124
STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF) PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM PERIODE 2014-2016 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh : Dewi Lestiawati NIM: 1113053000096 KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/ 1439 H

STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN

BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF)

PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL

SALAAM PERIODE 2014-2016

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh :

Dewi Lestiawati

NIM: 1113053000096

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017 M/ 1439 H

Page 2: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan
Page 3: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan
Page 4: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan
Page 5: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

i

ABSTRAK

Dewi Lestiawati, NIM: 1113053000096, “Strategi Menekan Tingkat

Pembiayaan Bermasalah (Non performing Financng/NPF) Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam Periode 2014-2016”.

Dibimbing oleh Lili Bariadi M.Si, 2017.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam merupakan

salah satu bank islam yang fokus utama kegiatan usahanya adalah

penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana oleh bank

islam mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya

atau yang biasa disebut sebagai pembiayaan bermasalah. Jika presentase

pembiayaan bermasalah terus meningkat maka akan mempengaruhi

tingkat kesehatan suatu bank. Maka dari pada itu diperlukan upaya

pencegahan untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah

tersebut dan melakukan penyelesaian sesegera mungkin ketika terjadinya

pembiayaan bermasalah (Non performing Financng/NPF).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

prosedur pembiayaan di BPRS al-Salaam, faktor penyebab terjadinya

pembiayaan bermasalah, bagaimana strategi menekan tingkat pembiayaan

bermasalah pada BPRS Al-Salaam periode 2014-2016, dan untuk

mengetahui perhitungan pembiayaan bermasalah pada BPRS Al Salaam.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif analisis untuk memaparkan data-data yang didapat

di lapangan kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari

penelitian ini.

Hasil dari penelitian ini adalah prosedur pemberian pembiayaan pada

BPRS al-Salaam dilakukan dalam beberapa tahap pembiayaan yaitu tahap

pengajuan permohonan pembiayaan, tahap analisis pembiayaan, tahap

pemberian persetujuan pembiayaan, tahap akad pembiayaan dan tahap

pencairan. Faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada BPRS

Al-Salaam adalah faktor internal; terjadi karena adanya ketidakjujuran

yang dilakukan oleh bagian marketing dalam proses pemberian

pembiayaan, faktor eksternal; disebabkan adanya masalah keluarga,

kehilangan pekerjaan dan nasabah sakit. Upaya yang dilakukan BPRS Al-

Salaam dalam menekan pembiayaan bermasalah adalah dengan cara 1)

Berhati-hati dalam memberikan pembiayaan dan teliti dalam menganalisis

pembiayaan; 2) Pendekatan kepada nasabah (Approaching); 3) Melakukan

pengawasan terus-menerus. Perhitungan pembiayaan bermasalah diketahui

tahun 2014 tingkat NPF nya sebesar 4.51%, dan mengalami penurunan

sebesar 0,16% pada 2015 sebesar 4.35 %, namun ditahun berikutnya NPF

pada tahun 2016 mengalami kenaikan kembali menjadi 4.62%.

Kata Kunci: Strategi, Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah (Non

Performing Financing/NPF), Strategi Menekan Tingkat Pebiayaan

Bermasalah (Non Performing Financing/NPF).

Page 6: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat

iman, islam dan ihsan. Semoga nikmat tersebut selalu tersimpan dalam diri

kita sebagai cerminan manusia yang bertaqwa. Shalawat beserta salam

semoga selalu Allah SWT curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang selalu istiqamah

berada di jalan-Nya.

Alhamdulillah dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Menekan Tingkat

Pembiayana Bermasalah (Non performing Financng/NPF) pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam Periode 2014-2016”.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

(S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada orang tua

penulis yaitu, ayahanda Sarjali dan Ibunda Asnawiyah yang telah

memberikan kasih sayang, do’a dan semangat yang menjadi motivasi bagi

penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

Selanjutnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak

medapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu pada

kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

Page 7: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

iii

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu dakwah

dan ilmu komunikasi, Suparto, M.Ed. Ph.D. selaku Wakil

Dekan Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, MA. Selaku Wakil

Dekan Bidang administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Dakwah dan Drs. Sugiharto, MA. Selaku

Sekretaris Program Studi Manajemen Dakwah.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku Dosen Penasihat Akademik, yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis selama

menempuh studi di Program studi Manajemen dakwah Fakultas

Dakwah dan Ilmu komunikasi.

4. Lili Bariadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing

penulis sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan

baik.

5. Tim Penguji Penulis, Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D. selaku

ketua siding, Bapak Drs. Sugiharto, MA. selaku sekretaris

sidang, Bapak Drs. H. M. Sungaidi, MA. selaku penguji I,

Bapak Drs. H. Hasanudin Ibnu Hiban, MA. selaku penguji II.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Ekonomi yang

dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah memberikan

Page 8: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

iv

pengajaran dan pembelajaran kepada penulis selama berada di

bangku kuliah.

7. Seluruh pimpinan dan jajaran BPRS Al-Salaam yang telah

mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian ini.

8. Bapak Andry Dwi Prasetiawan selaku Kepala Bagian

Collection yang telah banyak membantu penulis selama

melakukan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakakku tercinta, Syahrudin, Sopyati, Dede Nurhayati.

Yang telah menyemangati, membantu, dan mendukung penulis

setiap waktu. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen

Dakwah angkatan 2013, khususnya konsentrasi Manajemen

Lembaga Keuangan Islam (MLKI).

11. Keluarga besar Himpuanan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta

yang memberikan banyak pelajaran dan insprasi bagi penulis

selama menjadi mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Keluarga besar HMI Komisariat Tigarakasa yang selalu

menyemangati dan menjadi inspirasi perjuangan bagi penulis.

Semoga dengan adanya karya skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak dan semoga keikhlasan serta kebaikan mereka dibalas

Allah SWT.

Page 9: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

v

Ciputat, 04 Oktober 2017

14 Muharram 1439 H

Dewi Lestiawati

Page 10: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8

E. Metode Penelitian................................................................................ 10

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13

BAB II STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN

BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF)

A. Strategi ................................................................................................ 16

1. Pengertian Strategi ........................................................................ 16

2. Manajemen Strategi ...................................................................... 17

3. Tahapan Strategi............................................................................ 18

4. Strategi Fungsional Keuangan ...................................................... 19

B. Pembiayaan ......................................................................................... 20

1. Pengertian Pembiayaan ................................................................. 20

2. Tujuan Pembiayaan ....................................................................... 23

Page 11: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

vii

3. Fungsi Pembiayaan ....................................................................... 25

4. Jenis-jenis Pembiayaan ................................................................. 29

5. Penggolongan Kualitas Pembiayaan ............................................. 30

C. Pembiayaan Bermasalah ..................................................................... 33

1. Pengertian pembiayaan bermasalah .............................................. 33

2. Faktor Terjadinya Pembiayaan Bermasalah.................................. 36

3. Dampak terjadinya Pembiayaan Bermasalah ................................ 37

D. Strategi Menekan Pembiayaan Bermasalah ........................................ 40

1. Prinsip Pemberian Kredit .............................................................. 40

2. Kelayakan Pemberian Pembiayaan ............................................... 45

3. Pengamanan Pembiayaan .............................................................. 46

4. Rambu-rambu Kesehatan Bank..................................................... 47

5. Analisis dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah..................... 47

6. Jaminan/Agunan Pembiayaan ....................................................... 51

E. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah ................................................. 53

BAB III GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

(BPRS) AL SALAAM

A. Sejarah Berdirinya BPRS Al Salaam .................................................. 55

B. Visi, Misi dan Tujuan PRS Al Salaam ................................................ 57

C. Produk Pembiayaan BPRS Al Salaam ................................................ 58

D. Struktur Organisasi PRS Al Salaam .................................................... 62

E. Pembagian Kerja (Job Description) .................................................... 63

Page 12: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

viii

F. Jumlah Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Al-Salaam Periode 2014-2016 ............................................................ 68

BAB IV ANALISIS STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN

BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF) PADA

BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM

PERIODE 2014-2016

A. Prosedur Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al

Salaam ................................................................................................. 70

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pembiayaan

Bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada BPRS Al

Salaam ................................................................................................. 78

C. Strategi Menekan Tingkat (Non Performing Financing/NPF) pada

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam periode 2014-

2016 ..................................................................................................... 79

D. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah (Non Performing

Financing/NPF) periode 2014-2016 ................................................... 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 90

B. Saran ................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 94

Page 13: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Penelitian Skripsi

Lampiran 4 : Formulir Permohonan Pembiayaan

Lampiran 5 : Akta Perjanjian Pembiayaan Murabahah

Lampiran 6 : Surat Kuasa Membebankan Jaminan Secara Fiducia

Lampiran 7 : Contoh Surat Peringatan (somasi)

Lampiran 8 : Contoh Surat Perintah Penarikan

Lampiran 9 : Hasil Wawancara

Lampiran 10: Dokumentasi wawancara

Page 14: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU)

Perbankan No. 7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima

simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha

BPR. Sedangkan pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa

BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia

No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan

Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.1

Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai

lembaga keuangan adalah memberikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan

salah satu tugas pokok bank, yaitu fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia,

2008), h. 90

Page 15: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

2

kebutuhan pihak-pihak yang mengalami deficit (kekurangan dalam kas

keuangan).2

Pembiayaan di bank syariah yang diberikan kepada masyarakat untuk

keperluan modal usaha, biaya ditujukan untuk usaha-usaha yang produktif

jelas dan trsansparan, serta bersifat halal, baik dari segi pengelolaan hingga

kepada hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya untuk masyarakat.

Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Hal ini berarti

bahwa prestasi yang diberikan benar-benar harus dapat diyakini dapat

dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-

syarat yang telah disepakati.3

Sebagaimana diketahui penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah

oleh Bank Syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan

dalam pelunasannya, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank yang

bersangkutan. 4 Risiko pembiayaan pada umumnya dikaitkan dengan risiko

gagal bayar dari nasabah. Risiko ini mengacu pada potensi kerugian yang

dihadapi bank ketika pembiayaan yang diberikan mengalami macet atau gagal

bayar, dimana debitur tidak mampu memenuhi kewajiban dalam

mengembalikan dana pembiayaan yang telah diterima kepada pihak bank.

Selain risiko gagal bayar, risiko pembiayaan kadang merujuk pada risiko

2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2000), cet, 1, h. 160. 3Veitzal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan

Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara. 2010) h. 221-222 4 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), Cet-1, h. 154

Page 16: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

3

kredit apabila menggunakan istilah yang digunakan Bank Indonesia dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011.5

Pembiayaan bermasalah tersebut dari segi produktivitasnya

(performance-nya) yaitu dalam kaitannya dengan kemampuannya

menghasilkan pendapatan bagi bank, sudah berkurang/menurun dan bahkan

mungkin sudah tidak ada lagi. Bahkan dari segi bank, sudah tentu mengurangi

pendapatan, memperbesar biaya pencadangan, yaitu PPAP (Penyelisihan

Penghapusan Aktiva Produktif), sedangkan dari segi nasional, mengurangi

kontribusinya terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.6

Non Performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah

merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja bank. Menurut

Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000),

disebutkan bahwa kredit atau pembiayaan bermasalah adalah kredit yang

pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya lewat 90 hari setelah jatuh

tempo, atau kedit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.

NPF secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran

yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimal

5 Nur Riyanto Al Arif dan Ruke Rahmawati, MA, Manajemen Risiko Perbankan

Syariah, (Jakarta: UIN PRESS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 24. 6

Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 66.

Page 17: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

4

yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk dilunasi atau bahkan

tidak dapat ditagih.7

Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor

intern dan faktor-faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada didalam

perusahaan sendiri dan faktor utama yang dominan adalah faktor manajerial.

Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh

faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam

kebijakan pembelian dan penjualan. Lemahnya pengawasan biaya dan

pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang

berlebihan pada aktiva tetap dan permodalan yang tidak cukup. Faktor ekstern

adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusahaan,

seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonmian dan

perdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lain-lain.8

Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan mempunyai

peranan yang penting dalam aktivitas bank islam. Namun pembiayaan ini

harus melalui proses analisa pembiayaan terlebih dahulu, karena jika lembaga

keuangan (dalam hal ini Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) memberikan

pembiayaan tanpa terlebih dahulu melakukan analisis terhadap nasabah

pembiayaan maka akan sangat membahayakan yakni akan terjadinya Non

7 Puji Hadiyati, e- Jurnal Manajemen dan Bisnis, Pengaruh Non Performing financing

Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia. Vol 1, No. 1,

Oktober 2013, 5 8 Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h. 73.

Page 18: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

5

Performing Financing (NPF) atau yang biasa kita sebut sebagai pembiayaan

bermasalah.

Adanya pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) yang

muncul dalam arus pemberian pembiayaan di Bank Islam, maka diperlukan

pencegahan untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah tersebut

dan melakukan penyelesaian sesegera mungkin ketika terjadinya pembiayaan

bermasalah. Jika presentase pembiayaan bermasalah terus meningkat maka

akan mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bank.

Begitupun dengan BPRS Al-Salaam sebagai lembaga keuangan syariah

yang menjadikan pembiayaan sebagai kegiatan utamanya, maka BPRS AL-

Salaam akan menghadapi kemungkinan adanya pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF). Sejak berdirinya BPRS Al-Salaam dari tahun

1991 hingga sekarang, telah banyak memberikan pembiayaan kepada

masyarakat. Berdasarkan laporan keuangan yang ada sampai Desember 2016

BPRS AL-Salaam telah memberikan pembiayaan yang mencapai Rp.

170.765.133.538,- dengan 12.371 nasabah pembiayaan dan tingkat NPF

kurang dari 5% setiap tahunnya. Banyaknya pembiayaan yang dikeluarkan

akan sangat penting bagi BPRS Al-Salaam mempunyai strategi yang dapat

meminimalisir tingkat pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BPRS Al-

Salaam.

Dengan melihat latar belakang yang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian skripsi yang berjudul “STRATEGI MENEKAN

Page 19: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

6

TIGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA BANK

PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL-SALAAM PERIODE

2014-2016”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka penulis hanya

memfokuskan dan membatasi permasalahan dalam penelitian ini pada

strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-

Salaam periode 2014-2016.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan pembatasan dalam penelitian

tersebut, maka untuk mempermudah pembahasan penulis merumuskan

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prosedur pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) Al-Salaam?

b. Apa faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam?

c. Bagaimana Strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016?

Page 20: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

7

d. Bagaimana perhitungan pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-

Salaam periode 2014-2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah seperti yang dikemukakan

sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembiayaan pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam?

b. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya pembiayaan

bermasalah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam?

c. Untuk mengetahui bagaimana strategi menekan tingkat pembiayaan

bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016?

d. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan pembiayaan bermasalah

(Non Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat

syariah (BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016?

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

kontribusi ilmu pengetahuan bagi para pembaca khususnya mahasiswa

Page 21: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

8

Program Studi Manajemen Dakwah mengenai strategi menekan

tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)

pada Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-Salaam periode

2014-2016.

b. Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

untuk pihak BPRS Al Salaam dan sebagai referensi bagi lembaga

maupun perusahaan untuk dapat mengimplemetasikan penelitian ini

dilapangan sehingga dapat mengevaluasi tentang strategi menekan

tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)

pada Bank Pembiayaan Rakyat syariah (BPRS) Al-Salaam periode

2014-2016 yang telah ada dan dapat terus dikembangkan.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan penulis terhadap beberapa

penelitian terdahulu ditemukan masalah yang hampir sama akan tetapi dalam

pembahasan dan objek berbeda. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara penelitian

terdahulu dengan masalah yang sedang dibahas. Berikut ini adalah penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan sebagai berikut:

1. Lailani Qodar (2016) dalam penelitiannya yang berjudul PEMBIAYAAN

BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) PT BANK

SYARIAH MANDIRI. Program studi Manajemen Dakwah (MD)

Page 22: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

9

Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian skripsinya membahas mengenai faktor penyebab pembiayaan

bemasalah dan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada Bank

Syariah Mandiri (BSM), persamaan yang penulis maksudkan yaitu sama-

sama membahas tentang pembiayaan bermasalah sedangkan perbedaannya

terletak pada masalah yang diteliti serta objek penelitiannya. Penulis lebih

memfokuskan pada strategi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al

Salaam dalam menekan tingkat NPF.9

2. Mochamad Gustaf Maulana (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

ANALISIS PROBLEM SOLVING DALAM PENYELESAIAN

PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA UNIT RECOVERY DAN

REMEDIAL BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG JAKARTA

BARAT. Program studi Manajemen Dakwah (MD) Konsentrasi

Manajemen Lembaga Keuangan Islam (MLKI) Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian skripsinya

membahastentang bagaimana metode yang digunakan unit recovery dan

remedial dalam melakukan analisa pemcahan masalah, prosedur dalam

pemberian pembiayaan dan langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah

pada Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Barat. Persamaannya yang penulis

9 www.repository.uinjkt.ac.id. Diakses pada 5 Mei 2017

Page 23: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

10

maksudkan yaitu sama-sama mengenai penyelesaian pembiayaan

bermasalah sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya.10

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini penulis

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif

analisis untuk memaparkan data-data yang didapat dilapangan kemudian

menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan

prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi

(pengukuran).11

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati.12

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat

sekarang. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan

peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan

10

www.repository.uinjkt.ac.id. Diakses pada 5 Mei 2017 11

Anslem Staurus dan Juliet Corbin, Penyadur : Djunaidi Ghony, Dasar-Dasar

Penelitian Kualitatif, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2007), h. 11. 12

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001),h. 3.

Page 24: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

11

perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.13

Selanjutnya, dipilihnya

penelitian kualitatif karena metode kualitatif dapat memberikan rincian

yang lebih kompleks apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang sulit

untuk diketahui dan dipahami.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Adapun waktu penelitian peulis akan dilaksankan pada

bulan Juli - September 2017.

Tempat : Penelitian ini dilakukan di kantor pusat BPRS Al Salaam

Jl. Cinere Raya Blok A No. 4, Kota Depok, Jawa Barat 16514.

3. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.

Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data

yang diperoleh juga akan meleset dari harapan. Oleh karena itu, peneliti

harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunaka dalam

penelitiannya14

. Dalam hal ini sumber data yang digunakan penulis dibagi

dalam dua kategori, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yag didapat langsung dari sumber asli yang

diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara langsung

13

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah,

(Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2011), h. 35. 14

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana

Prenamedia Group, 2013), h. 129.

Page 25: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

12

dengan objek penelitian yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) Al Salaam.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

grafis, foto-foto, film, dan benda-benda lain yang dapat memperkaya

data primer.15

Dalam hal ini penulis memperoleh data dari pustakaan,

seperti buku-buku serta sumber lainya yang berkaitan dengan materi

penulisan skripsi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan

dengan menggunakan dengan beberapa teknik tertentu:

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek

penelitian yaitu BPRS Al Salaam guna melihat langsung secara

dekat bagaimana menekan pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF) yang terdapat pada Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam periode 2014-2016.

b. Wawancara

Peneliti mengadakan Tanya jawab langsung dengan pihak yang

dianggap berkompeten dengan masalah yang dibahas untuk

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h 22.

Page 26: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

13

memperoleh informasi mengenai strategi menekan tingkat

pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) pada

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam periode

2014-2016.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pegumpualan data yang

diperoleh dari data-data atau dokumen-dokumen yang dikeluarkan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, hal ini dimaksudkan

untuk mempermudah dalam memahami proses dan alur pembahasan. Maka

penulis perlu mejelaskannya melalui sistematika penulisan skripsi yang

merupakan hasil laporan penelitian. Adapun sistematika penulisanya adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN

BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING/NPF)

Pada bab ini membahas mengenai pengertian pembiayaan,

pengertian pembiayaan bermasalah (Non Performing

Page 27: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

14

Financing/NPF), strategi menekan tingkat pembiayaan

bermasalah (Non Performing Financing/NPF), dan perhitungan

pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF).

BAB III GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

SYARIAH (BPRS) AL SALAAM

Pada bab ini menjelaskan mengenai sejarah berdiriya Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al Salaam, visi, misi dan

tujuan BPRS Al Salaam, produk pembiayaan BPRS Al Salaam,

struktur organisasi BPRS Al Salaam dan pembagian kerja (Job

Description).

BAB IV ANALISIS STRATEGI MENEKAN TINGKAT

PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING

FININCING/NPF) PADA BANK PEMBIAYAAN

RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM PERIODE

2014-2016

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang membahas

prosedur pembiayaan BPRS Al Salaam, faktor-faktor penyebab

terjadinya pembiayaan bermasalah pada BPRS Al-Salaam,

strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) Al-Salaam periode 2014-2016, perhitungan

Page 28: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

15

pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam periode

2014-2016.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, serta sara-saran dan masukan serta lampiran-

lampiran sebagai penunjang perbaikan penulisan skripsi ini.

Page 29: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

16

BAB II

STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON

PERFORMING FINANCING/NPF)

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi adalah rencana jangka panjang, diikuti tindakan yang

ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah

„kemenangan”. Asal kata “strategi” turunan dari kata dalam bahasa

yunani, strategos.

Strategi adalah pola sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana

umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan

dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan perusahaan.1

Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi

yang menghubungkan keuntungan strategi perusahaan dengan

tantangan lingkungan, dirancang untuk memastikan tujuan utama dari

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

organisasi2 Strategi adalah salah satu cara atau metode terstruktur yang

digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan

hasil yang lebih maksimal dan lebih menguntungkan. Istilah strategi

terkait dengan hasil yang lebih baik atau dalam bisnis profitable

1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah

Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1999), h. 20 2 Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 2.

Page 30: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

17

dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan strategi dalam kamus

manajemen, yang dimaksud dengan strategi adalah rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling

berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.3

Strategi (strategy) dipahami bukan hanya sebagai berbagai cara

untuk mencapai tujuan (way to achieve ends) melainkan mencakup

pula penentuan berbagai tujuan itu sendiri. Sebagaimana dirumuskan

oleh Chandler, strategi merupakan :”the determination of long-term

goals of an enterprise for carrying out these goals”. Strategi dipahami

pula sebagai sebuah pola yang mencakup didalamnya baik strategi

yang direncanakan (intended strategi dan deliberate strategi) maupun

strategi yang pada awalnya tidak dimaksudkan perusahaan (emerging

strategi) tetapi menjadi strategi yang dipertimbangkan bahkan dipilih

oleh perusahaan untuk diimplementasikan (realized strategi).4

Strategi dalam islam mengandung makna pengelolaan agar

menjadi lebih baik, dalam koridor kebenaran sesuai syariah, tidak

menghalalkan segala cara, terorganisir rapi, dan itqan (tepat, tuntas,

professional), mengandung kemaslahatan dunia akhirat. 5

2. Manajemen strategi

Manajemen strategi didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan

dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan

3 B.N. Mabun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2003), Cet-1, h. 30.

4 Ismail Solihin, Manajemen Strategi, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 64.

5 Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah, (Jakarat: Zikrul Hakim,

2015), Cet-1, h. 72.

Page 31: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

18

pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk

mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Manajaemen meliputi

perencanaa, pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian atas

keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan

dengan strategi. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan

mengenai bagaimana, kapan, dan dimana ia harus bersaing; melawan

siapa; dan untuk maksud (perpose) siapa.6

3. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui beberapa tahap dalam prosesnya, secara

garis besar strategi melalui tiga tahap, yaitu;

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi

yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah

pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,

menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan

suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih

strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga

ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,

menghindari, atau melakukan suatu keputusan dalam proses

kegiatan.

6 Pearce and Robinson, Manajemen Strategik, Jilid 1. Penerjemah Agus Maulana

(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), h. 20.

Page 32: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

19

b. Implementasi strategi

Setelah kita memutuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan

strategi yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan

strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan

kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi. Strategi ini

diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur

kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi

tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh

suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk

memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.7

4. Strategi Fungsional Keuangan

Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi

keuangan, dimana fungsi manajemen keuangan meliputi

penghimpunan dan pendayagunaan dana. Oleh karena itu, manajemen

keuangan sering dipadankan dengan manajemen aliran dana. Atas

dasar ini, strategi fungsional keuangan memiliki titik berat pada dua

hal, yakni strategi untuk menghimpun dana dan strategi

pendayagunaan dana.

7 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30

Page 33: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

20

Penghimpunan dana lazimnya berasal dari perusahaan dan dari luar

perusahaan. Sumber dana internal meliputi;

a. Penggunaan laba perusahaan,

b. Penggunaan dana cadangan,

c. Penggunaan laba yang tidak dibagi

Sedangkan sumber dana eksternal perusahaaan dari:

a. Modal pemilik perusahaan,

b. Dana pihak lain, baik berupa pinjaman, hibah atau kerjasama

Pendayagunaan dana perusahaan biasanya dibagi dalam

pendayagunaaan jangka pendek dan angka panjan.

Pendayagunaan jangka pendek ditunjukan sebagai aktiva lancar

dan diwujudkan dalam bentuk kas, surat-surat berharga, piutang

dan persediaan. Sedangkan jangka panjang ditunjukan dengan

aktiva tetap dan diwujudkan sebagai asset tanah, bangaunan dan

peralatan.8

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe,

I trus, yaitu „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟.

Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti

shahibul maal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk

melaksanakan amanah yang diberikan oleh shahibul maal. Dana

8

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma,

Manajemen Strategi Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 82.

Page 34: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

21

tersebut harus digunakan secara benar, adil dan harus disertai dengan

ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta saling menguntungkan bagi

kedua belah pihak.9 Berikut adalah ayat yang berhubungan dengan

pembiayaan;

ا أي ه ٱنزيه ي ا أخشجىا نكم م مم ت ما كسبتم ا أوفقا مه طيب ل ٱلسض ءامى ما نستم ب ٱنخبيث تيم مى تىفقن أن تمموا يي لل ا اخزي ٱلل أن ٱعهم

٧٦٢حميذ ي غى “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa

yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu

memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya,

padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha

Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Al Baqarah: 267).

ا أي أج ٱنزيه ي ا لرا تذايىتم بذيه لنى ى ي ءامى سم نيكتب بيىكم كاتب ٱكتبي م م ا لرا تبايعت ٱنعذل ب ذ أش ل م يهيس عهيكم جىاح أل تكتبا ل يواس كاتب

لن تفعها يإو يذ ۥش ٱتقا يسق بكم يعهمكم ٱلل ٱلل بكم شيء عهيم ٱلل

٧٨٧

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak

secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu

menuliskannya dengan benar. Jika kamu dalam perjalanan dan

bermuamalah secara tidak tunai, sedang kamu tidak memperoleh

seorang penulis maka hendaknya ada barang tanggungan yang

dipegang oleh yang berpiutang”. (Q.S. Al Baqarah: 282-283)

ا أي ءامىا ل تخوا ٱنزيه ي سل ٱلل أوتم تعهمن ٱنش تكم ى ا أم تخو ٧٢

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah

dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu menghianati amanat-

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”

(Q.S. Al Anfal; 27).

9 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 698

Page 35: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

22

ٱبتها مى لرا بهما ٱنيت ا ي ٱنىكاح حتى ىم سشذ ا يإن ءاوستم م نم ٱديع م أم لني

مه كان يقيش ا يهيستعفف مه كان غىي

بذاسا أن يكبشا ا ل تأكها لسشاي ا

م أ ٱنمعشف يهيأكم ب كفى ب يإرا ديعتم لني م ذا عهي نم يأش م ا ٱلل ٦حسيب

“Kemudian, apabila menyerahkan harta kepada mereka maka

hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi

mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas akan segala yang

kamu lakukan”. (Q.S. An Nisa: 6).10

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan bagi hasil.11

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah pembiayaan

berasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan

pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.12

Pembiayaan yang terdapat pada bank syariah pada dasarnya sama

dengan istilah kredit pada bank konvensional, yang berarti penyaluran

dana perbankan. Disebut pembiayaan karena bank syariah

10

Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba

Empat, 2013), h. 118 11

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), ed. Revisi-14,

h. 113 12

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta, Kencana 2009),

h. 333

Page 36: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

23

menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang

memerlukan dan layak memperolehnya.13

Agar sesuai dengan aturan norma islam, lima unsur keagamaan

yang ditekankan dalam prinsip pembiayaan islam yaitu:

a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba);

b. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah, zakat;

c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan

hukum islam (haram);

d. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi),

gharar (transaksi yang tidak jelas);

e. Penyediaan takaful (asuransi syariah).14

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pembiayaan adalah

pemberian dana oleh shahibul maal (perusahaan pembiayaan) kepada

pihak yang dipercaya (nasabah) berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan yang mewajibkan pengembalian dana tersebut pada waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

2. Tujuan Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah.

Oleh karena itu, pembiayaan yang dilakukan ban syariah adalah untuk

memenuhi kepentingan stakeholder, yakni:15

13

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2006), h. 200. 14

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah Prinsip dan

Prospek, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h.

Page 37: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

24

a. Pemilik

Dari sumber pendapatan, para pemilik mengharapkan akan

mendapatkan penghasilan atas dana yang ditanam pada bank

tersebut.

b. Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari

bank yang dikelolanya.

c. Masyarakat

1) Pemilik dana

Sebagaimana pemilik mereka mengharapkan dari dana yang

diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

2) Debitur yang bersangkutan

Para debitur dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu

guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu

untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan

konsumtif).

3) Masyarakat umumnya konsumen

Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan

4) Pemerintah

Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam

pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan

15

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM

YKPN, 2016), Cet-1, h. 42

Page 38: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

25

diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan

yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan).16

3. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan dalam

perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan

sebagai berikut:17

a. Pembiayaan dapat Meningkatkan Utility (Daya Guna) dari

Modal/Uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk

giro, deposito, ataupun tabungan. Uang tersebut dalam presentase

tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank. Para pengusaha

menikmati pembiayaan dari bank untuk memeperluas atau

memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi,

perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun

usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.

Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang

diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan

disalurkan untuk usaha yang bermanfaat, baik bermanfaat bagi

pengusaha maupun bermanfaat bagi masyarakat.18

16

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Cet-1, h. 43. 17

Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 712. 18

Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 712.

Page 39: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

26

b. Pembiayaan Meningkatkan Utility (Daya Guna) Suatu Barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat

memperoduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut

meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra

dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/minyak goreng,

peningkatan utility padi menjadi beras, benang menjadi tekstil,

dan sebagainya. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat

memindahkan barang dari suatu tempat yang kurang digunakan

ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang yang

dipindahkan dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan

barang itu lebih terasa pada dasarnya meningkatkan utility dari

barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat

diatasi oleh keuangan distributor saja dan oleh karenanya mereka

memerlukan bantuan permodalan dari bank beupa pembiayaan.19

c. Pembiayaan Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening

koran, pengusaha mencipakan pertambahan peredaran uang giral

dan sejenisnya seperti cheque, giro bilyet, wesel, promes, dan

sebagainya melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun

giral akan lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan

suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan

bertambah baik secara kuantitatif.

19

Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h.713.

Page 40: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

27

d. Pembiayaan Menimbulkan Kegairahan Berusaha Masyarakat

Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan

ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya.

Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat

akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan

peningkatan kepmampuan. Karena itu, manusia selalu berusaha

dengan segala daya untuk memenuhi kekurangannya yang

berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan.

Karena itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan

dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna

peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang diterima

pengusaha dari bank inilah kemudian untuk memperbesar volume

usaha dan produktivitasnya.20

e. Pembiayaan Sebagai Alat Stabilitasi Ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-

langkah stabilitasi pada dana yang diarahkan pada usaha-usaha

antara lain untuk:

1) Pengendalian inflasi;

2) Peningkatan ekspor;

3) Rehabilitasi Sarana;

4) Pemenuhan Kebutuhan-kebutuhan;

20

Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 713.

Page 41: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

28

f. Pembiayaan Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan

Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja

berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha

berarti peningkatan profit. Bila keuantungan ini secara komulatif

dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan kedalam

struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-

menerus. Dengan earning (pendapatan) yang terus meningkat

berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak

pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan

kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi

Negara.21

g. Pembiayaan Sebagai Alat hubungan Ekonomi Internasional

Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi

persahabatan antar Negara banyak memberikan bantuan kepada

Negara-negara yang berkembang atau sedang membangun.

Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan

pembiayaan dengan syarat-syarat ringan, yaitu bagi hasil/bunga

yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang.

Melalui bantuan pembiayaan antar Negara yang istilahnya sering

kali didengar dengan G to G (Government to Government), maka

21

Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h.714

Page 42: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

29

hubungan antar Negara akan bertambah erat terutama yang

menyangkut hubungan perekonomian atau dagang. 22

4. Jenis-jenis Pembiayaan

Sesuai dengan pengembangan produknya, bank islam memiliki

banyak jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan dikelompokan

menurut beberapa aspek, yaitu: 23

a. Pembiayaan menurut tujuan

Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek

yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai

kebutuhan modal kerja usahanya. Maksimal pembiayaan

modal kerja adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang

sesuai dengan kebutuhannya.

2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan

untuk melakukan investasi atau pengadaan barang

konsumtif.24

b. Pembiayaan menurut jangka waktu

Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi:

1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang

dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.

22

Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 715. 23

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: IIIT

Indonesia, 2003), h. 86. 24

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 686

Page 43: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

30

Pembiayaan jangka pendek biasanya digunakan untuk

keperluan modal kerja.25

2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang

dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

Pembiayaan jangka menengah biasanya digunakan untuk

investasi.26

3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang

dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.27

c. Pembiayaan berdasarkan sifat penggunaannya:

1) Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan produksi yang dalam arti luas

yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,

perdagangan maupun investasi.

2) Pembiayan konsumsi adalah pembiayaan yang ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis

digunakan untuk memenuhi kebutuhan. 28

5. Penggolongan Kualitas Pembiayaan

Kualitas pembiayaan digolongkan menjadi 5 (lima) golongan

yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan

macet. Dalam praktik perbankan kualitas pembiayaan untuk golongan

lancar disebut golongan I (satu), untuk golongan dalam perhatian

25

Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, h. 121 26

Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, h. 121 27

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan

Aplikasi, h. 686. 28

M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, h. 160.

Page 44: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

31

khusus disebut golongan II (dua), untuk golongan kurang lancar

disebut golongan III (tiga), untuk golongan diragukan disebut

golongan IV (empat) dan untuk golongan macet disebut golongan V

(lima).29

Bank Indonesia menggolongkan kualitas pembiayaan/kredit

menurut ketentuan sebagai berikut:30

a. Lancar

Lancar artinya kredit yang disalurkan tidak menimbulkan

masalah. Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:

1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu;

2) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash

collateral).

b. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus kredit yang diberikan sudah

mulai bermasalah sehingga perlu memperoleh perhatian. Kondisi

dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau

bunga yang belum melampaui 90 hari,

2) Kadang-kadang terjadi cerukan,

3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang

diperjanjikan,

29

Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.

67. 30

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 130.

Page 45: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

32

4) Mutasi rekening relatif aktif,

5) Didukung dengan pinjaman baru.31

c. Kurang Lancar (Substandard)

Dikatakan kurang lancar, artinya kredit yang diberikan

pembayarannya sudah mulai tersendat-sendat, namun nasabah

masih mampu membayar. Kondisi kurang lancar apabila

memenuhi krteria berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau

bunga yang telah melampaui 90 hari,

2) Sering terjadi cerukan,

3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

lebih dari 90 hari,

4) Frekuensi mutasi rekening relative rendah,

5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur,

6) Dokumen pinjaman yang lemah.32

d. Diragukan (Doubtful)

Dikatakan diragukan artinya kemampuan nasabah untuk

membayar makin tidak dapat dipastikan. Kondisi diragukan

apabila memenuhi kriteria berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau

bunga yang telah melampaui 180 hari.

2) Terjadi cerukan yang berisifat permanen,

31

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 131 32

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 131.

Page 46: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

33

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari,

4) Terjadi kapitalisasi bunga,

5) Dokumen hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit

maupun pengikatan jaminan.

e. Macet (Loss)

Dikatakan macet artinya nasabah sudah tidak mampu lagi untuk

membayar pinjamannya, sehingga perlu diselamatkan. Kondisi

macet apabila memenuhi kriteria berikut:

1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau

bunga yang telah melampaui 270 hari,

2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru,

3) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai yang wajar.33

C. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Non Performing Financing (NPF) adalah tingkat rasio antara

jumlah pembiayaan yang tidak tertagih atau tergolong non lancar

dengan kualias non lancar diragukan dan macet. Jika Non Performing

Financing tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil

menurun dan jika Non Performing Financing turun maka profitabilitas

33

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.132.

Page 47: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

34

naik dan tingkat bagi hasil naik. Adapun standar terbaik Non

Performing Financing adalah kurang dari 5%.34

Menurut Faturrahman Djamil pembiayaan bermasalah adalah

pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar,

diragukan, dan macet.35

Dalam bank konvensional dikenal dengan

istilah NPL (Non Performing Loan). NPL (Non Performing Loan)

yaitu perbandingan antara dana yang disalurkan (ounstanding) dengan

dana yang macet. Makin tinggi nilai NPL maka makin jelas karena

menunjukkan performa kreditnya jelas yaitu pembiayaan/tingkat

pembayaran kembali para nasabah peminjam rendah.36

Sedangkan Veithzal Rivai memiliki beberapa pengertian

mengenai kredit bermasalah, yaitu:

a. Kredit yang didalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi

target yang diinginkan oleh pihak bank;

b. Kredit yang memiliki memungkinkan timbulnya risiko

dikemudian hari bagi bank dalam arti luas;

c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-

kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya

34

Nana Nofianti. dkk. Analisis Pengaruh Return (ROA), Biaya Operasional

Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing to Deposits Ratio

(FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah, vol. 5, No. 1, April 2015 35

Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.

66 36

Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah;

Teori dan Praktik, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 19

Page 48: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

35

dan/atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-

ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan;

d. Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama

apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan

diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit,

sehinga belum mencapai/ memenuhi target yang diinginkan oleh

bank;

e. Kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali

sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi

kerugian diperusahan nasabah sehingga memiliki kemungkinan

timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

f. Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kewajiban-

kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran

kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-

ongkos bank yang menjadi beban nasabah-nasabah yang

bersangkutan;

g. Kredit golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan

macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.37

Menurut kamus Bank Indonesia Non Performing Loan (NPL)

atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang

terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan

37

Veithzal Rivai, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur dan

Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Banker, dan Nasabah, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006), h. 476.

Page 49: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

36

Macet. Termin NPL diperuntukan bagi bank umum sedangkan NPF

diperuntukan bagi bank syariah.38

Jadi pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang mengalami

kesulitan dan masalah dalam pelunasannya atau pembiayaan yang

diklasifikasikan dalam golongan pembiayaan kurang lancar,

diragukan dan macet.

2. Faktor Terjadinya Pembiayaan Bermasalah

Pemberian suatu fasilitas kredit mengandung suatu risiko

kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga

menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank.39

NPL tinggi

disebabkan karena tidak tepatnya cara pendistribusian dana kepada

para debiturnya, antara lain jumlah plafond kredit tidak sesuai dengan

kebutuhan peminjam sehingga ketika mendapatkan dana pinjaman

dipergunakan tidak sesuai dengan kebutuhan peminjaman. Ketika jatuh

tempo waktu pengembalian nasabah tidak mampu mengembalikan.40

Dalam praktinya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh dua

unsur sebagai berikut:

a. Dari pihak perbankan

Artinya dalam melakukan analisinya, pihak analisis kurang teliti,

sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi

38

www.bi.go.id diakses pada 02 Agustus 2017 39

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 148. 40

Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah;

Teori dan Praktik, h. 19.

Page 50: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

37

sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan.

Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan

pihak debitur sehingga dalam analisinya dilakukan secara

subjektif dan akal-akalan.

b. Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua

hal, yaitu:

a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja

untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada

bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat

dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar

walaupun sebenarnya nasabah mampu.

b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau

membayar, akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit

yang dibiyai mengalami musibah seperti kebakaran, hama,

kebanjiran, dan sebagainya, sehingga kemampuan untuk

membayar kredit tidak ada.41

3. Dampak Terjadinya Pembiayaan Bermasalah

Menurut As. Mahmoedin dapat disimpulkan bahwa kredit

bermasalah akan berdampak pada daya tahan perusahaan antara lain

likuiditas, rentabilitas, profitabilitas, bonafiditas, tingkat kesehatan

41

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 148.

Page 51: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

38

bank dan modal kerja. Dampak-dampak tersebut dapat disimpukan

sebagai berikut :

a. Likuiditas

Likuiditas merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan

karena berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika utang atau

kewajiban meningkat, maka bank perlu mengusahakan

meningkatnya sisi aktiva lancar. Jika kredit yang jatuh tempo

atau mulai diwajibkan membayar angsuran, namun tidak mampu

mengangsur, karena kredit tidak lancar atau bermasalah, maka

bank teramcam tidak likuid.

b. Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban

jangka panjangnya atau kemampuan membayar suatu bank

apabila bank tersebut dilikuidasi. Adanya kredit bermasalah

dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Jika kerugian tersebut

besar, bank akan mengalami kerugian besar pula, sehingga bukan

tidak mungkin mengalami likuidasi.42

c. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh

penghasilan berupa bunga kredit atau perbandingan antara laba

usaha dengan modal sendiri ditambah modal asing yang

42

A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

2002), h. 111.

Page 52: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

39

dipergunakan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan dalam

prosentase. Jika kredit lancar dan tidak ada masalah, maka bank

akan memperoleh penghasilan bunga dengan lancar pula.43

d. Profitabillitas

Profitabilitas adalah kemampuan bank untuk memperoleh

keuntungan. Hal ini terlihat pada perhitungan tingkat

produktifitasnya, yang akan dituangkan dalam rumus ROA

(Return On Assets). Jika kredit tidak lancar, maka

profitabilitasnya menjadi kecil.44

e. Bonafiditas

Bonafiditas adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat

kepada suatu bank. Hal ini bukanlah masalah yang mudah,

karena ini menyangkut citra. Adanya kredit bermasalah dapat

merusak citra bank.

f. Tingkat Kesehatan Bank

Bank yang dilanda kredit bermasalah bisa menurunkan tingkat

kesehatannya, dan pada gilirannya bank dapat dikenakan sanksi,

bahkan bisa menghadapi likuidasi.

43

A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, h. 111. 44

A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, h. 111.

Page 53: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

40

g. Modal Bank

Besar kecilnya ekspansi usaha bank sangat ditentukan dengan

perkembangan kredit. Jika kredit tidak tumbuh dengan baik,

maka bank juga tidak dapat berkembang dengan baik.45

D. Strategi Menekan Tingkat Pembiayaan Bermasalah (Non Performing

Financing /NPF)

Strategi menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing /NPF) adalah cara atau upaya yang dilakukan oleh suatu

perusahaan penyedia pembiayaan untuk meminimalisir resiko terjadinya

pembiayaan bermasalah menjadi sekecil mungkin, atau mengurangi

tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yang sudah ada dengan tetap

mempertahankan prinsip kehati-hatian.

1. Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa

yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.

Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit

tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan

berbagai cara untuk mendapat keyakinan tentang nasabahnya, seperti

prosedur penilaian yang benar-benar dan sungguh-sungguh.46

Dalam hal ini Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998, mewajibkan pula Bank Umum Syariah untuk memiliki dan

45

A.S. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, h. 111. 46

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 136

Page 54: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

41

menerapkan pedoman pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.47

Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh

bank untuk mendapat nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,

dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P.

Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut:48

1) Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak

seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat

dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur

dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar

belakang pekerjaan maupun bersifat pribadi seperti: cara hidup

atau gaya yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa social.

Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang

“kemauan” nasabah untuk membayar.

2) Capacity

Capacity adalah analisi untuk mengetahui kemampuan nasabah

dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan

nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan

dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini

47

Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Cet-1, h. 148 48

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 136

Page 55: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

42

dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat

“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.49

3) Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat

dilihat dari laporan keuangan (naraca dan laporan rugi laba) yang

disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas

dan solvabilitasnya, rentabilitasnya dan ukuran lainnya. Analisis

capital juga harus menganilisis dari sumber mana saja modal yang

ada sekarang ini, termasuk presentase modal yang digunakan untuk

membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan

berapa modal pinjaman. 50

4) Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi,

social dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa

yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha

yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik,

sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5) Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang

bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi

jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti

keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga terjadi suatu masalah,

49

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 50

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137.

Page 56: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

43

maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat

mungkin.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan

dengan analisis tujuh P kredit dengan unsur penilaian sebagai

berikut:51

1) Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannnya atau tingkah

lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu.

Penilaian Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah

laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah

dan menyelesaikannya.

2) Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu

atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas

serta karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam

golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari

bank.

3) Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil

kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan

pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.

51

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 138.

Page 57: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

44

Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumsi,

produktif dan lain-lain.52

4) Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang

menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai

prospek atau sebaliknya. Ini penting mengingat jika suatu

fasilitas kredit yang dibiyai tanpa mempunyai prospek, bukan

hanya bank yang rugi, akan tetapi juga nasabah.

5) Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nabah mengembalikan

kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana

untuk mengembalikan fasilitas kredit. Semakin banyak sumber

penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika

salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha

lainnya.

6) Profitabilit

Untuk menganalisis bagaimana kemamapuan nasabah dalam

mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode,

apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi

dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

52

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 138

Page 58: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

45

7) Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang

diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit

yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan

oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau

jaminan asuransi.53

2. Kelayakan Pemberian Pembiayaan

Proses pemberian pembiayaan bank islam kepada nasabah-

nasabahnya sangat memperhatikan aspek-aspek teknik administratif.

Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau sebagai dasar

pertimbangan pembiayaan adalah sebagai berikut:

1) Surat Permohonan Pembiayaan

Dalam surat permohonan berisi jenis pembiayaan yang diminta

nasabah, untuk berapa lama, berapa limit/plafon yang diminta,

serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana. Disamping

itu, surat pun dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain

identitas pemohon, legalitas (akta pendirian/perubahan, surat

keputusan Menteri, perizinan-perizinan), bukti kepemilikan agunan

(jika diperlukan).

53

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 139

Page 59: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

46

2) Proses Evaluasi

Dalam penilaian suatu permohonan, bank islam tetap berpegang

pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya sehingga diharapkan

dapat diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat.54

3. Pengamanan Pembiayaan

Pembiayaan di bank islam tidak selamanya dapat berjalan lancar,

namun juga timbul pembiayaan yang bermasalah. Jika terdapat

pembiayaan yang bermasalah, maka perlu dilakukan upaya

pengamanan pembiayaan baik sebelum maupun sesudah realisasi

pembiayaan diberikan.

Pengamanan pembiayaan di bank islam dapat dilakukan dengan

langkah-langkah seagai berikut.

1) Sebelum realisasi pembiayaan

Dalam tahap ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank melakukan

penutupan asuransi dan/atau pengikatan agunan (jika diperlukan).

Setelah ini selesai baru pembiayaan dapat dicairkan.

2) Setelah realisasi pembiayaan

Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode

permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan dan

pemantauan pembiayaan. Dalam tahap awal pencairan. Dana

diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam

permohonan/persetujuan bank, dan jangan sampai “bocor” dalam

54

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan

Aplikasi, h. 773.

Page 60: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

47

arti lari ke hal-hal diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank

melakukan pembinaan dan control atas aktivitas bisnis nasabah.55

4. Rambu-rambu Kesehatan Bank

Penetapan rambu-rambu kesehatan bank bertujuan agar bank

sebagai financial intermediary institution yang melakukan kegiatan

perkreditan, yang menggunakan dana masyarakat dan pihak ketiga

lainnya harus selalu dalam keadaan sehat. Sesuai dengan pasal 29 ayat

(2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan

penyempurna Undang-Undang No. 7 tahun 1992, bahwa bank wajib

memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan

modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,

solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan

wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian

(prudential principle).56

5. Analisis dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Penyelesaian kredit adalah upaya yang dilakukan bank untuk

menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek

setelah usaha pembinaan, penyelamatan, dan dengan jalan apapun

ternyata tidak mungkin dilakukan lagi, dengan tujuan untuk mencegah

risiko bank yang semakin besar serta mendapatkan pelunasan kembali

55

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan

Aplikasi, h. 779. 56

Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), Cet-III, h. 172

Page 61: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

48

atas kredit tersebut dari nasabah dengan berbagai macam upaya yang

dapat ditempuh.57

Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang

tertunda atau ketidak mampuan peminjam untuk membayar kewajiban

yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank

syariah harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya.

Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah

dapat dilakukan dengan langkah-langka sebagai berikut.

1) Analisis penyebab kemacetan. Analisis sebab-sebab kemacetan

pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal

berikut:58

a) Aspek Internal

1. Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut

2. Manajemen kurang baik atau kurang rapi

3. Laporan keuangan tidak lengkap

4. Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan

5. Perencanaan yang kurang matang

6. Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha

tersebut

b) Aspek Eksternal

1. Aspek pasar kurang mendukung

2. Kemampuan daya beli masyarakat kurang

57

Veithzal Rivai, Credit Management Handbook: Teori, Konsep, Prosedur dan

Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Banker, dan Nasabah, h. 40. 58

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 327

Page 62: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

49

3. Kebijakan pemerintah

4. Pengaruh lain diluar usaha

5. Kenakalan peminjam

2) Menggali potensi peminjam

Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi

kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau

membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau

angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam

agar usah ayang telah digunakan lebih efektif digunakan. Hal-hal

yang perlu diperhatikan;

a) Adakah peminjam memiliki kecakapan yang lain?

b) Adakaha peminjam memiliki usaha yang lain?

c) Adakah penghasilan lain peminjam?

3) Melakukan perbaikan akad (remedial)

4) Memberiakan peminjaman ulang, mungkin dalam bentuk;

pembiayaan al-Qardul Hasan; Murabahah atau Mudharabah

5) Penundaan pembiayaan

6) Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang

waktu atau akad dan margin baru

7) Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.59

Secara umum proses penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat

dilakukan dengan cara antara lain:

59

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 328.

Page 63: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

50

1. Rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran

pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.

2. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat

pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran angsuran,

jangka waktu dan margin.

3. Restructuring, yaitu tindakan bank kepada nasabah dengan cara

menambah modal nasabah dengan pertimbangan bahwa nasabah

membutuhkan tambahan dana tau usaha yang dibiayai masih layak.

4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari tiga jenis metode yang

digunakan diatas. Misalnya kombinasi antara restrukturisasi dengan

reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.

5. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir

apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau

sudah tidakk mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.60

6. Jaminan/Agunan Pembiayaan

a. Pengertian Jaminan

Pada penjelasan Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 23 UU No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menegaskan bahwa

“Penyaluran dan berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Syariah

dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam

pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan

Bank Syariah dan UUS”. Untuk itu “Bank Syariah dan/atau UUS

60

Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),

Cet-2, h. 131.

Page 64: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

51

harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon

Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban

pada waktunya. Sebelum Bank Syariah dan/atau UUS menyalurkan

dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas. Dan untuk memperoleh

keyakinan tersebut. Bank Syariah dan/atau UUS wajib melakukan

penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,

agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah Penerima

Fasilitas.61

Dalam hukum islam berkaitan dengan jaminan utang dikenal

dua istilah yaitu kafalah dan rahn. Menurut Bank Indonesia

kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful alaih) yang

diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan

(kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang

yang menjadi hak penerima jaminan (makful). Sedangkan menurut

Bank Indonesia, Rahn adalah akad penyerahan barang/harta

(marhun) dari nasabah (rahin) kepada Bank (murtahin) sebagai

jaminan sebagian atau seluruh utang.62

b. Penyitaan Barang Jaminan

Penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syariah sangat

tergantung pada kebijakan manajemen. Ada yang melakukan

eksekusi, namun adapula yang tidak melakukan eksekusi jaminan

61

Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.

42. 62

Faturrahman Djamil. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, h.

44-45.

Page 65: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

52

pada nasabah yang mengalami kemacetan pembiayaan.

Kebanyakan bank syariah lebih memberlakukan upaya

rescheduling, reconditioning, dan pembiayaan ulang dalam bentuk

al-Qardhul hasan dan jaminan harus tetap ada sebagai persyaratan

jaminannya.63

Penyitaan barang jaminan diperbolehkan dalam islam

berdasarkan hadis nabi yang berbunyi sebagai berikut:64

بي صلى هللا عليه وسلم حجر عل ى معاذ ماله عن كعب بن مالك ان الن وباعه فى دين كان عليه )رواه الدار قطنى(

Artinya:

“Dari Ka’ab bin Malik bahwa sesungguhnya nabi SAW pernah

menyita harta Mu’az dan menjualnya untuk membayar hutangnya.”

(HR. Daruquthni)

Kalupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan,

maka penyitaan dilakukan kepada nasabah yang memang nakal dan

tidak mengembalikan pembiayaan. Namun penyitaan jaminan tetap

dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut

islam, atau strategi collection langsung, seperti:

a. Simpati : sopan, menghargai dan fokus ke tujuan penyitaan

b. Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakanuntuk

kepentingan nasabah, kebangkitan kesadaran nasabah untuk

mengembalikan utangnya.

63

Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankiratas Kredit Macet Nasabah,

(Bandung: PT Alumni. 2009), h. 68 64

A. Qadir Hasan, Terjemah Nailul Authar: Himpunan Hadits-Hadits Hukum,

(Jakarta: PT Bina Ilmu, 1993), jilid 4, h. 1803

Page 66: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

53

c. Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan

sebelumnya tidak diperhatikan.

E. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah (NPF/Non Performing

Financing)

Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam yakni:

a. NPF (Gross): perbandingan antara pembiayaan yang memiliki kualitas

kurang lancar (kol 2), diragukan (kol 3), macet (kol 4) dibandingkan

dengan total pembiayaaan yang disalurkan.

Rumus :

NPF (Gross) = Pembiayaan kol 2-4 x 100%

Total Pembiayaan

b. NPF (Neto) : Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki Kualitas

Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), Macet (Kol 4) dikurangi

dengan PPAP khusus Kol 2-4 dibandingkan dengan total pembiayaan

yang disalurkan.

Rumus :

NPF (Neto) : (Perbandingan kol 2-4) – (PPAP kol 2-4) X 100 %

Total pembiayaan

Page 67: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

54

Keterangan;

1) Pembiayaan yang diberikan merupakan pembiayaan yang

diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank

lain).65

2) Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi

PPAP).

Perhitungan pembiayaan bermasalah dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana perkembangan pembiayaan bermasalah yang terdapat pada

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam, yang kemudian

hasil tersebut juga akan mengetahui apakah strategi yang digunakan oleh

BPRS Al-Salaam efektif dalam menekan pembiayaan bermasalah selama

periode 2014-2016.

65

Katiyo, Analisa Kredit dan Risiko, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2004), h.

67.

Page 68: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

55

BAB III

GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

SYARIAH (BPRS) AL SALAAM

A. Sejarah Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al

Salaam

PT BPR Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al-

Salaam, didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai

oleh para alumni Intitut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid

Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama

menimba ilmu diperguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk

melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di

Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial

dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang

ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan

mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) dengan nama BPR Al Salaam.1

BPR Al Salaam didirikan dengan modal awal Rp 69.800.000,- dan

jumlah pemegang saham 40 orang, pada tahun 2003 modal tumbuh

menjadi Rp 1.280.000.000,- dan jumlah pemegang saham menjadi 103

1 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 69: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

56

orang, hingga tahun 2015 modal meningkat menjadi Rp 11.848.108.000,-

dengan 161 pemegang saham.2

Prinsip awal Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk

turut serta dalam membantu perekonomian masyarakat melalui pelayanan

lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan

memberikan pelayanan perbankan yang dijiwai ajaran islam dan dikelola

sesuai dengan prinsip ekonomi syariah yaitu kesetaraan, keterbukaan, serta

keadilan bagi hasil antara nasabah dan pihak bank. Berbeda dengan badan

usaha swasta pada umumya, BPR Al Salaam merupakan usaha yang

berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang tetap menjunjung

tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan

pelayanan “Retail Banking” bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto

“Maju Dalam Kebersamaan”.

Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Februari 1992

berdasarkan akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah

dengan Akte No. 14 Tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris

di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat

Keputusan No. C-27937.ht.01.01.th.91 tanggal 19 Desember 1991 dan

didaftarkan pada kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No.

WB.DH.1.PR.01.1092 serta diumumkan dalam tambahan No. 657 dari

berita Negara RI No. 13 tanggal 14 Februari 1992 dan tambahan No. 5045

dari berita Negara RI No. 70 tanggal 1 September 2000.

2 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 70: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

57

Sesuai aspirasi dan idealisme para pemegang saham yang sejak awal

pendirian ingin menjadikan BPR Al-Salaam sebagai lembaga kuangan

bagi masyarakat dengan pelayanan perbankan yang berazaskan keislaman,

maka pada tanggal 3 Juli 2006 BPRS Al Salaam berubah dari BPR

konvensional menjadi BPR Syariah.3

B. Visi, Misi dan Tujuan

1. Visi

Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah terbaik di Indonesia

2. Misi

Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang menghasilkan produk

jasa perbankan terbaik bagi nasabah dan menciptakan kondisi yang

kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral

dengan orientasi pembangunan usaha kecil dan menenngah menuju

kesejahteraan bagi stake holder.

3. Tujuan

a. Dengan profesionalisme tinggi berusaha memberikan pelayanan

kepada nasabah melalui penyediaan jasa keuangan yang optimal

dalam hal kualitas, kenyamanan, keamanan, dan keuntungan dalam

hal berinvestasi

b. Memberikan tingkat kesejahteraan yang baik bagi seluruh

karyawan

3 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 71: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

58

c. Memberikan hasil yang terbaik bagi stakeholder.4

C. Produk Pembiayaan BPRS Al Salaam5

1. Pembiayaan Kendaraan

a. Kredit Motor Syariah

Kredit motor syariah adalah produk penyaluran dana untuk kepemilikan

sepeda motor. Kriteria motor yang akan dibeli yaitu motor baru

dengan merk Honda, Suzuki, Yamaha, Kawasaki. Jangka waktu

angsuran yaitu 11 bulan, 17 bulan, 23 bulan, 29 bulan, 35 bulan.

Kriteria nasabah untuk produk kredit motor syariah yaitu:

1) Warga Negara Indonesia perorangan, atau

2) Badan Usaha

3) Memiliki sumber penghasilan untuk pengembalian

pembiayaan

b. Kredit Mobil Syariah

Kredit mobil syariah adalah produk penyaluran dana untuk

kepemilikan mobil, baik mobil baru maupun mobil bekas. Kriteria

mobil yang akan dibeli yaitu mobil baru atau mobil bekas dengan

usia mobil maksimal 10 tahun dari tahun pengajuan. Ketentuan

mobil tersebut dengan merk mobil Honda, Toyota, Suzuki,

Daihatsu, Mitsubishi, Isuzu, Datsun, atau mobil dengan merk dari

4 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

5 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 72: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

59

Eropa. Jangka waktu angsuran maksimal hingga 60 bulan (5 tahun).

Persyaratan yang harus dimiliki oleh nasbah yaitu:

1) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan

2) Slip Gaji atau Surat Keterangan Gaji atau laporan keuangan

usaha (jika wiraswasta).6

2. Pembiayaan Rumah dan Ruko

Pembiayaan rumah dan ruko adalah pembiayaan Syariah KPR iB

produk penyaluran dana untuk kepemilikan rumah tinggal dan ruko.

Kriteria nasabah yaitu Warga Negara Indonesia yang memiliki sumber

penghasilan untuk pengembalian pembiayaan, atau Badan usaha,

jangka waktu angsuran maksimal hingga 120 bulan (10 tahun).

Persyaratan yang harus dimiliki oleh nasabah pembiayaan rumah dan

ruko yaitu:

a. Memiliki sumber pengembalian pembiayaan

b. Slip Gaji atau Surat Keterangan Gaji atau laporan keuangan usaha

(jika wiraswasta)

c. Bersedia membayar uang muka sebesar 20% dari harga pasar

penilaian bank.

3. Pembiayaan Modal Kerja

a. Pembiayaan Syariah Modal Usaha (PSMU)

Produk penyaluran dana untuk kebutuhan modal kerja atau

investasi usaha dengan plafond maksimal Rp 1,5 milyar. Kriteria

6 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 73: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

60

nasabah yaitu Warga Negara Indonesia perorangan yang memiliki

usaha (pengusaha); Badan usaha dan Perseroan Terbatas. Jangka

Waktu Angsuran maksimal hingga 60 bulan (5 tahun).

Persyaratan nasabah PSMU yaitu:

a) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan

b) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank

c) Mempunyai jaminan berupa surat tanah (SHM/SHGB) atau

surat kendaraan (BPKB).7

4. Pembiayaan Umum

Produk penyaluran dana untuk kebutuhan multiguna dengan plafond

pembiayaan yang diberikan mulai dari Rp 15 juta. Sistem

pembiayaannya secara syariah dengan akad pembiayaan murabahah,

mudharabah, ijaroh. Penentuan Jenis akad pembiayaan disesuaikan

dengan tujuan penggunaan dana. Jangka waktu angsuran maksimal

hingga 60 bulan (5 tahun).

Kriteria nasabah yaitu Warga Negara Indonesia perorangan yang

memiliki usaha sendiri (pengusaha) ataupun karyawan, termasuk juga

nasabah BPRS Al Salaam yang masih mempunyai pembiayaan produk

lain di BPRS Al Salaam.

Persyaratan nasabah pembiayaan umum yaitu:

a. Memiliki sumber pengembalian pembiayaan

b. Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank

7 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 74: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

61

c. Mempunyai jaminan berupa surat tanah (SHM/SHGB) atau surat

kendaraan (BPKB)

5. Pembiayaan Mikro

a. Pembiayaan Sahabat Al Salaam iB (PSA iB)

Produk penyaluran dana untuk kebutuhan multiguna dengan

plafond yang diberikan minimal Rp 3 juta dan maksimal Rp 10 juta.

Jangka waktu angsuran maksimal hingga 24 bulan (2 tahun).

Persyaratan nasabah pembiayaan mikro yaitu:

a) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan.

b) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank.

c) Memiliki jaminan berupa surat kendaraan (BPKB).8

b. Pembiayaan Kelompok Tanggung Renteng (KTR)

Produk penyaluran dana berkelompok yang diberikan kepada ibu-

ibu yang ingin mengembangkan usaha mikronya dengan plafond

yang diberikan mulai dari Rp 1 juta dan maksimal Rp 5 juta.

Kriteria nasabah yaitu warga negara Indonesia wanita perorangan

yang sudah pernah menikah dan berkomitmen dalam kelompok

pembiayaan. Jangka waktu angsuran maksimal hingga 12 bulan (1

tahun). Persyaratan nasabah pembiayaan KTR yaitu:

a) Memiliki sumber pengembalian pembiayaan

b) Memiliki tempat tinggal tetap di wilayah kerja bank.9

8 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

9 www.bprsalsalaam.co.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 75: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

62

D. Struktur Organisasi BPRS Al-Salaam

Page 76: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

63

E. Pembagian Kerja (Job Description)

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam BPRS Al-Salaam,

RUPS ini membahas dan menetapkan antara lain:

a. Anggaran Dasar

b. Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha

BPRS Al-Salaam.

c. Rencana kerja dan anggaran BPRS Al-Salaam.

d. Pengesahan laporan.

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Secara umum tugas dan tanggung jawab dari DPS antara lain:

a. Mengawasi proses pengembangan produk baru bPRs al-Salaam.

b. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah nasional untuk produk

baru BPRS yang belum ada fatwanya.

c. Melakukan review secara berkala terhadap mekanisme

penyaluran dana serta pelayanan jasa BPRS Al-Salaam.

d. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari

satuan kerja BPRS dalam rangka pelaksanaan tugasnya.10

3. Dewan Komisaris

Pada BPRS Al-Salaam ketentuan Dewan Komisaris sebagai berikut:

a. Dewan Komisaris BPRS Al-Salaam dipilih dari RUPS.

10

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017.

Page 77: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

64

b. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas perkembangan BPRS

Al-Salaam dalam: memberikan pengarahan, mengontrol

operasional BpRS Al-salaaam dan membantu Dewan Direksi

dalam memecah masalah yang dihadapi serta memberikan laporan

kepada RUPS.

4. Direktur Utama

a. Bertanggung jawab atas perkembangan BPRS al-Salaam,

memriksa BPRS Al-Salaam, memberi pengarahan, mengontrol

operasional BPRS Al-Salaam, membantu para staf memecahkan

masalah yang dihadapi serta memberikan laporan kepada dewan

komisaris.

b. Menyetujui arus kas sesuai dengan batas kewenangan yang

diberikan kepadanya.

5. Direktur Bisnis

a. Bertanggungjawab atas pencapaian target pembiayaan (Dropping)

b. Bertanggungjawab dalam penanganan pembiayaan bermasalah

c. Memantau secara terus menerus efektifitas dan kolektibitas

pembiayaan.11

6. Direktur Operasional

a. Pencapaian target funding

b. Memimpin, mengawasi dan bertanggungjawab atas terlaksananya

kelancaran kerja dibagian operasional.

11

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017.

Page 78: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

65

7. Kepala Divisi Umum

a. Melakasanakan tugas pencatatan, pengadministrasian dan

mengawasi ketersediaan perlengkapan layanan.

b. Menyediakan segala yang berhubungan dengan ATK.

c. Bertanggungjawab dalam mengatur pembangunan dan renovasi

kantor.

d. Mengatur keuangan dikantor pusat

8. Kepala Divisi Motor

a. Menentukan target produk motor

b. Bertanggungjawab dalam mengadakan pameran atau promo-

promo

9. Kepala Bagian Collection

a. Melakukan penagihan kepada nasabah yang mengalami

pembiayaan bermasalah

b. Mengadakan pelatihan untuk CRO

c. Membantu cabang-cabang untuk penagihan pembiayaan

bermasalah.12

10. Kepala Bagian Remedial

a. Melakukan penanganan terhadap nasabah yang tidak

melaksanakan kewajibannya.

b. Melakukan penagihan langsung terhadap nasabah macet.

12

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017.

Page 79: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

66

c. Melakukan sita jaminan bila nasabah macet tersebut tidka

membayar kewajiban pembiayaannya.

d. Menagih nasabah yang termasuk nabah pembiayaan bermasalah

kol 4 (macet).13

11. Kepala Bagian Accounting

a. Upload data ke kantor kas.

b. Memeriksa hasil auto debet.

c. Mendaftarkan premi asuransi.

d. Mengembalikan selisih lebih premi asuransi.

e. Download data dari kantor kas.

f. Mencetak kas utama.

g. Mencetak mutasi harian deposito dan tabungan.

h. Memriksa seluruh jurnal transaksi harian

i. Membuat laporan BI

j. Membuat laporan pajak

k. Membuat naraca pajak

l. Membuat naraca pubikais untuk BI

m. Tugas lain yang diberikan atasan atau Direksi.14

12. Kepala Bagian Legal

a. Meneliti dan menilai serta memberikan saran mengenai

kewenangan calon nasabah dalam pengajuan pembiayaan.

13

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017. 14

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017.

Page 80: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

67

b. Melakukan analisa yuridis atas permohonan pembiayaan.

c. Menyiapkan berkas-berkas untuk akad pembiayaan dan

pengikatan jaminan.

13. Kepala Bagian Audit

a. Melaksanakan proses pemeriksaan/audit internal bagi seluruh

divisi cabang dan melaporkannya dalam bentuk laporan audit.

b. Melakukan audit kerja pegawai

c. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.

d. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan

pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap

penyelewengan.15

14. Kepala Bagian Funding

a. Mengidenifikasi kebutuhan nasabah dan menawarkan kebutuhan

yang sesuai

b. Memperkenalkan, mempromosikan, memasarkan produk dan

memperluas jaringan atau relasi antar perbankan atau dengan

dunia diluar perbankan itu sendiri.

c. Bertanggung jawab pada pencapaian target bidang usaha Funding

(pendanaan).16

15

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017. 16

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017.

Page 81: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

68

F. Jumlah Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Al-Salaam Periode 2014-2016.

Berdasarkan laporan keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) Al-Salaam pada periode 2014-2016, dapat dilihat bahwa

pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Al-Salaam selalu meningkat setiap tahunnya (Tabel 3.1) namun besarnya

total pembiayaan tersebut juga diikuti dengan banyaknya jumlah nasabah

yang melakukan pembiayan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) Al-Salaam yang mencapai 12. 371 nasabah di tahun 2016.17

Tabel 3.1

No Kolektibitas

31-Des-14 31-Des-15 31-Des-16

Ribuan Rp Ribuan Rp Ribuan Rp

1 Lancar 141.065.606.709 144.828.563.810 162.859.700.216

2 Kurang Lancar 993.398.792 724.865.626 1.542.064.833

3 Diragukan 1.285.795.064 764.220.077 759.907.209

4 Macet 4.387.134.253 5.100.379.575 5.603.461.280

Total Pembiayaan 147.731.934.818 151.418.029.088 170.765.133.538

Sumber: Laporan Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam Periode 2014-

2016

Dengan jumlah pembiayaan yang terus meningkat setiap tahunnya hal

ini juga harus mendapat perhatian yang serius oleh Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam untuk tetap menjaga agar kondisi

pembiayaan yang telah disalurkan dalam keadaan baik, dengan

17

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 15 September 2017

Page 82: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

69

meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah yang merupakan risiko

yang ada pada setiap pemberian pembiayaan.

Page 83: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

70

BAB IV

ANALISIS STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN

BERMASALAH (NON PERFORMING FININCING/NPF) PADA BANK

PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) AL SALAAM PERIODE

2014-2016

A. Prosedur Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-

Salaam

Kelangsungan usaha suatu bank tergantung dari kemampuan bank

dalam melakukan penanaman dana dengan mempertimbangkan prinsip

kehati-hatian dan prinsip syariah.1 Pada bank syariah penanaman dana

tersebut biasa disebut pembiayaan, pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

bank syariah memiliki metode atau prosedur yang berbeda-beda sesuai

dengan SOP (Standar Operating Procedure) pengajuan permohonan

pembiayaan yang berlaku.

Secara umum prosedur pembiayaan BPRS Al Salaam dilakukan

dengan melalui tahapan sebagai berikut:2

1. Tahap Pengajuan Permohonan Pembiayaan

Dalam pengajuan permohonan pembiayaan dilakukan secara

tertulis kepada pihak BPRS Al-Salaam, pengajuan pembiayaan

nasabah yang hendak melakukan pembiayaan bisa menghubungi

1

Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2012), h. 82. 2

Wawancara Pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017.

Page 84: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

71

kantor BPRS Al Salaam via telfon atau datang langsung ke kantor

BPRS Al Salaam. Calon nasabah kemudian akan dibantu oleh

Custumer Service untuk mengisi formulir pendaftaran atau formulir

pengajuan permohonan pembiayaan yang sudah disediakan pihak

bank. Nasabah yang mengajukan pembiayaan akan dilayani oleh

bagian marketing pembiayaan, kemudian bagian marketing

pembiayaan akan meminta nasabah untuk memberikan fotocopy

KTP terlebih dahulu untuk dilakukan pengecekan di BI Checking

dan diminta untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh

BPRS Al Salaam dalam hal pengajuan pembiayaan, persyaratan

tersebut terdiri dari:3

a) Fotocopy KTP pemohon

b) Fotocopy KTP suami istri (jika sudah menikah)

c) Fotocopy Kartu Keluarga

d) Fotocopy akta nikah/cerai

e) Fotocopy SHM (Surat Hak Milik) atau SHGB (Sertifikat Hak

Guna Bangunan)

f) Fotocopy STNK dan BPKB (jika jaminan berupa kendaraan)

g) Fotocopy slip gaji 3 bulan terakhir atau surat keterangan

penghasilan (asli)

h) Pembukuan usaha 3 bulan terakhir (untuk nasabah yang

mengajukan pembiayaan dibawah 150 juta)

3

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017.

Page 85: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

72

i) Pembukuan usaha 6 bulan terakhir (untuk nasabah yang

mengajukan pembiayaan diatas 200 juta)

Setelah permohonan diterima baik lisan maupun tulian, pihak

bank mulai melakukan investigasi awal dengan mencari informasi

mengenai diri calon nasabah melalui BI Checking dan ke berbagai

sumber. Setelah melakukan pengecekan di BI ckecking dan jika

nasabah dirasa aman maka bagian marketing pembiayaan akan

melakukan survey dengan mengunjungi tempat usaha nasabah yang

bersangkutan. Apabila hasilnya positif maka akan dilanjutkan ke

tahap selanjutnya.

2. Tahap Analisis Pembiayaan

Pada tahap ini bagian marketing akan melakukan tahap

penyelidikan berkas, setelah berkas persyaratan yang diminta

sebelumnya telah dilengkapi oleh nasabah. Pada tahap ini bagian

marketing akan melakukan penilaian terhadap nasabah apakah layak

atau tidak nasabah tersebut mendapatkan pembiayaan. Penilaian

nasabah dilakukan dengan menggunakan analisis 5 C, analisis yang

dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:4

1) Character

Untuk mengetahui karater nasabah bisa dikehatahui dengan

mengecek BI checking yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,

4

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017.

Page 86: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

73

dengan melakukan BI Checking BPRS Al Salaam akan

mengetahui informasi pembiayaan yang pernah dilakukan oleh

nasabah, untuk memverifikasi data yang diterima dari nasabah

dengan data ynag diperoleh dari hasil BI Checking dan melihat

bagaimana track record nasabah, dan mengetahui bagaimana

kelancaran pembiayaan nasabah tersebut apakah masuk daftar

hitam atau tidak.

2) Capacity

Tahap analisis ini kemampuan bayar nasabah akan diketahui

dari dari slip gaji dan transfer gaji nasabah yang telah

disertakan dalam persyaratan yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan pembiayaan, jika nasabah mengajukan

pembiayaan sejumlah dana yang terlalu tinggi dari

penghasilannya, maka pihak BPRS Al-Salaam dalam hal ini

adalah bagian marketing akan mempertimbangkannya dengan

menurunkan jumlah nominal pengajuan pembiayaan atau

menolak pengajuan pembiayaan tersebut.5

3) Colleteral

Dalam analisis ini perlu dijelaskan mengenai jaminan yang

diberikan oleh nasabah atas pembiayaan yang ada atau yang

akan didapat serta kelengkapan dokumen jaminan tersebut

untuk menghindari risiko dikemudian hari. Pada tahap

5

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 87: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

74

penilaian jaminan, bagian marketing akan meniliti objek

jaminan yang akan dijaminkan, objek jaminan harus memenuhi

kriteria jaminan sebagai berikut:6

a) Rumah

1) Kondisi rumah layak huni

2) HGB masih berlaku minimal 3 tahun

3) Ada jalan masuk untuk kendaran roda 4

b) Kendaraan

1) Mobil umur 5 tahun terakhir

2) Motor umur 3 tahun terakhir

3) Pabrikan Jepang

4) Condition

Pada tahap ini bagian marketing pembiayaan memastikan

bahwa usaha yang dilakukan nasabah marketable artinya trend

perkembangan usaha nasabah sampai saat ini dan prospek

perkembangannya dimasa yang akan datang apakah akan

bertahan atau tidak.

5) Capital

Mengetahui keadaan permodalan sumber dana dan bagaimana

penggunaannya, apakah modal cukup untuk menggerakkan

6

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017.

Page 88: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

75

sumber daya secara efektif dan baik tidaknya pengaturan modal

kerja.7

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Salaam dalam

melakukan analisis terhadap nasabah yang layak mendapatkan

pembiayaan adalah dengan melakukan analisis 5 C yaitu character,

capacity, collateral, condition dan capital. Namun dalam praktiknya

BPRS Al-Salaam lebih menekannya pada 3 aspek yaitu, character,

capacity, colleteral dan 2 aspek lainnya yaitu condition dan capital

merupakan aspek pendukung.

3. Tahap Pemberian Persetujuan Pembiayaan

Setelah persyaratan lengkap dan bagian marketing telah melakukan

analisa terhadap persyaratan yang diberikan oleh nasabah dan

ditemukan kesimpulan yang positif maka bagian marketing membuat

memorandum pembiayaan untuk kemudian diajukan ke komite,

kemudian di komite akan diputuskan apakah nasabah tersebut

disetujui atau tidak untuk mendapatkan pembiayaan. Berdasarkan

memorandum pembiayaan tersebut bagian administrasi pembiayaan

memberikan kepada nasabah hasil keputusan komite pembiayaan

dalam bentuk surat (Offering Letter) bila dianggap perlu.8

7

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017 8

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017.

Page 89: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

76

4. Tahap Akad Pembiayaan

Setiap pembiayaan yang telah disetujui dan disepakati, pemohon

pembiayaan tersebut wajib dituangkan dalam perjanjian pembiayaan

(akad pembiayaan) secara terulis. Sebelum pencairan dilakukan

admin pembiayaan harus memeriksa kembali kelengkapan dan

keabsahan pembiayaan yag akan dijanjikan, setelah dirasa yakin

bagian marketing menyiapkan pengikatan pembiayaan dan jaminan

antara bank dengan nasabah dihadapan notaris.

5. Tahap Pencairan

Setelah putusan persetujuan pembiayaan diberikan dan nasabah telah

melakukan akad pembiayaan maka pembiayaan dapat dicairkan.

Jangka waktu pencairan adalah 3 hari setelah dilakukan akad. 9

9

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017.

Page 90: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

77

Bagan 4.1

Proses Pemberian Pembiayaan

Layak diteruskan Tidak

Data Kurang Layak diteruskan Tidak

Data Kurang Disetujui Tidak

Data Kurang Ada masalah hukum Tidak dapat diselesaikan

(membahayakan bank)

Sumber: Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection Bapak andry Dwi Prasetiawan 23

Agustus 2017.

PERMOHONAN PEMBIAYAAN

PENGUMPULAN DATA USAHA

DAN PENINJAUAN JAMINAN

ANALISIS PEMBIAYAAN

ADMINISTRASI PINJAMAN

TO

LA

K P

ER

MO

HO

NA

N P

EM

BIA

YA

AN

PENGIKATAN PEMBIAYAAN DAN

JAMINAN

PENCAIRAN DANA

PENYUSUNAN PROPOSAL

PEMBIAYAAN

PENGUMPULAN DATA

PELENGKAP

Page 91: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

78

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pembiayaan

Bermasalah (Non Performing Financinf/NPF) pada BPRS Al Salaam

Kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya dapat dilihat dari

riwayat dan pengalaman nasabah. Faktor usia, bahkan keluarga sering

sekali menjadi faktor yang sangat penting untuk diketahui, terlebih untuk

usaha mikro dan kecil.10

Pembiayaan bermasalah disebabkan nasabah

tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank karena faktor-faktor

intern nasabah, faktor-faktor intern bank, dan atau karena faktor-faktor

ekstern bank dan nasabah.11

Begitupun halnya dengan BPRS Al-Salaam,

faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pembiayaan bermasalah pada

BPRS Al-Salaam antara lain:12

1. Faktor Internal

Penyebab terjadinya atau adanya pembiayaan bermasalah pada BPRS

Al Salaam adalah adanya pelanggaran yang dilakukan oleh staff bagian

marketing yang menangani pengajuan pembiayaan oleh calon nasabah

pembiayaan (pada waktu itu). Pelanggaran tersebut berupa adanya

kerjasama antara bagian marketing pembiayaan dan nasabah yang

melakukan pengajuan pembiayaan dengan memalsukan atau

memanipulasi data persyaratan yang diajukan untuk mendapatkan

pembiayaan.

2. Faktor Eksternal

10

Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, h. 122 11

Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 92 12

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 92: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

79

a) Nasabah kehilangan pekerjaan (PHK) sehingga tidak mampu

membayar angsuran.

b) Nasabah sakit atau keluarga nasabah sakit, sehingga uang yang

harusnya dipakai untuk membayar angsuran digunakan untuk

berobat

c) Ada masalah keluarga, tidak membayar angsuran karena nasabah

lebih fokus menyelesaikan masalah keluarganya.

d) Adanyanya I’tikad kurang baik dari nasabah, nasabah dengan

sengaja tidak membayar angsuran padahal nasabah mampu untuk

membayarnya.13

Berdasarkan faktor-faktor yang telah dipaparkan diatas, sebagian besar

faktor yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financig/NPF) pada BPRS Al-Salaam adalah faktor intern yaitu

faktor yang terjadi pada nasabah pembiayaan tersebut baik faktor intern

tersebut timbul karena adanya unsur kesengajaan ataupun karena unsur tidak

sengaja dari nasabah.

C. Strategi Menekan Tingkat Pembiayaan Bermasalah (Non Performing

Financing/NPF) pada BPRS Al Salaam

Pembiayaan bermasalah merupakan masalah utama yang harus

dihadapi oleh lembaga keuangan yang menjadikan pemberian

kredit/pembiayaan sebagai produk utamanya. Untuk mengantisipasi

13

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 93: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

80

terjadinya pertumbuhan pembiayaan bermasalah, maka BPRS Al-Salaam

melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya pembiayaan

bermasalah, adapun upaya tersebut antara lain;14

1. Berhati-hati dalam memberikan pembiayaan dan teliti dalam

menganalisis pembiayaan

a) Mengikuti prosedur pembiayaan dengan benar sesuai dengan

SOP (Standar Operating Procedure) pembiayaan yang telah

ditentukan oleh BPRS Al-Salaam

b) Menghindari sikap objektif kepada calon nasabah pembiayaan

dalam memberikan fasilitas pembiayaan.

c) Teliti dalam melengkapi dokumentasi sebelum pembiayaan

direalisasikan.

d) Harus diadakan survey terhadap nasabah dan usaha nasabah, hal

ini dilakukan untuk meyakinkan pihak bank bahwa calon

nasabah layak untuk diberikan fasilitas kredit.

e) Jumlah angsuran yang diberikan pada nasabah disesuaikan

dengan kesanggpan nasabah dalam melunasi angsurannya, hal ini

dilakukan agar nasabah tidak terbebani dalam melaksanakan

kewajibannya sehingga ngsuran dapat dibayarkan tepat waktu.

f) Adanya jaminan pembiayaan, jaminan digunakan sebagai ikatan

antara BPRS Al-Salaam dengan nasabah.

14

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 8 September 2017.

Page 94: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

81

2. Pendekatan kepada nasabah (Approaching)

Melakukan pendekatan kepada nasabah pembiayaan, pendekatan

yang dilakukan pihak bank dapat dilakukan dengan mendatangi

nasabah pembiayaan yang mengalami penunggakan, hal ini dilakukan

untuk mengetahui permasalahan apa yang dialami nasabah sehingga

terlambat membayar angsurannya. Permasalah yang dialami

dibicarakan dan disdiskusikan oleh nasabah dengan pihak bank untuk

kemudian dicari alternatif penyelesaiannya.15

3. Melakukan pengawasan terus-menerus

Pemberian pembiayaan memerlukan pengawasan secara ketat

dan terus-menerus. Tujuan utama pengawasan pembiayaan adalah

untuk mencegah sedini mungkin timbulnya pembiayaan yang tidak

sehat, menurunnya kualitas pembiayaan yan diberikan dan hal-hal lain

yang dapat merugikan bank. Pengawasan terhadap pembiayaan harus

waspada dengan selalu memonitor setiap perkembangan yang tidak

menguntungkan, pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut;16

a) Pengawasan terhadap setiap pemberian pembiayaan yang akan

diberikan, apakah sesuai dengan ketentuan pemberian pembiayaan

yang berlaku.

b) Memantau pelaksanaan dokumentasi dan administrasi pembiayaan

yang telah diberikan.

15

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017 16

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 95: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

82

c) Pemantauan terhadap perkembangan kualitas pembiayaan yang

telah diberikan temasuk perkembangan kegiatan usaha nasabah.

d) Untuk mendapatkan pembiayaan yang baik maka setiap

perkembangan dari nasabah harus dimonitor secara terus-menerus

dan jika menunjukkan gejala yang kurang sehat maka nasabah

tersebut harus segera diklarifikasi dan diambil langkah-langkah

penangannya.

e) Pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap nasabah pembiayaan

namun juga berlaku terhadap semua pejabat pembiayaan yang

terlibat dalam proses pembiayaan.

a) Pengawsan terhadap semua jenis pembiayan, termasuk pembiayaan

kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan nasabah-

nasabah besar yang harus dilakukan secara intensif.

Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah istilah teknis yang biasa

dipergunakan dikalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah

yang dilakukan bank dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

Penyelamatan pembiayaan bermasalah juga bagian yang tidak dapat

dihindari dalam proses pembiayaan yang ada di BPRS Al-Salaam, dimana

pembiayaan merupakan produk utama dari BPRS Al-Salaam. Upaya yang

dilakukan dalam menangani pembiayaan bermasalah di BPRS Al-Salaam

yaitu:17

17

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23Agustus 2017.

Page 96: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

83

Tabel 4.1

Proses Penanganan Pembiayaan Bermasalah

No Kategori Proses Penanganan

1 Lancar Broadcast dan Discollaction

2 Dalam Perhatian Khusus Broadcast dan Discollaction

3 Kurang Lancar

Kunjungan, Surat Peringatan

(SP ), revitalisasi pembiayaan

(structuring, rescheduling,

reconditioning)

4 Diragukan

Kunjungan, Surat Peringatan

(SP), revitalisasi pembiayaan

(structuring, rescheduling,

reconditioning)

5 Macet

Surat Peringatan (SP),

revitalisasi pembiayaan

(structuring, rescheduling,

reconditioning), surat penarikan

jaminan

BPRS Al-Salaam dalam mengatasi pembiayaan yang bermasalah

mengantisipasinya dengan melihat gejala dini terjadinya pembiayaan

bermasalah tersebut, penanganan pembiayaan bermasalah tersebut

dilakukan secara bertahap, yaitu:

a) Collection

Yaitu penagihan secara intensif, dalam hal ini BPRS Al-Salaam

melakuannya dengan dua cara sebagai berikut:

Pertama, dengan cara Broadcast dan Discollaction yaitu dengan

mengirimkan SMS dan menelfon nasabah untuk mengingatan nasabah

untuk membayar angsurannya.

Page 97: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

84

Kedua, penagihan secara persuasive yaitu dengan mengirimkan surat

peringatan kepada nasabah pembiayaan atas keterlambatan

pembayaran angsurannya.

Ketiga, penagihan secara intensif hal ini dilakukan apbila setelah

berulang kali diberikan surat teguran (somasi) tapi nasabah tetap tidak

memenuhi kewajibannya, maka secara intensif nasabah tersebut harus

dikunjungi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam seminggu.18

b) Revitalisasi pembiayaan

Revitalisasi pembiayaan dilakukan dengan melakukan restructuring,

rescheduling, reconditioning.

1) Restructuring (penataan kembali), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan. Pada BPRS Al-Salaam restructuring dilakukan

kepada nasabah dengan waktu peminjaman yang hanya sebentar.

Contoh; nasabah pembiayaan proyek, keterlambatan pembayaran

angsuran dikarenakan lambatnya uang yang turun dari atas

sehingga nasabah meminta tambahan waktu untuk melunasi

angsurannya kepada BPRS Al-Salaam

2) Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan yang hanya hanya menyangkut jadwal pembayaran

dan atau jangka waktunya.

3) Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu perubahan sebagian

atau seluruh persyaratan pembiayaan yang tidak terbatas pada

18

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 98: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

85

perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan

lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo

pembiayaan. Revitalisasi pembiayaan dengan cara disebutkan

diatas hanya dapat dilakukan apabila pada naabah tersebut

memnuhi persyaratan sebagai berikut:

- Nasabah masih kooperatif (mempunyai itikad baik untuk

melunasi seluruh kewajibannya);

- Usaha nasabah masih berjalan dan masih mempunyai prospek

yang baik;19

c) Eksekusi Jaminan

Penyitaan barang jaminan oleh BPRS Al-Salaam tidak dilakukan

secara langsung ketika kualitas pembiayaan nasabah dikategorikan

dalam pembiayaan macet, namun terlebih dahulu melewati beberapa

tahap; pertama, setelah dikeluarkannya surat peringatan (somasi) yang

ke-3 atau SP 3 kepada nasabah pembiayaan dengan kategori macet.

Kedua, bank akan mewarkan kepada nasabah untuk melakukan

revitalisasi pembiayaan (restructuring, rescheduling, reconditionin).

Jika kedua tahapan tersebut telah dilakukan dan nasabah tetap tidak

membayar angsurannya maka penyitaan jaminan akan dilakukan.

Eksekusi jaminan pada BPRS Al-Salaam dilakukan dengan lelang,

lelang tersebut ada dua yaitau:

19

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 99: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

86

1) Lelang Internal, yaitu jika jaminan yang dilelang adalah kendaran.

Maka lelang akan dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS Al-Salaam), hal ini dilakukan karena proses

penjualannya mudah dan meminimalisir biaya yang harus

dikeluarkan jika menggunakan badan lelang.

2) Lelang eksternal, jika jaminan yang di lelang adalah berupa SHM

maka lelang jaminan akan dilakukan di balai lelang. Pelelangan

dapat dilakukan dengan syarat bank telah mengeluarkan somasi

atau Surat Perigatan (SP 3) sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati oleh bank dan nasabah pada saat akad pembiayaan, dan

persyaratan internal seperti proses pengikatannya, sertifikat dan

lain-lain.

d) Penghapusan Pembiayaan

Hal ini dilakukan jika sama sekali tidak terdapat sumber pembayaran

kembali pembiayaan, baik dari hasil usaha maupun penjuaan asset

milik nasabah. Pemilihan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah

sangat tergantung dari permasalahan dan kondisi nasabah, serta

kelengkapan dokumentasi pembiayaan.20

20

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetyawan, 23 Agustus 2017

Page 100: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

87

D. Perhitungan Pembiayaan Bermasalah (Non Performing

Financing/NPF)

Analisis pembiayaan sangat penting bagi BPRS Al-Salaam, karena

hasil analisis pembiayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat

pengembalian pembiayaan dan memperkecil timbulnya pembiayaan

bermasalah. Berikut ini merupakan tabel perbandingan kolektibitas

pembiayaan pada tahun 2014, 2015 dan 2016 pada BPRS Al-Salaam:21

Tabel 4.2

Perbandingan kolektibitas pembiayaan BPRS Al-Salaam

No Kolektibitas

31-Des-14 31-Des-15 31-Des-16

Ribuan Rp % Ribuan Rp % Ribuan Rp %

1 Lancar 141.065.606.709 95,4 144.828.563.810 95,6 162.859.700.216 95,3

2 Non Lancar 6.666.328.109 4.51 6.589.465.278 4.35 7.905.433.320 4.62

a) Kurang Lancar 993.398.792 0,67 724.865.626 0,47 1.542.064.833 0,90

b) Diragukan 1.285.795.064 0.87 764.220.077 0,50 759.907.209 0,44

c) Macet 4.387.134.253 2,96 5.100.379.575 3,36 5.603.461.280 3,28

3 Total

Pembiayaan 147.731.934.818 100 151.418.029.088 100 170.765.133.538 100

Sumber: Laporan keuangan 2014-2016 BPRS Al-Salaam

Untuk menghitung rasio Non Performing Financing (NPF) adalah sebagai

berikut:22

NPF = Pembiayaan kol 2 + kol 3 + kol 4 x 100%

Total pembiayaan

21

Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Collection, Bapak Andry Dwi

Prasetiawan, 5 September 2017. 22

Thomas Suyanto, Dasar-dasar Perkreditan (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 11

Page 101: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

88

Berdasarkan laporan keuangan BPRS Al-Salaam per 31 Desember 2016

tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) berada pada

4.51%. Dengan jumlah out standing pembiayaan kol 2 ditambah pembiayaan kol

3 ditambah pembiayaan kol 4 dibandingkan dengan potofolio pembiayaan tahun

2014. Dengan perhitungan sebagai berikut:

NPF 2014 = Rp 993.398.792 + 1.285.795.064 + 4.387.134.253 x 100% = 4,51 %

Rp 147.731.934.818

Pada tahun 2015 pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)

berada pada tingkat 4.35 %. Tingkat pembiayaan bermasalah pada tahun 2015

pada BPRS Al-Salaam mengalami penurunan sebesar 0.16%. Dengan perhitungan

sebagai berikut:

NPF 2015 = Rp 724.865.626 + 764.220.077 + 5.100.379.575 x 100% = 4,35%

Rp 151.418.029.088

Sedangkan pada tahun 2016 tingkat pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF) berada pada 4.62%. Jumlah tingkat pembiayaan

bermasalah per 31 Desember 2015 ini mengalami kenaikan jumlah pembiayaan

non lancar namun jumlahnya hanya sedikit. Dengan perhitungan sebagai berikut:

NPF 2016 = Rp1.542.064.833 + 759.907.209+ 5.603.461.280 x 100% = 4,62%

Rp 170.765.133.538

Dari data perbandingan diatas dapat diketahui bahwa pembiayaan

bermasalah pada BPRS Al-Salaam di tahun 2014, 2015, dan 2016 terdapat

beberapa pembiayaan yang kurang lancar. Namun meskipun demikian BPRS Al-

Salaam terus berupaya menetapkan strategi penurunan tingkat pembiayaan

Page 102: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

89

bermasalah setiap tahunnya dengan melakukan perbaikan-perbaikan dan inovasi

dalam pencegahan dan penanganan pembiayaan bermasalah sehingga diharapkan

dapat mengurahi tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing/NPF).

Page 103: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis penulis dapat menyimpulkan hasil

penelitian yang telah dilakukan di BPRS Al-Salaam mengenai strategi

dalam menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing/NPF) pada BPRS Al Salaam adalah sebagai berikut:

1. Terdapat lima tahap prosedur pembiayaan pada BPRS Al-Salaam.

Pertama, tahap pengajuan permohonan pembiayaan, pada tahap ini

nasabah mengisi formulir pengajuan permohonan pembiayaan yang

sudah disediakan pihak bank. Kedua, tahap analisis pembiayaan,

pada tahap ini bagian marketing akan melakukan penilaian

terhadap nasabah apakah layak atau tidak nasabah tersebut

mendapatkan pembiayaan. Penilaian nasabah dilakukan dengan

menggunakan analisis 5 C. Ketiga, tahap pemberian persetujuan

pembiayaan yaitu pemberian putusan mengenai persetujuan

pembiayaan. Keempat, tahap akad pembiayaan, setelah pengajuan

pembiayaan disepakati kemudian permohonan pembiayaan wajib

dituangkan dalam perjanjian pembiayaan (akad pembiayaan) dan

kelima, tahap pencairan setelah akad pembiayaan maka

pembiayaan sudah dapat dicairkan.

2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan

bermasalah pada BPRS Al-Salaam adalah adanya faktor internal

Page 104: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

91

dan faktor eksternal. Faktor internal; Terjadinya kesalahan yang

dilakukan oleh marketing pembiayaan yaitu bekerjasama antara

bagian marketing pembiayaan dan nasabah yang melakukan

pengajuan pembiayaan dengan memalsukan atau memanipulasi

data persyaratan yang diajukan untuk mendapatkan pembiayaan.

Faktor eksternal; Nasabah kehilangan pekerjaan (PHK) sehingga

tidak mampu membayar angsuran, nasabah sakit atau keluarga

nasabah sakit, ada masalah keluarga, tidak membayar angsuran

karena nasabah lebih fokus menyelesaikan masalah keluarganya,

adanyanya I’tikad kurang baik dari nasabah.

3. Upaya yang dilakukan BPRS Al-Salaam dalam menekan

pembiayaan bermasalah adalah dengan cara: 1) Berhati-hati dalam

memberikan pembiayaan dan teliti dalam menganalisis pembiayaan;

2) Pendekatan kepada nasabah (Approaching); 3) Melakukan

pengawasan terus-menerus. Selain itu ada juga beberapa cara yang

dilakukan oleh BPRS Al-Salaam dalam menyelesaikan pembiayaan

bemasalah dilakukan secara bertahap, yaitu dengan cara: 1)

Collection; 2) Revitalisasi pembiayaan (restructuring, rescheduling,

reconditioning); 3) Eksekusi Jaminan dan 4) Penghapusan

Pembiayaan.

4. Setelah penelitian yang dilakukan, strategi yang diterapkan oleh

BPRS Al-Salaam dalam menekan pembiayaan bermasalah masih

belum efektif karena berdasarkan laporan keuangan BPRS Al-

Page 105: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

92

Salaam yaitu dari tahun 2014 tingkat NPF nya sebesar 4.51%, dan

mengalami penurunan sebesar 0,16% pada 2015 sebesar 4.35 %,

namun ditahun berikutnya NPF pada tahun 2016 mengalami

kenaikan kembali menjadi 4.62%. Meskipun tingkat NPF di BPRS

Al-Salaam tidak melampaui batas ketentuan NPF yang ditetapkan

yaitu sebesar 5%. Namun penekanan tingkat Non Performing

financing/NPF harusnya dapat lebih dioptimalkan, yaitu dengan

meningkatkan upaya-upaya dalam mengatasi pembiayaan

bermasalah yang ada.

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian dan analisis serta ditarik kesimpulan,

maka penulismemberikan saran untuk dijadikan bahan pertimbangandan

masukan kepada BPRS Al-Salaam yaitu sebagai berikut:

1. Alangkah baiknya jika BPRS Al-Salaam dapat mengaplikasikan

semua aspek analisis 5 C bukan hanya aspek karakter, kapasitas

usaha dan jaminan saja yang diuamakan agar lebih mampu

meminimalisir dan menghindari risiki terjadinya pembiayaan

bermasalah.

2. BPRS Al-Salaam harus bisa meningkatkan upaya dalam

meminimalisir atau mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah,

3. Dapat melaksanakan strategi penekanan pembiayaan bermasalah

yang sudah ada dengan baik, dan lebih serius lagi.

Page 106: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

93

4. Melakukan sistem monitoring yang komprehensif yang

dilaksanakan secara disiplin dan konsisten sehingga dapat

memantau secara dini perkembangan dan gejala-gejala nasabah

yang kurang baik.

Page 107: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

94

DAFTAR PUSTAKA

Al-Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Dipenogoro, 2005).

Antonio, M. Syafi’i, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,

2001).

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,

2006).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitia: Suatu Pedekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010).

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: K Kencana

Prenamedia Group, 2013).

Danupranata, Gita, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba

Empat, 2013).

David, Fred R, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002).

Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2012).

Hadiyati, Puji, e- Jurnal Manajemen dan Bisnis, Pengaruh Non Performing financing

Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia. Vol

1, No. 1, Oktober 2013, 5

Hasan, A. Qadir, Terjemah Nailul Authar: Himpunan Hadits-Hadits Hukum, (Jakarta:

PT Bina Ilmu, 1993), jilid 4.

Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT

Indonesia, 2003)

Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), ed.revisi 14.

Katiyo, Analisa Kredit dan Risiko, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2004).

Lewis, Mervyn K, dan Latifa M. Algoud, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek,

(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001).

Mabun, B.N., Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Harapan, 2003), Cet-1.

Page 108: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

95

Mahmoedin, A.S., Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

2002).

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001).

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,

2016), Cet-1.

Nofianti, Nana. dkk. Analisis Pengaruh Return (ROA), Biaya Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing to Deposits Ratio

(FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Tingkat Bagi Hasil

Deposito Mudharabah, vol. 5, No. 1, April 2015

Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah,

(Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2011).

Pearce and Robinson, Manajemen Strategik, Jilid 1. Penerjemah Agus Maulana

(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997).

Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep

Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 1999).

Rivai, Veithzal, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking; Sebuah Teori Konsep dan

Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara. 2010).

_____________, Credit Management Handbook: Teori, konsep, prosedur dan

aplikasi panduan praktis mahasiswa, banker,dan nasabah, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2006).

Riyanto Al Arif, Nur dan Ruke Rahmawati, MA, Manajemen Risiko Perbankan

Syariah, (Jakarta: UIN PRESS UI Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

Sedarmayanti, Manajemen Strategi, (Bandung: Refika Aditama, 2014).

Sihombing, Jonker, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah,

(Bandung: PT Alumni. 2009).

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:Kencana 2009).

Solihin, Ismail, Manajemen Strategi, (Jakarta: Erlangga, 2012).

Page 109: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

96

Staurus, Anslem dan Juliet corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Penyadur :

Djunaidi Ghony, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2007).

Subagyo, Ahmad, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah; Teori

dan Praktik, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015).

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonesia, 2008).

Suyanto, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan (Jakarta: Gramedia, 1989).

Syahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2007), Cet-III.

Usman, Abdul Halim, Manajemen Strategis Syariah, (Jakarat: Zikrul Hakim, 2015),

Cet-1.

Usman, Rachmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), Cet-1

Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2012).

Yusanto, Muhammad Ismail, dan Widjajakusuma, Muhammad Karebet, Manajemen

Strategi Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003).

www.repository.uinjkt.co.id

www.bi.go.id

www.bprsalsalaam.co.id

Page 110: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Page 111: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Page 112: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 3 : Surat Penelitian Skripsi

Page 113: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 4 : Formulir Permohonan Pembiayaan

Page 114: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 5 : Akta Perjanjian Pembiayaan Murabahah

Page 115: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 6 : Surat Kuasa Membebankan Jaminan Secara Fiducia

Page 116: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 7 : Contoh Surat Peringatan (somasi)

Page 117: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 8 : Contoh Surat Perintah Penarikan

Page 118: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Andry Dwi Prasetiawan

Umur : 33 Tahun

Jabatan : Kepala Bagian Collection

Hari/Tanggal : Kamis,

Waktu : 10:00 – 12:00

Tempa : Kantor BPRS Al-Salaam Jl. Cinere Raya Blok A No. 4,

Kota Depok, Jawa Barat 16514.

1. Apa saja persyaratan dalam pengajuan pembiayaan?

Jawab:

a. Fotocopy KTP pemohon

b. Fotocopy KTP suami istri (jika sudah menikah)

c. Fotocopy Kartu Keluarga

d. Fotocopy akta nikah/cerai

e. Fotocopy SHM (Surat Hak Milik) atau SHGB (Sertifikat Hak Guna

Bangunan)

f. Fotocopy STNK dan BPKB (jika jaminan berupa kendaraan)

Page 119: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

g. Fotocopy slip gaji 3 bulan terakhir atau surat keterangan penghasilan (asli)

h. Pembukuan usaha 3 bulan terakhir (untuk nasabah yang mengajukan

pembiayaan dibawah 150 juta)

i. Pembukuan usaha 6 bulan terakhir (untuk nasabah yang mengajukan

pembiayaan diatas 200 juta)

2. Bagaimana prosedur pengajuan pembiayaan?

Jawab;

Nasabah bisa telfon atau langsung datang ke kantor BPRS Al-Salaam, jika

sudah ada kontak dengan marketing, marketing akan meminta nasabah untuk

menyiapkan persyaratan namun biasanya marketing terlebih dahulu meminta

fotocopy KTP nasabah untuk dilakukan BI Checking. Jadi ketika nanti

marketing melakukan survey jadi tidak sia-sia, karna jika dari BI Checkingnya

sudah jelek jadi tidak usah dilakukan survey. Jika dirasa oke BI Checking

juga oke maka nasabah diminta untuk mengisi permohonan pembiayaan.

Setelah marketing melakukan survey, apabila setelah pesyaratan lengkap

marketing akan membuat memorandum pembiayaan untuk diajukan ke

Komite pembiayaan untuk kemudian dibuat keputusan apakah disetujui atau

tidak. Jika disetujui marketing menyampaikan kepada nasabah. Untuk

pembiayaan dengan jaminan SHM nasabah harus datang ke kantor BPRS Al-

Salaam untuk melakukan akad karena harus ada notaris.

Page 120: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

3. Apa penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah?

Jawab:

Faktor penyebab pembiayaan bermasalah berasal dari internal dan eksternal.

Kalau dari internal atau dari nasabah yaitu: 1) Biasanya nasabah kehilangan

lapangan pekerjaan atau di PHK. 2) Nasabah sedang sakit. 3) Nasabah cerai 4)

Usaha nasabah bangkrut, jadi nasabah tidak bayar.

Sedangkan dari internal; biasanya dari marketing yang bohong dengan

melakukan pemalsuan data, ada yang seperti itu namun tidak banyak.

4. Bagaimana analisis yang dilakukan untuk mengetahui nasabah yang layak

untuk mendapatkan pembiayaan?

Analisis menggunakan analisis 5 C, namun lebih ditekankan kepada tiga hal

berikut:

1) Karakter; karakter nasabah bisa dilihat dari BI Checking.

2) Dari segi jaminan;

Kriteria jaminan seperti rumah dengan kualifikasi sebagai berikut; 1)

Kondisi rumah layak huni, 2) HGB masih berlaku minimal 3 tahun. 3)

Ada jalan masuk untuk kendaran roda 4. Sedangkan dengan jaminan

Kendaraan dengan kriteria sebagai berikut; 1) Mobil umur 5 tahun terakhir,

2) Motor umur 3 tahun terakhir, 3) Pabrikan Jepang.

3) Kesanggupan nasabah untuk membayar angsurannya, jadi jumlah

pembiayaan yang diajukan nasabah harus sesuai dengan kesanggupannya

membayar sesuai dengan pendapat yang ia miliki jika nasabah

Page 121: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

mengajukan pembiayaan sebesar jumlah tertentu sedang pendapatannya

tak memungkinkan nasabah tersebut untuk membayar angsurannya maka

kita turunkan plafondnya. Angsuran 30% dari penghasilan nasabah

5. Bagaimana penanganan pembiayaan bermasalah yang terjadi di BPRS –Al-

Salaam?

Jawab:

1) 0-7 memakai discollection dan sms broadcast nasabah yang telat, 0 hari

dilakukan discallection atau broadcast sehari sebelum waktu pembiayaan

2) 8-30 dan 30-90 dipegang oleh CRO langsung menemui nasabah untuk

mengetahui kenapa macet, diberikan surat somasi atau sp 1 - 3 jika ketika

diberikan somasi 1 pembiayaan nasabah kembali normal maka tidak akan

didatangi lagi namun jika sudah sp 3 namun nasabah tetap membandel

maka jaminan akan disita. Penyitaan jaminan dilakukan dengan cara

kekluargaan jadi ketika nasabah macet dan harus dilakukan penaikan

jaminan maka bprs al-salaam akan terlebih dahulu menanyakan

kesanggupan nasabah untuk membayar agar tidak dilakukan penyitaan

jaminan jika nasabah sanggup dan berjanji untuk membayar tepat waktu

maka penyitaan jaminan tidak dilakukan namun jika nasabah tidak

sanggup untuk membayar maka penyitaanakan dilakukan .

Dengan menggunakan restructuring, rescheduling, reconditioning.

Restructuring dilakukan dengan melihat kondisi nasabah, nasabah yang

mempunyai itikad baik BPRS berani untuk melakan restructuring,

Page 122: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Tergantung kondisi dilapangan apakah nasabah masih kooperatif atau

tidak jika nasabah masih kooperatif maka akan dilakukan restructuring

dengan perjanjian nasabah tidak boleh membayar lewat dari 1 bulan.

Untuk rescheduling, reconditioning sama dengan restructuring, jadi

dengan melihat kondisi lapangan upaya-upaya tersebut akan dilakukan

jika nasabah kooperatif tapi jika tidak terpaksa akan dilakukan penyitaan

jaminan.

6. Bagaimana mengetahui penyebab terjadinya nasabah yang mengalami

pembiayaan macet?

Jawab:

Dengan kunjungan ke nasabah bank akan tahu penyebab nasabah mengalami

pembiayaan bermasalah.

7. Bagaimana proses penyitaan jaminan di BPRS Al-Salaam?

Jawab:

Setelah melakukan sp 3 kali nasabah tidak ada pembayaan dan nasabah tidak

kooperatif maka dilakukan penyitaan. Lelang jaminan di BPRS Al-Salaam

dilakukan dengan 2 cara. Pertama jika jaminan SHM, jaminan akan dilelang

di balai lelang dengan syarat bank telah melakukan SP sebanyak 3 kali (sudah

dilampirkan ketika akad pembiayaan) dan persyaratan internalnya seperti

proses pengikatannya sertifikatnya dll. Dan ada lelang internla jadi tidak

menggunakan balai lelang.

Page 123: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan
Page 124: STRATEGI MENEKAN TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan

Lampiran 10 : Dokumentasi Wawancara

Dokumentasi bersama Kepala Bagian Collection Bapak Andry Dwi Prasetiawan,

Cinere, 23 Agustus 2017