Upload
hendro-pranowo
View
528
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta : Menjadikan Pariwisata yang Berbasiskan Kebudayaan
Pertumbuhan Pariwisata Global
Saat ini pariwisata merupakan satu dari sektor ekonomi yang paling dinamis di banyak negara.
Pariwisata menjadi salah satu pemain utama di dalam perdagangan internasional. Saat ini, volume bisnis
dari pariwisata sama atau bahkan melampaui bisnis ekspor minyak, komoditas pangan, maupun industri
otomotif. Selain itu, pariwisata adalah sumber pemasukan utama dari beberapa negara yang sedang
berkembang. Sebagai salah satu industri terbesar atau salah satu sektor ekonomi yang berkontribusi
triliunan dolar per tahun terhadap ekonomi global, pariwisata turut membantu menciptakan pekerjaan
dan kemakmuran, meningkatkan nilai ekspor dan pendapatan dari pajak, serta mendorong investasi
modal. Dinamika ini menjadikan pariwisata sebagai poros penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Bahkan diperkirakan pariwisata akan dapat menjadi industri terbesar di dunia kedepannya.
Tercatat ada 982 juta turis seluruh dunia mengunjungi berbagai belahan dunia pada 2011, atau
terdapat kenaikan 4.6% dibandingkan tahun 2010. Kontribusi dari pariwisata internasional mengalami
kenaikan 3.8% dari pendapatan ekonomi dunia dan menyentuh 1 triliun US$ untuk pertama kalinya.
Pertumbuhan ini tercapai meskipun ada perlambatan pemulihan ekonomi global, perubahan konstelasi
politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta terjadinya bencana alam di beberapa tempat di dunia.
Dengan ekspetasi pertumbuhan antara 3% hingga 4% di tahun 2012, pariwisata internasional akan dapat
mencapai pencapaian utama : 1 milyar turis akan berpergian lintas internasional dalam setahun.1
Ada sekitar 260 juta orang dari seluruh dunia yang bekerja dibidang pariwisata, 100 juta dari
mereka bekerja secara langsung didalam industri pariwisata ini. Secara global, pekerjaan yang berkaitan
langsung dengan industri pariwisata meningkat 8.3% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, atau
sama dengan menciptakan 7 juta tambahan pekerjaan. Tetapi distribusi dari pertumbuhan pekerjaan
tersebut sangat tidak merata. Dua-pertiga dari pertumbuhan seluruh dunia terjadi di Asia, dimana
jumlah pekerjaan dibidang industri pariwisata meningkat hampir 5 juta antara tahun 2000 dan 2010.2
1 World Tourism Organization, 2012, Annual Report 2011, UNWTO, Madrid, hlm. 6
2 World Travel & Tourism Council, 2011, Travel & Tourism 2011, WTTC, London, hlm.9
Pariwisata juga merupakan kunci penggerak ekonomi utama di kawasan Asia Pasifik, serta
sebagai pencipta lapangan pekerjaan, promosi investasi dan pembangunan. Oleh karena itu, badan
kerjasama ekonomi Asia Pasifik, APEC, kemudian mendirikan Tourism Working Group (TWG) pada tahun
1991 untuk membantu perkembangan pembangunan ekonomi di kawasan Asia Pasifik, serta
mengenalkan bahwa pariwisata adalah salah satu industri yang tumbuh pesat dan penting bagi
pembangunan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Kontribusi dari industri pariwisata menyumbang 8.4%
dari total 3.22 trilyun US$ produk domestik bruto (GDP) anggota APEC sepanjang 2011.
APEC Tourism Charter disahkan pada 1st Tourism Ministerial Meeting di Seoul, Korea pada tahun
2000. Piagam ini menentukan empat tujuan dan menyetujui proses realisasi tujuan tersebut dengan
cara membebaskan hambatan-hambatan yang ada, meningkatkan daya saing, membangun kapabilitas,
mempromosikan kebijakan positif untuk pembangunan pariwisata, meminimalkan praktik-praktik yang
mempunyai dampak negatif terhadap citra pariwisata, serta mengidentifikasi pokok permasalahan yang
timbul yang mempengaruhi terhadap pariwisata. Sedangkan empat tujuan tersebut adalah menghapus
rintangan pada bisnis dan investasi dalam bidang pariwisata; Meningkatkan mobilitas turis serta
permintaan barang dan jasa dalam bidang pariwisata di kawasan APEC; Mengatur secara terus menerus
pengaruh dan akibat dari pariwisata; serta meningkatkan pengakuan dan pengertian pariwisata sebagai
alat pembangunan ekonomi dan sosial.3
Pariwisata diidentifikasi sebagai satu dari duabelas prioritas4 yang akan membantu
mempercepat integrasi dari negara-negara ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015.
ASEAN Economic Community (AEC) dapat menjadi tujuan integrasi ekonomi kawasan pada 2015. AEC
mempertimbangkan beberapa karakteristik penting : pasar tunggal dan berbasis produksi, kawasan
3 The APEC Tourism Charter, endorsed at the 1st Tourism Ministerial Meeting in Korea in 2000
4 Negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) telah menyepakati 12 produk prioritas dalam skema Asean
Economic Community (AEC) 2015. Ke-12 sektor prioritas tersebut meliputi: (1) Produk-produk berbasis pertanian
(agro-based goods); (2) Transportasi udara (air transport); (3) Produk-produk otomotif (automotive products);
(4) e-Asean termasuk peralatan komunikasi dan telekomunikasi (e-Asean including ICT equipment); (5) Barang-
barang elektronik (electronics goods); (6) Perikanan (fisheries); (7) Produk-produk kesehatan (health care
products); (8) Barang berbasis karet (rubberbased goods); (9) Tekstil dan pakaian (textiles and clothing);
(10) Pariwisata (tourism); (11) Produk-produk berbasis kayu (wood-based products); (12) Logistik (logistics).
ekonomi yang berdaya saing tinggi, pertumbuhan kawasan ekonomi yang adil, dan kawasan yang
sepenuhnya terintegrasi kedalam ekonomi global. Dan sebagai salah satu sektor prioritas integrasi dari
negara-negara ASEAN, pariwisata di kawasan ASEAN tumbuh cukup signifikan. Ini dapat dilihat dari
jumlah kunjungan turis dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 total ada 65 juta kunjungan turis, jumlah
ini meningkat pada tahun 2010 menjadi 73 juta, dan pada tahun 2011 bertambah menjadi 81 juta orang
yang datang mengunjungi kawasan di ASEAN.5
Pariwisata di Indonesia menyumbangkan devisa sebesar 7.6 juta US$ pada tahun 2010 atau
meningkat dari 6.2 juta US$ pada tahun 2009. Jumlah devisa dari sektor pariwisata terus mengalami
pertumbuhan dari setiap tahunnya. Pada tahun 2006 nilainya mencapai 4.4 juta US$, tahun 2007
meningkat menjadi 5.3 juta US$, dan tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 7.3 juta US$. Terhadap
jenis komoditas ekspor lainnya, pada tahun 2010, pariwisata menduduki peringkat empat, sedangkan
peringkat satu sampai tiga berturut-turut ditempati oleh minyak dan gas bumi (28 juta US$), minyak
kelapa sawit (13.4 juta US$), dan karet olahan (9.3 juta US$).6
Pariwisata berperan dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu
segi ekonomis (sumber devisa, pajak); segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi budaya
(memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan). Ketiga segi tersebut tidak saja berlaku bagi
wisatawan-wisatawan mancanegara, tetapi juga untuk wisatawan-wisatawan domestik7. Sebagai
industri, pariwisata mempunyai potensi besar mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi.
Pariwisata sebagai ilmu merupakan kegiatan manah (pikaran dan perasaan) manusia mengenai
berbagai hal atau apa saja, termasuk pariwisata. Suatu gejala yang dipelajari dan dihubung-hubungkan
dengan gejala lain dalam suatu penelitian pariwisata melahirkan hipotesis, penemuan yang kemudian
diterapkan bahwa pariwisata adalah suatu ilmu, yang dalam hal ini dikaitkan dengan perekonomian
suatu masyarakat atau bangsa. Dengan disertai penelitian, data-data statistik, ungkapan, dan penemuan
baru, pariwisata sebagai ilmu tampil kedepan sebagai suatu kehadiran nyata/hidup. Penelitian dilakukan
5 ASEAN Tourism Statistics Database : Tourist arrivals in ASEAN
6 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Rangking Devisa Pariwisata
7 James J. Spillane, 1990, Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 54
dalam hal-hal tujuan, ruang lingkup, fenomena, efek/akibat, anatomi, dan dampak kehidupan
masyarakat kini dan masa datang. Definisi, ungkapan, dan penemuan baru ditambahkan untuk
memperkaya seperti ilmu-ilmu yang lain yang pada awalnya juga merupakan gejala atau fenomena yang
tumbuh, dikembangkan, dianalisa, dan diterapkan sebagai ilmu.8
Pariwisata dapat mengembangkan dan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat secara
ekonomis, sosial, dan budaya. Jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik justru
akan menimbulkan berbagai permasalahan bahkan merugikan masyarakat. Oleh karena itu,
perkembangan pariwisata supaya berlangsung secara berkelanjutan diperlukan adanya penelitian
pariwisata. Penelitian pariwisata dapat menjadi pendukung pemasaran pariwisata karena dengannya
akan diperoleh berbagai informasi mengenai keadaan, harapan dan preferensi wisatawan untuk
melaksanakan kegiatan wisatanya. Hasil penelitian pariwisata dapat dipakai sebagai referensi para
pembuat keputusan untuk membuat kebijakan tentang pengembangan pariwisata daerah yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki, sesuai situasi masyarakat dan selaras dengan kebutuhan masyarakat.9
Terkait berbagai alasan tersebut dan sehubungan dengan diselenggarakannya Lomba Karya Tulis
Pariwisata, maka penulis tertarik artikel yang berjudul : “Strategi Pembangunan Pariwisata Yogyakarta :
Menjadikan Pariwisata yang Berbasiskan Kebudayaan.”
Pembangunan Pariwisata Indonesia
Bangsa Indonesia telah dikaruniai sumber daya dan modal pembangunan pariwisata untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, yaitu keadaan alam, flora dan fauna, serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya. Pembangunan pariwisata dikembangkan
dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan
pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan
bersifat memberdayakan masyarakat. Pembangunan pariwisata merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
8 Nyoman S Pendit, 2003, Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 4
9 Wardiyanta, 2006, Metode Penelitian Pariwsata, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm. 48-49
bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang
hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
Pembangunan pariwisata memerlukan political will dari pemerintah, baik dari bentuk kebijakan
maupun regulasinya. Oleh karena itu, saat ini sudah ada berbagai peraturan yang berkaitan langsung
dengan bidang pariwisata, yaitu : Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang
menggantikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990; Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025; maupun berbagai macam
peraturan menteri. Selain itu terdapat juga Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal yang mengatur penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing khususnya dalam
bidang pariwisata.
Dalam penyelenggaraannya, pemerintah menugaskan kepada Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif untuk mengurusi urusan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai beberapa fungsi,
yaitu : Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian; Pengawasan
atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian; Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian; dan Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.10
Dalam rangka mengoptimalkan akselerasi pembangunan pariwisata guna mengupayakan
kesejahteraan masyarakat, membuka lapangan kerja, memberantas kemiskinan dan memeratakan
pembangunan; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diberikan instruksi untuk : Menyiapkan
informasi yang lengkap di bidang pariwisata; Meningkatkan kerjasama dengan daerah dan kerjasama
internasional dalam rangka menunjang promosi pariwisata Indonesia; Mendorong pengembangan
destinasi pariwisata unggulan; serta Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian
peninggalan budaya dan daya tarik wisata.11
10
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM. 07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 11
Instruksi Presiden No. 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata
Pembangunan pariwisata Indonesia meliputi : industri pariwisata, destinasi pariwisata,
pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan12. Adapun tujuan dari pembangunan pariwisata adalah :
mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional; meningkatkan
kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata; mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab; serta mengembangkan
kelembagaaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan
destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara profesional, efektif dan
efisien.13
Dalam UU Kepariwisataan pengertian dari industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata
yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha di bidang pariwisata meliputi, antara lain : usaha
daya tarik wisata; usaha kawasan pariwisata; usaha jasa transportasi wisata; usaha jasa perjalanan
wisata; usaha jasa makanan dan minuman; usaha penyediaan akomodasi; usaha penyelenggaraan
kegiatan hiburan dan rekreasi; usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran; usaha jasa informasi pariwisata; usaha jasa konsultan pariwisata; serta usaha jasa
pramuwisata.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 dijelaskan bahwa pembangunan
industri pariwisata meliputi : Penguatan struktur (fungsi, hierarki, dan hubungan) industri pariwisata;
Peningkatan daya saing produk pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, daya saing fasilitas
pariwisata, dan daya saing aksesibilitas; Pengembangan kemitraan usaha pariwisata yang diwujudkan
dalam bentuk skema kerja sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat;
Penciptaan kredibilitas bisnis dengan menerapkan standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata; serta
Pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya dengan mendorong
tumbuhnya ekonomi hijau.
12
Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan 13
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun
2010 – 2025
Pembangunan destinasi pariwisata merupakan upaya terpadu dan sistematik seluruh komponen
destinasi pariwisata dalam rangka menciptakan, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan
pariwisata serta kemudahan pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata. Maksud dengan
pembangunan destinasi pariwisata, antara lain pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik
wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan fasilitas pariwisata
secara terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan destinasi pariwisata meliputi : Perwilayahan
pembangunan destinasi pariwisata; Pembangunan daya tarik wisata; Pembangunan aksesibilitas
pariwisata; Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata; Pemberdayaan
masyarakat melalui pariwisata; serta Pengembangan investasi di bidang pariwisata.
Termasuk di dalam pembangunan pariwisata adalah pembangunan pemasaran pariwisata.
Upaya ini memerlukan upaya terpadu, sistematik dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk
wisata, serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia sebagai destinasi
pariwisata yang berdaya saing. Pembangunan pemasaran pariwisata nasional meliputi : pengembangan
pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata, dan
pengembangan promosi pariwisata.
Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan diwujudkan melalui pemantapan segmen pasar
wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan pengembangan
destinasi pariwisata dan dinamika pasar global. Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata meliputi :
peningkatan dan pemantapan citra pariwisata Indonesia secara berkelanjutan baik citra pariwisata
nasional maupun citra pariwisata destinasi; serta peningkatan citra pariwisata Indonesia sebagai
destinasi pariwisata yang aman, nyaman, dan berdaya saing.
Pembangunan pariwisata juga termasuk dalam hal pembangunan kelembagaan kepariwisataan,
yaitu upaya terpadu dan sistematik dalam rangka pengembangan organisasi kepariwisataan,
pengembangan sumber daya manusia pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kualitas
pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata. Upaya pembangunan
kelembagaan kepariwisataan meliputi : penguatan organisasi kepariwisataan, pembangunan sumber
daya manusia pariwisata, dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
Pembangunan pariwisata dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pendukung maupun
faktor penghambat, antara lain : pertumbuhan ekonomi global; kemudahan akomodasi, transportasi,
dan informasi; serta faktor keamanan. Pertumbuhan ekonomi membawa dampak bagi tingkat
kunjungan turis ke suatu negara. Akan tetapi resesi ekonomi sebenarnya hanya berpengaruh kecil
karena pariwisata global tetap mengalami pertumbuhan meskipun ada pelambatan. Faktor yang lebih
mempengaruhi pertumbuhan pariwisata adalah faktor keamanan. Adanya isu terorisme, ketidakstabilan
kondisi politik, konflik di suatu daerah, serta terjadinya bencana alam lebih memberikan pengaruh
penurunan signifikan angka kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Pesona Pariwisata Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat berbagai predikat sebagai Kota Perjuangan, Kota
Budaya, Kota Pendidikan, maupun Kota Wisata. Sebagai kota perjuangan, Yogyakarta berperan dan
memberikan sumbangsih yang besar dalam mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan Negara
Indonesia. Yogyakarta identik sebagai kota budaya karena merupakan pusat kebudayaan yang
mempunyai akar kuat pada tradisi dan kebudayaan Jawa. Yogyakarta dikenal juga sebagai kota
pendidikan karena banyak berdiri perguruan tinggi negeri maupun swasta, baik yang berbentuk
universitas, institut, sekolah tinggi, ataupun akademi.
Sebagai kota wisata, Yogyakarta memiliki destinasi wisata yang sangat banyak dan beragam.
Keelokan alam dan pesona keragaman budaya yang dimiliki memikat siapapun, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara, untuk mengunjunginya. Dari keindahan alamnya, cita rasa
kulinernya, maupun keunikan seni budayanya. Beberapa destinasi wisata yang ada bahkan sudah sangat
mendunia bagi para wisatawan mancanegara. Potensi yang ada ini dapat digunakan sebagai modal
utama pembangunan.
Keraton Yogyakarta sebelum zaman Indonesia merdeka merupakan kerajaan yang menjalankan
pemerintahannya secara efektif-definitif dan otonom, maka sejak Sri Sultan Hamengku Buwono IX
menyatakan diri berdiri di belakang Republik Indonesia, Keraton Yogyakarta beralih fungsi menjadi pusat
kebudayaan, pusat kegiatan dan pengembangan kebudayaan tradisi yang adiluhung. Saat ini Keraton
Yogyakarta sering menyelenggarakan bermacam upacara tradisional, seperti Sekaten, Grebeg, Siraman
Pusaka Keraton, maupun Siraman Kereta Kencana.
Sekaten, yaitu merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap Bulan Maulud penanggalan
Jawa untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Grebeg merupakan upacara adat yang
diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan dan melindungi agama Islam. Grebeg di Keraton
Yogyakarta diadakan sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu Grebeg Maulud, Grebeg Syawal yang
diadakan setiap Idul Fitri, dan Grebeg Besar yang diadakan setiap Idul Adha. Ada juga upacara tumplak
wajik adalah upacara pembuatan wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula
kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Grebeg.
Selain Keraton Yogyakarta, terdapat juga bangunan lain yang berkaitan dengan Kasultanan
Yogyakarta. Pura Pakualaman merupakan istana kadipaten yang terletak di sebelah timur Keraton
Yogyakarta. Seperti halnya Keraton Yogyakarta, Pura Pakualaman berfungsi juga sebagai pusat
kebudayaan dengan sering diselenggarakan pentas seni budaya tradisional maupun upacara tradisional
Jawa. Taman Sari yang menyisakan jejak kejayaan Keraton Yogyakarta, dahulunya adalah tempat Sultan
dan para selirnya bersantai merupakan obyek wisata yang menarik. Bentuknya menyerupai taman air
dan dihiasi dengan beberapa tanaman yang berbunga. Tugu Jogja merupakan tetenger (landmark) yang
paling terkenal di Yogyakarta yang kira-kira telah berumur sekitar 3 abad. Banyak wisatawan pada
malam hari menyempatkan mengabadikan keindahan ikon Kota Yogyakarta ini. Makam Imogiri adalah
makam raja-raja beserta kerabat Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Sesuai dengan
namanya, Imogiri, makam ini terletak di puncak bukit dengan ketinggian 345 anak tangga batu.
Selain bangunan cagar budaya yang berkaitan dengan Kasultanan Yogyakarta, terdapat juga
beberapa bangunan candi baik candi agama Hindu maupun candi agama Budha. Candi Prambanan
terdiri dari tiga candi utama yang berketinggian 47 meter dan dikelilingi oleh candi kecil yang disebut
perwara. Candi ini merupakan salah satu peninggalan candi Hindu terbesar. Candi Keraton Ratu Boko
terletak 3km arah selatan dari Candi Prambanan. Kompleks bangunan candi ini terdiri gapura, sebuah
candi pembakaran, paseban (balai), pendapa, dan kompleks pemandian keputren. Candi Sambisari ini
ditemukan pada tahun 1966. Berdasarkan penelitian geologis dari batu dan tanah, ditemukan bahwa 6
meter candi itu terkubur karena material erupsi Gunung Merapi.
Yogyakarta juga memiliki berbagai obyek-obyek wisata alam. Gunung Merapi merupakan salah
satu gunung berapi paling aktif di dunia. Gunung Merapi yang baru saja meletus pada akhir tahun 2010
menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk menyaksikan sisa bekas erupsi. Kaliurang merupakan
daerah tujuan wisata dengan pemandangan indah dan udara segar yang terletak di lereng Gunung
Merapi. Gunung purba Nglanggeran yang berada di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul merupakan
gunung api purba yang aktif pada 70 juta tahun silam dengan menawarkan keunikan bentang alam yang
tersusun dari material vulkanik tua.
Goa Pindul yang berada di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul merupakan obyek wisata
yang menawarkan penelusuran goa sepanjang 300 meter dengan menggunakan alat pelampung. Goa
Cerme yang terletak di Srirenggo, Imogiri, Bantul; mempunyai panjang 1.200 meter yang didalamnya
terdapat stalagtit dan stalagmit yang indah, serta aliran air yang jernih dan dingin. Goa Kalisuci yang
terletak di Dusun Jetis, Pacarejo, Gunung Kidul merupakan tempat yang cocok sebagai wisata minat
khusus dengan menawarkan kegiatan cavetubing, yakni kegiatan yang memadukan rafting (olahraga
arus deras) dengan caving (olahraga susur goa).
Yogyakarta juga menawarkan keindahan wisata pantainya. Terdapat beberapa pantai di
kawasan Yogyakarta selatan. Pantai Parangtritis merupakan salah satu pantai yang menjadi tujuan
wisata utama di Yogyakarta terkenal dengan sebutan Pantai Selatan. Selain pesona keindahan alamnya,
ada mitos tentang Ratu Pantai Selatan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa wisatawan.
Selain itu ada fenomena alam gumuk pasir yang langka. Sebagai bentuk endapan pasir berbukit-bukit
yang mencapai ketinggian 20mpl dan di dunia hanya dapat ditemukan di dua negara, yaitu Meksiko dan
Indonesia.
Pantai Baron terletak sekitar 60km dari Yogyakarta. Pantai Baron merupakan muara sungai
bawah tanah di Kabupaten Gunung Kidul. Pantai Kukup hanya berjarak 1km dari Pantai Baron dan dapat
dicapai melalui jalan setapak. Pantai Kukup memiliki karang ridge yang indah dan beranekaragam ikan
hias. Pantai Krakal yang memiliki bentangan pasir putih dengan pemandangan alam yang indah. Pantai
Sundak yang memiliki panorama yang indah berjarak 3km dari Pantai Kukup serta terkenal sebagai
tempat berkemah dan kegiatan offroad. Pantai Sadeng sekaligus pelabuhan perikanan satu-satunya
yang ada di Yogyakarta saat ini, terletak sekitar 46km dari Kota Wonosari. Di kawasan Pantai Sadeng
terdapat Telaga Suling yang konon diyakini sebagai muara Sungai Bengawan Solo purba. Pantai Siung
terletak di Desa Purwodadi, Tepus. Disini terdapat beberapa bukit kapur (karsts) yang sering digunakan
untuk kegiatan panjat tebing bertaraf internasional. Pantai Wediombo merupakan pantai yan masih
relatif alami. Terletak di Desa Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul. Pantai ini dikelilingi oleh bukit-bukit kapur
yang menjadikan pemandangan yang memikat. Dari Pantai Wediombo ke barat ada sebuah pulau kecil
yang dihuni oleh ribuan kalong.
Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap
pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-
obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan
sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi
pertanian maupun komoditi pertania. Yogyakarta mempunyai agrowisata perkebunan buah naga yang
berada di perbatasan Pantai Glagah. Agrowisata Salak Pondoh yang terletak di Desa Bangunkerto, Turi,
sekitar 25km dari Yogyakarta. Perkebunan pantas untuk dikunjungi karena kita bisa mengetahui
bagaimana penanaman dan pengolahan salak Pondoh sekaligus berbelanja buah salak Pondoh untuk
oleh-oleh. Ada juga Perkebunan Plasma Nutfah Pisang yang merupakan sebuah kebun berbagai jenis
tanaman pisang yang terdapat di seluruh Indonesia maupun luar negeri. Perkebunan seluas lebih dari
2.5 hektar ini merupakan tempat pendidikan dan penelitian dari tanaman pisang. Perkebunan ini
terletak 8km sebelah selatan Yogyakarta. Tempat ini memberikan pemandangan yang hijau dan suasana
yang menyejukkan.
Yogyakarta juga memiliki potensi wisata kulinernya. Keanekaragaman makanan khas Yogyakarta
menjadikan Yogyakarta menjadi destinasi favorit bagi pencinta wisata kuliner. Gudeg, yaitu adalah
masakan khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda (ada juga yang terbuat dari manggar) yang
dimasak dengan santan dan warna coklat biasanya dihasilkan dari daun jati yang dimasak bersamaan.
Brongkos menjadi salah satu warisan masakan leluhur yang masih terjaga dan menjadi salah satu jenis
kuliner yang sangat familier. Brongkos terbuat dari tahu dan kacang tolo dengan perpaduan kuah santan
kental dan kaldu daging segar. Bakmi Jawa di Yogyakarta berbeda dan memiliki kekhasan tersendiri,
Selain rasanya yang gurih, bakmi Jawa biasanya di masak dengan menggunakan anglo, sejenis tungku
dari tanah liat dengan bahan baku arang. Mangut Lele, sesuai namanya menawarkan masakan olahan
dari ikan lele. Tidak seperti masakan lele biasa, lele sebelum dimasak bersama kuah santan gurih dan
pedas seperti kuah gulai, lele terlebih dahulu dibakar diatas tungku, sehingga dagingnya matang saat
pembakaran.
Selain itu, Yogyakarta terkenal dengan aneka penganan (jajan pasar) yang khas, enak, tetapi
murah. Aneka jajan pasar ini mudah ditemukan di berbagai pasar-pasar tradisional. Lupis, jajan pasar
khas Yogyakarta berbahan ketan bertabur parutan kelapa dan siraman kuah gula merah. Klepon ini
termasuk jajanan tradisional yang sampai sekarang masih eksis. Terbuat dari tepung ketan yang
dibentuk bola-bola kecil, berisi irisan gula merah, dan bertabur kelapa parut. Jadah tempe, jajanan khas
daerah Kaliurang berupa perpaduan jadah dari ketan yang gurih dan tempe bacem yang manis.
Yogyakarta juga memiliki beragam oleh-oleh khas. Mulai dari Bakpia Patok, yaitu kue kering berbentuk
bundar agak pipih, bagian luarnya mudah remuk yang terbuat dari terigu dengan isi kacang hijau. Pusat
oleh-oleh Bakpia Patok banyak ditemukan di daerah Patok, Ngampilan, Yogyakarta (sebelah barat
Malioboro). Kue Yangko merupakan sejenis makanan ringan khas Kotagede dengan tekstur kenyal. Kripik
belut yang dijual di sekitaran Pasar Godean, Sleman disajikan secara crispy cocok dijadikan sebagai
camilan. Rempeyek Tumpuk yang berada di daerah Bantul merupakan salah satu oleh-oleh khas
Yogyakarta yang menjadi favorit wisatawan.
Sebagai pusat industri kerajinan, Yogyakarta banyak terdapat industri skala rumah tangga
maupun industri menengah yang memproduksi barang-barang seni dan kerajinan tangan. Kawasan
industri perak Kotagede merupakan pusat kerajinan perak sangat terkenal dan sudah menjadi komoditi
ekspor. Desa Wisata Manding terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul,
merupakan sentra pembuatan kerajinan dari kulit dengan beraneka produk seperti sepatu, tas, jaket,
dompet, dan lain-lain. Desa Wisata Kasongan terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan terkenal
dengan produksi kerajinan keramik dan aneka produk gerabah lainnya. Desa Wisata Bobung di
Kabupaten Gunung Kidul, sebagian besar masyarakatnya merupakan pengrajin batik kayu. Selain dapat
melihat proses pembuatan batik kayu, wisatawan juga dapat menikmati udara segar dari bukit desa
dengan kehidupan masyarakatnya. Barang-barang seni dan kerajinan tangan tersebut seringkali dibeli
wisatawan sebagai cinderamata ketika berkunjung ke Yogyakarta.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Bila hendak membeli batik, Pasar Beringharjo adalah tempat
terbaik karena menyediakan koleksi batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian,
bahan katun hingga sutra, dari harga puluhan ribu sampai ratusan ribu tersedia. Selain itu ada Desa
wisata Karangtengah, Kecamatan Imogiri, yang menawarkan produk batik dengan pewarnaan alami
yang berasal dari daun indigovera, akar pace, buah talok, dan pewarna alami lainnya yang menghasilkan
warna lebih natural serta ramah lingkungan. Di Kecamatan Imogiri ini juga terdapat Museum Lingkungan
Batik Joglo Cipto Wening yang memiliki 300-an koleksi batik tulis. Selain menambah wawasan dan
pengetahuan tentang batik tulis, wisatawan dapat membeli batik tulis disini sebagai buah tangan.
Yogyakarta, Kota Pariwisata Bebasis Budaya
Visi pembangunan Kota Yogyakarta adalah dengan menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota
pendidikan berkualitas, pariwisata berbasis budaya dan pusat pelayanan jasa, yang berwawasan
lingkungan. Hal ini dijabarkan dengan sasaran pembangunan Kota Yogyakarta, yaitu dalam bidang
pendidikan, dengan menjadikan Yogyakarta sebagai kota pendidikan berkualitas dengan dukungan
sumber daya manusia. Dalam bidang pelayanan jasa dengan menjadikan Yogyakarta sebagai kota
pelayanan jasa dengan dukungan peran serta masyarakat. Serta dalam bidang pariwisata dengan
menjadikan Yogyakarta sebagai kota pariwisata berbasis budaya dengan keragaman obyek, atraksi, dan
daya tarik wisata.
Tujuan pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta adalah menjadikan kegiatan pariwisata di
Kota Yogyakarta dikembangkan dengan dasar dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan
sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kearifan lokal dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa; mengembangkan dan meningkatkan fasilitasi proses paduan atau akulturasi budaya Jawa
dengan budaya nusantara dan asing; serta mewujudkan pariwisata berbasis budaya yang kreatif dan
inovatif sebagai sektor unggulan dan prioritas pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan tematik
pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta adalah terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai kota pariwisata
berbasis budaya dengan keragaman atraksi dan daya tarik wisata.
Pariwisata berbasis budaya mengandung makna : Pengembangan pariwisata disesuaikan dengan
potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat; Penyempurnaan dan peningkatan jaringan kerjasama wisata dengan
berbagai pihak dan daerah lain; Menciptakan terobosan baru yang tetap berlandaskan pada wisata
budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata pendidikan dan wisata belanja dengan tetap
mempertahankan dan mengembangan norma-norma religius/agama di dalam kehidupan masyarakat.14
Pariwisata berbasis budaya adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah yang
berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya, baik yang bersifat berwujud
(tangible) maupun tidak berwujud (intangible).15
Mengutip dari pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menyatakan : “Kebudayaan
mengandung dua daya sekaligus, daya preservative yang mempertahankan agar budaya itu lestari dan
daya progresif yang mendorongnya untuk maju. Timbul tenggelamnya kebudayaan dipengaruhi oleh
yang terjadi dalam “dialog” antarbudaya, yaitu seberapa besar budaya lokal memiliki ketahanan budaya
(cultural resilience). Tangguh rapuhnya ketahanan budaya lokal dilatari oleh menurunnya kesadaran
masyarakat pendukungnya sebagai pengukuh jatidiri. Semakin rendah derajat ketahanan budaya lokal,
semakin kuat pula penetrasi budaya asing terhadapnya”.16
14
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta : Tematik Pembangunan Kota Yogyakarta 15
Peraturan Daerah Provinsi DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 16
Sri Sultan Hamengku Buwono X, 2011, Ajaran Sang Amurwabumi : Sumber Acuan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Bangsa dalam PIdato Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Definisi mengenai kebudayaan lainnya menurut diuraikan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam
pidato sambutan pemberian gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada
tahun 1956 yang mengemukakan definisi kebudayaan, yaitu : “Kebudayaan berarti buah budi manusia
adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni alam dan zaman atau kodrat
dan masyarakat untuk mengatasi berbagai rintangan dalam kehidupannya, guna mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai”.17
Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pun menyebutkan : kebudayaan
diselenggarakan untuk memelihara dan mengembangkan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang berupa
nilai-nilai, pengetahuan, norma, adat istiadat, benda, seni, dan tradisi luhur yang mengakar dalam
masyarakat Yogyakarta18. Semua hal tersebut membuktikan bahwa kebudayaan, budaya Jawa yang
meliputi kepercayaan, seni, adat istiadat, maupun kebiasaan-kebiasaan yang ada, masih ada dalam
kehidupan keseharian masyarakatnya. Oleh karena itu, tepat kiranya pengembangan dan pembinaan
kebudayaan berbasis kepribadian budaya bangsa sebagai penyangga utama kepariwisataan di Kota
Yogyakarta.
Aspek kedua dari pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta adalah adanya keragaman atraksi
dan daya tarik wisata. Hal ini mengandung makna bahwa pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta
yang didasarkan pada budaya perlu didukung dengan keragaman atraksi dan daya tarik wisata. Selain itu
perlu upaya pengembangan seluruh aspek kepariwisataan dan peningkatan kegiatan pariwisata yang
dilaksanakan dengan menciptakan inovasi-inovasi yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata
bangunan bersejarah, wisata pendidikan, wisata konvensi, wisata minat khusus, dan wisata belanja.19
Peraturan Daerah Provinsi DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 menyebutkan arah
kebijakan dan strategi pembangunan meliputi : perwilayahan destinasi pariwisata daerah;
pembangunan daya tarik wisata; pembangunan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata; pembangunan
17
Machmoed Effendhie, 1999, Sejarah Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, hlm.3 18
Undang-Undang No.13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 19
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta : Tematik Pembangunan Kota Yogyakarta
aksesibilitas dan/atau transportasi; pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan
pembangunan investasi di bidang pariwisata.
Upaya penciptaan keragaman atraksi dan daya tarik wisata yang berbasis budaya dapat
dilakukan melalui pengembangan keragaman produk-produk wisata dan pengemasan produk wisata
dengan melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai positif budaya Jawa. Pengembangan keragaman
produk wisata dapat dilakukan, antara lain dengan :
� Pengembangan wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (Meeting,
Incentive, Convention, and Exhibition / MICE);
Upaya intensifikasi penyelenggaraan wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi
dan pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition / MICE) dapat lebih spesifik untuk
komunitas profesi tertentu, upaya lain adalah dengan ikut serta dalam bidding tuan rumah acara
MICE berskala nasional. Yogyakarta yang relatif bersih dan lalu lintas yang tidak terlalu
semrawut, sebenarnya layak untuk mengembangkan wisata MICE sebagai salah satu fokus
utamanya (core tourism products).
Beberapa hal harus dibenahi untuk mendukung pengembangan wisata MICE adalah
perbaikan fasilitas utama dan penunjang, peningkatan standard dan kualitas hotel sebagai
sarana MICE, serta membuat standarisasi dengan merumuskan, menetapkan, menerapkan dan
merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib.
� Pengembangan seni pertunjukan;
Pengembangan karya seni pertunjukan melalui berbagai karya seperti teater, operet,
ketoprak, drama musikal, maupun seni pertunjukan modern lainnya; dapat menjadi salah satu
penggerak perekonomian kreatif. Perkembangan seni pertunjukan sendiri cukup berkembang
pesat dan masyarakat umum mulai dapat mengapresiasi dan menikmatinya. Yogyakarta sebagai
kota budaya memiliki banyak komunitas-komunitas seni yang secara khusus bergerak dalam
bidang seni pertunjukan. Kondisi ini dapat dijadikan peluang untuk menciptakan keragaman
atraksi dan daya tarik wisata yang berbasis budaya.
Tentu saja hal ini membutuhkan berbagai dukungan untuk pengembangannya. Satu
yang esensial adalah gedung pertunjukan yang baik dan nyaman. Saat ini Yogyakarta belum
memiliki gedung pertunjukan yang representatif. Kedepan Yogyakarta memerlukan adanya
sebuah gedung pertunjukan modern bahkan fasilitas berstandar internasional dengan didukung
efek visual dan audio sistem yang modern. Hal lain yang dibutuhkan adalah manajemen
kesenian yang baik dan juga pengembangan pertunjukan seni dan budaya lokal secara berkala
baik seni pertunjukan tradisional maupun modern.
� Pengembangan daya tarik wisata museum yang berbasis budaya dan sejarah;
Pengembangan ini dapat dilakukan melalui inovasi manajemen daya tarik wisata
museum dengan pengembangan tema dan even khusus (soft attraction) yang menjadi kekuatan
utama penggerak kunjungan; pengembangan teknologi audio visual yang atraktif dan inovatif
dalam rangka modernisasi museum; peningkatan kualitas dan kapasitas museum untuk
meningkatkan kualitas kegiatan Kepariwisataan berbasis museum; serta fasilitasi wisata
pendidikan berbasis museum.
� Pengembangan festival budaya (culture festival);
Keraton Yogyakarta sebagai warisan budaya bangsa yang mempunyai nilai adiluhung
dapat dikelola sebagai suatu keragaman atraksi dan daya tarik wisata yang berbasis budaya.
Peringatan penobatan raja (jumenengan) setiap tahunnya dapat dikemas sebagai suatu festival
budaya seperti mengadakan pawai kereta kencana keraton, bahkan mengajak keraton lain di
Indonesia untuk ikut berpartisipasi.
Terkenal sebagai kota dengan masyarakatnya yang cukup apresiatif dan kreatif dalam
berkesenian, Yogyakarta seharusnya bisa memanfaatkan potensi tersebut dengan mengadakan
berbagai “event” atau festival budaya, seperti festival musik baik musik tradisional maupun
festival musik internasional, festival film, maupun festival kesenian lainnya.
Maraknya hobi fotografi bagi masyarakat urban saat ini dapat dimanfaatkan untuk
menarik daya tarik wisata Yogyakarta dengan mengadakan kompetisi fotografi yang bertaraf
nasional setiap tahunnya dengan tema wisata dan budaya Yogyakarta. Upaya ini secara langsung
maupun tidak langsung dapat mengenalkan keragaman budaya dan daya tarik wisata, sekaligus
menarik minat wisatawan (para penghobi fotografer amatir maupun profesional) untuk
menjelajahi berbagai sudut Yogyakarta.
Banyak ikon kuliner di Yogyakarta, sehingga Yogyakarta terkenal sebagai salah satu kota
wisata kuliner di Indonesia. Dengan penyelenggaraan semacam festival kuliner dapat lebih
mengenalkan kuliner khas dari Yogyakarta dan dapat digunakan sebagai strategi
mempromosikan daya tarik wisata di Yogyakarta.
Pembangunan keragaman produk wisata memiliki ketergantungan dari wisatawan itu sendiri.
Apa yang diinginkan dan diminati seorang wisatawan yang satu mungkin tidak diinginkan oleh
wisatawan lainnya. Hal ini dalam perkembangannya muncul adanya motivasi-motivasi yang lebih spesifik
dari wisatawan di dalam melakukan perjalanan wisata. Motivasi dan tujuan yang spesifik ini kemudian
membuka pintu untuk berkembangnya pariwisata minat khusus (special interest tourism), yang sering
disebut sebagai new tourism.
Pariwisata Minat Khusus (Special Interest Tourism)
Kelompok Minat Khusus
(Special Interest Group) Aktivitas (Activity)
Active adventure Caving, Parachute jumping, Trekking, Off-road adventure,
Mountain climbing;
Nature and wildlife Birdwatching, Ecotourism, Geology, National Parks,
Rainforest;
History/culture Agriculture, Art/architecture, Art festivals, Film/film history,
Winery tours;
Spiritual Biblical tours, Church tours, Pilgrimage/mythology,
Religion/spirituality, Yoga and spiritual tours;
Sports Basketball, Car racing, Olympic Games, Soccer;
Hobby Antique, Brewer/beer festivals, Craft tours, Gambling,
Videography tours;
Romance Honeymoon, Island vacation, Nightlife, Singles tours,
Spa/hot springs;
Affinity Artists’ workshops, Gay tours, Lesbian tours, Seniors tours,
Tours for handicapped;
Soft adventure Backpacking, Bicycle touring, Canoing/kayaking,
Scuba diving/snorklling, Walking tours;
Family Amusement parks, Camping, Shopping trips, Whalewatching,
Gourmet/gastronomy;
� Sumber : Richardson and Fluker (2004:71) dikutip oleh I Gde Pitana, Sosiologi Pariwisata, hlm. 70
Yogyakarta perlu kiranya untuk mereformulasi strategi positioning pariwisatanya dan pasar
sasaran (target market) dengan pendekatan Yogyakarta, kota pariwisata bebasis budaya. Dengan
berbagai potensi besarnya, Yogyakarta dapat memposisikan atau memfokuskan pada wisata budaya
(cultural tourism)20, Festivals and Events, wisata pendidikan (educational tourism), maupun wisata
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (meeting, incentive, convention, and exhibition
tourism).
Sedangkan pengembangan pengemasan produk wisata dapat diupayakan dengan kebijakan :
Penguatan citra produk dengan menciptakan keunikan produk wisata melalui penggunaan unsur
kekhasan lokal; Peningkatan kualitas pengemasan produk wisata. Seperti pengemasan produk wisata
secara modern. Sebagai contoh mengadakan kolaborasi dengan seniman luar negeri; serta Peningkatan
inovasi dan kreativitas pemaketan dan pengemasan atraksi dan daya tarik wisata.
Pengembangan pariwisata Yogyakarta juga melingkupi pembangunan pemasaran pariwisata
yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara
maupun wisatawan mancanegara. Adapun arah kebijakan pemasaran pariwisata daerah Yogyakarta
dilaksanakan melalui : Pemetaan, analisis peluang pasar dan perintisan pemasaran ke pasar potensial;
Pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk pasar dalam
mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika pasar global; Pemantapan segmen
pasar wisatawan massal; Pengembangan dan pemantapan citra daerah sebagai destinasi pariwisata;
Pengembangan citra kepariwisataan daerah sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan
20
Budaya termasuk situs warisan dunia UNESCO, tradisi lokal, suku etnik / suku minoritas, pariwisata berbasis
komunitas.
berdaya saing; Peningkatan peran media komunikasi pemasaran dalam memasarkan dan
mempromosikan wisata; Pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis,
berkesinambungan dan berkelanjutan; Pendukungan kebijakan promosi penggerak wisatawan; dan
Pengembangan Badan Promosi Pariwisata Daerah.21
Pengembangan strategi pemasaran pariwisata Yogyakarta dapat melalui dua jalur, yaitu Above
the Line (ATL) dan Below the Line (BTL). Above The Line (ATL) yaitu pemasaran dan promosi yang
dilakukan dengan menggunakan media, baik cetak maupun elektronik seperti pemasangan iklan,
pemuatan artikel di majalah atau surat kabar, maupun iklan di televisi. Sedangkan Below The Line (BTL)
yaitu pemasaran dan promosi dalam bentuk penyelenggaraan event yang ditujukan langsung terhadap
segmen pasar yang disasar. Harapannya adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada pasar, misalnya:
sponsorship, pameran, penyelenggaraan event/festival, lomba, show performance, public relations,
pameran dagang, pasar wisata.
Pengembangan strategi pemasaran dengan menciptakan pencitraan pariwisata Yogyakarta
(tourism branding) yaitu Yogyakarta, Kota Pariwisata Bebasis Budaya. Pengembangan brand image
diharapkan dapat menampilkan diferensiasi produk wisata yang ada. Strategi lainnya adalah melalui
diplomasi budaya, yaitu dengan penggunaan figur publik sebagai duta pariwisata Yogyakarta. Duta
pariwisata ini dapat merupakan seorang tokoh, artis, penyanyi, atau seniman yang namanya cukup
terkenal secara nasional sekaligus paham akan akar budaya Jawa.
Pengembangan strategi pemasaran saat ini juga harus memberikan perhatian kepada media
online (e-marketing). Penyebaran informasi melalui internet berkembang jauh lebih pesat dibandingkan
media offline. Website pariwisata Yogyakarta harus dikemas secara menarik, komunikatif, dan
informative bagi siapapun yang mengaksesnya. Content yang tersedia (e-Magazine, e-brochure, e-
tourism guide) harus dapat diakses dengan mudah, bahkan perlu adanya suatu video dokumenter
tentang pesona pariwisata Yogyakarta. Pemanfaatan social media harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan sekreatif mungkin.
21
Peraturan Daerah Provinsi DIY No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025
Pengembangan strategi pemasaran dapat juga melalui benchmarking, yaitu upaya fokus
eksternal mengenai kegiatan internal sehingga dapat mengadakan perubahan menuju perbaikan secara
berkesinambungan. Tujuan utama benchmarking adalah mengenali kebiasaan terbaik. Benchmarking
menciptakan quantum leap dalam efektifitas kerja dengan merumuskan kembali tujuan perusahaan dan
mencari ide baru dan kreatif untuk mencapai hal itu.22
Terakhir, semua kebijakan pembangunan pariwisata yang ada adalah simbol pengayom
kehidupan masyarakat dan tetap sebagai ciri keistimewaan DIY yang bermuara pada kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Hal ini menjadikan pembangunan pariwisata Yogyakarta yang berbasiskan budaya.
22
Kathleen HJ Leibfied, Benchmarking : Rahasia Sukses Bisnis Abad Ini, Taramedia, Jakarta