42
1 NETWORK DIAGRAM Network Diagram (Diagram Jaringan Kerja) merupakan model matematis yang menggunakan simbol lingkaran- lingkaran kecil (node) yang dihubungkan dengan cabang atau anak panah (arc) untuk melambangkan antar kegiatan. CPM dan PERT termasuk dalam jenis teknik network untuk analisis sistem dalam bentuk aktivitas-aktivitas dan peristiwa-peristiwa yang harus diselesaikan sesuai urutan dan aturan tertentu untuk mencapai suatu sasaran (goal). Aktivitas atau kegiatan merupakan suatu elemen tugas yang membutuhkan daya untuk menyelesaikannya, disimbolkan dengan tanda anak panah. Sedangkan kejadian atau (event) merupakan saat waktu yang menunjukkan kapan sesuatu aktivitas / kegiatan sudah selesai atau dapat dimulai, disimbolkan dengan tanda lingkaran. Kejadian (event) akan diberi nomor kejadian sesuai dengan urut-urutan logis dari aktivitas yang menyusun proyek dari awal hingga akhir. Aturan penomoran

STOKASTIK, Net Work Planning

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STOKASTIK, Net Work Planning

1

NETWORK DIAGRAM

Network Diagram (Diagram Jaringan Kerja) merupakan model

matematis yang menggunakan simbol lingkaran-lingkaran kecil (node)

yang dihubungkan dengan cabang atau anak panah (arc) untuk

melambangkan antar kegiatan.

CPM dan PERT termasuk dalam jenis teknik network untuk analisis

sistem dalam bentuk aktivitas-aktivitas dan peristiwa-peristiwa yang harus

diselesaikan sesuai urutan dan aturan tertentu untuk mencapai suatu

sasaran (goal). Aktivitas atau kegiatan merupakan suatu elemen tugas

yang membutuhkan daya untuk menyelesaikannya, disimbolkan dengan

tanda anak panah. Sedangkan kejadian atau (event) merupakan saat

waktu yang menunjukkan kapan sesuatu aktivitas / kegiatan sudah selesai

atau dapat dimulai, disimbolkan dengan tanda lingkaran.

Kejadian (event) akan diberi nomor kejadian sesuai dengan urut-

urutan logis dari aktivitas yang menyusun proyek dari awal hingga akhir.

Aturan penomoran tersebut dibuat oleh DR. Fulkerson, seorang ahli Riset

Operasi. Persyaratan yang harus dipenuhi agar network diagram dapat

suatu proyek dapat dibuat, ada dua hal yaitu:

1. Menginventarisasikan kegiatan-kegiatan yang ada dalam proyek

yang bersangkutan atau menguraikan proyek yang bersangkutan

menjadi kegiatan-kegiatan.

Page 2: STOKASTIK, Net Work Planning

2

2. Menentukan atau mengidentifikasi pasang-pasang kegiatan yang

mempunyai hubungan seri langsung diantara kegiatan-kegiatan

tersebut.

Definisi permasalahan tersebut pada umumnya berisi: kegiatan –

kegiatan yang ada dalam proyek yang bersangkutan, kegiatan – kegiatan

awal, kegiatan – kegiatan akhir dan pasangan – pasangan kegiatan yang

mempunyai hubungan seri langsung. Jika diperlukan analisa waktu, harus

disediakan data lama kegiatan. Juga jika diperlukan analisa sumberdaya,

diperlukan data lama kegiatan dan data sebelumnya yang dianalisa

tersebut.

Tabel 1 Tabel Kegiatan

Alternatif lain berupa kegiatan pendahulu. Contoh definisi

permasalahan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas adalah

sebagai berikut:

1. Sebuah proyek terdiri dari kegiatan – kegiatan: A, B, C, D, E, F.

Page 3: STOKASTIK, Net Work Planning

3

2. Kegiatan awalnya adalah: A, B ,C.

3. Kegiatan – kegiatan akhirnya adalah: E dan F.

2.3.1 Syarat yang Harus Dipenuhi

Syarat yang harus dipenuhi selama pembuatan network diagram

sebuah proyek, sesudah persyaratan diatas dipenuhi adalah:

1. Sebuah network diagram hanya terdiri dari tiga macam simbol

yaitu: anak panah untuk melambangkan kegiatan, lingkaran untuk

melambangkan peristiwa dan anak panah putus – putus untuk

melambangkan hubungan antar peristiwa.

Gambar 1. Anak panah

Gambar 2. Lingkaran

Gambar 3. Anak Panah Putus – putus

Page 4: STOKASTIK, Net Work Planning

4

2. Dalam sebuah network diagram, satu anak panah hanya

melambangkan satu kegiatan dan satu kegiatan hanya

dilambangkan oleh satu anak panah.

Gambar 4. Cara penggambaran yang tidak memenuhi syarat

3. Banyak anak panah dan kaitan satu dengan lainnya (dan ini berarti

hubungan antar kegiatan harus mengikuti dan atau sesuai dengan

persyaratan.

4. Setiap network diagram sebuah proyek harus dimulai pada satu

peristiwa awal dan harus selesai pada satu peristiwa akhir.

Gambar 5. Network diagram yang tidak memenuhi syarat

Page 5: STOKASTIK, Net Work Planning

5

5. Didalam sebuah network diagram tidak boleh ada satu lintasan pun

yang berputar. Sebagai contoh: kegiatan P diikuti kegiatan Q.

Kegiatan Q diikuti kegiatan R. Kegiatan R diikuti kegiatan S dan

kegiatan S diikuti kegiatan P.

Gambar 6. Lintasan yang tidak memenuhi syarat

6. Jumlah peristiwa dan jumlah dummy harus cukup, tidak boleh lebih

dan tidak boleh kurang. Jika jumlah peristiwa kurang atau lebih mak

otomatis jumlah dummy kurang atau lebih.

Jika syarat 6 diatas tidak bisa dipenuhi, maka:

a. Jika logical dummy kurang jumlahnya maka logika ketergantungan

antar kegiatan tidak sesuai dengan realita dan ini merupakan

kesalahan fatal.

Page 6: STOKASTIK, Net Work Planning

6

b. Jika identity dummy kurang jumlahnya maka logika ketergantungan

antar kegiatan sesuai dengan realita, tetapi identitas kegiatan atau

dummy berdasarkan nomor – nomor peristiwa yang membatasinya

tidak mungkin digunakan.

c. Bila kelebihan dummy, maka ada kemungkinan akan kehilangan

tenggang waktu kegiatan dan ini artinya satu atau beberapa

kebebasan pelaksana kegiatan.

Agar syarat 6 ini bisa dipenuhi, ketentuan – ketentuan pokok bahwa

ini harus dipenuhi:

1. Bila ada satu atau sekelompok (kelompok pendahulu) hanya diikuti

oleh satu atau sekelompok kegiatan lannya (kelompok pengikut)

dan demikian juga sebaliknya kelompok pengikut tersebut hanya

didahului oleh kelompok pendahulu yang sama, maka peristiwa

akhir kelompok pendahulu merupakan peristiwa awal kelompok

pengikut.

Gambar 7. Tidak memenuhi ketentuan

Page 7: STOKASTIK, Net Work Planning

7

Gambar 8.Memenuhi ketentuan

2. Bila dua buah kegiatan atau lebih diikuti oleh kegiatan – kegiatan

yang macam dan banyaknya sama, maka dua buah kegiatan atau

lebih tadi mempunyai satu peristiwa akhir bersama.

Tabel 2. Tabel Kegiatan

Kegiatan B dan C, kedua – duanya diikuti oleh empat kegiatan

yang masing – masingnya adalah P, Q, R, S. Maka kegiatan B dan

Page 8: STOKASTIK, Net Work Planning

8

C memenuhi ketentuan 2 diatas sehingga kegiatan B dan C

memiliki satu peristiwa akhir yang bersama.

Gambar 9. Peristiwa akhir sama

3. Bila dua buah kegiatan atau lebih didahului oleh kegiatan –

kegiatan yang macam dan banyak maka dua buah kegiatan atau

lebih tadi mempunyai satu peristiwa awal bersama.

Tabel 3. Tabel Kegiatan

Kegiatan Q dan R, kedua-duanya didahului oleh tiga buah kegiatan

yang masing – masing adalah B, C dan D. Maka kegiatan Q dan R

Page 9: STOKASTIK, Net Work Planning

9

memenuhi syarat ketentuan diatas sehingga kegitan Q dan R

memiliki satu peristiwa awal bersama.

Gambar 10. Kegiatan yang memiliki peristiwa awal sama

Ternyata bahwa usaha untuk dapat memenuhi syarat 6 (dengan

mematuhi ketentuan pokok 1, 2, 3 adalah usaha yang membutuhkan

pengalaman, latihan-latihan dan kreativitas. Dalam rangka membantu

usaha memenuhi syarat 6 ini. Berikut ini dikemukakan beberapa

persoalan / kasus dasar beserta jawabannya.

2.3.2 NOMOR PERISTIWA

Nomor peristiwa adalah sebuah angka atau huruf atau kumpulan

huruf yang ditulis pada ruang kiri sebuah lingkaran yang merupakan

simbol peristiwa yang ada didalam network diagram. Ruangan yang ada

dilingkaran tersebut berjumlah tiga buah: ruang kiri, ruang kanan atas dan

ruang kanan bawah.

Tujuan pemberian angka, huruf atau kumpulan huruf pada ruang

kiri sebuah simbol peristiwa adalah

Page 10: STOKASTIK, Net Work Planning

10

1. Sebagai pengenal atau identitas peristiwa yang bersangkutan untuk

membedakan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang ada

dalam sebuah network diagram yang sama. Dengan dikenalnya

peristiwa – peristiwa tersebut maka dengan mudah dapat dinilai

arah kemajuan proses pelaksana proyek.

2. Sebagai pengenal kegiatan atau dummy atau penghubung

peristiwa. Dalam hal ini, kegiatan atau dummy tersebut dinyatakan

atau diidentifikasi menurut nomor peristiwa yang mengapitnya atau

membatasinya pada awal dan pada akhir kegiatan atau dummy

yang bersangkutan.

3. Dipakai sebagai urut – urutan proses penghitungan saat paling

awal dan perhitungan saat paling lambat semua peristiwa yang ada

dalam sebuah network diagram. SPA dan SPL tersebut masing –

masing mengisi ruang kanan atas dan kanan bawah yang ada

dalam lingkaran yang menyatakan peristiwa – peristiwa yang ada

dalam network diagram tersebut.

4. Untuk mengetahui saat awal dan saat akhir semua kegiatan yang

ada dalam sebuah proyek dan untuk mengetahui saat awal dan

saat akhir proyek.

2.3.3 Prosedur Pemberian Nomor Peristiwa

Untuk bisa memenuhi syarat diatas, perlu diikuti suatu prosedur

pemberian nomor peristiwa network diagram sebagai berikut:

Page 11: STOKASTIK, Net Work Planning

11

1. Peristiwa awal network diagram diberi nomor 1, peristiwa awal

tersebut selalu terletak paling kiri dalam network diagram.

2. Selanjutnya bila sebuah peristiwa dianggap sebagai peristiwa akhir

dari sebuah atau beberapa kegiatan dan dummy:

- Dan sebuah peristiwa – peristiwa awalnya sudah diberikan

nomor semua, maka peristiwa tersebut diatas diberi nomor

berikutnya.

- Dan sebuah peristiwa – peristiwa awalnya belum diberi nomor

maka peristiwa tersebut diatas tidak boleh diberi nomor. Beri

nomor peristiwanya terlebih dahulu.

3. Akibat ketentuan 2 tersebut diatas, maka untuk sebuah network

diagram yang sama terdapat cara penomoran peristiwa yang

berbeda satu sama lain. Dalam hal ini semua alternatif cara

tersebut sama besar, dan pemakaiannya perlu ditetapkan satu cara

saja.

2.4 ANALISA WAKTU

2.4.1 Saat Paling Awal (SPA)

Saat paling awal (SPA) maksudnya adalah saat paling awal suatu

peristiwa mungkin terjadi, dan tidak mungkin terjadi sebelumnya. Manfaat

ditetapkannya saat paling awal (SPA) suatu peristiwa adalah untuk

Page 12: STOKASTIK, Net Work Planning

12

mengetahui saat paling awal mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

keluar dari peristiwa yang bersangkutan.

a. Syarat

Syarat yang harus dipenuhi agar bisa menentukan atau

menghitung saat paling awal peristiwa-peristiwa pada sebuah network

diagram adalah:

1. Network diagram yang tepat tersedia. Network diagram yang tepat

bila jumlah kegiatan dan logika ketergantungan kegiatan tepat, jumlah

peristiwa dan jumlah dummy cukup.

2. Nomor-nomor peristiwa ditetapkan menurut/memenuhi persyaratan

yaitu peristiwa awal network diagram diberi nomor 1, peristiwa akhir

network diagram diberi nomor maksimum yang sama dengan banyak

peristiwa yang ada dinetwork yang ada dinomor network diagram yang

bersangkutan. Peristiwa-peristiwa lainnya diberi nomor sedemikian rupa

sehingga nomor peristiwa awal selalu lebih kecil dari pada nomor

peristiwa akhir baik unutk kegiatan maupun untuk dummy (nilai nomor-

nomor tersebut selalu lebih besar dari pada 1 dan selalu lebih kecil dari

pada nomor maksimum).

3. Semua kegiatan yang ada dalam network diagram telah ditetapkan

lama kegiatan perkiraannya.

b. Rumus

Jika hanya ada sebuah kegiatan menuju kesebuah peristiwa, maka

saat paling awal peristiwa tersebut adalah saat selesai paling awal

Page 13: STOKASTIK, Net Work Planning

13

kegiatan tersebut. Saat selesai paling awal sebuah kegiatan diperoleh

dengan menjumlahkan saat mulai paling awal dan lama kegiatan yang

bersangkutan. Jika terdapat lebih dari suatu kegiatan yang menuju pada

sebuah kegiatan maka saat paling awal peristiwa tersebut adalah sama

dengan saat selesai paling awal dari kegiatan yang selesainya paling

lambat. Secara formulatif, untuk menentukan saat paling awal suatu

peristiwa adalah sebagai berikut:

1. Untuk sebuah kegiatan menuju sebuah peristiwa

Gambar 11. Kegiatan menuju sebuah peristiwa

SPAj = SPAi + L

X = kegiatan

j = peristiwa akhir kegiatan X

i = peristiwa awal kegiatan X

L = lama kegiatan X yang diperkirakan

SPAi = saat paling awal peristiwa awal

SPAj = saat paling awal peristiwa akhir

Page 14: STOKASTIK, Net Work Planning

14

2. Untuk beberapa kegiatan menuju ke sebuah peristiwa

Gambar 12. Beberapa kegiatan menuju sebuah peristiwa

SPAj = (SPAi n + Ln) maksimum

n = nomor kegiatan (n = 1, 2, 3, ................., z)

Xn = nama kegiatan ke - n

j = peristiwa akhir bersama dari semua kegaitan-kegiatan Xn

i n = peristiwa awal kegiatan Xn

SPAi n = saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn

Ln = lama kegiatan Xn yang diperkirakan

Page 15: STOKASTIK, Net Work Planning

15

SPAj n = saat paling peristiwa akhir bersama seluruh kegiatan Xn

( Haedar Ali Tubagus, Prinsip - prinsip network planning, 1986 : hal 54 )

Umur Proyek

Umur proyek ditentukan oleh saat paling awal kegiatan yang paling

awal mulai dari dikerjakan, yaitu SPA peristiwa awal network diagram dan

ditentukan oleh saat paling awal kegiatan akhir yang paling akhir selesai,

yaitu SPA peristiwa akhir betwork diagram. Umur proyek sa,a dengan

SPA peristiwa akhir network diagram dengan syarat SPA awal network

diagram sama dengan nol (pada umumnya dibuat demikian). ( Haedar Ali

Tubagus, Prinsip - prinsip network planning, 1986 : hal 57 )

2.4.2 Saat Paling Lambat (SPL)

Saat paling lambat (SPL) maksudnya adalah saat paling lambat

suatu peristiwa boleh terjadi dan tidak boleh sesudahnya (meskipun itu

mungkin) sehingga proyek mungkin selesai pada waktu yang telah

direncanakan. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka manfaat

ditetapkannya SPL setiap peristiwa yang ada dalam sebuah network

diagram adalah untuk mengetahui saat paling lambat selesainya semua

kegiatan yang menuju peristiwa yang bersangkutan, agar proyek masih

dapat selesai pada waktu yang direncanakan.

Page 16: STOKASTIK, Net Work Planning

16

a. Syarat

Syarat yang harus dipenuhi agar bisa menentukan atau

menghitung saat paling lambat (SPL) semua peristiwa-peristiwa pada

sebuah network diagram adalah sama dengan syarat untuk menentukan

saat paling awal (SPA) hanya pada penentuan saat paling lambat (SPL):

SPA (saat paling awal) semua peristiwa yang ada dalam network diagram

pada ruang kanan atas setiap peristiwanya.

b. Rumus

Jika hanya ada sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa,

maka SPL peristiwa tersebut adalah saat paling lambat mulainya kegiatan

tersebut. Saat mulai paling lambat sebuah kegiatan diperoleh dengan

mengurangi saat paling lambat selesainya kegiatan yang bersangkutan

dengan lama kegiatannya. Jika terdapat lebih dari satu kegiatan dan

dummy (yang diperhitungkan sebagai kegiatan yang lama kegiatan nol)

yang keluar dari sebuah peristiwa, maka saat paling lambat (SPL)

peristiwa tersebut adalah sama dengan saat paling lambat dari kegiatan

yang mulainya paling lambat. Secara normatif, untuk menentukan saat

paling lambat suatu peristiwa adalah sebagai berikut:

1. Untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa

Page 17: STOKASTIK, Net Work Planning

17

Gambar 13. Sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa

SPLi = SPLj - L

X = kegiatan

j = peristiwa akhir kegiatan X

i = peristiwa awal kegiatan X

L = lama kegiatan X yang diperkirakan

SPLi = saat paling lambat peristiwa awal

SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir

2. Untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa

Gambar 14. Beberapa kegiatan kerluar dari sebuah peristiwa

Page 18: STOKASTIK, Net Work Planning

18

SPLi = (SPLj n - Ln) minimum

n = nomor kegiatan (n = 1, 2, 3, ................., z)

Xn = nama kegiatan ke - n

i = peristiwa awal bersama dari semua kegaitan-kegiatan Xn

j n = peristiwa akhir kegiatan Xn

SPLj n = saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn

Ln = lama kegiatan Xn yang diperkirakan

SPLi n = saat paling peristiwa akhir bersama seluruh kegiatan Xn

( Haedar Ali Tubagus, Prinsip - prinsip network planning, 1986 : hal 58 )

2.4.3 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis dan Lintasan Kritis

Tujuan pemakaian network planning dalam penyelenggaraan

proyek antara lain adalah agar proyek selesai pada saat yang telah

direncanakan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, caranya dengan

melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana yang tertera

dalam network diagram. Hal terakhir ini tidak selalu mungkin, sehingga

selalu ada kemungkinan keterlambatan pelaksanaan. Ada beberapa

kegiatan mempunyai batas toleransi keterlambatan, sehingga kegiatan-

kegiatan yang keterlambatannya masih dalam batas toleransi tidak akan

Page 19: STOKASTIK, Net Work Planning

19

menyebabkan keterlambatan selesainya proyek. Tetapi ada kegiatan-

kegiatan yang tidak mempunyai batas toleransi tersebut, sehingga bila

terlambat satu hari, meskipun kegiatan-kegiatan lain tidak terlambat, maka

proyek akan selesai dengan terlambat satu hari. Kegiatan-kegiatan yang

tidak memiliki toleransi keterlambatan ini disebut kegiatan-kegiatan kritis.

Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan kritis, perlu ditentukan dahulu

peristiwa-peristiwa kritis. Untuk mengetahui dengan mudah kegiatan-

kegiatan kritis dan peristiwa-peristiwa kritis pada sebuah network diagram,

perlu digambarkan/ditunjukkan secara mencolok lintasan kritisnya atau

lintasan-lintasan kritisnya yaitu lintasan yang dimulai dari peristiwa awal

network diagram sampai peristiwa akhir network diagram. Lintasan kritis

ini terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy

(bila diperlukan). Dummy sendiri tidak pernah kritis, tetapi mungkin saja

dilalui lintasan kritis.

a. Peristiwa Kritis

Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang

waktu atau SPA-nya sama dengan SPL-nya. Jadi untuk kegiatan kritis,

SPL dikurangi SPA sama dengan nol.

b. Kegiatan Kritis

Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap

keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari

saja, sedangkan kegiatan lainnya tidak mengalami keterlambatan maka

Page 20: STOKASTIK, Net Work Planning

20

proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari. Sifat kritis ini

disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat (tidak

ada mulai paling awal dan tidak ada mulai paling lambat) dan harus

selesai pada satu saat (tidak ada selesai paling awal dan tidak ada selesai

paling lambat). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan saat paling awal

sama dengan saat paling lambat baik untuk peristiwa awal maupun untuk

peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan, atau secara formulatif:

SPAi = SPLi

SPAj = SPLj

Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus

selesai pada satu saat akhir saja dan tidak ada alternatif saat lainnya,

maka berlaku rumus:

SPAi + L = SPAj

SPLi + L = SPLj

L = lama kegiatan kritis

SPAi = saat paling awal peristiwa awal

SPAj = saat paling awal peristiwa akhir

SPLi = saat paling lambat peristiwa awal

SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir

Page 21: STOKASTIK, Net Work Planning

21

c. Lintasan Kritis

Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang

terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy.

Dummy hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini

dimulai dari peristiwa awal network diagram. Mungkin saja terdapat lebih

dari sebuah lintasan kritis dan bahkan mungkin saja semua lintasan yang

ada dalam sebuah network diagram kritis semua.

Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan

cepat kegiatan – kegiatan dan peristiwa – peristiwa yang tingkat

kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga

setiap saat dapat ditentukan prioritas kebijaksanaan penyelenggaraan

proyek, yaitu terhadap kegiatan – kegiatan kritis dan hampir kritis.

2.4.4 Tenggang Waktu Kegiatan

Ada tiga waktu tenggang kegiatan yaitu: Total Float, Free Float,

dan Independent Float.

Total Float (TF) sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat

paling lambat peristiwa akhir (SPLj) kegiatan yang bersangkutan dengan

saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut

dimulai pada saat paling awal peristiwa awalnya (SPA).

Free Float (FF) sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat

paling awal peristiwa akhir (SPAj) kegiatan yang bersangkutan dengan

Page 22: STOKASTIK, Net Work Planning

22

saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut

dimulai pada saat paling awal peristiwa awal (SPAi)-nya.

Independent Float (IF) sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara

saat paling awal peristiwa (SPAj) kegiatan yang bersangkutan dengan

saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegaitan tersebut

dimulai pada saat paling lambat peristiwa awal (SPLi)-nya.

Rumus:

TF = SPLj – L - SPAi

FF = SPAj – L - SPAi

IF = SPAj – L - SPLi

TF = Total Float

FF = Free Float

IF = Independent Float

L = lama kegiatan perkiraan

SPAi = saat paling awal peristiwa awal

SPLi = saat paling lambat peristiwa awal

SPAj = saat paling awal peristiwa akhir

SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir

Page 23: STOKASTIK, Net Work Planning

23

2.4.5 Mempercepat Umur Proyek

Keadaan yang dihadapi disini adalah adanya perbedaan antara

umur proyek perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur

rencana proyek biasanya lebih pendek dari pada umur perkiraan proyek.

Seperti telah diuraikan terlebih dahulu, umur perkiraan proyek ditentukan

oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya dan waktu

pelaksanaan tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari

kegiatan – kegiatan kritis yang membentuk lintasan tersebut. Sedangkan

umur rencana proyek ditentukan berdasarkan kebutuhan manajemen dan

atau sebab – sebab lain. Supaya proyek dapat diselesaikan sesuai

dengan rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur

proyek. Caranya dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara

proposional (catatan; hal terakhir ini berlaku untuk keadaan yang tidak ada

ketentuan – ketentuan lain yang harus dipenuhi).

a. Syarat Mempercepat Umur Proyek

Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan

umur proyek yang lebih cepat dari keadaan semula adalah:

1. Telah ada network diagram yang tepat

2. Lama kegiatan perkiraan masing – masing kegiatan telah

ditentukan

Page 24: STOKASTIK, Net Work Planning

24

3. Berdasarkan ketentuan diatas, dihitung SPA dan SPL semua

peristiwa

4. Ditentukan pula umur rencana proyek (UREN)

b. Prosedur mempercepat umur proyek

Prosedur yang harus diikuti agar dapat mempercepat umur proyek

adalah:

1. Buat network diagram dengan nomor – nomor peristiwa sama

seperti semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah

ulang dan sama dengan semula untuk langkah siklus pertama.

2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA1 = 0, dihtung

saat peristiwa awal lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat

paling awal peristiwa akhir (SPAm, m adalah nomor peristiwa akhir

network diagram atau nomor maksimal peristiwa).

3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram

(SPLm) = umur proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat

paling lambat semua peristiwa.

4. Hitung Total Float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada

Total Float yang berharga negatif, proese perhitungan selesai. Bila

masih ada Total Float berharga negatif lanjutkan kelangkah berikut:

5. Cari lintasan atau lintasan – lintasan yang terdiri dari kegiatan –

kegiatan yang Total Float (TF) maing – masing besarnya:

Total Float (TF) = UREN – UPER

Page 25: STOKASTIK, Net Work Planning

25

= SPLm – SPAm berharga negatif

= SPL1 – SPA1

6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut diatas adalah Ln, n adalah

nomor urut kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3......, z.

7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut diatas (langkah

ke-5 dan 6) dengan menggunakan rumus:

ln (baru )=ln (lama )+ ln (lama)Li

x(UREN−UPER)

Ln (baru) = lama kegiatan baru

Ln (lama) = lama kegiatran lama

Li = jumlah lama kegiatan-kegiatan pada satu lintasan

yang harus dipercepat

UREN = umur rencana proyek

UPER = umur perkiraan proyek

8. Kembali kelangkah - 1

Page 26: STOKASTIK, Net Work Planning

26

2.2.3 Critical Path Methode (CPM)

Critical Path Methode pada mulanya dikembangkan untuk

memecahkan scheduling problems dalam lingkungan industri. Mungkin

oleh karena CPM kurang menaruh perhatian pada problema-problema

tentang ketidak pastian yang seperti disebut diatas. Menjadi pusat PERT.

Jadi berbeda dengan PERT, CPM tidak menggunakan probabilistic job

times, karena ini adalah suatu deterministic model, bukan suatu

probabilistic model seperti PERT. Akan tetapi model ini mempunyai

variasi-variasi waktu (variations in job times), bukan akibat seperti random

factors (seperti badluck dan good luck) melaikan seperti akibat dari pada

hasil alokasi-alokasi sumber yang direncanakan dan diharapkan (planned

and expected outcome).

Menurut CPM kebanyakan pekerjaan dapat dikurangi waktu

pelaksanaanya jika sumber-sumber (tenaga manusia, mesin-mesin, uang

dan sebagainya) ekstra ditambah waktu pelaksanaanya. Biaya untuk

menyelesaikan pekerjaan tersebut, mungkin naik, tetapi jika ini lebih

menguntungkan maka pekerjaan tersebut harus diajukan waktu

penyelesaianya (crashed). Sebaliknya, bila tidak ada alasan untuk

memperpendek suatu pekerjaan bila pekerjaan tersebut mempunyai

kelonggaran waktu pelaksanaanya (slack) maka pekerjaan tersebut harus

dilakukan seperti biasa, dengan alokasi sumber – sumber semestinya, jadi

kita tidak perlu mempercepat waktu perlaksanaanya semua pekerjaan

Page 27: STOKASTIK, Net Work Planning

27

untuk menyelesaikan proyek yang lebih cepat hanya pekerjaan yang

kritislah yang harus dipercepat waktunya.

Pekerjaan yang mana yang harus diajukan dan secepat manakah

pekerjaan-pekerjaan tersebut harus diusahakan merupakan problema-

problema yang harus dipecahkan CPM. CPM secara luas dipergunakan

untuk manajemen proyek. Secara ringkas langkah – langkah CPM adalah

sebagai berikut :

1. Pendefinisian proyek ke dalam bentuk kegiatan – kegiatan dan

peristiwa – peristiwa.

2. Penyusunan suatu network diagram yang menunjukan suatu hubungan

antara-kegiatan yang sesuai dengan proyek tersebut.

3. Penentuan perkiraan lama waktu setiap kegiatan.

4. Perhitungan lama waktu yang dibutuhkan untuk setiap lintasan (path)

yang terhadap dalam network (disebut analisi proyek).

5. Penentuan rencana kebutuhan sumberdaya (termasuk biaya) untuk

setiap kegiatan di dalam proyek untuk mencapai tujuan proyek (disebut

analisis sumber daya proyek).

Lintasan yang memiliki total hasil wktu dari hasil perhitungan

langkah keempat dari diatas disebut dengan lintasan kritis (cristical path)

artinya untuk waktu-waktu kegiatan dari seluruh item pada lintasan ini

adalah kritis terhadap batas waktu pada lintasa tersebut. Jumlah dari

waktu-waktu kegiatan dari wktu kritis tersebut disebut expected mean time

of critical path (Tg). sedangkan lintasan lain akan menimbulkan kelebihan

Page 28: STOKASTIK, Net Work Planning

28

waktu (slack). Slack ini berkaitan dengan suatu lintasan yang memiliki

perbedaan antara (Tg) dengan total waktu pada lintasan tersebut.

Beberapa manfaat yang bias diperoleh dengan mengetahui lintasan

kritis adalah :

1. Penundaan pada pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh

proyek tertunda penyelesaianya.

2. Proyek dapat dipercepat penyelesaianya bila pekerjaan-pekerjaan yang

ada dilintasan kritis dapat dipercepat.

3. Pengawasan / control hanya “diketatkan” dilintasan kritis saja.

Pekerjaan-pekerjaan dijalur kritis perlu pengawasan ketat penyelesaian

tidak tertunda dan mungkin perlu di-trade off dengan crash program, di

persingkat waktu dengan penambahan biaya (lembur).

4. Slack time (kelonggaran waktu) terdapat pada pekerjaan-pekerjaan

yang tidak dilalui lintasan kritis. Ini memungkinkan manager

memindahkan tenaga kerja, alat-alat, dan biaya-biaya pekerjaan

dilintasan kritis demi efisiensi. Didalam pengelolaan aktivitas suatu

proyek, kadang-kadang sangat berguna untuk mengetahui bagaimana

suatu kegiatan dapat dimulai atau diselesaikan dengan sesegera

mungkin (lebih awal) atau lebeih lamban tanpa berakibat pada batas

jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Terdapat empat symbol yang biasa dipergunakan untuk

merumuskan ELAT, yaitu :

1. ES (earlies start time) = waktu mulai paling awal dari suatu kegiatan.

Page 29: STOKASTIK, Net Work Planning

29

Asumsi : seluruh kegiatan pendahulu dimulai pada ES.

2. EF (earlies finish time) = waktu penyelesaian kegiatan paling awal.

Asumsi : saat mulainya kegiatan mengikuti ES dan membutuhkan

lama waktu perkiraan kegiataan t sehingga EF = ES + t.

3. LF (latest finish time) = waktu penelesaian kegiatan paling lambat

tanpa harus menunda atau memundurkan proyek.

Asumsi : seluruh kegiatan pengikut menjalankan lama waktu kegiatan

perkiraan masing – masing.

4. LS (latest start time) = waktu kegiatan paling lambat tanpa harus

menunda atau memundurkan proyek sehingga LS = LF – L

Sesuai dengan konsep dasarnya, CPM model mempunyai asumsi

sederhana, yaitu bahwa pertimbangan antara waktu dan biaya (time-cost

trade off) bagi suatu aktivitas adalah linear, maksudnya adalah bahwa

hubungan antara kedua faktor tersebut dapat mewujudkan/digambarkan

dengan suatu garis lurus pada suatu grafik yang menunjukan lamanya

pekerjaan tersebut dengan biayanya. Semakin curam gambar garis itu,

semakin mahal biaya yang mengajukan (mempercepat) aktivitas tersebut.

Dengan garis yang horizontal menunjukan bahwa mengajukan

penyelesaian suatu aktivitas tidak akan mengakibatkan suatu efisiensi

karena itu todak mengakibatkan penambahan biaya.

Pada umumnya orang mengharapkan garis tersebut miring

kekanan, menunjukan bahwa biayanya akan naik apabila duration

Page 30: STOKASTIK, Net Work Planning

30

dikurangi. Apabila pekerjaan tidak bias diperpendek duration-nya

meskipun sumber – sumbernya ditambah, maka garis itu akan vertical.

Ketiga kemungkinan tersebut dapat digambarkan pada suatu job’s time

cost trade off graph seperti gambar dibawah ini. jarak tertentu

pengurangan waktu sutu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cara

ditambah sumber-sumber ekstra dan dilihat dari garis horizontal yang

terletak antara crash dan normal