32
1 STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN DI YOGYAKARTA DAN TGH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID DI LOMBOK (Studi Komparasi) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam ( Pemikiran Islam) Disusun oleh: Husnan Wadi NIM: O 000 090 040 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

1

STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH

KH. AHMAD DAHLAN DI YOGYAKARTA DAN

TGH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID DI LOMBOK

(Studi Komparasi)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam

( Pemikiran Islam)

Disusun oleh:

Husnan Wadi

NIM: O 000 090 040

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

2

SURAT PERNYATAAN

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrohmanirrohim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama : Husnan Wadi

NIM : O000090040

Fakultas/Jurusan : Pascasarjana/ Magister Pemikiran Islam

Jenis : Tesis

Judul : Strategi Pengembangan Dakwah KH. A. Dahlan di

Yogyakarta dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid di

Lombok (Studi Komparasi)

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya

ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta

menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada

Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya, selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara peribadi tanpa melibatkan

pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas

pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Surakarta, 19 Agustus 2012

Yang Menyatakan

Husnan Wadi

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

3

STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH

KH. AHMAD DAHLAN DI YOGYAKARTA DAN

TGH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID DI LOMBOK

(Studi Komparasi)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam

(Pemikiran Islam)

Disusun oleh:

HUSNAN WADI

O000090040

Naskah Publikasi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

4

ABSTRAK

Husnan Wadi : Strategi Pengembangan Dakwah KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta

dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok (Studi Komparasi) .Tesis.

Surakarta: Magister Pemikiran Islam UMS, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan strategi

pengembangan dakwah KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta dan TGH. Muhammad

Zainuddin Abdul Majid di Lombok. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kualitatif

dengan kajian pustaka.

Berdasarkan hasil penelusuran buku-buku yang ada, dapat diketahui bahwa

strategi pengembangan dakwah yang dilakukan oleh kedua tokoh ini menggunakan

pendekatan kultural, yaitu sama-sama konsen di bidang sosial dan pendidikan. Untuk

memperkuat dan memperlancarkan jalannya dakwah keduanya mendirikan organisasi

kemasyarakatan. Namun TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain

menggunakan pendekatan kultural, ia juga menggunakan pendekatan struktural yaitu

masuk partai politik. Secara prinsip kedua tokoh tersebut memiliki persamaan ideologi

yaitu di samping al-qur‟an dan hadist, keduanya mengacuh pada aqidah Ahlus Sunnah

Wa Al-Jamaah dan Mazhab Imam Syafi‟i dalam bidang fiqih.. Namun meskipun sama-

sama menganut faham Ahlus Sunnah Wa Al-Jamaah, kedua tokoh ini memiliki

perbedaan dalam penerapannya, KH. Ahmad Dahlan tidak menciptakan suatu tradisi di

kalangan Muhammadiyah, sementara TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid

melalui organisasi NW mengembangkan tarekat hizib NW dan mempraktikkan ajaran

sufi yang menekankan loyalitas dan ketaatan kepada tuan guru. Dalam pengambilan

hukum, kedua tokoh ini memiliki perbedaan. KH. Ahmad Dahlan memakai sumber

pokok al-qur‟an dan hadist ditambah dengan hasil kupasan dari kitab-kitab yang telah

dibaca, kemudian diperbandingkan dan diambillah hukum yang paling sesuai dengan al-

qur‟an dan hadist. Dan ia tidak fanatik terhadap satu Mazhab, sedangkan TGH.

Muhammad Zainuddin Abdul Majid secara tegas menganut Mazhab Imam Syafi‟i.

Secara teologi, KH. Ahmad Dahlan kembali pada pendapat para ulama salaf dan dia

tidak suka berpikir secara mendalam tentang hal itu. Pemikirannya memang banyak

menunjukkan segi paraktis dari agama. Sedangkan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul

Majid, teologinya mengacu pada teologi al-Asy‟ari dan al-Maturidi, namun tidak semua

apa yang telah dirumuskan oleh Asy‟ari dan al-Maturidi, diambil oleh TGH.

Muhammad Zainuddin Abdul Majid, ia hanya mengambil beberapa saja dari

pemikiran kedua teologi di atas yaitu paham tentang wahyu, sifat-aifat Allah dan

tentang perbuatan manusia.

Kata Kunci: Strategi Pengembangan Dakwah

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

5

ABSTRACTION

Husnan Wadi : Strategy Development Missionize KH. Ahmad Dahlan in

Yogyakarta and TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid in Lombok Island

(Study Komparasi) . Thesis. Surakarta: Magister Idea of Islam UMS, 2012

This research aim to know and equation difference of development strategy missionize

KH. Ahmad Dahlan in Yogyakarta and TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid in

Lombok island. used by Type Research is qualitative with book study

Pursuant to result of penelusuran of existing book, can be known that

done/conducted mission development strategy by both this figure use cultural approach,

that is both of the same konsen in social area and education. To strengthen and launch

the way mission both founding social organization. But TGH. Muhammad Zainuddin

Abdul Majid, besides using cultural approach, he also use structural approach that is

enter political party. principally both the figure have equation of ideology that is beside

hadist and al-qur'an, both offish at Ahlus Sunnah Wa Al-Jamaah aqidah and Sect Imam

Syafi'I in the field of fiqih.. But though both of the same is embracing of Ahlus Sunnah

Wa Al-Jamaah islamiah, both of this figure have difference in its applying, KH. Ahmad

Dahlan do not create an tradition among Muhammadiyah, whereas TGH. Muhammad

Zainuddin Abdul Majid pass/through NW organization develop NW hizib tarekat and

sufi teaching mempraktikkan emphasizing adherence and loyalitas to teacher sir. In

intake of law, both of this figure have difference. KH. Ahmad Dahlan wear the source

of al-qur'an fundamental and hadist added with result of exposition from buku which

have been read, is later;then compared to and taken by most appropriate law with hadist

and al-qur'an. And he is not fanatical to one Sect

Key Word. Mission Development Strategy

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

6

STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH

KH. AHMAD DAHLAN DI YOGYAKARTA DAN

TGH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID DI LOMBOK

(Studi Komparasi)

Husnan Wadi

A. Pendahuluan

Berbicara mengenai islam di indonesia selalu menarik untuk diperbincangkan,

mengingat ajaran-ajaran yang diterapkan oleh masyarakat cukup unik dan beragam.

Islam di indonesia dikatakan unik karena masih mempertahankan aspek-aspek

budaya tradisional dan agama pra Islam (Hindu-Budha). 1Hal ini disebabkan adanya

penyebaran agama islam yang masuk indonesia melalui proses akulturasi dan

sinkritisme.

Dampak dari proses akulturasi dan sinkritisme tersebut kemudian

menyebabkan munculnya praktek-praktek yang menyimpang dari ajaran Islam yang

murni. Misalnya saja masyarakat jawa, mereka begitu kental dengan kehidupan

mistik dan banyak mengamalkan ritual keagamaan yang bersendikan pada nilai-nilai

budaya lokal. Masyarakat Jawa pada umumnya masih kental dengan tradisi-tradisi

keagamaan yang sinkretik, seperti percaya kepada orang (tokoh) yang mempunyai

kesaktian, percaya kepada roh-roh leluhur, percaya dengan Nyi Roro Kidul, dan

percaya kepada benda-benda pusaka yang mempunyai kekuatan. Sementara itu,

Islam versi Keraton Yogyakarta merupakan gambaran Islam yang telah tercampur

dengan adat istiadat Kerajaan Hindu-Budha serta kepercayaan animisme dan

dinamisme, sebagaimana yang telah berlaku di lingkungan kerajaan. Dalam

lingkungan kerajaan (Keraton Yogyakarta) masih terdapat kepercayaan menganggap

sakral benda-benda keramat seperti memandikan pusaka-pusaka yang ada di

keraton2.

Disamping itu juga ada tradisi keagamaan yang berkaitan dengan berbagai

upacara yakni: Upacara makan bersama atau biasa dikenal dengan sebutan selamatan

(wilujengan). Ada selamatan pada hari-hari besar Islam seperti garebeg Puasa,

1 Mark. R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, (Yogyakarta:

Lkis,1999), hlm. 352. 2 B. Soelarto, Garebeg Di Kasultanan Yogyakarta, (Yogyakarta, Kanisius, 1993), hlm. 19.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

7

garebeg Syawal, dan garebeg Hari Raya Besar, selamatan sebelum khitanan,

selamatan kematian, selamatan perkawinan dan lain sebagainya.3 Hal-hal yang

semacam ini lebih dikenal dengan Tahayul, bid.ah dan khurafat (TBC).

Selain di masyarakat jawa, juga terdapat di masyarakat sasak (Lombok), pada

masyarakat sasak ini dekenal dengan penganut faham agama Islam Wetu Telu,

mereka mempercayai bahwa arwah leluhur dan makhluk halus yang menempati

benda-benda mati yang disebut penunggu (bahasa Sasak), meskipun semuanya itu

memiliki kekuatan supranatural yang tunduk kepada Tuhan. Dalam kepercayaan

orang-orang penganut faham Wetu Telu arwah leluhur memiliki kedudukan yang

sangat penting. Pentingnya kedudukan para arwah leluhur sangat tampak pada

peranannya sebagai perantara ghaib di dalam menyampaikan segala permintaan

masyarakat kepada Allah dalam rangka memperoleh keselamatan dan kebahagiaan

masyarakat dimuka bumi4. Penganut faham wetu telu dalam ritualnya ia selalau

memanggil atau menghubungi arwah leluhur mereka.

Penganut faham Wetu Telu, juga memiliki kepercayaan terhadap roh penunggu,

mereka mengakui bahwa tempat-tempat tertentu mempunyai penunggu berupa roh

halus yang bertempat tinggal pada benda-benda mati, seperti pepohonan besar, tanah

perbukitan, batu besar, dan benda-benda lainnya. Keyakinan akan roh halus yang

menguasai tempat-tempat tertentu tersebut, mereka sering mengadakan kunjungan

atau ziarah, serta melakukan berbagai ritual.5

Di kalangan orang-orang Wetu Telu juga berkembang kepercayaan tertentu

yang berkaitan dengan keberuntungan dan ketidak beruntungan seseorang didalam

melakukan kegiatan upacara, kegiatan penting atau dalam menjalankan suatu usaha.

Mereka terlebih dahulu mengadakan perhitungan angka-angka untuk menentukan

hari baik dan hari tidak baik. Apabila seseorang akan mengadakan sesuatu rencana

pada hari baik, maka dipercaya akan mendatangkan keberuntungan serta

mendatangkan hasil yang baik, sebaliknya bila jatuh pada hari yang tidak baik, maka

3 Mifedwil Tjandra dkk, Perangkat Alat-alat dan Pakaian Serta Makna simbolis Upacara

Keagamaan Di Lingkungan Keraton Yogyakrta, ( Yogyakarta: Depdikbud, Proyek inventarisasi dan

Pembinaan Nilai-nilai Budaya DIY, 1989), hlm. 230. 4 Dr. Baharuddin, MA, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Genta Press,

2007), hlm, 81. 5 Ibid., hlm, 82

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

8

kemungkinan besar akan mendatangkan kegagalan, bahkan musibah bagi pelakunya.

Dengan demikian setiap rencana harus diperhitungkan dengan matang berdasarkan

perhitungan lima hari yaitu: legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Diantara kelima

hari tersebut, orang-orang Wetu Telu berusaha semaksimal mungkin untuk

melakukan setiap kegiatan pentingnya, selain hari legi, karena dipercayai akan

mendatangkan gangguan atau musibah bagi yang melanggarnya.6

Dari penomena keislaman masyarakat indonesia yang unik dan beragam

tersebut, nampaknya telah menyita perhatian KH. Ahmad Dahlan dan TGH.

Muhammad Zainuddin Abdul Majid untuk segera meluruskan paham keislaman

tersebut kembali pada al-Qur‟an dan as-Sunnah. Salah satu usaha yang mereka

lakukan adalah mengadakan pembeharuan dengan pemurnian ajaran islam. Usaha

pemurnian ajaran islam ini dilakukan melalui pendidikan dan dakwah. Dalam

memahamkan islam kepada masyarakat indonesia terutama masyarakat jawa dan

masyarakat sasak, bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dilakukan. Karena

tradisi yang ada pada masyarakat sudah mengakar. Oleh karena itu untuk meraih

kesuksesan dalam pemurnian ajaran islam, kemudian mereka menggunakan

berbagai macam strategi dan pendekatan sekaligus pengembangan, terutama dalam

berdakwah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam lagi melalui penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui strategi

pengembangan dakwah yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut dalam usaha

pemurnian ajaran islam. Hal ini menurut penulis menarik untuk diteliti, mengingat

keduanya pernah mengenyam pendidikan di Mekkah, penulis berasumsi bahwa

secara pemikiran memiliki kesamaan, meskipun juga tidak menutup kemungkinan

keduanya memiliki perbedaan, tergantung siapa yang mempengaruhi pemikiran dari

kedunya.

Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti menetapkan dua rumusan

masalah yaitu bagaimana strategi pengembangan dakwah KH. Ahmad Dahlan di

Yogyakarta dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok Timur, dan

6 Ibid., hlm, 99

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

9

apa perbedaan serta persamaan strategi pengembangan dakwah yang dilakukan oleh

kedua tokoh tersebut?.

B. Strategi Pengembangan Dakwah

1. Hakekat strategi dakwah

Kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani” strato” yang

artinya pasukan dan “agenis” yang artinya pemimpin. Jadi strategi berarti hal-hal

yang berhubungan dengan pasukan perang.7 Menurut kamus bahasa Indoesia,

strategi berarti siasat perang, ilmu siasat. Memang pada mulanya strategi berasal

dari peristiwa peperangan (militer) yaitu suatu siasat mengalahkan musuh.

Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk kegiatan organisasi termasuk

keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama. Dewasa ini istilah strategi sudah

digunakan semua jenis organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat dalam

pengertian semula tetap dipertahankan, hanya aplikasiya disesuaikan jenis

organisasi yang menerapkannya.8

Strategi secara terminologi menurut M. Aliyasir adalah rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencari sasaran yang khusus.9 sedangkan A.

Arifin, Strategi adalah keputusan kondisional tentang apa yang akan

dilaksanakan guna mencapai tujuan.10

Sementara itu menurut Dwi Sunar

Prasetyono, stategi adalah suatu arah dan kebijakan atau rencana yang

diutamakan untuk mencapai tujuan utama lembaga atau perusahaan.11

Jadi

Strategi merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.12

Kata dakwah secara etimologi (kebahasaan) merupakan bentuk mashdar

berasal dari kata da‟a - yad‟u - da‟watan yang bermakna memanggil,

7 Ali Moertopo, Strategi kebudayaan, (Jakarta : CSIS, 1971), hlm. 24

8 Sondang p Siagian, Menegemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), hlm. 15

9 Sondang p. Siagian, Ibid; hlm 7

10 Asmuni Syukri, Strategi Komunikasi Sebuah pengantar, (Bandung :Armiko, 1984), hlm. 59

11 Dwi Sunar Prasetyono, Trobosan Strategis Menggali Sumber-sumber kekayaan dalam Bisnis,

(Yogyakarta:CV. DIVA Pres, 2005), hlm. 180 12 Donald L. Harrison, Effect of strategic planning education on attitudes and perceptions of

independent community pharmacy owners/ managers Journal of the Amerrican Pharmacist Association,

Sept/Oct 2007.47:5. JAPhA,hlm. 559-600

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

10

mengundang, mengajak, menyeru, dan mendorong. Sedangkan secara

terminology (istilah) dakwah berarti mengajak dan menyuruh umat manusia baik

perorangan maupun kelompok kepada agama Islam, pedoman hidup yang

diridhoi Allah dalam bentuk amar ma‟ruf nahi munkar dan amal sholeh dengan

cara lisan (lisanul inaqol) maupun (lisanul Haq) guna mencapai kebahagiaan

dunia dan akherat.13

Abdul Karim Zaidan mendefinisikan bahwa dakwah adalah “mengajak

kepada agama Allah, yaitu Islam”.14

Sedangkan Aboebakar Atjeh

mendefinisikan bahwa dakwah adalah “Perintah mengadakan seruan kepada

sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar

dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik”.15

Dan Nasaruddin Latif

mendefinisikan bahwa dakwah adalah “ setiap usaha atau aktivitas dengan lisan,

tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia untuk

beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis-garis akidah dan syari‟at serta

Akhlak Islamiyah”.16

Masdar Helmy, mendefinisikan, bahwa dakwah adalah “

mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah

(Islam), termasuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh

kebahagiaan di dunia dan akhirat”.17

Sedangkan strategi dakwah itu sendiri adalah perencanaan yang berisi

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.18

Al-

Bayanuni mendefinisikan strategi dakwah adalah “ketentuan-ketentuan dakwah dan

rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah”.19

Menuruut Canard,

13

Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta: Al-Amin Press,

1978), cet III, hlm.18 14

„Abd al-Karim Zaidan, “Ushul al-Da‟wah”, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1976), hlm. 5. 15

Aboebakar Atjeh, “ Beberapa Tjatatan Mengenai Dakwah Islam”, (Semarang: Ramadhani,

1971), hlm. 6. 16

HSM. Nasaruddi Latif, “ Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah”, (Jakarta: Firma Dara, 1971),

hlm. 11. 17

Masdar Helmy, “ Dakwah Dalam Alam Pembangunan”, (Semarang : Toha Putra, 1973), hlm.

31. 18

Moh. Ali Aziz, “Ilmu Dakwah” Ed. Rev. Cet.2; (Jakarta : Kencana 2009), hlm. 349. 19

Muhammad Abu al-fath Al-Bayanuni, “al-Madkhal ila „ilm al-Da‟wah”, (Beirut: Muassasah al-

Risalah, 1993), hlm .46.

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

11

Dakwah dalam pengertian keagamaan adalah undangan Allah dan para rasul yang

ditujukan kepada umat manusia untuk beriman kepada agama yang benar, yaitu

Islam.20

Dari pengertian strategi dakwah diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi

dakwah adalah cara atau upaya untuk mencapai tujuan dalam rangka mengajak

orang kembali kepada kebaikan dengan ajaran-ajaran Islam agar mendapatkan

kebahagiaan di dunia maupun diakhirat dengan amar ma‟ruf nahi munkar.

Dalam rangka menegakkan amal ma‟ruf nahi munkar, banyak cara yang

dilakukan dalam berdakwah di antaranya ; dakwah dengan lisan, dakwah dengan

perbuatan dan dakwah dengan tulisan.

a. Dakwah dengan lisan.

Dakwah dengan lisan adalah dakwah dilakukan melalui lisan seperti ceramah-

ceramah, khutbah, diskusi, nasehat dan lain-lain.

b. Dakwah dengan perbuatan.

Dakwah dengan perbuatan adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang

meliputi keteladanan, seperti dengan amalan karyanya yang dari karya nyata

tersebut hasilnya bisa di arahkan secara kongkrit oleh masyarakat sebagai

obyek dakwah sehingga pelaku dakwah mampu memberikan solusi dari

masalah yang dihadapi oleh sasaran dakwah. Melihat kenyataan yang terjadi

pada saat ini, maka dakwah dengan perbuatan adalah dakwah yang sekiranya

menjadi fokus utama para pelaku dakwah Islam melihat situasi dan kondisi

lingkungan, dimana kenyataan masyarakat sekarang yang tidak hanya

membutuhkan kata-kata akan tetapi membutuhkan bukti yang ril dari

problematika yang sedang mereka hadapi sekarang ini atau dakwah disini

mampu memberikan solusi yang terbaik bagi sasaran dakwah.

c. Dakwah dengan tulisan.

Di era globalisasi ini, dakwah melalui tulisan lebih efektif digunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan dakwah, karena dakwah dengan tulisan lebih luas

dari pada dakwah dengan lisan ataupun dengan perbuatan. Karena kapan saja

20

Canard, “Da‟wa”. The Encyclopaedia of Isam. B. Lewis (et al.) Vol. II. Leiden: E.J. Brill, 1991,

hlm. 168

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

12

dan di mana saja orang dapat menikmati sajian dakwah dengan tulisan, hal ini

tentu menuntut para pendakwah memiliki keahlian dalam tulis menulis.

kelebihan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau

penulisnya sudah wafat. Adapun media yang bisa digunakan dalam dakwah

dengan tulisan ini adalah surat kabar, majalah, buku, internet dan lain-lain.

Dari bentuk-bentuk dakwah di atas, kita dituntut untuk melakukan

penyampaian dengan cara yang bijaksana sebagaimana yang telah dicontohkan

oleh nabi Muhammad SAW. Hal ini dipertegas dalam alqur‟an surat an-Nahl

ayat 125

Atinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa dalam menyampaikan pesan dakwah dilakukan

dengan tiga metode yaitu dakwah dengan al- hikmah, al-mau‟izhah dan Al-Mujadalah

Bi-al-Lati Hiya Ahsan.

2. Strategi Pengembangan Dakwah

Dalam pencapaian keberhasilan dakwah, strategi pengembangan dakwah

sangatlah diperlukan. Hal ini tentunya membutuhkan berbagai pendekatan.

Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses

dakwah. Menurut Toto Tasmara: pendekatan dakwah adalah cara-cara yang

dilakukan oleh seorang muballigh (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan

tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. 21

Menurut Sjahudi ada 3 jenis pendekatan: Pendekatan Budaya, pendekatan

Pendidikan, pendekatan Psikologi. Pendekatan-pendekatan ini melihat lebih

banyak para kondisi mitra dakwah, oleh karenanya pendakwah, metode dakwah,

pesan dakwah, dan media dakwah harus menyesuaikan pada kondisi mitra

dakwah. Sedangkan pendekatan yang terfokus pada mitra dakwah lainnya adalah

dengan menggunakan bidang-bidang kehidupan sosial kemasyarakatan.

21

http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2239130-pendekatan-dakwah/ didownload,

tanggal 23 April 2012.

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

13

Pendekatan dakwah model ini meliputi: Pendekatan Sosial-Politik, pendekatan

Sosial-Budaya, pendekatan Sosial-Ekonomi, pendekatan Sosial-Psikologi.

Semua pendekatan diatas bisa di sederhanakan dengan dua pendekatan yaitu:

Pendekatan dakwah struktual dan pendekatan dakwah kultural.22

Untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejahtera dan

religius, dakwah bisa menggunakan pendekatan struktural atau pendekatan

politik. Harus ada para politikus dalam legislatif yang berjuang untuk membuat

undang-undang yang menjamin kehidupan yang lebih islami. Dibutuhkan pula

politikus dalam eksekutif yang menjalankan pemerintahan berdasarkan produk

hukum tersebut bisa juga menggunakan pendekatan kultural atau social-budaya

dengan membangun moral masyarakat melalui cultural atau social-budaya.23

a. Pendekatan Dakwah kultural

Dakwah kultural adalah dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti

budaya-budaya kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat

diterima di lingkungan masyarakat setempat. Dakwah kultural juga bisa berarti:

Kegiatan dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia

sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka menghasilkan kultur baru

yang bernuansa Islami atau kegiatan dakwah dengan memanfaatkan adat, tradisi,

seni dan budaya lokal dalam proses menuju kehidupan Islami.24

Dalam pengertian umum Dakwah Kultural dipahami sebagai “kegiatan

dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai

makhluk budaya secara luas, dalam rangka menghasilkan kultur baru yang

bernuansa Islami”.25

Dakwah kultural adalah, pertama, dakwah yang bersifat

akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif dan kreatif tanpa

menghilangkan aspek substansial keagamaan; kedua, menekankan pentingnya

kearifan dalam memahami kebudayaan komunitas tertentu sebagai sasaran

dakwah. Jadi, dakwah kultural adalah dakwah yang bersifat buttom-up dengan

22

Moh. Ali Aziz, “Ilmu Dakwah”, hlm. 383 23

Ibid., 24

Abdul Karim, Dakwah Kultural Menurut Tokoh Muhammadiyah, PPs. Unmuh Malang, Malang,

2003, hlm. 5 25

Zakiyuddin Baidhawy, Pentingnya Dakwah Kultural, dalam artikel (Tim Dakul UMS),

hlm. 21.

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

14

melakukan pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan nilai-nilai spesifik

yang dimiliki oleh sasaran dakwah. Selain itu Muhammad Shulton berpendapat

bahwa dakwah kultural adalah, aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan

Islam kultural. Islam kultural, adalah salah satu pendekatan yang berusaha

meninjau kembali kaitan doktrinal yang formal antara Islam dan politik atau

Islam dan Negara.

Dari konsep di atas kita dapat melihat bahwa keberpihakan dakwah

kultural terletak pada nilai-nilai universal kemanusiaan, menerima kearifan dan

kecerdasan lokal, dan mencegah kemunkaran dengan memperhatikan keunikan

sifat manusia secara individual dan sosial. Secara garis besar cara dakwahnya

“memudahkan” dan “menggembirakan” demi tegaknya nilai-nilai Islam di

berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Secara essensial,

dakwah berkaitan dengan bagaimana embangun dan membentuk masyarakat

yang baik, berpijak pada nilainilai kebenaran dan hak-hak asasi manusia. Dalam

pengentian nonkonvensional inilah, dakwah dapat berhubungan secara

kulturalfungsional dengan penyelesaian problem-problem kemanusian, termasuk

problem sosial.

Dakwah kultural ini hukumnya syah-syah saja asal tidak bertentangan

dengan nilai-nilai syar‟i yang sudah baku, misalnya masalah aqidah. Sebab

apabila dakwah yang kita anggab kultural ini kemudian kita salah

menafsirkannya, maka yang terjadi adalah kefatalan. Misalnya saja kita

berdakwah dengan harus mengikuti budaya agama lain yang dapat

menggugurkan nilai aqidah kita, maka dakwah semacam ini tidak boleh

dilakukan.

Sejarah dakwah kultural sebagaimana yang dilakukan di awal Islam

masuk ke wilayah Jawa, dimana bangsa Indonesia saat itu kaya dengan tradisi

animisme dan dinamisme, maka para pelaku dakwah kita yang terlalu lentur

dalam menjalankan dakwah kulturalnya mengakibatkan ajaran Islam yang sudah

sempurnya menjadi terkotori oleh budaya setempat. Hal ini merupakan

kesalahan fatal yang tidak boleh dicontoh dalam melakukan dakwah. Dakwal

kultural sebenarnya merupakan metode yang baik untuk dilakukan baik di

masyarakat desa maupun di lingkungan masyarakat kota, baik yang berfikiran

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

15

primitif maupun yang sudah modern. Namun perlu dingat bahwa islam dan

kultural itu berdiri sendiri dan tidak boleh dicampu adukkan.

b. Pendekatan struktural

Dakwah struktural adalah kegiatan dakwah yang menjadikan kekuasaan,

birokrasi, kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan Islam.

Karenanya dakwah struktural lebih bersifat top-down. Hingga dalam prakteknya,

aktivis dakwah struktural bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan

memanfaatkan struktur sosial, politik, maupun ekonomi yang ada, guna

menjadikan Islam sebgai ideology negara, sehingga nilai-nilai Islam dapat

dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dakwah Struktural ini dipahami dalam pengertian sebagai "pendekatan

dakwah yang berpola dari atas ke bawah (top-down approach), dalam arti

dakwah yang bersifat normatif-doktriner".26

Senada dengan ini, ada pula

pendapat yang mengatakan bahwa dakwah struktural lebih bersifat top-down,

politis, elitis dan fikhistik.27

Hubungan dakwah dan polotik sekilas terasa asing. Padahal jika

dipahami dakwah dalam pengertian luas, dakwah mencakup seluruh segi dalam

kehidupan : keagamaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kebudayaa, termasuk

aspek politik. Dalam pengertian lebih lanjut dakwah dapat memakai jalur-jalur

tersebut, termasuk di dalamnya dakwah lewat politik, alias menggunakan politik

sebagai kendaraan dalam berdakwah. Dalam konteks hight politik sebenarnya

Rasulullah Saw selama berdakwah di era Madinah tak lepas dari politik, apalagi

beliau pada waktu itu diakui oleh warga negara Madinah sebagai pemimpin.

Dengan demikian posisi beliau tidak hanya sebagai pemimpin agama, namun

sekaligus juga sebagai pemimpin politik tertinggi, yaitu kepala negara.28

C. Metodelogi Penelitian

26

M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999), hlm. 167. 27

Abdul Munir Mulkhan,"Strategi Kolektivitas Muballigh dalam Dakwah Jama„ah" makalah

disampaikan pada Acara Silaturahmi Muballigh Muhammadiyah Se-Jawa Tengah, di UMS,1997, hlm.

1. 28

Ahmad Amir Aziz, Pola Dakwah, hlm. 70

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

16

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan kajian pustaka, dengan

menggunakan pendekatan historis dan filosofis. Pendekatan historis yaitu suatu

analisis yang berangkat dari pengungkapan-pengungkapan kembali kejadian atau

peristiwa yang telah lalu berdasarkan urutan-urutan waktu atau analisis berangkat

dari sejarah. Pendekatan ini digunakan untuk mengungkap sejarah hidup dan

perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid.

Sedangkan pendekatan filosofis, penulis gunakan untuk melakukan analisis

terhadap pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul

Majid, tentang strategi pengembangan dakwah yang tentunya hal ini tertuang dalam

beberapa tulisan dan literatur yang ada hubungannya dengan masalah tersebut dan

relevan baik literatur primer maupun sekunder.

Dalam penelitian ini metode pengolahan data yang dipakai adalah deskreptif

analisis, yakni setelah data terkumpul, data tersebut diklasifikasikan sesuai dengan

masalah yang dibahas dan di analisis isinya (content Analisys). Dibandingkan antara

data yang satu dengan yang lainnya, kemudian di interprestasikan dan akhirnya

diberi kesimpulan.29

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data ini

adalah; deskriftif, interpretasi, komparasi dan pengambilan kesimpulan. Metode

pembahasan yang digunakan adalah deduktif dan induktif.

D. Hasil dan Analisis

1. Biografi KH. Ahmad Dahlan dan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul

Majid

a. KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan seorang tokoh ulama besar yang membawa

perubahan bagi masyarakat Yogyakarta khususnya dan jawa pada umumnya. Ia

lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1868 M. Atau 1285 H.30

Dilihat dari latar belakang keluarganya, keturunan ulama besar dan hidup di

tengah-tengah keluarga ulama, maka pendidikan yang di arahkan adalah

pendidikan informal agama Islam di kampung sendiri. Muhammad Darwis

29

Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, ( Jakarta: Raja Walipress, 1997), hlm. 87. 30

Junus Salam,Riwayat Hidup K.H.A. Dahlan: Amal dan Perjuangannya, cetakan ke 2, (Jakarta:

Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968), hlm. 56.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

17

(Ahmad Dahlan) juga dapat dikatakan sebenarnya tidak pernah memasuki

sekolah secara formal. Pengetahuan yang dimilikinya, sebagian besar hasil

autodidak.

Kyai Ahmad Dahlan dikenal dengan manusia amal, karena dalam hidupnya ia

lebih mengutamakan beramal dari pada berteori.31

Hal tersebut telah diwujudkan

dalam amal nyata di berbagai bidang di antaranya; Pertama, Meluruskan arah kiblat,

sahalat Id (Hari Raya) di lapangan, dan menjauhkan praktek beragama dari syirik,

tahayul, bid‟ah, dan khurafat. Kedua, Pembinaan umat melalui pengajian-pengajian

secara melembaga. Ketiga, Mempelopori pendirian sekolah Islam modern. Sejak

tahun 1911 Kyai Dahlan telah mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah

Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.32

Keempat, Mendirikan PKU, Panti asuhan, dan

pelayanan sosial. Kelima, Mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara

Muhammadiyah, dan lembaga penolong haji. Kyai Dahlan juga merintis lembaga

Taman Pustaka tahun 1921, yang menjadi lembaga penting dalam penyebaran

informasi dan kesadaran mengembangkan baca-tulis, Selain itu Majalah Suara

Muhammadiyah di dirikan tahun 1915, yang awalnya berbahasa Jawa dan kemudian

berbahasa melayu, sebagai majalah yang cukup tua dan menunjukkan kesadaran

yang tinggi akan publikasi. Keenam, mendirikan „Aisyiyah, Kyai Dahlan terbilang

cemerlang ketika menggagas lahirnya organisasi Islam pertama di ruang publik,

yakni „Aisyiyah pada tahun 1917, yang sebelumnya merupakan pengajian ibu-ibu

dan anak-anak putri yang bernamaSapatresna, dan diketuai oleh Nyai Walidah

Dahlan. Inilah organisasi perempuan Islam yang waktu itu dipandang tabu, karena

perempuan baik secara keagamaan maupun budaya masih dipandang rendah dan

31

Junus Salam, Riwayat Hidup K.H.Ahmad Dahlan, hlm. 22. 32

Ahmad Adaby Darban, Sejarah kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah,

(Yogyakarta, Tarawang, 2000), hlm. 13.

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

18

hanya terbatas di ruang domestik. Kyai Haji Ahamad Dahlan Wafat pada tanggal 23

Februari tahun 1923 M, dalam usia yang relatif muda yakni 54 tahun atau 55 tahun.33

Apa yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan ini, hal serupa juga dilakukan oleh

orang-orang Kristen membuatkan sekolah bagi anak-anak Islam India tahun 1867.34

b. Boigrafi TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Tuan Guru Hamzanwadi (Haji Muhammd Zainuddin Abdul Majid

Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah) dilahirkan di Kampung Bermi Pancor

Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi‟ul Awal 1324 H (1906 M).35

Nama

Kecilnya Muhammad “Syaggaf”.

Latar belakang pendidikan Saggaf (Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid) dimulai dari pendidkan di dalam keluarga, yakni dengan belajar

membaca al-Qur‟an dan ilmu agma yang di berikan langsug oleh

ayahandanya, Tuan Guru Haji Abdul Majid. Pada usia 9 tahun Tuan Guru Haji

Muhammad Zainuddin Abdul Majid mulai memasuki pendidikan formal

pada sekolah Rakyat Negara (sekolah gebernemen di selong Lombok Timur)

di sekolah tersebut ia belajar selama empat tahun, hingga 1919 M.36

TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid mulai menyebarkan ide-

idenya kepada orang-orang sasak setelah ia kembali ke Lombok. Ia mulai

berupaya “memperbaiki” serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat

Sasak di Lombok dari kebodohan dan keterbelakangan menuju masyarakat yang

maju,bermartabat, serta memilki iman yang kokoh.

Dalam merealisasikan obsesinya tersebut, Tuan Guru Haji Muhammad

Zainuddin Abdul Majid mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M,

sebagai tempat pembelajaran agama secara langsung bagi kaum muda. Pendirian

ini dilatar belakangi oleh keinginannya untuk memberikan pembelajaran agama

33

Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, hlm 111 34 Nile Green, Islam for the indentured Indian: a Muslim missionary in colonial South Africa,

Bulletin of SOAS, 71, 3 (2008), 529–553. E School of Oriental and African Studies. Printed in the United

Kingdom, hlm. 530 35

Abdul Hayyi Nu‟man, Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan dan Dakwah Islamiyah

(Pancor: Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan Lombok Timur, 1988), hlm 148 dan lihat juga Buletin Dwi

Bulanan Pewarah No. 19 edisi Agustus-September 1996. Mataram: Yayasan Patut Patuh Patju. 36

Mohammad Noor dkk, Visi Kebangsaan Religius, hlm. 134.

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

19

yang lebih bermutu kepada masyarakat, karena pada saat itu para Tuan Guru

daam mengajarkan agama lebih banyak menggunakan kitab-kitab arab Melayu,

seperti Bidayah, Perukunan, dan Sabil al-Muhtadin.37

Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid meninggal dunia

pada hari selasa malam Rabu, 20 Jumadil Akhir 1418 H/ 21 Oktober 1997 M.

Pukul 19.57 WITA.

2. Strategi pengembangan dakwah

a. KH. Ahmad Dahlan

Dalam dakwahnya, KH. Ahmad Dahlan menggunakan strategi

pengembangkan dakwah dengan pendekatan kultural. Pendekatan kultural ini ia

konsen pada bidang sosial dan pendidikan.

1) Bidang sosial

Kegiatan-kegiatan di bidang sosial yang pertama dilakukan oleh K.H.

Ahmad Dahlan adalah mengajak kepada masyarakat untuk menyayangi anak

yatim dan membantu fakir miskin. Hal ini dilakukan sebagai amal nyata yang

dipraktekkan oleh K.H. Ahmad Dahlan yaitu dengan mempraktekkan surah al-

Ma‟un. Melalui Al-Ma‟un, KH. Ahmad Dahlan tidak saja membongkar

kesadaran umat Islam tentang pentingnya konsistensi pemahaman Islam (ad-din)

dengan pengamalan (menyantuni orang miskin, yatim piatu), sekaligus

melakukan pelembagaan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tanpa

terjebak pada formalisme, Islam dihadirkan bukan ajaran dogmatik atau statis,

tetapi hadir ditengah-tengah kenyataan masyarakat untuk memecahkan dan

menjawab persoalan aktual. Lebih khusus lagi dalam melakukan emansifasi atau

pembebasan masyarakat kaum dhu‟afa (lemah, terlemahkan) dan mustadh‟afin

(tertindas, ditindas).

Dalam praktik Al-Ma‟un itu kemudian lahir kelembagaan Penolong

Kesengsaraan Umum (PKU) pada tahun 1922, yang kemudian kini berubah

menjadi pelayanan kesehatan dan sosial, termasuk lembaga-lembaga Panti

37

Ibid., hlm. 110.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

20

Asuhan. Belakangan aplikasi Al-Ma‟un bahkan dikembangkan atau diperluas

kedalam gerakan pemberdayaan masyarakat sebagaimana menjadi perogram

Majlis Pemberdayaan Masyarakat di kalangan petani, buruh, nelayan, dan

sebagainya. Dalam konteks kekinian pemikiran dan praktek Al-Ma‟un yang

dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan itu sangat relevan dan bertemu dengan

gagasan-gagasan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan yang bersifat

emansipatoris atau pembebasan ketika masalah kemiskinan dan sejenisnya tidak

hanya bersifat sosial kultural tetapi lahir sebagai produk dari ketimpangan dan

ketidak adilan struktural.38

2) Bidang pendidikan

KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk

menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan

berbuat; Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak

memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut

kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar

iman dan Islam;

Usahanya `memberi warna” pada Budi Utomo yang cenderung kejawen

dan sekuler, tidaklah sia-sia. Terbukti kemudian dengan munculnya usulan dari

para muridnya untuk mendirikan lembaga pendidikan sendiri, lengkap dengan

organisasi pendukung. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kelemahan

pesantren yang biasanya ikut mati jika kiainya meninggal. Maka pada 18

Nopember 1912 berdirilah sekolah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah.

Sekolah tersebut mengambil tempat di ruang tamu rumahnya sendiri ukuran 2,5

x 6 M di Kauman.

Madrasah tersebut merupakan sekolah pertama yang dibangun dan

dikelola oleh pribumi secara mandiri yang dilengkapi dengan perlengkapan

belajar mengajar modern seperti; bangku, papan tulis, kursi (dingklik; kursi

berkaki empat dari kayu dengan tempat duduk panjang), dan sistem pengajaran

secara klasikal. Cara belajar seperti ini, merupakan cara pengajaran yang asing

di kalangan masyarakat santri, bahkan tidak jarang dikatakan sebagai sekolah

38

Haedar Nashar, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, hlm. 127.

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

21

kafir. Pernah dia kedatangan seorang tamu guru ngaji dari Magelang yang

mengejeknya dengan sebutan kiai kafir, dan kiai palsu karena mengajar dengan

menggunakan alat-alat sekolah milik orang kafir. Kepada guru ngaji yang

mengejeknya itu Dahlan sempat bertanya, “Maaf, Saudara, saya ingin bertanya

dulu. Saudara dari Magelang ke sini tadi berjalankah atau memakai kereta api?”

“Pakai kereta api, kiai,” jawab guru ngaji. “Kalau begitu, nanti Saudara

pulang sebaiknya dengan berjalan kaki saja,” ujar Dahlan. “Mengapa?” tanya

sang tamu keheranan. “Kalau saudara naik kereta api, bukankah itu perkakasnya

orang kafir?” kata Dahlan telak.

Di sinilah Ahmad Dahlan menerapkan Al Qur‟an surah 96 ayat 1 yang

memberi penekanan arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan

mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Ahmad Dahlan berfikir dengan

pendidikan buta huruf diberantas. Apabila umat Islam tidak lagi buta huruf,

maka mereka akan mudah menerima informasi lewat tulisan mengenai

agamanya.39

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran

bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah

Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat

Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. 40

b. TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Dalam dakwahnya, TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid

menggunakan strategi pengembangkan dakwah dengan pendekatan kultural dan

struktural. Pendekatan kultural ia konsen pada bidang sosial, kesehatan.

Pendekatan struktural ia masuk partai politik.

1) Pendekatan kultural

(a) Bidang sosial

Di bidang sosial TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid berupaya

untuk mensejahterakan kehidupan sosial masyarakat dengan kerja-kerja

sosial. Kerja-kerja tersebut merupakan respon terhadap problem-problem

sosial yang terjadi di tengah-tengah masyrakat. Pendekatan yang digunakan

39

Fatikul Himami, Implementasi Konsep Pemikiran, Ibid 40

Ibid.

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

22

adalah mengimplementasikan konsep aktivitas sosial yang berbasis

community development (pengembangan masyarakat).

Secara kosepsional community development berusaha untuk

membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap masalah-masalah yang di

hadapi, dan menumbuh kembangkan partisipasi aktif masyarakat dalam

mencari solusi terhadap persoalan yang di hadapi secara mandiri. Pada tahap

berikutnya, berupaya untuk memfasilitasi solusi kreatif masyarakat tersebut,

baik secara mandiri maupun kerjasama dengan pihak atau instansi terkait.

Pada akhirnya, sebuah kesejahteraan merupakan hasil dari kemandirian

masyarakat untuk mengatasi masalah-masalahnya sendiri.

Menurut Abdullah Syarwani, sekurang-kurangnya, ada empat peran

utama dari agen pembangunan dalam melakukan pengembangan masyrakat

yaitu: a) sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat agar mau

melakukan perubahan; b) sebagai pemberi pemecahan persoalan; c) sebagai

pembantu proses perubahan, membantu dalam peroses pemecahan masalah

dan penyebaran informasi, serta memberi petunjuk bagaimana: a)

mengenali dan merumuskan kebutuhan, b) mendiagnosa permaslahan dan

menetukan tujuan, c) mendapatkan sumber-sumber yang relevan, d)

memilih atau menciptakan pemecahan masalah, dan 4) sebagai penghubung

dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk pemecahan maslah yang

dihadapi.

TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam upaya merealisir

program sosialnya, mengajukan beberapa agenda kerja, antara lain

mendirikan panti asuhan dan asuhan keluarga di berbagai tempat kedudukan

organisasi, disamping itu mengalokasikan dana bi‟sah untuk program

beasiswa bagi kader-kader yang potensial.41

Selain itu, kerja-kerja sosial

yang dilakukan oleh Nahdlatul Wathan adalah mendirikan klinik-klinik

keluarga sejahterah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat sekaligus sebagai mitra pemerintah dalam mensukseskan

program kependudukan dan lingkungan hidup.

41

Bi‟sah adalah sebuah badan kordinasi program beasiswa bagi santri yang berperestasi dan

potensial, yang didirikan pada tahun 1951 oleh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

23

Dalam membantu masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan,

maka TGH Zainuddin Abdul Majid melalui organisasi Nahdlatul Wathan

mendirikan sejumlah panti asuhan dan asuhan keluarga. Panti asuhan

merupakan tempat penampungan dan pemberdayaan anak-anak yatim, fakir

miskin, dan anak-anak terlantar. Berdasarkan catatan pada Depertemen

Sosial Pengurus Besar Nahdlatul Wathan jumlah panti asuhan yang dikelola

berjumlah 23 buah dengan jumlah anak asuh sebanyak 1896 orang.42

(b) Bidang pendidikan

TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid mulai menyebarkan ide-

idenya kepada orang-orang sasak setelah ia kembali dari Makkah ke

Lombok. Ia mulai berupaya “memperbaiki” serta mengangkat harkat dan

martabat masyarakat Sasak di Lombok dari kebodohan dan

keterbelakangan menuju masyarakat yang maju, bermartabat, serta memilki

iman yang kokoh. Bagi Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul

Majid tentu bukan pekerjaan gampang, segampang membalikkan telapak

tangan, tetapi membutuhkan perjuang panjang dan kerja keras.

Dalam merealisasikan obsesinya tersebut, Tuan Guru haji

Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan pesantren al-Mujahidin

pada tahun 1934 M, sebagai tempat pembelajaran agama secara langsung

bagi kaum muda. Pendirian ini dilator belakangi oleh keinginannya untuk

memberikan pembelajaran agama yang lebih bermutu kepada

masyarakat,karena pada saat itu para Tuan Guru daam mengajarkan agama

lebih banyak menggunakan kitab-kitab arab Melayu, seperti Bidayah,

Perukunan, dan Sabil al-Muhtadin.

Sebagaimana pesantren pada umumnya, Pesantren al-mujahidin

mempergunakan tradisi pembelajaran dengan metode halaqoh. Namun

mengingat metode halaqah tidak begitu efektif,karena pertama, sulit

mengukur tingkat keberhasilan perestasi santri , kedua, tidak dapat

mengawasi secara maksimal proses pembelajaran yang efektif, Tuan Guru

Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid mempergunakan system

42

Muhammad Nur (ed.), Visi Kebangsaan Religius:Refleksi, 2004, hlm. 222-226.

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

24

pendidikan semi klasikal, yakni para santri dibagi berdasarkan peringkat

kelas yang didasarkan pada tingkat usia. Ruang kelaspun dilengkapi dengan

perangkat kelas, seperti papan tulis, kapur tulis,dan lain-lainnya.

Pendidikan system kelasikal ini, Nampak tidak hanya dapat menarik

minat dan perhatian masyarakat setempat, tetapi juga sangat diminati oleh

para santri yang dating dari berbagai penjuru tanah Sasak. Hal ini terlihat

bahwa dalam waktu yang tidak begitu lama, tidak kurang dari 200 santri

datang menuntut ilmu agama pada pesantren al-Mujahidin.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah santri yang belajar

dipesantren ini , mendorong Tuan Guru haji Muhammad Zainuddin Abdul

Majid untuk mendirikan Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di

Lombok. Keinginan Tuan Guru haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid

mendirikan madrasah Nahdhatul Wathan Diniyah Islamiyah (NBDI) yang

dipandangnyalebih efesien dan lebih efektif dalammencapai tujuan

pendidikan. Dalam mendirikan madrasah NBDI, Tuan Guru Haji

Muhammad Zainuddin Abdul Majid dibantu oleh ayahnya Tuan Guru Haji

Abdul Majid, serta saudaranya Tuan Guru Rifa‟I Abdul Majid dan Tuan

Guru haji Faisal Abdul majid. Sementara pengasuhan Madrasah NWDI,

Tuan Guru haji Muhammad zainuddin Abdul Majid dibantu oleh sejumlah

Tuan Guru setempat,Seperti uan Guru hajji Muhibuddin Abdul Aziz, tuan

Guru Haji FaisalAbdul Majid dan Tuan Guru Abdurrahim.

2) Pendekatan strktural

Seperti ditunjukkan pada masa hidupnya, TGH. Muhammad Zainuddin

Abdul Majid menekankan Fleksibilitas dan dinamisme dalam berjuang, namun

tetap dalam bingkai iman dan taqwa. Hal ini dengan jelas dapat kita cermati

misalnya pada konsep politik beliau dengan tegas menjadikan al-qur‟an dan al-

Hadits sebagai referensi utama yang menjadi ground norm (norma dasar) dalam

menyikapi seluruh realitas politik dan kepartaian yang ada. Akan tetapi, apabila

dalam implementasi kebijakan-kebijakan politik tersebut ternyata kontra atau

mengalami kendala dengan realitas sosial masyrakat yang ada, maka nash al-

Qur‟an dan al-Hadits tersebut harus di-reinterpretasikan agar realitas sosial

masyarakat tersebut bisa direspon dan diakomodir dengan baik.

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

25

Gaya Pemikiran TGH. Muhammad Zainuddin yang fleksibel dalam

memahami suatu teks ternyata membawa efek dalam prilaku dakwahnya dalam

bidang politik. Fleksibelitas itu tercermin dari perubahan kecenderungan sikap

politik dan afiliasi politik sepanjang hayatnya. Jika kita tipologikan berdasarkan

kurun waktu, setidaknya ada empat periode yang menandakan kecenderungan

politik TGH. Muhammad Zainuddin yang berbeda dari waktu ke waktu.

Periode pertama, pada era 1936-1952 ketika masa awal tumbuh dan

berkembangnya NWDI dan NBDI sikap politik beliau bertumpu pada semangat

mengembangkan Islam dalam dimensi pendidikan dan dakwah, termasuk

didalamnya anti kolonial, pada periode ini belum muncul hiruk pikuk kepartaian,

sehingga corak dakwah via politik masih berada pada jalur “murni” sebagai

“khittah” perjuangannya. Periode kedua, era 1952-1970, beliau memasuki

gelanggang politik pada zaman Orde Lama yang dikenal sebagai era multi

partai. Periode ketiga, era 1971-1982, merupakan politik era Orde Baru. TGH.

Muhammad Zainuddin kurang puas dengan partai-partai sebelumnya dipandang

kurang bisa memajukan masyarakat. Maka sejak tahun 1970 beliau bersama

tokoh-tokoh muda NW menyusun strategi dan mencari alinasi baru. Beliau

bersama tokoh-tokoh penting NW segera hengkang dari Parmusi dan

mendukung Golkar. Periode keempat, tahun 1982-1997, TGH. Muhammad

Zainuddin praktis tidak berpolitik kembali, dan tidak lagi berkolaborasi dengan

Golkar karena partai pohon beringin itu dipandang kurang memperjuangkan

aspirasi umat Islam. Beliau menetapkan langkah-langkah tertentu guna

menjauhkan usaha-usaha di bidang pendidikan dan sosialnya dari segala macam

kegiatan politik. Bahkan pada muktamar NW ke VIII tahun 1986, beliau

mengajak seluruh komponen NW untuk kembali ke Khittah sebagaimana cita-

cita awal NW.

Berdasarkan periodesasi tersebut dapat digariskan bahwa pola dakwah

via politik yang dihasilkan TGH. Muhammad Zainuddin memiliki pola yang

baku dalam hal standar umum, meskipun kolaborasinya dengan partai politik

dapat berubah-ubah. Namun yang pasti tetap ada perinsip yang dipegang, yakni

nilai kemaslahatan dalam berpolitik. Ketika aktif di dalam partai tujuan

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

26

utamanya adalah kemaslahatan umat, demikian pula ketika tidak lagi aktif,

tujuannya pun adalah kemaslahatan umat.43

3. Organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Wathan (NW)

a. Organisasi Muhammadiyah

Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi

nusantara. KH. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam

cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak

ummat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan

al-Hadits. Karena didirikannya organisasi ini murni untuk kegiatan dakwah,

maka KH. Ahmad Dahlan menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan

organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Sebagai gerakan sosial keagamaan Muhammadiyah mempunyai ciri-

ciri khas sebagai berikut: pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan islam,

dalam melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita

organisasinya berasaskan Islam. Menurut Muhammadiyah, bahwa dengan

Islam bisa dijamin kebahagiaan yang hakiki hidup di dunia dan akhirat,

material dan spiritual. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah.

Untuk mewujudkan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah yang

berdasarkan Islam, yaitu amar ma‟ruf dan nahi munkar. Dakwah dilakukan

menurut cara yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Dakwah Islam

dilakukan dengan hikmah, kebijaksanaan, nasehat, ajakan, dan jika perlu

dilakukan dengan berdialog. Ketiga, Muhammadiyah sebagai gerakan

tajdid.Usaha-usaha yang dirintis dan dilaksanakan menunjukkan bahwa

Muhammadiyah selalu berusaha memperbarui dan meningkatkan pemahaman

Islam secara rasional sehingga Islam lebih mudah diterima dan dihayati oleh

segenap lapisan masyarakat. Keempat, Muhammadiyah sebagai gerakan

sosial keagamaan, lengkaplah ketika pada tahun 1917 M. Membentuk bagian

khusus wanita yaitu „Aisyah. Bagian ini menyelenggarakan tabligh khusus

wanita, memberika kursus kewanitaan. Pemeliharaan fakir miskin, serta

43

Ahmad Amir Aziz : Pola Dakwah TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, hlm 74

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

27

memberi bantuan kepada orang sakit. Kegiatan Muhammadiyah dengan

„Aisyah ini berjalan baik, terutama karena banyak orang Islam baik menjadi

anggota maupun simpatisan memberikan zakatnya kepada organisasi ini. Di

samping „Aisyiah, kegiatan lain dalam bentuk kelembagaan yang berada di

bawah organisasi Muhammadiyah ialah (1) PKU (Penolong Kesengsaraan

Umum) yang bergerak dalam usaha membantu orang-orang miskin, yatim

piatu, korban bencana alam dan mendirikan klinik-klinik kesehatan; (2) Hizb

AI-Wathan, gerakan kepanduan Muhammadiyah yang dibentuk pada tahun

1917 M. oleh K.H. Ahmad Dahlan; (3) Majlis Tarjih, yang bertugas

mengeluarkan fatwa terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.

Konsep ideologi yang dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan di

samping dua sumber pokok yaitu al-Qur‟an dan Hadist, ia juga menggunakan

kitab-kitab Ahlus Sunnah Waljama‟ah dalam bidang aqidah dan dari imam

Syafi‟i dalam ilmu fiqih.44

Sedangkan teologinya, menurut KH. Mas Mansyur

sebagaimana yang dikutip oleh Yusron, KH. Ahmad Dahlan kembali pada

pendapat para ulama salaf dan dia tdak suka berpikir secara mendalam

tentang hal itu. Pemikirannya memang banyak menunjukkan segi paraktis

dari agama. 45

Muhammadiyah sangat mengedepankan demokratis, hal ini terbukti

pada kepemimpinnannya, siapapun boleh memimpin. Pemilihan

kepemimpinan Muhammadiyah melalui muktamar lima tahun sekali atas

dasar kesepakatan anggota. Siapa yang dianggap mampu dalam memimpin

maka ialah yang terpilih, tanpa mengedepankan keluarga ataupun kerabat.

Dengan cara demokratis ini pula, Muhammadiyah dapat berkembang dengan

cepat menyebar keseluruh Indonesia bahkan dunia.

b. Organisasi Nahdlatul Wathan (NW)

Organisasi NW didirikan oleh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid

pada tanggal 1 Maret 1953 di desa Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Dilihat dari segi usia organisasi NW lahir lebih muda dibandingkan dengan

44

M Yusron Asrofi, KH. Ahmad Dahlan Pemikiran, hlm. 35 45

Ibid.

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

28

organisasi sosial keagamaan yang lain di Indonesia seperti organisasi

Muhammadiyah 1912, Persatuan Islam (Persis) 1923, dan Nahdlatul Ulama 1926.

Meskipun lahir lebih muda, namun pada praktiknya organisasi NW telah

beroperasi sejak tahun 1934. Cikal bakal organisasi NW adalah sebuah pesantren

Al-Mujahidin, yang didirikan oleh Tuan Guru tahun 1934 ketika kembali dari

Makkah.

Konsep ideologi NW, beraqidah Islam Ahlus Sunnah Wa –Jama‟ah

dengan menerapkan mazhab Syafi‟i sebagai mazhab tunggal organisasi.

Sedangkan teologinya mengacu pada teologi al-Asy‟ari dan al-Maturidi, tetapi

tidak seluruhnya apa yang telah dirumuskan oleh Asy„ari itu diterima, begitu pula

terhadap paham yang dikembangkan oleh al-Maturidi. Persepsinya tentang akal

berfungsi sebagai sumber informasi tentang Allah, dan yang berhubungan dengan

Allah tetap dalam posisi lemah. Sedangkan al-Maturidi berpandangan bahwa akal

berfungsi sebagai alat, potensi untuk memahami ayat-ayat yang tersurat dan

tersirat, akal berfungsi untuk mempertimbangkan baik dan buruk memelalui

petunjuk wahyu. Dengan akal manusia diberi beban perintah dan larangan. Akal

mampu mengetahui Allah walaupun melalui proses waktu yang panjang. Di

sinilah wahyu dan rasul diperintahkan, meskipun kehadirannya bukan merupakan

kewajiban. Mengenai wahyu, menurut ketiganya (al-Asy‟ari, al-Maturidi dan

Zainuddin) sepaham bahwa wahyu al-Qur‟an yang di dalamnya terkandung materi

teologi, sumber argumen dan metodologi, kredibilitasnya tidak dapat diragukan

karena membawa dilalai yang qoth‟i. Sekaligus dianggap pemikiran dharuri.46

Di samping itu, organisasi NW juga mengembangkan tarekat hizib NW

dan mempraktikkan ajaran sufi yang menekankan loyalitas dan ketaatan kepada

tuan guru. Tuan Guru adalah guru yang paling tinggi posisinya dalam hirarki

masyarakat NW. Sedangkan asas organisasi NW adalah Pancasila sesuai dengan

undang-udang nomor 8 tahun 1985. Tujuan organisasi NW adalah li i‟ila

ikalimatillah wa izzal-Islam wa al-Muslimin (menegakkan kalimat Allah dan

kejayaan Islam dan kaum Muslimin).

46

Masnun, Tuan Guru KH.Muhammad Zainuddin Abdul Majid, hlm. 247-248

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

29

Sebagaimana organisasi-organisasi sosial keagamaan yang lain, organisasi

NW terfokus pada tiga bidang pembangunan yaitu bidang pendidikan, sosial dan

dakwah. Di bidang pendidikan NW secara berkelanjutan mendirikan lembaga

pendidikan anak cabang di berbagai daerah di Lombok mulai dari tingkat sekolah

dasar sampai perguruan tinggi. Dari sejak tahun 1934-2010 NW telah berhasil

membangun 1500 cabang lembaga pendidikan yang tersebar di dalam dan luar

daerah. Sementara di bidang sosial, NW telah mendirikan beberapa panti asuhan

untuk anak yatim dan anak-anak terlantar. Mereka ditampung di panti asuhan NW

dan disekolahkan secara gratis.

Di bidang dakwah NW aktif membangun dan menghidupkan majlis

dakwah dan majlis ta‟lim melalui para tuan guru NW yang terdapat di desa

masing-masing. NW juga memiliki program pengajian keliling desa yang bersifat

harian, mingguan, bulanan dan tahunan secara bergantian. Masih terkait dengan

dakwah NW juga menciptakan tradisi ritual seperti membaca wasiat Tuan Guru

yang terus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh jamaah NW, yaitu

hiziban, tarekat hizib NW, wirid dan zikiran, berzanji.

E. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pembahasan di atas, maka dapat diambil benang merah

sebagai berikut:

1) Strategi pengembangan dakwah, keduanya menggunakan pendekatan kultural,

selain itu TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid menggunakan struktural.

Pendekatan kultural keduanya konsen pada bidang sosial, dalam hal ini mereka

memperhatikan fakir miskin dan anak yatim, hal ini diwujudkan dengan

mendirikan panti asuhan dan rumah sakit. Di bidang pendidikan, ia mendirikan

lembaga pendidikan moderen.

2) Untuk memperkuat dan memperlancarkan jalan dakwahnya, keduanya

mendirikan organisasi kemasyarakatan. KH. Ahmad Dahlan mendirikan

organisasi kemasyarakatan yaitu Muhammadiyah. Ideologi organisasi ini adalah

al-qur‟an dan hadist di samping itu secara aqidah menggunakan kitab-kitab

Ahlus Sunnah Waljama‟ah, dalam ilmu fiqih mengacu kepada Imam Syafi‟i.

Sedangkan teologinya mengacu kepada pendapat ulama salaf. TGH. Muhammad

Zainuddin Abdul Majid mendirikan organisasi kemasyarakatan yaitu Nahdlatul

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

30

Wathan (NW). Ideologi organisasi ini adalah beraqidah islam Ahlus Sunnah wa

Al-Jamaah, dalam ilmu Fiqih mengacu kepada Imam Syafi‟i. Sedangkan

teologinya mengacu pada teologi al-Asy‟ari dan al-Maturidi, namun tidak semua

apa yang telah dirumuskan oleh Asy‟ari dan al-Maturidi, oleh Zainuddin

diambil hanya beberapa saja seperti paham tentang wahyu, sifat-aifat Allah dan

tentang perbuatan manusia.

Secara prinsip kedua tokoh tersebut memiliki persamaan ideologi yaitu di

samping al-qur‟an dan hadist, keduanya mengacu pada aqidah Ahlus Sunnah

Wa Al-Jamaah dan Mazhab Imam Syafi‟i dalam bidang fiqih.. Namun meskipun

sama-sama menganut faham Ahlus Sunnah Wa Al-Jamaah, kedua tokoh ini

memiliki perbedaan dalam penerapannya, KH. Ahmad Dahlan tidak

menciptakan suatu tradisi di kalangan Muhammadiyah, sementara TGH.

Muhammad Zainuddin Abdul Majid melalui organisasi NW mengembangkan

tarekat hizib NW dan mempraktikkan ajaran sufi yang menekankan loyalitas dan

ketaatan kepada tuan guru.

Dalam pengambilan hukum, kedua tokoh ini memiliki perbedaan. KH.

Ahmad Dahlan memakai sumber pokok al-qur‟an dan hadist ditambah dengan

hasil kupasan dari kitab-kitab yang telah dibaca, kemudian diperbandingkan dan

diambillah hukum yang paling sesuai dengan al-qur‟an dan hadist. Dan ia tidak

fanatik terhadap satu Mazhab, sedangkan TGH. Muhammad Zainuddin Abdul

Majid secara tegas menganut Mazhab Imam Syafi‟i.

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

31

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1999

Adaby Darban, Ahmad, Sejarah kauman: Menguak Identitas Kampung

Muhammadiyah, Yogyakarta, Tarawang, 2000

Adnan, Afifuddin, Diktat Pelajaran Ke-NW-an untuk Madrasah dan Sekolah Menengah

NW, Pancor: Biro Dakwah Yayasan Pendidikan Haji Muhammad Zainuddin

Abdul Madjid, 1983

Ali Aziz, Moh., “Ilmu Dakwah” Ed. Rev. Cet.2; Jakarta : Kencana 2009

al-Karim Zaidan, Abd, “Ushul al-Da‟wah”, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1976

Atjeh, Aboebakar, “ Beberapa Tjatatan Mengenai Dakwah Islam”, Semarang:

Ramadhani, 1971

Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Genta Press, 2007

Baidhawy, Zakiyuddin, Pentingnya Dakwah Kultural, dalam artikel Tim Dakul UMS

Buletin Dwi Bulanan Pewarah No. 19 edisi Agustus-September 1996. Mataram:

Yayasan Patut Patuh Patju.

Canard, “Da‟wa”. The Encyclopaedia of Isam. B. Lewis (et al.) Vol. II. Leiden: E.J. Brill, 1991

Donald L. Harrison, Effect of strategic planning education on attitudes and perceptions

of independent community pharmacy owners/ managers Journal of the

Amerrican Pharmacist Association, Sept/Oct 2007.47:5. JAPhA.

Hayyi Nu‟man, Abdul, Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan dan Dakwah

Islamiyah Pancor: Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan Lombok Timur, 1988

Helmy, Masdar, “ Dakwah Dalam Alam Pembangunan”, Semarang : Toha Putra, 1973

http://desmocidici.wordpress.com/2008/08/24/imetode-dakwah-al-hikmah-menurut-

surat-an-nahl-ayat-125/

http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2239130-pendekatan-dakwah/

Karim, Abdul, Dakwah Kultural Menurut Tokoh Muhammadiyah, PPs. Unmuh Malang,

Malang, 2003

Masnun, Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Gagasan dan Gerakan

Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat, Pustaka Al-Miqdad, 2007

Moertopo, Ali, Strategi kebudayaan, Jakarta : CSIS, 1971

Muchtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Al-Amin

Press, 1978

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KH. AHMAD DAHLAN …eprints.ums.ac.id/20792/18/RINGKASAN_TESIS_UNTUK_JURNAL.pdf · 3 strategi pengembangan dakwah kh. ahmad dahlan di yogyakarta dan tgh

32

Muhammad Abu al-fath Al-Bayanuni, “al-Madkhal ila „ilm al-Da‟wah”, Beirut:

Muassasah al-Risalah, 1993

Munir Mulkhan, Abdul,"Strategi Kolektivitas Muballigh dalam Dakwah Jama„ah"

makalah disampaikan pada Acara Silaturahmi Muballigh Muhammadiyah Se-

Jawa Tengah, di UMS,1997, Nasaruddi Latif, HSM., “ Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah”, Jakarta: Firma Dara,

1971

Nile Green, Islam for the indentured Indian: a Muslim missionary in colonial South

Africa, Bulletin of SOAS, 71, 3 (2008), 529–553. E School of Oriental and

African Studies. Printed in the United Kingdom.

Nur, Muhammad (ed.), Visi Kebangsaan Religius:Refleksi, 2004

R. Woodward, Mark., Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, Yogyakarta:

Lkis,1999

Salam, Junus,Riwayat Hidup K.H.A. Dahlan: Amal dan Perjuangannya, cetakan ke 2,

Jakarta: Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968

Siagian, Sondang p, Menegemen Stratejik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995

Soelarto, B, Garebeg Di Kasultanan Yogyakarta, Yogyakarta, Kanisius, 1993

Sunar Prasetyono, Dwi, Trobosan Strategis Menggali Sumber-sumber kekayaan dalam

Bisnis, Yogyakarta:CV. DIVA Pres, 2005

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: Raja Walipress, 1997

Syukri, Asmuni, Strategi Komunikasi Sebuah pengantar, Bandung :Armiko, 1984

Tjandra, Mifedwil dkk, Perangkat Alat-alat dan Pakaian Serta Makna simbolis

Upacara Keagamaan Di Lingkungan Keraton Yogyakrta, Yogyakarta:

Depdikbud, Proyek inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya DIY, 1989