Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
STRATEGI DAKWAH TERHADAP PEMBINAAN MASYARAKAT ISLAM DI KELURAHAN TINENGI KECAMATAN TINONDO
KABUPATEN KOLAKA TIMUR SULAWESI TENGGARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
HARDIAN NIM : 105270017315
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
ii
iii
iv
vii
ABSRTAK HARDIAN
NIM : 105270017315
HARDIAN. 105270017315. Strategi Dakwah Terhadap Pembinaan Masyarakat Islam (dibimbing oleh Muh Ali Bakri dan Zakaria Al-anshori)
Penelitian ini bertujuan untuk Strategi Dakwah Terhadap Pembinaan Masyarakat Islam Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui: 1.Bagaimana bentuk pembinaan masyarakat islam 2. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap pembinaan masyarakat islam 3. Bagaimana strategi dakwah terhadap pembinaan masyarakat islam di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur. Penelitian ini bersikap deskriptif kualitatif yaitu sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta yang empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni. Adapun hasil penelitian ini ialah menunjukan bahwa strategi dakwa terhadap pembinaan masyarakat islam terbukti dengan adanya pembinaan masyarakat dan pembentukan remaja masjid, TPA dan silaturahmi terhadap masyarakat (jaulah) mampu meningkatkan pengalaman keagamaan para masyarakat dan remaja, seperti : bersikap amanah, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik.
Keyword : Strategi Dakwah, Pembinaan Masyarakat Islam
Makassar, 20 Oktober 2020
Penulis
HARDIAN
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Rabb sang pemilik dunia dan
seisinya. Tiada tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nya lah kita patut
memohon dan berserah diri. Hanya karena nikmat kesehatan dan
kesempatan dari Allah-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Strategi Dakwah Terhadap Pembinaan Masyarakat islam di kelurahan tinengi
kecamatan tinondo kabupaten kolaka timur. Dan tentunya skripsi ini tidak
dapat diselesaikan oleh penulis tanpa ada bantuan dari berbagai pihak.
Shalawat berangkaikan salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW sang kekasih Allah, dengan syafaat dari beliaulah kita
dapat terbebas dari zaman kejahiliyahan.
Tak lupa pada kesempatan kali ini kami penyusun mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung dan telah memberikan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih saya sampaikan
kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse M.Ag. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, Keluarganya, Sahabat,
dan kerabatnya yang menjadi donator bagi kami.
3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd,I selaku dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.,MA selaku Ketua prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Muhammadiyah Makassar.
5. Muh. Ali Bakri, S,sos., M,pd selaku pembimbing I dan pembimbing II M.
Zakaria Al-Anshori, M. Sos,I yang selalu siap untuk berdiskusi,
memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
vii
6. Para Dosen di lingkungan Fakustas Agama Islam Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
7. Kedua orang tua tercinta yang telah mendoakan dan memberikan
dukungan moral dengan tulus dan ikhlas, beserta keluarga yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Teman-temanku senasib seperjuangan yang telah memberikan
masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaiakan
skripsi ini.
9. Almamaterku Fakultas Agama Islam Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis hanya dapat
mendoakan semoga bantuan, dan arahan, bimbingan dan dorongan,
kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas
saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di
hadapan Allah SWT.
Makassar, 20 Oktober 2020
Penulis
Hardian
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... v
ABSTRAK ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................... 4 C. Tujuan Peneltian ........................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 7
A. Dakwah .............................................................................. 7 1. Pengertian Dakwah ....................................................... 7 2. Fungsi Dakwah .............................................................. 7 3. Tujuan Dakwah.............................................................. 9 B. Strategi .............................................................................. 13 1. Pengertian Strategi ........................................................ 13 C. Strategi Dakwah ................................................................ 20 1. Pengertian Strategi Dakwah .......................................... 20 D. Manajemen Dakwah .......................................................... 22 1. Pengertian Manajemen .................................................. 22 2. Fungsi Manajemen ........................................................ 23 E. Pembinaan Masyarakat Islam ............................................ 32 1. Konsep Pembinaan ....................................................... 32 2. Konsep Masyarakat ....................................................... 35 3. Konsep Islam ................................................................. 36 F. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dakwah .................... 40 1. Faktor Pendukung .......................................................... 40
ix
2. Faktor Penghambat ........................................................ 43
BAB III METODE PENELITIAN..................................................... 48
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................... 48 B. Lokasi Penelitian ............................................................... 48 C. Subyek Penelitian ............................................................. 49 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 49 E. Analisis Data ..................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................... 52
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 52
1. Keadaan Geografis ........................................................ 52
B. DATA DESKRIPTIF PENELITIAN ..................................... 56
1. Bentuk Pembinaan Masyarakat Islam ............................ 56 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Terhadap
Masyarakat Islam ........................................................... 63 3. Strategi Dakwah Terhadap Pembinaan Masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi ............................................ 68
BAB V PENUTUP ......................................................................... 72
A. Kesimpulan........................................................................ 72
B. Saran ................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 75
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang syarat dengan tuntunan dan
ajaran mulia yang memberikan kemaslahatan kepada umat manusia.
Salah satu tuntunan dan ajaran agama Islam adalah mengenai
dakwah. Dalam QS. An-Nahl ayat 125 yang berisikan mengenai
perintah untuk berdakwah bagi setiap muslim, dapat dijadikan
sandaran bahwa dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
muslim.
دلھم بٱلتي ھي أح سن إن ربك ٱدع إلى سبیل ربك بٱلحكمة وٱلموعظة ٱلحسنة وج
ھو أعلم بمن ضل عن سبیلھۦ وھو أعلم بٱلمھتدین
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.”1
“Penggunaan kata yang merupakan kata perintah (fi’il-amar) dari
awal ayat di atas inilah yang kemudian menjadi dasar hukum bahwa
dakwah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini
1 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 281
1
2
sesuai kaidah ushul fiqh yang pada dasarnya setiap perintah itu
wajib.”2
Pada QS. An-Nahl ayat 125 dan dalil Ushul Fiqh di atas, juga
mengacu pada QS. Ali Imran ayat 104 yang berisikan perintah untuk
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar.
ة یدعون إلى ٱلخیر ویأمرون بٱلمعروف وینھون عن نكم أم ولتكن م
ئك ھم ٱلمفلحون ٱلمنكر وأول
Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”3 Adanya dasar kuat yang menyatakan mengenai perintah dan
pengertian bahwa dakwah merupakan kewajiban, maka para ulama
pun mengambil sebuah kesepakatan. “Para ulama telah sepakat
bahwa hukum dakwah adalah wajib, namun mereka tidak sepakat
wajibnya itu masuk dalam wajib fardhu ‘ain, atau fardhu kifayah.”4
Terlepas dari semua perbedaan tersebut, pada dasarnya kedua
golongan ini memiliki tujuan yang sama, yakni menyebarkan ajaran
Islam kepada masyarakat luas agar mereka menjalankan
2 Budiharjo, Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan,(Sumbangsih Press, 2007), h.
23 3 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 65 4 Budiharjo, Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan,(Sumbangsih Press, 2007), h.
24
3
kehidupan sehari - hari berdasarkan syariat Islam dan memperoleh
kemuliaan kehidupan dunia dan akhirat.
Pelaksanaan dakwah tentu tidak selamanya berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan, tidak jarang dalam pelaksanaan dakwah
di masyarakat timbul hambatan yang komplek, seperti tingkat
pengetahuan keagamaan masyarakat yang rendah, tradisi yang
diyakini oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat
Islam, dan materi dakwah yang tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan masyarakat, sehingga menghambat proses dakwah yang
mengakibatkan lambatnya perkembangan penyampaian materi
keagamaan pada masyarakat.
Agar dakwah sampai pada sasaran, maka ada beberapa unsur
dakwah yang harus dipenuhi dan tidak boleh diabaikan:
1. Da’i (pelaku dakwah);
2. Mad’u (pendengar/audiences);
3. Media Dakwah;
4. Materi Dakwah; dan
5. Metode Dakwah
Semua unsur dakwah tersebut harus dipenuhi, karena ketiadaan
salah satu unsur dakwah akan berakibat pada pencapaian target
dakwah yang tidak maksimal, seperti halnya yang terjadi pada
masyarakat di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten
Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendala dakwah yang
4
dihadapi di daerah selama ini antara lain karena kurangnya da’i,
keyakinan masyarakat dan pengetahuan agama yang masih minim,
kegiatan keagamaan yang minim, rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya menjalankan syariat agama, dan kebudayaan adat
istiadat masyarakat yang sudah mendarah daging, sehingga sulit
menerima ajaran Islam yang notabene berseberangan dengan
kebudayaan adat istiadat di daerah tersebut.
Menyadari akan pentingnya penerapan metode yang tepat dalam
berdakwah pada masyarakat di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo
Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara, maka penulis
mengadakan penelitian mengenai strategi dakwah yang tepat untuk
selanjutnya diterapkan di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo
Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara dengan
mengambil judul “Strategi Dakwah Terhadap Pembinaan
Masyarakat Islam (Studi Kasus di Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara)”.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk pembinaan masyarakat Islam di Kelurahan
Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi
Sulawesi Tenggara?
5
2. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap pembinaan
masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo
Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara?
3. Bagaimana strategi dakwah terhadap pembinaan masyarakat Islam
di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
Provinsi Sulawesi Tenggara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk pembinaan masyarakat Islam di
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam
pembinaan masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara
3. Untuk mengetahui strategi dakwah terhadap pembinaan
masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo
Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah
menambah khasanah temuan penelitian baru mengenai strategi
dakwah terhadap Pembinaan masyarakat Islam.
6
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini bagi da’i
yaitu dapat mengetahui pembinaan sosial masyarakat Islam kemudian
dapat menerapkan strategi yang tepat sesuai kondisi keagamaan
setempat.
Sedangkan manfaat bagi masyarakat yaitu dengan strategi dakwah
yang tepat, da’i dapat menyampaikan materi agama dengan benar
kepada mad’u, sehingga masyarakat dapat menjalankan kehidupan
sehari-hari sesuai tuntunan Alquran dan Sunnah Rasul.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan atau
ajaran. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut
masdhar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) yang berarti: memanggil,
menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang
berdakwah biasa disebut dengan Da’i dan orang yang menerima
dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u. “Hamzah
Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia
dengan hikmah untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.”5
2. Fungsi Dakwah
Apabila seseorang kehilangan indra agamanya, kerena suatu
sebab atau cacat fitrahnya, niscaya hilang pula fungsi dan
pengaruhnya sehingga ia tidak dapat percaya dan menanggapi apa
yang dihasilkan oleh indra itu. Bagaikan orang yang buta tidak akan
melihat warna dan benda-benda, malah terkadang ia akan berkeras
hati menolak dan mengingkarinya. Demikian pula halnya orang yang
tuli. Baginya dunia ini serupa saja dengan kuburan. Seseorang yang
kehilangan indra agama, niscaya tidak percaya pada alam ghaib,
5 Saputra Wahidin, Pengatar Ilmu Dakwah,(Jakarta, Rajawali Persi, 2011), h. 1-2
7
8
menolak segala sesuatu di luar alam benda dan menolak norma
agama. Hatinya akan keras dan tertutup mendengar peringatan-
peringatan dan ancaman yang menggugah hatinya.
Dakwah Islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan
manusia, agar mereka dapat menghayati tujuan hidup yang
sebenarnya untuk berbakti kepada Allah Swt.
“Sayid Qutub dalam Mahmud Harun Muchtarom mengatakan
bahwa (risalah) atau dakwah Islam ialah mengajak semua orang
untuk tunduk kepada Allah Swt. Taat kepada Rasulullah Saw. dan
yakin akan hari akhirat. Sasarannya adalah mengeluarkan manusia
menuju penyembahan dan penyerahan seluruh jiwa raga kepada
Allah Swt. Dari kesempitan dunia ke alam yang lurus dan dari
penindasan agama-agama lain sudahlah nyata dan usaha-usaha
memahaminya semakin mudah. Sebaliknya, kejahatan sudah
semakin tampak serta akibat-akibatnya sudah dirasakan di mana-
mana.”6
Dari uraian di atas, maka dapat disebutkan fungsi dakwah adalah:
1) Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia
sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan
rahmat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh makhluk
Allah Swt. Sebagaimana firmannya di dalam QS. al-Anbiya: 108;
سلمون قل إنما یو حد فھل أنتم م ھ و ھكم إل حى إلي أنما إل
6 Sayyid Quthb, “Ma’alim Ath-Thariq” Terjemahan: Mahmud Harun Muchtarom,(Yogyakarta: Uswah, 2009), hal. 9
9
Terjemahnya:
“Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah bahwasanya
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah
dari (kepada-Nya).”7
2) Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi kaum
muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta
pemeluknya dari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus.
3) Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang
bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia
dari kegelapan rohani.
3. Tujuan Dakwah
“Tujuan dakwah ialah untuk menyelamatkan umat dari
kehancuran dan untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat utama
menuju kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
yang diridai oleh Allah Swt.”8
Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah
adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil
maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, atau cara
berpikirnya berubah, atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik
ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksudkan
adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan
7 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 331 8 Ichtiar Baru Van Hoeve, Eksiklopedi Islam, Cetakan: I,(1993), h. 280
10
yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala
situasi dan kondisi.
Ketika merumuskan pengertian dakwah, Amrullah Ahmad
menyinggung tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi cara
merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia ada dataran
individual dan sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan.
Kedua pendapat di atas menekankan bahwa dakwah bertujuan
untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang
baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam
seseorang secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa
merasa terpaksa oleh apa dan siapa pun.
Salah satu tugas pokok dari Rasulullah Saw adalah membawa
mission sacre (amanah suci) berupa menyempurnakan akhlak yang
mulia bagi manusia. Akhlak yang dimaksudkan ini tidak lain adalah
Alquran itu sendiri, sebab hanya kepada Alquran-lah setiap pribadi
muslim itu akan berpedoman. Atas dasar ini tujuan dakwah secara
luas, dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada
setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga ajaran
tersebut mampu mendorong suatu perbuatan sesuai dengan ajaran
tersebut. Adapun karakteristik tujuan dakwah itu adalah:
1) Sesuai (suitable), tujuan dakwah bisa selaras dengan misi dan visi
dakwah itu sendiri.
11
2) Berdimensi waktu (measurable time), tujuan dakwah haruslah
konkret dan bisa diantisipasi kapan terjadinya.
3) Layak (feasible) tujuan dakwah hendaklah berupa suatu tekad
yang bisa diwujudkan.
4) Luwes (fleksible) tujuan senantiasa bisa disesuaikan atau peka
(sensitif) terhadap perubahan situasi dan kondisi umat.
5) Bisa dipahami (understandable), tujuan dakwah haruslah mudah
dipahami dan dicerna.
Namun secara umum tujuan dakwah dalam Alquran adalah:
a) Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati. Allah Swt
berfirman di dalam QS. Al-Anfal ayat 24 sebagai berikut:
لما یحییكم وٱعلموا إذا دعاكم سول وللر ٱستجیبوا � ٱلذین ءامنوا أیھا ی
یحول بین ٱلمرء وقلبھۦ وأنھۥ إلیھ تحشرون أن ٱ�
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi
kehidupan kepada kamu…”9
b) Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari
Allah Swt, sebagaimana firmannya di dalam QS. Nuh ayat 7
sebagai berikut:
9 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 179
12
وٱستغشوا ءاذانھم في بعھم أص جعلوا لھم لتغفر دعوتھم كلما وإني وا وٱستكبروا ٱستكب ارا ثیابھم وأصر
Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman)
agar Engkau mengampuni mereka…”10
c) Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus, sebagaimana firman
Allah Swt dalam QS. Al-Mukminun ayat 73 sebagai berikut:
ستقیم و ط م ◌إنك لتدعوھم إلى صر
Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka ke jalan
yang lurus.”11
Menjadi orang baik itu bearti menyelamatkan orang dari
kesesatan, kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Oleh
karena itu, dakwah bukanlah kegiatan mencari dan menambah
pengikut, tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan
Islam atau menyadarkan orang yang mendakwahi perlunya bertauhid
dan prilaku baik. Semakin banyak yang sadar (berakhlak karimah
dan beriman) masyarakat akan semakin baik. Artinya, tujuan dakwah
bukan memperbanyak pengikut, tetapi memperbanyak orang yang
10 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 570 11 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 346
13
sadar akan kebesaran Islam masyarakat, atau dunia akan semakin
baik dan tentram.
B. Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang
terbentuk dari kata stratus yang berarti militer dan –ag yang berarti
memimpin.12
“Lawrence R. Jauch dan Willian F. Glueck menyatakan bahwa
Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan.”13
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi adalah rencana
yang cermat mengenai kegiatan mencapai sasaran khusus.14 Konsep
dan teori dalam ilmu strategi banyak yang berasal dari strategi militer.
Keputusan strategi, baik dalam bidang militer maupun dunia usaha,
berkaitan dengan tiga karakteristik umum, yaitu: strategi merupakan
12 Robert M. Grant, Analisis Strategi kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi, terj.
Secokusomo,(Jakarta: Erlangga, 1997), h. 11 13 Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan, (Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta, 1998), h. 58 14 Alwi hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h.
1092
14
hal yang penting, strategi meliputi komitmen yang penting dari sumber
daya, strategi tidak mudah diubah.15
“Strategi adalah pola tindak manajemen untuk mencapai tujuan
badan usaha. Tujuan bisa jangka panjang, yaitu yang ingin dicapai
dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun (1-5 tahun yang akan datang),
dan tujuan jangka pendek, yaitu yang ingin dicapai dalam kurun waktu
1 tahun atau kurang. Ada pula tujuan strategi, yaitu target yang ingin
dicapai agar posisi dan daya saing bisnis makin kuat. Disamping itu
ada tujuan financial, yaitu target yang ditentukan manajemen berkaitan
dengan kinerja financial.”16
Berdasarkan tinjauan beberapa konsep strategi di atas, maka
strategi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut ini:
a. Alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.
b. Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh organisasi
c. Sebagai hasil pengkajian yang mendalam terhadap kondisi
kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman
eksternal.
d. Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan dengan keputusan dan
tindakan yang dipilih oleh organisasi.17
2. Latar Belakang Perumusan Strategi dan Jenis-jenis Strategi
15 Robert M. Grant, Analisis Strategi kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi, terj. Secokusomo,(Jakarta: Erlangga, 1997), h. 11
16 Reksohadiprojo, Manajemen strategi,(Yogyakarta. BPFE, 2003), h. 2 17 Akdom, Strategik Manajement for Educational Manajement,(Alfabeta, 2007), h.
15
15
“Menurut Tedjo Udan, dilihat dari latar belakangnya, ada dua
alasan yang menyebabkan organisasi merasa perlu melakukan
pekerjaan perumusan strategi, yaitu adanya permasalahan atau
keinginan.”18
a. Permasalahan Kritis
Organisasi merasa perlu merumuskan strategi untuk mengatasi
permasalahan - permasalahan kritis yang sudah biasa
dirasakan/diperkirakan saat ini. Jadi strategi dirumuskan untuk
mengatasi permasalahan kritis yang muncul, misalnya keterbatasan
sumber daya, kuatnya pesaing, perubahan lingkungan yang demikian
dahsyat sehingga organisasi harus mendefinisikan
produk/jasa/perannya kembali, kesalahan rancangan strategi masa lalu
dan lain-lain. Permasalahan inilah yang akan mewarnai rumusan
strategi.
b. Keinginan
Lain pihak ada organisasi yang merumuskan strategi bukan karena
ingin menyelesaikan permasalahan tertentu tetapi lebih didorong
karena ingin mencapai kondisi atau sasaran tertentu. Biasanya
kebutuhan sumber daya, permasalahan dan strategi akan ditentukan
kemudian, setelah terlebih dahulu diketahui kondisi organisasi masa
depan yang diinginkan. Penerapan cara ini secara konsekuen hanya
18 Arifianto dan Dwi Heru, Skripsi; Strategi Dakwah Membangun GenerasiKhaira
Ummah Di Kampus Unissula,(Semarang: IAIN Walisongo Fakultas Dakwah, 2008), h. 25
16
mungkin dilakukan oleh organisasi yang tidak sedang menghadapi
permasalahan serius bahkan memiliki sumber daya berlebih.
“Menurut Robert M. Grant dalam Secokusomo, ada tiga peranan
penting strategi dalam manajemen yaitu: strategi sebagai pendukung
untuk pengambilan keputusan, strategi sebagai sarana koordinasi dan
komunikasi, dan strategi sebagai target konsep strategi akan
digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan dimana
perusahaan akan berada dalam masa yang akan datang.”19
“Menurut John M. Bryson dalam Oslen dan Eadie, perencanaan
strategi adalah upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan
dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana
menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan
organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau
entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu.” 20 Manfaat dari
perencanaan strategi dalam, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berfikir secara strategi dan mengembangkan strategi-strategi yang
efektif.
b. Memperjelas arah masa depan.
c. Membuat keputusan sekarang dengan mengingat konsekuensi
masa depan.
d. Memecahkan masalah utama organisasi.
19 Robert M. Grant, Analisis Strategi kontemporer: konsep, teknik, Aplikasi, terj.
Secokusomo,(Jakarta: Erlangga, 1997), h. 23 20 John M. Bryson, Perencanaan Strategi bagi Organisasi Sosial,dalam Oslen dan
Eadie,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 4
17
e. Memperbaiki kenerja organisasi.
f. Membangun kerja kelompok dan keahlian.”21
“Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga
tipe strategi yaitu: strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi
bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi-strategi yang dapat
dilakukan manajemen dengan mengembangkan organisasi strategi
secara makro. Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi
pada investasi. Strategi bisnis berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan
manajemen.”22
3. Tahap-Tahap Perencanaan Strategi
Tahap-tahap perencanaan strategi adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
Langkahnya: mengidentifikasi alasan-alasan untuk membuat
rencana, memeriksa kesiapan untuk membuat rencana, memilih
peserta perencana, meringkaskan profil dan riwayat organisasi,
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan
strategi, rencana untuk membuat rencana. Hasilnya; kesepakatan
tentang kesiapan organisasi untuk membuat rencana dan sebuah
rencana kerja perencanaan strategi, merumuskan tantangan.
21 John M. Bryson, Perencanaan Strategi bagi Organisasi Sosial,dalam Oslen dan
Eadie, h. 12 22 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis,(Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum, 2008), h. 7
18
b. Menegaskan visi dan misi
Langkah-langkahnya; menuliskan rumusan visi, membuat rumusan
konsep misi. Hasilnya; konsep rumusan visi dan misi.
c. Menilai lingkungan
Langkah-langkahnya; memperbaharui informasi yang dibutuhkan
untuk perencanaan, menyatakan strategi terdahulu dan strategi saat
ini, mengumpulkan masukan dari stakeholder internal, mengumpulkan
masukan dari stakeholder eksternal, mengumpulkan informasi tentang
efektifitas program, mengidentifikasi pertanyaan atau persoalan
strategis tambahan. Hasilnya; sejumlah persoalan kritis yang menuntut
tanggapan dari organisasi dan basis data yang akan mendukung para
perencana dalam memilih prioritas dan strategi.
d. Menyepakati prioritas-prioritas
Langkah-langkahnya; menganalisis kaitan antara kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman, menganalisis kekuatan kompetitif
program, memilih kriteria yang digunakan dalam menetapkan prioritas,
memilih inti strategi masa depan, meringkas cakupan dan skala
program, menuliskan tujuan dan sasaran, mengembangkan proyeksi
financial jangka anjang. Hasilnya; kesepakatan tentang prioritas inti
masa depan, tujuan jangka panjang, sasaran khusus.
19
e. Menuliskan rencana strategi
Langkah-langkahnya; menuliskan rencana strategi, menjelaskan
rencana konsep untuk dikaji ulang, mengadopsi rencana strategi.
Hasilnya; sebuah rencana strategi.
f. Menerapkan rencana strategi dan menciptakan rencana kegiatan
tahunan
Langkah-langkahnya; membuat rencana kegiatan tahunan,
membuat anggaran kegiatan tahunan. Hasilnya; anggaran dan
rencana kegiatan tahunan yang terinci.
g. Mengawasi dan mengevaluasi
Langkah-langkahnya; mengevaluasi proses perencanaan strategi,
mengawasi dan memperbaharui perencanaan strategi. Hasilnya;
evaluasi terhadap proses perencanaan strategi dan penilaian atas
rencana operasional dan strategi yang sedang berjalan.
Strategi sebuah organisasi lebih besar, yaitu sebuah
konseptualisasi yang dinyatakan atau diimplikasi oleh pemimpin
organisasi yang bersangkutan berupa:
a. Saran-saran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut.
b. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
sendiri oleh seorang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak
atasannya, yang membatasi scope aktivitas-aktivitas organisasi
yang bersangkutan.
20
c. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang
telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya sumbangsih
mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi
tersebut.23
C. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
Istilah “strategi” menurut bahasa adalah suatu rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran dan tujuan khusus.
“Menurut Asmuni Syukir strategi dakwah diartikan sebagai metode,
siasat, taktik atau maneuvers yang dipergunakan dalam aktivitas
(kegiatan) dakwah.”24
“Menurut Awaludin Pimay strategi dakwah dapat diartikan sebagai
proses menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran
dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan
dakwah secara optimal.” 25 Dikatakan lebih lanjut strategi dakwah
merupakan siasat, taktik atau maneuver yang ditempuh dalam rangka
mencapai tujuan dakwah.
Strategi dakwah adalah suatu cara atau tehnik menentukan
langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Langkah-
langkah tersebut disusun secara rapi, dengan perencanaan yang baik
yaitu:
23 Akdon, Strategik Manajement for Educational Manajement,(Alfabeta, 2007), h.
13 24 Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Dakwah Islam,(Surabaya, 1983), h. 32 25 Awaludin Pimay, Paradikma dakwah humanis,(Semarang: Rasial, 2005), h. 50
21
(1) memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal
(2) merumuskan masalah pokok umat Islam
(3) merumuskan isi dakwah
(4) menyusun paket-paket dakwah
(5) evaluasi kegiatan dakwah
Karena itu Strategi Dakwah harus sesuai dengan kondisi
masyarakat (mad’u) dalam konteks sosiokultural tertentu. Sebab
dakwah Islam dilaksanakan dalam kerangka sosiokultural yang sudah
syarat dengan nilai pandangan hidup dan sistem tertentu, bukan nihil
budaya.26
Menurut Asmuni Syukir Strategi dakwah yang dipergunakan di
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas-asas
dakwah antara lain:
(1) Asas Filosofis: asas ini terutama membicarakan masalah yang
erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.
(2) Asas Kemampuan dan keahlian da’i (achievement and
professional).
(3) Asas Sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya
politik pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah
26 Ahmad Amrullah, Pengembangan keilmuan dakwah dan prospek
kerja,(Semarang, APDI Unit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2008), h. 41
22
setempat, fisolofis sasaran dakwah. Sosiokultural sasaran dakwah
dan sebagainya.
(4) Asas Psychologis: asas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. seorang da’i adalah
manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter
(kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi
masalah agama, yang merupakan
masalah yang idiologi atau kepercayaan tak luput dari masalah-
masalah psychologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.
(5) Asas Efektif dan Efisiensi: asas ini maksudnya adalah di dalam
aktivitas dakwah harus berusaha menyeimbangkan antara biaya,
waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian
hasilnya, kalau waktu biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh
hasil yang semaksimal mungkin.27
D. Manajemen Dakwah
1. Pengertian Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah merupakan suatu aktifitas dakwah yang
dilaksanakan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen dan
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
bersama. Hal ini sesuai dengan definisi-definisi yang diuraikan oleh
beberapa tokoh manajemen dakwah sebagai berikut:
27 Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Dakwah Islam,(Surabaya, 1983), h. 32
23
1) “Menurut Mahmuddin mengungkapkan bahwa,manajemen dakwah
merupakan suatu proses dalam memanfaatkan sumber daya
(insani dan alam) dan dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai
ajaran Islam sebagai tujuan bersama.”28
2) “A. Rosyad Saleh mengungkapkan bahwa, manajemen dakwah
sebagai proses perencanaan tugas, menghimpun dan
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok
dan kemudian menggerakkan kearah pencapaian tujuan dakwah.”29
Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah
pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau
aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir
dari kegiatan dakwah.
2. Fungsi Manajemen Dakwah
Fungsi manajemen dakwah tediri atas 4 hal yakni: takhtih
(perencanaan dakwah), thanzim (pengorganisasian dakwah), taujih
(penggerakan dakwah) dan riqobah (pengendalian dan evaluasi
dakwah).30
1) Perencanaan dakwah (planning,takhtith)
Perencanaan (planning) dan dalam istilah bahasa arab disebut
(takhtith) adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi
dan penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur,
28 Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah,(cet I ; Jakarta: Restu Ilahi, thn, 2004), h. 23
29 A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah,(tc. Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 23 30 Abdul Rofiq, Manajemen Dakwah Dalam Pengembangan Masyarakat,(cet. I;
Semarang:Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, thn 2006), h. 26
24
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan (Hani Handoko, 2001: 23). Karena perencanaan
merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk
memikirkan hal-hal yang terkait, agar memperoleh hasil yang
optimal.
Sementara itu, berkaitan dengan perencanaan dakwah yang
merupakan proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang
matang dan sistematis, Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen
Dakwah Islam menyatakan mengenai tindakan-tindakan yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka
menyelenggarakan dakwah. Menurutnya aktivitas dakwah akan
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perkiraan dan perhitungan masa depan.
b. Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka menentukan
tujuan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Menetapkan tindakan-tindakan dakwah serta memprioritaskan
pada pelaksanaannya.
d. Menetapkan tindakan-tindakan dakwah serta penjadwalan
waktu, lokasi, penetapan biaya, fasilitas, serta faktor lainnya.
Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari
sunnatullah, yaitu dengan melihat sebagaimana Allah Swt
menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang
25
matang disertai dengan tujuan yang jelas. Hal ini sebagaimana
firman Allah Swt di dalam QS. As-Shad ayat 27 sebagai berikut:
لك ظن ٱلذین كفروا فویل طلا ذ وما خلقنا ٱلسماء وٱلأرض وما بینھما بلذین كفروا من ٱلنار ل
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.’’31
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah Swt menciptakan langit
dan bumi dengan adanya rencana dibalik itu semua. Ketentuan-
ketentuan Allah telah diatur dan direncanakan sedemikian
hebatnya.Salah satu perencanaan dakwah tersebut yaitu denagn
menggunakan sistem perencanaan strategis dengan menggunakan
analisis SWOT.
Analisis SWOT dalam hal ini adalah strategi organisasi dakwah.
Kerangka berfikir yang digunakan adalah didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan juga dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (thereats).32
Untuk itu sebelum melakukan sebuah perencanaan dakwah ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu:
a. Hasil (output) dakwah yang ingin dicapai.
b. Da’i atau para juru dakwah yang akan menjalankannya.
31 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 455 32 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik Membedah Kasuh Bisnis,Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad 21,(cet. II; Jakarta: PT Gramedia Utama, 2004), h. 18
26
c. Waktu dan skala prioritas
d. Dana (capital)
Berikut ini adalah unsur-unsur kerangka perencanaan dakwah
dalam bentuk langkah dan aktifitas:
a. Dakwah harus memiliki visi, misi, dan tujuan utama ke depan.
b. Mengkaji realitas, dan lingkungan yang meliputi seagala aspek
yang terkandung di dalamnya.
c. Menetapkan tujuan yang mungkin dapat direalisasikan, yakni
dengan mengikuti metode dakwah yang ada.
d. Mengusulkan berbagai bentuk wasilah atau sarana dakwah
serta menetapkan alternatif pengganti.
e. Memilih sarana dan metode dakwah yang paling cocok.
f. Dakwah harus bisa menjawab sasaran dalam hal ini: apa tujuan
dakwah ? Dimana dakwah akan dilaksanakan? Kapan? Dan
materi apa yang akan disampaikan?
Setelah bentuk aktivitas tersebut telah dilaksanakan maka akan
terbentuk unsur-unsur perencanaan yang meliputi:
a. Sasran perencanaan.
b. Waktu atau momen yang dibutuhkan untuk meyusun langkah
atau strategi dakwah.
c. Para da’i yang akan diterjunkan sesuai dengan perencanaan
tersebut.
d. Aktivitas atau proses pelaksanaan dakwah.
27
e. Aktivitas pengawasan, evaluasi, dan penelitian.
Dalam kerangka ini, maka perencanaan dakwah yang matang
harus memperhatikan system pertanggung jawaban yang tepat, jelas,
dan legitimasi, sehingga aktivitas dakwah dapat berlangsung optimal,
berdaya guna, berhasil, bersih, bertanggung jawab dan dapat
meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan ketika
dakwah berlangsung.33
2) Pengorganisasian (organizing, al thanzim)
Pengoganisasian (organizing atau dalam bahasa Arab disebut al
thanzim) dalam pandangan Islam bukan semata-mata merupakan
wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat
dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis, dalam pengertian lain
pengorganisasian adalah seluruh pengelompokkan orang-orang,alat-
alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang, sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu
kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Setelah direncanakan langkah berikutnya dalam rangka
pencapaian suatu tujuan organisasi adalah mengorganisir segala
sumber daya untuk diarahkan guna menggerakkan organisasi pada
tujuan yang telah ditentukan. Allah Swt berfirman di dalam QS. Ash-
Shaff ayat 4 sebagai berikut:
رصوص ن م ا كأنھم بنی تلون في سبیلھۦ صف یحب ٱلذین یق إن ٱ�
33 M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,(cet. II: Jakarta: Kencana, 2009), h. 100
28
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.”34
Tugas bagi para da’i adalah merancang sebuah struktur sebuah
organisasi yang memungkinkan mereka untuk mengerjakan program
dakwah secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran-sasaran
dan tujuan-tujuan organisas. Ada dua poin yang harus diperhatikan
dalam pengorganisasian, yaitu:
1. Organizational design (desain organisasi)
2. Organizational strcture (struktur organisasi)
Struktur organisasi adalah (organizational structure) adalah
kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka itu tugas-
tugas jabatan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan.
Pengorganisasian memiliki arti penting bagi proses dakwah,
dengan pengorganisasian rencana dakwah akan lebih mudah
aplikasinya.35 Untuk itu pada dasarnya tujuan dari pengorganisasian
dakwah adalah:
a. Membagi kegiatan-kegiatan dakwah menjadi departemen-
departemen atau devisi-devisi dan tugas-tugas yang terperinci dan
spesifik.
34 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 551 35 M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,(cet. II: Jakarta: Kencana,
2009), h. 138
29
b. Membagi kegiatan dakwah serta tanggungjawab yang berkaitan
dengan masing-masing jabatan atau tugas dakwah.
c. Mengordinasikan berbagai tugas organisasi dakwah.
d. Mengelompokan pekerjaan-pekerjaan dakwah kedalam unit-unit.
e. Membangun hubungan dikalangan da’i baik secara individual,
kelompok, dan depertemen.
f. Menetapkan garis-garis wewenang formal.
g. Mengalokasikan dan memberikan sumber daya organisasi dakwah.
h. Dapat menyalurkan kegiatan-kegiatan dakwah secara logis dan
sitematis.
3. Penggerakan dakwah (actuating / tawjih).
Penggerakan dakwah merupakan upaya menyadarkan orang lain
atau anggota organisasi untuk dapat bekerjasama dalam mencapai
tujuan. 36 Pada fase pergerakan ini merupakan inti dari manajemen
dakwah. Setiap komponen dalam organisasi akan saling bahu-
membahu untuk bekerja sama dalam mengsukseskan program yang
dilaksanakan.
Adapun pengertian pergerakan adalah seluruh proses pemberian
motifasi kerja pada para bawahan sedemikan rupa, sehingga mereka
mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis.37
36 Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah,(cet. I; Jakarta:Restu Ilahi, 2004),
h. 87 37 M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,(cet. II: Jakarta: Kencana,
2009), h. 139
30
Langkah-langkah strategi yang perlu ditempuh dalam
mengsukseskan dakwah, sebagaimna yang diterangkan oleh Sayafii
alma’rif bahwa ada langkah-langkah yang perlu diambil.38 yaitu:
a. Membina ukhuwah islamiyah yaitu artinya umat Islam harus bersatu
dalam memperjuangkan agamanya salah satu caranya
menggunakan manajemen yang baik dalam setiap gerak dakwah
yang dilaksanakan.
b. Para da’i dalam arti luas perlu mendapatkan perhatian yang serius
dari kekuatan penggerak dakwah.
c. Sebagai resiko dari iman yang mantap, watak keiklasan dalam
berjuang jangan sampai ditelentarkan.
Dari ketiga langkah stategis tersebut secara singkat ada tiga poin
yang perlu mendapatkan perhatian yaitu persaudaraan umat
(ukhuwah islamiyah), peningkatan mutu pelaksanaan dakwah (da’i)
dan keikhlasan.
Langkah –langkah strategi tersebut akan dapat terlaksana apabila
semua unsur-unsur manajemen dapat mendukung dan saling bahu-
membahu dalam mengsukseskan kegiatan dakwah.
4. Pengendalian dan evaluasi dakwah (controlling / riqobah)
“Menurut George R Terry mejelaskan bahwa,pengendalian adalah
suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan. Memberikan saran, tanggapan, eveluasi terhadap suatu
38 I’anatut Thoifah, Manajemen Dakwah,(tc: Malang: Madani press, 2015), h. 32
31
kegiatan organisasi merupakan suatu kebutuhan untuk menjaga
organisasi tetap eksis, sehingga kebutuhan akan eveluasi dan
pengawasan sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi.”39
Mengevaluasi kegiatan yang telah terlaksana terdiri dari
mengevaluasi kekurangan-kekurangannya, sampai dimana
keberhasilannya, pelaksanaan yang ideal bagaimana. Hal-hal tersebut
merupakan bahan evaluasai yang digunakan oleh para pimpinan
untuk memberikan pembelajaran agar pelaksanaan kegiatan
berikutnya bisa meminimalisir kekurangan-kekurangan yang telah
terjadi pada kegiatan yang sebelumnya.
Penyelenggaraan dakwah dikatakan dapat berjalan dengan baik
dan efektif, bilamana tugas-tugas dakwah yang telah diserakan
kepada pelaksana itu benar-benar dilaksanakan serta pelaksanaanya
sesuai dengan rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan.40
Uraian diatas jelas menunjukan bahwa pengendalian dan penilain
itu mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting bagi proses
dakwah. Karena pengendalian merupakan alat pengontrol dan
sekaligus pendinamis jalannya proses dakwah.
39 George R Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen,(cet: VII: Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), h. 166 40 A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah,(tc. Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h.
136
32
E. Pembinaan Masyarakat Islam
1. Konsep Pembinaan
“Menurut Robert L Mathis pembinaan adalah suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu
mencapai tujuan organisasi.” 41 Oleh karena itu, proses ini terkait
dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan dapat dipandang
secara sempit maupun luas. Sedangkan Ivancevich, mendefinisikan
pembinaan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai
dalam pekerjaannya sekarang, atau dalam pekerjaan lain yang akan
dijabatnya segera.42
Selanjutnya sehubungan dengan definisi tersebut, Ivancevich
mengemukakan sejumlah poin penting yaitu, pembinaan adalah
sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja
organisasi. Pembinaan terkait dengan keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan untuk pekerjaan yang
sekarang dilakukan. Pembinaan berorientasi ke masa sekarang dan
membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan
(kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
41 Robert L Mathis, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Edisi pertama, Cetakan
Pertama, Yogyakarta : Salemba Empat 2012), h. 112 42 John M Ivancevich, Perilaku dan Manajemen Organisasi,(jilid 1 dan 2 Jakarta :
Erlangga, 2008), h. 46
33
“Robert L Mathis juga mengemukakan empat tingkatan pokok
dalam kerangka kerja untuk mengembangkan rencana pembinaan
strategis, antara lain:
1. Mengatur stretegi. Yaitu manajemen SDM dan pembinaan harus
terus lebih dahulu bekerja sama dengan manajemen untuk
menentukan bagaimana pembinaan akan terhubung secara
strategis pada rencana bisnis strategi, dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja karyawan dan organisasi.
2. Merencanakan, yaitu perencanaan harus terjadi dengan tujuan
untuk menghadirkan pembina yang akan membawa hasil-hasil
positif untuk organisasi dan karyawannya. Sebagai bagian dari
perencanaan, tujuan dan harapan dari pembinaan harus
diidentifikasi serta diciptakan agar tujuan dari pembelajaran dapat
diukur untuk melacak efektivitas pembinaan.
3. Mengorganisasi, yaitu pembinaan tersebut harus diorganisasi
dengan memutuskan bagaimana pembinaan akan dilakukan, dan
mengembangkan investasi-investasi pembinaan.
4. Memberi pembenaran, yaitu mengukur dan mengevaluasi pada
tingkat mana pembinaan memenuhi tujuan pembinaan tersebut.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diidentifikasi pada tahap
34
ini, dan dapat meningkatkan efektivitas pembinaan dimasa
depan.”43
Adapun tujuan umum pembinaan sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerja dapat
menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat.
2. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerja dapat
menyelesaikan pekerjaannya secara rasional, dan
3. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan
kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen
yang baik (pemimpin).
Sedangkan komponen-komponen pembinaan yang dijelaskan oleh
Mankunegara, terdiri dari:
1. Tujuan dan sasaran pembinaan dan pengembangan harus jelas
dan dapat diukur.
2. Para pembina yang profesional.
3. Materi pembinaan dan pengembangan harus disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai.
4. Peserta pembinaan dan pengembangan harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
5. Dalam pengembangan program pembinaan, agar pembinaan dapat
bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan
atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga
43 Robert L Mathis, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Edisi 10, Salemba Empat,
Jakarta, 2009), h. 307-308
35
tahap pada pembinaan yaitu tahap perencanaan pembinaan, tahap
pelaksanaan pembinaan dan tahap evaluasi pembinaan.44
2. Konsep Masyarakat
Orang Inggris menyebut masyarakat dengan society. Masyarakat
atau society adalah a relatively independent or self sufficient
population characterized by internal organization, territoriality, sulture
distinctiveness, and sexual recruitmen. Masyarakat atau society juga
berarti civilized community, komunitas yang beradab, atau masyarakat
madani, atau dalam bahasa The Encyclopedia of Religion disebut
dengan istilah median community.45
Definisi masyarakat menurut kamus bahasa Indonesia adalah
sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama.46
Masyarakat adalah suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah
yang banyak dan membentuk kelompok-kelompok sosial yang
bekerjasama untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama,
menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama dan
karenanya menghasilkan suatu kebudayaan (adat istiadat, norma dan
nilai) yang dijadikan dasar bersama, sehingga membentuk suatu
sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, baik
44 Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM,(Refika Aditama, Bandung,
2005), h. 76 45 Dra. Nanih Machendrawaty, M.Ag. dan Agus Ahmad Safei, M.Ag,
Pengembangan Masyarakat Islam,(dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi),(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 5
46 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 635
36
kebutuhan untuk mengatur diri sendiri, reproduksi sendiri maupun
penciptaan sendiri.47
Jadi kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa masyarakat adalah
sekelompok manusia yang menginginkan kehidupan yang tentram,
dan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, baik dalam
membuat usaha dan sebagainya, selalu mementingkan tujuan
bersama sehingga terciptalah masyarakat yang aman dan sentosa.
3. Konsep Islam
“Menurut Hammudah Abdalati kata “Islam” berasal dari akar kata
Arab, (Siˉn, Laˉm, Miˉm) yang berarti kedamaian, kesucian,
penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam pengertian religius,
menurut Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada kehendak
Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya” (Submission to the Will
of God and obedience to His Law).”48
Di dalam "Ensiklopedia Alquran", tidak didapatkan entri Islam
secara khusus. Kata Islam baru didapatkan pada entri kata salam.
Kata yang terulang sebanyak 42 kali dalam Alquran ini mempunyai
kata dasar salima yang pada mulanya berarti selamat dan bebas dari
bahaya. Kemudian kata itu mengalami perluasan makna sehingga juga
berarti memberi, menerima, patuh, tunduk, berdamai, tentram, tidak
cacat, dan ucapan selamat. Dari situ muncul kata aslama, yang artinya
47 Yadi Ruyadi, Arti Penting Kerjasama dalam Keberagamaan Masyarakat, diakses 6 Januari 2017, http://www.libbook2008.googlepages.com/arti-penting-kerjasama-dalam-keberagamaan-masyarakat.pdf
48 Hammudah Abdalati, Islam in Focus,(Indianapolis-Indiana : American Trust Publications, 1975), h. 542
37
memeluk agama Islam. Dengan memeluk agama Islam orang selamat
dari kesesatan. Kata sullam diartikan sebagai tangga yang
mengantarkan orang selamat sampai ke tempat yang tinggi.49
“Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam Syaikh Mahmud Syaltut,
Islam itu adalah agama Allah yang diperintahkannya untuk
mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturannya
kepada Nabi Muhammad Saw. dan menugaskannya menyampaikan
agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk
memeluknya.”50
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 132, Allah Swt berfirman:
ه إبر بھا ى فلا ووص ین ٱلد لكم ٱصطفى ٱ� إن بني ی ویعقوب بنیھ ◌م سلمون تموتن إلا وأنتم م
”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub, Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam.”51 Nabi Isa As juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam
QS. Ali Imran ayat 52 yang berbunyi sebagai berikut :
قال ٱ� إلى أنصاري من قال ٱلكفر منھم عیسى أحس ا ۞فلم وٱشھد بأنا مسلمون ءامنا بٱ� ٱلحواریون نحن أنصار ٱ�
Terjemahnya:
”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia : Siapakah yang akan menjadi penolong-
49 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur'an: Kajian Kosakata,(Jakarta: Lentera
Hati, 2007), h. 870 50 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1993), h. 20 51 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 20
38
penolongku untuk menegakkan agama Allah (Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.”52
Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang
dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang
menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama
bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen
(Christianity), atau agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw ini tidak dihubungkan dengan
nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia atau
nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang.
Dengan demikian Islam adalah agama Allah Swt yang diwahyukan
kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa
secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya
dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat,
hidayah, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari
sifat rahman dan rahim Allah Swt.
Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan
Mohammedan untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad-
abad oleh orang Barat, terutama oleh para orientalis adalah salah.
Kesalahan ini disebabkan karena para penulis Barat menyamakan
agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan Chrisianity
52 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 56
39
yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh
Budha Gautama dan lain-lain.
Berdasarkan dari surat Al-Asr ada 5 (lima) komitmen seorang
muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah:
a. Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya.
b. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar.
c. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
d. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana
disertai argumentasi yang meyakinkan dengan bahasa yang baik
dan,
e. Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan
dan mendakwahkan agama Islam.
Berhubungan dengan sekulerisme, dalam segala bentuknya
tersebut di atas perlu ditegaskan bahwa Negara Republik Indonesia
bukanlah negara sekuler dan bukan pula negara agama yaitu negara
yang didasarkan agama tertentu. Negara Republik Indonesia menurut
Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 adalah negara yang berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sila
pertama dan terutama Pancasila.
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah
1. Faktor Pendukung
a. Faktor Internal Da’i
40
1) Kemampuan mengontrol diri
Seorang da’i harus selalu menguasai diri sendiri, menguasai
emosi (perasaan) dan selalu berusaha menjaga agar mental selalu
berada dalam keadaan stabil.
2) Keinginan yang kuat
Adalah menjadi keharusan bagi setiap pekerjaan yang hebat dan
mulia memerlukan kemauan dan keinginan yang kuat dan keras
dalam melaksanakannya, supaya pekerjaan itu dapat terlaksana
dengan sesempurna mungkin. Tanpa adanya keinginan atau tekad
yang kuat dalam diri seorang da’i, mustahil sebuah hasil yang
memuaskan dapat ia capai.
3) Persiapan yang matang
Persiapan adalah hal paling urgent dalam sebuah pekerjaan atau
kegiatan, demikian halnya dengan dakwah. Dakwah yang
dipersiapkan dengan matang akan menghasilkan rasa atau kesan
yang mendalam pada diri pendengarnya. Persiapan dalam dakwah
meliputi persiapan fikiran, bahan dakwah, gaya dakwah yang
menarik, mengingat babak atau tahapan dakwah yang telah disusun,
pengucapan intonasi dakwah.
4) Latihan yang cukup
Keberhasilan dakwah juga didukung karena adanya latihan
melalui proses trial and error berkali-kali, karena latihan akan
menghasilkan pengalaman, sedangkan pengalaman adalah
41
merupakan guru terbaik dalam proses pencapaian keberhasilan
dalam dakwah.
5) Keyakinan yang tangguh
Seseorang tidak akan bisa meyakinkan orang lain, jika dia sendiri
tidak yakin akan kebenaran yang dia sampaikan kepada ummat.
6) Kesadaran yang sempurna
Seorang da’i dituntut dalam keadaan sadar yang sesadarsadarnya
dalam mengemukakan dakwahnya. Kesadaran seorang da’i dalam
mengemukakan dakwah ini berpengaruh pada isi dakwah yang
disampaikan. Seorang da’i tentunya tidak akan benar-benar
memahami apa yang disampaikan manakala kesadarannya tidak
sempurna, baik karena lelah, mengantuk atau sebab yang lain yang
menyebabkan konsentrasinya terganggu.
7) Kerja yang continue
Sebuah kerja keras akan membuahkan hasil manakala dilakukan
secara berkesinambungan. Dakwah juga demikian, akan
menampakkan hasilnya manakala dilakukan secara continue dan
jauh dari rasa putus asa.53
b. Faktor Eksternal Da’i
1) Adanya dukungan fasilitas yang memadai dari masyarakat
maupun pemerintah Program atau kebijakan dapat berjalan lancar
jika mendapatkan dukungan baik berupa partisipasi umum
53 Budiharjo, Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan,(Yogyakarta: Sumbangsih
Press, 2007), h. 96
42
maupun dukungan sarana dan fasilitas penunjang kegiatan
terebut.
Dawkah sebagaimana kegiatan pada umumnya, juga memerlukan
adanya sarana penunjang, seperti halnya tempat atau lokasi
dakwah dan sarana prasarana yang lain. Suatu kegiatan
dakwah akan sangat mustahil dapat dilaksanakan tanpa adanya
fasilitas tersebut, maka fasilitas yang memadai baik fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat dapat
menunjang kegiatan dakwah yang baik.
2) Adanya dukungan dari pihak ulama atau ustadz di sekitar wilayah
dakwah Sebuah program akan berjalan sesuai dengan rencana
manakala semua pihak yang terkait di dalamnya ikut memberikan
sumbangsih dan berperan aktif dalam mensukseskan jalannya
program tersebut. Dakwah yang merupakan suatu program amar
ma’ruf nahi munkar, juga memerlukan peran serta semua
komponen yang terlibat di dalamnya. Peran serta tokoh agama di
suatu wilayah akan sangat membantu jalannya dakwah. Tanpa
adanya dukungan para tokoh agama dan tokoh masyarakat,
mustahil dakwah akan berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan
para tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat berpengaruh
dalam masyarakat, sehingga peran serta mereka akan
mengundang simpati dari masyarakat untuk berperan serta dalam
mensukseskan jalannya dakwah.
43
2. Faktor Penghambat
Penyampaian materi dakwah yang dapat membekas di hati
masyarakat memang memerlukan waktu yang tidak singkat dan
bukan merupakan proses yang bebas dari hambatan. Ada kalanya
dalam perjalan dakwahnya seorang da’i mendapatkan kesulitan
dan hambatan-hambatan. Seperti halnya pendukung dakwah,
hambatan dalam dakwah tersebut bisa juga berasal dari faktor
internal maupun eksternal dari diri seorang da’i.
a. Faktor Internal Da’i
1) Diam setelah bergerak
Diam setelah bergerak atau dalam bahasa keagamaan sering
disebut dengan futur merupakan keadaan dimana seorang da’i
sudah tidak lagi memiliki semangat keagamaan seperti semula,
atau bahkan berbalik arah menjadi pecinta kezdhaliman.
Muhammad bin Husein Ya’qub mengatakan bahwa banyak
sebab yang dapat menimbulkan penyakit futur. Salah satunya
adalah gila popularitas dan panjang angan-angan.54
2) Berlebihan
Berlebihan dalam hal apapun dilarang dalam agama.
Kaitannya dengan dakwah, perilaku yang berlebihan juga akan
mengakibatkan gagalnya dakwah. Seorang da’i yang terlalu
‘menggebu-gebu’ dalam menyampaikan materi dakwahnya,
54 Najamudin, Metode Dakwah Menurut Al-Qur'an, (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008), h. 98
44
sedangkan para pendengar belum memahami secara seksama
mengenai materi yang disampaikannya tersebut, justru akan
mengakibatkan para pendengar menjadi bosan.
3) Bangga diri
Bangga diri sangatlah dibenci oleh Allah Swt, karena
merupakan sifat Iblis. Bangga diri hanya boleh disandang oleh
Dzat yang Serba Maha,
Allah Swt. Rasul dan para Sahabat, juga sangat menjauhi sifat
sombong dan membanggakan diri dalam hal apapun. Oleh karena
itu seorang da’i juga harus menjauhkan diri dari sifat bangga diri.
4) Pamer
Pamer adalah menampakkan dengan sengaja perbuatan-
perbuatan baik yang dilakukan dengan tujuan orang yang
melihatnya memberikan pujian dan sanjungan. Sifat ini
seharusnya tidak ada dalam diri seorang da’i, karena dakwah
merupakan kegiatan mulia yang jauh dari rasa egois dan
mementingkan diri sendiri.
Seorang da’i yang memiliki sifat pamer, tentunya dakwah yang
dilakukan tidak lagi berdasarkan rasa ikhlas dan mengharap ridha
Allah Swt, melainkan hanya untuk meningkatkan citra baiknya di
masyarakat.
5) Pesimis
45
Pesimis adalah rasa tidak percaya diri, dan memandang
sesuatu dari sudut pandang negatifnya saja. Sifat ini tidak boleh
dimiliki oleh seorang da’i, karena seburuk apapun Allah Swt
memberikan suatu perumpamaan, pasti ada hikmah yang positif.
Orang yang memiliki sifat pesimis, tidak akan berfikir sejauh itu,
mereka hanya akan melihat dari sisi negatifnya saja, tanpa
menelaah hikmah yang bisa diambil darinya.55
6) Kejenuhan aktivitas
Kendala yang muncul di medan dakwah bisa berupa
kelelahan baik
fisik maupun psikologi karena da’i terlalu banyak beraktivitas.
Sebetulnya masalah utamanya terletak pada ketidakseimbangan
antara aktifitas di dalam dan keluar.
Kejenuhan aktivitas ini cenderung terjadi apabila terlalu
memprioritaskan gerak keluar sedang gerak yang menyangkut
kapasitas pribadi cenderung diabaikan. Mereka akan cepat
dihinggapi rasa kelelahan disebabkan banyak disibukan oleh
pekerjaan melayani umat, sibuk dengan berbagai pogram
organisasi, tatapi dirinya sendiri tidak dilayani secara proporsional.
7) Isti’jal
Sementara itu, dalam artikelnya yang berjudul Metode Dakwah
secara Langsung, Dadang Ramadhan, menambahkan bahwa
jenis penyakit juru dakwah yang ingin mencapai perubahan atas
55 Najamudin, Metode Dakwah Menurut Al-Qur'an, h. 114
46
reality yang dialami kaum muslimin dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya tanpa memperhatikan lingkungan, akibat, dan tanpa
melihat kenyataan, juga tanpa persiapan yang cukup sebelumnya
baik sistem maupun sarana.
Dengan kata lain, Isti’jal merupakan cara-cara dakwah yang
menginginkan hasil yang maksimal dengan waktu yang sesingkat
mungkin.
b. Faktor Eksternal Da’i
1) Latar belakang keagamaan keluarga
Tidak semua da’i dilahirkan dari keluarga yang faham dengan
ajaran Islam. Problem yang biasa muncul bagi para da’i yang
keluarganya tidak faham ajaran Islam antara lain lemah dalam
tsaqofah Islam dan tekanan kelurga yang kurang mendukung
aktivitas dakwahnya, sehingga tidak jarang seorang da’i yang
berasal dari keluarga semacam ini menerima tekanan dari pihak
keluarga sendiri.
2) Sifat dan perilaku jahiliyah masa lalu
Tidak semua da’i tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
Islam sejak kecilnya, bisa jadi sebelum tumbuh kesadaran
keIslamannya ia adalah seorang yang banyak melakukan
kejahilan serta tempramen yang tidak baik. Kadang hal itu bisa
memunculkan masalah-masalah dalam aktivitas dakwah, dimana
sifat dan perilaku tersebut selalu dikaitkan dengan keadaan
sekarang. Sifat dan perilaku masa lalu demikian itu bisa membawa
47
dampak yang kurang menguntungkan bagi kredibilitas seorang
da’i yang akhirnya menghambat proses dakwah.
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Suatu penelitian dikatakan menenuhi syarat apabila penelitian
tersebut memperhatikan pendekatan penelitian dan konsisten dalam
memilih jenis penelitian dalam pelaksanannya. Secara umum, metode
penelitian ada dua macam, yakni metode kuantitatif dan metode
kualitatif. Penenelitian yang penulis lakukan ini menerapkan metode
kualitatif dalam pelaksanannya.
Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data diskriptif, ucapan atau tulisan, dan perilaku yang dapat diamati
dari orang-orang (subjek) itu sendiri.56 Metode penelitian inilah yang
diterapkan dalam menemukan alternatif strategi dakwah Terhadap
Pembinaan Masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pendekatan induktif
di lapangan, kemudian menyusunnya secara deskriptif sesuai keadaan
yang sebenarnya di lapangan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian
dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini megambil lokasi di
56 Arif Fuchan, Pengantar Metode Penulisan Kualitatif,(Surabaya: Usaha Nasional,
1992), h. 21
48
49
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Subyek Penelitian
Sebuah penelitian yang utuh harus memiliki subjek penelitian yang
konkret. Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara ini
mengambil subjek penelitian aparat Kelurahan, tokoh masyarakat,
serta tokoh agama yang masing-masing akan dimintai keterangan
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sitematis dan
memenuhi semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Salah
satu aspek yang merupakan syarat dalam penelitian adalah adanya
data yang terkumpul melalui beberapa teknik atau cara pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data yang penulis terapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan pengamatan dan
pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang di selidiki.57
Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan
pengamatan. Metode observasi ini digunakan penulis untuk
57 Sutrisno Hadi, Metodologi Research,(Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 136
50
mengetahui secara langsung kegiatan sosial-keagamaan dan strategi
dakwah yang telah di terapkan di Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara.
b. Metode Wawancara
Secara umum yang disebut wawancara adalah metode yang
dilakukan dengan menggunakan pertanyaan secara lisan kepada
orang lain dengan maksud agar orang lain memberi jawaban. Dalam
metode wawancara terjadi komunikasi antara penulis dan subyek.58
Metode wawancara ini diterapkan kepada para ulama dan para
pemuka masyarakat yang mempunyai peran penting dalam aktivitas
dakwah. Selain itu, wawancara juga diterapkan kepada masyarakat,
karena merupakan obyek dakwah yang tidak kalah pentingnya dengan
peran para da'i dan tokoh masyarakat dalam kaitannya dalam dakwah
ini.
E. Analisis Data
“Milles dan Hubermen menggambarkan bahwa analisis data
kualitatif model alir akan melalui tiga alur, meliputi; reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.” 59 Reduksi data adalah
proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan dan
transformasi data yang muncul dari data-data tertulis di lapangan.
58 Surakhmad Winarno, Pengantar interaksi belajar mengajar,(Bandung: tarsito,
1989), h. 174 59 Matthew Miles dan Michael H. A, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang
Metode-Metode Baru,(Jakarta:UI Press, 1992), h. 72
51
Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap
informasi yang terkumpul yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, melalui
kesimpulan-kesimpulan sementara untuk menuju kesimpulan akhir
yang memiliki kepercayaan tinggi setelah data mencukupi untuk
penarikan kesimpulan.
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Tinengi
1. Keadaan Geografis Kelurahan Tinengi
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
merupakan sebuah wilayah kelurahan yang memiliki luas 618,07 Ha,
yang terdiri atas tanah persawahan seluas 350 Ha, tanah pemukiman
seluas 108 Ha, tanah perkebunan seluas 102 Ha, tanah pekarangan
seluas 54 Ha, tanah taman seluas 0,42 Ha, tanah perkantoran seluas
0,42 Ha dan tanah prasarana umum lainnya seluas 2,65 Ha.
Sedangkan secara geografis, Kelurahan Tinengi memiliki batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Tawarombadaka
- Sebelah Timur : Desa Talata
- Sebelah Selatan : Desa Lamunde
- Sebelah Barat : Desa Weamo
2. Demografi Kelurahan Tinengi
Berdasarkan profil Desa dan Kelurahan (data dokumen. 12 maret
2016). 60 Agama masyarakat Kelurahan Tinengi, yaitu: laki-laki yang
beragama islam berjumlah 506 orang, dan perempuan berjumlah 489
orang, sedangkan laki-laki yang beragama kristen berjumlah 11 orang,
60 Data dan Profil kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
Provinsi Sulawesi Tenggara, pada Tanggal 31 Desember 2016
52
53
dan perempuan berjumlah 8 orang. Untuk kewarganegaraan adalah
semua masyarakat tinengi berwarga negara indonesia (517 orang laki-
laki dan 497 orang perempuan) dan etnis masyarakat Tinengi adalah
suku Tolaki (316 orang laki-laki dan 331 orang perempuan), suku
Bugis (131 orang laki-laki dan 109 orang perempuan), suku Jawa (51
orang laki-laki dan 44 orang perempuan), suku Toraja (11 orang laki-
laki dan 3 orang perempuan), suku Bali (2 orang laki-laki dan 1 orang
perempuan), suku Muna (5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan).61
Jumlah pemeluk Agama di Kelurahan Tinengi adalah mayoritas
beragama islam, sehingga memberikan dukungan dan kondusif
terbentuknya organisasi keagamaan, diantaranya: jamaah tabligh dan
nahdatul ulama (NU), yang juga didukung dengan adanya sarana
peribadatan yaitu jumlah masjid 2 buah dan jumlah musholah 1 buah,
dengan adanya sarana atau fasilitas tempat ibadah yang di bangun di
Kelurahan Tinengi tentunya masyarakat dapat memenuhi kebutuhan
rohani dan sangat mendukung ummat beragama dalam menjalankan
ibadah.62
Selain dalam hal keagamaan dan sosial yang memiliki toleransi
tinggi, masyarakat Kelurahan Tinengi juga termasuk masyarakat yang
memiliki pendidikan yang cukup, dengan mengenyam pendidikan pada
tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Bukti ini dapat dilihat
61 Berdasarkan data yang telah dirilis di Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo
Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara Pada Tanggal 31 Desember 2016 62 Data Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi
Sulawesi Tenggara Pada Tanggal 31 Desember 2016
54
sebagai berikut, bahwa penduduk Kelurahan Tinengi yang
mengenyam pendidikan setingkat SMP adalah sejumlah 265 orang,
setingkat SLTP sejumlah 214 orang, setingkat SD sejumlah 77 orang,
Sarjana dan/atau Pascasarjana sejumlah 20 orang, dan 60 orang yang
belum atau tidak mengenyam pendidikan.63
Kelurahan Tinengi memiliki lembaga pendidikan yang terdiri dari 1
buah lembaga pendidikan setingkat Taman Kanak-kanak, 1 buah
lembaga pendidikan setingkat Sekolah Dasar, 1 buah lembaga
pendidikan setingkat SMP, dan 1 buah lembaga pendidikan setingkat
SMA, dengan demikian menunjukkan bahwa adanya partisipasi
masyarakat dalam mencetak generasi yang lebih baik dan
berpendidikan.64
Mata pencaharian pokok di Kelurahan Tinengi sebagian besar
anggota masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Kolaka Timur memiliki mata pencaharian sebagai
petani, yakni sebanyak 332 orang. Adapun jumlah penduduk yang lain
terbagi dalam beberapa jenis mata pencaharian, yakni 25 orang yang
menekuni mata pencaharian sebagai Pegawai/Polri dan TNI, 2 orang
sebagai pedagang keliling, dan 9 orang merupakan penduduk yang
sudah pensiunan PNS/TNI/POLRI.65
63 Data dan Profil kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
Provinsi Sulawesi Tenggara (31 Desember 2016) 64 Data dokumen Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
Provinsi Sulawesi Tenggara (31 Desember 2016) 65 Data Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur Provinsi
Sulawesi Tenggara (31 Desember 2016)
55
3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kelurahan Tinengi
Sebuah masyarakat memiliki kaitan erat dengan kehidupan sosial
dan budaya-budaya setempat, karena adanya kehidupan sosial
budaya merupakan ciri sebuah masyarakat yang "hidup". Sebuah
masyarakat dikatakan "hidup" manakala anggota masyarakatnya
menjalin kehidupan sosial dan memiliki budaya yang merupakan nilai-
nilai luhur dari masyarakat itu sendiri. Demikian pula yang terdapat
pada masyarakat Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten
Kolaka Timur. Kondisi sosial budaya masyarakat Kelurahan Tinengi
tergolong kondusif. Hal ini terlihat dari toleransi sosial kemasyarakatan
yang terjalin antar anggota masyarakat, meskipun mereka memiliki
keyakinan keagamaan yang berbeda-beda. Kondisi sosial budaya
yang kondusif ini juga dibuktikan dengan turut sertanya seluruh
anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan masyarakat
Kelurahan Tinengi, berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada
tokoh masyarakat Kelurahan Tinengi kepada (Bpk, Ali muddin),
bahwasanya, terdapat adat istiadat Kalosara dan Syukuran yang
sudah melekat lama di masyarakat Kelurahan Tinengi.
a. Kalosara
Kalosara adalah adat kebudayaan suku tolaki, karena di
Kelurahan Tinengi Mayoritas suku Tolaki dan adat kalosara ini
dapat digolongkan ke dalam segala unsur adat pokok yang disebut,
Sara wonua yaitu adat pokok dalam pemerintahan, Sara mbedulu
56
yaitu adat pokok dalam hubungan kekerabatan, kekeluargaan serta
persatuan, Sara mbe’ombu yaitu adat pokok dalam hal aktivitas
agama serta kepercayaan, Sara mandarahai yaitu adat pokok
dalam pekerjaan yang terkait dengan keahlian serta keterampilan
dan Sara monda’u, mombopaho, mombakani, melambu, dumahu,
meoti-oti yaitu adat pokok dalam kegiatan bertani, berladang,
berkebun, berternak dan menangkap ikan.66
b. Syukuran
Syukuran merupakan salah satu adat kebudayaan masyarakat
di Kelurahan Tinengi yang bertujuan sebagai bentuk rasa syukur
kepala Allah karena terhindar dari musibah, sembuh dari penyakit
dan merupakan media sedekah kepada masyarakat.67
B. Data Deskriptif Penelitian
1. Bentuk Pembinaan Masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun atau
bentuk. Apabila awalan me-, maka jadi membina, yang artinya
membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik sehingga
pembinaan mengandung arti proses tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdayaguna dan hasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih sempurna.
66 Hasil wawancara peneliti kepada Tokoh Masyarakat Kelurahan Tinengi Bapak H.
Ali Muddin Pada Tanggal 11 November 2017 67 Hasil wawancara peneliti pada Tanggal 11 November 2016
57
Dalam berbagai lingkup kehidupan umat manusia, saling
mengingatkan dan menasehati merupakan sebuah keharusan, untuk
itu agar lebih efektif diperlukan cara atau bentuk pembinaan yang tepat
terhadap masyarakat, dalam islam saling mengingatkan dan
menasehati merupakan dakwah. Dakwah islamiyah harus ada
pembinaan-pembinaan terhadap masyarakat. Sebagai contoh
Rasulullah SAW merupakan Nabi dan Rasul yang menyerukan dakwah
islamiyah berbagai permasalahan yang ada di masyarakat ditemui
Rasul, dengan bimbingan dan petunjuk Allah SWT Rasul
menyampaikan dakwahnya dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang, sebagai pengikut para dai harus mencontohkan dan mengikuti
dakwah yang telah dijalankan Rasulullah SAW, untuk ditengah arus
modernisasi seperti sekarang ini.
peran dan tanggung jawab sangat menentukan untuk melakukan
pembinaan terhadap masyarakat. Dengan demikian masyarakat
Kelurahan Tinengi yang selama ini masih minim dengan pengetahuan
keagamaan dan belum mengenal moral atau etika dalam pergaulan
sehari-hari ataupun sudah mengenal namum karena pengaruh televisi
dan media sosial. Oleh karena itu pentingnya untuk membina
masyarakat agar pulih dari penyakit globalisai yang telah merajalela di
Kelurahan Tinengi.
Meskipun anggota masyarakat Kelurahan Tinengi Kecamatan
Tinondo Kabupaten Koltim memiliki berbagai macam perbedaan dalam
58
keyakinan, namun hal ini tidak lantas menimbulkan adanya
kesenjangan dan ketiadaan rasa tenggang rasa antar pemeluk agama,
melaikan sebaliknya mereka tetap menjalin persaudaraan dan
bertenggang rasa antar sesama. Hal ini dibuktikan dengan masih
adanya kebudayaan gotong royong dalam pembangunan sarana dan
tempat ibadah, serta pembersihan lingkungan sekitar kelurahan.
Kerukunan antar umat beragama yang tertanam dalam diri anggota
masyarakat Kelurahan Tinengi juga diimplementasikan pada saat
diselenggarakannya kegiatan-kegiatan Kelurahan, seperti Gotong
royong.
Saat diadakan Gotong royong, semua lapisan masyarakat
Kelurahan Tinengi berbondong-bondong berpartisipasi untuk
merealisasikannya. Tidak memandang anggota masyarakat tersebut
berasal dari pemeluk agama tertentu, semua anggota masyarakat
bersatu padu untuk memeriahkannya, karena masyarakat Kelurahan
Tinengi merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kerukunan dalam beragama. Berawal dari kebiasaan dan kehidupan
sosial semacam ini, maka lahirlah sebuah kebudayaan dimana
anggota masyarakat tidak lagi terpaku dan hanya mementingkan
individu atau kelompok agama mereka sendiri, melainkan saling bahu
membahu untuk menciptakan sebuah suasana sosial yang rukun dan
tenteram.
"Kerukunan warga sangat erat, bahu membahu baik dari beberapa golongan dalam segala bidang termasuk kegiatan agama, hanya
59
saja kesadaran individu untuk melakukan kewajiban sebagai seorang muslim seperti melaksanakan shalat, puasa, zakat dan lain-lain masih sangat rendah walaupun mayoritas penduduk Kelurahan Tinengi beragama Islam"68
Kegiatan pembinaan masyarakat islam yang berjalan di Kelurahan
Tinengi, khususnya bagi masyarakat yang beragama Islam sangat
beragam, mulai dari penyelenggaraan Yasinan remaja masjid, TPQ
(Taman Pendidikan Quran) yang diadakan tiap hari, kecuali hari jumat,
dan adanya kegiatan jaulah (Silaturrahmi).
Kegiatan pembinaan ini merupakan sebuah wujud nyata agar
terciptanya suatu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
Melihat beragamnya kegiatan pembinaan masyarakat yang
diselenggarakan di Kelurahan Tinengi tentu akan membuahkan
anggapan bahwa kesadaran untuk memahami nilai-nilai agama dalam
diri individu anggota masyarakat Kelurahan Tinengi sudah sangat
matang. Namun, pada kenyataannya anggapan tersebut sangat
bertolak belakang. Kenyataannya, masih banyak anggota masyarakat
Kelurahan Tinengi yang belum memiliki kesadaran dalam menjalankan
ibadah agamanya masing-masing.
Seperti halnya masih banyaknya anggota masyarakat yang jarang
melaksanakan ibadah shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan
masih adanya anggota masyarakat yang belum terbuka hatinya untuk
membayarkan zakat fitrah dan zakat malnya. Kenyataan seperti ini,
68 Hasil wawancara peneliti pada tanggal 05 Desember 2017, Tokoh Agama Bpk.
Junaid (Ketua KUA)
60
harus segera ditindaklanjuti dengan mengadakan pembinaan, atau
dalam bahasa keagamaan lebih dikenal dengan sebuatan dakwah.
Pembinaan atau dakwah ini tentu harus menggunakan cara yang tepat
bila menghendaki keberhasilan dalam mengubah perilaku masyarakat
menjadi pribadi yang taat menjalankan ibadah agamanya. Apabila
Pembinaan masyarakat berjalan dengan baik maka akan membuahkan
hasil yang lebih efektif dibandingkan pembinaan dengan tidak teratur,
karena cara yang tidak teratur dalam penanganan masalah pembinaan
hanya akan membuahkan sebuah kebuntuan jalan keluar.
Jadi untuk memecahkan masalah dalam pembinaan ini, dimana
masyarakat Kelurahan Tinengi belum sepenuhnya mau dan bersedia
menjalankan aktivitas agama sesuai yang telah ditetapkan oleh Al-
Quran dan As-Sunnah, maka perlu dilakukan pembinaan yang lebih
bersifat kekeluargaan, agar masyarakat terluluhkan hatinya untuk bisa
menjalankan perintah agama sesuai yang tertuang dalam Alquran dan
Sunnah.
Oleh karena itu, agar terwujudnya usaha pembinaan dan
penyempurnaan ajaran islam dari kurangnya pemahaman agama
masyarakat Kelurahan Tinengi maka peneliti menguraikan beberapa
bentuk pembinaan masyarakat sebagai berikut :
a. Yasinan Remaja Masjid
Masyarakat Kelurahan Tinengi yang memiliki penduduk beragama
Islam sebagai penduduk mayoritas, dan peneliti berusaha membentuk
61
remaja masjid untuk melakukan kegiatan keagamaan seperti
pembacaan yasin khusus remaja masjid di malam jumat.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti mendapatkan
data sebagai berikut :
1) Materi
Materi yang dikemas dalam kegiatan Yasinan antara lain
pembacaan tahlil dan asmaul husna, sebagaimana yang diutarakan
oleh Bpk. Onex (Imam Tinengi) dalam wawancara peneliti pada
tanggal 05 Desember 2017.
"Kegiatan Yasinan remaja masjid di Kelurahan Tinengi ini tidak hanya melakukan kegiatan pembacaan yasin semata, melainkan juga diadakan kegiatan lain seperti memperbaik bacaan alquran Tahsinul Qiraah dan Asmaul Husnah”.69
2) Waktu pelaksanan
Waktu pelaksanaan kegiatan yasinan adalah satu kali dalam
sepekan yang dilaksanakan pada malam jum’at. Hal ini juga
diungkapkan oleh Bpk. Onex (Imam Tinengi). dalam wawancara
peneliti dengan beliau selaku tokoh agama.
"Kegiatan Yasinan remaja masjid ini sudah berjalan lancar, adapun pelaksanannya kita pilih setiap malam jumat"70
3) Metode yang diterapkan
Metode yang diterapkan dalam penyampaian materi dalam
kegiatan Yasinan remaja masjid adalah dengan metode ceramah
69 Wawancara bersama Bpk. Onex (Imam Tinengi) pada tanggal 05 Desember
2017 70 Wawancara bersama Bpk. Onex (Imam Tinengi) pada tanggal 05 Desember
2017
62
dan juga pemberian kisah teladan. Berikut ini penuturan Bpk.
Junaid (Ketua KUA) dalam wawancara peneliti dengan beliau pada
tanggal 05 Desember 2017.
"Dalam pemilihan metode penyampaian materi keagamaan pada kegiatan Yasinan remaja masjid kami memilih menggunakan metode yang sederhana seperti ceramah dan pemberian teladan yang baik kepada remaja masjid"71
b. TPA (Taman Pendidikan Al-Quran)
Penanaman nilai-nilai keagamaan akan lebih efektif bila
dilaksanakan sedini mungkin. Menyadari hal tersebut, masyarakat
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
memberikan "wadah" bagi generasi muda untuk menambah wawasan
keagamaan mereka dengan mendirikan sebuah Taman Pendidikan Al-
Quran (TPA). Berikut ini data yang diperoleh dalam observasi yang
dilakukan pada tanggal 07 Desember 2017.
1) Materi
Materi yang dikemas dalam kegiatan TPA ini adalah materi dasar
agama, semisal tatacara dan bacaan dalam sholat, pengamalan
doa sehari-hari, dan taracara membaca Alquran yang benar.
2) Waktu pelaksanan
Waktu pelaksanaan kegiatan TPA ini adalah tiap hari, kecuali hari
Jum'at yang merupakan hari libur untuk kegiatan TPA ini.
71 Wawancara bersama Bpk. Junaid (Ketua KUA) pada tanggal 05 Desember
2017
63
3) Metode yang diterapkan
Metode yang diterapkan dalam penyampaian materi dalam
kegiatan TPA ini, selain dengan ceramah dan tanya jawab, juga
menerapkan pemberian teladan yang merupakan hal yang
terpenting, mengingat anak-anak TPA masih memerlukan figur
yang dapat mereka jadikan sebagai panutan dalam pelaksanan
ajaran agama dalam kegiatan sehari-hari.
c. Jaulah (Silaturrahmi)
Jaulah (Silaturrahmi) ialah bentuk dakwah dengan cara
mengunjungi pemukiman warga dan mengajak warga menuju ke
masjid melaksanakan shalat 5 waktu dalam sehari semalam. manfaat
yang diperoleh yaitu untuk mengetahui keadaan di masyarakat dan
mendapatkan informasi keluhan berbagai persoalan serta memahami
kehidupan yang sesungguhnya. Maka dengan jaulah atau silaturrahmi
ini dapat mempererat hubungan kekeluargaan baik keluarga sesama
muslim dan non muslim maupun keluarga keturunan khusunya di
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Terhadap Pembinaan
Masyarakat Islam di Kelurahan Tinengi
Kegiatan pembinaan masyarakat di Kelurahan Tinengi Kecamatan
tinondo Kabupaten koltim seperti halnya kegiatan-kegiatan pada
umumnya, tentunya mempunyai berbagai macam faktor pendukung
dan penghambat jalannya pembinaan. Adapun faktor pendukung dan
64
penghambat terhadap pembinaan masyarakat yang dilaksanakan di
Kelurahan Tinengi ini akan dibahas sebagai berikut.
a. Faktor Pendukung
1) Mayoritas Penduduk Beragama Islam
Secara statistik, mayoritas penduduk Kelurahan Tinengi memilih
agama Islam sebagai agama mereka. Kenyataan ini merupakan
modal utama tercapainya pembangunan masyarakat Islami di
Kelurahan Tinengi, karena dengan jumlah pemeluk agama Islam
sebanyak itu akan menjadi pendukung tercapainya cita-cita
pembangunan masyarakat Islami.
2) Tersedianya Fasilitas Tempat dalam Jumlah yang Memadai
Tersedianya fasilitas berupa masjid atau mushola merupakan
modal yang tidak kalah pentingnya dalam mewujudkan sebuah
masyarakat yang sadar akan hukum dan peraturan agama. Masjid
atau mushola ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk berbagi
wawasan keagamaan dengan orang lain, sehingga dengan cara ini
pemahaman tentang agama masyarakat Kelurahan Tinengi akan
merata dan pada akhirnya terbentuk sebuah masyarakat yang
memiliki kesadaran beragama tinggi.
3) Toleransi Masyarakat yang Tinggi
Toleransi masyarakat Kelurahan Tinengi tidak diragukan lagi,
denganberbagai macam pemeluk agama dalam satu desa, tidak
membuat perpecahan antar sesama. Toleransi antar sesama ini
65
merupakan modal yang berharga dalam membentuk masyarakat
yang religius tanpa harus mencemooh dan menimbulkan
perpecahan antar umat beragama.
4) Adanya Dukungan dari Semua Pihak
Kegiatan apapun, tidak bisa lepas dari dukungan dan peran
serta semua pihak yang terkait. Sebagaimana hasil wawancaa
peneliti pada tanggal 08 Desember 2017.
“Pembinaan yang dilakukan di Kelurahan Tinengi juga demikian, tidak akan bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari semua element masyarakat Kelurahan Tinengi. Tokoh masyarakat dapat memberikan dukungan dengan kebijakannya dan masyarakat umum dapat memberikan dukungan dengan berpartisipasi dalam pelaksanan pembinaan, entah itu dalam menyediakan sarana dan prasarana penunjang seperti pengeras suara, atau setidaknya sebagai pendengar saat pelaksanan acara semisal pengajian.”72
b. Faktor Penghambat
1) Rendahnya Pemahaman Agama Masyarakat
Masyarakat Kelurahan Tinengi Kecamatan tinondo Kabupaten
koltim yang notabene mayoritas memeluk Islam sebagai
agamanya, belum sepenuhnya memahami ajaran-ajaran agama
secara mendalam, sehingga peran serta da'i dan tokoh agama lain
sangat dibutuhkan dalam pembinaan masyarakat ini.
72 Wawancara peneliti bersama Tokoh Agama Bpk. Anwar S.pd pada tanggal 08
Desember 2017
66
2) Minimnya Kesadaran Individu dalam Beribadah
Rendahnya pemahaman masyarakat tentang agama berimbas
pada minimnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan ibadah
sesuai ajaran agama. Berikut hasil wawancara peneliti bersama Ibu
Lurah Tinengi pada tanggal 08 Desember 2017.
“Masyarakat Kelurahan Tinengi yang mayoritas beragama Islam merupakan salah satu faktor pendukung pelaksanaan kegiatan pembinaan masyarakat di Kelurahan Tinengi, namun di lain pihak kesadaran masyarakat secara individual dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama masih sangat minim, sehingga hal ini dapat menghambat tercapainya tujuan pembinaan masyarakat, yakni membentuk masyarakat yang Islami.”73
3) Pola Pikir Masyarakat yang Materialistis
Pola pikir materialistis yang masih tertanam pada sebagian
masyarakat Kelurahan Tinengi juga mempengaruhi tercapai-
tidaknya tujuan pembinaan dalam membangun masyarakat yang
sadar agama. Kebanyakan dari masyarakat yang memiliki pikiran
materialistis ini beranggapan bahwa meskipun mereka tidak sholat,
puasa, zakat atau ibadah-ibadah lainnya mereka tetap bisa makan,
mendapatkan kecukupan kebutuhan sehari-hari, bahkan kaya. Pola
pikir semacam inilah yang menjadi penghambat pembinaan
masyarakat untuk menyadarkan masyarakat bahwa melaksanakan
ibadah agama itu sangat penting. Hal ini menjadi sebuah tanggung
73 Wawancara peneliti bersama Ibu Rosnani Nuhung (Lurah Tinengi) pada
tanggal 08 Desember 2017
67
jawab besar bagi semua kalangan muslim, terutama para tokoh
agama untuk mengubah cara pandang dan berpikir masyarakat.
4) Masyarakat Masih Memercayai Mitos
Tingkat pemahaman agama masyarakat yang rendah dan
tingkat pendidikan masyarakat yang juga rendah mengakibatkan
pola pikir meraka sulit untuk menerima perubahan, sehingga
kebanyakan masyarakat masih melestarikan kepercayaan dan
kebudayaan nenek moyang dan adat istiadat yang kadang
bertentangan dengan kaidah agama Islam. Misalnya saja,
masyarakat masih melestarikan kebudayaan memberi sesaji pada
tempat-tempat tertentu pada saat akan mengadakan acara atau
hajat desa. Pemberian sesaji ini tentu bertentangan dengan ajaran
agama Islam yang murni, karena sejak jaman Rasulullah SAW,
beliau tidak pernah mengajarkan yang demikian, memberikan
sesaji pada tempat-tempat tertentu saat akan mengadakan acara
tertetntu. Hal ini menjadi PR tersendiri bagi seorang da'i untuk bisa
mengubah cara pandang masyarakat menjadi masyarakat yang
jauh dari budaya syirik.
5) Kurangnya Da'i
Mengubah kebudayaan dan cara pandang suatu masyarakat
menjadi masyarakat yang berpandangan dan berorientasi pada
kemurnian agama memerlukan kerjasama dari semua pihak.
Kehadiran seorang da'i juga sangat berperan dalam mewujudkan
68
harapan tersebut. Kehadiran sosok da'i yang memiliki telenta dan
karisma tinggi adalah sosok da'i yang sangat dibutuhkan dalam
melakukan perubahan pada masyarakat ini. Kenyataan ini ternyata
bertolak berlakang dengan yang ada di Kelurahan Tinengi, dimana
jumlah da'i yang ada di Kelurahan Tinengi jumlahnya sangat
sedikit, hampir tidak ada. Sehingga untuk membina masyarakat
yang faham tentang ajaran agama memerlukan waktu yang lebih
lama.
3. Strategi Dakwah Terhadap Pembinaan Masyarakat Isalam di
Kelurahan Tinengi
Di sinilah kedudukan sentral da’i sebagai subjek dakwah dalam
melakukan perbaikan masyarakat. Dalam hal ini sekurangnya ada tiga
strategi yang sudah dilakukan dalam konteks perjalanan dan
pergerakan dakwah di Indonesia. Yaitu strategi edukasi (tilawah),
advokasi (tazkiyah), dan mobilisasi (ta’lim). Hal ini diadaptasi dari ayat
Alquran berikut ini:
Artinya :
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab dan Al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali-‘Imran 164)74.
74 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 71
69
Pertama, strategi edukasi mengisyaratkan adanya pengajaran,
penanaman, dan pembinaan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 09 Desember
2017 bersama Bpk. Ridwan S.pd selaku Guru Agama di Tinengi.
“Hal ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan formal seperti madrasah dan sekolah maupun di lembaga-lembaga pendidikan informal dan nonformal seperti masjid, majelis taklim, ataupun pendidikan agama di dalam keluarga. Tujuannya tentu untuk penanaman nilai-nilai keimanan dan keislaman serta untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. Sehingga ajaran Islam senantiasa tertanam dalam jiwa umat dan menjadi landasan moral dan etika sosial dalam kehidupan bermasyarakat.”75 Kedua, strategi advokasi yang mengharuskan adanya pembelaan
kepada kaum yang (terpinggirkan) dan perlawanan terhadap
ketidakadilan serta kezaliman yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat. Ini dilakukan untuk mengangkat harkat martabat
masyarakat dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan. Menurut Tokoh Agama Bpk. Anwar (Tokoh Agama)
berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 11 Desember
2017.
“Kondisi mereka harus diselamatkan supaya dapat hidup layak dan terhormat sebagai manusia yang memiliki kehormatan dan harapan. Juga membebaskan masyarakat dari hegomoni kelompok tertentu dan tirani kekuasaan yang menutup akses kemajuan bagi warga negaranya. Ini dapat dilakukan dengan program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sehingga
75 Wawancara peneliti bersama Bpk. Ridwan S.pd (Tokoh atau Guru Agama
Tinengi) pada tanggal 09 Desember 2017
70
mereka menyadari akan eksistensi dirinya dan perannya di tengah-tengah masyarakat.”76
Ketiga, strategi mobilisasi yang mengamanatkan adanya
peningkatan status dan peranan sosial di tengah-tengah kehidupan.
Artinya umat Islam harus bangkit dan berkembang, bahkan dapat
menguasai akses-akses kemajuan baik dari aspek ilmu pengetahuan
maupun teknologi. Di sinilah pentingnya peningkatan sumber daya
manusia SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul, kompeten dan
kompetitif. Apalagi di era keterbukaan dan kebebasan seperti
sekarang ini, umat Islam bukan hanya bersaing dengan sesama
bangsa tetapi juga bersaing dengan penduduk dunia. Maka diperlukan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dapat diandalkan
dan diunggulkan. Maka dakwah harus dapat menjangkau kelas-kelas
menengah, kelas atas, dan kaum profesional sehingga mereka
tercerahkan dengan ajaran Islam. Sehingga umat Islam tidak
kekurangan SDM (Sumber Daya manusia) untuk menjadi pemimpin-
pemimpin di masa yang akan datang.
Dengan demikian, strategi dakwah terhadap pembinaan
masyarakat memiliki peranan signifikan dalam upaya perbaikan
masyarakat. Rasulullah SAW adalah tokoh dakwah yang telah
berhasil memperbaiki masyarakat Arab yang tadinya biadab menjadi
beradab. Di sinilah pentingnya strategi dakwah dalam upaya
76 Wawancara peneliti bersama Tokoh Agama Bpk. Anwar S.pd pada tanggal 11
Desember 2017
71
memperbaiki kondisi masyarakat ke arah yang lebih manusiawi dan
islami. Kalau meneladani model dakwah Rasulullah SAW ada tiga
strategi yang dapat diadaptasi, yaitu strategi edukasi, advokasi, dan
mobilisasi.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk pembinaan terhadap masyarakat Islam untuk diterapkan
pada masyarakat Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo
Kabupaten Kolaka Timur dalam berbagai kegiatan keagamaan
yang meliputi kegiatan Yasinan Remaja Masjid, TPA (Taman
Pendidikan Al-Quran), dan kegiatan Jaulah (Silaturrahmi).
2. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan masyarakat di
Kelurahan Tinengi :
a. Faktor pendukung
Faktor pendukung terhadap pembinaan masyarakat di
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
adalah; mayoritas penduduk beragama Islam, tersedianya fasilitas
tempat dalam jumlah yang memadai, toleransi masyarakat yang
tinggi, dan adanya dukungan dari semua pihak
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat terhadap pembinaan masyarakat di
Kelurahan Tinengi Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur
72
73
adalah; pemahaman agama masyarakat yang masih rendah dan
masyarakat masih memercayai mitos, dan kurangnya da’i.
3. Pembinaan terhadap masyarakat Islam Kelurahan Tinengi
Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolaka Timur secara umum sudah
baik, partisipasi masyarakat dalam pembinaan warga berjalan
dengan baik, akan tetapi kesadaran secara individu dalam
melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan agama masih
minim, disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang
agama.
B. Saran
1. Bagi Tokoh Agama
Kenyataan bahwa sebagian masyarakat muslim di Kelurahan
Tinengi belum melaksanakan ajaran agama secara total, menjadi
tanggung jawab utama para tokoh agama masyarakat Kelurahan
Tinengi. Tindakan yang yang perlu dilakukan ialah memberikan
masukan berupa wawasan keagamaan bagi masyarakat dan
memberikan pembinaan dan teladan terhadap masyarakat dalam
kehidupan keseharian bagi masyarakat Kelurahan Tinengi yang masih
sangat memerlukan seorang figur yang bisa menjadi panutan dalam
bidang keagamaan.
74
2. Bagi Tokoh Pemerintahan/Perangkat Desa
Perangkat desa dapat juga berperan aktif dalam mewujudkan
masyarakat Kelurahan Tinengi yang memiliki pribadi religius yang
tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara :
a. Memberikan kebijakan berupa kemudahan ijin dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan keagamaan. Ijin ini sangat diperlukan, terkait
pada pelaksanaan kegiatan misalnya Pengajian Memperingati Isra'
dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Pengajian Memperingati Maulud
Nabi Muhammad saw, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
lain.
b. Memberikan payung hukum dalam artian memberikan jaminan
secara perundang-undangan sesuai ketentuan yang diatur oleh
pemerintah kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
c. Memberikan fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan
pembinaan jiwa agamis bagi masyarakat.
3. Bagi Masyarakat Umum
Masyarakat Kelurahan Tinengi yang beragama Islam juga dapat
memberikan sumbangan partisipasi dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan masyarakat yang memiliki pribadi religius tinggi dengan
ikut serta dalam pembinaan masyarakat sebagaimana yang sudah
berjalan selama ini.
75
DAFTAR PUSTAKA
Alquran dan Terjemahan.
Alfabeta, Akdom. 2007. Strategik Manajement for Educational
Manajement.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
M. Moeliono. Anton. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Amrullah, Ahmad. 2008. Pengembangan keilmuan dakwah dan prospek
kerja.Semarang. APDI Unit Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo.
Anshari, Endang Saifuddin. 1993. Wawasan Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Arifianto, dan Heru Dwi. 2008. Skripsi; Strategi Dakwah Membangun
Generasi Khaira Ummah Di Kampus Unissula. Semarang: IAIN
Walisongo Fakultas Dakwah.
Basit, Abdul. 2013. Filsafat Dakwah. Jakarta. Rajawali.
Bisri, Affandi. Beberapa Percikan Jalan Dakwah. Surabaya: Fakultas
Dakwah Surabaya. 1984.
Bryson, John M. 2003. Perencanaan Strategi bagi Organisasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiharjo. 2007. Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan. Yogyakarta:
Sumbangsih Press.
76
Freddy, Rangkuti. 2008. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Fuchan, Arif. 1992. Pengantar Metode Penulisan Kualitatif. Surabaya:
Usaha Nasional.
Grant, Robert M. 1997. Diterjemahkan oleh Secokusomo. Analisis Strategi
kontemporer: konsep. teknik. Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
John, M. Ivancevich. dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. jilid
1 dan 2 Jakarta : Erlangga.
Lawrence R, Jauch. dan William F. Glueck. 1998. “Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan”. Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.
Lukman, Ali. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Machendrawaty, Nanih. dan Agus Ahmad Safei. 2001. Pengembangan
Masyarakat Islam (dari Ideologi. Strategi sampai Tradisi).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mahmudin. 2004. Manajemen Dakwah Rasulullah.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika
Aditama. Bandung.
Mathis, dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi
pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Salemba Empat.
Mathis, dan Jackson. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10.
Salemba Empat. Jakarta.
77
Miles, Matthew dan Huberman. A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif:
Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta:UI
Press.
Munir, M. dan Ilaihi Wahyu. 2009. Manajemen Dakwah, cet. II: Jakarta:
Kencana.
Najamudin. 2008. Metode Dakwah Menurut Al-Qur'an. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani.
Pimay, Awaludin Saifuddin Zuhri. 2005. Paradikma dakwah humanis
strategi dan dakwa . Semarang.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT teknik Membedah Kasuh Bisnis,
Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi
Abad 21.
Reksohadiprojo, Sukanto. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE.
Rofiq, Abdul. 2006. Manajemen Dakwah Dalam Pengembangan
Masyarakat.
Saleh, A Rosyad. 1997. Manajemen Dakwah.
Shihab M. Quraish. 2007. Ensiklopedia Al-Qur'an. Jakarta. Lentera Hati.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar interaksi belajar mengajar.
Bandung : tarsito.
Sutrisno, Hadi. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Terry, George R. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen.
Thoifah, I’anatut. 2015. Manajamen Dakwah.
Van Hoeve, Ichtiar Baru. 1993. Eksiklopedi Islam. Cet. I.
78
Wahidin, Sapufra. 2011. Pengatar Ilmu Dakwah. Jakarta. Rajawali Persi.
http://www.libbook2008.googlepages.com/arti_penting_kerjasama_dalam_
_keberagamaan_masyarakat.pdf
79
Hardian dilahirkan di Silea Kabupaten Kolaka pada
tanggal 18 Mei 1995 dari Ayah Sardin dan Ibu Hasni
dan penulis adalah anak ketiga dari 5 bersaudara.
Adapun pendidikan yang telah ditempuh oleh
penulis adalah : SDN 1 Kowioha, Sulawesi
Tenggara, lulus pada tahun 2007.
SMP Negeri 1 Wundulako , Sulawesi Tenggara, lulus tahun 2010. MA Baitul
Arqam Polinggona, Sulawesi Tenggara, Lulus tahun 2013.
Kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun 2013 di Ma’had Al-Birr
Unismuh Makassar, (D2 Pendidikan Bahasa Arab Dan Studi Islam) Lulus
Pada Tahun 2016. Dan penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar / Prodi Komunikasi Dan
Penyiaran Islam Lulus pada Tahun 2018.
Penulis pernah mengikuti pelatihan Da’i (Tadribuddu’aat) di Ma’had Al-
Birr Unismuh Makassar pada tahun 2016. Dan peneliti melanjutkan studi di
Universitas Muhammadiyah Makassar di Fakultas Agama Islam pada
program studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan menyelesaikan kuliah
strata satu (S1) pada tahun 2020.