Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
STRATEGI PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PEMBUDAYAAN 3S (SENYUM,
SAPA, SALAM) DI SMA NEGERI 1 TULUNGAGUNG
Oleh; Lucky Yunitasari! 1Mahasiswa STKIP PGRI Tulungagung
ABSTRAK
Program pemerintah dalam peningkatan moralitas untuk generasi bangsa melalui pendidikan
karakter. Melalui pembudayaan 3S yang diberlakukan di lingkungan SMA Negeri 1 Tulungagung
merupakan stretegi pembinaan moral yang dilakukan melalui pembiasaan hal yang baik yang
diterapkan secara umum untuk seluruh warga sekolah khususnya siswa. Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Tulungagung yang merupakan tergolong sekolah yang baru berdiri namun sudah
berusaha untuk mewujudkan siswa yang bermoral untuk seluruh siswa melalui pembudayaan 3S.
Penelitian ini bertujuan untuk nengetahui tahapan dalam membudayakan 3S dan untuk mengetahui
hambatan dalam pembudayaan 3S sebagai strategi pembinaan moral siswa. Metode penelitian ini
menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam
tahapan pembudayaan 3S dilakukan melalui strategi oleh guru dengan cara sosialisasi pada waktu
awal penerimaan siswa, penyisipaan kalimat-kalimat yang mengacu pada pembudayaan 3S di
kegiatan-kegiatan sekolah. Pemberian contoh secara langsung dari guru yang bersifat mengajak
siswa untuk ikut membudayakan 3S , dan slogan tulisan yang menghimbau pembudayaan 3S.
Namun dalam pembudayaan 3S yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tulungagung juga mengalami
hambatan berupa perbedaan karakter siswa, perbedaan cara pembinaan moral yang dilakukan
dirumah denga disekolah, perubahan perkembangan jaman yang memepengaruhi perbedaan
pemikiran generasi sekarang dan sifat yang berlebihan dalam menerapkan pembudayaan 3S di
sekolah.
Kata Kunci : Pembinaan, Moral Siswa, Pembudayaan 3S
I. PENGANTAR
Dunia pendidikan sekarang ini
merupakan sebuah kebutuhan dasar
setiap manusia. Pendidikan tidak selalu
berhubungan dengan pendidikan
akademik saja namun setiap manusia
sejak usia pra sekolah sudah
mendapatkan pendidkan in formal dari
keluarga yaitu pendidikan moral yang
kedepannya akan membentuk bagaimana
kepribadian mereka. Menurut UU Nomor
20 Tahun 2003 pasal 1 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
31
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat,bangsa dan negara.
Menurut Brown (dalam Ahmadi,
2004:74) bahwa pendidikan adalah proses
pengendalian secara sadar dimana
perubahan-perubahan didalam tingkah
laku dihasilkan didalam diri orang itu
melalui didalam kelompok. Dari
pandangan ini pendidikan adalah suatu
proses yang mulai pada waktu lahir dan
berlangsung sepanjang hidup. Menurut
James Rachels (2004:35-36) moralitas,
pertama-tama dan terutama merupakan
soal yang bertautan dengan akal, hal
yang secara moral benar untuk dilakukan,
dalam lingkup apapun juga, ditentukan
oleh alasan-alasan terbaik yang ada
untuk melakukan.
Menurut Elizabeth B.Hurlock (2013
: 74-75) Perilaku moral berarti perilaku
yang sesuai dengan kode moral
kelompok sosial. Belajar berperilaku
dengan cara yang disetujui masyarakat
merupakan proses yang panjang dan
lama yang terus berlanjut hingga masa
remaja merupakan salah satu tugas
perkembangan yang penting dimasa
kanak-kanak atau dimasa sebelum
sekolah. Pada saat studi awal menunjukan
bahwasannya di SMA Negeri 1
Tulungagung sedang terus melakukan
pembinaan moral pada siswanya. Pada
dasarnya setiap siswa di SMA Negeri 1
Tulungagung memiliki tingkatan moral
yang beragam. Salah satu yang menjadi
bukti terlihat dari penyambutan siswa
ketika menemui seseorang yang
memasuki wilayah sekolah. Siswa ada
menyambut dengan ramah dan senyum,
ada yang menyapa meski belum pernah
mengenal sebelumnya bahkan ada juga
yang memberikan salam kepada
mahasiswa yang datang pada saat itu.
Namun ada pula siswa yang bersikap
acuh tak acuh pada guru di SMA Negeri 1
Tulungagung. Bahkan ada juga yang
berbicara dengan gurunya kurang sopan.
Penggunaan tata bahasa yang masih
kurang baik sering kali terdengar diantara
percakapan guru dengan siswa di SMA
Negeri 1 Tulungagung.
Dengan adanya keadaan yang
seperti itu pihak sekolah untuk
menanggulanginya dengan
membudayakan 3S (Senyum, Sapa,
Salam). Pembudayaan 3S (Senyum, Sapa,
Salam) di SMA Negeri 1 merupakan
kegiatan pembiasaan yang bersifat non
formal dan berlaku untuk seluruh warga
sekolah. Untuk membudayakan 3S
(Senyum, Sapa, Salam) sendiri pun di
SMA Negeri Tulungagung tidaklah
sebuah keberlangsungan begitu saja
tentunya ada strategi khusus supaya
pembudayaan 3S itu bisa terus
membudaya di SMA Negeri 1
32
Tulungagung. Program 3S itu sendiri
mempunyai efektifitas yang baik untuk
terwujudnya pembinaan moral. Menurut
Elly M.Setiadi, H.Kama A.Hakam, Ridwan
Effendi (2007:27) Budaya adalah bentuk
jamak dari kata budi dan daya yang
berarti cipta, karsa, dan rasa. Kata
budaya sebenarnya berasal dari bahasa
Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak
kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Menurut M. Munandar
Soelaeman (2000:21) Kebudayaan adalah
penciptaan, penertiban, dan pengolahan
nilai-nilai insani. Tercakup di dalammnya
usaha memanusiakan diri di dalam
lingkungan, baik fisik maupun sosial.
Nilai-nilai diterapkan atau dikembangkan
sehingga sempurna. Tidak memisah-
misahkan dalam membudayakan alam,
memanusiakan hidup, dan
menyempurnakan hubungan insani.
Manusia memanusiakan dirinya dan
memanusiakan lingkungan dirinya.
Sedangkan pembudayaan 3S merupakan
salah satu wujud dari budya sekolah.
Yang mana budaya sekolah merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan
cara pembiasaan-pembiasaan segala
sesuatu yang memang dicanangkan oleh
pihak sekolah. Budaya sekolah memiliki
cakupan yang sangat luas, umumnya
mencakup ritual, harapan, hubungan,
demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler, kegitan pembiasaan,
proses mengambil keputusan, kebijakan
maupun interaksi sosial antarkomponen
di sekolah. Budaya sekolah merupakan
suasana kehidupan sekolah tempat
peserta didik berinteraksi dengan warga
sekolah.
Kepemimpinan, keteladanan,
keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin,
kepedulian sosial dan lingkungan, rasa
kebangsaan, dan tanggung jawab
merupakan nilai-nilai yang dikembangkan
dalam budaya sekolah. Namun setiap
sekolah mestinya memiliki budaya yang
berbeda dengan sekolah lainnya karena
pengadaan suatu budaya disekolah selalu
diikuti alasan-alasan yang kuat dan yang
sinkron dengan visi misi sekolah tersebut.
Budaya sekolah yang baik dapat
menumbuhkan iklim yang mendorong
semua warga sekolah untuk belajar, yaitu
belajar bagaimana belajar dan belajar
bersama. Akan tumbuh suatu iklim bahwa
belajar adalah menyenangkan dan
merupakan kebutuhan, bukan lagi
keterpaksaan. Belajar yang muncul dari
dorongan diri sendiri, intrinsic motivation,
bukan karena tekanan dari luar dalam
segala bentuknya. Akan tumbuh suatu
semangat di kalangan warga sekoalah
untuk senantiasa belajar tentang sesuatu
yang memiliki nilai-nilai kebaikan.
Penciptaan atau tahapan dalam budaya
33
sekolah dapat dilakukan melalui :
pemahaman/sosialisasi tentang budaya
sekolah, pembiasaan pelaksanaan budaya
sekolah, reward and punishment.
Berdasarkan uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembinaan
moral melalui pembudayaan disekolah
merupakan salah cara efektif dalam
menciptakan siswa yang memiliki
identitas yang baik. Sehingga dengan
adanya pembinaan moral siswa dapat
dilakukan melalui berbagai kegiatan tidak
selalu dari kegiatan yang akademik saja
slah satunya dengan pembudayaan 3S
disekolah. Budaya senyum, sapa, dan
salam sebagai ciri khas bangsa Indonesia
merupakan salah satu kearifan lokal yang
penting untuk diterapkan sedini mungkin
dan dapat dijadikan kunci pembuka
dalam komunikasi, yang nantinya akan
membentuk berbagai perilaku yang
mengarah pada nilai-nilai Pancasila.
Adanya masyarakat yang beradab
maka tujuan nasional dari pembinaan
moral itu sendiri akan berjalan sesuai
dengan landasan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yaitu
membangun sebuah bangsa yang
bermoral Pancasila. Sebagaimana
umumnya masyarakat Indonesia pada
saat ketika sesorang menunjukkan sapa,
senyum, salam ketika betemu atau
berpapasan dengan orang lain sekalipun
sesorang itu belum kenal itu sudah
menunjukan bahwa kita bersikap terbuka
dan menunjukan kalau sesorang yang
melakukan senyum, sapa, dan salam
duluan akan dianggap sesorang itu
berbudaya dan mempunyai moral yang
tinggi dalam hidupnya.
Etika berkehidupan dengan
berbudaya 3S (Senyum, Sapa, Salam)
sudah terjalin dan terlestarikan secara
turun temurun. Dengan adanya program
3S itu secara langsung maupun tidak
langsung ikut berkontribusi dalam
pembinaan moral siswa di SMA Negeri 1
Tulungagung. Sejauh mana program
pembudayaan 3S itu berjalan, penulis
disini perlu meneliti lebih lanjut dan
bagaimana strategi yang dilakukan oleh
pihak sekolah dalam membudayakan 3S
kepada siswa yang masih memiliki moral
yang kurangnya baik. Pastinya dalam
sebuah pembudayaan banyak sekali
hambatannya. Dengan banyaknya
permasalahan yang berkaitan dengan
merosotnya moral peserta didik di jaman
sekarang ini. Maka penulis hanya
membatasi penelitian ini pada kegiatan :
tahapan membudayakan 3S (Senyum,
Sapa, Salam) sebagai bentuk pembinaan
moral siswa di SMA Negeri 1
Tulungagung dan hambatan dalam
membudayakan 3S (Senyum, Sapa,
34
Salam) sebagai strategi pembinaan moral
siswa di SMA Negeri 1 Tulungagung.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif deskriptif. Dilihat dari
problematika yang diteliti dalam
penulisan ini menurut Nana Syaodih
(2013:60) Penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayan, presepsi, pemikiran
orang secara individual maupun
kelompok. Menurut Jane Richie (dalam
Moleong, 2010:6) Penelitian kualitatif
adalah upaya untuk menyajikan dunia
sosial, dan perspektifnya di dalam dunia,
dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan
persoalan tentang manusia yang diteliti.
Sesuai dengan jenis penelitian
yang digunakan yaitu penelitian kualitatif.
Disini peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpul data.
Dalam kegiatan ini kehadiran peneliti di
lapangan mutlak diperlukan karena
selama penelitian peneliti akan benar-
benar mengamati kejadian
penyimpangan yang dilakuakan oleh
siswa kemudian mengamati lagi
bagaimana guru melakukan strategi
pembudayaan 3S dalam upaya
pembinaan moral pada siswa kemuadian
pada tahap terkahir peneliti melakukan
kegiatan wawancara dengan pihak yang
terkait dengan strategi pembinaan moral
melalui pembudayaan 3S (Senyum, Sapa,
Salam) di SMA Negeri 1 Tulungagung.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Tulungagung karena penulis
menemukan keunikan tersendiri yang
dilakukan oleh pihak sekolah dalam
menanggulangi masalah merosotnya
moral peserta didik sekarang ini. Pihak
sekolah mengadakan strategi pembinaan
moral yaitu dengan cara pembudayaan
3S (Senyum, Sapa, Salam) yang dilakukan
di SMA Negeri 1 Tulungagung.
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa tahapan
penelitian mulai dari tahap peninjauan
lokasi penelitian, tahap persiapan peneliti,
tahap penelitian, dan tahap menganalisis
data dan penulisan laporan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh ketika peneliti terjun
kelapangan untuk observasi dan data
yang diperoleh ketika wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait mengenai
pembinaan moral. Menurut Lofland
(dalam Moleong 2010:157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.
35
Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pihak-pihak
yang terkait yang akan diwawancara nanti
atau sebagai informan. Pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sumber data ini yaitu:
Guru yang bertugas sebagai wakil bidang
kurikulum dipilih sebagai informan
dengan alasan bagaimana nanti
pelaksanaan kedepannya pembudayaan
3S (Senyum, Sapa, Salam) ini bisa
dimasukan dalam kurikulum agar lebih
efektif atau hanya sebatas menjadikan 3S
(Senyum, sapa, Salam) sebagai jargon di
SMA Negeri 1 Tulungagung, Guru wakil
bidang kesiswaan berperan sebagai
penggiat utama pembudayaan 3S
(Senyum, Sapa, Salam) di SMA Negeri 1
Tulungagung dan juga sebagai penegak
pemberian pembinaan moral kepada
siswa yang beretika moralnya kurang
baik, Guru mata pelajaran PKn
merupakan guru yang bersentuhan
langsung dengan pembinaan moral
siswanya karena dalam pendidikan PKn
itu sendiri mengajarkan bagaimana sikap,
perilaku sosial yang baik yang
membentuk moral siswa, Guru BK
dijadikan sebagai informan karena guru
BK merupakan guru yang bertugas
sebagai pembina siswa-siswa yang
mengalami masalah terutama pada
permasalahan pembinaan moral pada
siswa di SMA Negeri 1 Tulungagung, dan
Siswa dijadikan sebagai informan dengan
alasan karena siswa itu sendiri akan
merasakan adanya pembudayaan 3S
(Senyum, Sapa, Salam) itu berjalan di
SMA Negeri 1 Tulungagung.
Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dnegan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Menurut Sugiyono (2014:224-225) Teknik
pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Dari observasi kita dapat
memperoleh data yang sesuai dengan
kondisi lapangan dan data yang kita
butuhkan dalam melakukan penelitian
tidak melenceng dari hal yang sedang di
teliti dapat di katakan juga observasi
merupakan cara pengumpulan data
dengan cara meninjau dan melihat secara
langung di lapangan agar data yang di
dapat benar-benar sesuai dengan data
yang berada di lapangan.
Di penelitian ini peneliti hanya
berperan sebagai pengamat yang dengan
observasi non participan yaitu dimana
peneliti hanya berperan sebagai
pengamat saja tanpa ikut berperan serta
dalam obyek penelitian jadi peneliti
36
hanya murni melakukan pangamatan saja
meskipun peneliti tidak berperan serta
namun peneliti juga. Peneliti juga akan
mewawancarai sumber-sumber yang
telah ditentukan sehingga data yang akan
diperoleh dari wawancara ini adalah
seputar tahapan pelaksanaan
pembudayaan 3S (Senyum, Sapa, Salam)
dan hambatan yang dialami oleh guru
dalam membudayakan 3S kepada siswa.
Dalam wawancara ini akan mengacu pada
instrumen wawancara yang telah
disiapkan oleh peneliti sehingga data
yang diperoleh dalam wawancara ini
tidak melenceng dari apa yang ada di
instrumen wawancara. Dan selain
obeservasi dan wawancara peneliti juga
menggunaka teknik pengumpulan data
dengan dokumentasi. Dokumentasi pada
tehnik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu
peneliti akan menggunakan dokumen
seperti slogan dan tulisan himbauan yang
tertempel pada lingkungan sekolahan
dengan cara difoto sebagai bukti
pendukung bahwa pembudayaan 3S di
SMA Negeri 1 Tulungagung.
Dalam teknik analisis data penulis
menggunakan model analaisis data
kualitatif sesuai dengan pendapat Miles
dan Huberman (dalam Emzir 2010:129-
134) dengan reduksi data, model data
dan verifikasi. Selain itu penulis juga
menggunaka tehknik pemeriksaan
keabsahan temuan dengan triangualasi
sumber, ketekunan pengamat dan
dengan pemerikasaan teman sejawat.
Semua inii dilakukan dengan tujuan
memperoleh hasil yang akurat dalam
penelitian yang dilakukan.
III. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Tahapan pembudayaan 3S (Senyum,
Sapa, Salam) di SMA Negeri 1
Tulungagung.
Untuk proses tahapan
pembudayaan 3S itu sendiri di SMA
Negeri 1 Tulungagung mempunyai
cara-cara yang dianggap efektif oleh
guru-guru di SMA Negeri 1
Tulungagung yaitu dengan cara yang
secara umum dengan sosialisasi
pertama kali penerimaan siswa dan
lebih rutinnya pada saat upacara
bendera. Upacara bendera merupakan
salah satu momen rangkaian kegiatan
yang selalu rutin dilakukan oleh
sekolah. Namun secara khusus guru-
guru di SMA Negeri 1 Tulungagung
mempunyai strategi yang tentunya
berbeda dalam penyampaian
pentingnya menerapkan 3S dalam
berinteraksi sosial. Cara yang paling
efektif dalam tahapan membentuk
37
pembudayaan 3S yaitu dengan
langsung bertatap muka dengan
siswa-siswa yang masih belum
melaksanakan 3S dalam berinteraksi
dilingkungan sekolah khususnya.
Selaras dengan tujuan SMA Negeri 1
Tulungagung menerangkan bahwa
selain penyiapan pendidikan
akademik yang memadai SMA Negeri
1 Tulungagung juga menyiapkan
ketrampilan soft skill dalam
bersosialisasi sesuai dengan budaya
Indonesia. Pembinaan moral siswa
menjadi salah satu jalan utama dalam
menyiapkan ketrampilan soft skill
yang ingin dibentuk pada kepribadian
siswa yang nantinya lulus dari SMA
Negeri 1 Tulungagung (profil SMA
Negeri 1 Tulungagung). Selain itu
pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung merupakan kegiatan
yang termotivasi oleh budaya yang
ada didalam setiap keluarga dirumah.
Mengingat pentingnya pembudayaan
3S dalam membentuk moral siswa.
Selain guru ada beberapa siswa
yang penulis wawancarai juga
berpendapat bahwa tahapan
pembudayaan 3S yang dilakukan oleh
pihak sekolahan justru lebih ditekankan
pada pemberian contoh langsung oleh
guru, pengarahan ketika ada even-even
acara disekolah. Sehingga secara naluri
pesan moral yang disampaikan oleh guru
bahwa pembudayaan 3S itu memang
dibudayakan untuk dilaksanakan di
lingkungan sekolah lebih mengena.
Tahapan pembudayaan 3S paling sering
yang mereka temui yaitu guru lebih
cenderung langsung memberikan contoh
didepan siswa sehingga siswa dengan
sendirinya mencontoh apa yang
dilakukan oleh guru.
Dari observasi yang dilakukan
peneliti melihat dan mengamati bahwa
kegiatan konsultasi di BK SMA Negeri 1
Tulungagung berjalan dengan baik.
Banyaknya siswa yang keruangan BK
untuk berkonsultasi dengan guru BK.
Sedangkan guru BK saat menanggani
atau memberikan saran kepada siswa
selalu menyelipkan pesan moral akan
pembudayaan 3S. Bahkan biasanya
dengan nada pemberian nasehat yang
santai tapi serius biasanya siswa disuruh
membaca tulisan slogan budayakan 3S
yang tertempel dipapan yang ada di
ruangan BK.
Selain itu dalam hasil
dokumentasi yang penulis dapatkan dari
RPBK bahwa pembudayaan 3S juga
termasuk dalam salah satu contoh
penilaian sikap. Namun dalam RPBK
38
penilaian sikap siswa diperoleh dari sikap
maupun penerapan pembudyaan 3S yang
dilakukan oleh siswa kepada guru juga
ikut memperngaruhi penilaian sikap
siswa.
Hambatan yang ditemui untuk
membudayakan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung
Dalam setiap kegiatan yang
bersifat untuk membina moral siswa
tidak mungkin berjalan tanpa adanya
hambatan. Hambatan merupakan
tantang tersendiri yang harus
dihadapi bapak ibu guru untuk terus
mencari strategi yang efektif agar
pembinaan moral yang dicanangkan
oleh pihak sekolah SMA Negeri 1
Tulungagung melalui pembudayaan
3S bisa berjalan dan membudaya
diseluruh siswa SMA Negeri 1
Tulungagung. Pesatnya kemajuan
jaman membuat pola pikir siswa juga
ikut berubah. Banyaknya
perkembangan jaman yang berpikir
menggunakan logika sehingga segala
sesuatu yang bersifat nilai-nilai
moralitass menjadikan kurang
diperhatikan keberadaannya.
Menurut siswa yang menjadi
kendala dalam pembudayaan 3S yaitu
sikap yang belum terbiaa, adanya
perbedaan karakter yang memang dari
siswa-siswa tertentu yang kurang peduli
dengan sesama. Disisi lain guru juga
mengatakan bahwa perbedaan
pembinaan moral yang ada disekolah dan
dlingkungan keluarga juga menjadi salah
satu hambatan juga dalam
membudayakan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung. Dan hal yang paling sering
ditemui dalam hambatan pembudayaan
3S yaitu sikap yang berlebihan dari siswa
dalam menerapkan pembudayaan 3S.
Tahapan dalam pembudayaan 3S
di SMA Negeri 1 Tulungagung langsung
mengarah pada kegiatan sosialisasi
diawal penerimaan siswa baru. Sosialisasi
yang diberikan oleh guru bertujuan untuk
pengenalan dan pemahaman mengenai
pembudayaan 3S yang diterapkan di
SMA Negeri 1 Tulungagung serta
pemberian pemahaman mengenai
pentingnya pembinaan moral untuk
siswa. Dengan adanya sosialisasi
diharapkan siswa menjadi lebih antusias
dalam membudaya 3S dalam beinteraksi
sesama warga sekolah khususnya kepada
bapak ibu guru dan staf di SMA Negeri 1
Tulungagung. Tahapan yang digunakan
untuk pembudayaan 3S yang selanjutnya
yaitu dengan penyelipan materi pada saat
ada kegiatan-kegiatan yang melibatkan
seluruh siswa atau pada saat pembina
upacara menyampaikan pidatonya
39
dengan menyelipkan kalimat-kalimat
yang mengarah pada pembudayaan 3S.
Pada umumnya tahapan dalam
pembudayaan 3S yang dilakukan di SMA
Negeri 1 Tulungagung justru lebih
mengarah pada peristiwa-peristiwa diluar
jam pembelajaran. Penertiban ketika
siswa yang berperilaku tidak sesuai
dengan pembudayaan 3S akan guru
tertibkan dengan cara memberikan
teguran atau pengarahan. Hal ini
diwujudkan karena dalam pembentukan
sikap moral siswa akan terlihat ketika
siswa-siswa bergaul dan berinteraksi
diluar jam pembelajaran. Pemahaman
mengenai pembinaan moral dan sosilisai
pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung, pembiasaan dengan
menertibkan siswa untuk tetap
melaksanakan 3S ketika bertemu dengan
guru dan staf. Pemberian
peringatan/teguran secara langsung
kepada siswa yang berperilaku tidak
membudayakan 3S dalam bersosialisasi
dengan guru merupakan salah satu
bentuk punishment sedangkan untuk
reward yaitu berupa penilaian sikap yang
nantinya diberikan oleh guru pada
penilaian raport.
Semua tahapan pembudayaan 3S
di SMA Negeri 1 Tulungagung dilakukan
oleh seluruh guru untuk ikut terlibat
mensukseskan pembudayaan 3S demi
berjalannya pembinaan moral dan
terciptanya siswa yang memiliki moralitas
yang baik. Dengan adanya tahapan
pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung menjadikan siswa
mengetahui bahwa ada sistem nilai sosial
yang sedang berjalan dalam membentuk
moral siswa. Seperti yang dikatakan oleh
M. Munandar Soelaeman (2000:21)
Kebudayaan adalah penciptaan,
penertiban, dan pengolahan nilai-nilai
insani. Tercakup di dalammnya usaha
memanusiakan diri di dalam lingkungan,
baik fisik maupun sosial. Nilai-nilai
diterapkan atau dikembangkan sehingga
sempurna. Tidak memisah-misahkan
dalam membudayakan alam,
memanusiakan hidup, dan
menyempurnakan hubungan insani.
Manusia memanusiakan dirinya dan
memanusiakan lingkungan dirinya.
Pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung itu mengajarkan siswa-siswi
SMA Negeri 1 Tulungagung untuk
memanusiakan dirinya dan
memanusiakan lingkungan dirinya.
Artinya bahwa dengan melaksanakan
pembudayaan 3S ketika berinterkasi
dengan sesama warga sekolah akan
menimbulkan komunikasi yang baik
diantara kedua belah pihak. Dengan
begitu terjalinnya komunikasi yang baik
akan secara langsung siswa juga
40
dianggap menghormati orang yang lebih
tua dan bapak ibu guru pun akan
menghargai apa yang telah diperbuat
dari cerminan perilaku siswanya yang
membudayakan 3S. Pengarahan yang
bersifat spontan ini dilakukan secara
person to person, langkah ini dianggap
efektif karena siswa yang berperilaku
tidak mencerminkan pembudayaan 3S
akan lebih mengena jika diberi
pengarahan secara person to person.
Disisi lain pengarahan yang bersifat
person to person ini dilakukan karena
demi menjaga nama baik siswa sehingga
identitas siswa yang diberi pengarahan
tidak akan diketahui oleh siswa yang
lainnya, karena guru mengkhawatirkan
jika seorang siswa yang diberi
pengarahan atau teguran itu diketahui
oleh siswa yang lain ditakutkan siswa
yang bersangkutan akan merasa tertekan
dan malu. Sehingga kedepannya siswa
yang bersangkutan bisa menjadi kebal
terhadap apa yang diarahkan dan
semakin tidak mempedulikan
pembudayaan 3S.
Strategi yang diberikan oleh
bapak ibu guru yang berikutnya bersifat
keteladan. Strategi yang bersifat
keteladan ini dibuktikan dengan adanya
contoh pembudayaan 3S secara
langsung. Kegiatan ini bisa terlihat ketika
bapak ibu guru berpapasan jika situasi
memungkinkan bapak ibu guru selalu
bersalaman berjabat tangan namun
ketika situasi tidak memungkian
setidaknya bapak ibu guru selalu saling
menyapa dengan berdialog. Namun hal
yang paling menonjol dalam kegiatan
yang bersifat keteladanan ini yaitu ketika
bapak ibu guru berjalan berpapasan
dengan siswa biasanya bapak ibu guru
tidak enggan untuk menyalami siswa
ataupun bertegur sapa dengan siswa
terlebih dahulu. Hal yang bersifat
keteladanan ini bisa mewujudkan
kesadaran siswa akan pentingnya
membudayakan 3S. Sehingga apa yang
telah dilakukan oleh pihak sekolah SMA
Negeri 1 Tulungagung dalam pengarahan
untuk mewujudkan pembudayaan 3S
merupakan salah satu bentuk dari
pembinaan moral yang dilakukan oleh
pihak sekolah.
Penanaman pembudayaan 3S
yang dilakukan oleh guru kepada siswa
merupakan penanaman nilai-nilai moral
yang bersifat esensial yang mana
pengarahan yang seperti tentunya sudah
terkonsep oleh masing-masing guru yang
merupakan usaha yang terbaik yang
dilakukan oleh guru untuk membimbing
siswa membudayakan 3S sebagai wujud
dari penanaman moral kepada siswa yang
nantinya akan terlihat pada perubahan
nilai moral yang dimiliki siswa. Hal
41
tersebut senada dengan pendapat James
Rachels (2004:40) mengatakan konsep
minimal untuk moralitas yaitu moralitas
setidak-tidaknya merupakan usaha umum
membimbing tindakan seseorang dengan
akal yakni untuk melakukan apa yang
paling baik menurut akal, seraya memberi
bobot yang sama menyangkut
kepentingan setiap individu yang akan
terkena oleh tindakan itu.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tahapan dalam
pembudayaan 3S yang dilakukan di SMA
Negeri 1 Tulungagung yaitu dengan
sosialisasi yang berikan saat penerimaan
siswa baru atau penyisipan kalimat-
kalimat yang merujuk pada
pembudayaan 3S yang diberikan pada
saat pidato pembina upacara atau saat
ada even-even kegiatan sekolah sebagai
suatu ide atau gagasan yang
dilaksanakan oleh guru. Percontohan
yang langsung diberikan oleh guru dalam
artian mengajak siswa ikut
membudayakan 3S dalam kebiasaan
sehari-hari saat berinterkasi disekolah
sebagai suatu perwujudan dari
pembudayaan. Dan adanya tulisan slogan
pembudayaan 3S yang tertempel di
papan diruang BK dan aturan tata tertib
yang mengacu pada pembudayaan 3S
merupakan sebuah wujud kebendaan
yang mendukung pelaksanaan
pembudayaan 3S.
Dari temuan yang sudah
dipaparkan bahwa dalam
membudayakan 3S sebagai
pembinaan moral siswa di SMA
Negeri 1 Tulungagung tentu tidak
mudah langsung terlaksana begitu
saja. Hambatan yang biasa terjadi
karena perbedaan karakter pemikiran
yang berbeda disetiap siswa sehingga
dari karakter yang berbeda
menimbulkan sikap kurang pedulinya
siswa terhadap apa yag telah
disosialisasikan guru baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Karakter siswa yang berbeda
menjadikan siswa multikultural
sehingga adanya sosialisasi
pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung ada yang diterima dan
diterpakn oleh siswa dengan baik dan
ada juga siswa yang masih kurang
peduli dengan adanya sosialisasi.
Hambatan berikutnya yaitu mengenai
perbedaan cara pembinaan moral
antara sekolahan dan keluarga juga
menimbulkan pemikiran yang
berbeda disetiap siswa yang
dilatarbelakngi oleh lemahnya peran
42
keluarga yang masih kurang dalam
menanamkan pemahaman
pentingnya nilai moral.
Misalnya saja ketika disebuah
keluarga yang tidak pernah mengajarkan
anaknya berperilaku yang mencerminkan
pembudayaan 3S namun ada juga yang
memang dari keluarga sejak kecil sudah
diajarkan untuk membudayakan 3S
sehingga ketika di SMA Negeri 1
Tulungagung melaksanakan
pembudayaan 3S siswa yang dirumah
sudah terbiasa menjalankan tidak akan
merasa bahwa pembudayaan 3S itu
sebuah pembiasaan. Menurut Thomas
Lickona (2014 : 25), anak-anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
apabila dapat tumbuh pada lingkungan
yang berkarakter, sehingga fitrah setiap
anak yang dilahirkan suci dapat
berkembang segara optimal.Pengaruh
pesatnya perkembangan jaman
menjadikan siswa generasi sekarang
mempunyai padangan yang berbeda
lebih ke logika tanpa mementingkan nilai
moralitasnya. Sehingga perkembangan
jaman yang begitu cepat dalam peruhan
sosila juga menjadi salah satu hambatan
pembudayaan 3S Di SMA Negeri 1
Tulungagung. Hal ini terjadi hampir di
semua lapisan masyarakat. Banyak orang
yang tidak peduli lagi terhadap sikap dan
perilakunya. Dan hambatan yang paling
sering terjadi dalam membudayakan 3S
di SMA Negeri1 Tulungagung yaitu sikap
yang berlebihan yang ditunjukan siswa
dalam penerapan pembudayaan 3S
sehingga menimbulkan kesan bahwa
mereka seakan-akan berbeda tipis antara
wujud penerapan 3S dan terlalu santai
dalam bertutur kata dengan guru yang
terkadang terkesan bahwa siswa
kehilangan rasa hormatnya untuk
menghormati bapak ibu guru disekolah
SMA Negeri 1 Tulungagung. Menurut
Pupuh Fatturahman (2010 : 365)
kepercayaan yang berlebihan dalam
berperilaku (over confidence)
menyebabkan seseorang dapat bertindak
kurang memperhatikan lingkungan,
cendrung melabrak atau berlebihan pada
norma yang yang berlaku, dan
memandang sepele orang lain. Selain itu,
orang yang over confidence memiliki
sikap dan pemikiran yang berlebihan
terhadap sesuatu. Segala sesuatu yang
berlebihan maupun terlalu kurang dapat
menimbulkan kerugian bagi dirinya dan
juga bagi lingkungan sosialnya.
Dari semua pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa hambatan
dalam pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung yang ditemui perbedaan
karater yang dimiliki siswa sehingga
menimbulkan sikap kurang peduli siswa
tentang apa yang telah disosialisasikan
43
mengenai pembudayaan 3S di SMA
Negeri 1 Tulungagung, perbedaan
pembinaan moral dari keluarga dan
sekolah yang menimbulkan pemahaman
yang diberikan oleh keluaga. Pengaruh
pesatnya perkembangan jaman
menjadikan siswa generasi sekarang
mempunyai padangan yang berbeda
lebih ke logika tanpa mementingkan nilai
moralitasnya. Kemudian hambatan yang
paling sering terjadi yaitu sikap
berlebihan siswa dalam menerapkan
pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dan
pembahasan dengan kajian
teoritis yang telah penulis lakukan
maka dapat disimpulkan bahwa
tahapan dalam pembudayaan 3S
yang dilakukan di SMA Negeri 1
Tulungagung yaitu dengan
sosialisasi yang berikan saat
penerimaan siswa baru atau
penyisipan kalimat-kalimat yang
merujuk pada pembudayaan 3S
yang diberikan pada saat pidato
pembina upacara atau saat ada
even-even kegiatan sekolah
sebagai suatu ide atau gagasan
yang dilaksanakan oleh guru.
Percontohan yang langsung
diberikan oleh guru dalam artian
mengajak siswa ikut
membudayakan 3S dalam
kebiasaan sehari-hari saat
berinterkasi disekolah sebagai
suatu perwujudan dari
pembudayaan. Dan adanya tulisan
slogan pembudayaan 3S yang
tertempel di papan diruang BK
dan aturan tata tertib yang
mengacu pada pembudayaan 3S
merupakan sebuah wujud
penunjang yang mendukung
pelaksanaan pembudayaan 3S di
SMA Negeri 1 Tulungagung.
Hambatan dalam pembudayaan
3S di SMA Negeri 1 Tulungagung
yang ditemui yaitu perbedaan
karakter yang dimiliki siswa
sehingga menimbulkan sikap
kurang peduli siswa tentang apa
yang telah disosialisasikan
mengenai pembudayaan 3S di
SMA Negeri 1 Tulungagung,
perbedaan pembinaan moral dari
keluarga dan sekolah yang
menimbulkan pemahaman yang
diberikan oleh keluarga. Pengaruh
44
pesatnya perkembangan jaman
menjadikan siswa generasi
sekarang mempunyai padangan
yang berbeda lebih ke logika
tanpa mementingkan nilai
moralitasnya. Kemudian
hambatan yang paling sering
terjadi yaitu sikap berlebihan
siswa dalam menerapkan
pembudayaan 3S di SMA Negeri 1
Tulungagung.
Berdasarkan simpulan diatas
peneliti menyarankan :
Pihak Sekolah :
Sebaiknya pihak sekolah lebih
menambahkan lagi slogan-slogan di tiap-
tiap klas yang mengacu pada
pembudayaan 3S sehingga siswa akan
lebih mudah teringat ketika membaca
slogan yang terpampang dikelas.
Siswa SMA Negeri 1 Tulungagung
Siswa tidak berlebihan dalam
menerapkan pembudayaan 3S, namun
harus dilakukan sesuai dengan porsi
sehingga pembudayaan 3S yang
diterapkan oleh siswa kan menimbulkan
kesan yang baik sesuai dengan tujuan
diadakannya pembudayaan 3S di SMA
Negeri 1 Tulungagung.
Bagi Peneliti Lain
Untuk kedepannya peneliti yang
akan datang bisa melakukan penelitian
yang membahas mengenai strategi
penanganan faktor-faktor penghambat
dalam pembudayaan 3S.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 2004, Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Elly M.Setiadi, H.Kama A.Hakam, Ridwan
Effendi, 2007. Ilmu Sosial Dan
Budaya Dasar, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group
Emzir,2010.Metodologi Penelitian
Kualitatif Analisis Data, Jakarta,
PT. Rajagrafindo Persada
Fatturahman Pupuh, 2010. Psikologi
Pendidikan, Bandung, Pustaka
Setia
Lickona Thomas, 2014. Pendidikan
Karakter, Bandung, Nusa Media
M. Munandar Soelaeman, 2000. Ilmu
Budaya Dasar, Bandung, PT. Refika
Aditama
Rachels James, 2004. Filsafat Moral,
Yogyakarta, Kanisius
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung, CV. Alfabeta.
Tjandra Meitasari, 2013. Perkembangan
Anak, Erlangga, PT. Gelora Aksara
UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional