Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PEMASARAN EKSPOR FULI PALA (Myristica fragrans
Houtt) (Studi Kasus di CV. Nusantara Spices)
(Skripsi)
Oleh
SHABRINE ALIFAH URWATILWUTSQO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
i
ABSTRACT
EXPORT MARKETING STRATEGY OF MACE (Myristica fragrans Houtt)
(Case Study in CV. Nusantara Spices)
By
SHABRINE ALIFAH URWATILWUTSQO
The study aimed to analyze how marketing strategies implemented by CV.
Nusantara Spices in exporting the mace products in order to compete with other
companies. This study used data obtained from direct observation and interviews
using questionnaires. The analytical method used in this study was SWOT
analysis. The steps of the SWOT analysis were identification the internal and
external factors of company, determined matrix of IFE and EFE, determined
company position, and SWOT matrix. The results showed that the marketing
strategy of mace export applied by CV. Nusantara Spices was an aggressive
growth strategy (growth oriented strategy). The strategy was a profitable strategy,
because the company has the power that can be used to achieve the opportunities
that exist. The best strategies can be applied in the marketing efforts of mace
exports in CV. Nusantara Spices were increasing the potential use of raw
materials, labor, and production to meet market demand and maintain the image
of the company and price stability to expand marketing.
ii
Shabrine Alifah Urwatilwutsqo
Keywords: mace, CV. Nusantara Spices, export, SWOT analysis, marketing
strategy
ABSTRAK
STRATEGI PEMASARAN EKSPOR FULI PALA (Myristica fragrans
Houtt) (Studi Kasus di CV. Nusantara Spices)
Oleh
SHABRINE ALIFAH URWATILWUTSQO
Penelitian bertujuan untuk menganalisis bagaimana strategi pemasaran yang
diterapkan oleh CV. Nusantara Spices dalam mengekspor produk fuli pala yang
dihasilkan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Data yang digunakan
pada penelitian diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara
menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis SWOT. Tahapan dalam analisis SWOT adalah identifikasi faktor
internal dan eksternal perusahaan, penentuan matriks IFE dan EFE, penentuan
posisi perusahaan, dan matriks SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi pemasaran ekspor fuli pala yang diterapkan oleh CV. Nusantara Spices
adalah strategi pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Strategi
tersebut merupakan strategi yang menguntungkan karena perusahaan memiliki
kekuatan yang dapat digunakan untuk mencapai peluang yang ada. Strategi
terbaik yang dapat diterapkan dalam upaya pemasaran ekspor fuli pala di CV.
Nusantara Spices yaitu meningkatkan pemanfaatan potensi bahan baku, tenaga
iv
Shabrine Alifah Urwatilwutsqo
kerja, dan produksi untuk memenuhi permintaan pasar serta menjaga citra
kewirausahaan dan kestabilan harga untuk memperluas pemasaran.
Kata kunci: fuli pala, CV. Nusantara Spices, ekspor, analisis SWOT, strategi
pemasaran
STRATEGI PEMASARAN EKSPOR FULI PALA (Myristica fragrans
Houtt) (Studi Kasus di CV. Nusantara Spices)
Oleh
SHABRINE ALIFAH URWATILWUTSQO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Desember 1997, sebagai putri
pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Agus Sanusi dan Ibu Yoyoh
Khoeriyah. Penulis mengawali pendidikan di TK Al-Fikri pada tahun 2002-2003,
SD Al-Fikri pada tahun 2003-2009, SMP Negeri 2 Tigaraksa pada tahun 2009-
2012, dan SMA Negeri 6 Kab. Tangerang pada tahun 2012-2015. Pada tahun
2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Mandiri Universitas
Lampung.
Pada bulan Januari-Maret 2018, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus dengan
tema “Pariwisata dan Budaya dalam Membangun dan Meningkatkan Kemandirian
Desa”. Pada bulan Juli-Agustus 2018, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU)
di PT. Amanah Prima Indonesia, Tangerang dan menyelesaikan laporan PU yang
berjudul “Mempelajari Proses Produksi Minuman Sari Buah Pink Guava “Toza”
di PT. Amanah Prima Indonesia.
Selama di perguruan tinggi, dalam 2 tahun berturut-turut penulis mendapatkan
beasiswa PPA periode 2017/2018 dan 2018/2019. Selama menjadi mahasiswa,
penulis pernah aktif menjadi Staff Ahli Kementerian Advokasi dan Kesejahteraan
x
Mahasiswa BEM Universitas Lampung pada tahun 2017, dan anggota Bidang
Seminar dan Diskusi HMJ THP FP Unila periode 2017/2018. Penulis pernah
menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Kimia Dasar II tahun ajaran 2018/2019.
SANWACANA
Bismillaahhirrahmaanirrahiim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan
dorongan baik itu langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas segala bantuan yang diberikan
selama penulis menimba ilmu di Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A, selaku Pembimbing Akademik
sekaligus sebagai Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan
bimbingan, saran dan arahan kepada penulis selama penelitian dan proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ir. Harun Al Rasyid, M.T., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya memberikan bimbingan, saran, arahan dan dukungan kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
xii
5. Ibu Ir. Fibra Nur’ainy, M.T., selaku Penguji atas segala saran dan evaluasi
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, serta staff administrasi dan
laboratorium yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, wawasan dan
bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswi di Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
7. Ibu Dwi Pujihastuti S.T.P., selaku pemilik CV. Nusantara Spices beserta
karyawannya yang telah memberikan izin penelitian, bantuan dan dukungan
selama pelaksanaan penelitian penulis.
8. Keluargaku tercinta, Ayah, Mamah, Adik-adikku (Ridhuan Ahsanitaqwim
dan Novatiana Berlian Azizah) atas doa, dukungan moril, motivasi,
pengertian serta kasih sayang yang tiada henti demi keberhasilanku.
9. Sahabat-sahabat perkuliahan terbaikku Tria, Meli, Merryana, Raka,
Yahdinata, Bima dan teman-teman Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2015
terima kasih atas dukungan, motivasi, dan kebersamaan yang berharga selama
ini.
10. Kakak-kakak THP angkatan 2013 dan 2014 yang telah memberikan
dukungan, bantuan, saran dan semangat kepada penulis.
11. Sahabat-sahabatku Rizka Arisandi, Teh Nining, dan The Overtunes yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan canda tawa kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi.
xiii
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas
kebaikan bagi pihak-pihak tersebut dan semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2019
Penulis
Shabrine Alifah U.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xviii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.3. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
1.4. Kerangka Pemikiran ................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agroindustri ................................................................................ 9
2.2. Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) ................................. 10
2.3. Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) ........................................ 12
2.4. Fuli Pala ...................................................................................... 13
2.5. Standar Mutu Fuli Pala ............................................................... 14
2.6. Proses Produksi Fuli Pala ........................................................... 15
2.6.1. Proses Produksi Fuli Pala Kering ................................... 16
2.6.2. Proses Produksi Minyak Fuli Pala .................................. 19
2.7. Potensi Ekspor Pala Indonesia .................................................... 22
2.8. Konsep Strategi Pemasaran ........................................................ 24
2.9. Analisis SWOT ........................................................................... 28
2.9.1. Matriks IFE dan EFE ...................................................... 29
2.9.2. Matriks Posisi ................................................................. 32
2.9.3. Matriks SWOT ................................................................ 34
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu...................................................................... 37
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................... 37
3.3. Metode Penelitian ....................................................................... 37
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 38
3.5. Metode Analisis Data ................................................................. 39
3.5.1. Matriks IFE dan EFE ...................................................... 39
3.5.2. Matriks Posisi ................................................................. 41
3.5.3. Matriks SWOT ................................................................ 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum CV. Nusantara Spices ....................................... 44
4.2. Proses Produksi Fuli Pala Kering ............................................... 46
4.3. Penerapan Strategi Pemasaran .................................................... 50
4.3.1. Kondisi Internal CV. Nusantara Spices .......................... 51
4.3.2. Kondisi Eksternal CV. Nusantara Spices ....................... 54
4.4. Analisis SWOT ........................................................................... 57
4.4.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ........................... 57
4.4.2. Matriks IFE dan EFE ...................................................... 70
4.4.3. Matriks Posisi ................................................................. 73
4.4.4. Matriks SWOT ................................................................ 74
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 81
5.2. Saran ........................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 83
LAMPIRAN ............................................................................................... 86
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persyaratan umum biji dan fuli pala (SNI 0006-2015) ......................... 15
2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ............................................ 32
3. Matriks External Factor Evaluation (EFE) .......................................... 32
4. Matriks SWOT ...................................................................................... 35
5. Matriks IFE/EFE ................................................................................... 40
6. Matriks SWOT ...................................................................................... 42
7. Identifikasi faktor internal dan eksternal CV. Nusantara Spices .......... 59
8. Matriks IFE pemasaran ekspor fuli pala di CV. Nusantara Spices ....... 71
9. Matriks EFE pemasaran ekspor fuli pala di CV. Nusantara
Spices .................................................................................................... 72
10. Matriks SWOT pemasaran ekspor fuli pala di CV. Nusantara
Spices .................................................................................................... 76
11. Penentuan bobot penentu faktor internal CV. Nusantara Spices .......... 89
12. Penentuan bobot penentu faktor eksternal CV. Nusantara Spices ........ 91
13. Penentuan rating terhadap faktor penentu internal (kekuatan) ............. 92
14. Penentuan rating terhadap faktor penentu internal (kelemahan) .......... 93
15. Penentuan rating terhadap faktor penentu eksternal (peluang) ............ 94
16. Penentuan rating terhadap faktor penentu eksternal (ancaman) ........... 95
17. Penilaian pakar pemilik usaha CV. Nusantara Spices
(Ibu Dwi Pujihastuti) terhadap FI (Bobot) ............................................ 96
18. Penilaian pakar asisten pemilik usaha CV. Nusantara Spices
(Pak Giri) terhadap FI (Bobot) .............................................................. 96
19. Penilaian pakar Dewan Rempah Indonesia
(Pak Lukman Basri) terhadap FI (Bobot) ............................................. 97
20. Penilaian pakar dosen/akademisi Tek. Rempah
(Prof. Dr. Tirza Hanum, M.S.) terhadap FI (Bobot) ............................. 97
21. Penilaian pakar pengusaha minyak atsiri (Pak Budi) terhadap
FI (Bobot).............................................................................................. 98
22. Penilaian pakar Dinas Perkebunan Prov. Lampung
(Pak Andre) terhadap FI (Bobot) .......................................................... 98
23. Penilaian pakar pemilik usaha CV. Nusantara Spices
(Ibu Dwi Pujihastuti) terhadap FE (Bobot) ........................................... 99
24. Penilaian pakar asisten pemilik usaha CV. Nusantara Spices
(Pak Giri) terhadap FE (Bobot)............................................................. 99
25. Penilaian pakar Dewan Rempah Indonesia (Pak Lukman Basri)
terhadap FE (Bobot) .............................................................................. 100
26. Penilaian pakar dosen/akademisi Tek. Rempah
(Prof. Dr. Tirza Hanum, M.S.) terhadap FI (Bobot) ............................. 100
27. Penilaian pakar pengusaha minyak atsiri (Pak Budi) terhadap
FE (Bobot) ............................................................................................ 101
28. Penilaian pakar Dinas Perkebunan Prov. Lampung (Pak Andre)
terhadap FE (Bobot) .............................................................................. 101
29. Penilaian pakar terhadap rating faktor internal .................................... 102
30. Penilaian pakar terhadap rating faktor eksternal .................................. 102
31. Hasil keseluruhan bobot internal .......................................................... 103
32. Hasil keseluruhan bobot eksternal ........................................................ 103
33. Hasil keseluruhan rating internal .......................................................... 104
34. Hasil keseluruhan rating eksternal........................................................ 104
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir kerangka pemikiran pemasaran ekspor fuli pala ............ 8
2. Buah pala ............................................................................................. 13
3. Bagian-bagian buah pala ...................................................................... 13
4. Fuli pala ............................................................................................... 14
5. Volume ekspor pala Indonesia tahun 2010-2015 ................................. 23
6. Nilai ekspor pala Indonesia tahun 2010-2015 ..................................... 24
7. Matriks posisi ....................................................................................... 34
8. Matriks posisi ....................................................................................... 41
9. Struktur organisasi CV. Nusantara Spices ........................................... 45
10. Fuli pala kering .................................................................................... 47
11. Pengukuran kadar air ........................................................................... 47
12. Proses sortasi secara manual ................................................................ 48
13. Proses sortasi dengan alat metal detector ............................................ 48
14. Pengemasan fuli pala kering ................................................................ 49
15. Diagram alir neraca massa proses produksi fuli pala kering
di CV. Nusantara Spices ...................................................................... 50
16. Matriks posisi CV. Nusantara Spices ................................................... 74
17. Pengisian kuesioner dengan asisten pemilik CV. Nusantara Spices .... 105
18. Pengisian kuesioner dengan pemilik CV. Nusantara Spices................ 105
19. Pengisian kuesioner dengan Dinas Perkebunan Prov. Lampung ......... 106
20. Pengisian kuesioner dengan pemilik usaha minyak atsiri
di Padang Cermin ................................................................................. 106
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki iklim tropis yang menjadikan Indonesia kaya akan
keanekaragaman hayati terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Kondisi
tersebut tentu sangat potensial bagi Indonesia dalam pengembangan serta
pemasaran produk hasil pertanian terutama rempah-rempah. Sebagai produsen
rempah, Indonesia memiliki peluang besar sebagai pemasok rempah dunia yang
dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Rempah-rempah
merupakan komoditas ekspor yang menjanjikan mengingat pasarnya yang terus
tumbuh, sementara negara produsen jumlahnya terbatas.
Salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia adalah pala. Pala (Myristica
fragrans Houtt) merupakan jenis rempah asli Indonesia, yang berasal dari pulau
Banda. Pala dikenal sebagai rempah yang multi guna dan bernilai ekonomi tinggi
karena semua bagian dari pala dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri.
Bagian daging buah pala umumnya diolah menjadi olahan pangan seperti sirup,
asinan, manisan, selai, dan dodol buah pala. Secara komersial, biji dan fuli
merupakan bagian terpenting dari buah pala karena dapat dibuat menjadi berbagai
produk antara lain minyak atsiri dan oleoresin serta menjadi komoditas unggulan
2
ekspor negara. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun pala banyak
digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Menurut data Ditjen
Perkebunan (2017), perkembangan luas areal pala di Indonesia selama periode
tahun 1980-2016 cenderung meningkat yaitu dari 57,92 ribu Ha pada tahun 1980
menjadi 168,50 ribu Ha pada tahun 2016. Luas areal tanaman pala mengalami
peningkatan hingga 3,55% per tahun. Pemerintah terus melakukan
pengembangan luas areal perkebunan rakyat dan dalam lima tahun terakhir terjadi
peningkatan luas areal tanaman pala sebesar 7,91% per tahun.
Salah satu provinsi yang mulai mengembangkan pala dalam skala perkebunan
rakyat yaitu Lampung. Luas areal pala di Provinsi Lampung pada tahun 2017
cukup tinggi yaitu seluas 1.367 Ha (Ditjen Perkebunan, 2017). Produksi pala
yang tinggi di Indonesia, menjadikan komoditas ini sangat potensial dan
berpengaruh bagi perekonomian nasional bahkan Indonesia mampu menyuplai
60-75% kebutuhan pala di pasar dunia (Dewi, 2016). Pala termasuk ke dalam
tanaman rempah yang memiliki keunggulan komparatif alamiah yaitu dapat
berumur panjang, daunnya berfungsi sebagai penghijauan sebab tidak pernah
mengalami musim gugur sepanjang tahun serta tanaman pala ini dapat tumbuh
dengan pemeliharaan minim. Potensi produksi pala perkebunan rakyat di provinsi
Lampung pada tahun 2017 yaitu sebesar 55 ton/tahun dengan produktivitas 284
Kg/Ha (Ditjen Perkebunan, 2017).
CV. Nusantara Spices merupakan agroindustri yang berlokasi di Jalan Sultan Haji,
Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung. CV. Nusantara
Spices bergerak dalam penjualan beraneka ragam rempah-rempah organik dan
3
non organik dalam bentuk kering maupun rajangan. CV. Nusantara Spices
didirikan pada tahun 2015 oleh Ibu Dwi Pujihastuti S.T.P dengan pangsa pasar
domestik dan internasional. CV. Nusantara Spices menjual rempah-rempah
seperti jahe, kunyit, lada, pala, sereh, lengkuas, dan sebagainya sesuai pesanan
konsumen. Permintaan pala di pasar internasional selalu mengalami peningkatan
khususnya pada bagian fuli pala atau mace karena tingginya minyak atsiri yang
terkandung.
Aktivitas ekspor merupakan bentuk keterlibatan perusahaan dalam bisnis
internasional yang paling sederhana (Kuncoro, 2001). Perdagangan bebas dalam
era globalisasi membuat sektor pertanian dihadapkan pada persaingan pasar yang
semakin kompetitif. Hal tersebut membuat perdagangan ekspor harus lebih fokus
terhadap komoditas unggulan yang mampu bersaing di pasar internasional.
Produk pala selain dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, minyak yang
dihasilkan dari biji, daun, dan fuli pala juga banyak dimanfaatkan untuk industri
obat-obatan, parfum dan kosmetik.
Volume ekspor pala Indonesia mengalami fluktuatif namun cenderung meningkat
setiap tahunnya, pada tahun 2015 Indonesia mengalami peningkatan volume
ekspor yang paling tinggi yaitu hingga 17.027 ton pala (Badan Pusat Statistik,
2016). Harga pala di pasar dunia terus tumbuh tiap tahunnya, pada saat
permintaan tinggi dapat mencapai US$16,000-21,000 per ton di pasar
internasional (Dewi, 2016). Fuli pala menjadi salah satu bagian yang paling
banyak untuk diekspor. Namun kendala yang sering dihadapi dalam pelaksanaan
ekspor fuli pala yaitu penetapan standar mutu yang tinggi terkait kesehatan,
4
kebersihan, keselamatan hingga perlindungan bagi kelestarian lingkungan.
Ekspor fuli pala Indonesia juga sempat tidak memenuhi standar kesehatan Uni
Eropa, dimana pala Indonesia terkontaminasi jamur aflatoksin, kadar air yang
terkandung pada fuli pala juga menjadi faktor penentu dalam mempertahankan
mutu dan kualitas (Dewi, 2016). Oleh sebab itu, agroindustri membutuhkan
adanya strategi agar dapat unggul dalam persaingan serta terus berkembang secara
berkelanjutan.
Permintaan pasar akan pala terutama bagian fuli terus meningkat setiap tahunnya.
Pasar ekspor tentu akan lebih menguntungkan apabila pemasaran fuli pala
dilakukan dengan tepat sehingga penjualannya lebih meningkat. Berbagai potensi
yang dimiliki dan kendala yang dihadapi oleh CV. Nusantara Spices maka
diperlukan adanya strategi pemasaran agar agroindustri fuli pala tersebut nantinya
dapat bertahan dan terus berkembang. Menurut Rangkuti (2015), penentuan suatu
strategi didasarkan pada hasil analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Analisis yang digunakan dalam menentukan strategi pemasaran pada penelitian ini
adalah analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats), yaitu
identifikasi mengenai berbagai faktor yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan strategi perusahaan. Analisis SWOT yang akan dilakukan adalah
analisis mengenai kekuatan dan kelemahan dari CV. Nusantara Spices serta
memadukan pertimbangan mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi
sehingga memperoleh strategi pemasaran ekspor fuli pala yang tepat dan sesuai
dengan kondisi saat ini.
5
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pada CV. Nusantara Spices.
2. Merumuskan alternatif strategi pemasaran ekspor fuli pala (Myristica
fragrans Houtt) di CV. Nusantara Spices yang tepat dan sesuai dengan
kondisi saat ini.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi pelaku usaha serta bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh instansi pemerintah dalam
strategi pemasaran ekspor fuli pala (Myristica fragrans Houtt) saat ini dan masa
mendatang.
1.4 Kerangka Pemikiran
Fuli pala merupakan salah satu bagian dari buah pala yang sangat potensial dan
perlu diamati pemasarannya sebab telah diketahui bahwa fuli pala menjadi salah
satu produk unggulan dalam pasar domestik maupun pasar internasional. Selain
karena tingginya produksi fuli pala di Indonesia, faktor lainnya adalah fuli pala
memiliki harga jual yang paling tinggi dibandingkan bagian buah pala lainnya.
CV. Nusantara Spices adalah salah satu produsen rempah-rempah yang
melakukan penjualan dalam jumlah besar dan lingkup yang luas hingga pangsa
internasional, namun perlu ditinjau lebih lanjut agar dapat meningkatkan nilai
ekspor di pasar global. Menurut Soekartawi (2000), permasalahan dalam
6
pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah lemahnya keterkaitan antar
subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan penyediaan faktor produksi,
proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran. Standar mutu tinggi yang
ditetapkan di pasar internasional menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi
oleh CV. Nusantara Spices dalam melakukan pemasaran ekspor fuli pala. Upaya
yang dapat dilakukan agar CV. Nusantara Spices dapat mencapai sasaran
pemasaran yang diinginkan adalah menentukan strategi pemasaran yang tepat.
Perumusan strategi pemasaran dimulai dengan mengidentifikasi dan menganalisis
kondisi lingkungan agroindustri yang meliputi faktor internal dan eksternal.
Penelitian terkait pala dan strategi pemasaran ekspor telah dilakukan sebelumnya
oleh sejumlah peneliti dengan menggunakan analisis SWOT. Hidayana (2017)
menggunakan SWOT dalam penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri
Minyak Atsiri Jahe dan Minyak Atsiri Kunyit di CV. Nusantara Spices Bandar
Lampung, Valencia dkk., (2017) dalam penentuan Strategi Pemasaran Ekspor
Pala pada PT. Gunung Intan Permata Manado, pada penelitian Harahap (2017)
dalam penentuan Strategi Pemasaran Sirup Buah Pala di Kabupaten Aceh Selatan
(Studi Kasus: Kecamatan Tapak Tuan), pada penelitian Ahyani (2009) dalam
penentuan Strategi Pemasaran Ekspor Buah-Buahan pada PT. Agroindo Usaha
Jaya, serta penelitian Zendya (2017) dalam penentuan Strategi Pengembangan
Minyak Atsiri Pala di Kabupaten Tanggamus (Studi Kasus: Gabungan Kelompok
Tani Wira Karya Sejahtera).
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan
CV. Nusantara Spices meliputi faktor internal dan faktor eksternal yang
7
mendukung atau menghambat dalam pemasaran ekspor fuli pala. Hasil
identifikasi faktor internal kemudian dianalisis dengan matriks Internal Factor
Evaluation (IFE) dan faktor eksternal dianalisis dengan matriks External Factor
Evaluation (EFE). Selanjutnya berdasarkan hasil matriks IFE dan EFE, diperoleh
matriks posisi yang menunjukkan posisi CV. Nusantara Spices tersebut. Analisis
SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats) adalah salah satu teknik
untuk merumuskan alternatif strategi dalam menggambarkan peluang dan
ancaman yang perlu dihadapi sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki agroindustri. Analisis SWOT akan mengidentifikasi berbagai faktor yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan strategi perusahaan (Rangkuti,
2015). Strategi yang diprioritaskan merupakan hasil analisis SWOT pemasaran
ekspor fuli pala. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian disajikan pada
Gambar 1.
8
Penetapan standar mutu yang
tinggi di pasar internasional
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal:
1. Faktor Pemasaran
Bauran Pemasaran:
a. Produk
b. Harga
c. Tempat
d. Promosi
Faktor Eksternal:
1. Lingkungan Makro
a. Demografi
b. Ekonomi
c. Teknologi
d. Alam
e. Sosial/budaya
2. Lingkungan Mikro
a. Pesaing
b. Pelanggan
c. Perantara Pemasaran
d. Pemasok
Matriks IFE Matriks EFE
Matriks Posisi
(Kuadran I, Kuadran II, Kuadran III, Kuadran
IV)
Strategi Pemasaran Ekspor Fuli Pala
Analisis SWOT
(Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman)
Matriks SWOT
(Alternatif Strategi Pemasaran Ekspor Fuli Pala)
Agroindustri Fuli Pala
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran pemasaran ekspor fuli pala
Sumber: Zendya (2017) dimodifikasi.
9
2 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroindustri
Agroindustri merupakan suatu perusahaan yang mengolah bahan nabati dan
hewani (Austin, 1992). Menurut Soekartawi (2000), agroindustri dibagi dalam
dua hal, yaitu pertama agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama
dari produk pertanian dan kedua agroindustri sebagai suatu tahapan pembangunan
sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan
pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Tingginya peran
agroindustri dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan
pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan
mendorong tumbuhnya industri lain. Pengolahan yang dilakukan dalam
agroindustri meliputi pengubahan dan pengawetan baik secara fisik atau kimiawi.
Produk yang dihasilkan dapat berupa produk setengah jadi maupun produk akhir
yang siap konsumsi.
Ciri utama agroindustri yaitu tidak tergantung pada musim, membutuhkan
manajemen usaha yang modern, pencapaian skala usaha yang optimal dan efisien,
serta mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi pada produk yang dihasilkan.
Menurut Austin (1992), agroindustri memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar karena menjadi pusat rantai
10
pertanian. Agroindustri sangat berpengaruh dalam meningkatkan devisa negara
dengan menjaring nilai tambah, memperkuat struktur ekspor, mengurangi risiko
fluktuasi harga komoditas, dan mencegah penurunan nilai tukar, serta antisipasi
terhadap kejenuhan pasar komoditas.
Agroindustri memiliki cakupan yang luas dalam kegiatan pengolahannya yaitu
dimulai dari tahapan proses hingga pemasaran ke konsumen maupun dari
jenisnya. Industri-industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian
memiliki daya saing kuat yang disebabkan oleh keunggulan komparatif yang
dimilikinya. Keunggulan komparatif tersebut yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, berdaya tahan lama, tenaga kerja yang banyak dan murah, segmen
pasar serta diferensiasi produk. Pengembangan agroindustri dapat memberikan
keunggulan karena efek penggandaan dan distribusi nya yang besar, komponen
impor yang kecil, bertumpu pada sumber daya yang dapat diperbarui, pemicu
pertumbuhan daerah baru, dan memperkuat struktur ekspor (Sa’id, 1999).
2.2 Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt)
Menurut Hapsoh dan Hasanah (2011), klasifikasi tanaman pala sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
11
Spesies : Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware,
Myristica fattua Houtt, Myristica specioga Ware,
Myristica sucedona BL, Myristica malabarica Lam.
Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman buah berupa pohon
tinggi asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda. Tanaman pala menyebar ke
Pulau Jawa pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau
Jawa pada tahun 1271 sampai 1295, hingga saat ini pembudidayaan tanaman pala
terus meluas sampai Sumatera (Sunanto, 1993). Tanaman pala dapat berumur
panjang hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh di daerah tropis pada ketinggian
di bawah 700 m dari permukaan laut. Pengembangbiakan tanaman ini dengan
menggunakan bijinya, setelah berumur 8-9 tahun baru mulai berbunga dan
berbuah. Tanaman ini memiliki tinggi lebih dari 18 meter dengan diameter 30-45
cm serta daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang
tahun (Nurdjannah, 2007).
Tanaman pala saat mencapai umur 10 tahun produksi buahnya mulai meningkat
hingga mencapai optimum pada umur rata-rata 25 tahun. Bagian pala yang
dipanen adalah bijinya, salut bijinya (arillus) dan daging buahnya. Dunia
perdagangan menyebut salut biji pala dengan fuli atau mace sedangkan daging
buahnya dinamakan myristicae fructus cortex. Bagian buah pala yang paling
tinggi nilai ekonominya yaitu biji dan fuli. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan
daun pala pada umumnya digunakan untuk industri obat-obatan, parfum serta
kosmetik (Nurdjannah, 2007).
12
2.3 Buah Pala (Myristica fragrans Houtt)
Menurut Permentan (2012), buah pala (Myristica fragrans Houtt) terdiri dari
empat bagian diantaranya daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung biji (5,1%),
dan biji (13,1%). Buah pala berbentuk peer, lebar, ujungnya meruncing, kulitnya
licin, berdaging dan cukup banyak mengandung air. Buah pala yang sudah tua
akan berwarna kuning pucat, mulai membelah dua, dan warna fuli pala yang
memerah. Bijinya berbentuk bulat telur hingga lonjong, mempunyai tempurung
berwarna cokelat tua dan licin permukaannya bila sudah cukup tua (Rismunandar,
1992).
Bagian daging buah pala memiliki berat lebih dari 70% dari berat buah, berwarna
putih kekuning-kuningan berisi cairan bergetah yang encer, rasanya sepat serta
mempunyai sifat astringensia. Oleh sebab itu jika buah pala masih mentah,
daging buah harus diolah menjadi berbagai produk pangan sebelum dikonsumsi.
Biji dan fuli pala yang berasal dari buah muda biasanya dimanfaatkan sebagai
bahan baku minyak pala karena tingginya minyak atsiri yang terkandung daripada
biji yang berasal dari buah tua (Nurdjannah, 2007). Gambar buah pala disajikan
pada Gambar 2 dan Gambar 3.
13
Gambar 2. Buah pala
Sumber: Jose et al., (2016).
Gambar 3. Bagian-bagian buah pala
Sumber: Permentan (2012).
2.4 Fuli Pala
Fuli pala atau disebut juga mace merupakan suatu bagian berbentuk seperti jala
yang menyelimuti biji buah pala dengan panjang 2,5 cm dan tebal sekitar 1 mm.
Fuli pala menjadi salah satu bagian terpenting dalam buah pala karena memiliki
nilai ekonomi yang paling tinggi serta dapat diolah menjadi berbagai produk
seperti minyak atsiri dan oleoresin. Fuli pala yang masih muda berwarna kuning
pucat, jika dikeringkan mengalami perubahan warna menjadi cokelat muda.
Sedangkan fuli pala yang sudah tua berwarna merah api, jika dikeringkan akan
menjadi warna merah kecokelatan (Rismunandar, 1992).
Daging buah (77,8%)
Fuli (4%)
Tempurung biji (5,1%)
Biji (13,1%)
14
Fuli pala dapat menghasilkan minyak cukup banyak yaitu 4–17% sedangkan
daunnya hanya dapat menghasilkan minyak sebanyak 1,7%. Fuli pala
menghasilkan minyak pala dengan kadar myristicin lebih tinggi dibandingkan biji
pala. Minyak pala biasa dimanfaatkan dalam industri pangan, sebagai bahan baku
industri obat-obatan, pembuatan sabun, parfum serta kosmetik (Nurdjannah,
2007). Gambar fuli pala disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Fuli pala
Sumber: Jose et al., (2016).
2.5 Standar Mutu Fuli Pala
Standar mutu diperlukan untuk meningkatkan mutu fuli pala dalam dunia
perdagangan. Fuli pala yang baik memiliki syarat maksimum 0,5% kadar abu
tidak larut dalam asam dan kandungan eter tidak mudah menguap berkisar antara
20–30% (Librianto, 2004).
Menurut SNI 0006-2015, fuli pala diklasifikasikan menjadi 5 kelas mutu, yaitu:
Whole : Fuli utuh dengan toleransi tercampur serpihan fuli yang
berukuran lebih besar atau sama dengan ¼ fuli utuh, tidak
lebih dari 5%.
15
Broken fuli I : Fuli dengan ukuran lebih besar dari ¼ fuli utuh minimal
berjumlah 75%.
Broken fuli II : Fuli yang berukuran lebih kecil dari ¼ bagian fuli utuh.
Sifting I : Fuli yang lebih kecil dari broken fuli II.
Sifting II : Fuli yang lebih kecil dari sifting I.
Terdapat persyaratan umum biji dan fuli pala menurut SNI 0006-2015, disajikan
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Persyaratan umum biji dan fuli pala (SNI 0006-2015)
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar air (fraksi massa) % Maks. 10
2 Biji berjamur/fuli berjamur % 0
3 Serangga mati Ekor Tidak ada
4 Serangga hidup Ekor Tidak ada
5 Benda asing (fraksi massa) % 0,5
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2015).
2.6 Proses Produksi Fuli Pala
Fuli pala merupakan salah satu produk utama dari pala yang sebagian besar untuk
diekspor. Fungsi utama fuli pala yaitu sebagai rempah, baik untuk keperluan
sehari-hari maupun untuk industri makanan dan minuman. Minyak pala yang
diperoleh dari penyulingan fuli pala selain untuk ekspor juga merupakan bahan
baku industri obat-obatan, pembuatan sabun, parfum dan kosmetik di dalam
negeri (Permentan, 2012).
16
2.6.1 Proses Produksi Fuli Pala Kering
Menurut Permentan (2012), fuli pala asal Indonesia sudah diakui kualitasnya dari
zaman dahulu, hanya penanganan pasca panennya masih perlu lebih
disempurnakan. Hal ini disebabkan karena komoditas pala Indonesia sebagian
besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat yaitu sekitar 98,84%, dengan cara
penanganan pascapanen yang masih tradisional dengan peralatan seadanya dan
dilakukan dengan kurang higienis. Oleh karena itu, perlu bagi petani, petugas
lapangan dan pelaku usaha dalam menerapkan perlakuan pascapanen yang benar
dan mengacu pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP) dan Good
Agricultural Practices (GAP) untuk menghasilkan fuli pala yang bermutu.
1. Waktu dan Cara Panen
a. Waktu Panen Buah
Buah pala yang sudah masak petik umumnya sudah berumur 9 bulan setelah
pembungaan. Hal ini ditandai oleh warna buah yang berwarna kuning
kecokelatan, beberapa buah sudah mulai merekah (membelah) melalui alur
belahnya, kulit biji (tempurung) berwarna cokelat tua sampai hitam dan
mengkilat, warna fuli pala memerah. Buah yang sudah mulai membelah
sebaiknya segera dipanen karena jika dibiarkan tetap di pohon selama 2-3
hari, pembelahan buah menjadi sempurna (buah terbelah dua) sehingga
bijinya akan jatuh ke tanah. Selain itu apabila terkena hujan buah akan
membusuk.
17
b. Cara Panen
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan menggunakan galah yang
dilengkapi dengan keranjang penampung buah pada ujungnya. Selain itu
dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah
pala yang sudah matang dan dimasukkan ke dalam keranjang. Buah pala
yang telah dipetik segera dibelah, dipisahkan daging buah, biji dan fulinya.
Setelah proses pemisahan, penanganan pascapanen untuk bagian daging
buah, biji dan fuli pala dilakukan secara terpisah karena membutuhkan
kondisi yang berbeda.
2. Tahap Pemisahan Daging Buah, Biji, dan Fuli Pala
Setelah buah pala masak dikumpulkan, buah dibelah dan antara daging buah, fuli
dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditempatkan pada wadah
yang bersih dan kering. Pelepasan fuli dari biji pala dilakukan dengan hati-hati,
dari ujung ke arah pangkal, agar diperoleh fuli pala yang utuh yang
diklasifikasikan sebagai mutu yang tinggi.
3. Tahap Pengeringan Fuli Pala
Fuli pala memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga memerlukan perhatian
dalam tahapan pengeringannya. Tahapan pengeringan fuli pala antara lain:
a. Fuli pala dilepas dari bijinya kemudian dihamparkan pada alas yang bersih
lalu dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa
jam, kemudian diangin-anginkan.
b. Setelah setengah kering fuli pala dipipihkan bentuknya dengan
menggunakan alat mirip penggilingan, kemudian dijemur kembali sampai
18
kadar airnya tinggal 10-12%. Warna fuli pala yang semula merah cerah,
setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga.
Pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli pala yang kenyal (tidak
rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi.
c. Sebaiknya pengeringan dilakukan di atas rak yang diangkat sehingga
jaraknya sekitar 1 meter di atas tanah untuk menghindarkan cemaran dari
kotoran hewan maupun debu.
d. Proses penjemuran membutuhkan waktu sekitar 2–3 hari kalau cuaca cerah.
Saat keadaan cuaca yang kurang baik, pengeringan akan tertunda dan akan
menghasilkan fuli pala dengan mutu yang kurang baik karena berjamur dan
warnanya kusam. Untuk menghindari hal tersebut, pada waktu musim
hujan pengeringan dapat dilakukan dengan memakai alat pengering dengan
suhu rendah tidak lebih dari 60oC untuk menghindari proses pengeringan
yang terlalu cepat yang akan menyebabkan rapuhnya fuli pala dan hilangnya
sebagian minyak atsiri. Setelah kering fuli pala disimpan dalam gudang
yang gelap selama sekitar 3 bulan. Warna fuli pala yang semula merah api
berubah menjadi merah tua dan akhirnya menjadi kuning tua hingga oranye.
Banyaknya fuli pala kering rata-rata 10% dari berat biji pala.
4. Tahap Sortasi Fuli Pala
Sortasi fuli pala dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah fuli. Sortasi fuli pala
dilakukan dengan cara memisahkan fuli pala yang utuh dari yang tidak utuh. Fuli
pala disortir menjadi dua golongan mutu, yaitu Gruis I dan Gruis II.
a. Gruis I yang dibagi lagi menjadi 2 golongan: Gruis I/Amerika dan Gruis
I/Eropa.
19
b. Gruis II yang dibagi lagi menjadi 2 golongan: Gruis II/Amerika dan Gruis
II/Eropa.
5. Tahap Penyimpanan Fuli Pala
Tahap penyimpanan fuli pala dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Fuli pala harus disimpan secara baik pada tempat yang cukup kering dan
teduh agar menghasilkan mutu yang baik.
b. Fuli pala yang telah melalui proses pengeringan, dapat disimpan dalam
karung atau kaleng tertutup rapat.
c. Fuli pala yang tersimpan dalam tempat yang tertutup rapat dan di tempat
yang gelap selama 3 bulan dapat meningkatkan mutunya.
6. Tahap Pengemasan Fuli Pala
Pengemasan bertujuan untuk mencegah kerusakan produk hingga ke tangan
konsumen. Pengemasan yang umum yaitu dengan karung goni karena dapat
mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama. Fuli pala yang telah disortir,
dikemas dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Pengemasan fuli pala
biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti.
Apabila ada permintaan khusus dari konsumen maka dapat dilakukan pengawetan
fuli pala dengan fumigasi menggunakan zat methyl bromide (CH3B1) atau Carbon
bisulfide (BS2). Pemberian fumigant pada fuli pala harus dilakukan di suatu ruang
yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam.
2.6.2 Proses Produksi Minyak Fuli Pala
Minyak fuli pala dapat diperoleh dari penyulingan fuli pala. Minyak atsiri dari
fuli pala mempunyai susunan kimiawi dan warna yang jernih, tidak berwarna
20
hingga kuning pucat. Minyak fuli pala memiliki aroma lebih tajam daripada
minyak biji pala. Rendemen minyak fuli pala berkisar antara 7-18% (rata-rata
11%). Rendemen dan mutu minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
digolongkan menjadi dua yaitu pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen
meliputi jenis (varietas) tanaman, cara budidaya, waktu dan cara panen. Faktor
pascapanen meliputi cara penanganan bahan, cara penyulingan, pengemasan dan
transportasi. Fuli pala yang akan disuling minyaknya sebaiknya dipetik pada saat
menjelang terbentuknya tempurung yaitu berusia sekitar 4-5 bulan (Somaatmaja,
1984). Berikut merupakan proses penyulingan minyak fuli pala menurut
Nurdjannah (2007).
1. Tahap persiapan bahan dan pengisian ke dalam ketel
a. Alat penyuling harus dibersihkan supaya tidak ada bau yang akan
mempengaruhi aroma dari minyak fuli pala yang dihasilkan
b. Pasang saringan tempat bahan yang berada di bawah
c. Timbang fuli pala yang akan disuling, giling fuli pala dan sesudahnya
ditimbang kembali
d. Letakkan sebagian fuli pala yang sudah digiling pada saringan yang berada
di bawah
e. Pasang saringan tempat bahan yang berada di tengah
f. Tempat sisa bahan pala pada saringan tersebut
g. Pasang tutup ketel dan hubungkan leher angsa dengan pipa kondensor
h. Periksa tiap sumbunya jangan sampai ada yang bocor
21
2. Operasi Boiler
a. Isi boiler dengan air dengan ketinggian air 9 cm pada tabung kaca
pengontrol nozzle
b. Isi tangki supply air yang ada pada samping boiler
c. Nyalakan burner pada posisi maksimum
d. Tunggu sampai destilat keluar atau menetes dari pipa pendingin dan waktu
penyulingan mulai dihitung
e. Pengisian air tambahan pada boiler dilakukan bila ketinggian air pada
tabung kaca pengontrol mencapai 0 cm
f. Pengisian dilakukan dengan bantuan pompa air panas sampai ketinggian air
pada tabung kaca pengontrol 9 cm atau sekitar 10 menit
3. Tahap pengambilan minyak fuli pala pada tabung pemisah
a. Pengambilan minyak fuli pala dilakukan pada jam pertama, jam ketiga, jam
ketujuh dan jam terakhir
b. Cara pengambilan minyak fuli pala dilakukan dengan menutup kran
pengeluaran air pada alat minyak, kemudian kran tempat keluarnya minyak
dibuka dan minyak fuli pala yang dihasilkan ditampung dan dimasukkan
dahulu ke dalam tabung pemisah untuk memisahkan air yang tercampur
c. Minyak fuli pala yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kemasan yang
kering dan tidak tembus cahaya.
4. Tahap Pembongkaran
a. Pembongkaran bahan (fuli pala sisa destilasi) dilakukan segera setelah
ketel dingin
22
b. Setiap selesai penyulingan dan pembongkaran bahan, ketel harus segera
dicuci bersih untuk menghindari pembusukan sisa bahan penyulingan yang
akan mempengaruhi aroma minyak fuli pala yang dihasilkan.
2.7 Potensi Ekspor Pala Indonesia
Sebagai produsen rempah, Indonesia memiliki peluang besar sebagai pemasok
rempah dunia yang dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Hingga saat ini, permintaan pasar komoditas rempah dunia terus meningkat.
Selama periode 2011-2015, impor rempah dunia naik rata-rata sebesar 7,2% per
tahun dengan nilai mencapai US$ 10,1 miliar di tahun 2015. Hal tersebut
membuktikan bahwa rempah-rempah merupakan komoditas ekspor yang
menjanjikan mengingat pasarnya yang terus tumbuh, sementara negara produsen
jumlahnya terbatas. Hanya negara yang memiliki iklim tropis basah yang dapat
menjadi tempat budidaya rempah-rempah. Volume ekspor pala Indonesia pada
tahun 2010-2015 disajikan pada Gambar 5.
23
Gambar 5. Volume ekspor pala Indonesia tahun 2010-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016).
Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu mengekspor sekitar 60% biji
dan fuli pala di pasar internasional. Permintaan pala di pasar dunia mencapai
20.000 ton per tahun, dengan negara importir utama adalah negara-negara di Uni
Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan India. Amerika merupakan pasar terbesar
untuk seluruh produk pala. Singapura dan Belanda merupakan negara utama
pengekspor ulang (re-exporters). Harga pala di pasar dunia terus tumbuh tiap
tahun sejak lima tahun terakhir. Harga pala bisa mencapai US$16,000-21,000 per
ton saat permintaan tinggi di pasar internasional. Tumbuhnya permintaan pala di
pasar dunia diantaranya disebabkan karena meningkatnya penggunaan pala
sebagai bahan baku berbagai jenis industri (Dewi, 2016).
Nilai ekspor dan nilai impor pala Indonesia dan negara pesaing sangat fluktuatif.
Namun negara yang nilai ekspornya lebih besar dari nilai impor adalah Indonesia,
Srilangka dan India. Nilai ekspor pala Indonesia terbesar terjadi pada tahun 2012
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Vo
lum
e (T
on
)
Tahun
24
yakni mencapai 140 juta US$ (Badan Pusat Statistik, 2016). Menurut penelitian
yang telah dilakukan oleh Asrol dan Heriyanto (2017) menyatakan bahwa pala
Indonesia sudah berada pada tahap kematangan dan standardisasi menyangkut
kualitas yang dimilikinya. Pala dari Indonesia juga mempunyai keunggulan yang
kuat dengan kecenderungannya sebagai pengekspor dari produk tersebut
(penawaran domestik lebih besar daripada permintaan domestik), yang juga
merupakan negara net exporter (keunggulan dalam mengekspor). Nilai ekspor
pala Indonesia tahun 2010-2015 disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Nilai ekspor pala Indonesia tahun 2010-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016).
2.8 Konsep Strategi Pemasaran
Nilai ekspor dan nilai impor pala Indonesia memiliki kendali yang terbatas
terhadap lingkungan eksternal. Peranan strategis dalam pemasaran mencakup
usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Nia
li (
000 U
S$)
Tahun
25
rangka mencari pemecahan masalah (Tjiptono, 2008). Strategi pemasaran adalah
logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan
dan mencapai hubungan yang menguntungkan. Perumusan strategi pemasaran
didasarkan pada analisis menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan
eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan perusahaan setiap saat dapat
berubah dengan cepat sehingga selalu melahirkan berbagai peluang dan ancaman
baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa
berubah. Konsekuensi dari perubahan faktor eksternal tersebut mengakibatkan
perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Kotler, 2008).
Menurut Rangkuti (2015), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial.
Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan menciptakan,
menawarkan, dan menukarkan produk yang dimiliki nilai komoditas. Rangkuti
(2015) menyatakan lebih lengkap lagi bahwa unsur-unsur utama pemasaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu:
1. Unsur Strategi Persaingan
Strategi persaingan dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa bagian, antara
lain segmentasi pasar, targeting dan positioning.
a. Segmentasi Pasar. Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan
membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-
masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk,
dan bauran pemasaran tersendiri.
26
b. Targeting. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih
segmen pasar yang akan dimasuki.
c. Positioning. Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan
positioning yaitu untuk membangun dan mengomunikasikan keunggulan
bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.
2. Unsur Taktik Pemasaran
a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran
dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi
pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu
perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain.
b. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai
produk, harga, promosi dan tempat.
3. Unsur Nilai Pemasaran
Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi 3, antara lain:
a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang
dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Sebaiknya perusahaan
senantiasa berusaha meningkatkan brand equity-nya. Jika brand equity ini
dapat dikelola dengan baik, perusahaan yang bersangkutan setidaknya
akan mendapatkan dua hal. Pertama, konsumen akan menerima nilai
produknya. Konsumen dapat merasa puas karena produk sesuai dengan
harapan dan juga merasakan manfaat yang diperoleh dari produk tersebut.
Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas
pelanggan terhadap merek.
27
b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa
pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini
perlu terus-menerus ditingkatkan.
c. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perubahan untuk
membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab
dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang pengeluaran
pemasaran, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran (Kotler, 2008).
Berdasarkan definisi tersebut, bauran pemasaran merupakan salah satu konsep
penting dalam teori pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam pasar
sasaran. Kotler (2008) mendefinisikan keputusan dalam bauran pemasaran
dikelompokkan menjadi empat, antara lain;
1. Produk
Produk adalah alat bauran pemasaran yang paling pokok, yang merupakan
penawaran nyata perusahaan kepada pasarnya, termasuk di dalamnya kualitas
produk, desain produk, karakteristik/ciri-ciri produk, merek, dan kemasan produk.
2. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan
produk tertentu. Sasaran penetapan harga harus dikaitkan dengan sasaran strategi
perusahaan secara keseluruhan. Unsur-unsur dari bauran harga adalah daftar
harga, potongan harga, jangka waktu dan syarat pembayaran.
28
3. Distribusi
Distribusi adalah usaha melalui saluran pemasaran yang dilakukan untuk
menyerahkan produk dari perusahaan atau pemasar kepada konsumen. Saluran
pemasaran yang dipilih dapat berupa distribusi langsung, distribusi tidak
langsung, atau kombinasi keduanya (Kotler, 2008).
4. Promosi
Promosi adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan
keunggulan produknya, sehingga akan mendapat perhatian dari konsumen
terhadap produk yang dihasilkan (Kotler, 2008).
2.9 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2015), analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor
lingkungan secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi yang tepat.
Analisis SWOT biasa digunakan sebagai alat pencocokan yang digunakan
manajer untuk mengembangkan empat jenis strategi, antara lain strategi
Strengths-Opportunities (SO), strategi Weakness-Opportunities (WO), strategi
Strengths-Threats (ST) atau strategi Weakness-Threats yang sesuai dengan
kondisi perusahaan (David, 2006). Menurut Rangkuti (2015), analisis SWOT
terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (Kekuatan)
Strengths merupakan kondisi kekuatan yang ada di dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat
dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
29
2. Weakness (Kelemahan)
Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang yang terjadi di masa yang
akan mendatang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri seperti kompetitor, kebijakan pemerintah,
dan kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (Ancaman)
Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis.
2.9.1 Matriks IFE dan EFE
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation)
dilakukan untuk menganalisis secara deskriptif dengan tujuan mengetahui
kemampuan usaha dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternal dengan
cara mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan terhadap
kondisi lingkungannya. Penilaian internal dapat menggunakan matriks IFE,
sedangkan untuk mengarahkan perumusan strategi dan mengevaluasi lingkup
eksternal digunakan matriks EFE (David, 2006). Analisis faktor internal dapat
mengembangkan daftar kekuatan yang dapat dimanfaatkan serta mengetahui
kelemahan yang harus diatasi. Sedangkan analisis faktor eksternal dapat
mengetahui daftar peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap usaha
30
pengembangan perusahaan sehingga dapat memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman yang ada (David, 2006).
Menurut Rangkuti (2015), dalam pengumpulan data internal dapat diperoleh di
dalam perusahaan itu sendiri, antara lain:
1. Laporan keuangan (neraca, laba-rugi, cash-flow, struktur pendanaan)
2. Laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan, pendidikan,
keahlian, pengalaman gaji, turn-over)
3. Laporan kegiatan operasional
4. Laporan kegiatan pemasaran
Sedangkan data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan
antara lain:
1. Analisis pasar
2. Analisis kompetitor
3. Analisis komunitas
4. Analisis pemasok
5. Analisis pemerintah/ kelompok kepentingan tertentu
Tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut:
1. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan hasil identifikasi
faktor strategis internal dan eksternal kepada responden untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor strategis. Nilai bobot yang
diberikan berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap
faktor internal dan eksternal usaha. Pemberian bobot pada masing-masing
faktor dengan nilai 1 (faktor strategis kurang penting), nilai 2 (faktor
strategis sama penting), dan nilai 3 (faktor strategis lebih penting). Jumlah
31
total bobot dari masing-masing faktor yang diperoleh harus sama dengan
satu, sehingga jumlah nilai setiap faktor strategis harus dibagi dengan
jumlah total faktor strategis.
2. Pemberian rating pada masing-masing faktor dengan skala 4 (sangat baik)
sampai dengan 1 (sangat kurang) yang berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap upaya pemasaran usaha. Pemberian rating untuk faktor
yang bersifat positif (kekuatan/peluang) diberi nilai 1 (sangat kurang)
sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor yang bersifat negatif
(kelemahan/ancaman) diberi nilai 4 (sangat kecil) sampai 1 (sangat besar).
3. Perhitungan skor yaitu dengan mengalikan nilai bobot dan rating pada
setiap faktor strategis. Kemudian dihitung selisih skor tertimbang pada
masing-masing faktor internal dan eksternal untuk memperoleh total skor
pembobotan. Jumlah selisih faktor internal yaitu hasil pengurangan dari
jumlah skor faktor kekuatan dengan jumlah faktor kelemahan, sedangkan
jumlah selisih faktor eksternal yaitu hasil pengurangan dari jumlah skor
peluang dengan jumlah skor ancaman (Rangkuti, 2015). Matriks IFE
disajikan pada Tabel 2 dan Matriks EFE disajikan pada Tabel 3 berikut.
32
Tabel 2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Sumber: Rangkuti (2015)
Tabel 3. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Sumber: Rangkuti (2015).
2.9.2 Matriks Posisi
Penentuan alternatif strategi bagi suatu perusahaan atau usaha sebaiknya
dilakukan setelah mengetahui posisi perusahaan pada kondisi sekarang berada di
Faktor-Faktor
Internal
Bobot Rating Skor
A. Kekuatan
1…………….
2…………….
3…………….
4…………….
5…………….
B. Kelemahan
1…………….
2…………….
3…………….
4…………….
5…………….
Total
Faktor-Faktor
Eksternal
Bobot Rating Skor
A. Peluang
1…………….
2…………….
3…………….
4…………….
5…………….
B. Ancaman
1…………….
2…………….
3…………….
4…………….
5…………….
Total
33
kuadran mana agar strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat
karena telah sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dimiliki oleh
perusahaan (Marimin, 2004). Posisi pada perusahaan dapat dikelompokkan
menjadi 4 kuadran, yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Strategi yang tepat untuk
kuadran I adalah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III turn
around, dan kuadran IV strategi defensif.
a. Kuadran I
Strategi agresif yaitu situasi yang sangat menguntungkan memiliki kekuatan dan
peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada secara optimal. Pada
posisi ini strategi yang tepat untuk diaplikasikan adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
b. Kuadran II
Strategi diversifikasi menunjukkan kondisi masih memiliki kekuatan internal
meskipun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang tepat untuk diterapkan
pada kondisi ini adalah dengan cara menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengurangi ancaman dan memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi
diversifikasi produk.
c. Kuadran III
Strategi turn around merupakan strategi yang digunakan apabila memiliki
peluang pasar yang cukup besar namun di sisi lain sedang mengalami berbagai
kelemahan internal. Pada posisi ini masalah internal harus diminimalkan untuk
memanfaatkan peluang pasar.
34
d. Kuadran IV
Strategi defensif menunjukkan pada posisi yang tidak menguntungkan karena
menghadapi berbagai ancaman bersamaan dengan masalah internal yang dimiliki.
Kondisi ini strategi yang tepat adalah strategi bertahan dengan cara memperbaiki
kondisi internal secara berkelanjutan untuk meminimalkan ancaman dan
membangun kekuatan serta peluang di masa mendatang (Rangkuti, 2015).
Matriks posisi disajikan pada Gambar 7.
PELUANG
KELEMAHAN KEKUATAN
ANCAMAN
Kuadran I
(Mendukung Strategi Agresif)
Kuadran II
(Mendukung Strategi Diversifikasi)
Kuadran III
(Mendukung Strategi Turn Around)
Kuadran IV
(Mendukung Strategi Defensif)
Gambar 7. Matriks posisi
Sumber: Marimin (2004).
2.9.3 Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2015), matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk
menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Faktor-
faktor kunci eksternal dan internal merupakan pembentuk matriks SWOT yang
35
menghasilkan empat tipe strategi diantaranya: a) Strategi S-O yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, b)
Strategi W-O yaitu mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan
keunggulan peluang eksternal, c) Strategi S-T yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dari ancaman eksternal, serta d)
Strategi W-T yaitu strategi bertahan dengan meminimalkan kelemahan dan
mengantisipasi ancaman lingkungan. Matriks SWOT disajikan pada Tabel 4
berikut.
Tabel 4. Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
Daftar kekuatan:
1. ………………
2. ………………
Kelemahan (W)
Daftar kelemahan:
1. ……………..
2. ……………..
Peluang (O)
Daftar peluang:
1. …………….
2. …………….
Strategi S-O
Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W-O
Meminimalkan
kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Ancaman (T)
Daftar ancaman:
1. ..…………...
2. ……..……...
Strategi S-T
Menggunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi W-T
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: (David, 2006).
Menurut Rangkuti (2015), apabila strategi dalam matriks SWOT dikaitkan dengan
strategi bisnis, maka pilihan-pilihan strategi bisnis yang perlu dilakukan sebagai
berikut:
36
1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities), pada situasi ini perusahaan perlu
melakukan pengembangan bisnis yang agresif, yaitu memanfaatkan kekuatan
yang substansial untuk menciptakan bisnis baru atau mengembangkan bisnis
yang ada. Strategi dalam kuadran S-O disebut sebagai strategi agresif.
2. Strategi S-T (Strengths-Threats), pada situasi ini perusahaan perlu melakukan
diversifikasi produk atau bisnis, melalui mengembangkan produk-produk
unggul. Strategi dalam kuadran S-T disebut sebagai strategi diversifikasi.
3. Strategi W-O (Weakness-Opportunities), pada situasi ini manajemen harus
melakukan analisis terhadap kelemahan sehingga mampu menghilangkan
kelemahan utama tersebut. Strategi dalam kuadran WO disebut sebagai
strategi balik arah.
4. Strategi W-T (Weakness-Threats), pada situasi ini manajemen harus
melakukan analisis terhadap kelemahan utama yang ada sekaligus menghindari
ancaman. Strategi pada kuadran W-T disebut sebagai strategi bertahan.
Setelah menganalisis keseluruhan variabel di atas, kemudian faktor strategi
internal dan strategi faktor eksternal dituangkan dalam analisis SWOT.
37
3 III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di CV. Nusantara Spices, Jalan Sultan Haji, Kelurahan
Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Kota Bandar Lampung pada bulan
Januari–April 2019.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pena, alat perekam (recorder atau
hand phone), dan laptop. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kertas
kuesioner dan berbagai sumber pustaka terkait analisis yang dilakukan.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei lapang atau secara langsung. Hasil
survei penelitian kemudian dianalisis secara deskriptif dengan memfokuskan pada
pemecahan masalah yang ada secara aktual. Jenis data yang digunakan yaitu data
primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu pelaku usaha
eksportir fuli pala, pakar dari Dewan Rempah Indonesia, pakar dari Dinas
38
Perkebunan Provinsi Lampung, dan akademisi di bidang teknologi rempah dengan
melalui hasil wawancara, observasi langsung maupun dari hasil pengisian
kuesioner. Data sekunder berupa data pendukung penelitian yang diperoleh
melalui penelitian-penelitian sebelumnya, penelusuran pustaka, jurnal maupun
laporan dari instansi pemerintahan terkait. Data yang diperoleh kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian dilakukan melalui beberapa cara diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan langsung kepada responden secara tidak terstruktur
dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga
memberikan keleluasaan bagi responden untuk memberikan pandangan secara
luas sehingga memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan secara
mendalam. Responden yang dipilih yaitu pelaku usaha eksportir fuli pala,
pakar dari Dewan Rempah Indonesia, pakar dari Dinas Perkebunan Provinsi
Lampung, dan akademisi di bidang teknologi rempah.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan melihat secara langsung objek yang diteliti
terutama terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan sehingga
diperoleh gambaran yang jelas.
39
3. Studi literatur dan kepustakaan
Studi literatur dan kepustakaan dilakukan untuk menganalisa objek secara
teoritis terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan antara
lain melalui studi pustaka dari berbagai jurnal ilmiah dan skripsi, artikel-artikel
yang relevan, serta sumber-sumber lain yang mendukung untuk memperoleh
data sekunder.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal. Pertama-tama mengidentifikasi faktor internal yang meliputi
kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman.
Analisis yang digunakan dalam menganalisis strategi untuk memasarkan fuli pala
yaitu analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). Analisis ini
didasarkan pada logika yang mampu memaksimalkan kekuatan dan peluang yang
dimiliki, namun secara bersamaan mampu meminimalkan kelemahan dan
ancaman.
3.5.1 Matriks IFE dan EFE
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation)
digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal
yang meliputi faktor pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi serta
peluang dan ancaman dari faktor eksternal meliputi kondisi pesaing, pelanggan,
perantara pemasaran, pemasok, teknologi, dan alam. Matriks IFE/EFE disajikan
pada Tabel 5 berikut.
40
Tabel 5. Matriks IFE/EFE
Faktor Internal/Eksternal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. …………………..
2. …………………..
Kelemahan
1. …………………..
2. …………………..
Peluang
1. ………………….
2. ………………….
Ancaman
1. ………………….
2. ………………….
Sumber: Rangkuti (2015).
Tahapan dalam penyusunan matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut:
1. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan hasil identifikasi
faktor strategis internal dan eksternal kepada responden untuk memberikan
penilaian terhadap bobot setiap faktor strategis. Nilai bobot yang
diberikan berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap
faktor internal dan eksternal usaha. Pemberian bobot pada masing-masing
faktor dengan nilai 1 (faktor strategis kurang penting), nilai 2 (faktor
strategis sama penting), dan nilai 3 (faktor strategis lebih penting). Jumlah
total bobot dari masing-masing faktor yang diperoleh harus sama dengan
satu, sehingga jumlah nilai setiap faktor strategis harus dibagi dengan
jumlah total faktor strategis.
2. Pemberian rating pada masing-masing faktor dengan skala 4 (sangat baik)
sampai dengan 1 (sangat kurang) yang berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap upaya pemasaran usaha. Pemberian rating untuk faktor
yang bersifat positif (kekuatan/peluang) diberi nilai 1 (sangat kurang)
41
sampai 4 (sangat baik), sedangkan faktor yang bersifat negatif
(kelemahan/ancaman) diberi nilai 4 (sangat kecil) sampai 1 (sangat besar).
3. Perhitungan skor yaitu dengan mengalikan nilai bobot dan rating pada
setiap faktor strategis. Kemudian dihitung selisih skor tertimbang pada
masing-masing faktor internal dan eksternal untuk memperoleh total skor
pembobotan. Jumlah selisih faktor internal yaitu hasil pengurangan dari
jumlah skor faktor kekuatan dengan jumlah faktor kelemahan, sedangkan
jumlah selisih faktor eksternal yaitu hasil pengurangan dari jumlah skor
peluang dengan jumlah skor ancaman (Rangkuti, 2015).
3.5.2 Matriks Posisi
Matriks posisi digunakan untuk mengetahui letak suatu perusahaan berdasarkan
kondisi internal dan eksternal saat ini sehingga dapat ditentukan strategi yang
paling tepat. Matriks posisi disajikan pada Gambar 8 berikut.
PELUANG
KELEMAHAN KEKUATAN
ANCAMAN
Kuadran I
(Mendukung Strategi Agresif)
Kuadran II
(Mendukung Strategi Diversifikasi)
Kuadran III
(Mendukung Strategi Turn Around)
Kuadran IV
(Mendukung Strategi Defensif)
Gambar 8. Matriks posisi
Sumber: Marimin (2004).
42
3.5.3 Matriks SWOT
Perumusan strategi pemasaran ekspor fuli pala dilakukan dengan menggunakan
analisis SWOT, melalui data hasil identifikasi faktor internal dan eksternal yang
digambarkan pada matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi sehingga dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, diantaranya: strategi
kekuatan-peluang (S-O), strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kelemahan-
ancaman (W-T), dan strategi kekuatan-ancaman (S-T) (Rangkuti, 2015).
Penyusunan matriks SWOT disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
Daftar kekuatan:
3. ………………
4. ………………
Kelemahan (W)
Daftar kelemahan:
3. ……………..
4. ……………..
Peluang (O)
Daftar peluang:
3. …………….
4. …………….
Strategi S-O
Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W-O
Meminimalkan
kelemahan dengan
memanfaatkan
peluang
Ancaman (T)
Daftar ancaman:
3. ..……………
4. ……..……....
Strategi S-T
Menggunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi W-T
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: David (2006).
43
Berdasarkan tabel, penyusunan matriks SWOT dapat dilakukan melalui tahapan
berikut:
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal dalam agroindustri fuli pala;
2. Menentukan faktor-faktor ancaman dalam agroindustri fuli pala;
3. Menentukan faktor-faktor kekuatan dalam agroindustri fuli pala;
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan dalam agroindustri fuli pala;
5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi S-O;
6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O;
7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi S-T;
8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi W-T.
81
5 V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Faktor internal yang menjadi kekuatan utama adalah produk yang
berkualitas dengan skor 0,55 sedangkan yang menjadi kelemahan utama
adalah keterbatasan modal dengan skor 0,25. Faktor eksternal yang menjadi
peluang utama adalah hubungan baik dengan pelanggan atau pemasok
dengan skor 0,42 sedangkan yang menjadi ancaman utama adalah penetapan
standar yang ketat di pasar internasional dengan skor 0,20.
2. Kondisi internal dan eksternal CV. Nusantara Spices berada di kuadran I
(strategi agresif). Strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam upaya
pemasaran ekspor fuli pala di CV. Nusantara Spices yaitu meningkatkan
pemanfaatan potensi bahan baku, tenaga kerja, dan produksi untuk
memenuhi permintaan pasar serta menjaga citra kewirausahaan dan
kestabilan harga untuk memperluas pemasaran.
82
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang direkomendasikan adalah dilakukan
penelitian lanjutan mengenai rantai pasok pemasaran ekspor fuli pala di CV.
Nusantara Spices.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ahyani, Y.M. 2009. Strategi Pemasaran Ekspor Buah-Buahan pada PT.
Agroindo Usaha Jaya. Institut Pertanian Bogor. 103 Hlm.
Asrol dan Heriyanto. 2017. Daya Saing Ekspor Pala Indonesia di Pasar
Internasional. Jurnal Dinamika Pertanian. 33(2):61–70.
Austin, J.E. 1992. Agroindustrial Project Analysis. Baltimore and London: The
Johns Hopkins University Press. 216 p.
Badan Pusat Statistik. 2016. Volume dan Nilai Ekspor-Impor Pala. 32 Hlm.
Badan Standardisasi Nasional. 2015. SNI 0006-2015 Pala. 9 Hlm.
David, F.R. 2006. Manajemen Strategi. Jakarta: Salemba Empat. 351 Hlm.
Dewi, N. 2016. Faktor Meningkatnya Ekspor Buah Pala Indonesia–Uni Eropa.
Jurnal Online Mahasiswa FISIP Universitas Riau. 3(2):1-13.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Pala. Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. 32
Hlm.
El-Gohary, H. 2010. E-Marketing- A literature Review from a Small Businesses
Perspective. International Journal of Business and Social Science., 1(1):
214–244.
Hapsoh dan Hasanah, Y. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan:
USU Press. 231 Hlm.
Harahap, I.F. 2017. Strategi Pemasaran Sirup Buah Pala di Kabupaten Aceh
Selatan (Studi Kasus: Kecamatan Tapak Tuan). (Skripsi). Universitas
Sumatera Utara. 75 Hlm.
Hidayana, N. 2017. Strategi Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri Jahe dan
Minyak Atsiri Kunyit di CV. Nusantara Spices Bandar Lampung. (Skripsi).
Universitas Lampung. 82 Hlm.
84
Jose, H., KR, A., TJ, S., P, S., KR, V. dan S, S. 2016. A Descriptive Review On
Myristica fragrans Houtt. Hygeia.J.D.Med., 8(1): 35–43.
Kismono, G. 2001. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: BPFE. 467 Hlm.
Kotler, P. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Jakarta: PT Indeks. 443 Hlm.
Kuncoro, M. 2001. Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan
Bisnis Global. Yogyakarta:BPFE. 456 Hlm.
Librianto, B. 2004. Ekstraksi Oleoresin Pala (Myristica fragrans Houtt) dari
Ampas Penyulingan Minyak Pala Menggunakan Pelarut Organik. (Skripsi).
Institut Pertanian Bogor. 89 Hlm.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta: Grasindo. 197 Hlm.
Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 57 Hlm.
Peraturan Menteri Pertanian. Nomor 53/Permentan/OT.140/9/2012. Pedoman
Penanganan Pascapanen Pala. Peraturan Menteri Pertanian. Jakarta. 5 Hlm.
Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 246 Hlm.
Rismunandar. 1992. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya. 130 Hlm.
Sa’id, E.G. 1999. Manajemen Pasca Panen Produk Agribisnis dan Agroindustri
untuk Ekspor. Agrimedia, 5(2):22–23.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 152
Hlm.
Somaatmadja, D. 1984. Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli. Komunikasi
No. 215. BBIHP. Bogor. 12 Hlm.
Sunanto, H. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Kanisius. 94
Hlm.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. 506 Hlm.
Valencia, G.G., Kumaat, R.M. dan Rumagit, G.A.J. 2017. Strategi Pemasaran
Ekspor Pala Pada PT. Gunung Intan Permata Manado. Ejournal Agri-
SosioEkonomi, 13(2):9–20.
85
Zendya, V.D. 2017. Strategi Pengembangan Minyak Atsiri Pala di Kabupaten
Tanggamus (Studi Kasus: Gabungan Kelompok Tani Wira Karya Sejahtera).
(Skripsi). Universitas Lampung. 57 Hlm.