145
STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN PROSES HIRARKI ANALITIK SKRIPSI ILVIA RESTU UTAMI H34061775 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN … · strategi pengembangan bpt mekanisasi pertanian jawa barat dengan pendekatan . proses hirarki analitik . skripsi . ilvia restu

  • Upload
    doduong

  • View
    320

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI

PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN

PROSES HIRARKI ANALITIK

SKRIPSI

ILVIA RESTU UTAMI

H34061775

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

ii

RINGKASAN

ILVIA RESTU UTAMI. Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analisis. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di

bawah Bimbingan RAHMAT YANUAR).

Reformasi pertanian dalam bidang teknologi merupakan salah satu hal

penting yang harus dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan

permasalahan pertanian yang ada. Reformasi teknologi yang dilaksanakan adalah

teknologi yang sesuai dengan keunggulan komparatif daerah, hal ini diharapkan

dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dari pertanian di Indonesia.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki keunggulan

dalam bidang pertanian terutama tanaman pangan. Dinas Pertanian Tanaman

Pangan (Dispertan) Provinsi Jawa Barat sebagai pengatur pertanian di Jawa Barat

memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang memiliki konsentrasi khusus

dalam bidang teknologi pertanian yaitu BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya, (2) menganalisis

faktor-faktor penyusun strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat, serta (3) merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Penelitian dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang

berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur.

Waktu penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga Maret 2010. Responden

penelitian ini adalah pihak internal BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan

pihak dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini

menggunakan Proses Hirarki Analitik.

Prioritas utama dalam faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat adalah mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian dengan bobot sebesar 0.313. Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat akan terlaksana dengan baik apabila pengetahuan masyarakat

pertanian Jawa Barat tentang pentingnya teknologi pertanian telah cukup baik.

Aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat adalah sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436 dengan tujuan

yang paling berpengaruh adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai

yang memiliki bobot sebesar 0.280. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

dapat dilaksanakan dengan pelatihan dan juga motivasi training bagi pegawai BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.093 dan 0.044. Hal

tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai yang

selanjutnya akan disampaikan kepada petani pengguna dan juga meningkatkan

produktivitas dari pegawai BPT Mekanisasi pertanian. Survei kebutuhan alsintan

di setiap kabupaten merupakan alternatif yang memiliki prioritas utama dalam

iii

aktor petani. Oleh karena itu diperlukan adanya survei kebutuhan alsintan petani

sebelum diproduksinya suatu alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

agar alsintan yang dihasilkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan

kebutuhan petani di Jawa Barat.

iv

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI

PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN

PROSES HIRARKI ANALITIK

ILVIA RESTU UTAMI

H34061775

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik

Nama : Ilvia Restu Utami

NIM : H34061775

Disetujui,

Pembimbing

Rahmat Yanuar, SP. MSi

NIP. 19760101 200604 1 010

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi

Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses

Hirarki Analitik” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Ilvia Restu Utami

H34061775

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 27 April 1988. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Iwan Ridwansyah dan

Ibunda Lilis Sri Mulyani.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ibu Dewi I Cianjur

pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 2 Cianjur dan lulus pada tahun 2003.

Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 1 Cianjur

dan diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian penulis diterima pada

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan sistem mayor

minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Sharia

Economics Student Club (SES-C) pada divisi Shar-e periode 2008-2009 dan pada

periode 2009-2010 menjadi pengurus SES-C pada divisi Media Ekonomi Syariah

(MES). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan baik di

lingkungan departemen, fakultas, maupun universitas.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi

Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses

Hirarki Analitik”.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya, menganalisis faktor-

faktor penyusun strategi pengembangan, serta merumuskan dan

merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2010

Ilvia Restu Utami

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

berkah dan karunia-Nya serta jalan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga

tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini. Bapak Iwan Ridwansyah dan Ibu Lilis Sri Mulyani

selaku orang tua penulis atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan doa

baik berupa moral maupun material selama ini.

2. Luthfi Muhammad Fiqri dan Agung Aulia Natanegara sebagai adik penulis

atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan semangat yang diberikan

kepada penulis selama ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Ir. Wahyu Budi Priatna selaku dosen penguji

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis atas

bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

5. Apriliana Utami Hapsari selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan

dan dukungan baik di masa perkuliahan maupun saat penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Diden Trisnadi selaku responden ahli dari Dinas Pertanian Jawa Barat

atas waktu, kesempatan, dan informasi yang diberikan.

7. Bapak Kusnawan, Bapak Wawan,Bapak Soleh, Bapak Iwan, Bapak Iman, Ibu

Irma selaku pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat atas waktu,

kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

8. Instansi-instansi terkait atas informasi yang diberikan kepada penulis

berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Unjin, Ibu Yusi Sri Sundari, Urfa, dan Yunan selaku keluarga kedua

penulis selama penulis menuntut ilmu di Bogor.

10. Rizal Setyawan atas motivasi, dukungan, kesabaran, dan bantuan yang

diberikan selama ini.

x

11. Teman-teman satu bimbingan skripsi Yuni Alfian dan Ray Sembara atas

kerjasama dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

12. Adik-adik SMKN I Bojong Picung atas bantuannya selama penelitian di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

13. Tim Gladikarya Desa Tugu Selatan: Ine, The Shara, Tiara, dan Faisal atas

kebersamaan dan pengalaman berharga yang didapat dari kegiatan-kegiatan

yang telah dilaksanakan.

14. Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 43 dan SES-C atas semangat dan

sharing selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Semoga kebersamaan

kita terus berlanjut hingga tua nanti.

15. Seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang

diberikan selama perkuliahan.

16. Ibu Ida dan Mbak Dian serta seluruh staf tata usaha Departemen Agribisnis

atas kemudahan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini serta masa

perkuliahan.

17. Barudak 11, Evi M, Adel, dan Bunbun atas kisah klasik yang akan terus dibina

sampai masa depan.

18. Malea Atas Peduli: Dina, Aden, Bunbun, Tami, Iin, Ita, Umul, Kiki, Tutut,

Vera, Yessi, Mba Pipit, Yeyen, Mbak Rina, Mbak Endah, Mbak Maria, Nova,

dan Mbak Widya yang telah mengisi hari-hari penulis.

19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, terima kasih

atas bantuannya.

Bogor, Juni 2010

Ilvia Restu Utami

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

I PENDAHULUAN………………………………………………. ......... 1

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ..……..................................................... 5

1.3. Tujuan ……………… .……................................................... 10

1.4. Manfaat…………….. ……..................................................... 11

1.5. Ruang Lingkup…………….................................................... 11

II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 12

2.1. Pengertian Teknologi............................................................. 12

2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna…………………………. 13

2.3. Pengertian Manajemen Teknologi......................................... 14

2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis…......................... 15

2.5. Manajemen, Teknologi dan Agribisnis……… …………… 16

2.6. Agribisnis dan Agroindustri……………………………….. 16

2.7. Perencanaan Strategi……………………………………….. 17

2.8. Kelembagaan Mekanisasi Pertanian……………………….. 17

2.10. Kajian Penelitian Terdahulu……………………………….. 20

III KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………… 24

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 24

3.1.1. Konsep Strategi ........................................................... 24

3.1.2. Manajemen Strategis ................................................... 24

3.1.3. Model Manajemen Strategis ....................................... 24

3.1.4. Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan............................... 25

3.1.5. Fungsi Visi, Misi, dan Tujuan ..................................... 26

3.1.6. Faktor Lingkungan Organisasi .................................... 27

3.1.7. Metode Proses Analisis Hirarki .................................. 28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 32

IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………….. 35

4.1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 35

4.2. Data dan Instrumentasi ............................................................ 35

4.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 35

4.4. Metode Pengolahan Data ........................................................ 36

4.4.1. Analisis Deskriptif……………………………………. 36

V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN

JAWA BARAT ............................................................................. 46

5.1. Latar Belakang Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat ............................................................................... 46

5.2. Sejarah Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat .... 47

5.3. Visi dan Misi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ............. 47

xi

5.4. Motto BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ......................... 48

5.5. Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................. 49

5.5.1. Tugas, Pokok, dan Fungsi…………………………. .... 49

5.5.2. Struktur Organisasi…………………………………. .. 49

5.6. Prosedur Perancangan Alat Mesin Pertanian dan

Ruang Lingkup Pengujian ....................................................... 51

5.7. Prosedur Pelayanan ................................................................. 52

5.8. Sarana dan Prasarana............................................................... 53

5.9. Hasil Kegiatan Rekayasa dan Rancang Bangun…………. .... 53

5.10. Kerjasama Kemitraan ............................................................ 53

5.11. Fasilitas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat…………. .. 54

5.12. Kegiatan Fasilitasi………………………………………….. 55

IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………. 57

6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan

Alternatif yang Berpengaruh dalam Pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ........................................... 57

6.1.1. Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat……………………………. ........................ 58

6.1.2. Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat……………………………. ........................ 59

6.1.3. Tujuan Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat……………………………. ........................ 62

6.1.4. Alternatif Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat……………………………. ........................ 66

6.1.5. Sub Alternatif Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat……………………………. ........................ 67

6.2. Pengolahan Horizontal ........................................................... 69

6.2.1. Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 69

6.2.2. Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 71

6.2.3. Elemen Tujuan Pada Pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 74

6.2.3.1. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai…. 74

6.2.3.2. Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian

Tanaman Pangan…. ........................ ………….. 75

6.2.3.3. Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel…. 77

6.2.3.4. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai…. 78

6.2.4. Elemen Alternatif Pada Pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 79

6.2.4.1. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

Kualitas Sumberdaya Manusia Balai…. ........... 79

6.2.4.2. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

Sarana dan Prasarana Balai …. ....... ………….. 81

6.2.4.3. Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan

UPJA ........................................................... …. 82

6.2.3.4. Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan

Bengkel …. ....................................................... 84

xii

6.2.3.5. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

Pemahaman Tentang Alsintan …...................... 85

6.2.3.6. Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi

Kebutuhan Petani…. ......................................... 86

6.2.5. Elemen Sub Alternatif Pada Pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat……………………………. ........ 87

6.2.4.1. Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif Peningkatan

Kompetensi Sumberdaya Manusia Balai…. ..... 87

6.2.4.2. Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif Peningkatan

Motivasi Sumberdaya Balai …. ...... ………….. 89

6.3. Pengolahan Vertikal ................................................................ 90

6.3.1. Pengolahan Vertikal Elemen Aktor…………………. . 90

6.3.2. Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan…………………. 92

6.3.3. Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif…………. ....... 94

6.3.3. Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif…………. 97

6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan

Program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009 101

VII KESIMPULAN…………………………………………………. 106

7.1. Kesimpulan ............................................................................. 106

7.2. Saran ........................................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 109

LAMPIRAN ........................................................................................... 112

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, Jumlah Pekerja

di Bidang Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Serta

Persentasenya Tahun 2005- 2009............................................. 2

2 Komoditas Impor Indonesia Bulan Agustus-September 2006 . 3

3 Data Luas Panen, Hasil Per hektar dan Produksi Padi tahun

2004-2007 ................................................................................ 5

4 Data Pengunjung dan Pengujian Alat BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat Tahun 2008-Maret 2010 ........................ 9

5 Penelitian Terdahulu ................................................................ 21

6 Nilai Skala Banding Berpasangan ........................................... 39

7 Matriks Pendapat Individu ...................................................... 40

8 Matriks Pendapat Gabungan .................................................... 41

9 Nilai Random Indeks (RI) ........................................................ 43

10 Keadaan Pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Tahun 2009 ......................................................................... …. 50

11 Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ............................... …. 69

12 Prioritas Elemen Aktor Penyusun Strategi Pengembangan

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat .................................... 72

13 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai ........ 75

14 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman

Pangan ..................................................................................... 76

15 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel ....... 78

16 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Petani ........................... 79

17 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

Kualitas Sumberdaya Balai ...................................................... 80

18 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Sarana dan Prasarana

Balai ......................................................................................... 82

19 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan UPJA 83

20 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan Bengkel 84

21 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

Pemahaman Petani Tentang Alsintan....................................... 86

22 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan

Petani ........................................................................................ 87

xiv

23 Prioritas Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif

Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Balai ............ 88

24 Prioritas Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif

Peningkatan Motivasi Sumberdaya Manusia Balai ................. 89

25 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 91

26 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 92

27 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 95

28 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ................................... 98

29 Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT

Mekanisasi Pertanian Tahun 2009 ........................................... 102

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dengan Instansi Vertikal ........................................................... 7

2 Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen

Teknologi dan Manajemen ………..…………………........ 15

3 Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif .......... 25

4 Model Struktur Hirarki ............................................................. 31

5 Kerangka Operasional Penelitian ............................................. 34

6 Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik ................................... 37

7 Diagram Alir Proses Hirarki Analitik ...................................... 45

8 Bagan Struktur Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat ................................................................................ 50

9 Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat ...................................... 61

10 Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat ................................................................................ 68

11 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ............................................. 100

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Lampiran Peraturan Menteri Pertanian

No : 05/Permentan/OT.140/1/200 ............................................ 112

2 Jumlah Penyebaran Alat Panen dan Pasca Panen Milik Petani,

Pemerintah Maupun Swasta dan Luas Lahan Padi di Setiap

Daerah di Jawa Barat Tahun 2007..………………………….. 114

3 Kuisioner Penelitian ................................................................. 115

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini terlihat dari mayoritas

penduduk Indonesia yang sebagian besar merupakan petani. Menurut data BPS

tahun 2009, jumlah petani mencapai 44 persen dari total angkatan kerja di

Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani

gurem dan buruh tani dengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau

mencapai 38 juta keluarga tani(1)

. Semakin modernnya masyarakat Indonesia

mengakibatkan jumlah lahan pertanian dan sumberdaya manusia di bidang

pertanian semakin menurun. Pada saat ini sekitar 2,5 persen lahan pertanian

beralih fungsi menjadi perumahan, pabrik, dan industri setiap tahunnya(2)

. Seperti

di daerah Bali dengan alih fungsi lahan sawah untuk kepentingan lain di luar

sektor pertanian mencapai 700-1.000 hektar. Hal ini berbanding terbalik dengan

jumlah penduduk yang semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah

penduduk menyebabkan kebutuhan akan produk pertanian semakin meningkat.

Pada tahun 2005 persentase jumlah pekerja di bidang agribisnis terhadap

jumlah penduduk memiliki persentase sebesar 18,87 persen, namun pada tahun

2008 persentase tersebut berkurang menjadi 17,97 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa masyarakat semakin tidak tertarik untuk bekerja di

bidang pertanian. Penduduk lebih tertarik untuk bermigrasi ke kota dan mencari

pekerjaan di luar bidang pertanian. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia,

jumlah pekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan serta

perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Penurunan pekerja di bidang pertanian lainnya dapat terlihat pada

gambaran migrasi penduduk secara makro pada tahun 1999 sampai 2005 pada tiga

provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan Pada

penelitian tersebut disimpulkan bahwa migrasi masuk desa jauh lebih kecil

dibandingkan migrasi keluar. Artinya secara konsisten dari waktu ke waktu terjadi

perpindahan dari daerah sentra produksi pertanian di pedesaan ke perkotaan.

1 Saragih Henry. 2009. Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional: Legislasi Perlindungan

Petani Sebagai Pengakuan dan Pemenuhan hak Asasi Petani. http//www.spi.or.id/?p=915. [13

Januari 2010]

2 HKTI. 8 Juni 2009. Bali Khawatirkan Alih Fungsi Lahan

Pertanian.http://koran.republika.co.id/koran/0/55043/. [13 Januari 2010]

2

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, Jumlah Pekerja di Bidang

Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Serta Persentasenya

Tahun 2005- 2008

Tahun Jumlah Penduduk

Indonesia

(Jiwa)

Pekerja di Bidang

Pertanian, Kehutanan,

Perburuan dan

Perikanan

Persentase

(%)

2005 218.237.889 41.309.776 18.93%

2006 222.584.523 40.136.242 18.03%

2007 226.378.807 41.206.474 18.20%

2008 229.904.840 41.331.706 17.97%

Sumber : BPS (2008) (Diolah)

Penurunan pekerja di bidang pertanian lainnya dapat terlihat pada

gambaran migrasi penduduk secara makro pada tahun 1999 sampai 2005 pada tiga

provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan Pada

penelitian tersebut disimpulkan bahwa migrasi masuk desa jauh lebih kecil

dibandingkan migrasi keluar. Artinya secara konsisten dari waktu ke waktu terjadi

perpindahan dari daerah sentra produksi pertanian di pedesaan ke perkotaan.

Terdapat dua pola migrasi pada pedesaan contoh, lahan sawah pola migrasi yang

bersifat musiman dan daerah lahan kering dengan pola migrasi cenderung pada

pola migrasi tetap. Secara agregat faktor utama pendorong migrasi adalah

terbatasnya kesempatan kerja di desa sedangkan faktor penarik di lokasi tujuan

bermigrasi adalah ketersediaan kesempatan kerja lebih tinggi (Sinurya dan

Saptana 2007).

Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan produk pertanian belum

dapat dipenuhi oleh hasil pertanian di Indonesia. Hal ini menyebabkan masih

tingginya impor beberapa komoditas pertanian. Jumlah impor produk pertanian

seperti beras, kedelai, dan gandum masih cukup tinggi (Tabel 2), Hal ini

seharusnya tidak terjadi di negara Indonesia yang merupakan negara agraris.

Masih tingginya impor produk pertanian diakibatkan karena sektor

pertanian di Indonesia sampai saat ini belum dapat berjalan secara maksimal. Hal

ini terlihat dari masih adanya berbagai permasalahan dalam pertanian di

Indonesia.

3

Tabel 2. Komoditas Impor Indonesia Bulan Agustus-September Tahun 2006

No Nama Komoditas Bulan

Agustus (Ton) September (Ton)

1 Beras 18.875.606 5.388.120

2 Gandum 523.439.675 101.355.918

3 Jagung 315.711.529 50.342.015

4 Kacang Tanah 12.208.609 4.190.037

5 Kedelai 396.204.369 97.136.975

6 Ubi Jalar 5.752 9.750

7 Ubi Kayu 25.740.696 5.892.528

8 Wijen 2.619.366 376.722

10 Produk Biji Lena 192.893 176.024

11 Sagu 22.062.732 7.142.496

Total Pertanian 1.323.101.922 281.556.217

Sumber : Departemen Pertanian (2006)

Kondisi-kondisi yang menunjukan berbagai permasalahan pertanian dan perlu

mendapat perhatian seperti rendahnya produktivitas pengusahaan dan kualitas

tanaman pertanaman terutama palawija, kurang bakunya produk pertanian,

sulitnya menjaga kontinuitas produksi pertanian, lemahnya kelembagaan yang

mengkaitkan sub sistem produksi dengan pengolahan hasil pertanian, serta kurang

tersedianya infrastruktur yang mendukung kegiatan pertanian (Elizabeth 2007).

Permasalahan pertanian di Indonesia seperti rendahnya produktivitas

pengusahaan dan kualitas tanaman serta sulitnya menjaga kontinuitas produksi

pertanian disebabkan karena teknologi yang terbatas dan kurangnya pengolahan.

Penggunaan teknologi yang masih sederhana di Indonesia merupakan salah satu

permasalahan penting dalam pertanian di Indonesia. Hal ini mengakibatkan

4

produktivitas pertanian di negara Indonesia masih relatif rendah dibandingkan

negara lain dengan teknologi pertanian lebih canggih.

Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pertanian di Indonesia adalah

aspek pemasaran. Sering sekali aspek pemasaran menjadi hal yang

dipermasalahkan dalam pengembangan pertanian. Hal ini karena produk pertanian

memiliki karakteristik spesifik seperti bulky (panen dalam jumlah yang banyak),

perishable (mudah rusak), voluminous (membutuhkan ruangan yang besar),

pemeliharaan kualitas produk yang sulit dilakukan, faktor risiko tinggi yang

dihadapi para pelaku pasar, dan kualitas produk dalam kaitannya dengan

pemasaran (Soekartawi 1991). Oleh karena, itu teknologi pertanian pascapanen

merupakan hal yang harus semakin dikembangkan di Indonesia.

Untuk memperbaiki permasalahan pertanian tersebut, maka harus

dilakukan suatu reformasi dalam pertanian di Indonesia. Salah satu reformasi

pertanian yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia adalah reformasi dalam

kebijakan teknologi. Kebijakan pengembangan industri yang harus dilakukan

adalah pengembangan industri yang sesuai dengan keunggulan komparatif

(resources based industry). Indonesia yang merupakan negara agraris dan

memiliki keunggulan komparatif di bidang agribisnis sudah sepatutnya

menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi nasional.

Pengembangan teknologi di bidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam

meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengenalkan teknologi baru yang tepat

guna dan tepat sasaran, memberikan nilai tambah produk akhir, dan meningkatkan

cadangan devisa (Sa’id dkk 2004)

Aspek lain yang perlu diperbaiki adalah peningkatan peranan ahli teknik

dan keterkaitan pertanian untuk menunjang pengembangan pertanian yang

mengarah ke agroindustri. Rekayasa infrastruktur pedesaan diharapkan mampu

mendorong pembangunan pertanian dan industri-industri, sistem pengairan dan

drainase, serta pembangunan sarana pendukungnya (Elizabeth 2007). Agar

reformasi teknologi pertanian dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan

lembaga pemerintah yang memiliki fokus pada pengembangan teknologi

pertanian sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah.

5

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung pertanian di Indonesia.

Provinsi ini memiliki visi “Terciptanya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri,

Dinamis, dan Sejahtera”, selain itu Provinsi Jawa Barat memiliki tujuan akselerasi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Provinsi Jawa Barat memiliki perhatian

yang cukup besar atas pertanian di wilayah Jawa Barat. Hal ini dikarenakan

Provinsi Jawa Barat memiliki keunggulan komparatif dalam bidang pertanian.

Provinsi Jawa Barat memiliki luas panen, hasil per hektar, dan produksi yang

cukup baik dalam komoditas pangan utama yaitu padi. Dari tahun ke tahun

produksi padi di Jawa Barat memiliki trend yang semakin meningkat. Data luas

panen, hasil per hektar dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2004-2007 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Tahun 2004-2007

Ta

hu

n

Padi Sawah Padi Ladang Total Produksi Padi

Luas

Panen

(Ha)

Hasil

Per

Hektar

(Ton/

Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(Ha)

Hasil

Per

Hektar

(Ton/

Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Panen

(Ha)

Hasil

Per

Hektar

(Ton/Ha

)

Produksi

(Ton)

2004 1.759.938 52,84 9.299.506 120.204 25,19 302.796 1.880.142 51,07 9.602.302

2005 1.778.583 53,30 9.480.493 116.213 26,39 306.724 1.894.796 51,65 9.787.217

2006 1.687.836 53,94 9.103.490 110.424 28,53 315.082 1.798.260 52,38 9.418.572

2007 1.715.466 55,75 9.562.990 113.619 30,90 351.029 1.829.085 54,20 9.914.019

Sumber : BPS Jawa Barat (2008)

Dari data di atas dapat terlihat bahwa Jawa Barat merupakan provinsi

produsen padi dengan produksi yang cukup tinggi dan memiliki peningkatan dari

tahun ke tahun. Kecuali pada tahun 2006 dimana Jawa Barat mengalami

penurunan produksi padi. Namun dari aspek hasil per hektar Jawa Barat terus

mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dari tahun

ke tahun terdapat perbaikan dalam pengelolaam pertanian khususnya padi sebagai

komoditas pangan utama penduduk Jawa Barat.

1.2. Perumusan Masalah

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (Dispertan Jabar)

merupakan ujung tombak dalam pengembangan pertanian di Jawa Barat. Dinas

Pertanian Jawa Barat dalam sistem agribisnis Jawa Barat berada pada subsistem

lembaga penunjang dan memiliki peran sebagai lembaga pendukung dalam sistem

agribisnis di Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat yang

6

memiliki visi “Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan

Sejahtera” memiliki delapan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) sebagai

pelaksana tugas pada bidang tertentu. Unit Pelaksana Teknis Dinas tersebut

berada di bawah Kepala Dispertan secara langsung, kedelapan UPTD tersebut

adalah UPTD Balai Pengembangan Benih Padi, UPTD Balai Pengembangan

Benih Hortikultura, UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang, Mekanisasi

Pertanian, UPTD Balai Pelatihan Pertanian, UPTD Balai Proteksi TPH, serta

UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat di Desa Cihea, Cianjur merupakan salah satu UPTD yang berada di bawah

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. BPT Mekanisasi Pertanian ini

merupakan pelopor pendirian balai di tingkat provinsi yang memiliki konsentrasi

khusus dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Balai Pengembangan

Teknologi Mekanisasi Pertanian mempunyai fungsi melaksanakan teknis

operasional perekayasaan dan rancang bangun alat mesin pertanian tepat guna,

melaksanakan teknis operasional pengujian dan adaptasi alat mesin pertanian dan

melaksanakan teknis operasional bengkel kerja (workshop) dan fasilitasi

penggunaan alat dan mesin pertanian di UPTD lingkup dinas dan para petani

pengguna. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

merupakan lembaga sentral dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat.

Unit Pelakssana Teknis Dinas BPT Mekanisasi pertanian didirikan agar

dapat mengatasi permasalahan pertanian di Jawa Barat yakni, permasalahan

kekurangan tenaga kerja dalam bidang pertanian, mahalnya mesin-mesin

pertanian serta jumlah mesin-mesin pertanian yang tersebar relatif terbatas di

pasaran sehingga produktivitas pertanian di Jawa Barat masih relatif rendah,

rendahnya kemampuan serta keterampilan teknis ORM (Operation, Repair, and

Maintenance) petani atau Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), serta belum

adanya lembaga sertifikasi yang terakreditasi di Jawa Barat untuk

merekomendasikan kelayakan operasional alat mesin pertanian yang

diintroduksikan.

Sebagai lembaga pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat, BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki hubungan vertikal dengan instansi lain

7

seperti Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (Puslitbang Deptan) dan

Balai Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian (Ditjen P2HP Deptan). Hubungan

Balai Mekanisasi Pertanian dan instansi lainnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Instansi

Vertikal Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2008)

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki hubungan dengan

instansi Puslitbang Deptan dalam pelaksanaan fungsi rekayasa dan rancang

bangun alat mesin pertanian. Hubungan dengan Ditjen P2HP Deptan secara

vertikal berhubungan dengan pengujian alat mesin pertanian di Jawa Barat.

Sedangkan hubungan antara Puslitbang Deptan dengan Ditjen P2HP Deptan

adalah dalam hal penetapan SNI Alsintan hasil rekayasa rancang bangun dan

pengujian sebelumnya.

Sesuai dengan SK Permentan Nomor 05/Permentan/OT.104/1/2007

(Lampiran 1) maka BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan salah satu

dari 15 lembaga uji Alsintan yang ada di Indonesia. Pada Norma, Standar,

Prosedur, dan Kinerja (NSPK) Departemen Pertanian Republik Indonesia

dijelaskan bahwa suatu lembaga yang berada di wilayah provinsi memiliki

kewenangan melaksanakan kebijakan alat dan mesin pertanian wilayah provinsi,

identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin pertanian wilayah

provinsi, penerapan standar dan mutu alat dan mesin pertanian, serta pembinaan

dan pengawasan standar mutu alat dan mesin pertanian wilayah provinsi (Dinas

Pertanian 2009). Adanya surat keputusan Permentan tersebut membuat BPT

BALAI PENGUJIAN MUTU

ALAT MESIN PERTANIAN

( DITJEN P2PH, DEPTAN )

BALAI BESAR

PENGEMBANGAN

MEKANISASI PERTANIAN

( PUSLITBANG DEPTAN )

Rekayasa dan

Rancang

Bangun

BPT MEKANISASI

PERTANIAN JAWA BARAT

Pengujian

Penetapan

SNI Alsintan

8

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat menjadi salah satu lembaga yang sangat penting

dalam pengembangan teknologi pertanian di Provinsi Jawa Barat.

Pada saat ini Balai Pengembangan Teknologi yang telah berdiri dari tahun

2002 berdasarkan Perda No. 5 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur No. 53

Tahun 2002 telah menjadi salah satu lembaga pendukung dalam peningkatan alat

dan mesin pertanian di daerah Jawa Barat. Balai yang merupakan sentral

pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat ini telah menghasilkan berbagai

macam modifikasi alat mesin pertanian. Namun sampai saat ini BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat masih harus menyelesaikan beberapa permasalahan agar

dapat mencapai visi dan misinya.

Beberapa permasalahan yang terdapat di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat adalah masih belum meratanya kepemilikan alat mesin pertanian di Jawa

Barat, kurang dikenalnya BPT Mekanisasi sebagai lembaga pemerintah yang

dapat melayani dan membantu para petani dalam hal alat mesin pertanian, kurang

meratanya informasi tentang alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh balai,

serta alat mesin pertanian yang dihasilkan balai belum dapat sepenuhnya

memenuhi kebutuhan petani di Jawa Barat. Kepemilikan alat mesin pertanian di

Jawa Barat yang mayoritas penduduknya melakukan usaha cocok tanam masih

belum tersebar secara merata. Data jumlah penyebaran alat panen dan pasca panen

milik petani, pemerintah maupun swasta, dan luas lahan padi di setiap daerah di

Jawa Barat tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan lampiran tersebut dapat terlihat bahwa jumlah alat mesin

pertanian di Jawa Barat tidaklah merata, beberapa kabupaten memiliki alat mesin

pertanian yang cukup banyak, namun beberapa kabupaten lainnya memiliki

jumlah alat mesin pertanian yang sangat sedikit. Pada tabel dapat terlihat alat

panen padi (reaper) yang dimiliki oleh Kabupaten Ciamis dengan luas lahan padi

101.364 hektar sebanyak 807 sedangkan daerah lain yang merupakan daerah

lumbung padi seperti Kabupaten Cianjur yang memiliki luas lahan padi lebih

besar yaitu 138.171 hektar hanya memiliki alat panen padi sebanyak 19 buah.

Permasalahan lainnya adalah kurang dikenalnya BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat oleh para petani. Balai yang melayani informasi teknologi

pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alat mesin

9

pertanian serta bantuan teknis rekayasan, rancang bangun dan pengujian alat

mesin pertanian ini masih sangat jarang dikunjungi petani. Hal tersebut dapat

dilihat pada data pengunjung balai dan pengguna jasa pengujian balai tahun 2008,

2009, dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Pengunjung dan Pengujian Alat BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat Tahun 2008-Maret 2010

Tahun Pengunjung Balai

(Orang)

Pengujian Alat

(buah)

2008 2 5

2009 17 8

Maret 2010 13 3

Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2010)

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa pengunjung BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat masih sangat sedikit, selain itu masih terdapat keterbatasan

dalam administrasi pengunjung sehingga tidak seluruh pengunjung dapat terdata.

Mayoritas pengunjung BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah lembaga

dinas dari daerah lain yang ingin melakukan studi banding ataupun mahasiswa

yang melakukan penelitian tentang alat mesin pertanian, namun petani di daerah

Jawa Barat sebagai sasaran utama pendirian balai ini sangat jarang mengunjungi

balai untuk melakukan konsultasi tentang alat dan mesin pertanian.

Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa barat sebagai

lembaga yang telah ditunjuk Departemen Pertanian sebagai salah satu lembaga

pengujian alat dan mesin pertanian pascapanen dapat melakukan uji alat terhadap

berbagai alat mesin pertanian baik di daerah Jawa Barat maupun di luar Jawa

Barat. Namun sampai saat ini pengujian alat masih di daerah Jawa Barat sebagai

fokus utama BPT Mekanisasi Pertanian.

Selain permasalahan tersebut permasalahan lainnya adalah alat mesin

pertanian yang dihasilkan belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan petani di

Jawa Barat. Hal ini terjadi karena kurangnya kontribusi petani dalam perancangan

alat mesin pertanian yang akan diproduksi(3)

. Pada pelaksanaan peran UPTD BPT

Mekanisasi Pertanian sebagai lembaga yang dapat meningkatkan keterampilan

teknis ORM (Operation, Repair and Maintenance) petani atau Unit Pelayanan

3 Hasil wawancara pendahuluan dengan pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

10

Jasa Alsintan (UPJA) masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaanya

sehingga peran UPTD belum terjalin secara maksimal.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BPT

Mekanisasi Pertanian memiliki peran yang penting dalam sistem agribisnis di

Jawa Barat, akan tetapi berbagai macam alat dan mesin pertanian yang dihasilkan

oleh BPT Mekanisasi Pertanian belum dapat diakses oleh seluruh petani di Jawa

Barat secara optimal. Hal ini mengakibatkan perlunya strategi pengembangan bagi

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar dapat mengembangkan teknologi

pertanian di Jawa Barat dengan lebih baik dan dapat mencapai visi dan misi balai.

Sebagai suatu lembaga pemerintahan yang berada di bawah Dispertan perbaikan

dan pengembangan lembaga ini sangat diperlukan untuk perbaikan pertanian di

Jawa Barat dan akhirnya menuju perbaikan kesejahteraan petani Jawa Barat.

Selama ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat hanya melaksanakan program

setiap tahunnya yang selesai dalam satu tahun. Adanya strategi pengembangan

BPT Mekanisasi Jawa Barat ini diharapkan dapat membuat BPT Mekanisasi

Pertanian Jaw Barat lebih fokus dalam mencapai tujuan utama sesuai dengan visi

dan misi secara berkelanjutan. Maka permasalahan yang akan dianalisis dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Peran utama apa yang harus dilakukan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat dalam mengembangkan organisasinya?

2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penyusun pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat?

3) Strategi apa yang seharusnya dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat agar dapat mengembangkan organisasinya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam

mengembangkan organisasinya.

2) Menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat.

11

3) Merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1) Sebagai bahan masukan untuk BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam

rangka meningkatkan peran organisasi dalam bidang pertanian.

2) Sebagai pertimbangan bagi pengambil kebijakan pertanian di Jawa Barat

dalam rangka membuat kebijakan yang berhubungan dengan pertanian di

Jawa Barat.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini

mencakup Unit Pengadaan Teknis Terpadu (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat, Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang menjadi unit pemasaran

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, bengkel yang telah bekerjasama dengan

BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang

menjadi pengambil kebijakan agribisnis di Jawa Barat.

12

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Teknologi

Teknologi secara harfiah memiliki arti segala daya upaya yang dapat

dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup uang lebih baik. Dari

definisi tersebut diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah

kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu

usaha, sistem atau lingkungan. Penggunaan suatu teknologi selalu memiliki trade

off yang harus dipertimbangkan. Memilih suatu teknologi hendaknya berdasarkan

trade off yang paling minimal (Sa’id dkk 2004).

Teknologi diperoleh melalui suatu proses yang dikembangkan oleh

manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup.

Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004) mengumukakan lima sifat pokok teknologi

yang perlu dipahami, yaitu :

1) Ilmu pengetahuan dan praktik atau percobaan merupakan prasyarat untuk

tumbuh dan berkembang teknologi. Teknologi yang dikuasai akan semakin

berkembang jika sudah terbagi dan termanfaatkan. Jika ilmu pengetahuan,

seperti biokimia, mikrobiologi, genetika, dan biomolekuler dikuasai dengan

baik maka hal tersebut merupakan pintu gerbang menuju penguasaan

bioteknologi.

2) Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (human

embedded technology), dapat berwujud fisik yang melekat pada mesin dan

peralatan (object embedded technology), serta informasi yang diwadahi oleh

sistem dan organisasi (document embedded technology). Teknologi

dibutuhkan oleh manusia baik berupa benda fisik, keahlian dan keterampilan,

maupun berupa dokumen informasi (seperti buku, jurnal, dan majalah).

3) Teknologi tidak memberikan nilai guna jika tidak diterapkan (tidak terbagi

dan terpakai secara tepat guna). Sebagai contoh pada dekade 1980-an

Indonesia pernah mengimpor traktor yang digunakan untuk mengolah sawah

yang luas. Setelah tiba di Indonesia, alat tersebut ternyata tidak dapat

digunakan karena ukuran lahan sawah di Jawa kecil-kecil, sedangkan lahan

sawah di luar pulau Jawa walaupun luas tetapi sangat sedikit jumlahnya.

13

Dengan demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna

dan tidak tepat sasaran.

4) Sebagai salah satu aset perusahaan, teknologi dapat ditemukan

dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi

yang dimiliki sudah kadaluarsa. Hal ini menunjukan bahwa teknologi bersifat

dinamis dan memiliki siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk.

Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus

memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta.

5) Umumnya teknologi digunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau

meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian, teknologi

merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah.

2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna dalam konteks negara berkembang dikelompokan ke

dalam empat orientasi yang mendasar yaitu :

1) Pertimbangan pilihan teknologi.

2) Pertimbangan kelompok sasaran.

3) Pertimbangan keterbatasan sumberdaya.

4) Pertimbangan perubahan yang evolusioner yang selaras dengan tradisi.

Teknologi tepat guna memiliki ciri-ciri skala kecil, padat karya, dan

didasarkan pada kebutuhan masyarakat pedesaan. Selain ciri-ciri tersebut

teknologi tepat guna juga memerlukan :

1) Konsisten dengan kebudayaan setempat.

2) Menjaga daur ekologi, dan

3) Selaras dengan proses pengambilan keputusan setempat

Pada saat ini masyarakat Indonesia masih berada pada taraf hidup yang masih

rendah, dan karenanya perlu dibawa ke taraf hidup yang lebih baik. Salah satu

jalur usaha peningkatan itu adalah penyedian dan pemanfaatan masukan

instrumental berupa teknologi, baik yang berupa proses teknologi maupun produk.

Hal yang menjadi perhatian adalah jalur usaha penyediaan dan pemanfaatan

proses dan produk teknologi tertentu, yaitu teknologi yang mempunyai ciri:

1) Dapat dioperasikan dengan mudah oleh anggota masyarakat yang masih

rendah taraf keterampilan teknologinya.

14

2) Dapat merangsang pertumbuhan keterampilan berteknologi masyarakat yang

bersangkutan dengan mudah.

3) Prasarana dan sarana pendukung bagi pengoperasian teknologi itu dapat

disediakan dengan mudah.

4) Dalam penerapannya sangat memperhatikan keseimbangan dan keserasian

dengan lingkungan, serta kemampuan ekonomi masyarakatnya.

Teknologi dengan ciri-ciri tersebut merupakan teknologi tepat guna. Jelas

bahwa diatas itu semua, teknologi tersebut harus dapat menegaskan fungsi-fungsi

kehidupan yang membina kepada membaiknya taraf hidup masyarakat yang

menggunakannya ataupun masyarakat yang diperkenalkan kepada teknologi itu.

2.3. Pengertian Manajemen Teknologi

Teknologi merupakan suatu aspek yang berkaitan secara tidak langsung

dengan sistem ekonomi, budaya, dan politik. Oleh karena itu, manajemen

teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan

manfaat yang diperoleh. Menurut Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004),

manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk

memaksimumkan nilai suatu teknologi dengan cara melakukan proses manajemen

yang tepat. Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang

memainkan peranan yang sangat penting dalam memapankan dasar pengetahuan

yang akan memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi

(Sa’id dkk 2004).

Secara harfiah, manajemen teknologi menghubungkan disiplin-disiplin

rekayasa, ilmu pengetahuan alam, dan manajemen untuk merencanakan,

mengembangkan, dan menerapkan kemampuan tujuan strategik dan operasional

dari suatu organisasi (Gaynor 1991). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 2.

15

Gambar 2. Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen Teknologi

dan Manajemen Sumber : NRC diacu dalam Gaynor (1991)

2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis

Pertanian dalam arti luas adalah seluruh mata rantai proses pemanenan

energi surya secara langsung dan tidak langsung melalui fotosintesis dan proses

pendukung lainnya untuk kehidupan manusia yang mencakup aspek ilmu

pengetahuan dan kemasyarakatan dan mencakup bidang tanaman pangan,

hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan (IPB dalam

Septiyorini dkk 2008).

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri berarti Agriculture

artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi

profit. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha

atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Jika

didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan

penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran

produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian, dan kelembagaan

penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha

yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh

kegiatan pertanian (Antara 2004).

Konsep agribisnis merupakan suatu konsep pertanian secara utuh, mulai

dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran, dan aktivitas lainnya yang

berkaitan dengan kegiatan pertanian tersebut (Soekartawi 1991). Namun pada saat

ini masih banyak masyarakat dan juga para terdidik yang belum memahami

dengan benar tentang konsep agribisnis. Menurut Arsyad dkk diacu dalam

Area yang Langsung Relevansinya dengan Manajemen Teknologi

Rekayasa/ilmu

pengetahuan

Manajemen

Teknologi

Manajemen

A

B

16

Soekartawi (1991) yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan

kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai

produksi, pengolahan, hasil, dan pemasarannya yang ada hubungannya dengan

pertanian secara luas. Termasuk kegiatan usaha yang menunjang kegiatan

pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Kegiatan subsistem penunjang memiliki peran yang tidak kalah penting

dengan subsistem lainnya dalam pengembangan suatu sistem agribisnis.

Subsistem pendukung dapat berupa lembaga-lembaga pendukung maupun

pelayanan pemerintah daerah untuk mempermudah aktivitas agribisnis yang

dilakukan oleh para pelaku usaha.

2.5. Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis

Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang memainkan

peranan penting dalam memapankan dasar pengetahuan yang akan

memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi (Sa’id dkk

2004). Dengan adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan

manajemen teknologi dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai dari

perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka

mencapai nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan

konsumen.

2.6. Agribisnis dan Agroindustri

Kegiatan ekonomi pada sektor pertanian yang terbatas pada usahatani

primer harus lebih dipacu pengembangannya menjadi mega sektor yang disebut

agribisnis. Kinerja agribisnis yang meliputi tiga kegiatan yaitu subsektor

organisasi hulu, subsektor usahatani dan subsektor agribisnis hilir. Pengembangan

agribisnis dan agroindustri sangat strategis karena beberapa hal, yaitu:

1) Bersifat resources based yang berarti tidak tergantung pada komponen impor

dalam proses produksinya.

2) Kegiatan agroindustri berorientasi ekspor yang dappat meningkatkan devisa

negara. Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa agroindustri menyumbang

50 persen ekspor nonmigas dan 30 persen total ekspor Indonesia selama

kurun waktu 1981-1995.

17

3) Memiliki dimensi pemerataan karena memiliki keterkaitan ke depan (forward

linkages) dan ke belakang (backward linkages) yang kuat dan digerakan oleh

petani dan pengusaha.

Peranan agroindustri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat

dipacu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja, khususnya dalam berbagai

pelaksanaan proyek padat karya, peningkatan teknologi budidaya proses hilir

agroindustri, serta akumulasi modal melalui ekspor produk aggroindustri yang

telah mempunyai nilai tambah yang besar dalam negeri. (Mangunwidjaya dan

Sailah 2009).

2.7. Perencanaan Strategi

Perencanaan strategi merupakan salah satu dari sekian banyak konsep

perencanaan yang dikembangkan. Perencanaan merupakan suatu proses aktivitas

yang berorientasi ke depan dengan memperkirakan berbagai hal agar aktivitas di

masa mendatang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi

perencanaan ke masa depan, maka perencanaan bersifat memperkirakan dan

memprediksikan berdasarkan pertimbangan rasional, logis, dan dapat

dilaksanakan.

Sementara dalam David (2006) perencanaan strategi didefinisikan sebagai

rencana permainan (game plan) perusahaan. Perencanaan strategi lebih umum

digunakan dalam dunia bisnis. Perencanaan strategi hanya mengacu pada

formulasi strategi, berbeda dengan manajemen strategis yang mengacu pada

formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Rencana strategis dihasilkan dari

pilihan manajerial yang sulit dari berbagai alternatif yang baik dan tanda

komitmen untuk pasar yang spesifik, kebijakan, prosedur, dan opersi

menggantikan.

2.8. Kelembagaan Mekanisasi Pertanian

Hal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, terutama dari

pembelajaran evolusi mekanisasi pertanian dari tahun 1950 sampai pada saat

sekarang ini adalah masalah lemahnya kelembagaan dalam sistem pengembangan

mekanisasi pertanian. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan, jika mekanisasi

pertanian harus disiapkan sebagai mesin penggerak revitalisasi (engine of

revitalization) dalam Deptan (2005) adalah sebagai berikut :

18

1) Lembaga atau Asosiasi Petani

Lembaga petani perlu dibangun dengan tujuan untuk memberikan

pelayanan kepada petani-petani yang merupakan anggotanya, serta melobi

pemerintah dalam hal kepentingan usahatani. Melalui lembaga pertanian ini

diharapkan dapat tercipta komunikasi antara pemerintah dengan petani sehingga

petani dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya dengan lebih baik.

Lembaga seperti ini hendaknya dibangun atas inisiatif petani, bukan dari

pemerintah.

2) Kebijakan Perdagangan Alsintan

Pengadaan, distribusi, dan penggunaan alat dan mesin pertanian

dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan. Pemerintah perlu menciptakan iklim

perdagangan yang kondusif dengan menaikkan proteksi terhadap impor alsintan,

terutama terhadap negara yang melakukan dumping.

Kebijakan proteksi ini selain dapat mendorong perkembangan industri

alsintan dalam negeri juga dapat memberikan proteksi terhadap petani sebagai

konsumen. Alsintan produksi luar seringkali tidak sesuai untuk digunakan di

Indonesia karena kondisi lahan dan agronomis yang berbeda. Selain itu,

pemerintah juga perlu untuk memeratakan distribusi alsintan di seluruh wilayah

Indonesia. Salah satu caranya yaitu dengan tidak memberikan bantuan alsintan

hanya pada satu jenis alsintan tertentu atau di daerah tertentu saja. Distribusi

alsintan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan alsintan di tiap wilayah.

3) Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak swasta saja tidak

cukup. Pemerintah harus meningkatkan riset dan pengembangan yang dilakukan

melalui lembaga pemerintah yang ada seperti BBP Mektan dan LIPI serta

membina kerjasama antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas dan

asing. Dengan demikian, inovasi teknologi dapat lebih ditingkatkan dan

menguntungkan semua pihak.

Dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan, perlu juga

diciptakan penghubung antara peneliti dengan petani. Penghubung ini selain

bertugas untuk mendemonstrasikan teknologi baru kepada petani dan

meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya teknologi, juga berfungsi sebagai

19

sarana bagi petani untuk menyampaikan mengenai jenis alsintan apa yang

dibutuhkan dan tingkat mekanisasi seperti apa yang diharapkan. Jadi melalui

penghubung ini dapat tercipta feed back bagi penelitian selanjutnya.

4) Kredit

Selama ini kesulitan perolehan kredit selalu menjadi kendala bagi petani

dalam usaha pengembangan usahatani. Menurut Nuswantara (2003). Untuk

mengatasi kendala ini, pemerintah perlu mempersiapkan upaya pembentukan bank

pertanian. Bank pertanian hendaknya terletak di daerah-daerah sentra produksi

pertanian, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil yang mudah dijangkau petani.

Melalui bank pertanian diharapkan dapat memberi kemudahan bagi petani dalam

memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan

aktivitas pertanian.

Kredit yang diberikan jangan dibatasi pada jenis alsintan tertentu karena

ini akan mempengaruhi pilihan petani terhadap alsintan yang akan digunakan.

Petani harus diberikan kebebasan dalam memilih alsintan apa yang diinginkan dan

yang sesuai dengan kebutuhannya.

5) Lembaga pelatihan dan pendidikan

Petani Indonesia pada umumnya berpendidikan rendah. Untuk

mengintroduksi teknologi baru maka diperlukan pelatihan dan pendidikan agar

petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Pelatihan dan

pendidikan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petani sehingga dapat mengembangkan diri di subsektor lain

maupun di bidang agroindustri, serta memajukan cara berpikir petani.

6) Fasilitas produksi dan perbaikan lokal

Kondisi lahan di tiap daerah berbeda-beda. Dengan melakukan produksi

lokal maka produksi dapat dilakukan secara spesifik sesuai dengan kondisi lahan

setempat dan mengurangi biaya transportasi ke petani. Selain itu, penyerapan

tenaga kerja di desa juga dapat ditingkatkan.

7) Penyediaan jasa penyewaan mesin

Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak

sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan

mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk

20

membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat

mendapatkan manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari

pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin. Usaha jasa penyewaan

alsintan oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya

profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan

manajemen kelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampu

mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.

Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut di atas, maka

peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian, pertanian secara umum,

perdagangan, perindustrian, keuangan, keagrariaan, maupun ketenagakerjaan, dan

pendidikan diharapkan dapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan

mekanisasi pertanian di Indonesia.

2.9. Kajian Penelitian Terdahulu

Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan informasi tentang penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian

yang sedang dilakukan. Pada Tabel 5 dapat dilihat beberapa penelitian yang

terkait dengan penelitian ini.

Wahyudin (2001) menganalisis Unit Pelaksana Teknis Dinas Unit

Pelaksana Modernisasi Bertahap (UPT UPMB) yang memiliki tugas pokok

melakukan kegiatan penyuluhan, pembinaan, dan bimbingan penangkapan ikan

dan salah satu fungsinya adalah melakukan pembinaan dan pelayanan jasa

pemeliharaan, perbaikan mesin, dan docking kapal. Menurut hasil analisis, faktor

internal strategis yang mempengaruhi keberhasilan UPT UPMB yang merupakan

kekuatan adalah Peraturan Daerah DKI Jakarta, lokasi docking yang strategis,

ketersediaan lahan untuk pengembangan, dukungan dana dari pemerintah, dan

pemberdayaan sektor swasta di lingkup UPT UPMB. Adapun faktor-faktor yang

merupakan kelemahan, yaitu sistem insentif, budaya kerja birokrasi, pelayanan

perawatan kapal, prosedur standar operasional, kapasitas dan sarana penunjang di

Pulau Pramuka masih terbatas, kualitas dan kuantitas SDM, dan kontribusi

terhadap PAD masih perlu ditingkatkan.

21

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Alat Analisis Tahun

1 Wahyudin Perencanaan Strategi UPT

UPMB Muara Angke

dalam Bidang Pembinaan,

Pelayanan Jasa Perawatan

Dan Docking Kapal

Perikanan

Analisis Matrik IFAS dan

EFAS, Matrik IE, dan

Analisis SWOT

2001

2 Supena

Friyatno,

Handewi P

Rachman, dan

Supriyati

Kelembagaan Jasa Alat dan

Mesin Pertanian (Alsintan)

Tabulasi Sederhana dan

interpretation analysis

2002

3 Muhammad

Aries ZA

Formulasi Strategi Usaha

Pelayanan Jasa Alat dan

Mesin Pertanian: Studi

Kasus Di Kabupaten

Sumbawa

Analisis Finansial, Analisis

Lingkungan dan Matriks

TOWS.

2003

4 Feby Fadilah

Rahmat

Analisis Strategi

Pencapaian Rencana

Penerimaan Pajak Bumi,

dan Bangunan Sektor

Agribisnis Perkebunan

Pada Kantor Pelayanan

Pajak Bumi, dan Bangunan

Cibinong

Analisis Hierarki Proses

(AHP)

2009

5 Agung Dwi

Lukito

Uji Kinerja Mesin

Penghancur Sampah

Organik (Crusher) dan

Mesin Penghancur Pupuk

Kandang (Manure

Breaker) di UPTD BPT

Mekanisasi Pertanian,

Cianjur, Jawa Barat.

Uji Kinerja Mesin,

Konsumsi Bahan Bakar,

Ukuran Partikel Bahan Hasil

Penghancuran dan Loss

2009

Friyanto dkk (2002) melaksanakan dua tahap penelitian pada lima

kabupaten yang masing-masing kabupaten mewakili provinsi tertentu yaitu

Majalengka, Klaten, Kediri, Agam dan Sidrap untuk tahap pertama dan dua

22

kabupaten yaitu Indramayu dan Ngawi pada tahap kedua. Penelitian ini

menganalisis tiga alat mesin pertanian yaitu traktor, pompa dan thresher. Dari

hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan alsintan yang sudah hampir

merata di semua lokasi penelitian adalah traktor, namun ketersediaan sarana

pendukung pengembangan traktor seperti bengkel dan suku cadang masih sangat

terbatas. implikasi dari hal ini adalah perlu didukungnya kebijakan yang kondusif

untuk mengembangkan sarana pendukung traktor tersebut.

Sedangkan pengembangan pompa dan thresher belum merata, hal ini

dipengaruhi oleh sistem pemasaran, sistem hubungan kerja, dan budaya setempat.

Disimpulkan bahwa perlu adanya dorongan dari pihak pemerintah maupun swasta

untuk memecahkan masalah permodalan alsintan berupa bantuan permodalan

pengadaan alsintan ditingkat petani dan pengembangan sistem sewa yang adil

antara pemilik alsintan dan petani.

Pada penelitian Muhammad Aries ZA (2002) dengan judul Formulasi

Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian: Studi Kasus Di

Kabupaten Sumbawa disimpulkan bahwa terdapat enam pihak yang terlibat

langsung dalam proyek pengadaan alsintan di Kabupaten Sumbawa, yakni

pimpinan proyek, kontraktor, pabrik alsintan, bupati, kepala subdinas bina usaha

pertanian, dan kelompok UPJA.

Pada pelaksanaannya mekanisme pengadaan alsintan terdiri dari lima

tahap, antara lain identifikasi calon penerima alsintan, pelelangan dan pengadaan

Alsintan, pelaksanaan kegiatan magang untuk manajer dan operator, pelatihan dan

pembekalan kelompok UPJA, dan monitoring dan pelaporan. Berdasarkan

penelitian disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat dilaksanakan adalah

memperluas pelayanan jasa di luar anggota, mengganti pola kerja sama

operasional dengan pola kemitraan lainnya, mengoptimalkan kursus dan pelatihan

bagi manajer dan operator, meningkatkan jumlah alsintan yang dikelola kelompok

UPJA yang telah ada, peningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan

pemeliharaan dan perawatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Feby Fadilah Rahmat dengan judul

“Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak Bumi, dan Bangunan

Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi, dan Bangunan

23

Cibinong” bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang menjadi penyusun

rencana penerimaan PBB sektor agribisnis perkebunan, dan merekomendasikan

alternatif strategi yang tepat untuk KPPBB Cibinong. Berdasarkan penelitian

didapatkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sumber, dan validitas

data, pemerintah, dan perilaku wajib pajak. Alternatif pemilihan strategi yang

tepat, dan efektif bagi perusahaan berdasarkan prioritasnya pembentukan basis

data.

Lukito (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Uji Kinerja Mesin

Penghancur Sampah Organik (Crusher) dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang

(Manure Breaker) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat”

melaksanakan uji kinerja terhadap alat mesin pertanian yang ada di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Disimpulkan bahwa dibutuhkan modifikasi

untuk mesin penghancur sampah organik. Modifikasi dilakukan pada bagian pisau

dan penutup pisau yang dibuat lebih rapat agar bahan tidak keluar melalui sela-

sela penutup. Sedangkan untuk mesin penghancur kompos dibutuhkan modifikasi

di bagian pisau, karena pada kecepatan putaran mesin tinggi pisau dapat bergeser.

Selain itu, dibutuhkan adanya penutup untuk pisau agar bahan tidak terlempar

jauh dari mesin.

Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian

terdahulu. Penelitian ini dilakukan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dengan memfokuskan pada strategi pengembangan dari balai. Selama ini banyak

penelitian uji kerja alat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat, namun penelitian tentang strategi pengembangan balai tersebut belum

pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan analisis Proses Hirarki Analitik

(PHA) untuk menentukan prioritas strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

24

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Strategi

Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan

mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan

manajemen berbagai bisnis, dan lini produk untuk mencapai keseimbangan

portofolio produk dan jasa. Strategi perusahaan juga merupakan sebuah pola

keputusan yang berkenaan dengan tipe-tipe bisnis yang perusahaan sebaiknya

terlibat arus keuangan dan lainnya ke dan dari divisi-divisi perusahaan serta

hubungan antara perusahaan dengan kelompok-kelompok utama dalam

lingkungan perusahaan (David 2006).

3.1.2. Manajemen Strategis

Hax dan Majluf (2003) diacu dalam Yoshida (2006) mendefinisikan

manajemen strategik sebagai cara-cara untuk mengelola organisasi dalam rangka

mencapai tujuannya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

pembangunan nilai budaya organisasi, kemampuan manajerial, tanggung jawab

sosial, dan sistem administrasi. David (2006) lebih jauh mengemukakan bahwa

manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk memformulasi,

mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang

memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.

Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen,

pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan

pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan

organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan

menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (David 2006).

3.1.3. Model Manajemen Strategis

Model manajemen strategis adalah salah satu model strategi yang

dinyatakan oleh David (2006). Dalam model manajemen strategi terdapat

kerangka kerja (Gambar 3) yang menampilkan hubungan antar bagian-bagian

utama dalam proses manajemen strategi. Proses manajemen strategi yang paling

baik dipelajari dan diterapkan adalah dengan menggambarkan suatu proses.

25

Model ini tidak menjamin keberhasilan yang diraih, tetapi menggambarkan

pendekatan yang jelas dan praktis dalam merumuskan, melaksanakan, dan

mengevaluasi strategi. Perubahan yang terjadi pada komponen utama dalam

model dapat memaksa perubahan komponen lainnya.

Gambar 3. Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif Sumber : David (2006)

3.1.4. Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan

Setiap perusahaan senantiasa mempunyai cita-cita ideal yang hendak

dicapai. Cita-cita tersebut akan diperjuangkan agar jati dirinya jelas, yakni citra,

nilai, dan kepercayaan perusahaan. Visi perusahaan adalah citra dan kepercayaan

ideal. Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dari

manajemen dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan di

masa yang akan datang. Visi akan memberi arah dan ide aktual kepada

manajemen dalam proses pembuatan keputusan, agar setiap tindakan yang

Formulasi Strategi Implementasi strategi Evaluasi

Strategi

Membuat

Pernyataan

Visi dan

Misi

Melakukan

Audit

Internal

Melakukan

Audit

Eksternal

Menetapkan

Sasaran

Jangka

Panjang

Membuat,

Mengevaluasi,

dan Memilih

Strategi

Melaksanakan

Strategi : Isu-

Isu Manajemen

Melaksanakan

Strategi : Isu-Isu

Pemasaran,

Keuangan,

Litbang,

Akuntansi, dan

SIM

Mengukur

dan

Mengevaluasi

Kinerja

26

dilakukan senantiasa berlandaskan visi perusahaan dan memungkinkan untuk

mewujudkannya (Purwanto 2007).

Misi bisnis adalah pondasi untuk prioritas, strategi, rencana, dan

penugasan. Misi merupakan titik awal untuk mendesain struktur manajerial. Tidak

ada hal yang lebih sederhana atau lebih jelas dari mengetahui apa bisnis

perusahaan (David 2006). Menurut Pearce dan Robinson (1997), misi merupakan

tujuan (purpose) unik yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain

yang sejenis dan dapat mengidentifikasi cakupan operasinya. Misi mampu

menguraikan produk, pasar, dan bidang teknologi yang digarap perusahaan, yang

mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategi.

Pernyataan misi merupakan sebuah pernyataan sikap dan pandangan yang

memungkinkan dimunculkannya dan dipertimbangkannya sejumlah tujuan dan

strategis alternatif. Misi pada Purwanto (2007) merupakan hal-hal yang

meligitimasi keberadaan badan usaha, suatu citra badan usaha. Misi dipengaruhi

oleh beberapa unsur, seperti lingkungan perusahaan, kekuatan dan kelemahan

perusahaan, perkembangan perusahaan, serta nilai-nilai manajemen.

Tujuan dalam Wahyudyono (2008) merupakan titik sentral semua kegiatan

perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk penilaian prestasi,

pengendalian, koordinasi, dan juga untuk kepentingan strategis. Pada umumnya,

suatu perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam, antara lain (1)

keuntungan, (2) efisiensi, (3) kepuasan dan pembinaan karyawan, (4) kualitas

produk untuk konsumen, (5) memiliki kegiatan corporate social responsibility, (6)

pemimpin pasar, (7) mekanisasi deviden atau harga saham bagi pemegang saham,

(8) survival atau kelangsungan hidup, (9) kemampuan adaptasi, dan (10)

pelayanan masyarakat.

3.1.5. Fungsi Visi, Misi, dan Tujuan

Fungsi dari penentuan visi dalam penyusunan strategi perusahaan yaitu

untuk membuat rencana atau program kerja serta visi merupakan pandangan ke

depan yang akan menjadi sasaran ataupun tujuan akhir dari suatu kegiatan.

Sedangkan, penentuan misi perusahaan adalah untuk memberikan keterangan

yang jelas tentang apa yang ingin dituju serta kadang kala memberikan pula

keterangan tentang bagaimana cara lembaga bekerja. Misi merupakan sesuatu

27

yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara

pencapaian visi. Misi mengembangkan harapan pada karyawan,, dan

mengkomunikasikan pandangan umum untuk pemegang saham utama dalam

lingkungan kerja perusahaan. Jadi, misi merupakan acuan yang umum dalam

menentukan strategi perusahaan.

Misi dapat ditetapkan secara sempit ataupun luas. Misi sempit

menunjukkan secara jelas bisnis utama organisasi, dan juga secara jelas

membatasi jangkauan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan produk atau

jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan, dan pasar yang dilayani, misi

sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan untuk tumbuh. Sebaliknya, misi

luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi untuk memasukkan banyak tipe

produk atau jasa, pasar, dan teknologi. Konsep misi perusahaan menunjukkan

bahwa arah bersama atau penyatuan tema sebaliknya dijalankan melalui aktivitas-

aktivitas perusahaan, dan perusahaan dengan arah bersama akan dapat lebih baik

dalam mengatur, dan menjalankan aktivitas-aktivitasnya.

Sedangkan tujuan berfungsi sebagai acuan perkembangan. Tujuan adalah

sebuah konsep yang menerangkan kemana kita akan pergi, apa yang akan

diselesaikan, dan kapan akan diselesaikan. Sebaiknya tujuan tersebut diukur jika

memungkinkan. Sehingga tujuan perusahaan akan membatasi atau memberi

arahan dalam penyusunan strategi perusahaan. Pencapaian tujuan perusahaan

merupakan hasil dari penyelesaian misi. Istilah sasaran tujuan sering rancu dengan

istilah tujuan (objective). Sasaran adalah pernyataan terbuka yang berisi satu

harapan yang akan diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan dicapai, dan

tidak ada penjelasan waktu penyelesaian (Hunger dkk 2003).

3.1.6. Faktor Lingkungan Organisasi

Setiap pelaku dalam suatu organisasi harus paham terhadap lingkungan

bisnis baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang merupakan key

factor dalam pengelolaan organisasi. Organisasi beroperasi dalam kerangka yang

lebih besar dari lingkungan eksternal yang membentuk peluang dan menimbulkan

ancaman bagi organisasi. Lingkungan eksternal adalah serangkaian kompleks,

cepat berubah, dan interaksi yang signifikan lembaga-lembaga dan kekuatan-

kekuatan yang mempengaruhi kemampuan organisasi untuk melayani pelanggan.

28

Kekuatan eksternal tidak dikontrol oleh suatu organisasi, tetapi mereka mungkin

dipengaruhi atau terpengaruh oleh organisasi itu. Hal ini diperlukan bagi

organisasi untuk memahami kondisi lingkungan karena mereka berinteraksi

dengan keputusan strategi. Lingkungan eksternal memiliki pengaruh besar pada

penentuan keputusan pemasaran. Organisasi yang sukses memindai lingkungan

eksternal mereka sehingga mereka dapat merespon secara menguntungkan untuk

kebutuhan yang tidak terpenuhi dan trend di pasar yang ditargetkan.

Secara internal, sebuah organisasi dapat dipandang sebagai mesin konversi

sumberdaya yang mengambil input (tenaga kerja, uang, bahan-bahan, dan

peralatan) dari lingkungan eksternal (yaitu, dunia di luar batas-batas organisasi),

mengubahnya menjadi produk yang berguna, barang, dan layanan, dan membuat

mereka tersedia untuk pelanggan sebagai output. Organisasi harus terus menerus

memonitor, dan beradaptasi dengan lingkungan jika ingin bertahan hidup dan

sejahtera. Gangguan pada lingkungan hidup mungkin mantra mendalam ancaman

atau peluang baru. Organisasi yang sukses akan mengidentifikasi, menilai, dan

menanggapi berbagai peluang dan ancaman di lingkungannya.

Lingkungan makro eksternal terdiri dari semua lembaga-lembaga dan

kekuatan luar yang memiliki kepentingan yang nyata atau potensial atau

berdampak pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan: kompetitif,

ekonomi, teknologi, politik, hukum, demografi, budaya, dan ekosistem. Meskipun

tidak dapar diukur, kekuatan-kekuatan ini memerlukan respon untuk menjaga

tindakan-tindakan positif dengan pasar yang ditargetkan. Sebuah organisasi

dengan perspektif manajemen lingkungan mengambil tindakan agresif untuk

mempengaruhi kekuatan-kekuatan dalam lingkungan pemasaran bukan hanya

mengamati, dan bereaksi terhadap itu (Wahyudyono 2008).

3.1.7. Metode Proses Analisis Hirarki

Proses Hirarki Analisis (PHA) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dari

Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk membantu dalam

menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan proiritas dari

beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari

masing-masing kriteria.

29

Proses Hierarki Analisis (PHA) adalah suatu metode yang memungkinkan

pengembalian keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai

pribadi secara logik. Proses Hierarki Analisis memiliki beberapa keuntungan

seperti :

Beberapa keuntungan penggunaan metode PHA (Saaty 1993) :

1) Memberi suatu model yang luwes terhadap segala permasalahan.

2) Mensintesis satu hasil representatif dari berbagai penilaian berbeda.

3) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan

memungkinkan alternatif terbaik.

4) Menuntut ke arah suatu taksiran menyeluruh terhadap kebaikan setiap

alternatif.

5) Melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang digunakan dalam

menetapkan berbagai prioritas.

6) Dapat menangani saling ketergantungan antar faktor dalam suatu sistem.

7) Memadukan rancangan deduktif dan ancangan sistem berdasarkan sistem

kompleks.

Metode Proses Hierarki Analitik ini ditujukan untuk memodelkan

problema-problema yang tidak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial

maupun sains manajemen. Disamping itu, analisis ini juga baik untuk digunakan

dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-pendapat sedemikian rupa,

dimana permasalahan yang ada telah benar-benar dinyatakan secara jelas,

dievaluasi, diperbincangkan, dan diprioritaskan untuk dikaji.

Pada analisis PHA sedapat mungkin dihindarkan adanya penyederhanaan

seperti dengan jalan membuat asumsi-asumsi agar diperoleh model-model

kuantitatif, sebaliknya kita harus mempertahankan model yang kompleks seperti

semula. Agar model ini realistik, maka harus memasukkan dan mengukur semua

hal yang penting baik yang nyata maupun yang tidak nyata, yang dapat diukur

secara kuantitatif maupun faktor-faktor kualitatif. Proses Hierarki Analisis dalam

penerapannya membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik

sebagaimana yang ada dalam kenyataan sehari-hari, dalam upaya mencapai

konsensus (Fewidarto 1996).Metode PHA merupakan kerangka kerja yang

komperhensif, logis, dan terstruktur. Metode ini memungkikan dilakukannya

30

pemahaman akan keputusan yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari

suatu masalah. Cara kerja PHA sangat sederhana, metode ini dimulai dengan

menyatukan semua keputusan yang relevan, dan kemudian dilakukan proses

pembobotan untuk memudahkan pengambil keputusan yang relevan, kemudian

dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambil keputusan melihat

tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria obyektif. Terdapat tiga prinsip

dasar dalam PHA yaitu pendekomposisian masalah dari pengambilan keputusan,

penilaian komparatif dari setiap unsur, dan pensintesisan dari masing-masing

prioritas (Saaty 1993).

Terdapat tiga prinsip utama yang harus dipahami untuk memecahkan

persoalan dengan logis eksplisit, yaitu :

1) Prinsip Menyusun Hirarki

Dalam menyusun hirarki, organisasi berusaha untuk menggambarkan, dan

menguraikan permasalahan atau relitas secara hirarki. Untuk memperoleh

pengetahuan terinci, persoalan yang kompleks disusun ke dalam bagian

elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini dimasukan ke dalam bagiannya

lagi, dan seterusnya sehingga akhirnya persoalan yang kompleks tersebut

dapat dipecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah.

2) Prinsip Menentukan Prioritas

Penetapan priorits yang dimaksud adalah menetapkan peringkat elemen-

elemen menurut relatif pentingnya.

3) Prinsip Konsistensi Logis

Konsitensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokan secara

logis dan diperingatkan seara konsisten sesuai dengan kriteria logis.

31

Tingkat 1 : Goal

Tingkat 2 : Faktor

Tingkat 3 : Aktor

Tingkat 4 : Tujuan

Tingkat 5 :

Alternatif Strategi

Kerangka kerja PHA terdiri dari delapan langkah utama (Saaty 1993).

Adapun penjelasan dari setiap langkah sebagai berikut:

a) Mendefinisikan persoalan dan merincikan pemecahan persoalan yang

diinginkan

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah pengusahaan masalah

secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan,

kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun hirarki. Tidak terdapat prosedur

yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti

tujuan, kriteria, dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu

sistem hirarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan

kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat

dilibatkan dalam suatu sistem.

b) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.

Struktur hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari

sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi

sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan,

tujuan-tujuan pelaku, dan akhirnya ke alternatif strategi, pilihan atau skenario.

Penyusunan hirarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada

tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan

Gambar 4. Model Struktur Hirarki Sumber: Saaty (1993)

G

F

1

F

3

F

2

F

4

A

1

A

2

A

3

A

4

O

3

O

1

O

2

O

4

S

1

S

2

S

3

S

4

32

fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya

dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogeny,

agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen pada tingkat sebelumnya.

c) Menyusun matriks banding berpasangan

Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hirarki yang merupakan

dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen terkait yang

ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada

elemen tingkat ke dua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki. Menurut

perjanjian, suatu elemen yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi

atas yang ada di sebelah kiri elemen puncak matriks.

d) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil perbandingan

berpasangan antar elemen pada langkah 3.

e) Memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan satu sepanjang diagonal

utama.

f) Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam

hirarki tersebut.

g) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

h) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat merupakan Dinas Pertanian

yang berada pada salah satu provinsi termaju di Indonesia yang memiliki

keunggulan komparatif di bidang pertanian. Dengan visi “Mewujudkan Petani

Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera” Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu sentral pengembangan

pertanian di Jawa Barat harus dapat menciptakan sistem agribisnis yang kuat dan

terintegrasi agar visi tersebut dapat tercapai. Suatu sistem agribisnis yang terdiri

dari subsektor input, subsektor budidaya, subsektor output, dan subsektor

pendukung merupakan suatu kesatuan yang harus saling terintegrasi. Jika salah

satu sub sektor tersebut tidak berjalan dengan maksimal maka sistem agribisnis

tersebut tidak dapat berjalan dengan maksimal.

Oleh karena itu, pengembangan agribisnis di Jawa Barat akan dicapai

apabila seluruh subsektor, mulai dari subsektor input, subsektor budidaya,

33

subsektor output, dan subsektor lembaga pendukung telah berjalan secara

maksimal, keempat subsektor tersebut harus saling terintegrasi dan kuat satu

sama lain.

Unit Pengadaan Teknis Daerah Terpadu Balai Pengembangan Teknis

Mekanisasi Pertanian (UPTD BPT Mektan) Jawa Barat yang berada di bawah

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat merupakan salah satu lembaga yang

berada pada subsistem penunjang agribisnis di Jawa Barat. Balai Pengembangan

Teknologi yang memiliki Tupoksi (tugas, pokok, dan fungsi) dalam teknologi

pertanian di Jawa Barat berperan penting dalam pengembangan mekanisasi

pertanian Jawa Barat.

Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ini sejak

tahun 2002 telah menghasilkan kurang lebih 80 alat dan mesin pertanian tepat

guna di daerah Jawa Barat. Namun sampai saat ini masih terdapat beberapa

kendala dalam pencapaian visi dan misi dari Balai Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat ini seperti output alsintan yang masih belum sepenuhnya sesuai dengan

kebutuhan petani, dan penyebaran alsintan hasil BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat yang belum tersebar merata di Jawa Barat. Maka penelitian ini mengkaji

tentang peranan serta visi, misi, dan tujuan dari Balai Pengembangan Teknologi

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Dalam menganalisis peran utama dari Balai Mektan Jawa Barat dilakukan

Hirarki Analisis Proses. Pada analisis ini ditentukan faktor-faktor apa yang

menjadi keputusan relevan untuk kemudian dilakukan proses pembobotan agar

dapat memudahkan pengambil keputusan dengan melihat tingkat kepentingan dari

masing-masing kriteria objektif. Setelah didapatkan hasil analisis peranan dengan

PHA maka didapatkan strategi-strategi yang dapat dijalankan untuk

pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Strategi-strategi yang

telah diformulasikan tersebut diplotkan dalam bentuk alternatif strategi yang dapat

digunakan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai strategi

pengembangan Balai Pengembangan teknologi ini. Kerangka operasional

penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

34

Keterangan:

---- : Analisis PHA

Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian

Visi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat

“Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri,

Dinamis, dan Sejahtera”

BPT Mekanisasi Pertanian Berperan

sebagai SubSektor Penunjang Peningkatan

Teknologi Pertanian

Analisis Peran Utama

Balai Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat

Pengidentifikasian Atribut-

Atribut dengan Metode PHA

Tujuan-Tujuan yang

Ingin Dicapai

Aktor yang

Berpengaruh

Faktor-Faktor

yang Berpengaruh

Visi dan Misi

Balai Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat

Alternatif yang

Disarankan

Penyusunan

Struktur Hirarki

Pembobotan dan

Penghitungan

pendapat

Alternatif

Prioritas Strategi

35

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi

(BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur

Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur. Pemilihan objek penelitian ini

ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan salah satu lembaga yang memiliki

peranan penting dalam pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat namun

belum dikenal secara optimal oleh para petani dalam melaksanakan perannya.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan

Maret 2010.

4.2. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data,

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan

langsung terhadap lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan pihak

UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, menggunakan daftar pertanyaan

yang telah disiapkan sebelumnya. Kuesioner digunakan untuk menganalisis

faktor-faktor yang berhubungan dengan pengembangan UPTD BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Kuesioner yang diberikan merupakan daftar petanyaan

tertutup, artinya responden hanya menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban

yang telah disediakan.

Sedangkan data sekunder yang merupakan data pelengkap dari data primer

yang telah didapatkan. Data sekunder diperoleh dari laporan kantor seperti laporan

bulanan, tahunan, peraturan yang berlaku, struktur organisasi, bahan-bahan

pustaka dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan

dipelajari. Untuk data penunjang dikumpulkan informasi dari Departemen

Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, perpustakaan LSI IPB,

serta instansi terkait lainnya.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan

mendukung analisis penelitian adalah:

36

1) Wawancara

Proses ini dilakukan dengan pihak kepala balai, kepala bagian pengujian

adaptasi. kepala bagian rancang bangun dan pegawai yang mengetahui

keadaan UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

2) Kuesioner

Diberikan kepada para responden yang mengetahui keadaan UPTD BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Untuk keperluan pengisian matriks banding

berpasangan dilakukan dengan memberikan kuesioner pada lima orang

responden yaitu Kepala UPTD, dua orang kepala bagian, satu orang staf seksi

pengujian alat yang merupakan manajer pabrik dan ketua koperasi serta satu

orang ahli dari Dinas Pertanian Jawa Barat yang sebelumnya merupaka

kepala BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan penggagas UPJA (Usaha

Pelayanan Jasa Alsintan di Jawa Barat).

3) Studi Pustaka

Proses ini diperoleh dan dikumpulkan dengan mempelajari beberapa buku

bacaan, skripsi, laporan dan dokumen balai dan sumber lain yang berkaitan

dengan topik penelitian.

4.4. Metode Pengolahan Data

4.4.1. Analisis Deskriptif

Penggunaan analisis ini bertujuan untuk menggambarkan visi, misi, tujuan,

tugas pokok dan fungsi, data internal perusahaan seperti personalia, operasional

serta sistem informasi manajemen yang diterapkan dalam UPTD BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Pengolahan data diperlukan untuk menyederhanakan

seluruh data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner, menyajikannya dalam

susunan yang baik dan rapi kemudian dianalisis untuk menterjemahkan angka-

angka yang didapat dari hasil penelitian maupun untuk menjawab tujuan

penelitian. Dengan kerangka kerja sebagai berikut:

1) Analisis Informasi

Pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri

dari informasi kuantitatif dan kualitatif. Informasi kuantitatif diperoleh

melalui Departemen Pertanian, BPS, Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat,

dan Perpustakaan LSI IPB sedangkan informasi kualitatif diperoleh dari

37

wawancara dengan pihak Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, digunakan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan

strategi pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang

selanjutnya dibuat menjadi suatu hirarki.

2) Tahap Menyusun Hirarki

Menurut Saaty (1993) tidak ada batasan tertentu mengenai jumlah tingkatan

pada struktur keputusan yang terstratafikasi, dan juga jumlah elemen pada

setiap tingkat keputusan. Bentuk struktur hirarki dari PHA tidak memiliki

bentuk yang baku. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan

kemampuan dalam pendapatkan faktor-faktor atau unsur-unsur yang terkait

dengan analisis yang dilakukan. Struktur hirarki yang telah disusun menjadi

dasar untuk pembuatan kuesioner yang diberikan kepada responden. Bentuk

umum sistem hirarki keputusan fungsional terdiri dari lima tingkatan, dimana

tingkat pertama adalah elemen fokus, tingkat kedua adalah elemen faktor-

faktor yang mempengaruhi pencapaian fokus atau sasaran, tingkat tiga adalah

pelaku, tingkat empat adalah elemen tujuan dari pelaku, dan tingkat lima

adalah skenario, tindakan, atau alternatif. Secara skematis struktur hirarki

tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Fokus

Faktor

Aktor

Tujuan

Alternatif

Gambar 6. Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik Sumber: Saaty (1993)

Sasaran Utama

Faktor yang Berpengaruh

Pelaku yang Terlibat

Tujuan dari Pelaku

Alternatif Penyelesaian

38

3) Menyusun Matriks Banding Berpasangan

Menyususn matriks banding berpasangan yang merupakan dasar untuk

melakukan pembandingan berpasangan antar elemen terkait yang berada pada

hirarki di bawahnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak

hirarki untuk fokus yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan

berpasangan antar variable yang terkait yang ada di bawahnya. Perbandingan

berpasangan, pertama dilakukan pada variabel level kedua (faktor) terhadap

fokus yang ada di puncak hirarki begitu pula seterusnya sampai hirarki

tingkat akhir.

4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang dihasilkan dari hasil melakukan

pembandingan berpasangan

Setelah menyusun matriks banding berpasangan, dilakukan pembandingan

berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada

baris ke-j. Pembandingan berpasangan elemen tersebut dilakukan dengan

pertanyaan: “Seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi,

dipenuhi, dan diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan

kolom ke-j?”. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan

suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah : “Seberapa lebih

mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j

sehubungan dengan elemen di puncak hirarki?”. Untuk mengisi matriks

banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 6.

Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen

dibanding dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria

tertentu. Pengisisan matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis

diagonal dari kiri ke kanan bawah.

39

Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan

Intensitas

Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya.

Dua elemen menyumbang sama

besar pada sifat itu.

3

Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan

sedikit menyokong satu elemen

atas lainnya.

5

Elemen yang satu sangat

penting daripada elemen

lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan

dengan kuat menyokong satu

elemen atas lainnya.

7

Satu elemen jelas lebih penting

daripada elemen lainnya.

Satu elemen dengan kuat

disokong dan dominannya telah

terlihat dalam praktik.

9

Satu elemen mutlak lebih

penting daripada elemen

lainnya.

Bukti yang menyokong elemen

yang satu atas lainnya, memiliki

tingkat penegasan yang

tertinggi yang mungkin

menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua

pertimbangan yang berdekatan.

Kompromi diperlukan antara

dua pertimbangan.

Kebalikan

nilai-nilai

di atas

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila

dibandingkan dengan i.

Sumber : Saaty (1993)

5) Memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan sepanjang diagonal

utama

Angka satu sampai sembilan digunakan bila F, lebih didominasi atau

mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (G) dibandingkan dengan Fj.

Sedangkan bila F, kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat (G)

dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis

diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya F12 bernilai 5,

maka elemen F21 adalah 1/5.

40

6) Melaksanakan langkah tiga, empat, dan lima untuk semua tingkat dalam

hirarki

Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada hirarki, berkenaan

dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam metode PHA

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Matriks Pendapat Inividu (MPI) merupakan matriks hasil pembandingan

yang dilakukan oleh individu yang disimbolkan dengan aij, artinya

elemen matriks ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks Pendapat Individu

G A1 A2 A3 … An

A1 A11 A12 A13 … A1n

A2 A21 A22 A23 … A2n

An A1 An2 An3 … Ann

Sumber: Saaty (1993)

Dalam hal ini C1, C2 … Cn adalah set elemen pada setiap tingkat

keputusan dalam hirarki, kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi

berpasangan membentuk matriks n x n. nilai aij merupakan nilai

kepentingan Ci terhadap Cj.

b) Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

Matriks Pendapat Gabungan (MPG) merupakan matriks baru yang

elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat

individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan

sepuluh persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari

MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :

i) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama

memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat

individu yang tertinggi dengan nilai terendah.

41

ii) Tidak terdapat angka kebalikan (resiprokal) pada barisan kolom

yang sama.

Elemen pada matrik ini disimbolkan dengan gij, yaitu elemen matriks ke-i

dan kolom ke-j. Matriks pendapat gabungan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks Pendapat Gabungan

G G1 G2 G3 … Gn

G1 G11 G12 G13 … G1n

G2 G21 G22 G23 … G2n

Gn G1 Gn2 Gn3 … Gnn

Sumber: Saaty (1993)

Tujuan dari penyusunan matrik ini selanjutnya digunakan untuk

mengukur tingkat konsistensi serta vektor prioritas dari elemen-elemen

hirarki yang mewakili semua responden. Matrik pendapat gabungan ini

menggunakan formulasi berikut :

Dimana: gij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j

(aij) = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k

m = jumlah MPI yang memenuhi syarat

7) Tahap Menentukan Prioritas

Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner

yang diberikan kepada responden untuk mengetahui pembobotan setiap

elemen pada seluruh tingkat hirarki. Pembobotan vektor-vektor prioritas itu

dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas dari

tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri

dari dua tahap, yaitu Pengolahan horizontal dan Pengolahan vertikal.

Pengolahan tersebut dapat dilakukan oleh MPI dan MPG. pengolahan vertikal

42

dilakukan setelah MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio

inkonsistensi:

a) Pengolahan Horisontal

Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen

keputusan pada hirarki keputusan dengan empat tahapan, yaitu :

i) Perkalian baris (z) dengan menggunakan rumus :

Dimana :

zi = vektor eigen

m = jumlah responden

n = jumlah elemen yang dibandingkan

ii) Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri

Dimana eVPi = elemen vektor prioritas ke-i

iii) Perhitungan nilai Eigen maksimum ( ) dengan rumus :

VA = aij x VP dengan Va = (v aij)

dengan VB = (Vbi) dimana VB adalah nilai Eigen

VA = vektor antara

b) Perhitungan indeks konsistensi (CI)

Konsistensi logis menunjukan intensitas relasi antara pendapat yang

didasarkan pada suatu kriteria tertentu dan saling membenarkan secara

logis. Tingkat konsistensi menunjukan suatu pendapat memiliki nilai

yang sesuai dengan pengelompokan elemen-elemen pada suatu tingkat

hirarki. Untuk mengetahui konsistensi (CI) digunakan formulasi sebagai

berikut:

43

Dimana :

n = jumlah yang dibandingkan

Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai

pertimbangan dapat diukur dari nilai ratio konsistensi (CR). Nilai rasio

konsistensi adalah perbandingan antara indeks konsistensi (CI) dengan

indeks acak (RI), di mana nilai RI telah ditentukan seperti terlihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Random Index (RI)

N RI n RI n RI n RI n RI

1 0,00 2 0,00 3 0,52 4 0,89 5 1,11

6 1,25 7 1,35 8 1,40 9 1,45 10 1,49

Sumber : Saaty (1993)

c) Revisi Pendapat

Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi rasio (CR)

pendapat cukup tinggi (lebih besar dari 0,1), dengan mencari deviasi

RMS (Root Mean Square) dari baris-baris (aij) dan perbandingan nilai

bobot baris terhadap bobot kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada

baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu :

Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya

responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat

terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang

sebenarnya.

d) Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk mendapatkan suatu prioritas

pengaruh setiap unsur pada level tertentu dalam suatu hirarki terhadap

sasaran utamanya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan

suatu bobot prioritas setiap unsur pada level terakhir dalam suatu hirarki

terhadap sasarannya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam pengolahan

44

horizontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena berkenaan dengan

sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota unsur-unsur level

di atasnya. Apabila Xij merupakan nilai prioritas pengaruh unsur ke-j

pada level ke-i dari suatu hirarki keputusan terhadap fokusnya, maka

diformulasikan sebagai berikut:

Untuk i=1,2,3,…,p

j=1,2,3,…,r

t=1,2,3,…,s

Keterangan :

Yij = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap

elemen ke-t pada tingkat diatasnya (i-1) yang menjadi sifat pembanding

(sama dengan prioritas lokal unsur ke-j pada level ke-i)

Zt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i=1) terhadap

sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal.

P = Jumlah tingkat hirarki keputusan

R = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i

S = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i=1

8) Mengevaluasi Inkonsistensi

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks inkonsistensi dengan

prioritas-prioritas kinerja yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.

Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan inkonsistensi

acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. untuk memperoleh

hasil yang baik, maka rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari

atau sama dengan 10%. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah

secara horizontal dengan menggunakan program komputer Expert Choice

2000. Apabila rasio inkonsistensi mempunyai nilai lebih besar dari 10%,

maka mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain

dengan memperbaiki pertanyaan, melakukan pengisian ulang kuesioner, dan

lebih mengarahkan responden dalam mengisis kuesioner. Tahapan-tahapan

dalam proses hirarki analitik dapat dilihat pada Gambar 7.

45

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Selesai

Pengolahan Vertikal

CI & CR Memenuhi?

Hitung Vektor

Prioritas

Susun Matrik Gabungan

CI & CR

Memenuhi?

Penyusunan Matrik

Pendapat Individu

Penyusunan

Hirarki

Identifikasi

Sistem

Mulai

Gambar 7. Diagram Alir Proses Hirarki Analitik Sumber : Fewidarto (1996)

Vektor Prioritas

Sistem

Revisi Pendapat

CI & CR Memenuhi?

Revisi Pendapat

46

V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN

JAWA BARAT

5.1. Latar Belakang Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Berdirinya Unit Pelayanan Daerah terpadu (UPTD) BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat di Desa Cihea Cianjur ini didasarkan pada beberapa

permasalahan pertanian di Jawa Barat seperti permasalahan kekurangan tenaga

kerja dalam bidang pertanian, mahalnya mesin-mesin pertanian, jumlah mesin

pertanian yang terbatas dan relatif rendahnya kemampuan dan keterampilan teknis

ORM (Operation, Repair and Maintenance) petani atau Unit Pelayanan Jasa

Alsintan (UPJA).

Permasalahan kekurangan tenaga kerja dalam bidang pertanian memang

merupakan masalah klasik. Peran generasi muda dalam hal pertanian semakin

terdegradasi dengan pengaruh perubahan zaman yang modern. Para generasi

muda tidak tertarik dengan pekerjaan di bidang pertanian. Mereka lebih tertarik

berurbanisasi ke kota mengadu nasib dengan bekerja sebagai uruh-buruh pabrik,

atau bekerja di bidang pekerjaan informal. Sehingga yang bekerja di bidang

pertanian hanya sebagian besar generasi tua dan sebagian kecil generasi muda.

Oleh karena itu, dengan hadirnya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat

meningkatkan ketertarikan generasi muda bekerja di bidang pertanian yang lebih

mekanis.

Permasalahan lainnya adalah mahalnya harga mesin-mesin pertanian.

Mesin-mesin pertanian merupakan hal yang penting dalam peningkatan

produktivitas di setiap proses pertanian dan pengolahan produk hasil pertanian.

Namun harga mesin pertanian yang relatif mahal dan jumlahnya yang terbatas

bagi mayoritas petani di Jawa Barat sangat memberatkan dari segi biaya produksi.

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ini diharapkan dapat menanggulangi

permasalahan mahalnya mesin-mesin pertanian dengan tersebarnya pelayanan

UPJA.

47

5.2. Sejarah Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Balai Pengembangan Teknologi merupakan nama yang diberikan pada

balai ini pada tahun 2002. Sebelumnya pada tahun 1988 balai ini merupakan Unit

Percobaan dan Percontohan Alsintan sesuai dengan SK GUb No. 061/Kep-1048-

ORTAK/88, tanggal 04 Juli 1988. Karena semakin berkembangnya teknologi

pertanian dan semakin tingginya kebutuhan alat mesin pertanian yang tepat guna

maka pada tahun 1999 Unit Percobaan dan Percontohan Alsintan berubah menjadi

Balai Mekanisasi Pertanian sesuai dengan SK Gub No. 70 Tahun 1999, Tanggal

16 Oktober 1999 yang berada dibawah Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa

Barat dengan kepala setingkat eselon dua.

Semakin berkembang teknologi mekanisasi pertanian dan semakin

dibutuhkannya lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi di Jawa Barat

mengakibatkan Balai Mekanisasi Pertanian berubah menjadi Balai Pengembangan

Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sesuai dengan Permentan No. 5

Tahun 2002 (Lampiran 1) dan Kep Gub No. 53 Tahun 2002 pada tahun 2002

hingga saat ini.

5.3. Visi dan Misi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Visi dari Balai mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah bersumber dan

selaras dengan visi dari Provinsi Jawa Barat dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Jawa Barat dimana visi Jawa Barat adalah “Mewujudkan Petani Jawa Barat yang

Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera”.

Untuk mendukung pencapaian visi Jawa Barat tahun 2010 tersebut maka

pemerintah melakukan akselerasi peningkatan kesejahteraan. Visi Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat “Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera”. BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki visi “BPT Mekanisasi Pertanian

Sebagai Pengatur Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian yang Handal

dalam Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”

Untuk mewujudkan visi tersebut Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

memiliki beberapa misi. Misi Balai Mekanisasi pertanian Jawa Barat adalah :

1) Menjadikan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga

terakreditasi dan terstandardisasi untuk melakukan fungsi pengaturan,

48

pengawasan, dan pengujian serta memberikan rekomendasi terhadap alat

mesin pertanian yang diintroduksikan di Provinsi Jawa Barat guna menunjang

pengembangan usaha komoditi padi, palawija, dan hortikultura yang berdaya

saing tinggi berwawasan lingkungan dan berkerakyatan.

2) Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian

selektif, tepat guna, dan berwawasan lingkungan, khususnya hasil rekayasa

dan rancang bangun serta modifikasi bangsa sendiri melalui peningkatan

sumberdaya manusia, dalam rangka memanfaatkan sumber dayaalam dan

sumberdaya buatan.

3) Menjadikan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai pusat IPTEK

mekanisasi pertanian yang dapat menjalankan fungsi pelayanan, fasilitasi, dan

pembinaan yang optimal kepada petani dan pengguna.

4) Meningkatkan dan memberdayakan kemampuan sumberdaya manusia

pertanian melalui pemanfaatan IPTEK sesuai dengan ruang lingkup teknologi

mekanisasi pertanian.

5) Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat yang

telah ada seperti UPJA dan bengkel alat mesin pertanian untuk memantapkan

sistem agribisnis yang efektif dan efisien.

6) Menciptakan lapangan kerja baru di masyarakat dalam bidang teknologi

mekanisasi pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat perdesaan dalam upaya pengembangan kewirausahaan.

7) Menjadikan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai sumber income

generating bagi pendapatan asli daerah.

5.4. Motto BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki Motto ”Untuk Kita

Balai Ini Ada”. Motto ini memiliki pengertian bahwa balai ini merupakan balai

yang ada dan berkembang untuk peningkatan teknologi mekanisasi pertanian di

Jawa Barat dan juga untuk peningkatan kemampuan teknologi mekanisasi petani

di Jawa Barat.

49

5.5. Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

5.5.1. Tugas, Pokok, dan Fungsi

UPTD Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian tanaman

Pangan dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 53

Tahun 2002 memiliki tugas, pokok dan fungsi sebagai berikut:

1) Tugas Pokok :

Melaksanakan sebagian fungsi dinas di bidang pengembangan, pelayanan,

dan pendidikan atau pelatihan.

2) Fungsi :

a) Melaksanakan teknis operasional perekayasaan dan rancang bangun alat

mesin pertanian tepat guna.

b) Melaksanakan teknis operasional pengujian dan adaptasi alat mesin

pertanian.

c) Melaksanakan teknis operasional bengkel kerja (workshop) dan fasilitasi

penggunaan alat dan mesin pertanian diUPTD lingkup dinas dan para

petani pengguna.

5.5.2. Struktur Organisasi

1) Struktur Internal Balai

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan balai mekanisasi

pertanian pertama yang ada di Indonesia. BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat secara struktural berada di bawah Dinas Tanaman Pangan Provinsi

Jawa Barat dan Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sendiri berada di

bawah Pemerintah Daerah Jawa Barat.

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dipimpin oleh satu orang kepala

balai yang membawahi satu orang kasubag tata usaha, dua kepala seksi, tiga

bagian instalasi, dan kelompok fungsional lainnya. Seperti yang tercantum

dalam bagan struktur organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat pada

Gambar 8.

50

Gambar 8. Bagan Struktur Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Sumber : BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2010)

2) Keadaan Pegawai

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat mempunyai jumlah pegawai sebanyak

tiga puluh enam orang. Masing-masing terdiri dari tiga puluh empat orang

pegawai laki-laki dan dua orang pegawai perempuan dengan berbagai tingkat

pendidikan yang beragam. Pegawai di BPT Mektan Jabar mayoritas

merupakan pegawai negeri sipil (PNS) dari Dispertan Jabar. Tingkat

pendidikan di BPT Mektan Jabar kebanyakan merupakan lulusan SMU atau

STM sehingga masih sangat dibutuhkan peningkatan kemampuan bagi para

pegawai. Keadaan pegawai BPT Mektan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Keadaan Pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun

2009

Kondisi 2009

Tingkat Pendidikan PNS Non PNS

Sarjana S-2 3 1

Sarjana S-1 5 5

D-III - 1

SMU/ STM 14 5

SMP 1 1

SD - -

Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2009)

KEPALA BALAI

Ir. Wawan Wintarasa, MM

Kasubag Tata Usaha

Ir. Syarif Hidayat

Kelompok

Jabatan

Fungsional

Seksi Rekayasa

dan Rancang

Bangun

Ir. Moh Soleh

Seksi Pengujian

dan Adaptasi

Instalasi Plumbon

Rusadi

Instalasi Padaherang

Tatang Sukiman

Rusadi

Instalasi Rengasdengklok

Sutisna, SP

51

5.6. Prosedur Perancangan Alat Mesin Pertanian dan Ruang Lingkup

Pengujian

Sebagai suatu lembaga dinas yang memiliki fungsi melaksanakan teknis

operasional perekayasaan dan rancang bangun alat mesin pertanian tepat guna

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat melaksanakan pembuatan alat mesin

pertanian (alsintan) yang disesuaikan dengan kebutuhan para petani di Jawa Barat.

Terdapat beberapa tahap prosedur dalam perancangan alsintan di BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Berikut adalah prosedur perancangan alat dan mesin

pertanian di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat:

1) Design requirement, yaitu permintaan produksi suatu alsintan yang dapat

diperoleh dari customer, petani, kelompok tani, Gapoktan, UPJA, operator,

bengkel, pengguna, penyalur, pabrikan, pakar atau akademisi serta hasil

kajian economic engineering.

2) Conceptual design, yaitu mendefinisikan fungsi dan spesifikasi alat,

menentukan batasan dan kriteria, juga menentukan kisaran harga

3) Preliminary design, yaitu menentukan bentuk dasar, ukuran utama dan

ukuran luar, sertamenentukan kebutuhan komponen

4) Detail design, yaitu memilih dan mendaftar komponen, memilih dan

menentukan bahan, membuat gambar teknik lengkap untuk setiap komponen,

sub-assembly dan final assembly

5) Production design, yaitu menentukan proses produksi dan pengerjaan,

membuat urutan dan jadwal pekerjaan

6) Quality design, yaitu memilih dan menentukan teknik, prosedur, dan jadwal

pemeriksaan. Memilih peralatan ukur, menentukan prosedur pengujian.

Setelah seluruh prosedur perancangan tersebut dilaksanakan maka dimulai

pembuatan alsintan yang telah sebelumnya ditentukan di bengkel workshop yang

ada di BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Setelah alsintan tersebut selesai

diproduksi maka dilaksanakan pengujian yang terdiri dari empat tahap. Pengujian

dilakukan terhadap prototype (alsintan hasil rancang bangun yang meliputi :

1) Uji Fungsional dan Verifikasi yaitu menguji sejauh mana setiap komponen

dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, serta memverifikasi dimensi

dan kapasitas alsintan, serta dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari

penggunaan alat sesuai Permentan No.05/OT.104/I/2007.

52

2) Uji Adaptasi yaitu menguji sejauh mana alsintan dapat diaplikasikan sesuai

kondisi fisik wilayah dan kondisi sosial ekonomi petani di wilayah

pengembangannya.

3) Pengkajian Economic Engineering yaitu mengkaji sejauh mana alsin yang

diintroduksikan dapat menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas hasil,

dan nilai tambah sehingga dinilai menguntungkan secara ekonomis.

4) Uji Petik yaitu melakukan uji petik terhadap alat mesin pertanian yang

diintroduksikan di wilayah Jawa Barat

Apabila alat dan mesin yang dihasilkan telah melalui seluruh pengujian

dan memberikan hasil yang baik maka alsintan tersebut dapat dipromosikan

kepada UPJA, Gapoktan, dan bengkel yang ada di Jawa Barat. Namun apabila

hasil pengujian menunjukan terdapat kekurangan dalam alsintan tersebut maka

harus dilaksanakan perbaikan terhadap alsintan tersebut hingga mendapatkan hasil

yang baik.

5.7. Prosedur Pelayanan

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat menerima konsultasi teknologi dan

konsultasi teknik juga bantuan teknis bagi petani, bengkel, UPJA, maupun

lembaga pemerintahan. Prosedur pelayanan dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat dapat di lakukan melalui:

1) Informasi Teknologi dan Konsultasi Teknik

a) Kunjungan langsung pada setiap hari kerja

b) Surat ke BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ke alamat Jl.Darmaga

Timur, Bojongpicung, Cianjur dengan nomor telp atau Fax (0263)

322358.

2) Bantuan Teknis

a) Instansi Pemerintah atau Swasta : surat permohonan ditujukan langsung

pada BPT Mekanisasi Pertanian dengan tembusan kepada Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat

b) Petani, Kelompok Tani, Gapoktan, UPJA, atau UP3HP : surat

permohonan disampaikan melalui Dinas Pertanian Kabupaten atau

Kotamadya setempat atau surat permohonan ditujukan langsung kepada

53

BPT Mekanisasi Pertanian setelah diketahui oleh Dinas Kab atau Kota

setempat

5.8. Sarana dan Prasarana

Sebagai penunjang kelancaran kerja dan fungsi, BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat dengan berbagai sarana. Kegiatan pengembangan sistem informasi

pertanian didukung oleh bagian tata usaha, proses perancangan berbagai alat

diatur oleh bagian rancang bangun dan proses pengujian alat dilakukan oleh

bagian pengujian dan adaptasi.

Gedung balai dilengkapi dengan ruang pertemuan, perpustakaan, ruang

pengelolaan data sistem informasi (tata usaha), ruang rancang bangun, ruang

pengujian dan adaptasi, laboratorium pasca panen, laboratorium pasca panen

pada, ruang showroom yang berisi mesin-mesin pertanian yang diuji maupun yang

dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, rumah dinas, dan sarana

olahraga (lapangan voli dan lapangan tenis).

Ruang pengujian dilengkapi dengan alat pengujian yang ada seperti

dinamometer yang berfungsi untuk mengukur besarnya torsi, kecepatan, serta

konsumsi bahan bakar mesin (contohnya, mesin diesel) yang secara otomatis

dapat terekam oleh komputer.

5.9. Hasil Kegiatan Rekayasa dan Rancang Bangun

Hasil kegiatan rekayasa dan rancang bangun yang telah dilakukan antara

lain; Winnower Jagung, Tray Dryer, Chopper, Mixer, Power Thresher Resin,

Extruder, Blender, Modifikasi Roda Besi Traktor Buatan Cina, Tray Drayer, Cool

Box, Alat Pembuat Pupuk Organik, dan mesin pembuat emping.

5.10. Kerjasama Kemitraan

BPT Mekanisasi Jawa Barat dalam operasionalnya mengembangkan dan

menjalin kerjasama dengan instansi maupun lembaga pendidikan tinggi di Jawa

Barat, diantaranya :

1) Pengembangan rancangan alsintan

a) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

b) Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna

c) Puslit TTG Universitas Padjajaran

54

2) Kemitraan sejajar dalam rangka transfer teknologi

a) Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota

b) Fakultas Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjajaran

c) Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS)

d) UPTD Lingkup Pertanian di Jawa Barat

3) Pendukungan kelayakan produk

a) CV Pratama Putra

b) CV Massagi

4) Pelayanan pembinaan konsultasi dan bantuan teknis

a) Instalasi Balai Pengembangan Benih Lingkup Dinas Pertanian

b) Unit Pelayanan Jasa Alsintan Proyek Pengembangan Sarana dan

Prasarana Kelembagaan Pertanian (UPJA SPL) sebanyak 171 unit.

c) Unit Pelayanan Jasa Alsintan Peningkatan Mutu Intensifikasi (UPJA

PMI) sebanyak 16 unit.

d) UPJA Gapoktan Jagung (8 unit)

e) Unit Pelayanan Jasa Alsintan Unit Pengembangan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian (UPJA UP3HP) sebanyak 14 unit.

f) UPJA Swadaya Kabupaten atau Kotamadya

5) Pelayanan masyarakat atau umum diantaranya :

a) Instansi Pemerintah atau Swasta

b) Sekolah Kejuruan

c) Petani atau Pengguna Alat Mesin

5.11. Fasilitas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

BPT Mekanisasi Jawa Barat dalam pelaksanaan tugas pokok dan

fungsinya menggunakan beberapa fasilitas sebagai penunjang dalam

pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat. Fasilitas yang

dimiliki BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah:

1) Fasilitas Rekayasa dan Rancang Bangun

a) Studio Gambar dan Desain

b) Workshop

55

2) Fasilitas Pengujian

a) Laboratorium Uji Mutu Alat Mesin

b) Laboratorium Uji Performance Motor Penggerak

c) Laboratorium Pengkajian Economic Engineering

d) Lahan Sawah Pengujian seluas dua hektar

3) Fasilitas Promosi dan komunikasi

4) Fasilitas Bangunan

a) Ruang Kantor

b) Workshop

c) Showroom

d) Laboratorium

e) Sarana Olahraga (lapangan voli dan tennis)

f) Rumah Dinas

5.12. Kegiatan Fasilitasi

Untuk melayani masyarakat pertanian Jawa Barat BPT Pertanian Jawa

Barat sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas sebagai penggerak

dalam pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat mengadakan

berbagai kegiatan fasilitasi bagi para petani, bengkel, UPJA, dan lembaga lain

yang membutuhkan bantuan dalam hal alat dan mesin pertanian. Berbagai

kegiatan fasilitasi yang dilaksanakan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat antara

lain :

1) Temu Teknologi Alsintan

Temu teknologi alsintan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian setiap

tahunnya dalam kegiatan perancangan alat dan mesin pertanian baru yang

akan dikembangkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian. Temu teknologi alsintan

ini dihadiri oleh akademisi yang ahli dalam bidang teknologi mekanisasi

pertanian, pihak swasta pembuat alat dan mesin pertanian, dan juga pihak dari

BPT Mekanisasi Pertanian. Pertemuan ini menghasilkan kesimpulan alat apa

yang seharusnya dibuat dan dikembangkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian

sesuai dengan kebutuhan petani.

56

2) Pelayanan Informasi Teknologi

BPT Mekanisasi Pertanian melayani pihak lain yang membutuhkan informasi

tentang teknologi pertanian. Pelayanan informasi teknologi ini boleh diakses

oleh siapa saja dan dari mana saja, sehingga tidak hanya masyarakat pertanian

di Jawa Barat.

3) Pembinaan Teknis Perbengkelan

Pembinaan teknis perbengkelan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat secara rutin kepada para bengkel maupun UPJA yang memiliki

unit usaha bengkel yang telah bekerjasama dengan balai. Pelatihan alat mesin

pertanian baru dilksanakan kepada bengkel dan UPJA setiap tahunnya,

sehingga bengkel ataupun UPJA dapat segera memproduksi alat mesin

pertanian yang telah dikembangkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat.

4) Pembinaan Teknis Pengoperasian dan Perawatan

Pembinaan teknis pengoperasian dilaksanakan dalam bentuk pelatihan kepada

UPJA dan petani pengguna. Pelatihan ini dilaksanakan setiap tahunnya untuk

berbagai alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat.

57

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan Alternatif yang

Berpengaruh dalam Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

Analisis identifikasi faktor, aktor, tujuan, dan alternatif yang berpengaruh

dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diambil dari

penjaringan pendapat dan wawancara pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

yang mengerti tentang keadaan balai. Wawancara dilaksanakan kepada Kepala

Balai, Kepala Seksi Rancang Bangung, Kepala Seksi Pengujian dan Adaptasi,

serta beberapa staf Seksi Pengujian dan Adaptasi. Berdasarkan hasil wawancara,

pengamatan, serta studi literatur diperoleh beberapa faktor, aktor serta tujuan yang

berhubungan dengan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Terdapat empat faktor yang berpengaruh dalam model pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya

manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan

terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan, serta

mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian.

Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA dan Bengkel, serta petani. Setelah dilakukan

wawancara dengan pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pengamatan

di lapangan diperoleh tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu peningkatan kualitas sumberdaya manusia,

peningkatan sarana dan prasarana, adanya Perda pengujian alsintan, penempatan

sumberdaya yang kompeten, peningkatan anggaran, pengembangan UPJA,

pengembangan bengkel, peningkatan pemahaman petani tentang alsintan, dan

inventarisasi kebutuhan petani.

Alternatif strategi dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat yaitu peningkatan kompetensi sumberdaya manusia, peningkatan motivasi

sumberdaya manusia, akreditasi laboratorium pengujian, penambahan ruang

workshop, penambahan alat dan mesin, MES untuk para peserta pelatihan,

pembangunan pabrik pupuk, pelatihan manajemen UPJA, pelatihan administrasi

UPJA, pelatihan ORM (Operation, Maintenance, and Repair), pelatihan

58

manajemen bengkel, pelatihan produksi alsintan, pengadaan demplot alsintan,

promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, survei kebutuhan alsintan petani

di setiap kabupaten, dan keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan

pembuatan alsintan. Alternatif strategi tersebut memiliki sub alternatif strategi

yaitu pelatihan, outsourcing, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding,

motivasi training, dan pembentukan koperasi.

6.1.1. Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa pihak terkait,

dalam merumuskan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

diporoleh empat hal yang menjadi faktor paling berpengaruh dalam

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaan, serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi

mekanisasi pertanian. Keempat hal tersebut merupakan bagian dari misi BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

1) Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian

Sumberdaya pertanian manusia pertanian merupakan salah satu bagian

yang penting dalam pengembangan agribisnis di Jawa Barat. Kemampuan

sumberdaya manusia yang baik akan membuat hasil pertanian dari sistem

agribisnis tersebut semakin baik pula. Adanya BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya

manusia pertanian di Jawa Barat terutama dalam bidang ORM (Operation,

Repair and Maintenance) alat mesin pertanian. Keberadaan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan dan memberdayakan

kemampuan SDM pertanian melalui pemanfaatan IPTEK sesuai dengan

ruang lingkup teknologi mekanisasi pertanian.

2) Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi

Keberadaan alat dan mesin pertanian di Jawa Barat merupakan hal

yang sangat penting untuk peningkatan hasil produksi dan produktivitas

pertanian di Jawa Barat. Namun, alat mesin pertanian yang ada masih sangat

terbatas dengan harga yang masih cukup tinggi. Berbagai jenis dan merek alat

59

mesin pertanian yang beredar di pasaran produksi dalam maupun luar negeri,

tidak seluruhnya sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan kondisi sosial

ekonomi petani di Jawa Barat. Oleh karena itu diperlukan suatu lembaga

pengujian alat mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi di Jawa

Barat.

3) Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan

Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat

yang telah ada seperti UPJA dan bengkel alat mesin pertanian untuk

memantapkan sistem agribisnis yang efektif dan efisien merupakan salah satu

dari misi BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan

(UPJA) dan bengkel merupakan salah satu lembaga pemberdayaan

masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan alat mesin

pertanian, meningkatkan pengetahuan pembuatan, pemeliharaan, dan

perbaikan alat mesin pertanian, juga menyediakan lapangan pekerjaan

sehingga kesejahteraan masyarakat pertanian semakin baik.

4) Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian

BPT Mekanisasi Pertanian memiliki wewenang dalam pengembangan

teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga bertugas untuk mendesiminasikan

teknologi pertanian kepada para petani di Jawa Barat. BPT mekanisasi

pertanian memiliki misi untuk mengembangkan dan mendiseminasikan

teknologi mekanisasi pertanian yang selektif, tepat guna dan berwawasan

lingkungan. Khususnya hasil rekayasa dan rancang bangun serta modifikasi

bangsa sendiri melalui peningkatan sumberdaya manusia. Hal ini dalam

rangka memanfaatkan sumber dayaalam dan sumberdaya buatan yang ada di

Provinsi Jawa Barat. Dengan semakin berkembangnya teknologi mekanisasi

pertanian di Jawa Barat maka diharapkan BPT Mekanisasi Pertanian semakin

berkembang dan sistem agribisnis di Jawa Barat dapat berjalan dengan baik.

6.1.2 Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA, bengkel, serta Petani.

60

1) Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

BPT Mektan Jabar berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung,

Cihea, Kabupaten Cianjur. Lokasi ini dekat dengan salah satu lumbung padi

di Kabupaten Cianjur dan beberapa balai Provinsi Jawa Barat lainnya dan

memiliki luas lahan sebesar satu hektar. Balai ini memiliki beberapa

bangunan yang terdiri dari ruang workshop, ruang Pengujian Economic

Enginering Hortikultura, Pengujian Economic Enginering Padi, ruang seksi

adaptasi dan pengujian alsintan, ruang kepala balai dan TU, perpustakaan,

dan rumah dinas. Selain itu BPT Mektan Jabar juga memiliki kandang sapi,

lapangan voli, dan lapangan tenis di dalam kompleks balai sebagai tempat

olahraga untuk pegawai yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Lahan uji yang

dimiliki oleh balai memiliki luas dua hektar. Balai Pengembangan Teknologi

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki dua instalasi yaitu di daerah

Rengasdengklok dan Plumbon. Sumberdaya manusia yang dimiliki BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebanyak tiga puluh enam orang yang

terdiri dari dua puluh tiga orang pegawai negeri sipil dan tiga belas orang

pegawai honorer dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA sampai

magister. Jumlah tenaga kerja beserta pendidikannya dapat dilihat pada Tabel

10.

2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

BPT Mektan Jabar memiliki wewenang terhadap pengembangan

teknologi pertanian di Jawa Barat dan bertanggung jawab terhadap Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat maka visi dan misi dari BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan pendukung agar tercapainya visi

dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki wewenang dalam membuat

kebijakan yang berhubungan dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dan juga memiliki wewenang dalam penentuan anggaran bagi BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

61

3) Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Bengkel

Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel adalah lembaga

yang berhubungan langsung dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Bengkel dan UPJA bekerjasama dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat untuk pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat.

Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian adalah suatu lembaga

ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka

optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan

keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani atau

Gapoktan. Sedangkan bengkel alat dan mesin pertanian adalah bengkel yang

telah ditunjuk oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan telah diberikan

pelatihan produksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Gambar 9. Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat

SPL PMI

Gapoktan

UP3HP Gapoktan

62

UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat dalam bidang alat

dan mesin pertanian dan bengkel sebagai tempat pembuatan alat mesin

pertanian yang dihasilkan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat keduanya

merupakan tempat pemasaran dari produk alat mesin pertanian yang

dihasilkan oleh balai. Terdapat pula UPJA yang memiliki unit produksi

bengkel sebagai produsen alat dan mesin pertanian. Saat ini Provinsi Jawa

Barat memiliki 209 UPJA yang terdiri dari 171 UPJA SPL, 16 UPJA PMI, 8

UPJA Gapoktan, serta 14 UPJA UP3HP yang tersebar di seluruh kabupaten

dan kotamadya di Jawa Barat. Peta penyebaran UPJA di Kabupaten dan

Kotamadya Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 9.

4) Petani

Konsumen utama pengguna alat dan mesin pertanian yang dihasilkan

oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah petani di Jawa Barat. Oleh

karena itu alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat harus sesuai dengan kebutuhan petani sehingga alat

mesin pertanian yang dihasilkan tepat sasaran.

6.1.3. Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Pengembangan Balai Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat

1) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting

dalam suatu organiasasi, sumberdaya manusia yang memiliki kualitas yang

baik akan menghasilkan produk yang baik, sebaliknya kualitas sumberdaya

manusia yang kurang baik akan menghasilkan produk yang kurang baik pula.

Oleh karena itu, peningkatan sumberdaya manusia merupakan hal yang

sangat penting dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

2) Peningkatan Sarana dan Prasarana

Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

yang memiliki luas lahan tiga hektar dengan rincian satu hektar lahan kantor

dan dua hektar lahan uji coba memiliki sarana dan prasarana yang cukup

lengkap. Namun untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi balai seperti

untuk menjadi lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan

terstandardisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih memerlukan

63

laboratorium yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat juga masih memerlukan beberapa alat dan

mesin untuk pembuatan alsintan seperti mesin CNC (Computer Numerically

Controlled) yang dapat membuat berbagai bentuk sparepart dengan volume

yang kecil. Selain itu dibutuhkan pula MES pelatihan untuk para petani,

pegawai UPJA maupun bengkel ketika melaksanakan pelatihan di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pembuatan pabrik pupuk organik

sebagai demplot penggunaan APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) yang

dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

3) Perda Pengujian Alsintan

Peraturan Daerah merupakan suatu dasar hukum yang berlaku di suatu

daerah. Pada saat ini pengujian alat dan mesin pertanian (Alsintan) di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan

Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007. Belum adanya

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang ketentuan pengujian alsintan di

Jawa Barat mengakibatkan pengujian alsintan di Jawa Barat tidak banyak

dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Selama ini pengujian

Alsintan banyak dilaksanakan di badan pengujian lainnya seperti Balai

Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian. Diharapkan dengan adanya peraturan

tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat maka seluruh pengujian alsintan di Jawa

Barat di laksanakan di balai sehingga keadaan alsintan di Jawa Barat dapat

lebih diketahui oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

4) Penempatan Sumberdaya yang Kompeten

Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki empat

orang sarjana S2 dan sepuluh orang sarjana S1 di bidang teknologi.

Sumberdaya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi

pertanian masih sangat dibutuhkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan

terhadap teknologi pertanian di Jawa Barat ini. Diharapkan Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Barat dapat menambah pegawai yang memiliki kemampuan

yang baik dalam bidang teknologi pertanian untuk ditempatkan di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

64

5) Peningkatan Anggaran

Anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989)

diacu dalam Ray (2009) adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis

daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan,

koordinasi, dan pengawasan. Anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak

hanya dapat membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas

kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan

keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara

para manajer dan bawahannya.

Lebih jelas lagi Munandar (1993) diacu dalam Ray (2009),

mengungkapkan pengertian anggaran adalah suatu rencana yang disusun

secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan

dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)

tertentu yang akan datang.

Dari pengertian tersebut, anggaran mempunyai empat unsur, yaitu :

a) Rencana, merupakan suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas

atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

b) Meliputi, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh

semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.

c) Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat

diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam.

Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit “rupiah”.

d) Jangka waktu tertentu yang akan dating, yaitu menunjukkkan bahwa

anggaran berlaku untuk masa yang akan datang. Ini berarti Apa yang

dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan

terjadi serta apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

BPT Mekanisasi Pertanian sebagai suatu lembaga yang melaksanakan

kegiatan operasional dan berbagai macam kegiatan dalam bidang teknologi

pertanian di Jawa Barat membutuhkan anggaran dalam pelaksanaannya.

Anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dari BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat akan mempermudah balai dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah

direncanakannya. Saat ini anggaran yang ada masih dirasakan kurang

65

sehingga masih banyak mesin yang dibutuhkan tidak dimiliki BPT Mektan

juga program yang tidak dapat dilaksanakan oleh BPT Mektan Jabar.

6) Pengembangan UPJA

Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai lembaga pelayanan

alat mesin pertanian dengan konsep pelayanan yang mengutamakan kepuasan

pelanggan merupakan subsistem pendukung dalam pengembangan teknologi

pertanian di Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan sebagai tempat

peminjaman alat mesin pertanian bagi para petani yang tidak memiliki

alsintan pribadi merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan

penggunaan teknologi pertanian di Jawa Barat.

7) Pengembangan Bengkel

Bengkel alat mesin pertanian merupakan tempat diproduksinya alat

dan mesin pertanian yang telah dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat. Hanya bengkel yang telah ditunjuk oleh balai yang dapat

memproduksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh balai. Sebelum

bengkel tersebut memproduksi alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat terlebih dahulu bengkel tersebut dilatih oleh balai agar dapat

memproduksi alsintan rancangan balai dengan baik.

8) Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan

Pemahaman petani tentang pertanian sebagai suatu sistem agribisnis

yang saling berhubungan satu sama lain antar subsistemnya masih sangat

kurang. Begitu pula tentang pentingnya alat dan mesin pertanian sebagai

salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pertaniannya. Para

petani juga memiliki informasi yang terbatas tentang teknologi pertanian yang

ada dan cara penggunaannya. Selain itu para petani di daerah masih kurang

mengetahui tentang adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai

lembaga yang dapat memberikan pelayanan informasi teknologi mekanisasi

pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alsintan

pertanian, serta bantuan teknis rekayasa, rancang bangun, dan pengujian alat

dan mesin pertanian. Hal ini terlihat dari petani pengunjung BPT Mekanisasi

Pertanian yang masih sedikit.

66

9) Inventarisasi Kebutuhan Petani.

Petani merupakan aktor yang menjadi tujuan utama dari adanya BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Alat dan mesin pertanian yang dihasilkan

oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat harus alat dan mesin pertanian

yang sesuai dengan kebutuhan petani Jawa Barat di lapangan. Oleh karena itu

agar alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat sesuai dengan alat dan mesin yang dibutuhkan oleh petani pada

saat itu diperlukan suatu inventarisasi kebutuhan petani sebelum

dilakukannya perancangan alat dan mesin pertanian.

6.1.4. Alternatif dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

Alternatif dari aktor sumberdaya balai, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan dan

bengkel, serta petani adalah :

1) Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

2) Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

3) Akreditasi laboratorium pengujian

4) Penambahan alat dan mesin

5) MES untuk para peserta pelatihan

6) Pembangunan pabrik pupuk

7) Pelatihan manajemen UPJA

8) Pelatihan administrasi UPJA

9) Pelatihan ORM UPJA

10) Pelatihan manajemen bengkel

11) Pelatihan produksi alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

12) Pembuatan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian

13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

14) Penyuluhan alsintan dan ORM

15) Survei kebutuhan alsintan petani di setiap kabupaten

16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan

67

6.1.5. Sub Alternatif Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Sub alternatif dari aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan kualitas

sumberdaya manusia balai adalah:

a) Pelatihan

b) Outsourcing

c) Pendidikan di Perguruan Tinggi

d) Studi banding

e) Motivasi training

f) Pembentukan koperasi

Struktur hirarki untuk pengambilan keputusan prioritas strategi pengembangan

BPT Mekanisasi Pertanian dapat dilihat pada Gambar 9.

68

Gambar 10. Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Mengembangkan dan

Mendiseminasikan Teknologi

Mekanisasi Pertanian

Inventarisasi

Kebutuhan

Petani

1

Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Menumbuhkembangkan Embrio

Lembaga Pemberdayaan

Lembaga Pengujian Alsintan

yang Terakreditasi dan

Terstandardisasi

Sumber Daya Balai

DISPERTAN

Petani

Peningkatan Kualitas

SDM Balai

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana Balai

Pengem

bangan

UPJA

Peningkatan

Pemahaman

Petani Tentang

Alsintan

Meningkatkan

Kemampuan SDM

Pertanian

UPJA dan Bengkel

Perda

Pengujian

Alsintan

Penempatan

SDM yang

kompeten

Peningkatan

Anggaran

Pengem

bangan

Bengkel

2

3

6

5

4

9

8

7

11

10

14

13

12

b

a

e

d

15

16

f

c

69

6.2. Pengolahan Horizontal

Pengolahan data secara horizontal memperlihatkan tingkat pengaruh

antara satu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasanya. Pengolahan

horizontal ini dibagi menjadi lima bagian yaitu pengolahan horizontal tingkat dua,

tingkat tiga, tingkat empat, tingkat lima, dan tingkat enam. Analisis tingkat dua

merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, analisis tingkat tiga merupakan analisis aktor-

aktor yang terlibat, analisis tingkat empat merupakan analisis tujuan yang ingin

dicapai, analisis tingkat lima adalah analisis alternatif tindakan yang akan dipilih,

dan tingkat enam adalah sub alternatif tindakan yang dapat dipilih.

6.2.1. Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

Pengolahan pada tingkat dua dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap penentuan strategi pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Berdasarkan pengolahan dengan PHA dengan

menggunakan expert choice 2000 dan microsoft excel 2007 diperoleh bahwa

mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekaniasi pertanian di Jawa

Barat merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan prioritas sebesar 0.313 (Tabel 11).

Faktor-faktor yang menjadi prioritas selanjutnya dalam pemilihan strategi adalah

meningkatkan sumberdaya manusia pertanian dengan bobot 0.304, lembaga

pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan

bobot 0.230. dan menumbuhkembangkan lembaga pemberdayaan dengan bobot

0.154.

Tabel 11. Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Elemen Faktor Bobot Prioritas

Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian (SDM) 0.304 2 Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi

(PAT) 0.230 3

Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan (ELP) 0.154 4

Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi

Pertanian (MTMP) 0.313 1

70

Mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi pertanian

menjadi prioritas utama karena berdasarkan hasil studi pustaka hal ini sangat

diperlukan dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Apabila alat dan mesin

pertanian di Jawa Barat semakin berkembang dan pemahaman para petani akan

pentingnya teknologi pertanian dalam usaha pertaniannya semakin baik, maka

kebutuhan petani akan adanya BPT Mekanisasi Pertanian semakin tinggi.

Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian merupakan

faktor yang menjadi prioritas kedua dalam pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Hal ini karena sumberdaya manusia merupakan salah satu

hal yang sangat penting dalam pengembangan suatu organisasi. Apabila

sumberdaya manusia dalam suatu organisasi memiliki kemampuan yang baik

dalam hal manajemen maupun kemampuan teknik sesuai dengan organisasi

tersebut maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik. Begitu pula apabila

kemampuan sumberdaya manusia pertanian di Jawa Barat semakin baik maka

kemampuan sumberdaya manusia pertanian dalam hal teknologi pertanian pun

akan semakin baik. Hal tersebut akan mengakibatkan kebutuhan akan teknologi

pertanian menjadi semakin tinggi dan kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab dalam hal teknologi

pertanian di Jawa Barat menjadi semakin tinggi.

Lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi

menjadi faktor yang menjadi prioritas ketiga dari lima faktor pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian yang

menjadi salah satu laboratorium pengujian alsintan sesuai dengan Peraturan

Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 telah menjadi lembaga

penguji alsintan di Jawa Barat. Namun laboratorium yang dimiliki oleh BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih belum mendapatkan akreditasi

dikarenakan masih adanya persyaratan akreditasi yang belum dapat dipenuhi oleh

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Apabila balai telah memiliki akreditasi

maka pengujian Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih dikembangkan

dengan pelayanan dan kemampuan pengujian yang lebih baik. Alsintan yang diuji

tidak hanya alsintan di wilayah Jawa Barat dan petani akan semakin mengetahui

fungsi dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

71

Faktor mengembangkan embrio lembaga pemberdayaan seperti UPJA dan

bengkel juga menjadi salah satu faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang menjadi salah satu lembaga

pemberdayaan masyarakat dalam penyebaran alsintan ke petani. UPJA merupakan

salah satu lembaga pemasaran alat yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan yang semakin berkembang

akan membuat BPT Mekanisasi Pertanian semakin berkembang pula.

6.2.2. Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

Berdasarkan pengolahan data tingkat tiga diperoleh bobot dari setiap

elemen aktor terhadap masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor yang paling

berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya pertanian

adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar

0.371 (Tabel 12). Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan

aktor yang memiliki tugas pokok dalam pengembangan, pelayanan dan

pendidikan atau pelatihan teknologi pertanian di Jawa Barat. Sumberdaya BPT

Mekanisasi Pertanian juga memiliki fungsi dalam fasilitasi penggunaan alat dan

mesin pertanian diUPTD lingkup dinas dan para petani pengguna. Aktor kedua

yang berpengaruh adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

dengan bobot sebesar 0.365. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa

Barat memiliki kewenangan dalam kebijakan pengembilan kabijakan tentang

teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai ujung tombak pengembangan

pertanian di Jawa Barat.

Aktor ketiga yang berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan

sumberdaya manusia pertanian Jawa Barat adalah petani dengan bobot sebesar

0.146. Petani merupakan pihak utama yang menjadi tujuan dalam peningkatan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian. Kemampuan petani tentang teknologi

pertanian diharapkan dapat meningkatkan penggunaan teknologi pertanian di

Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang berpengaruh adalah UPJA dan bengkel yang

memiliki bobot 0.118. Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel

merupakan lembaga pemasaran alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh

BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat, adanya UPJA dan bengkel alat pertanian

72

yang bias diakses oleh para petani maka kemampuan sumberdaya manusia

pertanian akan semakin baik.

Tabel 12. Prioritas Elemen Aktor yang Berperan dalam Pengembangan Balai

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Elemen

Faktor

Elemen Aktor

Sumberdaya

Balai

Dispertan

Jabar

UPJA dan

Bengkel Petani

SDM 0.371 (1) 0.365 (2) 0.118 (4) 0.146 (3)

PAT 0.598 (1) 0.211 (2) 0.115 (3) 0.076 (4)

ELP 0.253 (2) 0.131 (4) 0.451 (1) 0.165 (3)

MTMP 0.470 (1) 0.163 (3) 0.216 (2) 0.151 (4)

Ket:

( ) : Prioritas

SDM : Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian

PAT : Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan

Terstandardisasi

ELP : Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan

MTMP : Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi

Pertanian

Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian menjadi prioritas utama dalam

faktor lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan

terstandardisasi dengan bobot sebesar 0.598. Hal ini sesuai dengan keadaan di

lapangan bahwa sumberdaya balai yang berhubungan secara langsung dengan

pengujian alat dan laboratorium yang berada di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat. Untuk menjadi balai pengujian yang terakreditasi maka sumberdaya BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan aktor utama yang paling penting

dalam pencapaian BPT Mekanisasi Pertanian menjadi balai yang terakreditasi dan

terstandardisasi, dengan perbaikan dan pengembangan sumberdaya balai maka

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menjadi lembaga yang terakreditasi

dan terstandardisasi.

Aktor yang memiliki prioritas kedua adalah Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.211. Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga pengambil kebijakan

dalam bidang pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai lembaga yang berwenang

dalam pengalokasian anggaran bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

73

memiliki hubungan langsung dengan balai dan sangat berpengaruh dalam

pengakreditasian BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. UPJA dan bengkel

berada pada prioritas ketiga dengan bobot 0.115. UPJA dan bengkel sebagai

lembaga yang dapat memproduksi Alsintan rancangan BPT mekanisasi pertanian

memerlukan uji laboratorium yang baik, sehingga UPJA dan bengkel menjadi

aktor yang akan diuntungkan jika BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki

akreditasi dari badan akreditasi nasional. Begitu pula dengan petani yang

memiliki bobot 0.076, meskipun tidak memiliki bobot yang besar namun petani

sebagai pengguna dari alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat akan memiliki jaminan yang lebih baik jika alat mesin

pertanian yang digunakannya telah di uji oleh lembaga yang telah terakreditasi.

Bengkel dan UPJA menjadi aktor dengan prioritas tertinggi dalam hal

pengembangan embrio pemberdayaan masyarakat dengan bobot sebesar 0.451.

UPJA dan bengkel sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat yang dilatih oleh

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat berinteraksi secara langsung dengan petani.

Hal tersebut membuat UPJA dan bengkel alat mesin pertanian menjadi aktor

utama dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat. UPJA dan bengkel yang

telah dilatih oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menyebarkan

pengetahuan yang didapatkannya kepada para petani lainnya. Kemudian

sumberdaya balai sebagai lembaga yang memberikan pelatihan kepada UPJA dan

bengkel tentang alat mesin pertanian maupun manajemen dan organisasi memiliki

bobot sebesar 0.253.

Aktor yang berada pada urutan ketiga adalah petani yang memiliki bobot

sebesar 0.165. Petani sebagai tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat

merupakan pihak yang mendapatkan pengetahuan tentang ORM (operation,

repair dan maintenance) alat mesin pertanian yang mereka gunakan dari pihak

UPJA maupun bengkel. Selanjutnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki

bobot sebesar 0.131. Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang

dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan UPJA maupun bengkel,

namun untuk pelaksanaan secara teknis telah diserahkan kepada BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok dalam bidang

mekanisasi pertanian di Jawa Barat.

74

Sumberdaya balai menjadi penentu dalam pengembangan dan

pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat seperti terlihat

pada bobot yang diperolehnya yaitu sebesar 0.470. Sebagai balai yang bergerak

dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat sumberdaya balai merupakan

motor penggerak dalam pengembangan dan pendesiminasian teknologi

mekanisasi pertanian. Selanjutnya UPJA dan bengkel alat dan mesin pertanian

berada di urutan kedua dengan bobot 0.216 merupakan lembaga pemberdayaan

dan lembaga produksi alat mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat sehingga memiliki akses langsung terhadap para petani yang

menjadi pelanggannya.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai pengambil

kebijakan dalam pengembangan alat dan mesin pertanian jawa Barat memiliki

bobot sebesar 0.163. Selanjutnya petani sebagai tujuan utama pengembangan dan

pendiseminasian teknologi pertanian memiliki bobot sebesar 0.151.

6.2.3. Elemen Tujuan Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

Pengolahan horizontal pada tingkat empat menggambarkan besarnya

bobot dari tiap elemen tujuan masing-masing terhadap masing-masing faktor

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

6.2.3.1. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai

Pada faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian

dengan aktor sumberdaya balai, tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia

balai merupakan hal yang paling penting dengan bobot sebesar 0.694 (Tabel 13),

karena sumberdaya manusia balai merupakan salah satu sumberdaya manusia

pertanian yang ahli dalam bidang teknologi pertanian yang selanjutnya akan

menyalurkan pengetahuannya kepada petani yang mengikuti pelatihan dan

selanjutnya akan disebarkan kepada para petani lain di daerahnya. Selanjutnya

peningkatan sarana dan prasarana balai memiliki bobot sebesar 0.306,

peningkatan sarana dan prasarana balai akan meningkatkan kenyamanan para

petani yang memerlukan informasi dari balai sehingga peningkatan kemampuan

sumberdaya manusia pertanian akan menjadi lebih baik.

75

Tabel 13. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Sumberdaya Balai

Elemen Faktor Elemen Tujuan

KSDM PSP

SDM 0.694 (1) 0.306 (2)

PAT 0.656 (1) 0.344 (2)

ELP 0.682 (1) 0.318 (2)

MTMP 0.580 (1) 0.420 (2)

Keterangan :

( ) : Prioritas

KSDM : Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Balai

PSP : Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai

Pada elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan

terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga

mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi petanian di Jawa

Barat elemen tujuan balai memiliki bobot lebih tinggi dibandingkan dengan

elemen tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai dengan bobot berturut-turut

0.656, 0.682, dan 0.580. Hal ini karena peningkatan sumberdaya manusia lebih

penting didahulukan dibandingkan dengan peningkatan sarana dan prasarana

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan sarana dan prasarana yang

ada. Jika sarana dan prasarana terlebih dahulu ditingkatkan namun kualitas

sumberdaya manusia yang ada belum dapat menggunakan sarana dan prasarana

tersebut maka akan terjadi ketimpangan sehingga sarana dan prasarana tersebut

tidak akan berfungsi maksimal sesuai dengan fungsinya.

6.2.3.2. Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dengan

aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, tujuan peraturan

daerah (Perda) tentang pengujian alsintan merupakan hal yang paling penting

dengan bobot sebesar 0.364. Hal ini karena pada saat ini Perda tentang pengujian

alsintan di Jawa Barat oleh BPT Mekanisasi Pertanian masih belum ditetapkan

oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Balai Pengembangan

Teknologi Mekanisasi Pertanian melaksanakan pengujian alsintan atas dasar

Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 yang dikeluarkan

76

oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Diharapkan dengan adanya Perda

dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat maka seluruh

pengujian alsintan di Jawa Barat akan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Setelah adanya Perda diharapkan keberadaan BPT Mektan

Jabar dalam bidang Alsintan di Jawa Barat menjadi lebih kuat, memiliki kekuatan

hukum akan posisinya dalam pemerintahan dan juga dengan Dispertan sebagai

lembaga pemerintah yang berada di atasnya. Hal ini diharapkan dapat

meningkatkan peran BPT Mektan dalam pertanian di Jawa Barat sehingga

keadaan alsintan di Jawa barat dapat dipantau dengan baik oleh BPT Mektan.

Prioritas kedua adalah peningkatan anggaran dengan bobot sebesar 0.332.

Dalam pelaksanaan kegiatan operasional dan pencapaian rencana di BPT

Mekanisasi Pertanian diperlukan adanya anggaran yang sesuai dengan kebutuhan

balai, dengan semakin meningkatnya anggaran maka semakin baik fasilitas balai

sehingga pelaksanaan program balai untuk peningkatan kemampuan sumberdaya

manusia pertanian pun akan semakin baik. Prioritas ketiga adalah penempatan

sumberdaya yang kompeten dengan bobot sebesar 0.303. Dengan penempatan

sumberdaya yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian maka output yang

dihasilkan dari balai pun akan semakin baik sehingga peningkatan kemampuan

sumberdaya manusia pertanian akan semakin baik pula.

Tabel 14. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Elemen Faktor Elemen Tujuan

PPA PSDM PA

SDM 0.364 (1) 0.303 (3) 0.332 (2)

PAT 0.506 (1) 0.274 (2) 0.220 (3)

ELP 0.223 (3) 0.436 (1) 0.342 (2)

MTMP 0.313 (3) 0.354 (1) 0.333 (2)

Keterangan :

( ) : Prioritas

PPA : Peraturan Daerah Pengujian Alsintan

PSDM : Penempatan Sumberdaya Manusia yang Kompeten

PA : Peningkatan Anggaran

Elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan

terstandardisasi Perda pengujian alsintan merupakan elemen tujuan yang paling

penting dengan bobot sebesar 0.506, hal ini karena dengan adanya Perda

77

pengujian alsintan di Jawa Barat yang dikhususkan di BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat maka pengakreditasian laboratorium balai menjadi sangat diperlukan

agar pengujian alsintan dilaksanakan dengan lebih baik lagi.

Prioritas kedua adalah penempatan sumberdaya manusia yang kompeten

dengan bobot 0.274. Penempatan sumberdaya manusia yang kompeten di BPT

Mekanisasi Pertanian sangat dibutuhkan agar alsintan yang ada dapat digunakan

sesuai dengan fungsinya secara maksimal. Sehingga elemen lembaga pengujian

yang terakreditasi dan terstandardisasi dapat tercapai dengan baik. Tanpa

sumberdaya manusia yang kompeten alat uji yang baik tidak akan berfungsi

secara maksimal.

Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga

mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan

aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat penempatan

sumberdaya manusia yang kompeten penempatan sumberdaya manusia yang

kompeten merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.436 dan 0.354.

Sumberdaya manusia BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang kompeten

merupakan penggerak dalam pengembangan lembaga pemberdayaan dan

teknologi pertanian, karena dengan semakin tingginya kemampuan dan

pemahaman dari para pegawai balai maka pengetahuan yang diberikan kepada

para peserta pelatihan seperti UPJA, bengel dan para petani pun akan semakin

baik. Selanjutnya peningkatan anggaran dan Perda tentang pengujian alsintan

merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.333 dan 0.313.

6.2.3.3. Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel

Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan

sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian Alsintan yang terakreditasi

dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga

mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan

aktor UPJA dan bengkel adalah pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan

dengan bobot sebesar 0.727, 0.608, 0.608 dan 0.555. Usaha Pelayanan Jasa

Alsintan (UPJA) merupakan lembaga pemberdayaan pertanian dalam bidang alat

dan mesin pertanian. Jika petani menjadi anggota UPJA maka petani akan

mendapatkan kemudahan dalam penggunaan alsintan dan juga akan mendapatkan

78

pengetahuan tentang cara penggunaan, perbaikan, dan perawatan alsintan

sehingga kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin meningkat

(Tabel 15).

Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pengembangan bengkel dengan

bobot sebesar 0.273, 0.392, 0.392, 0.445. Bengkel merupakan tempat produksi

alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, selain itu di

bengkel juga petani dapat mengetahui cara penggunaan dan perawatan dari

alsintan yang dimiliki petani sehingga kemampuan petani akan Alsintan menjadi

semakin baik.

Tabel 15. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor UPJA dan Bengkel

Elemen Faktor Elemen Tujuan

UPJA Bengkel

SDM 0.727 (1) 0.273 (2)

PAT 0.608 (1) 0.392 (2)

ELP 0.608 (1) 0.392 (2)

MTMP 0.555 (1) 0.445 (2)

Keterangan: ( ) Prioritas

6.2.3.4. Elemen Tujuan Pada Aktor Petani

Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan

sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan

terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga

mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan

aktor petani adalah peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dengan bobot

sebesar 0.656, 0.632, 0.727, dan 0.604. Apabila pengetahuan petani tentang

pentingnya Alsintan bagi usaha pertaniannya semakin baik maka penggunaan alat

mesin pertanian tepat guna akan semakin tinggi, dengan semakin tingginya

permintaan akan adanya alsintan yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan

petani maka kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan semakin

tinggi, sehingga dibutuhkan pula laboratorium yang telah terakreditasi. Selain itu

kebutuhan akan lembaga pemberdayaan masyarakat seperti UPJA dan bengkel

akan semakin tinggi sehingga pengembangan juga pendiseminasian teknologi

pertanian akan semakin baik.

79

Tujuan kedua yang berpengaruh adalah inventarisasi kebutuhan petani

dengan bobot sebesar 0.344, 0.368, 0.273, dan 0.396. Inventarisasi kebutuhan

petani sangat dibutuhkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian yang akan

dibuat dalam bentuk prototype oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, karena

apabila alsintan yang dihasilkan oleh balai tidak sesuai dengan kebutuhan petani

maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak akan

diminati oleh petani sehingga tujuan utama pembuatan alsintan tersebut tidak

tercapai.

Tabel 16. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Petani.

Elemen Faktor Elemen Tujuan

PPA IKP

SDM 0.656 (1) 0.344 (2)

PAT 0.632 (1) 0.368 (2)

ELP 0.727 (1) 0.273 (2)

MTMP 0.604 (1) 0.396 (2)

Keterangan:

( ) : Prioritas

PPA : Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan

IKP : Inventarisasi Kebutuhan Petani

6.2.4. Elemen Alternatif Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat

Pengolahan horizontal pada tingkat lima menggambarkan besarnya bobot

dari tiap elemen alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

6.2.4.1. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya

Balai

Alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi, serta menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan alternatif peningkatan kualitas

sumberdaya manusia balai adalah peningkatan kompetensi dengan bobot sebesar

0.659, 0.632, dan 0.734. Peningkatan kompetensi pegawai BPT Mekanisasi

80

Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas sumberdaya

balai.

Tujuan kedua yang berpengaruh adalah peningkatan motivasi dengan

bobot sebesar 0.341, 0.368, dan 0.266. Motivasi merupakan alasan atau dorongan

seseorang untuk bertindak sesuatu. Peningkatan motivasi pegawai dapat

meningkatkan produktivitas kerja dari pegawai tersebut sehingga produktivitas

balai pun akan semakin meningkat. Dari hasil studi pustaka diketahui bahwa

peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan sumberdaya manusia balai

sehingga dapat meningkatkan faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

seperti peningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga

pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi dan

penumbuhkembangan embrio lembaga pemberdayaan. Peningkatan kompetensi

sumberdaya balai diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai

balai tentang pertanian, dengan semakin baiknya sumberdaya manusia balai maka

program maupun manajemen balai akan menjadi semakin baik dan keadaan balai

menjadi lebih baik. Pegawai balai sebagai penyalur informasi kepada para petani

akan menyalurkan pengetahuan alsintan yang lebih baik lagi sehingga

pengetahuan petani tentang alsintan menjadi semakin baik, petani akan lebih

tertarik terhadap alsintan dan menggunakan lebih banyak alsintan yang akhirnya

akan meningkatkan kebutuhan petani akan BPT Mekanisasi Pertanian Jabar.

Tabel 17. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Kualitas

Sumberdaya Balai

Elemen Faktor

Elemen Sub Alternatif

Peningkatan

Kompetensi

Peningkatan

motivasi

SDM 0.659 (1) 0.341 (2)

PAT 0.632 (1) 0.368 (2)

ELP 0.734 (1) 0.266 (2)

MTMP 0.500 (1) 0.500 (1)

Keterangan: ( ) Prioritas

Elemen faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi

mekanisasi pertanian elemen sub alternatif peningkatan kompetensi dan motivasi

sumberdaya balai memiliki bobot yang sama sebesar 0.500. Hal ini

81

mengindikasikan bahwa dalam faktor mengembangkan dan mendesiminasikan

teknologi mekanisasi pertanian kedua sub alternatif dibutuhkan secara seimbang

karena dalam pengembangan dan pendiseminasian teknologi pertanian

peningkatan kemampuan sumberdaya manusia diperlukan agar pengetahuan yang

dimiliki oleh pegawai tentang teknologi pertanian yang selanjutnya akan

diberikan kepada para petani akan semakin banyak. Pengembangan motivasi pun

diperlukan agar para pegawai tetap memiliki semangat dalam mendiseminasikan

teknologi pertanian kepada para petani

6.2.4.2. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana

Balai

Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan sarana dan

prasarana balai adalah akreditasi laboratorium pengujian alsintan dengan bobot

sebesar 0.353, 0.384, dan 0.371. Akreditasi laboratorium pengujian alsintan n dari

suatu lembaga akreditasi nasional merupakan suatu hal yang penting karena hal

tersebut dapat menunjukan bahwa laboratorium pengujian di BPT Mekanisasi

Pertanian memiliki kualitas yang baik dan telah disahkan oleh badan khusus.

Apabila balai telah memiliki akreditasi maka sumberdaya manusia balai akan

memiliki kemampuan yang lebih baik karena telah mendapatkan fasilitas yang

lebih baik, begitu pula dengan faktor lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi akan tercapai.

Alternatif yang berada pada prioritas kedua adalah penambahan alat dan

mesin dengan bobot sebesar 0.251, 0.231, 0.365, dan 0.267. Alat dan mesin yang

berada di BPT Mekanisasi Pertanian pada saat ini masih terbatas sehingga untuk

pembuatan alat mesin pertanian tertentu diperlukan alat mesin yang tidak terdapat

di balai sehingga pembuatan alat dilaksanakan di tempat lain. Alat yang sangat

dibutuhkan pada saat ini adalah alat CNC, alat ini diperlukan agar dalam

pembuatan sparepart tidak harus selalu dalam jumlah yang besar karena BPT

Mekanisasi Pertanian hanya membuat beberapa alsintan hasil rancangannya

sebagai model yang selanjutnya akan diproduksi oleh bengkel. Alternatif dengan

prioritas ketiga adalah pembangunan pabrik pupuk dengan bobot sebesar 0.219,

82

0.196, 0.146, dan 0.206. Pabrik pupuk merupakan salah satu alternatif dalam

pengembangan alsintan yang pada saat ini menjadi fokus di BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat yaitu Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), diharapkan

dengan adanya pabrik pupuk ini para petani akan tertarik untuk menggunakan

APPO dan menggunakan pupuk organik sebagai pupuk tanamannya. Selain itu

dengan adanya pabrik pupuk yang berada di Cianjur dan Plumbon ini diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani di Jawa Barat, menghilangkan

ketergantungan terhadap pupuk impor dan meminimalisir kelangkaan pupuk.

Tabel 18. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Sarana dan

Prasarana Balai

Elemen

Faktor

Elemen Alternatif

Akreditasi Lab Penambahan

Alat dan Mesin MES

Pembangunan

Pabrik Pupuk

SDM 0.353 (1) 0.251 (2) 0.177 (4) 0.219 (3)

PAT 0.384 (1) 0.231 (2) 0.190 (4) 0.196 (3)

ELP 0.371 (1) 0.365 (2) 0.118 (4) 0.146 (3)

MTMP 0.154 (4) 0.267 (2) 0.372 (1) 0.206 (3)

Keterangan : ( ) Prioritas

Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian di Jawa Barat pembangunan MES untuk peserta pelatihan berada pada

prioritas pertama dengan bobot sebesar 0.372. MES untuk para peserta pelatihan

seperti UPJA, bengkel, dan petani sangat diperlukan karena pelatihan

dilaksanakan lebih dari satu hari dan peserta pelatihan berasal dari berbagai

daerah di Jawa Barat. Pada saat ini pihak balai harus meminjam tempat pada

lembaga lain sebagai tempat penginapan bagi para peserta sehingga kegiatan

pelatihan menjadi sedikit terkendala karena adanya jarak antara tempat pelatihan

dan MES bagi para peserta. Alternatif yang menjadi prioritas selanjutnya adalah

penambahan alat dan mesin dengan bobot sebesar 0.267, pembangunan pabrik

pupuk dengan bobot 0.206 dan akreditasi laboratorium pengujian dengan bobot

sebesar 0.154.

6.2.4.3. Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA

Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga

83

pemberdayaan dengan aktor UPJA dan bengkel serta tujuan pengembangan

adalah pelatihan manajemen UPJA dengan bobot sebesar 0.397, 0.362, dan 0.407.

Pelatihan manajemen sangat diperlukan oleh UPJA sebagai lembaga ekonomi

pedesaan agar lembaga tersebut bisa memanajemen lembaganya dengan baik

sehingga mengembangkan usahanya. Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor

pengembangan sumberdaya manusia pertanian dan pengembangan embrio

lembaga pemberdayaan adalah pelatihan administrasi UPJA dengan bobot sebesar

0.302 dan 0.368. Pelatihan administrasi UPJA sangat dibutuhkan agar keadaan

keuangan dan seluruh transaksi keuangan di UPJA dapat terdata dengan baik

sehingga dapat dengan mudah diketahui apakah UPJA tersebut mengalami

keuntungan ataupun kerugian. Selain itu dengan adanya pengadministrasian

diharapkan UPJA dapat lebih mudah dalam mendata seluruh anggotanya dan

mendata seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Alternatif ketiga yang elemen

alternatif pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah pelatihan

ORM (Operation, Repair and Maintenance), pelatihan ini diperlukan agar UPJA

yang memiliki unit bisnis bengkel dapat memberikan jasa pelatihan cara

pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan bagi para petani pengguna.

Tabel 19. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA

Elemen Faktor Elemen Alternatif

Pelatihan

Manajemen UPJA

Pelatihan

Administrasi UPJA

Pelatihan

ORM UPJA

SDM 0.397 (1) 0.302 (2) 0.302 (2)

PAT 0.362 (1) 0.362 (1) 0.275 (3)

ELP 0.407 (1) 0.368 (2) 0.225 (3)

MTMP 0.316 (2) 0.168 (3) 0.516 (1)

Keterangan : ( ) Prioritas

Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian pelatihan ORM UPJA berada pada prioritas pertama dengan bobot

sebesar 0.516. Pelatihan penggunaan, perbaikan dan perawatan sangat diperlukan

sebagai salah satu cara pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian kepada

para petani. Petani akan semakin mengerti kegunaan dari alat tersebut dan

84

mengetahui cara penggunaannya sehingga para petani akan lebih tertarik untuk

menggunakan alat dan mesin pertanian dalam usaha pertaniannya.

6.2.4.4. Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan Bengkel

Alternatif pelatihan manajemen bengkel merupakan prioritas utama dalam

faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga

pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, dan

menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor UPJA dan

Bengkel dengan bobot sebesar 0.541, 0.608, dan 0.555. Pelatihan manajemen

bengkel diperlukan agar bengkel dapat membuat rencana pemasaran, rencana

produksi, rencana organisasi dan manajemen, juga rencana keuangan. Apabila

bengkel telah dapat melaksanakan perencanaan dengan baik maka diharapkan

bengkel yang menjadi mitra BPT Mekanisasi Pertanian tersebut akan berjalan

dengan baik dan semakin berkembang.

Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pelatihan produksi alsintan dengan

bobot sebesar 0.459, 0.392, dan 0.445. Pelatihan produksi alat dilaksanakan

setelah BPT Mekanisasi Pertanian telah membuat rancangan baru yang telah

selesai diuji dan memiliki hasil pengujian yang baik. Para bengkel yang

bekerjasama dengan balai diberikan pelatihan cara memproduksi Alsintan yang

telah dirancang oleh balai. Selanjutnya pemerintah daerah, Gapoktan ataupun

petani secara individu yang ingin membeli Alsintan yang telah dirancang oleh

balai dapat memesan kepada bengkel terdekat yang telah dilatih oleh balai.

Tabel 20. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan Bengkel

Elemen Faktor Elemen Alternatif

Pelatihan Manajemen

Bengkel

Pelatihan Produksi

Alsintan

SDM 0.541 (1) 0.459 (2)

PAT 0.608 (1) 0.392 (2)

ELP 0.555 (1) 0.445 (2)

MTMP 0.471 (2) 0.529 (1)

Keterangan : () Prioritas

Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian pelatihan produksi alsintan merupakan prioritas utama dengan bobot

sebesar 0.529 dan pelatihan manajemen merupakan prioritas kedua dengan bobot

85

sebesar 0.471. Pada faktor pengembangan dan pendiseminasian teknologi

mekanisasi pertanian pelatihan produksi alsintan hasil rancangan merupakan

prioritas utama karena dengan diberikannya pelatihan alsintan baru maka

teknologi mekanisasi yang baru akan diketahui oleh para pegawai bengkel dan

selanjutnya akan di sosialisasikan kepada para petani pengguna.

6.2.4.5. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Pemahaman Petani

Tentang Alsintan

Alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian adalah penyuluhan alsintan dan ORM

dengan bobot sebesar 0.400 selanjutnya yang memiliki prioritas kedua adalah

pengadaan demplot alsintan dan promosi balai yang memiliki bobot sebesar

0.300. Penyuluhan alsintan dan ORM sangat diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan petani tentang alat dan mesin pertanian sehingga peningkatan

kemempuan sumberdaya manusia pertanian dapat tercapai. Sementara adanya

demplot alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat

meningkatkan kepercayaan petani atas alat yang dihasilkan oleh balai. Jika petani

telah melihat bahwa hasil dari alat yang dibuat oleh balai memiliki keuntungan

yang lebih besar dibandingkan keuntungannya sekarang maka petani akan lebih

tertarik untuk menggunakan alat tersebut. Selain itu promosi tentang adanya BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai tempat petani mencari informasi dan

berkonsultasi tentang alsintan.

Pada faktor lembaga pengujian yang terakreditasi dan terstandardisasi

elemen promosi balai merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.481.

Selanjutnya penyuluhan alsintan dan ORM dan pengadaan demplot alsintan

merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.314 dan 0.205.

Promosi balai sebagai tempat pengujian alsintan yang kompeten dibutuhkan agar

semakin banyak pembuat alsintan yang melakukan pengujian alsintan hasil

produksinya di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

86

Tabel 21. Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

PemahamanPetani Tentang Alsintan

Elemen Faktor

Elemen Alternatif

Pengadaan Demplot

Alsintan Promosi Balai

Penyuluhan

Alsintan dan

ORM

SDM 0.300 (2) 0.300 (2) 0.400 (1)

PAT 0.205 (3) 0.481 (1) 0.314 (2)

ELP 0.450 (1) 0.306 (2) 0.243 (3)

MTMP 0.353 (1) 0.312 (3) 0.335 (2)

Keterangan : ( ) Prioritas

Faktor pengembangan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat juga

mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian alternatif

pengadaan demplot alsintan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar

0.450 dan 0.353. Pembuatan demplot alsintan dapat membuat masyarakat tertarik

untuk menggunakan alsintan tersebut, dengan menunjukan bahwa penggunaan

alsintan tersebut dapat meningkatkan keuntungan para petani maka petani tidak

akan ragu ataupun takut untuk menggunakan alsintan tersebut.

6.2.4.6. Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani

Alternatif yang paling berpengaruh dalam tujuan meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian dengan aktor petani adalah inventarisasi kebutuhan petani dengan bobot

sebesar 0.707, 0.659, dan 0.555. Pelaksanaan survei pendahuluan atas kebutuhan

alsintan petani maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisai Pertanian Jawa

Barat adalah alsintan yang benar-benar dibutuhkan oleh petani dan tepat guna

sehingga dapat membantu petani dan meningkatkan produktivitas usaha taninya.

Tujuan kedua yang berpengaruh keikutsertaan petani dalam perancangan

alsintan yang akan dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian dengan bobot sebesar

0.293, 0.341, dan 0.455. Adanya perwakilan dari petani yang dapat mengutarakan

aspirasi dari petani lainnya dan cukup memahami tentang kebutuhan petani pada

rapat perancangan Alsintan yang akan dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat diharapkan dapat membuat alsintan yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan petani.

87

Tabel 22. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani

Elemen Faktor

Elemen Alternatif

Survei Kebuthan

Alsintan

Keikutsertaan Petani

dalam Perencanaan

Alsintan

SDM 0.707 (1) 0.293 (2)

PAT 0.659 (1) 0.341 (2)

ELP 0.555 (1) 0.445 (2)

MTMP 0.766 (1) 0.234 (2)

Keterangan : ( ) Prioritas

6.2.5. Elemen Sub Alternatif pada Pengembangan Balai Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat

Pengolahan horizontal pada tingkat enam menggambarkan besarnya bobot

dari tiap elemen sub alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

6.2.5.1. Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Kompetensi

Sumberdaya Balai

Sub alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian dengan aktor sumberdaya balai adalah pelatihan dengan bobot sebesar

0.524, 0.418, 0.620, dan 0.612. Pelatihan merupakan salat satu kegiatan yang

sangat penting dilaksanakan agar pengetahuan para pegawai balai menjadi lebih

baik. Sumberdaya manusia balai sebagai pendiseminasi teknologi pertanian

kepada para petani, UPJA, maupun bengkel harus memiliki pengetahuan yang

baik tentang teknologi pertanian sehingga para petani, UPJA, maupun bengkel

juga memiliki pengetahuan yang baik tentang teknologi pertanian. Pelatihan

merupakan salah satu cara yang efektif dalam peningkatan pengetahuan para

pegawai.

Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor meningkatkan kemampuan

sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan

terstandardisasi adalah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi bagi para

pegawai balai dengan bobot sebesar 0.278, 0.355 dan 0.231. Pegawai dapat

mengikuti pendidikan di perguruan tinggi untuk meningkatkan pengetahuan

88

akademisnya dan juga untuk memperbaharui pengetahuannya tentang teknologi

pertanian. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan pegawai tersebut tentang

teknologi pertanian yang selanjutnya dapat diterapkan dalam program-program

yang ada di balai. Selanjutnya outsourcing sebagai salah satu strategi untuk

peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai berada pada prioritas ketiga

dengan bobot sebesar 0.197 dan 0.226. Outsourcing dari pegawai dinas pertanian

lainnya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian

maupun manajemen diharapkan dapat meningkatkan kualitas yang ada di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari balai

karena dengan adanya outsourcing pegawai dari dinas lain yang kompeten maka

keadaan balai menjadi lebih bervariasi dan mendapatkan banyak pegawai dengan

pengetahuan baru.

Tabel 23. Prioritas Elemen Sub Alternatif pada Alternatif

PeningkatanKompetensi Sumberdaya Manusia Balai

Elemen Faktor Elemen Sub Alternatif

Pelatihan Outsourcing PT

SDM 0.524 (1) 0.197 (3) 0.278 (2)

PAT 0.418 (1) 0.226 (3) 0.355 (2)

ELP 0.620 (1) 0.231 (2) 0.149 (3)

MTMP 0.612 (1) 0.222 (2) 0.167 (3)

Keterangan: ( ) Prioritas

Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga

mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian sub

alternatif outsourcing merupakan prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.231 dan

0.222. Selanjutnya pendidikan di perguruan tinggi merupakan prioritas ketiga

dengan bobot 0.149 dan 0.167. Pelaksanaan outsourcing pegawai yang

berkemampuan baik dalam bidang teknologi pertanian sangat dibutuhkan untuk

pengembangan lembaga pemberdayaan dan pendesiminasian teknologi

mekanisasi pertanian pada saat ini, sementara pendidikan di perguruan tinggi

memerlukan waktu yang cukup lama sehingga outsourcing memiliki prioritas

yang lebih tinggi.

89

6.2.5.2. Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Motivasi

Sumberdaya Balai

Sub alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia pertanian juga lembaga pengujian alsintan yang

terakreditasi dan terstandardisasi dengan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya

manusia balai dengan alternatif peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai

adalah studi banding dengan bobot sebesar 0.377, dan 0.434. Studi banding adalah

kegiatan kunjungan kerja yang dilaksanakan ke balai-balai lainnya maupun

lembaga lain yang berhubungan dengan teknologi pertanian. Diharapkan dengan

pelaksanaan studi banding maka motivasi para pegawai untuk bekerja lebih baik

lagi akan semakin kuat karena telah bertukar pikiran dan melihat keadaan di

lembaga lain yang memiliki manajemen ataupun program yang lebih baik.

Tabel 24. Prioritas Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Motivasi

Sumberdaya Balai

Elemen Faktor

Elemen Sub Alternatif

Studi Banding Motivation

Training Koperasi

SDM 0.377 (1) 0.376 (2) 0.246 (3)

PAT 0.434 (1) 0.434 (1) 0.132 (3)

ELP 0.318 (2) 0.465 (1) 0.218 (3)

MTMP 0.318 (2) 0.465 (1) 0.218 (3)

Keterangan : ( ) Prioritas

Tujuan utama yang berpengaruh pada faktor lembaga pengujian alsintan

yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaa juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian adalah motivasi training bagi seluruh pihak di BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.434, 0.465, dan 0.465. Motivation

training sangat diperlukan untuk peningkatan motivasi para pegawai secara

psikologis. Dengan adanya motivation training diharapkan kondisi psikologi

pegawai balai menjadi lebih baik dan memiliki semangat yang lebih tinggi untuk

pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat.

Selanjutnya pembentukan koperasi sebagai salah satu strategi untuk

peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai berada pada prioritas ketiga

90

dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga

pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan

embrio lembaga pemberdayaan, juga mengembangkan dan mendiseminasikan

teknologi mekanisasi pertanian dengan bobot sebesar 0.246, 0.132, 0.218, dan

0.218. Koperasi sebagai suatu lembaga yang memiliki asas kekeluargaan

diharapkan dapat menjadi wadah para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat bersilaturahmi. Apabila tali silaturahmi para pegawai dapat terjalin dengan

baik diharapkan motivasi para pegawai dalam bekerja menjadi semakin baim

sehingga produktivitas dari para pegawai pun menjadi semakin baik.

6.3. Pengolahan Vertikal

Analisis pengolahan vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap

elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap ultimate goal (sasaran utama).

Pengolahan vertikal akan menunjukan alternatif strategi pengembangan Balai

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

6.3.1 Pengolahan Vertikal Elemen Aktor

Hasil pengolahan vertikal menunjukan bahwa aktor yang paling

berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah

sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436. Hal ini karena sumberdaya balai

merupakan aktor utama yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas

teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor sumberdaya balai merupakan pihak yang

selanjutnya akan menyalurkan pengetahuannya kepada petani, bengkel, dan juga

UPJA. Selain itu sumberdaya balai juga merupakan aktor pembuat perencanaan

kegiatan dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang

memiliki prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.231 adalah aktor Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

Jawa Barat sebagai pihak pengambil kebijakan dalam bidang pertanian di Jawa

Barat memiliki kewenangan atas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Sebagai

lembaga yang dalam hirarkinya berada di atas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki

kewenangan dalam pengesahan Peraturan Daerah, penempatan sumberdaya

manusia di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan juga penentuan anggaran

bagi balai. Sementara itu BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga

91

yang berada di bawah Dinas Provinsi Jawa Barat berkewajiban untuk

menjalankan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah diperintahkan.

Tabel 25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Pengembangan Balai

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Aktor Bobot Prioritas

Sumberdaya Balai 0.436 1

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 0.231 2

UPJA dan Bengkel 0.199 3

Petani 0.135 4

Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan aktor yang

menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.199. Usaha Pelayanan Jasa

Alsintan (UPJA) merupakan lembaga yang didirikan untuk mencapai tujuan

pembangunan pertanian. UPJA merupakan salah satu strategi pengembangan

alsintan Departemen Pertanian Republik Indonesia dalam rangka pemanfaatan

inovasi dan teknologi mekanisasi pertanian dengan menumbuhkembangkan

sistem kelembagaan.

Bengkel alat dan mesin pertanian yang bekerjasama dengan BPT

Mekanisasi Pertanian dapat berupa unit usaha dari UPJA ataupun bengkel yang

berdiri sendiri dan telah diberikan pelatihan oleh balai. Sebagai lembaga

pemasaran dari alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi

Pertanian UPJA dan bengkel memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Sebagai lembaga yang

langsung berinteraksi dengan petani sebagai pengguna alat mesin pertanian yang

dihasilkan oleh balai maka pengembangan dari UPJA dan bengkel akan

berdampak pada pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor

selanjutnya yang berpengaruh terhadap pengembangan balai adalah petani dengan

bobot sebesar 0.135. Sebagai tujuan utama dari hasil alsintan yang dirancang oleh

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat petani merupakan aktor yang memiliki

pengaruh cukup besar dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat. Apabila pengetahuan petani tentang alsintan dan BPT Mekanisasi Pertanian

semakin meningkat maka kebutuhan petani akan alsintan akan semakin tinggi dan

tingkat kebutuhan petani akan balai pun akan semakin tinggi.

92

6.3.2. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan

Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat empat ini bertujuan untuk

mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap tujuan terhadap aktor yang

berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan pada Pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Aktor Tujuan Bobot Prioritas

Sumberdaya Balai Peningkatan Kualitas SDM Balai 0.28 1

Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai 0.152 2

Dinas Pertanian

Tanaman Pangan

Provinsi Jawa Barat

Perda Pengujian Alsintan 0.077 1

Penempatan SDM yang Kompeten 0.072 2

Peningkatan Anggaran 0.066 3

UPJA dan Bengkel Pengembangan UPJA 0.131 1

Pengembangan Bengkel 0.078 2

Petani Peningkatan Pemahaman Petani Tentang

Alsintan 0.094 1

Inventarisasi Kebutuhan Petani 0.052 2

Pada aktor sumberdaya balai peningkatan kualitas sumberdaya manusia

balai menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.28. Hal ini karena

peningkatan kualitas dari sumberdaya balai sebagai penggerak kegiatan di balai

dan penyalur pengetahuan terhadap petani harus terlebih dahulu ditingkatkan

sebelum disalurkannya pengetahuan tersebut kepada petani. Selain itu dengan

baiknya kualitas sumberdaya manusia balai maka penggunaan alat dan mesin

yang ada sebagai sarana dan prasarana balai dapat dipergunakan secara maksimal.

Selanjutnya peningkatan sarana dan prasarana balai berada pada prioritas kedua

dengan bobot sebesar 0.152. Sarana dan prasarana balai sebagai fasilitas yang

dapat memudahkan para pegawai maupun pengguna jasa balai menempati posisi

kedua dengan bobot sebesar 0.152.

Tujuan Peraturan Daerah tentang pengujian alsintan sebagai prioritas

utama pada aktor Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar

0.077. Peraturan Daerah tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang difokuskan

di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan oleh balai agar

93

memiliki landasan hukum sebagai lembaga pengujian alsintan yang resmi dan

berada di bawah Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Selain itu diharapkan

apabila BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah memiliki Perda pengujian

alsintan di Jawa Barat maka seluruh alsintan yang ada di Jawa Barat

melaksanakan pengujian di balai sehingga BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

semakin berkembang dan semakin dikenal oleh para pihak yang berhubungan

dengan teknologi pertanian.

Tujuan selanjutnya adalah penempatan SDM yang kompeten di BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.072. Hal ini karena

Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang untuk menempatkan

pegawai di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, dengan semakin baiknya

kualitas sumberdaya manusia balai maka pengembangan balain akan semakin

mudah dilaksanakan. Peningkatan anggaran berada dalam prioritas ketiga dengan

bobot sebesar 0.066.

Pada aktor UPJA dan bengkel pengembangan UPJA memiliki prioritas

yang lebih tinggi dibandingkan bengkel dengan bobot sebesar 0.131 sedangkan

pengembangan bengkel memiliki bobot sebesar 0.078. Pengembangan UPJA

sangat diperlukan pada saat ini. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan merupakan

lembaga yang memiliki prinsip tepat waktu sesuai pesanan, harga sewa alsintan

relatif murah, mutu pelayanan yang memuaskan, Alsintan selalu tersedia cukup

dan berkesinambungan, serta penampilan Manajer dan Operator yang baik.

Lembaga ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan petani untuk

menggunakan teknologi pertanian sehingga produktivitas pertanian di Jawa Barat

semakin meningkat. Selain itu dengan adanya yang harga jasanya relatif lebih

murah dibandingkan dengan usaha jasa alsintan lainnya diharapkan dapat

mengurangi biaya petani dan meningkatkan pendapatan petani.

Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan merupakan tujuan dengan

prioritas utama pada aktor petani dengan bobot sebesar 0.094. Pemahaman petani

tentang pentingnya alsintan dalam pelaksanaan usaha pertaniannya sangat perlu

dilaksanakan karena dengan semakin meningkatnya pemahaman petani tentang

pentingnya alsintan maka penggunaan alsintan oleh petani akan semakin

meningkat pula, hal ini karena petani merasa bahwa alsintan merupakan salah satu

94

kebutuhan penting dalam pertaniannya seperti pupuk. Selanjutnya inventarisasi

kebutuhan petani memiliki bobot sebesar 0.052. Inventarisasi kebutuhan petani

sangat diperlukan agar alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dapat meningkatkan produktivitas petani dan membantu petani menyelesaikan

masalah pertanian dalam bidang alsintan yang pada saat ini masih mahal dan sulit

dijangkau oleh petani.

6.3.3. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif

Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat lima ini bertujuan untuk

mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap alternatif terhadap tujuan yang

berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 27.

Tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai peningkatan

kompetensi sumberdaya balai menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar

0.172. Hal ini karena peningkatan kompetensi dari sumberdaya manusia balai

sebagai penggerak kegiatan di balai dan penyalur pengetahuan terhadap petani

sangat penting ditingkatkan agar apa yang disampaikan kepada petani semakin

baik sehingga pengetahuan petani akan teknologi pertanian semakin baik pula.

Selanjutnya peningkatan motivasi sumberdaya balai berada pada prioritas kedua

dengan bobot sebesar 0.108. Peningkatan motivasi sebagai salah satu aspek

peningkatan produktivitas kerja juga sangat diperlukan agar produktivitas kerja

dari para pegawai balai semakin baik.

Tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai akreditasi laboratorium

pengujian menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.046. Akreditasi balai

sebagai legalitas bahwa balai memiliki kualitas yang baik sesuai badan akreditasi

nasional sangat diperlukan agar kepercayaan akan hasil pengujian BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat semakin meningkat. Semakin terpercayanya

kualitas pengujian dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan membuat para

UPJA atau lembaga pembuat alsintan lainnya menggunakan balai untuk pengujian

alsintan buatan mereka. Selanjutnya penambahan alat dan mesin berada pada

priritas kedua dengan bobot sebesar 0.41. Penambahan alat dan mesin ini sangat

diperlukan agar BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih mudah membuat sparepart

95

sebagai bahan pembuatan alsintannya. Pembangunan MES untuk peserta

pelatihan dan pembangunan pabrik pupuk berada pada prioritas ketiga dan

keempat dengan bobot sebesar 0.035 dan 0.030.

Tabel 27. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif pada Pengembangan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Tujuan Alternatif Bobot Prioritas

Peningkatan

Kualitas SDM Balai

Peningkatan Kompetensi SDM Balai 0.172 1

Peningkatan Motivasi SDM Balai 0.108 2

Peningkatan Sarana

dan Prasarana Balai

Akreditasi Laboratorium Pengujian 0.046 1

Penambahan Alat dan Mesin 0.041 2

Pembangunan MES Untuk Peserta

Pelatihan 0.035 3

Pembangunan Pabrik Pupuk 0.030 4

Pengembangan

UPJA

Pelatihan Manajemen UPJA 0.048 1

Pelatihan Administrasi UPJA 0.037 3

Pelatihan ORM UPJA 0.046 2

Pengembangan

Bengkel

Pelatihan Manajemen UPJA 0.042 1

Pelatihan Produksi Alsintan 0.036 2

Peningkatan

Pemahaman Petani

Tentang Alsintan

Pengadaan Demplot Alsintan 0.030 3

Promosi BPT Mekanisasi Pertanian 0.032 1

Penyuluhan Alsintan dan ORM 0.031 2

Inventarisasi

Kebutuhan Petani

Survei Kebutuhan Alsintan 0.035 1

Keikutsertaan Petani dalam Pertemuan

Perancangan Alsintan 0.016 2

Pelatihan manajemen UPJA merupakan prioritas pertama pada tujuan

pengembangan UPJA dengan bobot sebesar 0.048. Pelatihan manajemen UPJA

merupakan pelatihan yang dilaksanakan oleh BPT mekanisasi Pertanian Jawa

Barat dengan peserta para pengurus UPJA di seluruh Jawa Barat. Pada pelatihan

ini para pengurus UPJA diberikan pengetahuan tentang bagai mana membuat dan

melaksanakan rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan

manajemen, juga rencana keuangan dengan baik. Pelaksanaan pelatihan

96

manajemen UPJA sangat dibutuhkan agar para pengurus UPJA dapat mengelola

UPJA dengan baik sehingga UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat

pertanian yang juga membantu petani dalam hal alat dan mesin pertanian dapat

semakin berkembang.

Pelatihan ORM (Operation, Repair, and maintenance) UPJA dan

pelatihan administrasi UPJA berada pada prioritas kedua dan ketiga dengan bobot

sebesar 0.046 dan 0.037. Pelatihan pengoperasian, perbaikan dan perawatan

alsintan sangat diperlukan agar para UPJA dapat mengunakan alsintan dengan

baik dan juga dapat merawat alsintan tersebut dengan baik sehingga alat tersebut

tidak mudah rusak. Selain itu pelatihan perbaikan juga perlu dilaksanakan agar

ketika terjadi kerusakan UPJA tersebut dapat segera memperbaikinya sehingga

petani yang memerlukan alsintan tersebut dapat segera menggunakannya kembali.

Pelatihan admnisatrasi UPJA diperlukan agar seluruh transaksi maupun kegiatan

di UPJA memiliki catatan yang baik sehingga seluruh informasi dapat diakses

dengan mudah.

Tujuan pengembangan bengkel pelatihan manajemen bengkel memiliki

prioritas utama dengan bobot sebesar 0.042, selanjutnya pelatihan produksi alat

berada pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.036. Pelatihan manajemen

bengkel diperlukan agar bengkel sebagai mitra BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat semakin berkembang dan dapat melakukan perencanaan usahanya dengan

baik. Pelatihan produksi bagi alat baru yang telah dirancang oleh balai diperlukan

agar bengkel dapat membuat alsintan sesuai dengan prototype yang dibuat oleh

balai dan menjualnya kepada petani maupun Gapoktan yang membutuhkannya.

Promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan prioritas utama

dalam tujuan peningkatan pemahaman petani tentang alsintan. Promosi BPT

Mekanisasi Pertanian kepada para petani akan meningkatkan pemahaman petani

tentang perlunya Alsintan dan lembaga yang dapat membantu petani dalam

menangani masalah tentang Alsintan. Selanjutnya penyuluhan alsintan dan ORM

merupakan prioritas kedua dengn bobot sebesar 0.031 dan pengadaan demplot

alsintan merupakan prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.30. Penyuluhan

alsintan dan ORM diperlukan agar pengetahuan petani tentang Alsintan semakin

baik dan dapat mengetahui keuntungan-keuntungan yang akan didapatkan jika

97

hasil pertaniannya diolah dengan menggunakan alsintan. Pengadaan demplot

alsintan baru yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat

diperlukan agar para petani tidak lagi ragu atau takut menggunakan alsintan-

alsintan baru. Adanya demplot tersebut dapat meningkatkan ketertarikan petani

untuk menggunakkan alsintan yang telah dirancang oleh BPT Mekansisasi

Pertanian Jawa Barat.

Tujuan inventarisasi alternatif kebutuhan petani survei kebutuhan petani

merupakan alternatif prioritas utama dengan bobot sebesar 0.035 dan

keikutsertaan petani dalam pertemuan perancangan alsintan berada pada prioritas

kedua dengan bobot sebesar 0.016. Pelaksanaan survei kebutuhan petani di tiap

kabupaten di seluruh Jawa Barat sangat diperlukan agar alsintan yang dihasilkan

oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat benar-benar merupakan alsintan yang

sesuai dengan kebutuhan para petani dan dapat menyelesaikan berbagai macam

permaslahan petani tentang alsintan. Selain itu dengan diadakannya survei

diharapkan balai dapat lebih fokus dalam mengembangkan suatu alsintan agar

Alsintan hasil rancangan balai dapat berfungsi secara maksimal dan dapat

meningkatkan kesejahteraan petani. Keikutsertaan petani dalam pertemuan

perancangan Alsintan dapa dilaksanakan dengan mengikutsertakan beberapa

petani yang dipercaya oleh petani lainnya dan mengetahui pemahaman yang baik

tentang Alsintan yang dibutuhkan petani saat itu. Hal ini dapat meminimalisir

pembuatan Alsintan yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani sehingga tidak

berfungsi sesuai dengan tujuan awal.

6.3.4. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif

Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat enam ini bertujuan untuk

mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap sub alternatif terhadap alternatif

yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 28.

98

Tabel 28. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif pada Pengembangan

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Aktor Tujuan Bobot Prioritas

Peningkatan

Kompetensi

SDM Balai

Pelatihan 0.093 1

Outsourcing 0.037 3

Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi 0.044 2

Peningkatan

Motivasi SDM

Balai

Studi Banding 0.039 2

Motivasi Training 0.047 1

Pembentukan Koperasi 0.022 3

Tujuan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia balai sub alternatif

pelatihan menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.093. Pelatihan

merupakan salah satu cara peningkatan kemampuan bagi para pegawai yang

cukup baik karena dalam pelatihan terdapat simulasi pelaksanaan yang membuat

pengetahuan tersebut lebih mudah dimengerti, selain itu pelatihan memerlukan

waktu yang cukup singkat dibandingkan mengikuti pendidikan di perguruan

tinggi (PT). Selanjutnya mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berada pada

prioritas kedua dengan bobot 0.044 dan outsourcing menjadi prioritas ketiga

dengan bobot sebesar 0.037. Mengikuti pendidikan di Perguruan tinggi dapat

meningkatkan pengetahuan pegawai tentang alsintan dengan baik, namun

membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga pegawai tersebut harus dapat

membagi waktu dengan baik antara pekerjaan dan kuliah.

Motivasi training merupakan sub alternatif yang memiliki prioritas

tertinggi pada alternatif peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai.

Motivasi training yang dilaksanakan oleh lembaga training akan memberikan

materi yang meningkatkan kekompakan tim dan juga peningkatan semangat

dalam bekerja. Motivasi training tersebut dapat meningkatkan produktivitas para

pegawai sehingga alsintan semakin brekembang di Jawa Barat.

Studi banding dan pembentukan koperasi berada pada prioritas kedua dan

ketiga dengan bobot sebesar 0.39 dan 0.22. studi banding yang dilaksanakan ke

lembaga lain yang berada dalam bidang alat dan mesin pertanian yang memiliki

pola manajemen dan program yang lebih baik diharapkan dapat meningkatkan

99

motivasi para pegawai untuk meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat

membuat balai lebih baik. Pembentukan koperasi diharapkan dapat meningkatkan

rasa kekeluargaan diantara para anggota koperasi yang merupakan seluruh

pegawai BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat sehingga rasa memiliki balai pun

akan semakin tinggi. Semakin tingginya rasa kekeluargaan diantara para pegawai

akan meningkatkan kerjasama tim di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hasil

pengolahan horizontal dapat dilihat pada Gambar 10.

100

Gambar 11. Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Mengembangkan dan

Mendiseminasikan Teknologi

Mekanisasi Pertanian

(0.313)

Inventarisasi

kebutuhan petani

(0.052)

1

(0.172)

Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

Menumbuh Kembangkan Embrio

Lembaga Pemberdayaan

(0.154)

Lembaga Pengujian Alsintan yang

Terakreditasi dan Terstandardisasi

( 0.230)

Sumber Daya Balai

(0.436)

DISPERTAN

(0.231)

Petani

(0.135)

Peningkatan Kualitas

SDM Balai

(0.280)

Peningkatan Sarana

dan Prasarana Balai

(0.152)

Pengem

bangan

UPJA

(0.131)

Peningkatan

Pemahaman

petani tentang

Alsintan

(0.094)

Meningkatkan Kemampuan

SDM Pertanian

(0.304)

UPJA dan Bengkel

(0.199)

Perda

Pengujian

Alsintan

(0.077)

Penempatan

SDM yang

kompeten

(0.072)

Pening

katanan

ggaran

(0.066)

Pengemb

angan

Bengkel

(0.078)

2

(0.108)

3 (0.046)

6

(0.030)

5

(0.035)

4

(0.041)

9

(0.046)

8

(0.037)

7

(0.048)

11

(0.036)

10

(0.042)

14

(0.031)

13

(0.032)

12

(0.030)

b

(0.037)

a

(0.093

)

e (0.047)

d (0.039)

15

(0.035)

16

(0.016)

f (0.022)

c

(0.044)

101

Keterangan:

Tingkat 5 : Sub Faktor pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat

1) Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

2) Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

3) Akreditasi laboratorium pengujian

4) Penambahan alat dan mesin

5) MES untuk para peserta pelatihan

6) Pembangunan pabrik pupuk

7) Pelatihan manajemen UPJA

8) Pelatihan administrasi UPJA

9) Pelatihan ORM UPJA

10) Pelatihan Manajemen bengkel

11) Pelatihan Teknis Pembuatan Alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat

12) Pengadaan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian

13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

14) Penyuluhan Alsintan dan ORM

15) Survei Kebutuhan Alsintan Petani di setiap Kabupaten

16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan

Tingkat 6 : Sub Sub Faktor

a) Pelatihan

b) Outsourcing

c) Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

d) Studi banding

e) Motivasi Training

f) Pembentukan Koperasi

6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan Program BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009

Hasil pengolahan Proses Hirarki Analisis pada elemen faktor menunjukan

bahwa mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian

merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian

Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.313. Pada pelaksanaan program tahun 2009

102

pendiseminasian menjadi program yang menjadi prioritas utama BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat. Program pengembangan dan pendesiminasian mendapatkan

proporsi anggaran yang paling besar dalam anggaran BPT Mekanisasi Pertanian

tahun 2009. Perbandingan hasil proses hirarki analisis dan program BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT

Mekanisasi Pertanian Tahun 2009

Pembanding Prioritas Utama Hasil

Proses Hirarki Analitik

Program BPT Mekanisasi

Pertanian Tahun 2009

Faktor

Mengembangkan dan

Mendiseminasikan Teknologi

Mekanisasi Pertanian

- Diseminasi dalam rangka temu

konsultasi perbengkelan

- Diseminasi dalam rangka temu

teknologi pengoperasian dan

perawatan Alsintan UPJA

- Pembinaan perbengkelan dan

fabrikasi Alsintan UPJA

- Supervisi pendayagunaan Alsintan

petani atau Dinas

- Sosialisasi pemantapan Alsintan

Alat Pengolah Pupuk Organik

(APPO)

- Pembinaan dan monitoring UPJA,

diseminasi pengoperasian dan

perawatan APPO.

Aktor Sumberdaya Balai - Perbaikan Website BPT

Mekanisasi Pertanian

Tujuan

Peningkatan Kualitas SDM

Balai

Perda Pengujian Alsintan

Belum ada

Alternatif

-Peningkatan Kompetensi

SDM Balai

-Akreditasi Laboratorium

Pengujian

-Survei Kebutuhan

- Belum ada

- Dalam tahap pengajuan proposal

Sub Alternatif -Pelatihan

-Motivasi training Belum Ada

Terdapat tujuh program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang

mendukung pengembangan dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian

seperti diseminasi dalam rangka temu konsultasi perbengkelan UPJA, diseminasi

dalam rangka temu rapat teknologi pengoperasian dan perawatan alsintan UPJA,

pembinaan perbengkelan dan fabrikasi alsintan UPJA, supervisi pendayagunaan

103

Alsintan petani atau Dinas, sosialisasi pemantapan alsintan Alat Pengolah Pupuk

Organik (APPO), pembinaan dan monitoring UPJA, dan diseminasi

pengoperasian dan perawatan APPO.

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki tiga program

pengembangan dan diseminasi pertanian 2010 yaitu sosialisasi pemantapan

alsintan, diseminasi pengoperasian dan perbengkelan UPJA dan diseminasi

pengoperasian dan perawatan APPO. Alat Pengolah Pupuk Organik merupakan

alsintan yang menjadi fokus pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini karena kebutuhan pupuk merupakan

kebutuhan penting yang sangat dibutuhkan petani Jawa Barat pada saat ini.

Semakin berkembangnya APPO diharapkan dapat mencukupi kebutuhan petani

akan pupuk secara mandiri tanpa adanya ketergantungan terhadap pupuk impor.

BPT Mektan Jabar telah memahami faktor utama dalam pengembangan balai

adalah pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian kepada masyarakat

pertanian Jawa Barat, untuk tahun selanjutnya faktor ini harus terus

dikembangkan sehingga teknologi pertanian di Jawa Barat semakin berkembang.

Namun, perlu ditambahkan program lain selain dari pelatihan seperti pembuatan

demplot di daerah potensial dan promosi balai ke setiap desa atau kecamatan. Hal

tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa keingintahuan petani terhadap

teknologi pertanian.

Aktor yang paling berpengaruh pada pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.436 adalah sumberdaya balai.

Tujuan dari aktor sumberdaya balai yang memiliki prioritas pertama adalah

peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai dengan bobot sebesar 0.280. Pada

program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 program yang

mendukung peningkatan sumberdaya balai masih sangat kurang. Program untuk

sumberdaya balai yang dilaksanakan pada anggaran tahun 2009 adalah

pemeliharaan jasa non konstuksi seperti perbaikan website BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat dan modifikasi alsintan. Pada tahun 2009 tidak terdapat

program yang dilaksanakan untuk peningkatan kualitas sumberdaya balai seperti

pelatihan, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding, maupun motivasi

training bagi para pegawai.

104

Sumberdaya balai yang terdiri dari sumberdaya manusia balai dan sarana

dan prasarana balai merupakan ujung tombak dari pengembangan teknologi

mekanisasi pertanian Jawa Barat. semakin berkembangnya dan berkualitasnya

sumberdaya balai maka pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa

Barat akan semakin baik. Peningkatan kualitas sumberdaya balai sangat

dibutuhkan dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sehingga

seharusnya diadakan program pelatihan, studi banding, maupun motivasi training

yang berkala terhadap para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian agar kompetensi

maupun motivasi pegawai balai dapat ditingkatkan.

Perda pengujian alsintan merupakan tujuan yang memiliki prioritas utama

pada aktor Dinas Pertanian Jawa Barat. Adanya Perda tentang pengujian alsintan

di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian diharapkan dapat

meningkatkan pelaksanaan pengujian alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian

sehingga balai dapat memantau alsintan yang ada di Jawa Barat dengan lebih

baik. Namun pada saat ini Perda tersebut belum dikeluarkan oleh Dinas Pertanian

Jawa Barat.

Alternatif yang memiliki prioritas utama dalam peningkatan sarana dan

prasarana balai adalah akreditasi pengujian dengan bobot sebesar 0.046.

Akreditasi pengujian didapatkan dari Komite Akreditasi Nasional apabila BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah menerapkan ISO/IEC/7025:2005 dalam

pengujian alsintan. Penerapan ISO/IEC/7025:2005 merupakan persyaratan umum

kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi dalam pengujian

alsintan di Indonesia.

Pada program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2010 belum

terdapat program akreditasi laboratorium pengujian namun pada saat ini seksi

pengujian dan adaptasi sedang melaksanakan pembuatan proposal untuk

akreditasi laboratorium pengujian yang rencananya akan dicapai pada akhir tahun

2011. Hal ini dikarenakan dibutuhkan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan

akreditasi tersebut. Apabila akreditasi tersebut telah didapatkan oleh balai maka

alsintan yang diuji oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan memiliki

kredibilitas yang lebih baik dan dapat menjadi bahan acuan yang terpercaya bagi

penggunannya.

105

Alternatif yang menjadi prioritas utama pada aktor petani adalah

pelaksanaan survei kebutuhan alsintan di setiap kabupaten. Selama ini

pelaksanaan perancangan Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak

menghadirkan petani sebagai konsumen dari Alsintan yang dihasilkan. Hal ini

mengakibatkan alsintan yang telah diproduksi tidak berfungsi secara maksimal.

Oleh karena itu diperlukan survei kebutuhan pertanian di setiap kabupaten

sebelum pembuatan alsintan sehingga alsintan yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan daerah pertanian yang ada dan dapat berfungsi secara maksimal.

106

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pada pelaksanaan tugas sebagai unit pelaksana teknis dinas BPT Mekanisasi

Pertanian memiliki beberapa tahap prosedur dalam perancangan alsintan yaitu

design requirement, conceptual design, preliminary design, detail design,

production design dan quality design. Setelah seluruh prosedur perancangan

tersebut dilaksanakan maka dimulai pembuatan alsintan yang telah sebelumnya

ditentukan di bengkel workshop. Setelah alsintan tersebut selesai diproduksi maka

dilaksanakan pengujian yang terdiri dari empat tahap. Pengujian dilakukan

terhadap prototype alsintan hasil rancang bangun yang meliputi (1) uji fungsional

dan verifikasi, (2) uji adaptasi, (3) pengkajian economic engineering, dan (4) uji

Petik.

Berdasarkan hasil analisis hierarki strategi pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah mendiseminasikan

dan mengembangkan teknologi mekanisasi pertanian (0.313). Berdasarkan hasil

analisis tersebut maka faktor yang harus mendapatkan perhatian terbesar adalah

pendiseminasian dan pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa

Barat. Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian sangat dipengaruhi oleh tingkat

pemahaman para petani tentang pentingnya teknologi mekanisasi pertanian

terhadap usaha pertaniannya.

Aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat adalah aktor sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436

dengan tujuan utama peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai yang

memiliki bobot 0.280. Sumberdaya balai sebagai penggerak dalam pengembangan

dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian harus memiliki kualitas yang

baik agar dapat mengembangkan dan mensosialisasikan teknologi mekanisasi

pertanian dengan baik kepada seluruh pihak mulai dari petani, UPJA, bengkel,

pihak swasta dan pihak dinas lainnya.

Pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai diperlukan

peningkatan kompetensi dan juga peningkatan motivasi yang masing-masing

107

memiliki bobot sebesar 0.172 dan 0.108 dalam elemen alternatif. Peningkatan

kualitas sumberdaya manusia balai dilaksanakan dengan pelatihan dan juga

motivasi training agar produktivitas pegawai dapat meningkat. Pada Anggaran

dan program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 tidak terdapat

program peningkatan kompetensi maupun motivasi sumberdaya manusia balai

seperti pelatihan, studi banding, dan motivasi training. Program di BPT Meknisasi

Pertanian Jawa Barat pada tahun 2009 maupun 2010 lebih fokus terhadap

diseminasi teknologi pertanian terhadap para petani, UPJA dan bengkel.

Survei kebutuhan alsintan setiap kabupaten merupakan alternatif yang

memiliki prioritas utama dalam aktor petani. Pelaksanaan survei ini sangat

diperlukan agar alsintan yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa

Barat dapat berfungsi secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan petani yang

ada di setiap kabupaten.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang dapat dijadikan

rekomendasi, yaitu :

1) Diperlukan adanya kerjasama yang lebih baik dan terintegrasi dari seluruh

aktor dalam hierarki mulai dari sumberdaya balai, Dinas Pertanian Provinsi

Jawa Barat, Unit Pelayanan Jasa Alsintan, Bengkel dan Petani.

2) Sumberdaya balai sebagai bagian penting dalam pengembangan teknologi

mekanisasi membutuhkan perhatian yang lebih besar agar kualitas dari

sumberdaya balai menjadi lebih baik. Dibutuhkan program pengembangan

kompetensi dan motivasi bagi para pegawai seperti pelatihan serta motivation

training agar peningkatan produktivitas pegawai dapat tercapai.

3) Pelaksanaan survei kebutuhan petani dalam perancangan suatu alsintan sangat

dibutuhkan agar alsintan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan

kebutuhan petani. Selain itu, setiap tahunnya diperlukan suatu fokus

pengembangan produk alsintan agar alsintan yang telah dihasilkan oleh BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki manfaat yang maksimal.

108

4) Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang strategi pengembangan UPJA di

Jawa Barat agar teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat semakin

berkembang.

5) Perlu diperbaikinya administrasi dalam pelaksanaan kegiatan BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar setiap kegiatan yang telah dilaksanakan

memiliki kearsipan yang baik sehingga mudah apabila data tersebut

dibutuhkan kembali.

109

DAFTAR PUSTAKA

Antara Made. 2004. Pendekatan Agribisnis dalam PengembanganPertanian Lahan

Kering (Kasus Lahan Kering di Kabupaten Buleleng, Bali).

http//ejournal.unud.ac.id/abstrak/(5)%20soca-antara-

pendekatan%20agribisnis.pdf . [12 Januari 2010].

Aries ZA, Muhammad. 2003. Formulasi Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan

Mesin Pertanian: Studi Kasus Di Kabupaten Sumbawa [tesis]. Bogor:

Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan

2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2008. Luas Panen, Hasil per Hektar, dan

Produksi Padi Jawa Barat Harvested Area, Yield Rate and Production of

Paddy in Jawa Barat 2004, 2005, 2006, 2007, 2008. Bandung: Badan Pusat

Statistik Jawa Barat.

David Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Prenhallindo: Jakarta.

[DEPTAN] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan

Arah Pengembangan Agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian.

Jakarta: Departemen Pertanian.

Fewidarto Pramono D. 1996. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy

Process). Bogor: Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

Gaynor G.H. 1991. Achieving the Competitive Edge through Integrated

Technology Management. New York: Mc Graw Hill.

Elizabeth Roosgandha. 2007. Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja

Terkait Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Volume 7 No 3: 222-234.

Hunger, J David dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis.

Yogyakarta : Penerbit Andi.

Istyanto Erky. 2009. Pengambilan Keputusan dengan Pendekatan Analytical

Hierarchy Process dalam Penyusunan Strategi Promosi pada CV. Gintera

[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Lukito Agung. 2009. Uji Kinerja Mesin Penghancur Sampah Organik (Crusher)

dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang (Manure Breaker) di UPTD BPT

Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mangunwidjaya Djumali dan Sailah Ilah. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian.

Penebar Swadaya: Depok.

Purwanto Iwan. 2008. Manajemen Strategi. CV Yrama Widya: Bandung.

110

Rachmina Dwi dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.

Departemen Agribisnis fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor: Bogor.

Rahmat Feby F. 2005. Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan Cibinong [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Raspati Galih Adhie. 2007. Kajian Awal Pemanfaatan Residu Minyak Goreng

(Jelantah) Sebagai Sumber Energi Biodisel Alternatif [laporan Praktek

Kerja Lapang.]. Bandung: Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Universitas Padjajaran.

Ray. 2009. Pengertian Anggaran. http://manskm.blogspot.com/2009/03/pengertian-

anggaran.html. [3 Maret 2010].

Saaty Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT

Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.

Saaty Thomas L . 1993. Analitik Hieraki Proses (AHP). 1993. PT Pustaka

Binaman Pressindo: Jakarta.

Sa’id, dkk. 2004. Manajemen Teknologi Agribisnis (Kunci Menuju Daya Saing

Global Produk Agribisnis). MMA IPB-Ghalia Indonesia. Jakarta.

Saragih Henry. 2009. Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional: Legislasi

Perlindungan Petani Sebagai Pengakuan dan Pemenuhan hak Asasi Petani.

http//www.spi.or.id/?p=915. [2 Desember 2009].

Septiyorini Nadia, dkk. 2008. Pengembangan Sistem Agribisnis Komoditas Padi

Ketan Di Desa Cibeureum Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan

[laporan gladikarya]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Sinuraya Julia Forcina, Saptana. 2007. Migrasi Tenaga Kerja Pedesaan dan Pola

Pemanfaatannya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Volume

7 No 3: 235-244.

Soekartawi Dr. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pres : Jakarta.

Susanto Hadi. 2005. Kajian Strategis Pengembangan Agribisnis Buah Manggis

(Garcinia Mangonstana L) di wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor Jawa

Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2010. Expose UPTD BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Cianjur: UPTD BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat.

UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2010. Jumlah Penyebaran Alat

Panen dan Pasca Panen Milik Petani, Pemerintah dan Swasta di Jawa

Barat Tahun 2008. Cianjur: UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Wahyudi Imam. 2009. Strategi Bauran Pemasaran dengan Penerapan Metode

Hierarki Analitik di Agrowisata Little Farmers Lembang Bandung

111

[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Wahyudin. 2001. Perencanaan Strategi UPT UPMB Muara Angke Dalam Bidang

Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan

[tesis]. Bogor: Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor.

Wahyudyono Erick. 2008. Analisis Peran Utaman dan Rancangan Pengembangan

Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan Pendekatan

Arsitektur Strategi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Yoshida Diah. 2006. Arsitektur Strategik: Sebuah Solusi Meraih Kemenangan

dalam Dunia yang senantiasa Berubah. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

LAMPIRAN

112

Lampiran 1. Lampiran 3 Peraturan Menteri Pertanian No. 5/ Permentan/OT.

140/1/2007

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI

PERTANIAN

NOMOR :

05/Permentan/OT.140/1/2007

TANGGAL : 16 Januari 2007

DAFTAR LABORATORIUM PENGUJIAN ALSINTAN

NO

Lembaga/Laboratorium

Alamat

Prioritas pengujian

1

Balai Pengujian Mutu Alat

Dan Mesin

Tj. Barat, Pasar Minggu,

Jakarta Selatan

Alsin Pra dan Pasca Panen

2

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Situgadung, Legok, Tromol Pos 2-Serpong Tangerang Banten

Alsin Pra dan Pasca Panen

3

Pusat Penelitian Kopi Dan

Kakao

Jl. PB. Sudirman No.90 Jember 68118 Jawa Timur

AlsinPra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi dan Kakao

4

Pusat Penelitian Teh Dan

Kina

Gambung, Kotak Pos 1013 Bandung 40010, Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, dan Pasca Panen Teh Dan Kina

5

Pusat Penelitian Kelap Sawit

PO. BOX 1103, Medan 2001 Jl. Brigjen Kataamso No. 51 Medan 20158, Sumatera Utara

Alsan Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit

6

Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor

Jl. Salak No. 1 Bogor 16151 Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet

7

Pusat Peneiitlan Perkebunan Gula Indonesia

Jl. Pahlawan 25 Pasuruan 67126 Jawa Timur

Alsin Pra Panen. Panen, Dan Pasca Panen Gula.

113

NO

Lembaga/Laboratorium

Alamat

Prioritas pongujian

8.

Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget

Kotak Pos 1004, Manado 95001

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Kelapa

9

Balai Pengembangan Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan

10

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan

11

Institut Pertanian Bogor, Bogor

12

Balai Penelitian Peternakan, Ciawi

Alsin Peternakan

114

Lampiran 2. Jumlah Penyebaran Alat Panen dan Pasca Panen Milik Petani,

Pemerintah Maupun Swasta dan Luas Lahan Padi di Setiap Daerah di

Jawa Barat Tahun 2007

No Kabupaten /

Kotamadya

Penyebaran Jenis Alat (buah) Alat Panen

Padi

(Reaper)

Alat

Pengering

(Dryer)

Luas Lahan

Padi

(Ha) Banting

Bertirai

Pedal

Threser

Power

Threser

1 Kab. Bandung 0 0 0 0 0 106.781

2 Kab. Bekasi 18631 6 18637 33 2 96.748

3 Kab. Bogor 1892 4 1896 38 2 77.014

4 Kab. Ciamis 50675 499 51174 807 33 101.364

5 Kab. Cianjur 823 0 823 19 2 138 .171

6 Kab. Cirebon 0 0 0 42 1 71.445

7 Kab. Garut 2953 104 3057 8 0 123.210

8 Kab. Indramayu 96167 0 96167 59 0 195 780

9 Kab. Karawang 0 0 0 0 0 178.582

10 Kab. Kuningan 10832 0 10832 257 0 57.893

11 Kab. Majalengka 37864 3747 41611 96 46 94.032

12 Kab. Purwakarta 0 0 0 26 1 37.852

13 Kab. Subang 0 0 0 0 0 137.824

14 Kab. Sukabumi 0 0 0 0 0 73.170

15 Kab. Sumedang 8465 538 9003 19 5 73.170

16 Kab. Tasikmalaya 0 0 0 0 0 109.376

17 Kotamadya Bandung 0 0 0 0 0 3.133

18 Kotamadya Banjar 8484 0 8484 57 4 6.395

19 Kotamadya Bekasi 2174 0 2174 0 0 1.183

20 Kotamadya Bogor 0 0 0 2 0 1.465

21 Kotamadya Cimahi 0 0 0 0 0 526

22 Kotamadya Cirebon 0 0 0 0 0 502

23 Kotamadya Depok 0 0 0 0 0 959

24 Kotamadya Sukabumi 33 0 33 390 35 1.465

25 Kotamadya Tasikmalaya 2054 0 2054 3 10 12.310

Jumlah : 241047 4898 245945 1856 141 1.798.260

Sumber: UPTD BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat (2008, diolah)

http://jabar.bps.go.id/web2007/update2007/FoodCropsStatisticsa.html

115

KUISIONER PENELITIAN

PEMILIHAN PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN

BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT

Judul Penelitian

Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik

Identitas Responden

No : ………………………………………………

Nama : ………………………………………………

Jabatan : ………………………………………………

Tanggal Pengisian : ………………………………………………

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi : Strategi

Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat oleh Ilvia Restu Utami

(H34061775), mahasiswa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor.

KUISIONER PENGISIAN MATRIKS BERPASANGAN

PENILAIAN SKALA BANDING

Bila A sama pentingnya dengan B = 1

Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B = 3

Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibanding A) = 1/3

Bila A jelas lebih penting dibandingkan B = 5

Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibanding A) = 1/5

Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B = 7

Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibanding A) = 1/7

Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B = 9

Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibanding A) = 1/9

Nilai-nilai skala banding genap (2,4,6,8 atau 1/2,1/4,1/6,1/8) khusus diberikan

untuk nilai skala pembandingan yang nilainya berada diantara dua nilai

pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibanding B, nilai A

sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala

banding yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

116

Bagian I

Untuk Mengembangkan BPT Mekanisasi Pertanian terdapat beberapa faktor, yaitu :

1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian

2. Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan

terstandarisasi

3. Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan

4. Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di

Jawa Barat

Instruksi: Bandingkan tingkat seberapa penting faktor-faktor berikut dalam upaya

pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Bagian II

Dari faktor-faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat terdapat

beberapa aktor yang mempengaruhi yaitu :

1. Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat

2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

3. UPJA dan Bengkel

4. Petani

1 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan

Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan

terstandarisasi

2 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan

Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan

3 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan

Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi meknisasi pertanian di

Jawa Barat

4 Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan

terstandarisasi dibandingkan Menumbuhkembangkan embrio lembaga

pemberdayaan

5 Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan

terstandarisasi dibandingkan Mengembangkan dan mendiseminasikan

teknologi meknisasi pertanian di Jawa Barat

6 Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dibandingkan

Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi meknisasi pertanian di

Jawa Barat

117

Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan sehubungan dengan tujuan

Meningkatkan kemampuan SDM Pertanian :

1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel

3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani

4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel

5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani

6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani

Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan aktor berikut sehubungan

dengan faktor Lembaga pengujian Alsintan yang terakreditasi dan

terstandarisasi

1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel

3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani

4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel

5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani

6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani

Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan aktor berikut sehubungan

dengan faktor Menumbuh kembangkan embrio lembaga pembaerdayaan

(UPJA dan Bengkel)

1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel

3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani

4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel

5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani

6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani

Instruksi: Bandingkan besarnya tingkat kepentingan aktor berikut sehubungan

dengan faktor Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi

pertanian di Jawa Barat

1 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

2 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan UPJA dan Bengkel

3 Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Petani

4 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dibandingkan UPJA dan Bengkel

5 Dinas Pertanian Provinsi jawa Barat dibandingkan Petani

6 UPJA dan Bengkel dibandingkan Petani

118

Bagian III

Dari empat faktor yang telah disebutkan yaitu meningkatkan kemampuan SDM

pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandarisasi,

menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan (UPJA dan Bengkel)

serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di

Jawa Barat terdapat aktor yang berpengaruh dimana masing-masing memiliki

tujuan yang berbeda dihubungkan dengan faktor-faktor pengembangan.

Instruksi 3.A

(Faktor Meningkatkan Kemampuan SDM Pertanian)

Instruksi 3.A.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.

1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan sarana

dan prasarana

Instruksi 3.A.1.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan

Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

Instruksi 3.A.1.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan

dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing

2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

Instruksi 3.A.1.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi

Pertanian

1 Studi banding dibandingkan Motivasi training

2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi

3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi

119

Instruksi 3.A.1.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian

1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang

workshop

2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan

mesin

3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta

pelatihan

4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik

pupuk

5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan

6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

Instruksi 3.A.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat

1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan

SDM yang berkualitas

2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan

Anggaran

3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran

Instruksi 3.A.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor UPJA dan Bengkel

1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel

Instruksi 3.A.3.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA

1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA

2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

Instruksi 3.A.3.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan

Bengkel

1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat

120

Instruksi 3.A.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

faktor Petani

1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan

Inventarisasi kebutuhan petani

Instruksi 3.A.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani

tantang alsintan

1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi

Pertanian

2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan ORM

3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan

ORM

Instruksi 3.A.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani

1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan

Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan

Instruksi 3.B

(Faktor Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan

Terstandarisasi)

Instruksi 3.B.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.

1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan sarana

dan prasarana

Instruksi 3.B.1.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan

Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

121

Instruksi 3.B.1.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan

dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing

2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

Instruksi 3.B.1.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi

Pertanian

1 Studi banding dibandingkan Motivasi training

2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi

3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi

Instruksi 3.B.1.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian

1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang

workshop

2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan

mesin

3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta

pelatihan

4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik

pupuk

5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan

6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

Instruksi 3.B.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat

1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan

SDM yang berkualitas

2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan

Anggaran

3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran

122

Instruksi 3.B.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor UPJA dan Bengkel

1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel

Instruksi 3.B.3.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA

1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA

2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

Instruksi 3.B.3.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan

Bengkel

1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat

Instruksi 3.B.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

faktor Petani

1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan

Inventarisasi kebutuhan petani

Instruksi 3.B.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani

tantang alsintan

1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi

Pertanian

2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan

ORM

3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan

dan ORM

Instruksi 3.B.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani

1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan

Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan

123

Instruksi 3.C

(Faktor Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan)

Instruksi 3.C.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.

1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan

sarana dan prasarana

Instruksi 3.C.1.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan

Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

Instruksi 3.C.1.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan

dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing

2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

Instruksi 3.C.1.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi

Pertanian

1 Studi banding dibandingkan Motivasi training

2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi

3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi

124

Instruksi 3.C.1.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian

1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang

workshop

2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan

mesin

3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta

pelatihan

4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik

pupuk

5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan

6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

Instruksi 3.C.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat

1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan

SDM yang berkualitas

2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan

Anggaran

3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran

Instruksi 3.C.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor UPJA dan Bengkel

1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel

Instruksi 3.C.3.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA

1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA

2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

Instruksi 3.C.3.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan

Bengkel

1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat

125

Instruksi 3.C.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

faktor Petani

1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan

Inventarisasi kebutuhan petani

Instruksi 3.C.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani

tantang alsintan

1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi

Pertanian

2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan

ORM

3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan

dan ORM

Instruksi 3.C.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani

1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan

Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan

Instruksi 3.D

(Faktor Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi

Pertanian di Jawa Barat)

Instruksi 3.D.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian.

1 Peningkatan kualitas SDM BPT Mektan dibandingkan Peningkatan sarana

dan prasarana

Instruksi 3.D.1.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan

Peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

126

Instruksi 3.D.1.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan

dengan Peningkatan kompetensi SDM BPT Mekanisasi Pertanian

1 Pelatihan dibandingkan Outsourcing

2 Pelatihan dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

3 Outsourcing dibandingkan Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi

Instruksi 3.D.1.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan sub alternatif berikut sehubungan

dengan tujuan peningkatan kualitas SDM BPT Mekanisasi Pertanian

dikaitkan dengan alternatif peningkatan motivasi SDM BPT Mekanisasi

Pertanian

1 Studi banding dibandingkan Motivasi training

2 Studi banding dibandingkan Pembentukan koperasi

3 Motivasi training dibandingkan Pembentukan koperasi

Instruksi 3.D.1.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian dikaitkan dengan tujuan

peningkatan sarana dan prasarana BPT Mekanisasi Pertanian

1 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan ruang

workshop

2 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Penambahan alat dan

mesin

3 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan MES untuk peserta

pelatihan

4 Akreditasi laboratorium pengujian dibandingkan Pembangunan pabrik

pupuk

5 Penambahan alat dan mesin dibandingkan MES untuk peserta pelatihan

6 Penambahan alat dan mesin dibandingkan Pembangunan pabrik pupuk

7 MES untuk peserta pelatihan dibandingkan Pembangunan pabrik

pupuk

Instruksi 3.D.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi jawa Barat

1 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Penempatan

SDM yang berkualitas

2 Peraturan Daerah tentang Pengujian Alsintan dibandingkan Peningkatan

Anggaran

3 Penempatan SDM yang berkualitas dibandingkan Peningkatan Anggaran

127

Instruksi 3.D.3

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

aktor UPJA dan Bengkel

1 Pengembangan UPJA dibandingkan Pengembangan Bengkel

Instruksi 3.D.3.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan UPJA

1 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan Administrasi UPJA

2 Pelatihan manajemen UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

3 Pelatihan Administrasi UPJA dibandingkan Pelatihan ORM UPJA

Instruksi 3.D.3.2

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor UPJA dan Bengkel dikaitkan dengan tujuan pengembangan

Bengkel

1 Pelatihan manajemen bengkel dibandingkan Pelatihan produksi alat

Instruksi 3.D.4

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan tujuan berikut berkaitan dengan

faktor Petani

1 Sub Faktor Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dibandingkan

Inventarisasi kebutuhan petani

Instruksi 3.D.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Peningkatan pemahaman petani

tantang alsintan

1 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Promosi BPT Mekanisasi

Pertanian

2 Pembuatan demplot Alsintan dibandingkan Penyuluhan Alsintan dan

ORM

3 Promosi BPT Mekanisasi Pertanian dibandingkan Penyuluhan Alsintan

dan ORM

Instruksi 3.D.4.1

Bandingkan seberapa besar tingkat kepentingan alternatif berikut sehubungan

dengan aktor Petani dikaitkan dengan tujuan Inventarisasi kebutuhan petani

1 Survey kebutuhan alsintan petani di setiap Kabupaten dibandingkan

Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan