of 100 /100
ANALISIS LATAR DALAM NOVEL MENGGAPAI MENTARI KARYA ANASTASIA ELISA HERMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) DINA NOFRIANI NPM 11080328 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2018

STKIP PGRI Sumbar - ANALISIS LATAR DALAM NOVEL ...repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/249/1/11080328...ANALISIS LATAR DALAM NOVEL MENGGAPAI MENTARI KARYA ANASTASIA ELISA HERMAN

  • Author
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of STKIP PGRI Sumbar - ANALISIS LATAR DALAM NOVEL...

  • ANALISIS LATAR DALAM NOVELMENGGAPAI MENTARI KARYA ANASTASIA ELISA HERMAN

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MendapatkanGelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

    DINA NOFRIANINPM 11080328

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    (STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG

    2018

  • HALAMAN PERSE TUJUAI.{ SKRIPSI

    Analisis Latar Ilalam Novelil'tenggapai lllentari Karya Anastasia Biim lferman

    : Dina Nofriani: 1 1080328: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: S^ekolah Tinggi Keguruan danllmu pendidikan(STKIP) PGRI Sumatera Barat

    NamaNPMProgram StudiInstitusi

    Pembiurbing I

    Emil Septia, S.S., M.pd.

    Padang, Z}Februari2A1 8

    Disetujui oleh:

    Pernbirnbing II

    Wahyudi Rahmat, M.Hum.

    Mengetahui,Ketua Prograrn Studi

    {,

    -rI t, AWI,"i YI

    I

    Dra. lndriani Nisja, M.pd.

    E

  • IIALAMAN PENGESAIIAN LULUS UJIAN SKRIPSI

    Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim penguji SkripsiPrograrn Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    STKIP PGRI Sumatera Barat

    Analisis Latar Dalam NovelMenggapai Mentari Karya Anastasia Elisa Herman

    NamaNPMProgram Studilnstitusi

    Jabatan

    Ketua

    Sekretaris

    Anggota

    : Dina Nofriani:11080328: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Sekolah Tinggi Kegu"ruan dan Ilmu Pendidikan(STKIP) PGRi Sumatera Barat

    Padang, 22Februari 2018

    Tim Penguji,

    Nama

    : Ernil Septia, S.S., M.Pd.: Wahyudi Rahmat, M.Hum.: 1. Aruna Laila, S.S., M.Pd.

    2. Putri Dian Afrinda, M.Pd.

    3 Refa Lina Tiarvati, M.Pd.

    Disahkan oleh,

    KetuaWil **

    Dra. lndriani Nisja, M Pd.

    Tanda Tangan'fulL3 .r @r$\

    Sekretaris Program Studi

    Sumatera Barat

    . qfr

  • HALAMAN PERNTYATAAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Dina Nofriani

    NPM :12480216

    Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini-adalah karya saya

    sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

    perguruan tingg manapur. SepzuUang pengetahuau saya tidak terdapat karya

    ataupun pendapat yang ditulis atau dite6itkan orarg lain, kecuali yang secara

    tertulis di dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal

    yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia gelar kesarjanaan

    saya dicabut.

    Padang, Februari 2018

    Yangmenyatakan,

  • i

    ABSTRAK

    Dina Nofriani (NPM: 11080328), Analisis LatarDalamNovel MenggapaiMentari Karya Elisa Herman.Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekhasan dan keunikan novel dalammelukiskan latar dan peristiwa sehingga pembaca seolah-olah nyatamenyaksikannya. Novel ini penting untuk diteliti dalam khazana penganalisisanlatar, sebab dekat dengan realita kehidupan. Novel Menggapai Mentari KaryaElisa Herman, menggambarkan latar yang dapat dijadikan sebagai pelajaranseperti tempat, waktu dan sosial, serta pelajaran hidup yang berbasis nyata.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan analisis latar dalam novelmenggapai mentari karya Elisa Herman.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah teks berupa kata, kalimat, danwacana tentang latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Menggapai Mentari karyaElisa Herman.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, latar tempat yang terdapatdalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu Rumah Sakit, tanggaHalte Transjakarta, Monumen Nasional, Gedung Kemerdekaan, Bundaran HotelIndonesia, Kantor Gubenur Jakarta, Kantor Komisi Pemilihan Umum danbeberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh tokoh Elisa untuk bertemudengan Idolanya Joko Widodo. Kedua, latar waktu yang terdapat dalam novelMenggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu dengan kata “Sebulan”. Waktuyang dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu 30 kalau di hitung denganhari. Waktu tersebut memaparkan “kapan” terjadinya peristiwa. Ketiga, latarsosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan tertentumelalui kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial cara berpikir, sikap dankeyakinan, cara tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, caratradisi/kebiasaan hidup. Tertuang lewat sikap tokoh Elisa dalam memperjuangkanapa yang diiginkannya.

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan

    rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian

    yang berjudul Analisis Latar dalam Novel Menggapai Mentari Karya Elisa

    Herman.

    Peneliti telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai

    pihak dalam proses penelitian skripsi penelitian ini. Oleh karena itu, sebagai

    wujud rasa hormat, peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak

    berikut.

    1. Emil Septia, S.S., M.Pd sebagai pembimbing I dan Wahyudi Rahmat, M. Hum

    sebagai pembimbing II yang telah membimbing peneliti dan memberikan

    arahan serta pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    2. Dra. Indriani Nisja, M.Pd dan Samsiarni M.Hum. sebagai ketua dan sekretaris

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

    3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah membekali peneliti dengan ilmu

    pendidikan.

    4. Kedua orang tua yang tidak hentinya memberi semangat, motivasi, dan doa

    kepada peneliti.

    5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat

    disebut satu persatu.

    Mudah-mudahan segala amal dan bantuan dari pihak-pihak yang telah

    disebutkan di atas, mendapatkan pahala serta balasan dari Allah Swt. Peneliti telah

  • ii

    berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini, dan apabila masih

    terdapat kesalahan atau kekurangan, peneliti mohon maaf. Peneliti berharap

    semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia

    pendidikan.

    Padang, Februari 2018

    Peneliti

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR .................................................................................... i

    DAFTAR ISI................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Fokus Masalah................................................................................. 4

    C. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

    D. Tujuan Penelitian............................................................................. 5

    E. Manfaat Penelitia............................................................................. 5

    F. Batasan Istilah ................................................................................. 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori ................................................................................ 7

    1. Novel sebagai Karya Sastra...................................................... 7

    2. Kepribadian .............................................................................. 12

    3. Teori Analisis Psikologis.......................................................... 15

    B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 19

    C. Kerangka Konseptual ...................................................................... 20

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................ 23

    B. Data dan Sumber Data..................................................................... 23

    C. Instrumen Penelitian ........................................................................ 23

    D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 24

    E. Teknik Pengabsahan Data ............................................................... 24

    F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    karya sastra mewakili kehidupan dan kenyataan sosial yang dalam diri

    sastrawan dapat menjadi objek penciptaan karya sastra. Seorang pengarang dalam

    hal ini berkedudukan sebagai pengamat kehidupan. Ia berusaha merefleksikan

    hasil pengamatannya dalam bentuk karya sastra yang digunakan sebagai sarana

    komunikasi. Pengarang dapat menceritakan pengalamn kehidupannya sendiri

    ataupun kehidupan orang di sekitarnya sesuai dengan penceritaannya.

    Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi memberikan berbagai permasalahn

    manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang mengahayati

    berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang diungkapkannya

    kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya salah satu jenis prosa

    adalah novel. Novel merupakan bagian dari karya fiksi yang memuat pengalaman

    manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan tentang hidup yang

    bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa karya

    fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang

    estetis dan kreatif. Karya kreatif dalam cerita fiksi, pengarang tidak hanya

    bertindak sebagai pencerita melainkan sebagai aktor yang turut serta dalam

    perkembangan peristiwa-peristiwa dalam cerpen. Disisi lain, pencerita tidak

    mengungkapkan mengenai dirinya, namun pembaca dapat membayangkan

    bagaimana pandangannya, status sosialnya, pendidikannya, dan keahliannya.

    Bayangan ini akan mempengaruhi kesan pembaca mengenai dunia yang

    1

  • 2

    dipaparkan dalam cerita itu. Oleh sebab itu, gambaran yang diperoleh dalam cerita

    dapat kontras dengan dunia yang dipantulkan dalam cerita. Novel sebagai sebuah

    karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang

    diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya

    seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain- lain.

    Latar merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun sebuah novel.

    Latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian

    tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan. Latar akan memberikan

    pijakan cerita secara konkret dan jelas untuk memberi kesan realita kepada

    pembaca dan menciptakan suasana tertentu untuk memberi kesan realitas kepada

    pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang seolah- olah benar terjadi.

    Pentingnya mengidentifikasi latar dalam novel yaitu dengan

    mengidentifikasi latar, seorang pembaca dapat melihat cerita secara utuh dengan

    melihat dimana kejadian, kapan dan bagaimana peristiwa sosial tokoh. Hal itu

    akan memudahkan guru khususnya guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan

    siswa baik di sekolah menegah pertama (SMP) maupun di sekolah menegah atas

    (SMA) dalam mengidentifikasi aspek latar dalam novel Indonesia.

    Selain membutuhkan tokoh cerita dan plot, setting juga termasuk

    bagian terpenting dalam karya fiksi. Latar atau setting yang disebut juga sebagai

    landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

    lingkungan sosial tempat terjadinya peristia-peristiwa yang diceritakan.

    Melalui analisis latar/setting, seseorang dapat mengetahui bagaimana

    keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh. Seringkali setting juga

  • 3

    berhubungan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya

    lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadap apa yang

    dikerjakan seorang tokoh. Setting memberikan pijakan cerita secara konkret dan

    jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,

    menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan benar-benar

    terjadi. Setting dalam karya fiksi hadir secara realisme yang refleksi.

    Unsur setting terbukti mampu mempengaruhi keseluruhan unsur yang

    lain sehingga tampak bahwa berbagai unsur dari cerita bergantung pada setting.

    Menyadari betapa pentingnya unsur setting dalam karya sastra fiksi, diperlukan

    kajian-kajian penerkaan secara serius dan intensif untuk membedah kandungan

    yang bernilai itu.Penginformasian tentang setting tertentu melalui sarana cerita

    fiksi, adakalanya lebih efektif daripada sarana informasi yang lain. Hal itu

    disebabkan latar dalam fiksi langsung dalam kaitannya dengan sikap, pandangan,

    dan perlakuan tokoh. Sedang tokoh itu sendiri sering diidentifikasi diri oleh

    pembaca. Selain itu, dengan mengidentifikasi latar secara utuh di dalam novel

    dapat mempermudah pembaca dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik novel

    Menggapai Matahari karya Anastasia Elisa Herman.

    Pengarang memilih latar tertentu untuk ceritanya dengan mempertimbangkan

    unsur-unsur dan persoalan atau tema yang dikerjakannya. Unsur latar dalam

    sebuah cerita akan menjelaskan kapan dan dimana sebuah peristiwa terjadi serta

    hal- hal apa saja yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat

    di suatu tempat tertentu. Penggunaan latar dalam sebuah cerita sangat penting

    untuk menjelaskan sebuah peristiwa terjadi.

  • 4

    Berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang

    diceritakan dalam sebuah karya fiksi dan latar sosial yang menyaran pada hal- hal

    yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat

    yang diciptakan dalam novel. Dengan penggambaran latar yang sedemikian rupa,

    latar mampu membangkitkan image dalam benak pembaca mengenai peristiwa

    tertentu atau kisah- kisah dalam sebuah novel. Dengan demikian, deskripsi latar

    dalam sebuah novel begitu penting untuk membuat novel memiliki identitas

    peristiwa yang jelas dan terlihat nyata.

    Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman merupakan salah satu

    novel yang menceritakan kisahnya untuk menggapai keberhasilan hidup setelah

    melalui proses yang panjang dan penuh dengan rintangan. Tekad dan kerja keras

    adalah kunci dari sebuah keberhasilan setelah mendaki gunung yang sangat

    meletihkan. Elisa Herman merupakan seorang bidan serta perawat dan juga

    terkenal dengan penulis novel. Novel Elisa Herman Menggapai Mentari yang

    mengisahkan kisah nyata tentang perjuangan untuk kehidupan yang lebih maju.

    Keberhasilan yang digapai setelah melewati berbagai perjuangan yang

    meletihkan.

    Berkaitan dengan latar, Elisa Hernan menggunakan berbagai tempat

    sebagai latar, diantaranya Pekanbaru, Jakarta dan sebagainya. Latar waktu yang

    digunakan diantaranya siang, malam dan sepanjang waktu, karena Elisa Herman

    berprofesi sebagai bidan yang dibutuhkan oleh masyarakat tanpa batas waktu.

    Latar sosial diantaranya adalah rasa tolong menolong dalam masyarakat.

  • 5

    Pemilihan novel Menggapai Mentari sebagai bahan kajian, dilatarbelakangi

    oleh adanya keinginan untuk memahami latar dalam novel Menggapai Mentari

    karya Elisa Herman sebagai bagian masalah yang diangkat pengarang melalui

    karyanya. Tokoh Elisa Herman adalah seorang bidan yang memiliki tekad, kerja

    keras dan keinginan yang kuat untuk menjadi seorang penulis walaupun bukan

    seorang sarjana. Novel Menggapai Mentari adalah sebuah novel ketiga karya

    Elisa Herman yang diterbitkan oleh penebar plus+ tahun 2016. Kelebihan novel

    ini terletak pada jalinan cerita yang menggunakan berbagai tempat dalam jalan

    cerita, waktu yang panjang serta adanya latar sosial yang berkaitan dengan tokoh

    dalam novel. Tempat yang paling berkesan dan bersejarah bagi Elisa adalah di

    Bundaran HI, dimana pertama kalinya ia bertemu dengan sosok yang dicari

    selama ini. Elisa Herman merupakan seorang bidan yang bergaul dengan banyak

    masyarakat. Dengan latar belakang tersebut, Elisa Herman juga ditugaskan

    diberbagai tempat pada selang waktu tertentu.

    Novel latar Elisa dibandingkan dengan Latar Sosial Budaya Cerbung Ting

    Karya Dyah Kushar Pengetahuan dan kemampuan analisa, antara lain:

    pengetahuan tentang keadaan, cara melakukan sesuatu, pengetahuan tentang

    karakter wayang dan cirinya, ketidak-tahuan, analisis kasus, penyelidikan pelaku

    kejahatan. Penelitian ini juga membahas mengenai karakter tokoh yang penuh

    perjuangan.

    Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, alasan penulis

    memilih novel ini sebagai kajian penelitian karena, persoalan yang diangkat

    dalam novel Menggapai Mentari merupakan kisah nyata yang dialami oleh Elisa

  • 6

    Herman. Serta peristiwa-peristiwa menarik yang dialaminya.Latar yang

    ditampilkan dalam tokoh Elisa Herman dapat dilihat dari perilaku- perilakunya

    yang diceritakan dalamnovel. Dilihat dari segi penceritaannya, novel Menggapai

    Mentari merupakan karya sastra yang inovatif dan mampu meningkatkan motivasi

    serta sifat dan perilaku Elisa Herman yang bisa dicontoh oleh pembaca untuk

    menggapai cita- cita yang diinginkan.

    B. Fokus Masalah

    Berdasarkan latarbelakang di atas, penelitian ini difokuskan pada

    latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

    sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah latar tempat yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari

    karya Elisa Herman?

    2. Bagaimanakah latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari

    karya Elisa Herman?

    3. Bagaimanakah latar sosial yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari

    karya Elisa Herman?

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini sebagai berikut:

    1. Mendeskripsikan latar tempat yang terdapat dalam novel Menggapai

    Mentari karya Elisa Herman.

  • 7

    2. Mendeskripsikan latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai

    Mentari karya Elisa Herman.

    3. Mendeskripsikan latar sosial yang terdapat dalam novel Menggapai

    Mentari karya Elisa Herman.

    E. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak

    sebagai berikut: 1) Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan

    pengalaman peneliti dalam menganalisis karya sastra. 2) Bagi siswa: a)

    meningkatkan kemampuan dalam memahami karya sastra, b) memperluas ilmu

    pengetahuan tentang ilmu sastra dan c) meningkatkan apresiasi karya sastra. 3)

    Bagi pembaca diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan

    makna yang terkandung.

    F. Batasan Istilah

    Berikut ini dikemukakan batasan istilah yang digunakan dalam

    penelitian yaitu:

    1. Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu,

    maupun peristiwa. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat factual atau bisa

    pula imaijner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas

    keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian

    apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar

    adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima

    perilaku ataupun kejadian- kejadian yang berada dalam latar.

  • 8

    2. Novel adalah merupakan gambaran kehidupan dan perilaku nyata pada

    saat novel itu ditulis. Sebuah karya itu bisa dikatakan novel apabila

    ditandai oleh beberapa hal yaitu ceritanya memberi efek realitas dengan

    mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang

    bercampur dengan kelas sosial ( Atmazaki, 2005:39 ).

  • 9

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    Teori- teori yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Hakikat

    novel, dan, (2) latar novel

    1. Hakikat Novel

    a. Pengertian Novel

    Novel bersal dari bahasa Italia yaitu novella yang secara harfiah berarti

    sebuah barang baru dan kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam

    bentuk prosa. Istilah novella memiliki pengertian yang sama dengan istilah yang

    dipakai dalam bahasa Indonesia. Novella berarti sebuah karya prosa fiksi yang

    cukup panjang tidak terlau panjang dan tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro,

    2010:9).

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:6) novel adalah sebuah cerita

    yang memuat beberapa kesatuan persoalan disertai dengan faktor penyebab dan

    akibatnya. Persoalan kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan

    penghianatan, kejujuran dan permasalahan kemanusian lainnya yang disajikan

    penggarang, tokoh yang bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya.

    Menurut Atmazaki (2005:39) novel merupakan gambaran kehidupan dan

    perilaku nyata pada saat novel itu tertulis. Sebuah karya itu bisa dikatakan novel

    apabila ditandai oleh beberapa hal yaitu ceritanya memberi efek realitas dengan

    mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang bercampur dengan

    kelas sosial.

    9

  • 10

    Berdasarkan pendapat para ahli tesebut novel merupakan serangkaian

    cerita yang menggambarkan waktu dari tokoh, berkaitan dengan persoalan

    kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan,

    kejujuran dan permasalahan kemanusian baik itu cerita fiksi maupun non fiksi.

    b. Jenis-jenis Novel

    Berdasarkan nyata atau tidaknya suatu cerita, novel terbagi dua jenis

    yaitu.

    1. Novel fiksi sesuai namanya, novel berkisah tentang hal yang fiktif dan tidak

    terjadi, tokoh, alur maupun latar belakangnya hanya rekaan penulis saja.

    Contoh: novel Harry Potter

    2. Novel non fiksinovel ini kebalikan dari novel fiksi yaitu novel yang bercerita

    tentang hal nyata yang sudah pernah terjadi, lumrahnya jenis novel ini

    berdasarkan pengalaman seseorang, kisah nyata atau berdasarkan sejarah.

    Contoh: Laskar Pelangi

    c. Unsur-unsur Novel

    Seperti yang telah dibahas tadi novel adalah serangkaian cerita yang

    menggambarkan watak dari tokoh, berkaitan dengan persoalan kehidupan yang

    diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan, kejujuran dan

    permasalahan kemanusian baik itu cerita fiktif maupun nonfiktif. Unsur-unsur

    yang membangun karya sastra terdiri dari dua unsur yaitu unsur intrinsik, dan

    unsur ekstrinsik.

  • 11

    1) Unsur Intrinsik

    Menurut Nurgiyantoro (2010:23) unsur intrisik adalah unsur-unsur yang

    membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya

    sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai

    jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur

    yang secara langsung turut serta membanggun cerita` kepaduan antar berbagai

    unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berrealitas sosial budaya jawa.

    Menurut Muhardi dan Hasanudin (1992:22) unsur-unsur intrinsik

    tidaklah lepas satu sama lainnya tetapi secara bersama-bersama membentuk

    kesatuan dan kepaduan fiksi. Kesatuan dan kepaduan unsur fiksi tersebut hanya

    dapat dipisahkan dalam kepentingan teoritis dan praktis penganalisiannya. Jadi

    dapat disimpukan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari

    dalam karya sastra itu sendiri.

    a) Alur

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 28) alur adalah hubungan

    antara suatu peristiwa atau kelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain.

    Karakteristik alur menjadi dua yaitu, (1) alur konvensional adalah jika peristiwa

    yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang

    hadir sesudahnya, (2) alur inkonvensional adalah peristiwa yang diceritakan

    kemudian menjadi penyebab dari peristiwa yang diceritakan lebih dahulu menjadi

    akibat dari peristiwa yang diceritakan sesudahnya.

    Selanjutnya menurut Luxemburg (1989:149) yang dimaksud dengan alur

    adalah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang

  • 12

    secara logic dan kronologik saling berkaitan dan yang mengakibatkan atau yang

    dialami oleh para pelaku.

    Sedangkan menurut Atmazaki (2005: 101) plot merupakan struktur

    tindakan yang diartikan menuju keberhasilan efek emosional tertentu bagi

    pembaca. Sebuah alur akan mengalir begitu saja tanpa ditentukan oleh

    pengarang.Berdasarkan teori yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

    alur adalah rangkaian peristiwa yang terdapat pada novel. Alur tersebut

    menghubungkan suatu peristiwa dengan perisyiwa lainnya dalam novel.

    b) Penokohan

    Menurut Nurgiyantoro (2010: 13) tokoh- tokoh cerita dalam novel

    biasanya ditampilkan secara lengkap seperti ciri- ciri fisik, keadaan sosial, tingkah

    laku, sifat dan kebiasaan termasuk bagaimana hubungan antar tokoh itu baik

    dilukiskan secara langsung atau tidak langsung hal ini bertujuan agar dapat

    memberikan gambaran yang jelas dan kongkret tentang keadaan para tokoh dalam

    cerita tersebut dan agr tokoh- tokoh yang ditampilkan lebih mengesankan

    sementara pembaca tidak harus mengkonsentrasikan gambaran yang lebih lengkap

    tentang tokoh.

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 24) penokohan termasuk

    masalah penamaan, pemeranan keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter.

    Bagian- bagian ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan

    fiksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah gambaran bagaimana

    watak seseorang dalam menampilkan cerita dan perubahan yang terjadi pada diri

    seseorang sehingga cerita ini terlihat lebih jelas.

  • 13

    Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

    penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik sastra. Penokohan adalah

    seseorang yang tergambar dalam sebuah cerita atau pelaku dalam cerita.

    Perwatakan merupakan sifat seseorang yang ada pada setiap tokoh. Hal ini akan

    mempermudah embaca untuk menebak bagaimana tokoh mempengaruhi sebuah

    cerita.

    c) Latar

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 30) latar adalah penanda

    identitas permasalah fiksi yang secara samar diperlihatkan alur atau penokohan,

    latar merupakan tempat terjadinya tindakan atau peristiwa. Abraham

    (Nurgiyantoro, 2010: 216) mengatakan bahwa latar atau setting disebut juga

    sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu,

    dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Jadi

    dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu dan suasana berlangsungnya

    suatu peristiwa dalam fiksi.

    d) Tema

    Menurut Semi (1988: 43) tema merupakan suatu gagasan sentral yag

    menjadi dasar sebuah karya sastra. Dalam tema tercakup persoalan dan tujuan dari

    pengarang.Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 38) tema adalah inti

    permasalahan yang hendak disampaikan pengarang dalam karyanya, dengan

    demikian dalam suatu tema tercakup suatu persoalan dan tujuan utama dalam

    pengarang menulis karya sastra.

  • 14

    Hartoko dan Rahmanto (Nurgiyantoro, 2010: 68) mengatakan bahwa

    tema merupakan gagasan dasar umum yang menompang karya sastra dan yang

    terkandung dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut

    persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

    tema adalah inti permasalahan dalam sebuah cerita yang disajikan pijakan bagi

    peneliti dalam menganalisis karya sastra.

    Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan

    atau ide dari suatu cerita. Tema juga tergambar dari cerita yang dibuat di dalam

    novel.

    Berdasarkan bentuk dan unsur intrinsik, maka yang akan dipakai dalam

    penelitian ini adalah latar. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa latar merupakan salah satu unsur intrinsik sastra. latar adalah

    tempat, waktu dan suasana berlangsungnya suatu peristiwa dalam fiksi. Hal ini

    akan mempermudah pembaca untuk menebak bagaimana latar mempengaruhi

    sebuah cerita.

    2) Unsur Ekstrinsik

    Menurut Nurgiyantoro ( 2010: 23) unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur

    yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi

    bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik merupakan unsur-

    unsur yang mempengaruhi bangunan cerita karya sastra, namun tidak ikut menjadi

    bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh

    terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur

    ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

  • 15

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin ( 1992: 20) aspek utama dari unsur

    ekstrinsik adalah pengarang, sedangkan aspek penunjang adalah yang ada

    disekitar pengarang seperti kehidupan pengarang tersebut. pengaruh luar yang

    melatarbelakangi penciptaan lain cenderung dianggap juga sebagai unsur

    ekstrinsik, misalnya sensitifitas atau kepekaan pengarang, dan pandangan hidup

    pengarang. Realitas objektivitas yang ada disekitar pengarang juga merupakan

    unsur ekstrinsik, namun pengaruhnya melalui pengarang. Bagian dari realitas

    objektif yang mempengaruhi penciptaan fiksi antara lain tata nilai kemanusiaan

    yang berlaku dalam masyarakat, konvensi budaya dan norma-norma yang berlaku

    dalam masyarakat atau sosial.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada

    di luar karya itu sendiri. Unsur ekstrinsik novel berisikan biografi pengarang.

    Situasi dan kondisi secara langsung maupun tidak langsung dan nilai-nilai dalam

    cerita.

    2. Latar

    a. Pengertian Latar

    Menurut Tarigan, (2011:136) pertama latar yang dapat dengan terang dan

    jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan

    terhadap tokoh dan gerakannya serta tindakannya. dengan kata lain, apabila

    membaca menerima latar itu sebagai sesuatu yang nyata, maka cenderung dia

    lebih siap menerima orang-orang yang berbeda dalam latar itu dan tingkah laku

    serta gerak-geriknya. penerimaan itu tentu menerima wajar, tidak berlebih-

    lebihan. Kedua, latar suatu cerita mempunyai relasi yang lebih langsung dengan

  • 16

    arti keseluruhan dan arti yang umum dari suatu cerita. ketiga kadang-kadang

    mungkin juga terjadi bahwa latar itu dapat bekerja bagi maksud-maksud yang

    lebih tertentu dan terarah daripada menciptakan suatu atmosfer yang bermanfaat.

    Menurut Anjelina Maria (2013:4) latar merupakan lingkungan tempat

    peristiwa terjadi dalam karya sastra. Latar terdiri dari tiga unsur diantaranya:

    unsur tempat, waktu dan sosial.

    Menurut Wellek dan Austin (1988:79) yang paling banyak dibahas dalam

    studi sastra adalah latar (setting) lingkungan dan hal-hal yang bersifat eksternal.

    Metode ekstrinsik ini tidak terbatas pada studi tentang sastra lama, tetapi juga

    dapat diterapkan pada kesusastraan modern.

    Ramadansyah (2012:155), latar merupakan keterangan mengenai tempat,

    waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar cerita mutlak

    dibutuhkan untuk pembentukan tema dan plot karena latar harus bersatu antara isi

    dan struktur sehingga menghasilkan cerita yang menarik, padat, dan berkualitas.

    Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) latar adalah penanda

    identitas permasalahan fiksi yang mulaisecara samar diperlihatkan alur atau

    penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,

    maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu peristiwa itu berlaku. Latar

    memperjelas pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan tahun 20-an atau 80-

    an, pagi atau sore, siang atau malam, di kota atau di desa, di perkampungan atau

    di hutan, berhubungan dengan kultur Minangkabau atau Sunda, permasalahan

    orang dewasa atau remaja, dan lain-lain.

  • 17

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar

    adalah sesuatu yang menunjukkan waktu dan tempat dimana suatu cerita tersebut

    terjadi. Latar sangat penting dalam sebuah cerita karena latar memiliki fungsi

    untuk mempertegas atau menunjukkan suatu kejadian dimana peristiwa di dalam

    cerita itu terjadi. Suatu fiksi meskipun merupakan bentuk rekaan, harus dapat

    meyakinkan pembaca bahwa cerita yang disajikan benar-benar terjadi, sehingga

    dapat membawa pembaca memvisualisasikan latar yang diceritakan upaya untuk

    meyakinkan pembaca bahwa tempat atau situasi seperti yang digambarkan dalam

    cerita itu benar-benar adanya, peran karakter, dan narasi sangatlah penting.

    b. Unsur-unsur Latar

    Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,

    waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan

    permasalahan yang berbeda dan dapat dibedakan secara sendiri, pada

    kenyataannya saling berkaitan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

    1) Latar Tempat

    Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya

    menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.

    Pengangkatan suasan kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur local color,

    akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya yang

    bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional.

    (Nurgiyantoro, 2010:316). Latar akan mempengaruhi pengaluran dan penokohan,

    dan karenanya menjadi koheren dengan cerita secara keseluruhan. Sifat

    kedaerahan tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan

  • 18

    terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya.

    Dengan kata lain, latar sosial, latar spiritual justru lebih menentukan ketipikalan

    latar tempat yang ditunjuk.

    Tidak semua latar tempat digarap secara teliti dalam berbagai fiksi. Pada

    sebuah karya tertentu penunjukan latar hanya sekedar sebagai latar, lokasi hanya

    sekedar tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, dan kurang mempengaruhi

    perkembangan alur dan tokoh. Misalnya nama-nama tempat tertentu sekedar

    disebut: Jakarta, hotel, Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya sehingga

    nama-nama itu dapat diganti dengan nama-nama lain begitu tanpa mempengaruhi

    perkembangan cerita. Unsur tempat, dengan demikian menjadi kurang fungsional,

    kurang koheren dengan unsur cerita yang lain dan dengan cerita secara

    keseluruhan.

    2) Latar Waktu

    Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

    peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318).

    Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah.

    Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian

    dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita, apakah berupa

    penanggalan, penyebutan peristiwa bersejarah, penggambaran situasi malam,

    siang, sore, dan lain-lain. Misalnya, senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman

    dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB. Semua itu merupakan berbagai keterangan

    tentang latar waktu.

  • 19

    Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu

    penceritaannya. Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir

    tak mungkin menulis cerita. Dalam hal ini kejelasan masalah waktu menjadi lebih

    penting dari pada kejelasan unsur tempat, Nurgiyantoro (2010:231). Hal ini

    disebabkan orang masih dapat menulis dengan baik walau unsur tempat tak

    ditunjukkan secara pasti, namun tidak demikian halnya dengan pemilihan bentuk-

    bentuk kebahasan sebagai sarana pengungkapannya.

    3) Latar Sosial

    Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

    kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi

    (Nurgiyantoro, 2010:322). Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup

    berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan

    hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan

    bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh

    yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.

    Latar sosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan

    tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Di samping berupa hal-hal yang

    telah dikemukakan, latar sosial dapat pula berupa dan diperkuat dengan

    penggunaan bahasa daerah atau dialek-dialek tertentu. Status sosial tokoh

    merupakan salah satu hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar. Ada

    sejumlah novel yang membangun konflik berdasarkan kesenjangan status sosial

    tokoh-tokohnya. Perbedaan status sosial dengan demikian, menjadi fungsional

    dalam fiksi. Secara umum perlu adanya deskripsi perbedaan antara kehidupan

  • 20

    tokoh yang berbeda status sosialnya. Keduanya tentu memiliki perbedaan tingkah

    laku, pandangan, cara berpikir dan bersikap, gaya hidup, dan mungkin

    permasalahan yang dihadapi.

    Perlu ditegaskan bahwa latar sosial merupakan bagian latar secara

    keseluruhan. Jadi, latar sosial berada dalam kepaduan dengan unsur latar yang

    lain, yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu kepaduan

    jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan dari pada

    secara terpisah dan berbagai unsur yang lain, melainkan justru dari kepaduan dan

    koherensinya dengan keseluruhan.

    B. Penelitian yang Relevan

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hermansyah (2015) dengan

    judul penelitian “Latar dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan

    kelayakannya”. Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) latar tempat, (2) latar

    waktu, (3)latar sosial, dan (4) fungsi latar sebagai metafora dan atmosfer. Novel

    Padang Bulan layak dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA.

    Kedua, Prasetya (2015) dengan judul “Deskripsi Latar dalam Novel Ayah

    karya Andrea Hirata dan Rancangan pembelajarannya di Sekolah Menengah

    Atas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Ayah terdapat

    pendekatan realistis, impresionistis, dan menurut sikap penulis serta diksi dan

    kiasan untuk mendeskripsikan latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Diksi

    yang digunakan yaitu (1) makna denotasi dan konotasi, (2) penggunaan kata

    abstrak dan konkret, (3) penggunaan kata umum dan khusus, (4) penggunaan kata

  • 21

    populer dan kajian, dan (5) pengguanaan kata serapan dari bahasa asing dan

    daerah, serta kiasan berupa (1) metafora, (2) simile, dan (3) personifikasi.

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maemonah (2013) dengan judul

    Aspek Latar dalam novel Cinta di dalam gelas karya Andrea Hirata: Tinjauan

    Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa aspek latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas

    adalah (1) perempuan yang sabar, (2) perempuan yang tekun bekerja secara

    teratur (3) perempuan yang tidak lekas putus asa, (4) perempuan yang berbicara

    singkat, tetapi mantab, (5) perempuan yang cekatan. Hasil penelitian ini dapat

    diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Dengan demikian aspek

    latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas dapat dijadikan acuan oleh pembaca

    untuk diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai bahan ajar

    pembelajaran ajar di SMA.

    Berdasarkan penelitian relevan di atas terdapat persamaan dan perbedaan

    dalam penelitian. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama memfokuskan

    pada latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman,

    yaitu peneliti lebih fokus pada latar dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa

    Herman.

    C. Kerangka Konseptual

    Novel adalah salah satu karya sastra yang bersifat kreatif imajinatif dan

    juga berangkat dari realitas sosial. Sebagai bentuk karya sastra, merupakan realita

    di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan dibuat manusia.

    Selain itu novel juga dapat dijadikan sebagai media refleksi dan membangun jiwa.

  • 22

    Ada dua unsur yang membangun sebuah novel yaitu unsur intrinsik dan unsur

    ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam karya itu sendiri.

    Unsur intrinsik terdiri dari alur, penokohan, latar, tema, amanat, sudut pandang,

    dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya itu

    sendiri.

    Selain itu novel juga berangkat dari realita yang ada di kehidupan

    manusia, yang mengungkap latar seorang tokoh, faktor-faktor yang

    mempengaruhi dan tipe-tipe perilaku tokoh itu sendiri. Salah satu tokoh tersebut

    yang terdapat pada novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman menggunakan

    berbagai latar, diantara tempat, waktu dan latar sosial. Dalam penelitian ini

    peneliti menganalisis latar dalam novel yang menyangkut latar tempat, latar waktu

    dan latar sosial. Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual yang digambarkan

    dalam penelitian sebagai berikut ini.

  • 23

    Bagan 1. Kerangka Konseptual Analisis Latardalam Novel Menggapai MentariKarya Elisa Herman

    Novel

    Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik

    RealitasObjektif

    Pandangan duniapengarang

    Alur Tokoh/Penokohan

    Latar Tema Amanat SudutPandang

    GayaBahasa

    Konvensi Budaya Sosial Tata Nilai

    Analisis

    Latar Tempat Latar Waktu Latar Sosial

    Analisis Latar dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman

  • 24

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Metode Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut

    Ratna (2004:46-47) penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan

    cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Penelitian

    kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya

    dengan konteks keberadaannya.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

    analisis. Menurut Ratna (2004:53) metode deskriptif analisis adalah metode yang

    dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul

    dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan.

    Jadi, subjek dalam penelitian ini adalah latar dalam novel Menggapai Mentari

    karya Elisa Herman.

    B. Data dan Sumber Data

    Data dalam penelitian ini adalah teks tentang latar yang terdapat dalam

    novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Sumber data dalam penelitian ini

    adalah novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, 2016, penerbit plus+

    Pustaka Pelajar, Jakarta Timur.

    C. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri serta dibantu oleh format

    pencatatan data. Peneliti mencatat data yang berhubungan dengan fokus penelitian

    yaitu latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.

    24

    2424

  • 25

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa

    langkah:

    1. Membaca novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, sehingga dapat

    memahami pesan dan cerita yang jelas tentang isi novel yang diteliti.

    2. Mencatat data tentang latar yang terdapat dalam novel Menggapai

    Mentari karya Elisa Herman.

    3. Mengelompokkan data yang berhubungan dengan latar tempat, latar

    waktu dan latar sosial dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa

    Herman.

    Format Inventarisasi Latar pada novel Menggapai Mentari karyaElisa Herman

    No Kutipan Latar Halaman Catatan

    Tempat Waktu Sosial

    E. Teknik Pengabsahan Data

    Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teknik uraian rinci. Moleong (2005:338) menyatakan bahwa teknik uraian rinci,

    peneliti dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya melalui uraian yang diteliti

    dan secermat mungkin dalam menggambarkan konteks penelitian. Uraian ini

  • 26

    harus mampu mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

    pembaca agar dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh dari hasil

    penelitian. Hal itu berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan

    teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

    Pengabsahan data dilakukan dengan pembuktian yang diambil langsung

    dalam novel yaitu latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya

    Elisa Herman. Data yang diambil adalah cerita yang antar tokoh dan kata-kata

    yang digunakan pengarang dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.

    Setelah didapat bagian tersebut, maka dikutip beberapa baris untuk

    memperlihatkan hal yang dimaksud.

    F. Teknik Analisis Data

    Patton (Moleong, 2010:280) mengatakan bahwa analisis data merupakan

    mengatur urutan data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan

    satuan uraian dasar. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menurut langkah-

    langkah berikut:

    1. Mendeskripsikan data yang berhubungan dengan latar tempat, latar waktu

    dan latar sosial.

    2. Mengklasifikasikan data melalui tuturan yang dapat diabstraksikan sebagai

    data latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada novel Menggapai

    Mentari karya Elisa Herman.

    3. Menginterpretasikan data berdasarkan hubungan sebab-akibat ucapan dan

    penokohan tokoh utama.

  • 27

    4. Menganalisis data hasil inventarisasi untuk mendapatkan fungsi latar

    dalam novel.

    5. Membuat kesimpulan dan melaporkan hasil penelitian.

  • 28

    BAB IVTEMUAN PENELITIAN

    Pada bab ini akan dijelaskan tentang temuan, analisis data, dan

    pembahasan. Temuan data dalam penelitian ini yaitu data-data yang berhubungan

    dengan analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa

    Herman. Setelah itu, dilakukan analisis data yang terdapat temuan data dengan

    mengaitkan dengan teori yang dijelaskan pada bab II. Setelah data dianalisis,

    maka dilakukan tahap pembahasan.

    A. Temuan latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman

    Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka latar yang terdapat

    dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ini berjumlah empat puluh

    sembilan (49) data. 1) latar tempat berjumlah 17, 2) latar waktu berjumlah 27, dan

    3) latar sosial berjumlah 20. Penjelasannya dapat dilihat pada temuan data berikut

    ini.

    1. Latar Tempat

    Tidak semua latar tempat digarap secara teliti dalam berbagai fiksi. Pada

    sebuah karya tertentu penunjukan latar hanya sekedar sebagai latar, lokasi hanya

    sekedar tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, dan kurang mempengaruhi

    perkembangan alur dan tokoh. Misalnya nama-nama tempat tertentu sekedar

    disebut: Jakarta, hotel, Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya, sehingga

    nama-nama itu dapat diganti dengan nama-nama lain. Latar tempat itu

    mengisyaratkan bahwa terjadi peristiwa yang bisa dilakukan subjek/pelaku. Latar

    tempat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ditemukan sebanyak

    28

  • 29

    tujuh belas (17) data. Hal itu terdapat pada beberapa peristiwa sebagai berikut.

    Pertama, latar tempat “Rumah Sakit” yaitu adanya ruangan operasi, ruang inap,

    ruang tunggu, dan lain-lain. Di Rumah Sakit ada dokter yang selalu siap siaga,

    rekan medis dan beberapa perawat. Kedua, tangga “Halte Transjakarta”, tempat

    pemberhentian orang yang akan pulang dari kantor atau pergi di luar rumah.

    seperi karyawan buruh pabrik, Guru, Karyawan Swasta dan tentunya Elisa sendiri.

    Halte ini sangat penting bagi masyarakat sebelum bepergian dan juga tempat

    istirahat sejenak setelah bekerja sebelum pulang. Ketiga, “Monumen Nasional”,

    yaitu tempat bersejerah yang didirikan oleh Presiden Soekarno dan gedung

    kemerdekaan, Bundaran Hotel Indonesia, Kantor Gubenur Jakarta, kantor Komisi

    Pemilihan Umum dan beberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh

    Tokoh Elisa Untuk bertemu dengan sang Idolanya Joko Widodo. Semua tempat

    tersebut hanya berhenti sehingga beberapa saat saja ketika tokoh ingin bertemu

    dengan tokoh idolanya yaitu Ir. Joko Widodo Presiden RI.

    2. Latar Waktu

    Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-

    peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut

    biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi

    pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba

    masuk ke dalam suasana cerita, apakah berupa penanggalan, penyebutan peristiwa

    bersejarah, penggambaran situasi malam, siang, sore, dan lain-lain. Misalnya,

    senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB.

    Semua itu merupakan berbagai keterangan tentang latar waktu. Latar waktu dalam

  • 30

    novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ditemukan sebanyak dua puluh

    tujuh (27) data. Pertama, latar waktu yaitu dengan kata-kata “Sebulan”. Waktu

    dijelaskan tokoh dalam novel merupakan 30 kalau dihitung dengan hari. Kedua,

    waktu yang dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu, pagi hingga siang

    hari. Waktu itu dijelaskan secara rinci dan diurai di dalam novel ini. Ketiga,

    keesokan paginya, kejadian semalam, tiga hari kemudian, Malam itu, empat

    bulan, dan waktu terperinci juga di gunakan seperti pukul 13.30 WIB. Tangal 28

    September.

    3. Latar Sosial

    Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

    kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

    Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

    yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

    keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial

    juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,

    menengah, dan atas.

    Latar sosial dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman

    ditemukan sebanyak dua puluh (20). Pertama, latar sosial dapat meyakinkan dan

    menggambarkan suasana kedaerahan tertentu melalui kehidupan sosial

    masyarakat seperti acara Car Free Day. Kegiatan ini diadakan untuk memberikan

    ruang dan waktu bagi warga agar menikmati suasana tanpa polusi. Kedua, adanya

    keyakinan dalam diri Elisa untuk berobat seperti saya juga minum ramuan yang

    konon sangat bagus untuk penderita stroke. Ketiga, adanya sikap dan pandangan

  • 31

    hidup dalam mengahargai kesehatan seperti saya semakin menghargai kesehatan.

    Jika saya yang sudah tua telah terlanjur salah asuh, sebelum terlambat untuk

    mendidik yang masih muda-muda. Latar sosial terlihat jelas dari peristiwa yang

    dialami oleh tokoh dan beberapa tokoh cara berpikir, sikap dan keyakinan, cara

    tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, cara tradisi/kebiasaan hidup.

    B. Analisis Latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman

    Berdasarkan temuan data yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari

    karya Elisa Herman dilakukan analisis data. Data yang dianalisis tersebut berupa

    latar tempat, waktu dan sosial. Data ini dianalisis berdasarkan yang terdapat

    dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Berikut ini paparan analisis

    data analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa

    Herman.

    1. Latar tempat dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman

    Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya

    menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.

    Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur warna

    kedaerahan yang menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam

    karya yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan

    fungsional. (Nurgiyantoro, 2010:316). Latar akan mempengaruhi pengaluran dan

    penokohan, dan karenanya menjadi koheren dengan cerita secra keseluruhan. Sifat

    kedaerahan tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan

    terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya.

    Dengan kata lain, latar sosial, latar spiritual justru lebih menentukan ketipikalan

  • 32

    latar tempat yang ditunjuk. Unsur tempat, dengan demikian cerita secara

    keseluruhan terdapat beberapa latar tempat. Setelah dilakukan penelitian terdapat

    latar dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Latar tempat itu

    mengisyaratkan bahwa terjadi peristiwa yang bisa dilakukan subjek/pelaku.

    Berikut dijelaskan latar tempat dalam novel Menggapai Mentari.

    Data No. 2Bulan pertama, saya berpergian dengan taksi. Setelah sebulanterlewati, kondisi saya berangsur pulih, saya mulai naikTransjakarta atau kendaraan umum. Pada saat saya melangkahmenaiki tangga Halte Transjakarta, napas saya mulai tersengal.Pikiran negatif mulai simpang-siur di benak Elisa. (Herman,2016: 21)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu tangga Halte Transjakarta dan taksi. Tangga Halte

    Transjakarta merupakan tempat pemberhentian mobil Transjakarta. Tokoh Elisa

    sering berhenti di tangga halte Transjakarta sebelum memasuki bus. Alat

    transportasi tersebut merupakan alat transportasi yang paling cepat saat itu, sebab

    ada rute tersendirinya. Halte itu juga banyak yang berjualan makanan ringan

    sambil menunggu mobil angkutan datang. Elisa dan beberapa karyawan swasta

    menunggu di Halte. Halte itu juga jalan alternatif menghilangkan capek setelah

    bekerja seharian sebab di sana ada kursi yang nyaman untuk duduk. Tokoh Elisa

    biasanya berhenti di Halte sebelum berpergian, seperti karyawan dan pengajar.

    Elisa cenderung beristirahat jika sudah letih mencari Jokowi. Selanjutnya

    peristiwa latar juga terlihat pada saat kunjungan ke Monas. Hal itu terlihat pada

    kutipan berikut.

  • 33

    Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murah adalahlari pagi. Saya memutuskan untuk lari pada minggu pagi saat CarFree Day di Jakarta cukup panjang dari Bundaran Senayan sampaiMonumen Nasional (monas), pagi hingga siang hari. Denganberjalan waktu serta semakin padatnya masyarakat yangberolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikukmerupakan suatu kebahagiaan yang tak terperi bagi saya.(Herman, 2016: 22)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari latar tempat tersebut merupakan peristiwa yang ada dan

    benar-benar terjadi. Monumen Nasional adalah lambang negara Indonesia.

    Monumen itu juga melambangkan berdirinya bangsa Indonesia. Monumen

    Nasional berdiri di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Disini terlihat tokoh

    Elisa berolahraga di Monumen Nasional demi menurunkan kadar kolestrol. Tokoh

    Elisa memutuskan untuk lari pagi di bundaran senayan sampai Monas. Monumen

    ini adalah lambang Ibu Kota dan sekaligus tanda bahwa bangsa ini berdiri kokoh.

    Hal itu terlihat pada kutipan “Bundaran Senayan sampai Monumen Nasional

    (monas), pagi hingga siang hari”. Monumen ini selain lambang Ibu Kota juga

    lambang Ibu Kota negara yang banyak di kunjugi atau tempat favorit keluarga

    ketika berlibur. Di sini adalah tempat olahraga yang sering dikunjungi Elisa setiap

    minggu. Selanjutnya peristiwa tempat terjadinya terjadi di rumah sakit. Hal itu

    terlihat sebagai berikut.

    Data No. 7Awal mulanya, saya merawat Jacky bersama sahabat Elisa.Ketika itu, ia baru pulang dari Rumah Sakit setelah operasijantung dan menderita stroke yang kedua kali. (Herman, 2016:28)

  • 34

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu latar “rumah sakit” merupakan tempat dimana tokoh

    bersama tokoh lain berada di rumah sakit. Di rumah sakit biasanya terdapat

    ruangan operasi, ruang inap, ruang tunggu. Disini terlihat bahwa tokoh Elisa berda

    di Rumah Sakit untuk mendampingi pasiennya yang sakit Stroke. Rumah sakit

    juga merupakan segala tempat untuk memeriksa kesehatan pasien. Tokoh utama

    yaitu Elisa dengan tokoh lain sedang berada di rumah sakit, karena merawat

    temannya. Elisa biasanya ke rumah sakit bila penyakit pertigonya kambuh. Elisa

    tidak akan ke rumah sakit kalau tidak ada yang sakit. Elisa tahu bahwa tempat

    rumah sakit merupakan tempat yang sangat menghantui pemikirannya.

    Selanjutnya, peristiwa tempat juga terlihat pada keberadaan tokoh di sebuah

    tempat yaitu apartemen yang digunakan sebagai tempat istirahat. Hal itu terlihat

    pada kutipan berikut.

    Data No. 11saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumah dalamkondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menit di lobigedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanyapulang. Sesampainya di Apartemen, saya mulai mencatat semuahasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihat selama lima haridia berada di rumah. (Herman, 2016: 40)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu di apartemen dan lobi gedung. Apartemen merupakan

    tempat istirahat, fungsinya sama dengan rumah, dan hotel. Namun, yang berbeda

    dengan apartemen adalah fasilitasnya. Disini terlihat tokoh sedang beristirahat di

    lobi Apartemen. Apartemen biasanya lebih mahal, baik penjualannya maupun

    penyewaannya. Apartemen biasanya di sewa perbulan, dan biayanya rata-rata di

  • 35

    atas 30 Juta. Di sini juga disebutkan latar tempat di lobi gedung dalam kutipan

    “Setelah beristirahat selama 30 menit di lobi gedung itu. Lobi gedung biasanya

    dilengkapi dengan berbagai perangkat meja dan kursi, yang berfungsi sebagai

    ruang duduk atau ruang tunggu. Sebelum berangkat ke apartemen, Elisa

    beristirahat terlebih dahulu di lobi gedung. Kegiatan Elisa selama lima hari di

    rumah yang terdapat di dalam kutipan yaitu mencatat semua hasil tekanan dan

    gejala apa saja yang terlihat dengan pasiennya itu.

    Selanjutnya, peritiwa latar tempat juga terlihat pada peristiwa

    berkumpulannya tokoh utama dengan teman-temannya di warung dekat

    Universitas Indonesia. Warung tersebut merupakan tempat biasa beristirahat dan

    diskusi tokoh dengan teman-teman dekatnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 13“Mulanya, satu kelas berisi sekitar 17 murid. Akhirnya yangmelaju hanya tinggal tiga orang: saya, Lena, dan Kathy. Kerenatinggal bertiga, kelas kami pun tidak bisa dilanjutkan. Namun,kami masih kerap berkumpul melepas rindu di warung sampingUniversitas Indonesia atau restoran di mal. Lama-kelamaanhanya sesekali kami bertemu karena terpisah benua. Kamiberkumpul jika sama-sama pulang ke Indonesia, di PlazaSenayan, Jakarta untuk melepas rindu. (Herman, 2016: 47)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berkumpul di warung samping Universitas

    Indonesia dan restoran di mal. Artinya Warung tersebut merupakan tempat

    berkumpul Elisa bersama teman-temannya untuk melepas rindu. Selain di warung

    samping Universitas Indonesia, tokoh Elisa dan teman-temannya juga berkumpul

    di restoran di mal. Restoran adalah tempat menjual menu makanan dan minuman

    dengan pelayanan yang baik dalam sebuah bangunan dengan standar tertentu yang

  • 36

    dapat digunakan untuk menerima tamu atau konsumen. Selanjutnya, peristiwa

    latar tempat juga terlihat ketika tokoh pergi ke arah Senayan dari semanggi dan

    terakhir Elisa berada kearah Bundaran Hotel Indonesia. Hal itu terlihat pada

    kutipan berikut.

    Data No. 17“Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selaluditemani putra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan padaCar Free Day. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisamenemani saya mencoba berlari ke arah yang berlawanan. Sayaingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul07.15, saya berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel IndonesiaKempinski. (Herman, 2016: 59-60)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Ketika tokoh menjelaskan latar tempat

    yang disinggahi yaitu semanggi, Senayan dan Bundaran Hotel Indonesia. Artinya

    setelah terkena serangan penyakit vertigo, tokoh Elisa selalu ditemani putranya

    pada kegiatan Car Free Day pada hari minggu. Tetapi, karena putranya tidak bisa

    menemani, akhirnya tokoh Elisa berlari sendirian ke arah Bundaran HI. Bundaran

    HI merupakan tempat yang berada persis di persimpangan jalan depan Hotel

    Indonesia, di Jakarta Pusat. Disitu terdapat monumen patung Selamat Datang

    khusus dibangun untuk menyambut kontingen duta olahraga pada pesta Asian

    Games tahun 1962. Sekarang Bundaran HI menjadi tempat strategis di Ibu Kota

    bagi para demonstrans untuk menyuarakan aspirasi serta membentangkan segala

    bentuk poster dan spanduk saat berunjuk rasa. Selanjutnya, peritiwa latar tempat

    juga terlihat ketika tokoh berada di Mal. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 21“Tiba di Mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari ke sana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dan catrige baru di Mal.

  • 37

    Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamatkantor Bapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang sayatumpangi. Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkatke kantor Gubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKIJakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan No.8-9 sesuaiketerangan pengemudi taksi kemarin. (Herman, 2016: 64)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berada di Mal dan kantor Gubernur di

    Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan No.8-9.

    Mal adalah tempat pusat perbelanjaan dengan arsitektur berupa bangunan tertutup

    dengan suhu yang diatur. Umumnya mal memiliki tiga lantai. Biasanya di mal,

    lebih lengkap dibandingkan dg tempat perbelanjaan yang lain. Serta memberikan

    kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi pengunjung. Di mal ini tokoh Elisa

    sedang mencari tempat isi ulang catrige baru. Sementara Kantor Gubenur

    merupakan tempat kepala pemerintahan wilayah. Tempat ini adalah tempat yang

    akan dikunjungi tokoh Elisa untuk bertemu dengan tokoh idolanya Bapak Jokowi.

    Selanjutnya, peritiwa latar tempat juga terlihat ketika Elisa dari Salemba menuju

    jalan Merdeka Barat. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 29“Pukul 10.45, saya pun bertolak dari Salemba ke tempat tujuansaya di jalan Medan Merdeka Barat. Saya sengaja berangkatlebih awal, ada waktu luang untuk menenangkan diri sebelumbertemu dengan beliau karena lokasi tujuan saya, paling lamaditempuh dalam waktu 20 menit. (Herman, 2016: 86)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu Salemba dan di jalan Medan Merdeka Barat. Artinya

    latar tempat di gambarkan yaitu “dari Salemba ke tempat tujuan Elisa di jalan

    Medan Merdeka Barat”. Salemba adalah nama sebuah kawasan di kecamatan

  • 38

    Senen, Jakarta Pusat. Nama ini juga terkenal karena adanya Universitas Indonesia

    yang terletak di daerah tersebut. beberapa gedung yang dekat di daerah ini adalah

    Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Rumah Sakit Dr. Cipto

    Mangunkusumo (RSCM). Jalan Merdeka Barat adalah nama salah satu jalan di

    Jakrta yang mengelilingi kawasan Monas dan termasuk dalam wilayah Civic

    Center. Sebagian jalan ini dilalui oleh Transjakarta. Tujuan Elisa datang kesini

    adalah untuk bertemu dengan Bapak Jokowi. Sela- njutnya peristiwa latar juga

    terlihat penggambarannya ketika Elisa berada di kantor Kemenkes RI. Hal itu

    terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 30“Siang itu, dengan semangat berpijar saya berangkat ke kantorKemenkes RI di jalan Percetakan Negara untuk berjumpadengan Bapak Dirjen. Jadwal saya untuk bertemu beliau padapukul 13.00. Tetapi, karena saya tiba lebih awal, pukul 12.00 dankebetulan beliau sedang kosong, saya langsung dipersilahkanmasuk. Pukul 13.00. (Herman, 2016: 92)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat kejadian tokoh yang berada

    di kantor kemenkes. Kantor itu merupakan kantor pusat kesehatan Indonesia.

    Disana dihuni oleh menteri-menteri yang telah di tunjuk presiden untuk

    melakukan tugasnya yaitu memantau dan memberikan keputusan apa saja yang

    berkaitan dengan kesehatan seluluruh masyarakat Indonesia. Elisa ke kantor

    tersebut mencari Joko Widodo sosok idola yang sangat ia kagumi. Selanjutnya,

    Elisa juga pergi ke tempat lain. Kali ini ia pergi ke kantor KPU. Hal itu terlihat

    sebagai berikut.

    Data No. 32“Siang itu, 29 Mei 2014, saya tiba di kantor KPU lebih awal darijadwal, masih lengang. Di pintu masuk saya sempat dicegat. “Ibu

  • 39

    ada undangan?” Begitu saya menggeleng, mereka kembalibertanya. (Herman, 2016: 115)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang disajikan oleh Elisa

    terlihat jelas bahwa Elisa sekarang mengunjungi sebuah tempat yang bernama

    KPU. KPU merupakan sebuah singkatan dari Komisi Pemilihan Umum. KPU

    merupakan kantor pusat dimana kantor itu berfungsi memutuskan kepala daerah

    atau presiden dari hasil pemilihan umum oleh warga negara Indonesia. Kantor

    KPU juga mempunyai tugas selain harus independen, juga terbuka mengenai

    informasi tentang pemilihan umum. KPU tugas biasanya memutuskan tentang

    pemilihan Presiden melalui KPU Daerah. Selanjutnya, peristiwa latar tempat juga

    diperlihatkan oleh tokoh Elisa ketika tokoh pergi ke posko di sebelah bundaran

    Hotel Indonesia. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 33“saya terdiam. Pantasan tadi pagi ketika saya berhenti di poskodepan Menara BCA, suara hati sempat mengingat kisah pertamakali saya bertemu Jokowi di depan pos polisi Bundaran HI.(Herman, 2016: 126)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berada di depan pos polisi Bundaran HI.

    Bundaran HI merupakan singkatan dari tempat Bundaran Hotel Indonesia. Hotel

    ini termasuk salah satu hotel tertua di Indonesia. Semenjak Jakarta bernama

    Batavia dulunya. Tokoh berada di dekat pos polisi di Bundaran HI. Pos polisi ini

    merupakan tempat penjagaan polisi jika ada sesuatu yang terjadi di Bundaran

    Hotel Indonesia. Sebab, di tempat ini sering terjadi demo dan kampanye tentang

    pemilihan Presiden atau menjatuhkan Presiden seperti peristiwa 98. Selanjutnya,

  • 40

    tokoh juga menjelaskan tentang tempat yang dialami. Hal itu terlihat pada kutipan

    berikut.

    Data No. 39Benar, begitu tiba di halte GBK semua penumpang turun dantangga halte Transjakarta sontak penuh sesak. Bahkan, untukjalan keluar dari tangga halte orang harus mengantre panjang.Selepas dari tangga, saya semakin terpesona melihat orang-oranglalu-lalang di sekitar GBK. (Herman, 2016: 158)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa tiba di halte GBK dan tangga halte

    Transjakarta. Halte ini merupakan tempat pemberhentian sebelum seseorang pergi

    menggunakan Transjakarta. Halte Transjakarta di desain berbeda dari halte

    angkutan umum lainnya. Halte di sediakan tempat penyebrangan yang biasanya

    terletak dekat lampu lalu lintas atau dibuat zebra cross. Di dalam halte disediakan

    tempat duduk, tempat sampah, papan informasi mengenai rute Transjakarta, dan

    lain-lain. Artinya, tokoh yang berada di tangga Halte menyaksikan orang-orang

    lalu-lalang di sekitar GBK. Selanjutnya peristiwa terjadi pada Elisa adalah untuk

    mencari identitas Pak Jokowi hal itu terlihat dengan tempat yang disinggahinya di

    depan istana merdeka. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 43“Setelah berselancar ke sana-sini, akhirnya saya menemukanpersyaratan lomba dan langsung mendaftarkan diri untuk larijarak 8 km. Lomba lari ini diselenggarakan guna memperingatiHari Kemerdekaan Ke-69 RI yang akan diadakan pada 31Agustus 2014, Pukul 06.00, dari depan Istana Merdeka.(Herman, 2016: 212)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu Istana Merdeka. Istana Merdeka merupakan tempat

    resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke

  • 41

    Taman Monas Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Istana Merdeka digunakan untuk

    penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, anatara lain Peringatan detik-detik

    Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara dan penyerahan surat-surat

    kepercayaan duta besar negara sahabat. Terlihat disini Elisa sangat ingin

    mengikuti lomba lari yang akan diadakan dari depan Istana Merdeka. Selanjutnya

    peristiwa yang dialami oleh tokoh mengenai penggambaran peristiwa ketika tokoh

    berada di Monumen Nasional, hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 44“Setelah Independendence Day Run 2014, saya mendaftarkandiri untuk ikut fx Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Pendaftaranberjalan lancar dan tertib. Setelah kesuksesan Fx Sunday FunRun, saya mendaftarkan diri untuk ikut Mandiri JakartaMarathon 2014 di Monumen nasional (Monas) pada 26Oktober 2014. Acara ini diikuti oleh para peserta nasional daninternational. (Herman, 2016: 259)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu di Monumen Nasional (Monas). Monumen itu

    merupakan tempat bersejarah dan menjadi lambang Indonesia. Di sekeliling tugu

    terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat

    berolahraga. Pada hari-hari libur dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati

    pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.

    Monumen tersebut di rancang pada pemerintahan Presiden pertama Indonesia

    yaitu Ir. Soekarno. Disini terlihat Elisa mendaftarkan diri pada acara Mandiri

    Jakarta Marathon 2014 setelah kesuksesannya di fx Sunday Fun Run. Selanjutnya,

    latar tempat juga terlihat ketika tokoh mampir ke Istana. Hal itu terlihat pada

    kutipan berikut.

  • 42

    Data No. 46“Setelah puas mampir seharian di Istana, dengan langkah ringansaya bergegas menuju Pesta Rakyat yang diselenggarakan diMonas. Di pintu Monas, masyarakat sudah padat mengantre.(Herman, 304)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang disajikan oleh Elisa.

    Elisa mampir seharian di Istana dan di Monas. Di pintu Monas masyarakat sudah

    padat mengantre. Istana Merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor

    Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke Taman Monas Jalan Merdeka

    Utara, Jakarta. Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara

    kenegaraan, antara lain Peringatan detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan

    tamu negara dan penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat.

    Monumen Nasional merupakan tempat bersejarah dan menjadi lambang

    Indonesia. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa

    lapangan terbuka tempat berolahraga. Disini Elisa mengahadiri pesta rakyat yang

    diadakan di Monas. Selanjutnya, latar tempat juga dijelaskan ketika jutaan orang

    menyemut di jalan Thamrin menuju istana dan Bundaran HI. Tempat tersebut

    merupakan tempat persinggahan sementara Elisa sebelum bertemu Pak Jokowi.

    Hal itu terlihat pada cuplikan berikut.

    Data No. 47“Jutaan orang menyemut di Jalan M.H.Thamrin menuju IstanaNegara. Mereka ingin menyambut kedatangan Presiden danWakil Presiden RI yang baru saja dilantik, Joko Widodo danJusuf Kalla. Sejak pukul 08.00, mereka rela dijerang mentarimemenuhi Bundaran Hotel Indonesia demi menunggu sangPresiden yang akan melintasi jalur tersebut dengan menggunakankereta kuda. (Herman, 2016: 311)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu di Jalan M.H. Thamrin menuju Istana Negara dan

  • 43

    Bundaran HI. Jalan M. H. Thamrin adalah nama salah satu jalan utama Jakarta.

    Jalan ini terdapat kedutaan-kedutaan besar, Hotel Indonesia dan Bundaran HI.

    Bundaran HI terdapat monumen patung Selamat Datang khusus dibangun untuk

    menyambut kontingen duta olahraga pada pesta Asian Games tahun 1962.

    Sekarang Bundaran HI menjadi tempat strategis di Ibu Kota bagi para

    demonstrans untuk menyuarakan aspirasi serta membentangkan segala bentuk

    poster dan spanduk saat berunjuk rasa. Disini Elisa menceritakan bagaimana

    antusias warga dalam menyambut kedatangan Presiden ketika dilantik.

    Selanjutnya, latar tempat dijelaskan dalam novel yang pernah di datangi oleh Elisa

    adalah Teras Istana Presiden. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 49“Air mata saya memang jatuh di garis finish Independence DayRun 2014 dan teras Istana Negara saat Upacara militer lepassambut Presiden pada 20 Oktober 2014. Tetapi, perjalanan Elisabelum mencapai garis akhir. Belum, belum lagi usai. Saya masihakan terus berlari, merengkuh impian saya walaupun tersengal,walaupun terpuruk, walau terjal berliku. Perjalanan Elisa masihbelum usai. (Herman, 2016: 325)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu teras Istana Negara saat Upacara Militer lepas sambut

    Presiden pada 20 Oktober 2014. Istana Negara adalah tempat penyelenggaraan

    acar-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain seperti pelantikan pejabat-pejabat

    tinggi negara, rapat kerja nasional, serta jamuan yang bersifat kenegaraan. Artinya

    peristiwa yang dialami tokoh ketika meneteskan air mata di “Teras Istana Negara

    saat Upacara militer lepas sambut Presiden pada 20 Oktober 2014”. Tidak semua

    orang bisa memasuki tempat tersebut. Tempat itu hanya bisa di masuki oleh

  • 44

    orang-orang yang memiliki kepentingan negara dan tempat yang paling bersejarah

    bagi bangsa Indonesia.

    2. Latar waktu dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman

    Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

    peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318).

    Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah.

    Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu

    penceritaannya. Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir

    tak mungkin menulis cerita. Latar waktu juga digambarkan dalam novel

    Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Latar waktu menerangkan “kapan”

    peristiwa itu terjadi. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 1“Sebulan berselang setelah vertigo menyerang, daya ingat sayaberangsur-angsur pulih. saya mulai beraktivitas ke lokasi yangtidak terlalu jauh. Namun, di bawah tempurung kepala saya masihterasa ada sesuatu yang mengganjal. (Herman, 2016: 20)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu “sebulan”. Disini terlihat bahwa kapan peristiwa

    beberapa waktu yang lalu, Elisa mengalami penyakit vertigo yang pernah

    menyerangnya. Waktu itu di jelaskan secara umum oleh tokoh Elisa. Elisa

    mengindap penyakit vertigo. Venyakit ini bisa membuat orang mati seketika

    sebab menyerang saraf dan jantung/pernafasan. Vertigo ini jenis penyakit pusing-

    pusing atau sama dengan stroke ringan. Peristiwa tersebut dijelaskan di dalam

    novel secara mendalam sehingga kita bisa menelaah lebih dalam mengenai waktu

    tersebut. Selanjutnya peristiwa waktu juga terlihat dari peristiwa yang dialami

  • 45

    oleh tokoh. Tokoh juga menggambarkan dengan kata “waktu”. Hal itu terlihat

    pada kutipan sebagai berikut.

    Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murah adalahlari pagi. saya memutuskan untuk lari pada Minggu pagi saat CarFree Day di Jakarta cukup panjang dari Bundaran Senayan sampaiMonumen Nasional (monas), pagi hingga siang hari. Denganberjalan waktu serta semakin padatnya masyarakat yangberolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikukmerupakan suatu kebahagiaan yang tak terperi bagi saya.(Herman, 2016: 22)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu “minggu pagi dan siang hari”. Artinya pagi merupakan

    melambangkan kapan terjadi peristiwa itu. Jika dihadapkan pertanyaan kapan

    terjadi? Tentu jawabannya “pagi hari dan siang hari”. Artinya Elisa melakukan

    aktifitasnya di pagi hari hingga siang hari dan merasakan lingkungan yang tenang

    dan bersih. Elisa menjelaskan peristiwa yang pernah dilalui seperti pagi dan siang

    hari. Perisr=tiwa yang di tulis Elisa secara sistematis sehingga pembaca bisa

    memahami cerita Elisa secara optimal. Selanjutnya peristiwa waktu juga

    dijelaskan tokoh pada peristiwa selanjutnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 6“Keesokan paginya, saya terbangun seperti biasa dan telah lupapada kejadian semalam. Hari lekas bergulir karena kesibukanmulai beruntun. Tiga hari kemudian, entah mengapa sayamerasa lebih nyaman. Tapi aneh, apa yang menyebabkan sayalebih nyaman? saya mulai termenung. (Herman, 2016: 26)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu keesokan paginya, kejadian semalam, dan tiga hari

  • 46

    kemudian. Artinya tokoh menceritakan kapan terjadinya peristiwa yang ia alami.

    Elisa yang bangun di pagi hari telah lupa peristiwa yang ia alami di pagi hari. Tiga

    hari setelah itu, baru Elisa merasa lebih nyaman dan melakukan aktifitas kembali.

    peritiwa ini dialami Elisa dalam semua aktifitasnya. Namun, waktu yang ditulis

    Elisa terkadang secara umum dan terkadang di khususkannya seperi peritiwa ini

    contoh waktu yang secara umum tanpa dijeskan jam dan menitnya. Selanjutnya

    peristiwa lain yang dialami tokoh lewat waktu yaitu setiap kejadian yang dialami

    dijelaskan dalalm bentuk “malam itu”. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai

    berikut.

    Data No. 8“Malam itu, saya menyiapkan sebuah jaket baru untuk Jackyyang hendak cek ke dokter keesokan paginya, jaket sutera halusitu telah lama ia beli di Perancis, tetapi tidak pernah dipakainya.Jacky sangat senang ketika saya memberitahu bahwa jaket ituakan menghangatkan bila ia pergi ke dokter. (Herman, 2016: 29)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu “malam itu dan keesokan paginya” merupakan

    gambaran bahwa tokoh mengalami suatu peristiwa dimana Elisa menyiapkan

    jaket baru untuk pasiennya yang hendak cek ke dokter pada besok pagi. Peristiwa

    ini Elisa mencoba bersiap dan apa saja dibutuhkan bila pergi nantinya. Elisa

    melihat bagaimana bahan jaket itu di beli dari Perancis dan tentunya barang

    tersebut sangat bagus. Hangatnya sangat sempurna jika dipakai oleh orang sedang

    sakit. Selanjutnya latar waktu terlihat pada kutipan sebagi berikut.

    Data No. 10“Empat bulan setelah Vera dipecat, saya menerima telepon darisebuah panti jompo. Mereka menanyakan apakah saya mengenalVera. Pertanyaan itu sempat mengagetkan saya. Sebab, setelahperistiwa itu kami tidak pernah berhubungan lagi.Ternyata, Vera

  • 47

    melamar pekerjaan di situ. Dan, mereka meminta rekomendasidari saya. (Herman, 2016: 37)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu “Empat Bulan”. Waktu yang

    dijelaskan oleh tokoh dalam cerita merupakan kapan terjadinya peristiwa yang

    dihadapi Elisa. Bahwa setelah empat bulan lamanya, ia diingatkan kembali

    dengan seorang teman ketika menerima telepon dari sebuah panti yang meminta

    rekomendasi mengenai temannya itu. Empat bulan merupakan waktu umum yang

    dijelaskan oleh tokoh utama. Selanjutnya peristiwa waktu juga terlihat ketika

    tokoh mengalami peristiwa di dalam kehidupan dalam mencari identitas tokoh

    idolanya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 11“saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumahdalam kondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menitdi lobi gedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami punmembawanya pulang. Sesampainya di apartemen, saya mulaimencatat semua hasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihatselama lima hari dia berada di rumah. (Herman, 2016: 40)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu setelah beristirahat selama “30 menit” di lobi gedung

    itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanya pulang. Sesampainya di

    apartemen, Elisa mulai mencatat semua hasil tekanan dan gejala apa saja yang

    terlihat selama lima hari dia berada di rumah. Sempat bingung dan takut untuk

    merawat dia di rumah dalam kondisi seperti itu. Waktu yang dijelaskan dalam

    novel sangat rinci seperti selama 30 menit di lobi gedung. Waktu yang dijelskan

    secara rinci dan optimal sehingga pembaca bisa dengan mudah memahaminya.

  • 48

    Selanjutnya latar waktu juga terlihat ketika Elisa membuat janji dengan Jokowi.

    Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 16“Dua hari berselang, Sabtu menjelang petang, putra sayamenelepon. “Ma, hari ini saya sangat lelah sehabis acaragathering di kantor. Kalau besok pagi saya bisa menemani laripagi di car free day, apakah mama bisa pergi sendirian. (Herman,2016: 59)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    itu yaitu “dua hari berselang, Sabtu menjelang petang. Artinya latar waktu di

    jelaskan secara rinci yaitu dua hari berselang, sabtu menjelang petang. Itu artinya

    waku yang disajikan oleh penulis sangat efektif sehingga pembaca bisa

    memahaminya secara optimal. Selanjutnya peristiwa waktu juga di paparkan oleh

    penulis lewat peristiwa yang terjadi di sebah tempat. Hal itu terlihat pada kutipan

    sebagai berikut.

    Data No. 17“Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selaluditemani putra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan padaCar Free Day. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisamenemani, saya mencoba berlari ke arah yang berlawanan. Sayaingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul07.15, saya berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel IndonesiaKempinski. (Herman, 2016: 59)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang yang disajikan di dalam

    novel Menggapai Mentari yaitu ketika putra tidak bisa menemani, Elisa mencoba

    berlari ke arah yang berlawanan. Elisa ingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember

    2013 sekitar pukul 07.15, Elisa berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel

    Indonesia Kempinski. Artinya waktu yang dijelaskan oleh tokoh yaitu Minggu 15

    Desember 2013 sekitar pukul 07.15.waktu itu sangat terperinci dan yang

  • 49

    dijelaskan oleh tokoh. Selanjutnya peristiwa waktu juga di paparkan oleh penulis

    lewat peristiwa yang terjadi di sebah tempat. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai

    berikut.

    Data No. 19“Barangkali beliau membaca reaksi saya. Beliau kembalitersenyum ramah. saya sadar itu bukan mimpi. Dengan tangangemetar, saya bertanya, “jam berapa, pak? Antara pukul 08.00-09.00 “oh terima kasih Bapak. (Herman, 2016: 62)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu di paparkan penulis

    menggambarkan secara langsung dan tepat sehingga pembaca bisa memahami

    novel secara rinci dan optimal. Sehingga di buatkan waktunya secara tepat. Waktu

    digambarkan di dalam novel yaitu pukul 08.00-09.00. Selanjutnya peristiwa

    waktu juga tergambarkan lewat apa yang dilakukan tokoh utama. Hal itu terlihat

    pada kutipan berikut.

    Data No. 20“Pada saat saya sedang sibuk mencari tempat isi ulang tintaprinter, putri saya meminta saya untuk menemaninya beribadahsekitar pukul 18.00. Waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul15.00. Konsentrasi sayaterpecah. (Herman, 2016: 63)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari. Artinya waktu dijelaskan dalam bentuk rinci sampai kepada

    jamnya. Hal itu terlihat dari beribadah sekitar pukul 18.00. Waktu itu, jam sudah

    menunjukkan pukul 15.00. Pukul tersebut mengisyaratkan peristiwa berlangsung

    secara rinci dan terstruktur. Selanjutnya peristiwa latar waktu terlihat pada

    peristiwa Elisa sedang melakukan kegiatan kunjungan ke Mal. Hal itu terlihat

    pada kutipan berikut.

  • 50

    Data No. 21Tiba di Mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari kesana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dan catrige baru di mal.Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamatkantor Bapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang sayatumpangi. Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkatke kantor Gubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta,Jalan Medan Mardeka Selatan No.8-9 sesuai keteranganpengemudi taksi kemarin. (Herman, 2016: 64)

    Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel

    Menggapai Mentari yaitu jika di lihat dari sudut waktu. Latar waktu yang

    ditampilkan dalam novel ini benar-benar akurat. Sebab, menjelaskan jamnya

    secara rinci dan tetail dan bisa pembaca memahaminya secara optimal. Artinya

    waktu yang ditampilkan secara baik sehingga novel ini benar-benar nyata di buat

    oleh Elisa. Selanjutnya peristiwa latar waktu juga terlihat pada peristiwa

    selanjutnya. Peristiwa tersebut terlihat ketika tokoh Elisa menanti sosok idolanya

    tersebut.hal itu terlihat pada kutipan berikut.

    Data No. 23Semua sahabat, penerbit, memberi jawaban bahwa saya tidakmungkin bisa mendapatkan testimoni dari beliau karena sayabukan siapa-siapa. Dari beliau pribadi saja sulit, apalagi daribeliau selaku Gubernur DKI. Namun, tiada sembur