan atau
di hutan, berhubungan dengan kultur Minangkabau atau Sunda, permasalahan
orang dewasa atau remaja, dan lain-lain.
17
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar
adalah sesuatu yang menunjukkan waktu dan tempat dimana suatu cerita tersebut
terjadi. Latar sangat penting dalam sebuah cerita karena latar memiliki fungsi
untuk mempertegas atau menunjukkan suatu kejadian dimana peristiwa di dalam
cerita itu terjadi. Suatu fiksi meskipun merupakan bentuk rekaan, harus dapat
meyakinkan pembaca bahwa cerita yang disajikan benar-benar terjadi, sehingga
dapat membawa pembaca memvisualisasikan latar yang diceritakan upaya untuk
meyakinkan pembaca bahwa tempat atau situasi seperti yang digambarkan dalam
cerita itu benar-benar adanya, peran karakter, dan narasi sangatlah penting.
b. Unsur-unsur Latar
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibedakan secara sendiri, pada
kenyataannya saling berkaitan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
1) Latar Tempat
Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya
menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.
Pengangkatan suasan kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur local color,
akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya yang
bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional.
(Nurgiyantoro, 2010:316). Latar akan mempengaruhi pengaluran dan penokohan,
dan karenanya menjadi koheren dengan cerita secara keseluruhan. Sifat
kedaerahan tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan
18
terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya.
Dengan kata lain, latar sosial, latar spiritual justru lebih menentukan ketipikalan
latar tempat yang ditunjuk.
Tidak semua latar tempat digarap secara teliti dalam berbagai fiksi. Pada
sebuah karya tertentu penunjukan latar hanya sekedar sebagai latar, lokasi hanya
sekedar tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, dan kurang mempengaruhi
perkembangan alur dan tokoh. Misalnya nama-nama tempat tertentu sekedar
disebut: Jakarta, hotel, Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya sehingga
nama-nama itu dapat diganti dengan nama-nama lain begitu tanpa mempengaruhi
perkembangan cerita. Unsur tempat, dengan demikian menjadi kurang fungsional,
kurang koheren dengan unsur cerita yang lain dan dengan cerita secara
keseluruhan.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318).
Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah.
Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian
dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita, apakah berupa
penanggalan, penyebutan peristiwa bersejarah, penggambaran situasi malam,
siang, sore, dan lain-lain. Misalnya, senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman
dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB. Semua itu merupakan berbagai keterangan
tentang latar waktu.
19
Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu
penceritaannya. Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir
tak mungkin menulis cerita. Dalam hal ini kejelasan masalah waktu menjadi lebih
penting dari pada kejelasan unsur tempat, Nurgiyantoro (2010:231). Hal ini
disebabkan orang masih dapat menulis dengan baik walau unsur tempat tak
ditunjukkan secara pasti, namun tidak demikian halnya dengan pemilihan bentuk-
bentuk kebahasan sebagai sarana pengungkapannya.
3) Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi
(Nurgiyantoro, 2010:322). Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh
yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.
Latar sosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan
tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Di samping berupa hal-hal yang
telah dikemukakan, latar sosial dapat pula berupa dan diperkuat dengan
penggunaan bahasa daerah atau dialek-dialek tertentu. Status sosial tokoh
merupakan salah satu hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar. Ada
sejumlah novel yang membangun konflik berdasarkan kesenjangan status sosial
tokoh-tokohnya. Perbedaan status sosial dengan demikian, menjadi fungsional
dalam fiksi. Secara umum perlu adanya deskripsi perbedaan antara kehidupan
20
tokoh yang berbeda status sosialnya. Keduanya tentu memiliki perbedaan tingkah
laku, pandangan, cara berpikir dan bersikap, gaya hidup, dan mungkin
permasalahan yang dihadapi.
Perlu ditegaskan bahwa latar sosial merupakan bagian latar secara
keseluruhan. Jadi, latar sosial berada dalam kepaduan dengan unsur latar yang
lain, yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu kepaduan
jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan dari pada
secara terpisah dan berbagai unsur yang lain, melainkan justru dari kepaduan dan
koherensinya dengan keseluruhan.
B. Penelitian yang Relevan
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hermansyah (2015) dengan
judul penelitian “Latar dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan
kelayakannya”. Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) latar tempat, (2) latar
waktu, (3)latar sosial, dan (4) fungsi latar sebagai metafora dan atmosfer. Novel
Padang Bulan layak dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA.
Kedua, Prasetya (2015) dengan judul “Deskripsi Latar dalam Novel Ayah
karya Andrea Hirata dan Rancangan pembelajarannya di Sekolah Menengah
Atas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Ayah terdapat
pendekatan realistis, impresionistis, dan menurut sikap penulis serta diksi dan
kiasan untuk mendeskripsikan latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Diksi
yang digunakan yaitu (1) makna denotasi dan konotasi, (2) penggunaan kata
abstrak dan konkret, (3) penggunaan kata umum dan khusus, (4) penggunaan kata
21
populer dan kajian, dan (5) pengguanaan kata serapan dari bahasa asing dan
daerah, serta kiasan berupa (1) metafora, (2) simile, dan (3) personifikasi.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maemonah (2013) dengan judul
Aspek Latar dalam novel Cinta di dalam gelas karya Andrea Hirata: Tinjauan
Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aspek latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas
adalah (1) perempuan yang sabar, (2) perempuan yang tekun bekerja secara
teratur (3) perempuan yang tidak lekas putus asa, (4) perempuan yang berbicara
singkat, tetapi mantab, (5) perempuan yang cekatan. Hasil penelitian ini dapat
diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Dengan demikian aspek
latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas dapat dijadikan acuan oleh pembaca
untuk diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai bahan ajar
pembelajaran ajar di SMA.
Berdasarkan penelitian relevan di atas terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama memfokuskan
pada latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman,
yaitu peneliti lebih fokus pada latar dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman.
C. Kerangka Konseptual
Novel adalah salah satu karya sastra yang bersifat kreatif imajinatif dan
juga berangkat dari realitas sosial. Sebagai bentuk karya sastra, merupakan realita
di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan dibuat manusia.
Selain itu novel juga dapat dijadikan sebagai media refleksi dan membangun jiwa.
22
Ada dua unsur yang membangun sebuah novel yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam karya itu sendiri.
Unsur intrinsik terdiri dari alur, penokohan, latar, tema, amanat, sudut pandang,
dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya itu
sendiri.
Selain itu novel juga berangkat dari realita yang ada di kehidupan
manusia, yang mengungkap latar seorang tokoh, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan tipe-tipe perilaku tokoh itu sendiri. Salah satu tokoh tersebut
yang terdapat pada novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman menggunakan
berbagai latar, diantara tempat, waktu dan latar sosial. Dalam penelitian ini
peneliti menganalisis latar dalam novel yang menyangkut latar tempat, latar waktu
dan latar sosial. Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual yang digambarkan
dalam penelitian sebagai berikut ini.
23
Bagan 1. Kerangka Konseptual Analisis Latardalam Novel Menggapai MentariKarya Elisa Herman
Novel
Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik
RealitasObjektif
Pandangan duniapengarang
Alur Tokoh/Penokohan
Latar Tema Amanat SudutPandang
GayaBahasa
Konvensi Budaya Sosial Tata Nilai
Analisis
Latar Tempat Latar Waktu Latar Sosial
Analisis Latar dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
24
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut
Ratna (2004:46-47) penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan
cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Penelitian
kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya
dengan konteks keberadaannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Menurut Ratna (2004:53) metode deskriptif analisis adalah metode yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan.
Jadi, subjek dalam penelitian ini adalah latar dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman.
B. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah teks tentang latar yang terdapat dalam
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Sumber data dalam penelitian ini
adalah novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, 2016, penerbit plus+
Pustaka Pelajar, Jakarta Timur.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri serta dibantu oleh format
pencatatan data. Peneliti mencatat data yang berhubungan dengan fokus penelitian
yaitu latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
24
2424
25
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
langkah:
1. Membaca novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, sehingga dapat
memahami pesan dan cerita yang jelas tentang isi novel yang diteliti.
2. Mencatat data tentang latar yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
3. Mengelompokkan data yang berhubungan dengan latar tempat, latar
waktu dan latar sosial dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman.
Format Inventarisasi Latar pada novel Menggapai Mentari karyaElisa Herman
No Kutipan Latar Halaman Catatan
Tempat Waktu Sosial
E. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik uraian rinci. Moleong (2005:338) menyatakan bahwa teknik uraian rinci,
peneliti dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya melalui uraian yang diteliti
dan secermat mungkin dalam menggambarkan konteks penelitian. Uraian ini
26
harus mampu mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
pembaca agar dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh dari hasil
penelitian. Hal itu berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
Pengabsahan data dilakukan dengan pembuktian yang diambil langsung
dalam novel yaitu latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya
Elisa Herman. Data yang diambil adalah cerita yang antar tokoh dan kata-kata
yang digunakan pengarang dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
Setelah didapat bagian tersebut, maka dikutip beberapa baris untuk
memperlihatkan hal yang dimaksud.
F. Teknik Analisis Data
Patton (Moleong, 2010:280) mengatakan bahwa analisis data merupakan
mengatur urutan data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menurut langkah-
langkah berikut:
1. Mendeskripsikan data yang berhubungan dengan latar tempat, latar waktu
dan latar sosial.
2. Mengklasifikasikan data melalui tuturan yang dapat diabstraksikan sebagai
data latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
3. Menginterpretasikan data berdasarkan hubungan sebab-akibat ucapan dan
penokohan tokoh utama.
27
4. Menganalisis data hasil inventarisasi untuk mendapatkan fungsi latar
dalam novel.
5. Membuat kesimpulan dan melaporkan hasil penelitian.
28
BAB IVTEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang temuan, analisis data, dan
pembahasan. Temuan data dalam penelitian ini yaitu data-data yang berhubungan
dengan analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman. Setelah itu, dilakukan analisis data yang terdapat temuan data dengan
mengaitkan dengan teori yang dijelaskan pada bab II. Setelah data dianalisis,
maka dilakukan tahap pembahasan.
A. Temuan latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka latar yang terdapat
dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ini berjumlah empat puluh
sembilan (49) data. 1) latar tempat berjumlah 17, 2) latar waktu berjumlah 27, dan
3) latar sosial berjumlah 20. Penjelasannya dapat dilihat pada temuan data berikut
ini.
1. Latar Tempat
Tidak semua latar tempat digarap secara teliti dalam berbagai fiksi. Pada
sebuah karya tertentu penunjukan latar hanya sekedar sebagai latar, lokasi hanya
sekedar tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, dan kurang mempengaruhi
perkembangan alur dan tokoh. Misalnya nama-nama tempat tertentu sekedar
disebut: Jakarta, hotel, Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya, sehingga
nama-nama itu dapat diganti dengan nama-nama lain. Latar tempat itu
mengisyaratkan bahwa terjadi peristiwa yang bisa dilakukan subjek/pelaku. Latar
tempat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ditemukan sebanyak
28
29
tujuh belas (17) data. Hal itu terdapat pada beberapa peristiwa sebagai berikut.
Pertama, latar tempat “Rumah Sakit” yaitu adanya ruangan operasi, ruang inap,
ruang tunggu, dan lain-lain. Di Rumah Sakit ada dokter yang selalu siap siaga,
rekan medis dan beberapa perawat. Kedua, tangga “Halte Transjakarta”, tempat
pemberhentian orang yang akan pulang dari kantor atau pergi di luar rumah.
seperi karyawan buruh pabrik, Guru, Karyawan Swasta dan tentunya Elisa sendiri.
Halte ini sangat penting bagi masyarakat sebelum bepergian dan juga tempat
istirahat sejenak setelah bekerja sebelum pulang. Ketiga, “Monumen Nasional”,
yaitu tempat bersejerah yang didirikan oleh Presiden Soekarno dan gedung
kemerdekaan, Bundaran Hotel Indonesia, Kantor Gubenur Jakarta, kantor Komisi
Pemilihan Umum dan beberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh
Tokoh Elisa Untuk bertemu dengan sang Idolanya Joko Widodo. Semua tempat
tersebut hanya berhenti sehingga beberapa saat saja ketika tokoh ingin bertemu
dengan tokoh idolanya yaitu Ir. Joko Widodo Presiden RI.
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi
pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba
masuk ke dalam suasana cerita, apakah berupa penanggalan, penyebutan peristiwa
bersejarah, penggambaran situasi malam, siang, sore, dan lain-lain. Misalnya,
senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB.
Semua itu merupakan berbagai keterangan tentang latar waktu. Latar waktu dalam
30
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ditemukan sebanyak dua puluh
tujuh (27) data. Pertama, latar waktu yaitu dengan kata-kata “Sebulan”. Waktu
dijelaskan tokoh dalam novel merupakan 30 kalau dihitung dengan hari. Kedua,
waktu yang dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu, pagi hingga siang
hari. Waktu itu dijelaskan secara rinci dan diurai di dalam novel ini. Ketiga,
keesokan paginya, kejadian semalam, tiga hari kemudian, Malam itu, empat
bulan, dan waktu terperinci juga di gunakan seperti pukul 13.30 WIB. Tangal 28
September.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, dan atas.
Latar sosial dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
ditemukan sebanyak dua puluh (20). Pertama, latar sosial dapat meyakinkan dan
menggambarkan suasana kedaerahan tertentu melalui kehidupan sosial
masyarakat seperti acara Car Free Day. Kegiatan ini diadakan untuk memberikan
ruang dan waktu bagi warga agar menikmati suasana tanpa polusi. Kedua, adanya
keyakinan dalam diri Elisa untuk berobat seperti saya juga minum ramuan yang
konon sangat bagus untuk penderita stroke. Ketiga, adanya sikap dan pandangan
31
hidup dalam mengahargai kesehatan seperti saya semakin menghargai kesehatan.
Jika saya yang sudah tua telah terlanjur salah asuh, sebelum terlambat untuk
mendidik yang masih muda-muda. Latar sosial terlihat jelas dari peristiwa yang
dialami oleh tokoh dan beberapa tokoh cara berpikir, sikap dan keyakinan, cara
tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, cara tradisi/kebiasaan hidup.
B. Analisis Latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman
Berdasarkan temuan data yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman dilakukan analisis data. Data yang dianalisis tersebut berupa
latar tempat, waktu dan sosial. Data ini dianalisis berdasarkan yang terdapat
dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Berikut ini paparan analisis
data analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman.
1. Latar tempat dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya
menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.
Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur warna
kedaerahan yang menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam
karya yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan
fungsional. (Nurgiyantoro, 2010:316). Latar akan mempengaruhi pengaluran dan
penokohan, dan karenanya menjadi koheren dengan cerita secra keseluruhan. Sifat
kedaerahan tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan
terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya.
Dengan kata lain, latar sosial, latar spiritual justru lebih menentukan ketipikalan
32
latar tempat yang ditunjuk. Unsur tempat, dengan demikian cerita secara
keseluruhan terdapat beberapa latar tempat. Setelah dilakukan penelitian terdapat
latar dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Latar tempat itu
mengisyaratkan bahwa terjadi peristiwa yang bisa dilakukan subjek/pelaku.
Berikut dijelaskan latar tempat dalam novel Menggapai Mentari.
Data No. 2Bulan pertama, saya berpergian dengan taksi. Setelah sebulanterlewati, kondisi saya berangsur pulih, saya mulai naikTransjakarta atau kendaraan umum. Pada saat saya melangkahmenaiki tangga Halte Transjakarta, napas saya mulai tersengal.Pikiran negatif mulai simpang-siur di benak Elisa. (Herman,2016: 21)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu tangga Halte Transjakarta dan taksi. Tangga Halte
Transjakarta merupakan tempat pemberhentian mobil Transjakarta. Tokoh Elisa
sering berhenti di tangga halte Transjakarta sebelum memasuki bus. Alat
transportasi tersebut merupakan alat transportasi yang paling cepat saat itu, sebab
ada rute tersendirinya. Halte itu juga banyak yang berjualan makanan ringan
sambil menunggu mobil angkutan datang. Elisa dan beberapa karyawan swasta
menunggu di Halte. Halte itu juga jalan alternatif menghilangkan capek setelah
bekerja seharian sebab di sana ada kursi yang nyaman untuk duduk. Tokoh Elisa
biasanya berhenti di Halte sebelum berpergian, seperti karyawan dan pengajar.
Elisa cenderung beristirahat jika sudah letih mencari Jokowi. Selanjutnya
peristiwa latar juga terlihat pada saat kunjungan ke Monas. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
33
Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murah adalahlari pagi. Saya memutuskan untuk lari pada minggu pagi saat CarFree Day di Jakarta cukup panjang dari Bundaran Senayan sampaiMonumen Nasional (monas), pagi hingga siang hari. Denganberjalan waktu serta semakin padatnya masyarakat yangberolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikukmerupakan suatu kebahagiaan yang tak terperi bagi saya.(Herman, 2016: 22)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari latar tempat tersebut merupakan peristiwa yang ada dan
benar-benar terjadi. Monumen Nasional adalah lambang negara Indonesia.
Monumen itu juga melambangkan berdirinya bangsa Indonesia. Monumen
Nasional berdiri di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Disini terlihat tokoh
Elisa berolahraga di Monumen Nasional demi menurunkan kadar kolestrol. Tokoh
Elisa memutuskan untuk lari pagi di bundaran senayan sampai Monas. Monumen
ini adalah lambang Ibu Kota dan sekaligus tanda bahwa bangsa ini berdiri kokoh.
Hal itu terlihat pada kutipan “Bundaran Senayan sampai Monumen Nasional
(monas), pagi hingga siang hari”. Monumen ini selain lambang Ibu Kota juga
lambang Ibu Kota negara yang banyak di kunjugi atau tempat favorit keluarga
ketika berlibur. Di sini adalah tempat olahraga yang sering dikunjungi Elisa setiap
minggu. Selanjutnya peristiwa tempat terjadinya terjadi di rumah sakit. Hal itu
terlihat sebagai berikut.
Data No. 7Awal mulanya, saya merawat Jacky bersama sahabat Elisa.Ketika itu, ia baru pulang dari Rumah Sakit setelah operasijantung dan menderita stroke yang kedua kali. (Herman, 2016:28)
34
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu latar “rumah sakit” merupakan tempat dimana tokoh
bersama tokoh lain berada di rumah sakit. Di rumah sakit biasanya terdapat
ruangan operasi, ruang inap, ruang tunggu. Disini terlihat bahwa tokoh Elisa berda
di Rumah Sakit untuk mendampingi pasiennya yang sakit Stroke. Rumah sakit
juga merupakan segala tempat untuk memeriksa kesehatan pasien. Tokoh utama
yaitu Elisa dengan tokoh lain sedang berada di rumah sakit, karena merawat
temannya. Elisa biasanya ke rumah sakit bila penyakit pertigonya kambuh. Elisa
tidak akan ke rumah sakit kalau tidak ada yang sakit. Elisa tahu bahwa tempat
rumah sakit merupakan tempat yang sangat menghantui pemikirannya.
Selanjutnya, peristiwa tempat juga terlihat pada keberadaan tokoh di sebuah
tempat yaitu apartemen yang digunakan sebagai tempat istirahat. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
Data No. 11saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumah dalamkondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menit di lobigedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanyapulang. Sesampainya di Apartemen, saya mulai mencatat semuahasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihat selama lima haridia berada di rumah. (Herman, 2016: 40)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu di apartemen dan lobi gedung. Apartemen merupakan
tempat istirahat, fungsinya sama dengan rumah, dan hotel. Namun, yang berbeda
dengan apartemen adalah fasilitasnya. Disini terlihat tokoh sedang beristirahat di
lobi Apartemen. Apartemen biasanya lebih mahal, baik penjualannya maupun
penyewaannya. Apartemen biasanya di sewa perbulan, dan biayanya rata-rata di
35
atas 30 Juta. Di sini juga disebutkan latar tempat di lobi gedung dalam kutipan
“Setelah beristirahat selama 30 menit di lobi gedung itu. Lobi gedung biasanya
dilengkapi dengan berbagai perangkat meja dan kursi, yang berfungsi sebagai
ruang duduk atau ruang tunggu. Sebelum berangkat ke apartemen, Elisa
beristirahat terlebih dahulu di lobi gedung. Kegiatan Elisa selama lima hari di
rumah yang terdapat di dalam kutipan yaitu mencatat semua hasil tekanan dan
gejala apa saja yang terlihat dengan pasiennya itu.
Selanjutnya, peritiwa latar tempat juga terlihat pada peristiwa
berkumpulannya tokoh utama dengan teman-temannya di warung dekat
Universitas Indonesia. Warung tersebut merupakan tempat biasa beristirahat dan
diskusi tokoh dengan teman-teman dekatnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 13“Mulanya, satu kelas berisi sekitar 17 murid. Akhirnya yangmelaju hanya tinggal tiga orang: saya, Lena, dan Kathy. Kerenatinggal bertiga, kelas kami pun tidak bisa dilanjutkan. Namun,kami masih kerap berkumpul melepas rindu di warung sampingUniversitas Indonesia atau restoran di mal. Lama-kelamaanhanya sesekali kami bertemu karena terpisah benua. Kamiberkumpul jika sama-sama pulang ke Indonesia, di PlazaSenayan, Jakarta untuk melepas rindu. (Herman, 2016: 47)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berkumpul di warung samping Universitas
Indonesia dan restoran di mal. Artinya Warung tersebut merupakan tempat
berkumpul Elisa bersama teman-temannya untuk melepas rindu. Selain di warung
samping Universitas Indonesia, tokoh Elisa dan teman-temannya juga berkumpul
di restoran di mal. Restoran adalah tempat menjual menu makanan dan minuman
dengan pelayanan yang baik dalam sebuah bangunan dengan standar tertentu yang
36
dapat digunakan untuk menerima tamu atau konsumen. Selanjutnya, peristiwa
latar tempat juga terlihat ketika tokoh pergi ke arah Senayan dari semanggi dan
terakhir Elisa berada kearah Bundaran Hotel Indonesia. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
Data No. 17“Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selaluditemani putra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan padaCar Free Day. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisamenemani saya mencoba berlari ke arah yang berlawanan. Sayaingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul07.15, saya berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel IndonesiaKempinski. (Herman, 2016: 59-60)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Ketika tokoh menjelaskan latar tempat
yang disinggahi yaitu semanggi, Senayan dan Bundaran Hotel Indonesia. Artinya
setelah terkena serangan penyakit vertigo, tokoh Elisa selalu ditemani putranya
pada kegiatan Car Free Day pada hari minggu. Tetapi, karena putranya tidak bisa
menemani, akhirnya tokoh Elisa berlari sendirian ke arah Bundaran HI. Bundaran
HI merupakan tempat yang berada persis di persimpangan jalan depan Hotel
Indonesia, di Jakarta Pusat. Disitu terdapat monumen patung Selamat Datang
khusus dibangun untuk menyambut kontingen duta olahraga pada pesta Asian
Games tahun 1962. Sekarang Bundaran HI menjadi tempat strategis di Ibu Kota
bagi para demonstrans untuk menyuarakan aspirasi serta membentangkan segala
bentuk poster dan spanduk saat berunjuk rasa. Selanjutnya, peritiwa latar tempat
juga terlihat ketika tokoh berada di Mal. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 21“Tiba di Mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari ke sana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dan catrige baru di Mal.
37
Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamatkantor Bapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang sayatumpangi. Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkatke kantor Gubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKIJakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan No.8-9 sesuaiketerangan pengemudi taksi kemarin. (Herman, 2016: 64)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berada di Mal dan kantor Gubernur di
Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan No.8-9.
Mal adalah tempat pusat perbelanjaan dengan arsitektur berupa bangunan tertutup
dengan suhu yang diatur. Umumnya mal memiliki tiga lantai. Biasanya di mal,
lebih lengkap dibandingkan dg tempat perbelanjaan yang lain. Serta memberikan
kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi pengunjung. Di mal ini tokoh Elisa
sedang mencari tempat isi ulang catrige baru. Sementara Kantor Gubenur
merupakan tempat kepala pemerintahan wilayah. Tempat ini adalah tempat yang
akan dikunjungi tokoh Elisa untuk bertemu dengan tokoh idolanya Bapak Jokowi.
Selanjutnya, peritiwa latar tempat juga terlihat ketika Elisa dari Salemba menuju
jalan Merdeka Barat. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 29“Pukul 10.45, saya pun bertolak dari Salemba ke tempat tujuansaya di jalan Medan Merdeka Barat. Saya sengaja berangkatlebih awal, ada waktu luang untuk menenangkan diri sebelumbertemu dengan beliau karena lokasi tujuan saya, paling lamaditempuh dalam waktu 20 menit. (Herman, 2016: 86)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu Salemba dan di jalan Medan Merdeka Barat. Artinya
latar tempat di gambarkan yaitu “dari Salemba ke tempat tujuan Elisa di jalan
Medan Merdeka Barat”. Salemba adalah nama sebuah kawasan di kecamatan
38
Senen, Jakarta Pusat. Nama ini juga terkenal karena adanya Universitas Indonesia
yang terletak di daerah tersebut. beberapa gedung yang dekat di daerah ini adalah
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Jalan Merdeka Barat adalah nama salah satu jalan di
Jakrta yang mengelilingi kawasan Monas dan termasuk dalam wilayah Civic
Center. Sebagian jalan ini dilalui oleh Transjakarta. Tujuan Elisa datang kesini
adalah untuk bertemu dengan Bapak Jokowi. Sela- njutnya peristiwa latar juga
terlihat penggambarannya ketika Elisa berada di kantor Kemenkes RI. Hal itu
terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 30“Siang itu, dengan semangat berpijar saya berangkat ke kantorKemenkes RI di jalan Percetakan Negara untuk berjumpadengan Bapak Dirjen. Jadwal saya untuk bertemu beliau padapukul 13.00. Tetapi, karena saya tiba lebih awal, pukul 12.00 dankebetulan beliau sedang kosong, saya langsung dipersilahkanmasuk. Pukul 13.00. (Herman, 2016: 92)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat kejadian tokoh yang berada
di kantor kemenkes. Kantor itu merupakan kantor pusat kesehatan Indonesia.
Disana dihuni oleh menteri-menteri yang telah di tunjuk presiden untuk
melakukan tugasnya yaitu memantau dan memberikan keputusan apa saja yang
berkaitan dengan kesehatan seluluruh masyarakat Indonesia. Elisa ke kantor
tersebut mencari Joko Widodo sosok idola yang sangat ia kagumi. Selanjutnya,
Elisa juga pergi ke tempat lain. Kali ini ia pergi ke kantor KPU. Hal itu terlihat
sebagai berikut.
Data No. 32“Siang itu, 29 Mei 2014, saya tiba di kantor KPU lebih awal darijadwal, masih lengang. Di pintu masuk saya sempat dicegat. “Ibu
39
ada undangan?” Begitu saya menggeleng, mereka kembalibertanya. (Herman, 2016: 115)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang disajikan oleh Elisa
terlihat jelas bahwa Elisa sekarang mengunjungi sebuah tempat yang bernama
KPU. KPU merupakan sebuah singkatan dari Komisi Pemilihan Umum. KPU
merupakan kantor pusat dimana kantor itu berfungsi memutuskan kepala daerah
atau presiden dari hasil pemilihan umum oleh warga negara Indonesia. Kantor
KPU juga mempunyai tugas selain harus independen, juga terbuka mengenai
informasi tentang pemilihan umum. KPU tugas biasanya memutuskan tentang
pemilihan Presiden melalui KPU Daerah. Selanjutnya, peristiwa latar tempat juga
diperlihatkan oleh tokoh Elisa ketika tokoh pergi ke posko di sebelah bundaran
Hotel Indonesia. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 33“saya terdiam. Pantasan tadi pagi ketika saya berhenti di poskodepan Menara BCA, suara hati sempat mengingat kisah pertamakali saya bertemu Jokowi di depan pos polisi Bundaran HI.(Herman, 2016: 126)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berada di depan pos polisi Bundaran HI.
Bundaran HI merupakan singkatan dari tempat Bundaran Hotel Indonesia. Hotel
ini termasuk salah satu hotel tertua di Indonesia. Semenjak Jakarta bernama
Batavia dulunya. Tokoh berada di dekat pos polisi di Bundaran HI. Pos polisi ini
merupakan tempat penjagaan polisi jika ada sesuatu yang terjadi di Bundaran
Hotel Indonesia. Sebab, di tempat ini sering terjadi demo dan kampanye tentang
pemilihan Presiden atau menjatuhkan Presiden seperti peristiwa 98. Selanjutnya,
40
tokoh juga menjelaskan tentang tempat yang dialami. Hal itu terlihat pada kutipan
berikut.
Data No. 39Benar, begitu tiba di halte GBK semua penumpang turun dantangga halte Transjakarta sontak penuh sesak. Bahkan, untukjalan keluar dari tangga halte orang harus mengantre panjang.Selepas dari tangga, saya semakin terpesona melihat orang-oranglalu-lalang di sekitar GBK. (Herman, 2016: 158)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa tiba di halte GBK dan tangga halte
Transjakarta. Halte ini merupakan tempat pemberhentian sebelum seseorang pergi
menggunakan Transjakarta. Halte Transjakarta di desain berbeda dari halte
angkutan umum lainnya. Halte di sediakan tempat penyebrangan yang biasanya
terletak dekat lampu lalu lintas atau dibuat zebra cross. Di dalam halte disediakan
tempat duduk, tempat sampah, papan informasi mengenai rute Transjakarta, dan
lain-lain. Artinya, tokoh yang berada di tangga Halte menyaksikan orang-orang
lalu-lalang di sekitar GBK. Selanjutnya peristiwa terjadi pada Elisa adalah untuk
mencari identitas Pak Jokowi hal itu terlihat dengan tempat yang disinggahinya di
depan istana merdeka. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 43“Setelah berselancar ke sana-sini, akhirnya saya menemukanpersyaratan lomba dan langsung mendaftarkan diri untuk larijarak 8 km. Lomba lari ini diselenggarakan guna memperingatiHari Kemerdekaan Ke-69 RI yang akan diadakan pada 31Agustus 2014, Pukul 06.00, dari depan Istana Merdeka.(Herman, 2016: 212)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu Istana Merdeka. Istana Merdeka merupakan tempat
resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke
41
Taman Monas Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Istana Merdeka digunakan untuk
penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, anatara lain Peringatan detik-detik
Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara dan penyerahan surat-surat
kepercayaan duta besar negara sahabat. Terlihat disini Elisa sangat ingin
mengikuti lomba lari yang akan diadakan dari depan Istana Merdeka. Selanjutnya
peristiwa yang dialami oleh tokoh mengenai penggambaran peristiwa ketika tokoh
berada di Monumen Nasional, hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 44“Setelah Independendence Day Run 2014, saya mendaftarkandiri untuk ikut fx Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Pendaftaranberjalan lancar dan tertib. Setelah kesuksesan Fx Sunday FunRun, saya mendaftarkan diri untuk ikut Mandiri JakartaMarathon 2014 di Monumen nasional (Monas) pada 26Oktober 2014. Acara ini diikuti oleh para peserta nasional daninternational. (Herman, 2016: 259)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu di Monumen Nasional (Monas). Monumen itu
merupakan tempat bersejarah dan menjadi lambang Indonesia. Di sekeliling tugu
terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat
berolahraga. Pada hari-hari libur dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati
pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Monumen tersebut di rancang pada pemerintahan Presiden pertama Indonesia
yaitu Ir. Soekarno. Disini terlihat Elisa mendaftarkan diri pada acara Mandiri
Jakarta Marathon 2014 setelah kesuksesannya di fx Sunday Fun Run. Selanjutnya,
latar tempat juga terlihat ketika tokoh mampir ke Istana. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
42
Data No. 46“Setelah puas mampir seharian di Istana, dengan langkah ringansaya bergegas menuju Pesta Rakyat yang diselenggarakan diMonas. Di pintu Monas, masyarakat sudah padat mengantre.(Herman, 304)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang disajikan oleh Elisa.
Elisa mampir seharian di Istana dan di Monas. Di pintu Monas masyarakat sudah
padat mengantre. Istana Merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor
Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke Taman Monas Jalan Merdeka
Utara, Jakarta. Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara
kenegaraan, antara lain Peringatan detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan
tamu negara dan penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat.
Monumen Nasional merupakan tempat bersejarah dan menjadi lambang
Indonesia. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa
lapangan terbuka tempat berolahraga. Disini Elisa mengahadiri pesta rakyat yang
diadakan di Monas. Selanjutnya, latar tempat juga dijelaskan ketika jutaan orang
menyemut di jalan Thamrin menuju istana dan Bundaran HI. Tempat tersebut
merupakan tempat persinggahan sementara Elisa sebelum bertemu Pak Jokowi.
Hal itu terlihat pada cuplikan berikut.
Data No. 47“Jutaan orang menyemut di Jalan M.H.Thamrin menuju IstanaNegara. Mereka ingin menyambut kedatangan Presiden danWakil Presiden RI yang baru saja dilantik, Joko Widodo danJusuf Kalla. Sejak pukul 08.00, mereka rela dijerang mentarimemenuhi Bundaran Hotel Indonesia demi menunggu sangPresiden yang akan melintasi jalur tersebut dengan menggunakankereta kuda. (Herman, 2016: 311)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu di Jalan M.H. Thamrin menuju Istana Negara dan
43
Bundaran HI. Jalan M. H. Thamrin adalah nama salah satu jalan utama Jakarta.
Jalan ini terdapat kedutaan-kedutaan besar, Hotel Indonesia dan Bundaran HI.
Bundaran HI terdapat monumen patung Selamat Datang khusus dibangun untuk
menyambut kontingen duta olahraga pada pesta Asian Games tahun 1962.
Sekarang Bundaran HI menjadi tempat strategis di Ibu Kota bagi para
demonstrans untuk menyuarakan aspirasi serta membentangkan segala bentuk
poster dan spanduk saat berunjuk rasa. Disini Elisa menceritakan bagaimana
antusias warga dalam menyambut kedatangan Presiden ketika dilantik.
Selanjutnya, latar tempat dijelaskan dalam novel yang pernah di datangi oleh Elisa
adalah Teras Istana Presiden. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 49“Air mata saya memang jatuh di garis finish Independence DayRun 2014 dan teras Istana Negara saat Upacara militer lepassambut Presiden pada 20 Oktober 2014. Tetapi, perjalanan Elisabelum mencapai garis akhir. Belum, belum lagi usai. Saya masihakan terus berlari, merengkuh impian saya walaupun tersengal,walaupun terpuruk, walau terjal berliku. Perjalanan Elisa masihbelum usai. (Herman, 2016: 325)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu teras Istana Negara saat Upacara Militer lepas sambut
Presiden pada 20 Oktober 2014. Istana Negara adalah tempat penyelenggaraan
acar-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain seperti pelantikan pejabat-pejabat
tinggi negara, rapat kerja nasional, serta jamuan yang bersifat kenegaraan. Artinya
peristiwa yang dialami tokoh ketika meneteskan air mata di “Teras Istana Negara
saat Upacara militer lepas sambut Presiden pada 20 Oktober 2014”. Tidak semua
orang bisa memasuki tempat tersebut. Tempat itu hanya bisa di masuki oleh
44
orang-orang yang memiliki kepentingan negara dan tempat yang paling bersejarah
bagi bangsa Indonesia.
2. Latar waktu dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318).
Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah.
Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu
penceritaannya. Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir
tak mungkin menulis cerita. Latar waktu juga digambarkan dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Latar waktu menerangkan “kapan”
peristiwa itu terjadi. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 1“Sebulan berselang setelah vertigo menyerang, daya ingat sayaberangsur-angsur pulih. saya mulai beraktivitas ke lokasi yangtidak terlalu jauh. Namun, di bawah tempurung kepala saya masihterasa ada sesuatu yang mengganjal. (Herman, 2016: 20)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu “sebulan”. Disini terlihat bahwa kapan peristiwa
beberapa waktu yang lalu, Elisa mengalami penyakit vertigo yang pernah
menyerangnya. Waktu itu di jelaskan secara umum oleh tokoh Elisa. Elisa
mengindap penyakit vertigo. Venyakit ini bisa membuat orang mati seketika
sebab menyerang saraf dan jantung/pernafasan. Vertigo ini jenis penyakit pusing-
pusing atau sama dengan stroke ringan. Peristiwa tersebut dijelaskan di dalam
novel secara mendalam sehingga kita bisa menelaah lebih dalam mengenai waktu
tersebut. Selanjutnya peristiwa waktu juga terlihat dari peristiwa yang dialami
45
oleh tokoh. Tokoh juga menggambarkan dengan kata “waktu”. Hal itu terlihat
pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murah adalahlari pagi. saya memutuskan untuk lari pada Minggu pagi saat CarFree Day di Jakarta cukup panjang dari Bundaran Senayan sampaiMonumen Nasional (monas), pagi hingga siang hari. Denganberjalan waktu serta semakin padatnya masyarakat yangberolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikukmerupakan suatu kebahagiaan yang tak terperi bagi saya.(Herman, 2016: 22)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu “minggu pagi dan siang hari”. Artinya pagi merupakan
melambangkan kapan terjadi peristiwa itu. Jika dihadapkan pertanyaan kapan
terjadi? Tentu jawabannya “pagi hari dan siang hari”. Artinya Elisa melakukan
aktifitasnya di pagi hari hingga siang hari dan merasakan lingkungan yang tenang
dan bersih. Elisa menjelaskan peristiwa yang pernah dilalui seperti pagi dan siang
hari. Perisr=tiwa yang di tulis Elisa secara sistematis sehingga pembaca bisa
memahami cerita Elisa secara optimal. Selanjutnya peristiwa waktu juga
dijelaskan tokoh pada peristiwa selanjutnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 6“Keesokan paginya, saya terbangun seperti biasa dan telah lupapada kejadian semalam. Hari lekas bergulir karena kesibukanmulai beruntun. Tiga hari kemudian, entah mengapa sayamerasa lebih nyaman. Tapi aneh, apa yang menyebabkan sayalebih nyaman? saya mulai termenung. (Herman, 2016: 26)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu keesokan paginya, kejadian semalam, dan tiga hari
46
kemudian. Artinya tokoh menceritakan kapan terjadinya peristiwa yang ia alami.
Elisa yang bangun di pagi hari telah lupa peristiwa yang ia alami di pagi hari. Tiga
hari setelah itu, baru Elisa merasa lebih nyaman dan melakukan aktifitas kembali.
peritiwa ini dialami Elisa dalam semua aktifitasnya. Namun, waktu yang ditulis
Elisa terkadang secara umum dan terkadang di khususkannya seperi peritiwa ini
contoh waktu yang secara umum tanpa dijeskan jam dan menitnya. Selanjutnya
peristiwa lain yang dialami tokoh lewat waktu yaitu setiap kejadian yang dialami
dijelaskan dalalm bentuk “malam itu”. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 8“Malam itu, saya menyiapkan sebuah jaket baru untuk Jackyyang hendak cek ke dokter keesokan paginya, jaket sutera halusitu telah lama ia beli di Perancis, tetapi tidak pernah dipakainya.Jacky sangat senang ketika saya memberitahu bahwa jaket ituakan menghangatkan bila ia pergi ke dokter. (Herman, 2016: 29)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu “malam itu dan keesokan paginya” merupakan
gambaran bahwa tokoh mengalami suatu peristiwa dimana Elisa menyiapkan
jaket baru untuk pasiennya yang hendak cek ke dokter pada besok pagi. Peristiwa
ini Elisa mencoba bersiap dan apa saja dibutuhkan bila pergi nantinya. Elisa
melihat bagaimana bahan jaket itu di beli dari Perancis dan tentunya barang
tersebut sangat bagus. Hangatnya sangat sempurna jika dipakai oleh orang sedang
sakit. Selanjutnya latar waktu terlihat pada kutipan sebagi berikut.
Data No. 10“Empat bulan setelah Vera dipecat, saya menerima telepon darisebuah panti jompo. Mereka menanyakan apakah saya mengenalVera. Pertanyaan itu sempat mengagetkan saya. Sebab, setelahperistiwa itu kami tidak pernah berhubungan lagi.Ternyata, Vera
47
melamar pekerjaan di situ. Dan, mereka meminta rekomendasidari saya. (Herman, 2016: 37)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu “Empat Bulan”. Waktu yang
dijelaskan oleh tokoh dalam cerita merupakan kapan terjadinya peristiwa yang
dihadapi Elisa. Bahwa setelah empat bulan lamanya, ia diingatkan kembali
dengan seorang teman ketika menerima telepon dari sebuah panti yang meminta
rekomendasi mengenai temannya itu. Empat bulan merupakan waktu umum yang
dijelaskan oleh tokoh utama. Selanjutnya peristiwa waktu juga terlihat ketika
tokoh mengalami peristiwa di dalam kehidupan dalam mencari identitas tokoh
idolanya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 11“saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumahdalam kondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menitdi lobi gedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami punmembawanya pulang. Sesampainya di apartemen, saya mulaimencatat semua hasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihatselama lima hari dia berada di rumah. (Herman, 2016: 40)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu setelah beristirahat selama “30 menit” di lobi gedung
itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanya pulang. Sesampainya di
apartemen, Elisa mulai mencatat semua hasil tekanan dan gejala apa saja yang
terlihat selama lima hari dia berada di rumah. Sempat bingung dan takut untuk
merawat dia di rumah dalam kondisi seperti itu. Waktu yang dijelaskan dalam
novel sangat rinci seperti selama 30 menit di lobi gedung. Waktu yang dijelskan
secara rinci dan optimal sehingga pembaca bisa dengan mudah memahaminya.
48
Selanjutnya latar waktu juga terlihat ketika Elisa membuat janji dengan Jokowi.
Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 16“Dua hari berselang, Sabtu menjelang petang, putra sayamenelepon. “Ma, hari ini saya sangat lelah sehabis acaragathering di kantor. Kalau besok pagi saya bisa menemani laripagi di car free day, apakah mama bisa pergi sendirian. (Herman,2016: 59)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
itu yaitu “dua hari berselang, Sabtu menjelang petang. Artinya latar waktu di
jelaskan secara rinci yaitu dua hari berselang, sabtu menjelang petang. Itu artinya
waku yang disajikan oleh penulis sangat efektif sehingga pembaca bisa
memahaminya secara optimal. Selanjutnya peristiwa waktu juga di paparkan oleh
penulis lewat peristiwa yang terjadi di sebah tempat. Hal itu terlihat pada kutipan
sebagai berikut.
Data No. 17“Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selaluditemani putra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan padaCar Free Day. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisamenemani, saya mencoba berlari ke arah yang berlawanan. Sayaingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul07.15, saya berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel IndonesiaKempinski. (Herman, 2016: 59)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang yang disajikan di dalam
novel Menggapai Mentari yaitu ketika putra tidak bisa menemani, Elisa mencoba
berlari ke arah yang berlawanan. Elisa ingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember
2013 sekitar pukul 07.15, Elisa berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel
Indonesia Kempinski. Artinya waktu yang dijelaskan oleh tokoh yaitu Minggu 15
Desember 2013 sekitar pukul 07.15.waktu itu sangat terperinci dan yang
49
dijelaskan oleh tokoh. Selanjutnya peristiwa waktu juga di paparkan oleh penulis
lewat peristiwa yang terjadi di sebah tempat. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 19“Barangkali beliau membaca reaksi saya. Beliau kembalitersenyum ramah. saya sadar itu bukan mimpi. Dengan tangangemetar, saya bertanya, “jam berapa, pak? Antara pukul 08.00-09.00 “oh terima kasih Bapak. (Herman, 2016: 62)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu di paparkan penulis
menggambarkan secara langsung dan tepat sehingga pembaca bisa memahami
novel secara rinci dan optimal. Sehingga di buatkan waktunya secara tepat. Waktu
digambarkan di dalam novel yaitu pukul 08.00-09.00. Selanjutnya peristiwa
waktu juga tergambarkan lewat apa yang dilakukan tokoh utama. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
Data No. 20“Pada saat saya sedang sibuk mencari tempat isi ulang tintaprinter, putri saya meminta saya untuk menemaninya beribadahsekitar pukul 18.00. Waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul15.00. Konsentrasi sayaterpecah. (Herman, 2016: 63)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari. Artinya waktu dijelaskan dalam bentuk rinci sampai kepada
jamnya. Hal itu terlihat dari beribadah sekitar pukul 18.00. Waktu itu, jam sudah
menunjukkan pukul 15.00. Pukul tersebut mengisyaratkan peristiwa berlangsung
secara rinci dan terstruktur. Selanjutnya peristiwa latar waktu terlihat pada
peristiwa Elisa sedang melakukan kegiatan kunjungan ke Mal. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
50
Data No. 21Tiba di Mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari kesana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dan catrige baru di mal.Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamatkantor Bapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang sayatumpangi. Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkatke kantor Gubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta,Jalan Medan Mardeka Selatan No.8-9 sesuai keteranganpengemudi taksi kemarin. (Herman, 2016: 64)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu jika di lihat dari sudut waktu. Latar waktu yang
ditampilkan dalam novel ini benar-benar akurat. Sebab, menjelaskan jamnya
secara rinci dan tetail dan bisa pembaca memahaminya secara optimal. Artinya
waktu yang ditampilkan secara baik sehingga novel ini benar-benar nyata di buat
oleh Elisa. Selanjutnya peristiwa latar waktu juga terlihat pada peristiwa
selanjutnya. Peristiwa tersebut terlihat ketika tokoh Elisa menanti sosok idolanya
tersebut.hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 23Semua sahabat, penerbit, memberi jawaban bahwa saya tidakmungkin bisa mendapatkan testimoni dari beliau karena sayabukan siapa-siapa. Dari beliau pribadi saja sulit, apalagi daribeliau selaku Gubernur DKI. Namun, tiada sembur