Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara (2)

Embed Size (px)

Citation preview

  • STRATEGI PENGELOLAAN BARANG MILIK

    NEGARA/DAERAH

    Disusun oleh :

    Rizal Rahadiana

    (Absen 27 / NIM 09.6113)

    Kelas 4SE2

    SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

    JAKARTA

    2013

  • 1

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Setiap tahun pemerintah melakukan pengadaan barang yang dibiayai dari

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Setiap tahun pula berarti jumlah aset

    bertambah. Barang-barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN tersebut dapat

    diidentifikasikan sebagai bagian dari Barang Milik Negara (BMN). Hal ini berdasarkan

    pengartian BMN, pasal 1 butir 10 UU No 1 tahun 2004, yaitu semua barang yang dibeli

    atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehanlainnya yang sah. Sedangkan

    barang-barang yang berasal dari perolehan yang sah ini batasan pengertiannya adalah

    barang-barang yang menurut ketentuan perundang-undangan, ketetapan pengadilan,

    dan/atau perikatan yang sah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara. implikasi dari semua

    itu adalah, dengan bertambahnya Barang Milik Negara/Daerah di setiap tahunnya, berarti

    bertambah pula kekayaan Negara.

    Sebagai salah satu dari kekayaan Negara, maka sudah seharusnyalah BMN/D

    dalam hal ini memiliki tata kelola yang baik. Tata kelola yang baik tersebut harus

    diwujudkan, karena apabila dalam tata kelola tersebut dilakukan secara tidak benar atau

    tidak bersungguh-sungguh, maka sama saja dengan menyianyiakan kekayaan Negara. Hal

    itu juga berarti pemerintah, dalam hal ini pemangku amanat dari rakyat, tidak dapat

    mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dia kuasai (BMN/D) yang pada

    hakekatnya adalah semuanya milik rakyat.

    BMN/D memiliki fungsi yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan

    tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sarat dengan potensi konflik kepentingan.

    Banyak permasalahan yang timbul dalam system pengelolaan BMN/D di Indonesia.

    Apabila kita tengok di masa sebelum reformasi, masalah akuntabilitas memiliki

    permasalahan yang sangat kronis. Beberapa permasalahan tersebut adalah :

    belum lengkapnya data mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status kepemilikannya;

    belum tersedianya database yang akurat dalam rangka penyusunan Neraca

    Pemerintah;

    pengaturan yang ada belum memadai dan terpisah-pisah;

    kurang adanya kesamaan persepsi dalam hal pengelolaan BMN.

  • 2

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Setelah Negara Indonesia mengalami reformasi, bangsa Indonesia mulai tersadar

    dan bergegas melakukan pembenahan-pembenahan. Dinataranya yaitu pembuatan

    Undang-Undang dan peraturan yang berkaitan dengan tata kelola BMN/D. UU no 17 tahun

    2003 tentang keuangan Negara, UU no 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara dan

    PP no 6 tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah keppres no 17 tahun

    2007 tentang tim penertiban barang milik Negara, disusun demi terciptanya tatakelola

    BMN/D yang baik. Tetapi hal ini belum berarti permasalahn-permasalahn pengelolaan

    BMN/D ini selesai begitu saja. Malahan BPKP dalam RDP dengan DPR-RI 12 juni 2007

    mengungkapkan bahwa asset negara dihampir 90 % lembaga negara belum dikelola

    secara profesional, sehingga kualitas laporan keuangan buruk.

    Satu dasawarsa setelah negeri ini reformasi, belum cukup untuk menjadikan

    baiknya tata kelola BMN/D. Kenyataan tersebut menyiratkan bahwa permasalahan ini

    merupakan permasalahan yang sangat pelik. Sebagaimana yang terkandung dalam PP

    Nomor 6 tahun 2006, yaitu tidak sekedar administratif, tetapi lebih maju berpikir dalam

    menangani asset negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan

    menciptakan nilai tambah dalam mengelola asset. Berangkat dari hal tersebut, penulis

    tertarik untuk membahas lebih lanjut lagi terkait dengan strategi pengelolaan Barang Milik

    Negara/Daerah. Seperti apakah siklus atau proses pengelolaan Barang Milik Negara,

    permasalahan-permasalahan apa yang terjadi, serta strategi seperti apakah yang pemerintah

    siapkan untuk memperbaiki tata kelola BMN/D di Indonesia.

    1.2. Tujuan

    Untuk menggambarkan siklus atau proses pengelolaan BMN/D di

    Indonesia.

    Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses

    pengelolaan BMN/D

    Untuk mengkaji strategi apakah yang pemerintah siapkan untuk

    memperbaiki tata kelola BMN/D di Indonesia.

    BAB II

    KONSEP DEFINISI

  • 3

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    2.1. Barang Milik Negara/Daerah

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

    Barang Milik Negara/Daerah yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

    Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dijelaskan bahwa

    yang disebut sebagai barang milik daerah sebagai berikut:

    1. Barang milik Daerah meliputi:

    a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan

    b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

    2. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

    a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

    b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

    c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

    d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

    memperoleh kekuatan hukum tetap.

    Di sisi lain, BMN/D dapat kita artikan juga sebagai asset Negara. Pernyataan

    Standar Akuntasi Pemerintahan (PSAP) Nomor 7 tentang Akuntansi Aset tetap,

    menyatakan bahwa aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

    pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

    dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun

    masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan

    yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber sumber daya

    yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset tetap adalah aset berwujud yang

    mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan

    pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

    2.2. Ruang Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

    Barang Milik Negara/Daerah yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, maka pengelolaan barang milik daerah meliputi :

    1) perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

    2) pengadaan;

    3) penggunaan;

  • 4

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    4) pemanfaatan;

    5) pengamanan dan pemeliharaan;

    6) penilaian;

    7) penghapusan;

    8) pemindahtanganan;

    9) penatausahaan;

    10) . pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

    2.3. Pejabat di Lingkungan Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Secara umum, pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah merupakan bagian dari tugas

    Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. BMN/D merupakan salah satu asset atau kekayaan

    Negara yang memiliki peran vital dalam penyelengaraan pemerintahan Indonesia. Adapun

    secara struktural, pejabat-pejabat yang berada pada lingkungan pengolaan Barang Milik

    Negara adalah :

    Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab

    menetapkan kebijaksanaan dan pedoman, serta melakukan pengelolaan BMN.

    Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN

    Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk

    oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam

    penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

    2.3.1. Pejabat di Lingkungan Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

    Pejabat Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) antara lain adalah :

    1. Pengelola BMN adalah Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

    (BUN).

    2. Pengguna BMN adalah Menteri/Pimpinan Lembaga, yang secara fungsional

    dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama.

    3. Kuasa Pengguna BMN adalah Kepala Kantor dalam lingkungan

    kementerian/lembaga. Pada unit pusat Kuasa Pengguna BMN dijabat oleh Kepala

    Biro yang menangani pengelolaan BMN pada kesekretariatan (di BPS adalah

    Kepala Biro Umum).

  • 5

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Pejabat Pengelola BMN adalah Menteri Keuangan yang mempunyai wewenang

    dan tanggung jawab sebagai berikut :

    a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan

    barang milik negara;

    b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik negara;

    c. menetapkan status penguasaan dan penggunaan barang milik negara;

    d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah dan

    bangunan yang memerlukan persetujuan DPR;

    e. memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan barang milik negara

    berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPR sepanjang

    dalam batas kewenangan Menteri Keuangan;

    f. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan barang

    milik negara berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan persetujuan

    DPR sepanjang dalam batas kewenangan Presiden;

    g. memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan dan penghapusan

    barang milik negara selain tanah dan bangunan sesuai batas kewenangannya;

    h. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan barang

    milik negara selain tanah dan bangunan kepada Presiden atau DPR;

    i. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan

    bangunan;

    j. memberikan keputusan atas usul pemanfaatan barang milik negara selain tanah

    dan bangunan;

    k. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik negara

    serta menghimpun hasil inventarisasi; m. melakukan pengawasan dan

    pengendalian atas pengelolaan barang milik negara; n. menyusun dan

    mempersiapkan Laporan Rekapitulasi barang milik negara/daerah kepada

    Presiden sewaktu diperlukan.

    Sementara itu Pejabat Pengguna Barang Milik Negara adalah Menteri/pimpinan

    lembaga selaku pimpinan kementerian negara/lembaga, yang berwenang dan

    bertanggungjawab untuk :

    a) menetapkan kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabat yang mengurus dan

    menyimpan barang milik negara;

  • 6

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    b) mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik negara untuk

    kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya;

    c. melaksanakan pengadaan barang milik negara sesuai dengan perundang-

    undangan yang berlaku;

    d. mengajukan permohonan penetapan status tanah dan bangunan untuk

    penguasaan dan penggunaan barang milik negara yang diperoleh dari beban

    APBN dan perolehan lainnya yang sah;

    e. menggunakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya untuk

    kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian

    negara/lembaga;

    f. mengamankan dan memelihara barang milik negara yang berada dalam

    penguasaannya;

    g. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara

    selain tanah dan bangunan;

    h. mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut tukar menukar

    berupa tanah dan bangunan yang masih dipergunakan untuk penyelenggaraan

    tugas pokok dan fungsi namun tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau

    penataan kota;

    i. mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut penyertaan modal

    pemerintah pusat/daerah atau hibah yang dari awal pengadaaannya sesuai

    peruntukkan yang tercantum dalam dokumen penganggaran;

    j. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan

    penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga yang

    dipimpinnya kepada pengelola barang;

    k. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

    negara yang ada dalam penguasaannya;

    l. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada

    dalam penguasaannya;

    m. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang

    n. Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan

    (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

    2.3.2. Pejabat di Lingkunagn Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)

  • 7

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007, pengelolaan

    barang milik daerah dilakukan oleh pejabat pengelola barang milik daerah yang terdiri

    dari:

    (1) Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah

    (2) Sekretaris Daerah selaku pengelola barang;

    (3) Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah

    selaku pembantu pengelola;

    (4) Kepala SKPD selaku pengguna;

    (5) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;

    (6) Penyimpan barang milik daerah; dan

    (7) Pengurus barang milik daerah.

    Adapun wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pejabat pengelola

    barang milik daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

    adalah sebagai berikut:

    1. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah,

    mempunyai wewenang :

    a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

    b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan

    bangunan;

    o. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;

    d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan

    persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

    e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik Daerah

    sesuai batas kewenangannya; dan

    f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau

    bangunan.

    2. Sekretaris Daerah selaku pengelola BMD, berwenang dan bertanggung jawab:

    a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;

    b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

    c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang

    milik daerah;

    d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan

    barang milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah;

  • 8

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah;

    f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik

    daerah.

    3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah

    bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang

    ada pada masing-masing SKPD;

    4. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna Barang Milik Daerah,

    berwenang dan bertanggung jawab:

    a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja

    perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui

    pengelola;

    b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan

    barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang

    sah kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

    c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

    dalam penguasaannya;

    d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk

    kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat

    daerah yang dipimpinnya;

    e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

    penguasaannya;

    f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau

    bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat Daerah

    dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Kepala Daerah

    melalui pengelola;

    g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan

    penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang

    dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

    h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

    daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

    i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS)

    dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam

    penguasaannya kepada pengelola.

  • 9

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna barang milik daerah,

    berwenang dan bertanggung jawab:

    a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang

    dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;

    b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

    dalam penguasaannya;

    c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk

    kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang

    dipimpinnya;

    d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

    penguasaannya;

    e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

    daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

    f. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran

    (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada

    dalam penguasaannya kepada kepala satuan kerja perangkat daerah yang

    bersangkutan.

    6. Penyimpan barang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan barang

    yang berada pada pengguna/kuasa pengguna; dan

    7. Pengurus barang bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaian pada

    masing-masing pengguna/kuasa pengguna.

    BAB III

    PEMBAHASAN

  • 10

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    3.1. Siklus Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Sebagaimana yang tercantum telah disebutkan pada bab II , berdasarkan Peraturan

    Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang

    telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, maka

    pengelolaan barang milik daerah meliputi :

    3.1.1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

    Siklus Pengelolaan Barang Milik Daerah dimulai dengan perencanaan kebutuhan

    dan penganggaran. Pada tahap ini, peran seorang kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

    (SKPD) sebagai pengguna barang milik daerah bagiSKPD merupakan sesuatu yang

    penting. Salah satu wewenang dan tanggungjawab Kepala SKPD sebagai pengguna barang

    milik daerah, adalah mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi SKPD yang

    dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah mendapat

    penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, mengenai Barang

    Milik Negara/Daerah, Perencanaan kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun

    dalam rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat

    daerah setelah memperhatikan ketersediaan barang milik negara/daerah yang ada.

    Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah berpedoman pada standar barang,

    standar kebutuhan, dan standar harga.

    BPPK (2011) menyatakan perencanaan adalah suatu kegiatan untuk merumuskan

    rincian kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) untuk menghubungkan

    pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar

    dalam melakukan tindakan yang akan datang. Selanjutnya menurut BPPK (2011) adapun

    tujuan perencanaan adalah :

    1. Agar penggunaan anggaran efisien, efektif, hemat, tidak boros dan tepat

    sasaran.

    2. Mengantisipasi perkembangan organisasi dan perubahan kepegawaian yang

    membutuhkan kesesuaian BMN/D yang dibutuhkan.

    4. Adanya perubahan kondisi BMN/D yang disebabkan rusak ( berat atau

    ringan), dihapuskan, dijual, kedaluwarsa, dan sebagainya sehingga

    memerlukan penggantian.

    4. Kebutuhan BMN/D yang disesuaikan dengan jumlah dan keperluan

  • 11

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    perorangan pegawai.

    5. Mengamankan barang persediaan yang dibutuhkan baik untuk menunjang

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsi atau keperluan berjaga-jaga.

    3.1.2. Pelaksanaan

    Pelaksanaan merupakan seluruh rangkaian proses mulai dari pengadaan,

    penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,

    pemindahtanganan, dan penatausahaan. Pengadaan adalah suatu rangkaian kegiatan

    yang prosesnya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip: efisien, efektif, transparan dan

    terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Proses kegiatan pengadaan

    didasari atas kebijakan dengan berbagai aspek tujuan meliputi pemberdayaan masyarakat

    agar memberi peluang berusaha, berarti memberi kesempatan bekerja khususnya pada

    usaha kecil dalam rangka mengurangi pengangguran (BPPK, 2011).

    BPPK (2011) menyatakan pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik

    negara/daerah oleh pihak lain dalam berbagai bentuk antara lain dalam bentuk ; sewa,

    pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna, dan

    sejenisnya. Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN)/ Barang Milik Daerah (BMD)

    sebagaimana tersebut di atas sepanjang diyakini bahwa BMN/BMD tersebut sudah tidak

    diperlukan lagi bagi penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah berdasarkan;

    pertimbangan/alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dilaksanakan dengan

    pertimbangan untuk kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum, untuk menunjang

    penyelenggaraaan tugas pokok dan fungsi oleh pengguna barang dengan persetujuan

    pengelola barang, mengoptimalkan manfaat barang milik Negara/daerah dan mencegah

    penggunaan BMN/D oleh pihak lain secara tidak sah.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah mendapat

    penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, Pengelola barang,

    pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang

    milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya meliputi pengamanan administrasi,

    pengamanan fisik, pengamanan hukum. Adapun pengamanan yang dapat dilakukan

    terhadap barang milik negara/daerah adalah :

    1. Barang milik negara/ daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama

    Pemerintah Republik Indonesia/ pemerintah daerah yang bersangkutan;

    2. Barang milik negara/daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti

  • 12

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/ pemerintah daerah yang

    bersangkutan;

    3. Barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan

    bukti kepemilikan atas nama pengguna barang;

    4. Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan

    bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah yang bersangkutan.

    Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas

    pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya.

    Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB). Biaya

    pemeliharaan barang milik negara/daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara/ Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Nomor 17 Tahun 2007,

    penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah

    daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah. Penetapan nilai barang

    milik daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah dilakukan dengan

    berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 menyatakan bahwa

    penghapusan barang milik daerah meliputi penghapusan dari daftar barang pengguna

    dan/atau kuasa pengguna dan penghapusan dari daftar barang milik daerah. Penghapusan

    barang milik daerah dilakukan dalam hal barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada

    dalam penguasaan pengguna dan/atau kuasa pengguna dan sudah beralih kepemilikannya,

    terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.

    Penghapusan dilaksanakan dengan keputusan pengelola atas nama Kepala Daerah

    untuk barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna

    dan/atau kuasa pengguna dan dengan Keputusan Kepala Daerah untuk barang milik daerah

    yang sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 barang milik

    daerah yang dihapus dan masih mempunyai nilai ekonomis, dapat dilakukan melalui

    pelelangan umum/pelelangan terbatas; dan/atau disumbangkan atau dihibahkan kepada

    pihak lain. Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan

    barang milik daerah meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal

    pemerintah daerah.

    Pada kegiatan penatausahaan meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan :

  • 13

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    1. Pembukuan yaitu Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan

    pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara/daerah ke dalam Daftar Barang

    Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan

    dan kodefikasi barang. Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan

    pencatatan barang milik Negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam

    Daftar Barang Milik Negara/Daerah (DBMN/D) menurut penggolongan barang

    dan kodefikasi barang.

    2. Inventarisasi yaitu pengguna barang melakukan inventarisasi barang milik

    negara/daerah sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. Terhadap barang milik

    Negara/daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, pengguna

    barang melakukan inventarisasi setiap tahun. Pengguna barang menyampaikan

    laporan hasil inventarisasi pengelola barang selambat-lambatnya tiga bulan setelah

    selesainya inventarisasi.

    3. Pelaporan yaitu kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa

    Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan

    (LBKPT) untuk disampaikan kepada pengguna barang. Pengguna barang harus

    menyusun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang

    Pengguna Tahunan (LBPT) untuk disampaikan kepada pengelola barang.

    3.1.3. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

    BPPK (2011) menyatakan pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan

    secara efektif, dan efisien, serta dalam perspektif jangka panjang, baik bersifat perubahan

    maupun penyempurnaan, agar pengelolaan BMN/D pada keseluruhan siklus atau tahapan

    kegiatan dapat dilaksanakan dengan tertib dan mencapai hasil yang lebih baik, terutama

    dalam memberikan daya dukung yang tinggi terhadap kelancaran pelaksanaan tugas pokok

    dan fungsi, serta keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Usaha atau tindakan dalam

    kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pimpinan pada berbagai tingkatan secara konkrit

    dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti pemberian pedoman, bimbingan, motivasi,

    supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan (BPPK, 2011).

    Sementara itu, Pengawasan adalah proses kegiatan pimpinan untuk memastikan

    dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan

    baik sesuai dengan kebijaksanaan, instruksi, rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah

    ditetapkan dan yang berlaku (BPPK, 2011).

  • 14

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Unsur yang terakhir dalam pengelolaan barang milik Negara/Daerah, yang tidak

    kalah penting tentunya, adalah pengendalian. Menurut BPPK (2011), pengendalian intern

    secara luas merupakan suatu proses yang dipengaruhi dan melibatkan tidak hanya pada

    tingkat pimpinan tertinggi tetapi seluruh sumber daya manusia dalam organisasi

    bersangkutan. Pengendalian intern tersebut dirancang untuk memberikan jaminan yang

    memadai dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Jaminan yang diberikan tidak

    bersifat mutlak satu dan lain hal terutama adanya unsur ketidakpastian dimasa datang yang

    tidak jarang sulit diprediksi.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

    Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan sistem pengendalian intern adalah proses

    yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

    pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

    tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,

    pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

    3.2. Permasalahan Pengelolaan BMN/D di Indonesia

    Pada 31 Desember 2005 yang lalu, nilai BMN adalah Rp237,78 triliun yang

    tersebar di 71 Kementerian/Lembaga (K/L), dan pada 31 Desember 2011 meningkat

    menjadi Rp1.694,57 triliun yang tersebar di 87 K/L. Dilihat dari kenaikan belanja modal,

    maka setiap tahun diperkirakan. BMN kita memiliki kenaikan rata-rata sebesar Rp84,25

    triliun dari tahuntahun sebelumnya. Sebenarnya BMN dapat meningkat lebih dari itu

    pertahun mengingat definisi BMN adalah semua yang diperoleh atas beban Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau perolehan lain yang sah. Singkat kata, bisa

    jadi seharusnya lebih banyak lagi BMN yang tercipta dari belanja barang, belanja bantuan

    sosial, dan belanja lain-lain apabila substansi dari belanja-belanja tersebut memang

    menghasilkan BMN.

    Menurut Auditor Utama Keuangan Negara II, Syafri Adnan Baharuddin,

    berdasarkan data kompilasi sementara hasil pemeriksaan interim LKKL tahun 2011 pada

    49 Kementerian/Lembaga (K/L), diketahui permasalahan pengeloaan BMN, diantaranya:

    (1) Luas/Jumlah Unit ; (2) Aset dikuasai pihak ketiga; (3) Tidak adanya dokumen

    kepemilikan; (4) Pemanfaatan tanpa persetujuan Menkeu; (5) Aset dalam sengketa; (6)

    Kondisi asset rusak berat belum dihapus; dan (7) Hasil IP yang tidak sesuai dengan

  • 15

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    kenyataan. Dari kenyataan-kenyataan tersebut, mengisyaratkan bahwa tata kelola Barang

    Milik Negara/Daerah di Indonesia masih memiliki tingkat akuntabiitas yang rendah.

    Permasalahn lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah masih adanya

    perbedaan persepsi antar penyelenggara pengelolaan dalam hal penerapan berbagai

    atribut hokum dalam pengelolaan BMN/D. Dasar-dasar hukum dalam pengelolaan BMN/D

    tersebut diantaranya adalah Undang-undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara,

    Undang-undang Nomor 01/2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah

    Nomor 06/2006 tentang Pengelolaan Badan Milik Negara/Daerah, Permen Keuangan

    Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN, dan PMK Nomor

    96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan,

    dan Pemindahtanganan BMN.

    3.3. Strategi Pengelolaan BMN/D

    Dalam rangka mewujudkan pengelolaan aset Negara yang baik, Direktorat Jenderal

    Kekayaan Negara (DJKN) membuat sebuah stategi Pengelolaan yang disebut Roadmap

    Strategic Assets Management, dan set pertama yang mendapat sorotan dan prioritas untuk

    dibenahi adalah Barang Milik Negara. Dalam pelaksanaannya Roadmap Strategic Assets

    Management yang mulai disusun pada tahun 2007, sekarang dipertajam lagi dengan dibagi

    menjadi tiga periode pelaksanaan, yaitu :

    a) Periode Penertiban dan Pembenahan (2007-2009)

    Terdapat 4 (empat) tujuan utama penertiban BMN, yaitu

    (i) melakukan pemutakhiran pembukuan BMN pada Sistem Informasi Manajemen

    Akuntansi Keuangan BMN (SIMAK BMN),

    (ii) mewujudkan penatausahaan BMN di seluruh satuan kerja (satker) instansi

    Pemerintah Pusat,

    (iii) menyajikan koreksi nilai aset tetap neraca awal 2004 pada Laporan Keuangan

    K/L, dan

    (iv) melakukan tindak lanjut penatausahaan dan pengelolaan BMN yang tertib dan

    optimal.

    Termasuk dalam objek penertiban BMN saat itu adalah aset yang dikuasai K/L

    termasuk yang berada pada satker Badan Layanan Umum (BLU), aset yang berasal dari

  • 16

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (DK/TP), aset yang berasal dari Bantuan

    Pemerintah Yang Belum ditentukan Statusnya (BPYBDS), aset eks BPPN, aset bekas milik

    Asing/ Cina, aset eks Kepabeanan/Bea Cukai, aset Bank Dalam Likuidasi (BDL), aset eks

    Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), barang rampasan, benda cagar budaya/benda

    berharga asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT), dan aset lain yang berdasarkan

    peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai BMN.

    Inventarisasi menjadi icon DJKN bermula dengan terbitnya Keputusan Presiden

    Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penertiban BMN yang memberikan tanggung jawab kepada

    Pengelola Barang untuk menyusun pedoman pelaksanaan IP BMN dan pelaporannya

    dengan mempercepat tercapainya IP BMN yang dilakukan oleh K/L secara tertib, efektif,

    efesien, dan akuntabel. Meskipun demikian, sebetulnya dalam pasal 6 ayat (2) huruf l,

    Peraturan Pemerintah (PP) 6 Tahun 2006, disebutkan bahwa K/L sebagai pengguna BMN

    berwenang dan bertanggung jawab melakukan pencatatan dan inventarisasi BMN yang

    berada dalam penguasaannya.

    DJKN memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan pedoman pengelolaan BMN,

    seperti yang diamanatkan PP 6 tahun 2006. Akhirnya sejak tahun 2007 diterbitkan

    peraturan-peraturan antara lain Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

    96/PMK.06/2007 tentang Tatacara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan

    Pemindahtangan Barang Milik Negara, PMK Nomor 120/PMK.06/2007 tentang

    Penatausahaan Barang Milik Negara, PMK Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Kodifikasi

    Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 29/PMK.06/2010

    dan lain-lain. Pada tahun 2008 diterbitkan PP Nomor 38 Tahun 2008 yang merupakan

    Perubahan atas PP Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

    Pada periode ini pula pegawai DJKN, baik di pusat maupun di daerah, yang

    bersinggungan langsung dengan BMN terus-menerus melakukan peningkatan kapasitas

    pegawai pada pengguna barang baik terkait pengelolaan maupun penatausahaan BMN.

    Pada tahun 2009, Menteri Keuangan dan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN)

    menerbitkan Peraturan Bersama Nomor 186/PMK.06/2009 dan Nomor 24 tahun 2009

    tentang Pensertipikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah. Walau masih banyak

    kekurangan, tahun 2009 menjadi tahun yang memperlihatkan kenaikan aset negara secara

    signifikan, salah satu penyebabnya adalah kenaikan nilai wajar aset hasil dari penilaian

    BMN. BMN yang tercatat mulai tahun 2009 telah menembus angka Rp1.000 triliun.

  • 17

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    b) Periode Utilisasi dan Persiapan (2010-2012)

    Pada periode ini, banyak hal yang telah dilaksanakan oleh pengelola barang

    maupun pengguna banrang. Dalam rangka persiapan optimalisasi BMN, perlu terlebih

    dahulu diketahui berapa sebenarnya BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi serta

    penunjangnya (utilisasi). Faktor penting pelaksanaan suksesnya utilisasi antara lain

    adanya sertipikat BMN berupa tanah dan/atau kelengkapan dokumen kepemilikan BMN

    lainnya selain tanah dan/atau bangunan. Apabila dokumen tersebut telah dilengkapi, maka

    kewajiban Pengguna Barang selanjutnya meminta agar ditetapkan status penggunaannya

    untuk tugas dan fungsi K/L.

    Setelah penertiban BMN selesai, masih terdapat tugas besar lain, yakni mengawal

    dan memastikan data hasil IP dimasukkan ke dalam SIMAKBMN setiap satker. Untuk itu

    Pengelola Barang menerbitkan PMK Nomor 109/PMK.06/2009 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan dalam Rangka Penertiban Barang

    Milik Negara dan bersama dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan menerbitkan PMK

    Nomor 102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara dalam

    Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

    Selain menerbitkan peraturan tentang penatausahaan BMN, Pengelola Barang

    juga menyempurnakan peraturan yang terkait dengan aplikasi SIMAKBMN, di antaranya

    PMK Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Kodefikasi BMN. Hal lain, untuk menyelaraskan

    pengelolaan BMN berupa Rumah Negara dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian

    Pekerjaan Umum, Pengelola Barang menerbitkan PMK Nomor 138/PMK.06/201 tentang

    Pengelolaan BMN Berupa Rumah Negara.

    Pasca penertiban BMN, Pengelola Barang menerbitkan KMK Nomor

    271/KMK.06/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Penertiban Barang

    Milik Negara pada Kementerian/Lembaga dan PMK Nomor 125/PMK.06/2011 tentang

    Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal Dari Dana Dekonsentrasi Dan Dana Tugas

    Pembantuan Sebelum Tahun Anggaran 2011. Diharapkan dengan dua PMK ini, hal-hal

    yan ditemukan setelah kegiatan penertiban BMN memiliki pedoman tindak lanjut yang

    sama.

    Pada tahun 2011 pula diterbitkan PMK Nomor 250/PMK.06/2011 tentang Tata

    Cara Pengelolaan Barang Milik Negara yang Tidak Digunakan untuk Penyelenggaraan

  • 18

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga. Hal ini merupakan respon DJKN terhadap

    utilisas aset yang mengharuskan pengadaan BMN hanya untuk tugas dan fungsi.

    Persiapan menuju penatausahaan BMN yang mengacu pada basis akrual juga

    telah diantisipasi dengan menerbitkan KMK Nomor 53/KMK.06/2011 tentang Penerapan

    Penyusutan Barang Milik Negara pada Entitas Pemerintah. KMK dimaksud mengatur

    penerapan penyusutan secara bertahap dan disesuaikan dengan penerapan basis akrual pada

    LKPP.

    Awal tahun 2012, DJKN bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan

    Nasional/Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan dalam new

    initiative penganggaran on top kegiatan sertipikasi pada DIPA BPN. Untuk menetapkan

    target agar dana on top DIPA BPN dapat akurat, Pengelola Barang menerbitkan aplikasi

    Sistem Informasi Manajemen Pendataan Tanah Pemerintah (SIMANTAP) yang

    fungsinya antara lain menjaring data yang akurat dan terkini dari BMN berupa tanah yang

    berada pada K/L.

    Dalam periode ini, walau masih ada yang perlu diperbaiki, upaya dan kerja keras

    pengelola dan pengguna barang kiranya perlu diapresiasi. Dari Laporan Hasil Pemeriksaan

    (LHP) BPK, terdapat kenaikan yang signifikan atas pencapaian opini Wajar Tanpa

    Pengecualian (WTP) oleh K/L. Apabila dibandingkan dengan tahun 2006 yang lalu, LKKL

    yang mendapatkan opini WTP hanya tujuh K/L atau 8,6% dari total 81 K/L, sedangkan

    pada tahun 2011 meningkat menjadi 67 K/L atau 77 % dari total 87 K/L.

    Kontribusi dari pengelolaan BMN atas opini LKPP signifikan, mengingat BPK RI

    memberikan opini WDP, karena masalah utamanya aset, baik itu aset pada K/L terkait

    pelaksanaan IP aset tetap maupun masalah aset eks BPPN. Terkait aset tetap pada K/L

    yang menjadi kualifikasi pada LKPP tahun 2011, Direktorat BMN DJKN telah membuat

    action plan untuk melaksanakan:

    rekonsiliasi dengan K/L atas selisih absolut koreksi sebesar Rp1,54 triliun

    serta melakukan pembinaan dan asistensi pada seluruh K/L terkait

    monitoring koreksi hasil IP;

    meminta Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan

    melakukan rekonsiliasi dan verifikasi untuk menelusuri nilai aset

    pengembangan yang benar - benar bersinggungan dengan hasil IP, agar

  • 19

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    tidak terdapat pencatatan ganda dan melakukan koreksi pencatatan di

    SIMAK BMN.

    DJKN akan berkoordinasi dengan K/L, agar melakukan penelusuran dan

    verifikasi kembali atas BMN yang tidak ditemukan pada saat penertiban,

    dan mendorong K/L agar mengajukan permohonan penghapusan atas BMN

    dimaksud kepada DJKN sebagaimana diatur dalam KMK Nomor

    271/KMK.06/2011, dengan target penyelesaian tahun 2012.

    c) Periode Optimalisasi (Mulai 2013)

    Sertifikasi BMN berupa tanah oleh BPN, diharapkan dapat dimonitor oleh

    Pengelola Barang mulai tahun 2013. Sertipikasi penting, karena menjadi jembatan bagi

    utilisasi dan efektifitas pengeluaran APBN. BMN yang telah memiliki sertipikat dapat

    ditetapkan status penggunaannya, dimanfaatkan maupun dipindahtangankan.

    Setelah periode utilisasi dan persiapan, periode selanjutnya adalah bagaimana

    BMN dapat dioptimalisasikan. Optimalisasi tentu membutuhkan basis data BMN yang

    akurat. Dengan basis data yang akurat, maka apapun bentuk pengelolaan BMN-nya akan

    dengan mudah dapat dilaksanakan. Pemanfaatan BMN idle oleh pengelola maupun

    pemanfaatan dan pemidahtanganan BMN sesuai ketentuan, menjadi bagian penting dari

    optimalisasi pengelolaan BMN.

    Integrasi antara perencanaan anggaran dan perencanaan BMN sebagai wacana

    untuk efektifitas dan efisiensi pengeluaran APBN kiranya memang perlu disiapkan

    mengingat di tahun-tahun mendatang kecenderungan belanja modal akan terus naik. Selain

    sudah diamanatkan dalam PP Nomor 6 Tahun 2006, integrasi diharapkan menjadi alat yang

    bisa mem-filter atau memastikan bahwa perencanaan BMN K/L sudah benar-benar

    optimal, sesuai kebutuhan dan anggaran yang tersedia. Jika hal ini dapat dilaksanakan di

    tahun-tahun mendatang, maka lambat laun tugas dan fungsi DJKN sebagai pengelola

    barang akan semakin efektif, serta memberikan warna dan kontribusi terhadap pengelolaan

    anggaran.

    Tuntutan pengelolaan BMN ke depan adalah bagaimana pengelolaan BMN dapat

    memberikan kontribusi yang nyata terhadap APBN, mengingat APBN di tahun-tahun

    mendatang akan responsif terhadap perubahan perekonomian global.

  • 20

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Seperti terlihat dalam Bagan 1, mulai tahun 2013 diharapkan penatausahaan sudah

    mengarah ke basis akrual. Hal ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan mengingat

    masih terdapat beberapa K/L yang ternyata belum mendapatkan opini WTP dari BPK.

    Analogi sederhananya, tanpa basis akrual saja masih terdapat K/L yang mendapatkan opini

    Disclaimer, apalagi basis akrual ditetapkan.

    Berkaitan dengan penatausahaan BMN, penulis berpendapat tentang perlunya

    perbaikan dalam lima aspek untuk perbaikan penatausahaan di tahun-tahun mendatang,

    antara lain: Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam Pengelolaan BMN,

    Kepatuhan terhadap Peraturan Pengelolaan BMN, Penganggaran, Koordinasi antara

    Pengelola dan Pengguna, dan Sistem Aplikasi yang dijalankan.

    Untuk menyiapkan penatausahaan yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya,

    maka atas lima hal tersebut pengelola barang telah/akan melakukan:

    1) SDM

    Pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM yang berkaitan dengan

    Penatausahaan BMN dilakukan terus-menerus oleh segenap pegawai DJKN, antara lain

    dilakukan melalui sosialisasi atas peraturan-peraturan terkait pengelolaan dan

    penatausahaan BMN, kebijakan akuntansi BMN, serta pelatihan atas aplikasi SIMAK

    BMN dan aplikasi Persediaan baik

    di lingkungan internal Pengelola Barang maupun di lingkungan K/L selaku

    Pengguna Barang, mengintensifkan pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis seluruh

    aspek penatausahaan BMN mulai tingkat satker/Koordinator Wilayah/Kantor Pusat K/L

    oleh KPKNL/Kanwil DJKN/Kantor Pusat DJKN, dan membangun komunikasi intensif

    dengan K/L pada tataran pengambil kebijakan.

    2) Kepatuhan

    Sebagai upaya memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan penatausahaan

    BMN oleh K/L, maka perlu selalu diselenggarakan rapat koordinasi baik dengan K/L

    maupun dengan Kanwil DJKN/KPKNL agar persoalan tingkat satker dapat dimitigasi lebih

    awal dan tidak terakumulasi di tingkat pusat.

    3) Penganggaran

  • 21

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Penatausahaan BMN, perlu dilakukan secara

    konsisten dan terus-menerus, sehingga ketaatan pada aturan penganggaran dan

    pelaksanaan anggaran terkait BMN dapat terus meningkat. Di samping itu, perlu dilakukan

    langkah-langkah lain sebagai penunjang keberhasilan pelaksanaan penatausahaan BMN,

    antara lain dengan dilakukannya pemeringkatan atas laporan BMN yang disampaikan oleh

    K/L serta adanya sistem reward and punishment.

    4) Koordinasi

    DJKN berupaya berkoordinasi terus-menerus dan intensif dengan seluruh K/L

    yang BMN-nya masih menjadi penyebab kualifikasi LKPP. Koordinasi juga dilakukan

    secara paralel dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan, Direktorat Jenderal

    Perbendaharaan dan dilakukan \monitoring secara periodik atas tindak lanjut temuan BPK

    yang telah disusun oleh K/L yang bersangkutan.

    5) Sistem Aplikasi

    Pembentukan help-desk Penatausahaan BMN guna membantu pemecahan

    permasalahan yang dihadapi oleh K/L terkait pelaksanaan penatausahaan BMN

    secara cepat, hal ini dapat diakses baik melalui telepon, faksimili, surat elektronik,

    maupun konsultasi langsung.

    Pengelola barang juga telah menyiapkan situs/forum komunikasi online dengan

    alamat http://fokus-bmn.org/ dimana seluruh satker dapat berkomunikasi secara

    online terkait permasalahan teknis aplikasi seperti kendala dalam instalasi

    aplikasi/database Aplikasi SIMAK BMN dan Persediaan termasuk pembahasan

    terkait kebijakan penatausahaan BMN pada unit penatausahaan BMN.

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

  • 22

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    1) Pengelolaan aset dalam hal ini Barang Milik Negara terutama sebelum

    dideklarasikannya reformasi managemen asset oleh DJKN mengalami

    permasalahan akuntabilitas yang sangat pelik pada kementrian dan lembaga

    pengelola Barang Milik Negara.

    2) Sebelum periode reformasi, Kurang bagusnya komunikasi yang dijalin antara

    kementrian dan lembaga (K/L) selaku pengelola dan pengguna BMN/D dengan

    DJKN selaku pengelola anggaran BMN/D tidak berjalan baik dan optimal.

    3) Reformasi yang dilakukan terhadap pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    dimulai pada tahun 2007, dengaan membagi menjadi tiga periode yaitu (1) 2007-

    2009, periode penertiban dan pembenahan (2) 2010-2011, periode utilisasi dan

    persiapan (3) mulai dari 2013, periode optimalisasi.

    4) Strategi pengelolaan asset Negara yang diluncurkan pada tahun 2007, Strategic

    Assets Management, dapat memperbaiki akuntabilitas Kementrian dan Lembaga

    dalam pengelolaan BMN/D terbukti dengan progress yang baik untuk jumlah K/L

    yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, dari tahun 2007 hingga tahun

    2011. (table terlampir)

    4.2. Saran

    1) Untuk melaksanakan strategi yang telah dibuat, DJKN sebagai pengelola Anggaran

    BMN/D dan Kementrian dan Lembaga (K/L) sebagai pengelola dan pengguna

    BMN/D harus meningkatkan kualitas koordinasi, karena tanpa koordinasi yang

    baik, strategi pembenahan BMN yang baik akan sulit untuk terlaksana.

    2) Penyertaan teknonologi yang mengikuti perkembangan zaman sangat perlu,

    misalkan dalam hal rekonsiliasi, jikalau bias dilakukan rekonsiliasi online, dapat

    mempermudah dan mempercepat rekonsiliasi internal dan eksternal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Roadmap Strategic asset Management diakses dari http://www.djkn.depkeu.go.id,

    pada tanggal 17 Februari 2013

  • 23

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Tripartit Pembahasan dan Penyelesaian Permasalahan Pengelolaan BMN

    Kementerian/Lembaga diakses dari http://www.bsn.go.id, pada tanggal 17 Februari 2013

    Mulyana, Budi & Widyaiswara Muda.2010.Pokok-Pokok Pengelolaan Barang Milik

    Daerah.Jakarta:STAN.

    PP No 38 Tahun 2008

    Undang-undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara,

    Undang-undang Nomor 01/2004 tentang Perbendaharaan Negara,

    Peraturan Pemerintah Nomor 06/2006 tentang Pengelolaan Badan Milik

    Negara/Daerah.

    Permen Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN

    PMK Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

    Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan BMN.

    LAMPIRAN

  • 24

    Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah