8
321 STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN MAROS (The Cattle Waste Utilization Strategy as Farmer Welfare Improvement Solution In Maros Regency) Muhammad Risal a dan Syahdar Baba b a Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian YAPIM Maros b Laboratorium Penyuluhan dan Sosilogi Peternakan Fak. Peternakan Unhas ABSTRAK Kajian ini bertujuan mengidentifikasi besarnya potensi limbah peternakan sapi potong dan permasalahan-permasalahan yang menjadi penghambat pemanfaatan limbah tersebut serta menghasilkan konsep sebagai solusinya. Metode kajian yang dilakukan adalah observasi melalui interview terhadap stekholder di kabupaten Maros. Hasil kajian ini adalah Kabupaten Maros memiliki potensi limbah ternak sapi potong yang melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal kerena pengolahan yang dilakukan selama ini belum berorientasi pasar. Konsep yang harus dikembangkan adalah membangun komitmen seluruh stakeholder untuk menciptakan interkoneksitas setiap unit usaha yang dikelola petani/peternak demi tercapainya pertanian terpadu. Key word : Limbah peternakan, Ternak sapi, Kesejahteraan petani PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan pangan memacu pertanian secara intensif untuk menghasilkan pangan sebesar mungkin. Intensifikasi pertanian meningkatkan penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan tanah, Serangan hama, dan penyakit yang meningkat. Kondisi ini mengharuskan penggunaan pestisida secara rutin sehingga penggunaan input pertanian menjadi tidak efisien. Penggunaan input yang sama tahun sebelumnya maka produksi menjadi menurun hal ini menunjukkan menurunkan produktivitas lahan. Perbaikan lahan sudah sepatutnya menjadi prioritas untuk menjaga kelangsungan produksi dan produktivitas lahan. Sadar atau tidak, kita telah dibutakan oleh sistem pertanian saat ini bahwa kita tidak melihat Allah SWT telah membangun sistem yang tidak seharusnya di ubah yaitu dari tanah kembali ketanah dan sebagian untuk dimakan manusia dan sebagian untuk ternak kemudian kembali ketanah. Maka sepatutnya pengembangan pertanian yang manusiawi harus diterapkan yaitu semua bentuk kehidupan harus dihargai (tanaman, hewan dan manusia dihargai. Martabat dasar semua mahluk hidup dihormati dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusian yang mendasar, seperti kepercayaan, harga diri, kerjasama dan rasa sayang (Reijntjes C, dkk. 1999). Pada umumnya petani yang ada dipedesaan segaligus memelihara ternak sebagai sumber pendampatan tambahan keluarga, namun baru batas penjualan ternaknya saja. Peternak belum mengoptimalkan bahwa ternak sapi yang mereka pelihara masih memiliki potensi lain seperti feces dan urine dapat menghasilkan pupuk organik yang bernilai ekonomis tinggi dan biogas untuk memasak.

STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

  • Upload
    vukiet

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

321

STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN MAROS

(The Cattle Waste Utilization Strategy as Farmer Welfare Improvement Solution In Maros Regency)

Muhammad Risala dan Syahdar Babab

aDosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian YAPIM Maros bLaboratorium Penyuluhan dan Sosilogi Peternakan Fak. Peternakan Unhas

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan mengidentifikasi besarnya potensi limbah peternakan sapi potong dan permasalahan-permasalahan yang menjadi penghambat pemanfaatan limbah tersebut serta menghasilkan konsep sebagai solusinya. Metode kajian yang dilakukan adalah observasi melalui interview terhadap stekholder di kabupaten Maros. Hasil kajian ini adalah Kabupaten Maros memiliki potensi limbah ternak sapi potong yang melimpah tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal kerena pengolahan yang dilakukan selama ini belum berorientasi pasar. Konsep yang harus dikembangkan adalah membangun komitmen seluruh stakeholder untuk menciptakan interkoneksitas setiap unit usaha yang dikelola petani/peternak demi tercapainya pertanian terpadu. Key word : Limbah peternakan, Ternak sapi, Kesejahteraan petani

PENDAHULUAN

Peningkatan kebutuhan pangan memacu pertanian secara intensif untuk menghasilkan pangan sebesar mungkin. Intensifikasi pertanian meningkatkan penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan tanah, Serangan hama, dan penyakit yang meningkat. Kondisi ini mengharuskan penggunaan pestisida secara rutin sehingga penggunaan input pertanian menjadi tidak efisien. Penggunaan input yang sama tahun sebelumnya maka produksi menjadi menurun hal ini menunjukkan menurunkan produktivitas lahan.

Perbaikan lahan sudah sepatutnya menjadi prioritas untuk menjaga kelangsungan produksi dan produktivitas lahan. Sadar atau tidak, kita telah dibutakan oleh sistem pertanian saat ini bahwa kita tidak melihat Allah SWT telah membangun sistem yang tidak seharusnya di ubah yaitu dari tanah kembali ketanah dan sebagian untuk dimakan manusia dan sebagian untuk ternak kemudian kembali ketanah. Maka sepatutnya pengembangan pertanian yang manusiawi harus diterapkan yaitu semua bentuk kehidupan harus dihargai (tanaman, hewan dan manusia dihargai. Martabat dasar semua mahluk hidup dihormati dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusian yang mendasar, seperti kepercayaan, harga diri, kerjasama dan rasa sayang (Reijntjes C, dkk. 1999).

Pada umumnya petani yang ada dipedesaan segaligus memelihara ternak sebagai sumber pendampatan tambahan keluarga, namun baru batas penjualan ternaknya saja. Peternak belum mengoptimalkan bahwa ternak sapi yang mereka pelihara masih memiliki potensi lain seperti feces dan urine dapat menghasilkan pupuk organik yang bernilai ekonomis tinggi dan biogas untuk memasak.

Page 2: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

322

POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMANFAATAN LIMBAH SAPI POTONG

Potensi

Bahan baku untuk pembuatan kompos di Kabupaten Maros cukup tersedia dengan dukungan usaha peternakan khususnya ternak besar yang akan memproduksi bahan baku setiap harinya. Populasi ternak sapi di Kabupaten Maros sebesar 58.303 ekor, yang tersebar di 14 kecamatan. Potensi kotoran ternak sapi yang dihasilkan oleh seekor ternak sapi setiap harinya adalah 10 – 30 kg. (Susanty I, 2009).

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Kabupaten Maros dan Potensi Kompos yang dihasilkan.

No Kecamatan Jumlah Ternak

Potensi Feces (Kg/hr)

Potensi Kompos (Kg/hr)

1 Tompo Bulu 11,014 110,140 64,788.24 2 Bantimurung 8,576 85,760 50,447.06 3 Bontoa 1,446 14,460 8,505.88 4 Camba 5,978 59,780 35,164.71 5 Cendrana 7,102 71,020 41,776.47 6 Lau 1,800 18,000 10,588.24 7 Mallawa 3,883 38,830 22,841.18 8 Mandai 2,094 20,940 12,317.65 9 Maros Baru 1,026 10,260 6,035.29 10 Marusu 1,794 17,940 10,552.94 11 Moncongloe 2,021 20,210 11,888.24 12 Simbang 5,328 53,280 31,341.18 13 Tanralili 5,393 53,930 31,723.53 14 Turikale 848 8,480 4,988.24 Jumlah 58,303 583,030 342,958.82

Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012.

Jumlah feces yang dihasilkan dari ternak sapi sebesar 583 ton/hr dengan potensi kompos yang dapat dihasilkan adalah 342 ton/hr atau dalam sebulan 10.260 ton/bulan. Jika asumsi 10% dari populasi dapat menjadi mitra perusahaan kita maka potensi kompos yang dapat dihasilkan adalah 34,2ton/hr.

Hasil produksi kompos akan dipasarkan diKabupaten Maros dan sekitarnya. Kebutuhan Kabupaten Maros sendiri cukup besar setiap musim tanamnya untuk diaplikasikan pada berbagai komoditi.

Prospek pasar pupuk kompos di Kabupaten Maros sangat besar yaitu 21.655 ton per musim tanam. Kebutuhan sebesar ini apa bila semua kelompok tani sudah sadar akan penggunaan pupuk kompos. Untuk saat ini kebutuhan Dinas Pertanian Kabupaten Maros untuk memenuhi kebutuhan kompos dalam program demplot percontohan penggunaan pupuk kompos, yaitu 1 ha per kelompok sehingga kebutuhannya sekitar 923 ton/musim karena pengaplikasiannya dilapangan baru menggunakan 750 kg/ha.

Page 3: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

323

Tabel 2. Jumlah Kelompok, Luas Pertanaman dan Kebutuhan Pupuk Kompos Kabupaten Maros

No Jenis Komoditi Jmlh KLP Luas (Ha) Kebutuhan Kompos (ton)

Kebutuhan Kompos

SLPTT (ton)

1 Padi Lahan Kering 120 3,000.00 3,000.00 90

2 Padi Non Hibrida 463 11,575.00 11,575.00 347 3 Padi Hibrida 408 4,080.00 4,080.00 306 4 Kedelai 120 1,200.00 1,200.00 90 5 Jagung 120 1,800.00 1,800.00 90

Jumlah 1231 21,655.00 21,655.00 923 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Maros, 2012.

Permasalahan

Sistem usaha tani ternak

Usaha ternak sapi potong selama ini merupakan usaha sampingan oleh petani sehingga sumberdaya yang diberikan adalah sisa dari usaha utama yaitu usaha tani padi. Sumberdaya yang dimaksud adalah modal, skil, tenagakerja (Daniel, M. 2002). Usaha tani tenak sapi potong selama ini dikelola secara tradisional dimana inovasi yang diintroduksikan berjalan sangat lambat. Pada hal inovasi dalam bidang peternakan sapi potong berkembang sangat pesat seperti dalam bidang reproduksi dan pakan ternak. Pemerintah saat ini telah mengembangkan Inseminasi Buatan (IB) untuk mengatasi kelangkaan pejantan dilapangan atau mengatasi penurunan kualitas genetik ternak yang ada. Bahkan teknologi ini telah memasyarakat dengan dikembangkannya IB mandiri dengan melatih masyarakat peternak untuk mampu melakukan IB sendiri terhadap ternak yang ada di daerah kelompoknya, walaupun disadari bahwa penerapan teknologi tersebut tidak cukup dengan pengembangan skil saja namun perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Inovasi dalam bidang pakan ternak sapi potong saat ini telah dikembangkan dengan adanya komplit feed berbahan baku lokal yaitu membuat pakan ternak dengan memanfaatkan limbah pertanian dan industri yang ada disekitar peternak.

Sistem usaha tani sapi potong yang dikelola secara tradisional dapat menghambat penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak, termasuk pemanfaatan limbah ternak sebagai bahan baku biogas dan pupuk kompos untuk meningkatkan pendapatan peternak. (setiawan, AI. 2008).

Skil peternak dalam pengolahan limbah

Penerapan suatu teknologi kepada peternak sangat erat hubungannya dengan skill peternak dan tingkat kerumitan pengoperasian teknologi tersebut. Sehingga keberhasilan penerapan teknologi tergantung pada kesesuaian atara kemampuan peternak dengan teknologi yang akan diterapkan. Limbah ternak sapi potong pada dasarnya dapat menjadi bahan baku untuk pembuatan biogas, pupuk kompos dan biourine. Pengolahan limbah ini menjadi gas untuk bahan bakar kompor telah dimodifikasi sedemikaian sederhana yang disesuaikan dengan karakteristik peternak

Page 4: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

324

di Sulawesi Selatan. Peternak yang memiliki ternak 2-3 ekor dengan pemeliharaan intensif dapat membuat biogas dengan digester 1 m3 yang terbuat dari fiber yang dapat dibeli pada lokasi masing-masing, cara pembuatannya sangat sederhana dan teknik pembuatannya dapat dilakukan sendiri oleh peternak (Baba, S. 2007). Sedangkan pengolahan feces ternak menjadi kompos yang berkualitas tinggi pada dasarnya peternak belum mampu melakukannya secara mandiri disebabkan karena tidak adanya standar kualitas yang dimiliki peternak, misalnya tidak adanya akses peternak untuk melakukan uji kualitas terhadap hasil produksinya utuk mengetahui apakah hasil produksinya sudah memenuhi kualitas kompos yang dipersyaratkan.

Pengolahan urine sapi menjadi biourine selama ini belum dilakukan karena terkendala dengan minimnya pengetahuan terhadap teknologi ini, bahkan belum pernah ada penguji cobaan yang dilakukan dalam hal pemanfaatan urine sapi tersebut.

Bahan baku pengolahan limbah

Pengolahan limbah juga terkendala pada bahan baku, dimana akses masyarakat untuk mendapatkan starter pada pengolahan kompos sangat terbatas, sehingga pengolahan kompos yang dilakukan hanya dalam skala kecil. Bukan hanya itu tetapi peternak terkendala pada pengumpulan feces sebagai bahan baku dengan skala besar karena peternakan yang dilakukan masih skala kecil dan sistim pemeliharaan yang sebagian besar taradisional dan semi intensif. Pengumpulan feces ini sebenarnya bisa dilakukan jika feces yang selama ini tidak berharga bahkan menjadi masalah bagi peternak dapat dihargai. Feces yang dikumpulkan peternak ini dapat dihargai dengan Rupiah yaitu dengan harga Rp 5.000/ karung atau Rp 100- Rp200/kg bahkan peternak rela mengumpulkan ternak setelah membersihkan kandangnya dengan imbalan pelayanan kesehatan ternak dan IB atau obat-obatan ternak. Sedangkan untuk pengadaan bahan baku stater pengurai untuk mempercepat proses composting sebenarnya dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan limbah yang ada disekitarnya atau limbah rumah tangganya menjadi MOL (Mikro Organisme Lokal) (Setiawan, BS. 2010)

Pemasaran hasil produksi

Kebutuhan kompos untuk kabupaten Maros setiap musim tanam dalam program SLPTT berbagai komoditi sebanyak 936 ton jika ditambah dengan kebutuhan petani berdasrkan RDKK (Rencana Depenitif Kebutuhan Kelompo) adalah 1.450 ton. Kebutuahan Dinas Pertanian dan masyarakat ini merupakan peluang pasar yang selama ini dimanfaatkan oleh kabupaten lain karena selama ini Dinas Pertanian Kabupaten Maros harus memesanya dari luar kabupaten.

Kebutuhan kompos yang begitu besar dikabupaten maros membutuhkan anggaran yang sangat besar yaitu jika kebutuhannya 1.450 ton dan harga komposnya Rp 1000/kg maka besarnya anggaran yang dibutuhkan adalah Rp 1.450.000.000,-. Uang sebesar ini yang seharusnya dapat dibelanjakan di Kabupaten Maros sendiri tetapi karena tidak adanya sistem atau model untuk mengolah feces yang melimpah menjadi kompos.

Pemasaran kompos yang terjadi selama ini baru sebatas program pemerintah untuk dibagikan kepada kelompok tani secara gratis dengan tujuan memancing petani untuk mau menggunakan kompos sedangkan permintaan petani untuk digunakan sendiri belum ada. Kompos yang digunakan petani selama ini dibagikan gratis oleh pemerintah dimana pengadaannya melalui tender pemerintah dengan produsen

Page 5: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

325

pupuk organik. Model pengadaan seperti ini mengakibatkan pengolahan kompos yang skala kecil sulit berkembang karena tidak mampu bersaing dalam pengadaan kebutuhan kompos oleh dinas pertanian. Peluang yang besar yang dimiliki patani dan peternak untuk saling bersinergi memiliki solusi jika seluruh stake holder mengetahui tupoksinya masing-masing dan membangun model untuk mensinergikan usaha tani yang ada dan komitmen dalam menjalankannya.

KONSEP PEMANFAATAN LIMBAH SAPI POTONG MENJADI PUPUK ORGANIK

Pemanfaatan limbah sapi potong menjadi pupuk organik merupakan peluang untuk meningkatkan pendapatan petani/peternak dan perbaikan lahan pertanian yang telah rusak oleh penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus. Sejalan dengan itu peluang tersebut mengalami banyak rintangan seperti yang dibahas sebelumnya, untuk itu perlu adanya konsep yang mampu mengubah pola pikir peternak bahwa feces dan urine yang dihasilkan ternak mereka adalah sumber tambahan pendapatan apabila diolah lebih lanjut.

Ketika ada lembaga yang mampu memberikan jaminan bahwa peternak yang dapat mengumpulkan limbah ternaknya akan dihargai sesuai korbananya maka hal tersebut akan dijalankan oleh peternak. Ada dua konsep yang dikembangkan yaitu feces dan urine sapi yang dikumpulkan oleh peternak akan dibeli oleh Perusahaan Daerah Pertanian Maros untuk diolah menjadi pupuk organik atau peternak mengolah sampai menjadi pupuk organik sesuai dengan petunjuk pengolahan dari perusahaan kemudian di pasarkan oleh perusahaan. Konsep yang kedua yaitu mengumpulkan dan mengolah limbah ternak menjadi pupuk organik serta mempergunakannya pada usaha pertaniannya dan hasilnya akan dibeli dan dipasarkan oleh perusahaan. Kedua konsep ini harus mengacu pada peningkatan pendapatan usaha tani sebelumnya. Alur kedua konsep dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Konsep I

Gambar 2. Konsep II

Pencapaian kedua konsep ini memerlukan strategi dan kelembagaan yang matang untuk menjalankannya, maka strateginya adalah:

Page 6: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

326

1. Membangun model pengolahan limbah ternak sapi menjadi pupuk organik yang memiliki kualitas dan kuantitas yang berdaya saing (Rumah kompos)

2. Membangun model pengaplikasian pupuk organik pada usaha tani yang efisien dan menghasilkan produk pertanian organik (Rumah organik)

3. Membangun lembaga keuangan mikro untuk menunjang keuangan aktivitas usaha.

4. Penguatan kelembagaan petani dengan orientasi ekonomi dengan pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk organik.

5. Produk yang dihasilkan baik pupuk organik maupun hasil pertanian organik telah dipersiapkan pasarnya secara kontinu.

Opersional kerja dari strategi yang dirumuskan adalah Perusda Pertanian Kabupaten Maros yang telah dibentuk focus pada pertanian organik dengan misi utama membangun pertanian yang bermartabat dan berkedailan. Untuk itu langkah pertama yang dikembangkan adalah integrated farming system. Model pertanian ini dilaksanakan melalui kemitraan dengan peternak dengan sering permodalan dimana peternak hanya mempersiapkan lahan dan tenaga kerja saja sedangkan selebihnya ditanggung oleh Perusda Pertanian termasuk manjemen dan teknologinya. Tujuan utamanya adalah pengembangan pertanian organik ini harus dimulai lansung kepetani/peternak untuk mempercepat introduksi teknologinya. Penyertaan modal yang dilakukan untuk meningkatkan keyakinan peternak bahwa usaha pengolahan limbah peternakan memiliki prospek.

Model yang utama dibentuk adalah peternakan sapinya karena usaha ini merupakan usaha yang menghasilkan input untuk pengolahan pupuk organik yang akan digunakan pada pertanian organik. Kandang sapi dibagun dengan meningkatkan fungsi kandang dimana kandang sekaligus sebagai gudang penyimpanan pakan hasil permentasi. Pengolahan limbah padat dan cair telah terkoneksi lansung dengan kandang sehingga kontruksi kandang telah menyesuaikan dengan kedua tempat pengolahan limbah tersebut. Kapasitas pengolahan limbah yang buat melebihi jumlah limbah yang dihasilkan ternak sapi yang ada dikandang, tujuannya adalah untuk menampung limbah ternak dari anggota kelompok yang lain untuk dikelola bersama-sama dalam satu tempat pengolahan. Untuk mendukung kuantitas dan kontinuitas produk maka dibangun bank Feces untuk menampung feces yang dihasilkan peternak lain. Peternak yang telah terdaftar sebagai nasabah bank feces berhak mendapatkan buku tabungan sebagai catatan terhadap jumlah feces yang telah disetorkan kebank feces dan penarikan yang dilakukan dalam bentuk uang dengan menghargai feces Rp 200/kg, penarikan dapat dilakukan setiap hari kerja pada LKM (Lembaga Keuangan Mikro) yang dibentuk oleh Perusda Pertanian pada kelompok mitra dengan kelipatan 1 ton untuk setiap penarikan. Bank feces ini akan dikembangkan dengan membangun unit-unit bank dibeberapa kelompok mitra yang telah mampu mandiri dalam hal pengolahan pupuk organik dan telah membentuk LKM dalam kelompoknya. Untuk menjaga kualitas produk maka unit bank feces harus mengacu pada SOP yang dikeluarkan oleh bank sentral yang dikelola oleh Perusda Pertanian.

Sejalan dengan itu penggunaan pupuk organik ditataran peternak/petani terus digalakkan dengan langkah, perusda pertanian sebagai induk akan menerapkan terlebih dahulu penggunaan pupuk organik yang telah dihasilkan bersama dengan petani mitra dan hasilnya akan di setor kerumah organik yang dikelola oleh LKM. Rumah Organik inilah yang bertugas untuk memasarkan produk organik kepasar yang ada dikota Makassar dan Maros sendiri (Perhotelan, restoran, catering, umum).

Page 7: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

327

Untuk meningkatkan jumlah penjualan maka unit bank feces yang ada ditempat lain diharapkan dapat mengaplikasikan pupuk organik pada usaha taninya untuk menghasilkan produk organik yang dapat dikomsumsi sendiri atau dikumpulkan pada rumah organik untuk dipasarkan. Kegiatan ini terus dikembangkan agar setiap kegiatan unit usaha petani terkoneksi satu dengan yang lainnya agar cita-cita pertanian terpadu dapat terlaksana dengan kontinu. Rangkaian operasional pemanfaatan limbah ternak potong sebagai pupuk organik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Konsep Alur Operasional Pemanfaatan Limbah Ternak Potong Sebagai

Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pembahasan sebagai berikut:

1. Potensi bahan baku pupuk organik sangat besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal

2. Pemanfaatan limbah ternak harus berorientasi pasar sehingga setiap aktifitas peternak dalam mengelola limbah mendapatkan pendapatan tambahan pendapatan keluarga.

3. Perlunya komitmen seluruh stakeholder untuk membangun pertanian terpadu 4. Interkoneksitas setiap unit usaha tani untuk mendukung pertanian terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Baba, S. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Biogas di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Kerjasama LIPI dengan Yayasan Al-Basyard Maros.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Page 8: STRATEGI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI …unhas.ac.id/semnas_peternakan/wp-content/uploads/2015/42_Risal... · Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros, 2012

328

Dinas Pertanian. 2012. Laporan Rencana Depenitif Kebutuhan Kelompok Dinas Pertanian Kabupaten Maros Tahun 2012. Dinas Pertanian Kabupaten Maros.

Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan. 2012. Data Sensus Peternakan 2011, Kabupaten Maros. Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros.

Reijntjes, C. Havekart, B. Bayer, AW. 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Karnisius, Yogyakarta.

Setiawan, BS. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Tim Penulis ETOSA IPB, Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiawan, AI. 2008. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanty, I. 2009. Pengelolaan Biogas Sebagai Mesin Listrik dan Kompor Rumah Tangga. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA) Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar.