Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGAKHIRI
HUBUNGAN PERCERAIAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN KAWAY XVI
KEMUKIMAN PEUREUMEU)
SKRIPSI
OLEH :
MIKE ANDRIKA
NIM : 06C20220026
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2013
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGAKHIRI
HUBUNGAN PERCERAIAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN KAWAY XVI
KEMUKIMAN PEUREUMEU)
SKRIPSI
Skripsi/Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memenuhi
persyaratan
Memperoleh gelar sarjana ilmu komunikasi
Pada Fakultas Komunikasi Universitas Teuku Umar Meulaboh
OLEH :
MIKE ANDRIKA
NIM : 06C20220026
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2013
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGAKHIRI
HUBUNGAN PERCERAIAN (STUDI KASUS DI
KECAMATAN KAWAY XVI KEMUKIMAN
PEUREUMEU)
Nama Mahasiswa : MIKE ANDRIKA
Nim : 06C20220026
Progran Studi : ILMU KOMUNIKASI
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Syamsuar, M.Ag Rahma Hidayati, M.Soc.Sc
NIP. 196512261994031002 NIP. 198306082009042006
Mengetahui,
Ketua Jurusan Dekan
Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Teuku Umar
Junaidi, S.Sos.I Sudarman Alwy, M. Ag
NIY : 012A.0029 NIDN : 01-0254-7601
Tanggal : 22 April 2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi /tugas akhir dengan judul :
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGAKHIRI HUBUNGAN PERCERAIAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN KAWAY XVI PEMUKIMAN PEUREUMEU)
Yang disusun oleh :
Nama : MIKE ANDRIKA
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Telah dipertahankan didepan Penguji pada tanggal dinyatakan memenuhi syarat untuk
diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Dr. Syamsuar, M.Ag
NIP. 196512261994031002 : ……………………...
(KetuaPenguji)
2. Rahma Hidayati, M.Soc.Sc
NIP : 198306082009042006 : ……………………...
(Sekretaris)
3. Fachrul Riza, M.I.Kom
NIP. 198406102014031004 : ……………………...
(Anggota)
4. Said Fadlain S.IP
NIDN: 01-0501-7003 :………………………
(Anggota)
5. Saiful Asra, M.Soc.Sc
NIDN: 01-1305-8201 : ……………………...
(Anggota)
Alue Peunyareng,
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Junaidi, S.Sos.I
NIY : 012A.0029
Tanggal Lulus : 22 April 2013
iii
SURAT ORIGINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mike Andrika
Nim : 06C20220026
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : FISIP
Universitas : Universitas Teuku Umar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar dibuat oleh penulis sendiri dan
orisinil, serta belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana
akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam skripsi ini semua atau sebagian isinya terdapat unsur
plagiat, maka saya akan bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya
peroleh dapat dicabut/dibatalkan, serta dapat dituntut sesuai peraturan yang berlaku.
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dan ditandatangani dalam keadaan sadar
tanpa tekanan/paksaan oleh siapapun.
Meulaboh, 22 April 2013
MIKE ANDRIKA
NIM.06C20220026
vi
MMMoootttooo dddaaannn PPPeeerrrssseeemmmbbbaaahhhaaannn
Dalam hidup ini belajar adalah kewajiban yang harus
dipenuhi untuk menuju kesuksesan.Kegembiraan,
ksenangan, kebahagian dan kepuasan tidaklah ada
artinya tanpa didasari dengan perjuangan serta
pengorbanan. Hati yang tulus dan ikhlas akan selalu
menghiasi hidup ini sehingga kita selalu bertawakal
dan bersujud syukur kepada Allah Swt
Karya ini kupersembahkan kepada kedua orang tua ku dan
putri ku Aisyah Kaiza Putri yang tercinta serta saudara-
saudara ku yang selalu mendo’akan dan menyayangi ku
dengan sepenuh hati membantu sepenuhnya baik moril
maupun material serta teman-teman sejawat yang selalu
membantu ku demi meraih kesuksesan dan keberhasilan
penulis.
Meulaboh, 22 April 2013
Mike Andrika
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat.Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi.Shalawat dan Salam Penulis sanjungkan kepada junjungan alam Nabi
Besar Muhammad SWA, yang telah membawa umat nya dari alam kebodohan ke alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Karya tulis yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENGAKHIRI
HUBUNGAN PERCERAIAN” merupakan sebuah skripsi yang disusun dalam rangka untuk
memenuhi syarat studi program Sarjana Ilmu Komunikasi (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik (FISIP) Universitas Teuku Umar.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak jarang penulis menemukan
kendala. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan
sumber bacaan yang diperoleh dari penulis namun selama penyusunan ini dan selama penulis
menimba Ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Penulis banyak menemukan
/mendapatkan Ilmu, motivasi, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas apa
yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini, dimulai dari persiapan awal
hingga akhir, ditujukan kepada :
1. Bapak Drs. Alfian Ibrahim, MS, selaku Rektor Universitas Teuku Umar.
2. Bapak SudarmanAlwy, S Ag, M Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Teuku Umar.
3. Bapak Junaidi, S Sos.Iselaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
x
4. Bapak Drs.SyamsuarBasyariah, M.Ag selaku Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing
I penulis, yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan waktu
untuk penulis sehingga menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal. Ucapan terima
kasih yang tak terhingga terucap dari rasa ikhlas agar kiranya semua yang telah
diberikan kepada penulis dalam proses pembimbingan bernilai ibadah, dan dibalas
dengan keberkahan dari Allah SWT.
5. Ibu RahmaHidayatiS.Pd.I, M.Soc.Sc Dosen pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan dan petunjuk, serta dorongan semangat dari awal hingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak SaifulAsraM.Soc.Sc yang telah membantu penulis bagaimana cara penulisan
yang baik dan benar.
7. Terimakasih juga kepada bapak-bapak dan ibu-ibu para Dosen Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan Ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Ibu Hilda SafitriSrg. SE yang selalu ada waktu disaat Penulis membutuhkan bantuan,
dan Staff Akademik Fakultas Universitas Teuku Umar yang tidak mungkin dapat
disebutkan satu per satu dalam kesempatan ini, terima kasih atas bantuannya.
9. Bang Boim yang banyak membantu penulis dalam membuat power point.
10. Bapak Drs. Bahtiar selaku Ketua di Mahkamah Syar’iyah.
11. Bapak Drs. Sarnidi, SH.MH selaku Wakil Ketua di Mahkamah Syar’iyah.
12. Ibu OsviaZurina SHI Selaku Hakim Anggota dan seluruh staf yang ada dijajaran
Mahkamah Syar’iyah.
13. Kepada Gadis KecilkuAisyahKeiza Putri yang selalu memberi semangat dengan
senyuman walaupun terasa lelah melihat senyuman dimulutkecilnya seakan hilang
semua beban yang ada, Bunda Sayang Ais I love you my baby.
xi
14. Kepada kakak Perempuan ku Wira Dewita yang selalu setia menjaga dan merawat
putri kecil ku Ais baik siang maupun malam dan tak kenal lelah.
15. Kepada Abang-Abang ku Mawardi, Firdoes,AMa, Antoni Martha Saputra dan Adik
bungsu ku Rocky Effendi.
16. Keluarga besar penulis baik yang berada di Meulaboh,Blangpidie, terimakasih atas
doa dan dukungannya.
17. Kepada YudishaPersiana yang selalu setia membantu penulis dan menemani penulis
selamadalam membuat dan mengetik skripsi ini sampai pada akhirnya.
18. Kepada Keluarga besar Radio Dalka bapak Dian Rudyalsyah(bang caca) dan Ibu
yulina(kak ina) juga Triasafira terima kasih atas Doanya.
19. Kepada Sahabat Penulis: Vita Noviarni, Bang J yang telah memberikan motivasi
untuk terus bersemangat dalam menyelesaikanperkuliahan ini, juga kepada Kak Yul.
Kak lola, Nani, terima kasih untuk semua semangat dan tawa yang diberikan selama
ini kepada penulis.
“Terimakasih dan Rasa Syukur” yang sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada Allah SWT dimana dengan Kuasa-Mu, denganTaufik dan Hidayat-MU,
membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, sesungguhnya tanpa Hidayat-Mu
tidak mungkin penulis mampu membuat dan menyelesaikan skripsi ini, dengan
Karunia Mu telah memberikan kesempatan untuk penulis lahir kedunia ini dalam
keluarga yang penuh cinta dan juga kasih sayang, dengan Anugerah-Mu memberikan
kami harta yang tak ternilai harganya, dan dengan Anugerah-Mu juga telah
memberikan hamba seorang putri kecil yang imut dan lucu.
Ayahanda saya yang tercinta ”ABDUL WAHED HUSEN” terima kasih ayah untuk
cinta kasih mu yang begitu tulus yang tak mampu ananda hitung jumlahnya,
mencintai ananda dengan begitu tulus walaupun kadang banyak sekali kesalahan yang
xii
telah ananda perbuat pada persatu dan tak mampu ananda lupakan untuk selama-
lamanya ayahanda, cinta kasih sayang mu begitu mulia.
Ibunda saya yang tersayang”MARLIAH” terimakasih mamak untuk air mata serta
limpahan cinta mu yang begitu mulia dan tulus yang tak mampu ananda sebutkan satu
persatu dan tak mampu ananda lupakan untuk selama-lamanya. Engkau orang yang
termulia dihidupku yang selalu mendengar keluh kesah ananda, yang selalu ada saat
ananda membutuhkan, dengan doamamak lah skripsi ini dapat ananda selesaikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, yang merupakan
keterbatasan penulis.Kritik dan Saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini, baik dari
segi redaksi, dan penyusunannya.Akhir kata penulis berharap agar penelitian ini
bermanfaat seperti tujuan yang ada dalam penelitian ini.
Amin.......... Ya Allah
Meulaboh, 22 April 2013
MIKE ANDRIKA
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI………………………………... ii
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS SKRIPSI………………... iii
HALAMAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………….... iv
MOTTO/PERSEMBAHAN .................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang .......................................................................... 1
1.2. RumusanMasalah ..................................................................... 5
1.3. PembatasanMasalah ................................................................. 5
1.4. TujuanPenelitian ...................................................................... 6
1.5. ManfaatPenelitian .................................................................... 6
1.5.1. ManfaatTeoritis .................................................................... 6
1.5.2. ManfaatPraktis ...................................................................... 6
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 7
2.2. Pengertian Komunikasi ............................................................ 12
2.3. Pengertian Strategi Komunikasi ............................................... 14
2.4. Pengertian Komunikasi AntarPribadi ....................................... 15
2.5. Teori Komunikasi AntarPribadi yang Berhubungan dengan
HubunganPerceraian ................................................................ 17
2.5.1. Teori Penetrasi Sosial ..................................................... 17
2.5.2. Teori Perceraian dalam Islam ........................................ 21
2.6. Komunikasi AntarPribadi dalam Hubungan Pasangan .............. 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian .................................................................... 26
3.2. Sumber Data danWaktu Penelitian ........................................... 26
3.2.1. Lokasi danWaktu Penelitian ......................................... 26
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 27
3.3. Instrumen Penelitian ................................................................ 28
3.4. Teknik Analisis Data ............................................................... 28
3.5. Pengujian Kredibilitas Data ..................................................... 30
3.5.1. Kredibilitas Data ........................................................... 30
xiv
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Informan Penelitian .................................................................. 31
4.2. Gambaran Umum KUA Kecamatan Kaway XVI Serta Hak
Kerja dan Mahkamah Syar’iyah Meulaboh............................... 31
4.2.1. Kewengangan Mahkamah Syar’iyah............................... 32
4.2.2. Data-Data Perceraian Serta Putusan Hakim Yang Telah
Diputuskan Dalam Pengadilan ........................................ 34
4.3. Proses Persidangan................................................................... 37
4.3.1. Tahap Persidangan ......................................................... 37
4.3.2. Sidang Pemeriksaan Perkara ........................................... 38
4.3.3. Jalannya Sidang .............................................................. 40
4.4. Analisa Tabel ........................................................................... 44
4.5. Pembahasan ............................................................................. 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 54
5.2. Saran ....................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 55
viii
ABSTRAK
Mike Andrika, Skripsi ini berjudul “Strategi Komunikasi Dalam Mengakhiri Hubungan
Perceraian (StudiKasus di KecamatanKaway XVI, KemukimanPeureumeu)”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang digunakan dalam
mengakhiri hubungan perceraian pada Kecamatan Kaway XVI Kemukiman Peureumeu.
Objek penelitian ini adalah orang-orang yang sudah bercerai yaitu janda dan duda. Untuk
memperoleh data dan informasi yang lengkap serta akurat dalam penelitian ini, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi (pengamatan), interview (wawancara
testruktur). Pengolahan datadalampenelitianini didapatkan dari wawancara, penulis
menggunakanpendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.HasilPenelitian didapatkan
sebanyak 10(sepuluh) orang informan, menyatakan bahwa strategi komunikasi dalam
mengakhiri hubungan perceraian di Kecamatan Kaway XVI Kemukiman Peureumeu adalah
dengan ,perencanaan yang dibicarakan dengan matang, melalui 2 (dua) mediator
(hakam/wali) dari masing-masing pihak berkomunikasiataudibicarakanterlebihdahulu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: metode komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh
Mahkamah Syar’iyah kepada para penggugat dan tergugat yaitu dengan mediasi atau
mendamaikan kedua pihak dengan memberikan pengarahan dansolusi bagi
keduabelahpihakataspermasalahan yang dihadapi. Cara mediasiinisudah menunjukkan hasil
yang baik karena dengan adanya mediasi, para penggugat dan tergugat bisa menempuh jalan
damai. Walaupunpadaakhirnya, pasanganinitetapmengakhirihubungansuamiistri.
Kata Kunci : Strategi, Komunikasi, Mengakhiri, Hubungan, Perceraian.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak ”Sang Pencipta” yang
telah memberikan perlengkapan “rukun” sehingga realitas ini dicetuskan oleh
Aristoteles yang pada 300 (tiga ratus tahun) sebelum Masehi mengingatkan bahwa
manusia adalah suatu “zoon politikon”, ucapan ini biasa diartikan“manusia
sebagai makhluk sosial”,yang berarti manusia itu mempunyai sifat untuk mencari
kumpulannya dengan sesama manusia yaitu dengan suatu pergaulan hidup.
Dimana pergaulan hidup yang akrab antara manusia dipersatukan dengan cara-
cara tertentu oleh hasrat kemasyarakatan mereka.
Hasrat yang dimiliki oleh setiap manusia inilah yang mendorong masing-
masing individu untuk mencari pasangan hidupnya yaitu dengan membentuk
suatu keluarga.Keluarga adalah sebuah kelompok manusia terkecil yang
didasarkan atas ikatan perkawinan, sehingga membentuk sebuah rumah tangga.
Untuk dapat melangsungkan suatu perkawinan harus memenuhi syarat sahnya
perkawinan. Dengan demikian perkawinan sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaannya (UU No.1 Tahun 1974, Pasal 2 Ayat
1).
Perkawinan adalah perjanjian yang diadakan oleh dua orang yaitu antara
seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan material, yakni membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia, dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa (SoedaryonoSoimin, 1992. h. 6).
2
Dalam suatu perkawinan semua orang menghendaki kehidupan rumah
tangga yang bahagia, kekal, dan sejahtera.Sesuai dengan tujuan dari perkawinan
yang terdapat pada UU No.1 Tahun 1974.Akan tetapi, tidak semua orang dapat
membentuk suatu keluarga yang dicita-citakan tersebut, hal ini diceritakan karena
adanya perceraian, baik cerai mati, cerai talaq, maupun cerai atas putusan hakim.
Perceraian merupakan lepasnya ikatan perkawinan antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri, yang dilakukan di depan sidang
Pengadilan, yaitu pengadilan negeri untuk non muslim dan Pengadilan Agama
atau Mahkamah Syar’iyah bagi yang beragama Islam. Pengertian perceraian
menurut hukum perdata adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim
atas tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. (DjumairiAchmad, 1990. H.
65).
Perceraian adalah putusnya suatu hubungan suami istri, yang dikarenakan
sudah tidak ada kecocokan satu sama lain. Putusnya perkawinan oleh suami atau
istri atau atas kesepakatan kedua-duanya apabila hubungan mereka tidak lagi
memungkinkan tercapainya tujuan perkawinan. Pada umumnya perceraian
dianggap tidak terpuji akan tetapi bila keadaan mereka menemui jalan buntu
untuk dapat memperbaiki hubungan yang retak antara suami dan isteri, maka
pemutusan perkawinan atau perceraian menjadi hal yang wajib. Timbulnya
perselisihan tidak hanya dikarenakan oleh pihak wanita atau hanya pihak laki-laki
saja, akan tetapi dikarenakan oleh sikap egoisme masing-masing individu. Oleh
karena itu, perceraian dapat dilakukan apabila dengan alasan yang kuat dengan
hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia dituangkan di dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
3
Menurut data Pengadilan Mahkamah Syar’iyah Meulaboh, dari tahun ke
tahun perceraian mengalami peningkatan.Hal ini dapat dilihat dari data perceraian,
dari tahun2010 sampai 2012 jumlah perceraian di Meulaboh 807 (delapan ratus
tujuh) perkara.Pada Tahun 2010perceraian meningkat menjadi 220 (dua ratus
tujuh puluh) perkara. Begitu pula pada Tahun 2011 perceraian mengalami
meningkat menjadi 265 (dua ratus enam puluh lima) perkara. Sedangkan pada
Tahun 2012 menjadi 302 (tiga ratus dua) perkara.
Menurut data yang diperoleh dari Kantor Camat Kecamatan Kaway XVI
bahwa jumlah penduduk sebanyak 19.339 jiwa, jumlah KK sebanyak 5339 KK,
dan 133 Dusun, yang terdiri dari 43 Desa dibagi dengan 3 (tiga) Kemukiman yaitu
Kemukiman Pasi Jumpa, KemukimanPeureumeu, dan KemukimanTanjong
Meulaboh. Dengan perekonomian rata-rata adalah 70% petani, 20% Pegawai
Negeri Sipil dan 10% lagi adalah Swasta.
Berdasarkan faktor penyebab perceraian di Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Pada Tahun
1996 dan Tahun 1997 dibagi menjadi 3 kelompok. Faktor pembeda dari masing -
masing pengelompokan adalah pada tahun 1996 terdapat 4 variabel pembeda yaitu
krisis akhlak, penganiayaan, politis, dan gangguan pihak ke-3. Sedangkan pada
tahun 1997 terdapat 6 variabel pembeda yaitu krisis akhlak, cemburu, ekonomi,
kawin dibawah umur, penganiayaan, dan gangguan pihak ke-3.
Usaha pihak Mahkamah Syar’iah untuk mengantisipasi terjadinya
perceraian tersebut adalah dengan mengadakan suatu penyuluhan, berupa
penyuluhan hukum. Tujuan penyuluhan ini untuk memperkenalkan Undang-
undang Perkawinan dan Undang-Undang Peradilan Agama guna memberikan
4
informasi hukum agar dapat diketahui, dipahami, dihayati dan selanjutnya dapat
diwujudkan dalam pola berfikir dan bertingkah laku masyarakat. Diharapkan, hal
ini bisa memberikan solusi dari masalah perkawinan dan menyempitkan kasus
perceraian yang terjadi melalui program mediasi.
Untuk membantu mewujudkan program dari Mahkamah Syar’iyah
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tersebut, maka perlu suatu informasi tentang
keadaan dari masyarakat Kaway XVI.
Wr(35) warga Desa Beureugang mengatakan bahwa strategi komunikasi
yang digunakan disaat mereka bercerai yaitu dengan cara sebelah pihak dimana,
perceraian mereka dikarenakan faktor ekonomi dan adanya hubungan orang ketiga
dengan sahabat dekatnya sendiri.
Er(36) Perceraian yang di alami oleh ibu Er tersebut sama hal nya dengan
yang dialami oleh Ibu Wira yang membedakan hanya suami Ibu Er sudah tidak
menafkahi keluarganya selama satu tahun. Adapun komunikasi yang dipakai saat
pertama sekali melalui media elektronik yaitu Hp,dengan mengirimkan sms yang
bunyi nya (saya akan menceraikan kamu) suami Ibu Er sudah mengakhiri
perceraian dan selanjutnya masalah perceraian mereka dibawa langsung ke kantor
Pengadilan Agama Meulaboh yang beralamat di Desa Peunaga Paya Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Ag (24) Perceraian yang dialami oleh saudara Angga ini sangat sulit karena
saudara Angga adalah seorang Aparat pemerintahan (TNI AD) yang di tugaskan
di Daerah Teunom Kecamatan Aceh Jaya, proses perceraiannya pun
membutuhkan waktu yang lama, dengan demikian komunikasi yang dipakai
adalah dengan media Hp.
5
El berusia 27 tahun, saat ini bertempat tinggal di Desa Meunasah
Rayeuk,Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu Kabupaten Aceh Barat.
El menikah dengan Erlangga, pada tahun 2005 dan dikaruniai 1 orang anak
perempuan. El menikah pada usia 20 tahun, namun pernikahan El tidak
berlangsung dengan bahagia, suaminya berselingkuh dengan wanita lain, sering
memukulinya, marah kepadanya, dan tidak memberikan uang belanja yang
mencukupi. Hal ini membuat El tidak tahan lagi untuk mempertahankan rumah
tangganya, akhirnya El mengajukan perceraian terhadap suaminya.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa uraian Latar Belakang masalah tersebut, Terlihat bahwa Terjadi
Perceraian di karenakan Isi Pesan Komunikasi bernada negatif, sementara yang
dikendaki oleh Pengadilan adalah secara baik-baik atau dengan cara yang positif
(ada proses hukum legal). Kedua Keinginan dan harapan ini menimbulkan
masalah yang perlu dikaji melalui penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi
Dalam Mengakhiri Hubungan Perceraian” penulis mengemukakan perumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Strategi Komunikasi
Dalam Mengakhiri Perceraian pada Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu ?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah.
1. Penelitian ini membatasi pada strategi komunikasi yang digunakan dalam
mengakhiri hubungan perceraian pada masyarakatKecamatan Kaway
XVI KemukimanPeureumeu Tahun 2010-2012.
6
2. Penelitian ini dilakukan pada salah satu pasangan yang telah bercerai.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana strategikomunikasi yang digunakan dalam
mengakhiri hubungan perceraian di Kecamatan Kaway
XVIKemukimanPeureumeu.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah
penelitian, serta memperluas wawasan peneliti khususnya ilmu komunikasi dalam
topik Strategi Komunikasi Dalam Mengakhiri Hubungan Perceraian Pada
Masyarakat Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini menunjukkan pentingnya untuk memahami
strategi komunikasi dalam mengakhiri hubungan Psikologi, khususnya dalam
hubungan Psikologi yang akrab seperti hubungan perkawinan di masyarakat
Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ada beberapa hasil kajian yang sudah dilakukan mengenai masalah
Perceraian diantaranya: Kajian yang dilakukan oleh Yani Tri Zakiyah pada Tahun
2005. Yang berjudul tentang “Latar Belakang dan Dampak Perceraian”.Dari
kajian nya tersebut mengatakan bahwa membentuk keluarga yang kekal, bahagia
dan sejahtera merupakan tujuan pokok dalam rumah tangga. Untuk mencapai
rumah tangga yang bahagia dan sejahtera diperlukan adanya kerja sama dan saling
pengertian antara suami-isteri, dan menghindari segala macam perselisihan dalam
rumah tangga. Tujuan suci tersebut sering kandas di tengah jalan, karena
pasangan tidak dapat mempertahankan hubungan keluarga secara harmonis dan
berakhir dengan perceraian.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa saja
yang melatarbelakangi terjadinya perceraian?,Bagaimana proses perceraian di
Pengadilan Agama?, Bagaimana dampak perceraian terhadap para pihak?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: faktor-faktor apa saja yang
melatarbelakangi terjadinya perceraian, proses terjadinya perceraian di Pengadilan
Agama, dampak terhadap suami-isteri yang melakukan perceraian, anak-anak, dan
harta kekayaan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menempuh langkah -
langkah sebagai berikut: pengumpulan data, pengeditan data, pengkategorian data,
analisa data, dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini sumber data didapat
dari sumber data primer adan sekunder. Metode yang digunakan dalam proses
8
pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini
teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif atau non
statistik hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian dibagi menjadi dua yaitu
cerai talak dan cerai gugat.Proses persidangan meliputi skema prosedur
penyelenggaraan administrasi negara, tahap persidangan, jalannya sidang.
Dampak perceraian ternyata sangat luas dan komplek, karena bukan hanya
pasangan suami-isteri yang bercerai saja yang merasakan akibat adanya perceraian
tersebut tetapi juga berdampak terhadap anak-anak, dan harta kekayaan.
Dengan memperhatikan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti berikan
adalah (1) Bagi orang tua tidak menikahkan anaknya dengan cara paksa, yaitu
menikahkan anaknya dengan orang yang tidak dicintainya. Karena perkawinan
harus ada kesepakatan antara kedua calon mempelai. (2) Bagi pasangan suami-
isteri hendaknya saling memahami, saling terbuka dalam rumah tangga untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga tidak terjadi disharmonis dalam
keluarga.
Langkah yang ditempuh adalah dengan cara mengemukakan permasalahan
yang ada, kemudian permasalahan tersebut dibicarakan bersama dan dicari jalan
keluarnya bersama-sama, salah satunya adalah harus ada yang mengalah dan
saling menyadari satu sama lain, sehingga perselisihan cepat terselesaikan dengan
damai (3) Bagi masyarakat hendaknya dilakukan penyuluhan yang menyangkut
hukum perceraian dengan segala aspeknya, guna merangsang kokohnya ikatan
perkawinan dan mengurangi angka perceraian.
9
Kajian yang berjudul “Penyelesaian Perceraian Beda Agama Di Indonesia”,
yang dikaji oleh Meilisa Fitri pada tahun (2010).Studi Kasus YuniShara dan
Henry Siahaan.Indonesia memiliki badan peradilan yang mencakup 4 (empat)
wilayah hukum, yang secara resmi diakui dan berlaku di Indonesia yaitu Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Masing-masing peradilan tersebut memiliki kewenangan absolut dan
kewenangan relatif. Berkaitan dengan kewenangan absolut suatu peradilan,
Peradilan Agama dan Peradilan Umum memiliki kewenangan yang sama yaitu
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara
di tingkat pertama salah satunya di bidang Perkawinan.
Dalam hal ini yang membedakannya adalah untuk Peradilan Agama hanya
berkaitan dengan perkawinan yang dilakukan antara orang-orang yang beragama
Islam, sedangkan Peradilan Umum untuk mereka yang non-muslim, tetapi jika
terjadi perceraian perkawinan beda agama antara wanita yang beragama Islam
dengan lelaki non-Islam atau sebaliknya, pengadilan mana yang akan
menyelesaikannya.Adapun permasalahan yang akan dikemukakan pada skripsi
ini, yaitu: Bagaimana penyelesaian perceraian beda agama di Indonesia, Apa
alasan suatu peradilan di Indonesia menerima perkara perceraian bedaagama,
Bagaimana akibat hukum terhadap anak dan harta dari perceraian beda agama;
Menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis dengan mengadakan
pendekatan terhadap masalah dengan melihat kepada praktik hukum yang
dilakukan masyarakat dengan mencoba mengaitkan dengan aturan-aturan yang
berlaku.;
10
Dari hasil penelitian proses penyelesaian perceraian beda agama adalah
sama proses penyelesaiannya dengan penyelesaian perceraian pada umumnya. Di
mana dapat diajukan gugatan cerainya ke Pengadilan Negeri di wilayah hukum
tempat tinggal penggugat yakni Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pengadilan
menerima perceraian beda agama karena berdasarkan Pasal 66 Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan memberlakukan Peraturan Perkawinan
Campuran (Regeling op de GemengdeHuwelijken, Stb.1898 No.158) yang biasa
disingkat dengan GHR, Hakim Pengadilan menyatakan bahwa perkawinan beda
agama termasuk kedalam perkawinan campuran.
Adanya sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok kekuasaan kehakiman maka
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menerima perkara perceraian beda agama
tersebut. Akibat hukum terhadap anak dan harta dari perceraian beda agama
adalah sama dengan perceraian pada umumnya yaitu berkenaan dengan hadhanah
dan harta dalam perkawinan. Sedangkan mengenai penyelesaian harta perkawinan
dilakukan secara terpisah dan dapat di selesaikan menurut hukumnya masing-
masing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan.
Menurut Kajian yang dilakukan oleh YosephKlemens Mau yang
berjudulPerceraian dan Peran Single-Parent Perempuan pada tahun
2005.Perkawinan adalah sebuah kegiatan yang sakral dan juga merupakansebuah
konvensi.Sebagai kegiatan yang sakral perkawinan dipercaya sebagaiLegitimasi
Ilahi yang menyatukan 2 (dua) insan anak manusia yang berbeda kedalam
lembaga sosial yang disebut keluarga.
11
Sebagai konvensi, perkawinanadalah ikrar, janji atau amanah yang
dibangun di atas cinta dan komitmen yang kuat.Perkawinan menuntut sikap yang
bijak dari pasangan suami-istri untuk terusmelanggengkannya.Roberta Jewett
tokoh utama perempuan yang diangkat dalam novelThat Camden Summer
memandang perkawinan sebagai sebuah konvensi.Pelanggaran terhadap konvensi
perlu direspon secara serius walaupun dalam bentuk perceraian.Ada 3 (tiga)
masalah krusial dalam penelitian ini, yakni: Bagaimana pengaruh Revolusi
Industri (Industrialisme) mendorong terjadinya perceraian dan faktor-
faktor/proses terjadinya perceraian?, Bagaimana pandangan tokoh perempuan
mengenai esensi/hakikat sebuah perkawinan dan perceraian serta peranannya
sebagai single-parent dalam novel That Camden Summer, Bagaimana pandangan
Roberta Jewett, tokoh utama dalam novel That CamdenSummer terhadap
pentingnya nilai-nilai perubahan sebagai wahana/media menuju perubahan sosial,
Bagaimana peranan perempuan yang bercerai membawa angin perubahan bagi
komunitasnya melalui pendidikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut Novel That Camden Summer Karya
LaVyrle Spencer dikaji dengan pendekatan Sosiologis antara lain Sosiologi
Keluarga, Sosiologi Pendidikan dan Teori Syemour Chatman maupun teori-
teoripendukung lainnya. Langkah kerja dalam penelitian ini adalah membaca dan
memahami substansi teks, menemukan unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya
perceraian dan peran single parent, serta mencermati intertekstualitas sebagai
pembentuk wacana narasi novel That Camden Summer, yang mensosialisasikan
perubahan-perubahan sosial melalui pandangan tentang pendidikan, apresiasi seni,
profesi, moralitas dan lain-lain.
12
Perumusan hasil penelitian dilakukan dengan cara: Roberta Jewett, adalah
seorang perempuan “modern” yang mampu menawarkan nilai-nilai perubahan
sosial, Aksentuasi simbolik dalam proses perceraian dan peran single parent
Roberta diwujudkan untuk memberi pencerahan terhadap pemikiran atau
pandangan konservatif yang memandang perceraian dengan perempuan secara
hitam putih, Pendidikan, moralitas, apresiasi, seni merupakan faktor-faktor
konstruktif yang dapat membuka cakrawala berpikir:
2.2. Pengertian Komunikasi
Menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi
maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah
tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi
tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-
tanda atau tingkah laku.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik
pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi
semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti,
cakupan, konteks yang berbeda satu samalain, tetapi pada dasarnya saling
melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan
perkembangan ilmu komunikasi.
Untuk lebih jelasnya penulis akan memberikan Pengertian Komunikasi yang
dikemukakan oleh beberapa orang ahli, yang diantaranya:
13
1. Barnlund (1964:124) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
“Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego”.
2. Ruesch(1957:317) mendefinisikankomunikasi sebagai berikut: “Komunikasi
adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan.
3. Weaver (1949:253)mengemukakan bahwa: “Komunikasi adalah seluruh
prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran
orang lainnya”.
4. Harold Koontz dan Heinz Weihrichr yang diikuti oleh Winardi (1993: 141),
mendefinisikan Komunikasi sebagai berikut: “Komunikasi adalah transfer
informasi dari pihak pengirim pesan ke pihak penerima, dimana informasi
tersebut dipahami oleh penerima”.
5. Gibson (1990:436) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dan pengertian dengan
menggunakan tanda-tanda yang bersifat lisan maupun tulisan”.
6. OnongUchjana (1995:1777) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan
proses penyampaian atau perasaan orang lain dengan menggunakan
lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Komunikasi
merupakan penyampaian pengertian antara si pembawa berita dengan si penerima
berita yang keduanya saling memahami dan mengerti, penyampaian itu baik
bersifat lisan maupun tulisan.
14
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik
pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi
semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti,
cakupan, konteks yang berbeda satu samalain, tetapi pada dasarnya saling
melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan
perkembangan ilmu komunikasi.
Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat
tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat
tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan.Membentuk pesan artinya
menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang
melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian
disampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan
oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem
syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat
menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka
si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.
Demikianlah ke empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-
ulang.
2.3. Pengertian Strategi Komunikasi
OnongUchjana Effendi (1981 : 84) Strategi komunikasi adalah suatu strategi
yang merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu
15
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti
kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari
situasi dan kondisi.
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi
yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan
tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai
proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi.
Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah
selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut
terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model
komunikasi.
2.4. Pengertian KomunikasiAntar Pribadi
Wiryanto (2004:41), komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara
terorganisir maupun pada kerumunan orang.
Setiap manusia mempunyai alasan-alasan yang mendorong dia berusaha
memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki
seseorang sebelumnya.Abraham Maslow dalam Nimmo (1989:8) mengatakan
bahwa orang mempunyai hierarki kebutuhan; jika ia memenuhi kebutuhan pada
satu tingkat, muncullah tingkat kebutuhan yang lain. Bagi Maslow hierarki itu
terdiri ataslima tingkat kebutuhan manusia:
16
1. Kebutuhan Fisik merupakan kebutuhan dasar lahiriah, udara, air, makanan,
perumahan, pakaian, seks, maupun kebutuhan biologis lainnya.
2. Kebutuhan mendapatkan keselamatan, keamanan, terbebas dari bahaya
ancaman, dan rasa takut.
3. Kebutuhan bermasyarakat, berkelompok dan sebagai anggota masyarakat.
4. Kebutuhan memperoleh penghormatan kepada diri pribadi.
5. Kebutuhan mendapat kebanggaan, penghargaan atas pribadi, keterkaitan
dengan orang lain, kecukupan.
Menjalin suatu kontak atau hubungan dengan sesama manusia adalah suatu
hal yang sangat penting. Begitu pentingnya kontak ini sehingga bila tidak
berhubungan dengan orang lain dalam waktu lama akan menimbulkan rasa
tertekan, rasa ragu terhadap diri sendiri muncul, dan orang merasa sulit untuk
menjalani kebutuhan sehari-harinya. Berkomunikasi antar pribadi, atau secara
ringkas berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia.Manusia
membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau
hubungan dengan sesamanya.
Selain itu ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat di
puaskan lewat komunikasi dengan sesamanya.Komunikasi antar pribadi sangat
penting bagi kebahagiaan hidup manusia (Supratiknya, 1995, h. 9).
Dalam menciptakan hubungan yang lebih mendalam maka manusia
melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi selalu dimulai dari
proses hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu
mengakibatkan keterpengaruhan. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi
antar seorang komunikator dengan seorang komunikan.Jenis komunikasi antar
17
pribadi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis (Liliweri, 1997. h. 12).
Dalam hubungan antar pribadi ada enam jenis tahap hubungan, mulai dari
tahap perkenalan, persahabatan, keakraban, tahap hubungan suami istri, hubungan
orang tua dengan anak, dan tahap hubungan persaudaraan.Pada tahap perkenalan,
hubungan antar pribadi dikategorikan sebagai kenalan karena jenis hubungan
antar pribadi seperti itu sangat terbatas pada pertukaran informasi.Setelah tahap
perkenalan adalah tahap persahabatan. Persahabatan menghendaki agar dua pihak,
komunikator dan komunikan harus merasa mempunyai kedudukan yang sama,
tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Jika persahabatan sudah diciptakan
maka persahabatan tersebut dapat ditingkatkan menjadi hubungan antar pribadi
yang akrab yaitu pacaran.Hubungan yang akrab dalam pacaran disebabkan oleh
interaksi yang berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan keterbukaan yang
sangat tinggi. Derajat keterbukaan mempunyai pengaruh untuk mengubah pikiran,
perasaan maupun perilaku orang lain (Liliweri, 1997. h. 54-55).
2.5. Teori Komunikasi Antar Pribadi yang Berhubungan dengan
Hubungan Perceraian
2.5.1. Teori Penetrasi Sosial
Teori ini merupakan gagasan dari Irwin Almant (Profesor Psikologi di
Universitas Utah) dan Dalman Taylor (Profesor Psikologi di Universitas Texas).
Proses untuk mencapai keakraban hubungan antar pribadi disebut dengan istilah
penetrasi sosial yaitu interaksi antar pribadi yang berlangsung secara bertahap
mulai dari tahap awal hingga stabil. Selain itu, proses pertukaran informasi yang
18
terjadi bisa diibaratkan sebagai irisan bawang (dari lapisan terluar hingga paling
dalam).
Penetrasi sosial ini terjadi dalam dua dimensi utama yaitu keluasan dan
kedalaman.Dimensi keluasan yaitu dimana seseorang dapat berkomunikasi
dengan siapa saja baik orang asing atau dengan teman dekat.Menurut Almant&
Taylor dalam De Vito (1997. h. 236-238) teori ini memiliki dua faktor utama
tentang kedalaman suatu hubungan, yaitu (Dept) dan (Breadth).Depth adalah
derajat dalamnya “kepersonalan” atau inti dari individu atau juga bisa
dikatakantingkat kedalaman seseorang di dalam membicarakan dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain. Sedangkan Breadth adalah topik yang
dikomunikasikan oleh seseorang terhadap orang lain. Pada tahap awal suatu
hubungan biasanya ditandai oleh kesempitan(narrowness) topik yang dibicarakan
hanya sedikit-sedikit dan kedangkalan (shallownes) topik yang di diskusikan
hanya dibahas secara dangkal. Tetapi jika hubungan tersebut berkembang ke
tingkat yang lebih akrab dan kuat, baik kedalaman (depth) dan (breadth)akan
meningkat dengan sendirinya.
Dalam teori penetrasi sosial akan mengungkapkan mengapa hubungan
tersebut dapat dibentuk dan mengapa hubungan tersebut dapat berakhir. Almant
dan Taylor ingin mengetahui mengapa. Orang mengakhiri hubungan mereka
selama periode waktu, dan mengapa orang mengungkapkan informasi dalam cara
yang mereka lakukan, yang biasanya perlahan melalui perpanjangan waktu.
2.5.1. Teori Pertukaran Sosial
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain
adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley(1959), Sosiolog George Homans
19
(1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini,
kita masuk kedalam hubungan dengan orang lain karena dari padanya kita
memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain
akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita.
Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi (recipprocal), karena lingkungan kita
umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut
dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan
tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan
(profit).Imbalan merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya
pengorbanan.Pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan
keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan.
Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang
atau lebih yang berdasarkan perhitungan untung rugi. Misalnya, pola-pola
perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan, hanya akan
langgeng manakala semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Gambaran
perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan
menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka
perilaku tersebut tidak ditampilkan.
2.5.4. Teori Perceraian dalam Islam
Teori Perceraian dalam Islam dibolehkan ketika tidak ada lagi jalan keluar
antara suami dan isteri atau sering disebut dengan Komunikasi yang
Mandek.Berikut Teori Perceraian (Thalak) dalam Islam menurut (Ibnu Rusdy
20
dalam bukunyaBidayatulMujtahid 2007, h.124 – 165). Dia mengatakan Para
Ulama sepakat bahwa Thalak(Perceraian) ada dua macam antara lain :
1. ThalakRaj’i
2. ThalakBa’in
ThalakRaj;i ialah Thalak dimana suami masih memiliki hak rujuk kepada
istri tanpa harus ada persetujuan isteri. Diantara syaratnya ialah suami telah
menggauli istrinya. Mereka sepakat dalam hal ini berdasarkan Firman Allah yaitu
: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isteri mu, maka hendaklah kamu
menceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddah-nya (yang
wajar) dan hitunglah waktu iddah itu”. (QS.Ath – Thalaaq [05] : 1).
Adapun ThalakBa’in, Mereka sepakat bahwa Thalak tersebut terdapat pada
Thalak yang belum menggauli isterinya, karena bilangan Thalak dan karena
adanya pengganti dalam Khulu’. Para Ulama juga sepakat bahwa jumlah yang
mengharuskan ThalakBa’in pada Thalak wanita yang merdeka yaitu tiga kali
thalak, jika di jatuhkan secara terpisah, berdasarkan Firman Allah Ta’ala“Thalak
(yang dapat rujuk) itu dua kali”. (QS. Al Baqarah [2] : 229). Dan seterusnya
mereka berbeda pendapat jika thalak tiga terjadi dalam satu lafazh bukan
perbuatan.
Thalak yang dibatasi tidak lepas dari dua hal :
a. Ada kalanya pembatasan dengan syarat atau pembalasan dengan Istitsna
(pengecualian).
b. Pembatasan dengan syarat tidak lepas diri ; digantungkan pada kehendak
orang yang memiliki pilihan atau digantungkan pada terjadinya salah satu
perbuatan yang akan datang atau pada keluarganya sesuatu yang tidak
21
diketahui kepada kenyataan berdasarkan pengakuan orang yang
menggantungkan thalak berupa sesuatu yang tidak bisa diketahui kecuali
setelah keluar kepada sesuatu yang bisa dirasakan atau pada kenyataan, atau
digantungkan pada sesuatu yang tidak ada jalan lagi untuk menghadapi nya
baik yang mungkin ada atau tidak ada.
Adapun masalah digantungkannyathalak pada kehendak; hal itu, tidak lepas
dari digantungkan kepada kehendak Allah atau kehendak makhluk. Jika
digantungkan dengan kehendak Allah, baik digantungkan dalam bentuk syarat
(seperti mengatakan ; Kamu berthalak jika Allah menghendaki) atau dalam bentuk
pengecualian (seperti mengatakan ; Kamu berthalak kecuali jika Allah
menghendaki) :
1. Malik berpendapat bahwa pengecualian tidak ada pengaruhnya sedikit pun
pada thalak dan thalak tersebut harus jadi;
2. Abu Hanifah dan Syafi’i; berpendapat jika orang yang menthalak
memberikan pengecualian dengan kehendak Allah, maka tidak terjadi
thalak.
Adapun tentang wanita yang bisa di jatuhkan thalak: para Ulama sepakat
bahwa thalak terjadi pada wanita yang berada dalam ikatan pernikahan suami
mereka, atau sebelum habis masa iddah-nya dalam thalakRaj’i. Dan thalak tidak
terjadi pada wanita lain (maksud nya, thalak yang di gantungkan).
Adapun menggantungkan thalak pada wanita lain dengan syarat menikahi
mereka, seperti mengatakan, “Jika aku menikah dengan si Fulanah, maka dia
berthalak”.
22
Dalam hal ini pendapat para Ulama:
1. Bahwa thalak tidak berhubungan dengan wanita lain sama sekali. Baik
sumber orang yang berthalakmelafazhkan secara umum atau khusus. Ini
pendapat dari Syafi’i, Ahmad, Daud dan sekelompok Ulama.
2. Bahwa hal itu berhubungan dengan pernikahan, baik orang yang
menthalakmelafazhkan secara umum yaitu semua wanita atau mengkhusus
kan, ini adalah pendapat Abu Hanifah dan sekelompok Ulama.
3. Bahwa jika orang yang menthalakmelafazkan secara umum meliputi semua
wanita, maka tidak menjadi keharusan baginya dan jika melafazhkan secara
khusus, maka menjadi keharusan baginya. Ini adalah pendapat Malik dan
Para pengikutnya (maksudnya, seperti mengatakan, “Setiap wanita yang
akan aku nikahi dari BaniFulan atau dari Negeri ini, maka dia berthalak.
Begitu juga mengatakan “di waktu ini“menurut Malik mereka berthalak jika
dinikahi).
2.6 Komunikasi Antar Pribadi dalamHubunganPasangan
Definisiini berdasarkan hubungan (relationadyadi)menurut Devito (1997),
mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di
antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan antar pribadi
dalam hubungan pasangan yang tercakup disini adalah komunikasi antar
pribadiyaitu antara dua orang bersaudara, seorang guru dan murid, dua orang
teman, sepasang kekasih, sepasang suami isteri dan sebagainya, karena
23
melibatkan hubungan antara orang yang berinteraksi, maka definisi ini disebut
sebagai definisi pasangan komunikasi antar pribadi.
Beberapa para ahli dalam Liliweri (1997. h. 54-55) mengemukakan enam
jenis atau tahap hubungan antar pribadi, yaitu:
1. Hubungan Perkenalan;
2. Hubungan Persahabatan;
3. Hubungan dan keakraban dan keintiman;
4. Hubungan Suami Isteri;
5. Hubungan Orang tua dan Anak;
6. Hubungan Persaudaraan;
Dalam hubungan keakraban dan keintiman terjadi karena dua pribadi
memiliki banyak kesamaan dan kecocokan yang membuat hubungan mereka
menjadi satu dan keadaan tersebut dapat menimbulkan rasa cinta. Beberapa hal
yang telah di paparkan, diatas jika dikaitkan dengan permasalahan yang penulis
teliti, maka, penulis lebih cenderung menggunakan Teori Komunikasi antar
pribadi, alasannya adalah bahwa masing-masing suami dan istri bertindak sebagai
pelaku personal.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif.Penelitian Kualitatif dengan tujuan untuk dapat menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data.Sedangkan tipe penelitian
kualitatif, dimana penelitian ini mendeskripsikan wawancara dan survei terhadap
objek yang ada.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu, di KUA Kaway XVI dan Kantor Mahkamah
Syar’iyah Meulaboh Aceh Barat.
b. Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan September-Januari 2013
Dalam Penelitian ini, pengambilan data menggunakan dua jenis data, yang
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi denganpasangan yang telah bercerai di KecamatanKaway XVI
KemukimanPeureumeu.
27
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan STAI, KUA Kecamatan Kaway XVI,
Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Kantor Mahkamah Syar’iyah Meulaboh
.3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Metode ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (RachmanMaman.
1999:77).
2. Wawancara ( Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, Yaitu pewawancara (interviewer)atau yang
mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee), atau yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.(Moleong. 2002. h.
137).Wawancaraterstruktur ini juga disebutwawancara baku (standardized
interview). Susunan pertanyaan sudah di tetapkan sebelumnya.
3.Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang penulis sebutkan disini adalah dengan menggunakan
cara pengumpulan data dan informasi dengan informan dan data yang didapat dari
kantor mahkamah Syar’iyah Meulaboh.
Adapun jumlah data informan di Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu yang diwawancarai adalah sebagai berikut:
28
N0 Data Perceraian Jumlah
1. TAHUN 2010 2
2. TAHUN 2011 3
3. TAHUN 2012 5
TOTAL 10
3.3Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, penulis adalah ujung tombak sebagai
pengumpul data (instrumen).Instrumen penelitian adalah suatu pedoman yang
dipakai penulis untuk mengumpulkan data penelitian yang diperlukan agar
menjadi mudah dan sistematis dalam memperolehnya.Instrumen ini merupakan
alat bagi upaya pengumpulan data yang diinginkan.Dalam penelitian ini penulis
menggunakan dua (2) alat bantu, yaitu:
1.Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian.Pedoman ini disusun berdasarkan teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2.Alat perekam
Alat perekam ini digunakan sebagai alat bantu penulis pada saat wawancara,
agar penulis dapat memusatkan pada proses pengambilan data tanpa harus
terganggu dengan mencatat hasil wawancara.
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data kualitatif.Data
yang diperoleh dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
29
yaitu dari wawancara yang dilakukan, catatan lapangan, dan sebagainya.Langkah-
langkah analisisnya dilakukan dengan memfokuskan pada bagaimana Strategi
Komunikasi yang dilakukan oleh masing-masing informan. Teknik analisis data
kualitatif menurut Miles dan Hubernas (1992.h. 15-21), yang dipergunakan dalam
penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu:
1. Pengumpulan data adalah data penelitian yang akan diperoleh dengan
menggunakan beberapa teknik yang sesuai dengan model interaksi, seperti
wawancara mendalam, pengamatan langsung yang diperoleh dari penelitian.
2. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan pengabstrak dan transformasi data “kasar” yang muncul-
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bagian
dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya ditarik dan diverifikasi.
3. Penyajian data merupakan salah satu alur penting yang kedua dari kegiatan
analisis. “Penyajian” dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan.Penyajian data
merupakan usaha menggambarkan fenomena atau keadaan yang sesuai dengan
data yang telah direduksi dan di sajikan ke dalam laporan sistematis dan mudah
dipahami.
4. Penarikan kesimpulan yaitu permasalahan yang menjadi pokok pemikiran
terhadap data yang direduksi ke dalam laporan secara sistematis, dengan cara
membandingkan, menghubungkan, dan memilih data yang mengarah pada
30
pemecahan masalah. Mampu menjawab permasalahan dan tujuan yang hendak
dicapai.
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
3.5.1 Kredibilitas Data
Untuk menentukan kebenaran penelitian maka perlu adanya keabsahan dari
sebuah penelitian. Untuk penelitian kualitatif terletak pada proses sewaktu turun
kelapangan dalam pengumpulkan data dan sewaktu proses analisis-interpretatif
data (Kriyantono, 2007. h. 70).
Dalam penelitian ini, untuk melakukan pengujian kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara, yaitu:
1. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan penulis
kembali lagi kelapangan dengan melakukan pengamatan dan wawancara lagi
sumber data yang ditemui maupun yang baru;
2. Meningkatkan ketekunan, maksud dari meningkatkan ketekunan disini
adalah penulis melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan;
3. Triangulasi, dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan
waktu. Triangulasi teknik ini dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan yang
dengan cara berbeda, yaitu dengan wawancara. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara menanyakan pertanyaan yang sama dengan sumber yang berbeda;
Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan pada
waktu yang berbeda;
4. Membercheck, dilakukan dengan cara mendiskusikan data untuk mengecek
kebenaran data dan interprestasinya;
31
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Informan Penelitian
Informan merupakan sumber informasi penelitian. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah para pasangan yang telah bercerai menurut
data yang penulis dapatkan di Kantor Mahkamah Syar’iyah Meulaboh sebanyak
10(sepuluh) Orang di Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu disertakan
juga dengan Putusan Hakim pada pasangan tersebut.
4.2 GambaranUmum KUA Kecamatan Kaway XVI serta hak kerja dan
MahkamahSyar’iyahMeulaboh
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kaway XVI adalah tempat orang
yang akan mendaftarkan dirinya untuk menikah, sejak tahun 2010 KUA tidak lagi
berwenang dalam mengatasi orang yang ingin bercerai, karena sekarang KUA
hanyalah sebagai tempat Nikah dan Rujuk(NR) saja, sedangkan masalah Talak
Cerai sudah dipegang langsung oleh Kantor Mahkamah Syar’iyah. Ketika
ditanyakan kepada pihak KUA masalah orang yang ingin bercerai mereka
menjawab bahwa yang bersangkutan tidak pernah melaporkan lagi dirinya ke
Kantor Urusan Agama (KUA) malahan mereka langsung pergi ke kantor
Mahkamah Syar’iyah Meulaboh. Kantor Mahkamah Syar’iyah Meulaboh hanya
mengembalikan suratNikahnya saja ke Kantor Urusan Agama (KUA) Kaway
XVI. Data perceraian yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama (KUA) tidak
ada, karena sekarang Kantor Urusan Agama (KUA) hanya berwenang mengurus
tentang Nikah dan Rujuk saja.
32
Mahkamah syar’iyah merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
tertentu yang diatur dalam Undang-Undang dan Qanun Aceh. Kekuasaan
kehakiman di lingkungan Mahkamah Syar’iyah dilaksanakan oleh:
1. Mahkamah Syar’iyah Tingkat Pertama.
2. Mahkamah Syar’iyah Aceh (Tingkat Banding).
Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Mahkamah Syar’iyahberpuncak pada
Mahkamah Agung RI.
4.2.1 Kewenangan Mahkamah Syar’iyah
a. Mahkamah Syar’iyah di Aceh merupakan pengembangan dari Pengadilan
Agama yang telah ada sebelumnya, (Pasal 128 UU No. 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh No.10 Tahun 2002 Tentang Peradilan Syariat
Islam dan Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Syar’iyah Provinsi dan Mahkamah Syar’iyah Kabupaten/Kota di Aceh).
b. Mahkamah Syar’iyah bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili,
memutuskan, dan menyelesaikan Perkara-Perkara di tingkat pertama dan
tingkat banding antara orang-orang yang beragama Islam (Pasal 128 Ayat
(3) UU No. 11 Tahun 2006, jo. Pasal 49 Qanun Provinsi Aceh No. 10 Tahun
2002) di bidang :
1. Ahwal Al-Syakhsiyah (Hukum Keluarga).
2. Mu’amalah (Hukum Ekonomi Islam).
3. Jinayat (Hukum Pidana).
33
c. Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh :
1. Pasal 29 Ayat (1) “Dalam hal terjadi perbuatan jinayah yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama yang diantaranya
beragama bukan Islam, pelaku yang beragama bukan Islam dapat
memilih dan menundukkan diri secara suka rela kepada hukum Jinayah”.
2. Pasal 135 Ayat (2) “Dalam hal adanya perkara tertentu yang memerlukan
keahlian khusus, Ketua Mahkamah Agung dapat mengusulkan
pengangkatan hakim ad hoc pada Mahkamah Syar’iyah kepada
Presiden”.
d. Kewenangan berdasarkan pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006, tentang
perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama meliputi:
1. Perkawinan.
2. Kewarisan.
3. Wasiat.
4. Hibah.
5. Wakaf.
6. Zakat.
7. Infaq.
8. Shadaqah dan
9. Ekonomi Syar’iah antara lain :
a. Bank Syar’iyah.
b. Lembaga keuangan Micro Syar’iyah.
c. Asuransi Syar’iyah.
d. Reksa Dana Syar’iyah.
34
e. OblikasiSyar’iyah.
f. Surat Berharga Berjangka Menengah Syar’iyah.
g. Sekuritas Syar’iyah.
h. PembiayaanSyar’iyah. PenggadaianSyar’iyah.
i. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syar’iyah.
j. Bisnis Syar’iyah.
k. Mahkamah Syar’iyah Aceh bertugas dan berwenang :
l. Mengadili perkara yang menjadi kewenangan Mahkamah Syar’iyah
dalam tingkat banding. 2. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antar Mahkamah Syar’iyah di Aceh.
4.2.2 Data-data Perceraian serta putusan Hakim yang telah diputuskan
dalam Pengadilan.
Berikut data-data yang didapatkan oleh penulis dari kantor Mahkamah
Syar’iyah Meulaboh. Penulis menginisialkan nama-nama informan supaya tidak
terpublikasikandiantaranya :
1. ZB (35) tahun pekerjaan Ibu Rumah warga Pasi Jambu menikah dengan
ZK(42) tahun. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat
b. Menjatuhkan thalak satu
c. Menetapkan tanah dan serta rumah objek sengketa sebagai harta bersama
milik penggugat dan tergugat.
d. Menetapkan setengah dari objek sengketa yang di sebutkan.
35
e. Menyatakan Jual beli antara tergugat1 dan tergugat tidak sah dan tidak
memiliki kekuatan hukum.
f. Menghukum para tergugat untuk membayar segala perkara yang timbul
dari perkara ini.
2. EV(21) tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga warga Desa Putim menikah
dengan HM(26). Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat
b. Menjatuhkan thalak satu
c. Menetapkan biaya perkara menurut hukum
3. MY(23) tahun mahasiswi menikah dengan HA(28) tahun Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
4. ZK(39) tahun pekerjaan Guru warga Desa Keude Aron menikah dengan
EK(21) tahun. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
5. HS (42) tahun Guru Pengajian warga Desa Peunia menikah dengan SR (26)
tahun ibu rumah tangga. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
36
6. YN (25) tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga warga Desa Keude Aron
menikah dengan SF (35) tahun. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
7. GT (28) tahun karyawati di PT.KTS warga Desa Pasi Jambu menikah
dengan ZK (42) tahun. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
8. AN (62) tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga warga DesaKeude Aron
menikah dengan AR (49) tahun. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
9. CR(29) tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga warga Meunasah Buloh
menikah dengan AM(44) tahun. Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
10. NB(31) tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga menikah dengan MT(35)
tahun.
37
Putusan Hakim :
a. Putus Hubungan nikah antara penggugat dengan tergugat.
b. Menjatuhkan thalak satu.
c. Menetapkan biaya Perkara menurut Hukum yang berlaku.
4.3 Proses Persidangan
4.3.1. Tahap Persidangan
Tahap Persidangan terdapat pada Pasal15 sampai dengan Pasal 18 PP No. 9
Tahun 1975 yaitu :
a. Setelah Pengadilan menerima surat pemberitahuan itu, Pengadilan
mempelajari surat tersebut.
b. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima surat itu,
Pengadilan memanggil dan istriyang akan bercerai itu, untuk meminta
penjelasan.
c. Setelah Pengadilan mendapat penjelasan dari suami dan istri, ternyata
memang terdapat alasan-alasan untuk bercerai dan Pengadilan berpendapat
pula bahwa antara suami dan istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi
didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangganya, maka
Pengadilan memutuskan untuk mengadakan sidang untuk menyaksikan
perceraian itu.
d. Sidang Pengadilan tersebut, setelah meneliti dan berpendapat adanya
alasan-alasan untuk perceraian dan setelah berusaha untuk mendamaikan
kedua belah pihak dan tidak berhasil, kemudian menyaksikan perceraian
yang dilakukan oleh suami itu kedalam sidang tersebut.
38
e. Sesaat setelah menyaksikan sidang perceraian itu, Ketua Pengadilan
memberi surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut.
f. Surat keterangan tersebut dikirimkan kepada pegawai pencatat ditempat
perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian.
g. Perceraian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di
depan sidang (DjumairiAchmad, 1990,h.60).
4.3.2 Sidang Pemeriksaan Perkara
a. Memasukkan gugatan
1). Agar gugatan dapat disidangkan, maka gugatan harus diajukan kepada
Pengadilan yang berwenang.
2). Dalam pengajuan gugatan, pihak penggugat harus mendaftarkannya.
Dan gugatan itu baru dapat didaftar apabila biaya perkara harus sudah
dilunasi.
3). Setelah terdaftar, gugatan diberi nomor perkara dan kemudian diajukan
kepada Ketua Pengadilan.
b. Persiapan sidang
1). Setelah Ketua Pengadilan menerima gugatan maka ia menunjuk Hakimyang
ditugaskan untuk menangani perkara tersebut. Pada prinsipnya pemeriksaan
dalam persidangan dilakukan oleh Majlis Hakim.
2). Hakim yang bersangkutan dengan surat ketetapan menentukan hari sidang dan
memanggil para pihak agar menghadap pada sidang Pengadilan pada hari yang
telah ditetapkan dengan membawa saksi-saksi serta bukti-bukti yang diperlukan
(Pasal 121 HIR ayat 1, pasal 145Rbg ayat 1).
39
3). Pemanggilan dilakukan oleh juru sita, surat panggilan itu dinamakan
exploit,Exploit beserta salinan surat gugat diserahkan kepada tergugat pribadi
ditempat tinggalnya.
4). Apabila tergugat tidak diketemukan, surat panggilan tersebut diserahkan
kepada Kepala Desa yang bersangkutan untuk diteruskan kepada tergugat (pasal
390HIR ayat 1, pasal 718 Rbg ayat 1).
5). Kalau tergugat sudah meninggal maka surat panggilan disampaikan kepada
ahli warisnya, dan apabila ahli warisnya tidak diketahui maka disampaikan
kepada Kepala Desa di tempat tinggal terakhir.
6). Apabila tempat tinggal tidak diketahui maka surat Pengadilan diserahkan
kepada Bupati dan untuk selanjutnya surat panggilan tersebut ditempelkan pada
papan pengumuman di Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
7). Pasal 126 HIR, Pasal 150 Rbgmemberi kemungkinan untuk memanggil sekali
tergugat sebelum perkaranya diputus Hakim.
8). Setelah melakukan panggilan, Juru sita harus menyerahkan relaas (risalah)
panggilan kepada Hakim yang akan memeriksa perkara yang bersangkutan.
Relaas itu merupakan salah satu bukti bahwa tergugat telah dipanggil.
9). Kemudian pada hari yang telah ditentukan sidang pemeriksaan perkara dimulai
(Soeroso, 1996.h.39-40).
4.3.3. Jalannya Sidang
a. Susunan Persidangan terdiri dari :
1. Hakim tunggal atau Hakim Majlis terdiri dari satu Hakim ketua dan dua Hakim
Anggota, yang dilengkapi oleh Panitera sebagai pencatat jalannya persidangan.
40
2. Pihak Tergugat dan Penggugat duduk berhadapan dengan Hakim dan posisi
Tergugat disebelah kanan dan posisi Penggugat disebelah kiri Hakim.
Apabila persidangan berjalan lancar maka jumlah persidangan kurang lebih
8 (delapan) kali yang terdiri dari sidang pertama sampai dengan putusan Hakim.
b. Sidang Pertama.
Setelah Hakim Ketua membuka sidang dengan menyatakan “sidang dibuka
untuk umum” dengan mengetuk palu, Ketua Mejelis memerintahkan para pihak
untuk kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1. Identitas Penggugat;
2. Identitas Tergugat;
3. Apa sudah dimengerti maksud didatangkannya para pihak dimuka sidang
Pengadilan;
4. Hakim menghimbau agar dilakukannya perdamaian dalam sidang
dilanjutkan dengan mediasi;
Dalam hal ini meskipun para pihak menjawab tidak mungkin damai karena
usaha penyelesaian perdamaian sudah dilakukan berkali-kali, Hakim tetap
meminta agar dicoba lagi.Jadi pada sidang pertama ini sifatnya merupakan
cecking identitas para pihak dan apakah para pihak sudah mengerti mengapa
mereka dipanggil untuk menghadiri sidang.
Sebagai bukti identitasnya, para pihak menunjukkan KTP masing-masing.
Apabila yang datang Kuasa Penggugat dan Tergugat, maka Hakim
mempersilahkan para pihak untuk menunjukkansurat kuasa pihak lawan. Apabila
tidak ditemukan kekurangan atau cacat maka sidang dilanjutkan. Setelah para
pihak dianggap sudah mengerti maka Hakim menghimbau agar kedua belah pihak
41
mengadakan perdamaian, kemudian sidang ditangguhkan, Setelah itu Hakim
Ketua membacakan gugatan tergugat dalam sidang tertutup untuk umum. Sidang
pertama dengan mendengarkan jawaban dari Tergugat.
1) Apabila para pihak dapat berdamai maka ada dua kemungkinan .
a. Gugatan dicabut;
b. Mereka mengadakan perdamaian diluar atau dimuka sidang;
2) Apabila perdamaian dilakukan diluar sidang, maka Hakim tidak ikut
campur. Kedua belah pihak berdamai sendiri. Ciri dari pada berdamai
diluar Pengadilan ialah:
a. Dilakukan para pihak sendiri tanpa ikut campurnya Hakim.
b. Apabila salah satu pihak ingkar janji, permasalahannya dapat
diajukan lagi kepada Pengadilan.
3) Apabila perdamaian dilakukan di muka Hakim maka ciri-cirinyaialah :
a. Kekuatan perdamaian sama dengan putusan Pengadilan.
b. Apabila salah satu pihak melakukan ingkar janji, maka perkara
dapat diajukan.
4) Apabila tidak tercapai suatu perdamaian, maka sidang dilanjutkan
dengan penyerahan jawaban dari pihak Tergugat. Jawaban ini dibuat
rangkap 3(tiga). Lembar pertama untuk Penggugat, lembar kedua untuk
Hakim, dan lembar ketiga untuk arsip Penggugat sendiri.
d.Sidang ketiga (Replik)
Pada sidang ini Penggugat menyerahkan Replik, satu untuk Hakim, satu
untuk Tergugat, dan satu lagi untuk simpanan Penggugat sendiri.Replik adalah
tanggapan Penggugat terhadap jawaban Tergugat.
42
e.Sidang Keempat (Duplik)
Dalam sidang, Tergugat menyerahkan Duplik yaitu tanggapan Tergugat
terhadap Replik Penggugat.
f.Sidang Kelima (Pembuktian dari Penggugat)
Sidang kelima dapat disebut sebagai sidang pembuktian oleh
Penggugat.Disini Penggugat mengajukan bukti-bukti yang memperkuat dalil-dalil
Tergugat.Bukti-bukti yang dimaksud terdiri dari surat-surat dan saksi-saksi.
Bukti-bukti surat (fotho copy) harus di nazegelen lebih dulu dan pada waktu
sidang dicocokkan dengan aslinya oleh Hakim maupun pihak tergugat. Hakim
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan oleh tergugat sedangkan
pihak Penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan
oleh Tergugat, sedangkan pihak Penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut.Terhadap saksi-saksi Hakim mempersilahkan Penggugat
untuk mengajukan pertanyaan terlebih dahulu, kemudian Hakim sendiri juga
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka untuk mendapatkan keyakinan.
Dalam sidang perdata pembuktian ini ada tanya jawab dan perdebatan-perdebatan
dibawah pimpinan Hakim. Apabila pembuktian ini belum selesai juga maka
dilanjutkan pada sidang selanjutnya.Sidang pembuktian ini dapat dilakukan hanya
dengan waktu satu hari saja, tetapi biasanya dua tiga kali atau bisa saja lebih itu
tergantung kepada kelancaran pembuktian.Perlu dicatat disini bahwa sebelum
dinyatakan serta memberi keterangan saksi harus disumpahkan terlebih dahulu
dan tidak boleh masuk dalam ruang sidang bila belum dipanggil oleh hakim.
g.Sidang Keenam (Pembuktian dari Tergugat)
43
Kalau sidang kelima merupakan sidang pembuktian dari Penggugat, maka
sidang keenam ini adalah sidang pembuktian dari pihak Tergugat.
Jalannya sidang sama dengan sidang kelima dengan catatan bahwa yang
mengajukan bukti-bukti dan saksi-saksi adalah Tergugat, sidang tanya jawabnya
kebalikan dari sidang kelima.
h.Sidang Ketujuh
Sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan.Disini kedua belah
pihak membuat kesimpulan dari hasil-hasil sidangtersebut.Isi pokok kesimpulan
sudah barang tentu yang menguntungkan para pihak itu sendiri.
i.Sidang Kedelapan
Sidang kedelapan dinamakan sidang putusan Hakim.Dalam sidang ini
Hakim membacakan putusan yang seharusnya dihadiri oleh para pihak.Setelah
selesai membaca putusan maka Hakim mengetukkan palu sebanyak tiga kali dan
para pihak diberi kesempatan untuk mengajukan banding apabila tidak puas
dengan putusan Hakim.Pernyataan banding ini harus dilakukan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai sehari sehabis dijatuhkan putusan
oleh Hakim (Soeroso, 1996.h.39-44).
4.4 Analisa Tabel
Analisa tabel yang dimaksud adalah pembuatan distribusi frekuensi yang
mendeskripsikan sebaran jawaban atas tiap-tiap pertanyaan yang diperoleh dari
masing-masing informan.
1. Jenis Kelamin
44
Tabel.4.1
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 2 Orang
2 Perempuan 8 Orang
Total 10 Orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari jenis
kelamin sesuai dengan tabel 1 (pertama) adalah bahwa dapat diketahui di Kaway
XVI KemukimanPeureumeu lebih banyak jenis kelamin perempuan yang menjadi
informan pada penelitian ini yaitu sebanyak 8 (delapan) orang. Hal ini berarti para
Ibu-Ibu lebih berani dalam mengekpresikan masalah rumah tangganya
dibandingkan dengan informan laki-laki.
1. Masyarakat Kaway XVI yang bercerai (menurut data dari Kantor
Mahkamah Syar’iyah)
Tabel.4.2
Masyarakat Kaway XVI yang bercerai (menurut data kasus Tahun masuk
perkara di Kantor Mahkamah Syar’iyah)
No Tahun Jumlah
1 Tahun 2010 2 orang
2 Tahun 2011 3 orang
3 Tahun 2012 5 orang
Total 10 orang
Menurut data yang sudah diperoleh dariMasyarakat Kaway XVI dilihat
dari kasus perkara yang masuk Kantor Mahkamah Syar’iyah Meulaboh sesuai
dengan tabel 2 (dua) adalah bahwa dapat diketahui di Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu jumlah orang yang bercerai di Tahun 2012 semakin
meningkat jumlah informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 (lima) orang.
45
2. Usia Informan ketika mengakhiri hubungan perceraian
Tabel.4.3
Usia Informan ketika mengakhiri hubungan perceraian
No Usia Informan Jumlah
1 21-29 Tahun 5 orang
2 30-40 Tahun 3 orang
3 41-62 Tahun 2 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan dilihat dari usia ketika mereka mengakhiri
hubungan perceraian sesuai tabel 3 (tiga) dapat diketahui Masyarakat di
Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu bahwa usia nya ketika
mengakhiri hubungan perceraian berusia 21-29 tahun lebih banyak menjadi
informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 (lima) orang.
3. Lamanya membina sebuah rumah tangga
Tabel.4.4
Lamanya membina rumah tangga
No Lama membina rumah Jumlah
1 Kurang dari 3 (tiga) Tahun 7 orang
2 3-6 Tahun 2 orang
3 7-12 Tahun 1 orang
Total 10orang
Karakteristik informan dari hasil wawancara dilihat dari lamanya membina
sebuah keluarga sesuai dengan tabel 4 (empat) maka dapat diketahui Masyarakat
Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu yang menjadi informan kurang
dari 3 (tiga) tahun adalah sebanyak 7 (tujuh) orang.
46
4. Dimana pertama kali kenal dengan pasangan
Tabel.4.5
Dimana pertama kali kenal dengan pasangan
No Dimana pertama kali kenal Jumlah
1 Facebook 2 orang
2 Rumah Teman 4 orang
3 Kantor Pos 1 orang
4 Bengkel 1 orang
5 Depan Rumah 1 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan dari jawaban yang ditanyakan oleh penulis dilihat
dari mana informan kenal pertama kali sesuai dengan tabel 5 (lima) dapat
diketahui di Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah dirumah yaitu sebanyak 4 (empat) orang.
5. Apa alasan memilih menikah dengan pasangan
Tabel.4.6
Apa Alasan Memilih Menikah dengan Pasangan
No Apa Alasan Memilih Menikah Dengan
Pasangan
Jumlah
1 Faktor Umur 1 orang
2 Karena Cinta 8 orang
3 Merubah Nasib/hidup 1 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari apa alasan
memilih menikah dengan pasangan sesuai dengan tabel 6 (enam) dapat diketahui
di Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah yang menjawab karena cinta yaitu sebanyak 8 (delapan)
orang.
47
6. Mengapa ingin bercerai dan apa penyebabnya
Tabel.4.7
Mengapa Ingin Bercerai dan apa penyebabnya
No Mengapa Ingin Bercerai dan apa
penyebabnya
Jumlah
1 Tidak cocok lagi karena pasangannya
selingkuh
8 orang
2 Tidak dinafkahi selama setahun pasangan
sudah kawin lagi
1 orang
3 Sakit Jiwa 1 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari mengapa
ingin bercerai dan apa penyebabnya sesuai dengan tabel 7 (tujuh) dapat diketahui
di Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah yang menjawab tidak cocoklagikarena pasangan tersebut
selingkuh yaitu sebanyak 8 (delapan) orang.
7. Strategi Komunikasi apa yang digunakan dalam mengakhiri perceraian
Tabel.4.8
Strategi Komunikasi apa yang digunakan dalam mengakhiri perceraian
No Strategi Komunikasi apa yang digunakan
dalam mengakhiri perceraian
Jumlah
1 Bicara terlebih dahulu dengan orang tua 9 orang
2 Bicara dengan atasan 1 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari Strategi
Komunikasi apa yang digunakan dalam mengakhiri perceraian sesuai dengan
tabel 9 (sembilan) dapat diketahui di Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah yang
48
menjawab Strategi Komunikasi dengan berbicara terlebih dahulu dengan orang
tua yaitu sebanyak 9 (sembilan) orang.
8. Dimana anda menyelesaikan masalah perceraian
Tabel.4.9
Dimana Anda Menyelesaikan Masalah Perceraian
No Dimana Menyelesaikan Masalah
Perceraian
Jumlah
1 Dikantor Mahkamah Syar’iyah 10 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari mana anda
menyelesaikan masalah perceraian sesuai dengan tabel 10 (sepuluh) dapat
diketahui di Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu semua menjawab di
Kantor Mahkamah Syar’iyah yaitu sebanyak 10 (sepuluh) orang.
9. Bagaimana Jika Thalaq digantung
Tabel.4.10
Bagaimana jika Thalaq digantung
No Bagaiamana Jika Thalaq digantung Jumlah
1 Ingin damai-damai saja tidak mau cari ribut 3 orang
2 Saya Bunuh Dia 1 orang
3 Naik Banding 6 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari bagaimana
jika thalaq digantung sesuai dengan tabel 11 (sebelas) dapat diketahui di
Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu yang menjadi informan atau
sample dalam penelitian ini adalah dengan naik banding yaitu sebanyak 6 (enam)
orang.
49
10. Apakah ada yang mempengaruhi ketika anda bercerai
Tabel.4.11
Apakah ada yang mempengaruhi ketika anda bercerai
No Apakah Ada yang Mempengaruhi ketika anda
bercerai
Jumlah
1 Tidak ada 10 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari apakah ada
yang mempengaruhi ketika anda bercerai sesuai dengan tabel 12 (dua belas) dapat
diketahui di Kecamatan Kaway XVI KemukimanPeureumeu semua menjawab
tidak ada yang mempengaruhi yaitu sebanyak 10 (sepuluh) orang.
11. Apakah anda memakai jasa pengacara
Tabel.4.12
Apakah Anda Memakai Jasa Pengacara
No Apakah Anda Memakai Jasa Pengacara Jumlah
Tidak 10 orang
Total 10 orang
Karakteristik informan yang menjawab pertanyaan dilihat dari apakah anda
memakai jasa pengacara sesuai tabel 13 (tiga belas) dapat diketahui di Kecamatan
Kaway XVI KemukimanPeureumeu semua menjawab tidak ada satupun yang
memakai jasa pengacara.
4.5 Pembahasan
Setelah menganalisa setiap data dari wawancara maka penulis menguraikan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi antar pribadi di
butuhkan dalam sebuah hubungan intinya adalahmari bicara dengan sebaik-
baiknya dan ketika pada saat mereka mediasi agar perceraian tidak terjadi maka
50
kedua belah pihak saling mendukung, karena perdamaian atau mediasi adalah
salah satu Strategi Komunikasi Perceraian. Hal ini bukan tidak mendasar penulis
sampaikan. Dari hasil data wawancara pada tabel 9 (sembilan) tentang topik
pembicaraan Strategi Komunikasi apa yang digunakan dalam menghadapi
perceraian, dan juga dengan beberapa nara sumber yang ada pada Mahkamah
Syar’iyah Meulaboh, topik pembicaraan tersebut adalah dengan cara mediasi hal
tersebut yang selalu diberikan setiap orang yang ingin bercerai.Alasan mereka
memilih menikah dengan pasangan masing-masing yaitu ingin membina sebuah
keluarga yang bahagia. Namun seiring dengan perjalanan waktu apa yang sudah
direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi, terbukti ada beberapa
orang yang tidak bisa disebutkan namanya hampir setiap hari mereka bertengkar
karena faktor ekonomi dan faktor kecemburuan karena perselingkuhan yang
dilakukan oleh suami atau isterinya. Pada akhirnya mereka tidak sepaham lagi dan
bahkan saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya, jadi oleh sebab itu
tidak semua yang direncanakan bisa berjalan baik.
Dalam mengambil keputusan untuk berpisah atau bercerai masing-masing
pihak berkeinginan untuk membicarakannya dengan baik dan dengan jalan damai
dimana dalam hal ini dapat dilihat dalam tabel 7 (tujuh) bahwa hubungan
perceraian berakhir karena dikehendaki oleh kedua belah pihak, ini cukup rasional
diantara kedua belah pihak mengingatkan pada sulitnya menyatukan kedua orang
yang sudah tidak cocok lagi. Berarti dengan adanya pembicaraan atau dalam segi
hukum biasa disebut dengan cara mediasi, maka hal ini akan berjalan dengan baik.
Banyak cara setiap pasangan dalam mensinyalisasikan permasalahan
hubungan mereka, hal ini dapat dilihat pada tabel-tabel diatas yangmenjabarkan
51
tentang topik apa saja yang dibicarakan pada penyebab ingin bercerai, disini lebih
mencari kesalahan-kesalahan dari pasangan itu sendiri. Untuk menyatukan
kembali orang sudah bercerai, ini pun memang sulit walaupun ada alasan bagi
mereka untuk rujuk kembali yaitu adanya anak, dan pertimbangan yang lainnya
seperti, adanya rasa ketertarikan karena isteri sudah tampak lebih dewasalagi atau
suami lebih bertanggung jawab dalam membina keluarga.
Hal itu bisa saja menjadi alasan buat mereka untuk bisa kembali lagi
membina keluarga atau rujuk tetapi harus ada kesepakatan antara keduanya atau
adanya komitmen bersama.Komitmen adalah hal mutlak yang harus dijaga dalam
sebuah hubungan karena ketertarikan, ataupun persamaan-persamaan supaya
keluarga tersebut bertahan lama.Untuk mempertahankan hubungan harus dimulai
dari dua belah pihak tidak salah satunya saja. Lama ataupun singkatnya sebuah
hubungan perkawinan tidak bisa menjamin abadinya sebuah keluarga karena
hubungan tersebut menyangkut perasaan kedua belah pihak bukan atau emosi
yang diselimuti atau dibungkus komitmen.
Ada banyak cara yang dilakukan oleh banyak orang untuk menunjukkan
sebuah perasaan yang tidak berada lagi dalam bungkusannya atau tidak lagi
diselimuti oleh komitmen. Di antaranya dengan mendiskusikannya dengan
pasangan atau suami dan isteri, menghindari pasangan, menunjukkan perilaku
tidak beretika, mengurangi kedekatan dengan pasangan, mengurangi komunikasi
dengan pasangan dan banyak lagi. Diantara semua cara yang terurai adalah
dengan cara mendiskusikan atau membicarakan merupakan cara tepat untuk
mengakhiri hubungan mereka.
52
Penyebab rusaknya sebuah hubungan bisa terjadi karena masalah ekonomi,
waktu pertemuan dan komunikasi yang berkurang, membanding-bandingkan
dengan suami orang lain, ataupun adanya pihak ketiga.Adapun sebelum mereka
membawa masalah ini ke kantor Mahkamah Syar’iyah Meulaboh terlebih dahulu
mereka berbicara secara langsung atau secara lisan dengan mengatan bahwa “saya
akan menceraikan kamu” kata si suami kepada si istri, kemudian barulah suami
dan istri ini membicarakan keinginan mereka untuk berpisah kepada orang tua.
Sedangkan dalam bentuk tulisan si suami mengirimkan sms melalui media hand
phone (hp) dengan kata-kata “saya akan ceraikan kamu secepatnya”.
Penulis juga mengaitkan dengan kasus-kasus perceraian artis yang marak
ditayangandiinfotainment, realitanya masalah apapun dapat atau mampu
dirundingkan dengan mediasi, namun tidak dengan sebuah pelanggaran
komitmen.Penulis melihat bahwa tingkat keimanan juga sangat diperlukan dalam
sebuah hubungan agar tidak berakhir begitu saja. Tepatnya dalam mengakhiri
sebuah hubungan adalah langkah yang tepat diambil oleh pasangan suami dan
isteri.
Strategi komunikasi yang tepat dalam mengakhiri sebuah hubungan adalah
lewat berbicara atau komunikasi dan diskusi atau mediasi, karena hal ini
menunjukkan bahwa inti persoalan dalam hubungan adalah komunikasi walaupun
pasangan tersebut telah berakhir. Penulis menyimpulkan bahwa dengan
membicarakannya dengan pasangan apa yang menjadi permasalahan dalam
sebuah hubungan jauh lebih baik dari pada berusaha menghindar ataupun
membuat benang permusuhan dengan suami atau istri.
53
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dikantor
Mahkamah Syar’iyah Meulaboh bahwa ketika Hakim telah memutuskan perkara
Talak 1(satu) terhadap pemohon maka diberikan kesempatan kepada tergugat
untuk bisa naik banding jika keputusan Hakim tidak memuaskan, dan jika kedua
belah pihak sudah menerima apa yang sudah Hakim putuskan maka perkara
mereka cukup sampai disitu saja, jadi tidak ada keputusan talak dua (2) dan talak
tiga (3) oleh hakim, karena tergugat tidak ada yang naik banding. Adapun manfaat
penelitian ini bagi masyarakat luas adalah supaya masyarakat tahu bahwa dalam
melakukan perceraian itu harus difikirkan dengan matang jangan mudah
mengatakan kata-kata cerai kepada istri, sebab awal sebuah dari kata-kata itulah
yang akan membuat pasangan terbiasa nantinya, seperti kata pepatah bilang “ala
bisa karena biasa”.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan antara lain:
Strategi Komunikasi Dalam Mengakhiri Perceraian pada Kecamatan Kaway
XVI KemukimanPeureumeu yang dipakai adalah dengan cara lisan berdasarkan
teori Komunikasi AntarPribadi, maka dalam proses Perceraian terjadi Komunikasi
AntarPribadi. Kegiatan komunikasi diperlukan dalam sebuah hubungan
diantaranya saling memberi perhatian.Dalam menjalin sebuah hubungan
dibutuhkan adanya keterbukaan dan komunikasi dua arah agar masalah yang
timbul ataupun yang ada dapat dibicarakan akar permasalahannya.Sebab-sebab
rusaknya hubungan perceraian yang terjadi pada 10(sepuluh) orang di Kecamatan
Kaway XVI KemukimanPeureumeu adalah disebabkan masalah ekonomi dan
adanya pihak-pihak orang ketiga dalam hubungan perceraian tersebut.Strategi
komunikasi dalam mengakhiri hubungan perceraian yang paling banyak
digunakan oleh 10(sepuluh) orang di Kecamatan Kaway XVI
KemukimanPeureumeu adalah dengan cara menyatakan secara terus terangdari
dua pihak.
5.2. Saran
Dari beberapa pokok hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas
setidaknya penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai masukan bagi setiap
pasangan yang ingin mengakhiri hubungan perceraian antara lain :
55
Setiap pasangan suami atau isterihendaklah saling terbuka antara satu sama
lain dalam mengkomunikasikan apapun yang menjadi kendala dalam hubungan
mereka.Sangat penting untuk mengetahui serta memahami bagaimana cara
mengakhiri hubungan bagi pasangan suami dan isteri. Setiap pasangan yang akan
mengakhiri sebuah hubungan diharapkan juga menggunakan strategi komunikasi
yang tepat agar tidak terjadi permusuhan ataupun kebencian yang mendalam pada
masing-masing pihak yang bercerai. Ketika keputusan mengakhiri hubungan
sudah diambil, banyak kemungkinan menggunakan strategi komunikasi dalam
mengakhiri hubungan.Salah satu strateginya adalah lewat jalan diskusi atau
mediasi atau membicarakannya dengan pasangan suami dan isteri.
Strategi komunikasi yang tepat dalam mengakhiri sebuah hubungan adalah
lewat berbicara atau komunikasi dan diskusi atau juga dengan cara mediasi,
karena hal ini menunjukkan bahwa inti persoalan dalam hubungan adalah
komunikasi walaupun pasangan tersebut telah berakhir.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:P.T. Raja Grafindo
Persada.
Devito, Joseph. 1986. The Interpersonal Comunication Book. New York:
Harper&Row, Publishers.
Effendy Onong Uchjana, 2006. Teori dan Terapan. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Effendy Onong Uchjana, 2009. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung:PT.
Remaja Rosda Karya.
Ibnu Rusdy. 2007. Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Azzam.
Ihromi,T.Q. 1990. Pokok – PokokAntropoliBudaya. Jakarta: Gramedia.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti.
Mulyana, Deddy. 1999. Nuansa–Nuansa Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Meilisa Fitri. 2010. Penyelesaian Perceraian Beda Agama Di Indonesia.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press.
Soeroso, 1996. Tata Cara dan Proses Persidangan. Jakarta: Sinar Grafika.
Soekanto, Soeryono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Raja
Grafindo Persada.
Yani Tri Zakiyah. 2005.Latar Belakang dan Dampak Perceraian.
Yoseph Klemens. 2005. Perceraian dan Peran Single-Parent Perempuan.
Sumber Lain: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan PP Nomor 9 Tahun 1975. Jakarta.
57
Pasal 128 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006,jo. Pasal 49 Qanun
Provinsi Aceh Nomor 10 Tahun 2002 dibidang: Ahwal Al-
Syakhsiyah (Hukum Keluarga).
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, Pasal 29 Ayat 1 Tentang Pemerintahan
Aceh.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pasal 49 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989, tentang Peradilan Agama.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006, Pasal 128tentang Pemerintahan Aceh
Nomor 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syari’at Islam.
DAFTAR WAWANCARA
Peneliti : MIKE ANDRIKA
Dosen Pembimbing : 1. Dr. SYAMSUAR M.Ag
2. RAHMA HIDAYATI M.Soc.Sc
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana Strategi komunikasi yang
digunakan dalam menghakiri hubungan perceraian di Kecamatan Kaway XVI Kemukiman
Peureumeu.
Pertanyaan:
1. Dimana pertama kali anda bertemu dengan pasangan anda?
2. Apa alasan anda memilih untuk menikah dengan pasangan anda tersebut?
3. Apa penyebab anda ingin bercerai?
4. Strategi Komunikasi apa yang anda gunakan dalam menghadapi perceraian?
5. Dimana anda menyelesaikan masalah perceraian?
6. Bagaimanakah jika talaq itu digantung apa yang anda dilakukan?
7. Apakah ada yang mempengaruhi ketika anda bercerai?
8. Apakah anda memakai jasa Pengacara?
Foto persidangan antara penggugat YN dan tergugat SF
Foto persidangan antara penggugat AN dan tergugat AR
Foto pengampilan sumpah oleh petugas sidang kepada yang akan menjadi saksi pihak
penggugat
Foto persidangan di datangkan saksi dari tergugat
Foto persidangan antara tergugat dan penggugat
Foto penggugat dan tergugat serta saksi
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama : MIKE ANDRIKA
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Status : Sudah Menikah
Alamat Rumah : Jalan Meulaboh-Tutut No.10 Desa
BeureugangKecamatanKaway XVI Meulaboh Aceh Barat
Alamat Email : [email protected]
Hp : 085260007453
Nama Orang Tua :
Ayah : ABDUL WAHED HUSEN
Ibu : MARLIAH
Jumlah Saudara : 5Orang.
1. Mawardi
2. Firdoes
3. Wira Dewita
4. Antoni Martha Saputra
5. Rocky Effendi
Pendidikan Formal :
Sekolah Dasar (1995) : MIN Peureumeu
MTsN (1995-1998) : MTsNPeureumeu
MAN (1998-2001) : MAN Blang Pidie
v
Pendidikan Non Formal:
- KursusKomputer di Lembaga Center Mulia Hati Tahun 2010. Di jalan Sentosa
Meulaboh
- SertifikatSeminar Penyuluhan Mengenai Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah dari Bank
Indonesia.
- SertifikatSeminar Efektifitas UUPA Lima Tahun Perdamaian Aceh
- Penghargaan dari Lembaga Pendidikan dan Pengkajian PERS Aceh-LP3A.
- Sertifikat Ospek Universitas Teuku Umar Tahun 2007
Pengalaman Kerja :
- Broadcasterdi Radio Fatali Blang pidie
- Broadcasterdi Radio Suara Mahardika di Blang Pidie
- Broadcasterdi Radio Dalka Meulaboh
- Broadcasterdi Suara Aceh
- Broadcasterdi Radio Seumeulu Voice di Seumeulu
- Broadcasterdi Radio Suara Aceh Meulaboh
- SPG Telkom Flexi
- Marketing di CV. ZHOUNG YU MOTOR Meulaboh
- Marketing di CV. Jalan Manekroo
- Marketing di PT. MULTI TOP INDONESIA Cabang Meulaboh
- Agen Asuransi MANULIFE FINANCE Banda Aceh
- TeleMarketing di PT. Kurnia Putra Mandiri Meulaboh
Pengalaman Organisasi :
- Pengurus OSIS MTsNPeureumeu (1996)
- Pengurus OSIS MAN Blangpidie (1998)
- Pengurus BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (2007)
Penghargaan:
- Juara tiga Lomba baca Puisi kelas Empat MIN
- Juara Dua Lomba Lompat Tinggi kelas Satu MTsN