Upload
haliem
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
ERA GLOBALISASI
(Studi Kasus di Pondok Pesantren al-Muntaha
Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Izza Laila Lutfiyati
NIM : 111-14-041
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
HALAMAN JUDUL
iii
STRATEGI PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
ERA GLOBALISASI
(Studi Kasus di Pondok Pesantren al-Muntaha
Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Izza Laila Lutfiyati
NIM : 111-14-041
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iv
v
vi
vii
MOTTO
٦إن مع ٱلعسر يسرا ٥فإن مع ٱلعسر يسرا
“sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”
(Q.S Al-Insyirah ayat 5-6)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Abdur Rouf dan Badriyah yang senantiasa
memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti
memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat
untuk anak-anaknya.
2. Adikku tercinta Muhammad Iqbal Hilmy yang selalu berpartisipasi
memberikan dukungan, support, dan do’anya untukku.
3. Muhammad Aziz Rifa’i yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
motivasi, do’a dan kasih sayang yang tiada henti.
4. Sahabat seperjuangan bimbingan Arif Fathurrahman, Nurul Arif, Puji, Rizqy
Febriani, Farida, dll yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Sahabat dan teman dekatku Tatu, Muza, Hana, Yuni dan Hikmah yang selalu
memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga kost Salatiga, Rana, Nisa, Uus, Tika, Retno, Fajar, Nunung, Sofi,
Zulfa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
7. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaikho selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Muntaha
yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan berkah ilmunya.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan di Pondok Pesantren Al-Muntaha (Eka, Hima,
Mira, Ana, Chusna, dan Okta) yang tetap dalam semangat berjuang.
ix
9. Keluarga Nyoklat klasik Salatiga tante rosa, om hendri, budhe imah, budhe
kristin, selly yang telah memberikan semangat, motivasi serta pengalaman
berharga.
10. Tim kerja Soklatok Salatiga, Mas wawan sebagai owner beserta karyawan
Soklatok yang telah memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan
motivasi dan dukungan untuk meraih kesuksesan
11. Tim PPL SMA Negeri 1 Salatiga, Fitri, vela, Mahzum, Darwinto, Kholik,
Muhsin, Yulfita, Dian, Arif, Novi dan Rizqi.
12. Tim KKN posko 131 Jumo mbak sa’adah, may, dina, sanita, fitri, haqiqi,
syahril dan ginanjar.
13. Teman-teman se Perjuangan PAI Angkatan 2014.
14. Segenap pendidik dan pembaca.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren dalam Menghadapi Tantangan Era
Globalisasi (Studi Kasus Pondok Pesantren al-Muntaha, Kota Salatiga) dengan
baik dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa’atnya di
yaumul akhir. amin
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
xi
xii
ABSTRAK
Lutfiyati, Izza Laila. 2018. Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren dalam
Menghadapi Tantangan Era Globalisasi (Studi Kasus di Pondok
Pesantren al-Muntaha, Kota Salatiga). Skripsi. Progam Studi Pendidikan
Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, S.Ag,. M.Pd.
Kata Kunci: Strategi, Pesantren, dan Globalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran pondok
pesantren dalam menghadapi tantangan era globalisasi (studi kasus pondok
pesantren al-Muntaha, kota Salatiga). Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: (1) apa tantangan pondok pesantren al-Muntaha di era globalisasi? (2)
Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren al-Muntaha
dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan
metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah pengasuh pesantren, ustadzah, lurah
pesantren, pengurus pesantren, serta para santri di pondok pesantren al-Muntaha.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) tantangan yang dihadapi
pondok pesantren al-Muntaha era globalisasi meliputi bidang teknologi dan
bidang pendidikan. Bidang teknologi yang terdiri dari dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya berupa untuk mempermudah kegiatan pembelajarannya baik
di sekolah atau di pesantren. Adapun dampak negatifnya berupa santri lebih
menyukai berbagai acara hiburan didalamnya sehingga ketika kegiatan
pembelajaran di pondok berlangsung masih banyak santri yang kurang bisa
memanagemen waktu dengan baik. Bidang pendidikan yang berupa motivasi
santri dalam hal belajar semakin menurun. (2) strategi pembelajaran yang di
terapkan di pondok pesantren al-Muntaha meliputi pertama, dengan memperketat
peraturan yang meliputi tidak mudah memberikan izin kepada santri, terutama izin
dalam acara kegiatan dan pulang. hal ini bertujuan agar santri tetap mengikuti
pembelajaran pondok sehingga mereka tidak tertinggal jauh dari materi yang
diajarkan. Kedua, Tidak diperkenankan membawa gadget selama pembelajaran
berlangsung, Biasanya, gadget dikumpulkan menjelang maghrib hingga selesainya
kegiatan. Ketiga, Semakin banyaknya kegiatan di pondok pesantren al-Muntaha
berupa pembelajaran, ekstrakulikuler, adanya seminar dari luar, penyuluhan dan
promosi-promosi dari luar, adanya sosialisasi dengan pengasuh. Keempat,
Mengikuti beberapa lomba antar kota meliputi Musabaqah Syahril Qur’an tingkat
kota Salatiga dan Provinsi Jawa Tengah, Musabaqah bil Hifdzi Qur’an 5 juz, 10
juz dan 20 juz tingkat kota Salatiga, Musabaqah Fahmil Qur’an tingkat kota
Salatiga, dan Musabaqah Qira’atul Qutub tingkat kota Salatiga. Kelima, Memiliki
progam unggulan tahfidzul Qur’an.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................... ii
LEMBAR BERLOGO IAIN ................................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. vii
MOTTO ............................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ......................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. KAJIAN TEORI ........................................................................................ 12
1. Hakikat Strategi Pembelajaran............................................................ 12
xiv
2. Hakikat Pondok Pesantren .................................................................. 22
3. Hakikat Globalisasi ............................................................................. 34
B. Kajian Penelitian Terdahulu ...................................................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 58
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 58
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 60
C. Sumber Data .............................................................................................. 60
D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 62
E. Analisis Data .............................................................................................. 64
F. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................................... 66
G. Tahap Penelitian ........................................................................................ 67
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ................................................... 69
A. Paparan Data ............................................................................................. 70
B. Analisis Data ............................................................................................. 98
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 110
A. Kesimpulan .............................................................................................. 110
B. Saran ........................................................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 SARANA dan PRASARANA .............................................................. 74
Tabel 4.2 Struktur Organisasi Masa Bakti 2018-2019 .......................................... 75
Tabel 4.3 Guru/ Ustadz Pondok Pesantren al-Muntaha ........................................ 76
Tabel 4.4 Perolehan Juara .................................................................................... 78
Tabel 4.5 Kegiatan Harian Santri .......................................................................... 79
Tabel 4.6 Kegiatan Mingguan Santri ................................................................... 80
Tabel 4.7 Kegiatan Bulanan Santri ....................................................................... 80
Tabel 4.8 Kegiatan Tahunan Santri ....................................................................... 81
Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler Santri ................................................ 82
xvi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Surat Permohonan Izin Penelitian
3. Pengajuan Pembimbing
5. Lembar Konsultasi Skripsi
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
8. Dokumentasi Foto Penelitian
9. Laporan SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap guru dituntut
untuk memahami benar strategi pembelajaran yang akan diterapkannya.
Pemilihan strategi yang tepat berdampak pada tingkat penguasaan atau
prestasi belajar siswa. Strategi diartikan sebagai rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Santinah, 2016: 13).
Strategi digunakan untuk meningkatkan segala usaha baik dalam bidang
pendidikan ataupun dalam perkembangan lain yang lebih baik.
Menurut pendapat M. Arifin, bahwa pengembangan bila dikaitkan
dengan pendidikan berarti suatu proses perubahan secara bertahap kearah
tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi, meluas dan mendalam yang
secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan (M.
Arifin, 1991:208). Strategi pengembangan lembaga pendidikan adalah cara
atau strategi yang digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan
lembaga pendidikan yang memerlukan dukungan dari semua pihak, antara
lain kyai atau pengasuh pondok, santri maupun masyarakat. Baik dalam
jangka pendek, menengah, dan panjang guna menghadapi perubahan yang
akan terjadi pada masa mendatang.
2
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai
peran sangat penting di Indonesia. Pondok pesantren diselenggarakan secara
tradisional, bertolak dari pengajaran Qur’an dan Hadits dan merancang
segenap kegiatan pendidikannya untuk mengajarkan kepada siswa Islam
sebagai cara hidup atau Way of Life.
Perkembangan pondok pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan
islam yang tertua di Indonesia dan disusul dengan tumbuhnya berbagai
madrasah, maka sejak zaman sebelum kemerdekaan umat islam telah
berhasrat untuk memiliki perguruan tinggi islam yang dapat memberikan
pendidikan tinggi dalam ilmu agama islam secara modern. Didorong oleh
cita-cita mulia untuk menjunjung tinggi keluhuran agama Islam. Pada waktu
itu banyak pemuda islam yang ingin memperdalam dan memperluas
pengetahuan agama islam, harus pergi belajar keluar negeri terutama ke Saudi
Arabia, Mesir, Irak, dan Pakistan, setelah menamatkan pendidikan pondok
pesantren atau madrasah (Departemen Agama, 1986: 47).
Dilitik dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai
sistem pendidikan Islam tradisional telah memainkan peran cukup penting
dalam membentuk kualitas sumber daya manusia indonesia (Yasmadi, 2002:
59). Peranan pendidikan pesantren dalam pelaksanaan pendidikan nasional
dapat dilihat dalam kaitannya sebagai sub sistem pendidikan nasional.
Pesantren bergerak dalam arah yang telah ditentukan dengan fungsi khusus
yang dibawakan oleh kyai. Maka pendidikan ini dengan pendidikan nasional
3
akan menunjukkan dinamikanya secara mantap untuk kepentingan bangsa
(Said Aqiel Siradj, 1999: 17). Pondok pesantren dituntut untuk terus
menyelesaikan diri dengan kondisi zaman yang semakin maju serta tuntutan
masyarakat yang terus meningkat, sehingga kehadiran pondok pesantren tetap
diminati.
Pondok pesantren pada dasarnya memiliki fungsi meningkatkan
kecerdasan kehidupan bangsa, baik itu ilmu pengetahuan, keterampilan,
maupun moral. Namun fungsi kontrol moral dan pengetahuan agamalah yang
selama ini melekat dengan sistem pendidikan pondok pesantren. Fungsi ini
juga telah mengantarkan pondok pesantren menjadi institusi penting yang
dilirik oleh semua kalangan masyarakat dalam menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan derasnya arus informasi diera globalisasi. Apalagi, kemajuan
pengetahuan pada masyarakat modern berdampak besar terhadap pergeseran
nilai-nilai agama, budaya, dan moral (Muhammad Jamaluddin, 2012: 128).
Di era globalisasi seperti sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan
pada berbagai tantangan yang berskala global. Globalisasi tidak hanya
menyebabkan terjadinya transformasi peradaban dunia melalui proses
modernisasi, industrialisasi, dan revolusi informasi, tapi juga menimbulkan
perubahan dalam struktur kehidupan dalam berbagai bidang, baik dibidang
sosial, budaya, ekonomi, politik maupun pendidikan (Ali Mahsun, 2013: 265).
Arus globalisasi lambat laun semakin meningkat dan menyentuh hampir
setiap aspek kehidupan sehari-hari. Gobalisasi memunculkan gaya hidup
4
kosmopolitan yang ditandai oleh berbagai kemudahan hubungan dan
terbukanya aneka ragam informasi yang memungkinkan individu dalam
masyarakat mengikuti gaya-gaya hidup yang disenangi.
Adapun ciri-ciri dari Globalisasi berupa, Pertama, bidang ekonomi,
Kedua, bidang politik. Ketiga, bidang budaya. Keempat, bidang sosial.
keempat bidang tersebut menempatkan manusia dan lembaga-lembaganya
dengan berbagai tantagan, kesempatan dan peluang (Retnowati, 2015: 37).
Keempat pilar tersebut mempunyai peran yang sangat erat dalam semua aspek
kehidupan modern. Arus globalisasi telah menyerang dunia dari berbagai
arah, maka hendaknya kita bersikap selektif dengan cara memilah sisi positif
maupun negatif dari arus ini.
Era globalisasi menghadirkan wajah baru dalam interaksi sosial
masyarakat modern. Di era ini terjadi kompetisi yang sangat ketat, baik secara
individu maupun kelompok. Karena kompetisi tidak hanya terjadi antara
kelompok yang sama-sama kuat, tetapi juga antara yang kuat dan yang lemah.
Pergerakan informasi yang cepat dan kompetisi yang ketat ini menjadi
tantangan tersendiri bagi pesantren. Pesantren sebagai intuisi pencetak
pemimpin masa depan dan pusat pemberdaya masyarakat harus mampu
mencetak generasi yang memiliki sumber daya yang mapan yang dapat
bersaing ketat dalam pentas global. Oleh karena itu, pesantren harus dapat
menghadapi era globalisasi yang pada awalnya merupakan tantangan dan
rintangan menjadi peluang emas bagi pembangunan masyarakat Indonesia.
5
Tentunya, pesantren harus berproses dan berubah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat global dengan tidak meninggalkan tradisi lama yang masih
dianggap baik (Muhammad Jamaluddin, 2012: 130). Tugas pesantren adalah
membawa genererasi ini merengkuh sedemikian rupa agar manusia tidak
tercabut dari kemampuannya dalam menghadapi kontradiksi alam yang selalu
mengalami perubahan.
Pondok pesantren Al-muntaha merupakan pesantren khusus putri yang
memiliki takhassus pada bidang hafalan al-Qur’an, dengan corak pesantren
semi tradisional-modern. Membaca al-Qur’an termasuk ibadah yang paling
utama yang dijadikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya:
ا هم سر ا رزقن ة وأنفقوا مم لو ب ٱلله وأقاموا ٱلص إن ٱلذين يتلون كت
رة لن تبور ٩٢وعلنية يرجون تج
“sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan
kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Faathir [35]: 29). Pesantren ini
tidak memberikan batasan waktu dan usia, terbuka bagi mahasiswi, dari
pelajar dari tingkat SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi, maupun santri yang
hanya ingin berkonsentrasi mondok saja.
6
Dalam tuntutan perkembangan zaman, kondisi pesantren harus
menyesuaikan dengan kondisi era globalisasi. Untuk mencapai prestasi yang
tinggi tentunya pondok pesantren al-Muntaha harus memiliki strategi yang
diterapkan dalam metode pembelajaran dan mengkondisikan dengan
lingkungan. Sudah banyak sekali prestasi yang diraih oleh santri maupun
alumni pondok pesantren al-Muntaha. antara lain lomba MSQ juara I, MHQ 5
juz juara I, MHQ 10 juz juara I, MHQ 10 juz juara III, MFQ juara I, Syahril
Qur’an juara I, Kaligrafi Juara I, English Debate Juara II, Pidato bahasa
inggris juara I, Stand up comedy juara harapan II dan Cipta puisi juara II.
Keberadaan pondok pesantren di era globalisasi, merupakan fenomena
tersendiri dalam dunia pendidikan sehingga menimbulkan hipotesis untuk
diteliti bahwa cara yang ditempuh dalam pondok pesantren dalam
mempertahankan eksistensi layak untuk diteliti, untuk itu penulis mengangkat
tema ini menjadi sebuah skripsi dengan judul ; Strategi Pembelajaran
Pondok Pesantren dalam Menghadapi Tantangan Era Globalisasi (Studi
Kasus di Pondok Pesantren al-Muntaha, Kota Salatiga).
B. Rumusan Masalah
1. Tantangan apa yang dihadapi pondok pesantren al-Muntaha di era
globalisasi?
2. Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren al-
Muntaha dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi pondok pesantren al-Muntaha
di era globalisasi.
2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang diterapkan pondok
pesantren al-Muntaha dalam menghadapi tantangan era globalisasi.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah dan memperkaya keilmuan dibidang pendidikan,
khususnya ilmu pendidikan agama islam.
b. Mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan
dan manfaat bagi pembaca tentang strategi pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan di era globalisasi di pondok pesantren al-
Muntaha, kota Salatiga.
c. Sebagai penelitian sejenis dimasa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pondok pesantren
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pondok pesantren
menjadi lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman, tidak hanya cakap
dalam bidang agama tetapi dalam menghadapi persaingan di era
modern, meskipun di lingkungan pendidikan pondok salaf.
8
b. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan mengenai strategi pembelajaran
pondok pesantren dalam menghadapi persaingan di era modern.
c. Bagi Umum
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai pondok
pesantren yang memiliki strategi pembelajaran yang unggul.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan pembaca
dalam memahami judul skripsi ini peneliti merasa perlu menjelaskan beberapa
istilah yang terdapat dalam judul tersebut. adapun istilah-istilah yang perlu
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan rencana, taktik dan teknik yang digunakan
untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan
tertentu (Hamruni, 2012: 1). Strategi adalah segala upaya yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, baik dalam bidang
pendidikan atau lainnya.
2. Pondok Pesantren
Secara etimologi, istilah pondok berasal dari kata funduk, (bahasa
arab) yang berarti rumah atau penginapan, yaitu perumahan sederhana
yang dipetak-petak dalam kamar-kamar merupakan asrama bagi para
santri (Rahman Saleh, 1978: 8). Kata “Pesantren” bisa merujuk pada santri
9
atau murid pesantren. Sedangkan kata “santri” diduga terilhami oleh
terminologis sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau mungkin
juga bersandar pada bahasa jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang
mengikuti kemanapun gurunya pergi (Affan Hasyim, 2003: 183).
Sedangkan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang
minimal terdiri dari tiga unsur berupa kyai/syekh/ustadz yang mendidik
serta mengajar, santri dengan asramanya, dan masjid (Rahman Saleh,
1978: 8).
3. Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata global. Global dari kata globe yang
berarti dunia. Global adalah sesuatu yang berkaitan dengan dunia,
internasional, atau seluruh jagat raya, seluruh bangsa dan negara di dunia
menyatukan diri ke dalam masyarakat internasional. Globalisasi berarti
cara pandang, cara berfikir, atau proses masuk ke ruang lingkup yang
mendunia. Globalisasi merupakan era terbentuknya tata kehidupan baru
yang lebih baik (Rahman, 2002: 210). Globalisasi adalah perubahan
zaman yang mempengaruhi keragaman kebudayaan. Globalisasi
melahirkan berbagai peluang, ancaman dan tantangan bagi kehidupan
manusia.
10
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini terdapat sistematika penulisan yang tertata dan
terpola agar penulisan dapat terorganisir dengan baik. Berikut adalah
sistematika penulisan ini:
BAB I pendahuluan, bab ini berisi tentang pendahuluan yang
mengungkapkan tentang fenomena yang melatarbelakangi penelitian ini
dimana di dalamnya terdapat: latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II kajian pustaka, bab ini berisi tentang uraian berbagai teori
yang menjadi landasan teoritik penelitian yang berkaitan dengan strategi,
pondok pesantren, dan era globalisasi, serta kajian pustaka terdahulu.
BAB III metode penelitian, bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap penelitian.
BAB IV paparan dan analisis data, bab ini berisi tentang gambaran
umum lokasi penelitian di pondok pesantren al-Muntaha Jl. Soekarno Hatta
No.39, Sidoharjo, Rt 04 Rw 04, Kel. Argomulyo, kota Salatiga. yang
mencakup profil pondok, letak geografis, sejarah berdirinya lokasi, tujuan,
visi dan misi, sarana dan prasarana, struktur kepengurusan, data Guru/ ustadz,
keadaan santri, kegiatan pembelajaran. Temuan penelitian yang meliputi
strategi pembelajaran pondok pesantren dalam menghadapi tantangan di era
11
globalisasi, tantangan pondok pesantren dalam menghadapi globalisasi.
Analisis data tentang strategi pembelajaran pondok pesantren al-Muntaha dan
tantangan pondok pesantren al-Muntaha dalam menghadapi globalisasi.
BAB V penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian,
saran-saran, juga lampiran yang nanti akan dicantumkan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu strategi dan
pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) strategi berarti kata benda
dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, Strategos
merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin).
sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan) (Abdul
Majid, 2013: 3). Sedangkan secara istilah (terminologi), strategi
adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus (KBBI, 1998: 203).
Selanjutnya mengenai pembelajaran berasal dari kata
“instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada
hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak,
anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidikan (Mansur,
2007:163). Menurut Sardiman pembelajaran adalah proses yang
berfungsi membimbing dan mengembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembangan yang harus dijalani (Abdul Majid, 2013: 5). Sedangkan
menurut pendapat UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
13
nasional (SISDIKNAS) bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Adapun mengenai istilah strategi pembelajaran Menurut
Sanjaya Wina (dalam Hamruni, 2012: 2) strategi dipakai dalam
banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. didalam
Konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru
dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Pendapat lain menurut Murtadlo (dalam Abdul Majid, 2013: 8) stretegi
pembelajaran adalam suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Kemp (dalam Abdul Majid, 2013: 7) strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan antara pendidik
dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
14
b. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Jenis-jenis strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh
(Abdul Majid, 2013: 11) sebagai berikut:
1) Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
Strategi pembelajaran langsung merupakan stretegi yang
kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering
digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode
ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan
latihan, serta demokrasi. srategi pembelajaran langsung efektif
digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan
keterampilan langkah demi langkah.
2) Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
Strategi pembelajaran tidak langsung memperlihatkan
bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dalam melakukan observasi,
penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau
pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran
guru beralih dari penceramah menjadi fasiltator, pendukung, dan
sumber personal. guru merancang lingkungan belajar, memberikan
kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan
memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan
inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan
15
digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber
manusia.
3) Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactif instruction)
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk
diskusi dan saling berbagi diantara peserta didik. Seaman dan
fellenz dalam (Abdul Majid, 2013: 11) mengemukakan bahwa
diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba
mencari alternatif dalam berfikir.
Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam
rentang pengelompokan dan meode-metode interaktif. di dalamnya
terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau
pengerjaan tugas berkelompok, dan kerja sama siswa secara
berpasangan.
4) Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (experiential learning)
Srategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk
induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada
proses belajar, dan bukan hasil belajar. Guru dapat menggunakan
strategi ini baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai
16
contoh, didalam kelas dapat digunakan metode simulasi,
sedangkan diluar kelas dapat dikembangkan metode observasi
untuk memperoleh gambaran pendapat umum.
5) Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan
peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar
mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri
juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil.
Kelebihan dari semua jenis pebelajaran ini adalah membentuk
peserta didik yang mandiri dan bertanggungjawab. Sedangkan
kekurangannya adalah peserta belum dewasa, sulit menggunakan
pembelajaran mandiri.
c. Pengembangan Metode Pembelajaran
Untuk melaksanakan suatu strategi, digunakan seperangkat
metode pengajaran tertentu. Metode pengajaran menjadi salah satu
unsur dalam strategi pembelajaran. Metode berasal dari bahasa Yunani
“Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Jadi metode
adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Zainal Aqib, 2016: 9).
17
Sedangkan Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005: 76). Semakin baik metode
mengajar, semakin efektif pula pencapaian tujuan pengajaran.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran (Abdul Majid, 2013: 21)
diantara jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
KBM adalah sebagai berikut:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara yang digunakan dalam
mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan
(lecturer) (Abdul Majid, 2013: 194). Menurut pendapat lain meode
ceramah adalah teknik pengajaran yang dilakukan oleh pendidik
secara menolong dan hubungan satu arah (Zainal Aqib, 2016: 38).
2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekedar tiruan (Abdul Majid, 2013: 197). Menurut
pendapat lain metode demonstrasi adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
18
untuk memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau
petunjuk untuk melakukan sesuatu (Zainal Aqib, 2016: 48).
3) Metode Diskusi
Menurut Killen dalam (Abdul Majid, 2013: 200) diskusi
adalah metode pembalajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan. Pada pendapat lain metode diskusi adalah cara
menyajikan bahan pelajaran melalui proses pemeriksaan dengan
teliti suatu masalah tertentu dengan jalan bertukar pikiran, bantah-
membenah, dan memeriksa dengan teliti mengenai berbagai hal
yang terdapat didalamnya dengan jalan menguraikan,
membanding-badingkan, menilai hubungan itu, dan mengambil
kesimpulan (Zainal Aqib, 2016: 63).
4) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung bersifat two way
traffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa. guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru
menjawab (Abdul Majid, 2013: 210).
19
5) Metode Kerja Kelompok
Metode Kerja Kelompok adalah bahwa siswa dalam satu
kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri
ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok)
(Abdul Majid, 2013: 211). Pada pendapat lain metode kerja
kelompok disebut sebagai metode belajar kelompok. metode kerja
nkelompok yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana
pendidik mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa
kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah
ditetapkan, secara bersama dan bertolong-tolongan (Zainal Aqib,
2016, 105).
6) Metode Drill
Metode Drill adalah cara membelajarkan siswa untuk
mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat
mengembangkan sikap dan kebiasaan (Abdul Majid, 2013: 214).
7) Metode Keteladanan
Metode keteladanan adalah suatu metode pendidikan
dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik,
baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan (Zaid Aqib, 2016:
298).
20
8) Wetonan
Sistem pengajaran wetonan adalah kyai membaca sesuatu
kitab dalam waktu tertentu, dan santri membawa kitab yang sama,
kemudian mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai
tersebut (Rahman Shaleh, 1978: 11).
Weton adalah Pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai
sendiri baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun kitabnya
(Yasmadi, 2002: 67).
9) Sorogan
Pelaksanaan sistem pengajaran sorogan ini adalah santri
yang pandai mensorogankan sebuah kitab kepada kyai untuk
dibaca dihadapan kyai itu. dan kalau ada salahnya maka kesalahan
itu langsung dibetulkan oleh kyai (Rahman Shaleh, 1978: 11).
Sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari
seseorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk
diajarkan kitab tertentu (Yasmadi, 2002: 67).
d. Penerapan Strategi Pembelajaran di Pondok Pesantren
Penerapan strategi pembelajaran di pondok pesantren sebagai
berikut:
1) Mengembangkan sistem kendali mutu pendidikan dan
kelembagaan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan
keagamaan.
21
2) Mengupayakan penguatan unsur-unsur instrumental kependidikan
pada pendidikan keagamaan.
3) Mengupayakan penguatan kelembagaan dan kedudukan
pendidikan keagamaan sebagai kegiatan integral dan sistem
pendidikan nasional.
4) Mengembangkan sistem penyelenggaraan wajib belajar pendidikan
dasar pada pesantren salafiyah.
5) Mengembangkan sistem kendali mutu pendidikan dan
kelembagaan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan wajib belajar
pendidikan dasar pada pesantren salafiyah.
6) Mengupayakan penguatan unsur-unsur instrumental kependidikan
dalam pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar pada pesantren
salafiyah.
7) Mengupayakan penguatan kelembagaan dan kedudukan pondok
pesantren dalam sistem pendidikan nasional.
8) Mengupayakan penguatan dan pemberdayaan pondok pesantren
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan masyarakat
di pondok pesantren.
9) Mengupayakan penguatan jaringan kerjasama antar
instansi/lembaga pemerintah, non pemerintah, lembaga
pendidikan, organisasi pengelola pondok pesantren dan lembaga
swadaya masyarakat.
22
10) Mengupayakan pengembangan bakat dan minat santri (Dirjen
Bagais Departemen Agama RI, 2003: 68).
2. Hakikat Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Secara etimologi, istilah pondok berasal dari kata funduk,
(bahasa arab) yang berarti rumah atau penginapan, yaitu perumahan
sederhana yang dipetak-petak dalam kamar-kamar merupakan asrama
bagi para santri (Rahman Saleh, 1978: 8). Pendapat lain tentang
pesantren adalah sebuah sistem yang unik, tidak hanya unik dalam
pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup
dan tata nilai yang dianut, cara hidup yang ditempuh, struktur
pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek kependidikan dan
kemasyarakatan lainnya (Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003:
28).
Kata “Pesantren” bisa merujuk pada santri atau murid
pesantren. Sedangkan kata “santri” diduga terilhami oleh terminologis
sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau mungkin juga
bersandar pada bahasa jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang
mengikuti kemanapun gurunya pergi (Affan Hasyim, 2003: 183).
Sedangkan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam
yang minimal terdiri dari tiga unsur berupa kyai/syekh/ustadz yang
23
mendidik serta mengajar, santri dengan asramanya, dan masjid
(Rahman Saleh, 1978: 8).
Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan
yang tegas, melainkan makna yang luas tentang pengertian yang
memberikan ciri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu pondok
adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai, bu nyai
dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami
ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok
pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai
dengan kebutuhan di era sekarang ini.
b. Macam-macam Pondok Pesantren
Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok
pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasian
yang telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada
yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan tradisional pada
zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai
dengan berkembangnya zaman dimasa sekarang.
1) Pondok Pesantren Tradisional
Pondok pesantren tradisional adalah pesantren yang tetap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik sebagai inti
pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran kitab umum tidak
24
diberikan. pada umumnya pesantren dalam bentuk inilah yang
menggunakan sistem sorogan dan wetonan (Yasmadi, 2002: 70).
Sedangkan menurut pendapat lain, Pondok pesantren
tradisional adalah pondok pesantren yag menyelenggarakan
pembelajaran dengan pendekatan tradisional, dilakukan dengan
individual ataupun kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab
klasik berbahasa Arab (Departemen Agama RI, 2003: 29).
Menurut pendapat Zamaksyari Dhofier (dalam Muhtarom,
2005: 263) pondok pesantren tradisional adalah lembaga
pendidikan islam yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab
klasik sebagai inti dari pendidikan. Satu hal yang penting
menunjukkan bahwa pondok pesantren tradisional itu terpusat
pada kepemimpinan seorang kyai yang memegang kekuasaan
mutlak. Kyai dalam hal ini tidak menghendaki adanya campur
tangan atau pengaruh dari luar.
2) Pondok Pesantren Modern
Pondok Pesantren Modern adalah pesantren yang
menerima hal-hal baru yang dinilai baik disamping tetap
mempertahankan tradisi lama yang baik. pesantren jenis ini
mengajarkan pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal
dan membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren.
Tetapi pengajaran kitab islam klasik masih tetap dipertahankan.
25
Pesantren dalam bentuk ini diklasifikasikan sebagai pesantren
modern dimana tradisi salaf sudah ditinggalkan (Yasmadi, 2002:
71).
Pondok pesantren modern adalah tipe pondok pesantren
yang mempergunakan sistem madrasah, mamun masih tetap
mempergunakan sistem pondok tradisional. Kyai yang
memimpinnya bersikap lebih terbuka dan demokratis daripada
yang dijumpai di pondok pesantren tradisional (Muhtarom, 2005:
264).
3) Pondok Pesantren Terpadu/ Kombinasi
Menurut Ronald Alan Lukens Bull (dalam Muhtarom,
2005: 264) tipe pondok pesantren terpadu adalah tipe pondok yang
memadukan sistem salaf dengan sistem khalf. Pemahaman dari
istilah ini adalah bahwa pondok pesantren tersebut mengajarkan
kitab kuning sebagai inti pendidikan dan mempergunakan metode
sorogan, bandongan atau weton, kemudian dipadu dengan sistem
madrasah yang memasukkan pelajaran umum.
Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada
masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk
mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu filard),
untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut
ajaran agama islam.
26
c. Elemen-elemen Pondok Pesantren
Pesantren terdiri dari lima elemen pokok, yaitu: kyai, santri,
masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik. Kelima
elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan
membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga
pendidikan dalam bentuk lain (Yasmadi, 2002: 63). Adapun lima
elemen sebagai berikut:
1) Masjid
Sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. masjid
merupakan sentral sebuah pesantren karena disinilah pada tahap
awal bertumpu seluruh kegiatan di lingkungan pesantren, baik
yang berkaitan dengan ibadah, sholat berjama’ah, zikir, do’a,
i’tiqaf, dan juga kegiatan belajar mengajar (Yasmadi, 2002: 64).
2) Pondok
Pondok adalah tempat tinggal santri mukim dengan kyai
pimpinan pesantren serta anggota lainnya, biasanya tinggal dalam
suatu lingkungan tersendiri. Adanya pondok sebagai tempat
tinggal bersama antara kyai dengan para santri sangat bermanfaat
dalam rangka bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Hal ini merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan
lainnya (Yasmadi, 2002: 66).
27
3) Kyai/nyai
Dapat dikatakan sebagai tokoh non-formal yang ucapan-
ucapan dan seluruh perilakunya akan dicontoh oleh komunitas di
sekitarnya. Kyai berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang
baik tidak saja bagi para sntrinya, tetapi juga bagi seluruh
komunitas disekitar pesantren (Yasmadi, 2002: 64). Menurut
pendapat lain kyai mengandung pengertian pensucian dan
penghormatan kepada orang-orang yang terhorma. Mereka
memperoleh gelar kyai karena kelebih-kelebihan yang dimiliki,
seperti kelebihan moral dan intelektual yang ditransmisikan
dipesantren kepada para santri mereka (Abdullah Ali, 2011: 171).
4) Santri
Menurut Nurcholis Majid (dalam Yasmadi, 2002: 61) asal
usul santri berasal dari dua pendapat. Pertama, pendapat pertama
yang mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri, sebuah kata
dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. yaitu didasarkan
pada kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang
berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan
berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa
perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata
Cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang
Guru kemana Guru pergi menetap.
28
Santri terbagi menjadi dua:
a) Santri Mukim
Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah
yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren (Yasmadi,
2002: 66).
b) Santri Kalong
Santri kalong adalah santri-santri yang berasal dari
daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak
menetap dalam pesantren. Mereka pulang kerumah mereka
masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di
pesantren (Yasmadi, 2002: 66).
5) Pengkajian Kitab-kitab Kuning
Kitab Kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari proses
belajar-mengajar di pesantren sangat penting dalam membentuk
kecerdasan intelektual dan moralitas kesalehan (kualitas
keberagamaan) pada diri santri. Setidaknya kitab-kitab klasik ini
mencakup cabang ilmu-ilmu: fiqih, tauhid, tasawuf, dan nahwu
sharf (Yasmadi, 2002: 68). Menurut pendapat Mahmud Yunus
(dalam Abdullah Ali, 2011: 153) kitab kuning dijadikan sebagai
dijadikan sebagai sumber utama dipesantren dan baru terjadi pada
1900-an. Sebelumnya, para kyai menulis dengan tangan kitab-
kitab yang dijadikan bahan dalam pembelajaran pesantren.
29
Pengajaran kiab-kitab islam klasik merupakan salah satu
cara yang ditemouh oleh pesantren untuk membekali para calon
ulama akan ilmu-ilmu keislaman yang kelak akan ditransfer
kepada masyarakat secara lebih luas.
d. Metode Pengajaran dalam Pondok Pesantren
Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok
pesantren sebagai berikut :
1) Metode Bandhongan
Metode ini disebut juga metode wetonan yaitu dilakukan
dengan cara kyai/guru membacakan teks-teks kitab yang berbahasa
arab, menerjemahkannya ke dalam bahasa lokal, dan sekaligus
menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut.
metode ini dilakukan dalam rangka memenuhi kompetensi kognitif
santri dan memperluas referensi keilmuan bagi mereka (Dian Nafi,
2007: 67).
Sistem pengajaran wetonan adalah kyai membaca sesuatu
kitab dalam waktu tertentu, dan santri membawa kitab yang sama,
kemudian mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai
tersebut (Rahman Shaleh, 1978: 11).
Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai
sendiri baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun kitabnya
(Yasmadi, 2002: 67).
30
2) Metode Sorogan
Pelaksanaan sistem pengajaran sorogan ini adalah santri
yang pandai mensorogankan sebuah kitab kepada kyai untuk
dibaca dihadapan kyai itu. Dan kalau ada salahnya maka kesalahan
itu langsung dibetulkan oleh kyai (Rahman Shaleh, 1978: 11).
Sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari
seseorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk
diajarkan kitab tertentu (Yasmadi, 2002: 67).
3) Metode Munazharah (Diskusi)
Munazharah adalah kelompok santri tertentu membahas
permasalahan, baik yang diberikan oleh kyai/ pengasuh pondok
pesantren maupun masalah Waqi’ah yaitu masalah yang benar-
benar terjadi dalam masyarakat. Munazharah tersebut dipimpin
oleh seorang santri dengan pengamatan dari pengasuh/ kyai yang
mengoreksi hasil munazharah itu (Rahman Shaleh, 1978: 79).
4) Metode Muhawarah
Muhawarah ialah kyai menyampaikan pertanyaan kepada
kelompok santri dan masing-masing santri dalam kelompok santri
dan masing-masing santri diharuskan memberikan jawaban atau
pendapatnya masing-masing. Setelah masing-masing santri
memberikan jawaban, maka kyai memberikan keterangan secara
31
umum yang menjurus kepada jawaban yang benar (Rahman
Shaleh, 1978: 80).
5) Metode Menghafal (Mahfudzat)
Metode menghafal adalah cara menyajikan materi
pembelajaran bahasa Arab, dengan jalan menyeluruh santri atau
peserta didik untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita,
kata-kata hikam, dan lain-lain yang menarik hati (Zainal Aqib,
2016: 326).
6) Metode Pengajian Pasaran
Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para
santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang
kyai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan
terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu (Dirjen
Bagais Departemen Agama RI, 2003: 45).
7) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran yang
dilakukan dengan memperagakan suatu keterampilan dalam hal
pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan perorangan maupun
kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan kyai atau ustadz
(Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003: 47).
32
e. Pendidikan yang Diajarkan di Pondok Pesantren
Pendidikan yang diajarkan di dalam pondok pesantren menurut
(Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003: 20) yaitu:
1) Pendidikan agama atau pengajian kitab.
2) Pendidikan dakwah.
3) Pendidikan formal.
4) Pendidikan seni.
5) Pendidikan Kepramukaan.
6) Pendidikan olah raga dan kesehatan.
7) Pendidikan keterampilan atau kejuruan.
8) Pengembangan masyarakat.
9) Penyelenggaraan kegiatan sosial.
f. Tri Darma Pondok Pesantren
Menurut pendapat Rahman Shaleh (1978: 8) tri darma pondok
pesantren yaitu:
1) keimanan dan ketaqwaan tarhadap Allah Swt.
2) Pengembangan keilmuan yang bermanfaat.
3) Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.
g. Fungsi Pondok Pesantren
Pondok pesantren pada dasarnya memiliki fungsi
meningkatkan kecerdasan bangsa, baik ilmu pengetahuan,
keterampilan maupun moral. Fungsi utama pondok pesantren
33
memberikan pendidikan agama islam kepada para santri. terutama
dalam hal mendalami faham dan ilmu alat, seperti ilmu fiqih, ushul
fiqih, hadits, nahwu, sharaf dan sebagainya. Fungsi ini telah
mengantarkan pondok pesantren menjadi institusi penting yang dilirik
oleh semua kalangan masyarakat dalam menghadapi kemajuan ilmu
pengetahuan dan derasnya arus informasi di era globalisasi. fungsi
pondok pesantren menurut Rahman Shaleh (1978: 30) adalah sebagai
berikut:
1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh
santri tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan
dalam arti luas. Keteraturan pendidikan didalamnya terbentuk
karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan penjejangan
kitab (Dian Nafi’, 2007: 12).
2) Pesantren sebagai penyebaran agama (dakwah).
3) Fungsi sebagai komunikator pembangunan.
4) Fungsi pemeliharaan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih
diperlukan.
Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi
menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak
generasi yang islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah
34
masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu islam yang
telah di dapatkannya ketika di pondok pesantren.
3. Hakikat Globalisasi
a. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah konsep dengan kata dasar “the
globe” (Inggris) atau “la monde” (Perancis), yang berarti bumi, dunia
ini. Maka “globalisasi” atau “globalization” (Inggris) atau
“mondalisasion” (Perancis) secara netral bahasawi dapat
didefinisikan sebagai proses menjadikan semua satu bumi, satu dunia
(Reni Widyastuti, 2009: 203-408).
Istilah globalisasi diambil dari kata global. Kata ini melibatkan
kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan
yang terkonstruksi sebagai kesatuan utuh. Dunia menjadi sangat
transparan sehingga seolah tanpa batas administrasi suatu negara.
Batas-batas geografis negara menjadi kabur. Globalisasi membuat
dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta adanya sistem informasi satelit
(Muhtarom, 2005: 44).
Menurut pendapat lain Menurut Malcolm Waters (dalam
Muhtarom, 2005: 9) globalisasi adalah proses sosial yang didalamnya
terdapat desakan geografi atas penataan sosial dan budaya mulai
35
menyusut dan masyarakat menjadi semakin sadar bahwa mereka akan
mengalami penyusutan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan globalisasi adalah
perubahan zaman yang mempengaruhi keragaman kebudayaan.
Globalisasi melahirkan berbagai peluang, ancaman dan tantangan bagi
kehidupan manusia.
b. Pendidikan di Era Globalisasi dan Ciri-cirinya
1) Pendidikan di Era Globalisasi
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (SISDIKNAS) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
bangsa.
Menurut Ahmad D. Marimba (dalam Mansur, 2001: 38)
bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
36
Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman (Siti Rodhiyah, 2015)
Di zaman seperti sekarang ini, ilmu dan teknologi secara
bersamaan semakin maju dan berkembang. Teknologi merupakan
pendorong utama globalisasi dalam berbagai bidang. Kemajuan
teknologi yang sangat pesat membawa dampak positif dan negatif
terutama dalam bidang pendidikan. Yang harus diatasi yaitu
eksistensi pendidikan islam dalam menghadapi kemajuan iptek,
lembaga pendidikan islam harus mampu bradaptasi dengan kondisi
yang ada. Di lain pihak pendidikan islam dituntut untuk menguasai
iptek.
Kemajuan iptek membawa dampak positif bagi manusia
dalam dunia pendidikan antara lain untuk pembelajaran jarak jauh,
peningkatan motivasi, perbaikan cara pembelajaran, penelusuran
informasi, pembelajaran dengan bentuan komputer, mengelola
administrasi.
Adapun dampak negatif dari iptek adalah munculnya
kemerosotan moral, perubahan nilai, kejahatan dan tindakan
kriminal, dampak sosial ekonomi, dampak dalam bidang
pendidikan antara lain menurunnya motivasi dan prestasi belajar,
berkurangnya jumlah jam belajar dan bermain atau sosialisasi
37
anak, timbulnya rasa malas belajar, malas membaca dan tugas-
tugas lain lain karena lebih suka menonton berbagai acara hiburan
(Mansur Isna, 2001: 43).
Pendidikan islam dituntut untuk mampu menciptakan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber pada
nilai-nilai islam. Untuk itu, tugas pokok pendidikan islam adalah
menelaah dan menganalisis serta mengembangkan pemikiran,
informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sesuai dengan nilai-
nilai ajaran islam.
2) Ciri-ciri Pendidikan Globalisasi
Globalisasi memiliki hubungan yang sama dengan
multikultural. Globalisasi merupakan kemajuan zaman yang
mempengaruhi keragaman kebudayaan. Multikultural merupakan
keragaman budaya dengan mengakui pentingnya budaya, ras,
gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi tanpa
pengecualian.
Globalisasi melahirkan peluang, ancaman, dan tantangan
bagi kehidupan manusia di berbagai belahan bumi, termasuk
indonesia. Salah satu aspek kehidupan yang terkena imbasnya
adalah kebudayaan bangsa (Choirul Mahfud, 2016: 183).
Menurut HAR Tilaar (dalam Choirul Mahfud, 2016: 183),
bangsa yang tidak punya strategi mengelola kebudayaan yang
38
mendapat tantangan yang demikian dahsyatnya, dikhawatirkan
akan mudah terbawa arus hingga ahirnya kehilangan jati diri lokal
dan nasionalnya. Pendidikan multikultural hendaknya dijadikan
strategi dalam mengelola kebudayaan dengan menawarkan strategi
transformasi budaya yang ampuh yakni melalui mekanisme
pendidikan yang menghargai perbedaan budaya.
Adapun ciri-ciri pendidikan globalisasi yaitu:
a) Berprinsip pada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan.
Ketiga prinsip ini menggaris bawahi bahwa semua anak
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
(Abdullah Ali, 2011: 109).
b) Berorientasi kepada kemanusiaan, kebersamaan, dan
kedamaian.
Kemanusiaan yang dijadikan titik orientasi oleh
pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai nilai yang
menempatkan peningkatan pengembangan manusia,
keberadaanyaa dan martabatnya sebagai pemikiran dan
tindakan manusia yang tertinggi. Kebersamaan dipahami
sebagai sikap seseorang terhadap orang lain, atau sikap
seseorang terhadap kelompok dan komunitas. Sedangkan
kedamaian merupakan cita-cita semua orang yang hidup
39
ditengah-tengah masyarakat yang heterogen (Abdullah Ali,
2011: 109).
c) Mengembangkan sikap mengakui, menerima, dan menghargai
keragaman budaya (Abdullah Ali, 2011: 109).
d) Timbulnya sikap rendah hati dan menerima kenyataan
Dalam hal ini berarti tidak ada seorangpun yang
mampu memiliki kebenaran absolut melampaui ruang dan
waktu, padahal manusia adalah makhluk yang terikat pada
ruang dan waktu. Kita merupakan makhluk yang berjalan
bersama menuju kebenaran yang absolut tersebut. Untuk itu
kita perlu mengembangkan sikap hormat akan keunikan
masing-masing pribadi atau kelompok tanpa membeda-
bedakan entah atas dasar gender, agama dan etnis (Andre Ata
Ujan, 2009: 17).
3) Ciri-ciri Globalisasi
Globalisasi mencakup banyak bidang. adapun yang paling
utama ada empat. keempat bidang utama tersebut adalah:
a) Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi merupakan tema terpenting
diantara bidang-bidang lain. Globalisasi ekonomi merupakan
bidang yang pertama kali dilaksanakan, sebab ekonomi
memiliki peran signifikan dalam kehidupan bangsa.
40
Secara subtansi, globalisasi ekonomi yaitu usaha untuk
mengubah konsepsi keluarga yang dibangun atas dasar agama
dan nilai-nilai sosial yang suci dan fitri, dan mengelaborasinya
agar berbagai bentuk perilaku Barat bisa diterapkan secara
umum dalam keluarga tersebut. Memperluas sistem riba dan
memberikan kekuasaan kepada berbagai lembaga keuangan,
mengikat perekonomian negara, pembentukan lembaga-
lembaga perekonomian global, pasar global terbuka bagi segala
produk Barat tanpa aturan dan hambatan apapun (Jami’ah,
2002: 31).
Ekonomi global menciptakan fenomena-fenomena
baru, antara lain:
(1) Kota-kota wilayah perkotaan mendapat peran baru sebagai
tempat berpijak bisnis nasional dan internasional.
(2) Ekonomi global menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang
ditandai dengan perluasan pasar dengan berbagai produk
global.
(3) Timbulnya budaya konsumen.
(4) Budaya konsumen dikemas dalam berbagai simbol
kebahagiaan atas konsumsi produk tertentu, seperti coca-
cola atau pizza hut.
41
(5) Adanya pendangkalan nilai agama dan moral. Globalisasi
ekonomi dapat menyebabkan pergeseran nilai-nilai lama
dan diganti dengan nilai-nilai baru yang materialistis.
(6) Dari nilai-nilai materialistis akan muncul sekularisasi, yang
melepaskan hidup duniawi dari ikatan-ikatan agama
(Muhtarom, 2005: 71).
b) Globalisasi Kebudayaan
Globalisasi kebudayaan adalah transformasi
kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Amerika kepada seluruh
penduduk semua negara di dunia. Globalisasi kebudayaan
mempengaruhi secara langsung pembentukan pola pikir dan
perilaku manusia dengan berbagai macam sarana dan
prasarana.
Agar globalisasi kebudayaan Barat diterima oleh
bangsa lain, maka mereka tidak melakukannya secara frontal
dengan mengubah pola pikir dan sistem kehidupan. Seperti
melalui perubahan kebiasaan masyarakat dalam hal makan,
minum, dan berpakaian. Metode selanjutnya mengubah perabot
rumah tangga dan mengubah sikap dan perilaku keluarga, atau
tata cara pergaulan dalam keluarga, dan seterusnya (Jami’ah,
2002: 43).
42
Adapun implikasi dari budaya global tersebut adalah:
(1) Adanya kecenderungan masyarakat yang lebih menghargai
materialistik, yang mengukur kehidupan hanya berdasarkan
nilai-nilai yang dapat diukur dengan uang atau materi.
(2) Menjalarnya budaya permisif (serba boleh) yang
mengakibatkan orang melakukan hal-hal baru yang
dianggap modern dan meninggalkan norma-norma dan adat
istiadat yang sudah bertahan lama.
(3) Norma-norma sosial yang relatif mapan terkontaminasi
oleh budaya global. Budaya global yang lebih cenderung
mekanis dan efisien telah mengganti tenaga manusia
dengan peralatan mekanis.
(4) Lembaga-lembaga yang memproduksi tenaga kerja yang
tidak berkualitas kurang mendapat respon dari masyarakat.
(5) Adanya kecenderungan di masyarakat untuk mengarahkan
putra putrinya agar belajar dilembaga pendidikan yang
lebih dapat memenuhi tuntutan hidup duniawi. Sementara
lembaga pendidikan yang kurang menjanjikan kebahagiaan
hidup duniawi yang kurang diminati.
(6) Munculnya sikap individualistis dan krisis moral.
(7) Menguatnya hasrat untuk berkuasa, bersenang-senang dan
mencari kenikmatan, yang biasanya tercermin dalam
43
perilaku yang berlebihan untuk mengumpulkan uang,
bekerja, dan mencari kenikmatan seksual.
(8) Terjadinya konflik dalam nilai-nilai sosial dan terjadinya
polarisasi budaya. Sebagian orang cenderung mengadopsi
budaya luar yang disenangi, sebagian lain tetap
mempertahankan budaya lokal yang masih relevan dengan
apa yang menjadi keinginannya (Muhtarom, 2005: 81).
c) Globalisasi Politik
Cara yang diterapkan barat yaitu dengan cara berusaha
keras memaksakan secara halus penerapan hukum model
Barat, penerapan model demokrasi sebagai syarat dalam
pergaulan dengan bangsa lain. Bahkan barat menganggap
negara mana pun yang tidak menerapkan demokrasi sebagai
negara negara yang melanggar HAM, melanggar hak kaum
minoritas dan seterusnya. Barat juga berusaha keras
memaksakan penerapan tatanan dunia baru kepada semua
bangsa di dunia (Jami’ah, 2002: 48).
Undang-undang Otonomi Daerah Tahun 1999 yang
diberlakukan sejak tahun 2001 masih banyak menimbulkan
masalah-masalah sosial dan politik dalam penerapannya:
(1) Masing-masing daerah mementingkan kepentingan mereka
sendiri.
44
(2) Terbukanya ruang politik bagi masyarakat untuk turut
mengambil keputusan politik menyebabkan euforia dalam
berpolitik.
(3) Lemahnya mekanisme kontrol masyarakat (Muhtarom,
2005: 74).
d) Globalisasi Sosial
Rambu-rambu dan fenomena globalisasi sosial terlihat
pada konferensi-konfernsi negara. Ada beberapa konferensi
telah digelar yang harus kita cermati. Contohnya konferensi
penduduk, pada hakikatnya konferensi tersebut justru melawan
penduduk, atau bahkan hendak melenyapkan penduduk
(Jami’ah, 2002: 49)
Globalisasi tidak berkembang secara adil dan tidak
semua konsekuensinya menguntungkan atau baik. Amerika
serikat merupakan satu-satunya negara yang adidaya dengan
posisi yang dominan dibidang Ekonomi, budaya, dan militer
dalam tatanan global. Banyak wujud kultural globalisasi yang
paling kelihatan berwajah amerika yaitu Coca-cola, Mc
Donald’s, CNN (Anthony Giddens, 2001:10).
c. Penerapan Pendidikan Globalisasi di Pondok Pesantren
Pendidikan pesantren dapat dikatakan sebagai modal sosial dan
bahkan soko guru bagi perkembangan pendidikan nasional di
45
Indonesia. Karena pendidikan pesantren yang berkembang sampai saat
ini dengan berbagai modelnya senantiasa selaras dengan jiwa,
semangat, dan kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas beragama
Islam.
1) Ciri-ciri pondok salaf
a) Pengajian hanya terbatas pada kitab kuning (salaf).
b) Intensifikasi musyawarah atau bahtsul masail.
c) Berlakunya sistem diniyah (klasikal).
d) Pakaian, tempat dan lingkungannya mencerminkan masa lalu,
seperti kemana-mana selalu memakai sarung, songok, dan
banyak yang masak sendiri.
e) Kultur dan paradigma berfikirnya didominasi oleh term klasik,
seperti tawadhu yang berlebihan, puasa daud, zuhud, qanaah,
barakah, kuwalat dan biasanya akhirat orented (Affan Hasyim,
2003: 8).
Sedangkan menurut pendapat Yasmadi ciri-ciri pondok
pesantren salaf yaitu:
a) Mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik sebagai
inti pendidikannya.
b) Tidak ada pengajaran pengetahuan umum.
c) Mempertahankan tradisi masa lalu.
d) Menggunakan sistem sorogan dan weton.
46
2) Ciri-ciri pondok khalaf
a) Ada pengajian kitab salaf (seperti taqrib, jurumiyah, ta’lim
muta’alim, dll).
b) Ada kurikulum modern (seperti bahasa inggris, fisika,
matematika dan sebagainya.
c) Mempunyai indenpendensi dalam menentukan arah dan
kebijakan.
d) Ada ruang kreatifitas yang terbuka lebar untuk para santri
(Affan Hasyim, 2003: 9).
3) Ciri-ciri pondok modern
a) Penekanan pada penguasaan bahasa asing (Arab dan Inggris).
b) Tidak ada pengajian kitab-kitab kuning.
c) Kurikulumnya mengadopsi kurikulum modern.
d) Lenturnya term-term tawadhu, kuwalat, barakah dan
sejenisnya.
e) Penekanan pada rasionalitas, orientasi masa depan, persaingan
hidup dan penguasaan tekhnologi (Affan Hasyim, 2003: 9).
Dalam tuntutan perkembangan zaman, kondisi pesantren harus
menampilkan wajah baru, menyesuaikan dengan kondisi era
globalisasi, meski tidak meninggalkan ciri khasnya sebagai basis
dalam pendidikan agama Islam. Kompetisi yang dapat dilakukan oleh
47
pesantren ialah dengan turut pula ambil bagian, memposisikan diri dan
membuktikan sebagai lembaga yang juga mampu mengakomodasi
tuntutan di era globalisasi, yaitu menciptakan manusia yang tidak
hanya bertakwa tapi juga berilmu, memiliki SDM tinggi plus
berakhlakul karimah. Penciptaan out put seperti itulah membuat
pesantren mempunyai peran dan kesempatan yang lebih besar dalam
mengawal bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi (Affan
Hasyim, 2003: 61).
Menurut K.H. Said Aqil Siradj (dalam Affan Hasyim, 2003:
67) ada tiga kekurangan pesantren yang harus dibenahi, bila pesantren
ingin menjadi lembaga pendidikan alternatif.
a. Pesantren harus melepaskan diri dari kesan dan citra kerajaan kecil
yang berarti dalam pesantren harus ditumbuhkan keterbukaan,
kebebasan berfikir dan berpendapat, kemandirian, kolektifitas, dan
menerima secara ofensif berbagai gagasan pembaharuan dari luar.
b. Indenpendensi dan otonomi pesantren yang selama ini ada perlu
diperkuat dan diarahkan sebagai basis dan pemberdayaan serta
penguatan masyarakat untuk mengimbangi kekuatan Negara.
c. Kurikulum pesantren harus di rombak. Metodologi pemikiran
harus menjadi fokus utama. Santri harus dikembalikan kepada
literature. Personifikasi ilmu kepada kyai atau guru harus
48
dikurangi melalui metode dialogis, kritis untuk mendapatkan
kebenaran ilmiah.
Dalam hal tersebut, pesantren sudah saatnya untuk tidak
menutupi diri terhadap perubahan, karena keengganan pesantren untuk
menyesuaikan dengan perubahan sebenarnya dengan sendirinya telah
memposisikan pesantren sebagai lingkungan yang terisolir dari
pergaulan dan pada ahirnya akan ditinggalkan kebanyakan orang,
karena sudah tidak lagi sesuai dan tidak dapat mengakomodasi dengan
keadaan zaman.
d. Tantangan Era Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah babakan baru dalam proses
perkembangan bangsa. Globalisasi merupakan akibat dari pembagian
kerja sistem kapitalisme industrial yang menguasai perekonomian
dunia, menyeret masyarakat agraris menjadi masyarakat industrialis
kemudian menggiringnya kedalam kehidupan materialistis yang
cenderung sekuler, memisahkan sektor kehidupan dunia dan agama.
Menurut Nur Cholis Majid (dalam Affan Hasyim, 2003: 58)
bahwa perubahan yang terjadi pada bangsa Indonesia, dari masyarakat
agraris ke masyarakat industrialis, dapat lebih mengagetkan (shocking)
dengan dampak yang lebih berat. Industrialis membawa berbagai
perubahan pada banyak aspek kehidupan manusia. Perubahan cara
kerja, gaya hidup, tata ekonomi, dan kebijakan politik.
49
Ketidaksiapan ini pada ahirnya akan menimbulkan krisis dalam
masyarakat sebagai dampak dari perubahan sosial. Menurut Nur
Cholis Majid (dalam Affan Hasyim, 2003: 58) ada empat masalah
yang akan timbul yaitu:
1) Deprivasi relatif, yaitu perasaan teringkari, tersisihkan, atau
tertinggal dari orang lain dan kalangan tertentu dalam masyarakat,
akibat tidak dapat mengikuti dan tidak dapat menyesuaikan dengan
perubahan.
2) Diskolasi, yaitu perasaan tidak mempunyai tempat dalam tatanan
sosial. Dalam wujud nyata, diskolasi ini dapat dilihat pada krisis
yang dialami kaum marginal atau pinggiran di kota-kota besar
akibat urbanisasi.
3) Disorientasi, perasaan tidak mempunyai pegangan hidup akibat
yang ada selama ini tidak dapat lagi dipertahankan karena sudah
tidak cocok dan kehilangan identitas.
4) Negativisme, yaitu perasaan yang membentuk pandangan yang
serba negatif terhadap sesuatu yang mapan, dengan sikap yang
tidak percaya, penuh curiga dan lain sebagainya.
Dalam pandangan lain, menurut Durkheim bahwa transformasi
dari masyarakat tradisional ke masyarakat industrial menimbulkan
pergeseran dari bentuk solidaritas mekanis menjadi solidaritas organis.
Kebersamaan kohesif pudar karena masing-masing orang disibukkan
50
tugasnya sendiri-sendiri individu makin tercabut dari akar-akar
kehidupan bersama, maka norma-norma masyarakat tersebut tidak lagi
memiliki daya kohesif dan pemaksa yang cukup kuat untuk
mengukuhkan diri yang terfragmentasi. Masyarakat kehilangan
kepercayaan dan meninggalkan kepatuhan terhadap berbagai norma
yang semula disepakati bersama. Pada titik inilah, mereka kehilangan
Guiding principle dalam menentukan arah kehidupannya. Kondisi
inilah yang disebut Durkheim sebagai anomic, yakni keadaan hampa
norma (normlessness).
Jalan keluar dari kondisi ini menurut Durkheim adalah agama,
karena dalam agama ada satuan nilai normatif yang akan menjaga
kolektivitas individu-individu yang diceraiberaikan dalam proses
pembagian kerja sistem kapitalisme industrial (Affan Hasyim, 2003:
59).
Dengan demikian, bangsa Indonesia saat ini memerlukan
person ataupun lembaga yang mampu untuk mengawal membekali dan
membentengi masyarakat dalam menghadapi tantangan tersebut,
terutama generasi mudanya.
e. Tantangan Pesantren di era Globalisasi
Ketika berhadapan dengan ide-ide informasi dan polarisasi
ideologi dunia terutama didorong oleh kemajuan iptek modern,
pendidikan islam tidak terlepas dari berbagai tantangan. Adapun yang
51
menjadi tantangan dan titik sentral problem modernisasi adalah
berbagai standar kehidupan yang dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan
yang berpijak pada materialisme dan sekularisme. Hal ini mendorong
manusia untuk memusatkan ilmu pengetahuan dan informasinya
sebagai sumber strategis pembaharuan. Oleh karenanya tidak
terpenuhinya kebutuhan ini akan menimbulkan dan ketersaingan oleh
dunia modern.
Dalam perkembangan zaman, pesantren sudah saatnya untuk
tidak menutupi diri dari perubahan, keengganan pesantren untuk
menyesuaikan dengan perubahan mengakibatkan komunikasi santri
dengan dunia luar terhambat, sehingga kaum pesantren jauh tertinggal,
baik itu masalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
ataupun sekedar penyerapan informasi. Secara tak langsung pesantren
telah ikut menciptakan permasalahan dalam era globalisasi, yaitu
perasaan teringkari, tersisihkan atau tertinggal dari orang lain dan
kalangan tertentu dalam masyarakat, akibat tidak dapat mengikuti dan
menyesuaikan dengan perubahan (Affan Hasyim, 2003: 65).
Selanjutnya, apabila pesantren masih tetap alergi terhadap
perubahan, apa yang dikatakan oleh Nur Cholis Majid dengan
“Diskolasi” juga akan dialami oleh santri setelah bermasyarakat. Ia
akan merasakan kehidupan yang sangat baru baginya dan akan
menempatkannya menjadi orang asing di tengah-tengah masyarakat.
52
Santri yang diharapkan sepulangnya ke masyarakat akan
menyelesaikan permasalahan umat, tetapi “jauh pangang dari api”.
Ketika sudah dalam keadaan seperti ini, apa yang dikatakan Nur
Cholis Majid dengan “Disorientasi”, yaitu perasaan tidak mempunyai
pegangan hidup akibat yang ada selama ini tidak dapat lagi
dipertahankan karena terasa tidak cocok akan juga dialami santri.
Dengan adanya kasus ini, memberikan suatu pelajaran bahwa
diperlukan pengkombinasian ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu
agama dengan ilmu-ilmu umum di pesantren (Affan Hasyim, 2003:
66).
Era modern dengan segala propagandanya telah
meluluhlantahkan nilai-nilai moral di seluruh dunia. Remaja digiring
pada nilai-nilai materialisme yang menjunjung nilai tinggi hedoisme
atau artis tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Akibatnya muncul
euphoria sekularis, yakni tergila-gila pada materi dan menjadikan
uang sebagai Tuhan. Secara global, konspirasi remaja saat ini
sebagaimana pemaparan Abu al-Ghifari dalam Remaja Korban Mode
lebih dikenal dengan sebutan “Perangkap 7 F”, yaitu:
1) Food (merusak pola makan dan minum).
2) Film (menguasai film, tv, dan media cetak).
3) Fashion of life style
4) Free Thinkers (berfikir bebas).
53
5) Financial (the finance, founds, lembaga keuangan).
6) Faith (menghancurkan iman).
7) Friction (perpecahan) (Nur Said, 2016: 7).
Untuk menghadapi berbagai tantangan dan dampak tersebut
pendidikan islam harus memiliki berbagai strategi. Menurut BPPN
(Dalam Mansur, 2001: 47) Bahwa cara terbaik dalam mengatasi
kemungkinan dampak negatif adalah melalui peningkatan mutu
pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama serta pendidikan
moral. Dalam kondisi era reformasi sekarang ini diperlukan
pengkajian ulang terhadap metode pengembangan dan pengajarannya
sehingga penanaman sikap maupun penghayatan nilai-nilai religius
akan semakin menghasilkan perilaku yang lebih baik.
Chabib Toha (Dalam Mansur, 2001: 49), ada dua strategi
dalam menghadapi berbagai tantangan dan dampak kemajuan iptek.
Yaitu strategi global dan strategi sektoral.
Pertama, strategi global, memiliki dua pendekatan, yaitu
pendekatan sistemik dan proses. Pendekatan sitemik dalam bidang
pendidikan, yaitu diperlukannya keputusan politik, alasannya karena
Negara Indonesia sebagai Negara kesatuan sehingga perlu disusun
sistem nasional dalam berbagai bidang, misalnya sistem politik
nasional, sistem ekonomi nasional, sistem demokrasi nasional,
termasuk juga sistem pendidikan nasional. Diantara keputusan politik
54
dalam pendekatan ini adalah masuknya pendidikan islam dalam sub
sistem pendidikan nasional. Apabila semua kegiatan dan kelembagaan
pendidikan islam menempatkan dirinya di luar sistem nasional, maka
ia akan terisolir dari peraturan politik. Hal ini berarti dia kehilangan
peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pendidikan proses,
artinya meningkatkan makna sistem pendidikan nasional melalui
pendidikan yang berwawasan nilai. Adapun tujuan pendidikan yang
berwawasan nilai adalah pendidikan yang sampai pada hakekat ilmu
dan tekhnologi. Praktek pendidikan di indonesia belum sampai pada
pendidikan yang berwawasan nilai. Tekanannya selama ini hanyalah
berkisar pada pengenalan teori untuk masukan-masukan kognitif taraf
rendah. Dengan demikian peserta didik belum dapat menempatkan diri
sebagai subyek belajar.
Kedua, strategi sektoral, strategi ini bersifat temporal dan
kondisional. Maksudnya pendekatan-pendekatan yang ditawarkan
tidak dapat diterapkan untuk semua kondisi dan waktu. Adapun
pendekatan yang ditawarkan adalah islamisasi ilmuan, islamisasi
iptek, penguasaan tekhnologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan beberapa pendekatan diatas, maka yang menjadi
titik tolak yang baik bagi pembaharuan sistem pendidikan islam dan
merupakan solusi agar pendidikan islam dapat mengikuti modernisasi
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah dengan
55
tetap berpegang teguh pada kendali normative, yaitu al-Qur’an dan
Hadits. Oleh karena itu, dalam pendidikan islam ada dua tujuan yang
harus dicapai, yaitu tujuan jangka panjang (kebahagiaan ukhrawi) dan
tujuan jangka pendek (kebahagiaan duniawi).
B. KAJIAN PENELITI TERDAHULU
1. Jurnal Abdul Khaliq Syafa’at dengan judul “Strategi Pengembangan
Pondok Pesantren dalam Era Globalisasi di Kabupaten Banyuwangi”,
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan
pesantren di Kabupaten Banyuwangi diantaranya; a) Strategi
pengembangan pendidikan ada 2, yaitu konsisten dan adaptif, b) Strategi
pembaruan manajemen pesantren yakni degan penerapan manajemen
profesional, c) Strategi peningkatan sumber daya pesantren ada 2, yaitu
peningkatan sumber daya insani dan peningkatan sumber daya alam.
2. Skripsi Abdul Fatah dengan judul “Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi dalam Menerapkan Komunikasi Berbahasa Arab dan Inggris
Pada Santri” penelitian ini menggunakan metode kualitatif guna
mendapatkan data-data yang dibutuhkan, serta menggunakan metode
observasi langsung ke pondok At-Taqwa guna melengkapi data yang
dibutuhkan, disamping itu juga menggunakan metode wawancara dan
menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini diadakan guna mengetahui
56
tentang strategi dan implementasi pondok pesantren dalam menerapkan
komunikasi bahasa arab dan inggris pada santri.
Dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan langkah strategi
yang dilakukan pondok pesantren at-taqwa dalam menerapkan komunikasi
berbahasa arab dan inggris, adalah membentuk struktur organisasi
kepengurusan yang menangani bidang bahasa, membuat progam hari
bahasa arab dan hari bahasa inggris, mendirikan sarana dan prasarana
untuk progam bahasa, hal ini guna menguasai dan membiasakan diri
dalam berkomunikasi bahasa arab dan inggris.
3. Jurnal Diyah Yuli Sugiarti dengan Judul “ Strategi Pengembangan Pondok
Pesantren dalam Membangun Peradaban Muslim di Indonesia” penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan
(kajian literature). Pengumpulan data dilakukan dengan mencari sumber-
sumber untuk bahan studi pustaka, mengevaluasi, membuat rangkuman,
dan membuat perbandingan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
strategi pengembangan pondok pesantren dalam membangun peradaban
muslim di Indonesia adalah memahami landasan dan konsep kebangkitan,
merumuskan kembali tujuan pesantren, membenahi sistem pendidikan
pesantren, meningkatkan manajemen pesantren, meningkatkan kompetensi
output pesantren, refungsionalisasi pesantren, membangun mitra
kerjasama ke luar, meningkatkan peran pesantren, modernisasi dalam
57
teknologi informasi, dan komunikasi, dan progam unggulan di era
globalisasi.
Dengan melihat tiga penelitian terdahulu di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa penelitian yang kami lakukan di sini sebagaimana
dalam judul skripsi “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalisasi (studi kasus pondok pesantren al-
muntaha, kota salatiga). Peneliti ingin mengetahui strategi apa yang
digunakan dalam menghadapi tantangan era global ini. Adapun perbedaan
dalam pembahasan skripsi ini lebih mengarah hasil atau output dari strategi
yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif
karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-
kata, gambaran umum yang terjadi di lapangan.
Pendekatan dan jenis penelitan ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif, menurut Moleong (2008: 6) penelitan kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain, secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Sedangkan menurut Bodgan dan Tylor dalam Meoleong (2009: 4)
Metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan
yang mencakup laporan dan foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa
59
deskripsi atau gambaran strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalisasi al-Muntaha kota Salatiga Tahun 2018.
Sesuai pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata
maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen
yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah
guna memperoleh makna. oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat penting
yaitu peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan pengumpulan data
hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.
Sedangkan menurut jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di
lapangan. Lapangan dalam hal ini diartikan sebagai lokasi penelitian, yaitu di
Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.
Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai
pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk
mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti
berangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang suatu
fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau ‘in situ’ (Moloeng, 2011: 26).
Studi kasus adalah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan
secara intensif, terinci, dan mendalam tentang suatu progam, peristiwa, dan
aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau
organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa
tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus
60
adalah hal yang actual (real-life-events), yang sedang berlangsung, bukan
sesuatu yang sudah lewat (Mudjia Rahardjo, 2017: 3). Menurut pendapat
Bimo Walgito (2010: 92) studi kasus merupakan suatu metode untuk
menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai individu, seperti
riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian.
Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.
Penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan. Lapangan dalam
hal ini diartikan sebagai lokasi penelitian, yaitu di Pondok Pesantren al-
Muntaha kota Salatiga.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren al-Muntaha Jl. Soekarno
Hatta No.39, Sidoharjo, Rt 04 Rw 04, Kel. Argomulyo, Kota Salatiga. terletak
di tepi jalan utama solo-semarang, sangat strategis dan mudah transportasi.
Fasilitas pendukung yang ada diantaranya masjid, laundry, dan rumah makan
barokah. Adapun waktu penelitian dimulai pada tanggal 31 Maret 2018,
dimana peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan pengumpulan data
hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian ini diperoleh.
Apabila peneliti misalnya menggunakan wawancara dalam pengumpulan data,
61
maka sumber data tersebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan, baik tulisan maupun lisan.
Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data.
Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi:
1. Data Primer: sumber data yang dapat memberikan informasi, fakta, dan
gambaran peristiwa yang diinginkan dalam penelitian atau sumber
Pertama dimana sebuah data dihasilkan. Sumber data utama itu adalah
kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai (Ibrahim,
2015: 69-70).
Dalam penelitian ini sumber data utama adalah hasil wawancara
dan observasi dari pengasuh, pengurus, ustadz dan santriwati pondok
pesantren Al-Muntaha Salatiga. Sedangkan untuk memperoleh data,
penulis menggunakan teknik wawancara terpimpin untuk mendapatkan
jawaban yang lebih akurat agar tidak keluar dari topik permasalahan.
2. Sekunder: data yang didapat dari segala bantuk dokumen, baik dalam
bentuk tertulis maupun foto atau sumber data kedua sesudah sumber data
primer. Dokumen tidak bisa diabaikan dalam suatu penelitian, terutama
dokumen tertulis seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan
62
dokumen resmi (Ibrahim, 2015: 69-70). Peneliti menggunakan data
sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui wawancara. Adapun sumber data sekunder yang
digunakan adalah buku-buku yang terkait dengan strategi pembelajaran,
arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren al-Muntaha.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa tekhnik pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik untuk mengumpulkan data
dan informasi. Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif,
artinya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan
leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya (Hamid Patilima, 2016: 68). Kegiatan penelitian
ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena
informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang
diwawancarai, penelitian sudah menetapkan dan menyimpan pertanyaan-
pertanyaan yang tersusun secara sistematis. dalam penelitian ini metode
wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam
pembelajaran pesantren dan bagaimana peran masing-masing dewan
pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan
mengorganisir sistem pembelajaran pondok al-Muntaha.
63
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang:
1) Tantangan yang dihadapi pondok pesantren al-Muntaha di era
globalisasi
2) Strategi pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren al-Muntaha
dalam menghadapi tantangan era globalisasi
2. Observasi
Menurut pendapat Bungin (dalam Ibrahim, 2015: 81) observasi
atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan panca indra
lainnya. Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan situasi dari kondisi pondok pesantren al-Muntaha kota Salatiga.
3. Dokumentasi
Menurut sugiyono (dalam Ibrahim, 2015: 94) dokumen adalah
catatan-catatan peristiwa yang telah lalu, yang bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya monumental seseorang. Sedangkan pendapat lain
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
64
Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada di
pondok pesantren al-Muntaha.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah tata urutan kerja, atau
tahapan-tahapan kegiatan yang ditempuh oleh seseorang peneliti dalam
menyusun, mengolah hingga menemukan makna, atau tafsiran, atau
kesimpulan dari keseluruhan data penelitian. Menurut Moleong (2008:280)
analisis data adalah proses mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Kegiatan analisis data adalah upaya peneliti dalam menyusun data menjadi
lebih sistematis, berkaitan satu dengan yang lain, hingga dapat memberikan
suatu makna tertentu, sesuai dengan hakikat objek yang dianalisis. tahapan
analisis data berupa:
1. Reduksi Data
Proses di mana seorang peneliti perlu melakukan telaahan awal
terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan
pengujian data dalam kaitannya dengan aspek atau fokus penelitian. Pada
tahap ini peneliti coba menyusun data lapangan, membuat rangkuman atau
ringkasan, memasukkannya ke dalam klasifikasi dan kategorisasi yang
sesuai dengan fokus atau aspek fokus. dari proses inilah peneliti dapat
65
memastikan mana data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak
terkait dengan penelitian yang dilakukan.
2. Display Data
Upaya menampilkan, memaparkan atau menyajikan data. sebagai
sebuah langkah kerja analisis, display data dapat dimaknai sebagai upaya
menampilkan, memaparkan dan menyajikan secara jelas data-data yang
dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Langkah analisis ini biasanya dilakukan sebagai implementasi
prinsip indukatif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada, atau
kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Pada tahapan ini,
peneliti dapat melakukan konfirmasi dalam rangka mempertajam data dan
memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah dibuat sebelum peneliti
sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim, 2015: 108-110).
Data yang telah didapat menggunakan metode deduktif dan
induktif. Pengertian dari metode berasal dari bahasa Yunani “ Methodos”
yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara Istilah metode menurut
Rosdy Ruslan adalah Kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai upaya
untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Ilmiah dan termasuk keabsahannya.
66
Maksud umum metode deduktif adalah cara berfikir yang dimulai
dengan teori, dan di ahiri dengan fenomena atau hal khusus. Hal ini berarti
bahwa dalam berfikir deduktif seseorang atau pemikir bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum dan kemudian menarik kesimpulan yang
bersifat khusus (Muri Yusuf, 2017: 17). Sedangkan metode Induktif
adalah temuan-temuan penelitian yang muncul dari keadaan umum, tema-
tema domain dan signifikan yang ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-
hal yang muncul oleh struktur metodologisnya (Moloeng, 2007:297).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data yang disajikan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid,
maka untuk menguji validitas data tersebut penulis menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian
dengan cara membandingkan antara sumber, teori, maupun metode/teknik
penelitian.
Adapun triangulasi yang digunakan penulis yakni menggunakan
triangulasi sumber. Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan mengecek
data yang sudah diperoleh dari berbagai sumber. seorang peneliti akan
dihadapkan dengan banyak data. Bahkan tidak jarang akan menemukan
sesuatu yang saling beda dari data tersebut. Dengan teknik inilah peneliti
dapat memastikan data mana yang benar dan dapat dipercaya, setelah
melakukan perbandingan (Ibrahim, 2015: 125-125). Pada teknik ini peneliti
melakukan triangulasi dengan teknik yaitu dengan jalan membandingkan data
67
hasil pengamatan dengan hasil wawancara dan triangulasi dengan sumber
yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber
terkait serta membandingkan data hasil dokumenasi antar dokumen.
G. Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum
ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap
penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
1. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian, persoalan etika penelitian (Moleong, 2011: 127-
136).
2. Tahap pekerja lapangan
Tahap ini meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri,
memasuki lapangan, dan berperanserta sambil mengumpulkan data
(Moleong, 2011: 137-147) yang berkaitan dengan pondok pesantren al-
Muntaha. data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
3. Tahap analisis data
Menurut Spradley (dalam Moleong, 2011: 149-151) analisis data
dilaksanakan langsung dilapangan bersama-sama dengan pengumpulan
68
data. Ada empat tahap analisis data yang diselingi dengan pengumpulan
data yaitu analisis domein, analisis taksonomi, analisis komponen, dan
analisis tema.
1) Analisis domein dilakukan terhadap data yang diperoleh dari
pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan, yang
dapat dilihat di buku lampiran.
2) Analisis Taksonomi dilakukan dengan pengamatan dan wawancara
terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh
peneliti.
3) Analisis Komponen dilakukan dengan wawancara atau pengamatan
terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui
pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih
dimuat dalam catatan lapangan yang terdapat di buku lampiran.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil
temuan peneliti secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini
tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal
penelitian sampai ahir yaitu tahap penarikan kesimpulan. Setelah itu
melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk
mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang
kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi
yang sempurna.
69
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulo
Salatiga
1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
Berdasarkan hasil observasi di Pondok Pesantren al-Muntaha,
maka penulis menyajikan data sebagai berikut:
a. Profil Pondok Pesantren al-Muntaha
Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren al-Muntaha
No. Statistik : 5110033730016
NPWP : 31.539.851.1-505.00
Alamat
Jalan : Soekarno-Hatta no. 39
Kelurahan : Cebongan
Kecamatan : Argomulyo
Kota/kabupaten : Kota Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
Badan Penyelenggara : Yayasan al-Muntaha Salatiga
Nama Pengasuh : Hj. Siti Zulaecho, AH
Status Tanah : Wakaf
70
Akta Notaris : Yayasan al-Muntaha Salatiga, no. 44
tgl 30 Mei 2012 MUHAMMAD FAUZAN, SH
(Dokumen di PP al-Muntaha)
b. Letak Geografis Pondok Pesantren Al Muntaha
Pondok pesantren al-Muntaha terletak di tepi jalan raya Solo-
Semarang, sangat strategis dan mudah dijangkau oleh alat transportasi.
Pondok Pesantren berbatasan dengan:
1) Barat : Eks. Pabrik Mega Rager
2) Timur : Perumahan Tingkir Indah
3) Utara : Bengkel Resmi YAMAHA
4) Selatan : Lampu Merah Pertigaan Jalan Pondok Joko Tingkir
(Dokumen di PP Al-Muntaha)
c. Sejarah Pondok Pesantren al-Muntaha
Yayasan pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993 oleh
Drs. KH. Muntaha Azhari, AH (alm) dan Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH.
Berdirinya pondok pesantren al-Muntaha bermula dari kesadaran
masyarakat sekitar akan pentingnya lembaga pendidikan nonformal
yang mampu membina karakter anak-anak mereka agar menjadi
manusia yang berakhlaqul karimah. Di samping itu, keinginan
masyarakat untuk memiliki generasi penerus yang berkompeten di
bidang hafalan al-Qur’an menambah motivasi pengasuh untuk
71
mendirikan sebuah Pondok Pesantren yang memiliki basic pada
tahfidz.
Pesantren ini diasuh oleh Hj. Siti Zulaicho, AH. Beliau adalah
alumnus Ponpes Bustanu ‘Usysyaqil Qur’an (BUQ) Betengan Demak.
Sejak kecil beliau sudah menekuni bidang hafalan al-Qur’an, beliau
juga mengikuti event-event Musabaqah Tilawatil Qur’an cabang
Musabaqah Hifdzil Qur’an (MTQ) dalam cabang tahfidzh baik di
tingkat propinsi Jawa Tengah hingga tingkat Nasional, dan beberapa
kali menjadi juara. Hampir satu dekade ini diberi mandat untuk
menjadi juri pada MTQ baik ditingkat Kota maupun tingkat propinsi.
Pada tahun pertama pondok pesantren hanya mendapatkan
murid baru 4 orang santri, dan santri tersebut baru berasal dari daerah
sekitar, dulu masih bertempat tinggal satu rumah dengan pengasuh.
Pada tahun 1996 dimaksukkan kedalam akta notaris sebagai lembaga
al-azar. Kemudian pada tahun 2012 al-azar berpindah nama menjadi
yayasan al-muntaha dengan alasan legalitas dan tanah wakaf. Pondok
ini berdiri diatas 3300m dan diatas tanah wakaf.
Pondok pesantren al-Muntaha merupakan salah satu
komponen lembaga yang berjuang mendidik masyarakat dengan
pendidikan secara holistik, yaitu dengan memberikan pendidikan
agama maupun dengan keilmuan dan kemampuan lain agar dapat
membekali santriwati ketika menghadapi tantangan perubahan zaman.
72
Pondok pesantren ini sejak awal memang khusus putri yang
memiliki takhassus pada bidang hafalan al-Qur’an, dengan corak
pesantren semi tradisional-modern. Semua santri dikonsentrasikan
untuk menghafal, namun bagi yang belum sanggup membaca al-Qu’an
dengan baik dan benar diperkenankan juga mengaji al-Qur’an bin-
nazhar. Pesantren ini tidak memberi batasan waktu dan usia bagi para
santriwati, terbuka bagi pelajar, mahasiswi dan santriwati yang hanya
ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Dengan semakin
berkembangnya pondok pesantren ini sekarang jumlah santri sudah
mencapai 70 santri, dari berbagai daerah sampai luar jawa.
(Dokumen di PP al-Muntaha)
d. Tujuan, Visi dan Misi Pondok Pesantren al-Muntaha
Adapun tujuan yang dipaparkan oleh Hj. Siti Zulaecho, AH
selaku pengasuh pondok pesantren al-Muntaha tujuan pondok
pesantren Al-Muntaha sebagai salah satu lembaga pendidikan
keagamaan ingin berperan aktif dalam usaha-usaha memajukan
bangsa. Hal ini dilakukan dengan memberikan pendidikan ilmu-ilmu
al-Qur’an, terutama bagaimana cara membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar, yaitu mengetahui hukum-hukum bacaan al-Qur’an (tajwid)
dan fasih dalam pengucapannya, hingga menghafalkan al-Qur’an suatu
tingkat tertinggi dalam bidang qira’ah al-Qur’an serta
mengamalkannya. Selain itu, pondok juga memberikan pendidikan
73
ilmu-ilmu keislaman, mulai dari Fiqih, akhlak, dll yang bertujuan
sebagai bekal para santriwati dalam menghadapi tantangan perubahan
zaman. Pendidikan ini diberikan kepada para santri, baik yang tinggal
di dalam pondok maupun putri-putri dari lingkungan sekitar yang ikut
belajar di pondok pesantren al-Muntaha.
Pondok pesantren al-Muntaha memiliki visi dan misi dalam
pendidikan yaitu sebagai berikut:
1) Visi
Mencetak muslimah penghafal al-Qur’an yang berakhlakul karimah.
2) Misi
a) Menyelenggarakan ta’lim al-Qur’an yang komprehensif.
b) Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter.
(Dokumen di PP Al-Muntaha, 5 April 2018)
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah media/alat/bahan dalam
melaksanakan suatu pembelajaran. Proses belajar mengajar akan
berjalan dengan baik jika didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Pondok pesantren al-Muntaha sudah memiliki gedung
sendiri. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki pondok pesantren
al-muntaha demi mencapai tujuan pembelajaran diantaranya sebagai
berikut:
74
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana
NO NAMA/JENIS
BARANG JUMLAH KEADAAN
1 Asrama Santri 14 Ruang Baik
2 Aula Santri 1 Ruang Baik
3 Pendopo 1 Ruang Baik
4 Koperasi Pondok 2 Ruang Baik
5 Kamar Mandi/WC 11 Ruang Baik dan 1 dalam
perbaikan
6 Ruang Tamu 1 Ruang Baik
7 Kamar Tamu 1 Ruang Baik
8 Dapur 2 Ruang Baik
9 Garasi 1 Ruang Baik
10 Tempet Wudhu 1 Ruang Baik
11 Sound System 2 Buah Baik
12 Microfon 3 Buah Baik
13 Laundry 1 Ruang Baik
(Hasil Observasi tanggal 5 April 2018, di Pondok Pesantren al-Muntaha)
f. Pengurus Pondok Pesantren al-Muntaha
Pengurus pondok pesantren al-muntaha kota salatiga berada
dibawah yayasan al-Muntaha yang dipimpin oleh Hj. Siti Zulaecho,
AH yang mampu melakukan tanggung jawab sesuai dengan jabatan
yang sudah di pegang, Kepengurusan pondok pesantren al-Muntaha
melakukan reorganisasi satu tahun sekali, adapun pemilihan ketua atau
lurah dilakukan dengan asas demokrasi, yakni pemilihan secara
langsung. Berikut penjabaran pengurus pondok pesantren al-Muntaha
masa bakti 2018-2019:
75
Tabel 4.2 Struktur Organisasi Masa Bakti 2018-2019
NO JABATAN NAMA
1 Pembina Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH
Nashif”Ubbadah, Lc
2 Ketua
Wakil Ketua
Siti Zubaidah
Sofyanti
3 Sekretaris I
Sekretaris II
Ela Izzatul Laila, S.Pd, AH
Dewi Rahmawati, S.Pd
4 Bendahara I
Bendahara II
Afif Fatimatuzzahro, S.Pd, AH
Mir’atus Sa’adah
5 Seksi keamanan
Ketua
Anggota
Nurul Lailatul Hidayah, S.Pd
Dewi Munirotul Muftikhah, AH
Dahlia Dwi Kusuma Wardani,
S.Pd Farichatul Chusna
6 Seksi Pendidikan
Ketua
Anggota
Rizkiana Kadarwati S.Pd,
Diyah Puji Lestari, Ana
Wahyuningsih, Siti Yuliyanti
7 Seksi Kebersihan
Ketua
Anggota
Hurun’in, S.Pd,
Siti Himatul Uliyah,
Durrotun Nisa’
8 Seksi Kesehatan
Ketua
Anggota
Eka Yuniyanti
Yusi Damayanti
9 Seksi Koperasi
Ketua
Anggota
Maghfirotul Mafakhir, S.Pd, AH
Rydha Kusuma Wardani Nur Ika
Kumalasari
10 Seksi PHBI
Ketua
Anggota
Tri Oktaviani Maria Rosyidah
(Dokumentasi PP Al-Muntaha, 5 April 2018)
76
g. Keadaan Guru/ Ustadz Pondok Pesantren Al-Muntaha
Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren tahfidzul
Qur’an al-Muntaha harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang
utama yang harus dimiliki adalah hafidz dan bersanad walaupun masih
dalam proses minimal harus sudah mencapai 10 juz, menguasai ilmu
tajwid, bacaan baik dan profesional, mendalami ilmu agam dengan
baik, insyaallah tujuan, visi dan misi dalam pendidikan akan tercapai.
Apalagi dalam hal al-Qur’an. Sebagian kecil ustadz yang mengajar
khususnya bidang tahfidz adalah orang orang yang sudah hafidz dan
sebagian besar masih dalam proses hafidz. Adapun Guru/ Ustadz
Pondok Pesantren Al-Muntaha berdasarkan tahun 2018 sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Guru/ Ustadz Pondok Pesantren al-Muntaha
NO ASATIDZ/ASATIDZAH PELAJARAN
1. Hj. Siti Zulaecho, AH Tajwid,
Murottal,
Tartilan,
Nashoikhul ‘Ibad,
Dalailul khairat,
fasholatan, Setoran
al-Qur’an pagi dan
malam
2 Inayatul Fuaida, S.Pdi, AH Setoran al-Qur’an
Siang
3 Nashif Ubaddah, Lc Tafsir Jalalain
4 Erkham Maskuri, Lc, M.Pd Fathul Qarib
5 Muhammad Fauzan Dziba’
6 Nurul Lailatul Hidayah, S.Pd Tilawah
7 Maghfirotul Mafakhir, S.Pd, AH Tajwid
8 Annisa Isnaeni Hikmah, AH Tajwid
77
9 Dewi Munirotul Muftikhah, AH Tajwid
10 Iffatul Bayyinah, AH Tajwid
11 Afif Fatimatus Zahro, S.Pd, AH Tajwid
12 Ela Izzatul Laila, S.Pd., AH Tajwid
(Dokumentasi PP Al-Muntaha, 5 April 2018)
h. Keadaan Santri
Pondok pesantren al-Muntaha tahun 2018 memiliki 70
santriwati, yang terdiri dari 38 santriwati program bil hifdzi dan 32
santriwati program bin-nadhor. Rata-rata santri berusia 13 sampai 24
tahun. Santriwati berasal dari dalam dan luar daerah, seperti
Purworejo, Kebumen, Magelang, Pati, Kudus, Demak, Bojonegoro,
Ngawi, Sumatera, Kalimantan dan lain sebagainya. Perkembangan
jumlah santri dari awal berdiri tahun 1993 hingga tahun 2018
mengalami peningkatan. Dalam hal prestasi, Pondok pesantren al-
Muntaha selalu meluluskan wisudawati setiap 2 tahun sekali, baik
santriwati progam bin-nadhor maupun bil-hifdzi atau sering disebut
dengan haflah khatmil Qur’an. Disamping itu, pondok pesantren al-
Muntaha selalu mengikuti event perlombaan dengan tujuan syi’ar
agama Islam dan melatih mental para santriwati. Adapun prestasi yang
telah berhasil diraih selama 3 tahun terakhir yakni:
78
Tabel 4.4 Perolehan Juara
No Jenis Lomba Tahun Juara
1 Musabaqoh Syarhil Qur’an tingkat
Kota Salatiga
2015 1
2 Musabaqah Hifdzil Qur’an 5 Juz
putri tingkat Kota Salatiga
2015 1
3 Musabaqah Hifdzil Qur’an 10 Juz
putri tingkat Kota Salatiga
2015 1
4 Musabaqah Hifdzil Qur’an 10 Juz
putri tingkat Kota Salatiga
2015 3
5 Musabaqah Fahmil Qur’an tingkat
Kota Salatiga
2015 1
6 Musabaqoh Syarhil Qur’an tingkat
Provinsi Jawa Tengah
2017 Harapan 2
7 Musabaqoh Syarhil Qur’an tingkat
Kota Salatiga
2017 1
8 Musabaqah Qira’atul Kutub
tingkat kota Salatiga
2017 1
9 Musabaqah Hifdzil Qur’an 10 Juz
putri tingkat Kota Salatiga
2017 3
10 Musabaqah Hifdzil Qur’an 20 Juz
putri tingkat Kota Salatiga
2017 3
11 Musabaqah Fahmil Qur’an tingkat
Kota Salatiga
2017 3
(Dokumentasi PP Al-Muntaha, 5 April 2018)
i. Kegiatan Pembelajaran
Dalam melaksanakan program pembelajaran di pondok
pesantren al-Muntaha, maka disusunlah jadwal kegiatan santri
sebagaimana tertera dalam tebel dibawah ini :
79
1) Kegiatan Harian
Tabel. 4.5 Kegiatan Harian Santri
No Waktu Kegiatan
1 04.00-05.00 Bangun tidur dan jama’ah shalat subuh
2 05.00-06.00 Takrir pribadi ba’da subuh
3 06.00-07.00 Sorogan al-Qur’an dengan pengasuh
4 07.00-12.00 Istirahat
5 12.00-12.30 Jama’ah Sholat dhuhur
6 12.30-13.00 Sorogan al-Qur’an dan sorogan kitab
(kitab fasholatan, al-Dziba’I, manaqib, dalail
al-khoirot) dengan ustadzah
7 14.30-15.30 MCK
8 15.30-16.00 Jamaah sholat ashar
9 16.00-16.30 Sorogan al-Qur’an da dan sorogan kitab
(kitab fasholatan, al-Dziba’I, manaqib, dalail
al-khoirot) dengan pengasuh
10 16.30-18.00 Istirahat dan takrir pribadi ba’da ashar
11 18.00-18.30 Jama’ah maghrib
12 18.30-19.30 Tafsir jalalain
13 19.30-20.00 Jama’ah sholat isya’
14 20.00-21.00 Sorogan al-Qur’an, Sorogan (kitab
fasholatan, al-Dziba’i, manaqib, dalail al-
khoirot)
15 21.00-21.15 Murottal bittajwid
16 21.15-22.00 Takrir pribadi malam hari dan belajar
bersama
17 22.00-03.00 Istirahat
18 03.00-04.00 Qiyamul lail dan takrir pribadi
(Dokumentasi PP al-Muntaha)
80
2) Kegiatan Mingguan
Tabel 4.6 Kegiatan Mingguan Santri
No HARI WAKTU KEGIATAN
1 Jum’at 18.00-19.30 Tahlil malam, yasinan, waqi’ah
20.00-21.00 Dziba’an, khitobah
21.00-22.00 Latihan terbangan
04.30-05.00 Tahlil pagi
05.00-06.00 Tartilan al-Qur’an
2 Sabtu 16.00-17.30 Bandongan kitab Fathul Qarib
18.15-20.00 Bandongan kitab Nashoikhul ‘Ibad
20.30-21.00 Takziran mengaji
3 Minggu 06.30-08.00 Bin-nadzor : muratal bittajwid
Bil-Ghoib : sima’an al-Qur’an
dengan pasangan masing-masing
08.00-10.30 Ro’an
14.00-15.00 Latihan tilawah
16.00-17.00 Takziran jama’ah
4 Kamis 16.00-17.30 Bandongan kitab Dziba’
(Dokumentasi PP al-Muntaha)
3) Kegiatan Bulanan
Tabel 4.7 Kegiatan Bulanan Santri
NO HARI WAKTU KEGIATAN
1 Ahad Kliwon 06.30-
08.30
Sima’an santri bil-hifdzi
berpasangan dengan santri bin-
nadhor
2 Ahad legi 05.00-
15.00
Khatam al-Qur’an bil-hifdzi
3 Ahad Pon 08.00-
10.00
Ro’an kebun
4 Sabtu Wage 19.30-
20.30
Mujahadah
(Dokumentasi PP al-Muntaha)
81
4) Kegiatan Tahunan
Tabel 4.8 Kegiatan Tahunan Santri
NO BULAN KEGIATAN
1 1 Muharrom Peringatan tahun baru hijriyah
2 3 Muharrom Temu alumni pondok pesantren Al-
Muntaha
3 9 Muharrom Silaaturrahmi wali santri pondok pesantren
Al-Muntaha
4 10 Muharrom Haflah Khotmil Qur’an
5 20 Muharrom Ziarah Wali
6 12 Rabiul Awwal Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
7 27 Rajab Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
SAW
8 Ramadhan Pesantren kilat, Nuzulul Qur’an
9 Syawal Halal bi halal alumni
10 22 Oktober Perayaan Hari Santri Nasional
11 Ruwah Musabaqah Tilawatil Qur’an
(Dokumentasi PP al-Muntaha)
Para santri pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-muntaha juga
diharuskan melakukan kesunahan-kesunahan antara lain:
a) Qiyamullail, karena pada 1/3 malam adalah salah satu waktu
mustajabah.
b) Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis
subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu
subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk
menghafal dan membentuk hafalan.
c) Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri
d) Tahfidz sehabis isya sehabis isya’ adalah kegiatan setoran
pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak ¼ juz atau lebih.
82
e) Setiap hari minggu santri tahfidz melakukan kegiatan simaan
bersama bu nya’i dengan tujuan untuk menguji sampai mana
kemampuan santri.
Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan Ekstrakulikuler Santri
No Hari Waktu Jenis Kegiatan
1. Minggu 14.00-15.00 Pelatihan tilawatil Qur’an
2. Minggu 08.00-09.00 Pelatihan tartil Aur’an
3. Jum’at 16.00-17.00 Seni rebana
4. Minggu 10.00-11.00 Merias
5. Jum’at 20.30-21.30 Khitobah
(Dokumentasi PP al-Muntaha)
2. TEMUAN PENELITIAN
Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti di pondok
pesantren al-Muntaha adalah sebagai berikut:
a. Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren al-Muntaha
1) Jenis strategi pembelajaran
a) NU selaku pemimpin pondok pesantren al-Muntaha
berpendapat bahwa strategi yang digunakan dalam
pembelajaran adalah strategi pembelajaran langsung dan
pembelajaran melalui pengalaman. Dalam pembelajaran
melalui pengalaman berupa seringnya teribat dalam kegiatan
seminar, halaqah, belajar mengelola pembelajaran seperti
acara khitobah, al-barzanzi, dll (NU, 29-3-2018).
83
b) SZ selaku pengasuh pondok pesantren al-Muntaha menyatakan
bahwa strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah
pembelajaran langsung yang berupa posisi pengasuh lebih
tinggi dalam proses pembelajaran, pengasuh membacakan,
menerangkan, dan berceramah dihadapan santri (SZ, 29-3-
2018).
c) IF selaku ustadzah pondok al-Muntaha berpendapat bahwa
strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah
pembelajaran langsung yang berupa pengajian kitab-kitab
dengan ceramah dari pengasuh, dalam hal ini santri boleh
menanyakan mana pembelajaran yang belum faham terhadap
apa yang diterangkan pengasuh (IF, 29-3-2018).
d) MS selaku ketua pondok pesantren al-muntaha
mengungkapkan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan adalah strategi pembelajaran langsung berupa
setoran, khitobah, tartilan, ngaji kitab, simaan, dll. Kemudian
pondok pesantren al-muntaha juga menggunakan strategi
pembelajaran interaktif (MS, 29-3-2018).
e) ZB, menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan adalah strategi pembelajaran langsung, dimana
posisi Guru paling tinggi dalam proses pembelajaran (ZB, 29-
3-2018).
84
f) TO, mengungkapkan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan adalah strategi pembelajaran langusng (TO, 5-4-
2018).
g) SH, mengungkapkan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan ada dua, yaitu strategi pembelajaran langsung dan
pembelajaran interaktif (SH, 5-4-2018).
h) DR, mengungkapkan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan adalah strategi pembelajaran langsung, yaitu ketika
mengaji kitab pada malam minggu yang diampu oleh pengasuh
serta diberi berbagai ceramah untuk menyampaikan berbagai
ilmu dari beliau (DR, 5-4-2018).
i) CH, menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan dipondok yaitu dengan pembelajaran langusng,
yang berupa ceramah-ceramah dari pengasuh ketika mengaji
kitab (CH, 8-4-2018).
j) EY, mengungkapkan bahwa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan dipondok pesantren al-muntaha adalah
pembelajaran langusng dan interaktif, pembelajaran langsung
yang berupa ceramah, metode ceramah disini diterapkan ketika
mengaji kitab, semisal kitab tafsir jalalain, kitab nashoihul
‘ibad, kitab fathul qorib, dll (EY, 8-4-2018).
85
2) Metode Pembelajaran
a) NU, menyatakan metode pembelajaran yang digunakan di
pondok berupa metode bandongan dan sorogan, metode
bandongan yang berupa ngaji kitab seperti kitab tafsir jalalin,
fathul qarib, al-barzanzi, nasoihul ‘ibad. Sedangkan untuk
metode sorogan berupa al-Qur’an dan empat kitab yang berupa
kitab fasholatan, manaqib, al-barzanzi, dan kitab dalail khairat
(NU, 29-3-2018).
b) SZ, mengungkapkan bahwa metode yang ada dipondok
pesantren al-Muntaha adalah metode sorogan, bandongan, dan
metode ceramah. Meskipun metode ceramah yang diterapkan
terkadang membuat santri bosan dan mudah mengantuk,
namun pengasuh masih tetap mempertahankannya (SZ, 29-3-
2018).
c) IF, menyatakan bahwa metode yang diterapkan di pondok
yaitu metode sorogan, bandongan, ceramah dan driil. menurut
saya, alasan mengapa pondok pesantren ini masih
menggunakan metode sorogan dan bandongan karena pondok
tetap ingin mempertahankan ciri khas salaf, namun tetap
mengikuti zaman.
86
d) ZB, mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang
digunakan adalah sorogan yang berupa al-Qur’an dan kitab,
bandongan yang berupa kitab kuning (ZB, 29-3-2018).
e) MS, mengungkapan bahwa metode pembelajaran yang
digunakan adalah sorogan, bandongan, diskusi, dan metode
drill yang berupa setoran ngaji (MS, 29-3-2018).
f) TO, mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang
digunakan adalah ceramah, sorogan, dan bandongan (TO, 5-4-
2018).
g) SH, mengungkapkan bahwa metode yang digunakan berupa
metode ceramah, sorogan yang berupa al-Qur’an dan kitab,
bandongan, driil pada saat minggu legi, dan diskusi (SH, 5-4-
2018).
h) DR, berpendapat bahwa metode pembelajaran yang digunakan
adalah metode ceramah berupa mengkaji kitab tafsir jalalain,
dziba’, dan nashoihul ‘ibad, metode driil berupa mengaji al-
Qur’an dengan tujuan melatih kebiasaan juga mengembangkan
keterampilan menghafal (DR, 5-4-2018).
i) CH, menyatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan
di pondok al-muntaha meliputi metode ceramah, metode
keteladanan, wetonan dan sorogan (CH, 8-4-2018).
87
j) EY, berpendapat bahwa metode pembelajaran yang digunakan
dipondok pesantren al-muntaha adalah metode ceramah,
diskusi, dan sorogan. Menurut pendapat saya, dalam metode
ceramah ketika diterapkan kurang efisien, karena terkadang
santriwati mudah bosan dan ahirnya materi yang disampaikan
tidak dapat masuk. Metode diskusi lebih efektif diterapkan
dibanding dengan metode ceramah, karena santri wati lebih
bisa berpendapat dan mengeluarkan inspirasinya juga lebih
aktif. Kemudian Metode sorogan, metode ini bisa membuat
santriwati lebih teliti dalam hal mengaji (EY, 8-4-2018).
3) Sistem pembelajaran
a) NU, menyatakan bahwa sistem pembelajaran disini adalah
tetap mengikuti zaman namun tidak meninggalkan sistem
pembelajaran salaf, beberapa tahun lalu saya pernah
menerapkan adanya penambahan bahasa asing kurang lebih
dua tahun, yang berupa bahasa arab, inggris, dan jepang.
Sebelum diterapkan ternyata banyak santri yang bersekolah di
Mts sudah menguasai bahasa jepang (NU, 29-3-2018).
b) SZ, menyatakan sistem pembelajaran yang ada disini adalah
perpaduan antara salaf dan modern, di pondok ini sering ada
kegiatan seminar, adanya progam-progam yang diadakan
88
sesuai dengan minat santri, terkadang dalam proses
pembelajaran menghadirkan guru dari luar (SZ, 29-3-2018).
c) IF, mengungkapkan sistem pembelajaran di pondok ini berupa
mengutamakan sistem salaf, namun tetap mengikuti adanya
sistem pembelajaran modern, tetapi ciri khas sistem salaf tetap
diutamakan dan dipertahankan (IF, 29-3-2018).
4) Materi pembelajaran
Materi yang terdapat dalam pondok pesantren al-muntaha
dari hasil penelitian pada 5 april 2018 adalah materi berupa sistem
tersusun yang disampaikan secara klasikal. Adapun materi
pembelajarannya berupa al-Qur’an, kitab tafsir jalalain, kitab
nashoihul ‘ibad yang didalamnya berisi tentang pendidikan akhlak,
kitab dziba’ yang berisi tantang kisah-kisah nabi dan sejarah nabi,
kitab fasholatan tentang tata cara sholat, bersuci, madi,dll. kitab
manakib dan kitab dalailul khairat yang berisi tentang shalawat-
shalawat nabi, kitab fathul qarib yang berisi tentang pendidikan
fiqih islam dan kitab fasholatan bagi santri yang sedang haid.
Menurut keterangan dari pengasuh NU, pondok al-Muntaha pernah
menerapkan pembelajaran tiga bahasa asing yang berupa bahasa
arab, inggris dan jepang. Namun hanya bertahan selama kurang
lebih dua tahun.
89
b. Tantangan Pondok Pesantren al-Muntaha dalam Menghadapi
Globalisasi
1) Tantangan pondok pesantren dalam menghadapi globalisasi
a) NU, berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi pondok
berupa adanya tekhnologi yang semakin canggih, perubahan
nilai, tantangan pada bidang sosial, ekonomi dan pendidikan
seperti halnya pada motivasi belajar santri yang semakin
menurun (NU, 29-3-2018).
b) SZ, menyatakan bahwa tantangan terberat yang terdapat
dipondok adalah adanya tekhnologi dan pengaruh dari
pergaulan dari luar, selama santri sekolah atupun kuliah, disini
santri sangat mudah sekali terpengaruh pergaulan dari luar,
entah itu pergaulan yang sifatnya positif ataupun negatif (SZ,
29-3-2018).
c) IF, mengungkapkan bahwa tantangan yang terdapat di pondok
ini berupa tekhnologi seperti hp dan laptop, adanya santri yang
memiliki komunitas diluar pesantren, dalam hal ini santri lebih
menyukai hal-hal diluar pesantren dibandingkan dengan hal
yang ada didalam pesantren (IF, 29-3-2018).
d) ZB, berpendapat bahwa tantangan pondok pesantren al-
muntaha yaitu pengaruh tekhnologi yang berupa hp dan
lingkungan sekitar (ZB, 29-3-2018).
90
e) MS, mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi adalah
biaya hidup di dalam pondok yang semakin mahal dan banyak
santri yang mengeluh dan keberatan (MS, 29-3-2018).
f) TO, menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi adalah
malasnya santri untuk mengikuti kegiatan pondok karena
adanya hp dan laptop, terkadang santri sering menonton film-
film zaman sekarang yang terdapat di laptop sehingga santri
terbuai akan asiknya menonton film (TO, 5-4-2018).
g) SH, berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi adalah santri
kurang bisa memanagement waktu dengan baik, pengaruh
adanya hp lebih dominan dari pada motivasi mengaji (SH, 5-4-
2018).
h) DR, berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi berasal dari
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor
internal berupa tekad yang kuat yang kemudian sering kalah
oleh kemalasan. Sedangkan faktor eksternal berupa elektronik
dan pergaulan dengan lingkungan (DR, 5-4-2018).
i) CH, mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi
pesantren disini adalah tantangan dari faktor internal dan
eksternal, faktor internal berupa rasa malas yang
berkepanjangan yang selalu dirasakan oleh santri. Sedangkan
untuk faktor internal berupa adanya pengaruh HP, yang mana
91
memicu santri untuk menggunakan hp terhadap aplikasi yang
ada didalamnya (CH, 8-4-2018).
j) EY, berpendapat bahwa tantangan yang ada dipondok
pesantren al-muntaha ada dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang berupa didalam diri santri
sudah terdapat bibit rasa malas sehingga santri kurang motivasi
terutama dari diri sendiri (EY, 8-4-2018).
2) Problematika pondok dalam menghadapi tantangan globalisasi
a) NU, menyatakan bahwa problematika yang terdapat didalam
pondok ini adalah adanya tantangan dari luar, jadi disini
ternyata bahwa minat dari santri dan keluarganya ada
perubahan, kalau dulu yang dicari adalah ciri khas yang ada
dipondok ini, tetapi yang dicari adalah letaknya yang mudah
dijangkau, kegiatan yang ada dipondok yang tidak terlalu
padat, boleh membawa alat komunikasi. Problematika yang
lain berupa adanya kegiatan-kegiatan organisasi dan komunitas
diluar yang lebih menarik bagi santri dibanding dengan
kegiatan yang terdapat didalam pondok (NU,29-3-2018).
b) SZ, berpendapat bahwa problematika yang ada dipondok ini
adalah adanya santri yang sering izin untuk memenuhi kegiatan
diluar pondok dan meninggalkan kewajiban yang terdapat di
pondok. Dalam hal ini menurut saya, santri lebih menyukai
92
kegiatan umum diluar pondok dibanding kegiatan keagamaan
yang terdapat dipondok (SZ, 29-3-2018).
c) IF, mengungkapkan bahwa problematika yang terdapat
dipondok ini dalam menghadapi tantangan globalisasi adalah
semakin menurunnya jumlah santri, banyak orang tua yang
lebih mementingkan anaknya sekolah dibanding dengan
anaknya mondok. Banyaknya pondok baru terutama dekat
dengan kampus maupun sekolahan sehingga sebagian orang
tua lebih memilih letak geografis yang mudah dijangkau
dibanding pondok yang sudah lama berdiri kokoh dengan ciri
khas yang dimiliki (IF, 29-3-2018).
d) ZB, berpendapat bahwa problematika pondok dalam
menghadapi tantangan globalisasi adalah mempertahankan
pondok dengan tidak meninggalkan adab, bagaimana
ta’dzimnya santri dengan pengasuh (ZB, 29-3-2018).
e) MS, menyatakan bahwa problema pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi adalah semakin sedikitnya minat anak
untuk mondok (MS, 29-3-2018).
f) TO, mengungkapkan bahwa problema pondok dalam
menghadapi tantangan globalisasi berupa kurangnya rasa
hormat santriwati terhadap guru (TO, 5-4-2018).
93
g) SH, berpendapat bahwa problema yang dihadapi berupa biaya
kehidupan di pondok yang semakin mahal, kurang ta’dzimnya
santri kepada pengasuh (SH, 5-4-2018).
h) DR, menyatakan bahwa problema yang dihadapi adalah rasa
malas santri dan kurangnya kesadaran antar individu (DR, 5-4-
2018).
i) CH, mengungkapkan bahwa problema yang dihadapi dalam
tantangan era globalisasi adalah kurangnya hormat santri
terhadap guru, dan adanya sikap individualistis dari masing-
masing santri (CH, 8-4-2018).
j) EY, berpendapat bahwa problema yang dihadapi pondok al-
muntaha adalah kurangnya kesadaran dari masing-masing
individu, rasa malas yang terdapat pada diri santri dan
kurangnya rasa ta’dzim santri terhadap pengasuh (EY, 8-4-
2018).
3) Strategi dalam menghadapi tantangan era globalisasi
a) NU, menyatakan bahwa strategi yang dapat kita terapkan ada
dua macam. Pertama, kita membentengi dengan adanya
progam pembelajaran yang semakin di perkuat, tidak mudah
memberi izin kepada santri tanpa alasan dan surat yang jelas,
membertahankan ciri khas pondok salaf. Kedua, diakomodir
maksudnya mengadakan progam-progam sesuai dengan minat
94
santri, ketika santri mempunyai minat terhadap tilawah dan
sebagainya, kita mendatangkan guru dari luar, adanya
perlombaan pada bidang seni (NU, 29-3-2018).
b) SZ, mengungkapkan bahwa strategi yang kami terapkan adalah
mengadakan rapat dengan pengurus secara rutin, membacakan
tentang peraturan pondok pesantren setiap malam minggu, dan
setahun sekali mengadakan ziarah ke berbagai tempat,
banyaknya santri kami yang lulusan sarjana dan sudah hafidzoh
masih tetap bertahan didalam pondok, sehingga dengan seperti
itulah santri yang lain bisa lebih semangat dan termotivasi (SZ,
29-3-2018).
c) IF, menyatakan bahwa strategi yang diterapkan di pondok ini
berupa adanya peraturan pondok yang semakin diperketat, dan
kami mengadakan banyaknya kegiatan di dalam pondok,
kemudian bagi santri baru, kami bentengi agar tidak izin atau
melakukan kegiatan yang lain sebelum empat puluh hari (IF,
29-3-2018).
d) ZB, mengungkapkan bahwa strategi dalam menghadapi
tantangan era globalisasi yaitu tidak meninggalkan ciri khas
yang terdapat dalam pondok pesantren al-muntaha, adanya
kegiatan ekstrakulikuler di pondok pesantren (ZB, 29-3-2018).
95
e) MS, berpendapat bahwa strategi dalam menghadapi tantangan
era globalisasi adalah adanya seminar dari luar, adanya
penyuluhan dan promosi-promosi dari luar, merupakan satu-
satunya pondok pesantren putri yang ada di salatiga, memiliki
2 ustadz lulusan universitas di cairo, mesir. Memiliki pengasuh
juara MTQ tingkat nasional (MS, 29-3-2018).
f) TO, mengungkapkan bahwa strategi dalam menghadapi
tantangan era globalisasi berupa semakin diperbanyak kegiatan
pondok, semakin diperketat peraturan pondok (TO, 5-4-2018).
g) SH, berpendapat bahwa strategi pondok adalah dengan adanya
peraturan yang semakin diperketat dan adanya kegiatan
ekstrakulikuler seperti seni rebana, merias, menjahit, dll (SH,
5-4-2018).
h) DR, menyatakan bahwa strategi dalam menghadapi tantangan
era globalisasi adalah adanya sosialisasi dengan pengasuh
setiap malam jum’at dengan dibacakan peraturan-peraturan
pondok, dan adanya hukuman bagi santri yang melanggar
peraturan pondok pesantren (DR, 5-4-2018).
i) CH, berpendapat bahwa strategi dalam menghadapi tantangan
era globalisasi adalah adanya peraturan yang semakin
diperketat oleh masing-masing seksi pengurus, dan hal yang
paling penting adalah harus adanya pemadatan kegiatan,
96
supaya santri sibuk terhadap aktivitas masing-masing dan tidak
membuang-buang waktunya (8-4-2018).
j) EY, mengungkapkan bahwa strategi dalam menghadapi
tantangan era globalisasi adalah dengan adanya sosialisasi dari
luar, adanya sanksi bagi santri yang melanggar peraturan
pondok, dan perlunya diberi keteladanan atau contoh yang baik
bagi santri yang belum sadar dengan kesalahan yang diperbuat
(EY, 8-4-2018).
4) Hasil dari strategi yang diterapkan di dalam pondok dalam
menghadapi tantangan globalisasi
a) NU, menyatakan bahwa strategi yang diterapkan berpengaruh
terhadap santri, ketika adanya progam pembelajaran yang
semakin diperkuat dan tidak mudahnya pengasuh memberi izin
terhadap santri, Sehingga santri lebih tanggung jawab terhadap
tugasnya, mereka selektif dalam memilih, mana yang
seharusnya diutamakan dan ditinggalkan (NU, 29-3-2018).
b) SZ menyatakan bahwa strategi yang diterapkan berpengaruh
terhadap santri, dimana santri lebih menghargai waktu, disiplin
dan rasa malas yang ada pada diri santri semakin berkuang.
Adanya penekanan peraturan yang setiap minggu dibacakan,
mau tidak mau santri akan turut patuh terhadap peraturan yang
ada (SZ, 29-3-2018).
97
c) IF, berpendapat bahwa stategi yang diterapkan sangatlah
berpengaruh, banyaknya kegiatan yang terdapat didalam
pondok dapat membentengi santri untuk tidak mengikuti
kegiatan diluar pondok, ketika santri melanggar maka akan
dikenakan denda atau takziran (IF, 29-3-2018).
d) ZB, mengungkapkan bahwa stretegi yang diterapkan
berpengaruh terhadap santri, karena dengan adanya peraturan
dan takziran yang terdapat dipondok berefek jera terhadap
santri, santri tidak akan mengulangi kesalahan yang sama (ZB,
29-3-2018).
e) MS, menyatakan bahwa stretegi yang diterapkan di pondok
sangatlah berpengaruh terhadap santri, santri lebih menaati
peraturan dan menjadikan santri lebih baik (MS, 29-3-2018).
f) TO, mengungkapkan bahwa strategi yang diterapkan di pondok
sangatlah berpengaruh, santriwati dapat mengkondisikan ketika
waktunya sholat, mengaji, belajar, ketika waktunya
menggunakan hp, ketika istirahat (TO, 5-4-2018).
g) SH, berpendapat bahwa strategi yang diterapkan di pondok
sangat berpengaruh, menjadikan santri lebih baik dan mandiri
(SH, 5-4-2018).
h) DR, menyatakan bahwa strategi yang diterapkan di pondok
berpengaruh, strategi pembelajaran yang diterapkan secara
98
langsung tentu memberi pengaruh pada beberapa perilaku tiap
hari santri juga mampu membentuk karakter yang baik, santri
semakin sadar akan setatusnya yang harus senantiasa menaati
peraturan, dan berperilaku sebagaimana mestinya (DR, 5-4-
2018).
i) CH, mengungkapkan bahwa strategi yang diterapkan di
pondok bisa berpengaruh terhadap kehidupan santri, dengan
adanya strategi yang diterapkan, santri sadar akan tanggung
jawabnya masing-masing (CH, 8-4-2018).
j) EY, berpendapat bahwa strategi yang diterapkan sebagian
berpengaruh dan sebagian tidak berpengaruh terhadap
kehidupan santri, tetapi lebih berpengaruh terhadap santri.
Karena masing-masing santri tidak berkarakter sama, sehingga
sangat sulit jika strategi yang diterapkan akan berhasil
sempurna (EY, 8-4-2018).
B. Analisis Data
1. Tantangan Pondok Pesantren al-Muntaha dalam Menghadapi
Globalisasi
Tantangan terbesar bagi keberhasilan sebuah lembaga dakwah
seperti pesantren dalam mencapai tujuan adalah berubahnya zaman yang
menuntut profesionalisme dalam pengelolaan lembaga, kualitas sumber
daya pengelola, kemampuan pengelola dalam menyikapi kemajuan
99
teknologi, serta meluluskan alumni yang berkualitas. Untuk bisa
memenuhi hal tersebut suatu lembaga dakwah seperti pesantren dapat
menerapkan dan mengaplikasikan konsep manajemen strategi dalam usaha
mencapai tujuannya. Adapun tantangan yang dihadapi pondok pesantren
al-Muntaha sebagaimana pendapat NU sebagai berikut:
a. Bidang Teknologi
Teknologi merupakan pendorong utama globalisasi dalam
berbagai bidang. Kemajuan teknologi yang pesat membawa dampak
positif dan negatif terutama dalam bidang pendidikan. Pondok al-
Muntaha mempunyai corak pesantren semi tradisional modern, yang
mana santri tidak hanya nyantri saja akan tetapi ada santri juga yang
bersekolah, dengan begitu santri diperbolehkan membawa gadget dan
laptop. Dampak positifnya berupa untuk mempermudah kegiatan
pembelajarannya baik di sekolah atau di pesantren. Adapun dampak
negatifnya berupa santri lebih menyukai berbagai acara hiburan yang
menimbulkan perubahan nilai, sehingga ketika kegiatan pembelajaran
di pondok berlangsung masih banyak santri yang kurang bisa
memanagemen waktu dengan baik, adanya tekad yang kuat dalam diri
santri namun sering kalah oleh kemalasan.
Media yang sangat berpengaruh pada masa sekarang ini adalah
gadget, karena dengan gadget dapat digunakan sebagai alat
komunikasi, memperoleh informasi, media belajar serta media
100
hiburan. Gadget merupakan alat komunikasi yang sangat membantu
sebagai sarana informasi (Hidayat, 2012:197). Kemajuan teknologi
yang semakin canggih pada masa sekarang ini membuat gadget
dengan berbagai jenis dan fitur yang menarik seperti BBM, Instagram,
Facebook, Watshap dll. Gadget yang dahulu merupakan barang
mewah dan hanya dimiliki oleh orang-orang dengan tingkat ekonomi
ke atas, sekarang setiap orang dapat memilikinya sampai pada
masyarakat kelas bawah mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,
hampir diseluruh lapisan masyarakat telah menggunakan gadget.
b. Bidang Pendidikan
Pendidikan pesantren dapat dikatakan sebagai modal sosial
bahkan soko guru bagi perkembangan pendidikan nasional di
Indonesia. Adapun pengaruh dalam bidang pendidikan di pondok ini
berupa motivasi santri dalam hal belajar semakin menurun.
Gelombang masuknya globalisasi di sini meliputi pergaulan dari luar,
ada beberapa santri yang memiliki komunitas sendiri diluar pesantren
dan diluar lingkungan sekolahnya seperti semacam menyukai sastra
dan organisasi kepemudaan yang mana lebih mereka minati dibanding
dengan kegiatan pembelajaran di pondok pesantren.
Dapat disimpulkan bahwa tantangan pondok pesantren dalam
menghadapi era globalisasi meliputi bidang teknologi dan pendidikan,
keduanya memiliki pengaruh yang kuat dalam kegiatan pembelajaran.
101
Penulis telah melakukan penelitian dengan menggunakan metode induktif.
Maksud umum dari metode induktif adalah temuan-temuan penelitian
yang muncul dari keadaan umum, tema-tema domain dan signifikan yang
ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur
metodologisnya (Moloeng, 2007:297).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai problema dalam
menghadapi tantangan era globalisasi yang terdapat di pondok pesantren
al-muntaha ini dari beberapa keterangan narasumber, dapat disimpulkan
bahwa problematika yang ada bersumber pada santri, pengurus, pengelola
sebagai berikut:
a. Problematika Pengelola
Menurut NU bahwa problematika yang terdapat di pondok ini
adalah tantangan dari luar, minat santri dan keluarganya sudah berbeda
dengan yang dulu. Mereka lebih minat mondok yang dekat dengan
sekolahnya dibanding pembelajaran yang ada didalamnya dan lebih
menyukai kegiatan yang ada diluar pesantren. Problematika lain
disampaikan oleh SZ bahwa santri sering melakukan izin untuk
memenuhi kegiatan diluar pondok dan meninggalkan kewajiban yang
ada di pondok. Sedangkan menurut IF yaitu menurunnya jumlah
santri, di sini santri semakin sedikit dibanding tahun-tahun yang lalu.
102
b. Problematika Pengurus
Adapun problematika yang dialami pengurus adalah semakin
sedikitnya minat anak untuk mondok dan kurangnya rasa hormat santri
terhadap guru.
c. Problematika Santri
Kehidupan pondok yang semakin mahal dan rasa malas yang
terdapat pada diri santri karena pengaruh dari tekhnologi sehingga
menimbulkan sikap indiviualistis, menyendiri dan sulit berbaur.
2. Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren al-Muntaha
Adapun strategi yang diterapkan pondok pesantren al-Muntaha
dalam menghadapi tantangan era globalisasi berupa:
a. Memperketat peraturan
Strategi di pondok ini berupa pengasuh maupun pengurus
pondok tidak mudah memberikan izin kepada santri, terutama izin
dalam acara kegiatan dan pulang, hal ini bertujuan agar santri tetap
mengikuti pembelajaran pondok sehingga mereka tidak tertinggal dari
materi yang diajarkan. Kemudian bagi santri baru, kami bentengi agar
tidak izin atau melakukan kegiatan yang lain sebelum empat puluh
hari. Alasannya agar semua santri tetap berkonsentrasi mengikuti
kegiatan yang ada di dalam pondok terutama kegiatan pembelajaran.
Adapun bagi santri yang melanggar biasanya akan terkena takzir atau
hukuman. Hukuman yang diberikan biasanya berupa bersih-bersih
103
lingkungan pondok, membaca sholawat-sholawat nabi ataupun dzikir
sebanyak 1000 kali, dan uang denda, atau bahkan santri akan
dikeluarkan dari pondok apabila mereka melakukan pelanggaran
terberat.
b. Tidak diperkenankan membawa gadget selama pembelajaran
berlangsung
Dalam hal ini, gegdet yang dikumpulkan kepada pengasuh
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Biasanya, gadget
dikumpulkan menjelang maghrib hingga selesainya kegiatan.
Tujuannya yaitu agar santri menerapkan kedisiplinan dengan baik,
santri tidak akan terpengaruh ataupun terganggu dengan elektronik
yang di bawa.
c. Semakin banyaknya kegiatan di pondok pesantren al-Muntaha
Kagiatan yang ada di pondok pesantren al-Muntaha meliputi
(1) pembelajaran, yang terdiri dari materi pendidikan keislaman sesuai
dengan tuntutan zaman dan kitab-kitab kuning yang digunakan di
pondok. (2) adanya progam ekstrakulikuler seperti seni rebana,
pelatihan tilawatil Qur’an, pelatihan tartil al-Qur’an, merias, menjahit,
dan khitobah. (3) adanya seminar dari luar, penyuluhan dan promosi-
promosi dari luar. (4) adanya sosialisasi dengan pengasuh setiap
malam jum’at dengan bentuk pengasuh membacakan peraturan-
peraturan pondok, daftar santri yang terkena takzir atau hukuman, baik
104
melanggar tidak shalat berjama’ah, tidak mengaji, tidak melaksanakan
kegiatan yang ada di pondok, dll.
d. Mengikuti beberapa lomba antar kota
Pondok pesantren al-muntaha selalu mengikuti event
perlombaan dengan tujuan syi’ar agama islam dan melatih mental para
santriwati. Diantara lomba yang diikuti selama 3 tahun terahir yaitu
Musabaqah Syahril Qur’an tingkat kota Salatiga dan Provinsi Jawa
Tengah, Musabaqah bil Hifdzi Qur’an 5 juz, 10 juz dan 20 juz tingkat
kota Salatiga, Musabaqah Fahmil Qur’an tingkat kota Salatiga, dan
Musabaqah Qira’atul Qutub tingkat kota Salatiga.
e. Memiliki progam unggulan tahfidzul Qur’an
Santri yang menghafalkan al-Qur’an di sini sebanyak 38 dari
70, setoran hafalan al-Qur’an dilakukan pada saat pagi, siang, habis
maghrib dan isya’.
Mengenai hasil strategi yang diterapkan di dalam pondok dalam
menghadapi tantangan globalisasi sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan
santri, dengan adanya peraturan yang di perketat, tidak diperkenankan
membawa gadget selama pembelajaran berlangsung, kegiatan pondok yang
semakin padat, mengikuti beberapa lomba antar kota, dan memiliki progam
unggulan tahfidzul Qur’an. Sehingga dapat membentengi santri untuk tidak
mengikuti kegiatan di luar, ketika santri melanggar maka akan dikenakan
denda atau hukuman. Dalam hal ini tentu memberi pengaruh santri untuk
105
lebih mandiri, mampu membentuk karakter yang baik, dan sadar akan
tanggung jawabnya masing-masing.
Salah satu komponen pendidikan yang mendukung tugas profesional
guru atau tenaga kependidikan adalah penguasaan terhadap strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dituntut saat ini adalah strategi
pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik dalam suasana yang
lebih demokratis. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
di pondok pesantren al-Muntaha menunjukkan bahwa jenis strategi
pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren ini ada tiga macam, yaitu:
a. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung yang terdapat di pondok al-
Muntaha berupa ketika mengaji kitab dan pendidikan keislaman lain
yang diampu oleh pengasuh serta diberi berbagai ceramah untuk
menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan dari beliau.
b. Strategi Pembelajaran Interaktif
Untuk pembelajaran interaktif didalam pondok ini berupa
diskusi, yaitu adanya diskusi antar santri dengan santri, maupun
diskusi antar santri dengan pengurus yang dilakukan pada saat ngaji
minggu pagi. hal ini bertujuan untuk melatih para santri dalam hal
ilmu pengetahuan.
106
c. Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman
Pembelajaran melalui pengalaman sebagaimana diungkapkan
oleh NU yaitu ketika pesantren al-Muntaha sering terlibat dalam
kegiatan seminar, halaqah, belajar mengelola pembelajaran yang
berupa khitobah, al-barzanzi, dll.
Adapun dalam melaksanakan suatu strategi, penggunaan
metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi
pembelajaran. Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Jadi metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Zainal
Aqib, 2016: 9). Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005: 76). Semakin baik metode
mengajar, semakin efektif pula pencapaian tujuan pengajaran. Di
pondok ini ada lima metode pembelajaran yang digunakan,
diantaranya:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara yang digunakan dalam
mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan.
Metode ceramah yang terdapat di pondok ini yaitu pada saat
mengkaji kitab-kitab Tafsir Jalalain, Fathul Qarib, Al-Barzanzi,
dan Nashoihul ‘Ibad.
107
2) Metode Sorogan
Metode sorogan di pondok ini berupa santri membaca
dengan cara setoran kitab atau al-Qur’an dihadapan pengasuh, hal
ini berlaku bagi semua santri dalam pembelajaran baik ketika
sedang suci ataupun berhalangan. Sistem sorogan ini termasuk
belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan
dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di
antara keduanya.
3) Metode Bandongan
Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan,
pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Sistem
pengajaran wetonan atau bandongan di dalam pondok pesantren
al-Muntaha berupa adanya ngaji kitab tafsir jalalin, fathul qarib,
al-barzanzi, dan nashoihul ‘ibad dimana pengasuh membaca
sesuatu kitab dan santri membawa kitab yang sama, kemudian
mereka mendengarkan dan menyimak tentang bacaan pengasuh.
4) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara menyajikan bahan pelajaran
melalui proses pemeriksaan dengan teliti suatu masalah tertentu
dengan jalan bertukar pikiran, bantah-membenah, dan memeriksa
dengan teliti mengenai berbagai hal yang terdapat didalamnya
dengan jalan menguraikan, membanding-badingkan, menilai
108
hubungan itu, dan mengambil kesimpulan (Zainal Aqib, 2016: 63).
Menurut EY metode diskusi di pondok ini lebih efektif dibanding
dengan metode ceramah, karena santriwati lebih bisa berpendapat
dan mengeluarkan inspirasinya juga lebih aktif.
5) Metode Drill
Menurut pendapat SH, Metode driil yang terdapat di
pondok ketika adanya ngaji setiap minggu legi, setiap minggu
santri diharuskan berada didalam pondok mengikuti simaan.
Karena disini pondoknya berbasis al-Qur’an, jadi pada waktu
minggu legi kemampuan hafalan dari setiap santri yang tahfidz
seperti diasah.
Pendidikan adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa
komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.
Adapun sistem pembelajaran yang digunakan di pondok ini adalah dengan
memadukan antara sistem pembelajaran salaf dan modern, maksudnya
adalah pondok pesantren tetap mempertahankan ciri khas sebagai lembaga
pendidikan ilmu agama yang berupa pengkajian kitab-kitab klasik, al-
Qur’an, dll. Kemudian dalam menyikapi perkembangan zaman pondok
menyelenggarakan adanya penambahan pendidikan tiga bahasa asing yaitu
b.arab, inggris, jepang dan pendidikan keislaman yang lain sesuai dengan
tuntutan zaman. Sehingga santri sudah terbiasa ketika sudah terjun di
masyarakat.
109
Sedangkan untuk materi pembelajaran yang digunakan di pondok
pesantren ini berupa al-Qur’an, kitab tafsir jalalain, kitab nashoihul ‘ibad
yang didalamnya berisi tentang pendidikan akhlak, kitab dziba’ yang
berisi tantang kisah-kisah nabi dan sejarah nabi, kitab fasholatan tentang
tata cara sholat, bersuci, madi, dll. kitab manakib dan kitab dalailul
khairat yang berisi tentang shalawat-shalawat nabi, kitab fathul qarib
yang berisi tentang pendidikan fiqih islam dan kitab fasholatan bagi santri
yang sedang haid.
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
mengambil kesimpulan bahwa tantangan pondok pesantren al-Muntaha
meliputi bidang teknologi dan bidang pendidikan. Dalam bidang teknologi,
Dampak positifnya berupa untuk mempermudah kegiatan pembelajarannya
baik di sekolah atau di pesantren. Adapun dampak negatifnya berupa santri
lebih menyukai berbagai acara hiburan yang menimbulkan perubahan nilai,
sehingga ketika kegiatan pembelajaran di pondok berlangsung masih banyak
santri yang kurang bisa memanagemen waktu dengan baik. Sedangkan dalam
bidang Pendidikan berupa motivasi santri dalam hal belajar semakin menurun.
Gelombang masuknya globalisasi di sini meliputi pergaulan dari luar, ada
beberapa santri yang memiliki komunitas sendiri diluar pesantren dan diluar
lingkungan sekolahnya seperti semacam menyukai sastra dan organisasi
kepemudaan yang mana lebih mereka minati dibanding dengan kegiatan
pembelajaran di pondok pesantren.
Adapun strategi pembelajaran yang diterapkan dalam menghadapi era
globalisasi yaitu pertama, dengan memperketat peraturan yang meliputi tidak
mudah memberikan izin kepada santri, terutama izin dalam acara kegiatan dan
pulang. hal ini bertujuan agar santri tetap mengikuti pembelajaran pondok
sehingga mereka tidak tertinggal jauh dari materi yang diajarkan. Kedua,
111
Tidak diperkenankan membawa gadget selama pembelajaran berlangsung,
Biasanya, gadget dikumpulkan menjelang maghrib hingga selesainya
kegiatan. Ketiga, Semakin banyaknya kegiatan di pondok pesantren al-
Muntaha berupa pembelajaran, ekstrakulikuler, adanya seminar dari luar,
penyuluhan dan promosi-promosi dari luar, adanya sosialisasi dengan
pengasuh. Keempat, Mengikuti beberapa lomba antar kota meliputi
Musabaqah Syahril Qur’an tingkat kota Salatiga dan Provinsi Jawa Tengah,
Musabaqah bil Hifdzi Qur’an 5 juz, 10 juz dan 20 juz tingkat kota Salatiga,
Musabaqah Fahmil Qur’an tingkat kota Salatiga, dan Musabaqah Qira’atul
Qutub tingkat kota Salatiga. Kelima, Memiliki progam unggulan tahfidzul
Qur’an.
B. SARAN
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang
perlu penulis sampaikan, yaitu:
1. Bagi Pendidik atau pengasuh, diharapkan supaya meningkatkan
kedisiplinan mengaji, peraturan penggunaan tekhnologi. Karena adanya
santri dalam menggunakan teknologi bisa berdampak buruk, santri lebih
tertarik terhadap aplikasi yang ada didalamnya.
2. Hendaknya para santri selalu menaati peraturan yang ada dan
memanagemen waktu dengan baik.
Tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peneliti ketika memilih tema
yang sama seperti penulis adalah lebih mendalami tentang strategi
112
pembelajaran yang diterapkan di pondok serta tantangan pondok pesantren
yang dihadapi di era globalisasi. Mencari sumber informasi yang lebih banyak
lagi atau dari berbagai pihak.
113
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arifin, M., 1991. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis
Berdasarkan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:
Rineka Cipta.
Aqib Zainal, Ali Murtadlo. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif. Bandung: Satu Nusa.
Departemen Agama. 1986. Sejarah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tahun 1976
sampai 1980. Jakarta: Departemen Agama RI.
Dirjen Bagais Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah
Diniyah. Jakarta: Departemen Agama RI.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran.Yogyakarta: Insan Madani.
Hasyim, Affan. 2003. Menggagas Pesantren Masa Depan. Yogyakarta: Qirtas.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi antar Pribdi dan Medianya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Isna, Mansur. 2001. Diskusi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Jami’ah. 2002. Globalisasi dalam Timbangan Islam. Gg Wuni: Era Intermedia.
Mahfud, Choirul. 2016. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahsun, A. 2013. Pendidikan Islam dalam Arus Globalisasi, 2(8), 265.
Majid Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
114
Mansur, Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Muhtarom. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhammad Jamaluddin. 2012. Metamorfosis Pesantren Di Era Globalisasi. Karsa
20, No.1.
Nafi’ Dian, dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: PT.LKIS
Pelangi Aksara.
Patilima, Hamid. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.
Rahman, Musthofa, dkk. 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Retnowati. 2015. Agama dan Globalisasi. Salatiga: Universitas Satya Wacana.
Said, Nur. 2016. Santri Membaca Zaman: Percikan Pemikiran Kaum Pesantren.
Kudus: Santri Menara Pustaka dengan Aswaja Pressindo.
Santinah. 2016. Konsep Strategi Pembelajaran dan Aplikasinya, 1 (1), 13.
Shaleh, Rachman dkk. 1978. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Departemen
Agama RI.
Siradj, Said Aqiel. 1999. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah.
Siti, R. 2015. Pendidikan Pesantren Sebagai Alternatif Pendidikan Nasional di Era
Globalisasi, 2 (14).
Ujan, Andre Ata. 2009. Multikulturalisme Belajar Hidup dalam Perbedaan. Jakarta:
Indeks.
Widyastuti, R. 2009. Peran Hukum dalam Memberikan Perlindungan Terhadap
Perempuan dari Tindak Kekerasan di Era Globalisasi, 2(21), 203-408.
115
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.
Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
116
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Izza Laila Lutfiyati
2. Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 29 Juli 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Desa Kemejing, RT 02/02, Kec. Loano, Kab.
Purworejo
7. Tempat Penelitian : Pondok Pesantren al-Muntaha Jl. Soekarno
Hatta No. 39, Sidoharjo, Rt 04 Rw 04, Kel. Argomulyo, Kota Salatiga.
B. Orang Tua
1. Ayah : Abdur Rouf
2. Ibu : Badriyah
3. Pekerjaan : Tani
C. Pendidikan
1. RA An-Naja Banyuasin Kembaran Tahun 2002
2. SD Negeri Kemejing Tahun 2008
3. MTs Negeri Loano Tahun 2011
4. MAN Purworejo Tahun 2014
5. IAIN Salatiga
117
118
119
120
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk Pengasuh
1. Apa jenis strategi pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-
Muntaha?
2. Apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
3. Bagaimana sistem pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-
Muntaha?
4. Apa saja materi yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
5. Apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi tantangan era
globalisasi?
6. Apa problematika pondok dalam menghadapi tantangan globalisasi?
7. Strategi seperti apa yang diterapkan dalam menghadapi tantangan era
globalisasi?
8. Apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh terhadap kehidupan
santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
B. Untuk Pengurus Pondok dan Santri
1. Apa jenis strategi pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-
Muntaha?
2. Apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
3. Apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi tantangan era
globalisasi?
4. Apa problematika pondok dalam menghadapi tantangan globalisasi?
121
5. Strategi seperti apa yang diterapkan dalam menghadapi tantangan era
globalisasi?
6. Apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh terhadap kehidupan
santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
122
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Nashif’Ubbadah, Lc (NU)
Hari, Tanggal : Kamis, 29-03-2018
Waktu : 10.00
Tempat wawancara : Ruang Tamu Pengasuh
Jabatan : Pembina
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum gus, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai gus nashif mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb, apakah ada surat penelitian dari kampus?
Peneliti : ada gus, ini suratnya.
Narasumber : siahkan mb, apa saja yang ingin ditanyakan
Peneliti : apa jenis strategi pembelajaran yang digunakan di
pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : strategi yang digunakan dalam pembelajaran di
pondok ini adalah strategi pembelajaran langsung dan pembelajaran melalui
pengalaman. Dalam pembelajaran melalui pengalaman berupa seringnya
123
teribat dalam kegiatan seminar, halaqah, belajar mengelola pembelajaran
seperti acara khitobah, al-barzanzi, dll
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan di pondok
berupa metode bandongan dan sorogan, metode bandongan yang berupa ngaji
kitab seperti kitab tafsir jalalin, fathul qarib, al-barzanzi, nasoihul ‘ibad.
Sedangkan untuk metode sorogan berupa al-Qur’an dan empat kitab yang
berupa kitab fasholatan, manaqib, al-barzanzi, dan kitab dalail khairat.
Peneliti : apa sistem pembelajaran yang digunakan di pondok
pesantren al-Muntaha?
Narasumber : bagaimana sistem pembelajaran disini adalah tetap
mengikuti zaman namun tidak meninggalkan sistem pembelajaran salaf,
beberapa tahun lalu saya pernah menerapkan adanya penambahan bahasa
asing kurang lebih dua tahun, yang berupa bahasa arab, inggris, dan jepang.
Sebelum diterapkan ternyata banyak santri yang bersekolah di Mts sudah
menguasai bahasa jepang
Peneliti : apa saja materi yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : Materi yang terdapat dalam pondok pesantren al-
adalah materi berupa sistem tersusun yang disampaikan secara klasikal.
Adapun materi pembelajarannya berupa al-Qur’an, kitab tafsir jalalain, kitab
124
nashoihul ‘ibad yang didalamnya berisi tentang pendidikan akhlak, kitab
dziba’ yang berisi tantang kisah-kisah nabi dan sejarah nabi, kitab fasholatan
tentang tata cara sholat, bersuci, madi,dll. kitab manakib dan kitab dalailul
khairat yang berisi tentang shalawat-shalawat nabi, kitab fathul qarib yang
berisi tentang pendidikan fiqih islam dan kitab fasholatan bagi santri yang
sedang haid. Dulu pernah menerapkan pembelajaran tiga bahasa asing yang
berupa bahasa arab, inggris dan jepang. Namun hanya bertahan selama kurang
lebih dua tahun.
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang dihadapi pondok berupa adanya
tekhnologi yang semakin canggih, perubahan nilai, tantangan pada bidang
sosial, ekonomi dan pendidikan seperti halnya pada motivasi belajar santri
yang semakin menurun.
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problematika yang terdapat didalam pondok ini adalah
adanya tantangan dari luar, jadi disini ternyata bahwa minat dari santri dan
keluarganya ada perubahan, kalau dulu yang dicari adalah ciri khas yang ada
dipondok ini, tetapi yang dicari adalah letaknya yang mudah dijangkau,
kegiatan yang ada dipondok yang tidak terlalu padat, boleh membawa alat
komunikasi. Problematika yang lain berupa adanya kegiatan-kegiatan
125
organisasi dan komunitas diluar yang lebih menarik bagi santri dibanding
dengan kegiatan yang terdapat didalam pondok
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang dapat kita terapkan ada dua macam.
Pertama, kita membentengi dengan adanya progam pembelajaran yang
semakin di perkuat, tidak mudah memberi izin kepada santri tanpa alasan dan
surat yang jelas, membertahankan ciri khas pondok salaf. Kedua, diakomodir
maksudnya mengadakan progam-progam sesuai dengan minat santri, ketika
santri mempunyai minat terhadap tilawah dan sebagainya, kita mendatangkan
guru dari luar, adanya perlombaan pada bidang seni.
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan berpengaruh terhadap santri,
ketika adanya progam pembelajaran yang semakin diperkuat dan tidak
mudahnya pengasuh memberi izin terhadap santri, Sehingga santri lebih
tanggung jawab terhadap tugasnya, mereka selektif dalam memilih, mana
yang seharusnya diutamakan dan ditinggalkan.
Peneliti : terima kasih gus atas waktunya, lain waktu insya allah
kesini lagi.
Narasumber : iya mb, sama-sama.
126
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Hj. Siti Zualaicho, AH (SZ)
Hari, Tanggal : Kamis, 29-03-2018
Waktu : 11.00
Tempat wawancara : Ruang Tamu Pengasuh
Jabatan : Pengasuh/ Ustadzah
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum bu’e, ini saya izza alumni pondok
pesantren al-Muntaha. mohon maaf mengganggu waktunya, saya mendapat
tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti pondok ini, untuk itu saya
bermaksud mewawancarai bu’e mengenai skripsi saya yang berjudul “strategi
pembelajaran pondok pesantren dalam menghadapi tantangan era globalsasi
(studi kasus pondok pesantren al-Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : apa jenis strategi pembelajaran yang digunakan di
pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : strategi yang digunakan dalam pembelajaran di
pondok ini adalah pembelajaran langsung yang berupa posisi pengasuh lebih
tinggi dalam proses pembelajaran, pengasuh membacakan, menerangkan, dan
berceramah dihadapan santri.
127
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan di pondok
berupa metode metode sorogan, bandongan, dan metode ceramah. Meskipun
metode ceramah yang diterapkan terkadang membuat santri bosan dan mudah
mengantuk, namun saya masih tetap mempertahankannya. hehehe
Peneliti : apa sistem pembelajaran yang digunakan di pondok
pesantren al-Muntaha?
Narasumber : perpaduan antara salaf dan modern, di pondok ini
sering ada kegiatan seminar, adanya progam-progam yang diadakan sesuai
dengan minat santri, terkadang dalam proses pembelajaran menghadirkan
guru dari
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan terberat yang terdapat dipondok adalah
adanya tekhnologi dan pengaruh dari pergaulan dari luar, selama santri
sekolah atupun kuliah, disini santri sangat mudah sekali terpengaruh
pergaulan dari luar, entah itu pergaulan yang sifatnya positif ataupun negatif.
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problematika yang ada dipondok ini adalah adanya
santri yang sering izin untuk memenuhi kegiatan diluar pondok dan
128
meninggalkan kewajiban yang terdapat di pondok. Dalam hal ini menurut
saya, santri lebih menyukai kegiatan umum diluar pondok dibanding kegiatan
keagamaan yang terdapat di pondok.
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang kami terapkan adalah mengadakan rapat
dengan pengurus secara rutin, membacakan tentang peraturan pondok
pesantren setiap malam minggu, dan setahun sekali mengadakan ziarah ke
berbagai tempat, banyaknya santri kami yang lulusan sarjana dan sudah
hafidzoh masih tetap bertahan didalam pondok, sehingga dengan seperti itulah
santri yang lain bisa lebih semangat dan termotivasi.
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan berpengaruh sekali terhadap
santri mb, dimana santri lebih menghargai waktu, disiplin dan rasa malas yang
ada pada diri santri semakin berkuang. Adanya penekanan peraturan yang
setiap minggu dibacakan, mau tidak mau santri akan turut patuh terhadap
peraturan yang ada.
Peneliti : terima kasih bu’e atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi. Minta do’anya ya bu’e.
Narasumber : iya mb, sama-sama. Semoga skripsinya lancar sampai
selesai. amin
129
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Innayatul Fuaida, AH (IF)
Hari, Tanggal : Kamis, 29-03-2018
Waktu : 13.00
Tempat wawancara : Ruang Tamu Pengasuh
Jabatan : Ustadzah/ Istri dari gus Nashif’Ubbadah, Lc.
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb ida mengenai skripsi
saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb, apa yang akan ditanyakan?
Peneliti : apa jenis strategi pembelajaran yang digunakan di
pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah
pembelajaran langsung yang berupa pengajian kitab-kitab dengan ceramah
dari pengasuh, dalam hal ini santri boleh menanyakan mana pembelajaran
yang belum faham terhadap apa yang diterangkan pengasuh
130
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : metode yang diterapkan di pondok yaitu metode
sorogan, bandongan, ceramah dan driil. menurut saya, alasan mengapa
pondok pesantren ini masih menggunakan metode sorogan dan bandongan
karena pondok tetap ingin mempertahankan ciri khas salaf, namun tetap
mengikuti zaman.
Peneliti : apa sistem pembelajaran yang digunakan di pondok
pesantren al-Muntaha?
Narasumber : sistem pembelajaran di pondok ini berupa
mengutamakan sistem salaf, namun tetap mengikuti adanya sistem
pembelajaran modern, tetapi ciri khas sistem salaf tetap diutamakan dan
dipertahankan.
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang terdapat di pondok ini berupa
tekhnologi seperti hp dan laptop, adanya santri yang memiliki komunitas
diluar pesantren, dalam hal ini santri lebih menyukai hal-hal diluar pesantren
dibandingkan dengan hal yang ada didalam pesantren
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
131
Narasumber : problematikanya adalah semakin menurunnya jumlah
santri, banyak orang tua yang lebih mementingkan anaknya sekolah dibanding
dengan anaknya mondok. Banyaknya pondok baru terutama dekat dengan
kampus maupun sekolahan sehingga sebagian orang tua lebih memilih letak
geografis yang mudah dijangkau dibanding pondok yang sudah lama berdiri
kokoh dengan ciri khas yang dimiliki.
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan di pondok ini berupa adanya
peraturan pondok yang semakin diperketat, dan kami mengadakan banyaknya
kegiatan di dalam pondok, kemudian bagi santri baru, kami bentengi agar
tidak izin atau melakukan kegiatan yang lain sebelum empat puluh hari.
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : stategi yang diterapkan sangatlah berpengaruh mb,
banyaknya kegiatan yang terdapat didalam pondok dapat membentengi santri
untuk tidak mengikuti kegiatan diluar pondok, ketika santri melanggar maka
akan dikenakan denda atau takziran.
Peneliti : terima kasih mb aida atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb, sama-sama. Dengan senang hati mb, silahkan
kesini saja.hehehe
132
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Mir’atus Sa’adah (MS)
Hari, Tanggal : Kamis, 29-03-2018
Waktu : 10.00
Tempat wawancara : Pondok gendung lama
Jabatan : Ketua Pondok Pesantren al-Muntaha.
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb mira mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza, kebetulan ini lagi nganggur.
Peneliti : apa jenis strategi pembelajaran yang digunakan di
pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan adalah
strategi pembelajaran langsung berupa setoran, khitobah, tartilan, ngaji kitab,
simaan, dll. Kemudian pondok pesantren al-muntaha juga menggunakan
strategi pembelajaran interaktif.
133
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan adalah sorogan,
bandongan, diskusi, dan metode drill yang berupa setoran ngaji.
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang dihadapi adalah biaya hidup di dalam
pondok yang semakin mahal dan banyak santri yang mengeluh dan keberatan.
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problemanya yaitu semakin sedikitnya minat anak
untuk mondok.
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strateginya berupa adanya seminar dari luar, adanya
penyuluhan dan promosi-promosi dari luar, merupakan satu-satunya pondok
pesantren putri yang ada di salatiga, memiliki 2 ustadz lulusan universitas di
cairo, mesir. Memiliki pengasuh juara MTQ tingkat nasional.
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
134
Narasumber : stretegi yang diterapkan di pondok sangatlah
berpengaruh terhadap santri, santri lebih menaati peraturan dan menjadikan
santri lebih baik
Peneliti : terima kasih mb mira atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb izza, sama-sama. Silahkan mb izza. Hehehe
135
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Siti Zubaidah (ZB)
Hari, Tanggal : Kamis, 29-03-2018
Waktu : 09.00
Tempat wawancara : Pondok gendung lama
Jabatan : Wakil Ketua Pondok Pesantren al-Muntaha.
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb zubaid mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : baik mb, langsung saja ya? apa jenis strategi
pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan adalah
strategi pembelajaran langsung, dimana posisi Guru paling tinggi dalam
proses pembelajaran
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
136
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan adalah sorogan
yang berupa al-Qur’an dan kitab, bandongan yang berupa kitab kuning.
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangannya berupa pengaruh tekhnologi yang
berupa hp dan lingkungan sekitar.
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problematika pondok dalam menghadapi tantangan
globalisasi adalah mempertahankan pondok dengan tidak meninggalkan adab,
bagaimana ta’dzimnya santri dengan pengasuh.
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi dalam menghadapi tantangan era globalisasi
yaitu tidak meninggalkan ciri khas yang terdapat dalam pondok pesantren al-
muntaha, adanya kegiatan ekstrakulikuler di pondok pesantren
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : stretegi yang diterapkan berpengaruh terhadap santri,
karena dengan adanya peraturan dan takziran yang terdapat dipondok berefek
jera terhadap santri, santri tidak akan mengulangi kesalahan yang sama
137
Peneliti : terima kasih mb zubed atas waktunya, lain waktu
insya allah kesini lagi.
Narasumber : Yuhuu mb izza. Hehehe
138
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Tri Oktaviani (TO)
Hari, Tanggal : Kamis, 05-04-2018
Waktu : 09.00
Tempat wawancara : Pondok gendung lama
Jabatan : Sie PHBI
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb okta mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : baik mb, apa jenis strategi pembelajaran yang
digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan adalah
strategi pembelajaran langusng
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
139
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan adalah
ceramah, sorogan, dan bandongan.
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang dihadapi adalah malasnya santri untuk
mengikuti kegiatan pondok karena adanya hp dan laptop, terkadang santri
sering menonton film-film zaman sekarang yang terdapat di laptop sehingga
santri terbuai akan asiknya menonton film
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problema pondok dalam menghadapi tantangan
globalisasi berupa kurangnya rasa hormat santriwati terhadap guru
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi dalam menghadapi tantangan era globalisasi
berupa semakin diperbanyak kegiatan pondok, semakin diperketat peraturan
pondok
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan di pondok sangatlah
berpengaruh, santriwati dapat mengkondisikan ketika waktunya sholat,
mengaji, belajar, ketika waktunya menggunakan hp, ketika istirahat
140
Peneliti : terima kasih mb okta atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb izza. Sering-sering main ke pondok ya.
Peneliti : baik mb, insya allah.
141
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Siti Himatul Uliyah (SH)
Hari, Tanggal : Kamis, 05-04-2018
Waktu : 01.00
Tempat wawancara : Pondok gendung lama
Jabatan : Seksi Kebersihan
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb hima mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : baik mb, langsung saja ya mb? apa jenis strategi
pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan ada dua,
yaitu strategi pembelajaran langsung dan pembelajaran interaktif
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
142
Narasumber : metode yang digunakan berupa metode ceramah,
sorogan yang berupa al-Qur’an dan kitab, bandongan, driil pada saat minggu
legi, dan diskusi
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang dihadapi adalah santri kurang bisa
memanagement waktu dengan baik, pengaruh adanya hp lebih dominan dari
pada motivasi mengaji
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problema yang dihadapi berupa biaya kehidupan di
pondok yang semakin mahal, kurang ta’dzimnya santri kepada pengasuh
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi pondok adalah dengan adanya peraturan yang
semakin diperketat dan adanya kegiatan ekstrakulikuler seperti seni rebana,
merias, menjahit, dll
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan di pondok sangat
berpengaruh, menjadikan santri lebih baik dan mandiri
143
Peneliti : terima kasih mb hima atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb izza. Sering-sering main ke pondok ya, sering-
sering nginep juga lho?
Peneliti : baik mb hima, insya allah.
144
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Dewi Rahmawati (DR)
Hari, Tanggal : Kamis, 05-04-2018
Waktu : 03.00
Tempat wawancara : Pondok Bil-Ghoib
Jabatan : Sekretaris Pondok
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb dewi mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : baik mb, langsung saja ya mb? apa jenis strategi
pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan adalah
strategi pembelajaran langsung, yaitu ketika mengaji kitab pada malam
minggu yang diampu oleh pengasuh serta diberi berbagai ceramah untuk
menyampaikan berbagai ilmu dari beliau.
145
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan adalah metode
ceramah berupa mengkaji kitab tafsir jalalain, dziba’, dan nashoihul ‘ibad,
metode driil berupa mengaji al-Qur’an dengan tujuan melatih kebiasaan juga
mengembangkan keterampilan menghafal
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang dihadapi berasal dari dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal berupa tekad yang kuat
yang kemudian sering kalah oleh kemalasan. Sedangkan faktor eksternal
berupa elektronik dan pergaulan dengan lingkungan
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problema yang dihadapi adalah rasa malas santri dan
kurangnya kesadaran antar individu
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi dalam menghadapi tantangan era globalisasi
adalah adanya sosialisasi dengan pengasuh setiap malam jum’at dengan
dibacakan peraturan-peraturan pondok, dan adanya hukuman bagi santri yang
melanggar peraturan pondok pesantren
146
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan di pondok berpengaruh,
strategi pembelajaran yang diterapkan secara langsung tentu memberi
pengaruh pada beberapa perilaku tiap hari santri juga mampu membentuk
karakter yang baik, santri semakin sadar akan setatusnya yang harus
senantiasa menaati peraturan, dan berperilaku sebagaimana mestinya
Peneliti : terima kasih mb dewi atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb izza. Sering-sering main ke pondok ya, sering-
sering nginep juga lho?
Peneliti : baik mb dewi, insya allah.
147
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Farikhatul Chusna S.Pd. (CS)
Hari, Tanggal : Minggu, 08-04-2018
Waktu : 08.00
Tempat wawancara : Pondok Gedung lama
Jabatan : Seksi Keamanan
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb cusna mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : baik mb, langsung saja ya mb? apa jenis strategi
pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan dipondok
yaitu dengan pembelajaran langusng, yang berupa ceramah-ceramah dari
pengasuh ketika mengaji kitab
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
148
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan di pondok al-
muntaha meliputi metode ceramah, metode keteladanan, wetonan dan sorogan
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan dari faktor internal dan eksternal, faktor
internal berupa rasa malas yang berkepanjangan yang selalu dirasakan oleh
santri. Sedangkan untuk faktor internal berupa adanya pengaruh HP, yang
mana memicu santri untuk menggunakan hp terhadap aplikasi yang ada
didalamnya
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problema yang dihadapi dalam tantangan era
globalisasi adalah kurangnya hormat santri terhadap guru, dan adanya sikap
individualistis dari masing-masing santri
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi dalam menghadapi tantangan era globalisasi
adalah adanya peraturan yang semakin diperketat oleh masing-masing seksi
pengurus, dan hal yang paling penting adalah harus adanya pemadatan
kegiatan, supaya santri sibuk terhadap aktivitas masing-masing dan tidak
membuang-buang waktunya
149
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan di pondok bisa berpengaruh
terhadap kehidupan santri, dengan adanya strategi yang diterapkan, santri
sadar akan tanggung jawabnya masing-masing
Peneliti : terima kasih mb chusna atas waktunya, lain waktu
insya allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb izza. Sering-sering main ke pondok ya, sering-
sering nginep juga lho?
Peneliti : baik mb chusna, insya allah.
150
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Eka Yuniyanti (EY)
Hari, Tanggal : Minggu, 08-04-2018
Waktu : 10.00
Tempat wawancara : Pondok Gedung lama
Jabatan : Seksi Kesehatan
2. Transkip wawancara
Peneliti : assalamu’alaikum mb, mohon maaf mengganggu
waktunya, saya mendapat tugas dari kampus berupa skripsi yang meneliti
pondok ini, untuk itu saya bermaksud mewawancarai mb eka mengenai
skripsi saya yang berjudul “strategi pembelajaran pondok pesantren dalam
menghadapi tantangan era globalsasi (studi kasus pondok pesantren al-
Muntaha kota Salatiga)”
Narasumber : silahkan mb izza.
Peneliti : baik mb, langsung saja ya mb? apa jenis strategi
pembelajaran yang digunakan di pondok pesantren al-Muntaha?
Narasumber : jenis strategi pembelajaran yang digunakan dipondok
pesantren al-muntaha adalah pembelajaran langusng dan interaktif,
pembelajaran langsung yang berupa ceramah, metode ceramah disini
diterapkan ketika mengaji kitab, semisal kitab tafsir jalalain, kitab nashoihul
‘ibad, kitab fathul qorib, dll
151
Peneliti : apa jenis metode yang digunakan di pondok pesantren
al-Muntaha?
Narasumber : metode pembelajaran yang digunakan dipondok
pesantren al-muntaha adalah metode ceramah, diskusi, dan sorogan. Menurut
pendapat saya, dalam metode ceramah ketika diterapkan kurang efisien,
karena terkadang santriwati mudah bosan dan ahirnya materi yang
disampaikan tidak dapat masuk. Metode diskusi lebih efektif diterapkan
dibanding dengan metode ceramah, karena santri wati lebih bisa berpendapat
dan mengeluarkan inspirasinya juga lebih aktif. Kemudian Metode sorogan,
metode ini bisa membuat santriwati lebih teliti dalam hal mengaji
Peneliti : apa tantangan pondok pesantren dalam menghadapi
tantangan era globalisasi?
Narasumber : tantangan yang ada dipondok pesantren al-muntaha
ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
berupa didalam diri santri sudah terdapat bibit rasa malas sehingga santri
kurang motivasi terutama dari diri sendiri
Peneliti : apa problematika pondok dalam menghadapi
tantangan globalisasi?
Narasumber : problema yang dihadapi pondok al-muntaha adalah
kurangnya kesadaran dari masing-masing individu, rasa malas yang terdapat
pada diri santri dan kurangnya rasa ta’dzim santri terhadap pengasuh
152
Peneliti : strategi seperti apa yang diterapkan dalam
menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi dalam menghadapi tantangan era globalisasi
adalah dengan adanya sosialisasi dari luar, adanya sanksi bagi santri yang
melanggar peraturan pondok, dan perlunya diberi keteladanan atau contoh
yang baik bagi santri yang belum sadar dengan kesalahan yang diperbuat
Peneliti : apakah strategi yang diterapkan dapat berpengaruh
terhadap kehidupan santri dalam menghadapi tantangan era globalisasi?
Narasumber : strategi yang diterapkan sebagian berpengaruh dan
sebagian tidak berpengaruh terhadap kehidupan santri, tetapi lebih
berpengaruh terhadap santri. Karena masing-masing santri tidak berkarakter
sama, sehingga sangat sulit jika strategi yang diterapkan akan berhasil
sempurna
Peneliti : terima kasih mb eka atas waktunya, lain waktu insya
allah kesini lagi.
Narasumber : iya mb izza. Sering-sering main ke pondok ya, sering-
sering nginep juga lho?
Peneliti : baik mb eka, insya allah.
153
FOTO DOKUMENTASI
Foto gedung baru
Foto gedung lama
154
Foto dengan pengasuh pp al-Muntaha
Wawancara dengan ketua pp al-Muntaha
155
Wawancara dengan sekertaris pp al-Muntaha
Wawancara dengan seksi PHBI
156
Wawancara dengan seksi kesehatan
Wawancara dengan seksi kebersihan
157
DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Izza Laila Lutfiyati
NIM : 111-14-041
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing Akademik : Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Point
1.
OPAK STAIN SALATIGA 2014
“Aktualisasi Gerakan Mahasiswa yang
Beretika, Disiplin dan Berfikir Terbuka”
18-19
Agustus
2014
Peserta 3
2.
Opak Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga 2014
“Aktualisasi Pendidikan Karakter Sebagai
Pembentuk Generasi yang Religius,
Educative, dan Humanis”
20-21
Agustus
2014
Peserta 3
3.
Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
“Pemahaman Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
Sebagai Langkah Awal Menjadi Mahasiswa
Berkarakter”
21 Agustus
2014 Peserta 2
4.
Library User Education (Pendidikan
Pemustaka) UPT PEPUSTAKAAN STAIN
Salatiga
28 Agustus
2014 Peserta 2
6. Diskusi Terbuka “Mahasiswa Menulis”
25
September
2014
Peserta 2
7. Masa Ta’aruf (MASTA) “Membentuk
Pribadi, Kembangkan Diri, Lahirkan Potensi”
26
September Peserta 2
158
2014
8.
Seminar Nasional “Peran Mahasiswa dalam
Mengawal Masa Depan Indonesia Pasca
Pilpres 2014”
29
September
2014
Peserta 8
9. Sekolah Pasar Modal Syariah (SPMS) “Level
Basic 1 atau Pendidikan Tingkat 1”
13 Oktober
2014 Peserta 2
10.
Seminar Nasional “Optimalisasi Sumber
Daya Insani Terhadap Lembaga Keuangan
Syari’ah”
14 Oktober
2014 Peserta 8
11. Tabligh Akbar “Membangun Karakter
Mahasiswa Islamic Enterpreneurship”
14 Oktober
2014 Peserta 2
12. “SIBA-SIBI Training UTS Semester Ganjil”
24-25
Oktober
2014
Peserta 3
13. Piagam Penghargaan “Haflah Khotmil
Qur’an dan Haul Para Masyayikh”
9 November
2014 Panitia 3
14.
Seminar Nasional “Perbaikan Mutu
Pendidikan Melalui Profesionalitas
Pendidikan”
13 November
2014 Peserta 8
15. Pentas Seni dan Diskusi “Potret Kebudayaan
Papua Bagian dari Kekayaan Indonesia”
11 Desember
2014 Peserta 2
16. “PAB (Penerimaan Anggota Baru) JQH Al-
Furqan STAIN Salatiga”
13-14
Desember
2014
Peserta 3
17. “SIBA-SIBI Training UAS Semester Ganjil “
19-20
Desember
2014
Peserta 3
18. “SIBA-SIBI Training UTS Semester Genap” 17-18 April Peserta 3
159
2015
19.
Seminar Nasional “Mencegah Generasi
Pemuda Islam Dari Pengaruh Radikalisme
ISIS”
6 Mei 2015 Peserta 8
20. “Talkshow Sukses Kuliah Bersama KAMMI
Salatiga”
16
September
2015
Peserta 2
21.
Seminar Nasional “Meneladani Keulamaan
Pangeran Diponegoro untuk Menjadi Insan
Cerdas dan Berkarakter”
28 November
2015 Peserta 8
22.
Seminar Nasional “Penguatan Jati Diri
Bangsa Demi Terwujudnya Ketahanan
Idiologi Negara Bagi Masyarakat Salatiga”
28 April
2016 Peserta 8
23.
Seminar Nasional “Pendidikan Agama
Menjadi Pelopor Kebangkitan Nasional di
Era Modern”
21 Mei 2016 Peserta 8
25. Seminar Internasional “Petani Untuk Negeri”
24
September
2016
Peserta 2
26. Seminar Nasional Edupreneurship “Strategi
Marketing Kunci Sukses Wirausaha”
13 November
2016 Peserta 8
27.
Praktikum Mata Kuliah Kewirausahaan
“Keren itu Mahasiswa Kreatif, Inovatif,
Mandiri dan Berani Berwirausaha”
14 Desember
2016 Peserta 2
28.
Praktikum Mata Kuliah Kewirausahaan
“Keren itu Mahasiswa Kreatif, Inovatif,
Mandiri dan Berani Berwirausaha”
14 Desember
2016 Panitia 3
29. Seminar Nasional “Penguatan Ekonomi 26 Oktober Peserta 8
160
Syariah di Indonesia untuk Menyongsong
Generasi Milenium”
2017
30. Bedah Buku “Rekonstruksi Metodologi
Fatwa Perbankan Syariah”
28 November
2017 Peserta 2
JUMLAH 120