Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ASET DESA (Suatu Penelitian Deskriptif Kualitattif di Desa Sambirejo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Keserjanaan Jenjang Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Pemerintahan
Disusun oleh:
POLIKARPUS DORE BEDA
14520058
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
ii
YOGYAKARTA
iii
HALAMAN MOTTO:
DENGARKAN, TERSENYUMLAH DAN SETUJU SAJA. LALU
LAKUKAN APAPUN YANG MEMANG INGIN KAMU LAKUKAN DARI
AWAL
ROBERT DOWNEY JR
SEDIKIT BICARA, TAPI BANYAK MELAKUKAN
iv
HALAMAN MOTTO:
DENGARKAN, TERSENYUMLAH DAN SETUJU SAJA. LALU
LAKUKAN APAPUN YANG MEMANG INGIN KAMU LAKUKAN DARI
AWAL
ROBERT DOWNEY JR
SEDIKIT BICARA, TAPI BANYAK MELAKUKAN
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, penyertaan, belaskasih, dan anugerahnya sehingga penulis
mampu menyelesaikan goresan demi goresan tulisan ini. Dan, sudah sepantasnya,
karya yang belum sempurna ini pun patut dirayakan sebagai karya penganugarehan
Tuhan.
Terimakasih dihaturkan setinggi dan sedalam mungkin untuk setiap
lingkungan, orang, suasana, dan beragam dimensi lainnya yang telah ikut
mengambil andil dalam penyelesaian karya ini. Penulis menyadari bahwa
penyelesaian karya ini tidak sekedar sebagai pemenuhan syarat untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan S1, tetapi juga sebagai ruang refleksi dimana
penulis membutuhkan tangan orang lain dalam proses yang tidak selalu mulus.
Karya ini di persembahkan untuk :
1. Untuk Keluarga Tercinta, Bapak Matheus O Beda, Ibu Irene Nau, dan Adik
Fordianus K Beda yang selalu setia berdoa dan selalu mendukung pendidikan
saya secara penuh.
2. Untuk Ibu Dra. B. Hari Saptaning Tyas, M.Si selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar dan total membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ini.
3. Teman-teman Ikatan Alumni Seminari Pius XII Kisol Yogyakarta. Sanpio 53
Yogyakarta ( Deni, Ito, Chandra, Varis, Geri, Dicky, Wawan, Fendy, Kardo,
Tommy, Andris, Yansen, Pian, Ofan, Goy, Even, Nardo) dan yang lain yang
selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan karya ini.
vi
4. Untuk Kelompok Studi Tentang Desa (Kae Evan Lahur, Fr. Jerrry Ranus, Fr.
Epin Hormat, Kae Arif Laga, Kae Safri Suhardi, Efrem Ergius, Gusti Unggal)
dan adik-adik serta teman seperjuangan ( Olan Erasmus, Fandry, Kris Syukur,
Yuni Jonta, Enik Gunda, Ocin, Tessa, Anjani, Gret, Pain, Igang, Egi, Nando,
Engel, Bayu, Yonas) dan adik-adik angkatan 2017 dan 2018 yang telah
membentuk kultur akademik dan kekeluargaan yang baik dan menunjang
proses belajar saya selama berkuliah. Salam Pemberdayaan!!!
5. Teman-teman STPMD APMD 2014 Manggarai (Rino, Asfram, Asty, Cindy,
Kae Ernest) yang dengan caranya masing-masing selalu mendukung.
6. Ase Kae Manggarai APMD (Kae Diwal, Kae Engkos, Kae Geri Kae Onos, Kae
Toje, Kae Frumen, Rino Bensi, Viki, Erfik, Oky ddl) yang selalu menjadi
partner diskusi dan teman ngopi di kampus.
Atas semua bentuk dukungan yang berlimpah, penulis mengucapkan terima kasih
kepada kalian semua. Semoga Tuhan dapat melimpahkan berkat dan rahmatNya
dalam keberlangsungan perjalanan hidup saudara/saudari sekalian, Amin.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, rahmat dan cinta-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul
“Strategi Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Aset Desa” dapat terselesaikan
dengan sangat baik, yang dapat dijadikan sebagai salah satu syarat akademik untuk
memperoleh gelar sarjana pada program Studi Ilmu Pemerintahan pada Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “ APMD” Yogyakarta.
Dalam penulisan skrispsi ini, penulis menyadari akan segala kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dan berterimakasih bila ada masukan
dan kritikan yang bersifat membangun sehingga selanjutnya dapat dijadikan bahan
untuk semakin menyempurnakan tulisan ini.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain, tulisan ini tidak
akan di selesaikan dengan baik sehingga penulis turut menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Almamater Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta sebagai tempat penulis menimbah ilmu dan pengalaman akademik.
2. Bapak Habib Muhsi, S.Sos, M.Si Selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M.A selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
viii
4. Untuk Ibu Dra. B. Hari Saptaning Tyas, M.Si yang telah membimbing saya
dengan sumbangan pikiran, pengetahuan serta gagasan yang mendukung dalam
penyusunan skripsi
5. Bapak/Ibu Dosen pengajar program studi Ilmu Pemerintahan STPMD
“APMD” Yogyakarta
6. Kepada seluruh Karyawan STPMD “APMD” Yogyakarta yang selalu
memberikan semangat kepada penulis
7. Kepada Pemerintah Desa serta Masyarakat Sambirejo sebagai tempat penelitian
dalam skripsi ini yang telah memberikan banyak informasi dan data kepada
penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Penulis selalu terbuka dan berterimakasih atas saran dan kritik yang
sifatnya membangun yang tentunya akan menjadi pelajaran yang tidak akan penulis
lupakan.
Yogyakarta, 17 Oktober 2018
Penulis
Polikarpus D Beda
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
SINOPSIS ........................................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 10
D. Kerangka Teori..................................................................................... 11
1. Strategi ........................................................................................... 12
a. Pengertian Strategi ............................................................. 12
b. Tingkat-tingkat strategi ...................................................... 17
c. Proses Strategi .................................................................... 18
2. Pemerintah Desa............................................................................. 23
3. Aset Desa ....................................................................................... 28
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 38
F. Metode Penelitian................................................................................. 38
a. Jenis Penelitian ......................................................................... 38
b. Unit Analisis ............................................................................ 39
c. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
d. Teknik Analisis Data ................................................................ 41
x
BAB II. PROFIL DESA SAMBIREO ............................................................. 42
A. Kondisi Geografis ................................................................................ 42
B. Demografi ............................................................................................ 44
C. Kondisi Sosial Budaya ......................................................................... 48
D. Ekonomi Masyarakat ........................................................................... 50
E. Pemerintahan ........................................................................................ 52
F. Organisasi ............................................................................................. 53
G. Sarana dan Prasarana............................................................................ 53
H. Struktur Organisasi Pemerintah Desa .................................................. 56
I. Badan Permusyawaratan Desa ............................................................ 63
J. Lembaga Kemasyarakatan ................................................................... 65
K. Lembaga Pendidikan ............................................................................ 66
L. Lembaga Keamanan ............................................................................. 67
BAB III. ANALISIS DATA ............................................................................ 69
A. Deskripsi Informan .............................................................................. 69
B. Analisis Data ........................................................................................ 72
1. Strategi Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Aset Desa
a. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan
Aset Sumber Daya Manusia ..................................................... 72
b. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset
Sumber Daya Alam .................................................................. 76
c. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Sosial ....... 79
d. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Finansial .. 81
e. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Fisik ........ 84
f. Strategi Pemerintah Desa dalam
Pengelolaan Aset Kelembagaan ............................................... 86
xi
g. Strategi Pemerintah Desa dalam
Pengelolaan Aset Spiritual/Budaya .......................................... 88
2. Kendala yang dihadapi Pemerintah Desa Sambirejo dalam
Pengelolaan aset desa sebagai implikasi
dari strategi yang dijalankan ................................................................ 90
BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 95
A. Kesimpulan .......................................................................................... 95
B. Saran ..................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1: Penggunaan Lahan Desa ............................................................. 44
TABEL 2.2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 44
TABEL 2.3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ........................................... 45
TABEL 2.4: Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ................................ 46
TABEL 2.5: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..................... 47
TABEL 2.6: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ....................................... 48
TABEL 2.7: Jenis Penambang Galian C Tahun 2014...................................... 50
xii
TABEL 2.8: Potensi Sektor Peternakan ........................................................... 51
TABEL 2.9: Organisasi yang di Desa Sambirejo ............................................ 53
TABEL 2.10: Sarana Keagamaan .................................................................... 53
TABEL 2.11: Sarana Pendidikan ..................................................................... 54
TABEL 2.12: Sarana Kesehatan ...................................................................... 54
TABEL 2.13: Jumlah Tenaga Kesehatan ......................................................... 55
TABEL 2.14: Sarana Olaharaga ...................................................................... 55
TABEL 2.15: Data Keanggotaan Pemerintah Desa ......................................... 62
TABEL 2.16: Data Keanggotaan BPD ............................................................ 63
TABEL 2.17: Jumlah Peraturan Desa .............................................................. 65
TABEL 2.18: Lembaga Kemasyarakatan Desa ............................................... 66
TABEL 2.19: Lembaga Pendidikan ................................................................. 66
TABEL 2.20: Lembaga Keamanan .................................................................. 67
TABEL 3.1: Informan Berdasarkan Umur....................................................... 70
TABEL 3.2: Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................................ 70
TABEL 3.3: Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................... 71
TABEL 3.4: Informan Berdasarkan Jabatan .................................................... 72
xiii
SINOPSIS
Munculnya Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa tentunya
memberi angin segar bagi desa bahwa desa diakui dan di beri kewenangan oleh
negara untuk mengurus dan mengelola rumah tangganya sendiri melalui asas
rekoginisi dan subsidiaritas. Tentunya melihat hal ini desa bisa di katakan harus
secara mandiri mengelola apa yang menjadi potensi-potensi desa dan tentunya
dapat bermanfaat untuk kepentingan Desa. Desa Sambirejo merupakan salah satu
desa di kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman yang dikenal dengan salah satu
desa yang kaya akan potensi alamnya. Tentunya hal ini menjadi modal desa dalam
pengembangan dan pembangunan desa kedepannya. Pemerintah desa di harapkan
dapat merumuskan strategi yang jitu agar dapat mengelola aset-aset desanya dengan
baik.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi ,
yakni: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentuan narasumber
yang digunakan adalah purposive. Teknik analisa data yang digunakan adalah
teknik analisis kualitatif. Selanjutnya kategori-kategori yang sudah diklasifikasikan
kemudian di kontruksikan dengan pendekatan kualitatif ke dalam sebuah deskripsi
yang utuh, selanjutnya dianalisis sampai memungkinkan untuk diambil kesimpulan.
Hasil Penelitian di Desa Sambirejo dapat di gambarkan sebagai berikut;
Pertama, Aset Sumber Daya Manusia. Pada tahap ini pemerintah desa Sambirejo
bisa dikatakan strategi yang di rancang pemerintah desa belum punya arah atau
fokus tujuan yang jelas untuk pengembagan sumber daya manusianya. Kedua, Aset
Sumber Daya Alam. Pemerintah Desa belum mampu melihat atau
mengidentifikasi segala potensi-potensi alam yang di desa yang dapat di
kembangkan dan di jadikan aset desa. Ketiga, Aset Sosial. Kesimpulan yang bisa
diambil ialah bahwa kehadiran kelompok-kelompok seperti ini belum sepenuhnya
ditangkap pemerintah desa sebagai partner yang baik dalam mencapai kesuksesan
bersama. Keempat, Aset Finansial. Kesimpulan yang bisa di tarik dari strategi
Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Finansial ialah bahwa kurangnya
transparansi juga dari Pemerintah Desa dalam pengelolaan keuangandi desa dan
kecendrungan pemerintah mengelola dana-dana yang ada di desa di pakai untuk
kepentingan pembangunan hal-hal fisik. Kelima, Aset Fisik. Pemerintah Desa
xiv
mengelola aset fisiknya hanya pada tahapan menjaga atau merawat belum pada
bagaimana aset-aset fisik yang ada bisa di kelola atau di pakai untuk menghasilkan
pendapatan yang tentunya dapat menguntungkan desa. Keenam, Aset
Kelembagaan. Kesimpulan singkat penulis terkait aset kelembagaan bahwa
strategi atau cara yang di pakai pemerintah desa dalam pengelolaan aset
kelembagaan belum efektif karena terbukti keterlibatan dari berbagai lembaga
masih sangat minim. Ketujuh, Aset Spiritual/Budaya. Kesimpulan ialah bahwa
pemerintah desa Sambirejo sudah bisa memelihara dan menjaga apa yang menjadi
kebiasaan dan istiadat masyarakat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
selanjutnya disebut dengan UU Desa, menjadi sebuah titik awal harapan desa untuk
bisa menentukan posisi, peran dan kewenangan atas dirinya. Harapan supaya desa
bisa bertenaga secara sosial dan berdaulat secara politik sebagai fondasi demokrasi
desa, serta berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara budaya sebagai wajah
kemandirian desa dan pembangunan desa. Harapan tersebut semakin menggairah
ketika muncul kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas sebagai azas utama
yang menjadi ruh UU ini.1
Wajah baru desa menjadi harapan mengiringi UU Desa dengan posisi, peran
dan kewenangan desa yang baru. Karena pada peraturan perundang-undangan
sebelumnya, kewenangan desa hanya bersifat target dan dengan UU Desa ini
kewenangan desa bersifat mandat. Kedudukan desa menjadi pemerintahan
masyarakat, hybrid antara self governing community dan local self government,
bukan sebagai organisasi pemerintahan yang berada dalam sistem pemerintahan
kabupaten/kota (local state government). Desa mempunyai posisi dan peran yang
lebih berdaulat, posisi dan peran yang sangat besar dan luas dalam mengatur dan
mengurus desa. Model pembangunan yang dulunya bersistem Government driven
1M. Silahuddin, Kewenangan Desa Dan Regulasi Desa. (Jakarta : Kementrian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015). Hal. 8.
2
development atau community driven development, sekarang bersistem Village
driven development.2
Selama enam dekade sejak 1945, Republik Indonesia tidak memiliki
regulasi tentang desa yang kokoh, legitimate dan berkelanjutan. Perdebatan
akademik yang tidak selesai, tarik menarik politik yang keras, kepentingan ekonomi
politik yang menghambat, dan hasrat proyek birokrasi merupakan rangkaian
penyebabnya. Desapun memiliki sejarah panjang dalam menjalankan rodah
pemerintahannya, hal ini juga di karenakan belum ada regulagi yang jelas untntuk
mengatur tentang desa, dan lebih spesifik berbicara mengenai kepentingan
masyarakat desa. Desa dalam berbagai literatur pembagian regulasi desa sangat
jelas bahwa regulasi desa sudah diatur oleh rezim sebelumya, beberapa regulasi
yang secara aksklusi mengatur tentang desa yakni: UU No. 22 Tahun 1948 tentang
Pokok Pemerintahan Daerah, UU No. 1 tahun 1957 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah, UU No. 19 tahun 1965 tentang Desa Praja, UU No. 5 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah, UU No. 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa, UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
terakhir (hingga sebelum 15 Januari 2014) adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sepanjang menyangkut Desa mulai dari Pasal 200 s/d Pasal
216 serta yang terbaru UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.3
Dalam undang-undang desa juga secara spesifik mengatur tentang
kewenangan desa, dan pemerintah pusat seluas-luasnya memberi kebebasan untuk
2 Ibid., hal. 9. 3 Ibid., hal. 6.
3
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan ketentuan dalam
regulasi, termasuk mengelola mengelola Aset Desa. Artinya desa dituntut untuk
mandiri dalam menjalankan roda pemerintahan dan menyelesaikan persoalan yang
ada di desa, baik dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan sosial masyarakat
desa. Kewenangan merupakan elemen penting sebagai hak yang dimiliki oleh
sebuah desa untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Dari pemahaman ini
jelas bahwa dalam membahas kewenangan tidak hanya semata-mata
memperhatikan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa namun harus juga
memperhatikan subjek yang menjalankan dan yang menerima kekuasaan.
Kewenangan harus memperhatikan apakah kewenangan itu bisa diterima oleh
subjek yang menjalankan atau tidak.4
Kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas UU Desa menghasilkan
definisi desa yang berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya. Desa didefinisikan
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.
Dengan definisi dan makna itu, UU Desa telah menempatkan desa sebagai
organisasi campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan (self governing
community) dengan pemerintahan lokal (local self government). Dengan begitu,
sistem pemerintahan di desa berbentuk pemerintahan masyarakat atau
4 Ibid., hal. 12.
4
pemerintahan berbasis masyarakat dengan segala kewenangannya (authority). Desa
juga tidak lagi identik dengan pemerintah desa dan kepala desa, melainkan
pemerintahan desa yang sekaligus pemerintahan masyarakat yang membentuk
kesatuan entitas hukum. Artinya, masyarakat juga mempunyai kewenangan dalam
mengatur desa sebagaimana pemerintahan desa.5
Dalam Pasal 19 dan 103 UU Desa disebutkan, Desa dan Desa Adat
mempunyai empat kewenangan, meliputi :6
a) kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini bebeda dengan
perundang-undangan sebelumnya yang menyebutkan bahwa urusan
pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa.
b) kewenangan lokal berskala Desa dimana desa mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus desanya. Berbeda
dengan perundang-undangan sebelumnya yang menyebutkan,
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/ kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa.
c) kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
d) kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5Ibid., hal. 11. 6Ibid., hal. 12-13
5
Kewenangan atau Hak Asal Usul dalam Pasal 19 huruf [a] UU Desa
mencakup pengertian; di mana hak-hak asli masa lalu yang telah ada sebelum lahir
NKRI pada tahun 1945 dan tetap dibawa dan dijalankan oleh desa setelah lahir
NKRI sampai sekarang termasuk hak-hak asli yang muncul dari prakarsa desa yang
bersangkutan maupun prakarsa masyarakat setempat sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Kewenangan asal-usul
yang diakui oleh negara meliputi: pengelolaan aset (sumberdaya alam, tanah ulayat,
tanah kas desa) dalam wilayah yurisdiksi desa, pembentukan struktur pemerintahan
desa dengan mengakomodasi susunan asli, menyelesaikan sengketa secara adat dan
melestarikan adat dan budaya setempat.
Kewenangan asal usul desa sebagaimana dalam Pasal 33 huruf [a] UU Desa
diuraikan Pasal 34 ayat (1) PP No. 43. Tahun 2014, yang paling sedikit kewenangan
tersebut terdiri atas : [a] sistem organisasi masyarakat adat; {b} pembinaan
kelembagaan masyarakat; [c] pembinaan lembaga dan hukum adat; [d] pengelolaan
tanah kas Desa; [e] pengembangan peran masyarakat Desa. Dan ruang lingkup
kewenangannya dibeberkan lagi secara rinci dalam Pasal 2 Permendesa PDTT No.
1 Tahun. 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan
Kewenangan Lokal Berskala Desa.
Kewenangan desa tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam
regulasi baru yang mengatur tentang desa, sebagaimana turunan dari azas rekognisi
dan subsidiaritas, dalam regulasi pun sudah dijelaskan bahwa kewenangan asal usul
diakui oleh negara yakni pengelolaan aset desa. Adapun hal-hal yang termasuk
dalam kategori aset desa meliputi: tanah kas desa, tanah ulayat, pasar desa, pasar
6
hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil
pertanian, hutan milik desa, mata air milik desa, permandian umum dan aset lainnya
yang sah menjadi milik desa.
Lahirnya Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa
mengembangkan misi tentang paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelola
desa secara nasional. UU Desa ini tidak lagi menempatkan desa sebagai latar
belakang Indonesia, tapi halaman depan Indonesia. UU Desa yang disahkan pada
akhir tahun 2013 lalu juga mengembangkan prinsip keberagaman, mengedepankan
azas rekognisi dan subsidiaritas desa. Lain dari pada itu, UU Desa ini mengangkat
hak dan kedaualatan desa yang selama ini terpinggirkan karena didudukkan pada
posisi subnasional. Padahal, desa pada hakikatnya adalah identitas bangsa yang
membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam bagian
penjelasan UU tersebut dinyatakan bahwa tujuan UU No.6 Tahun 2014 adalah
sebagai berikut: 7
1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah
ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;
7 Borni Kurniawan, Desa Mandiri, Desa Membangun. . (Jakarta : Kementrian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015). Hal. 9-10.
7
3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya
masyarakat Desa;
4. mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat Desa
untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan
bersama;
5. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan
efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;
6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa
guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara
kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
8. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional; dan
9. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangun
Setelah munculnya undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
tentunya memberi peluang besar untuk kemajuan desa. Dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa muncul asas rekognisi dan subsidiaritas. Asas
rekognisi mau menunjukkan bahwa negara mengakui keberadaan desa, artinya
bahwa desa dengan segala adat istiadatnya diakui beserta hak asal usul dan hak
tradisionalnya. Sedangkan subsidiaritas dimaksudkan desa diberi kepercayaan atau
kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat (lokal) berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan
8
atau hak tradisionalnya. Artinya dalam hal ini jelas bahwa setelah negara mengakui
adanya desa maka desa pun juga diberi kewenangan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, dan maka dari itu tentunya segala sesuatu yang ada di desa itu
menjadi kewenangan desa.
Salah satu hal penting yang ada di desa adalah aset desa. Aset desa ini sangat
penting ketika desa ingin mengurus rumah tangganya sendiri. Artinya kemandirian
desa, muncul ketika pemerintah desa dapat mengelola aset desanya dengan baik.
Aset ini menjadi tulang punggung yang baik bagi pemerintah desa agar dapat
dikelola dan menjadi satu item untuk menambah pendapatan desa. Keberadaan aset
desa di wilayah desa memiliki nilai strategis karena diakui secara legal dengan bukti
kepemilikan yang sah, dapat menghasilkan nilai ekonomi melalui proses
pengelolaan dan pengembangan serta memiliki manfaat untuk masyarakat desa
bahkan masyarakat lebih luas.
Pengelolaan aset desa adalah segala kegiatan dan tindakan terhadap aset
desa mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan,
penghapusan, pemindatanganan, penata usahaan, penilaian, pembinaan,
pengawasan dan pengadilan. Terkait pengelolaan aset desa ini, desa mendapat
mandat dalam pengelolaan agar pemerintah desa tidak memanfaatkannya untuk
kepentingan segelintir orang.
Konsep pengelolaan desa inilah yang menarik peneliti ini sekaligus stimulus
untuk menggali lebih dalam tentang strategi Pemerintah Desa Sambirejo,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman dalam mengelola aset desa. Dari hasil
9
penelitian yang di lakukan di temukan bahwa Pemerintah Desa Sambirejo memiliki
strategi dalam pengelolaan aset desanya. Strategi tersebut ialah Tri Bina yang terdiri
dari Bina Infrastruktur, Bina Ekonomi dan Bina Sosial.
Bina Infrastruktur ialah pembangunan infrastruktur secara berkala untuk
menujang kemajuan desa dengan mengedepankan transparansi dana, keikutsertaan
masyarakat serta asas keberlanjutan. Selain itu infrastruktur yang ada sebelumnya
secara berkala dilakukan perbaikan dan pemeliharaan agar dapat digunakan
bersama dan bertahan dalam waktu yang lama.
Bina Ekonomi ialah perkekonomian masyarakat memanfaatkan potensi
sumberdaya lokal dengan dukungan pemerintah setempat terutama dalam hal
bantuan modal, pembinaan serta upaya membangun jaringan dengan pihakl luar.
Dengan demikian masyarakat dapat mandiri dalam membangun perkekonomiannya
tanpa harus selalu bergantung dengan bantuan maupun pihak luar.
Bina Sosial dan Agama ialah kehidupan sosial memiliki peran penting
dalam membangun masyarakat. Jiwa kegotongroyongan merupakan modal yang
harus tetap dipertahankan ditengah arus globalisasi. Selain itu pendidikan menjadi
fokus untuk membangun masyarakat yang berwawasan. Selain itu dukungan dan
pembinaan terhadap kehidupan beragama akan menciptakan masyarakat yang
berakhlak berbudaya dan lingkungan yang makmur, aman sejahtera. Namun
strategi ini belum sepenuhnya menyentuh terkait pengelolaan aset- aset desa yang
ada di desa Sambirejo. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa seluas-
luasnya memberi kebebasan terhadap desa sebagaimana asas rekognisi dan
10
subsidiaritas sebagai roh dari Undang-Undang tersebut termasuk dalam mengelola
Aset Desa.
Ada beberapa alasan mendasar sehingga peneliti ingin menggali lebih
dalam tentang strategi pemerintah desa Sambirejo. yang pertama Desa Sambirejo
merupakan desa yang terletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sambirejo merupakan desa yang
sangat potensial terutama terkait sumber daya alam yang dimilikinya. Potensi
tersebut merupakan aset yang dimiliki oleh Desa Sambirejo. Akan tetapi yang
menjadi masalahnya pemerintah desa belum secara penuh atau secara serius melihat
dan menggali potensi desa yang ada sehingga bisa dijadikan aset desa untuk
kemudian bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang berguna atau bermanfaat bagi
masyarakat desa dan tentunya dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Kedua pemerintah desa belum mampu memberikan infomasi atau
mensosialisasikan aset desa yang ada agar aset desa yang ada dapat dimanfaatkan
secara baik oleh seluruh masyarakat desa yang ada dan mengelola aset desa dengan
baik dan tentunya berguna bagi masyarakat desa sendiri. Artinya dalam hal ini,
pemerintah desa belum mampu mendorong masyarakat desa yang belum membaca
peluang dengan adanya aset desa yang ada untuk dapat dimanfaatkan dan dapat
dikembangkan dengan baik dengan harapan seluruh masyarakat desa dapat
menikmati manfaat dari munculnya aset-aset desa yang ada.
Yang ketiga bahwa dilihat pemerintah desa belum mampu mengelola atau
memanajemen aset desa yang ada. Artinya sejauh ini pengelolaan aset desanya
11
hanya dilakukan begitu-begitu saja dan mungkin manfaatnya hanya dirasakan
sebagian masyarakat saja. Padahal akan ada banyak hal atau peluang yang muncul
ketika aset desa ini dapat dikembangkan atau dikelola dengan baik, terutama untuk
meningkatkan dan mengembangkan pendapatan masyarakat Desa Sambirejo.
B. RUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan topik penelitian yang hendak diajukan peneliti dan berdasarkan
latar belakang penelitian, maka ada beberapa rumusan masalah yang menjadi
rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian, yakni:
1. Bagaimana Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Desa di Desa
Sambirejo?
2. Apa kendala yang dihadapi pemerintah Desa Sambirejo dalam pengelolaan
aset desa sebagai implikiasi dari strategi yang dijalankan?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan
Berdasarkan topik penelitian yang hendak diajukan dan rumusan masalah
berkaitan dengan strategi pemerintah Desa Sambirejo dalam mengelola aset
desa, maka adapun tujuan dari penelitian ini yakni:
a) Menggambarkan strategi yang dipakai pemerintah Desa
Sambirejo dalam pengelolaan aset desa.
b) Mengetahui kendala yang dialami oleh pemerintah Desa
Sambirejo dalam pengelolaan aset desa.
12
c) Mendeskripsi upaya pemerintah Desa Sambirejo dalam
mengelola aset desa, sehingga desa bisa bertanggung jawab
secara sosial dan berdaulat secara politik sebagai fondasi
demokrasi desa, serta berdaya secara ekonomi dan
bermartabat secara budaya sebagai wajah kemandirian desa
dan pembangunan desa.
2. Manfaat
Manfaat penelitian yang di harapkan melalui penelitian ini adalah:
a) Secara akademis penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan
khususnya tentang strategi pemerintah desa dalam
pengelolaan aset desa.
b) Secara praktis penelitian ini mampu memberikan masukan
yang bermanfaat bagi Pemerintah Desa Sambirejo sebagai
penyelenggara pemerintahan desa agar mampu mengelola
aset desa yang ada dengan baik dengan strategi yang tepat.
D. KERANGKA TEORI
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Berkaitan dengan strategi ada beberapa macam yang menjadi pengertian
strategi yang dikemukakan oleh para ahli dalam hasil karya buku mereka masing-
masing. Secara asal muasal kata strategi berasal dari kata strategos dalam bahasa
Yunani merupakan gabungan dari stratos atau tentara dan ego atau pemimpin.
13
Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju.
Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Di dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah ataupun organisasi
non pemerintah, strategi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari
organisasi bersangkutan, hal ini disebabkan karena strategi sangat menentukan
sukses dan gagalnya kerja sebuah organisasi. Pada intinya hampir semua organisasi
menganggap strategi sangat penting dan khususnya organisasi pemerintah terutama
birokrasi sudah tidak asing dengan istilah strategi.
Organisiasi pemerintah baik pada tingkatan nasional maupun pada level
lokal, termasuk pemerintah desa terutama dalam mengambil suatu kebijakan
ataupun dalam implementasi suatu kebijakan harus memiliki strategi yang bisa
menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga di harapkan
kebijakan tersebut dapat mencegah persoalan yang terjadi terjadi persoalan dalam
lingkungan hidup bermasyarakat.
Strategi dirumuskan oleh pengambil keputusan untuk menentukan langkah
yang tepat dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Strategi yang dibuat
harus diimplementasikan dalam penyelesaian masalah sehingga tolak ukur strategi
akan dapat diukur dari implementasinya. Strategi merupakan salah satu yang
dibutuhkan oleh setiap manusia, organisasi, perusahaan, dan permerintah untuk
melakukan tindakan secara terencana dan terarah dalam mencapai tujuannya.
14
Pengertian strategi menurut para Ahli
(a) Hax dan Majluf sebagaimana dikutip dalam J.Salusu, merumuskan secara
komprehensif tentang strategi sebagai berikut:8
• Strategi ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu, dan
integral;
• Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran
jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;
• Menyeleksi bidang yang akan digeluti organisasi;
• Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;
• Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
(b) Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan,
penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan external dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran
dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi akan tercapai.9
(c) Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan dasar
jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-cara bertindak
dan alokasi sumber-sumber yang diperlukan.10
8J. Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik Dan Organisasi Non Profit
(Jakarja: Grasindo, 2016), hal. 100-101
9George A Stainer dan Jhon Minner, Manajemen Stratejik (Jakarta: Erlangga), hal. 20. 10Supriyono, Manajemen Strategik Dan Kebijaksanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE,1986)
15
(d) McNichols dikutip dalam J. Salusu, strategi ialah suatu seni menggunakan
kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya
melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang
paling menguntungkan. Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan kerangka dasar organisasi dengan
menggunakan sumberdaya yang ada dalam organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu, selalu berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
hubungan yang menguntungkan. Strategi yang dibuat harus menyesuaikan
dengan lingkungan yang berubah sehingga strategi menjadi fleksibel untuk
diterapkan dalam lingkungan.11
Pengambilan keputusan dilakukan oleh pengambil keputusan yang memiliki
peranan yang penting dalam menentukan kebijakan. Pengambilan keputusan harus
tepat sasaran untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Pengambilan
keputusan strategi menjadi hal yang penting untuk dilakukan dalam penyelesaian
permasalahan. Bahwa ”pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi”.12
Pengambilan keputusan memiliki suatu aturan kunci, yakni sekali kerangka
yang tepat sudah diselesaikan, keputusan dibuat. Menurut Brinckloe sebagaimana
dikutip J. Salusu, menegaskan bahwa keputusan dibuat untuk mempercepat
tindakan perubahan maka dari itu, pengumpulan keputusan hendaknya dipahami
11J . Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik Dan Organisasi Non Profit
(Jakarja: Grasindo, 2016), hal. 101 12Ibid., hal.48
16
dalam dua pengertian, yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan dari
cita-cita, aspirasi, dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya.
Keputusan stratejik berarti pilihan stratejik. Pilihan dari beberapa alternatif
stratejik. Pilihan itu berupa ketetapan mengenai aspirasi-aspirasi stratejik yang
realistik, yaitu keinginan yang masuk akal dan dapat direalisasikan. Pilihan itu
sekaligus merupakan pilihan strategi (Ansoff). Keputusan stratejik antara lain harus
dapat menentukan hubungan lembaga dengan lingkungan, yaitu hubungan yang
harus saling mempengaruhi satu dengan yang lain serta memberi arah bagi semua
kegiatan administratif dan operasional organisasi. Di samping tujuan, sasaran dan
ruang lingkup yang harus diperhitungkan dalam pembuatan keputusan stratejik,
perlu pula dipertimbangkan unsur keuangan, frekuensi pembuatannya serta jangka
waktu.13
Pengambilan keputusan menjadi suatu proses yang harus dijalankan
pemerintah untuk mendapatkan keputusan yang dapat menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya melalui diskusi. Diskusi dilakukan
untuk menentukan sebuah keputusan menjadi penting karena harus dapat
menampung seluruh aspirasi dan harapan dari seluruh pihak dalam mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak akan memiliki
banyak alternatif keputusan yang baik sesuai dengan lingkungan masing-masing,
sehingga harus disatukan dalam satu keputusan bersama dan implementasinya
13Ibid., hal. 111.
17
menjadi tanggungjawab bersama pula.
b. Tingkat-tingkat Strategi
Berbagai organisasi bisnis dapat dikategorikan pada dua kategori utama,
yaitu: organisasi bisnis yang hanya terlibat dalam satu bidang usaha dan organisasi
bisnis yang terlibat dalam berbagai bidang usaha. Berangkat dari kategorasi
demikian, dapat dikatakan bahwa untuk suatu organisasi yang hanya terlibat pada
satu bidang bisnis, strateginya hanya dua tingkat,14 yaitu:
1. Strategi pada tingkat korporasi
2. Strategi yang sifatnya fungsional
Strategi pada tingkat korporasi merupakan tanggungjawab sekelompok
orang yang menduduki posisi manajerial puncak, sedangkan perumusan dan
penentuan strategi fungsional diserahkan kepada manager yang bertanggung jawab
atas satu fungsi tertentu seperti produksi, pemasaran, keuangan dan accunting,
hubungan masyarakat dan lain sebagainya. Lain halnya dengan organisasi yang
terlibat dalam berbagai kegiatan bisnis. Korporasi demikian dikenal dengan
berbagai nama seperti “Group”, atau “konglomerat”, “Holding Company” atau
nama lain yang sejenisnya. Pada korporasi yang “multi bisnis” terdapat tiga tingkat
strategi, yaitu15 :
14Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta: PT Bumi Aska, 2011). hal. 21. 15Ibid., hal. 22.
18
a. Strategi tingkat korporasi
b. Strategi pada tingkat bidang satuan bisnis
c. Strategi tingkat fungsional
Satuan pada tingkat korporasi dirumuskan dan ditetapkan oleh kelompok
orang yang menduduki jabatan managemen puncak. Strategi pada tingkat bidang
satuan bisnis dirumuskan dan ditetapkan oleh para manager yang diserahi tugas dan
tanggungjawab oleh manajemen puncak untuk mengelola bisnis yang
bersangkutan. Strategi pada tingkat fungsional bersifat berkembang karena para
penanggungjawabnya hanya bertanggungjawab untuk merumuskan dan
menetapkan strategi yang menyangkut bidang fungsional tertentu dari satu bidang
bisnis.
Dengan pendekatan demikian, akan terwujud pengelolaan organisasi
berdasarkan pendekatan sistem di mana korporasi dipandang dan diperlakukan
sebagai satu satuan yang utuh yang terdiri dari berbagai komponen sebagai sub
system dan dibagi menjadi satuan satuan kerja fungsional yang semakin kecil.
Tetapi komponen-komponen itu tetap merupakan bagian dari sesuatu yang lebih
besar yang berarti bahwa sasaran fungsional merupakan bagian dari sasaran
kegiatan bisnis yang merupakan bagian dari tujuan korporasi sebagai keseluruhan.
c. Proses Strategi
Sebuah organisasi tanpa adanya strategi seumpama kapal tanpa pengemudi,
bergerak berputar tanpa lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara
tanpa tujuan tertentu. Fred R. David menjelaskan bahwa proses strategi terdiri dari
19
3 tahapan yaitu16:
(a) Perumusan strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke
depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan
tujuan strategis dan keuangan perusahaan serta merancang strategi untuk mencapai
tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan.
Dalam perumusan strategi juga ditentukan sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan. Teknik
perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja di
antaranya:
• Tahap input (masukan)
Di dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi
sebagai masukan awal sebagai dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi.
• Tahap pencocokan
Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada
menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-
faktor eksternal dan internal.
16Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), hal. 3.
20
• Tahap keputusan
Menggunakan satu macam teknik setelah diperoleh dari input sasaran
dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah diindentifikasi dalam
tahap dua.
(b) Implementasi Strategi
Implementasi strategis merupakan proses di mana beberapa strategi dan
kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi
dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen
strategi. Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan karena implementasi
berarti mobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap yang paling
sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Perumusan
strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
(c) Evaluasi strategi
Tahap akhir dalam strategi adalah evaluasi strategi. Ada tiga macam
aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi ialah :
• Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi.
• Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan).
• Mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang
21
sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi harus dirumuskan.
• Faktor-faktor strategi
Kesadaran setiap orang baik serta sebagai individu atau kelompok
organisasi, baik organisasi sosial maupun organisasi bisnis tentang tujuan yang
hendak dicapai akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan
sebuh usaha-usaha yang mengarahkan pada pencapaian tujuan disebut strategi.
Suatu strategi harus efektif dan jelas. Agar bisa mengarahkan organisasi kepada
tujuannya suatu konsep strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan
strategi, di antaranya17:
1. Lingkungan
Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi tetap dan selalu
berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala
sendi kehidupan manusia. Pengaruh lingkungan berdampak bagi individu
dalam masyarakat, tidak hanya kepada para pakar tetapi juga tingkah laku,
kebiasaan, kebutuhan dan pandangan hidup.
2. Lingkungan organisasi
Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan
organisasi yang ada.
3. Kepemimpinan
Sondang P. Siagian memberikan definisi tentang pemimpin
sebagai orang yang tertinggi dalam mengambil keputusan.18 Oleh karena
17Ibid., hal. 15. 18Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta: PT Bumi Aska, 2011). hal. 24.
22
itu setiap pemimpin harus menilai perkembangan yang ada dalam
lingkungan baik eksternal atau internal yang berbeda-beda.
Dari beberapa pengertian dan beberapa penjelasan di atas menyatakan
bahwa strategi ialah menjadi suatu kerangka yang mendasar dalam organisasi
sehingga organisasi memiliki arahan dan tujuan serta dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah. Hal ini membuat organisasi memiliki kekuatan
untuk dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan strategi organisasi.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa strategi ialah sebuah rencana awal
yang mendasar atau sebuah cara dari satu kelompok atau organisasi dengan
menggunakan sumberdaya yang ada dalam organisasi atau kelompok untuk
mencapai satu tujuan atau cita-cita bersama dalam kurun atau jangka waktu tertentu
maka adari itu strategi yang dibuat tentunya harus menyesuaikan dengan
lingkungan yang berubah sehingga strategi menjadi fleksibel untuk diterapkan
dalam lingkungan. Sama halnya seperti di desa Sambirejo bahwa strategi yang di
pakai pemerintah desa diharapkan betul-betul lahir atau muncul dari pikiran
masyarakat itu sendiri dan itu menjadi kesepakatan bersama sehingga strategi yang
di pakai sesuai dengan yang menjadi kebutuhan masyarakat atau desa.
2. Pemerintah Desa
Desa merupakan sebuah organisasi pemerintahan terendah dan merupakan
suatu organisasi yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Dengan demikian
desa menjadi sumber utama atau sumber dasar segala informasi atau data untuk
pemerintah supra desa dalam melaksanakan berbagai urusan pada masyarakat.
23
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dijelaskan bahwa desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang dihormati dan diakui dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Adapun pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa.
a. Kepala Desa
Menurut Sutoro Eko, legitimasi (kebebasan, kepercayaan dan hak
berkuasa) merupakan dimensi yang paling dasar dalam kepemimpinan
kepala desa. Kepala desa yang tidak legitimate akan sulit untuk mengambil
inisiatif yang paling fundamental. Legitimasi kepala desa akan menjadi
kuat bila ditopang dengan modal politik yang berbasis pada modal sosial
dan bukan karena modal ekonomi atau politik uang.19
Terkait dengan Kepala Desa, Undang-undang No 6 Tahun 2014
tentang Desa mengatur tugas, wewenang dan kewajiban kepala desa
dalam pasal 26. Adapun dalam pasal 26 ayat 1 ditegaskan bahwa kepala
desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan
19Sutoro Eko, Desa Membangun Indonesia (Yogyakarta: Forum pengembangan pembaharuan desa,
2014), hal. 158.
24
masyarakat desa.20 Selain itu dalam pasal 6 ayat 2 dijabarkan wewenang
kepala desa21, yakni:
• Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa
• Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa
• Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa
• Menetapkan peraturan desa
• Menetapkan anggaran dan belanja desa
• Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa.
• Mengembangkan sumber pendapatan desa
• Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagai kekayaan Negara
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
• Mengembangkan kehidupan sosial masyarakat desa
• Memanfaatkan teknologi tepat guna
• Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
• Mewakili desa di dalam dan luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
20Moch. Solekhan, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Malang: Setara Pers, 2014), hal.74. 21Ibid.
25
Selain itu, menurut pasal 26 ayat 4, Kepala Desa berkewajiban:
• Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan
UUD 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
• Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa
• Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan
• Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender
• Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang akuntabel,
transparan, professional, efektif dan efisien, bersih serta bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme
• Menjalin kerjasama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di desa
• Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
• Mengelola keuangan dan aset desa
• Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
desa
• Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa
• Mengembangkan perekonomian masyarakat di desa
• Membina dan melestrarikan nilai sosial budaya masyarakat desa
• Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di desa
• Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup
26
b. Perangkat Desa
Perangkat desa terdiri dari sekertaris desa, pelaksanaan
kewilayahan dan pelaksanaan teknis. Perangkat desa ini bertugas untuk
membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Perangkat desa diangkat dan diberhentikan oleh kepala desa serta dalam
pelaksanaan tugasnya perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala
desa.22
c. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Menurut Sutoro Eko, BPD merupakan lembaga yang menjalankan
fungsi pemerintahan sekaligus menjalankan fungsi menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat desa, melakukan pengawasan terhadap
kinerja kepala desa serta menyelenggarakan musyawarah desa.
Berdasarkan UU Desa (UU No. 6 Tahun 2014), secara fungsional BPD
berfungsi lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
Berdasarkan regulasi ini, maka sebenarnya terjadi eksklusi dan
penanggalan fungsi hukum BPD yang dimaksudkan untuk memperkuat
fungsi politik (representasi, kontrol dan deliberasi) oleh BPD. Pengaturan
fungsi politik BPD ini diarahkan pada penguatan kontrol dan legitimasi
22Ibid., hal.76.
27
kekuasaan kepala desa sekaligus menghindari relasi konfliktual kepala
desa versus BPD.23
BPD merupakan mitra kepala desa dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya. BPD merupakan wakil dari masyarakat desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang pengisianya dilakukan secara demokratis. BPD
beranggotakan minimal lima orang dan maksimal sembilan orang dengan
mempertimbangkan aspek keterwakilan dari segi wilayah, perempuan,
penduduk dan kemampuan keuangan desa. BPD memiliki beberapa tugas
dan fungsi, yakni: membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
desa dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa.
Berdasarkan penjelasan tentang pemerintah desa di atas, maka disimpulkan
bahwa pemerintah desa adalah kumpulan orang-orang atau individu-individu yang
berperan sebagai pihak peyelenggara atau yang melaksanakan roda pemerintahan
yang ada di desa. Adapun yang menjadi pemerintah desa adalah kepala kesa dan
dibantu oleh perangkatnya. Kepala desa dan perangkatnya inilah yang membantu
dan menggerakan masyarakat untuk melakukan proses pembangunan yang ada di
desa. Pemerintah desa inilah yang mempunyai andil besar dalam merumuskan
kebijakan dan strategi yang tepat agar arah atau tujuan suatu desa dapat dicapai
dengan baik. Maka dari itu pada porsi pemerintah desa perlu diisi oleh orang-orang
yang berkompeten atau yang mengenal desanya dengan baik agar mereka mampu
23 Op. Cit., hlm. 166-170.
28
merumuskan strategi atau cara yang benar untuk membawa desa nya kearah yang
lebih baik atau mencapai misi bersama.
3. Aset Desa
Aset adalah sesuatu yang mempunyai nilai tukar, modal dan kekayaan. Aset
desa segala sesuatu yang bernilai, yang dapat dikelola dan dikontrol oleh desa dan
dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Aset desa berasal
dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Pada umumnya aset desa
merupakan aset yang berwujud (tangible). 24
Didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, bahwa
munculnya asas rekognisi dan subsidiaritas secara tersirat menunjukan kepercayaan
negara terhadap desa untuk mengelola urusan rumah tangganya sendiri. Desa
diberikan wewenang untuk dapat mengelola beberapa urusannya secara mandiri
tanpa keikutsertaan atau campur tangan dari pemerintah supra desa. Aset desa
merupakan salah satu poin yang termasuk dibahas dalam Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang desa dan diberikan kewenangan kepada desa untuk dikelola
secara mandiri oleh pemerintah desa demi kepentingan desa sendiri. Sehingga
munculnya aset desa merupakan salah satu unsur penting bagi masyarakat dan
pemerintah desa.
Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
mendefinisikan aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli
24Sutaryono, Dyah Widuri, Akhmad Murtajib, Pengelolaan Aset Desa (Yogyakarta: FPPD, 2014),
hal. 1.
29
desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang sah. Kemudian pasal 76 ayat (1) dan (2) menyebutkan
secara rinci jenis Aset Desa25, yaitu sebagai berikut:
a) Aset Desa dapat berupa:
a. Tanah kas Desa;
b. Tanah ulayat;
c. Pasar Desa;
d. Pasar hewan;
e. Tambatan perahu;
f. Bangunan Desa;
g. Pelelangan ikan;
h. Pelelangan hasil pertanian;
i. Hutan milik Desa;
j. Mata air milik Desa;
k. Pemandian umum; dan
l. Aset lainnya milik Desa.
b) Aset lainnya milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain:
a. Kekayaan Desa yang di beli atau di peroleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
25Ibid., hal. 2-3.
30
Pendapatan dan Belanja Daerah serta Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa;
b. Kekayaan Desa yang di peroleh dari hibah dan sumbangan
atau yang sejenis;
c. Kekayaan Desa yang di peroleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Hasil kerja sama Desa; dan
e. Kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Rincian mengenai jenis aset desa tersebut merupakan pengakuan dari
pemerintah bahwa desa memiliki aset yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pendapatan asli desa. Aset desa tidak hanya untuk kepentingan meningkatkan
pendapatan asli desa tetapi juga untuk kepentingan yang lebih luas seperti
pembangunan pasar desa, sarana pendidikan dan sarana sosial lainnya untuk
menjunjung pelayanan publik dan lain-lain.
Selanjutnya pasal 76 ayat (3) hingga (6) memuat hal-hal sebagai berikut26:
a. Ayat 3: Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berskala lokal Desa yang ada di Desa dapat
dihibahkan kepemilikannya kepada Desa.
b. Ayat 4: Kekayaan milik Desa yang berupa tanah
disertifikasikan atas nama Pemerintah Desa.
26Ibid., hal. 4-5.
31
c. Ayat 5: Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah
digunakan untuk faslitas umum.
d. Ayat 6: Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan
bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara
tertib.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa kemajuan
yang sangat berarti berkenaan dengan Aset Desa.27 Kemajuan itu ditunjukkan
melalui beberapa hal, yakni:
a) penegasan digunakannya istilah aset desa yang memiliki
makna lebih luas dari kekayaan desa.
b) bervariasinya uraian mengenai aset milik desa baik aset
fisik/infrastruktur, aset finansial dan sumber daya alam.
Pemerintah telah memberi pengakuan (rekognisi) dan
proteksi terhadap aset desa seperti hutan milik desa,
tambatan perahu, dan mata air milik desa. Dengan kata lain,
Pemerintah telah memberi proteksi dengan melakukan
redistribusi sumber daya alam yang selama ini dikuasai oleh
negara.
27Desa=Demokratis Emansipasi Sejahtera Adil. Position Paper untuk RUU Desa.
(Yogyakarta:FPPD, 2013), hal. 77-78.
32
c) aset finansial bukan hanya meliputi kekayaan desa yang
dibeli dan diperoleh atas beban APB Desa/Daerah, namun
juga meliputi kekayaan desa yang dibeli dan diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ini
merupakan kemajuan bahwa desa mendapat pengakuan dan
penghormatan sebagai bagian dari sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia, bukan sebagai subsistem
kabupaten/kota.
d) proteksi terhadap aset desa juga diberikan pada kekayaan
milik desa yang selama ini telah diambil alih Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dikembalikan kepada desa kecuali
yang sudah digunakan untuk fasilitas umum. Hal ini
membuka upaya lebih luas lagi bagi desa dalam mengelola
berbagai aset desa untuk kesejahteraan warganya sejalan
dengan salah satu tujuan pengaturan desa, yaitu mendorong
prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk
pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan
bersama.
Selain itu, terkait aset desa ini ada beberapa hal penting terkait bentuk-
bentuk aset desa. Dalam konteks pemeberdayaan desa, aset desa dibedakan menjadi
7 (tujuh) bentuk. Aset desa tersebut untuk membangun kemandirian desa
33
sebagaimana tujuan pengaturan desa (lihat pasal 4 UU No. 6/2014). Bentuk-bentuk
Aset Desa:28
a. Aset Sumber Daya Manusia
Aset sumber daya manusia adalah keahlian yang dimiliki oleh
warga desa, misalnya, kemampuan warga desa di bidang menjahit,
membuat ukiran membangun rumah dan lain-lain. Keahlian lainnya
berkaitan dengan pemikiran, misalnya seorang guru yang bisa
mengajarkan kepada warga desa tentang ilmu tertentu. Sumber daya ini
pada dasarnya adalah milik individu tetapi pemerintah desa bisa
memanfaatkannya keahlian tersebut. Misalnya pemerintah desa
mendirikan sekolah dan para guru terlibat mengajar di sekolah itu.
b. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam misalnya berbentuk lahan perkebunan, ikan-
ikan atau kerang yang ada di sungai desa sumber air, sinar matahari, dan
pohon. Sumber daya alam adalah sumber-sumber yang berkait dengan
lingkungan alam baik udara, tanah maupun air yang memberikan
penghidupan bagi masyarakat. Sumber daya alam menjadi aset/kekayaan
desa manakala desa menguasai atau memiliki aset tersebut dan
pemerintahan desa bersama-sama warga masyarakat terlibat dalam
pengelolaannya. Penguasaan dan keterlibatan pengelolaan itu di
maksudkan untuk kesejahteraan warga desa.
28Sutaryono, Dyah Widuri, Akhmad Murtajib, Op. Cit., hal. 6-17.
34
c. Aset Sosial
Aset Sosial pada umunya dikaitkan dengan kolektivisme dan
kebersamaan yang memungkinkan berpengaruhnya secara politik,
sehingga sering disebut juga sebagai aset sosial dan politik. Contoh aset
sosial adalah organisasi yang ada di desa seperti kelompok keagamaan
yaitu NU, Muhammadiyah, Pemuda katolik dan lain-lain. Selain itu
kelompok-kelompok kultural seperti kelompok paduan suara dan
kelompok tari-tarian juga merupakan aset sosial.
Selain itu, organisasi atau kelompok di luar desa, misalnya LSM,
bisa disebut aset sosial selagi berkait dengan komunitas. Misalnya, LSM
Lembu Peteng bekerja dalam isu penanganan kekerasan terhadap rumah
tangga di Desa Sumberadi Kabupaten Sleman. LSM Lembu Peteng itu
adalah aset sosial. Warga desa dan pemerintah desa bisa memanfaatkan
aset sosial ini dengan cara misalnya membentuk jejaring. Buah dari
jejaring sosial itu akan berdampak kepada, misalnya masyarakat desa
menjadi semakin tahu tentang cara mengelola hutan rakyat yang ada di
desa setelah mengikuti serangkaian kegiatan LSM.
Berikut ini adalah contoh bagaimana masyarakat desa mendapatkan
manfaat dari aset sosial berupa organisasi. Masyarakat membentuk Asosiasi Mareje
Bonga untuk mengelola kawasan hutan Mareje Bonga di kabupaten Lombok
Tengah. Asosiasi Mareje Bonga merupakan aset sosial yang lahir dari masyarakat
dan kemudian didukung oleh pemerintah. Apa yang di lakukan oleh AMB
berdampak bagi kesejahteraan warga. AMB adalah contoh aset sosial.
35
d. Aset Finansial
Aset finansial adalah segala sesuatu yang bisa dijual, atau bisa
dimanfaatkan untuk menjalankan bisnis kecil-kecilan. Selain itu, Aset
finansial adalah kemampuan memperbaiki cara-cara menjual barang
sehingga anda bisa mendapatkan uang dan menggunakan apa yang ada
secara lebih bijak. Aset finansial juga bisa berupa sumber-sumber
keuangan seperti tabungan, kredit, pengiriman uang sebagai hasil kerja
dari luar negeri (remitansi) dan pensiun yang memberi alternatif bagi
sumber penghidupan secara berbeda.
Secara lebih khusus, aset finansial desa adalah segala macam
bentuk keuangan desa, baik yang bersumber dari Alokasi APBN,
swadaya masyarakat, Pendapatan Asli Desa (PADes), Alokasi Dana
Desa (ADD), bantuan pemerintah maupun bantuan dari pihak ketiga.
e. Aset Fisik (Sarana Prasarana)
Aset fisik misalnya dalam bentuk alat-alat pertanian, pertukangan,
alat-alat untuk pertemanan, pemancingan, alat transportasi yang bisa
disewa, rumah-rumah yang bisa jadi tempat pertemuan, atau alat-alat
lain seperti kendaraan, pipa air, dan sebagainya. Aset fisik juga bisa
disebut sebagai infrastruktur dasar (baik berupa transportasi, shelter,
air, energi, komunikasi), peralatan produksi dan alat-alat yang bisa
mendorong warga memiliki kemampuan untuk mendapatkan
penghidupan, termasuk di dalamnya adalah bangunan kantor, toko/kios
dan gedung serbaguna.
36
f. Aset Kelembagaan.
Aset kelembagaan berbentuk badan-badan pemerintah atau
lembaga-lembaga lain yang memiliki hubungan dengan masyarakat,
misalnya Komite Sekolah, layanan kesehatan, lembaga penyedia air
minum atau listrik, Posyandu, layanan pertanian dan peternakan.
Contoh-contoh ini biasanya memang disebut aset sosial karena berkait
dengan komunitas dan bisa sebut aset kelembagaan bila disponsosori
atau didanai oleh pemerintah. BUM Desa yang disponsori oleh desa
merupakan contoh aset kelembagaan. Salah satu kisah sukses tentang
BUM Desa desa Labbo di Kabupaten Bantaeng.
g. Aset Spiritual/Budaya
Aset ini mengenal nilai-nilai yang penting dan menggairahkan
hidup seperti nilai keimanan, kerelaan untuk berbagi dan saling
mendoakan. Nilai yang lain adalah nilai budaya seperti menghormati
orang tua dan menjalankan tradisi-tradisi lokal dalam menjalin
kerukunan dan kebersamaan.
Semua aset tersebut mempunyai peran yang sama dalam mendorong
pencapaian cita-cita menuju kehidupan dan kesejahteraan masyarakat dan desa
yang lebih baik. Aset desa dalam berbagai bentuknya tidak akan bermanfaat dan
berkembang untuk menyejahterakan warga masyarakat jika tidak dikelola dengan
baik. Desa sebagai entitas yang terdiri dari warga masyarakat, wilayah bernaung,
dan pemerintah desa dapat menjadi arena bersama untuk menyamai kehidupan dan
penghidupan dengan memanfaatkan aset yang mereka miliki.
37
Pembangunan komunitas berbasis aset yang diperkenalkan oleh ACCESS
Tahap II mengajak warga dan masyarakat desa menggali dan menemukan aset yang
dimiliki untuk dapat dikembangkan demi pengingkatan kesejahteraan di berbagai
bidang diantaranya sosial dan ekonomi. Aset ditempatkan sebagai kekuatan yang
sudah dimiliki, namun banyak aset yang belum di manfaatkan secara optimal dan
belum disadari bahwa aset tersebut dapat bermanfaat untuk meraih cita-cita di masa
depan. Aset desa dalam arti luas dimiliki baik di tingkat individu dan komunikatis
menjadi dasar bagi warga dan masyarakat untuk meningkatkan kekayaan dan
kesejahteraan.
Berdasarkan pengertian dan penjelasan tentang aset desa di atas, dapat
disimpulkan bahwa aset desa ialah sesuatu yang bernilai yang dapat dikelola atau
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dalam hal untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, dan aset desa dapat diperoleh dengan dibeli atau
dibebankan pada APBDes, serta diperoleh dengan perolehan lainnya yang sah.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dari berbagai pandangan teoritis tentang Strategi Pemerintah Desa dalam
Pengelolaan Aset Desa, dapat disimpulkan ruang lingkupnya yaitu:
a) Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Sumber Daya
Manusia.
b. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Sumber Daya
Alam.
c. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Sosial.
38
d. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Finansial.
e. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Fisik (Sarana dan
Prasarana)
f. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Kelembagaan.
g. Strategi Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Aset Spritual/Budaya.
F. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Dalam menjawabi rumusan masalah yang ada, penulis menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Menurut Staruss dan Juliet Corbin (1997),
penelitian kualitattif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai/diperoleh dengan menggunakan prosedur
statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantitatif/pengukuran (Khotijah,
Skripsi S-1 Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta, 2008. Hal 26).
b. Unit Analisis
Dengan menggunakan metode deskrptif kualitatif diatas maka penulis
meletakkan unit analisis pada obyek dan subyek penelitian. Obyek penelitian
dalam penelitian ini adalah strategi pemerintah desa dalam pengelolaan aset
desa. Sedangkan subyek penelitiannya adalah Pemerintah Desa Sambirejo
sebagai Pemangku Jabatan dan Pelaksana Pemerintahan, Kepala Desa,
Sekretaris Desa dan Kabid yang menangani bidang terkait, bersama BPD, dan
Tokoh Masyarakat.
39
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan tiga jenis metode
pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan dokumentasi.
a) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan akan gejala maupun segala bentuk dinamika
yang terjadi dalam unit analis Metode observasi menjadi penting
karena dalam penelitian kualitatif, peneliti diharuskan untuk
meleburkan diri ke dalam setting social, melakukan pengamatan
terhadap lingkungan, serta terlibat langsung dalam aktivitas yang di
geluti oleh subyek (David Marsh & Gerry Stoker 2012: 240).
Peneliti diharapkan mampu memberikan intervensi visual
terhadap dinamika lapangan yang terjadi, dan tidak sekedar berbasis
data statistik. Untuk itu segala aktivitas yang produksi dalam
lingkungan peneltian perlu menjadi data analisis dari peneliti, agar
mampu masuk dalam fenomena non administrasi, maupun
subyektivitas dari obyek wawancara.
b) Interview dan Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi antara peneliti
dengan subyek penelitian dengan melakukan komunikasi langsung
agar memperoleh data berupa keteragan. Wawancara didasarkan
pada panduan wawancara, pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan
penyelidikan informal semisal dengan melakukan diskusi mendalam
40
terkait sasaran penelitian.29 Dengan demikian, wawancara sebagai
panduan ide, dan berkembang secara terstruktur ataupun
nonstruktural dalam proses wawancaranya akan di lakukan terhadap
Pemerintah Desa Sambirejo Mulai dari Kepala Desa, Sekretaris dan
Kepala Seksi dan Kepala Urusannya masing-masing yang
membidangi hal terkait. Serta juga Tokoh masyarakat dan beberapa
perwakilan masyarakat yang bisa diwakili.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
jenis data berupa dokumen-dokumen formal yang dapat dijadikan
data mentah dalam analisis penelitian. Dokumen menyasar pada
aturan, dokumen perencanaan maupun kebijakan, serta dokumen
administrasi tertulis lainnya.
d. Teknik Analisis Data
Menurut Michael, analisis data adalah proses pengaturan
urutan data, pengorganisasian ke dalam suatu pola, kategori, dan satu
uraian dasar. Analisis data juga melibatkan pendekatan terhadap
pola uraian serta hubungan antara dimensi-dimensi yang ada.30
Dalam analisis data akan dilakukan analisa temuan data ke
dalam bentuk interpretasi melalui beragam pendekatan sehingga
dapat menghasilkan keterkaitan kesimpulan untuk menjawabi
29(Marsh David & Stoker Gerry, 2012:240). 30 Lexy J. Moelong 1999:103 dalam Skrisi Khotijah, 2008. Op.cit 28
41
kebutuhan penelitian. Analisa ini akan membentuk pengungkapan
fenomena ataupun isu tertentu yang merupakan akumulasi dari hasil
pengorganisasian data di atas.
42
BAB II
PROFIL DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN
KABUPATEN SLEMAN
A. Kondisi Geografis
1. Kondisi Fisik
Desa Sambirejo yang berada sekitar 6 km arah tenggara Kecamatan Prambanan dan
35 km arah timur ibu kota Kabupaten Sleman yang menempati areal perbukitan
berbatu, kering dan merupakan lahan kritis dengan kondisi jalan 90% menanjak
dengan ketinggian 1500-2000 dari permukaan laut, dengan curah hujan 2000-3000
mm/tahun dan suhu udara rata-rata 23-320 C.
Secara Administrasi Desa Sambirejo terletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Sleman dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Desa Pereng Prambanan Klaten dan Desa Kotesan Prambanan Klaten.
Selatan : Desa Wukirharjo dan Desa Sumberharjo Prambanan Sleman.
Barat : Desa Madurejo dan Desa Bokoharjo.
Timur : Desa Katekan Gantiwarno, Desa Sengon Prambanan dan Desa
Gayamharjo Prambanan.
Desa Sambirejo sendiri terdiri dari 8 Padukuhan yaitu Dusun Sumberwatu,
Dusun Dawangsari, Dusun Kikis, Dusun Gedang, Dusun Mlakan, Dusun
Gunungcilik, Dusun Gunungsari dan Dusun Nglengkong, yang meliputi:
1. Padukuhan Sumberwatu
Terdiri 4 Rukun Tetangga (RT) dan 2 Rukun Warga (RW).
2. Padukuhan Dawangsari
43
Terdiri 4 Rukun Tetangga (RT) dan 2 Rukun Warga (RW)
3. Padukuhan Kikis
Terdiri 7 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW)
4. Padukuhan Gedang
Terdiri 5 Rukun Tetangga (RT) dan 2 Rukun Warga (RW)
5. Padukuhan Mlakan
Terdiri 5 Rukun Tetangga (RT) dan 2 Rukun Warga (RW)
6. Padukuhan Gunungcilik
Terdiri 5 Rukun Tetangga (RT) dan 2 Rukun Warga (RW)
7. Padukuhan Gunungsari
Terdiri 8 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW)
8. Padukuhan Nglengkong
Terdiri 7 Rukun Tetangga 7 (RT) dan 3 Rukun Warga (RW)
2. Iklim
Karena letak desa yang berada di area pegunungan dengan ketinggian sekitar 1500-
2000 dari permukaan laut tentunya Desa Sambirejo memiliki iklim yang sejuk
dengan kisaran suhu 23-320 C dan curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
3. Luas Wilayah
Potensi Wilayah Desa Sambirejo dengan; lahan seluas 839.6375 Ha terbagi dalam
beberapa peruntukan seperti bangunan umum, jalan, sawah dan ladang,
permukiman, pekuburan, dan lain-lain (lapangan olahraga). Luas lahan yang
diperuntukan jalan seluas: 15.8800 Ha, Sawah dan Ladang seluas: 549.9214 Ha,
Pemukiman seluas: 37.500 Ha, Pekuburan seluas 0.4500 Ha, lain-lain termasuk
44
Kantor Desa dan Sekolahan. Sementara itu, penggunaan lahan untuk aktifitas
ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1: Tabel penggunaan lahan desa Sambirejo
No. Keterangan Luas (ha)
1. Penambangan galian C 6.325 ha
2. Tempat Wisata 5.605 ha
3. Perkantoran 0,4200 ha
4. Tanah Wakaf 0,1163 ha
5. Tanah Sawah 171.2704 ha
6. Pekarangan 239.8505 ha
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Dari tabel 2.1 dapat diketahui bahwa dari total luas wilayah yang digunakan sebesar
839.6375 ha. Wilayah yang paling banyak digunakan adalah area pekarangan yaitu
sebesar 239.8505 ha. Sedangkan luas tanah yang paling sedikit digunakan adalah
Tanah Wakaf yang hanya sebesar 0,1163 ha.
B. Demografi
Jumlah penduduk desa Sambirejo adalah 5.578 jiwa yang tersebar di 8 Padukuhan.
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 2.2: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
%
1. Perempuan 2.817 49,9 %
2. Laki-laki 2.820 50,0%
Total 5.637 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
45
Data pada tabel 2.2 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Sambirejo
berjenis kelamin laki-laki, yaitu 2. 820 jiwa (50,1 %) sementara jumlah penduduk
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 2.817 jiwa (49,9 %).
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 2.3: Jumlah penduduk berdasarkan usia
No. Usia Jumlah
Orang
Persentase
%
1. Balita 421 7,46 %
2. Anak-anak 535 9,49 %
3. Remaja 1.165 20,6 %
4. Dewasa 900 15,9 %
5. Usia Lanjut 2610 46,4 %
Total 5637 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
Berdasarkan tabel 2.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Sambirejo
yang paling banyak adalah penduduk yang berusia lanjut yaitu 46,4 %. Sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit adalah penduduk yang masih berusia balita yaitu
7,46 %. Sehingga dengan banyaknya jumlah penduduk usia lanjut menunjukan
populasi orang tua lebih dominan banyak dibandingkan pemuda atau pemudi di
Desa Sambirejo.
3. Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
46
Tabel 2.4: Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan
No Tingkat pendidikan L P Jumlah Persentase
%
1. Usia 3-6 th. yang belum
masuk TK
173
166
339
7,84 % 2. Usia 3-6 th. yang sedang
TK/PAUD
3. Usia 7-18 th. Tidak
pernah sekolah
226
201
427
9,88 %
4. Usia 7-18 th. Sedang
sekolah
5. Usia 18-56 th. Tidak
pernah sekolah
6. Usia 18-56 th. Tidak
tamat SD
7. Tamat Sd/sederajat 637 631 1268 29,3 %
8. Tamat SMP/sederajat 448 450 898 20,7 %
9. Tamat SMA/sederajat 730 607 1337 30,9 %
10. Tamat D1/sederajat - - - -
11. Tamat D2/sederajat 2 3 5 0,11 %
12. Tamat D3/Sederajat 8 11 19 0,43 %
13. Tamat S-1/Sederajat 11 14 25 0,57 %
14. Tamat S-2/Sederajat 1 1 2 0,04 %
Total 4.320 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
Dari tabel 2.4 bisa kita lihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan paling banyak di Desa Sambirejo didominasi oleh penduduk yang tamat
SMA yaitu 30,9 % sedangkan jumlah penduduk paling kecil dengan tingkat yang
pendidikan S-2 hanya 0, 04 %.
47
4. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 2.5: Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
No. Jenis Pekerjaan L P Jmlh Persent
ase%
1. Petani 466 527 993 17,6%
2. PNS 39 4 43 0,76 %
3. Pedagang 8 14 22 0,39 %
4. Perawat swasta - 2 2 0,03%
5. TNI 2 - 2 0,03%
6. POLRI 1 - 1 0,01%
7. Guru Swasta 2 5 7 0,12%
8. Tukang Batu 2 - 2 0,03%
9. Pembantu rumah tangga - 2 2 0,03 %
10. Arsitektur/Desainer 1 - 1 0,01 %
11. Karyawan Perusahaan
Swasta
271 168 439 7,78%
12. Wiraswasta 94 46 140 24,8%
13. Tidak Mempunya
Pekerjaan Tetap
7 5 12 0,21%
14. Pelajar 377 340 717 12,7%
15. Ibu Rumah Tangga 2 483 485 8,60%
16. Purnawirawan/Pensiunan 5 2 7 0,12%
17. Perangkat Desa 13 1 14 0,24%
18. Buruh Harian Lepas 739 421 1.160 20,5%
19. Pemilik usaha
warung,rumah makan,
dan restoran
4 6 10 0,17%
20. Pengrajin industri rumah
tangga lainnya
- 1 1 0,01%
21. Karyawan Honorer 1 4 5 0,08%
22. Buruh Tani 162 201 363 6,43%
23. Buruh Migran 1 1 2 0,03%
24. Peternak - 1 1 0,01%
25. Montir 1 1 2 0,03%
26. Bidan Swasta - 1 1 0,01%
27. Belum Bekerja 619 584 1.203 21,3 %
Total 2.817 2.820 5.637 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
Dari tabel no. 2.5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak
adalah penduduk yang mata pencahariannya buruh harian lepas yaitu 20,5 %,
kemudian di ikuti dengan yang mata pencahariannya sebagai petani yaitu 17,6.
48
Sedangkan di desa Sambirejo sendiri, masih ada juga penduduk yang belum
mempunyai pekerjaan dan jumlah penduduk yang belum kerja adalah 21,3 %.
5. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama
Tabel 2.6: Jumlah penduduk berdasarkan agama
No. Agama L P Jumlah Persentase
%
1. Islam 2.771 2.777 5.548 98,4 %
2. Kristen Protestan 4 5 9 0,15 %
3. Kristen Katolik 38 33 71 1,25 %
4. Hindu 2 3 5 0,08 %
5. Budha 1 0 1 0,01 %
6. Konghucu 1 2 3 0,05 %
Total 2.817 2.820 5.637 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Data yang tersaji pada tabel no. 2.6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa
Sambirejo beragama islam yaitu 5.548 (98,4%). Kemudian diikuti penduduk yang
beragama Katolik, yakni 71 orang (1,25%). Sedangkan jumlah penduduk Desa
Sambirejo yang beragama Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu kurang
dari 1%. Dengan ini mayoritas penduduk sambirejo menganut agama Islam.
C. Kondisi Sosial Budaya
Di desa Sambirejo ini terdapat beberap jenis kesenian daerah yang masih ada
sampai sekarang. Kesenian jathilan merupakan kesenian asli daerah Desa
Sambirejo. Selain hal tersebut penduduk di Desa Sambirejo banyak yang masih
tertarik dengan kesenian jathilan sehingga sampai saat ini keberadaan kesenian
jathilan masih exist. Selain itu, masyarakat juga masih mempertahankan adat
seperti; masih menjalankan berbagai upacara tradisi yang berkaitan dengan daur
hidup atau live circle, di antaranya adalah:
49
1. Upacara Mitoni, yaitu selamatan pada saat usia kehamilan mencapai
genap tujuh bulan.
2. Upacara puputan, yaitu upacara selamatan pada saat tali pusar bayi
sudah lepas/mengering.
3. Jagongan, yaitu upacara wungon (tidak tidur untuk semalam suntuk)
atau bertandang di rumah keluarga yang baru melahirkan bayi pada
malam hari selama kurang lebih 7 malam (satu minggu).
4. Selapanan, yaitu acara kenduri atau Selamatan bertepatan dengan usia
bayi 35 (tiga puluh lima hari) sebagai ungkapan rasa syukur.
5. Upacara kematian, dari surtanah, upacara kenduri tiga hari, tujuh hari,
40 hari, setahun, dua tahun sampai 1000 hari.
6. Upacara khitanan, yaitu tanda bahwa anak lelaki sudah mulai menginjak
aqil balig berangkat menjadi laki-laki dewasa.
7. Upacara pernikahan, dengan berbagai urutan pernak pernik tradisi jawa,
seperti siraman, midodareni, ijab, panggih dan resepsi.
8. Upacara Bersih Dusun/ Rasulan menandakan kesyukuran Kepada Yang
Maha Esa bahwa setelah Menanams semua tanaman pada musim hujan
dan telah membuahkan hasil/ panen.
Desa Sambirejo mempunyai beberapa peninggalan Candi Barong yang terletak di
dusun Sumberwatu, candi Ijo terletak di dusun Nglengkong, Candi Miri terletak di
Dusun Dawangsari, Situs Gupolo, Candi Tinjon di Gunungsari. Candi Barong
merupakan candi yang menempati posisi paling utara dari keseluruhan kompleks
candi yang ada di wilayah Desa Sambirejo.
50
D. Ekonomi Masyarakat
Struktur perekonomian Desa Sambirejo terbagi menjadi beberapa sektor. Sektor
utama adalah sektor pertambangan galian C dan pariwisata serta hutan rakyat dan
peternakan. Untuk sektor pertambangan galian C dominan terjadi di Padukuhan
Gunungsari, Mlakan dan Nglengkong dengan rincian tabel dan gambaran diagram
sebagai berikut:
Tabel. 2.7 : Jenis Penambang galian C Tahun 2014
Lokasi Penambang Jenis Produksi
Dusun Sumberwatu Tambang batu putih
Dusun Dawangsari -
Dusun Kikis -
Dusun Gedang Tambang Batu, Balok, Kerajinan
Dusun Mlakan Tambang Batu Putih
Dusun Gunungsari Penggergajian Batu Alam, Batu Batako,
Bengkok, Balok, Tambang Batu Putih
Dusun Gunungcilik Batu Pecah
Dusun Nglengkong Penggerajian Baru Alam, Batu Batako,
Bengkok, Balok, Tambang Batu Putih
51
Tabel 2.8: Potensi Sektor Peternakan Desa Sambirejo tahun 2014
Jenis ternak Jumlah (ekor) Usaha
Perorangan
Pengusaha kel/
koperasi
Sapi 1.216 815
Kambing 527 25
Ayam
Kampung
7.269 1.500
Ayam Broiler 9.000 6
Bebek/Itik 184 50
Menthok 446 50
Burung 134 35
Ayam Jawa
Super
1.000 3
Dari Tabel diatas terlihat bahwa ternak ayam kampung dan ayam broiler
merupakan jenis ternak yang paling banyak dimiliki masyarakat, hal ini disebabkan
karena ternak ayam lebih cepat dalam proses penjualannya. Sedangkan ternak sapi
masih menjadi alternatif lain karena bisa juga dijadikan sebagai tabungan dengan
harga jual yang tinggi dibandingkan ternak-ternak yang lain.
Potensi sektor kehutanan Desa Sambirejo adalah pada jenis tanaman kayu
jati, dengan luas hutan 0,5 ha. Sono keling 5 ha. Sedangkan untuk sektor
pertambangan pada Desa Sambirejo terdapat pertambangan Batu Putih yang
luasnya masing-masing adalah seluas 26,235 ha (Data Monografi Desa Sambirejo
2007).
52
Prasarana dan sarana ekonomi yang terdapat di Desa Sambirejo Kecamatan
Prambanan, terdiri dari:
1. Home Industri : 38 buah
2. Penggergakian batu alam : 24 buah
3. Batik Jumputan : 1 buah
Sarana-sarana ekonomi tersebut sangat bermanfaat bagi penduduk di Desa
Sambirejo sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat Sambirejo.
E. Pemerintahan
1. Pegawai pemerintahan desa
Adapun jumlah pegawai pemerintah desa, yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah Aparat : 19 orang
b. Jumlah Perangkat Desa : 17 orang
c. Jumlah staf : 3orang
2. Tingkat pendidikan aparat desa
a. Kepala Desa : SLTA
b. Sekretaris Desa : S1
c. Kepala Seksi Pemerintahan : SLTA
d. Kepala Seksi Kesejahteraan : SLTP
e. Kepala Seksi Pelayanan : SLTA
f. Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum : SLTA
g. Kepala Urusan Keuangan : SLTA
h. Kepala Urusan Perencanaan : SLTA
53
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan dari aparatur desa
Sambirejo paling tinggi berpendidikan SI dan paling rendah berpendidikan SLTA.
F. Organisasi
Tabel 2.9: Organisasi yang ada di Desa Sambirejo
No. Organisasi Jumlah
1. LPMD/LPMK 1
2. PKK 1
3. RW 19
4. RT 45
5. Karang Taruna 1
6. GAPOKTAN 8
Total 75
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
Dari tabel no. 2.7 terlihat jumlah organisasi terbanyak yakni 45 perkumpulan RT
dari setiap padukuhan yang ada di desa Sambirejo. Yang kemudian disusul oleh
perkumpulan RW yaitu sebanyak 19.
G. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Keagamaan
Tabel 2.10: Sarana Keagamaan
No. Tempat Ibadah Jumlah Persentase
%
1. Masjid 12 63,1 %
2. Mushola 6 31,5 %
3. Pura 1 5,2 %
Total 19 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Pada tabel no. 2.8 dapat dilihat bahwa 63,1% sarana keagamaan di desa Sambirejo
adalah sarana ibadah dari umat Muslim yang tersebar hampir diseluruh padukuhan.
54
Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduk Desa Sambirejo adalah pemeluk
agama Islam.
2. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Tabel 2.11: Sarana pendidikan
No. Nama Jumlah Persentase
%
1. Gedung TK 1 25 %
2. Gedung SD/ Sederajat 2 50 %
3. Gedung SMP/ Sederajat 1 25 %
Total 4 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Dari tabel no. 2.9 dapat kita lihat bahwa sarana dan prasarana pendidikan di desa
Sambirejo sangat minim hanya cuman punya gedung TK, SD, SMP sedangkan
untuk SMA/sederajat mereka kebanyakan sekolah di desa tetangga.
3. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Tabel 2.12
Sarana kesehatan
No. Sarana Kesehatan Jumlah Persentase
%
1. Puskesmas Pembantu 1 5 %
2. Posyandu 19 95 %
Total 20 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Sesuai tabel no. 2.10 diketahui bahwa jumlah sarana prasarana kesehatan di Desa
Sambirejo masih sangat minim dan betul-betul butuh perhatian. Fasilitas kesehatan
yang sangat minim jumlahnya tentunya juga bisa menjadi kendala untuk
masyarakat di desa Sambirejo terutama dalam penanganan kesehatan mereka.
55
Di satu sisi meskipun sarana kesehatan telah tersedia namun jika tidak adanya
tenaga kesehatan maka sarana kesehatan pun tidak dapat beroperasi sesuai dengan
fungsinya. Berikut adalah tabel tenaga kesehatan :
Tabel 2.13: Tabel jumlah tenaga kesehatan
No. Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase
%
1. Dukun bersalin terlatih 5 21,7 %
2. Bidan 1 4,3%
Total 23 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Dari tabel no. 2.11 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di Desa
Sambirejo juga masih sangat minim. Bidan saja cuman satu orang, sedangkan lima
nya cuman dukun bersalin terlatih, apa lagi dokter pun belum ada di Desa
Sambirejo. Tentunya dengan keadaan ini pelayanan kesehatan yang baik untuk
masyarakat desa Sambirejo masih sangat jauh dari yang namanya kesejahteraan.
4. Sarana Olahraga
Tabel 2.14 Sarana olahraga
No. Sarana Olahraga Jumlah Persentase
%
1. Lapangan sepak bola 1 14,2 %
2. Lapangan bulutangkis 5 71,4 %
3. Meja pingpong 3 42,8 %
Total 7 100 %
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
Kebutuhan akan olahraga tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pun
dengan masyarakat desa Sambirejo. Dari sarana-sarana olahraga yang ada, sarana
olahraga yang paling banyak adalah lapangan bulutangkis yaitu berjumlah 5 unit.
H. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
56
Organisasi Pemerintah Desa merupakan susunan atau penempatan jabatan dalam
suatu organisasi dengan tugas dan fungsi masing-masing sehingga tercipta suatu
kesatuan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam Permendagri No. 84
Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja (SOT) Pemerintah Desa,
dijelaskan bahwa Pemerintah desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat
Desa. Dalam pasal 2 dijabarkan juga bahwa Perangkat Desa terdiri atas Sekretariat
Desa, Pelaksana Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis.
Berikut adalah bagan organisasi pemerintah Desa Sambirejo :
Bagan Organisasi Pemerintah Desa Sambirejo
1. Tugas dan Fungsi Kepala Desa
Kepala desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah desa yang memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa bertugas menyelenggarakan
pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
KEPALA
DESA
STAF STAF
URUSAN
PERENCANAAN
DAN KEUANGAN
URUSAN UMUM
APARATUR
DESA DAN ASET
SEKRETARIS
SEKSI
PEMBANGUNAN
DAN
PEMBERDAYAAN
SEKSI
PEMERINTA
HAN
KETUA
BPD
DUKUH DUKUH DUKUH DUKUH
SEKSI
KEMASYAR
AKATAN
57
pemberdayaan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas tersebut kepala desa
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata praja
pemerintahan, penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah
pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan
upaya perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan dan
penataan dan pengelolaan wilayah.
b. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana
prasarana perdesaan dan pembangunan bidang pendidikan,
kesehatan.
c. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, social budaya masyarakat,
keagamaan dan ketenagakerjaan.
d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga dan karang taruna.
e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan
lembaga lainnya.
2. Tugas dan Fungsi Sekretariat Desa
Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dan dibantu oleh unsur staf
sekretariat. Sekretariat desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan yakni urusan
tata usaha dan umum, urusan keuangan, dan urusan perencanaan, dan paling sedikit
dua urusan yaitu urusan umum dan perencanaan, dan urusan keuangan.
58
a. Sekretaris Desa
Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan sekretariat desa. Sekretaris
desa bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan.
Untuk melaksanakan tugas, sekretaris desa mempunyai fungsi:
1) Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah,
administrasi surat menyurat, arsip dan ekspedisi.
2) Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi
perangkat desa dan kantor, penyediaan prasarana perangkat desa
dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset,
inventarisasi, perjalanan dinas dan pelayanan umum.
3) Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi
keuangan, adminstrasi sumber-sumber pendapatan dan
pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, administrasi
penghasilan kepala desa, perangkat desa, BPD dan lembaga
pemerintahan desa lainnya.
4) Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana
anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-
data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan
evaluasi program serta penyusunan laporan.
b. Tugas dan Fungsi Kepala Urusan
Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat. Kepala urusan bertugas
membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung
59
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Dan untuk melaksanakan tugas kepala
urusan mempunyai fungsi :
1) Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti
melaksanakan urusan ketatausahaan seperti melaksanakan
urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat
menyurat, arsip dan ekspedisi, dan penataan administrasi
perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan
kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi,
perjalanan dinas dan pelayanan umum.
2) Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan
urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,
administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran,
verifikasi administrasi keuangan, dan administrasi penghasilan
kepala desa, perangkat desa, BPD dan lembaga pemerintahan
desa lainnya.
3) Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengkoordinasikan
urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, mengiventarisir data-data dalam
rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi
program, serta penyusunan laporan.
c. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi
60
Kepala seksi berkedudukan sebagai unsure pelaksana teknis. Kepala seksi bertugas
membantu kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional. Untuk melaksanakan
tugas kepala seksi mempunyai fungsi :
1) Kepala seksi pemerintahann mempunyai fungsi melaksanakan
manajemen tata praja pemerintahan, menyusun rancangan
regulasi desa, pembinaan masalah pertahanan, pembinaan
ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan
masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah,
serta pendataan dan pengelolaan profil desa.
2) Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan
pembangunan sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang
pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi serta motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan
hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga dan karang
taruna.
3) Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan
penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan
kewajiban masyarakat, meningkatkan upaya partisipasi
masyarakat, pelestarian nilai social budaya masyarakat,
keagamaan dan ketenagakerjaan.
3. Tugas dan Fungsi Pelaksana Kewilayahan
Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai satuan
tugas kewilayahan. Jumlah unsur pelaksana kewilayahan ditentukan secara
61
proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dengan kemampuan
keuangan desa serta memperhatikan luas wilayah kerja, karakteristik, geografis,
jumlah kepadatan penduduk, serta sarana prasarana penunjang tugas.
Tugas kewilayahan meliputi : penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa. Pelaksana kewilayahan dilaksanakan oleh kepala dusun atau
sebutan lain.
4. Tugas dan Fungsi Pelaksana Teknis.
Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas
operasional. Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi yaitu seksi
pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi pelayanan, paling sedikit dua seksi
yaitu seksi pemerintahan, serta seksi kesejahteraan dan pelayanan. Masing-masing
seksi dipimpin oleh kepala seksi.
Tabel 2.15: Data Keanggotaan Pemerintah Desa
No. Nama Jabatan Pendidikan
Terakhir
Tanggal
Lahir
Alamat
(Padukuhan)
1. Mujimin Kepala Desa SLTA 08/06/1966 Gunungsari
2. Mujimin
S.Sos
Sekretaris S1 05/04/1973 Gedang
3. Tukiman Kepala Seksi
Pemerintahan
SLTA 18/03/1966 Gunungsari
4. Ngatijo Kepala Seksi
Kesejahteraan
SLTP 20/05/1956 Gunungsari
5. Supandi Kepala Seksi
Pelayanan
SLTA 06 /05/1967 Kikis
6. Muryanto Kepala Urusan
Keuangan
SLTA 08/05/1982 Nglengkong
7. Tarini Kepala Urusan
Tata Usaha dan
Umum
SLTA 09/02/1965 Nglengkong
8. Rantini Kepala Urusan
Perencanaan
SLTA 18/10/1971 Gedang
62
9. Abdul Azis Staf S1 24/11/1986 Nglengkong
10. Sri Yanto Staf SLTA 25/12/1989 Nglengkong
11. Sehono Staf SD 19/09/1948 Gunungsari
12. Teguh
Widodo
Dukuh SLTA 07/07/1974 Sumberwatu
13. Jumiran Dukuh SLTP 05/04/1972 Dawangsari
14. Bagiyo Dukuh SLTA 15/09/1970 Kikis
15. Suharto Dukuh SLTP 25/05/1959 Gedang
16. Jaini Dukuh SLTP 10/11/1968 Mlakan
17. Pardiyono Dukuh SLTP 29/08/1964 Gunung Cilik
18. Maryono Dukuh SLTA 07/07/1974 Gunungsari
19. Ahmadi Dukuh SLTA 11/03/1968 Nglengkong
I. Badan Permusyawaratan Desa
1. Data Keanggotaan BPD
Berikut adalah data keanggotan BPD Desa Sambirejo:
Tabel 2.16 Data keanggotaan BPD
No. Nama Jabatan Pendidikan
Terakhir
Tanggal
Lahir
Alamat
Padukuhan
1. GIYATNO Ketua SLTA 19/03/1983 Nlengkong
2. SUMAJI Wakil Ketua SLTA 02/07/1974 Nlengkong
3. PURNOMO Sekretaris SLTA 10/07/1981 Gedang
4. SAMIDI Anggota SLTA 06/05/1975 Kikis
5. KHOLIQ Anggota SLTA 24/04/1981 Gunungsari
6. BAGIYO Anggota SLTA 04/10/1971 Gunungcilik
7. PAIYEM Anggota SLTP 20/11/1976 Mlakan
8. SUKARDI Anggota SLTP 02/01/1978 Mlakan
9. SAKIJO Anggota SLTA 01/11/1970 Dawangsari
10. HERI P Anggota SLTA 27/03/1978 Sumberwatu
Sumber: Arsip Desa Sambirejo
63
Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat BPD di Desa
Sambirejo merupakan unsur penyelenggara pemerintah desa Sambirejo, yang
adalah wakil dari masyarakat desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang
ditetapkan secara musyawarah dan mufakat.
Dari tabel no. 2.13 dapat dilihat bahwa jumlah anggota BPD di Desa
Sambirejo sebanyak 10 orang yang dimana anggota BPD yang berpendidikan
terakhir SLTA sebanyak 8 orang, yang berpendidikan SLTP sebanyak 2 orang.
Namun dalam pasal 54 UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, menyebutkan bahwa
salah satu persyaratan untuk menjadi anggota BPD adalah berpendidikan paling
rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan masih adanya anggota BPD desa Sambirejo yang berpendidikan
paling rendah SLTP berarti pemerintah desa Sambirejo sudah mengikuti aturan
yang mengikat diatasnya.
64
Berikut adalah bagan struktur organisasi kepengurusan BPD sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
KEPENGURUSAN BPD DESA SAMBIREJO
PERIODE 2013-2019
Sumber : Arsip Desa Sambirejo
2. Produk Legislasi Yang Dihasilkan BPD
Produk legislasi yang dihasilkan BPD adalah berupa Peraturan
Desa. Ketentuan Pasal 7 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud
dengan Peraturan Desa adalah “Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
ANGGOTA
KHOLIQ
SEKRETARIS
PURNOMO
ANGGOTA
PAIYEM
ANGGOTA
SAMIDI
ANGGOTA
SAKIJO
ANGGOTA
HERI
PRASETYO
ANGGOTA
BAGIYO
ANGGOTA
SUAKRDI
KETUA
WIYATNO
WAKIL KETUA
SUMAJI
65
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa”. Berikut adalah tabel produk legislasi yang telah dihasilkan.
Tabel 2.17: Jumlah Peraturan Desa
No. Tahun Pembuatan Produk Legislasi Jumlah Persentase
%
1. 2014 3 42,8 %
2. 2015 2 28,5%
3. 2016 2 28,5%
Total 7 100%
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
Dari tabel 2.14 dapat kita lihat bahwa jumlah produk legislasi atau peraturan
desa yang dihasilkan oleh BPD dan Pemerintah Desa Sambirejo dari tahun ke tahun
berbeda. Seperti pada tahun 2014 yang mengasilkan 3 peraturan desa. Kemudian
pada tahun 2015 menurun menjadi 2 peraturan desa. Sedangkan pada tahun 2016
tidak mengalami perubahan karena hanya menghasilkan 2 peraturan desa. Jadi
peraturan desa terbanyak di buat di tahun 2013.
J. Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
Lembaga kemasyarakatan Desa bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat
desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta
merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan
masyarakat desa. Adapun beberapa Lembaga kemasyarakatan Desa di desa
Sambirejo:
Tabel 2.18: Lembaga Kemasyarakatan Desa
66
No Nama Lembaga Jumlah Jumlah Pengurus
1. LPMD/LPMK atau sebutan lain 1 27 orang
2. PKK 1 30 orang
3. Karang Taruna 1 24 orang
4. Kelompok Tani/Nelayan 8 64 orang
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
K. Lembaga Pendidikan
Lembaga Pendidikan tentunya merupakan tempat berlangsungnya proses
pendidikan, baik itu di lingkungan keluarga, di sekolah ataupun di masyarakat.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini sangat penting bagi semua orang
untuk mendapatkan pendidikan. Sekarang ini sudah banyak orang ataupun
masyarakat Indonesia yang memahami dan mengetahui seberapa penting
pendidikan, karena itu sekarang ini semakin banyak lembaga pendidikan yang
bermunculan. Hal yang serupa juga terjadi di desa sambirejo, berikut di jabarkan
beberapa lembaga pendidikan yang ada:
Tabel 2.19: Lembaga Pendidikan
No Nama Jumlah
1. TK 1
2. SD 2
3. SMP 1
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016
L. Lembaga Keamanan
Lembaga keamanan adalah lembaga yang khusus mengurusi di
bidang keamanan, yang menjaga dan melindungi kenyamanan hidup
67
bermasyarakat. Kehadiran lembaga keamanan ini di harapkan dapat membantu
pemerintah desa dalam menjaga dan merawat kenyamanan kehidupan
bermasyarakat. Untuk desa Sambirejo sendiri tentunya memiliki lembaga
keamanan yang terdiri dari:
Tabel 2.20: Lembaga Keamanan
No Nama Jumlah Jumlah Anggota
1. Hansip dan Linmas 1 90
2. Trantiblinmas 2 2
Sumber: Arsip Desa Sambirejo 2016