Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN
BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF)
PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL
SALAAM PERIODE 2014-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh :
Dewi Lestiawati
NIM: 1113053000096
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/ 1439 H
i
ABSTRAK
Dewi Lestiawati, NIM: 1113053000096, “Strategi Menekan Tingkat
Pembiayaan Bermasalah (Non performing Financng/NPF) Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam Periode 2014-2016”.
Dibimbing oleh Lili Bariadi M.Si, 2017.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam merupakan
salah satu bank islam yang fokus utama kegiatan usahanya adalah
penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana oleh bank
islam mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya
atau yang biasa disebut sebagai pembiayaan bermasalah. Jika presentase
pembiayaan bermasalah terus meningkat maka akan mempengaruhi
tingkat kesehatan suatu bank. Maka dari pada itu diperlukan upaya
pencegahan untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah
tersebut dan melakukan penyelesaian sesegera mungkin ketika terjadinya
pembiayaan bermasalah (Non performing Financng/NPF).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
prosedur pembiayaan di BPRS al-Salaam, faktor penyebab terjadinya
pembiayaan bermasalah, bagaimana strategi menekan tingkat pembiayaan
bermasalah pada BPRS Al-Salaam periode 2014-2016, dan untuk
mengetahui perhitungan pembiayaan bermasalah pada BPRS Al Salaam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis untuk memaparkan data-data yang didapat
di lapangan kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari
penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah prosedur pemberian pembiayaan pada
BPRS al-Salaam dilakukan dalam beberapa tahap pembiayaan yaitu tahap
pengajuan permohonan pembiayaan, tahap analisis pembiayaan, tahap
pemberian persetujuan pembiayaan, tahap akad pembiayaan dan tahap
pencairan. Faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada BPRS
Al-Salaam adalah faktor internal; terjadi karena adanya ketidakjujuran
yang dilakukan oleh bagian marketing dalam proses pemberian
pembiayaan, faktor eksternal; disebabkan adanya masalah keluarga,
kehilangan pekerjaan dan nasabah sakit. Upaya yang dilakukan BPRS Al-
Salaam dalam menekan pembiayaan bermasalah adalah dengan cara 1)
Berhati-hati dalam memberikan pembiayaan dan teliti dalam menganalisis
pembiayaan; 2) Pendekatan kepada nasabah (Approaching); 3) Melakukan
pengawasan terus-menerus. Perhitungan pembiayaan bermasalah diketahui
tahun 2014 tingkat NPF nya sebesar 4.51%, dan mengalami penurunan
sebesar 0,16% pada 2015 sebesar 4.35 %, namun ditahun berikutnya NPF
pada tahun 2016 mengalami kenaikan kembali menjadi 4.62%.
Kata Kunci: Strategi, Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah (Non
Performing Financing/NPF), Strategi Menekan Tingkat Pebiayaan
Bermasalah (Non Performing Financing/NPF).
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat
iman, islam dan ihsan. Semoga nikmat tersebut selalu tersimpan dalam diri
kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa. Shalawat beserta salam
semoga selalu Allah SWT curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang selalu istiqamah
berada di jalan-Nya.
Alhamdulillah dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Menekan Tingkat
Pembiayana Bermasalah (Non performing Financng/NPF) pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam Periode 2014-2016”.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada orang tua
penulis yaitu, ayahanda Sarjali dan Ibunda Asnawiyah yang telah
memberikan kasih sayang, do’a dan semangat yang menjadi motivasi bagi
penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
Selanjutnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak
medapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:
iii
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu dakwah
dan ilmu komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D. selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, MA. Selaku Wakil
Dekan Bidang administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Ketua Program Studi
Manajemen Dakwah dan Drs. Sugiharto, MA. Selaku
Sekretaris Program Studi Manajemen Dakwah.
3. Drs. Sugiharto, MA selaku Dosen Penasihat Akademik, yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama
menempuh studi di Program studi Manajemen dakwah Fakultas
Dakwah dan Ilmu komunikasi.
4. Lili Bariadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing
penulis sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
5. Tim Penguji Penulis, Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D. selaku
ketua siding, Bapak Drs. Sugiharto, MA. selaku sekretaris
sidang, Bapak Drs. H. M. Sungaidi, MA. selaku penguji I,
Bapak Drs. H. Hasanudin Ibnu Hiban, MA. selaku penguji II.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Ekonomi yang
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah memberikan
iv
pengajaran dan pembelajaran kepada penulis selama berada di
bangku kuliah.
7. Seluruh pimpinan dan jajaran BPRS Al-Salaam yang telah
mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian ini.
8. Bapak Andry Dwi Prasetiawan selaku Kepala Bagian
Collection yang telah banyak membantu penulis selama
melakukan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak-kakakku tercinta, Syahrudin, Sopyati, Dede Nurhayati.
Yang telah menyemangati, membantu, dan mendukung penulis
setiap waktu. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen
Dakwah angkatan 2013, khususnya konsentrasi Manajemen
Lembaga Keuangan Islam (MLKI).
11. Keluarga besar Himpuanan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta
yang memberikan banyak pelajaran dan insprasi bagi penulis
selama menjadi mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Keluarga besar HMI Komisariat Tigarakasa yang selalu
menyemangati dan menjadi inspirasi perjuangan bagi penulis.
Semoga dengan adanya karya skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak dan semoga keikhlasan serta kebaikan mereka dibalas
Allah SWT.
v
Ciputat, 04 Oktober 2017
14 Muharram 1439 H
Dewi Lestiawati
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
E. Metode Penelitian................................................................................ 10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13
BAB II STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN
BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF)
A. Strategi ................................................................................................ 16
1. Pengertian Strategi ........................................................................ 16
2. Manajemen Strategi ...................................................................... 17
3. Tahapan Strategi............................................................................ 18
4. Strategi Fungsional Keuangan ...................................................... 19
B. Pembiayaan ......................................................................................... 20
1. Pengertian Pembiayaan ................................................................. 20
2. Tujuan Pembiayaan ....................................................................... 23
vii
3. Fungsi Pembiayaan ....................................................................... 25
4. Jenis-jenis Pembiayaan ................................................................. 29
5. Penggolongan Kualitas Pembiayaan ............................................. 30
C. Pembiayaan Bermasalah ..................................................................... 33
1. Pengertian pembiayaan bermasalah .............................................. 33
2. Faktor Terjadinya Pembiayaan Bermasalah.................................. 36
3. Dampak terjadinya Pembiayaan Bermasalah ................................ 37
D. Strategi Menekan Pembiayaan Bermasalah ........................................ 40
1. Prinsip Pemberian Kredit .............................................................. 40
2. Kelayakan Pemberian Pembiayaan ............................................... 45
3. Pengamanan Pembiayaan .............................................................. 46
4. Rambu-rambu Kesehatan Bank..................................................... 47
5. Analisis dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah..................... 47
6. Jaminan/Agunan Pembiayaan ....................................................... 51
E. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah ................................................. 53
BAB III GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
(BPRS) AL SALAAM
A. Sejarah Berdirinya BPRS Al Salaam .................................................. 55
B. Visi, Misi dan Tujuan PRS Al Salaam ................................................ 57
C. Produk Pembiayaan BPRS Al Salaam ................................................ 58
D. Struktur Organisasi PRS Al Salaam .................................................... 62
E. Pembagian Kerja (Job Description) .................................................... 63
viii
F. Jumlah Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Al-Salaam Periode 2014-2016 ............................................................ 68
BAB IV ANALISIS STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN
BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF) PADA
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM
PERIODE 2014-2016
A. Prosedur Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al
Salaam ................................................................................................. 70
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pembiayaan
Bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada BPRS Al
Salaam ................................................................................................. 78
C. Strategi Menekan Tingkat (Non Performing Financing/NPF) pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam periode 2014-
2016 ..................................................................................................... 79
D. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) periode 2014-2016 ................................................... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 90
B. Saran ................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 94
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Penelitian Skripsi
Lampiran 4 : Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 5 : Akta Perjanjian Pembiayaan Murabahah
Lampiran 6 : Surat Kuasa Membebankan Jaminan Secara Fiducia
Lampiran 7 : Contoh Surat Peringatan (somasi)
Lampiran 8 : Contoh Surat Perintah Penarikan
Lampiran 9 : Hasil Wawancara
Lampiran 10: Dokumentasi wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU)
Perbankan No. 7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha
BPR. Sedangkan pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa
BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia
No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.1
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai
lembaga keuangan adalah memberikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,
2008), h. 90
2
kebutuhan pihak-pihak yang mengalami deficit (kekurangan dalam kas
keuangan).2
Pembiayaan di bank syariah yang diberikan kepada masyarakat untuk
keperluan modal usaha, biaya ditujukan untuk usaha-usaha yang produktif
jelas dan trsansparan, serta bersifat halal, baik dari segi pengelolaan hingga
kepada hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya untuk masyarakat.
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Hal ini berarti
bahwa prestasi yang diberikan benar-benar harus dapat diyakini dapat
dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-
syarat yang telah disepakati.3
Sebagaimana diketahui penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah
oleh Bank Syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan
dalam pelunasannya, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank yang
bersangkutan. 4 Risiko pembiayaan pada umumnya dikaitkan dengan risiko
gagal bayar dari nasabah. Risiko ini mengacu pada potensi kerugian yang
dihadapi bank ketika pembiayaan yang diberikan mengalami macet atau gagal
bayar, dimana debitur tidak mampu memenuhi kewajiban dalam
mengembalikan dana pembiayaan yang telah diterima kepada pihak bank.
Selain risiko gagal bayar, risiko pembiayaan kadang merujuk pada risiko
2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2000), cet, 1, h. 160. 3Veitzal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara. 2010) h. 221-222 4 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), Cet-1, h. 154
3
kredit apabila menggunakan istilah yang digunakan Bank Indonesia dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011.5
Pembiayaan bermasalah tersebut dari segi produktivitasnya
(performance-nya) yaitu dalam kaitannya dengan kemampuannya
menghasilkan pendapatan bagi bank, sudah berkurang/menurun dan bahkan
mungkin sudah tidak ada lagi. Bahkan dari segi bank, sudah tentu mengurangi
pendapatan, memperbesar biaya pencadangan, yaitu PPAP (Penyelisihan
Penghapusan Aktiva Produktif), sedangkan dari segi nasional, mengurangi
kontribusinya terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.6
Non Performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah
merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja bank. Menurut
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000),
disebutkan bahwa kredit atau pembiayaan bermasalah adalah kredit yang
pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya lewat 90 hari setelah jatuh
tempo, atau kedit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.
NPF secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran
yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimal
5 Nur Riyanto Al Arif dan Ruke Rahmawati, MA, Manajemen Risiko Perbankan
Syariah, (Jakarta: UIN PRESS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 24. 6
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 66.
4
yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk dilunasi atau bahkan
tidak dapat ditagih.7
Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor
intern dan faktor-faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada didalam
perusahaan sendiri dan faktor utama yang dominan adalah faktor manajerial.
Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh
faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam
kebijakan pembelian dan penjualan. Lemahnya pengawasan biaya dan
pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang
berlebihan pada aktiva tetap dan permodalan yang tidak cukup. Faktor ekstern
adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusahaan,
seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonmian dan
perdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lain-lain.8
Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan mempunyai
peranan yang penting dalam aktivitas bank islam. Namun pembiayaan ini
harus melalui proses analisa pembiayaan terlebih dahulu, karena jika lembaga
keuangan (dalam hal ini Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) memberikan
pembiayaan tanpa terlebih dahulu melakukan analisis terhadap nasabah
pembiayaan maka akan sangat membahayakan yakni akan terjadinya Non
7 Puji Hadiyati, e- Jurnal Manajemen dan Bisnis, Pengaruh Non Performing financing
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia. Vol 1, No. 1,
Oktober 2013, 5 8 Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h. 73.
5
Performing Financing (NPF) atau yang biasa kita sebut sebagai pembiayaan
bermasalah.
Adanya pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) yang
muncul dalam arus pemberian pembiayaan di Bank Islam, maka diperlukan
pencegahan untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut
dan melakukan penyelesaian sesegera mungkin ketika terjadinya pembiayaan
bermasalah. Jika presentase pembiayaan bermasalah terus meningkat maka
akan mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bank.
Begitupun dengan BPRS Al-Salaam sebagai lembaga keuangan syariah
yang menjadikan pembiayaan sebagai kegiatan utamanya, maka BPRS AL-
Salaam akan menghadapi kemungkinan adanya pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing/NPF). Sejak berdirinya BPRS Al-Salaam dari tahun
1991 hingga sekarang, telah banyak memberikan pembiayaan kepada
masyarakat. Berdasarkan laporan keuangan yang ada sampai Desember 2016
BPRS AL-Salaam telah memberikan pembiayaan yang mencapai Rp.
170.765.133.538,- dengan 12.371 nasabah pembiayaan dan tingkat NPF
kurang dari 5% setiap tahunnya. Banyaknya pembiayaan yang dikeluarkan
akan sangat penting bagi BPRS Al-Salaam mempunyai strategi yang dapat
meminimalisir tingkat pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BPRS Al-
Salaam.
Dengan melihat latar belakang yang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian skripsi yang berjudul “STRATEGI MENEKAN
6
TIGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL-SALAAM PERIODE
2014-2016”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka penulis hanya
memfokuskan dan membatasi permasalahan dalam penelitian ini pada
strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-
Salaam periode 2014-2016.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dan pembatasan dalam penelitian
tersebut, maka untuk mempermudah pembahasan penulis merumuskan
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Al-Salaam?
b. Apa faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam?
c. Bagaimana Strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016?
7
d. Bagaimana perhitungan pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-
Salaam periode 2014-2016?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah seperti yang dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembiayaan pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam?
b. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam?
c. Untuk mengetahui bagaimana strategi menekan tingkat pembiayaan
bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016?
d. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan pembiayaan bermasalah
(Non Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat
syariah (BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016?
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
kontribusi ilmu pengetahuan bagi para pembaca khususnya mahasiswa
8
Program Studi Manajemen Dakwah mengenai strategi menekan
tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)
pada Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-Salaam periode
2014-2016.
b. Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
untuk pihak BPRS Al Salaam dan sebagai referensi bagi lembaga
maupun perusahaan untuk dapat mengimplemetasikan penelitian ini
dilapangan sehingga dapat mengevaluasi tentang strategi menekan
tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)
pada Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-Salaam periode
2014-2016 yang telah ada dan dapat terus dikembangkan.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan penulis terhadap beberapa
penelitian terdahulu ditemukan masalah yang hampir sama akan tetapi dalam
pembahasan dan objek berbeda. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara penelitian
terdahulu dengan masalah yang sedang dibahas. Berikut ini adalah penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan sebagai berikut:
1. Lailani Qodar (2016) dalam penelitiannya yang berjudul PEMBIAYAAN
BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PT BANK
SYARIAH MANDIRI. Program studi Manajemen Dakwah (MD)
9
Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian skripsinya membahas mengenai faktor penyebab pembiayaan
bemasalah dan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada Bank
Syariah Mandiri (BSM), persamaan yang penulis maksudkan yaitu sama-
sama membahas tentang pembiayaan bermasalah sedangkan perbedaannya
terletak pada masalah yang diteliti serta objek penelitiannya. Penulis lebih
memfokuskan pada strategi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al
Salaam dalam menekan tingkat NPF.9
2. Mochamad Gustaf Maulana (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
ANALISIS PROBLEM SOLVING DALAM PENYELESAIAN
PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA UNIT RECOVERY DAN
REMEDIAL BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG JAKARTA
BARAT. Program studi Manajemen Dakwah (MD) Konsentrasi
Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian skripsinya
membahastentang bagaimana metode yang digunakan unit recovery dan
remedial dalam melakukan analisa pemcahan masalah, prosedur dalam
pemberian pembiayaan dan langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah
pada Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Barat. Persamaannya yang penulis
9 www.repository.uinjkt.ac.id. Diakses pada 5 Mei 2017
10
maksudkan yaitu sama-sama mengenai penyelesaian pembiayaan
bermasalah sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya.10
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini penulis
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
analisis untuk memaparkan data-data yang didapat dilapangan kemudian
menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran).11
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.12
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat
sekarang. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan
peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
10
www.repository.uinjkt.ac.id. Diakses pada 5 Mei 2017 11
Anslem Staurus dan Juliet Corbin, Penyadur : Djunaidi Ghony, Dasar-Dasar
Penelitian Kualitatif, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2007), h. 11. 12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001),h. 3.
11
perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.13
Selanjutnya, dipilihnya
penelitian kualitatif karena metode kualitatif dapat memberikan rincian
yang lebih kompleks apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang sulit
untuk diketahui dan dipahami.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Adapun waktu penelitian peulis akan dilaksankan pada
bulan Juli - September 2017.
Tempat : Penelitian ini dilakukan di kantor pusat BPRS Al Salaam
Jl. Cinere Raya Blok A No. 4, Kota Depok, Jawa Barat 16514.
3. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.
Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data
yang diperoleh juga akan meleset dari harapan. Oleh karena itu, peneliti
harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunaka dalam
penelitiannya14
. Dalam hal ini sumber data yang digunakan penulis dibagi
dalam dua kategori, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yag didapat langsung dari sumber asli yang
diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara langsung
13
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2011), h. 35. 14
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana
Prenamedia Group, 2013), h. 129.
12
dengan objek penelitian yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Al Salaam.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
grafis, foto-foto, film, dan benda-benda lain yang dapat memperkaya
data primer.15
Dalam hal ini penulis memperoleh data dari pustakaan,
seperti buku-buku serta sumber lainya yang berkaitan dengan materi
penulisan skripsi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan
dengan menggunakan dengan beberapa teknik tertentu:
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek
penelitian yaitu BPRS Al Salaam guna melihat langsung secara
dekat bagaimana menekan pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing/NPF) yang terdapat pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam periode 2014-2016.
b. Wawancara
Peneliti mengadakan Tanya jawab langsung dengan pihak yang
dianggap berkompeten dengan masalah yang dibahas untuk
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h 22.
13
memperoleh informasi mengenai strategi menekan tingkat
pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam periode
2014-2016.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pegumpualan data yang
diperoleh dari data-data atau dokumen-dokumen yang dikeluarkan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah dalam memahami proses dan alur pembahasan. Maka
penulis perlu mejelaskannya melalui sistematika penulisan skripsi yang
merupakan hasil laporan penelitian. Adapun sistematika penulisanya adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN
BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF)
Pada bab ini membahas mengenai pengertian pembiayaan,
pengertian pembiayaan bermasalah (Non Performing
14
Financing/NPF), strategi menekan tingkat pembiayaan
bermasalah (Non Performing Financing/NPF), dan perhitungan
pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF).
BAB III GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH (BPRS) AL SALAAM
Pada bab ini menjelaskan mengenai sejarah berdiriya Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam, visi, misi dan
tujuan BPRS Al Salaam, produk pembiayaan BPRS Al Salaam,
struktur organisasi BPRS Al Salaam dan pembagian kerja (Job
Description).
BAB IV ANALISIS STRATEGI MENEKAN TINGKAT
PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING
FININCING/NPF) PADA BANK PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM PERIODE
2014-2016
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang membahas
prosedur pembiayaan BPRS Al Salaam, faktor-faktor penyebab
terjadinya pembiayaan bermasalah pada BPRS Al-Salaam,
strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016, perhitungan
15
pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam periode
2014-2016.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, serta sara-saran dan masukan serta lampiran-
lampiran sebagai penunjang perbaikan penulisan skripsi ini.
16
BAB II
STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON
PERFORMING FINANCING/NPF)
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi adalah rencana jangka panjang, diikuti tindakan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah
„kemenangan”. Asal kata “strategi” turunan dari kata dalam bahasa
yunani, strategos.
Strategi adalah pola sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana
umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan
dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan perusahaan.1
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi
yang menghubungkan keuntungan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan, dirancang untuk memastikan tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi2 Strategi adalah salah satu cara atau metode terstruktur yang
digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan
hasil yang lebih maksimal dan lebih menguntungkan. Istilah strategi
terkait dengan hasil yang lebih baik atau dalam bisnis profitable
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah
Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1999), h. 20 2 Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 2.
17
dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan strategi dalam kamus
manajemen, yang dimaksud dengan strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling
berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.3
Strategi (strategy) dipahami bukan hanya sebagai berbagai cara
untuk mencapai tujuan (way to achieve ends) melainkan mencakup
pula penentuan berbagai tujuan itu sendiri. Sebagaimana dirumuskan
oleh Chandler, strategi merupakan :”the determination of long-term
goals of an enterprise for carrying out these goals”. Strategi dipahami
pula sebagai sebuah pola yang mencakup didalamnya baik strategi
yang direncanakan (intended strategi dan deliberate strategi) maupun
strategi yang pada awalnya tidak dimaksudkan perusahaan (emerging
strategi) tetapi menjadi strategi yang dipertimbangkan bahkan dipilih
oleh perusahaan untuk diimplementasikan (realized strategi).4
Strategi dalam islam mengandung makna pengelolaan agar
menjadi lebih baik, dalam koridor kebenaran sesuai syariah, tidak
menghalalkan segala cara, terorganisir rapi, dan itqan (tepat, tuntas,
professional), mengandung kemaslahatan dunia akhirat. 5
2. Manajemen strategi
Manajemen strategi didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan
dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
3 B.N. Mabun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2003), Cet-1, h. 30.
4 Ismail Solihin, Manajemen Strategi, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 64.
5 Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah, (Jakarat: Zikrul Hakim,
2015), Cet-1, h. 72.
18
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk
mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Manajaemen meliputi
perencanaa, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan
dengan strategi. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan
mengenai bagaimana, kapan, dan dimana ia harus bersaing; melawan
siapa; dan untuk maksud (perpose) siapa.6
3. Tahapan Strategi
Strategi juga melalui beberapa tahap dalam prosesnya, secara
garis besar strategi melalui tiga tahap, yaitu;
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi
yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan
suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih
strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga
ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari, atau melakukan suatu keputusan dalam proses
kegiatan.
6 Pearce and Robinson, Manajemen Strategik, Jilid 1. Penerjemah Agus Maulana
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), h. 20.
19
b. Implementasi strategi
Setelah kita memutuskan dan memilih strategi yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan
strategi yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan
strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan
kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi. Strategi ini
diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur
kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi
tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh
suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk
memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.7
4. Strategi Fungsional Keuangan
Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi
keuangan, dimana fungsi manajemen keuangan meliputi
penghimpunan dan pendayagunaan dana. Oleh karena itu, manajemen
keuangan sering dipadankan dengan manajemen aliran dana. Atas
dasar ini, strategi fungsional keuangan memiliki titik berat pada dua
hal, yakni strategi untuk menghimpun dana dan strategi
pendayagunaan dana.
7 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30
20
Penghimpunan dana lazimnya berasal dari perusahaan dan dari luar
perusahaan. Sumber dana internal meliputi;
a. Penggunaan laba perusahaan,
b. Penggunaan dana cadangan,
c. Penggunaan laba yang tidak dibagi
Sedangkan sumber dana eksternal perusahaaan dari:
a. Modal pemilik perusahaan,
b. Dana pihak lain, baik berupa pinjaman, hibah atau kerjasama
Pendayagunaan dana perusahaan biasanya dibagi dalam
pendayagunaaan jangka pendek dan angka panjan.
Pendayagunaan jangka pendek ditunjukan sebagai aktiva lancar
dan diwujudkan dalam bentuk kas, surat-surat berharga, piutang
dan persediaan. Sedangkan jangka panjang ditunjukan dengan
aktiva tetap dan diwujudkan sebagai asset tanah, bangaunan dan
peralatan.8
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe,
I trus, yaitu „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟.
Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti
shahibul maal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk
melaksanakan amanah yang diberikan oleh shahibul maal. Dana
8
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma,
Manajemen Strategi Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 82.
21
tersebut harus digunakan secara benar, adil dan harus disertai dengan
ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi
kedua belah pihak.9 Berikut adalah ayat yang berhubungan dengan
pembiayaan;
ا أي ه ٱنزيه ي ا أخشجىا نكم م مم ت ما كسبتم ا أوفقا مه طيب ل ٱلسض ءامى ما نستم ب ٱنخبيث تيم مى تىفقن أن تمموا يي لل ا اخزي ٱلل أن ٱعهم
٧٦٢حميذ ي غى “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Al Baqarah: 267).
ا أي أج ٱنزيه ي ا لرا تذايىتم بذيه لنى ى ي ءامى سم نيكتب بيىكم كاتب ٱكتبي م م ا لرا تبايعت ٱنعذل ب ذ أش ل م يهيس عهيكم جىاح أل تكتبا ل يواس كاتب
لن تفعها يإو يذ ۥش ٱتقا يسق بكم يعهمكم ٱلل ٱلل بكم شيء عهيم ٱلل
٧٨٧
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar. Jika kamu dalam perjalanan dan
bermuamalah secara tidak tunai, sedang kamu tidak memperoleh
seorang penulis maka hendaknya ada barang tanggungan yang
dipegang oleh yang berpiutang”. (Q.S. Al Baqarah: 282-283)
ا أي ءامىا ل تخوا ٱنزيه ي سل ٱلل أوتم تعهمن ٱنش تكم ى ا أم تخو ٧٢
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu menghianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”
(Q.S. Al Anfal; 27).
9 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 698
22
ٱبتها مى لرا بهما ٱنيت ا ي ٱنىكاح حتى ىم سشذ ا يإن ءاوستم م نم ٱديع م أم لني
مه كان يقيش ا يهيستعفف مه كان غىي
بذاسا أن يكبشا ا ل تأكها لسشاي ا
م أ ٱنمعشف يهيأكم ب كفى ب يإرا ديعتم لني م ذا عهي نم يأش م ا ٱلل ٦حسيب
“Kemudian, apabila menyerahkan harta kepada mereka maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi
mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas akan segala yang
kamu lakukan”. (Q.S. An Nisa: 6).10
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan bagi hasil.11
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah pembiayaan
berasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan
pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.12
Pembiayaan yang terdapat pada bank syariah pada dasarnya sama
dengan istilah kredit pada bank konvensional, yang berarti penyaluran
dana perbankan. Disebut pembiayaan karena bank syariah
10
Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba
Empat, 2013), h. 118 11
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), ed. Revisi-14,
h. 113 12
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta, Kencana 2009),
h. 333
23
menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang
memerlukan dan layak memperolehnya.13
Agar sesuai dengan aturan norma islam, lima unsur keagamaan
yang ditekankan dalam prinsip pembiayaan islam yaitu:
a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba);
b. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah, zakat;
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan
hukum islam (haram);
d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi),
gharar (transaksi yang tidak jelas);
e. Penyediaan takaful (asuransi syariah).14
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembiayaan adalah
pemberian dana oleh shahibul maal (perusahaan pembiayaan) kepada
pihak yang dipercaya (nasabah) berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan yang mewajibkan pengembalian dana tersebut pada waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
2. Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah.
Oleh karena itu, pembiayaan yang dilakukan ban syariah adalah untuk
memenuhi kepentingan stakeholder, yakni:15
13
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006), h. 200. 14
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah Prinsip dan
Prospek, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h.
24
a. Pemilik
Dari sumber pendapatan, para pemilik mengharapkan akan
mendapatkan penghasilan atas dana yang ditanam pada bank
tersebut.
b. Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari
bank yang dikelolanya.
c. Masyarakat
1) Pemilik dana
Sebagaimana pemilik mereka mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
2) Debitur yang bersangkutan
Para debitur dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu
guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu
untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan
konsumtif).
3) Masyarakat umumnya konsumen
Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan
4) Pemerintah
Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan
15
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2016), Cet-1, h. 42
25
diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan
yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan).16
3. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan dalam
perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan
sebagai berikut:17
a. Pembiayaan dapat Meningkatkan Utility (Daya Guna) dari
Modal/Uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk
giro, deposito, ataupun tabungan. Uang tersebut dalam presentase
tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank. Para pengusaha
menikmati pembiayaan dari bank untuk memeperluas atau
memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi,
perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun
usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.
Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang
diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan
disalurkan untuk usaha yang bermanfaat, baik bermanfaat bagi
pengusaha maupun bermanfaat bagi masyarakat.18
16
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Cet-1, h. 43. 17
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 712. 18
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 712.
26
b. Pembiayaan Meningkatkan Utility (Daya Guna) Suatu Barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat
memperoduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut
meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra
dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/minyak goreng,
peningkatan utility padi menjadi beras, benang menjadi tekstil,
dan sebagainya. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat
memindahkan barang dari suatu tempat yang kurang digunakan
ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang yang
dipindahkan dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan
barang itu lebih terasa pada dasarnya meningkatkan utility dari
barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat
diatasi oleh keuangan distributor saja dan oleh karenanya mereka
memerlukan bantuan permodalan dari bank beupa pembiayaan.19
c. Pembiayaan Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening
koran, pengusaha mencipakan pertambahan peredaran uang giral
dan sejenisnya seperti cheque, giro bilyet, wesel, promes, dan
sebagainya melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun
giral akan lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan
suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan
bertambah baik secara kuantitatif.
19
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h.713.
27
d. Pembiayaan Menimbulkan Kegairahan Berusaha Masyarakat
Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan
ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya.
Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat
akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan
peningkatan kepmampuan. Karena itu, manusia selalu berusaha
dengan segala daya untuk memenuhi kekurangannya yang
berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan.
Karena itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan
dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna
peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang diterima
pengusaha dari bank inilah kemudian untuk memperbesar volume
usaha dan produktivitasnya.20
e. Pembiayaan Sebagai Alat Stabilitasi Ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-
langkah stabilitasi pada dana yang diarahkan pada usaha-usaha
antara lain untuk:
1) Pengendalian inflasi;
2) Peningkatan ekspor;
3) Rehabilitasi Sarana;
4) Pemenuhan Kebutuhan-kebutuhan;
20
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 713.
28
f. Pembiayaan Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan
Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja
berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha
berarti peningkatan profit. Bila keuantungan ini secara komulatif
dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan kedalam
struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-
menerus. Dengan earning (pendapatan) yang terus meningkat
berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak
pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan
kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi
Negara.21
g. Pembiayaan Sebagai Alat hubungan Ekonomi Internasional
Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi
persahabatan antar Negara banyak memberikan bantuan kepada
Negara-negara yang berkembang atau sedang membangun.
Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan
pembiayaan dengan syarat-syarat ringan, yaitu bagi hasil/bunga
yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang.
Melalui bantuan pembiayaan antar Negara yang istilahnya sering
kali didengar dengan G to G (Government to Government), maka
21
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h.714
29
hubungan antar Negara akan bertambah erat terutama yang
menyangkut hubungan perekonomian atau dagang. 22
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Sesuai dengan pengembangan produknya, bank islam memiliki
banyak jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan dikelompokan
menurut beberapa aspek, yaitu: 23
a. Pembiayaan menurut tujuan
Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek
yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja usahanya. Maksimal pembiayaan
modal kerja adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
sesuai dengan kebutuhannya.
2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk melakukan investasi atau pengadaan barang
konsumtif.24
b. Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
22
Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 715. 23
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003), h. 86. 24
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 686
30
Pembiayaan jangka pendek biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja.25
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
Pembiayaan jangka menengah biasanya digunakan untuk
investasi.26
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.27
c. Pembiayaan berdasarkan sifat penggunaannya:
1) Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan produksi yang dalam arti luas
yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,
perdagangan maupun investasi.
2) Pembiayan konsumsi adalah pembiayaan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. 28
5. Penggolongan Kualitas Pembiayaan
Kualitas pembiayaan digolongkan menjadi 5 (lima) golongan
yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan
macet. Dalam praktik perbankan kualitas pembiayaan untuk golongan
lancar disebut golongan I (satu), untuk golongan dalam perhatian
25
Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, h. 121 26
Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, h. 121 27
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, h. 686. 28
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, h. 160.
31
khusus disebut golongan II (dua), untuk golongan kurang lancar
disebut golongan III (tiga), untuk golongan diragukan disebut
golongan IV (empat) dan untuk golongan macet disebut golongan V
(lima).29
Bank Indonesia menggolongkan kualitas pembiayaan/kredit
menurut ketentuan sebagai berikut:30
a. Lancar
Lancar artinya kredit yang disalurkan tidak menimbulkan
masalah. Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu;
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral).
b. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus kredit yang diberikan sudah
mulai bermasalah sehingga perlu memperoleh perhatian. Kondisi
dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria berikut:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga yang belum melampaui 90 hari,
2) Kadang-kadang terjadi cerukan,
3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan,
29
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.
67. 30
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 130.
32
4) Mutasi rekening relatif aktif,
5) Didukung dengan pinjaman baru.31
c. Kurang Lancar (Substandard)
Dikatakan kurang lancar, artinya kredit yang diberikan
pembayarannya sudah mulai tersendat-sendat, namun nasabah
masih mampu membayar. Kondisi kurang lancar apabila
memenuhi krteria berikut:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga yang telah melampaui 90 hari,
2) Sering terjadi cerukan,
3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
lebih dari 90 hari,
4) Frekuensi mutasi rekening relative rendah,
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur,
6) Dokumen pinjaman yang lemah.32
d. Diragukan (Doubtful)
Dikatakan diragukan artinya kemampuan nasabah untuk
membayar makin tidak dapat dipastikan. Kondisi diragukan
apabila memenuhi kriteria berikut:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga yang telah melampaui 180 hari.
2) Terjadi cerukan yang berisifat permanen,
31
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 131 32
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 131.
33
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari,
4) Terjadi kapitalisasi bunga,
5) Dokumen hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
e. Macet (Loss)
Dikatakan macet artinya nasabah sudah tidak mampu lagi untuk
membayar pinjamannya, sehingga perlu diselamatkan. Kondisi
macet apabila memenuhi kriteria berikut:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga yang telah melampaui 270 hari,
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru,
3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai yang wajar.33
C. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Non Performing Financing (NPF) adalah tingkat rasio antara
jumlah pembiayaan yang tidak tertagih atau tergolong non lancar
dengan kualias non lancar diragukan dan macet. Jika Non Performing
Financing tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil
menurun dan jika Non Performing Financing turun maka profitabilitas
33
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.132.
34
naik dan tingkat bagi hasil naik. Adapun standar terbaik Non
Performing Financing adalah kurang dari 5%.34
Menurut Faturrahman Djamil pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar,
diragukan, dan macet.35
Dalam bank konvensional dikenal dengan
istilah NPL (Non Performing Loan). NPL (Non Performing Loan)
yaitu perbandingan antara dana yang disalurkan (ounstanding) dengan
dana yang macet. Makin tinggi nilai NPL maka makin jelas karena
menunjukkan performa kreditnya jelas yaitu pembiayaan/tingkat
pembayaran kembali para nasabah peminjam rendah.36
Sedangkan Veithzal Rivai memiliki beberapa pengertian
mengenai kredit bermasalah, yaitu:
a. Kredit yang didalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi
target yang diinginkan oleh pihak bank;
b. Kredit yang memiliki memungkinkan timbulnya risiko
dikemudian hari bagi bank dalam arti luas;
c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-
kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya
34
Nana Nofianti. dkk. Analisis Pengaruh Return (ROA), Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing to Deposits Ratio
(FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah, vol. 5, No. 1, April 2015 35
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.
66 36
Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah;
Teori dan Praktik, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 19
35
dan/atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-
ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan;
d. Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama
apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan
diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit,
sehinga belum mencapai/ memenuhi target yang diinginkan oleh
bank;
e. Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali
sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi
kerugian diperusahan nasabah sehingga memiliki kemungkinan
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas;
f. Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran
kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-
ongkos bank yang menjadi beban nasabah-nasabah yang
bersangkutan;
g. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan
macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.37
Menurut kamus Bank Indonesia Non Performing Loan (NPL)
atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan
37
Veithzal Rivai, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur dan
Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Banker, dan Nasabah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 476.
36
Macet. Termin NPL diperuntukan bagi bank umum sedangkan NPF
diperuntukan bagi bank syariah.38
Jadi pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang mengalami
kesulitan dan masalah dalam pelunasannya atau pembiayaan yang
diklasifikasikan dalam golongan pembiayaan kurang lancar,
diragukan dan macet.
2. Faktor Terjadinya Pembiayaan Bermasalah
Pemberian suatu fasilitas kredit mengandung suatu risiko
kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga
menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank.39
NPL tinggi
disebabkan karena tidak tepatnya cara pendistribusian dana kepada
para debiturnya, antara lain jumlah plafond kredit tidak sesuai dengan
kebutuhan peminjam sehingga ketika mendapatkan dana pinjaman
dipergunakan tidak sesuai dengan kebutuhan peminjaman. Ketika jatuh
tempo waktu pengembalian nasabah tidak mampu mengembalikan.40
Dalam praktinya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh dua
unsur sebagai berikut:
a. Dari pihak perbankan
Artinya dalam melakukan analisinya, pihak analisis kurang teliti,
sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi
38
www.bi.go.id diakses pada 02 Agustus 2017 39
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 148. 40
Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah;
Teori dan Praktik, h. 19.
37
sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan.
Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan
pihak debitur sehingga dalam analisinya dilakukan secara
subjektif dan akal-akalan.
b. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua
hal, yaitu:
a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja
untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada
bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat
dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar
walaupun sebenarnya nasabah mampu.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau
membayar, akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit
yang dibiyai mengalami musibah seperti kebakaran, hama,
kebanjiran, dan sebagainya, sehingga kemampuan untuk
membayar kredit tidak ada.41
3. Dampak Terjadinya Pembiayaan Bermasalah
Menurut As. Mahmoedin dapat disimpulkan bahwa kredit
bermasalah akan berdampak pada daya tahan perusahaan antara lain
likuiditas, rentabilitas, profitabilitas, bonafiditas, tingkat kesehatan
41
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 148.
38
bank dan modal kerja. Dampak-dampak tersebut dapat disimpukan
sebagai berikut :
a. Likuiditas
Likuiditas merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan
karena berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika utang atau
kewajiban meningkat, maka bank perlu mengusahakan
meningkatnya sisi aktiva lancar. Jika kredit yang jatuh tempo
atau mulai diwajibkan membayar angsuran, namun tidak mampu
mengangsur, karena kredit tidak lancar atau bermasalah, maka
bank teramcam tidak likuid.
b. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya atau kemampuan membayar suatu bank
apabila bank tersebut dilikuidasi. Adanya kredit bermasalah
dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Jika kerugian tersebut
besar, bank akan mengalami kerugian besar pula, sehingga bukan
tidak mungkin mengalami likuidasi.42
c. Rentabilitas
Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh
penghasilan berupa bunga kredit atau perbandingan antara laba
usaha dengan modal sendiri ditambah modal asing yang
42
A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2002), h. 111.
39
dipergunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan dalam
prosentase. Jika kredit lancar dan tidak ada masalah, maka bank
akan memperoleh penghasilan bunga dengan lancar pula.43
d. Profitabillitas
Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh
keuntungan. Hal ini terlihat pada perhitungan tingkat
produktifitasnya, yang akan dituangkan dalam rumus ROA
(Return On Assets). Jika kredit tidak lancar, maka
profitabilitasnya menjadi kecil.44
e. Bonafiditas
Bonafiditas adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat
kepada suatu bank. Hal ini bukanlah masalah yang mudah,
karena ini menyangkut citra. Adanya kredit bermasalah dapat
merusak citra bank.
f. Tingkat Kesehatan Bank
Bank yang dilanda kredit bermasalah bisa menurunkan tingkat
kesehatannya, dan pada gilirannya bank dapat dikenakan sanksi,
bahkan bisa menghadapi likuidasi.
43
A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, h. 111. 44
A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, h. 111.
40
g. Modal Bank
Besar kecilnya ekspansi usaha bank sangat ditentukan dengan
perkembangan kredit. Jika kredit tidak tumbuh dengan baik,
maka bank juga tidak dapat berkembang dengan baik.45
D. Strategi Menekan Tingkat Pembiayaan Bermasalah (Non Performing
Financing /NPF)
Strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing /NPF) adalah cara atau upaya yang dilakukan oleh suatu
perusahaan penyedia pembiayaan untuk meminimalisir resiko terjadinya
pembiayaan bermasalah menjadi sekecil mungkin, atau mengurangi
tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yang sudah ada dengan tetap
mempertahankan prinsip kehati-hatian.
1. Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa
yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit
tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapat keyakinan tentang nasabahnya, seperti
prosedur penilaian yang benar-benar dan sungguh-sungguh.46
Dalam hal ini Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998, mewajibkan pula Bank Umum Syariah untuk memiliki dan
45
A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, h. 111. 46
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 136
41
menerapkan pedoman pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.47
Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh
bank untuk mendapat nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,
dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P.
Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut:48
1) Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak
seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat
dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur
dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar
belakang pekerjaan maupun bersifat pribadi seperti: cara hidup
atau gaya yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa social.
Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang
“kemauan” nasabah untuk membayar.
2) Capacity
Capacity adalah analisi untuk mengetahui kemampuan nasabah
dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan
nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan
dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini
47
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Cet-1, h. 148 48
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 136
42
dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat
“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.49
3) Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat
dilihat dari laporan keuangan (naraca dan laporan rugi laba) yang
disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas
dan solvabilitasnya, rentabilitasnya dan ukuran lainnya. Analisis
capital juga harus menganilisis dari sumber mana saja modal yang
ada sekarang ini, termasuk presentase modal yang digunakan untuk
membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan
berapa modal pinjaman. 50
4) Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi,
social dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa
yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha
yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,
sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
5) Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi
jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga terjadi suatu masalah,
49
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 50
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137.
43
maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin.
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan
dengan analisis tujuh P kredit dengan unsur penilaian sebagai
berikut:51
1) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannnya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu.
Penilaian Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah
laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah
dan menyelesaikannya.
2) Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu
atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas
serta karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam
golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari
bank.
3) Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.
51
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 138.
44
Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumsi,
produktif dan lain-lain.52
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya. Ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiyai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya bank yang rugi, akan tetapi juga nasabah.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana
untuk mengembalikan fasilitas kredit. Semakin banyak sumber
penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika
salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha
lainnya.
6) Profitabilit
Untuk menganalisis bagaimana kemamapuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode,
apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi
dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
52
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 138
45
7) Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang
diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit
yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan
oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau
jaminan asuransi.53
2. Kelayakan Pemberian Pembiayaan
Proses pemberian pembiayaan bank islam kepada nasabah-
nasabahnya sangat memperhatikan aspek-aspek teknik administratif.
Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau sebagai dasar
pertimbangan pembiayaan adalah sebagai berikut:
1) Surat Permohonan Pembiayaan
Dalam surat permohonan berisi jenis pembiayaan yang diminta
nasabah, untuk berapa lama, berapa limit/plafon yang diminta,
serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana. Disamping
itu, surat pun dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain
identitas pemohon, legalitas (akta pendirian/perubahan, surat
keputusan Menteri, perizinan-perizinan), bukti kepemilikan agunan
(jika diperlukan).
53
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 139
46
2) Proses Evaluasi
Dalam penilaian suatu permohonan, bank islam tetap berpegang
pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya sehingga diharapkan
dapat diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat.54
3. Pengamanan Pembiayaan
Pembiayaan di bank islam tidak selamanya dapat berjalan lancar,
namun juga timbul pembiayaan yang bermasalah. Jika terdapat
pembiayaan yang bermasalah, maka perlu dilakukan upaya
pengamanan pembiayaan baik sebelum maupun sesudah realisasi
pembiayaan diberikan.
Pengamanan pembiayaan di bank islam dapat dilakukan dengan
langkah-langkah seagai berikut.
1) Sebelum realisasi pembiayaan
Dalam tahap ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank melakukan
penutupan asuransi dan/atau pengikatan agunan (jika diperlukan).
Setelah ini selesai baru pembiayaan dapat dicairkan.
2) Setelah realisasi pembiayaan
Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode
permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan dan
pemantauan pembiayaan. Dalam tahap awal pencairan. Dana
diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam
permohonan/persetujuan bank, dan jangan sampai “bocor” dalam
54
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan
Aplikasi, h. 773.
47
arti lari ke hal-hal diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank
melakukan pembinaan dan control atas aktivitas bisnis nasabah.55
4. Rambu-rambu Kesehatan Bank
Penetapan rambu-rambu kesehatan bank bertujuan agar bank
sebagai financial intermediary institution yang melakukan kegiatan
perkreditan, yang menggunakan dana masyarakat dan pihak ketiga
lainnya harus selalu dalam keadaan sehat. Sesuai dengan pasal 29 ayat
(2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan
penyempurna Undang-Undang No. 7 tahun 1992, bahwa bank wajib
memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan
wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian
(prudential principle).56
5. Analisis dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Penyelesaian kredit adalah upaya yang dilakukan bank untuk
menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek
setelah usaha pembinaan, penyelamatan, dan dengan jalan apapun
ternyata tidak mungkin dilakukan lagi, dengan tujuan untuk mencegah
risiko bank yang semakin besar serta mendapatkan pelunasan kembali
55
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan
Aplikasi, h. 779. 56
Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), Cet-III, h. 172
48
atas kredit tersebut dari nasabah dengan berbagai macam upaya yang
dapat ditempuh.57
Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang
tertunda atau ketidak mampuan peminjam untuk membayar kewajiban
yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank
syariah harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya.
Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah
dapat dilakukan dengan langkah-langka sebagai berikut.
1) Analisis penyebab kemacetan. Analisis sebab-sebab kemacetan
pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal
berikut:58
a) Aspek Internal
1. Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut
2. Manajemen kurang baik atau kurang rapi
3. Laporan keuangan tidak lengkap
4. Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan
5. Perencanaan yang kurang matang
6. Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha
tersebut
b) Aspek Eksternal
1. Aspek pasar kurang mendukung
2. Kemampuan daya beli masyarakat kurang
57
Veithzal Rivai, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur dan
Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Banker, dan Nasabah, h. 40. 58
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 327
49
3. Kebijakan pemerintah
4. Pengaruh lain diluar usaha
5. Kenakalan peminjam
2) Menggali potensi peminjam
Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi
kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau
membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau
angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam
agar usah ayang telah digunakan lebih efektif digunakan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan;
a) Adakah peminjam memiliki kecakapan yang lain?
b) Adakaha peminjam memiliki usaha yang lain?
c) Adakah penghasilan lain peminjam?
3) Melakukan perbaikan akad (remedial)
4) Memberiakan peminjaman ulang, mungkin dalam bentuk;
pembiayaan al-Qardul Hasan; Murabahah atau Mudharabah
5) Penundaan pembiayaan
6) Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang
waktu atau akad dan margin baru
7) Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.59
Secara umum proses penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat
dilakukan dengan cara antara lain:
59
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 328.
50
1. Rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran
pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.
2. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran angsuran,
jangka waktu dan margin.
3. Restructuring, yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan bahwa nasabah
membutuhkan tambahan dana tau usaha yang dibiayai masih layak.
4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari tiga jenis metode yang
digunakan diatas. Misalnya kombinasi antara restrukturisasi dengan
reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.
5. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir
apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau
sudah tidakk mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.60
6. Jaminan/Agunan Pembiayaan
a. Pengertian Jaminan
Pada penjelasan Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 23 UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menegaskan bahwa
“Penyaluran dan berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Syariah
dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan
Bank Syariah dan UUS”. Untuk itu “Bank Syariah dan/atau UUS
60
Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet-2, h. 131.
51
harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon
Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban
pada waktunya. Sebelum Bank Syariah dan/atau UUS menyalurkan
dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas. Dan untuk memperoleh
keyakinan tersebut. Bank Syariah dan/atau UUS wajib melakukan
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima
Fasilitas.61
Dalam hukum islam berkaitan dengan jaminan utang dikenal
dua istilah yaitu kafalah dan rahn. Menurut Bank Indonesia
kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful alaih) yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan
(kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang
yang menjadi hak penerima jaminan (makful). Sedangkan menurut
Bank Indonesia, Rahn adalah akad penyerahan barang/harta
(marhun) dari nasabah (rahin) kepada Bank (murtahin) sebagai
jaminan sebagian atau seluruh utang.62
b. Penyitaan Barang Jaminan
Penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syariah sangat
tergantung pada kebijakan manajemen. Ada yang melakukan
eksekusi, namun adapula yang tidak melakukan eksekusi jaminan
61
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.
42. 62
Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.
44-45.
52
pada nasabah yang mengalami kemacetan pembiayaan.
Kebanyakan bank syariah lebih memberlakukan upaya
rescheduling, reconditioning, dan pembiayaan ulang dalam bentuk
al-Qardhul hasan dan jaminan harus tetap ada sebagai persyaratan
jaminannya.63
Penyitaan barang jaminan diperbolehkan dalam islam
berdasarkan hadis nabi yang berbunyi sebagai berikut:64
بي صلى هللا عليه وسلم حجر عل ى معاذ ماله عن كعب بن مالك ان الن وباعه فى دين كان عليه )رواه الدار قطنى(
Artinya:
“Dari Ka’ab bin Malik bahwa sesungguhnya nabi SAW pernah
menyita harta Mu’az dan menjualnya untuk membayar hutangnya.”
(HR. Daruquthni)
Kalupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan,
maka penyitaan dilakukan kepada nasabah yang memang nakal dan
tidak mengembalikan pembiayaan. Namun penyitaan jaminan tetap
dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut
islam, atau strategi collection langsung, seperti:
a. Simpati : sopan, menghargai dan fokus ke tujuan penyitaan
b. Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakanuntuk
kepentingan nasabah, kebangkitan kesadaran nasabah untuk
mengembalikan utangnya.
63
Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankiratas Kredit Macet Nasabah,
(Bandung: PT Alumni. 2009), h. 68 64
A. Qadir Hasan, Terjemah Nailul Authar: Himpunan Hadits-Hadits Hukum,
(Jakarta: PT Bina Ilmu, 1993), jilid 4, h. 1803
53
c. Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan
sebelumnya tidak diperhatikan.
E. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah (NPF/Non Performing
Financing)
Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam yakni:
a. NPF (Gross): perbandingan antara pembiayaan yang memiliki kualitas
kurang lancar (kol 2), diragukan (kol 3), macet (kol 4) dibandingkan
dengan total pembiayaaan yang disalurkan.
Rumus :
NPF (Gross) = Pembiayaan kol 2-4 x 100%
Total Pembiayaan
b. NPF (Neto) : Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki Kualitas
Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), Macet (Kol 4) dikurangi
dengan PPAP khusus Kol 2-4 dibandingkan dengan total pembiayaan
yang disalurkan.
Rumus :
NPF (Neto) : (Perbandingan kol 2-4) – (PPAP kol 2-4) X 100 %
Total pembiayaan
54
Keterangan;
1) Pembiayaan yang diberikan merupakan pembiayaan yang
diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank
lain).65
2) Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi
PPAP).
Perhitungan pembiayaan bermasalah dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana perkembangan pembiayaan bermasalah yang terdapat pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam, yang kemudian
hasil tersebut juga akan mengetahui apakah strategi yang digunakan oleh
BPRS Al-Salaam efektif dalam menekan pembiayaan bermasalah selama
periode 2014-2016.
65
Katiyo, Analisa Kredit dan Risiko, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2004), h.
67.
55
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH (BPRS) AL SALAAM
A. Sejarah Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al
Salaam
PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al-
Salaam, didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai
oleh para alumni Intitut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid
Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama
menimba ilmu diperguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk
melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di
Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial
dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang
ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan
mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) dengan nama BPR Al Salaam.1
BPR Al Salaam didirikan dengan modal awal Rp 69.800.000,- dan
jumlah pemegang saham 40 orang, pada tahun 2003 modal tumbuh
menjadi Rp 1.280.000.000,- dan jumlah pemegang saham menjadi 103
1 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
56
orang, hingga tahun 2015 modal meningkat menjadi Rp 11.848.108.000,-
dengan 161 pemegang saham.2
Prinsip awal Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk
turut serta dalam membantu perekonomian masyarakat melalui pelayanan
lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan
memberikan pelayanan perbankan yang dijiwai ajaran islam dan dikelola
sesuai dengan prinsip ekonomi syariah yaitu kesetaraan, keterbukaan, serta
keadilan bagi hasil antara nasabah dan pihak bank. Berbeda dengan badan
usaha swasta pada umumya, BPR Al Salaam merupakan usaha yang
berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang tetap menjunjung
tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan
pelayanan “Retail Banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto
“Maju Dalam Kebersamaan”.
Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Februari 1992
berdasarkan akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah
dengan Akte No. 14 Tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris
di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat
Keputusan No. C-27937.ht.01.01.th.91 tanggal 19 Desember 1991 dan
didaftarkan pada kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No.
WB.DH.1.PR.01.1092 serta diumumkan dalam tambahan No. 657 dari
berita Negara RI No. 13 tanggal 14 Februari 1992 dan tambahan No. 5045
dari berita Negara RI No. 70 tanggal 1 September 2000.
2 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
57
Sesuai aspirasi dan idealisme para pemegang saham yang sejak awal
pendirian ingin menjadikan BPR Al-Salaam sebagai lembaga kuangan
bagi masyarakat dengan pelayanan perbankan yang berazaskan keislaman,
maka pada tanggal 3 Juli 2006 BPRS Al Salaam berubah dari BPR
konvensional menjadi BPR Syariah.3
B. Visi, Misi dan Tujuan
1. Visi
Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terbaik di Indonesia
2. Misi
Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang menghasilkan produk
jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral
dengan orientasi pembangunan usaha kecil dan menenngah menuju
kesejahteraan bagi stake holder.
3. Tujuan
a. Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan
kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal
dalam hal kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam
hal berinvestasi
b. Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh
karyawan
3 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
58
c. Memberikan hasil yang terbaik bagi stakeholder.4
C. Produk Pembiayaan BPRS Al Salaam5
1. Pembiayaan Kendaraan
a. Kredit Motor Syariah
Kredit motor syariah adalah produk penyaluran dana untuk kepemilikan
sepeda motor. Kriteria motor yang akan dibeli yaitu motor baru
dengan merk Honda, Suzuki, Yamaha, Kawasaki. Jangka waktu
angsuran yaitu 11 bulan, 17 bulan, 23 bulan, 29 bulan, 35 bulan.
Kriteria nasabah untuk produk kredit motor syariah yaitu:
1) Warga Negara Indonesia perorangan, atau
2) Badan Usaha
3) Memiliki sumber penghasilan untuk pengembalian
pembiayaan
b. Kredit Mobil Syariah
Kredit mobil syariah adalah produk penyaluran dana untuk
kepemilikan mobil, baik mobil baru maupun mobil bekas. Kriteria
mobil yang akan dibeli yaitu mobil baru atau mobil bekas dengan
usia mobil maksimal 10 tahun dari tahun pengajuan. Ketentuan
mobil tersebut dengan merk mobil Honda, Toyota, Suzuki,
Daihatsu, Mitsubishi, Isuzu, Datsun, atau mobil dengan merk dari
4 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
5 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
59
Eropa. Jangka waktu angsuran maksimal hingga 60 bulan (5 tahun).
Persyaratan yang harus dimiliki oleh nasbah yaitu:
1) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan
2) Slip Gaji atau Surat Keterangan Gaji atau laporan keuangan
usaha (jika wiraswasta).6
2. Pembiayaan Rumah dan Ruko
Pembiayaan rumah dan ruko adalah pembiayaan Syariah KPR iB
produk penyaluran dana untuk kepemilikan rumah tinggal dan ruko.
Kriteria nasabah yaitu Warga Negara Indonesia yang memiliki sumber
penghasilan untuk pengembalian pembiayaan, atau Badan usaha,
jangka waktu angsuran maksimal hingga 120 bulan (10 tahun).
Persyaratan yang harus dimiliki oleh nasabah pembiayaan rumah dan
ruko yaitu:
a. Memiliki sumber pengembalian pembiayaan
b. Slip Gaji atau Surat Keterangan Gaji atau laporan keuangan usaha
(jika wiraswasta)
c. Bersedia membayar uang muka sebesar 20% dari harga pasar
penilaian bank.
3. Pembiayaan Modal Kerja
a. Pembiayaan Syariah Modal Usaha (PSMU)
Produk penyaluran dana untuk kebutuhan modal kerja atau
investasi usaha dengan plafond maksimal Rp 1,5 milyar. Kriteria
6 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
60
nasabah yaitu Warga Negara Indonesia perorangan yang memiliki
usaha (pengusaha); Badan usaha dan Perseroan Terbatas. Jangka
Waktu Angsuran maksimal hingga 60 bulan (5 tahun).
Persyaratan nasabah PSMU yaitu:
a) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan
b) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank
c) Mempunyai jaminan berupa surat tanah (SHM/SHGB) atau
surat kendaraan (BPKB).7
4. Pembiayaan Umum
Produk penyaluran dana untuk kebutuhan multiguna dengan plafond
pembiayaan yang diberikan mulai dari Rp 15 juta. Sistem
pembiayaannya secara syariah dengan akad pembiayaan murabahah,
mudharabah, ijaroh. Penentuan Jenis akad pembiayaan disesuaikan
dengan tujuan penggunaan dana. Jangka waktu angsuran maksimal
hingga 60 bulan (5 tahun).
Kriteria nasabah yaitu Warga Negara Indonesia perorangan yang
memiliki usaha sendiri (pengusaha) ataupun karyawan, termasuk juga
nasabah BPRS Al Salaam yang masih mempunyai pembiayaan produk
lain di BPRS Al Salaam.
Persyaratan nasabah pembiayaan umum yaitu:
a. Memiliki sumber pengembalian pembiayaan
b. Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank
7 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
61
c. Mempunyai jaminan berupa surat tanah (SHM/SHGB) atau surat
kendaraan (BPKB)
5. Pembiayaan Mikro
a. Pembiayaan Sahabat Al Salaam iB (PSA iB)
Produk penyaluran dana untuk kebutuhan multiguna dengan
plafond yang diberikan minimal Rp 3 juta dan maksimal Rp 10 juta.
Jangka waktu angsuran maksimal hingga 24 bulan (2 tahun).
Persyaratan nasabah pembiayaan mikro yaitu:
a) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan.
b) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank.
c) Memiliki jaminan berupa surat kendaraan (BPKB).8
b. Pembiayaan Kelompok Tanggung Renteng (KTR)
Produk penyaluran dana berkelompok yang diberikan kepada ibu-
ibu yang ingin mengembangkan usaha mikronya dengan plafond
yang diberikan mulai dari Rp 1 juta dan maksimal Rp 5 juta.
Kriteria nasabah yaitu warga negara Indonesia wanita perorangan
yang sudah pernah menikah dan berkomitmen dalam kelompok
pembiayaan. Jangka waktu angsuran maksimal hingga 12 bulan (1
tahun). Persyaratan nasabah pembiayaan KTR yaitu:
a) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan
b) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank.9
8 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
9 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017
62
D. Struktur Organisasi BPRS Al-Salaam
63
E. Pembagian Kerja (Job Description)
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam BPRS Al-Salaam,
RUPS ini membahas dan menetapkan antara lain:
a. Anggaran Dasar
b. Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha
BPRS Al-Salaam.
c. Rencana kerja dan anggaran BPRS Al-Salaam.
d. Pengesahan laporan.
2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Secara umum tugas dan tanggung jawab dari DPS antara lain:
a. Mengawasi proses pengembangan produk baru bPRs al-Salaam.
b. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah nasional untuk produk
baru BPRS yang belum ada fatwanya.
c. Melakukan review secara berkala terhadap mekanisme
penyaluran dana serta pelayanan jasa BPRS Al-Salaam.
d. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari
satuan kerja BPRS dalam rangka pelaksanaan tugasnya.10
3. Dewan Komisaris
Pada BPRS Al-Salaam ketentuan Dewan Komisaris sebagai berikut:
a. Dewan Komisaris BPRS Al-Salaam dipilih dari RUPS.
10
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017.
64
b. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas perkembangan BPRS
Al-Salaam dalam: memberikan pengarahan, mengontrol
operasional BpRS Al-salaaam dan membantu Dewan Direksi
dalam memecah masalah yang dihadapi serta memberikan laporan
kepada RUPS.
4. Direktur Utama
a. Bertanggung jawab atas perkembangan BPRS al-Salaam,
memriksa BPRS Al-Salaam, memberi pengarahan, mengontrol
operasional BPRS Al-Salaam, membantu para staf memecahkan
masalah yang dihadapi serta memberikan laporan kepada dewan
komisaris.
b. Menyetujui arus kas sesuai dengan batas kewenangan yang
diberikan kepadanya.
5. Direktur Bisnis
a. Bertanggungjawab atas pencapaian target pembiayaan (Dropping)
b. Bertanggungjawab dalam penanganan pembiayaan bermasalah
c. Memantau secara terus menerus efektifitas dan kolektibitas
pembiayaan.11
6. Direktur Operasional
a. Pencapaian target funding
b. Memimpin, mengawasi dan bertanggungjawab atas terlaksananya
kelancaran kerja dibagian operasional.
11
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017.
65
7. Kepala Divisi Umum
a. Melakasanakan tugas pencatatan, pengadministrasian dan
mengawasi ketersediaan perlengkapan layanan.
b. Menyediakan segala yang berhubungan dengan ATK.
c. Bertanggungjawab dalam mengatur pembangunan dan renovasi
kantor.
d. Mengatur keuangan dikantor pusat
8. Kepala Divisi Motor
a. Menentukan target produk motor
b. Bertanggungjawab dalam mengadakan pameran atau promo-
promo
9. Kepala Bagian Collection
a. Melakukan penagihan kepada nasabah yang mengalami
pembiayaan bermasalah
b. Mengadakan pelatihan untuk CRO
c. Membantu cabang-cabang untuk penagihan pembiayaan
bermasalah.12
10. Kepala Bagian Remedial
a. Melakukan penanganan terhadap nasabah yang tidak
melaksanakan kewajibannya.
b. Melakukan penagihan langsung terhadap nasabah macet.
12
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017.
66
c. Melakukan sita jaminan bila nasabah macet tersebut tidka
membayar kewajiban pembiayaannya.
d. Menagih nasabah yang termasuk nabah pembiayaan bermasalah
kol 4 (macet).13
11. Kepala Bagian Accounting
a. Upload data ke kantor kas.
b. Memeriksa hasil auto debet.
c. Mendaftarkan premi asuransi.
d. Mengembalikan selisih lebih premi asuransi.
e. Download data dari kantor kas.
f. Mencetak kas utama.
g. Mencetak mutasi harian deposito dan tabungan.
h. Memriksa seluruh jurnal transaksi harian
i. Membuat laporan BI
j. Membuat laporan pajak
k. Membuat naraca pajak
l. Membuat naraca pubikais untuk BI
m. Tugas lain yang diberikan atasan atau Direksi.14
12. Kepala Bagian Legal
a. Meneliti dan menilai serta memberikan saran mengenai
kewenangan calon nasabah dalam pengajuan pembiayaan.
13
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017. 14
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017.
67
b. Melakukan analisa yuridis atas permohonan pembiayaan.
c. Menyiapkan berkas-berkas untuk akad pembiayaan dan
pengikatan jaminan.
13. Kepala Bagian Audit
a. Melaksanakan proses pemeriksaan/audit internal bagi seluruh
divisi cabang dan melaporkannya dalam bentuk laporan audit.
b. Melakukan audit kerja pegawai
c. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
d. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan
pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap
penyelewengan.15
14. Kepala Bagian Funding
a. Mengidenifikasi kebutuhan nasabah dan menawarkan kebutuhan
yang sesuai
b. Memperkenalkan, mempromosikan, memasarkan produk dan
memperluas jaringan atau relasi antar perbankan atau dengan
dunia diluar perbankan itu sendiri.
c. Bertanggung jawab pada pencapaian target bidang usaha Funding
(pendanaan).16
15
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017. 16
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017.
68
F. Jumlah Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Al-Salaam Periode 2014-2016.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Al-Salaam pada periode 2014-2016, dapat dilihat bahwa
pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Al-Salaam selalu meningkat setiap tahunnya (Tabel 3.1) namun besarnya
total pembiayaan tersebut juga diikuti dengan banyaknya jumlah nasabah
yang melakukan pembiayan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Al-Salaam yang mencapai 12. 371 nasabah di tahun 2016.17
Tabel 3.1
No Kolektibitas
31-Des-14 31-Des-15 31-Des-16
Ribuan Rp Ribuan Rp Ribuan Rp
1 Lancar 141.065.606.709 144.828.563.810 162.859.700.216
2 Kurang Lancar 993.398.792 724.865.626 1.542.064.833
3 Diragukan 1.285.795.064 764.220.077 759.907.209
4 Macet 4.387.134.253 5.100.379.575 5.603.461.280
Total Pembiayaan 147.731.934.818 151.418.029.088 170.765.133.538
Sumber: Laporan Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam Periode 2014-
2016
Dengan jumlah pembiayaan yang terus meningkat setiap tahunnya hal
ini juga harus mendapat perhatian yang serius oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam untuk tetap menjaga agar kondisi
pembiayaan yang telah disalurkan dalam keadaan baik, dengan
17
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 15 September 2017
69
meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah yang merupakan risiko
yang ada pada setiap pemberian pembiayaan.
70
BAB IV
ANALISIS STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN
BERMASALAH (NON PERFORMING FININCING/NPF) PADA BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM PERIODE
2014-2016
A. Prosedur Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-
Salaam
Kelangsungan usaha suatu bank tergantung dari kemampuan bank
dalam melakukan penanaman dana dengan mempertimbangkan prinsip
kehati-hatian dan prinsip syariah.1 Pada bank syariah penanaman dana
tersebut biasa disebut pembiayaan, pembiayaan yang dilakukan oleh setiap
bank syariah memiliki metode atau prosedur yang berbeda-beda sesuai
dengan SOP (Standar Operating Procedure) pengajuan permohonan
pembiayaan yang berlaku.
Secara umum prosedur pembiayaan BPRS Al Salaam dilakukan
dengan melalui tahapan sebagai berikut:2
1. Tahap Pengajuan Permohonan Pembiayaan
Dalam pengajuan permohonan pembiayaan dilakukan secara
tertulis kepada pihak BPRS Al-Salaam, pengajuan pembiayaan
nasabah yang hendak melakukan pembiayaan bisa menghubungi
1
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012), h. 82. 2
Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017.
71
kantor BPRS Al Salaam via telfon atau datang langsung ke kantor
BPRS Al Salaam. Calon nasabah kemudian akan dibantu oleh
Custumer Service untuk mengisi formulir pendaftaran atau formulir
pengajuan permohonan pembiayaan yang sudah disediakan pihak
bank. Nasabah yang mengajukan pembiayaan akan dilayani oleh
bagian marketing pembiayaan, kemudian bagian marketing
pembiayaan akan meminta nasabah untuk memberikan fotocopy
KTP terlebih dahulu untuk dilakukan pengecekan di BI Checking
dan diminta untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh
BPRS Al Salaam dalam hal pengajuan pembiayaan, persyaratan
tersebut terdiri dari:3
a) Fotocopy KTP pemohon
b) Fotocopy KTP suami istri (jika sudah menikah)
c) Fotocopy Kartu Keluarga
d) Fotocopy akta nikah/cerai
e) Fotocopy SHM (Surat Hak Milik) atau SHGB (Sertifikat Hak
Guna Bangunan)
f) Fotocopy STNK dan BPKB (jika jaminan berupa kendaraan)
g) Fotocopy slip gaji 3 bulan terakhir atau surat keterangan
penghasilan (asli)
h) Pembukuan usaha 3 bulan terakhir (untuk nasabah yang
mengajukan pembiayaan dibawah 150 juta)
3
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017.
72
i) Pembukuan usaha 6 bulan terakhir (untuk nasabah yang
mengajukan pembiayaan diatas 200 juta)
Setelah permohonan diterima baik lisan maupun tulian, pihak
bank mulai melakukan investigasi awal dengan mencari informasi
mengenai diri calon nasabah melalui BI Checking dan ke berbagai
sumber. Setelah melakukan pengecekan di BI ckecking dan jika
nasabah dirasa aman maka bagian marketing pembiayaan akan
melakukan survey dengan mengunjungi tempat usaha nasabah yang
bersangkutan. Apabila hasilnya positif maka akan dilanjutkan ke
tahap selanjutnya.
2. Tahap Analisis Pembiayaan
Pada tahap ini bagian marketing akan melakukan tahap
penyelidikan berkas, setelah berkas persyaratan yang diminta
sebelumnya telah dilengkapi oleh nasabah. Pada tahap ini bagian
marketing akan melakukan penilaian terhadap nasabah apakah layak
atau tidak nasabah tersebut mendapatkan pembiayaan. Penilaian
nasabah dilakukan dengan menggunakan analisis 5 C, analisis yang
dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:4
1) Character
Untuk mengetahui karater nasabah bisa dikehatahui dengan
mengecek BI checking yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
4
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017.
73
dengan melakukan BI Checking BPRS Al Salaam akan
mengetahui informasi pembiayaan yang pernah dilakukan oleh
nasabah, untuk memverifikasi data yang diterima dari nasabah
dengan data ynag diperoleh dari hasil BI Checking dan melihat
bagaimana track record nasabah, dan mengetahui bagaimana
kelancaran pembiayaan nasabah tersebut apakah masuk daftar
hitam atau tidak.
2) Capacity
Tahap analisis ini kemampuan bayar nasabah akan diketahui
dari dari slip gaji dan transfer gaji nasabah yang telah
disertakan dalam persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan pembiayaan, jika nasabah mengajukan
pembiayaan sejumlah dana yang terlalu tinggi dari
penghasilannya, maka pihak BPRS Al-Salaam dalam hal ini
adalah bagian marketing akan mempertimbangkannya dengan
menurunkan jumlah nominal pengajuan pembiayaan atau
menolak pengajuan pembiayaan tersebut.5
3) Colleteral
Dalam analisis ini perlu dijelaskan mengenai jaminan yang
diberikan oleh nasabah atas pembiayaan yang ada atau yang
akan didapat serta kelengkapan dokumen jaminan tersebut
untuk menghindari risiko dikemudian hari. Pada tahap
5
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
74
penilaian jaminan, bagian marketing akan meniliti objek
jaminan yang akan dijaminkan, objek jaminan harus memenuhi
kriteria jaminan sebagai berikut:6
a) Rumah
1) Kondisi rumah layak huni
2) HGB masih berlaku minimal 3 tahun
3) Ada jalan masuk untuk kendaran roda 4
b) Kendaraan
1) Mobil umur 5 tahun terakhir
2) Motor umur 3 tahun terakhir
3) Pabrikan Jepang
4) Condition
Pada tahap ini bagian marketing pembiayaan memastikan
bahwa usaha yang dilakukan nasabah marketable artinya trend
perkembangan usaha nasabah sampai saat ini dan prospek
perkembangannya dimasa yang akan datang apakah akan
bertahan atau tidak.
5) Capital
Mengetahui keadaan permodalan sumber dana dan bagaimana
penggunaannya, apakah modal cukup untuk menggerakkan
6
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017.
75
sumber daya secara efektif dan baik tidaknya pengaturan modal
kerja.7
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam dalam
melakukan analisis terhadap nasabah yang layak mendapatkan
pembiayaan adalah dengan melakukan analisis 5 C yaitu character,
capacity, collateral, condition dan capital. Namun dalam praktiknya
BPRS Al-Salaam lebih menekannya pada 3 aspek yaitu, character,
capacity, colleteral dan 2 aspek lainnya yaitu condition dan capital
merupakan aspek pendukung.
3. Tahap Pemberian Persetujuan Pembiayaan
Setelah persyaratan lengkap dan bagian marketing telah melakukan
analisa terhadap persyaratan yang diberikan oleh nasabah dan
ditemukan kesimpulan yang positif maka bagian marketing membuat
memorandum pembiayaan untuk kemudian diajukan ke komite,
kemudian di komite akan diputuskan apakah nasabah tersebut
disetujui atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan. Berdasarkan
memorandum pembiayaan tersebut bagian administrasi pembiayaan
memberikan kepada nasabah hasil keputusan komite pembiayaan
dalam bentuk surat (Offering Letter) bila dianggap perlu.8
7
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017 8
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017.
76
4. Tahap Akad Pembiayaan
Setiap pembiayaan yang telah disetujui dan disepakati, pemohon
pembiayaan tersebut wajib dituangkan dalam perjanjian pembiayaan
(akad pembiayaan) secara terulis. Sebelum pencairan dilakukan
admin pembiayaan harus memeriksa kembali kelengkapan dan
keabsahan pembiayaan yag akan dijanjikan, setelah dirasa yakin
bagian marketing menyiapkan pengikatan pembiayaan dan jaminan
antara bank dengan nasabah dihadapan notaris.
5. Tahap Pencairan
Setelah putusan persetujuan pembiayaan diberikan dan nasabah telah
melakukan akad pembiayaan maka pembiayaan dapat dicairkan.
Jangka waktu pencairan adalah 3 hari setelah dilakukan akad. 9
9
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017.
77
Bagan 4.1
Proses Pemberian Pembiayaan
Layak diteruskan Tidak
Data Kurang Layak diteruskan Tidak
Data Kurang Disetujui Tidak
Data Kurang Ada masalah hukum Tidak dapat diselesaikan
(membahayakan bank)
Sumber: Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection Bapak andry Dwi Prasetiawan 23
Agustus 2017.
PERMOHONAN PEMBIAYAAN
PENGUMPULAN DATA USAHA
DAN PENINJAUAN JAMINAN
ANALISIS PEMBIAYAAN
ADMINISTRASI PINJAMAN
TO
LA
K P
ER
MO
HO
NA
N P
EM
BIA
YA
AN
PENGIKATAN PEMBIAYAAN DAN
JAMINAN
PENCAIRAN DANA
PENYUSUNAN PROPOSAL
PEMBIAYAAN
PENGUMPULAN DATA
PELENGKAP
78
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pembiayaan
Bermasalah (Non Performing Financinf/NPF) pada BPRS Al Salaam
Kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya dapat dilihat dari
riwayat dan pengalaman nasabah. Faktor usia, bahkan keluarga sering
sekali menjadi faktor yang sangat penting untuk diketahui, terlebih untuk
usaha mikro dan kecil.10
Pembiayaan bermasalah disebabkan nasabah
tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank karena faktor-faktor
intern nasabah, faktor-faktor intern bank, dan atau karena faktor-faktor
ekstern bank dan nasabah.11
Begitupun halnya dengan BPRS Al-Salaam,
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pembiayaan bermasalah pada
BPRS Al-Salaam antara lain:12
1. Faktor Internal
Penyebab terjadinya atau adanya pembiayaan bermasalah pada BPRS
Al Salaam adalah adanya pelanggaran yang dilakukan oleh staff bagian
marketing yang menangani pengajuan pembiayaan oleh calon nasabah
pembiayaan (pada waktu itu). Pelanggaran tersebut berupa adanya
kerjasama antara bagian marketing pembiayaan dan nasabah yang
melakukan pengajuan pembiayaan dengan memalsukan atau
memanipulasi data persyaratan yang diajukan untuk mendapatkan
pembiayaan.
2. Faktor Eksternal
10
Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, h. 122 11
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 92 12
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
79
a) Nasabah kehilangan pekerjaan (PHK) sehingga tidak mampu
membayar angsuran.
b) Nasabah sakit atau keluarga nasabah sakit, sehingga uang yang
harusnya dipakai untuk membayar angsuran digunakan untuk
berobat
c) Ada masalah keluarga, tidak membayar angsuran karena nasabah
lebih fokus menyelesaikan masalah keluarganya.
d) Adanyanya I’tikad kurang baik dari nasabah, nasabah dengan
sengaja tidak membayar angsuran padahal nasabah mampu untuk
membayarnya.13
Berdasarkan faktor-faktor yang telah dipaparkan diatas, sebagian besar
faktor yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financig/NPF) pada BPRS Al-Salaam adalah faktor intern yaitu
faktor yang terjadi pada nasabah pembiayaan tersebut baik faktor intern
tersebut timbul karena adanya unsur kesengajaan ataupun karena unsur tidak
sengaja dari nasabah.
C. Strategi Menekan Tingkat Pembiayaan Bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) pada BPRS Al Salaam
Pembiayaan bermasalah merupakan masalah utama yang harus
dihadapi oleh lembaga keuangan yang menjadikan pemberian
kredit/pembiayaan sebagai produk utamanya. Untuk mengantisipasi
13
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
80
terjadinya pertumbuhan pembiayaan bermasalah, maka BPRS Al-Salaam
melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya pembiayaan
bermasalah, adapun upaya tersebut antara lain;14
1. Berhati-hati dalam memberikan pembiayaan dan teliti dalam
menganalisis pembiayaan
a) Mengikuti prosedur pembiayaan dengan benar sesuai dengan
SOP (Standar Operating Procedure) pembiayaan yang telah
ditentukan oleh BPRS Al-Salaam
b) Menghindari sikap objektif kepada calon nasabah pembiayaan
dalam memberikan fasilitas pembiayaan.
c) Teliti dalam melengkapi dokumentasi sebelum pembiayaan
direalisasikan.
d) Harus diadakan survey terhadap nasabah dan usaha nasabah, hal
ini dilakukan untuk meyakinkan pihak bank bahwa calon
nasabah layak untuk diberikan fasilitas kredit.
e) Jumlah angsuran yang diberikan pada nasabah disesuaikan
dengan kesanggpan nasabah dalam melunasi angsurannya, hal ini
dilakukan agar nasabah tidak terbebani dalam melaksanakan
kewajibannya sehingga ngsuran dapat dibayarkan tepat waktu.
f) Adanya jaminan pembiayaan, jaminan digunakan sebagai ikatan
antara BPRS Al-Salaam dengan nasabah.
14
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 8 September 2017.
81
2. Pendekatan kepada nasabah (Approaching)
Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan, pendekatan
yang dilakukan pihak bank dapat dilakukan dengan mendatangi
nasabah pembiayaan yang mengalami penunggakan, hal ini dilakukan
untuk mengetahui permasalahan apa yang dialami nasabah sehingga
terlambat membayar angsurannya. Permasalah yang dialami
dibicarakan dan disdiskusikan oleh nasabah dengan pihak bank untuk
kemudian dicari alternatif penyelesaiannya.15
3. Melakukan pengawasan terus-menerus
Pemberian pembiayaan memerlukan pengawasan secara ketat
dan terus-menerus. Tujuan utama pengawasan pembiayaan adalah
untuk mencegah sedini mungkin timbulnya pembiayaan yang tidak
sehat, menurunnya kualitas pembiayaan yan diberikan dan hal-hal lain
yang dapat merugikan bank. Pengawasan terhadap pembiayaan harus
waspada dengan selalu memonitor setiap perkembangan yang tidak
menguntungkan, pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut;16
a) Pengawasan terhadap setiap pemberian pembiayaan yang akan
diberikan, apakah sesuai dengan ketentuan pemberian pembiayaan
yang berlaku.
b) Memantau pelaksanaan dokumentasi dan administrasi pembiayaan
yang telah diberikan.
15
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017 16
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
82
c) Pemantauan terhadap perkembangan kualitas pembiayaan yang
telah diberikan temasuk perkembangan kegiatan usaha nasabah.
d) Untuk mendapatkan pembiayaan yang baik maka setiap
perkembangan dari nasabah harus dimonitor secara terus-menerus
dan jika menunjukkan gejala yang kurang sehat maka nasabah
tersebut harus segera diklarifikasi dan diambil langkah-langkah
penangannya.
e) Pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap nasabah pembiayaan
namun juga berlaku terhadap semua pejabat pembiayaan yang
terlibat dalam proses pembiayaan.
a) Pengawsan terhadap semua jenis pembiayan, termasuk pembiayaan
kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan nasabah-
nasabah besar yang harus dilakukan secara intensif.
Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah istilah teknis yang biasa
dipergunakan dikalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah
yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.
Penyelamatan pembiayaan bermasalah juga bagian yang tidak dapat
dihindari dalam proses pembiayaan yang ada di BPRS Al-Salaam, dimana
pembiayaan merupakan produk utama dari BPRS Al-Salaam. Upaya yang
dilakukan dalam menangani pembiayaan bermasalah di BPRS Al-Salaam
yaitu:17
17
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23Agustus 2017.
83
Tabel 4.1
Proses Penanganan Pembiayaan Bermasalah
No Kategori Proses Penanganan
1 Lancar Broadcast dan Discollaction
2 Dalam Perhatian Khusus Broadcast dan Discollaction
3 Kurang Lancar
Kunjungan, Surat Peringatan
(SP ), revitalisasi pembiayaan
(structuring, rescheduling,
reconditioning)
4 Diragukan
Kunjungan, Surat Peringatan
(SP), revitalisasi pembiayaan
(structuring, rescheduling,
reconditioning)
5 Macet
Surat Peringatan (SP),
revitalisasi pembiayaan
(structuring, rescheduling,
reconditioning), surat penarikan
jaminan
BPRS Al-Salaam dalam mengatasi pembiayaan yang bermasalah
mengantisipasinya dengan melihat gejala dini terjadinya pembiayaan
bermasalah tersebut, penanganan pembiayaan bermasalah tersebut
dilakukan secara bertahap, yaitu:
a) Collection
Yaitu penagihan secara intensif, dalam hal ini BPRS Al-Salaam
melakuannya dengan dua cara sebagai berikut:
Pertama, dengan cara Broadcast dan Discollaction yaitu dengan
mengirimkan SMS dan menelfon nasabah untuk mengingatan nasabah
untuk membayar angsurannya.
84
Kedua, penagihan secara persuasive yaitu dengan mengirimkan surat
peringatan kepada nasabah pembiayaan atas keterlambatan
pembayaran angsurannya.
Ketiga, penagihan secara intensif hal ini dilakukan apbila setelah
berulang kali diberikan surat teguran (somasi) tapi nasabah tetap tidak
memenuhi kewajibannya, maka secara intensif nasabah tersebut harus
dikunjungi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam seminggu.18
b) Revitalisasi pembiayaan
Revitalisasi pembiayaan dilakukan dengan melakukan restructuring,
rescheduling, reconditioning.
1) Restructuring (penataan kembali), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan. Pada BPRS Al-Salaam restructuring dilakukan
kepada nasabah dengan waktu peminjaman yang hanya sebentar.
Contoh; nasabah pembiayaan proyek, keterlambatan pembayaran
angsuran dikarenakan lambatnya uang yang turun dari atas
sehingga nasabah meminta tambahan waktu untuk melunasi
angsurannya kepada BPRS Al-Salaam
2) Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan yang hanya hanya menyangkut jadwal pembayaran
dan atau jangka waktunya.
3) Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu perubahan sebagian
atau seluruh persyaratan pembiayaan yang tidak terbatas pada
18
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
85
perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan
lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo
pembiayaan. Revitalisasi pembiayaan dengan cara disebutkan
diatas hanya dapat dilakukan apabila pada naabah tersebut
memnuhi persyaratan sebagai berikut:
- Nasabah masih kooperatif (mempunyai itikad baik untuk
melunasi seluruh kewajibannya);
- Usaha nasabah masih berjalan dan masih mempunyai prospek
yang baik;19
c) Eksekusi Jaminan
Penyitaan barang jaminan oleh BPRS Al-Salaam tidak dilakukan
secara langsung ketika kualitas pembiayaan nasabah dikategorikan
dalam pembiayaan macet, namun terlebih dahulu melewati beberapa
tahap; pertama, setelah dikeluarkannya surat peringatan (somasi) yang
ke-3 atau SP 3 kepada nasabah pembiayaan dengan kategori macet.
Kedua, bank akan mewarkan kepada nasabah untuk melakukan
revitalisasi pembiayaan (restructuring, rescheduling, reconditionin).
Jika kedua tahapan tersebut telah dilakukan dan nasabah tetap tidak
membayar angsurannya maka penyitaan jaminan akan dilakukan.
Eksekusi jaminan pada BPRS Al-Salaam dilakukan dengan lelang,
lelang tersebut ada dua yaitau:
19
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
86
1) Lelang Internal, yaitu jika jaminan yang dilelang adalah kendaran.
Maka lelang akan dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS Al-Salaam), hal ini dilakukan karena proses
penjualannya mudah dan meminimalisir biaya yang harus
dikeluarkan jika menggunakan badan lelang.
2) Lelang eksternal, jika jaminan yang di lelang adalah berupa SHM
maka lelang jaminan akan dilakukan di balai lelang. Pelelangan
dapat dilakukan dengan syarat bank telah mengeluarkan somasi
atau Surat Perigatan (SP 3) sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati oleh bank dan nasabah pada saat akad pembiayaan, dan
persyaratan internal seperti proses pengikatannya, sertifikat dan
lain-lain.
d) Penghapusan Pembiayaan
Hal ini dilakukan jika sama sekali tidak terdapat sumber pembayaran
kembali pembiayaan, baik dari hasil usaha maupun penjuaan asset
milik nasabah. Pemilihan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah
sangat tergantung dari permasalahan dan kondisi nasabah, serta
kelengkapan dokumentasi pembiayaan.20
20
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetyawan, 23 Agustus 2017
87
D. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah (Non Performing
Financing/NPF)
Analisis pembiayaan sangat penting bagi BPRS Al-Salaam, karena
hasil analisis pembiayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat
pengembalian pembiayaan dan memperkecil timbulnya pembiayaan
bermasalah. Berikut ini merupakan tabel perbandingan kolektibitas
pembiayaan pada tahun 2014, 2015 dan 2016 pada BPRS Al-Salaam:21
Tabel 4.2
Perbandingan kolektibitas pembiayaan BPRS Al-Salaam
No Kolektibitas
31-Des-14 31-Des-15 31-Des-16
Ribuan Rp % Ribuan Rp % Ribuan Rp %
1 Lancar 141.065.606.709 95,4 144.828.563.810 95,6 162.859.700.216 95,3
2 Non Lancar 6.666.328.109 4.51 6.589.465.278 4.35 7.905.433.320 4.62
a) Kurang Lancar 993.398.792 0,67 724.865.626 0,47 1.542.064.833 0,90
b) Diragukan 1.285.795.064 0.87 764.220.077 0,50 759.907.209 0,44
c) Macet 4.387.134.253 2,96 5.100.379.575 3,36 5.603.461.280 3,28
3 Total
Pembiayaan 147.731.934.818 100 151.418.029.088 100 170.765.133.538 100
Sumber: Laporan keuangan 2014-2016 BPRS Al-Salaam
Untuk menghitung rasio Non Performing Financing (NPF) adalah sebagai
berikut:22
NPF = Pembiayaan kol 2 + kol 3 + kol 4 x 100%
Total pembiayaan
21
Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi
Prasetiawan, 5 September 2017. 22
Thomas Suyanto, Dasar-dasar Perkreditan (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 11
88
Berdasarkan laporan keuangan BPRS Al-Salaam per 31 Desember 2016
tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) berada pada
4.51%. Dengan jumlah out standing pembiayaan kol 2 ditambah pembiayaan kol
3 ditambah pembiayaan kol 4 dibandingkan dengan potofolio pembiayaan tahun
2014. Dengan perhitungan sebagai berikut:
NPF 2014 = Rp 993.398.792 + 1.285.795.064 + 4.387.134.253 x 100% = 4,51 %
Rp 147.731.934.818
Pada tahun 2015 pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)
berada pada tingkat 4.35 %. Tingkat pembiayaan bermasalah pada tahun 2015
pada BPRS Al-Salaam mengalami penurunan sebesar 0.16%. Dengan perhitungan
sebagai berikut:
NPF 2015 = Rp 724.865.626 + 764.220.077 + 5.100.379.575 x 100% = 4,35%
Rp 151.418.029.088
Sedangkan pada tahun 2016 tingkat pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing/NPF) berada pada 4.62%. Jumlah tingkat pembiayaan
bermasalah per 31 Desember 2015 ini mengalami kenaikan jumlah pembiayaan
non lancar namun jumlahnya hanya sedikit. Dengan perhitungan sebagai berikut:
NPF 2016 = Rp1.542.064.833 + 759.907.209+ 5.603.461.280 x 100% = 4,62%
Rp 170.765.133.538
Dari data perbandingan diatas dapat diketahui bahwa pembiayaan
bermasalah pada BPRS Al-Salaam di tahun 2014, 2015, dan 2016 terdapat
beberapa pembiayaan yang kurang lancar. Namun meskipun demikian BPRS Al-
Salaam terus berupaya menetapkan strategi penurunan tingkat pembiayaan
89
bermasalah setiap tahunnya dengan melakukan perbaikan-perbaikan dan inovasi
dalam pencegahan dan penanganan pembiayaan bermasalah sehingga diharapkan
dapat mengurahi tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF).
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di BPRS Al-Salaam mengenai strategi
dalam menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF) pada BPRS Al Salaam adalah sebagai berikut:
1. Terdapat lima tahap prosedur pembiayaan pada BPRS Al-Salaam.
Pertama, tahap pengajuan permohonan pembiayaan, pada tahap ini
nasabah mengisi formulir pengajuan permohonan pembiayaan yang
sudah disediakan pihak bank. Kedua, tahap analisis pembiayaan,
pada tahap ini bagian marketing akan melakukan penilaian
terhadap nasabah apakah layak atau tidak nasabah tersebut
mendapatkan pembiayaan. Penilaian nasabah dilakukan dengan
menggunakan analisis 5 C. Ketiga, tahap pemberian persetujuan
pembiayaan yaitu pemberian putusan mengenai persetujuan
pembiayaan. Keempat, tahap akad pembiayaan, setelah pengajuan
pembiayaan disepakati kemudian permohonan pembiayaan wajib
dituangkan dalam perjanjian pembiayaan (akad pembiayaan) dan
kelima, tahap pencairan setelah akad pembiayaan maka
pembiayaan sudah dapat dicairkan.
2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah pada BPRS Al-Salaam adalah adanya faktor internal
91
dan faktor eksternal. Faktor internal; Terjadinya kesalahan yang
dilakukan oleh marketing pembiayaan yaitu bekerjasama antara
bagian marketing pembiayaan dan nasabah yang melakukan
pengajuan pembiayaan dengan memalsukan atau memanipulasi
data persyaratan yang diajukan untuk mendapatkan pembiayaan.
Faktor eksternal; Nasabah kehilangan pekerjaan (PHK) sehingga
tidak mampu membayar angsuran, nasabah sakit atau keluarga
nasabah sakit, ada masalah keluarga, tidak membayar angsuran
karena nasabah lebih fokus menyelesaikan masalah keluarganya,
adanyanya I’tikad kurang baik dari nasabah.
3. Upaya yang dilakukan BPRS Al-Salaam dalam menekan
pembiayaan bermasalah adalah dengan cara: 1) Berhati-hati dalam
memberikan pembiayaan dan teliti dalam menganalisis pembiayaan;
2) Pendekatan kepada nasabah (Approaching); 3) Melakukan
pengawasan terus-menerus. Selain itu ada juga beberapa cara yang
dilakukan oleh BPRS Al-Salaam dalam menyelesaikan pembiayaan
bemasalah dilakukan secara bertahap, yaitu dengan cara: 1)
Collection; 2) Revitalisasi pembiayaan (restructuring, rescheduling,
reconditioning); 3) Eksekusi Jaminan dan 4) Penghapusan
Pembiayaan.
4. Setelah penelitian yang dilakukan, strategi yang diterapkan oleh
BPRS Al-Salaam dalam menekan pembiayaan bermasalah masih
belum efektif karena berdasarkan laporan keuangan BPRS Al-
92
Salaam yaitu dari tahun 2014 tingkat NPF nya sebesar 4.51%, dan
mengalami penurunan sebesar 0,16% pada 2015 sebesar 4.35 %,
namun ditahun berikutnya NPF pada tahun 2016 mengalami
kenaikan kembali menjadi 4.62%. Meskipun tingkat NPF di BPRS
Al-Salaam tidak melampaui batas ketentuan NPF yang ditetapkan
yaitu sebesar 5%. Namun penekanan tingkat Non Performing
financing/NPF harusnya dapat lebih dioptimalkan, yaitu dengan
meningkatkan upaya-upaya dalam mengatasi pembiayaan
bermasalah yang ada.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian dan analisis serta ditarik kesimpulan,
maka penulismemberikan saran untuk dijadikan bahan pertimbangandan
masukan kepada BPRS Al-Salaam yaitu sebagai berikut:
1. Alangkah baiknya jika BPRS Al-Salaam dapat mengaplikasikan
semua aspek analisis 5 C bukan hanya aspek karakter, kapasitas
usaha dan jaminan saja yang diuamakan agar lebih mampu
meminimalisir dan menghindari risiki terjadinya pembiayaan
bermasalah.
2. BPRS Al-Salaam harus bisa meningkatkan upaya dalam
meminimalisir atau mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah,
3. Dapat melaksanakan strategi penekanan pembiayaan bermasalah
yang sudah ada dengan baik, dan lebih serius lagi.
93
4. Melakukan sistem monitoring yang komprehensif yang
dilaksanakan secara disiplin dan konsisten sehingga dapat
memantau secara dini perkembangan dan gejala-gejala nasabah
yang kurang baik.
94
DAFTAR PUSTAKA
Al-Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Dipenogoro, 2005).
Antonio, M. Syafi’i, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,
2001).
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitia: Suatu Pedekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010).
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: K Kencana
Prenamedia Group, 2013).
Danupranata, Gita, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba
Empat, 2013).
David, Fred R, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002).
Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
Hadiyati, Puji, e- Jurnal Manajemen dan Bisnis, Pengaruh Non Performing financing
Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia. Vol
1, No. 1, Oktober 2013, 5
Hasan, A. Qadir, Terjemah Nailul Authar: Himpunan Hadits-Hadits Hukum, (Jakarta:
PT Bina Ilmu, 1993), jilid 4.
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003)
Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), ed.revisi 14.
Katiyo, Analisa Kredit dan Risiko, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2004).
Lewis, Mervyn K, dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek,
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001).
Mabun, B.N., Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2003), Cet-1.
95
Mahmoedin, A.S., Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2002).
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001).
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2016), Cet-1.
Nofianti, Nana. dkk. Analisis Pengaruh Return (ROA), Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing to Deposits Ratio
(FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah, vol. 5, No. 1, April 2015
Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2011).
Pearce and Robinson, Manajemen Strategik, Jilid 1. Penerjemah Agus Maulana
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997).
Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1999).
Rivai, Veithzal, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara. 2010).
_____________, Credit Management Handbook: Teori, konsep, prosedur dan
aplikasi panduan praktis mahasiswa, banker,dan nasabah, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006).
Riyanto Al Arif, Nur dan Ruke Rahmawati, MA, Manajemen Risiko Perbankan
Syariah, (Jakarta: UIN PRESS UI Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (Bandung: Refika Aditama, 2014).
Sihombing, Jonker, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah,
(Bandung: PT Alumni. 2009).
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:Kencana 2009).
Solihin, Ismail, Manajemen Strategi, (Jakarta: Erlangga, 2012).
96
Staurus, Anslem dan Juliet corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Penyadur :
Djunaidi Ghony, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2007).
Subagyo, Ahmad, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah; Teori
dan Praktik, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015).
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonesia, 2008).
Suyanto, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan (Jakarta: Gramedia, 1989).
Syahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), Cet-III.
Usman, Abdul Halim, Manajemen Strategis Syariah, (Jakarat: Zikrul Hakim, 2015),
Cet-1.
Usman, Rachmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), Cet-1
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012).
Yusanto, Muhammad Ismail, dan Widjajakusuma, Muhammad Karebet, Manajemen
Strategi Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003).
www.repository.uinjkt.co.id
www.bi.go.id
www.bprsalsalaam.co.id
Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Penelitian Skripsi
Lampiran 4 : Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 5 : Akta Perjanjian Pembiayaan Murabahah
Lampiran 6 : Surat Kuasa Membebankan Jaminan Secara Fiducia
Lampiran 7 : Contoh Surat Peringatan (somasi)
Lampiran 8 : Contoh Surat Perintah Penarikan
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Andry Dwi Prasetiawan
Umur : 33 Tahun
Jabatan : Kepala Bagian Collection
Hari/Tanggal : Kamis,
Waktu : 10:00 – 12:00
Tempa : Kantor BPRS Al-Salaam Jl. Cinere Raya Blok A No. 4,
Kota Depok, Jawa Barat 16514.
1. Apa saja persyaratan dalam pengajuan pembiayaan?
Jawab:
a. Fotocopy KTP pemohon
b. Fotocopy KTP suami istri (jika sudah menikah)
c. Fotocopy Kartu Keluarga
d. Fotocopy akta nikah/cerai
e. Fotocopy SHM (Surat Hak Milik) atau SHGB (Sertifikat Hak Guna
Bangunan)
f. Fotocopy STNK dan BPKB (jika jaminan berupa kendaraan)
g. Fotocopy slip gaji 3 bulan terakhir atau surat keterangan penghasilan (asli)
h. Pembukuan usaha 3 bulan terakhir (untuk nasabah yang mengajukan
pembiayaan dibawah 150 juta)
i. Pembukuan usaha 6 bulan terakhir (untuk nasabah yang mengajukan
pembiayaan diatas 200 juta)
2. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan?
Jawab;
Nasabah bisa telfon atau langsung datang ke kantor BPRS Al-Salaam, jika
sudah ada kontak dengan marketing, marketing akan meminta nasabah untuk
menyiapkan persyaratan namun biasanya marketing terlebih dahulu meminta
fotocopy KTP nasabah untuk dilakukan BI Checking. Jadi ketika nanti
marketing melakukan survey jadi tidak sia-sia, karna jika dari BI Checkingnya
sudah jelek jadi tidak usah dilakukan survey. Jika dirasa oke BI Checking
juga oke maka nasabah diminta untuk mengisi permohonan pembiayaan.
Setelah marketing melakukan survey, apabila setelah pesyaratan lengkap
marketing akan membuat memorandum pembiayaan untuk diajukan ke
Komite pembiayaan untuk kemudian dibuat keputusan apakah disetujui atau
tidak. Jika disetujui marketing menyampaikan kepada nasabah. Untuk
pembiayaan dengan jaminan SHM nasabah harus datang ke kantor BPRS Al-
Salaam untuk melakukan akad karena harus ada notaris.
3. Apa penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah?
Jawab:
Faktor penyebab pembiayaan bermasalah berasal dari internal dan eksternal.
Kalau dari internal atau dari nasabah yaitu: 1) Biasanya nasabah kehilangan
lapangan pekerjaan atau di PHK. 2) Nasabah sedang sakit. 3) Nasabah cerai 4)
Usaha nasabah bangkrut, jadi nasabah tidak bayar.
Sedangkan dari internal; biasanya dari marketing yang bohong dengan
melakukan pemalsuan data, ada yang seperti itu namun tidak banyak.
4. Bagaimana analisis yang dilakukan untuk mengetahui nasabah yang layak
untuk mendapatkan pembiayaan?
Analisis menggunakan analisis 5 C, namun lebih ditekankan kepada tiga hal
berikut:
1) Karakter; karakter nasabah bisa dilihat dari BI Checking.
2) Dari segi jaminan;
Kriteria jaminan seperti rumah dengan kualifikasi sebagai berikut; 1)
Kondisi rumah layak huni, 2) HGB masih berlaku minimal 3 tahun. 3)
Ada jalan masuk untuk kendaran roda 4. Sedangkan dengan jaminan
Kendaraan dengan kriteria sebagai berikut; 1) Mobil umur 5 tahun terakhir,
2) Motor umur 3 tahun terakhir, 3) Pabrikan Jepang.
3) Kesanggupan nasabah untuk membayar angsurannya, jadi jumlah
pembiayaan yang diajukan nasabah harus sesuai dengan kesanggupannya
membayar sesuai dengan pendapat yang ia miliki jika nasabah
mengajukan pembiayaan sebesar jumlah tertentu sedang pendapatannya
tak memungkinkan nasabah tersebut untuk membayar angsurannya maka
kita turunkan plafondnya. Angsuran 30% dari penghasilan nasabah
5. Bagaimana penanganan pembiayaan bermasalah yang terjadi di BPRS –Al-
Salaam?
Jawab:
1) 0-7 memakai discollection dan sms broadcast nasabah yang telat, 0 hari
dilakukan discallection atau broadcast sehari sebelum waktu pembiayaan
2) 8-30 dan 30-90 dipegang oleh CRO langsung menemui nasabah untuk
mengetahui kenapa macet, diberikan surat somasi atau sp 1 - 3 jika ketika
diberikan somasi 1 pembiayaan nasabah kembali normal maka tidak akan
didatangi lagi namun jika sudah sp 3 namun nasabah tetap membandel
maka jaminan akan disita. Penyitaan jaminan dilakukan dengan cara
kekluargaan jadi ketika nasabah macet dan harus dilakukan penaikan
jaminan maka bprs al-salaam akan terlebih dahulu menanyakan
kesanggupan nasabah untuk membayar agar tidak dilakukan penyitaan
jaminan jika nasabah sanggup dan berjanji untuk membayar tepat waktu
maka penyitaan jaminan tidak dilakukan namun jika nasabah tidak
sanggup untuk membayar maka penyitaanakan dilakukan .
Dengan menggunakan restructuring, rescheduling, reconditioning.
Restructuring dilakukan dengan melihat kondisi nasabah, nasabah yang
mempunyai itikad baik BPRS berani untuk melakan restructuring,
Tergantung kondisi dilapangan apakah nasabah masih kooperatif atau
tidak jika nasabah masih kooperatif maka akan dilakukan restructuring
dengan perjanjian nasabah tidak boleh membayar lewat dari 1 bulan.
Untuk rescheduling, reconditioning sama dengan restructuring, jadi
dengan melihat kondisi lapangan upaya-upaya tersebut akan dilakukan
jika nasabah kooperatif tapi jika tidak terpaksa akan dilakukan penyitaan
jaminan.
6. Bagaimana mengetahui penyebab terjadinya nasabah yang mengalami
pembiayaan macet?
Jawab:
Dengan kunjungan ke nasabah bank akan tahu penyebab nasabah mengalami
pembiayaan bermasalah.
7. Bagaimana proses penyitaan jaminan di BPRS Al-Salaam?
Jawab:
Setelah melakukan sp 3 kali nasabah tidak ada pembayaan dan nasabah tidak
kooperatif maka dilakukan penyitaan. Lelang jaminan di BPRS Al-Salaam
dilakukan dengan 2 cara. Pertama jika jaminan SHM, jaminan akan dilelang
di balai lelang dengan syarat bank telah melakukan SP sebanyak 3 kali (sudah
dilampirkan ketika akad pembiayaan) dan persyaratan internalnya seperti
proses pengikatannya sertifikatnya dll. Dan ada lelang internla jadi tidak
menggunakan balai lelang.
Lampiran 10 : Dokumentasi Wawancara
Dokumentasi bersama Kepala Bagian Collection Bapak Andry Dwi Prasetiawan,
Cinere, 23 Agustus 2017