95
STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA PEDAGANG KERUPUK KELILING (Studi Kasus di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Slamet Heri Wibowo 109032200006 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG

TUNANETRA PEDAGANG KERUPUK KELILING

(Studi Kasus di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Slamet Heri Wibowo

109032200006

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 3: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 4: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 5: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

i

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang faktor yang mempengaruhi para

penyandang tunanetra lebih memilih untuk berprofesi sebagai pedagang kerupuk

keliling, berdasarkan teori pilihan rasional (rational choice), penelitian ini juga

mencoba memahami strategi bertahan hidup penyandang tunanetra pedagang

kerupuk keliling di sekitar Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus, dengan penarikan

sampel dilakukan menggunakan purposive sampling dengan jumlah informan 12

orang.

Hasil temuan peneliti menunjukan bahwa faktor penyandang tunanetra

memilih berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling ialah faktor ekonomi,

faktor profesi lama yang tidak menguntungkan lagi, faktor pemasaran, faktor fisik

dan faktor lingkungan. Namun demikian, pilihan profesi sebagai pedagang

kerupuk keliling tersebut, ternyata hasilnya tidaklah mencukupi untuk mengcover

kebutuhan hidup mereka dalam sehari-hari. Sehingga diperlukan strategi tertentu

untuk bertahan hidup. Adapun, strategi bertahan hidup penyandang tunanetra di

sekitar Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan yaitu; melakukan

penghematan, menerima profesi sampingan yang dulunya menjadi profesi utama,

melibatkan anggota keluarga untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu,

penyandang tunanetra juga mengikuti kegiatan pengajian malam di Yayasan

Khasanah Kabajikan.

Di samping itu, untuk bertahan hidup penyandang tunanetra juga

memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki (pertemanan), yakni dengan cara

berhutang kepada teman ataupun kepada bank harian. Penyandang tunanetra juga

mengambil kerupuk dari teman sesama penyandang tunanetra, tidak membeli

langsung dipabriknya. Di sisi lain, penyandang tunanetra juga membentuk

kegiatan arisan sesama penyandang tunanetra, tujuannya untuk tabungan masa

depan keluarganya.

Page 6: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puja dan puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada

junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh

umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunahnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada program studi Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Bertahan Hidup

Penyandang Tunanetra Pedagang Kerupuk Keliling (Studi Kasus di

Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan)”.

Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

arahan, bimbingan, doa, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan

keikhlasannya baik fisik, moril maupun meteril telah banyak membantu dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Page 7: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

iii

2. Prof. Dr. Zulkifly, MA., (Selaku Ketua Jurusan Sosiologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta) dan Iim Halimatusa’diyah, M.Si., (Selaku Sekretaris

Jurusan Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Terima kasih atas

segala perhatian, motivasi, dan arahan kepada penulis, sehingga penulisan

skripsi ini dapat penulis selesaikan.

3. Bapak Nur Kafid, MA sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis mengerjakan skripsi dalam keadaan sibuk maupun santai dan

memberikan inspirasi bagi penulis, serta banyak memberikan perhatian dan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skipsi ini dari awal hingga

akhir.

4. Seluruh Dosen Jurusan Sosiologi yang telah mendidik dan memberi

berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani proses

perkuliahan.

5. Ayahanda penulis, Bapak Moh. Tamrin, yang dengan penuh kesabaran

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk segera

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kemudian ibunda penulis, Ibu Kartini,

yang penuh dengan kesabaran mendorong dan memberikan nasihat agar

menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya.

6. Adik penulis, Anggi Rizki yang penuh dengan sabar membacakan dan

mengartikan bahan-bahan penulisan skripsi serta memberikan dukungan dan

bantuan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Page 8: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

iv

7. Bapak dan ibu petugas perpustakaan utama, terima kasih atas pelayanan dan

bantuan yang diberikan kepada penulis saat mencari literature dalam

penulisan skripsi ini.

8. Buat seseorang yang sangat berarti dalam kehidupan penulis Sri Maryati

yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dan

memberikan inspirasi serta saran.

9. Teman-teman satu perjuangan di Sosiologi angkatan 2009: Abdillah,

Iswahyudi, Fahmi, Sandi, Ibrahim, Harsin, Rifki, Resti, dan teman-teman

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas

dukungan dan segala bantuan yang diberikan.

10. Para informan penyandang tunanetra yang sudi meluangkan waktu untuk

penulis wawancarai. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat, baik kepada penulis maupun khalayak umum.

11. Buat teman-teman KKN Azmarizone: Burhan, Muhammadun, Udin, Fahmi,

Sandi, Abdillah, Purnomo, Adib, Aisah, Azizah, Resti, Ambarina, Alifah,

Febrita, Flori, dan Yasir. Terima kasih untuk keceriaan dan kebersamaan

kalian.

12. H. Firdaus, SH, M.Si. selaku Camat Pamulang yang telah menerima dan

mengizinkan kepada penulis untuk melakukan penelitian di lingkungan

Kecamatan yang di pimpinnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak bisa

penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

Page 9: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

v

ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga

Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 28 Maret 2014

Slamet Heri Wibowo

Page 10: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ............................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian…………………………………… ... 3

C. Tujuan Penelitian….. ........................................................... 3

D. Manfaat Penelitian……….……………………………....... 4

E. Tinjauan Pustaka………………………………………… .. 5

F. Kerangka Teoretis ................................................................ 9

G. Metode Penelitian ................................................................ 12

1. Pendekatan Penelitian ..................................................... 12

2. Subyek Penelitian dan Teknik Penentuan Informan ....... 12

3. Sumber Data .................................................................... 14

4. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 15

5. Analisis Data ................................................................... 16

H. Sistematika Penulisan .......................................................... 17

BAB II SOSIO-DEMOGRAFI KECAMATAN PAMULANG

A. Gambaran Umum Kecamatan Pamulang ............................. 19

Page 11: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

vii

1. Kondisi Fisik Kecamatan Pamulang ............................... 19

2. Kependudukan dan Mata Pencaharian ............................ 21

B. Penyandang Tunanetra Pedagang Kerupuk Keliling ........... 24

C. Cara dan Waktu berdagang Penyandang Tunanetra……… 26

1. Cara Berdagang Kerupuk……………………………… 26

2. Waktu Berdagang Kerupuk………………………....…. 27

D. Alat Bantu Dalam Berdagang Kerupuk Keliling………….. 28

1. Pengeras Suara…………………………………………. 28

2. Kursi Plastik……………………………………………. 29

3. Gerobak………………………………………………… 29

4. Pikulan…………………………………………….……. 29

5. Tongkat Putih…………………………………………... 30

BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Alasan Memilih Menjadi Pedagang Kerupuk Keliling…….. 31

1. Faktor Ekonomi………………………………….……… 31

2. Faktor Profesi Lama yang Tidak Menguntungkan Lagi... 33

3. Faktor Pemasaran………………………………………. 35

4. Faktor Fisik…………………………………………….. 39

5. Faktor Lingkungan…………………………………….. 41

B. Strategi Bertahan Hidup Penyandang Tunanetra……….… 43

1. Penghematan Kebutuhan…………………….………… 44

2. Menerima Profesi Sampingan……………………….…. 46

3. Pelibatan Anggota Keluarga………………………….... 47

Page 12: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

viii

4. Mengikuti Kegiatan Pengajian Malam………………… 49

5. Berhutang Kepada Teman/Bank Harian……….…...…. 51

6. Mengambil Kerupuk Dari Teman Sesama Tunanetra..... 53

7. Kegiatan Arisan Penyandang Tunanetra…………...….. 54

C. Analisis Hasil Penelitian………………………………....... 55

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 62

B. Saran………………………………………………………. 64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... x

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Bukti Bimbingan

Lampiran 2 Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi

Lampiran 3 Interview Guide

Lampiran 4 Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Pasar Ciputat Tahun 2013

Lampiran 5 Keputusan Gubernur Banten No. 561 Tahun 2013 Tentang Penetapan

Upah Minimum Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2014

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

Page 13: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Data Informan………………………………………...… 14

Tabel II.A.1 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan

Pamulang Pada Tahun 2012……………………………. 20

Tabel II.A.2 Jumlah Rumah Tangga dan Rata-rata Panduduk

Per Rumah Tangga Menurut Kelurahan di Kecamatan

Pamulang Pada Tahun 2012…………………………….. 21

Tabel II.A.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut

Kelurahan Di Kecamatan Pamulang Pada Tahun 2012… 22

Tabel II.A.4 Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Pamulang

Pada Tahun 2012………………………………………... 23

Page 14: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Strategi Bertahan Hidup

Penyandang Tunanetra yang berprofesi sebagai Pedagang Kerupuk Keliling di

Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Sebenarnya dalam memenuhi

kebutuhan, manusia dihadapkan pada berbagai masalah. Hal ini dimungkinkan

karena jumlah dan macam kebutuhan manusia tidak terbatas. Suatu masyarakat

tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak dipenuhi,

seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan terhadap

yang muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan hukum,

pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial, dan lain sebagainya

(Goode, 2007: 3). Di sisi lain, ekonomi juga merupakan faktor yang utama bagi

kehidupan setiap manusia untuk tetap bertahan hidup. Jika perekonomian dalam

keluarga berhenti, maka akan menyebabkan banyak permasalahan yang terjadi,

misalnya saja terjadinya perceraian dan ketidakharmonisan di dalam keluarga.

Untuk itu perlu pengelolaan ekonomi rumah tangga yang baik. Adapun yang

dimaksud dengan ekonomi dalam pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha

dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan

pengalokasian sumberdaya rumah tangga yang terbatas di antara anggotanya,

dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing

(Damsar, 2009: 9).

Page 15: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

2

Oleh karena itu, setiap manusia akan berjuang keras untuk memenuhi

kebutuhan hidup dengan menempuh berbagai cara. Akan tetapi manusia

sebenarnya mempunyai banyak kekurangan di dalam dirinya sendiri, karena

semua manusia yang hidup di dunia ini tidak ada yang sempurna. Dengan adanya

keterbatasan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri bukan menjadikan sebuah

halangan bagi seseorang dalam meraih apa yang ingin dicapainya. Keterbatasan

dan kekurangan yang ada pada seseorang merupakan sebuah keistimewaan

tersendiri bagi orang tersebut. Hal inilah yang terjadi pada kehidupan penyandang

tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang, yang pantang menyerah

dalam menjalani kehidupan ini. Meskipun mereka mempunyai cacat fisik tetapi

semangat hidup dan etos kerjanya sangat tinggi. Ini bisa terlihat ketika mereka itu

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling. Mereka seolah tidak mengenal

lelah, atau putus asa dalam menjalankan profesinya.

Penyandang tunanetra datang ke daerah penyangga ibukota hanya untuk

memperbaiki perekonomian keluarga. Padahal, kita ketahui bahwa biaya hidup di

daerah penyangga Ibu Kota Jakarta sangat tinggi, ditambah lagi dengan

banyaknya supermarket, minimarket, dan toko-toko yang menyediakan berbagai

jenis kerupuk. Tetapi, penyandang tunanetra mau bertahan hidup dengan berjualan

kerupuk keliling di daerah tersebut. Mereka menyewa tempat (mengontrak) untuk

menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagian dari mereka ada yang sudah menikah

dan ada sebagian lain yang belum menikah.

Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa profesi yang dilakukan oleh

penyandang tunanetra itu hanya sebagai tukang pijat (refleksi) saja. Akan tetapi

Page 16: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

3

penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang kebanyakan

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling. Yang membuat kagum peneliti,

sebagian penyandang tunanetra dalam menjajakan kerupuk dagangannya, mereka

ada yang menggunakan pengeras suara.

Berdasarkan uraian di atas, akhirnya peneliti mencoba mencari tahu lebih

dalam mengenai strategi bertahan hidup penyandang tunanetra pedagang kerupuk

keliling di sekitar Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, sehingga

peneliti mengambil judul penelitian, “Strategi Bertahan Hidup Penyandang

Tunanetra Pedagang Kerupuk Keliling (Studi Kasus di Kecamatan Pamulang,

Kota Tangerang Selatan)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada pernyataan penelitian di atas, berikut adalah rumusan

pertanyaan penelitiannya :

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi penyandang tunanetra lebih memilih

profesi sebagai pedagang kerupuk keliling di Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan ?

2. Bagaimanakah strategi bertahan hidup penyandang tunanetra pedagang

kerupuk keliling di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pernyataan masalah dan pertanyaan penelitian yang ada,

maka tujuan dari penelitian ini, yaitu :

Page 17: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

4

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyandang tunanetra lebih

memilih profesi sebagai pedagang kerupuk keliling di Kecamatan

Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

2. Untuk memahami strategi bertahan hidup penyandang tunanetra pedagang

kerupuk keliling di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai sumber informasi bagi peneliti-peneliti yang ingin mengetahui

mengenai strategi-strategi yang dilakukan penyandang tunanetra untuk

bertahan hidup sebagai pedagang kerupuk keliling.

b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi literatur yang berguna bagi

peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan pada setiap orang

karena dengan adanya kekurangan yang ada pada diri kita, membuat kita

untuk tidak mudah putus asa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai strategi-strategi

bertahan hidup penyandang tunanetra.

c. Sebagai masukan pada Instansi Pemerintah untuk lebih memperhatikan

keberadaan penyandang tunanetra, sehingga diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi para penyandang

tunanetra.

Page 18: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

5

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti melakukan penelitian di lapangan kiranya diperlukan suatu

peninjauan literatur, yakni peninjauan terhadap berbagai penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, gunanya untuk menghindari plagiarisme dari

penelitian-penelitian tersebut. Berikut beberapa literatur yang peneliti dapatkan

dari penelitian sebelumnya yang terkait dengan strategi bertahan hidup.

Pertama Tesis yang ditulis oleh Widiyanto (2009) “Strategi Nafkah

Rumahtangga Petani Tembakau Di Lereng Gunung Sumbing”, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa strategi nafkah rumahtangga petani tembakau dibangun

diatas dua etika moral ekonomi yang berlawanan. Pada satu sisi berlandaskan

pada etika sosial-kolektif dan pada sisi yang lain berpijak kepada etika individual-

material. Kedua etika “dimainkan” oleh petani sebagai upaya untuk bertahan dan

memperbaiki sistem penghidupannya. Dalam membangun strategi nafkah

rumahtangga petani tembakau mengkombinasikan aset-aset (modal) yang

dimiliki, yaitu: modal alami, modal fisik, modal finansial, modal sumber daya

manusia, dan modal sosial.

Secara umum rumahtangga petani di daerah penelitian membangun

beberapa strategi nafkah, yaitu: strategi produksi, solidaritas vertikal, solidaritas

horizontal, berhutang, patronase, srabutan, akumulasi, dan manipulasi komoditas.

Sedangkan kelembagaan yang dibangun oleh petani sebagai implementasi dari

strategi nafkah adalah sistem nitip, royongan, gabung hasil panen, dan maro.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5861/2009wid.pdf?sequen

ce=4).

Page 19: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

6

Kedua Tesis yang ditulis oleh Theophilus Yanuarto (2008) “Strategi

Bertahan Hidup Eks-Pengungsi Timor-timur Pasca Penghentian Durable

Solutions (Studi di Barak Tuapukan, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara

Timur”. Penelitian ini untuk meneliti bentuk-bentuk atau pola strategi para eks-

pengungsi Timor-timur agar dapat bertahan hidup meskipun bantuan kemanusiaan

telah dihentikan oleh Pemerintah Indonesia dan PBB. Dengan menggunakan

deskriptif kualitatif dengan metode fenomenologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka mengembangkan strategi

bertahan hidup dalam bentuk subsistensi pangan, kemandirian, dan

ketergantungan. Subsistensi pangan berasal dari kegiatan bercocok tanam di lahan

yang terbatas. Kemandirian dilakukan melalui pencarian sumber penghasilan di

sektor informal dan pemanfaatan alam meskipun pada kenyataannya mereka tidak

terlepas dari bentuk ketergantungan. Bentuk strategi bertahan hidup yang

dilakukan oleh setiap keluarga eks-pengungsi di Barak Tuapukan berbeda satu

sama lain, sedangkan keadaan yang melatarbelakangi atau mempengaruhi bentuk

strategi tersebut, antara lain motivasi dalam bekerja, sumber daya, tingkat

kekerabatan dan interaksi dengan masyarakat lokal, dan intervensi bantuan

pemerintah dan lembaga kemanusiaan.

(http://google.com/url?sa=t&rct=j&q=esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDEQF

JAB&url=http%3A%2F2Fetd.ugm).

Ketiga Tesis yang ditulis oleh MM Sri Dwiyantari (2002) “Strategi Adaptasi

Keluarga Buruh Terputus Hubungan Kerja (ter-PHK) dalam Rangka

Mempertahankan Hidup Keluarga”, hasil penelitian menunjukan bahwa masalah

Page 20: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

7

utama yang muncul dalam keluarga ter-PHKnya kepala keluarga adalah masalah

keuangan keluarga (financial hardship). Karena perubahan kondisi itulah keluarga

melakukan penyesuaian agar mampu bertahan hidup. Penyesuaian-penyesuaian

tersebut dilakukan dengan berbagai strategi adaptasi.

Strategi adaptasi yang dilakukan adalah (1) pada keluarga ter-PHK dengan

isteri yang bekerja di sektor formal, upaya kerja keluarga dengan mendukung

pekerjaan isteri dan pencarian pekerjaan baru bagi suami menjadi strategi efektif

bagi ketahanan jangka pendek dan jangka panjang. (2) pada keluarga dengan isteri

yang memiliki pekerjaan di sektor informal peningkatan upaya kerja keluarga

dengan mengembangkan pekerjaan sampingan isteri menjadi pekerjaan pokok

merupakan strategi efektif bagi kebertahanan keluarga jangka pendek maupun

jangka panjang. Pada keluarga ini pemulihan stabilitas keluarga relatif cepat. (3)

pada keluarga dengan isteri yang tidak memiliki pekerjaan apapun, pemanfaatan

bantuan keluarga, bantuan pemerintah, pemanfaatan uang pesangon menjadi

strategi efektif bagi kebertahanan jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang

strategi yang efektif adalah dengan upaya pencarian pekerjaan baru. Pemulihan

stabilitas keluarga ini lamban dan sangat tergantung pada ada tidaknya bantuan

pihak lain yang memberikan informasi mengenai peluang kerja.

Keempat Jurnal yang ditulis oleh Sri Endang Kornita dan Yusbar Yusuf

“Strategi Bertahan Hidup (Life Survival Strategy) Penduduk Miskin Kelurahan

Batu Tertitip Kecamatan Sungai Sembilan”, hasil penelitian menunjukan bahwa

karakteristik penduduk miskin di Kelurahan Batu Teritip ditinjau secara sosio-

demografi; sebagian besar kepala keluarga miskin (90,00 persen) di Kelurahan

Page 21: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

8

Batu Teritip adalah tergolong ke dalam kategori produktif, memiliki tingkat

pendidikan yang rendah dimana 69,75 persen responden adalah berpendidikan

rendah (SD kebawah), sebagian besar (50 persen) responden telah tinggal dan

bertahan di Batu Teritip selama lebih 10 tahun bahkan 20 tahun.

Keluarga miskin di Kelurahan Batu Teritip mempunyai strategi bertahan

hidup antara lain strategi subsistensi, selalu digunakan oleh responden untuk

memenuhi kebutuhan dasar yaitu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan

cara pinjem tauke kayu bakau/tauke penampung penjualan ikan. Kemudian

dengan cara dicukup-cukupkan dengan apa yang ada. Sedangkan berkaitan

dengan strategi bertahan hidup menghadapi kondisi alam (angin utara dan musim

hujan) maka responden pada umumnya mempunyai cara atau strategi untuk tetap

bertahan hidup di daratan (tidak mencari ikan atau bertani) tetapi mencari kayu

bakau di pesisir pantai yang lebih kearah darat sebagai sumber nafkah.

(http://ejournal.unri.ac.id/)

Kelima Skripsi yang ditulis oleh Sita Dhini (2009) “Strategi Bertahan Buruh

Kontrak dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok (Studi Kasus Kondisi Sosial

Ekonomi Buruh Kontrak di CV. Belawan Indah)”, hasil penelitian menunjukan

bahwa keluarga buruh kontrak telah mampu melakukan strategi bertahan hidup

dengan baik. Keluarga buruh kontrak melakukan strategi aktif dimana buruh

kontrak tersebut mendayagunakan anggota keluarga mereka untuk membantu

perekonomiannya. Dengan cara ini mereka dapat memenuhi kebutuhan pokoknya

walaupun masih terbilang secara pas-pasan.

Page 22: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

9

Selain itu buruh kontrak juga melakukan strategi pasif dimana keluarga

buruh kontrak mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan berusaha hidup

sehemat mungkin baik dari segi pangan dimana semenjak kenaikan BBM sangat

merasakan dampaknya sampai sekarang ini. Dan yang terakhir keluarga buruh

kontrak juga melakukan staretegi jaring pengaman. Dengan cara menjalin relasi

yang baik dengan para tetangga dan sesama pekerja, dan memanfaatkan program

anti kemiskinan dari Pemerintah, sehingga jika mereka membutuhkan pertolongan

maka buruh kontrak ini akan meminjam uang, mengutang ke warung, arisan, dan

memanfaatkan program Pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai, sembako

murah, dan lain-lain. (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14994)

Dari literatur atau penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya,

penulis ingin lebih jauh memahami strategi bertahan hidup penyandang tunanetra,

dan ingin mempertegas perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi Bertahan

Hidup Penyandang Tunanetra Pedagang Kerupuk Keliling (Studi Kasus di

Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan).

F. Kerangka Teoretis

Seseorang dalam melakukan tindakan mempunyai motif ekonomi. Dengan

adanya motif ekonomi sendiri, mereka mempunyai strategi untuk bertahan hidup.

Strategi bisa diartikan sebagai cara seseorang dalam menghemat segala sesuatu

untuk dapat bertahan hidup. Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005: 6)

mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan

yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara

Page 23: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

10

sosial ekonomi. Setiap individu menentukan sendiri strategi-strategi yang

dilakukannya untuk bertahan hidup. Hal ini bisa terlihat adanya kemauan yang

besar dari penyandang tunanetra untuk bertahan hidup yaitu dengan berprofesi

sebagai pedagang kerupuk keliling.

Dalam teori pilihan rasional, aktor menjadi pusat perhatiannya. Aktor

dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud.

Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk

mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang mempunyai pilihan (atau nilai,

kegunaan). Teori pilihan rasional tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau

apa yang menjadi sumber pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa

tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan

aktor. (Ritzer dan J. Goodman, 2009: 448)

Teori pilihan rasional berawal dari tujuan atau maksud dari aktor, tetapi

harus tetap diingat bahwa setidaknya ada dua batasan utama yang membatasi

tindakan tersebut. Pertama adalah kelangkaan resources. Aktor memiliki

resources berbeda seperti halnya memiliki akses-akses yang berbeda pula

terhadap resources lainnya. Aktor yang memiliki banyak resources, pencapaian

tujuannya mungkin menjadi relatif lebih mudah. Akan tetapi, bagi yang hanya

memiliki sedikit resources, hasil akhir yang dicapai mungkin menjadi lebih sulit

atau bahkan menjadi suatu hal yang tidak mungkin. Batasan yang kedua adalah

lembaga-lembaga sosial, batasan lembaga ini memberikan sanksi negatife dan

positif yang menekankan perlunya dilakukan tindakan-tindakan tertentu dan

sebaliknya. (Wirawan, 2012: 245)

Page 24: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

11

Di dalam mencapai tujuan, aktor harus tetap memusatkan perhatian mereka

pada biaya-biaya dari tindakan paling menarik sebelumnya. Seorang aktor dapat

menentukan untuk tidak mengejar nilai yang dianggap paling tinggi jika

resources-nya dianggap terlalu kecil, di mana hasil yang akan dicapai mungkin

tidak akan memuaskan. (Wirawan, 2012: 245) Menurut Coleman, teori pilihan

rasional memiliki dasar bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu

tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan

(prefensi). Dan untuk maksud yang sangat teoritis, Coleman menyatakan perlunya

konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi

yang melihat aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau

yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. (Ritzer dan J. Goodman,

2009: 480)

Sedangkan Friedman dan Hechter dalam Wirawan (2012: 245-246)

menjelaskan tentang dua ide/konsep dasar dari rational choice theory. Pertama

adalah mekanisme agregat, atau proses yang dengannya “tindakan individu yang

terpisah-pisah dikombinasikan untuk menghasilkan hasil sosial (social outcome)”.

Kedua adalah tumbuhnya konsep tentang pentingnya informasi di dalam membuat

pilihan-pilihan rasional. Dalam satu sisi, diasumsikan bahwa para pelaku memiliki

informasi yang lengkap, atau setidaknya mencukupi, untuk membentuk pilihan-

pilihan purposif di antara alternatif tindakan.

Dalam perspektif sosiologi ekonomi, teori pilihan rasional yaitu aktor

melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu

bentuk tindakan, aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku, dan aktor

Page 25: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

12

berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu. (Damsar,

2009: 153) Aktor dalam menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku akan

mempertimbangkan kepercayaan dan jaringan sosial di lingkungan sekitarnya.

Setiap orang memiliki keterbatasan dalam memperkirakan sesuatu, untuk

mengatasi ketidakpastian tersebut maka dia harus menjalin hubungan kepercayaan

dengan orang lain (Damsar, 2009: 201). Sedangkan jaringan sosial menurut

Suparlan dalam Kusnadi (2000: 13) merupakan proses pengelompokan yang

terdiri dari sejumlah orang (setidaknya tiga orang) yang masing-masing

mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan melalui hubungan sosial yang

ada.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian memiliki peranan penting, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian

studi kasus merupakan model penelitian yang penelaahanya difokuskan kepada

satu kasus dan dilakukan secara insentif, mendalam, mendetail, dan komperhensif

(Syamsir dan Jaenal, 2006). Dalam penggunaan pendekatan kualitatif ini juga

memusatkan pada studi gejala dalam keadaan alamiah dan berusaha membentuk

pengertian terhadap fenomena sesuai dengan makna dari gejala-gejala sosial di

dalam masyarakat (Burhan Bugin, 2009: 30).

2. Subyek Penelitian dan Teknik Penentuan Informan

Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian kualitatif ini yang

dijelaskan oleh Sugiono (2007: 52), yaitu orang yang dapat mengetahui situasi

Page 26: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

13

sosial dengan mengobservasi dan wawancara. Adapun mereka yang menjadi

informan ditentukan dengan metode purposive sampling, dipilih berdasarkan atas

pertimbangan sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu. Maksud pertimbangan di

sini menurut Sugiono (2007: 54) bahwa orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

memudahkan peneliti menjelajah objek atau situasi sosial yang diteliti. Dengan

kata lain, penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive

sampling dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud antara lain :

a. Penyandang tunanetra yang sudah menekuni sebagai pedagang kerupuk

keliling selama 1 tahun.

b. Bertempat tinggal (sewa kontrakan) di sekitar Kecamatan Pamulang,

Kota Tangerang Selatan.

c. Dalam satu Kelurahan, penyandang tunanetra tidak memiliki saudara

yang profesinya sama sebagai pedagang kerupuk keliling.

Dari kriteria tersebut, maka penyandang tunanetra yang menjadi informan

dalam penelitian ini berjumlah 12 orang. Mereka semua tinggal di enam

Kelurahan (Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Bambu Apus, Kedaung, Pamulang Barat,

Pamulang Timur, dan Benda Baru) di Kecamatan Pamulang. Untuk lebih jelasnya

mengenai Data informan yang peneliti lakukan, sebagaimana digambarkan dalam

tabel I.1

Page 27: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

14

Tabel I.1

Data Informan

No Informan Jenis

Kelamin

Usia Daerah

Bertahan Hidup

Tgl Wawancara

1 Suhadi Lk 40 Th Benda Baru 18 Desember 2013

2 Edy Maryadi Lk 44 Th Pondok Cabe Ilir 19 Desember 2013

3 Jamal Lk 63 Th Pamulang Timur 23 Desember 2013

4 Nasilah Pr 60 Th Pamulang Barat 24 Desember 2013

5 Anas Binalik Lk 36 Th Kedaung 27 Desember 2013

6 Suparlan Lk 47 Th Pondok Cabe Ilir 1 Januari 2014

7 Muslikha Pr 43 Th Pondok Cabe Ilir 1 Januari 2014

8 Abdul Rouf Lk 27 Th Pondok Cabe Ilir 1 Januari 2014

9 Sunoto Lk 29 Th Pondok Cabe Ilir 1 Januari 2014

10 Didi Lk 36 Th Bambu Apus 2 Januari 2014

11 Edi Ks Lk 38 Th Kedaung 2 Januari 2014

12 Abdul Haiq Lk 36 Th Kedaung 3 Januari 2014

Sumber: Hasil Observasi

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data terbagi menjadi 2 (dua), yakni :

1. Data Primer, data yang diperoleh langsung dari informan atau suatu

obyek yang akan diteliti melalui wawancara dan observasi, yang ada

hubungannya dengan apa yang akan diteliti. Seperti faktor yang

mempengaruhi penyandang tunanetra lebih memilih profesi sebagai

pedagang kerupuk keliling dan juga strategi-strategi bertahan hidup

penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling.

Page 28: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

15

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari kajian pustaka dan sebagai

pendukung dari data primer seperti artikel, Koran, majalah, sebagai

sumber tertulis lainnya yang dibahas dalam penelitian. (Moleong, 2010:

224-225).

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengambil data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan

melalui pengamatan langsung dari tempat penelitian, dan untuk melengkapi data

yang dilakukan, yaitu menggunakan wawancara mendalam kepada informan

dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang erat kaitannya dengan

permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data

kepustakaan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara-Mendalam (In-depth interview)

Wawancara Mendalam atau In-Depth Interview adalah pengumpulan

data dengan menggunakan teknik wawancara antara peneliti dan informan

untuk mendapatkan keterangan dengan jelas (Moleong, 2007: 186).

Pengumpulan data jenis ini dibimbing oleh pedoman wawancara yang sudah

dipersiapkan. Teknik ini disertai pencatatan konsep, gagasan, pengetahuan

informan yang diungkapkan lewat tatap muka.

b. Observasi

Page 29: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

16

Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi yang dilakukan adalah

observasi langsung ke tempat penelitian dengan melihat keadaan sekitar,

kegiatan, tindakan-tindakan informan dan proses penataan yang merupakan

bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati. Observasi menjadi

salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan

(reliabilitas) dan kesahihanya (validitasnya). (Husaini dan Purnomo, 2009:

52)

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah sumber data

yang dapat dimanfaatkan dengan banyak hal, dokumentasi itu sendiri adalah

bagian penting dalam penelitian (Moleong, 2010: 217). Dokumentasi dalam

penelitian ini berupa buku-buku literatur, karangan ilmiah, mengabadikan

gambar dilokasi penelitian dan dokumentasi resmi yang dikeluarkan oleh

Instansi Pemerintah ataupun Swasta.

5. Analisis Data

Data yang berwujud kata-kata dari hasil penelitian akan dianalisis

secara kualitatif, di mana data yang diperoleh dari lapangan seperti wawancara

dan observasi akan diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan. Menyangkut

analisis data kualitatif, berikut adalah tahapan-tahapannya (Husaini dan Purnomo,

2009: 85-87) :

a. Reduksi data

Page 30: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

17

Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data,

dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat

gugus-gugus, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan maksud

menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

b. Penyajian data

Merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Merupakan kegiatan akhir penelitian, peneliti harus sampai pada

kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun

kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subyek tempat penelitian itu

dilaksanakan.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi ke dalam 4 (empat) bab. Setiap babnya terdiri atas sub-

sub bab pembahasan yang mempunyai keterkaitan antara bab dan sub-sub bab

yang satu dengan yang lainnya.

Bab I Pendahuluan, akan membahas mengenai pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teoretis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 31: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

18

Bab II Sosio-Demografi Kecamatan Pamulang, merupakan gambaran umum

mengenai Kecamatan Pamulang yang terdiri dari kondisi fisik Kecamatan

Pamulang, kependudukan dan mata pencaharian, serta mengenai penyandang

tunanetra pedagang kerupuk keliling; mulai dari cara dan waktu berdagang

kerupuk penyandang tunanetra serta alat bantu dalam berdagang kerupuk keliling.

Bab III Deskripsi dan Analisis Data, yaitu bab yang memaparkan mengenai

hasil penelitian, mulai dari faktor yang mempengaruhi penyandang tunanetra lebih

memilih profesi sebagai pedagang kerupuk keliling sampai dengan strategi

bertahan hidup penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling di Kecamatan

Pamulang, Kota Tangerang Selatan dan analisis hasil penelitian.

Bab VI Penutup, bab yang memaparkan tentang kesimpulan dan saran dari

hasil penelitian.

Page 32: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

19

BAB II

SOSIO-DEMOGRAFI KECAMATAN PAMULANG

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kecamatan Pamulang yang

terdiri dari; kondisi fisik Kecamatan Pamulang, kependudukan dan mata

pencaharian, serta mengenai penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling;

mulai dari cara dan waktu berdagang kerupuk penyandang tunanetra serta alat

bantu dalam berdagang kerupuk keliling.

A. Gambaran Umum Kecamatan Pamulang

1. Kondisi Fisik Kecamatan Pamulang

Kecamatan Pamulang termasuk dalam wilayah Kota Tangerang Selatan,

Provinsi Banten. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 26,82 km2

, yang terdiri

dari 78. 151 RT (Rukun Tangga) (BPS Kota Tangerang Selatan 2013). Kecamatan

Pamulang merupakan pusat Perkantoran Pemerintah daerah Tangerang Selatan,

hal ini bisa terlihat dengan letak Kecamatan Pamulang berdampingan dengan

kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan.

Secara geografis Kecamatan Pamulang memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut (BPS Kota Tangerang Selatan 2013) :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok

Provinsi Jawa Barat.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI

Jakarta.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Serpong.

Page 33: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

20

Sedangkan secara administratif, Kecamatan Pamulang terdiri dari 8

Kelurahan, yaitu Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan Pamulang Barat,

Kelurahan Pamulang Timur, Kelurahan Pondok Cabe Udik, Kelurahan Pondok

Cabe Ilir, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Bambu Apus, dan Kelurahan Benda

Baru.

Tabel II.A.1

Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Pamulang pada

tahun 2012

No Kelurahan Luas Wilayah (km2

) Persentase (%

)

1

2

3

4

5

6

7

8

Pondok Benda

Pamulang Barat

Pamulang Timur

Pondok Cabe Udik

Pondok Cabe Ilir

Kedaung

Bambu Apus

Benda Baru

Kec. Pamulang

3,86

4,16

2,59

4,83

3,96

2,56

2,20

2,66

26,82

14,39

15,51

9,65

18,00

14,77

9,56

8,20

9,92

100

Sumber : Dinas Pertanian Kota Tangerang Selatan dalam

(http://tangselkota.bps.go.id)

Page 34: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

21

Tabel II.A.2.

Jumlah Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk Per Rumah Tangga

Menurut Kelurahan di Kecamatan pamulang tahun 2012

No Kelurahan Rumah

Tangga

Rata-rata Penduduk Per

Rumah Tangga

1

2

3

4

5

6

7

8

Pondok Benda

Pamulang Barat

Pamulang Timur

Pondok Cabe Udik

Pondok Cabe Ilir

Kedaung

Bambu Apus

Benda Baru

Kec. Pamulang

12.447

13.795

9.265

5.808

8.795

11.525

6.928

9.589

78.151

3,75

4,68

4,41

4,89

4,18

4,22

3,89

3,74

1,95

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan 2013 dalam

(http://tangselkota.bps.go.id)

2. Kependudukan dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk di Kecamatan Pamulang adalah sebanyak 308.272 jiwa.

Proporsi antara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah

seimbang, yakni terdiri dari 155.700 jiwa penduduk dengan jenis kelamin laki-laki

dan 152.572 jiwa penduduk dengan jenis kelamin perempuan. Kelurahan Pondok

Cabe Udik merupakan Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk yang sedikit

sebesar 22.856 jiwa sedangkan Kelurahan Pamulang Barat memiliki penduduk

terbanyak sebesar 53.210 jiwa.

Page 35: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

22

Tabel II.A.3.

Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kelurahan di

Kecamatan Pamulang pada tahun 2012

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

kelamin

1

2

3

4

5

6

7

8

Pondok Benda

Pamulang Barat

Pamulang Timur

Pondok Cabe Udik

Pondok Cabe Ilir

Kedaung

Bambu Apus

Benda Baru

Kec. Pamulang

24.677

26.958

17.772

11.512

17.834

23.206

13.884

19.857

155.700

24.332

26.252

17.825

11.344

17.253

22.489

13.494

19.583

152.572

49.009

53.210

35.597

22.856

35.087

45.695

27.378

39.440

308.272

1,01

1,02

1,99

1,01

1,03

1,03

1,02

1,01

1,02

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan 2013 dalam (http://tangselkota.bps.go.id)

Mata pencaharian penduduk merupakan bagian dari kondisi demografi,

dengan adanya data mata pencaharian penduduk pada suatu wilayah berarti dapat

dilihat besar kecilnya jumlah penduduk usia kerja. Jumlah penduduk usia kerja

yang dominan dalam mata pencaharian penduduk di Kecamatan Pamulang adalah

profesi Lain-lain, jumlahnya 227.126 jiwa. Sedangkan profesi sebagai Pedagang,

jumlanya 26.228 jiwa. Karena adanya anggapan bahwa dengan berprofesi sebagai

pedagang berarti bisa mendapatkan penghasilan setiap hari. Data selengkapnya

mengenai sebaran penduduk usia kerja yang bekerja, berdasarkan mata

pencaharian penduduk di Kecamatan Pamulang dapat dilihat pada Tabel II.A.4.

Page 36: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

23

Tabel II.A.4.

Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Pamulang pada tahun

2012

No Mata Pencaharian Banyaknya

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

PNS

TNI/POLRI

Pensiunan TNI/POLRI/PNS

Pedagang

Angkutan/Supir

Buruh Industri

Buruh Bangunan

Industri Kecil/Pengrajin

Pengusaha Besar/Sedang

Petani Penggarap/Buruh Tani

Petani Pemilik

Lain-lain

Jumlah

7.156

1.178

1.368

26.228

14.296

17.668

6.785

815

308

226

188

227.126

303.272

Sumber : Kantor Kecamatan Pamulang dalam

(http://tangselkota.bps.go.id)

Berdasarkan tabel di atas, mata pencaharian penduduk yang berada di

Kecamatan Pamulang adalah PNS sebanyak 7.156 jiwa, TNI/POLRI sebanyak

1.178 jiwa, Pensiunan TNI/POLRI/PNS sebanyak 1.368 jiwa, Pedagang sebanyak

26.228 jiwa, Angkutan/Supir sebanyak 14.296 jiwa, Buruh Industri sebanyak

17.668 jiwa, Buruh Bangunan sebanyak 6.785 jiwa, Industri Besar/Sedang 308

Page 37: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

24

jiwa, Petani Penggarap/ Buruh Tani sebanyak 226 jiwa, Petani Pemilik sebanyak

188 jiwa, dan lain-lain sebanyak 227.126 jiwa.

Hasil Survei Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan di pasar Ciputat tahun 2013 bahwa kebutuhan hidup layak

(KHL) keluarga dalam satu bulan mencapai Rp. 1.052.155. Dalam hal ini peneliti

mengambil hasil survei Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi

mengenai kebutuhan hidup layak (KHL) tahun 2013 di pasar Ciputat, dikarenakan

yang terdekat dengan tempat lokasi penelitian. Di samping itu, UMK (Upah

Minimum Kabupaten/Kota) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014, sebesar Rp.

2.442.000 perbulan (Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan).

B. Penyandang Tunanetra Pedagang Kerupuk Keliling

Setiap manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan pasti akan

menggunakan alat indra yang dimilikinya. Akan tetapi yang terjadi pada

penyandang tunanetra hanya bisa menggunakan alat indra pendengaran, perabaan,

pembau, dan pengecap saja, sedangkan alat indra penglihatan tidak berfungsi. Hal

ini dapat mempengaruhi pandangan penyadang tunanetra terhadap suatu peristiwa

atau objek yang ada di lingkungan sekitar. Sebenarnya alat indra penglihataan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Dengan terjadinya kelainan penglihatan (tunanetra) pada seseorang, praktis akan

mengakibatkan hambatan terhadap kemampuannya untuk bergerak secara bebas

di lingkungannya (Efendi, 2008: 45).

Page 38: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

25

Kebutuhan bergerak bagi setiap makhluk hidup merupakan bagian dari

kehidupan yang paling esensial, sebab dengan bergerak makhluk hidup khususnya

manusia dapat melakukan banyak hal. Hasil gerakannya baik yang mempunyai

efek pada diri sendiri maupun orang lain. (Efendi, 2008: 45)

Sebenarnya, apa yang dirasakan orang normal tidak jauh berbeda dengan

apa yang dirasakan penyandang tunanetra. Dalam hal ini orang normal dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya perlu pemenuhan kebutuhan dasar, seperti

kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan untuk diakui keberadaannya, dan

kebutuhan untuk mencapai sesuatu, hal tersebut juga menjadi kebutuhan bagi

penyandang tunanetra. Bagi penyandang tunanetra dalam memenuhi kebutuhan

hidup seringkali terdapat banyak hambatan, ini di karenakan adanya masalah pada

alat penglihatannya.

Dengan adanya permasalahan pada alat penglihatannya, penyandang

tunanetra dalam memenuhi kebutuhan hidup akan menjalani profesi semampunya.

Ini bisa terlihat dari beberapa penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar

Kecamatan Pamulang, yang berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling.

Mereka datang dari beberapa daerah antara lain: Solo, Cirebon, Flores, Lampung,

Jakarta, dan Temanggung. Sebagian besar mereka berasal dari Jawa Tengah.

Kedatangan penyandang tunanetra sebenarnya hanya untuk mencari

peruntungan di sekitar Kecamatan Pamulang dengan menjajakan kerupuk.

Apalagi di Kecamatan Pamulang merupakan pusat Kota Tangerang Selatan, yang

dianggap sebagai pusat kemajuan dan pembangunan, tempat berkembangnya

suatu masyarakat yang saling ketergantungan satu sama lain, dan merupakan pusat

Page 39: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

26

penjualan barang. Penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk selalu

berusaha menjual kerupuknya sampai habis walaupun terlihat kelelahan, karena

menjajakan kerupuknya dengan berjalan kaki, dan dengan cakupan area keliling

yang cukup luas.

Dengan adanya cuaca yang tidak menentu, penyandang tunanetra tidak

mudah untuk menyerah begitu saja, penyandang tunanetra mempunyai tekad yang

kuat bahwa mereka jika tidak berjualan kerupuk berarti tidak bisa memenuhi

kebutuhan diri sendiri dan kebutuhan keluarganya. Dengan kegigihannya, kerja

keras, dan usaha yang tidak pernah habis-habisnya mereka dapat bertahan hidup.

Pedagang kerupuk keliling merupakan jenis perdagangan kecil, perdagangan

kecil terdiri dari pedagang yang membuka tempat berjualan sederhana yang

didatangi oleh konsumen atau pedagang keliling yang mendatangi sendiri

konsumennya. Penyandang tunanetra tidak memproduksi sendiri kerupuk yang

dijualnya, mereka mengambil dari orang lain untuk dijajakan kepada konsumen.

Mereka hanya mengandalkan tenaga dan modal awal dalam menjajakan kerupuk.

C. Cara dan Waktu Berdagang Kerupuk Penyandang Tunanetra

1. Cara Berdagang Kerupuk

Cara yang dilakukan penyandang tunanetra dalam berjualan kerupuk yaitu

dengan berjalan kaki melewati gang-gang kecil yang dekat dengan kontrakannya,

terkadang juga melintas sampai ke Jalan Raya. Menurut para informan, merasakan

risih jika melewati Jalan Raya, hal ini disebabkan pernah di caci maki dengan

sesama pengguna jalan dan takut tertabrak motor ataupun mobil. Dengan kejadian

Page 40: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

27

seperti itu maka lebih memilih untuk melintas Jalan Raya hanya sebatas

menyebrang saja, biasanya mereka membawa barang dagangannya di gerobak,

ada pula yang di letakan dipundak, dan ada juga yang di letakan dipikulan.

Penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk dengan berkeliling di

gang-gang kecil sambil berteriak “kerupuk-kerupuk”, dengan cara tersebut maka

mereka bisa berinteraksi dengan para konsumennya. Pada awalnya dalam

berdagang kerupuk hanya berkeliling di gang-gang kecil tidak berteriak “kerupuk-

kerupuk”, hal ini disebabkan karena masih memiliki perasaan kebingungan dalam

berdagang kerupuk dan juga masih kebingungan dalam menentukan arah untuk

berdagang kerupuk. Di samping itu ada juga warga sekitar Kecamatan Pamulang

yang menganggap bahwa kerupuk yang dibawanya tidak untuk dijual melainkan

untuk dikonsumsi sendiri. Hal tersebut merupakan pengalaman baru yang

didapatkan penyandang tunanetra dalam beralih profesi menjadi pedagang

kerupuk keliling, hanya untuk bertahan hidup dengan tidak meminta bantuan

orang lain.

2. Waktu Berdagang Kerupuk

Penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk memanfaatkan waktu-

waktu tertentu saja, hal ini dilakukannya karena mereka melihat aktivitas yang

dilakukan masyarakat sekitar. Umumnya yang dilakukan penyandang tunanetra

dalam berjualan kerupuk mulai pagi hari sekitar pukul 08.00 sampai pukul 11.00,

siang dan sore hari sekitar pukul 15.00 sampai pukul 17.30.

Penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk biasanya dalam sehari itu

dua kali berdagang kerupuk. Mereka berdagang kerupuk dari pagi sampai siang

Page 41: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

28

hari sebelum sholat Zuhur, hal ini disebabkan jika berdagang kerupuk sudah

melewati jam dua belas siang terik matahari sudah semakin panas dan tidak

efisien lagi untuk berdagang kerupuk keliling. Kemudian dilanjutkan berdagang

pada sore hari sampai menjelang sholat Magrib, hal ini dilakukan mereka karena

waktu-waktu sore merupakan waktunya orang-orang pulang kerja, setidaknya

dapat memanfaatkan barang yang dijajakannya. Tetapi jika lagi musim penghujan

mereka hanya berjualan kerupuk pagi sampai siang hari saja sedangkan sore

harinya dipergunakan untuk istirahat. Biasanya jika dari rumah kontrakannya

sudah hujan, mereka tidak melakukan aktivitas berdagang kerupuk kelililing.

D. Alat Bantu dalam Berdagang Kerupuk Keliling

Penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk menggunakan alat bantu

untuk memasarkan barang dagangannya kepada para konsumen. Bagi mereka, alat

bantu yang digunakan tersebut sangat berarti terhadap keberlangsungan hidupnya.

1. Pengeras Suara

Pengeras suara itu berbentuk bulat, seperti mainan anak-anak. Biasanya

nada dari alat pengeras suara itu disesuaikan dengan penyandang tunanetra dalam

berdagang kerupuk, ada yang menggunakan nada “kerupuk-kerupuk”, ada juga

yang menggunakan nada “lagu-lagu pop Indonesia” kesenangan anak muda, dan

ada juga yang menggunakan nada “lagu-lagu dangdut”. Sebenarnya yang

dilakukan para penyandang tunanetra dalam menggunakan alat pengeras suara itu

sebagai media untuk mempromosikan barang dagangannya, dan ingin

menunjukan barang apa yang diperdagangkan. Di samping itu alat tersebut juga

Page 42: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

29

dipergunakan, jika sewaktu-waktu tenggorokan mereka sakit kemudian tidak bisa

berteriak “kerupuk-kerupuk”, sehingga bisa menggunakan alat pengeras tersebut.

2. Kursi Plastik

Kursi plastik fungsinya juga tidak jauh berbeda dengan alat pengeras suara.

Penyandang tunanetra membawa kursi plastik setiap hari, fungsi alat tersebut

untuk beristirahat setelah mereka berjalan jauh mengelilingi gang-gang kecil.

Mereka membawa kursi plastik dikarenakan merasakan kebingungan saat mencari

lokasi-lokasi untuk beristirahat. Dengan membawa kursi plastik, mereka tidak

kebingungan mencari tempat-tempat untuk istirahat, di samping itu jika jalannya

merasakan kelelahan mereka bisa istirahat di tempat-tempat tertentu.

3. Gerobak

Penyandang tunanetra juga ada yang membawa gerobak dalam berjualan

kerupuk. Gerobak sendiri berfungsi untuk membawa kerupuk dagangannya

dengan jumlah yang banyak dan mereka menganggap bahwa dengan adanya

gerobak bisa memudahkan untuk menentukan arah jalan dalam berjualan kerupuk.

4. Pikulan

Pikulan dipergunakan penyandang tunanetra untuk menggantungkan

kerupuk-kerupuk yang dijualnya, dengan adanya pikulan maka dapat mengurangi

beban yang dibawa penyandang tunanetra dan juga bisa membawa kerupuk

dengan jumlah yang banyak. Kira-kira bisa membawa kerupuk sampai 50-60 biji.

5. Tongkat Putih

Page 43: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

30

Setiap penyandang tunanetra sudah pasti tidak akan terlepas dengan yang

namanya dengan tongkat putih. Alat tersebut digunakan sebagai petunjuk untuk

mereka beraktivitas sehari-harinya. Dengan tongkat putih mereka bisa bergerak

kemana saja. Di samping itu tongkat putih juga berfungsi untuk memberitahu

kepada orang lain, bahwa pemakainya adalah penderita tunanetra, dan dapat juga

berfungsi untuk menambah rasa percaya diri (Efendi, 2008: 46-47).

Page 44: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

31

BAB III

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Bab berikut ini memaparkan tentang hasil-hasil temuan penelitian beserta

analisisnya. Mulai dari faktor yang mempengaruhi penyandang tunanetra lebih

memilih profesi sebagai pedagang kerupuk keliling, sampai pada strategi bertahan

hidup mereka.

A. Alasan Memilih Menjadi Pedagang Kerupuk Keliling

Meski memiliki keterbatasan fisik, tetapi para penyandang tunanetra tidak

kemudian berpangku tangan atau menggantungkan hidupnya pada orang lain.

Mereka tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya

adalah dengan berdagang kerupuk secara berkeliling, sebagaimana yang dijalani

penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan. Menjatuhkan pilihan pada profesi sebagai pedagang kerupuk

keliling, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor sebagaimana di bawah ini :

1. Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan setiap

manusia termasuk juga dengan kehidupan penyandang tunanetra. Tindakan atau

perilaku ekonomi yang dijalankan oleh penyandang tunanetra dalam berdagang

kerupuk keliling mengarah kepada tujuan ekonomi, yakni agar dapat memenuhi

kebutuhan hidup dirinya sendiri dan keluarganya. Kebutuhan ekonomi yang

dimaksud adalah pemenuhan Sandang, Pangan, dan Papan. Sebagaimana Bapak

Suhadi (40 th) dan Bapak Abdul Haiq (36 th) menjelaskan kepada peneliti;

Page 45: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

32

Kebutuhan yang paling penting menurut bapa kebutuhan sandang dan

pangan buat anak dan istri di kampung. Bapa mah semangat terus buat

mencari uang, yang penting buat bapa dalam mencari uang itu halal.

(Wawancara Pribadi dengan Bapak Suhadi, 18 Desember 2013).

Kebutuhan primer si dicukup-cukupin ya, kemungkinan kebutuhan yang

papan ini ya! Kebetulan spitangk saya udah mampet ya, perencanaannya si

dah matang ya. Saya udah serahkan ke tukang, kirain dah beres tapi

kenyataannya kaya gini. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Haiq, 3

Januari 2014).

Sedang Bapak Jamal (63 th) menyampaikan kepada peneliti, bahwa

kebutuhan yang paling penting buat keluarganya yaitu pemenuhan papan saja. Hal

ini dikarenakan dari beberapa penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar

Kecamatan Pamulang, dalam mencari rumah sewa tidak mudah dibandingkan

dengan orang normal yang mencari rumah sewa lebih mudah. Kebanyakan

pemilik rumah sewa tidak memperbolehkan rumahnya untuk disewa oleh para

penyandang tunanetra, alasannya bahwa jika disewakan pada penyandang

tunanetra akan mendapat banyak masalah, diantaranya tidak bisa merawat rumah

sewanya, terjadinya kebakaran dan lain sebagainya. Bapak Jamal (63 th) yang

menyewa rumah di Kelurahan Pamulang Timur menyampaikan kepada peneliti;

Kebutuhan yang paling penting, itu jelas papan. Kalau sandang si udah

lumayanlah. Papannya ini yang susah, soalnya orang buta nyari kontrakan

kan susah. Kebanyakan orang yang punya kontrakan ga mau dikontrakin

sama orang buta, mereka pada keberatan pada bilang nanti kebakaran lah,

apalah…padahal selama ini kan di TV-TV belum ada berita mengenai

tunanetra yang mengontrak terus terjadi kebakaran. Kan musibah itu

datengnya dari mana aja ya de, ini yang susah. Orang bayar kontrakan aja

yang punya pada keberatan apalagi yang ga bayar, inilah salah besar orang

buta. Kalau nyari kontrakan lama, nanya-nanya dulu buat siapa-buat siapa

kontrakan dibilang tunanetra aja pada ga mau. (Wawancara Pribadi dengan

Bapak Jamal, 23 Desember 2013).

Page 46: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

33

Dari hasil wawancara dengan informan di atas dapat disimpulkan bahwa

semua tindakan yang dilakukan para penyandang tunanetra hanya untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Mereka berusaha untuk dapat

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga seperti kebutuhan sandang, pangan dan

papan. Kebutuhan sandang dan pangan, menurut mereka sudah tercukupi dalam

kehidupan sehari-harinya. Akan tetapi, kebutuhan papan yang susah untuk

mencapainya. Hal ini bisa terlihat ketika penyandang tunanetra dalam mencari

rumah sewa itu kesulitan, kebanyakan pemilik rumah sewa menolak jika yang

mengontrak rumah sewanya adalah penyandang tunanetra. Pemilik rumah sewa

beralasan jika yang menyewa rumah sewanya penyandang tunanetra, maka akan

beresiko terjadinya kebakaran, tidak bisa merawat rumah sewanya dan lain

sebagainya.

2. Faktor Profesi Lama yang Tidak Menguntungkan Lagi

Menjadi pedagang kerupuk keliling merupakan pekerjaan sehari-hari

penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan. Dalam menjalani profesi sebagai pedagang mereka tidak bisa

memproduksi barang dagangannya sendiri, karena cacat fisik yang dialaminya.

Menurut Watson dalam Iqbal Djajadi (2008 : 3.5) kerja sebagai aktivitas-aktivitas

yang dapat membantu manusia bertahan hidup (make a living) dalam suatu

lingkungan masyarakat. Istilah “bertahan hidup” dalam definisi Watson bukan

hanya menunjuk pada usaha untuk memproduksi barang-barang material, tetapi

Page 47: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

34

juga meliputi ketahanan fisik (physical survival) dan aspek budaya tentang

eksistensi manusia.

Sebenarnya profesi yang dilakukan penyandang tunanetra sebelum menjadi

pedagang kerupuk keliling adalah sebagai tukang pijit panggilan. Akan tetapi

seiring dengan semakin majunya teknologi, keahlian yang dimilikinya sudah tidak

begitu diminati lagi oleh masyarakat. Hanya sebagian orang saja yang mau dipijit

dengan penyandang tunanetra, masyarakat lebih memilih kepada panti pijit yang

mempunyai alat-alat canggih. Berikut petikan wawancara peneliti dengan para

informan;

Ibu Nasilah (60 th) yang beralih profesi setelah profesi lamanya tidak

menguntungkan lagi, menuturkan kepada peneliti;

Jualan kerupuk kan mendingan, kalau mijit kan jarang. Terus mijit banyak

saingan itu mas bisa liat sendiri di depan kontrakan saya buka panti pijit

juga kan, pakenya juga alat-alat wis (sudah) canggih-canggih. Gawa (bawa)

kerupuk kan enteng(ringan) mboten abot (tidak berat), pisik (fisik) ibu kan

ora weruh (tidak melihat). Ya seadanya aja lah. (Wawancara Pribadi dengan

Ibu Nasilah, 24 Desember 2013).

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Suparlan (47 th) bahwa menjalani

profesi menjadi tukang pijit tidak bisa mencukupi semua kebutuhan ekonomi

keluarganya sehingga beralih profesi menjadi pedagang kerupuk keliling, berikut

penuturannya kepada peneliti;

Ya menekuni jadi pedagang kan buat tambahan juga, kalau mijit kan ga

mencukupi apalagi ekonomi sekarang ini, apa-apa aja sekarang serba naik

bukan cuma bahan-bahan kebutuhan pokok aja. Mau tidak mau ya dijalani

aja, semampu fisik saya aja. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Suparlan, 1

Januari 2014).

Page 48: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

35

Data yang peneliti dapatkan dari informan di atas, dapat disimpulkan bahwa

profesi menjadi pedagang kerupuk keliling merupakan pilihan yang tepat bagi

mereka untuk dapat bertahan hidup di sekitar Kecamatan Pamulang. Dengan

banyaknya bermunculan panti-panti pijit yang modern, penyandang tunanetra

kalah bersaing dengan panti-panti yang menggunakan alat-alat canggih. Dengan

sepinya pasien yang dipijit, maka mereka mulai memikirkan bagaimana untuk

mendapatkan penghasilan tetap. profesi menjadi tukang pijit dirasakannya tidak

memperoleh penghasilan tetap, sehingga lebih memilih untuk menjalani profesi

sebagai pedagang kerupuk keliling.

3. Faktor Pemasaran

Pemasaran sendiri juga mempengaruhi penyandang tunanetra dalam

memilih berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling, hal ini dikarenakan dari

beberapa penyandang tunanetra memiliki pengalaman baru dalam bidang

berdagang. Dalam memasarkan kerupuk saja mereka harus memakai alat

pengeras, di mana alat pengeras itu digunakan sebagai media untuk

mempromosikan barang dagangannya. Dengan keterbatasan kemampuan yang

ada, mereka memikirkan bagaimana supaya masyarakat banyak yang tersentuh

untuk membeli kerupuk dagangannya. Penyandang tunanetra dalam melakukan

aktivitasnya sebagai pedagang kerupuk keliling, mempunyai cara untuk

memasarkan barang dagangannya, antara lain mereka selalu menawarkan barang

dagangannya dengan ramah dan terkadang juga mengajak bercanda dengan para

konsumennya. Hal tersebut digunakan hanya sekedar untuk menghibur diri dan

Page 49: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

36

juga menghilangkan rasa jenuh saat berdagang kerupuk keliling. Dari hasil

wawancara dengan para informan, faktor pemasaran sendiri mempengaruhi

mereka dalam memilih berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling, karena

sebelumnya ada penyandang tunanetra yang mencoba berdagang selain berdagang

kerupuk akan tetapi tidak bisa memasarkan barang dagangannya. Seperti

berdagang pulsa dan berdagang sandal. Karena kesulitan dalam pemasaran, maka

mereka pun merasa bahwa berdagang pulsa dan sandal tidak bisa mencukupi

semua kebutuhan hidupnya. Berikut penuturan Bapak Anas Binalik (36 th) kepada

peneliti ;

Ya karena rezekinya di jualan kerupuk kali ya! Kalau jualan sandal ma

jualan pulsa kan itu ga mencukupi bener, paling ngga cuma ngambil untung

Rp. 500 aja. Menurut saya si asal mau keluar aja ya pasti dapetlah tambahan

buat makan. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Anas Binalik, 27 Desember

2013).

Sementara menurut Bapak Edy (44 th) berdagang kerupuk itu ringan dan

mudah dipasarkan :

Maksudnya kalau kerupuk dibungkus kan ringan ga masalahkan, disamping

itu kebanyakan orang kan suka makan kerupuk terus mudah untuk

dipasarkan. Kalau di bilang keahlian bukan keahlian ya jualan kerupuk,

yang bisa saya lakukan untuk mencari uang yang kaya (seperti) begini,

kalau tukang pijit kan saya ga bisa mijit. (Wawancara Pribadi dengan Bapak

Edy, 19 Desember 2013).

Data di atas menunjukan bahwa penyandang tunanetra tidak merasakan

kerepotan dalam berdagang kerupuk, karena kerupuk itu ringan dan kebanyakan

orang suka makan kerupuk sehingga mudah untuk dipasarkan. Di samping itu,

mereka pernah merasakan sebagai pedagang, selain berdagang kerupuk keliling.

Mereka pernah mencoba untuk berdagang sandal dan berdagang pulsa keliling,

Page 50: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

37

akan tetapi modal dalam berdagang tersebut tidak kembali dan tidak bisa untuk

mencukupi kebutuhan keluarganya sehingga mereka lebih memilih untuk

berdagang kerupuk keliling. Sebenarnya mereka sendiri dalam memasarkan

barang dagangannya juga dipengaruhi oleh alat-alat yang membantu dalam

berdagang kerupuk. Alat-alat yang biasa digunakan yaitu seperti pengeras suara,

kursi plastik, gerobak, dan lain-lain. Alat seperti pengeras suara sendiri

dipergunakan oleh penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling untuk

memberitahukan kepada masyarakat bahwa mereka menjajakan kerupuk. Di

samping itu alat pengeras suara tersebut juga dipergunakan untuk

mempromosikan kerupuk dagangannya kepada para konsumen.

Kursi plastik dipergunakan penyandang tunanetra untuk beristirahat, hal ini

dikarenakan dalam berdagang kerupuk menempuh jarak jauh dengan berjalan

kaki. Sedangkan gerobak dipergunakan penyadang tunanetra untuk menghindari

benturan dengan sepeda motor dan untuk membawa kerupuk dalam jumlah besar.

Berikut petikan wawancara peneliti dengan beberapa penyandang tunanetra yang

menggunakan alat bantu pengeras suara, kursi kecil, dan gerobak dalam

berdagang kerupuk:

Suhadi (40 th) yang sudah tiga bulan memakai alat bantu pengeras suara

dalam berdagang kerupuk, menyampaikan kepada peneliti;

Awalnya bapa pake alat pengeras, tapi cuman (hanya) 3 bulan aja. kalau

bawa alat pengeras terus, bapa kerepotan bawanya. Lagian buat bapa alat

pengerasnya hanya buat awal-awal jualan aja. (Wawancara Pribadi dengan

Bapak Suhadi, 18 Desember 2013).

Page 51: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

38

Jamal (63 th) dan Abdul Rouf (27 th) yang sudah lama memakai alat bantu

pengeras suara dan gerobak dalam berdagang kerupuk, menuturkan hal serupa;

Saya bawa alat pengeras, karena jualan kerupuk ini promosi juga perlu ya

de. Musik-musik kaya gini disesuaikan dengan anak-anak mudalah, kalau

pake pengeras kan ada perhatian dari pengemudi jalan juga ya. Kadang

ngasih tau “awas pa da lubang-lubang, minggir dikit”. Sebenarnya untuk

memudahkan jalan juga si fungsi alat pengeras, namanya orang buta kan

jalan ga stabil kadang jalannya ketengah kalau pake pengeras kan ada

perhatian dari masyarakat. Kalau ada musik kan bisa menarik perhatian

masyarakat, jadi pada beli kerupuk bapa. Selain itu bapa juga bawa kursi

sewaktu-waktu cape bapa bisa duduk. (Wawancara Pribadi dengan Bapak

Jamal, 23 Desember 2013).

Ya saya pake alat pengeras, kalau teriak cape saya pake alat pengeras. Kan

jadi peminatnya banyak, terus saya juga bawa gerobak buat hindarin tadi

kesempret motor. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Rouf, 1 Januari

2014).

Edi Ks (38 th) yang tidak memakai bantu alat pengeras suara tetapi

membawa kursi plastik dalam berdagang kerupuk, mengatakan kepada peneliti :

Ngga, kursi baru bawa. Ya buat istirahat aja... (Wawancara pribadi dengan

Bapak Edi Ks, 2 Januari 2014).

Uraian informan di atas, menunjukan bahwa sebagian penyandang tunanetra

sangat membutuhkan alat-alat tertentu, seperti pengeras suara, kursi plastik, dan

gerobak dalam memasarkan kerupuk dagangannya. Alat-alat yang digunakan

seperti alat pengeras suara difungsikan sebagai media untuk mempromosikan

dagangannya dan juga sangat membantu penyandang tunanetra dalam

memasarkan kerupuk dagangannya, sedangkan kursi plastik dan gerobak

digunakan para penyandang tunanetra sebagai alat bawaan dalam berdagang

kerupuk.

Page 52: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

39

4. Faktor Fisik

Fisik yang dimiliki penyandang tunanetra memang membatasi mereka untuk

bekerja di segala bidang, tetapi dengan kondisi seperti itu mereka tetap berusaha

untuk bertahan hidup. Fisik yang dialaminya menjadikan mereka lebih memilih

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling dibandingkan dengan profesi yang

lainnya, hal ini disampaikan hampir seluruh informan peneliti, seperti yang

dikemukakan Bapak Suhadi (40 th):

Tau sendiri lah de, kerja sekarang itu susah apalagi dengan kondisi pisik

(fisik) bapa yang kaya gini. Dulu saya dateng (datang) ke sini mah banyak

langganan buat di pijit tapi sekarang jarang ada panggilan buat mijit terus

ada temen ngajak buat jualan kerupuk dan kayanya hasil jualan lumayan.

Paling tidak sehari itu bisa dapet (dapat) uang de. (Wawancara Pribadi

dengan Bapak Suhadi, 18 Desember 2013).

Hal senada juga disampaikan Bapak Edy (44 th) bahwa memilih sebagai

pedagang kerupuk karena mereka sadar betul dengan kondisi fisiknya. Sehingga

yang mereka lakukan untuk bertahan hidup hanya mengandalkan kemampuan

yang mereka miliki. Berikut petikan wawancaranya dengan peneliti;

Sebenarnya simpel aja, dalam arti begini yang paling mudah untuk

dikerjakan ya salah satunya dengan berdagang yang ringan karena kondisi

fisik saya begini. Tujuannya membawa barang-barang yang ringan, ringan-

ringan dan tak tersentuh (yang tidak berat). (Wawancara Pribadi dengan

Bapak Edy, 19 Desember 2013).

Dalam hal ini peneliti melihat bahwa apa yang dilakukan penyandang

tunanetra dalam bertahan hidup mengetahui kondisi yang ada pada diri mereka.

Mereka pasrah terhadap kondisi fisik yang dialaminya, akan tetapi mereka terus

berusaha mencari penghasilan untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidup

Page 53: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

40

sehari-harinya. Dapat dikatakan bahwa penyandang tunanetra lebih memilih

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling karena kondisi fisik yang

dialaminya, maka yang dilakukan penyandang tunanetra untuk bertahan hidup

hanya mengandalkan kemampuan yang mereka miliki.

Sebenarnya dalam berdagang kerupuk mempunyai banyak tantangan dan

hambatan saat menjajakan barang dagangannya, antara lain; pernah ditipu sama

konsumen dengan menggunakan uang palsu, kemudian dalam berjualan kerupuk

jalannya juga tidak stabil, yang pada akhirnya mereka terjatuh ke selokan, dan

juga mereka sering di caci maki orang karena dianggap mengganggu jalan.

Tantangan dan hambatan tersebut merupakan efek dari kondisi fisik yang

dialaminya yaitu tidak memiliki penglihatan. Akan tetapi dengan adanya

hambatan dan tatangan saat berdagang kerupuk keliling, mereka masih dapat

bertahan hidup di sekitar Kecamatan Pamulang. Bapak Didi (36 th)

menyampaikan dengan jelas kepada peneliti bahwa pernah ditipu konsumen

kerupuk dengan menggunakan uang palsu dan juga pernah dicaci maki oleh

sesama pengguna jalan, berikut petikan wawancaranya dengan peneliti;

Ya, namanya tunanetra hambatan mah banyak ya! Terutama itu perasaan

jualan ya laku atau tidak laku ya… terus arah jualan juga pengaruh juga ya!

Pertama jualan itu kan masuk gang-gang kecil yang sempit, eh malah

tembusnya gang buntu. Ya saya puter balik lagi…. Dapet uang palsu ya

pernah, 2 kali saya dapet uang palsu. Jatuh ngga pernah, kesenggol motor

sering, dicaci maki orang di jalan raya juga pernah. (Wawancara Pribadi

dengan Bapak Didi, 2 Januari 2014).

Pengalaman yang sama juga dialami Bapak Anas Binalik (36 th) bahwa

dalam berdagang kerupuk seringkali mendapatkan banyak hambatan, seperti arah

Page 54: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

41

jalannya kebingungan, mendapatkan uang palsu dari konsumen, dan juga pernah

kesenggol sama kendaraan. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bapak Anas

Binalik (36 th) kepada peneliti;

Pertama si hambatan saya jalannya bingung gimana gitu,mungkin belum tau

medannya buat jalan. Yang kedua kalau di jalan raya agak risihlah, soalnya

saya pernah kesenggol sama kendaraan, paling yang kena kerupuknya.

Nyebur got juga pernah, tantangannya pas dapet uang palsu. Itu buat

pengalaman aja si buat saya, anak kecil juga pernah mau beli pake uang

mainan bukan uang asli. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Anas Binalik,

27 Desember 2013).

Dari hasil wawancara di atas peneliti melihat bahwa dalam berdagang

kerupuk keliling penyandang tunanetra mempunyai banyak hambatan dan

tantangan. Tetapi tantangan dan hambatan tersebut memberikan mereka semangat

untuk tetap bertahan hidup di sekitar Kecamatan Pamulang, walaupun hanya

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling.

5. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi penyandang tunanetra dalam

memilih berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling. sebagian dari mereka

beranggapan bahwa lingkungan khususnya di sekitar Kecamatan Pamulang bisa

untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Hal ini kemudian dimanfaatkannya

dengan berdagang kerupuk. Di samping itu, dalam berdagang kerupuk keliling

lebih memilih untuk berdagang di lingkungan yang berdekatan dengan

kontrakannya. Berikut petikan wawancara sebagian informan kepada peneliti;

Page 55: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

42

Bapak Abdul Rouf (27 th) yang menuturkan kepada peneliti bahwa

berdagang kerupuk di sekitar Kecamatan Pamulang di karenakan terdapat banyak

gang-gang kecil, sehingga mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan;

Enak si ya, jalanya banyak gang-gang kecilnya jadi buat jualan muter-

muternya enak gitu. Dibandingkan di daerah lain kan ga ada gang kecil,

sekali ada gang ya ada kali (sungai). (Wawancara Pribadi dengan Bapak

Abdul Rouf, 1 Januari 2014).

Ibu Nasilah (60 th) juga menuturkan hal serupa kepada peneliti bahwa jalan-

jalannya itu mudah untuk dilewatinya dan para tetangganya baik-baik;

Tinggal disini kan lumayan kan, orang-orangnya itu baik-baik. Kalau

disuruh orangnya ga minta apa-apa. Terus ibu dah tau lama daerah sini jadi

ya jualannya disini wae (aja). (Wawancara Pribadi dengan Ibu Nasilah, 24

Desember 2013).

Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Bapak Edi Ks (38 th) bahwa

berdagang kerupuk lebih memilih lingkungan yang dekat dengan kontrakannya;

Jualan disini ya yang deket dari rumah kontrakan aja. Jauh-jauh juga

percuma, kan banyak pedagang-pedagang yang lain kan. (Wawancara

Pribadi dengan Bapak Edi Ks, 2 Januari 2014).

Dalam hal ini peneliti melihat bahwa pilihan penyandang tunanetra untuk

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling karena melihat dari lingkungan

sekitarnya yang mendukung mereka untuk beraktivitas dengan masyarakat.

Kemudian daerah sekitar kecamatan pamulang sendiri merupakan daerah yang

jalan-jalannya dirasa oleh mereka lebih mudah untuk dilalui. Selain itu, lokasinya

pun tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Page 56: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

43

B. Strategi Bertahan Hidup Penyandang Tunanetra

Pada awalnya para penyandang tunanetra datang di daerah sekitar

Kecamatan Pamulang hanya mancari peruntungan dengan cara menjadi tukang

pijit panggilan. Dengan menjalankan profesi tersebut, saat itu mereka merasa

mendapatkan penghasilan yang cukup untuk dapat bertahan hidup.

Akan tetapi saat ini, berprofesi sebagai tukang pijit panggilan dirasa tidak

lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para penyandang tunanetra. Hal

ini dikarenakan, profesi sebagai tukang pijit panggilan peminatnya sudah

berkurang, atau sepi peminat. Kondisi yang demikian membuat para penyandang

tunanetra mulai memikirkan untuk mencari profesi yang dianggap mudah dijalani,

yaitu sebagai pedagang kerupuk keliling. Selain itu, profesi tersebut dianggap

dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hasil observasi peneliti

menunjukan bahwa, penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan

Pamulang Kota Tangerang Selatan merupakan warga urban, bukan warga asli

daerah tersebut. Dengan keadaan serba kekurangan dan cacat fisik, mereka datang

ke daerah penyanggah Ibu Kota Jakarta hanya untuk bertahan hidup.

Dalam konteks ini, para penyandang tunanetra tersebut dapat dikategorikan

sebagai pekerja migran, yakni orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke

tempat lain, dan kemudian bekerja di tempat baru tersebut dalam jangka waktu

relatif menetap. Pekerja migran dapat dibagi ke dalam dua golongan, yakni

pekerja migran internal dan internasional. Penyandang tunanetra masuk dalam

golongan pertama. Pekerja migran internal berkaitan dengan urbanisasi. Dengan

Page 57: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

44

kata lain, pekerja migran internal merupakan orang desa yang bekerja di kota.

(Suharto, 2005: 177-178).

Aktivitas menjadi pedagang kerupuk keliling, khususnya di sekitar

Kecamatan Pamulang, merupakan mata pencaharian yang penting bagi para

penyandang tunanetra, baik sebagai mata pencaharian yang utama, maupun

sebagai mata pencaharian tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-

harinya. Keterbatasan kemampuan yang mereka miliki, justru menjadi motivasi

dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mereka pantang menyerah dalam

menjalani kehidupan. Bagi mereka, berprofesi sebagai pedagang kerupuk adalah

untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri dan keluarganya. Meski

keuntungan yang didapatkan kecil, tetapi mereka mau menjalankan profesi itu

untuk bertahan hidup.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, bahwa penyandang tunanetra

pedagang kerupuk keliling yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang

mempunyai beberapa strategi untuk dapat bertahan hidup. Strategi itulah yang

menjadi perhatian khusus bagi peneliti itu sendiri. Untuk itu, di bawah ini ada

beberapa strategi bertahan hidup yang dilakukakan penyandang tunanetra di

sekitar Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

1. Penghematan Kebutuhan

Kebutuhan ekonomi pada keluarga miskin yang dibutuhkan yaitu

pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Pemenuhan sandang dan pangan

biasanya pada keluarga miskin akan melakukan penghematan. Begitu pun yang

Page 58: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

45

dilakukan oleh para penyandang tunanetra, mereka terpaksa mengencangkan

sabuk untuk mengurangi frekuensi makan dengan hanya satu kali makan dalam

sehari, seperti yang disampaikan oleh beberapa informan bahwa kebutuhan untuk

dirinya sendiri lebih berhemat, ini dikarenakan lebih mementingkan kebutuhan

hidup istri dan anaknya. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bapak Suhadi (40

th):

Bapa kadang juga nahan lapar, ya ga apa-apalah itu semua buat anak sama

istri aja. Orang normal kan biasanya makan tiga kali sehari, bapa mah

makan sehari cuma satu kali saja. (Wawancara Pribadi dengan Bapak

Suhadi, 18 Desember 2013).

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Muslikha (43 th) bahwa untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, ia pun harus berhemat, dengan tujuan agar bisa

membayar biaya sewa kontrakan. Berikut penuturannya kepada peneliti;

Kebutuhan yang penting buat bayar kontrakan kalau masalah pangan mah

yang penting hemat aja. (Wawancara Pribadi dengan Ibu Muslikha, 1

Januari 2014).

Data di atas menunjukan bahwa sebagian penyandang tunanetra mempunyai

strategi bertahan hidup dengan cara berhemat. Cara tersebut dilakukan karena

sebagian penghasilan dari berjualan kerupuk keliling dipergunakan untuk

kebutuhan hidup sehari-hari, serta untuk membayar rumah kontrakan. Rumah

kontrakan sendiri bagi mereka merupakan kebutuhan papan yang sulit untuk

didapatkan, karena sebagian pemilik rumah kontrakan tidak mau menyewakan

rumah kontrakannya kepada para penyandang tunanetra.

Page 59: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

46

2. Menerima Profesi Sampingan

Sebagian besar penyandang tunanetra mempunyai keahlian sebagai tukang

pijit panggilan. Tetapi mereka yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang

menjadikan keahlian tersebut sebagai profesi sampingan. Para informan

beranggapan bahwa pada masa seperti sekarang ini, jika hanya mengandalkan

profesi sebagai tukang pijit tidak bisa menutupi semua kebutuhan hidup sehari-

hari.

Sebenarnya menjadi tukang pijit panggilan jika mendapatkan banyak pasien,

hasilnya cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga. Akan tetapi, dalam

sehari tidak tentu mendapatkan pasien. Atas dasar itulah, maka penyandang

tunanetra pun beralih profesi sebagai pedagang kerupuk keliling. Profesi ini

hampir dilakukan setiap hari. Mereka merasakan bahwa dengan berdagang

kerupuk berarti ada penghasilan yang didapatkan setiap hari, walaupun kecil.

Meski mereka sudah beralih profesi sebagai pedagang kerupuk keliling, tetapi

mereka tidak meninggalkan profesi lamanya. Profesi lamanya dijadikan sebagai

profesi sampingan.

Sebagaimana disampaikan Bapak Suparlan (47 th) :

Ada, mijit itu tadi. Mijit sepi ya dianggap sampingan aja lah. Paling

waktunya sore, saya mijit. Kan pagi jualan. (Wawancara Pribadi dengan

Bapak Suparlan, 1 Januari 2014).

Bapak Anas Binalik (36 th) juga menyatakan hal serupa, meskipun baginya

mijit bukanlah pekerjaan utama, tetapi dia masih memiliki keahlian tersebut dan

siap menerima panggilan;

Page 60: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

47

Ada, buka panti pijit. Waktunya ya kalau ada panggilan bikin janjian dulu

saya bisanya kapan! Gitu aja si… Jualan kerupuk mah tetep jam segitu.

(Wawancara Pribadi dengan Bapak Anas Binalik, 27 Desember 2013).

Di samping itu, Bapak Abdul Haiq (36 th) tidak memiliki keahlian mijit.

Akan tetapi memiliki pekerjaan sampingan sebagai imam pada saat sholat jum’at

di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Cabang Pasar Minggu dan menerima panggilan

Qori. Berikut petikan wawancaranya;

Ada, ya jadi imam masjid di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Cabang Pasar

Minggu pas sholat jum’at aja. Selain itu kalau acara maulud nabi saya ada

panggilan buat Qori. Ngatur waktunya ya jumat ga jualan kalau (jika) Qori

kan malem ya jadi ga mengganggu. (Wawancara Pribadi dengan Bapak

Abdul Haiq, 3 Januari 2014).

Dari hasil wawancara para informan di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling masih menerima

profesi sampingan, seperti halnya menjadi tukang pijit panggilan, menjadi imam

di masjid KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Cabang Pasar Minggu, dan menerima

panggilan Qori. Meskipun profesi sampingan ini dulunya adalah profesi utama

bagi mereka.

3. Pelibatan Anggota Keluarga

Penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang,

sebagian besar sudah menikah dan mempunyai anak. Keluarga penyandang

tunanetra termasuk dalam golongan berpenghasilan rendah, hal ini bisa terlihat

dari penghasilan berdagang kerupuk dalam satu bulan hanya Rp. 750.000. Mereka

dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dari pendapatan yang didapatkan dari hasil

berdagang kerupuk setiap hari. Jika keadaan tidak menentu, seperti kendala cuaca

Page 61: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

48

atau kendala yang dialami penyandang tunanetra misalnya sakit, maka mereka

pun tidak bisa berjualan dan tidak mendapatkan penghasilan. Kondisi yang

demikian itulah yang menyebabkan anggota keluarga yang lain terlibat atau turut

serta dalam membantu perekonomian keluarga.

Dalam kehidupan penyandang tunanetra, anggota keluarga yang berperan

dalam membantu perekonomian keluarga adalah istrinya. Sedangkan anaknya

tidak bisa membantu perekonomian keluarga, karena kebanyakan mereka masih

berada pada usia sekolah. Para penyandang tunanetra tidak memperbolehkan

anaknya untuk bekerja, mereka hanya diperbolehkan untuk fokus sekolah saja.

Namun demikian, ada juga anak dari penyandang tunanetra yang membantu

perekonomian keluarga.

Peneliti sendiri melihat bahwa peran yang dilakukan seorang istri dalam

membantu perekonomian keluarga cukup signifikan, ini bisa terlihat dari sebagian

istri penyandang tunanetra yang membantu perekonomian keluarga. Sebenarnya

kondisi fisik istri penyandang tunanetra itu tidak jauh beda, tetapi ada juga yang

menikah dengan kondisi fisik yang normal, dalam arti mempunyai penglihatan

yang normal. Berdasarkan pengamatan peneliti peran istri dalam membantu

perekonomian keluarga yaitu dengan berjualan kecil-kecilan di depan rumah

(kontrakan), dan ada juga yang berdagang kerupuk keliling. Berikut petikan

wawancara peneliti dengan Bapak Edy (44 th) yang menuturkan bahwa sang istri

juga membantu perekonomian keluarga;

Strategi keluarga saya salah satunya istri saya juga membantu dengan cara

berdagang kecil-kecilan di depan kontrakan, kan depan kontrakan itu ada

sekolah TK. Hasilnya lumayan lah, di sisi lain saya juga ada uang sisa buat

ditabungin. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Edy, 19 Desember 2013).

Page 62: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

49

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Muslikha (43 th) bahwa sterategi

untuk bertahan hidup dibantu dengan peran dari suami dan juga anaknya, berikut

penuturannya kepada peneliti;

Ga cukup, paling hasil jualan kerupuk itu buat makan sehari-hari aja. Suami

juga jualan kerupuk bareng ma saya. Kalau anak juga bantu-bantu keluarga

dengan kerja seadanya. (Wawancara Pribadi dengan Ibu Muslikha, 1 Januari

2014).

Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa salah satu strategi bertahan hidup

penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling adalah dengan peran serta

anggota keluarga, baik itu suami, istri, ataupun anak yang sudah tidak lagi sekolah

untuk membantu perekonomian keluarga.

4. Mengikuti Kegiatan Pengajian Malam

Sebagian besar para penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar

Kecamatan Pamulang beragama Islam. Bagi mereka, agama yang dianutnya itu

memiliki tempat tersendiri melebihi apa yang dimilikinya, dan merupakan

keyakinan turun-temurun yang telah diajarkan dan dipraktekan dalam kehidupan

sehari-hari mereka. Untuk itu sebagian penyandang tunanetra mengikuti pengajian

malam yang diadakan oleh Yayasan Khasanah Kabajikan di Kelurahan Pondok

Cabe Ilir. Pengajian biasanya diadakan mulai pukul 03.00 pagi, diawali dengan

sholat Tahajud kemudian dilanjutkan dengan pengajian malam. Para penyandang

tunanetra yang tempat tinggalnya dekat dengan Yayasan biasanya datang mulai

pukul 02.30 pagi. Sedangkan mereka yang bertempat tinggal di luar Kelurahan

Page 63: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

50

Pondok Cabe Ilir datangnya mulai pukul 21.30 malam. Penyandang tunanetra

yang bertempat tinggal di luar Kelurahan Pondok Cabe Ilir datang lebih awal,

dikarenakan tidak ada kendaraan yang beroperasi pada pukul 02.30 pagi yang

menuju kearah Kelurahan Pondok Cabe Ilir.

Semula, pengajian malam yang diadakan di Yayasan mendapat perhatian

yang serius dan cukup banyak peminatnya bagi para penyandang tunanetra untuk

datang. Tetapi belakangan ini, minat untuk mengikuti pengajian menurun, mulai

dari waktu kegiatan sholat Tahajud sampai pada ketidakhadiran diantara mereka

karena beberapa kendala. Biasanya yang tidak hadir dikarenakan jarak tempat

tinggal yang jauh dari Yayasan Khasanah Kabajikan. Di samping itu yang

tinggalnya jauh dari Yayasan tersebut lebih memilih untuk beristirahat pada

malam hari. Bagi penyandang tunanetra yang datang ke pengajian biasanya

diberikan ongkos untuk pulang-pergi serta uang untuk makan. Memang nilainya

tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk makan anak dan istrinya di rumah,

sebagaimanan diutarakan Bapak Edy (44 th) :

Kalau kegiatan ada mas. Kegiatan pengajian sama sholat Tahajud. Kalau

kegiatan pengajian kan malem (malam) mas jadi saya bisa mengaturnya.

Kegiatan pengajian itu di yayasan khasanah kabajikan mulai jam 3 sampai

jam 6 pagi mas. Ya buat tambahan. (Wawancara Pribadi dengan Bapak

Edy, 19 Desember 2013).

Ibu Nasilah (60 th) dan Bapak Sunoto (29 th) juga menyatakan hal serupa,

bahwa kegiatan pengajian yang dilakukan Yayasan tersebut dulunya masih

dijalani untuk membantu biaya kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi karena

tenaganya tidak kuat untuk berpergian jauh maka mereka memutuskan untuk

Page 64: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

51

mengurangi intensitas untuk mengikuti kegiatan tersebut. Berikut petikan

wawancara mereka dengan peneliti ;

Dulu pengajian ikut tapi sekarang tenaganya ga kuat dan jaraknya itu yang

jauh dari kontrakan. Biasa dapet ongkos sama uang buat makan, itu si buat

tambahan biaya hidup aja. (Wawancara Pribadi dengan Ibu Nasilah, 24

Desember 2013).

Kalau kegiatan da, di Yayasan Khasanah Kabajikan. Dapat ongkos sama

dapet uang makan juga. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Sunoto, 1

Januari 2014).

Dengan demikian yang dilakukan penyandang tunanetra sendiri dalam

bertahan hidup juga masih menggantungkan pada kegiatan pengajian yang

diadakan oleh Yayasan Khasanah Kabajikan. Di samping mereka melakukan

ibadah kepada agama yang dianutnya juga untuk mendapatkan uang tambahan

dan sembako untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya. Hal ini bisa

terlihat dari sebagian penyandang tunanetra yang masih datang ke Yayasan

tersebut. Uang tambahan yang diberikan pihak Yayasan dalam bentuk ongkos

pulang pergi dan uang untuk makan, kurang lebih sebesar Rp. 30.000 setiap hari.

5. Berhutang Kepada Teman/Bank Harian

Para penyandang tunanetra memanfaatkan jaringan-jaringan sosial untuk

dapat bertahan hidup. Cara yang efektif untuk dapat membantu perekonomian

keluarga yaitu dengan cara berhutang, mereka biasanya berhutang kepada teman

sesama penyandang tunanetra hanya untuk membayar rumah sewanya dan untuk

modal berdagang kerupuk. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Edy (44 th) dan

Ibu Nasilah (60 th) kepada peneliti;

Page 65: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

52

Kalau hutang saya pernah sama temen itu buat bayar kontrakan. Bayarnya

dari jualan kerupuk, sehari disisain Rp. 5000 buat bayar, paling cuma 3

bulanan mas lunasnya. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Edy, 19

Desember 2013).

Kalau hutang ibu juga berhutang. Tapi itu cuma buat bayar kontrakan aja,

bayar kontrakan kan tahunan itu nyampe 4.800.000 ribu. (Wawancara

Pribadi dengan Ibu Nasilah, 24 Desember 2013).

Senada dengan Ibu Muslikha (43 th) yang menjelaskan kepada peneliti

bahwa terpaksa berhutang kepada bank harian untuk modal berjualan;

Kalau modal buat beli kerupuk habis ya saya minjem. Terus terang aja ya de

saya itu minjem di bank, ya bayarnya harian Rp. 20000. Terpaksa de mau

pinjem dimana lagi, ibu kan disini ga punya saudara buat di pinjemin.

(Wawancara Pribadi dengan Ibu Muslikha, 1 Januari 2014).

Dari data penelitian di atas bisa dilihat sebagian besar penyandang tunanetra

pedagang kerupuk keliling berhutang untuk dapat bertahan hidup. Bagi

penyandang tunanetra dengan berhutang, mereka dapat mengatasi permasalahan

yang dihadapi keluarganya. Biasanya mereka berhutang dengan sesama

penyandang tunanetra ataupun kepada bank harian, hasil hutangannya itu

dipergunakan untuk membayar biaya sewa kontrakan dan untuk tambahan modal

dalam berdagang kerupuk. Penyandang tunanetra dalam berhutang tidak dengan

tetangga ataupun kepada saudaranya, mereka lebih memilih dengan sesama

penyandang tunanerta dalam berhutang. Hal tersebut dikarenakan adanya rasa

senasib dan ikatan saling tolong-menolong diantara mereka. Rasa itulah yang

kemudian membentuk sebuah keepercayaan diantara mereka.

Page 66: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

53

6. Mengambil Kerupuk dari Sesama Penyandang Tunanetra

Solidaritas yang dijalin dalam kehidupan penyandang tunanetra untuk dapat

bertahan hidup, yaitu dengan membeli kerupuk dengan sesama penyandang

tunanetra. Biasanya para penyandang tunanetra mengambil kerupuk kepada teman

sesama penyandang tunanetra yang mempunyai modal besar. Ini bisa terlihat dari

sebagian informan yang setiap minggunya mengambil kerupuk kepada teman

penyandang tunanetra yang mempunyai modal besar. Mereka tidak mengambil

langsung di pabrik kerupuknya, karena jika membeli langsung dipabriknya harus

membeli banyak dan membutuhkan modal yang besar untuk membelinya.

Sedangkan yang terjadi pada sebagian penyandang tunanetra hanya mempunyai

modal yang kecil. Berikut petikan wawancara dari beberapa penyandang tunanetra

kepada peneliti;

Bapak Sunoto (29 th) yang membeli kerupuk kepada teman sesama

penyandang tunanetra:

Kalau kerupuk saya ngambil ma temen tuh samping kontrakan, yang punya

modal besar. Saya sendiri kan modalnya kecil, jadi ga bisa beli dipabriknya

langsung. Kan beli di pabrik itu dibatesin, harus beli banyak. Lagian saya

kan beli kerupuk buat dijual ga banyak-banyak. (Wawancara Pribadi dengan

Bapak Sunoto, 1 Januari 2014).

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Didi (36 th) dan Bapak Suparlan (47

th) yang membeli kerupuk kepada temen sesama penyandang tunanetra dan harga

kerupuk dagangannya disamakan dengan teman penyandang tunanetra:

Page 67: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

54

Kerupuk yang dijual saya juga ngambil sama temen penyandang tunanetra

yang punya modal gede. Kan kalau ngambil di pabrik harus banyak

ngambilnya, modal saya kan kecil. Jualin kerupuknya juga saya samain

sama temen penyandang tunanetra. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Didi,

2 Januari 2014).

Kerupuk bapa ambil di temen ga dipabrik, harga jualan kerupuk bapa

samain sama temen. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Suparlan, 1 Januari

2014).

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa solidaritas yang

dijalin para penyandang tunanatera pedagang kerupuk keliling yang terlihat ialah

membeli kerupuk kepada teman sesama penyandang tunanetra yang mempunyai

modal besar. Sebagian besar para informan tidak mempunyai modal besar dalam

berjualan kerupuk, sehingga lebih memilih membeli kerupuk ke teman

penyandang tunanetra. Jika membeli kerupuk di pabrik, harus membeli kerupuk

dengan jumlah yang cukup besar.

7. Kegiatan Arisan Penyandang Tunanetra

Cara lain yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang dihadapi

keluarga para penyandang tunanetra yaitu dengan membentuk kegiatan arisan

sesama penyandang tunanetra, kegiatan arisan tersebut beranggotakan para

penyandang tunanetra. Kegiatan arisan penyandang tunanetra berfungsi untuk

tabungan masa depan keluarganya dan jika terdapat kebutuhan yang tidak terduga

mereka bisa meminta uang arisan tersebut. Berikut petikan para informan dengan

peneliti:

Page 68: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

55

Bapak Jamal (63 th) yang mengikuti kegiatan arisan sesama penyandang

tunanetra;

Strategi bapa paling istri menabung lewat arisan buat keperluaan dadakan.

(Wawancara Pribadi dengan Bapak Jamal, 23 Desember 2013).

Begitu pun dengan Bapak Suparlan (47 th) yang menuturkan kepada peneliti

bahwa dirinya ikut serta dalam kegiatan arisan tersebut;

Ga cukuplah, tapi dicukup-cukupin. Jadi gini ya bapa selain jualan kan juga

ikut arisan. Arisan ini kan kaya tabungan, sewaktu-waktu bisa diambil.

Yang bedain kan arisan nunggu dapetnya. Sebenarnya juga buat silaturahmi

saja si, kegiatan kaya itu. (Wawancara Pribadi dengan Bapak Suparlan, 1

Januari 2014).

Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat bahwa sebagian para

penyandang tunanetra, menggunakan strategi bertahan hidup dengan cara

mengikuti kegiatan arisan sesama penyandang tunanetra. Kegiatan tersebut

dirasakan mereka aman dan tidak terdapat gangguan. Selain untuk tabungan masa

depan keluarga, arisan juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak

terduga.

C. Analisis

Secara garis besar profesi yang dijalani penyandang tunanetra sebagai

pedagang kerupuk keliling merupakan sebuah pilihan rasional bagi mereka untuk

bertahan hidup. Menurut James C. Coleman dalam Ritzer (2009: 480), pilihan

rasional adalah tindakan perseorangan yang mengarah kepada sesuatu tujuan dan

tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan (prefensi). Dalam

hal ini jelas bahwa penyandang tunanetra mempunyai pilihan rasional dalam

Page 69: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

56

menjalani profesi sebagai pedagang kerupuk keliling. Pilihan penyandang

tunanetra untuk menjadi pedagang kerupuk keliling dikarenakan adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi mereka, antara lain: faktor ekonomi, faktor pemasaran,

faktor profesi lama yang tidak menguntungkan lagi, faktor pemasaran, faktor fisik,

dan faktor lingkungan.

Penyandang tunanetra lebih memilih berprofesi sebagai pedagang kerupuk

keliling karena kondisi fisik yang dialaminya, maka yang dilakukan penyandang

tunanetra untuk bertahan hidup hanya mengandalkan kemampuan yang mereka

miliki. Di samping itu, semua tindakan yang dilakukan penyandang tunanetra

hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Mereka berusaha untuk

dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga seperti kebutuhan sandang, pangan,

dan papan. Kebutuhan sandang dan pangan, menurut mereka sudah tercukupi

dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kebutuhan papan yang susah untuk

mencapainya. Hal tersebut berarti sejalan dengan teori pilihan rasional dalam

Ritzer dan J. Goodman (2009: 448), bahwa aktor dipandang sebagai manusia yang

mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan

tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang

mempunyai pilihan (atau nilai, kegunaan). Yang terpenting bahwa tindakan

dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

Dalam perspektif pilihan rasional, seorang aktor dapat menentukan untuk

tidak mengejar nilai yang dianggap paling tinggi jika resources-nya dianggap

terlalu kecil, di mana hasil yang akan dicapai mungkin tidak akan memuaskan

(Wirawan, 2012: 245). Begitupun yang terjadi pada penyandang tunanetra dalam

Page 70: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

57

memilih profesi yang dijalaninya, profesi menjadi tukang pijit panggilan (profesi

lama) dirasakannya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup, sehingga lebih

memilih berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling. Dengan berdagang

setidaknya mereka bisa mendapatkan penghasilan dalam sehari, dibandingkan

menjadi tukang pijit yang menunggu pasien untuk dipijit dan hanya berdiam diri

saja di rumah tanpa berusaha untuk mendapatkan penghasilan.

Penyandang tunanetra tidak merasakan kerepotan dalam berdagang kerupuk,

karena kerupuk itu ringan dan kebanyakan orang suka makan kerupuk sehingga

mudah untuk dipasarkan. Sebenarnya mereka sendiri dalam memasarkan barang

dagangannya juga dipengaruhi oleh alat-alat yang membantu dalam berdagang

kerupuk, selain itu berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling karena melihat

dari lingkungan sekitarnya yang mendukung mereka untuk beraktivitas dengan

masyarakat. Kemudian daerah sekitar Kecamatan Pamulang, merupakan daerah

yang jalan-jalannya dirasa oleh mereka lebih mudah untuk dilalui. Hal tersebut

berarti sejalan dengan perspektif sosiologi ekonomi, bahwa dalam teori pilihan

rasional yaitu aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi

dalam pemilihan suatu bentuk tindakan, aktor juga menghitung biaya bagi setiap

jalur perilaku, dan aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai

pilihan tertentu (Damsar, 2009: 153).

Keuntungan yang didapatkan dari berjualan kerupuk keliling bisa dikatakan

kecil, hal ini bisa terlihat dari penyandang tunanetra dalam menjual kerupuk setiap

harinya. Penyandang tunanetra yang tinggal di sekitar Kecamatan Pamulang

dalam menjajakan kerupuk membawa 30 sampai 50 biji dalam sehari. Akan tetapi

Page 71: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

58

dalam sehari berjualan kerupuk hanya terjual 30 biji dan hanya mendapatkan

keuntungan Rp. 30.000 dalam sehari. Berarti dalam satu bulan penghasilan rata-

rata yang didapatkan penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk keliling

hanya Rp. 750.000. Dengan asumsi, jika mereka dalam satu bulan berjualan

kerupuk keliling hanya 25 hari dan 5 hari dipergunakan penyandang tunanetra

untuk beristirahat.

Dengan penghasilan penyandang tunanetra dalam satu bulan Rp. 750.000,

dirasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Berdasarkan hasil survei oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 di pasar Ciputat bahwa kebutuhan hidup

layak (KHL) dalam satu bulan mencapai Rp. 1.052.155. Dalam hal ini berarti

penghasilan penyandang tunanetra tidak setara dengan kebutuhan hidup layak

(KHL) di tempat tinggalnya. Sehingga mereka memerlukan strategi bertahan

hidup untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri dan keluarganya.

Dengan adanya pilihan profesi penyandang tunanetra sebagai pedagang

kerupuk keliling, ternyata hasilnya tidaklah mencukupi untuk mengcover

kebutuhan hidup mereka sehari-hari, sehingga diperlukan strategi tertentu untuk

dapat bertahan hidup. Adapun, strategi yang dilakukan penyandang tunanetra

untuk bertahan hidup yaitu; Pertama penyandang tunanetra pedagang kerupuk

keliling lebih memilih untuk melakukan penghematan, hal tersebut dilakukannya

hanya untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-harinya dan untuk

membayar biaya sewa kontrakannya. Kedua menerima profesi sampingan, profesi

sampingan yang dijalani yaitu dengan menjadi tukang pijit panggilan yang

Page 72: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

59

menjadi keahliannya, menjadi imam sholat jum’at di KPP (Kantor Pelayanan

Pajak) Cabang Pasar Minggu, dan menerima panggilan Qori. Ketiga adanya

pelibatan anggota keluarga dalam membantu perekonomian keluarga, Keempat

mengikuti kegiatan pengajian malam di Yayasan Khasanah Kabajikan, di samping

mereka beribadah kepada agama yang dianutnya, juga mengharapkan uang

tambahan dan sembako yang diberikan Yayasan Khasanah Kabajikan. Kelima

berhutang kepada sesama penyandang tunanetra maupun kepada bank-bank

harian. Keenam mengambil kerupuk dari teman sesama penyandang tunanetra,

tidak membeli langsung dipabriknya. Ketujuh penyandang tunanetra juga

membentuk kegiatan arisan sesama penyandang tunanetra, tujuannya untuk

tabungan masa depan keluarganya.

Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh penyandang tunanetra diatas,

merupakan sebuah pilihan rasional bagi mereka untuk bisa memenuhi kebutuhan

hidup dirinya sendiri dan keluarganya. Hal tersebut merupakan pilihan rasional, di

mana sebagai aktor, pedagang kerupuk tersebut melakukan perhitungan dari

pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan, aktor juga

menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku, dan aktor berusaha memaksimalkan

pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu (Damsar, 2009: 153). Aktor dalam

menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku akan mempertimbangkan kepercayaan

dan jaringan sosial di lingkungan sekitarnya. Setiap penyandang tunanetra

memiliki keterbatasan dalam memperkirakan sesuatu, untuk mengatasi

ketidakpastian tersebut maka dia harus menjalin hubungan kepercayaan dengan

orang lain (Damsar, 2009: 201).

Page 73: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

60

Dengan penghasilan dalam berdagang kerupuk hanya memperoleh Rp.

750.000, tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam satu bulan.

Maka anggota keluarga membantu perekonomian keluarga dengan cara berjualan

kecil-kecilan, mereka mendapatkan keuntungan Rp. 150.000 dalam satu bulan.

Penyandang tunanetra juga menerima profesi sampingan, profesi sampingan yang

dijalani yaitu; sebagai tukang pijit panggilan, menjadi Imam Sholat Jum’at di KPP

(Kantor Pelayanan Pajak) Cabang Pasar Minggu, dan panggilan Qori. Profesi

sampingan dalam satu bulan mendapatkan penghasilan Rp. 200.000. Di samping

itu, mereka pun mengikuti kegiatan pengajian malam dan memperoleh uang Rp.

750.000 dalam satu bulan. Jadi total penghasilan dari pekerjaan pokok dan

sampingan penyandang tunanetra dalam satu bulan mencapai Rp. 1.700.000 per

bulan.

Memang jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak (KHL) di Pasar

Ciputat tahun 2013 yang sudah mencapai Rp. 1.052.155, penghasilan penyandang

tunanetra lebih besar. Tetapi, jika dibandingkan dengan UMK (Upah Minimum

Kabupaten/Kota) di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan tahun 2014

yang berkisar antara Rp. 2.442.000 perbulan (Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan

Transmigrasi), maka penghasilan penyandang tunanetra dalam berdagang kerupuk

keliling termasuk dalam kategori di bawah standar UMK (Upah Minimum

Kabupaten/Kota). Dengan penghasilan mereka berdagang kerupuk dalam satu

bulan hanya Rp. 750.000, dirasakannya tidak bisa untuk bertahan hidup, hal

tersebut dikarenakan penghasilan yang didapatkan mereka harus dipergunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk membayar rumah sewa

Page 74: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

61

kontrakan, membayar biaya sekolah anak, dan lain sebagainya. Belum lagi jika

kendala cuaca yang akhirnya menghalang

Page 75: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

62

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan analisa teori pilihan rasional yang peneliti uraikan

pada bab-bab sebelumnya, akhirnya peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada lima faktor yang menjadikan penyandang tunanetra lebih memilih

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling berdasarkan teori pilihan

rasional, Pertama faktor ekonomi, tindakan yang dilakukan mereka

hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Kebutuhan

ekonomi yang dimaksud adalah kebutuhan sandang, pangan, dan papan,

akan tetapi pada saat ini kebutuhan papan yang susah untuk dicapainya.

Kedua faktor profesi lama yang tidak menguntungkan lagi, Profesi

menjadi tukang pijit dirasakannya tidak memperoleh penghasilan tetap,

sehingga lebih memilih untuk menjalani profesi sebagai pedagang

kerupuk keliling. Ketiga faktor pemasaran, dalam berdagang kerupuk

tidak merasakan kerepotan karena kerupuk ringan dan kebanyakan orang

suka makan kerupuk sehingga mudah untuk memasarkannya.

Disamping itu dalam memasarkan barang dagangannya juga dipengaruhi

alat-alat tertentu, seperti pengeras suara, kursi plastik, gerobak, dan

tongkat putih. Keempat faktor fisik, kondisi fisik yang dialaminya

membuat mereka lebih memilih untuk menjadi pedagang kerupuk

keliling. Kelima faktor lingkungan, lingkungan di sekitar Kecamatan

Pamulang merupakan daerah yang jalan-jalanya mudah untuk dilalui

Page 76: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

63

penyandang tunanetra. Di samping itu, para penyandang tunanetra

mudah untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar.

2. Dengan penghasilan mereka berdagang kerupuk dalam satu bulan hanya

Rp. 750.000, dirasakan tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup

dirinya sendiri dan keluarganya, hal tersebut dikarenakan penghasilan

yang didapatkan mereka harus dipergunakan untuk membayar rumah

sewa kontrakan, membayar biaya sekolah anak, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, penyandang tunanetra mempunyai strategi untuk dapat

bertahan hidup. Strategi yang dilakukan penyandang tunanetra, yaitu:

Pertama penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling lebih

memilih untuk melakukan penghematan, hal tersebut dilakukannya

hanya untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-harinya

dan untuk membayar biaya sewa kontrakannya. Kedua menerima profesi

sampingan, profesi sampingan yang dijalani yaitu dengan menjadi

tukang pijit panggilan yang menjadi keahliannya, menjadi imam sholat

jum’at di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Cabang Pasar Minggu, dan

menerima panggilan Qori. Ketiga adanya pelibatan anggota keluarga

dalam membantu perekonomian keluarga, Keempat mengikuti kegiatan

pengajian malam di Yayasan Khasanah Kabajikan, di samping mereka

beribadah kepada agama yang dianutnya dan juga mengharapkan uang

tambahan yang diberikan Yayasan Khasanah Kabajikan. Kelima

berhutang kepada sesama penyandang tunanetra maupun kepada bank-

bank harian. Keenam mengambil kerupuk dari teman sesama

Page 77: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

64

penyandang tunanetra, tidak membeli langsung dipabriknya. Ketujuh

penyandang tunanetra juga membentuk kegiatan arisan sesama

penyandang tunanetra, tujuannya untuk tabungan masa depan

keluarganya.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan tentang strategi bertahan hidup

penyandang tunanetra pedagang kerupuk keliling di Kecamatan Pamulang, Kota

Tangerang Selatan, telah dapat penulis simpulkan sebagaimana tertulis

sebelumnya di atas. Dengan kesimpulan di atas, maka penulis menganjurkan saran

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian serupa,

penulis berharap ada peneliti lain yang akan mengungkap tentang

kehidupan penyandang tunanetra dengan tema-tema lain.

2. Bagi pemilik rumah (Kontrakan) dengan adanya penelitian ini

diharapkan agar tidak mempersulit para penyandang tunanetra untuk

menyewa rumah kontrakannya.

3. Bagi masyarakat dengan adanya penelitian ini setidaknya lebih peka

terhadap para penyandang tunanetra, dengan kondisi seperti itu

seharusnya masyarakat lebih mensupport profesi yang dijalani para

penyandang tunanetra sebagai pedagang kerupuk keliling.

4. Bagi pemerintah dengan adanya penelitian ini setidaknya memberikan

tempat atau lokasi untuk berdagang kerupuk keliling dan memberikan

perhatian yang serius kepada para penyandang tunanetra.

Page 78: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

x

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Tangerang Selatan. 2013. Kecamatan Pamulang Dalam Angka Tahun

2013.Kecamatan Pamulang: BPS Kota Tangerang Selatan.

Bugin, burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Djajadi, Iqbal,dkk. 2008. Sosiologi Industri. Jakarta: Universitas Terbuka.

Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Goode, William j. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung:

Humaniora Utama Press (HUP) – Anggota Ikapi.

Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

----------. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press. hlm. 27-28.

Setia, Resmi. 2005. Gali Tutup Lubang Itu Biasa : Strategi Buruh Menanggulangi

Persoalan dari Waktu ke Waktu. Bandung : Yayasan Akatiga.

Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.

Bandung: Refika Aditama.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 52.

Page 79: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

xi

Wirawan, Prof. Dr. I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta

Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Tesis

Dwiyantari MM Sri. Strategi Adaptasi Keluarga Buruh Terputus Hubungan Kerja

(ter-PHK) dalam Rangka Mempertahankan Keluarga. Depok: Universitas

Indonesia, 2002.

Dokumen Elektronik :

Dhini, Sita. Skripsi “Strategi Bertahan Buruh Kontrak dalam Memenuhi

Kebutuhan Pokok (Studi Kasus Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Kontrak di

CV. Belawan Indah)”. (Universitas Sumatera Utara 2009). Akses internet

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14994. Diunduh tanggal 24

Maret 2013.

Theophilus, Yanuarto. Tesis : Strategi Bertahan Hidup Eks-Pengungsi Timor-

Timur Pasca Penghentian Durable Solutions (Studi di Barak Tuapukan,

Kabupaten Kupang, Propinsi NTT). (Program Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada 2008). Akses internet

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&v

ed=OCDEQFJAB&url=http%3A%2F%2Fetd.ugm. Diunduh tanggal 7 April

2013.

Widiyanto. Tesis : Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Tembakau di Lereng

Gunung Sumbing. (Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2009).

Akses internet

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5861/2009wid.pdf?s

equence=4. Diunduh tanggal 24 Maret 2013.

Website :

http://tangselkota.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=8. Diunduh pada 4

November 2013.

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/viewFile/823/816. Diunduh pada 19

November 2013.

Page 80: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

xii

Referensi Lain :

Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan 2013.

Hasil Survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Pasar Ciputat Tahun 2013.

Page 81: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 82: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 83: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 84: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 85: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 86: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 87: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 88: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 89: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 90: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam
Page 91: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

Interview Guide

1. Siapakah nama anda?

2. Umur anda berapa?

3. Dari manakah daerah asal anda?

4. Apakah anda sudah menikah?

a. Jika sudah, apakah anda mempunyai anak?

b. Berapa anak anda?

5. Tinggal dimana anak sama istri anda?

6. Sudah berapa lama anda menekuni profesi sebagai pedagang kerupuk

keliling?

7. Mulai jam berapa anda berjualan kerupuk keliling?

8. Sebelum menekuni profesi sebagai pedagang kerupuk keliling, apakah

anda pernah menekuni profesi lain? Jika pernah, sebutkan apa saja

profesi tersebut?

9. Mengapa anda pada masa sekarang ini lebih memilih menekuni

profesi sebagai pedagang kerupuk keliling di bandingkan dengan

profesi sebagai tukang pijat (refleksi) atau lainnya?

10. Kenapa anda memilih di daerah sekitar Kecamatan Pamulang dalam

berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling?

11. Sudah berapa lama anda tinggal di Kecamatan Pamulang?

12. Apakah anda mengalami hambatan/ tantangan saat pertama kali

menjalani profesi sebagai pedagang kerupuk keliling di sini?

a. Jika ya, seperti apakah hambatan-hambatan tersebut?

b. Jika tidak, mengapa?

c. Jika ya, bagaimana anda mengatasinya?

13. Apakah anda dalam berjualan kerupuk keliling memakai alat pengeras

suara atau alat-alat lain untuk memudahkan berjualan kerupuk?

14. Apakah penghasilan dari berjualan kerupuk sehari-hari dapat

mencukupi semua kebutuhan pribadi maupun keluarga?

Page 92: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

a. Jika cukup, bagaimana anda mengelola keperluan/ kebutuhan

dengan penghasilan anda?

b. Jika tidak cukup, bagaimana strategi anda untuk bertahan hidup/

memenuhi kebutuhan hidup yang makin meningkat?

c. Apakah anda punya pekerjaan lain selain berdagang kerupuk

(sampingan)? Jika ada, sebutkan apa saja? Lalu bagaimana anda

mengatur waktunya?

15. Berapa penghasilan anda dalam satu bulan ?

a. Penghasilan dalam berdagang kerupuk ?

b. Penghasilan pekerjaan sampingan ?

16. Kebutuhan seperti apa sajakah yang saat ini anda anggap paling

penting?

17. Apakah anda sudah merasa puas dengan menjalani profesi sebagai

pedagang kerupuk keliling? mengapa?

18. Bagaimana suka duka dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai

pedagang kerupuk keliling?

Page 93: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

1. Foto Wawancara Dengan Bapak Edy

Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Foto Wawancara Dengan Bapak Jamal dan Istrinya

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 94: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

3. Foto Wawancara Dengan Ibu Muslikha

Sumber : Dokumentasi Pribadi

4. Foto Usaha Jualan kecil-kecilan Istri Bapak Edy

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 95: STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG TUNANETRA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39507/3/SLAMET... · STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENYANDANG ... penulis susun dalam

5. Foto Perlengkapan Berdagang Kerupuk Keliling Bapak Jamal

Sumber : Dokumentasi Pribadi

6. Foto Pelang Profesi Sampingan Ibu Nasilah

Sumber : Dokumentasi Pribadi