290
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik STRATEGI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TANGERANG Oleh HENING FEBRIANA NIM 6661140344 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, JANUARI 2019

STRATEGI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN …repository.fisip-untirta.ac.id/1304/1/STRATEGI DINAS PERTANIAN DAN...STRATEGI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DALAM

Embed Size (px)

Citation preview

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

STRATEGI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN

PANGAN DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN

PANGAN DI KABUPATEN TANGERANG

Oleh

HENING FEBRIANA

NIM 6661140344

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JANUARI 2019

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(QS. Insyirah: 5)

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah

diusahakannya (39). Dan sesungguhnya usahanya itu kelak

akan diperlihatkan (kepadanya) (40). Kemudian akan diberi

balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna(41).

Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala

sesuatu) (42).”

(QS. An-Najm : 39-42)

Jika Niat Kita Baik, Insya Allah akan Menghasilkan Sesuatu

yang Baik pula. -Penulis

ABSTRAK

Hening Febriana. NIM. 6661140344. 2019. Strategi Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten

Tangerang. Program Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. 2018. Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si dan Pembimbing II: Dr.

Ayuning Budiati, MPPM.

Kata Kunci: Strategi, Ketahanan Pangan, Kabupaten Tangerang

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk

mengaksesnya. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang juga

mendukung ketahanan pangan nasional, dengan menjadikan sektor pertanian sebagai

salah satu potensi wilayah yang terus dikembangkan. Namun, terdapat permasalahan

seprti belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di wilayah

Kabupaten Tangerang, jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian

yang masih kurang, angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.

belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan masyarakat dan

kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian di Kabupaten Tangerang.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah berupaya dalam meningkatkan

ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, seperti dengan adanya pelaksanaan

program Lumbung Padi masyarakat, KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari),

LCMB2SA (Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman) tingkat

Kabupaten, Pengawasan keamanan pangan segar dan lainnya. Hasil dari penelitian ini

yaitu dalam pelaksanaannya masih belum berjalan secara optimal dikarenakan masih

banyaknya kendala dalam pelaksanaan program-program tersebut.

ABSTRACT

Hening Febriana. NIM. 6661140344. 2019. Agriculture Service Strategy and

Food Security in Increasing Food Security in Tangerang District.. Public

Administration. Faculty of Social and Political Sciences. 2018. First Advisor :

Riny Handayani, M.Si and Second Advisor: Dr. Ayuning Budiati, MPPM.

Keywords: Strategy, Food Security, Tangerang District

Food security is food availability and a person's ability to access it. The

Tangerang District Agriculture and Food Security Agency also supports national

food security, by making the agricultural sector one of the regional potentials that

continues to be developed. However, there are problems such as the lack of

government and community food reserves in the Tangerang District region, the

number of agricultural extension workers is still lacking, the poverty rate in

Tangerang Regency is still quite high, the lack of quality in the diversity of

people's food consumption and the lack of interest in the younger generation in

agriculture in Tangerang Distict. The Agriculture and Food Security Agency has

sought to improve food security in Tangerang District, such as the implementation

of the community rice barn program, KRPL (Sustainable Food House Area),

LCMB2SA (Diverse, nutritious, balanced, and safe copyright menu competition)

at the district level, Supervision fresh and other food security. The results of this

study, which are still not running optimally because there are still many obstacles

in the implementation of these programs.

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikan

baik itu nikmat jasmani dan rohani. Sholawat serta salam tidak lupa dipanjarkan

kepada junjungan nabi Muhammad SAW, Nabi yang menjadi suri tauladan bagi kita

semya.

Alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten

Tangerang.” Ketahanan Pangan merupakan salah satu isu strategis dalam pemenuhan

kebutuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat karena akan menentukan

kestabilan ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu negara. Kabupaten Tangerang

merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Banten, dan memasukkan

Ketahanan Pangan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah) Tahun 2013-2018 dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai

perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa yang akan datang. Terima kasih

paling terdalam penulis ucapkan untuk ibunda yang selalu mendokan tiada henti,

serta untuk ayahanda yang selalu memberikan motivasi agar dapat menjadi anak yang

ix

sukses. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah

memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhroman S.Sos., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Dr. Arenawati M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Riny Handayani M.Si., Dosen Pembimbing I skripsi yang selalu sabar dalam

memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

x

9. Dr. Ayuning Budiati, MPPM, Dosen Pembimbing II skripsi yang selalu

bijaksana dalam memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi

ini.

10. Dr. Ipah Ema Jumiati M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

11. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

12. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang

telah membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti

selama proses penelitian.

13. Para pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan wawancara

yang dibutuhkan peneliti, khusunya pada Bidang Ketahanan Pangan.

14. Kepada seluruh informan penelitian yang telah bersedia dan menyempatkan

waktunya untuk memberikan informasi kepada peneliti.

15. Ayah dan Ibunda yang selalu mendoakan penulis tiada henti, agar menjadi

orang yang berhasil dan selalu memberikan semangat, nasehat dengan

bijaksana kepada penulis.

16. Mardelani Angelica, Raysa Amelia Fareza, Dea Merinda, Siti Azizah, Tiara

Kusnia Dewi, Nur oktafiani, Iyun Wahyuni, sahabat yang selalu memberikan

motivasi dan membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

xi

17. Teman-teman seperjuangan Kelas A dan B Administrasi Publik angkatan

tahun 2014 yang saling mendukung agar semuanya bisa sukses.

Selain itu peneliti selaku penyusun menyadari akan adanya kekurangan-

kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari semua pihak. Disamping itu juga peneliti berharap

agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata, peneliti ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb.

Serang, 04 Januari 2019

Hening Febriana

xii

DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 30

1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 31

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 31

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 31

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 31

1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................... 32

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori ................................................................................... 35

2.1.1 Konsep Organisasi Publik .................................................... 36

2.1.2 Definisi Manajemen ............................................................. 37

2.1.3 Definisi Strategi ................................................................... 39

2.1.4 Pengertian Manajemen Strategi ........................................... 41

2.1.5 Proses Manajemen Strategi .................................................. 44

xiii

2.1.6 Analisis SWOT ..................................................................... 47

2.1.7 Ketahanan Pangan ................................................................. 55

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 59

2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................... 63

2.4 Asumsi Dasar ...................................................................................... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 66

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ...................................................... 67

3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 68

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 68

3.4.1 Definisi Konsep .................................................................... 68

3.4.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................ 69

3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 70

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 71

3.7 Informan Penelitian ........................................................................... 74

3.8 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data .......................................... 75

3.8.1 Teknik Analisis Data ............................................................ 75

3.8.2 Uji Keabsahan Data .............................................................. 77

3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 81

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang ................................ 81

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang ............................................................... 83

4.1.2.1 Visi dan Misi .................................................................. 83

4.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang ..................... 85

4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang........................................ 88

xiv

4.2 Deskripsi Data ..................................................................................... 91

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 91

4.2.2 Data Informan ............................................................................ 92

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 93

4.4 Hasil Penelitian ................................................................................... 124

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 132

5.2 Saran .................................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 134

LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga

Berlaku (Persen) Tahun 2017........................................................................ 3

1.2 Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota dalam (ton) di Provinsi

Banten Tahun 2016 ....................................................................................... 7

1.3 Penggunaan Luas Lahan berdasarkan Status Penggunaan Lahan di

Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017 ..................................................... 9

1.4 Jumlah Status Penggunaan Lahan untuk Bangunan, Perkantoran,

Pekarangan dan halaman sekitar/ House Compound dalam Hektare (Ha)

di Kabupaen Tangerang Tahun 2017 ..................................................... 10

1.5 Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota dalam Hektare (Ha)

Di Provinsi Banten Tahun 2012-2016 ....................................................... 11

1.6 Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota dalam Persen (%)

Di Provinsi Banten Tahun 2012-2016 ....................................................... 12

1.7 Perbandingan Luas Lahan Sawah dan Luas Wilayah Kabupaten/Kota

di Provinsi Banten Tahun 2016 ............................................................... 13

1.8 Distribusi PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2016 .... 15

1.9 Indikator Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang

Mengacu kepada Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang ...... 18

1.10 Ketersediaan Pangan terhadap Konsumsi (produksi, konsumsi normative,

surplus/defisit) di Kabupaten Tangerang Tahun 2010-2017 ...................... 23

xvi

1.11 Jumlah Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja Balai Penyuluh Pertanian

(WKBPP) se Kabupaten Tangerang Tahun 2016 ..................................... 24

1.12 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tangerang

Tahun 2011-2016 ....................................................................................... 26

1.13 Penduduk 15 Tahun Keatas yang bekerja sebagai Petani di

Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2016 ................................................... 29

2.1 Format Menganalisis dan Menentukan Keputusan Strategis dengan

Pendekatan Matriks SWOT ...................................................................... 52

2.2 Matriks Analisis SWOT .......................................................................... 53

3.1 Pedoman Wawancara ............................................................................... 69

3.2 Informan Penelitian .................................................................................... 75

3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 80

4.1 Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan

(WKBPP) seKabupaten Tangerang tahun 2016 ......................................... 96

4.2 Jumlah keanggotaan Kelompok Tani di Kabupaten Tangerang

Tahun 2016 ................................................................................................ 98

4.3 Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani di Wilayah kerja Balai

penyuluhan Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang tahun 2016 .... 109

4.4 Hasil Proyeksi penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ................... 112

4.5 Penggunaan Tanah Sementara tidak diusahakan dalam Hektare (Ha)

di Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ..................................................... 116

4.6 Matriks Analisis SWOT ............................................................................. 125

xvii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Proses Manajemen Strategi ........................................................................... 44

2.2 Mengidentifikasi Peluang-Peluang Organisasi ............................................ 48

2.3 Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan dalam Perspektif SWOT ........... 49

2.4 Analisis Diagram SWOT ............................................................................. 54

2.5 Dampak Kekurangan Pangan pada Pengembangan Fisik,

Kesehatan dan Sosial .................................................................................... 57

2.6 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................................... 64

3.1 Analisis data Kuallitatif menurut Miles dan Huberman ............................... 77

4.1 Peta Wilayah Provinsi Banten ....................................................................... 82

4.2 Wilayah Kabupaten Tangerang ..................................................................... 83

4.3 Struktur Organisasi Bidang Ketahanan Pangan di

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang ................... 90

4.4 Lumbung Pangan atau Lumbung Padi Poktan Palis ..................................... 103

4.5 KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari ...................................................... 105

4.6 Penggunaan Lahan menurut status penggunaan lahan di

Kabupaten Tangerang (hektar) 2016 ............................................................. 115

4.7 Analisis Diagram SWOT Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang ....... 127

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin mencari data Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Membercheck

Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data

Lampiran 5 Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018

Lampiran 6 Dokumentasi Wawancara

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang membentang

dari Sabang sampai Merauke dan terletak di garis khatulistiwa. Luas wilayah

Indonesia seluruhnya adalah 5,2 juta km2 yang terdiri atas 1,9 juta km

2 daratan

dan 3,3 juta km2 lautan. Letak geografis Indonesia berada di antara 6 Lintang

Utara - 11 Lintang Selatan dan 95 Bujur Timur - 141 Bujur Timur. Jika

dibentangkan, maka wilayah Indonesia berada di sepanjang 3.977 mil antara

Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, 2015). Pengaruh dari letak geografis menyebabkan wilayah

Indonesia dipengaruhi oleh angin musim, sehingga mengalami dua perubahan

musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Adanya dua perubahan musim

tersebut membuat Indonesia termasuk negara dengan iklim tropis. Iklim tropis

berkaitan dengan sumberdaya alam Indonesia, karena memberikan dampak yang

sangat signifikan terutama sumber daya alam yang dimilki Indonesia.

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33

Ayat 3). Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (Pasal 33 Ayat 4). Dengan demikian,

sudah seharusnya bahwa negara menjaga sumberdaya alam baik yang ada di darat

1

2

maupun yang ada di laut, untuk pembangunan dan juga untuk keberlangsungan

kehidupan rakyat Indonesia. Selain itu, agar kekayaan alam di Indonesia tidak

habis dan tetap terjaga kelestariannya.

Indonesia juga disebut negara agraris karena sebagian besar

wilayah Indonesia terdiri atas lahan pertanian. Berdasarkan pada data Badan Pusat

Statistik (BPS) tentang angkatan kerja di tiap sektor, Indonesia dikatakan sebagai

negara agraris. Setidaknya, masih ada lebih dari 30% angkatan kerja Indonesia

bekerja di sektor pertanian. Salah satu kekayaan alam Indonesia yaitu memiliki

tanah yang relatif subur sehingga dapat dikelola untuk berbagai hal seperti

pertanian. Penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk sektor pertanian yang

meliputi penggunaan untuk pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman keras,

untuk kehutanan maupun untuk ladang penggembalaan dan perikanan. Tetapi

untuk daerah perkotaan khususnya, penggunaan tanah yang utama adalah untuk

pemukiman serta untuk industri dan perdagangan. Penggunaan tanah yang

meliputi pegunungan, pantai atau danau lebih banyak untuk keperluan rekreasi.

Maka dari itu, pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

peran strategis dan penting. Bagi Indonesia, sektor ini juga merupakan sektor

paling krusial karena menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto.

Dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah, bahwa pertanian memberikan kontributor

kedua dalam pertumbuhan ekonomi nasional setelah industri manufaktur terhadap

PDB (produk domestik bruto) berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS),

pada triwulan II 2017 dan terus memberi kontribusi positif untuk perekonomian

3

Indonesia. Posisi sektor pertanian masih di atas sektor lainnya, seperti

perdagangan maupun konstruksi.

Tabel 1.1

Distribusi Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar

Harga Berlaku dalam (Persen) di Indonesia pada Tahun 2017

Kategori Uraian 2017

I II

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,59 13,92

B Pertambangan dan Penggalian 7,94 7,36

C Industri Pengolaan 20,48 20,26

D Pengadaan Listrik dan Gas 1,21 1,17

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limba dan

Daur Ulang

0,07 0,07

F Konstruksi 10,22 10,11

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

13,22 13,03

H Transportasi dan Pergudangan 5,20 5,27

I Penyedian Akomodasi dan Makan Minum 2,90 2,83

J Informasi dan Komunikasi 3,79 3,83

K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,29 4,21

L Real Estate 2,84 2,80

M,N Jasa Perusahaan 1,76 1,74

O Administrasi pemerintahan, Pertanahan dan

Jaminan Sosial Wajib

3,54 3,63

P Jasa Pendidikan 3,13 3,23

Q Jasa Kegiatan dan Kegiatan Sosial 1,07 1,05

R Jasa Lainnya 1,77 1,75

Sumber: BPS Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan Tahun 2013-2017

Pertanian juga sebagai penggerak ekonomi rakyat, yaitu menyumbang

penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat. Dr. Abdul Basit, Kepala Pusat Sosial

4

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, PSEKP, Kementerian Pertanian mengatakan,

selama lima tahun terakhir (2011-2016) jumlah penduduk yang bekerja pada

sektor pertanian sekitar 38,3 juta – 42,5 juta orang atau sekitar 31,7 persen – 37,9

persen dari angkatan kerja penduduk Indonesia (www.republika.co.id). Pertanian

juga sebagai sumber pendapatan utama petani serta penyedia bahan-bahan pokok

agar inflasi tetap terkendali dan menyumbangkan devisa yang cukup besar bagi

Indonesia.

Selain itu, sektor pertanian Indonesia juga sebagai penopang ekonomi

bangsa, mengingat Indonesia yang luas dan kaya akan hasil dari pertanian. Secara

teoritis, berkurangnya pangsa tenaga kerja dari suatu sektor dapat disebabkan oleh

dua perubahan, yakni penurunan secara absolut: jumlah orang yang bekerja di

sektor tersebut berkurang, atau penurunan secara relatif : laju pertumbuhan tenaga

kerja di sektor tersebut lebih kecil dibandingkan di sektor-sektor lain atau tidak

ada perubahan, sementara di sektor-sektor lain jumlah tenaga kerja meningkat.

Kasus Indonesia menunjukkan bahwa turunnya pangsa tenaga kerja di sektor itu

sejak pertengahan hingga menjelang akhir tahun 1990-an. Walaupun tidak ada

data agrerat yang dapat mendukung, namun dapat diduga kuat bahwa selama

periode tersebut telah terjadi transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor-

sektor lain, khususnya industri pengelolaan, angkutan, restoran, jasa dan lain-lain

(Perkembangan sektor pertanian di Indonesia, 2003).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi

negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang

5

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Hasil pertanian berupa pangan menjadi kebutuhan dasar bagi manusia yang paling

utama. Dalam UUD 1945 melakukan pemenuhuan akan pangan termasuk bagian

dari hak asasi manusia. Karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia, maka

pangan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan bangsa.

Setiap tahun jumlah penduduk meningkat, tetapi jumlah produksi pertanian

tetap sama atau mengalami kenaikan tapi sedikit. Maka, hasil produksi pertanian

tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk.

Pertumbuhan akan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan

pangan, seperti yang dikatakan oleh Thomas Robert Malthus pada tahun 1798

dalam bukunya “Essay on the Principle of Population” bahwa pertumbuhan

penduduk mengikuti deret ukur, (geometric progression, dari 2 ke 4, 8, 16, 32 dan

seterusnya), sedangkan pertumbuhan produksi pangan hanya mengikuti deret

hitung (arithmetic progression, dari 2 ke 4, 6, 8 dan seterusnya). Malthus

menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah populasi pada suatu waktu, semakin

banyak bayi yang dilahirkan dan mengakibatkan jumlah populasi pada generasi

selanjutnya makin tinggi. Pertumbuhan populasi dunia akan semakin cepat

mengikuti pertumbuhan eksponensial, sementara daya dukung lingkungan seperti

ketersediaan lahan dan air bertambah mengikuti deret aritmatika. Pada suatu

waktu, jumlah populasi akan melebihi ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan.

6

Banyak orang yang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan

penduduk di dunia, yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia

untuk kegiatan-kegiatan untuk pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat

dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi

oleh teori Malthus. Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan dua hal,

yakni karena volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau

lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk dunia bertambah

terus, atau akibat distribusi yang tidak merata ke seluruh dunia : banyak daerah

seperti Afrika mengalami krisis pangan, sementara di Eropa Barat, Amerika Utara

dan sebagian Asia mengalami kelebihan pangan (Perkembangan sektor pertanian

di Indonesia, 2003).

Ketidakstabilan ekonomi dapat terjadi jika ketersediaan pangan lebih kecil

dibandingkan kebutuhannya. Bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan

stabilitas nasional apabila ketahanan pangan terganggu dan berada dalam kondisi

kritis pangan. Upaya meningkatkan peran sektor pertanian dihadapkan pada

beberapa kendala seperti terjadinya konversi lahan, akses petani terhadap

teknologi, sumber-sumber pembiayaan dan pasar masih rendah, sebaran produksi

pangan tidak merata baik antar daerah maupun waktu, berkurangnya minat

generasi muda untuk terlibat pada sektor pertanian, serta dampak negatif dari

perubahan iklim global. Pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan pangan

terutama pangan pokok melalui berbagai program. Penyediaan pangan dari

produksi dalam kurun 2010-2014 menunjukkan peningkatan seperti untuk padi

sebesar 1,63% per tahun. Peningkatan produksi di Luar Jawa lebih tinggi

7

dibandingkan dengan di Jawa. Demikian pula produksi jagung meningkat

walaupun dengan tingkat yang lebih rendah yaitu sekitar 1,11% per tahun dan

produksi kedelai meningkat sebesar 1,93% per tahun. Pemicu peningkatan

produksi padi diantaranya karena peningkatan luas panen seluas 540 ribu ha dan

produktivitas sebesar 1,20 kw/ha. Peningkatan produksi jagung diakibatkan

adanya peningkatan produktivitas (2,87 %/tahun), namun luas panen mengalami

penurunan sebesar -1,77 persen per tahun (Badan Ketahanan Pangan, 2015).

Provinsi Banten Pada tahun 2016 menghasilkan produksi padi sebesar

2.300.595 ton untuk padi sawah. Dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2

Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota dalam (ton)

di Provinsi Banten Tahun 2016

Wilayah Dalam (ton)

Kabupaten Pandeglang 694.295

Kabupaten Lebak 584.648

Kabupaten Tangerang 531.806

Kabupaten Serang 384.648

Kota Tangerang 88.228

Kota Cilegon 13.347

Kota Serang 3.368

Kota Tangerang Selatan 401

(Sumber: BPS Provinsi Banten dalam angka Tahun 2017)

Pada tabel 1.2, dapat dilihat bahwa ada 4 wilayah yang memiliki produksi

padi tertinggi yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten

Tangerang dan Kabupaten Serang. Seperti yang dilansir oleh Bisnis.com

(17/10/2016) bahwa pemerintah Banten mengarahkan lahan pertanian pangan

8

berkelanjutan di Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang. Kabupaten

Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Kepala Bidang Produksi Badan Ketahanan

Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Banten Budiyana menjelaskan sejumlah

Kabupaten/Kota di Banten sudah mengalami laju alih fungsi lahan cukup

signifikan, salah satunya berada di Kabupaten Tangerang. Hal ini patut

dimaklumi, kawasan ini berada dekat dengan DKI Jakarta dan satu-satunya daerah

di Tangerang Raya yang masih memiliki lahan cukup luas.

Kabupaten Tangerang memiliki alih fungsi lahan tinggi dibandingkan

dengan ketiga wilayah lainnya, karena setiap tahunnya luas lahan pertanian di

Kabupaten Tangerang semakin menyusut. Penyusutan lahan produktif diubah

menjadi bangunan perusahaan, kawasan pemukiman atau bangunan lainnya. Hal

itu disebabkan karena kebutuhan pengusaha terhadap lahan sehingga berdampak

terhadap penyediaan pangan lokal. Padahal, Kabupaten Tangerang merupakan

salah satu kabupaten yang memiliki sistem pertanian yang cukup baik. Berada di

wilayah rendah, memiliki jenis tanah yang subur, dan cocok digunakan untuk

pertanian. Namun, seiring dengan berkembangnya wilayah Kabupaten Tangerang

menjadi daerah urban, wilayah Kabupaten Tangerang mengalami laju alih fungsi

lahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan wilayah Kabupaten/Kota yang

berada di wilayah Provinsi Banten. Dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah Status

Penggunaan Lahan di Kabupaten Tangerang sebagai berikut:

9

Tabel 1.3

Penggunaan Luas Lahan berdasarkan Status Penggunaan Lahan di

Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017

(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka Tahun 2015-2018)

Dilihat pada Tabel 1.3 di atas, bahwa penggunaan lahan paling besar yaitu

untuk lahan pertanian dan juga lahan bangunan, hal tersebut dikarenakan desakan

kebutuhan yang berada di Kabupaten Tangerang, maka mau tidak mau Kabupaten

No Status Penggunaan

Lahan

2014

2015 2016 2017

Tahun Hektare % Hektare % Hektare % Hektare %

1 Lahan Sawah 39.177 52,53 37.127 38,65 37.073 41,90 36.193 37,7

2 Bangunan,

Perkantoran,

Pekarangan dan

halaman sekitar/

House Compound

27.657 37,08 37.935 39,49 37.917 42,85 38.731 40,3

3 Tegal, kebon/Garden 13,275 0,01 10.319 10,74 10.319 11,66 10.176 10,6

4 Ladang, huma /Dry

Land

3.878 5,20 18 0,01 18 0,02 0 0

5 Penggembalaan,

Padang rumput/

Grass Land

126 0,16 136 0,14 136 0,15 136 0,14

6 Rawa (tidak ditanam)

Swamps Fed

249 0,33 0 0 0 0 0 0

7 Tanah sementara

tidak diusahakan/

Temporary Follow

Land

1.210 1,62 1066 1,10 122 0,13 1237 1,28

8 Tanaman kayu-

kayuan dan hutan

rakyat/Private Woods & Forested

Land

324 0,43 1547 1,61 1654 1,86 1654 1,72

9 Hutan negara/State Forest

0 0 0 0 0 0 0 0

10 Perkebunan/Estate

Land

54 0,07 154 0,16 154 0,17 154 0,16

11 Tambak, kolam, dan

empang.

1.884 2,52 7740 8,05 1078 1,2 7680 8,00

Jumlah 74.572

100 96.042

100 88.471

100 186.961

100

10

Tangerang harus memenuhi kebutuhan tersebut dan menjadi daerah urban.

Kawasan ini berada dekat dengan daerah Ibu Kota Jakarta dan satu-satunya daerah

di Tangerang Raya yang masih memiliki lahan cukup luas, sehingga lahan

pertanian yang ada sedikit demi sedikit terus berkurang dan dijadikan bangunan

pabrik atau perumahan. Berikut adalah data jumlah penggunaan lahan Bangunan,

Perkantoran, Pekarangan dan halaman sekitar dapat dilihat pada tabel 1.4 di

bawah ini.

Tabel 1.4

Jumlah Status Penggunaan Lahan untuk Bangunan, Perkantoran,

Pekarangan dan halaman sekitar/ House Compound dalam Hektare (Ha) di

Kabupaten Tangerang Tahun 2017

No Kecamatan Hektare

(Ha)

No Kecamatan Hektare

(Ha)

1 Cisoka 968 16 Sukamulya 1.011

2 Solear 955 17 Kresek 392

3 Tigaraksa 1.393 18 Gunung Kaler 194

4 Jambe 887 19 Kronjo 1.329

5 Cikupa 3.458 20 Mekar Baru 90

6 Panongan 2.225 21 Mauk 978

7 Curug 1.984 22 Kemiri 873

8 Kelapa Dua 1.801 23 Sukadari 626

9 Legok 1.500 24 Rajeg 1.658

10 Pagedangan 2.613 25 Sepatan 1.054

11 Cisauk 1.615 26 Sepatan Timur 752

12 Pasar Kemis 1.595 27 Pakuhaji 1.325

13 Sindang Jaya 1.753 28 Teluk Naga 983

14 Balaraja 1.683 29 Kosambi 2.256

15 Jayanti 780

(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka tahun 2018)

11

Pada Tahun 2017 berdasarkan Tabel 1.4 Di atas, wilayah yang status

penggunaannya paling banyak digunakan untuk kawasan Bangunan, Perkantoran,

Pekarangan dan halaman sekitar adalah Kecamatan Cikupa dengan 3.458 ha,

kedua yaitu Pagedangan 2.613 ha dan ketiga Panongan 2.225 ha. Kecamatan

Cikupa menempati urutan pertama karena memang disana banyak terdapat

kawasan industri dan juga rumah serta bangunan. Kita dapat lihat perbandingan

luas lahan Kabupaten Tangerang yang setiap tahunnya berkurang dibandingkan

dengan tiga wilayah lainnya yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan

juga Kabupaten Serang pada tabel 1.5 di bawah ini.

Tabel 1.5

Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota

dalam Hektare (Ha) di Provinsi Banten Tahun 2012-2016

No Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kabupaten

Pandeglang

47.153,00 54.080,00 54.541,00 54.541,00 54.540,00

2 Kabupaten Lebak 40.150,00 40.150,00 47.572,00 49.444,00 53.946,00

3 Kabupaten

Tangerang

42.702,00 38.644,00 38.644,00 36.934,00 36.635,00

4 Kabupaten

Serang

49.543,00 45.024,00 48.861,00 48.095,00 47.548,80

5 Kota Tangerang 1.310,00 690,00 618,00 460,00 460,00

6 Kota Cilegon 1.965,00 1.746,00 1.786,00 1.618,00 1.601,90

7 Kota Serang 8.197,00 8.476,00 8.355,00 8.325,00 8.325,00

8 Kota Tangerang

Selatan

- 213,00 103,00 75,00 66,00

Jumlah Luas Lahan 191.020,00 194.716,00 200.480,00 199.492,00 203.122,70

) Sumber:epublikasi.setjen.pertanian.go.id,(diakses pada tanggal 5 November 2017)

12

Dapat dilihat pada tabel 1.5 bahwa Kabupaten Tangerang mengalami

penurunan jumlah lahan sawah setiap tahunnya secara perlahan. Berbeda dengan

wilayah Kabupaten yang lainnya walaupun mengalami penurunan, ada dibagian

tahun lainnya mengalami kenaikan. Tetapi, di Kabupaten Tangerang terus lahan

sawah terus menerus mengalami penyususutan dan tidak mengalami kenaikan.

Pada tahun 2012-2013 penurunan terjadi sebesar 9,5%. 2013-2014 tidak

mengalami penurunan karena jumlah lahan yang ada tetap sama. Tahun 2014-

2015 turun 4,4%, dan tahun 2015-2016 turun 0,8%. Selain itu luas lahan Sawah di

Provinsi Banten dapat dilihat dalam bentuk persen pada tabel 1.6 dibawah ini.

Tabel 1.6

Luas Lahan Sawah menurut Kabupaten/Kota

dalam Persen (%) di Provinsi Banten Tahun 2012-2016

No Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1 Kabupaten

Pandeglang

24,68 28,61 27,20 27,33 26,85

2 Kabupaten Lebak 21,01 21,24 23,72 24,78 26,55

3 Kabupaten

Tangerang

22,35 20,44 19,27 18,51 18,03

4 Kabupaten

Serang

25,93 23,81 24,37 24,10 23,40

5 Kota Tangerang 0,68 0,36 0,30 0,23 0,22

6 Kota Cilegon 1,02 0,92 0,89 0,81 0,78

7 Kota Serang 4,29 4,48 4,16 4,17 4,09

8 Kota Tangerang

Selatan

- 0,11 0,05 0,03 0,03

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber:epublikasi.setjen.pertanian.go.id,(diakses pada tanggal 5 November

2017) diolah Peneliti.

13

Untuk mengetahui perbandingan luas lahan sawah terhadap luas wilayah

Kabupaten/Kota pada Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel 1.7 di bawah ini.

Tabel 1.7

Perbandingan Luas Lahan Sawah dan Luas Wilayah Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten Tahun 2016

Wilayah Luas Wilayah

dalam (Km2)

Luas wilayah

diubah menjadi

(hektare)

Luas Lahan

dalam

(hektare)

Persentase luas

lahan terhadap

wilayah

Kabupaten Pandeglang 2.746,89 274.689 54.540,00 19,86%

Kabupaten Lebak 3.426,56 342.656 53.946,00 15,74%

Kabupaten Tangerang 1.011,86 101.186 36.635,00 36,20%

Kabupaten Serang 1.734,28 173.428 47.548,80 27,41%

Kota Tangerang 153,93 15.393 460,00 2,98%

Kota Cilegon 175,50 17.550 1.601,90 9,13%

Kota Serang 266,71 26.671 8.325,00 31,21%

Kota Tangerang Selatan 147,19 14.719 66,00 0,44%

Dilihat pada tabel 1.7 di atas adalah perbanding luas lahan sawah terhadap

luas wilayah Kabupaten/Kota masing-masing. Kabupaten Tangerang merupakan

salah satu wilayah yang persentase luas lahan sawahnya cukup tinggi sebesar

36,20% terhadap luas wilayahnya, padahal luas wilayah Kabupaten Tangerang

tidak terlalu besar. Berbeda dengan Kabupaten Pandeglang yang persentasenya

sebesar 19,86%, padahal luas wilayahnya cukup besar. Sama juga seperti

(sumber: data didapat dari BPS Provinsi Banten dalam angka Tahun 2017 dan

epublikasi.setjen.pertanian.go.id diolah peneliti)

14

Kabupaten Lebak yang persentasenya 15,74% terhadap luas wilayahnya yang juga

termasuk cukup besar. Oleh karena itu Kabupaten Tangerang bisa dikatakan

memiliki sebuah potensi untuk pengembangan dalam sektor pertanian. Namun

seperti yang sudahh dijelaskan, karena termasuk wilayah urban yang alih fungsi

lahannya cukup tinggi dan juga banyaknya kebutuhan pengusaha terhadap lahan,

maka setidaknya Kabupaten Tangerang saat ini minimal bertahan dan

mempertahankan luas lahan yang ada sekarang ini karena sebagai penyangga bagi

kota-kota disekitarnya.

Sektor pertanian juga memberikan kontribusi penting untuk pendapatan

daerah Kabupaten Tangerang. Sumbangan Produk Domestik Regional Bruto

sektor pertanian di Kabupaten Tangerang termasuk cukup besar. Secara lebih

rincinya sumbangan PDRB setiap sektor di Kabupaten Tangerang dalam periode

tahun 2010-2016 dapat dilihat dalam tabel 1.8 di bawah ini.

15

Tabel 1.8

Distribusi PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha di Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2016

TAHUN 2010 - 2016 (Persen) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

A. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

6,79 6,60 6,40 6,66 6,55 6,64 6,88

B. Pertambangan dan Penggalian 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

C. Industri Pengolahan 44,37 43,29 42,54 42,51 39,30 37,95 37,25

D. Pengadaan Listrik dan Gas 2,91 3,45 3,58 3,02 5,70 6,27 5,11

E. Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah,Limbah dan Daur Ulang

0,08 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

F. Konstruksi 9,92 10,19 10,75 11,55 12,43 12,76 13,12

G. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

10,98 11,37 11,61 11,16 10,94 10,82 10,76

H. Transportasi dan Pergudangan 2,36 2,35 2,39 2,51 2,64 2,69 2,79

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

1,37 1,35 1,37 1,37 1,42 1,45 1,49

J. Informasi dan Komunikasi 3,93 3,76 3,54 3,22 3,26 3,19 3,25

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,97 4,25 4,71 4,88 4,68 4,73 5,31

L. Real Estate 6,93 6,84 6,62 6,54 6,40 6,65 6,90

M,N. Jasa Perusahaan 0,87 0,89 0,89 0,94 0,94 0,98 1,02

O. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,42 1,51 1,51 1,49 1,51 1,60 1,69

P. Jasa Pendidikan 2,23 2,23 2,30 2,30 2,32 2,35 2,46

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,42 0,41 0,40 0,39 0,39 0,39 0,40

R,S,T,U. Jasa lainnya 1,38 1,37 1,28 1,36 1,39 1,41 1,45

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Dilihat dari tabel 1.8, pertanian menempati kontributor ke lima dalam

PDRB Kabupaten Tangerang setelah industri pengelolaan, konstruksi,

perdagangan, dan real estate. Namun, laju pertumbuhan pertanian setiap tahun

(Sumber : BPS Kabupaten Tangerang dalam angka 2017)

16

mengalami naik turun. Pada tahun 2011, 2012 dan 2013 mengalami penurunan,

dan naik kembali pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 menurun kembali

dan naik kembali pada tahun 2016. Kabupaten Tangerang saat ini merupakan

daerah yang di wilayahnya merupakan lokasi indsutri, sehingga Industri

Pengolahan menempati urutan pertama dalam PDRB Kabupaten Tangerang,

sehingga pertumbuhan ekonomi lebih banyak pada sektor Industri Pengolahan

dibandingkan dengan sektor pertanian yang menempati urutan ke lima. Dapat

dikatakan bahwa sektor Pertanian menempati urutan ke lima, berarti pertanian di

Kabupaten Tangerang masih memberikan kontribusi penting dan masih bertahan

walaupun sektor industri pertumbuhannya kian meningkat tiap tahunnya..

Pada Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun

2013-2018, Pemerintah Kabupaten Tangerang memasukkan Ketahanan Pangan

dalam RPJMD Kabupaten Tangerang dalam upaya mendukung ketahanan pangan

nasional. Pada sektor pertanian diharapkan dapat terus berkembang dalam rangka

turut mensukseskan program pemerintah dalam mempertahankan swasembada

beras berkelanjutan. Salah satu peningkatan Ketahanan Pangan

pertanian/perkebunan dilakukan dengan adanya pengembangan desa mandiri

pangan. Dalam mendukung terwujudnya RPJMD 2013 – 2018 Kabupaten

Tangerang, program nasional yang akan dijalankan salah satunya adalah Program

Peningkatan Ketahanan Pangan, yang kemudian terbentuk program prioritas dan

salah satunya adalah Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat.

17

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang mempunyai

Tugas Pokok membantu Bupati merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,

membina dan mengendalikan urusan pemerintahan bidang pertanian tanaman

pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,

serta ketahanan pangan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan

yang diberikan kepada Pemerintah Daerah. Mengacu pada Visi Kabupaten

Tangerang 2013-2018 yaitu “Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang

yang cerdas, Makmur, Religius dan Berwawasa Lingkungan, maka Visi Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten tangerang Tahun 2013-2018 adalah

“Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi Agribisnis, Menuju

Kemandirian Pangan”. Misinya antara lain (1) Meningkatkan produksi dan

produktivitas serta kualitas produk pertanian yang berdaya saing; (2)

Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk Mendukung pengembangan

sistem pertanian berorientasi Agribisnis; (3) Mengembangkan dan memantapkan

ketersediaan, keamanan, keragaman, distribusi dan cadangan pangan masyarakat

berbasis kemandirian untuk peningkatan akses pangan dan mengantisipasi

kerawanan pangan; (4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

pertanian.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran Rencana Strategis Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang mengacu kepada Tujuan dan

Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang pada misi nomor dua yaitu Peningkatan

pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat

18

menuju peningkatan daya saing daerah dan daya saing masyarakat dengan

sasaran Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah, maka

indikator kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabuaten Tangerang

adalah sebagai berikut :

1. Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan

2. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Pertanian

3. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Peternakan

Rincian selengkapnya mengenai indikator kinerja Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.9

Indikator Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang Mengacu

kepada Tujuan dan Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang

No

Indikator

Kondisi

kinerja pada

awal periode

RPJMD

(Tahun 2012)

Target Capaian Setiap Tahun Kondisi

Kinerja

pada

akhir

periode

RPJMD

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Pencapaian Skor Pola

Pangan Harapan

85% 86% 87% 89% 91% 93% 95% 95%

2 Presentase Kenaikan

Produksi Pertanian

2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%

3 Presentase Kenaikan

Produksi Hasil

Peternakan

2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%

(Sumber: Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2018)

Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif

untuk mewujudkan visi dan misi. Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA)

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018,

19

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Ketersediaan pangan dan neraca Bahan Makanan;

2. Pengembangan cadangan pangan daerah;

3. Pemantauan pasokan, harga dan akses pangan;

4. Analisis stabilitas harga dan pasokan pangan;

5. Fasilitasi Tim Koordinasi distribusi beras bersubsidi;

6. Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman tingkat

kabupaten;

7. Pengembangan Kawasan rumah pangan lestari;

8. Analisis pola konsumsi pangan;

9. Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten;

10. Pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar;

11. Pemberdayaan masyarakat miskin di desa mandiri pangan;

12. Pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi.

Salah satu strategi yang dilakukan adalah pengembangan cadangan pangan

daerah dengan cara pengadaan Lumbung Padi/Lumbung Pangan dan juga

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Lumbung Pangan adalah sebuah

lumbung yang digunakan untuk menyimpan dan mengeringkan padi yang telah

dipanen. Lumbung tersebut digunakan untuk pengembangan cadangan pangan

masyarakat, dalam kelembagaan kelompok Tani, anggota kelompok tani dapat

meminjam beras yang berada di lumbung sesuai dengan kesepakatan dan sistem

peminjamannya seperti koperasi. Lumbung ini sangat bermanfaat sekali, karena

20

ketika para anggota sedang membutuhkan beras dapat meminjamnya di lumbung.

Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan mengatakan kepada peneliti pada

tanggal 22 Oktober 2018, kelemahannya jika tidak ada pendampingan

berkelanjutan pada akhirnya lumbung padi ada indikasi beralih fungsi

manajemennya, bisa hilang dan tidak berkembang.

Strategi lainnya yaitu KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), ini juga

salah satu strategi untuk peningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Program ini

dilakukan dengan penanaman bibit, atau tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat

dengan memanfaatkan pekarangan rumah, sehingga hasilnya dapat dikonsumsi

oleh masyarakat itu sendiri. Adapun hasil pencapaian kinerja Program

Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat pada Tahun 2017 yaitu dapat

meningkatkan pencapaian skor pola pangan harapan sebesar 91 %.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan

masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk juga semakin

meningkat dan beragam. Oleh karena itu, selain upaya untuk mencapai

peningkatan produksi berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan menjadi

sangat penting, terutama untuk meningkatkan kebutuhan pangan yang semakin

tinggi.

Sejak tahun 2008 sampai dengan 2014, pembangunan pertanian dan

peternakan terus mencatat berbagai keberhasilan. Salah satu yang patut disyukuri

dan membanggakan adalah Kabupaten Tangerang berhasil mencapai peningkatan

produksi padi yang mencapai 5% per tahun. Selain produksi padi yang meningkat,

21

selama periode pembangunan empat tahun terakhir pembangunan pertanian dan

peternakan juga mencatat sejumlah keberhasilan seperti peningkatan produksi

beberapa komoditas pertanian, antara lain peningkatan produksi palawija,

sayuran, buah-buahan, produksi daging dan telur. Hal ini merupakan salah satu

kekuatan yang dimiliki Kabuaptean Tangerang karena mampu meningkatkan

produksi padi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014.

Tetapi, selain itu masih banyak permasalahan yang menghambat dalam

ketercapaian ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang, seperti yang dikatakan

oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang kepada Peneliti

pada tanggal 12 Maret 2018, bahwa Ketahanan Pangan itu mencakup 3 pilar.

Pertama Ketersedian Pangan, Keterjangkauan/Distribusi, dan Konsumsi. Dari

ketiga aspek tersebut, maka dapat ditemukan permasalahannya. Berdasarkan

pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa permasalahan

terkait dengan sektor pertanian ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang.

Pertama, adalah belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan

masyarakat di wilayah Kabupaten Tangerang. Salah satu penyebabnya karena

terjadinya alih fungsi lahan pertanian karena lahan dijadikan kawasan perumahan

atau pabrik. Kebutuhan akan rumah terus mendesak, sehingga lahan pertanian

berkurang tiap tahun. Akhirnya terjadi peningkatan kebutuhan dalam hal

penyediaan lahan bagi industri dan perumahan. Peningkatan produksi pertanian di

Kabupaten Tangerang tidak begitu pesat karena luas lahan sawah yang cukup

luas, namun terjadi peningkatan jumlah penduduk serta pertumbuhan ekonomi

yang lebih kepada industri pengelolaan. Akibatnya, Kabupaten Tangerang

22

termasuk sebagai salah satu daerah yang mengalami alih fungsi lahan sawah ke

penggunaan lain seperti perumahan, industri, jasa, dan pembangunan

infrastruktur.

Seperti yang dikatakan oleh Kepala seksi Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan Kabupaten Tangerang pada tanggal 1 Februari 2018 kepada peneliti,

mengatakan bahwa saat ini Kabupaten Tangerang termasuk daerah urban (yaitu

daerah yang kegiatan utamanya bukanlah pertanian). Karena setiap tahun

wilayahnya terus berkembang dan mengalami perubahan, serta terjadinya

dorongan permintaan dari berbagai pihak yang berada di wilayah Kabupaten

Tangerang, mau tidak mau Kabupaten Tangerang sudah tidak bisa

mempertahankan wilayahnya untuk wilayah pertanian, oleh karena itu perlu

dilakukannya strategi untuk mencukupi kebutuhan pangan di wilayah Kabupaten

Tangerang.

Menurut Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang pada

tanggal 12 Maret 2018, dengan adanya alih fungsi lahan, mengakibatkan produksi

padi dan ketersedian beras pun berkurang atau rendah. Ditambah dengan

penduduk Kabupaten Tangerang yang setiap tahunnya bertambah, maka

kebutuhan beras penduduk tidak bisa dipenuhi dari produksi sendiri. Selain karena

pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang yang meningkat, hal itu

dikarenakan tingkat urbanisasi penduduk dari luar Kabupaten juga semakin

meningkat. Dapat dilihat dari Tabel 1.10 di bawah, kondisi surplus defisit beras

Kabupaten Tangerang dari tahun 2010 sampai tahun 2017 sebagai berikut:

23

Tabel 1.10

Ketersediaan Pangan terhadap Konsumsi (produksi, konsumsi normatif,

surplus/defisit) di Kabupaten Tangerang Tahun 2010-2017

Data Dasar Tahun Rasio Ketersediaan

Pangan (IAV)

Range AV

2010 1,11 Defisit rendah

2011 0,90 Surplus rendah

2012 1,38 Defisit sedang

2013 1,43 Defisit sedang

2014 1,47 Defisit sedang

2015 2,04 Defisit tinggi

2016 1,64 Defisit tinggi

2017 1,72 Defisit tinggi

(Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2018)

Kita lihat pada tabel 1.10, bahwa Kabupaten Tangerang masuk kedalam

defisit beras yang tinggi pada tahun 2017. Defisit tertinggi terjadi pada tahun 2015

dengan rasio sebesar 2,04. Pada tahun 2010 mengalami defisit rendah dan sempat

surplus pada tahun 2011, setelah itu angka defisit beras semakin tinggi dan

menurun pada tahun 2016 namun naik kembali pada tahun 2017 sebesar 1,72.

Cadangan pangan yang belum meningkat dikarenakan jumlah produksi padi atau

beras yang menurunnya setiap tahunnya. Dapat dilihat pada tabel 1.10 karena

setiap tahunnya di Kabupaten Tangerang mengalami defisit beras, maka akan

berpengaruh ke pada cadangan pangan di Kabupaten Tangerang.

Selain itu, dapat dilihat juga dari sumber berita Republika.Co.Id, Tangerang

(03/15) yang mengatakan bahwa Lahan pertanian produktif berkurang seluas 70

24

hektar tiap tahun di kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang, Banten. Lahan

pertanian tergerus lantaran dijadikan kawasan perumahan dan pabrik. Jika hal ini

terus terjadi, maka akan berpengarug besar dengan ketahanan pangan setempat.

Pada validnews.co (23/01/2018) Sedikitnya 274,5 hektare lahan persawahan

produktif berubah menjadi areal pemukiman penduduk di Kabupaten Tangerang.

Kedua, yaitu jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian

yang masih kurang. Kepala Bidang Ketahanan Kabupaten Tangerang mengatakan,

dilihat dari sisi petugasnya jumlah penyuluh di Kabupaten Tangerang masih

kurang. Tenaga penyuluh pertanian di Wilayah Kerja Penyuluhan Balai Pertanian

(WKBPP) se-Kabupaten Tangerang Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 1.11

Jumlah Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja Balai Penyuluh

Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang Tahun 2016

No BPP PNS CPNS Honorer THL-

TBPP

Swadaya Swasta Jumlah

1 Cisauk 1 - - 5 7 - 13

2 Caringin 3 - - 3 7 - 13

3 Curug 3 - - 3 9 - 15

4 Carenang 4 - - 7 7 - 20

5 Kaliasin 3 - - 7 15 - 25

6 Keronjo 2 - - 10 3 - 15

7 Sukatani 2 - - 8 19 - 29

8 Tegal

Kunir

4 - - 8 20 - 31

9 Sepatan 2 - - 14 112 - 28

10 Kampung

Melayu

2 - - 4 8 - 14

TOTAL 27 - - 69 107 - 203

(Sumber: Program dan Monografi BPP se Kaupaten Tangerang Tahun 2017)

25

Berdasarkan data pada Tabel 1.11, tercatat jumlah Penyuluh adalah 203

orang, jumlah yang berstatus sebagai PNS sebanyak 27 orang, Tenaga Harian

Lepas 69 orang, dan Swadaya 107 orang.

Ketiga, angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.

Dengan masih adanya penduduk miskin, pendapatan mereka tidak menentu dan

juga rendah. Hal itu menyebabkan daya beli terhadap pangan rendah, dan tidak

mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Masalah kemiskinan merupakan

masalah yang sangat kompleks dan mendasar. Kemiskinan muncul karena adanya

sekelompok masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk

mencapai tingkat kehidupan yang layak.

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemiskinan absolut

dimana pengukuran tingkat kemiskinan didasarkan pada satu garis yang disebut

sebagai garis kemiskinan (GK). Rumah tangga dikategorikan sebagai rumah

tangga miskin apabila pengeluaran perkapita perbulannya tidak melebihi garis

kemiskinan. Garis kemiskinan dihitung setiap tahun untuk setiap Kabupaten/Kota.

GK terdiri dari 2 komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis

kemiskinan non makanan (GKNM). Masalah kemiskinan menjadi hal yang

menjadi pusat perhatian Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang. Berikut ini

adalah Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tangerang 2011-2016.

26

Tabel 1.12

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tangerang 2011-2016

Tahun Garis

Kemiskinan

(rupiah)

Penduduk dibawah garis

kemiskinan

Jiwa Presentase

2011 290,423 188.700 6.42

2012 311,141 176.000 5.71

2013 335,291 183.900 5.78

2014 351,789 173.100 5.26

2015 392,786 189.100 5.61

2016 412,609 202.600 5.86

(Sumber: RKPD Kabupaten Tangerang Tahun 2017)

Dilihat dari tabel 1.6 di atas, memperlihatkan adanya persentase yang

penduduk miskin yang cenderung meningkat, pada tahun 2014 sebesar 5,26

persen naik hingga 5,61 persen di tahun 2015 dan diperkirakan meningkat lagi

menjadi 5,86 persen di tahun 2016. Hal ini dikarenakan masyarakat dengan

pendapatan sedikit di atas garis kemiskinan tidak tergolong miskin, tetapi sangat

rentan terhadap kemiskinan.

Menurut Kepala Bidang Ketahanan Kabupaten Tangerang yang dikatakan

kepada peneliti pada pada tanggal 12 Maret 2018, mengatakan bahwa dengan

masih tingginya angka kemiskinan, maka tingkat pendapatan masyarakat rendah

dan menyebabkan daya beli masyarakat terhadap pangan rendah. Akibatnya, salah

satu dari tiga pilar ketahanan pangan yaitu dilihat dari aspek konsumsi memiliki

masalah. Karena konsumsi masyarakat terhadap pangan dapat dikatakan rendah,

27

karena masih ada masyarakat yang berada pada garis kemiskinan yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Ketahanan pangan dapat tercapai, yaitu

denga kondisi terpenuhinya pangan sampai tingkat individu seseorang

mengkonsumsi pangan. Dalam berita infonawacita.com (02/01/2017) di

Kabupaten Tangerang memiliki sekitar 3,1 juta penduduk yang masih dibawah

garis kemiskinan. Rata-rata penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan

bermukim di kawasan pesisir. Mayoritas mata pencarian penduduk miskin adalah

berupa nelayan dan petani penggarap sawah maupun tambak milik orang lain.

Keempat, belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan

masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Kepala seksi ketersediaan dan

Kerawanan Pangan Kabupaten Tangerang pada tanggal 1 Februari 2018, bahwa

memang benar jika di Kabupaten Tangerang masih belum beragam dalam

pangannya, karena masih bergantung dengan beras. Oleh karena itu sulit untuk

mengubah makanan pokok beras, karena masyarakat sudah terbiasa memakan

nasi. Kepala Bidang Ketahanan Kabupaten Tangerang, mengatakan bahwa dilihat

dari pola konsumsi masyarakat Kabupaten Tangerang, beras masih menjadi salah

satu bahan makanan pokok yang dominan dan dikonsumsi setiap hari. Tingkat

ketergantungan masyarakat pada bahan pangan beras masih tinggi. Hal ini

mengakibatkan pola konsumsi pangan masyarakat tidak berimbang, belum sesuai

dengan harapan yaitu dengan keanekaragaman konsumsi masyarakat dengan

mengkonsumsi makanan selain beras, seperti konsumsi umbi-umbian dan pangan

hewani seperti daging daging unggas, telur, susu dan ikan. Jika dibandingkan

dengan negara tetangga seperti Malaysia dan juga Thailand, tingkat konsumsi

28

beras di negara Indonesia memang masih sangat tinggi salah satunya di

Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang, jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang semakin meningkat

sejak tahun 2009 sebesar 2.565.277 jiwa meningkat sampai dengan tahun 2013

yaitu 3.157.780 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,07 persen per

tahun dalam kurun waktu 4 tahun dan tingkat konsumsi beras 109 kg/kapita/tahun

(tahun 2012). Maka, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan menempatkan beras,

daging dan telur sebagai komoditas utama. Oleh karena itu, untuk menekan

konsumsi beras, diharapkan masyarakat untuk mulai beragam konsumsi

makannya dengan memakan selain beras. Seperti jagung, singkong.

Kelima, kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian. Banyak

generasi muda yang lebih tertarik dan bekerja pada sektor lainnya dibandingkan

dengan pertanian. Banyak penyebabnya, seperti jika berkerja di sektor pertanian

tidak mampu menopang masa depan, akses lahan dan modal yang terbatas, dan

minimnya berbagai dukungan lain bagi generasi muda. Ini menyebabkan potensi

pertanian tidak bisa digarap optimal. Menurut Kepala Bidang Ketahanan

Kabupaten Tangerang yang dikatakan kepada peneliti pada pada tanggal 12 Maret

2018, mengatakan para generasi muda saat ini mengapa minatnya berkurang,

karena mereka beranggapan bahwa pekerjaannya petani tidak menarik dan masa

depannya tidak menjanjikan. Walaupun sekarang petani sudah masuk kedalam

industrialisasi pertanian dan sudah modern, tetapi sektor ini semakin kurang

diminati dan selalu kalah bersaing dengan sektor lain.

29

Dengan kurang minatnya generasi muda terhadap pertanian, menyebabkan

jumlah petani yang menurun. Menurut data BPS Kabupaten Tangerang setiap

tahunnya jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai petani mengalami penurunan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.13

Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja sebagai Petani di Kabupaten

Tangerang Tahun 2013-2016

Tahun Jumlah

2013 96.028

2014 83.355

2015 63.997

2016 63.997

(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2017)

Pada Tahun 2013 dan 2014 jumlah petani mengalami penurunan sebanyak

13,1%. Kemudian tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan 23,2%. Tetapi

pada tahun 2015 dan 2016 jumlah petani stagnan atau berada pada jumlah yang

sama tanpa adanya kenaikan maupun penurunan. Berkurangnya jumlah petani,

juga merupakan satu permasalahan di Kabupaten Tangerang karena dapat menjadi

kendala dalam upaya meningkatkan peran sektor pertanian. Berdasarkan Renstra

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2018, karena permasalahan

dalam pertanian seperti belum berkembangnya jasa pelayananan untuk akses

30

moda, dan teknologi, kondisi tersebut akhirnya kurang menarik minat generasi

muda untuk berkerja di bidang pertanian.

Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, dan ketahanan pangan

merupakan isu strategis yang menjadi perhatian saat ini, maka peneliti tertarik

untuk meneliti “Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam

Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba

mengidentifikasikan permasalahan ketahanan pangan. identifikasi masalah

penelitian ini dikelompokkan menjadi masalah internal dan eksternal, yaitu

sebagai berikut :

1. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di

wilayah Kabupaten Tangerang.

2. Jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian yang masih

kurang.

3. Angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.

4. Belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan

masyarakat.

5. Kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian di

Kabupaten Tangerang

31

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah, peneliti

memiliki keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh, oleh karena

itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya hanya pada strategi Dinas Pertanian

dan Ketahanan Kabupaten Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada identifikasi masalah yang dikemukakan di atas,

maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian, yaitu “bagaimana Strategi

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan

di Kabupaten Tangerang?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan peneliti melakukan

penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang penulis harapkan berdasarkan judul “Strategi Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di

Kabupaten Tangerang” ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran

dalam rangka pengembangan Ilmu Administrasi Publik dan ilmu

32

sosial pada umumnya, terutama mengenai teori strategi dan hal

yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai media pembelajaran dan juga untuk menambah

wawasan serta ilmu pengetahuan terhadap teori strategi

ketahanan pangan.

b. Bagi Instansi

Dengan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan

informasi dan masukan terhadap pihak Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang untuk program

ketahanan pangan.

c. Untuk peneliti lain

Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalan penelitian menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisikan mengenai latar belakang masalah

yang menjadi dasar penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara

praktis maupun teoritis, serta sistematika penulisan.

33

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi teori, penelitian terdahulu, kerangka

berpikir, dan asumsi dasar. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang

pendapat ahli mengenai teori-teori yang relevan terhadap masalah

penelitian. Penelitian terdahulu berisi penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti lain serta relevan dengan judul skripsi. Kemudian, peneliti

membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti

sebagai kelanjutan dari deskripsi teori. Setelah itu, dibuatlah asumsi dasar

penelitian yang merupakan rumusan dari kajian teori serta kerangka

berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian, ruang

lingkup penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data informan penelitian, teknik analisis data, dan jadwal

penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi mengenai data yang berhubungan dengan masalah

penelitian, berupa deskripsi lokasi penelitian, dan pembahasan observasi

hasil wawancara lengkap dengan analisisnya. Pembahasan hasil penelitian

ini menggunakan teknik analisis SWOT.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan mengenai

strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan

34

ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang. dan juga berisi saran dari

peneliti yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penelitian

skripsi.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bagian ini berisi lampiran hasil dokumentasi lapangan, matriks,

wawancara, surat ijin penelitian, dan data-data penunjang lainnya yang

berkaitan dengan penelitian skripsi.

35

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Kajian teori dibutuhkan untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan

yang telah dipaparkan pada Bab 1 (satu), serta untuk mengetahui indikator-

indikator apa saja yang relevan dengan permasalahan yang ada. Teori adalah

seperangkat konstruk (konsep) definsi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat

fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antara variabel,

sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Neuman

dalam Sugiyono 2009:52). Untuk itu teori dalam penelitian sangatlah diperlukan

karena semua penelitian bersifat ilmiah.

Dalam penelitian Stategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam

Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang ini, kajian yang

digunakan dan relevan dengan judul adalah pendekatan mengenai manajemen

strategis. Dimana dalam ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang sangat

dibutuhkan strategi yang baik dan mampu dilaksanakan oleh pihak-pihak atau

stakeholder yang bertanggung jawab untuk mengemban tugas tersebut dan sesuai

dengan Tugas Pokok dan Fungsi dinas dalam hal ini yaitu Dinas Pertanian dan

Ketahan Pangan Kabupaten Tangerang.

35

36

2.1.1 Konsep Organisasi Publik

Istilah Organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Organon" dalam

bahasa Latin yaitu "Organum" yang berarti alat, bagian, anggota, atau badan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah kesatuan yang terdiri

atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-

orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,

terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang,

material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain

sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan

organisasi (Kanto, 2017:237).

Robbins dalam Kanto (2017:237) menyatakan bahwa Organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan

yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus

untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Konsep ini menunjukkan adanya produk-produk yang bersifat kolektif dan

harus diupayakan secara kolektif pula. Untuk organisasi publik, tujuannya

biasanya adalah pelayanan masyarakat yang prima dan transparansi/akuntabilitas.

Menurut Fahmi (2015:1) organisasi publik merupakan sebuah wadah yang

memiliki multi peran dan didirikan dengan tujuan mampu memberikan serta

mewujudkan keinginan berbagai pihak, dan tidak terkecuali kepuasan bagi

pemiliknya. Sedangkan menurut Robbins dalam Fahmi (2013:2), organisasi

publik merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan

37

sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang

relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Pengertian organisasi publik berkenaan dengan proses pengorganisasian.

2.1.2 Definisi Manajemen

Istilah Manajemen berasal dari kata to manage berarti control. Dalam

bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-

sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan,

Stoner dalam Handoko (2003:8). Menurut Hasibuan dalam bukunya manajemen

(2006:9) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

dan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. G.R Terry berpendapat:

“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang

telah ditentukan melalui pemanfataan sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya.”(Sucahyowati, 2017: 5)

Pengertian manajemen didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung dari

titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat definisi. Secara umum

pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh

hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara

menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Pengelolaan pekerjaan itu sendiri

terdiri dari bermacam ragam, misalnya berupa pengelolaan industri, pemerintahan,

38

pendidikan, pelayanan sosial, olahraga, kesehatan, keilmuan dan lain-lain. Bahkan

hampir setiap aspek kehidupan manusia memerlukan pengelolaan. Oleh karena itu

manajemen ada dalam setiap aspek kehidupan manusia dimana berbentuk suatu

kerja sama organisasi.

Fungsi manajemen adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis

pekerjaan yang dapat digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk

suatu kesatuan administratif. George R. Terry dalam Handayaningrat (2001:25)

dengan bukunya Principle of Managemet menggunakan pendekatan proses

daripada manajemen, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan-

kenyataan, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan

waktu yang akan datang (future) dalam menggambarkan dan merumuskan

kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya

hasil yang dikehendakinya”.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah menentukan, mengelompokkan dan pengaturan

berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan, penugasan

orang-orang dalam kegiatan ini, dengan menetapkan faktor-faktor lingkungan

fisik yang sesuai, dan menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan

terhadap setiap individu yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

39

3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating)

Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua anggota kelompok suka

melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada

perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasiannya.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus diselesaikan yaitu:

pelaksanaan, penilaian pelaksanaan bila perlu melakukan tindakan korektif agar

supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana yaitu sesuai dengan standar.

2.1.3 Definisi Strategi

Pada masa sekarang ini, kata strategi sudah menjadi bagian integral dari

aktivitas organisasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya (tantangan

perubahan ekonomi, sosial, budaya, teknologi, konsumen, suplier, dan terutama

persaingan) sehingga strategi tidak lagi terbatas bagi keperluan kalangan militer

saja.

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh

para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Selain definisi-definisi

strategi yang sifatnya umum tersebut, ada juga pengertian strategi yang lebih

khusus, seperti yang diungkapkan oleh dua pakar strategi, Hamel dan Prahalad.

Menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2001:31) memberikan pengertian:

“Strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat)

dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa

yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,

strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa

yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan

pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).

Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.”

40

Mulyadi (2001:72) berpendapat bahwa strategi adalah pola tindakan utama

yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Untuk menjamin

agar strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan bukan saja dipercaya oleh

orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, Hatten (1996: 108-109)

memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut :

a) Strategi harus konsisten dengan lingkungan, strategi dibuat

mengikuti arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang

memberi peluang untuk bergerak maju.

b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung

pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang

dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi

yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua

strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.

c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan

semua sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang

lain. Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu

organisasi seringkali mengklaim sumberdayanya, membiarkannya

terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang

tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.

d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang

merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru

adalah kelemahannya. Selain itu hendaknya juga memanfaatkan

kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat

untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.

e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah

sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang

layak dapat dilaksanakan.

f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu

besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah

berhati-hati, sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke lubang

yang lebih besar. Oleh karena itu strategi hendaknya selalu dapat

dikontrol.

g) Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang

telah dicapai. Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi

ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang

terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit dalam

organisasi.

Berdasarkan definisi strategi yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa strategi merupakan cara yang digunakan untuk mencapai

41

tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi dengan melakukan prioritas dan

kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.4 Pengertian Manajemen Strategi

Manajemen Strategik adalah sekumpulan keputusan manajerial dan aksi

pengambilan keputusan jangka panjang didalam perusahaan. Hal ini termasuk

analisis lingkungan (lingkungan eksternal dan internal), formulasi strategi,

implementasi strategi, dan evaluasi dan kontrol (Wheelen dan Hunger, 2012:53).

Manajamen strategi juga merupakan suatu rencana yang disusun dan dikelola

dengan memperhitungkan berbagi sisi dengan tujuan agar pengaruh rencana

tersebut bisa memberikan dampak positif bagi organisasi tersebut secara jangka

panjang.

Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan

komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan atau organisasi

untuk mencapai strategic competitiveness dan menghasilkan keuntungan diatas

rata-rata (Kuncoro, 2006:13). Dari tahapan proses manajemen strategik tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan

keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana

yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategik

melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa depan

serta rumit dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka partisipasi

manajemen puncak sangat penting (Pearce dan Robinson, 2011:21).

Menurut Dengan pendekatan manajemen strategik, manajer pada semua

tingkatan perusahaan berinteraksi dalam perencanaan dan implementasinya.

42

Sebagai akibatnya, konsekuensi perilaku manajemen strategik serupa dengan

pengambilan keputusan partisipatif. Oleh karena itu, penilaian yang akurat

mengenai dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi tidak hanya

memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non keuangan pengukuran

dampak berbasis perilaku (Pearce dan Robinson, 2011:13).

Manajemen strategik adalah serangkaiann keputusan tindakan mendasar

yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Manajemen

strategik adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluaian

keputusan lintas fungsional yang memungkinkan suat perusahaan mencapai

sasarannya.

Menurut Hunger dan Wheleen (2003:4) “strategic management is that a

seat of managerial decicisions and actions that determines the long-run

performance of a corporation.” Artinya, manajemen strategik adalah serangkaian

keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam

jangka panjang.

Pada hakikatnya manajemen strategik adalah proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan strategi yang efektif

atau membantu perusahaan mencapai tujuannya. Dengan demikian, terdapat dua

hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu sebagai berikut.

a. Manajemen strategik terdiri atas tiga proses (1) pembuatan strategi,

meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang,

pengidentifikasian peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan

43

kelemahan perusahaan, pengembangan alternatif strategi dan penentuan

strategi yang sesuai untuk diadopsi; (2) penerapan strategi meliputi

penentuan sasaran operasi tahunan, kebijakan organisasi, pemotivasian

anggota dan pengalokasian sumber daya agar strategi yang telah

ditetapkan dapat diimplementasikan; (3) evaluasi/kontrol strategi,

mencaup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil pembuatan dan

penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan

serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.

b. Peran manajemen strategik: meraih tujuan yang diinginkan oleh

perusahaan. Dengan manajemen strategik, setiap unit atau bagian yang

ada diperusahaan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

sebaik mungkin. Apalagi melihat perkembangan zaman sekarang ini

bahwa setiap organisasi perusahaan telah melakukan ekspansi pasar

untuk mendapatkan keuntungan besar. Semua itu memerlukan langkah

strategik dan taktik yang tepat.

Secara umum, konsep-konsep strategik memperoleh perhatian serius

dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi terlibat lebih dari satu elemen

pembentuk keadaan dan berbagai penampilan organisasi sejenis lainnya sebagai

kompetitor.

Apabila decicion making dan planning merupakan fungsi manajemen,

begitu juga peranan pengambilan keputusan strategik dan perencanaan strategik

pada manajemen strategik. Pertama, manajemen strategik bertugas membuat

keputusan strategik membuat ketetapan tujuan dan sasaran. Manajemen strategik

44

menetapkan tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk masa mendatang, dan

menentukan orang-orang yang melakukannya serta tindakannya. Setelah itu,

manajemen strategik meninjau, menggerakkan aktivitas operasional total pihak-

pihak yang bertanggung jawab, yang terlibat dalam pencapaian tujuan dan

sasaran. Singkatnya, manajemen strategik berfungsi membuat keputusan strategik,

menyusun rencana strategik, serta untuk peninjauan atau evaluasi strategik.

2.1.5 Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi adalah proses enam langkah yang memadu

perencanaan, implementasi, dan evaluasi strategi. Walaupun empat langkah yang

pertama menjelaskan perencanaan yang harus dilakukan, implementasi dan

evaluasi juga sama pentingnya. Bahkan strategi terbaik pun dapat saja gagal bila

manajemen tidak mengimplementasikan atau mengevaluasinya secara layak.

Gambar 2.1

Proses Manajemen Strategi (Robbins dan Coulter, 2013)

Mengidentifikasi

misi, tujuan dan

strategi

organisasi saat ini

45

Langkah 1: Mengidentifikasi Misi, Tujuan dan Strategi Organisasi saat ini

Setiap organisasi membutuhkan misi-sebuah pernyataan tentang tujuannya.

Mengidentifikasikan sebah misi akan memaksa manajer untuk megidentifikasi apa

yang harus dilakukan organisasi dalam menjalankan bisnis. Penting bagi manajer

untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi saat ini. Karena manajer akan

mempunyai dasar untuk menilai apakah mereka perlu berubah.

Langkah 2: Melakukan Analisis Eksternal

Menganalisis lingkungan tersebut merupakan langkah kritis dalam proses

manajemen strategik. Sebagai contoh, manajer melakukan analisis eksternal untuk

mengtahui apakah persaingan sedang dilakukan, apakah peraturan legislatif yang

tertunda dapat mempenharuhi perusahaan, atau seperti apa pasokan tenaga kerja di

lokasi beroperasinya. Dalam analisis eksternal, manajer harus memeriksa

lingkungan khusus dan umum untuk melihat tren serta perubahan. Setelah

menganalisis lingkungan, manajer harus menunjukkan peluang apa yang dapat

dieksploitasi perusahaan dan ancaman yang harus diatasi atau diredam. Peluang

adalah tren positif dalam lingkungan eksternal; sementara ancaman adalah tren

negatif.

Langkah 3 Melakukan Analisis Internal

Analisis internal memberikan informasi penting mengenai sumberdaya dan

kapabilitas khusus organisasi. Sumber daya perusahaan adalah aset-keuangan,

fisik, manusia, dan tak berwujud yang digunakan untuk mengembangkan,

membuat, dan mengantarkan produk kepada pelanggannya. Pada sisi lain,

kapabilitas adalah keterampilan dan kapabilitas dan melakukan aktivitas kerja

46

yang diperlukan dalam bisnis “bagaimana” mengerjakannya. Kapabilitas

menciptakan nilai yang utama bagi organisasi adalah mengetahui kompetensi

intinya baik sumber daya maupun kompetensi utama akan menentukan senjata

kompetitif organisasi.

Setelah menyelesaikan analisis internalnya, manajer harus mampu

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi. Semua aktivitas organisasi

yang dikerjakan dengan baik atau sumberdaya yang unik disebut kekuatan.

Sementara itu, kelemahan adalah aktivitas organisasi yang tidak dilakukan dengan

baik atau sumber daya yang diperlukan tetapi belum dimiliki.

Langkah 4: Memformulasikan Strategi

Pada saat memformulasikan strategi, manajer harus mempertimbangkan

realitas lingkungan ekternal dan sumber daya yang tersedia serta kapabilitas dan

mendesain srategi yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya.

Langkah 5: Mengimplementasikan Strategi

Setelah diformulasikan, strategi harus diimplementasikan. Tidak peduli

seberapa efektif sebuah organisasi telah merencanakan strateginya, kinerja tetap

saja akan buruk jika strategi tidak diimplementasikan dengan benar.

Langkah 6: Mengevaluasi Hasil

Langkah terakhir dalam proses manajemen strategik adalah mengevaluasi

hasil. Seberapa efektif strategi telah membantu organisasi mencapai tujuannya?

Penyesuaian apa yang dibutuhkan? Setelah menilai hasil strategi sebelumnya dan

menentukan bahwa memang diperlukan perubahan.

47

Penggabungan langkah dua dan tiga diatas, menghasilkan penilaian terhadap

sumber daya internal dan kemampuan organisasi tersebut dengan berbagai

peluang dilingkungan eksternalnya yang kemudian disebut dengan analisis

SWOT. Setelah menyelesaikan analisis SWOT, manajer telah siap

memformulasikan strategi yang tepat yaitu strategi yang (1) menggali kekuatan

organisasi dan peluang eksternal, (2) menyangga atau melindungi organisasi dari

ancaman eksternal, atau (3) memperbaiki kelemahan yang kritis (Robbins dan

Coulter, 2013:214-217).

2.1.6 Analisis SWOT

Menurut Griffin (2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan

(strengths) dan kelemahan (weaknesess) internal suatu organisasi yang dilakukan

secara berhati-hati, dan juga evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, stategik terbaik untuk mencapai

misi suatu organisasi adalah dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan

suatu organisasi, dan pada saat yang sama (2) menetralisasikan ancamannya, dan

(3) menghindari atau memperbaiki kelemahannya.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threaths). (Rangkuti, 2009:18)

Menurut Pearce & Robinson (2011:201-202) kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman adalah:

48

“Kekuatan (Strenght) merupakan sumber daya atau kapabiltas yang

dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat

perusahaan relatif lebih ungguk dibandingkan pesaingnya dalam

memenuhi kebutuhan. Kelemahan (Weaknesses) merupakan keterbatasan

atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu

perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yaitu menjadi hambatan dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Peluang (Opportunity)

merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu

perusahaan. Tren utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi

atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan teknologi, dan

membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat menjadi

peluang perusahaan. Ancaman (threats) merupakan situasi utama yang

tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman

merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai saat ini

atau yang diinginkan.”

SWOT dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi

yang berorientasi profit maupun non profit dengan tujuan utama untuk

mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komperhesif.

Gambar 2.2

Mengidentifikasi Peluang-Peluang Organisasi

(Sumber: Fahmi, 2015:252)

Sumber

daya/kemampuan

-kemampuan

organisasi

Peluang-peluang di

lingkungan tersebut Peluang-

peluang

organisasi

49

Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat

faktor internal dan faktor eksternal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT.

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities dan

threats (O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-

kondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam

pembuatan keputusan perusahaan.

b. Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strenght and

weaknesses (S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi

yang terjadi didalam perusahaan, yang dimana turut mempengaruhi

terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan.

Gambar 2.3

Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan dalam perspektif SWOT

a. Faktor Eksternal

Opportunities Threats Kondisi Perusahaan

(peluang) (ancaman) yang baik

Opportunities Threats Kondisi Perusahaan

(peluang) (ancaman) yang tidak baik

b. Faktor Internal

Strenghts Weaknesses Kondisi Perusahaan

(kekuatan) (kelemahan) yang baik

Strenghts Weaknesses Kondisi Perusahaan

(kekuatan) (kelemahan) yang tidak baik

(Sumber: Fahmi, 2015:252)

50

Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh

apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa “SWOT”

merupakan akronim untuk kata-kata “Strengths” (kekuatan), “Weaknesses”

(kelemahan), “Oportunities” (peluang) dan “Threats” (ancaman). (Sondang P.

Siagian, 2008:172). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths)

Yaitu memiliki kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang

berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran.

Dikatakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber, keterampilan, produk

andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam

memuaskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan dilayani oleh

satuan usaha yang bersangkutan.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan

kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi

yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan

kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau

tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang

tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminati oleh

para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang

kurang memadai.

51

3. Peluang (Oportunities)

Yaitu berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan

bisnis yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Yang dimaksud dengan berbagai

situasi tersebut antara lain adalah kecenderungan penting yang terjadi di kalangan

pengguna produk, identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat

perhatian, perubahan dalam kondisi persaingan, perubahan dalam peraturan

perundang-undangan yang membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan

berusaha, hubungan dengan pembeli yang “akrab”, hubungan dengan pemasok

yang “harmonis”.

4. Ancaman (Threats)

Yaitu faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan

bisnis. Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi “ganjalan” bagi satuan bisnis

yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Berbagai

contohnya adalah masuknya pesaing baru di pasar yang sudah dilayani oleh

satuan bisnis, Pertumbuhan pasar yang lamban, Meningkatnya posisi tawar

pembeli produk yang dihasilkan, menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah

atau bahan baku yang diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk

tertentu, perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai, perubahan

dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.

52

Format menganalisis dan menentukan keputusan strategis dengan

pendekatan Matrik SWOT.

Tabel 2.1

Format Menganalisa dan Menetuka Keputusan Strategis dengan Pendekatan

Matrik SWOT

Strenght (S)

(Kekuatan)

Weaknesses (W)

(Kelemahan)

Opportunities (O)

(Peluang)

Strategi untuk

SO

Strategi untuk

WO

Threats (T)

(Ancaman)

Strategi untuk

ST

Strategi untuk

WT

(Sumber: Fahmi, 2015:264)

Dalam hal ini Iskandar Putong mengatakan bahwa, berdasarkan nilai

peringkat dan pembobotan yang kemudian dikalikan akan diperoleh hasil

kombinasi antara beberapa situasi sebagai berikut:

1. (Kekuatan, Peluang atau S, O) artinya perusahaan menentukan strategi

berdasarkan kombinasi kekuatan dan kesempatan yang bisa

memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan peluang sebaik-baiknya.

2. (Kelemahan, Peluang atau W, O) artinya perusahaan harus membuat

strategi bagaimana meminimalkan kelemahan yang selalu muncul dalam

perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang menguntungkan.

53

3. (Kekuatan, Ancaman atau S, T) artinya perusahaan bisa memanfaatkan

kekuatan baik dalam hal management, sistem pemasaran maupun

kemampuan finansial untuk mengatasi ancaman.

4. (Kelemahan, Ancaman atau W, T) artinya perusahaan harus

meminimalkan kelemahann dan menghindari ancaman.

Tabel 2.2

Matrik Analisis SWOT

Strenght (S)

Daftar semua kekuatan yang

dimiliki

Weakness (W)

Daftar semua kelemahan yang

dimiliki

Opportunities (O)

Daftar semua peluang yang

dapat diidentifikasi

Strategi (SO)

Gunakan semua kekuatan yang

dimiliki untuk memanfaatkan

peluang yang ada.

Strategi (WO)

Atasi semua kelemahan

dengan memanfaatkan semua

peluang yang ada.

Threats (T)

Daftar semua ancaman yang

dapat diidentifikasi

Strategi (ST)

Gunakan semua kekuatan

untuk menghindari semua

ancaman.

Strategi (WT)

Tekan semua kelemahan dan

cegah semua ancaman.

(Sumber: Fahmi, 2015:264)

Strategi WO diperoleh ketika manajemen mencoba memanfaatkan peluang

bisnis yang tersedia untuk mengurangi bahkan mengeliminasi perusahaan yang

ada. Strategi ST serupa dengan strategi WO karena kedua variabel yang tidak

maksimal. Strategi ST lahir dari analisis manajemen yang hendak menggunakan

kekuatan dan keunggulan yang dimiliki untuk menghindari efek negatif dari

ancaman bisnis yang dihadapi. Strategi WT pada dasarnya lebih merupakan

54

strategi bertahan yakni strategi bisnis yang masih mungkin ditemukan dan dipilih

dengan meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman bisnis.

Gambar 2.4

Analisis Diagram SWOT

(Sumber: Irham Fahmi, 2015:266)

Terdapat 8 langkah dalam menyusu matrik SWOT, yaitu:

1. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan

2. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.

3. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.

4. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.

5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan

mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.

6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan

mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.

7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan

mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.

8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan

mencaat resultan strategi T dalam sel yang tepat. (Rangkuti, 2009)

I II

III IV

Peluang Bisnis

Ancaman Bisnis

Sel 2: Strategi Penyehatan

Sel 1: Strategi Agresif

Sel 4: Strategi Bertahan

Sel 3 : Strategi Diversifikasi

Kelemahan

Internal

Kekuatan

Internal

Kritis Subtansial

55

2.1.7 Ketahanan Pangan

Konsep ketahanan pangan (food security) sedikit lebih luas dibandingkan

dengan konsep swasembada pangan dan bahkan kemandirian pangan (Arifin,

2001:50). Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung

dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksebilitas masyarakat terhadap

bahan pangan tersebut (Tambunan 2003:15). Menurut Purwanti (2010:14)

parameter ketahanan pangan rumah tangga yang didasarkan pada definisi

ketahanan pangan dari UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, mempunyai empat

komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan, yaitu :

1. Kecukupan ketersediaan pangan;

2. Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga;

3. Aksesbilitas atau keterjangkauan terhadap pangan;

4. Kualitas atau keamanan pangan.

Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional atau ditingkat

regional, tetapi akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya sangat tidak

merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Aspek distribusi bahan

pangan sampai ke pelosok rumah tangga pedesaaan yang tentunya mencakup

fungsi tempat, ruang, dan waktu juga tidak kalah pentingnya dalam upaya

memperkuat strategi ketahanan pangan. Ketersediaan dan kecukupan pangan juga

mencakup kuantitas dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat

terpenuhi standar kebutuhan kalori dan energi untuk menjalankan aktivitas

ekonomi dan kehidupan sehari-hari.

56

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi

negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia

untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi

(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama

manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.

Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut

membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan

hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja.

Ada beberapa hal penting dalam mengatasi permasalahan pangan di

Indonesia. Permasalahan secara umum mengenai ketahanan pangan adalah jumlah

penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang positif. Dengan

demikian permintaan pangan masih akan meningkat. Peningkatan permintaan

pangan juga didorong oleh peningkatan pendapatan, kesadaran akan kesehatan

dan pergeseran pola makan karena pengaruh globalisasi, serta ragam aktivitas

masyarakat. Di sisi lain, ketersediaan sumber daya lahan semakin berkurang,

karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan lahan antara sektor

pangan dengansektor non pangan. Secara spesifik, permasalahan sehubungan

dengan ketahanan pangan (Purwaningsih, Jurnal 2008:15).

57

adalah penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kekurangan

pangan, yang merupakan cermin dari lemahnya ketahanan pangan (Food

Security) yang dapat menimpa manusia pada berbagai siklus kehidupan dengan

dampak sebagai terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.5

Dampak Kekurangan Pangan pada Pengembangan Fisik, Kesehatan dan Sosial

(Sumber : Susanto dkk, 2006: 242-243)

Menyongsong World Food Summit dan target Millenium Development

goal, UNCHR (United Nations High Commissioner for Refugees) sebagai

eksekutor hak asasi atas kecukupan pangan dengan tegas menyatakan: food comes

first. Makanan menjadi prioritas utama. Bila pendidikan merupakan penyuapan

pikiran, maka makanan merupakan penyuapan tubuh. Sebelum otak dapat

berpikir, tubuh harus mendapatkan makanan terlebih dahulu.

Kelaparan

Kekurangan Gizi

Penurunan berat

badan dan

penghambatan

pertumbuhan

Kelelahan

Sakit kepala

Mudah tersinggung

Tidak mampu

berkonsentrasi

Sering masuk angin

Bila berlanjut

menyebabkan kekurangan

gizi (malnutrition)

Menekan pengembangan

intelektual dan fisik anak-

anak

Daya tahan terhadap

penyakit rendah

Angka kematian karena

melahirkan tinggi

58

World Bank (1996) mendefinisikan ketahanan pangan (food security)

sebagai akses terhadap kecukupan pangan bagi semua orang pada setiap saat

untuk memperoleh tubuh yang sehat dan kehidupan yang aktif. Ketahanan pangan

mencakup produksi dan ketersediaan pangan, distribusi dan keterjangkauan oleh

semua orang, konsumsi individual untuk memenuhi kebutuhan gizi, dan monitor

kekurangan pangan (food insecurity). Ketahan pangan merupakan alat untuk

mewujudkan penerapan hak asasi terhadap kecukupan pangan, yang meliputi

kecukupan semua zat-zat gizi dibutuhkan untuk proses metobalisme seluler yang

normal dan juga bebas dari zat-zat kimia yang berbahaya.

Ketahanan pangan yang lemah atau food insecurity disebabkan oleh

berbagai faktor menurut Susanto dkk, (2006: 242-243):

1. Produksi hasil pertanian pangan yang rendah menyebabkan pasokan

pangan yang rendah. Faktor ini dapat merupakan akibat dari alam atau

iklim yang tidak mendukung dan kesalahann pengelolaan produksi

pertanian pangan.

2. Kekurangan pangan (famine) yang bisa disebabkan oleh bencana alam

atau akibat ulah manusia.

3. Faktor sosial dan politiik yang meliput peperangan dan pengungsian (civil

unrest) ketimpangan ekonomi makro rancangan urban dan sustainability;

pertumbuhan populasi penduduk; penanganan kesehatan sistem pangan;

kerusakan lingkungan dan pendidikan.

Selain itu, ketergantungan pada satu jenis pangan seperti beras disebabkan

antara lain adanya konsep staple food yaitu makanan pokok. Konsep ini membuat

usaha produksi pangan pertanian pangan terfokus pada satu jenis pangan saja

yaitu beras.

59

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan peninjauan terhadap

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa skripsi, jurnal, maupun

tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Dengan rujukan

tersebut diharapkan mampu membentuk kerangka berpikir dalam melakukan

kajian. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan

penelitian yang dilakukan.

Penelitian Pertama, yaitu diambil dari jurnal Jurnal Administrasi Publik

(JAP), Vol.3, No. 10, Hal. 1792-1786, dengan judul “Strategi Pemerintah Daerah

dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Daerah (Studi Pada Kabupaten Malang)”

oleh Yanuar Fiandana, Mochammad Makmur, Imam Hanafi Jurusan Administrasi

Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang pada Tahun

2015. Fokus dalam penelitian ini ialah: (1) Strategi pemerintah daerah dalam

meningkatkan ketahanan pangan daerah; (2) Faktor-faktor kekuatan (Streghts),

kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) strategi

pemerintah Kabupaten Malang dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah.

Jenis penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis yang digunakan dengan

menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)

terbagi dalam 4 matriks yakni strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi

WT.

Hasil Penelitian ini, yaitu dengan menggunakan mastriks SWOT Pemerintah

Kabupaten Malang melalui Badan Ketahanan Pangan Pelaksana dan Penyuluhan

60

(BKP3) telah berupaya dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah melalui

pengembangan lumbung pangan, mempercepat penganekaragaman konsumsi

pangan dan gizi, membentuk Dewan Ketahanan Pangan, pengembangan desa

mandiri pangan.

Sedangkan peneliti saat ini berusaha mengetahui sejauh mana strategi yang

diterapkan dalam ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan.

Seperti strategi lumbung pangan, Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jika sudah,

maka dapat mengetahui kendala apa yang menghambat dalam pelaksanaan

tersebut. Apakah strategi yang diterapkan sesuai dengan kondisi wilayah

Kabupaten Tangerang.

Penelitian kedua, yaitu diambil dari jurnal Gizi Pangan Volume 11, Nomor

1, Maret 2016 yang berjudul “Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan dinas

Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan” oleh Dini Maharani

Arum Rimadianti, Arief Daryanto, Yayuk Farida Baliwati pada Tahun 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi ketahanan pangan,

menganalisis faktor eksternal dan internal yang memengaruhi ketahanan pangan

serta merumuskan strategi guna meningkatkan kondisi ketahanan pangan di Kota

Tangerang Selatan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analisis deskriptif pada data

sekunder digunakan untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan di Kota

Tangerang Selatan. Analisis IFE dan EFE digunakan untuk merumuskan strategi

peningkatan ketahanan pangan. Analisis SWOT untuk menyusun alternatif

61

strategi dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan

alternatif strategi yang terbaik.

Hasil penelitian ini, yaitu berdasarkan analisis SWOT, maka alternatif

strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ketahanan pangan Kota

Tangerang Selatan adalah melalui peningkatan kerjasama triple helix antara

pemerintah, swasta serta lembaga pendidikan dan penelitian, peningkatan

kerjasama government to government, peningkatan kerjasama government to

business, peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan,

peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi penduduk, pengembangan

pertanian perkotaan, penguatan kelembagaan serta peningkatan kesejahteraan

petani dan pelaku utama. Prioritas strategi yang perlu diambil dalam upaya

peningkatan ketahanan pangan adalah meningkatkan kerjasama triple helix antara

universitas, industri dan pemerintah.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu teori yang digunakan adalah teori

SWOT. Namun, dalam penelitian di atas bukan menggunakan matriks SWOT,

tetapi menggunaka Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk untuk

menyusun alternatif strateginya. Penelitian ketiga, memiliki persamaan yaitu

dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Perbedaannya yaitu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan

peneliti saat ini berusaha untuk mengetahui sejauh mana strategi yang diterapkan

dalam ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan. Serta

pelaksanaan strategi yang dilakukan dalam meningkatkan ketahanan pangan

daerah sudah sesuai atau belum sesuai aspek-aspek ketahanan pangan.

62

Penelitian ketiga, yaitu diambil dari Skripsi dengan judul Strategi Kantor

Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Dalam Mengimplementasikan Kebijakan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal oleh Ari Dwi

Putranto dengan D0106033. Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2010. Tujuaannya yaitu

untuk mengetahui gambaran tentang strategi Kantor Ketahanan Pangan

Kabupaten Boyolali dalam mengimplementasikan kebijakan penganekaragaman

konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Jenis Penelitian ini menggunakan

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil Penelitian ini, yaitu strategi awal yang diambil Kantor Ketahanan

Pangan Kabupaten Boyolali adalah dengan sesegera mungkin menyusun

Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2010 sebagai petunjuk teknis pelaksanaan

penganekaragaman pangan di Kabupaten Boyolali. Hal ini dilakukan karena

Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang percepatan penganekaragaman

pangan berbasis sumber daya lokal dan Peraturan-peraturan di tingkat bawahnya

baru terbit pada pertengahan tahun 2009, sehingga Kantor Ketahanan Pangan

Kabupaten Boyolali segera menindak lanjutinya dengan segera menyusun

Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2010 tersebut agar kebijakan segera dapat

dijalankan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah ruang lingkup

disetiap penelitian mengangkat tema yang sama tentang ketahanan pangan.

Penelitian pertama, persamaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian

63

dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Teori dan

teknih analisis data yang digunakan menggunakan teknik analisis SWOT.

Perbedaannya adalah lokasi atau tempat penelitian yang berbeda. Sedangkan

peneliti saat ini berusaha mengetahui sejauh mana strategi yang diterapkan dalam

ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan. Maka. dapat

mengetahui kendala apa yang menghambat dalam pelaksanaan tersebut. Apakah

strategi yang diterapkan sesuai dengan kondisi wilayah Kabupaten Tangerang dan

juga sesuai atau belum dengan aspek-aspek ketahanan pangan.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan alur pemikiran

peneliti mengenai fokus penelitian yaitu Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang. Dalam

penyusunan kerangka berpikir, peneliti menggunakan teori analisis SWOT

“Strengths” (kekuatan), “Weakness” (kelemahan), “Oportunities” (peluang) dan

“Threats” (ancaman). (Sondang P. Siagian, 2008:172).

Dengan mengacu kepada analisis SWOT tersebut, maka diharapkan dapat

membuat sebuah strategi alternatif untuk meningkatkan Ketahanan Pangan di

Kabupaten Tangerang. Peneliti diharapkan mampu melakukan analisis dilapangan

secara lebih mendalam dan mampu menemukan jawaban atas rumusan masalah

dalam penelitian ini. Untuk menggambarkan alur pemikiran peneliti dapat terlihat

dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

64

Gambar 2.6

Kerangka Berpikir Penelitian

.

(Sumber : Peneliti, 2018)

Analisis SWOT

1. Strenght (kekuatan

2. Weaknesses (Kelemahan)

3. Opportunities (peluang)

4. Threats (ancaman)

(Sondang P. Siagian, 2008:172)

Output

Mengetahui Strategi Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan

dalam Meningkatkan Ketahanan

Pangan di Kabupaten Tangerang.

Permasalahan:

1. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di

wilayah Kabupaten Tangerang.

2. Jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) penyuluh pertanian yang masih

kurang.

3. Angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi.

4. Belum meningkatnya kualitas keanekaragam konsumsi pangan

masyarakat.

5. Kurangnya minat generasi muda terhadap bidang pertanian di Kabupaten

Tangerang

Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan dalam Meningkatkan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang

Feedback

Merumuskan strategi

alternatif untuk

meningkatkan ketahanan

pangan Kabupaten

Tangerang sesuai dengan

masalah yang sedang

dihadapi

65

2.4 Asumsi Dasar

Berdasarkan hasil observasi awal, permasalahan yang ada dan kerangka

berpikir yang telah dipaparkan terhadap fokus penelitian, maka peneliti berasumsi

bahwa Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam Meningkatkan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang belum berjalan optimal.

66

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Usman dan Purnomo (1996:42) menyatakan bahwa metode adalah suatu

prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah

sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian

dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau

dari sudut filsafat metodologi penelitian merupakan epistemologi penelitian, yaitu

menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.

Menurut Hasan (2002:21) metode penelitian adalah tata cara bagaimana

suatu penelitian dilaksanakan. Penentuan metode penelitan ini tidak dapat

dipisahkan dari tujuan dan rumusan masalah. Jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, hal ini dapat dilihat melalui judul penelitian. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Format

desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format

verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode

kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran

secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan

gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89). Digunakannya metode kualitatif

dimaksudkan untuk menemukan dan memahami apa yang ada di balik fenomena

yang akan diteliti. Metode kualitatif dapat memberikan rincian fenomena (the

66

67

detail of phenomenon) yang sulit diungkapkan dalam metode kuantitatif. Menurut

Creswell (2016:250) penelitian kualitatif juga memiliki rancangan penelitian yang

spesifik. Rancangan ini utamanya terkait dengan pengumpulan data, analisis data,

dan laporan penelitian, tetapi tetap berasal dari berbagai disiplin dan terus

berkembang dinamis sepanjang proses penelitian.

Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang

mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami

dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi ingkah laku manusia dalam

situasi tertentu menrut perspektif peneliti sendiri. Responden dalam metode

kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan (purposive) sampai data

yang dikumpulkan dianggap memuaskan.

3.2 Ruang Lingkup /Fokus Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan bagian yang membatasi dan

menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang

lingkup penelitian digunakan sebagai batasan penelitian, agar terfokus pada fokus

penelitian. Dengan itu, maka ruang lingkup penelitian diharapkan dapat

memudahkan peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan,

yaitu mengenai “Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam

meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang”.

Pembatasan ruang lingkup penelitian didasarkan pada pemaparan yang

terdapat pada latar belakang masalah, dimana dijabarkan secara ringkas dalam

identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan secara mendalam, fenomena terkait bagaimana Dinas Pertanian

68

dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang membuat strategi Ketahanan

Pangan.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan mengenai locus penelitian yang akan

dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.

Lokasi Penelitian ini berokasi di Kabupaten Tangerang, khususnya di Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang. Alasan mengapa peneliti

memilih di Kabupaten Tangerang, karena Kabupaten Tangerang merupakan salah

satu Kabupaten di Provinsi Banten yang mengalami alih fungsi lahan pertanian

setiap tahunnya tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lainnya,

seperti yang telah dipaparkan di latar belakang masalah, maka dari itu peneliti

ingin meneliti tentang bagaimana Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang berkaitan

dengan strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan

Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang. Adapun teori yang digunakan

adalah Analisis SWOT Sondang P. Siagian, yang terdiri dari:

1. Strenght (kekuatan)

2. Weakness (kelemahan)

3. Oportunities (peluang)

4. Threats (tantangan)

69

Indikator strategi anallisis SWOT yang telah disebutkan diatas, dianggap

releven, rasional dan tepat dalam menjawab permasalahan yang ada pada

Strategi Ketahanan Pangan ini.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian

dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Pada penelitian Strategi Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di

Kabupaten Tangerang, teori yang digunakan adala teori analisis SWOT, berikut

rincian dari dimensi dan indikator pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara

Dimensi Deskripsi Pertanyaan

Analisis SWOT Menganalisis faktor

internal dan eksternal

dengan menggunakan

analisis SWOT

Menganalisis faktor internal dan

eksternal, yaitu:

1. Kekuatan apa saja yang dimiliki?

2. Kelemahan apa saja yang

dimiliki?

3. Peluang apa saja yang dimiliki?

4. Ancaman apa saja yang dimiliki?

Setelah mengetahui faktor internal dan

ekternal maka akan menemukan masalah

dari 4 (empat) sisi yang berbeda, yang

kemudian akan dianalisis dengan

menggunakan matriks SWOT.

Strategi dalam

meningkatkan

ketahanan

pangan

Merumuskan strategi

sebagai alternatif

yang dapat digunakan

untuk meningkatkan

ketahanan pangan

Merumuskan strategi dengan melihat

faktor-faktor yang ada di Kabupaten

Tangerang untuk meningkatkan Ketahan

Pangan dengan potensi yang dimilliki

Kabupaten Tangerang

(Sumber:Peneliti 2018)

70

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, intrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Menurut

Irawan (2006:17) satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk

mengumpulkan data dan kamera. Tetapi alat-alat tersebut benar-benar tergantung

kepada peneliti yang menggunakannya. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti akan berinteraksi

secara langsung dengan responden penelitian, bahkan untuk penggalian data yang

menuntut partisipasi peneliti secara terbatas, keterlibatan peneliti menjadi suatu

keharusan.

Peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

perilaku, atau wawancara dengan para partisipan (Creswell, 2016:250) Peneliti

menyiapakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

disesuaikan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini. Pokok

permasalahan ini dapat berkembang sehingga peneliti menemukan informasi lain

berhubungan dengan permasalahan selama wawancara berlangsung.

Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian baik secara

akademik maupun logistiknya, yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri,

melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,

penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan

bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2009:222).

71

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih

jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan

spesifik. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara

Usman dan Purnomo (1996:57), wawancara adalah tanya jawab lisan

antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut

intervieuwer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe.

Dalam wawancara kualitatif (qualitative observation), peneliti dapat

melakukan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan

partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam

focus group interview (wawancara dalam kelompok tertentu). Peneliti

kualitatif sering menggabungkan teknik observasi persiapan dengan

wawancara mendalam (Sugiono, 2009:319). Macam-macam wawancara,

antara lain:

a. Wawancara terstruktur, pengumpulan data telah menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan teknik yang

alternatif jawabannya telah disiapkan.

b. Wawancara semi struktur, wawancara menggunakan model lebih

bebas dari pada wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta

72

pendapat dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini untuk

menentukan permasalahan secara lebih terbuka.

c. Wawancara tidak terstruktur, wawancara yang bebas dan peneliti tidak

menggunakan pedoman lengkap untuk pengumpulan datanya.

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur, yaitu

wawancara menggunakan model lebih bebas dari pada wawancara

terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karena

tujuan wawancara ini untuk menentukan permasalahan secara lebih

terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan bantuan pedoman

wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang akan

diutarakan. Peneliti menggunakan alat bantu rekam untuk memudahkan

dalam proses pengolahan data.

2. Observasi

Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan mengamati langsung

terhadap objek yang sedang diteliti untuk mengetahui kondisi yang

sebenarnya. Peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati

perilaku dan aktifitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam

pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur

maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

yang memang ingin diketahui oleh peneliti). Peneliti kualitatif juga

terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-

partisipan hingga partisipan utuh. Pada umumnya observasi ini bersifat

73

open-ended dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum

kepada pasrtisipan yang memungkinkan partisipan bebas memberikan

pandangan mereka. Usman dan Purnmo (1996:54), menyatakan bahwa

observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data apabila: (i) sesuai dengan tujuan penelitian (ii)

direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan (iii) dapat dikontrol

kendalanya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya). Observasi

merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses bilogis dan

psikologis. Dalam melakukan teknik observasi yang terpenting ialah

mengandalakan pengamatan dan ingatan si peneliti.

3. Dokumentasi dan Studi Literatur

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan

data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumentasi merupakan

pengumpulan data penelitian diperoleh dari peraturan perundang-

undangan, laporan-laporan, catatan-catatan serta menghimpun dokumen-

dokumen dan menganalisisnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Dokumen berupa dokumen publik (misalnya koran, makalah, laporan

kantor) atupun dokumen privat (misalnya buku harian, surat, e-mail). Studi

literatur dan kepustakaan dimana pengumpulan data penelitian yang

diperoleh dari berbagai referensi baik buku atapun jurnal ilmiah yang

74

relevan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun dalam penetian ini

menggunakan undang-undang atau dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 1996 tentang

Pangan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan.

3. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Tangerang Tahun 2013-2018.

4. Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang Tahun 2013-2018.

5. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) Kabupaten Tangerang

Tahun 2017.

3.7 Informan Penelitian

Penelitian mengenai Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, penentuan

informannya menggunakan purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu teknik

pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu

ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan (Sugiyono,2009:54). Pada teknik ini peneliti sudah mengetahui siapa

narasumber yang akan diwawancara untuk mendapatkan informasi, sesuai dengan

75

fokus penelitian. Teknik purposive ini juga berarti peneliti mengambil sumber di

beberapa orang yang dianggap mempunyai informasi yang tepat dan relevan

mengenai masalah penelitian yang dijadikan informan atau sumber data dalam

penelitian. Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagi

berikut.

Tabel 3.2

Informan Penelitian

No Informan Kode Keterangan

1 Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan I1 Key

Informan

2 Kepala Bidang Ketahanan Pangan I2 Key

Informan

3 Kepala Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan I3 Key

Informan

4 Kepala Seksi Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan I4 Key

Informan

5 Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan I5 Key

Informan

6 Koordinator BPP (Balai Penyuluh Pertanian) I6 Secondary

Informan

7 Ketua Poktan (Kelompok Tani) I₇ Secondary

Informan

8 Petani I8 Secondary

Informan

9 KWT (Kelompok Wanita Tani) I9 Secondary

Informan

(Sumber: Peneliti 2018)

3.8 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data

3.8.1 Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun

data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau katagori (Nasution, 1996:

126). Data hanya akan bermakna jika dianalisis secara akurat dan seksama untuk

diberi makna. Dalam analisis data, peneliti dilibatkan sedemikian rupa agar

76

kesimpulan dan keputusan dapat dirumuskan secara baik dan benar. Analisis data

merupakan proses pencandraan/description dan penyusunan transkrip interview

serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat

menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian

menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah

ditemukan atau dapatkan dari lapangan (Danim, 2002: 210).

Bodgan dalam Sugiyono (2009:244) menyatakan bahwa analisa data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisa data

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain.

Analisis kualitatif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk

membahas dan menerangkan hasil penelitian mengenai berbagai gejala atau kasus

yang dapat diuraikan dengan menggunakan kata-kata yang tidak dapat diukur

dengan angka-angka tetapi memerlukan penjabaran uraian yang jelas. Data yang

diperoleh hanya bersifat memberikan keterangan dan penjelasan. Analisis data

kualitatif sebenarnya bertumpu pada strategi deskriptif kualitatif dimulai dari

analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, pengklasifikasian data

kemudian bergerak ke arah pembentukan kesimpulan.

77

Proses analisis data didasarkan pada penyederhanaan dan interpretasi data

yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses pengumpulan data. Proses

ini terdiri dari tiga sub proses yang saling berkaitan yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification (Miles dan Huberman, 1992: 15-20).

Gambar 3.1

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

(Miles dan Huberman, 1992: 15-20).

3.8.2 Uji keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2009:117), validitas merupakan derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan

oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak berbeda

antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada obyek penelitian. Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan dua cara yaitu triangulasi dan member check, yaitu:

Data

Collection

Data

Display

Data

Reduction Conclusion:

Drawing/ Verifying

78

1. Triangulasi

Menurut Moleong (2007:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber,

triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu pengujian

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas pada penelitian Strategi

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan Ketahanan Pangan

di Kabupaten Tangerang, maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah

diperoleh dari beberapa informan, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam

penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan

yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber data tersebut.

Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam

penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi dan dokumentasi untuk menguji keabsahan data. Triangulasi dilakukan

melalui wawancara, observasi langsung, observasi tidak langsung dan

dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk

pengamatan atas beberapa kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut

di ambil benang merah yang menghubungkan antara keduanya.

79

2. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data

yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

3.9 Jadwal Penelitian

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

2017 2018 2019

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan

1

Pengajuan Judul

2 Pengumuman Judul

3 Observasi Awal

4 Penyusunan Proposal

Bab I Pendahuluan

5 Penyusunan Proposal

Bab II Deskripsi Teori

6 Penyusunan Proposal

Bab III Metodologi

Penelitian

7 Seminar Proposal

Penelitian

8 Penelitian di Lapangan

10 Penyusunan bab 4

11 Penyusunan bab 5

12 Sidang skripsi

Sumber: Peneliti 2018

80

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi

bagian dari wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis yang cukup

strategis dengan ibukotanya adalah Tigaraksa. Letak astronomis antara 6°00'-

6°20' Lintang Selatan dan 106°20'-106°43' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Tangerang 959,51 km2 atau 9,93 % dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten

dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur

berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak. Kabupaten Tangerang dibagi ke

dalam 29 kecamatan yang sebagian besar merupakan kecamatan yang dimekarkan

dari kecamatan induk. Dari 29 kecamatan tersebut, terbagi lagi menjadi 246 desa

dan 28 kelurahan (BPS Kabupaten Tangerang dalam angka, 2017)

Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar

dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah

berkisar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Secara topografi, Kabupaten

Tangerang wilayah dataran yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi.

Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan

Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji dan Sepatan.

Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah bagian Tengah ke arah Selatan.

81

82

Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar

daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah

barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan.

Temperatur udara rata-rata berkisar antara 26,20C - 28,5

0C dengan

temperatur maksimum tertinggi pada Bulan Oktober 33,50C dan temperatur

minimum terendah pada bulan Agustus yaitu 24,20C. Rata - rata kelembaban

udara dan intensitas matahari sekitar 80,2% dan 53,4%. Keadaan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 390,4 mm, sedangkan rata-rata curah

hujan dalam setahun adalah 170,5 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Februari

dengan hari hujan sebanyak 24 hari dan terendah pada Bulan Agustus sebanyak 6

hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 12,6 knot dengan kecepatan

maksimum 18,4 knot di bulan Desember.

Gambar 4.1

Peta Wilayah Provinsi Banten

Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com

83

Gambar 4.2

Wilayah Kabupaten Tangerang

(Sumber: https://tangerangkab.go.id/)

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang

4.1.2.1 Visi dan Misi

Mengacu pada visi Kabupaten Tangerang yaitu

”Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Cerdas,

Makmur, Religius dan Berwawasan Lingkungan”, maka Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

menetapkan visi yaitu :

“Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi

Agribisnis Menuju Kemandirian Pangan”.

Penjabaran makna dan Visi Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang tersebut adalah sebagai berikut :

84

a. Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi bidang tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan dan aneka tanaman

lainnya, serta peternakan yang diusahakan oleh setiap individu,

kelompok atau masyarakat dengan tujuan mendapatkan hasil.

b. Berdaya Saing mengandung makna kemampuan pengelolaan

sumberdaya pertanian secara efektif, efisien dan memiliki nilai

tambah sehingga lebih unggul dari daerah lainnya baik dari segi

kualitas maupun kuantitas.

c. Berorientasi Agribisnis mengandung makna cara pandang

ekonomi bagi usaha pertanian atau bidang lain yang

mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir melalui

penerapan strategi untuk memperoleh keuntungan dengan

mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,

proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.

d. Kemandirian Pangan mengandung makna bahwa Kabupaten

Tangerang mampu dalam memproduksi pangan dari dalam

negeri yang dapat menjamin kebutuhan pangan yang cukup

dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,

sosial ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, yang

didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin

85

dicapai. Adapun misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas produk

pertanian yang berdaya saing;

b. Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk

Mendukung pengembangan sistem pertanian berorientasi

Agribisnis;

c. Mengembangkan dan memantapkan ketersediaan, keamanan,

keragaman, distribusi dan cadangan pangan masyarakat berbasis

kemandirian untuk peningkatan akses pangan dan

mengantisipasi kerawanan pangan;

d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

pertanian.

4.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang

A. Tugas

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang mempunyai Tugas Pokok membantu Bupati

merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan

mengendalikan urusan pemerintahan bidang pertanian tanaman

pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan

hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan

sumber daya manusia pertanian, serta ketahanan pangan yang

86

menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang

diberikan kepada Pemerintah Daerah.

B. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura

dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya

manusia pertanian, serta ketahanan pangan;

b. Pelaksanaan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura

dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya

manusia pertanian, serta ketahanan pangan;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup

tugasnya

d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya;

Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. merumuskan program kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan;

87

b. mengkoordinasikan pelaksanaan urusan pemerintah daerah

dibidang tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman,

peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,

serta ketahanan pangan;

c. membina sikap perilaku dan disiplin pegawai untuk

peningkatan kompetensi dan penilaian kinerja setiap pegawai

selaku individu dan dalam organisasi;

d. mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah

dibidang tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman,

peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,

serta ketahanan pangan;

e. menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dibidang

tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan,

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner,

pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta

ketahanan pangan;

f. mengevaluasi pelaksanaan urusan pemerintah daerah

dibidang tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman,

peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian,

serta ketahanan pangan; dan

88

g. melaporkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang

tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan,

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner,

pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta

ketahanan pangan.

4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang

Susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang dan

Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2016 tentang

Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang adalah

sebagai berikut:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat:

1. Sub Bagian Perencanaan;

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan

3. Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura:

1. Seksi Tanaman Pangan;

2. Seksi Tanaman Hortikultura dan Aneka Tanaman; dan

89

3. Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian;

d. Bidang Peternakan :

1. Seksi Budidaya Peternakan;

2. Seksi Usaha dan Kemitraan; dan

3. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.

e. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Veteriner :

1. Seksi Pengendalian Penyakit Hewan;

2. Seksi Farmasi dan Sarana Kesehatan Hewan; dan

3. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan

Kesejahteraan Hewan.

f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

dan Penyuluhan :

1. Seksi Penyelenggaraan Penyuluhan;

2. Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pertanian; dan

3. Seksi Pengembangan Inovasi dan Teknologi.

g. Bidang Ketahanan Pangan :

1. Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;

2. Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan; dan

3. Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan.

h. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

i. Jabatan Fungsional.

Sumber: (Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang 2013-2018)

90

Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada

salah satu bidang yang ada di Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan di Kabupaten Tangerang, adapun bidang yang terkait

dengan masalah penelitian ini yaitu bidang Ketahanan Pangan.

Gambar 4.3

Struktur Organisasi Bidang Ketahanan Pangan di Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

KEPALA DINAS

JABATAN

FUNGSIONAL SEKRETARIAT

SUB BAGIAN

KEUANGAN

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN PERENCANAAN

KEPALA BIDANG KETAHANAN PANGAN

SEKSI KETERSEDIAAN DAN

KERAWANAN PANGAN

SEKSI DISTRIBUSI DAN

CADANGAN PANGAN

SEKSI KONSUMSI DAN

KEAMANAN PANGAN

(Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, 2018)

91

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang

didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai strategi

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan ketahanan

pangan di kabupaten tangerang, peneliti menggunakan teknik analisis

SWOT. Analisis SWOT dijadikan sebagai suatu model dalam

menganalisis suatu organisasi yang berorientasi profit maupun non profit

dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi tersebut secara

lebih komperhesif. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan

ancaman (Threaths).

Mengingat jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, maka data yang peneliti dapatkan

dalam penelitian mengenai strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang lebih

banyak didapatkan dari hasil wawancara, yaitu kata-kata yang

diungkapkan oleh informan. Data lainnya yaitu berupa tindakan dari

orang-orang yang peneliti amati sewaktu melakuan observasi pengamatan.

Langkah yang pertama dilakukan adalah mereduksi data, yaitu

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal yang penting

dicari tema serta polanya. Untuk mempermudah peneliti memberikan

92

kode-kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode tersebut ditentukan

berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan

pembahasan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode tersebut yaitu:

1. Kode Q menunjukkan daftar urutan pertanyaan

2. Kode A, B, C, D menunjukkan item pertanyaan

3. Kode I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukan daftar urut

informan.

Untuk penyajian data (data display) dalam penelitian ini, peneliti

melakukan penyanjian data dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.

Selanjutnya menarik kesimpulan dari hasil yang sudah di dapatkan.

4.2.2 Data Informan

Peneliti memilih teknik sampel bertujuan ( purposive sampling) dalam

penelitian ini, seperti yang sudah dipaparkan pada bab 3 (tiga). Informan-

informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang yang menurut

peneliti merupakan pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan fokus

penelitian atau orang-orang yang dalam kesehariannya berada atau terkait

langsung dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti.

Adapun informan-informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

uraian berikut ini.

1. Drh. Mawardi Nasution (I1), beliau adalah Sekretaris Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang.

2. Drh. Kustri Windayani M.Si (I2), beliau adalah Kepala Bidang

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang.

93

3. Supriyadi,SP., M.Si (I3), beliau adalah Kepala Seksi Konsumsi

dan Keamanan Pangan Kabuapten Tangerang.

4. Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4), beliau adalah Kepala Seksi

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Kabupaten Tangerang.

5. Dra. Sunaryati, M.Si (I5), beliau adalah Kepala Seksi Distribusi

dan Cadangan Pangan Kabupaten Tangerang.

6. Aman Suherman, SP (I6), beliau adalah Koordinator BPP (Balai

Penyuluhan Pertanian) wilayah Kaliasin Kabupaten Tangerang.

7. Encam Samsuro (I7), beliau adalah Ketua Poktan (Kelompok

Tani) Palis di Desa Kaliasin Kabupaten Tangerang.

8. Abd Hadi (I8), beliau ada Petani di Desa Kaliasin Kabupaten

Tangerang.

9. Siti Jumriah (I9), beliau adalah anggota KWT (Kelompok Wanita

Tani) Sri Cikoja di Desa Tobat Kabupaten Tangerang.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisi data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta di sesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.

Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan analisis SWOT. Adapun

pembahasan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strengths)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau

konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat

94

dalam tubuh organissi, proyek ataupun konsep bisnis itu sendiri. Untuk

memaksimalkan strategi yang dilaksanakan dalam ketahan pangan, bidang

ketahanan pangan memiliki kekuatan atau strenght yang dimiliki dapat dilihat dari

pernyataan Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si

(I2) sebagai berikut:

“Kekuatannya iya secara nasional adanya Undang-undang tentang

pangan No 18 Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pangan

itu kebutuhan wajib masyarakat dan pemerintah serta pemerintah daerah

harus menyediakan pangan bagi masyarakat. Kewajiban menyediakan

pangan yang cukup yang bergizi yang berimbang bagi masyarakat atau

penduduknya dengan tidak bertentangan dengan adat, agama, suku dan

lain sebagainya. Secara wilayah lokal kita juga punya peraturan-

peraturan daerah yang bisa menunjang pelaksanaan. Peraturan daerah

tentang percepatan keanekaragaman pangan. Ada Peraturan Bupati

tentang pembentukan tim pengawas keamanan pangan dan juga adanya

Perda No 11 Tahun 2015, dimana salah satunya mendukung dalam hal

ketahanan pangan dan pertanian bisa terus dikembangkan.”. (Senin, 17-

09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas kekuatan bidang ketahanan

pangan yang dimiliki adalah adanya Undang-Undang tentang Pangan Nomor 18

Tahun 2012. Undang-Undang Pangan No 18 Tahun 2012 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

memproduksi pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beraneka ragam

dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat,

mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok dengan harga

yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, juga

untuk mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat, terutama

masyarakat rawan pangan dan gizi, meningkatkan nilai tambah dan daya saing

komoditas pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan

95

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan

bergizi bagi konsumsi masyarakat.

Selain itu, juga terdapat Perda Nomor 11 Tahun 2015 yang dengan adanya

Perda tersebut, mendukung dalam pelaksanaan ketahanan pangan di wilayah

Kabupaten Tangerang, agar tetap menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu

potensi wilayah yang bisa terus dikembangkan.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan

yang sama mengenai kekuatan ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang yaitu

jumlah petani di Kabupaten Tangerang masih terbilang cukup banyak.

Berdasarkan SK Menteri pertanian RI Nomor :

273/Kpts/OT.160/4/2007 kelompok tani dalah kumpulan petani/peternak/pekebun

yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

(sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha anggota. Seperti yang diungkap oleh Seksi Konsumsi dan

Keamanan Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:

“Jumlah petani banyak, kelompok tani juga masih banyak, jumlahnya ada

berapa ribu itu kelompok tani. Jadi memudahkan untuk bisa meningkatkan

ketahanan pangannya itu. Kelompok tani sangan berperan, kalau ga ada

kelompok tani nanti gimana. Mesti kalau ada bantuan itu kan kita larinya

ke kelompok. Bagaimana supaya meningkakan pangan itu, yang di

lapangan kelompok tani.. ” ( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).

Hal senada juga diucapkan oleh Seksi Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai berikut:

“Jumlah petani masih banyak dan sangat berperan kalau ada bantuan

atas nama kelompok, soalnya di kelompok ada kepengurusan. Nanti

mereka pinjaman ada pengembalian jadi kaya sistem koperasi tidak usah

keluar pinjamnya. Cuma memang bentuknya bukan uang. Tapi ada juga,

96

walaupun bentuknya lumbung padi ada juga yang meminjamkan uang,

ada yang sembako juga. Tapi belum banyak..” (Senin 17-09 2018, Pukul

13.35 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, kekuatan yang dimiliki salah satunya

adalah dengan masih banyaknya kelompok tani di wilayah Kabupaten Tangerang

sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan. Berikut ini adalah jumlah

Kelompok Tani di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan (WKBPP) seKabupaten

Tangerang tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.1

Jumlah Kelompok Tani di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan (WKBPP)

seKabupaten Tangerang tahun 2016

Kelas Petani Jumlah

Kelas pemula 555 kelompok

Kelas lanjut 473 kelompok

Kelas madya 13 kelompok

Kelas utama - kelompok

Total 1041

(Sumber: Program Penyuluhan Pertanian Kabupaten Tangerang Tahun 2017)

Jika dilihat pada tabel 4.1 bahwa jumlah kelompok tani masih ada sekitar

1041 kelompok yang menandakan masih banyak jumlah kelompok tani di

Kabupaten Tangerang. Klasifikasi Kemampuan Poktan adalah pemeringkatan

kemampuan kelompok tani ke dalam 4 (empat) kategori yang terdiri dari kelas

pemula, kelas lanjut, kelas madya dan kelas utama yang penilaiannya berdasarkan

kemampuan kelompok tani. Berdasarkan nilai tingkat kemampuan tersebut,

97

masing-masing kelompoktani-nelayan ditetapkan kelasnya dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah dengan

mempunyai nilai 0 sampai dengan 250.

b) Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula

dimana kelompoktani-nelayan sudah melakukan kegiatan perencanaan

meskipun masih terbatas, dengan mempunyai nilai 251 sampai

dengan 500.

c) Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana

kemampuan kelompoktani-nelayan lebih tingggi dari kelas lanjut yaitu

dengan nilai 501 sampai dengan 750.

d) Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi,

dimana kelompoktani-nelayan sudah berjalan dengan sendirinya atas

dasar prakarsa dan swadaya sendiri. Nilai kemampuan diatas 750.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.41/Kpts.OT.210/1/1992, tentang

pedoman pembinaan kelompoktani-nelayan, maka pengakuan terhadap

kemampuan kelompok diatur sebagai berikut:

a) Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala Desa.

b) Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat.

c) Kelas Madya, dengan piagam yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota.

d) Kelas Utama, dengan piagam yang ditandatangani oleh Gubernur.

Kelompok tani memiliki peran yang sangat penting karena sangat

memudahkan ketika ada bantuan atas nama kelompok tani, sehingga ketua

98

kelompok tinggal mengkoordinasikan dengan para anggotanya. Pada tabel 4.2 di

bawah ini jumlah anggota kelompok tani secara keseluruhan mencapai 79.641

anggota.

Tabel 4.2

Jumlah keanggotaan Kelompok Tani di Kabupaten Tangerang Tahun 2016

No BPP Kel

D,W,TR

Gapoktan Jumlah Anggota Kelembagaan

KLD/Koptan

1 Cisauk 81 7 2286 1

2 Caringin 83 7 2020 -

3 Curug 54 7 2108 -

4 Careneng 128 41 9139 3

5 Kaliasin 228 30 13284 -

6 Keronjo 162 27 11663 -

7 Sukatani 124 15 9724 -

8 Tegal Kunir 114 19 18182 1

9 Sepatan 166 27 9051 -

10 Kampung

Melayu

68 15 2184 -

Total 1208 195 79.641 5

(Sumber: Program Penyuluhan Pertanian Kabupaten Tangerang Tahun 2017)

Hal lainnya dikemukakan oleh informan lain tentang pembahasan yang

sama mengenai kekuatan ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang yaitu strategi

dan program yang dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan seperti yang

dikatakan oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bapak

Drh.Mawardi Nasution (I1) .

“Jadi kita dinas pertanian dan ketahanan pangan, pertama kita berupaya

untuk meningkatkan produksi baik itu tanaman pangan, perkebunan

holtikultura dan peternakan karena itu semua bahan-bahan untuk

ketersediaan pangan. Langkah-langkahnya, kita sekarang berupaya

terbentuknya LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) LP2B itu

adalah lahan-lahan abadi. Itu sudah tugas kita. Tugas lainnya yaitu

dengan menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui pompanisasi,

perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah. Selain itu, juga

99

membina masyarakat untuk meningkatkan kualitas produksi pangannya

termasuk keamanan pangannya. Kualitas keamanan pangan kita bina

terus dengan melakasaknakan survey ke berbagai tempat pemasaran

produk pertanian secara menyeluruh, jadi dari hasil itulah bahan untuk

melaksanakan pembinaan kepada mereka. Itu yang kita

laksanakan..”(Senin 22-10-2018, Pukul 11.58)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa banyak program yang

mendukung ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Tangerang seperti upaya

untuk meningkatkan produksi pangan baik itu tanaman pangan, perkebunan,

holtikultura dan juga peternakan. Langkah-langkah yang dilakukannya seperti

pembuatan pompanisasi di lahan sawah pertanian dan sebagainya. Seperti juga

dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani,

M.Si (I2) sebagai berikut:

“Program banyak dari mulai peningkatan kesejahteraan petani, yang

kaitannya dengan bagian bidang ketahanan pangan, ya bagian

peningkatan ketahanan pangannya. Program peningkatan ketahanan

pangan masyarakat adanya dibidang ini sekarang. Program peningkatan

ketahanan pangan masayarakat, disitu di program itu dijadikan lagi

kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan penanganan daerah rawan pangan,

kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat, penyuluhan sumber

pangan alternatif, kegiatan pengembangan cadangan pangan daerah.”

(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, program yang dilakukannya adalah

untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kegiatannya ada pengembangan

lumbung pangan masyarakat, penyuluhan sumber pangan alternatif dan juga

pengembangan cadangan pangan daerah. Hal serupa juga dikatakan oleh Seksi

Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:

“ada mengenai penyuluhan bahan pangan alternatif nah itu biasanya kita

melaksanakan semacam lomba LCMB2SA (Lomba Cipta Menu Beragam,

Bergizi, Seimbang dan Aman). Itu tingkatan kabupaten. Jadi lombanya

dari ibu pkk dikecamatan. Kan kita kecamatannya ada 29 itu pesertanya

pkk tingkat kecamatan. Karena kan kita liat pkk ini ibu-ibu menyajikan

100

makanan ke anak-anaknya. Jadi maksudnya kita mengadakan lomba ini

adalah makanan itu harus beragam. Jadi kita menggali potensi supaya

masyarakat ini bisa meningkatkan pangan lokalnya atau beragamnya

jangan beras saja, kita bisa dari singkong, ubi atau apa dari pangan

lokalnya itu. Disamping itu juga kita ada kegiatan KRPL (Kawasan

Rumah Pangan Lestari). Jadi di pekarangan rumah itu pemanfaatan

supaya ada tumbahan. Dari situ kita memanfaatkan lahan pekarangan

untuk dimanfaatkan. Kita memberikan bimbingan berbagai macam

bantuan dengan pot-pot agar bisa ditanami sayuran. Kalau tentang

keamanan pangan kita khusus ke pangan segar asal tumbuhan. jadi

khusus ke sayuran buah-buahan pokoknya dari tumbuhan cuma

lingkupnya itu aja.”( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa program atau kegiatan yang

dilakukan salah satunya adalah adanya lomba cipta menu beragam, bergizi,

seimbang dan aman tingkat kabupaten, KRPL (kawasan rumah pangan lestari)

dan pengawasan keamanan pangan segar yaitu yang berasal dari tumbuhan.

Hal serupa dikatakan juga oleh Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai berikut:

“Di pertanian kita lebih ke produksi, kita sudah memberikan sarana dan

prasarana produksi ke petani, serta peternak untuk kesehatan hewannya.

Untuk di ketahanan pangannya kemarin kita memperbanyak lumbung, jadi

petani disini banyaknya panen langsung jual, kenapa tidak disimpan saja

untuk kebutuhannya sendiri. Akhirnya kita berikan bantuan bangunan

lumbung, supaya memberikan stimulan. Gabahnya disimpan dan dipakai

bersama anggotanya dengan bikin ijab kabul. Seperti ketika meminjam

sebanyak 10 kg tapi pengembaliannya 11 kg seperti itu, itu sudah kita buat

sampai tahun ini. Total lumbung ada sekita 60. Waktu itu rencananya 100

lumbung, karena anggaran kurang, jadi 60. Saya lupa karena saya

meneruskan ditengah program tersebut. Program yang kedua yaitu KRPL

(Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang saya bilang tadi jadi penyediaan

pangan di rumah-rumah sekitar 10 sampai 20 rumah kita berikan bantuan

rak tanaman begitu juga dengan benih dan bibitnya, seperti sayuran dan

buah-buahan. Jadi mereka cobalah menanam sendiri.” (Senin 17-09

2018, Pukul 13.35 WIB).

Dilihat dari hasil wawancara di atas dikatakan bahwa salah satunya adalah

memperbanyak lumbung padi masyarakat. Lumbung padi masyarakat ini juga

101

merupakan salah satu strategi dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten

Tangerang untuk meningkatkan pengembangan cadangan pangan masyarakat jika

dilihat dari renstra dinas pertanian dan Kabupaten Tangerang tahun 2013-2018,

selain itu juga terdapat program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari).

Hal senada juga diungkap oleh Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan Ibu

Dra. Sunaryati, M.Si (I5) sebagai berikut:

“itu juga merupakan salah satu strategi dinas dengan penguatan

kelembagaan dengan membentuk lumbung pangan masyarakat. Masalah

lumbung padi kita itu sudah sejak dari 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 ga

ada, 2017 sama tahun ini. kita bangun 64 lumbung pangan pada

masyarakat plus kita bangun dengan isinya. Kita modalin dulu. Kita

bangun lumbungnya kemudian kita modalin ada yang 3 ton lebih. Ada

yang tahun ini kia bangun 32 titik. Plus isinya kita siapkan gabah 2 ton

setengah. Itu sebenarnya sangat bagus. untuk stabilitas juga itu

diperuntukkan untuk petani atau kelompok petani itu sendiri agar ketika

dia paceklik ketika gagal panen dia ada tabungannya. ini kan berupa

tabungan dia jadi mengeluarkan tabungan itu dibagi kepada anggota-

anggota kelompoknya sambil menunggu penanaman berikutnya. kemudian

akan diganti dan akan digulirkan nanti kesepakatan dipinjam 1 kwintal

atau 100 kg dipinjam oleh anggotanya nanti dia kesepakatan kelompok

berapa yang harus di kembalikan. Jangan 100 kg dikembalikan 100 kg

lagi. Itu kesepakatan anggota kelompok itu sendiri itu keuntungannya

untuk stabilitas harga dan menghindari kekurangan bahan pangan

terhadap masyarakat itu sendiri.” ( Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa salah satu strategi dinas

pertanian dan ketahanan pangan adalah dengan memberikan lumbung padi kepada

kelompok tani yang fungsinya untuk cadangan pangan. Ketika terjadi musim

kemarau atau musim paceklik para anggota tani bisa meminjam beras yang ada di

lumbung pangan tersebut sesuai dengan kesepakatan. Sistem yang berlaku seperti

102

sistem koperasi. Hal serupa juga dikatakan oleh Koordinator Balai Penyuluh

Pertanian Kaliasin Bapak Aman Hermansyah (I6), yaitu:

“Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada

lumbung padi. Ya walaupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui

bantuan dari dinas. fungsinya untuk cadangan pangan. Kalo musim

paceklik itu bisa dipinjam kemudian dikembalikan ke kelompok lagi.

seesuai perjanjian. (Selasa, 09-10-2018 Pukul 10.04 WIB)

Hal ini juga sesuai dengan kutipan wawancara yang dikemukakan oleh

salah satu Poktan (Kelompok Tani) Palis di Kaliasin Bapak Encham Samsuro (I7)

sebagai berikut:

“lumbung padi disini kurang lebih sudah tiga tahunan. itu kita salurkan ke

anggota simpan pinjem kaya koperasi tapi bayarnya ini musiman kan

tanaman ya kalau panen bayar. Bayarnya padi juga. Tapi sistemnya kaya

koperasi simpen pinjem itu ada tabungan ada pokonya berapa gitu.

Bayarnya disetiap musim pengurusnya. Prosesnya dipinjamkan dengan

bayarnya bagimana itu sesuai anggota yang bicara sesuai kesepakatan.

Alhamdulillah gabah ini dipinjam setelah itu panen bayar tapi bunganya

hanya berapa kg yang 10 kwintal tuh Cuma 5 kg bunganya. Bukan

berbunga istilahnya kaya simpaan gitu. Tapi harus ada gitu kalau anggota

baru harus simpen simpenan pokok. Simpenan pokoknya 50 kg. Wajibnya

juga ada juga tiap panen ada yang wajib. Wajibnya kena 20 kg.

Maksudnya itu nanti ada yang pinjam lagi bisa dkembangkan lagi.

Makanya jangan sampai kosong lumbungnya takut ada yang minjem

lagi.” (Selasa, 09-10-2018 Pukul 11.15 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas lumbung padi di kelompok tani Palis

sudah berdiri tiga tahun. Sistem peminjaman yang dilakukan seperti sistem

koperasi dan juga sesuai kesepakatan anggota. Di bawah ini merupakan foto

lumbung padi poktan Palis.

103

Gambar 4.4

(Lumbung Pangan atau Lumbung Padi Poktan Palis)

(Sumber : lumbung Padi Poktan Palis, 2018)

Selain itu terdapat pula Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)

Seperti yang di katakan oleh salah satu anggota KWT (Kelompok Wanita Tani)

Sri Cikoja di desa Tobat, yaitu ibu Siti Jumriah (I9) sebagai berikut.

“Sudah sekitar dua tahun. KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang

ini disini. Dapat juara di provinsi ini. Dulu hijau sekali, dari rumah

depan sampai ke belakang. Sekitar tahun 2016 program ini mulai. Jika

KWT (Kelompok Wanita Tani) sudah ada dari tahun 2011. Yah namanya

warga kalau dibentuk berjalan, tapi kesininya ga jalan. Seharusnya masih

berjalan karena warganya pada tidak peduli jadi ya malah seperti jalan

ditempat ini. Sangat bermanfaat sekali, karena dengan begitu bisa

mengkonsumsi sendiri tumbuh-tumbuhannya tidak perlu beli. yang

dilakukan yaitu menanam cabai, sayuran bayem, ada kucai, kangkung,

brokoli, kembang kol. Tumbuh-tumbuhan makanan pokoknya yang dapat

dikonsumsi sendiri oleh warga. Bermanfaat sekali sebenarnya tapi

begitulah warga kurang menyadari, kalau pas pembentukannya tanggap

104

gitu. Kalau sudah ya sudah selesai. Padahal buat dikonsumsi

sendiri.”(Rabu 30-01-19, Pukul 13.00 WIB)

Berdasarkan wawancara di atas, mengatakan bahwa KRPL (Kawasan

Rumah Pangan Lestari) adalah program yang kegiatannya memanfaatkan lahan

pekarangan rumah untuk ditanami tumbuhan. KRPL juga mencakup upaya

intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya

(sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan

pengolahan dan pemasaran hasil. Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan

pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan

kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii)

konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga

kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksaannya ternyata terdapat kendala, seperti yang dikatakan Ibu

Siti Jumriah (Anggota KWT) ketika diadakan atau dibentuk program tersebut

maka akan berjalan programnya. Tetapi, lama kelamaan program tersebut tidak

berjalan karena warga tidak memiliki inisiatif sendiri dalam pelaksanaan program

tersebut. Gambar KRPL (Kawaasan Rumah Pangan Lestari) di Desa Tobat dapat

dilihat di bawah ini.

105

Gambar 4.5

KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di Desa Tobat Kabupaten

Tangerang

(Sumber: KRPL di Desa Tobat, 2019)

Dapat disimpulkan bahwa strategi ketahanan pangan di Kabupaten

Tangerang dijabarkan dengan banyaknya program untuk mendukung ketahanan

pangan. Seperti penguatan kelembagaan lumbung pangan masyarakat dan

lembaga cadangan pangan komunitas lainnya dengan optimalisasi Poktan. Salah

satunya adalah dengan membuat kelompok tani menjadi mandiri dan mengelola

lumbung pangan sendiri dengan para anggotanya sebagai cadangan pangan seperti

106

lumbung padi, Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman tingkat

kabupaten (LCMB2SA), Pengembangan Kawasan rumah pangan lestari (KRPL).

2. Kelemahan (Weaknesses)

Merupakan kondisi keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,

keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan

kinerja organisasi yang memuaskan. Mengenai kelemahan Dinas pertanian dan

Ketahanan Pangan melalui pernyataan oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution (I1) sebagai berikut:

“kalau petugas kita yang di sini orangnya cukup, cuma yang menjadi

masalah adalah kualitas SDMnya (petani) harus dinaikkan, permodalan

yang ada di petani, kemudian sarana prasarana juga belum semua bisa

kita berikan pada petani. yang diberikan baru berjalan kurang lebih

setengah lebih dari kebutuan alat-alat pertanian yang ada.”(Senin 22-10-

2018, Pukul 11.58)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa salah satu kelemahan yang

dimiliki adalah kualitas sumber daya manusianya (petani) yang harus dinaikan

dan menjadi lebih baik lagi. Selain itu juga alat-alat pertanian yang belum

memenuhi kebutuhan petani. Adapun hal serupa dikatakan oleh Kepala Seksi

Distribusi dan Cadangan Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5) sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana, masalah sarana prasarana itu dibilang cukup ga

juga, kurang juga ga. Intinya sarana dan prasarananya masih perlu

ditingkatkan lagi.” ( Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Abd Hadi (I8), yaitu:

“Belum sarana dan prasarana. Kalo tanam serempak itu susah juga

kadang benih sampe 1 bulan, ga digarap jadinya, dari alat pertaniannya

ini yang kurang seperti traktor. Cuma 1 tapi yang pakai banyak terus

107

gantian, apalagi garapan juga kan luas.”(Rabu, 30-01-2019 Pukul 10.00

WIB).

Dilihat dari wawancara tersebut, dikatakan bahwa sarana dan prasarana

harus ditingkatkan lagi guna mendukung perkembangan sektor pertanian di

Kabupaten Tangerang, selain itu masih terdapat kekurangan dalam alat pertanian

seperti trakor.

Hal lainnya yang menjadi kelemahan juga menurut Kepala Bidang

Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si (I2) mengatakan sebagai

berikut:

“Dari internal dinasnya dari bidang ketahanan pangan hanya satu

bidang, sedangkan yang diurusnya banyak jadi kalau bisa bidang

ketahanan pangan tidak hanya satu bidang. Sekarang kan bidang

ketahanan pangan ada satu bidang dibagi 3 seksi, kalau bisa mungkin

nanti kalau ada sesuatu yang baru itu bisa diperluas, karena semua

ketahanan pangan itu sebenarnya semua sektor terkait dengan ketahanan

pangan. Dari segi produksinya, dari segi pemanfaatannya, jadi dari

internal organisasinya bisa kewenangannya diperluas. Bukan

kewenangannya tapi bidang. Kalau sekarang hanya satu bidang bisa jadi

2 bidang. Karena satu bidang kita kekurangan personil sedikit sekali.

Sedangkan kalau misalnya 2 bidang yang menanganinya lebih banyak.”

(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Dari hasil wawancara di atas, dikatakan bahwa karena kegiatan bidang

ketahanan pangan yang terlalu banyak dan satu bidang ketahanan pangan hanya

dibagi tiga seksi, personil yang melakukan kegiatan hanya sedikit sekali. Sehingga

berharap bahwa adanya perluasan bidang. Diungkap pula oleh seksi Seksi

Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:

“kelemahannya itu karena SDM kita terbatas. jadi tidak maksimal untuk

melaksanakan kegiatan. Justru itu karena di lapangan terbatas, untuk

monitoring di lapangan terbatas juga. Penyuluh-penyuluh juga kan

108

kerjaannya banyak juga, bukan di kegiatan kita aja. Masing-masing

terpecah, banyak kerjaan nya jadi tidak fokus.”(Rabu 17-10-2018, Pukul

10.30).

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, sumber daya manusia atau

personil pegawainya terbatas sehingga ketika ingin memonitoring tidak semuanya

bisa termonitoring. Selain itu penyuluh pertanian juga kegiatannya banyak

sehingga tidak terfokus hanya salah satu program yang dilaksanakan saja. Seperti

juga yang dikatakan oleh Kepala Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai berikut:

“Kelemahannya untuk SDM nya sendiri pendampingannya kurang.

Karena mungkin juga banyak pekerjaannya jadi susah ditangani, luas

wilayahnya juga jadi pendampingannya juga tidak continue. Hanya saja,

1 pendamping penyuluh itu bisa memegang berapa desa sedangkan 1

desa jumlah petaninya banyak. Malah ada yang 1 orang 1 kecamatan jadi

juga kan pekerjaannya bukan hanya ketahanan pangannya saja. Seperti

kewalahan gitu mereka. Sebenarnya personil kita termasuk cukup, SDM

dinasnya. tapi kalau dari penyuluh kita memang kurang.” (Senin 17-09

2018, Pukul 13.35 WIB).

Hasil wawancara di atas juga mengungkapkan bahwa dari segi sumber

daya manusia terutama pendampingan penyuluh pertanian di desa-desa masih

kurang sehingga kegiatan yang dilakukan ada yang tidak berlanjut. Selain itu

dilihat juga dari SDM (petani) menurut Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan

Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5) sebagai berikut:

“harus diperbaiki adalah SDM (petani). Jika SDM menyadari apa yang

diemban terhadap mereka terhadap seseorang pasti kan dia akan sadar.

di kasih peluang dan kesempatan tapi kok tidak digunakan kesempatan ini.

Jadi masih menjadi budaya kalau mendapat bantuan bekerja, kalau ga

mendapat bantuan ga. Mereka ini adalah pahlawan-pahlawan pangan

yang harus kita persiapkan baik dari segi mental merekal karena orang

kan terkadang gini petani-petani kita sudah tua yang muda ga mau jadi

petani. Karena selalu konotasinya jadi petani itu miskin. Pekerjaan yang

kasar kotor yang tidak mendapatkan hasil. Padahal mereka ini adalah

109

pahlawan pangan kita. Selain itu juga, contoh nih ya lumbung padi,

kelemahannya karena kita tidak ada pendampingan berkelanjutan pada

akhirnya ini ada indikasi beralih fungsi manajemennya juga karena pola

cara berpikir kelompok petani juga kan dia tidak tau bagaimana ini

dikembangkan. Harus dikembangkan kedepannya dari 2 ton bisa umpanya

jadi 2 ton setengah atau tahun berikutnya ton sekian eh tapi malah hilang

karena tidak ada pendampingan yang berkelanjutan. SDMnya yang harus

dierbaiki tadi petani sama SDMnya pelaku pemerintah juga.”( Senin, 22-

10-2018 Pukul 10.45 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, mengatakan bahwa bukan hanya

petani tetapi juga pegawai dinas juga harus ditingkatkan lagi kualitasnya. Petani

juga harus diubah pola pikirnya agar jangan terpaku dengan bantuan, tetapi juga

mengubah pola pikir petani agar mengembangkan apa yang sudah diberikan oleh

pemerintah. Di bawah ini dapat kita lihat klasifikasi petani berdasarkan tingkat

pendidikan.

Tabel 4.3

Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani di Wilayah kerja Balai Penyuluhan

Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang tahun 2016

No BPP Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani Jumlah

Tdk

tamat

SD/buta

huruf

SD SLTP SLTA D-III S-1

1 Cisauk 1.156 4.909 2.243 877 216 107 9.508

2 Caringin 8.718 353 120 59 122 35 9.279

3 Curug 1.817 4.877 201 163 2 4 7.064

4 Careneng 17.298 12.815 1.910 1.554 24 34 33.635

5 Kaliasin 10.562 23.471 12.909 5.868 1.760 4.107 58.677

6 Keronjo 8.240 18.312 10.072 4.578 1.373 3.205 45.780

7 Sukatani 44.664 51.278 38.098 25.479 368 256 160.143

8 Tegal Kunir 8.053 7.829 9.049 7.199 78 133 32.341

9 Sepatan 3.771 1.737 1.967 1.453 76 63 9.067

10 Kampung

Melayu

623 1.203 1.540 1.449 135 63 5.013

TOTAL 194.902 126.784 78.109 48.679 4.044 8.007 370.525

(Sumber: Program dan monografi BPP se Kabupaten Tangerang 2017)

110

Klasifikasi tingkat pendidikan petani di wilayah kerja Balai Penyuluhan

Pertanian (WKBPP) se Kabupaten Tangerang Tahun 2016 masih rendah yaitu

rata-rata 34,22% tinggkat pendidikan Sekolah Dasar SD (124.784) orang) dan

buta huruf atau tidak tamat SD sebanyak 28,31% (104.902 orang). Rendahnya

tingkat pendidikan membuat para petani membutuhkan waktu lebih lama untuk

mengadopsi teknologi pertanian. Tidak bisa cepat berubah mengikuti kondisi

pertanian saat ini. Jadi pola pikir (mindset) petani susah untuk menerima

percepatan teknologi pertanian sehingga menyebakan belum optimalnya

kemampuan petani dalam penerapan teknologi, seperti yang dikatakan oleh Bapak

Abd Hadi (I8)

“Dari tahun 90 sudah berkecimpung langsung dari kecil dalam pertanian,

saya juga anak petani soalnya. Kalau menurut saya agak kurang kalau

untuk potensi dari orangnya udah mulai sulit, apalagi banyak teknologi-

teknologi ya sekarang. Selain itu pola pikirnya juga mungkin, padahal

sudah dibilang jangan terlalu banyak pengunaan pestisida kimia, tetapi

masih ada juga petani yang memakai terlalu banyak.”(Rabu, 30-01-2019

Pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan Renstra Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang, kelemahan atau permasalahan yang ada beberapa diantaranya yaitu:

Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat; Masih

tingginya angka kemiskinan; Belum optimalnya data stabilitas harga dan pasokan

pangan; Belum meningkatnya kualitas keanekaragaman konsumsi pangan

masyarakat; Belum berkembangnya kelembagaan petani dan usaha tani pada

sektor pertanian; Kurangnya jumlah sarana alat dan mesin pertanian; Belum

optimalnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi; Belum adanya standar

kompetensi SDM pertanian.

111

b. Peluang (Opportunities)

Merupakan kondisi peluang bagi perkembangan di masa yang akan datang.

Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi proyek atau konsep

bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan

sekitar, seperti yang dinyatakan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh.

Kustri Windayani, M.Si (I2) sebagai berikut:

“Penduduk yang tinggi juga mungkin suatu aset kan. Mungkin dari

penduduk itu kalau pendidikannya bagus dia bisa menjadi sumber daya

manusia yang hebat di Kabupaten Tangerang kedepan. Penduduk yang

banyak ya artinya kan bisa potensinya besar untuk mengelolah lahan.

Laju penduduk yang tinggi juga bisa menjadi potensi karena itu bisa untuk

pengembangan pengelolaan lahan pertanian. Penduduk yang tinggi juga

bisa sebagai SDM untuk beraneka ragam pupuk olahan. Mungkin ada

kelompok-kelompok yang bisa mengembangkan olahan pangan khas

KabupatenTangerang misalnya apa, itu kan sebagai potensi yang bisa

dikembangkan. Kalau kita bisa lihat misalkan Bogor punya lapis tales

bogor. Kabupaten Tangerang punya apa kan itu bisa dikembangkan jadi

banyak potensi sebenarnya, jadi tinggal bagaimana kita memanfaatkan

potensi-potensi itu, kekuatan itu bagaimana kita meningkatan potensi

yang ada memanfaatkan peluang dan mengurangi kekurangan tadi.”

(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Hal senada juga dikatakan oleh Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan

Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:

“Peluangnya pasarnya banyak seperti sayuran. Jumlah penduduk kan

banyak kan masyarakat banyak. peluang untuk memasarkan hasil

pertanian banyak.”( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).

Hasil Proyeksi Penduduk 2017 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Tangerang mencapai lebih dari 3,58 juta orang, terdiri dari 1,83 juta

laki-laki dan 1,75 juta perempuan. Persentase penduduk Tangerang pada tahun

2017 mencapai 28,80 persen dari total penduduk Banten yang berjumlah lebih

dari 12,45 juta orang. Bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Tangerang

112

adalah kabupaten dengan populasi tertinggi pertama di Banten, diikuti Kota

Tangerang (17,19 persen), Kota Tangsel (13,21 persen), Kabupaten Serang (12,00

persen), Kabupaten Lebak (10,35 persen), Kabupaten Pandeglang (9,68 persen),

Kota Serang (5,36 persen) dan terendah Kota Cilegon (3,41 persen). Bila dilihat

dari kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang, untuk tahun 2017 tingkat

kepadatannya mencapai 3.73 orang per kilo meter persegi, lebih tinggi bila

dibandingkan tahun sebelumnya. (Statistik Kabupaten Tangerang dalam angka,

2018)

Berbeda dengan Provinsi Banten dengan luas wilayah sekitar 9.662,92 kilo

meter persegi yang didiami lebih dari 12,4 juta jiwa rata-rata tingkat kepadatan

penduduknya masih berada jauh di bawah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar

1.288 orang per kilometer persegi.

Tabel 4.4

Hasil Proyeksi penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Uraian Satuan 2017

Kabupaten Tangerang

Penduduk orang 3.584.770

laki-laki orang 1.833.470

Perempuan orang 1.751.300

Kepadatan Penduduk Orang/km2

3.736

(Sumber: Kabupaten Tangerang dalam angka, 2018)

Dengan jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang sebesar 3.584.770

orang, maka jumlah penduduk yang banyak dapat menjadi potensi atau peluang

untuk pengembangan pengelolaan lahan pertanian dan juga bisa dijadikan peluang

untuk memasarkan hasil pertanian.

113

Hal lainnya diungkapkan oleh informan lain tentang pembahasan yang

sama mengenai peluang yaitu menurut Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4).

“Kalau dilihat dari progres analisis data dari pola pangan harapan naik

terus. Masyarakat sudah sadar penyuluhan yang kita berikan pada

mereka. Karena kan pendidikan itu ga bisa langsung masih bertahap

pelan-pelan. Kemarin sudah bagus skornya makanan bergizi seimbang

seperti apa. Peluang untuk industri pangan kita sudah banyak. Kalau

pengusaha besar sudah ada kaya sosis naget. Tapi perlu diawasi

keamanan pangannya apakah dari limbahnya apakah dari proses

membuatnya itu aman tidak untuk dikonsumsi paling itu dari pengawasan.

Kalau perkembangan sudah banyak. Kalau UKM (Usaha Kecil

Menengah) sudah ada tapi masih dalam tahap mengolah, emang harus

dapat dukungan sih. Dukungannya kita masih agak kurang karena

memang bahhan bakunya kita kurang. Kalau bahan bakunya kita sendiri

kan enak tapi itu bahan bakunya dari luar belum ongkosnya emping itu.

Yang kedua itu sirup yang kecut belimbing wuluh. Kalau jus naga itu

pabrikan. Paling memang kalau usaha pasca panennya belum. Tapi kalau

pengelola pangan lokal kue basahnya ada masih ada. sama dia juga sama

ketersediannya baku kurang. Singkong yang di fermentasi rasanya hampir

mirip dengan terigu, tapi jika untuk dibuat roti ga bisa soalnya butuh

protein yg tinggi. Baru satu skalanya yg ada...” (Senin 17-09 2018, Pukul

13.35 WIB).

Berdasarkan kutipan wawancara diatas, sudah banyak pelaku usaha yang

memanfaatkan hasil pertanian, walaupun masih dalam tahap mengolah. Peluang

untuk mencapai industri pangannya sudah muncul namun harus ditingkatkan lagi

dukungan kita terhadap pelaku industri tersebut. Menurut Kepala Seksi Distribusi

dan Cadangan Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5).

“Kaya ini kalau peluang ke depannya itu jadi banyak faktor yang

mendukung tapi kan di Kabupaten Tangerang hanya berkecimpung

dalam padi nah yang sangat mendukung adalah bagaimana petugas-

petugas kita dilapangan mesosialisasikan agar petani bisa tau

bagaimana cara menanam padi yang lebih efektif yang lebih bagus

hasilnya. Seperti pemupukannya seperti apa, penyediaan pupuknya yang

bagus kan nanti berpeluang menghasilkan panen yang bagus yang baik

yang berkualitas.” (Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)

114

Hasil wawancara diatas menyebutkan bahwa sosialisasi yang baik dan

memberikan pengertian kepada petani bagaimana untuk menanam padi yang baik

agar hasil panennya menjadi berkualitas. Sepeti yang di ungkap oleh Kepala

Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si (I2):

“Sebenarnya lahan di kita itu masih luas walupun belum optimal

dimanfaatkan, masih cukup luas lah ya pertanian di Kabupaten

Tangerang, masih diatas 30 ribu hektaran. kita bisa memanfaatkan

kekurangan lahan pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus

meningkatkan produktivitas perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-

lahan tidur.”(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Hasil wawancara diatas mengatakan bahwa lahan pertanian yang masih

tiga puluh ribu hektar dan juga banyak lahan tidur yang menjadi sebuah peluang

tersendiri di kabupaten Tangerang apabila lahan tersebut dimanfaatkan secara

optimal.

115

Gambar 4.5

Penggunaan Lahan menurut status penggunaan lahan

di Kabupaten Tangerang 2017

(Sumber : BPS Kabupaten Tangerang dalam angka, 2017)

Berdasarkan data di atas adalah data penggunaan lahan di Kabupaten

Tangerang. Terdapat lahan bukan sawah seperti kebon sebanyak 10.176 hektar,

tanah sementara tidak diusahakaan sebanyak 1.237 hektar. Diantara lahan bukan

sawah tersebut banyak terdapat lahan tidur atau lahan kosong yang tidak

dimanfaatkan seperti yang diucap Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh.

Kustri Windayani, M.Si (I2). Menurut data BPS Kabupaten Tangerang dalam

116

Angka, penggunaan Tanah sementara didak diusahakan, yaitu pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4.5

Penggunaan Tanah Sementara tidak diusahakan dalam Hektare (Ha) di

Kabupaten Tangerang Tahun 2017

No Kecamatan Hektare

(Ha)

No Kecamatan Hektare

(Ha)

1 Cisoka - 16 Sukamulya 75

2 Solear - 17 Kresek 7

3 Tigaraksa 502 18 Gunung Kaler -

4 Jambe - 19 Kronjo -

5 Cikupa 96 20 Mekar Baru -

6 Panongan - 21 Mauk 16

7 Curug 2 22 Kemiri -

8 Kelapa Dua - 23 Sukadari -

9 Legok 14 24 Rajeg -

10 Pagedangan 239 25 Sepatan 9

11 Cisauk 86 26 Sepatan Timur 4

12 Pasar Kemis 5 27 Pakuhaji 22

13 Sindang Jaya 62 28 Teluk Naga 98

14 Balaraja - 29 Kosambi -

15 Jayanti - TOTAL 1237

(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka tahun 2018)

Berdasarkan data di atas, jumlah tanah yang tidak diusahakan terbanyak

terdapat pada Kecamatan Tigaraksa sebesar 502 hektare, kedua Pagedangan

sebesar 239 hektare, kemudian disusul cikupa sebanyak 96 hektare.

c. Ancaman (Threaths)

Merupakan kondisi yang mengancam atau menjadi tantangan dari luar.

Ancaman atau tantangan ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep

bisnis sendiri. Mengenai tantangan atau ancaman dalam strategi dinas pertanian

dan ketahanan dalam meningkatkan ketahanan pangan dinyatakan oleh Kepala

117

Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, mengatakan M.Si (I2)

sebagai berikut:

“lahannya berkurang, akibatnya produksinya berkurang. Dari satu sisi

produktivitas kita juga belum optimal perhektar. Misalkan produksi padi

perhektarnya itu harusnya misalkan bisa mencapai 10 ton ini malah belum

sampai 7 ton. Masih banyak yang harus ditingkatkan. Kurangnya

permodalan bagi petani juga bisa menjadi kekurangan. Akses petani pada

permodalan masih susah, pinjam ke orang yaitu pemodal-pemodal besar.

Jadi, misalkan kalau panen, petani mendapatkan sedikit sekali karena

langsung diambil untuk membayar hutang. Kekurangan lahan pertanian

itu udah jelas ya, tapi bagaimana agar kita bisa memanfaatkan

kekurangan lahan pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus

meningkatkan produktivitasnya perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan

lahan-lahan tidur, tidak hanya harus sawah aja. Kan kita punya banyak

lahan tidur, lahan pekarangan sempit yang di sebelah rumah, di depan

rumah, di belakang rumah itu kab bisa ditanami oleh tanaman sayuran

untuk konsumsi sendiri juga, itu kan bisa dimanfaatkan. Tapi kita tuh

masih belum memanfaakan. Ya jadi masyarakat masih perlu ditingkakan

lagi pemahamannya pemanfaatan pekarangan. Mungkin masyarakat kita

masih konsumtif, belum bisa memanfaatkan apa yang ada. Potensi sumber

daya di lingkungannya sendiri, itu kekurangannya. Perlu pendidikan

kepada masyarakat meningkatkan pemahaman, yang seperti itu kan ga

harus petani.”(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Hal serupa juga dikatakan oleh Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan

Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:

“lahan sudah mulai berkurang dan banyak pembangunan jadi alih fungsi

lahan. Iya lahan pertaniannya lemah, kan sudah beralih fungsi. Dulu sih

banyak tapi sekarang-sekarang sudah mulai berkurang. Adanya dinas

pertanian kan itu fungsinya untuk mengurusi itu. Sekarang tidak tahu

nanti kedepannya pertanian masih ada atau tidak. Seperti di kota sudah

habis lahannya, paling yaitu kita memanfaatkan lahan-lahan pekarangan.

Atau lahan-lahan yang sudah dikuasai perusahaan kan tidak

dimanfaatkan nah itu permasalahan juga itu. Banyak lahan tidur tapi

tidak di manfaatkan, seharusnya kan pemerintah daerah yang MOU

(memorandum of understanding) dengan yang punya lahan itu, supaya

bisa dimanfaatkan. Takutnya kalau tidak ada perjanjian itu, jika petani-

petani kita menggarap untuk panen, nanti lahannya mau dibangun. Kalau

ada perjanjiannya berapa tahun kita bisa kalau seandainya mau dibangun

juga menunggu sampai panen dulu.” ( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).

118

Pernyataan yang sama juga diucapkan Kepala Seksi Distribusi dan

Cadangan Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5) berikut ini:

“Ancamannya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kalau masalah hama

kan bisa diatasai. di Kabupaten Tangerang kan ada loksasi lahan

pertanian yang belum merata mendapatkan irigasi ketika musim panas

musim kemarau kan tidak bisa nanam tidak bisa bercocok tanam. yang

berjalan bagus itu yang sudah mendapat aliran irigasi.” ( Senin, 22-10-

2018 Pukul 10.45 WIB).

Pendapat lainnya diungkapkan oleh Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) sebagai

berikut:

“Alih fungsi lahan juga salah satu ancaman, kita tidak bisa memaksa

petani untuk tidak menjual lahannya. Kita tidak punya power. Mereka

punya hak untuk menjual tanah. Kita ga punya kekuatan itu. (Senin 17-09

2018, Pukul 13.35 WIB).

Hal ini ditegaskan pula oleh Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution (I1) sebagai berikut

“tantangannya banyaknya kebutuhan umum di Kabupaten Tangerang

yang memanfaatkan lahan. Contohnya pembangunan jalan tol dan

pembangunan bandara sehingga lahannya berkurang karena

digunakannya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi ya.

Contohnya perluasan bendara pembangunan jalan tol serpong sampai

Balaraja dan juga Teluknaga sampai Balaraja.”(Senin 22-10-2018, Pukul

11.58).

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas mengatakan bahwa lahan

pertanian yang ada di Kabupaten Tangerang semakin berkurang akibat adanya

alih fungsi lahan yang mengakibatkan produktivitas pertanian pun berkurang.

Lahan pertanian yang berkurang menjadi sebuah ancaman sehingga dapat

mengganggu ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang. Seperti yang

disampaikan oleh informan bahwa alih fungsi lahan itu karena adanya kebutuhan

119

umum seperti untuk pembangunan jalan tol serpong sampai Balaraja. Berdasarkan

data yang sudah dijelaskan pada bab 1 (satu) setiap tahunnya Kabupaten

Tangerang mengalami penurunan lahan setiap tahunnya. Pada tahun 2012 sebesar

42.702,00 ha, tahun 2013 dan 2014 tetap sama sebesar 38.644,00 ha, tahun 2015

turun yaitu menjadi 36.934,00 ha dan tahun 2016 menjadi 36.635,00 ha. Lahan

sawah menjadi terus berkurang juga karena banyak lahan sawah yang dijual,

karena kebanyakan petani adalah petani penggarap bukan petani pemilik sehingga

tidak adanya power dan tidak bisa memaksa untuk tidak menjual lahannya.

Seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri

Windayani, M.Si (I2):

“Ya mungkin masalahnya juga petani dikita adalah petani penggarap

bukan petani pemilik. Jadi lahannya mungkin bukan orang Kabupaten

Tangerang banyak juga lahan yang dikuasai penduduk bukan orang

Kabupaten Tangerang.” (Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB.)

Hal serupa juga dikatakan Ketua Poktan Palis Encham Samsuro (I7)

sebagai berikut:

“Lahan disini kebanyakan hak milik sudah jarang, jadi lebih banyak yang

petani penggarap. Tau sendiri lah banyak kebutuhan desakan-desakan

sosial sekarang banyak industri perumahan. mau tidak mau dijual.”

(Selasa, 09-10-2018 Pukul 11.15 WIB)

Hal senada juga diucapkan oleh Bapak Abd Hadi (I8) sebagai berikut:

“Lahan disini kebanyakan petani penggarap. Sekarang kebanyakan

pemilik lahannya adalah orang luar bukan orang sini.”(Rabu, 30-01-2019

Pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa banyak kebutuhan umum dan

juga desakan sosial, maka lahan pertanian digunakan untuk kebutuhan tersebut.

120

Sehingga mau tidak mau pemilik lahan menjual lahannya tersebut, serta banyak

petani penggarap karena lahan yang dikelola bukan lahan milik petani tersebut.

Masih dalam pembahasan yang sama, Seksi Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan Ibu Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4) menyatakan sebagai berikut:

“Visi misi kedepan kali ya kan Kabupaten Tangerang jadi kota industri

jadi untuk dikembangkan tidak bisa lagi pertanian. Tapi minimal

bertahan. Kita coba membuat peraturan daerah yang sudah ada ini

jangan sampai berubah fungsi. Dengan cara apa itu kebijakan yang

diatas. Apakah sistemnya nanti kalau pengen menjual menjual juga ke

orang yang berusaha di pertanian juga atau kalau ga ada apa diambil alih

pemerintah pemerintah yang mengelola. Itu masih digodok

peraturannya..” (Senin 17-09 2018, Pukul 13.35 WIB)

Sama juga seperti yang dikatakan oleh Seksi Konsumsi dan Keamanan

Pangan Bapak Supriyadi, M.Si (I3) sebagai berikut:

“Kondisi pertanian terutama mempertahankan lahan pertanian yang ada

jangan sampai dijual. Tapi ya susah juga namanya orang kan tidak bisa

memaksakan kalau kebutuhan dijual. Yang tadinya lahan teknis diubah

jadi perumahan. Mungkin salah satunya harus dibuat regulasi pemerintah.

semacam peraturan walaupun lahan dijual tapi peruntukkannya untuk

kegiatan pertanian. Khusus untuk pertanian aja harusnya ya bertahan.

Tapi ya harus ada regulasi itu dari pemerintah ada payung hukumnya

selama ini kan belum ada.” ( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, mengatakan bahwa setidaknya

Kabupaten Tangerang minimal bertahan dengan wilayah pertanian yang sekarang

ini. Minimal mempertahankan lahan pertanian yang ada dengan membuat payung

hukum dan regulasi agar bisa mempertahankan wilayah pertanian tersebut. Karena

sebenarnya jika dikelola dengan baik Kabupaten Tangerang mempunyai potensi

yang cukup untuk mengembangkan pertaniana. Jadi setidaknya walupun setiap

tahunnya mengalami alih fungsi lahan, minimal Kabupaten Tangerang bertahan

121

dengan kondisi wilayah pertaniannya saat ini dan jangan sampai pertanian itu

hilang.

Selain itu tantangan lainnya menurut Sekretaris Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution (I1) sebagai berikut:

“iklim yang sering tidak bersahabat dengan Kabupaten Tangerang,

karena ketika musim kemarau adalah angka kekeringan yang cukup luas.

Kalau musim penghujan adalah kebanjiran.” (Senin 22-10-2018, Pukul

11.58)

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut mengatakan bahwa iklim di

kabupaten Tangerang yang seringkali tidak bersahabat menjadi sebuah ancaman

tersendiri karena seringkalinya gagal panen. Seperti yang dikatakan oleh salah

satu Poktan (Kelompok Tani) Palis di Kaliasin Bapak Encham Samsuro (I7)

sebagai berikut:

“Terkait musim istirahat kita air ga ada kalau kemarau. Kebanyakan

irigasi teknis disini. Tidak ada tadah hujan sekarang. Karena berhubung

debit airnya kurang jadi tidak sampai sini. Saluran airnya dari primer ke

sekunder terus tersier tidak sampai. Soalnya yang butuh kan berapa

kecamatan berapa hektar jadi tidak cukup. Kita minta bantuan ke

pemerintah sumur bor nyedot dari tanah belum dikabulkan. Karena

kurangnya anggaran. Tapinya kan jadinya kita ga produktivitas ga ada

kegiatan. Banjir juga pernah yang blok sini sampai puso. puso itu kita

udah tanam pakai biaya udah mau reuneh udah mau mateng, tidak

keambil busuk gara-gara kerendam air kebanjiran.”(Selasa, 09-10-2018

Pukul 11.15 WIB)

Berdasarkan wawancara diatas mengatakan bahwa ketika musim kemarau

terjadi kekurangan air karena aliran irigasi yang debitnya dikit jadi tidak sampai

lahan sawah, dan juga ketika musim hujan pernah mengalami puso. Menurut Arti

menurut KBBI puso adalah kondisi ketika sawah tidak mengeluarkan hasilnya.

122

Jadi bisa dikatakan Puso adalah keadaan dimana suatu pertanaman tidak

menghasilkan dikarenakan kerusakan yang disebabkan oleh OPT (organisme

pengganggu tumbuhan) dan dampak perubahan iklim atau yang sering disingkat

dengan DPI antara lain: Banjir, Kekeringan, tanah longsor, gunung meletus, angin

kencang dan lain-lain yang termasuk bencana. Maka dari itu, kondisi iklim yang

tidak bersahabat mempengarui kegiatan pertanian di Kabupaten Tangerang.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh informan lain tenang pembahasan

yang sama mengenai ancaman yaitu mengenai saluran irigasi yang tidak mencapai

lahan-lahan pertanian juga dikatakan oleh Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan

Pangan Dra. Sunaryati, M.Si (I5).

“belum meratanya saluran irigasinya. Bisa dilihat perbedaan fasilitas

yang mendapat irigasi yang bentar lagi panen bulan ini bulan besok sama

desember. Sekalipun dia musim kemarau dia masih bisa nanam. Tapi yang

tidak mendapatkan saluran irigasi ga bisa menanam.” ( Senin, 22-10-

2018 Pukul 10.45 WIB)

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut juga dikatakan bahkan masih

banyak lahan yang belum tersaluran saluran irigasi jadi ketika musim kemarau

lahan tersebut tidak bisa digunakan karena kekurangan air. Seperti yang dikatakan

Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bapak Drh.Mawardi Nasution

(I1).

“ketersediaan air yang sering jadi hambatan ditambah dengan pesatnya

perkembangan penduduk untuk kepentingan pemukiman. Karena tidak

sedikit untuk dibangun rumah, itu adalah salah satu hambatan. Tugas kita

sekarang sebenarnyaa adalah menyediakan kebutuhan air akan tanaman

melaui pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah itu.

Tapi sekundernya kewenangannya lain, primernya kewenangannya lain.

Sementara sumber air kan primer, sekunder, dan tersier. Karena debet air

123

kita di Kabupaten Tangerang ini sudah sangat berkurang debit airnya,

kan kita juga suka lihat saluran irigasi. Itu kendalanya itulah yg paling

umum, jadi masih banyak lahan yang tidak mendapatkan saluran

irigasi.”(Senin 22-10-2018, Pukul 11.58)

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Abd Hadi (I8) yang mengatakan:

“Paling penting air. Kadang-kadang kalau tidak ada hujan agak sulit

naiknya dari pengairan. Kalo pengairannya lancar mah alhamdulillah si

lumayan. Tapi memang irigasi di sini susah juga ya. Kan bukan cuma buat

pertanian aja airnya, buat yang lain juga.”(Rabu 30-01-2019, Pukul 10.00

WIB)

Dari wawancara tersebut dikatakan bahwa ketersediaan air bukan hanya

untuk tersier saja tapi untuk primer dan sekunder. Serta dari dinas sudah diberikan

tugas untuk menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui pompanisasi,

perbaikan jaringan irigasi tersier dan lain-lain. Hal tersebut diungkap pula oleh

Kepala Bidang Ketahanan Pangan Ibu Drh. Kustri Windayani, M.Si (I2):

“sekarang saluran air banyak berkurang juga pendangkalan dan

sebagainya. sehingga sawah itu banyak yang tidak teraliri, sebenarnya

sawah itu ada irigasinya, tapi karena saluran irigasinya itu tidak

dipelihara dengan baik, jadinya air tidak sampai sawah tersebut, ya

akhirnya kalau sawah tidak ada air tidak bisa ditanamin. Mungkin dari

mekanisasi pertanian juga. Dari sisi petaninya orang-orang udah males,

pemuda-pemuda terutama jadi petani. Akhirnya banyaknya perubahan

lahan pertanian menjadi alih fungsi lahan pertanian, karena orang sudah

tidak tertarik lagi berusaha tani. Dari petaninya ya tadi ya itu petaninya

sudah tua-tua, penerus generasinya ga ada.” (Senin, 17-09-2018. Pukul

14.30 WIB.)

Dari hasil wawancara diatas dikatakan bahwa lahan tidak mendapatkan

aliran irigasi karena banyak irigasi yang tidak terpelihara, juga kurang minatnya

generasi muda terhadap pertanian. Jika tidak ada lagi generasi yang meneruskan

pertanian, ini bisa menjadi sebuah kendala.

124

4.4 Hasil Penelitian

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis dan fakta yang peneliti di

lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Pada penelitian ini

dengan judul Strategi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam

Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan

teori Sondang P. Siagian yaitu analisis SWOT “Strengths” (kekuatan),

“Weaknesses” (kelemahan), “Oportunities” (peluang) dan “Threats” (ancaman).

Matriks ini menjabarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal

yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang

dimiliki. Matrik ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi

seperti pada tabel berikut:

125

Tabel 4.6

Matriks Analisis SWOT

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

1. Adanya Undang-undang tentang

pangan No 18 Tahun 2012

tentang pangan dan Perda No 11

Tahun 2015 yang mendukung

adanya Ketahanan Pangan

2. Jumlah Poktan (Kelompok Tani

yang masih banyak)

3. Banyak program ketahanan

pangan yang mendukung

ketahanan pangan seperti

lumbung padi masyarakat, KRPL

(Kawasan Rumah Pangan

Lestari), Lomba Cipta Menu dan

lain sebagainya.

1. Kualitas SDM (Sumber daya

manusia) petani yang masih

rendah dan juga pola pikir

(mindset) petani yang harus

diubah.

2. Sarana dan Prasarana

pertanian yang kurang

memadai dan harus

ditingkatkan

3. SDM (sumber daya manusia)

petugas dilapangan terbatas.

Jadi tidak maksimal dalam

melaksanakan kegiatan.

.

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Jumlah penduduk Kabupaten

Tangerang yang cukup banyak

2. Banyak pelaku usaha yang

memanfaatkan hasil pertanian,

walaupun masih dalam tahap

mengolah

3. Banyak lahan tidur yang tidak

terpakai dan bisa

dimanfaatkan

1. Mengoptimalkan peran poktan

(kelompok tani) yang masih

banyak dengan mengelola lahan-

lahan tidur agar bisa

dimanfaatkan dan memberikan

outcome kepada petani.

2. Memberdayakan dan mendukung

poktan (kelompok tani) dengan

memberikan bantuan modal serta

membuat sebuah kegiatan

pelatihan agar para petani dapat

menghasilkan sebuah produk

pertanian.

3. Membuat pusat distribusi pangan

agar memudahkan petani menjual

hasil petaniannya.

4. Mengoptimalkan program

(Kawasan Rumah Pangan

Lestari), agar dapat

meningkatkan kemandirian

pangan dalam tingkat rumah

tangga.. Caranya yaitu dengan

1. Meningkatkan kualitas petani

dengan memberikan

pelatihan untuk

memanfaatkan pengelolaan

hasil pertanian.

2. Mengubah pola pikir petani

dengan melakukan

pembinaan agar mau

bergerak sendiri

mengembangkan apa yang

sudah diberikan pemerintah.

3. Mengoptimalkan

pemanfaatan sarana dan

prasarana pertanian yang

telah ada seperti traktor

walaupun jumlahnya tidak

banyak.

4. Mengembangkan

pengetahuan dan

keterampilan petani untuk

pemanfaatan lahan-lahan

tidur yang berada di

126

melakukan monitoring secara

menyeluruh terhadap daerah yang

memang sudah terdapat program

KRPL tersebut, sehingga

program tersebut dapat continue

dan tidak stagnan

lingkungan sekitarnya.

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Alih fungsi lahan akibat

banyaknya kebutuhan umum.

2. Belum meratanya saluran

irigasi serta banyak saluran

irigasi yang tidak terpelihara

dengan baik.

3. Iklim yang terkadang tidak

bersahabat.

4. Kurang minatnya generasi

muda dalam pertanian

1. Meyegerakan untuk menerbitkan

Perda mengenai terbentuknya

lahan pertanian pangan

berkelanjutan (LP2B) agar bisa

menetapkan lahan-lahan abadi

untuk pertanian. Sehingga tidak

terjadi alih fungsi lahan pada

lahan pertanian. Walaupun saat

ini masih dalam tahap

pembuatan.

2. Membuat desa Agropilitan,

sehingga memudahkan pelayanan

akses modal, agar para generasi

muda tertarik dalam bidang

pertanian.

3. Melibatkan poktan (kelompok

tani) dalam memelihara saluran

irigasi pertanian.

1. Penambahan sarana dan

prasarana pertanian untuk

petani, sesuai dengan

kebutuhan petani. Seperti

traktor dan sebagainya.

2. Mengoptimalkan irigasi

yang sudah ada dengan

memelihara saluran irigasi

agar sampai ke lahan

pertanian.

3. Menambah personil

pegawai penyuluhan agar

kegiatan yang dilakukan

bisa maksimal seperti untuk

memonitoring.

4. Melakukan Pelatihan

terhadap Penyuluh

Pertanian agar sesuai

dengan standar kompetensi

SDM pertanian.

5. Mengantisipasi perubahan

iklim dan cuaca agar bisa

meminimalisir gagal panen.

(Sumber:Peneliti 2018)

127

Gambar 4.6

Analisis Diagram SWOT Ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang

Berikut ini adalah penjelasan Analisis Diagram SWOT Ketahanan Pangan di

Kabupaten Tangerang

1. Sel I : Strategi SO (Strenght, Opportunities)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif atau agresif, artinya

organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk

terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan

secara maksimal.

I II

III IV

Peluang

(Opportunities)

di Kabupaten Tangerang

Ancaman

(Threats)

di Kabupaten

Tangerang

Sel 2: Strategi Penyehatan

Sel 1: Strategi Agresif

Sel 4: Strategi Bertahan

Sel 3 : Strategi Diversifikasi

Kelemahan

(Weaknesses)

di Kabupaten

Tangerang

Kekuatan

(Strenght)

di Kabupaten

Tangerang

128

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan teknik

wawancara terhadap informan, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan

ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yaitu dengan menentukan strategi

berdasarkan kombinasi kekuatan internal dan peluang eksternal yang bisa

memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan peluang sebaik-baiknya. Strategi

tersebut yaitu, mengoptimalkan peran poktan (kelompok tani) yang masih banyak

dengan mengelola lahan-lahan tidur agar bisa dimanfaatkan dan memberikan

outcome kepada petani. Kelompok petani yang berada di Kabupaten Tangerang

berjumlah 1041 kelompok tani tergolong masih cukup banyak, sehingga dapat

dioptimalkan perannya untuk mengelola lahan-lahan tidur disekitar lingkungan

kelompok petani tersebut.

Kedua, memberdayakan dan mendukung poktan (kelompok tani) dengan

memberikan bantuan modal serta membuat sebuah kegiatan pelatihan agar para

petani dapat menghasilkan sebuah produk pertanian. Dengan hal tersebut maka

petani bukan hanya melakukan pengelolaan saja, tetapi juga dapat menghasilkan

sebuah produk dan dijual dipasaran. Ketiga, membuat pusat distribusi pangan agar

memudahkan petani menjual hasil petaniannya. Keempat, mengoptimalkan

program (Kawasan Rumah Pangan Lestari), agar dapat meningkatkan

kemandirian pangan dalam tingkat rumah tangga.. Caranya yaitu dengan

melakukan monitoring secara menyeluruh terhadap daerah yang memang sudah

terdapat program KRPL tersebut, sehingga program tersebut dapat continue dan

tidak stagnan.

129

2. Sel 2 : Strategi WO (Weaknesses, Opportunities)

Posisi ini menandakan organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat

besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga

dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around). Berdasarkan hasil penelitian

yang peneliti lakukan dengan teknik wawancara terhadap informan, strategi yang

dapat dilakukan untuk peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Tangerang

artinya organisasi harus membuat strategi bagaimana meminimalkan kelemahan

yang selalu muncul dalam perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang

menguntungkan.

Strategi pertama yaitu, meningkatkan kualitas petani dengan memberikan

pelatihan untuk memanfaatkan pengelolaan hasil pertanian dengan memberikan

pelatihan kepada petani, diharapkan para petani bisa mengembangkan apa yang

sudah didapatkannya dengan mengelolah hasil pertaniannya. Kedua, mengubah

pola pikir petani dengan melakukan pembinaan agar mau bergerak sendiri

mengembangkan apa yang sudah diberikan pemerintah. Ketiga, mengoptimalkan

pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian yang telah ada seperti traktor dan

lainnya. Keempat, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan petani untuk

pemanfaatan lahan-lahan tidur yang berada di lingkungan sekitarnya.

3. Sel 3 : Strategi ST (strenght, Threats)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah diversifikasi

130

strategi, meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki

kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi

diversifikasi (produk/pasar).

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan teknik

wawancara terhadap informan, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan

ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yaitu organisasi bisa memanfaatkan

kekuatan baik dalam hal management, sistem pemasaran maupun kemampuan

finansial untuk mengatasi ancaman. Strategi pertama yaitu meyegerakan untuk

menerbitkan Perda mengenai terbentuknya lahan pertanian pangan berkelanjutan

(LP2B) agar bisa menetapkan lahan-lahan abadi untuk pertanian. Sehingga tidak

terjadi alih fungsi lahan pada lahan pertanian. Walaupun saat ini masih dalam

tahap pembuatan. Kedua, segera membuat desa Agropilitan, sehingga

memudahkan pelayanan akses modal, agar para generasi muda tertarik dalam

bidang pertanian.. Ketiga, melibatkan poktan (kelompok tani) dalam memelihara

saluran irigasi pertanian.

4. Sel 4 : Strategi WT (Weaknesses, Threats)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan,

artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya,

organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan

kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil

terus berupaya membenahi diri.

131

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan teknik

wawancara terhadap informan, strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan

ketahanan pangan Kabupaten Tangerang yaitu organisasi harus meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi pertama yaitu, penambahan sarana

dan prasarana pertanian untuk petani, sesuai dengan kebutuhan petani. Seperti

traktor dan sebagainya. Kedua, mengoptimalkan irigasi yang sudah ada dengan

memelihara saluran irigasi agar sampai ke lahan pertanian. Ketiga, menambah

personil pegawai penyuluhan agar kegiatan yang dilakukan bisa maksimal seperti

untuk memonitoring. Keempat, melakukan pelatihan terhadap Penyuluh Pertanian

agar sesuai dengan standar kompetensi SDM pertanian. Ke lima, mengantisipasi

perubahan iklim dan cuaca agar bisa meminimalisir gagal panen.

Penjelasan di atas merupakan srategi dengan menggunakan matrik SWOT

sebagai beberapa kemungkinan alternatif strategi dengan cara menggunakan

kekuatan untuk memanfaatakan peluang, memanfaatkan peluang untuk mengatasi

kelemahan, menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman dan

minimalisirkan kelemahan dan menghindari ancaman mengenai ketahanan pangan

di Kabupaten Tangerang. Diharapakan dengan membuat alternatif strategi seperti

yang sudah dijelaskan, dapat lebih mendukung dalam ketahanan pangan di

Kabupaten Tangerang, karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

selama ini masih diandalkan oleh Kabupaten Tangerang.

132

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu mengenai strategi Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan dalam meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten

Tangerang menggunakan matrik analisis SWOT. Faktor-faktornya yaitu kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman. Kesimpulan akhir penelitian ini yaitu dalam

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah berupaya dalam meningkatkan

ketahanan Pangan di Kabupaten Tangerang, seperti dengan adanya pelaksanaan

program Lumbung Padi masyarakat, KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari),

LCMB2SA (Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman) tingkat

Kabupaten, Pengawasan keamanan pangan segar dan lainnya, walaupun

pelaksanan yang dilakukan memang masih belum berjalan secara optimal

dikarenakan masih banyaknya kendala dalam pelaksanaan program-program

tersebut. Selain itu, strategi yang telah dilaksanakan juga sudah sesuai dengan

kondisi wilayah Kabupaten Tangerang yang memang termasuk wilayah urban.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Dinas Pertanian Dalam

Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabuaten Tangerang, maka peneliti mencoba

memberikan saran-saran mengenai hasil penelitiannya agar dapat membantu pihak

132

133

dinas pertanian dan ketahanan pangan dalam peningkatan ketahanan pangan di

kabupaten tangerang sebagai berikut:

a. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bidang khusunya Bidang

Ketahanan Pangan perlu melakukan monitoring dan juga penggerakan

kembali agar pelaksanaan program seperti KRPL (Kawasan Rumah

Pangan Lestari) berjalan dan tidak Stagnan.

b. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan khusunya pada Seksi Prasarana

dan Sarana Pertanian perlu memelihara saluran irigasi agar tidak rusak

dan juga membuat pompanisasi atau sumur di lahan sawah yang tidak

mendapat aliran irigasi, karena dalam pertanian air sangat penting untuk

menanam padi.

c. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan khususnya Bidang

Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan perlu

menambah personil penyuluh agar kegiatan atau program yang

terlaksana bisa maksimal terutama dalam hal monitoring

d. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan khususnya Bidang

Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan perlu

memberikan pelatihan dan juga pembinaan kepada petani agar

mengubah pola pikir petani jangan hanya terpacu oleh bantuan, jadi

harus lebih mandiri petaninya dan juga apa yang sudah diberikan

bantuan oleh pemerintah tetap ada dan terus berjalan.

134

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta: Erlangga

Creswell W. John. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan.

Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung : Pustaka Setia

Fahmi, Irham. 2015. Perilaku Organisasi. Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung:

Alfabeta.

Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen : Jakarta: Erlangga.

Handoko, T. Hani . 2003 . Manajemen. Penerbit BPFE Yogyakarta

Handayaningrat, Soewarno. 2001. Pengantar Studi Ilmu Administrasi

dan.Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,.

Bogor : Ghalia. Indonesia

Hasibuan, Malayu S. P. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hatten, Kenneth J dan Mary Louise Hatten, 1996. Effective. Strategic Management ,

Prentice Hall, Englewood Cliffs

Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi FISIP-UI.

134

135

John A. Pearce II dan Richard B.Robinson, Jr., 2011. Manajemen Strategis-.

Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.

Gramedia.

Kanto, Mukhlis & Patta Rappana. 2017. Filsafat Manjemen. Makassar: Celebes

Media Perkasa

Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.

Universitas Indonesia

Moleong, Lexy.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mudrajad, Kuncoro. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Jakarta: Erlangga.

Mulyadi. 2001.Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Jakarta:

Salemba Empat.

Nasution. 1996. Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Jakarta : Sinar Grafika.

Purwanti, Pudji. (2010) Model Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil dalam

Mencapai Ketahanan Pangan. Malang : Press UB

Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Umum.

Robbins, Stephen dan Coulter, Mary. 2013. Manajemen, Jakarta: Gramedia.

Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Strategik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sucahyowati, Hari. 2017. Manajemen Sebuah Pengantar. Wilis

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

136

Susanto, Jusuf. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas.

Tambunan, Tulus. 2003. Perkembangan sektor pertanian di Indonesia. Surabaya :

Ghalia Indonesia.

Umar, Husein. 2001. Strategic Management In Action .Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

DOKUMEN LAIN :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 1996 tentang Pangan

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun

2013-2018.

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

Tahun 2013-2018

Badan Pusat Statistik Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan Tahun 2013-

2017

Badan Pusat Statisik Produk Domestik Bruto Kabupaten Tangerang Tahun 2011-

2016

RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Provinsi Banten dalam Angka 2017

Program Penyuluh Pertanian Kabupaten Tangerang 2017

Kabupaten Tangerang dalam Angka Tahun 2012-2018

137

SUMBER-SUMBER LAIN :

Purwaningsih. 2008.”Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan, Dan

Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan.

Jurnal Ilmiah FE Universitas Muhamadiyah Surakarta, Terakreditasi Dikti

No. 55a/DIKTI/Kep 2006, Volume 9, Nomor 1, Juni 2008.

Yanuar Fiandana. Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Ketahanan

Pangan Daerah (Studi Pada Kabupaten Malang) Jurnal Administrasi

Publik (JAP), Vol.3, No. 10, Hal. 1792-1786

Dini Maharani Arum Rimadianti, Arief Daryanto, Yayuk Farida. Jurnal Gizi Pangan

Volume 11, Nomor 1, Maret 2016 “Strategi Peningkatan Ketahanan

Pangan dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan”

Ari Dwi Putranto .Strategi Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali Dalam

Mengimplementasikan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Berbasis Sumber Daya Lokal dengan Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun

2010.

https://www.republika.co.id/berita/nasional/intan/17/04/06/onyups280-dominasi

sektor-pertanian-di-indonesia, (diakses pada tanggal 20 Februari 2018)

http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-perstatistikan/167-statistik/statistik-

lahan/450-statistik-data-lahan-pertanian-tahun-2012-2016, (diakses pada

Tanggal 5 November 2017)

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/03/06/nksbau-tiap-tahun-lahan

pertanian-tangerang-tergerus-70-hektare, (diakses pada Tanggal 22

November 2017)

https://infonawacita.com/31-juta-kabupaten-tangerang-dibawah-garis-kemiskinan/,

(diakses pada tanggal 25 April 2018)

http://industri.bisnis.com/read/20161017/99/593073/javascript, (diakses pada tanggal

25 April 2018)

https://petatematikindo.wordpress.com, (diakses pada tanggal 22 November 2018)

http://www.litbang.pertanian.go.id/krpl/, (diakses pada tanggal 30 Januari 2019)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI

DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DALAM

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN

TANGERANG

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi

Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang

diberikan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancaraa seperti

di bawah ini:

Informan

1. Ketua Kelompok Tani (Poktan)

2. Petani

3. Kelompok Wanita Tani

Pertanyaan Wawancara Poktan

1. Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan pangan

Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?

2. Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?

3. Kebanyak sawah di wilayah ini tadah hujan atau irigasi?

Pertanyaan Wawancara Petani

1. Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan pangan

Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?

2. Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?

3. Apakah Perbedaan Pertanian zaman dulu dengan sekarang menurut bapak?

4. Apakah petani-petani terbiasanya menyimpan berasnya sendiri?

5. Kendala apa yang dialami dalam bertani?

6. Proses mendapatkan bantuan seperti apa?

Pertanyaan Kelompok Wanita Tani

1. Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) ini sudah berjalan

berapa lama?

2. Apakah Programnya sampai saat ini masih berjalan?

3. Kendala apa yang menjadi hambatan perogramnya?

4. Apakah Partisipasinya banyak atau tidak?

5. Proses diberikan program ini seperti apa? Apa ada sosialisasi terlebih

dahulu?

6. Apa yang dilakukan dalam program ini?

7. Apa yang dirasakan setelah adanya program ini?

8. Apa harapan untuk program ini?

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Drh. Mawardi Nasution ( I1)

USIA/UMUR : -

PEKERJAAN : PNS

JABATAN : Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan

PENDIDIKAN : -

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Jadi kita dinas pertanian dan ketahanan pangan, pertama kita berupaya untuk

meningkatkan produksi baik itu tanaman pangan, perkebunan holtikultura dan

peternakan karena itu semua bahan-bahan untuk ketersediaan pangan. Langkah-

langkahnya, kita sekarang berupaya terbentuknya LP2B (Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan) LP2B lahan-lahan abadi. Itu sudah tugas kita. Tugas

lainnya yaitu dengan menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui

pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah. Selain itu, juga

membina masyarakat untuk meningkatkan kualitas produksi pangannya termasuk

kemanan pangannya. Kualitas keamanan pangan kita bina terus dengan

melakasaknakan survey ke berbagai tempat pemasaran produk pertanian secara

menyeluruh, jadi dari hasil itulah bahan untuk melaksanakan pembinaan kepada

mereka. Itu yang kita laksanakan.

Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

kalau petugas kita yang di sini orangnya cukup, cuma yang menjadi masalah

adalah kualitas SDMnya (petani) harus dinaikkan, permodalan yang ada di

petani, kemudian sarana prasarana juga belum semua bisa kita berikan pada

petani. yang diberikan baru berjalan kurang lebih setengah lebih dari kebutuan

alat-alat pertanian yang ada.

Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

- iklim yang sering tidak bersahabat dengan Kabupaten Tangerang, karena

ketika musim kemarau adalah angka kekeringan yang cukup luas. Kalau

musim penghujan adalah kebanjiran.

- tantangannya banyaknya kebutuhan umum di Kabupaten Tangerang yang

memanfaatkan lahan. Contohnya pembangunan jalan tol dan pembangunan

bandara sehingga lahannya berkurang karena digunakannya untuk

kepentingan umum bukan kepentingan pribadi ya. Contohnya perluasan

bendara pembangunan jalan tol serpong sampai Balaraja dan juga Teluknaga

sampai Balaraja.

- ketersediaan air yang sering jadi hambatan ditambah dengan pesatnya

perkembangan penduduk untuk kepentingan pemukiman. Karena tidak sedikit

untuk dibangun rumah, itu adalah salah satu hambatan. Tugas kita sekarang

sebenarnyaa adalah menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui

pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier ditengah sawah itu. Tapi

sekundernya kewenangannya lain, primernya kewenangannya lain. Sementara

sumber air kan primer, sekunder, dan tersier. Karena debet air kita di

Kabupaten Tangerang ini sudah sangat berkurang debit airnya, kan kita juga

suka lihat saluran irigasi. Itu kendalanya itulah yg paling umum, jadi masih

banyak lahan yang tidak mendapatkan saluran irigasi.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Drh. Kustri Windayani M.Si ( I2)

USIA/UMUR : 53 Tahun

PEKERJAAN : PNS

JABATAN : Kepala Bidang Ketahanan Pangan

PENDIDIKAN : S2

Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Kekuatannya iya secara nasional adanya Undang-undang tentang pangan No 18

Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pangan itu kebutuhan wajib

masyarakat dan pemerintah serta pemerintah daerah harus menyediakan pangan

bagi masyarakat. Kewajiban menyediakan pangan yang cukup yang bergizi yang

berimbang bagi masyarakat atau penduduknya dengan tidak bertentangan dengan

adat, agama, suku dan lain sebagainya. Secara wilayah lokal kita juga punya

peraturan-peraturan daerah yang bisa menunjang pelaksanaan. Peraturan daerah

tentang percepatan keanekaragaman pangan. Ada Peraturan Bupati tentang

pembentukan tim pengawas keamanan pangan dan juga adanya Perda No 11

Tahun 2015, dimana salah satunya mendukung dalam hal ketahanan pangan dan

pertanian bisa terus dikembangkan.

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Program banyak dari mulai peningkatan kesejahteraan petani, yang kaitannya

dengan bagian bidang ketahanan pangan, ya bagian peningkatan ketahanan

pangannya. Program peningkatan ketahanan pangan masyarakat adanya dibidang

ini sekarang. Program peningkatan ketahanan pangan masayarakat, disitu di

program itu dijadikan lagi kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan penanganan daerah

rawan pangan, kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat,

penyuluhan sumber pangan alternatif, kegiatan pengembangan cadangan pangan

daerah.

Apa Kelemahan (weaknessess) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Dari internal dinasnya dari bidang ketahanan pangan hanya satu bidang,

sedangkan yang diurusnya banyak jadi kalau bisa bidang ketahanan pangan tidak

hanya satu bidang. Sekarang kan bidang ketahanan pangan ada satu bidang

dibagi 3 seksi, kalau bisa mungkin nanti kalau ada sesuatu yang baru itu bisa

diperluas, karena semua ketahanan pangan itu sebenarnya semua sektor terkait

dengan ketahanan pangan. Dari segi produksinya, dari segi pemanfaatannya, jadi

dari internal organisasinya bisa kewenangannya diperluas. Bukan

kewenangannya tapi bidang. Kalau sekarang hanya satu bidang bisa jadi 2

bidang. Karena satu bidang kita kekurangan personil sedikit sekali. Sedangkan

kalau misalnya 2 bidang yang menanganinya lebih banyak.

Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

- Penduduk yang tinggi juga mungkin suatu aset kan. Mungkin dari penduduk

itu kalau pendidikannya bagus dia bisa menjadi sumber daya manusia yang

hebat di Kabupaten Tangerang kedepan. Penduduk yang banyak ya artinya

kan bisa potensinya besar untuk mengelolah lahan. Laju penduduk yang

tinggi juga bisa menjadi potensi karena itu bisa untuk pengembangan

pengelolaan lahan pertanian. Penduduk yang tinggi juga bisa sebagai SDM

untuk beraneka ragam pupuk olahan. Mungkin ada kelompok-kelompok yang

bisa mengembangkan olahan pangan khas KabupatenTangerang misalnya

apa, itu kan sebagai potensi yang bisa dikembangkan. Kalau kita bisa lihat

misalkan Bogor punya lapis tales bogor. Kabupaten Tangerang punya apa kan

itu bisa dikembangkan jadi banyak potensi sebenarnya, jadi tinggal

bagaimana kita memanfaatkan potensi-potensi itu, kekuatan itu bagaimana

kita meningkatan potensi yang ada memanfaatkan peluang dan mengurangi

kekurangan tadi.

- Sebenarnya lahan di kita itu masih luas walupun belum optimal

dimanfaatkan, masih cukup luas lah ya pertanian di Kabupaten Tangerang,

masih diatas 30 ribu hektaran. kita bisa memanfaatkan kekurangan lahan

pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus meningkatkan

produktivitas perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur.

Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

- lahannya berkurang, akibatnya produksinya berkurang. Dari satu sisi

produktivitas kita juga belum optimal perhektar. Misalkan produksi padi

perhektarnya itu harusnya misalkan bisa mencapai 10 ton ini malah belum

sampai 7 ton. Masih banyak yang harus ditingkatkan. Kurangnya permodalan

bagi petani juga bisa menjadi kekurangan. Akses petani pada permodalan

masih susah, pinjam ke orang yaitu pemodal-pemodal besar. Jadi, misalkan

kalau panen, petani mendapatkan sedikit sekali karena langsung diambil

untuk membayar hutang. Kekurangan lahan pertanian itu udah jelas ya, tapi

bagaimana agar kita bisa memanfaatkan kekurangan lahan pertanian itu

supaya produksi tetap, disitu kita harus meningkatkan produktivitasnya

perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur, tidak hanya harus

sawah aja. Kan kita punya banyak lahan tidur, lahan pekarangan sempit yang

di sebelah rumah, di depan rumah, di belakang rumah itu kab bisa ditanami

oleh tanaman sayuran untuk konsumsi sendiri juga, itu kan bisa

dimanfaatkan. Tapi kita tuh masih belum memanfaakan. Ya jadi masyarakat

masih perlu ditingkakan lagi pemahamannya pemanfaatan pekarangan.

Mungkin masyarakat kita masih konsumtif, belum bisa memanfaatkan apa

yang ada. Potensi sumber daya di lingkungannya sendiri, itu kekurangannya.

Perlu pendidikan kepada masyarakat meningkatkan pemahaman, yang seperti

itu kan ga harus petani.

- Ya mungkin masalahnya juga petani dikita adalah petani penggarap bukan

petani pemilik. Jadi lahannya mungkin bukan orang Kabupaten Tangerang

banyak juga lahan yang dikuasai penduduk bukan orang Kabupaten

Tangerang.

- sekarang saluran air banyak berkurang juga pendangkalan dan sebagainya.

sehingga sawah itu banyak yang tidak teraliri, sebenarnya sawah itu ada

irigasinya, tapi karena saluran irigasinya itu tidak dipelihara dengan baik,

jadinya air tidak sampai sawah tersebut, ya akhirnya kalau sawah tidak ada air

tidak bisa ditanamin. Mungkin dari mekanisasi pertanian juga. Dari sisi

petaninya orang-orang udah males, pemuda-pemuda terutama jadi petani.

Akhirnya banyaknya perubahan lahan pertanian menjadi alih fungsi lahan

pertanian, karena orang sudah tidak tertarik lagi berusaha tani. Dari petaninya

ya tadi ya itu petaninya sudah tua-tua, penerus generasinya ga ada.

1

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Supriyadi,SP., M.Si (I3)

USIA/UMUR : 51 Tahun

PEKERJAAN : PNS

JABATAN : Kepala Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan

PENDIDIKAN : S2

Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Jumlah petani banyak, kelompok tani juga masih banyak, jumlahnya ada berapa

ribu itu kelompok tani. Jadi memudahkan untuk bisa meningkatkan ketahanan

pangannya itu. Kelompok tani sangan berperan, kalau ga ada kelompok tani nanti

gimana. Mesti kalau ada bantuan itu kan kita larinya ke kelompok. Bagaimana

supaya meningkakan pangan itu, yang di lapangan kelompok tani.

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

ada mengenai penyuluhan bahan pangan alternatif nah itu biasanya kita

melaksanakan semacam lomba LCMB2SA (Lomba Cipta Menu Beragam,

Bergizi, Seimbang dan Aman). Itu tingkatan kabupaten. Jadi lombanya dari ibu

pkk dikecamatan. Kan kita kecamatannya ada 29 itu pesertanya pkk tingkat

kecamatan. Karena kan kita liat pkk ini ibu-ibu menyajikan makanan ke anak-

anaknya. Jadi maksudnya kita mengadakan lomba ini adalah makanan itu harus

beragam. Jadi kita menggali potensi supaya masyarakat ini bisa meningkatkan

pangan lokalnya atau beragamnya jangan beras aja kita bisa dari singkong, ubi

atau apa dari pangan lokalnya itu. Disamping itu juga kita ada kegiatan KRPL

(Kawasan Rumah Pangan Lestari). Jadi di pekarangan rumah itu pemanfaatan

supaya ada tumbahan. Dari situ kita memanfaatkan lahan pekarangan untuk

dimanfaatkan. Kita memberikan bimbingan berbagai macam bantuan dengan

pot-pot agar bisa ditanami sayuran. Kalau tentang keamanan pangan kita khusus

ke pangan segar asal tumbuhan. jadi khusus ke sayuran buah-buahan pokoknya

dari tumbuan cuma lingkupnya itu aja.

Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

kelemahannya itu karena SDM kita terbatas. jadi tidak maksimal untuk

melaksanakan kegiatan. Justru itu karena dilapangan itu karena terbatas untuk

monitoring dilapangan terbatas juga. Penyuluh-penyuluh juga kan kerjaannya

banyak juga, bukan di kegiatan kita aja. Masing-masing terpecah banyak

kerjannya jadi tidak fokus.

Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Peluangnya pasarnya banyak seperti sayuran. Jumlah penduduk kan banyak kan

masyarakat banyak. peluang untuk memasarkan hasil pertanian banyak.

Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

- lahan sudah mulai berkurang dan banyak pembangunan jadi alih fungsi lahan.

Iya lahan pertaniannya lemah, kan sudah beralih fungsi. Dulu sih banyak tapi

sekarang-sekarang sudah mulai berkurang. Adanya dinas pertanian kan itu

fungsinya untuk mengurusi itu. Sekarang tidak tahu nanti kedepannya

pertanian masih ada atau tidak. Seperti di kota sudah habis lahannya, paling

yaitu kita memanfaatkan lahan-lahan pekarangan. Atau lahan-lahan yang

sudah dikuasai perusahaan kan tidak dimanfaatkan nah itu permasalahan juga

itu. Banyak lahan tidur tapi tidak di manfaatkan, seharusnya kan pemerintah

daerah yang MOU (memorandum of understanding) dengan yang punya

lahan itu, supaya bisa dimanfaatkan. Takutnya kalau tidak ada perjanjian itu,

jika petani-petani kita menggarap untuk panen, nanti lahannya mau dibangun.

Kalau ada perjanjiannya berapa tahun kita bisa kalau seandainya mau

dibangun juga menunggu sampai panen dulu.

- Kondisi pertanian terutama mempertahankan lahan pertanian yang ada jangan

sampai dijual. Tapi ya susah juga namanya orang kan tidak bisa memaksakan

kalau kebutuhan dijual. Yang tadinya lahan teknis diubah jadi perumahan.

Mungkin salah satunya harus dibuat regulasi pemerintah. semacam peraturan

walaupn lahan dijual tapi peruntukkannya untuk kegiatan pertanian. Khusus

untuk pertanian aja harusnya ya bertahan. Tapi ya harus ada regulasi itu dari

pemerintah ada payung hukumnya selama ini kan belum ada.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Yanti Damaiyanti, S.Pi (I4)

USIA/UMUR : 5 Tahun

PEKERJAAN : PNS

JABATAN : Kepala Seksi Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan

PENDIDIKAN : S1 Perikanan

Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Jumlah petani masih banyak dan sangat berperan kalau ada bantuan atas nama

kelompok, soalnya di kelompok ada kepengurusan. Nanti mereka pinjaman ada

pengembalian jadi kaya sistem koperasi tidak usah keluar pinjamnya. Cuma

memang bentuknya bukan uang. Tapi ada juga, walaupun bentuknya lumbung

padi ada juga yang meminjamkan uang, ada yang sembako juga. Tapi belum

banyak.

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Di pertanian kita lebih ke produksi, kita sudah memberikan sarana dan prasarana

produksi ke petani, serta peternak untuk kesehatan hewannya. Untuk di

ketahanan pangannya kemarin kita memperbanyak lumbung, jadi petani disini

banyaknya panen langsung jual, kenapa tidak disimpen saja untuk kebutuhannya

sendiri. Akhirnya kita berikan bantuan bangunan lumbung, supaya memberikan

stimulan. Gabahnya disimpan dan dipakai bersama anggotanya dengan bikin ijab

kabul. Seperti ketikan meminjam sebanyak 10 kg tapi pengembaliannya 11 kg

seperti itu, itu sudah kita buat sampai tahun ini. Total lumbung ada sekita 60.

Waktu itu rencananya 100 lumbung, karena anggaran kurang, jadi 60. Saya lupa

karena saya meneruskan ditengah program tersebut. Program yang kedua yaitu

KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang saya bilang tadi jadi penyediaan

pangan di rumah-rumah sekitar 10 sampai 20 rumah kita berikan bantuan rak

tanaman begitu juga dengan benih dan bibitnya, seperti sayuran dan buah-

buahan. Jadi mereka cobalah menanam sendiri.

Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Kelemahannya untuk SDM nya sendiri pendampingannya kurang. Karena

mungkin juga banyak pekerjaannya jadi susah ditangani, luas wilayahnya juga

jadi pendampingannya juga tidak continue. Hanya saja, 1 pendamping penyuluh

itu bisa memegang berapa desa sedangkan 1 desa jumlah petaninya banyak.

Malah ada yang 1 orang 1 kecamatan jadi juga kan pekerjaannya bukan hanya

ketahanan pangannya saja. Seperti kewalahan gitu mereka. Sebenarnya personil

kita termasuk cukup, SDM dinasnya. tapi kalau dari penyuluh kita memang

kurang.

Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Kalau dilihat dari progres analisis data dari pola pangan harapan naik terus.

Masyarakat sudah sadar penyuluhan yang kita berikan pada mereka. Karena kan

pendidikan itu ga bisa langsung masih bertahap pelan-pelan. Kemarin sudah

bagus skornya makanan bergizi seimbang seperti apa. Peluang untuk industri

pangan kita sudah banyak. Kalau pengusaha besar sudah ada kaya sosis naget.

Tapi perlu diawasi keamanan pangannya apakah dari limbahnya apakah dari

proses membuatnya itu aman tidak untuk dikonsumsi paling itu dari pengawasan.

Kalau perkembangan sudah banyak. Kalau UKM (Usaha Kecil Menengah) sudah

ada tapi masih dalam tahap mengolah, emang harus dapat dukungan sih.

Dukungannya kita masih agak kurang karena memang bahhan bakunya kita

kurang. Kalau bahan bakunya kita sendiri kan enak tapi itu bahan bakunya dari

luar belum ongkosnya emping itu. Yang kedua itu sirup yang kecut belimbing

wuluh. Kalau jus naga itu pabrikan. Paling memang kalau usaha pasca panennya

belum. Tapi kalau pengelola pangan lokal kue basahnya ada masih ada. sama dia

juga sama ketersediannya baku kurang. Singkong yang di fermentasi rasanya

hampir mirip dengan terigu, tapi jika untuk dibuat roti ga bisa soalnya butuh

protein yg tinggi. Baru satu skalanya yg ada.

Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

- Alih fungsi lahan juga salah satu ancaman, kita tidak bisa memaksa petani

untuk tidak menjual lahannya. Kita tidak punya power. Mereka punya hak

untuk menjual tanah. Kita ga punya kekuatan itu.

- Visi misi kedepan kali ya kan Kabupaten Tangerang jadi kota industri jadi

untuk dikembangkan tidak bisa lagi pertanian. Tapi minimal bertahan. Kita

coba membuat peraturan daerah yang sudah ada ini jangan sampai berubah

fungsi. Dengan cara apa itu kebijakan yang diatas. Apakah sistemnya nanti

kalau pengen menjual menjual juga ke orang yang berusaha di pertanian juga

atau kalau ga ada apa diambil alih pemerintah pemerintah yang mengelola.

Itu masih digodok peraturannya.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Dra. Sunaryati, M.Si (I5)

USIA/UMUR : 54 Tahun

PEKERJAAN : PNS

JABATAN : Kepala Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan

PENDIDIKAN : S2

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

itu juga merupakan salah satu strategi dinas dengan penguatan kelembagaan

dengan membentuk lumbung pangan masyarakat. Masalah lumbung padi kita itu

sudah sejak dari 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 ga ada, 2017 sama tahun ini. kita

bangun 64 lumbung pangan pada masyarakat plus kita bangun dengan isinya.

Kita modalin dulu. Kita bangun lumbungnya kemudian kita modalin ada yang 3

ton lebih. Ada yang tahun ini kia bangun 32 titik. Plus isinya kita siapkan gabah

2 ton setengah. Itu sebenarnya sangat bagus. untuk stabilitas juga itu

diperuntukkan untuk petani atau kelompok petani itu sendiri agar ketika dia

paceklik ketika gagal panen dia ada tabungannya. ini kan berupa tabungan dia

jadi mengeluarkan tabungan itu dibagi kepada anggota-anggota kelompoknya

sambil menunggu penanaman berikutnya. kemudian akan diganti dan akan

digulirkan nanti kesepakatan dipinjam 1 kwintal atau 100 kg dipinjam oleh

anggotanya nanti dia kesepakatan kelompok berapa yang harus di kembalikan.

Jangan 100 kg dikembalikan 100 kg lagi. Itu kesepakatan anggota kelompok itu

sendiri itu keuntungannya untuk stabilitas harga dan menghindari kekurangan

bahan pangan terhadap masyarakat itu sendiri.

Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

- harus diperbaiki adalah SDM (petani). Jika SDM menyadari apa yang

diemban terhadap mereka terhadap seseorang pasti kan dia akan sadar. di

kasih peluang dan kesempatan tapi kok tidak digunakan kesempatan ini. Jadi

masih menjadi budaya kalau mendapat bantuan bekerja, kalau ga mendapat

bantuan ga. Mereka ini adalah pahlawan-pahlawan pangan yang harus kita

persiapkan baik dari segi mental merekal karena orang kan terkadang gini

petani-petani kita sudah tua yang muda ga mau jadi petani. Karena selalu

konotasinya jadi petani itu miskin. Pekerjaan yang kasar kotor yang tidak

mendapatkan hasil. Padahal mereka ini adalah pahlawan pangan kita. Selain

itu juga, contoh nih ya lumbung padi, kelemahannya karena kita tidak ada

pendampingan berkelanjutan pada akhirnya ini ada indikasi beralih fungsi

manajemennya juga karena pola cara berpikir kelompok petani juga kan dia

tidak tau bagaimana ini dikembangkan. Harus dikembangkan kedepannya

dari 2 ton bisa umpanya jadi 2 ton setengah atau tahun berikutnya ton sekian

eh tapi malah hilang karena tidak ada pendampingan yang berkelanjutan.

SDMnya yang harus dierbaiki tadi petani sama SDMnya pelaku pemerintah

juga.

- Sarana dan prasarana, masalah sarana prasarana itu dibilang cukup ga juga,

kurang juga ga. Intinya sarana dan prasarananya masih perlu ditingkatkan

lagi.

Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Kaya ini kalau peluang ke depannya itu jadi banyak faktor yang mendukung tapi

kan di Kabupaten Tangerang hanya berkecimpung dalam padi nah yang sangat

mendukung adalah bagaimana petugas-petugas kita dilapangan mesosialisasikan

agar petani bisa tau bagaimana cara menanam padi yang lebih efektif yang lebih

bagus hasilnya. Seperti pemupukannya seperti apa, penyediaan pupuknya yang

bagus kan nanti berpeluang menghasilkan panen yang bagus yang baik yang

berkualitas.

Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

- Ancamannya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kalau masalah hama kan

bisa diatasai. di Kabupaten Tangerang kan ada loksasi lahan pertanian yang

belum merata mendapatkan irigasi ketika musim panas musim kemarau kan

tidak bisa nanam tidak bisa bercocok tanam. yang berjalan bagus itu yang

sudah mendapat aliran irigasi.

- belum meratanya saluran irigasinya. Bisa dilihat perbedaan fasilitas yang

mendapat irigasi yang bentar lagi panen bulan ini bulan besok sama

desember. Sekalipun dia musim kemarau dia masih bisa nanam. Tapi yang

tidak mendapatkan saluran irigasi ga bisa nanem.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Aman Suherman, SP (I6)

USIA/UMUR : 59 Tahun

PEKERJAAN : PNS

JABATAN : Koordinator BPP Kaliasin

PENDIDIKAN : S1

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada lumbung padi.

Ya walupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui bantuan dari dinas.

fungsinya untuk cadangan pangan. Kalau musim paceklik itu bisa dipinjam

kemudian dikembalikan ke kelompok lagi. sesuai perjanjian.

Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

Kalau fasilitas pertanian belum. Masalah-masalah ada salah satunya fasilitas

kerja fasilitas untuk kegiatan belum memadai.

Apa ancaman (threats) yang dimiliki dinas pertanian dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

irigasi harus diperbaiki. Menurut catatanan irigasi tapi ternyata airnya ga sampai,

harus ada perbaikan salurannya. Untuk daerah sini ada 2 saluran pertama

cisadane kedua cidurian.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Encam Samsuro (I7)

USIA/UMUR : 55 Tahun

PEKERJAAN : Petani Padi

JABATAN : Ketua Poktan

PENDIDIKAN : SLTP

Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan

pangan Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?

Disini ada lumbung padi disini kurang lebih sudah tiga tahunan. itu kita salurkan

ke anggota simpan pinjem kaya koperasi tapi bayarnya ini musiman kan tanaman

ya kalau panen bayar. Bayarnya padi juga. Tapi sistemnya kaya koperasi simpen

pinjem itu ada tabungan ada pokonya berapa gitu. Bayarnya disetiap musim

pengurusnya. Prosesnya dipinjamkan dengan bayarnya bagimana itu sesuai

anggota yang bicara sesuai kesepakatan. Alhamdulillah gabah ini dipinjam

setelah itu panen bayar tapi bunganya hanya berapa kg yang 10 kwintal tuh Cuma

5 kg bunganya. Bukan berbunga istilahnya kaya simpaan gitu. Tapi harus ada

gitu kalau anggota baru harus simpen simpenan pokok. Simpenan pokoknya 50

kg. Wajibnya juga ada juga tiap panen ada yang wajib. Wajibnya kena 20 kg.

Maksudnya itu nanti ada yang pinjam lagi bisa dkembangkan lagi. Makanya

jangan sampai kosong lumbungnya takut ada yang minjem lagi.

Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?

Lahan disini kebanyakan hak milik sudah jarang, jadi lebih banyak yang petani

penggarap. Tau sendiri lah banyak kebutuhan desakan-desakan sosial sekarang

banyak industri perumahan. mau tidak mau dijual

Kebanyak sawah di wilayah ini tadah hujan atau irigasi?

Terkait musim istirahat kita air ga ada kalau kemarau. Kebanyakan irigasi teknis

disini. Tidak ada tadah hujan sekarang. Karena berhubung debit airnya kurang

jadi tidak sampai sini. Saluran airnya dari primer ke sekunder terus tersier tidak

sampai. Soalnya yang butuh kan berapa kecamatan berapa hektar jadi tidak

cukup. Kita minta bantuan ke pemerintah sumur bor nyedot dari tanah belum

dikabulkan. Karena kurangnya anggaran. Tapinya kan jadinya kita ga

produktivitas ga ada kegiatan. Banjir juga pernah yang blok sini sampai puso.

puso itu kita udah tanam pakai biaya udah mau reuneh udah mau mateng, tidak

keambil busuk gara-gara kerendam air kebanjiran.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Abd Hadi (I8)

USIA/UMUR : 45 Tahun

PEKERJAAN : Petani Padi

JABATAN : Bendahara Poktan (Swadaya)

PENDIDIKAN : SD

Program atau kegiatan apa saja dari dinas pertanian dan ketahanan

pangan Kabupaten Tangerang yang sedang dilaksanakan?

Program sepertinya banyak ya. Tapi yang dilakukan disini seperti mencoba

menerapkan pupuk organik, tetapi sampai sekarang belum benar-benar terserap

yaitu penggunaan pestisida nabati. Stelah diuji sama laboratorium ternyata untuk

memberantas hama jangan kebanyakan pestisida dan jangan kimia bahkan itu

lebih bahaya. Sebenarnya pemerintah punya program tapi petaninya kecanduan

keyakinannya. kan sudah mengingatkan jika dalam pengunaan pestisida jangan

terlalu banyak, tapi masih banyak petani yang menggunakannya berlebihan,

pemikirannya lebih kearah kalau padi ga disemprot, maka hama semakin banyak,

padahal nantinya malah menjadi parah hamanya jika terlalu berlebihan. Saya

cuma menggunakan 3 sampai 4 kali pengunaan alhamdulilah selamat. Jadi daya

tahannya beda. Bahkan kemarin sama balai benih dikaji ada daya rangsang sama

pupuk-pupuk kimia itu. pestisida kimia itu lebih rentan serangannya. Apalagi

potensi pupuk organik sebenarnya kan banyak seperti pupuk kandang kalau kita

mau.

Apakah lahan yang berada disini banyak lahan hak milik?

Lahan disini kebanyakan lahan penggarap. Sekarang kebanyakan pemilik

lahannya adalah orang luar bukan orang sini.

Apakah Perbedaan Pertanian zaman dulu dengan sekarang menurut

bapak?

Dari tahun 90 sudah berkecimpung langsung dari kecil dalam pertanian, saya

juga anak petani soalnya. Kalau menurut saya agak kurang kalo untuk potensi

dari orangnya udah mulai sulit, apalagi banyak teknologi-teknologi ya sekarang.

Selain itu pola pikirnya juga mungkin, padahal sudah dibilang jangan terlalu

banyak pengunaan pestisida kimia, tetapi masih ada juga petani yang memakai

terlalu banyak.

Apakah petani-petani terbiasanya menyimpan berasnya sendiri?

Disimpan dulu, gabahnya sih yang disimpan sambil nunggu harga gabah naik

baru dijual. Kan disini petani garapannya tidak banyak yang luas. Paling

maksimal 1 hektar, yang lainnya paling 5000 meter ada yang 4000 meter.

Kendala apa yang dialami dalam bertani?

- Belum sarana dan prasarana. Kalo tanam serempak itu susah juga kadang

benih sampe 1 bulan, ga digarap jadinya. Dari alat pertaniannya ini yang

kurang seperti traktor. Cuma 1 tapi yang pakai banyak terus gantian, apalagi

garapan juga kan luas.

- Paling penting air. Kadang-kadang kalau tidak ada hujan agak sulit naiknya

dari pengairan. Kalo pengairannya lancar mah alhamdulillah si lumayan. Tapi

memang irigasi di sini susah juga ya. Kan bukan cuma buat pertanian aja

airnya, buat yang lain juga.

Proses mendapatkan bantuan seperti apa?

Jadi kita mengajukan proposal kemudian kita berikan kepada BPP (Balai

Penyuluh Pertanian) dan mereka nanti yang mengurus. Alhamdulillah kalau

sekarang dapat terus. Tetapi juga terkadang dari pemerintahnya langsung, jika

ada program apa kemudian memberikan bantuan ke kita.

MEMBERCHECK

NAMA/KODE INFORMANI : Siti Jumriah (I9)

USIA/UMUR : 53 Tahun

PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga

JABATAN : Anggota Kelompok Tani (Sri Cikoja)

PENDIDIKAN : SLTP

Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) ini sudah berjalan

berapa lama?

Sudah sekitar dua tahun yang lalu. Dapet juara di provini ini. Dulu hijau sekali,

dari rumah depan sampai ke belakang. Sekitar tahun 2016 program ini mulai. Jika

KWT (Kelompok Wanita Tani) sudah ada dari tahun 2011.

Apakah Programnya sampai saat ini masih berjalan?

Sebenarnya dari bapak yang nilainya ini kalau sudah dibentuk harusnya berjalan

terus. Yah namanya warga kalau dibentuk berjalan, tapi kesininya ga jalan.

Seharusnya mah masih berjalan karena warganya pada tidak peduli jadi ya malah

seperti jalan ditempat ini mah.

Kendala apa yang menjadi hambatan programnya?

Tapi kalau warga daerah sini aktif pada mau semangat ketika dibentuk program

ini. Tetapi warganya inginnya harus dibuat pagar segala macem. Bibitnya harus

dibawain. Padahal buat dia sendiri manfaatnya. Sawi, mau ditanam tapi males.

Sampai dikasih rak-rak yang putih dari dinasnya.

Apakah Partisipasinya banyak atau tidak?

Partisipasinya ya dari warganya aja yang ikut terlibat dari program ini.

Proses diberikan program ini seperti apa? Apa ada sosialisasi terlebih

dahulu?

Penyuluh ke KWT memebrikan bibit dan rak-rak dari dinas. Diadakan disini di

Desa Tobat karena di pilih dari dinasnya.

Apa yang dilakukan dalam program ini?

Yang dilakukan yaitu menanam cabai, sayuran bayem, ada kucai, kangkung,

brokoli, kembang kol. Tumbuh-tumbuhan makanan pokoknya yang dapat

dikonsumsi sendiri oleh warga.

Apa yang dirasakan setelah adanya program ini?

Sangat bermanfaat sekali, karena dengan begitu bisa mengkonsumsi sendiri

tumbuh-tumbuhannya tidak perlu beli. Bermanfaat sekali sebenarnya tapi

begitulahh warga kurang menyadari, kalau pas pembentukannya tanggap gitu.

Kalo sudah ya sudah selesai. Padahal buat dikonsumsi sendiri

Apa harapan untuk program ini?

Pengennya berjalan programnya. Buat konsumi masyarakatnya sendiri ga dijual

lagi. Tapi kalo banyak mah boleh dijual.

MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA

I

Q

Kekuatan (strenght) apa saja yang dimiliki dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

I1 -

I2 Kekuatannya iya secara nasional adanya Undang-undang tentang pangan

No 18 Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pangan itu

kebutuhan wajib masyarakat dan pemerintah serta pemerintah daerah

harus menyediakan pangan bagi masyarakat. Kewajiban menyediakan

pangan yang cukup yang bergizi yang berimbang bagi masyarakat atau

penduduknya dengan tidak bertentangan dengan adat, agama, suku dan

lain sebagainya. Secara wilayah lokal kita juga punya peraturan-peraturan

daerah yang bisa menunjang pelaksanaan. Peraturan daerah tentang

percepatan keanekaragaman pangan. Ada Peraturan Bupati tentang

pembentukan tim pengawas keamanan pangan dan juga adanya Perda No

11 Tahun 2015, dimana salah satunya mendukung dalam hal ketahanan

pangan dan pertanian bisa terus dikembangkan.

I3 Jumlah petani banyak, kelompok tani juga masih banyak, jumlahnya ada

berapa ribu itu kelompok tani. Jadi memudahkan untuk bisa

meningkatkan ketahanan pangannya itu. Kelompok tani sangan berperan,

kalau ga ada kelompok tani nanti gimana. Mesti kalau ada bantuan itu kan

kita larinya ke kelompok. Bagaimana supaya meningkakan pangan itu,

yang di lapangan kelompok tani.

I4 Jumlah petani masih banyak dan sangat berperan kalau ada bantuan atas

nama kelompok, soalnya di kelompok ada kepengurusan. Nanti mereka

pinjaman ada pengembalian jadi kaya sistem koperasi tidak usah keluar

pinjamnya. Cuma memang bentuknya bukan uang. Tapi ada juga,

walaupun bentuknya lumbung padi ada juga yang meminjamkan uang,

ada yang sembako juga. Tapi belum banyak.

I5 -

LAMPIRAN 4

I6 Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada

lumbung padi. Ya walaupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui

bantuan dari dinas. fungsinya untuk cadangan pangan. Kalau musim

paceklik itu bisa dipinjam kemudian dikembalikan ke kelompok lagi.

sesuai perjanjian.

I7

Lumbung padi disini kurang lebih sudah tiga tahunan. itu kita salurkan ke

anggota simpan pinjem kaya koperasi tapi bayarnya ini musiman kan

tanaman ya kalau panen bayar. Bayarnya padi juga. Tapi sistemnya kaya

koperasi simpen pinjem itu ada tabungan ada pokonya berapa gitu.

Bayarnya disetiap musim pengurusnya. Prosesnya dipinjamkan dengan

bayarnya bagimana itu sesuai anggota yang bicara sesuai kesepakatan.

Alhamdulillah gabah ini dipinjam setelah itu panen bayar tapi bunganya

hanya berapa kg yang 10 kwintal tuh Cuma 5 kg bunganya. Bukan

berbunga istilahnya kaya simpaan gitu. Tapi harus ada gitu kalau anggota

baru harus simpen simpenan pokok. Simpenan pokoknya 50 kg. Wajibnya

juga ada juga tiap panen ada yang wajib. Wajibnya kena 20 kg.

Maksudnya itu nanti ada yang pinjam lagi bisa dkembangkan lagi.

Makanya jangan sampai kosong lumbungnya takut ada yang minjem lagi.

I8 -

I9 Sudah sekitar dua tahun. KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang

ini disini. Dapat juara di provinsi ini. Dulu hijau sekali, dari rumah depan

sampai ke belakang. Sekitar tahun 2016 program ini mulai. Jika KWT

(Kelompok Wanita Tani) sudah ada dari tahun 2011. Yah namanya warga

kalau dibentuk berjalan, tapi kesininya ga jalan. Seharusnya masih

berjalan karena warganya pada tidak peduli jadi ya malah seperti jalan

ditempat ini. Sangat bermanfaat sekali, karena dengan begitu bisa

mengkonsumsi sendiri tumbuh-tumbuhannya tidak perlu beli. yang

dilakukan yaitu menanam cabai, sayuran bayem, ada kucai, kangkung,

brokoli, kembang kol. Tumbuh-tumbuhan makanan pokoknya yang dapat

dikonsumsi sendiri oleh warga. Bermanfaat sekali sebenarnya tapi

begitulah warga kurang menyadari, kalau pas pembentukannya tanggap

gitu. Kalau sudah ya sudah selesai. Padahal buat dikonsumsi sendiri.

I

Q

Strategi apa yang sudah dilaksanakan dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

I1 Jadi kita dinas pertanian dan ketahanan pangan, pertama kita berupaya

untuk meningkatkan produksi baik itu tanaman pangan, perkebunan

holtikultura dan peternakan karena itu semua bahan-bahan untuk

ketersediaan pangan. Langkah-langkahnya, kita sekarang berupaya

terbentuknya LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) LP2B

lahan-lahan abadi. Itu sudah tugas kita. Tugas lainnya yaitu dengan

menyediakan kebutuhan air akan tanaman melaui pompanisasi, perbaikan

jaringan irigasi tersier ditengah sawah. Selain itu, juga membina

masyarakat untuk meningkatkan kualitas produksi pangannya termasuk

kemanan pangannya. Kualitas keamanan pangan kita bina terus dengan

melakasaknakan survey ke berbagai tempat pemasaran produk pertanian

secara menyeluruh, jadi dari hasil itulah bahan untuk melaksanakan

pembinaan kepada mereka. Itu yang kita laksanakan..

I2 Program banyak dari mulai peningkatan kesejahteraan petani, yang

kaitannya dengan bagian bidang ketahanan pangan, ya bagian

peningkatan ketahanan pangannya. Program peningkatan ketahanan

pangan masyarakat adanya dibidang ini sekarang. Program peningkatan

ketahanan pangan masayarakat, disitu di program itu dijadikan lagi

kegiatan-kegiatan. Ada kegiatan penanganan daerah rawan pangan,

kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat, penyuluhan

sumber pangan alternatif, kegiatan pengembangan cadangan pangan

daerah.

I3 ada mengenai penyuluhan bahan pangan alternatif nah itu biasanya kita

melaksanakan semacam lomba LCMB2SA (Lomba Cipta Menu

Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman). Itu tingkatan kabupaten. Jadi

lombanya dari ibu pkk dikecamatan. Kan kita kecamatannya ada 29 itu

pesertanya pkk tingkat kecamatan. Karena kan kita liat pkk ini ibu-ibu

menyajikan makanan ke anak-anaknya. Jadi maksudnya kita mengadakan

lomba ini adalah makanan itu harus beragam. Jadi kita menggali potensi

supaya masyarakat ini bisa meningkatkan pangan lokalnya atau

beragamnya jangan beras aja kita bisa dari singkong, ubi atau apa dari

pangan lokalnya itu. Disamping itu juga kita ada kegiatan KRPL

(Kawasan Rumah Pangan Lestari). Jadi di pekarangan rumah itu

pemanfaatan supaya ada tumbahan. Dari situ kita memanfaatkan lahan

pekarangan untuk dimanfaatkan. Kita memberikan bimbingan berbagai

macam bantuan dengan pot-pot agar bisa ditanami sayuran. Kalau tentang

keamanan pangan kita khusus ke pangan segar asal tumbuhan. jadi

khusus ke sayuran buah-buahan pokoknya dari tumbuhan cuma

lingkupnya itu aja.

I4 Di pertanian kita lebih ke produksi, kita sudah memberikan sarana dan

prasarana produksi ke petani, serta peternak untuk kesehatan hewannya.

Untuk di ketahanan pangannya kemarin kita memperbanyak lumbung,

jadi petani disini banyaknya panen langsung jual, kenapa tidak disimpen

saja untuk kebutuhannya sendiri. Akhirnya kita berikan bantuan

bangunan lumbung, supaya memberikan stimulan. Gabahnya disimpan

dan dipakai bersama anggotanya dengan bikin ijab kabul. Seperti ketikan

meminjam sebanyak 10 kg tapi pengembaliannya 11 kg seperti itu, itu

sudah kita buat sampai tahun ini. Total lumbung ada sekita 60. Waktu itu

rencananya 100 lumbung, karena anggaran kurang, jadi 60. Saya lupa

karena saya meneruskan ditengah program tersebut. Program yang kedua

yaitu KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari), yang saya bilang tadi jadi

penyediaan pangan di rumah-rumah sekitar 10 sampai 20 rumah kita

berikan bantuan rak tanaman begitu juga dengan benih dan bibitnya,

seperti sayuran dan buah-buahan. Jadi mereka cobalah menanam sendiri.

I5 itu juga merupakan salah satu strategi dinas dengan penguatan

kelembagaan dengan membentuk lumbung pangan masyarakat. Masalah

lumbung padi kita itu sudah sejak dari 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 ga

ada, 2017 sama tahun ini. kita bangun 64 lumbung pangan pada

masyarakat plus kita bangun dengan isinya. Kita modalin dulu. Kita

bangun lumbungnya kemudian kita modalin ada yang 3 ton lebih. Ada

yang tahun ini kia bangun 32 titik. Plus isinya kita siapkan gabah 2 ton

setengah. Itu sebenarnya sangat bagus. untuk stabilitas juga itu

diperuntukkan untuk petani atau kelompok petani itu sendiri agar ketika

dia paceklik ketika gagal panen dia ada tabungannya. ini kan berupa

tabungan dia jadi mengeluarkan tabungan itu dibagi kepada anggota-

anggota kelompoknya sambil menunggu penanaman berikutnya.

kemudian akan diganti dan akan digulirkan nanti kesepakatan dipinjam 1

kwintal atau 100 kg dipinjam oleh anggotanya nanti dia kesepakatan

kelompok berapa yang harus di kembalikan. Jangan 100 kg dikembalikan

100 kg lagi. Itu kesepakatan anggota kelompok itu sendiri itu

keuntungannya untuk stabilitas harga dan menghindari kekurangan bahan

pangan terhadap masyarakat itu sendiri.

I6 Ada lumbung padi, Itu hampir disemua kecamatan disini juga ada

lumbung padi. Ya walaupun disetiap desa belum tentu ada. Itu melalui

bantuan dari dinas. fungsinya untuk cadangan pangan. Kalo musim

paceklik itu bisa dipinjam kemudian dikembalikan ke kelompok lagi.

seesuai perjanjian.

I7 -

I8 -

I9 -

I

Q

Apa Kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

I1 kalau petugas kita yang di sini orangnya cukup, cuma yang menjadi

masalah adalah kualitas SDMnya (petani) harus dinaikkan, permodalan

yang ada di petani, kemudian sarana prasarana juga belum semua bisa

kita berikan pada petani. yang diberikan baru berjalan kurang lebih

setengah lebih dari kebutuan alat-alat pertanian yang ada.

I2 Dari internal dinasnya dari bidang ketahanan pangan hanya satu bidang,

sedangkan yang diurusnya banyak jadi kalau bisa bidang ketahanan

pangan tidak hanya satu bidang. Sekarang kan bidang ketahanan pangan

ada satu bidang dibagi 3 seksi, kalau bisa mungkin nanti kalau ada

sesuatu yang baru itu bisa diperluas, karena semua ketahanan pangan itu

sebenarnya semua sektor terkait dengan ketahanan pangan. Dari segi

produksinya, dari segi pemanfaatannya, jadi dari internal organisasinya

bisa kewenangannya diperluas. Bukan kewenangannya tapi bidang. Kalau

sekarang hanya satu bidang bisa jadi 2 bidang. Karena satu bidang kita

kekurangan personil sedikit sekali. Sedangkan kalau misalnya 2 bidang

yang menanganinya lebih banyak.

I3 kelemahannya itu karena SDM kita terbatas. jadi tidak maksimal untuk

melaksanakan kegiatan. Justru itu karena dilapangan itu karena terbatas

untuk monitoring dilapangan terbatas juga. Penyuluh-penyuluh juga kan

kerjaannya banyak juga, bukan di kegiatan kita aja. Masing-masing

terpecah banyak kerjannya jadi tidak fokus.

I4 Kelemahannya untuk SDM nya sendiri pendampingannya kurang. Karena

mungkin juga banyak pekerjaannya jadi susah ditangani, luas wilayahnya

juga jadi pendampingannya juga tidak continue. Hanya saja, 1

pendamping penyuluh itu bisa memegang berapa desa sedangkan 1 desa

jumlah petaninya banyak. Malah ada yang 1 orang 1 kecamatan jadi juga

kan pekerjaannya bukan hanya ketahanan pangannya saja. Seperti

kewalahan gitu mereka. Sebenarnya personil kita termasuk cukup, SDM

dinasnya. tapi kalau dari penyuluh kita memang kurang.

I5 - harus diperbaiki adalah SDM (petani). Jika SDM menyadari apa yang

diemban terhadap mereka terhadap seseorang pasti kan dia akan sadar.

di kasih peluang dan kesempatan tapi kok tidak digunakan

kesempatan ini. Jadi masih menjadi budaya kalau mendapat bantuan

bekerja, kalau ga mendapat bantuan ga. Mereka ini adalah pahlawan-

pahlawan pangan yang harus kita persiapkan baik dari segi mental

merekal karena orang kan terkadang gini petani-petani kita sudah tua

yang muda ga mau jadi petani. Karena selalu konotasinya jadi petani

itu miskin. Pekerjaan yang kasar kotor yang tidak mendapatkan hasil.

Padahal mereka ini adalah pahlawan pangan kita. Selain itu juga,

contoh nih ya lumbung padi, kelemahannya karena kita tidak ada

pendampingan berkelanjutan pada akhirnya ini ada indikasi beralih

fungsi manajemennya juga karena pola cara berpikir kelompok petani

juga kan dia tidak tau bagaimana ini dikembangkan. Harus

dikembangkan kedepannya dari 2 ton bisa umpanya jadi 2 ton

setengah atau tahun berikutnya ton sekian eh tapi malah hilang karena

tidak ada pendampingan yang berkelanjutan. SDMnya yang harus

dierbaiki tadi petani sama SDMnya pelaku pemerintah juga.

- Sarana dan prasarana, masalah sarana prasarana itu dibilang cukup ga

juga, kurang juga ga. Intinya sarana dan prasarananya masih perlu

ditingkatkan lagi.

I6 Kalau fasilitas pertanian belum. Masalah-masalah ada salah satunya

fasilitas kerja fasilitas untuk kegiatan belum memadai.

I7 -

I8 - Belum sarana dan prasarana. Kalo tanam serempak itu susah juga

kadang benih sampe 1 bulan, ga digarap jadinya, dari alat

pertaniannya ini yang kurang seperti traktor. Cuma 1 tapi yang pakai

banyak terus gantian, apalagi garapan juga kan luas.

- Dari tahun 90 sudah berkecimpung langsung dari kecil dalam

pertanian, saya juga anak petani soalnya. Kalau menurut saya agak

kurang kalau untuk potensi dari orangnya udah mulai sulit, apalagi

banyak teknologi-teknologi ya sekarang. Selain itu pola pikirnya juga

mungkin, padahal sudah dibilang jangan terlalu banyak pengunaan

pestisida kimia, tetapi masih ada juga petani yang memakai terlalu

banyak

I9 -

I

Q

Peluang (opportunities) apa yang dimiliki dinas pertanian dan

ketahanan pangan dalam ketahanan pangan?

I1 -

I2 - Penduduk yang tinggi juga mungkin suatu aset kan. Mungkin dari

penduduk itu kalau pendidikannya bagus dia bisa menjadi sumber

daya manusia yang hebat di Kabupaten Tangerang kedepan. Penduduk

yang banyak ya artinya kan bisa potensinya besar untuk mengelolah

lahan. Laju penduduk yang tinggi juga bisa menjadi potensi karena itu

bisa untuk pengembangan pengelolaan lahan pertanian. Penduduk

yang tinggi juga bisa sebagai SDM untuk beraneka ragam pupuk

olahan. Mungkin ada kelompok-kelompok yang bisa mengembangkan

olahan pangan khas KabupatenTangerang misalnya apa, itu kan

sebagai potensi yang bisa dikembangkan. Kalau kita bisa lihat

misalkan Bogor punya lapis tales bogor. Kabupaten Tangerang punya

apa kan itu bisa dikembangkan jadi banyak potensi sebenarnya, jadi

tinggal bagaimana kita memanfaatkan potensi-potensi itu, kekuatan itu

bagaimana kita meningkatan potensi yang ada memanfaatkan peluang

dan mengurangi kekurangan tadi.

- Sebenarnya lahan di kita itu masih luas walupun belum optimal

dimanfaatkan, masih cukup luas lah ya pertanian di Kabupaten

Tangerang, masih diatas 30 ribu hektaran. kita bisa memanfaatkan

kekurangan lahan pertanian itu supaya produksi tetap, disitu kita harus

meningkatkan produktivitas perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan

lahan-lahan tidur.

I3 Peluangnya pasarnya banyak seperti sayuran. Jumlah penduduk kan

banyak kan masyarakat banyak. peluang untuk memasarkan hasil

pertanian banyak.

I4 Kalau dilihat dari progres analisis data dari pola pangan harapan naik

terus. Masyarakat sudah sadar penyuluhan yang kita berikan pada

mereka. Karena kan pendidikan itu ga bisa langsung masih bertahap

pelan-pelan. Kemarin sudah bagus skornya makanan bergizi seimbang

seperti apa. Peluang untuk industri pangan kita sudah banyak. Kalau

pengusaha besar sudah ada kaya sosis naget. Tapi perlu diawasi

keamanan pangannya apakah dari limbahnya apakah dari proses

membuatnya itu aman tidak untuk dikonsumsi paling itu dari

pengawasan. Kalau perkembangan sudah banyak. Kalau UKM (Usaha

Kecil Menengah) sudah ada tapi masih dalam tahap mengolah, emang

harus dapat dukungan sih. Dukungannya kita masih agak kurang karena

memang bahhan bakunya kita kurang. Kalau bahan bakunya kita sendiri

kan enak tapi itu bahan bakunya dari luar belum ongkosnya emping itu.

Yang kedua itu sirup yang kecut belimbing wuluh. Kalau jus naga itu

pabrikan. Paling memang kalau usaha pasca panennya belum. Tapi kalau

pengelola pangan lokal kue basahnya ada masih ada. sama dia juga sama

ketersediannya baku kurang. Singkong yang di fermentasi rasanya

hampir mirip dengan terigu, tapi jika untuk dibuat roti ga bisa soalnya

butuh protein yg tinggi. Baru satu skalanya yg ada.

I5 Kaya ini kalau peluang ke depannya itu jadi banyak faktor yang

mendukung tapi kan di Kabupaten Tangerang hanya berkecimpung

dalam padi nah yang sangat mendukung adalah bagaimana petugas-

petugas kita dilapangan mesosialisasikan agar petani bisa tau bagaimana

cara menanam padi yang lebih efektif yang lebih bagus hasilnya. Seperti

pemupukannya seperti apa, penyediaan pupuknya yang bagus kan nanti

berpeluang menghasilkan panen yang bagus yang baik yang berkualitas.

I6 -

I7 -

I8 -

I9 -

I

Q

Peluang (Threats) apa yang dimiliki dinas pertanian dan ketahanan

pangan dalam ketahanan pangan?

I1 - iklim yang sering tidak bersahabat dengan Kabupaten Tangerang,

karena ketika musim kemarau adalah angka kekeringan yang cukup

luas. Kalau musim penghujan adalah kebanjiran.

- tantangannya banyaknya kebutuhan umum di Kabupaten Tangerang

yang memanfaatkan lahan. Contohnya pembangunan jalan tol dan

pembangunan bandara sehingga lahannya berkurang karena

digunakannya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi

ya. Contohnya perluasan bendara pembangunan jalan tol serpong

sampai Balaraja dan juga Teluknaga sampai Balaraja.

- ketersediaan air yang sering jadi hambatan ditambah dengan pesatnya

perkembangan penduduk untuk kepentingan pemukiman. Karena

tidak sedikit untuk dibangun rumah, itu adalah salah satu hambatan.

Tugas kita sekarang sebenarnyaa adalah menyediakan kebutuhan air

akan tanaman melaui pompanisasi, perbaikan jaringan irigasi tersier

ditengah sawah itu. Tapi sekundernya kewenangannya lain, primernya

kewenangannya lain. Sementara sumber air kan primer, sekunder, dan

tersier. Karena debet air kita di Kabupaten Tangerang ini sudah sangat

berkurang debit airnya, kan kita juga suka lihat saluran irigasi. Itu

kendalanya itulah yg paling umum, jadi masih banyak lahan yang

tidak mendapatkan saluran irigasi.

I2 - lahannya berkurang, akibatnya produksinya berkurang. Dari satu sisi

produktivitas kita juga belum optimal perhektar. Misalkan produksi

padi perhektarnya itu harusnya misalkan bisa mencapai 10 ton ini

malah belum sampai 7 ton. Masih banyak yang harus ditingkatkan.

Kurangnya permodalan bagi petani juga bisa menjadi kekurangan.

Akses petani pada permodalan masih susah, pinjam ke orang yaitu

pemodal-pemodal besar. Jadi, misalkan kalau panen, petani

mendapatkan sedikit sekali karena langsung diambil untuk membayar

hutang. Kekurangan lahan pertanian itu udah jelas ya, tapi bagaimana

agar kita bisa memanfaatkan kekurangan lahan pertanian itu supaya

produksi tetap, disitu kita harus meningkatkan produktivitasnya

perhektarnya. Kita bisa memanfaatkan lahan-lahan tidur, tidak hanya

harus sawah aja. Kan kita punya banyak lahan tidur, lahan pekarangan

sempit yang di sebelah rumah, di depan rumah, di belakang rumah itu

kab bisa ditanami oleh tanaman sayuran untuk konsumsi sendiri juga,

itu kan bisa dimanfaatkan. Tapi kita tuh masih belum memanfaakan.

Ya jadi masyarakat masih perlu ditingkakan lagi pemahamannya

pemanfaatan pekarangan. Mungkin masyarakat kita masih konsumtif,

belum bisa memanfaatkan apa yang ada. Potensi sumber daya di

lingkungannya sendiri, itu kekurangannya. Perlu pendidikan kepada

masyarakat meningkatkan pemahaman, yang seperti itu kan ga harus

petani.

- Ya mungkin masalahnya juga petani dikita adalah petani penggarap

bukan petani pemilik. Jadi lahannya mungkin bukan orang Kabupaten

Tangerang banyak juga lahan yang dikuasai penduduk bukan orang

Kabupaten Tangerang.

- sekarang saluran air banyak berkurang juga pendangkalan dan

sebagainya. sehingga sawah itu banyak yang tidak teraliri, sebenarnya

sawah itu ada irigasinya, tapi karena saluran irigasinya itu tidak

dipelihara dengan baik, jadinya air tidak sampai sawah tersebut, ya

akhirnya kalau sawah tidak ada air tidak bisa ditanamin. Mungkin dari

mekanisasi pertanian juga. Dari sisi petaninya orang-orang udah

males, pemuda-pemuda terutama jadi petani. Akhirnya banyaknya

perubahan lahan pertanian menjadi alih fungsi lahan pertanian, karena

orang sudah tidak tertarik lagi berusaha tani. Dari petaninya ya tadi ya

itu petaninya sudah tua-tua, penerus generasinya ga ada.

I3 - lahan sudah mulai berkurang dan banyak pembangunan jadi alih

fungsi lahan. Iya lahan pertaniannya lemah, kan sudah beralih fungsi.

Dulu sih banyak tapi sekarang-sekarang sudah mulai berkurang.

Adanya dinas pertanian kan itu fungsinya untuk mengurusi itu.

Sekarang tidak tahu nanti kedepannya pertanian masih ada atau tidak.

Seperti di kota sudah habis lahannya, paling yaitu kita memanfaatkan

lahan-lahan pekarangan. Atau lahan-lahan yang sudah dikuasai

perusahaan kan tidak dimanfaatkan nah itu permasalahan juga itu.

Banyak lahan tidur tapi tidak di manfaatkan, seharusnya kan

pemerintah daerah yang MOU (memorandum of understanding)

dengan yang punya lahan itu, supaya bisa dimanfaatkan. Takutnya

kalau tidak ada perjanjian itu, jika petani-petani kita menggarap untuk

panen, nanti lahannya mau dibangun. Kalau ada perjanjiannya berapa

tahun kita bisa kalau seandainya mau dibangun juga menunggu

sampai panen dulu.

- Kondisi pertanian terutama mempertahankan lahan pertanian yang ada

jangan sampai dijual. Tapi ya susah juga namanya orang kan tidak

bisa memaksakan kalau kebutuhan dijual. Yang tadinya lahan teknis

diubah jadi perumahan. Mungkin salah satunya harus dibuat regulasi

pemerintah. semacam peraturan walaupun lahan dijual tapi

peruntukkannya untuk kegiatan pertanian. Khusus untuk pertanian aja

harusnya ya bertahan. Tapi ya harus ada regulasi itu dari pemerintah

ada payung hukumnya selama ini kan belum ada.

I4 - Alih fungsi lahan juga salah satu ancaman, kita tidak bisa memaksa

petani untuk tidak menjual lahannya. Kita tidak punya power. Mereka

punya hak untuk menjual tanah. Kita ga punya kekuatan itu.

- Visi misi kedepan kali ya kan Kabupaten Tangerang jadi kota industri

jadi untuk dikembangkan tidak bisa lagi pertanian. Tapi minimal

bertahan. Kita coba membuat peraturan daerah yang sudah ada ini

jangan sampai berubah fungsi. Dengan cara apa itu kebijakan yang

diatas. Apakah sistemnya nanti kalau pengen menjual menjual juga ke

orang yang berusaha di pertanian juga atau kalau ga ada apa diambil

alih pemerintah pemerintah yang mengelola. Itu masih digodok

peraturannya.

I5 - Ancamannya yaitu berkurangnya lahan pertanian, kalau masalah hama

kan bisa diatasai. di Kabupaten Tangerang kan ada loksasi lahan

pertanian yang belum merata mendapatkan irigasi ketika musim panas

musim kemarau kan tidak bisa nanam tidak bisa bercocok tanam. yang

berjalan bagus itu yang sudah mendapat aliran irigasi.

- belum meratanya saluran irigasinya. Bisa dilihat perbedaan fasilitas

yang mendapat irigasi yang bentar lagi panen bulan ini bulan besok

sama desember. Sekalipun dia musim kemarau dia masih bisa nanam.

Tapi yang tidak mendapatkan saluran irigasi ga bisa menanam.

I6 irigasi harus diperbaiki. Menurut catatanan irigasi tapi ternyata airnya ga

sampai, harus ada perbaikan salurannya. Untuk daerah sini ada 2 saluran

pertama cisadane kedua cidurian.

I7 - Lahan disini kebanyakan hak milik sudah jarang, jadi lebih banyak

yang petani penggarap. Tau sendiri lah banyak kebutuhan desakan-

desakan sosial sekarang banyak industri perumahan. mau tidak mau

dijual.

- Terkait musim istirahat kita air ga ada kalau kemarau. Kebanyakan

irigasi teknis disini. Tidak ada tadah hujan sekarang. Karena

berhubung debit airnya kurang jadi tidak sampai sini. Saluran airnya

dari primer ke sekunder terus tersier tidak sampai. Soalnya yang butuh

kan berapa kecamatan berapa hektar jadi tidak cukup. Kita minta

bantuan ke pemerintah sumur bor nyedot dari tanah belum dikabulkan.

Karena kurangnya anggaran. Tapinya kan jadinya kita ga

produktivitas ga ada kegiatan. Banjir juga pernah yang blok sini

sampai puso. puso itu kita udah tanam pakai biaya udah mau reuneh

udah mau mateng, tidak keambil busuk gara-gara kerendam air

kebanjiran.

I8 - Lahan disini kebanyakan petani penggarap. Sekarang kebanyakan

pemilik lahannya adalah orang luar bukan orang sini.

- Paling penting air. Kadang-kadang kalau tidak ada hujan agak sulit

naiknya dari pengairan. Kalo pengairannya lancar mah alhamdulillah

si lumayan. Tapi memang irigasi di sini susah juga ya. Kan bukan

cuma buat pertanian aja airnya, buat yang lain juga.

I9 -

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. i

KATA PENGANTAR

Rencana Srategis (RENSTRA) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 merupakan Revisi dari Renstra Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013-2018. Sesuai dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Organisasi

Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang, maka nama Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan berubah menjadi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

dengan peleburan Bidang Hortikultura kedalam Bidang Tanaman Pangan menjadi

Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, serta penambahan satu Bidang yaitu

Bidang Sumber Daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan. Renstra merupakan

penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah

Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 yang memuat visi, misi dan program

pembangunan Kabupaten Tangerang. Renstra disusun untuk dapat dijadikan

acuan dan pegangan dalam rangka melaksanakan pembangunan pertanian dan

peternakan dalam menentukan langkah kebijakan dan melaksanakan kegiatan

guna mencapai tujuan dan sasaran program yang dapat berjalan sesuai dengan

Visi dan Misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang.

Atas kerjasama semua pihak, akhirnya Renstra Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018 dapat disusun, dan

merupakan pedoman dan acuan bagi pelaksanaan pembangunan di sektor

pertanian dan peternakan.

Tigaraksa, Januari 2017

Kepala Dinas Pertaniandan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

Ir. H. ENDANG KOSASIH, M.SiPembina Utama Muda

NIP. 19580306 198512 1 001

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

iv

v

I BAB I

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………... 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1

1.2. Landasan Hukum …….......................................…………... 4

1.3. Maksud dan Tujuan ...................................................... 10

1.4. Sistematika Penulisan ................................................... 11

II BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN

PANGAN...............................................................

14

2.1. Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi ........................... 14

2.2. Sumber Daya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang ........................................ 20

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

.........................................................

22

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan OPD 27

III BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI OPD .. 33

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan OPD .............................................................. 33

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. iii

Wakil Kepala Daerah Terpilih ........................................ 35

3.3. Telaahan Renstra OPD ................................................... 37

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah .......................... 38

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis ............................................ 39

IV BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN ....... 41

4.1. Visi dan Misi ……………………………………………………………....... 41

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka menengah ……..................... 43

4.3. Strategi dan Kebijakan …………………………………………………. 46

V BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,

KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF ………….. 50

5.1 Rencana Program ............................................................ 50

5.2 Rencana Kegiatan ............................................................ 52

5.3 Indikator Kinerja............................................................... 56

5.4 Kelompok Sasaran ............................................................ 57

5.5 Rencana Pendanaan Indikatif ........................................... 59

VI BAB VI

INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN

SASARAN RPJMD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2013-2018 65

VII BAB VII

PENUTUP ................................................................................ 67

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 .............................................................................................................. 20

Tabel 2.2 ............................................................................................................... 21

Tabel 2.3 ............................................................................................................... 21

Tabel 2.4 ............................................................................................................... 25

Tabel 2.5 ............................................................................................................... 25

Tabel 2.6 ............................................................................................................... 26

Tabel 2.7 ............................................................................................................... 27

Tabel 3.1 ............................................................................................................... 36

Tabel 3.2 ............................................................................................................... 37

Tabel 3.3 ............................................................................................................... 38

Tabel 3.4 ............................................................................................................... 38

Tabel 4.1 ............................................................................................................... 45

Tabel 4.2 ............................................................................................................... 47

Tabel 5.1 ............................................................................................................... 57

Tabel 5.2 ............................................................................................................... 58

Tabel 5.3 ............................................................................................................... 59

Tabel 5.4 ............................................................................................................... 61

Tabel 6.1 ............................................................................................................... 65

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ............................................................................................................. 19

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 1

1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang Tahun 2013 – 2018 merupakan dokumen perencanaan yang

berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD)

Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018.

Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengamanatkan bahwa

setiap daerah diwajibkan menyusun RPJMD tersebut, Satuan Kerja Perangkat

Daerah (OPD) menyusun Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra

OPD.

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang Tahun 2013 – 2018, selain mengacu kepada RPJMD, juga

mengandung Renstra Provinsi dan Kementerian Pertanian, sehingga diharapkan

adanya sinergitas kebijakan, program dan kegiatan.

Rencana Strategis ini merupakan dokumen yang dapat menjadi acuan

bagi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan pihak-pihak lain yang terkait

lainnya untuk penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan

pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan

serta ketahanan pangan di Kabupaten Tangerang dalam jangka 5 (lima) tahun

kedepan.

PENDAHULUANBAB 1

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 2

1.2. LANDASAN HUKUM

Renstra Dinas Pertanian dan Ketahananan Pangan Kabupaten

Tangerang disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara

yang bersih dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3888);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 3

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 92);

10. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 4

12. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan

Perlindungan Lingkungan Hidup Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

14. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5073);

15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor227;

16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Perubaan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5589);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 142);

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 5

18. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan

Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Kabupaten

Tangerang dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4815);

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 6

24. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,

Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya

Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24);

28. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil

Pemerintah di Wilayah Kabupaten Tangerang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4817);

29. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan

Pangan;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 7

30. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;

31. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

32. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan;

33. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi Tahun 2010-2025;

34. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan

Yang Berkeadilan;

35. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peruabahan atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan daerah;

36. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 tentang

Perubahan atas Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan

Pangan Pemerintah Desa;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 8

38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2010 tentang Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK);

39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,

Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

40. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009

tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Sumber Daya Lokal;

41. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/OT.140/2/2010 tentang

Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian;

42. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang dan Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 670);

43. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2007 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

44. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah;

45. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Darah Kabupaten Tangerang;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 9

46. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 09 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Tangerang;

47. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tangerang Tahun

2005-2025;

48. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2011-2031;

49. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2015 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013–

2018.

50. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten;

51. Peraturan Gubernur Banten Nomor 9 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (Berita

Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2010 Nomor 9);

52. Peraturan Gubernur Banten Nomor 38 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi

Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Kabupaten

Tangerang 2011-2015;

53. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 24 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 10

54. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 521.05/Kep.294-Huk/2010 tentang

Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang;

55. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok,

Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang;

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Tahun 2013-2018 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja

perangkat daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan, yang menggambarkan visi, misi,

strategi atau kebijakan umum serta tahapan program kegiatan strategis yang

akan dicapai dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten

Tangerang di bidang pertanian, peternakan dan ketahanan pangan disusun

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dokumen Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang Tahun 2013-2018 ditetapkan dengan maksud :

a. Sebagai dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman atau acuan dalam

menyusun Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang;

b. Untuk menentukan sasaran, arah kebijakan dan program serta kegiatan

prioritas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

dalam jangka menengah;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 11

c. Untuk dasar penilaian kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang yang mencerminkan penyelenggaraan pembangunan

yang baik, transparan dan akuntabel;

Adapun tujuan penyusunan dokumen Renstra antara lain adalah :

a. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima)

tahun yang akan datang;

b. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien dan

berkelanjutan;

c. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku

pembangunan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang;

d. Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan tahun 2013-2018;

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018 secara garis besar disusun dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 12

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penyusunan Renstra; landasan hukum;

maksud dan tujuan; serta sistematika penulisan dokumen Renstra.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS OPD

Bab ini memuat Tugas, fungsi dan struktur organisasi; Sumber daya

yang dimiliki; Kinerja pelayanan sampai saat ini; Tantangan dan

peluang pengembangan pelayanan di Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI OPD

Bab ini memuat Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan

fungsi pelayanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan; Telaahan

visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Terpilih; Telaahan Renstra; Telaahan dokumen rencana tata ruang

wilayah; dan Penentuan isu-isu strategis di bidang pertanian,

peternakan dan ketahanan pangan.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Bab ini berisi visi, misi beserta tujuan dan sasaran jangka menengah

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Tahun

2013 – 2018, serta strategi dan kebijakan dalam menjabarkan sasaran

jangka menengah bidang pertanian, peternakan dan ketahanan

pangan.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 13

BAB V

BAB VI

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,

KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Bab ini memuat rencana program dan kegiatan Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan selama 5 (lima) tahun kedepan yang dilengkapi

dengan indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.

INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN

SASARAN RPJMD

Bab ini memuat indikator kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan

Panganyang terkait langsung atau mendukung pencapaian tujuan dan

sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang.

BAB VII PENUTUP

Berisi ringkasan singkat dari maksud dan tujuan penyusunan dokumen

Rencana Strategis disertai dengan harapan bahwa dokumen ini mampu

menjadi pedoman pembangunan selama 5 (lima) tahun kedepan oleh

unit kerja didalam Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 14

2.1. TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

mempunyai Tugas Pokok membantu Bupati merumuskan kebijakan,

mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan urusan pemerintahan bidang

pertanian tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan,

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber

daya manusia pertanian, serta ketahanan pangan yang menjadi kewenangan

Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang mempunyai fungsi:

a) Perumusan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura dan aneka

tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta

ketahanan pangan;

b) Pelaksanaan kebijakan urusan tanaman pangan, hortikultura dan aneka

tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner, pengembangan sumber daya manusia pertanian, serta

ketahanan pangan;

c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;

GAMBARAN PELAYANANOPD

BAB 2

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 15

d) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. merumuskan program kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan;

b. mengkoordinasikan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang

tanaman pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan

hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya

manusia pertanian, serta ketahanan pangan;

c. membina sikap perilaku dan disiplin pegawai untuk peningkatan

kompetensi dan penilaian kinerja setiap pegawai selaku individu dan dalam

organisasi;

d. mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman

pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan

dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya

manusia pertanian, serta ketahanan pangan;

e. menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman pangan,

hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya manusia

pertanian, serta ketahanan pangan;

f. mengevaluasi pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman

pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 16

dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya

manusia pertanian, serta ketahanan pangan; dan

g. melaporkan pelaksanaan urusan pemerintah daerah dibidang tanaman

pangan, hortikultura dan aneka tanaman, peternakan, kesehatan hewan

dan kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan sumber daya

manusia pertanian, serta ketahanan pangan.

Susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Tangerang dan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 90 Tahun 2016

tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretariat:

a. Sub Bagian Perencanaan;

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan

c. Sub Bagian Keuangan.

3. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura:

a. Seksi Tanaman Pangan;

b. Seksi Tanaman Hortikultura dan Aneka Tanaman; dan

c. Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 17

4. Bidang Peternakan :

a. Seksi Budidaya Peternakan;

b. Seksi Usaha dan Kemitraan; dan

c. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.

5. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner :

a. Seksi Pengendalian Penyakit Hewan;

b. Seksi Farmasi dan Sarana Kesehatan Hewan; dan

c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian dan Penyuluhan :

a. Seksi Penyelenggaraan Penyuluhan;

b. Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pertanian; dan

c. Seksi Pengembangan Inovasi dan Teknologi.

7. Bidang Ketahanan Pangan :

a. Seksi Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;

b. Seksi Distribusi dan Cadangan Pangan; dan

c. Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan.

8. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

9. Jabatan Fungsional.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 18

Gambar 2.1. Bagan Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang

KEPALA DINAS

JABATAN FUNGSIONAL

SUB BAGIANUMUM DAN

KEPEGAWAIAN

SUB BAGIANPERENCANAAN

SUB BAGIANKEUANGAN

SEKRETARIAT

BIDANGPETERNAKAN

BIDANGTANAMAN

PANGAN DANHORTIKULTURA

SEKSITANAMANPANGAN

SEKSIHORTIKULTURA

DAN ANEKATANAMAN

SEKSIPRASARANA DAN

SARANAPERTANIAN

SEKSIBUDIDAYA

PETERNAKAN

SEKSIUSAHA DANKEMITRAAN

SEKSISARANA DANPRASARANAPETERNAKAN

BIDANGKESEHATAN HEWAN

DAN KESEHATANMASYARAKAT

VETERINEIR

BIDANGKETAHANAN PANGAN

SEKSIPENGENDALIAN

PENYAKITHEWAN

SEKSIFARMASI DAN

SARANA KESEHATANHEWAN

SEKSIKESEHATAN

MASYARAKATVETERINER DANKESEJAHTERAAN

HEWAN

SEKSIKETERSEDIAAN

DANKERAWANAN

PANGAN

SEKSIDISTRIBUSI DAN

CADANGANPANGAN

SEKSIKONSUMSI DAN

KEAMANANPANGAN

BIDANGPENGEMBANGAN

SUMBER DAYAMANUSIA PERTANIAN

DAN PENYULUHAN

SEKSIPENYELENGGARAAN PENYULUHAN

SEKSIKELEMBAGAAN

DANPENGEMBANGANSDM PERTANIAN

SEKSIPENGEMBANGAN

INOVASI DANTEKNOLOGI

UPTUPTUPT

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 19

2.2. SUMBER DAYA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGANKABUPATEN TANGERANG

Kondisi organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut.

Tabel 2.1. Data Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten TangerangTahun 2016

NO UNIT KERJA DINASJUMLAH APARATUR

JUMLAHSTRUKTURAL FUNGSIONAL

1.Dinas Pertanian dan KetahananPangan 39 44 83

2. UPT Perlindungan Tanaman 9 - 9

3.UPT Pengembangan BenihTanaman Pangan danHortikultura 8 - 8

4.UPT Laboratorium KesehatanHewan, Kesehatan MasyarakatVeteriner dan Taman Ternak 6 2 8

5.UPT Pos Kesehatan HewanKampung Melayu 10 1 11

6.UPT Pos Kesehatan HewanBalaraja 9 1 10

JUMLAH 81 48 129

Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, 2016

Dari tabel 1, dapat terlihat bahwa jumlah seluruh pegawai Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang berjumlah 129 orang.

Aparatur Struktural PNS di Lingkup Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang sebanyak 39 orang dan jumlah aparatur fungsional

sebanyak 44 orang.

Ditinjau dari latar belakang pendidikan, jumlah pegawai Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan yang menduduki jabatan struktural dan

fungsional terdiri dari: Program Pasca Sarjana (S2) sebanyak 12 orang, Sarjana

(S1) sebanyak 62 orang, Program Diploma (D4 dan D3) sebanyak 3 dan 16 orang,

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 20

SLTA sebanyak 34 orang, SLTP sebanyak 1 orang, dan SD sebanyak 1 orang

dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 2.2. Daftar Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan KabupatenTangerang Berdasarkan eselonering dan Pendidikan

No.Kualifikasi

Pendidikan (orang)Pangkat/

Gol.Ruang (orang)

Pejabat StrukturalStaf

PejabatFungsional

JumlahPegawaiEselon Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 S-2 12 IV 17 II 1 51 44

2 S-1 62 III 77 III 6

3 D-IV 3 II 33 IV 27

4 D-III 16 I 2

5 SLTA 34

6 SLTP 1

7 SD 1

Jumlah 129 129 34 51 44 129

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang, 2016

Dalam upaya mendukung tugas dan fungsi Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang perlu asset/modal yang dimiliki,

diantaranya asset laha/tanah, bangunan, alat mesin dan lain-lain.

Tabel 2.3. Data Asset/Modal Lahan/Tanah Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang

NO Jenis AssetLuas (M2)

/UnitKeterangan

1. Tanah Bangunan/Dinas 234 Eks Kantor Dinas Peternakan

2. Tanah Bangunan/Dinas Sekretaris 630 Eks Kantor Dinas Peternakan

3. Tanah Bangunan/Dinas Sekretaris 1.726 Eks Kantor Dinas Pertanian

4. Kantor BPP Curug 20.000 Curug

5. UPT Puskeswan Balaraja 40.148 Eks RPH Balaraja

6. UPT Pengembangan Benih Tanaman Pangan danHortikultura

100.218 Tanah, Bangunan dan Sawah

7. UPT Puskeswan Balaraja - Eks RPH Balaraja

8. UPT Perlindungan Tanaman - Lokasi Sepatan

9. UPT Laboratoium Kesehatan Hewan, KesehatanMasyarakat Veteriner dan Taman Ternak

33.276 Taman Ternak

10. Kantor BPP Sepatan 50.540 Sepatan

11. UPT Puskeswan Kampung Melayu 30.540 Sepatan

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan PanganKabupaten Tangerang

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 21

2.3. KINERJA PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Pembangunan pertanian tetap memegang peran yang strategis

dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan

melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital, penyediaan bahan

pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja,

sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan

melalui praktik usahatani yang ramah lingkungan.

Upaya pemenuhan kebutuhan pangan sebagai salah satu peran

strategis pertanian merupakan tugas yang tidak ringan, mengingat jumlah

penduduk Kabupaten Tangerang yang semakin meningkat sejak tahun 2009

sebesar 2.565.277 jiwa meningkat sampai dengan tahun 2013 yaitu 3.157.780

orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,07 persen per tahun dalam

kurun waktu 4 tahun dan tingkat konsumsi beras 109 kg/kapita/tahun (tahun

2012).

Berdasarkan kondisi tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

menempatkan beras, daging dan telur sebagai komoditas pangan utama. Dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pangan utama tersebut, target Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan selama 2008 – 2014 adalah peningkatan produksi

pertanian dan peningkatan produksi hasil peternakan sebesar 5% (2014).

Pencapaian peningkatan produksi ditujukan untuk padi, palawija, sayuran, buah-

buahan, daging, dan telur. Dengan target sasaran produksi padi adalah 434.421

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 22

ton, palawija 6.178 ton, sayuran 98.478 ton, buah-buahan 34.795 ton, daging

sapi 40.000 ton, dan telur 44.366 ton pada tahun 2014. Karena padi dan sayuran

sudah pada posisi surplus, maka target pencapaian tahun-tahun berikutnya

adalah berkelanjutan.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan

masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk juga semakin

meningkat dan beragam. Oleh karena itu, selain upaya untuk mencapai

peningkatan produksi berkelanjutan dan peningkatan diversifikasi pangan

menjadi sangat penting, terutama untuk meningkatkan kebutuhan pangan yang

semakin tinggi.

Sejak tahun 2008 sampai dengan 2014, pembangunan pertanian dan

peternakan terus mencatat berbagai keberhasilan. Salah satu yang patut

disyukuri dan membanggakan adalah Kabupaten Tangerang berhasil mencapai

peningkatan produksi padi yang mencapai 5% per tahun.

Selain produksi padi yang meningkat, selama periode pembangunan

empat tahun terakhir pembangunan pertanian dan peternakan juga mencatat

sejumlah keberhasilan seperti peningkatan produksi beberapa komoditas

pertanian, antara lain peningkatan produksi palawija, sayuran, buah-buahan,

produksi daging dan telur.

Selama tahun 2008 – 2014, rata-rata pertumbuhan produksi yang

cukup tinggi setiap tahunnya ditunjukkan oleh padi 4,01%. Pertanian telah

menjadi katup penyelamat dimasa krisis multidimensional 1998 dan telah cukup

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 23

berhasil dalam menyediakan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja,

peningkatan devisa Negara, dan pengurangan kemiskinan di perdesaan.

Sudah sejak lama kita terbebas dari keharusan antri bahan pangan.

Kalaupun ada kasus kerawanan pangan yang relative terbatas dibeberapa

wilayah terpencil, hal itu lebih banyak diakibatkan karena agroklimat yang kurang

bersahabat dan belum cukupnya infrastruktur pertanian, khususnya berkaitan

dengan pengelolaan (manajemen) air serta distribusi pangan yang belum merata.

Data statistik menunjukkan pada tahu 2008 – 2014 yang berkembang

di kabupaten Tangerang mencakup komoditi padi, palawija, dan tanaman

hortikultura berupa sayuran dan buah-buahan.

Pada Tahun 2014 jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten

Tangerang dengan produktivitas tinggi adalah padi dengan produksi mencapai

433.953 Ton, Palawija 6.177 Ton (Jagung, Kacang Tanah, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar),

Sayuran 7.486 Ton, Buah-buahan 6.860 Ton, Daging 36.925 Ton, dan telur 41.935

Ton.

Semua capaian pembangunan pertanian ini merupakan bentuk nyata

hasil kerja keras dan kerjasama yang baik dan terus menerus dari para pelaku

pembangunan pertanian dan peternakan yaitu petani, penyuluh, pelaku usaha

bersama dengan Pemerintah daerah.

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi wilayah yang harus

terus dikembangkan untuk mendukung program pemerintah dalam mencapai

swasembada pangan berkelanjutan.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 24

Tabel 2.4. Produksi Komoditas Pertanian Tahun 2008 – 2012No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan

1 Padi 387.565 399.733 454.470 439.914 393.518

2 Jagung 1.123 1.167 1.288 1.634 2.209

3 Kacang Tanah 588 576 323 350 322

4 Ubi Kayu 4.461 6.703 5.082 5.381 5.247

5 Ubi Jalar 4.138 1.926 1.081 515 1.056

Capaian produksi komoditas pertanian selama tahun 2008 – 2012

telah menunjukkan prestasi sangat baik, antara lain: peningkatan produksi padi

dari 387.565 ton GKG tahun 2008 menjadi 393.518 ton GKG pada tahun 2012

atau meningkat rata-rata 3,69% setiap tahun.

Peningkatan produksi ini telah menempatkan Kabupaten Tangerang

meraih penghargaan dari Presiden RI atas keberhasilannya menaikkan produksi

padi sampai dengan lebih dari 5% pada tahun 2010.

Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat selama tahun 2008 –

2013, yaitu mencapai rata-rata 9,98% setiap tahun. Produksi jagung meningkat

dari 1.123 ton pipilan kering tahun 2008 menjadi 2.209 ton pipilan kering tahun

2012. Perhitungan sementara berdasarkan ARAM III (Oktober 2013) produksi

jagung akan mencapai 1.895 ton pipilan kering. Sementara target produksi

jagung yang ditetapkan untuk tahun 2013 adalah 2.315 ton pipilan kering.

Secara lebih lengkap capaian produksi pertanian dan peternakan

selama 2008 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2.5. Produksi Komoditas Hortikultura (Sayuran) Tahun 2008 – 2012No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan

1 Kacang Panjang 1.638,3 1.662,7 8.003,0 4.463,0 1.003,2

2 Ketimun 2.650,4 2.600,9 2.551,6 1.080,4 1.722,4

3 Terung 879,8 882,5 419,9 208,0 109,3

4 Kangkung 2.501,4 2.508,6 962,7 2.443,6 1.733

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 25

No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan

5 Bayam 829 836,5 1.041,2 1.894,2 1.510,2

6 Bawang Merah 0 0 10,5 28,2 33,5

7 Petsai 1.503 1.515 6.738 1.269,1 1.212,8

8 Tanaman Hias Anggrek 881.035 882.563 72.200 185.860 33.875

9 Semangka 436 443 463 487,5 502,32

10 Pisang 4.273,7 4.399,4 4.587,9 1.887 4.252

11 Pepaya 4.871 4.984 1.622 573 467

12 Nangka 120 125,48 128,76 728 116

13 Mangga 48.103 49.405 7.180 1.136 6.774

14 Jambu Air 1.837,22 1.933,92 1.998,38 672 1.755

15 Belimbing 112,24 118,66 125,07 194 958

16 Rambutan 24.664 25.657 736 727 729

17 Sukun 29,34 31,44 33,56 25,63 250

Tabel 2.6. Produksi Hasil Peternakan Tahun 2008 – 2012No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan

1 Daging (Ton) 24.893 25.663 26.456 26.800 28.014

2 Telur (Ton) 36.218 37.338 38.493 38.992 40.757

Pertumbuhan yang membanggakan juga diperlihatkan oleh

komoditas peternakan dan hortikutura selama 2008 – 2012 antara lain daging

sapi 3,15%, daging kambing/domba 5,34%, daging itik 10,12%, mangga 12,22%,

dan anggrek 5,06%. Capaian produksi peternakan dan hortikultura dalam kurun

waktu 2008 – 2012 tersebut dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel 2.4 -

2.6.

Kondisi umum pembangunan pertanan di Kabupaten Tangerang juga

dapat dilihat dari indikator makro lainnya yaitu capaian PDRB sektor pertanian

tahun 2008 – 2012 tercatat 10,26 (2008) sampai dengan 10,56% (2011).

Sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan dalam RPJMD

Kabupaten Tangerang 2008 – 2013, capaian indikator kinerja Dinas Pertanian

Peternakan dan Ketahanan Pangan mencapai target bahkan ada beberapa

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 26

indikator yang melampaui target. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 2.7. Realisasi Target Kinerja Tahun 2008 – 2013

Program/Indikator Program Target/ Realisasi Target Jangkamenengah

2008 2009 2010 2011 2012 Evaluasis/d 2012

Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner

Persentase Kesehatan asalhewan

Target indikator 75% 50 55 60 65 70 70

Realisasi Indikator 50 60 65 70 70.05 70.05

Capaian Indikator 100 109.09 108.33 107.69 100.07 100.07

Program peningkatan Produksi Pertanian

Persentase kenaikanproduksi pertanian

Target indikator 6% 3 3 3 4 5 5

Realisasi Indikator 3 3.12 3.26 4.01 5 5

Capaian Indikator 100 104 108.67 100.25 100 100

Program peningkatan kesehatan hewan

Persentase kesehatanHewan

Target indikator 75% 50 55 60 65 70 70

Realisasi Indikator 50 58 65 70 70 70

Capaian Indikator 100 100.45 108.33 107.69 100 100

Program/Indikator Program Target/ Realisasi Target Jangkamenengah

2008 2009 2010 2011 2012 Evaluasis/d 2012

Program peningkatan Kesejahteraan petani

Persentase jumlah petanipelaku agribisnis

Target indikator 20% 20 20 20 20 20 20

Realisasi Indikator 20 20 16.9 20 20 20

Capaian Indikator 100 100 84.50 100 100 100

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Persentase peningkatanketersediaan alat dannmesin pertanian (Alsintan)

Realisasi Indikator 3 3.23 1.29 3.2 5.99 5.99

Capaian Indikator 100 107.67 43 106.67 149.75 149.75

Program peningkatan produksi hasil peternakan

Persentase kenaikanproduksi hasil peternakan

Target indikator 5% 3 3 4 4 5 5

Realisasi Indikator 3 3 1.28 4.33 5 5

Capaian Indikator 100 100 32 108.25 100 100

2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN OPD

2.4.1 Tantangan Pengembangan Pelayanan OPD

2.4.1.1 Peningkatan Produktivitas, Mutu dan Nilai Tambah ProdukPertanian di beberapa sentra produksi dengan MenciptakanSistem Pertanian yang Ramah Lingkungan

Pembangunan pertanian kedepan akan menghadapi

berbagai tantangan yang memerlukan penanganan yang

cermat yaitu menyangkut produksi dan produktivitas,

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 27

penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang,

infrastruktur lahan dan air, perbenihan/perbibitan,

pembiayaan, pemenuhan kebutuhan pangan dan

kelembagaan usaha ekonomi produktif serta citra pertanian

dan persaingan global.

Kondisi produktivitas komoditas pertanian primer

yang diproduksi di sentra-sentra produksi masih jauh

dibawah potensi genetiknya karena belum diterapkannya

aplikasi paket teknologi sesuai anjuran.

Hal ini antara lain diakibatkan karena keterbatasan

kemampuan permodalan petani untuk membeli sarana

produksi terutama benih/bibit unggul pupuk kimia dan

pestisida.

Harga pupuk dan pestisida kimia yang cenderung

terus meningkat juga semakin membebani biaya produksi.

Penerapan pestisida secara terus menerus mengakibatkan

organisme pengganggu tanaman menjadi semakin kebal dan

membutuhkan dosis pestisida yang semakin tinggi,

predator/musush alami hama penyakit juga ikut musnah

akibat penggunaan pestisida yang kurang selektif.

Degradasi lahan sumber air juga terjadi akibat

budidaya produksi yang mengabaikan kaidah konservasi

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 28

lingkungan. Disisi lain, sebagian besar produksi pertanian

masih belum mamapu memahami standar mutu untuk

memenuhi pasar domestik maupun ekspor.

Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan mutu

melalui penerapan budidaya yang berdasarkan standar

prosedur baku dan melaksanakan prinsip-prinsip Good

Agriculture Practices (GAP).

Untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman

sekaligus meningkatkan nilai tambah melalui pengurangan

biaya pembelian sarana produksi seperti pupuk dan pestisida

kimia serta menjaga produktivitas lahan dan sumber air,

maka diperlukan upaya-upaya untuk mendorong petani agar

menerapkan teknologi pertanian organik yang ramah

lingkungan dengan sedapat mungkin memproduksi sendiri

pupuk organik yang dihasilkan dari limbah pertanian,

penerapan sistem pegendalian hama terpadu, serta

penerapan teknologi budidaya dilahan kering.

2.4.1.2 Penggunaan Pupuk Kimiawi dan Organik secara BerimbangUntuk Memperbaiki dan Meningkatkan Kesuburan Tanah

Saat ini produktivitas beberapa komoditas

pertanian primer yang diproduksi petani sudah mencapai

titik jenuh (leveling off) yang diakibatkan oleh menurunnya

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 29

kesuburan fisik tanah pertanian, terutama di lahan sawah.

Struktur tanah semakin massif akibat penerapan pupuk

kimia dalam jangka waktu lama.

Disamping itu penyebab tidak bertambahnya

produktivitas tanaman adalah kecenderungan petani yang

masih menggunakan salah satu pupuk tunggal secara

berlebihan, terutama pupuk Nitrogen (N), sementara

penggunaan jenis pupuk lainnya (P,K dan unsure mikro)

masih sangat kurang.

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan

lahan sekaligus mengurangi konsumsi pupuk N, diperlukan

upaya antara lain: (1) mencanangkan gerakan nasional

penggunaan pupuk majemuk secara berimbang, (2)

menurunkan proporsi penggunaan pupuk kimia, dan (3)

meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk

memperbaiki kesuburan fisik tanah.

2.4.1.3 Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur Lahan dan Airserta Perbenihan dan Perbibitan

Lahan dan Air merupakan faktor produksi utama

pertanian/peternakan, sedangkan benih/bibit merupakan

sarana produksi utama produksi pertanian/peternakan.

Keberadaan dan berfungsinya infrastruktur lahan, air serta

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 30

benih/bibit merupakan prasyarat bagi kelangsungan proses

produksi pertanian/peternakan.

Saat ini, kondisi infrastruktur lahan dan air

pertanian sangat memprihatinkan. Jaringan jalan produksi

dan usahatani dari dann ke sentra produksi pertanian masih

sangat terbatas. Alat dan mesin pertanian kesulitan keluar

masuk daerah pertanian untuk membawa sarana produksi

maupun memasarkan hasil pertanian secara efisien. Ladang

penggembalaan luasnya semakin mengecil, karena

perubahan fungsi maupun ketidakjelasan status lahannya

(antara milik negara atau milik adat).

Demikian pula dengan jaringan irigasi dan drainase

yang ada semakin menurun kapasitasnya, akibat

pendangkalan dan kurangnya perawatan. Sementara

pembangunan embung yang baru masih jauh dari memadai

untuk mendukung tuntutan peningkatan produksi komoditas

pertanian, terutama di daerah sub optimal seperti di lahan

kering. Lebih lanjut, keberadaan infrastruktur pendukung

usaha penangkaran benih dan bibit juga masih sangat

kurang, seperti laboratorium sertifikasi dan pengujian mutu,

balai benih, kebun bibit maupun kebun induk.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 31

2.4.1.4 Perbaikan Citra Petani dan Pertanian Agar Kembali DiminatiGenerasi Penerus

Belum berkembangnya agroindustri di perdesaan,

sehingga usaha tani masih dominan diaspek produksi on-

farm dengan tingkat pendataan yang relatif kecil dan belum

berkembangnya usaha jasa pelayanan permodalan, dan

teknologi, mengakibatkan citra petani dan pertanian lebih

sebagai aktifitas sosial budaya tradisional, bukan sosial

ekonomi yang dinamis dan menantang.

Kondisi ini pada akhirnya kurang menarik minat

generasi muda di perdesaan untuk bekerja dan berusaha

dibidang pertanian, terlebih bagi mereka yang telah

mengikuti pendidikan sekolah menengah ke atas.

Oleh karena itu kedepan perlu upaya pementapan

pengembangan agroindustri di perdesaan, diantaranya

melalui pengembangan kawasan agropolitan, sehingga

menumbuhkembangkan usaha penyediaan barang dan jasa

pendukung yang merupakan peluang usaha dan lapangan

kerja bagi angkatan kerja baru diperdesaan.

Disamping itu, perlu juga mendorong

pengembangan mekanisasi pertanian (alsin tepat guna) agar

bidang pertanian lebih menarik minat generasi muda selain

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 32

untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, nilai tambah,

efisiensi dan daya saing produksi komoditas pertanian.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 33

3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSIPELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Pembangunan periode jangka menengah tahun 2013 – 2018 pada

dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan

pada periode jangka menengah sebelumnya.

Agar pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan

dan memenuhi target sasaran yang ditetapkan diperlukan gambaran

permasalahan yang akan dihadapi pada periode pembangunan jangka waktu

lima tahun kedepan.

Berdasarkan hasil evaluasi atas pembangunan pertanian yang telah

dilaksanakan sampai saat ini, persoalan mendasar yang diperkirakan masih

dihadapi sektor pertanian dimasa yang akan datang, khususnya jangka waktu

2013 – 2018, mencakup aspek seperti: kerusakan lingkungan dan perubahan

iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air, kepemilikan lahan,

perbenihan dan perbibitan, akses petani terhadap permodalan, kelembagaan

petani, sinergitas sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian/peternakan,

serta sumberdaya manusia pertanian dan penyuluhan.

ISU-ISU STRATEGISBERDASARKAN TUGAS DAN

FUNGSI OPD

BAB 3

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 34

Secara lebih lengkap, permasalahan mendasar tersebut di atas

diuraikan sebagai berikut:

a. Belum maksimalnya kemandirian pangan dengan menekankan pada

pengembangan 5 komoditas strategis (padi, jagung, kedelai, gula, dan

daging sapi);

b. Belum optimalnya data Neraca Bahan Makanan;

c. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat;

d. Masih tingginya angka kemiskinan;

e. Masih kurangnya informasi stok dan harga pangan;

f. Belum optimalnya data stabilitas harga dan pasokan pangan;

g. Belum meningkatnya kualitas keanekaragaman konsumsi pangan

masyarakat;

h. Kurangnya intensifikasi lahan dan pengendalian hama penyakit serta

peningkatan sarana prasarana pra panen dan pasca panen untu

meningkatan produktifitas pertanian dan peternakan;

i. Banyaknya kerusakan saluran irigasi tersier dan kekurangan pasokan air;

j. Rendahnya ketersediaan benih/bibit pertanian dan peternakan;

k. Belum berkembangnya kelembagaan petani dan usaha tani pada sektor

pertanian;

l. Kurangnya jumlah sarana alat dan mesin pertanian;

m. Belum optimalnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 35

n. Belum optimalnya produktivitas pertanian komoditas utama seperti padi,

jagung, kacang tanah dan bawang merah;

o. Masih rendahnya tingkat pelayanan kesehatan hewan;

p. Belum tersedianya data akurat mengenai penyakit hewan;

q. Rendahnya produktivitas ternak;

r. Belum optimalnya produktivitas kelompok ternak agribisnis;

s. Belum optimalnya mutu dan kesehatan produk asal hewan;

t. Belum optimalnya sanitasi dan higiene pada unit usaha produsen/

distributor produk asal hewan;

u. Lemahnya kapasitas dan kompetensi kelembagaan petani;

v. Belum optimalnya peran Balai Penyuluhan Pertanian sebagai pusat

koordinasi program dan pelaksanaan kegiatan di kecamatan;

w. Kurangnya penyebaran penyuluhan melalui jaringan internet (cyber

extension);

x. Belum adanya standar kompetensi SDM pertanian;

y. Kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian;

3.2 TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKILKEPALA DAERAH TERPILIH

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan sangat dipengaruhi dan merupakan penjabaran yang lebih detail dari

perencanaan pembangunan daerah kabupaten Tangerang, sehingga semua

langkah-langkah yang disusun dalam Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 36

Pangan sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Tangerang 2013 – 2018.

Visi Kabupaten tangerang adalah “Mewujudkan Masyarakat

kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur, religius, dan berwawasan

lingkungan”.

Sementara misinya adalah : (1) Peningkatan Pemerataan akses dan

fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat; (2) Peningkatan

Pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menuju

peningkatan daya saing daerah dan daya saing masyarakat; (3) Peningkatan dan

pengembangan nilai-nilai agama dalam penyelenggaraan pemerintahan serta

kehidupan bermasyarakat menuju masyarakat yang religius; (4) Penciptaan iklim

investasi dan usaha yang kondusif yang didukung oleh peningkatan Peningkatan

Pembangunan Infrastruktur dasar yang merujuk pada keseimbangan ruang dan

lingkungan; (5) Peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang

bersih, professional, berwibawa, transparan, dan bertanggung jawab.

Telaahan terhadap Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala daerah memberikan gambaran peran serta dan keterlibatan langsung

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Hal ini ditujukan melalui pernyataan misi

nomor 2 (dua) yaitu Peningkatan Pengembangan perekonomian daerah dan

perekonomian masyarakat menuju peningkatan daya saing daerah dan daya

saing masyarakat. Pada misi ini terlihat jelas peran serta Dinas Pertanian dan

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 37

Ketahanan Pangan dalam upaya pengembangan ekonomi daerah melalui

pengembangan bidang pertanian/peternakan.

Telaahan terhadap visi, misi dan program kepala daerah dan wakil

kepala daerah terpilih di Kabupaten Tangerang dalam hubungannya dengan

tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

tangerang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 3.1. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan OPD TerhadapPencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah

No.Misi dan Program KDHdan Wakil KDH Terpilih

Permasalahan PelayananOPD

Faktor

Penghambat Pendorong

1 Misi 3 : PeningkatanPengembanganperekonomian daerahdan perekonomianmasyarakat menujupeningkatan daya saingdaerah dan daya saingmasyarakat.

Program Unggulan :Program PengembanganKawasan Strategis CepatTumbuh

Program 1 :Program PeningkatanProduksiPertanian/Perkebunan

Program 2 :Program PeningkatanPenerapan TeknologiPertanian/Perkebunan

Program 3 :Program Pencegahan danPenanggulangan PenyakitTernak

Program 4 :Program PeningkatanProduksi Hasil Peternakan

Program 5 :Program PeningkatanKesehatan MasyarakatVeteriner

a. Kompetensi aparaturdinas belumsepenuhnya meratadan sesuai denganyang diharapkan.

b.Pelaksanaan kegiatanbelum sepenuhnyamengacu padaTupoksi.

c. Ases terhadap datadan informasiPertanian/ peternakanbelum optimal.

d.Peran dan fungsi UPTbelum optimal.

e. Sinergitas Tupoksiantar bidang dan UPTbelum terjalin denganbaik.

f. Koordinasi antarbidang belum optimal.

a. Semakin tingginya alih fungsilahan.

b. Menurunnya kesuburan tanah(lahan) pertanian.

c. Kerusakan infrastrukturjaringan irigasi.

d. Meluasnya areal yangpotensial terkena gangguanbencana alam kekeringan/kebanjiran.

e. Mahalnya agroinput (saranaproduksi dan alat mesinpertanian/ peternakan.

f. Menurunnya minat terhadapusaha tani-ternak.

g. Kemampuan permodalanpetani/ peternak terbatas.

h. Penerapan teknologipertanian terbatas.

i. Daya saing produk pertaniandan peternakan masihrendah.

j. Hama dan penyakit tanaman(Organisme PenggangguTumbuhan) makinberkembang.

k. Tingkat kehilangan hasil masihtinggi.

l. Tingginya kasus penyakithewan menular dan zoonosis.

m. Rendahnya manajemenpemeliharaan dan reproduksiternak.

a. Kewenangan Dinasdalam pengembanganAgribisnis pertaniandan peternakan.

b.Komitmen pimpinandalam peningkatanketersediaan pangandaerah.

c. Ketersediaansumberdayapertanian.

d.Ketersediaan data daninformasipengembangan usahapertanian/peternakan.

e. Ketersediaandukungan anggaran.

f. Keberadaan lembagaperbenihan/perbibitan.

g. Ketersediaanlaboratorium pengujimutu.

h.Ketersediaan fasilitasalat mesin pertanian /peternakan.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 38

3.3 TELAAHAN RENSTRA OPD

Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Strategis Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, permasalahan pelayanan Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang beserta faktor

penghambat dan faktor pendorong keberhasilan pembangunan pertanian dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Permasalahan Pelayanan OPD berdasarkan Sasaran Renstra FaktorPenghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

No.Sasaran Jangka Menengah

Renstra OPDPermasalahan Pelayanan

OPDFaktor

Penghambat Pendorong

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

MeningkatkanKetersediaan danCadangan Pangan.

Berkembangnya Distribusidan Akses Pangan

MeningkatnyaPenanganan RawanPangan.

BerkembangnyaPenganekaragaman danKeamanan Pangan.

Meningkatnya ProduksiPertanian.

Meningkatnya ProduksiHasil Peternakan

Meningkatnya KualitasProduk Hewan.

MeningkatnyaKemandirianKelembagaan Tani.

MeningkatnyaKompetensi aparaturpertanian.

Ketersediaan AnggaranPembangunan Pertaniandan SDM teknisPertanian/ Peternakan

a. Masih rendahnya konsumsienergi dan protein perkapitaperhari

b. Kurangnya informasi hargadan pasokan pangan

c. Kurang beragamnya konsumsipangan masyarakat.

d. Semakin tingginya alih fungsilahan.

e. Menurunnya kesuburan tanah(lahan) pertanian.

f. Kerusakan infrastrukturjaringan irigasi.

g. Mahalnya agroinput (saranaproduksi dan alat mesinpertanian/ peternakan.

h. Kemampuan permodalanpetani/ peternak terbatas.

i. Penerapan teknologipertanian terbatas.

j. Daya saing produk pertaniandan peternakan masihrendah.

k. Hama dan penyakit tanaman(Organisme PenggangguTumbuhan) makinberkembang.

l. Tingkat kehilangan hasil masihtinggi.

m. Tingginya kasus penyakithewan menular dan zoonosis.

n. Rendahnya manajemenpemeliharaan dan reproduksiternak.

o. Rendahnya kompetensikelembagaan Petani.

a. Kewenangan Dinasdalam pengembanganAgribisnis pertaniandan peternakan.

b.Komitmen pimpinandalam peningkatanketersediaan pangandaerah.

c. Ketersediaansumberdayapertanian.

d.Ketersediaandukungan anggaran.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 39

No.Sasaran Jangka Menengah

Renstra OPDPermasalahan Pelayanan

OPD

Faktor

Penghambat Pendorong

p. Belum Optimalnya peran BalaiPenyuluhan Pertanian (BPP).

q. Kurangnya PenyebaranInformasi penyuluhanPertanian.

r. Belum ada StandarKompetensi SDM Pertaniandan Penyuluhan.

3.4 TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIANLINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Tangerang Tahun 2011 – 2031, permasalahan pelayanan Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan kabupaten Tangerang beserta faktor

penghambat dan faktor pendorong keberhasilan pembangunan

pertanian/peternakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Permasalahan Pelayanan OPD berdasarkan Telaahan Rencana tataRuang Wilayah beserta Faktor Penghambat dan Faktor PendorongKeberhasilan Penanganannya.

No.Rencana tata Ruang

Wilayah Terkait Tugas danFungsi OPD

Permasalahan PelayananOPD

Faktor

Penghambat Pendorong

1. Rencana Kawasan Budidaya Belum dimilikinya peraturanperlindunganLahanPertanian PanganBerkelanjutan

a. Pertumbuhan pendudukKaupaten Tangerang yangsetiap tahun meningkatserta tingkat urbanisasipenduduk dari luarKabupaten semakinmeningkat.

b. Peningkatan kebutuhandalam hal penyediaanlahan bagi industri danperumahan.

a. Pemanfaatan penerapanteknologi ramahlingkungan danberkelanjutan masihbelum optimal.

b.Kebutuhan atas panganyang semakinmeningkat.

Berdasarkan analisis KLHS permasalah pelayanan Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang beserta faktor penghambat dan faktor

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 40

pendorong keberhasilan pembangunan pertanian / peternakan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.4. Permasalahan Pelayanan OPD berdasarkan Analisis KLHS besertaFaktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

No.KLHS terkait Tugas dan

Fungsi OPDPermasalahan Pelayanan

OPDFaktor

Penghambat Pendorong

1.

2.

3.

Keterbatasan LahanBudidaya Pertanian danPeternakan danHortikultura.

Terjadinya alih fungsi lahan.

Menambah tingkat efekrumah kaca.

Belum dimilikinyaperaturan untukmelindungi LahanPertanian PanganBerkelanjutan

a. Pertumbuhanpenduduk KaupatenTangerang yangsetiap tahunmeningkat sertatingkat urbanisasipenduduk dari luarKabupaten semakinmeningkat.

b. Peningkatankebutuhan dalam halpenyediaan lahanbagi industri danperumahan.

a. Pemanfaatanpenerapan teknologiramah lingkungandan berkelanjutanmasih belum optimal.

b.Kebutuhan ataspangan yang semakinmeningkat.

3.5 PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Berdasarkan hasil review faktor-faktor pelayanan Dinas Pertanian

dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang meliputi: analisis renstra

OPD, analisis Rencana Tata Ruang Wilayah dan analisis KLHS, maka dapat

ditentukan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang sebagai berikut:

1. Tingkat ketersediaan energi dan protein perkapita perhari;

2. Ketersediaan informasi harga dan pasokan pangan;

3. Tingkat keragaman kosumsi pangan;

4. Alih fungsi lahan pertanian;

5. Kerusakan saluran irigasi tingkat usaha tani dan irigasi tingkat desa;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 41

6. Optimalisasi lahan usaha tani;

7. Peningkatan ketersediaan sarana pra panen dan pasca panen;

8. Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman;

9. Peningkatan ketersediaan benih/bibit tanaman dan ternak;

10. Peningkatan manajemen pemeliharaan dan reproduksi ternak;

11. Penanggulangan penyakit hewan menular dan zoonosis;

12. Peningkatan ketersediaan produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal

(ASUH);

13. Peningkatan penerapan teknologi pertanian dan peternakan;

14. Peningkatan kapasitas dan ompetensi kelembagaan petani;

15. Penguatan peran Balai Penyuluhan Pertanian;

16. Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM Pertanian.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 42

4.1. VISI DAN MISI

Memperhatikan potensi sumber daya manusia, sumber daya buatan,

dan ketersediaan teknologi maju di Kabupaten Tangerang yang sangat

menunjang dalam pembangunan pertanian dan peternakan, serta mengacu pada

Visi Kabupaten Tangerang yaitu ”Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Tangerang

yang Cerdas, Makmur, Religius dan Berwawasan Lingkungan”, serta Visi Provinsi

Banten “Rakyat Banten Sejahtera Berdasarkan Iman dan Taqwa”, maka Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang menetapkan Visi Yaitu :

“Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi Agribisnis Menuju

Kemandirian Pangan”.

Penjabaran makna dan Visi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang tersebut adalah sebagai berikut :

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi bidang tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, kehutanan dan aneka tanaman

lainnya, serta peternakan yang diusahakan oleh setiap individu,

kelompok atau masyarakat dengan tujuan mendapatkan hasil.

VISI, MISI, TUJUAN,SASARAN, STRATEGI &

KEBIJAKAN

BAB 4

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 43

Berdaya Saing mengandung makna kemampuan pengelolaan sumberdaya

pertanian secara efektif, efisien dan memiliki nilai tambah

sehingga lebih unggul dari daerah lainnya baik dari segi kualitas

maupun kuantitas.

Berorientasi Agribisnis mengandung makna cara pandang ekonomi bagi usaha

pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor

hulu maupun di hilir melalui penerapan strategi untuk

memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,

penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan,

hingga tahap pemasaran.

Kemandirian Pangan mengandung makna bahwa Kabupaten Tangerang mampu

dalam memproduksi pangan dari dalam negeri yang dapat

menjamin kebutuhan pangan yang cukup dengan

memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial

ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

Untuk dapat mewujudkan Visi dengan cara mendorong efektivitas

dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, yang didalamnya

mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.

Misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

adalah sebagai berikut:

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 44

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas produk pertanian

yang berdaya saing;

2. Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk Mendukung

pengembangan sistem pertanian berorientasi Agribisnis;

3. Mengembangkan dan memantapkan ketersediaan, keamanan, keragaman,

distribusi dan cadangan pangan masyarakat berbasis kemandirian untuk

peningkatan akses pangan dan mengantisipasi kerawanan pangan;

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pertanian.

4.2. TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH

4.2.1 Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan

misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) – 5 (lima)

tahun. Penetapan tujuan dalam Rencana Strategis didasarkan pada potensi dan

permasalahan serta isu utama bidang pertanian dan peternakan.

Adapun rumusan tujuan didalam Perencanaan Strategis Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2013 – 2018 adalah :

a. Mendorong Peningkatan Produksi dan Kualitas Hasil Pertanian serta Efisiensi

Usaha;

b. Memfasilitasi ketersediaan prasarana dan sarana dalam rangka mendukung

produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 45

c. Meningkatkan Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan Serta

Mengembangkan Distribusi dan Akses Pangan;

d. Meningkatkan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan;

e. Meningkatkan Penanganan Daerah Rawan Pangan;

f. Mendorong Peningkatan kemandirian kelembagaan petani serta kompetensi

sumberdaya manusia pertanian dan penyuluhan.

4.2.2 Sasaran

Sasaran adalah penjabaran tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang

akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

dalam jangka waktu lima tahun mendatang.

Perumusan sasaran harus memiliki kriteria “SMART”. Analisis SMART

digunakan untuk menjabarkan isu yang telah dipilih menjadi sasaran yang lebih

jelas dan tegas. Analisis ini juga memberikan pembobotan kriteria, yaitu khusus

(specific), terukur (measureable), dapat dicapai (attainable), nyata (realistic) dan

tepat waktu (time bound).

Sasaran didalam Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten tangerang Tahun 2013 – 2018 adalah :

a. Meningkatnya Produksi Pertanian;

b. Meningkatnya Kualitas Produk Hewan;

c. Tersedianya sarana dan prasarana pertanian guna mendukung aktivitas usaha

tani;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 46

d. Meningkatnya Ketersediaan dan Cadangan Pangan;

e. Berkembangnya Distribusi dan Akses Pangan;

f. Meningkatnya Penanganan Daerah Rawan Pangan;

g. Berkembangnya Penganekaragaman dan Keamanan Pangan;

h. Meningkatnya kemandirian kelembagaan petani;

i. Meningkatnya kemandirian kelembagaan petani;

j. Meningkatnya kompetensi sumberdaya manusia pertanian dan penyuluhan.

Rincian Indikator Kinerja yang termuat dalam RPJMD 2013-2018

dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan OPD

NO. TUJUAN SASARANINDIKATORSASARAN

SATUAN

TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE- KondisiKinerja Padaakhir periode

RPJMD2013 2014 2015 2016 2017 2018

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1. MeningkatkanKetersediaan Pangandan CadanganPangan SertaMengembangkanDistribusi dan AksesPangan

MeningkatnyaKetersediaan danCadangan Pangan

KetersediaanEnergi PerKapita Perhari

kkal/kap/hari

2200 2300 2300 2400 2400 2400 2400

KetersediaanProtein PerKapita Perhari

gram/kap/hari

57 63 63 63 63 63 63

PenguatanCadanganPangan

ton 7 7 7 7 7 7 7

BerkembangnyaDistribusi danAkses Pangan

KetersediaanInformasiPasokanHarga danAkses Pangan

% 65 72 79 86 93 100 100

StabilitasHarga danPasokanPangan

% 65 71 77 83 89 95 95

2. MeningkatkanPenganekaragamandan KeamananPangan

BerkembangnyaPenganekaragamandan KeamananPangan

PencapaianSkor PolaPanganHarapan

% 86 87 89 91 93 95 95

PengawasandanPembinaanKeamananPangan

% 83 86 89 92 95 100 100

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 47

NO. TUJUAN SASARANINDIKATORSASARAN

SATUAN

TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE- KondisiKinerja Padaakhir periode

RPJMD2013 2014 2015 2016 2017 2018

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1. MeningkatkanKetersediaan Pangandan CadanganPangan SertaMengembangkanDistribusi dan AksesPangan

MeningkatnyaKetersediaan danCadangan Pangan

KetersediaanEnergi PerKapita Perhari

kkal/kap/hari

2200 2300 2300 2400 2400 2400 2400

KetersediaanProtein PerKapita Perhari

gram/kap/hari

57 63 63 63 63 63 63

PenguatanCadanganPangan

ton 7 7 7 7 7 7 7

BerkembangnyaDistribusi danAkses Pangan

KetersediaanInformasiPasokanHarga danAkses Pangan

% 65 72 79 86 93 100 100

StabilitasHarga danPasokanPangan

% 65 71 77 83 89 95 95

3.MeningkatkanPenanganan DaerahRawan Pangan

MeningkatnyaPenanganan RawanPangan

PenangananDaerah RawanPangan

% 15 22 29 36 43 50 50

4.

MendorongPeningkatanProduksi dan KualitasHasil Pertanian danPeternakan sertaEfisiensi Usaha;

MeningkatnyaProduksi Pertanian

PersentaseKenaikanProduksi HasilPertanian

% 2 2 2 2 2 2 2

MeningkatnyaProduksi HasilPeternakan

PersentaseKenaikanProduksi HasilPeternakan

% 2 2 2 2 2 2 2

MeningkatnyaKualitas Produkasal Hewan

TerpenuhinyaKualitasProduk AsalHewan

% 20 23 25 30 35 40 40

5.

MendorongPeningkatankemandiriankelembagaan petaniserta kompetensisumberdaya manusiapertanian danpenyuluhan

Meningkatnyakemandiriankelembagaanpetani

Bertambahnyajumahkelompokagribisnis

% 2 2 2 2 2 2 32

Peningkatanskala usahakelompok

% 2 2 1 1 1 1 12

Meningkatnyakompetensisumberdayamanusia pertaniandan penyuluhan

MeningkatnyaKapasitastenagapenyuluh

% 5 5 5 5 5 5 50

4.3. Strategi dan Kebijakan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran didalam Rencana Strategis,

diperlukan strategi. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program

indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 48

Sedangkan kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh

pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. Kebijakan dapat bersifat internal,

yaitu kebijakan dalam mengelola pelaksanaan program-program pembangunan

maupun bersifat eksternal yaitu kebijakan dalam rangka mengatur, mendorong

dan memfasilitasi kegiatan masyarakat.

Strategi dan kebijakan pembangunan pertanian yang dilaksanakan

oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang sebagai

berikut.

Tabel 4.2. Tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan Dinas Pertanian dan KetahananPangan Kabupaten Tangerang

Visi : Mewujudkan Pertanian yang Berdaya Saing, Berorientasi Agribisnis Menuju Kemandirian Pangan

Misi 1 : Meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas produk pertanian dan peternakan yang berdaya saing

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1. Mendorongpeningkatan produksidan kualitas hasilpertanian serta efisiensiusaha

1. Meningkatnya produksipertanian.

2. Meningkatnya kualitasProduk asal hewan

1. Penyediaan benih/bibit unggul,Pengendalian hama penyakittanaman dan ternak, sertaPerbaikan kesuburan tanah;

2. Peningkatan daya saing dan nilaitambah produk pertanian danpeternakan

3. Pemeriksaan kesehatan hewanternak secara berkala;

1. Menata kelembagaanperbenihan / perbibitan;

2. Mengendalikan hamaterpadu, Pencegahan danpenanggulangan penyakittanaman maupun ternak,serta menurunkan tingkatkehilangan hasil pascapanen;

3. Menggalakkan penggunaanpupuk organik untukmengembalikan kesuburantanah;

1. Meningkatkan kualitasproduk pertanian danpeternakan;

2. Meningkatkan pengolahanhasil produksi danpenanganan pasca panen;

3. Mengembangkan kelompoktani ternak yang handaldalam melakukanmanajemen usaha;

4. Meningkatkan pelayanankesehatan ternak kepadamasyarakat secara berkala;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 49

4. Penyediaan obat-obatan ternakyang terjangkau danberkualitas;

5. Peningkatan pelayanankesehatan hewan;

6. Peningkatan pengetahuan danketerampilan pelaku usaha danpelaku utama dalam hal sanitasidan higiene

5. Menyediakan obat-obatanhewan yang berkualitasdan terjangkau;

6. Meningkatkan cakupandan kualitas pelayanankesehatan hewan;

7. Meningkatkanpengetahuan danketerampilan para pelakuusaha dan pelaku utamadalam hal sanitasi danhigiene.

Misi 2 : Meningkatkan prasarana dan sarana Pertanian untuk Mendukung pengembangan sistem pertanian berorientasiAgribisnis

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1. Memfasilitasiketersediaan prasaranadan sarana dalamrangka mendukungproduksi, produktivitasdan mutu hasilpertanian

1. Tersedianya sarana danprasarana pertanian gunamendukung aktivitasusaha tani

1. Penyediaan alat mesinpertanian;

2. Perbaikan jaringan irigasi danjalan usaha tani

1. Menyediakan alat mesinpertanian;

2. Meningkatkanketerampilan petanidalam penggunaan alatmesin pertanian;secaramandiri;

3. Membangun,mengembangkan,Memperbaiki, danmemelihara jaringanirigasi dan jalan usaha tani

Misi 3 : Mengembangkan dan memantapkan ketersediaan, cadangan, distribusi pangan berbasis kemandirian untukpeningkatan akses, keragaman, keamanan dan mengantisipasi kerawanan pangan

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1. Meningkatkanketersediaan pangandan cadangan panganserta Mengembangkandistribusi dan aksespangan;

1. MeningkatnyaKetersediaan danCadangan Pangan;

2. Berkembangnya Distribusidan Akses Pangan;

1. Pemantapan ketersediaanpangan baik hewani maupunnabati dalam jumlah dankeragaman untuk mendukungkonsumsi pangan sesuai kaidahkesehatan dan gizi seimbangdan pengembangan cadanganpangan hidup (pekarangan,lahan desa, dan lahan tidur);

1. Pengembangan distribusipangan yang merata, hargastabil dan terjangkau(aksesibilitas) denganmendorong dan mendukungupaya peningkatan daya belidan mengurangi jumlahpenduduk yang miskin;

2. Penguatan kelembagaanlumbung pangan masyarakatdan lembaga cadangan pangankomunitas lainnya danpengembangan sistemcadangan pangan melaluiLembaga Distribusi PanganMasyarakat (LDPM) denganoptimalisasi Gapoktan danPoktan ataupun lembaga usahalainnya;

1. Mengkoordinasikan danmensinergikan upayapeningkatan kapasitasproduksi pangan;

2. Mengembangkan danmemperkuatketerampilan masyarakatdalam hal menyediakanmakanan sesuai kaidahkesehatan dan giziseimbang;

3. Mengembangkan danmemperkuat kemampuanpengelolaan cadanganpangan pemerintah danmasyarakat hingga ditingkat desa dan ataukomunitas;

4. Meningkatkan koordinasipengelolaan cadanganpangan masyarakat danpemerintah daerah sertapencegahan danpenanggulangan rawanpangan;

5. Meningkatkan aksespangan melaluipengembangan sistem

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 50

2. Meningkatkanpenganekaragaman dankeamanan pangan;

3. MeningkatkanPenanganan DaerahRawan Pangan

3. BerkembangnyaPenganekaragaman danKeamanan Pangan;

4. MeningkatnyaPenanganan daerah rawanpangan;

1. Pengembangan dan percepatandiversifikasi konsumsi panganberbasis pangan lokal melaluiupaya pengolahan panganberbahan-baku tepung umbi-umbian lokal danpengembangan aneka panganlokal lainnya;

2. Pengembangan bisnis panganuntuk peningkatan nilai tambahekonomi, gizi dan mutuketersediaan pangan yangberagam dan bergizi seimbangmelalui penguatan kerjasamapemerintah-masyarakat danswasta;

3. Peningkatan pengetahuan dankesadaran tentang keamananpangan pada masyarakat;

4. Penguatan pengawasan danpembinaan keamanan pangandengan melengkapi perangkatperaturan perundang-undangandi bidang mutu dan keamananpangan.

1. Pemantauan impor pangan(pemasukan pangan dari luardaerah);

2. Peningkatan efisiensi danefektivitas intervensi bantuanpangan/pangan bersubsidikepada masyarakat golonganmiskin (misalnya Raskin) danmengelola pangan bersubsidibagi kelompok khusus (rentangizi buruk dan rawan pangan);

3. Penanganan daerah rawanpangan yang terprogrammelalui penumbuhan danpengembangan desa mandiri

distribusi yang efektif danefisien;

1. Meningkatkanpenganekaragamankonsumsi pangan berbasisbahan baku pangan lokal;

1. Mendorong,mengembangkan danmembangun, sertamemfasilitasi peran sertamasyarakat dalampemenuhan pangan sebagaiimplementasi pemenuhanhak atas pangan;

2. Memfasilitasi pelaku usahadalam menyebarluaskanpangan berbahan bakupangan lokal;

3. Mengembangkan jaringanantar lembaga masyarakatuntuk pemenuhan hak ataspangan dan gizi;

1. Meningkatkan pengawasanmutu dan keamananpangan;

2. Meningkatkan kesadaranmasyarakat terhadapkeamanan pangan.

1. Meningkatkan pengawasandan pembinaan keamananpangan dengan melengkapiperangkat peraturanperundang-undangan dibidang mutu dan keamananpangan.

1. Memantau peredaranpangan baik yang masukmaupun yang keluar daerah;

1. Memberlakukan HargaPembelian Pemerintah padakomoditas pangan strategis;

2. Mengembangkan Bufferstock Management(pembelian oleh pemerintahpada waktu panen danoperasi pasar pada waktupaceklik) pada komoditaspangan strategis;

1. Meningkatkanpemberdayaankelembagaan ekonomiperdesaan dalam rangka

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 51

pangan serta mengoptimalkantim Sistem KewaspadaanPangan dan Gizi Kabupaten;

mengembangkan sistemdistribusi pangan danaksesibilitas pangan sertaupaya kewaspadaan pangandan penanganan rawanpangan;

2. Meningkatkan penggunaansistem kewaspadaan pangandan gizi dalam halpemantauan danpenanganan daerah rawanpangan

Misi 4 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pertanian

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1. MendorongPeningkatankemandiriankelembagaan petaniserta kompetensisumberdaya manusiapertanian danpenyuluhan

1. Meningkatnyakemandirian kelembagaanpetani.

2. Meningkatnya kompetensisumberdaya manusiapertanian danpenyuluhan.

1. Pemberdayaan Poktan,Gapoktan, dan BUMP;

2. Revitalisasi kelompok tani danternak melalui pembinaan danevaluasi secara berkala;

3. Pengembangan dan penyebaraninformasi/ materi penyuluhanpertanian melalui sistemteknologi, informasi dankomunikasi pertanian;

1. Penguatan BPP sebagai PusatKoordinasi Program danPelaksanaan kegiatanPembangunan Pertanian dikecamatan.

2. Pemberdayaan penyuluh PNS,THL-TBPP dan Swadaya/swasta;

1. Pemberdayaankelembagaan petani dankelembagaan ekonomipetani menjadikelembagaan yang mandiridan berdaya saing melaluipengembangan jejaring dankemitraan usaha;

2. Penumbuhan danPengembangan KEP /BUMPmelalui jejaring dankemitraan usaha;

3. Pengembangan PosPenyuluhan Desa;

4. Pelatihan dan magang;

1. Penumbuhan danPengembangan Poktan danGapoktan melalui kelaskemampuan kelompok;

1. Penyebarluasan informasimelalui media elektronik(televisi dan radio), mediacetak (majalahextensia, leaflet, brosur,liptan, dan poster), dan e-learning;

1. Peningkatan manajemenpimpinan/pengelolaan BPP;

2. Pengembangan BPP model;

3. Perbaikan manajemen BPPmelalui database, pelatihanmanajemen, latihankunjungan dan supervisi(LAKU SUSI), monitoring danevaluasi (monev) sertapelaporan;

1. Peningkatan kompetensipenyuluh yang bersifatpolivalen di tingkat desa danspesialisasi;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 52

2. Peningkatan kapasitaspenyuluh melalui pelatihan(dasar, alih kelompok, danteknis agribisnis);

3. Bimbingan teknik/Apresiasi/ latihankunjungan/ magang/ studibanding;

4. Sertifikasi profesi penyuluh;

5. Penumbuhan danpeningkatan peran PenyuluhSwadaya;

6. Optimalisasi peran PenyuluhSwasta;

7. Evaluasi Kinerja Penyuluh(PNS dan THL-TBPP) secarakontinyu dan berjenjang;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 53

5.1. RENCANA PROGRAM

Rencana program untuk tahun 2013 – 2018 kedepan untuk

penyusunan program pembangunan pertanian dan ketahanan pangan

Kabupaten Tangerang, akan terus berlanjut dan diprioritaskan sesuai Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang serta

sesuai dengan misi 2 Kabupaten Tangerang yaitu Peningkatan pengembangan

perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menuju peningkatan daya

saing daerah dan daya saing masyarakat yang mencakup bidang pertanian dan

peternakan.

Dalam mendukung terwujudnya RPJMD 2013 – 2018 Kabupaten

Tangerang program nasional yang akan dilaksanakan meliputi :

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan;

2. Program Pengembangan Agribisnis;

3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.

Untuk program pusat Kementerian Pertanian yang sesuai dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang akan dilaksanakan di

Rencana Program dan Kegiatan,Indikator Kinerja,Kelompok Sasaran

dan Pendanaan Indikatif

BAB 5

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 54

daerah mengalami perubahan dengan melalui pendekatan tugas dan fungsi

kementerian pertanian yaitu :

1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman

Pangan untuk Mencapai Swasembada dan swasembada berkelanjutan;

2. Program penyediaan produksi, produktivitas, dan mutu produk tanaman

hortikultura berkelanjutan;

3. Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana

pertanian;

4. Program peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk

tanaman hortikultura berkelanjutan;

5. Pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyediaan

pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal.

Rencana program dan kegiatan adalah cara untuk melaksanakan

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta upaya yang dilakukan untuk

mengetahui capaian keberhasilan sasaran dan tujuan.

Sedangkan program dimaksudkan sebagai kumpulan kegiatan yang

sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan guna mencapai sasaran tertentu. Dengan

adanya program dan kegiatan diharapkan pula dapat menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 55

Program Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan

Kabupaten tangerang yang direncanakan untuk periode tahun 2013 – 2018

meliputi :

A. Program Prioritas terdiri dari 6 Program antara lain :

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat.

2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan.

3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan.

4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.

5. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.

6. Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

B. Program Pendukung terdiri dari 5 program antara lain :

1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.

2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan.

3. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan.

4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.

5. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan.

5.2. RENCANA KEGIATAN

Dalam mewujudkan strategis dan kebijakan tersebut di atas yaitu

untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian dan peternakan

akan dilaksanakan melalui kegiatan program antara lain :

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 56

A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Penyusunan Ketersediaan pangan dan neraca Bahan Makanan;

2. Pengembangan cadangan pangan daerah;

3. Pemantauan pasokan, harga dan akses pangan;

4. Analisis stabilitas harga dan pasokan pangan;

5. Fasilitasi Tim Koordinasi distribusi beras bersubsidi;

6. Lomba cipta menu Beragam, bergizi, seimbang, dan aman tingkat

kabupaten;

7. Pengembangan Kawasan rumah pangan lestari;

8. Analisis pola konsumsi pangan;

9. Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten;

10. Pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar;

11. Pemberdayaan masyarakat miskin di desa mandiri pangan;

12. Pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi.

B. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dibawah program tersebut adalah :

1. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/

perkebunan tepat guna;

2. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan kelompok UPJA;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 57

3. Pelatihan penerapan teknologi pertanian / perkebunan modern bercocok

tanam;

4. Penyuluhan penerapan teknologi pertanian / perkebunan tepat guna.

C. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Penyediaan sarana produksi pertanian / perkebunan;

2. Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan;

3. Monitoring pupuk bersubsidi;

4. Pengeloaan lahan dan air di Kec. Mauk;

5. Pengembangan intensifikasi padi;

6. Pengembangan perbenihan dan perbibitan pertanian/perkebunan;

7. Peningkatan mutu dan keamanan pangan pertanian/perkebunan;

8. Pengembangan diversifikasi tanaman hortikultura;

9. Pengelolaan lahan dan air di Kecamatan Sepatan;

10. Pengembangan intensifikasi palawija;

11. Pendataan masalah organisme pengganggu tumbuhan;

12. Pembinaan petani pemakai air (P3A);

13. Sosialisasi rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan;

14. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

D. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Pendataan masalah peternakan;

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 58

2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kesehatan hewan;

3. Pengadaan obat dan sarana kesehatan hewan;

4. Pencegahan dan penanggulangan penyakit parasit;

5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit reproduksi;

6. Pelayanan kesehatan hewan di UPT Puskeswan Wilayah Barat;

7. Pelayanan kesehatan hewan di UPT Puskeswan Wilayah Utara;

8. Pelayanan kesehatan hewan di UPT Puskeswan Wilayah Selatan;

E. Program peningkatan produksi hasil pertanian

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Pembibitan dan perawatan ternak;

2. Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak;

3. Pendistribusian bibit ternak ruminansia besar kepada masyarakat;

4. Pendistribusian bibit ternak ruminansia kecil kepada masyarakat;

5. Pendistribusian bibit ternak unggas kepada masyarakat;

6. Peningkatan skala usaha kelompok ternak;

7. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana perbibitan dan hijauan

makanan ternak;

8. Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak;

9. Pengembangan agribisnis peternakan;

10. Penyuluhan dan pengelolaan bibit ternak yang akan didistribusikan

kepada masyarakat;

11. Pengembangan hijauan makanan ternak.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 59

F. Program peningkatan kesehatan masyarakat veteriner.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Pemeriksaan mutu dan kesehatan produk asal hewan;

2. Pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis;

3. Aplikasi kesejahteraan hewan;

4. Peningkatan sanitasi dan hygiene;

G. Program Peningkatan Kesejahteraan petani.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis;

2. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis

H. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggul daerah

I. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Monitoring dan Evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian (tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan);

2. Pemberdayaan tenaga penyuluh

J. Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan.

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Penelitian dan pengembangan pemasaran hasil produksi peternakan;

2. Promosi atas hasil produksi peternakan unggul daerah

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 60

K. Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

Kegiatan yang akan dilaksanakan di bawah program tersebut adalah :

1. Penelitian dan pengembangan teknologi peternakan tepat guna

5.3. INDIKATOR KINERJA

Tolok ukur kinerja pembangunan Kabupaten Tangerang khusus

bidang pertanian dan peternakan selama periode waktu 2013 – 2018, ditetapkan

indikator kinerja pembangunan pertanian dan peternakan.

Indikator kinerja tersebut merupakan implementasi dari target

indikator kinerja yang ada pada misi ke 2 Kabupaten Tangerang. Indikator kinerja

pembangunan sektor pertanian dan peternakan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Indikator kinerja makro pembangunan pertanian dan peternakantahun 2013 – 2018

No.Indikator

Kinerja

Kondisi

Awal

Target Capaian Setiap Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Ketersediaan Energi dan

Protein Per Kapita

90 % 91 % 92 % 93 % 94 % 95 % 96 %

2. Penguatan Cadangan Pangan 45 % 54 % 63 % 72 % 81 % 90 % 99 %

3. Ketersediaan Informasi

Pasokan Harga dan Akses

Pangan

60 % 65 % 72 % 79 % 86 % 93 % 100 %

4. Stabilitas Harga dan Pasokan

Pangan

60 % 65 % 71 % 77 % 83 % 89 % 95 %

5. Pencapaian Skor Pola Pangan

Harapan

85 % 86 % 87 % 89 % 91 % 93 % 95 %

6. Pengawasan dan Pembinaan

Keamanan Pangan

80 % 83 % 86 % 89 % 92 % 95 % 100 %

7. Penanganan Daerah Rawan

Pangan

10 % 15 % 22 % 29 % 36 % 43 % 50 %

8. Persentase Kenaikan

Produksi Hasil Pertanian

2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %

9. Persentase Kenaikan

Produksi Hasil Peternakan

2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %

10. Terpenuhinya Kualitas

Produk Asal Hewan

15 % 20 % 23 % 25 % 30 % 35 % 40 %

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 61

5.4. KELOMPOK SASARAN

Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor

penentu pembangunan pertanian dan peternakan. Tercapainya pembangunan

perlu ditentukan kelompok sasaran berdasarkan kawasan/wilayah/lokasi, SDA,

SDM dan komoditas sektor pertanian dan peternakan.

A. Sasaran Wilayah/Lokasi

Pelaksanaan pembangunan pertanian dan peternakan ditentukan

berdasarkan perwilayah dan peruntukan yang sesuai dengan RPJMD Kabupaten

Tangerang sebagai berikut :

1. Wilayah Utara

Wilayah Utara (Prioritas Komoditi Padi, sayuran dataran rendah (kangkung,

mentimun, kacang panjang, casein, bayam, bawang merah, oyong, terung,

dll) dan perkebunan rakyat (kelapa).

2. Wilayah Tengah (Prioritas komoditi Palawija (jagung, kacang tanah, ubi kayu

dan ubi jalar).

3. Wilayah Selatan Bagian barat (padi gogo, palawija (jagung,kacang tanah, ubi

kayu, ubi jalar)).

4. Wilayah selatan bagian tengah dan timur (Buah-buahan (rambutan parakan,

Durian, Mangga, papaya, dll) dan Tanaman Hias (anggrek, anthurium).

Daerah yang petaninya sudah terbiasa menanam tanaman pangan,

hortikultura, dan berusaha dibidang peternakan dengan penggunaan teknologi

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 62

akan diarahkan menjadi sentra unggulan dengan meningkatkan kerjasama antar

kelompok dan kerjasama dengan swasta, antara lain :

Tabel 5.2. Sentra produksi unggulan di Kabupaten Tangerang

No. Sentra Produksi (Komoditi) Kecamatan

1 2 3

1 Padi Sepatan, Sepatan Timur, Pakuhaji,Teluknaga, Kronjo, Mekar Baru,Sukamulya, Gunung kaler, Kresek, Mauk,Rajeg, Kemiri, Sukadiri, dan Sindang jaya

2 Palawija (jagung, Kacang Tanah, Ubi kayu, Ubi jalar) Cisoka, Balaraja, Solear, Sindang Jaya,Cisauk, Jambe, Pagedangan dan Legok

3 Sayuran Dataran rendah (Kacang Panjang, Mentimun,terung, bayam, kangkung, caisim, oyong, dll)

Rajeg, Sepatan timur, Mauk, Pakuhaji,Teluknaga, Sindang Jaya, Sukadiri,Kosambi, Kronjo, Jambe, dan Cisoka

4 Buah-buahan (Rambutan parakan, papaya, mangga, dll) Tigaraksa, Cisoka, Panongan, Curug,Legok, Jambe, Pagedangan

5 Ternak Ruminansia Besar (Sapi/Kerbau) Legok, Panongan, pagedangan, Curug,Cikupa, Tigaraksa, Kemiri, Pasar Kemis,Rajeg, Teluknaga, Cisauk, Jambe, Cisoka,Mauk, dan Gunung Kaler

6 Ternak Ruminansia Kecil (Kambing/Domba) 29 Kecamatan

7 Ternak Unggas (ayam buras, itik, ayam raspedaging/petelur)

29 Kecamatan

5.5. RENCANA PENDANAAN INDIKATIF

Kegiatan pembangunan pertanian sektor tanaman pangan dan

hortikultura di Kabupaten Tangerang ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah memfasilitasi sebesar-besarnya partisipasi masyarakat

dengan mendayagunakan keterpaduan kegiatan yang dibiayai oleh APBN, APBD,

Swasta dan sumber-sumber dana pembangunan lainnya.

Implementasi pembangunan perlu adanya dukungan pendanaan

untuk pelaksanaan kegiatan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 63

Kabupaten Tangerang guna tercapainya program pembangunan selama kurun

waktu 2008 – 2013 sebagai berikut :

Tabel 5.3. Rencana pendanaan indikatif kegiatan Dinas Pertanian dan KetahananPangan Kabupaten Tangerang 2013 – 2018

Tahun Rencana APBD Pertumbuhan Rencana APBN Pertumbuhan

2013 13.632.330.000 3.706.762.000

2014 9.707.500.000 -40.43 3.892.100.100 4.76

2015 10.678.250.000 9.09 4.086.705.105 4.76

2016 11.746.075.000 9.09 4.291.040.360 4.76

2017 12.920.682.500 9.09 4.505.592.378 4.76

2018 14.212.750.750 9.09 4.730.871.997 4.76

Uraian lengkap tentang rencana program, kegiatan, indikator kinerja,

kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018 dapat dilihat pada Tabel

berikut.

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 64

Tabel 5.4. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

Tujuan Sasaran

IndikatorSasaran Kode

Programdan

Kegiatan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

dan Kegiatan(output)

DataCapaian padaTahunAwal

Peren-canaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kondisi Kinerjapada akhir

periode RenstraOPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

MeningkatkanKetersediaanPangan danCadanganPangan SertaMengembangkan Distribusidan AksesPangan

Meningkat-nyaKetersediaandan CadanganPangan

Ketersedia-an Energidan ProteinPer Kapita

2 3 1

ProgramPeningkat-anKetahananPanganMasyarakat

Ketersediaanenergi perkapita

2200 2200 125 2300 125 2300 125 2400 90 2400 95 2400 100 2400 660

Ketersediaanprotein perkapita

57 57 123 63 123 63 123 63 90 63 95 63 100 63 654

PenguatanCadanganPangan

Penguatancadanganpangan

10 7 396 7 396 7 396 7 400 7 425 7 450 52 2463

Berkembang-nya Distribusidan AksesPangan

Ketersedia-anInformasiPasokanHarga danAksesPangan

Ketersediaaninformasipasokanharga danakses pangan

60 65 200 72 200 79 200 86 200 93 225 100 250 100 1275

StabilitasHarga danPasokanPangan

Stabilitasharga danpasokanpangan

60 65 25 71 25 77 25 83 200 89 225 95 250 95 750

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 65

Tujuan Sasaran

IndikatorSasaran Kode

Programdan

Kegiatan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

dan Kegiatan(output)

DataCapaian padaTahunAwal

Peren-canaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kondisi Kinerjapada akhir

periode RenstraOPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

MeningkatkanPenganekaragaman danKeamananPangan

Berkembang-nyaPenganekaragaman danKeamananPangan

PencapaianSkor PolaPanganHarapan

Pencapaianskor PPH

85 86 25 87 25 89 25 91 90 93 95 95 100 95 360

Pengawas-an danPembinaanKeamananPangan

Pengawasandanpembinaankeamananpangan segar

80 83 180 86 180 89 180 92 185 95 190 100 300 100 1215

MeningkatkanPenangananDaerah RawanPangan

MeningkatnyaPenangananRawan Pangan

Penangan-an DaerahRawanPangan

PenangananDaerah rawanpangan

10 15 270 22 270 29 270 36 300 43 350 50 400 50 1860

MendorongPeningkatanproduksi danKualitas HasilPertanian danPeternakanserta EfisiensiUsaha;

MeningkatnyaProduksiPertanian

PersentaseKenaikanProduksi

HasilPertanian

3 3 1 ProgramPeningkat-anKesejahteraan Petani

Bertambah-nya jumlahkelompokagribisnis

20 2 150 2 150 2 150 2 150 2 150 2 150 32 900

3 3 2 Programpeningkat-anpemasaranhasilproduksipertanian /perkebun-an

TelaksananyaPameranProduksi HasilPertanian

3 2 240 2 240 2 240 2 250 2 300 2 300 15 1570

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 66

Tujuan Sasaran

IndikatorSasaran Kode

Programdan

Kegiatan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

dan Kegiatan(output)

DataCapaian padaTahunAwal

Peren-canaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kondisi Kinerjapada akhir

periode RenstraOPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

3 3 3 Programpeningkat-anpenerapanteknologipertanian /perkebun-an

Jumlah alatdan mesinpertanian(Unit)

800 53 952 46 775 46 775 46 775 46 775 46 775 1083 4827

3 3 4

Programpeningkat-an produksipertanian/perkebun-an

ProduktivitasPadi (TonGKG/Ha)

5,59 5,7 499 5,8 500 5,9 800 6 900 6,1 1000 6,35 2500 6,35 6199

Meningkat-nya IndeksPenanaman

1.9 2 420 2.1 420 1.8 2000 1.85 2000 1.9 2000 1.9 2000 1,9 8840

ProduktivitasBawangMerah

5.8 6.9 300 6.4 300 6.7 110 7 300 7.4 300 7.7 300 7,7 1610

ProduktivitasJagung

2.9 3 90 3.1 90 3.02 90 3.3 90 3.4 90 3.4 90 3,4 540

ProduktivitasKacang Tanah

1.7 1.8 90 1.9 90 1.9 90 2 90 2.1 90 2.1 90 2,1 540

ProduktivitasCabai

1 1.1 100 1.21 100 1.33 100 1.46 100 1.61 400 1.77 400 1,77 1200

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 67

Tujuan Sasaran

IndikatorSasaran Kode

Programdan

Kegiatan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

dan Kegiatan(output)

DataCapaian padaTahunAwal

Peren-canaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kondisi Kinerjapada akhir

periode RenstraOPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Pengembang-an komoditiicon daerahrambutanparakan

0 0 0 0 0 0 0 1000 100 1000 100 1000 100 3000 300

3 3 5 ProgramPemberdayaanPenyuluhPertanian/Perkebun-anLapangan

Meningkat-nya KapasitasTenagaPenyuluh

20 5 200 5 200 5 200 5 200 5 250 5 300 50 1350

MeningkatnyaProduksi HasilPeternakan

PersentaseKenaikanProduksiHasilPeternakan

3 3 6 Programpencegah-an danpenanggu-langanpenyakitternak

Cakupanpelayanankesehatanhewan (Desa/ Kelurahan)

36 18 70 44 220 44 220 44 220 44 220 44 250 274 1200

3 3 7 Programpeningkat-an produksi

Meningkat-kan ProduksiPeternakan

9 6 1925 6 1000 6 1000 6 1000 6 1000 6 1000 45 6925

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 68

Tujuan Sasaran

IndikatorSasaran Kode

Programdan

Kegiatan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

dan Kegiatan(output)

DataCapaian padaTahunAwal

Peren-canaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kondisi Kinerjapada akhir

periode RenstraOPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

hasilpeternakan Peningkatan

skala usahakelompok

4 2 625 2 320 1 683 1 500 1 500 1 500 12 3128

Pengembangan komoditiicon daerahayam wareng

0 0 0 0 0 0 0 100 50 100 50 100 50 300 150

3 3 8 Programpeningkat-anpemasaranhasilproduksipeternakan

Meningkat-nyapemasaranternak danhasil produkpeternakan

0 0 0 1 70 0 0 1 150 1 1000 1 1000 4 2220

3 3 9 Programpeningkat-anpenerapanteknologipeternakan

Peningkatanpenerapanteknologipeternakan

1 2 100 1 100 2 125 1 200 1 200 1 200 9 925

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 69

Tujuan Sasaran

IndikatorSasaran Kode

Programdan

Kegiatan

IndikatorKinerja

Program(outcome)

dan Kegiatan(output)

DataCapaian padaTahunAwal

Peren-canaan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kondisi Kinerjapada akhir

periode RenstraOPD

target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp target Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

MeningkatnyaKualitasProduk asalHewan

Terpenuhi-nyaKualitasProduk AsalHewan

3 3 10 ProgramPeningkat-anKesehatanMasyarakatVeteriner

Meningkat-nya mutu dankesehatanproduk asalhewan

50 120 60 60 90 60 90 60 90 60 90 60 90 470 510

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 70

Penetapan indikator kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran

keberhasilan pencapaian visi dan misi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran Rencana Strategis Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang yang mengacu kepada Tujuan dan

Sasaran RPJMD Kabupaten Tangerang pada misi nomor dua yaitu Peningkatan

pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat menuju

peningkatan daya saing daerah dan daya saing masyarakat dengan sasaran

Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah, maka indikator

kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabuaten Tangerang adalah

sebagai berikut :

1. Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan

2. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Pertanian

3. Persentase Kenaikan Produksi Hasil Peternakan

Pencapaian indikator kinerja ditunjukkan dengan pencapaian outcome

program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang setiap

Indikator Kinerja OPDYang Mengacu Pada Tujuan

dan Sasaran RPJMD KabupatenTangerang Tahun 2013-2018

BAB 6

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 71

tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi

kinerja yang diinginkan pada periode Rencana Strategis dapat dicapai.

Rincian selengkapnya mengenai indikator kinerja Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6.1. Indikator Kinerja OPD yang Mengacu kepada Tujuan dan SasaranRPJMD Kabupaten tangerang

NO Indikator

KondisiKinerja padaawal periode

RPJMD(Tahun 2012)

Target Capaian Setiap Tahun KondisiKinerja padaakhir periode

RPJMDTahun2013

Tahun2014

Tahun2015

Tahun2016

Tahun2017

Tahun2018

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1.Pencapaian Skor PolaPangan Harapan

85 % 86 % 87 % 89 % 91 % 93 % 95 % 95 %

2.Persentase KenaikanProduksi Pertanian

2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %

3.Persentase KenaikanProduksi HasilPeternakan

2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 % 2 %

REVISI RENCANA STRATEGIS 2013-2018

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Hal. 72

Tersusunnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang 2013 – 2018 akan menjadi acuan dalam

penyusunan program dan kegiatan tahunan maupun lima tahunan yang

berorientasi pencapaian Standar Pelayanan Minimal urusan Ketahanan Pangan

dan juga pencapaian produksi dan produktivitas pertanian serta peternakan

terutama dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Dengan adanya Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2018 diharapkan dalam penyusunan

perencanaan program dan kegiatan dalam tahun tersebut akan lebih sinergis

khususnya dengan program/kegiatan pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta

para stakeholder.

PENUTUP

BAB 7

Dokumentasi Penelitian di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten

Tangerang

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Bapak Mawardi (I1) selaku Sekretaris Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang

(Senin 22-10-2018, Pukul 11.58 WIB)

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Ibu Kustri Windayani (I2) selaku Kepala

Bidang Ketahanan Pangan

(Senin, 17-09-2018. Pukul 14.30 WIB)

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Bapak Bapak Supriyadi (I3) selaku Seksi

Konsumsi dan Keamanan Pangan

( Rabu 17-10-2018, Pukul 10.30 WIB).

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Ibu Yanti Damaiyanti (I4) selaku Seksi

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

(Senin 17-09 2018, Pukul 13.35 WIB).

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Ibu Yanti Ibu Sunaryati (I5) selaku Seksi

Distribusi dan Cadangan Pangan

( Senin, 22-10-2018 Pukul 10.45 WIB)

Dokumentasi Penelitian di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kaliasin

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Bapak Aman Hermansyah (I6) Selaku

Koordinator BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Kaliasin.

(Selasa, 09-10-2018 Pukul 10.04 WIB)

Dokumentasi Penelitian di salah satu rumah Petani

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2018

Gambar : Wawancara dengan Bapak Encham (I7) Selaku ketua Poktan

(Kelompok Tani) Palis di desa Kaliasin

(Selasa, 09-10-2018 Pukul 11.15 WIB)

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2019

Gambar : Wawancara dengan Bapak Hadi (I8) Selaku Petani di Desa

Kaliasin

(Rabu, 30-01-2019 Pukul 10.00 WIB)

Dokumentasi di salah satu KWT (Kelompok Wanita Tani) Sri Cikoja Desa Tobat

Keterangan Gambar:

Sumber : Peneliti, 2019

Gambar : Wawancara dengan Ibu Jumriah (I9) Selaku Kelompok Wanita

Tani di Desa Tobat

(Rabu,30-01-2018 Pukul 13.00 WIB)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hening Febriana

NIM : 6661140344

Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 17 Februari 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Talaga Bestari D4/08, Kab. Tangerang

E-mail : [email protected]

No Handphone : 085692126508

RIWAYAT PENDIDIKAN

2002-2008 : SD INSAN MADANI

2008-2011 : SMPN 1 BALARAJA

2011-2014 : SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG

2014-Sekarang : UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

PENGALAMAN ORGANISASI

ANGGOTA OSIS SMPN 1 BALARAJA

FORKIS SMAN 1 KABUPATEN TANGERANG

FOSMAI FISIP UNTIRTA